perbedaan peningkatan pengetahuan tentang …digilib.unila.ac.id/24053/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
PERBEDAAN PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG DEMAMBERDARAH DENGUE (DBD) ANTARA METODE CERAMAH DAN
VIDEO ANIMASI PADA MURID KELAS V DAN VISD NEGERI 12 METRO PUSAT
(Skripsi)
Oleh
Aulia Sari Pratiwi
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2016
ABSTRAK
PERBEDAAN PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG DEMAMBERDARAH DENGUE ANTARA METODE CERAMAH DAN VIDEO ANIMASI
PADA MURID KELAS V DAN VI SD NEGERI 12 METRO PUSAT
Oleh
AULIA SARI PRATIWI
Latar Belakang: Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakitdemam akut yang berpotensi menyebabkan kematian. Pendidikan kesehatan untukmeningkatkan pengetahuan siswa SD agar dapat melakukan tindakan pencegahanDBD di lingkungan rumah dan sekolah. Tujuan dari penelitian ini adalah untukmengetahui perbedaan peningkatan pengetahuan tentang DBD antara metodeceramah dan video animasi pada anak kelas V dan VI SD Negeri 12 Metro Pusat.Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode quasi experiment.Sampel terdiri dari siswa kelas V dan VI yang dibagi menjadi dua kelompoksecara acak yang masing-masing berjumlah 36 orang. Setiap kelompokmendapatkan salah satu metode ceramah atau video animasi. Pretest dilakukansebelum penyuluhan kesehatan dan kemudian diberikan intervensi berupapenyuluhan kesehatan yang kemudian setelahnya dilakukan posttest. Data pretestdan posttest kemudian dianalisis. Analisis data dilakukan menggunakan uji tberpasangan, uji Wilcoxon dan uji Mann-Whitney.Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaanpengetahuan antara pretest dan posttest baik pada metode ceramah (p = 0,024) danvideo animasi (p = 0,000). Pada penelitian ini juga didapatkan perbedaan yangbermakna peningkatan pengetahuan antara metode ceramah dengan video animasi(p = 0,005).Kesimpulan: Terdapat perbedaan peningkatan pengetahuan tentang DBD antarametode ceramah dan video animasi pada anak SD kelas V dan VI SD Negeri 12Metro Pusat. Video animasi dapat digunakan menjadi salah satu alternatifpenyuluhan kesehatan pada anak SD.
Kata kunci : Ceramah, Demam Berdarah Dengue, Pendidikan, Video Animasi.
ABSTRACT
THE DIFFERENCES OF KNOWLEDGE INCREASING ABOUT DENGUEHEMORRHAGIC FEVER BETWEEN LECTURING AND VIDEO ANIMATION
AMONG GRADE 5th AND 6th STUDENTS OF PUBLICELEMENTARY SCHOOL NO.12 METRO
By
AULIA SARI PRATIWI
Background : Dengue hemorrhagic fever (DHF) is acute febrile illness thatpotential to cause death. Health education to increase knowledge on elementarystudents can prevent dengue transmission in the home and school environment.The purpose of this study is to reveal the difference of knowledge increasingabout DHF using lecturing and a video animation in children grade 5th and 6th
Elementary School 12 Metro Centre.Research methods : This is a quasi experiment study. The sample consisted ofgrade 5th and 6th of elementary school students who are divided into two groupsrandomly, each group gets one treatment lecturing method or video animationmethods only. Each group consist of 36 students. Pretest and posttest wasconducted before and after treatment. Data were than analyzed using paired t test,Wilcoxon test and Mann-Whitney test.Research result : The results show that there is a significant difference betweenpretest and posstest of lecturing methods (p= 0,024), and also video animationmethods (p = 0,000). There is also significant difference of knowledge gainingbetween lecturing and video animation methods (p=0,005).Conclusion : There is knowledge increasing both lecturing and video animationmethods about DHF in grade 5th and 6th elementary students of public elementaryschool No. 12 Metro. Video animation methods can be used as an alternatifmethods of health education among children in elementary school.
Keywords : Lecturing, Dengue Fever, Education, Animation video.
PERBEDAAN PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG DEMAMBERDARAH DENGUE (DBD) ANTARA METODE CERAMAH DAN
VIDEO ANIMASI PADA MURID KELAS V DAN VISD NEGERI 12 METRO PUSAT
Oleh
Aulia Sari Pratiwi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai GelarSARJANA KEDOKTERAN
Pada
Program Studi Pendidikan DokterFakultas Kedokteran Universitas Lampung
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2016
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Metro pada tanggal 26 Februari 1994, sebagai anak pertama
dari tiga bersaudara, dari Bapak Hi.Mujiono, S.E dan Bunda Hj.Mulyati, S.Pd.
Pendidikan yang pernah dijalani yaitu Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK)
Pertiwi Teladan Metro diselesaikan pada tahun 2000, Sekolah Dasar (SD)
diselesaikan di SD Pertiwi Teladan Metro pada tahun 2006, Sekolah Menengah
Pertama (SMP) diselesaikan di SMP Negeri 4 Metro pada tahun 2009, dan
Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di SMA Negeri 1 Metro pada tahun
2012. Tahun 2012, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung.
Tahun 2012 penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Dokter melalui jalur undangan. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif
mengikuti kegiatan kampus. Penulis pernah mejadi anggota Pecinta Alam
PMPATD Pakis Rescue Team Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
PERJUANGAN MERUPAKAN PENGALAMAN
BERHARGA YANG DAPAT MENJADIKAN KITA
MANUSIA YANG BERKUALITAS
PERSEMBAHAN
Segala puji hanyalah milik Allah SWT yang telah memberikan nikmat iman,
nikmat Islam, hidayah dan rahmat kepada penulis. Shalawat serta salam
semoga tercurahkan kepada suri tauladan kita Nabi Muhammad SAW
beserta keluarganya.
Dengan syukur kupersembahkan lembaran-lembaran sederhana ini untuk
Ayah dan Bundaku Tercinta
Yang selalu mendo’akanku, yang selalu mendukung serta nasihatnya yang
menjadi jembatan perjalanan hidupku
Adik-adikku tersayang
Perhatian dan kasih sayang kalian menjadi motivasiku.
SANWACANA
Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Sholawat serta salam semoga selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhammad S.A.W.
Skripsi dengan judul “Perbedaan Peningkatan Pengetahuan Tentang Demam
Berdarah Dengue (DBD) Antara Metode Ceramah dan Video Animasi Pada
Murid Kelas V dan VI SD Negeri 12 Metro Pusat” adalah salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana Kedokteran di Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas
Lampung.
2. Bapak Dr.dr. Muhartono, S.Ked.M.Kes., Sp.PA, selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung.
3. Dr. Dyah Wulan S.R.Wardani, SKM, M.Kes, selaku pembimbing pertama
yang telah banyak meluangkan waktu, memberikan ilmu, membimbing,
memberikan bantuan, kritik dan saran serta nasihat yang sangat bermanfaat
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.
4. dr. Oktadoni Saputra, MMedEd, selaku pembimbing kedua atas kesediannya
untuk menyempatkan waktu memberikan bimbingan, kritik dan saran serta
nasihat yang sangat bermanfaat dalam penyelesaian skripsi ini.
5. dr. TA Larasati, M.Kes, selaku penguji utama yang telah memberikan saran
dan kritik serta masukan demi kebaikan bagi skripsi ini.
6. dr. Betta Kurniawan, M. Kes, selaku pembimbing akademik yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan masukan dan bimbingan selama
perkuliahan.
7. Orangtuaku tercinta Ayah Hi. Mujiono, S.E dan Bunda Hj. Mulyati S.Pd.
Terimakasih atas doanya setiap waktu, yang telah memberikan dukungan,
saran, semangat, kesabaran, keikhlasan dan kasih sayang yang luar biasa serta
selalu mendukung studiku ditengah keterbatasan yang ada.
8. Terimakasih kepada adikku M. Agung Prabowo dan M. Arrafi Nurtanio atas
kasih sayang, tawa ceria, serta senyum bahagia menjadi semangat bagi
penulis.
9. Seluruh dosen dan staf karyawan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang banyak berjasa selama ini.
10. Terimakasih kepada kepala sekolah dan guru-guru SD Negeri 12 Metro Pusat
bu Erlina, bu Erda, pak Heri dan guru-guru yang lainnya yang telah bersedia
bekerja sama dengan baik dan membantu saya selama penelitian.
11. Terimakasih kepada responden saya siswa siswi kelas 5 dan 6 SD Negeri 12
Metro Pusat yang telah membantu saya dalam penelitian.
12. Terimakasih Syamsudin Arif, serta sahabat-sahabat terbaikku Silvi Qiro’atul
Aini, Siti Aminah Hasibuan, Delvi Rusitaini, Noviana Hartikasari, Harmeida
Risa, Thasia Francis, Kadek Aryati, Sevfianti, Huzaimah, Fathia Sabila
Umar, Imelda Puspita terimakasih telah menemani perjuangan penyelesaian
karya ini. Terimakasih atas bantuan, kenangan, kebersamaan, tawa bersama
serta perjalanan hidup yang telah kita lalui bersama selama ini.
13. Terimakasih kepada Agam Anggoro, Anjas Prasetyo, Eduard, Siti Aminah
Hasibuan, Sheba Denisica, Indhraswari Dyah, Nani Indah Hardiyanti, Aris
Indra C.R, terimakasih atas semangat, kebersamaan dan bantuan yang
diberikan.
14. Teman-teman angkatan 2012 serta pihak yang berperan penting dalam
membatu menyelesaikan skripsi ini yang tak bisa disebutkan satu persatu.
Terimakasih telah memberikan makna atas kebersamaan yang terjalin dan
memberi motivasi belajar.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi
perbaikan dalam skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat digunakan
sebagai referensi yang bermanfaat bagi penelitian selanjutnya, seluruh civitas
akademik serta masyarakat pembacanya. Aamiin.
Bandar Lampung, 26 Februari 2016
Penulis
Aulia Sari Pratiwi
PERJUANGAN MERUPAKAN PENGALAMAN
BERHARGA YANG DAPAT MENJADIKAN KITA
MANUSIA YANG BERKUALITAS
PERSEMBAHAN
Segala puji hanyalah milik Allah SWT yang telah memberikan nikmat iman,
nikmat Islam, hidayah dan rahmat kepada penulis. Shalawat serta salam
semoga tercurahkan kepada suri tauladan kita Nabi Muhammad SAW
beserta keluarganya.
