peran penyuluh swadaya dal am implementasi...

34
PU BA PER IM USAT SO ADAN PE PROPO RAN PE PLEME PENY OSIAL EK ENELITI KEM OSAL OPE ENYUL ENTAS YULUH Tim Kurnia Ahmad Sr KONOMI AN DAN MENTER ERASIONA LUH SW SI UND HAN PE m Penelit Suci Indra Syahyuti Sugiarto Sunarsih d Makky A ri Suharyo I DAN K N PENGE RIAN PER 2013 AL TAHUN WADAY DANGERTAN ian aningsih Ar-Rozi no EBIJAKA MBANGA RTANIAN N 2013 YA DAL UNDA NIAN AN PERT AN PERT N LAM ANG TANIAN TANIAN i

Upload: trinhkiet

Post on 15-Apr-2018

219 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERAN PENYULUH SWADAYA DAL AM IMPLEMENTASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_08.pdf · menangani penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program, serta pelaksanaan

 

PUBA

PERIM

USAT SOADAN PE

PROPO

RAN PEPLEME

PENY

OSIAL EKENELITI

KEM

OSAL OPE

ENYULENTASYULUH

TimKurnia

AhmadSr

KONOMIAN DAN

MENTER

ERASIONA

LUH SWSI UNDHAN PE

m PenelitSuci IndraSyahyutiSugiartoSunarsih

d Makky Ari Suharyo

I DAN KN PENGERIAN PER

2013

AL TAHUN

WADAYDANG–ERTAN

ian aningsih

Ar-Rozi no

EBIJAKAMBANGARTANIAN

N 2013

YA DAL–UNDANIAN

AN PERTAN PERTN

LAM ANG

TANIAN TANIAN

Page 2: PERAN PENYULUH SWADAYA DAL AM IMPLEMENTASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_08.pdf · menangani penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program, serta pelaksanaan

ii  

RINGKASAN

Dalam memenuhi kebutuhan penyuluh pertanian untuk pembangunan pertanian dan ketahanan pangan, tidak hanya ditugaskan penyuluh berstatus pegawai negeri sipil (PNS), tetapi harus melibatkan Penyuluh Swadaya dari masyarakat secara partisipatif dan sukarela. Kedudukan Penyuluh Pertanian Swadaya sebagai mitra Penyuluh Pertanian PNS dalam melakukan kegiatan penyuluhan pertanian, baik sendiri-sendiri maupun kerja sama untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian berdasarkan programa penyuluhan pertanian di wilayah setempat. Keberadaan Penyuluh Pertanian Swadaya bersifat mandiri untuk memenuhi kebutuhan pendamping pelaku utama dan pelaku usaha pertanian. Dalam hal ini Penyuluh Pertanian Swadaya melakukan kegiatan penyuluhan pertanian kepada pelaku utama dan pelaku usaha sesuai dengan rencana kerja penyuluhan pertanian yang disusun berdasarkan programa penyuluhan pertanian di wilayah kerjanya. Secara standar normatif, peran Penyuluh Pertanian Swadaya dalam penyelenggaraan penyuluhan, masih belum optimal. Mekanisme kerja kemitraan antara Penyuluh Pertanian PNS dengan Penyuluh Pertanian Swadaya dan Penyuluh Pertanian Swasta, sebagaimana diamanatkan dalam Permentan No. 61/2008 belum sepenuhnya terwujud. Posisi Penyuluh Swadaya masih subordinat jika disandingkan dengan Penyuluh PNS. Penelitian ini bertujuan: (1) Mengidentifikasi profil dan tipologi Penyuluh Swadaya; (2) Menganalisis persepsi petani terhadap peran penyuluh swadaya; (3) Meng analisis persepsi penyuluh pertanian pemerintah (PNS) terhadap peran penyuluh swadaya; (4) Menganalisis kinerja penyuluh swadaya dan permasalahan yang dihadapi serta (5) Menganalisis faktor-faktor penentu kinerja penyuluh swadaya. Lokasi penelitian mencakup wilayah Jawa (Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Jawa Tengah) dan Luar Jawa (Provinsi Kalimantan Selatan) dengan jumlah responden sebanyak 251. Analisis data dalam penelitian ini mencakup: (1) analisis statistik deskriptif, dan (2) analisis statistik inferensia. Analisis data kualitiatif disampaikan secara deskriptif, dengan menganalisis dan mengidentifikasi kaitan sebab akibat dari gejala yang diamati serta mengambil kesimpulan yang menjadi dasar deduktif dan prediktif untuk meramal peristiwa-peristiwa di masa mendatang. Analisis statistik inferensia yang digunakan dalam penelitian ini adalah Structural Equation Modelling (SEM), untuk mendapatkan model empiris hubungan kausalitas antara peubah eksogen dengan peubah endogen.

Page 3: PERAN PENYULUH SWADAYA DAL AM IMPLEMENTASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_08.pdf · menangani penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program, serta pelaksanaan

1  

DAFTAR SINGKATAN

Bakorluh : Badan Koordinasi Penyuluhan Bapelluh : Badan Pelaksana Penyuluhan BKP : Badan Ketahanan Pangan BKP3 : Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan BOP : Biaya Operasional Penyuluhan BP3K : Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan BP4K : Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan KehutananBPP : Balai Penyuluhan Pertanian Diklat : Pendidikan dan Latihan DKP : Dewan Ketahanan Pangan FEATI : Farmer Empowerment through Agricultural Technology and

Information FMA : Farmer Managed of Extension Activity Gapoktan : Gabungan Kelompok Tani Iptek : Ilmu Pengetahuan dan Teknologi IPP : Industri Pertanian Pedesaan KUT : Kredit Usahatani LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat PCA : Participatory Communication Apprasial Perda : Peraturan Daerah Perbup : Peraturan Bupati Pergub : Peraturan Gubernur Permentan : Peraturan Menteri Pertanian Perpres : Peraturan Presiden PNS : Pegawai Negeri Sipil P4S : Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan dan Swadaya P3TIP : Program Pemberdayaan Petani melalui Teknologi dan Informasi

Pertanian SDMC : Spektrum Diseminasi Multi-Channel SDM : Sumberdaya Manusia SEM : Structural Equation Modelling SP3K : Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan THL-TBPP : Tenaga Harian Lepas-Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian UU : Undang-Undang UUD : Undang-Undang Dasar  

Page 4: PERAN PENYULUH SWADAYA DAL AM IMPLEMENTASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_08.pdf · menangani penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program, serta pelaksanaan

2  

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyuluhan pertanian saat ini diharapkan mampu mendukung empat sukses

yang menjadi target Kementerian Pertanian, mengingat kegiatan penyuluhan

pertanian merupakan instrumen penting dalam pembangunan pertanian di

pedesaan. Namun fakta di lapangan tingkat penguasaan teknologi petani relatif

terbatas di tengah persaingan pasar yang semakin ketat, membutuhkan

pendampingan pembinaan teknis dan manajemen secara intensif dan

berkesinambungan. Hal tersebut menuntut adanya kapasitas aparat pembina teknis

yang mampu melayani bimbingan teknologi secara spesifik (komoditas) sesuai

dengan kebutuhan petani serta mampu berperan sebagai mediator terhadap sumber

pembiayaan dan pasar. Kemudian aparat tersebut dapat berkomunikasi dan

berkoordinasi dengan pemangku kepentingan (stakeholder) termasuk petugas

lapang lainnya dalam meningkatkan kesejahteraan petani dan ketahanan pangan

keluarga.

