perbandingan hasil belajar fisika menggunakan modul ...digilib.unila.ac.id/22648/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN MODULBERBASIS LATIHAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN MODUL
LATIHAN BERBASIS MASALAH
(Skripsi)
Oleh
WAHYU NINGRUM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2016
ABSTRAK
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN MODULBERBASIS LATIHAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN MODUL
LATIHAN BERBASIS MASALAH
Oleh
Wahyu Ningrum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan hasil belajar fisika siswa
yang menggunakan modul berbasis latihan inkuiri terbimbing dengan siswa yang
menggunakan modul latihan berbasis masalah. Populasi penelitian ini adalah
siswa/siswi SMA Negeri 2 Metro kelas X.IPA dengan sampel penelitiannya
adalah siswa/siswi kelas X.IPA 1 dan X.IPA 3. Disain penelitian yang digunakan
adalah The Non-Equivalent Control Group Design. Teknik pengambilan data pada
ranah afektif menggunakan angket penilaian diri dan penilaian teman sejawat,
pada ranah kognitif menggunakan tes uraian, dan pada ranah psikomotor
menggunakan angket observasi. Analisis data penelitian menggunakan Uji
Normalitas, Uji Homogenitas, Uji-t, dan Uji Mann-Whitney. Berdasarkan Uji
Mann-Whitney diketahui bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa pada ranah
kognitif dan psikomotor menggunakan modul berbasis latihan inkuiri terbimbing
dengan modul latihan berbasis masalah, dengan perbandingan kuantitatif 3,11 :
2,43 dan 3,00 : 2,86, sedangkan berdasarkan Uji-t, diketahui bahwa tidak terdapat
perbedaan hasil belajar siswa pada ranah afektif dikarenakan penggunaan modul
berbasis latihan inkuiri terbimbing dan modul latihan berbasis masalah masing-
masing mampu memunculkan 13 poin penilaian afektif yang dapat membentuk
sikap siswa, hal ini menyebabkan hasil penilaian afektif siswa memiliki nilai yang
sama, dengan perbandingan kuantitatif 3,62 : 3,60.
Kata kunci: hasil belajar, modul berbasis latihan inkuiri terbimbing, modul
latihan berbasis masalah.
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN MODULBERBASIS LATIHAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN MODUL
LATIHAN BERBASIS MASALAH
Oleh
Wahyu Ningrum
SkripsiSebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
pada
Program Studi Pendidikan FisikaJurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan AlamFakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2016
viii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sragen, Jawa Tengah pada tanggal 4 Agustus 1994 sebagai
anak pertama, pasangan Bapak Suprapto dan Ibu Karmila. Penulis mengawali
pendidikan formal di SD Negeri Wonotolo II Sragen, Jawa Tengah yang
diselesaikan pada tahun 2006, kemudian melanjutkan studi di SMP Negeri 6
Sragen, Jawa Tengah yang diselesaikan pada tahun 2009, dan masuk SMA Negeri
2 Metro yang diselesaikan pada tahun 2012. Pada tahun yang sama, penulis
diterima di Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur Seleksi
Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Tertulis.
Selama menempuh pendidikan di Pendidikan Fisika, penulis pernah menjadi
Asisten Praktikum IPA Fisika, Asisten Elektronika Dasar, Asisten Mata Kuliah
Dasar-Dasar Perencanaan dan Evaluasi Pembelajaran, dan Asisten Mata Kuliah
Metodologi Penelitian Pendidikan. Pengalaman berorganisasi penulis yaitu pernah
menjadi Anggota Divisi Seni dan Kreativitas Himpunan Mahasiswa Pendidikan
Eksakta (Himasakta), Anggota Divisi Pemberdayaan Wanita Badan Eksekutif
Mahasiswa Fakultas (BEM-F). Pada tahun 2015, penulis melaksanakan Program
Kuliah Kerja Nyata-Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT) di SMA Negeri 1
Karya Penggawa, Kabupaten Pesisir Barat.
MOTTO
“…Ud’uni astajib lakum (berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan)”.
(QS. Al-Mukmin: 60)
“Doa adalah otaknya (sumsum/intinya) ibadah ”.
(HR. Tirmidzi)
“Percayalah, Allah SWT selalu mendengar doamu”
(Wahyu Ningrum)
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan limpahan rahmat dan
karunia-Nya. Penulis persembahkan karya tulis ini sebagai tanda bakti dan kasih
cinta yang tulus dan mendalam kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Suprapto dan Ibunda Karmila, yang
selalu menjadi motivator terbaik untuk anak-anaknya, terima kasih untuk doa
yang tak pernah putus dan kasih sayang yang tak pernah padam, terima kasih
untuk semuanya.
2. Ibu dan bapak, ibu Musyati dan bapak Ali.
3. Kakak sepupuku yang kusayangi, Heffy Puspitasari yang selalu memberikan
dukungan untuk keberhasilanku.
4. Almamater Universitas Lampung.
ix
SANWACANA
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
ridho-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbedaan Hasil
Belajar menggunakan Modul Berbasis Latihan Inkuiri Terbimbing dengan Modul
Latihan Berbasis Masalah”. Penulis menyadari bantuan dari berbagai pihak
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA
Universitas Lampung.
3. Bapak Drs. Eko Suyanto, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Fisika Universitas Lampung sekaligus Pembahas, atas kesediaan dan
keikhlasan beliau dalam memberikan bimbingan, saran dan kritik kepada
penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Dr. Undang Rosidin, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik dan
Pembimbing I, atas kesabaran beliau dalam memberikan bimbingan, arahan, dan
motivasi kepada penulis selama menyelesaikan skripsi.
5. Bapak Ismu Wahyudi, S.Pd., M.PFis., selaku Pembimbing II yang telah
memberikan masukan dan kritik yang bersifat positif dan membangun.
x
6. Bapak dan Ibu Dosen serta Staff Program Studi Pendidikan Fisika dan
Jurusan Pendidikan MIPA Universitas Lampung.
7. Bapak Drs. A. Indrianto Susetyo, selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 2
Metro, yang telah memberikan izin penulis untuk melaksanakan penelitian.
8. Bapak Faisol Ardi, S.Pd., selaku Guru Mata Pelajaran Fisika yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis dengan baik.
9. Kakak Desmaria Kristin yang telah memberikan izin untuk menggunakan
modul berbasis inkuiri terbimbing buatannya.
10. Sahabat-sahabatku, Izzatunnisa, Sari Retno Wulandari, Luh Sri Asmarani
Suradnya, Isni Resita, dan Nur Hasanah, semoga kita semua sukses.
11. Teman-teman Pendidikan Fisika angkatan 2012.
12. Sahabat luar biasa, KKN-KT Penggawa V Tengah Kecamatan Karya
Penggawa Kabupaten Pesisir Barat.
13. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.
Penulis berdoa semoga semua amal dan bantuan mendapat pahala serta balasan
dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat. Aamiin.