Dengan syukur kupersembahkan lembaran-lembaran sederhana ini untuk
Ayah dan Bundaku Tercinta
Yang selalu mendo’akanku, yang selalu mendukung serta nasihatnya yang
menjadi jembatan perjalanan hidupku
Adik-adikku tersayang
Perhatian dan kasih sayang kalian menjadi motivasiku.
SANWACANA
Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Sholawat serta salam semoga selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhammad S.A.W.
Skripsi dengan judul “Perbedaan Peningkatan Pengetahuan Tentang Demam
Berdarah Dengue (DBD) Antara Metode Ceramah dan Video Animasi Pada
Murid Kelas V dan VI SD Negeri 12 Metro Pusat” adalah salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana Kedokteran di Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas
Lampung.
2. Bapak Dr.dr. Muhartono, S.Ked.M.Kes., Sp.PA, selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung.
3. Dr. Dyah Wulan S.R.Wardani, SKM, M.Kes, selaku pembimbing pertama
yang telah banyak meluangkan waktu, memberikan ilmu, membimbing,
memberikan bantuan, kritik dan saran serta nasihat yang sangat bermanfaat
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.
4. dr. Oktadoni Saputra, MMedEd, selaku pembimbing kedua atas kesediannya
untuk menyempatkan waktu memberikan bimbingan, kritik dan saran serta
nasihat yang sangat bermanfaat dalam penyelesaian skripsi ini.
5. dr. TA Larasati, M.Kes, selaku penguji utama yang telah memberikan saran
dan kritik serta masukan demi kebaikan bagi skripsi ini.
6. dr. Betta Kurniawan, M. Kes, selaku pembimbing akademik yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan masukan dan bimbingan selama
perkuliahan.
7. Orangtuaku tercinta Ayah Hi. Mujiono, S.E dan Bunda Hj. Mulyati S.Pd.
Terimakasih atas doanya setiap waktu, yang telah memberikan dukungan,
saran, semangat, kesabaran, keikhlasan dan kasih sayang yang luar biasa serta
selalu mendukung studiku ditengah keterbatasan yang ada.
8. Terimakasih kepada adikku M. Agung Prabowo dan M. Arrafi Nurtanio atas
kasih sayang, tawa ceria, serta senyum bahagia menjadi semangat bagi
penulis.
9. Seluruh dosen dan staf karyawan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang banyak berjasa selama ini.
10. Terimakasih kepada kepala sekolah dan guru-guru SD Negeri 12 Metro Pusat
bu Erlina, bu Erda, pak Heri dan guru-guru yang lainnya yang telah bersedia
bekerja sama dengan baik dan membantu saya selama penelitian.
11. Terimakasih kepada responden saya siswa siswi kelas 5 dan 6 SD Negeri 12
Metro Pusat yang telah membantu saya dalam penelitian.
12. Terimakasih Syamsudin Arif, serta sahabat-sahabat terbaikku Silvi Qiro’atul
Aini, Siti Aminah Hasibuan, Delvi Rusitaini, Noviana Hartikasari, Harmeida
Risa, Thasia Francis, Kadek Aryati, Sevfianti, Huzaimah, Fathia Sabila
Umar, Imelda Puspita terimakasih telah menemani perjuangan penyelesaian
karya ini. Terimakasih atas bantuan, kenangan, kebersamaan, tawa bersama
serta perjalanan hidup yang telah kita lalui bersama selama ini.
13. Terimakasih kepada Agam Anggoro, Anjas Prasetyo, Eduard, Siti Aminah
Hasibuan, Sheba Denisica, Indhraswari Dyah, Nani Indah Hardiyanti, Aris
Indra C.R, terimakasih atas semangat, kebersamaan dan bantuan yang
diberikan.
14. Teman-teman angkatan 2012 serta pihak yang berperan penting dalam
membatu menyelesaikan skripsi ini yang tak bisa disebutkan satu persatu.
Terimakasih telah memberikan makna atas kebersamaan yang terjalin dan
memberi motivasi belajar.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi
perbaikan dalam skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat digunakan
sebagai referensi yang bermanfaat bagi penelitian selanjutnya, seluruh civitas
akademik serta masyarakat pembacanya. Aamiin.
Bandar Lampung, 26 Februari 2016
Penulis
Aulia Sari Pratiwi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI.................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian ...............................................................................6
1.3.1 Tujuan Umum ...........................................................................6
1.3.2 Tujuan Khusus ..........................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................7
1.4.1 Bagi Peneliti ..............................................................................7
1.4.2 Bagi Masyarakat........................................................................7
1.4.3 Bagi Instansi..............................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Demam Berdarah Dengue ..................................................................8
2.1.1 Definisi .....................................................................................8
2.1.2 Etiologi .....................................................................................8
2.1.3 Morfologi Nyamuk Aedes aegypti ..........................................9
2.1.4 Penularan..................................................................................13
2.1.5 Tanda dan Gejala Penyakit.......................................................14
2.1.6 Pencegahan...............................................................................17
2.1.7 Pengobatan ...............................................................................19
2.2 Konsep Anak Usia Sekolah................................................................20
2.2.1 Definisi Anak Usia Sekolah .....................................................20
2.2.2 Perkembangan Anak Usia Sekolah ..........................................21
2.3 Pengetahuan .......................................................................................23
2.3.1 Definisi .....................................................................................23
2.3.2 Tingkat Pengetahuan ................................................................23
2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan................................26
2.4 Konsep Pendidikan Kesehatan ...........................................................29
2.4.1 Pengertian.................................................................................29
2.4.2 Sasaran .....................................................................................29
2.4.3 Proses Pendidikan Kesehatan...................................................30
2.4 Metode Pembelajaran .........................................................................31
2.4.1 Metode Konvensional ..............................................................31
2.4.2 Metode Menggunakan Media...................................................33
2.4.2.1 Audio Visual ................................................................33
2.4.2.2 Animasi........................................................................36
2.5 Kerangka Teori...................................................................................41
2.6 Kerangka Konsep ...............................................................................42
2.7 Hipotesis.............................................................................................42
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian................................................................................43
3.2 Tempat dan Waktu .............................................................................43
3.3 Populasi dan Sampel ..........................................................................43
3.3.1 Populasi ....................................................................................43
3.3.2 Sampel......................................................................................44
3.4 Definisi Operasional...........................................................................45
3.5 Pengumpulan Data .............................................................................46
3.5.1 Jenis Data .................................................................................46
3.5.2 Alat Dan Bahan Penelitian .......................................................46
3.6 Definisi Perlakuan ..............................................................................46
3.7 Pengolahan Data.................................................................................47
3.8 Analisis Data ......................................................................................48
3.9 Alur Penelitian....................................................................................50
3.10 Etika Penelitian ................................................................................51
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil .........................................................................................................52
4.1.1 Gambaran Umum Penelitian ...........................................................52
4.1.2 Analisis Univariat............................................................................53
4.1.2.1 Distribusi Responden.........................................................53
4.1.2.2 Gambaran Peningkatan Pengetahuan Responden..............55
4.1.3 Analisis Bivariat ..............................................................................57
4.2 Pembahasan..............................................................................................62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan...............................................................................................70
5.2 Saran.........................................................................................................71
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
2.1 Kerucut Pengalaman Edgar Dale ...................................................................35
2.2 Kerangka Teori...............................................................................................41
2.3 Kerangka Konsep ...........................................................................................42
3.1 Alur Penelitian ...............................................................................................50
DAFTAR TABEL
3.1 Definisi Operasional.......................................................................................45
4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Kelas .....................................................53
4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .......................................54
4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Usia........................................................55
4.4 Peningkatan Pengetahuan dengan Metode Ceramah .....................................56
4.5 Peningkatan Pengetahuan dengan Video Animasi.........................................56
4.6 Pengetahuan sebelum dan sesudah pada Metode Ceramah
(uji t berpasangan) .........................................................................................59
4.7 Pengetahuan sebelum dan sesudah pada Video Animasi (uji Wilcoxon) ......60
4.8 Perbedaan Peningkatan Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Antara
Metode Ceramah dan Video Animasi (uji Mann-Whitney) ..........................61
1
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic
Fever (DHF) merupakan salah satu penyakit menular yang diprioritaskan
dalam program pencegahan dan pemberantasan penyakit. Penyakit DBD
merupakan penyakit demam akut yang berpotensi menyebabkan kematian
(Mansjoer, 2000). Penyakit ini ditularkan melalui gigitan vektor nyamuk
jenis Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang terinfeksi oleh virus dengue
yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti betina (Ginanjar, 2008).
Infeksi virus dengue terjadi secara endemis di Indonesia selama dua abad
terakhir dari gejala yang ringan dan self limiting disease. Dalam beberapa
tahun terakhir, penyakit ini memiliki manifestasi klinis yang semakin berat
sebagai demam berdarah dengue dan frekuensi kejadian luar biasa
meningkat. Indonesia merupakan negara dengan jumlah populasi yang
padat mencapai 245 juta penduduk. Walaupun demikian, penyakit dengue
banyak dilaporkan di kota besar dan pedesaan di Indonesia dan telah
menyebar sampai di desa-desa terpencil oleh karena perpindahan dan
kepadatan penduduk yang tinggi (Karyanti & Hadinegoro, 2009).
2
Tahun 2012 di Indonesia jumlah penderita DBD dilaporkan sebanyak
90.245 kasus dengan jumlah kematian 816 orang. Dari jumlah
tersebut angka kesakitan atau Incidence Rate (IR) sebanyak 37,11 per
100.000 penduduk dan case fatality rate (CFR) 0,90%. Terjadi
peningkatan jumlah kasus tahun 2012 dibandingkan tahun 2011 sebanyak
65.725 kasus IR 27,67 per 100.000 penduduk (Kemenkes RI, 2013).
