perbedaan nation branding antara negara maju dan negara ...digilib.unila.ac.id/55090/3/skripsi tanpa...
TRANSCRIPT
PERBEDAAN NATION BRANDING ANTARA NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG
(Skripsi)
Oleh
ANIKA AYU PUSPITA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2018
ABSTRAK
PERBEDAAN NATION BRANDING ANTARA NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG
Oleh
ANIKA AYU PUSPITA
Nation Branding merupakan salah satu strategi atau cara untuk membentuk citra negara. Ketepatan strategi ini akan berpotensi membangun citra bagi negara untuk mempermudah interaksi dan kerjasama yang dilakukan baik antar negara, kawasan, dan global. Nation branding memiliki pengaruh yang beragam; baik menguntungkan maupun merugikan sehingga butuh telaah mendalam terhadap faktor-faktor pembangunya di tiap kelompok negara. Penelitian ini bertujuan mencari perbedaan faktor-faktor pembangun nation branding dalam mengelompokkan negara berdasarkan performa perekonomiannya yaitu negara maju dan berkembang. Teori dan konsep yang melandasi penelitian ini adalah nation branding, soft power, negara maju dan berkembang; dengan pendekatan kuantitatif serta analisis multi diskriminan yang didukung oleh data sekunder. Hasil penelitian ini mengungkapkan adanya perbedaan signifikan baik secara parsial ataupun simultan di kelompok negara maju dan berkembang; khususnya pada keunggulan, kualitas, dan prioritasnya. Seluruh faktor pembangun nation branding penting bagi negara untuk di maksimalisasikan bersama agar mendapatkan keuntungan yang lebih maksimal. Dalam memaksimalisaikan nation branding negara-negara harus mengidentifikasi distictive advange yang dimilikinya, dan menjalin interdependensi dengan negara lainnya. Hal ini harus dilakukan oleh negara agar kompetisi dan kerjasama yang terjalin positif bagi sistem internasional. Kata Kunci: Nation Brand, Negara Maju dan Berkembang, Interdependensi,
Distictive Advantage, Soft Power.
ABSTRACT
THE DIFFERENCES ON NATION BRANDING BETWEEN DEVELOPED AND DEVELOPING COUNTRIES
By
ANIKA AYU PUSPITA Nation Branding is one of the strategies to shape the country's image. The accuracy of this strategy will potentially build an image for the country to facilitate interactions and cooperation between countries, regions and globally. Nation branding has a diverse influences; both beneficial and detrimental, so that it requires a thorough study of the determinant factors in each group of the countries. This study aims to look for differences in the factors that build nation branding in classifying countries based on their economic performance; developed and developing countries. The theory and concepts underlying this research are nation branding, soft power, developed and developing countries; with a quantitative approach and multi-discriminant analysis supported by secondary data. The results of this study reveal significant differences either partially or simultaneously in developed and developing countries; especially on the performance, quality and the priority. All nation branding determinant factors are important for the country to be maximized together in order to get more profits. In maximizing nation branding countries must identify their distictive advantage, and built the interdependence with other countries. This must be done by the countries so that the competition and cooperation is running positively in international system. Key Words: Nation Brand, Develop and Developing Countries, Interdependence
Distictive Advantage, Soft Power
PERBEDAAN NATION BRANDING ANTARA NEGARA MAJU DAN
NEGARA BERKEMBANG
Oleh
ANIKA AYU PUSPITA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA HUBUNGAN INTERNASIONAL
Pada
Program Sarjana Ilmu Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2018
Judul Skripsi : Perbedaan Nation Branding Antara Negara Maju dan Negara Berkembang
Nama Mahasiswa : Anika Ayu Puspita Nomor Pokok Mahasiswa : 1416071012 Jurusan : Hubungan Internasional Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
MENYETUJUI,
1. Komisi Pembimbing
Drs. Aman Toto Dwijono, M.H. Fahmi Tarumanegara, S.IP., M.Si., M.B.A. NIP. 19721210 200212 1 004 NIP. 19800825 201404 1 001
2. Ketua Jurusan Hubungan Internasional
Drs. Aman Toto Dwijono, M.H. NIP. 19570728 198703 1 006
MENGESAHKAN
Tim Penguji Ketua : Drs. Aman Toto Dwijono, M.H. Sekretaris : Fahmi Tarumanegara, S.IP.,
M.Si., M.B.A. Penguji Bukan Pembimbing : Dr. Suripto, S.Sos., M.A.B. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dr. Syarif Makhya, M.Si. NIP. 19590803 198603 1 003
Tanggal Lulus Ujian Skripsi: 19 Desember 2018
i
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa
1. Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di Universitas Lampung
maupun di perguruan tinggi lain.
2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa
bantuan pihak lain, kecuali arahan komisi pembimbing dan penguji.
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis
atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas
dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan sebutkan nama pengarang
dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah
berlaku di Universitas Lampung.
Bandar Lampung, 17 Desember 2018 Yang membuat pernyataan,
Anika Ayu Puspita NPM. 1416071012
ii
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Bandar Lampung, pada tanggal 12 Juni 1996
sebagai anak pertama dari tiga bersaudara. Buah hati dari
pasangan Bapak Basikin. dan Ibu Asnawati. Penulis
mengawali pendidikan formal di Taman Kanak-kanak (TK)
Islam Terpadu Qurrota A’yun tahun 2001-2002,
melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Al-Kautsar
Bandar Lampung tahun 2002-2008, Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN)
22 Bandar Lampung dari tahun 2008-2011, hingga Sekolah Menengah Atas (SMA)
Al-Kautsar Bandar Lampung tahun 2011-2014. Pada tahun 2014 penulis
melanjutkan pendidikan pada Program Sarjana Ilmu Hubungan Internasional
Univesitas Lampung.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam beberapa kegiatan kampus.
Pada tahun 2015 penulis pernah aktif sebagai volunteer di Beijing-Tianjin,
Tiongkok. Di tahun yang sama penulis juga menjadi anggota aktif sebagai Talent
Management Manager di AIESEC Unila yang merupakan organisasi kepemudaan
internasional. Penulis pernah menjadi salah satu mahasiswa perwakilan Universitas
Lampung dalam ajang Pertemuan Nasional Mahasiswa Hubungan Internasional se-
Indonesia (PNMHII) ke XXVIII tahun 2016 di Universitas Budi Luhur, Jakarta.
Penulis juga terpilih dan diundang sebagai International Facilitator pada Summer
National Leadership Development Conference yang diadakan di Asan, Korea
Selatan pada tahun 2017. Dan pada tahun ini penulis terpilih menjadi National
Support Team AIESEC in Korea sebagai Personal Development Plan Manager.
iii
SANWACANA
Puji Syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi dengan judul “Perbedaan
Faktor-Faktor Pembangun Nation Branding di Negara Maju dan Negara
Berkembang” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Hubungan
Internasional di Universitas Lampung. Dalam kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Syarief Makhya selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lampung
2. Bapak Drs. Aman Toto Dwijono, M.H. selaku pembimbing pertama skripsi dan
Ketua Jurusan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Lampung. Terima kasih atas jasa, ilmu, saran, masukan, serta dukungan moril
yang sangat berguna terhadap pengembangan diri penulis. Mohon maaf
penulis haturkan jika terdapat tindakan tercela ataupun proses bimbingan yang
memakan waktu sangat lama akibat kelalaian yang dilakukan penulis. Doa dan
dukungan Bapak sangat berguna bagi penulis sebagai bekal untuk masa depan.
3. Mas Fahmi Tarumanegara, S.IP., M.Si., M.B.A. selaku dosen pembimbing
kedua skripsi dan konsultan karir serta seorang kakak bagi penulis. Terima
kasih banyak atas waktu, tenaga, pikiran dan kesabaran dalam membantu
penulis menjadi seorang Anika yang dewasa dalam berfikir, bertindak,
bersikap dan bertata krama. Atas bantuan, konsultasi, dukungan yang telah
diberikan, penulis didukung untuk mencoba berbagai macam pengalaman
yang mengajarkan banyak pembelajaran hidup. Skripsi ini menjadi dedikasi
iv
penulis sebagai bentuk kontribusi sebagai mahasiswa untuk mendukung
tercapainya visi, misi, tujuan, dan budaya akademik di tengah adanya
keterbatasan.
4. Bapak Dr. Suripto, S.Sos., M.A.B. selaku dosen penhuji skripsi. Terima kasih
atas panduannya, saran, dan masukannya sehingga penulis dapat belajar teknik
analisa baru yang tidak penulis dapatkan pada perkuliahan biasanya. Penulis
juga mengingat pesan Bapak “hidup itu mudah, semudah berlogika dan akan
terasa sulit ketika tidak biasa berlogika”. Pesan ini mendorong penulis untuk
terus mengasah cara berpikir dan berlogika lebih kritis.
5. Papa dan Mama terima kasih atas segala bentuk doa, dukungan, fasilitas yang
telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, meskipun
tidak tepat waktu. Sebuah pesan kepada penulis untuk tidak mudah menyerah,
tidak mudah bosan, dan tidak mudah lelah akan penulis selalu ingat. Hal ini
membuat penulis semakin kuat, mandiri dan juga bertanggung jawab atas
segala sesuatu yang telah penulis mulai. Terima kasih telah menjadikan penulis
seperti hari ini dan tidak henti-hentinya selalu berdoa untuk kesuksesan penulis.
6. Jihan Febika Wijayanti dan Nadia Dwi Safira terima kasih atas perilaku dan
sikap yang selalu membantu penulis pada kehidupan secara pribadi. Terima
kasih telah menjadi saudara dan adik yang baik serta banyak mendengar
dibandingkan berdebat.
7. Staff Jurusan, Dekanat, Universitas terima kasih telah berperan dan membantu
penulis dalam segala urusan administrasi yang diperlukan.
v
8. Dosen-dosen Jurusan Hubungan Internasional terima kasih atas seluruh ilmu
yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas akhir dengan lancar.
9. Mba Gita Paramita Djausal dan Mba Fitri Juliana Sanjaya terima kasih atas
waktu, ilmu, saran, masukan serta diskusi-diskusi kecil yang sering dilakukan
bersama selama penulis kuliah. Terima kasih pula penulis sampaikan atas
kesempatan-kesempatan kepanitiaan maupun sebagai pembawa acara pada
berbagai kegiatan berskala lokal, nasional ataupun internasional. Hal tersebut
membuat penulis semain mengasah kemampuan dan terus memperbaiki diri
agar menjadi lebih baik lagi.
10. Teman-teman seperbimbingan Masterpiece Squad I-III dari angkatan 2013
hingga 2015. Terima kasih khussusnya kepada Masterpiece Squad II (Dimas
Dwi Santoso, Andika Prasetya, Rima Silviana Azizah, Nurika Amalia, Ria
Aulia Mediana yaitu teman-teman seperbimbingan yang selalu bersama-sama
menanamkan budaya saling mendukung, membantu dan memberi baik itu ilmu
ataupun masukan-masukan yang berguna bagi perkembangan skripsi ataupun
mentalitas sesama keluarga.
11. Ria Aulia Mediana terima kasih telah menjadi saudara dan support system yang
baik di tiap proses penyelesaian skripsi hingga waktu dan tenaga yang telah
diberikan sehingga penulis dapat menjalani tiap poses dengan ringan.
12. Dimas Dwi Santoso terima kasih atas ilmu, saran, pengalaman, skill, waktu dan
juga tenaga yang telah di bagi dan dikeluarkan. Terima kasih telah menjadi
support system yang baik selama 4 tahun lebih dan menjadi orang positif serta
supportive baik bagi karir dan proses berkembangnya penulis.
vi
13. Aprilia Adhani, Lies Deanti, Irma Tata Manggala terima kasih telah menjadi
adik dan mitra kerja yang baik, serta support system selama proses
penyelesaian skripsi.
14. LUPA Team (Dirga Baskara, Dhissa Miranthi Arnis, Nyi Ayu Vandea Rizki
Ravena, Sarah Rizky Ariani, Cynthia) terima kasih atas segala kritik, saran,
masukan, waktu, diskusi, persahabatan, rekan kerja, kekeluargaan, pengalaman
dan ilmu yang telah diberikan dan dibagi. Pengalaman ini sangat berharga bagi
penulis dalam berkarya, pembentukan karakter, peningkatan soft skill maupun
hard skill, juga sebagai sarana konsultasi yang berkaitan dengan msalah
personal ataupun professional.
15. National Support Teammates (Youwon Lim dan Jiyeong Cheon) terima kasih
atas kesempatan dan tanggung jawab yang diberikan kepada penulis sebagai
manager, koordinator dan juga konsultan personal development plan bagi
menejemen sumber daya manusia anggota AIESEC di Korea Selatan. Lalu
kepada Yaeun Jeong dan Jihee Kim yang telah menjadi support system selama
penulis berkarir sebagai anggota nasional AIESEC Korea.
16. Christine Yezzie, Murtika Sari dan Maria Immaculata Hani terima kasih atas
waktu, pengetahuan non-akademik, dukungan dan semangat yang diberikan.
Seluruh hal yang telah diberikan menjadikan penulis semakin percaya diri
dengan kemampuan sendiri dan juga terus selalu berpikiran positif atas seluruh
proses yang sedang sudah, sedang ataupun akan dijalani.
17. Theresia Cassandra SV dan Rina Junita Sugiarto terima kasih atas seluruh
waktu, doa, tenaga yang telah diberikan sebagai rekan, teman, ataupun sahabat
yang selalu mendukung baik secara moril, materil dan non-materil sehingga
vii
penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan melewati setiap prosesnya
dengan semangat.
18. Mba Febriani dan Mba Hani terima kasih atas diskusi, dukungan, doa, dan
semangat yang telah diberikan kepada penulis. Hal tersebut menjadi sumber
kekuatan bagi penulis untuk mewujudkan impian dan cita-cita yang dimiliki.
Untuk Mba Febri terima kasih atas tempat, waktu, kemudahan administrasi
hingga memperkenankan penulis untuk berkegiatan di dalam kantor.
19. Teman-teman, sahabat, dan keluarga GC (Cipta Bagus Hariyadi, Ricky Hadi
Pratama, Riki Satria Rainaudi, Raka Satria Rainaudi, Raisa, Revi Veronika,
Suttansyah, Desty Marini, Devira Nurani dan Putri Astari yang selalu
memberikan banyak masukan dan dukungan moril yang sangat berguna
sebagai sumber energi dan semangat bagi penulis untuk selalu bersyukur dan
menikmati setiap proses yang ada. Terima kasih telah memberikan banyak
kekuatan untuk menghadapi proses yang sulit untuk beberapa waktu selama
kuliah hingga lulus.
20. Rosi Triafni dan Septika terima kasih telah menjadi rekan mahasiswa, teman
dan juga sahabat yang selalu memberikan energi positif sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi juga dengan semangat untuk mencapai kelulusan.
21. Muhammad Aji Winata dan Rifqi terima kasih atas seluruh bantuan dalam
mengakses, mencari dan mengunduh beberapa jurnal yang memiliki restriksi
dan keterbatasan akses pada laman tertentu.
viii
Akhir kata, penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari
kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan skripsi ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi semua. Amin
Bandar Lampung, 19 Desember 2018 Penulis,
Anika Ayu Puspita
ix
MOTTO
When you believe and put 100% effort it may go wrong.
If you put away your effort on things whether you like or not, you won’t
satisfy.
And when it comes to the result, it somehow put you down yet you see the
whole process and
try to get positive point from it that makes you grow up. Otherwise you
will never see and realized how incredible you have been through.
-Anika Ayu Puspita
2
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI ................................................................................................. i
DAFTAR TABEL ......................................................................................... ii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... iii
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................... iv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. v
I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1 1.2. Rumusan Masalah ...................................................................................... 8 1.3. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 8 1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 9
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 10
2.1. Penelitian Terdahulu ................................................................................... 11 2.2. Landasan Teoritis ....................................................................................... 18 2.2.1. Konsep Nation Branding ................................................................... 18 2.2.2. Konsep Soft Power ........................................................................... 24 2.2.3. Konsep Developing and Developed Countries ................................... 26 2.3. Kerangka Pemikiran ................................................................................... 30 III. METODE PENELITIAN ........................................................................ 32 3.1. Jenis Penelitian .......................................................................................... 32 3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................................. 32 3.2.1. Variabel Penelitian ........................................................................... 32 3.2.2. Definisi Operasional ......................................................................... 34 3.3. Sumber Data .............................................................................................. 35 3.4. Teknis Analisis Data .................................................................................. 36 3.4.1. Uji Box-M ....................................................................................... 36 3.4.2. Uji Korelasi Kanonik ....................................................................... 37 3.4.3. Uji Tabel Wilks’ Lambda ................................................................. 37 3.4.4. Uji Tes Rata-Rata Grup ..................................................................... 37 3.4.5. Uji Klasifikasi Koefisien .................................................................. 38 3.4.6. Hasil Uji Klasifikasi ......................................................................... 38 3.5. Hipotesis .................................................................................................... 38 3.6. Populasi Penelitian ..................................................................................... 41 3.7. Jadwal Penelitian ....................................................................................... 42 3.8. Sistematika Penelitian ................................................................................ 43
3
IV. GAMBARAN UMUM .............................................................................. 45
4.1. Dimensi Pembangun Nation Branding ...................................................... 45 4.1.1. Dimensi Ekspor ............................................................................... 45 4.1.2. Dimensi Pariwisata .......................................................................... 49 4.1.3. Dimensi Investasi ............................................................................ 53 4.1.4. Dimensi Pemerintahan .................................................................... 56 4.1.5. Dimensi Masyarakat ........................................................................ 59 4.1.6. Dimensi Budaya .............................................................................. 62 4.1.7. Performa Dimensi Nation Branding ................................................ 65
4.2. Outcome Nation Branding ......................................................................... 66 4.2.1. Dimensi Ekspor ............................................................................... 67 4.2.2. Dimensi Pariwisata ......................................................................... 69 4.2.3. Dimensi Investasi ............................................................................ 72 4.2.4. Dimensi Budaya .............................................................................. 74 4.2.5. Dimensi Pemerintah ........................................................................ 77 4.2.6. Dimensi Masyarakat ........................................................................ 80 4.2.7. Performa Outcome Dimensi Nation Branding .................................. 82
4.3. Kondisi Nation Branding Negara Maju dan Berkembang .......................... 84 4.4. Klasifikasi Negara Maju dan Negara Berkembang .................................... 87
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 90
5.1. Hasil Pengujian Statistik Analisis Diskriminan Berganda ........................... 90 5.1.1. Hasil Uji Simultan ........................................................................... 91 5.1.2. Hasil Uji Parsial .............................................................................. 94
5.2. Pembahasan ........................................................................................... 103 5.2.1. Dimensi Ekspor ............................................................................. 105
5.2.2. Dimensi Pemerintahan ................................................................... 107 5.2.3. Dimensi Investasi .......................................................................... 109 5.2.4. Dimensi Pariwisata ........................................................................ 112
5.2.5. Dimensi Budaya ............................................................................ 115 5.2.6. Dimensi Masyarakat ...................................................................... 117
5.3. Nation Branding, Soft Power dan Interdependensi dalam Hubungan Internasional .......................................................................................... 119
VI. PENUTUP ............................................................................................. 129
6.1. Kesimpulan ............................................................................................. 129 6.2. Saran ....................................................................................................... 130 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 133 LAMPIRAN .................................................................................................. 137
4
DAFTAR TABEL Halaman
Tabel 1.1. Arah Nation Branding Negara-Negara ..................................... 3 Tabel 1.2. Komparasi Kesuksesan dan Kegagalan Nation Branding ......... 7 Tabel 2.1. Komparasi Penelitian Terdahulu .............................................. 17 Tabel 2.2. Komparasi Tujuan Nation Branding ........................................ 21 Tabel 2.3. Komparasi Klasifikasi Negara Berdasarkan Organisasi ............ 27 Tabel 2.4. Komparasi Klasifikasi Negara Berdasarkan Para Ahli .............. 29 Tabel 3.1. Definisi Operasional ................................................................ 35 Tabel 3.2. Populasi Penelitian .................................................................. 41 Tabel 3.3. Jadwal Penelitian ..................................................................... 42 Tabel 4.1. Indeks Faktor Pembangun Dimensi Ekspor .............................. 46 Tabel 4.2. Indeks Faktor Pembangun Dimensi Pariwisata ......................... 50 Tabel 4.3. Indeks Faktor Pembangun Dimensi Investasi ........................... 54 Tabel 4.4. Indeks Faktor Pembangun Dimensi Pemerintahan .................... 57 Tabel 4.5. Indeks Faktor Pembangun Dimensi Masyarakat ....................... 60 Tabel 4.6. Indeks Faktor Pembangun Dimensi Budaya ............................. 63 Tabel 4.7. Indeks Outcome Dimensi Ekspor ............................................. 67 Tabel 4.8. Indeks Outcome Pariwisata ...................................................... 70 Tabel 4.9. Indeks Outcome Dimensi Investasi .......................................... 72 Tabel 4.10. Indeks Outcome Dimensi Pemerintahan ................................... 78 Tabel 4.11. Indeks Outcome Dimensi Masyarakat ...................................... 80 Tabel 4.12. Indeks Outcome Dimensi Budaya ............................................ 75 Tabel 4.13. Tabel Klasifikasi Negara Maju dan Negara Berkembang ......... 88 Tabel 5.1. Test Result Box-M .................................................................... 91 Tabel 5.2. Eigenvalues ............................................................................. 92 Tabel 5.3. Wilks’ Lambda ......................................................................... 93 Tabel 5.4. Test of Equality of Group Means ............................................. 95 Tabel 5.6. Classification Function Coefficients ......................................... 99 Tabel 5.6. Classification Result .............................................................. 102
5
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1. Tren Perkembangan Implementasi Nation Branding ........... 4 Gambar 2.1. Piramida Model Branding .................................................... 19 Gambar 2.2. Model Definisi Nation Branding ......................................... 20 Gambar 2.3. Nation Brand Hexagon ....................................................... 22 Gambar 2.4. Kerangka Pemikiran ............................................................ 30 Gambar 3.1. Variabel Dependen dan Independen .................................... 34 Gambar 4.1. Komparasi Performa Dimensi Ekspor Negara Maju dan Berkembang ........................................................ 48 Gambar 4.2. Komparasi Performa Dimensi Pariwisata Negara Maju dan Berkembang ........................................................ 52 Gambar 4.3. Komparasi Performa Dimensi Investasi Negara Maju dan Berkembang ........................................................ 55 Gambar 4.4. Komparasi Performa Dimensi Pemerintah Negara Maju dan Berkembang ........................................................ 59 Gambar 4.5. Komparasi Performa Dimensi Masyarakat Negara Maju dan Berkembang ........................................................ 61 Gambar 4.6. Komparasi Performa Dimensi Budaya Negara Maju dan Berkembang ........................................................ 64 Gambar 4.7. Komparasi Performa Dimensi Nation Branding Negara Maju dan Berkembang ............................................ 65 Gambar 4.8. Komparasi Performa Outcome Dimensi Ekspor Negara Maju dan Berkembang ............................................ 68 Gambar 4.9. Komparasi Performa Outcome Dimensi Pariwisata Negara Maju dan Berkembang ............................................ 70 Gambar 4.10. Komparasi Performa Outcome Dimensi Investasi Negara Maju dan Berkembang ............................................ 73 Gambar 4.11. Komparasi Performa Outcome Dimensi Budaya Negara Maju dan Berkembang ............................................ 75 Gambar 4.12. Komparasi Performa Outcome Dimensi Pemerintah Negara Maju dan Berkembang ............................................ 78 Gambar 4.13. Komparasi Performa Outcome Dimensi Masyarakat Negara Maju dan Berkembang ............................................ 81 Gambar 4.14. Komparasi Performa Outcome Dimensi Nation Branding Negara Maju dan Berkembang ............................................ 82 Gambar 4.15. Persebaran Nation Brand Rating vs Nation Brand Value ..... 85
6
DAFTAR SINGKATAN
ASEAN : Association of Southeast Asian Nations
CIA : Central Intelligence Agency
FDI : Foreign Direct Invesment
GDP : Gross Domestic Product
GDP : Gross Domestic Product
GNI : Gross National Income
GNP : Gross National Product
HDI : Human Development Index
IMF : International Monetary Fund
OECD : The Organisation for Economic Co-operation and
Development
OPEC : The Organisation of the Petroleum Exporting Countries
Organization
UN : United Nations
UNDP : United Nation Development Program
UNESCO : The United Nations Educational, Scientific and Cultural
7
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1. DATA SET NEGARA MAJU......................................... 137 1.A. Data Set Kelompok Negara Maju ..................................... 137 1.B. Indeks Dimensi Ekspor Negara Maju ............................... 138 1.C. Indeks Dimensi Pariwisata Negara Maju .......................... 139 1.D. Indeks Dimensi Investasi Negara Maju ............................ 140 1.E. Indeks Dimensi Pemerintah, Masyarakat, dan Budaya Negara Maju ................................................................................ 141 1.F. Indeks Outcome Negara Maju .......................................... 142 1.G. Performa Input dan Outcome Negara Maju ..................... 143 LAMPIRAN 2. DATA SET NEGARA BERKEMBANG ...................... 144 2.A. Data Set Kelompok Negara Berkembang ......................... 144 2.B. Indeks Dimensi Ekspor Negara Berkembang ................... 145 2.C. Indeks Dimensi Pariwisata Negara Berkembang .............. 146 2.D. Indeks Dimensi Investasi Negara Berkembang ................ 147 2.E. Indeks Dimensi Pemerintah, Masyarakat, dan Budaya Negara Berkembang .................................................................... 148 2.F. Indeks Outcome Negara Berkembang ............................. 149 2.G. Performa Input dan Outcome Negara Berkembang .......... 150 LAMPIRAN 3. HASIL UJI STATISTIK ............................................... 151 3.A. Analysis Case Processing Summary ............................... 151 3.B. Group Statistics ............................................................... 151 3.C. Test Equality of Group Means ........................................ 152 3.D. Box’s Test of Equality of Covariance Matrices................ 152 3.E. Summary of Canonical Discriminant Function ............... 152 3.F. Standardized Canonical Discriminant Function Coefficients ..................................................................... 153 3.G. Structure Matrix ............................................................. 153 3.H. Function at Group Centroids .......................................... 153 3.I. Classification Statistics .................................................... 154 3.J. Classification Result ....................................................... 154
8
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Nation branding merupakan salah satu strategi atau cara untuk membentuk
citra negara. Citra merupakan salah satu hal penting bagi negara untuk
mempermudah interaksi dan kerjasama yang dilakukan baik antar negara dalam
konteks bilateral, multilateral, maupun regional. Interaksi dan kerjasama dalam
konteks pewujudan nation branding menjadi semakin kompleks dan tidak lagi
hanya sebatas potensi dan jasa wisata; melainkan mencakup pula ekspor-impor,
pergerakan modal dan investasi keuangan, foreign direct investment hingga
ketenagakerjaan.1 Citra positif inilah yang ingin dibentuk oleh negara-negara guna
meraih keuntungan, mensejahterakan rakyat, dan membangun negaranya.
