peran pinjaman modal mikro perbankkan dan …
TRANSCRIPT
PERAN PINJAMAN MODAL MIKRO PERBANKKAN DAN MODAL RELASIONAL (RALATIONSHIP CAPITAL) TERHADAP MODAL USAHA TANI PADA TINGKAT RUMAH TANGGA TANI DISTRIK
TANAH MIRING KABUPATEN MERAUKE
David Oscar Simatupang*, Rosmala Widijastuti*
*Staf Pengajar FAPERTA UNIMUS-Merauke, e-mail: -
ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan selama lima bulan pada Distrik Tanah Miring
Kabupaten Merauke, Penelitian ini menggunakan kuantitatif kausal dengan
subyek penelititan yaitu rumah tangga tani distrik tanah miring kabuputen
merauke yaitu dengan menggunakan alat analisis Jalur (model analisis Path).
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis peran modal sosial (sosial capital)
berpengaruh peningkatan hasil pertanian pada tingkat rumah tangga tani
wilayah tanah miring kabupaten Merauke serta menganalisis peran modal sektor
pembiayaan mikro perbankan berpengaruh peningkatan hasil pertanian pada
tingkat rumah tangga tani wilayah tanah miring kabupaten Merauke dan
menganalisis peran modal sosial pada pengambilan keputusan penambahan
modal usaha tani di tingkat rumah tangga pada sektor pembiayaan mikro
perbankan. Hasil penelitian maka didapat Modal Sosial terhadap Hasil Usaha
Tani dimana memiliki nilai kofesien jalur sama dengan kofesien kolerasi sebesar
yaitu 0,603 dimana mendekati nilai 1 sehingga untuk modal sosial memiliki
hubungan cukup kuat terhadap hasil usaha tani. Untuk tingkat signifikannya
pada jalur tersebut yaitu pada kofesien t sebesar 7,442 dan pada kofesien t tabel
pada α = 0,05 sebesar 1.661052, sehingga pada t hitung lebih besar dari t tabel
(7,442 > 1,661052) maka kofesien jalur dinyatakan sangat signifikan. Hal ini juga
ditunjukkan dari nilai P-velue lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05) maka dinyatakan
bahwa kofesien jalur pada Modal Sosial terhadap Hasil Usaha Tani adalah
signifikan. Pengaruh Total pada Modal Sosial, Modal Perbankan dan Hasil
Usaha Tani adalah jumlah pengaruh lansung pada Modal Sosial terhadap Hasil
Usaha Tani yaitu penjumlahan pengaruh langsung Modal Sosial terhadap Hasil
Usaha tani dengan Pengaruh tidak langsung terhadap Modal Sosial terhadap
Hasil Usaha Tani melalui Modal Perbankkan yaitu sebesar 1,13 (0,603 + 0,527).
Kata Kunci: Path Analisis, Modal Mikro Perbankkan, Modal Sosial Dan Hasil Usaha Tani.
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sektor Pertanian sangat berperan penting
dalam pembangunan ekonomi dimana
merupakan salah satu penyumbang pendapatan
Nasional. Semua aspek kehidupan
pembangunan di bidang ekonomi yang perlu
dan sangat membutuhkan perhatian ekstra
terutama sektor Pertanian. Karena itu pada
sektor pertanian diarahkan dapat dan mampu
meningkatkan perekonomian dan
kesejahteraan masyarakat terutama masyarakat
kecil yang ekonominya lemah dengan
meningkatkan hasil usaha taninya melalui
sumber pembiayaan perbankan dan modal
social (Social capital) dalam masyarakat.
Khususnya dilihat dari usaha tani dengan
komoditi padi, ini dapat dilihat pada Tabel 1
dimana pertumbuhan jumlah rumah tangga
dari sektor pertanian di Merauke merupakan
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)
42
tertinggi dibandingkan dengan sektor pertanian dari sumber yang lain.
Tabel 1. Jumlah Rumah Tangga Pertanian dan Sumber Pendapatan Pada Wilayah Merauke
No Sumber Pendapatan Utama dari Usaha
di Sektor Pertanian
Jumlah Rumah Tangga Pertanian dan
Sumber Pendapatan Pada Wilayah
Merauke
1 Tanaman Padi dan Palawija 11,388
2 Tanaman Horti-kultura 1,480
3 Tanaman Perkebunan 676
4 Peternakan 1,421
5 Budidaya ikan di laut 0
6 Penang-kapan ikan di laut 1,244
7 Penang-kapan ikan di perairan umum 1,317
8 Pemungu-tan hasil hutan/ Penang-kapan satwa liar 1,303
9 Jasa Pertanian dan pembibitan tanaman 189
Total 19,018 Sumber : Data Sensus Pertanian 2013 - Badan Pusat Statistik Republik Indonesia
Peran modal sosial sebagaimana relasi
sosial (relasi antar manusia) pada umumnya,
yang hampir selalu melibatkan modal social,
yang mana paham tersebut dikembangkan oleh
World Bank dengan menggunakan modal sosial
didasari pada asumsi berikut yaitu (World
Bank, 1998): (a) Modal sosial berada dalam
seluruh keterkaitan ekonomi, sosial, dan poli-
tik, serta hubungan sosial (social relationships)
mempengaruhi bagaimana pasar dan negara
bekerja, dan sebaliknya pasar dan negara juga
akan membentuk bagaimana modal sosial di
masyarakat bersangkutan; (b) Hubungan yang
stabil antar aktor dapat mendorong keefektifan
dan efisiensi baik perilaku kolektif maupun
individual; (c) Modal sosial dalam satu masya-
rakat dapat diperkuat, namun membutuhkan
dukungan sumber daya tertentu untuk mem-
perkuatnya; dan (d) Agar tercipta hubungan
sosial dan kelembagaan yang baik, maka
anggota masyarakat mesti mendukungnya.
Sehingga peran dari modal sosial
berperan perekat yang mengikat semua orang
dalam masyarakat sangat membantu dalam
terjaminnya modal usaha tani oleh petani
dimana modal sosial tumbuh baik dibutuhkan
adanya ‚nilai saling berbagi‛ (shared values)
serta pengorganisasian peran (rules) yang
diekspresikan dalam hubungan personal
(personal relationships), kepercayaan (trust),
dan common sense tentang tanggung jawab
bersama; sehingga masyarakat menjadi lebih
dari sekedar kumpulan individu belaka.
Begitu juga dengan peran pembiyaan
perbankan dari modal sumber pembiayaan
bank yang juga mengutamakan kepercayaan
terhadap pengguna jasa keuangan perbankan
yang digunakan juga untuk meningkatkan
modal usaha tani di Indonesia, namun hampir
semua petani dan pelaku ageibisnis tidak
bankable. Dalam mengambil keputuasn untuk
menyalurkan dana ke sektor pertanian
dilakukan sangat hati-hati karena menyangkut
pertimbangan kepentingan bisnis. Karena bank
dianganggap korporasi bisnis maka perbankan
yang merupakan lembaga intemediasi
keuangan harus mampu mengelola dana
nasabah agar memberikan keuntungan yang
optimal.
