perbedaan tingkat kecemasan dan depresi antara …... · kuesioner tmas untuk mengetahui tingkat...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN DAN DEPRESI ANTARA
SISWA KELAS III PROGRAM AKSELERASI DAN REGULER
DI SMPN 2 SURAKARTA
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
RIFKI EFFENDI SUYONO
G0008158
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERSETUJUAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan
sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, Desember 2011
Rifki Effendi Suyono
NIM G0008158
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRAK
Rifki Effendi Suyono. G0008158, 2011. Perbedaan Tingkat Kecemasan dan
Depresi antara Siswa Kelas III Program Akselerasi dan Reguler di SMPN 2
Surakarta.
Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan
tingkat kecemasan dan depresi antara siswa kelas III program akselerasi dan
reguler di SMPN 2 Surakarta.
Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan
pendekatan cross sectional yang dilaksanakan pada bulan Mei 2011 di SMPN 2
Surakarta. Pengambilan sampel dilaksanakan secara purposive random sampling
dengan kriteria inklusi adalah (1) siswa akselerasi yang mengikuti program
akselerasi semenjak kelas satu, (2) siswa reguler yang mengikuti program reguler
semenjak kelas satu. Sampel tidak dapat dipilih jika responden merupakan (1)
siswa akselerasi pindahan dari program reguler sebelumnya selama SMP, (2)
siswa reguler pindahan dari program akselerasi sebelumnya selama SMP, (3)
siswa akselerasi maupun reguler yang pernah mendapatkan program akselerasi
pada jenjang pendidikan sebelumnya. Sampel mengisi (1) lembar biodata dan
informed concent sebagai persetujuan, (2) kuesioner skala L-MMPI untuk menilai
dan mengetahui kejujuran dalam menjawab pertanyaan yang diberikan, (3)
kuesioner TMAS untuk mengetahui tingkat kecemasan, (4) kuesioner BDI untuk
mengetahui tingkat depresi. Diperoleh 60 data dan dianalisis menggunakan (1) Uji
normalitas data Kolmogorov-Smirnov (2) Uji Mann-Whitney melalui program
SPSS 17.0 for Windows.
Hasil Penelitian: Penelitian ini menunjukkan (1) rerata skor kecemasan pada
siswa akselerasi sebesar 26,16 ± 3,913 dan untuk siswa reguler sebesar 22,13 ±
5,130 (2) rerata skor depresi pada siswa akselerasi sebesar 8,06 ± 6,570 dan untuk
siswa reguler sebesar 5,26 ± 4,968 (3) hasil uji Mann-Whitney menunjukkan p =
0,288.
Simpulan Penelitian: Tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada tingkat
kecemasan dan depresi antara siswa kelas III program akselerasi dan reguler di
SMPN 2 Surakarta. Tingkat kecemasan dan depresi pada siswa akselerasi lebih
tinggi dibandingkan siswa reguler.
Kata Kunci: siswa akselerasi, siswa reguler, kecemasan, depresi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRACT
Rifki Effendi Suyono. G0008158, 2011. The Differences of Anxiety Level and
Depression Level between 3rd
Grade Students of Acceleration and Regular in
SMPN 2 Surakarta.
Objectives: This research aims to know the differences of anxiety level and
depression level between 3rd
grade students of acceleration and regular in SMPN 2
Surakarta.
Methods: This research was an analytical descriptive research using cross
sectional approach and had been done in May 2011 in SMPN 2 Surakarta. The
sample data collecting is done by using purposive random sampling method
within inclusion and exclusion criteria. The inclusion criteria were (1) students of
acceleration who joined the acceleration program since first grade, (2) the students
of regular who joined the regular program since first grade. Sample could not be
selected if(1) the students of acceleration program moved from regular program,
(2) the students of regular moved from acceleration program, (3) the students
from acceleration or regular program who had ever joined acceleration program
the education study before. The sample which has been collected should fill (1)
sheet of bio data and informed concent as the agreement, (2) L-MMPI
questionnaire to evaluate and know the honesty while answering the given
questions, (3) TMAS questionnaire to measure the anxiety level, (4) BDI
questionnaire to measure the depression level. It got 60 data and they were
analyzed by (1) Normality test Kolmogorov-Smirnov (2) Mann-Whitney test, by
using SPSS 17.0 for Windows program.
Results: This research shows (1) the mean of anxiety’s score in acceleration
students is 26,16 ± 3,913 and for regular students is 22,13 ± 5,130, (2) the mean of
depression’s score in acceleration students is 8,06 ± 6,570 and for regular students
is 5,26 ± 4,968, (3) result from Mann-Whitney test shows p = 0,288.
Conclusion: This study shows no meaningful difference of anxiety level and
depression level between 3rd
grade students of acceleration and regular in SMPN 2
Surakarta. The anxiety and depression level of acceleration students are higher
than the regular ones.
Keywords: student of acceleration, student of regular, anxiety, depression
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PRAKATA
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
atas segala nikmat dan rahmat yang telah Ia berikan kepada hamba-Nya. Sholawat
serta salam tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, utusan Allah yang menjadi
teladan seluruh ummat manusia.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kendala dalam penyusunan skripsi
ini dapat teratasi atas pertolongan Allah SWT melalui bimbingan dan dukungan
banyak pihak. Untuk itu, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD., K-R., FINASIM, selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Muthmainah, dr., M.Kes., selaku ketua tim skripsi Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Annang Giri Moelyo, dr., Sp.A., M.Kes., selaku Tim Skripsi Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Prof. Dr. Aris Sudiyanto, dr., Sp.KJ., selaku pembimbing utama yang secara
intensif telah memberikan bimbingan dan motivasi bagi penulis.
5. Slamet Riyadi, dr., M.Kes, selaku pembimbing pendamping yang secara
intensif telah memberikan bimbingan dan motivasi bagi penulis.
6. Yusvick M. Hadin, dr., Sp.KJ., selaku penguji utama yang telah memberikan
masukan demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini.
7. Wachid Putranto, dr., Sp.PD, selaku anggota penguji yang telah memberikan
masukan demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini.
8. Dosen dan Staf SMF Ilmu Kesehatan Jiwa RSUD Dr. Moewardi dan Tim
Skripsi FK UNS Surakarta yang telah banyak membantu dalam penyusunan
skripsi ini.
9. Siswa-siswi di SMPN 2 Surakarta dan semua pihak sekolah yang telah
berpartisipasi dan membantu dalam penyusunan skripsi ini.
10. Ayah dan Ibu tercinta, serta Mbak Febri dan Mbak Fitri yang senantiasa
berkorban dan berjuang tanpa pamrih serta memberikan dukungan dan
semangat.
11. Mega Astriningrum untuk kesetiaan, kesabaran, dan dukungan dalam
menyelesaikan ini semua.
12. Teman-teman Pendidikan Dokter Angkatan 2008 dan semua pihak yang
dengan ikhlas telah membantu terselesaikannya skripsi ini, yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
Penulis berharap skripsi ini bisa bermanfaat untuk pengembangan ilmu
pengetahuan. Untuk kesempurnaan skripsi ini, penulis mengharapkan masukan,
kritik, dan saran dari pembaca.
Surakarta, Desember 2011
Rifki Effendi Suyono
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
DAFTAR ISI
PRAKATA ........................................................................................................ vi
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ......................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 4
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 5
1. Kecemasan ................................................................................ 5
2. Depresi ........................................................................................ 11
3. Sistem Pendidikan ..................................................................... 15
4. Taylor Minnesota Anxiety Scale (TMAS) ................................. 17
5. Lie Minnesota Multiphasic Personality Inventory (L-MMPI) ... 18
6. Beck Depression Inventory (BDI) ............................................. 19
B. Kerangka Berpikir ............................................................................ 20
C. Hipotesis .......................................................................................... 20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ................................................................................ 21
B. Lokasi Penelitian .............................................................................. 21
C. Subjek Penelitian ............................................................................ 21
D. Teknik Sampling .............................................................................. 22
E. Indentifikasi Variabel ....................................................................... 22
F. Definisi Operasional Variabel ........................................................... 23
G. Rancangan Penelitian ....................................................................... 25
H. Instrumen Penelitian ......................................................................... 25
I. Cara Kerja ....................................................................................... 26
J. Teknik Analisis Data ....................................................................... 26
BAB IV. HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Sampel .............................................................................. 27
B. Analisis Statistika ............................................................................ 29
BAB V. PEMBAHASAN ................................................................................ 34
BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan .......................................................................................... 37
B. Saran ................................................................................................. 37
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 39
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Umur.