Nation branding adalah perluasan dari konsep yang sudah ada dan sering
kali disamakan dan disalahartikan dengan istilah brand dalam bisnis, atau tourism
branding pada kajian pariwisata; yang keduanya membahas mengenai citra suatu
daerah yang pada konteks ini adalah negara. Perbedaan nation branding dan
tourism branding dapat dilihat dari aktor pengelola, tujuan, dan sektor-sektor
pembangunannya. Tourism branding hanya terfokus pada perkembangan dan
1 Nation Branding memegang peranan penting dalam memenangkan kompetisi global. Dirangkum dari Jurnal Qin Sun. 2012. Country Branding Through Olympic Games. Journal of Brand Management. 1350-23IX. Vol 19, 8, 641-654. California: Macmillan Publishers Ltd.
2
promosi sektor pariwisata, sedangkan nation branding memiliki dimensi yang luas
dan tidak hanya terfokus pada sektor pariwisata. Perluasan ini mencakup
kepentingan-kepentingan negara di berbagai aspek seperti: ekonomi, sosial budaya,
pariwisata, hingga keamanan.
Nation branding juga berbeda dengan city branding. Perbedaan ini terletak
pada aktor pengelola dan cakupannya. City branding dikelola oleh aktor
subnasional dan mengembangkan wilayah kota saja, sementara nation branding
dikelola oleh aktor negara. Nation branding meski begitu banyak mengadopsi
kerangka pikir ilmu marketing, yang pada level internasional dan bersamaan dalam
arus globalisasi akan mendukung integrasi negara-negara. Negara dalam hal ini
dianggap sebagai komoditas sedangkan masyarakat dunia sebagai konsumennya.2
Nation branding meskipun memiliki perbedaan dengan konsep city
branding ternyata sedikit beririsan dengan konsep tersebut dan konsep lainnya yaitu
tourism branding. Nation branding mempromosikan kepentingan negara,
sementara tourism branding dan city branding berbicara tata kelola pariwisata dan
perbaikan citra daerah. Adanya perbedaan dan persamaan tersebut membuat nation
branding semakin terus dikaji dalam berbagai bidang keilmuan, salah satunya
adalah Hubungan Internasional.
Nation branding dalam sejarahnya pertama kali diimplementasikan oleh
tujuh negara yang terletak pada tiga kawasan yaitu: Timur Tengah, Eropa Barat dan
Asia Pasifik. Pada awalnya, implementasi nation branding tersebut belum
dilengkapi dengan dimensi dan indikator pembangun yang jelas; serta belum
adanya justifikasi mengenai indeks kesuksesannya sehingga menunjukkan
2 Dirangkum dari buku Keith Dinnie. 2007. “Nation Branding: Concepts, Issues, Practice”. Oxford: Butterworth-Heinemann. Elsevier Ltd. Halaman 22-23.
3
pengaruh dan arah yang berbeda pada tiap negara. Arah nation branding pada
ketujuh negara tersebut dideskripsikan pada tabel berikut:
Tabel. 1.1. Arah Nation Branding Negara-Negara.3
Negara Arah Awal Nation Branding
Output Nation Branding Aspek/ Dimensi Kondisi Awal Perubahan Yang
Diharapkan
Jerman Negara penghasil otomotif dan teknologi
Pusat destinasi sejarah bagi negara-negara di Eropa
Kedatangan turis naik 31% dan investor asing naik 14% Pariwisata
Korea Selatan
Negara konfliktual dan miskin
Pusat K-Pop, fashion dan kosmetik serta destinasi wisata romantis,
Kontribusi 30% pada GDP, konsumsi turis meningkat 250 juta US$, dan ekspor 14.1 milyar US$
Ekonomi dan
Pariwisata
Selandia Baru
Remote Country (Negara pinggiran yang tidak memiliki daya tarik)
Pusat destinasi wisata alam dan tingginya aktifitas produksi
Industri pariwisata meningkat 9.4 milyar US$ dan angka kedatangan turis naik 7% tiap tahunnya
Pariwisata dan
Ekonomi
Skotlandia Negara dengan ekonomi yang tertutup dan sangat protektif
Membuka sistem ekonomi dan sebagai pusat investasi dunia
Kontribusi ekspor sebesar 54.500 US$, dan GDP per kapita tumbuh 12.9%
Ekonomi
Mesir Negara gurun yang tidak memiliki potensi pariwisata
Potensi destinasi wisata dan bisnis internasional
Meningkatnya aktifitas bisnis dan investasi Ekonomi
Britania Raya
Negara yang tidak memiliki proteksi terhadap hak-hak tenaga kerja
Negara pertama pencetus undang-undang proteksi terhadap tenaga kerja
Tenaga kerja dilindungi oleh undang-undang Employment Rights Act of 1996
Sosial dan Budaya
Spanyol Negara tradisionalis dan membatasi hak-hak kebebasan berpendapat
Negara demokrasi yang modern dan dinamis
Masyarakat dan pers mulai memiliki kesempatan dan hak dalam berpendapat
Sosial dan Budaya
Sumber: Keith Dinnie (2007)
Dari rangkuman informasi tersebut, secara umum terlihat bahwa nation
branding membawa dampak positif terutama pada aspek ekonomi dan pariwisata
serta berkontribusi besar bagi pemasukan negara. Nation branding di Jerman dan
Selandia Baru diimplementasikan untuk perbaikan citra, sedangkan Britania Raya
dan Spanyol yang mana keduanya merupakan negara bekas penjajah menggunakan
nation branding sebagai penguatan identitas dan sistem pemerintahan negara.
Skotlandia, Korea Selatan, dan Mesir di sisi lain cenderung protektif terhadap
negaranya justru menerapkan nation branding untuk perbaikan citra dan
3 Dirangkum dari buku Keith Dinnie. 2007. “Nation Branding: Concepts, Issues, Practice”. Oxford: Butterworth-Heinemann. (Elsevier Ltd). Halaman 24-30.
4
membangun sektor perekonomian. Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan
bahwa arah dan pengaruh yang ditimbulkan akibat implementasi nation branding
sangat beragam.
Nation branding di tengah belum jelas pengaruh dan arahnya, menunjukkan
perkembangan dan terus diimplementasikan secara luas oleh negara-negara di dunia
yang didorong oleh arus globalisasi. Nation branding kini tidak hanya
diimplementasikan oleh negara-negara di Eropa Barat saja, namun meluas hingga
Eropa Tengah dan Timur, Asia, bahkan Afrika dan Amerika; dimana negara-negara
di kawasan tersebut memiliki latar belakang sejarah, tingkat perekonomian,
ideologi negara, kondisi politik serta fokus keamanan yang berbeda-beda. Saat ini
tercatat sebanyak 99 negara di seluruh dunia telah mengimplementasikan nation
branding yang dirangkum sebagai berikut:4
Dari kasus-kasus yang telah diterangkan di atas, negara-negara yang mampu
mengimplementasikan nation branding pada awal perkembanganya, merupakan
negara yang memiliki tingkat perekonomian dan kekuatan negara yang besar seperti
4 Negara-negara yang mengimplementasi Nation Branding serta berbagai cara implementasinya pertama kali dirangkum dari buku Keith Dinnie. 2007. Nation Branding: Concept, Issues, Practice. Oxford: Elsevier Ltd. Halaman 23-30.
17
29
1
33
29
0 10 20 30 40
Amerika
Eropa
Oceania
Asia
Afrika
1994-2002 2002-2017
Gambar 1.1. Tren Perkembangan Implementasi Nation Branding (1994-2016) Sumber: Nation Brands Index 2016
5
Jerman, Skotlandia, dan Inggris. Hal ini sangat kontras dengan arus globalisasi
dalam sistem internasional, ternyata perekonomian dan kekuatan negara justru
merupakan salah satu hal yang ingin dituju dan dijadikan capaian dalam
mengimplementasikan nation branding, oleh negara-negara lainnya seperti:
Nigeria, Afrika Selatan, Yunani, Thailand dan India.
Penerapan nation branding yang membawa pengaruh dan manfaat positif
bagi perbaikan citra juga terlihat di berbagai negara. Irlandia dapat lepas dari krisis
ekonomi setelah melakukan tinjauan terhadap citra negaranya dengan cara
mengintegrasikan seluruh stakeholders dari berbagai sektor seperti ekonomi,
pariwisata, budaya dan politiknya.5 Di Amerika Latin, Brazil mampu membuktikan
bahwa negaranya mampu berkembang dengan menunjukkan perekonomian yang
stabil pada tahun 2014. Di Asia Pasifik, Singapura pun memperlihatkan manfaat
nation branding dengan capaian keuntungan yang besar melalui pembangunan
sektor pariwisata dan memberikan kontribusi sebesar 5.74% pada total GDP nya
pada tahun 2008.
Meskipun implementasi nation branding semakin meningkat di berbagai
kawasan dunia, namun nyatanya output nation branding tidak serta merta
membawa kesuksesan. Beberapa negara mengalami hambatan bahkan kerugian
setelah mengimplementasikan nation branding, diantaranya adalah Yunani dan
Romania. Yunani mengalami disintegrasi budaya, hutang negara yang besar, dan
buruknya laju ekonomi yang berdampak pada kondisi sosial, serta politik dalam
negaranya. Akibat hal ini pula persepsi masyarakat dunia terhadap Yunani menjadi
5 Kesuksesan nation branding Irlandia juga di rangkum dalam John Fanning. 2011. BRANDING AND BEGORRAH: THE IMPORTANCE OF IRELAND’S NATION BRAND IMAGE. Irish Marketing Review. Dublin: Red Swan Ltd. Vol 21. Number 1 and 2.
6
berubah sehingga terjadi penurunan arus investasi dan berkurangnya laju turis yang
berkunjung. Begitu pula dengan Romania, dalam mengimplementasikan nation
branding dengan tidak memiliki sinergi antar stakeholders, yang menyebabkan visi
Romania tidak tersampaikan dan hanya berlaku untuk jangka waktu yang pendek.
Berdasarkan berbagai sumber terdahulu, nation branding di Romania tidak mampu
mengubah persepsi barat mengenai negaranya yang penuh dengan fenomena
korupsi dengan penduduk yang malas bekerja dan tidak produktif hingga
banyaknya tindak kriminalitas, sehingga negara-negara di Eropa Barat cenderung
mengurangi interaksinya dengan Romania.6
Maksimalisasi yang dilakukan negara-negara di dunia terlihat berbeda-beda
yang terlihat pada aspeknya yang disesuaikan dengan kondisi dan juga modal yang
dimiliki oleh negara tersebut. Hal ini akan menentukan potensi output dan outcome
yang diterima oleh negara tersebut yang nantinya akan menentukan negara tersebut
untung atau rugi. Potensi keuntungan dan kerugian yang diterima negara dari
implementasi nation branding juga memperlihatkan kondisi yang berbeda-beda di
berbagai negara. Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa kesuksesan
nation branding memiliki hubungan dengan kondisi pembangunan perekonomian
negara. Komparasi antara kesuksesan dan kegagalan nation branding di berbagai
negara dapat dilihat sebagai berikut:
6 Andreea Sepi. 2013. Nation Branding: The Case of Romania. E/IR&CD. Diakses melalui: http://www.culturaldiplomacy.org/pdf/case-studies/Andrea_Sepi_-Nation_Branding_-_The Case_of_Romania.pdf pada tanggal 12 Juni 2017 pukul 12.32
7
Tabel 1.2. Tabel Komparasi Kesuksesan dan Kegagalan serta Pengaruh Nation Branding di Beberapa Negara
Negara Fokus Nation Branding
Status Keberhasilan
Nation Branding
Faktor-Faktor Kesuksesan dan Kegagalan Nation Branding
Output dan Outcome Nation Branding
Iya Tidak
Irlandia (pasca 2010) Perubahan citra
Integrasi seluruh stakeholder dan seluruh sektor (budaya, ekonomi, politik dan geografi)
Naiknya jumlah kedatangan turis
Brazil (2014) Perbaikan perekonomian
Mengembangkan perekonomian, infrastruktur, integrasi masyarakat dan seluruh stakeholders melalui FIFA World Cup
Naiknya jumlah kedatangan turis, investasi, dan foreign spending
Singapura (2008)
Pembangunan sektor pariwisata
dan perekonomian
Penguatan sektor pariwisata serta stakeholders pada bidang pariwisata dan infrastruktur
Naiknya jumlah kedatangan turis, investasi, foreign spending dan country awereness
Jepang (2006) Peningkatan citra
Mengkombinasikan perencanaan pemerintah dan RnD mengenai nation branding negaranya
Meningkatnya nilai ekspor dan angka kedatangan turis
Yunani (2008)
Peningkatan sektor pariwisata
Tidak mampu beradaptasi dengan kondisi Internasional (resesi ekonomi yang melanda Eropa Barat)
Turunnya nilai FDI, GDP dan angka kedatangan turis
Romania (2009) Perbaikan citra
Terjadi disintegrasi antar pemerintah, masyarakat dan stakeholders sehingga lalai dalam menjaga citra negaranya
Turunnya nilai FDI, GDP dan angka kedatangan turis
Sumber: Qin Sun (2009), Hlynur Gudjonsson (2005), Simon Anholt (2013), Ying Fan (2006)
Rangkuman tabel di atas memperlihatkan adanya suatu masalah yang penting
untuk diteliti. Nation branding meski memiliki tujuan dan juga keluaran yang
berupa pendapatan bagi negara dari dimensi yang sama, namun memiliki
keberhasilan yang berbeda-beda pada tiap negara. Perbedaan tersebut merujuk pada
kedua kelompok negara maju dan negara berkembang. Dengan kata lain adanya
potensi, bahwa perbedaan faktor-faktor pembangun nation branding dalam
mengelompokkan negara berdasarkan pembangunan ekonomi butuh diteliti lebih
lanjut. Hal ini penting agar nation branding mampu menjadi strategi yang
bermanfaat bagi kemajuan negara.
8
1.2. Rumusan Masalah
Nation branding merupakan salah satu strategi pembentukan citra suatu
negara. Ketepatan strategi akan berpotensi membangun citra yang dapat membawa
keuntungan ataupun kerugian bagi negara. Oleh karena itu, terdapat dua sisi
dimensi dalam memahami logika ini. Pertama, dalam kenyataannya praktik nation
branding tidak selalu berhasil dalam membangun perekonomian negara, sehingga
diperlukan adanya tinjuan terhadap dimensi-dimensi dan faktor-faktor pembangun
nation branding serta pengaruhnya terhadap pengelompokkan negara berdasarkan
level pembangunan ekonominya. Kedua, dengan kondisi latar belakang dan modal
yang dimiliki negara berbeda, memperlihatkan adanya kemungkinan perbedaan
nation branding di negara maju dan negara berkembang, sehingga butuh telaah
yang lebih mendalam pada kedua kelompok negara tersebut. Berdasarkan latar
belakang di atas, penelitian ini mengangkat pertayaan penelitian sebagai berikut:
“Apakah ada perbedaan nation branding di negara maju dan negara
berkembang?”
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini disusun untuk menjadi arahan analisis lebih lanjut
guna menjawab pertanyaan penelitian di atas. Pertama, mendeskripsikan dimensi
dan faktor-faktor pembangun nation branding di negara maju dan negara
berkembang. Kedua, mendeskripsikan kondisi nation branding di negara maju dan
negara berkembang. Ketiga, menguji perbedaan dimensi dan faktor-faktor
pembangun nation branding dalam mengelompokkan negara berdasarkan
pembangunan ekonomi yaitu negara maju dan negara berkembang. Keempat,
9
memetakan dimensi dan faktor-faktor pembangun nation branding dalam
mengelompokkan negara berdasarkan perekonomiannya.
1.5 Manfaat Penelitian
Penjabaran analisis dan kesimpulan dari jawaban pertanyaan penelitian ini
diharapkan mampu memberikan kontribusi baik secara keilmuan dan praktis.
Pertama, secara keilmuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
dan memapankan konsep nation branding di dalam kajian Hubungan Internasional
khususnya dalam melihat perbedaan pengaruh dimensi pembangun nation branding
terhadap pengelompokkan negara di negara negara maju dan negara berkembang.
Kedua, secara praktis agar dapat menjadi rekomendasi strategis yang berupa
gambaran dimensi atau aspek pembangun nation branding yang butuh
diprioritaskan oleh negara maju dan negara berkembang, sehingga kedua kelompok
negara dapat merumuskan dan menentukan nation branding sesuai dengan tujuan
dan kepentingan negaranya.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kajian nation branding mengkaji bahwa negara dapat dijadikan sebuah
brand dan masyarakat internasional sebagai konsumennya. Nation branding tidak
serta merta lahir dan menjadi fokus penelitian Hubungan Internasional. Kajian ini
pertama lahir dengan mengadopsi berbagai pemikiran kajian management dan
bisnis. Nation branding dalam penelitian ini akan dikaji melalui perspektif
liberalisme interdependensi.
Perspektif liberalisme interdependensi menjelaskan bahwa masing-masing
aktor saling bergantung dalam hubungan internasional sehingga mereka
memerlukan kerjasama untuk mencapai tujuannya. Nation branding juga
diposisikan sebagai alat negara untuk tetap mengamankan posisi negaranya pada
kompetisi global ataupun untuk membangun negaranya. Dengan kondisi ini maka
suatu negara dengan negara lainnya akan cenderung berkompetisi. Sistem
internasional kemudian menjadi kian kompetitif jika negara-negara berkompetisi
pada bidang yang sama. Oleh karena itu negara-negara harus memiliki distinctive
advantage untuk meminimalisir adanya konflik, serta berhak bergantung agar
kerjasama dan hubungan antar negara akan semakin positif dan sistem internasional
juga akan semakin damai.
11
2.1. Penelitian Terdahulu
Nation branding mengadopsi konsep dan asumsi dari kajian marketing atau
pemasaran yang memposisikan produk untuk menjadi kebutuhan yang nantinya
dikonsumsi oleh konsumen sehingga membawa keuntungan bagi perusahaan,
namun dalam hal ini adalah negara.7 Nation branding mulai sering diteliti dan dikaji
dalam berbagai bidang keilmuan sejak tahun 1998, termasuk membangun berbagai
faktor-faktor pembangunnya serta strategi nation branding di berbagai kondisi
negara. Gambaran dan kajian nation branding sebelumnya telah diteliti sebelumnya
oleh Qin Sun, Hlynur Gudjonsson, Simon Anholt, dan Ying Fan.
2.1.1. Qin Sun dalam an Analitical Model of the Determinants and Outcomes
of Nation Branding (2009) 8
Penelitian yang dilakukan oleh Sun bersifat praktis yaitu dengan
mengidentifikasi faktor-faktor dalam membangun nation branding. Sun menelaah
bagaimana keterkaitan faktor pembangun dalam nation branding yang dalam
penelitiannya disebut sebagai determinants dan outcomes. Faktor tersebut terdiri
dari beberapa konsep yaitu country of origin, nation branding, destination
branding, dan international business management. Sun menggunakan model
konseptual untuk mengklarifikasi perbedaan definisi antara nation brands dan
nation branding. Model konseptual ini terdiri dari kondisi ekonomi, infrastruktur,
7 Philip Kotler. 2000. A Framework for Marketing Management: Marketing Management, Millenium Edition. New Jersey: Pearson Custom Publishing. Halaman 4. 8 Disertasi Qin Sun, B.A., M.B.A. 2009. An Analytical Model of the Determinants and Outcomes of Nation Branding. Texas: University of North Texas.
