perdarahan uterus abnormal
TRANSCRIPT
PERDARAHAN UTERUS ABNORMAL
Perdarahan uterus yang abnormal adalah satu-satunya keluhan paling umum
pada wanita usia reproduktif yang membawa mereka ke dokter. Semua dokter yang
memberikan perawatan primer bagi perempuan oleh karenanya harus terbiasa dengan
penyebabnya dan memiliki pendekatan yang terorganisir dan logis terhadap evaluasi
dan penanganan dari masalah tersebut.
Perdarahan uterus anovulatoar atau disfungsional menggambarkan spektrum
dari pola perdarahan menstruasi yang abnormal yang dapat terjadi pada wanita
anovulatoar yang tidak memiliki penyakit dari segi medis ataupun patologi pada
pelvis. Mekanisme yang terlibat dalam perdarahan anovulatoar bervariasi, tetapi
masing-masing mencerminkan pola yang abnormal dari stimulasi hormon steroid
yang menyimpang dari urutan karakterisasi siklus menstruasi ovulasi yang normal.
Kunci keberhasilan untuk penatalaksanaan klinis perdarahan disfungsional adalah
dengan mengenali atau mengidentifikasi mekanisme yang beroperasi atau
bertanggung jawab. Perdarahan anovulatoar dapat secara efektif dan meyakinkan
ditangani dengan rejimen pengobatan medis berdasarkan sound physiologic concepts.
Rejimen pengobatan yang dijelaskan dalam bab ini adalah dalam bentuk time-tested
(diuji berdasar waktu) dan dirancang untuk mencapai dua tujuan khusus, namun
saling terkait. Yang pertama adalah untuk me-reverse kelainan pertumbuhan dan
perkembangan endometrium yang dihasilkan dari anovulasi kronis dan
menjadikannya rentan terhadap laju menstruasi yang berlebihan(deras) dan
memanjang. Yang kedua adalah untuk menginduksi atau mengembalikan siklus mens
yang teratur yang mudah diprediksi yaitu volume dan durasinya yang normal.
Pendarahan yang berhubungan dengan berbagai macam patologi baik itu di
dalam maupun di luar saluran reproduksi dapat menyamar sebagai perdarahan
anovulatoar. Anamnesis riwayat menstruasi dan pemeriksaan fisik yang teliti
biasanya akan memberikan sebagian besar informasi yang dibutuhkan untuk
membedakan anovulasi dari penyebab perdarahan abnormal lainnya. Ketika diduga
kuat ada kelainan atau pengobatan untuk perdarahan yang diduga anovulatoar gagal,
maka diindikasikan untuk langsung dilakukan evaluasi tambahan.
Dokter menggunakan berbagai istilah untuk menggambarkan pola yang
abnormal dari perdarahan menstruasi yang tidak selalu berarti atau menyampaikan
hal yang sama kepada yang lainnya. Istilah tradisional/biasa yang memiliki akar
Yunani atau Latin masih digunakan secara luas untuk menggambarkan kelainan yang
berbeda yang berkaitan dengan frekuensi, keteraturan, durasi dan volume menstruasi.
Istilah tradisional yang menggambarkan Kelainan Perdarahan menstruasi
Amenore tidak ada menstruasi
Oligomenore menstruasi jarang, terjadi pada interval >35 hari
Polymenorrhea mens sering, terjadi pada interval <24 hari
Metrorrhagia menstruasi terjadi pada interval yang tidak teratur
Menorrhagia atau Hypermenorrhea
menstruasi abnormal yang panjang atau berat, berlangsung >7
hari atau melibatkan kehilangan darah sebanyak >80 ml
Meskipun definisi di atas telah cukup dikenal, namun istilah tersebut tidak
selalu digunakan atau dipahami secara akurat. Sebagai contoh, di Amerika Serikat,
pendarahan rahim yang abnormal secara umum menggambarkan semua pola
perdarahan abnormal yang mungkin timbul dari berbagai penyebab, termasuk
diantaranya anovulasi, kehamilan, patologi rahim, dan koagulopati. Istilah
pendarahan rahim disfungsional identik dengan perdarahan anovulatoar ketika tidak
ada kehamilan atau kelainan lain yang dapat dibuktikan (diagnosis eksklusi), dan
istilah menorrhagia menjelaskan keadaan perdarahan berat, teratur, atau
berkepanjangan. Namun, di negara lain, perdarahan uterus disfungsional dan
menorrhagia seringkali digunakan untuk menggambarkan perdarahan ovulatoar
(teratur) atau anovulatoar (tidak teratur) yang berat atau berkepanjangan.
