peranan pembimbing agama dalam meningkatkan...
TRANSCRIPT
PERANAN PEMBIMBING AGAMA
DALAM MENINGKATKAN IBADAH SHALAT
PADA LANSIA DI BALAI PERLINDUNGAN SOSIAL
DINAS SOSIAL PROVINSI BANTEN
SKRIPSI
Diajukan kepada Ilmu Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh
Hari Kohari Permasandi
NIM 104052001976
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/ 2011 M
PERANAN PEMBIMBING AGAMA
DALAM MENINGKATKAN IBADAH SHALAT
PADA LANSIA DI BALAI PERLINDUNGAN SOSIAL
DINAS SOSIAL PROVINSI BANTEN
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh
Hari Kohari Permasandi
NIM 104052001976
Di bawah bimbingan,
Drs. Sugiharto, MA
NIP. 19660806 199603 1 001
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/ 2011 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul Peranan Pembimbing Agama Dalam Meningkatkan
Ibadah Shalat Pada Lansia Di Balai Perlindungan Sosial Dinas Sosial Provinsi
Banten telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Jum’at, 17 Juni 2011.
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial
Islam (S. Sos. I) pada Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
Jakarta, 17 Juni 2011
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota Sekertaris Merangkap Anggota
Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si Drs. Sugiharto, MA
NIP. 19690607 199503 2 003 NIP. 19660806 199603 1 001
Anggota
Penguji I Penguji II
Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si Dra. Rubiyanah, MA
NIP. 19690607 199503 2 003 NIP. 19730822 199803 2 001
Pembimbing
Drs. Sugiharto, MA
NIP. 19660806 199603 1 001
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang di ajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I) di
Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasi jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 12 Juni 2011
Hari Kohari Permasandi
i
ABSTRAK
Hari Kohari . P
Peranan Pembimbing Agama Dalam Meningkatkan Ibadah Shalat Pada
Lansia di Balai Perlindungan Sosial Dinas Sosial Provinsi Banten
Hidup manusia itu tidak terlepas dari ibadah, dengan kata lain semua
yang di lakukan manusia bermuatan ibadah. Dalam pengertiannya ibadah
merupakan bentuk penghambaan manusia kepada tuanNya. Secara garis besar
Islam membagi ibadah kedalam dua bagian yaitu ibadah yang secara umum dan
ibadah secara khusus. Akan tetapi ibadah yang paling utama di dalam Islam
adalah ibadah shalat.Ibadah shalat merupakan pokok dari agama Islam dan
tiangnya, ibadah shalat adalah perintah pertama setelah syahadat. Dan mengenai
pelaksanaannya wajib bagi orang mukmin. Dalam kehidupannya manusia
memerlukan orang lain begitu pula para lansia yang berada di Balai Perlindungan
Sosaial Dinas Sosial Provinsi Banten yang memerlukan bimbingan agama untuk
memahami, melaksanakan atau mempratekan, serata meningkatkan ibadah
shalatnya.
Dalam peneletian ini penulis ingin mengetahui bagaimana peranan
pembimbing agama dalam meningkatkan ibadah shalat para lansia yang berada di
Balai Perlindungan Sosial Dinas Sosial Provinsi Banten. Melalui pendekatan
kualitatif dan teknik pengumpulan datanya yaitu dengan cara wawancara,
observasi dan dokumentasi. Dan yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah
pembimbing agama, sedangkan yang menjadi objek dalam peneltian ini adalah
para lansia. Dan dalam penelitian ini penulis fokuskan pada masalah tata cara
sholat, pengetahuan sholat, faktor pendorong, serta ada tidaknya peranan
pembimbing dalam meningkatkan shalat.
Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa metode yang
digunakan pembimbing agama dalam meningkatkan ibadah shalat pada lansia tak
berbeda dari metode pembimbing yang lainnya seperti metode ceramah dan tanya
jawab, akan tetapi ada metode yang penulis baru ketahui dalam penelitian ini yang
berbeda dengan metode pembimbing yang lain pada umumnya yaitu metode
pama-pami. Dan dari metode yang digunakan pembimbing agama dalam
meningkatkan ibadah shalat pada lansia kesemuanya digunakan.
ii
KATA PENGANTAR
Assalmu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata’ala, atas
rahmat dan karuniannya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Peranan Pembimbing Agama Dalam Meningkatkan Ibadah Shalat Pada Lansia di
Balai Perlindungan Sosial Dinas Sosial Provinsi Banten” sebagai salah satu
persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Program Sarjana di Fakultas
Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tak lupa shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad
SAW. yang telah menjadi suri tauladan bagi seluruh manusia, begitupun bagi
seluruh keluarga dan sahabat-sahabatnya yang berjuang bersama beliau.
Pada dasarnya dalam proses penulisan skripsi ini, penulis banyak
mengalami kesulitan, akan tetapi karena kekuasaan Allah SWT. melalui bantuan
dan partisipasi dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan
walaupun banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu penulis perlu
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setingi-tingginya
terutama kepada :
1. Bapak DR. H. Arif Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi. Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA selaku
Pembantu Dekan I, Drs. Mahmud Jalal, MA selaku Pembantu Dekan II
serta Bapak Drs. Study Rizal, MA selaku Pembantu Dekan III.
2. Ibu Dra. Rini Laili Prihatini, Msi selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam serta Bapak Drs. Sugiharto, MA selaku Sekretaris
iii
Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam dan pembimbing skripsi yang
telah memberikan waktu untuk memberikan bimbingan hingga penulis
dapat menyelesaikannya.
3. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang
telah memberikan ilmu kepada penulis.
4. Pimpinan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan
Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan pelayanan dan fasilitasnya.
5. Seluruh pegawai Balai Perlindungan Sosial Dinas Sosial Provinsi Banten
terutama kepada Bapak H. Sukaemi, S. Pd yang telah membantu penulis
untuk melakukan penelitian skripsi.
6. Sembah sujud teruntuk kedua orangtua penulis Bapak Syamhudi
(Almarhum) dan Ibu Kusniah, yang penulis hormati yang telah
memberikan kasih sayang tak berujung kepada penulis, hanya saja penulis
belum bisa memberikan yang terbaik untuk kedua orangtua penulis.
7. Kakak-kakak dan Adik-adik penulis yang begitu besar telah membantu
dan memberikan motivasi untuk menyelesaikan kuliah di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
8. Keluarga Besar penulis, terutama kepada Paman Drs. Lukmanul Hakim
Msi terimakasih atas rekomendasinya sehingga penulis dapat melakukan
penelitian di Balai Perlindungan Sosial Dinas Sosial Provinsi Banten.
9. Keluarga Besar BPI yang telah memberikan kenagan kepada penulis
selama masa study.
iv
10. Sahabat-sahabat penulis seperjuangan di BPI yang penulis tidak bisa
disebutkan satu persatu.
11. Kepada kawan-kawan penulis Begeng, Sinden, Boy, Ali, Iyus, Away,
Tays, Keluarga Besar UKM khususnya FORSA serta umumnya UKM
yang lain yang tidak bisa di sebutkan satu persatu serta kepa KM UIN,
dan Anak-anak tongrongan SANYO BOY makasih atas motivasinya.
Begitu banyak nama yang tak tercantum dalam penulisan skripsi ini,
namun keterbatasan jua yang tak mengizinkan menaruhnya. Penulis melayangkan
do’a berharap semoga Allah membalas budi baik semuanya. Semoga skripsi ini
dapat membawa manfaat bagi khalayak umum. Amin.
Billahutaufiqwalhidayah
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Ciputat, Juni 2011
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.................................... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 6
D. Metodologi Penelitian ........................................................... 7
E. Tinjauan Pustaka ................................................................... 9
F. Sistematika Penulisan ........................................................... 10
BAB II LANDASAN TEORI
A. Peranan .................................................................................. 13
1. Pengertian Peranan .......................................................... 13
2. Bentuk dan Macam-macam Peranan ............................... 14
3. Tujuan dan Manfaat Peranan .......................................... 16
4. Langkah-langkah Peranan ............................................... 16
B. Pembimbing Agama ............................................................. 18
1. Pengertian Pembimbing Agama ...................................... 18
2. Syarat Pembimbing Agama............................................. 20
3. Tugas Pembimbing Agama ............................................. 24
4. Bentuk dan Tujuan Pembimbing Agama ........................ 25
vi
C. Ibadah Shalat ......................................................................... 28
1. Pengertian Ibadah Shalat ................................................. 28
2. Syarat Ibadah Shalat........... ............................................. 29
3. Dasar Hukum Ibadah Shalat............................................ 31
D. Lansia .................................................................................... 32
1. Pengertian Lansia ............................................................ 32
2. Karakteristik Lansia ........................................................ 33
BAB III GAMBARAN UMUM BALAI PERLINDUNGAN SOSIAL
DINAS SOSIAL PROVINSI BANTEN
A. Sejarah Berdirinya ................................................................. 36
B. Visi dan Misi dan Maksud dan Tujuan ................................. 37
C. Tugas dan Fungsi .................................................................. 38
D. Sasaran Garapan, Penerimaan dan Pelayanan ....................... 40
E. Sarana dan Prasarana............................................................. 44
BAB IV ANALISIS PERANAN PEMBIMBING AGAMA DALAM
MENINGKATKAN IBADAH SHALAT PADA LANSIA
DI BALAI PERLINDUNGAN SOSIAL DINAS SOSIAL
PROVINSI BANTEN
A. Implementasi Pembimbing Agama Dalam Meningkatkan
Ibadah Shalat Pada Lansia .................................................... 46
B. Metode Pembimbing Agama Dalam Meningkatkan Ibadah
Shalat Pada Lansia ................................................................ 50
C. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Dalam
Meningkatkan Ibadah Shalat Pada Lansia ........................... 53
vii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................... 57
B. Saran ...................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 59
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada hakekatnya manusia di ciptakan oleh Allah S.W.T untuk tujuan
beribadah kepadaNya. Ibadah merupakan bentuk penghambaan manusia
sebagai mahluk kepada Allah Sang Pencipta. Karena ibadah merupakan fitrah
(naluri) manusia, maka ibadah kepada Allah membebaskan manusia dari
pemujaan dan pemujaan yang salah dan sesat.1
Allah S.W.T berfirman dalam Surat Adz Dzariyat/51: 56 sebagai
berikut :
Artinya: “Tidaklah kuciptakan jin dan manusia melainkan untuk mengabdi
kepada-Ku”
Ayat tersebut diatas mengandung makna bahwa manusia dan jin
haruslah tunduk atau taat kepada sang penciptaNya. Dalam Islam ibadah
memiliki aspek yang sangat luas, segala sesuatu yang dicintai dan diridhai
Allah baik berupa perbuatan maupun ucapan, secara lahir maupun batin,
semua merupakan ibadah. Maka dengan demikian, segenap tindakan yang
dilakukan sepanjang siang dan malam tidak terlepas dari ibadah, seperti
senyum kepada orang lain termasuk kedalam ibadah.
Secara garis besar dalam Islam ibadah dapat di bagi menjadi dua
bagian yaitu ibadah umum dan ibadah khusus. Ibadah umum adalah segala
1 http://www.soni69.tripod.com/Islam/Ibadah.htm
2
perbuatan manusia, yang cara dan syaratnya tidak di tentukan secara detail,
seperti tolong menolong, mencari nafkah dan sebagainya. Sedangkan ibadah
khusus adalah ibadah yang ditentukan cara dan syaratnya secara detail dan
biasanya bersifat ritus2, ruang lingkup, batasan dan aturanya sesuai dengan
syarak, seperti puasa, zakat, haji dan sebagainya.3
Akan tetapi dalam ajaran Islam ibadah shalat memiliki kedudukan
tertinggi diantara ibadah-ibadah lainnya, bahkan kedudukan terpenting dalam
Islam yang tak tertandingi oleh ibadah lain, karena ibadah shalat yang
terdahulu sebagai konsekwensi iman, tidak ada syariat samawi lepas darinya.4
Allah S.W.T berfirman dalam Surat Ibrahim/14 : 40 sebagai berikut :
Artinya: “Wahai Tuhanku, jadikanlah aku dan anak-cucuku sebagai orang-
orang yang mendirikan shalat....”
Ayat di atas mengandung makna bahwa ibadah shalat merupakan
ibadah utama selain ibadah-ibadah yang lainnya. Benarlah bahwa shalat
adalah pokok dari Islam dan tianngnya, ia adalah penghubung antara seorang
hamba yang sadar akan kehambaanya, yang menasehati dirinya, dengan
Tuhannya yang selalu memeliharanya dan memelihara alam semesta dengan
nikmat-nikmat dan keutamaanNya. Shalat adalah tanda cinta seorang hamba
pada Rabbnya dan penghargaan atas nikmat-nikmatNya, juga merupakan
bentuk syukurnya atas karunia dan kebaikannya.5
2 Ibid.
3 Yunasril Ali, Agar Shalat Menjadi Penolongmu,Penyejuk Hatimu, (Jakarta: Zaman,
2009),Cet. Ke-1, h. 19. 4 Shalih bin Ghanim as- Sadlan, Fiqih Shalat Berjamaah, (Jakarta: Pustaka as-
Sunnah,2006), Cet. Ke-1, h. 30. 5 Ibid. h.33.
3
Shalat adalah perintah pertama dalam Islam sesudah pengucapan dua
kalimat syahadat. Mengenai kewajibannya adalah umum bagi laki-laki dan
perempuan, budak sahaya dan merdeka, miskin dan kaya, orang yang mukmin
(menetap) ataupun musafir dan yang sehat ataupun sakit. Kewajiban ini tidak
gugur bagi siapa saja yang sampai pada usia baligh, dalam keadaan
bagaimanapun juga, tidak seperti puasa, zakat dan haji yang diwajibkan
dengan beberapa syarat dan sifat, dalam waktu tertentu dan dengan batas yang
tertentu pula.6
Shalat merupakan pijakan utama dalam mewujudkan sistem sosial
Islam. Karena itu, Al-Qur’an menekankan pentingnya shalat. Kemalasan dan
keenganan melaksanakannya merupakan tanda melalaikannya dan merupakan
tanda hilangnya iman.7
Agama diturunkan Allah adalah untuk menjadi pedoman, bimbingan
dan petunjuk bagi manusia dalam menjalani kehidupannya, agar hidup
tenteram, bahagia dan saling menyayangi antara satu sama lain.8
Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, tak seorang pun bisa
mandiri dan lepas dari bantuan orang lain. Tidak ada orang yang sanggup
menunaikan semua tugas dan kewajibannya tanpa uluran tangan pihak lain.9
Maka bimbingan agama diperlukan agar dalam pelaksanaan ibadah
shalat dapat dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan tuntunan yang di
ajarkan agama. Dalam hal ini, pembimbing agama memiliki peranan yang
6 Abdulhasan Ali Abdul Hayyi Al-Hasani An-Nadwi,Empat Sendi Agama Islam (Jakarta:
Rineka Cipta, 1992), Cet. Ke-1, h. 21. 7 Sudirman Tebba, Nikmatnya Shalat Jamaah, (Banten: Pustaka irVan, 2008), Cet. Ke-1.
h. 17. 8 Zakiah Daradjat, Psikitrapi Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 2002), Cet. Ke-1, h. 19.
9 Komarudin Hidayat, Psikilogi Ibadah, (Jakrta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2008), Cet.
Ke-1, h. 18.
4
sangat penting sekali dalam mengarahkan, memberi jalan atau menuntun
orang lain kearah yang telah di ajarkan oleh agama.
Kehidupan manusia mengenal fase-fase yang dilalui oleh setiap
manusia, mulai dari fase kanak-kanak sampai fase sudah lanjut usia.
Rangkaian fase-fase itu meliputi secara berturut-turut fase kanak-kanak, fase
anak, fase dewasa awal, fase setengah umur, dan fase berumur tua/lanjut usia.
Pada fase lanjut usia, terjadi berbagai penurunan kemampuan berpikir.
Mereka juga lebih banyak mengingat masa lalu dan sering sekali melupakan
apa yang baru di perbuatnya. Kemampuan untuk memusatkan perhatian,
berkonsentrasi dan berpikir logis menurun, bahkan sering kali terjadi loncatan
gagasan. Al-Qur’an menggambarkan periode ini sebagai periode di mana
manusia dipanjangkan umurnya pada umur yang paling lemah.10
Dewasa ini penyandang masalah kesejahtraan sosial khususnya
masalah lanjut usia terlantar semakin banyak, hal ini merupakan sebagai
dampak dari era globalisasi dan krisis yang melanda Republik Indonesia
mengakibatkan meningkatnya Penyandang Masalah Kesejateraan Sosial
(PMKS) baik kualitas maupun kuantitasnnya.
Dinas Sosial Provinsi Banten sebagai intansi pemerintah yang
memiliki tugas dan tanggung jawab meminimalisir permasalahan sosial yang
ada di Provinsi Banten khususnya, melalui berbagai macam kebijakan, salah
satu diantaranya adalah mendirikan Balai Perlindungan Sosial.
Balai Perlindungan Sosial Provinsi Banten adalah salah satu Unit
Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Dinas Sosial Provinsi Banten yang memiliki
10
Aliah. B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islami: menyikap rentang
kehidupan manusia dari prakelahiran hingga pascakematian, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2008), h. 141.
5
tugas dan tanggung jawab memberikan pelayanan dan perlindungan sosial
kepada lanjut usia terlantar, balita terlantar, wanita korban tindak kekerasan
dan tuna grahita.
Para lansia yang berada di Balai Perlindungan Sosial Dinas Sosial
Provinsi Banten sangat memerlukan bimbingan dalam memahami,
melaksanakan atau memperaktekan ibadah shalat atau ibadah lainnya. Oleh
sebab itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang dituangkan dalam
bentuk skripsi dengan judul “PERANAN PEMBIMBING AGAMA
DALAM MENINGKATKAN IBADAH SHALAT PADA LANSIA DI
BALAI PERLINDUNGAN SOSIAL DINAS SOSIAL PROVINSI
BANTEN.”
B. Pembatasan dan Perumusan Maslah
1. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari pembahasan yang lebih luas, maka penulis
membatasi masalah hanya pada Peranan Pembimbing Agama Dalam
Meningkatkan Ibadah Shalat Pada Lansia Di Balai Perlindungan Sosial
Dinas Sosial Provinsi Banten. Meliputi implementasi dan metode serta
faktor pendukung dan penghambat.
2. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah ini adalah :
a. Bagaimana Implementasi Pembimbing Agama dalam Meningkatkan
Ibadah Shalat pada Lansia?
b. Metode apa yang di lakukan Pembimbing Agama dalam Meningkatkan
Ibadah Shalat pada Lansia?
