perbedaan outdoor study dan indoor study …digilib.unila.ac.id/54912/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
PERBEDAAN OUTDOOR STUDY DAN INDOOR STUDY TERHADAP
HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATERI KLASIFIKASI
MAKHLUK HIDUP
(Studi Eksperimen Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 10 Metro Tahun
2018/2019)
(SKRIPSI)
Oleh
HELEN CLAUDIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2018
ii
ABSTRAK
PERBEDAAN OUTDOOR STUDY DAN INDOOR STUDY TERHADAP
HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATERI KLASIFIKASI
MAKHLUK HIDUP
Oleh
HELEN CLAUDIA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara pembelajaran
Outdoor Study dan Indoor Study terhadap hasil belajar peserta didik serta
mengetahui pembelajaran manakah antara Outdoor Study dan Indoor Study yang
mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi klasifikasi makhluk
hidup peserta didik kelas VII SMP Negeri 10 Metro. Desain yang digunakan
dalam penelitian ini adalah non equivalent pretest-posttest control group design.
Sampel penelitian adalah kelas VII A dan VII B berjumlah 64 peserta didik, yang
dipilih melalui teknik cluster random sampling. Data hasil belajar peserta didik
diperoleh dengan menghitung rata-rata nilai pretest dan posttest yang berbentuk
pilihan ganda dengan jumlah soal sebanyak 25 butir dengan skor maksimal 100.
Kemudian hasil belajar peserta didik dianalisis dengan uji independent sample t-
test pada taraf kepercayaan 5% menggunakan bantuan program SPSS 17.0.
Sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa uji normalitas dengan menggunakan
Helen Claudia
iii
uji Kolmogorov-Smirnov dan uji homogenitas dengan menggunakan uji Levene
Test dengan taraf signifikasi 5%.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata hasil belajar peserta didik pada
pembelajaran Outdoor Study lebih tinggi dibandingkan rata-rata hasil peserta
didik pada pembelajaran Indoor Study. Berdasarkan uji hipotesis menggunakan uji
independent sample t-test diperoleh perbedaan rata-rata hasil belajar peserta didik
antara pembelajaran Outdoor Study dan Indoor Study SMP Negeri 10 Metro pada
materi klasifikasi makhluk hidup.
Kata kunci : Hasil Belajar, Indoor Study, Outdoor Study
PERBEDAAN OUTDOOR STUDY DAN INDOOR STUDY TERHADAP
HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATERI KLASIFIKASI
MAKHLUK HIDUP
(Studi Eksperimen Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 10 Metro
Tahun 2018/2019)
Oleh
HELEN CLAUDIA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Biologi
Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2018
viii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan Pagaralam Provinsi Sumatera Selatan,
pada tanggal 30 Agustus 1996, sebagai anak ketiga dari
lima bersaudara, pasangan Bapak Abdullah Hasyim dengan
Ibu Rosmiati. Penulis beralamat di Talang Keladi RT 018
RW 006, Kelurahan Besemah Serasan, Kecamatan
Pagaralam Selatan, Kota Pagaralam, Provinsi Sumatera Selatan. Nomor
Handphone: 085268456266.
Pendidikan yang ditempuh penulis adalah TK Aisyiyah Pagaralam (2000-2001),
SD Negeri 55 Pagaralam (2001-2007), SMP Negeri 1 Pagaralam (2007-2009),
SMA Negeri 1 Pagaralam (2009-2013). Pada tahun 2013 penulis terdaftar sebagai
mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Unila melalui jalur seleksi nasional masuk
peguruan tinggi negeri (SNMPTN).
Penulis pernah aktif di organisasi sebagai Anggota divisi Seni dan Kreativitas
HIMASAKTA (2013/2014) dan Staff Ahli Dinas Sosial BEM FKIP UNILA
(2015/2016). Pada tahun 2016, penulis melaksanakan praktik mengajar melalui
Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 1 Anak Ratu Aji Lampung
Tengah dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Gedung Sari, Kecamatan Anak
Ratu Aji, Lampung Tengah. Tahun 2018 peneliti melakukan penelitian di SMP
Negeri 10 Metro untuk meraih gelar sarjana pendidikan (S.Pd.).
ix
MOTTO
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama
kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu
urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada
Tuhanmulah engkau berharap”
(QS. Al-Insyirah : 6-8)
“Allah tempat meminta segala sesuatu”
(Qs. Al-Ikhlas : 2)
“barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan
baginya “jalan keluar” dan memberi rezeki dari arah yang tak disangka-sangka”
(Qs. At-Thalaq : 2-3)
“Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu belajarlah untuk tenang dan sabar”
(Umar bin Khattab ra.)
x
Dengan menyebut nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbil ‘alamin, Segala puji bagi Allah SWT atas segala
kemudahan, rahmad, rezeki dan karunia yang Engkau berikan. Teriring doa, rasa
syukur dan segala kerendahan hati.
Dengan segala cinta dan kasih sayang kupersembahkan karya ini untuk orang-
orang yang berharga dalam hidupku.
Ayahku (Hasyim) dan Ibuku (Rosmiati)
Ayahku yang memberi tauladan bagi kami anak-anakmu, terimakasih atas segala
ilmu dan motivasi hidup yang telah kau berikan. Ibuku yang baik hati, penuh
cinta, pengertian dan peduli. Terimakasih atas doa, motivasi serta perjuanganmu
untuk menjadikanku terus maju.
Kakakku (Heffi Agustian dan Hendra Wijaya) dan Adikku (Helfiando dan
M. Habibi Hafizh)
Kalian adalah saudara-saudaraku yang tidak pernah lelah memberikan motivasi
dan dukungan disetiap langkah dalam hidupku. Terimakasih atas segala doa,
cinta dan kasih sayang yang kalian berikan.
Para Pendidikku (Guru dan Dosenku)
Para pendidikku yang selalu memberi bimbingan dan pengajarannya untuk
menaklukan dunia dengan belajar.
Almamater Tercinta Universitas Lampung
viii
SANWACANA
Puji syukur kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbedaan Outdoor Study dan
Indoor Study Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 10
Metro Materi Klasifikasi Makhluk Hidup” sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Biologi di FKIP Universitas Lampung.
Penulis menyadar bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak dapat terlepas dari
peran dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.
2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas
Lampung.
3. Rini Rita T Marpaung, S.Pd.,M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Biologi sekaligus Pembimbing II yang telah memberikan motivasi dan
bimbingan hingga skripsi ini dapat selesai.
4. Dr. Arwin Surbakti, M.Si., selaku Pembimbing I serta Pembimbing Akademik
atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran, dan kritik, serta
memotivasi dan mengarahkan penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.
ix
5. Alm. Drs. Arwin Achmad, M.Si. selaku Pembahas yang telah banyak
memberikan saran dan kritik serta nasehat yang bersifat membangun dalam
proses penulisan skripsi ini.
6. Berti Yolida, S.Pd.,M.Pd. selaku Pembahas yang telah banyak memberikan
saran dan kritik yang bersifat positif dan membangun untuk penyusunan
skripsi ini.
7. Para Dosen dan staff Jurusan Pendidikan MIPA Program Studi Pendidikan
Biologi Universitas Lampung yang telah membimbing penulis dalam
pembelajaran.
8. Suyitno, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 10 Metro yang telah
memberikan izin untuk melakukan penelitian.
9. Novitri Rahayu Ningsih, S.Pd., selaku Guru Mitra SMP Negeri 10 Metro yang
telah membantu dan mendukung penulis dalam penelitian.
10. Peserta didik kelas VII A dan kelas VII B SMP Negeri 10 Metro yang telah
membantu dalam penelitian.
11. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga Allah SWT melimpahkan berkat dan karunia-Nya kepada kita semua dan
semoga skripsi yang sederhana ini bermanfaat bagi kita semua.
Bandar Lampung, 13 Desember 2018
Penulis,
Helen Claudia
x
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 8
D. Manfaat ...................................................................................................... 9
E. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran IPA ...................................................................................... 11
B. Metode Pembelajaran ................................................................................ 13
C. Pembelajaran Outdoor Study ..................................................................... 14
D. Pembelajaran Indoor Study ........................................................................ 23
E. Hasil Belajar ............................................................................................... 27
F. Kerangka Pikir ........................................................................................... 38
G. Hipotesis penelitian .................................................................................... 41
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................... 42
B. Populasi dan Sampel .................................................................................. 42
C. Desain Penelitian ....................................................................................... 43
xi
D. Prosedur Penelitian .................................................................................... 45
E. Jenis Data dan Teknik Pengambilan Data.................................................. 50
F. Uji Instrumen ............................................................................................. 52
G. Teknik Analisis Data .................................................................................. 55
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ......................................................................................... 57
B. Pembahasan............................................................................................... 59
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan .................................................................................................... 65
B. Saran ......................................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 67
LAMPIRAN ........................................................................................................... 71
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Presentase Nilai Ulangan Harian Peserta Didik SMP Negeri 10
Metro Kelas VII Tahun Ajaran 2017/2018 ................................. 5
2. Dimensi Proses Kognitif ............................................................. 33
3. Desain Pretest-Posttest Kelompok Non-ekuivalen ..................... 44
4. Indeks Reliabilitas ....................................................................... 53
5. Klasifikasi Indeks Kesukaran ...................................................... 53
6. Kriteria Indeks Daya Pembeda .................................................... 54
7. Hasil Penelitian Perbedaan Outdoor Study (X) dan Indoor Study
(Y) di SMP Negeri 10 Metro ....................................................... 57
8. Hasil Uji Statistik data hasil penelitian pembelajaran Outdoor Study
(X) dan Indoor Study (Y) ............................................................ 58
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Bagan Kerangka Pikir ................................................................. 40
2. Rata-Rata Pretest dan Posttest Outdoor Study dan
Indoor Study ................................................................................ 60
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Silabus ......................................................................................... 72
2. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen I ....... 75
3. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen II ...... 98
4. Kisi-kisi Uji Coba Soal Tes Materi Klasifikasi Makhluk Hidup 122
5. Uji Coba Soal Tes ...................................................................... 124
6. Data Hasil Uji Coba Soal Tes ..................................................... 132
7. Hasil Uji Validitas Soal ............................................................... 133
8. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes Hasil Belajar ..................... 135
9. Hasil Uji Tingkat Kesukaran Instrumen Tes Hasil Belajar ......... 136
10. Hasil Uji Daya Pembeda Soal ..................................................... 137
11. Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar (Pretest-Posstest) ............ 139
12. Instrumen Tes Hasil Belajar (Pretest-Posstest)........................... 141
13. Tabel Data Hasil (Pretest-Posstest) Peserta Didik ...................... 146
14. Hasil Uji Normalitas .................................................................... 148
15. Hasil Uji Homogenitas ................................................................ 149
16. Hasil Uji Independent Sample t-test ............................................ 150
17. Instrumen Tes Hasil Belajar Siswa ............................................. 151
18. Foto-Foto Penelitian .................................................................... 159
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam mencerdaskan
kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam
pendidikan dituntut berperan serta secara maksimal guna meningkatkan
mutu pendidikan. Menurut pendapat Umiarso (2011: 25) pendidikan
merupakan suatu upaya dalam mempersiapkan sumber daya manusia
(human resurce) yang memiliki keterampilan dan keahlian sesuai tuntutan
pembangunan bangsa.
Proses pendidikan adalah suatu aspek kehidupan yang sangat penting dan
mendasar dalam pembangunan suatu negara yang melibatkan pendidik
sebagai pendidik dan peserta didik sebagai peserta didik yang diwujudkan
melalui proses pembelajaran. Menurut Amir dan Ahmadi (2010: 88)
proses pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat
mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam
menyelenggarakan pendidikan di sekolah yang melibatkan pendidik
sebagai tenaga pendidik dan peserta didik sebagai peserta didik
diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar.
