perawatan luka

17
PERAWATAN LUKA Perawatan luka diarahkan untuk meningkatkan penyembuhan luka. Perawatan luka sehari-hari meliputi membersihkan luka, debridemen, dan pembalutan luka. 1) Hidroterapi Membersihkan luka dapat dilakukan dengan cara hidroterapi. Hidroterapi ini terdiri dari merendam (immersion) dan dengan shower (spray). Tindakan ini dilakukan selama 30 menit atau kurang untuk klien dengan LB acut. Jika terlalu lama dapat meningkatkan pengeluaran sodium (karena air adalah hipotonik) melalui luka, pengeluaran panas, nyeri dan stress. Selama hidroterapi, luka dibersihkan secara perlahan dan atau hati-hati dengan menggunakan berbagai macam larutan seperti sodium hipochloride, providon iodine dan chlorohexidine. Perawatan haruslah mempertahankan agar seminimal mungkin terjadinya pendarahan dan untuk mempertahankan temperatur selama prosedur ini dilakukan. Klien yang tidak dianjurkan untuk dilakukan hidroterapi umumnya adalah mereka yang secara hemodinamik tidak stabil dan yang baru dilakukan skin graft. Jika hidroterapi tidak dilakukan, maka luka dapat dibersihkan dan dibilas di atas tempat tidur klien dan ditambahkan dengan penggunaan zat antimikroba. 2) Debridemen Debridemen luka meliputi pengangkatan eschar. Tindakan ini memiliki dua tujuan : Untuk menghilangkan jaringan yang terkontaminasi oleh bakteri dan benda asing, sehingga pasien dilindungi terhadap kemungkinan invasi bakteri. Untuk menghilangkan jaringan yang sudah mati atau eskar dalam persiapan bagi graft dan kesembuhan luka. Debridemen luka pada luka bakar meliputi debridemen secara mekanik, debridemen enzymatic, dan dengan tindakan pembedahan. a) Debridemen mekanik

