percobaan i

24
PERCOBAAN I IDENTIFIKASI DAN CARA PEMISAHAN OBAT A. TUJUAN PERCOBAAN Memberikan keterampilan dan pengetahuan kepada mahasiswa tentang cara identifikasi, pemurnian dan pemisahan obat. B. LANDASAN TEORI Metode spektroskopi dapat digunakan untuk analisis kuantitatif zat-zat pengabsorbsi maupun zat-zat bukan pengabsorbsi. Analisis spektrofotometri berguna untuk senyawa organic yang mengandung satu atau lebih gugus kromofor. Sejumlah zat-zat anorganik juga mengabsorpsi dan secara langsung dapat ditentukan dengan baik, seperti beberapa logam-logam transisi. Juga sejumlah zat lain memperlihatkan sifat absorpsi. Contoh, ion-ion nitrit, nitrat, dan kromat; osmium dan ruthenium tetroxide; molekul yodium; dan ozon. Faktor-faktor yang mempengaruhi absorbsi meliputi jenis pelarut, pH larutan,

Upload: rahmatiamuru

Post on 06-Aug-2015

200 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Percobaan i

PERCOBAAN I

IDENTIFIKASI DAN CARA PEMISAHAN OBAT

A. TUJUAN PERCOBAAN

Memberikan keterampilan dan pengetahuan kepada mahasiswa tentang cara

identifikasi, pemurnian dan pemisahan obat.

B. LANDASAN TEORI

Metode spektroskopi dapat digunakan untuk analisis kuantitatif zat-zat

pengabsorbsi maupun zat-zat bukan pengabsorbsi. Analisis spektrofotometri berguna

untuk senyawa organic yang mengandung satu atau lebih gugus kromofor. Sejumlah

zat-zat anorganik juga mengabsorpsi dan secara langsung dapat ditentukan dengan

baik, seperti beberapa logam-logam transisi. Juga sejumlah zat lain memperlihatkan

sifat absorpsi. Contoh, ion-ion nitrit, nitrat, dan kromat; osmium dan ruthenium

tetroxide; molekul yodium; dan ozon. Faktor-faktor yang mempengaruhi absorbsi

meliputi jenis pelarut, pH larutan, suhu, konsentrasi elektrolit yang tinggi, dan

adanya zat penggangu. Pengaruh-pengaruh ini harus diketahui; kondisi analisis harus

dipilih sedemikian hingga absorbsi tidak akan dipengaruhi sedikitpun. Kebersihan

juga akan mempengaruhi absorbsi termasuk bekas jari pada dinding tabung harus

dibersihkan dengan kertas tisu dan hanya memegang bagian ujung atas tabung

sebelum pengukuran. Larutan-larutan standar sebaiknya mempunyai komposisi yang

sama dengan komposisi cuplikan yang sebenarnya dan konsentrasi cuplikan berada

di antara konsentrasi-konsentrasi larutan standar. Jarang sekali menggunakan hanya

Page 2: Percobaan i

satu standar untuk menentukan absorbtivitas molar. Hasil analisis tidak pernah

didasarkan pada harga literature absorbtivitas molar (Sumar Hendayana, 1994).

Isolasi dan identifikasi senyawa aktif antimakan dari batang brotowali

(Tinospora tuberculata BEUMEE.) telah dilakukan. Sebanyak 1 kg serbuk kering

batang brotowali diekstraksi secara maserasi dengan pelarut metanol, selanjutnya

ekstrak metanol dipartisi secara berulang-ulang dengan n-heksana sehingga diperoleh

ekstrak metanol dan ekstrak n-heksana. Kedua ekstrak diuapkan dengan penguap

putar vakum sehingga diperoleh ekstrak kental metanol dan ekstrak kental n-heksana

yang selanjutnya diuji aktivitas antimakan. Ekstrak yang lebih aktif dilakukan

pemisahan dengan kromatografi lapis tipis kemudian dilanjutkan dengan

kromatografi kolom menggunakan fase diam silika gel 60 dan fase gerak yang

terbaik dari hasil kromatografi lapis tipis. Fraksi yang didapat diuji aktivitas

antimakan. Selanjutnya ekstrak yang lebih aktif diuji kemurniannya dan

diidentifikasi dengan uji fitokimia dan spektrofotometer UV-vis dan inframerah (I M.

Sukadana, et al., 2007).

