perc 2 fitokim

34
LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA PROGRAM STUDI FARMASI UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA PERCOBAAN II EKSTRAKSI SAMPEL TUMBUHAN PRAKTIKUM LAPANGAN BATANG MENURAN (Coptosapelta tomentosa ex K. Heyne) Disusun oleh: Muhammad Achrizal Haq J1E114070 KELOMPOK VII PROGRAM STUDI S1 FARMASI

Upload: achrizalhaq

Post on 08-Jul-2016

46 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Baik

TRANSCRIPT

Page 1: Perc 2 Fitokim

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIAPROGRAM STUDI FARMASIUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

PERCOBAAN II

EKSTRAKSI SAMPEL TUMBUHAN PRAKTIKUM LAPANGAN BATANG MENURAN (Coptosapelta tomentosa ex K. Heyne)

Disusun oleh:

Muhammad Achrizal Haq

J1E114070

KELOMPOK VII

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU

MARET 2016

Page 2: Perc 2 Fitokim

PERCOBAAN II

EKSTRAKSI SAMPEL TUMBUHAN PRAKTIKUM LAPANGAN BATANG MENURAN (Coptosapelta tomentosa ex K. Heyne)

KELOMPOK VII

Mengetahui,Asisten

(Nur Humairoh)(Muhammad Zailani)

Nilai Laporan Awal Nilai Laporan Akhir

Tanggal : 15 Maret 2016 Tanggal : 12 April 2016

PROGRAM STUDI S1 FARMASIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURATBANJARBARU

Page 3: Perc 2 Fitokim

MARET 2016

PERCOBAAN II

EKSTRAKSI SAMPEL DAGING BUAH PAMPAKIN (Durio kutejensis)

I. LATAR BELAKANGIndonesia kaya akan sumber bahan obat tradisional yang telah digunakan oleh

sebagian besar masyarakat dari generasi ke generasi. Masyarakat terutama yang

tinggal di pedesaan cenderung memilih pengobatan secara tradisional karena bahan

baku yang mudah diperoleh dengan harga murah. Selain mempunyai manfaat yang

yang baik juga tidak mempunyai efek samping seperti halnya obat-obatan yang

dikelola oleh kebanyakan perusahaan farmasi yang mempunyai efek samping

terhadap tubuh dalam pengunaan obatnya (Thomas, 1989).

Pampakin atau sering disebut lai merupakan kerabat dekat durian, masuk ke

dalam genus Durio. Tinggi pohonnya hampir sama dengan durian yang dapat

mencapai 50 m. Perbedaan antara durian dan pampaken dapat dilihat dari daun,

bunga, dan buah. Daun pampaken lebih lebar dan war- nanya lebih hijau, pada

bagian bawah daun berwarna kuning coklat keemasan yang lebih cerah dan

mengkilap. Dari sisi buah, perbedaan dapat dilihat dari kulit, daging, aroma, dan rasa

buah. Kulit buah pampaken berwarna hija kekuningan (lebih kuning daripada

durian), duri lebih rapat, kecil, runcing, dan kurang tajam (agak lunak). Tekstur

daging buah pampaken agak kering (tidak lembek), berwarna jingga (orange) dengan

aroma yang khas dan tidak menyengat (tidak seperti durian). Warna biji coklat tua

dan rasa buah manis tidak beralkohol. Buah pampaken umumnya lebih kecil daripada

durian. Bobot buah pampaken 739-1.055 g, panjang 12,8-15,3 cm, dan diameter

12,8-14,2 cm (Antarlina, 2009).

Kulit buah sedikit lebih tebal daripada durian, yaitu 1,1 cm. Bagian buah yang

dapat dimakan 20%. Daging buah pampaken lebih kecil daripada daging buah durian,

tetapi kadar protein (2,9%) dan patinya (12,2%) tinggi. Komponen buah seperti kadar

air dan karbohidrat yang terdiri atas pati dan serat mempengaruhi tekstur daging.

Nilai komponen tersebut pada daging buah pampaken lebih rendah daripada buah

durian, sehingga tekstur buah pampaken lebih kering, keset, dan lembut (tidak

berserat). Namun, karena kadar gula buah pampaken lebih rendah maka rasanya

Page 4: Perc 2 Fitokim

kurang manis dibandingkan dengan buah durian. Salah satu keunggulan dari buah

pampaken adalah kadar vitamin A yang tinggi, hal ini tampak pada warna daging

buah yang sangat kuning (jingga). Daging buah mengandung karoten yang

merupakan provitamin A dan berkorelasi positif dengan kandungan vitamin A. Kadar

vitamin A buah pampaken 3.420 SI, sedangkan buah durian hanya 603 SI (Antarlina,

2009).