Upload: adrian-aldrin

Post on 10-Nov-2015

16 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

cara merawat luka

TRANSCRIPT

PERAWATAN LUKAPerawatan luka diarahkan untuk meningkatkan penyembuhan luka. Perawatan luka sehari-hari meliputi membersihkan luka, debridemen, dan pembalutan luka.1) HidroterapiMembersihkan luka dapat dilakukan dengan cara hidroterapi. Hidroterapi ini terdiri dari merendam (immersion) dan dengan shower (spray). Tindakan ini dilakukan selama 30 menit atau kurang untuk klien dengan LB acut. Jika terlalu lama dapat meningkatkan pengeluaran sodium (karena air adalah hipotonik) melalui luka, pengeluaran panas, nyeri dan stress. Selama hidroterapi, luka dibersihkan secara perlahan dan atau hati-hati dengan menggunakan berbagai macam larutan seperti sodium hipochloride, providon iodine dan chlorohexidine. Perawatan haruslah mempertahankan agar seminimal mungkin terjadinya pendarahan dan untuk mempertahankan temperatur selama prosedur ini dilakukan. Klien yang tidak dianjurkan untuk dilakukan hidroterapi umumnya adalah mereka yang secara hemodinamik tidak stabil dan yang baru dilakukan skin graft. Jika hidroterapi tidak dilakukan, maka luka dapat dibersihkan dan dibilas di atas tempat tidur klien dan ditambahkan dengan penggunaan zat antimikroba.2) DebridemenDebridemen luka meliputi pengangkatan eschar. Tindakan ini memiliki dua tujuan : Untuk menghilangkan jaringan yang terkontaminasi oleh bakteri dan benda asing, sehingga pasien dilindungi terhadap kemungkinan invasi bakteri. Untuk menghilangkan jaringan yang sudah mati atau eskar dalam persiapan bagi graft dan kesembuhan luka.Debridemen luka pada luka bakar meliputi debridemen secara mekanik, debridemen enzymatic, dan dengan tindakan pembedahan.a) Debridemen mekanikDebridemen mekanik yaitu dilakukan secara hati-hati dengan menggunakan gunting dan forcep untuk memotong dan mengangkat eschar. Penggantian balutan merupakan cara lain yang juga efektif dari tindakan debridemen mekanik. Tindakan ini dapat dilakukan dengan cara menggunakan balutan basah ke kering (wet-to-dry) dan pembalutan kering kepada balutan kering (wet-to-wet). Debridemen mekanik pada LB dapat menimbulkan rasa nyeri yang hebat, oleh karena itu perlu terlebih dahulu dilakukan tindakan untuk mengatasi nyeri yang lebih efektif.b) Debridemen enzymaticDebridemen enzymatik merupakan debridemen dengan menggunakan preparat enzym topical proteolitik dan fibrinolitik. Produk-produk ini secara selektif mencerna jaringan yang necrotik, dan mempermudah pengangkatan eschar. Produk-prduk ini memerlukan lingkungan yang basah agar menjadi lebih efektif dan digunakan secara langsung terhadap luka. Nyeri dan perdarahan merupakan masalah utama dengan penanganan ini dan harus dikaji secara terus-menerus selama treatment dilakukan. c) Debridemen pembedahanDebridemen pembedahan luka meliputi eksisi jaringan devitalis (mati). Terdapat 2 tehnik yang dapat digunakan : Tangential Excision dan Fascial Excision. Pada tangential exccision adalah dengan mencukur atau menyayat lapisan eschar yang sangat tipis sampai terlihat jaringan yang masih hidup. sedangkan fascial excision adlaah mengangkat jaringan luka dan lemak sampai fascia. Tehnik ini seringkali digunakan untuk LB yang sangat dalam.3) Pembalutan lukaBerikan balutan setiap hari pada luka terus-menerus sampai penyembuhan total terjadi atau intervensi bedah diperlukan untuk penutupan luka. Di masa lalu, ahli bedah luka bakar mengganti balutan dua kali sehari. Dalam prakteknya sekarang, penggantian balutan dilakukan sehari sekali, menghasilkan penurunan yang signifikan dalam biaya, waktu perawatan dan nyeri. Penggantian balutan dua kali sehari masih diindikasikan untuk pasien dengan luka yang sedang atau sudah terinfeksi atau dengan jumlah eksudat yang berlebihan. Selama penggantian balutan, bersihkan luka dengan spons halus ukuran pori sel yang direndam dalam poloxamer 188, gel yang larut dalam air, untuk menghapus antibiotik topikal seluruhnya. Eskar yang melekat longgar biasanya dapat dihilangkan dengan spons, tetapi forsep mungkin diperlukan untuk memfasilitasi debridemen di samping tempat tidur. Setelah membersihkan luka, luka ditutup dengan krim antibiotik. Balutan dapat diganti kurang lebih 20 menit sesudah pemberian analgetik. Pambalut luar dapat digunting dengan gunting yang ujungnya tumpul (gunting perban), sedangkan balutan yang kotor dilepas dan dibuang dengan mengikuti prosedur untuk pembuangan bahan-bahan yang terkontaminasi. Balutan atau kasa yang menempel pada luka dapat dilepas tanpa menimbulkan sakit jika sebelumnya dibasahi dengan larutan salin atau bilamana pasien dibiarkan berendam selama beberapa saat dalam bak rendaman. Pembalut sisanya dapat dilepas dengan hati-hati dan perlahan-lahan memakai forseps atau tangan yang mengenakan sarung tangan steril. Kemudian luka dibersihkann dan dibebridemen untuk menghilangkan debris, setiap preparat topikal yang tersisa, eksudat dan kulit yang mati. Gunting serta forseps yang steril dapat digunakan untuk memangkas eskar yang lepas dan mempermudah pemisahan kulit yang sudah mati. Setiap perubahan dari penggantian pemabalut sebelumnya harus dicatat. Karena prosedur perawatan luka, khususnya perendaman dalam bak, merupakan tindakan yang menimbulkan stres metabolik, kondisi pasien harus diperiksa untuk menilai tanda-tanda menggigil, kelelahan, perubahan status hemodinamika dan rasa nyeri yang tidak berkurang dengan pemberian analgetik atau pun teknik relaksasi. kalau lukanya bersih, daerah yang terbakar ditutul sampai kering dan preparat topikal yang diresepkan dioleskan pada daerah tersebut. Luka tersebut kemudian ditutup dengan beberapa lapis kasa pembalut.