Kebingungan mengenai makna yang tepat dari istilah tradisional telah mendorong
untuk meninggalkan mereka, yang mendukung penggunaan istilah sederhana yang
dapat dipahami oleh pasien dan diterjemahkan dengan mudah ke dalam bahasa lain
selain bahasa Inggris, dengan tujuan akhirnya adalah untuk meningkatkan
komunikasi antara penyedia layanan kesehatan, peneliti, dan pasien. Untuk itu,
rekomendasi yang lahir dari konferensi konsensus internasional mengusulkan
digunakannya istilah-istilah untuk menggambarkan ciri yang paling penting dari
perdarahan menstruasi selama tahun-tahun reproduksi, sebagaimana berikut:
Karateristik Ketentuan Deskriptif Batas Normal
Frekuensi menstruasi Sering
Normal
Jarang
< 24 hari
24-38 hari
>38 hari
Keteraturan (variasi siklus ke siklus) Tidak ada
Teratur
tidak teratur
-
+ 2-20 hari
> 20 hari
Lamanya mens Memanjang
normal
> 8 hari
4-8 hari
Singkat < 4 hari
Volume kehilangan darah bulanan. Berat
Normal
ringan
> 80 mL
5-80 mL
< 5 mL
Batas normal yang disarankan untuk frekuensi, keteraturan, dan durasi aliran
menstruasi didasarkan pada persentil ke-5 dan ke-95 untuk data yang diambil dari
populasi penelitian. Dengan demikian, dalam populasi tertentu mereka dipengaruhi
oleh prevalensi gangguan anovulatoar yang umum, misalnya seperti sindrom ovarium
polikistik. Akibatnya, aturan-aturan yang berbasis populasi lebih lebar dibandingkan
aturan-aturan yang berlaku umum untuk frekuensi menstruasi (24-35 hari),
keteraturan (± variasi 5 hari), dan durasi (2-7 hari) pada wanita yang mengalami
ovulasi. Batas normal untuk volume darah menstruasi yang hilang didasarkan
terutama pada pengukuran hilangnya hemoglobin dalam sebuah komunitas orang-
orang Swedia. Harapannya adalah bahwa riwayat menstruasi yang terstruktur dapat
memperjelas rincian yang dibutuhkan untuk mengkategorikan keluhan pasien dalam
istilah yang sederhana dan jelas (misalnya, perdarahan menstruasi yang berat dan
tidak teratur).
Meskipun upaya untuk menyederhanakan dan menstandarisasi terminologi
yang digunakan untuk menjelaskan gangguan menstruasi cukup beralasan dan patut
dipuji, namun penerapan tata-nama baru tersebut mungkin akan berjalan lambat
karena istilah tradisional yang membingungkan telah tertanam kuat.
Perdarahan menstruasi normal
Adalah ovulasi, atau secara lebih spesifik, urutan sinyal endokrin terorganisir yang
mencirikan siklus ovulasi, yang memberikan keteraturan, prediktabilitas, dan
konsistensi menstruasi. Endokrinologi dari siklus menstruasi normal dibahas secara
rinci dalam Bab 6. Hanya konsep yang paling dasar dan memiliki karakteristik yang
khas yang dirangkum di sini, dengan fokus pada kejadian-kejadian dan mekanisme
utama yang mengontrol siklus endometrial serta volume dan durasi aliran menstruasi.
Selama fase folikuler dari siklus ovarium yang normal (sesuai dengan fase
proliferatif dari siklus endometrium), kadar estrogen naik, yang perlahan pada
awalnya dan kemudian lebih cepat, karena folikel ovarium yang dominan muncul,
tumbuh, dan matang. Sebagai respon terhadap estrogen, lapisan fungsional
endometrium akan bertumbuh kembali, setelah sudah diluruhkan selama menstruasi
sebelumnya. Setelah ovulasi, korpus luteum yang berasal dari folikel ovulasi terus
memproduksi estrogen, tetapi sekarang dan yang lebih penting, adalah progesteron
juga. Selama fase luteal dari siklus ovarium (sesuai dengan fase sekretorik dari siklus
endometrium), kadar estrogen dan progesteron meningkat secara bersamaan ketika
korpus luteum tumbuh menjadi matur. Sebagai respon terhadap kerja gabungan
estrogen dan progesteron, endometrium mengubah dan mengatur sebagai persiapan
untuk mengantisipasi kedatangan dan implantasi konseptus(calon janin). Jika
kehamilan dan peningkatan secara cepat kadar human chorionic gonadotropin (hCG)
tidak sampai ke "penyelamatan"nya, korpus luteum akan mengalami regresi secara
spontan dalam bentuk kematian sel yang terprogram. Seperti halnya, estrogen dan
progesteron yang turun terus, akhirnya menarik dukungan fungsional terhadap
endometrium. Menstruasi dimulai, yang menandai akhir dari satu siklus endometrium
dan menjadi awal dari siklus lainnya.