Kandungan kalori, kadar total gula, dan kadar lemak buah pampakin lebih

rendah daripada durian. Lemak merupakan suatu senyawa penyumbang terbesar

kolesterol yang menjadi risiko bagi penderita hipertensi. Papaken yang masih muda

daging buahnya dapat digunakan untuk sayur, sedang buah yang sudah matang dapat

disajikan sebagai buah meja dan yang sudah masak bisa dibuat dodol, nastar, sus,

agar-agar dan lain-lain. Kulit buahnya dapat digunakan sebagai pelengkap dalam

pembuatan mie. Untuk konsumsi atau sayur, papaken biasanya dipetik 3-4 bulan

setelah bunga muncul. Apabila dikonsumsi untuk buah segar, buah dibiarkan sampai

matang di pohon, 4-5 bulan setelah bunga muncul agar rasanya enak dan manis yang

ditandai oleh duri buah agak tumpul. Warna kulit buah semula hijau kemudian

menjadi kekuning-kuningan atau kemerah-merahan. Papaken (Lai) dapat dijadikan

komoditas unggulan daerah nasional. Pada saat ini, tanaman tersebut di Kalimantan

Tengah mendapat prioritas untuk dikembangkan dalam program JPSG dan

merupakan komoditas andalan Kabupaten Barito Timur. Jenis tanaman buah ini

mempunyai prospek pasar yang cukup tinggi dan merupakan salah satu tanaman

buah yang spesifik. Persyaratan tumbuhnya tidak rumit, toleran terhadap kekeringan,

dan dapat mencegah erosi. Ditinjau dari segi kegunaannya, buah papaken dapat

digunakan untuk berbagai keperluan (Krismawati, 2012).

II. TUJUAN PRAKTIKUM

Melalui praktikum ini diharapkan :

1. Mahasiswa dapat melakukan dan memahami proses ekstraksi terhadap

sampel tumbuhan yang didapat dari praktikum lapangan yang telah

dilakukan.

Page 5: Perc 2 Fitokim

III. TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Klasifikasi Buah Pampakin (Durio kutejensis)

Buah pampakin memiliki klasifikasi ilmiah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Superdivisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnolopsida

Subkelas : Dilleniidae

Orde : Malvales

Keluarga : Malvales- Bombales

Genus : Durio

Spesies : Durio kutejenesis

(Sobir & Napitipulu, 2007)

Durio kutejenesis adalah anggota keluarga Malvaceae. Spesies ini

memiliki tiggi pohon berkisar 24030 meter dan diameter batang 40-60

centimeter. Memiliki daun yang berbentuk elips atau lonjong. Memiliki

warna helai daun hijau yang gundul atau sangat mengkilat pada permukaan

bawah daun. Buah ini merupakan buah musiman sehingga tidak tersedia

sepanjang tahun (Priyanti et al, 2015)

3.2 Metode Ekstraksi

Ragam ekstraksi yang tepat sudah tentu bergantung pada tekstur

dan kandungan air bahan tumbuhan yang diekstraksi dan pada jenis

senyawa yang diisolasi. Porsedur klasik untuk memperoleh kandungan

Page 6: Perc 2 Fitokim

senyawa organic dari jaringan tumbuhan kering ialah dengan

mengekstraksi-sinambung serbuk bahan dengan alat Soxhlet dengan

menggunakan sederetan pelarut secara berganti-ganti, mulai dengan eter,

lalu eter minyak bumi, dan kloroform (untuk memisahkan lipid dan

terpenoid). Kemudian digunakan alcohol dan etil asetat (untuk senyawa

yang lebih polar). Metode ini berguna bila kita bekerja dengan skala gram.

Tetapi jarang sekali kita mencapai pemisahan kandungan dengan

sempurna, dan senyawa yang sama mungkin saja terdapat (dalam

perbandingan yang berbeda) dalam beberapa fraksi. Diantara berbagai

jenis metode pemisahan, ekstraksi pelarut asam utamanya bahwa

pemisahan ini dapat dilakukan dengan baik dalam tingkat makro ataupun

mikro. Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan

perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling campur, seperti

benzene, karbon tetraklorida atau kloroform (Sudjadi, 1986).

Prinsip maserasi penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara

merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga

hari pada temperature kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari akan

masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya

perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel.

Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh

cairan penyari dengan konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa

tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan

di luar sel dan di dalam sel. Selama proses maserasi dilakukan pengadukan

dan penggantian cairan penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh

dipisahkan dua filtratnya dipekatkan (Sudjadi, 1986).