Suatu indikator asam-basa adalah suatu senyawa organic yang berubah warna

dengan berubahnya pH. Senyawa ini paling sering dijumpai sebagai indikator titik

akhir titrasi. Kertas uji, seperti kertas lakmus, dibasahi dengan satu senyawa ini atau

lebih. Dua indikator yang khas ialah jingga metil dan fenolftalein. Jingga metil

berwarna merah dalam larutan asam dengan pH kurang dari 3,1. Dalam larutan

dengan pH di atas 4,4 zat ini berwarna kuning. Sebaliknya, fenolftalein berubah

warna pada pH di atas 7. Sampai pH = 8,3, fenolftalein tak berwarna. Pada pH = 10

zat ini berwarna merah. Dalam larutan basa kuat, zat ini kembali tak berwarna.

Page 3: Percobaan i

Indikator berubah warna karena system kromofornya diubah oleh reaksi asam-basa.

Pada fluoresensi, suatu senyawa yang menyerap cahaya yang berada dalam rentang

panjang gelombang cahaya tampak akan terlihat berwarna. Bila senyawa yang sama

memancarkan cahaya pada suatu panjang gelombang yang berlainan, senyawa itu

akan tampak berwarna dua, atau berfluoresensi. Suatu contoh senyawa fluoresensi

ialah fluoresein, yang pernah digunakan untuk menandai pesawat terbang yang jatuh

di laut. Dalam larutan air dan dengan adanya cahaya, fluoresein kelihatan merah

dengan fluoresensi kuning-hijau yang kuat. Kemiluminensi adalah suatu gejala dalam

mana suatu reaksi kimia menghasilkan produk-produk yang mengandung molekul

tereksitasi dan kembalinya produk-produk tereksitasi ini ke keadaan dasar, diikuti

dengan pancaran cahaya. Suatu contoh yang dikenal ialah cahay kunang-kunang,

yang disebabkan oleh oksidasi enzimatik dari lusiferin kunang-kunang (Ralp J.

Fessenden dan Joan S. Fessenden,1986).

Sulfonamida adalah turunan dari p-aminobenzensulfonamid (sulfanilamid),

suatu senyawa khas yang tersubstitusi pada N1 atau N4, yang digunakan secara luas

untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri Gram-positif dan Garam-

negatif tertentu , beberapa jamur dan protozoa. Golongan ini efektif terhadap

penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme, seperti Actinomycetes sp., Bacillus

anthracis, Brucella abortus, Corinebacterium diphtheria, Calymmantobacterium

granulomatis, Chlamydia trachomatis, Escherichia coli, Hemophylus influenza,

Nocardia asteroids, Proteus mirabilis, Pseudomonas pseudomallei, Staphylococcus

aureus, Streptococcus pneumonia, S. pyogenes, Shigell flexneri,Neisseria

gonorrheae dan Vibrio cholera. Sulfonamida mempunyai struktur mirip dengan asam

Page 4: Percobaan i

p-aminobenzoat, suatu asam yang diperlukan untuk biosintesis koenzim asam folat

dalam tubuh bakteri atau protozoa. Sulfanamid , penyerapan dalam saluran cerna

cepat dan sempurna, kadar darah maksimal dicapai 1-2 jam setelah pemberian oral.

Disbanding turunan sulfonamida aktivitas antibakterinya lebih rendah. Sulfanilamid

lebih sering digunakan secara setempat oleh karena obat dan bentuk asetilnya

menimbulkan kristalisasi pada ginjal. Pada pemberian secara oral, obat harus

dikombinasi dengan natrium bikarbonat 1-4 g disertai dengan minum air yang

banyak. Dosis oral awal : 0,1 g/kg bb, diikuti dengan 1/6 dosis awal, setiap 4 jam,

sampai infeksi terkendali. Salah satu efek samping turunan sulfonamida adalah

kerusakan ginjal yang disebabkan karena pembentukan Kristal yang sukar larut di

ginjal oleh metabolit sulfanilamid dan asetil sulfanilamid (Siswandono & Bambang

S., 1995).

Vitamin adalah sekelompok senyawa organik berbobot molekul kecil yang

memiliki fungsi vital dalam metabolisme organisme. Nama ini berasal dari gabungan

kata latin vita yang artinya hidup dan amina (amine) yang mengacu pada suatu gugus

organik yang memiliki atom nitrogen (N), karena pada awalnya vitamin dianggap

demikian. Kelak diketahui bahwa banyak vitamin sama sekali tidak memiliki atom

N. Vitamin C adalah kristal putih yang larut dalam air. Dalam keadaan kering

vitamin C cukup stabil, tetapi dalam keadaan larut, vitamin C mudah rusak karena

bersentuhan dengan udara (oksidasi) terutama bila terkena panas. Oksidasi dipercepat

dengan kehadiran tembaga dan besi. Vitamin C tidak stabil dalam larutan alkali,

tetapi cukup stabil dalam larutan asam. (Schumm,1992).

