perancangan pondasi mesin
TRANSCRIPT
i
PERANCANGAN PONDASI MESIN
OLEH:
A.A Ketut Ngurah Tjerita
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2018
i
KATA PENGANTAR
Dalam era globalisai perkembangan ilmu pengetahuan juga tak
terkalahkan oleh perkembangan masalah-masalah yang lain bahkan memberikan
image yang paling terdepan yang sangat mempengaruhi perkembangan lainnya.
Didalam bidang teknik sipil (Struktur,Transportasi, Hidro,Geoteknik dll)
perkembangan ilmu pengetahuan juga sangat pesat seiring dengan kebutuhan dan
tuntutan dalam perkembangan kehidupan manusia. Khususnya dalam ilmu teknik
pondasi yang merupakan masalah yang sangat pundamental, karena merupakan
penyokong dari bangunan atau konstruksi diatasnya. Masalah dibawahn tanah
sangat sulit dilihat dengan kasat mata, oleh karena itu harus dihadapi dengan ilmu
mekanika tanah untuk penyelesaiannya. Sesuai dengan penggunaan/fungsi
bangunan diatasnya dan kondisi dari geologi alam, maka perencanaan pondasinya
harus seirama, karena tanah sangat sensitive terhadap perlakuan-perlakuan yang
ada diatasnya. Untuk menghadapi fenomena ini kami ingin ikut memberikan
sumbangan penulisan ini, yang dirangkum dari beberapa buku sesuai denga
referensi yang ada.
Dengan menyadari pula barangkali ada hal-hal yang kurang sempurna
terdapat dalam penyelesaian penulisan ini, masukan dan saran dari pembaca
sangat diharapkan dan semoga penulisan ini ada manfaatnya bagi kita serta
perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia.
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................... i
Daftar Isi......................................................................................................... ii
1. Pendahuluan ....................................................................................... 1
2. Type Dari Pondasi Mesin ................................................................... 1
3. Persyaratan Umum Dari Pondasi Mesin ............................................ 4
4. Kriteria Dimensi ................................................................................. 5
5. Data Perancangan ............................................................................... 6
6. Induksi Beban Dinamik Pada Mekanisme Torak/Engkol Sederhana
(Simple Crank Mechanisme).............................................................. 6
7. Amplitudo yang Diinginkan ............................................................... 10
8. Kap Daya Dukung yang Dinginkan ................................................... 11
9. Daftar Pustaka .................................................................................... 23
1
BAB 1
FONDASI MESIN
1.1 U M U M.
Perancangan Fondasi mesin menimbulkan permasalahan yang lebih
kompleks dibandingkaa dengan pondasi yang harus menyangga beban
statik. Pada pondasi mesin, perancang harus juga mempertimbangkan
beban dinamis disamping beban, statis. Perancang harus mengetahui
bagaimana cara beban ditransmisikan dari mes in , di samping juga harus
tahu problem yang timbul akibat perilaku dinamika dari pondasi dan
dibawah pondasi.
Sampai sekarang, perancaagan pondasi mesin yang dilaksanakan para
perancang/masih didasarkan atas peraturan empiris, dikarenakan sampai
sekarang baru sedikit yang diketahui mengenai perilaku fondasi akibat
beban dinamik. Tetapi walaupun begitu dengan perkembangan dilapangan
tentang tanah dan bangunan dinamik, maka prinsip perancangan secara
berangsur tercipta tanpa harus tergantung pada cara empiris. Biasanya
tujuan dari manual adalah mengadakan kriteria perancangan dalam berbagai
cara sehingga sedemikian rupa perancang menemukan cara yang tepat untuk
pemakaian pada permasalahan praktis.
1.2 TYPE DARI FONDASI MESIN.
Pembagian type dari fondasi Mesin dapat dibedakan dalam tiga cara
klasifikasi, dimana masing-masing cara klasifikasi mempunyai type-typenya
sendiri.
Ketiga cara Klasifikasi tersebut adalah:
1. Klasifikasi pondasi didasarkan atas kriteria perancangan:
a) Yang memproduksi gaya bentur/tumbuk (impact forses), mis: gaya
tumbuk, gaya tekan
2
b) Yang memproduksi gaya periodik, mis: recciprocating engines
(kompresor).
c) Mesin-mesin dengan kecepatan tinggi, mis: turbines, rotary
compressor.
d) Mesin tambahan lainnya.