Ekstraksi adalah pemisahan zat tertentu dari pelarutnya dengan

menggunakan pelarut lain yang dapat lebih melarutkannya. Ekstraksi tidak

dipengaruhi oleh jumlah pelarut yang terlibat tetapi oleh banyaknya

ekstraksi yang dilakukan. Semakin banyak ekstraksi yang dilakukan

semakin baik pemisahan yang terjadi (Syamsuni, 2006). Ekstraksi adalah

suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan

pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang

Page 7: Perc 2 Fitokim

diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Ekstraksi padat cair atau

leaching adalah transfer difusi komponen terlarut dari padatan inert ke

dalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses yang bersifat fisik karena

komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa

mengalami perubahan kimiawi. Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan

jika bahan yang diinginkan dapat larut dalam solven pengekstraksi.

Ekstraksi berkelanjutan diperlukan apabila padatan hanya sedikit larut

dalam pelarut. Namun sering juga digunakan pada padatan yang larut

karena efektivitasnya (Depkes RI, 1979).

Ekstraksi dapat dibedakan menjadi beberapa cara diantaranya yaitu:

1. Ekstraksi cara panas (reflux, influndasi, dekokta)

Reflux merupakan metode ekstraksi dengan temperatur pada titik

didihnya, selama waktu tertentu serta jumlah pelarut terbatas yang relatif

konstan dengan adanya pendingin balik. Prosesnya sendiri dilakukan

dengan pengulangan 3-5 kali terhadap residu pertama. Adapun influndasi

merupakan sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia

nabati dengan air pada suhu 900C selama 15 menit. Cara pembuatan

influndasi yaitu dengan mencampur simplisia dengan derajad halus yang

sesuai dalam panci dengan air secukupnya, panaskan diatas tangas air

selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai 900C sambil sekali-kali

diaduk. Serkai selagi panas melalui kain flanel, tambahkan air panas

secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infus yang

dikehendaki (Depkes RI, 1979).

2. Ekstraksi cara dingin (maserasi dan perkolasi)

Maserasi merupakan suatu metode ekstraksi yang digunakan

untuk memperoleh senyawa kimia dari suatu sampel dengan cara

perendaman menggunakan pelarut yang sesuai. Maserasi ini digunakan

untuk menyari zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak

mengembang dalam penyari, tidak mengandung benzoin dan stirak.

Cairan penyari ini berupa air, etanol dan air-etanol. Keuntungan cara

pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah

Page 8: Perc 2 Fitokim

diusahakan. Sedangkan untuk kelemahannya waktu pengerjaan lama dan

penyarian kurang sempurna (Voigt, 1995).

Gambar 1. Bejana Maserasi

Sedangkan perkolasi merupakan penyarian yang dilakukan

dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah

dibasahi. Cara pengerjaannya yaitu dengan menempatkan serbuk

simplisia dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi

sekat berpori. Cairan penyari kemudian dialirkan dari atas kebawah

melalui serbuk tersbut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel

yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Cairan akan bergerak ke

bawah karena beratnya sendiri dan cairan diatasnya. Keuntungan metode

ini adalah tidak memerlukan langkah tambahan yaitu sampel padat

(marc) telah terpisah dari ekstrak. Kerugiannya adalah kontak antara

sampel padat tidak merata atau terbatas dibandingkan dengan metode

refluks, dan pelarut menjadi dingin selama proses perkolasi sehingga

tidak melarutkan komponen secara efisien (Ansel, 1989).

Gambar 2. Rangkaian Alat Perkolasi

3. Ekstraksi cara kombinasinya (soxhletasi)

Soxhletasi merupakan suatu metode ekstraksi berkesinambungan.

Prinsip kerjanya berdasarkan pada penyarian zat kimia dalam suatu

Page 9: Perc 2 Fitokim

sampel melalui beberapa siklus, dimana serbuk simplisia diisikan pada

tabung dari kertas saring dan cairan penyari diuapkan hingga mendidih,

kemudian uap penyari akan naik keatas melalui serbuk simplisia,uap

penyari akan mengembun karena didinginkan dengan pendingin balik

kemudian embun turun dalam simplisia dan melarutkan zat aktif dan

kembali kedalam labu, cairan akan menguap kembali dan berulang proses

di atas (Ansel, 1989).

Metode ekstraksi menggunakan alat soxhlet merupakan penyarian

secara berkesinambungan dengan menggunakan pelarut yang murni.