2
Upaya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia sudah menjadi tanggung
jawab semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan terutama bagi
pendidik, yang merupakan ujung tombak bagi pendidikan. Upaya
peningkatan mutu pendidikan yang dilaksanakan adalah dengan
mengusahakan penyempurnaan proses belajar mengajar. Menurut Feriyati
(2008: 3) Proses belajar mengajar meliputi seluruh aktivitas yang
menyangkut pemberian materi pelajaran agar peserta didik memperoleh
kecakapan dan pengetahuan bermanfaat. Peningkatan mutu dan
penyempurnaan proses belajar mengajar bertujuan agar peserta didik
memperoleh prestasi yang lebih baik.
Sekolah merupakan salah satu tempat berlangsungnya proses belajar
mengajar karena adanya interaksi antara pendidik dan murid, dimana
pendidik dan murid merupakan dua komponen terpenting. Belajar dapat
diartikan sebagai suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalaman individu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya (Sadiman, 2005: 5).
Pembelajaran merupakan suatu proses pengembangan potensi dan
pembangunan karakter setiap peserta didik sebagai hasil dari sinergi antara
pendidikan yang berlangsung di sekolah, keluarga dan masyarakat. Proses
tersebut memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan potensi mereka menjadi kemampuan yang semakin lama
semakin meningkat dalam sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan, dan
keterampilan yang diperlukan dirinya untuk hidup bermasyarakat, dan
3
berbangsa, serta berkontribusi pada kesejahteraan hidup umat manusia.
Hal ini tercantum pada Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang
Pembelajaran Dikdas dan Dikmen.
Selanjutnya dijelaskan bahwa proses pembelajaran merupakan proses
interaksi antar peserta didik dan antara peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran
demikian akan bermakna jika pembelajaranya berbasis keilmuan.
Pembelajaran berbasis keilmuan atau yang dikenal dengan pembelajaran
saintifik merupakan pembelajaran yang memberikan pengalaman belajar
dengan urutan logis meliputi proses pembelajaran mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi/mencoba, menalar/mengasosiasi, dan
mengomunikasikan (Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014). Langkah
logis ini sangat strategis untuk mengatur proses berpikir peserta didik.
Pembelajaran IPA Biologi memerlukan strategi yang tepat dan bermakna.
Hal ini dikarenakan penggunaan strategi pembelajaran IPA yang tepat
dapat memaksimalkan hasil belajar. Menurut Sabilu (2010: 3) strategi
pembelajaran IPA pada hakekatnya tidak sama dengan ilmu pengetahuan
lainnya. Strategi pembelajaran IPA utamanya diarahkan agar peserta didik
dapat “menemukan” sendiri ilmu dan akhirnya akan dapat menerapkannya
untuk kehidupan sehari-hari. Selanjutnya menurut Kristiani (2009: 61)
bahwa IPA sebagai bagian dari sains merupakan pengetahuan yang
diperoleh melalui tahapan yang sistematis atau yang dikenal dengan
metode ilmiah.
4
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan pendidik bidang studi
IPA SMP Negeri 10 Metro, diperoleh informasi bahwa pembelajaran IPA
masih belum sepenuhnya melibatkan peserta didik untuk aktif dalam
proses pembelajaran hal ini dikarenakan kurangnya kemampuan pendidik
dalam berinovasi pada saat proses pembelajaran sehingga pendidik lebih
memilih menggunakan metode ceramah yang terkadang diselingi dengan
kegiatan diskusi serta kurangnya minat peserta didik dalam proses
pembelajaran.
Hasil observasi yang diperoleh pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai
sumber belajar dianggap belum maksimal. Lingkungan sekolah yang baik
dapat membuat peserta didik menjadi nyaman berada di sekolah. Karena
lingkungan sekolah juga dapat menciptakan rasa nyaman bagi peserta
didik untuk belajar. SMP Negeri 10 Metro merupakan salah satu sekolah
yang memiliki lingkungan sekolah yang nyaman, rapi dan tertata baik, hal
itu dibuktikan dengan diraihnya penghargaan Adiwiyata Nasional pada
tahun 2013 dan Sekolah Sobat Bumi pada tahun 2014. Pembelajaran IPA
khususnya Biologi erat kaitannya dengan lingkungan, dimana biologi
adalah ilmu yang mempelajari tentang kehidupan dan organisme hidup
yang ada di lingkungan sekitar.
Hasil belajar IPA peserta didik kelas VII di SMP Negeri 10 Metro masih
rendah. Hasil belajar merupakan hal yang dapat menjadi acuan apakah
peserta didik sudah memahami materi yang sudah di ajarkan oleh
5
pendidik. Dapat dilihat dari tabel bahwa nilai peserta didik sebagian besar
masih rendah.
Tabel 1. Presentase Nilai Ulangan Harian Peserta Didik SMP Negeri 10
Metro Kelas VII Tahun Ajaran 2017/2018
Kelas Jumlah
peserta
didik
Jumlah tuntas
(>75)
Jumlah belum
tuntas (<75)
KKM
VII A 32 14 18
75
VII B 32 10 22
VII C 32 15 17
VII D 32 13 19
VII E 32 10 22
Jumlah 160 62 98
Jumlah presentase 38,75% 61,25%
Sumber : Dokumentasi Pendidik Mata Pelajara IPA Semester Ganjil Kelas
VII di SMP Negeri 10 Metro
Dapat dilihat bahwa nilai mata pelajaran IPA kelas VII di SMP Negeri 10
Metro masih kurang baik. Hanya 38,75 % peserta didik yang dapat
mencapai nilai ketuntasan. Faktor utama yang menjadi penyebab yaitu
cara mengajar pendidik di kelas masih menggunakan metode
konvensional. Pendidik sangat aktif dan peserta didik menjadi pasif dan
tidak kreatif. Pendidik hanya menjalankan tugasnya sebagai pengajar yang
merupakan sumber informasi satu-satunya bukan sebagai fasilitator
belajar. Pembelajaran seperti ini berpusat pada pendidik yaitu dengan
memadukan metode ceramah, diskusi, tanya jawab dan tanpa ada variasi
lain pada tiap kali mengajar. Peserta didik sebagai penerima dan pelaksana
tugas dari pendidik dan kurang termotivasi untuk aktif dalam
pembelajaran IPA. Ketika pendidik memberikan kesempatan pada peserta
didik untuk bertanya tentang materi yang belum mereka pahami mereka
hanya diam dan tidak mau bertanya.
6
Menyadari akan permasalahan tersebut penggunaan metode pembelajaran
seharusnya lebih bervariatif agar peserta didik tidak merasa jenuh. Untuk
itu perlu strategi pembelajaran yang cocok diimplementasikan dalam
penyelesaian masalah di atas. Jika dalam proses pembelajaran pendidik
menggunakan teknik pendekatan sistem belajar mengajar yang tepat, maka
secara teoritis tingkat penguasaan terhadap materi pelajaran yang
diberikan akan lebih baik. Dari pada tidak menggunakan teknik
pendekatan sistem belajar mengajar atau masih menggunakan metode
ceramah biasa yang masih mengutamakan hafalan.
Pendekatan yang dimaksud dalam proses pembelajaran adalah
menyertakan peserta didik dalam menyelesaikan tugas-tugas yang
diberikan pendidik untuk membantu memahami, melaksanakan dan
menyimpulkan dari materi yang diberikan pendidik sehingga peserta didik
merasa terbimbing, terarah sesuai tujuan pembelajaran yang dikehendaki
dalam suasana yang bebas.
Pembelajaran Indoor Study adalah kegiatan belajar mengajar dengan
memanfaatkan ruang kelas ataupun laboratorium. Dalam pembelajaran
Indoor study, peserta didik akan lebih mudah memusatkan konsentrasi dan
dapat melatih berpikir kritis dalam pemecahan masalah. Hal ini sesuai
pendapat Ismail (2009: 92) pembelajaran di dalam ruangan tidak begitu
melelahkan dibandingkan dengan di luar kelas. Pembelajaran di dalam
kelas biasanya kurang menekan aktivitas fisik tetapi lebih kepada
keterampilan motorik halus atau yang mengembangkan intelegensi.
7
Sedangkan pada pembelajaran Outdoor Study kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan di luar kelas yang melibatkan peserta didik secara aktif
berinteraksi dengan lingkungan sekitar mereka sehingga akan mengacu
pada pengalaman dan kecerdasan peserta didik. Pada pembelajaran
Outdoor study peserta didik akan memperoleh pergantian suasana belajar
sehingga peserta didik tidak akan merasa bosan serta akan menumbuhkan
penguatan konsep pada pengetahuan peserta didik.
Kedua pembelajaran tersebut sama-sama memiliki kelebihan sehingga
perlu dilakukan perbandingan dengan tujuan untuk melihat dan menilai
pembelajaran yang mana yang lebih efektif digunakan dalam pembelajaran
di sekolah, terutama dalam mengatasi masalah yang terjadi di SMP Negeri
10 Metro.
Berdasarkan hasil penelitian Utami (2013: 50) yang berjudul “Penerapan
Metode Outdoor Study dengan Memanfaatkan Lingkungan sebagai
Sumber Belajar Untuk Meningkatkan Aktivitas Pembelajaran dan Hasil
Belajar Peserta didik di Kelas VB SD N 20 Kota Bengkulu” menunjukkan
bahwa pembelajaran Outdoor Study dapat meningkatkan hasil belajar dan
aktivitas peserta didik. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Riza
(2015:9) berjudul “Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran Outdoor
Learning Terhadap Motivasi Belajar Peserta didik” menunjukkan bahwa
pembelajaran Outdoor lebih baik dalam meningkatkan minat belajar dan
hasil belajar peserta didik secara signifikan dibandingkan pembelajaran di
dalam kelas.
8
Dari uraian di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian yang
berjudul “ Perbedaan Pembelajaran Outdoor Study dan Indoor Study
Terhadap Hasil Belajar Peserta didik Pada Materi Klasifikasi Makhluk
Hidup Peserta didik Kelas VII SMP Negeri 10 Metro ”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Apakah terdapat perbedaan antara pembelajaran Outdoor Study dan
Indoor Study terhadap hasil belajar peserta didik kelas VII SMP Negeri
10 Metro pada materi pokok klasifikasi makhluk hidup?
2. Pembelajaran manakah antara Outdoor Study dan Indoor Study yang
mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VII SMP
Negeri 10 Metro pada materi klasifikasi makhluk hidup?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini untuk
mengetahui :
1. Perbedaan antara pembelajaran Outdoor Study dan Indoor Study
terhadap hasil belajar peserta didik kelas VII SMP Negeri 10 Metro
pada materi klasifikasi makhluk hidup.
2. Pembelajaran manakah antara Outdoor Study dan Indoor Study yang
mampu meningkatkan hasil belajar pada materi pokok klasifikasi
makhluk hidup peserta didik kelas VII SMP Negeri 10 Metro.
9
D. Manfaat
Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat bermanfaan bagi :
1. Peneliti, yaitu memberikan wawasan serta pengalaman baru dalam
melaksanakan proses pembelajaran menggunakan Outdoor dan Indoor
Study.
2. Pendidik, yaitu dapat menambah pengetahuan pendidik dalam
terlaksananya proses pembelajaran yang tepat dan efektif dalam
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.serta dapat dijadikan salah satu
alternatif proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar peserta
didik khususnya pada materi klasifikasi makhluk hidup.
3. Peserta didik, yaitu dapat memberikan pengalaman pembelajaran yang
berkesan bagi peserta didik, sehingga mampu meningkatkan hasil belajar
peserta didik khusunya pada materi klasifikasi makhluk hidup.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari anggapan yang berbeda terhadap masalah yang akan
dibahas maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut :
1. Proses pembelajaran dengan menggunakan Outdoor Study dilaksanakan
dengan membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok, pendidik
mengajak peserta didik keluar kelas dan membagikan Lembar Kerja
Peserta Didik ( LKPD ) yang berisi petunjuk pengamatan pada hewan dan
tumbuhan serta benda-benda yang ada di lingkungan sekitar, peserta didik
melakukan pengamatan dan mencatat hasil pengamatan, setelah
pengamatan peserta didik dikumpulkan kembali. Selanjutnya pendidik
10
membimbing setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil pengamatan
dan memberikan kesimpulan.