Terkait dengan pembiayaan sektor per-
tanian oleh perbankan, memang untuk sub-
sistem agribisnis hulu (down stream) dan hilir
(upstream) serta subsektor tertentu (misalnya
perkebunan, peternakan) telah mampu menarik
beberapa bank untuk mengucurkan kreditnya.
Namun demikian, jika dibandingkan dengan
total kebutuhan pembiayaan serta potensi yang
sangat besar di sektor pertanian nilai kredit
tersebut masih jauh dari memadai
Hal ini dikarenakan kendala yang
dihadapi dalam memperoleh pembiayaan dari
kredit perbankan, yaitu (Prastowo et al., 2010):
tingginya biaya yang harus dikeluarkan (suku
bunga dan biaya administrasi), kebijakan bank
yang membatasi kredit kepada sektor tertentu,
dan tidak mempunyai agunan yang cukup. Hal
ini juga dikarenakan beberapa faktor yaitu :
1. Belum adanya bank yang khusus untuk
mebiayai pertanian (Bank Pertanian)
sehingga hanya bank beberapa bank
konvensional saja yang mempunyai
sector dibidang pembiyaan pertanian
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)
43
yang dapat menyalurkan pinjaman
pertanian.
2. Kehati-hatian perbankan dalam
menyalurkan kredit ke sektor pertanian
dikarenakan produksi usaha tani hampir
semua tidak tahan lama.
3. Terbatasnya lembaga penjamin kredit
untuk sector pertanian.
4. Proses pembelajaran dari pola channeling
ke pola executing.
5. Adanya program pemerintah yang
sifatnya bantuan menghambat
penyaluran kredit perbankan.
6. Kesan perbankan bahwa sector pertanian
masih beresiko tinggi (high risk)
Pada Tabel 2 dapat dilihat pertumbuhan
tinggi pada sektor Pertanian dibandingkan
dengan sektor diluar pertanian atau yang lain,
hal ini juga diikuti oleh pertumbuhan jumlah
pertumbuhan Rumah tangga Pertanian
khususnya pada wilayah Distrik Tanah Miring
Kabupaten Merauke yang dapat dilihat pada
Tabel 3. Dengan hal tersebut lembaga
pembiayaan perbankan mulai ikut berperan
dalam peningkatan usaha tani pada sektor
Pertanian, hal ini menjadikan bank mempunyai
peran penting dalam pertumbuhan hasil
pertanian dalam meningkatkan pendapatan
Rumah tangga Pertanian itu sendiri.
Tabel 2. Jumlah Rata-rata Pendapatan Rumah Tangga Pertanian dan Sumber Pada Wilayah Merauke
No Sumber Pendapatan/Penerimaan
Rata-rata Pendapatan Rumah Tangga
Pertanian dan Sumber pada Wilayah
Merauke
1 Usaha di Sektor Pertanian 20,456
2 Usaha di Luar Sektor Pertanian 4,819
3 Pendapatan/Penerimaan Lainnya dan Transfer 5,152
4 Buruh Pertanian 1,127
5 Buruh di Luar Pertanian 2,642
Rata-rata Pendapatan 34,196 Sumber : Data Sensus Pertanian 2013 - Badan Pusat Statistik Republik Indonesia
Tabel 3. Jumlah Rata-rata Rumah Tangga Pertanian Kabupaten Merauke
No Distrik
2003 2013 Pertumbuhan
(2003-2013)
RTP RTP RTP
Absolut %
1 Kimam 893 890 -3 -0,34
2 Waan 587 478 -109 -18,57
3 Tabonji 801 536 -265 -33,08
4 Ilwayab 414 345 -69 -16,67
5 Okaba 845 712 -133 15,74
6 Tubang 356 424 68 19,1
7 Ngguti 333 219 -114 -34,23
8 Kaptel 246 194 -52 -21,14
9 Kurik 2.870 2.352 -518 -18,05
10 Malind 1.840 1.875 35 1,90
11 Animba 282 342 60 21,28
12 Merauke 1.652 2.233 581 35,17
13 Semangga 2.049 2.228 179 8,74
14 Tanah Miring 3.542 3.579 37 1,04
15 Jagebob 2.097 1.549 -548 -26,13
16 Sota 447 666 219 48,99
17 Naukenjerai 296 380 84 28,38
18 Muting 923 885 -38 -4,12
19 Eligobel 189 843 654 346,03
20 Ulilin 185 891 706 381,62
Kabupaten Merauke 20.847 21.621 774 3,71
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)
44
Sumber : Data Sensus Pertanian 2013, Badan Pusat Statistik Republik Indonesia
Kabupaten Merauke.
Dengan melihat wilayah yang
memiliki Rumah Tangga Pertanian tertinggi
adalah Distrik Tanah Miring yaitu 3.579
dibandingkan dengan distrik yang lainnya
pada kabupaten Merauke. Sehingga
perlunya penambahan modal untuk
pertanian dari sektor perbankan dan modal
sosial untuk peningkatan hasil pertanian
khususnya wilayah yang mempunyai
potensi perkembangan usaha tani komoditi
padi, maka peneliti sangat tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai ‚ Peran
Pinjaman Modal Mikro Perbankan dan
Modal Relasional (Relantionship Capital)
Terhadap Modal Usaha Tani Pada Tingkat
Rumah Tangga Tani Distrik Tanah Miring
Kabupaten Merauke‛.
1.2. Rumusan Masalah
Yang menjadi permasalahan adalah :
1. Apakah peran modal sosial (social capital)
berpengaruh peningkatan hasil pertanian
pada tingkat rumah tangga tani wilayah
tanah miring kabupaten Merauke?
2. Apakah peran modal sektor pembiayaan
mikro perbankan berpengaruh peningkatan
hasil pertanian pada tingkat rumah tangga
tani wilayah tanah miring kabupaten
Merauke?
3. Apakah peran modal Sosial berpengaruh
pada pengambilan keputusan penambahan
modal usaha tani di tingkat rumah tangga
pada sector pembiayaan mikro perbankan?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Menganalisis peran modal sosial (social
capital) berpengaruh peningkatan hasil
pertanian pada tingkat rumah tangga tani
wilayah tanah miring kabupaten Merauke.
2. Menganalisis peran modal sektor
pembiayaan mikro perbankan berpengaruh
peningkatan hasil pertanian pada tingkat
rumah tangga tani wilayah tanah miring
kabupaten Merauke.
3. Menganalisis peran modal Sosial
berpengaruh pada pengambilan keputusan
penambahan modal usaha tani di tingkat
rumah tangga pada sektor pembiayaan
mikro perbankan.
1.4. Kerangka Berpikir
Dari kerangka pemikiran diatas maka
penelitian ini menggunkan dua variable bebas
yaitu Modal sosial dan Modal perbankan yang
secara individual atau bersamaan berpengaruh
pada hasil usaha tani. Dan adanya pengaruh
secara simultan antara modal social dan modal
perbankan terhadap hasil usaha tani
(Gambar 1).