Sejak tahun 1968-1995 di Indonesia kasus DBD terutama menyerang
kelompok umur 5-14 tahun, tetapi setelah tahun 1984 insidens kelompok
umur lebih dari 15 tahun meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2007
di Provinsi DKI Jakarta, persentase kasus DBD terbanyak merupakan
kelompok umur 5-14 tahun (36%), diikuti kelompok umur lebih dari 5
tahun (31%), kelompok 15-44 tahun (22%) dan lebih dari 45 tahun
(11%). Data dari tahun 2006 menunjukkan proporsi jenis kelamin lelaki
lebih banyak dibanding perempuan pada semua kelompok umur (Karyanti
& Hadinegoro, 2009). Penyakit DBD dapat menyerang semua umur baik
anak-anak maupun dewasa. Penyakit ini menyerang segala usia tetapi
beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak lebih rentan terhadap
penyakit yang berpotensi mematikan ini (Ginanjar, 2008).
Kota Metro merupakan daerah endemis DHF atau DBD. Setiap tahun
jumlah kasus selalu tinggi dimana IR pada tahun 2009 kasus DBD di Kota
Metro dengan jumlah penderita sebanyak 118 orang dan pada tahun 2010
sebanyak 117 orang dan terjadi penurunan yang sangat tajam pada tahun
3
2011 sebanyak 26 kasus, tetapi pada tahun 2012 terjadi peningkatan yang
sangat tinggi yaitu 390 kasus dan meningkat lagi pada tahun 2013 dengan
470 kasus. Adapun IR DBD pada tahun 2009 adalah 86 per 100.000
penduduk dan tahun 2010 adalah 83,06 per 100.000 penduduk, tahun 2011
menurun menjadi 17,68 per 100.000 penduduk dan tahun 2012 meningkat
menjadi 260,5 per 100.000 penduduk, dan meningkat lagi tahun 2013
menjadi 305 per 100.000 penduduk (Dinkes Metro, 2013).
Menurut Anwar (2000) dalam Kusumawati dkk (2007), faktor resiko yang
mempengaruhi penyakit DBD dalam pengetahuan misalnya pengetahuan
tentang penyebab, tanda atau gejala, cara penularan dan pencegahan
penyakit DBD. Faktor sikap dan tindakan misalnya sikap dan tindakan
terhadap upaya penanggulangan DBD serta kebiasaan masyarakat juga
berperan dalam penularan DBD (Kusumawati dkk, 2007). Perilaku
masyarakat mempunyai peranan cukup penting terhadap penularan DBD.
Namun, perilaku tersebut harus didukung oleh pengetahuan, sikap, dan
tindakan yang benar sehingga dapat diterapkan dengan benar. Sekarang ini
masih ada anggapan berkembang di masyarakat yang menunjukan perilaku
tidak sesuai seperti anggapan bahwa DBD hanya terjadi di daerah kumuh
dan pemberantasan sarang nyamuk tidak tampak jelas hasilnya dibanding
fogging. Anggapan seperti ini sering diabaikan, padahal sangat
berpengaruh terhadap perilaku masyarakat dalam mengambil keputusan
khususnya terhadap penularan DBD (Zuiraini, 2005).
4
Sasaran pendidikan kesehatan di Indonesia menurut Fitriani (2011)
berdasarkan pada program pembangunan Indonesia adalah sekolah.
Sekolah menjadi sasaran utama untuk program pencegahan DBD
dikarenakan beberapa hal diantaranya anak usia sekolah merupakan
kelompok umur yang paling susceptible terserang DBD dan lebih banyak
menghabiskan waktu siang hari di sekolah (Mc Farlane & Anderson,
2007). Selain itu, lingkungan sekolah yang kurang sehat juga dapat
meningkatkan resiko pada anak terkena gigitan vektor nyamuk Aedes
aegypti yang mengandung virus dengue yang efektif menggigit pada siang
hari (Depkes RI, 2005).
Banyak metode pendidikan kesehatan yang dapat digunakan dalam
memberikan informasi kesehatan antara lain pendidikan kesehatan
individual, kelompok dan massa (Notoatmodjo, 2005). Media pendidikan
memiliki peran penting dalam proses pembelajaran, karena media dapat
memudahkan guru untuk menyampaikan isi materi, menarik perhatian,
meningkatkan konsentrasi dan partisipasi siswa dalam mempelajari materi
yang diberikan sehingga proses pembelajaran menjadi lebih efektif.
Metode ceramah termasuk pendidikan kesehatan untuk kelompok besar
yang efektif untuk menyampaikan materi karena murah dan mudah serta
dapat menyajikan materi secara luas. Akan tetapi kelemahan dari metode
ini adalah memebuat sasaran pasif dan cepat membosankan jika ceramah
kurang menarik (Simamora, 2009). Animasi merupakan tampilan berupa
5
gambar-gambar berurutan dalam bentuk pergerakan yang membuat suatu
objek terlihat lebih hidup (Munawar & Sumarto, 2010). Animasi berperan
penting dalam dunia pendidikan yaitu sebagai daya penarik minat pelajar
untuk belajar dan dapat membantu guru untuk memotivasi murid-
muridnya (Jamalludin & Zaidatun, 2003). Menurut hasil penelitian
mengajar dengan menggunakan teknik animasi dapat meningkatan prestasi
belajar dan memudahkan pemahaman terhadap materi yang diajarkan
(Sinor, 2011)
Berdasarkan uraian diatas, maka menjadi penting seorang tenaga
kesehatan jika memberikan penyuluhan pada anak usia sekolah dengan
melakukan pendidikan kesehatan. Berdasarkan penjabaran dari fenomena
diatas, peneliti ingin mengetahui perbedaan peningkatan pengetahuan
tentang demam berdarah dengue antara metode ceramah dan video animasi
pada anak kelas V dan VI di SD Negeri 12 Metro Pusat. Peneliti
berkeinginan untuk melakukan penelitian pada murid kelas V dan VI SD
Negeri 12 Metro Pusat karena murid kelas V dan kelas VI sebelumnya
sudah pernah mendapatkan pengetahuan tentang demam berdarah dengue
sehingga mereka lebih mudah untuk memahami materi yang akan
disampaikan dan juga mereka sudah dapat berfikir secara logis mengenai
peristiwa dan mengkalsifikasikan obyek kedalam bentuk yang berbeda.
6
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan, didapatkan rumusan masalah
yaitu bagaimanakah perbedaan peningkatan pengetahuan tentang demam
berdarah dengue antara metode ceramah dan video animasi pada anak
kelas V dan VI di SD Negeri 12 Metro Pusat?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui perbedaan peningkatan pengetahuan tentang
demam berdarah dengue antara metode ceramah dan video animasi
pada anak kelas V dan VI di SD Negeri 12 Metro Pusat.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik responden penelitian;
b. Mengetahui perbedaan pengetahuan anak kelas V dan VI di SD
Negeri 12 Metro Pusat tentang DBD sebelum dan sesudah
diberikan pendidikan kesehatan dengan metode ceramah;
c. Mengetahui perbedaan pengetahuan anak kelas V dan VI di SD
Negeri 12 Metro Pusat tentang DBD sebelum dan sesudah
diberikan pendidikan kesehatan dengan video animasi; dan
d. Menganalisis perbedaan peningkatan pengetahuan anak kelas V
dan VI di SD Negeri 12 Metro Pusat tentang DBD yang diberikan
pendidikan kesehatan dengan metode ceramah dan video animasi.
7
1.4 Manfaat Penelitian
a. Bagi Peneliti
Hasil penelitian diharapkan menambah pengetahuan peneliti terkait
perbedaan peningkatan pengetahuan DBD dengan metode ceramah dan
video animasi pada anak kelas V dan VI di SD Negeri 12 Metro Pusat.
b. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan kepada
masyarakat terkait DBD yang harus mulai digalakkan sejak dini. Hal
ini dikarenakan faktor lingkungan sangat mempengaruhi angka
kejadian kasus DBD.
c. Bagi Instansi
Memberikan informasi agar dapat dijadikan kebijakan dalam
pengambilan keputusan pada program penanggulangan DBD
khususnya di wilayah Metro.
8
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Demam Berdarah Dengue
2.1.1 Definisi
Demam Dengue/DF dan Demam Berdarah Dengue/DBD (dengue
haemorrhagic fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan
oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan
atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada DBD terjadi
perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi
(peningkatan hematocrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh.
Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam
berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok. (Sudoyo Aru,
dkk 2009).
2.1.2 Etiologi DBD
DBD disebabkan oleh infeksi virus DEN-1, DEN-2, DEN-3 atau
DEN-4 yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan
9
Aedes albopictus yang sebelumnya telah terinfeksi oleh virus
dengue dari pasien DBD lainnya (Ginanjar, 2008).
Keempat serotipe virus dengue tersebut termasuk dalam group B
Arthropod Borne Virus (arbovirus). Keempatnya ditemukan di
Indonesia dengan DEN-3 serotipe terbanyak. Infeksi salah satu
serotipe akan menimbulkan antibody terhadap serotipe yang
bersangkutan, sedangkan antibody yang terbentuk terhadap serotipe
yang lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan
perlindungan yang memadai terhadap serotipe yang lain tersebut.
Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi
oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus
dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia (Sudoyo
Aru, dkk 2009)
2.1.3 Morfologi Nyamuk Aedes aegypti
Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus
dengue penyebab penyakit demam berdarah. Selain dengue, Aedes
aegypti juga merupakan pembawa virus demam kuning (yellow
fever) dan chikunguya. Penyebaran jenis ini sangat luas, meliputi
hampir semua daerah tropis di seluruh dunia. Aedes aegypti
merupakan pembawa utama (primary vector) dan bersama Aedes
albopictus menciptakan siklus persebaran dengue di desa-desa dan
perkotaan. Masyarakat diharapkan mampu mengenali dan
10
mengetahui cara-cara mengendalikan DBD untuk membantu
mengurangi persebaran penyakit demam berdarah (Anggraeni,
2011).
Nyamuk Aedes aegypti betina menghisap darah manusia setiap 2
hari. Protein dari darah tersebut diperlukan untuk pematangan telur
yang dikandungnya. Setelah menghisap darah, nyamuk ini akan
mencari tempat hinggap (beristirahat). Tempat hinggap yang
disenangi ialah benda-benda yang tergantung, seperti : pakaian,
kelambu atau tumbuh-tumbuhan di dekat berkembang biaknya.
Biasanya di tempat yang agak gelap dan lembab. Setelah masa
istirahat selesai, nyamuk itu akan meletakkan telurnya pada dinding
bak mandi/WC, tempayan, drum, kaleng, ban bekas, dan lain-lain.