6
c. Apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat
pembimbing agama dalam Meningkatkan Ibadah Shalat pada Lansia?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui dan menganalisis implementasi yang dilakukan
pembimbing agama dalam meningkatkan ibadah shalat?
b. Untuk mengetahui dan menganalisis metode apa yang dipakaai
pembimbing agama dalam meningkatkan ibadah shalat?
c. Untuk mengetahui faktor apa saja yang menjadi pendukung dan
penghambat pembimbing agama dalam meningkatkan ibadah shalat?
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Secara akademis penelitian ini bermanfaat untuk menambah
pengetahuan dan wawasan keilmuan mengenai kondisi para lansia
serta bagaimana cara dan metode menangani lansia dalam hal urusan
ibadah pada umumnya dan ibadah shalat khususnya.
b. Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis penelitian ini untuk menjadi bahan acuan dan
bahan pertimbangan bagi pribadi penulis khususnya, serta pada
umumnya bagi pihak-pihak yang konsen dalam menangani masalah
mengenai penanganan lansia. Dimana perlu kita ketahui bahwa
penaganan lansia perlu perhatian yang lebih.
7
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Dalam peneltian ini penulis menggunakan metode pendekatan
kualitatif, yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus
yang alamiah dan dengan memanfatkan berbagai metode ilmiah.11
2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kantor Dinas Sosial Provinsi Banten
yang beralamat di Jln. Ki Ajurum No. 3 Cipocok Jaya, Serang 42121 Telp.
(0254) 216866 Fax. (0254) 219784. Adapun waktu pelaksanaan penelitian
yaitu pada bulan April 2011 sampai dengan bulan Mei 2011.
3. Subjek dan Objek Penelitian
Adapun pada penelitian ini yang menjadi subjek yaitu para
pembimbing agama yang berada di Balai Perlindungan Sosial Dinas Sosial
Provinsi Banten yang memiliki peranan penting dalam rangka
meningkatkan ibadah shalat. Sedangkan objek penelitiannya secara formal
adalah lansia yang berada di balai perlindungan sosial Dinas Sosial
Provinsi Banten sedangkan secara materialnya adalah bimbingan agama,
melalui implementasi, metode, serta faktor pendukung dan penghambat
apa oleh pembimbing agama untuk meningkatkan ibadah shalat.
11
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosada Karya,
2004),Cet. Ke-1. h. 6.
8
4. Sumber Data
a. Data Primer
Yaitu data yang diperoleh secara langsung dari pihak-pihak terkait
yang berhubungan dengan penelitian ini, dengan berupa wawancara
ataupun hal yang lainya.
b. Data Sekunder
Yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung, data ini berupa
dokumen-dokumen, buku-buku, diktat serta sumber-sumber lain.
5. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh dan menghimpun data yang objektif, maka
dalam penelitian ini penulis menggunakan instrumen penelitian sebagai
berikut :
a. Observasi
Merupakan teknik atau pendekatan untuk mendapatkan data primer
dengan cara mengamati langsung obyek datanya.12
Dalam hal ini
penulis melakukan tinjauan langsung ke tempat penelitian, dan hal-hal
yang telah di tinjau atau di lihat oleh penulis kemudian dicatatat,
sebagai bahan penelitian.
b. Wawancara
Adalah komunikasi dua arah untuk mendapatkan data dari
responden.13
Dimana penulis melakukan wawancara dengan para pihak
yang terkait dalam penelitian ini.
12
Jogiyanto, Metodologi Penelitian Sistem Informasi, (CV. Andi Offset, 2008), Cet. Ke-1,
h .89. 13
Ibid., h .111.
9
c. Dokumentasi
Yaitu Mengumpulkan dan menelaah dokumentasi dan arsif yang di
miliki Balai Perlindungan Sosial Dinas Sosial Provinsi Banten.
6. Teknik Analisa Data
Dalam melakukan analisa data, penulis mengumpulkan catatan
lapangan baik berupa observasi, wawancara, ataupun dokumentasi yang di
peroleh dari hasil lapangan, yang kemudian menyimpulkannya, serta
menganalisis persoalan yang telah ditetapkan. Kemudian di kelompokan
sesuai dengan persoalan lalu menganalisisnya secara sistematis.
7. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan skripsi ini penulis berpedoman pada Buku
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Desertasi) yang
diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Devlopment and Assurance)
Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.
E. Tinajuan Pustaka
Penelitian ini melakukan tinjauan pustaka dengan tujuan bahwa
penulisan skripsi ini bukan merupakan hasil dari skripsi sebelumya. Berikut
ini judul-judul skripsi yang dijadikan sebagai tinjauan pustaka :
1. Khayrul MuttaQori Baini, dengan judul “Peran Pembimbing Dalam
Memberikan Motivasi Hidup Pada Lansia di Pusaka Cengkareng Jakarta
Barat”. Yang berisi lebih mengenai bagimana menekankan motivasi hidup
pada lansia.
10
2. Mumun Mulyanah, dengan judul skripsi “ Upaya Pembimbing Agama
Dalam Meningkatkan Pengetahuan Ibadah Shalat Siswa di SDN Kunciran
4 Pinang Kota Tangerang”. Pada skripsi yang di tulis saudari Mumun
Mulyanah lebih di tekankan aspek siswa mengenai pengetahuan ibadah
shalat.
3. Sofhal Jamil, dengan judul skripsi Peranan Pembimbing Agama Dalam
Mewujudkan Kemandirian Bagi Anak-anak Yatim di Pondok Pesanteren
Yatim Al-akhyar Kelurahan Beji Kota Depok”. Skripsi yang ditulis Shofal
Jamil ini berisi tentang bagaimana pembimbing agama dapat mewujudkan
anak-anak yatim agar bisa mandiri.
Berbeda dengan dengan penelitian dengan yang sebelumnya di atas,
pada penelitian ini penulis membahas mengenai peranan pembimbing agama
agar dapat meningkatkan ibadah shalat para lansia melalui implementasi,
metode atau cara serta faktor pendukung dan faktor penghambatnya.
F. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini di butuhkan sistematika penulisan, agar
terarah dan mempermudah maka penulis menggunakan sistematika sebagai
berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisikan tentang latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, tinjauan pustaka, metedologi penelitian dan
sistematika penulisan.
11
BAB II LANDASAN TEORI
Landasan teori berisikan tentang pengertian-pengertian yang di
bahas dalam skripsi ini diantaranya, pengertian perana, benntuk
dan macam-macam peranan, tujuan dan manfaat peranan,
langkah-langkah peranan, pengertian pembimbing agama,
syarat pembimbing agama, tugas pembimbing agama, bentuk
dan tujuan pembimbing agama, pengertian ibadah shalat,
syarat ibadah shalat, dasar hukum ibadah shalat, pengertian
lansia, karakteristik dan tipe lansia.
BAB III GAMBARAN UMUM BALAI PERLINDUNGAN SOSIAL
DINAS SOSIAL PROVINSI BANTEN
Gambaran umum ini berisikan tentang sejarah berdirinya, visi,
misi, maksud dan tujuan, tugas dan fungsi, sasaran garapan,
penerimaan dan pelayanan dan sarana dan prasarana.
BAB IV ANALISIS PERANAN PEMBIMBING AGAMA DALAM
MENINGKATKAN IBADAH SHALAT PADA LANSIA
DI BALAI PERLINDUNGAN SOSIAL DINAS SOSIAL
PROVINSI BANTEN
Berisikan tentang implementasi pembimbing agama dalam
meningkatkan ibadah shalat pada lansia, metode pembimbing
agama dalam meningkatkan ibadah shalat pada lansia, faktor
pendukung dan penghambat dalam meningkatkan ibadah
shalat pada lansia.
12
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan dan saran ini berisikan tentang hasil kesimpulan
dari penelitian dan saran bagi yang berkaitan dengan penulisan
skripsi ini.
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Peranan
1. Pengertian Peranan
Dalam kamus bahasa Indonesia peranan kata dasarnya adalah
“peran” yang berarti tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang
berkedudukan dalam masyarakat.1 Dalam kamus ilmiah populer, peranan
di artikan fungsi, kedudukan, bagian kedudukan.2
Peranan menurut Levinson sebagaimana dikutip oleh Soejono
Soekamto sebagai berikut :
“Peranan suatu konsep prihal apa yang dilakukan individu yang
penting bagi struktur sosial masyarakat, peranan meliputi norma-norma
yang dikembangkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam
masyarakat, peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-
peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan masyarakat”.3
David Berry mendefinisikan peranan sebagai seperangkat harapan-
harapan yang dikenalkan pada invidu yang menempati kedudukan
sosial,4dalam pola prilaku normatif yang diharapkan pada status
5 dan
norma yang berlaku bagi kelompok yang spesifik dalam suatu masyarkat.6
1 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Cet. Ke-2,
h. 854. 2 Pius.A.Pratanto dan M.Dahlan AL Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola),
h. 585. 3 www.arisandi.com
4 David Berry, Pokok-Pokok dalam Sosiologi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), Cet.
Ke-3, h. 99. 5 M. Amin Nurdin dan Ahmad Abrori, Mengerti Sosiologi (Pengantar untuk Memahami
Konsep-konsep Dasar), (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), Cet. Ke-1. h. 49. 6 Ujang Saefullah, Kapita Selekta Komunikasi Pendekatan Agama dan Budaya, (Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2007), Cet. Ke-1, h. 214.
14
Dalam ilmu psikilogi sosial peranan diartikan sebagai suatu prilaku
atau tindakan yang diharapkan oleh orang lain dari seorang yang memiliki
suatu status di dalam kelompok tertentu.7
Dari penjelasan mengenai pengertian peranan diatas penulis dapat
simpulkan bahwa peranan adalah tingkah laku yang dimiliki seseorang,
yang memiliki harapan-harapan penting dan mempunyai fungsi bagi
stuktur kehidupan masyarakat.
2. Bentuk dan Macam-macam Peranan
a. Bentuk Peranan
Melihat dari pengertian mengenai peranan maka bentuk peranan bisa
dilihat dalam bentuk individu, norma atau aturan, intitusi atau
lembaga, dan lain sebagainya tergantung fungsi dan kegunaan serta
harapan-harapan yang diinginkan oleh masyarakat itu sendiri,
misalkan seorang pemain sepak bola yang kawakan akan bebeda
dengan seorang pemain musik yang bermain musik untuk mengisi
waktu luang saja.
b. Macam-macam Peranan
Peranan yang ada dalam masyarakat dapat diklasifikasikan menurut
bermacam-macam cara sesuai dengan banyaknya sudut pandang.
Berbagai macam peranan dapat disebutkan sebagai berikut :
1) Berdasarkan pelaksanaannya
Berdasarkan pelaksanaannya peranan dapat dibedakan menjadi dua
bagian yaitu :
7 W.A. Gerungan, Psikologi Sosial, (Jakarta: PT.Eresco, 1988), h. 135.
15
a) Peranan yang diharapkan (exected roles), yaitu cara ideal dalam
pelaksanaan peranan menurut penilaian masyarakat.
Masyarakat menghendaki peranan yang diharapkan secermat-
cermatnya dan peranan ini tidak dapat ditawar dan harus
dilaksanakan seperti yang ditentukan. Peranan jenis ini antara
lain peranan hakim, peranan protokoler diplomatik, dan
sebagainya.
b) Peranan yang disesuaikan (actual roles), yaitu cara bagaimana
sebenarnya peranan itu dijalankan. Peranan ini pelaksanaanya
lebih luwes, dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi
tertentu. Peranan yang disesuaikan mungkin tidak cocok
dengan situasi setempat, tetapi kekurangan yang muncul dapat
dianggap wajar oleh masyarakat.8
2) Berdasarkan cara memperolehnya
Sementara itu, berdasarkan cara memperolehnya, peranan dapat
dibedakan menjadi :
a) Peranan bawaan (ascribed roles), yaitu peranan yang diperoleh
secara otomatis, bukan karena usaha, misalnya peranan sebagai
nenek, anak, bupati, dan sebagainya.
b) Peranan pilihan (achives role), yaitu peranan yang diperoleh
atas dasar keputusannya sendiri, misalnya seseorang yang
memutuskan untuk memilih kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan
8 J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan, (Jakarta:
Kencana, 2007), Cet. Ke-3. h. 160.
16
Ilmu Politik, Universitas Airlangga dan menjadi mahasiswa
program studi sosiologi.9
3. Tujuan dan Manfaat Peranan
Setiap peranan bertujuan agar antar individu yang melaksanakan
peranan dengan orang-orang sekitarnya yang berhubungan dengan peranan
tersebut terdapat hubungan yang diatur oleh nilai-nilai sosial yang diterima
dan ditaati oleh kedua belah pihak.10
Peranan dapat membimbing seseorang dalam berperilaku, karena
manfaat peranan sendiri adalah sebagai berikut :
a. Memberi arah pada proses sosialisasi.
b. Pewarisan tradisi, kepercayaan, nilai-nilai, norma-norma dan
pengetahuan.
c. Dapat mempersatukan kelompok atau masyarakat.
d. Menghidupkan sistem pengendali dan kontrol, sehingga dapat
melestarikan kehidupan masyarakat.11
4. Langkah-langkah Peranan
Dalam menentukan langkah-langkah peranan seseorang ada
baiknya memperhatikan apa yang disebutkan oleh Levinson sebagaimana
dikutip oleh Basrowi, bahwa peranan paling sedikit harus mencakup tiga
hal sebagi berikut :
a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau
tempat seseorang dalam masyarakat. Dalam hal ini, peranan merupkan
9 Ibid.
10 Basrowi, Pengantar Sosiologi, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), Cet. Ke-1, h. 64.
11 J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyatno, Op.cit , h. 160.
17
peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan
masyarakat.
b. Peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh
individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting
bagi struktur sosial masyarakat.12
Pembahasan perihal aneka macam peranan yang melekat pada
individu-individu dalam masyarakat penting bagi hal-hal sebagai berikut :
a. Bahwa peranan-peranan tertentu harus dilaksanakan apabila struktur
hendak dipertahankan kelangsungannya.
b. Peranan tersebut seyogyanya diletakan pada individu-individu yang
oleh masyarakat dianggap mampu melaksanakannya. Mereka harus
terlebih dahulu terlatih dan mempunyai hasrat untuk
melaksanakannya.
c. Dalam masyarakat kadangkala dijumpai individu-individu yang tak
mampu melaksanakan peranannya sebagaimana diharapkan oleh
masyarakat. Karena mungkin pelaksanaannya memerlukan
pengorbanan arti kepentingan-kepentingan pribadi yang terlalu
banyak.
d. Apabila semua orang sanggup dan mampu melaksanakan peranannya,
belum tentu masyarakat akan dapat memberikan peluang-peluang yang
seimbang. Bahkan seringkali terlihat betapa masyarakat terpaksa
membatasi peluang-peluang tersebut.13
12
Basrowi, Pengantar Sosiologi. h. 6. 13
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1998), Cet. Ke-25, h. 272.
18
B. Pembimbing Agama
1. Pengertian Pembimbing Agama
Menurut kamus bahasa Indonesia pembimbing adalah orang yang
membimbing atau menuntun.14
Bimbingan merupakan terjemahan dari
„guidance” dalam bahasa Inggris. Secara harfiyah “guidance” dari akar
kata “guide” berarti (1) mengarahkan (to direct), (2) memandu (to pilot),
(3) mengelola (to manage), dan (4) menyetir (to sterr). Banyak pengertian
bimbingan yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya sebagai berikut.
Shertzer dan Stone mengartikan bimbingan sebagai :
“...... Process of helping an individual to understand himself and his
world (proses pemberian bantuan kepada individu agar mampu
memahami diri dan lingkungannya).”
Sunaryo Kartadinata mengartikan sebagai :
“Proses membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal.”
Sementara Rochman Natawidjaja mengartikan :
“Bimbingan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu
yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut
dapat memahami dirinya, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya
dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan
lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, dan kehidupan pada
umumnya.”15
Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada
individu atau sekumpulan individu untuk menghindari kesulitan-kesulitan
di dalam kehidupannya sehingga individu atau sekumpulan individu itu
dapat mencapai kesejahtraannya.16
14
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Cet. Ke-2,
h. 152. 15
Syamsu Yusuf. L.N dan A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. Ke-2. h. 5-6. 16
Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling (Studi & Karier), (CV. Andi Offset, 2004), h. 7.
19
Dari berbagai definisi diatas penulis dapat simpulkan bahwa
pembimbing adalah seseorang yang memberikan proses bantuan kepada
individu yang di lakukan secara berkala, yang bertujuan agar individu
tersebut dapat mengembangkan dirinya secara maksimal sesuai dengan apa
yang diharapkannya.
Sedangkan agama dalam kamus besar bahasa Indonesia agama
diartikan kepercayaan kepada Tuhan dengan ajaran kebaktian dan
kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu.17
Sedangkan agama menurut Harun Nasution berasal dari kata “ad-
din”, religi (relegere, religare) dan agama. Dalam bahasa arab berarti
menguasai, menundukan, patuh, balasan, dan kebiasaan. Sedangkan dari
religi (latin) atau relegere berarti engumpulkan dan membaca. Kemudian
religare berarti mengikat. Adapun kata agama terdiri dari dua suku kata
“a” berarti “tidak” dan “gam” berarti “pergi” artinya “tidak pergi”, tetap
ditempat, diwarisi turun temurun.18
Tylor mendefinisikan agama adalah kepercayaan kepada wujud
spiritual.19
Dan Clifford Geertz yang mendefinisikan agama sebagai sistem
dari “simbol-simbol yang suci” yang berfungsi “untuk mensintesakan etos-
etos manusia dan pandangan dunia mereka” sepenuhnya tidak
memperhatikan pertanyaan apakah pandangan dunia yang disokong oleh
keyakinan keagamaan tertentu adalah salah atau benar.20
17
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), Cet.Ke-1, h. 9. 18
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: Universitas Indonesia
Press, 1985), Cet. Ke-5, h. 1-2. 19
Yusron Razak dan Ervan Nurtawab, Antropologi Agama, (Jakarta: UIN Jakarta Press,
2007), h. 13. 20
Ibid. h. 14.