Bandarlampung, Juni 2016Penulis,
Wahyu Ningrum
xi
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ............................................................................................... i
COVER DALAM .................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... iv
SURAT PERNYATAAN ........................................................................ v
RIWAYAT HIDUP ................................................................................. vi
MOTTO ................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN .................................................................................... viii
SANWACANA ........................................................................................ ix
DAFTAR ISI ............................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xvi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 6
E. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................. 7
xii
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Modul ...................................................................................... 82. Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ........................................... 113. Pembelajaran Berbasis Masalah .............................................. 144. Hasil Belajar ............................................................................ 17
B. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 19
C. Anggapan Dasar ............................................................................ 20
D. Hipotesis ........................................................................................ 21
III.METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................... 23
B. Disain Penelitian ........................................................................... 23
C. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ................................................... 25
D. Data dan Teknik Pengumpulan Data ............................................. 26
E. Instrumen Penelitian ...................................................................... 27
F. Validitas Instrumen ....................................................................... 27
G. Analisis Data
1. N-Gain ..................................................................................... 282. Uji Normalitas ......................................................................... 293. Uji Homogenitas ..................................................................... 294. Uji Beda .................................................................................. 305. Perbandingan Kuantitatif Hasil Belajar Siswa ........................ 316. Nilai Kuantitatif Hasil Belajar Siswa ...................................... 32
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Observasi Penelitian ................................................................ 332. Tahap Pelaksanaan .................................................................. 343. N-Gain Penilaian Ranah Kognitif ........................................... 414. Uji Normalitas ......................................................................... 425. Uji Homogenitas ..................................................................... 426. Uji Beda .................................................................................. 437. Perbandingan Kuantitatif dan Kualitatif Hasil Belajar ........... 44
xiii
B. Pembahasan
1. Hasil Belajar Ranah Afektif .................................................... 502. Hasil Belajar Ranah Kognitif .................................................. 573. Hasil Belajar Ranah Psikomotor ............................................. 58
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ....................................................................................... 60
B. Saran .............................................................................................. 60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Tahap-tahap Pembelajaran Berbasis Masalah ............................... 162. Kriteria Interpretasi N-Gain .......................................................... 283. Interval Nilai Kriteria .................................................................... 324. Hasil N-Gain ................................................................................. 415. Uji Normalitas Data Hasil Belajar ................................................ 426. Uji Homogenitas Data Hasil Belajar ............................................. 437. Uji Beda Data Hasil Belajar .......................................................... 438. Perbandingan Kuantitatif Hasil Belajar ........................................ 44
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Diagram Kerangka Pemikiran ....................................................... 202. The Non-Equivalent Control Group Design ................................. 243. Grafik Perbandingan Kualitatif Aspek Afektif Penggunaan
Modul Berbasis Inkuiri Terbimbing dengan Modul BerbasisMasalah .......................................................................................... 45
4. Grafik Perbandingan Kualitatif Aspek Kognitif PenggunaanModul Berbasis Inkuiri Terbimbing dengan Modul BerbasisMasalah .......................................................................................... 46
5. Grafik Perbandingan Kualitatif Aspek Psikomotor PenggunaanModul Berbasis Inkuiri Terbimbing dengan Modul BerbasisMasalah .......................................................................................... 47
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Angket dan Rubrik Validasi Instrumen ........................................ 652. Hasil Validitas Konstruk Instrumen .............................................. 743. Silabus SMA Kelas X Semester 2 Materi Elastisitas Bahan dan
Hukum Hooke ................................................................................ 754. Modul Berbasis Inkuiri Terbimbing .............................................. 815. RPP Modul Berbasis Inkuiri Terbimbing yang Telah
Tervalidasi ..................................................................................... 1546. Rekapitulasi Nilai Penggunaan Modul Berbasis Inkuiri
Terbimbing .................................................................................... 1737. Modul Berbasis Masalah ............................................................... 1778. RPP Modul Berbasis Masalah yang Telah Tervalidasi ................. 1949. Rekapitulasi Nilai Penggunaan Modul Berbasis Masalah ............ 21110. Kisi-Kisi Instrumen dan Instrumen Penilaian Afektif, Kognitif,
dan Psikomotor .............................................................................. 21511. Rekapitulasi Nilai Kelas Eksperimen 1 ........................................ 23812. Rekapitulasi Nilai Kelas Eksperimen 2 ........................................ 25313. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ............................. 268
1
I.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari kombinasi aspek belajar
yang tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh siswa dan mengajar
berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran.
Kedua aspek ini akan berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu kegiatan pada
saat terjadi interaksi guru dengan siswa serta siswa dengan siswa di saat
pembelajaran sedang berlangsung. Dengan kata lain, pembelajaran pada
hakekatnya merupakan proses komunikasi peserta didik dengan pendidik serta
antarpeserta didik dalam rangka perubahan sikap. Oleh karena itu, baik
konseptual maupun operasional, konsep-konsep komunikasi dan perubahan sikap
akan selalu melekat pada pembelajaran (Jihad dan Haris, 2012: 11).
Proses pembelajaran yang bermutu adalah dengan menerapkan pembelajaran
aktif. Pembelajaran aktif menurut Uno dan Mohamad (2012: 76) merupakan
pembelajaran yang dilakukan dengan cara anak belajar dari pengalamannya.
Mereka belajar dengan cara melakukan, menggunakan indera, menjelajahi
lingkungan, baik berupa benda, tempat, maupun peristiwa-peristiwa di sekitar
mereka. Keterlibatan yang aktif dengan obyek-obyek ataupun gagasan-gagasan
2
tersebut mendorong aktivitas mental mereka untuk berpikir, menganalisis,
menyimpulkan, dan menemukan pemahaman konsep baru, serta
mengintegrasikannya dengan konsep yang sudah mereka ketahui sebelumnya.
Pada kenyataannya, pembelajaran di sekolah masih didominasi dengan
penggunaan pendekatan belajar yang berpusat pada guru (Parwati, 2013). Di
dalam pembelajaran yang berpusat pada guru, siswa ditempatkan sebagai obyek
belajar. Siswa dianggap sebagai organisme yang pasif yang belum memahami apa
yang harus dipahami, sehingga dalam proses pembelajaran, siswa dituntut untuk
memahami segala sesuatu yang disampaikan guru. Peran siswa adalah sebagai
penerima informasi yang diberikan guru. Jenis pengetahuan dan keterampilan
terkadang tidak mempertimbangkan kebutuhan siswa, akan tetapi berangkat dari
pandangan yang menurut guru dianggap baik dan bermanfaat. Sebagai obyek
belajar, kesempatan siswa untuk mengembangkan kemampuan sesuai dengan
bakat dan minatnya, bahkan untuk belajar sesuai dengan gaya belajarnya menjadi
terbatas sebab proses pembelajaran diatur dan ditentukan oleh guru.
Pembelajaran berpusat pada siswa (Student Centred Learning), bukan
pendekatan baru di dunia pendidikan. Pembelajaran berpusat pada siswa (Student
Centred Learning) merupakan pendekatan Pembelajaran Kurikulum 2013
tertuang secara jelas dalam Permendikbud Nomor 81A tentang Implementasi
Kurikulum 2013. Pada dokumen regulasi tersebut, pembelajaran berpusat pada
siswa sebagai ciri Pembelajaran Kurikulum 2013 perlu diikuti dengan
penyempurnaan pola pikir (mindset), seperti pembelajaran interaktif,
3
pembelajaran secara jejaring (siswa dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari
mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet), pembelajaran
aktif-mencari (pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model
pembelajran pendekatan sains), belajar kelompok (berbasis tim), dan
pembelajaran kritis (Kemendikbud, 2013).
Kegiatan pembelajaran di kelas tidak bisa dilepaskan dari adanya bahan ajar,
karena dalam melancarkan kegiatan pembelajaran dan meningkatkan kemampuan
berpikir serta kecerdasan siswa tentunya harus diimbangi dengan penyediaan
bahan ajar. Kurang lengkapnya bahan ajar di sekolah dapat menghambat kegiatan
pembelajaran. Keadaan tersebut akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Salah
satu bentuk bahan ajar yang mendukung proses pembelajaran mandiri adalah
modul.
