perbedaan motivasi siswa osis

67
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam konteks penyelenggaraan pendidikan menengah umum maupun dalam mengikuti proses belajar di sekolah siswa memiliki peranan yang sangat penting. Karena siswa merupakan pusat dari segala kegiatan yang dilaksanakan di sekolah sebagai upaya untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Selain itu, siswa diharapkan mampu untuk aktif mengikuti berbagai kegiatan dalam rangka mengembangkan dirinya, khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang sesuai dengan kemampuan dan bakatnya. Pengembangan potensi yang dimiliki siswa tentunya tidak akan terlepas dari motivasi berprestasi yang siswa yang dapat wujudkan melalui wadah organisasi siswa yang disebut Organisasi Siswa Intra Sekolah [OSIS]. Melalui wadah tersebut siswa dapat mengembangkan berbagai kegiatan ekstrakurikuler yang dimaksudkan untuk mendukung dan melengkapi tujuan kegiatan intra sekolah. 1

Upload: andia-resian

Post on 15-Feb-2015

244 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Perbedaan Motivasi Siswa Osis

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam konteks penyelenggaraan pendidikan menengah umum maupun dalam

mengikuti proses belajar di sekolah siswa memiliki peranan yang sangat penting. Karena

siswa merupakan pusat dari segala kegiatan yang dilaksanakan di sekolah sebagai upaya

untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Selain itu, siswa diharapkan mampu

untuk aktif mengikuti berbagai kegiatan dalam rangka mengembangkan dirinya,

khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang sesuai dengan

kemampuan dan bakatnya.

Pengembangan potensi yang dimiliki siswa tentunya tidak akan terlepas dari

motivasi berprestasi yang siswa yang dapat wujudkan melalui wadah organisasi siswa

yang disebut Organisasi Siswa Intra Sekolah [OSIS]. Melalui wadah tersebut siswa dapat

mengembangkan berbagai kegiatan ekstrakurikuler yang dimaksudkan untuk mendukung

dan melengkapi tujuan kegiatan intra sekolah.

Untuk itu tepatlah kiranya bila motivasi merupakan penggerak dalam melakukan

segala aktivitas yang dapat menunjang prestasi. Seperti halnya lembaga pendidikan lain,

SMP N 1 Subang yang berdiri sejak tanggal 26 Oktober 1986 dan terletak di jalan

Kalijati Subang menempati gedung yang cukup tenang, sehingga pelaksanaan proses

belajar mengajar bisa berjalan lancar. SMP N 1 Subang berjumlah 5 kelas dengan

perincian kelas 1 ada 2 kelas, kelas 2 ada 1 kelas dan kelas 3 ada 2 kelas dengan jumlah

siswa keseluruhan 108 siswa. Pihak sekolah sangat mendukung dengan program kerja

OSIS yang selalu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan

1

Page 2: Perbedaan Motivasi Siswa Osis

kemampuan, bakat, kreativitas maupun minat siswa yang disalurkan melalui organisasi

disekolah tersebut.

Berbagai sarana dan prasarana pendukung telah tersedia yang dapat dipergunakan

untuk memperlancar kegiatan belajar dan mengembangkan motivasi berprestasi siswa

melalui wadah OSIS. Adapun tujuan dari pada OSIS adalah menampung bakat, minat

para siswa untuk disalurkan sesuai dengan keinginan dan turut serta menjaga dan

menjunjung tinggi almamater dalam setiap kesempatan. Selain itu berbagai kegiatan

yang diprogramkan OSIS diharapkan siswa mampu melaksanakanya dan

mengembangkan serta meningkatkan apa yang sudah ada dengan tidak meninggalkan

kewajiban sebagai siswa itu sendiri.

Keberhasilan seseorang di bidang pendidikan tidak terlepas dari motivasi yang

ada pada dirinya maupun dari orang lain. Pencapaian prestasi akademik disekolah sangat

ditentukan oleh faktor motivasi berprestasi (Sugiyo, dkk. 1995). Dalam hal ini dapat

dikatakan keberhasilan seseorang dalam belajar tidak hanya ditentukan kecerdasan

semata-mata tetapi ditentukan pula oleh kecerdasan emosional yang meliputi

pengendalian diri, semangat, ketekunan dan disiplin, serta kemampuan untuk memotivasi

diri.

Kegiatan kesiswaan yang ada diharapkan dapat menggali potensi dan memacu

diri siswa agar timbul keinginan untuk meningkatkan prestasi belajarnya sehingga

tercapai tujuan pendidikan seperti yang diharapkan. Tanpa adanya motivasi berprestasi

dalam diri siswa akan berakibat siswa yang memiliki kemampuan dasar cukup tinggi

tidak dapat menunjukan potensi dan meraih prestasi yang optimal dan pada akhirnya

dapat menurunkan mutu sumber daya manusia. OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah)

merupakan satu organisasi siswa di sekolah yang bukan hanya melatih siswa mengenai

kepemimpinan, kemampuan berorganisasi, juga melatih disiplin yang pada akhirnya

2

Page 3: Perbedaan Motivasi Siswa Osis

dapat memberikan keuntungan yang positif bagi siswa. Tapi satu hal yang menarik

apakah setiap pengurus OSIS mempunyai prestasi yang tinggi dari pada mereka yang

bukan sama sekali masuk dalam kepengurusan OSIS.

Analisis di atas menjadi persoalan menarik karena kenyataan di lapangan

menunjukkan bahwa kondisi siswa yang belum sepenuhnya sejalan dengan apa yang

diharapkan oleh sekolah. Pengamatan selama menjalankan tugas-tugas praktikum dan

praktik pengalaman lapangan di SMP menunjukkan gejala-gejala yang bervariasi, artinya

tidak semua siswa-siswa SMP yang aktif menjadi pengurus OSIS menunjukan adanya

motivasi berprestsasi yang tinggi. Sementara ada siswa-siswa yang tidak terlibat secara

aktif dalam kepengurusan OSIS menunjukan adanya motivasi berprestasi yang tinggi.

Gejala-gejala di atas terjadi pula pada SMP-SMP di Subang salah satunya SMP N

1 Subang. Selama beberapa kali melakukan kunjungan ke sekolah-sekolah tersebut dan

hasil wawancara dengan guru BK di temukan gejala-gejala yang demikian. Hal di atas

mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul “Perbedaan motivasi

berprestasi antara siswa yang menjadi pengurus OSIS dengan siswa yang bukan

pengurus OSIS di SMP N 1 Subang tahun Pelajaran 2010/2011

B. Permasalahan

Bertolak dari permasalahan tersebut di atas maka dapat dirumuskan satu

permasalahan yang akan diteliti yaitu: Apakah ada perbedaan motivasi berprestasi antara

siswa yang menjadi pengurus OSIS dengan siswa yang bukan pengurus OSIS di SMP N

1 Subang tahun Pelajaran 2010/2011.

3

Page 4: Perbedaan Motivasi Siswa Osis

C. Penegasan Judul

Untuk memberikan gambaran yang jelas dan menghindarkan kesalahan dalam

penafsiran jidul penelitian, maka penulis kemukakan batasan-batasan tentang istilah

dalam judul penelitian ini yaitu :

1. Perbedaan

Kata perbedaan mempunyai arti suatu yang menjadikan lberlainan. (Poerwadarminta,

1990:104).

2. Motivasi Berprestasi

Motif merupakan keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk

melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan (Suryabrata,

1995:70). bMotivasi berprestasi adalah suatu konsep yang digunakan untuk mencapai

sukses dengan suatu ukuran pencapaian hasil dan prestasi yang memuaskan.

D. HIPOTESIS

Merujuk pada kerangka teori yang dipaparkan di atas, maka hipotesis dalam

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : “Ada perbedaan motivasi berprestasi

yang signifikan antara siswa yang menjadi pengurus OSIS dengan siswa yang bukan

pengurus OSIS di SMP N 1 Subang Tahun Pelajaran 2010-2011”.

4

Page 5: Perbedaan Motivasi Siswa Osis

E. Tujuan Penelitian

Ada pun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perbedaan motivasi

berprestasi antara siswa yang menjadi pengurus OSIS dengan siswa yang bukan

pengurus OSIS di SMP N 1 Subang tahun Pelajaran 2010/2011.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat secara teoritis

Diharapkan dari penelitian yang dilakukan ini dapat memberi manfaat bagi peneliti

agar lebih mengetahui bagaimana perbedaan motivasi berprestasi antara siswa yang

menjadi pengurus OSIS dengan siswa yang bukan pengurus OSIS di SMP N 1 Subang

tahun Pelajaran 2010/2011.

2. Manfaat secara Praktis

Hasil penelitian yang dilakukan diharapkan menjadi bahan pertimbangan bagi guru

dan orang tua serta siswa untuk melakukan instrospeksi dalam meningkatkan motivasi

berprestasi, sehingga nantinya akan diperoleh dua keuntungan secara langsung yaitu

dapat berprestasi lebih baik dan ikut berpartisipasi dalam berorganisasi di sekolah.

