perdarahan trimester lanjut

18
PLASENTA PREVIA A. PENGERTIAN Plasenta previa adalah suatu keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir ( astium uteri internal). ( Mochtar, R. 1998). Plasenta previa merupakan pendarahan yang terjadi pada implantasi plasenta, yang menutupi sebagian atau seluruh astium uteri internum. ( Manuaba, 2008). Plasenta previa terjadi jika plasenta tumbuh ditempat yang rendah, didaerah penipisan – pembukaan pada segmen bawah rahim. Karena itu plasenta terletak lebih rendah dari janin ( mendahului letak janin) dan dapat menghalangi pelahiran pervaginam. ( Benson, R. C. 2008 : 329) B. TANDA DAN GEJALA Tanda klasifikasi plasenta previa adalah pendarahan per vagina yang tidak menimbulkan nyeri dari trimester dua sampai aterm. Pendarahan awal mungkin sedikit tetapi seiring

Upload: helnida-zaini-kaderi

Post on 18-Dec-2015

12 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

BBBBBBBBBBBBB

TRANSCRIPT

PLASENTA PREVIA

A. PENGERTIANPlasenta previa adalah suatu keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir ( astium uteri internal). ( Mochtar, R. 1998).Plasenta previa merupakan pendarahan yang terjadi pada implantasi plasenta, yang menutupi sebagian atau seluruh astium uteri internum. ( Manuaba, 2008).Plasenta previa terjadi jika plasenta tumbuh ditempat yang rendah, didaerah penipisan pembukaan pada segmen bawah rahim. Karena itu plasenta terletak lebih rendah dari janin ( mendahului letak janin) dan dapat menghalangi pelahiran pervaginam. ( Benson, R. C. 2008 : 329)

B. TANDA DAN GEJALATanda klasifikasi plasenta previa adalah pendarahan per vagina yang tidak menimbulkan nyeri dari trimester dua sampai aterm. Pendarahan awal mungkin sedikit tetapi seiring kemajuan kehamilan, hemoragi mungkin akan semakin berat.Apabila plasenta tumbuh pada segmen bawah uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks idak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat disitu tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari dinding uterus. Pada saat itu mulailah terjadi pendarahan.Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul. Apabila presentasi kepala, biasanya kepalanya masih terapung diatapangs pintu atas panggul, tidak jarang terdapat kelainan letak janin, seperti letak lintang atau letak sungsang.

C. ETILOLOGI DAN PREDISPOSISI1. Umur dan paritas Pada primigrovida, umur diatas 35 tahun lebih sering daripada umur di bawah 25 tahun. Lebih sering pada paritas tinggi dari paritas rendah. Di indonesia, menurut Tora, plasenta previa banyak di jumpai pada umur muda dan paritas kecil ; hal ini disebabkan banyak wanita indonesia menikah pada usia muda dimana endometriuum masih belum matang (inferior).2. Hipoplasia endomentrium : bila kawin dan hamil pada umur muda.3. Endometrium cacat pada bekas persalinan berulang berulang, bekas operasi kuretase, dan manuak plasenta.4. Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima hasil konsepsi.5. Tumor tumor sepeti mloma uteri, polip endometrium6. Kadang kadang pada malnutrisi

D. KOMPLIKASI Prolaps tali pusat Prolaps plasenta Plasenta melekat, sehingga harus di keluarkan manual dan kalau perlu dibershikan dengan kerokan. Robekan robekan jalan lahir karena tindakan. Pendarahan post partum Infeksi karena pendarahan yang banyak. Bayi prematur atau lahir mati.

E. PATOFISIOLOGIPendarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa umumnya terjadi pada triwulan ketiga karena saat itu segmen bawah uterus lebih mengalami perubahan berkaitan dengan semakin tuanya kehamilan, segmen bawah uterus akan semakin melebar, dan serviks mulai membuka. Pendarahan ini terjadi apabila plasenta terletak diatas astium uteri interna atau dibagian bawah segmen rahim. Pembentukan segmen bawah rahim dan pembukaan ostium interna akan menyebabkan robekan plasenta pada tempat perlekatannya.Darah yang berwarna merah segar, sumber pendarahan dari plasenta previa ini ilaha sinis uterus yang robek karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Pendarahannya tidak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi mengehentikan pendarahan tersebut, tidak sama dengan serabut otot uterus menghentikan pendarahan pada kala III pada plasenta, maka plasenta yang letaknya normal. Semakin rendah letak plasenta, maka semakin dini pendarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini daripada plasenta letak rendah yang mungkin baru berdarah setelah persalinan di mulai

