percobaan 4. kromatografi lapis tipis
DESCRIPTION
Laporan Praktikum Kimia OrganikTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK
Percobaan 4
Kromatografi Lapis Tipis
Isolasi Kurkumin dari Kunyit (Curcuma longa L)
Disusun oleh
Nama : Cinderi Maura Restu
NPM : 10060312009
Shift / kelompok : B / 1
Tanggal Praktikum : 28 Maret 2013
Tanggal Laporan : 4 april 2013
Asisten : Dieni Mardliani,S.Farm
LABORATORIUM KIMIA TERPADU A
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2013
Percobaan 4
Kromatografi Lapis Tipis
Isolasi Kurkumin dari Kunyit (Curcuma longa L)
I. Tujuan :
Dapat melakukan dan menjelaskan teknik-teknik dasar kromatografi
kolom dan kromatografi lapis tipis, dapat menjelaskan prinsip dasar
kromatografi, dan dapat melakukan isolasi campuran senyawa sampai
pemurniannya secara kromatografi kolom.
II. Prinsip :
Pemisahan dua atau lebih senyawa berdasarkan perbedaan migrasi dan
distribusi senyawa tersebut dalam dua fase yang berbeda melalui fase gerak dan
fase diam.
III. Teori dasar :
Kromatografi adalah suatu metode untuk memisahkan senyawa organik
dan anorganik sehingga senyawa tersebut dapat dianalisis dan dipelajari.
Kromatografi adalah suatu metode fisik yang baik untuk mengamati dan
menyelidiki suatu campuran dan pelarutnya. Sebagian orang menggunakan
kromatografi untuk mengetahui komponen apa saja yang terdapat dalam suatu
zat padat atau zat cair. Digunakan juga untuk mengetahui zat-zat yang tidak
dikenal dalam suatu sampel. Digunakan pula untuk menguji keberadaan kokain
dalam urin, alkohol dalam darah, PCB (Polychlorinated benzene) dalam ikan, dan
kandungan timbal dalam sistem perairan. Kromatografi adalah cara pemisahan
dua atau lebih senyawa atau ion berdasarkan pada perbedaan migrasi dan
distribusi seyawa atau ion-ion tersebut di dalam dua fasa yang berbeda. Dua fasa
ini dapat berwujud padat-cair, cair-cair, atau gas-cair. Zat terlarut dalam suatu
fasa gerak, mengalir pada suatu fasa diam. Zat terlarut yang memiliki afinitas
terhadap fasa gerak yang lebih besar akan tertahan lebih lama pada fasa gerak,
sedangkan zat terlarut yang afinitasnya terhadap fase gerak lebih kecil akan
tertahan lebh lama pada fase diam. Dalam kromatografi kertas dan kromatografi
lapis tipis, fase gerak adalah pelarut. Fase diam pada kromatografi kertas adalah
kertas yang menyerap pelarut polar, sedangkan fase diam pada kromatografi
lapis tipis adalah pelat yang dilapisi adsorben tertentu. Kedua jenis pelarut ini
menggunakan aksi kapilaritas untuk menggerakkan pelarut melalui fasa diam.
Jenis kromatografi
a. Kromatografi cair. Fungsinya untuk menganalisis sampel air untuk mengetahui
adanya polutan dalam ekosistem perairan. Digunakan untuk menganalisis logam
senyawa organik dalam larutan. Metoda ini menggunakan zat cair yang akan
mengikat molekul hidrofilik yang tak larut.
b. Kromatografi gas. Fungsinya untuk mendeteksi bom, digunakan dalam bidang
forensik untuk menganalisis serat pada suatu bagian tubuh seseorang,
menganalisis darah yang di temukan di tempat kejadian perkara kriminal,
menganalisis gas-gas volatil (mudah menguap), contohnya minyak atsiri. Gas
helium, digunakan untuk menggerakkan campuran gas agar dapat melalui kolom
yang berisi material adsorben sebagai fasa diam.
c. Kromatografi lapis tipis. Fungsinya untuk mendeteksi residu pestisida atau
insektisida didalam makanan, digunakan dalam bidang forensik untuk
menganalisis komposisi zat pewarna pada serat kain. Metoda ini menggunakan
suatu material absorben pada plat kaca, plastik atau alumunium tipis.