Page 5: Percobaan i

Penggunaan bahan kimia sebagai bahan tambahan pada makanan (food

additive) saat ini sering ditemui pada makanan dan minuman. Salahsatu bahan

tambahan pada makanan adalah pengawet bahan kimia yang berfungsi untuk

memperlambat kerusakan makanan, baik yang disebabkan oleh mikroba pembusuk,

bakteri, ragi maupun jamur dengan cara menghambat, mencegah, menghentikan

proses pembusukan dan fermentasi dari makanan (Husni E., 2007).

Banyak senyawa kimia yang mempunyai sifat fotoluminisensi, yakni senyawa

kimia trsebut dapat dieksitasikan oleh cahaya dan kemudian memancarkan kembali

sinar yang panjang gelombangnya sama atau berbeda dengan panjang gelombang

semula (panjang gelombang eksitasi). Ada dua peristiwa fotoluminisensi, yaitu

fluoroesensi dan fosforisensi. Pada fluoroesensi, pemancaran kembali sinar oleh

molekul yang telah menyerap energi sinar oleh molekul yang telah menyerap energi

sinar terjadi dalam waktu yang sangat singkat setelah penyerapan (10-8 detik). Jika

penyinaran kemudian dihentikan pemancaran kembali oleh molekul tersebut juga

berhenti. Fluoroesensi berasal dari transisi antara tingkat – tingkat energi elektronik

singlet dalam suatu molekul. Molekul-molekul yang mampu berfluoroesensi yaitu

sistem ikatan rangkap terkonjugasi memiliki struktur yang planar dan kaku sehingga

akan mampu menyerap secara kuat di daerah 200 – 800 nm pada radiasi

elektromagnetik. Senyawa – senyawa yang mempunyai ikatan rangakp terkonjugasi

ini merupakan calon (kandidat) senyawa yang mampu berfluoroesensi. Modifiasi

struktur terhadap senyawa – senyawa ini dapat menurunkan atau meningkatkan

intensitas fluoroesensi, tergantung pada sifat dan letak gugus substituen (Gandjar,

2007).

Page 6: Percobaan i

C. ALAT DAN BAHAN

1. Alat

Tabung reaksi

Pipet tetes

Lumpang dan alu

Korek api

Tang tabung reaksi

Hot plate

Gelas kimia 250 ml

Spektrometer UV VIS

2. Bahan

Vitamin C

Asam salisilat

FeCl3

Asetosal

Etanol

Trisulfa

Asam salisilat

H2SO4

KbrO3

HCl

Methanol

Page 7: Percobaan i

NaNO3

Aquades (H2O)

Kanji

Alfa-naftol dalam alkohol

Efedrin HCl

Page 8: Percobaan i

D. PROSEDUR KERJA

1. Organoleptis

- Dikecap (dirasa)

Rasa Asam

2. Fluoresensi di bawah sinar ultra violet

- Dimasukkan kedalam cawan poselen

- Di serbukkan

- Diamati di bawah sinar Ultra Violet

Berfluoresensi Ungu

3. Golongan karbohidrat

- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi

- Dilarutkan dalam air

- Ditambahkan larutan alfa-naftol

dalam alkohol

- Ditambahkan H2SO4

- Diamati

Warna ungu

VITAMIN C

ASAM SALISILAT

KANJI

Page 9: Percobaan i

4. Golongan fenol / salisilat

- Dimasukkan kedalam tabung reaksi

- Ditambahkan sedikit aquades

- Ditambahkan larutan FeCl3

Ungu - Biru

- Dimasukkan kedalam tabung reaksi

- Ditambahkan methanol

- Ditambahkan larutan H2SO4

- Dipanaskan

Bau metil salisilat

5. Golongan pirazolon

- Dimasukkan kedalam tabung reaksi

- Dilarutkan ke dalam aquades

- Ditambahkan larutan HCl

- Ditambahkan NaNO3

Warna kuning

ASAM SALISILAT

ASAM SALISILAT

ANTALGIN

Page 10: Percobaan i

6. Golongan sulfonamide

- Dimasukkan kedalam tabung reaksi

- Dilarutkan ke dalam HCl

- Dicelupkan batang korek api

Warna kuning

- Dimasukkan kedalam tabung reaksi

- Ditambahkan HCl

- Ditambahkan larutan KBrO3

Warna coklat

7. Golongan alkaloid

- Dimasukkan kedalam tabung reaksi

- Ditambahkan H2SO4

- Ditambahkan HCl

Tidak terbentuk endapan

ASAM SALISILATASAM SALISILATASAM SALISILATEFEDRIN HCl

TRISULFA

ASAM SALISILATASAM SALISILATASAM SALISILATTRISULFA

Page 11: Percobaan i

E. HASIL PENGAMATAN

Tabel pengamatan :

No

.