Tabel 2. Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin.
Tabel 3. Rerata Skor TMAS (Taylor Minnesota Anxiety Scale).
Tabel 4. Rerata Skor BDI (Beck Depression Inventory).
Tabel 5. Hasil Uji Normalitas Data TMAS dengan Kolmogorov Smirnov.
Tabel 6. Hasil Uji Normalitas Data BDI dengan Kolmogorov Smirnov.
Tabel 7. Hasil Uji Homogenitas Skor TMAS dengan Levene’s Test.
Tabel 8. Hasil Uji Homogenitas Skor BDI dengan Levene’s Test.
Tabel 9. Hasil Uji Mann-Whitney skor TMAS.
Tabel 10. Hasil Uji Mann-Whitney skor BDI.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran.
Gambar 2. Skema Rancangan Penelitian.
Gambar 3. Boxplots Skor Kecemasan (TMAS)
Gambar 4. Boxplots Skor Depresi (BDI)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian dan Pengambilan Sampel dari Pihak Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari Pihak SMPN 2
Surakarta.
Lampiran 3. Identitas Sampel dan Informed Concent.
Lampiran 4. Kuesioner L-MMPI.
Lampiran 5. Kuesioner TMAS.
Lampiran 6. Kuesioner BDI.
Lampiran 7. Data Distribusi Skor TMAS.
Lampiran 8. Data Distribusi Skor BDI.
Lampiran 9. Data Siswa Kelas III Program Akselerasi.
Lampiran 10. Data Siswa Kelas III Program Reguler.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul : Perbedaan Tingkat Kecemasan dan Depresi antara
Siswa Kelas III Program Akselerasi dan Reguler di SMPN 2 Surakarta
Rifki Effendi Suyono, NIM : G.0008158, Tahun : 2011
Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada hari Kamis, Tanggal 29 Desember 2011
Pembimbing Utama
Nama : Prof. Dr. Aris Sudiyanto, dr., Sp.KJ
NIP : 19500131 197603 1 001 (...................................)
Pembimbing Pendamping
Nama : Slamet Riyadi, dr., M.Kes
NIP : 19600418 199203 1 001 (..................................)
Penguji Utama
Nama : Yusvick M. Hadin, dr., Sp.KJ
NIP : 19490422 197609 1 001 (..................................)
Anggota Penguji
Nama : Wachid Putranto, dr., Sp.PD
NIP : 19720226 200501 1 001 (..................................)
Surakarta, .......................
Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS
Muthmainah, dr., M.Kes Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM
NIP 19660702 199802 2 001 NIP 19510601 197903 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah
satu masalah yang penting dalam usaha pembentukan bangsa untuk
memajukan dan meningkatkan harga diri bangsa. Salah satu upaya dalam
peningkatan kualitas SDM melalui bidang pendidikan. Pendidikan pada
umumnya bertujuan untuk menyediakan lingkungan yang memungkinkan
peserta didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuan secara optimal
karena setiap orang mempunyai bakat dan kemampuan yang berbeda-beda,
termasuk juga bakat yang ada pada individu yang berbakat istimewa atau
memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa. Kemampuan dan kecerdasan
dalam diri individu dapat dikembangkan melalui pendidikan (Mulyasa, 2004).
Pendidikan nasional sangat berperan bagi pembangunan manusia karena
dapat menginvestasikan perwujudan manusia Indonesia yang berakhlak mulia,
berkarakter produktif, dan berdaya saing sehingga dapat meningkatkan
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Melalui pendidikan yang berkualitas
diharapkan tujuan nasional “mencerdaskan kehidupan bangsa” dalam
hakikatnya untuk mencapai suatu tatanan peradaban negara dan bangsa yang
modern dapat terwujud (Soedjiarto, 2003). Oleh karena itu, pembangunan
sektor pendidikan merupakan proyek yang tidak akan pernah usai, disebabkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
oleh dinamika tuntutan peradaban umat manusia yang senantiasa berubah
sepanjang zaman.
Pendidikan di Indonesia bersifat klasikal, artinya semua siswa
diperlakukan sama. Padahal setiap siswa memiliki intelegensi, bakat, dan minat
yang berbeda-beda. Agar siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan
luar biasa dapat berprestasi sesuai dengan potensinya, diperlukan pelayanan
pendidikan yang berdiferensiasi, yaitu pemberian pengalaman pendidikan yang
disesuaikan dengan kemampuan dan kecerdasan siswa dengan menggunakan
kurikulum yang berdiversifikasi, yaitu kurikulum standar yang diimprovisasi
alokasi waktunya sesuai dengan kecepatan belajar dan motivasi belajar siswa.
Pelayanan pendidikan yang dimaksud dapat diimplementasikan melalui
penyelenggaraan sistem percepatan kelas (akselerasi).
Program akselerasi adalah suatu program pengajaran yang dilakukan
dengan cara memampatkan materi pelajaran sehingga dapat terselesaikan
dengan waktu yang lebih singkat dari waktu yang seharusnya (Artanti, 2009).
Program akselerasi merupakan sebuah upaya dalam memenuhi kebutuhan
siswa berbakat intelektual. Alokasi waktu yang jauh lebih pendek ini
mengharuskan siswa harus belajar keras. Jika dilihat dari segi intelektualitas,
potensi mereka memang memungkinkan tetapi mereka bukanlah mesin yang
bisa diset untuk hanya melakukan satu aktivitas. Sebagai dampaknya siswa
akselerasi tidak memiliki kesempatan luas untuk belajar mengembangkan
aspek afektif, seperti kurangnya kemampuan berinteraksi sosial dan kerjasama
tim (Murjian, 2004). Hal ini menyebabkan siswa akselerasi memiliki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
kecenderungan lebih cemas dan depresi dibandingkan siswa reguler, selain dari
segi waktu mereka yang dipadatkan.
Kecemasan adalah hal yang umum ada pada kita semua yang hampir
terjadi setiap harinya (Huberty, 2004). Kecemasan merupakan kondisi
emosional yang tidak menyenangkan, yang ditandai oleh perasaan-perasaan
subjektif seperti ketegangan, ketakutan, dan kehawatiran dan juga ditandai
dengan aktifnya saraf pusat (Trismiati, 2004). Gangguan kecemasan yang
sering terjadi pada anak-anak dapat menyebabkan merosotnya prestasi di
sekolah, ketidakharmonisan dalam hubungan keluarga, dan dalam hubungan
sosial. Beberapa gangguan kecemasan yang terjadi pada masa anak-anak juga
diprediksi menjadi gangguan kecemasan saat remaja dan bisa menjadi
gangguan depresi juga (Walkup et al., 2008). Menurut Hawari (2006) depresi
merupakan gangguan suasana perasaan hati (mood) yang ditandai oleh
kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sampai
hilangnya kegairahan hidup, tidak mengalami gangguan menilai realitas
(reality testing ability/RTA masih baik), kepribadian tetap utuh (tidak ada
splitting of personality), perilaku dapat terganggu tetapi dalam batas normal.
Depresi dan gangguan kecemasan yang terjadi selama masa remaja merupakan
beberapa faktor yang menyebabkan gangguan mental dan fisik yang meluas
(Andrade et al., 2000).
Bertolak dari beberapa teori yang dikemukakan sebelumnya, penulis
bermaksud mengadakan penelitian yang dapat menjelaskan apakah ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
perbedaan tingkat kecemasan dan depresi pada siswa kelas III program
akselerasi dan reguler di SMPN 2 Surakarta.