Keuntungan metode ini yaitu cairan penyari yang diperlukan lebih

sedikit, secara langsung diperoleh hasil yang lebih pekat, serbuk

simplisia disari oleh cairan penyari yang murni, penyarian dapat

diteruskan sesuai dengan keperluan tanpa menambah volume cairan

penyari. Namun kerugian dari metode ini yaitu waktu yang dibutuhkan

untuk mengekstraksi cukup lama sampai beberapa jam sehingga

kebutuhan energinya (listrik, gas) tinggi, cairan penyari dipanaskan terus

menerus sehingga kurang cocok untuk zat aktif yang tidak tahan panas,

cairan yang digunakan harus murni (Voigt, 1995).

Soxhletasi bahan yang akan diekstraksi diletakkan dalam

sebuah kantung ekstraksi (kertas, karton, dan sebagainya) di bagian

dalam alat ekstraksi dan gelas yang bekerja berkesinambungan

(perkolator). Wadah gelas yang mengandung kantung diletakkan di

antara labu penyulingan dengan pendingin aliran balik dan dihubungkan

dengan labu melalui pipa. Labu tersebut berisi bahan pelarut, yang

menguap dan mencapai ke dalam pendingin aliran balik melalui pipet,

berkondensasi di dalamnya, menetes ke atas bahan yang diektraksi dan

menarik keluar bahan yang diekstraksi. Larutan berkumpul di dalam

wadah gelas, setelah mencapai tinggi maksimalnya secara otomatis

dipindahkan ke dalam labu. Dengan demikian zat yang terekstraksi

terakumulasi melalui penguapan bahan pelarut murni berikutnya

Pemilihan cairan penyari harus mempertimbangkan banyak faktor.

Cairan penyari yang baik harus memenuhi kriteria antara lain, murah dan

Page 10: Perc 2 Fitokim

mudah diperoleh, stabil secara fisika dan kimia, bereaksi netral, tidak

mudah menguap dan tidak mudah terbakar, selektif yaitu hanya menarik

zat berkhasiat yang dikehendaki, tidak mempengaruhi zat berkhasiat,

serta diperbolehkan oleh peraturan (Voigt, 1995).

Gambar 3. Rangkaian Alat Sokletasi

IV. METODE PRAKTIKUM

4.1. Alat

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini antara lain sebagai

berikut :

1. Aluminium foil

2. Batang pengaduk

3. Botol kaca

4. Cawan porselen

5. Corong kaca

6. Gelas beaker

7. Waterbath

4.2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini antara lain :

1. Etanol 95 %

2. Serbuk sampel daging buah pampakin

4.3. Cara Kerja

4.3.1. Maserasi

100 gram serbuk daging buah pampakin

Page 11: Perc 2 Fitokim

Ditambahkan hingga serbuk terendam

Didiamkan selama 3x24 jam

Diganti selama 1x24 jam

Diaduk sesekali

Dimasukkan ke dalam cawan penguap

Dipekatkan dengan menggunakan

cawan penguap

Ditimbang

Dihitung rendemennya

4.3.2. Perkolasi

Ditambahkan hingga serbuk terendam

± 2-3 jari diatas permukaan serbuk

Didiamkan selama 3x24 jam sambil

hasil ditampung dalam erlenmeyer

60 gram serbuk daging buah pampakin

Ditimbang Dimasukkan ke dalam

bejana maserasi

Etanol

Ekstak cair

Ekstrak kental

Hasil

Ditimbang Dimasukkan ke dalam perkolator

Etanol

Page 12: Perc 2 Fitokim

Dicek pelarut agar tidak kering

Dimasukkan ke dalam cawan penguap

Dipekatkan dengan menggunakan

cawan penguap

Ditimbang

Dihitung rendemennya

4.3.2. Sokhletasi

Ditambahkan hingga serbuk terendam

Ditambahkan ke dalam labu alas bulat

sebanyak 2/3 bagian

Dipasang tegak lurus

Dialirkan melalui pipa kondensor

Dipanaskan hingga menguap dan

mengekstrasi serbuk sampel

Ekstak cair

Ekstrak kental

Hasil

250 gram serbuk daging buah pampakin

Ditimbang Dimasukkan ke dalam alat

sokhletasi

Etanol

Alat sokhletasi

Air

Etanol

Page 13: Perc 2 Fitokim

Disaring

V. HASIL

5.1 Tabel Hasil Maserasi

No Cara Kerja Hasil Gambar

1. Serbuk dari daging buah

pampakin ditimbang,

kemudian dimasukkan

kedalam gelas Beaker

dan ditambah 150 ml

etanol 96%. Setiap 24

jam pelarut etanol diganti

kemudian disaring

dengan kain dan kertas

saring. Hal ini dilakukan

selama 3 hari.

Berat serbuk sampel =

286,29 gram

150 ml Etanol96%

2. Filtrat hasil maserasi di

dapat kemudian

dimasukkan kedalam

cawan dan diuapkan di

evaporator sampai

didapat ekstrak kental.