12
dan politik; yang berlaku di 24 negara yang terletak pada enam kawasan pada
periode waktu tahun 1995-2006.9
Sun dalam penelitiannya mendeskripsikan beberapa tujuan nation branding
yaitu: untuk mempromosikan citra positif dari suatu negara, membangun identitas
negara, meningkatkan ekspor produk negara, menarik datangnya turis, dan
menghimpun foreign direct investment. Strategi penerapan nation branding pada
tiap negara akan selalu berbeda-beda. Negara maju cenderung mengedepankan citra
positif dalam menarik investasi dan bisnis, sedangkan negara berkembang
cenderung memiliki kelemahan terhadap pemahaman dan strategi dalam
implementasi nation branding. Hal ini menyebabkan negara berkembang sulit
untuk menemukan dan mengindentifikasikan program nation branding yang tepat
untuk negaranya. Sun menyimpulkan bahwa semakin meningkatnya kuantitas
kedatangan turis, ekspor, dan foreign direct investment di suatu negara, maka akan
berdampak kepada citra negara tersebut.
Penelitian Sun memberikan kontribusi bagi penelitian ini dengan
memberikan informasi penting mengenai faktor-faktor pembangun nation branding
dan outcome yang diperoleh negara. Sun tidak secara eksplisit menerangkan latar
belakang histori dan strategi berbeda yang diimplementasikan negara. Oleh karena
itu, dimensi dan faktor-faktor pembangun nation branding masih butuh ditelaah
lebih mendalam, sehingga hal tersebut menjadi pembaharuan dalam penelitian ini.
9 Data 24 negara dari 6 kawasan yang dimaksud oleh Sun adalah sebagai berikut: Kawasan: Amerika Utara, Amerika Selatan, Asia, Eropa, Afrika dan Australia. Negara: Australia, Brazil, Kanada, Tiongkok, Denmark, Inggris, Perancis, Jerman, India, Italia, Jepang, Meksiko, Malaysia, Selandia Baru, Norwegia, Peru, Rusia, Singapura, Afrika Selatan, Korea Selatan, Spanyol, Thailand, Turki dan Amerika Serikat.
13
2.1.2. Hlynur Gudjonsson dalam Nation Branding (2005)10
Penelitian kedua yang dilakukan oleh Gudjonsson fokus pada proses
implementasi nation branding. Gudjonsson menggunakan pendekatan penelitian
kualitatif dengan tujuan eksploratif, yaitu: mendeskripsikan konsep nation
branding berdasarkan kelompok-kelompok yang telah diklasifikasikan menjadi
absolutist, royalists, dan moderates, 11 dan menjelaskan pentingnya nation
branding, proses nation branding, faktor-faktor pembangun nation branding serta
mengukur nilai keunggulan kompetitif nation branding di suatu negara.
Gudjonsson tidak hanya memberikan penjelasan secara konseptual,
namun juga menjelaskan praktik nation branding sebagaimana dicontohkan
melalui dua negara yaitu: Islandia dan Finlandia. Nation branding di Islandia
dikelola dan dikembangkan guna meningkatkan kemakmuran negaranya. Di
Finlandia nation branding justru diimplementasikan guna menguatkan citra
negaranya terutama aspek dimensi budaya dan pariwisatanya. Gudjonsson
menyimpulkan bahwa pemerintah dan berbagai industri bekerja secara terpisah
karena memiliki fokus yang berbeda-beda dalam pengelolaan nation branding.
Penelitian Gudjonsson memiliki relevansi pada ide dalam mendeskripsikan faktor-
faktor pembangun nation branding. Sebagai revisi penelitian Gudjonsson,
penelitian ini akan berfokus pada aspek pembangun nation branding dalam
pengelompokkan negara berdasarkan pembangunan perekonomianya.
10 Hlynur Gudjonsson. 2005. Nation Branding. The Journal of Place Branding. Vol. 1, 3, 283–298. London: Henry Stewart Publication. 11 Absolutist percaya bahwa negara dapat dan harus memiliki brand seperti produk dengan menggunakan teknik branding, Moderates percaya bahwa negara tidak dapat dijadikan brand. Namun branding tetap bisa dilakukan dengan meningkatkan nilai-nilai identitas negara oleh negara itu sendiri. Sedangkat Royalist adalah grup yang percaya bahwa citra negara tidak dapat diubah melalui branding karena negara memiliki nilai-nilai holistik nya sendiri. Dirangkum dalam jurnal Ibid
14
2.1.3. Simon Anholt dalam Beyond the Nation Brand: The Role of Image and
Identity in International Relations (2013)12
Penelitian yang dilakukan oleh Anholt pada awalnya hanya berdasarkan
kepada keingintahuannya terhadap nation brand. Anholt menjelaskan bahwa nation
brand dibentuk agar negara dapat dipromosikan dan digunakan untuk kepentingan
para pembuat kebijakan negara. Anholt mengeluarkan argumen ini karena belum
ada studi kasus dan penelitian yang mengkaji nation branding. Oleh karena itu,
Anholt memulai penelitiannya dengan membedah konsep nation branding.
Anholt menerapkan pendekatan ilmu marketing kedalam analisanya.
Sebuah produk, budaya dan kebudayaan, pariwisata, investasi, teknologi,
pendidikan, bisnis, sumber daya manusia yang berkualitas cenderung diproduksi
oleh negara dengan citra yang sudah diterima oleh masyarakat internasional. Citra
yang diterima oleh masyarakat internasional membutuhkan kontribusi dan integrasi
antar aktor, baik negara maupun non negara. Anholt menjelaskan bahwa dimensi-
dimensi dan faktor-faktor pembangun nation branding penting dalam membentuk
persepsi masyarakat internasional dan citra suatu negara.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Anholt terletak pada fokus
penelitian. Penelitian ini juga fokus kepada dua kelompok negara yang telah
mengimplementasikan nation branding. Penelitian Anholt memberikan gambaran
dan studi kasus yang langsung merujuk pada dua negara, yaitu Korea Selatan dan
Italia sehingga berkontribusi dalam memberikan informasi, data-data, gambaran
fenomena serta implementasi nation branding di kedua negara tersebut.
12 Simon Anholt. 2013. Beyond the Nation Brand: The Role of Image and Identity in International Relations. The Journal of Public Diplomacy. Vol 2. Iss. 1, Art. 1. London: Surface Publishing.
15
2.1.4. Ying Fan dalam Branding the Nation: What is being branded? (2006)13
Ying Fan mendeskripsikan perbedaan konsep nation brand dan product
brand untuk menjelaskan kapan nation branding dapat diterapkan, serta kegunaan
nation branding untuk membangun perekonomian negara. Ia menyebutkan bahwa
setiap negara memiliki nation brand masing-masing, baik kuat atau lemah, terarah
atau tidak terarah bagi masyarakat internasional. Fan menjelaskan bahwa setiap
negara memiliki nation brand dengan atau tanpa adanya nation branding. Nation
branding akan menjadi hal penting ketika negara ingin memperbaiki citra dan
mempromosikan berbagai elemen ekonomi dan non ekonomi di negaranya. Nation
branding yang dimaksud oleh Ying Fan didefinisikan sebagai berikut: Nation
branding concerns applying branding and marketing communications techniques
to promote a nation’s image.
Ying Fan menjelaskan bahwa penerapan nation branding membutuhkan
integrasi seluruh stakeholders di seluruh sektor baik budaya, politik, bisnis maupun
olahraga. Integrasi ini memiliki fungsi membentuk ide-ide dan visualisasi citra
negara yang harmonis sehingga tidak ada kesalahan dalam penyampaian citra, dan
nation branding dapat diterima oleh masyarakat internasional. Fan menambahkan
bahwa negara bukan hanya sebuah produk, namun juga sebagai representasi
berbagai faktor seperti: tempat, sumber daya manusia, produk lokal, sumber daya
alam, budaya, politik dan sistem ekonomi, institusi sosial dan infrastruktur.
Nation branding digunakan oleh tiap negara dengan tujuan yang berbeda-
beda. Di negara dunia pertama dan kedua, nation branding atau citra negara
diimplementasikan dengan tujuan maksimalisasi kuantitas produk ekspor dan
13 Ying Fan. 2006. Branding the nation: What is being branded. Journal of Vacation Marketing. Volume: 12 issue: 1, page(s): 5-14. London: SAGE Publication.
16
pendapatan, sedangkan di negara dunia ketiga penerapan citra ini justru bertujuan
untuk memajukan, membangun dan mengembangkan perekonomiannya. Fan
melihat fenomena yang terjadi dan menyimpulkan, ketika suatu negara memiliki
kondisi perekonomian yang tidak stabil dan cenderung menurun, maka nation
branding atau perbaikan citra merupakan satu-satunya jalan untuk keluar dari
masalah tersebut.
Perbedaan penelitian Ying Fan dengan penelitian ini terdapat pada batasan
negara-negara yang akan diuji pengelompokkannya berdasarkan pembangunan
ekonominya yaitu negara maju dan negara berkembang. Relevansi penelitian Ying
Fan dengan penelitian ini terletak pada informasi, data, aspek dan dimensi
pembangun serta peran nation branding dalam membangun ekonomi sebagaimana
dilakukan oleh Jerman dan Amerika Serikat.
Secara keseluruhan peneliti terdahulu memiliki kelebihan dan
kelemahannya masing-masing. Untuk mengisi kelemahan pada peneliti
sebelumnya dan memapankan kajian nation branding di dalam ilmu Hubungan
Internasional; maka penelitian ini akan mendeskripsikan dimesi-dimensi serta
faktor-faktor pembangunnya dalam mengelompokkan negara berdasarkan
pembangunan perekonomianya yaitu negara maju dan negara berkembang.
Mendeskripsikan mengapa negara harus menemukan distictive advantage hingga
relevansi nation branding dalam membentuk interdependensi antar negara di dunia.
Perbedaan dan fokus masing-masing penelitian terdahulu dirangkum dan dipetakan
di dalam tabel berikut ini:
17
Tabel 2.1. Komparasi Penelitian Terdahulu
Peneliti Terdahulu Qin Sun Hlynur Gudjonsson Simon Anholt Ying Fan
Topik Penelitian
Model analitik determinants dan outcomes nation branding
Proses nation branding dan implementasi nya di
Peran citra dan identitas negara
Strategi pembentukan citra negara
Objek Penelitian
Aspek pembangun nation branding pada 26 negara di 6 kawasan
Proses serta implementasi nation branding di Islandia dan Finlandia
Fenomena dan implementasi nation branding di Korea Selatan dan Italia
Perbedaan konsep-konsep branding
Pendekatan Penelitian
Pendekatan: Kuantitatif
Pendekatan: Kualitatif dengan tujuan eksploratif
Pendekatan: Kualitatif
Pendekatan: Kualitatif
Konsep dan Teori
1. nation brand 2. nation
branding 3. citra (image) 4. pembangunan
ekonomi
1. nation branding 2. faktor pembangun
nation branding 3. proses nation
branding 4. implementasi
nation branding
1. nation branding
2. marketing 3. nation brand
1. nation brand 2. product brand 3. nation branding 4. place branding
atau destination branding
5. city branding
Kesimpulan
Semakin meningkat angka tourist arrival, ekspor, dan foreign direct investment suatu negara, maka akan berdampak kepada citra negara tersebut
Dalam proses pengelolaan nation branding, pemerintah dan berbagai industri bekerja secara terpisah karena memiliki fokus yang berbeda-beda.
Untuk memiliki citra yang dapat diterima oleh masyarakat dunia, maka dibutuhkan kontribusi dan integrasi antar aktor baik aktor negara maupun non negara
Jika suatu negara memiliki kondisi perekonomian yang tidak stabil dan cenderung menurun, maka nation branding merupakan jalan satu-satunya untuk keluar dari masalah tersebut
Ciri Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Sun memberikan gambaran mengenai faktor-faktor dalam membangun nation branding
Penelitian yang dilakukan oleh Gudjonsson memberikan gambaran dan ide dalam mendeskripsikan faktor-faktor pembangun nation branding
Penelitian Anholt juga berkontribusi dalam memberikan informasi serta data-data terkait nation branding pada kedua negara tersebut.
Relevansi penelitian yang dilakukan oleh Ying Fan terhadap penelitian ini terletak pada informasi dan data mengenai peran nation branding dalam meningkatkan perekonomian yang ia contohkan sebagaimana dilakukan oleh Jerman dan Amerika Serikat.
Sumber: Qin Sun (2009), Hlynur Gudjonsson (2005), Simon Anholt (2013), Ying Fan (2006)
18
2.2. Landasan Teoritis
2.2.1. Nation Branding
Nation branding pertama kali dikemukakan oleh Anholt yang
membedakannya dengan konsep nation brand. Anholt menjelaskan brand hanya
merupakan produk, jasa, ataupun organisasi yang dinilai berdasarkan nama, logo,
identititas dan reputasinya saja; sedangkan branding merupakan proses
perancangan, pembangunan, pengelolaan reputasi sebuah brand.14 Sebelum adanya
nation branding, kajian brand dibahas dalam ilmu marketing yang menjelaskan
bahwa citra sebuah brand dibentuk dan direpresentasikan oleh sekelompok
korporasi bisnis yang menginginkan produk dan jasanya memiliki posisi dan
dijadikan kebutuhan untuk mempengaruhi pelanggan menjadi konsumen.
Nation branding pada awalnya merupakan perkembangan dari konsep
destinastion branding atau place branding, yang keduanya masih fokus pada
strategi promosi objek dan industri pariwisata. Place branding atau destination
branding didefinisikan sebagai aktifitas marketing untuk mempromosikan citra
destinasi pariwisata dan mencakup lingkup lokal, regional maupun internasional
guna membangun citra destinasi yang memiliki nilai pembeda dengan destinasi
lainnya, sehingga terbentuk koneksi positif antara destinasi dan wisatawan. Alasan
dibentuknya destinasi branding adalah untuk menarik investasi, membangun
infrastruktur subnasional, memberikan penawaran terhadap konservasi lingkungan
hingga membuat destinasi yang dapat diterima bagi para aktor pariwisata.
14 Simon Anholt. 2007. Competitive Identity: The New Brand Management for Nations, Cities and Regions. New York: Palgrave Macmillan.
19
Perkembangan konsep-konsep branding tersebut digambarkan dalam piramida
sebagai berikut:15
Gambar 2.1. Piramida Model Branding Sumber: Disimpulkan berdasarkan definisi, tujuan, dan sektor pembangunan oleh Simon Anholt
Sejalan dengan perkembangan ilmu dan globalisasi, Keith Dinnie dan
Simon Anholt menemukan bahwa negara juga dapat dijadikan brand dan menjadi
representasi keseluruhan elemen internal negaranya melalui branding di dalam
pasar global. Oleh karena itu nation branding mulai banyak dikaji dalam berbagai
bidang keilmuan. Aktor dalam nation branding semakin luas dan tidak hanya aktor
subnasional saja namun seluruh stakeholder yang ada dalam negara. Ketiga konsep
tersebut diterapkan pada berbagai bidang keilmuan, sehingga memiliki fokus, aktor,
dan sektor yang berbeda.
Nation branding didefinisikan berbeda-beda oleh para ahli. Fan
menjelaskan bahwa nation branding merupakan aktifitas marketing dan
komunikasi untuk mempromosikan citra negara. Gudjonsson menambahkan bahwa
aktifitas tersebut berlaku sebagai prosedur dalam membangun model dasar yang
positif dan lingkungan yang efektif dalam membentuk nation brand agar mampu
berkompetisi dalam pasar global. Keith Dinnie justru tidak berbicara dimensi nation
15 Ibid
Nation Branding
City Branding
Place Branding atau Destination Branding
20
branding, namun menjelaskan mengenai fungsi nation branding sebagai elemen
pembeda antar negara. Peneliti lainnya yaitu Simon Anholt menjelaskan bahwa
nation branding merupakan akumulasi hasil keseluruhan persepsi masyarakat
internasional dan strategi yang dibentuk oleh negara untuk meraih keuntungan dan
memenuhi national interest. Cakupan perbedaan definisi dari berbagai ahli
dirangkum dan dapat dilihat melalui gambar berikut:
Sejalan dengan perkembangannya, para ahli dari bebagai bidang dan
berbagai dunia juga mendefinisikan tujuan nation branding dengan gaya dan
pengetahuan yang berbeda-beda. Perbedaan ini dilatarbelakangi oleh situasi,
kondisi, serta implementasi nation branding di berbagai negara sesuai dengan masa
penelitiannya. Selain itu perumusan tujuan nation branding juga akan berbeda-beda
pada tiap negara sesuai dengan kepentingannya saat itu. Meskipun memiliki tujuan
yang berbeda kelima ahli ini sepakat atas satu hal sebagai outcomenya. Komparasi
tujuan nation branding yang telah diungkapkan oleh para ahli dirangkum kedalam
tabel berikut:
Fan dan Gudjonsson
Keith Dinnie
Gambar 2.2. Model Definisi Nation Branding Sumber: Dirangkum dari berbagai jurnal-jurnal nation branding (2005-2010)
Peran atau fungsi nation branding sebagai pembeda antar negara
Simon Anholt Nation branding sebagai strategi pengololaan seluruh elemen dan menghasilkan pembeda
Nation branding dan elemen-elemen pembangunnya
21
Tabel 2.2 Komparasi Tujuan Nation Branding menurut Ahli
Para Ahli Tujuan Nation Branding Outcome
Keith Dinnie Agar memiliki nilai “pembeda” dari negara lain
Untuk dapat meraih keuntungan dan
memenuhi national interest
Anholt Untuk membentuk citra negara yang positif sehingga berpotensi akan membawa keuntungan
Florek Untuk membentuk asosiasi yang positif bagi negara dan produknya
Gudjonsson Untuk membentuk nation brand agar dapat berkompetisi dalam pasar global
Fan Untuk mempromosikan citra dari suatu negara Sumber: Dirangkum dari jurnal Keith Dinnie, Anholt, Florek, Gudjonsson, dan Fan (2005-2010)
Berbagai tujuan nation branding dideskripsikan para ahli sebagai berikut:
pertama, membangun identitas negara. Kedua, meningkatkan daya saing negara
dalam menghadapi kompetisi global. Cara ini dilakukan dengan melakukan sinergi
antar pemangku kepentingan untuk menjaga citra negara yang harmonis sehingga
dapat di terima di mata dunia. Ketiga, meningkatkan nilai investasi dengan menarik
banyak investor asing. Keempat, mendatangkan banyaknya turis asing, penduduk
baru. Kelima, meningkatkan daya saing dan juga nilai produk ekspor serta
pendapatannya.
Keberhasilan nation branding menurut Anholt dapat dievaluasi dengan
Nation Brand Hexagon. Nation Brand Hexagon berisi 6 dimensi ideal yang berisi
masing-masing faktor pembangunnya yaitu: pariwisata, ekspor, investasi, budaya,
masyarakat, pemerintahan. Dimensi-dimensi ini digambarkan dalam segi enam
Nation Brand Hexagon sebagai berikut:16
Negara dalam proses implementasi atau membangun nation branding, harus
mengembangkan seluruh dimensinya agar potensi yang dimiliki dapat dikelola
16 Simon Anholt, Brand New Justice (Oxford: Butterworth Heinemann, 2003) dalam buku Simon Anholt. 2007. Competitive Identity: The New Brand Management for Nations, Cities, and Regions. New York. Palgrave Macmillan. Halaman 26.
22
secara optimal dan dikenal oleh masyarakat internasional. Dimensi dan faktor-
faktor nation brand hexagon tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Dimensi Ekspor: kemampuan negara dalam mengemas produk ekspor akan
mempengaruhi nilai jual dan besarnya kuantitas permintaan atas barang
tersebut. Dimensi ini dibangun oleh faktor-faktor seperti: local supplier
quality, production process sophistication, dan value chain breadth.
b. Dimensi Pariwisata: kemampuan negara dalam mengelola, mengemas, dan
mempromosikan sektor pariwisata. Dimensi ini dibangun oleh faktor-faktor
yang mempengaruhinya yaitu: quality of tourism infrastructure,
attractiveness of natural assests, quality of air transport infrastructure, dan
visa requirement.
c. Dimensi Investasi dan Imigrasi: kemampuan negara dalam mengelola dan
menjaga lingkungan investasi di negaranya. Dimensi ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti: market size, bussiness impact on FDI, dan quality
of overall infratstructure.
Ekspor Masyarakat
Pariwisata
Kultur dan Warisan Budaya
Investasi
Tata Kelola Pemerintahan
Gambar 2.3. Nation Brands Hexagon oleh Simon Anholt (2005) Sumber: Anholt-Nation Brans IndexSM
23
d. Dimensi Budaya: kemampuan negara dalam menjaga, mengelola, dan
mengembangkan sektor industri kreatif. Dimensi ini dibangun oleh faktor
pembangunnya seperti industry innovation.17
e. Dimensi Pemerintahan: kemampuan negara dalam menjaga dan
menunjukkan kualitas tata kelola pemerintahan dan keadilan hukum bagi
para penduduknya. Dimensi ini dibangun oleh dua faktor yang
mempengaruhinya seperti: government effectiveness dan rule of law.
f. Dimensi Masyarakat: kemampuan negara untuk meningkatkan dan menjaga
kualitas masyarakat. Masyarakat yang berkualitas akan berdampak pada
persepsi masyarakat internasional mengenai skills, abilities, value, culture,
dan behaviour dari sumber daya manusianya. Dimensi ini dibangun oleh
faktor-faktornya seperti quality of human resources.
Dimensi-dimensi tersebut akan berpotensi dalam menentukan arah nation
branding negara yang akan membawa pengaruh yang positif bagi perbaikan,
pengembangan ataupun pembentukan citra. Kentungan ini juga merupakan
kesempatan bagi negara untuk membangun perekonomianya. Nation branding akan
digunakan sebagai teori utama dengan melihat dimensi dan indikator
pembangunnya sebagai modal uji beda di dalam penelitian ini.
17 Budaya bagi Anholt tidak lagi hanya sebatas makanan tradisional, rumah adat, bangunan bersejarah, lagu-lagu daerah melainkan diartikan lebih luas dan modern. Budaya sudah diartikan hingga penguasaan negara dalam beberapa aspek industri kreatif seperti: musik, film, seni dan produk kreatif lainnya.
24
2.2.2 Soft power
Power suatu negara diklasifikasikan kedalam berbagai jenis yaitu: hard
power, soft power dan simbolic power. Perbedaan dari ketiga power tersebut
terletak pada daya mempengaruhinya; jika hard power cenderung akan
menggunakan militer dan violence untuk mendapatkan apa yang negara inginkan,
maka soft power cenderung menggunakan cara-cara yang persuasif, sedangkan
simbolic power merupakan gabungan antara hard power dan soft power.