2. Klasifikasi pondasi didasarkan atas bentuk struktur.
a) Pondasi type blok terdiri dari dudukan dari beton, dimana mesin
akan diletakan.
b) Pondasi type box atau Caisson terdiri dari blok beton yang berlubang
ditengahnya dan menahan mesin diatasnya.
c) Pondasi type dinding, terdiri dari sepanjang dinding yang menahan
mesin diatasnya.
d) Pondasi type rangka, terdiri dari kolom vertikal menahan konstruksi
rangka horizontal diatasnya, dimana mesin akan diletakan.
3
Dengan melihat produksi gaya yang terdapat pada mesin yaitu :
- gaya impul dan
- gaya periodik.
Maka type blok digunakan bila mesin memproduksi gaya impul dan gaya periodik
dengan kecepatan rendah, sedangkan untuk kecepatan tinggi dan berorasi
digunakan type rangka. Untuk beberapa mesin yang menginduksi gaya dinamika
kecil dapat langsung diangker pada lantai tanpa pondasi khusus.
3. Dengan mendasarkan frekwensi operasi dari mesin, maka mesin dapat
dibagi dalam tiga katagori :
1) Frekwensi rendah sampai menengah 0 - 500 rpm
2) Frekwensl menengah sampai tinggi 300 - 1000 rpm
3) Frekwensi sangat tinggi > 1000 rpm.
GROUP I.
Pondasi pada group ini pada umumnya mempunyai type blok dengan daerah
kontak yang cukup besar. Mesin yang termasuk dalam group ini adalah :
- Reciprocating engine ukuran besar
- Compressor dan
- Blower.
GROUP II.
Pondasi pada group ini pada umumnya mempunyai type blok yang terletak pada
per atau tempat dudukan elast is (elastic pad).
Tujuan pengenaan sistem pondasi yang dilengkapi dengan per adalah untuk
raengusahakan frekwensi natural dibawah frekwensi pengoperasian.
Mesin yang termasuk dalam group ini adalah :
- Reciprocating engine dengan ukuran menengah seperti : mesin diesel dan mesin
gas.
4
GROUP III.
Fondasi type ini menggunakan blok masif, permukaan kontak kecil dan
menggunakan pada isolasi yang sesuai untuk memperendah frekwensi naturalnya.
Mesin yang termasuk dalam group ini adalah:
- Mesin pembakaran dalam kecepatan tinggi (high speed internal combustion)
- Motor linstrik
- Set turbo generator.
Untuk yang terakhir, mesin memerlukan pondasi rangka yang memberikan
kemungkinan akomodasi bagi peralatan tambahan diantara kolom-kolomnya.
1.3 PERSYARATAN UMUM DARI PONDASI MESIN.
a. Pondasi harus dapat menahan beban dlatasnya (superimposed loads) tanpa
mengakibatkan keruntuhan geser atau hancur (shear or crushing failure).
b. Penurunan harus didalam batas yang diinginkan.
c. Kombinasi dari titik berat mesin dan pondasi sedapat meungkin pada garis
vertikal yang sama dari titik berat bidang dasar.
d. Tidak boleh terjadi resonasi, sehingga frekwensi natural system tanah
pondasi harus lebih besar atau lebih kecil apabila dibandingkan dengan
frekwensi pengopersian mesin untuk mesin dengan kecepatan rendah,
frekwensi natural harus lebih tinggi, sedangkan mesin dengan kecepatan
tinggi, frekwensi natural harus lebih rendah.
e. Aplitudo yang terjadi pada waktu kondisi pelayanan harus didalam batas yang
diinginkan. Batas yang diinginkan biasanya diberikan oleh pabrik pembuat
mesin.
f. Bagian rotating & reciprocating dari mesin, harus selalu dalam keadaan
seimbang, untuk mengurangi gaya-gaya atau women yang tak seimbang.
(Tanggung jawab Insinyur mesin).
5
g. Apabila dimungkinkan, pondasi harus dirancang sedemikian rupa sehingga
mengijinkan perubahan berikut dari frekwensi natural, dengan jalan dapat
merubah daerah dasar atau masa pondasi (dipilih mana yang lebih
memungkinkan).