Modul adalah salah satu bentuk bahan ajar berbasis cetakan yang dirancang untuk
belajar secara mandiri oleh peserta pembelajaran. Oleh karena itu, modul
dilengkapi dengan petunjuk untuk belajar sendiri (Asyhar, 2011: 155). Modul
disusun secara sistematis dan menarik yang mencakup isi materi, metode, dan
evaluasi yang dapat digunakan secara mandiri untuk mencapai indikator yang
telah ditetapkan. Modul sangat diperlukan sebagai media pembelajaran yang
memudahkan siswa untuk memahami suatu materi dan sebagai panduan bagi guru
dalam menyampaikan materi. Selain itu, ketersediaan modul dalam kegiatan
pembelajaran di kelas dapat memicu siswa ataupun guru untuk menumbuhkan
semangat belajar dan mengajar.
4
Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran yang berpusat
pada siswa di mana dalam proses pembelajarannya, siswa dituntut aktif dalam
melakukan pembelajaran, namun pada prosesnya guru tidak melepas begitu saja
aktivitas siswa dalam pembelajaran melainkan memberikan bimbingan walaupun
demikian, terdapat beberapa kendala penerapan inkuiri terbimbing dalam
pembelajaran, di antaranya persiapan yang diperlukan harus lebih matang, waktu
pembelajaran harus lebih panjang, dan bahan ajar yang memfasilitasi
pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing masih terbatas (Kristin, 2015: 106).
Kendala tersebut dapat diatasi dengan melakukan pembelajaran di luar jam
sekolah. Pembelajaran dapat dilakukan secara mandiri oleh siswa dengan
menerapkan kemampuan inkuiri menggunakan bahan ajar yang tepat. Salah satu
bahan ajar yang tepat untuk digunakan siswa secara mandiri adalah modul
berbasis latihan inkuiri terbimbing. Modul berbasis latihan inkuiri terbimbing
adalah modul yang di dalamnya meliputi materi serta penugasan yang
memfasilitasi siswa untuk menemukan suatu konsep berdasarkan suatu
permasalahan.
Pembelajaran berbasis masalah membantu siswa untuk meningkatkan
pengembangan keterampilan dalam pola pikir yang terbuka, reflektif, dan belajar
aktif. Pembelajaran berbasis masalah memfasilitasi keberhasilan pemecahan
masalah, komunikasi, kerja kelompok, dan keterampilan interpersonal dengan
lebih baik dibandingkan pendekatan lain. Berdasarkan kelebihan dari
pembelajaran berbasis masalah, maka pembelajaran sains dirancang untuk dapat
5
menerapkan pembelajaran berbasis masalah pada proses pembelajaran. Seperti
yang telah diutarakan, dengan langkah-langkah yang cukup panjang dalam
pembelajaran berbasis masalah, ada baiknya bila dibuatkan suatu modul latihan
berbasis masalah agar siswa dapat belajar mandiri sebagai bekal untuk pelajaran
yang akan diberikan. Modul latihan berbasis masalah memiliki ciri yaitu langkah
pembelajaran pada modul disesuaikan dengan langkah pembelajaran berbasis
masalah, mengintegrasikan keterampilan berpikir kritis pada setiap tahapnya, dan
memuat soal tes berpikir kritis (Yanti, 2014: 96).
Pembelajaran menggunakan modul berbasis latihan inkuiri terbimbing dan modul
latihan berbasis masalah termasuk dalam pembelajaran aktif yang dapat
meningkatkan tanggung jawab individu atau kelompok, sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini sesuai dengan tuntutan Kurikulum
2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui modul yang lebih baik dalam
meningkatkan hasil belajar antara modul berbasis latihan inkuiri terbimbing
dengan modul latihan berbasis masalah.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah ada perbedaan hasil belajar fisika siswa yang menggunakan modul
berbasis latihan inkuiri terbimbing dengan siswa yang menggunakan modul
latihan berbasis masalah?
6
2. Hasil belajar fisika manakah yang lebih tinggi antara siswa yang
menggunakan modul berbasis latihan inkuiri terbimbing dengan siswa yang
menggunakan modul latihan berbasis masalah?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang menggunakan modul berbasis
latihan inkuiri terbimbing dengan siswa yang menggunakan modul latihan
berbasis masalah.
2. Hasil belajar fisika yang lebih tinggi antara siswa yang menggunakan modul
berbasis latihan inkuiri terbimbing dengan siswa yang menggunakan modul
latihan berbasis masalah.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan menjadi alternatif baru bagi
guru dalam menyajikan materi pembelajaran yang dapat diterapkan di kelas untuk
meningkatkan hasil belajar fisika siswa serta sebagai referensi bagi peneliti
selanjutnya.
7
E. Ruang Lingkup Penelitian
Agar tidak terjadi kesalahpahaman dari penelitian yang akan dilaksanakan, maka
ruang lingkup penelitian ini dibatasi sebagai berikut:
1. Hasil belajar yang dikaji dalam penelitian ini adalah hasil belajar pada ranah
afektif, kognitif, dan psikomotor.
2. Materi pelajaran yang dikaji yaitu materi Elastisitas dan Hukum Hooke pada
kelas X.IPA semester genap Kurikulum 2013. Kompetensi Dasar
menganalisis sifat elastisitas bahan dalam kehidupan sehari-hari dan
mengolah serta menganalisis hasil percobaan tentang sifat elastisitas suatu
bahan.
3. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X.IPA SMA Negeri 2 Metro tahun
pelajaran 2015/2016.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Modul
Guru sangat membutuhkan media pembelajaran yang dapat mempermudah
penyampaian materi, memberikan informasi yang menarik, dan
menyenangkan sehingga meningkatkan minat dan motivasi siswa. Media
pembelajaran terdiri dari beberapa jenis. Salah satunya adalah modul.
Pengertian modul menurut Winkel (2009: 472) adalah:
Satuan program belajar mengajar yang terkecil, yang dipelajari olehsiswa sendiri secara perseorangan atau diajarkan oleh siswa kepadadirinya sendiri (self-instructional).
Pengertian modul menurut Suprawoto (2009: 2) adalah:
Sarana pembelajaran dalam bentuk tertulis atau cetak yang disusunsecara sistematis, memuat materi pembelajaran, metode, tujuanpembelajaran berdasarkan kompetensi dasar atau indikator pencapaiankompetensi, petunjuk kegiatan belajar mandiri (self instructional), danmemberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menguji dirisendiri melalui latihan yang disajikan dalam modul tersebut.
Pengertian modul menurut Nasution (2008: 205) adalah:
Suatu unit yang lengkap yang berdiri sendiri atau suatu rangkaiankegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa mencapaisejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas.
9
Berdasarkan beberapa pengertian modul di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa modul pembelajaran adalah bahan ajar yang disusun secara sistematis
dan menarik yang mencakup isi materi, metode, dan evaluasi yang dapat
digunakan secara mandiri untuk mencapai indikator yang telah ditetapkan.
Modul pembelajaran merupakan salah satu bahan belajar yang dapat
dimanfaatkan oleh siswa secara mandiri. Modul yang baik harus disusun
secara sistematis, menarik, dan jelas. Modul dapat digunakan kapan pun dan
di mana pun sesuai dengan kebutuhan siswa. Modul memiliki karakteristik.
