perbatasan negara. (2) strategiweaknessess – opportunities ...eprints.umm.ac.id/59138/3/bab...
TRANSCRIPT
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian terdahulu
Lesawengen et al (2016 ) menganalisis indikator-indikator lingkungan
alam, lingkungan sosial, kapasitas SDM lokal, keterbatasan infrastruktur dan
sarana penunjang pariwisata, pengelolaan, promosi, akses hubungan internasional,
kemajuan teknologi komunikasi dan informasi pariwisata, tren pariwisata, fokus
pengembangan pariwisata, isu pertahanan keamanan dan stabilitas politik,
kompetisi dengan destinasi sejenis, dan konflik kewenangan pengelolaan. Metode
yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif kualitatif dan analisis SWOT.
Hasil penelitian tersebut yaitu menunjukkan bahwa (1) strategi Strenghts –
Opportunities (S-O) : strategi pengembangan produk ekowisata bahari di
perbatasan negara. (2) StrategiWeaknessess – Opportunities (W-O) : strategi
pengembangan pasar dan promosi dan strategi pengembangan sarana pariwisata.
(3) StrategiStrenghts – Threats (S-T) : strategi pengembangan kerjasama antara
lembaga dan peningkatan investasi dan strategi pengembangan kerjasama
regional. (4) Strategi Weaknessess – Threats (W-T) : strategi pengembangan
kapasitas SDM dan manajemen destinasi. Persamaan penelitian ini terletak pada
variabel promosi dan munculnya pesaing dan pada penggunaan metode analisis
SWOT. Perbedaan penelitian ini adalah menggunakan tema eduwisata dan
terletak pada variabel yang digunakan yaitu pelayanan, pemandangan alam,
dukungan masyarakat, letak strategis, kegiatan penanaman, pemanenan,
pembuatan olahan hasil pertanian, dan edulingkungan, lahan parker, aksesibilitas ,
9
sarana prasarana, denah menuju tempat, fasilitas keamanan, fasilitas kantin,
respon baik dari pemerintah, perilaku pengunjung kurang memperhatikan etika
lingkungan, musim dan perubahan minat wisata.
Erbabley et al (2018) menganalisis variabel yang digunakan yaitu lembaga
pemberdayaan masyarakat adat/desa, daya tarik wisata alam, daya tarik wisata
adat/budaya, daya tarik wisata sejarah, interaksi antara masyarakat adat/desa
dengan sumberdaya alam dan budaya, pemanfaatan SDA belum optimal,
kurangnya fasilitas dan sarana prasarana, tingkat pendidikan masih rendah,
kurangnya promosi, pengawasan kawasan belum intensif, dukungan pemerintah,
potensi dijadikan ekowisata dan objek wisata budaya dan sejarah, minat investor,
peningkatan ekonomi, tempat penelitian dan pendidikan, kerusakan objek wisata,
masuknya budaya asing, pertambahan jumlah penduduk, belum adanya data dan
informasi tentang keanekaragaman hayati, pengetahuan masyarakat. Metode ysng
digunakan yaitu kajian pustaka, diskusi multipihak, tabulasi frekuensi, tabulasi
silang, analisis SWOT dan Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif. Hasil yang
didapat yaitu kawasan wisata prioritas berada pada Kuadran I, artinya kawasan
wisata prioritas berada pada situasi yang menguntungkan dimana kawasan
tersebut memiliki peluang dan kekuatan, sehingga dapat memanajemen
pengembangan kawasan prioritas menghadapi berbagai ancaman, namun masih
memiliki kekuatan dari segi internal. Berdasarkan analisis strategi SWOT
didapatkan strategi seperti : penguatan kapasitas aparatur pemerintahan,
Pemberdayaan dan penguatan modal masyarakat, mempromosikan potensi alam,
seni budaya dan sejarah Desa Gamtala, mengembangkan paket-paket wisata
budaya, sejarah dan ekowisata serta meningkatkan peran serta dan dukungan
10
masyarakat dalam meningkatkan ekonomi. Persamaan penelitian ini adalah pada
variabel pemberdayaan masyarakat adat/desa, kurangnya fasilitas, dukungan
pemerintah dan penggunaan metode analisis SWOT. Perbedaan penelitian ini
adalah menggunakan tema eduwisata dan terletak pada variabel yang diambil,
tidak menganalisis daya tarik wisata alam, adat/budaya, wisata sejarah, interaksi
antara masyarakat adat/desa dengan sumberdaya alam dan budaya, pemanfaatan
SDA belum optimal, tingkat pendidikan masih rendah, kurangnya promosi,
pengawasan kawasan belum intensif, minat investor, peningkatan ekonomi,
tempat penelitian dan pendidikan, masuknya budaya asing, pertambahan jumlah
penduduk, belum adanya data dan informasi tentang keanekaragaman hayati,
pengetahuan masyarakat serta metode yang digunakan yaitu kajian pustaka,
diskusi multipihak, tabulasi frekuensi, tabulasi silang dan Matriks Perencanaan
Strategi Kuantitatif.
Christiani et al (2014) menganalisis variabel-variabel yaitu area sangat
strategis, potensi SDA melimpah, fasilitas, sarana prasarana, sampah tidak
terawat, SDM masih rendah, pengunjung, keamanan, perebutan lahan dan adanya
pesaing. Metode yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dan kualitatif
menggunakan analisis SWOT. Hasil penelitian yaitu berdasarkan analisis SWOT
diketahui kekuatannya yaitu berada di wilayah segitiga emas Bali yaitu Sanur,
Kutadan Nusa Dua. Kelemahannya yaitubanyak dijumpai sampah dengan
diversitas dan kuantitas yang sangat mengkhawirkan. Peluangnya yaitu Tingginya
persentase wisatawan yang dating ke Bali, dan ancamannya yaitu Perebutan lahan
di kawasan Tahura Ngurah Rai untuk kepentingan yang tidak konservatif
sehingga berakibat pada Ketidakseimbangan pemanfaatan ruang dan lahan.
11
Strategi pengembangan yang akan diterapkan yaitu Meningkatkan aksesibilitas
kekawasan, Meningkatkan pengelolaan kebersihan lingkungan, Meningkatnya
promosi, mendayagunakan potensiwisata yang adasecara optimal, Meningkatkan
kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia lokal (local community). Persamaan
penelitian ini terletak pada variabel area sangat strategis, fasilitas, sarana
prasarana, keamanan dan adanya pesaing dan metode analisis SWOT. Perbedaan
penelitian ini adalah menggunakan tema eduwisata, metode deskriptif kuantitatif
dan variable pelayanan, pemandangan alam, dukungan masyarakat, kegiatan
penanaman, pemanenan, pengolahan hasil pertanian dan edulingkungan, lahan
parkir, eksesibilitas, denah menuju tempat, peningkatan kesejahteraan masyarakat,
respon baik dari pemerintah, lapangan pekerjaan baru, pengenalan eduwisata
melalui media cetak (promosi), memiliki produk unggulan, perilaku pengunjung
kurang memperhatikan etika lingkungan, musim, pesaing dan peningkatan
kegiatan.
Pauziah (2017) menganalisis variabel yaitu adanya peraturan perundang
undangan, SDM baik, fasilitas, kesadaran masyarakat tinggi, pegawai kurang
profesional, pelaksanaan pembangunan masih belum terakumulasi, belum
tersedia data yang akurat, anggaran masih transparansi dan manajemen belum
baik, adanya usaha, perkembangan usaha, terjadinya lintas sektoral, mobilitas
barang dan jasa, koordinasi dari instansi terkait, pesaing usaha, sarana prasarana
masih rendah, peran pemerintah, daya tarik dan keunikan masih rendah. Metode
yang digunakan dalam penelitian yaitu deskriptif kualitatif dan teori yang
digunakan adalah strategi manajemen Elitan dan Anatan serta analisis yang
digunakan adalah analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan Strategi
12
pengembangan yang dilakukan ada 3 yaitu : a) Strategi teknologi seperti promosi.
Namun sumberdaya manusia yang terlibat seperti keterampilan dan pendidikan
masih rendah. b) Strategi inovasi dilakukan dengan empat cara yaitu penghijauan
atau konservasi, fasilitas berupa amenitas dasar dan amenitas penunjang, strategi
promosi (kegiatan/ event), teknologi informasidan tour and travel serta
bekerjasama dengan investor atau melalui program CSR. c) Strategi operasi
seperti kerjasama dengan perusahaan dalam bentuk pendanaan dan pengelolaan.
Analisis SWOT dibagi menjadi 5 prioritas strategi yaitu: Koordinasi antara
masyarakat dengan stakeholder dimulai dari perencanaan, sosialisasi, pelaksanaan
dan pemantauan konsep pengembangan ekowisata mangrove, penataan kembali
ruang untuk kegiatan ekowisata, perbaikan infrastruktur, jaringan air bersih,
pembangunan sarana dan prasarana, system pengolahan dan pembuangan sampah
serta unit usaha penunjang kebutuhan wisatawan, memberikan pengetahuan
terkait pengelolaan dan pelatihan manajemen yang efektif dan produktif, studi
kajian analisis dampak kegiatan wisata terhadap kondisi lingkungan dan
pertumbuhan vegetasi mangrove dengan pemantauan secara berkala dan
berkelanjutan, menggali potensi wisata alam dan bahari dengan pembinaan
kepada masyarakat. Persamaan penelitian terletak pada fasilitas, pesaing usaha,
sarana prasarana masih rendah, peran pemerintah, daya tarik dan keunikan serta
metode analisis SWOT. Perbedaan penelitian ini pada teori yang digunakan
adalah strategi manajemen Elitan dan Anatan, tema yang digunakan eduwisata
serta variabel yang digunakan meliputi pelayanan, dukungan masyarakat, letak
strategis, kegiatan penanaman, pemanenan, pengolahan hasil pertanian dan
edulingkungan, lahan parkir, eksesibilitas, denah menuju tempat, perilaku
13
pengunjung kurang memperhatikan etika lingkungan, musim, pesaing dan
peningkatan kegiatan.
Mardani (2017) menganalisis variabel dukungan masyarakat, SDA, letak
strategis, harga tiket, sarana prasarana, SDM terbatas, peningkatan kesejahteraan,
daya tarik, lapangan kerja baru, munculnya pesaing, kepemilikan lahan, kerusakan
akibat wisata. Metode yang digunakan yaitu diskriptif kualitatif dan analisis
SWOT. Hasil penelitian yaitu strategi yang harus diterapkan
yaitu berada pada posisi strategi Strength-Opportunities (SO) dengan prioritas
strategi yaitu pengembangan ekowisata berbasis masyarakat dengan
pendampingan lembaga dan pemerintah. Persamaan penelitian ini adalah pada
variabel dukungan masyarakat, sarana prasarana, lapangan kerja baru, munculnya
pesaing menggunakan analisis SWOT dan teknik mengambian sample (accidental
sampling). Perbedaan penelitian ini terletak pada variabel yang digunakan.
Purnamasari (2015) menganalisis indikator-indikator yang digunakan
yaitu aksesbilitas, potensi wisata, lingkungan masih terjaga, kurangnya
pengetahuan, fasilitas minim, harga tiket, dukungan masyarakat, partisipasi
masyarakat, pengelola pariwiwsata, peluang pekerjaan, alih fungsi lahan, konflik
antar masyarakat dan kegiatan pembuatan kapal. Metode yang digunakan
deskriptif dan analisis SWOT serta IFAS dan EFAS. Hasil penelitian yaitu
Aspirasi dibagi menjadi 3 yaitu aspirasi untuk pengembangan objek daya tarik
wisata, perbaikan sarana dan prasarana, serta pembenahan pengelolaan.
Masyarakat setuju dengan adanya fasilitas tour guide, penambahan fasilitas
gazebo. Pengunjung setuju dengan adanya fasilitas papan informasi, membangun
jembatan penyebrangan menuju lokasi. Pengelola setuju untuk meningkatkan
14
upaya promosi, dan memperbaiki fasilitas umum. Strategi dalam pengembangan
ekowisata mangrove desa Karangsong yaitu berada pada posisi strategi Stregth-
Opportunities (SO). Prioritasstrategi SO yaitu melibatkan masyarakat desa diluar
anggota kelompok untuk ikut berpartisipasi dalam pengembangan ekowisata
mangrove. Persamaan penelitian ini adalah metode dan analisis SWOT, IFAS dan
EFAS serta pada variabel yaitu aksesbilitas dan dukungan masyarakat.
Perbedaannya yaitu variabel yang digunakan.
Simanjuntak (2015) menganalisis variabel-variabel yaitu kerapatan hutan,
fasilitas tracking, kondisi ekologi, keragaman mangrove, tenaga kerja, kualitas
SDM, kondisi vegetasi, SDM berkualitas, keberadaan hewan khas, keberadaan
biota berbahaya, keamanan lokasi, objek wisata lain yang mendukung, objek
wisata lain yang berdekatan, wisatawan domestik, wisatawan mancanegara,
pelabuhan, suplai logistik, wisata kuliner, souvenir khas, rawan bencana,
dukungan pemerintah, pemanfaatan teknologi, hukum dan sanksi tegas,
infrastruktur, fasilitas, kesehatan, transportasi, penginapan, regulasi, listrik, bandar
udara, fasilitas komunikasi, dukungan masyarakat, perbankan. Metode yang
digunakan adalah deskriptif dengan analisis SWOT, analisis manfaat dan kondisis
sekarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Strategi pengembangan yang perlu
dilakukan adalah pengembangan promosi wisata mangrove, pengembangan
Bandar udara dan souvenir khas daerah, pengembangan paket wisata mangrove
dan non-mangrove, pengembangan infrastruktur energi, pengembanagan kuliner,
pengembangan sumberdaya manusia, peningkatan infrastruktur penunjang
(kesehatan, transportasi, komunikasi), pengembanga npariwisata konservasi
mangrove, mitigasi dan juga pengembangan perbankan. Persamaan pada variabel
15
keamanan lokasi, dukungan pemerintah, fasilitas dan metode analisis SWOT.
Perbedaan penelitian yaitu tidak menggunakan analisis tingkat manfaat dan
kondisi sekarang serta variabel yang digunakan.
1.2 Kajian Pustaka
2.2.1 Eduwisata
Eduwisata merupakan suatu tempat pariwisata yang didalamnya
menyuguhkan unsur pendidikan. Pariwisata adalah kegiatan atau aktivitas yang
dilakukan dalamr angka menambah wawasan bidang social kemasyarakatan,
belajar system perilaku manusia dan menjalin hubungan dengan berbagai
dorongan kepentingan sesuai dengan budaya yang berbeda-beda. Hal tersebut
berhubungan dengan usaha mencari kesenangan, termasuk pengusahaan objek dan
daya tarik wisata serta usaha lain yang terkait di bidang tersebut (Wardianto &
Baiquni, 2011).
Menurut Yoeti, 1996 pariwisata merupakan suatu kegiatan atau aktivitas
perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang dilaksanakan dari suatu
tempat ketempat yang lain, dengan maksud bukan berusaha (business) atau
mencari nafkah ditempat yang dikunjungi, tetapi untuk menikmati perjalanan
tersebut guna rekreasi memenuhi keinginan yang beranekaragam.
2.2.2 SWOT
2.2.2.1 Pengertian Analisis SWOT
Analisis SWOT merupakan suatu metode perencanaan strategi yang
digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (Strengths), kelemahan (Weaknesses),
peluang (Opportunities), dan ancaman (Threats) pada sebuah proyek maupun
bisnis usaha. Penggunaan analisis SWOT melibatkan penentuan tujuan dan
16
mengidentifikasi faktor internal maupun faktor eksternal yang menguntungkan
untuk mencapai tujuan yang akan dicapai (Simanjuntak, 2015).
2.2.2.2 Pengertian Matriks SWOT
Matriks SWOT merupakan sebuah alat yang berfungsi untuk menyusun
faktor-faktor strategi yang akan dicapai tujuan. Matriks SWOT menggambarkan
secara jelas mengenai peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi suatu proyek
ataupun objek disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Matriks
ini menghasilkan empat set kemungkinan alternative strategis yaitu strategi SO
(Strength-Opportunity), WO (Weakness-Opportunity), ST (Strength-Threat), dan
WT (Weakness-Threat) (Mardani, 2017).
2.2.3 Pertanian Organik
Pertanian organik menghimpun seluruh imajinasi petani dan konsumen
yang secara serius dan bertanggung jawab menghindarkan bahan kimia dan pupuk
yang bersifat meracuni lingkungan dengan tujuan untuk memperoleh kondisi
lingkungan yang sehat. Selain itu juga berusaha menghasilkan produksi tanaman
yang berkelanjutan dengan cara memperbaiki kesuburan tanah dengan
menggunakan sumber daya alami seperti mendaur ulang limbah. Pertanian
organik sebagai bagian dari pertanian akrab lingkungan perlu perlu segera
dimasyarakatkan atau diingatkan kembali sejalan makin banyaknya dampak
negatif terhadap lingkungan yang terjadi akibat dari penerapan teknologi
intensifikasi yang mengandalkan bahan kimia. Pertanian organik adalah sistem
pertanian yang memanfaatkan teknologi modern, termasuk benih hibrida berlabel,
melaksanakan konservasi tanah dan air, serta pengolahan tanah yang berasaskan
konservasi (Rahman, 2002).
17
2.2.4 Karakteristik Minimum Eduwisata
Beberapa aspek kunci dalam eduwisata adalah:
1. Pola wisata ramah lingkungan (nilai konservasi)
2. Pola wisata ramah budaya dan adat setempat (nilai edukasi dan wisata)
3. Prinsip local ownership (= pengelolaan dan kepemilikan oleh masyarakat
setempat) diterapkan sedapat mungkin terhadap sarana dan pra-sarana
ekowisata, kawasan ekowisata, dll (nilai partisipasi masyarakat)
4. Homestay menjadi pilihan utama untuk sarana akomodasi di lokasi wisata
(nilai ekonomi dan edukasi)
5. Pemandu wisata adalah orang setempat (nilai partisipasi masyarakat)
6. Perintisan, pengelolaan dan pemeliharaan obyek wisata menjadi tanggung
jawab masyarakat setempat, termasuk penentuan biaya (=fee) untuk
wisatawan (nilai ekonomi dan wisata).
2.2.5 Strategi Pengembangan Pariwisata
Pengembangan destinasi wisata dalam kerangka pembangunan daerah
memiliki hubungan yang erat dengan pertumbuhan ekonomi dalam tataran makro,
serta peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam tataran mikro.Sehingga
pengembangan pariwisata daerah haruslah juga memperhitungkan keuntungan dan
manfaat bagi banyak pihak, terutama masyarakat lokal. Pengembangan pariwisata
yang baik dapat mendorong terbukanya peluangkerja, pengembangan produk
lokal, serta kesempatan pendidikan dan pelatihan masyarakat (Dias, 2010).
18
2.3 Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran
SWOT yang dilakukan pada Eduwisata Berbasis Pertanian Organik di
Desa Tawangargo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang meliputi
SWOT pada Eduwisata
Teori :
pengemba
ngan pariwisata daerah harus memperhitungkan keuntungan dan manfaat bagi banyak
pihak(Dias
, 2010).