G. Sistematika Skripsi

Garis besar dari sistematika penulisan skripsi ini dapat di jabarkan secara

ringkas yaitu :

Bab I mencakup latar belakang, permasalahan, penegasan istilah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian dan bagian akhir dari bab ini adalah sistematika skripsi.

5

Page 6: Perbedaan Motivasi Siswa Osis

Bab II akan diuraikan tentang landasan teori yang berisi tentang daftar kajian teori yang

diperoleh dari buku referensi/daftar pustaka. Selain itu juga akan disampaikan

tentang hipotesis penelitian.

Bab III bagian ini berisikan tentang metode penelitian yaitu penentuan obyek penelitian,

mencakup jenis penelitian, populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian,

metode pengumpulan data, validitas dan reliabilitas serta metode analisis data.

Bab IV berisikan laporan dari hasil penelitian dan pembahasan. Dalam hal ini akan

dibahas mengenai pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian.

Bab V simpulan dan saran dari hasil penelitian.

6

Page 7: Perbedaan Motivasi Siswa Osis

BAB IILANDASAN TEORI

A. Motivasi berprestasi

1. Pengertian Motif, Indikator dan Motivasi Berprestasi

Membahas mengenai motivasi berprestasi tentu tidak lepas dari kata motif. Motif

dalam bahasa inggris adalah motive yang berasal dari kata motion yang berarti gerak atau

dorongan. Motif adalah keadaan di dalam orang yang mendorongnya untuk melakukan

aktivitas atau penggerak tingkah laku ke arah suatu tujuan dengan didasari adanya suatu

kebutuhan (Tabrani, 1994:98)

Motif adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk

melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan (Suryabrata, 1995:70).

Jadi motif bukanlah hal yang dapat diamati, tetapi adalah hal yang dapat disimpulkan

adanya karena sesuatu yang dapat kita saksikan. Tiap aktivitas yang dilakukan seseorang

itu didorong oleh sesuatu kekuatan dari dalam diri orang itu, kekuatan pendorong inilah

yang kita sebut motif. Ahli lain mengemukakan bahwa motif merupakan daya pengerak

dalam subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.

Motif merupakan kondisi intern atau disposisi (kesiapsiagaan) sedang pengertian

motivasi adalah daya pengerak yang telah menjadi aktif (Gunarso, 1996:92). Motif

menjadi aktif pada saat tertentu, bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan.

Motivasi adalah motif atau hal yang sudah menjadi aktif pada saat tertentu

terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan terasa sangat mendesak (Abror,

1993:114) Motivasi adalah suatu motif kecenderungan di dalam diri individu untuk

7

Page 8: Perbedaan Motivasi Siswa Osis

bertindak mencapai suatu tujuan yang konkrit guna memuaskan kebutuhannya (Sadli,

1991:27).

Menurut Sardiman (2000:73) berawal dari kata motif, bahwa motivasi adalah

daya pengerak yang telah menjadi aktif. Selanjutnya dikatakan bahwa motivasi adalah

serangkaian usaha untuk menyediakan kondisikondisi tertentu sehingga seseorang mau

dan ingin melakukan sesuatu. Bila ia tidak suka, maka ia berusaha untuk meniadakan

rasa tidak suka itu. Sedangkan Purwanto (1990:81) berpendapat motivasi sebagai suatu

yang didasari untuk menggerakan, mengarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang

agar ia bertindak melakukan sesuatu sehingga mancapai hasil atau tujuan tertentu.

Motivasi siswa pada penelitian ini didefinisikan sebagai keseluruhan daya

penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan atau tindakan, menjamin

kelangsungan dari kegiatannya dan memberikan arah pada kegiatan siswa tersebut,

sehingga tujuan yang dikehendaki tercapai.

Dari pengertian-pengertian motivasi diatas, dapat disimpulkan tiga fungsi

motivasi sebagai berikut :

a. Mendorong manusia untuk berbuat (motivasi sebagai motor pengerak dari setiap

kegiatan yang akan dikerjakan).

b. Menyeleksi suatu perbuatan (menetukan perbuatan-perbuatan apa yang harus

dilakukan untuk mencapai tujuan).

c. Menentukan arah perbuatan (ke arah tujuan yang hendak dicapai).

Motivasi sebagai suatu istilah umum menunjukan bahwa tingkah laku itu

digerakkan oleh kebutuhan-kebutuhan dan diarahkan ke suatu tujuan (Sumadi S,

1984:4), motivasi ini dirasa penting karena : 1) merupakan suatu kondisi yang dapat

menarik keluar tingkah laku 2) diperlukan bagi “reinforcement” atau stimulus yang

memperkuat dan mempertahankan tingkah laku yang dikehendaki dan merupakan

8

Page 9: Perbedaan Motivasi Siswa Osis

kondisi mutlak bagi proses belajar 3) menyebabkan timbulnya berbagai tingkah laku

dimana salah satu diantaranya mungkin dapat merupakan tingkah laku yang dikehendaki.

Motivasi merupakan pendorong tingkah laku manusia. Namun usaha pencapaian

dan perwujudan motivasi itu tidak hanya tergantung pada motivasi itu sendiri tetapi juga

faktor lingkungan dan faktor belajar yang memadai, maka pencapaian dan perwujudan

itu akan berlangsung tanpa mengalami banyak kesulitan. Jika faktor lingkungan dan atau

faktor belajar kurang atau tidak memadai, perwujudan dan pencapaian motivasi dapat

mengalami hambatan atau kesulitan.

Menurut Kartono (1985:68) motivasi adalah sebab, alasan dasar, dorongan bagi

seseorang untuk berbuat atau ide pokok yang selalu berpengaruh besar terhadap tingkah

laku. Selain itu motivasi merupakan penentu perilaku (Irwanto, 1991:193). Masih

menurut Irwanto ada tiga determinan terjadinya perilaku yaitu dari lingkungan, dari

dalam diri individu dan tujuan dari suatu obyek.

Suatu daya dorong yang dimiliki individu yang keberadaannya ada dalam diri

individu disebut motif. Motif ini dapat aktif dan dinamis yang akhirnya menjadi suatu

tindakan, manakala ada usaha atau proses pemunculannya. Kesesuaian antara tindakan

dan motif dalam proses pemunculannya itu disebut motivasi (Winkel, 1989: 83)

Setiap individu pasti mempunyai keinginan yang kuat untuk meningkatkan

prestasi agar hasil yang diperoleh hasil yang maksimal. Untuk mendapatkan semua itu

tergantung dari individu dalam memotivasi dirinya.

Motivasi siswa pada penelitian ini didefinisikan sebagai keseluruhan daya

penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan atau tindakan, menjamin

kelangsungan dari kegiatannya dan memberikan arah pada kegiatan tersebut, sehingga

tujuan yang dikehendaki tercapai.

9

Page 10: Perbedaan Motivasi Siswa Osis

Konsep motivasi berprestasi pertama kali menggunakan istilah “NAch” atau

Need for Achievement” dan dipapulerkan oleh McClelland (dalam Martaniah, 1984:21).

Konsep ini bertolak dari suatu asumsi bahwa “N-AcH” merupakan semacam kekuatan

psikologis yang mendorong setiap individu sehingga membuat aktif dan dinamis untuk

mengejar kemajuan.

Motivasi berprestasi menurut Heckhausen (dalam Purwanto, 1993:21) adalah

batasan motivasi berprestasi sebagai usaha keras untuk meningkatkan atau kecakapan

diri setinggi mungkin dalam semua aktivitas dengan menggunakan standar keunggulan

sebagai pembanding. Standar keunggulan dapat berupa tingkat tingkat kesempurnaan

hasil pelaksanaan tugas (berkaitan dengan tugas), perbandingan dengan prestasi sendiri

sebelumnya (berkaitan dengan diri sendiri), dan perbandingan dengan prestasi orang lain.

Kemampuan yang dimiliki seseorang dalam berbagai aktivitas merupakan standar

keunggulan dimana suatu kegiatan tersebut dapat gagal atau berhasil. Motivasi

berprestasi juga dapat di artikan sebagai perjuangan untuk menambah prestasi setinggi

mungkin, Heckhausen (dalam Haditono, 1989:12). Ada tiga bentuk standart

keunggulan/keberhasilan menurut Heckhausen yaitu :

a) Keberhasilan dalam menyelesaikan tugas.

b) Keberhasilan yang dibandingkan dengan keberhasilan sebelumnya.

c) Keberhasilan yang dicapai dibandingkan dengan keberhasilan yang diraih orang lain.