Karateristik modul menurut Anwar (2010: 1) adalah:
1. Self instructional, siswa mampu membelajarkan diri sendiri, tidaktergantung pada pihak lain.
2. Self contained, seluruh materi pembelajaran dari satu unitkompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu modul utuh.
3. Stand alone, modul yang dikembangkan tidak harus digunakanbersama-sama dengan media lain.
4. Adaptif, modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggiterhadap perkembangan ilmu dan teknologi.
5. User friendly, modul hendaknya juga memenuhi kaidah akrabbersahabat atau akrab dengan pemakainya.
6. Konsistensi, konsisten dalam penggunaan font, spasi, dan tataletak.
Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat diketahui bahwa sebuah modul dapat
mengembangkan pola pikir siswa dengan pembelajaran mandiri pada seluruh
materi yang tercakup dalam modul tersebut, modul tersebut juga harus
menarik dan beradaptasi pada ilmu dan teknologi sehingga siswa dapat
merasa nyaman dalam menggunakan modul tersebut untuk belajar secara
mandiri tanpa menggunakan media-media lain.
10
Sebuah modul harus memenuhi kriteria modul yang baik, seperti yang
diungkapkan oleh Sanjaya (2012: 156) dalam sebuah modul minimal berisi
tentang:
1. Tujuan yang harus dicapai, yang biasanya dirumuskan dalambentuk perilaku yang spesifik sehingga keberhasilannya dapatdiukur;
2. Petunjuk penggunaan yakni petunjuk bagaimana siswa belajarmodul;
3. Kegiatan belajar, berisi tentang materi yang harus dipelajari olehsiswa;
4. Rangkuman materi, yakni garis-garis besar materi pelajaran.5. Tugas dan latihan;6. Sumber bacaan, yakni buku-buku bacaan yang harus dipelajari
untuk mempelajari untuk memperdalam dan memperkaya wawasan;7. Item-item tes, soal-soal yang harus dijawab untuk melihat
keberhasilan siswa dalam penguasaan materi pelajaran;8. Kriteria keberhasilan, yakni rambu-rambu keberhasilan siswa dalam
mempelajari modul;9. Kunci jawaban.
Berdasarkan kutipan tersebut, dapat diketahui bahwa sebuah modul yang baik
harus mencakup tujuan dan indikator pembelajaran yang harus dicapai oleh
siswa, petunjuk penggunaan pembelajaran pada modul, materi pembelajaran,
rangkuman atau garis besar materi pembelajaran, tugas dan latihan sebagai
evaluasi pembelajaran, soal-soal untuk mengevaluasi tingkat penguasaan
materi pembelajaran, dan kunci jawaban agar siswa dapat membuktikan
secara langsung jawaban terhadap soal-soal yang telah dikerjakan.
Modul menurut Asyhar (2011: 155) adalah salah satu bentuk bahan ajar
berbasis cetakan yang dirancang untuk belajar secara mandiri oleh peserta
pembelajaran, karena itu modul dilengkapi dengan petunjuk untuk belajar
11
sendiri. Dalam hal ini, peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar sendiri
tanpa kehadiran pengajar secara langsung.
2. Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Inkuiri memiliki beberapa model pembelajaran. Jenis model pembelajaran
inkuiri menurut Sanjaya (2011:199), di antaranya:
a. Inkuiri Terbimbing (Guide Inquiry); peserta didik memperoleh pedomansesuai dengan yang dibutuhkan. Pedoman-pedoman tersebut biasanyaberupa pertanyaan-pertanyaan yang membimbing.
b. Inkuiri Bebas (Free Inquiry); pada inkuiri bebas peserta didik melakukanpenelitian sendiri bagaikan seorang ilmuan. Pada pengajaran ini pesertadidik harus mengidentifikasi dan merumuskan berbagai topikpermasalahan yang hendak diselidiki.
c. Inkuiri Bebas yang Dimodifikasi (Modifiel Free Inquiry); pada inkuiri iniguru memberikan permasalahan atau problem dan kemudian pesertadidik diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melaluipengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian.
Berdasarkan kedua pendapat ahli di atas mengenai jenis-jenis model inkuiri,
inkuiri terdiri atas tiga macam yang dibedakan berdasarkan subyek
permasalahan, metode, dan solusi. Model inkuiri yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu inkuiri terbimbing dengan permasalahan dan metode
bersumber dari guru, kemudian solusi diselesaikan oleh siswa. Namun, tidak
berarti guru yang memegang penuh atas permasalahan dan metode, guru
hanya memberikan bimbingan penuh kepada siswa agar mudah dalam
merumuskan permasalahan yang menuju topik pembelajaran, dan siswa yang
menentukan bagaimana solusi dari permasalahan tersebut.
12
Model pembelajaran inkuiri terbimbing menurut Sanjaya (2010: 196)
menyatakan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah
serangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir
secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban yang
sudah pasti dari suatu masalah yang ditanyakan. Kunandar (2010: 173)
mengungkapkan bahwa melalui pembelajaran inkuiri terbimbing, siswa
didorong untuk belajar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan mendorong guru siswa untuk
memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan siswa
untuk menemukan prisip-prinsip untuk diri mereka sendiri.
Roestiyah (2008: 18) mengungkapkan kelebihan dan kelemahan inkuiri
terbimbing sebagai berikuti:
Kelebihan inkuiri terbimbing yakni:1) Dapat membentuk dan mengembangkan “Self-Concept” pada diri
siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar danide-ide yang lebih baik.
2) Membantu siswa dalam menggunakan ingatan dan transfer padasituasi proses belajar yang baru.
3) Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnyasendiri, bersikap obyektif, jujur, dan terbuka.
4) Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.5) Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu.6) Memberi kebebasan pada siswa untuk belajar sendiri.7) Dapat memberikan waktu kepada siswa secukupnya sehingga
mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
Kelemahan inkuiri terbimbing yakni:1) Guru harus tepat memilih masalah yang akan dikemukakan untuk
membantu siswa menemukan konsep.2) Guru dituntut menyesuaikan diri terhadap gaya belajar siswa-
siswanya.
13
3) Guru sebagai fasilitator diupayakan kreatif dalam mengembangkanpertanyaan-pertanyaan.
Berdasarkan pernyataan tersebut, inkuiri terbimbing memiliki banyak
keunggulan, namun inkuiri terbimbing juga memiliki beberapa kelemahan.
Kelemahan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat diatasi dengan cara
guru mengajukan pertanyaan yang dapat mendorong siswa agar mengajukan
hipotesis, menggunakan permainan bervariasi yang dapat mengasah otak dan
kemampuan siswa, dan memberi kesempatan pada siswa untuk memberikan
pendapat-pendapat mereka.
Tahap-tahap pembelajaran model inkuiri terbimbing yang dikemukakan oleh
Eggen dan Kauchak dalam Trianto (2011: 172) meliputi menyajikan
pertanyaan atau masalah, membuat hipotesis, merancang percobaan,
melakukan percobaan untuk memperoleh data, mengumpulkan dan
menganalisis data, serta membuat kesimpulan.