2. Proses pembelajaran dengan menggunakan Indoor Study dilaksanakan
dengan membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok, selanjutnya
pendidik membagikan Lembar Kerja Peserta Didik ( LKPD ) kepada
peserta didik yang berisi pengamatan hewan dan tumbuhan, peserta didik
melakukan diskusi dan mencatat hasil pengamatan, setelah pengamatan
pendidik membimbing setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil
pengamatan dan memberikan kesimpulan.
3. Hasil belajar pada aspek kognitif yang diukur berdasarkan nilai yang
diperoleh dari pretes, postes dan N-gain pada materi klasifikasi makhluk
hidup.
4. Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VII A (sebagai kelas
eksperimen I Outdoor Study) dan kelas VII B (sebagai kelas eksperimen II
Indoor Study)
5. Materi pokok yang digunakan dalam penelitian ini adalah klasifikasi
makhluk hidup dengan KD 3.2 Mengklasifikasikan makhluk hidup dan
benda berdasarkan karakteristik yang diamati.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran IPA
Pembelajaran adalah proses mengajar yang terdiri dari dua kata yaitu
belajar dan mengajar. Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat
pengalaman dan latihan. Sama halnya dengan belajar, mengajar pada
hakekatnya adalah suatu proses yaitu proses mengatur, mengorganisasi
lingkungan yang ada disekitar peserta didik, sehingga dapat
menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan belajar. Menurut
DeQuely dan Gazali dalam (Slameto, 2010: 30) mengajar adalah
menanamkan pengetahuan kepada seseorang dengan cara paling singkat
dan tepat. Dalam hal ini pengertian waktu sangat singkat sangat penting .
Pembelajaran sebagai proses untuk membantu peserta didik agar dapat
belajar dengan baik dan efektif. Peran pendidik dalam kegiatan
pembelajaran adalah menciptakan lingkungan yang kondusif, inovatif,
serta kreatif dengan tetap berpegang pada variasi pembelajaran yang
berorientasi pada keaktifan peserta didik.
Kata sains yang biasa diterjemahkan dengan Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) berasal dari kata natural science, yang artinya alamiah atau
berhubungan dengan alam. Menurut Jujun Suriasumantri (dalam Trianto,
12
2010: 136) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu
pengetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa inggris „science’.
kata „science’ sendiri berasal dari kata dalam bahasa latin „scientia’ yang
berarti saya tahu. „science’ terdiri dari sosial sciences (IPS) dan natural
sciences (IPA) namun dalam perkembangannya science sering
diterjemahkan sebagai sains yang berarti Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu cabang ilmu yang terfokus
pengkajiannya adalah proses-proses yang terjadi di dalamnya. Dalam
Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi dikemukakan
mengenai IPA. IPA merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan
cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan
hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,
konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu
proses penemuan. Menurut Fisher (dalam Winarni, 2012: 8) menyatakan
IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh dengan
menggunakan metode-metode yang berdasarkaan observasi.
Dalam pembelajaran IPA diperlukan strategi yang tepat, karena strategi
yang tepat dapat membantu peserta didik memaksimalkan hasil belajar
yang mereka peroleh. Ilmu Pengetahuan Alam mempunyai fungsi yang
berkaitan dengan pola berpikir secara ilmiah. Menurut Depdiknas (2006: 2)
beberapa fungsi IPA adalah sebagai berikut :
1. Menguasai konsep IPA dan memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-
hari;
13
2. Mengembangkan keterampilan proses;
3. Mengembangkan sikap ilmiah;
4. Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan keterkaitan yang
saling mempengaruhi antara sains, teknologi dan masyarakat;
5. Mengembangkan kesadaran adanya keteraturan alam.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaraan IPA adalah
ilmu yang mempunyai objek dan menggunakan metode ilmiah, berupa
serangkaian proses ilmiah yaitu penyelidikan, penyusunan, dan pengujian
gagasan-gagasan, oleh sebab itu, pengajaran IPA di sekolah tidak hanya
mementingkan penugasaan peserta didik terhadap konsep materi tetapi juga
terkait fakta-fakta dan teori-teori.
IPA pada hakikatnya adalah terdiri dari empat komponen yaitu sikap,
ilmiah, proses ilmiah, produk ilmiah, dan aplikasi. IPA merupakan cara
mengumpulkan dan analisis data secara kritis, cara penyajian dan menguji
hipotesis, dan cara mengambil keputusan sehingga diperoleh keputusan
mengenai data yang dikumpulkan. Menurut Winarni (2012: 8) IPA
berkembang melalui langkah-langkah yang berurutan, yaitu observasi,
klasifikasi dan eksperimentasi.
B. Metode Pembelajaran
Salah satu hal yang paling penting dalam pembelajaran adalah penggunaan
metode pembelajaran yang tepat. Sebab jika seorang pendidik
menggunakan metode pembelajaran yang tidak sesuai dengan materi dan
14
tujuan pembelajaran yang akan dicapai maka hasil belajar peserta didik
akan sulit untuk mencapai tujuan belajar yang telah direncanakan. Karena
tidak semua materi pembelajaran dapat diajarkan menggunakan metode
tertentu, oleh sebab itu metode yang digunakan harus sesuai dengan materi
yang akan disampaikan dan mengarah pada tujuan pembelajaran yang
disusun sebelumnya. Menurut Djamarah (2010: 95) Metode adalah salah
satu alat untuk mencapai tujuan.
C. Pembelajaran Outdoor Study
1. Pengertian Pembelajaran Outdoor Study
Pembelajaran di luar kelas adalah salah satu metode yang digunakan
pendidik agar peserta didik dapat beradaptasi dengan lingkungan dan alam
secara langsung, sehingga untuk memenuhi keingintahuannya peserta
didik lebih ditekankan pada pengalaman yang didapatkan secara langsung
dari alam. Menurut Komarudin dalam Husamah (2013: 19) yang berjudul
Pembelajaran di Luar Kelas (Outdoor Learning) menyatakan bahwa
Outdoor Learning merupakan aktivitas luar sekolah yang berisi kegiatan
di luar kelas/sekolah dan di alam bebas lainnya, seperti : bermain di
lingkungan sekolah, taman, perkampungan pertanian/nelayan, berkemah,
dan kegiatan yang bersifat petualangan, serta pengembangan aspek
pengetahuan yang relevan. Proses pembelajaran bisa terjadi dimana saja,
di dalam maupun di luar kelas, bahkan di luar sekolah. Proses
pembelajaran yang dilakukan di luar kelas atau bahkan di luar sekolah
memiliki arti sangat penting bagi perkembangan peserta didik.
15
Lingkungan menyediakan fenomena alam yang sangat menarik ,
memanfaatkan sumber belajar dari alam akan memberikan pengalaman
langsung dan mendorong peserta didik agar lebih akrab dengan alam serta
menciptakan rasa peduli lingkungan pada peserta didik. Hal ini sesuai
dengan pendapat Karjawati dalam Husamah (2013: 23) Outdoor Study
adalah pembelajaran dimana pendidik mengajak peserta didik belajar di
luar kelas untuk melihat langsung di lapangan dengan tujuan
mengakrabkan peserta didik dengan lingkungannya. Melalui metode
Outdoor Study lingkungan di luar sekolah dapat di gunakan sebagai
sumber belajar. Peran pendidik disini adalah sebagai motivator, artinya
pendidik sebagai pemandu agar peserta didik belajar secara aktif, kreatif
dan akrab dengan lingkungan.
Pembelajaran Outdoor Study merupakan pembelajaran yang lebih
berorientasi pada keaktifan peserta didik dengan pemanfaatan lingkungan
sekitar. Dalam pembelajaran ini pendidik berperan sebagai fasilitator,
pembimbing, dan madiator pembelajaran. Variasi pembelajaran ini dapat
mengurangi rasa jenuh, bosan peserta didik, dan dapat membuat peserta
didik senang juga tertarik terhadap pelajaran dan lingkungan sekitarnya.
Keadaan peserta didik demikian akan sangat mempengaruhi daya tangkap
peserta didik dalam menerima dan memahami konsep yang dipelajari.
2. Tujuan Pokok Outdoor Study
Pembelajaran luar kelas kelas bertujuan agar peserta didik dapat
beradaptasi dengan lingkungan alam sekitar dan mengetahui keterampilan
16
hidup dan pengalaman hidup di lingkungan dan alam sekitar, dan memiliki
apresiasi terhadap lingkungan dan alam sekitar. Menurut Adelia (2012: 21-
25) tujuan pendidikan yang ingin dicapai melalui aktivitas belajar di luar
kelas atau luar lingkungan sekolah adalah sebagai berikut:
a. Mengarahkan peserta didik untuk mengembangkan bakat dan
kreatifitas mereka dengan seluas-luasnya di alam terbuka.
b. Kegiatan belajar mengajar di laur kelas bertujuan menyediakan latar
(setting) yang berarti bagi pembentukan sikap dan mental peserta
didik.
c. Meningkatkan kesadaran, apresiasi dan pemahaman peserta didik
terhadap lingkungan sekitarnya.
d. Membantu mengembangkan segala potensi peserta didik agar menjadi
manusia sempurna yaitu memiliki perkembangan jiwa, raga dan spirit
sempurna.
e. Memberikan konteks dalam proses pengenalan berkehidupan sosial
dalam tataran praktik (kenyataan di lapangan).
f. Menunjang keterampilan dan ketertarikan peserta didik. Bukan hanya
ketertarikan terhadap mata pelajaran tertentu yang bisa dikembangkan
di luar kelas, melainkan juga ketertarikan terhadap kegiatan-kegiatan
di luar kelas.
g. Menciptakan kesadaran dan pemahaman peserta didik cara menghargai
alam dan lingkungan, serta hidup berdampingan di tengah perbedaan
suku, ideologi, agama, politik, ras, bahasa dan lain sebagainya.
17
h. Mengenalkan berbagai kegiatan di luar kelas yang dapat membuat
pembelajaran lebih kreatif.
i. Memberikan kesempatan yang unik bagi peserta didik untuk perubahan
perilaku melalui penataan latar pada kegiatan luar kelas.
j. Memberikan kontribusi penting dalam rangka membantu
mengembangkan hubungan pendidik dan murid.
k. Menyediakan waktu seluas-luasnya bagi peserta didik untuk belajar
pengalaman langsung melalui implementasi bebas kurikulum sekolah
di berbagai area.
l. Memanfaatkan sumber-sumber yang berasal dari lingkungan dan
komunitas sekitar untuk pendidikan. Agar peserta didik dapat
memahami secara optimal seluruh mata pelajaran.
3. Kelebihan Outdoor Study
Lingkungan efektif dalam membantu kegiatan pembelajaran, lingkungan
merupakan kesatuan ruang dengan semua benda dan keadaan makhluk
hidup lainnya. Lingkungan yang ada disekitar kita merupakan salah satu
sumber belajar yang dapat dioptimalkan untuk mencapai proses dan hasil
pendidikan yang berkualitas. Menurut Suryadi (2013: 25) bahwa
pembelajaran di luar kelas memiliki manfaat antara lain:
a. Pikiran lebih jernih;
b. Pembelajaran akan terasa menyenangkan;
c. Pembelajaran lebih variatif;
d. Belajar lebih rekreatif;
e. Belajar lebih ril;
18
f. Anak lebih mengenal pada dunia nyata dan luas;
g. Tertanam image bahwa dunia sebagai kelas.
h. Wahana belajar akan lebih luas.
i. Kerja otak lebih rileks.
Kegiatan belajar di luar kelas banyak keuntungan yang dapat diperoleh
dalam proses belajar. Menurut Wahyuni (2015: 16-17) keuntungan yang
diperoleh dari kegiatan mempelajari lingkungan dalam proses belajar
antara lain:
1. Kegiatan belajar lebih menarik dan tidak membosankan peserta didik
duduk di kelas berjam-jam, sehingga motivasi belajar peserta didik
akan lebih tinggi.
2. Hakikat belajar akan lebih bermakna sebab peserta didik dihadapkan
dengan situasi dan keadaan yang sebenarnya atau besifat alami.
3. Bahan-bahan yang dapat dipelajari lebih kaya serta lebih faktual
sehingga kebenarannya lebih akurat.