Luasnya wilayah kerja penyuluh pertanian dan banyaknya individu/kelompok

petani yang harus dilayani juga membutuhkan rasio petani dan penyuluh yang ideal

serta terpenuhinya sarana tranportasi, komunikasi, alat peraga dan biaya

operasional pembinaan yang memadai. Untuk itu diperlukan upaya-upaya dalam

mewujudkan sistem penyuluhan yang efektif melalui terbangunnya kelembagaan

penyuluhan yang didukung dengan kapasitas dan jumlah penyuluh yang

proporsional, sarana kerja dan fasilitas operasional yang memadai, pembinaan yang

berkesinambungan serta terbuka bagi masyarakat yang berminat untuk berperan

serta dalam kegiatan penyuluhan. Dalam memenuhi kebutuhan penyuluh pertanian

untuk pembangunan pertanian dan ketahanan pangan, tidak hanya ditugaskan

Penyuluh berstatus Pegawai Negeri Sipil, tetapi harus melibatkan Penyuluh Swadaya

dari masyarakat secara partisipatif dan sukarela (Kementerian Pertanian, 2010).

Sampai saat ini jumlah Penyuluh Pertanian PNS yang bertugas di desa masih

kurang memadai, terlihat dari wilayah kerja Penyuluh Pertanian PNS lebih dari satu

desa. Jumlah desa per Desember 2012 sebanyak 69.249, terdiri dari 8.216 kelurahan

dan 6.694 desa (Wikipedia, 2012). Jumlah penyuluh per Juli 2011 sebanyak 52.428

Page 5: PERAN PENYULUH SWADAYA DAL AM IMPLEMENTASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_08.pdf · menangani penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program, serta pelaksanaan

3  

orang, terdiri dari penyuluh PNS 27.961 orang, penyuluh honorer 1.251 orang, THL-

TB 23.216 orang (Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, 2013).

Oleh karena itu Pemerintah membuka peluang bagi petani yang telah maju bersedia

menjadi Penyuluh Pertanian Swadaya untuk bermitra dengan Penyuluh Pertanian

PNS dalam melakukan kegiatan penyuluhan pertanian di desanya. Saat ini tercatat

adanya Penyuluh Swadaya sebanyak 8.107 orang (Badan Penyuluhan dan

Pengembangan SDM Pertanian, 2013).

Keberadaan Penyuluh Pertanian Swadaya berdasarkan Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 16 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan

Kehutanan (SP3K) pada pasal 20 dan diatur dalam Peraturan Menteri

Pertanian/Permentan Nomor: 61/Permentan/ OT.140/11/2008 tentang Pedoman

Pembinaan Penyuluh Pertanian Swadaya dan Penyuluh Swasta. Penyuluh Pertanian

Swadaya adalah pelaku utama yang berhasil dalam usahanya dan warga masyarakat

lainnya yang dengan kesadarannya sendiri mau dan mampu menjadi penyuluh.

Pelaku utama untuk kegiatan pertanian adalah petani tanaman pangan, petani

hortikultura, pekebun dan peternak beserta keluarganya. Hal ini dimaksudkan agar

dalam pembangunan pertanian tercipta kegiatan penyuluhan yang dilakukan secara

profesional untuk menumbuh-kembangkan kemampuan kemandirian petani.

Pembinaan penyuluhan yang diselenggarakan baik oleh Pemerintah, Pemerintah

Daerah maupun swadaya atau swasta merupakan amanat UU No. 16/2006.

Kedudukan Penyuluh Pertanian Swadaya sebagai mitra Penyuluh Pertanian

PNS dalam melakukan kegiatan penyuluhan pertanian, baik sendiri-sendiri maupun

kerja sama untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian berdasarkan

programa penyuluhan pertanian di wilayah setempat. Keberadaan Penyuluh

Pertanian Swadaya bersifat mandiri untuk memenuhi kebutuhan pendamping pelaku

utama dan pelaku usaha pertanian. Tugas pokok Penyuluh Pertanian Swadaya

adalah melakukan kegiatan penyuluhan pertanian kepada pelaku utama dan pelaku

usaha sesuai dengan rencana kerja penyuluhan pertanian yang disusun berdasarkan

programa penyuluhan pertanian di wilayah kerjanya.

Sesuai dengan Permentan No. 61 tahun 2008, disebutkan bahwa pembinaan

terhadap pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian khususnya bagi Penyuluh

Pertanian Swadaya dan Penyuluh Pertanian Swasta selama ini dirasakan belum

Page 6: PERAN PENYULUH SWADAYA DAL AM IMPLEMENTASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_08.pdf · menangani penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program, serta pelaksanaan

4  

memiliki arah yang jelas, juga belum didayagunakan secara optimal untuk

memenuhi kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha. Secara standar normatif,

peran Penyuluh Pertanian Swadaya dalam penyelenggaraan penyuluhan, masih

belum optimal. Mekanisme kerja kemitraan antara Penyuluh Pertanian PNS dengan

Penyuluh Pertanian Swadaya dan Penyuluh Pertanian Swasta, sebagaimana

diamanatkan dalam Permentan No. 61/2008 belum sepenuhnya terwujud. Posisi

Penyuluh Swadaya masih subordinat jika disandingkan dengan Penyuluh PNS.

Untuk membangun sinergi kemitraan, perlu diidentifikasi kebutuhan masing-masing

Penyuluh (PNS, Swadaya, dan Swasta).

1.2. Dasar Pertimbangan

Pengembangan pembangunan pertanian pada masa mendatang perlu

memberikan perhatian yang khusus terhadap penyuluhan pertanian, karena

penyuluhan pertanian merupakan salah satu kegiatan yang strategis dalam upaya

pencapaian tujuan pembangunan pertanian. Melalui kegiatan penyuluhan, petani

ditingkatkan kemampuannya agar dapat mengelola usahataninya, dengan produktif,

efisien dan menguntungkan, sehingga petani dan keluarganya dapat meningkatkan

kesejahteraannya. Meningkatkan kesejahteraan petani dan keluarganya adalah

tujuan utama dari pembangunan pertanian.

Asas keseimbangan kegiatan penyuluhan, yang memperhatikan

keseimbangan antara kebijakan, inovasi teknologi dengan kearifan masyarakat

setempat, keseimbangan pemanfaatan sumberdaya dan kelestarian lingkungan,

serta keseimbangan antar kawasan yang maju dengan kawasan yang relatif

tertinggal, masih belum terlaksana dengan baik. Asas kerjasama dalam

penyelenggaraan penyuluhan yang seharusnya dilaksanakan secara sinergis dalam

kegiatan pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan serta sektor lain belum

tercapai dengan baik. Asas berkeadilan, belum tercermin dalam penyelenggaraan

penyuluhan yang memposisikan pelaku utama dan pelaku usaha berhak

mendapatkan pelayanan secara proporsional sesuai dengan kemampuan, kondisi,

serta kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha, sebagaimana yang diharapkan

dalam UU No. 16/2006.