B. Perumusan Masalah
Adakah perbedaan tingkat kecemasan dan depresi antara siswa kelas III
program akselerasi dan reguler di SMPN 2 Surakarta?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui adanya perbedaan tingkat kecemasan dan depresi
antara siswa kelas III program akselerasi dan reguler di SMPN 2 Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wacana ilmu
pengetahuan khususnya Ilmu Kedokteran Jiwa dan untuk memberikan
data ilmiah tentang perbedaan kecemasan dan depresi antara 2 kelompok
siswa dengan program pendidikan yang berbeda.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi sekolah,
pemerintah, siswa, dan berbagai pihak yang terkait guna membantu
kelancaran proses belajar mengajar agar siswa lebih berprestasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Kecemasan
a. Definisi
Kecemasan adalah kondisi emosional yang tidak menyenangkan,
yang ditandai oleh perasaan-perasaan subjektif seperti ketegangan,
ketakutan, dan kekhawatiran dan juga ditandai dengan aktifnya saraf
pusat (Trismiati, 2004). Kaplan dan Saddock (2005) menjelaskan
kecemasan sebagai suatu penyerta yang normal dari pertumbuhan, dari
perubahan, dari pengalaman akan sesuatu yang baru dan belum pernah
dicoba.
Duits et al. (1999) menyebutkan dalam studi penelitian terdapat
hubungan struktural antara kecemasan, depresi, kepribadian, dan faktor-
faktor lain, seperti: manusia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, riwayat
medis, dan lain sebagainya.
Pada manusia, kecemasan bisa jadi berupa perasaan gelisah yang
bersifat subjektif, sejumlah perilaku (tampak khawatir dan gelisah atau
resah), maupun respon fisiologis tertentu. Kecemasan bersifat kompleks
dan merupakan keadaan suasana hati yang berorientasi pada masa yang
akan datang dengan ditandai adanya kekhawatiran karena tidak dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
memprediksi atau mengontrol kejadian yang akan datang (Barlow dan
Durand, 2006).
b. Epidemiologi
Survei di Amerika pada tahun 1996 melaporkan bahwa 15-33%
pasien yang datang berobat ke dokter non-psikiater merupakan pasien
dengan gangguan mental, dari jumlah tersebut minimal sepertiganya
menderita gangguan kecemasan (Mubarak, 2008). Asosiasi gangguan
kecemasan di Amerika (ADAA, 2010) menyatakan bahwa gangguan
kecemasan merupakan prevalensi terbesar pada gangguan mental,
menyerang kira-kira 40 juta orang dewasa Amerika atau 18% dari
populasi.
Berkaitan dengan kecemasan pada laki-laki dan perempuan,
kelompok perempuan lebih cemas dengan ketidakmampuannya
dibanding kelompok laki-laki (Ibrahim, 2002). Laki-laki lebih aktif
eksploratif, sedangkan wanita lebih sensitif. Penelitian lain menunjukkan
bahwa laki-laki lebih rileks dibanding wanita. Wanita lebih mudah
dipengaruhi oleh tekanan-tekanan lingkungan daripada laki-laki. Wanita
juga lebih cemas, kurang sabar, dan mudah mengeluarkan air mata. Lebih
jauh lagi, dalam berbagai studi kecemasan secara umum, menyatakan
bahwa perempuan lebih cemas daripada laki-laki (Trismiati, 2004).
c. Etiologi
Kecemasan timbul akibat adanya respon terhadap kondisi stres atau
konflik. Rangsangan berupa konflik, baik dari luar maupun dari dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
diri sendiri akan menimbulkan respon dari sistem saraf yang mengatur
pelepasan hormon tertentu. Akibat muncul perangsangan pada organ-
organ, seperti lambung, jantung, pembuluh darah, maupun alat-alat gerak
(Mulyadi, 2003). Ada beberapa teori mengenai penyebab kecemasan:
1) Teori Psikologis
Dalam teori psikologis terdapat 3 bidang utama:
a) Teori Psikoanalitik
Sigmund Freud mendefinisikan ansietas sebagai sinyal
adanya bahaya pada ketidaksadaran. Ansietas dipandang sebagai
akibat konflik psikik antara keinginan tidak disadari yang bersifat
seksual atau agresif dan ancaman terhadap hal tersebut dari
superego atau realitas eksternal. Sebagai respons terhadap sinyal ini
ego memobilisasi mekanisme pertahanan untuk mencegah pikiran
dan perasaan yang tidak dapat diterima agar tidak muncul ke
kesadaran.
b) Teori Perilaku-Kognitif
Menurut teori ini, ansietas adalah respons yang dipelajari
terhadap stimulus lingkungan spesifik. Sebagai contoh, seseorang
belajar memiliki respons internal ansietas dengan meniru respons
ansietas orang tua mereka (teori pembelajaran sosial). Menurut
teori konseptualisasi keadaan ansietas nonfobik, pola pikir yang
salah, terdistorsi, atau kontraproduktif menyertai atau mendahului
perilaku maladaptif dan gangguan emosi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
c) Teori Eksistensial
Teori eksistensial ansietas memberikan modal untuk
gangguan ansietas menyeluruh, tanpa adanya stimulus spesifik
yang dapat diidentifikasi untuk perasaan cemas kronisnya. Konsep
pusat teori eksistensial adalah bahwa orang menyadari rasa kosong
yang mendalam di dalam hidup mereka, perasaan yang mungkin
bahkan lebih membuat tidak nyaman daripada penerimaan terhadap
kematian yang tidak dapat dielakkan. Ansietas adalah respons
mereka terhadap kehampaan yang luas mengenai keberadaan dan
arti.
2) Teori Biologis
Peristiwa biologis dapat mendahului konflik psikologis namun
dapat juga sebagai akibat dari suatu konflik psikologis.
a) Sistem saraf otonom
Stressor dapat menyebabkan pelepasan epinefrin dari adrenal
melalui mekanisme berikut ini:
Ancaman dipersepsi oleh panca indera, diteruskan ke korteks
serebri, kemudian ke sistem limbik dan RAS (Reticular Activating
System), lalu ke hipotalamus dan hipofisis. Kemudian kelenjar
adrenal mensekresikan katekolamin dan terjadilah stimulasi saraf
otonom (Mudjaddid, 2006).
Stimulasi sistem saraf otonom menimbulkan gejala tertentu,
misalnya: kardiovaskuler (contohnya: takikardi), muskuler
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
(contohnya: sakit kepala), gastrointestinal (contohnya: diare), dan
pernafasan (contohnya: nafas cepat).
b) Neurotransmiter
Tiga neurotransmiter utama yang berhubungan dengan
kecemasan adalah norepinefrin, serotonin, dan gamma-
aminobutyric acid (GABA).
(1) Norepinefrin
Teori umum mengenai peran norepinefrin dalam gangguan
ansietas adalah bahwa seseorang yang mengalami ansietas dapat
memiliki sistem adrenergik yang diatur buruk dengan ledakan
aktivitas yang kadang-kadang terjadi. Badan sel sistem
noradrenergik terutama terletak pada locus ceruleus di pons pars
rostralis dan badan sel ini menjulurkan aksonnya ke korteks
serebri, sistem limbik, batang otak, serta medula spinalis.
Eksperimen pada primata menunjukkan bahwa stimulasi locus
ceruleus menghasilkan respons rasa takut pada hewan dan ablasi
pada area yang sama menghambat atau benar-benar
menghalangi kemampuan hewan membentuk respons rasa takut.
Temuan yang kurang konsisten adalah bahwa pasien dengan
gangguan ansietas, terutama gangguan panik, memiliki
peningkatan kadar metabolit noradrenergik 3-metoksi-4-
hidroksifenilglikol dalam urine atau cairan serebrospinal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
(2) Serotonin
Badan sel sebagian besar neuron serotonergik terletak di
raphe nuclei di batang otak pars rostralis dan menyalurkan
impuls ke korteks serebri, sistem limbik (khususnya amigdala
dan hipokampus), serta hipotalamus. Sejumlah laporan
menunjukkan bahwa obat dengan berbagai efek serotonergik
dan non-serotonergik menimbulkan peningkatan ansietas pada
pasien dengan gangguan ansietas dan banyak laporan tidak
resmi yang menunjukkan bahwa halusinogen serotonergik dan
stimulan dikaitkan dengan timbulnya gangguan ansietas akut
dan kronis pada orang yang menggunakan obat ini.