Berat cawan + ekstrak =

420,12 gram

Berat cawan = 134,83

gram

Berat ekstrak = 5,51

gram

Hasil

Page 14: Perc 2 Fitokim

5.2 Perhitungan Rendemen

Berat Serbuk = 286,29 gram

Berat Cawan = 134,83 gram

Berat Cawan + Ekstrak = 420,12 gram

Jawab :

Berat Ekstrak Kental = (Berat Cawan + Ekstrak) – Berat Cawan

= 420,12 gram –134,83 gram

= 5,51 gram

% Rendemen = Bobot Ekstrak Kental

Bobot Serbukx100 %

= 5,51 gram

286,29 gramx 100 %

= 1,92 %

VI. PEMBAHASAN

Percobaan kali ini yaitu berjudul “Ekstraksi Sampel Buah Pampakin (Durio

kutejensis)”. Adapun tujuan dari percobaan ini adalah agar mahasiswa dapat

melakukan dan memahami proses ekstraksi terhadap sampel tumbuhan yang didapat.

Tujuan dilakukannya ekstraksi yaitu untuk menarik senyawa kimia yang ada pada

simplisisa. Ekstraksi dapat dilakukan dengan ekstraksi cara panas atau ekstraksi cara

dingin. Ekstraksi cara panas yaitu meliputi reflux, influndasi, dekogta, destilasi.

Sedangkan ekstraksi cara dingin yaitu maserasi dan perkoli.

Metode yang digunakan untuk ekstraksi sampel buah pampakin (Durio

kutejensis) pada percobaan ini, yaitu maserasi. Metode maserasi dipilih karena

sampel yang kami gunakan merupakan bagian daging buah. Bagian dari tanaman

yang biasa digunakan untuk metode maserasi ini adalah daun, buah, yang biasanya

memiliki kandungan air yang tinggi. Maserasi adalah salah satu jenis metoda

ekstraksi dengan sistem tanpa pemanasan atau dikenal dengan istilah ekstraksi

dingin, sehingga maserasi merupakan metode ekstraksi yang digunakan untuk

senyawa yang tidak tahan panas.Cara penyarian dengan metode ini sangat sederhana,

yaitu dengan merendam serbuk simplisia di dalam cairan penyari.Kelebihan dari

metode ini yaitu alat yang digunakan sederhana, biaya relatif murah, hemat penyari.

Page 15: Perc 2 Fitokim

Sedangkan kekurangannya yaitu proses penyariannya kurang sempurna karena zat

aktif hanya mampu tersari sebesar 50% saja.

Perkolasi adalah metode penyarian dengan cara mengalirkan penyari melalui

bahan yang telah dibasahi, perkolasi merupakan ektraksi cara dingin. Kelebihan dari

metode ini yaitu tidak terjadi kejenuhan, cara pengaliran meningkatkan difusi

(dengan dialiri cairan penyari sehingga zat seperti terdorong untuk keluar dari sel).

Kekurangan dari metode perkolasi yaitu memerlukan cairan penyari yang banyak

serta resiko cemaran mikroba untuk penyari air karena dilakukan secara terbuka.

Istilah perkolasi berasal dari bahasa latinper yang artinya melalui dancolare

yang artinya merembes. Jadi, perkolasi adalah penyarian dengann mengalirkan cairan

penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi.Alatyang digunakan untuk

mengekstraksi disebut perkolator, dengan ekstrak yangtelah dikumpulkan disebut

perkolat (Ansel, 1989). Sebagian besar ekstrak dibuatdengan mengekstraksi bahan

baku secara perkolasi (Depkes, 1995). Metode perkolasi yaitu cara penyarian yang

dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari

melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Metode perkolasi memberikan

beberapa keuntungan dibandingkan metode maserasi, antara lain adanya aliran

cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan dan ruang di antara butir butir

serbuk simplisia membentuk saluran kapiler tempat mengalir cairan penyari. Kedua

hal ini meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi yang memungkinkan

proses penyarian lebih sempurna.