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir Penelitian
1.5. Hipotesis
Dari kerangka berpikir diatas maka
didapatkan tiga hipotesis yang masing-masing
adalah sebgai berikut :
1. Pengaruh Modal Sosial terhadap hasil
usaha tani
Ha : ρyx1 > 0 Modal Sosial berpengaruh
terhadap usaha tani
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)
45
H0 : ρyx1 < 0 Modal Sosial tidak berpengaruh
terhadap usaha tani
2. Pengaruh Modal Perbankan terhadap hasil
usaha tani
Ha : ρyx2 > 0 Modal Perbankan berpengaruh
terhadap usaha tani
H0 : ρyx2 < 0 Modal Perbankan tidak
berpengaruh terhadap usaha tani
3. Pengaruh Modal Sosial terhadap
keputusan pengambilan modal pinjaman
perbankan terhadap hasil usaha tani
Ha : ρyx1x2 + ρyx2 > 0 Modal Sosial berpengaruh
terhadap keputusan modal perbankan
menghasilkan peningkatan usaha tani
H0 : ρyx1x2 + ρyx2 < 0 Modal Sosial tidak
berpengaruh terhadap keputusan
perbankan menghasilkan peningkatan
hasil usaha tani.
II. METODE PENELITIAN
2.1. Tempat dan waktu
Penelitian akan dilaksanakan dalam
waktu lima bulan bulan pada Distrik Tanah
Miring Kabupaten Merauke. Survei
pendahuluan dilakukan pada awal bulan Maret
2015.
2.2. Populasi dan Sampel
1. Populasi dalam penelitian ini adalah petani
padi di Distrik Tanah Miring kabupaten
Merauke dimana yang merupakan usaha
tani padi yang merupakan Rumah Tangga
Pertanian. Sebanyak 3.542 Kepala Keluarga.
2. Teknik Pengambilan Sampel.
Teknik pengambilan sampel dilakukan
dengan Random Sampling dengan
pertimabangan hanya petani padi pada
wilayah distrik Tanah Miring. Maka sampel
petani yang mewakili populasi dengan
menggunakan Salah satu metode yang
digunakan untuk menentukan jumlah
sampel adalah menggunakan rumus Slovin
(Sevilla et. al., 1960:182), sebagai berikut:
n =
Dimana :
n : Jumlah Sampel
N : Jumlah Populasi
E : Batas Tolenransi Kesalahan
(Kesalahan yang masih diteleransi
sebesar 10 %)
Dengan Mengacu pada rumus diatas
maka sampel dalam Penelitian ini adalah :
n =
( )
n = 97.2, jumlah sampel sebesar 97,2 maka
ditetapkan dengan pembulatan menjadi 97
Rumah tangga tani untuk wilayah distrik
Tanah Miring.
2.3. Jenis dan Sumber data
1. Data Primer
Data yang diperoleh langsung dari
rumah tangga tani dengan
menggunakan daftar pertanyaan yang
sudah dipersiapkan sebelumnya.
2. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari instansi yang
terkait (Badan Pusat Statistik serta
instansi lainnya) dan berbagai media
cetak, elektronik, dan literature yang
berkaitan dengan penelitian ini.
2.4. Teknik Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data Primer
a. Wawancara terstruktur, yaitu dengan
metode pengumpulan data dengan
wawancara secara luas dan mendalam
dengan responden dengan instrument
pertanyaan yang dipersiapkan terlebih
dahulu kepada responden sampel.
b. Observasi, yaitu dengan metode
pengumpulan data dengan cara melaukan
pengamatan langsung terhadap responden
yang akan diteliti.
c. Angket/kuisioner adalah sejumlah
pertanyaan atau pernyataan tertulis yang
merupakan alat pengumpul data responden
dengan menggunakan kuisioner ganda
(Kuisioner terbuka dan tertutup)
2. Teknik Pengolahan data Analisis Data
Penelitian ini menggunakan kuantitatif
kausal dengan subyek penelititan yaitu rumah
tangga tani distrik tanah miring kabuputen
merauke yaitu menggunakan alat analisis Jalur
(model analisis Path).
Analisis Path analysis itu sendiri adalah
untuk melihat atau menguraikan apakah
sesuatu hubungan yang ada disebabkan oleh
pengaruh langsung peubah bebas itu sendiri
ataukah tidak langsung melalui peubah-
peubah bebas lainnya.
Total keragaman dari Y = A + B + C
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)
46
Di mana:
A = proporsi keragaman yang diberikan atau
dijelaskan secara langsung oleh koefisien
lintas,
B = proporsi keragaman yang diakibatkan
karena adanya korelasi di antara variabel
bebas X, dan
C = proporsi keragaman yang diakibatkan
adanya galat (error).
Sehingga dapat di modelkan hubungan kausal
sebagai berikut:
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + ε
Di mana:
Y = variabel tak bebas atau variabel
respons
Xi = variabel bebas
βi = koefisien regresi parsial tak baku,
β0 = intersep (konstanta)
ε = galat atau error
III. Hasil dan Pembahasan
3.1. Deskripsi Wilayah Penelitian
3.1.1. Letak Geografis
Distrik Tanah Miring memiliki luas
wilayah 1124 Km2 dengan memiliki batasan
wilayah sebagai berikut :
Utara : Distrik Muting
Barat : Distrik Anim Ha dan Kurik
Selatan : Distrik Semasngga, Merauke
dan \Sota
Timur : Distrik Jagebob dan Sota
Distrik Tanah Miring terbagi menjadi 11
Kampung, yaitu Kampung Hidup Baru,
Kampung Yasamulya, Kampung Sumber
Harapan, Kampung Waninggap Say, Kampung
Amun Kay, Kampung Sermayam Indah,
Kampung Ngguti Bob, Kampung Waninggap
Miraf, Kampung Isano Mbias, Kampung
Yabamaru,, Kampung Soa, Kampung Tambat,
Kampung Bersehati.
Gambar 1. Distrik Tanah Miring Kabupaten Merauke.
3.1.2. Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam penelitian
ini dibagi menajdi karakteristik berdasarkan
Jenis Kelamin, Umur, Pendidikan, luas lahan,
dan Lama Usaha Tani dimana Responden yang
terpilih merupakan petani yang melakukan
pinjaman dan juga sebagai pelaku usaha tani
padi.
1. Jenis Kelamin Responden.
Jenis kelamin merupakan faktor yang
mempengaruhi dalam pengambilan
keputusan dan memiliki perbedaan dalam
sikap, gaya hidup terhadap yang dianggap
baik dan pantas. Untuk responden petani
berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel.4. menunjukkan pada responden
didominasi oleh resposden berjenis kelamin
laki-laki dengan jumlah responden 93 orang
dengan persentase 96 % dari keseluruhan
responden yang menjadi penelitian.