Merupakan metoda sederhana yang cepat untuk menguji kemurnian suatu
senyawa organik.
d. Kromatografi kertas. Fungsinya untuk memisahkan asam amino dan anion,
sidik jari RNA, pemisahan dan pengujian histamin, antibiotik, metoda ini
menggunakan potongan kertas sebagai fasa diam. Aksi kapilaritas pada serat
kertas digunakan untuk menarik pelarut naik melalui kertas dan kemudian
memisahkan zat terlarut pada suatu sampel.
Keakuratan hasil pemisahan dengan metode kromatografi bergantung pada
beberapa faktor berikut:
a. Pemilihan absorben sebagai fasa diam
b. Kepolaran pelarut atau pemilihan pelarut yang sesuai dengan fasa gerak
c. Ukuran kolom relatif terhadap jumlah material yang akan dipisahkan
d. Laju elusi atau aliran fasa gerak
Pada umumnya, senyawa nonpolar melewati kolom yang lebih cepat
daripada senyawa polar, karena senyawa nonpolar memiliki afinitas lebih kecil
terhadap adsorben. Jika adsorben yang dipilih mengikat semua molekul yang
terlarut dengan kuat, maka senyawa-senyawa tersebut tidak akan bergerak
turun keluar dari kolom. Jika pelarut yang dipilih terlalu polar, semua zat terlarut
akan dengan mudah tercuci keluar kolom, tanpa adanya pemisahan, pemilihan
adsorben dan pelarut yang dilakukan sehingga kompetisi molekul-molekul
terlarut diantara kedua fasa terjadi dalam kesetimbangan, kesetimbangan inilah
yang dapat memisahkan komponen-komponen dalam campurannya.
Fasa Diam
Pada permukaan partikel silika gel (SiO2), terdapat atom-atom oksigen
yang terikat pada proton. Adanya gugus hidroksil ini mengakibatkan permukaan
silika gel sangat polar, sehingga analit organik yang memiliki gugus fungsi polar
akan terikat dengan kuat pada permukaan silika gel, dan senyawa yang nonpolar
hanya berinteraksi lemah dengan silika gel. Molekul yang memiliki gugus fungsi
polar dapat terikat pada silika gel dalam 2 cara : melalui ikatan hidrogen dan
melalui interaksi dipol-dipol. Contoh fasa diam lain untuk kromatografi kolom
dan lapis tipis adalah Alumina (Al2O3).
Fasa gerak
Fasa Gerak yang digunakan pada kromatografi adalah suatu pelarut
organik atau campuran beberapa pelarut organik. Ketika fasa gerak melalui
permukaan silika gel, fase gerak ini membawa analit organik melalui partikel-
partikel pada fasa diam. Kepolaran suatu pelarut yang dapat digunakan dalam
suatu kromatografi dapat di evaluasi dengan memperhatikan tetapan elektrik,
dan momen dipol pelarut. Keseimbangan diantara kedua fasa yaitu fasa gerak
dan fasa diam, bergantung pada 3 faktor :
a. Kepolaran dan ukuran molekul yang akan dipisahkan
b. Kepolaran fasa diam
c. Kepolaran fasa gerak
Karakter elektropositif yang dimiliki alumunium atau silika dan karakter elektro
negatif oksigen menyebabkan silika dan alumina merupakan fasa diam yang
sangat polar.
Isolasi Kurkumin Dari Kunyit
Rimpang (rhizoma) dari kunyit dapat digunakan sebagai bahan warna
kuning dalam industri tekstil tradisional, juga sebagai bumbu masakan, obat
tradisional. Nama latin dari kunyit adalah Curcuma longa yang termasuk dalam
family Zingeberaceae (temu-temuan). Komponen aktif dari rimpang kunyit
adalah kurkumin (E-E)-1,7,-bis(4 – hidrokasi -3-metoksifenil)-1,6-heptadien-3-,5-
on) yang biasanya terdapat 1,5-2% dari berat rimpang kunyit kering. Struktur
senyawa ini ditentukan pada tahun 1910 oleh V.Lampe yang merupakan
diarilheptanoid yang pertama ditemukan. Kurkumin memilki sifat anti kanker
dan anti tumor, analogi kurkumin dapat menghambat enzim HIV-1 integrase.
Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga
terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Hasil dari ekstraksi
disebut ekstrak.
Macam Metoda Ekstraksi :
A. Ekstraksi Cara Dingin
Metoda ini artinya tidak ada proses pemanasan selama proses ekstraksi
berlangsung. Tujuannya untuk menghindari rusaknya senyawa. Yang dimaksud
rusak karena adanya pemanasan. Jenis ekstraksi dingin adalah :
a. Maserasi merupakan proses ekstraksi menggunakan pelarut diam atau dengan
beberapa kali pengocokan pada suhu ruangan. Pada dasarnya metoda ini dengan cara
merendam sample dengan sekali-sekali dilakukan pengocokan. Umumnya perendaman
dilakukan 24 jam dan selanjutnya pelarut diganti dengan pelarut baru. Ada juga
maserasi kinetik yang merupakan metode maserasi dengan pengadukan secara
sinambungan tapi yang ini agak jarang dipakai.
b. Perkolasi merupakan ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru
sampai sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada suhu
ruangan. Prosesnya terdiri dari tahap pengembangan bahan, maserasi antara,
perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak) secara terus menerus
sampai diperoleh ekstrak yang jumlahnya satu sampai lima kali volume bahan.
Prosedurnya: sampel di rendam dengan pelarut, selanjutnya pelarut (baru)
dilalukan (ditetes-teteskan) secara terus-menerus sampai warna pelarut tidak
lagi berwarna atau tetap bening yang artinya sudah tidak ada lagi senyawa yang
terlarut.
B. Ekstraksi Cara Panas
Metoda ini pastinya melibatkan panas dalam prosesnya. Dengan adanya
panas secara otomatis akan mempercepat proses penyarian dibandingkan cara
dingin. Metodanya adalah:
a. Refluks merupakan ekstraksi dengan pelarut yang dilakukan pada titik didih
pelarut tersebut, selama waktu tertentu dan sejumlah pelarut tertentu dengan
adanya pendingin balik (kondensor). Umumnya dilakukan tiga sampai lima kali
pengulangan proses pada residu pertama, sehingga termasuk proses ekstraksi
sempurna. Prosedurnya: masukkan sampel dalam wadah, pasangkan kondensor,
panaskan. Pelarut akan mengekstraksi dengan panas, terus akan menguap
sebagai senyawa murni dan kemudian terdinginkan dalam kondensor, turun lagi
ke wadah, mengekstraksi lagi dan begitu terus. Proses umumnya dilakukan
selama satu jam.
b. Ekstraksi dengan alat Soxhlet merupakan ekstraksi dengan pelarut yang selalu
baru. Umumnya dilakukan menggunakan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi
konstan dengan adanya pendingin balik (kondensor). Disini sampel disimpan
dalam alat Soxhlet dan tidak dicampur langsung dengan pelarut dalam wadah
yang di panaskan, yang dipanaskan hanyalah pelarutnya. Pelarut terdinginkan
dalam kondensor dan pelarut dingin inilah yang selanjutnya mengekstraksi
sampel.
c. Digesti merupakan maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinyu) yang
dilakukan pada suhu lebih tinggi dari suhu ruangan, secara umum dilakukan pada
suhu 40ºC – 50ºC.
d. Infusa merupakan proses ekstraksi dengan merebus sample (khusunya
simplisia) pada suhu 900C.