Perlakuan Hasil Pengamatan

1. Vitamin C dirasa Rasa asam

2. Asam salisilat + FeCl3 Warna ungu-biru

3. Asetosal + etanol Warna kuning

4. Trisulfa + HCl + Korek api Warna kuning

5. Trisulfa + H2SO4 + KbrO3 Warna coklat

6. Asam salisilat + Methanol + H2SO4

(dipanaskan)

Bau metil salisilat

7. HCl + NaNO3 + H2O Warna kuning salisilat

8. Kanji dalam air + Alfa-naftol dalam alkohol +

H2SO4

Warna ungu

9. Asam salisilat diamati dibawah sinar Ultra

Violet

Warna ungu

10. Efedrin HCl + H2SO4 Negatif (tidak ada

endapan)

Page 12: Percobaan i

F. PEMBAHASAN

Pada percobaan kali ini kita mengidentifikasi dan memisahkan bahan obat.

Obat merupakan suatu bahan yang digunakan untuk pengobatan, peredaan,

pencegahan atau diagnose suatu penyakit, dengan penggunaan dan dosis tepat. Obat

tersusun oleh bahan – bahan kimia sesuai dosis tertentu memberikan efek terpeutik.

Untuk mengetahui kandungan zat kimia dalam suatu obat dilakukan analisis. Analisis

yang kita gunakan ialah analisis kualitatif yaitu analisis yang bertujuan untuk

mengidentifikasi ada atau tidak adanya suatu zat dalam suatu sampel.

Pada percobaan awal yaitu menganalisis vitamin C. Vitamin C dianalisis

dengan menggunakan metode organoleptis. Metode organoleptis merupakan suatu

analisis kualitatif yang menggunakan organ tubuh khususnya alat-alat indra. Selain

itu pula organoleptis merupakan analisis pendahuluan yang biasanya dianalisis

berupa bau, rasa, dan warna. Berdasarkan percobaan yang kita lakukan diperoleh rasa

yang asam pada vitamin C. Vitamin C memiliki kristal putih yang larut dalam air.

Vitamin C cukup stabil pada saat kering, tetapi dalam keadaan larut vitamin C mudah

rusak karena bersentuhan dengan udara (oksidasi) terutama bila terkena panas.

Vitamin C tidak stabil dalam larutan alkali, tetapi cukup stabil dalam larutan asam.

Oleh karena itu vitamin C memiliki rasa asam.

Percobaan kedua yaitu menganalisis serbuk asam salisilat. Asam salisilat

dianalisis dengan menggunakan fluorometri. Fluorometri ada dua yaitu fluorosensi

dan fosforisensi. Adapun yang kita gunakan pada percobaan ini yaitu fluoroesensi.

Fluoroesensi dilakukan dibawah sinar ultra violet. Alat yang digunakan yaitu

spektrometer UV VIS. Pada proses ini, sampel harus memiliki konsentrasi rendah.

Page 13: Percobaan i

Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya penyerapan radiasi yang tidak seragam.

Senyawa yang memiliki ikatan ranggkap terkonjugasi merupakan senyawa yang

dapat berfluoroesensi. Oleh karena itu, senyawa asam salisilat dapat berfluoroesensi.

Selain itu pula, dikarenakan senyawa asam salisilat dapat menyerap secara kuat di

daerah 200-800 nm pada radiasi elektromagnetik. Hasil yang diperoleh dari

percobaan ini ialah asam salisilat berfluoroesensi ungu.

Percobaan ketiga yang kita lakukan yaitu menganalisis golongan karbohidrat.

Identifikasi karbohidrat dapat menggunakan reeaksi mollich. Reaksi mollich

merupakan reaksi yang umum untuk mengidentifikasi suatu senyawa sebagai

karbohidrat sejati. Prinsip dasarnya ialah pembentukan furfural atau turunannya,

yang disebabkan oleh daya dehidrasi asam sulfat pekat terhadap karbohidrat. Pada

identifikasi ini menggunakan kanji yang digunakan sebagai sampel yang akan diuji.

Selain itupula kita menggunakan alfa-naftol dalm alkohol dikarenakan furfural akan

berkondensasi membentuk senyawa yang berwarna ungu. Berdasarka hasil

pengamatan yang kami peroleh bahwa reaksinya positif berwarna violet. Hal tersebut

menandakan adanya kandungan karbohidrat.