Page 7: PERAN PENYULUH SWADAYA DAL AM IMPLEMENTASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_08.pdf · menangani penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program, serta pelaksanaan

5  

Penyuluhan semestinya dilakukan dengan menggunakan pendekatan

partisipatif melalui mekanisme kerja dan metode yang disesuaikan dengan

kebutuhan serta kondisi pelaku utama dan pelaku usaha. Satu tenaga Penyuluh

Pertanian Pemerintah (PNS) di beberapa lokasi harus membina 3-6 desa, ditambah

tugas-tugas administratif (Indraningsih et. al., 2010). Kementerian Pertanian telah

mencanangkan kebijakan yang menetapkan satu desa satu penyuluh pertanian.

Untuk pencapaian target tersebut, alternatif yang dipandang sejalan dengan UU RI

Nomor 16 Tahun 2006 adalah mengefektifkan peran penyuluh swadaya yang

bertugas mendampingi penyuluh pertanian pemerintah.

Berdasarkan uraian tersebut, maka kegiatan penelitian ini menjadi penting

untuk mengidentifikasi peran penyuluh swadaya yang bertugas mendampingi

penyuluh pertanian pemerintah (PNS) di dalam melakukan pendampingan. Peran

penyuluh swadaya sebagai pengidentifikasi masalah dan kebutuhan, fasilitator,

pentransfer teknologi dan informasi, untuk meningkatkan kapasitas petani dalam

pembangunan pertanian terutama dalam mencapai swasembada dan swasembada

berkelanjutan, serta meningkatkan nilai tambah maupun daya saing produk

pertanian.

1.3. Tujuan

Tujuan umum penelitian ini adalah menghasilkan rekomendasi kebijakan tentang

penyuluh swadaya sejalan dengan UU No. 16/2006.

Secara khusus, penelitian ini bertujuan:

1. Mengidentifikasi profil dan tipologi Penyuluh Swadaya;

2. Menganalisis persepsi petani terhadap peran penyuluh swadaya;

3. Menganalisis persepsi penyuluh pertanian pemerintah (PNS) terhadap peran

penyuluh swadaya;

4. Menganalisis kinerja Penyuluh Swadaya dan permasalahan yang dihadapi;

5. Menganalisis faktor-faktor penentu kinerja penyuluh swadaya.

Page 8: PERAN PENYULUH SWADAYA DAL AM IMPLEMENTASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_08.pdf · menangani penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program, serta pelaksanaan

6  

1.4. Keluaran yang Diharapkan

Keluaran umum dari kegiatan penelitian ini adalah rekomendasi kebijakan

penyuluh swadaya sejalan dengan UU No. 16/2006. Keluaran khusus dari kegiatan

penelitian ini adalah:

1. Hasil identifikasi profil dan tipologi Penyuluh Swadaya;

2. Hasil analisis persepsi petani terhadap peran penyuluh swadaya;

3. Hasil analisis persepsi penyuluh pertanian pemerintah (PNS) terhadap peran

penyuluh swadaya;

4. Hasil analisis kinerja penyuluh swadaya dan permasalahan yang dihadapi;

5. Hasil analisis faktor-faktor penentu kinerja penyuluh swadaya.

1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak

Penerima manfaat dari kegiatan ini adalah Kementerian Pertanian terutama

Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian sebagai lembaga yang

menangani penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program, serta pelaksanaan

penyuluhan, pendidikan dan pelatihan, standarisasi dan sertifikasi sumberdaya

manusia pertanian sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Luaran kegiatan

ini berguna bagi Kementerian Pertanian untuk merumuskan kebijakan kegiatan

penyuluhan yang melibatkan peran aktif Penyuluh Swadaya, sebagai upaya

mencapai target Kementerian Pertanian satu desa satu penyuluh. Selain itu, luaran

kegiatan ini dapat dijadikan rujukan dalam menyusun fungsi dan peran, motivasi,

mekanisme kerja dan profesionalismenya dalam pembinaan petani.

Apabila rumusan konsepsi rekomendasi kebijakan Penyuluh Swadaya

dilaksanakan oleh institusi atau lembaga yang berwenang melakukan

penyelenggaraan penyuluhan dengan didukung oleh (1) kelembagaan penyuluhan

yang mengacu pada UU No. 16/2006, (2) tenaga penyuluh pertanian (PNS dan

swadaya) yang memiliki kompetensi dan integritas tinggi di lapangan, maka kegiatan

penyuluhan akan mendorong tercapainya empat sukses target Kementerian

Pertanian, melalui implementasi pembinaan yang efektif bagi Penyuluh Swadaya,

serta berkembangnya pelaku usaha yang mandiri dan berkesinambungan serta

berwawasan agribisnis.

Page 9: PERAN PENYULUH SWADAYA DAL AM IMPLEMENTASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_08.pdf · menangani penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program, serta pelaksanaan

7  

I. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teoritis

2.1.1. Eksistensi Penyuluh Pertanian Swadaya

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) Nomor 16 Tahun 2006

Pasal 1 ayat (2), yang dimaksud dengan penyuluhan adalah:

”proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong serta mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.”

Selanjutnya pada Pasal 26 ayat (3), ”penyuluhan dilakukan dengan menggunakan

pendekatan partisipatif melalui mekanisme kerja dan metode yang disesuaikan

dengan kebutuhan serta kondisi pelaku utama dan pelaku usaha.” Pada Pasal 2 UU

RI Nomor 16 Tahun 2006, “penyuluhan diselenggarakan berasaskan demokrasi,

manfaat, kesetaraan, keterpaduan, keseimbangan, keterbukaan, kerjasama,

partisipatif, kemitraan, berkelanjutan, berkeadilan, pemerataan, dan bertanggung

gugat.”

Dalam UU No. 16/2006, dinyatakan bahwa penyuluhan dilakukan oleh

Penyuluh PNS, Penyuluh Swasta, dan/atau Penyuluh Swadaya; dan keberadaan

Penyuluh Swasta serta Penyuluh Swadaya bersifat mandiri untuk memenuhi

kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha. Penyuluh Swasta dan Penyuluh

Swadaya dalam melaksanakan penyuluhan kepada pelaku utama dan pelaku usaha

dapat berkoordinasi dengan penyuluh PNS. Penyuluh Swasta adalah penyuluh yang

berasal dari dunia usaha dan/atau lembaga yang mempunyai kompetensi dalam

bidang penyuluhan; sedangkan Penyuluh Swadaya adalah pelaku utama yang

berhasil dalam usahanya dan warga masyarakat lainnya yang dengan kesadarannya

sendiri mau dan mampu menjadi penyuluh. Mencermati makna eksplisit yang

tertuang dalam UU tersebut Penyuluh Swadaya dalam melakukan kegiatan

penyuluhan dapat bekerjasama dengan Penyuluh Pertanian PNS.