Soft power menurut Joseph Nye merupakan hal etnosentris dimana terdapat
hubungan antara attractiveness dan kemampuan untuk mempengaruhi negara lain
dalam hubungan internasional. Soft power bagi Joseph Nye adalah suatu hal yang
sulit untuk diprediksi. Pemerintah di berbagai belahan dunia akan meningkatkan
kemampuan dan strategi dalam bercerita mengenai negaranya untuk menargetkan
masyarakat internasional. Hal inilah yang juga disebut Nye sebagai nation
branding.18
Kajian Nation Branding dalam Hubungan Internasional memposisikan
negara mampu bersaing dan menanamkan citra guna mempengaruhi negara lain dan
menguasai pasar global melalui cara-cara kooperatif. Cara tersebut sejalan dengan
wujud softpower sebagaimana disampaikan oleh Joseph Nye. Nation branding
sebagai wujud soft power dimaknai sebagai penggunaan kapabilitas ekonomi, sosial
budaya, pariwisata, dan keamanan untuk kepentingan negara; yang dalam hal ini
digunakan untuk mempromosikan sekaligus memposisikan negara di dalam pasar
global serta sebagai alat untuk mempengaruhi negara lain.19
18 Nation Branding memegang peranan penting dalam memenangkan kompetisi global. Dirangkum dari Jurnal Fan, Ying. 2008. Soft Power: Power of Attraction of Confusion. Place Branding and Public Diplomacy. Volume 4, Issue 2, pp 147-158. London: Palgrave Macmillan Ltd 2008. Halaman 15. 19 Ibid. Halaman 15-17.
25
Banyak negara mengalami permasalahan dalam menjaga dan membentuk
citranya. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan-perubahan dalam aspek
ekonomi, politik dan sosial di dalam maupun di luar negara. Hal ini kemudian
diperparah dengan adanya globalisasi yang mendorong adanya kemajuan teknologi,
terutama jejaring internet di seluruh belahan dunia. Adanya kondisi tersebut
menyebabkan terjadinya kesenjangan yang sangat besar mengenai pemahaman
antara negara dan budaya.
Negara berkembang dan negara yang sedang mengalami transisi ekonomi
cenderung mengalami kesulitan dalam membangun brand awereness dan
membentuk persepsi yang positif atas negaranya. Joseph Nye beranggapan bahwa
negara berkembang memiliki soft power yang sangat besar terutama pada aspek
budaya, namun permasalahannya negara ini tidak memiliki sumber keuangan yang
cukup untuk merubah potensinya menjadi sebuah realitas.
Dalam konteks soft power, nation branding berpotensi menjadi alat negara
yang sangat penting untuk memposisikan dan mengamankan negaranya dalam
kompetisi di pasar global. Nation branding yang dapat diterima oleh masyarakat
internasional dan memiliki tingkat competitiveness yang tinggi akan berdampak
pada pembentukan citra negara yang positif sehingga nantinya dapat menentukan
seberapa besar pengaruh soft power terhadap posisi negara tersebut dalam
kompetisi global.20
20 Ibid. Halaman 152-163.
26
2.2.3 Developing and Developed Countries
Developing country berdasarkan kamus Cambridge merupakan negara
berkembang yang memiliki standar hidup yang rendah, produksi produk industri
yang rendah dan kemungkinan membutuhkan bantuan secara finansial dan teknis
atau negara yang belum masuk kedalam tahapan industrialisasi. Developed country
merupakan negara yang memiliki kegiatan industri dan masyarakat dengan
pemasukan yang tinggi.21 Oleh karena itu, keadaan ekonomi merupakan salah satu
satuan pengukuran dalam mengklasifikasikan negara.
Pengukuran terhadap perkembangan ekonomi telah mengalami pergeseran.
International Monetary Fund (IMF) Working Paper 2011 mengukur bahwa
perkembangan ekonomi negara dapat ditelaah melalui dua pandangan yaitu:
classical economists dan neo-classical economists. Classical economists
berpendapat bahwa perkembangan ekonomi dapat diukur dengan pendapatan
perkapita suatu negara sedangkan neo-classical economists berpendapat bahwa
perkembangan ekonomi dapat diukur oleh pendapatan perkatipa dan keseluruhan
aspek serta potensi yang dimiliki negara.22
Setelah Perang Dunia Kedua, dekolonisasi mendorong munculnya negara
yang independen dan munculnya klasifikasi terhadap negara-negara di dunia.
Development Economists bernama Bell dalam IMF Working Paper menyatakan
bahwa dengan munculnya negara yang independen maka terindikasi akan adanya
“pioneers” dan juga “latecomers”. Pioneers diartikan sebagai negara yang dahulu
telah memiliki modal atau disebut sebagai negara kaya sedangkan latecomers
21 Diakses melalui http://dictionary.cambridge.org/us/dictionary/english/developed-country pada tanggal 6 Juni 2017 pukul 21.33. 22 Lynge Nielsen. 2011. IMF Working Paper: Classification of Countries Based on Their Level of Development: How it is Done and How it Could be Done. Washington: International Monetary Fund.
27
merupakan negara yang bergantung kepada pioneers dan disebut sebagai negara
miskin. Beberapa organisasi internasional telah melakukan klasifikasi terhadap
negara-negara di dunia yaitu: International Monetary Fund (IMF), United Nations
Development Program (UNDP), dan juga World Bank. Komparasi klasifikasi
negara menurut beberapa organisasi dapat dirangkum dalam tabel berikut ini:
Tabel 2.3 Komparasi Klasifikasi Negara berdasarkan Organisasi Internasional.23
Organisasi Internasional IMF UNDP World Bank
Label Negara Maju Advanced country Developed countries High-income countries
Label Negara Berkembang
Emerging and developing country Developed countries Low and middle
income countries
Syarat Berkembangan (tidak dijelaskan) Jika ada kontribusi terhadap
HDI sebesar 75% Jika GNI per kapita mencapai US$6,000
Sub Kategori Negara Berkembang
- Income yang rendah merupakan emerging country
- Low human development countries
- Medium human development countries
- High human development countries
- Low income countries
- Middle income countries
Sumber: IMF Working Paper (2011)
Berdasarkan tabel komparasi antar organisasi internasional di atas, dapat
dilihat bahwa terdapat beberapa perbedaan dari masing-masing organisasi.
Pertama, dari segi label atau penyebutan negara. Ada yang menyebut negara maju
merupakan negara maju seperti UNDP dan IMF, dan ada pula yang menyebutnya
sebagai negara yang memiliki pendapatan yang tinggi seperti World bank. Kedua,
dari segi indikator pengukurannya. International Monetary Fund (IMF) tidak
memberikan standar pengukuran tertentu dalam proses klasifikasi, sedangkan
United Nations Development Program (UNDP) dan World bank menggunakan
23 Ibid
28
indikator yang cederung sama yaitu besaran Human Development Index (HDI) dan
Gross National Income (GNI) per kapita yang dimiliki negara.
Damien Kingsbury mengatakan bahwa adanya klasifikasi negara dunia
pertama dan dunia ketiga dipicu oleh perkembangan pada berbagai aspek seperti:
gender, ekonomi, pengaruh gobal, bantuan internasional. Negara dunia pertama
didefinisikan sebagai negara maju atau negara pemberi bantuan dan negara dunia
ketiga merupakan negara berkembang dan negara kolonialisasi. Dalam dependency
theory, negara maju akan cenderung mengeluarkan kebijakan-kebijakan
perkembangan infrastruktur, industrialisasi, dan teknologi yang membawa
keuntungan maksimal bagi negaranya; dan negara berkembang akan cenderung
hanya menerima akibat dibentuknya kebijakan-kebijakan tersebut dan bergantung
pada negara maju.24
Dos Santos dalam dependency theory menyebutkan bahwa label atas negara
maju negara dan negara berkembang, negara satelite dan negara metropolis, negara
center dan negara periphery; terbentuk berdasarkan kondisi dimana terjadi
ketergantungan antara negara periphery kepada negara center. Hal ini terjadi karena
adanya ekspansi atas negara center yang terintegrasi dalam sistem dunia yang
sifatnya kapitalis.25
Gunder Frank berdasarkan interdependence theory mengatakan bahwa
negara-negara dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu negara satelit dan
negara metropolis. Negara satelit biasanya memiliki kebutuhan terhadap modal dan
24 Damien Kingsbury, Joe Remenyi, John Mckay and Janet Hunt. 2004. Key Issues in Development. Ney York: Palgrave Macmillan. Halaman 8. 25 Alvin S. Yo. 1990. Social Change nd Development: Modernzation, Dependency, and World-System Theories. London: Sage Publications, Inc. Halaman 100-101 Diakses melalui: https://books.google.com/books?isbn=0803935471 pada tangal 12 Juni 2017 pada pukul 22.54
29
investasi dari negara metropolis sedangkan negara metropolis juga akan memiliki
kebutuhan akan bahan mentah (raw materials) dari negara satelit. Dengan
demikian, komparasi-komparasi klasifikasi negara berdasarkan berbagai para ahli
dirangkum dalam tabel berikut:
Tabel 2.4 Komparasi Klasifikasi Negara Berdasarkan Para Ahli
Para Ahli Damien Kingsbury Dos Santos Gunder Frank
Label Negara Maju Negara dunia pertama Negara center Negara satelit Label Negara Berkembang Negara dunia ketiga Negara periphery Negara metropolis
Sebab terjadinya klasifikasi
Adanya kebijakan yang dibuat oleh negara
pertama pengembangan infrasturktur dan
industrialisasi
Ketergantungan antara negara periphery kepada
negara center dan ekspansi
Kebutuhan untuk saling memenuhi kebutuhan
negara
Teori Interdependence theory Dependence theory Dependence theory Paradigma Marxis Kapitalis Marxis
Sumber: Rangkuman dari Damien Kingsbury (2004)
Berdasarkan data komparasi klasifikasi negara di atas, dapat disimpulkan
bahwa tiap ahli menggunakan teori, paradigma yang berbeda sehingga
menghasilkan label yang berbeda pula pada setiap klasifikasi negara-negara. Para
ahli membuat klasifikasi juga didasarkan oleh kondisi aktual yang terjadi pada saat
itu. Klasifikasi-klasifikasi tersebut banyak digunakan oleh para peniliti untuk
menggambarkan adanya hirarki dalam sistem internasional dan dapat menentukan
negara pengirim bantuan dan negara penerima bantuan. Konsep developed dan
developing country digunakan sebagai landasan pembagian negara berdasarkan
pembangunan perekonomiannya.
Negara-negara di dunia juga dapat dikategorikan menjadi dua yaitu negara
maju (more developed countries) dan negara berkembang (less developed country).
Kondisi ini merujuk kepada perbedaan kondisi perekonomian antar negara salah
satunya adalah pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi merupakan upaya
30
negara untuk memperbaiki kondisi perekonomian dan kualitas hidup bagi
masyarakat. Pembangunan ekonomi salah satunya ini dapat diukur berdasarkan
Gross Domestic Product (GDP).
2.3. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan konsep-konsep yang telah dipaparkan keseluruhan Bab II di
atas, maka kerangka teori yang dibangun dalam penelitian ini adalah digambarkan
sebagai berikut:
Gamber 2.4. Kerangka Pemikiran Sumber: Diolah Berdasarkn pemikiran peneliti (2017)
Berdasarkan kerangka teori di atas peneliti melihat bahwa keenam dimensi
pembangun nation branding akan memiliki potensi pengaruh terhadap
pengelompokkan negara berdasarkan pembangunan ekonomi. Kualitas dan
kemampuan yang ditujukkan oleh keenam dimensi akan berdampak pada beberapa
aspek; kemampuan negara dalam mengelola, mengemas, dan mempromosikan
sektor pariwisata serta budaya dan warisan budaya akan berpotensi dan
berpengaruh terhadap performa wisatawan asing. Kemampuan negara membuka
peluang investasi juga akan berpengaruh pada performa daya serap investasi dalam
negara. Kemampuan negara dalam menunjukkan kualitas tata kelola pemerintahan,
Dimensi dan Faktor Pembangun Nation Branding Kategori
Kelompok Negara
Berdasarkan Pembangunan
Ekonomi
1. Dimensi Ekspor 2. Dimensi Pariwisata 3. Dimensi Investasi 4. Dimensi Budaya
5. Dimensi Pemerintah 6. Dimensi Masyarakat
31
kualitas masyarakat, serta kemasan produksi barang berpotensi memiliki dampak
pada performa negara dalam mengekspor barang dan jasa ke luar negeri.
Dalam konteks nation branding, ketika citra dapat diterima oleh masyarakat
internasional maka akan boerpotensi memunculkan kepercayaan terhadap negara
tersebut. Kepercayaan ini akan menjadi modal negara dalam melakukan kerjasama
baik bilateral, multilateral ataupun regional. Ketika kerjasama mulai muncul maka
negara dapat membangun perekonomiannya dan mensejahterakan rakyatnya.
32
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan pendekatan kuantitatif yang dibuat dengan
alur logika deduktif.26 Menurut John W. Creswell, pendekatan kuantitatif juga
digunakan untuk menguji teori dengan cara menguji hubungan antar variabel dan
dapat bersifat penjelasan (explanatory) sebagaimana tujuan penelitian ini yaitu
menjelaskan pengaruh dimensi pembangun nation branding terhadap klasifikasi
negara maju dan negara berkembang. Selain itu, penelitian ini juga akan
mendeskripsikan variabel-variabel secara objektif, empiris, terstruktur dan
sistematis. Variabel-variabel yang akan dihitung kemudian dideskripsikan
berdasarkan seperangkat dimensi dan indikator yang dibangun dari konsep nation
branding dan juga pembangunan ekonomi.
3.2 Variabel penelitian dan Definisi Operasional
3.2.1 Variabel Penelitian
Variabel penelitian menurut Creswell merupakan karakteristik atau atribut
dalam satu set penelitian yang dapat diukur atau diobservasi. Variabel akan
26 Alan Bryman. 2012. Social Research Methods, 4th Edition. Oxford: Oxford University Press. halaman 35-36
33
berbeda-beda pada tiap objek yang ingin diteliti. Creswell juga membuat klasifikasi
variabel berdasarkan hubungan kausalitas menjadi beberapa jenis27 yang dalam
penelitian ini adalah variabel independen dan variabel dependen. Variabel
independen merupakan variabel penyebab atau variabel yang mempengaruhi
variabel lainnya, sedangkan variabel dependen merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas.28 Variabel
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
- Variabel Independen: Dimensi-Dimensi dan Faktor-Faktor
Pembangun Nation Branding
Dimensi dan faktor pembangun Nation Branding merupakan variabel
penyebab atau variabel yang dapat mempengaruhi negara masuk kedalam
kelompok negara maju ataupun negara berkembang. Di dalam variabel
terdapat enam dimensi beserta 13 faktor-faktor pembangunnya yang akan
dijelaskan di dalam penelitian ini.
- Variabel Dependen: Kelompok Negara Berdasarkan Pembangunan
Ekonomi
Kelompok negara berdasarkan pembangunan ekonomi merupakan
variabel yang menjadi efek akibat implementasi nation branding di negara
maju dan negara bekembang. Variabel ini juga akan menjalaskan faktor
beserta indikator yang menunjukkan pembangunan ekonomi di negara
maju dan negara berkembang.
27 Ibid. Halaman 52-53. 28 W. Laurence Neuman, 2014, Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches, Seven Edition. Edinburgh: Pearson. Halaman 180-181
34
Gambar 3.1. Variabel Independen dan Dependen Sumber: Data Olahan Peneliti (2017)
3.2.2 Definisi Operasional
Defisi operasional merupakan penjelasan atau deskripsi variabel
independen dan dependen, serta keterangan dari masing-masing dimensi, faktor,
dan indikator beserta skala ataupun satuan alat ukur guna menjadi dasar
pengumpulan data yang akan digunakan di dalam penelitian ini. 29 Variabel
independen yang digunakan pada penelitian ini berupa indeks yang menggunakan
skala ordinal sedangkan variabel dependennya berupa dua kategori sebagaimana;
“1” adalah kategori negara berkembang dan “2” merupakan kategori negara maju.
Rincian variabel dan indikator dalam penelitian ini terlihat pada tabel berikut ini:
29 Alan Bryman. Op.Cit. Halaman 164
Dimensi dan Faktor Pembangun Nation Branding
Dimensi Ekspor - Local Supplier Quality - Production Process Sophistication - Value Chain Breadth
Dimensi Pariwisata - Quality of Tourism Infrastructure - Attractiveness of Natural Assets - Quality of Air Transport Indrastructure - Visa Requirements Dimensi Investasi - Market Size - Bussiness Impact on FDI - Quality of Overall Infrastructure Dimensi Budaya - Industry Innovation Dimensi Pemerintah - Rule of Law - Government Effectiveness Dimensi Masyarakat - Quality of Human Resource
Negara Maju
Kategori Kelompok
Negara Berdasarkan
Pembangunan Ekonomi
Negara Berkembang
35
Tabel 3.1. Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Dimensi Faktor Indikator Satuan Ukur/
Skala Ukur
Variabel Independen:
Dimensi dan Faktor Pembangun
Nation Branding
Dimensi dan faktor pembangun nation branding adalah faktor yang harus dibangun negara
sebagai suatu strategi untuk
membangun citra negara dan meraih
keuntungan
Ekspor - Local Supplier Quality - Production Process
Sophistication - Value Chain Breadth
- Local Supplier Quality Index
- Production Process Sophistication Index
- Value Chain Breadth Index
Ordinal (1-7)
Pariwisata
- Quality of Tourism Infrastructure
- Attractiveness of Natural Assets
- Quality of Air Transport Infrastructure
- Visa Requirement
- Quality of Tourism Infrastructure Index
- Attractiveness of Natural Assets Index
- Quality of Air Transport Infrastructure Index
- Visa Requirement Index
Ordinal (1-7)
Investasi
- Market Size - Bussiness Impact on
FDI - Quality of Overall
Infrastructure
- Market Size Index - Bussiness Impact on
FDI Index - Quality of Overall
Infrastructure Index
Ordinal (1-7)
Pemerintah - Government
Effectiveness - Rule of Law
- Government Effectiveness Index
- Rule of Law Index
Ordinal (-2.5-2.5)
Budaya - Industry Innovation - Global Innovation Index Skala
(0-100)
Masyarakat - Quality of Human Resources
- Global Creativity Index Ordinal (0-1)
Variabel Dependen: Kelompok Negara Maju dan Negara
Berkembang
Klasifikasi negara berdasarkan
pembangunan ekonomi
Pembangunan Ekonomi - GNP - GNP per kapita
1-Negara Berkembang
2-Negara maju
Sumber: Hasil Olahan Peneliti (2017)
3.3. Sumber Data
Sumber data merupakan objek yang menyediakan data yang akan digunakan
dan dikelola dalam penelitian ini. Data berdasarkan sumbernya di klasifikasikan
menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang
diperoleh secara langsung melalui objek dan subjek penelitian serta melibatkan
peneliti secara langsung. Sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh
dari peneliti-peneliti sebelumnya dan berbagai institusi-institusi negara lainnya
tanpa melibatkan peneliti secara langsung.
36
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
diperoleh melalui pelbagai literatur utama (primary sources). Sumber-sumber
tersebut seperti; World Bank, World Economic Forum, The United Nations
Conference on Trade and Development, United Nation, The Anholt-GfK Nation
Brands IndexSM, CIA, serta situs pemerintah negara-negara di dunia baik maju
maupun berkembang yang dinilai memiliki nation branding, serta jurnal-jurnal
nasional dan internasional yang memiliki relevansi dengan penelitian ini.
3.4 Teknik Analisis Data
Analisa data menurut pendekatan kuantitatif merupakan deskripsi data-data
yang berupa angka untuk dapat diolah dan dijadikan bagan (charts), tabel (tables),
grafik (graphs), dan pengukuran statistik (statistical measures).30 Teknik analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji multi dicriminnat analysis.
Analisis data ini dilakukan agar data yang telah terkumpul memiliki makna dan
dapat ditarik kesimpulannya sehingga pertanyaan dan permasalahan penelitian
dapat dijawab. Secara spesifik teknik analisis data atau pengujian tersebut
dilakukan dengan pengujian-pengujian statistika sebagai berikut:
3.4.1 Uji Box-M
Uji Box M merupakan uji kesamaan varians (variance homogenity test)
untuk mengidentifikasi kelayakan dalam menggunakan analisis diskriminan
sebagai alat uji penelitian dan hipotesis. Identifikasi ini dilakukan dengan melihat
nilai signifikasi (sig.).
30 W. Lawrence Neuman. Op.Cit. Halaman 18.
37
3.4.2 Uji Korelasi Kanonik
Uji korelasi kanonik dilakukan untuk melihat hubungan antara sekumpulan
(suatu set) variabel independen dengan suatu set variabel dependen. Korelasi
kanonik ini memiliki parameter interval nilai 0 hingga 1. Nilai ini kemudian di
kuadratkan menjadi nilai koefisien determinasi (R squared) yang akan digunakan
untuk melihat besarnya keragaman variabel dependen yang mampu dijelaskan oleh
variabel independennya. Nilai korelasi kanonik yang semakin tinggi dan mendekati
angka 1 akan menghasilkan nilai determinasi yang tinggi pula. Hasil inilah yang
akan menunjukkan tinggi atau rendahnya hubungan antara variabel independen dan
variabel dependen.
3.4.3 Uji Tabel Wilk’s Lambda
Uji tes Willk’s Lambda Chi Square digunakan untuk melihat apakah ada
perbedaan gejala yang signifikan antar kategori atau kelompok negara maju dan
negara berkembang. Uji ini dilakukan dengan melihat nilai Wilk’s Lambda dan juga
nilai signifikansinya.
3.4.4 Uji Tes Rata-Rata Grup
Uji tes rata-rata grup dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor apa
saja yang signifikan dalam membedakan kedua kategori atau kelompok negara.
Identifikasi ini dilakukan dengan melihat nilai Wilks’ Lambda, signifikasi, dan nilai
F. Nilai wilk’s lambda memiliki interval nilai 0 hingga 1 dan semakin nilainya
mendekati 0 menunjukkan semakin signifikan variabel tersebut dalam
membedakan kelompok negara maju dengan kelompok negara berkembang.
38
3.4.5 Hasil Uji Klasifikasi Koefisien
Uji klasifikasi koefisien dilakukan untuk melihat besarnya peran dan
kontribusi pengaruh pada tiap indikator dalam membedakan pengelompokkan
negara yaitu negara maju dan berkembang. Uji ini dilakukan dengan
mengidentifikasi besarnya nilai koefisien dan sifat bilangan koefisien (negatif atau
positif) dari setiap indikatornya.
3.4.6 Hasil Uji Klasifikasi Koefisien
Tabel Hasil Uji Klasifikasi digunakan untuk mengukur ketepatan prediksi
klasifikasi dari model fungsi diskriminan yang dibuat pada tiap indikator dalam
mengelompokkan faktor-faktor pembangun nation branding di dalam dua kategori
negara berdasarkan pembangunan ekonominya yaitu negara maju dan negara
berkembang. Identifikasi yang dilakukan dalam melihat tabel hasil klasifikasi
adalah dengan membandingkan hasil hitung sampel original dan predicted group
membership.