4. Kegiatan belajar peserta didik lebih komperhensif dan lebih aktif sebab
dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti mengamati, wawancara,
menguji fakta dan lain-lain.
5. Sumber belajar menjadi lebih kaya sebab lingkungan yang dapat
dipelajari bisa beranekaragam seperti lingkungan sosial, lingkungan
alam, lingkungan buatan dan lain-lain.
6. Peserta didik dapat memahami dan menghayati aspek-aspek kehidupan
yang ada di lingkungannya, sehingga dapat membentuk pribadi yang
tidak asing dengan kehidupan di sekitarnya.
19
4. Kelemahan Outdoor Study
Pembelajaran di luar kelas memiliki beberapa kelemahan yang harus
menjadi perhatian bagi pendidik menurut Suyadi (2013: 31) beberapa hal
yang mungkin menjadi kendala pembelajaran di luar kelas adalah:
1. Peserta didik akan kurang konsentrasi;
2. Pengelolaan peserta didik akan lebih sulit terkondisi;
3. Waktu akan tersita (kurang tepat waktu);
4. Penguatan konsep kadang terkontaminasi oleh peserta didik lain atau
kelompok lain;
5. Pendidik akan lebih intensif dalam membimbing;
6. Akan muncul minat yang semu.
Menurut Sudjana dan Rivai dalam Husama (2013: 31), beberapa
kelemahan dan kekurangan yang sering terjadi dalam pelaksanaan
kegiatan pembelajaran Outdoor learning berkisar pada teknis pengaturan
waktu dan kegiatan belajar antara lain :
1. Kegiatan belajar kurang dipersiapkan sebelumnya yang menyebabkan
ada waktu peserta didik terbuang ke tujuan tidak melakukan kegiatan
belajar yang di harapkan sehingga kesan main-main.
2. Ada kesan pendidik dan peserta didik bahwa kegiatan mempelajari
lingkungan memerlukan waktu cukup lama sehingga menghabiskan
waktu untuk belajar di kelas.
3. Sempitnya pandangan pendidik bahwa kegiatan belajar hanya terjadi di
dalam kelas.
20
Banyak hal yang perlu menjadi perhatian bagi pendidik. Salah satunya
belajar di luar ruangan akan menjadi daya tarik tersendiri sehingga banyak
orang yang datang untuk menyaksikan. Pusat perhatian peserta didik akan
langsung tertuju kemana-mana karena posisi belajar mereka di tempat
terbuka. Oleh karena itu, sebagai pendidik diperlukan kiat-kita untuk
mengatasi kelemahan-kelemahan pembelajaran outdoor study.
5. Langkah-Langkah Pembelajaran Outdoor Study
Seorang pendidik yang ingin mengajar para peserta didik di luar kelas
harus mengetahui cara-cara pengajaran di luar kelas, adapun cara-caranya
adalah:
1. Penugasan
Metode penugasan adalah cara penyajian bahan pelajaran dari seorang
pendidik dengan memberikan tugas tertentu agar peserta didik
melakukan kegiatan belajar. Dalam konteks kegiatan belajar mengajar
yang diadakan diluar kelas, pendidik memberi tugas kepada peserta
didik yang harus dilaksanakan di luar kelas. artinya tugas itu bukanlah
pekerjaan rumah yang dapat dikerjakan di rumah masing-masing.
Melainkan dikerjakan saat itu juga dan dilaksanakan oleh pendidik
ketika mengajar di luar kelas harus berkaitan erat dengan mata pelajaran
yang sedang dibahas. Tidak hanya itu, tugas yang diberikan kepada
peserta didik mesti bisa dilakukan diluar kelas. artinya peserta didik
tidak perlu mencari bahan-bahan atas tugas tesebut di rumah ataupun di
dalam kelas (Adelia, 2012: 107).
21
2. Tanya Jawab
Metode ini kurang lebih mengikuti teknik tanya jawab. Pendidik
memberikan pertanyaan kepada peserta didik yang jawabannya
mengarah pada perkembangan pembelajaran yang sedang diajarkan,
kemudian pendidik menambahkan jawab merekan. Sebenarnya metode
tanya jawab bukan hanya menekankan pendidik bertanya kepada peserta
didik melainkan peserta didik juga bisa bertanya kepada pendidik akan
tetapi pertanyaan yang diajukan peserta didik kepada pendidik bukan
pertanyaan yang sifatnya menguji atau mengetes tapi berangkat dari
ketidaktauan seorang murid tentang pembelajaran (Adelia, 2012: 114).
3. Bermain
Metode yang ketiga dapat digunakan dalam pembelajaran diluar kelas
adalah metode bermain. Metode permainan merupakan cara-cara
penyajian yang baik jika dilakukan di luar kelas. Dalam hal ini peserta
didik diajak bermain untuk memperoleh atau menemukan pengertian
dan konsep, sebagaimana yang dijelaskan dalam buku pelajaran tertentu
(Adelia, 2012: 126).
4. Observasi
Observasi dalam kegiatan mengajar di laur kelas adalah metode atau
cara-cara belajar di luar kelas yang dilakukan dengan melihat atau
mengamati materi pelajaran secara langsung di alam bebas. Metode itu
dilakukan dengan pengamatan secara langsung dan membuat
22
pencatatan-pencatatan secara objektif mengenai sesuatu yang diamati
kemudian menyimpulkannya (Adelia, 201 : 134).
Adapun langkah-langkah kegiatan inti pada pembelajaran di luar kelas
menurut Husamah (2013: 78):
1. Kegiatan Awal
Pendidik mengajak peserta didik ke lokasi di luar kelas;
Pendidik mengajak peserta didik berkumpul menurut
kelompoknya;
Pendidik memberi salam;
Pendidik memberi motivasi tentang lingkungan sebagai sumber
belajar termasuk manfaat sumber daya alam yang ada di
sekitar;
Pendidik memberikan panduan belajar;
Pendidik menjelaskan penjelasan cara kerja kelompok.
2. Kegiatan Inti
Masing-masing kelompok berpencar pada lokasi melakukan
pengamatan dan diberi waktu kurang lebih 20 menit;
Pendidik membimbing peserta didik saat melakukan
pengamatan;
Selesai pengamatan peserta didik berkumpul lagi untuk
mendiskusikan hasilnya;
Pendidik memandu diskusi.
23
3. Kegiatan Akhir
Pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mengungkapkan hambatan atau kesulitan yang
dialami saat proses pembelajaran;
Pendidik memberikan kesimpulan bersama peserta didik.
D. Pembelajaran Indoor Study
Lingkungan belajar adalah tempat berlangsungnya kegiatan belajar yang
mendapatkan pengaruh dari luar terhadap keberlangsungan kegiatan
tersebut yang mempengaruhi perkembangan peserta didik. Menurut Saroni
dalam Jamal (2011: 110) lingkungan belajar adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan tempat proses pembelajaran dilaksanakan.
Slameto (2003: 60) mengungkapkan bahwa lingkungan belajar peserta
didik yang berpengaruh terhadap peserta didik adalah lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
Pembelajaran indoor study adalah bentuk belajar atau proses pembelajaran
yang dilakukan oleh seorang pendidik dan peserta didiknya di dalam
ruangan. Menurut Ismail (2009: 92) pembelajaran di dalam ruangan tidak
begitu melelahkan dibanding di luar kelas. Pembelajaran di dalam kelas
biasanya kurang menekan aktivitas fisik, tetapi lebih kepada keterampilan
motorik halus atau yang mengembangkan intelegensi.
Subiyanto (2013: 3) mengungkapkan dalam pembelajaran Indoor Study
menggunakan lingkungan belajar yang sudah di sediakan oleh manajemen
sekolah agar di gunakan untuk para peserta didiknya sebagai sumber
24
belajar atau lingkungan belajar yang ada di dalam sekolahan tersebut.
Lingkungan belajar ini dapat berupa perpustakaan, laboratorium,
auditorium, dan utamanya adalah ruang kelas.
Lingkungan sebagai unsur yang menyediakan sejumlah rangsangan bagi
perkembangan peserta didik perlu mendapatkan perhatian dan perlu
diciptakan sedemikian rupa, agar menyediakan objek-objek sesuai dengan
kebutuhan dan pekembangan pengetahuan anak. Ketepatan lingkungan
belajar secara langsung maupun tidak langsung akan sangat
mempengaruhi proses dan hasil belajar yang akan diperoleh peserta didik.
Johnson dalam Luluk (2014: 2-5) mengungkapkan pada kenyataannya
seorang anak akan tertarik pada lingkungan kelas dan pembelajaran
tertentu yang membutuhkan tantangan untuk membuat kegiatan berjalan
dengan menyenangkan. Pembelajaran di dalam ruangan memiliki
kelebihan dan kelemahan sebagai berikut:
1. Kelebihan Indoor Study
a. Pendidik mudah menguasai kelas.
b. Mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas.
c. Dapat diikuti oleh jumlah peserta didik yang besar.
d. Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya.
e. Pendidik mudah menerangkan pelajaran dengan baik.
2. Kelemahan Indoor Study
a. Bila selalu digunakan terlalu lama akan membosankan sehingga
peserta didik kurang memperhatikan pendidik.
25
b. Menyebabkan peserta didik menjadi pasif.
c. Pengetahuan peserta didik terbatas di dalam ruangan.
Setiap proses pengajaran harus direncanakan dan diusahakan oleh
pendidik secara sengaja agar dapat terhindar dari kondisi-kondisi yang
merugikan (usaha pencegahan) dan kembali pada kondisi yang optimal
apabila terjadi hal-hal yang merusak yang disebabkan oleh tingkah laku
peserta didik di dalam kelas. Menurut Rohani (2004: 112) usaha yang
dapat dilakukan pendidik dalam menciptakan kondisi yang diharapkan
akan efektif apabila :
1. Diketahui secara tepat faktor-faktor yang dapat menunjang
terciptanya kondisi yang menguntungkan dalam proese belajar
mengajar.
2. Dikenal masalah-masalah yang diperkirakan dan biasanya timbul dan
dapat merusak iklim belajar-mengajar;
3. Dikuasainya berbagai pendekatan dalam pengelolaan kelas dan
diketahui pula kapan dan untuk masalah yang mana suatu
pendekatan digunakan.
Menurut Nur (2015: 24-25) beberapa macam metode pembelajaran yang
dapat digunakan dalam pembelajaran di dalam ruangan adalah sebagai
berikut:
1. Metode ceramah
Metode ceramah adalah penerangan secara lisan atau bahan pembelajaran
kepada sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran
26
tertentu dalam jumlah yang relatif besar. Seperti yang ditunjukkan oleh
Mc. Leish, melalui ceramah, dapat dicapai beberapa tujuan. Dengan
metode ceramah, pendidik dapat mendorong timbulnya inspirasi bagi
pendengarnya. Gage dan Berliner, menyatakan metode ceramah cocok
untuk digunakan dalam pembelajaran dengan ciri-ciri tertentu. Ceramah
cocok untuk penyampaian bahan beljar yang berupa informasi dan jika
bahan belajar tersebut sukar didapatkan.
2. Metode Diskusi
Metode pembelajaran diskusi adalah proses pelibatan dua orang peserta
atau lebih untuk berinteraksi saling tukar pendapat, dan atau saling
mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah sehingga
didapatkan kesepakatan diantara mereka. Pembelajaran yang
menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran yang bersifat
interaktif. Menurut Mc. Keachie-Kulik dari hasil penelitiannya,
dibandingkan dengan metode ceramah, metode diskusi dapat
meningkatkan anak dalam pemahaman konsep dan keterampilan
memecahkan masalah. Tetapi dalam transformasi pengetahuan,
penggunaan metode diskusi hasilnya lambat dibanding penggunaan
ceramah. Sehingga metode ceramah lebih efektif untuk meningkatkan
kuantitas pengetahuan anak dari pada metode diskusi.