(3) Gamma-aminobutyric acid (GABA)
Peran GABA dalam gangguan ansietas paling kuat
didukung oleh efektivitas benzodiazepin yang tidak meragukan,
yang meningkatkan aktivitas GABA di reseptor GABAA,
didalam terapi beberapa jenis gangguan ansietas. Hal ini
mengarahkan peneliti berhipotesis bahwa sejumlah pasien
dengan gangguan ansietas memiliki fungsi abnormal reseptor
GABAA, walaupun hubungan ini belum terlihat langsung
(Kaplan dan Saddock, 2005).
d. Patofisiologi
Kehidupan manusia selalu dipengaruhi oleh rangsangan dari luar
dan dari dalam berupa pengalaman masa lalu dan faktor genetik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Rangsangan tersebut diterima oleh panca indera, diteruskan dan direspon
oleh sistem saraf pusat. Bila rangsangannya berupa ancaman, maka
responnya adalah suatu kecemasan. Di dalam sistem saraf pusat, proses
tersebut melibatkan jalur Cortex cerebri – Limbic sistem RAS (Reticular
Activating System) – Hypothalamus yang memberikan impuls kepada
kelenjar hipofise untuk mensekresikan mediator hormonal terhadap target
organ yaitu kelenjar adrenal, kemudian memacu sistem saraf otonom
melalui mediator hormonal yang lain (catecholamine). Hiperaktifitas
sistem saraf otonom menyebabkan timbulnya kecemasan (Mudjaddid,
2006).
Yates (2008) menyebutkan bahwa di dalam sistem saraf pusat yang
merupakan mediator-mediator utama dari gejala-gejala kecemasan ialah
norepinefrin dan serotonin. Neurotransmiter dan peptida lain,
corticotropin-releasing factor, juga ikut terlibat. Sistem saraf otonom
yang berada di perifer, terutama sistem saraf simpatis, juga
memperantarai banyak gejala kecemasan (Yates, 2008).
2. Depresi
a. Definisi
Depresi adalah gangguan perasaan atau mood yang disertai
komponen psikologi berupa sedih, susah, tidak ada harapan dan putus asa
disertai komponen biologik atau somatik misalnya anoreksia, konstipasi
dan berkeringat dingin. Depresi dikatakan normal apabila terjadi dalam
situasi tertentu, bersifat ringan dan dalam waktu yang singkat. Bila
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
depresi tersebut terjadi di luar kewajaran dan dalam berlanjut maka
depresi tersebut dianggap abnormal (Atkinson et al., 2008).
Menurut Hawari (2006) depresi merupakan gangguan suasana
perasaan hati (mood) yang ditandai oleh kemurungan dan kesedihan yang
mendalam dan berkelanjutan sampai hilangnya kegairahan hidup, tidak
mengalami gangguan menilai realitas (reality testing ability/RTA masih
baik), kepribadian tetap utuh (tidak ada splitting of personality), perilaku
dapat terganggu tetapi dalam batas normal.
b. Epidemiologi
Menurut Jain, 2004 dan Manning, 2003 (dalam Himawati, 2006)
depresi adalah penyakit yang cukup mengganggu kehidupan. WHO
memperkirakan bahwa pada tahun 2020, depresi akan naik dari nomor
empat menjadi nomor dua dibawah penyakit jantung iskemik sebagai
penyebab disabilitas.
Rata-rata usia awitan adalah akhir dekade kedua walau dapat
ditemui pada semua kelompok usia. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa depresi mayor (berat) lebih sering pada wanita dibanding pria
dengan rasio 2:1. Gangguan depresi berat terjadi pada orang tanpa
hubungan interpersonal dekat atau pada mereka yang tidak menikah atau
yang cerai (Kaplan dan Saddock, 2005). Walaupun depresi lebih sering
pada wanita, bunuh diri lebih sering pada laki-laki terutama usia muda
dan tua (Ardjana, 2007). Institut Nasional Kesehatan Jiwa (NIMH, 2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
di Amerika menyatakan bahwa gangguan depresi ini menyerang kira-kira
20,9 juta orang dewasa Amerika atau sekitar 9,5% dari populasi.
c. Etiologi
Faktor penyebab depresi dapat dibagi menjadi faktor biologis,
faktor keturunan dan faktor psikososial (Ardjana, 2007; Syamsir, 2007;
Fitri, 2009).
1) Faktor Biologis
a) Faktor Neurotransmiter
Dari biogenik amin, norepinefrin dan serotonin merupakan
dua neurotransmiter yang paling berperan dalam patofisiologi
gangguan mood.
(1) Norepinefrin
Hubungan yang dinyatakan oleh penelitian ilmiah dasar
antara turunnya regulasi reseptor β-adrenergik dan respon
antidepresan secara klinis memungkinkan indikasi peran sistem
noradrenergik dalam depresi.
(2) Serotonin
Dengan diketahuinya efek Spesific Serotonin Reuptake
Inhibitor (SSRI), contoh: fluoxetin dalam pengobatan depresi,
menjadikan serotonin neurotransmiter biogenik amin yang
paling sering dihubungkan dengan depresi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
(3) Dopamin
Walaupun norepinefrin dan serotonin adalah biogenik
amin, Dopamin juga sering berhubungan dengan patofisiologi
depresi.
(4) Faktor neurokimia lainnya
GABA dan neuroaktif peptida (terutama vasopresin dan
opiat endogen) telah dilibatkan dalam patofisiologi gangguan
mood.
b) Faktor Neuroendokrin
Hipothalamus adalah pusat regulasi neuroendokrin dan
menerima rangsangan neuronal yang menggunakan
neurotransmiter biogenik amin. Bermacam-macam disregulasi
endokrin dijumpai pada pasien gangguan mood.
2) Faktor Keturunan
Data genetik menyatakan bahwa faktor yang signifikan dalam
perkembangan gangguan mood adalah genetik. Pada penelitian anak
kembar terhadap gangguan depresi berat, pada anak kembar
monozigot adalah 53%-69%, sedangkan dizigot 19% (Ardjana, 2007).
3) Faktor Psikososial
a) Teori kognitif
Teori kognitif menyebutkan suatu tritunggal kognitif tentang
distorsi persepsi (Amir, 2005), yaitu:
(1) Pandangan negatif terhadap masa depan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
(2) Pandangan negatif terhadap diri sendiri
(3) Pandangan negatif terhadap pengalaman hidup
b) Faktor kepribadian premorbid
c) Ketidakberdayaan yang dipelajari
d) Peristiwa kehidupan dan stres lingkungan
3. Sistem Pendidikan
Realita pendidikan di Indonesia saat ini menunjukkan adanya proses
pembaharuan sistem secara berkelanjutan. Seiring dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, sistem pendidikan sekarang tidak hanya
bersifat klasikal, artinya semua siswa diperlakukan sama. Beberapa sistem
pendidikan yang baru telah mulai masuk ke Indonesia, seperti Sekolah
Bertaraf Internasional (SBI), imersi, akselerasi, dan lain-lain. Pada
penelitian ini khusus membicarakan tentang program akselerasi dan
program reguler.
Secara konseptual, pengertian acceleration diberikan oleh Perssey
(Hawadi, 2004) sebagai suatu kemajuan yang diperoleh dalam program
pengajaran pada waktu yang lebih cepat atau usia yang lebih muda daripada
konvensional. Colangelo (dalam Hawadi, 2004) menyebutkan bahwa istilah
akselerasi menunjukkan pada pelayanan yang diberikan (service delivery),
dan kurikulum yang disampaikan (curriculum delivery). Sebagai model
pelayanan, pengertian akselerasi termasuk juga taman kanak-kanak atau
perguruan tinggi pada usia muda, meloncat kelas, dan mengikuti pelajaran
tertentu pada kelas diatasnya. Sementara itu sebagai model kurikulum,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
akselerasi berarti mempercepat bahan ajar dari yang seharusnya dikuasai
oleh siswa saat itu.