TERAPI ANTIBIOTIK TOPIKALTerapi antibiotik topikal tidak mensterilkan luka bakar tetapi hanya mengurangi jumlah bakteri dapat dikendalikan oleh mekanisme pertahanan tubuh pasien sendiri. Terapi topikal akan meningkatkan upaya untuik mengubah luka yang terbuka dan kotor menjadi luka yang tertutup bersih. Kriteria untuk pemilihan preparat topikal mencakup hal-hal berikut :1. Preparat tersebut harus efektif terhadap mikroorganisme gram negatif, pseudomonas, aeruginosa, staphylococcus aureus dan bahkan jamur.2. Preparat tersebut harus efektif secara klinis.3. Preparat tersebut harus dapat menembus eskar tetapi secara sistemik tidak toksit.4. Preparat tersebut tidak akan kehilangan kekefektifan agar infeksi lain tidak terjadi.5. Preparat tersebut cost-effective, mudah diperoleh serta dapat diterima oleh pasien.6. Preparat mudah dipakai Ada tiga preparat topikal yang paling sering digunakan, yaitu silver sulfadiazin (silvadene), silvernitrat dan mafenide asetata (sulfamylon). Banyak preparat topikal lainnya yang juga tersedia seperti salep povidon-iodin (10%), gentamisin sulfat, nitrofurazon (furazin), larutan dakin, asam asetat, mikonazol,dan klortrimazol.Silver Sulfadiazin (Silvadene) tetap merupakan krim antimikroba yang paling populer. Agen ini memiliki berbagai aktivitas antimikroba atau antibakteri spektrum luas terutama sebagai profilaksis terhadap infeksi luka bakar. aktivitas dan memiliki komplikasi yang relatif sedikit pada luka bakar. Silver sulfadiazin murah, mudah digunakan dan tidak diserap secara sistemik. Ia akan menghancurkan kulit mati dan merupakan kontraindikasi pada luka bakar yang baru dicangkok. Formulasi silver sulfadiazin perak saat ini berisi karier larut lipid, polipropilen glikol, yang memiliki kelemahan tertentu, termasuk pembentukan pseudoeschar. Mefenide adalah agen alternatif yang dapat menembus eskar lebih efektif daripada sulfadiazin perak. Oleh karena itu, sering digunakan pada luka yang terinfeksi yang tidak merespon perak sulfadiazin. Mafenide adalah pilihan perawatan untuk luka bakar serius di telinga untuk mencegah infeksi chondritis. Mafenide digunakan dengan hati-hati karena dapat menginduksi asidosis metabolik. Mafenide asetat, baik dalam bentuk krim atau larutan, adalah antimikroba topikal yang efektif. Hal ini efektif untuk kulit mati, merawat dan mencegah infeksi serta sangat baik untuk kulit segar grafts. Mafenide diserap secara sistemik. Topikal silver nitrat ialah agen spektrum luas aktivitas antimikroba.. Untuk luka bakar yang hampir sembuh, kecil atau besar, salep topikal bacitracin, neomisin, dan polymyxin B dapat digunakan. Ini juga berguna untuk luka bakar wajah yang parsial karena dapat diterapkan dan dibiarkan Saat ini silver Sulfadiazin perak diformulasikan dengan poloxamer 188 sehingga sulfadiazin perak dapat dicuci dengan mudah dari luka karena kelarutan airnya, yang membuat penggantian balutan menjadi jauh lebih nyaman. Jika pasien alergi terhadap sulfa, agen alternatifnya termasuk Polysporin, Bacitracin, dan Bactroban. Sementara itu, agen-agen yang relatif murah ini dapat mencetuskan alergi.Poloxamer 188 mengandung bacitracin dan polimiksin B. Agen antibakteri ini tidak mengganggu re-epitelisasi dari luka bakar. Nistatin topikal ditambahkan ke dalam gel ini pada luka dengan kolonisasi pertumbuhan jamur. Salah satu keuntungan utama dari gel ini adalah bahwa gel ini dapat dicuci dengan mudah dari permukaan luka setelah penggantian balutan.Zat pembawa dalam krim luka bakar ini dapat memiliki dampak yang cukup besar pada hasil akhir perawatan. Krim luka bakar nitrofurazon mengandung polietilen glikol yang dapat menyebabkan penyerapan polietilen glikol pada pasien dengan luka bakar yang luas. Penyerapan polietilen glikol dapat meningkatkan kesenjangan anion dan osmolalitas serum yang akan mengakibatkan kematian pasien. Hal ini menghasilkan sindrom yang mirip dengan keracunan etilen glikol tetapi juga meliputi peningkatan kalsium serum yang disertai dengan penurunan kalsium terionisasi. Penyebab tingginya kesenjangan kalsium ini tampaknya disebabkan oleh pengikatan kalsium oleh metabolit asam dikarboksilat polietilen glikol. Akibatnya, hindari penggunaan krim luka bakar yang mengandung polietilen glikol pada pasien dengan luka bakar luas. Meskipun terdapat kemajuan besar dalam pengembangan antimikroba topikal, invasi jamur pada luka masih merupakan penyebab utama infeksi di pusat-pusat luka bakar. Meskipun pemakaian luas dari agen antimikroba topikal, eksisi dini, dan praktik isolasi pasien dilakukan, kejadian infeksi luka jamur tetap tidak berubah. Dengan kebanyakan pasien luka bakar parah yang mengalami imunosupresi, kesulitan dalam mencegah atau memberantas infeksi jamur pada pasien ini tidak mengherankan.Infeksi jamur menyertai luka bakar yang luas dan berhubungan dengan mortalitas pada pasien luka bakar, terutama pada pasien dengan total area permukaan luka bakar antara 30% dan 60%. Asosiasi ini bebas dari ukuran luka bakar, cedera inhalasi dan usia pasien. Dengan munculnya strategi diagnostik baru, seperti serologi, teknik molekuler dan terapi antijamur baru dengan toksisitas yang rendah dari perawatan standar seperti amfoterisin B intravena; penting dilakukan prediksi akurat dari infeksi jamur pada luka bakar.