3. Metode Demonstrasi
Metode pembelajaran demonstrasi merupakan metode pembelajaran yang
sangat efektif untuk menolong peserta didik mencari jawaban atas
27
pertanyaan-pertanyaan seperti : Bagaimana cara mengaturnya? Bagaimana
proses bekerjanya? Bagaimana proses mengerjakannya. Demonstrasi
sebagai metode pembelajaran adalah bilamana seorang pendidik atau
seorang demonstrator (orang luar yang sengaja diminta) atau seorang
peserta didik yang diminta memperlihatkan kepada seluruh kelas tentang
suatu proses.
E. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Usaha yang dilakukan seseorang merupakan poses belajar, sedangkan
perubahan tingkah laku tersebut merupakan hasil belajar. Perubahan
tingkah laku dapat berupa pengetahuan, keterampilan kemampuan dan
sikap yang lebih baik. Menurut Sudjana (2010: 22) hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima
pengalaman belajarnya. Dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah, proses
kegiatan belajar dan mengajar merupakan suatu kegiatan yang paling
pokok, karena berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan tergantung
pada proses belajar mengajar yang dialami oleh peserta didik.
Pengertian tentang hasil belajar yaitu suatu proses belajar yang akan
menghasilkan hasil belajar, terlihat dari apa yang dilakukan oleh peserta
didik yang sebelumnya tidak dapat dibuktikan dengan perbuatan. Dari
pengertian hasil belajar di atas maka intinya adalah perubahan. Oleh
karena itu seseorang melakukan aktivitas belajar dan memperoleh
perubahan dalam dirinya dengan pengalaman baru, maka individu telah
28
dikatakan belajar. Menurut Djamarah (2010: 107) untuk mengukur suatu
keberhasilan proses pembelajaran dibagi atas beberapa tingkatan taraf
sebagai berikut :
1. Istimewa/maksimal, apabila seluruh bahan pelajaran dapat dikuasai
oleh peserta didik.
2. Baik sekali/optional, apabila sebagian besar bahan pelajaran dapat
dikuasai 76%-99%.
3. Baik minimal, apabila bahan pelajarannya hanya dikuasai 60%-
75%.
4. Kurang, apabila bahan pelajaran yang dikuasai kurang dari 60%.
Hasil belajar berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh kemampuan
sesuai dengan tujuan khusus yang direncanakan. Dengan demikian, tugas
utama pendidik dalam kegiatan ini adalah merancang instrumen yang
dapat mengumpulkan data tentang keberhasilan peserta didik mencapai
tujuan pembelajaran. Berdasarkan data tersebut pendidik dapat
mengembangkan dan memperbaiki program pembelajaran. Berdasarkan
data tersebut pendidik dapat mengembangkan dan memperbaiki program
pembelajaran (Sanjaya, 2012: 13).
2. Indikator Hasil Belajar
Indikator adalah perilaku yang dapat diukur atau diobservasi untuk
menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan
mata pelajaran. Dari sisi pendidik, hasil belajar merupakan saat
terselesaikannya bahan pelajaran. Sedangkan dari sisi peserta didik, hasil
29
belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih dibandingkan
pada saat sebelum belajar. Hal ini sesuai pendapat Sanjaya (2012: 13-14)
pembelajaran merupakan suatu sistem kompleks yang keberhasilannya
dapat dilihat dari dua aspek, yakni aspek produk dan aspek proses.
Keberhasilan pembelajaran dapat dilihat dari aspek produk adalah
keberhasilan peserta didik mengenai hasil yang diperoleh dengan
mengabaikan proses pembelajaran. Misalkan, ketika pendidik
merumuskan tujuan atau kompetensi yang harus dicapai : diharapkan
peserta didik dapat menyebutkan 2x2, maka pembelajaran dianggap
berhasil manakala peserta didik dapat menyebutkan angka 4, tanpa perlu
menguraikan dari mana angka 4 itu didapat. Keberhasilan pembelajaran
dikihat dari sisi hasil memang mudah dilihat dan ditentukan kriterianya,
akan tetapi hal ini dapat mengurangi makna proses pembelajaran sebagai
proses yang bernilai pendidikan.
3. Hasil Belajar Kognitif
Penilaian dilakukan pendidik terhadap hasill belajar peserta didik
digunakan sebagai bahan penyusun laporan kemajuan hasil belajar dan
memperbaiki proses pembelajaran. Menurut Bloom (dalam Sanjaya,
2012:125-127), bentuk perilaku sebagai tujuan yang harus dirumuskan
dapat digolongan ke dalam tiga klasifikasi atau domain (bidang), yaitu
domain kognitif, afektif dan psikomotorik. Domain kognitif adalah tujuan
pendidikan yang berhubungan dengan kemampuan intelektual atau
kemampuan berpikir, seperti kemampuan mengingat dan kemampuan
memecahkan masalah. Domain kognitif menurut Bloom terdiri dari 6
30
tingkatan, yaitu : pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan
evaluasi. Pengetahuan adalah tingkat tujuan kognitif yang paling rendah.
Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan untuk mengingat informasi
yang sudah dipelajari (recall), seperti mengingat tokoh proklamator
Indonesia, mengingat tanggal dan tahun sumpah pemuda, dan lain
sebagainya.
Tingkatan dan kata kerja oprasional untuk mengukur jenjang kemampuan
ranah kognitif menurut Daryanto (2012: 63-64) adalah :
1. Pengetahuan (Knowladge) : mendefinisikan, mendeskripsikan,
mengidentifikasikan, mendaftarkan, menjodohkan, menyebutkan,
menyatakan (states), mereproduser.
2. Pemahaman (Comprehension) : mempertahankan, membedakan,
menduga (astimates), menerangkan, memperluas, menyimpulkan,
menggeneralisasi, memberikan contoh, menuliskan kembali,
memperkirakan.
3. Aplikasi (Application) : mengubah, menghitung, mendemonstrasikan,
menemukan, memanipulasi, memodifikasikan, menghubungkan,
mengoprasikan, meramalkan, menyiapkan, menghasilkan,
menghubungkan, menunjukkan, memecahkan, menggunakan.
4. Analisis (Analysis) : memperinci, mengasuh diagram, membedakan,
mengidentifikasi, mengilustrasikan, menyimpulkan, menunjukkan,
menghubungkan, memilih, memisahkan, membagi (subdivides).
5. Sintesis (Synthesis) : mengkatagorisasi, mengkombinasi, mengarang,
menciptakan, membuat desain, menjelaskan, memodifikasikan,
31
mengorganisasikan, menyusun, membuat rencana, mengatur kembali,
merekontruksi, menghubungkan, merevisi, menuliskan kembali,
menuliskan, menceritakan.
6. Evaluasi (Evaluation) : menilai, membandingkan, menyimpulkan,
mempertang, mengkritik, mendeskripsikan, membedakan,
menerangkan, memutuskan, menafsirkan, menghubungan, membantu
(supports).
Dalam proses belajar yang bermakna, untuk mencapai pengertian-
pengertian baru dan retensi yang baik, materi-materi belajar selalu dan
hanya dapat dipelajari bila dihubungkan dengan konsep-konsep, prinsip-
prinsip serta informasi-informasi yang relevan yang telah dipelajari
sebelumnya. Substansi dan sifat organisasi latar belakang pengetahuan inii
mempengaruhi ketepatan serta kejelasan pengertian-pengertian baru yang
ditimbulkan serta kemampuan-kemampuan memperoleh kembali
pengertian-pengertian baru tersebut. Makin jelas, stabil serta
terorganisasinya struktur kognitif peserta didik, proses belajar yang
bermakna dan retensi makin mudah terjadi. Sebaliknya, struktur kognitif
yang tidak stabil, kabur dan tidak terorganisasi dengan tepat, cenderung
merintangi proses belajar yang bermakna yang bermakna dan retensi
(Slameto, 2010: 122-123).
Struktur kognitif adalah perangkat fakta-fakta, konsep-konsep,
generalisasi-generalisasi yang terorganisasi, yang telah dipelajari dan
32
dikuasai seseorang. Menurut Slameto (2010: 25-26) , ada tiga macam
variabel struktur kognitif, yaitu :
1. Pengetahuan yang telah dimikili
Bagaimana bahan baru dapat dipelajari dengan baik, bergantung pada
apa yang telah diketahui (advenceoganizers).
2. Diskriminabilitas
Konsep-konsep baru yang dapat dibedakan dengan jelas dengan apa
yang telah dipelajari, mudah dipelajari dan dikuasai.
3. Kemantapan dan kejalasan
Konsep-konsep yang mantap dan jelas yang telah ada di dalam struktur
kognitif memudahkan belajar dan retensi. Untuk menambah
kemantapan dan kejelasan konsep itu perlu latihan.
Pengetahuan seseorang dapat diukur melalui alat objektif yang disusun
dalam bentuk instrumen tes pengetahuan yang mencakup tingkatan
kognitif pada taksonomi Bloom. Ranah kognitif tersebut memiliki enam
tingkatan yaitu : pengetahuan (knowledge), pemahamana (comprehension),
penerapan (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis) dan
evaluasi (evaluation) tingkatan dalam taksonomi Bloom tersebut hampir
digunakan selama hampir setengah abad sebagai dasar yang digunakan
untuk menyusun tujuan-tujuan pendidikan. Namun, pada tahun 2001,
Anderson dan Krathwohl telah merevisi tingkat kemampuan kognitif oleh
Bloom‟s. Revisi yang dilakukan terhadap Taksonomi Bloom, yakni
perubahan dari kata benda (dalam Taksonomi Bloom) menjadi kata kerja
33
(dalam taksonomi revisi). Tingkat ranah kognitif berdasarkan Anderson
dan Karthwohl (2001: 66-88) diuraikan sebagai berikut:
Tabel 2. Dimensi proses kognitif
Kategori dan proses
kognitif
Nama alternatif Definisi
1. Mengingat – Mengambil pengetahuan dari memori jangka panjang
1.1 Mengenali
1.2 Mengingat kembali
Mengidentifikasi
Mengambil
Menempatkan
pengetahuan dalam
jangka panjang yang
sesuai dengan
pengetahuan tersebut.
Mengambil pengetahuan
yang relevan dari memori
jangka panjang.
2. Memahami – mengkontruksi makna dari materi pembelajaran, termasuk
apa yang diucapkan, ditulis dan digambar oleh pendidik
2.1 Menafsirkan
2.2 Mencontohkan
2.3 Mengklasifikasikan
2.4 Merangkum
2.5 Menyimpulkan
2.6 Membandingkan
2.7 Menjelaskan
Mengklarifikasikan
Mempresentasikan
Menerjemahkan
Memparafrasekan
Mengilustrasikan
Memberi contoh
Mengategorikan
Mengelompokkan
Mengabstraksi
Menggeneralisasi
Menyarikan
Mengekstrapolasi
Menginterpolasi
Memprediksi
Mengontraskan
Memetakan
Mencocokkan
Membuat model
Mengubah satu bentuk
gambaran menjadi bentuk
lain.
Menemukan contoh atau
ilustrasi tentang konsep
atau prinsip.
Menentukan sesuatu
dalam satu kategori.
Mengabstraksikan tema
umum atau poin-poin
pokok.
Membuat kesimpulan
yang logis dari informasi
yang diterima.
Menentukan hubungan
antara dua ide, dua objek
dan semacamnya.
Membuat model sebab-
akibat dalam sebuah
sistem.
34
Kategori dan Proses
Kognitif
Nama alternatif Definisi
3. Mengaplikasikan – menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam
keadaan tertentu
3.1 Mengeksekusi
3.2 mengimplementasikan
Melaksanakan
Menggunakan
Menerapkan atau
menggunakan suatu
prosedur dalam keadaan
tertentu.
Menerapkan suatu
prosedur pada tugas yang
tidak familier.
4. Menganalisis – memecah-mecah materi jadi bagian-bagian penyusunnya
dan menentukan hubungan-hubungan antar bagian itu dan hubungan
antara bagian-bagian tersebut dengan keseluruhan struktur atau tujuan
4.1 Membedakan
4.2 Mengorganisasikan
4.3 Mengatribusikan
Menyendirikan
Memilah
Memfokuskan
Memilih
Menemukan
Koherensi
Memadukan
Membuat garis
besar
Mendeskripsikan
peran
Menstrukturkan
mendekonstruksikan
Membedakan bagian
materi pelajaran yang
relevan dan tidak relevan.