Kebijakan pemerintah dalam pembinaan sekolah penyelenggara
program percepatan belajar tertera dalam PP Nomor 28 tahun 1990 tentang
Pendidikan dasar dan Kep. Mendikbud nomor 0487/U/1992 untuk Sekolah
Dasar, SMP, dan SMA. Dalam Kepmendikbud tersebut pasal 15 ayat (2)
menyatakan bahwa: Pelayanan pendidikan bagi siswa yang memiliki bakat
istimewa dan kecerdasan luar biasa dapat melalui jalur pendidikan sekolah
dengan menyelenggarakan program percepatan, dengan ketentuan telah
mengikuti pendidikan SD sekurang-kurangnya lima tahun.
Siswa yang memiliki bakat istimewa dan kecerdasan luar biasa dapat
menyelesaikan program belajar lebih awal dari waktu yang telah ditentukan,
dengan ketentuan telah mengikuti pendidikan sekurang-kurangnya dua
tahun.
Siswa yang memiliki bakat istimewa dan kecerdasan luar biasa dapat
menyelesaikan program belajar lebih awal dari waktu yang telah ditentukan,
dan telah mengikuti pendidikan SMA sekurang-kurangnya dua tahun
(Hawadi, 2004).
Dalam GBHN tahun 1998 menyatakan bahwa “peserta didik yang
memiliki tingkat kecerdasan luar biasa mendapat perhatian dan pelajaran
lebih khusus agar dapat dipacu perkembangan prestasi dan bakatnya tanpa
mengabaikan potensi peserta didik lainnya” (Hawadi, 2004).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Sedangkan pengertian program reguler dalam kamus Bahasa
Indonesia adalah teratur, tetap atau biasanya (Daryanto, 1997). Menurut
Widyastono (dalam Putri et al., 2005) kelas reguler diselenggarakan
berdasarkan kurikulum nasional yang berlaku. Di dalam kelas reguler semua
peserta didik atau siswa diberikan perlakuan yang sama tanpa melihat
perbedaan kemampuan mereka.
Pembelajaran program akselerasi ini pun tidak terlepas dari kurikulum
akselerasi yang telah mengalami modifikasi dari program reguler.
Kurikulum akselerasi adalah kurikulum nasional dan lokal yang
dimodifikasi dengan penekanan pada materi esensial serta berdiferensiasi
dengan memperhatikan empat dimensi yaitu dimensi umum, dimensi
diferensiasi, dimensi non-akademis, dan dimensi suasana belajar. Selain itu
struktur program akselerasi sama dengan kelas reguler, yang membedakan
adalah waktu penyelesaian yang lebih cepat daripada reguler yaitu tiga
tahun menjadi dua tahun.
4. Taylor Minnesota Anxiety Scale (TMAS)
Kuesioner TMAS adalah instrumen pengukur kecemasan. TMAS
berisi 50 butir pertanyaan, dimana responden menjawab keadaan “ya” atau
“tidak” sesuai dengan keadaan dirinya dengan memberi tanda (√) pada
kolom jawaban “ya” atau “tidak”, setiap jawaban “ya” diberi nilai 1.
Sebagai cut off point adalah sebagai berikut:
a. Nilai < 21 berarti tidak cemas.
b. Nilai ≥ 21 berarti cemas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
TMAS mempunyai derajat validitas yang cukup tinggi, akan tetapi
dipengaruhi juga oleh kejujuran dan ketelitian responden dalam mengisinya
(Azwar, 2007). Untuk menghindari terjadinya perhitungan hasil yang
mungkin invalid karena kesalahan atau ketidakjujuran responden, perlu
menggunakan tes khusus yaitu tes L-MMPI.
5. Lie Minnesota Multiphasic Personality Inventory (L-MMPI)
Lie Minnesota Multiphasic Personality Inventory (L-MMPI)
merupakan tes kepribadian yang terbanyak penggunaannya di dunia sejak
tahun 1942. Dikembangkan oleh Hathaway (psikolog) dan Mc Kinley
(psikiater) dari Universitas Minnesota Minneapolis, USA sejak tahun 1930-
an (Butcher, 2005).
Dalam penelitian ini hanya dipergunakan skala L dalam keseluruhan
tes MMPI. Skala L dipergunakan untuk mendeteksi ketidakjujuran subjek
termasuk kesengajaan subjek dalam menjawab pertanyaan supaya dirinya
terlihat baik (Graham, 2005).
Tes ini berfungsi sebagai skala validitas untuk mengidentifikasi hasil
yang mungkin invalid karena kesalahan atau ketidakjujuran subjek
penelitian. Tes terdiri dari 15 soal dengan jawaban “ya” atau “tidak”. Bila
responden menjawab “tidak” maka diberi nilai 1. Nilai batas skala adalah
10, artinya apabila responden mempunyai nilai > 10, maka data hasil
penelitian responden tersebut dinyatakan invalid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
6. Beck Depression Inventory (BDI)
Beck Depression Inventory merupakan instrumen untuk mengukur
derajat depresi dari Dr. Aaron T. Beck yang secara luas digunakan untuk
tujuan penelitian maupun tujuan klinis, yang diterjemahkan ke dalam
beberapa bahasa dan telah dibakukan di beberapa negara (Nunes, 2009).
Instrumen ini mengandung skala depresi yang terdiri dari 21 item yang
menggambarkan 21 kategori.
Instrumen ini telah dibakukan dan mempunyai cut off point yang
secara kuat bisa memprediksi gangguan klinis depresi. Setiap pernyataan
BDI mempunyai skor 0-3, dimana 0 diartikan gejala ringan dan 3 sebagai
gejala berat. Menurut Gulec et al. (2003) dan Bostanci et al. (2005),
seseorang dikatakan depresi bila skor BDI ≥ 17.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
B. Kerangka Berpikir
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
C. Hipotesis
Derajat kecemasan dan depresi siswa kelas III program akselerasi lebih
tinggi dibandingkan siwa kelas III program reguler di SMPN 2 Surakarta.
Siswa kelas III SMPN 2 Surakarta
Kelas Akselerasi Kelas Reguler
Waktu
pembelajaran
konvensional
Materi
sesuai
kurikulum
Bebas
berinteraksi
dengan
siswa lain
Waktu
pembelajaran
yang
dipadatkan
Materi yang
lebih
banyak dan
lebih luas
Kurang
berinteraksi
dengan
siswa lain
Kurang cemas
dan
Kurang depresif
Lebih cemas
dan
Lebih depresif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian observasional
analitik dengan menggunakan metode cross sectional. Rancangan cross
sectional adalah suatu rancangan penelitian di bidang kedokteran dan
kesehatan yang paling sering digunakan karena secara metodelogik paling
mudah dilakukan dan hanya diobservasi hanya sekali pada saat yang sama
(Taufiqurrahman, 2004).
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 2 Surakarta pada bulan Mei
tahun 2011.
C. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SMPN 2 Surakarta
program reguler dan akselerasi masing-masing 30 orang yang diambil secara
acak dengan kriteria:
1. Kriteria inklusi
a. Siswa akselerasi yang mengikuti program akselerasi semenjak kelas
satu.
b. Siswa reguler yang mengikuti program reguler semenjak kelas satu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
2. Kriteria eksklusi
a. Siswa akselerasi pindahan dari program reguler sebelumnya selama
SMP.
b. Siswa reguler pindahan dari program akselerasi sebelumnya selama
SMP.
c. Siswa akselerasi maupun reguler yang pernah mendapatkan program
akselerasi pada jenjang pendidikan sebelumnya.
D. Teknik Sampling
Pengambilan sampel dilakukan secara puposive random sampling yang
diambil secara acak sederhana dengan undian. Purposive karena sampel dipilih
berdasarkan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2005). Dalam penelitian ini
yang dipilih sebagai subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas III.
Setelah dilakukan pencuplikan secara purposive sampling dilanjutkan
pencuplikan dengan metode random sampling. Besarnya sampel yang diambil
ditetapkan menggunakan rumus ( )
dan didapatkan jumlah sampel
sebesar 60.