Perkolasi dilakukan dengan cara memasukan serbuk simplisia yang sudah

ditimbang ke dalam alat perkolator yang mana sudah di lapisi oleh kertas saring

yang bentuknya sudah dipotong dan dibentuk sesuai perkolator, kemudian

ditambahkan pelarut yaitu etanol hingga serbuk terendam sampai diatas tiga jari

melewati batas serbuk selanjutnya didiamkan 2 x 24 jam dan dibuka krannya sambil

hasil tetesan ditampung dalam erlenmeyer dan harus dijaga jangan sampai serbuk

dibiarkan kering atau serbuk tidak terendam lagi. Kemudian ekstrak cair yang

didapat diuapkan sampai konstan atau dipekatkan diatas water bath dan ditimbang

ekstrak pekatnya serta dihitung rendemennya. Adapun alasan perlakuan yaitu

digunakan kertas saring yaitu untuk menyaring serbuk tersebut dan menghindari

serbuk ikut masuk ke dalam cairan yang tersari. Ditambahkan pelarut yaitu untuk

Page 16: Perc 2 Fitokim

menyari zat aktif yang ingin diambil dan alasan menggunakan etanol yaitu karena

etanol merupakan pelarut universal, artinya dapat menarik zat aktif yang bersifat

polar maupun non polar.Alasan ditambahkan etanol tiga jari diatas permukaan serbuk

yaitu agar serbuk terendam. Alasan selalu ditambahkan pelarut yaitu menghindari

kekeringan pada serbuk dan kran selalu dibuka alasannya agar tidak terjadi

kejenuhan. Dan alasan diuapkan yaitu agar mendapatkan ekstrak kental serta alasan

dihitung rendemen yaitu untuk mengetahui berapa persen ekstrak yang didapat pada

percobaan ini.

Sokletasi adalah suatu metode atau proses pemisahan suatu komponen yang

terdapat di dalam zat padat dengan cara penyaringan berulang-ulang dengan

menggunakan pelarut tertentu, sehingga semua komponen yang diinginkan akan

terisolasi. Prinsipnya adalah penyaringan yang berulang-ulang sehingga hasil yang di

dapat sempurna dan pelarut yang digunakan sedikit. Kelebihan dari metode sokletasi

antara lain sampel dapat terekstraksi secara sempurna, proses ekstraksi lebih cepat,

dan pelarut yang digunakan sedikit. Kekurangan dari metode sokletasi yaitu sampel

yang digunakan merupakan sampel yang tahan panas.

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,

selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya

pendingin balik. Kelebihan metode refluks yaitu digunakan untuk mengekstarksi

sampel-sampel yang mempunyai tekstur kasar, dan tahan terhadap pemanasan.

Kekurangannya yaitu memerlukan jumlah pelarut yang besar.

Etanol bersifat polar dan mempercepat aliran cairan, pelarut pengekstraksi

terbaik untuk hampir semua senyawa dengan berat molekul rendah seperti saponin

dan flavonoid.Jenis pelarut pengekstraksi juga dapat mempengaruhi jumlah senyawa

aktif yang terkandung dalam ekstrak sesuai konsep like dissolve like dimana senyawa

yang bersifat polar akan larut falam pelarut polar dan senyawa bersift non polar akan

larut dalam pelarut non polar. Etanol dapat melarutkan alkaloid basa, minyak

menguap, glikosida, kurkumin, kumarin, flavonoid, steroid, tannin dan saponin.

Dengan demikian zat pengganggu yang terlarut hanya terbatas.Untuk meningkatkan

penyarian biasanya menggunakan campuran etanol dan air.

Prinsip maserasi adalah ekstraksi zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam

serbuk dalam pelarut yang sesuai selama beberapa hari pada temperature kamar

Page 17: Perc 2 Fitokim

terlindung dari cahaya, pelaut akan masuk kedalam sel tanaman melewati

dididing sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan

didala sel dengan diluar sel. Larutan yang konentrasinya tinggi akan terdeak

keluar dan diganti oleh pelarut dengan konsentrasi redah (proses difusi). Peristiwa

tersebut akan berulang sampai terjadi keseimbangan antara larutan didalam sel

dan larutan (Ansel, 1989).

Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan jalan melewatkan pelarut

yang sesuai secara lambat pada simplisia dalam suatu percolator. Perkolasi bertujuan

supaya zat berkhasiat tertarik seluruhnya dan biasanya dilakukan untuk zat berkhasiat

yang tahan ataupun tidak tahan pemanasan. Prinsip perkolasi adalah sebagai berikut:

serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya

diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk

tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai

mencapai keadaan jenuh. Gerak kebawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya

sendiri dan cairan diatasnya, dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk

menahan. Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain: gaya berat, kekentalan,

daya larut, tegangan permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan daya geseran

(friksi).

Secara umum proses perkolasi ini dilakukan pada temperatur ruang. Sedangkan

parameter berhentinya penambahan pelarut adalah perkolat sudah tidak mengandung

senyawa aktif lagi. Pengamatan secara fisik pada ekstraksi bahan alam terlihat pada

tetesan perkolat yang sudah tidak berwarna.