Menentukan bagaimana
elemen-elemen bekerja
atau berfungsi dalam
sebuah struktur.
Menentukan sudut
pandang bias, nilai atau
maksud dibalik materi
pelajaran.
5. Mengevaluasi – mengambil keputusan berdasarkan kriteria atau standar
5.1 Memeriksa
5.2 Mengkritisi
Mengoordinasi
Mendeteksi
Memonitor
Menguji
Menilai
Menemukan kesalahan
dalam suatu proses atau
produk, menemukan
efektivitas suatu prosedur
yang sedang di
praktikkan.
Menemukan inkonsistensi
antara suatu produk dan
kriteria eksternal,
menentukan apakah suatu
produk memiliki
konsistensi eksternal,
menemukan ketepatan
35
suatu prosedur untuk
menyelesaikan masalah.
Kategori dan proses
kognitif
Nama alternatif Definisi
6. Mencipta – memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang
baru dan koheren atau untuk membuat suatu produk yang orisinil
6.1 Merumuskan
6.2 Merencanakan
6.3 Memproduksi
Membuat hipotesis
Mendesain
Mengkonstruksi
Membuat hipotesis-
hipotesis berdasarkan
kriteria.
Merencanakan prosedur
untuk menyelesaikan
suatu tugas.
Menciptakan suatu
produk.
Berikut penjabaran dari Taksonomi Bloom ranah kognitif yang telah direvis oleh
Anderson dan Krathwohl yakni:
1. Mengingat (remember)
Mengingat merupakan usaha mendapatkan kembali pengetahuan dari
memori atau ingatan yang telah lampau, baik yang baru saja didapatkan
maupun yang sudah lama didapatkan. Mengingat merupakan dimensi yang
berperan penting dalam proses pembelajaran yang bermakna (meaningful
learning) dan pemecahan masalah (problem solving). Mengingat meliputi
mengenali (recognition) dan memanggil kembali (recalling). Mengenali
berkaitan dengan mengetahui pengetahuan masa lampau yang berkaitan
dengan hal-hal yang konkret, misalnya tanggal lahir, alamat rumah, dan
usia, sedangkan memanggil kembali adalah proses kognitif yang
membutuhkan pengetahuan masa lampau secara cepat dan tepat.
36
2. Memahami/mengerti (understand)
Memahami/mengerti berkaitan dengan membangun sebuah pengertian dari
berbagai sumber seperti pesan, bacaan dan komunikasi. Memahami/
mengerti berkaitan dengan aktivitas mengklasifikasikan (classification)
dan membandingkan (comparing). Mengklasifikasikan akan muncul ketika
seorang siswa berusaha mengenali pengetahuan yang merupakan anggota
dari kategori pengetahuan tertentu. Membandingkan merujuk pada
identifikasi persamaan dan perbedaan dari dua atau lebih objek, kejadian,
ide, permasalahan, atau situasi. Membandingkan berkaitan dengan proses
kognitif menemukan satu persatu ciri-ciri dari objek yang diperbandingkan.
3. Menerapkan (apply)
Menerapkan menunjuk pada proses kognitif memanfaatkan atau
mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan percobaan atau
menyelesaikan permasalahan. Menerapkan meliputi kegiatan menjalankan
prosedur (executing) dan mengimplementasikan (implementing). Menerapkan
merupakan proses yang kontinu, dimulai dari siswa menyelesaikan suatu
permasalahan menggunakan prosedur baku/standar yang sudah diketahui.
Kegiatan ini berjalan teratur sehingga siswa benar benar mampu
melaksanakan prosedur ini dengan mudah, kemudian berlanjut pada
munculnya permasalahan-permasalahan baru yang asing bagi siswa, sehingga
siswa dituntut untuk mengenal dengan baik permasalahan tersebut dan
memilih prosedur yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan.
37
4. Menganalisis (analyze)
Menganalisis merupakan memecahkan suatu permasalahan dengan
memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari keterkaitan
dari tiap-tiap bagian tersebut dan mencari tahu bagaimana keterkaitan
tersebut dapat menimbulkan permasalahan. Menganalisis berkaitan dengan
proses kognitif memberi atribut (attributeing) dan mengorganisasikan
(organizing). Memberi atribut akan muncul apabila siswa menemukan
permasalahan dan kemudian memerlukan kegiatan membangun ulang hal
yang menjadi permasalahan. Mengorganisasikan memungkinkan siswa
membangun hubungan yang sistematis dan koheren dari potongan
potongan informasi yang diberikan. Hal pertama yang harus dilakukan
oleh siswa adalah mengidentifikasi unsur yang paling penting dan relevan
dengan permasalahan, kemudian melanjutkan dengan membangun
hubungan yang sesuai dari informasi yang telah diberikan.
5. Mengevaluasi (evaluate)
Evaluasi berkaitan dengan proses kognitif memberikan penilaian
berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada. Kriteria yang biasanya
digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Perlu
diketahui bahwa tidak semua kegiatan penilaian merupakan dimensi
mengevaluasi, namun hampir semua dimensi proses kognitif memerlukan
penilaian. Evaluasi meliputi mengecek (checking) dan mengkritisi
(critiquing). Mengecek mengarah pada kegiatan pengujian hal-hal yang
tidak konsisten atau kegagalan dari suatu operasi atau produk. Mengkritisi
mengarah pada penilaian suatu produk atau operasi berdasarkan pada
38
kriteria dan standar eksternal. Mengkritisi berkaitan erat dengan berpikir
kritis. Siswa melakukan penilaian dengan melihat sisi negatif dan positif
dari suatu hal, kemudian melakukan penilaian menggunakan standar ini.
6. Menciptakan (create)
Menciptakan mengarah pada proses kognitif meletakkan unsur-unsur secara
bersama-sama untuk membentuk kesatuan yang koheren dan mengarahkan
siswa untuk menghasilkan suatu produk baru dengan mengorganisasikan
beberapa unsur menjadi bentuk atau pola yang berbeda dari sebelumnya.
Menciptakan sangat berkaitan erat dengan pengalaman belajar siswa pada
pertemuan sebelumnya. Menciptakan mengarahkan siswa untuk dapat
melaksanakan dan menghasilkan karya yang dapat dibuat oleh semua siswa.
Menciptakan meliputi menggeneralisasikan (generating) dan memproduksi
(producing). Menggeneralisasikan merupakan kegiatan merepresentasikan
permasalahan dan penemuan alternatif hipotesis yang diperlukan.
Menggeneralisasikan ini berkaitan dengan berpikir divergen yang merupakan
inti dari berpikir kreatif. Memproduksi mengarah pada perencanaan untuk
menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Memproduksi berkaitan erat
dengan dimensi pengetahuan yang lain yaitu pengetahuan faktual,
pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan
metakognisi (Anderson dan Krathwohl, 2001: 66-88).
F. Kerangka Pikir
Belajar adalah aktivitas yang disengaja dan dilakukan oleh individu agar
terjadi perubahan kemampuan diri. Hasil belajar adalah tolak ukur dalam
39
pembelajaran. Hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang
mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil aktivitas
belajar. Dalam suatu proses pembelajaran tidak semua sistem belajar akan
berjalan seperti apa yang diinginkan. Kemampuan kognitif peserta didik
yang berbeda-beda dalam menerima dan memahami materi adalah salah
satu kendala ketidaktuntasan di dalam proses pembelajaran.
Pemilihan model, metode serta strategi pembelajaran juga mempunyai
dampak besar terhadap hasil belajar peserta didik pada materi yang
disampaikan. Proses pembelajaran pada dasarnya pemberian stimulus-
stimulus kepada peserta didik dengan harapan terjadinya respon yang
positif pada diri peserta didik. Pendidik harus mampu memberi stimulus
dalam proses pembelajaran agar peserta didik memberi respon positif.
Menjadi peserta didik aktif dalam proses pembelajaran yang nantinya akan
mempengaruhi hasil belajar peserta didik pada materi yang disampaikan.
Pembelajaran Outdoor Study adalah suatu kegiatan menyampaikan
pelajaran di luar kelas, sehingga kegiatan belajar mengajar berlangsung di
luar kelas, sebagian orang menyebutnya dengan Outing Class, yaitu suatu
kegiatan yang melibatkan alam secara langsung untuk dijadikan sebagai
sumber belajar. Pembelajaran yang dilakukan di luar kelas dapat dijadikan
tempat tempat belajar yang menyenangkan dan lebih memberi keluasaan
bagi peserta didik dalam memperoleh pengalaman dalam pembelajaran.
Indoor Study adalah suatu bentuk belajar atau proses pembelajaran yang
dilakukan oleh seorang pendidik dan peserta didiknya didalam ruangan.
40
Lingkungan belajar ini dapat berupa perpustakaan, laboratorium,
auditorium dan utamanya adalah ruang kelas. Pembelajaran dengan Indoor
Study akan menciptakan keadaan kelas yang efektif, penataan tempat
duduk yang sesuai dengan materi pelajaran serta fasilitas yang memadai,
kondisi yang seperti ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar
peserta didik.
Hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik
bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan
mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan
psikomotrik. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat
terselesaikannya bahan pelajarannya. Setelah mengkaji teori tentang
pembelajaran outdoor study , indoor study dan hasil belajar serta
keterkaitan toritis ketiganya, peneliti menilai bahwa “ diduga terdapat
perbedaan hasil belajar siswa yang diberi metode pembelajaran outdoor
study dengan siswa yang menggunakan metode pembelajaran indoor
study”. Untuk memperjelas maka kerangka pikir dalam penelitian ini
digambarkan melalui bagan sebagai berikut :
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir
Outdoor Study Indoor Study
Klasifikasi Makhluk Hidup Klasifikasi Makhluk Hidup
Hasil Belajar Hasil Belajar
Proses Pembelajaran
41
G. Hipotesis Penelitian
1. H0 = Tidak terdapat perbedaan antara pembelajaran Outdoor Study dan
Indoor Study terhadap hasil belajar peserta didik pada materi
klasifikasi makhluk hidup pada peserta didik Kelas VII SMP Negeri
10 Metro Tahun 2018/2019.
H1 = Terdapat perbedaan antara metode Outdoor Study dan Indoor Study
terhadap hasil belajar peserta didik pada materi Klasifikasi makhluk
hidup pada peserta didik Kelas VII SMP Negeri 10 Metro
Tahun 2018/2019.
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di SMP Negeri 10 Metro yang beralamat
di Jl. Wolter Monginsidi, Hadimulyo Timur Kecamatan Metro Pusat, Kota
Metro, Provinsi Lampung (34111). Waktu pelaksanaan penelitian ini pada
tanggal 24 September – 5 Oktober 2018 semester ganjil tahun pelajaran
2018/2019.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VII
semester ganjil SMP Negeri 10 Metro tahun ajaran 2018/2019 yang
berjumlah 160 peserta didik.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono, 2010: 62). Pengambilan sampel dalam penelitian
ini dilakukan dengan teknik cluster random sampling yaitu teknik
yang digunakan jika populasi yang dijumpai bersifat heterogen,
dimana subpopulasi merupakan suatu kelompok (cluster) yang juga
43
mempunyai sifat heterogen (Yatim, 1996: 60). Teknik ini digunakan
karena sampel akan dicuplik sudah terbentuk dalam cluster berupa
kelas-kelas.
Hasil teknik cluster random sampling diperoleh kelas VII A dan VII B
sebagai sampel. Kelas VII A dan VII B merupakan kelas yang
mempunyai rata-rata kemampuan akademis yang relatif sama karena
dalam pendistribusian peserta didik tidak dikelompokkan ke dalam kelas
unggulan, atau tidak ada perbedaan antara kelas yang satu dengan kelas
yang lain.
Sampel yang digunakan pada penelitian ini ialah kelas VII A yang
berjumlah 32 peserta didik dan kelas VII B yang berjumlah 32 peserta
didik. Kelas VII B sebagai kelas eksperimen I diberi perlakuan
menggunakan pembelajaran Outdoor Study dan kelas VII A sebagai
kelas eksperimen II diberi perlakuan menggunakan pembelajaran
Indoor Study.