Biasanya sedikit di atas permukaan air. Selanjutnya nyamuk akan
mencari mangsanya (menghisap darah) lagi dan seterusnya
(Depkes RI, 2007).
a. Telur
Telur Aedes berukuran kecil (± 0,80 mikron), berwarna hitam,
sepintas lalu, tampak bulat panjang dan berbentuk jorong
(oval) menyerupai torpedo. dibawah mikroskop, pada dinding
luar (exochorion) telur nyamuk ini, tampak adanya garis-garis
yang membentuk gambaran menyerupai sarang lebah. Di alam
bebas telur nyamuk ini diletakan satu per satu menempel pada
11
dinding wadah / tempat perindukan terlihat sedikit diatas
permukaan air. Di dalam laboratorium, terlihat jelas telur telur
ini diletakan menempel pada kertas saring yang tidak terendam
air sampai batas setinggi 2-4 cm diatas permukaan air. Di
dalam laboratorium telur menetas dalam waktu 1-2 hari,
sedangkan di alam bebas untuk penetasan telur diperlukan
waktu yang kurang lebih sama atau dapat lebih lama
bergantung pada keadaan yang mempengaruhi air di wadah/
tempat perindukan. Apabila wadah air yang berisi telur
mengering, telur bisa tahan selama beberapa minggu atau
bahkan beberapa bulan. Ketika wadah air itu berisi air lagi dan
menutupi seluruh bagian telur, telur itu akan menetas menjadi
jentik (Depkes RI, 2005).
b. Larva
Menurut Depkes RI (2005), ada 4 tingkat (instar) jentik sesuai
dengan pertumbuhan larva yaitu:
1) Instar I : berukuran paling kecil, yaitu 1-2 mm
2) Instar II : 2,5 – 3,8 mm
3) Instar III : lebih besar sedikit dari larva instar II
4) Instar IV : berukuran paling besar 5 mm
12
c. Pupa
Kepompong (pupa) berbentuk seperti “koma”. Bentuknya
lebih besar namun lebih ramping dibanding larva (jentik). Pupa
berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata pupa
nyamuk lain (Depkes RI, 2005)
d. Dewasa (imago)
Nyamuk dewasa berukuran lebih kecil dibandingkan dengan
rata-rata nyamuk lain dan mempunyai warna dasar hitam
dengan bintik-bintik putih pada bagian badan dan kaki.
Nyamuk Aedes aegypti jantan menghisap cairan tumbuhan
atau sari bunga untuk keperluan hidupnya sedangkan yang
betina menghisap darah. Nyamuk betina lebih menyukai darah
manusia daripada binatang (bersifat antrofilik). Protein yang
terdapat dalam darah digunakan untuk mematangkan telur agar
jika dibuahi oleh sperma nyamuk jantan, dapat menetas.
Biasanya nyamuk betina mencari mangsanya pada siang hari.
Kemampuan terbang nyamuk mencapai radius 100-200 meter
(Hastuti, 2008).
Nyamuk Aedes aegypti menyenangi area gelap dan benda-
benda berwarna hitam atau merah. Nyamuk ini banyak
ditemukan di bawah meja, bangku, kamar yang gelap, atau
dibalik baju-baju yang digantung. Nyamuk ini menggigit pada
13
siang hari (pukul 09.00-10.00) dan sore hari (pukul 16.00-
17.00). Demam berdarah sering menyerang anak-anak karena
anak-anak cenderung duduk di dalam kelas selama pagi sampai
siang hari (Anggraeni, 2010).
2.1.4 Penularan
Penularan penyakit demam berdarah dengue umumnya ditularkan
melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti meskipun dapat juga
ditularkan oleh Aedes albopictus yang hidup di kebun. Kedua jenis
nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali
di tempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1000 meter di atas
permukaan laut. Orang yang kemasukan virus dengue untuk
pertama kali, umumnya hanya menderita sakit demam dengue atau
demam yang ringan dengan tanda dan gejala yang tidak
spesifik atau bahkan tidak memperlihatkan tanda-tanda sakit sama
sekali (asimtomatis). Penderita demam dengue biasanya akan
sembuh sendiri dalam waktu 5 hari tanpa pengobatan. Tetapi
apabila orang sebelumnya sudah pernah kemasukan virus dengue,
kemudian kemasukan virus dengue dengan virus tipe lain maka
orang tersebut dapat terserang penyakit demam berdarah dengue
(teori infeksi sekunder) (Ratuti, 2012).
Tempat yang potensial untuk terjadi penularan DBD (Depkes RI,
2005) adalah wilayah yang banyak kasus DBD (endemis), tempat-
14
tempat umum merupakan tempat berkumpulnya orang-orang yang
datang dari berbagai wilayah, sehingga kemungkinan terjadinya
pertukaran beberapa virus dengue cukup besar. Tempat-tempat
tersebut antara lain sekolah, rumah sakit atau puskesmas, tempat
umum lainnya seperti hotel, pertokoan, pasar, restoran, dan tempat
ibadah, pemukiman baru dipinggir kota.
2.1.5 Tanda dan Gejala Penyakit
1. Demam
Penyakit ini didahului oleh demam tinggi yang mendadak, terus
menerus berlangsung 2-7 hari, kemudian turun secara cepat.
2. Tanda-Tanda Pendarahan
Sebab pendarahan pada penderita penyakit DBD ialah
trombositopeni, gangguan fungsi trombosit, perdarahan ini
terjadi di semua organ. Bentuk perdarahan dapat berupa:
- Uji Tourniquet (Rumple Leede) positif
Uji Torniquet positif sebagai tanda perdarahan ringan, dapat
dinilai sebagai ”presumtif test” (dugaan keras) oleh karena Uji
Torniquet positif pada hari-hari pertama demam ditemukan
pada sebagian besar penderita penyakit DBD. Namum uji
Torniquet positif juga dijumpai pada penyakit virus lain
(campak, demamchikungunyah) di lengan bawah bagian depan
(volar) dekat lipat siku (fosa cubiti).
15
- Petechiae, Purpura, Echymosis dan perdarahan conjunctiva.
Petechiae sulit dibedakan dengan bekas gigitan nyamuk.
Untuk membedakannya: regangkan kulit, jika hilang maka
bukan petheciae). Petechiae merupakan tanda perdarahan yang
tersering ditemukan. Tanda ini dapat muncul pula perdarahan
subkonjunctiva atau hematuri.
- Hematemesis, melena.
- Hematuria.
3. Hepatomegali (Pembesaran Hati)
Sifat pembesaran hati yaitu pembesaran hati pada umumnya
dapat ditemukan pada permulaan penyakit, pembesaran hati
tidak sejajar dengan beratnya penyakit, nyeri tekan sering kali
ini ditemukan tanpa disrtai ikterus. Pembesaran hati mungkin
disebabkan strain serotipe virus dengue.
4. Renjatan (Shock)
Tanda-tanda renjatan yaitu kulit terasa dingin dan lembab
terutama pada ujung jari dan kaki, penderita menjadi gelisah,
sianosis disekitar mulut, nadi cepat, lemah, kecil sampai tak
teraba, tekanan nadi menurun (menjadi 20 mmHg atau kurang,
tekanan darah menurun (tekanan sistolik menurun sampai 80
mmHg atau kurang). Sebab renjatan yaitu karena perdarahan
16
atau karena kebocoran plasma ke darah ekstra vaskuler melalui
kapiler yang rusak.
5. Trombositopeni
Jumlah trombosit di bawah 150.000/mm3 biasanya ditemukan
diantara hari ketiga sampai ke tujuh sakit, pemeriksaan
trombosit dilakukan minimal dua kali yang pertama pada
waktu pasien masuk dan apabila normal diulangi pada hari
kelima sakit. Bila perlu diulangi lagi pada hari ke 6-7 sakit.
6. Hemokonsentrasi
Meningkatnya nilai hematokrit (Ht) merupakan indikator yang
peka terhadap akan terjadinya renjatan sehingga perlu dilakukan
pemeriksaan berulang secara periodik.
7. Gejala Klinik lain
Gejala klinik lain yang dapat menyertai penderita penyakit DBD
ialah anoreaksi, lemah, mual, muntah, sakit perut, diare atau
konstipasi dan kejang, pada beberapa kasus terjadinya kejang
disertai hiperpireksia dan penurunan kesadaran sehingga sering
di diagnosa sebagai ensefalitis, keluhan sakit perut yang hebat
sering kali timbul mendahului perdarahan gastrointestinal dan
renjatan (Ratuti, 2012).
17
2.1.6 Pencegahan
Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian
vektornya, yaitu nyamuk Aedes aegypti. Pengendalian nyamuk
tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode
yang tepat baik secara lingkungan, biologis maupun secara kimiawi
yaitu:
1. Lingkungan
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut
antara lain dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN),
pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat
perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia,
dan perbaikan desain rumah.
PSN pada dasarnya merupakan pemberantasan jentik atau
mencegah agar nyamuk tidak berkembang tidak dapat
berkembang biak. Pada dasarnya PSN ini dapat dilakukan
dengan:
a. Menguras bak mandi dan tempat-tempat panampungan air
sekurang- kurangnya seminggu sekali. Ini dilakukan atas
dasar pertimbangan bahwa perkembangan telur agar
berkembang menjadi nyamuk adalah 7-10 hari.
b. Menutup rapat tempat penampungan air seperti drum, dan
tempat air lain dengan tujuan agar nyamuk tidak dapat
bertelur pada tempat-tempat tersebut.
18
c. Mengganti air pada vas bunga dan tempat minum burung
setidaknya seminggu sekali.
d. Membersihkan pekarangan dan halaman rumah dari barang-
barang bekas terutama yang berpotensi menjadi tempat
berkembangnya jentik-jentik nyamuk, seperti sampah
keleng, botol pecah, dan ember plastik.
e. Munutup lubang-lubang pada pohon terutama pohon bambu
dangan menggunakan tanah.
f. Membersihkan air yang tergenang di atap rumah serta
membersihkan salurannya kembali jika salurannya
tersumbat oleh sampah-sampah dari daun.
2. Biologis
Pengendalian secara biologis adalah pengandalian
perkambangan nyamuk dan jentiknya dengan menggunakan
hewan atau tumbuhan.