3.5 Hipotesis
Hipotesis merupakan pernyataan dalam penelitian yang akan diuji
kebenarannya. Para ahli menjelaskan bahwa nation branding akan membawa
keuntungan-keuntungan bagi negara, namun faktanya implementasi nation
branding juga mengakibatkan kerugian bagi negara. Oleh karena itu butuh adanya
uji beda dimensi dan faktor-faktor pembangun nation branding terhadap
pengelompokkan negara berdasarkan pembangunan ekonomi. Dengan demikian,
maka hipotesis yang dapat dibangun adalah sebagai berikut:
39
1. Uji Simultan
Ditujukan untuk mengkonfirmasi ada atau tidaknya pengaruh variabel
independen secara bersama-sama terhadap varibel dependen
berdasarkan hasil uji yang akan dilakukan.
a. Uji Box-M
- H0: Menunjukkan varians dari masing-masing kelompok relatif
sama (homogen) (sig ≥ 0.05).
- H1: Menunjukkan varians dari masing-masing kelompok relatif
berbeda (heterogen) (sig ≤ 0.05).
b. Uji Korelasi Kanonik
- H0: Hubungan keeratan antara variabel independen dan variabel
dependen rendah (nilai canonical correlation dan R square
mendekati 0).
- H1: Hubungan keeratan antara variabel independen dan variabel
dependen tinggi (nilai canonical correlation dan R square
mendekati angka 1).
c. Uji Tabel Wilks Lambda
- H0: Model yang terbentuk antar kelompok cenderung sama (sig ≥
0.05; nilai wilks’ lambda mendekati 1).
- H1: Model yang terbentuk antar kelompok berbeda (sig ≤ 0.05;
nilai wilks’ lambda mendekati 0).
40
d. Uji Tes Rata-Rata Grup
- H0: Variabel independen tidak signifikan berpengaruh terhadap
variabel dependen (sig ≥ 0.05; nilai wilks’ lambda mendekati 1).
- H1: Variabel independen signifikan berpengaruh terhadap
variabel dependen (sig ≤ 0.05; nilai wilks’ lambda mendekati 0).
e. Uji Klasifikasi
- H0: Identifikasi ketepatan klasifikasi rendah (original grouped
correctly classified mendekati 0%).
- H1: Identifikasi ketepatan klasifikasi tinggi (original grouped
correctly classified mendekati 100%).
2. Uji Parsial
Ditujukan untuk mengkonfirmasi ada atau tidaknya pengaruh variabel
independen secara bersama-sama terhadap varibel dependen
berdasarkan hasil uji yang akan dilakukan.
a. Uji Klasifikasi Koefisien
- H1: Variabel independen memiliki kontribusi tinggi terhadap
klasifikasi di dalam variabel dependen (bentuk koefisien positif
(+); memilki angka koefisien yang besar).
- H1: Variabel independen memiliki kontribusi rendah terhadap
klasifikasi di dalam variabel dependen (bentuk koefisien negatif
(-); memilki angka koefisien yang lebih kecil).
41
3.6 Populasi Penelitian
Penelitian ini khusus mengkaji nation branding dengan melibatkan 99
negara di dunia yang memiliki nation branding dan dikelompokkan berdasarkan
pembangunan ekonomi yaitu negara maju dan berkembang. Hal ini dilakukan untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik dan lebih besar tingkat kebenarannya. Rincian
keseluruhan data negara-negara tersebut di paparkan sebagai berikut:
Tabel 3.2. Populasi Penelitian
Kawasan Sub Kawasan Negara Jumlah Negara
Amerika (17)
Amerika Utara Amerika Serikat, Kanada 2 Amerika Tengah Meksiko,Panama, Guatemala, Costa Rika 4
Amerika Selatan Brazil, Argentina, Chili, Kolombia, Peru, Uruguay, Ekuador, Bolivia, Paraguay 9
Karibia Republik Dominik, Trinida dan Tobago 2
Eropa (32)
Eropa Utara Estonia, Islandia, Latvia, Lithuania, Inggris, Swedia, Norwegia, Denmark, Irlandia, Finlandia 10
Eropa Barat Jerman, Perancis, Swiss, Belanda, Austria, Belgia, Luxemburg 7 Eropa Selatan Italia, Spanyol, Portugal, Yunani, Slovenia, Serbia, Kroasia 7 Eropa Timur Rusia, Polandia, Republik Ceko, Romania, Hungaria, Slovakia,
Ukraina, Bulgaria 8
Oceania (2)
Australia & New Zealand Australia, Selandia Baru 2
Asia (34)
Asia Timur Tiongkok, Korea Selatan, Hongkong, Jepang 4
Asia Tenggara Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, Singapura, Vietnam, Myanmar 7
Asia Selatan India, Iran, Bangladesh, Pakistan, Srilanka, Nepal 6
Asia Barat Uni Emirates ArabArab Saudi, Turki, Israel, Qatar, Kuwait, Irak, Oman, Azerbaijan, yemen, Bahrain, Jordan, Lebanon, Cyprus 14
Asia Tengah Kazakhstan, Uzbekistan, Turkmenistan 3
Afrika (14)
Afrika Utara Mesir, Algeria, Sudan, Moroko, Tunisia, Libya 6
Afrika Timur Kenya, Ethiopia, Tanzania 3 Afrika Tengah Angola, Republik Demokratik Kongo 2 Afrika Selatan Afrika Selatan 1 Afrika Barat Nigeria, Ghana 2
Total 99
Sumber: Data Olahan Peneliti (2017)
42
3.7 Jadwal Penelitian
Berdasarkan keseluruhan proses pembuatan proposal, rancangan penelitian,
pencarian data, reduksi data, uji statistik, interpretasi statistik hingga analisa nation
branding dalam hubungan internasional memiliki rentang durasi penelitian yang
panjang, Detail waktu durasi penelitian yang dilakukan tergambarkan pada tabel
berikut ini:
Tabel 3.3. Jadwal Penelitian
Aktivitas
Waktu (Bulan dan Minggu)
Juli (2017)
Agustus (2017)
September (2017)
Oktober (2017)
November (2017)
Desember (2017) -
Desember 2018
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pra Riset
Pembuatan proposal penelitian
Bimbingan proposal
Seminar usul penelitian
Pengumpulan data
Kelola data
Analisis data
Bimbingan hasil
Seminar hasil
Penyusunan naskah skripsi
Bimbingan skripsi
Sidang skripsi
Sumber: Dibuat oleh peneliti (2018)
43
3.8 Sistematika Penulisan
Penelitian ini berisi enam bab yang disusun secara sistematis dan terstruktur
sesuai dengan kaidah peraturan penulisan karya ilmiah. Tiap bab pada penelitian
ini berisikan sub bab-sub bab yang berisikan informasi-infomasi penting yang dapat
menunjang proses dan analisa penelitian. Paparan isi tiap bab beserta sub-babnya
akan dijabarkan sebagai berikut:
Bab I (Pendahuluan): Bab ini berisi deskripsi mengenai masalah pergeseran
nation branding di berbagai negara yang melatarbelakangi penelitian ini. Pada bab
ini juga berisi rumusan masalah, batasan penelitian, serta tujuan dan manfaat
penelitian yang dibagi menjadi dua kegunaan yaitu: manfaat praktis dan keilmuan.
Bab II (Tinjauan Pustaka): Bab ini berisi beberapa penelitian terdahulu seperti:
Qin Sun, Hlynur Gudjonsson, Simon Anholt, dan Ying Fan dan menjabarkan
konsep-konsep yang akan digunakan seperti: nation branding, developed dan
developing countries berdasarkan pembangunan ekonomi negara, serta soft power.
Untuk menutup bab II, dalam penelitian ini dipaparkan kerangka berpikir yang
dibangun untuk menjelaskan alur berpikir penulis.
Bab III (Metode Penelitian): Bab ini berisikan keputusan dalam memilih
pendekatan kuantitatif dengan variabel independen yaitu nation branding dan
variabel dependen yaitu klasifikasi negara berdasarkan pembangunan ekonomi
dengan sumber data sekunder, serta pengumpulan data yang diperoleh dari berbagai
sumber seperti World Bank, World Economic Forum, United Nation, The United
Nations Conference on Trade and Development, The Anholt-GfK Nation Brands
IndexSM, Brand Finance, situs pemerintah negara-negara maju dan negara
44
berkembang. Teknik analisa yang digunakan adalah analisa diskriminan berganda
yang terdiri atas pengujian-pengujian statistika seperti: test equality of group
means, box-m, canonical correlation, wilks’ lambda, classification function
coefficiemts, dan classification result. Untuk menutup bab III, dalam penelitian ini
dipaparkan hipotesis, populasi penelitian, dan ditutup oleh sistematika penulisan.
Bab IV (Gambaran Umum): Bab ini berisi gambaran umum mengenai kondisi
dimensi dan faktor-faktor pembangun nation branding di dalam kategori negara
maju dan berkembang, performa dimensi dan faktor pembangun nation branding,
outcome nation branding, performa outcome nation branding, kondisi nation
branding negara-negara di dunia berdasarkan rating dan nilainya (value), serta
pengelompokkan negara berdasarkan pembangunan perekonomiannya yaitu:
negara maju dan berkembang.
Bab V (Pembahasan): Bab ini berisikan hasil uji beda dimensi dan faktor
pembangun nation branding di dalam negara maju dan negara bekembang, analisa
hasil uji beda dimensi dan faktor pembangun nation branding di negara maju dan
negara berkembang, pemetaan dimensi dan faktor pembangunnya, serta terdapat
analisa hubungan antara nation branding, soft power, dan interdependensi dalam
keilmuan hubungan internasional.
Bab VI (Penutup): Bab ini berisi uraian kesimpulan yang akan menjawab
pertanyaan penelitian, memberikan saran dan rekomendasi strategis kepada negara
maju dan negara berkembang dan penelitian selanjutnya.
45
BAB IV
GAMBARAN UMUM
Metode dan variabel yang telah ditetapkan digunakan untuk membantu
memaparkan data aktual dan gambaran keseluruhan penelitian. Pada bab ini kondisi
dan performa variabel-variabel penelitian akan dijelaskan dan dikomparasikan
secara rinci antar negara bahkan dunia. Penjelasan ini yang nantinya akan
digunakan sebagai landasan data penelitian.
4.1. Dimensi Pembangun Nation Branding
Evaluasi terhadap nation branding dalam penelitian ini mengacu pada
nation brand hexagon yang dibangun oleh Anholt, dengan enam dimensi yaitu:
ekspor, pariwisata, investasi, pemerintah, masyarakat, hingga budaya. Kualitas
brand diprediksi akan berpengaruh terhadap nilai pendapatan dari tiap dimensi
yang serupa. Kerangka di atas nantinya digunakan untuk melihat nation branding
mana yang unggul dalam membangun perekonomian negara, baik di negara maju
dan negara berkembang.
4.1.1 Dimensi Ekspor
Dimensi ekspor dalam penelitian ini dimaksudkan bahwa produk yang akan
diekspor atau dijual sebaiknya memiliki nilai dan kualitas yang unggul. Kualitas ini
nantinya diprediksi akan mempengaruhi pemasukan negara dari ekspor. Dimensi
46
ekspor diukur berdasarkan tiga faktor pembangunnya yaitu local supplier quality,
production process sophistication, dan value chain breadth. Keseluruhan
pengukuran tersebut berasal dari global competitiveness index yang
merepresentasikan tingkat daya saing suatu negara dalam sektor perdagangan
internasional. Ketiga faktor tersebut menggunakan indeks yang sama dengan nilai
antara 1 hingga 7. Nilai indeks 1 merepresentasikan kualitas produk ekspor negara
paling buruk, dan nilai indeks 7 merepresentasikan kualitas produk ekspor negara
paling berkualitas.
Tabel 4.1. Komparasi Faktor-Faktor Pembangun Dimensi Ekspor Negara Maju dan Berkembang31
Statistics Local Supplier Quality
(Indeks 1-7) Production Process
Sophistication (Indeks 1-7)
Value Chain Breadth (Indeks 1-7)
Negara Maju
Negara Berkembang Global Negara
Maju Negara
Berkembang Global Negara Maju
Negara Berkembang Global
N Valid 37 54 91 37 54 91 37 54 91
Mean 5.2 4.3 4.7 5.0 4.0 4.4 4.6 4.0 4.2
Median 5.3 4.3 4.6 5.1 3.9 4.2 4.4 3.9 4.1
Std. Deviation 0.5 0.5 0.7 1.0 0.7 1.0 0.8 0.6 0.8
Range 2.1 2.7 3.6 3.3 3.3 4.1 2.8 2.9 3.5
Minimum 4.2 2.7 2.7 3.2 2.4 2.4 3.3 2.6 2.6
Maximum 6.3 5.4 6.3 6.5 5.7 6.5 6.1 5.5 6.1 Sumber: Hasil Olahan Data SPSS (2018)
Local supplier quality merupakan faktor pertama yang sangat penting bagi
kegiatan ekspor. Data aktual negara-negara maju dan berkembang, serta dunia
menunjukkan bahwa secara umum kondisi local supplier quality cenderung berada
pada level menengah ke atas. Hal ini dibutikan sebanyak 56% negara-negara di
dunia memiliki indeks di atas nilai tengah dunia. Adanya nilai rata-rata yang tinggi
baik di negara maju dan negara berkembang ternyata diikuti oleh tingkat
31 Lihat Lampiran 1B dan 2B
47
kesenjangan yang tinggi pula antara negara yang terbaik dan terendah. Berdasarkan
kondisi tersebut negara maju secara umum memiliki nilai local supplier quality
yang berkualitas, sedangkan negara berkembang secara umum lebih rendah dan
cenderung berkualitas buruk.
Production process sophistication menjadi faktor kedua dalam dimensi
ekspor. Data aktual negara-negara maju dan berkembang, serta dunia juga
menunjukkan bahwa kondisi production process sophistication cenderung berada
pada level menengah ke atas. Hal ini dilihat dari 64% negara-negara di dunia
memiliki kualitas di atas nilai tengahnya. Perbedaan juga terlihat pada negara maju
dan negara berkembang yang mana 68% negara maju memiliki indeks di atas rata-
rata dunia atau secara umum unggul dan menjadi production process sophistication
terbaik di dunia. Sedangkan hanya sepertiga negara berkembang yang memiliki
nilai di atas rata-rata dunia.
Faktor ketiga yang juga penting dalam dimensi ekspor adalah value chain
breath. Data aktual negara-negara maju dan berkembang serta dunia menunjukkan
bahwa secara umum kondisi value chain breath cenderung berada pada level
menengah ke atas. Nilai rata-rata dunia cenderung lebih besar dibandingkan dengan
nilai tengahnya, namun jika dibandingkan antara kelompok negara maju dan
berkembang keduanya memiliki beberapa perbedaan. Negara maju memiliki nilai
relatif tinggi dengan simpangan rendah sedangkan negara berkembang memiliki
nilai yang relatif lebih rendah. Atas kondisi tersebut negara maju secara umum hadir
sebagai negara dengan value chain breath terbaik di dunia.
Berdasarkan paparan di atas dapat dilihat bahwa ketiga faktor pada negara
maju dan negara berkembang saat ini tengah berada pada level yang sama yaitu
48
menengah ke atas. Faktor local supplier quality hadir sebagai indikator yang
menajadi nilai paling tinggi disusul faktor production process sophistication, dan
value chain breath. Bagi negara berkembang baik production process
sophistication dan value chain breath memiliki nilai sama, dan berada setelah
setelah local supplier quality. Kondisi dimensi ekspor pada kedua kelompok negara
dapat dirangkum sebagaimana gambar berikut .
Gambar 4.1. Komparasi Performa Dimensi Ekspor Negara Maju dan Berkembang32 Sumber: Hasil Olahan Data SPSS (2018)
Gambar di atas menunjukkan bahwa dimensi ekspor negara maju memiliki
performa yang cenderung unggul dibandingkan dengan negara berkembang.
Hampir 80% negara maju berada di atas nilai rata-rata dunia, sedangkan lebih dari
sebagian negara berkembang berada di bawahnya. Kelompok negara maju
menguasai performa di tiga faktor atau keseluruhan faktor yaitu local supplier
quality, production process sophistication, dan value chain breadth. Selain itu
sebaran data di negara maju cenderung lebih heterogen dan tinggi. Sedangkan di
negara berkembang sebaran datanya terlihat lebih homogen dan rendah. Hal ini
32 Lihat Lampiran 1B dan 2B
49
menunjukkan bahwa kualitas dimensi ekspor negara maju jauh lebih unggul
dibandingkan dengan negara berkembang.
4.1.2 Dimensi Pariwisata
Dimensi pariwisata diterjemahkan dalam penelitian ini sebagai kemudahan
dalam izin dan regulasi visa untuk wisatawan asing, kualitas infrastruktur, hingga
manajemen dalam sektor pariwisata; yang sebaiknya memiliki kualitas yang
unggul. Faktor tersebut nantinya diprediksi akan mempengaruhi keputusan para
turis dalam menentukan destinasi wisata, jumlah wisata asing yang datang dalam
suatu negara, serta besarnya pengeluaran yang akan dilakukan wisatawan pada
negara tujuan wisatanya. Atas pertimbangan ini dimensi pariwisata dijelaskan
berdasarkan empat faktor pembangunnya yaitu: quality of tourism infrastructure,
attractiveness of natural assests, quality of air transport infrastructure, dan visa
requirement.
Ketiga elemen tersebut diukur dan didapatkan berdasarkan global
competitiveness index dari the travel and tourism competitiveness report. Faktor-
faktor pembangun dimensi pariwisata menggunakan nilai indeks yang berbeda.
Visa requirement menggunakan indeks nilai 0 hingga 100; semakin mendekati nilai
0 menandakan negara tersebut memiliki regulasi visa yang sangat kompleks dan
adanya restriksi yang cukup tinggi dalam proses penyortiran turis asing. Indeks
yang mendekati nilai 100 menunjukkan negara tersebut memiliki tingkat regulasi
visa yang cenderung lebih terbuka dan memberikan kemudahan pada negara
tertentu dalam mengajukan visa on arrival hingga visa free. Ketiga elemen lainnya
menggunakan nilai indeks yang sama berkisar antara 1 hingga 7. Nilai indeks 1-7
dapat diartikan semakin mendekati 1 berarti quality of tourism infrastructure,
50
attractiveness of natural assests, serta quality of air transport infrastructure sangat
rendah, sedangkan semakin mendekati 7, maka ketiga elemen tersebut memiliki
kualitas sangat unggul.
Tabel 4.2. Komparasi Faktor-Faktor Pembangun Dimensi Pariwisata Negara Maju dan Berkembang33
Statistics Quality of Tourism Infrastructure
(Indeks 1-7) Attractiveness of Natural
Assets (Indeks 1-7)
Quality of Air Transport Infrastructure
(Indeks 1-7) Visa Requirement Index
(Indeks 1-100) Negara Maju Negara
Berkembang Global Negara Maju Negara
Berkembang Global Negara Maju Negara
Berkembang Global Negara Maju Negara
Berkembang Global
N Valid 37 54 91 37 54 91 37 54 91 37 54 91 Mean 5.1 4.6 4.8 5.2 4.8 5 5.1 4.5 4.8 23 36.3 30.9
Median 5.3 4.6 4.8 5.3 5.1 5.2 5.4 4.6 4.8 24 32.5 24 Std.
Deviation 0.8 1.0 0.9 1.0 1.1 1.0 0.9 1.0 1.0 6.5 23.1 19.3
Range 3.0 4.9 4.9 4.1 4.1 4.3 3.1 4.7 4.7 46 89 89
Minimum 3.2 1.8 1.8 2.7 2.5 2.5 3.4 2.2 2.2 4.0 0.0 0.0
Maximum 6.2 6.7 6.7 6.8 6.6 6.8 6.5 6.9 6.9 50 89 89 Sumber: Hasil Olahan Data SPSS (2018)
Quality of tourism infrastructure merupakan satu dari empat elemen penting
dalam dimensi pariwisata. Negara-negara di dunia menunjukkan kualitas
infrastruktur pariwisata saat ini berada pada level menengah ke atas, dan sebanyak
59% dari keseluruhan negara di dunia berada pada kondisi ini. Jika ditinjau dari dua
kelompok negara, kualitas infrastruktur pariwisata di negara maju lebih baik
dibandingkan dengan di negara berkembang.
Attractiveness of natural assests merupakan faktor kedua dalam dimensi
parwisata. Data aktual negara-negara di dunia menunjukkan nilai attractiveness of
natural assests berada pada level menengah ke atas. Hal ini ditunjukkan oleh 58%
negara-negara di dunia yang memiliki rata-rata di atas nilai tengah dunia. Negara
maju muncul sebagai negara dengan performa terbaik diikuti oleh nilai rata-rata dan
33 Lihat Lampiran 1C dan 2C
51
nilai maksimal tertinggi, sedangkan negara berkembang menunjukkan performa
yang lebih rendah.
Quality of air transport infrastructure merupakan faktor ketiga berikutnya
yang penting dalam dimensi pariwisata. Data aktual negara-negara di dunia
menunjukkan nilai kualitas infrastruktur transportasi udara yang berada pada level
menengah ke atas. Sebanyak 69% negara-negara berada di atas rata-rata dunia.
Indeks performa quality of air transport infrastructure tertinggi terdapat di negara
maju, dan negara berkembang cenderung berada di bawahnya. Uniknya negara
yang memiliki kualitas tertinggi pada indikator ini adalah negara berkembang
dengan nilai mencapai 6.9 dari 7.0. Meskipun begitu tidak membuat kelompok
negara berkembang memiliki kualitas dan performa yang baik pula di dunia.
Visa requirement merupakan faktor terakhir dalam dimensi pariwisata.
Data-data aktual negara-negara di dunia menunjukkan bahwa rata-rata nilai indeks
visa negara-negara di dunia bahkan tidak mencapai nilai 50 yang merupakan nilai
tengahnya. Sebanyak 67% negara-negara memiliki indeks di bawah rerata dunia
yang artinya secara umum negara-negara di dunia memiliki peraturan dan regulasi
yang cukup protektif terhadap kedatangan wisatawan asing. Negara maju terlihat
lebih tertutup dan memiliki resriksi yang cukup ketat, sedangkan negara
berkembang lebih memiliki restriksi yang cukup terbuka dan lebih mudah.
Berdasarkan paparan data di atas, keempat faktor menunjukkan hasil yang
sedikit berbeda. Meskipun infrastruktur dan daya pikat natural assests negara-
negara di dunia cenderung berada pada level menengah ke atas, namun nyatanya
tidak membuat negara tersebut juga mempermudah dengan sebebas-bebasnya
peraturan dan izin masuk bagi wisatawan asing. Attractiveness of natural assests
52
di sisi lain hadir sebagai faktor yang paling unggul dalam elemen pariwisata, hal ini
diikuti oleh kondisi nilai attractiveness of natural assests yang juga sebagai nilai
tertinggi pada tiap negara. Kondisi pada kedua kelompok negara dengan begitu
dapat dirangkum sebagaimana gambar berikut.