PENANGANAN NYERI (CONTROL PAIN)Pasien luka bakar biasanya memiliki dua jenis rasa nyeri: backgrounddan prosedural. nyeri background berlaku setiap hari dengan sedikit variasi. Nyeri prosedural terjadi selama terapi dan perawatan luka. Pendekatan yang lebih sering digunakan untuk mengatasi rasa nyeri adalah dengan menggunakan zat-zat farmakologik. Obat-obat farmakologik yang dapat digunakan meliputi analgesik inhalasi seperti nitrous oxide, ketamine, dll. Obat antiinflamasi nonsteroid juga dianjurkan untuk mengatasi nyeri ringan sampai sedang. Obatan NSAID biasanya tidak digunakan pada pasien yang akan menjalani operasi karena peningkatan resiko pendarahan. Namun, ia dapat digunakan untuk rasa sakit dan nyeri otot yang berkaitan dengan peningkatan pergerakan dan peningktan aktivitas. Nyeri latar yang anti nyeri jangka panjang seperti methadone. Metadon memiliki paruh 6 jam dan dapat mengurangi kebutuhan dosis tinggi agen lain. Akan tetapi, pasien metadon memerlukan tapering sebelum penghentian dari obat. Untuk nyeri prosedural,obat jangka pendek adalah terbaik karena perawatan luka biasanya dalam durasi pendek. Jika pasien memerlukan sesuatu yang lebih kuat daripada analgesik oral, fentanyl adalah agen pilihan untuk nyeri prosedural. Sedangkan tindakan Nonfarmakologik yang digunakan untuk mengatasi rasa nyeri yang berkaitan dengan luka bakar meliputi hipnotis, guided imagery, terapi bermain, tehnik relaksasi, distraksi, dan terapi musik. Tindakan ini efektif untuk menurunkan kecemasan dan menurunkan persepsi terhadap rasa nyeri dan seringkali digunakan bersamaan dengan penggunaan obat-obat farmakologik.