20
J. Militon Yinger melihat agama sebagai sistem kepercayaan dan
praktek dengan mana suatu masyarakat atau kelompok manusia berjaga-
jaga menghadapi masalah terakhir dari hidup ini.21
Sedangkan D. Hendro Puspito mendefinisikan agama ialah suatu
jenis sistem sosial yang berporos pada kekuatan-kekuatan nonempiris yang
dipercayainya dan didayagunakan untuk mencapai keselamatan bagi diri
mereka dan masyarakat luas umumnya.22
Dari pemaparan di atas penulis dapat simpulkan bahwa yang di
maksud dengan agama adalah suatu kepercayaan kepada Tuhan yang
Maha Esa yang di landasi oleh ketaatan pada ajarannya serta mempunyai
aturan-aturan yang harus di ikuti oleh pengikutnya yang diwarisi secara
turun temurun dengan bertujuan untuk mencapai keselamatan bagi diri
mereka dan masyarakat luas pada umumnya
Yang di maksud dengan pembimbing agama adalah sesorang yang
memberikan bantuan kepada individu secara berkala dengan berlandaskan
kepercayaan kepada Tuhan yang Maha Esa dengan bertujuan untuk
mencapai keselamatan bagi dirinya sesuai apa yang diharapkannya.
2. Syarat Pembimbing Agama
Supaya pembimbing dapat menjalankan pekerjaannya dengan
sebaik-baiknya, maka pembimbing harus memenuhi syarat-syarat tertentu,
yaitu :
a. Seorang pembimbing harus mempunyai pengetahuan yang cukup luas,
baik dari segi teori maupun segi praktik.
21
D. Hendro Puspito, Sosiologi Agama, (Yogyakarta: Kanisius, 1983), h. 35. 22
Ibid. h. 34.
21
b. Dari segi psikologis, seorang pembimbing harus dapat mengambil
tindakan yang bijaksana jika pembimbing telah cukup dewasa secara
psikologis, yang dalam hal ini dimaksudkan sebagai adanya
kemantapan atau kestabilan di dalam psikisnya, terutama dalam hal
emosi.23
c. Seorang pembimbing harus sehat jasmani dan psikisnya. Apabila
jasmani dan psikis tidak sehat maka hal itu akan mengganggu dalam
menjalankan tugasnya.
d. Seorang pembimbing harus mempunyai kecintaan terhadap
pekerjaannya dan juga terhadap anak atau invidu yang dihadapinya.
e. Seoarang pembimbing harus mempunyai inisiatif yang baik sehingga
usaha bimbingan dan konseling dapat berkembang ke arah keadaan
yang lebih sempurna.
f. Seorang pembimbing harus supel, ramah tamah, dan sopan.
g. Seoarang pembimbing diharapkan mempunyai sifat-sifat yang dapat
menjalankan prinsip-prinsip, serta kode etik bimbingan dengan sebaik-
baiknya.24
Sesuai dengan persyaratan atau kemampuan yang mesti dimiliki
pembimbing dan konselor agama (Islam) tersebut, maka M.Arifin
sebagaimana dikutip oleh M. Lutfi merumuskan syarat-syaratnya sebagai
berikut :
a. Menyakini akan kebenaran agama yang dianutnya, mengahayati dan
mengamalkan, karena ia menjadi pembawa norma agama (religious)
23
Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling (Studi & Karier), (CV. Andi Offset, 2004),
h. 40. 24
Ibid. h. 41.
22
yang konsekuen, serta menjadikan dirinya idola (tokoh yang
dikagumi) sebagai muslim sejati, baik lahir maupun batin di kalangan
orang yang dibimbingnya.25
b. Memiliki sikap dan kepribadian yang menarik, terutama bagi orang
yang dibimbingnya dan lingkungan kerja atau masyarakat sekitarnya.
c. Memiliki rasa tanggung jawab, rasa berbakti yang tinggi dan loyalitas
terhadap profesi yang ditekuninya, sekalipun berhadapan dengan
kondisi masyarakat yang selalu berubah-ubah.
d. Memiliki kematangan jiwa dalam menghadapi permasalahan yang
memerlukan pemecahan (dalam berfikir dan emosional).
e. Mampu berkomunikasi dan bekerjasama dengan berbagai pihak,
terutama dengan klien (konseli) dan pihak lain dalam kesatuan tugas
atau profesinya.
f. Mempunyai sikap dan perasaan terikat dengan nilai-nilai keislaman
dan kemanusiaan, klien harus ditempatkan sebagai individu yang
normal yang memiliki harkat dan martabat sebagai mahluk Tuhan.
g. Memiliki keyakinan bahwa setiap klien yang dibimbing memiliki
kemampuan dasar (potensi) yang mungkin dikembangkan menjadi
lebih baik.26
h. Memiliki rasa cinta dan kasih sayang yang mendalam terhadap klien,
sehingga selalu berupaya untuk mengatasi dan memecahkan
masalahnya.
25
M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 156. 26
Ibid. h. 157.
23
i. Memiliki ketangguhan, kesabaran, dan keuletan dalam melaksanakan
tugas dan kewajibannya, sehingga tidak mudah menyerah apalagi
putus asa dalam menghadapi kesulitan-kesulitan tugas.
j. Memiliki sikap yang tanggap dan jiwa yang peka terhadap semua yang
kesulitan yang disampaikan klien.
k. Memiliki watak dan kepribadian yang familier, sehingga setiap klien
yang menggunakan jasanya merasa terkesan dan kagum dengan cara-
cara pelayanannya.27
l. Memiliki jiwa yang progresif (ingin maju) dalam profesinya, sehingga
ada upaya untuk meningkatkannya sesuai dengan perkembangan yang
ada dalam masyarakat.
m. Memiliki kepribadian yang bulat dan utuh, sehingga punya
kemampuan dalam menangkap dan menyikapi masalah-masalah
mental/rohaniyah yang dirasakan klien.
n. Dan memiliki pengetahuan dan pengalaman teknis yang dibutuhkan
dalam menjalankan tugas atau profesinya.28
Adapun syarat yang harus dimiliki pembimbing agama antara lain
sebagai berikut :
a. Memiliki sifat baik, setidak-tidaknya sesuai ukuran si terbantu.
b. Bertawakal, mendasrkan sesuatu atas nama Allah S.W.T.
c. Sabar, utamnya tahan menhadapi si terbantu yang menentang
keinginan untuk diberikan bantuan.
27
Ibid. h. 157. 28
M.Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, h. 158.
24
d. Tidak emosional, artinya tidak mudah terbawa emosi dan dapat
mengatasi diri dan si terbantu.
e. Retorika yang baik, mengatasi keraguan si terbantu dan dapat
meyakinkan bahwa ia dapat memberikan bantuan.
f. Dapat membedakan tingkah laku klien yang berimplikasi terhadap
hukum wajib, sunnah, mubah, makruh, haram terhadap perlunya
taubat atau tidak.29
3. Tugas Pembimbing Agama
Sesungguhnya dalam Islam setiap pembimbing atau konselor
berperan atau berfungsi sebagai “juru dakwah” atau “muballigh” yang
mengemban tugas dalam menyampaikan pesan-pesan ajaran Islam ke
tengah-tengah kehidupan umat manusia, baik dalam bentuk individu
maupun kelompok, agar diyakini dan diamalkan dalam kehidupan sehari-
hari. Dengan Islam pembimbing atau konselor bertugas mengarahkan
kliennya agar masuk ke dalam ajaran Islam secara utuh, menyeluruh dan
universal. 30
Dalam psikotrapi berwawasan Islam bahwa pembimbing
mempunyai tugas terhadap kesembuhan, keselamatan dan kebersihan
ruhani klien dunia akhirat. Karena aktifitas bimbingan adalah berdimensi
ibadah, berefek sosial, dan bermuatan teologis tidak semata-mata bersifat
kemanusiaan.31
29
Elfi Mu‟awanah dan Rifa Hidayah, Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar,
(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), Cet. Ke-1, h. 142. 30
M. Lutfi, Op.cit., h. 158. 31
Isep Zainal Arifin, Bimbingan Penyuluhan Islam Pengembangan Dakwah bimbingan
Psikotrapi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 41.
25
Samsul Nizar mengutip pendapat Imam Al-Ghazali, bahwa tugas
pembimbing yang utama adalah menyempurnakan, membersihkan,
mensucikan, serta membawa hati manusia untuk selalu mengingat Allah.32
4. Bentuk dan Tujuan Pembimbing Agama
a. Bentuk bimbingan agama
Ada bebagai jenis atau bentuk layanan bimbingan yang bisa
diberikan kepada klien, baik yang sudah mengalami kesulitan atau
untuk pengembangan diri seseorang, yaitu :
1) Layanan orientasi keyakinan dan pemahaman agama („aqidah).
2) Layanan pengamalan ajaran agama („ibadah).
3) Layanan konseling perorangan.
4) Layanan konseling pernikahan atau keluarga Islami.
5) Layanan Bimbingan atau Pendidikan Islami.
6) Layanan Bimbingan Kerja Islami (Ikhtiar).
7) Layanan Bimbingan Keperawatan (pasien rumah sakit).
8) Layanan Bimbingan Kehidupan Sosial Islami.33
b. Tujuan pembimbing agama
Menurut W.S. Winkel dan M.M. Sri hastuti tujuan pelayanan
bimbingan adalah :
1) Supaya sesama manusia mengatur kehidupannya sendiri.
2) Menjamin perkembangan dirinya sendiri seoptimal mungkin.
3) Memikul tanggung jawab sepenuhnya atas arah hidupnya sendiri.
32
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), Cet. Ke-1, h. 44. 33
M. Lutfi, Op.cit. h. 138-150.
26
4) Menggunakan kebebasannya sebagai manusia secara dewasa
dengan berpedoman pada cita-cita yang mewujudkan semua
potensi yang baik padanya.
5) Menyelesaikan semua tugas yang dihadapi dalam kehidupan ini
secara memuaskan.34
Menurut M. Hamdan Bakran Adz Dzaky seperti dikutip oleh
Tohirin merinci tujuan bimbingan dan konseling Islam sebagai
berikut:
1) Untuk mengahasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan, dan
kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang, jinak dan damai
(muthmainnah), bersikap lapang dada (radhiyah) dan mendapatkan
pencerahan taufid dan hidayhNya (mardhiyah).35
2) Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan dan kesopanan
tingkah laku yang dapat memberikan manfaat pada diri sendiri,
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah atau madrasah,
lingkungan kerja, maupun lingkungan sosial, dan alam
sekitarnya.36
3) Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu
sehingga muncul dan berkembang rasa toleransi (tasammukh),
kesetiakawanan, tolong menolong dan rasa kasih sayang.
4) Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu
sehingga muncul dan berkembang keinginan untuk berbuat taat
34
W.S. Winkel dan M.M. Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan,
(Yogyakarta: Media Abadi, 2004), Cet. Ke-3. h. 31. 35
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (berbasis integrasi),
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h.37. 36
Ibid. h. 38.
27
kepadaNya, ketulusan mematuhi segala perintahNya, serta
ketabahan menerima ujianNya.
5) Untuk menghasilkan potensi Ilahiyah, sehingga dengan potensi itu
individu dapat melakukan tugas-tugasnya sebagai khalifah dengan
baik dan benar, dapat dengan baik menanggulangi berbagi
persoalan hidup, dan dapat memberikan kemanfaatan dan
keselamatan bagi lingkungannya pada berbagai aspek kehidupan.37
Adapun menurut Aunur Rahim Faqih tujuan bimbingan agama
Islam sendiri dapat dibagi kedalam dua bagian yaitu secara umum dan
secara khusus yang dirumuskan sebagai berikut :
1) Tujuan Umum
Membantu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia
seutuhnya agar mencapai kebahagian dunia dan akherat.38
2) Tujuan Khusus
Membantu individu mengatasi masalah yang seang di hadapinya.
Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan
kondisi yang baik atau yang telah baik agar tetap lebih baik,
sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan
orang lain.39
37
Ibid. 38
Ainur Rohim Faqih, Bimbingan dan Konseling Islam, (Yogyakarta: UI Press, 2001),
Cet. Ke-2, h. 31 39
Ibid.
28
C. Ibadah Shalat
1. Pengertian Ibadah Shalat
Shalat menurut lughat berarti do‟a yang baik, sedangkan menurut
istilah syara‟ shalat ialah seperangkat perkataan dan perbuatan yang
dilakukan dengan beberapa syarat tertentu, dimulai dengan takbir dan
diakhiri dengan salam.40
Imam Rafi‟i berkata :
Pertama, “Shalat adalah beberapa perkataan dan perbuatan yang
dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam, yang dengannya kita
beribadah kepada Allah, menurut syarat-syarat yang telah ditentukan.”41
Kedua, “Menghadapkan hati kepada Allah dengan penuh rasa takut
serta hormat pada keagunganNya dan kesempurnaan kuasaNya.”
Ketiga, “Hakikat shalat ialah menampakan hajat dan keperluan kita
kepada Allah yang kita sembah, dengan perkataan dan pekerjaan, atau
dengan kedua-duanya.”
Keempat, “Ruh shalat ialah menghadapkan hati kepada Allah,
khusyu‟ di hadapanNya dan ikhlas karenaNya, serta hadir hati dalam
berdzikir, berdo‟a dan memujiNya.” 42
Menurut Hasbi Ash Shiddiqy “Ta‟arif yang melengkapi hakekat
dan rupa shalat ialah berhadap hati dan jiwa kepada Allah yang
mendatangkan rasa takut serta patuh kepada kebesaran dan perintahNya
40
Lahmuddin Nasution, Fiqh, (Logos), h. 55. 41
Abdul Manan bin H. Muhammad Sobari, Jangan Asal Shalat: Rahasia Shalat Khusyuk
dari Tuntutan Bersuci, Fiqh Shalat, Macam-macam Shalat hingga Amalan-amalan Sunnah,
(Bandung: Pustaka Hidayah, 2007), Cet. Ke-4. h. 31 42
Ibid.
29
dengan melakukan gerakan dan ucapan yang dimulai dengan takbir dan
diakhiri dengan salam.43
Dari berbagai definisi di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa
ibadah shalat adalah menampakan do‟a hamba kepada tuanNya yang
diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam, serta dibarengi dengan
menghadapkan hati dan jiwa kepadaNya, dengan niat ikhlas karenaNya.
2. Syarat Ibadah Shalat
Syarat-syarat ibadah shalat ada dua macam diantaranya :
a. Syarat wajib shalat
1) Islam
2) Baligh
Seorang dihukumi baligh jika telah sampai pada salah satu dari tiga
hal berikut :
a) Sempurna berusia 15 tahun (bagi laki-laki dan perempuan)
b) Mimpi jima‟, minimal pada usia 9 tahun (bagi laki-laki dan
perempuan)
c) Mengalami haid, minimal pada usia 9 tahun (bagi perempuan)
3) Berakal
b. Syarat sah shalat
1) Suci dari hadast kecil dan besar (dalam keadaan mampu/normal).
2) Suci dari najis (tubuh, pakaian maupun tempatnya).
3) Menutup aurat (dalam keadaan mampu).
4) Mengetahui telah masuk waktu shalat.
43
Sujarwo, Ibadah Shalat, Hikmah dan Fungsinya Bagi Umat Islam, artikel diakses tanggal
29 Maret 2011 dari http://www.sujarwohart.wordpres.com.
30
5) Menghadap qiblat, yakni Ka‟bah.44
Selain syarat-syarat, juga terdapat rukun shalat yang wajib dipenuhi
oleh orang yang menjalankan ibadah shalat, jika salah satu rukun shalat itu
ditinggalkan maka shalatnya menjadi gugur. Rukun shalat tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Niat
b. Berdiri bagi yang kuasa.
c. Takbiratul ihram.
d. Membaca Surat Al Fatihah.
e. Ruku‟.
f. I‟tidal.
g. Sujud dua kali.
h. Duduk diantara dua sujud.
i. Duduk akhir.
j. Membaca tasyahud.
k. Membaca shalawat atas Nabi Muhammad SAW.
l. Memberi salam.
m. Menertibkan rukun.45
Shalat itu tidak sah apabila salah satu yang rukunnya tidak
dilaksanakan atau ditinggalkan dengan sengaja. Dan shalat itu tidah sah
dengan hal-hal yang seperti di bawah ini :
a. Berhadast.
b. Terkena najis yang tidak dimaafkan.
44
Abdul Manan bin H. Muhammad Sobari, Op.cit, h. 33-34. 45
Sujarwo, Ibadah Shalat, Hikmah dan Fungsinya Bagi Umat Islam, artikel diakses tanggal
29 Maret 2011 dari http://www.sujarwohart.wordpres.com.
31
c. Berkata-kata dengan sengaja walaupun dengan satu yang memberikan
pengertian.
d. Terbuka auratnya.
e. Mengubah niat.
f. Makan atau minum meskipun sedikit.
g. Bergerak berturut-turut tiga kali seperti melangkah atau berjalan sekali
yang bersangatan.
h. Membelakangi kiblat.
i. Menambah rukun yang berupa perbuatan, seperti rukuk dan sujud.
j. Tertawa terbahak-bahak.
k. Mendahului imamnya dua rukun.
l. Murtad, artinya keluar dari Islam.46
3. Dasar Hukum Ibadah Shalat
Ibadah shalat merupakan fardhu „ain atau kewajiban bagi setiap
orang yang telah baligh dan beragama Islam serta berakal sehat. Hal
tersebut di ungkapkan oleh Salman Harun bahwa :
“Sembahyang diwajibkan atas tiap-tiap orang yang dewasa dan
berakal sehat, ialah lima waktu sehari semalam.”47
Jadi jelaslah bahwa shalat merupakan kewajiban bagi umat Islam,
dan yang di maksud dengan wajib sebagaimana dikemukakan oleh Hasbi
Ash Shiddieqy bahwa :
“Wajib ialah yang dituntut oleh syara‟ kita mengerjakannya dengan
tuntutan yang keras dan dicela meninggalkannya.”48
46
M. Rifa‟i, Risalah Tuntunan Shalat Lengkap, 47
Sujarwo, Ibadah Shalat, Hikmah dan Fungsinya Bagi Umat Islam, artikel diakses tanggal
29 Maret 2011 dari http://www.sujarwohart.wordpres.com. 48
Sujarwo, Ibadah Shalat, Hikmah dan Fungsinya Bagi Umat Islam, artikel diakses tanggal
29 Maret 2011 dari http://www.sujarwohart.wordpres.com.
32
Jadi dengan istilah lain bahwa wajib adalah adanya keharusan untuk
melaksanakannya dan berdosa jika ditinggalkan. Sebagaimana firman
Allah dalam Surat Al Baqarah/2:43 yang berbunyi
Artinya: “Dan dirikanlah shalat, dan keluarkanlah zakat, dan
tunduklah/rukuk bersama-sama orang-orang yang pada rukuk.”