Sedangkan ahli lain Lindgren (dalam Rasimin Bs, 1982 : 1), menyatakan bahwa

motivasi berprestasi adalah dorongan yang berhubungan dengan prestasi, yaitu

menguasai, memanipulasi, mengatur lingkungan maupun fisik untuk mengatasi

rintangan-rintangan dan memelihara kualitas belajar yang tinggi, bersaing melalui usaha-

usaha untuk melebihi perbuatanperbuatan yang lampau dan mengungguli perbuatan

orang lain. Individu yang mempunyai motivasi berprestasi biasanya lebih menyukai

10

Page 11: Perbedaan Motivasi Siswa Osis

tugas yang menuntut tanggung jawab. Hal ini berarti keberhasilan yang dicapai bukan

karena bantuan orang lain atau karena fakor keberuntungan, melainkan karena hasil kerja

keras dirinya sendiri. Selain itu individu juga mempunyai dorongan yang kuat untuk

segera mengetahui hasil nyata dari tindakannya, karena hal itu dapat digunakan sebagai

umpan balik. Selanjutnya dari hasil evaluasi tersebut individu dapat memperbaiki

kesalahannya dan mendorong untuk berprestasi lebih baik dengan menggunakan cara-

cara baru.

Adanya beberapa temuan dari Hechausen (dalam Martaniah, 1984 : 28) yang

menunjukan bahwa karaktristik individu yang mempunyai motivasi berprestasi antara

lain sebagai berikut:

a. Berorientasi sukses, artinya bahwa jika individu dihadapkan pada situasi berprestasi ia

merasa optimis bahwa sukses akan diraihnya dan dalam mengerjakan tugas ia lebih

terdorong oleh harapan untuk sukses dari pada menghindar tapi gagal.

b. Berorientasi jauh ke depan, dia cenderung membuat tujuan-tujuan yang hendak

dicapainya di waktu yang akan datang dan ia sangat menghargai waktu serta ia lebih

dapat menangguhkan pemuasan untuk mendapatkan penghargaan di waktu

mendatang.

c. Suka tantangan, dia suka situasi prestasi yang mengundang resiko yang cukup untuk

gagal. Dia suka akan perbedaan dan kekhasan tersendiri sesuai dengan kompetensi

profesional yang di miliki, maka secara tidak langsung akan mempengaruhi kualitas

motivasi dan pencapaian prestasi belajar pada siswa.

d. Tangguh, dia dalam melakukan tugas-tugasnya menunjukan keuletan, dia tidak mudah

putus asa dan berusaha terus sesuai dengan kemampuannya.

11

Page 12: Perbedaan Motivasi Siswa Osis

2. Fungsi Motivasi

Dalam memahami peranan motivasi serta fungsinya, maka akan di kemukakan

beberapa fungsi motivasi sebagai berikut :

a. Mendorong manusia untuk berbobot, jadi fungsi motivasi sebagai penggerak.

b. Menentukan gerak perbuatan yaitu dapat mencapai tujuan yang hendak dicapai.

c. Menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus

dijalankan dengan serasi guna mencapai tujuan.

Demikian pentingnya arti motivasi dalam kita melangkah untuk berbuat,

sehingga jika dikaitkan dengan belajar maka motivasi menduduki tempat strategis dalam

upaya keberhasilan tujuan belajar.dalam hal ini dapat dikatakan bahwa keberhasilan

seseorang dalam belajar tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan semata-mata tetapi

ditentukan pula oleh kecerdasan emosional yang meliputi pengendalian diri, semangat,

disiplin dan ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi

Salah satu prinsip dalam melaksanakan pendidikan adalah individu secara aktif

mengambil bagian dalam kegiatan pendidikan yang dilaksanakan. Untuk dapat

melaksanakan suatu kegiatan, pertama-tama harus ada dorongan untuk melaksanakan

kegiatan itu. Dengan kata lain, untuk dapat melakukan sesuatu harus ada motivasi.

Begitu juga keadaanya dalam proses belajar atau pendidikan, individu harus mempunyai

motivasi untuk mengikuti kegiatan belajar atau pendidikan yang sedang berlangsung,

Motivasi berprestasi dapat dipengaruhi oleh lingkungannya (Crow dan Crow,

1989:24). Artinya sikap terhadap lingkungan merupakan petunjuk tentang pandangan

dan penilaian individu terhadap lingkungan. Sikap positif terhadap lingkungan akan

12

Page 13: Perbedaan Motivasi Siswa Osis

meningkatkan motivasi berprestasi, sedangkan sikap negatif terhadap lingkungan akan

menurunkan motivasi berprestasi.

Selain itu, ada empat unsur yang merupakan penyebab motivasi berprestasi yang

dikemukakan oleh Weiner (dalam Martaniah, 1984:2). Keempat unsur tersebut adalah

kemampuan atau kekuatan, usaha, kesukaran tugas, dan keberuntungan atau kebutuhan.

Selanjutnya empat atribusi penyebab tersebut dibagi dalam dua dimensi yaitu locus of

control dan stabilitas. Locus of control ini dapat bersifat internal dan eksternal.

Sedangkan stabilitas dapat bermacam-macam, dia mengklasifikasikan

kemampuan dan usaha sebagai penentu internal dan perilaku. Kemudian kesukaran tugas

dan keberuntungan sebagai penentu perilaku eksternal. Berdasarkan penemuannya

bersama Potipan, maka dikemukanlah pendapatnya tentang motivasi berprestasi yaitu

sebagai berikut :

a. Individu yang mempunyai motif berprestasi tinggi mengatribusikan sukaes pada usaha

dan mengatribusikan kegagalan pada tidak adanya usaha.

b. Individu yang mempunyai motif berprestasi rendah tidak melihat usaha sebagai

sesuatu yang menentukan hasil.

c. Individu yang mempunyai motif berprestasi tinggi menganggap menyebab sukses

adalah kemampuan yang tinggi, sedang yamg mempunyai motif berprestasi rendah

menganggap penyebab karena kurangnya kemampuan.

d. Individu yang mempunyai motif berprestasi tinggi secara relative mempunyai

kemampuan yang tinggi.

Banyak teori yang mendasari motivasi. Menurut Morgan (dalam Sardiman,

2000:78) ada empat faktor pendorong bagi seseorang melakukan kegiatan dan dapat

memicu munculnya motivasi berprestasi siswa, antara lain :

a. Kebutuhan untuk berbuat sesuatu aktivitas.

13

Page 14: Perbedaan Motivasi Siswa Osis

b. Kebutuhan untuk menyenangkan orang lain.

c. Kebutuhan untuk mencapai hasil.

d. Kebutuhan untuk mengatasi kesulitan.

Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi adalah sebagai

berikut :

a. Cita-cita atau Aspirasi

Cita-cita atau disebut juga aspirasi adalah suatu target yang ingin dicapai. Target ini

diartikan sebagai tujuan yang ditetapkan dalam suatu kegiatan yang mengandung

makna bagi seseorang. Aspirasi ini dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat

negatif. Siswa yang mempunyai aspirasi positif adalah siswa yang menunjukan

hasratnya untuk memperoleh keberhasilan. Sebaliknya siswa yang mempunyai

aspirasi negatif adalah siswa yang menunjukan keinginan atau hasrat menghindari

kegagalan.

b. Kemampuan Belajar

Kemampuan ini meliputi beberapa aspek psikis yang terdapat dalam diri siswa,

misalnya pengamatan, perhatian, ingatan, daya piker dan fantasi. Dalam kemampuan

belajar ini, taraf perkembangan berpikir siswa menjadi ukuran. Siswa yang taraf

perkembangan berpikirnya konkrit tidak sama dengan siswa yang sudah sampai pada

taraf perkembangan berpikir operasional. Jadi siswa yang mempunyai kemampuan

belajar tinggi, biasanya lebih bermotivasi dalam belajar, karena siswa tersebut lebih

sering memperoleh sukses, sehingga kesuksesan ini memperkuat motivasinya.

c. Kondisi Siswa

Kondisi fisik dan kondisi psikologis siswa sangat mempengaruhi factor motivasi,

sehingga sebagai guru harus lebih cermat melihat kondisi fisik dan psikologis siswa.

Misalnya siswa yang kelihatan lesu, mengantuk, mungkin disebabkan waktu berangkat

14

Page 15: Perbedaan Motivasi Siswa Osis

belum sarapan, atau mungkin dirumah mengalami masalah yang menimbulkan

kemarahan, kejengkelan atau mungkin kecemasan. Maka kondisi-kondisi fisik dan

psikologis inipun dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan motivasi siswa.

d. Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan merupakan suatu unsur-unsur yang datang dari luar diri siswa.

Unsur-unsur disini dapat berasal dari lingkungan keluarga, sekolah maupun lingkungan

masyarakat baik yang menghambat atau mendorong. Kalau dilihat dari lingkungan

sekolah, guru harus berusaha mengelola kelas, menciptakan suasana belajar yang

menyenangkan, menampilkan diri secara menarik dalam rangka membantu siswa

termotivasi dalam belajar.

e. Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar

Unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah unsure-unsur yang keberadaannya dalam

proses belajar tidak stabil, kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah dan bahkan

hilang sama sekali, khususnya kondisikondisi yang sifatnya kondisional. Misalnya

keadaan emosi siswa, gairah belajar, dan situasi dalam keluarga.

f. Upaya Guru Membelajarkan Siswa

Upaya yang dimaksud adalah bagaimana guru mempersiapkan diri dalam

membelajarkan siswa mulai dari penguasaan materi, cara menyampaikannya, menarik

perhatian siswa, dan mengevaluasi hasil belajar. Apabila uapaya guru hanya sekedar

mengajar, artinya keberhasilan guru yang menjadi titik tolak, besar kemungkinan siswa

tidak tertarik untuk belajar. Dengan kata lain motivasi untuk belajar siswa melemah

atau hilang.