Sedangkan dari sudut praktis, persyaratan yang harus dipenuhi
a. Muka air tanah harus serendah mungkin dan kedalaman muka air tanah paling
tidak 1/4 dari lebar pondasi diukur dari bidang dasar pondasi. Batas ini
merupakan batas pengaruh Propagi vibrasi (Vibrastion propagation). Maka air
tanah adalah konduktor yang baik terhadap gelombang propagasi.
b. Pondasi mesin harus dipisahkan dari komponen bangunan yang berdekatan
dengan menggunakan expansion joint.
c. Setiap pipa uap atau udara panas yang dalam pondasi harus betul-betul
diisolasi.
d. Pondasi harus dilindungi dari minyak mesin dengan cara memberikan lapisan
acid resisting (tahan asam), atau chenical treatment lainnya yang cocok.
e. Pondasi mesin harus diletakan pada elevasl yang lebih rendah dibanding
dengan elevasi pondasi dari bangunan yang berdekatan.
1.4 KRITERIA DIMENSI.
Dimensi pondasi mesin biasanya ditentukan sehubungan dengan kebutuhan
pengoperasian mesin. Dimensi secara umum, diberikan oleh pembuat mesin.
Apabila pemilihan dimensi ditugaskan kepada perancang maka dimensi
minimum yang dipilih mungkin dari pondasi harus memenuhi kriteria
perancangan.
Untuk suatu demensi pondasi dan kondisi tempat yang khusus, perancang
harus yakin bahwa amplitudo gerak dan frekwensi natural dari system tanah
pondasi dibawah kondisi pengoperasian.
6
Untuk perancangan yang baik syarat-syarat umum pondasi harus dipenuhi
pula. Apabila ternyata syarat-syarat umum pondasi tidak dipenuhi, maka
perancang menyarankan perubahan demensi pondasi kepada pembuat
mesin. Kemudian setiap perubahan yang terjadi harus ditanda-tangani oleh
Insinyur mesin dari pembuat mesin.
1.5 DATA PERANCANGAN.
Berbeda-beda tergantung dari type pondasinya. Tetapi syarat umum dari
data yang digunakan dalam perancangan adalah:
a. Diagram beban yang menunjukan besar dan posisi dari beban statik dan
dinamik yang bekerja pada pondasi.
b. Tenaga dari mesin dan kecepatan pengoperasian.
c. Diagram yang menunjukan bagian yang masuk terletak di dalam
pondasi (embebbed parts), bukan (opens), groves (celah), dari boet
pondasi.
d. Nature of soil, sifat-sifat statik dan dinamik tanah yang diperlukan
dalam perhitungan perancangan.
1.6 INDUKSI BEBAN DINAMIK PADA MEKANISME TORAK/
ENGKOL SEDERHANA (SIMPLE CRANK MECHANISME).
Beban dinamik yang bekerja pada pondasi pada umumnya dapat
diklasifikasikan didalam dua katagori.
a. Type beban shock atau impulslf yang mana terjadi pada selang
beraturan (mesin pemikul dan mesin penekan).
b. Steady state loads yang mana bervarlasl terhadap waktu sehubungan
dengan hukum sin atau cosinus (misal reciprocating and rotating
machine).
Pabrik pembuat mesin pada umumnya melengkapi data sehubungan gaya-
gaya yang tidak seimbang (unbalanced forees). Untuk type peralatan dasar
tertentu, gaya tak seimbang (unbalanced forcees) dapat dlhltung sebagal
berikut :
7
1. Pada Internal combustions engine, piston type compressors, pump, steam
engine dll menghasilkan gaya reciprocating/ bolak-balik. Pada gambar
terlihat mekanisme torak sederhana pada single cylinder engine (mesin
silinder tunggal) terdiri dari :
Piston yang mana bergerak didalam silinder.
− Crank/engkol dengan panjang r yang berputar pada titik 0 dihubungkan
dengan pipa/batang dengan panjang i. Yang dihubungkan dengan
piston pada titik P dan pada crank shaff/tangkai di C.
− Crank pen/pasak C mengikuti jejak lingkaran, wust pin P beriskilasi
sepanjang jejak liniar. Sedangkan titik-titik pada batang CP mengikuti
jejak ellip.