3. Kimiawi
Pengendalian secara kimiawi merupakan cara pengandalian
serta pembasmian nyamuk serta jentiknya dengan menggunakan
bahan-bahan kimia. Cara pengendalian ini antara lain dengan
pengasapan atau fogging dengan menggunakan mal athion danf
enthion yang berguna untuk mengurangi kemungkinan
penularan aides aegypti sampai batas tertentu, memberikan
19
bubuk abate pada tempat-tempat penampungan air seperti
gentong air, vas bunga, kolam dan lain-lain.
Cara yang paling mudah namun efektif dalam mencegah
penyakit DBD adalah dengan mengkombinasikan cara-cara
diatas yang sering kita sebut dengan istilah 3M plus yaitu
dengan menutup tempat penampungan air, menguras bak mandi
dan tempat penampungan air sekurang-kurangnya seminggu
sekali serta menimbun sempah-sampah dan lubang-lubang
pohon yang berpotensi sebagai tempat perkembangan jentik-
jentik nyamuk. Selain itu juga dapat dilakukan dengan
melakukan tindakan plus seperti memelihara ikan pemakan
jentik-jentik nyamuk, menggunakan kelambu saat tidur,
memesang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan
repellent, memesang obat nyamuk, memeriksa jentik nyamuk
secara berkala serta tindakan lain yang sesuai dengan kondisi
setempat (Depkes, 2004).
2.1.7 Pengobatan
Pengobatan untuk DBD dapat dilakukan dengan memberi minum
air putih yang banyak, oralit atau jus buah, dan bila perlu dilakukan
pemberian cairan melalui infus. Pengompresan dingin atau
pemberian antiseptika dapat juga dilakukan. Untuk mengatasi
demam diberikan parasetamol selama demam masih mencapai
20
39oC, paling banyak 6 dosis dalam 24 jam. Jika penderita
mengalami denyut jantung meningkat, kulit pucat dan dingin,
denyut nadi melemah, mengantuk atau tertidur secara tiba –tiba,
urine sangat sedikit, peningkatan konsentrasi hemotokrit secara tiba
– tiba, tekanan darah menyempit sampai kurang dari 20 mm Hg,
dan hipotensi, maka penderita perlu mendapatkan perawatan
khusus di rumah sakit. Penderita diberikan cairan pengganti seperti
garam fisiologis, ringer laktat atau ringer asetat, larutan garam
fisiologis dan glukosa 5%, plasma dan plasma substitude. Oksigen
diberikan pada penderita dalam keadaan syok, dan transfusi darah
hanya diberikan pada penderita dengan tanda- tanda pendarahan
yang signifikan (Dinkes Propinsi SUMUT, 2008).
2.2 Konsep Anak Usia Sekolah
2.2.1 Definisi Anak Usia Sekolah
Menurut Wong (2009), usia sekolah adalah anak pada usia 6-12
tahun, yang artinya sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode
ketika anak-anak dianggap mulai bertanggung jawab atas
perilakunya sendiri dalam hubungan dengan orang tua mereka,
teman sebaya, dan orang lainnya. Usia sekolah merupakan masa
anak memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan
penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan memperoleh
keterampilan tertentu.
21
2.2.2 Perkembangan Anak Usia Sekolah
Ciri-ciri anak usia sekolah menurut Wong (2008) mencakup
perkembangan biologis, psikososial, kognitif dan sosial.
a. Perkembangan biologis
Selama periode usia sekolah, pertumbuhan tinggi dan berat
badan terjadi tetapi lebih lambat dibandingkan periode
sebelumnya. Pada masa anak-anak pertengahan adalah tahap
dimana perkembangan ketika gigi susu mulai tanggal.
Kematangan sistem tubuh meliputi gastrointestinal, organ
kandung kemih, organ jantung yang tumbuh lebih lambat tetapi
denyut jantung menurun sedangkan tekanan darah semakin
meningkat pada usia 6 sampai 12 tahun. Persiapan remaja atau
prapubertas yaitu peroide yang dimulai menjelang akhir masa
anak-anak pertengahan dan berakhir pada hari ulang tahun
ketiga belas.
b. Perkembangan psikososial
Pada masa anak-anak pertengahan adalah periode perkembangan
psikosesual yang menurut Freud pada tahap periode laten, yaitu
waktu tenang antara fase Odipus pada masa anak-anak awal dan
erotisisme masa remaja. Selama waktu ini, anak-anak membina
hubungan dengan teman sebaya sesama jenis dan didahului
ketertarikan pada lawan jenis yang menyertai pubertas.
22
Perkembangan psikososial menurut Erikson dalam Santrock
(2007) yaitu berada pada pengembangan industry versus
inferiority. Anak usia sekolah mengembangkan keterampilan
dan berpartisipasi dalam pekerjaan dan berarti dan berguna
secara sosial. Pada awal masa anak-anak banyak mendapatkan
pengalaman baru, pada saat masa anak-anak pertengahan dan
akhir, akan menggunakan dan mengarahkan energinya untuk
menguasai pengetahuan dan keterampilan. Pada tahap
perkembangan sekolah seseorang akan lebih bersemangat dan
antusias untuk belajar dibandingkan akhir periode
pengembangan imajinasi pada masa anak-anak.
c. Perkembangan kognitif
Anak memasuki masa sekolah mulai memperoleh kemampuan
untuk menghubungkan serangkaian kejadian untuk
menggambarkan mental anak yang dapat diungkapkan secara
verbal ataupun simbolik. Tahap ini disebut dengan operasional
konkret oleh Piaget. Ketika anak mampu menggunakan proses
berpikir untuk mengalami peristiwa dan tindakan. Anak usia 7-
11 tahun memasuki tahap operasional konkret mempunyai
kemampuan berpikir secara logis mengenai peristiwa dan
mengkalsifikasikan obyek kedalam bentuk yang berbeda
(Santrok, 2007).
23
d. Perkembangan sosial
Pada masa sekolah anak-anak akan berinteraksi dan
berhubungan dengan anak lainnya. Klub dan kelompok teman
sebaya merupakan salah satu karakteristik yang menonjol pada
masa usia sekolah. Hubungan sosial dan kerja sama dengan
teman sebaya merupakan salah satu agen sosialisasi terpenting
dalam kehidupan anak sekolah.
2.3 Pengetahuan
2.3.1 Definisi
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata,
hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu
pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat
dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek
(Notoatmodjo, 2010).
2.3.2 Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang tercakup dalam
domain kognitif mempunyai enam tingkatan yakni :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan adalah
24
mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima. Oleh karena itu, tahu adalah tingkat pengetahuan yang
paling rendah.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan
secara benar tentang objek yang telah diketahui, dan dapat
menginterpretasi materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek ke dalam komponen-komponen. Tetapi masih
di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada
kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru.
25
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk meletakkan
penilaian terhadap satu materi atau objek.
Menurut Notoatmodjo (2007), belajar adalah mengambil
tanggapan-tanggapan dan menghubungkan tanggapan-tanggapan
dengan mengulang-ulang. Tanggapan-tanggapan tersebut diperoleh
melalui pemberian stimulus atau rangsangan-rangsangan. Makin
banyak dan sering diberikan stimulus maka memperkaya tanggapan
pada subjek belajar.
Menurut Petersen (2004), cara orang belajar itu berbeda-beda
antara yang satu dengan yang lain. Faktor-faktor internal yang
berpengaruh diantaranya kemampuan intelektual, kemampuan
konsentrasi, daya ingat, emosi, kepercayaan, nilai, dan status sosial.
Sedangkan faktor eksternal yang berpengaruh diantaranya gaya
mengajar guru, lingkungan, hadiah (reward). Menurut Triarso
(2009), ada faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar
meliputi:
a. Faktor internal : fisiologis (kondisi fisik sehat atau sakit,
pancaindra), psikologis (kecerdasan, minat, bakat).
b. Faktor eksternal : lingkungan sosial sekolah (guru, administrasi,
teman-teman sekelas), lingkungan sosial masyarakat (tempat
tinggal siswa), lingkungan sosial keluarga ( ketegangan di dalam
26
keluarga, sifat orang tua, pengelolaan keluarga), lingkungan
alamiah (kondisi udara), faktor instrumental (gedung sekolah,
alat belajar, peraturan sekolah, buku panduan), faktor materi
(bahan yang akan diajarkan, metode dan kondisi siswa).
2.3.3 Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan seseorang dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
a. Pengalaman
Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang
lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas
pengetahuan seseorang. Pengalaman ibu sebelumnya dalam
merawat anaknya yang diare dapat memperluas pengetahuannya
tentang bagaimana penatalaksanaan diare pada anak yang benar
dan tepat.
b. Umur
Makin tua umur seseorang maka proses perkembangan
mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu,
bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat
seperti ketika berumur belasan tahun. Selain itu, daya ingat
seseorang dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini maka dapat
kita simpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat
berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya,
27
akan tetapi pada umur-umur tertentu mengingat atau menjelang
usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu
pengetahuan akan berkurang. Seorang ibu yang berumur 40
tahun pengetahuannya akan berbeda dengan saat dia sudah
berumur 60 tahun.
c. Tingkat Pendidikan
Pendidikan dapat memperluas wawasan atau pengetahuan
seseorang. Secara umum seseorang yang berpendidikan lebih
tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas
dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya
lebih rendah. Seorang ibu yang berpendidikan tinggi akan
memiliki pengetahuan yang lebih tentang penatalaksanaan diare
pada balita dibandingkan dengan ibu yang tingkat
pendidikannya lebih rendah.
d. Sumber Informasi
Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi
jika ia mendapatkan informasi yang baik maka pengetahuan
seseorang akan meningkat. Sumber informasi yang dapat
mempengaruhi pengetahuan seseorang misalnya radio, televisi,
majalah, koran dan buku. Walaupun seorang ibu berpendidikan
rendah tetapi jika dia memperoleh informasi tentang
28
penatalaksanaan diare pada balita secara benar dan tepat maka
itu akan menambah pengetahuannya.
e. Penghasilan
Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan
seseorang. Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar
maka dia akan mampu untuk menyediakan atau membeli
fasilitas-fasilitas sumber informasi. Ibu yang keluarganya
berpenghasilan rendah akan sulit mendapatkan fasilitas sumber
informasi. Tetapi apabila berpenghasilan cukup maka dia
mampu menyediakan fasilitas sumber informasi sehingga
pengetahuannya akan bertambah.
f. Sosial Budaya
Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat
mempengaruhi pengetahuan, persepsi dan sikap seseorang
terhadap sesuatu. Misalnya di daerah lain seorang ibu
mempunyai persepsi lain tentang cara merawat balita diare maka
hal itu akan mempengaruhi pengetahuannya tentang perawatan
diare pada balita
29
2.4 Konsep Pendidikan Kesehatan
2.4.1 Pengertian
Pendidikan kesehatan adalah segala upaya yang direncanakan
untuk mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok, atau
masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh
pelaku pendidikan atau promosi kesehatan. Dan batasan ini tersirat
unsur-unsur input (sasaran dan pendidik dari pendidikan), proses
(upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain) dan
output (melakukan apa yang diharapkan). Hasil yang diharapkan
dari suatu promosi atau pendidikan kesehatan adalah perilaku
kesehatan, atau perilaku untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan yang kondusif oleh sasaran dari promosi kesehatan.
