peran pretest pada penelitian experimental

2
Peran Pre-Test pada Penelitian Experimental Rossi Sanusi (25 Juni 2009) Pre-test pada penelitian experimental pada umumnya digunakan untuk membandingkan selisih hasil pre- & post-test dari kelompok intervensi dengan selisih hasil pre- & post-test dari kelompok kontrol. Peneliti menyimpulkan experiment berhasil jika ada perbedaan yang bermakna antara kedua selisih tersebut. Sebenarnya kesimpulan berdasarkan selisih hasil pre- & post-test hanya dapat dibuat untuk experiment satu kelompok karena pre-test (O Pre ) yang mendahului intervensi (X 1 ) merupakan post-test dari intervensi sebelumnya (X 0 ) terhadap kelompok subyek yang sama. Kesimpulan yang dibuat melalui experiment satu kelompok penuh dengan bias. Jarak waktu antara O Pre dan O Post menimbulkan beberapa gangguan pada validitas internal penafsiran hasil penelitian, seperti perubahan-perubahan di luar subyek (histori), di dalam subyek (maturasi), pada alat ukur (instrumentasi) dan cara pengukuran (testing). Variabel-variabel penyulit (confounding) akibat perbedaan waktu ini dapat dikendalikan dengan menghilangkan jarak waktu antara kedua test tersebut, yaitu dengan mengadakan pre- dan post-test pada waktu yang sama. Hal ini hanya dapat dilakukan jika ada kelompok subyek lain (= kelompok kontrol) dan jika O Pre (= post-test dari kelompok kontrol) dilakukan pada waktu yang sama dengan O Post (dari kelompok intervensi). Untuk mencegah variabel-variabel penyulit akibat kelompok kontrol yang tidak setara dengan kelompok intervensi subyek-subyek dari populasi (atau sampelnya) ditempatkan secara acak ke kedua kelompok tersebut. Ada satu satu penyulit lain akibat perbedaan waktu yang tidak dapat dikendalikan dengan kelompok kontrol, yaitu penyulit yang diakibatkan karena subyek-subyek keluar dari experiment (e.g., binatang yang mati, manusia yang pindah atau enggan melanjutkan). Jika subyek-subyek ini memiliki skor yang extrem tinggi/rendah ketidakikut-sertaan mereka pada post-test akan menggeser rerata

Upload: aji-wibowo

Post on 21-Dec-2015

14 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Peran Pretest Pada Penelitian Experimental

TRANSCRIPT

Page 1: Peran Pretest Pada Penelitian Experimental

Peran Pre-Test pada Penelitian ExperimentalRossi Sanusi (25 Juni 2009)

Pre-test pada penelitian experimental pada umumnya digunakan untuk membandingkan selisih hasil pre- & post-test dari kelompok intervensi dengan selisih hasil pre- & post-test dari kelompok kontrol. Peneliti menyimpulkan experiment berhasil jika ada perbedaan yang bermakna antara kedua selisih tersebut. Sebenarnya kesimpulan berdasarkan selisih hasil pre- & post-test hanya dapat dibuat untuk experiment satu kelompok karena pre-test (OPre) yang mendahului intervensi (X1) merupakan post-test dari intervensi sebelumnya (X0) terhadap kelompok subyek yang sama.

Kesimpulan yang dibuat melalui experiment satu kelompok penuh dengan bias. Jarak waktu antara OPre  dan  OPost menimbulkan beberapa gangguan pada validitas internal penafsiran hasil penelitian, seperti perubahan-perubahan di luar subyek (histori), di dalam subyek (maturasi), pada alat ukur (instrumentasi) dan cara pengukuran (testing). Variabel-variabel penyulit (confounding) akibat perbedaan waktu ini dapat dikendalikan dengan menghilangkan jarak waktu antara kedua test tersebut, yaitu dengan mengadakan pre- dan post-test pada waktu yang sama. Hal ini hanya dapat dilakukan jika ada kelompok subyek lain (= kelompok kontrol) dan jika OPre  (= post-test dari kelompok kontrol) dilakukan pada waktu yang sama dengan OPost (dari kelompok intervensi). Untuk mencegah variabel-variabel penyulit akibat kelompok kontrol yang tidak setara dengan kelompok intervensi subyek-subyek dari populasi (atau sampelnya) ditempatkan secara acak ke kedua kelompok tersebut.

Ada satu satu penyulit lain akibat perbedaan waktu yang tidak dapat dikendalikan dengan kelompok kontrol, yaitu penyulit yang diakibatkan karena subyek-subyek keluar dari experiment (e.g., binatang yang mati, manusia yang pindah atau enggan melanjutkan). Jika subyek-subyek ini memiliki skor yang extrem tinggi/rendah ketidakikut-sertaan mereka pada post-test akan menggeser rerata skor. Peneliti yang mengantisipasi ancaman bias karena subyek gugur akan mengadakan pre-test untuk mengetahui apakah ada subyek dengan skor extrem yang gugur kelak.

Keberhasilan experiment disimpulkan berdasarkan selisih rerata skor post-test kedua kelompok, bukan berdasarkan perbedaan antara selisih rerata skor pre- & post-test kelompok intervensi dan selisih rerata skor pre- & post-test kelompok kontrol. Peran dari pre-test adalah untuk mengendalikan mortalitas, yaitu variabel penyulit yang ditimbulkan karena subyek keluar/gugur dari experiment. Jika peneliti ingin membatasi experiment pada subyek-subyek dengan (kisaran) skor pre-test tertentu ia dapat memasukkannya sebagai salah satu kriteria inklusi anggota populasi. Konsekuensinya adalah gangguan pada validitas external – bobot dari penafsiran hasil experiment untuk populasi yang lebih beragam hasil pre-tesnya akan berkurang.

Jika kemungkinan drop-out subyek-subyek kecil (misalnya, karena experimentnya singkat) sebaiknya pre-test tidak digunakan jika interaksi antara pre-test dan intervensi dapat terjadi (misalnya, peserta pelatihan yang dipretest akan berreaksi lain terhadap pelatihan dibandingkan

Page 2: Peran Pretest Pada Penelitian Experimental

peserta pelatihan yang tidak dipretest). Hal ini juga akan mengurangi validitas external dari experiment.