Sehingga bisa diartikan bahwa dalam
keputusan dalam pengambilan kredit peran
laki-laki dalam rumah tangga sangat besar
dilihat dari banyak jumlah responden laki-
laki yang terpilih.
2. Umur Petani
Dalam pengambilan kredit pertanian
umumnya dilakukan oleh konsumen yang
telah berumah tangga dimana usia sudah
dewasa (Setiadi, 2003) karakteristik
berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel
5.
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)
47
Pada Tabel 5. menunjukkan 90 orang atau
sebesar 93 % dari 97 responden penelitian
didominasi oleh responden yang berumur
25 -54 tahun dan hnaya sebesar 1 % pada
umut responden yang 15 -24 Tahun dan
juga pada katagori umur tidak produktif
atau lansia berkisar 6 % atau sebayak 6
responden.
3. Pendidikan Responden
Dalam pengambilan keputusan tingkat
pendidikan dan responden yang tidak
melalui pendidikan formal sangat
berpengaruh , sehingga dapat dilihat
karakteristik responden berdasarkan tingkat
pendidikan dan juga yang tidak melalui
pedidikan formal dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. menunjukan bahwa untuk proses
pengambilan kredit tingkat pendidikan
yang dominan adalah pada petani
responden yang berpendidikan SD dengan
jumlah 51 orang atau sebanyak 53% dari 97
responden terpilih. Dan tingkat pendidikan
terbanyak juga yaitu pada tingkat SMP
sebanyak 26 responden atau 27 % dari 97
responden terpilih.
4. Luas Lahan Responden Petani.
Luas lahan merupakan salah satu faktor
yang mendukung diperlukan biaya dalam
pengolahannya. Dari data yang ada, maka
karakteristik luas lahan responden dapat
dilihat pada Tabel. 7.
Tabel 4. Jenis Kelamin Responden Petani.
No. Jenis Kelamin
Jumlah Petani
(orang)
Prosentase
(%)
1 Laki-laki 93 96
2 Perempuan 4 4
Total 97 100
Sumber : Di Olah dari Data Primer Tahun 2016
Tabel 5. Umur Responden.
No Umur Petani
(tahun)
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
1 15-24 1 1
2 25-54 90 93
3 55+ 6 6
Total 97 100
Sumber : Diolah dari Data Primer tahun 2016
Tabel 6. Tingkat Pendidikan Responden.
No Pendidikan Jumlah Petani
(orang)
Persentase
(%)
1 TIDAK SEKOLAH 13 13
2 SD 51 53
3 SMP 26 27
4 SMA 7 7
Total 97 100
Sumber : Diolah dari Data Primer Tahun 2016
Tabel 7. Luas Lahan Responden Petani.
No Luas Lahan (Ha) Jumlah petani
(orang)
Persentase
(%)
1 < 1 Ha 2 2
2 > 1 - 2 Ha 39 40
3 > 2 - 3 Ha 32 33
4 > 3 Ha 24 25
Total 97 100 Sumber : Diolah dari Data Primer Tahun 2016
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)
48
Dapat di tunjukkan bahwa luas lahan yang
dimiliki responden lebih banyak dengan
luas 1 – 3 Ha yaitu mencapai 73 %, hal ini
menunjukkan dalam pengambilan kredit
untuk petani wilayah Distrik Tanah Miring
hampir sebagian besar memiliki luas lahan
lebih dari 1 Ha dimana hanya 2 orang petani
yang memiliki luas lahan dibawah satu
hektar.
5. Lama Berusaha Tani Oleh Responden
Pertimbangan bank dalam pengambilan
pinjaman salah satu faktor adalah lamanya
usaha dimana pengalaman dalam
mengusahakan pertanian khususnya padi
sangat diperlukan dalam kreteria petani
yang diberikan pinjaman, berdasarkan data
yang didapat dapat dilihat pada Tabel 8.
Dari lama usaha tani, responden rata-rata
memiliki pengalaman dalam usaha tani 10 –
20 tahun yaitu 54 % dari 97 responden yang
ada. Dan 30% pengalaman petani >20 Tahun
dimana sisanya 16 orang kurang dari 10
tahun pengalaman usaha tani atau lamanya
dalam berusaha tani.
6. Jenis Lembaga Keuangan.
Dalam melakukan pinjaman diperlukan
lemabga keuangan sebgai lemabga yang
mendukung kegiatan usaha tani. Dimana
jenis lembaga yang pinjaman untuk
dilakukan pengambilan dapat dilihat dari
Tabel 9.
Dapat dilihat dari Tabel 9. Untuk jenis
lembaga keuangan yang digunakan oleh
responden terdiri dari dua yaitu Bank
Rakyat Indonesia dan Bank Papua. Untuk
penggunaan lembaga keuangan untuk
pinjaman terbanyakadalah Bank Rakyat
Indonesia yaitu sebanyak 86 % dari 97
responden yang diteliti, hal ini juga
disebabkan dikarenakan Bank BRI
merupakan bank Pemerintah dalam hal ini
BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang
sudah berperan lama didunia perbankkan
dibandingkan bank Papua.
7. Jenis Pinjman pada Lembaga Keuangan.
Dalam pengambilan pinjaman dilihat
beeberapa jenis pinjaman yang digunakan
oleh responden dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 8. Lama Berusaha Tani Responden.
No. Lama Berusahatani
(thn)
Jumlah Petani
(orang)
Prosentase
(%)
1 < 10 Thn 16 16
2 >10 - 20 Thn 52 54
3 > 20 Thn 29 30
Total 97 100
Sumber : Diolah dari Data Primer Tahun 2016
Tabel 9. Jenis Lembaga Keuangan.
No. Jenis Lembaga
Keuangan
Jumlah Petani
(orang)
Prosentase
(%)
1 Bank Rakyat
Indonesia (BRI) 83 86
2 Bank Papua 14 14
Total 97 100
Sumber : Diolah dari Data Primer Tahun 2016
Tabel 10. Jenis Pinjaman pada Lemabaga Keuangan.
No Jenis Pinjaman Jumlah petani
(orang)
Persentase
(%)
1 KUR 51 53
2 KUT 2 2
3 Pertanian 38 39
4 Usaha 5 5
5 Usaha Ternak 1 1
Total 97 100
Sumber : Diolah dari Data Primer Tahun 2016.
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)
49
3.1.3. Uji Validitas dan Reliabilitas.
Uji validitas dilakukan dengan
memebandingkan anatara nilai r hitung dengan
nilai r tabel. Dimana validitas itu sendiri adalah
ukuran yang menunjukkan suatu instrument
(Suharsimi, 2010). Untuk penelitian ini
digunakan α sebesar 0,05 dengan pengujian
dua arah dan derajat kebebasan dk = n-2,
dimana n adalah jumlah responden. Jadi
responden dk 30 – 2 = 28 diperoleh nilai r tabel
adalah 0,3610, sehingga akan dikatakan valid
jika r hitung > r tabel.