Apabila total resiprocating mass yang bergerak dengan piston= m rec, sedangkan
rotating mass bersama-sama crack = m rot, p z = unbalanced inertial forces
(sepanjang arah piston), (umbalanced inertial forces) sepanjang arah piston lurus)
dapat dituliskan.
( ) tW2CosrWm
tCosWrWmmp m
zz
m
z
mrotrecz
++= ……………………(1.1)
dan
WtsinmrotrWPz
mx = …………………………………………………..(1.2)
8
Gambar 1.2 Simple Crank Mechanisme = engkol
dimana : W m = kecepatan sudut rotasi
r = jari-jari Crank
Untuk simple crank Mechanis seperti pada gambar (1.2) masa reciprocating
& rotating diberikan oleh hubungan berikut :
+=
i3m2mm rec …………………………………..(1.3)
3rot mi
1r
1m1rm
−+= ……………………………...(1.4)
dimana :
m 1 = masa dari crank.
m 2 = masa dari bagian reciprocating termasuk piston-piston rod dan crank head.
m 3 = masa dari batang penyambung.
ι = panjang dari batang penyambung.
9
ι 1 = panjang antar titik C ke titik berat batang penyambung.
r 1 = panjang antara titik berat dari tangkai crank dan titik berat rotasi.
Gaya-gaya inertlal pada persamaan (1.1) mempunyal komponen.
- Primary coraponen bekerja pada kecepatan berputar Wm
- Second component bekerja dua kali kecepatan berputar = 2Wm
Gaya inertial aklbat berputarnya masa dapat dieliminasi seluruhnya
dengan cara "counter balancing". Sedangkan membuat seimbang (imbalancing)
terhadap masa reciprocating tidak dapat, biarpun begitu dapat dicegah yaitu pada
multi cilinder engines, adalah dengan mengatur silinder sedemikian rupa sehingga
gaya tak seimbang menjadi sekecil mungkin.
Untuk beberapa mesin khusus gaya primer dan sekonder dari gaya tak
seimbang diberikan oleh pabrik pembuat mesin. Kalau tidak ada, perancang harus
menghitungnya didasarkan atas berat bagian berputar dan resiprocating.
2. Pada turbin, pompa centrifugal dan set generator turbo etc, dari mesin
yang berputar etc.
Meskipun sebelum pemasangan rotating machunary telah diseimbangkan,
pada prakteknya tetap terdapat ketidak seimbangan. Yang dimaksud
dengan tidak seimbang pada rotating machine disini adalah bahwa surebu
rotasi tidak lewat sumbu utama inersia dari seluruh unit.
Pada mesin dengan kecepatan tinggi seperti turbine, sekecil apapun
eksentrisitas dapat menyebabkan gaya tak seimbang yang besar.
Pada gambar 1.3.a memperlihatkan typical rotating mas type oscillator
dengan single mass me ditempatkan pada rotating shaft dengan
eksentrisitas e dari sumbu rotasi.
10
Gambar 1.3.a
Dengan pengaturan seperti pada gambar 1.3.a akan menimbulkan unbalanced
vertial force sebesar
WtsineWmpz
me= ………………………………………(1.5a)
sedang pada gambar (1.3b)
tWsinp2p mo= …………………………………………(1.5b)
dimana po = vertikal asci11ating force yang mempunyai amplitudo = z
meeWm2
1 .7 AMPLITUNDO YANG DIINGINKAN.
Biasanya ditentukan oleh pabrik pembuat mesin, pada umumnya
ditentukan oleh kepentingan mesin relatif dan sencetivity struktur disekelilingnya
akibat vibrasi yang ditimbulkan.
Apabila tidak tersedla data amplitude yang diinginkan harga yang dianjurkan oleh
Richatt (lihat gambat) atau oleh Bercan.
11
1.8 KAPASITAS DAYA DUKUNG YANG DIINGINKAN.
a. Tanah harus dievaluasi dldasarkan hasil sub soil exploration & testy
yang representatif menurut suatu peraturan yang berlaku.
b. Kayu
The permissible Compressive stress on timber harus mengikuti suatu
peraturan yang berlaku.
c. Lain bahan
The permissible bearing pressure untuk natural elastis lainnya seperti
felt/bahan untuk gibs, cork/gabus dan rubber biasanya diberikan oleh
ferina pembuat material tidak ada harga tertentu yang dianjurkan,
karena sangat bervariasinya harga tersebut.