(Hendayana, Sumar.2006)
IV. Alat dan bahan :
a. Alat :
1. Pipet tetes
2. Saringan vakum
3. Plat KLT
4. Kolom
5. Pipa kapiler
6. Lampu UV
7. Gelas kimia
8. Batang pengaduk
9. Rotary evaporator
10. Kertas saring
11. Penangas air
12. Labu didih
14. Neraca analitik
13. Kondensor
14. Chamber
15. Alumunium foil
16. Corong gelas
b. Bahan :
1. Diklorometana
2. N-heksana
3. Metanol
4. Rimpang kunyit kering
5. Eluen CH2Cl2
6. Silika gel
7. Kapas
V. Prosedur :
Kedalam labu didih dimasukkan 20 gram rimpang kunyit kering dan 50 mL
diklorometana dan direfluks selama 1 jam. Kemudian campuran disaring dengan
saringan vakum sehingga diperoleh larutan kuning. Larutan yang diperoleh lalu
dipekatkan melalui proses distilasi pada penangas air bersuhu 500°C. Residu
kuning kemerahan yang didapat kemudian dicampurkan dengan 20 mL n-
heksana dan diaduk secara merata. Kemudian campuran disaring lagi dengan
penyaring vakum. Selanjutnya, padatan yang didapat dianalisis dengan
kromatografi lapis tipis dengan menggunakan eluen CH2Cl2 : MeOH = 97:3 yang
akan didapat 3 komponen utama.
Kromatografi dengan kromatografi kolom dibuat dengan menggunakan
15 gram silika gel dan eluen CH2Cl2 : MeOH = 99:1 dengan tinggi kolom berkisar
antara 15-20 cm. Selanjutnya, sebanyak 0,3 gram ekstrak kasar yang didapat,
dilarutkan dengan sedikit pelarut CH2Cl2 : MeOH = 99:1 dan kemudian diteteskan
secara perlahan pada bagian atas kolom dengan tidak merusak permukaan
kolom. Elusi selanjutnya dilakukan hingga komponen pertama habis. Kemudian,
monitoring dilakukan dengan menggunakan KLT. Gabungan fraksi yang
mengandung komponen pertama ini kemudian dikeringkan. Selanjutnya,
dilakukan pengujian terhadap spektrum UV dan IR dari senyawa murni yang
berhasil diisolasi.
Pemisahan juga dilakukan dengan menggunakan KLT preparatif. Sebanyak
0,1 gram ekstrak kasar dilarutkan dengan sedikit pelarut CH2Cl2 : MeOH = 99:1,
kemudian campuran tersebut ditotolkan pada batas awal pelat KLT preparatif
dengan menggunakan pipa kapiler yang diameternya lebih besar daripada pipa
kapiler untuk pengujian titik leleh. Setelah noda kering, elusi lalu dilakukan
dengan eluen CH2Cl2 : MeOH = 97:3. Hasil dari elusi itu kemudian dilihat dibawah
sinar lampu UV, kemudian pita komponen utamanya diberi tanda dengan ujung
tumpul pipa kapiler. Bagian pita yang dipilih kemudian dipisahkan dari komponen
lainnya dengan cara lapisan silika tersebut dikerok dan hasil kerokannya
ditampung di kertas. Selanjutnya, silika tersebut dipindahkan kedalam gelas
kimia, dan dilarutkan dengan diklorometana. Kemudian, campuran tersebut
disaring dan dicuci dengan pelarut yang sama. Filtrat yang didapat kemudian
diuapkan dengan rotary evaporator (atau distilasi biasa dengan penangas air
pada suhu 60°C). Selanjutnya dilakukan pengujian kemurnian fraksi yang didapat
dengan KLT (eluen CH2Cl2 : MeOH = 97:3).
VI. Hasil dan pembahasan :
Rimpang dari kunyit dapat digunakan sebagai bahan warna kuning dalam
industri tekstil tradisional, sebagai bumbu masakan, dan sebagai obat tradisional.
Untuk mengisolasi kurkumin dari kunyit, serbuk kunyit dilarutkan dalam
diklorometana. Ketika rimpang kunyit (berwujud serbuk dan berwarna kuning)
ditambahkan diklorometana (berwujud cairan tidak berwarna) dan kemudian
direfluks selama 1 jam menghasilkan campuran yang berwarna kuning tua.
Proses refluks ini dilakukan untuk mengekstrak kurkumin dari kunyit.