F. PENANGANANDalam skema menghadapi plasenta preva dapat dilakukan tindakan oleh bidang yang menghadapinya dengan cara berikut :1. Pasang infus dengan cairan pengganti ( Chlores, Laktat Ringer, Glukosa Ringer)2. Jangan melakukan pemeriksaan dalam karena akan berakibat pendarahan bertambah banyak.3. Segera melakukan tindakan rujukan ke rumah sakit dengan fasilitas yang cukup untuk tindakan operasi dan sebagainya.Disamping itu bila terpaksa melakukan persalinan pada janin dalam keadaan prematuritas maka diperlukan asuhan neonatus di unit perawatan intensif. Dalam kasus yang sangat istimewa. Misalnya prematuritas, dan setelah di lakukan pemeriksaan dalam dikamar operasi ternyata ditemukan plasenta previa marginalis, dapat dilakukan terapi memecah ketuban untukmenghentikan pendarahan.Tekanan bagian terendah janin akan menekan plasenta prebia sehingga pendarahan berhenti. Dalam hal ini seolah olah janin dikorbankan karena memang keadaannya sangat inferior sehingga kehidupan dapat dipastikan tidak terlalu lama. Tujuannya untuk menyelamatkan jiwa ibunya dari morbiditas serta mortalitas yang lebih tinggi.

SumberBenson, R.C. 2008. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta:EGCMangkuji, B. 2012. Asuhan Kebidanan : 7 Langkah SOAP. Jakarta:EGCManuaba, I.B.G. 2008. Gawat darurat obstetri Ginekologi dan Obstetri Ginekologi Sosial untuk Profesi Bidan. Jakarta:EGCMochtar, R. 1998. Sinopsi Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. Jakarta:EGCPrawihardjo, S. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta:YBP Sarwono Prawirohardjo.

SOLUSIO PLASENTA

A. PENGERTIANSolusio plasenta adalah suatu keadaan dimna plasenta yang letaknya normal terlepas dari perlengketannya sebelum janin lahir. Biasanya dihitug sejak kehamilan 28 minggu. (Prawirohardjo, 2006:279)Solusio plasenta didefinisikan sebagai pelepasan plaseta dari tempat implantasi normal sebelum kelahiran janin. (Benson, R. 2008)

1. Solusio plasenta ringanPerdarahannya kurang dari 500 cc dengan lepasnya plasenta kurang dari seperlima bagian. Perut ibu masih lmas sehingga bagian janin mudah diraba. Tanda gawat janin belum tampak dan terdapat perdarahan hitam pervaginam.2. Solusio plasenta sedangLepasnya plasenta antara seperempat sampai dua pertiga bagian dengan perdarahan sekitar 1.000 cc. Perut ibu tegang dan bagian janin sulit diraba. Janin sudah mengalami gawat janin berat sampai IUFD. Pemeriksaan dalam menunjukan ketuban tegang. Tanda persalinan telah ada dan dapat berlangsung cepat sekitar 2 jam.3. Solusio plasenta beratLepasnya plasenta sudah melebihi dua pertiga bagian. Perut nyeri dan tegang dan bagian janin sulit diraba, perut seperti papan. Janin sudah mengalami gawat janin bera sampai IUFD. Pada saat ini gangguan ginjal sudah mulai tampak.

B. TANDA DAN GEJALAGejala klinis solusio plasenta meliputi perdarahanyang disertai rasa sakit. Begantung pada jumlah darah retroplasenter, dapat menimbulkan gangguan kardiovaskuler ibu, ketegangan perut ringan sampai berat, dan gangguan janin asfiksia ringan sampai IUFD. Dapat juga terjadi gangguan pembekuan darah, gangguan organ vital (jantung, ginjal dan hati).

C. ETIOLOGI1. Usia ibu ( < 20 tahun atau > 35 tahun)Usia ibu menentukan apakah alat reproduksi ibu sudah matang atau tidak mampu lagi untuk mengandung.2. Anemia, mempengaruhi nutrisi ibu saat hamil dan implantasi plasenta.3. Tali pusat yang pendek karena pergerakan janin yang banyk atau bebas.