Dan dalam Surat Al Ankabut/29:45 yang berbunyi :
Artinya: “Bacalah Al-Qur‟an yang telah diwahyukan kepadamu dan
dirikanlah sembahyang (tetaplah mendirikan sembahyang). Sesungguhnya
sembahyang itu mencegah kamu dari pekerti-pekerti buruk dan perbuatan
yang munkar. Dan menyebut Allah (shalat), sungguh lebih besar dari
segala sesuatu. Dan Allah mengetahi apa yang kamu kerjakan”.
Selanjutnya dalil dari Hadist yang bersumber dari Abdilah bin
Umar sebagai berikut : “Islam itu dibina atas lima perkara : bersaksi bahwa
tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan
Allah, menegakan sembahyang, mengeluarkan zakat, mengerjakan haji,
dan berpuasa bulan Ramadhan”. ( HR. Muslim).49
D. Lansia
1. Pengertian Lansia
Usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan
manusia di dunia. Usia tahap ini dimulai dengan usia 60 tahunan sampai
49
Ibid.
33
dengan akhir kehidupan.50
Menurut Pasal 1 ayat 2, 3, 4 UU No. 13 Tahun
1998 tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang
telah mencapai usia lebih dari 60 tahun.51
2. Karakteristik dan Tipe Lansia
a. Karakteristik Lansia
Menurut Budi Anna Keliat, lansia memiliki karakteristik
sebagai berikut :
1) Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat 2 UU No.
13 tentang Kesehatan).
2) Kebutuhan dan masalah yang bervareasi dari rentang sehat sampai
sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari
kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif.
3) Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.52
b. Tipe Lansia
Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter,
pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental sosial dan
ekonominya. Tipe tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
1) Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah
50
Aliah. B. Purwakania Hasan, Psikilogi Perkembangan Islami: Menyingkap Rentang
Kehidupan Manusia dari Prakelahiran hingga Pascakematia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2008), h. 117. 51
R.Siti Maryam, dkk., Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya, (Jakarta: Salemba
Medika, 2008), h. 32. 52
Ibid. h. 33.
34
hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan dan menjadi
panutan.53
2) Tipe Mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, slektif dalam
mencari pekerjaan, bergaul dengan teman dan memenuhi undangan.
3) Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi
pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik
dan banyak menuntut.
4) Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama dan
melakukan pekerjaan apa saja.
5) Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder,
menyesal, pasif dan acuh tak acuh.54
Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe
dependen (kebergantungan), tipe defensif (bertahan), tipe militan dan
serius, tipe pemarah/frustrasi (kecewa akibat kegagalan dalam
melakukan sesuatu), serta tipe putus asa (benci pada diri sendiri).
Sedangkan bila dilihat dari tingkat kemandiriannya yang dinilai
berdasrkan kemampuan untuk melakukan aktifitas sehari-hari (indeks
kemandirian Katz), para lansia dapat digolongkan menjadi beberapa
tipe, yaitu lansia mandiri sepenuhnya, lansia mandiri dengan bantuan
53
Ibid. h. 34. 54
Ibid.
35
langsung keluarganya, lansia mandiri dengan bantuan secara tidak
langsung, lansia dengan bantuan badan sosial, lansia di panti wreda,
lansia yang dirawat di rumah sakit dan lansia dengan gangguan
mental.55
55
Ibid.
36
BAB III
GAMBARAN UMUM BALAI PERLINDUNGAN SOSIAL DINAS SOSIAL
PROVINSI BANTEN
A. Sejarah Berdirinya
Tahun 1983 berdasarkan Keputusan Mentri Sosial RI No.06/Huk/1979
tanggal 28 Februari 1979 didirikan Sasana Tresna Wreda (STW) “Cipocok
Jaya” berlokasi di Kelurahan Cipocok Jaya Kabupaten Serang, yang
merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Departemen Sosial dengan sasaran
pelayanan Lanjut Usia Terlantar.
Pada tahun 1994 berdasrkan Surat Keputusan Mentri Sosial RI No.14
Tahun 1994 tanggal 23 April 1994 Sasana Tresna Wreda (STW) “Cipocok
Jaya” Serang.
Seiring dengan diberlakukannya Otonomi Daerah (OTDA) dan
terbentuknya Provinsi Banten disertai penyerahan aset Departemen Sosial,
maka berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Banten No. 40 Tahun 2002
tanggal 13 Desember 2002, Panti Sosial Tresna Wreda (PSTW) “Cipocok
Jaya” Serang berganti nomenklatur menjadi “Balai Perlindungan Sosial” yang
merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Dinas Sosial dan Tenaga
Kerja dengan sasaran pelayanan meliputi Lanjut Usia terlantar, Wanita
Korban Tindak Kekerasan, Tuna Grahita, dan Balita terlantar.
Sehubungan dengan berubahnya Sususnan Organisasi dan Tata Kerja
Dinas Sosial dan Tenaga Kerja berubah menjadi Dinas Sosial sesuai dengan
Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2008 nama “Balai Perlindungan Sosial”
37
tetap tidak berubah dan sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Dinas
Sosial Provinsi Banten.
B. Visi dan Misi, Maksud dan Tujuan
1. Visi dan Misi
a. Visi
Perlindungan terbaik dan pelayanan prima bagi masyarakat.
b. Misi
1) Meningkatnya kualitas pelayanan dan perlindungan sosial terhadap
Penyandang Masalah Kesejahtraan Sosial (PMKS).
2) Memperluas jangkauan pelayanan kesejahtraan sosial.
2. Maksud
Balai Perlindungan Sosial (BPS) sebagai Unit Pelaksana Teknis
Dinas (UPTD) yang menagnai permasalahan sosisl lanjut usia terlantar,
wanita korban tindak kekerasan, tuna grahita dan baliata terlantar
mempunyai maksud “Memberikan perlindungan dan pelayanan dalam
suatu penampungan guna terselengaranya proses rehabilitasi fisik, mental,
dan sosial, serta bimbingan keterampilan.”
3. Tujuan
Adapun tujuan Balai Perlindungan Sosial (BPS) adalah sebagai
berikut :
a. Terlindungi dan terawatnya para lanjut usia terlantar, wanita tindak
kekerasan, tuna grahita dan balita terlantar.
b. Meminimalisir permasalahan kesejahtraan sosial yang ada di
masyarakat.
38
c. Pemenuhan kebutuhan dasar dalam rangka perubahan sikap dan
perilaku para penyandang masalah kesejahtraan sosial.
d. Pemulihan kemauan, kemampuan dan harga diri penyandang masalah
kesejahtraan sosial sehingga dapat melaksanakan fugsi sosialnya
dalam kehidupan bermasyarakat.
e. Menumbuhkan kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang
keadaan, permasalahan dan kebutuhan lanjut usia terlantar, wanita
korban tindak kekerasan, tuna grahita dan balita terlantar sehingga
masyarakat dapat mendukung dan berpartisipasi dalam kegiatan usaha
kesejahtraan sosial.
C. Tugas dan Fungsi
Balai Perlindungan Sosial (BPS) Provinsi Banten adalah salah satu
alternatif dari sekian banyak lembaga pemerintah maupun swasta yang
memberikan pelayanan sosial kepada para penyandang masalah kesejahtraan
sosial khususnya lanjut usia terlantar, wanita tindak kekerasan, tuna grahita,
dan balita terlantar.
Departemen sosial RI tahun 1998 menjabarkan peran fungsi dan tugas
panti sosial adalah sebagai berikut :
1. Sebagai pusat pelayanan kesejahtraan sosial, dengan tugas dan fungsinya
adalah :
a. Menggugah, meningkatkan dan mengembangkan kesadaran sosial,
tanggung jawab sosial, prakarsa dan peran serta perseorangan,
kelompok dan masyarakat.
39
b. Memberikan pelayanan dan perlindungan kepada lanjut usia terlantar,
wanita korban tindak kekerasan, balita terlantar dan tuna grahita.
c. Penyantunan dan penyedian bantuan sosial.
d. Mengadakan bimbingan lanjut.
2. Sebagai pusat informasi masalah kesejahtraan sosial, tugas dan fungsinya
adalah :
a. Menyiapkan dan menyebarluaskan informasi tentang data penyandang
masalah kesejahtraan sosial dan teknis penaganannya.
b. Menyelenggarakan konsultasi pelayanan sosial bagi masyarakat.
3. Sebagai pusat pengembangan kesejahtraan sosial, tugas dan fungsinya
adalah :
a. Mengembangkan kebijaksanaan dan perencanaan sosial.
b. Mengembangkan metode pelayanan sosial.
Panti sosial sedikitnya mempunyai ketiga fungsi tersebut, namun
menurut Siahaan, yang dikutip oleh tim peneliti di bidang pelatihan dan
pengembangan usaha kesejahtraan sosial Departemen Sosial RI (2003), masih
ada satu fungsi lagi yaitu fungsi pendidikan dan pelatihan, mengingat bahwa
dalam sebuah panti terdapat penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan
kepada klien secara langsung dalam meningkatkan kemampuan pelayanan
kesejahtraan sosial.
Adapun Balai Perlindungan Sosial (BPS) Provinsi Banten yang intinya
merupakan Panti Sosial yang berganti nama sebagaimana Surat Keputusan
Gubernur Banten No. 40 Tahun 2002 tentang pembentukan, Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Balai Perlindungan Sosial Provinsi Banten,
Mempunyai Tugas Pokok dan Fungsi, yaitu :
40
1. Tugas Pokok
Balai Perlindungan Sosial (BPS) Provinsi Banten, mempunyai tugas
melaksanakan sebagian kewenagan Dinas dibidang desentralisasi,
dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang berkaitan dengan urusan
pelayanan dan perlindungan sosial.
2. Fungsi
Dalam pelaksanaan tersebut Balai Perlindungan Sosial (BPS) Provinsi
Banten mempunyai tugas sebagai berikut :
a. Pengelolaan dibidang pelayanan sosial.
b. Pengelolaan dibidang perawatan.
c. Pengelolaan dibidang pelatihan dan keterampilan.
D. Sasaran Garapan, Penerimaan dan Pelayanan
1. Sasaran Garapan
a. Lanjut Usia terlantar dengan kriteria :
1) Usia 60 tahun keatas
2) Tidak mempunyai penghasilan yang dapat memenuhi kebutuhan
pokok, meliputi sandang, pangan dan kesehatan yang layak
3) Tidak mempunyai penyakit menular
4) Mampu mengurus diri sendiri
b. Wanita Korban Tindak Kekerasan dengan kriteria :
1) Wanita yang teraniyaya/megalami penyiksaan
2) Korban pemerkosaan
3) Korban penipuan dengan dalih lapangan kerja
41
4) Berusia 6 sampai 45 tahun
5) Tidak mempunyai penyakit menular
c. Penyandang Cacat Grahita/retradasi dengan kriteria :
1) Usia 6 samapi dengan 18 tahun
2) Mengalami cacat mental retradasi
3) Tidak mempinyai penyakit menular
4) Tidak mengalami gangguan jiwa
5) Tidak menderita epilepsi
6) Mampu mengurus diri sendiri
d. Anak Balita terlantar dengan kriteria :
1) Usia dibawah 5 tahun
2) Ibu sibuk diluar rumah
3) Ditinggalkan di rumah sakit (ibunya melarikan diri setelah
melahirkan)
4) Mengalami kekurangan gizi
5) Kurang dan atau tidak terurus
2. Penerimaan
Proses penerimaan klien pada Balai Perlindungan Sosial meliputi :
a. Pendekatan Awal
Yang mencakup kegiatan orientasi dan konsultasi, identifikasi,
motivasi, seleksi dan home visit.
b. Penerimaan
Yang mencakup kegiatan registrasi, pengungkapan dan penelahaan
masalah serta penenpatan dalam program pelayanan rehabilitasi sosial.
42
Adapun persyaratan dan kelengkapan administrasi untuk dapat
diterima sebagai klien Balai Perlindungan Sosial (BPS) Provinsi
Banten adalah :
1) Telah mengikuti sleksi dan motivasi serta home visit dengan
rekomendasi layak untuk menjadi calon klien Balai Perlindungan
Sosial (BPS) Provinsi Banten.
2) Memenuhi kriteria sebagai sasaran pelayanan/perlindungan.
3) Adanya persetujuan keluarga atau wali yang bertanggung jawab.
4) Adanya rujukan dari Dinas/Intansi Sosial Kabupaten/Kota atau
Instansi terkait lainnya sesuai domisili calom klien, yang
menerangkan bahwa yang bersangkutan perlu mendapatkan
perlindungan.
5) Menandatangani perjanjian dan atau kontrak.
3. Pelayanan
Dengan memperhatikan pendapatan Asli Daerah Provinsi Banten
serta DPA yang disetujui untuk Dinas Sosial Provinsi Banten, maka Balai
Perlindungan Sosial (BPS) Provinsi Banten dalam memberikan pelayanan
saat ini menganut 2 (sistem) yaitu sistem pelayanan berkesinambungan
dan sistem pelayanan berdasarkan program.
Sistem pelayanan berkesinambungan yaitu pelayanan yang
diberikan kepada klien tanpa batas waktu atau sampai klien bersangkutan
diambil kembali oleh keluarga yang bersangkutan atau klien meninggal
dunia. Sistem ini diberikan khusus kepada klien lanjut usia terlantar.
Sistem pelayanan berdasarkan program yaitu, pelayanan yang
diberikan kepada klien dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
43
program yang telah ditentukan pada tahun yang bersangkutan. Sistem ini
diberikan kepada klien wanita korban tindak kekerasan, penyandang cacat
grahita/retradasi dan balita terlantar.
Adapun pokok-pokok pelayanan untuk seluruh sistem pelayanan
adalah :
a. Penampungan dan Perawatan
Pelayanan ini meliputi pengasramaan, pemberian makan minum dan
perawatan kesehatan.
b. Bimbingan
1) Bimbingan Fisik
Kegiatan ini diarahkan agar klien memperoleh kesegaran dan
kebugaran jasmani melalui kegiatan olah raga/senam kesehatan
lain-lain.
2) Bimbingan Mental Agama
Kegiatan ini merupakan kegiatan mental spiritual, bimbingan
mental intelektual, yang dimaksudkan agar klien lebih banyak
mengenal nilai atau norma yang berlaku dalam masyarakat,
memiliki rasa percaya diri, harga diri serta memiliki kondisi
psikologis yang sehat dalam berfikir, bersikap dan bertindak.
c. Bimbingan Sosial
Kegiatan ini dimaksudkan untuk membina kesadaran dan tanggung
jawab sosial agar mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan
sosialnya dan dapat membantu diri sendiri.
d. Bimbingan Keterampilan Kerja
Bimbingan ini diberikan kepada klien lanjut usia, wanita korban tindak
kekerasan dan penyandang cacat grahita/retradisi, dimaksudkan agar
44
para klien memiliki keterampilan kerja dasar dan keterampilan kerja
kejurua/usaha untuk menjamin masa depannya khususnya untuk
wanita korban tindak kekerasan, dan penyandang cacat
grahita/retradisi, sedangkan untuk lanjut usia untuk mengisi waktu
luangnya.
e. Pembinaan Lanjut
Kegiatan ini diarahkan kepada mantan klien wanita korban tindak
kekerasan, penyandang cacat grahita/retardasi dan keluarga balita
terlantar agar dapat mengembangkan usaha/kerja sehingga berdaya
guna dan berhasil guana.
f. Pemberian Bantuan Sosial
Pemberian bantuan sosial ini ditujukan kepada klien wanita korban
tindak kekerasan, penyandang cacat grahita/retardasi, dan balita
terlantar sebagai persiapan pelaksanaan penyaluran.
g. Terminasi
Setelah melalui masa bimbingan lanjut selama satu tahun dan dinilai
bahwa mantan klien tersebut sudah memiliki kemampuan untuk
mandiri maka dilakukan terminasi yaitu penghentian pelayanan.
E. Sarana dan Prasarana
Sebagai sebuah balai perlindungan, Balai Perlindungan Sosial Provinsi
Banten telah dilengkapi berbagai sarana dan prasarana yang cukup memadai
untuk proses pelayanan. Berbagai upaya pembenahan sarana terus dilakukan
agar pelayanan yang diberikan dapat memberikan manfaat yang maksimal
bagi masyarakat. Beberapa sarana yang ada tersebut adalah :
45
1. Sarana gedung yang cukup representatif meliputi :
a. Tanah seluas 11.970 m2
b. Gedung Kantor
c. Rumah Dinas pegawai
d. Wisma/Asrama klien sebanyak 8 (delapan) unit, jumlah kamar 41
kamar tidur dengan daya tampung 75 orang klien, yang terdiri dari 45
orang Lanjut Usia, 20 orang Wanita Korban Tindak Kekerasan dan 10
orang Balita.
e. Ruang Poliklinik
f. Ruang Isolasi
g. Ruang Keterampilan
h. Aula
i. Dapur
j. Mushola
k. Gudang dan Garasi
l. Tanah Kuburan
2. Sarana peralatan keterampilan
a. Peralatan Menjahit
b. Peralatan Menyulam
c. Peralatan Keterampilan lainnya.
46
BAB IV
ANALISIS PERANAN PEMBIMBING AGAMA DALAM
MENINGKATKAN IBADAH SHALAT PADA LANSIA DI BALAI
PERLINDUNGAN SOSIAL DI DINAS SOSIAL PROVINSI BANTEN
A. Implementasi Pembimbing Agama Dalam Meningkatkan Ibadah Shalat
Pada Lansia
Dari hasil wawancara penulis dengan para lansia, Pembimbing Agama
dan Pembina Lansia di Balai Perlindungan Sosial Dinas Sosial Provinsi
Banten Penulis menemukan bahwa implementasi pembimbing agama dalam
meningkatkan ibadah shalat terhadap para lansia tidak terlepas oleh beberapa
aspek waktu, aspek materi yang di berikan, serta cara peyamapiannya.
Adapun waktu pelaksanaan bimbingan agama di lakukan satu minggu
dua kali, yaitu pada hari selasa dan hari kamis sore. Pada hari selasa pagi
pelaksanaan bimbingan agama di mulai dari pukul 08.15 – 09.15 dalam
pelaksanaan bimbingan agama pada hari selasa ini di lakukan oleh tiga
pembimbing yaitu oleh Ustad Bayi, Ibu Hj. Susi dan Ibu Hj. Toyibah, untuk
Ibu Hj. Susi dan Ibu Hj. Toyibah biasanya mereka memberikan bimbingan
agama itu hanya sebulan sekali, sedangkan pada hari kamis sore di mulai dari
pukul 17.00 – 18.00 (Adzan Maghrib) dan kegiatan yang di lakukan hanya
pengajian Yasin yang di pimpin oleh Usatad Bayi yang tujuannya untuk
mendo’akan para teman-teman dan keluarga para lansia yang sudah
meninggal.