(Notoadmojo, 2012).
2.4.2 Sasaran
Menurut Fitriani (2011) sasaran pendidikan kesehatan di Indonesia
berdasarkan pada program pembangunan Indonesia adalah:
a. Masyarakat umum;
b. Masyarakat dalam kelompok tertentu seperti wanita, pemuda,
remaja, termasuk dalam kelompok khusus adalah lembaga
pendidikan mulai TK sampai Pendidikan Tinggi (PT), sekolah
agama baik negeri atau swasta; dan
30
c. Sasaran individu dengan tehnik pendidikan kesehatan
individual.
2.4.3 Proses Pendidikan Kesehatan
Menurut Fitriani (2011) prinsip pokok dalam pendidikan kesehatan
adalah proses belajar, dalam proses belajar terdapat 3 persoalan
pokok yaitu:
a. Persoalan masukan (input)
Sasaran belajar (sasaran didik), yaitu individu, kelompok serta
masyarakat yang sedang belajar itu sendiri dengan latar
belakangnya.
b. Persoalan proses
Mekanisme dan interaksi terjadinya perubahan kemampuan
(pengetahuan, sikap dan perilaku) pada diri subjek belajar
tersebut. Proses ini terjadi pengaruh timbal balik antara berbagai
faktor antara lain subjek belajar, pengajar (pendidik dan
fasilitator), metode, teknik belajar, alat bantu belajar serta materi
atau bahan yang dipelajari.
c. Persoalan keluaran (output)
Hasil belajar itu sendiri yaitu berupa kemampuan atau
perubahan perilaku dari subjek belajar.
31
2.4 Metode Pembelajaran
2.4.1 Metode Konvensional (ceramah)
Metode ini termasuk metode pendidikan kelompok besar dengan
peserta pendidikan kesehatan lebih dari 15 orang sampai dengan 50
orang dan metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi
maupun rendah (Notoatmodjo, 2005). Metode ceramah juga
merupakan penuturan materi secara lisan dan metode paling
ekonomis untuk menyampaikan informasi dan paling efektif dalam
mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan
jangkauan daya beli serta daya paham peserta didik (Simamora,
2009).
Menurut Depdiknas (2008) hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
menggunakan metode ceramah :
a. Persiapan
Pada tahap ini yang harus dilakukan adalah:
1) Merumuskan tujuan yang ingin dicapai
2) Menentukan pokok-pokok materi yang akan diceramahkan
3) Mempersiapkan alat bantu
Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri
menguasai materi yang akan disampaikan sehingga penceramah
sendiri harus mempersiapkan diri. Mempelajari materi dengan
sistematika yang baik. Ceramah akan lebih baik lagi kalau
32
disusun dalam diagram atau skema dan mempersiapkan alat-alat
bantu pengajaran misalnya: makalah singkat, slide, transparan,
sound sistem dan sebagainya.
b. Pelaksanaan
Pada tahap ini ada tiga langkah yang harus dilakukan:
1) Langkah pembukaan
Langkah pembukaan dalam metode ceramah merupakan
langkah yang menentukan. Keberhasilan pelaksanaan
ceramah sangat ditentukan oleh langkah ini.
2) Langkah penyajian
Tahap penyajian adalah tahap penyampaian materi
pembelajaran dengan cara bertutur. Agar ceramah berkualitas
sebagai metode pembelajaran, maka pendidik harus menjaga
perhatian peserta didik agar tetap terarah pada materi
pembelajaran yang sedang disampaikan.
3) Langkah mengakhiri atau menutup ceramah
Ceramah harus ditutup dengan ringkasan pokok-pokok agar
materi pendidikan kesehatan yang sudah dipahami dan
dikuasai peserta didik. Ciptakan kegiatan-kegiatan yang
memungkinkan peserta didik tetap mengingat materi
pembelajaran.
33
Menurut Simamora (2009) beberapa kelebihan dan kelemahan
metode ceramah adalah sebagai berikut :
a. Kelebihan metode ceramah yaitu pendidik mudah menguasai
kelas, pendidik mudah menerangkan banyak bahan ajar
berjumlah besar, dapat diikuti oleh peserta didik dalam jumlah
banyak dan mudah dilaksanakan.
b. Kelemahan metode ceramah yaitu membuat peserta pasif,
mengandung unsur paksaan kepada peserta didik, mengandung
sedikit daya kritis peserta didik, bagi peserta didik dengan tipe
belajar yang visual akan lebih sulit menerima pelajaran
dibandingkan dengan peserta didik yang memiliki tipe belajar
audio, sukar mengendalikan sejauh mana pemahaman belajar
peserta didik, kegiatan pengajaran menjadi verbalisme dan jika
terlalu lama dapat membuat jenuh.
2.4.2 Metode Menggunakan Media
2.4.2.1 Audio Visual
Media audio visual tidak lagi hanya dipandang sebagai alat
bantu guru, melainkan telah diberi wewenang untuk
membawa pesan belajar, dan merupakan bagian integral
dari kegiatan belajar mengajar. Seperti dikatakan Arief S.
Sadiman, dkk (2006:10) bahwa "Media audio visual tidak
34
lagi hanya kita pandang sebagai alat bantu belaka bagi guru
untuk mengajar, tetap lebih sebagai alat penyalur pesan dari
pemberi pesan (guru, penulis buku, produser dan
sebagainya) ke penerima pesan (siswa/pelajar)". Sebagai
penyaji dan penyalur pesan, media pengajaran dalam hal-hal
tertentu bisa mewakili guru pendidikan sejarah menyajikan
informasi belajar kepada siswa.
Dalam usaha memanfaatkan media sebagai alat bantu ini
Edgar Dale dalam Arief S. Sadiman, dkk (1986: 7)
mengadakan klasifikasi pengalaman menurut tingkat dari
yang paling konkrit ke yang paling abstrak. Klasifikasi
tersebut kemudian dikenal dengan nama kerucut
pengalaman (Cone of experience) dari Edgar Dale dan saat
itu dianut secara luas dalam menentukan alat bantu apa
yang paling sesuai untuk pengalaman belajar.
35
Gambar 2.1 Kerucut Pengalaman Edgar Dale
Dari Gambar 1 di atas, dapat dilihat bahwa kelengkapan
media dalam teknologi multimedia melibatkan
pendayagunaan seluruh pancaindra, sehingga daya
imajinasi, kreativitas, fantasi, emosi peserta didik
berkembang ke arah yang lebih baik. Proses pembelajaran
yang melibatkan lebih dari satu indra akan lebih efektif
dibandingkan dengan hanya satu indra saja. Hal tersebut
terbukti dari susunan kerucut tersebut.
36
Beberapa manfaat media audio visual dalam pengajaran,
antara lain :
1. Membantu memberikan konsep pertama atau kesan yang
benar, mendorong minat;
2. Meningkatkan pengertian yang lebih baik;
3. Melengkapi sumber belajar yang lain;
4. Menambah variasi metode mengajar;
5. Menghemat waktu;
6. Meningkatkan keingintahuan intelektual;
7. Cenderung mengurangi ucapan dan pengulangan kata
yang tidak perlu;
8. Membuat ingatan terhadap pelajaran lebih lama; dan
9. Dapat memberikan konsep baru dari sesuatu di luar
pengalaman biasa (Suprijanto, 2009).
2.4.2.2 Video Animasi
Video berasal dari kata latin videre yang artinya “ aku
melihat”, video lahir dari perkembangan teknologi media
massa, yaitu televisi, jadi kaidah-kaidah yang melekat pada
medium ini tidak pernah lepas dari media massa. Video
dihadirkan pada masa terjadinya kegelisahan atas eksistensi
media massa elektronik sebelumnya yaitu televisi dan film,
setiap khalayak ingin menjadi sejarah ataupun bintang
dalam hasil perekaman mereka. Dengan dalih murah
37
harganya dan mudah pemakaiannya, video hadir dari status
sosial yang tertinggi hingga menengah.
Peralatan rekam ini sangat meriah pemanfaatannya, karena
dengan cepat mampu menangkap semua sisi kehidupan
disekitar sang pemilik. Perkembangan yang menarik ini
sangat menjanjikan siapapun yang ingin mengungkapkan
kegelisahan, kebahagian, kepedulian, keresahan, kesedihan,
dan ungkapan perasaan lainnya ke dalam bentuk audio
visual ini, video hanyalah satu bagian saja dari apa yang
dinamakan revolusi teknologi dibidang Komunikasi , hasil
dari perkawinan teknologi telekomunikasi dengan teknologi
komputer (Cahyanti, 2010).
Definisi video menurut Qulman video adalah teknologi
untuk menangkap, merekam, memproses, menstransmisikan
dan menata ulang gambar bergerak. Biasanya menggunakan
film seluloid, sinyal elektronik atau media digital. Video
juga dikatakan sebagai gabungan gambar-gambar mati yang
dibaca berurutan dalam suatu waktu dengan kecepatan
tertentu.
Gambar-gambar yang digabung tersebut dinamakan frame
dan kecepatan pembacaan gambar disebut dengan frame
38
rate, dengan satuan fps (frame per second). Karena
dimainkan dalam kecepatan yang tinggi maka tercipta ilusi
gerak yang halus, semakin besar nilai frame rate maka akan
semakin halus pergerakan yang ditampilkan.