12
Beton (cncrete) sebagai bahan utama pondasi mempunyai sifat-sifat bahan yang
berbeda dengan bahan konstruksi lainnya. Dalam hal tegangan dan modulus
elastisitas dapat diperlihatkan pada table berikut:
Sedangkan kekuatan beton akan dipengaruhi oleh waktu dari saat pengecoran,
serta kelembaban dan temperatur pada saat pengecoran. Secara umum semakin
lama kekuatan beton semakin bertambah. Pertambahan kekuatan beton terutama
terjadi pada usia beton sebelum 28 hari. Pengaruh moisture dan temperature
terlihat jelas pada gambar dibawah ini.
13
Pada konstruksi beton selain beton itu sendiri, terdapat elemen/bahan baja
tulangan yang dimaksudkan untuk menahan tegangan tarik yang ada pada
struktur.
Dari table kekuatan beton terlihat bahwa kekuatan tarik beton relatif kecil,
dibandingkan kekuatan tekannya. Baja tulangan akan menahan tarik sedang beton
akan menahan tekan. Dibawah ini disajikan table tulangan baja dar ASTM.
Fundasi untuk proses equipment, secara umum mempunyai tipe-tipe sebagai
berikut:
− Rectangular atau octagonal footing untuk vessel vertical yang berdiagonal
kecil (gambar 4a dan 4b).
− Rectangular atau octagonal footing dengan pedestal untuk pipe-support frame
atau vessel vertical yang besar.
− Block foundation untuk kompresor, pompa dan vibrasing equipment (gbr 4c)
− Continous footing dan foundation walls untuk horizontal vessel, large
elevated tanks dan thickners. (gambar 4d ).
− Structural mats untuk cluster of equipment, tanks or croling towers.
14
Pondasi beton dibutuhkan jika equipment terlalu berat untuk ditaruh secara
langsung pada lantai.
Pondasi tiang caisson dan pier juga merupakan bagian dari pondasi beton akan
mempunyai bentuk umum sebagai berikut:
15
Selain digunakan untuk menahan tegangan tank, baja tulangan juga dapat
berfungsi untuk ikut menahan tekan, dengan menaruh tulangan baja, pada kolom
(fig 3 a). Hal ini akan memperbesar kapasitas kolom.
Akan tetapi tulangan baja ini harus terlindung dari temperatur yang tinggi,
sehingga diperlukan spesi beton yang cukup. Jarak atau spesi minimum
tergatttUhg pada letak tulangan (lihat gambar 3b ).
Perencana harus memperhitungkan gaya-gaya yang harus ditahan oleh pondasi,
kemudian harus merencanakan ukuran serta lokasi dari tulangan. Jika terjadi salah
letak atau kurang tulangan akan terjadi catastrophie failure
16
Beberapa contoh kasus pondasi dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Pondasi untuk vertical vessels
Pondasi untuk vertical vessels yang berdiameter kurang dari 4 ft biasanya
adalah squar pedestal dengan atau tanpa footing.Sedangkan untuk
berdiameter lebih dari 4 ft, digunakan octagonal pedestal, dengan octagonal
footing.
Puncak dari pedestal biasanya berada pada 1 ft diatas permukaan akhir
(perkerasan disekitar vessel). Sedangkan bagian bawah pedestal berada 3ft,
dibawah muka tanah asli atau lebih. Jumlah dan ukuran anchor-bolt
ditentukan oleh dua hal:
1. Gay a geser total akibat angin atau gempa.
2. 150 % dari gaya angkat akibat angin atau gaya guling akibat gempa.
2. Pondasi untuk Horisontal vessels
Pondasi untuk horizontal vessel biasanya terdiri dari dua atau tiga dinding
beton vertical, tergantung pada panjang vessel, ditahan oleh continous footing
pada setiap dinding.
17
Terdapat dua tipe dari support wall yang satu (type I) menggunakan saddle baja,
sedang type dua langsung menahan shell, 1. Tebal dinding ini minimum 8 inch.