Percobaan keempat ialah mengidentifikasi golongan fenol atau golongan

salisilat. Sampel yang kita gunakan ialah asam salisilat. Hasil pengamatan pertama

yang kami peroleh dari penambahan larutan FeCl3 dalam sampel terjadi perubahan

warna dari berwarna putih menjadi warna ungu-biru. Perubahan warna tersebut

dipengaruhi oleh adanya penambahan larutan FeCl3 pada sampel. Dikarenakan FeCl3

memiliki ion Fe3+ yang mampu membentuk ikatan koordinasi untuk membentuk

senyawa kompleks yang akan menyebabkan sampel menjadi berwarna. Hasil

Page 14: Percobaan i

pengamatan kedua yang kami peroleh dari penambahan methanol dan asam sulfat

kedalam sampel memberikan aroma gondopuro atau metil salisilat setelah

pemanasan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sampel mengandung salisilat positif.

Bau yang dihasilkan tersebut berasal dari reaksi yang terjadi antara asam salisilat,

metanol dan asam sulfat.

Percobaan kelima yang kita lakukan ialah mengidentifikasi golongan

pirazolon. Contoh senyawa obat yang termasuk golongan pirazolon yaitu antalgin.

Berdasarkan hasil pengamatan yang kami peroleh setelah penambahan aquades dan

HCl serta NaNO3 menyebabkan warna sampel menjadi kuning. Warna kuning

tersebut menandakan sampel mengandung salisilat.

Percobaan keenam, kita melakukan identifikasi senyawa obat golongan

sulfonilamide. Senyawa obat yang termasuk golongan sulfonilamide misalnya

novatrium forte, trisulfa, dll. Sulfanilamide merupakan jenis obat yang termasuk

golongan obat anti mikroba. Adapun yang kita gunakan pada percobaan ini ialah

menggunakan obat trisulfa yang akan dianalisis. Analisis yang akan kita gunakan

ialah analisis kualitatif dengan mengunakan reaksi korek api dan uji bromat. Pada

reaksi korek api, dihasilkan warna kuning. Warna kuning tersebut menunjukkan

bahwa adanya asam sulfanilat. Pada reaksi uji bromat, terjadi perubahan warna yaitu

sampel berubah warna menjadi warna coklat.

Percobaan terakhir yaitu mengidentifikasi senyawa golongan alkaloid. Pada

proses ini menggunakan reaksi mayer. Pereaksi mayer mengandung kalium iodida

dan merkuri klorida. Pereaksi mayer yang kami gunakan ialah H2SO4. Dari hasil

pengamatan yang kita lakukan pereaksi mayer yang bereaksi dengan HCl maka tidak

Page 15: Percobaan i

terbentuk endapan. Menurut teori dan percobaan yang dikemukakan oleh para ahli

jika sampel golongan alkaloid ditambahkan pereaksi mayer dan HCl maka akan

terjadi endapan. Namun, hal tersebut bertentangn dengang hasil yang kami peroleh,

kemungkinan percobaan yang kita lakukan terjadi kekeliruan dalam proses

pengindentifikasian.

Page 16: Percobaan i

G. KESIMPULAN

Dapat mengetahui indentifikasi dan cara pemisahan obat dengan

menggunakan metode analisis kualitatif seperti organoleptis, fluoroesensi

dibawah sinar ultra violet, menggunakan berbagai macam pereaksi seperti

pereaksi mayer, H2SO4, HCl, FeCl3, dll.

Page 17: Percobaan i

DAFTAR PUSTAKA

Fessenden, Ralp, J., dan Fessenden, Joan, S., 1986, Kimia Organik, Jakarta:Erlangga.

Gandjar G., et al., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Handayana, Sumar, 1994, Kimia Analitik Instrumen, Semarang: IKIP Semarang

Press.

Husni E., et al., 2007, ‘Analisis Zat Pengawet dan Protein dalam Makanan Siap Saji

Sosis’, Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, vol. 12(2), Hal. 108-111.

Schumm, Dorothy E., 1992, Intisari Biokimia, Binarupa Aksara.

Siswandono, dan Soekardjo, B., 1995, Kimia Medisinal, Surabaya: ErlanggaUniversity Press.

Sukadana, I.M., et al., 2007, ‘ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA

ANTIMAKAN DARI BATANG TUMBUHAN BROTOWALI

(Tinospora tuberculata BEUMEE)’, Jurnal Kimia 1, vol. 1(2), hal. 55-

61.