perancangan media informasi tentang penyakit infeksi saluran … · 2018. 4. 30. · pasien,...

27
Perancangan Media Informasi Tentang Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Dengan Menggunakan Multimedia Interaktif (Studi Kasus : Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta) Artikel Ilmiah Peneliti: Alexander Eric Yulianto (692009027) Anthony Y.M. Tumimomor, S.Kom., M.Cs. Martin Setyawan, S.T., M.Cs. Program Studi Desain Komunikasi Visual Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2014

Upload: others

Post on 10-Feb-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Perancangan Media Informasi Tentang Penyakit Infeksi

    Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Dengan Menggunakan

    Multimedia Interaktif

    (Studi Kasus : Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat

    Surakarta)

    Artikel Ilmiah

    Peneliti:

    Alexander Eric Yulianto (692009027)

    Anthony Y.M. Tumimomor, S.Kom., M.Cs.

    Martin Setyawan, S.T., M.Cs.

    Program Studi Desain Komunikasi Visual

    Fakultas Teknologi Informasi

    Universitas Kristen Satya Wacana

    Salatiga

    2014

  • Perancangan Media Informasi Tentang Penyakit Infeksi

    Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Dengan Menggunakan

    Multimedia Interaktif

    (Studi Kasus : Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat

    Surakarta)

    Artikel Ilmiah

    Diajukan kepada

    Fakultas Teknologi Informasi

    untuk memperoleh gelar Sarjana Desain

    Peneliti:

    Alexander Eric Yulianto (692009027)

    Anthony Y.M. Tumimomor, S.Kom., M.Cs.

    Martin Setyawan, S.T., M.Cs.

    Program Studi Desain Komunikasi Visual

    Fakultas Teknologi Informasi

    Universitas Kristen Satya Wacana

    Salatiga

    2014

  • Perancangan Media Informasi Tentang Penyakit Infeksi Saluran

    Pernapasan Akut (ISPA) Dengan Menggunakan Multimedia

    Interaktif

    (Studi Kasus : Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat

    Surakarta)

    1) Alexander Eric Yulianto,

    2)Anthony Y. M. Tumimomor, S.Kom., M.Cs. ,

    3) Martin

    Setyawan, ST., M.Cs.

    Fakultas Teknologi Informasi

    Universitas Kristen Satya Wacana

    Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia

    Email: 1)

    [email protected], 2)

    [email protected], 3)

    [email protected]

    Abstract

    Accute Respiratory Infection (ARI) is one of the disease that cause death, it

    mostly infecting children below 5 years old. Surakarta’s BBKPM still has difficulties in

    counseling community about the ARI, because the way presenting the information are still

    in the form of print media that countain a little information about it. Therefone, media

    information that could explain about the disease in detail are needed. Based on it, design

    the media information can be done using interactive multimedia. Using qualitative

    methods as the research methods. The research strategy that used is linear strategy, so

    hopefully this media design information about ARI can provide clearer insight and

    detailed information to the public and Surakarta’s BBKPM patients, and also can be used

    as a media outreach/counseling for BBKPM.

    Keywords: ARI, Interactive Multimedia, Surakarta’s BBKPM, linier strategy

    Abstrak

    Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit

    yang dapat menyebabkan kematian, sebagian besar yang terjangkit penyakit ISPA ini

    adalah anak usia di bawah lima tahun. BBKPM Surakarta dalam melakukan penyuluhan

    kepada masyarakat tentang penyakit ISPA masih mengalami kendala kesulitan, karena

    dalam penyampaian informasi masih berupa media cetak yang informasinya sedikit.

    Untuk itu dibutuhkan media informasi yang dapat menerangkan penyakit ISPA lebih

    detail. Berdasarkan hal tersebut, dilakukan perancangan media informasi dengan

    menggunakan multimedia interaktif. Metode penelitian yang digunakan adalah metode

    kualitatif. Strategi penelitian yang digunakan adalah linier strategy. Sehingga diharapkan,

    perancangan media informasi tentang penyakit ISPA dapat memberikan informasi yang

    lebih jelas dan detail tentang penyakit ISPA kepada masyarakat dan pasien BBKPM

    Surakarta serta dapat dijadikan media penyuluhan BBKPM Surakarta tentang penyakit

    ISPA.

    Kata Kunci: ISPA, Multimedia Interaktif, BBKPM Surakarta, linier strategy

    1)

    Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Jurusan Desain Komunikasi Visual, Universitas

    Kristen Satya Wacana Salatiga. 2)

    Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 3)

    Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

    mailto:[email protected]

  • 1. Pendahuluan Perkembangan teknologi informasi semakin berkembang pesat, sebagai

    contoh di bidang komputer dan khususnya di bidang multimedia yang sangat

    berperan dalam penyampaian berita atau informasi.Berkembangnya multimedia

    sekarang ini dapat dipakai dalam berbagai bentuk kehidupan seperti media

    sosialisasi dan digunakan untuk keperluan presentasi yang berbentuk interaktif.

    Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Surakarta merupakan

    pusat pelayanan prima kesehatan paru. Dari observasi yang dilakukan, dalam

    penyajian penyuluhan di BBKPM Surakarta sebelumnya masih terbatas dalam

    menyampaikan informasi kepada masyarakat sehingga masih banyak masyarakat

    yang kurang informasi tentang macam-macam penyakit yang bisa ditangani oleh

    BBKPM Surakarta, terutama penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).

    Penyakit ISPA merupakan penyakit yang dapat menyebabkan kematian terutama

    anak usia dibawah lima tahun.

    Multimedia dapat dijadikan media alternatif sebagai media informasi yang

    dapat memberikan informasi secara detail dan menarik. Dengan permasalahan

    yang ada, maka akan dilakukan perancangan untuk menginformasikan dengan

    menggunakan multimedia interaktif sebagai media informasi. Perancangan media

    informasi tentang penyakit ISPA dapat membantu BBKPM Surakarta dalam

    mengenalkan kepada masyarakat atau memberikan informasi kepada masyarakat

    dan diharapkan dapat dipakai untuk keperluan presentasi yang lebih efisien dan

    menarik dalam pengenalan penyakit ISPA.

    2. Tinjauan Pustaka Sebelumnya telah terdapat penelitian tentang perancangan penyakit.Yang

    berjudul “Kesesuaian Media Promosi Kesehatan Penyakit Tropis Demam

    Berdarah Oleh Dinas Kesehatan Surabaya” [1]. Perancangan ini menghasilkan

    media promosi berupa poster, stiker, dan leafet.

    Perancangan yang kedua berjudul “Pembuatan Media Pembelajaran Biologi

    Untuk Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Tasikmadu” [2].

    Perancangan ini menghasilkan media pembelajaran berbasis multimedia yang

    dapat meningkatkan minat belajar kelas VIII di SMP Negeri 1 Tasikmadu pada

    mata pelajaran Biologi dan meningkatkan keefektifan dan efisiensi waktu maupun

    tenaga seorang guru.

    Perbedaan penelitian pertama dan kedua dengan penelitian ini adalah terletak

    pada hasil perancangannya. Pada hasil perancangan dari penelitian pertama dan

    kedua dengan penelitian ini terdapat perbedaan yang terletak pada hasil video

    dengan menampilkan cynematography yang menarik, terdapat juga perbedaan

    backsound yang dihasilkan lebih menarik dan jelas untuk didengar

    masyarakat/pasien, dan narasi yang dapat didengar dengan jelas oleh

    masyarakat/pasien dalam penyampaian informasi dari hasil rancangan penelitian

    ini.

    Komunikasi Visual

    Komunikasi Visual adalah komunikasi melalui penglihatan. Komunikasi

    visual merupakan sebuah rangkaian proses penyampaian kehendak atau maksud

  • tertentu kepada pihak lain dengan penggunaan media penggambaran yang hanya

    terbaca oleh indera penglihatan. Komunikasi visual mengkombinasikan seni,

    lambang, tipografi, gambar, desain grafis, ilustrasi, dan warna dalam

    penyampaiannya [3].

    Media Informasi

    Media informasi adalah sarana yang digunakan untuk memberikan informasi

    peristiwa-peristiwa yang terjadi kepada masyarakat umum secara cepat. Melalui

    media, informasi yang akan disampaikan akan lebih efektif dan lebih cepat [4].

    Multimedia Secara etimologis multimedia berasal dari bahasa latin multi yang berarti

    banyak, bermacam-macam, dan medium yang berarti sesuatu yang dipakai untuk

    menyampaikan atau membawa sesuatu. Kata medium juga diartikan sebagai alat

    untuk mendistribusikan dan mempresentasikan informasi.Sehingga multimedia

    dapat diartikan sebagai media yang menggabungkan dua unsur atau lebih yang

    terdiri dari teks, gambar, grafis, foto, audio, video dan animasi secara terintegrasi

    [5].

    Komunikasi visual via multimedia mempunyai tiga kelebihan. Kelebihan

    komunikasi via multimedia adalah:

    a. Interaktif Pengguna secara aktif berinteraksi dengan alat, sehingga terjadi timbal

    balik antara pengguna dan piranti / perangkat yang dipakai.

    b. Bebas dan repetitif Pengguna multimedia memperoleh kebebasan dalam mengakses

    informasi.

    c. Pengekalan Ingatan Multimedia melibatkan banyak media baik input (piranti), maupun

    output hasil dari gambar, teks, suara, dan animasi, maka hal ini dapat

    memperbesar ingatan khalayak pengguna komputer terhadap apa yang

    disampaikan. Karena menurut lembaga riset dan penerbitan komputer,

    Computer Technology Research (CTR) menyatakan bahwa orang

    hanya mampu mengingat 20% dari yang dilihat, dan 30% dari yang

    didengar. Tetapi orang mengingat 50% dari yang dilihat dan didengar

    dan 80% dari yang dilihat, didengar dan dilakukan sekaligus.

    Multimedia interaktif adalah media yang menggabungkan teks, grafik, video,

    animasi dan suara untuk menyampaikan suatu pesan dan informasi, melalui media

    elektronik seperti komputer dan perangkat elektronik lainnya. Multimedia

    interaktif dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

    a. Multimedia Interaktif Online Multimedia interaktif online adalah media interaktif yang cara

    penyampaiannya melalui jalur/ kawat/ saluran/ jaringan. Contohnya

    situs Web, Yahoo Messengers, dan lain sebagainya.Jenis media ini

    termasuk media lini atas, yang komunitas sasarannya luas, dan

    mencakup masyarakat luas.

    b. Multimedia Interaktif Offline

  • Multimedia interaktif offline adalah media interaktif yang cara

    penyampaiannya tidak melalui jalur/ kawat/ saluran/ jaringan.

    Contohnya CD Interaktif. Media ini termasuk media lini bawah karena

    sasarannya tidak terlalu luas dan hanya mencakup masyarakat pada

    daerah tertentu saja.

    Video

    Kata video berasal dari kata Latin, yang berarti “saya lihat”. Video adalah

    teknologi pemrosesan sinyal elektronik yang mewakilkan gambar bergerak.

    Aplikasi umum dari teknologi video adalah televisi.Video juga dapat digunakan

    dalam aplikasi teknik, keilmuan, produksi, dan keamanan. Istilah video juga

    digunakan sebagai singkatan videotape, perekam video, dan pemutar video.Saat

    ini ada dua kategori video, yaitu video analog dan video digital [6].

    Film

    Film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan salah satu media

    komunikasi masa audiovisual yang dibuat berdasarkan asas cinematography yang

    direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video dan bahan hasil penemuan

    teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi,

    proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat

    ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik dan sistem lainnya [7].

    Cinematography

    Cinematography terdiri dari dua suku kata Cinema dan Graphy yang berasal

    dari bahasa Yunani, Kinema yang berarti gerakan dan Graphoo yang berarti

    menulis. Jadi Cinematography bisa diartikan menulis dengan gambar yang

    bergerak. Di dalam kamus istilah TELETALK yang disusun oleh Peter Jarvis

    terbitan BBC TelevisionTraining, Cinematography diartikan sebagai The craft of

    making picture (pengrajin gambar) [8].

    ISPA

    Penyakit ISPA yang menyerang salah satu bagian atau lebih saluran napas,

    diketahui sebagai salah satu penyakit pembunuh anak usia di bawah lima tahun.

    Menurut riset kesehatan dasar (Riskesdas), tahun 2007-2011 sekitar 18 juta

    penduduk dilaporkan memiliki prevalensi penyakit ini.ISPA bisa menimpa semua

    kelompok umur karena faktor polusi udara dalam ruangan, polusi luar ruangan,

    peningkatan suhu bumi dan kelembaban. Penyakit ini ditandai dengan batuk-

    batuk, kesulitan bernapas yang berujung pada kematian [9].

    BBKPM Surakarta

    BBKPM Surakarta sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan dapat

    menjadi tempat penelitian maupun pengembangan pemeliharaan kesehatan

    masyarakat khususnya penyakit paru sehingga dapat meningkatkan derajat

    kesehatan masyarakat.BBKPM Surakarta sebagai UPT Pusat dari Kementerian

    Kesehatan RI mempunyai misi “Menjadi Pusat Pelayanan Prima Kesehatan Paru

    Masyarakat“ sesuai dengan Tupoksinya menyelenggarakan pelayanan dan

  • kegiatan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) maupun Upaya Kesehatan

    Masyarakat (UKM) [10] .

    3. Metodologi Penelitian

    Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Metode

    penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan yang juga disebut pendekatan

    investigasi karena biasanya peneliti mengumpulkan data dengan cara bertatap

    muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang di tempat penelitian [11].

    Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

    metode linear strategy. Linear strategy atau disebut dengan strategi garis lurus,

    yakni menetapkan urutan logis pada tahapan perancangan sederhana yang sudah

    dipahami komponennya, dan telah berulangkali dilaksanakan [12].

    Gambar 1. Bagan Linear Strategy [12]

    Tahap 1 merupakan proses identifikasi masalah, pengumpulan data dan

    observasi. Masalah yang terjadi di BBKPM Surakarta adalah kurangnya media

    informasi yang memberikan informasi kepada masyarakat atau pasien tentang

    penyakit ISPA. Dengan adanya masalah yang ditimbulkan, maka dilakukan

    perancangan media informasi tentang penyakit ISPA dengan menggunakan

    multimedia interaktif. Proses pengumpulan data yang dilakukan secara kualitatif,

    dengan melakukan wawancara dengan Kepala Bidang BBKPM Surakarta dan Ibu

    Massudah sebagai Humas BBKPM Surakarta. Wawancara dilakukan untuk

    mendapatkan informasi apa saja yang ingin disampaikan kepada masyarakat /

    pasien, perlukah dibuat media informasi tentang penyakit ISPA, apakah dengan

    menerapkan media interaktif membantu penyampaian informasi, desain tampilan

    seperti apa yang diinginkan, komponen apa saja yang ingin dimasukkan dalam

    media, profil dari BBKPM Surakarta. Selain itu juga mengumpulkan data dengan

    melakukan observasi.

    Tahap 2 merupakan proses perancangan media informasi yang meliputi

    pra produksi, produksi, pasca produksi.

    Pra Produksi di dalam proses pra produksi, langkah pertama adalah

    perancangan ide. Ide dari media informasi ini, berawal dari perlunya sebuah

    media sebagai sarana untuk menginformasikan tentang pengertian penyakit ISPA,

    gejala apa saja dari penyakit ISPA, dampak yang ditimbulkan dari penyakit ISPA,

    bagaimana cara menanggulangi dari penyakit ISPA, serta profil singkat dari

    BBKPM Surakarta. Setelah menentukan ide dari media informasi ini maka

    dirancang sebuah storyline yang merupakan gambaran dari isi media informasi

    tentang penyakit ISPA dengan menggunakan multimedia interaktif. Storyline dari

    media informasi yang diambil contoh tentang cara penanggulangan penyakit ISPA

    adalah sebagai berikut :

  • Video dirancang dengan menggambarkan seorang anak kecil yang sedang

    terjangkit penyakit ISPA. Digambarkan bagaimana cara pencegahan dan

    pengobatan terhadap anak kecil yang terjangkit penyakit ISPA ini. Cara

    pencegahan yang pertama sebaiknya dilakukan PHBS (Perilaku Hidup

    Bersih dan Sehat) dengan cara anak kecil itu melakukan cuci tangan yang

    baik dan benar, dapat dilakukan juga dengan cara mengkonsumsi

    makanan-makanan bergizi, menjaga kebersihan perorangan dan

    lingkungan dengan cara membersihkan tempat tidur, melakukan olahraga

    teratur, menghindari asap rokok dan asap kendaraan, dan mencegah kontak

    langsung dengan penderita penyakit ISPA. Pengobatan penyakit ISPA

    dilakukan dengan cara mengkonsumsi obat-obat simplomatik dan jika

    anak kecil ini sudah mengalami gejala akut seperti dahak yang mengental

    maka perlu diberikan obat antibiotik.

    Setelah merancang storyline, langkah selanjutnya adalah merancang

    treatmentyang merupakan sebuah kerangka dari sebuah skenario yang menjadi

    acuan untuk pembuatan storyboard.Treatment dari media informasi tentang

    penyakit ISPA dapat dilihat pada Tabel 1.

    Tabel 1 Treatment media informasi penyakit ISPA

    No Scene Int /

    Eks Jenis Shot

    Angle Keterangan

    1. Wawancara Int MCU Wawancara narasumber

    2. Asap rokok Int,Eks CU Menampilkan asap rokok

    3. Anak sedang

    batuk

    Int MS – MCU –CU

    Eye level

    High angle

    Menampilkan anak sedang batuk

    karena terkena penyakit ISPA

    4. Anak sedang sakit

    Int MS – CU

    Eye level

    High angle

    Menampilkan anak yang terkena

    penyakit ISPA dan sedang

    dikompres.

    5. Dua orang yang sedang

    bersalaman

    Eks CU Menampilkan 2 orang yang sedang bersalaman

    6. Anak kecil yang sedang

    kelelahan

    Eks MS – CU

    Eye level

    High angle

    Menampilkan seorang anak kecil

    yang sedang kelelahan karena

    melakukan aktivitas

    7. Cuci tangan Int MCU Eye level

    Menampilkan seorang anak kecil

    yang sedang melakukan

    pencegahan dengan PHBS

    Tahap berikutnya adalah pembuatan storyboard yang merupakan sebuah

    gambaran berbentuk sketsa dari treatment yang sudah dirancang sedemikian rupa

  • untuk mempermudah tim produksi proses perekaman adegan. Storyboard media

    informasi penyakit ISPA dapat dilihat pada Tabel 2.

    Tabel 2 Storyboard media informasi penyakit ISPA

    Scene Storyboard

    Shot

    Angle

    Moving

    Camera

    Duration Keterangan

    1

    MCU

    Eye level

    00 : 02 : 20 s

    Menampilkan wawancara

    dengan dokter yang

    menerangkan tentang penyakit

    ISPA

    2

    CU

    Zoom In

    Eye level

    High

    Angle

    00 : 00 : 30 s

    Menampilkan asap rokok

    Backsound : harvest moon –

    back to nature (instrument)

    3

    MS

    MCU

    CU

    Low Angle

    High

    Angle

    00 : 00 : 38 s

    Menampilkan seorang anak

    sedang batuk

    Backsound : my world life is a

    game (instrument)

    4

    MS

    CU

    Zoom In

    Eye level

    High angle

    00 : 00 : 31 s Menampilkan seorang anak

    yang sedang dikompres

    Backsound : my world life is

    a game (instrument)

  • 5

    CU

    Eye level

    00 : 00 : 15 s

    Menampilkan dua orang yang

    sedang bersalaman

    Backsound : dance 1 waltz

    6

    MS

    CU

    Panning

    Eye level

    High angle

    00 : 00 : 40 s

    Menampilkan daya tahan

    tubuh seorang anak melemah

    Backsound : dance 1 waltz

    7

    MCU

    Eye level

    00 : 00 : 37 s Menampilkan cara cuci tangan

    yang baik dan benar

    Backsound : harvest moon –

    back to nature (instrument)

    Produksi merupakan proses tahapan eksekusi dari perencanaan yang telah

    dibuat pada tahapan pra produksi. Pada proses produksi dilakukan shooting

    (video,foto) dan dubbing (audio). Shooting adalah proses pengambilan gambar

    dalam bentuk video atau foto. Setelah proses shooting selesai, tahap selanjutnya

    yang dilakukan adalah dubbing. Dubbing merupakan perekaman suara sebagai

    narasi yang akan digunakan pada penjelasan mengenai pengertian ISPA, gejala

    ISPA, dampak ISPA, penanggulangan ISPA, dan profil BBKPM Surakarta.

    Pasca Produksi di dalam proses pasca produksi, dilakukan proses

    editing.Editing merupakan proses memilih, mengatur, dan menyusun stok scene

    yang telah dibuat sehingga menjadi sebuah video yang dapat digunakan sebagai

    media informasi untuk memberikan informasi tentang penyakit ISPA.

    Tahap 3 merupakan proses pengujian dari hasil perancangan media

    informasi tentang penyakit ISPA. Media informasi yang dirancang

    dipresentasikan ke BBKPM Surakarta untuk mengetahui apakah informasi di

    dalamnya sudah tersampaikan, jika masih ada informasi yang kurang maka

    diperlukan evaluasi perancangan media informasi ini.

    Metode Perancangan

    Dalam merancang aplikasi media informasi ini, metode perancangan yang

    digunakan adalah metode prototype. Metode prototype adalah metode rekayasa

    perangkat lunak dimana developer dan clientsaling berinteraksi dalam

  • membangun desain sistem aplikasi yang akan dibuat. Metode prototype cocok

    digunakan untuk perangkat lunak yang dibangun mengikuti kebutuhan pengguna

    (user requirement). Di dalam metode ini, pengguna tidak memberikan detail pada

    input, proses dan output. Sehingga model dari sistem prototype yang dibangun

    tersebut akan terus menerus diperbaiki agar sesuai dengan harapan pengguna [13].

    Bagan metode prototype dapat dilihat pada Gambar 2.

    Gambar 2. Metode Prototype [13]

    Prototyping merupakan salah satu metode pengembangan rancang bangun

    sebuah perangkat lunak yang banyak digunakan. Dengan metode prototype,akan

    selalu mengembangkan sebuah perangkat lunak serta mengujinya sehingga

    dengan hasil pengujian yang didapat akan digunakan sebagai referensi untuk

    pembuatan dan pengembangan perangkat lunak, sehingga produk yang dihasilkan

    sesuai dengan analisis kebutuhan user akan software yang dibangun. Proses ini

    akan berlangsung terus menerus sehingga software yang dibangun sesuai dengan

    kebutuhan user.

    Tahapan-tahapan dalam prototyping adalah sebagai berikut:

    1. Listen to Customer Langkah pertama dalam pengembangan sistem ini adalah Listen to

    Customer, dengan melakukan wawancara dengan Kepala Bidang BBKPM

    Surakarta, Humas BBKPM Surakarta, dan dokter spesialis paru. Dari

    wawancara didapatkan data-datamengenai apa saja pengertian dari

    penyakit ISPA, gejala-gejala yang ditimbulkan dari seseorang yang

    terkena penyakit ISPA, dampak seseorang yang terkena penyakit ISPA,

    bagaimana cara penanggulangan penyakit ISPA, dan unit layanan apa saja

    yang terdapat di BBKPM Surakarta.

    2. Build/Revise Mock-Up Langkah selanjutnya adalah membangun prototyping aplikasi, pada tahap

    ini dilakukan pembangunan prototyping dengan membuat perancangan

    tampilan antar muka aplikasi.Perancangan tampilan antar muka aplikasi

    dibuat sesuai dengan data-data dari hasil wawancara.

    3. Customer Test-Drives Mock-Up Langkah selanjutnya adalah evaluasi prototyping. Hal ini bertujuan

    mengertahui apa saja yang masih menjadi kekurangan dari aplikasi yang

    dibuat, apakah sudah sesuai dengan kebutuhan BBKPM Surakarta. Jika

  • masih ada kekurangan dan tidak sesuai dengan keinginan user, maka

    penambahan dan perombakan prototyping akan kembali ke tahap awal.

    Customer Test-drives Mock-Up telah dilakukan, maka tahapan

    selanjutnya akan kembali ke tahapan Listen to Customer sampai pada

    akhirnya aplikasi sesuai dengan kebutuhan BBKPM Surakarta.

    Perancangan Diagram Menu

    Perancangan adalah suatu kegiatan yang memiliki tujuan untuk membuat

    desain sistem baru yang dapat menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi

    perusahaan yang diperoleh dari pemilihan alternatif sistem yang terbaik.Sistem

    adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan,

    berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau penyelesaian

    suatu sasaran tertentu [14].

    Gambar 3. Diagram Menu Utama Program

    Gambar diagram menu menjelaskan proses dan aktifitas sistem yang

    dilakukan pada saat mengakses media informasi tentang penyakit ISPA. Dengan

    melihat sistem, kemudian sistem akan menampilkan tampilan awal menu dengan

    lima pilihan menu yang terdapat didalamnya yaitu pengertian, gejala, dampak,

    penanggulangan, dan profil. Menu pengertian berisi tentang informasi mengenai

    pengertian dari penyakit ISPA. Menu kedua adalah menu gejala yang berisi

    tentang informasi gejala-gejala penyakit ISPA dengan contoh yang berupa video

    skenario. Menu ketiga adalah menu dampak yang berisi tentang informasi

    mengenai apa saja dampak yang terjadi pada seseorang yang terkena penyakit

    ISPA. Menu keempat adalah menu penanggulangan yang berisi tentang informasi

    mengenai cara penanggulangan seseorang yang terkena penyakit ISPA. Menu

    terakhir adalah menu profil yang berisi tentang informasi video profil dari

    BBKPM Surakarta.

    Flowchart

    Flowchart adalah penggambaran secara grafik dari langkah-langkah dan urut-

    urutan prosedur dari suatu program.Flowchart menolong analis dan progammer

    untuk memecahkan masalah kedalam segmen-segmen yang lebih kecil dan

    menolong dalam menganalisis alternatif-alternatif lain dalam pengoperasian.

    Flowchart biasanya mempermudah penyelesaian suatu masalah khususnya

    masalah yang perlu dipelajari dan dievaluasi lebih lanjut [15].

    Flowchart menu utama menjelaskan berjalannya aplikasi.Diawali dengan

    tampilan awal user mengakses halaman menu utama. Pada halaman menu utama

  • user ditampilkan lima menu yaitu, Menu Pengertian ISPA, Menu Gejala ISPA,

    Menu Dampak ISPA, Menu Cara Penanggulangan ISPA, Menu Profil BBKPM.

    Di dalam menu Pengertian ISPA user dapat mengetahui tentang pengertian

    penyakit ISPA.Di dalam menu Gejala ISPA user dapat mengetahui tentang

    macam-macam gejala penyakit ISPA.Di dalam menu Dampak ISPA user dapat

    mengetahui tentang macam-macam dampak ISPA. Di dalam menu Cara

    Penanggulangan ISPA user dapat mengatahui tentang bagaimana cara

    penanggulangan penyakit ISPA. Terakhir adalah menu Profil BBKPM, di dalam

    menu ini user dapat melihat unit layanan apa saja yang terdapat di dalam BBKPM

    Surakarta. Flowchart aplikasi dapat dilihat pada Gambar 4.

    Gambar 4. Flowchart Aplikasi

    Desain interface atau perancangan antarmuka merupakan suatu hal yang

    penting dari perancangan suatu sistem perangkat lunak. Antarmuka merupakan

    jembatan antara perangkat lunak dengan user agar bisa menggunakan sistem

    dengan mudah, maka dari itu diperlukan perancangan yang baik. Hal yang

    diperlukan dalam perancangan antarmuka adalah kenyamanan user dalam

    menggunakan perangkat lunak tersebut.

    Halaman menu utama adalah halaman yang pertama kali dilihat ketika

    aplikasi dijalankan. Halaman ini digunakan sebagai pembuka dari aplikasi ketika

    mengakses ke aplikasi ini, seperti terlihat pada Gambar 5.

    Gambar 5. Perancangan antarmuka Menu Utama

  • Gambar 5. memuat beberapa menu yaitu :

    1. Label1 : Nama tempat studi kasus di BBKPM Surakarta 2. Label2 : Nama aplikasi DIAFORISPA (Media Informasi ISPA) 3. Label3 : Alamat lengkap BBKPM Surakarta 4. Button 4 : Tombol navigasi ke halaman Pengertian ISPA 5. Button 5 : Tombol navigasi ke halaman Gejala ISPA 6. Button 6 : Tombol navigasi ke halaman Dampak ISPA 7. Button 7 : Tombol navigasi ke halaman Penanggulangan ISPA 8. Button 8 : Tombol navigasi ke halaman Profil BBKPM Surakarta 9. Button 9 : Tombol untuk keluar aplikasi

    10. Button 10 : Tombol on/off backsound

    Desain halaman pengertian ISPA yang akan diperlihatkan dalam aplikasi ini

    dimana user memperoleh informasi tentang pengertian ISPA, dapat dilihat pada

    Gambar 6.

    Gambar 6. Perancangan antarmuka Pengertian ISPA

    Gambar 6. memuat beberapa menu yaitu :

    1. Label1 : Nama tempat studi kasus di BBKPM Surakarta 2. Label2 : Nama aplikasi DIAFORISPA (Media Informasi ISPA) 3. Label 3 : Gambar tampilan menu pengertian ISPA 4. Label 4 : Pengertian ISPA berupa tulisan 5. Button 5 : Tombol ke video 6. Button 6 : Tombol kembali ke menu utama 7. Button 7 : tombol on/off backsound

    Desain halaman pengertian ISPA yang akan diperlihatkan dalam aplikasi ini

    dimana user memperoleh informasi tentang pengertian ISPA, dapat dilihat pada

    Gambar 7.

  • Gambar 7.Perancangan antarmuka Pengertian ISPA

    Gambar 7.memuat beberapa menu yaitu :

    1. Label1 : Nama tempat studi kasus di BBKPM Surakarta 2. Label2 : Nama aplikasi DIAFORISPA (Media Informasi

    ISPA)

    3. Label 3 : Video pembelajaran Pengertian ISPA 4. Button 4 : Tombol kembali ke menu utama

    Prototype Sistem

    Prototype 1

    Prototype 1 sistem menggunakan warna yang sesuai dengan warna khas dari

    BBKPM Surakarta, perancangan tampilan ini menghasilkan nuansa yang lebih

    kontras sehingga menarik perhatian. Tombol navigasi ke menu pengertian ISPA,

    gejala ISPA, dampak ISPA, cara penanggulangan ISPA, galeri, profil BBKPM

    Surakarta diletakkan didalam gambar yang menyerupai paru-paru dengan warna

    yang mencolok untuk mempermudah user. Gambar 8 adalah prototype 1 layout

    sistem media informasi penyakit ISPA.

    Gambar 8. Prototype 1 layout sistem

    Berdasarkan hasil evaluasi prorotype 1 didapat banyak kekurangan

    diantaranya background yang kurang kontras, nama tempat studi kasus yang

    kurang tepat karena adanya perubahan, alamat yang kurang lengkap, pilihan menu

  • galeri tidak diperlukan, serta ditambahkan tombol navigasi untuk keluar dari

    aplikasi.

    Prototype 2

    Setelah melalui evaluasi prototype 1, kemudian akan diperbaiki beberapa

    kekurangan pada prototype 2. Layout, nama tempat studi kasus, alamat, menu

    galeri dihapus dan tombol navigasi keluar yang telah diperbaiki dapat dilhat pada

    Gambar 9.

    Gambar 9. Prototype 2 layout sistem

    Terlihat adanya perubahan layout sistem dari prototype 1 dimana warna

    background yang sudah kontras yang masih mempertahankan warna khas

    BBKPM Surakarta yaitu Hijau. Nama tempat studi kasus dan alamat yang sudah

    lengkap, tombol navigasi untuk keluar dari aplikasi juga sudah ada yang

    diletakkan pada bawah menu pilihan profil.

    Prototype 3

    Dari hasil analisis prototype 2 masih terdapat kekurangan, yaitu pada saat

    user melihat video. Suara narator yang keluar dari video masih terdengar sangat

    pelan dan kurang jelas. Transisi video terlalu banyak, sehingga membuat user

    merasa jenuh saat melihatnya. Dengan mengubah suara narator video dengan

    suara yang terdengar lebih keras dan jelas intonasinya. Transisi video juga

    dikurangi, agar menampilkan video yang tidak membosankan. Video yang sudah

    diperbaiki dengan menampilkan video dengan suara narator yang jelas dan transisi

    yang tidak membuat jenuh dapat dilihat pada Gambar 10.

  • Gambar 10. Prototype 3 video

    Proses pengujian merupakan salah satu hal yang penting dalam proses

    perancangan. Proses koreksi dilakukan dengan meninjau kembali komposisi serta

    elemen-elemen yang ada pada perancangan media informasi tentang penyakit

    ISPA dengan menggunakan multimedia interaktif, baik itu ide cerita, wawancara,

    backsound, dan sinematografi. Selain semua hal tersebut, hal terpenting dalam

    perancangan ini adalah apakah informasi sudah tersampaikan dan dimengerti.

    Proses pengujian dibagi menjadi 2 tahap pengujian, yaitu :

    - Pengujian kualitatif Pengujian kualitatif dilakukan dengan mengujikan konten dari video

    kepada pihak dari BBKPM Surakarta untuk ide cerita, wawancara,

    backsound, dan sinematografi.

    - Pengujian kuantitatif Pengujian ini adalah pengujian terhadap target audience yang dilakukan

    dengan membagikan kuisioner untuk mengetahui tanggapan target

    audience terhadap media informasi tentang penyakit ISPA ini.

    4. Hasil Implementasi User Interface menu utama merupakan tampilan menu utama media

    informasi tentang penyakit ISPA dimana user dapat melihat tampilan menu utama

    yang berisi menu tentang pengertian ISPA, menu tentang gejala ISPA, menu

    tentang dampak ISPA, menu tentang penanggulangan ISPA, dan menu tentang

    profil BBKPM Surakarta.. Hasil dari perancangan user interface menu utama

    dapat dilihat pada gambar 11.

  • Gambar 11. User Interface menu utama

    Halaman Pengertian terdapat tampilan layout tentang pengertian penyakit

    ISPA yang berupa penggabungan gambar, teks, dan sound.Pada tampilan user

    interface pengertian ISPA terdapat keterangan tentang pengertian penyakit ISPA

    yang tertulis di kolom sebelah kanan, sedangkan kolom sebelah kiri terdapat

    tombol yang dapat menampilkan ke halaman berikutnya yang berupa video.

    Tampilanuser interface pengertian dapat dilihat pada Gambar 12.

    Gambar 12. User Interface menu pengertian

    Halaman Video Pengertian ISPA menampilkan video yang menerangkan

    mengenai pengertian dari penyakit ISPA dengan penggabungan video, gambar,

    teks, dan sound.Pengertian penyakit ISPA berisi tentang video yang memberikan

    informasi dari singkatan ISPA, penyakit ISPA menyerang dari saluran nafas atas

    ke saluran nafas bawah dan penyakit ISPA merupakan penyakit akut, penyakit

    ISPA banyak menyerang anak usia di bawah lima tahun, dan menurut Riset

    Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007-2011 sebanyak 18 juta penduduk

    dinyatakan terjangkit penyakit ISPA.Tampilan user interface pengertian ISPA

    dapat dilihat pada Gambar 13.

  • Gambar 13. User Interface video pengertian

    Perancangan Media

    Hasil perancangan media diimplementasikan berupa CD Interaktif dan dapat

    ditampilkan pada layar LCD yang ada dibagian ruang tunggu BBKPM Surakarta.

    Hasil perancangan media ini dapat menghasilkan media informasi yang dapat

    memberikan informasi tentang penyakit ISPA.

    Pengujian Kuantitatif

    Dalam proses pengujian atau validasi media informasi ini, diberikan data

    berupa kuesioner. Kuesioner diberikan kepada pasien BBKPM Surakarta, untuk

    mengetahui tanggapan mereka tentang penyakit ISPA dan tanggapan setelah

    melihat media informasi yang dibuat dengan diimplementasikan kedalam bentuk

    aplikasi media informasi.

    Pengujian Aplikasi Oleh Responden BBKPM Surakarta

    Kuesioner 1

    Kuesioner 1 diberikan kepada 31 responden yang merupakan masyarakat atau

    pasien BBKPM Surakarta dengan usia 19-55 tahun yang bertujuan untuk

    mengetahui tanggapan responden tentang pengetahuan penyakit ISPA. Hasil

    kuesioner 1 dapat dilihat pada Tabel 3.

    Tabel 3. Hasil kuisioner 1 sebelum melihat media informasi penyakit ISPA

    No Pertanyaan Pilihan Jawaban

    A B C D E Σ

    1 Anda mengetahui tentang penyakit Infeksi Saluran

    Pernapasan Akut (ISPA) ?

    0 7 17 7 0 31

    2 Anda mengetahui gejala penyakit ISPA ? 1 5 12 13 0 31

    3 Anda mengetahui dampak penyakit ISPA? 1 3 11 16 0 31

    4 Anda mengetahui cara penanggulangan penyakit

    ISPA?

    1 3 12 14 0 31

    TOTAL 3 18 52 50 0 124

  • Hasil tersebut dibuat dalam bentuk diagram pada Tabel 3, dengan penjelasan seperti

    berikut:

    Jawaban A: 3 dari 124 ( 3/124*100%) = 2.4 %

    Jawaban B:18 dari 124 ( 18/124*100%) = 14.5 %

    Jawaban C: 52dari 124 (52/124*100%) = 41.9%

    Jawaban D: 50 dari 124 (50/124*100%) = 40.3%

    Jawaban E: 1 dari 124 (1/124*100%) = 0.8%

    Gambar 16Diagram Hasil Kuesioner 1

    Berdasarkan hasil pengujian kuesioner 1, dapat disimpulkan bahwa responden

    dari masyarakat/pasien BBKPM Surakarta 42% cukup mengetahui tentang

    penyakit ISPA. Berdasarkan hasil dari kuesioner 1, dilakukan perancangan media

    informasi yang dapat memberikan informasi tentang penyakit ISPA.

    Kuesioner 2

    Kuesioner 2 diberikan kepada 31 responden yang merupakan masyarakat atau

    pasien BBKPM Surakarta dengan usia 19-55 tahun yang bertujuan untuk

    mengetahui pernyataan responden tentang informasi yang disampaikan

    setelah responden melihat media informasi tentang penyakit ISPA. Hasil

    kuesioner 2 dapat dilihat pada Tabel 4.

    Tabel 4. Hasil kuisioner 2 pernyataan tentang media informasi penyakit ISPA

    No Pertanyaan Pilihan Jawaban

    A B C D E Σ

    1 Media informasi ISPA sudah menarik ? 12 16 3 0 0 31

    2 Media informasi ISPA ini dapat memudahkan

    anda dalam mengenal tentang pengertian ISPA,

    gejala ISPA, dampak ISPA, dan cara

    penanggulangan ISPA?

    15 15 1 0 0 31

  • 3 Desain atau tampilan media informasi ISPA ini

    menarik ?

    13 17 1 0 0 31

    4 Video dalam media informasi ISPA ini menarik ? 6 25 0 0 0 31

    5 Audio (voice dan backsound) dalam media

    informasi ISPA ini terdengar jelas ?

    10 19 2 0 0 31

    6 Media informasi ISPA ini sudah mudah untuk

    dioperasikan?

    15 16 0 0 0 31

    7 Media informasi ISPA ini dapat memudahkan

    BBKPM Surakarta dalam memberikan informasi

    tentang penyakit ISPA kepada masyarakat ?

    14 17 0 0 0 31

    8 Setelah anda melihat informasi pada media

    informasi ISPA, apakah dapat membantu anda

    untuk mengetahui lebih banyak mengenai penyakit

    ISPA daripada media informasi lainya, misalkan

    poster atau brosur ?

    15 16 0 0 0 31

    TOTAL 100 141 7 0 0 248

    Hasil tersebut dibuat dalam bentuk diagram pada Tabel 4, dengan penjelasan seperti

    berikut:

    Jawaban A: 100 dari 248 ( 100/248*100%) = 40.32%

    Jawaban B:141 dari 248 ( 141/248*100%) = 56.85%

    Jawaban C: 7dari 248 (7/248*100%) = 2.82%

    Jawaban D: 0 dari 248 (0/248*100%) = 0%

    Jawaban E: 0 dari 248 (0/248*100%) = 0%

    Gambar 17Diagram Hasil Kuesioner 2

    Berdasarkan hasil pengujian kuesioner 2, dapat disimpulkan bahwa media

    informasi sudah dapat memberikan informasi tentang penyakit ISPA yang

  • baik, serta menarik untuk digunakan, dari hasil pengujian ini didapat skor

    57% setuju, 40% sangat setuju, dan 3% cukup.

    5. Kesimpulan Perancangan dan pengujian media informasi tentang penyakit ISPA

    berdasarkan hasil responden kepada masyarakat atau pasien BBKPM

    Surakarta, dapat disimpulkan bahwa media informasi tentang penyakit ISPA

    memenuhi kriteria baik sebagai media informasi yang dapat membantu

    memberikan informasi dan dapat dijadikan media penyuluhan kepada pihak

    BBKPM Surakarta tentang penyakit ISPA.

    Berdasarkan hasil penelitian, masih terdapat kekurangan dalam sistem.

    Maka pengembangan yang dapat dilakukan pada penelitian ini di kemudian

    hari adalah belum terdapat menu update pada aplikasi untuk menambahkan

    data-data terbaru tentang penyakit ISPA, media informasi ini masih bersifat

    offline sehingga data atau informasi tidak dapat diperbaharui sampai dengan

    keadaan yang terbaru.

    6. Daftar Pustaka [1] Ilmas Akbar, Hasbi, Tria, 2013. Kesesuaian Media Promosi Kesehatan Penyakit

    Tropis Demam Berdarah Oleh Dinas Kesehatan Surabaya. Diakses tanggal 12

    januari 2014.

    [2] Ratnawati, Rokhimah dan Tjendrowaseno, Tri Irianto 2012. Pembuatan Media

    Pembelajaran Biologi Untuk Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 1

    Tasikmadu. Diakses tanggal 12 januari 2014.

    [3] Azaela, Kiani, 2012, Kajian Komunikasi Visual. Diakses tanggal 8 januari 2014.

    [4] Fikri, Gilang, 2012. Booming Media Informasi.

    http://media.kompasiana.com/new-media/2012/12/21/booming-media-

    informasi. Diakses tanggal 8 januari 2014.

    [5] Unikom, 2012. Multimedia Interaktif Bahasa Inggris Untuk Anak.

    http://elib.unikom.ac.id/download. Diakses tanggal 8 januari 2014.

    [6] Andi, 2012. http://books.google.co.id. Diakses tanggal 18 febuari 2014.

    [7] Visi Pustaka, 2008. Film : Aset Budaya Bangsa Yang Harus Dilestarikan.

    http://www.pnri.go.id/MajalahOnlineAdd. Diakses tanggal 16 febuari 2014.

    [8] Inolita, 2010. http://www.scribd.com/doc/28205245/Sinematografi. Diakses

    tanggal 18 febuari 2014.

    [9] Ririh, Natalia, 2012. http://health.kompas.com/read/2012/09/21/17443441/ISPA.

    Diakses tanggal 8 januari 2014.

    [10] 2010. http://buk.depkes.go.id. Diakses tanggal 12 januari 2014.

    [11] Sugiarto, Aryanah, 2013. Tari Topeng Klana Udeng Di Sanggar Mulya Bhakti

    Desa Tambi Kecamatan Sliyeg Kabupaten Indramayu. Diakses tanggal 15 maret

    2014.

    [12] Sasongko, Aditya, 2012. Strategi Desain. Diakses tanggal 19 febuari 2014.

    [13] Burhani, Yanuar. http://repository.uksw.edu/jspui/bitstream. Diakses tanggal 24

    febuari 2014.

    [14] Dustira, Gita Dirgantini, 2011. http://elib.unikom. Diakses tanggal 1 maret

    2014.

    [15] Sdarsono, 2012. Flowchart. Diakses tanggal 1 maret 2014.

    http://media.kompasiana.com/new-media/2012/12/21/booming-media-informasihttp://media.kompasiana.com/new-media/2012/12/21/booming-media-informasihttp://elib.unikom.ac.id/downloadhttp://books.google.co.id/http://www.pnri.go.id/MajalahOnlineAddhttp://www.scribd.com/doc/28205245/Sinematografihttp://health.kompas.com/read/2012/09/21/17443441/ISPAhttp://buk.depkes.go.id/http://repository.uksw.edu/jspui/bitstream