C. Desain Penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain the
randomized pretest-posttets control group design. Terdiri dari dua
kelompok penelitian, yaitu kelompok Outdoor Study dan Indoor Study.
Kelas eksperimen I diberi perlakuan pembelajaran Outdoor Study,
sedangkan kelas eksperimen II diberi perlakuan pembelajaran Indoor
44
Study. Kedua kelas diberikan perlakuan yang sama kemudian
dibandingkan.
Alasan peneliti menggunakan desain ini adalah sebagai manipulasi, dimana
peneliti menjadikan variabel bebas untuk menjadi sesuai dengan apa yang
diinginkan oleh peneliti, sehingga variabel lain dipakai sebagai
pembanding yang bisa membedakan antara kelompok yang memperoleh
perlakuan/manipulasi dengan kelompok yang tidak memperoleh
perlakuan/manipulasi. Desain ini dapat digambarkan menggunakan tabel 3
berikut ini:
Tabel 3. Desain Pretest-posttest kelompok Non-ekuivalen
Kelompok Pengukuran
awal
Perlakuan Pengukuran akhir
O O1 X1 O2
I O2 X2 O2
Keterangan :
O = kelas eksperimen I
I = Kelas eksperimen II
O1 = Pretest
X1 = pembelajaran Outdoor Study
X2 = = Pembelajaran Indoor Study
O2 = Posttest (dimodifikasi dari Fraenkel dan Wallen, 1993:250)
Pada penelitian ini digunakan teknik non ekuivalen grup kontrol karena
peneliti akan membandingkan skor pretest dan postest kelompok
eksperimen I dengan kelompok eksperimen II untuk membandingkan
proses pembelajaran menggunakan metode Outdoor Study dan Indoor
45
Study. Kedua kelompok diberikan perlakuan pretest dan posttest. Pretest
dilakukan sebelum perlakuan untuk mengetahui keadaan kelompok
sebelum diberi perlakuan, dan posttest dilakukan setelah perlakuan, setelah
itu akan terlihat perbedaan metode Outdoor Study dan Indoor Study
terhadap hasil belajar peserta didik.
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan
penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut sebagai berikut :
1. Prapenelitian
Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian adalah sebagai berikut :
a. Membuat surat penelitian pendahuluan (observasi) ke fakultas
untuk sekolah;
b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian,
untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan
diteliti;
c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen I yang
diberikan perlakuan dengan pembelajaran menggunakan metode
Outdoor Study serta kelas eksperimen II yang diberikan perlakuan
dengan pembelajaran menggunakan metode Indoor Study.
d. Membuat perangkat pembelajaran kurikulum 2013 yang terdiri atas
silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar
Kerja Peserta Didik (LKPD);
46
e. Membuat instrumen penelitian yaitu soal pretest dan posttest yang
berjumlah 25 soal dalam bentuk pilihan jamak untuk mengukur
hasil belajar peserta didik;
f. Membuat kelompok belajar pada kelas eksperimen 1 dan
eksperimen 2 dengan cara peserta didik berhitung dari angka 1-7
dimulai dari peserta didik yang duduk di depan pojok kiri hingga
kesamping lalu belakang kemudian setiap peserta didik yang
mendapat angka 1 masuk kedalam kelompok 1, begitu seterusnya
hingga terbentuk 4 kelompok.
2. Pelakasanaan Penelitian
Kegiatan penelitian dilaksanakan dengan menggunakan pembelajaran
Outdoor Study untuk kelas eksperimen I dan pembelajaran Indoor
Study untuk kelas eksperimen II. Penelitian ini dilakukan sebanyak dua
kali pertemuan dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
Kelas Eksperimen I (Pembelajaran dengan Outdoor Study)
a. Kegiatan pendahuluan
1) Peserta didik mengerjakan soal pretes yang diberikan oleh
pendidik (pertemuan I) dalam bentuk pilihan ganda untuk
materi pokok klasifikasi makhluk hidup.
2) Peserta didik diberikan apersepsi
a. Petemuan I : pendidik menyatakan “coba kalian
perhatikan apakah ada perbedaan antara pohon dan
tumpukan batu itu?”
47
b. Pertemuan II : “ coba kalian perhatikan apakah terdapat
perbedaan ataupun persamaan antara peserta didik satu
dengan peserta didik lainnya?”
3) Motivasi
a. Pertemuan I : pendidik memberikan motivasi dengan
menyatakan bahwa “Dengan mempelajari materi ini
maka kita akan mengetahui dan membedakan ciri-ciri
makhluk hidup dan benda tak hidup yang ada di sekitar
kita”.
b. Pertemuan II : pendidik memberi motivasi dengan
mengatakan Dengan mempelajari materi ini kita dapat
mengetahui cara mengklasifikasikan suatu objek”.
b. Kegiatan inti
1) Peserta didik berada diluar kelas dan berkumpul
berdasarkan kelompok yang sudah dibagikan, setiap
kelompok terdiri dari tujuh orang yang terdiri dari
kelompok heterogen dalam hal jenis kelamin dan
kemampuan akademiknya.
2) Peserta didik dibagikan LKPD yang berisi lembar
observasi kepada setiap kelompok dan didiskusikan
bersama dengan anggotanya masing-masing.
3) Pendidik menjelaskan cara mengisi LKPD dan meminta
peserta didik untuk berdiskusi mengerjakan LKPD.
48
4) Peserta didik dibimbing dalam menemukan jawaban
yang ada dalam LKPD dan dibantu dalam
menyimpulkan hasil diskusi yang tertera dalam LKPD.
5) Peserta didik berdiskusi, bekerja sama untuk
mengobservasi, mengklasifikasi, menginterpretasi data
yang ada dalam LKPD serta mencari informasi yang
sesuai untuk menjawab soal dalam LKPD.
6) Peserta didik mengumpulkan LKPD yang sudah
dikerjakan.
7) Perwakilan dari kelompok maju mempresentasikan
hasil diskusinya, setiap kelompok yang melakukan
presentasi hasil diskusi mereka, kelompok lain
dipersilahkan memberikan tanggapan.
c. Kegiatan penutup
1) Memberi kesempatan pada peserta didik untuk
bertanya mengenai hal-hal yang belum dipahami ketika
pendidik memberikan konfirmasi.
2) Peserta didik di bimbing oleh pendidik menarik
kesimpul dari pembelajaran yang telah dilakukan;
3) Pendidik memberikan informasi tentang materi yang
akan dibahas selanjutnya;
4) Peserta didik mengerjakan posttest (pertemuan II)
5) Pendidik menutup pelajaran dengan mengucapkan
salam.
49
Kelas Eksperimen II (Pembelajaran Indoor Study)
a. Kegiatan pendahuluan
1) Peserta didik mengerjakan soal pretes yang diberikan oleh
pendidik (pertemuan I) dalam bentuk pilihan ganda untuk
materi pokok klasifikasi makhluk hidup.
2) Peserta didik diberikan apersepsi
a. Petemuan I : pendidik menyatakan “coba kalian perhatikan
apakah ada perbedaan antara pohon dan tumpukan batu
itu?”
b. Pertemuan II : “ coba kalian perhatikan apakah terdapat
perbedaan ataupun persamaan antara peserta didik satu
dengan peserta didik lainnya?”
3) Motivasi
a. Pertemuan I : pendidik memberikan motivasi dengan
menyatakan bahwa “Dengan mempelajari materi ini maka
kita akan mengetahui dan membedakan ciri-ciri makhluk
hidup dan benda tak hidup yang ada di sekitar kita”.
b. Pertemuan II : pendidik memberi motivasi dengan
mengatakan Dengan mempelajari materi ini kita dapat
mengetahui cara mengklasifikasikan suatu objek”.
b. Kegiatan inti
1) Peserta didik duduk dalam kelompok yang sudah dibagikan,
setiap kelompok terdiri dari tujuh orang yang terdiri dari
kelompok heterogen dalam hal jenis kelamin dan kemampuan
akademiknya.
50
2) Setiap kelompok memperoleh LKPD yang harus dikerjakan
bersama.
3) Peserta didik berdiskusi, bekerja sama untuk mengobservasi,
mengklasifikasi, menginterpretasi data yang ada dalam LKPD
serta mencari informasi yang sesuai untuk menjawab soal
dalam LKPD.
4) Peserta didik mengumpulkan LKPD yang sudah dikerjakan.
5) Peserta didik mempresentasikan hasil diskusinya.
6) Peserta didik memperoleh evaluasi dari pendidik mengenai
hasil diskusi LKPD yang telah dikerjakan.
c. Kegiatan penutup
1) Memberi kesempatan pada peserta didik untuk bertanya
mengenai hal-hal yang belum dipahami ketika pendidik
memberikan konfirmasi.
2) Peserta didik di bimbing oleh pendidik menarik kesimpul
dari pembelajaran yang telah dilakukan.
3) Pendidik memberikan informasi tentang materi yang akan
dibahas selanjutnya
4) Peserta didik mengerjakan posttest (pertemuan II)
5) Pendidik menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
E. Jenis Data dan Teknik Pengambilan Data
Jenis dan teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
51
1. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data kuantitatif
adalah berupa data hasil belajar peserta didik dalam ranah kognitif
pada materi klasifikasi makhluk hidup yang diperoleh dari nilai pretest
dan posttest. Kemudian rata-rata nilai pretest dan posttest. Nilai ini
digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar
pada metode Outdoor Study dan Indoor Study pada materi klasifikasi
makhluk hidup.
2. Teknik Analisis Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan
mengetahui hasil belajar peserta didik melalui pretest dan posttest.
Hasil belajar berupa pretest diambil pada pertemuan I dan posttest
diambil pada pertemuan II. Nilai pretest diambil sebelum
pembelajaran pertemuan pertama pada setiap kelas baik kelas
eksperimen I maupun kelas eksperimen II, sedangkan nilai posttest
diambil diakhir pertemuan kedua pada setiap kelas, baik kelas
eksperimen I maupun kelas eksperimen II. Bentuk soal yang diberikan
baik pretest maupun posttest adalah pilihan ganda dengan jumlah soal
sebanyak 25 butir dengan skor maksimal 100.
Pertanyaan pada soal tes pengetahuan tentang klasifikasi makhluk
hidup dibuat berdasarkan materi dan luasannya yang disesuaikan
dengan materi IPA kelas VII tahun ajaran 2018/2019 yang dijabarkan
52
ke dalam KD 3.2 Mengklasifikasi makhluk hidup dan benda
berdasarkan karakteistik yang diamati.
F. Uji Instrumen
Instrumen dalam penelitian ini berupa soal tes berupa pretest dan posttest
yang bertujuan untuk mengukur hasil belajar peserta didik.
1. Uji Validitas
Instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk
mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel. Menurut Suharsimi
Arikunto (2005: 65) validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan
tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen tertentu. Uji
validitas digunakan untuk menentukan kevalidan butir-butir pada
instrumen. Instrument yang di uji validitas merupakan soal pretest-posttest.
Uji validitas menggunakkan rumus Product Moment. Setelah dihitung
thitung dibandingkan dengan ttabel dengan taraf signifikasi 5 % dengan dk = n-
1. Jika thitung >ttabel maka butir soal dinyatakan valid (Arikunto, 2010: 75).
Hasill perhitungan pada lampiran 7.
2. Uji Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas digunakan untuk menunjukkan sejauh mana alat ukur dapat
dipercaya atau diandalkan. Suatu tes dapat dikatakan reliabel (taraf
kepercayaan) yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang
tetap. Jadi reliabilitas tes adalah ketetapan hasil tes atau seandainya
53
hasilnya berubah-ubah, perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak
berarti (Arikunto, 2007: 86).
Untuk menghitung reabilitas data terhadap butir-butir yang telah
dinyatakan valid, soal digunakan rumus uji reabilitas yaitu Alpha
Cronbach. (Arikunto, 2010: 196).