47
Sedangkan materi yang di sampaikan dalam bimbingan agama dalam
meningkatkan ibadah shalat pada lansia di balai perlindungan sosial dinas
sosial provinsi banten adalah materi yang berhubungan dengan masalah
kehidupan sehari-hari yaitu masalah fiqh, ahlak, dan pembacaan Al-Qur,an.
Dalam masalah fiqh pembimbing lebih menekankan kepada masalah
ibadah shalat, sperti bagaimana sujudnya, rukunya, do’a iftitahnya serta hal
yang lainnya. Sedangkan untuk masalah ahlak lebih di tekankan pada masalah
bagaimana pergaulan dengan teman-teman, dimana sesama para lansia masih
sering saja terlihat bertengkar seperti anak kecil kadang-kadang pagi
bertengkar sore sudah baikan lagi.1 Dan untuk materi pembacaan Al-Qur’an
ini para lansia di tekankan agar mereka para lansia bisa membaca dengan baik
dan benar syang di arahkan untuk di pakai dalam ibadah shalat.
Dalam cara penyampainnya para pembimbing agama ini menggunakan
metode ceramah yang di selangi dengan praktek-praktek yang di lakukan
secara simulasi, metode tanya jawab atau diskusi, dan metode pama-pami.
Dalam hal ini pembimbing agama banyak memberikan motivasi, dorongan,
himbauan serta arahan kepada para lansia agar para lansia ini dapat
meningkatkan ibadah shalatnya, serta mudah-mudahan apa yang materi
pembimbing berikan dapat di pahami dan juga berharap agar para lansia
rukun dengan teman-temannya.2
Dengan adanya bimbingan agama di Balai Perlindungan Sosial Dinas
Sosial Provinsi Banten membuat para lansia bertambah pengetahuannya
mengenai ilmu agama memang diantara semua para lansia yang berada di
1 H. Sukaemi, Wawancara Pribadi, Serang, April 2011.
2 Ustad Bayi, Wawancara Pribadi, Serang, Mei 2011.
48
Balai Perlindungan Sosial Dinas Sosial Provinsi Banten ini ada saja yang
mengerti atau paham mengenai ilmu agama, akan tetapi dari semua yang ada
kebanyakan para lansia ini kurang mengerti mengenai katakanlah ilmu agama
lebih khususnya menyangkut sholat sehingga perlu banyak diberikan arahan
dan bimbingan baik tata cara, do’a-do’anya itu sih pada dasarnya atau
misalnya bagaimana tertibnya sholat, bacaan-bacaan khususnya surat Al-
Fatiha3, Hal ini tidak terlepas dari latar belakang para lansia yang hampir
semuanya berpendidikan rendah.
Pada dasarnya penerapan pelaksanaan mengenai ibadah shalat para
lansia yang berada di Balai Perlindungan Sosial Dinas Sosial Provinsi Banten
setelah mengikuti bimbingan agama banyak di antara para lansia yang
mengakui adanya pengaruh besar bimbingan agama terhadap ibadah shalatnya
hal tersebut di utarakan oleh Mbah Sofi “Penerapan pelaksanaanya pa ustad
untuk meningkatkan ibadah shalat itu ada, selalu memberitahukan “kita
masih ada ambekan kapan lagi tidak ngaji, eh tidak sembahyang itu di
wajibkan sembahyang lima waktu” syukur bagus yang lebih dari itu. Jadi kita
seolah waktu kapan lagi, alhamdulillah mbah ini umur 68 tahun masih bisa
ikut pengajian alhamdulillah berubah puji syukur sama Allah”4.
Secara garis besar implementasi pembimbing agama dalam
meningkatkan ibadah shalat pada lansia di balai perlindungan sosial dinas
sosial provinsi banten ini di lakukan dengan baik dan bisa di terima oleh para
lansia, ini bisa di lihat dengan antusias para lansia yang banyak hadir pada
acara bimbingan agama, walaupun masih saja ada para lansia yang tidak hadir
3 H. Sukaemi, Wawancara Pribadi, Serang, April 2011.
4 Mbah Sofi, Wawancara Pribadi, Serang, April 2011.
49
itu pun yang tidak hadir karena sakit. Dan ada juga para lansia yang
merasakan manfaat adanya bimbingan agama, seperti yang di katakan oleh Ibu
Neneh “Alhamdullilah ya ada peningkatan”.5 Hal senada juga di katakan oleh
Ma Iyah “Pa Ustad pengaruh sholatnya ada iya Alhamdulillah”.6
Kegiatan bimbingan agama yang di adakan di Balai Perlindungan
Dinas Sosial Provinsi Banten mempunyai tujuan untuk yaitu kehidupan dalam
ketenangan menghadapi hari tua dan di hari akhir serta juga agar para lansia
paham mengenai ilmu agama.
Setelah melakukan penelitian mengenai peranan Pembimbing Agama
dalam meningkatkan ibadah shalat pada lansia di Balai Perlindungan Sosial
Dinas Sosial Provinsi Banten, penulis dapat menyimpulkan bahwa peranan
pembimbing agama dalam meningkatkan ibadah shalat terhadap para lansia
diantaranya :
1. Sebagai Orang Yang Mengarahkan
Dalam peranan ini pembimbing mengarahkan para lansia untuk
dapat memahami dan mempraktekan apa yang telah diajarkan oleh
pembimbing, seperti bagaimana cara berwudhu yang baik dan benar serta
bagaimana cara shalat yang baik dan benar.
2. Sebagai Orang Yang Membimbing
Disini peranan pembimbing sebagai seorang yang membimbing
para lansia dalam melakukan ibadah shalat, dimana para lansia yang
tadinya melakukan shalat terburu-buru supaya jangan terburu-buru, yang
tadinya bacaan shalatnya salah pembimbing mengasi tahu bagaimana cara
melakukan yang benar.
5 Ibu Neneh, Wawancara Pribadi, Serang, April 2011.
6 Ma Iyah, Wawancara Pribadi, Serang, April 2011.
50
3. Sebagai Guru
Pembimbing disini bukan hanya bertugas membimbing dan
mengarahkan para lansia saja pembimbing di sini juga di jadikan guru oleh
para lansia, dimana peranan seorang guru disini bertugas untuk menjawab
persoalan-persolan dan memecahkan permasalahan yang bersangkutan
dengan masalah agama, seperti masalah mengenai ibadah, fiqh dan lain
sebagainya.
4. Sebagai Motivator
Peranan pembimbing sebagai motivator adalah pembimbing harus
bisa memacu para lansia untuk dapat melakukan ibadaih , yang tadinya
shalatnya jarang-jarang pembimbing bertugas untuk melakukan agar
supaya shalat para lansia lebih giat lagi.
B. Metode Pembimbing Agama Dalam Meningkatkan Ibadah Shalat Pada
Lansia
Berbagai upaya di lakukan oleh lembaga/instansi serta para
Pembiming Agama untuk memberikan pelayanan yang maksimal bagi para
lansia yang berada di Balai Perlindungan Sosial Dinas Sosial Provinsi Banten
agar para lansia ini dapat merasakan manfaat dari pelayanan bimbingan
mental spritual, yang dimaksudkan agar lansia lebih banyak mengenal nilai
atau norma yang berlaku dalam masyarakat, memiliki rasa percaya diri, harga
diri serta memiliki kondisi psikologis yang sehat dalam berfikir, bersikap dan
bertindak. Adapun metode/cara yang digunakan pembimbing agama dalam
meningkatkan ibadah shalat pada lansia di balai perlindungan sosial dinas
sosial provinsi banten sebagai berikut :
51
1. Metode Ceramah
Ceramah merupakan suatu tehknik pembinaan atau bimbingan
yang memberikan uraian atau penjelasan secara ucapan atau lisan yang
banyak diwarnai oleh karakteristik dan gaya bicara seorang da’i atau
pembina kepada mad’u atau terbimbing. Dalam ceramah ini terkadang
pembimbing agama mempraktekan dengan cara simulasi.
Dalam metode ini, pembimbing agama memberikan materi
bimbingan agama kepada para lansia dengan berpedoman pada Al-Qur’an
dan Hadist. Dalam menyampaikan materinya pembimbing agama
membacakan kitab kuning yang di artikan ke dalam bahasa jawa serang,
setelah itu baru di artikan ke dalam bahasa Indonesia.
Adapun materi ceramah atau bimbingan yang di sampaikan dalam
meningkatkan ibadah shalat pada lansia di balai perlindungan sosial dinas
sosial provinsi banten adalah tentang fiqh, aqidah, ahlak, pembacaan Al-
qur’an yang baik dan benar, serta sejarah mengenai ke Islaman.
2. Metode Dialog atau Tanya Jawab
Dialog atau tanya jawab merupakan kegiatan bimbingan yang di
lakukan setelah ceramah atau penyampain secara lisan yang di laukan oleh
ustad, kegiatan ini merupakan bagian dari program bimbingan bagi para
lansia.
Dialog atau tanya jawab yang di lakukan ini bertujuan untuk
menambah pengetahuan keagamaan para lansia misalnya tentang
pemahaman ibadah shalat seperti mengenai bagaimana cara sujudnya,
rukunya dan lain-lain.
52
Dalam dialog atau tanya jawab ini pembimbing agama
memberikan kesempatan secara terbuka kepada para lansia untuk
mengajukan pertanyaan, dengan tidak membatasi materi pertanyaan. Dan
biasanya pertanyaan yang di ajukan oleh para klien ini langsung di jawab
di tempat bimbingan dengan tidak menunda sampai harus menunggu
minggu depan.
3. Metode Pama-pami.
Pama-pami artinya pembimbing agama mengucapkan para lansia
mengikuti apa yang di ucapkan oleh pembimbing agama, sedangkan bagi
lansia yang tidak bisa mendengar di suruh melihat mulut pembimbing
agama. Jadi untuk yang tidak bisa mendengar melihat mulut pembimbing,
dan yang tidak bisa melihat mendengar dari pembimbing dan dalam
metode ini tidak memakai tertulis.7
Metode pama-pami ini terbatas, dalam metode ini pembimbing
agama hanya sebatas memberikan materi tentang pembacaan Al-Qur’an
yang baik dan benar serta membahas juga mengenai arti dari ayat Al-
Qur’an tersebut. Dan dalam menyampainnya pembimbing saling membagi
tugas, pembimbing yang satu membacakan ayat Al-Qur’an sedangkan
pembimbing ke dua mengartikan ayat Al-Quran. Adapun pemberian
materi ini di arahkan kepada pembacaan Al-Qur’an yang baik untuk
melaksanakan ibadah shalat.8
Akan tetapi pembimbing di sini bukan hanya memberikan materi
bagaimana cara membaca Al-Qur’an yang baik dan benar tetapi juga
7 Hj. Susi dan Hj. Toyibah, Wawancara Pribadi, Serang, April 2011.
8 Ibid.
53
pembimbing mengajarkan bagaimana membaca Al-Qur’an dengan
maqhroz yang benar serta tidak ketingalan pula mengenai ilmu tajwidnya.
C. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Bimbingan Agama Dalam
Meningkatkan Ibadah Shalat Pada Lansia
Dalam sebuah kegiatan apapun baik kegiatan formal maupun kegiatan
informal tidak terlepas dari dua faktor yaitu faktor pendukung dan faktor
penghambat, begitupun halnya juga yang terjadi di balai perlindungan sosial
dinas sosial provinsi banten dalam meningkatan ibadah shalat pada lansia.
1. Faktor pendukung
Faktor pendukung pelaksanaan bimbingan agama dalam
meningkatkan ibadah shalat pada lansia di balai perlindungan sosial dinas
sosial provinsi banten ini tidak terlepas dari adanya dukungan dari
berbagai pihak, baik pihak institusi sendiri maupun dari para klien (lansia)
itu sendiri. Seperti yang di katakan oleh H. Sukaemi dalam wawancara
pribadi dengan penulis, yang saya kutip berikut ini :
Faktor pendukung ya mungkin kita (lembaga) dari aspek fasilitas
meskipun itu ada kaya mushola kemudian ustadnya artinya tenaga
ada, tempat ada kemudian juga kemauan para mbah-mbah juga
ada sedikit motivasi.9
Hal senada juga di ungkapkan oleh Ustad Bai ( pembimbing
agama) di mana ia mengatakan bahwa yang menjadi faktor pendukung
dalam bimbingan agama dalam meningkatkan ibadah shalat pada lansia di
balai perlindungan sosial dinas sosial provinsi banten tidak terlepas dari
materi yang di berikan, dimana dalam memberikan materi bimbingan
9 H. Sukaemi, Wawancara Pribadi, Serang, April 2011.
54
keagamaan, pembimbing agama berpedoman pada Al-Qur’an dan Hadist.
Hal tersebut di utarakan dalam wawancara pribadi penulis dengan
pembimbing agama, yang termuat dalam kutipan di bawah ini.
Al-Qur’an dan Hadist serta kemauan para mbah-mbah itu sendiri.10
Sama halnya juga dengan Ustad Bai, Hajah Badriyah dan Hajah
Susi juga menyatakan pendapat yang sama di mana Ia mengatakan bahwa
yang menjadi faktor pendukung dalam memberikan materi bimbingan
agama terhadap para lansia adalah Al-Qur’an dan Hadist. Hal tersebut di
peroleh dari wawancara pribadi, yang di ambil dari kutipan berikut:
Kalau pendukung Al-Qur’an dan hadist, itu yang yang menjadi
suatu pedoman kita adalah Al-Qur’an dan hadist.11
Jadi bisa di artikan bahwa yang menjadi faktor pendukung
pelaksanaan bimbingan agama dalam meningkatkan ibadah shalat pada
lansia di balai perlindungan sosial dinas sosial provinsi banten adalah
dukungan dari berbagai pihak di mana pihak intansi menyediakan tempat
dalam hal ini instansi hanya menyediakan tempat berupa mushola serta
mendatangkan para pembimbing agama dan adanya motivasi untuk
mengikuti dari pihak lansia. Serta lain itu pula para pembimbing agama
juga mempunyai pengetahuan agama yang lebih baik dari pada lansia,
sehingga itu kegiatan ini bisa berjalan dengan baik.
2. Faktor penghambat
Adapun yang menjadi faktor penghambat pelaksanaan bimbingan
agama dalam meningkatkan ibadah shalat pada lansia di balai
perlindungan sosial dinas sosial provinsi banten ini sangat beragam,
10
Ustad Bayi, Wawancara Pribadi, Serang, Mei 2011. 11
Hj. Susi dan Hj. Toyibah, Wawancara Pribadi, Serang, April 2011.
55
dimana para klien/mbah-mbah belum sepunuhnya menyadari akan
pentingnya bimbingan agama bagi mereka, dimana mereka bisa
mengambil manfaat dari bimbingan tersebut yang mana manfaatnya
adalah sebagai bekal bagi mereka kelak buat kehidupan setelah kematian.
Seperti yang dikatakan Oleh Bapak H. Sukaemi dalam wawancara
pribadi. Setelah saya kutip dalam wawancara pribadi beliau mengatakan
sebagai berikut :
Sedangkan faktor penghambatnya tidak semua menyadari mbah-
mbah ini juga akan mengikuti bimbingan itu, ya merasa
katakanlah alasan fisik lelah, fisik sudah tua, atau keterbatasan
mobilitas. Ya karena kita(lembaga) selalu jadwal yang ditetapkan
di tentukan dalam satu tempat, sementara mbah-mbah yang
memang sudah apa sih rendah sekali kekuatan fisiknya. Dan kita
meyakini selaku orang muslim bahwa adanya kehidupan yang
jauh lebih abadi yaitu di akherat, itu barang kali.12
Berbeda dari pendapat yang di sampaikan oleh bapak H. Sukaemi,
Ustad Bai, Hajah Badriyah dan Hajah Susi berpendapat bahwa dalam
pelaksanaan bimbingan agama dalam meningkatkan ibadah shalat pada
lansia di balai perlindungan sosial dinas sosial provinsi banten menyakan
bahwa mereka tidak memiliki hambatan apapun dalam memberikan
bimbingan agama, itu terlihat dari antusias para klien/mabah-mbah yang
banyak mengikuti kegiaatan tersebut yang di laksanakan setiap hari selasa
pagi.13
Dengan begitu bisa diartikan bahwa yang membuat para lansia
tidak mengikuti bimbingan agama ini lebih di sebabkan karena faktor
12
H. Sukaemi, Wawancara Pribadi, Serang, April 2011. 13
Ustad Bayi, Wawancara Pribadi, Serang, Mei 2011 danHj Susi dan Hj. Toyibah,
Wawancara Pribadi, Serang, April 2011.
56
fisik, yang memang tidak bisa di pungkiri bahwa umur yang sudah tua
rentan sakit seperti yang di katakan oleh Mbah Sofi “Faktor
penghambatnya kadang-kadang kita lagi sakit gitu ya, kadang-kadang
terpaksalah ga ngaji yasinan, aduh kalau udah kumat darah tinggi saya
kadang-kadang ga ikut yasinan.14
14
Mbah Sofi, Wawancara Pribadi, Serang, April 2011.
57
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasrakan hasil penelitian penulis lakukan mengenai Peranan
Pembimbing Agama Dalam Meningkatkan Ibadah Shalat Pada Lansia di Balai
Perlindungan Sosial Dinas Sosial Provinsi Banten, dapat di simpulkan bahwa :
1. Implementasi pembimbing agama dalam meningkatkan ibadah shalat pada
lansia adalah tidak terlepas dari beberapa aspek yaitu waktu pelaksanaan,
materi yang di berikan dan cara penyampaiannya.
2. Metode pembimbing agama dalam meningkatkan ibadah shalat pada lansia
antara lain :
a. Metode ceramah.
b. Metode tanya jawab.
c. Metode pama-pami.
3. Faktor pendukung dan faktor penghambat dalam meningkatkan ibadah
shalat pada lansia adalah sebagai berikut :
a. Adanya dukungan dari berbagai pihak, baik pihak lembaga,
pembimbing agama dan para lansia yang ikut berpartisipasi dalam
kelancaran kegiatan ini. Adapun bagi pembimbing agama pribadi yang
menjadi faktor pendukung dalam meningkatkan ibadah shalat pada
lansia adalah adanya pedoman yaitu Al-Qur’an dan Hadist.
b. Kurang adanya kesadaran dari para lansia akan pentingnya bimbingan
agama, yang tujuan dan kepentingannya buat mereka pribadi untuk
58
bekal di akherat kelak. Adapun faktor penghambat bagi para
pembimbing agama bagi mereka tidak ada hambatan apapun.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang penulis lakukan mengenai Peranan
Pembimbing Agama Dalam Meningkatkan Ibadah Shalat Pada Lansia di Balai
Perlindungan Sosial Dinas Sosial Provinsi Banten maka saran-saran yang
penulis sampaikan adalah :
1. Kepada lembaga perlu adanya pembinaan secara intensif yang lebih
maksimal yang dapat mengarahkan para lansia ini untuk melakukan
kemandirian keberagamaan para lansia tersebut.