Pada uji reabilitas dalam mengukur
instrument dengan melihat nilai Cronbach’s
alpha sebesar > 0,60 Yang berarti instrument
tersebut memiliki pernyataan yang konsisten
dari waktu kewaktu.
1. Variabael Modal Sosial
Jumlah pernyaataan dalam variabel modal
social adalah 5 item. Dari hasil uji reabilitas
terhadap variabel Hasil Usaha TAni dapat
dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11 Dapat dilihat bahwa pada item
pernyataan MS1, MS2, MS3, MS4 dan MS5
memiliki nilai r hitung > r tabel, sehingga
ini menunjukkan kelima item valid. Dan
untuk hasil uji reabilitas menunjukkan
Cronbach’s Alpha sebesar 0,686, yang dapat
di simpulkan bahwa item pernyataan
variabel modal sosial dapat digunakan
dalam penelitian oleh karena sudah reliabel.
2. Variabel Modal Perbankan (MP)
Jumlah pernyaataan dalam variabel Modal
Perbankkan adalah 5 item. Dari hasil uji
reabilitas terhadap variabel Modal
Perbankkan dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12, dapat dilihat bahwa pada item
pernyataan MP1, MP3, dan MP5 memiliki
nilai r hitung> r tabel, sehingga ini
menunjukkan hanya tiga item valid. Dan
untuk hasil uji reabilitas menunjukkan
Cronbach’s Alpha sebesar 0,634, yang dapat
di simpulkan bahwa item pernyataan
variabel modal Perbankkan dapat
digunakan dalam penelitian oleh karena
sudah reliabel.
Tabel 11. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Modal Sosial.
Item Pertanyaan r hitung r Tabel Keterangan
MS1
MS2
MS3
MS4
MS5
0,571
0,463
0,384
0,757
0,606
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Cronbach’s Alpha = 0,686
Sumber: Data Primer Yang diolah tahun 2016
Tabel 12. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Modal Perbankkan.
Item Pertanyaan r hitung r Tabel Keterangan
MP1
MP2
MP3
MP4
MP5
MP6
0,529
-0,018
0,676
0,168
0,680
0,430
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
0,361
Valid
Tidak Valid
Valid
Tidak Valid
Valid
Tidak Valid
Cronbach’s Alpha = 0,634
Sumber: Data Primer Yang diolah tahun 2016
3. Variabel Hasil Usaha Tani
Jumlah pernyaataan dalam variabel Hasil
Usaha Tani adalah 4 item. Dari hasil uji
reabilitas terhadap variabel Hasil Usaha
Tani dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Dapat dilihat bahwa pada item
pernyataan HUT1, HUT3, HUT4 dan HUT5
memiliki nilai r hitung> r tabel, sehingga ini
menunjukkan hanya seluruh item valid.
Dan untuk hasil uji reabilitas menunjukkan
Cronbach’s Alpha sebesar 0,756 , yang dapat
di simpulkan bahwa item pernyataan
variabel Hasil Usaha Tani dapat digunakan
dalam penelitian oleh karena sudah reliabel.
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)
50
Tabel 13. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Hasil Usaha Tani.
Item Pertanyaan r hitung r Tabel Keterangan
HUT1
HUT2
HUT3
HUT4
0,387
0,720
0,715
0,818
0,361
0,361
0,361
0,361
Valid
Valid
Valid
Valid
Cronbach’s Alpha = 0,756
Sumber: Data Primer Yang diolah tahun 2016
3.2. Analisis Path atau Analisis Jalur
Analisis jalur dalam hal ini memiliki 3
variabel dimana salah satunya adalah variabel
intervening yang dapat berperan ganda yang
bisa menjadi variabel eksogen bagi variabel
yang lain dan juga menjadi variabel endogen
bagi variabel satunya. Dalam hal ini tedapat
variabel X1 = Modal Sosial, X2 = Modal
Perbankkan, dan X3 = HAsil Usaha Tani.
Pengaruh langsung melaui variabel
intervening dan pengaruh total variabel yang
berperan sebagai variabel eksogen terhadap
variabel endogen yaitu :
a. Pengaruh langsung merupakan pengaruh X1
terhadap X2, X1 terhadap X3 dan X2
terhadap X3, yaitu :
1. Pengaruh (Modal Sosial atau MS) X1
terhadap X2 (Modal Perbankkan) yaitu
P21.
Dari hasil analisis Peth maka didapat
hubungan langsung dari Modal Sosial
terhadap Modal Perbankkan.
Dari Tabel 14 menunjukkan pengaruh
langsung yang merupakan pengaruh
Modal Sosial terhadap Modal
perbankkan dimana nilai kofesien jalur
sama dengan kofesien kolerasi sebesar
yaitu 0,710 yang di tunjukkan pada
koefesien Beta (Standardized
Coefficients). Maka dengan nilai korelasi
0,710 mendekati nilai 1, dapat dikatakan
modal sosial memiliki hubungan yang
kuat terhadap modal perbankkan dan
nilai determinasi (R2) sebesar 0,504
menunjukkan bahw.a 50,4 % modal
perbankkan dapat dijelaskan oleh modal
sosial dimana sisanya dijelaskan oleh
variabel lain.
Tabel 14. Model Summary Modal Sosial terhadap Modal perbankkan..
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
1 .710a .504 .499 .510
a. Predictors: (Constant), MS
Sumber : Data Primer Yang Diolah Menggunakan SPSS 16, Tahun 2016
Tabel 15. Tabel Kofesien Modal Sosial Terhadap Modal Perbankkan.
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constan
t) 1.085 .202
5.360 .000
MS .716 .072 .710 9.929 .000
a. Dependent Variable: MP
Sumber : Olahan Data Primer dengan SPSS 16, Tahun 2016
Untuk tingkat signifikannya pada jalur
tersebut yaitu pada kofesien t sebesar
9,929 denga P-value sebesar 0,053 dengan
jumlah data sebesar 97 maka dk = 95
dengan besar kofesien t tabel pada α =
0,05 sebesar 1.661052, sehingga pada t
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)
51
hitung lebih besar dari t tabel (9,929 >
1,661052) maka kofesien jalur dinyatakan
sangat signifikan. Hal ini juga
ditunjukkan dari nilai P-velue lebih kecil
dari 0,05 (0,000 < 0,05) maka dinyatakan
bahwa kofesien jalur pada Modal Sosial
terhadap Modal Perbankkan signifikan.
Sehingga Untuk Pengujian Hipotesis
dengan kreteria penolakan H0 yaitu
untuk α = 0,05 > p (Sig) (0,000 < 0,05) dan
nilai t hitung > t tabel (9,929 > 1,661052)
maka menolak H0 dan menerima Ha
dimana adanya pengaruh langsung
Modal Sosial Terhadap Modal
Perbankkan.
