peran perawat sebagai edukator

2
Peran Perawat sebagai Edukator. Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan. Selama bertahu-tahun, organisasi-organisasi yang mengatur dan mempengaruhi perawat telah mendorong dan mendukung pendapat bahwa perawat harus memainkan peran utama dalam pendidikan kesehatan. Pengajaran dianggap sebagai suatu komponen pokok praktik keperawatan pada perawatan klien yang sehat atau yang sakit. Agar perawat dapat bertindak sesuai dengan perannya sebagai pendidik, siapapun khalayak mereka, pasien, anggota keluarga, siswa keperawatan atau staf keperawatan dan lembaga lainnya, mereka harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang prinsip-prinsip pengajaran dan pembelajaran. Biasanya bila dalam lingkungan rumah sakit diberikan sewaktu pasien akan pulang sehingga diharapkan pasien dapat menjalankan pola hidup sehat dan juga menjaga kesehatannya. Bagi keluarga klien memampukan mereka dalam menangani sendiri intervensi yang diharuskan jika memungkinkan. Luke dan Caress (1989) dengan jelas membedakan antara pengajaran pasien dan pendidikan pasien. Mereka mengatakan pengajaran pasien “memperlihatkan pendekatan pemberian informasi didaktik”. Sementara pendidikan pasien “memperlihatkan sesuatu yang lebih menyeluruh sehingga diperlukan keterampilan spesialis. Dapat dipastikan bahwa peran perawat sebagai penagajar bagi para pasien dan keluarga, juga sebagai staf dan siswa keperawatan, harus kembali pada

Upload: suryatno-situmorang

Post on 29-Dec-2014

817 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Peran Perawat Sebagai Edukator

Peran Perawat sebagai Edukator. Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam

meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang

diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan

kesehatan. Selama bertahu-tahun, organisasi-organisasi yang mengatur dan mempengaruhi

perawat telah mendorong dan mendukung pendapat bahwa perawat harus memainkan peran

utama dalam pendidikan kesehatan. Pengajaran dianggap sebagai suatu komponen pokok

praktik keperawatan pada perawatan klien yang sehat atau yang sakit. Agar perawat dapat

bertindak sesuai dengan perannya sebagai pendidik, siapapun khalayak mereka, pasien,

anggota keluarga, siswa keperawatan atau staf keperawatan dan lembaga lainnya, mereka

harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang prinsip-prinsip pengajaran dan

pembelajaran. Biasanya bila dalam lingkungan rumah sakit diberikan sewaktu pasien akan

pulang sehingga diharapkan pasien dapat menjalankan pola hidup sehat dan juga menjaga

kesehatannya. Bagi keluarga klien memampukan mereka dalam menangani sendiri intervensi

yang diharuskan jika memungkinkan.

Luke dan Caress (1989) dengan jelas membedakan antara pengajaran pasien dan

pendidikan pasien. Mereka mengatakan pengajaran pasien “memperlihatkan pendekatan

pemberian informasi didaktik”. Sementara pendidikan pasien “memperlihatkan sesuatu yang

lebih menyeluruh sehingga diperlukan keterampilan spesialis. Dapat dipastikan bahwa peran

perawat sebagai penagajar bagi para pasien dan keluarga, juga sebagai staf dan siswa

keperawatan, harus kembali pada filosofi kemitraan. Penyampaian informasi pada peserta

didik, siapaun dia, harus menekankan fakta bahwa pengajaran dan pembelajaran merupakan

proses yang partisipatif. Seorang peserta didik tidak dapat dipaksa untuk belajar. Walaupun

demikian, pendekatan yang efektif untuk mendidik orang lain adalah dengan melibatkan

peserta didik secara aktif pada proses pendidikan. Makin banyak bukti yang menunjukkan

bahwa pendidikan yang efektif dan partisipasi peserta didik memang seiring sejalan. Perawat

harus bertindak sebagai fasilitator, membentuk lingkungan yang kondusif untuk

pembelajaran-lingkungan yang memotivasi individu agar mau belajar dan memungkinkan

bagi mereka untuk belajar. Dalam kasus pendidikan pasien, pendekatan yang digunakan

harus dapat lebih mempertahankan gagasan yang ideal bahwa perawatan diri ditujukan untuk

mengalihkan tanggung jawab pembelajaran dari perawat kepada pasien. Penekanannya harus

pada fasilitasi pembelajaran dengan pendekatan pengajaran yang bersifat nondirektif bukan

pengajaran yang didaktik (Luker & Caress, 1989).