15

Page 16: Perbedaan Motivasi Siswa Osis

4. Macam-macam Motivasi

Berdasarkan sifatnya, motivasi dapat dibagi dua yaitu motivasi intrinsik dan

ekstrinsik.

a. Motivasi Intrinsik

Motivasi Intrinsik adalah motivasi yang timbul dari diri sendiri dan tidak dipengaruhi

oleh sesuatu dari luar. Jadi tingkah laku yang dilakukan seseorang disebabkan oleh

kemauan diri sendiri, bukan dorongan dari luar. Misalnya seorang siswa mengerjakan

pekerjaan rumah soal-soal matematika, bertujuan untuk memahami konsep-konsep

matematika melalui penyelesaian soal-soal itu, bukan karena takut pada guru atau

ingin mendapat pujian dari guru.

b. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbulnya dalam diri seseorang karena

pengaruh dari rangsangan luar. Misalnya siswa yang mengerjakan pekerjaan rumah ,

sekedar mematuhi perintah guru, kalau tidak dipatuhi guru akan memarahinya.

Sedangkan menurut latar belakang perkembangannya motivasi dapat digolongkan

menjadi dua yaitu motivasi primer dan motivasi sekunder. Motivasi primer adalah

motivasi bawaan dan tidak dipelajari. Termasuk dalam motif ini antara lain, rasa haus,

rasa lapar. Sedangkan motivasi sekunder adalah motivasi yang diperolah dari belajar

melalui pengalaman. Oleh beberapa ahli motif sekunder ini disebut juga motif sosial.

Termasuk dalam motif sosial ini adalah motif berprestasi, motif berkuasa (TIM MKDK

IKIP Semarang::32).

Selain itu, ada juga ahli yang menggolongkan motif-motif menjadi dua macam

atas dasar isi atau persangkut-pautannya yaitu :

a. Motif Jasmaniah, seperti reflek, insting, otomatisme, nafsu, hasrat dan sebagainya.

16

Page 17: Perbedaan Motivasi Siswa Osis

b. Motif Rohaniah, yaitu kemauan, Kemauan itu sendiri terbentuk melalui empat momen

antara lain : 1) momen timbulnya alasan-alasan, misalnya seseorang yang giat belajar

dikamar karena (alasannya) sebentar lagi akan menempuh ujian 2) momen pilih, yaitu

keadaan dimana ada alternatif-alternatif, yang menyebabkan persaingan antara alasan-

alasan itu. Disini orang menimbang-nimbang dari berbagai segi untuk menentukan

pilihan, alternatif mana yang dipilih 3) momen putusan, momen perjuangan alasan-

alasan berakhir dengan dipilihnya salah satui alternatif, dan ini menjadi putusan,

ketetapan yang menentukan aktivitas yang akan dilakukan 4) momen terbentuknya

kemauan, dengan diambilnya sesuatu keputusan maka timbulah didalam manusia

dorongan untuk bertindak, melakukan putusan tersebut.

5. Upaya meningkatkan Motivasi

Seperti diketahui, motivasi berprestasi siswa tidak sama. Pada siswa yang

motivasinya bersifat intrinsik, kemauan belajarnya lebih kuat dan tidak tergantung dari

faktor di luar dirinya. Sebaliknya dengan siswa yang motivasi belajarnya bersifat

ekstrinsik. Kemauan untuk belajar tergantung pada kondisi diluar dirinya.

Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi antara lain:

a. Mengoptimalkan Penerapan Prinsip-prinsip Belajar.

Ada beberapa prinsip yang terkait dalam proses belajar, misalnya perhatian siswa,

keaktifan siswa, keterlibatan langsung siswa, pengulangan belajar, materi pelajaran

yang merangsang dan menantang, pemberian balikan dan penguatan. Agar motivasi

belajar siswa meningkat, hendaknya guru berusaha menciptakan situasi sedemikian

rupa, sehingga perhatian, keterlibatan siswa yang termasuk dalam prinsip belajar

berfungsi secara optimal.

17

Page 18: Perbedaan Motivasi Siswa Osis

b. Mengoptimalkan Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar.

Yang dimaksud dalam unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur yang

keberadaannya dapat berubah-ubah, dari tidak ada menjadi ada, dari keadaan

melemah menjadi menguat. Yang termasuk dalam unsur ini antara lain bahan

pengajar, alat bantu belajar dan upaya pengadaanya, suasana belajar dan upaya

pengembangannya, kondisi siswa dan upaya penyiapan dan penguatannya. Guru

sebagai seorang pendidik hendaknya berusaha mengorganisasikan pelajaran, sehingga

siswa mudah dan senang mempelajarinya. Selain itu guru harus pula

mempertimbangkan beberapa hal dalam memilih mata pelajaran, antara lain tingkat

kemampuan siswa, tingkat perkembangan usia siswa, keterkaitannya dengan

pengalaman siswa, kesesuaian materi dengan minat atau lingkungan siswa.

c. Mengoptimalkan Pemanfaatan Pengalaman yang telah dimiliki Siswa

Siswa lebih senang mempelajari materi pelajaran yang baru, apabila siswa mempunyai

latar belakang pengalaman untuk mempelajari materi baru tersebut. Oleh karena itu

perbanyaklah contoh-contoh untuk menjelaskan konsep baru.

d. Mengembangkan Cita-cita atau Aspirasi Siswa.

Setiap siswa mempunyai cita-cita untuk mencapai kesuksesan dalam belajar, namun

tidak semua siswa mencapai kesuksesan tersebut. Kesesuksesan biasanya dapat

meningkatkan aspirasi dan kegagalan mengakibatkan aspirasi rendah. Untuk

meningkatkan aspirasi ini hendaknya guru tidak menjadikan siswa selalu gagal.

Alangkah idealnya siswa diberi kesempatan merumuskan belajar sesuai dengan

kemampuannya (TIM MKDK IKIP Semarang: 36).

18

Page 19: Perbedaan Motivasi Siswa Osis

B.Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)

Berikut ini akan dijelaskan beberapa pengertian OSIS, fungsi OSIS, struktur,

program kerja serta faktor pendukung dan penghambat program kerja OSIS anatara lain :

1. Pengertian OSIS

a. Secara Semantis

Dalam Surat Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor

226/C/kep/0/1992 di sebutkan bahwa organisasi kesiswaan di sekolah adalah OSIS.

Kepanjangan OSIS adalah Organisasi Siswa intra Sekolah, yang masing-masing

kata mempunyai pengertian sebagai berikut:

1) Organisasi, adalah kelompok kerjasama antar pribadi yang diadakan untuk

mencapai tujuan bersama. Organisasi dalam hal ini dimaksudkan sebagai satuan

atau kelompok kerjasama para siswa yang dibentuk dalam usaha mencapai

tujuan bersama, yaitu mendukung terwujudnya pembinaan kesiswaan.

2) Siswa, adalah peserta didik pada satuan pendidikan dasar dan menengah.

3) Intra, berarti terletak didalam dan diantara. Sehingga suatu organisasi siswa yang

ada di dalam dan di lingkungan sekolah yang bersangkutan.

4) Sekolah, adalah satuan pendidikan tempat menyelenggarakan kegiatan belajar

mengajar, yang dalam hal ini sekolah dasar dan sekolah menengah atau

sekolah/madrasah yang sederajat.

b. Secara Organis

OSIS adalah satu-satunya wadah organisasi siswa yang sah disekolah, oleh karena

itu setiap sekolah wajib membentuk OSIS yang tidak mempunyai hubungan

organisator dengan OSIS disekolah lain dan tidak menjadi bagian/alat dari

organisasi lain yang ada diluar sekolah.

19

Page 20: Perbedaan Motivasi Siswa Osis

c. Secara fungsional

OSIS adalah sebagai salah satu dari empat jalur pembinaan kesiswaan, disamping

tiga jalur yang lain yaitu: latihan kepemimpinan, ekstrakurikuler dan wawasan

wiyatamandala.

.d. Secara sistematik

OSIS sebagai tempat kehidupan berkelompok siswa yang bekerjasama untuk

mencapai tujuan bersama. Oleh karena itu OSIS sebagai suatu sistem ditandai oleh

1) berorientasi pada tujuan 2) memiliki susunan kehidupan kelompok 3) memiliki

sejumlah peranan 4) terkoordinasi 5) berkelanjutan dalam waktu tertentu.