D. PREDISPOSISI1. Trauma abdomen2. Ibu dengan multiparitas, makin kurang baik endometrium ibu sebagai temapt implantasi plasenta.3. Hipertensi, karea desakan darah tinggi, maka pembuluh darah mudh pecah, kemudian terjadi hematoma retroplasenter dan plasenta sebagian terlepas.

E. KOMPLIKASI1. PerdarahanPerdarahan antepartum dan intra partum pada solusio plasenta hampir tidak dapat dicegah, kecuali dengan menyelesaikan persalinan segera.2. Kelainan pembekuan darah.Masuknya tromboplastin kedalam peredaran darah ibu akibat terjadinya pembekuan darah retroplasenter, sehingga terjadi pembekuan darah intravaskular dimana-mana, yang akan menghabiskan faktor-faktor pembekuan darah lainnya, terutama fibrinogen.3. Oliguria Terjadinya oligura belum dapat diterangkan dengan jelas. Sangat mungkin berhubungan dengan hipovolemi dan penyempitan pembuluh darah ginjal akibat perdarahan yang banyak.4. Gawat janin5. Solusio plasenta sedang dan berat

F. PATOFISIOLOGIPerdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang membentuk hematoma pada desidua, sehingga plasenta terdesak dan akhirnya terlepas. Biasanya perdarahan akan berlangsung terus-menerus karena otot uterus yang telah meregang oleh kehamilan itu tidak mampu untuk lebih berkontraksi menghentikan perdarahannya. Akibatnya, hematoma retroplasenter akan bertambah besar, sehingga sebagian atau akhirnya seluruh plasenta terlepas dari dinding uterus.

G. PENANGANANTindakan yang dilakukan untuk mengatasi kondisi ini adalah menghindari gangguan pembekuan darah dengan transfusi masif dan pemberian fibrinogen jumlah cukup. (Manuaba, 2008)Tindakan spesifik :1. Derajat 1Jika pasien tidak dalam persalinan, tindakan menunggu dengan pengawasan ketat merupakan indikasi, karena banyak kasus perdarahan akan berhenti secara spontan. Jika persalinan mulai terjadi, siapkan persalinan pervaginam jika tidak ada komplikasi lebih lanjut.2. Derajat 2Siapkan persalinan pervaginam jika persalinan diperkirakan akan terjadi dalam waktu sekitar 6 jam, terutama jika janin mati. Seksio sesarea sebaiknya dilakukan jika terdapat bukti kuat adanya gawat janin dan bayi mungkin hidup.3. Derajat 3Pasien selalu dalam keadaan syok, janin sudah mati, uterus tetanik dan mungkin terdapat defak koagulasi. Setelah memperbaiki koagulopati, lahirkan pervaginam jika dapat dikerjakan dalam waktu sekitar 6 jam. Persalinan pervaginam tampaknya paling baik untuk pasien multipara. Jika tidak, kerjakan seksio sesarea. (Benson, R. 2008)

SUMBER :Benson, R. 2008. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta:EGCManuaba, I.B.G. 2008. Gawat-Darurat Obstetri-Ginekologi dan Obstetri-Ginekologi Sosial untuk Profesi Bidan. Jakarta:EGCWinkjosastro, H. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

RUPTUR UTERI

A. PENGERTIANRuptur uteri adalah robekan atau diskontinuitas dinding rahim akibat dilampauinya daya regang miometrium. (Prawirohardjo, 2008)

Janis ruptur uteri :Bentuk ruptur uteri meliputi :1. Ruptur uteri kompletus Dinding dan peritoneum yang melapisinya terbuka Terjadi hubungan langsung kavum uteri dengan rongga abdomen Janin dan plasenta terlempar dari kavum uteri Janin dan plasenta terdapat didalam rongga abdomen2. Ruptur uteri inkompletus Dinding otot rahim terbuka Peritoneum penutup dinding uterus tetap utuh sebagai pembatas antara kavum uteri dan rongga abdomen Janin ditutupi oleh lapisan peritoneum Terjadi hematoma disekitar luka dinding uterus