Langkah–langkah inkuiri terbimbing menurut Memes (2000: 42) adalah
(1) merumuskan masalah, (2) membuat hipotesis, (3) merencanakan kegiatan,
(4) melaksanakan kegiatan, (5) mengumpulkan data, dan (6) mengambil
kesimpulan. Kemudian Sanjaya (2010: 306) mengungkapkan bahwa langkah-
langkah dalam pembelajaran inkuiri terbimbing meliputi: (a) merumuskan
masalah; (b) menyusun hipotesis; (c) melaksanakan percobaan; (d)
menganalisis data; dan (e) menyimpulkan.
14
3. Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah adalah proses pembelajaran yang
menggunakan pendekatan sistemik untuk memecahkan masalah atau
menghadapi tantangan yang akan diperlukan dalam kehidupan nyata.
Amir (dalam Sutirman, 2013: 39) memberikan pendapat bahwa:
Pembelajaran berbasis masalah juga dimaknai sebagai “modelpembelajaran yang menantang siswa agar belajar untuk belajar,bekerja sama dalam kelompok untuk mencari solusi bagi masalahyang nyata”.
Berdasarkan kutipan tersebut, di dalam pembelajaran berbasis masalah, siswa
dituntut untuk bekerja sama dalam kelompok untuk mencari solusi masalah
yang disajikan. Proses pembelajaran diarahkan agar siswa mampu
menyelesaikan masalah secara sistematis. Perkembangan siswa tidak hanya
terjadi pada aspek kognitif, tetapi juga aspek afektif dan psikomotor melalui
penghayatan secara internal akan masalah yang dihadapi. Dengan demikian,
pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang
berangkat dari pemahaman siswa tentang suatu masalah, menemukan
alternatif solusi atas masalah, kemudian memilih solusi yang tepat untuk
digunakan dalam memecahkan masalah tersebut.
Dalam pembelajaran berbasis masalah tidak sekedar bagaimana siswa mudah
dalam belajar, tetapi lebih jauh dari itu adalah bagaimana siswa memahami
suatu persoalan nyata, tahu solusi yang tepat, serta dapat menerapkan solusi
15
tersebut untuk memecahkan masalah. Pembelajaran berbasis masalah menurut
Sutirman (2013: 40) terdiri atas lima langkah pembelajaran yang meliputi:
1. Memahami masalah yang dihadapi.2. Mengidentifikasi penyebab masalah.3. Mengidentifikasi alternatif solusi.4. Memilih solusi yang paling tepat dan menerapkannya untuk
memecahkan masalah.5. Membuat kesimpulan.
Berdasarkan kutipan tersebut, tahapan pembelajaran berbasis masalah yaitu
siswa harus memahami masalah yang disajikan terlebih dahulu, mencari apa
saja penyebab masalah itu terjadi, mencari beberapa alternatif solusi atas
masalah tersebut, memilih solusi yang paling tepat, kemudian menerapkannya
untuk memecahkan masalah, dan selanjutnya membuat kesimpulan setelah
menerapkan solusi.
Sintaks strategi pembelajaran berbasis masalah menurut Suryani dan Agung
(2012: 115) terdiri atas:
1. Memberikan orientasi permasalahan kepada peserta didik.2. Mendiagnosis masalah.3. Pendidik membimbing proses pengumpulan data individu ataupun
kelompok.4. Mengembangkan dan menyajikan hasil.5. Menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil.
Berdasarkan kutipan tersebut, sintaks pembelajaran berbasis masalah diawali
dengan pemberian orientasi permasalah terhadap peserta didik, membimbing
peserta didik dalam mendiagnosis masalah, membimbing peserta didik dalam
proses pengumpulan data baik individu maupun kelompok, mengembangkan
16
dan menyajikan hasil pengumpulan data, kemudian menganalisis dan
mengevaluasi proses dan hasil pengumpulan data.
Tahap-tahap Pembelajaran berbasis masalah menurut Arends (dalam Trianto,
2007), dapat dirangkum dalam Tabel 1.
Tabel 1. Tahap-tahap Pembelajaran Berbasis Masalah
Tahapan Pembelajaran Kegiatan GuruTahap 1
Orientasi peserta didikpada masalah
Guru menjelaskan tujuanpembelajaran, menjelaskan logistikyang diperlukan, mengajukanfenomena atau demonstrasi ataucerita untuk memunculkan masalah,memotivasi siswa untuk terlibatdalam aktivitas pemecahan masalah.
Tahap 2Mengorganisasi pesertadidik
Guru membagi siswa ke dalamkelompok, membantu siswamendefinisikan danmengorganisasikan tugas belajaryang berhubungan dengan masalah.
Tahap 3Membimbing penyelidikanindividu ataupunkelompok
Guru mendorong peserta didik untukmengumpulkan informasi yangdibutuhkan, melaksanakaneksperimen dan penyelidikan untukmendapatkan penjelasan danpemecahan masalah.
Tahap 4Mengembangkan danmenyajikan hasil
Guru membantu siswa dalammerencanakan dan menyiapkanlaporan, dokumentasi, atau model,dan membantu mereka berbagi tugasdengan sesama temannya.
Tahap 5Menganalisis sertamengevaluasi proses danhasil pemecahan masalah
Guru membantu siswa untukmelakukan refleksi atau evaluasiterhadap proses dan hasilpenyelidikan yang mereka lakukan.
17
4. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan suatu puncak proses pembelajaran. Suatu proses
pembelajaran dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan dari
pembelajaran tersebut. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh
Djamarah (2006: 105), yaitu bahwa suatu proses belajar mengajar dikatakan
berhasil jika memenuhi hal- hal sebagai berikut:
1. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapaiprestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok.
2. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran yang telahdicapai, baik secara individual maupun kelompok.
Hasil Belajar menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 3) adalah:
Suatu hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan mengajar. Dari sisiguru, tindak mengajar diakhiri dengan evaluasi hasil belajar. Dari sisisiswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak prosesbelajar.
Diungkapkan pula oleh Hamalik (2004: 31):
Hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan kemampuan.
Dari pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil
yang diperoleh dari suatu interaksi dan setelah melalui kegiatan pembelajaran.
Guru mengakhiri kegiatan belajar dengan evaluasi hasil belajar. Hasil belajar
merupakan proses dari seseorang untuk memperoleh suatu perubahan perilaku
yang relatif tetap. Berhasil tidaknya anak dalam belajar dapat dilihat dari
pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan oleh guru sebelumnya.
18
Dalam perkembangannya, hasil belajar merupakan ukuran keberhasilan guru
dalam mengajar. Hal ini terlihat dari apa yang telah dicapai siswa serta
keberhasilan siswa dalam memahami, mengerti konsep, dan materi yang telah
diajarkan oleh guru.
Bloom (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2002: 26) mengategorikan hasil belajar
dalam tiga ranah, yaitu:
1. Ranah kognitif, terdiri dalam enam jenis perilaku, yaitupengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, danevaluasi.
2. Ranah afektif, terdiri dalam lima perilaku, yaitu penerimaan,partisipasi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi, danpembentukan pola hidup.
3. Ranah psikomotorik, terdiri dari tujuh jenis perilaku, yaitupersepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa,gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan
pembelajaran. Melalui hasil belajar juga dapat diketahui tingkat keberhasilan
siswa dalam pembelajaran. Hasil belajar yang diamati dalam penelitian ini
adalah hasil belajar dalam aspek afektif, kognitif, dan psikomotor yang
diperoleh melalui tes yang diberikan pada akhir pembelajaran.
19
B. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini berasumsi bahwa penggunaan modul sebagai bahan ajar sangat
mendukung proses pembelajaran mandiri. Pembelajaran inkuiri terbimbing
merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa, dalam proses
pembelajarannya siswa dituntut aktif dalam melakukan pembelajaran, namun
pada prosesnya guru tidak melepas begitu saja aktivitas siswa dalam
pembelajaran, melainkan memberikan bimbingan. Pembelajaran berbasis masalah
merupakan pembelajaran yang menuntut siswa untuk bekerja sama dalam mencari
solusi berdasarkan masalah yang dihadapi. Dalam pembelajaran berbasis masalah
tidak sekedar bagaimana siswa mudah dalam belajar, tetapi bagaimana siswa
memahami suatu persoalan nyata, tahu solusi yang tepat, serta dapat menerapkan
solusi tersebut untuk memecahkan masalah. Pembelajaran menggunakan modul
berbasis latihan inkuiri terbimbing dan modul latihan berbasis masalah termasuk
dalam pembelajaran aktif yang dapat meningkatkan tanggung jawab individu atau
kelompok, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang menggunakan dua kelas.
Penelitian ini dilakukan pengujian membandingkan hasil belajar fisika siswa yang
menggunakan modul berbasis latihan inkuiri terbimbing dengan siswa yang
menggunakan modul latihan berbasis masalah, sehingga diketahui apakah ada
perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang menggunakan modul berbasis
latihan inkuiri terbimbing dengan siswa yang menggunakan modul latihan
20
berbasis masalah. Penelitian ini, menggunakan dua kelas, yaitu kelas eksperimen
1 dan kelas eksperimen 2.
Hasil evaluasi kedua kelas tersebut dianalisis untuk memperoleh data hasil belajar
mana yang lebih baik. Perolehan nilai dihitung melalui uji statistik. Hasil
akhirnya berupa kesimpulan hasil belajar fisika mana yang lebih tinggi antara
siswa yang menggunakan modul berbasis latihan inkuiri terbimbing dengan siswa
yang menggunakan modul latihan berbasis masalah tersebut.
Keterkaitan penggunaan modul dengan hasil belajar siswa dapat dilihat pada
Gambar 1.
Gambar 1. Diagram Kerangka Pemikiran
C. Anggapan Dasar
Anggapan dasar penelitian ini adalah:
1. Kelas sampel memiliki kemampuan awal dan pengalaman belajar yang sama.
2. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran fisika beragam atau berbeda-beda.
Modul berbasis latihaninkuiri terbimbing
Modul latihan berbasismasalah
Hasil Belajar
Hasil Belajar
Dibandingkan
21
3. Penggunaan modul pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing dan modul
pembelajaran fisika berbasis masalah di dalam pembelajaran, sama-sama
meningkatkan hasil belajar siswa.
4. Faktor-faktor lain di luar penelitian diabaikan.
D. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pikir, maka dapat disimpulkan hipotesis dalam penelitian
ini ke dalam H0 dan H1:
Hipotesis pertama:
1. H0 : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang
menggunakan modul berbasis latihan inkuiri terbimbing dengan siswa yang
menggunakan modul latihan berbasis masalah.
2. H1 : Terdapat perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang menggunakan
modul berbasis latihan inkuiri terbimbing dengan siswa yang menggunakan
modul latihan berbasis masalah.
Hipotesis kedua:
1. H0 : Hasil belajar siswa yang menggunakan modul berbasis latihan inkuiri
terbimbing lebih rendah daripada siswa yang menggunakan modul latihan
berbasis masalah.
22
2. H1 : Hasil belajar siswa yang menggunakan modul berbasis latihan inkuiri
terbimbing lebih tinggi daripada siswa yang menggunakan modul latihan
berbasis masalah.
23
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas X.IPA SMA Negeri 2 Metro
pada semester genap tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah lima kelas. Pada
penelitian ini ada dua kelas yang diambil sebagai sampel dengan teknik Purposive
Sampling, yaitu pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan persyaratan
atau kebutuhan penelitian. Syarat peneitian ini, yaitu kelas sampel memiliki
kemampuan awal dan pengalaman belajar yang sama, kemudian ditentukan kelas
eksperimen I dan kelas eksperimen II.
B. Disain Penelitian
a. Penilaian Afektif
Penilaian afektif dilakukan dengan menggunakan angket dengan teknik
penilaian diri dan teman sejawat, yang diambil nilai rata-rata antara nilai
penilaian diri dan penilaian sejawat.
Nilai afektif =Nilai AfektifPenilaian Diri + Penilaian Teman Sejawat
2
24
b. Penilaian Kognitif
Disain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi-
experiment design dengan jenis the non-equivalent control group design.
Secara paradigma, rancangan penelitian ini yaitu:
Materi ajarKelas
A B
E1 O1 --------- X1 --------- O2 O3 --------- X2 --------- O4
E2 O3 --------- X2 --------- O4 O1 --------- X1 --------- O2
Gambar 2. The Non-equivalent Control Group Design
Keterangan:A : Materi ajar elastisitas (pertemuan ke-1)B : Materi ajar hukum Hooke (pertemuan ke-2)E1: Kelas eksperimen IE2 : Kelas eksperimen IIO1 : Pretest kelas eksperimen (menggunakan modul berbasis latihan inkuiri
terbimbing)O2 : Posttest kelas eksperimen (menggunakan modul berbasis latihan inkuiri
terbimbing)X1 : Perlakuan (menggunakan modul berbasis latihan inkuiri terbimbing)X2: Perlakuan (menggunakan modul latihan berbasis masalah)O3 : Pretest kelas eksperimen (menggunakan modul latihan berbasis masalah)O4 : Posttest kelas eksperimen (menggunakan modul latihan berbasismasalah)
Dengan adanya pretest sebelum perlakuan, baik untuk kelas eksperimen I
maupun kelas eksperimen II (O1 dan O3), dapat digunakan sebagai dasar
dalam menentukan perubahan. Pemberian posttest (O2 dan O4) pada akhir
kegiatan akan dapat menunjukkan seberapa jauh akibat perlakuan (X1 dan X2).
(Yusuf, 2014: 185-186)
25
c. Penilaian Psikomotor
Penilaian psikomotor dilakukan dengan menghitung nilai rata-rata angket
dengan teknik observasi yang dilakukan langsung oleh observer.
C. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Langkah-langkah pada penelitian ini adalah:
1. Observasi penelitian
a. Meminta izin kepada Kepala SMA Negeri 2 Metro untuk melaksanakan
penelitian.
b. Menentukan populasi, sampel penelitian, dan waktu pelaksanaan
penelitian, bersama guru mitra.
2. Pelaksanaan penelitian
a. Tahap persiapan terdiri dari menyusun perangkat pembelajaran.
b. Tahap pelaksanaan pembelajaran:
1) Melakukan pretest dengan soal yang sama pada kelas eksperimen I
dan kelas eksperimen II.
2) Melaksanakan kegiatan pembelajaran di masing-masing kelas dengan
menggunakan modul berbasis latihan inkuiri terbimbing pada kelas
eksperimen 1 pada pertemuan ke-1 dan menggunakan modul latihan
berbasis masalah pada pertemuan ke-2. Sebaliknya, menggunakan
modul latihan berbasis masalah pada kelas eksperimen 2 pertemuan
ke-1 dan menggunakan modul berbasis latihan inkuiri terbimbing
pertemuan ke-2.
26
3) Melaksanakan posttest dengan soal yang sama pada kelas eksperimen
I dan kelas eksperimen II.