OPERASI (CARE OF THE BURN WOUND)Escharotomya) Thoracic escharotomy. Kecukupan oksigenasi dan ventilasi harus dipantau terus-menerus sepanjang periode resusitasi. Ventilasi dapat dikompromi oleh dinding dada yang berhubungan dengan sifat kaku luka bakar di toraks. Tekanan yang diperlukan untuk ventilasi dan pCO2 arteri meningkat. Bila diperlukan, dilakukan, escharotomy bilateral dilakukan di garis aksila anterior. Jika ada perluasan signifikan ke luka bakar, sayatan escharotomy harus diperluas dengan sayatan melintang sepanjang margin kosta.b) Escharotomy dari ekstremitas. Pembentukan edema pada jaringan di bawah, kulit mati yang mengelilingi ekstremitas dapat menghasilkan kompromi vaskular yang signifikan. Jika dibiarkan tidak dirawat, akan menyebabkan deficit vaskuler dan neurovaskuler yang permanen.. Warna kulit, sensasi, pengisian kapiler dan nadi perifer harus dinilai per jam pada setiap ekstremitas dengan sirkumferensial terbakar. Terjadinya tanda-tanda seperti sianosis, nyeri di jaringan dalam, paresthesia progresif, penurunan progresitas atau tidak adanya denyut nadi, atau sensasi dingin di ekstremitas dapat menunjukkan kurangnya kurangnya perfusi dari ektremitas distal. Doppler ultrasound flowmeter adalah sarana yang dapat diandalkan untuk menilai darah arteri aliran, kebutuhan untuk escharotomy, dan juga dapat digunakan untuk menilai kecukupan sirkulasi setelah escharotomy. Bila perlu, escharotomy dapat dilakukan sebagai prosedur di sisi tempat tidur dengan menggunakan pisau bedah steril atau elektrokauter. Anestesi lokal tidak diperlukan namun, intravena opiat atau anxiolytics harus digunakan. Sayatan harus menghindari neurovaskular utama dan struktur otot dan tendon, harus dilakukan di sepanjang mid medial atau mid lateral dari ekstremitas. Untuk memungkinkan pemisahan pinggir insisi, sayatan harus menembusi kulit mati, dermis yang utuh dan ke lemak subkutan. Sayatan harus meliputi luka bakar yang konstriksi dan seluruh sendi yang terlibat. Jika satu sayatan escharotomy tidak menghasilkan pemulihan perfusi distal yang memadai, escharotomy kedua pada sisi ujung kontralateral yang ujung harus dilakukan.