Dari segi endometrium, fitur endokrin dari siklus ovarium adalah cukup
sederhana; kuantitas hormon yang diproduksi tidak sepenting urutan di mana mereka
muncul: estrogen, diikuti oleh estrogen dan progesteron, diikuti dengan penghentian
kedua hormon. Dari semua efek hormon yang berbeda pada endometrium, stimulasi
estrogen-progesteron menghasilkan endometrium yang paling stabil, dan penghentian
keduanya menghasilkan karakteristik menstruasi yang paling konsisten. Urutannya
sangat menentukan sehingga kebanyakan wanita yang ovulasi memiliki pola, volume,
dan durasi aliran menstruasi yang mereka sangat mengenalinya dan bisa
menduganya, sangat sering disertai dengan pola molimina pramenstruasi yang sama
konsisten dan dapat diprediksinya (kembung, nyeri payudara, suasana hati yang
berubah-ubah). Bahkan sedikit saja penyimpangan dari pola yang biasanya dalam
waktu, jumlah, atau lamanya aliran mens dapat membuat rasa gelisah. Perhatian yang
teliti terhadap detail riwayat menstruasi yang lebih baik dapat sangat membantu
dalam membedakan perdarahan anovulatoar dari penyebab lainnya.
Variasi dalam aliran menstruasi dan panjang siklus umum terjadi pada usia
reproduksi yang ekstrim, selama masa awal remaja dan mereka yang sebelum
menopause. Siklus haid sering tidak teratur untuk 12-18 bulan pertama setelah
menarche. Akibat imaturitas dari aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium. Dalam
penelitian yang dilakukan oleh WHO, panjang rata-rata siklus pertama setelah
menarche adalah 34 hari, hampir 40% dari siklus mereka lebih lama dari 40 hari dan
kurang dari 10% yang kurang dari 20 hari. Siklus tetap relatif lama untuk 5-7 tahun
pertama setelah menarke, setelah itu panjangnya semakin berkurang secara bertahap
dan menjadi lebih teratur Prevalensi siklus anovulatoar lebih tinggi pada wanita di
bawah usia 20 tahun dan di atas usia 40 tahun. Karakteristik siklus menstruasi
umumnya tidak terlalu berubah selama tahun-tahun reproduksi, meskipun panjang
siklus secara keseluruhan dan variabilitasnya secara perlahan menurun. Rata-rata,
panjang dan kisaran siklus rata-rata mencapai posisi terendah mereka pada usia 40-42
tahun. Selama 8-10 tahun berikutnya sebelum menopause, kecenderungannya
menjadi berbalik, baik panjang maupun variabilitas siklus rata-rata terus meningkat
karena ovulasi menjadi kurang teratur dan menjadi jarang. Panjang siklus rata-rata
lebih besar pada wanita dengan massa dan komposisi tubuh yang ekstrim, baik indeks
massa tubuh (IMT) yang tinggi maupun rendah; orang yang sangat gemuk maupun
sangat kurus dikaitkan dengan peningkatan panjang siklus rata-rata.
Secara umum, variasi dalam panjangnya siklus mencerminkan adanya
perbedaan dalam panjang fase folikuler dari siklus ovarium. Wanita yang memiliki
siklus 25-hari berovulasi pada atau sekitar hari ke-10-12 siklus dan mereka yang
memiliki siklus 35-hari berovulasi sekitar 10 hari kemudian. Dalam beberapa tahun
setelah menarche, fase luteal menjadi sangat konsisten (durasinya 13-15 hari) dan
tetap begitu sampai tiba masa perimenopause. Pada usia 25 tahun, lebih dari 40%
siklus lamanya berada diantara 25 dan 28 hari, dan antara usia 25 dan 35 tahun,
menjadi lebih dari 60%. Meskipun 28 hari adalah interval intermenstrual yang paling
sering dilaporkan, hanya sekitar 15% dari siklus pada wanita usia reproduksi yang
betul-betul 28 hari. Kurang dari 1% wanita memiliki siklus reguler yang berlangsung
kurang dari 24 hari atau lebih dari 35 hari. Kebanyakan wanita memiliki siklus yang
berlangsung antara 24-35 hari, tapi setidaknya 20% dari para wanita tersebut
mengalami siklus yang tidak teratur.