2. Pengaruh (Modal Sosial atau MS) X1
terhadap X3 (Hasil Usaha Tani atau HUT)
yaitu P31
Dari Tabel 16 menunjukkan pengaruh
langsung yang merupakan pengaruh
Modal Sosial terhadap Hasil Usaha Tani
dimana nilai kofesien jalur sama dengan
kofesien kolerasi sebesar yaitu 0,603 yang
di tunjukkan pada kofesien Beta
(standardized Coefficients). Maka
dengan nilai korelasi 0,603 mendekati
nilai 1 sehingga untuk modal sosial
memiliki hubungan cukup kuat terhadap
hasil usaha tani.
Untuk tingkat signifikannya pada jalur
tersebut yaitu pada kofesien t sebesar
7,442 denga P-value sebesar 0,053 dengan
jumlah data sebesar 97 maka dk = 95
dengan besar kofesien t tabel pada α =
0,05 sebesar 1.661052, sehingga pada t
hitung lebih besar dari t tabel (7,442 >
1,661052) maka kofesien jalur dinyatakan
sangat signifikan. Hal ini juga
ditunjukkan dari nilai P-velue lebih kecil
dari 0,05 (0,000 < 0,05) maka dinyatakan
bahwa kofesien jalur pada Modal Sosial
terhadap Hasil Usaha Tani adalah
signifikan. dan nilai determinasi (R2)
sebesar 0,504 menunjukkan bahwa 50,4 %
modal perbankkan dapat dijelaskan oleh
modal sosial dimana sisanya dijelaskan
oleh variabel lain. Sehingga Untuk
Pengujian Hipotesis dengan kreteria
penolakan H0 yaitu untuk α = 0,05 > p
(Sig) (0,000 < 0,05) dan nilai t hitung > t
tabel (7,442 > 1,661052) maka menolak H0
dan menerima Ha dimana adanya
pengaruh langsung Modal Sosial
Terhadap Hasil Usaha Tani.
Tabel 16. Model Summary Modal Sosial Terhadap Hasil Usaha Tani.
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
1 .603a .363 .357 .573
a. Predictors: (Constant), MS
Sumber : Olahan Data Primer dengan SPSS 16, Tahun 2016
Tabel 17. Kofesien Modal Sosial Terhadap Uasil Usaha Tani.
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.190 .228 5.231 .000
MS .603 .081 .603 7.442 .000
a. Dependent Variable: HUT
Sumber : Olahan Data Primer dengan SPSS 16, Tahun 2016
3. Pengaruh secara simultan pada Modal
sosial (MS atau X1) dan Modal
Perbankkan (MP atau X2) terhadap Hasil
Usaha Tani (HUT atau Y).
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)
52
Untuk kontribusi pengaruh secara
bersama-sama baik untuk Modal Sosial
dan juga Modal perbankkan terhadap
hasil usaha Tani dapat sebesar (R2) 0,638
= 63,8 % dimana sisanya dipengaruhi
faktor lain yang tidak terdapat dalam
penelitian ini yaitu sebesar 36,2 %, untuk
nilai determinasinya dapat dilihat pada
Tabel 18.
Pada Jalur menggunakan Pengaruh
Modal Sosial dan Modal Perbankan
secara bersam-sama terhadap hasil usaha
tani, maka untuk nilai t hitung pada
Modal Sosial (X1) 0,753 dimana lebih
kecil dibandingkan dnengan t hitung
pada Modal Perbankkan sebesar 7,116.
Sehingga bisa dikatakan bahwa variabel
pada Modal Sosial sangat kecil
pengaruhnya dibandingkan Modal
Perbankkan terhadap Hasil Usaha Tani.
Untuk nilai P-velue pada jalur Modal
Sosial terhadap Hasil Usaha Tani lebih
besar dari 0,05 (0,568 > 0,05) maka
dinyatakan bahwa kofesien jalur pada
Modal Sosial terhadap Hasil Usaha Tani
adalah tidak signifikan, sehingga hanya
jalur Modal Perbankkan yang signifikan
dengan nilai P-velue sebesar 0,000 (0,000
< 0,005).
Tabel 18. Model Sumamary Pengaruh secara simultan pada Modal sosial (MS atau X1) dan
Modal Perbankkan (MP atau X2) terhadap Hasil Usaha Tani (HUT atau Y).
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
1 .799a .638 .630 1.695
a. Predictors: (Constant), MP, MS
Sumber : Olahan Data Primer Menggunakan SPSS 16, Tahun 2016
Tabel 19. Kofesien Pengaruh Modal Sosial dan Perbankkan terhadap Hasil Usaha Tani.
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.133 .798 1.420 .159
MS .052 .092 .060 .573 .568
MP .995 .140 .749 7.116 .000
a. Dependent Variable: HUT
Sumber : Olahan Data Primer Menggunakan SPSS 16, Tahun 2016
4. Pengaruh X2 (Modal Perbankkan atau
MP) terhadap X3 (Hail Usaha Tania atau
HUT) dengan menghilangkan X3 (Modal
Sosial) yaitu P32
Dari tabel 20 menunjukkan pengaruh
langsung yang merupakan pengaruh
Modal perbankkan terhadap Hasil Usaha
Tani dimana nilai kofesien jalur sama
dengan kofesien kolerasi sebesar yaitu
0,743 yang di tunjukkan pada kofesien
Beta (standardized Coefficients). Maka
dengan nilai korelasi 0,743 mendekati
nilai 1 sehingga untuk modal
perbankkan memiliki hubungan yang
kuat terhadap hasil usaha tani.
Dengan jumlah data sebesar 97 maka dk
= 95 dengan besar kofesien t tabel pada α
= 0,05 sebesar 1.661052, sehingga pada t
hitung lebih besar dari t tabel (10,933 >
1,661052) maka kofesien jalur dinyatakan
sangat signifikan. Hal ini juga
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)
53
ditunjukkan dari nilai P-velue lebih kecil
dari 0,05 (0,000 < 0,05) maka dinyatakan
bahwa kofesien jalur pada Modal
Perbankkan terhadap Hasil Usaha Tani
adalah signifikan dan nilai determinasi
(R2) sebesar 0,504 menunjukkan bahwa
50,4 % modal perbankkan dapat
dijelaskan oleh modal sosial dimana
sisanya dijelaskan oleh variabel lain.
Pada Pengujian Hipotesis dengan
kreteria penolakan H0 yaitu untuk α =
0,05 > p (Sig) (0,000 < 0,05) dan nilai t
hitung > t tabel (7,442 > 1,661052) maka
menolak H0 dan menerima Ha dimana
adanya pengaruh langsung Modal
Perbankkan Terhadap Hasil Usaha Tani.
Tabel 20. Kofesien Modal Perbankkan terhadap Usaha Tani.
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .595 .210 2.836 .006
MP .737 .067 .743 10.933 .000
a. Dependent Variable: HUT
Sumber : Olahan Data Primer Menggunakan SPSS 16, Tahun 2016
b. Besaran Pengaruh Residu (ɛ )
Besarnya Pengaruh yang diterima oleh X2
yaitu Modal Perbankkan dan Y yaitu Hasil
usaha tani, dari variabel diluar X2 dan Y
adalah :
1. Untuk Pengaruh yang diterima X2 yaitu
Modal Perbankkan adalah sebagai
berikut, p2ɛ 2 = √
( ) (R2) = 0,704
2. Untuk Pengaruh yang diterima Y yaitu
Hasil Usaha Tani sebgai berikut, p2ɛ 2 =
√ ( ) (R2) = 0,601.