E. Identifikasi Variabel
1. Variabel Bebas (Independent Variable)
Tingkat kecemasan dan tingkat depresi.
2. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Siswa kelas III program akselerasi dan program reguler SMPN 2 Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
F. Definisi Operasional Variabel
1. Kelompok Akselerasi
Kelompok ini terdiri dari siswa kelas III SMPN 2 Surakarta yang
mengikuti program akselerasi sejak kelas I. Jumlah siswa program
akselerasi adalah 41 siswa. Besar sampel yang akan diambil dari program
akselerasi ini sebesar 30 siswa.
2. Kelompok Reguler
Kelompok ini terdiri dari siswa kelas III SMPN 2 Surakarta yang
mengikuti program reguler sejak kelas I. Jumlah siswa program reguler
adalah 279 siswa. Besar sampel yang akan diambil dari program reguler
sebesar 30 siswa.
3. Kecemasan
Status kecemasan dapat diukur dengan berbagai cara. Pada penelitian
ini digunakan instrumen Taylor Minnesota Anxiety Scale (TMAS).
Responden menjawab sesuai dengan keadaan dirinya dengan memberi tanda
(√) pada kolom jawaban “ya” atau “tidak”. Jawaban “ya” diberi skor 1 dan
jawaban “tidak” diberi skor 0. Sebagai cut off point pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Cemas: bila skor TMAS ≥ skor rata-rata dari jawaban responden.
b. Tidak cemas: bila skor TMAS < skor rata-rata dari jawaban responden.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
4. Depresi
Penilaian status depresi pada penelitian ini menggunakan instrumen
Beck Depression Inventory (BDI) dimana terdiri dari 21 item yang
menggunakan 21 kategori. Sebagai cut off point pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Depresif: bila skor BDI ≥ skor rata-rata dari jawaban responden.
b. Tidak depresif: bila skor BDI < skor rata-rata dari jawaban responden.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
G. Rancangan Penelitian
Gambar 2. Skema Rancangan Penelitian
H. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan instrumen berupa beberapa jenis
kuesioner, diantaranya kuesioner L-MMPI, kuesioner TMAS, dan
kuesioner BDI. Kuesioner L-MMPI digunakan untuk mengetahui data
Siswa kelas III SMPN 2 Surakarta
Kelas Akselerasi Kelas Reguler
Siswa SMPN 2 Surakarta
invalid
Kuesioner L-MMPI Kuesioner L-MMPI
valid valid invalid
Kuesioner TMAS
Kuesioner BDI
Kuesioner TMAS
Kuesioner BDI
Skor TMAS
Skor BDI
Skor TMAS
Skor BDI
Uji t
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
yang diisi oleh responden valid atau invalid. Kuesioner TMAS digunakan
untuk mengukur tingkat kecemasan. Sedangkan kuesioner BDI digunakan
untuk mengukur tingkat depresi.
I. Cara Kerja
1. Penulis membuat surat izin dan mengirimnya ke SMPN 2 Surakarta.
2. Setelah mendapatkan izin, selanjutnya penulis melakukan informed concent
(Principle of Autonomy and Respect) pada siswa.
3. Penulis juga menjelaskan bahwa pada penelitian ini tidak dilakukan
intervensi yang menyakiti sampel (Principle of Non Maleficence).
4. Penulis juga menjelaskan bahwa identitas dan hasil setiap sampel akan
dijaga kerahasiannya (Principle of Confidentiality).
5. Penulis membagikan kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya.
6. Siswa diberikan waktu 10-15 menit untuk mengisi kuesioner yang telah
diberikan.
7. Setelah para siswa selesai mengisi kuesioner, penulis mengumpulkan
kuesioner tersebut.
8. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis menggunakan teknik analisis
data yang telah dipilih.
J. Teknik Analisis Data
Untuk membuktikan perbedaan tingkat kecemasan dan depresi pada
siswa kelas III program akselerasi dan reguler tersebut, data yang diperoleh
diuji dengan uji t – SPSS 17 for Windows.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Sampel
Responden dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SMPN 2
Surakarta baik yang mengikuti program akselerasi maupun reguler. Pada
penelitian ini didapat total sampel 320 siswa, terdiri dari 41 siswa
program akselerasi dan 279 siswa program reguler. Data diambil dari
pengukuran langsung terhadap responden dengan menggunakan bantuan
kuesioner. Dari 320 siswa, yang termasuk kriteria inklusi sebanyak 71
siswa atau 22,18% dari seluruh sampel dan yang gugur sebanyak 249
siswa (77,82%). Dari sampel yang berjumlah 71 siswa tadi diambil secara
random 60 siswa, yang terdiri dari 30 siswa akselerasi dan 30 siswa
reguler.
Tabel 1. Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Umur
No Kelompok Rerata Usia STD Minimal Maksimal
1
2
Akselerasi
Reguler
14,17 th
14,83 th
0,647
0,461
13
14
15
16
Sumber: Data primer, 2011
Tabel 1 di atas menjelaskan bahwa rerata usia sampel yang
mengikuti program akselerasi adalah 14,17 tahun, dengan kisaran antara
13 hingga 15 tahun. Sedangkan rerata usia sampel yang mengikuti
program reguler adalah 14,83 tahun, dengan kisaran 14 hingga 16 tahun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Tabel 2. Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
No Kelompok Jenis Kelamin Total Presentase (%) Total (%)
L P L P
1
2
Akselerasi
Reguler
11
7
19
23
30
30
36,67
23,33
63,33
76,67
100
100
Sumber: Data primer, 2011
Tabel di atas menunjukkan bahwa jenis kelamin perempuan pada
kedua kelompok memiliki persentase yang lebih besar dibandingkan
dengan laki-laki. Kelompok akselerasi memiliki jumlah sampel
perempuan sebanyak 19 siswa (63,33%) dari 30 siswa. Pada kelompok
reguler, sampel perempuan berjumlah 23 siswa (76,67%).
Tabel 3. Rerata Skor TMAS (Taylor Minnesota Anxiety Scale)
No Kelompok Rerata Skor
TMAS STD Minimal Maksimal
1
2
Akselerasi
Reguler
26,16
22,13
3,913
5,130
18
12
34
34
Sumber: Data primer, 2011
Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa rerata skor TMAS pada
kelompok akselerasi lebih tinggi dibanding dengan rerata skor TMAS
pada kelompok reguler. Dimana rerata skor TMAS pada kelompok
akselerasi sebesar 26,16 dan berkisar antara 18 sampai 34. Sedangkan
rerata untuk kelompok reguler sebesar 22,13 dan berkisar antara 12
hingga 34.
Tabel 4. Rerata Skor BDI (Beck Depression Inventory)
No Kelompok Rerata Skor
BDI STD Minimal Maksimal
1
2
Akselerasi
Reguler
8,06
5,26
6,570
4,968
1
0
30
22
Sumber: Data primer, 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa rerata skor BDI pada
kelompok akselerasi lebih tinggi dibanding dengan rerata skor BDI pada
kelompok reguler. Dimana rerata skor BDI pada kelompok akselerasi
sebesar 8,06 dan berkisar antara 1 sampai 30. Sedangkan rerata untuk
kelompok reguler sebesar 5,26 dan berkisar antara 0 hingga 22.
B. Analisis Statistika
Data penelitian yang telah diperoleh kemudian dianalisis dengan uji
t-independent. Uji t-independent merupakan uji parametrik yang berguna
untuk membandingkan nilai rerata antara satu kelompok dengan
kelompok yang lain untuk menentukan perbedaan probabilitas kedua
kelompok tersebut. Uji ini digunakan bila skor kedua kelompok tidak
berhubungan satu sama lain. Adapun syarat agar suatu data layak untuk
dianalisis dengan uji t-independent adalah skor yang diperoleh berbentuk
kontinum, tersebar secara normal, dan variansi kedua kelompok sama
(Myrnawati, 2004). Untuk mengetahui bahwa data terdistribusi normal
atau tidak, maka dilakukan uji normalitas. Suatu data dikatakan
mempunyai sebaran normal jika didapatkan nilai p > 0,05. Pada masing-
masing sebaran data dapat dilakukan dengan cara deskriptif ataupun
analitik. Cara analitik memiliki tingkat objektivitas dan sensitivitas yang
lebih tinggi dibandingkan dengan deskriptif sehingga dalam penelitian ini
dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov (Dahlan, 2005).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Tabel 5. Hasil Uji Normalitas Data TMAS dengan Kolmogorov-Smirnov
Data Nilai p Keterangan
Akselerasi
Reguler
0,00
0,00
Tidak terdistribusi normal
Tidak terdistribusi normal
Sumber: Data primer, 2011
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebaran data masing-masing
kelompok tidak terdistribusi normal, karena nilai p untuk skor TMAS
masing-masing kelompok adalah p < 0,05.