Gambar. Eskarotomi dan Fasciotomi

NUTRISIEfek gizi dari respon hypermetabolik luka bakar dinyatakan sebagai penggunaan energi berlebihan dan kehilangan nitrogen yang banyak. Asupan nutrisi untuk penyediaan energi kalori untuk menggantikan pengeluaran, meskipun nitrogen cukup untuk menggantikan atau mendukung protein tubuh. Kebutuhan kaloriBesarnya kenaikan tingkat metabolik luka bakar berikut berkadar langsung dengan besar daerah luka bakar. Keperluan energi total meningkat sehingga 15-100 persen dari kebutuhan dasar. Rumus yang paling banyak digunakan adalah modifikasi persamaa Long Harris-Benedict . MenBMR (basal metabolic rate) = (66.47 13.75 weight 5.0 height = 6.76 age) (activity factor) (injury factor)WomenBMR = (655.10 9.56 weight + 1.85 height = 4.68 age) (activity factor) (injury factor)Activity factor Confined to bed: 1.2 Out of bed: 1.3Injury factor Minor operation: 1.20 Skeletal trauma: 1.35 Major sepsis: 1.60 Severe thermal burn: 1.5 Karbohidrat Karbohidrat, dalam bentuk glukosa, menjadi sumber terbaik non protein untuk pasien luka bakar.. Penyediaan glukosa penting karena jaringan menggunakan massa tubuh tanpa lemak seperti otot untuk sumber energi jika gizi yang cukup tidak diberikan. Hiperglikemik pada pasien luka bakar adalah akibat dari fluks glukosa yang dipercepat dan penurunan pemakaian di perifer. Hipermetabolik mengarah pada defisit energi, gangguan fungsi glukosa, dan muscle wasting. Protein Pemberian glukosa dan protein meningkatkan keseimbangan nitrogen dan memungkinkan lebih banyak kalori yang akan digunakan untuk pemulihan keseimbangan nitrogen. Ini dapat meningkatkan sintesis protein viseral dan otot, tanpa mempengaruhi laju katabolisme. Kedua mekanisme meningkatkan keseimbangan nitrogen dan memadai pemberian glukosa (sekitar 7 g / kg per hari) dan protein (sekitar 2 g / kg per hari) Lemak Peran lemak sebagai sumber kalori nonprotein tergantung pada tingkat cedera dan kaitan dengan hipermetabolik.Terdapat perubahan pada siklus substrat dan oksidasi lemak setelah terjadi luka bakar. Lemak merupakan menjadi sumber kalori yang kurang baikt, terutama untuk memelihara keseimbangan nitrogen dan massa tubuh tanpa lemak. Pasien dengan peningkatan kadar metabolic dapat menggunakan kalori lemak secara efisien, tetapi pasien ini jarang memerlukan dukungan nutrisi. Vitamin dan Mineral Vitamin larut lemak vitamin (A, D, E, dan K) yang ekstensif disimpan dalam depot lemak dan hanya habis perlahan-lahan. Semua vitamin harus dilengkapi. Pedoman National Advisory dapat digunakan untuk luka bakar kecuali pasien dengan gejala defisiensi , kecuali vitamin C. Vitamin C mempunyai peran penting dalam penyembuhan luka, dan adalah baik untuk melengkapi dosis yang direkomendasi NAG / AMA dengan sekitar 1000 mg vitamin C setiap hari. Mineral dan elemen penting ialah zink karena peran mereka dalam proses penyembuhan luka. Rute Administrasi Rute dukungan nutrisi penting karena secara langsung mempengaruhi hasil. Nutrisi enteral total adalah sangat banyak dilakukan untuk pasien luka bakar. Nutrisi parenteral total digunakan ketika kegagalan enteral lengkap. Gastroparesis mungkin membatasi nutrisi intragastric, terutama pada awal periode postburn. Komposisi Nutrisi enteral Pada pasien luka bakar, diet tinggi protein, tinggi karbohidrat, rendah lemak dengan serat optimal disarankan. suplemen yang tepat dapat dimasukkan seperti vitamin, mineral dapat menambah manfaat nutrisi enteric total. Pemantauan pemberian nutrisi untuk menilai toleransi dan efektivitas adalah sama pentingnya dengan pemilihan formula atau waktu inisiasi.