Durasi aliran menstruasi yang lazim adalah 4-6 hari, tetapi untuk beberapa
wanita (sekitar 3%) menstruasi dapat berlangsung hanya 2 hari saja atau hingga 7
hari. Volume rata-rata kehilangan darah menstruasi adalah sekitar 30 mL, yang lebih
besar dari 80 mL adalah abnormal. Alirannya bisa saja berlebihan tanpa menjadi lama
secara abnormal, karena sebagian besar kehilangan darah menstruasi adalah terjadi
selama 3 hari pertama.
Wanita yang mengalami menstruasi lebih sering daripada setiap 24 hari atau
kurang sering daripada setiap 35 hari layak untuk dievaluasi, seperti halnya mereka
yang alirannya secara konsisten selama lebih dari 7 hari dan wanita dengan
kehilangan darah menstruasi bulanan yang melebihi 80 mL. Setiap pola-pola
abnormal ini dapat menyebabkan anemia yang juga membutuhkan pengobatan.
Interval intermenstrual dan durasi menstruasi relatif mudah untuk ditentukan, tetapi
volume hilangnya darah menstruasi sulit untuk diukur. Korelasi antara kehilangan
darah yang dirasakan dan keadaan yang sebenarnya secara relatif cukup rendah.
Dalam studi berbasis populasi, seperempat sampai sepertiga dari wanita dengan
periode yang normal menganggap mereka kehilangan darah menstruasi yang
berlebihan, dan 40% dari mereka tercatat dengan menorrhagia (kehilangan darah >80
ml) menggambarkan menstruasi mereka sebagai ringan atau sedang. Mengeluhkan
perdarahan menstruasi yang berat tampaknya lebih berhubungan terhadap gangguan
yang dirasakan dengan fungsi sehari-hari daripada kehilangan darah yang sebenarnya,
dan bukti menunjukkan bahwa faktor psikososial mungkin memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap persepsi tersebut; insidensi depresi dan kecemasan meningkat
diantara perempuan dengan, keluhan perdarahan menstruasi yang berat.
Pemahaman konseptual mengenai mekanisme yang terlibat dalam timbulnya
dan penghentian perdarahan menstruasi normal menyediakan dasar maupun konteks
untuk memahami patofisiologi dari perdarahan anovulatoar.
Konsep klasik dari haid normal terutama diperoleh dari pengamatan langsung
dari perubahan siklik pada endometrium yang dicangkokkan dari rahim ke ruang
anterior mata pada primata yang bukan manusia; kejadian vaskular memainkan
peranan kunci dalam penjelasan mengenai bagaimana mens kedua dimulai dan
berakhir. Pada dasarnya, menstruasi itu dibayangkan sebagai nekrosis iskemik dari
endometrium yang disebabkan oleh vasokonstriksi arteriol spiral pada lapisan basal,
yang dipicu oleh penghentian estrogen dan progesteron. Demikian pula, akhir dari
menstruasi diperlihatkan dengan lebih lama dan lebih intensnya gelombang
vasokonstriksi, dikombinasikan dengan mekanisme koagulasi yang diaktifkan oleh
stasis vaskuler dan kolaps endometrium, dibantu dengan reepitelisasi yang cepat yang
dimediasi oleh estrogen yang berasal dari kelompok folikuler baru yang muncul.
Hasil penyelidikan yang terbaru tidak mendukung teori hipoksia klasik
tentang menstruasi. Studi Perfusi pada wanita telah gagal untuk menunjukkan
berkurangnya aliran darah endometrium sebelum menstruasi. Hypoxia-inducible
factor (HIF) -1, protein nuklear yang mengaktifkan transkripsi gen dalam merespon
oksigen seluler yang berkurang (penanda paling awal dari respon terhadap hipoksia),
hampir tidak terdeteksi dan tidak terdistribusikan secara luas pada endometrium
pramenstruasi manusia yang dibiakkan di bawah kondisi hipoksia. Secara histologi,
endometrium menstrual awal menunjukkan adanya nekrosis, peradangan, dan
koagulasi fokal dan bukannya hialinisasi atau nekrosis koagulasi difus yang
diperkirakan merupakan hasil dari vasokonstriksi dan hipoksia. Perlahan tapi pasti
selama dekade terakhir ini, paradigma operasional untuk menstruasi telah bergeser.