Penambahan diklorometana dilakukan didalam lemari asam. Ini dilakukan karena
diklorometana merupakan senyawa yang mudah menguap dan sangat
berbahaya. Menggunakan pelarut diklorometana karena diklorometana (DCM)
merupakan pelarut yang nonpolar, dan senyawa yang berada dalam kunyit
cenderung bersifat semi polar ke nonpolar. Interaksi dengan pelarut nonpolar ini
akan melarutkan senyawa yang terkandung dalam kunyit termasuk kurkumin.
Selanjutnya, campuran rimpang kunyit dan DCM itu disaring dengan
menggunakan saringan vakum dan menghasilkan larutan berwarna kuning.
Kemudian, larutan kuning tersebut dipekatkan dengan distilasi pada penangas air
500°C. Proses ini menghasilkan larutan yang lebih pekat (residu) dan berwarna
kuning kemerahan. Proses distilasi ini bertujuan untuk menguapkan pelarut
DCM. Selanjutnya, residu tersebut dicapurkan dengan 20 mL n-heksana dan
kemudian diaduk. Pencampuran ini bertujuan untuk menjenuhkan cairan
sehingga residu memadat dan mudah untuk disaring. Selanjutnya campuran
tersebut disaring lagi dengan menggunakan penyaring vakum. Dan, padatan yang
didapat selanjutnya dianalisis dengan TLC dengan eluen CH2Cl2:MeOH = 97:3 dan
terdapat 3 komponen utama, yaitu : komponen berwarna tua, muda, lebih
muda. Proses ini tidak dilakukan karena keterbatasan waktu.
Untuk menguji kemurnian senyawa yang diperoleh, dilakukan pengujian
dengan kromatografi kolom. Pemasangan kolom tidak boleh miring. Ini dilakukan
supaya hasil fraksinasinya tidak miring juga karena adanya pengaruh gaya
gravitasi. Susunan dari kromatografi kolom adalah kapas (diletakkan pada bagian
dasar kolom), fasa diam (silika gel), dan fasa gerak (eluen). Dimasukkan kapas
kedalam kolom bertujuan untuk menyaring dan menahan larutan kental
berwarna putih yang akan disaring. Larutan kental berwarna putih itu berasal
dari penambahan silika gel (berwujud serbuk putih) dengan eluen CH2Cl2:MeOH =
99:1 (eluen berwujud cair dan bersifat nonpolar). Silika gel (sebagai fase diam
dan bersifat polar) yang ditambahkan harus dalam keadaan bubuk, supaya waktu
hasil pemisahan turunnya lancar (sepetrti titrasi). Penambahan silika gel ini juga
karena kolom yang dibentuk dari silika gel akan memiliki tekstur dan struktur
yang lebih teratur dan kompak. Eluen yang ditambahkan berguna untuk
mengelusi sampel kunyit dan membawa sampel kunyit bersamanya menuju
wadah eluat (keluar dari kolom). Sedangkan fasa diam memiliki daya adsorbsi
yang cukup besar. Sehingga, ketika eluen yang membawa sampel melewati fase
diam akan terbentuk fraksi-fraksi yang berbeda. Perbedaan warna fraksi ini
menunjukkan adanya perbedaan senyawa atau zat aktif yang dipisahkan dari
setiap fraksi. Semakin pekat warna fraksi, maka semakin banyak zat aktif atau
senyawa yang terpisahkan dalam fraksi tersebut. Kapas yang dimasukkan tadi
lebih baik dibasahi dulu dengan menggunakan aseton. Tetapi penambahan
aseton ini memiliki efek negatif dan efek positif terhadap campuran yang akan
disaring. Aseton yang ditambahkan dapat menghilangkan gelembung udara dari
penambahan campuran silika gel dan eluen. Proses penghilangan gelembung
udaranya yaitu aseton akan menguap dan akan menyerap energi panas dari
tabung. Sehingga, menyebabkan kolom akan kehilangan energi dan mengalami
penurunan suhu. Penghilangan energi dan penurunan suhu inilah yang
menyebabkan gelembung udara akan naik ke permukaan. Proses selanjutnya
tidak dilakukan karena keterbatasan waktu sehingga tidak diperoleh Rf dari
percobaan ini.