2. Baiknya para pembimbing agama melakukan bimbingan secara tatap muka
agar mengetahui kondisi secara nyata permasalahan yang di hadapi oleh
para lansia.
3. Untuk para lansia hendaknya mempunyai kesadaran akan pentingnya
mengikuti bimbingan agama dan janganlah bermalas-malasan karena ini
merupakan untuk kepentingannya dan lakukanlah secara lebih progresif,
karena dengan begitu keberagamaan mereka lebih terarah sesuai dengan
tujuannya.
59
DAFTAR PUSTAKA
Ali Abdul Hayyi Al-Hasani An-Nadawi, Ali. Empat Sendi Agama Islam. Jakarta:
Rineka Cipta, 1992.
Ali,Yunasril. Agar Shalat Menjadi Penolongmu, Penyejuk Hatimu. Jakarta:
Zaman, 2009.
A. Pratanto, Pius dan AL Barry, M. Dahlan. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya:
Arkola.
Basrowi. Pengantar Sosiologi. Bogor: Ghalia Indonesia, 2005.
Berry, David. Pokok-Pokok dalam Sosiologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1995.
B. Purwakania Hasan, Aliah. Psikologi Perkembangan Islami: Menyikap Rentang
Kehidupan Manusia dari Prakelahiran hingga Pascakematian. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2008.
Darajat, Zakiah. Psikotrapi Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 2002.
Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka, 1998.
Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka, 2002.
Gerungan, W.A. Psikologi Sosial. Jakarta: PT. Eresco, 1998.
Ghanim as- Sadlan, Shalih. Fiqih Shalat Berjamaah. Jakarta: Pustaka as-Sunnah,
2006.
Hidayat, Komarudin. Psikologi Ibadah. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2008.
Jogiyanto. Metodologi Penelitian Sistem Informasi. CV. Andi Offset, 2008.
J. Moloeong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosada Karya, 2004.
M. Lutfi. Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam. Lembaga
Penelitian UIN Syarif hidayatullah Jakarta, 2008.
Manan bin H. Muhammad Sobari, Abdul. Jangan Asal Shalat: Rahasia Shalat
khusyuk dari Tuntunan Bersuci, Fiqh Shalat, Macam-macam Shalat hingga
Amalan-amalan Sunnah. Bandung: Pustaka Hidayah, 2007.
Maryam, R. Siti, dkk. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:
Salemba Medika, 2008.
60
Mu’awanah, Elfi dan Hidayah, Rifa. Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar.
Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009.
Narwoko, J. Dwi dan Suyanto, Bagong. Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan.
Jakarta: Kencana, 2005.
Nasution, Harun. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: Universitas
Indonesia Press, 1985.
Nasution, Lahmuddin. Fiqh. Logos.
Nizar, Samsul. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers, 2002.
Nurdin, M. Amin dan Abrori, Ahmad. Mengerti Sosiologi (Pengantar untuk
Memahami Konsep-konsep Dasar). Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006.
Puspito, D. Hendro. Sosiologi Agama. Yogyakarta: Kanisius, 1983.
Razak, Yusron dan Nurtawab, Ervan. Antropologi Agama. Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2007.
Rohim Faqih, Ainur. Bimbingan dan Konseling Islam. Yogyakarta: UI Press,
2001.
Saefullah, Ujang. Kapita Selekta Komunikasi Pendekatan Agama dan Budaya.
Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007.
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1998.
Tebba, Sudirman. Nikmatnya Salat Jamaah. Banten: Pustaka IrVan, 2008.
Tohirin. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi).
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007.
Walgito, Bimo. Bimbingan dan Konseling (Studi & Karier). CV. Andi Offset,
2004.
Winkel, W.S dan Hastuti, M.M. Sri. Bimbingan dan Konseling di Institusi
Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi, 2004.
Yusuf L.N, Syamsu dan Nurihsan, A. Juntika. Landasan Bimbingan dan
Konseling. Bandung: PT. Remaja Rosada Karya, 2006.
Zainal Arifin, Isep. Bimbingan Penyuluhan Islam Pengembangan Dakwah
Bimbingan Psikotrapi Islam. Jakarta: Rajawali Pers, 2009.
http://www.sujarwohart.wordpress.com/2010/01/31/ibadah-shalat-hikmah.
http://www.soni69.tripod.com/Islam/Ibadah.htm
LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN WAWANCARA
1. Berapa jumlah pembimbing agama yang ada di Balai Perlindungan Sosial
Dinas Sosial Provinsi Banten?
2. Kenapa alasan di adakannya bimbingan agama pada lansia di Balai
Perlindungan Sosial Dinas Sosial Provinsi Banten ?
3. Bagaimana kegiatan bimbingan agama bisa terealisasi?
4. Apa tujuan di laksanakannya bimbingan agama?
5. Metode apa yang di gunakan pembimbing agama dalam melakukan
bimbingan agama pada lansia?
6. Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat kegiatan bimbingan
agama?
7. Apa yang bapak harpkan dari kegiatan bimbingan agama baik secara
umum untuk lembaga dan secara khusus untuk para lansai?
HASIL WAWANCARA
Nama : H.Sukaemi, S.Pd
Jabatan : Pembina
Tempat : Poli Klinik
Tanggal : 26 April 2011
Pertanyaan : Berapa jumlah Pembimbing Agama yang ada di Balai
Perlindungan Sosial Dinas Sosial Provinsi Banten?
Jawaban : Kalau pembimbing itu kita yang tadi kan semuanya empat. Itu
pun tidak menutupi kemungkinan bahwa pada intinya kita-kita juga ya pada
dasarnya pembimbing, baik dari struktur apakah yang dari kita (lembaga) yang
sebenarnya dari aspek tugas dan fungsi bukan selaku pembimbing. Akan tetapi
selalu memberikan, karena kenapa membekali bagi lansia kan tidak ada lagi
bagaimana menyongsong ya katakanlah untuk menyonsong hari tuanya,
memberikan motivasi, ya ibadah sholat, pengajian paling hanya itu saja sih
perawatan kesehatan. Pada dasarnya tidak lepas dari aspek itulah kita selalu
menghimbau, memang kalau dari aspek ya fungsi sih mungkin disini kan ada
pekerja sosial, pekerjaan pekerja sosial itu meliputi bisa sebagai mediator, bisa
sebagai motivator, bisa sebagai fasilisator jadi banyak memberikan fungsi. Yang
pekerja sosial yang ditunjuk itu memang satu orang yang sama sifatnya honorer
paling yang disini. Meskipun saya bukan pekerja sosial tapi saya mungkin lebih
banyak memberikan peranan pekerja sosial itu.
Pertanyaan : Kenapa alasan di adakannya bimbingan agama pada lansia di
Balai Perlindungan Sosial Dinas Sosial Provinsi Banten ?
Jawaban : Ya bisa di katakan tadi, bahwa pada dasarnya manusia ya hidup
itu bukan hanya di dunia, jadi untuk menyongsong bekal hidup di akherat ya
adalah ya mungkin ibadah ya sholat salah satunya kalau bagi orang muslim
barang kali, hanya bukan salah satu itu saja bimbingan agama kan mungkin
banyak bagaimana menjagaga silaturahim dengan sesama klien ya katakanlah
hablumminanas bagaimana merawat lingkungan, kesehatan dia, itulah pentingnya
barang kali, karena ya dari berbagai aspek baik dari sudut agama, sudut kesehatan
semuanya kan saling ada keterkaitan. Kita banyak memberikan itu tujuaannya
bagaimana membekali mudah-mudahan kelak dia di panggil oleh Allah menjadi
orang khusnul khotimah paling tidak.
Pertanyaan : Bagaimana kegiatan bimbingan agama bisa terealisasi?
Jawaban : Ya di samping sudah ada jadwal yang sudah di tentukan kita
(lembaga) juga ya secara apa ya di luar jadwal katakanlah informal barang kali.
Ya kita (lembaga) ngobrol secara personal artinya disini banyak juga kan mbah-
mbah yang ada di balai/panti paling tidak semuanya paham akan katakanlah ilmu
agama lebih khususnya menyangkut sholat sehingga perlu banyak diberikan
arahan dan bimbingan. Baik tata cara, do’a-do’anya itu sih pada dasarnya atau
misalnya b agaimana tertibnya sholat, bacaan-bacaan khususnya surat Al-Fatiha.
Pertanyaan : Apa tujuan di laksanakannya bimbingan agama?
Jawaban : Ya tujuannya ya paling tidak memberikan bekal untuk menuju
kehidupan yang jauh lebih abadi, baik ya di akherat karena kan katanya bahwa
yang paling utama itu di akherat yang ditanya adalah misalnya bagaimana euh...
apa ibadah sholatanya yang ditanyakan di samping mungkin apa yang lain-lain
kita meyakini selaku orang muslim bahwa adanya kehidupan yang jauh lebih
abadi yaitu di akherat, itu barang kali.
Pertanyaan : Metode apa yang di gunakan pembimbing agama dalam
melakukan bimbingan agama pada lansia?
Jawaban : Metodenya barang kali bisa ceramah agama atau juga diskusi
kemudian ya praktek ibadahnya, tata caranya. Kemudian juga metodenya secara
face to face (tatap muka langsung/ngobrol) secara personal kalau mereka mau.
Mungkin jadwal yang definitif barang kali seminggu dua kali, mereka terkadang
secara sadar sesunguhnya banyak euh..... juga yang habis sholat maghrib langsung
belajar sendiri entah membaca Al-Qur’an atau melakukan wiridan masing-masing
atau secara otodidak juga.
Pertanyaan : Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat kegiatan
bimbingan agama?
Jawaban : Faktor pendukung ya mungkin kita (lembaga) dari aspek fasilitas
meskipun itu ada kaya mushola kemudian ustadnya artinya tenaga ada, tempata
ada kemudian juga kemauan para mbah-mbah juga ada sedikit motivasi.
Sedangkan faktor penghambatnya tidak semua menyadari mbah-mbah ini juga
akan mengikuti bimbingan itu, ya merasa katakanlah alasan fisik lelah, fisik sudah
tua, atau keterbatasan mobilitas. Ya karena kita(lembaga) selalu jadwal yang
ditetapkan di tentukan dalam satu tempat, sementara mbah-mbah yang memang
sudah apa sih rendah sekali kekuatan fisiknya.
Pertanyaan : Apa yang bapak harpkan dari kegiatan bimbingan agama baik
secara umum untuk lembaga dan secara khusus untuk para lansai?
Jawaban : Untuk lembaga memang kewajiban kita(lembaga) kelembagaan
memberikan pelayanan itu. Tidak hanya fisik, tapi mental spiritual itu kewajiban
pealayanan yang di berikan. Mental dan spiritual katakanlah rohani itu dari aspek.
Kemudian juga harapannya tidak ada lagi ya mudah-mudahan mereka(lansia) di
dunia ini tau apa yang hak dan kewajibannya, kemudian juga mudah-mudahan
bisa menciptakan harmonisasi karena di antara mbah-mbah ini kan mempunyai
latar belakang yang berbeda ya katakanlah unik, ada yang memang secara umum
pendidikannya rendah sehingga kesadarannya pun masih rendah. Coba kita
(lembaga) berikan motivasi kemudian bisa menciptakan harmonisasi dengan para
mbah-mbah yang lain, karena selalu ada aja kita (lembaga) mbah-mbah ini kaya
anak kecil terkadang pagi bertengkar sore hade deui (baik lagi) bahkan ada
kalanya ada yang pernah sampai mendendam. Di sini kadang-kadang ada
statusnya lajang yang mencari namanya cinta mungkin kenutuhan ada kalanya
juga ada yang terjerat.
Ya hanya itulah barang kali apa yang saya uraikan ya kalau kurang mohon di
maafkan karena saya juga bekronnya bukan dari pekerja sosial katakan
pendidikan formalnya sama. Dari aspek pengalaman juga boleh di katakan belum
berpengalaman karena di dinas sosial saya juga baru lima tahun kurang walaupun
pernah ikut diklat.
Penanya Pembina
( ) ( H. Sukaemi, S. Pd )
PEDOMAN WAWANCARA
1. Berapa lama Ibu memberikan bimbingan agama kepada lansia di Balai
Perlindungan Sosial Dinas Sosial Provinsi Banten?
2. Kapan pelaksanaan kegiaatan bimbingan agama di laksanakan?
3. Metode apa yang di gunakan dalam memberikan bimbingan agama?
4. Apa tujuan di laksanakannya bimbingan agama?
5. Bagaimana langkah-langkah pembimbing agama agar para lansia dapat
meningkatkan ibadah shalat?
6. Bagaimana Implementasi Pembimbing Agama dalam Meningkatkan
Ibadah Shalat pada Lansia?
7. Apa saja yang menjadi faktor pendukung dalam meningkatkan ibadah
shalat terhadap para lansia?
8. Apa saja yang menjadi faktor penghambat dalam meningkatkan ibadah
shalat terhadap para lansia?
9. Apa yang harapan Ibu terhadap para lansia setelah mengikuti bimbingan
agama?
HASIL WAWANCARA
Nama : Hj. Susi dan Hj.Toyibah (Pembimbing Agama)
Tempat : Mushola
Tanggal : 26 April 2011
Pertanyaan : Berapa lama Ibu memberikan bimbingan agama kepada lansia
di Balai Perlindungan Sosial Dinas Sosial Provinsi Banten?
Jawaban : Setahun setengah
Pertanyaan : Kapan pelaksanaan kegiaatan bimbingan agama di laksanakan?
Jawaban : Kami tu kebagiannya hari selasa, dulu setiap selasa tapi sekarang
ini euh...... hanya satu kali dalam sebulan, karena kami membimbing juga
pembinaan ahlak anak-anak yatim di lain tempat di Baiturahman Kasemen, iya di
situ lebih banyak lagi.
Pertanyaan : Metode apa yang di gunakan dalam memberikan bimbingan
agama?
Jawaban : Kombinasi ya he... he..., di sini kombinasi ya, jadi oh.. ya gimana
bu ya kita ini ada sistem sintetis, ada sistem global dan yang ter.. yang banyak
disini sistemnya sistem pama pami ya artinya apa pama pami itu kita
mengucapkan mereka mengikuti, karena apa karena mereka banyak yang sudah
tidak bisa melihat dan juga tidak bisa melihat, mendengar dan juga tidak
mendengar ah.., jadi untuk yang tidak mendengar melihat mulut kita, yang tidak
euh.... mendengar melihat mulut kita, yang tidak melihat mendengar dari kita, jadi
hanya dua saja tidak memakai tertulis ya bu..........., lalu sistem yang ke dua adalah
begini mereka itu di berikan pemahaman na ini.. ni.. bu nih tahfsinul Al-Qur’an ya
jadi kami memberikan juga jadi mahroznya yang segala begitu baik cara dalam
membacanya Al-Qur’an ya gitu ya jadi dengan mahroznya, dengan tajwidnya.
Bagi dua kalau ibu yang membacanya jadi dengan mahroznya nah terus tadi nanti
di ulang-ulang selain itu minggu depan di ulang lagi gitu apa segala sudah
hapalannya juga nah setelah itu, kalau untuk Ibu Hj.Susi inih mengenai
penapsirannya dan sebagainya itu ya jadi artinya sebabnya itu pemanfaatan surat
dan kajiaannya selalu jadi saling itu aja saling mengisi, disamping itu mereka di
berikan do’a-do’a ya di berikan juga untuk sholat, apa yang di kerjakan selama
ini sifat orang tua itu mereka itu bukan hanya itu saja kan, karena mereka banyak
waktu, jadi bukan hanya shalat, tapi apa saja yang harus di kerjakan mau tidurnya
bagaimana. Setelah itu belajar begini setelah nanti juga pemanfaatan itu dengan
teman gimana gitu jadi kita tuh karena mereka itu walaupun mereka sudah tua
akan tetapi masih seperti anak-anak masih saling bentrok itu yang mau di
tekankan pada ahlaknya. Karena supaya mereka mau saling dengan teman itu
jangan sampai bentrok gitu, kita kan menekankan juga sama sunah-sunahnya yang
harus di kerjakan sama mereka sebagai orang tua.
Pertanyaan : Apa tujuan di laksanakannya bimbingan agama?
Jawaban : Oh.. tujuannya oh dua arah yang pertama tujuan dari kami
berdua adalah mengamalkan yang sudah kami punyai sesuai dengan hadist kita
inih harus mengerjakan apabila bisa dan diajar apa yang belum bisa. Yang
keduanya kita memberikan bekal kepada orang-orang tua yang sudah jompo, yang
sudah ya keliatanlah keadaannya ya untuk yaitu kehidupan dalam ketenangan
menghadapi hari tua dan di hari akhir. Untuk memanfaatkan ya kita ini kan masih
ada umur nih mudah-mudahan kita itu masih bisa bermanfaat bagi orang, orang
lain itu supaya orang lain beribadah, kita juga kan sudah dikatakan kalau yang
bisa mengajar apa bila bisa, yang tidak bisa harus belajar. Kalau tidak bisa tidak
belajar apa? Namanya kurang ajar, itulah yang kita terapkan, jadi kami juga
merasa ya tidak, ilmu itu kan cakupannya luas tapi apa yang kita bisa kita
sampaikan nah kita juga tidak bisa belajar kita juga punya kiyai, jadi setiap setiap
hari tuh kita keluar untuk belajar mengajar nah kita ibu-ibu ini pensiunan berdua
memanfaatkan umur yang di berikan oleh Allah dengan kita belajar dan mengajar
dan sistemnya kami berdua kemana-mana itu sukarela.
Pertanyaan : Bagaimana langkah-langkah pembimbing agama agar para
lansia dapat meningkatkan ibadah shalat?
Jawaban : Kalau melihat pasien di sini rupanya bagi kami berdua tidak
menyaksikan, karena kita tidak ada di sini ya bu ya. Ya tentu pengajaran yang
kami berikan di sini itu semua ini di arahkan kepada pembacaan Al-Qur’an yang
baik untuk melaksanakan sholat. Dari mulai wudhu ya jadi bukan hanya shalatnya
saja tapi mulai dari tahap thaharoh bathin dan thaharoh lahir artinya dalam wudhu
itu bagaimana sikap kita dan bagaimana dalam kehidupan kita, kemudian dalam
euh... melaksanakan rukun-rukun shalat yang wajib dan juga yang sunah dan
sunah pun semuanya di lengkapi mana sunah muakad dan sunah ghoiri muakad.