Bukannya peristiwa vaskular, tema sentral dari inisiasi menstruasi model baru adalah
autodigesti enzimatik dari lapisan fungsional endometrium dan pleksus kapilaris
bagian bawah permukaannya, kemungkinan memanjang ke sistem arteriol spiralis
pada lapisan basal. Konsep klasik mekanisme yang mengakhiri menstruasi normal
pada dasarnya tidak berubah; mekanisme koagulasi, vasokonstriksi lokal, dan re-
epitelisasi semuanya berkontribusi terhadap hemostasis pada endometrium menstrual
dengan peristiwa vaskular yang memainkan peranan kunci.
Degradasi enzimatik endometrium dipicu oleh penghentian estrogen-
progesteron yang melibatkan sejumlah mekanisme yang berbeda tetapi saling terkait
termasuk pelepasan enzim lisosomal intraseluler, protease dari sel-sel inflamasi yang
menginfiltrasi, dan kerja dari metalloproteinase matriks. Di paruh pertama fase
sekretorik, asam fosfatase dan enzim litik poten lainnya terbatas pada lisosom
intraseluler, pelepasan mereka dihambat oleh progesteron melalui stabilisasi
membran lisosomal. Karena kadar estrogen dan progesteron jatuh pada hari-hari
sebelum menstruasi, membran lisosomal mendestabilisasi dan enzim yang
didalamnya dilepaskan ke dalam sitoplasma sel epitel, stroma, dan endotel, dan
akhirnya, ke dalam ruang interseluler. Enzim-enzim proteolitik mencerna pembatas
seluler mereka serta membran permukaan dan desmosom (intercellular
bridges/jembatan interseluler). Dalam endotelium vaskular, aksi mereka ini
menyebabkan deposisi trombosit, pelepasan prostaglandin, trombosis pembuluh
darah, ekstravasasi sel darah merah, dan nekrosis jaringan.
Penghentian progesteron juga merangsang respon inflamasi di endometrium
tepat sebelum menstruasi, jumlah total leukosit pada endometrium meningkat nyata
hingga sebanyak 40% dari stroma. Infiltrat inflamatorik (termasuk neutrofil,
eosinofil, dan makrofag atau monosit) ditarik oleh molekul kemo-atraktif (kemokin)
yang disintesis oleh sel endometrium, beberapa di antaranya di-downregulasi oleh
progesteron (interleukin 8; IL-8). Jika teraktivasi, leukosit menghasilkan berbagai
macam molekul regulator termasuk sitokin, kemokin, dan berbagai enzim yang
berkontribusi terhadap degradasi matriks ekstraseluler, secara langsung atau tidak
langsung melalui aktivasi protease lainnya.
Metalloproteinase matriks adalah sebuah keluarga enzim proteolitik yang
mendegradasi komponen matriks ekstraseluler dan membran basal. Metaloproteinase
termasuk kolagenase yang mendegradasi kolagen membran basalis dan interstisial,
yang lebih gelatinase yang selanjutnya lagi mencerna kolagen, dan stromelysins yang
menyerang fibronektin, laminin, dan glikoprotein. Setiap anggota familinya bersifat
spesifik substrat dan disekresikan sebagai zymogen aktif yang memerlukan aktivasi
oleh plasmin, protease leukosit, atau metalloproteinal lainnya. Ekspresi, sekresi, dan
aktivasi metalloproteinase matriks endometrium adalah tergantung pada siklus dan
meningkat secara nyata pada akhir fase sekretorik tepat sebelum menstruasi. Secara
keseluruhan, progesteron menghambat ekspresi metalloproteinase endometrium,
sebuah aksi yang dimediasi oleh transforming growth factor (TFG)-β. Penghentian
Progesteron memiliki efek yang berlawanan—peningkatan sekresi dan aktivasi
metaloproteinase, diikuti dengan dissolusi(terputusnya) matriks ekstraseluler.