Tabel 6. Hasil Uji Normalitas Data BDI dengan Kolmogorov-Smirnov
Data Nilai p Keterangan
Akselerasi
Reguler
0,00
0,00
Tidak terdistribusi normal
Tidak terdistribusi normal
Sumber: Data primer, 2011
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebaran data masing-masing
kelompok tidak terdistribusi normal, karena nilai p untuk skor BDI
masing-masing kelompok adalah p < 0,05. Oleh karena itu, data harus
dinormalkan terlebih dahulu melalui proses transformasi. Setelah
ditransformasi sebaran data tetap tidak normal. Hal tersebut menunjukkan
bahwa penelitian ini tidak dapat menggunakan uji parametrik t-
independent melainkan menggunakan uji alternatifnya yaitu uji non-
parametrik Mann-Whitney.
Tabel 7. Hasil Uji Homogenitas Skor TMAS dengan Levene’s Test
Data Uji Homogenitas Levene’s Test
Keterangan F P
Skor TMAS 0,256 0,615 Data homogen
Sumber: Data primer, 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Tabel 8. Hasil Uji Homogenitas Skor BDI dengan Levene’s Test
Data Uji Homogenitas Levene’s Test
Keterangan F P
Skor BDI 3,863 0,054 Data homogen
Sumber: Data primer, 2011
Hasil uji homogenitas dengan Levene’s Test mempunyai ketentuan
bila signifikan hitung > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut
diasumsikan homogen, demikian sebaliknya bila signifikan hitung < 0,05
data diasumsikan tidak homogen atau mempunyai perbedaan varians.
Berdasarkan uji homogenitas dengan Levene’s Test di atas, dapat
diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan varians baik skor TMAS
maupun skor BDI antara kelompok akselerasi dan reguler (p > 0,05).
Tabel 9. Hasil Uji Mann-Whitney skor TMAS
Kelompok Mean skor
TMAS STD
Analisis Uji Mann-
Whitney
Akselerasi
Reguler
26,16
22,13
3,913
5,130 p = 0,2
Sumber: Data primer, 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Gambar 3. Boxplots Skor Kecemasan (TMAS)
Tabel 9 menunjukkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna
antara rerata skor TMAS pada kelompok akselerasi dan kelompok reguler.
Dimana hasil uji Mann-Whitney p = 0,2 (p > 0,05).
Tabel 10. Hasil Uji Mann-Whitney skor BDI
Kelompok Mean skor
BDI STD
Analisis Uji Mann-
Whitney
Akselerasi
Reguler
8,06
5,26
6,570
4,968 p = 0,288
Sumber: Data primer, 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Gambar 4. Boxplots Skor Depresi (BDI)
Tabel 10 menunjukkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna
antara rerata skor BDI pada kelompok akselerasi dan kelompok reguler.
Dimana hasil Uji Mann-Whitney p = 0,288 (p > 0,05). Jadi dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna baik tingkat
kecemasan maupun depresi pada kelompok akselerasi dan reguler.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
BAB V
PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perbedaan tingkat kecemasan dan
depresi pada kelompok akselerasi dan kelompok reguler tidak signifikan.
Beberapa alasan yang menyebabkan hasil penelitian ini tidak signifikan antara
lain sebagai berikut. Pertama, dari segi waktu pengambilan sampel dimana sampel
ini diambil setelah ujian akhir nasional berakhir karena kebijakan pihak sekolah
yang kurang berkenan jika sampel diambil sebelum ujian akhir nasional. Jika
sampel bisa diambil sebelum ujian nasional kemungkinan didapatkan perbedaan
yang bermakna baik itu kecemasan maupun depresi antara siswa akselerasi dan
reguler.
Kedua, sampel yang diambil tidak dibedakan berdasarkan jenis kelamin
yaitu laki-laki dan perempuan. Sesuai dengan teori sebelumnya yang berkaitan
dengan kecemasan pada laki-laki dan perempuan, kelompok perempuan lebih
cemas dengan ketidakmampuannya dibanding kelompok laki-laki (Ibrahim,
2002). Begitu pula frekuensi depresi yang dijelaskan dalam beberapa penelitian
menunjukkan bahwa depresi mayor (berat) lebih sering pada wanita dibanding
pria dengan rasio 2:1 (Kaplan dan Saddock, 2005). Kemudian yang ketiga, pada
penelitian ini, penulis tidak meneliti lingkungan sosial dari tiap-tiap siswa yang
menjadi subjek penelitian. Lingkungan sosial dapat berupa lingkungan keluarga,
lingkungan tempat tinggal, pergaulan, status sosial ekonomi, dan lain sebagainya.
Padahal faktor lingkungan sosial seseorang mempunyai pengaruh dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
menimbulkan kelainan kecemasan dan depresi pada suatu individu (Kaplan dan
Saddock, 2005). Keempat, jumlah sampel yang didapatkan pada penelitian ini
dirasa masih belum cukup untuk menggambarkan kondisi kecemasan dan depresi
pada populasi sehingga dibutuhkan jumlah sampel yang lebih banyak lagi.
Hasil penelitian yang telah dilakukan ini juga didukung oleh penelitian
sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Wulan Wahyuningsih (2010)
dimana hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa tingkat stres akademik antara
siswa kelas akselerasi dan siswa kelas reguler di SMPN 5 Bandung menunjukkan
perbedaan yang tidak bermakna. Menurut Dadang Hawari (2006) istilah stres
dipisahkan dari stres akademik dan depresi, karena satu sama lainnya saling
terkait. Selain itu, hasil penelitian ini didukung penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Neihart (1999), dimana ia melakukan pengukuran objektif pada
tingkat depresi masing-masing kelompok dengan membandingkan siswa berbakat
SMP dengan siswa rata-rata. Kelompok pertama adalah siswa dengan kemampuan
tinggi yang ditempatkan di kelas khusus anak berbakat, lalu kelompok siswa
dengan kemampuan tinggi yang belum ditempatkan di kelas khusus, dan
kelompok anak dengan kemampuan rata-rata. Hasilnya adalah tidak ditemukan
perbedaan yang signifikan antar kelompok.
Namun, hasil ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan
Muhammad Dipa (2009) yaitu membandingkan tingkat kecemasan antara siswa
kelas X program akselerasi dengan non akselerasi di SMA Negeri 1 Surakarta.
Hasil ini bisa berbeda dapat dikarenakan beberapa faktor. Pertama, perbedaan
subjek penelitian, pada penelitian Muhammad Dipa subjek yang diambil adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
siswa SMA sedangkan subjek penelitian ini adalah siswa SMP. Kedua adalah
waktu pengambilan data sampel yang juga berbeda dimana penelitian Muhammad
Dipa dilakukan sebelum menghadapi ujian akhir sedangkan penelitian ini
dilakukan setelah menghadapi ujian akhir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa derajat kecemasan dan depresi pada siswa kelas III program akselerasi
lebih tinggi dibandingkan siswa kelas III progam reguler di SMPN 2 Surakarta,
tetapi hasil yang diperoleh tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna.
Sehingga, terbukti bahwa perbedaan program kelas bukan hanya satu-satunya
faktor yang menyebabkan perbedaan tingkat gejala stres antara siswa program
akselerasi dengan siswa kelas reguler. Akan tetapi, adanya stres pada setiap
siswa juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti personal siswa, kesiapan
mental, kepercayaan diri, tingkat intelegensi, komitmen, dan nilai-nilai yang
mereka pegang (Cohen et al., 1986; Cohen dan Herbert, 1996).