Dilakukan proses pemisahan dengan KLT preparatif. Ekstrak kasar
dilarutkan dengan eluen CH2Cl2:MeOH = 99:1. Selanjutnya, ditotolkan pada batas
awal KLT preparatif dengan tabung kapiler. Hasil dari percobaan ini terbentuk 3
fasa yaitu fasa berwarna kuning, orange, dan merah kecoklatan. Spot pertama
yang berwarna kuning, memiliki Rf paling kecil, sehingga dapat dipastikan bahwa
komponen berwarna kuning adalah kurkumin. Kurkumin merupakan suatu
senyawa yang bersifat nonpolar. Senyawa nonpolar, proses terikatnya dengan
fase diam akan sebentar. Ini terjadi karena perbedaan sifat antara senyawa polar
dan senyawa nonpolar tersebut. Senyawa berwarna orange, mempunyai Rf
ditengah-tengah. Senyawa berwarna orange ini merupakan senyawa semi polar
yaitu bisdemetoksikurkumin. Senyawa berwarna merah kecoklatan, mempunyai
Rf paling besar dari senyawa berwarna kuning dan orange. Senyawa ini
merupakan senyawa desmetoksikurkumin dan bersifat polar. Senyawa polar akan
terikat lebih lama dengan fase diam (silika gel). Jarak spot dari awal sampai akhir
adalah 6 cm. Komponen 1 (spot 1 berwarna kuning), memiliki Rf 0,55. Komponen
2 (spot 2 berwarna orange), memiliki Rf 0,716. Komponen 3 (spot 3 berwarna
merah kecoklatan), memiliki Rf 0,833. Proses selanjutnya tidak dilakukan karena
keterbatasan waktu dan keterbatasan alatnya.
Perhitungannya :
Rf komponen 1 : jarak yangditempuh sampeljarak yangditempuh pelarut
= 3,36
= 0,55
Rf komponen 2 : jarak yangditempuh sampeljarak yangditempuh pelarut
= 4,36
= 0,716
Rf komponen 3 : jarak yangditempuh sampeljarak yangditempuh pelarut
= 56
= 0,833
VII. Kesimpulan :
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa prinsip
dasar dari kromatografi adalah pemisahan dua atau lebih senyawa berdasarkan
perbedaan migrasi dan distribusi senyawa tersebut dalam dua fase yang berbeda
melalui fase gerak dan fase diam.
Refluks merupakan metode ekstraksi panas, dengan menggunakan
pelarut jenuh. Digunakan diklorometan sebagai eluen supaya DCM dapat
menarik kurkumin dari kunyit. Pada kromatografi kolom, kolomnya tidak boleh
miring, karena hasil fraksinasinya juga akan miring (akibat adanya pengaruh gaya
gravitasi).
Pada proses pemisahan dengan KLT preparatif, didapat Rf komponen 1
(spot 1 berwarna kuning) yaitu 0,55. Rf komponen 2 (spot 2 berwarna orange)
yaitu 0,716. Rf komponen 3 (spot 3 berwarna merah kecoklatan) yaitu 0,833.
Semakin besar Rf, maka semakin polar suatu senyawa.
VIII. Daftar pustaka :
a. Anderson,A.M.,Mitchell,M.,and Mohan,R.S.,Isolation of Curcuminfrom
Turmeric,J.Chem.Ed.,77(3),2000,p.359-360.
b. Mayo, D.W., Pike,R.M., Trumper, P.K., Miroscale Organic Laboratory, 3rd
edition, John Wiley & Sons, New York, 1994,p.97-104.
c. Pasto, D., Johnson, C., Miller, M., Experiments and Techniques in Organic
Chemistry, Prentice Hall Inc.,New Jersey, 1992,p.60-81;404-406.
d. Skripsi, Tesis, Disertasi mengenai isolasi senyawa dari Curcuma longa atau
genus Curcuma lainnya.
e. Tim Asisten Laboratorium Farmasi Unit A.2013.Penuntun Praktikum Kimia
Organik.Bandung:Universitas Islam Bandung.
f. Williamson, Macroscale and Microscale Organic Experiments, 3rd edition,
Boston, 1999,p.160-166;704-706.