Pertanyaan : Bagaimana Implementasi Pembimbing Agama dalam
Meningkatkan Ibadah Shalat pada Lansia?
Jawaban : Ya seperti itu tadi yang kita ajarkan, kita juga tidak menyaksikan
kan jadi kita tuh yang penting kita tuh ngajar pada mereka karena mengajar itu
mereka belajar itu kan wajib sunah bisa itu kita yang kita harapkan, yang penting
kita itu adalah belajar, mudah-mudahan dengan belajar itu mereka kan jadi
meningkat ya dan ada juga yang sudah bisa ngaji kita harapkan mereka juga
ngajar temannya gitu. Jadi kita tidak ada metode khusus yang gitu ga ada, praktek
juga jadi pada waktu kita mengajarkan wudhu karena tidak akan sempurna
shalatnya kalau tidak ada wudhunya dulu jadi kita sempurna dulu bagaimana cara
berwudhu yang baik itu yang di praktekan dengan cara simulasi dengan tidak ada
airnya di sini tapi di umpamakan sampai di mana. Demikian juga shalat di berikan
contoh bagaimana carannya sujud, bagaimana caranya euh.. ruku, sujud, dan apa
euh.. waktu membacakan iftitah. Bagaimana itu kami menjelaskan, dan itu kami
tidak menganggap pasien ini bukan pasien tapi ini kita sama-sama belajar sama-
sama beribadah di depan Allah.
Pertanyaan : Apa saja yang menjadi faktor pendukung dalam meningkatkan
ibadah shalat terhadap para lansia?
Jawaban : Kalau pendukung Al-Qur’an dan hadist itu yang yang menjadi
suatu pedoman kita adalah Al-Qur’an dan hadist.
Pertanyaan : Apa saja yang menjadi faktor penghambat dalam meningkatkan
ibadah shalat terhadap para lansia?
Jawaban : Tidak ada hambatan di sini tidak ada hambatan alhamdullilah
semua alhamdullilah.
Pertanyaan : Apa yang harapan Ibu terhadap para lansia setelah mengikuti
bimbingan agama?
Jawaban : Agar para mbah-mbah dapat meningkatkan ibadah shalatnya
saja, serta mudah-mudahan apa yang saya berikan dapat di pahami dan juga saya
berharap agar para mbah-mbah rukun dengan teman-temannya begitu.
Penanya Pembimbing Agama
( ) (Hj. Susi dan Hj. Toyibah)
PEDOMAN WAWANCARA
1. Sudah berapa lama Bapak memberikan bimbingan agama di Balai
Perlindungan Sosial Dinas Sosial Provinsi Banten?
2. Kapan pelaksanaan kegiatan bimbingan agama di laksanakan?
3. Metode apa yang di gunakan dalam memberikan bimbingan agama?
4. Apa tujuan di laksanakannya bimbingan agama?
5. Bagaimana implementasi bimbingan agama dalam terhadap para lansia
dalam rangka meningkatkan ibadah shalat?
6. Apa saja yang menjadi faktor pendukung bapak dalam meningkatkan
ibadah shalat terhadap para lansia?
7. Apa saja yang menjadi faktor penghambat dalam meningkatkan ibadah
shalat terhadap para lansia?
8. Apa yang harapan bapak terhadap para lansia setelah mengikuti bimbingan
agama?
HASIL WAWANCARA
Nama : Ustad Bai (Pembimbing Agama)
Tempat : Mushola
Tanggal : 2 Mei 2011
Pertanyaan : Sudah berapa lama Bapak memberikan bimbingan agama di
Balai Perlindungan Sosial Dinas Sosial Provinsi Banten?
Jawaban : Kira-kira sudah hampir 16 tahun.
Pertanyaan : Kapan pelaksanaan kegiatan bimbingan agama di laksanakan?
Jawaban : Di lakasanakannya setiap hari selasa dan hari kamis sore, kalau
hari kamis sore biasanya pengajian yasinn bersama.
Pertanyaan : Metode apa yang di gunakan dalam memberikan bimbingan
agama?
Jawaban : Biasanya saya memberikan ceramah kepada para mbah-mbah,
lalu mempraktekannya.
Pertanyaan : Apa tujuan di laksanakannya bimbingan agama?
Jawaban : Agar para mbah-mbah ini paham tentang masalah agama, tau
tentang tata cara ibadah shalat, whudu dan lain-lain.
Pertanyaan : Bagaimana implementasi bimbingan agama dalam terhadap para
lansia dalam rangka meningkatkan ibadah shalat?
Jawaban : Baik.
Pertanyaan : Apa saja yang menjadi faktor pendukung bapak dalam
meningkatkan ibadah shalat terhadap para lansia?
Jawaban : Al-Qur’an dan Hadist serta kemauan para mbah-mbah itu sendiri
Pertanyaan : Apa saja yang menjadi faktor penghambat dalam meningkatkan
ibadah shalat terhadap para lansia?
Jawaban : Tida ada.
Pertanyaan : Apa yang harapan bapak terhadap para lansia setelah mengikuti
bimbingan agama?
Jawaban : Harapannya agar para mbah-mbah dapat meningkatkan ibadah
shalat aja, serta mudah-mudahan apa yang saya berikan dapat di pahami dan juga
saya berharap agar para mbah-mbah rukun gitu.
Penanya Pembimbing Agama
( ) (Ustad Bayi)
PEDOMAN WAWANCARA
1. Berapa lama mbah tinggal di Balai Perlindungan Sosial Dinas Sosial
Provinsi Banten?
2. Kapan mbah masuk pertama kali ke Balai Perlindungan Sosial Dinas
Sosial Provinsi Banten?
3. Kegiatan apa saja yang mbah lakukan di Balai perlindungan Sosial Dinas
Sosial Provinsi Banten?
4. Apakah mbah tau tentang ibadah shalat?
5. Ibadah shalat apa saja yang mbah sering lakukan?
6. Apa yang mendorong mbah untuk melakukan ibadah shalat?
7. Perasaan apa yang mbah rasakan setelah melakukan ibadah shalat?
8. Bagaimana implementasi pembimbing agama dalam meningkatkan
ibadah shalat?
9. Metode/Cara apa yang di gunakan pembimbing agama dalam
meningkatkan ibadah shalat?
10. Faktor pendukung apa yang membuat mbah meningkatkan ibadah shalat?
11. Faktor penghambat apa yang membuat mbah untuk meningkatkan ibadah
shalat?
12. Apa harapan mbah setelah mengikuti bimbingan agama?
HASIL WAWANCARA
Nama : Sofi (Klien)
Umur : 68 Tahun
Tempat : Wisma
Tanggal : 12 April 2011
Pertanyaan : Berapa lama mbah tinggal di Balai Perlindungan Sosial Dinas
Sosial Provinsi Banten?
Jawaban : 6 tahun jalan 7 tahun.
Pertanyaan : Kapan mbah masuk pertama kali ke Balai Perlindungan Sosial
Provinsi Banten?
Jawaban : Saya datang kesini tahun 2005, tanggal 14 Februari bulan dua.
Pertanyaan : Kegiatan apa saja yang mbah lakukan di Balai perlindungan
Sosial Dinas Sosial Provinsi Banten?
Jawaban : Kegiatan saya disini olahraga, pengajian, keterampilan, bikin
dompet kadang-kadang bikin tas kalau ga bikin bunga, terus kecempringan biasa
kosidahan ehm...............
Pertanyaan : Apakah mbah tau tentang ibadah shalat?
Jawaban : Tau. duha, tahajud, maghrib ih.. subuh, dzuhur, ashar, maghrib,
isya.
Pertanyaan : Ibadah shalat apa saja yang mbah sering lakukan?
Jawaban : Ya kadang-kadang kalau lagi enggak malas tahajud, kalau lagi
malas ya kadang-kadang kalau rajin ya itu aja, ya paling yang sering saya lakukan
itu shalat lima waktu. Ya tepat alhamdullilah eh......eh.........................
Pertanyaan : Apa yang mendorong mbah untuk melakukan ibadah shalat?
Jawaban : Saya sendiri ya.. ya.. faktor sendiri, Ya itu shalat wajib, karena
saya orang tua saya memang orangnya bener-bener cerewet gitu apa lagi ada
hikmahnya orang cerewet, kalau sewaktu itu waktu umur 7 gitu umur 5, 7 tahun
kita itu di ajarin puasa, ngaji harus, sembahyang di ajarin dan dilatih dukungan
orang tua. Kesatu dan saya memang saya sendiri ga ada turunan yang agama lain
gitu kalau semua agama islam jadi alhamdulilah kalau ga males sembahyang,
ngaji. Cuma saya agak bandel kalau lagi di suruh ngaji kadang-kadang maen
layangan, adu gangsing itu saya yang paling bandel ucing-ucingan jadi ngajinya
ga tamat he.......he.......................
Pertanyaan : Perasaan apa yang mbah rasakan setelah melakukan ibadah
shalat?
Jawaban : Alhamdullilah enteng, kepala enggak berat badan juga enteng
kaya seperti orang bayar hutang, alhamdullilah lancar.
Pertanyaa : Bagaimana implementasi pembimbing agama dalam
meningkatkan ibadah shalat?
Jawaban : Ibadah shalat itu ya saya, implementasi/pelaksanaannya pa ustad
implementasi/pelaksanaannya juga bagusnya begini ya, kalau orang sembahyang
tahajud eh sembahyang tahajud eh iya kalau ga bisa eh kalau bisa dua rakaat
lampahin, kalau bisa delapan rakaat, alhamdullilah kalau sampe dua belas itu kata
pa ustad. Kita sembahyang tahajud abis itu sembahyang duha melampahi yang 12
nanti di surganya kita dapat tidur emas, pintu emas, kamar mandi emas serba
emas insya Allah, kalau kita dari kata-kata ga bener untuk temen-temen itu
langsung di catat sama Allah. Implementasi/pelaksanaanya pa ustad untuk
meningkatkan ibadah shalat ibadah itu ada, implementasi/pelaksanaannya selalu
memberitahukan “kita masih ada ambekan kapan lagi tidak ngaji, eh tidak
sembahyang itu di wajibkan sembahyang lima waktu” syukur bagus yang lebih
dari itu. Jadi kita seolah waktu kapan lagi, alhamdulillah mbah ini umur 68 tahun
masih bisa ikut pengajian alhamdulillah berubah puji syukur sama Allah.
Pertanyaan : Metode/Cara apa yang di gunakan pembimbing agama dalam
meningkatkan ibadah shalat?
Jawaban : Caranya pa ustad bicara kalau ga ceramah. Kalau kita ga tidak
puasa tidak di biasakan puasa nanti selalu ga mau puasa, apa lagi kalau puasa
wajib itu penting ya ke. Cara pa ustad sama semuanya sama ceramah aja, terus itu
kita harus sering-sering sedekh sama temen-temen, jangan pelit, terus kita
sewaktu-waktu kata-kata yang ga baik sama temen jangan suka nyinggung
perasaan orang nati sakit hati orang, orang itu belum tentu kelakuaannya begini
begitu. Jadi otomatis kita harus belajar mungkin di praktekan, misal duduk ngiblat
nga boleh nyerong sedkit gitu.
Pertanyaan : Faktor pendukung apa yang membuat mbah meningkatkan
ibadah shalat?
Jawaban : Faktor pendukungnya niat saya sendiri ya, karena saya andai
kata orang lain bilang kita kan beli oleh-oleh, itu nah oleh-oleh itu buat kita kalau
kita ga ada umur gitu aja.
Pertanyaan : Faktor penghambat apa yang membuat mbah untuk
meningkatkan ibadah shalat?
Jawaban : Faktor penghambatnya kadang-kadang kita lagi sakit gitu ya,
kadang-kadang terpaksalah ga ngaji yasinan, aduh kalau udah kumat darah tinggi
saya kadang-kadang ga ikut yasinan, karena saya terus terang ga bisa baca surat
yasin. Ada dosanya banyak, karena saya kadang-kadang sakit gitu parah Cuma
sehari ga sembahyang Cuma hukumannya 10 tahun kalau orang sehari ga
sembahyang iya, saya takut tapi udah saya bayar.
Pertanyaan : Apa harapan mbah setelah mengikuti bimbingan agama?
Jawaban : Mudah-mudahan di kasih kesehatan, panjang umur, jalan lancar,
banyak yang kasihan sama saya, terus di barengi sehat untuk di bawa mati gitu
aja.
Penanya
( ) ( Sofi )
HASIL WAWANCARA
Nama : Raharjo (Klien)
Umur : 67 Tahun
Tempat : Wisma
Tanggal : 12 April 2011
Pertanyaan : Berapa lama bapak tinggal di Balai Perlindungan Sosial Dinas
Sosial Dinas Sosial Provinsi Banten?
Jawaban : 4 tahun.
Pertanyaan : Kapan bapak masuk pertama kali ke Balai Perlindungan Sosial
Dinas Sosial Provinsi Banten?
Jawaban : Tahun 2007.
Pertanyaan : Kegiatan apa saja yang bapak lakukan di Balai perlindungan
Sosial Dinas Sosial Provinsi Banten?
Jawaban : Euh.... pertama kali hari biasa selasa ini hari selasa kan pengajian
pertama, yang ke dua hari rabu senam, yang ke tiga hari kamis sore pengajian
yasinn, hari jum’at habis pulang jum’atan sholat ashar senam lagi jadi seminggu
dua kali senam. Kegiatan lain biasa ngepel, nyapu he.....he........
Pertanyaan : Apakah bapak tau tentang ibadah shalat?
Jawaban : Sholat, mengenai sholat ya gitu aja lah yang penting kita uadah
tau, sholat banyak dong.
Pertanyaan : Ibadah shalat apa saja yang bapak sering lakukan?
Jawaban : Apa yang lima waktu itu aja subuh terus dzohor, ashar, maghrib,
isya. Kalau yang lain maaf apa itu perasaan ga ada. Orang sholat itu harus sholat
tempat harus bersih bapak tau sendiri kan tempat, kalau kita ke mushola ga enak
kalau mau keluar ke mushola ini kurang jelas dari pada ini ya pak ya saya dari
pada kenapa lebih baik di rumah aja.
Pertanyaan : Apa yang mendorong bapak untuk melakukan ibadah shalat?
Jawaban : Ah............. itu ada ke niatan, dan di suruh bapak kalau ga ada niat
ga sholat. Semuanya ada ke niatan, pertama ada ke niatan dan ke dua ada
kemauan udah ya yang lain ga ada hee........ he................
Pertanyaan : Perasaan apa yang bapak rasakan setelah melakukan ibadah
shalat?
Jawaban : Ya sholat ga ada, udah wajar yang namanya orang Islam
tergantung pribadi kita sendiri mau itu udah yang penting orang saya tu
alhamdulillah udah di kasih jalan ama Allah menjalakan ibadah sholat itu. Yang
penting ada ke niatan udah, kadang-kadang begitu pak biasa-biasa aja.
Pertanyaa : Bagaimana implementasi pembimbing agama dalam
meningkatkan ibadah shalat?
Jawaban : Ya begitu aja lah pak mengenai itu sudah wajar, sholat yang
penting kita niat mengerjakan ibadah aja dah.
Pertanyaan : Metode/Cara apa yang di gunakan pembimbing agama dalam
meningkatkan ibadah shalat?
Jawaban : Ama pak ustad dan Bu haji Toyibah dan bu haji Susi ya Cuma
ngasih penujuk soal begini ngambil wudhu begini, sholatnya begini, sujudnya
begini itu namanya juga guru anggap asaja guru ngasih nasehat ke murid
bagaimana kemudian yang pakai ini pakai itu tergantung guru ngasih ini harus,
waktu saya harus di praktekan gitu cuma begitu pak ngasih petunjuk, caranya
begini caranya begitu udah. Ngomong ama praktek salah satu-satu oarng di
panggil umpamanya nyuruh orang Pak Jo praktek kaya gitu jadi yang
memperhatikan pak ustad.
Pertanyaan : Faktor pendukung apa yang membuat bapak meningkatkan
ibadah shalat?
Jawaban : Faktornya ada perniataan ama kebersihan, kalau mau sholat kalau
ga bersih tetap aja. Orang sholat itu semua oarang bersih semua bajunya bersih,
badannya bersih ya ga he.......... he........
Pertanyaan : Faktor penghambat apa yang membuat bapak untuk
meningkatkan ibadah shalat?
Jawaban : Ga ada, tergantung ada ke niatan pak
Pertanyaan : Apa harapan bapak setelah mengikuti bimbingan agama?
Jawaban : Tergantung praktek habis melakukan praktek-praktek.
Penanya
( ) ( Raharjo )
HASIL WAWANCARA
Nama : Iyah
Umur : 67
Tempat : Wisma
Tanggal : 5 April 2011
Pertanyaan : Berapa lama ema tinggal di Balai Perlindungan Sosial Dinas
Sosial Provinsi Banten?
Jawaban : Tahun dua rebu lima, tanggal lima, bulan lima, enam tahun jalan
tujuh tahun.
Pertanyaan : Kapan ema masuk pertama kali ke Balai Perlindungan Sosial
Dinas Sosial Provinsi Banten?
Jawaban : Ya itulah pertama ema masuk itu tanggal lima, bulan lima, tahun
dua rebu lima.
Pertanyaan : Kegiatan apa saja yang ema lakukan di Balai perlindungan
Sosial Dinas Sosial Provinsi Banten?
Jawaban : Kegiatannya bikin dompet, bikin bunga, bikin kain, bikin
gantungan kunci, olah raga, ama penngajian.
Pertanyaan : Apakah ema tau tentang ibadah shalat?
Jawaban : Tau, nu lima waktu di jalanin, pertama subuh, dua dzuhur, tiga
ashar, empat maghrib, lima isya. Setelah itu shalat sunah tahajud, shalat duha
kalau lagi sehat, kalau lagi enggak mah engga itu aja. Yang lima waktu yang
paling sering itukan wajib kalau sunahmah ga.
Pertanyaan : Ibadah shalat apa saja yang ema sering lakukan?
Jawaban : Yang lima waktu yang paling sering itu mah kan wajib, aih
sunahmah jarang di lakonin engga apa-apa, ga di lakonin juga ya engga apa-apa.