Gambar 2. Model Teoritik dan Hasil.
Dari analisis Model Teoitik maka
didapat hasil sebagai berikut untuk
pengaruh Modal Sosial terhadap Modal
perbankkan dengan nilai korelasi dan
kofesien Beta (standardized Coefficients)
yaitu 0,710 dan Modal Perbankkan
terhadap Hasil Usaha Tani dengan
kofesien Beta (standardized Coefficients
yaitu 0,743. Sehingga pada perkalian
antara pengaruh lansung Modal Sosial
terhadap Modal Perbankkan dengan
pengaruh langsung Modal Perbankkan
terhadap Hasil Usaha Tani yaitu (0,710 x
0,743) = 0,527
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)
54
Dan untuk Pengaruh Total pada Modal
Sosial, Modal Sosial dan Hasil Usaha
Tani adalah merupakan pengaruh total
merupakan jumlah pengaruh lansung
pada Modal Sosial terhadap Hasil Usaha
Tani yaitu penjumlahan pengaruh
langsung Modal Sosial terhadap Hasil
Usaha tani dengan Pengaruh tidak
langsung terhadap Modal Sosial terhadap
Hasil Usaha Tani melalui Modal
Perbankkan yaitu sebesar 1,13 (0,603 +
0,527). Untuk lebih jelasnya dpat dilihat
pada Tabel 22.
Tabel 21. Pengaruh Langsung, Tidak Langsung dan Total.
Pengaruh
Variabel
Pengaruh Kausal
Langsung Melalui X2 Total
X1 > Y 0,603 (0,710 x 0,743) = 0,527 1,13
X1 > X2 0,710 - 0,710
X2 > Y 0,743 - 0,743 Sumber : Olahan Data Primer Tahun 2016
IV. PENUTUP
4.1. Kesimpulan
1. Modal Sosial terhadap Hasil Usaha Tani
dimana memiliki nilai kofesien jalur sama
dengan kofesien kolerasi sebesar yaitu 0,603
dimana mendekati nilai 1 sehingga untuk
modal sosial memiliki hubungan cukup
kuat terhadap hasil usaha tani. Untuk
tingkat signifikannya pada jalur tersebut
yaitu pada kofesien t sebesar 7,442 dan pada
kofesien t tabel pada α = 0,05 sebesar
1.661052, sehingga pada t hitung lebih besar
dari t tabel (7,442 > 1,661052) maka kofesien
jalur dinyatakan sangat signifikan. Hal ini
juga ditunjukkan dari nilai P-velue lebih
kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05) maka dinyatakan
bahwa kofesien jalur pada Modal Sosial
terhadap Hasil Usaha Tani adalah signifikan
Sehingga Untuk Pengujian Hipotesis
dengan kreteria penolakan H0 yaitu untuk α
= 0,05 > p (Sig) (0,000 < 0,05) dan nilai t
hitung > t tabel (7,442 > 1,661052) maka
menolak H0 dan menerima Ha dimana
adanya pengaruh langsung Modal Sosial
Terhadap Hasil Usaha Tani.
2. Modal perbankkan terhadap Hasil Usaha
Tani dimana nilai kofesien jalur sama
dengan kofesien kolerasi sebesar yaitu 0,743
dimana mendekati nilai 1 sehingga untuk
modal perbankkan memiliki hubungan
yang kuat terhadap hasil usaha tani . Untuk t
hitung sebesar 10,933 dan pada kofesien t
tabel pada α = 0,05 sebesar 1.661052,
sehingga pada t hitung lebih besar dari t
tabel (10,933 > 1,661052) maka kofesien jalur
dinyatakan sangat signifikan. Hal ini juga
ditunjukkan dari nilai P-velue lebih kecil
dari 0,05 (0,000 < 0,05) maka dinyatakan
bahwa kofesien jalur pada Modal
Perbankkan terhadap Hasil Usaha Tani
adalah signifikan Pada Pengujian Hipotesis
dengan kreteria penolakan H0 yaitu untuk α
= 0,05 > p (Sig) (0,000 < 0,05) dan nilai t
hitung > t tabel (7,442 > 1,661052) maka
menolak H0 dan menerima Ha dimana
adanya pengaruh langsung Modal
Perbankkan Terhadap Hasil Usaha Tani.
3. Pada Pengaruh Total pada Modal Sosial,
Modal Perbankan dan Hasil Usaha Tani
adalah jumlah pengaruh lansung pada
Modal Sosial terhadap Hasil Usaha Tani
yaitu penjumlahan pengaruh langsung
Modal Sosial terhadap Hasil Usaha tani
dengan Pengaruh tidak langsung terhadap
Modal Sosial terhadap Hasil Usaha Tani
melalui Modal Perbankkan yaitu sebesar
1,13 (0,603 + 0,527)
4.2. Saran
1. Pihak Bank. Berdasarkan hasil peneelitian
ini pada pihak Bank sebgai lembaga
Keuangan yang menfasilitasi pinjaman
Kredit, sangat berperan penting untuk selalu
menjaga modal perbankkan yang dimiliki
untuk menjaga kepercayaan nasabah dan
juga menigkatkan modal sosial dalam
pemberian kredit sehingga dapat
meningkatkan hasil usaha petani.
2. Pihak Pemerintah. Pemerintah lebih
mendorong adanya kebijakan dalam
Lembaga Keuganan yang mengelola
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)
55
keuangan khususnya Pertanian sehingga
sehingga dalam pengaruhnya pada peran
petani sebagai peminjam dapat
meningkatkan jumlah usaha tani dan
produktivitasnya
3. Pihak Petani. Pihak Petani menjaga
kepercayaan yang diberikan lembaga
keuangan melalui pinjaman pertanian
sehingga baik dari modal perbankkan dapat
dijaga keberlangsungannya dan juga dari
sisi sosial peminjam dan pihak lembaga
terlajin kerjasama yang baik.
4. Bagi Peneliti selanjutnya. Perlu adanya
kajian dengan variabel yang berbeda dan
juga perlu adanya kajian mengenai kebijkan
pengelolaan keuangan yang tepat
khususnya dalam pinjaman modal dalam
meningkatkan hasil usaha tani.
DAFTAR PUSTAKA
Algifari, (2000), Analisis Regresi Edisi dua, BPFE, Yogyakarta.
Analisis Kebijakan Pertanian. Volume 10 No. 2, Juni 2012 : 103-117
Anonim. 2006. Pemetaan Komoditas Pertanian Unggulan Jawa Barat serta Potensi Pembiayaan
Perbankan Syariah untuk Pengembangannya. Kerjasama Kantor Bank Indonesia
Bandung dengan Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.