Selama ini, setiap ada proyek/program pemerintah, penyuluh selalu

bekerjasama dengan kelompok tani. Interaksi yang tergolong sering dilakukan

Page 10: PERAN PENYULUH SWADAYA DAL AM IMPLEMENTASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_08.pdf · menangani penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program, serta pelaksanaan

8  

dengan pengurus kelompok tani, terutama ketua kelompok tani. Implikasinya

adalah bahwa ketua kelompok tani dapat dikategorikan sebagai Penyuluh Swadaya.

Semestinya di tingkat masyarakat petani perlu dilakukan sosialisasi bahwa selain

Penyuluh Pertanian PNS, terdapat pula Penyuluh Swasta dan Penyuluh Swadaya

(dapat berasal dari kalangan petani). Sosialisasi ini perlu dilakukan karena selama

ini yang dikenal masyarakat petani secara luas adalah Penyuluh dari Pemerintah

atau Penyuluh Pertanian PNS.

Dalam kegiatan penyuluhan akan terjadi proses komunikasi dan adopsi.

Proses komunikasi timbul karena penyuluh berusaha mengadakan hubungan dengan

para petani. Proses adopsi timbul pada diri petani itu sendiri setelah adanya

interaksi dan komunikasi dengan penyuluh. Perkembangan proses adopsi dapat

diperkirakan dari gejolak atau tingkah laku petani yang bersangkutan (Wiriatmaja,

1983). Penyuluhan pertanian sebagai pendidikan non formal membawa dua tujuan

utama yang di-harapkan untuk jangka pendek adalah menciptakan perubahan

perilaku termasuk di dalamnya sikap, tindakan dan pengetahuan serta untuk jangka

panjang adalah meningkatkan taraf hidup petani (Sastraadmadja, 1993).

2.1.2. Peran Penyuluh

Sejalan dengan arus globalisasi berupa liberalisasi perdagangan, perubahan

preferensi konsumen terhadap produk pertanian dan upaya terhadap kelestarian

lingkungan, menuntut pendekatan penyuluhan pertanian yang dinamis mengikuti

perubahan. Permasalahannya adalah bahwa peran Penyuluh Pertanian PNS dinilai

hanya sekedar sebagai penyampai (diseminator) teknologi dan informasi. Padahal

Penyuluh Pertanian PNS dituntut lebih ke arah sebagai motivator, dinamisator,

fasilitator dan konsultan bagi petani (Tjitropranoto, 2003; Subejo, 2009). Lippitt et

al. (1958) dan Rogers (2003) bahkan menambahkan Penyuluh Pertanian harus

dapat mendiagnosis permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh klien (petani),

membangun dan memelihara hubungan dengan sistem klien (petani), memantapkan

adopsi, serta mencegah penghentian adopsi.

Cukup banyak ahli yang membicarakan tentang peran yang harus dijalankan

seorang penyuluh. Mosher (1997) misalnya menyebutkan bahwa peran penyuluh

pertanian adalah sebagai; (1) guru, (2) penganalisa, (3) penasehat, (4) organisator,

Page 11: PERAN PENYULUH SWADAYA DAL AM IMPLEMENTASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_08.pdf · menangani penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program, serta pelaksanaan

9  

(5) pengembang kebutuhan perubahan, (6) penggerak perubahan, dan (7)

pemantap hubungan masyarakat petani. Kartasapoetra (1994) menyebut peran

penyuluh sangat penting bagi terwujudnya pembangunan pertanian moderen yaitu

pembangunan pertanian berbasis rakyat. Peran penyuluh menurutnya adalah

sebagai peneliti yang mencari masukan terkait dengan ilmu dan teknologi, sebagai

pendidik yang meningkatkan pengetahuan untuk memberikan informasi kepada

petani serta menimbulkan semangat dan kegairahan bekerja kepada petani, dan

sebagai penyuluh yang menimbulkan sikap keterbukaan bukan paksaan. Artinya,

peran penyuluh cukup berat dan mengharuskannya memiliki kemampuan tinggi.

Untuk mendukung peran-peran tersebut, Penyuluh Pertanian sudah harus

menguasai dan memanfaatkan teknologi informasi, komunikasi dan edukasi. Pada

saat ini Penyuluh PNS dan THL-TBPP berhadapan dengan salesman yang merupakan

pelayan teknis perusahaan sarana produksi nasional dan multinasional serta

berperan sebagai Penyuluh Swasta, telah memasuki wilayah pedesaan. Untuk itu

Penyuluh Pertanian (PNS dan THL-TBPP) diharapkan dapat berperan dengan lebih

baik, sehingga keberadaannya mempunyai arti dan dibutuhkan bagi petani,

kelompok tani dan gapoktan.

Sebelum teknologi informasi mengalami perkembangan seperti sekarang

petani biasanya mengandalkan hanya dari satu atau beberapa sumber informasi.

Peran Penyuluh Pertanian menjadi sentral. Kini seiring dengan perkembangan

teknologi, penyebaran informasi teknologi tidak lagi tergantung pada hanya satu

atau dua channel. Petani menerima informasi teknologi tidak hanya melalui birokrasi

institusi pemerintahan seperti dinas teknis terkait, akan tetapi juga dari sumber lain

seperti LSM, swasta, dan bahkan dari sumber dunia maya (internet). Hal tersebut

belakangan sering diistilahkan sebagai Spektrum Diseminasi Multi-Channel (SDMC).

Ruang lingkup kegiatan percepatan adopsi inovasi teknologi melalui pendekatan

SDMC meliputi: (1) karakerisasi jaringan transfer teknologi melalui pendekatan

Participatory Communication Apprasial (PCA); (2) rancangan model transfer inovasi

melalui pendekatan SDMC spesifik lokasi; dan (3) penumbuhan model percepatan

inovasi teknologi melalui klinik agribisnis.

Secara umum spektrum mempunyai makna sama dengan jangkauan. Istilah

tersebut biasa dijumpai dalam kaitan dengan siaran radio dan atau televisi. Dalam

Page 12: PERAN PENYULUH SWADAYA DAL AM IMPLEMENTASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_08.pdf · menangani penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program, serta pelaksanaan

10  

hal ini spektrum identik dengan jangkauan dari frekuensi radio elektromagnetik yang

digunakan untuk mentransmisikan suara, data dan program televisi. Secara umum

pengertian spektrum dalam konteks SDMC dapat mengandung pengertian yang

sama yaitu jangkauan. Dalam istilah lain spektrum menunjukkan “border target”

atau ruang lingkup sasaran diseminasi. Jika materinya terkait inovasi teknologi

pertanian, sasarannya petani pelaku usahatani, pelaku usaha dan pengguna lain

yang terkait (Prawiranegara dan Suryani, 2011). Konsep tentang SDMC tersebut

sama dengan saluran komunikasi sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Rogers

dan Shoemaker (1971); Rogers (2003). Saluran komunikasi dibedakan atas: (1)

saluran interpersonal dan media massa; serta (2) saluran lokalit dan kosmopolit.

2.1.3. Peran sebagai Pengidentifikasi Permasalahan dan Kebutuhan Petani

Sebagian besar petani menilai bahwa permasalahan-permasalahan yang

dihadapi petani tidak semuanya dapat diatasi penyuluh. Penyuluh dinilai petani

belum berperan dalam mengidentifikasi permasalahan dalam kegiatan berusahatani,

termasuk juga mengidentifikasi kebutuhan petani (Indraningsih, 2010). Dalam hal

pemasaran, petani membutuhkan kerjasama dengan pihak lain untuk menampung

produk pertanian yang telah diolah sehingga petani mendapatkan nilai tambah

(seperti minyak atsiri dari daun nilam). Dinas teknis seperti Dinas Perindustrian

telah memberikan batuan alat pengolah produk pertanian, namun demikian dalam

operasionalnya dibutuhkan modal yang relatif besar.

2.1.4. Peran sebagai Fasilitator

Dalam melaksanakan kegiatan, penyuluh seringkali tidak mengacu pada

kepentingan petani, tetapi lebih mementingkan keinginan pemerintah. Padahal

Slamet (2003) telah menegaskan penyuluh harus mampu merespon tantangan-

tantangan baru yang muncul dari situasi baru. Dalam paradigma baru penyuluhan

pertanian, salah satu faktornya adalah penyuluh perlu berpikir tentang agribisnis

sebagai sistem yang terjadi interdependensi subsistem hulu-hilir. Sebagai

konsekuensinya, lembaga penyuluhan pertanian di tingkat pusat (Badan

Pengembangan SDM) perlu melakukan kerjasama dan berkoordinasi dengan

Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian.

Page 13: PERAN PENYULUH SWADAYA DAL AM IMPLEMENTASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_08.pdf · menangani penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program, serta pelaksanaan

11  

Kerjasama tersebut perlu ditindaklanjuti sampai tingkat kabupaten yang

melibatkan penyuluh dan petani (sebagai produsen komoditas pertanian). Selain itu,

penyuluh juga harus mampu berperan sebagai penghubung dalam membangun

kerjasama antara petani (kelompok tani) dengan pihak swasta (pengusaha swasta)

yang menangani pengolahan dan pemasaran produk olahan pertanian. Dukungan

kebijakan pemerintah daerah setempat sangat diperlukan terutama yang terkait

dengan penyediaan prasarana jalan dan sarana transportasi.

2.1.5. Peran sebagai Pentransfer Teknologi dan Informasi

Penyuluh Pertanian PNS dituntut menyampaikan pesan yang bersifat inovatif

yang mampu mengubah atau mendorong perubahan, sehingga terwujud perbaikan-

perbaikan mutu hidup setiap individu dan seluruh masyarakat (Mardikanto, 1993).

Pesan atau materi penyuluhan yang disampaikan para penyuluh kepada pelaku

utama dan pelaku usaha dalam berbagai bentuk yang meliputi informasi, teknologi,

rekayasa sosial, manajemen, ekonomi, hukum dan kelestarian lingkungan. Materi

penyuluhan tersebut dibuat berdasarkan kebutuhan dan kepentingan pelaku utama

dan pelaku usaha dengan memperhatikan kemanfaatan dan kelestarian sumberdaya

pertanian, perikanan, dan kehutanan. Unsur yang perlu diperhatikan dalam

mengemas materi penyuluhan adalah pengembangan sumberdaya manusia dan

peningkatan modal sosial. Peraturan Menteri Pertanian No: 25/Permentan/OT.140/

5/2009 memuat tentang Pedoman Penyusunan Programa Penyuluhan Pertanian,

yang mencakup acuan penyelenggaraan penyuluhan.

Spesifikasi mutu produk pertanian yang diminati konsumen perlu diketahui

petani sebagai penjamin mutu produk di tingkat produsen. Menurut Tjitropranoto

(2003) materi penyuluhan selama tiga dekade lebih didominasi oleh aspek alih

teknologi, berorientasi pada kepentingan program/proyek untuk mencapai target

suatu produksi. Untuk itu, cakupan materi penyuluhan perlu diperluas, tidak lagi

terbatas pada teknologi produksi. Namun juga memperhatikan teknologi panen,

pengolahan, pengemasan, transportasi, informasi harga dan informasi pasar, dan

upaya agribisnis, sehingga usahatani yang dikelola petani menguntungkan dan

berkelanjutan. Materi penyuluhan yang dibutuhkan petani harus didasarkan pada

Page 14: PERAN PENYULUH SWADAYA DAL AM IMPLEMENTASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_08.pdf · menangani penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program, serta pelaksanaan

12  

kesempatan, kemauan dan kemampuan petani untuk menerapkan, bukan karena

perhitungan ilmiah yang dinilai menguntungkan.

Subejo (2009) juga melakukan kritik serupa, agar materi penyuluhan

pertanian bergeser tidak hanya sekedar peningkatan produksi namun menyesuaikan

dengan isu global yang lain. Seperti upaya menyiapkan petani dalam mengatasi

persoalan perubahan iklim global. Petani perlu dikenalkan dengan sarana produksi

yang memiliki daya adaptasi tinggi terhadap goncangan iklim. Selain itu, materi

penyuluhan ke depan perlu berorientasi pada teknik bertani yang ramah lingkungan,

hemat air serta tahan terhadap cekaman suhu tinggi. Materi penyuluhan lain yang

juga perlu diperhatikan adalah pengaruh fenomena anomali iklim El Nino dan La

Nina terhadap produksi pangan (Irawan ,2006). Kebijakan yang komprehensif

diperlukan sebagai upaya menekan dampak negatif El Nino dan La Nina terhadap

produksi pangan, yang mencakup: (1) pengembangan sistem deteksi dini anomali

iklim; (2) pengembangan sistem diseminasi informasi yang efisien tentang anomali

iklim; dan (3) mengembangkan, mendiseminasikan dan memfasilitasi petani untuk

menerapkan teknik budidaya tanaman yang adaptif terhadap situasi kekeringan,

serta mengembangkan teknik pemanenan hujan. Ketiga kebijakan tersebut perlu

diacu sebagai materi penyuluhan dengan terlebih dahulu disesuaikan dengan

kebutuhan petani yang dituju dan kondisi wilayah.

Selama ini keberadaan Penyuluh Pertanian PNS dipandang sangat diperlukan,

terutama dalam tugas pendampingan dan konsultasi bagi para petani dalam

mengembangkan kegiatan usahatani. Kementerian Pertanian telah mengambil

kebijakan menempatkan satu desa satu penyuluh pertanian. Jumlah seluruh desa di

Indonesia mencapai 70.150 dan total tenaga Penyuluh Pertanian PNS sampai tahun

2008 sebanyak 29.065 orang (Pusat Pengembangan Penyuluhan Pertanian, 2009).

Berarti satu orang tenaga Penyuluh Pertanian PNS bertugas di 2-3 desa.