4) Melakukan tabulasi dan analisis data.
5) Menarik kesimpulan.
D. Data dan Teknik Pengumpulan Data
1. Data Penelitian
Data pada penelitian ini adalah data kuantitatif (data hasil belajar siswa), yang
terdiri dari:
a. Aspek kognitif yaitu nilai N-Gain yang diperoleh berdasarkan nilai pretest
dan posttest.
b. Aspek afektif yaitu nilai yang diperoleh dari angket.
c. Aspek psikomotor yaitu nilai yang diperoleh dari angket observasi.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mengukur hasil belajar,
yaitu:
a. Aspek kognitif, menggunakan tes uraian melalui pretest dan posttest yang
dilakukan di awal dan di akhir pembelajaran.
b. Aspek afektif, membagikan dan mengarahkan siswa untuk mengisi angket
penilaian diri siswa dan penilaian teman sejawat.
c. Aspek psikomotor, menilai kegiatan diskusi dan kegiatan percobaan yang
dilakukan oleh siswa menggunakan angket observasi.
27
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penilain aspek kognitif adalah instrumen tes hasil belajar siswa pada
materi Elastisitas Bahan dan Hukum Hooke yang terdiri dari lima soal uraian
materi Elastisitas Bahan dan lima soal uraian materi Hukum Hooke berdasarkan
kisi-kisi instrumen penilaian pada ranah kognitif. Instrumen penilaian aspek
afektif adalah instrumen penilaian diri dan penilaian teman sejawat yang terdiri
dari 15 butir soal pernyataan yang dinilai oleh siswa berdasarkan kisi-kisi
instrumen penilaian pada ranah afektif. Instrumen penilaian psikomotor adalah
instrumen penilaian observasi yang terdiri dari empat butir pernyataan yang diisi
oleh observer berdasarkan kisi-kisi instrumen penilaian pada ranah psikomotor.
Dalam penelitian ini, dilakukan uji validitas isi terhadap instrumen penilaian hasil
belajar siswa pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
F. Validitas Instrumen
Validitas isi dan konstruk menurut Jihad (2013: 179) dilakukan untuk
menentukan kesesuaian antara soal dengan materi ajar dengan tujuan yang ingin
diukur atau dengan kisi-kisi yang kita buat. Validitas ini dilakukan dengan
meminta pertimbangan dari para ahli (pakar) dalam bidang evaluasi atau ahli
dalam bidang yang sedang diuji.
Perangkat pembelajaran yang divalidasi, yaitu RPP serta instrumen penilaian pada
ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Dengan kriteria penilaian sebagai berikut:
28
Keterangan:P : persentase kelayakanf : skor aspekn : skor maksimum aspek
Kriteria P:
25% - 43,75% = tidak valid
43,76% - 62,50% = kurang valid
62,51% - 81,25% = valid
81,26% - 100% = sangat valid
G. Analisis Data
1. N-Gain
Analisis hasil belajar pada aspek kognitif menggunakan analisis N-Gain. Gain
merupakan selisih data yang diperoleh dari pretest dan posttest. Perhitungan
ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan nilai pretest dan posttest dari
kedua kelas.
Rumus N-Gain (Meltzer, 2002: 1260) adalah:
− (g) =Kriteria interpretasi N-Gain (Hake, 1999) yaitu:
Tabel 2. Kriteria Interpretasi N-Gain
N-Gain Kriteria InterpretasiN-Gain > 0,7 Tinggi0,3 < N-Gain < 0,7 SedangN-Gain < 0,3 Rendah
= 100%
N-Gain (g)
Nilai Posttest - Nilai Pretest
Skor Maksimal Ideal - Nilai Pretest
29
2. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan secara manual menggunakan Uji Chi Kuadrat (x2)
atau menggunakan uji Kolmogorov Smirnov untuk mengetahui data
berdistribusi normal atau tidak. Data yang diuji normalitasnya adalah data
nilai siswa dalam ranah afektif, kognitif, dan psikomotor dari penggunaan
modul berbasis latihan inkuiri terbimbing dan modul latihan berbasis masalah.
a. Rumusan Hipotesis
H0 : data berdistribusi normal
H1 : data tidak berdistribusi tidak normal
b. Rumus statistik dengan Uji Chi Kuadrat (x2)= ( − )c. Kriteria uji
Secara manual data akan berdistribusi normal jika hitung < tabel dengan
dk = k-1 dengan taraf signifikansi 5%. Secara komputerisasi data
berdistribusi normal jika signifikansi > 0,05 atau terima H0 jika sig. >
0,05.
3. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dua varians digunakan untuk mengetahui apakah data hasil
belajar siswa dari dua kelompok sampel mempunyai varians yang homogen
atau tidak. Uji homogenitas dilakukan secara manual menggunakan uji F atau
menggunakan uji homogenitas Levene Statistic. Jika salah satu data tidak
berdistribusi normal, maka tidak perlu dilakukan uji homogenitas (Sudjana,
30
2005). Data yang diuji homogenitasnya adalah data nilai siswa dalam ranah
afektif, kognitif, dan psikomotor dari penggunaan modul berbasis latihan
inkuiri terbimbing dan modul latihan berbasis masalah.
a. Rumusan Hipotesis
H0 : = (data hasil belajar siswa memiliki varians yang homogen)
H1 : ≠ (data hasil belajar siswa memiliki varians yang tidak
homogen)
b. Kriteria Uji
Kedua data homogen jika signifikansi > 0,05 atau terima H0 jika sig. >
0,05.
4. Uji Beda
Jika kedua data sampel berasal dari populasi berdistribusi normal, maka uji
beda yang digunakan adalah uji parametrik (Sudjana, 2005). Salah satu uji
parametrik adalah uji-t (independent sample test) sedangkan untuk data
sampel yang berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal, uji beda
menggunakan uji non parametrik. Salah satu uji non parametrik adalah uji
Mann-Whitney.
a. Rumusan Hipotesis
H0 : = (rata-rata nilai hasil belajar siswa yang modul berbasis
latihan inkuiri terbimbing sama dengan hasil belajar siswa yang
menggunakan modul latihan berbasis masalah)
31
H1 : ≠ (rata-rata nilai hasil belajar siswa yang menggunakan
modul berbasis latihan inkuiri terbimbing tidak sama dengan hasil
belajar siswa yang menggunakan modul latihan berbasis masalah)
b. Uji-t
Uji-t digunakan untuk melakukan uji beda dengan menggunakan dua
sampel bebas. Artinya, kedua sampel tidak memiliki ketergantungan satu
sama lain.
c. Uji Mann-Whitney
Uji Mann-Whitney digunakan untuk melakukan uji beda dengan
menggunakan dua sampel bebas. Artinya, kedua sampel tidak memiliki
ketergantungan satu sama lain.
d. Kriteria Uji
H0 diterima jika sig. < 0,05 dan sebaliknya. Artinya, kedua data memiliki
perbedaan jika signifikansi kurang dari 0,05.
5. Perbandingan Kuantitatif Hasil Belajar Siswa
Perbandingan kuantitatif hasil belajar siswa yang menggunakan modul
berbasis latihan inkuiri terbimbing dengan modul latihan berbasis masalah
adalah dengan mengkonversi nilai ke rentang 0-4, lalu membandingkan kedua
rata-rata nilai tersebut.