Gambar 4.2. Komparasi Performa Dimensi Pariwisata Negara Maju dan Berkembang34 Sumber: Hasil Olahan Data SPSS (2018)
Performa dimensi pariwisata berdasarkan gambar antara negara maju dan
negara berkembang cenderung serupa, hal ini terlihat bahwa garis rata-rata dunia
hampir segaris dengan rata-rata performa kedua negara. Hanya saja negara maju
sedikit lebih unggul karena sebaran data negara yang memiliki nilai di bawah rata-
rata cenderung lebih sedikit, sedangkan lebih dari sebagian negara berkembang
memiliki populasi yang berada jauh di bawah rata-rata dunia sebesar 6.21 bahkan
ada yang memiliki indeks 3.0 sebagai indeks yang terkecil. Selain itu negara-negara
maju memiliki performa yang lebih homogen dibandingkan negara berkembang
yang cenderung heterogen performanya. Artinya negara maju memiliki kondisi
infratruktur dan daya tarik aset wisata yang berkualitas.
34 Lihat Lampiran 1C dan 2C
53
4.1.3 Dimensi Investasi
Dimensi investasi diterjemahkan dalam penelitian ini sebagai kemampuan
negara dalam menciptakan lingkungan investasi yang baik untuk menarik investor
asing agar tergerak menanamkan sejumlah investasinya di dalam suatu negara.
Lingkungan investasi yang dimaksud berupa kemudahan, keterbukaan investasi,
jaminan regulasi hukum atas kegiatan investasi langsung, kesempatan peluang
investasi, kualitas infrastruktur negara secara keseluruhan, hingga biaya yang harus
dikeluarkan investor untuk memulai bisnis ataupun investasi langsung. Dimensi ini
berpotensi menjadi pemicu banyaknya investor yang datang pada suatu negara dan
meningkatkan nilai investasi negara yang masuk.
Dimensi investasi dijelaskan berdasarkan beberapa faktor-faktor
pembangunnya yaitu: market size, bussiness impact on FDI, dan overall
infrastructure. Ketiga faktor tersebut diukur dari data global competitiveness report
yang merepresentasikan tingkat daya saing suatu negara dalam sektor investasi
dengan nilai indeks yang sama yaitu antara 1 hingga 7. Negara yang memiliki
indeks nilai mendekati 1 menandakan besarnya market size, kualitas bussiness
impact on FDI, dan overall infrastructure yang rendah, sedangkan semakin
mendekati 7 ketiga faktor tersebut memiliki kualitas terbaik. Besarnya indeks
tersebut juga mengindikasikan seberapa baik lingkungan bisnis dan investasi negara
sehingga mampu menjadikannya sebagai negara tujuan investasi.
54
Tabel 4.3. Indeks Indikator Dimensi Investasi di Negara Maju dan Berkembang35
Statistics Market Size (Indeks 1-7)
Bussiness Impact on FDI (Indeks 1-7)
Quality of Overall Infrastructure
(Indeks 1-7) Negara Maju Negara
Berkembang Global Negara Maju Negara
Berkembang Global Negara Maju Negara
Berkembang Global
N Valid 37 54 91 37 54 91 37 54 91
Mean 4.6 4.4 4.5 5.0 4.6 4.7 5.0 4.0 4.4 Median 4.5 4.5 4.5 5.2 4.5 4.8 4.9 4.1 4.4
Std. Deviation 1.0 0.9 1.0 0.7 0.8 0.8 0.8 1.0 1.1 Range 4.4 4.1 4.5 2.7 3.3 3.3 3.3 4.6 4.6
Minimum 2.5 2.9 2.5 3.3 2.8 2.8 3.3 2.0 2.0 Maximum 6.9 7.0 7.0 6.0 6.1 6.1 6.0 6.8 6.8
Sumber: Hasil Olahan Data SPSS (2018)
Market Size merupakan salah satu faktor yang penting bagi dimensi
investasi. Data aktual negara-negara di dunia menunjukkan bahwa faktor ini berada
pada level menengah ke atas atau memiliki potensi yang besar dalam meningkatkan
nilai investasinya. Terdapat 52% negara yang memiliki rata-rata market size di atas
nilai tengah dunia. Meskipun hanya sebagian, namun performa negara maju di
dalam faktor ini menjadi yang tertinggi sedangkan negara berkembang cenderung
sedikit lebih rendah dan berada di bawahnya.
Bussiness impact on FDI menjadi faktor penting dalam kegiatan investasi.
Data yang terkumpul menunjukkan bahwa negara-negara di dunia pada faktor ini
memiliki tingkat regulasi dan peraturan yang cukup terbuka. Sebanyak 54% negara-
negara di dunia memiliki indeks rata-rata di atas nilai tengah dunia. Negara maju
memiliki performa lebih tinggi dibandingkan dengan negara berkembang. Uniknya
nilai indeks negara berkembang adalah yang tertinggi dan juga terendah di dunia,
serta memunculkan simpangan yang besar pula.
35 Lihat Lampiran 1D dan 2D
55
Quality of overall infrastructure merupakan faktor terakhir dalam dimensi
investasi. Data yang ada menunjukkan kualitas seluruh infrastuktur negara-negara
dunia berada pada level menengah. Hal ini dapat dilihat dari persentase negara yang
memiliki nilai di atas dan di bawah rata-rata dunia sebesar 1:1. Jika dilihat
berdasarkan dua kelompok negara, maka negara maju cenderung memiliki nilai
rata-rata dan nilai tengah yang lebih besar dibandingkan dengan negara
berkembang. Oleh karena itu, negara maju hadir sebagai negara performa quality
of overall infrastructure terbaik.
Berdasarkan paparan di atas, ketiga faktor menunjukkan peforma yang
berbeda-beda. Negara maju unggul di seluruh indikator investasi. Namun khusus
pada indikator bussiness impact on FDI peforma negara maju dan negara
berkembang tidak terlihat begitu berbeda. Hal ini menandakan bahwa negara maju
dan negara berkembang sebenarnya bersaing dalam menguasai dan memperluas
peluang masuknya investasi asing. Kondisi pada kedua kelompok negara dapat
dirangkum sebagaimana gambar berikut:
Gambar 4.3. Komparasi Performa Dimensi Investasi di Negara Maju dan Berkembang36 Sumber: Hasil Olahan Data SPSS (2018)
36 Lihat Lampiran 1D dan 2D
56
Gambar di atas menunjukkan performa faktor investasi negara maju jauh
lebih unggul dibandingkan dengan negara berkembang. Hal ini dapat dilihat bahwa
lebih dari setengah negara maju berada di atas garis rata-rata dunia sebesar 6.94 dan
bahkan memiliki rata-rata performa investasi yang lebih tinggi dibandingkan rerata
negara-negara dunia. Sedangkan negara-negara berkembang umumnya justru
berada jauh di bawah rata-rata dunia. Meskipun begitu, nyatanya terdapat negara-
negara yang memiliki nilai tinggi dan rendah yang cukup ekstrem. Singapore dan
Hongkong merupakan negara berkembang yang memiliki rata-rata yang sangat
tinggi atau bahkan setara dengan kelompok negara maju. Kedua negara ini dapat
dikatakan bersaing dengan negara maju. Sedangkan Yemen merupakan negara
dengan performa paling rendah bahkan di dunia.
4.1.4 Dimensi Pemerintahan
Dimensi pemerintahan diterjemahkan dalam penelitian ini sebagai kualitas
pemeritahan negara yang baik (good governance) cenderung menjadikan negara
mampu memiliki pertumbuhan yang pesat, menghasilkan ekonomi yang inklusif
serta memiliki perkembangan sosial yang baik. Good governance diprediksi
menghasilkan pemerintahan yang efektif dan berkompeten. Sedangkan rule of law
merepresentasikan kecenderungan negara dalam kepatuhan dan penerapan
kedisiplinan terhadap aturan, hukum, dan kedilan yang berlaku demi menjaga
stabilitas negaranya. Negara yang memiliki ciri-ciri yang disebutkan di atas
cenderung memiliki transparansi, integritas dan akuntabilitas yang tinggi sehingga
akan lebih mudah dalam menjalin kerjasama. Oleh karena itu, faktor government
effectiveness dan rule of law dipilih sebagai salah satu faktor pembangun nation
branding khususnya di dalam dimensi pemerintahan.
57
Government effectiveness dan rule of law diukur dengan menggunakan
indeks dari world economic forum dan world bank. Indeks ini menjelaskan
efektifitas pemerintahan, kualitas tata aturan dan hukum, serta kedilan di negara-
negara dunia. Faktor-faktor tersebut menggunakan indeks nilai dari -2.5 hingga 2.5.
Negara yang memiliki indeks nilai mendekati -2.5 menunjukkan pemerintahan
dalam negara tersebut semakin tidak efektif dan memiliki kualitas tata aturan serta
hukum yang buruk, sedangkan semakin mendekati nilai 2.5 menandakan negara
tersebut memiliki kualiatas pemerintahan yang baik (good governance), kualitas
aturan, hukum, dan keadilan bagi seluruh masyakatnya.
Tabel 4.4. Indeks Indikator Dimensi Pemerintah Negara Maju dan Berkembang37
Statistics Government Effectiveness
Indeks (-2.5 - 2.5) Rule of Law
Indeks (-2.5 - 2.5) Negara Maju
Negara Berkembang Global Negara
Maju Negara
Berkembang Global
N Valid 37 54 91 37 54 91 Mean 1.1 0.03 0.5 1.1 -0.1 0.4
Median 1.3 -0.03 0.3 1.4 -0.2 0.3
Std. Deviation 0.7 0.7 0.9 0.8 0.7 1.0
Range 2.6 4.0 4.0 2.8 3.4 3.7
Minimum -0.6 -1.8 -1.8 -0.8 -1.6 -1.6
Maximum 2.0 2.2 2.2 2.0 1.8 2.0 Sumber: Hasil Olahan Data SPSS (2018)
Government effectiveness merupakan faktor pertama dalam dimensi
pemerintahan. Data aktual negara-negara di dunia menunjukkan tingkat efektifitas
pemerintahan cenderung berada pada level menengah. Rata-rata keefektifan
negara-negara di dunia mencapai nilai 0.5 dan lebih besar dibandingkan dengan
nilai nilai tengahnya. Sebanyak 48% negara di dunia memiliki rata-rata di atas nilai
37 Lihat Lampiran 1E dan 2E
58
tengah dunia. Berdasarkan data ini berarti hanya sebanyak 44 negara di dunia yang
memiliki indeks pemerintahan yang efektif sedangkan 47 negara lainnya masih
berada berada di bawah indeks keefektifan pada umumnya. Negara maju
merupakan negara yang memiliki tingkat efektifitas pemerintahan yang tinggi.
Terdapat satu dari negara berkembang memiliki indeks terbaik di dunia, meskipun
negara berkembang sendiri secara umum memiliki perfroma indikator yang lebih
rendah dibandingkan dengan negara maju.
Rule of Law juga merupakan faktor pembangun dimensi pemerintahan. Data
terkumpul menunjukkan tingkat rule of law negara-negara dunia berada pada level
menengah. Artinya negara-negara di dunia cenderung patuh terhadap hukum dan
peraturan yang berlaku. Negara maju merupakan negara yang memiliki indeks rule
of law tertinggi di dunia, dan negara berkembang cenderung lemah. Terdapat
sebanyak 72% negara maju yang memiliki indeks di atas nilai tengah dunia,
sedangkan 65% negara berkembang jatuh berada di bawah nilai tengah dunia. Hal
ini menunjukkan bahwa performa rule of law negara maju lebih unggul jika
dibandingkan dengan negara berkembang.
Berdasarkan paparan di atas, faktor government effectiveness merupakan
faktor yang unggul dibandingkan dengan rule of law dalam dimensi pemerintahan.
Negara maju hadir sebagai negara yang unggul dalam dimensi ini sedangkan negara
berkembang hanya memiliki nilai indeks yang cenderung tinggi di dalam faktor
government effectiveness. Komparasi performa dimensi ini dapat dilihat pada
gambar berikut ini:
59
Gambar 4.4. Komparasi Performa Dimensi Pemerintahan Negara Maju dan Berkembang Sumber: Hasil Olahan Data SPSS (2018)
Gambar di atas menunjukkan performa pemerintahan negara maju jauh
lebih tinggi dibandingkan dengan berkembang. Negara maju umumnya memiliki
performa di atas nilai tengah dunia sebesar 5.61, sedangkan negara berkembang
umumnya berada di bawahnya. Meskipun begitu terdapat beberapa negara yang
dianggap memiliki nilai ekstrem yang tinggi dan rendah di negara berkembang.
4.1.5 Dimensi Masyarakat
Dimensi masyarakat dalam penelitian ini diterjemahkan sebagai kualitas
sumber daya manusia yang bermutu. Hal ini diprediksi dapat meningkatkan
produktifitas, daya saing, dan human development masyarakat dalam suatu negara.
Suatu negara dalam proses perwujudanya, hendaknya tidak hanya berfokus pada
kompetensi sumber daya manusia saja, melainkan dibutuhkan daya toleransi yang
tinggi dan penguasaan yang cukup terhadap teknologi terkini. Atas pertimbangan
di atas maka ketiga faktor tersebut dirangkum kedalam tingkat human resource
creativity negara yang merupakan faktor pembangun pada dimensi masyarakat.
Human resource creativity memiliki rentang nilai indeks 0 hingga 1. Negara dengan
60
nilai indeks mendekati nilai 0 menandakan negara tersebut memiliki nilai
produktifitas, daya saing, dan kompetensi yang rendah; sedangkan semakin
mendekati 1 menunjukkan kualitas masyarakat yang tinggi.
Tabel 4.5. Indeks Indikator Dimensi Masyarakat Negara Maju dan Berkembang38
Statistics Human Resource Creativity
(Indeks 0-1)
Negara Maju Negara Berkembang Global
N Valid 37 54 91
Mean 0.7 0.4 0.5
Median 0.8 0.4 0.5
Std. Deviation 0.2 0.2 0.3
Range 0.5 0.9 1.0
Minimum 0.4 0.07 0.07
Maximum 0.97 0.9 0.97 Sumber: Hasil Olahan Data SPSS (2018)
Berdasarkan data yang ada, human resource creativity negara-negara di
dunia saat ini berada pada level menengah, dengan nilai tengah dan nilai rata-rata
0.5 yang juga sebagai batas nilai indeks keumumannya di dunia. Data ini
menunjukkan bahwa kualitas masyarakat pada negara-negara di dunia memiliki
nilai produktifitas, daya saing, dan kompetensi masyarakat yang modern. Jika
dibandingkan kondisi ini pada dua kelompok negara, justru memiliki kondisi
berbeda dan menunjukkan hasil yang berbanding terbalik. Masyarakat di negara
maju memiliki kondisi kualitas masyarakat yang berada pada level menengah
tinggi, sedangkan negara berkembang berada pada level menengah rendah. Di
samping adanya perbedaan tersebut, kedua kelompok negara juga memiliki
persamaan, yaitu nilai simpangan yang sama besarnya. Dengan nilai std. deviation
38 Lihat Lampiran 1E dan 2E
61
sebesar 0.2, yang menunjukkan bahwa human resource creativity yang tersebar di
negara maju dan negara berkembang memiliki keragaman yang relatif sama.
Gambar 4.5. Komparasi Performa Dimensi Masyarakat di Negara Maju dan Berkembang39 Sumber: Hasil Olahan Data SPSS (2018)
Berdasarkan paparan di atas dapat diartikan bahwa negara maju memiliki
kualitas masyarakat yang lebih unggul dari negara berkembang. Namun terdapat
satu keunikan yang terjadi di negara berkembang. Negara berkembang meski
tertinggal jauh bahkan jika dibandingkan dengan rata-rata dunia, nyatanya terdapat
satu negara berkembang yang memiliki nilai kualitas masyarakat yang ekstrem
tinggi yaitu Singapura. Singapura bahkan dapat dikatakan bersaing dengan negara
maju, hal ini juga tercerminkan bahwa masyakat di Singapura mendapatkan
predikat masyarakat dengan kualitas hidup tertinggi dan menduduki peringkat
kelima di dunia.40
39 Lihat Lampiran 1E dan 2E 40 The Straits Time: Singapore Top in Asia for Quality of Living. 2018. Singapore: The Straits Time Press. Diakses melalui: https://www.straitstimes.com/business/economy/spore-top-in-asia-for-quality-of-living-poll pada tanggal 22 September 2018 pukul 22.47
62
4.1.6 Dimensi Budaya dan Kebudayaan
Dimensi masyarakat diterjemahkan dalam penelitian ini bahwa negara yang
kaya akan budaya dan kebudayaanya tidak hanya dinilai berdasarkan kepemilikan
berbagai bangunan bersejarah, pakaian adat, makanan serta kekayaan traditional
saja melainkan hingga meliputi industri budaya dan industri kreatif yang dalam hal
ini meliputi: musik, film, seni and literatur hingga industri hiburan lainnya. Atas
dasar inilah industry innovation dipilih sebagai faktor yang mempengaruhi dimensi
budaya.41
Industry innovation berdasarkan namanya menilai industri di dalam suatu
negara berdasarkan empat kompetensinya yaitu; tingkat kreatifitas, inovasi,
teknologi dan RnD. Keempat kompetensi ini diakumulasikan menjadi global
innovation terutama pada bidang industri kreatif. Industry innovation menggunakan
nilai indeks dengan rentang nilai 0 hingga 100. Negara yang memiliki nilai indeks
yang semakin mendekati 0 menggambarkan negara tersebut memiliki inovasi yang
sangat rendah dan buruk sedangkan nilai 100 mencerminkan negara yang memiliki
inovasi tinggi dan concern terhadap hasil dari produk-produk budaya dan kreatif
yang lebih ragam dan modern.
41 Global Innovation Index: Energizing thr World with Innovation. 2017. Geneva. World Intelectual Property Organization. Diakses dari: https://www.globalinnovationindex.org/gii-2018-report, pada tanggal 10 Juni 2018 pukul 18.43
63
Tabel 4.6. Indeks Indikator Dimensi Budaya Negara Maju dan
Berkembang42
Statistics Industry Innovation
Indeks (0-100)
Negara Maju Negara Berkembang Global
N Valid 37 54 91 Mean 57.9 41.0 48.0
Median 57.4 41.0 46.9 Std. Deviation 8.3 11.2 13.0
Range 28.7 72.3 72.3 Minimum 41.0 0.0 0.0 Maximum 69.7 72.3 72.3
Sumber: Hasil Olahan Data SPSS (2018)
Berdasarkan data aktual global innovation index negara-negara di dunia
berada pada level menengah kebawah. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata
negara-negara di dunia yang mencapai nilai 48 dari rentang nilai 1 hingga 100. Hal
ini menandakan bahwa di dunia tingkat kreatifitas dan inovasi negara-negara
cenderung rendah. Namun kondisi tersebut terlihat berbeda jika dilihat dari masing-
masing kelompok negara maju dan berkembang. Di negara maju industry
innovation berada pada level menengah tinggi sedangkan negara berkembang
cenderung berada pada level menengah rendah.
Negara maju memiliki performa kreatifitas dan inovasi tertinggi serta
unggul di dalam dimensi kebudayaan. Keunggulan ini juga diikuti dengan nilai
simpangan pada std.deviation yang kecil, artinya data-data yang tersebar di negara
maju cenderung seragam, atau negara maju yang memilik industry innovation
dengan nilai terkecil sekalipun ternyata memiliki performa yang cukup baik dalam
dimensi kebudayaan. Hal ini terlihat ketika negara maju cenderung menguasai pasar
42 Lihat Lampiran 1E dan 2E
64
industri kreatif dunia seperti hollywood, broadway, social media, fashion, tv.
Performa dimensi budaya negara-negara di dunia dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4.6. Komparasi Performa Dimensi Budaya di Negara Maju dan Berkembang43 Sumber: Hasil Olahan Data SPSS (2018)
Data di atas menunjukkan bahwa negara maju memiliki rata-rata yang jauh
lebih tinggi dibandingan dengan negara berkembang dan bahkan dunia. Terdapat
satu keunikan yang terlihat di negara berkembang yaitu adanya lima negara
berkembang yang dianggap memiliki nilai tinggi yang sangat ekstrem yaitu:
Singapura, Hongkong, South Korea, Israel, dan United Emirates Arab. Negara-
negara tersebut menunjukkan nilai yang sangat tinggi di negara berkembang dan
bahkan mampu bersaing dengan negara maju, yang juga menjelaskan bahwa bukan
hanya negara maju yang mampu menguasai inovasi, namun begitu juga dengan
negara berkembang. Salah satu contohnya adalah Korea Selatan yang mampu
menguasai trend fashion, musik, film dan drama, hingga kecantikan, tidak hanya di
Asia saja melainkan hingga Eropa dan Amerika.
43 Lihat Lampiran 1E dan 2E
65
4.1.7 Performa Input Nation Branding
Performa input nation branding merupakan performa keseluruhan faktor-
faktor pembangun pada tiap dimensi. Performa input ini didapatkan dengan cara
mengamulasikan seluruh nilai pada faktor-faktor pembangun di tiap masing-masing
keenam dimensi nation branding. Akumulasi keseluruhan nilai faktor
pembangunnya akan menjadi nilai performa dimensi tersebut. Nilai yang melekat
sebagai performa dimensi ini mampu menggambarkan dan menunjukkan beberapa
hal: pertama kualitas dan keunggulan tiap dimensi, kedua komparasi kualitas dan
keunggulan antara kedua kelompok negara maju dan berkembang. Hasil performa
input nation branding dan komparsinya dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 4.7. Performa Faktor-Faktor Pembangun Nation Branding44 Sumber: Hasil Olahan Data SPSS (2018)
Performa input pada gambar di atas menunjukkan bahwa dimensi nation
branding di negara maju dan negara berkembang cenderung serupa. Di negara maju
dimensi budaya dan ekspor menunjukkan performa yang tertinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa seluruh produk-produk barang dan jasa yang diproduksi oleh
44 Lihat Lampiran 1G an 2G
66
negara maju tidak hanya memiliki kualitas produk yang baik, namun juga
pengemasan yang dinilai sangat sophisticated. Sedangkan di negara berkembang
dimensi investasi dan eksporlah yang menunjukkan perfroma tertinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa negara berkembang ternyata memiliki lingkungan investasi
yang baik serta regulasi-regulasi yang cenderung terbuka bagi investor asing dan
memiliki kualitas yang hasil produksi yang yang baik pula.
Jika dilihat secara keseluruhan maka negara maju nyatanya unggul di
seluruh dimensi pembangun nation branding, namun ada beberapa hal unik yang
dapat dilihat pada kedua kelompok negara ini. Dimensi ekspor, pariwisata dan
investasi merupakan dimensi yang memiliki performa tinggi, baik di negara maju
dan negara berkembang. Hal ini juga menunjukkan bahwa kedua negara ini
sebenarnya bersaing pada ketiga dimensi tersebut. Selain itu, di negara berkembang
dimensi masyarakat merupakan dimensi yang menunjukkan performa terendah. Hal
ini menjelaskan mengapa negara tersebut digolongkan menjadi negara berkembang
salah satunya karena negara ini memiliki kualitas sumber daya manusia yang
cenderung rendah.