Ya kalau ema sehatmah yang di lakonin setiap malem juga eta mah sholat tahajud
Cuma dua rakaat inih. Shalat sunnah shubuh di lakonin habis tapi itu ga tidur,
kadang-kadang kalau ketiduran jam setengah tiga bangun shalat, tapi langsung
tidur lagi langsung kita nunggu waktu shalat tahajud kan shalat tahajudmah bisa
walaupun jam 7 bisa jam 8 malem jam 9, jam 10, jam 11 asal yang penting kita
sudah merasa tidur, engga seluruhnya jam dua kan boleh aja tahajudmah.
Pertanyaan : Apa yang mendorong ema untuk melakukan ibadah shalat?
Jawaban : Allah yang mendorong, kalau shalat ga bisa Allah aja. Allah
sudah ngasih jalan apa tuh karena kita suka ngelakonin shalat tahajud. Jadi yang
mendorong itu mah hak kita sudah menjadi ke biasaan dari kecil sampe udah tua
begini, dari di belajarin ama orang tua kamu ngaji, kamu shalat kamu ngaji dulu
ama orang tua kuarimah udah indit. Waktu dulu kita masih gitu ya. Ga ada
mendorong Cuma kemauan kita sendiri, walaupun ema masuk ke sini ga ada yang
mendorong ema, dari pada ngerepotin itu mah hasrat hati nurani ema. Kita udah
ga bisa cari duit cape saudara disini ga ada ah kita mah nanya ke tetangga disini
ada panti jompo apa di mana? Di anu ntar nanya ke wakil rumah tangga RT gitu.
Kalau mau masuk panti jompo apa syaratnya? Harus lapot RT, RW euh
Kelurahan, terus ke provinsi bisa harus bikin surat baru di terima lagi ga punya
penyakit yang menular ya semacam TBC gitu ya itu baru di terima. Harapan ema
mah sekarang mah lah udah disini aja mau kaya gini mau kaya gitu, istilahnya
mah ga punya saudara walaupun kan jauh, jadi istilahnya membuang diri ya
disini, ga mau ngerepotin saudara.
Pertanyaan : Perasaan apa yang ema rasakan setelah melakukan ibadah
shalat?
Jawaban : Alhadullilah gitu bahagia. Apa lagi walau misal dur bedug kita
lagi pekerjaan belum beres misalnya lagi bikin kembang ya ema mah pulang ema
mah mau shalat dzuhur dulu nanti kalau itu mah gampang shalat aja dulu kan jadi
tenang pekerjaannya gitu mau apa mau apa balik lagi juga tenang kan ga boleh
kita misal mendengar adzan tapi di biarin aja itu ga boleh gitu harus khusu gitu.
Alhamdullilah kitu nong ari kitu mah jadi istilahnya jangan membiarkan perintah
Allah. Tapi kan kebanyakan kita isya lah isya mah masih panjang, itu kayanya
kitu emang waktu mah panjang sebelumnya itu keluar apa matahari panjang
waktu isya tapi ga bisa di gtu-gitu mah, waktunya adzan ya udah langsung gitu
ema mah alhamdulillah gitu.
Pertanyaa : Bagaimana implementasi pembimbing agama dalam
meningkatkan ibadah shalat?
Jawaban : Ibadah shalat, implementasinya/pelaksanaannya ga ada kayanya
oh gimana implementasinya/pelaksanaannya ema kurang ngerti, ema mah ga
ngerti implementasi/pelaksanaannya teh namanya ga sekolah. Yaitu
implementasi/pelaksanaannya sholat harus aya, implementasinya/pelaksanaannya
sabar gitu jadi menambah-nambah sholat ini harus begini begitu harus gini gitu ga
boleh banyak apa yang jelek-jelek ya macem-macem gitu.
Implementasinya/pelaksanaannya ada alhamdullilah ya ada. Jadi mendidik kita
misal kita manusia banyak rurumputan jangan ada yang ngomong gini gitu, kita
jangan jangan cepat menanggapi kita harus iastigfar Asstagfirullahaladzim. Nah
jadi menurut itu aja kita jangan banyak marah, jangan banyak beranteum ama
temen-temen gitu. Pa ustad ya pengaruh sholatnya ada iya alhamdulillah.
Pertanyaan : Metode/Cara apa yang di gunakan pembimbing agama dalam
meningkatkan ibadah shalat?
Jawaban : Tata cara sholat biasa aja ngabimbing gitu tertib sholatna jangan
terburu-buru apa takbirotul ihramnya kan ada yang sholat terburu-buru ga boleh.
Jadi takbiratulihramnya Allahu Akbar sampe ke sini, bacaan alfatihahnya, balak
binasnya yang pokok pertama kan fatihah ya gitu aja. Dia menyampaikan ngaji
kita ngikutin praktek sholatnya ada, rukunya, sujudnya terus atahiyatnya ada,
assalamualikumnya ga bwaasoleh gitu. Lisan ama prktek ya di praktekin kita
ikutin lisan iya, ya praktek ya begitu. Antara sujud dan ruku, tahiyat kan ada
atahiyatul sampe gini atahiyatul shalawatul assadu ala illahaillah, baru kan ada
orang tahiyatul langsung begini, kan ga boleh. Iya lisan ama praktek pa ustad
ngasih taunya.
Pertanyaan : Faktor pendukung apa yang membuat ema meningkatkan ibadah
shalat?
Jawaban : Faktor pendukungnya sholat aya itulah berarti tata cara. Teu aya
nu ti luar pa ustad ama bu hajah Toyibah sareung bu hajah Susi jangan sampe
lengah sholat ngalakukeun ibadah sholat, ngalakukan ibadah pangajian. Ya ngaji
yassin ngaji apa. Jadi ada yang mendorong kita harus gini-gini ada di sini harus
menyukuri keadaan disini gitu faktor pendukungnya.
Pertanyaan : Faktor penghambat apa yang membuat ema untuk meningkatkan
ibadah shalat?
Jawaban : Penghambat teu aya.
Pertanyaan : Apa harapan ema setelah mengikuti bimbingan agama?
Jawaban : Harapan ema mah bahagia bae pengen sehat walafiaat, banyak
rezeki gitu. Ya harapan ema bahagia bae asal hate lega kitu harapanmah. Mudah-
mudahan lega sing sehat seterusna. Jadi boh puasanya, boh pengajiannya kan
cuma istilahnya walaupun ngaji harus bener idharnya, idhgomnya, tasjidnya,
peesnya ya di pendekin yang pendek. Harapan ema pingin sehat pemikiran ema
gitu.
Penanya
( ) ( Iyah )
HASIL WAWANCARA
Nama : Misjaya bin Asingad (Klien)
Umur : 81 Tahun
Tempat : Wisma
Tanggal : 5 April 2011
Pertanyaan : Berapa lama bapak tinggal di Balai Perlindungan Sosial Dinas
Sosial Provinsi Banten?
Jawaban : Lama atuh sebelum di bangun sudah disini, ya kira-kira 10 tahun
lebih. Karena ustad sudah ngajar uadah dua puluh tahunan.
Pertanyaan : Kapan bapak masuk pertama kali ke Balai Perlindungan Sosial
Dinas Sosial Provinsi Banten?
Jawaban : Sama ajeungan H. Jajuli, tahun keur zaman Soeharto tahun
berapa? 1991 nyaeta zaman Soeharto karena eta kapalana prisedenana keur
Soeharto keneh.
Pertanyaan : Kegiatan apa saja yang bapak lakukan di Balai perlindungan
Sosial Dinas Sosial Provinsi Banten?
Jawaban : Pengajian, senam, kitimpringan, laju kesed bikin kesed bikin
kesed katarampilan itu bikin bunga-bunga, kerajinan tangan.
Pertanyaan : Apakah bapak tau tentang ibadah shalat?
Jawaban : Tau. Ibadah shalat yang di kerjakan nu anu lima waktu dzuhur,
ashar, maghrib, isya subuh cuma itu yang di pakai, karena urang urang kapan
rukunnya-rukun Islam. Ada berapa katanya rukun Islam? Ada lima katanya satu
syahadat, dua shalat, tilu zakat, opat puasa, lima naik haji kalau mampu, kalau ga
mampu mah ka masjid bae nah eta.
Pertanyaan : Ibadah shalat apa saja yang bapak sering lakukan?
Jawaban : Yang sering di lakukan mah yang lima waktu, kalau yang lainnya
atu shalat sunahmah semaunnya kadang-kadang daek kadang-kadang henteu,
tinggal bae kitu nya cuma segitu. Bapak mah jarang shalat tahajud, duha gitu tidak
atuh tidak bisa ku nekuk pereum tidur aja gitu.
Pertanyaan : Apa yang mendorong bapak untuk melakukan ibadah shalat?
Jawaban : Yang mendorong nagalakukeun shalat hati, urang kawajiban.
Kan wajib pan wajib shalat dan ilmunya harus ketemu shalat rukunnya “wajib
shalar jeung elmuna kudu temu shalat rukune tawadu hatine suci sakabeh badane”
pan kudu suci sakabeh badan urang kabeh.
Pertanyaan : Perasaan apa yang bapak rasakan setelah melakukan ibadah
shalat?
Jawaban : Perasaannya tenang sudah melakukan mah kalau belum
melakukan margi sasareungan rugi, rugi urang gede dosa komo-
komo di temah-temah, teu di temah geh dosa bae gitu. Sudah
minta ka Allah agar di ampunin dosa kitu, dekatkan rezeki di
jauhkan dari bahaya dunia tah gitu “Ya Allah moga di hampura
dosa”.
Pertanyaa : Bagaimana implementasi pembimbing agama dalam
meningkatkan ibadah shalat?
Jawaban : Kan usatadnya asalanya dari curug atau ada nanti ketemu nanti
juga, ga nerapkan parukunan shalat mah itu mah baca ini aja bab wudhu dan bab
iyeu yeuh saidina carita saidina Ali. Di bahas itu juga di bahas bab sholat, ku
ngadeg-ngadeg artinya rukunnya apa ga di baca di terang-terangkan itu juga id
situ. Ada 36 jamah sama laki-lakinya yang kumpul tadi dan menyampaikan cara
nyamapikannya kita jangan saling membicarakan sama teman mah atu harus sing
baik-baik gitu, kita ga boleh salah paham aja sama temen mah harus saling welas
asih asuh gitu. Kalau bab shalat tidak di sampikan, cuma menyampikan bab sholat
mah nyampaikeun mah nyampaikeun cuma kada bapa agak lupa lagi lupa gitu.
Karena bapa mah di smapikan eta samapai hartina di gambarkeun eta mah tidak
ngomong aja. Prakteknya Cuma di lisan aja nah, pernah mah pernah cuma gitu aja
di bacakan aja terus apa-apa aja yang di baca lebah ktu tah tah kitu henteu. Gitu
aja praktek-praktek ngga nyah, kitu cenah sujudnya kumaha lamun kiye sujudnya,
rukuna kudu kitu tah tah cuma ngan mempreaktekeuna ktu, tapi bacaanana mah
henteu, ieu sujud kieu tapi naon nu di baca sapaerti ktu naha naon nu bacakeun
kiyeu sujud, ngadeg pannya mah naon nu di baca praktek doang henteu jeung
elmuna gitu.
Pertanyaan : Metode/Cara apa yang di gunakan pembimbing agama dalam
meningkatkan ibadah shalat?
Jawaban : Ceramah aja ama suka di praktekan.
Pertanyaan : Faktor pendukung apa yang membuat bapak meningkatkan
ibadah shalat?
Jawaban : Ada hati, tergantung perniatan sendiri.
Pertanyaan : Faktor penghambat apa yang membuat bapak untuk
meningkatkan ibadah shalat?
Jawaban : Penghambatna paling sakit, sedangkan shalat wajib memaksakan
aja kan sholat mah wajib walaupun sambil tidur juga bisa di perbolehkan
walaupun tidur juga kitu iye di perbolehkan wajib ini. Ga boleh ceunah jalan mah
langkahna kitu ku wajib-wajib eta shalat gitu sampe di gambarkaeun.
Pertanyaan : Apa harapan bapak setelah mengikuti bimbingan agama?
Jawaban : Ada, harapan bapa mah kalau sudah pengajian teh jala-jalan
ha.....ha.....ha... ngan sakitu.
Penanya
( ) (Misjaya bin Asingad)
HASIL WAWANCARA
Nama : Neneh (Klien)
Umur : 68 Tahun
Tempat : Wisma
Tanggal : 19 April 2011
Pertanyaan : Berapa lama ibu tinggal di Balai Perlindungan Sosial Dinas
Sosial Provinsi Banten?
Jawaban : Baru empat bulan.
Pertanyaan : Kapan ibu masuk pertama kali ke Balai Perlindungan Sosial Dinas
Sosial Provinsi Banten?
Jawaban : euh.. hari jum’at, tanggal satu bulan dua belas euh tahun dua ribu
sepuluh.
Pertanyaan : Kegiatan apa saja yang ibu lakukan di Balai perlindungan
Sosial Dinas Sosial Provinsi Banten?
Jawaban : Alhamdulilah kosidahan, bikin kembang, olah raga, pengajian.
Pertanyaan : Apakah ibu tau tentang ibadah shalat?
Jawaban : Ibadah sholat tau.., ah.. apa lima waktu dzuhur, ashar, maghrib,
isya, subuh.
Pertanyaan : Ibadah shalat apa saja yang ibu sering lakukan?
Jawaban : Ya sholat wajib, serta do’a-do’anya. Ya sunahnya duha, tahajud
udah.
Pertanyaan : Apa yang mendorong ibu untuk melakukan ibadah shalat?
Jawaban : Mendorong ibadah shalat ya menenangkan hati aja sih ya.
Menikmati supaya jangan ada pikiran apa-apa. Menenangkan hati.
Pertanyaan : Perasaan apa yang ibu rasakan setelah melakukan ibadah shalat?
Jawaban : Alhamdulilah adem.
Pertanyaa : Bagaimana implementasi pembimbing agama dalam
meningkatkan ibadah shalat?
Jawaban : Penerapannya mengenai nasehat-nasehatnya begitu ada, temen-
temen saya ikutin gitu. Masalah sama temen begini-begini gitu. Jadi adanya di sini
bukan sebagai temen begitu melainkan saudara di anggapnya. Alhamdullilah Ya
ada peningkatan. Dalam ibadah shalat ga ada tuh luas.
Pertanyaan : Metode/Cara apa yang di gunakan pembimbing agama dalam
meningkatkan ibadah shalat?
Jawaban : Pembimbing agama caranya yaitu menasehati saya segala-
galanya gitu, euh.. gitu, gitu euh... masalah shalat ya, paling yang di kasih tau
bacaannya aja ada juga tapi dua kali mengenai berdirinya, mengenai rukunnya
gitu. Alhamdullilah itu yang saya harapkan gitu, tekun saya turutin, kalau praktek
dia suka berdiri tengah-tengah di depan ibu-ibu gitu yang mana shalat rapiin.
Pertanyaan : Faktor pendukung apa yang membuat ibu meningkatkan ibadah
shalat?
Jawaban : Ga ada, suapaya tenang ya paling nasehat kepada saya, ya apa
yang dia nasehati saya terima. Besar hati gitu. Oh............ maksudnya mukenannya
apa segala gitu. Tetapi karena saya orang baru, baru empat bulan tapi yang udah
tahunan mah ada. Tiap tahun dapet, dapet mukena kumplit gitu. Saya belum
merasakan krena baru empat bulan.
Pertanyaan : Faktor penghambat apa yang membuat ibu untuk meningkatkan
ibadah shalat?
Jawaban : Ga ada, ga ada, di haruskan gitu.
Pertanyaan : Apa harapan ibu setelah mengikuti bimbingan agama?
Jawaban : Harapan saya begini aja bila mana ada umur insya Allah jangan
sampe tinggi lempeng gitu. Harapannya buat di akherat doang, ga memikirkan
begini lah pengennya ini lah ga ada gitu. Alhamdullilah besar ati euh........ ya itu
mintanya itu doang, keelamatan segala-gala dunia akherat ya itu aja.
Penanya
( ) ( Neneh )
HASIL WAWANCARA
Nama : Nurdin (Klien)
Umur : 72 Tahun
Tempat : Wisma
Tanggal : 19 April 2011
Pertanyaan : Berapa lama bapak tinggal di Balai Perlindungan Sosial Dinas
Sosial Provinsi Banten?
Jawaban : 2 tahun.
Pertanyaan : Kapan bapak masuk pertama kali ke Balai Perlindungan Sosial
Dinas Sosial Provinsi Banten?
Jawaban : 10 Agustus 2011.
Pertanyaan : Kegiatan apa saja yang bapak lakukan di Balai perlindungan
Sosial Dinas Sosial Provinsi Banten?
Jawaban : Ini apa nyabut-nyabutin rumput, senam, pengajian. Ya tidak ada
kegiatan lain lagi. Ya emang disini tidak ada yang di kerjakan sih.
Pertanyaan : Apakah bapak tau tentang ibadah shalat?
Jawaban : Tau shslat. Ya shala wajib dzuhur, ashar, maghrib, isya dan
subuh, terus shalat tahajud, shalat hajat.
Pertanyaan : Ibadah shalat apa saja yang bapak sering lakukan?
Jawaban : Ya saya kalau yang shalat sunah belum melakukan. Yang saya
lakukan hanya shalat wajib saja.
Pertanyaan : Apa yang mendorong bapak untuk melakukan ibadah shalat?
Jawaban : Ya sebagai umat beragama kan harus mengikuti, ya umat yang
beragama kita di dorong untuk menjadi Islam hakiki gitu.
Pertanyaan : Perasaan apa yang bapak rasakan setelah melakukan ibadah
shalat?
Jawaban : Tidak ada perasaan apa-apa polos saja, monoton ke adaannya.
Pertanyaa : Bagaimana implementasi pembimbing agama dalam
meningkatkan ibadah shalat?
Jawaban : Ya kadang tidak ada, kosong sama sekali, jalan pikirannya lain
dengan dengan saya. Ya tapi kadang ada saja yang menempel, tetapi tidak sama
sekali.
Pertanyaan : Metode/Cara apa yang di gunakan pembimbing agama dalam
meningkatkan ibadah shalat?
Jawaban : Tidak ada ko cara khususnya, tidak ada metode yang yang harus
diinikan. Penyampainnya bisanya pesan sponsor.
Pertanyaan : Faktor pendukung apa yang membuat bapak meningkatkan
ibadah shalat?
Jawaban : Karena saya orang beragama, selain itu tidak ada, tidak ada
faktor lain.
Pertanyaan : Faktor penghambat apa yang membuat bapak untuk
meningkatkan ibadah shalat?
Jawaban : Tidak ada.
Pertanyaan : Apa harapan bapak setelah mengikuti bimbingan agama?
Jawaban : Harapannya rukun kepada teman-teman gitu aja.
Penanya
( ) ( Nurdin)