Variabel penelitian terdahulu:
1. Dukungan masyarakat 2. SDA 3. Letak strategis 4. Harga tiket 5. Sarana prasarana 6. SDM terbatas 7. Peningkatan kesejahteraan 8. Daya tarik 9. Lapangan kerja baru
10. Munculnya pesaing 11. Kepemilikan lahan 12. Kerusakan akibat wisata
Variabel Observasi Key Responden:
1. 1. Pelayanan
2. 2. Edulingkungan
3. 3. Kegiatan penanaman,
4. 4. Pemanenan dan
pembuatan olahan hasil
pertanian
5. 5. Lahan parkir
6. 6. Aksessibilitas
7. 7. Denah menuju tempat
8. 8. Fasilitas keamanan
9. 9. Fasilitaskantin
10. Respon pemerintah
11. Praktek membuat olahan 11. 12.Praktek membuat pupuk
Penelitianini : Variabel internal
1. Pelayanan 7. Lahan parkir 2. Pemandanganalam 8. Aksesibilitas
3. Denah/ papan petunjuk 9. Sarana prasarana 4. Letak strategis 10. Praktek pupuk 5. Edulingkungan 11.Fasilitas keamanan 6.Kegiatan penanaman 12. Fasilitas kantin pemanenandan 13. Praktek makanan pembuatan olahan hasil pertanian.
Variabel eksternal 1.Dukungan masyarakat 2.Respon pemerintah 3.Animo pegunjung dari
berbagai kalangan 4.Munculnya pesaing 5.Perilaku pengunjung 6.musim
Analisis SWOT, IFAS dan EFAS
Strategi Pengembangan Eduwisata Berbasis Pertnaian Organik
19
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang terdapat di tempat tersebut. Lalu
kemuadian teori yang digunakan yaitu strategi pengembangan ekowisata dari Arif
Mardani tahun 2017 yang mengulas variabel-variabel yang meliputi dukungan
masyarakat, SDA, letak strategis, harga tiket, sarana prasarana, SDM terbatas,
peningkatan kesejahteraan, daya tarik, lapangan kerja baru, munculnya pesaing,
kepemilikan lahan dan kerusakan akibat wisata. Sedangkan variabel-variabel yang
diperoleh dari key respondet (pemerintah desa dan pengelola) meliputi pelayanan,
edulingkungan, kegiatan penanaman, pemanenan dan pembuatan olahan hasil
pertanian, lahan parkir, aksessibilitas, denah menuju tempat, fasilitas keamanan,
fasilitas kantin, respon pemerintah, praktek membuat olahan dan praktek membuat
pupuk.
Dilihat dari variabel penelitian terdahulu dan variabel yang diperoleh dari
key respondent (pemerintah desa dan pengelola), maka variabel internal yang
akan digunakan dalam penelitian ini meliputi pelayanan, pemandangan alam,
dukungan masyarakat, letak strategis, edulingkungan, kegiatan penanaman,
pemanenan dan praktek olahan hasil pertanian, praktek membuta pupuk organik,
lahan parkir, aksesibilitas, sarana prasarana, denah menuju lokasi, fasilitas
keamanan serta fasilitas kantin. Sedangkan untuk variabel eksternalnya yaitu
dukungan masyarakat, respon pemerintah, animo pengunjung dari berbagai
kalangan, pesaing, perilaku pengunjung dan musim.
Selanjutnya variabel yang telah diketahui tersebut dilakukan analisis
SWOT, IFAS dan EFAS yang selanjutnya dibuat matriks SWOT, IFAS dan
EFAS. Setelah melakukan ketiga analisis tersebut, maka akan diketahui strategi
pengembangan apa yang akan diterapkan di Eduwisata Pertanian Organik
20
Berbasis Komunitas di Desa Tawangargo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten
Malang.