Support wall harus direncanakan untuk menahan guling, terutama pada arah
longitudinal dari vessel.
Pondasi untuk storage tangki.
Storage - tangki berdiameter besar seperti dari API ( American Petroleum institute
), seperti pada gambar 8 , akan memerlukan pondasi yang benar-benar harus
dipersiapkan.
18
Dasar dari storage — tanah ini bisa terbuat dari crushed rock atau sand cushion.
3. Pondasi pompa dan anchors
Dua elemen perting pada process plant adalah pondasi pompa serta anker-
Ankernya. Pompa process beroperasi secara rotating idengan gaya rotasi) atau
reciprocating.
Bagian atas dari pondasi harus berada diatas suatu ketinggian tertentu, untuk
menghindari flooding dari electric motor, dan untuk melindungi pengaruh impact.
Sedangkan kedalaman pondasi, harus cukup agar penetrasi air tidak memperlemah
keadaan tanah, dan menyebabkan penurunan pondasi.
19
Penulangan pondasi ini diperlihatkan pada gambar 9.a
Perencanaan dan penentuan letak anchor-bolt adalah sama pentingnya. Disarankan
untuk mencari kontraktor yang berpengalaman dalam menempatkan anchor-bolt
secara teliti. Untuk vessel equipment terlalu berat, dapat digunakan sleeve-nut bolt
yang diperlihatkan pada gambar 9 b.
Self-Supporting Equipment
Self supporting equipment hams direncanakan untuk bermacam-macam kondisi
seperti:
- Equipment kosong + angin atau seismic forces
- Equipment sperating + angin atau seismic forces
- Tes load dengan eqipment penuh air atau granular material.
20
Demikian pula support structure juga harus direcanakan dengan berbagai kondisi.
- Equipmemt kosong + dead load + angin atau seismic forces
- Equipment operating + dead load + angin atau seismic forces
- Equipment operating + dead load + live load dari flat form.
- Tes load dengan equipment penuh + dead load + live load dari plat form
Support structure untuk conveyer atau equipment yang ringan terlihat pada
gambar 1 . Untuk medium structure terlihat pada gambar 2.
Hal-hal yang juga harus mendapat perhatian adalah :
- Building frames.
Rangka baja seperti terlihat pada 5 a, akan terdiri dari bermacam-macam
bagian.
21
Sedangkan rangka baja yang dilas, terlihat pada gambar 5b, adalah rigid frame.
Hubungan antara structure atas dan bawah dapat digunakan anchor - bolt seperti
gambar 6.
22
- Fire proofing
Konstruksi baja harus dilindungi dari bahaya kebakaran dengan lapisan dari
semen.
- Concretete block
Konstruksi dari concrete block terlihat pada gambar 6.
23
DAFTAR PUSTAKA:
1. Mitchell, J. K. (1976), "FUNDAMENTALS of SOIL BEHAVIOR",
University of California, Berkeley, John Wiley & Sons, "Inc.
2. Gray, D. H., and Mitchell, J. K. (1967), Fundamental Aspects of Electro-
Osmosis in Soils, "Journal of The Soil Mechanics and Foundations Devision,
A.S.C.E., Vol. 93, No SM6, pp. 209-236: Closure Discussion : Vol. 95, No.
1969. SM3, pp. 875.879.
3. Aldrich, H.P. Jr. (1956), "Frost Penetration Below Highway - andAirfield
Pavements ", Highway Research Board Bulletin, No. 135.
4. Esrig. M. I. (1968), "Pore Pressures, Consolidation, and Electrokinetics,"
Journal of the Soil Mechanics and Foundations Devision, A.S.C.E., Vol 94,
No. SM4, pp. 899-921.
5. Bjerrum, L., Mourn, J., and Eide, 0. (1967), "Application of Electro-Osmosis
on a Foundation Problems in Norwegian Quick Clay," Geotechnique, Vol.
17, pp 214-235.
6. Katchalsky, A., and Curren, P. R. (1967), Nonequilibrium Thermodynamics
in Biophysics, Harvard Univ. Press. Cambridge.
7. Olsen, H. W. (1969), "Simultaneous Fluxes of Liquid and Charge in
Saturated Kaoline," Soil Science Society of America Procedings, Vol 33,
No.3. pp. 338-344.