Anthony, E. 2010. Agricultural Credit and Economy Growth in Nigeria: An Empirical Analysis.
Business and Economics Journal, Volume 2010: BEJ-14. Pp: 1 — 7.
Arifin, B. 2009. Bank Pertanian untuk Menjawab Pembiayaan Usaha Pertanian. Makalah dalam
Seminar Menuju Pendirian Bank Pertanian. Bogor, 11 Mei 2009: IPB dan Departemen
Pertanian.
Ashari dan S. Friyatno. 2006. Perspektif Pendirian Bank Pertanian di Indonesia. Forum Penelitian
Agro Ekonomi. 24 (2): 107 – 122.
Ashari dan S. Friyatno. 2006. Perspektif Pendirian Bank Pertanian di Indonesia. Forum Agro
Ekonomi, 24 (2): 107-155. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Ashari, 2006, ‘Potensi Lembaga Keuangan Mikro (LKM) dalam Pembangunan Ekonomi Pedesaan
dan Kebijakan Pengembangannya’, Analisis Kebijakan Pertanian, Volume 4 No. 2, Juni
2006 : 146-164.
Ashari. 2009. Optimalisasi Kebijakan Kredit Program Sektor Pertanian di Indonesia. Analisis
Kebijakan Pertanian (AKP), Vol 7 (1): 21-42. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan
Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Aviliani. 2009. Kebijakan Perbankan dalam Sektor Agribisnis. Makalah disampaikan pada Round
Table Discussion: Mencari Alternatif Pembiayaan Pertanian. Kerjasama Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian dan Departemen Agribisnis, FEM-IPB. Jakarta, 16
April 2009.
Azwar, Saifuddin. (2006), Reliabilitas dan Validitas, Pustaka Pelajar Offset, Yogyakarta. Riyanto,
Bambang. (1998), Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Empat, BPFE, Yogyakarta.
Bank Indonesia. 2006. Laporan Perekonomian Indonesia 2006. Bank Indonesia, Jakarta.
Departemen Pertanian. 2007. Revitalisasi Pertanian (Agriculture Revitalization). Departemen
Pertanian. Jakarta.
Hadi, P.U., C. Shaleh, Al S. Bagyo, R. Hendayana, Y. Marisa, dan I. Sadikin. 2000. Studi Kebutuhan
Asuransi Pertanian pada Pertanian Rakyat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial
Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Indiastuti, R. 2005. Arti Tahun Keuangan Mikro bagi Indonesia.http://www.pikiran-rakyat.com/
cetak/2005/0305/08/0608.htm [12/07/06]
Iskandar, A. 2011. Obligasi Rekapitalisasi Perbankan: Orang Miskin Membiayai Orang Kaya.
Jakarta: Dian Rakyat.
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)
56
John Mageto Maroko, et al, ‘The Transition from Micro-Financing into Formal Banking among The
Micro Finance Institutions in Kenya’, African Journal of Bussiness & Management
(AJBUMA), Volume 1 (2010).
Kasmir, 2002, Dasar-dasar Perbankan, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Krisnamurthi, B. Peta Pembiayaan Pertanian. Makalah disampaikan pada Round Table Discussion:
Mencari Alternatif Pembiayaan Pertanian. Kerjasama Kementrian Koordinator Bidang
Perekonomian dan Departemen Agribisnis, FEM-IPB. Jakarta, 16 April 2009.
Mayrowani, H., M. Syukur, Sunarsih, Y. Marisa, dan M. F. Sutopo. 2000. Peningkatan Peranan
Kredit dalam Menunjang Agribisnis Pedesaan. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Nasution, 2003, Metode Research (Penelitian Ilmiah), Jakarta: Bumi Aksara.
Nurmanaf, R., E.L. Hastuti, Ashari, S. Friyatno, dan B. Wiryono. 2006. Analisis Sistem Pembiayaan
Mikro dalam Mendukung Usaha Pertanian di Pedesaan. Pusat Analisis Sosial Ekonomi
dan Kebijakan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Pakpahan, A. 2009. Transformasi Pertanian, Mengapa Memerlukan Bank Pertanian. Makalah
dalam Seminar Menuju Pendirian Bank Pertanian. Bogor, 11 Mei 2009: IPB dan
Departemen Pertanian.
Pasaribu, S.M., B. Sayaka, W.K. Sejati, A. Setyanto, J. Hestina, dan J. Situmorang. 2007. Analisis
Kebijakan Pembiayaan Sektor Pertanian. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan
Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Prastowo, N. J., A. Prasmuko, and T. Chawwa. 2010. Sumber Pembiayaan Ekonomi di Indonesia:
Pendekatan Survei. Working Paper. Bank Indonesia.
Ratnawati, A. 2009. Mencari Alternatif Pembiayaan Pertanian. Makalah disampaikan pada Round
Table Discussion: Mencari Alternatif Pembiayaan Pertanian. Kerjasama Kemen-
Saragih, B. dan T. Sipayung. 2007. Prospek Agribisnis dan Peluang Perbankan. Makalah dalam
Ceramah Ekonomi Prospek Agribisnis Indonesia dan Peluang Perbankan. Jakarta, 22
Februari 2007: Bank BNI.
Soehardi Sigit, 1999, Pengantar Metodologi Penelitian Sosial-Bisnis-Manajemen, Yogyakarta:
Fakultas Ekonomi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa.
Sugiono, (2005), Statistik Untuk Penelitian, CV. Alfa Beta, Bandung.
Sugiyono, 1999, Metode Penelitian Bisnis, Bandung: Alfabeta.
Suharyanto, K. 2010. Kemiskinan di Sektor Pertanian. Makalah dalam Round Table Discussion
Peringatan 30 Tahun Yayasan Agro Ekonomika. Jakarta, 7 Mei 2011: Deputi Menko Kesra
Bidang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan, Yayasan Agro Ekonomika, dan Kantor
Berita Antara.
Sumarni, Murti dan Salamah Wahyuni, (2005), Metodologi Penelitian Bisnis, Andi, Yogyakarta.
Supadi dan Sumedi. 2004. Tinjauan Umum Kebijakan Kredit Pertanian. Working Paper, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Januari: Kementerian
Pertanian.
Suyatno, Tomas. Dkk. (2003), Dasar-Dasar Perkreditan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Syukur, M. 2009. Mencari Alternatif Pembiayaan Pertanian. Makalah disampaikan pada Round
Table Discussion: Mencari Alternatif Pembiayaan Pertanian. Kerjasama Kementrian
Koordinator Bidang Perekonomian dan Departemen Agribisnis, FEM-IPB. Jakarta, 16
April 2009.
Vetrivel dan Chandra Kumarmangalam, ‘Role of Microfinance Institutions in Rural Development’,
International Journal of Information Technology and Knowledge Management, July-
December 2010 Volume 2 No. 2, pp 435-441.
Zulkifli. 2009. Pasar Kredit Sektor Pertanian di Indonesia. Jurnal Sains dan Teknologi. 9 (3): 193-
199.