4.2. Outcome Nation Branding
Pendapatan pada tiap dimensi ini merupakan hasil pendapatan yang diterima
oleh negara berdasarkan besarnya nilai input dan performa dimensinya yang dalam
hal ini berupa US$. Negara yang memiliki nilai input indikator dan performa
dimensi yang tinggi maka diprediksi akan memiliki pendapatan yang tinggi pula
pada dimensi itu dan sebaliknya suatu negara yang menunjukkan nilai input
indikator dan performa dimensi yang kecil maka diprediksi juga akan berpengaruh
pada kecilnya nilai pendapatan yang diterima oleh negara itu sendiri.
67
4.2.1 Dimensi Ekspor
Nilai pendapatan dari dimensi ekspor diukur berdasarkan tiga indikator
pengaruhnya yaitu local supplier quality, production process sophistication, dan
value chain breadth yang diakumulasikan menjadi performa ekspor. Tinggi dan
rendahnya performa ekspor suatu negara akan berpengaruh terhadap besarnya nilai
pendapatan ekspor barang dan jasa yang diperoleh oleh negara tersebut. Data
pendapatan ekspor produk dan jasa ini diperoleh dari world bank pada bagian
ekspor barang dan jasa suat yang ditunjukkan dalam bentuk Dolar Amerika (US$)
sebagai satuan nilai pendapatan internasional. Komparasi besarnya pemasukan
negara akibat aktifitas perdagangan ekspor produk dan jasa dapat dilihat pada tabel
dan gambar berikut:
Tabel 4.7. Komparasi Ekspor Produk dan Jasa di Negara Maju dan Berkembang
Statistics Nilai Pendapatan Ekspor dan Jasa (US$)
Negara Maju Negara Berkembang Global
N Valid 37 54 91
Mean 317.80 milyar 144.28 milyar 214.83 milyar
Median 155.35 milyar 35.40 milyar 70.31 milyar
Std. Deviation 452.58 milyar 323.71 milyar 388.67 milyar
Range 2.20 trilyun 2.20 trilyun 2.21 milyar
Minimum 9.84 milyar 0 0
Maximum 2.21 trilyun 2.20 trilyun 2.21 milyar
Sumber: Hasil olahan data SPSS (2018)
68
Gambar 4.8. Komparasi Persebaran Eksport Good & Service di Negara Maju dan Negara Berkembang45
Sumber: Hasil olah data SPSS (2018)
Data aktual negara-negara di dunia menunjukkan bahwa pendapatan yang
diterima negara dari hasil ekspor produk dan jasa menunjukkan hasil yang
cenderung sangat kecil. Hal ini dilihat berdasarkan rata-rata nilai pendapatan
produk dan jasa dunia yang hanya sebesar 214 milyar US$, sedangkan nilai
maksimal mencapai 2 trilyun. Hanya sebanyak 26% negara-negara di dunia
memiliki pendapatan di atas nilai pendapatan rata-rata dunia dan 74% negara
memilki pendapatan yang rendah di bawah rata-rata dunia. Berdasarkan data
tersebut dapat diartikan bahwa negara-negara di dunia cenderung mendapatkan
nilai pendapatan yang cukup kecil dari hasil ekspor produk dan jasa nya. Perbedaan
pendapatan yang diterima oleh negara-negara di dunia terlihat pula di negara maju
dan negara berkembang.
Pendapatan ekspor produk dan jasa di negara maju cenderung lebih tinggi.
Hal ini dapat dilihat bahwa nilai rata-rata negara maju saja lebih besar 48% dari
nilai rata-rata dunia sebesar 0.97. Sebanyak 41% negara maju memiliki rata-rata
45 Lihat Lampiran 1F dan 2F
69
pendapatan yang lebih tinggi dan 59% lebih rendah daripada rata-rata pendapatan
dunia. Hal ini berarti 41% negara yang memiliki pendapatan tinggi merupakan
negara-negara yang mendapatkan pendapatan maksimal dari hasil kegiatan produk
dan jasa serta merupakan negara-negara yang paling banyak melakukan kegiatan
produk dan jasa. Negara berkembang justru memperlihatkan hasil yang bertolak
belakang dengan negara maju. Negara berkembang cenderung memiliki pendapatan
yang rendah dari kegiatan produk dan jasa. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata
pendapatan negara berkembang 55% lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata
pendapatan negara maju dan 33% lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata
dunia. Selain itu juga hanya dan sebanyak 17% negara berkembang yang memiliki
pendapatan di atas rata-rata dunia. Hal ini menunjukkan bahwa negara-negara
berkembang memiliki performa ekspor produk dan jasa yang cenderung rendah.
4.2.2 Dimensi Pariwisata
Nilai pendapatan dari dimensi pariwisata diukur berdasarkan empat
indikator pengaruhnya yaitu quality of tourism infrastructure, attractiveness of
natural assests, quality of air transport infrastructure, dan visa requirement yang
diakumulasikan menjadi performa pariwisata. Tinggi dan rendahnya performa
pariwisata suatu negara berpotensi berpengaruh terhadap keputusan wisatawan
untuk melakukan belanja di negara tersebut. Banyaknya transaksi belanja baik
berupa pembayaran tunai maupun non tunai dari kegiatan pada turis atau
masyarakat asing yang berkunjung pada suatu negara akan berpengaruh terhadap
besarnya pendapatan yang diterima negara tersebut. Data pendapatan ini diperoleh
dari world trade organization pada bagian international tourist receipt dan nilai
pendapatan yang dimaksud ditunjukkan dalam bentuk satuan US$ sebagai satuan
70
nilai pendapatan internasional. Komparasi besarnya pemasukan negara akibat
aktifitas turis atau masyarakat asing yang berkunjung pada suatu negara, dapat
dilihat pada tabel dan gambar berikut:
Tabel 4.8. Komparasi International Tourist Receipt di Negara Maju dan Berkembang
Statistics Nilai Pendapatan Pengeluaran Turis Asing (US$)
Negara Maju Negara Berkembang Global
N Valid 37 54 91
Mean 22.13 milyar 8.31 milyar 13.93 milyar
Median 11.43 milyar 4.13 milyar 6.33 milyar Std. Deviation 41.15 milyar 11.30 milyar 28.27 milyar
Range 243.43 milyar 52.47 milyar 244.71 milyar
Minimum 1.28 milyar 0 0
Maximum 244.71 milyar 52.47 milyar 244.71 milyar
Sumber: Hasil olahan data SPSS (2018)
Gambar 4.9. Komparasi Persebaran International Tourist Receipt di Negara Maju dan Negara Berkembang
Sumber: Hasil olahan data SPSS (2018)
Data aktual negara-negara di dunia menunjukkan hasil pendapatan negara
yang berasal dari international tourist receipt cenderung rendah. Hal ini dilihat
71
bahwa sebanyak 74% negara memiliki pendapatan international tourist receipt di
bawah rata-rata dunia, dan hanya 26% negara yang memiliki rata-rata di atas rata-
rata dunia. Hal ini menunjukkan bahwa turis asing cenderung tidak banyak
melakukan belanja ketika sedang berwisata.
Negara maju merupakan negara yang memiliki pendapatan dari
international tourist receipt tertinggi dibandingkan dengan negara berkembang dan
dunia. Hal ini dilihat bahwa rata-rata pendapatan international tourist receipt
negara maju hampir dua kali pendapatan negara berkembang dan 40% lebih besar
dibandingkan dengan rata-rata dunia. Dari jumlah tersebut sebanyak 39% negara
maju yang memiliki pendapatan di atas rata-rata dunia, namun begitu turis yang
berkunjung ke negara-negara ini melakukan belanja yang besar-besaran. Pasalnya
meskipun rata-rata pendapatan negara maju cenderung besar, namun masih lebih
banyak negara maju yang memiliki rata-rata di bawah dunia.
Negara berkembang justru memperlihatkan hasil pendapatan yang
cenderung kecil dari international tourist receipt. Pasalnya rata-rata international
tourist receipt di negara berkembang merupakan rata-rata terkecil dibandingkan
dengan negara maju dan dunia. Selain itu juga pendapatan negara berkembang ini
hanya senilai setengah dari pendapatan negara maju. Jika dihitung hanya sebanyak
19% negara berkembang yang memiliki pendapatan dari international tourist
receipt di atas rata-rata dunia. Dengan begitu dapat diartikan bahwa turis asing
banyak tidak melakukan belanja di negara berkembang sehingga mengurangi
international tourist receipt di negara ini cenderung kecil. Sedangkan banyak turis
asing maupun masyarakat asing justru banyak melakukan belanja secara besar-
besaran pada aktifitas wisatanya di negara maju.
72
4.2.3 Dimensi Investasi
Pendapatan dari dimensi investasi diukur berdasarkan tiga indikator
pengaruhnya yaitu market size, bussiness impact on FDI, dan overall infrastructure
yang diakumulasikan menjadi perfroma investasi. Tinggi dan rendahnya performa
investasi suatu negara akan berpengaruh terhadap banyaknya investor asing yang
datang dan transaksi nilai investasi langsung dalam negara tersebut. Jumlah
pendapatan ini diperoleh dari world bank yang ditunjukkan dalam bentuk satuan
US$ sebagai satuan nilai pendapatan internasional. Komparasi besarnya pemasukan
negara akibat aktifitas investasi asing pada suatu negara, dapat dilihat pada tabel
dan gambar berikut:
Tabel 4.9. Komparasi Foreign Direct Investment di Negara Maju dan Berkembang46
Statistics Investasi Langsung Luar Negeri (US$)
Negara Maju Negara Berkembang Global
N Valid 37 54 91 Mean 38.48 milyar 13.28 milyar 23.53 milyar
Median 6.50 milyar 3.16 milyar 3.55 milyar
Std. Deviation 92.87 milyar 30.16 milyar 64.35 milyar
Range 509.36 milyar 171.12 milyar 509.36 milyar
Minimum -29.95 milyar -561 juta -29.94 milyar
Maximum 479.42 milyar 170.56 milyar 479.42 milyar
Sumber: Hasil olahan data SPSS (2018)
46 Lihat Lampiran 1F dan 2F
73
Gambar 4.10. Komparasi Persebaran Foreign Direct Investment di Negara Maju dan Negara Berkembang47
Sumber: Hasil olahan data SPSS (2018)
Data aktual negara-negara di dunia menunjukkan bahwa rata-rata total arus
masuk FDI di dunia adalah sebesar US$ 23 milyar. Dengan nilai rata-rata tersebut
dapat dikatakan bahwa total arus masuk FDI di dunia cenderung kecil. Hal ini
terlihat adanya dominasi negara-negara yang memiliki performa FDI yang
cenderung rendah. Hanya terdapat 22% negara di dunia memiliki arus masuk FDI
di atas rata-rata dunia, sementara 78% negara lainnya memiliki rata-rata pendapatan
yang rendah di bawah rata-rata dunia.
Negara maju merupakan negara yang memiliki total arus masuk FDI yang
lebih unggul dibandingkan dengan negara lainnya. Hal ini dilihat dari rata-rata FDI
yang masuk di negara maju sebesar US$ 38 milyar, nilai ini lebih besar 40% dari
rata-rata arus masuk FDI dunia sebesar 1.04. Meskipun rata-rata ini terbilang lebih
besar namun hanya sebanyak 38% negara maju yang memiliki arus FDI di atas rata-
rata dunia, dan sebanyak 62% lainnya masih berada di bawah rata-rata dunia. Hal
47 Lihat Lampiran 1F dan 2F
74
ini menjadikan rata-rata arus masuk FDI di negara maju lebih unggul dibandingkan
dengan negara lainnya.
Negara berkembang memiliki keadaan yang berbanding terbalik dengan
negara maju. Total arus masuk FDI di negara berkembang hanya sebesar US$ 13
milyar. Nilai tersebut bahkan dua kali lebih kecil dibandingkan dengan negara maju
dan 43% lebih kecil dari rata-rata dunia. Oleh karena itu nilai rata-rata arus masuk
FDI negara berkembang merupakan nilai arus masuk terkecil di dunia. Data
tersebut bahwa tidak banyak negara-negara di dunia yang melakukan investasi ke
negara berkembang serta minimnya arus masuk FDI di negara ini.
4.2.4 Dimensi Budaya
Pendapatan dari dimensi budaya diukur berdasarkan indikator pengaruhnya
yaitu global innovation index yang kemudian merepresentasikan performa budaya.
Indikator ini menunjukkan kekuatan negara dalam memproduksi produk kreatif.
Tinggi dan rendahnya performa budaya suatu negara akan berpengaruh terhadap
besarnya nilai pendapatan ekspor barang kreatif yang diperoleh oleh negara
tersebut. Data pendapatan ini diperoleh dari United Nations Conference on Trade
and Development yang menunjukkan besarnya pendapatan yang negara terima atas
aktifitas budaya meliputi industri kreatif dan nilai pendapatan yang dimaksud
ditunjukkan dalam bentuk satuan US$ sebagai satuan nilai pendapatan
internasional. Komparasi besarnya pemasukan negara dari aktifitas perdagangan
produk dan jasa kreatif, dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut:
75
Tabel 4.10. Komparasi Exports of Creative Goods di Negara Maju dan Berkembang48
Sumber: Hasil olahan data SPSS (2018)
Gambar 4.11. Komparasi Persebaran Exports of Creative Goods di Negara Maju dan Negara Berkembang49
Sumber: Hasil olahan data SPSS (2018)
Data aktual negara-negara di dunia menunjukkan bahwa rata-rata hasil
pendapatan ekspor produk kreatif adalah US$ 6,2 milyar. Rata-rata nilai ini dapat
dikatakan homogen dikarenakan negara di dunia, baik negara maju dan negara
berkembang memiliki rata-rata US$ 6 milyar. Hal ini menunjukkan pendapatan
48 Lihat Lampiran 1F dan 2F 49 Lihat Lampiran 1F dan 2F
Statistics Ekspor Barang dan Jasa Kreatif (US$)
Negara Maju Negara Berkembang Global
N Valid 37 54 91
Mean 6.58 milyar 6.01 milyar 6.42 milyar
Median 1.46 milyar 263.30 juta 746.97 juta
Std. Deviation 10.07 milyar 26.29 milyar 21.16 milyar
Range 41.52 milyar 191.41 milyar 191.41 milyar
Minimum 4.89 juta 13.54 juta 13.54 juta
Maximum 41.52 milyar 191.41 milyar 191.41 milyar
76
ekspor produk kreatif di dunia cenderung sama, tidak ada yang sangat tinggi dan
tidak ada negara dengan pendapatan yang sangat rendah. Namun hanya terdapat
23% negara-negara di dunia memiliki rata-rata di atas dunia dan 77% lainnya
diabwah rata-rata dunia.
Di negara maju hasil pendapatan ekspor produk kreatif mencapai US$ 6,5
milyar. Nilai pendapatan ini menjadi pendapatan tertinggi dibandingkan dengan
negara berkembang bahkan rata-rata pendapatan dunia. Meskipun begitu nyatanya
hanya sebanyak 35% negara maju yang memiliki arus masuk pendapatan ekspor
produk kreatif di atas rata-rata dunia dan 65% lainnya memiliki nilai di bawah rata-
rata. Hal ini menunjukkan bahwa negara maju tidak serta merta selalu
berpendapatan tinggi terutama pada dimensi budaya.
Di negara berkembang hasil pendapatan dari ekspor produk kreatif adalah
US$ 6 milyar. Dengan nilai ini negara berkembang dapat dikatan mampu bersaing
dengan ekspor produk kreatif dari negara maju bahkan dunia. Pasalnya antara
negara maju dan negara berkembang hanya memiliki selisih arus masuk pendapatan
ekspor produk kreatif sebesar US$ 500 juta dan US$ 200 juta jika dibandingkan
dengan rata-rata dunia. Meskpun selisih tersebut tidak banyak, namun jika dilihat
persentase rata-rata total pendapatan masuk maka ekspor produk kreatif
menunjukkan adanya perbedaan yang cukup signifikan. Hanya sebanyak 15%
negara berkembang memiliki rata-rata pendapatan di atas dunia dan 85% lainnya
memiliki pendapatan di bawah rata-rata dunia. Hal ini menunjukkan bahwa negara
bekembang didominasi dengan pendapatan ekspor produk kreatif yang cenderung
menengah kebawah. Oleh karena itu persentase yang terlihat juga cenderung kecil.
77
4.2.5 Dimensi Pemerintah
Pendapatan dari dimensi pemerintah diukur berdasarkan dua indikator
pengaruhnya yaitu government effectiveness dan rule of law yang diakumulasikan
menjadi performa pemerintah. Dalam dimensi pemerintahan besar kecilnya nilai
indikator tidak sejalan dengan nilai pendapatan yang diterima seperti dimensi-
dimensi lainnya. Besarnya nilai input indikator dan performa pemerintahan
menunjukkan negara tersebut merupakan negara pemberi bantuan, sedangkan
negara yang cenderung mendapatkan pendapatan yang tinggi dikategorikan sebagai
negara penerima bantuan. Oleh karena itu negara pemberi bantuan biasanya tidak
menerima dana bantuan sehingga pendapatan pada dimensi ini cenderung kecil,
sedangkan negara penerima bantuan cenderung mendapatkan pendapatan yang
lebih tinggi.
Data pendapatan ini diperoleh dari World Organisation for Economic Co-
operation and Development yang menunjukkan besarnya nilai bantuan
pembangunan yang diterima suatu negara. Nilai pendapatan ini ditunjukkan dalam
bentuk satuan US$ sebagai satuan nilai pendapatan internasional. Negara-negara
yang berhak menerima bantuan adalah negara-negara yang memiliki kondisi
perekonomian yang lebih rendah atau disebut sebagai negara berkembang,
sedangkan negara-negara pemberi bantuan adalah negara-negara yang memiliki
kondisi perekonomian yang cenderung lebih stabil atau disebut sebagai negara
maju. Komparasi besarnya pemasukan negara dari nilai bantua yang diterimanya,
dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut:
78
Tabel 4.11. Komparasi Net Official Development Assistance and Official Aid Receipt di Negara Maju dan Berkembang50
Statistics
Net Official Development Assistance and Official Aid (US$)
Negara Maju Negara Berkembang Global
N Valid 37 54 91 Mean 58.29 juta 8.30 milyar 516.13 juta
Median 0 2.36 milyar 0 Std. Deviation 268.51 juta 1.31 milyar 963.65 juta
Range 1.52 milyar 4.86 milyar 4.86 milyar Minimum 0 -7.91 juta -7.91 juta Maximum 1.52 milyar 4.10 milyar 4.10 milyar
Sumber: Hasil olahan data SPSS (2018)
Gambar 4.12. Komparasi Persebaran Net Official Development Assistance and Official Aid Receipt di Negara Maju dan Negara Berkembang51
Sumber: Hasil olahan data SPSS (2018)
Data aktual rata-rata net official development assistance dan official aid
receipt negara-negara di dunia menunjukkan rata-rata sebesar US$ 516 juta. Arus
masuk net official development assistance and official aid receipt ini dinilai cukup
kecil. Pasalnya hanya terdapat 26% negara yang mendapatkan net official
50 Lihat Lampiran 1F dan 2F 51 Lihat Lampiran 1F dan 2F
79
development assistance and official aid receipt di atas rata-rata dunia, sementara
74% lainnya memiliki nilai nilai yang rendah di bawah rata-rata di dunia. Meskipun
begitu data ini menunjukkan bahwa negara-negara di dunia hampir seluruhnya
mendapatkan net official development assistance dan official aid receipt sebagai
bantuan pembangunan bagi negara-negara.
Di negara maju net official development assistance and official aid receipt
menunjukkan nilai yang sangat rendah yaitu hanya sebesar US$ 58 juta. Nilai ini
bahkan hampir sembilan kali lebih kecil daripada rata-rata dunia dan 14 kali lebih
kecil dibandingkan dengan rata-rata nilai negara berkembang. Kecilnya nilai net
official development assistance and official aid receipt di negara maju bukan karena
negara maju tidak layak untuk mendapatkan bantuan, namun justru negara majulah
yang paling banyak mengeluarkan sejumlah porsi persentase dari GNI-nya sebagai
net official development assistance and official aid yang banyak diperuntukkan bagi
negara-negara berkembang atau negara yang sedang membangun. Oleh karena itu
di dalam negara maju, rata-rata net official development assistance and official aid
cenderung bernilai rendah dan bahkan ada yang bernilai 0.
Negara berkembang justru memperlihatkan keadaan yang sebaliknya
dengan negara maju. Arus masuk net official development assistance and official
aid di negara ini bahkan 14 kali lebih besar dibandingkan dengan negara maju. Hal
ini dikarenakan negara berkembang merupakan negara penerima bantuan, hal inilah
yang menadi alasan mengapa negara berkembang mendapatkan gelontaran nilai
bantuan yang sangat banyak dari negara maju. Jumlah bantuan yang diberikan
negara pemberi bantuan kepada penerima bantuan juga beragam.
80
4.2.6 Dimensi Masyarakat
Pendapatan dari dimensi masyarakat diukur berdasarkan indikator
pengaruhnya yaitu global creativity index yang merepresentasikan performa
masyarakat. Negara dengan nilai input indikator dan performa masyarakat yang
tinggi cenderung menghasilkan pendapatan yang tinggi pula. Selain itu juga
banyaknya populasi yang tersebar di luar negaranya (home country) juga dapat
menentukan besar kecilnya pendapatan yang diterima. Data pendapatan ini
diperoleh dari World Bank pada bagian ekspor barang dan jasa suatu negara dan
nilai pendapatan yang dimaksud ditunjukkan dalam bentuk satuan US$ sebagai
satuan nilai pendapatan internasional.
Tabel 4.12. Komparasi Personal Remittance Receipt di Negara Maju dan Berkembang52
Statistics Personal Remittance Receipt (US$)
Negara Maju Negara Berkembang Global
N Valid 37 54 91 Mean 3.81 milyar 6.33 milyar 5.31 milyar
Median 2.19 milyar 1.66 milyar 2.10 milyar Std. Deviation 4.90 milyar 11.27milyar 9.26 milyar
Range 24.17 milyar 62.74 milyar 62.74 milyar Minimum 201.46 juta 0 0 Maximum 24.37 milyar 62.74 milyar 62.74 milyar
Sumber: Hasil olahan data SPSS (2018)
52 Lihat Lampiran 1F dan 2F
81
Gambar 4.13. Komparasi Persebaran Personal Remittance Receipt di Negara Maju dan Negara Berkembang53
Sumber: Hasil olahan data SPSS (2018)
Arus masuk personal remmittance di negara maju cenderung lebih kecil
dibandingkan dengan rata-rata dunia dan negara berkembang. Hal ini salah satunya
dipengaruhi oleh jumlah populasi negara maju yang cenderung lebih sedikit
bekerja, tinggal dan tersebar di berbagai negara. Semakin sedikit yang tersebar
maka personal remmittance di negara maju juga akan menunjukkan nilai yang
rendah. Hal ini menunjukkan bahwa keadaan di dalam negeri dapat dikatakan
terkendali dan memiliki kelayakan hidup yang tinggi sehingga tidak perlu
menyebarkan populasinya ke berbagai negara.