Modulator lokal (terutama sitokin), yang berasal dari sel epitel, stroma, dan endotel
endometrium, dan inhibitor jaringan alamiah dari metalloproteinase matriks yang
mengikat bentuk aktif dari enzim juga memainkan peranan penting dalam meregulasi
mereka. Dalam siklus konsepsi dimana tingkat progesteron yang tinggi
dipertahankan, aktivitas metalloproteinase matriks tetap secara efektif ditekan. Pada
siklus menstruasi normal, ekspresi metalloproteinase ditekan lagi setelah mens,
mungkin dengan meningkatkan kadar estrogen.
Degradasi enzimatik progresif dari endometrium akan mengganggu sistem
pembuluh darah vena dan kapiler subsurface, yang menyebabkan perdarahan
interstisial; dissolusi membran permukaan memungkinkan darah untuk melarikan diri
ke dalam rongga endometrium. Pada akhirnya, degenerasi meluas ke tingkat terdalam
dari lapisan fungsional dimana pecahnya arteriol basal berkontribusi terhadap
terjadinya perdarahan. Sebuah bidang pembelahan alami yang terbentuk pada
junction dari stroma edematosa vaskular yang longgar, dengan lapisan basal.
Deskuamasi dimulai pada fundus dan secara bertahap meluas ke arah isthmus. Hasil
akhirnya adalah endometrium menstrual yang khasnya kempis dan dangkal namun
padat.
Cairan menstruasi terdiri dari endometrium yang mengalami autolisis yang
kaya akan eksudat inflamasi, sel darah merah, dan enzim proteolitik. Salah satu
enzim, yaitu plasmin, dibentuk oleh aktivasi prekursor yang inaktif, plasminogen,
memiliki aksi fibrinolitik yang poten yang membantu mencegah pembekuan cairan
menstruasi dan memfasilitasi ekspulsi(pendorongan) jaringan yang mengalami
degenerasi. Aktivator plasminogen yang memediasi konversi plasminogen menjadi
plasmin ditemukan dalam endometrium menstrual dan sekretorik akhir dan
dilepaskan dari endotel pembuluh darah endometrium yang mengalami degenerasi.
Volume perdarahan menstruasi terkontrol, setidaknya pada batas tertentu, oleh
keseimbangan lokal antara fibrinolisis dan pembekuan. Faktor jaringan Sel stroma
endometrium dan plasminogen activator inhibitor (PAI)-l mempromosikan
pembekuan dan membantu menyeimbangkan proses fibrinolitik. Pada awal
menstruasi, trombosit intravaskular menyumbat, dan kemudian, pembentukan trombi
pada permukaan yang tumpah, membantu untuk membatasi kehilangan darah.
Pentingnya mereka untuk hemostasis pada endometrium menstrual dapat
diperkirakan dari peningkatan volume kehilangan darah menstruasi yang terlihat pada
wanita dengan trombositopenia dan penyakit von Willebrand. Pada akhirnya,
bagaimanapun, penghentian perdarahan menstruasi tergantung pada vasokonstriksi
pada arteriol spiral yang mengalami denudasi pada lapisan basal endometrium, dan
juga mungkin di arteri radialis dari miometrium superfisial. Endotelin merupakan
vasokonstriktor long-acting yang poten pada otot polos pembuluh darah yang
diproduksi oleh sel-sel endotel, stroma, dan kelenjar endometrium. Endometrium
menstrual mengandung endothelins dan prostaglandin dalam konsentrasi tinggi, yang
bersama-sama menyebabkan vasokonstriksi yang kuat pada arteriol spiral
Kontraksi miometrium yang dikaitkan dengan peristiwa menstruasi sangat
mungkin mencerminkan aksi dari prostaglandin F2α, tapi berbeda dengan perdarahan
postpartum, kontraksi miometrium tidak memiliki arti penting untuk kontrol
perdarahan menstruasi.
Re-epitelisasi permukaan juga berkontribusi terhadap hemostasis pada
endometrium menstrual. Proses ini terjadi sangat cepat, dimulai pada mulut bagian
basal kelenjar residual di daerah yang sebaliknya benar-benar terdenudasi, dan
menyebar ke luar. Daerah perifer rongga pada isthmus dan dekat ostium tuba (yang
tidak meluruh selama menstruasi) juga berkontribusi terhadap resurfacing-
nya(pembuatan permukaan baru). Umumnya, pada siklus hari ke 5, daerah proliferasi
epitel yang tersebar ini berkumpul dan menyatu; perdarahan berhenti sama sekali
hanya bila permukaan epitel yang baru telah selesai dibentuk. Mekanisme yang
mengatur tahap awal perbaikan jaringan dan peran yang dimiliki estrogen ini, jika
ada, masihlah belum pasti. Dalam beberapa hari pertama dari siklus baru, kadar
estrogen yang bersirkulasi dan konsentrasi reseptor estrogen dan progesteron
endometrial adalah rendah dan tidak berubah dari tingkat pramenstruasinya. Selain
itu, bahkan setelah ooforektomi dan denudasi endometrial yang kuat, penyembuhan
endometrium, menunjukkan bahwa fase awal perbaikan jaringan adalah umumnya
tidak tergantung pada estrogen.