WOUND MANAGEMENT Kulit merupakan organ tubuh yang terbesar serta mempunyai luas permukaan yang paling besar. Kerusakan yang luas pada kulit akan mempengaruhi fungsinya. Tujuan utama pengobatan luka pada luka bakar adalah memberikan perlindungan baru agar fungsi-fungsi kulit tidak hilang secara menyeluruh. Perlindungan ini, terutama terhadap infeksi dan suhu dingin. Pada luka bakar derajat I & II diharapkan regenerasi spontan dari epitel, maka yang terpenting adalah menjaga kebersihan luka atau mencegah infeksi. Pada luka bakar derajat II yang terpenting adalah membuang jaringan mati, menutup lukka dengan tandur kulit atau grafting skin disamping pencegahan infeksi. Luka bakar akibat panas api yang tidak kotor tidak perlu dibersihkan. Bulla dibiarkan utuh, cairan didalamnya disedot atau insisi. Bila tertahan oleh bahan kimia maka luka dicuci dengan air bersih sebersih-bersihnya. Hindarkan pemakai heksaklorofen karena bahan ini akan diserap melalui luka sehingga dapat menyebabkan kerusakan jaringan dan dapat menimbulkan gejala neurologis. Pada luka bakar derajat III yang melingkari anggota gerak terdapat bahaya penekanan (efek turniket) oleh eskar yang kurang elastis. Konstriksi ini akan menimbulkan statis aliran vena dan bila edema berkembang lebih jauh dapat terjadi gangguan sirkulasi arteri.Early Excision & Grafing (E&G) Dilakukan untuk luka bakar yang dalam (deep partial-thickness & full thickness burn), eschar diangkat dengan surgical dan lukanya ditutup dengan tehnik grafting. Dengan kecenderungan untuk membuang eschar secepatnya maka luka terbuka yang dihasilkan sangat peka terhadap infeksi, juga penguapan air dan kehilangan energi menjdai berlebihan, oleh karena itu penutupan luka dengan tehnik grafting sangat diperlukan. Tetapi sering mendapatkan kesulitan dalam mendapatkan autograf pada luka bakar luas. Eksisi eschar sebaiknya sedini mungkin mumgkin sebelum eschar banyak ditumbuhi bakteri. Kalau pasien telah melampaui masa kritis dalam fase akut, biasanya pada hari ke 2-5 pasca injury. Tetapi ada juga bisa waktu yang baik untuk melakukan E&G dalam 3-7 hari sampai optimalnya 10 hari setelah injury. Penutupan luka dapat dikerjakanlangsung setelah eksisi atau beberapa hari kemudian setelah pendarahan atau hematoma tidak akan menghambat skin graft. Keuntungan : keadaan umum cepat membaik. jaringan nekrotik sebagai media tumbuh bakteri dihilangkan. penyembuhan luka menjadi lebih pendek bila dilakukan tandur kulit. imbulnya jaringan parut dan kontraktur dikurangi. sensibilitas pulih lebih baik. Prioritas E&G secara berurutan sangat diutamakan jari-jari, tangan, pergelangan tangan, siku, lutut, pergelangan kaki, kaki, batang tubuh dan sisa anggota gerak lainnya.Current status of wound careBerdasarkan data klinis dan eksperimental: small (10% TBSA. Dalam pelaksanaanya dibutuhkan monitoring yang baik, perawatan yang baik, terapi fisik, dukungan nutrisi, aneshthesi dan dokter 24 jam. Prosedur eksisi dapat dilakukan setelah pasien stabil, biasanya dalam 1 minggu injury dan lukanya harus cepat ditutup sebelum terjadi infeksi. Prosedur yang bisa dilakukan:a) Tangential (sequential) excision Prinsip : mengeksisi lapisan luka pada sudut tangential di permukaan sampaidicapainya jaringan yang masih bisa hidup. Pengankatan luka bakar dapat dilakukan dengan berbagai instrument, biasanya hand dermatomes. Secara relative luka bakar dangkal dan moderate akan berdarah cepat dari ratusan kapiler setelah teriris. Jika tidak berdarah cepat di kedalaman yang sama, pengirisan dilakukan lebih dalam sampai dasar dermis atau subcutaneous fat sampai berdarah cepat. Jika inspeksi pada dasar dermis menampakkan abu-abu atau tumpul agak putih dan berkilau, atau terlihat adanya trombosed vessel, eksisi harus lebih dalam lagi. Pendarahan dikontrol dengan sponge yang direndam dalam 1:10000 larutan epineprine. Pendarahan berlanjut dikontrol dengan judicous electrocautery. b) Fascial Excision Diberikan untuk pasien dengan deep full thickness burn atau luas/besar, seumur hidupnya diberikan pengobatan full thickness burn.Keuntungan : Menghasilkan jaringan yang kemampuan hidupnya telah diketahui kepastiannya Tourniquets bisa digunakan secara rutin untuk extrimitas kehilangan darah saat operasi lebih sedikit dibanding tangentialKerugian : Waktunya lama Insidensi distal edema lebih meningkat bila eksisinya berupa circumferential Berbahaya jika kerusakan terjadi pada superficial neuromuscular structure. Terjadinya pengangkatan saraf cutaneus Early Reconstruction E&G, penutupan luka sebelum respon inflammasi terjadi maksimal pada localizd intense cutaneous dan subsequentiy systemic. Pengerjaan prosedur dengan hati-hati menurunkan resiko. Grafting harus menghindari joint, dan grafting dilakukan secara transvers. Thick STSG (>0,0015inch) terlihat lebih bgus dari thin graft (