Pada era Orde Baru, pembangunan pertanian yang dikenal dengan revolusi

hijau telah dimanfaatkan oleh kepentingan pemerintah untuk tujuan peningkatan

produktivitas dan produksi tanaman pangan khususnya padi untuk memenuhi

kebutuhan pangan penduduknya yang terus meningkat. Seiring dengan itu,

penyuluhan pertanian juga ikut berubah. Jika semula penyuluhan ditekankan pada

bimbingan kepada petani dalam berusahatani yang lebih baik, berubah menjadi

Page 15: PERAN PENYULUH SWADAYA DAL AM IMPLEMENTASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_08.pdf · menangani penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program, serta pelaksanaan

13  

tekanan pada alih teknologi yakni mengusahakan agar petani mampu meningkatkan

produktivitas dan produksinya terutama padi. Akibatnya petani menjadi tergantung,

tidak mandiri dan kelembagaan lokal banyak yang kurang berfungsi atau bahkan

hilang. Oleh karena itu diperlukan perubahan paradigma dari paradigma lama yang

lebih menekankan pada alih teknologi ke paradigma baru yang mengutamakan pada

sumberdaya manusianya, yang dikenal dengan pendekatan farmer first, atau

“mengubah petani” dan bukan “mengubah cara bertani”, yang memungkinkan

terjadi pemberdayaan pada diri petani.

Chambers (1993) seperti dikutip Sadono (2008) menyebutkan bahwa

pendekatan yang mendahulukan atau memprioritaskan petani sebagai pendekatan

farmer first. Adapun ciri-ciri pendekatan farmer first tersebut adalah sebagai berikut:

(1) Tujuan utamanya adalah memberdayakan petani, kelompok tani, dan

gapoktan.

(2) Petani difasilitasi oleh pihak luar dalam menganalisis kebutuhan dan prioritas.

(3) Alih teknologi dari pihak luar ke petani melalui prinsip-prinsip, metode-metode

dan seperangkat pilihan-pilihan.

(4) Petani diberikan kesempatan untuk memilih materi yang dibutuhkannya.

(5) Karakteristik perilaku petani dicirikan oleh pengaplikasian prinsip-prinsip,

memilih dari seperangkat pilihan-pilihan dan mencoba serta menggunakan

metode-metode.

(6) Hasil utama yang ingin dicapai oleh pihak luar adalah petani mampu

meningkatkan kemampuan adaptasinya serta memberikan pilihan-pilihan yang

lebih luas bagi petani, kelompok tani, dan gapoktan yang mandiri dan

berkesinambungan.

(7) Karakteristik model penyuluhan yang utamanya yaitu dari petani ke petani.

(8) Agen penyuluhan berperan sebagai fasilitator dan pencari serta memberikan

pilihan.

Beberapa hal yang harus diperankan penyuluh dalam mendorong terjadinya

pembaruan (Lippitt et al., 1958), yaitu:

(1) Mendiagnosis permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh klien.

(2) Tahapan ini dapat dilakukan dengan menggunakan sumber lain atau

mendiagnosis permasalahan klien secara langsung.

Page 16: PERAN PENYULUH SWADAYA DAL AM IMPLEMENTASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_08.pdf · menangani penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program, serta pelaksanaan

14  

(3) Mengenali sistem motivasi klien dan kapasitasnya untuk melakukan

pembaruan. Motivasi merupakan sistem yang kompleks mencakup baik

bersifat altruisme (ikhlas) untuk kepentingan pihak lain maupun untuk

kepentingan diri sendiri.

(4) Mengenali motivasi penyuluh dan sumberdaya yang tersedia. Penyuluh harus

mengacu kepada kebutuhannnya, preferensi pribadi, dan keyakinannya

terhadap hal yang benar dan yang salah.

(5) Memilih tujuan pembaruan yang tepat. Dalam pemilihan ini peran yang harus

diambil oleh penyuluh bergantung pada interpretasi diagnostiknya dalam

menentukan langkah awal dan sekuensi atas tahapan-tahapan yang harus

dilalui serta tujuan akhir yang hendak diwujudkan.

(6) Menentukan peran yang tepat. Penyuluh harus memberikan suatu inisiatif

tentang keputusan tujuan pembaruan, bagaimana mewujudkannya dan apa

yang harus dilakukan pertama kali.

(7) Membangun dan memelihara hubungan dengan sistem klien. Semua diagnostik

dari penyuluh dan kegiatan-kegiatan yang membantu harus dilaksanakan

dalam konteks membangun hubungan yang telah dibangun dengan sistem

klien.

(8) Mengenalkan dan memandu tahap-tahap pembaruan. Setiap pembaruan harus

dilakukan dengan tahapan-tahapan yang jelas serta klien dipandu dengan

benar.

(9) Penyuluh harus mampu memilih teknik-teknik yang spesifik dan model perilaku

secara tepat, karena banyak teknik dan model perilaku yang dapat digunakan.

(10) Penyuluh harus menstimulir dirinya untuk berkembang bersama-sama dengan

klien serta dapat memberikan kontribusi melalui penelitian dan perumusan

konsep.

Hasil identifikasi Rogers (2003) terdapat tujuh peran penyuluh sebagai agen

pembaruan, yakni: (1) mengembangkan kebutuhan untuk berubah, (2) untuk

menetapkan suatu hubungan pertukaran informasi, (3) mengdiagnosis masalah, (4)

menciptakan suatu maksud pada klien untuk berubah, (5) mewujudkan suatu

maksud dalam tindakan, (6) memantapkan adopsi dan mencegah penghentian, dan

Page 17: PERAN PENYULUH SWADAYA DAL AM IMPLEMENTASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_08.pdf · menangani penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program, serta pelaksanaan

15  

(7) mencapai hubungan akhir (tujuan akhir penyuluh adalah mengembangkan

perilaku memperbarui sendiri pada klien).

2.1.6. Fungsi Penyuluh Swadaya

Untuk dapat melaksanakan tugas pokok, Penyuluh Pertanian Swadaya

menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: (1) Menyusun rencana kegiatan

penyuluhan pertanian yang dikoordinasikan dengan kelembagaan penyuluhan

setempat; (2) Melaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian sesuai dengan rencana

kerja yang telah disusun; (3) Melaksanakan pertemuan koordinasi dengan Penyuluh

Pertanian PNS, pelaku utama dan pelaku usaha dalam rangka mewujudkan sinergi

kerja; (4) Mengikuti kegiatan rembug, pertemuan teknis, dan temu lapang pelaku

utama dan pelaku usaha; (5) berperan aktif menumbuh-kembangkan kelembagaan

pelaku utama; (6) Menjalin kemitraan usaha dengan pihak yang terkait dengan

bidang tugasnya; (7) Menumbuh-kembangkan jiwa kepemimpinan dan

kewirausahaan pelaku utama; (8) Menyampaikan informasi dan teknologi baru dan

tepat guna kepada pelaku utama; (9) Melaksanakan proses pembelajaran secara

partisipatif melalui berbagai media penyuluhan, antara lain: percontohan dan

pengembangan model usaha agribisnis bagi pelaku utama; dan (10) Menyusun

laporan kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan (Permentan No. 61/2008).