Stroma ber-regenerasi dari sel induk yang terletak di lapisan basal
endometrium, tetapi hanya setelah epitel permukaan yang konfluen telah dipulihkan.
Pembuluh darah endometrium yang rusak dengan cepat diperbaiki. Pertumbuhan
pembuluh darah baru dan aktivitas mitosis di semua bagian endometrium manusia
yang mengalami regenerasi bertepatan dengan meningkatnya kadar estrogen serum
dan meningkatnya konsentrasi reseptor estrogen dan progesteron endometrium.
Metalloproteinase Matriks terdapat pada endometrium menstrual dan protease lainnya
mungkin merupakan mediator penting dari pelepasan dan aktivasi faktor
pertumbuhan yang diperlukan untuk perbaikan endometrium. Faktor pertumbuhan
endotel vaskular merupakan promotor penting dari mitosis endometrial dan dapat
diinduksi oleh tumor necrosis factor (TNF)-α, TGF-β, dan insulin-like growth factor-
1. Bukti eksperimental yang berasal dari sistem model menunjukkan bahwa activins
dan anggota superfamili TGF-β lainnya juga mungkin memainkan peran.
Ada dua alasan dasar mengapa perdarahan menstruasi normal adalah bersifat self-
limited(bisa berhenti sendiri)
1. sebagai respon terhadap penghentian estrogen-progesteron yang simultan,
peluruhan endometrium bersifat universal. Karena onset dan akhir dari menstruasi
berhubungan dengan peristiwa hormonal siklik yang terorganisir, perubahan
menstruasi terjadi secara seragam, disepanjang rongga endometrium. Peluruhan
lapisan fungsional dan paparan dari lapisan regeneratif basal endometrium
menstimulasi terjadinya koagulasi, vasokonstriksi, dan mekanisme rekonstruksi
epitelial yang secara efektif membatasi volume dan durasi perdarahan.
2. Sebagai respon terhadap stimulasi estrogen-progesteron sekuensial yang siklik,
pertumbuhan dan perkembangan epitel endometrium, stroma, dan mikrovaskulatur
secara struktural stabil dan pemecahan acak dihindari. Urutan peristiwa yang
menyebabkan disintegrasi enzimatik dari endometrium berlangsung secara teratur dan
sinkron. Endometrium tidak hanya diperbaiki, tapi benar-benar direnovasi, secara
berkala.
Respons Endometrium terhadap Hormon steroid: secara fisiologis dan
farmakologis
Perdarahan menstruasi normal yang terjadi pada akhir suatu siklus ovulasi merupakan
aibat dari penghentian estrogen-progesteron. Mekanisme yang sama beroperasi -
ketika korpus luteum diangkat atau ketika dukungan gonadotropin yang tiba-tiba
terganggu selama fase luteal, seperti dengan pengobatan yang menggunakan
antagonis gonadotropin-releasing hormone (GnRH). Contoh lainnya termasuk
perdarahan yang mengikuti penghentian estrogen dan progesteron pada wanita yang
menerima terapi hormon postmenopause siklik dan perdarahan yang datang di akhir
dari siklus standar pengobatan dengan kontrasepsi estrogen-progestin. Perdarahan
yang mengikuti penghentian estrogen-progesteron umumnya, teratur, dapat
diprediksi, dan konsisten dalam hal volume dan durasinya. Namun, penghentian
estrogen-progesteron bukan satu-satunya pola dari sinyal hormon steroid yang dapat
memprovokasi perdarahan endometrium. Perdarahan juga dapat dihasilkan dari
penghentian estrogen, pemecahan estrogen, penghentian progestogen, dan pemecahan
progestogen.
Perdarahan akibat penghentian Estrogen
Salah satu contoh klinis dari perdarahan akibat penghentian estrogen adalah
yang mungkin mengikuti ooforektomi bilateral selama fase folikuler dari siklus.