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, maka saran-saran penulis
adalah sebagai berikut:
1. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan pengambilan sampel
yang dilaksanakan sebelum ujian, sehingga dapat mengetahui tingkat
kecemasan dan depresi masing-masing kelompok yang lebih bermakna.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai perbedaan tingkat
kecemasan dan depresi antara siswa kelas III program akselerasi dan reguler
di SMPN 2 Surakarta dengan mengendalikan faktor-faktor luar yang turut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
mempengaruhi, seperti genetik, kepribadian, hormon, dan sosial ekonomi
yang belum dapat dikendalikan dalam penelitian ini.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar
untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
DAFTAR PUSTAKA
Amir N. 2005. Diagnosis dan Penatalaksanaan Depresi Pascastroke. Cermin
Dunia Kedokteran, no. 149, pp: 8-13
Andrade L, Caraveo-Anduaga J, Berglund P. 2000. Cross-national comparisson of
the prevalences and correlates of mental disorder. WHO International
Consortium in Psychiatric Epidemiology. Bull World Health Organization.
78: 413-426
Anwar, R. 2005. Teori Sederhana Prosedur Pemilihan Hipotesis.
http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2010/05/prosedur_pemilihan_
uji_hipotesis.pdf (20 Oktober 2011)
Anxiety Disorders Association of America (ADAA). 2010. Statistics and facts
about anxiety disorders. http://www.adaa.org/about-adaa/press-room/facts-
statistics (30 Maret 2011).
Ardjana I. G. A. 2007. Depresi pada remaja In: Tumbuh Kembang Remaja dan
Permasalahannya. Jakarta: CV. Sagung Seto, pp: 219-232
Artanti. 2009. Upaya Mengefektifkan Program Akselerasi dalam Rangka
Pengembangan Potensi Siswa Berbakat Intelektual. Malang: Universitas
Islam Negeri Press.
Atkinson R. L. 2008. Pengantar Psikologi. Jakarta: Arilangga, pp: 45-52
Azwar. 2007. Konsep Pengukuran Validitas. Jakarta: Gunadharma Press, p: 60.
Barlow D. H., Durand V. 2006. Intisari Psikologi Abnormal. Cetakan I. Jakarta :
Pustaka Pelajar, p : 124.
Bostanci M., Ozdel O., Oguzhanoglu N.K., Ozdel L., Ergin A., Ergin N., Atesci
F., Karadag F. 2005. Depressive Symptomatology among University
Students in Denzili, Turkey: Prevalence and Sociodemographic Correlates.
Croatian Medical Journal. 46(1): 96-100.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Butcher J. N. 2005. A Beginner’s Guide To The MMPI-2. 2nd
ed. Washington D.
C.: American Psychological Association, pp: 3-5.
Cohen, S. 1986. Contrasting the hassle scale and the perceived stress scale.
American Psychologist. 41: 716-719
Dahlan M. S. 2005. Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: PT
Arkast.
Daryanto, S. S. 1997. Kamus Bahasa Indonesia Lengkap. Surabaya: Apollo.
Duits A. A., Duivenvoorden H.J., Boeke S. 1999. A Structural Modelling
Analysis of Anxiety and Depressions Patients Undergoing Coronary Artery
by Pass Graft Surgery : A Model Generating Approach. Journal of
Psychosomatic Research. 46(2) : 187-200.
Fitri. 2009. Apa Saja Penyebab Depresi. www.duniapsikologi.dagdigdug.com
(10 Februari 2011).
Graham J. R. 1990. MMPI-2 Assessing Personality and Psychopatology. New
York: Oxford University Press, pp: 23-25.
Gulec M., Bakr B.,Ozer M., Ucar M., Klc S., Hasde M. 2005. Association
between Cigarette Smoking and Depressive Symptoms among Military
Medical Students in Turkey. Psych Res. 134: 281-286.
Hawadi, Reni Akbar. 2004. Akselerasi (A-Z Informasi Program Percepatan
Belajar dan Anak Berbakat Intelektual. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Hawari D. 2006. Manajemen Stress, Cemas, dan Depresi. Jakarta: Gaya Baru.
Herbert T. B. dan Cohen S. 1996. Measurement issues in research on
psychological stress. In H. B. Kaplan (Ed.), Psychosocial stress:
Perspectives on structure, theory, life course, and methods. 8: 297-298.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Himawati A. 2006. Keefektifan Terapi Realitas Terhadap Penurunan Depresi dan
Peningkatan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani
Terapi Hemodialise di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta. Surakarta:
Fakultas Kedokteran UNS Press.
Huberty T. J. 2004. Anxiety and Anxiety Disoders in Children: Information for
Parents. National Association of School Phsycology, pp: S5-1 – S5-4.
Ibrahim A. S. 2002. Menyiasati Gangguan Cemas. http://pdpersi.co.id. (3
Februari 2011).
Kaplan H. I. dan Saddock B. J. 2005. Sinopsis Psikiatri. 8th
ed. Jakarta: Bina Rupa
Aksara.
Mubarak. 2008. Gangguan Cemas. www.cetrione.blogspot.com (3 Februari
2011).
Mudjaddid E. 2006. Pemahaman dan Penanganan Psikosomatik Gangguan
Ansietas dan Depresi di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Ed 2. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, p: 913.
Mulyadi. 2003. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press.
Mulyasa E. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Murjian P. 2004. Persoalan Kelas Akselerasi.
http://pengembangankurikulum.blogspot.com/2009/08/inovasi-
pendidikan.html (15 Februari 2011).
National Institute of Mental Health (NIMH). 2010. Mental Health Medications.
http://www.nimh.nih.gov/health/publications/mental-health-
medications/complete-index.shtml (30 Maret 2011).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Neihart, M. 1999. The Impact of Giftenesson Psychological Well-Being. Roeper
Review. 22(01).
Nunes M. A. F. dan Santos M. A. D. 2010. Depression and Quality of Life in
Mothers of Children with Pervasive Developmental Disorders. Revista
Latino-Americana de Enfermagem. 18(1): 33-40.
Putri, D. S., et al. 2005. Perbedaan Sosialisasi Antara Siswa Kelas Akselerasi dan
Kelas Reguler Dalam Lingkungan Pergaulan Di Sekolah. Humanitas
Indonesia Psychological Journal. Vol. 2 No. 1 Januari 2005: 28-40.
Soedjiarto. 2003. Pendidikan Nasional sebagai Proses Transformasi Budaya.
Jakarta: Bali Pustaka.
Sugiyono. 2005. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta, pp: 56-69.
Syamsir B. S. 2007. Pengenalan Gangguan Depresif pada Orang Usia Lanjut.
Medan: Universitas Sumatra Utara, pp: 2-4.
Taufiqurrahman, M. A. 2004. Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan.
Klaten: CSGF.
Trismiati. 2004. Perbedaan Tingkat Kecemasan Antara Pria dan Wanita Akseptor
Kontrasepsi Mantap di RSUD Dr. Sardjito Yogyakarta.
http://www.psikologi.binadarma.ac.id/jurnal/jurnal_trismiati.pdf (31 Januari
2011).
Wahyuningsih, Wulan. 2010. Perbedaan Tingkat Stres Akademik dan Strategi
Pengelolaannya antara siswa SMP Program Akselerasi dengan Kelas
Reguler (Studi Komparatif terhadap Siswa Kelas IX Akselerasi dan Kelas
IX Reguler di SMP Negeri 5 Bandung Tahun Ajaran 2010/2011).
http://repository.upi.edu/operator/uploads/s_a0251_0607216_chapter4.pdf
(30 November 2011).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Walkup J. T., et al. 2008. Cognitive Behavioral therapy, Sertraline, or a
Combination in Childhood Anxiety. N Engl J Med. 359(26): 2753-2766.
Yates, William R. 2008. Anxiety Disorders
http://www.emedicine.com/med/topic152.htm (5 Februari 2011).