32
6. Nilai Kualitatif Hasil Belajar Siswa
Berdasarkan peraturan Kurikulum 2013 mengenai bobot penilaian siswa
secara kualitatif, hasil belajar siswa pada ranah afektif, kognitif, dan
psikomotor, diperoleh dari total nilai yang siswa peroleh dengan rentang nilai
0-4, dengan mengacu pada Tabel 4.
Tabel 3. Interval Nilai Kriteria
Predikat Kriteria AspekKognitif Psikomotor Afektif
A 3,66 – 4,00 3,66 – 4,00Sangat Baik (SB)
A- 3,33 – 3,66 3,33 – 3,66B+ 3,00 – 3,33 3,00 – 3,33
Baik (B)B 2,66 – 3,00 2,66 – 3,00B- 2,33 – 2,66 2,33 – 2,66C+ 2,00 – 2,33 2,00 – 2,33
Cukup (C)C 1,66 – 2,00 1,66 – 2,00C- 1,33 – 1.66 1,33 – 1.66D+ 1,00 – 1,33 1,00 – 1,33
Kurang (K)D 0,00 – 1,00 0,00 – 1,00
(Kemendikbud, 2014)
60
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka
dapat disimpulkan bahwa:
1. Terdapat perbedaan hasil belajar fisika siswa yang menggunakan modul
berbasis latihan inkuiri terbimbing dengan siswa yang menggunakan
modul latihan berbasis masalah pada ranah kognitif dan ranah psikomotor.
Sementara itu, tidak terdapat perbedaan hasil belajar fisika siswa yang
menggunakan modul berbasis latihan inkuiri terbimbing dengan siswa
yang menggunakan modul latihan berbasis masalah pada ranah afektif.
2. Hasil belajar fisika siswa yang menggunakan modul berbasis latihan
inkuiri terbimbing lebih tinggi daripada hasil belajar fisika siswa yang
menggunakan modul latihan berbasis masalah, ditinjau dari ranah kognitif
dan psikomotor.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian ini, penulis menyarankan beberapa hal,
antara lain:
1. Penggunaan modul berbasis latihan inkuiri terbimbing dan modul latihan
berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar ranah afektif,
61
hendaknya guru dapat menggunakannya dalam pembelajaran sesuai
dengan petunjuk pada modul serta langkah-langkah pembelajaran inkuiri
terbimbing dan pembelajaran berbasis masalah yang sistematis.
2. Agar penilaian ranah psikomotor dalam penggunaan modul berbasis
latihan inkuiri terbimbing dapat berjalan dengan baik, hendaknya guru
membimbing siswa dalam tahap pelaporan karena modul berbasis latihan
inkuiri terbimbing menuntut siswa untuk lebih aktif bekerja sama dalam
kelompok, sehingga pembelajaran inkuiri lebih unggul dalam tahap
perencanaan, pelaksanaan, dan pengembangan hasil.
3. Agar penilaian ranah psikomotor dalam penggunaan modul latihan
berbasis masalah dapat berjalan dengan baik, hendaknya guru
membimbing siswa dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, dan
pengembangan hasil karena modul latihan berbasis masalah lebih unggul
dalam tahap pelaporan.
DAFTAR PUSTAKA
Andersen, Lorin. W. 1980. Penilaian Afektif. Jakarta: Diknas.
Anwar, Ilham. 2010. Pengembangan Bahan Ajar. Bandung: Direktori UPI.
Arikunto, Suharsimi. 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Asyhar, H. Rayandra. 2011. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta:Gaung Persada.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.
Djamarah, Syaiful Bahri, Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:Rineka Cipta.
Hake, R.R. 1999. Analyzing Change/Gain Scores. Dept.of Physics IndianaUniversity. (Online), http://www.physics.indiana.edu, diakses pada 04 Mei2016.
Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Jihad, Asep dan Abdul Haris. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Multi Presindo.
Kemendikbud. 2013. Permendikbud No. 70 tahun 2013 tentang Kerangka Dasar danStruktur Kurikulum SMK-MAK. (Online), https://belajarpedagogi.wordpress.com/pendekatan-mengajar/pembelajaran-berpusat-pada-siswa/, diakses pada10 Februari 2016.
. 2013. Permendikbud No. 81A tentang Implementasi Kurikulum.Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
. 2014. Permendikbud nomor 104 tahun 2014 tentang PedomanPenilaian Hasil Belajar oleh Pendidik. Jakarta: Menteri Pendidikan danKebudayaan Indonesia.
Kristin, Desmaria. 2015. Pengembangan Modul Pembelajaran Fisika Berbasis InkuiriTerbimbing pada Materi Elastisitas dan Hukum Hooke. Jurnal PembelajaranFisika, Vol 3 No.1, Hlm. 105-115. Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Kunandar. 2010. Guru Profesional. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Laraswati, A. 2009. Hubungan antara Keterampilan Berkomunikasi dan Hasil BelajarSiswa melalui Teknik Pembelajaran Tipe Talking Chips pada MateriPencemaran Tanah. Skripsi. Bandung: UPI (Tidak Diterbitkan).
Meltzer, David. 2002. The Relationship between Mathematics Preparation andconceptual learning gain in Physics: A possible hidden variable in diagnosticpretest scores. American Journal Physics. Vol 70. No.2 Hlm. 1259-1267.America: American University.
Memes, Wayan. 2000. Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Grafindo.
Nasution, S. 2008. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan mengajar.Jakarta: Bumi Aksara.
Pangestuti, Rini. 2012. Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Guru dalamMengimplementasikan Pembelajaran Beranah Afektif di SMP Negeri 4Sekampung Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013. Jurnal KulturDemokrasi, Vol.1 No.2. Lampung: Universitas Lampung.
Parwati, Arirani. 2013. Pergeseran Peran Guru Dari Pembelajaran Tradisional kePembelajaran Modern. (Online), http://ariraniparwati.blogspot.co.id/, diaksespada 26 November 2015.
Roestiyah, N. K. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Sanjaya,Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
. 2011. Peneliti Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
. 2012. Media Komunikasi Pembelajaran. Jakarta: Kencana PrenadaMedia Group.
Sudjana, N. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: RemajaRosdakarya.
Sukanti. 2011. Penilaian Afektif dalam Pembelajaran Akuntansi. Jurnal PendidikanAkuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1, Hlm. 74 – 82. Yogyakarta: UniversitasNegeri Yogyakarta.
Suprawoto. 2009. Mengembangkan Bahan Ajar dengan Menyusun Modul. (Online),http://www.scribd.com/doc/16554502/Mengembangkan-Bahan Ajar-dengan-Menyusun-Modul, diakses 20 November 2015.
Suryani, Nunuk dan Leo Agung. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta:Penerbit Ombak.
Sutirman. 2013. Media dan Model-Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: GrahaIlmu.
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktik. Surabaya:Prestasi Pustaka.
. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif: Konsep,Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan .Jakarta: Kencana.
Uno, H.B dan N. Mohamad. 2012. Belajar Dengan Pendekatan Paikem:Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Menarik. Jakarta: PT.Bumi Aksara.
Winkel. 2009. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.
Yanti, Fitri April. 2014. Pengembangan Modul Pembelajaran Fisika SMA/MABerbasis Masalah pada Materi Usaha dan Energi untuk MeningkatkanKeterampilan Berpikir Kritis Siswa. Jurnal Inkuiri, Vol.4 No.3, Hlm. 96-103.Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Yusuf, Muri. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan PenelitianGabungan. Jakarta: Prenadamedia Group.
LAMPIRAN