Perdarahan yang terjadi setelah pengangkatan ovarium dapat ditunda dengan terapi
estrogen eksogen, tapi akan terjadi ketika pengobatan dihentikan. Contoh lainnya
termasuk terapi hormon yang hanya menggunakan estrogen saja secara siklik pada
wanita menopause atau yang dikebiri dan pendarahan pertengahan siklus yang dapat
menyertai penurunan sementara tapi mendadak dalam kadar estrogen segera sebelum
ovulasi.
Perdarahan akibat pemecahan Estrogen
Contoh klinis terbaik dari perdarahan akibat pemecahan estrogen adalah pola
perdarahan yang berbeda dari yang terlihat pada wanita dengan anovulasi kronis.
Jumlah dan durasi perdarahan akibat pemecahan estrogen dapat sangat bervariasi,
tergantung pada jumlah dan durasi stimulasi unopposed estrogen (tidak ada
tandingannya) yang diterima oleh endometrium. Tingkat paparan estrogen kronis
yang relatif rendah biasanya mengakibatkan bercak atau pewarnaan intermiten yang
umumnya volumenya kecil tetapi mungkin justru berkepanjangan, stimulasi estrogen
tingkat tinggi yang terus terjaga umumnya mengakibatkan Interval amenore yang
panjang diselingi oleh episode akut perdarahan yang seringkali dalam jumlah banyak
yang durasinya bervariasi.
Perdarahan akibat penghentian Progestogen
Perdarahan akibat penghentian Progestogen terlihat ketika pengobatan dengan
progesteron eksogen atau progestin sintetis dihentikan. Perdarahan akibat
penghentian Progestogen biasanya terjadi hanya ketika endometrium pertama kali
dipaparkan dengan estrogen endogen atau eksogen. Jumlah dan durasi perdarahan
dapat sangat bervariasi dan umumnya berkorelasi dengan tingkat dan durasi estrogen
sebelumnya yang merangsang proliferasi endometrium. Pada wanita dengan tingkat
estrogen marjinal hingga yang sangat rendah atau interval amenore yang pendek,
perdarahan umumnya ringan dan sedikit dan mungkin tidak terjadi sama sekali. Pada
mereka dengan kadar estrogen yang tetap tinggi atau interval amenore yang tetap
panjang, perdarahan bisa saja berat dan agak lama, tetapi tetap bersifat self-limiting.
Diantara keadaan yang ekstrem, jumlah dan lamanya perdarahan yang diinduksi oleh
penghentian progestogen biasanya mirip dengan yang terlihat pada akhir siklus
ovulasi normal. Pada wanita yang menerima terapi hormon siklik dengan estrogen
dan progestin eksogen, perdarahan akibat penghentian progestin bahkan jika
pengobatan estrogen tetap diteruskan, perdarahan akibat penghentian progestin dapat
ditunda, tetapi hanya jika kadar estrogen meningkat 10-20 kali lipat.
Perdarahan akibat pemecahan Progestogen
Perdarahan akibat pemecahan progestogen terjadi ketika rasio progestogen dengan
estrogen secara tidak menyenangkan cukup tinggi. Kecuali ada estrogen yang cukup
untuk menyeimbangkan aksinya, pengobatan yang kontinyu dengan progesteron
eksogen atau progestin sintetis akan mengakibatkan perdarahan intermiten dari
berbagai durasi yang umumnya ringan, sebuah pola yang sangat mirip dengan
perdarahan akibat pemecahan estrogen tingkat rendah seperti yang dijelaskan di atas.
Contoh klinis dari perdarahan akibat pemecahan progestogen adalah perdarahan yang
terlihat pada wanita yang menggunakan kontrasepsi "pil mini" yang hanya
mengandung progestin saja(progestin-only) atau metode kontrasepsi long-acting
progestin-only lainnya (implan progestin, depot medroksiprogesteron asetat).
Pendarahan akibat pemecahan ini yang terlihat pada wanita yang menggunakan
kombinasi kontrasepsi estrogen-progestin juga merupakan bentuk perdarahan akibat
pemecahan progestogen. Meskipun semua rejimen kontrasepsi estrogen-progestin
mengandung jumlah farmakologis dari estrogen dan progestin, komponen progestin
selalu menjadi hormon yang dominan dan efek bersihnya pada endometrium sangat
bersifat progestasional.