Selanjutnya mengenai definisi animasi sendiri adalah :
Animasi berarti dari kata dalam bahasa latin “anima” yang
secara harafiah berarti “jiwa” (soul) atau animare yang
berarti “nafas kehidupan” (vital breath). Dalam bahasa
inggris adalah animation yang berasal dari kata animated/to
animate, yang berarti mambawa hidup atau bergerak. Istilah
aniamsi berawal dari semua penciptaan kehidupan atau
meniupkan kehidupan ke dalam obyek yang tidak bernyawa
atau benda mati (gambar).
Menurut Ibiz Fernandez dalam bukunya Marco Media
Flash “Animation is the process of recording and playing
back a sequence of skills to achive the illusion of continous
mation”. Yang artinya kurang lebih adalah sebuah proses
merekam dan memainkan kembali serangkaian gambar
statis untuk mendapatkan sebuah ilusi pergerakan.
Animasi juga dikenal dengan istilah motion picture yang
mempunyai pengertian ‘gambar bergerak’. Disebut gambar
bergerak karena dalam proses pembuatannya digunakan
39
gambar yang berurutan dan dimanipulasi sedemikian rupa
sehingga tampak seolah-olah gambar tersebut dapat
bergerak. Tujuannya adalah dimaksudkan untuk menipu
mata manusia agar mempercayai bahwa memang ada terjadi
gerakan (Cahyanti, 2010).
Secara umum animasi merupakan suatu proses
menggambar dengan memodifikasi sequence gambar dari
tiap-tiap frame yang diekspos pada tenggang waktu tertentu
sehingga tercipta sebuah ilusi gambar bergerak. Dalam
bentuk film, film animasi sendiri adalah film yang
dihasilkan untuk menciptakan ilusi gambar bergerak dengan
menampilkan ilusi gambar bergerak dengan menampilkan
gambar-gambar tunggal pada kamera film/video.
Suatu rangkaian gambar diam secara inbeethwin dengan
jumlah yang banyak. Bila ita proyeksikan akan terlihat
seolah-olah hidup (bergerak), seperti yang pernah kita lihat
film-film kartun ditelevisis maupun dilayar lebar. Jadi
animasi dapat disimpulkan menghidupkan benda diam
diproyeksikan menjadi bergerak (Cahyanti, 2010).
Secara garis besar membagi animasi komputer menjadi dua
kategori yaitu :
40
1) Computer Assisted Animation. Animasi pada kategori
ini biasanya menunjuk pada system animasi 2 dimensi,
yaitu mengkomputerisasi proses animasi tradisional
yang menggunakan gambaran tangan. Computer
digunakan untuk pewarnaan, penerapan virtual kamera
dan penataan data yang digunakan dalam sebuah
animasi.
2) Computer Generated Animation. Pada kategori ini
biasanya digunakan untuk animasi 3 dimensi dengan
program 3D seperti 3D Studio Max, Maya, Autocad dan
lain-lainnya.
Pembahasan tentang definisi keduanya mengenai video atau
film animasi menjelaskan bahwa : “ animasi adalah video
atau film yang merupakan hasil dari pengolahan gambar
tangan sehingga menjadi gambar yang bergerak. Pada awal
ditemukannya video atau film animasi dibuat dari
berlembar-lembar kertas gambar yang kemudian di “putar”
sehingga muncul efek gambar bergerak. Dengan bantuan
komputer dan grafika komputer, pembuatan video atau film
animasi menjadi sangat mudah dan cepat.
41
2.5 KERANGKA TEORI
Gambar 2.2 Kerangka Teori
Pengetahuan
Pendidikan Kesehatan
Konsep DBD
1. Definisi
2. Etiologi DBD
3. Morfologi tersier
nyamuk Aedes
Aegypti
4. Mekanisme
Penularan DBD
5. Tanda dan Gejala
6. Pencegahan DBD
Perkembangan anak
usia sekolah:
1. Perkembangan
biologis
2. Perkembangan
psikososial
3. Perkembangan
kognitif
4. Perkembangan
sosial
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
pengetahuan:
1. Pendidikan
2. Pekerjaan
3. Umur
4. Minat
5. Pengalaman
6. Kebudayaan
7. Informasi
Tingkatan pengetahuan
1. Tahu (know)
2. Memahami
(comprehension)
3. Aplikasi
(application)
4. Analisis
(analysis)
5. Sintesis
(synthesis)
6. Evaluasi
(evaluation)
Metode Pembelajaran
1. Seminar2. Loka Karya3. Ceramah
1. Audio Visual2. Animasi2. Animasi
3. Ceramah
42
2.6 KERANGKA KONSEP
Gambar 2.3 Kerangka Konsep
2.7 Hipotesis Penelitian
1. Ada perbedaan pengetahuan antara sebelum dan sesudah diberikan
pendidikan kesehatan dengan metode ceramah.
2. Ada perbedaan pengetahuan antara sebelum dan sesudah diberikan
pendidikan kesehatan dengan video animasi.
3. Ada perbedaan peningkatan pengetahuan antara metode ceramah dan
video animasi.
Ceramah
Video Animasi
Pengetahuan DBD
43
BAB IIIMETODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian quasy experiment dengan metode
pretest posttest design. Desain ini merupakan desain experiment yang
dilakukan dengan pretest sebelum perlakuan diberikan dan posttest
sesudah perlakuan diberikan.
3.2. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 12 Metro Pusat pada bulan
November 2015.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi penelitian adalah generalisasi yang terdiri atas obyek atau
subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik
kesimpulannya (Notoatmodjo, 2007). Populasi dalam penelitian ini
adalah siswa-siswi kelas V dan VI yang berjumlah 79 orang.
44
3.3.2. Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Simple
Random Sampling. Pada Simple Random Sampling, populasi
mempunyai peluang yang sama untuk terpilih ke dalam sampel.
Sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SD kelas V dan VI
pada bulan November 2015 yang dipilih oleh peneliti dengan cara
screening menggunakan pertanyaan. Selanjutnya siswa-siswi yang
telah di screening dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok
yang menggunakan perlakuan (video animasi) dan kelompok
kontrol (ceramah).
Kriteria inklusi adalah:
a. Murid SD Negeri 12 Metro Pusat kelas V dan VI
b. Yang lulus screening dengan nilai antara 50-80
c. Bersedia menjadi responden
Kriteria eksklusi adalah :
a. Responden tidak masuk atau dalam keadaan sakit saat intervensi
dilakukan
b. Responden yang sebelumnya pernah mendapatkan pendidikan
kesehatan tentang DBD secara khusus, bertujuan untuk
memperkecil bias informasi.
45
3.4. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Skala
1 MetodePenyuluhan
Penyuluhankesehatanadalahpenambahanpengetahuandankemampuanseseorangmelalui tehnikpraktek belajaratau instruksidengan tujuanmengubah ataumempengaruhiperilakumanusia secaraindividu,kelompokmaupunmasyarakatuntuk dapatlebih mandiridalammencapaitujuan hidupsehat.
- - 0 : Metodeceramah
1 : Videoanimasi
Nominal
2 PengetahuanSiswa tentangDBD
Suatu responinformasi yangtelahdiberikan anakkelas 5 dan 6terhadapmasalahkesehatanyang berkaitandengan DBD.
Kuesioner Wawancara Skor Numerik
46
3.5 Pengumpulan Data
3.5.1 Jenis Data
a. Data Primer
Pengumpulan data primer dimulai dengan melakukan screening
menggunakan pertanyaan dilanjutkan dengan pemberian pretest
pada hari yang sama. Setelah pemberian pretest siswa akan
diberi pengetahuan mengenai DBD menggunakan metode
ceramah dan video animasi yang dilanjutkan dengan pemberian
posttest. Adapun pemberian pretest dan posttest menggunakan
kuisioner yang sudah divalidasi oleh Widyawati, 2010.
b. Data Sekunder
Pengambilan data sekunder berupa identitas siswa di SD Negeri
12 Metro Pusat khususnya untuk mengetahui siswa kelas V dan
VI.
3.5.2 Alat dan bahan Penelitian
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian adalah kuesioner,
alat tulis, video animasi, laptop dan LCD proyektor.
3.6 Definisi Perlakuan
Pada metode ceramah diberikan oleh rekan saya yang bernama Agam
Anggoro karena dia sudah memiliki pengalaman dalam berceramah.
47
Pemberian ceramah dilaksanakan selama 40 menit dimulai pukul 09.30 –
10.10 WIB. Materi ceramah yang diberikan sudah divalidasi oleh
Widyawati (2010). Sedangkan untuk video animasi diunduh di situs
www.jakartalearningcenter.com yang bersumber dari Badan Perpustakaan
dan Arsip Daerah Provinsi DKI Jakarta. Video animasi ini diunduh pada
tanggal 1 November 2015 pukul 15.21 WIB dengan durasi video 4 menit 3
detik.
3.7 Pengolahan Data
Dalam melakukan analisis, data terlebih dahulu harus diolah dengan tujuan
mengubah data informasi. Dalam statistik, informasi yang diperoleh
dipergunakan untuk proses pengambilan keputusan dalam pengujian
hipotesis. Dalam proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang
ditempuh, diantaranya (Hidayat, 2008).
a. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data
yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada
tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
b. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)
terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian
kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data
menggunakan komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat
48
juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book) untuk
memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari
suatu variabel.
c. Entry data
Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah
dikumpulkan ke dalam master tabel atau data base computer,
kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana.
d. Tabulasi
Tabulasi artinya penyajian data ke dalam bentuk tabel atau
diagram untuk memudahkan pengamatan atau evaluasi.
3.8 Analisis Data
a. Analisa univariat
Analisa univariat bertujuan untuk mendiskripsikan setiap variabel
secara terpisah dengan cara membuat tabel distribusi frekuensi.
Analisa data univariat dilakukan terhadap karakteristik dari responden
yaitu kelas, usia dan jenis kelamin.
b. Analisa bivariat
Analisa bivariat yang digunakan adalah uji t berpasangan dan uji t
independent. Adapun tujuan penggunaan uji t berpasangan untuk
mengetahui adanya perbedaan peningkatan pengetahuan pada siswa
49
sebelum dan sesudah diberikan pembelajaran dengan menggunakan
metode ceramah dan dengan menggunakan video animasi. Sedangkan
penggunaan uji t independent untuk mengetahui perbedaan
peningkatan pengetahuan pada siswa menggunakan kedua metode
tersebut.