2.1.7. Proses Penetapan Sebagai Penyuluh Swadaya

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 61/Permentan/ OT.140/11/2008

Penyuluh Pertanian Swadaya tidak otomatis, namun harus diakui dan dilatih oleh

Pemerintah melalui proses berikut: (1) Pelaku utama yang merasa memenuhi

persyaratan tersebut di atas dan berminat, dapat mengajukan diri sebagai calon

Penyuluh Pertanian Swadaya ke Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) atau Balai

Penyuluhan di Kecamatan setempat; (2) Penyuluh Pertanian PNS bersama dengan

aparat desa/kelurahan melakukan identifikasi pelaku utama dan masyarakat lain

yang memenuhi syarat sebagai Penyuluh Pertanian Swadaya; (3) Hasil identifikasi

dilaporkan sebagai calon Penyuluh Pertanian Swadaya ke BPP; (4) BPP

merekapitulasi calon-calon Penyuluh Swadaya dan mengirimkan ke Badan Pelaksana

Penyuluhan atau lembaga yang menangani penyuluhan pertanian di

kabupaten/kota; (5) Badan Pelaksana Penyuluhan di kabupaten/kota melakukan

Page 18: PERAN PENYULUH SWADAYA DAL AM IMPLEMENTASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_08.pdf · menangani penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program, serta pelaksanaan

16  

klarifikasi dan verifikasi terhadap calon Penyuluh Swadaya, dan yang memenuhi

syarat ditetapkan sebagai Penyuluh Pertanian Swadaya oleh Kepala Badan Pelaksana

Penyuluhan; (6) Selanjutnya daftar calon Penyuluh Pertanian Swadaya dikirim ke

Badan Koordinasi Penyuluhan atau lembaga yang menangani penyuluhan pertanian

di provinsi dengan tembusan kepada Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan

Sumberdaya Manusia Pertanian, Kementerian Pertanian sebagai bahan perencanaan

pelatihan dan pembinaan; (7) Calon Penyuluh Pertanian Swadaya yang telah

mengikuti pelatihan dan lulus diberi sertifikat; (8) Dinyatakan sebagai Penyuluh

Swadaya apabila telah menandatangani surat pernyataan sebagai penyuluh dan

terikat dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; (9) Penyuluh

Pertanian Swadaya bila ingin memperoleh sertifikat kompetensi profesi dari lembaga

sertifikasi perofesi penyuluh, harus mengikuti uji kompetensi.

2.2. Hasil Penelitian Terkait

Identifikasi Penyuluh Swadaya masih terbatas dilakukan oleh pemerintah,

belum memasukkan aspirasi pemangku kepentingan, dalam hal ini petani. Dengan

demikian kinerja penyuluh swadaya tampak belum optimum. Hal ini dicirikan oleh

akses petani terhadap pelayanan lembaga-lembaga yang ada termasuk akses

pemasaran dan perbankan relatif masih sulit. Di samping itu, kenyataan di lapangan

menunjukkan bahwa peran Penyuluh Pertanian PNS atau THL-TBPP baru dirasakan

oleh petani yang terlibat dalam program pemerintah (terutama pengurus kelompok

tani). Curahan waktu penyuluh lebih banyak untuk kegiatan yang bersifat

administratif dibanding penyuluhan, serta beban wilayah binaan mencapai 3-6 desa,

maka perlu dicari alternatif perbaikan. Kondisi ini berakibat pada produktivitas

pertanian dan pendapatan petani relatif masih rendah (Indraningsih et al., 2010).

Keadaan ini, menurut Mangkuprawira (2008) disebabkan oleh berbagai faktor

berikut:

(1) Peran antar lembaga pendidikan dan pelatihan, balai penelitian, dan penyuluhan

belum terkoordinasi dengan baik. Kualitas sumberdaya manusia pelaku lembaga

dan fasilitas masih rendah. Penyediaan paket teknologi dari hasil penelitian

belum merata diterima para petani. Sementara itu rekomendasi paket teknologi

masih berskala nasional yang belum tentu sesuai dengan lokal spesifik.

Page 19: PERAN PENYULUH SWADAYA DAL AM IMPLEMENTASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_08.pdf · menangani penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program, serta pelaksanaan

17  

(2) Fungsi dan keberadaan lembaga penyuluhan cenderung terabaikan. Jumlah dan

tenaga penyuluh yang berkualitas sesuai dengan perkembangan IPTEK relatif

rendah. Akibatnya kualitas penyuluhan dalam pelaksanaan program intensifikasi

relatif rendah. Partisipasi petani juga semakin rendah. Hal itu menyebabkan

produktivitas pertanian khususnya di sektor tanaman pangan juga rendah.

(3) Koordinasi dan kinerja lembaga-lembaga keuangan perbankan pedesaan masih

rendah. Hal ini ditunjukkan oleh daya serap plafon Kredit Usahatani (KUT)

termasuk untuk produksi pangan masih rendah. Selain itu tunggakan

pembayaran masih tinggi.

(4) Koperasi pedesaan khususnya yang bergerak di sektor pertanian masih belum

berjalan optimum. Bahkan jumlah yang masih aktif relatif sedikit atau

diperkirakan hanya sekitar 15 persen saja. Selebihnya berada pada posisi pasif

dan cenderung akan berhenti beroperasi kalau tidak ada pembinaan. Dengan

demikian fungsi koperasi untuk mensejahterakan anggotanya tidak berjalan

baik.

(5) Keberadaan lembaga-lembaga tradisi di pedesaan seperti lumbung desa, gotong

royong dan organisasi pengairan belum sepenuhnya dimanfaatkan secara

optimum.

Karaktersitik penyuluh mencakup kualitas personal dan kualitas profesional.

Kualitas personal meliputi pengembangan sikap terhadap tugas dan lingkungan,

sedangkan kualitas profesional meliputi penguasaan terhadap inovasi, penyebaran

inovasi dan upaya transfer inovasi. Hasil penelitian Susti, et al. (2012)

mengungkapkan bahwa terdapat enam karaktersitik Penyuluh Swadaya, antara lain:

1) keinginan berorganisasi, 2) keinginan untuk belajar (keinginan untuk berprestasi),

3) memiliki semangat yang tinggi, 4) berkomunikasi dengan baik, 5) memiliki

dorongan kerjasama dan 6) bertanggung jawab. Katagori respon peternak terhadap

karaktersitik Penyuluh Swadaya yang tertinggi mencapai 84 persen, yang sedang 16

persen. Respon yang tinggi ini ditunjukkan oleh adanya pemahaman materi

penyuluhan yang ditunjang oleh Penyuluh Swadaya yang mampu menyampaikan

dan menjelaskan informasi dengan baik dan dapat dimengerti oleh peternak,

sehingga peternak memahami materi tersebut. Disamping itu, respon mengenai

pengembangan sikap terhadap tugas dan lingkungan termasuk katagori tinggi

Page 20: PERAN PENYULUH SWADAYA DAL AM IMPLEMENTASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_08.pdf · menangani penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program, serta pelaksanaan

18  

(68%). Hal ini dapat dilihat dari Penyuluh Swadaya yang mampu mengubah sikap

dan tatanan nilai anggotanya untuk mengikuti inovasi teknologi yang baik.