Cara perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi karena:

a.     Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi

dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah, sehingga meningkatkan derajat

perbedaan konsentrasi.

b.    Ruangan diantara serbuk-serbuk simplisia membentuk saluran tempat mengalir

cairan penyari.karena kecilnya saluran kapiler tersebut,maka kecepatan pelarut

cukup untuk mengurangi lapisan batas,sehingga dapat meningkatkan perbedaan

konsentrasi.

Sokletasi merupakan suatu cara pengekstraksian tumbuhan dengan memakai alat

soklet. Pada cara ini pelarut dan simplisia ditempatkan secara terpisah. Sokletasi

Page 18: Perc 2 Fitokim

digunakan untuk simplisia dengan khasiat yang relatif stabil dan tahan terhadap

pemanasan. Prinsip sokletasi adalah penyarian secara terus menerus sehingga

penyarian lebih sempurna dengan memakai pelarut yang relatif sedikit. Jika

penyarian telah selesai maka pelarutnya diuapkan dan sisanya adalah zat yang tersari.

Biasanya pelarut yang digunakan adalah pelarut yang mudah menguap atau

mempunyai titik didih yang rendah.

Bobot tetap adalah berat pada perbedaan dua kali penimbangan berturut-turut

tidak lebih dari 0,50 mg untuk tiap gram zat yang digunakan. Penimbangan kedua

dilakukan setelah dipanaskan selama 1 jam (Depkes RI, 1995). Fungsi bagian alat

perkolasi yaitu perkolat untuk menampung sampel dan pelarut dan statif untuk

menyangga perkolat. Penguapan dimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi

ekstrak yang lebih pekat, fungsi penguapan adalah untuk menghilangkan cairan

penyari yang digunakan, agar tidak mengganggu pada proses partisi. Faktor yang

mempengaruhi penguapan yaitu suhu, tekanan, bahan atau sampel dan larutan

penyari. Cara penguapan meliputi :

1. Penguapan sederhana dimana menggunakan pemanasan

2. Penguapan pada tekanan yang diturunkan

3. Penguapan dengan aliran gas

4. Penguapan beku dan kering

5. Peguapan dengan vakum desikator

6. Penguapan dengan oven

Bejana untuk wadah dilakukannya maerasi disiapkan, kemudian dimasukkan

serbuk daging buah pampakin yang telah ditimbang sebanyak 90 gram, masukkan

etanol 95 % kedalam wadah tersebut, penambahan pelarut dilakukan sampai pelarut

berada diatas 1 cm dari campuran serbuk dan pelarut. Aduk menggunakan batang

pengaduk hingga serbuk terlarut sempurna dalam wadah tersebut. Tutup wadah yang

telah diisi dengan serbuk daging buah pampakin dan larutan etanol 95 % tadi

menggunakan alumunium foil. Maserasi dilakukan selama 3 x 24 jam. Setiap hari

dilakukan penggantian pelarut dengan cara menyaring larutan campuran didalam

bejana maserasi tadi menggunakan alat bantu kain yang dapat menyaring larutan

tersebut. Penggantian pelarut dilakukan sampai warna larutan didala bejana tersebut

menjadi jernih. Setelah didapatkan ekstrak cair dari proses maserasi selaa 3 x 24 jam,

Page 19: Perc 2 Fitokim

ekstrak cair dimasukkkan kedalam cawan penguap diuapkan diatas waterbath hingga

didapatkan ekstrak benar-benar kental. Setelah didapatkan ekstrak kental, ekstrak

ditimbang dan didapatkan rendemennya. Sehingga didapatkan hasil yaitu ekstrak

kental 5,51 gram dan rendemen sebesar 1,92 %.

Alat perkolator disipakan, kemudian serbuk dimasukkan kedalam perkolat

yang sudah ada kertas saring didalam nya kemudian direndam dengan pelarut etanol

sebanyak 2 jari lebih tinggi diatas serbuk sampel selama 2x24 jam, hal ini

dimaksudkan agar seluruh permukaan serbuk mengalami kontak dengan cairan

penyari sehingga ekstrak yang didapatkan lebih maksimal. Kran dibagian bawah

perkolat dibuka sedikit agar mendapatkan cairan yang murni ditunggu hingga warna

pelarut berubah seperti semula, kemudian dimasukkan dalam cawan porslen untuk

ditimbang berat ekstrak cair nya. Setelah ditimbang diuapakan di waterbath hingga

ekstrak benar-benar kental dan setelah ekstrak kental ditimbang lagi untuk

mengetahui berat ekstrak kental yang didapat setelah penguapan.

VII. DAFTAR PUSTAKA

Agoes, G. 2007. Teknologi Bahan Alam. Penerbit ITB, Bandung.

Ansel, H. C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Universitas Indonesia, Jakarta.

Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia.Edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Harbone, J.B. 1984. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Penerbit ITB, Bandung.

Sudjadi, Drs. 1986. Metode Pemisahan. UGM Press, Yogyakarta.

Sulianti, S.B, Emma, S.K & Sofnie, M.C. 2006. Pemeriksaan Farmakognosi dan Penapisan Fitokimia dari Daun dan Kulit Batang Calophyllum inophyllum dan Calophyllum soulatri. Biodiversitas.7: 25-29.

Voigt, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Diterjemahkan oleh Soendani N. S. UGM Press, Yogyakarta.

Antarlina, S.S. 2009. Identifikasi Sifat Fisik dan Kimia Buah-buahan Lokal Kalimantan. Buletin Plasma Nutfah. 15: 80-90.

Page 20: Perc 2 Fitokim

Priyanti., T. Chikmawati., Sobir dan A. Hartama. 2015. Leaf Trichome Morphology of Durio Kutejensis Landraces from Kalimantan. Makara J.Sci. 19 : 37-42.

Thomas, A.N.S. 1989. Tanaman Obat Tradisional. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Page 21: Perc 2 Fitokim

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIAPROGRAM STUDI FARMASIUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

PERCOBAAN I

UJI PENDAHULUAN, MIKROSKOPIK DAN MAKROSKOPIK DAGING BUAH PAMPAKIN (Durio kutejensis)

Disusun oleh:

Siti Humairah Z.A

J1E114036

KELOMPOK I

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU

FEBRUARI 2016

Page 22: Perc 2 Fitokim

PERCOBAAN I

UJI PENDAHULUAN, MIKROSKOPIK DAN MAKROSKOPIK DAGING BUAH PAMPAKIN (Durio kutejensis)

KELOMPOK I

Mengetahui,Asisten

(Muhammad Zailani)(Nur Humairoh)

Nilai Laporan Awal Nilai Laporan Akhir

Tanggal : 29 Februari 2016 Tanggal : 8 Maret 2016

PROGRAM STUDI S1 FARMASIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURATBANJARBARU

FEBRUARI 2016

Page 23: Perc 2 Fitokim

yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering. Tahap yang terakhir yaitu

penyimpanan, jauhkan simplisia dari faktor yang bisa merubah mutunya antara lain

cahaya, oksigen, reaksi kimia intern, penyerapan air, pengotoran, serangga dan

kapang. Proses pembuatan simplisia antara lain pengumpulan bahan baku, sortasi

basah, pencucian, sortasi kering dan penyimpanan.

Syarat simplisia antara lain:

1. Harus bebas serangga, fragmen hewan dan kotoran hewan

2. Tidak boleh menyimpang dari bau dan warna

3. Tidak boleh mengandung lendir, cendawan, atau menunjukkan tanda-tanda

pengotor lainnya

4. Tidak boleh mengandung bahan lain yang beracun atau berbahaya

5. Kadar abu yang tidak larut dalam asam maksimal 2%

(Depkes RI, 1999).

Uji makroskopik dilakukan dengan menggunakan kaca pembesar atau tanpa

menggunakan alat. Cara ini dilakukan untuk mencari khususnya morfologi, ukuran

dan warna haksel yang diuji. Uji mikroskopik dilakukan dengan menggunakan

mikroskopik yang derajat pembesarannya disesuaikan dengan keperluan. Haksel

yang diuji yang diuji dapat berupa sayatan melintang, radial, paradermal maupun

membujur atau berupa serbuk. Pada uji mikroskopik dicari unsur-unsur anatomi

jaringan yang khas (Depkes RI, 1999).

Tujuan dan fungsi dari pemotongan secara melintang adalah untuk

mengetahui irisan melintang (cross section, biasanya disingkat c.s atau x.s) yaitu

irisan dengan arah tegak lurus sumbu horizontal objek dan sel-sel penyusun dari

objek tersebut secara melintang. Tujuan dan fungsi pemotongan secara membujur

adalah untuk mengetahui irisan membujur (longitudinal section, biasanya disingkat

l.s) yaitu irisan sejajar dengan sumbu horizontal dari objek dan mengetahui sel-sel

penyusun dari objek tersebut secara membujur. Karena, hasil penampakan sel-sel

penyusun dari objek yang dilihat melalui irisan secara melintang dan membujur akan

terlihat perbedaannya pada mikroskop.

Permeriksaan uji makroskopik pada haksel sampel yaitu dilihat bentuk

karakteristik dari sampel yang meliputi uji organoleptis. Kemudian, dicatat dan

digambar hasil pemeriksaan yang dilakukan. Uji makroskopik ini dilakukan untuk