Tabel 4. Indeks Reabilitas
Koefesien
korelasi
Kriteria validitas
0,00 - 0,199 Sangat lemah
0,20 - 0,399 Lemah
0,40 - 0,599 Sedang
0,60 - 0,799 Kuat
0,80 - 1,000 Sangat kuat
Harga rii yang dihasilkan dibandingkan dengan rtabel. Soal dikatakan
reliabel jika rii > rtabel dengan taraf signifikan 5% ( Sugiyono, 2012: 184).
Hasil perhitungan pada lampiran 8.
3. Taraf Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu
sukar. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal
disebut indeks kesukaran (difficulty index). Besarnya indeks kesukaran
antara 0,00-0,1. Soal dengan indeks kesukaran 0,0 menunujukkan bahwa
soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan soal itu terlalu
mudah.
Tabel 5. Klasifikasi Indeks Kesukaran
Indeks daya pembeda Klasifikasi
0,00 – 0,30 Soal sukar
0,31 – 0,70 Soal sedang
0,71 – 1,00 Sual mudah
Hasil analisis taraf kesukaran soal pada lampiran 9.
54
4. Daya Beda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
peserta didik yang pandai dari anak yang tidak pandai. Angka yang
menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi,
disingkat D. Indeks deskriminasi berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Pada
indeks ini terdapat kemungkinan adanya tanda negatif manakala suatu tes
terbalik menunjukkan kualitas tes yaitu anak pandai disebut bodoh dan
anak bodoh disebut pandai.
Untuk mengetahui daya pembeda soal perlu dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Membandingkan skor total masing-masing peserta didik dari yang
tertinggi sampai yang terendah.
b. Membagi dua kelompok yaitu kelompok atas dan kelompok bawah.
c. Menghitung soal yang dijawab benar dari masing-masing kelompok
pada tiap butir soal.
Adapun kriteria indeks daya pembeda dalam Arikunto (2010: 218) adalah
sebagai berikut:
Tabel 6. Kriteria Indeks Daya Pembeda
Indeks daya pembeda Kualifikasi
0,00 - 0,20 Jelek
0,21 - 0,40 Cukup
0,41 - 0,70 Baik
0,71 – 1,00 Baik sekali
Negatif Sangat jelek , harus dibuang
Hasil analisis daya beda soal pada lampiran 10.
55
G. Teknik Analisis Data
1. Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan salah satu cara untuk memeriksa
keabsahan/normalitas sampel. Pada penelitian ini, pengujian normalitas
data menggunakan uji Kolmogorov- Smirnov.
Hipotesis
H0 = Sampel berdistribusi normal.
H1 = Sampel yang tidak berdistribusi normal.
Kriteria pengujian
H0 diterima jika sig > 0,05 atau L hitung < L tabel.
H1 ditolak jika sig < 0,05 atau L hitung > L tabel. (Santoso, 2010: 46).
Hasil uji normalitas data dapat dilihat pada lampiran 13.
2. Uji Homogenitas
Data diuji homogenitasnya untuk mengetahui variasi populasi data
yang diuji sama (homogen) atau tidak. Uji homogenitas ini
menggunakan uji Levene Test pada taraf signifikasi 5% atau = 0,05.
Hipotesis
H0 = Data yang diuji homogen
H1 = Data yang diuji tidak homogen.
Kriteria Pengujian
H0 diterima jika Sig. > 0,05 atau F hitung < F tabel
H0 ditolak jika Sig. <0,05 atau F hitung > F tabel (Trihendradi, 2009:
122-123).
Hasil uji normalitas data dapat dilihat pada lampiran 14.
56
3. Pengujian Hipotesis
Setelah data dinyatakan normal dan homogen, berikutnya data di uji
dengan menggunakan uji Independent t- test. Tujuan analisis data
adalah untuk memberikan makna atau arti yang digunakan untuk
menarik kesimpulan dari masalah yang ada. Teknik analisis data dan
pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis data kuantitatif. Data yang dianalisis merupakan hasil tes
pengetahuan peserta didik tentang klasifikasi makhluk hidup. Untuk
menguji perbedaan variabel bebas (Outdoor Study dan Indoor Study)
terhadap variabel terikat (hasil belajar) yaitu pada materi klasifikasi
makhluk hidup digunakan uji independent sample t-test dengan taraf
signifikan 5%.
Hipotesis
H0 = Tidak terdapat perbedaan hasil belajar antara pembelajaran
Outdoor Study dan Indoor Study materi klasifikasi makhluk.
H1 = Terdapat perbedaan hasil belajar antara pembelajaran
Outdoor Study dan Indoor Study materi klasifikasi makhluk.
Kriteria Uji
- Jika nilai Sig. (2-tailed) > 0,05 maka H0 diterima dan H1
ditolak.
- Jika nilai Sig. (2-tailed) < 0,05 maka H0 ditolak dan H1
diterima. (Sutiarso, 2011: 41).
Hasil uji normalitas data pada lampiran 15.
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang perbedaan pembelajaran
Outdoor Study dan Indoor Study terhadap hasil belajar peserta didik SMP
Negeri 10 Metro. Maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Terdapat perbedaan hasil belajar antara pembelajaran Outdoor Study dan
Indoor Study peserta didik kelas VII SMP Negeri 10 Metro materi
klasifikasi makhluk hidup.
2. Pembelajaran Outdoor Study mampu meningkatkan hasil belajar peserta
didik kelas VII SMP Negeri 10 Metro pada materi klasifikasi makhluk
hidup.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti memberi saran
sebagai berikut:
1. Pembelajaran Outdoor Study dapat digunakan oleh pendidik IPA biologi
sebagai salah satu alternatif yang dapat meningkatkan hasil belajar peserta
didik pada materi klasifikasi makhluk hidup.
66
2. Pendidik perlu memotivasi peserta didik dalam pembelajaran di kelas
dengan menggunakan berbagai model pembelajaran sehingga peserta didik
tidak jenuh dan terlibat aktif dalam pembelajaran dikelas.
3. Sebelum melakukan penelitian pembelajaran di luar kelas sebaiknya
peneliti membuat perencanaan kegiatan untuk mengoptimalkan
penggunaan waktu, sehingga pembelajaran akan lebih efektif dan
maksimal, terutama dalam mengelola peserta didik yang lebih susah untuk
dikondisikan dibandingkan dengan pembelajaran di dalam kelas.
DAFTAR PUSTAKA
Adelia, Vera. 2012. Metode Mengajar Anak di Luar Kelas (Outdoor Study)
Divapress : Yogyakarta. 188 hlm.
Ahmad, Rohani. 2004. Pengelolaan Pembelajaran. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
280 hlm.
Amri, dan Ahmadi. 2010. Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif
Dalam Kelas. Prestasi Pustaka raya. Jakarta. 186 hlm.
Anderson, dan Krathwohl. 2001. A Taxonomi For Learning Teaching And
Assesing : A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. A
Bridged Edition. Addison Wesley Longman. New York. 1 hlm
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.
Rineka Cipta. Jakarta. 65-210 hlm.
Daryanto dan Muljo. 2012. Model Pembelajaran Inovatif. Gava Media.
Yogyakarta. 256 hlm.
Depdiknas. 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Biologi Untuk
Sekolah Menengah Atas. Jakarta. Pusat Kurikulum Balitbang.
Djamarah, Saiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Rhineka Cipta. Jakarta. 278 hlm.
Djamarah, dan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Rhineka Cipta.
Jakarta. 252 hlm.
Feryanti. 2008. Makna Pembelajaran. Cempaka Terbit. Bandung. 35 hlm.
Frankel, dan Wallen. 1993. How to Design and Evaluate Research in Education,
(second edition). McGraw-Hill Inc. New York.
68
Ginting. 2005. Penguatan membaca, Fasilitas Lingkungan Sekolah dan
Keterampilan Dasar Membaca Bahasa Indonesia, serta Minat Baca Murid.
Jurnal Pendidikan Penabur.
Hake. 2005. Analyzing Change/Gain Scores. AREA-D American Education
Research Association’s Devision.D, Measurement and Reasearch
Methodology. 4 hlm.
Husamah. 2013. Pembelajaran Luar Kelas Outdoor Learning. Prestasi Pustaka.
Jakarta. 210 hlm.
Ismail, Andang. 2009. Education Games Menjadi Cerdas dan Ceria Dengan
Permainan Edukatif. Pilar Media. Yogyakarta.
Kristiani. 2009. Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Kemampuan Akademik
Serta Interaksinya Terhadap Kemampuan Metakognisi dan Hasil Belajar
Kognitif Siswa Kelas X di SMA Negeri 9 Malang. Tesis tidak diterbitkan.
Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Malang. 61 hlm.
Maryana, Rita. Dkk. 2010. Pengelolaan Lingkungan Belajar. Kencana
Predana Media Group. Jakarta.
Permendikbud. 2014. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 Tentang
Pembelajaran Didaknas dan Dikmen. Kemendikbud. Jakarta.
Riza, Faraziah. 2015. Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran Outdoor
Learning Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas VII Dalam
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan SosiaL (IPS) di Madrasah Ibtidaiyah
Nurul Huda Pondok Karya Tangerang Selatan. Jurnal Penelitian.
Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran Cet. 2. PT Asdi Mahastya.
Jakarta. 280 hlm.
Utami, Ayu Selvi. 2014. Penerapan Metode Outdoor Study dengan
Memanfaatkan Lingkungan sebagai Sumber Belajar untuk Meningkatkan
Aktivitas Pembelajaran dan Hasil Belajar Siswa di Kelas VB SDN 20 Kota
Bengkulu. Jurnal Penelitian
69
Sabilu. 2008. Pengaruh Penggunaan Jurnal Belajar dalam Pembelajaran
Multistrategi terhadap Kemampuan Kognitif dan Metakognisi Siswa SMA
Negeri 9 Malang. Tesis tidak diterbitkan. Program Pasca Sarjana
Universitas Negeri Malang. Malang. 3 hlm.
Sadiman, Arif. Dkk. 2005. Media Pendidikan. PT. Raja Grafindo. Jakarta.
Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Prenada.
Media Group. Jakarta. 300 hlm.
Santoso. 2010. Statistik Nonparametrik. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.
46 hlm.
Sarwono, dan Meinarno. 2012. Psikologi Sosial. Salemba Humanika.
Jakarta. 336 hlm.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Rineka Cipta.
Jakarta. 195 hlm.
Subiyanto. 2013. Membangkitkan Semangat Belajar Siswa. Universitas
Muhammadiyah Magelang. Magelang. 210 hlm.
Sudjana, Nana. 2010. Metoda Statistika. Tarsito. Bandung
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Alfabeta.
Bandung. 334 hlm.
Susetyo, Budi. 2012. Statistika Untuk Analisis Data Penelitian. PT. Refika
Aditama. Bandung. 364 hlm.
Sutiarso. 2011. Statistika Pendidikan Pengelolahannya dengan SPSS. Aura.
Universitas Lampung. 137 hlm.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Prestasi Pustaka. Jakarta.
Trihendradi. 2009. Step by Step SPSS 16 Analisis Data Statistik. CV ANDI
OFFSET. Yogyakarta. 123 hlm.
Umiarso. 2011. Pendidikan Pembebasan. Ar-Ruzz Media. Jakarta. 212 hlm.
Uyanto. 2006. Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Graha Ilmu Pendidikan
70
Matematika UIN Syarif Hidayatullah. Yogyakarta. 288 hlm.
Pratisto. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan
Percobaan dengan SPSS 12. Gramedia. Jakarta.
Purwanto, Ngalim. 2013. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
Remaja Rosda Karya. Bandung. 165 hlm.
Wahyuni, Dini. 2015. Pemanfaatan Lingkungan Sekolah Sebagai Sumber Belajar
Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi
Pokok Hama dan Penyakit Pada Tumbuhan. Universitas Lampung.
Bandar Lampung. Skripsi.
Wara, Hamda. 2015. Penerapan Metode Pembelajaran Outdoor Study Terhadap
Hasil Belajar Geografi. Universitas lampung. Bandar Lampung. Skripsi.
Yatim. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Penerbit SIC. Surabaya. 60 hlm.