2. Fungsi

Sebagai salah satu jalur dari pembinaan kesiswaan, maka fungsi dari OSIS itu sendiri

adalah sebagai berikut:

a. Sebagai wadah

Organisasi Siswa Intra Sekolah merupakan salah satu-satunya wadah kegiatan para

siswa disekolah bersama dengan jalur pembinaan yang lain untuk mendukung

tercapainya tujuan pembinaan kesiswaan. Oleh sebab itu OSIS dalam mewujudkan

fungsinya sebagai wadah dan wahana harus selalu bersama-sama dengan jalur yang

lain yakni latihan kepemimpinan, ekstrakurikuler, dan wawasan wiyatamandala,

untuk bekerjasama dalam mewujudkan tujuan bersama.

b. Sebagai Motivator

Motivator adalah perangsang yang menyebabkan lahirnya keinginan dan semangat

para siswa untuk berbuat dan melakukan kegiatan bersama dalam mencapai tujuan.

OSIS akan berperan sebagai penggerak apabila para pembina, pengurus, mampu

membawa OSIS selalu dapat menyesuaikan dan memenuhi kebutuhan yang

diharapkan, yaitu menghadapi perubahan, memiliki daya tangkal terhadap

20

Page 21: Perbedaan Motivasi Siswa Osis

ancaman, memanfaatkan peluang dan perubahan serta memberikan kepuasan

terhadap anggotanya.

c. Sebagai Preventif

Apabila fungsi yang bersifat intelek dalam arti secara internal OSIS dapat

menggerakkan sumber daya yang ada dan secara eksternal OSIS mampu

beradaptasi dengan lingkungan, seperti menyelesaikan persoalan perilaku-perilaku

menyimpang siswa dan sebagainya. Dengan demikian secara preventif OSIS ikut

menanamkan sekolah dari segala ancaman yang datang dari dalam maupun dari

luar. Fungsi preventif OSIS akan terwujud apabila fungsi OSIS sebagai pendorong

lebih dahulu harus dapat diwujudkan.

3. Struktur OSIS SMP N 1 Subang

Sebagai suatu lembaga sudah barang tentu memiliki apa yang disebut dengan struktur

organisasi. Struktur ini sangat erat hubungannya dengan pemberian tugas, wewenang

serta tangggung jawab agar mudah dan lancer didalam pelaksanaannya. Bahwa

penanggunmg jawab pembinaan OSIS di sekolah ini adalah kepala sekolah, wakil

kepala sekolah dibantu oleh guru sebagai pembina. Adapun struktur OSIS SMP N 1

Subang adalah sebagai berikut, ketua dibantu wakil ketua, kemudian sekretaris,

bendahara dan pembantu umum. Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya

dibentuklah pengurus harian guna mendukung kegiatan OSIS yaitu seksi agama, seksi

humas, seksi perlengkapan, seksi seni dan olah raga kesehatan serta seksi majalah

dinding. Berikut ini adalah Bagan Struktur OSIS SMP N 1 Subang :

21

Page 22: Perbedaan Motivasi Siswa Osis

4. Kegiatan atau Program Kerja OSIS SMP N 1 Subang

OSIS adalah Organisasi Siswa Intra Sekolah yang dibentuk sebagai suatu sarana para

siswa untuk mengeluarkan aspirasinya. Sebagai satusatunya organisasi yang berada

dalam likungan sekolah, OSIS memiliki beberapa program kerja yaitu :

a. Upacara Bendera

b. Rapat pengurus OSIS

c. Pelaksanaan Masa Orientasi Siswa

d. Pendataan anggota OSIS

e. Pelaksanaan Ekstrakurikuler

f. Lomba memeriahkan Hari Besar

g. Upacara Hari Besar Nasional

h. Pelaksanaan Persami

i. Peringatan Hari Besar Agama

j. Kegiatan Bulan Ramadhan

k. Rapat Evaluasi Kegiatan

l. Rapat Rutin 1 Bulan sekali

22

Page 23: Perbedaan Motivasi Siswa Osis

m. Kegiatan Akhir Semester

n. Evaluasi Kegiatan Akhir Semester

5. Faktor Pendukung dan Penghambat Program Kerja OSIS SMP N 1 Subang

Setelah melakukan beberapa kali kunjungan dan melakukan wawancara dengan pihak

sekolah dan siswa, maka didapatkan beberapa faktor pendukung dan penghambat

OSIS di SMP N 1 Subang antara lain :

a. Faktor Pendukung

Keberhasilan dalam kegiatan/program kerja memang tidak terlepas dukungan dari

berbagai pihak. Terutama dari pihak pengelola sekolah sendiri, baik kepala

sekolah, guru maupun siswa dan sarana prasarana yang cukup mendukung serta

pihak lainnya yang tidak dapat di sebutkan satu persatu.

b. Faktor Penghambat

Beberapa faktor yang menghambat pelaksanaan program kerja OSIS adalah

keterbatasan dana dan waktu yang terkadang berbarengan dengan kegiatan belajar

mengajar, sehingga mengakibatkan program/kegiatan yang sudah direncanakan

tidak dapat terlaksana.

C. Hubungan motivasi berprestasi antara siswa yang menjadi pengurus OSIS

dengan siswa yang bukan pengurus OSIS

OSIS merupakan wadah kegiatan siswa di sekolah yang bukan hanya melatih

siswa mengenai kemampuan berorganisasi, juga merupakan wahana yang potensial

untuk mengembangkan dan meningkatkan motivasi berprestasi siswa-siswa SMP.

Diharapkan dengan berbagai kegiatan yang dilakukan siswa yang menjadi

pengurus OSIS tidak membuat siswa merasa jenuh, akan tetapi dapat membuat siswa

23

Page 24: Perbedaan Motivasi Siswa Osis

merasa terpacu untuk meningkatkan motivasi berprestasi yang tinggi, sehingga mampu

berkompetisi dan bersaing untuk memperolah prestasi yang terbaik. Namun yang terjadi

di lapangan berbeda, tidak semua siswa yang menjadi pengurus OSIS menunjukkan

motivasi breprestasi yang tinggi, sedangkan ada siswa yang bukan pengurus OSIS dapat

memperlihatkan motivasi berprestasi yang tinggi. Dari hasil penelitian tentang perbedaan

motivasi berprestasi pada siswa dari orang tua di rumah dan orang tua tidak di rumah

pada SMP N 1 Subang.

Tahun Pelajaran 2001-2002 yang dilakukan mahasiswa BK menunjukkan bahwa

ada perbedaan yang signifikan antara siswa yang orang tuanya dirumah dengan siswa

yang orang tuanya tidak dirumah yaitu motivasi berprestasi siswa yang orang tuanya di

rumah lebih tinggi dari pada motivasi berprestasi siswa yang orang tuanya tidak dirumah

(Uin Masrurin, 2001: 49).

Direktorat pembinaan kesiswaan, secara eksplisit menyuratkan tugas pokok OSIS

adalah menghimpun ide, pemikiran, bakat, kreativitas, minat siswa, mendorong sikap,

jiwa, semangat persatuan dan kesatuan diantara para siswa serta tempat sarana untuk

berkomunikasi dan berinteraksi sosial, menyampaikan pikiran dan gagasan dalam usaha

untuk lebih mematangkan kemampuan berpikir, berwawasan dan mengambil keputusan.

Oleh karena itu adanya dorongan dari siswa sendiri terutama yang menjadi pengurus

OSIS adalah modal utama untuk menjadi yang terbaik, dengan berbagai kegiatan yang

dilakukan bukan menjadi halangan untuk tetap berprestasi.

24

Page 25: Perbedaan Motivasi Siswa Osis

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Suharsimin Arikunto, 1997 :

102). Sedangkan Sutrisno Hadi (1997 : 220) menyatakan populasi adalah seluruh yang

dimaksud untuk diselidiki. Dari dua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

populasi adalah keseluruhan dari subyek penelitian atau jumlah individu dalam suatu

dalam suatu wilayah penelitian yang mempunyai karakteristik yang sama. Berdasarkan

pengertian di atas dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah siswa SMP N 1

Subang tahun pelajaran 2010/2011.

B. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Suharsimin

Arikunto, 1998 : 117). Dalam suatu penelitian, subyek yang diambil kurang dari 100

orang maka digunakan penelitian populasi artinya seluruh subyek yang ada menjadi

sample. Sedang subyek penelitian lebih dari 100 orang maka dapat digunakan penelitian

sampel dengan prosentase sampel yang diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25%.

Karena jumlah responden yang di gunakan sebanyak 45 siswa maka dalam penelitian ini

menggunakan sampel total yaitu semua anggota populasi sebagai sampel penelitian.

25

Page 26: Perbedaan Motivasi Siswa Osis

C. Variabel Penelitian

Variable adalah gejala-gejala yang menunjukkan variasi, baik dalam jenisnya

maupun dalam tingkatannya (Sutrisno Hadi, 1989: 224). Gejala variasi yang

dimaksudkan adalah motivasi berprestasi siswa yang menjadi pengurus OSIS dengan

siswa yang bukan pengurus OSIS di SMP N 1 Subang Tahun Pelajaran 2010/2011.

berdasarkan pengertian tentang variabel penelitian maka variabel yang di teliti yaitu

siswa yang bukan pengurus OSIS berfungsi sebagai variabel bebas, sedangkan motivasi

berprestasi siswa berfungsi sebagai variable terikat.

D. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian perlu dikumpulkan sejumlah data yang dibutuhkan. Data yang

dikumpulkan dapat mendukung dalam keberhasilan penelitian. Pengumpulan data

dilakukan dengan berbagai metode dan tentunya diperlukan metode yang tepat. Metode

pengumpulan data yang digunakan dalam peneltian ini adalah skala Psikologis. Skala

Psikologis ini digunakan untuk mengungkap dan menyimpulkan data tentang motivasi

berprestasi siswa yang menjadi pengurus OSIS dengan siswa yang bukan pengurus

OSIS. Adapu siswa yang dijadikan subyek penelitian adalah sejumlah siswa yang

menjadi pengurus OSIS dengan siswa yang bukan pengurus OSIS di SMP N 1 Subang

Tahun Pelajaran 2010/2011 sebanyak 45 siswa. Instrumen skala psikologi yang disusun

berdasarkan indicator penelitian yang ditetapkan. Indikator penelitian merupakan unsur-

unsur dari variable penelitian yang dapat digunakan ukuran keberhasilan suatu

penelitian. Agar instrumen skala psikologis dapat terarah digunakan sebagai alat, maka

instrument disusun dan dikembangkan berdasarkan indikator-indikator yang ditetapkan

26

Page 27: Perbedaan Motivasi Siswa Osis

dalam kisi-kisi. Indikator penelitian digunakan sebagai dasar penyusunan instrumen juga

dimaksudkan agar hasil penelitian dapat diperoleh dengan valid dan reliabel.

Untuk selanjutnya instrumen penelitian ini harus dibuat terlebih dahulu oleh

peneliti. Bentuk instrumen skala psikologi yang dibuat dan digunakan dapat berupa

pilihan ganda dengan opsen lima pilihan. Skor tiap opsen dibuat dengan skala bertingkat

atau bentuk skor rentangan (rating scale). Adapau skor jawaban yang digunakan berkisar

antara 1-5, dengan skor tiap opsen disesuaikan dengan bentuk penyataannya. Hal ini

dimaksudkan untuk memperoleh data yang diharapkan.

Ada pun indikator-indikator yang ditetapkan dalam kisi-kisi yang akan

dikembangkan dalam penyusunan instrumen adalah sebagai berikut :

Tabel 1.Rancangan Kisi-kisi Motivasi Berprestasi

Instrumen skala psikologi yang dibuat menggunakan lima alternative jawaban

yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu (R), tidak setuju (TS), dan sangat tidak

setuju (STS). Untuk pernyataan positif, nilai 5 diberikan untuk jawaban sangat setuju,

nilai 4 untuk jawaban setuju, nilai 3 untuk jawaban ragu-ragu, nilai 2 untuk jawaban

tidak setuju dan nilai 1 untuk jawaban sangat tidak setuju. Sebaliknya untuk pernyataan

27

Page 28: Perbedaan Motivasi Siswa Osis

negatif, nilai tertinggi 5 diberikan untuk jawaban sangat tidak setuju, nilai 4 untuk

jawaban tidak setuju, nilai 3 untuk jawaban ragu-ragu, nilai 2 untuk jawaban setuju, dan

untuk nilai 1 untuk jawaban sangat setuju.

E. Validitas dan Reliabilitas

a. Validitas

Suatu instrumen atau skala psikologis dikatakan valid apabila instrumen tersebut

dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Hasil penelitian yang valid

apabila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya

pada obyek. Jadi instrument yang valid merupakan syarat untuk mendapatkan hasil

penelitian yang valid.

Untuk mengetahui kevalidan suatu instrumen yang akan disebarkan kepada

responden sesungguhnya sebagai obyek penelitian maka instrument yang telah disusun

oleh praktikan perlu diuji cobakan sehingga instrument yang akan diberikan kepada

responden benar-benar mengukur sesuai dengan obyek yang akan di ukur dengan

menggunakan rumus korelasi product moment (Sutrisno H, 1994:294).

Adapun rumusnya adalah sebagai berikut :

Keterangan:

rxy = Korelasi product moment antara x dan y

X = Nilai tiap item atau jumlah skor item

28

Page 29: Perbedaan Motivasi Siswa Osis

Y = Jumlah skor total

N = Jumlah subjek

X2 = Jumlah kuadrat skor item

Y2 = Jumlah kuadrat skor total

XY = Jumlah perkalian antara skor item

b. Reliabilitas

Reliabilitas adalah suatu alat ukur berkisar pada persoalan stabilitas skor

persoalan tentang kekonsistenan hasil pengukuran (Sutrisno Hadi, 1991:127).

Reliabilitas adalah menunjukkan pada ketetapan (konsistensi) dari nilai yang diperoleh

sekelompok individu dalam kesempatan yang berbeda dengan test yang sama atau

itemnya “ekuivalen” (Conny, 1982:39). Karena variabel yang akan diteliti merupakan

variabel dengan jawaban skala bertingkat maka uji reliabilitasnya dengan menggunakan

rumus Alpha. Rumus Alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang

skornya bukan 1 dan 0 tapi mempunyai rentang 1–3, 1–5 dan seterusnya..

Adapun rumus Alpha adalah sebagai berikut :

Keterangan

r11 = Reliabilitas instrumen

k = Banyaknya butir pernyataan

= jumlah varian butir

= varian total

(Suharsimi Arikunto, 1996 : 191)

29

Page 30: Perbedaan Motivasi Siswa Osis

F. Analisa Data

Untuk mengetahui perbedaan motivasi berprestasi yang dimiliki siswa yang

menjadi pengurus OSIS dengan siswa yang bukan pengurus OSIS yaitu dengan

menggunakan rumus t-tes (Sudjana, 1992:239). Adapun rumus yang di sajikan adalah :

Dimana :

Keterangan :

30

Page 31: Perbedaan Motivasi Siswa Osis

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pembahasan pada bab ini adalah hasil dari studi lapangan untuk memperoleh data

dengan angket untuk mengukur variabel motivasi berprestasi siswa yang menjadi

pengurus OSIS dan bukan pengurus OSIS di SMP N 1 Subang. Gambaran umum tentang

variabel motivasi berprestasi digunakan analisis deskriptif dan untuk menguji hipotesis

yang menyatakan ada perbedaan motivasi berprestasi antara siswa yang menjadi

pengurus OSIS dan bukan pengurus OSIS digunakan statistik uji t. Responden penelitian

ini adalah siswa kelas I, II dan III SMP N 1 Subang sebanyak 45 siswa, yang terdiri dari

25 siswa bukan pengurus OSIS dan 20 siswa pengurus OSIS.

A. Deskripsi Motivasi Berprestasi Siswa

Sebagai penggambaran mengenai variabel penelitian yaitu motivasi berprestasi

digunakan statistik deskriptif. Untuk mengintepretasikannya digunakan rata-rata yang

dikonsultasikan dengan rata-rata idealnya. Pada penelitian ini menggunakan angket

dengan skor tertinggi 5 dan terendah 1, sehingga dapat dibuat kriteria tingkatan sebagai

berikut.

Mean tertinggi = 5

Mean terendah = 1

Rentang = mean tertinggi – mena terendah = 5-1 = 4

Banyak kelas = 5 kategori

Panjang kelas = rentang : banyak kelas = 4: 5 = 0,8

Dengan demikian kriteria untuk mendeskriptifkan motivasi berprestasi siswa

31

Page 32: Perbedaan Motivasi Siswa Osis

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.Kriteria penentuan tingkatan motivasi beprestasi

1,00 – 1,80 Sangat rendah

1,81 – 2,60 Rendah

2,61 – 3,40 Cukup

3,41 – 4,20 Tinggi

4,21 – 5,00 Sangat tinggi

(Maman Rachman, 2004 : 36)

Rata-rata motivasi berprestasi dari siswa yang menjadi pengurus OSIS dan bukan

pengurus OSIS dapat dilihat pada tabel 3 berikut.

Tabel 3.Rata-rata motivasi beprestasi Siswa

32

Page 33: Perbedaan Motivasi Siswa Osis

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa rata-rata motivasi berprestasi siswa yang

menjadi pengurus OSIS mencapai 3,36 dan yang bukan pengurus OSIS mencapai 3.10.

Keduanya pada interval yang sama yaitu dalam kategori cukup, namun jika dilihat dari

rata-ratanya ada kecenderungan bahwa motivasi berprestasi siswa yang menjadi

pengurus OSIS lebih tinggi daripada yang bukan pengurus OSIS. Hal ini dapat dilihat

dari distribusi frekuensi tingkatan motivasi berprestasi dari kedua kelompok tersebut

pada tabel 4.

Tabel 4.Distibusi Frekuensi motivasi beprestasi Siswa

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa dari 25 siswa yang bukan pengurus

OSIS semuanya mempunyai motivasi berprestasi yang cukup, sedangkan dari 20 siswa

yang menjadi pengurus OSIS terdapat 13 siswa atau 65% mempunyai motivasi

berprestasi yang cukup dan 7 siswa atau 35% mempunyai motivasi berprestasi yang

tinggi.

1. Berorientasi Sukses

Berdasarkan tabel 3, diperoleh rata-rata skor pada indikator beroroentasi sukses

pada kelompok siswa yang menjadi pengurus OSIS mencapai 3.34 dan yang bukan

pengurus OSIS sebesar 3.14. Rata-rata kedua kelompok tersebut pada interval yang sama

yaitu dalam kategori cukup. Jika dilihat dari besarnya rata-ratanya ada kecenderungan

bahwa siswa yang menjadi pengurus OSIS mempunyai orientasi untuk sukses yang lebih

33

Page 34: Perbedaan Motivasi Siswa Osis

tinggi daripada siswa yang bukan pengurus OSIS. Hal ini dapat dilihat juga dari

distribusi frekuensi pada tabel 5.

Tabel 5.Distibusi Frekuensi Berorientasi Sukses

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa dari 25 siswa yang bukan pengurus

OSIS terdapat 23 siswa atau 92% mempunyai orientasi untuk sukses yang cukup dan 2

siswa atau 8% dalam kategori tinggi, sedangkan dari 20 siswa yang menjadi pengurus

OSIS terdapat 10 siswa atau 50% mempunyai orientasi untuk sukses yang cukup dan 10

siswa atau 50 % siswa dalam kategori tinggi.

2. Berorientasi Ke Depan

Berdasarkan tabel 3, diperoleh rata-rata skor pada indicator beroroentasi ke depan

pada kelompok siswa yang menjadi pengurus OSIS mencapai 3.46 dalam kategori tinggi

dan yang bukan pengurus OSIS sebesar 3.20 dalam kategori cukup. Jika dilihat dari

besarnya rata-ratanya ada kecenderungan bahwa siswa yang menjadi pengurus OSIS

mempunyai orientasi ke depan yang lebih tinggi daripada siswa yang bukan pengurus

OSIS. Hal ini dapat dilihat juga dari distribusi frekuensi pada tabel 6.

34

Page 35: Perbedaan Motivasi Siswa Osis

Tabel 6.Distibusi Frekuensi Berorientasi Ke Depan

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa dari 25 siswa yang bukan pengurus

OSIS terdapat 16 siswa atau 64% mempunyai orientasi ke depan yang cukup, 7 siswa

atau 28% dalam kategori tinggi dan 2 siswa atau 8% dalam kategori rendah, sedangkan

dari 20 siswa yang menjadi pengurus OSIS terdapat 10 siswa atau 50% mempunyai

orientasi ke depan yang cukup dan 9 siswa atau 45 % siswa dalam kategori tinggi dan 1

siswa atau 5% dalam kategori sangat tinggi.

3. Suka Tantangan

Berdasarkan tabel 3, diperoleh rata-rata skor pada indikator suka tantangan pada

kelompok siswa yang menjadi pengurus OSIS mencapai 3,21 dalam kategori cukup dan

yang bukan pengurus OSIS sebesar 2,92 juga dalam kategori cukup. Jika dilihat dari

besarnya rata-ratanya ada kecenderungan bahwa siswa yang menjadi pengurus OSIS

lebih menyukai tantangan daripada siswa yang bukan pengurus OSIS. Hal ini dapat

dilihat juga dari distribusi frekuensi pada tabel 7.

35

Page 36: Perbedaan Motivasi Siswa Osis

Tabel 7.Distibusi Frekuensi Tingkat Kesukaan terhadap Tantangan

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa dari 25 siswa yang bukan pengurus

OSIS terdapat 24 siswa atau 96% tingkat kesukaan terhadap tantangan dalam kategori

cukup dan 1 siswa atau 4% dalam kategori rendah, sedangkan dari 20 siswa yang

menjadi pengurus OSIS terdapat 13 siswa atau 65% dalam kategori cukup, 6 siswa atau

30% siswa dalam kategori tinggi dan hanya 1 siswa atau 5% dalam kategori rendah.

4. Tangguh

Berdasarkan tabel 3, diperoleh rata-rata skor pada indicator tangguh pada

kelompok siswa yang menjadi pengurus OSIS mencapai 3,41 dalam kategori tinggi dan

yang bukan pengurus OSIS sebesar 3,12 dalam kategori cukup. Jika dilihat dari besarnya

rata-ratanya ada kecenderungan bahwa siswa yang menjadi pengurus OSIS lebih tangguh

daripada siswa yang bukan pengurus OSIS. Hal ini dapat dilihat juga dari distribusi

frekuensi pada tabel 8.

Tabel 8.Distibusi Frekuensi Tingkat Ketangguhan Siswa

36

Page 37: Perbedaan Motivasi Siswa Osis

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa dari 25 siswa yang bukan pengurus

OSIS terdapat 24 siswa atau 96% mempunyai tingkat ketangguhan dalam kategori

cukup, terdapat 1 siswa atau 8% dalam kategori tinggi, sedangkan dari 20 siswa yang

menjadi pengurus OSIS terdapat 12 siswa atau 60% dalam kategori cukup dan 8 siswa

atau 40% siswa dalam kategori tinggi.

B. Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini digunakan uji t. Dalam

perhitungannya menggunakan bantuan program SPSS release 10, jika diperoleh nilai

hipotesis nol ditolak yang berarti ada perbedaan yang signifikan. Hasil uji

hipotesis ini dapat dilihat dari tabel berikut.

Tabel 9Hasil Uji Hipotesis

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa nilai thitung (4,060) dengan probabilitas

0,000 < 0,05, yang berarti hipotesis diterima karena signifikan. Hal ini menunjukkan

bahwa secara nyata ada perbedaan motivasi berprestasi antara siswa yang menjadi

pengurus OSIS dan yang bukan pengurus OSIS.

Dilihat dari rata-rata skor pada kelompok siswa yang menjadi pengurus OSIS

lebih tinggi daripada kelompok siswa yang bukan pengurus OSIS, maka dapat

disimpulkan bahwa siswa yang menjadi pengurus OSIS lebih mempunyai orientasi

37

Page 38: Perbedaan Motivasi Siswa Osis

sukses, orientasi ke depan, lebih menyukai tantangan dan lebih tangguh daripada siswa

yang bukan pengurus OSIS.

Gambar 1Perbedaan Motivasi Berprestasi antara Siswa yang Menjadi Pengurus OSIS

dan Bukan Pengurus OSIS

C. Pembahasan

Hasil penelitian ini ternyata menerima hipotesis yang menyatakan ada perbedaan

motivasi berprestasi antara siswa yang menjadi pengurus OSIS dan yang bukan pengurus

OSIS. Dilihat dari rata-ratanya secara nyata siswa yang menjadi pengurus OSIS

mempunyai motivasi berprestasi yang lebih tinggi daripada yang bukan pengurus OSIS.

Ini berarti siswa yang menjadi pengurus OSIS lebih mempunyai orientasi sukses,

orientasi ke depan, lebih menyukai tantangan dan lebih tangguh daripada siswa yang

bukan pengurus OSIS.

Perbedaan ini karena siswa yang mengikuti pengurus OSIS mendapat

pengalaman yang lebih dalam menyelesaikan masalah-masalah organisasi, sehingga

dapat menumbuhkan motivasi berprestasi siswa. Penelitian ini sejalan dengan hasil

38

Page 39: Perbedaan Motivasi Siswa Osis

penelitian Nanang Wardana (1997), yang menyatakan bahwa anak yang diberi

kesempatan untuk berperilaku benar sehingga anak dapat menanamkan disiplin diri,

dengan demikian menumbuhkembangkan motivasi berprestasi bagi si anak. Dengan

disiplin yang tinggi anak akan bertanggungjawab sehingga tumbuh pula motivasi

berprestasi yang bercirikan memiliki kepercayaan diri, berorientasi ke depan, ulet dan

tangguh dalam melaksanakan tugas, berjuang untuk mendapatkan prestasi sosial.

Demikian juga pada hasil penelitian ini, dengan adanya keikutsertaan siswa pada

kegiatan OSIS, akan tertanam rasa disiplin diri yaitu melaksanakan kegiatan OSIS

dengan tepat waktu, yang akhirnya akan tumbuh motivasi berprestasi siswa. OSIS

merupakan wadah kegiatan siswa di sekolah yang bukan hanya melatih siswa mengenai

kemampuan berorganisasi, juga merupakan wahana yang potensial untuk

mengembangkan dan meningkatkan motivasi berprestasi siswa-siswa SMP. Dengan

kegiatan organisasi di dalam OSIS siswa akan mendapatkan pengalaman yang menuntut

siswa lebih mempunyai pandangan dan berorientasi untuk sukses. Hal ini dapat dilihat

dari kegiatan pengurus OSIS untuk mensukseskan program-program yang disusunnya.

Dengan kegiatan tersebut siswa lebih dituntut agar dapat melaksanakan kegiatan dalam

OSIS dengan sukses. Untuk mencapainya diperlukan persiapan, kerja sama dan

membutuhkan pandangan ke depan tentang hasil yang akan dicapai, masalah-masalah

yang mungkin terjadi. Dengan kegiatan tersebut siswa terlatih untuk berorientasi ke

depan, lebih tangguh. Dengan kebiasaan mengikuti kegiatan tersebut siswa yang menjadi

pengurus OSIS lebih cenderung menyukai tantangan.

Konsekuensi dari kegiatan yang diikuti pada OSIS akan membentuk sikap

tanggung jawab termasuk di dalamnya harus meningkatkan hasil belajarnya. Jelas bahwa

siswa yang terbiasa dengan kegiatan OSIS dapat berpengaruh pada motivasi berprestasi

39

Page 40: Perbedaan Motivasi Siswa Osis

yang lebih tinggi daripada yang buka pengurus OSIS. Dengan kegiatan yang dilakukan

siswa yang menjadi pengurus OSIS tidak membuat siswa merasa jenuh, akan tetapi dapat

membuat siswa merasa terpacu untuk meningkatkan motivasi berprestasi yang tinggi,

sehingga mampu berkompetisi dan bersaing untuk memperolah prestasi yang terbaik.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (1994: 97) menyatakan bahwa kondisi

lingkungan siswa seperti keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya dan

kehidupan kemasyarakatan yang aman, tentram, tertib dan indah maka semangat dan

motivasi belajar dengan mudah diperkuat. OSIS dalam hal ini merupakan kehidupan

mayarakat secara khusus kehidupan organisasi yang dapat membentuk sikap yang positif

yang dapat berpengaruh pada motivasi berprestasi siswa.

Hasil penelitian ini sejalan dengan tugas pokok OSIS adalah menghimpun ide,

pemikiran, bakat, kreativitas, minat siswa, mendorong sikap, jiwa, semangat persatuan

dan kesatuan diantara para siswa serta tempat sarana untuk berkomunikasi dan

berinteraksi sosial, menyampaikan pikiran dan gagasan dalam usaha untuk lebih

mematangkan kemampuan berpikir, berwawasan dan mengambil keputusan. Dorongan

dari siswa sendiri terutama yang menjadi pengurus OSIS adalah modal utama untuk

menjadi yang terbaik, dengan berbagai kegiatan yang dilakukan bukan menjadi halangan

untuk tetap berprestasi.

Secara umum dapat diambil kesimpulan bahwa dengan mengikuti kegiatan OSIS

siswa akan terbantuk sikap berorientasi untuk sukses, berorientasi ke depan, lebih

menyukai tantanagan dan lebih tangguh yang dapat berpengaruh pada motivasi

berprestasi siswa.

40

Page 41: Perbedaan Motivasi Siswa Osis

BAB VSIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diambil simpulan ada perbedaan yang

nyata motivasi berprestasi antara siswa yang menjadi pengurus OSIS dan bukan

pengurus OSIS pada SMP N 1 Subang, dimana motivasi berprestasi siswa yang menjadi

pengurus lebih tinggi daripada yang bukan pengurus OSIS, ditunjukkan dari hasil uji t

diperoleh 4,060 dengan probabilitas 0,000 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa siswa

yang menjadi pengurus OSIS mempunyai orientasi untuk mencapai kesuksesan,

berorientasi ke depan, suka tantangan dan lebih tangguh daripada yang bukan pengurus

OSIS.

Rata-rata skor untuk indikator berorientasi sukses pada siswa yang menjadi

pengurus OSIS mencapai 3,34 lebih tinggi daripada yang bukan pengurus OSIS yaitu

3,14. Rata-rata untuk indikator berorientasi ke depan pada siswa yang menjadi pengurus

OSIS mencapai 3,46 lebih tinggi daripada yang bukan pengurus OSIS yaitu 3,20. Rata-

rata untuk indikator suka tantang pada siswa yang menjadi pengurus OSIS mencapai

3,21 lebih tinggi daripada yang bukan pengurus OSIS yaitu 2,92. Rata-rata untuk

indikator tangguh pada siswa yang menjadi pengurus OSIS mencapai 3,41 lebih tinggi

daripada yang bukan pengurus OSIS yaitu 3,12.

41

Page 42: Perbedaan Motivasi Siswa Osis

B. Saran

1. Disarankan kepada pembina OSIS dan guru pembimbing untuk menyeleksi jenis

kegiatan OSIS yang mampu meningkatkan motivasi berprestasi siswa. Dengan

pengawasan dan arahan tersebut diharapkan siswa yang menjadi pengurus OSIS

mampu bersaing dalam prestasi di kelas dan tetap dapat menjalankan kepengurusan

OSIS.

2. Bagi siswa yang bukan pengurus OSIS hendaknya juga diberikan kegiatan atau

penugasan yang dapat meningkatkan motivasi berprestasi seperti karya ilmiah, tugas

belajar di rumah yang menuntut tanggung jawab yang tinggi dan keuletan dalam

mengerjakan tugas tersebut, tidak terkecuali bagi siswa yang menjadi pengurus OSIS

juga mendapatkan penugasan tersebut.

3. Bagi peneliti lain dapat mengkaji lebih lanjut tentang perbedaan jenis kegiatan yang

dilakukan antara siswa yang menjadi pengurus OSIS dan bukan pengurus OSIS dan

kaitannya dengan motivasi berprestasi. Dengan penelitian tersebut diharapkan dapat

ditemukan jenis-jenis kegiatan yang berpengaruh terhadap peningkatan motivasi

berprestasi siswa.

42

Page 43: Perbedaan Motivasi Siswa Osis

DAFTAR PUSTAKA

Abror, Abd. Rachman. 1993. Psikologi Pendidikan. PT. Tiara Wacana. Yogjakarta.

Arikunto, suharsini. 1998, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta:Rineka

Cipta.

Azwar Saifuddin. 1997, Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Crow, L & Crow, A. 1989. Psikologi Pendidikan. Penterjemah : Abror Yogjakarta: Nur

Cahaya.

Direktorat Pembinaan Kesiswaan. 1997, Petunjuk Pelaksanaan Organisasi Siswa Intra

Sekolah. (OSIS). Jakarta: Depdikbud

Gunarso, S.D dan Y.S.D. Gunarso. 1996. Psikologi Praktis : Anak, remaja dan keluarga.

BPK Gunung Mulia, Jakarta.

Irwanto. 1991. Psikologi Umum. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kartono, K.1985. Psikologi Sosial untuk Manajemen Perusahaan dan Industri. Jakarta:

CV. Rajawali.

Maman R, 2004. Konsep Statistika. UNNES Press.

Masrurin, U. 2005. Perbedaan Motivasi Berprestasi Siswa yang Orang Tuanya di rumah

dan Orang Tuanya tidak di Rumah. Skripsi. Semarang : Fakultas Ilmu

Pendidikan UNNES.

Martaniah, Sri Mulyani. 1984, Motif Sosial. Yogyakarta: Gadjah MadaUniversity Press.

Nanang W, 2002. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Motivasi Berprestasi Siswa

Kelas II SMP Veteran Purwokerto. Skripsi. Semarang : Fakultas Imu

Pendidikan UNNES.

Purwanto,E. 1993. Pengaruh Balikan Sosial terhadap Motivasi Berprestasi. Tesis.

Purwanto, M.N. 1990. Psikologi Pendidikan. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

43

Page 44: Perbedaan Motivasi Siswa Osis

Sadli, Saparinah. 1991. Intelegensi Bakat dan Tes-IQ. Gaya Favorit Press Fakultas

Psikologi Universitas Indonesia. Jakarta.

Sardiman,A.M. 2000. Interaksi dan motivasi belajar mengajar. CV. Rajawali.Jakarta.

Sugiyo, E. Purwanto, T.E, Budiningi, M Nasrun dan S Haryanto. 1995. Menungkatkan

Motivasi Berprestasi siswa melalui Pelatihan Atribusi Kausal. IKIP

Semarang .

Sudjana, MA. 1992. Metode Statistika. Tarsito Bandung

Rasimin, B.S. 1982. Motivasi dalam Belajar. Jakarta:Depdikbud.

Sudi Harsih. 2005. Perbedaan Motivasi Belajar antara Siswa yang Ber-Nun Tinggi,

Sedang, Rendah. Skripsi. Semarang : Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES.

Suryabrata, S. 1995. Psikologi Pendidikan. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Suryabrata, S. 1984. Psikologi Pendidikan. Jakarta: CV. Rajawali.

Tabrani, A.Rusyan, dkk, 1998. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung:

PT. Remadja Karya.

Tim MKDK. 1996. Belajar dan Pembelajaran. IKIP Semarang.

Thoha, Miftah, 1983. Perilaku Organisasi. (konsep dasar dan aplikasinya). Jakarta:

Rajawali Press.

Winkel, Ws, 1990. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Rajawali Press.

44