Ruptur uteri spontan terjadi pada dinding uterus yang masih utuh dan terjadi akibat trauma lagsung pada dinding uterus; Ruptur uteri violenta atau traumatik terjadi saat pertolongan persalinan yang berat pada dinding uterus abdomen yang masih utuh. Kondisi ini dapat terjadi akibat pertolongan dukun dengan kekuatan dorongan, atau akibat tindakan pertolongan persalinan per vaginam; Ruptur uteri inkompletus terjadi karena terbukanya dinding otot rahim. Peritoneum penutup dinding uterus tetap utuh sebgai pembatas antara kavum uteri dan rongga abdomen. Janin ditutupi oleh lapisan peritoneum dan terjadi hematoma sekitar dinding uterus; Ruptur uteri sikratik, adalah ruptur uteri spontan/violenta yang terjadi pada bekas sikratik dinding uterus. Pada bekas seksio sesarea atau operasi dinding uterus (enokliasi mioma), pada bekas seksio sesarea korpore terjadi ruptur uteri lebih sering (4 kali) dibandingkan dengan seksio sesarea profunda.

B. TANDA DAN GEJALAGejala klasik ruptur uteri adalah perdarahan selama persalinan, nyeri suprapubik dan nyeri tekan, penghentian kontraksi uterus, hilangnya denyut jantung janin, mundurnya bagian terbawah janin atau perdarahan per vaginam. Segera diikuti dengan hematoperitoneum dan syok hipovolemik.

C. ETIOLOGI DAN PREDISPOSISI1. Pertolongan persalinan oleh dukun : karena pertolongan persalinan oleh dukun dilakukan dengan kekuatan dorongan.2. Kombinasi paritas tinggi dan usia > 30 tahun : keadaan uterus sudah tidak baik lagi.3. Bekas parut pada dinding uterus : riwayat persalinan dengan luka 4. Seksio sesarea yang belum pulih.

D. KOMPLIKASIKomplikasi ruptur uteri adalah perdarahan, syok, infeksi, trauma kandung kemih atau ureter, tromboplebitis, koagulasi intravaskular diseminata, hidup dapat terjadi infertilitas atau sterilitas.

E. PATOFISIOLOGIPada umumnya uterus terbagi atas dua bagian : korpus uteri dan serviks uteri. Batas keduanya disebut ismus uteri ( 2-3 cm) pada rahim yang tidak hamil. Bila kehamilan sudah kira-kira 20 minggu, dimana ukuran janin sudah lebih besar dari ukuran kavum uteri, aka mulailah terbentuk SBR ismus ini. Batas antara korpus yang kontraktil dan SBR yang pasif disebut lingkaran dari Bandl. Lingkaran Bandl ini di anggap fisiologik bila terdapat pada 2-3 jari di atas simfisis, bila meninggi maka kita harus waspada terhadap kemungkinn adanya ruptura uteri mengancam (RUM).Pada waktu in-partu, korpus uteri mengdkan kontraksi sedang SBR tetap pasif dan serviks menjadi lunak (effacement dan pembukaan). Bila oleh sesuatu sebab partus tidak dapat maju (obstruksi), sedang korpus uteri berkontraksi terus dengan hebatnya (his kuat), maka SBR yang pasif ini akan tertarik ke atas, menjadi bertambah regang dan tipis. Lingkaran Bandl ikut meninggi, sehingga suatu waktu terjadilah robekan pada SBR tadi ruptura uteri.

F. PENANGANAN1. Perbaiki kehilangan darah dengan pemberian infus IV cairan (NaCl 0,9% atau Ringer Laktat) sebelum tindakan pembedahan.2. Lakukan seksio sesarea dan lahirkan plasenta segera setelah kondsi stabil.3. Jika uterus dapat diperbaiki dengan risiko operasi lebih rendah daripada risiko pada histerektoi dan ujungruptura uterus tidak nekrosis lakukan histerorafi. Tindakan ini akan mengurangi waktu dan kehilangan darah saat histerektomi.4. Jika uterus tidak dapat diperbaiki lakukan histerektomi supravaginal atau histerektomi total jika didapatkan robekan sampai serviks dan vagina.

SUMBER :Benson, R. 2008. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta:EGCManuaba, I.B.G. 2008. Gawat-Darurat Obstetri-Ginekologi dan Obstetri-Ginekologi Sosial untuk Profesi Bidan. Jakarta:EGCSaifuddin, A. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono PrawirohardjoWinkjosastro, H. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo