perancangan islamic center dengan kearifan lokal di
TRANSCRIPT
i
PERANCANGAN ISLAMIC CENTER DENGAN KEARIFAN
LOKAL DI MAKASSAR
Skripsi
diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Program Studi Arsitektur
Fakultas Teknik
Disusun dan diajukan oleh
DIKA ANNISA
105830006015
PADA
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2019
iv
v
iv
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT,
karena rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga penulis dapat menyusun
proposal tugas akhir ini, dan dapat penulis selesaikan dengan baik.
Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu persyaratan Akademik
yang harus ditempuh dalam rangka menyelesaikan Program Studi pada
Pogram Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah
Makassar. Adapun Judul tugas akhir kami adalah: Islamic Center dengan
Kearifan Lokal di Kota Makassar.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa di dalam penulisan ini
masih terdapat kekurangan-kekurangan, hal ini disebabkan penulis
sebagai manusia biasa tidak lepas dari kesalahan dan kekurangan baik itu
ditinjau dari segi teknis penulisan maupun dari perhitungan-perhitungan.
Oleh karena itu penulis menerima dengan ikhlas dan senang hati segala
koreksi serta perbaikan guna penyempurnaan tulisan ini agar kelak dapat
bermanfaat.
Skripsi ini dapat terwujud berkat adaanya bantuan, arahan, dan
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala ketulusan
dan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Bapak Prof. DR. H. Abdul Rahman Rahim, M.M. sebagai Rektor
Universitas Muhammadiyah Makassar.
v
2. Bapak Ir. Hamzah Al Imran, S.T., M.T. sebagai Dekan Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Ibu Irnawaty Idrus, S.T., M.T. sebagai Ketua Prodi Arsitektur Fakultas
Teknik Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Bapak Dr. Ir. Mursyid Mustafa, M.Si. sebagai pembimbing I dan Bapak
Sahabuddin, S.T., M.T. sebagai pembimbing II yang telah dengan
ikhlas memberikan bimbingan dan arahan selama penyusunan skripsi
ini.
5. Bapak dan Ibu dosen serta staf pegawai pada Fakultas Teknik atas
segala waktunya telah mendidik dan melayani penulis selama
mengikuti proses belajar mengajar di Universitas Muhammadiyah
Makassar.
6. Kedua orangtua dan kakak-kakak tercinta, terimakasih yang sebesar-
besarnya atas segala limpahan dukungan, doa dan pengorbananya
terutama dalam bentuk materi dalam menyelesaikan kuliah.
7. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas teknik terkhusus Angkatan 2015.
Semoga semua pihak tersebut di atas mendapat pahala yang
berlipat ganda di sisi Allah SWT dan skripsi yang sederhana ini dapat
bermanfaat bagi penulis, rekan-rekan, masyarakat serta bangsa dan
Negara. Amin.
Makassar, Agustus 2019
Penulis
vi
ABSTRAK
Islamic Center merupakan pusat kegiatan keislaman yang meliputi ibadah,
mu’amalah dan dakwah atau selain tempat beribadah, juga sebagai
tempat pembinaan dan pengembangan agama Islam. Pelaku dalam
Islamic Center ini yaitu pengelola, pengunjung umum dan pengunjung
khusus yang akan mengikuti pusat pelatihan dan pendidikan. Masjid saja
tidak cukup untuk menampung kegiatan pengembangan dan pembinaan
agama Islam tersebut, sehingga perlu diadakan sentra-sentra kegiatan
budaya keislaman seperti Islamic Center di daerah yang mayoritas
penduduk muslim. Sama halnya dengan budaya lokal yang perlu
dilestarikan di era modern ini. Di beberapa tempat di Indonesia sudah
terdapat cukup banyak masjid maupun Islamic Center yang menerapkan
identitas dan karakter tradisional dari suatu daerah, contoh paling banyak
adalah masjid-masjid di pulau Jawa. Sedangkan di Makassar, Sulawesi
Selatan, masih jarang atau bahkan belum ada Islamic Center yang
menggunakan identitas dan karakter arsitektur tradisional Bugis. Kearifan
lokal dalam perancangan Islamic Center ini merupakan upaya
memadukan konsep tradisional dengan prinsip arsitektur Islam yang
ternyata saling berintegrasi satu sama lain. Dengan adanya persamaan
konsep tradisional dan prinsip Islam, maka ekspresi yang akan dihadirkan
dalam perancangan Islamic Center terdiri dari unsur-unsur arsitektur lokal
sesuai dengan wujud kearifan lokal setempat, yaitu ciri arsitektur
tradisional Bugis dengan mewujudkan unsur intangible menjadi tangible
baik secara ciri maupun secara dekoratif.
Kata kunci : Islamic Center, kearifan lokal, konsep tradisional
vii
ABSTRACT
Islamic Center is a center of activities that include worship, mu'amalah and
da'wah or other than places for worship, as well as a place for fostering
and developing Islamic religion. Actors in this Islamic Center are
managers, general visitors and special visitors who will visit the training
and education center. The mosque alone is not enough to support the
activities of developing and fostering the Islamic religion, so it is necessary
to hold centers of cultural activities such as Islamic Centers in areas that
need Muslim populations. It's the same with local culture that needs to be
preserved in this modern era. In some places in Indonesia there are
already quite a number of mosques or Islamic centers that have traditional
identities and characters from the regions, the most common examples
are mosques on the island of Java. While in Makassar, South Sulawesi,
there is still rarely or even no Islamic Center that uses the identity and
character of traditional Bugis architecture. Local wisdom in the design of
the Islamic Center is an effort to combine traditional concepts with Islamic
principles that exchange with one another. By presenting traditional
concepts and Islamic principles, the statement that will be presented in the
design of the Islamic Center consists of no-local architecture in
accordance with local wisdom, namely traditional Bugis architecture by
making intangibles into tangibles in accordance with the features provided.
Keywords : Islamic center, local wisdom, traditional concept
viii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
ABSTRAK ........................................................................................................... vi
ABSTRACT ........................................................................................................ vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
BAB I ............................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 3
C. Tujuan dan Sasaran ............................................................................... 3
D. Metode Perancangan............................................................................. 4
E. Skema Pemikiran ................................................................................... 6
F. Sistematika Penulisan ........................................................................... 7
BAB II ............................................................................................................... 8
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................... 8
A. Islamic Center ......................................................................................... 8
1. Kearifan Lokal Arsitektur Tradisional Bugis ..................................... 9
B. Persyaratan Islamic Center ................................................................. 19
ix
C. Pengertian Masjid dan Elemen-Elemennya ....................................... 27
D. Konsep Perancangan dalam Islam ..................................................... 30
E. Studi Banding Proyek Sejenis ............................................................. 32
BAB III ............................................................................................................. 34
ANALISIS PERENCANAAN............................................................................... 34
A. Analisis Tapak ...................................................................................... 34
1. Analisis Sirkulasi ............................................................................. 37
2. Analisis Kebisingan dan Polusi Udara ......................................... 39
3. Analisis Pandangan (View) ............................................................. 41
4. Analisis Pergerakan Matahari ......................................................... 42
B. Analisis Fungsi dan Program Ruang .................................................. 43
1. Fungsi ............................................................................................ 43
2. Pengguna dan Aktivitas................................................................ 44
3. Kebutuhan Ruang ......................................................................... 46
4. Besaran Ruang ............................................................................. 47
5. Pola Organisasi Ruang ................................................................ 56
6. Orientasi Bangunan ...................................................................... 56
C. Analisis Tampilan Bentuk Bangunan .................................................. 57
1. Jenis Massa Bangunan ................................................................ 57
2. Bentuk dan Tampilan Bangunan ................................................. 58
D. Analisis Kelengkapan Bangunan ........................................................ 59
1. Sistem Struktur .............................................................................. 59
2. Sistem Penghawaan ..................................................................... 60
3. Sistem Pencahayaan .................................................................... 61
x
4. Sistem Sanitasi dan Plumbing ..................................................... 61
5. Sistem Keamanan......................................................................... 62
6. Sistem Sirkulasi Vertikal ............................................................... 63
7. Analisis Bahan/Material ................................................................ 63
E. Analisis Pendekatan Bangunan .......................................................... 64
BAB IV ............................................................................................................. 65
KONSEP PERANCANGAN ............................................................................... 65
A. Konsep Tapak ...................................................................................... 65
B. Konsep Pemrograman Ruang............................................................. 67
C. Konsep Tampilan Bentuk Bangunan .................................................. 68
D. Konsep Kelengkapan Bangunan ........................................................ 69
BAB V ............................................................................................................. 73
KESIMPULAN.................................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 74
LAMPIRAN
xi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Gambar 1. Skema alur pemikiran 6
Gambar 2. Penjabaran makro kosmos dan mikro kosmos 12
Gambar 3. Denah rumah adat Bugis-Makassar 14
Gambar 4. Bagian-bagian utama system struktur rumah Bugis 14
Gambar 5. Sistem struktur kolom dan balok 15
Gambar 6. Karakteristik struktur rumah Bugis Makassar 15
Gambar 7. Struktur Atap rumah adat Bugis Makassar 16
Gambar 8. Motif kaligrafi 17
Gambar 9. Motif Gambara Bunga 17
Gambar 10. Motif kepala kerbau & Naga 17
Gambar 11. Motif Sulappa Eppa (bentuk belah ketupat) 18
Gambar 12. Keterkaitan arsitektur tradisional dan objek perancangan 31
Gambar 13. Al-Markaz Makassar, jl. Masjid Raya 32
Gambar 14. Kegiatan di luar dan di dalam Al-Markaz 33
Gambar 15. Lokasi Tapak 34
Gambar 16. Kondisi sekitar tapak 36
Gambar 17. Jalur Pencapaian pada Tapak 37
Gambar 18. Skema Fungsi Ruang 44
Gambar 19. Diagram Organisasi Ruang 56
Gambar 20. Konsep Sulappa Appa Orang Bugis 58
Gambar 21. Prinsip Dasar Perancangan 59
xii
Gambar 23. Skema Jalur Air Bersih 61
Gambar 24. Skema Jalur Air Kotor 62
Gambar 25. Konsep Sirkulasi 65
Gambar 26. Sirkulasi parkir lurus 65
Gambar 27. Konsep kebisingan & polusi udara 66
Gambar 28. Konsep kebisingan 66
Gambar 29. Konsep view 67
Gambar 30. Konsep program ruang 67
Gambar 31. Konsep tampilan bentuk bangunan 69
Gambar 32. Konsep tampilan bentuk bangunan 69
Gambar 33. Konsep Struktur Atap 69
Gambar 34. Konsep balok dan sambungan baja 70
Gambar 35. Konsep struktur pondasi 70
Gambar 36. Konsep pencahayaan buatan di sirkulasi tapak 70
Gambar 37. Konsep plumbing 71
Gambar 38. Konsep penangkal petir 71
Gambar 39. Konsep material 72
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Analisis Pemilihan Lokasi 35
2. Analisis Sirkulasi 37
3. Analisis Kebisingan dan Polusi Udara 39
4. Analisis View 41
5. Analisis Pergerakan Matahari 42
6. Besaran Ruang Masjid 48
7. Besaran Ruang Kantor Pengelola 49
8. Besaran Ruang Pusat Pembinaan, Pengembangan dan Penelitian 51
9. Besaran Ruang Pusat Konsultasi ke-Islaman 52
10. Besaran Ruang Multi Fungsi 53
11. Besaran Ruang Pujasera/Kantin 53
12. Besaran Ruang Pos Keamanan 54
13. Besaran Ruang Servis dan Lapangan Parkir 54
14. Total Besaran Ruang 55
15. Analisis Jenis Massa Bangunan 57
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan bangsa yang majemuk tidak hanya
terlihat dari beragamnya jenis suku bangsa, namun juga dari beragamnya
agama yang dianut. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 29 dan Pancasila
dengan sila pertamanya merupakan komitmen yang menjamin kebebasan
setiap warga negara untuk memeluk agama sesuai dengan keyakinan
masing-masing dan merupakan hak yang dimiliki sejak lahir di dunia, hal
tersebut tidak dapat dipengaruhi oleh siapapun dan tidak dapat
dipaksakan.
Indonesia diketahui sebagai negara yang mayoritas
penduduknya adalah pemeluk agama Islam. Dalam sensus Badan Pusat
Statistik tahun 2010, agama yang paling banyak dianut adalah agama
Islam dengan persentase 87,18%, Kristen 6,96%, Katholik 2,91%, Hindu
1,69%, Buddha 0,72% dan Kong Hu Chu 0,05%. Kota Makassar yang
termasuk salah satu kota terbesar di Indonesia, memiliki total penduduk
sebanyak 1.193.497 orang, dengan mayoritas beragama Islam sebanyak
983.006 (82%) dan minoritas terbesar yaitu Kristen sebesar 181.212
(15%), terdiri dari 114.631 (9%) Protestan dan 66.581 (6%) Katholik (BPS
Sulawesi Selatan tahun 2015).
Masjid berarti simbol dan tempat ibadah bagi umat Islam.
Sebagai kota dengan angka mayoritas penduduk muslim, Makassar
2
memiliki sebanyak 907 masjid berdasarkan Sistem Informasi Masjid.
Menurut sumber yang dikutip dari halaman Kumparan (2018) bangunan
masjid atau mushallah lebih baik bejarak maksimal 500 meter agar dapat
meringankan kepadatan jalan di saat peak season seperti sholat jum’at,
sholat ‘Id, serta tabligh akbar. Selain masalah jarak, masjid yang berfungsi
sebagai tempat ibadah belum sepenuhnya memenuhi fasilitas untuk
mencari ilmu dan pengetahuan tentang Islam, sehingga perlu wadah yang
lebih luas yang dapat memberikan pembinaan keagamaan, wadah
tersebut ialah Islamic Center.
Menurut Rupmoroto (dalam Erdiono & Mastutie, 2015) selain
tempat untuk beribadah, Islamic Center juga merupakan tempat kegiatan
mu’amalah dan dakwah sehingga disebut pusat aktivitas kebudayaan
islam dan pengembangan ajaran islam. Dimana umat muslim dan
masyarakat mendapatkan informasi tentang agama islam.
Norma agama dan filosofi-filosofi spiritual selalu melekat pada
peninggalan para leluhur di setiap daerah, seperti pembuatan rumah-
rumah tradisional (Mustafa dkk., 2015; Zulkarnain & Hildayanti, 2018). Di
beberapa tempat di Indonesia sudah terdapat banyak masjid maupun
Islamic Center yang menerapkan identitas dan karakter tradisional dari
suatu daerah, contoh paling banyak adalah masjid-masjid di pulau Jawa,
salah satunya Masjid Agung Demak di Demak, Jawa Tengah yang
desainnya sangat mencerminkan identitas budaya Jawa melalui wujud
arsitektur rumah tradisional Jawa (Zaki dkk., 2016). Sedangkan di
3
Makassar, Sulawesi Selatan, jarang atau bahkan belum ada Islamic
Center yang menggunakan identitas dan karakter dari arsitektur rumah
tradisional Bugis.
Dari pernyataan di atas, maka diperlukan wadah yang dapat
memenuhi kebutuhan keagamaan dan sosial umat Islam yakni berupa
Islamic Center dengan pendekatan kearifan lokal sebagai upaya
melestarikan ciri khas budaya Sulawesi Selatan dengan menghadirkan
arsitektur tradisional bugis ke dalam desain.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat disimpulkan rumusan
permasalahan sebagai berikut:
a. Bagaimana mewujudkan pusat pengembangan kegiatan Islam di
Makassar yang dapat menunjang kegiatan ibadah, dakwah dan
mu’amalah?
b. Bagaimana konsep pengelompokan fasilitas dan menciptakan
kenyamanan pengunjung?
c. Bagaimana merancang Islamic Center yang menunjukkan
perpaduan nilai lokal dengan nilai-nilai ke-Islaman?
C. Tujuan dan Sasaran
a. Membuat suatu wadah atau sentra yang mampu menampung
segala fasilitas kegiatan keislaman, yaitu Islamic Center.
4
b. Membuat wadah Islamic Center yang menyediakan fasilitas
untuk melestarikan kualitas kehidupan beragama dan peran
sosial masyarakat, yang disesuaikan dengan standar bangunan.
c. Menunjukkan perpaduan nilai-nilai ke-Islaman dan arsitektur
tradisional Bugis Makassar dalam desain yang tangible pada
pembagian zona, struktur, bentuk dan ornamen.
D. Metode Perancangan
Metode perancangan adalah sistem yang diperlukan untuk
mendapatkan informasi, gambaran, atau pun ide yang menunjang proses
perencanaan dan perancangan. Ada pun metode yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
1. Pengumpulan Data
Langkah awal penulisan ini ialah mengumpulkan tentang isu-isu
faktual yang menjadi latar belakang pemilihan judul kemudian
memperoleh data-data di lapangan seperti lokasi, kondisi tapak, dan
pengguna.
Dalam pengumpulan data ini digunakan dua metode yaitu:
a. Metode Observasi: yaitu melakukan pengamatan secara langsung
tentang lokasi mana yang menjadi tempat startegis untuk
pembangunan Islamic Center.
b. Metode Studi Literatur: yaitu dengan mempelajari, memahami
literatur dan pencarian sumber-sumber tentang pendirian Islamic
Center, pustaka tentang konsep kearifan lokal dalam arsitektur,
5
sebagai pedoman untuk memperkuat teori-teori dan mendukung
analisa yang dibuat dalam penyusunan proposal ini.
2. Analisis
Menganalisa data primer dan data sekunder tentang Islamic
center sehingga diperoleh potensi-potensi dan masalah-masalah yang
akan dihadapi pada proses desain. Menganalisa masalah dan potensi
pada tapak, bentuk, kebutuhan ruang, struktur dan utilitas, serta
menganalisa tema arsitektur islam terhadap rancangan. Analisa ini
digunakan sebagai bahan pertimbangan pada perancangan.
3. Konsep
Hasil analisa terhadap tapak, bentuk, ruang, struktur dan utilitas
yang digunakan untuk menentapkan konsep perancangan yang akan
diterapkan pada desain. Penentuan konsep harus sudah
mempertimbangkan tema arsitektur islam.
4. Desain
Hasil analisa dan konsep perancangan tapak, bangunan,
penataan vegetasi dijelaskan dalam bentuk perwujudan fisik. Teknik
peyajian gambar perancangan akan menggunakan gambar secara digital
dengan menggunakan aplikasi autocad dan sketch up.
6
E. Skema Pemikiran
Gambar 1. Skema alur pemikiran Sumber: Analisis penulis, 2019
7
F. Sistematika Penulisan
Bab I: Pendahuluan, menjelaskan tentang latar belakang, rumusan
masalah perancangan, tujuan perancangan, kerangka
berpikir dan sistematika penulisan.
Bab II: Studi pustaka, menjelaskan tentang deskripsi proyek yang
terdiri dari tinjauan pustaka tentang proyek, penekanan
konsep perancangan bangunan yang dintegrasikan dengan
nilai-nilai keislaman dan studi banding proyek sejenis.
Bab III: Analisa perencanaan, memuat analisa-analisa dari seluruh
kondisi-kondisi eksisting dari pemilihan lokasi, tapak,
program ruang, tampilan bentuk bangunan dan member
solusi/tanggapan untuk menghasilkan perancangan produk
yang diharapkan.
Bab IV: Konsep perancangan, menjelaskan tentang konsep
pemilihan lokasi, tapak, program ruang, tampilan bentuk
bangunan dan kelengkapan bangunan.
Bab V: berisi tentang kesimpulan yang diambil dari permasalahan
yang ada di pendahuluan, tinjauan pustaka, dan landasan
teori yang akan digunakan membahas permasalahan dalam
tugas akhir ini.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Islamic Center
Masjid merupakan simbol utama dalam agama islam, yang berfungsi
sebagai tempat beridah. Pada jaman Rasulullah SAW., masjid sebenarnya
tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah melaikan juga pusat-pusat
kegiatan umat muslim dan sebagai tempat berbagai acara. Hal tersebut
menjadikan masjid sebagai pusat hidup manusia dan Islamic Center tentu
merupakan masjid tetapi fasilitasnya lebih banyak dan skala yang lebih
luas.
Pengertian Islamic Center sebagai pusat pembinaan,
pengembangan dan pendidikan serta kebudayaan Islam dapat diartikan
lebih terperinci seperti di bawah ini:
a. Pengkajian; studi disertai penelitian terhadap bahan-bahan
kepustakaan maupun terhadap segi-segi amalah yang hidup dan
berkembang di masyarakat.
b. Pendidikan; yang terdapat di dalam Islamic Center yakni bentuk
pendidikan non-formal, yaitu:
1. Forum temu pandapat untuk saling melengkapi antara ulama
serta cendikiawan muslim.
2. Pendidikan dan pembinaan masyarakat melalui pendidikan
non formal.
3. Taman pengajian anak/TPA.
9
c. Kebudayaan: kebudayaan Islam yang menjadi bagian yang
integral dalam kebudayaan Indonesia.
Pada tahun 1981 Rupmoroto (lihat Musani, 2018) menyatakan
bahwa Islamic Center merupakan tempat yang menampung beberapa
kegiatan dan penunjang keislaman diantaranya kegiatan ibadah,
mu’amalah dan dakwah. Islamic Center juga mempunyai peran sebagai
pusat atau sentra informasi keislaman baik bagi umat muslim maupun
masyarakat yang ingin mengetahui lebih dalam tentang Islam.
1. Kearifan Lokal Arsitektur Tradisional Bugis
Kearifan Lokal (local wisdom) adalah kebijaksanaan, penuh
kearifan, tindakan cerdas, bernilai baik yang memuat nilai-nilai kebaikan
universal dari manusia. Kearifan lokal mengandung nilai ajaran agama
dan nilai luhur, oleh karena itu dijalankan secara mentradisi untuk
menandai ketinggian budaya dan peradaban masyarakat setempat,
secara terus-menerus dapat dijadikan pegangan hidup. Kearifan lokal
berwujud fisik (tangible) dan non fisik atau spiritual (intangible) (Soedigdo
dkk, 2014; Yunus, 2015).
Arsitektur tradisional Bugis merupakan bentuk lain dari kearifan lokal
yang tangible namun didalamnya terdapat nilai-nilai pengetahuan secara
lisan (intangible) berkaitan erat dengan norma agama yang dijadikan
sebagai salah satu patokan dalam mendirikan bangunan, tercermin pada
filosofi-filosofi yang ada di dalamnya. Keragaman bentuk, struktur, fungsi,
dan ragam hias pada rumah adat banyak dipengaruhi oleh sistem
10
kepercayaan, keyakinan maupun agama. Rumah Adat Bugis memiliki
beberapa bentuk, struktur, dan fungsi ruang yang merepresentasikan nilai
dan norma sosial, budaya, dan agama.
Perancangan Islamic Center ini memanfaatkan potensi arsitektur
lokal sebagai acuan desainnya, karena dalam perkembangannya, Islam
pun berkembang dengan lokalitas budaya yang ada pada daerah itu
sendiri. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Zulkarnain & Hildayanti
(2018) mengenai integrasi konsep Islami dan rumah adat Bugis,
menyatakan bahwa terdapat beberapa unsur kesamaan pola ruang rumah
Islami dengan pola ruang rumah tradisional Bugis, diantaranya: 1) Dari
segi Habluminallah; orientasi rumah cenderung menghadap kiblat,
ruangan anak pria dan wanita terpisah, gentong air ditempatkan dekat
tangga naik supaya penghuni/tamu mensucikan kaki sebelum masuk
rumah (thaharah), penempatan jendela/bukaan sebagai pencahayaan
alami, penempatan WC tidak menghadap kiblat; 2) Dari segi
Habluminannas; penempatan teras sebagai area untuk menerima tamu,
memberikan rasa nyaman dan akrab kepada tamu yang datang
berkunjung (silaturahmi); 3) Dari segi Habluminal’alam; ornamen yang
berunsur tumbuhan dan kaligrafi, sesuai dalam al-Qur’an menegaskan
tentang kesadaran terhadap lingkungan dan realitas lingkungan; 4)
Secara garis besar bentuk denah rumah dalam konsep Islami yakni
berbentuk persegi empat dimana dalam denah tersebut telah dibagi
ruang-ruang yang dibutuhkan sesuai dengan syariat Islam, hal ini dapat
11
diperhatikan pada denah rumah Khadijah al Kubra dan bilik-bilik istri
Rasullah SAW. yang berbentuk persegi, begitupun dengan denah rumah
tradisional Bugis berbentuk segi empat.
Segi empat merupakan salah satu unsur erat dalam masyarakat
bugis yang biasa disebut “Sulappa Appa” yang berarti aspek kehidupan
manusia tidaklah sempurna bila tidak bebrbentuk segi empat. Filosofi ini
bersumber dari “mitos” asal mula kejadian manusia yang diyakini terdiri
dari empat unsur, yaitu : tanah, air, api, dan angin.
Bagi masyarakat tradisional Bugis-Makassar selalu mengaitkan
dengan filosofi-filosofi yang berhubungan dengan alam, kehidupan dan
manusia. Seperti rumah tradisional Bugis Makassar dipengaruhi oleh
pemahaman “Struktur kosmos” berarti alam terbagi atas tiga bagian yaitu
“alam atas”, “alam tengah”, dan “alam bawah”. Sir (2016) menuliskan
bahwa rumah tradisional orang Bugis tersusun dari tiga tingkatan yang
berbentuk “segi empat”, dibentuk dan dibangun mengikuti model kosmos
menurut pandangan hidup mereka, anggapannya bahwa alam raya
(makro-kosmos) ini tersusun dari tiga tingkatan, yaitu alam atas atau
“banua atas”, alam tengah “banua tengah” dan alam bawah “banua
bawah”.
12
Gambar 2. Penjabaran makro kosmos dan mikro kosmos
[Sumber : Geometri Façade “Bola to sama” Artsitektur Bugis]
Beberapa yang menjadi perhatian dalam hal menentukan arah
rumah pada masyarakat tradisional Bugis-Makassar misalnya: sebaiknya
menghadap kearah terbitnya matahari, menghadap kedataran tinggi, atau
menghadap ke salah satu arah mata angin. Seperti kebanyakan rumah
tradisional di Indonesia, rumah Bugis Makassar juga dipengaruhi oleh
adanya strata sosial penghuninya. Rumah tradisional Bugis-Makassar
pada dasarnya terwujud dalam beberapa macam yaitu :
– Rumah Kaum Bangsawan “Arung” atau “Karaeng”.
Puncak rumah induk terdiri dari tiga atau lebih
sambulayang/timpalaja.
– Rumah Orang Kebanyakan “Tosama”,
Disebut juga masyarakat umum terdiri dari 4 buah tiang kesamping
dan kebelakang, sambulayang/timpalaja atap hanya dua susun.
13
– Rumah Hamba sahaya “Ata” atau “Suro”, ukuran rumah ini lebih
kecil, biasanya hanya terdiri dari tiga petak, dengan satu
sambulayang/timpalaja.
Secara umum, rumah tradisional Bugis-Makassar berbentuk
panggung dengan penyangga dari tiang yang secara vertikal terdiri atas
tiga bagian yaitu :
– Rakkeang/Pammakkang, terletak pada bagian atas, digunakan
sebagai gudang penyimpanan padi sebagai lambang
kehidupan/kesejahteraan pemiliknya. Selain itu digunakan menjadi tempat
penyimpanan atribut untuk acara adat.
– Ale bola/kale balla, terletak di bagian tengah rumah Biasanya
ruang ini menjadi tempat pusat aktivitas interaksi penghuni rumah.
– Awa bola/siring, terletak pada bagian bawah rumah, biasanya
digunakan sebagai tempat penyimpanan alat cocok tanam, alat bertukang,
pengandangan ternak, dan lain sebagainya.
Sedang secara horisontal ruangan dalam rumah terbagi atas tiga
bagian yaitu :
– “Lontang ri saliweng/padaserang dallekang”, letaknya di bagian
depan rumah.
– “Lontang ri tengnga/padaserang tangnga”, terletak diruang
bahagian tengah.
– “Lontang ri laleng / padaserang riboko”, terletak diruang bahagian
belakang.
14
Gambar 3. Denah rumah adat Bugis-Makassar
[Sumber: The System Structure as a Determinant of Buginese House in South Sulawesi]
Secara umum, konsep arsitektur tradisional Bugis-Makassar
memandang kosmos terbagi atas tiga bagian. Berikut susuna struktur
rumah tradisional Bugis Makassar:
Gambar 4. Bagian-bagian utama system struktur rumah Bugis
[Sumber : The System Structure as a Determinant of Buginese House in South Sulawesi]
15
1. Struktur bagian bawah disusun dengan beberapa balok dan tiang
dengan bahan biasanya dari kayu jati, batang kelapa, dan lain-lain.
Struktur bawah berfungsi untuk penahan berdirinya tiang-tiang
rumah, dan sebagai dasar tumpuan lantai. Berikut gambar struktur
bawah rumah tradional Bugis:
Gambar 5. Sistem struktur kolom dan balok
[Sumber : The System Structure as a Determinant of Buginese House in South Sulawesi]
2. Struktur tengah atau badan rumah, terdiri atas:
Lantai, berdasarkan status penghuninya maka lantai. Dinding, untuk
bahan penutup dari papan kayu dengan sistem konstruksi ikat dan
jepit.
Gambar 6. Karakteristik struktur rumah Bugis Makassar [Sumber : The System Structure as a Determinant of Buginese House in South
Sulawesi]
3. Struktur dan konstruksi bagian atas rumah terdiri dari atap yang
merupakan suatu kesatuan yang kokoh dan stabil untuk menahan
16
gaya. Sambulayang atau Timpalaja, merupakan bagian konstruksi
atas yang berupa bidang segitiga yang bersusunan. Rangka utama
berpegang dan bertumpu pada balok nok, kedua ujung bagian
bawah terletak pada balok yang disebut Pattikkeng. Lesplank,
berupa papan kayu yang dipasang pada kedua ujung sisi atap,
berpegang pada balok gording dengan sistem sambungan pen dan
biasanya diberi hiasan ornamen, berfungsi menahan angin. Bahan
atap rumah Bugsi terbuat dari alang alang, daun lontar, nipa atau
rumbia. Atap berbentuk pelana dengan sudut antara 30 hingga 40°
(Suhendro dkk., 2015; Tato, 2009). Berikut beberapa model struktur
atap Bugis:
Gambar 7. Struktur Atap rumah adat Bugis Makassar [Sumber : The System Structure as a Determinant of Buginese House in South
Sulawesi]
Untuk ornament yang sering dipakai dalam rumah tradisional Bugis
terdapat beragam motif, seperti:
– Ornamen corak alam yang bermotifkan kaligrafi.
17
Gambar 8. Motif kaligrafi [sumber: slideshare.net/musmus1/arsitektur-vernakuler-sulawesi-selatan]
– Ornamen flora corak tumbuhan, paling banyak digunakan yaitu
bermotif bunga/ kembang, bermakna rejeki yang tidak ada
putusnya.
Gambar 9. Motif Gambara Bunga [sumber: slideshare.net/musmus1/arsitektur-vernakuler-sulawesi-selatan]
– Ornamen fauna bercorak binatang, bentuk yang sering
ditemukan yaitu kepala kerbau yang memiliki makna bumi yang
subur, penunjuk jalan, dan status sosial. Ada juga bentuk naga
berarti simbol wanita yang lemah lembut, kekuatan yang
dahsyat. Dan motif bentuk ayam jantan memiliki makna keuletan
dan keberanian, yang dipercaya masyarakat membawa
keberuntungan dan hal bauk dalam kehidupan rumah tangga.
Gambar 10. Motif kepala kerbau & Naga [sumber: slideshare.net/musmus1/arsitektur-vernakuler-sulawesi-selatan]
18
– Motif Sulapaq Appaq
Gambar 11. Motif Sulappa Eppa (bentuk belah ketupat)
[foto: Pangeran Paita Yunus, 2011]
Penggunaan ragam hias ornament menandakan tinggi derajat
pemilik rumah dan biasanya ditempatkan di sambulayang/timpalaja,
jendela, dan lain-lain.
Menurut Mustafa dkk. (2015) dalam studinya tentang Eksplorasi dan
Interpretasi Tekstual Al-Qur'an dan Hadits mengenai tema arsitektur
Islami, terbagi atas dua yaitu bentuk fisik dan bentuk spiritual (non-fisik).
Kriteria secara fisik antara lain: 1) Efisien dan fungsional (tidak
menciptakan ruang dan fasilitas yang tidak dibutuhkan, hemat energi dan
ramah lingkungan); 2) Tempat beribadah; 3) Tempat bersilaturahmi; 4)
Layak untuk ditempati dengan memenuhi fungsi kebutuhan ruang dan
menjamin kesehatan; 5) Tidak memasang ornamen/pola yang berwujud
gambar, lukisan, patung menyerupai makhluk hidup. Sebaiknya memajang
ornamen/pola-pola kaligrafi, flora dan pola Islam lainnya; 6) Tata letak dan
orientasi ruang, menghadap kiblat dan bebas najis, kecuali WC yang tidak
boleh mengarah atau membelakangi kiblat. Sedangkan kriteria
spiritual/non-fisik yaitu sebagai tempat pembinaan akhlak dan ketakwaan,
19
memberikan edukasi adab, dan sebagai benteng penjagaan iman, taqwa
dari penyakit sosial.
B. Persyaratan Islamic Center
Menurut buku petunjuk pelaksanaan proyek Islamic Center di
seluruh Indonesia tahun 1976 yang dikeluarkan oleh Direktorat
Jenderal Bimbingan Masyarakat Departemen Agama RI, Islamic Center di
Indonesia harus memiliki beberapa persyaratan yang akan berfungsi
sebagai kontrol kegiatan. Di antara persyaratan tersebut adalah Islamic
Center harus memiliki:
1. Tujuan Islamic Center, adalah sebagai berikut:
a. Mengembangkan kehidupan beragama Islam yang meliputi
aspek aqidah, ibadah, maupun mu’amalah dalam lingkup
pembangunan nasional.
b. Sebagai lembaga pendidikan non-formal keagamaan sehingga
dapat menjadi salah satu mata rantai dari seluruh sistem
pendidikan nasional, dengan Allah SWT., cakap, cerdas, terampil,
tangkas, berwibawa dan berguna bagi masyarakat dan Negara.
c. Ikut serta meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan
serta keterampilan untuk membangun masyarakat dan Negara
Indonesia.
2. Fungsi Islamic Center sebagai pusat pembinaan dan pengembangan
agama serta kebudayaan Islam adalah sebagai berikut:
20
a. Pusat penampungan, penyusunan, perumusan hasil dan gagasan
mengenai pengembangan kehidupan agama dan kebudayaan
Islam.
b. Pusat penyelenggaraan program latihan pendidikan non-formal.
c. Pusat penelitian dan pengembangan kehidupan agama dan
kebudayaan Islam.
d. Pusat penyiaran agama dan kebudayaan Islam.
e. Pusat koordinasi, sikronisasi kegiatan pembinaan dan
pengembangan dakwah Islamiah.
f. Pusat informasi, komunikasi masyarakat luas pada umumnya dan
pada masyarakat muslim pada khususnya.
3. Klasifikasi Islamic Center di Indonesia diklasifikasikan menjadi:
a. Islamic Center Tingkat Pusat yaitu Islamic Center yang mencakup
lingkup nasional dan mempunyai masjid bertaraf Negara, yang
dilengkapi dengan fasilitas penelitian dan pengembangan,
perpustakaan, museum dan pameran keagamaan, ruang
musyawarah besar, ruang rapat dan konferensi, pusat pembinaan
kebudayaan dan agama, balai penyuluhan rohani, balai
pendidikan dan pelatihan Mubaligh, pusat Radio Dakwah dan
sebagainya.
b. Islamic Center Tingkat Regional yaitu Islamic Center yang
mencakup lingkup propinsi dan mempunyai masjid bertaraf
propinsi, yaitu masjid raya yang dilengkapi dengan fasilitas yang
21
hampir sama dengan tingkat pusat tetapi bertaraf dan berciri
regional.
c. Islamic Center Tingkat Kabupaten yaitu Islamic Center yang
mencakup lingkup lokal kabupaten dan mempunyai masjid bertaraf
kabupaten, yaitu masjid agung, yang dilengkapi dengan fasilitas-
fasilitas yang bertaraf lokal dan lebih banyak berorientasi pada
operasional pembangunan dakwah secara langsung.
d. Islamic Center Tingkat Kecamatan yaitu Islamic Center yang
mencakup lingkup kecamatan dan mempunyai masjid yang
tarafnya kecamatan, yang ditunjang dengan fasilitas-fasiltas seperti
balai dakwah, balai kursus kejuruan, balai pustaka, balai
kesehatan dan konsultasi mental, fasilitas kantor dan asrama
ustadz/pengasuh.
4. Sifat, status dan pengelolaan Islamic Center adalah:
- Koordiantif partisipatif dalam arti penanganan serta
pengelolaannya bersifat koordinatif inter departemen tingkat
pusat maupun daerah seluruh masyarakat Kanwil dan Kantor
Agama setempat, serta partisipasi dalam arti seluruh masyarakat
digerakkan untuk melaksanakan proyek ini, baik dana partisipasi
langsung maupun dana sosial keagamaan serta tenaga untuk
menyelesaikan proyek ini.
22
- Dana dari pemerintah dapat berbentuk subsidi inpres atau
dana kerohanian Presiden, PELITA, B.K.M, dana dari daerah
APBD, BAZIs, dan sebagainya.
- Kantor Depag dibantu lembaga dakwah sosial dan pendidikan
keagamaan setempat adalah pengelola Islamic Center tersebut
yangdiangkat/dikukuhkan oleh pejabat setempat tiap periode
kurang lebih tiga tahun.
- Dikaitkan dengan Dirjen Bimas Islam, Islamic Center merupakan
Puspenag (Pusat Penerangan Agama) bagi wilayah yang
bersangkutan.
Pengelola Islamic center adalah sebagai berikut :
- Status organisasi Islamic Center adalah organisasi semi ofisial
(setengah resmi) sesuai dengan tujuan dan fungsinya untuk
menggerakkan partisipasi masyarakat untuk membangun. Untuk
tingkat propinsi ditetapkan oleh KDH tingkat 1 atas usul
Kanwil setempat. Untuk tingkat kabupaten/kotamadya ditetapkan
oleh Bupati/Walikota atas usul kepala Kantor Depag setempat.
- Bentuk dan struktur Islamic Center adalah organisasi / profesional
dengan sistem pengurus dan anggaran rumah tangga yang
seragam.
Bentuk dan tata laksana organisasi disusun sebagai berikut :
a. Dewan Pembina
23
Dewan Pembina diambil dari unsur-unsur ulama, kyai, pendidik,
tokoh masyarakat dan penguasa (umara) yang mempunyai bobot
kekuasaan dan wibawa yang cukup untuk wilayah/daerah masing-
masing yang berfungsi sebagai badan konsultatif/legislatif.
b. Dewan Pengurus
Dewan pengurus diambil dari unsu-unsur penguasa (umara),
mubaligh pendidik dan penyuluh agama yang merupakan
pelaksana langsung Islamic Center.
1. Susunan dewan pembina sekurang-kurangnya 9 orang yang
terdiri dari :
- Seorang Ketua Umum
- Dua orang Wakil Ketua
- Seorang Sekretaris
- Lima orang Anggota
2. Susunan dewan pengurus harian sekurang-kurangnya 20 orang
terdiri dari:
- Seorang Ketua Umum
- Dua orang Wakil Ketua
- Dua orang Sekretaris
- Dua orang Bendahara
- Seorang Ketua Bidang Dakwah
- Seorang Ketua Bidang Pustaka dan Kursus
- Seorang Ketua Bidang Pembina Anak-anak
24
- Seorang Ketua Bidang Dana dan Logistik
- Tujuh orang staf operasi/pengajar/instruktur
3. Bentuk susunan dan jumlah pengurus disesuaikan dengan
kebutuhan dan bergantung dari ruang lingkup pelayanannya,
nasional, regional dan lokal.
c. Jangka waktu kepengurusan (periode) ditetapkan selama 3 tahun.
d. Sifat dan model administrasi menganut sistem administrasi
pendidikan, terutama administrasi kursus (administrasi pendidikan
non formal) .
e. Prinsip dan pembiayaan rutin, dan pembinaan harus mengarah
pada swadaya masyarakat. Biaya dari pemerintah berupa subsidi
rutin sampai dipandang mampu untuk mandiri.
f. Koordinator operasional di bawah koordinasi Bimas untuk tingkat
pusat, Kanwil Depag untuk tingkat propinsi, dan Kantor Depag
untuk tingkat kabupaten/kodya.
5. Lingkup kegiatan sesuai dengan buku Pedoman Pelaksanaan
Islamic Center di Indonesia, maka lingkup kegiatan Islamic Center
dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Kegiatan Ubudiyah/Ibadah Pokok
Kegiatan Sholat, meliputi: Sholat wajib lima waktu dan sholat
sunnat baik yang dilakukan secara individu maupun
berkelompok.
Kegiatan Zakat:
25
- Penerimaan zakat
- Pengumpulan zakat dan penyimpanan
- Pengolahan/pembagian zakat
Kegiatan Ramadhan
- Sholat tarawih
- Kegiatan pesantren kilat/mental training
- Membaca Al-Qur'an/tadarus
Kegiatan Naik Haji, meliputi: pendaftaran, pemeriksaan
kesehatan, penataran/penyuluhan, latihan manasik haji, cara
pakaian ihrom, cara ibadah di perjalanan dan mengkoordinasi
keberangkatan.
Upacara peringatan Hari Besar Islam:
- Hari Besar Idul Fitri: membayar zakat fitrah yang dibayarkan
sebelum hari raya tiba, sholat idul fitri.
- Hari Raya Idul Adha: Sholat Idul Adha, menyembelih hewan
qurban untuk dibagikan fakir miskin.
- Hari Maulid Nabi Muhammad Saw, meliputi kegiatan
perayaan dengan dilengkapi acara kesenian.
- Hari Isra' Mi'raj, meliputi kegiatan perayaan, seminar, dan
ceramah.
b. Kegiatan Muamalah/Kegiatan Kemasyarakatan
Kegiatan penelitian dan pengembangan
- Meneliti dan pengembangan
26
- Penerbitan dan percetakan
- Seminar, diskusi, dan ceramah
- Training dan penataran
- Kursus Bahasa Arab dan Inggris
- Pameran-pameran
Kegiatan sosial kemasyarakatan
- Kursus keterampilan dan perkoperasian
- Konsultasi hukum dan konsultasi jiwa
- Pelayanan kebutuhan umat, seperti buku-buku, kitab, baju dan
perlengkapan muslim, makanan, kebutuhan sehari-hari dan
sebagainya.
- Pelayanan sosial:
o Bantuan fakir miskin dan yatim piatu
o Pelayanan penasehat perkawinan
o Bantuan pelayanan khitanan missal
o Bantuan santunan kematian dan pengurusan jenazah
Pelayanan pendidikan, meliputi taman kanak-kanak dan
madrasah diniyah.
Pelayanan kesehatan, meliputi bantuan kesehatan, Poliklinik
dan BKIA.
c. Kegiatan pengelola
Meliputi kegiatan administrasi yang mengkoordinasi dan
mengelolah seluruh kegiatan yang ada.
27
C. Pengertian Masjid dan Elemen-Elemennya
Masjid merupakan tempat ibadah umat muslim. Akar kata dari
masjid adalah sajada dimana sajada berarti sujud atau tunduk.
Selanjutnya dalam perkembangan fungsi masjid, masjid pun mengalami
peningkatan fungsi yang antara lain; tempat muslim berkumpul dan
bertemu, tempat mengumumkan hal-hal yang menyangkut hidup
masyarakat muslim, hingga masjid menjadi tempat belajar agama.
Berikut elemen-elemen yang umumnya terdapat pada masjid:
a. Area shalat
Shalat adalah salah satu ritual ibadah agama Islam yang wajib
dikerjakan. Secara bahasa shalat berasal dari bahasa Arab yang berarti
do'a. Sedangkan menurut istilah shalat merupakan serangkaian kegiatan
ibadah khusus atau tertentu yang dimulai dengan takbiratul ihram dan
diakhiri dengan salam. Praktik shalat harus sesuai dengan segala
petunjuk tata cara Rasulullah SAW. sebagai figur pengejawantah perintah
Allah SWT.
Bentuk denah masjid (ruang shalat/haram/liwanat yang paling
logis dan rasional timbul dari cara orang-orang beribadah), yakni bentuk-
bentuk segi empat dan bukan bentuk lain. Dan bentuk denah segi empat
masih ada dua kemungkinan. Bentuk bujur sangkar banyak kita dapatkan
pada bengunan masjid bentuk tradisional (bentuk tajuk). Karena
panjangnya masing-masing sisi sama maka penghargaan terhadap
keempat arahnya pun menjadi sama.
28
b. Arah kiblat
Kiblat adalah bahasa Arab yang merujuk arah yang dituju saat
seorang Muslim mendirikan sholat. Semula umat Islam dalam
melaksanakan shalat menghadap ke arah yang mereka kehendaki atau
tidak searah. Setelah turunnya surat Al-Baqarah ayat 143, kiblat yang
semula menghadap ke Yarusalem diganti menjadi mengarah ke Ka'bah di
Mekkah. Selain untuk patokan arah shalat, kiblat juga menjadi arah kepala
hewan yang disembelih, juga arah kepala jenazah yang dimakamkan.
c. Ruang wudhu
Wudhu adalah salah satu cara mensucikan diri dari hadats
kecil. Wudhu pun wajib dilakukan sebelum ibadah sholat dan thawaf. Ada
5 (lima) syarat untuk berwudhu yaitu:
• Islam,
• sudah baligh,
• tidak berhadas besar,
• memakai air yang mutlak (suci dan dapat dipakaimensucikan)
• tidak ada yang menghalangi sampainya kekulit.
Ruang wudhu hendaknya dibuat yang leluasa dengan sirkulasi
yang baik, mudah dan lancar. Ruang ini harus dibuat tetap bersih dan
sehat. Lantai dan dindingnya harus dibuat kedap air. Ruang wudhu
hendaknya menggunakan penerangan alami (sinar matahari) seoptimal
mungkin, serta memiliki sirkulasi udara silang (cross ventilation) yang baik.
29
Bahkan ruang wudhu untuk pria lebih bersifat terbuka dibandingkan
dengan tempat wudhu wanita serta ternpatnya yang terpisah.
d. Mihrab
Mihrab adalah bagian yang ditonjolkan pada dinding bagian
barat yang menghadap kiblat. Berfungsi sebagai tempat imam memimpin
sholat berjamaah.
e. Minaret/menara
Menara digunakan pada awalnya untuk mengumandangkan
adzan, yaitu seruan untuk shalat. Sedangkan seiring dengan
perkembangannya saat ini menara digunakan sebagai titik tangkap
kawasan dan untuk melihat ke sekitar kota.
Zonasi juga menjadi bagian penting dalam desain masjid. Jenis
kegiatan yang dilakukan di area masjid menjadi faktor yang mempegaruhi
pola zonasi menjadi:
1. Zona sholat dan non sholat. Mengingat tidak semua yang
datang ke masjid dalam keadaan ‘suci’ seperti wanita yang
sedang dalam masa haidh mengikuti acara ceramah, dakwah,
dan lain-lain. Termasuk juga jika ada non-muslim yang ingin
belajar mengenal islam.
2. Zona pria dan zona wanita. Kedua sirkulasi ini harus terpisah
sehingga tidak menimbulkan potensi saling bersentuhan yang
dapat membatalkan wudhu ataupun konstentrasi jama’ah.
30
3. Zona suci dan non suci. Sangat penting untuk mencegah
bercampurnya jama’ah yang belum berwudhu (masih memakai
alas kaki) dengan yang sudah berwudhu. Biasanya ditandai
dengan ‘Batas Suci’ dan ‘Jalur Suci’ untuk memelihara
thaharah.
D. Konsep Perancangan dalam Islam
Persamaan konsep kearifan lokal dengan sisi Syariat (Al-Qur’an
dan Hadist) meliputi:
1. Tharah berarti suci, menjaga kesucian dan kebersihan dari hadats
khususnya area liwan pada masjid. Seperti dalam Q.S. Al-
Baqarah ayat 238 yang merupakan perintah untuk menjaga shalat
dan H.R. Ibnu Majah yang berbunyi “Beristiqmahlah sebab kamu
tidak akan mampu menghitung-hitung. Dan ketahuilah bahwa
sebaik-baiknya pekerjaanmu adalah shalat sedangkan yang bisa
menjaga wudhu itu hanya seorang mukmin.”
2. Anti Mubazir artinya tidak berlebihan. Dengan demikian,
keindahan (elemen estetika) tidak perlu harus mahal atau
memakai ornamen berlebihan yang hanya bersifat tempelan saja,
dan tidak fungsional. Seperti dalam Q.S. Al An’am ayat 141, “dan
janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang yang berlebih-lebihan.”
3. Simbolisasi ornament. Pandangan Islam mengenai sesuatu
penggunaan suatu hal tidak mengada-ada misalnya melalui
31
penggunaan simbolisasi yang menjurus kepada sesuatu yang
tidak rasional.
Dalam perancangan Islamic Center, pendekatan yang
digunakan adalah kearifan lokal arsitektur tradisional Bugis yang masih
berhubungan erat dengan aspek-aspek Islam di dalamnya, yaitu
Habluminallah, Habluminannas dan Habluminal’alam. Berikut korelasi
tema kearifan lokal Bugis dengan objek rancang:
Gambar 12. Keterkaitan arsitektur tradisional dan objek perancangan
Beberapa unsur kesamaan ruang Islami dengan rumah
tradisional bugis memberikan kaidah bahwa ajaran Islami sangat menyatu
dengan karaktristik suku Bugis yang memang sangat kental dengan unsur
ajaran Islami dalam kehidupan masyarakatnya. Dari korelasi konsep
tersebut, maka ekspresi yang akan dihadirkan dalam perancangan Islamic
32
Center terdiri dari unsur-unsur arsitektur lokal sesuai dengan wujud
kearifan lokal setempat, yaitu ciri arsitektur tradisional Bugis dengan
membentuk unsur intangible menjadi tangible baik secara ciri maupun
secara dekoratif.
E. Studi Banding Proyek Sejenis
Gambar 13. Al-Markaz Makassar, jl. Masjid Raya (dokumentasi langsung)
Masjid Al-Markaz Al-Islami merupakan masjid termegah dan
terbesar di titik sentral kawasan timur Indonesia, kota Makassar, Provinsi
Sulawesi Selatan. Masjid yang monumental tersebut berdiri kokoh sebagai
pusat peradaban dan pengkajian Islam serta mencerminkan kebanggaan
dan identitas masyarakat Sulawesi Selatan yang agamis, beradab dan
bernapaskan Islam. Dirancang oleh arsitek yang telah menggawangi
pembuatan berbagai masjid besar, Ir. Ahmad Nu’man. Arsitekturnya
terinspirasi dari Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah.
Meskipun begitu, bentuk masjid tidak melupakan unsur arsitektur khas
Sulawesi Selatan. Hal ini terlihat dari atap berbentuk kuncup segi empat
33
yang mengambil ilham dari Masjid Katangka, Gowa masjid tertua di
Sulawesi Selatan dan rumah Bugis-Makassar pada umumnya. Masjid ini
mulai didirikan pada tahun 1994 hingga 1996.
Gambar 14. Kegiatan di luar dan di dalam Al-Markaz
(dokumentasi langsung)
Di lantai pertama, Al-Markaz memiliki sebuah perpustakaan
yang selalu ramai dikunjungi. Terdapat juga Taman Kanak kanak (TK),
Taman bacaan Alquran (TPA), Baitul Maal Watanwil (BMT), Lembaga
Amil Zakat (LAZ), kelompok bimbingan ibadah Haji (KBIH), Koperasi,
Lembaga penterjemah Al-quran, Kursus Bahasa, Radio Penerbitan dan
lainnya. Sementara lantai 2 dan 3 digunakan sebagai tempat sholat dan
kegiatan lainnya.
34
BAB III
ANALISIS PERENCANAAN
A. Analisis Tapak
Dalam perancangan arsitektur, analisis tapak merupakan tahap
penilaian terhadap kondisi fisik, kondisi non fisik hingga standar peraturan
kebijakan. Sehingga menghasilkan analisis dan menyesuaikan dengan
perencanaan fisik, fasilitas dan fungsi bangunan yang akan dirancang.
Dan kemudian akan menghasilkan output berupa analisis persyaratan
tapak, analisis aksesibilitas, analisis kebisingan, analisis pandangan/view,
sirkulasi, matahari, angin, vegetasi dan zoning.
Gambar 15. Lokasi Tapak
Sumber: Peta RTRW Makassar & www.googlemaps.com
Kota Makassar terbagi menjadi 15 kecamatan dengan 153
kelurahan. Di antara 15 kecamatan tersebut, ada tujuh kecamatan yang
berbatasan dengan pantai yaitu Kecamatan Tamalate, Kecamatan Mariso,
Kecamatan Wajo, Kecamatan Ujung Tanah, Kecamatan Tallo, Kecamatan
Tamalanrea, dan Kecamatan Biringkanaya.
Berikut adalah 3 lokasi yang ditinjau untuk pemilihan tapak
yang sesuai dan strategis untuk proyek Islamic Center di kota Makassar:
35
Table 1. Analisis Pemilihan Lokasi Lokasi A
Jl. Metro Tj. Bunga Lokasi B
Jl. AP. Pettarani Lokasi C
Jl. Urip Sumoharjo Kriteria Bobot Kriteria Bobot Kriteria Bobot
- Akses dekat dengan pusat perbelanjaan dan perumahan
- Kondisi lokasi berkontur datar dan didukung prasarana yang baik
- Merupakan kawasan campuran bisnis
4
4
4
- Akses dekat dengan perkantoran dan kampus
- Kondisi di lokasi ini selalu padat kendaraan
- Kawasan perkantoran, pendidikan, perdagangan dan jasa
4
2
3
- Akses dekat dengan perkantoran
- Kondisi lokasi juga memiliki kepadatan yang tinggi
- Kawasan perkantoran, perdagangan dan jasa dan pendidikan
4
3
4
Total 12 Total 9 Total 11 Sumber: (analisis penulis, peta RTRW Makassar 2015-2034)
Lokasi proyek yang terpilih adalah: Jl. Metro Tanjung Bunga,
Maccini Sombala, Tamalate, Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan,
Indonesia. Luas Site: 120 m x 125 m = 15.000 m2 / 1.5 ha.
Batasan Site :
- Sebelah Utara: Lahan kosong
- Sebelah Selatan: Mall GTC
- Sebelah Timur: Jl. poros Metro Tanjung Bunga dan Jl. Danau
Tanjung Bunga
- Sebelah Barat: Lahan kosong
36
Gambar 16. Kondisi sekitar tapak (dokumentasi langsung)
Pencapaian
Berdasarkan gambar 16, akses masuk ke tapak hanya melalui
jalan poros Metro Tanjung Bunga yang berada di sebelah timur-selatan
dari tapak. Moda transportasi yang dapat mencapai lokasi antara lain
dengan kendaraan pribadi, kendaraan roda dua, Bus Rapid Transportation
(BRT), atau bus wisata.
37
Gambar 17. Jalur Pencapaian pada Tapak (www.google.co.id/maps)
1. Analisis Sirkulasi
Table 2. Analisis Sirkulasi Analisis
Jalan di sisi timur-selatan adalah
Jl. Metro Tj. Bunga dengan lebar
jalan 9 meter merupakan satu-
satunya jalur masuk ke tapak.
TAPAK
U
38
Sirkulasi kendaraan pada jl.
Metro Tj. Bunga adalah 2 jalur
dan 2 arah.
Terdapat pusat hiburan keluarga,
pusat perbelanjaan, hotel dan
pemukiman di sekitar lokasi.
Tanggapan
Entrance dan julur exit kendaraan
dibuat terpisah untuk
menghindari kemacetan.
Lebar jalan yang disediakan
untuk sirkulasi kendaraan
disesuaikan dengan kebutuhan
satu mobil dan satu arah selebar
5 m, kecuali dropping area
dirancang lebih lebar untuk
mengantisipasi penumpukan
mobil pada area ini saat
menurunkan penumpang.
Bagian No.1 dijadikan enterance
dan bagian no.2 adalah pintu
keluar kendaraan.
No.3 sebagai jalur servis.
39
Sumber: (hasil analisis, 2019)
2. Analisis Kebisingan dan Polusi Udara
Table 3. Analisis Kebisingan dan Polusi Udara
Analisis
Kebisingan dan polusi udara berasal
dari depan tapak, yaitu jalan raya.
Tingkat kebisingan dan polusi udara
tinggi karena berbatasan dengan
jalan utama dengan lebar 9 meter
yang cukup padat kendaraan.
Bagian no.4 dijadikan jalur
pejalan kaki yang mengarah
langsung ke plaza Islamic Center.
Sirkulasi parkir pada
perancangan Islamic Center ini
terdapat dua alternatif, yaitu
sistem parkir 90º. Kemudian
dibedakan lagi menjadi dua jenis
peruntukan lahan parkir, yaitu
untuk pengelola dan untuk
pengunjung.
40
Tanggapan
Memaksimalkan RTH dengan
pohon perdu ataupun semak
untuk menyerap polusi udara dan
meredam kebisingan karena
memiliki daun yang padat.
Selain dengan vegetasi, terdapat
penyelesaian lain yaitu dengan
pola penataan massa bangunan.
Memberikan ruang yang cukup
terbuka dengan maksud
memberikan jarak antara sumber
bising ke bangunan, semakin
jauh sumber bising ke bangunan
maka semakin berkurang
intensitas bising yang sampai ke
bangunan.
41
3. Analisis Pandangan (View)
Table 4. Analisis View Analisis
View dari dalam tapak ke arah jl. Metro Tj. Bunga ataupun sebaliknya
view dari jl. Metro Tj. Bunga ke tapak merupakan view terbaik, karena
merupakan satu-satunya akses dan jalan utama yang banyak dilalui
kendaraan sehingga keberadaan tapak untuk Islamic center mudah
diketahui.
Tanggapan
Titik penting yang direspon viewnya adalah sepanjang Jalan Metro
Tanjung Bunga, hal ini dikarenakan dari area tersebut merupakan akses
utama menuju tapak. Disamping itu, di dekat tapak tidak ada bangunan
yang terlalu mencolok sehingga prioritas dari view ke dalam dan ke luar
adalah ke ruas Jalan Metro Tanjung Bunga.
Sumber: (hasil analisis, 2019)
Lahan kosong
Danau
Danau
Jl. Metro Tj. Bunga
42
4. Analisis Pergerakan Matahari
Table 5. Analisis Pergerakan Matahari
Analisis
Kondisi tapak berada di pinggir
jalan, terbuka dan tidak ada
bangunan tinggi di dekat tapak
sehingga menyebabkan tapak
terkena sinar matahari langsung dari
barat dan timur.
Tanggapan
Fasad terbuka menghadap ke
selatan atau utara agar
meniadakan radiasi langsung dari
cahaya matahari rendah dan
konsentrasi tertentu yang
menimbulkan pertambahan
panas.
Memberikan pelindung untuk
semua lubang bangunan
terhadap cahaya langsung dan
tidak langsung.
Memberikan penghalang baik
berupa vegetasi ataupun shading
device pada muka bangunan
43
yang berhadapan langsung
dengan matahari.
Penerapan bentuk atap yang
bukan datar memungkinkan
memberi kenyamanan dalam
ruang.
Sumber: (hasil analisis, 2019)
B. Analisis Fungsi dan Program Ruang
1. Fungsi
Fungsi pokok dari Islamic Center selain sebagai tempat
beribadah, yaitu tempat pembinaan dan pengembangan agama Islam.
Maka dapat dikelompokkan menjadi tiga fungsi berdasarkan tingkat
kepentingannya yaitu:
Fungsi utama/primer, yaitu fungsi utama dari bangunan antara
lain sebagai sarana peribadatan dan sarana pendidikan,
pembinaan dan pengembangan.
Fungsi sekunder, yaitu merupakan fungsi yang muncul akibat
adanya kegiatan yang digunakan untuk mendukung kegiatan
utama.
Fungsi penunjang, merupakan kegiatan yang mendukung
terlaksananya semua kegiatan yang ada di Islamic Center.
44
Gambar 18. Skema Fungsi Ruang
2. Pengguna dan Aktivitas
A. Pengguna
Para pengguna/pelaku yang ada di Islamic Center ini terdiri dari:
1. Pengelola
Pengelola adalah orang-orang yang mengontrol pemeliharaan
gedung/ruang yang ada, dan mengawasi serta mengatur fasilitas yang
tersedia.
2. Pengunjung
Pengunjung Islamic Center tidak akan hanya berasal dari
wilayah Makassar saja.
Pengunjung Islamic Center dibagi menjadi dua macam, yaitu:
Aktivitas pengunjung umum yaitu menggunakan fasilitas
umum yang ada atau untuk sekedar berjalan-jalan.
Aktivitas pengunjung khusus yaitu menghadiri undangan
atau pengajian, melakukan aktivitas belajar.
45
B. Skema Aktivitas Pengguna
1. Pengelola
Bertugas memerikan pelayanan kepada pengunjung dan
bertanggung jawab dalam fasilitas dalam Islamic Center. Beberapa
aktivitas yang dilakukan oleh pengelola adalah:
2. Pengunjung
Pengunjung Umum
Datang:- berjalan- parkir kedaraan
EntranceKegiatan dalam bangunan:- Melakukan aktivitas sesuai bidang masing-masing
Pulang:- berjalan kaki- naik kendaraan
Datang:- berjalan- parkir kendaraan
Enterance Informasi
Kegiatan dalam bangunan:- Berjalan-jalan- Menggunakan fasilitas- I'tikaf- Mendengarkan ceramah agama
Pulang:- berjalan kaki- naik kendaraan
46
Pengunjung Khusus
3. Kebutuhan Ruang
Dari hasil analisis fungsi dan studi literatur, maka ruang-ruang
yang dibutuhkan dalam Islamic Center adalah:
Kelompok primer, merupakan kelompok yang terdiri dari
fungsi ibadah, pendidikan, pembinaan dan pengembangan.
(PPP) yaitu:
- Masjid
- Kantor pengelola
- Pusat PPP dan perpustakaan
- Pusat konsultasi ke-Islaman
Kelompok sekunder, merupakan kelompok yang terdiri dari
fungsi komersil dan informasi dan hiburan, yaitu:
- Ruang pertemuan/Ruang multi fungsi
- kantin
Datang:- berjalan- parkir kendaraan
Enterance Informasi
Kegiatan dalam bangunan:- Mengikuti pelatihan dan pendidikan- Menggunakan fasilitas- Diskusi
Pulang:- berjalan kaki- naik kendaraan
47
Kelompok penunjang merupakan kelompok yang terdiri dari
servis, yaitu:
- Pos keamanan
- Taman
- Parkir
4. Besaran Ruang
Besaran ruang yang dibutuhkan pada perancangan Islamic
Center didasarkan pada standar luasan yang umum dipakai, yaitu:
NAD : Neufert’s Architect Data
BPDS : Building Planning and Design Standart
BAER : Building for Administration Entertainment &
Recreation
TSS : Time Saver Standart for Building Type
PPM : Pedoman Pembinaan Masjid
CCEF : Conference, Convention and Exhibition Facilities
NMH : New Metric Handbook
PPU : PERMEN PU 30/PRT/M/2006
As : Asumsi
A. Ruang Masjid
Dalam perancangan masjid ini elemen pokok yang terdapat
dalam masjid antara lain:
Kiblat, adalah arah orientasi bagi umat Islam dalam
menjalankan ibadah shalat yang menghadap ke Ka’bah di
48
Mekkah. Untuk daerah Makassar arah orientasi tersebut berada
pada 22º 28’ ke arah Barat Laut.
Mihrab, adalah tempat untuk imam memimpin shalat berjamaah
yaitu tempat paling depan saat melakukan shalat, sedangkan
Mimbar adalah tempat pemuka agama untuk berkhotbah dan
member ceramah. Biasanya Mihrab dan Mimbar berada dalam
satu tempat, karena selain keduanya terletak paling depan,
biasanya penceramah juga bertindak sebagai imam shalat.
Liwan dan mezzanin, adalah ruang bagi para jamaah baik saat
shalat maupun saat mendengarkan ceramah.
Ruang Wudhu, berfungsi untuk para jamaah untuk mensucikan
diri sebelum melaksanakan ibadah shalat dalam masjid.
Table 6. Besaran Ruang Masjid
No. Ruang Kapasitas Sumber Standar Luasan
1. R. Imam/Mihrab dan Mimbar
2 orang PPM 0,6 m x 1,2 m = 0,72 m2/orang
0,72 m2 x 2 = 1,44 m2
2. R. shalat/liwan
1400 orang PPM 0,6 m x 1,2 m = 0,72 m2/orang
0,72 m2 x 1400 = 1008 m2
3. R. Shalat Mezanine
600 orang PPM 0,6 m x 1,2 m = 0,72 m2/orang
0,72 m2 x 600 = 432m2
4. R. Wudhu pria
Asumsi jumlah
jamaah pria 70% x 2000
= 1400
PPM
Tempat wudhu = 0,01 x kapasitas. Satu tempat wudhu = 0,9 x 1 = 0,9 m2/orang
Tempat wudhu = 0,01 x 1400 = 14. Kebutuhan luas = 0,9 m2 x 14 = 12,6 m2
5. R. wudhu wanita
Asumsi jumlah jamaah
PPM Tempat wudhu = 0,01 x kapasitas.
Tempat wudhu = 0,01 x 600 =
49
wanita 30% x 2000
= 600
Satu tempat wudhu = 0,9 x 1 = 0,9 m2
6. Kebutuhan luas = 0,9 m2 x 6 = 5,4 m2
6. Toilet pria (urinoir)
70% x 2000 = 1400
PPM
Jumlah urinoir = 0,003 x kapasitas. Satu urinoir = 0,6 x 0,8 = 0,48 m2
Jumlah urinoir = 0,003 x 1400 = 4,2. Kebutuhan luas = 4,2 x 0,48m2 = 2m2
7. Toilet pria (WC)
70% x 2000 = 1400
PPM
1 WC untuk 500 orang. 1,25 x 2 = 2,5 m2
Jumlah WC = 1400 : 500 = 2,8. Kebutuhan luas = 2,8 x 2,5 m2
= 7 m2
8. Toilet difabel pria
2 orang PPU &
As 3,3 x 1,6 = 5,2 m2
2 x 5,2 m2 = 10,4 m2
9. Toilet wanita (WC)
30% x 2000 = 600
PPM
1 WC untuk 250 orang. 1,25 x 2 = 2,5 m2
Jumlah WC = 600 : 250 = 2,4. Kebutuhan luas = 2,4 x 2,5 m2 = 6 m2
10. Toilet difabel wanita 2 orang
PPU & As
3,3 x 1,6 = 5,2 m2
2 x 5,2 m2 = 10,4 m2
11. R. Elektrikal / Audio 5 orang NAD
0,8 s/d 2 m2 per orang
2 m2 x 5 = 10 m2
12. Gudang 5 orang As 14 m2
Sub Total 1519,24 m2
Sirkulasi 20% 303,848 m2
TOTAL 1823 m2 Sumber: (hasil analisis, 2019)
Table 7. Besaran Ruang Kantor Pengelola No. Ruang Kapasitas Sumber Standar Luasan
1. R. Pimpinan 1 ruang NAD 49 m2 49 m2
50
2. R. Wakil Pimpinan
1 ruang NAD 35 m2 35 m2
3. R. Sekretaris 2 orang NAD 10 m2 2 x 10 = 20 m2
4. R. Kabag Admin 1 orang BPDS 12 m2 12 m2
5. R. Staf admin 4 orang NAD
0,8 s/d 2 m2 per orang
4 x 2 = 8 m2
6. R. Kabag Publikasi 1 orang BPDS 12 m2 12 m2
7. R. Staf publikasi
4 orang NAD 0,8 s/d 2 m2 per orang
4 x 2 = 8 m2
8. R. Kabag keuangan 1 orang BPDS 12 m2 12 m2
9. R. Staf keuangan
4 orang NAD 0,8 s/d 2 m2 per orang
4 x 2 = 8 m2
10. R. Kabag personalia
1 orang BPDS 12 m2 12 m2
11. R. Staf personalia
4 orang NAD 0,8 s/d 2 m2 per orang
4 x 2 = 8 m2
12.
R. Kabag Perizinan, Properti dan Maintenance
1 orang BPDS 12 m2 12 m2
13. R. Staf Perizinan dan Properti
4 orang NAD 0,8 s/d 2 m2 per orang
4 x 2 = 8 m2
14. R. Staf Maintenance
4 orang NAD 0,8 s/d 2 m2 per orang
4 x 2 = 8 m2
15. R. Kabag pemasaran
1 orang BPDS 12 m2 12 m2
16. R. Staf pemasaran 4 orang NAD
0,8 s/d 2 m2 per orang
4 x 2 = 8 m2
17. R. Editor dan percetakan 4 orang NAD
65 s/d 70 m2 per orang
65 m2
18. R. Arsip 40 file NAD 0,27 m2 40 x 0,27 = 10,8 m2
51
19. R. Rapat 20 orang NAD 0,8 s/d 2 m2 per orang
20 x 2 m2 = 40 m2
20. R. Tamu 5 orang NAD 0,8 s/d 2 m2 per orang
5 x 2 m2 = 10 m2
21. R. Istirahat dan pantry
1 ruang NAD 5% dari luas
kantor 5% x 357,8 = 17,89 m2
22. Locker 1 ruang NAD 2% dari luas kantor
2% x 357,8 = 7,15 m2
23. Toilet
2 WC pria 4 urinoir
2 wastafel 2 WC wanita
2 wastafel
NMH
1,8 m2 / unit 0,4 m2 / unit 0,54 m2 / unit 1,8 m2 / unit 0,54 m2 / unit
1,8 x 2 = 3,6 m2
0,4 x 4 = 1,6 m2 0,54 x 2 = 1,08 m2
1,8 x 2 = 3,6 m2 0,54 x 2 = 1,08 m2
24. Gudang 1 ruang NAD 4% dari luas kantor
4% x 357,8 = 14,3 m2
Sub Total 408,1 m2
Sirkulasi 20% 81,62 m2
Total 489,72 m2
Sumber: (hasil analisis, 2019)
Table 8. Besaran Ruang Pusat Pembinaan, Pengembangan dan Pendidikan
No. Ruang Kapasitas Sumber Standar Luasan
1. R. TPQ 20 orang As 0,8 m2 / orang
16 m2
2. R. Kelas 1 kelas = 15
orang NAD
0,8 s/d 2 m2 per orang
4 kelas = 15 x 4 = 60 orang. 60 x 2 m2 = 120 m2
3. R. Pengajar 15 orang NAD 0,8 s/d 2 m2 per orang
15 x 2 m2 = 30 m2
5. R. Perpustakaan:
Lobby
10% x jumlah
pengunjung = 10 x 200 =
20.
NAD 0,9 m 2 20 x 9 m2 = 18 m2
R. Baca 200 orang As 1,92 m2 200 x 1,92 m2 = 384 m2
52
R. Koleksi 10000 buku 45m2
R. Katalog 3 unit komputer
As 1 x 1 = 1 m2 3 x 1 = 3 m2
R. Administrasi
8 orang NAD 20 s/d 25 m2 25 m2
R. Fotokopi As 6 m2
R. Audiovisual 20 orang NAD 70 s/d 80 m2 80 m2
Gudang arsip 2 orang NAD 15 s/d 20 m2 20 m2
Toilet
2 WC pria 4 urinoir
2 wastafel 3 WC wanita
2 wastafel
NMH
1,8 m2 / unit 0,4 m2 / unit 0,54 m2 / unit 1,8 m2 / unit 0,54 m2 / unit
1,8 x 2 = 3,6 m2
0,4 x 4 = 1,6 m2 0,54 x 2 = 1,08 m2
1,8 x 3 = 5,4 m2 0,54 x 2 = 1,08 m2
Sub Total Perpustakaan 593,76 m2
6. Gudang 4 orang As 20 m2
7. Toilet
2 WC pria 2 urinoir
2 wastafel 3 WC wanita
2 wastafel
NMH
1,8 m2 / unit 0,4 m2 / unit 0,54 m2 / unit 1,8 m2 / unit 0,54 m2 / unit
1,8 x 2 = 3,6 m2
0,4 x 2 = 0,8 m2 0,54 x 2 = 1,08 m2
1,8 x 3 = 5,4 m2 0,54 x 2 = 1,08 m2
Sub Total 791,72 m2
Sirkulasi 20% 158,344 m2
Total 950,064 m2
Sumber: (hasil analisis, 2019)
Table 9. Besaran Ruang Pusat Konsultasi ke-Islaman
No. Ruang Kapasitas Sumber Standar Luasan
1. R. Ketua 4 orang NAD 20 m2 s/d 25 m2 per orang
25 m2
2. R. Sekretaris 2 orang NAD 10 m2 10 m2
3. R. Resepsionis
3 orang NAD 0,8 m2 s/d 2 m2
3 x 2 m2 = 6m2
4. R. Tunggu 5 orang NAD 0,8 m2 s/d 2 m2
5 x 2 m2 = 10m2
5. R. Praktek 4 orang As 10 m2
53
konsultasi
Sub Total 61 m2
Sirkulasi 20% 12,2 m2
Total 73,2 m2
Sumber: (hasil analisis, 2019)
Table 10. Besaran Ruang Multi Fungsi No. Ruang Kapasitas Sumber Standar Luasan
1. Teras/Lobby 1000 orang NAD
10% jumlah orang
10% x 1000 = 100 m2
2. Hall 500 orang As 300 m2
3. R. Ganti pria 10 orang As 6,3 m2
4. R. Ganti wanita 9 orang As 5,7 m2
5. R. Alat / gudang As 40 m2
6. Toilet pria 3 WC pria 5 urinoir
3 wastafel NMH
1,8 m2 / unit 0,4 m2 / unit 0,54 m2 / unit
1,8 x 3 = 5,4 m2
0,4 x 5 = 2 m2 0,54 x 3 = 1,62 m2
7. Toilet wanita 3 WC wanita
3 wastafel NMH
1,8 m2 / unit 0,54 m2 / unit
1,8 x 3 = 5,4 m2 0,54 x 3 = 1,62 m2
Sub total 468,04 m2
Sirkulasi 20% 93,608 m2
Total 561,648 m2
Sumber: (hasil analisis, 2019) Table 11. Besaran Ruang Pujasera/Kantin
No. Ruang Kapasitas Sumber Standar Luasan 1. Hall 40 orang NAD 0,9 m2 40 x 0,9 = 36m2
2. R. Makan 200 orang NAD 1,2 m2 200 x 1,2 = 240 m2
3. Dapur 30% R. Makan
BPDS 30% x 240 = 72 m2
4. Pantry 25% R. Makan
BAER 25% x 240 = 60 m2
5. Counter 12% R. Makan
BAER 12% x 240 = 28,8 m2
54
6. Gudang 50% Pantry
BAER 50% x 60 = 30m2
7. Toilet
2 WC pria 4 urinoir
2 wastafel 3 WC wanita
2 wastafel
NMH
1,8 m2 / unit 0,4 m2 / unit 0,54 m2 / unit 1,8 m2 / unit 0,54 m2 / unit
1,8 x 2 = 3,6 m2
0,4 x 4 = 1,6 m2 0,54 x 2 = 1,08 m2
1,8 x 3 = 5,4 m2 0,54 x 2 = 1,08 m2
Sub total 479,56 m2
Sirkulasi 20% 95,912 m2
Total 575,472 m2
Sumber: (hasil analisis, 2019)
Table 12. Besaran Ruang Pos Keamanan No. Ruang Kapasitas Sumber Standar Luasan
1. Pos pusat 5 unit 5 m2 per unit 5 x 5 = 25 m2
2. Pos penjagaan 5 unit 5 m2 per unit 5 x 5 = 25 m2
Sub total 50 m2
Sirkulasi 20% 10 m2
Total 60 m2
Sumber: (hasil analisis, 2019) Table 13. Besaran Ruang Servis dan Lapangan Parkir
No. Ruang Kapasitas Sumber Standar Luasan 1. R. pompa As 30 m2
2. R. genzet As 30 m2
3. R. Trafo listrik
As 20 m2
4. Tandon air As 30 m2
5. Gudang 2 orang NAD 15 s/d 20 m2 15 m2
55
6. Parkir
Mobil = 40% x kapasitas pengunjung masjid = 40% x 2000 org = 800 orang Standar 1 mobil, yaitu 4 orang, jadi 800 : 4 = 200 mobil. Motor = 60% x kapasitas pengunjung masjid = 60% x 2000 org = 1200 orang Standar 1 motor, yaitu 2 orang, jadi 1200 : 2 = 600 motor.
NAD
12,5 m2 / unit mobil 2,1 m2 / unit motor
Mobil = 12,5 x 200 = 2500 m2 Motor = 2,1 x 600 = 1260 m2
2500 + 1260 = 3760 m2
Sub total 3885 m2
Sirkulasi 20% 777 m2
Total 4662 m2
Sumber: (hasil analisis, 2019)
Table 14. Total Besaran Ruang
No. Fasilitas Luasan
1. Masjid 1823 m2
2. Kantor pengelola 489,72 m2
3. Pusat PPP & Perpustakaan 950,064 m2
4. Pusat konsultasi ke-Islaman 73,2 m2
5. Ruang multifungsi 561,648 m2
6. Pujasera/kantin 575,472 m2
7. Pos keamanan 60 m2
8. Servis dan lapangan parkir 4662 m2
Total 9195,104 m2
Sumber: (hasil analisis, 2019)
Luas tapak perancangan secara keseluruhan adalah ± 1,5 Ha
atau 15000 m2, sedangkan kebutuhan luas untuk perancangan Islamic
56
Center adalah 9268,304 m2. Maka untuk memenuhi tuntutan perancangan
kemungkinan bagunan akan dibuat lebih dari satu lantai, hal ini ditinjau
dari KDB dan KLB pada lokasi tapak. Perbandingan KDB yang diambil
adalah 60%:40%.
5. Pola Organisasi Ruang
Keterangan :
= jalur pengelola
= jalur pengunjung
Gambar 19. Diagram Organisasi Ruang Sumber: hasil analisis, 2019
6. Orientasi Bangunan
Arah orientasi bangunan Islamic Center ini adalah menghadap
ke arah kiblat, yang lebih tepatnya untuk daerah Makassar
mengarah pada 22º ke arah barat laut. Namun karena tapak yang
diambil mengarah ke arah tenggara, maka untuk bangunan Masjid
sebagai sentral Islamic Center diberikan visual fasad di empat sisi
sedangkan untuk bangunan yang lain adalah menyesuaikan
57
dengan arah tapak yang menghadap menghadap pada jalan
utama.
C. Analisis Tampilan Bentuk Bangunan
1. Jenis Massa Bangunan
Terdapat dua alternatif jenis massa bangunan yaitu massa
tunggal dan massa majemuk. Masing-masing memiliki kelebihan dan
kekurangan, yang akan dijelaskan sebagai berikut:
Table 15. Analisis Jenis Massa Bangunan Massa Tunggal Analisis
Keuntungan:
- Efesiensi lahan.
- Kemudahan dalam pengaturan.
- Kemudahan dalam pengawasan.
- Orientasi kegiatan terpusat.
- Baik untuk lahan yang terbatas.
Kerugian:
- Bersifat monoton.
Massa Majemuk Analisis
Keuntungan:
- Tiap aktivitas berdiri sendiri.
Kerugian:
- Membutuhkan lahan yang luas.
- Kegiatan menyebar.
- Ruang sirkulasi yang dibutuhkan
58
semakin luas.
Kesimpulan
Berdasarkan analisis di atas, maka pemilihan massa tunggal lebih cocok
untuk diterapkan pada perancangan Islamic Center di kota Makassar
karena dapat mengefisiensi lahan dan memudahkan dalam beberapa
akses.
Sumber: (hasil analisis, 2019)
2. Bentuk dan Tampilan Bangunan
Untuk menyesuaikan dengan karakter yang diinginkan pada
perancangan, maka harus disesuaikan dengan sifat-bentuk. Konsep yang
digunakan adalah kearifan lokal maka bentuk segi empat atau bujur
sangkar akan lebih cocok diterapkan pada perancangan Islamic Center
ini, karena merupakan bentuk yang efisien dan statis untuk diterapkan di
bangunan ibadah atau ruang shalat dan juga trdapat filsafat Sulappa Appa
(segi empat belah ketupat) masyarakat Bugis yang bermakna segala
aspek kehidupan manusia barulah sempurna jika berbentuk segiempat.
Lapisan 1: Kepala
Lapisan 2: Perut
Lapisan 3: Kaki
Gambar 20. Konsep Sulappa Appa Orang Bugis Sumber: slideshare.net/musmus1/arsitektur-vernakuler-sulawesi-selatan
Langit
Bumi
Bawah laut
59
Islamic Center ini menjadikan nilai-nilai Islam dan unsur-unsur
lokal sebagai pijakannya yang kedua hal tersebut memiliki kesesuaian
satu sama lain dalam beberapa prinsip, seperti gambar di bawah:
Gambar 21. Prinsip Dasar Perancangan Sumber: hasil analisis, 2019
D. Analisis Kelengkapan Bangunan
1. Sistem Struktur
Sebagai tuntutan dari tema perancangan Islamic Center ini
yaitu kearifan lokal dimana secara umum diketahui cenderung berwujud
dari bahan alami yang tersedia di sekitar. Namun, bila diperukan dapat
menggunakan teknologi dengan bahan kontemporer yang tetap
menampakkan kesinambungan dengan warisan arsitektur tradisional
Bugis.
Maka dari itu, struktur yang dipilih adalah:
1. Struktur atap terbagi menjadi dua yaitu untuk atap prisma
dan kubah. Untuk atap prisma menggunakan struktur rangka
dengan material baja. Balok baja yang digunakan adalah
ukuran 150 x 200 dan ukuran balok 200 x 200. Struktur
kolom balok yang digunakan adalah memusat dengan
bentang 6 meter.
IslamicCenter
arsitektur khas Bugis Makassar
prinsip perancangan
arsitektur Islam
60
2. Karena bangunan berpotensi lebih dari dua lantai maka jenis
pondasi yang digunakan adalah pondasi tiang pancang dan
footplat yang secara kekuatan cukup untuk memberikan
jaminan keamanan.
2. Sistem Penghawaan
Sistem penghawaan yang digunakan pada Islamic Center ini
terbagi menjadi 2 jenis yaitu:
a. Penghawaan alami
Pada bangunan diberikan bukaan berupa lubang udara atau
jendela yang dapat dibuka tutup, berguna sebagai pergantian
udara kotor dan udara bersih di dalam bangunan. Penghawaan
alami ini diharapkan dapat menghemat penggunan listrik.
b. Penghawaan buatan
Menggunakan mesin pendingin (AC) untuk pendinginan yang
efektif. Sistem ini digunakan pada ruangan-ruangan tertentu
yang membutuhkan penghawaan buatan, seperti:
o Ruang yang bersifat privat/ruang yang memerlukan ketenangan
tanpa diganggu aktivitas dari luar ruangan.
o Ada alat yang memerlukan pendingin hawa seperti alat-alat
elektronik.
o Dan lain sebagainya.
61
3. Sistem Pencahayaan
Menggunakan sistem pencahayaan alami dan pencahayaan
buatan. Pencahayaan alami diupayakan dengan memberikan bukaan-
bukaan pada tiap sisi bangunan sehingga dapat meminimalisir
penggunaan pencahayaan buatan yaitu lampu, terutama pada ruang
Masjid. Menerapkan secondary skin facade untuk mengurangi radiasi
panas matahari karena bangunan berorientasi ke arah tenggara.
4. Sistem Sanitasi dan Plumbing
Penyaluran air bersih pada perancangan Islamic Center ini
terbagi menjadi 2, yaitu tangki bawah dan tangki atas. Tangki bawah
digunakan untuk fasilitas yang tidak memerlukan waktu penuh 24 jam,
kecuali ada kegiatan-kegiatan tertentu yang memerlukan waktu penuh.
Dan tangki atas didistribusikan hanya untuk fasilitas peribadatan yang
dapat berjalan hingga pagi hari.
Gambar 22. Skema Jalur Air Bersih
Sumber: hasil analisis, 2019
Untuk sistem pembuangan air kotor dan kotoran disediakan
sumur resapan dan septictank, melalui pipa-pipa yang melewati shaft.
62
Gambar 23. Skema Jalur Air Kotor
Sumber: hasil analisis, 2019
5. Sistem Keamanan
Untuk menjaga keamanan pengguna saat melakukan aktivitas
dalam ruangan perlu diberikan pelayanan keselamatan terhadap bahaya-
bahaya yang mungkin timbul seperti kebakaran, bencana alam dan tindak
kriminal.
1. Bahaya kebakaran
Untuk pengamanan kebakaran digunakan alat-alat pendeteksi
dan pemadam kebakaran yang praktis, mudah digunakan dan mudah
dijangkau, yaitu:
o Heat detector, mendeteksi panas seperti suhu atau
temperatur.
o Fire alarm call point atau titik panggil manual, tombol yang
ditekan manual bila terjadi kebakaran.
o Evakuasi penyelamatan melalui tangga kebakaran dan pintu
darurat.
o Sprinkler, menyemprotkan air atau bahan pemadam lainnya
seperti gas tertentu.
o Hydrant box dan hydrant pillar.
63
o Pemadam api ringan (APAR), berisi bahan kimia yang dapat
memadamkan api dan dapat dibawa berpindah-pindah
tempat.
2. Bahaya petir
Karena tapak berada di lokasi yang terbuka maka diperlukan
antisipasi terhadap bahaya sambaran petir. Sistem yang digunakan
adalah Franklin Rod/konvensional yaitu batang runcing berbahan copper
spit, diletakkan pada bagian tertinggi dari bangunan yang terhubung
dengan tembaga meneuju elektroda dalam tanah.
3. Bahaya tindak kriminal
Menggunakan CCTV (Closed Circuit Television) sebagai alat
pemantau dan membantu kinerja penjaga untuk mengatasi tindakan
kriminal.
6. Sistem Sirkulasi Vertikal
Pada sirkulasi ini dapat berupa tangga maupun alat transportasi
lainnya seperti eskalator, ramp, lift dan lain sebagainya. Namun karena
bangunan Islamic Center ini jumlah lantai yang dibutuhkan tidak sampai 4
lantai, maka alternatif yang dipilih adalah tangga dan ramp untuk lansia.
7. Analisis Bahan/Material
Penggunaan bahan sebagai material pada perancangan
Islamic Center ini mengacu pada tema yang digunakan yaitu kearifan
lokal, namun tetap mewakili jaman atau kontemporer. Sebagai
pertimbangan penggunaan material antara lain yaitu dari aspek estetika
64
dan kesan yang ditimbulkan, kemudahan dalam pemasangan dan
perawatan, cenderung tradisional dan ramah lingkungan sebagai
kesesuaian terhadap tema.
E. Analisis Pendekatan Bangunan
Pendekatan arsitektur tradisional Bugis digunakan sebagai
konsep dengan maksud untuk melestarikan kearifan lokal dari Sulawesi
Selatan. Berikut contoh penerapan pendekatan arsitektur tradisional pada
rancangan Islamic Center nantinya adalah:
- Struktrur denah berbentuk belah ketupat-segi empat dari konsep
‘Sulappa Appa’ rumah adat bugis, bentuk yang strategis untuk fungsi
ruang beribadah.
- Struktur atap untuk kegiatan penunjang Islamic Center menggunakan
atap prisma/segitiga dan area masjid di tengah dengan kubah.
- Pembagian zonasi dibagi seperti perbedaan sifat ruang pada rumah
Bugis. Masjid dan zona suci ibarat Lontang Rilaleng dalam rumah bugis
yang merupakan ruang privat.
- Menggunakan ornamen yang berunsur tumbuhan dan kaligrafi.
- Area fountain (wudhu) nantinya diletakkan sebelum memasuki area
privat dalam kasus Islamic Center ini adalah area suci, untuk
memelihara thaharah.
65
BAB IV
KONSEP PERANCANGAN
A. Konsep Tapak
1. Sirkulasi
Akses ke tapak hanya melalui Jl. Metro Tj. Bunga yang
merupakan 2 jalur & 2 arah. Enterance ke dalam tapak dipisahkan
dengan sirkulasi kendaraan keluar.
Gambar 24. Konsep Sirkulasi Sumber: Analisa penulis, 2019
Sistem parkir yang dipilih adalah parkir lurus 90º dengan ukuran 5 x 3 m
untuk mobil dan 2,5 x 1 m untuk motor.
Gambar 25. Sirkulasi parkir lurus Sumber: Analisa penulis, 2019
66
2. Kebisingan & polusi udara
Kebisingan dan polusi udara berasal dari jalan raya. Tingkat
kebisingan dan polusi udara tinggi karena berbatas langsung
dengan jalan raya yang cukup padat kendaraan karena merupakan
jalan 2 jalur dan 2 arah.
Gambar 26. Konsep kebisingan & polusi udara Sumber: Analisa penulis, 2019
Meletakkan pepohonan di sekitar bangunan yang berfungsi sebagai
sound buffer untuk menyerap polusi udara dan meredam
kebisingan.
Gambar 27. Konsep kebisingan Sumber: Analisa penulis, 2019
67
Memberikan introduction space sekitar 20-30 m untuk membuat
jarak dari sumber bising ke bangunan sekaligus menjadi ruang terbuka
yang bersifat semi publik.
3. View
Gambar 28. Konsep view
Sumber: Analisa penulis, 2019
Titik penting yang direspon viewnya adalah sepanjang Jalan Metro
Tj. Bunga, dengan tulisan Islamic Center di bagian depan pagar
sebagai penanda bangunan dan pengundang.
B. Konsep Pemrograman Ruang
Gambar 29. Konsep program ruang Sumber: Analisa penulis, 2019
68
1. Zona Publik merupakan ruang multifungsi diletakkan di bagian
depan terhubung dengan jalur pejalan kaki dan pujasera di bagian
belakang.
2. Zona semi publik merupakan bagian utama pada Islamic Center,
yang merupakan masjid dan pelataran suci.
3. Zona semi privat merupakan biro/kantor pengelola di bagian
belakang.
4. Zona servis yang merupakan gudang ruang pompa, genzet dan ME
diletakkan di belakang agar tidak terlihat.
C. Konsep Tampilan Bentuk Bangunan
Karena tapak menghadap ke tenggara, sedangkan kiblat menghadap
ke barat, bangunan masjid dibuat berbentuk belah ketupat. Bentuk
bangunan yang dihasilkan menyesuaikan aspek-aspek fisik yang
terdapat dalam arsitektur tradisional, ditunjang dengan konsep
kosmologi yang dimuculkan dengan penataan pola.
Bentuk bangunan utama maupun penunjang diperoleh berdasarkan
karakteristik dari arsitektur rumah adat bugis. dan yang menjadi icon
pada Islamic Center adalah karakter atap.
69
Gambar 30. Konsep tampilan bentuk bangunan
Sumber: Analisa penulis, 2019
Gambar 31. Konsep tampilan bentuk bangunan Sumber: Analisa penulis, 2019
D. Konsep Kelengkapan Bangunan
1. Struktur
Struktur atap yang digunakan adalah atap pelana menggunakan
struktur rangka (parallel chord) dengan material baja.
Gambar 32. Konsep Struktur Atap
Sumber: Analisa penulis, 2019
70
Gambar 33. Konsep balok dan sambungan baja Sumber: Analisa penulis, 2019
Gambar 34. Konsep struktur pondasi
Sumber: Analisa penulis, 2019
2. Utilitas
a. Pencahayaan alami
Memanfaatkan cahaya matahari melalui celah-celah tertutup
kaca. Memberikan pelindung pada tiap celah besar (jendela)
bangunan dari sinar matahari langsung. Seperti di bangunan
utama, pusat PPP dan masjid, dan pujasera.
b. Pencahayaan buatan
Gambar 35. Konsep pencahayaan buatan di sirkulasi tapak
Sumber: Analisa penulis, 2019
71
c. Air bersih & air kotor
Gambar 36. Konsep plumbing Sumber: Analisa penulis, 2019
d. Penangkal petir
Sistem yang digunakan adalah Franklin Rod/konvensional yaitu
batang runcing berbahan copper spit, diletakkan di atas menara
Islamic Center yang terhubung dengan tembaga meneuju
elektroda dalam tanah.
Gambar 37. Konsep penangkal petir
Sumber: Analisa penulis, 2019
72
e. Listrik
Sumber listrik berasal dari PLN, dan genzet sebagai cadangan
bila terjadi padam listrik. Ruang genzet tergabung dengan zona
servis yang diletakkan di bagian belakang tapak agar terhindar
dari pandangan langsung.
3. Material
Menggunakan warna-warna yang netral seperti gradasi cokelat,
putih, ataupun krem. Untuk furnitur, di dominasi dengan furnitur
lokal dan tradisional namun tetap ada sentuhan modern minimalis
pada area seperti ruang pertemuan dan multifungsi, dan masjid.
Mengaplikasikan ornamen bugis pada interior bangunan seperti
sulappa appa dan motif kembang, dan material kayu.
Gambar 38. Konsep material Sumber: Analisa penulis, 2019
73
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Pada akhir pembahasan penelitian ini, setelah melalui beberapa
tahapan penelitian di atas, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Islamic Center merupakan sentra kegiatan umat islam, tempat
menambah tentang agama islam, sehingga perlu adanya wadah
ini untuk menampung jumlah penduduk di Makassar yang
mayoritas beragama Islam.
2. Belum ada Islamic center dengan bentuk kearifan lokal di kota
Makassar sebelumnya yang merupakan peluang baik untuk
penulisan ini.
3. Prisip islam dalam mendirikan masjid atau Islamic center sejalan
dengan konsep intangible arsitektur tradisional Bugis, yang
mengutamakan kesederhanaan, fungsi dan kenyamanan
pengguna dengan menjunjung tinggi etika dan moral.
74
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Arsitektur Vernakuler Sulawesi Selatan. slideshare.net/musmus1/arsitektur-vernakuler-sulawesi-selatan 1 April 2019, pkl. 23.38
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Makassar. Pasal 81 Tentang Ketentuan Pemanfaatan Ruang. RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MAKASSAR 2015 – 2034.
Badan Pusat Statistik. 2010. Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut. 1 hlmn.
sp2010.bps.go.id/index.php/site/tabel?search-tabel=Penduduk+Menurut+Wilayah+dan+Agama+yang+Dianut&tid=321&search-wilayah=Indonesia 15 Mei 2019, pkl. 14.20
Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan. 2016. Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota dan Agama yang Dianut di Provinsi Sulawesi Selatan 2015. 1 hlmn.
sulsel.bps.go.id/dynamictable/2016/08/15/291/jumlah-penduduk-menurut-kabupaten-kota-dan-agama-yang-dianut-di-provinsi-sulawesi-selatan-2015.html 15 Mei 2019, pkl. 15.15
Erdiono, D., & Mastutie, F. (2015). ISLAMIC CONTEMPORER CULTURAL CENTER DI MANADO. 113–122.
Febri, M. A. 2018. Begini Aturan Mendirikan Masjid. 1 hlmn. kumparan.com/bloktuban/begini-aturan-mendirikan-masjid-atau-musala-1536719217481651576 28 Juli 2019, pkl. 17.30
Musani. (2018). Perancangan Islamic Center Di Kota Lubuk Pakam dengan Tema Arsitektur Islam. 1(2).
Mustafa, M., Wikantari, R., Harisah, A., & Muftiradja, A. (2015). Kajian Tekstual Nilai-nilai Keislaman untuk Arsitektur Rumah Tinggal. (c), 53–58.
Portal Resmi Kota Makassar. 1 hlmn. makassarkota.go.id/geografis/ 1 April 2019, pkl. 22.17
Sir, M. M. (2016). Geometri Façade “ Bola to ’ sama ” Arsitektur Bugis (Studi kasus : daerah pantai, dan daerah pegunungan Suku Bugis Kabupaten Luwu Sulawesi Selatan).
Sistem Informasi Masjid. 2019. Profil Masjid/Mushalla. simas.kemenag.go.id/index.php/profil/masjid/page/900/?kabupaten_id=405 28 Juli 2019, pkl. 18.09
75
Soedigdo, D. (2014). Elemen-Elemen Pendorong Kearifan Lokal pada Arsitek Nusantara. Jurnal Perspektif Arsitektur, 9(1), 37–47.
Suhendro, B., Pradipto, E., & Kusumawanto, A. (2015). the System Structure As a Determinant of Buginese House. (Eac 2), 55–68.
Tato, S. (2009). ARSITEKTUR TRADISIONAL SULAWESI SELATAN PUSAKA WARISAN BUDAYA LOKAL INDONESIA. 37 hlmn. syahriartato.wordpress.com/2009/10/09/arsitektur-tradisional-
sulawesi-selatan-pusaka-warisan-budaya-lokal-indonesia/amp/ 1 April 2019, pkl. 23.08
Yunus, A. R. (2015). Nilai-Nilai Islam dalam Budaya dan Kearifan Lokal. II(1), 1–12.
Zaki, M., Hardiman, G., & Rukayah, S. (2016). The Local Wisdom at The Entities of Forms and Spaces in Javanese Traditional Mosque. Case Study: Grand Mosque of Demak.
Zulkarnain, & Hildayanti, A. (2018). Integrasi Konsep Arsitektur Islam pada Rumah Adat Saoraja Lapinceng di Kabupaten Barru. 5.