Sebelum dilakukan analisis bivariat terlebih dahulu dilakukan uji
asumsi penelitian yaitu uji normalitas dan homogenitas, hal ini
dilakukan untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal dan
homogen yang merupakan salah satu syarat data untuk dapat diolah
menggunakan uji t berpasangan dan uji t independent. Uji normalitas
dilakukan terhadap skor pengetahuan sebelum dan sesudah ceramah,
pengetahuan sebelum dan sesudah video animasi serta pengetahuan
sebelum dan sesudah ceramah dan video animasi.
Apabila data skor pengetahuan sebelum dan sesudah ceramah
berdistribusi normal maka untuk mengetahui perbedaan skor
pengetahuan sebelum dan sesudah ceramah digunakan uji t
berpasangan. Bila sebaran data tidak normal digunakan uji alternatif
yaitu uji Wilcoxon. Hal ini juga dilakukan pada data skor pengetahuan
sebelum dan sesudah video animasi.
Apabila data pengetahuan sebelum dan sesudah antara ceramah dan
video animasi normal maka untuk mengetahui perbedaan skor
50
pengetahuan sebelum dan sesudah ceramah dan video digunakan uji t
independent. Bila sebaran data tidak normal digunakan uji alternatif
yaitu uji Mann-Whitney.
3.9 Alur Penelitian
Adapun alur penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Gambar 3.1 Alur Penelitian
Survei Pendahuluan dan PembuatanProposal
SeminarProposal
Mengurus ethical clerance
Permohonan izin untukmengambil data pasien
Menentukan sampel sesuaidengan kriteria inklusi
Melakukanskrinning
pendahuluan
Membagi menjadi dua kelompok dandiberi intervensi promosi kesehatan berupaceramah dan video animasi lalu diberi post
test
Pengolahan data
Analisis data
Interprestasi hasilpenelitian
51
3.10 Etika Penelitian
Penelitian ini telah diajukan kepada Komite Etik Penelitian Kesehatan
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dan mendapatkan surat
keterangan lolos kaji etik sehingga penelitian dapat dilakukan dengan No :
58/UN26/8/DT/2016.
70
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai
berikut :
a. Terdapat perbedaan peningkatan pengetahuan demam berdarah dengue
dengan metode ceramah dan video animasi pada anak kelas V dan VI di
SD Negeri 12 Metro Pusat.
b. Karakteristik responden penelitian berdasarkan kelas lebih banyak
responden pada kelas VI sebanyak 40 orang, berdasarkan jenis kelamin
responden lebih banyak yang berjenis kelamin perempuan, sedangkan
pada usia responden lebih banyak yang usia 12 tahun.
c. Terdapat perbedaan peningkatan pengetahuan anak kelas V dan VI di
SD Negeri 12 Metro Pusat tentang DBD sebelum dan sesudah diberikan
pendidikan kesehatan dengan metode ceramah.
d. Terdapat perbedaan peningkatan pengetahuan anak kelas V dan VI di
SD Negeri 12 Metro Pusat tentang DBD sebelum dan sesudah diberikan
pendidikan kesehatan dengan video animasi.
e. Terdapat perbedaan peningkatan pengetahuan anak kelas V dan VI di
SD Negeri 12 Metro Pusat tentang DBD yang diberikan pendidikan
71
kesehatan dengan metode ceramah dan video animasi dengan nilai p
yaitu 0,005.
5.2 Saran
a. Bagi Peneliti
Diharapkan agar dapat meneliti lebih lanjut tentang efektifitas media
promosi kesehatan yang lainnya.
b. Bagi Instansi
Agar dapat menjadi bahan pertimbangan dalam memilih media promosi
kesehatan yang akan digunakan agar dapat lebih dipahami oleh peserta
didik.
72
DAFTAR PUSTAKA
A. Aziz Alimul Hidayat. 2008. Ketrampilan Dasar Praktik Klinik Cetakan II.Jakarta : Salemba Mardika.
Anggraini, D.S., 2010. Stop Demam Berdarah Dengue. Bogor. Cita Insan Madani.
Arief S. Sadiman, dkk. 2009 . Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan,dan Pemanfaatannya. Jakarta : Rajawali Press.
Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC.
Azmi AN, Nuriman & Agustiningsih. 2014. Pengaruh Penggunaan VideoAnimasi Terhadap Hasil Belajar Perubahan Kenampakan Bumi SiswaKelas IV SDN Tamanan 2 Bondowoso [skripsi]. Universitas Jember.
Cahyanti ERS. 2010. Respon murid SDN Kedoya Utara 04 Pagi terhadaptayangan video animasi kisah-kisah nabi untuk peningkatan pengetahuankeagamaan [skripsi]. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Dale, Edgar. 1969. Audio Visual Methods in Teaching. New York: Holt, Rinehartand Winston Inc. The Dryden Press.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Penemuan dan TatalaksanaPenderita Demam Berdarah Dengue. Jakarta : Depkes RI.
Departemen Kesehatan RI. 2005. Pencegahan dan Pemberantasan DemamBerdarah Dengue di Indonesia. Jakarta : Depkes RI.
Departemen Kesehatan RI. 2007. Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam BerdarahDengue (PSN DBD) Oleh Juru Pemantauan Jentik. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Depkes RI Jakarta.
Dinas Kesehatan Kota Metro. 2013. Profil Dinas Kesehatan Kota Metro 2013.Metro : Dinkes Kota Metro.
Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara. 2008. Profil Dinas Kesehatan PropinsiSumatera Utara 2008.Medan : Dinkes Propinsi Sumatera Utara.
73
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Strategi Pembelajaran danPemilihannya. Jakarta : Depdiknas
Fitriani, Sinta. 2011. Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Ginanjar G. 2008. Demam Berdarah. Yogyakarta: PT Bentang Pustaka.
Hastuti, Oktri. 2008. Demam Berdarah Dengue Penyakit Cara Pencegahannya.Yogyakarta: Kanisius.
Inayati, R. 2004. Efektifitas Media Video Compact Disc dan Folder ProgramHarm-Reduction Pada Kelompok Injection Drug User.[Tesis] Yogyakarta:Program Pasca Sarjana Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat UGM
Jamaludin Harun dan Tafsir Zaidatun. 2003. Multimedia dalam Pendidikan. KualaLumpur: Venton Publishing.
Karyanti MR, Hadinegoro SR. Perubahan Epidemiologi Demam BerdarahDengue Di Indonesia. Sari Pediatri. Vol 10. No. 6. April 2009 : 424-432.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2013. Profil Kesehatan Indonesia.2012 Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Kusumawati Y., Suswardany D.L., Yuniarno S., dan Darnoto S., 2007. UpayaPemberantasan Nyamuk Aedes aegypti Dengan Pengasapan (Fogging)Dalam Rangka Mencegah Peningkatan Kasus Demam Berdarah. Warta 10(1): 1-9. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani WI, Setiowulan W.2000 . Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ketiga. Jakarta : MediaAesculapius. Hal 560-563.
Latif Maolana. Studi Komparatif Prestasi Siswa yang Menggunakan VideoPembelajaran dan yang tidak Menggunakan Video Pembelajaran MateriSistem Stater dan Pengisisan Kelas XI di SMK Walisongo KalioriRembang. Gardan. Vol. 1. No.1. Juli 2012.
Lubis SZA, Lubis NR & Syahrial E. Pengaruh Penyuluhan Dengan MetodeCeramah dan Diskusi Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan SikapAnaka Tentang PHBS di Sekolah Dasar Negeri 065014 KelurahanNamogajah Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2013. UniversitasSumatera Utara. Vol. 2. No. 1. 2013.
Maulana, HDJ. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC.
Mc Farlane & Anderson. 2007. Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori danPraktik Edisi 3. Jakarta : EGC.
74
Munawar, W., & Sumarto. 2010. Inovasi Pembelajaran Teknologi BagiMahasiswa Lptk Sebagai Calon Guru Teknik Melalui PengembanganMultimedia Interaktif. UPI (8 November 2010).
Notoatmodjo, Prof. Dr. Soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi.Jakarta : PT Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Prof. Dr. Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta: PT Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Prof. Dr. Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta: PT Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehata. Jakarta: PTRineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2007. Perilaku kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: PT RinekaCipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pengantar Pendidikan Kesehatan Dan IlmuPerilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian IlmuKeperawatan Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.
Petersen. 2004. Cara Orang Belajar. Dikutip dari:http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-erlinawati-6603-3 babii.pdf (25 Maret 2015).
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. Jakarta:EGC.
Riyanto, Agus. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta :Nuha Medika.
Santrock, John W. 2007. Perkembangan Anak. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Sastroasmoro & Ismail. 2010. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis EdisiKe-3. Jakarta : Sagung Setu.
Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: GrahaIlmu.
Simamora, Roymond H. (2008). Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta : EGC.
Sinor, Z. 2011. Comparison between Conventional Health Promotion and Use ofCartoon Animation in Delivering Oral Health Education. InternationalJournal of Humanities and Social Science, 1(3), 169–174.
75
Sudoyo, Aru W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1 edisi IV.Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Suhardiono. 2005. Sebuah Analisis Faktor Risiko Perilaku Masyarakat terhadapKejadian DBD di Kelurahan Helvetia Tengah, Medan. Jurnal MutiaraKesehatan Indonesia Vol. 1 No. 2 Edisi Desember 2005. Suprijanto. 2009.Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta: Bumi Aksara.
Suyanto, M.. 2004. Analisis & Design Aplikasi Multimedia untuk Pemasaran,Penerbit Andi, Yogyakarta.
Triarso, Agus . 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Belajar. Dikutipdari : http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-erlinawati-6603-3-babii.pdf (diakses tanggal 25 Maret 2015).
Widyawati. 2010. Pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap pengetahuan dansikap siswa sekolah dasar dalam pencegahan demam berdarah dengue diKecamatan Medan Denai [tesis]. Universitas Sumatera Utara.
Wong, et al.2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Vol. 1. Jakarta: EGC.
Wong, Donna L. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Volume I.Alih bahasaAgus Sutarna dkk. Jakarta : EGC.