Di negara berkembang justru memperlihatkan nilai personal remmittance
yang sangat tinggi. Hal ini disebabkan karena rata-rata negara berkembang
memiliki populasi yang sangat banyak bahkan tersebar di berbagai negara dan
memiliki berbagai kegiatan di host country. Artinya kondisi negara berkembang
sebenarnya tidak cukup untuk menampung seluruh kehidupan populasinya. Namun
uniknya dengan tersebarnya populasi negara berkembang di berbagai belahan
53 Lihat Lampiran 1F dan 2F
82
dunia, membuat home country mendapatkan pemasukan yang besar dari
masyarakat yang berada diluar negaranya.
4.2.7 Performa Outcome Nation Branding
Performa outcome nation branding merupakan performa keseluruhan
faktor-faktor pembangun pada tiap dimensi. Performa outcome ini didapatkan
dengan cara mengamulasikan seluruh nilai pada faktor-faktor pembangun di tiap
masing-masing keenam dimensi nation branding. Akumulasi keseluruhan nilai
faktor pembangunnya akan menjadi nilai performa dimensi tersebut. Nilai yang
melekat sebagai performa dimensi ini mampu menggambarkan dan menunjukkan
beberapa hal: pertama kualitas dan keunggulan tiap dimensi dan kedua komparasi
kualitas dan keunggulan antara kedua kelompok negara maju dan berkembang.
Hasil performa input nation branding dan komparsinya dapat dilihat pada gambar
di bawah ini:
Gambar 4.14. Performa Faktor-Faktor Pembangun Nation Branding54
Sumber: Hasil Olahan Data Excel (2018)
54Lihat Lampiran 1G dan 2G
83
Paparan-paparan di atas menunjukkan bahwa pendapatan yang diterima
negara berbeda-beda pada tiap dimensinya. Pendapatan negara maju dan negara
berkembang juga terlihat sangat berbeda bahkan bertolak belakang terutama pada
dimensi tertentu seperti yang terlihat pada dimensi pemerintahan. Pada dimensi ini
negara maju dapat dikatakan hampir tidak mendapatkan pendapatan, sedangkan
kondisi yang berbeda justru terlihat di negara berkembang. Di negara berkembang
pemerintah merupakan dimensi yang memberikan pemasukan pendapatan negara
yang paling tinggi diantara dimensi lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa negara
berkembang memang membutuhkan bantuan pembangunan dari negara lain guna
membangun dan mensejahterakan masyarakatnya.
Dimensi investasi, masyarakat, budaya, dan ekspor di negara maju
merupakan dimensi yang paling banyak memberikan keuntungan dan pendapatan
terbesar. Hal ini dapat dilihat dari gambar 4.14 bahwa keempat dimensi tersebut
hampir membentuk heksagon, hanya saja performa dari dimensi pemerintah dan
pariwisata tidak sebesar keempat dimensi lainnya. Hal ini dapat menunjukkan
bahwa di negara maju kegiatan investasi, masyarakat di luar negeri, b udaya, dan
kegiatan ekspor memang sangat diminati oleh masyarakat inernasional oleh
karenanya keempat dimensi ini mampu menyumbangkan pendapatan yang tinggi
pada negara tersebut.
84
4.3. Nation Branding
Nation branding negara-negara di dunia memiliki kondisi yang beragam.
Kondisi ini dapat dilihat dari nilai rating dan juga value yang diperoleh negara yang
pada hal ini direpresentasikan dalam bentuk US$. Nation brand rating
menunjukkan penerimaan persepsi brand suatu negara oleh masyarakat
internasional. Artinya sejauh mana brand negara dapat diterima oleh masyarakat
internasional, sedangkan nation brand value menunjukkan besarnya nilai brand
negara jika di konversikan dengan US$. Artinya seberapa berharganya brand
negara jika dinilai dihitung ke dalam US$.
Nation brand rating mengunakan indeks yang dikategorisasikan menjadi
sepuluh penilaian yaitu D hingga AAA+. Negara-negara yang memiliki indeks
semakin mendekati D, maka masyarakat internasional memiliki persepsi buruk
pada negara tersebut, dengan kata lain negara tersebut memiliki citra yang
cenderung negatif; sedangkan negara-negara yang memiliki indeks mendekati
AAA+ maka masyarakat internasional cenderung memiliki persepsi yang sangat
positif pada negara tersebut, dengan kata lain negara tersebut memiliki citra yang
yang dapat diterima oleh hampir seluruh masyarakat internasional.55 Negara-negara
yang memiliki kedua aspek tersebut merupakan negara-negara yang memiliki citra
positif dan brand negara yang bernilai, artinya negara tersebut tidak hanya pedui
dengan value, namun juga peduli dengan rating sehingga antara value dan rating
srimbang. Komparasi dan persebaran antara nation brand rating dan nation brand
value negara di dunia dapat dilihat pada gambar berikut:
55 Brand Finance. Nation Brands 2017. 2017. London: Nation Brands Press.
85
Gambar 4.15. Persebaran Nation Brand Rating vs Nation Brand Value56
Sumber: Hasil Olahan Data SPSS (2018)
Data aktual di atas menunjukkan sebaran nation brand rating dan nation
brand value negara-negara di dunia memiliki kecenderungan yang berbeda. Negara
maju rata-rata banyak tersebar dan memiliki value yang tinggi. Hal ini dapat dilihat
sebanyak 70% negara maju memiliki indeks value di atas rata-rata nilai tengah
dunianya yaitu 5.0. Hal ini menunjukkan bahwa negara maju cederung peduli
dengan besarnya brand value.
Kuadran I merupakan kelompok negara-negara yang memiliki brand rating
dan brand value yang tinggi. Jika dilihat dari gambar diatas sebanyak 35% negara
maju dan 26% negara berkembang berada pada kuadran ini. Hal ini menunjukkan
bahwa negara-negara yang memiliki brand value dan brand rating yang tinggi
bukan hanya kelompok negara maju saja melainkan juga negara berkembang.
56 Lihat Lampiran 1A dan 2A
Kuadran I
Kuadran II
Kuadran III
Kuadran IV
86
Kuadran II merupakan negara-negara yang memiliki brand value yang
tinggi namun brand ratingnya rendah. Sebanyak 22% negara maju dan 11% negara
berkembang berada pada kondisi ini. Hal ini menunjukkan bahwa negara maju
sekalipun memiliki rating yang rendah namun tetap mamiliki brand value tinggi.
Kuadran III merupakan negara-negara yang memiliki brand rating yang
tinggi namun brand valuenya rendah. Sebanyak 16% negara maju dan 15% negara
berkembang berada pada kondisi ini. Hal ini menunjukkan bahwa baik negara
berkembang dan maju yang masuk pada kuadran ini cenderung lebih
memperdulikan bagaimana negaranya dipandang oleh masyarakat internasional
dibandingkan dengan seberapa bernilainya brand value negara tersebut.
Kuadran IV merupakan negara-negara yang memiliki brand rating dan
brand value yang rendah. Sebanayak 22% negara maju dan 31% negara
berkembang berada pada kondisi ini. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada negara
berkembang yang belum memiliki brand rating dan brand value yang kuat
sehingga nilai brand rating dan brand valuenya rendah. Sementara negara
berkembang banyak tersebar pada nilai yang rendah baik rating ataupun value.
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa negara berkembang dan maju
memiliki nilai yang cukup ragam dan lebih tersebar. Hanya saja jika dilihat dari
presentasenya negara maju jauh lebih unggul dari negara berkembang. Namun ada
keunikan yang terlihat pada kedua kelompok negara ini. Negara maju cenderung
lebih banyak memperoleh brand value yang tinggi dan negara berkembang
cenderung banyak memiliki brand rating yang tinggi. Artinya bagi negara maju
besarnya nilai brand sangat penting dibandingkan dengan rating, sementara bagi
negara berkembang rating merupakan hal yang penting bagi negaranya.
87
4.4 Klasifikasi Negara Maju dan Negara Berkembang
Negara-negara di dunia memiliki kondisi perekonomian dan non-
perekonomian yang berbeda-beda. Ada negara yang masih bergantung dan
membutuhkan negara lain dalam memenuhi kepentingannya dan adapula negara
yang mampu memberikan bantuan kepada negara lain. Perbedaan kondisi ini
menghadirkan adanya klasifikasi-klasifikasi pada negara-negara di dunia
berdasarkan indikator-indikator tertentu. UNDP merupakaan lembaga internasional
untuk pembangunan di bawah PBB yang mengelompokkan negara bukan hanya
berdasarkan faktor ekonomi seperti GNP perkapita saja, melainkan termasuk juga
faktor non ekonomi seperti Human Development Index.
UNDP memberikan label pada negara yang memiliki kondisi berbeda
sebagai negara maju dan negara berkembang. Negara maju umumnya merupakan
negara dengan performa perekonomian yang tinggi, pengekspor minyak dan
angggota OPEC serta OECD, tergolong sebagai high human development
countries, hingga memiliki GNP perkapita lebih dari US$ 9.386. Dalam hal ini ada
negara-negara yang biasanya disebut sebagai negara maju namun menjadi negara
berkembang karena masih memiliki struktur perekonomian yang sama dengan
negara berkembang dan juga merupakan emerging countries yaitu: Hongkong,
Kuwait, Israel, Singapura, Korea Selatan dan Uni Emirates Arab.
Negara berkembang merupakan negara tergolong sebagai medium dan low
human development countries. Selain itu negara-negara yang tergolong dalam
kasifikasi ini memiliki GNP perkapita di bawah US$ 9.386. Persebaran negara maju
dan negara berkembang ini tidak bertumpu pada satu benua ataupun satu kawasan
tertentu saja, melainkan tersebar di berbagai kawasan di dunia. Berikut merupakan
88
persebaran negara-negara maju dan negara berkembang pada benua dan kawasan
tertentu.
4.13. Tabel Klasifikasi Negara Maju dan Negara Berkembang
Kawasan Sub Kawasan Negara Jumlah Negara
DEVELOPED COUNTRIES
Amerika Amerika Utara Amerika Serikat, Kanada 2
Eropa
Eropa Utara Estonia, Islandia, Latvia, Lithuania, Inggris, Swedia, Norwegia, Denmark, Irlandia, Finlandia 10
Eropa Barat Jerman, Perancis, Swiss, Belanda, Austria, Belgia, Luxemburg 7 Eropa Selatan Italia, Spanyol, Portugal, Yunani, Slovenia, Serbia, Kroasia 7 Eropa Timur Rusia, Polandia, Republik Ceko, Romania, Hungaria, Slovakia,
Ukraina, Bulgaria 8
Oceania Australia & New Zealand Australia, Selandia Baru 2
Asia Asia Timur Jepang 1 Total 37
DEVELOPING COUNTRIES
Amerika
Amerika Tengah Meksiko,Panama, Guatemala, Costa Rika 4
Amerika Selatan Brazil, Argentina, Chili, Kolombia, Peru, Uruguay, Ekuador, Bolivia, Paraguay 9
Karibia Republik Dominik, Trinida dan Tobago 2
Asia
Asia Tenggara Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, Singapura, Vietnam, Myanmar 7
Asia Selatan India, Iran, Bangladesh, Pakistan, Srilanka, Nepal 6
Asia Barat Uni Emirates ArabArab Saudi, Turki, Israel, Qatar, Kuwait, Irak, Oman, Azerbaijan, yemen, Bahrain, Jordan, Lebanon, Cyprus 14
Asia Timur Tiongkok, Korea Selatan, Hongkong, 3 Asia Tengah Kazakhstan, Uzbekistan, Turkmenistan 3
Afrika
Afrika Utara Mesir, Algeria, Sudan, Moroko, Tunisia, Libya 6 Afrika Timur Kenya, Ethiopia, Tanzania 3 Afrika Tengah Angola, Republik Demokratik Kongo 2 Afrika Selatan Afrika Selatan 1 Afrika Barat Nigeria, Ghana 2
Total 62 Sumber: The United Nations Statistics Division (2016)
89
Hasil klasifikasi menunjukkan bahwa sebanyak 63% negara-negara pada
tabel di atas tergolong menjadi negara berkembang, sedangkan 47% lainnya
tergolong menjadi negara maju. Dapat dilihat pada tabel di atas bahwa negara maju
banyak berasal dari anggota OECD seperti Amerika Serikat, Canada, 18 negara
Eropa hingga Australia, dan Jepang. Negara-negara maju ini juga merupakan
negara-negara pemberi bantuan internasional yang diberikan guna meningkatkan
pembangunan negara berkembang.
Negara berkembang tersebar dan banyak terdapat di Benua Asia dan juga
Afrika. Selain kondisi perkonomian yang rendah, kondisi masyarakat (HDI) yang
rendah serta masih banyak terjadinya tindak ketidaksetaraan di dalam negara
tersebut menjadikan suatu negara digolongkan sebagai negara berkembang. Asia
Barat dan Afrika Utara merupakan negara-negara yang memiliki tingkat
perekonomian yang cukup tinggi, namun level HDInya rendah dan adanya
ketidaksetaraan yang tinggi sehingga negara-negara tersebut diklasifikasikan
sebagai negara berkembang oleh UNDP.
129
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Nation branding dengan enam dimensi dan 14 faktor pembangunnya
memiliki pengaruh berbeda dalam menentukan negara jatuh pada kelompok negara
maju ataupun negara berkembang. Perbedaan ini terlihat dari hasil uji yang dan
besaran pengaruh faktor-faktor pembangun nation branding di antara kelompok
negara maju dan berkembang. Seluruh dimensi juga penting dan harus
dimaksimalisasikan secara bersama-sama dalam upaya membangun dan
meningkatkan citra suatu negara serta memaksimalissikan pendapatan negara.
- Penelitian ini membuktikan bahwa kelompok negara maju mengunggulkan
dan memaksimalisasikan dimensi dan faktor-faktor pembangunya seperti
ekspor (supply chain), pariwisata (visa requirement) tertutup, investasi
(overall infrastructure), pemerintah (government effectiveness) tinggi,
masyarakat (human resource quality), dan dimensi budaya (industry
creative innovation).
- Kelompok negara berkembang mengunggulkan dan memaksimalisasikan
dimensi dan faktor-faktor pembangunya seperti ekspor (production process
sophictication), pariwisata (visa requirement) terbuka, investasi (bussiness
impact on FDI) yang berubah-ubah, pemerintah (government effectiveness)
130
yang tidak efektif, masyarakat (human resource quality) yang sangat
rendah, serta dimensi budaya (industry creative innovation) dijadikan
dimensi keunggulan terakhir namun memiliki performa yang sebenarnya
tidak jauh dari kelompok negara maju.
- Nation branding mendorong negara harus memaksimalisasi dimensi dan
faktor pembangunnya secara keseluruhan. Namun ketika semua negara
memaksimalisai hal yang sama maka akan muncul persaingan pada dimensi
dan faktor yang sama pula. Persaingan ini akan menimbulkan system
internasional yang semakin kompetitif, karena tiap negara akan mensasar
market dan memproduksi komoditas hingga memiliki target wilayah tujuan
yang juga serupa.
- Nation branding akan menjadi positif bagi negara dan sistem internasional
ketika seluruh negara menemukan dan menciptakan nilai distictive dan
sadar bahwa tiap negara memiliki potensi sumber daya dan kemampuan
berbeda sehingga memerlukan adanya kerjasama dan membangun
interdependensi antar negara agar tendensi persaingan antar negara akan
saling menguntungkan dan kompetisi besar-besaran antar negara di dalam
sistem internasional dapat dimitigasi.
6.2. Saran
Penelitian ini merekomendasikan negara maju dan negara berkembang
untuk memaksimalisasi beberapa faktor yang penting bagi negaranya guna
mencapai performa nation branding dan mendapatkan pendapatan yang maksimal.
Pertama, bagi negara maju khususnya negara-negara yang masih memiliki
performa yang buruk pada indikator production process sophistication, value chain
131
breadth, quality of tourism infrastructure, quality of air transport infrastructure,
visa requirement index, dan juga government effectiveness; harus lebih
meningkatkan kualitas perfroma seluruh faktor agar dapat menghasilkan
pendapatan yang maksimal dan menjaga nilai kompetitifnya. Kedua, bagi negara
berkembang sebaiknya lebih memperhatikan indikator pembangun pada ekspor dan
investasi. Tidak hanya itu saja, negara berkembang mesti mulai
memaksimalisasikan seluruh lini dimensi terutama ekspor, pemerintah, budaya dan
masyarakat untuk mendapatkan pendapatan yang juga maksimal dan dapat
bersaing dengan negara maju.
Secara teoritis, penelitian ini semakin melengkapi teori nation branding
dari Anholt. Nation branding tidak bisa serta merta dapat dilakukan karena akan
menimbulkan adanya persaingan antar negara yang dapat menganggu sistem
internasional. Oleh karena itu dalam perwujudan dan implementasi nation
branding, negara butuh menemukan nilai distinctive advantagenya dan
membangun interdependensi antar negara agar persaingan yang terbentuk dapat
menguntungkan satu sama lain.
Penelitian ini juga memberikan rekomendasi bagi peneliti selanjutnya.
Pertama, karena keterbatasan akses terhadap data, maka penelitian ini hanya
mampu menggunakan 14 indikator, yang hanya mampu menjelaskan 71%
fenomena. Maka dibutuhkan 29% fenomena lainnya agar mampu menjelaskan teori
nation branding agar lebih mendekati kesempurnaan penelitian. Kedua, penelitian
ini hanya mengklasifikasikan negara-negara berdasarkan kelompoknya yaitu
negara maju dan negara berkembang sehingga hasil pembahasannya cenderung
berupa generalisasi dan tidak spesifik merujuk pada kondisi suatu negara tertentu.
132
Ketiga, penelitian ini memiliki kendala dalam konteks sumber data sehingga
peneliti merekomendasikan peneliti selanjutnya untuk mengkaji nation branding
bersama dengan pihak-pihak yang langsung berkenaan langsung dengan nation
branding agar dapat mendapatkan ukuran indikator dan data yang lebih tepat
sehingga hasil analisa yang dilakukan dapat lebih reliabel dan valid.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Alvin S. Yo. 1990. Social Change nd Development: Modernzation, Dependency, and World-System Theories. London: Sage Publications, Inc.
Bryman, Alan dan Duncan Cramer. 2005. Quantitative Data Analysis with SPSS 12
and 13 : A Guide for Social Scientists. London dan New York : Rouletge. Bryman, Alan. 2012. Social Research Methods 4th edition. New York : Oxford
University Press. Damien Kingsbury, Joe Remenyi, John Mckay and Janet Hunt. 2004. Key Issues in
Development. Ney York: Palgrave Macmillan. Dunne, Tim, Milja Kurki, dam Steve Smith. 2013. International Relations
Theories: Discipline and Diversity, The 3rd Edition. Oxford: Oxford University Press.
Field, Andy. 2009. Discovering Statistic Using SPSS 3rd Editon. London : Sage
Publication. Keith Dinnie. 2007. “Nation Branding: Concepts, Issues, Practice”. Oxford:
Butterworth-Heinemann. Elsevier Ltd. Philip Kotler. 2000. A Framework for Marketing Management: Marketing
Management, Millenium Edition. New Jersey: Pearson Custom Publishing.
Simon Anholt. 2007. Competitive Identity: The New Brand Management for
Nations, Cities and Regions. New York: Palgrave Macmillan. W. Laurence Neuman. 2014. Social Research Methods: Qualitative and
Quantitative Approaches. Seven Edition. Edinburgh: Pearson.
Andreea Sepi. 2013. Nation Branding: The Case of Romania. E/IR&CD Branding And Begorrah: The Importance Of Ireland’s Nation Brand Image. Irish
Marketing Review. Dublin: Red Swan Ltd. Vol 21. Number 1 and 2. Fan, Ying. 2008. Soft Power: Power of Attraction of Confusion. Place Branding
and Public Diplomacy. Volume 4, Issue 2, pp 147-158. England. Palgrave Macmillan Ltd 2008. Halaman 15.
Fiona Gilmore. 2002. A country- can it be repositioned? Spain- the success story of
country branding. Brand Management. Vol 9, No 4-5, 281-293. London. Henry Stewart Publications.
Hlynur Gudjonsson. 2005. Nation Branding. The Journal of Place Branding. Vol.
1, 3, 283–298 London: Henry Stewart Publication. Qin Sun, B.A., M.B.A. 2009. An Analytical Model of the Determinants and
Outcomes of Nation Branding. Texas: University of North Texas. Qin Sun. 2012. Country Branding Through Olympic Games. Journal of Brand
Management. 1350-23IX. Vol 19, 8, 641-654. California: Macmillan Publishers Ltd.
Simon Anholt. 2013. Beyond the Nation Brand: The Role of Image and Identity in
International Relations. The Journal of Public Diplomacy. Vol 2. Iss. 1, Art. 1 London: Surface Publishing.
Ying Fan. 2006. Branding the nation: What is being branded. Journal of Vacation
Marketing. Volume: 12 issue: 1, page(s): 5-14 London: SAGE Publication.
JURNAL 134
Alex Haigh, Bryn Anderson, Amneet Bains. Brand Finance. 2017. Nation Brands 2017. London: Brand Finance Press.
Cultural Times: The First Global Map of Cultural and Creative Industries. 2015.
The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization. Global Peace Index Report. 2017. AMFA for the Australian Minister for Foreign
Affairs and NZMFA for the Minister for Foreign Affairs of New Zealand. J.C.M. Buschman. 2005. Globalisation - Flower - Flower Bulbs - Bulb Flowers.
Holland. International Flower Bulb Center.
Klaus Schwab. 2017. Factor for Enabling the Creative Economy. Geneva: World Economic Forum.
Klaus Schwab. 2017. The Global Competitiveness Report 2017-2018. Geneva: The
World Economic Forum. Klaus Schwab. 2017. The Travel & Tourism Competitiveness Report 2017.
Geneva: World Economic Forum. Lynge Nielsen. 2011. IMF Working Paper: Classification of Countries Based on
Their Level of Development: How it is Done and How it Could be Done. Washington: International Monetary Fund.
Marc Lhermitte, Bruno Perrin, Solenne Blanc. 2017. Cultural Times: The First
Global Map of Cultural and Creative Industries. London: EYDM Ltd. Richard Florida, Charlota Mellander, Karen King. 2017. The Global Creativity
Index 2017. Toronto: Martin Prosperity Institutute. Soumitra Dutta, Bruno Lanvin, Sacha Wunsch-Vincent. 2017. The Global
Innovation Index 2017. Geneva: The World Intellectual Property Organization.
World Investment Report of the United Nations Conference on Trade and
Development (UNCTAD). 2017.
REPORT DAN WORKING PAPER 135