Pengembangan sikap terhadap tugas dan lingkungan berhubungan dengan

timbulnya kepercayaan kepada Penyuluh Swadaya. Penyebaran inovasi yang

direspon tinggi. Penyuluh Swadaya dengan baik membimbing anggotanya ketika

terjadi masalah. Penyuluh Swadaya dalam hal ini menjadi mediator untuk mengatasi

masalah dan mengambil keputusan yang tepat.

Dengan diterbitkannya Permentan No. 61/Permentan/OT.140/11/ 2008

tentang pedoman pembinaan Penyuluh Pertanian Swadaya dan Penyuluh Pertanian

Swasta merupakan suatu bukti upaya Pemerintah untuk mengembangkan Penyuluh

Swadaya dan Penyuluh Swasta sebagai pendamping Penyuluh Pemerintah (PNS).

Diharapkan dengan keterlibatan Penyuluh Swadaya sebagai pelaku utama (petani)

yang berhasil akan menggerakkan dan memajukan petani lain untuk membangun

usahatani dari hulu sampai hilir, termasuk dalam upaya mendukung program

swasembada pangan. Permentan tersebut juga merupakan suatu bukti upaya

Pemerintah untuk mengembangkan Penyuluh Swadaya dan Penyuluh Swasta

sebagai pendamping Penyuluh Pemerintah (PNS). Diharapkan dengan keterlibatan

Penyuluh Swadaya sebagai pelaku utama (petani) yang berhasil akan menggerakkan

dan memajukan petani lain untuk membangun usahatani dari hulu sampai hilir. Di

tingkat operasional masih diperlukan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis,

agar keberadaan Penyuluh Swadaya dan Penyuluh Swasta didukung dengan

sarana/prasarana (Indraningsih et. al., 2012).

Pembinaan terhadap Penyuluh Swadaya sebagai penyeimbang terhadap

rekrutmen penyuluh (terutama PNS) yang berjalan relatif lambat. Banyak penyuluh

yang berusia mendekati pensiun dan ini berdampak negatif terhadap keberadaan

Penyuluh PNS di masa mendatang. Demikian juga dengan diklat penyuluh yang

relatif lambat. Frekuensi penyuluh mengikuti diklat dapat dikatakan sangat jarang

dalam lima tahun terakhir. Padahal untuk dapat melakukan perannya sebagai

fasilitator juga sebagai pendidik, penyuluh dituntut mengikuti perkembangan yang

sangat dinamis dalam masyarakat, juga informasi global.

Kemampuan Penyuluh Pertanian PNS saat ini kurang diperhatikan, pelatihan

tidak terprogram. Kondisi saat ini standar kompetensi penyuluh tidak ada, dan juga

Page 21: PERAN PENYULUH SWADAYA DAL AM IMPLEMENTASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_08.pdf · menangani penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program, serta pelaksanaan

19  

tidak ada latihan kearah penjenjangan fungsional. Tugas penyuluh tidak jelas,

banyak penyuluh yang alih tugas ke jabatan lain sehingga berakibat pada penurunan

jumlah penyuluh. Bahkan di beberapa kabupaten/kota keberadaan penyuluh kurang

diperhatikan pemerintah daerah setempat, pola karir tidak jelas, kenaikan pangkat

sering terlambat, kesempatan mengikuti pelatihan kurang. Disamping itu, Penyuluh

Pertanian yang ada sekarang pada umumnya belum menyadari terjadinya

perubahan dari petani dengan budaya petani produsen menjadi petani dengan

budaya bisnis. Akibatnya misi penyuluhan pertanian untuk menjadikan petani

sebagai aktor dalam pengembangan sistem dan usaha agribisnis tidak dapat

dilaksanakan secara maksimal. Dari aspek pembinaan pada kelompok tani berjalan

sangat lambat (Indraningsih, et. al., 2012).

Penyuluhan seyogyanya tidak lagi hanya terfokus pada subsistem produksi,

namun sudah harus beorientasi pada sistem agribisnis. Hasil penelitian

Indraningsih et al. (2011) pada subsistem hulu, tengah, dan hilir dalam industri

pertanian pedesaan (IPP), menemukan bahwa Penyuluh Swadaya bisa memiliki

peran pada sebagian atau semua subsistem sekaligus, tergantung pada jenis IPP.

Temuan dalam penelitian tersebut terkait dengan peran Penyuluh Swadaya adalah

(1) Peran Penyuluh Swadaya berjalan seiring dengan Penyuluh Pemerintah pada

implementasi program-program pemerintah, baik yang berada di hulu, tengah,

maupun hilir; (2) Penyuluh Pemerintah dan Penyuluh Swadaya memiliki peran yang

cukup besar pada seluruh subsistem jika hampir seluruh pelaku berada di dalam

komunitas yang sama. Namun jika subsistem hulu, tengah, hilir berada pada

komunitas yang berbeda, maka perannya hanya menonjol pada komunitas dimana

dia berada; (3) Peran Penyuluh Swadaya ternyata terkait erat dengan posisinya

sebagai pelaku usaha dan pelaku utama di dalam subsitem tersebut. Jika Penyuluh

Swadaya merupakan pelaku usaha di bidang pengolahan maka perannya akan

menonjol di subsistem tengah. Jika dia petani maju/kontak tani biasanya perannya

menonjol di subsistem hulu (produksi bahan baku). Pada penelitian tersebut juga

dijumpai kasus dimana Penyuluh Swadaya adalah kontak tani yang merangkap

sebagai pelaku utama sekaligus pelaku usaha, sehingga perannya menonjol semua

pada subsistem.

Page 22: PERAN PENYULUH SWADAYA DAL AM IMPLEMENTASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_08.pdf · menangani penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program, serta pelaksanaan

20  

II. METODOLOGI

3.1. Kerangka Pemikiran

Untuk mendukung empat sukses pembangunan pertanian, penyuluhan

pertanian diharapkan dapat mengantar petani Indonesia berproduksi secara

mandiri (tanpa subsidi atau dengan subsidi minimal) dan sekaligus membuat

tingkat kesejahteraan petani meningkat dengan lebih nyata dalam konteks

pembangunan nasional. Penyuluhan pertanian tidak lagi hanya dilihat sebagai

suatu delivery system bagi informasi dan teknologi pertanian, tetapi harus

dikembangkan menjadi sistem yang berfungsi menciptakan pertanian sebagai

suatu usahatani yang menguntungkan bagi petani. Dalam arti menguntungkan

secara ekonomik rasional, dan bukan menguntungkan secara tradisional (Slamet,

2003).

Dengan diberlakukan UU No. 16/2006 tentang Sistem Penyuluhan

Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan, kegiatan penyuluhan pertanian mempunyai

landasan hukum yang kuat dan jelas dalam memberikan dukungan bagi

keberhasilan pembangunan pertanian di pedesaan. Tanpa UU No. 16/2006

tersebut, pelaksanaan kegiatan penyuluhan tidak memiliki kekuatan atau

landasan yuridis. Namun demikian, implementasi dalam perubahan kebijakan

yang mengatur operasionalisasi penyelenggaraan penyuluhan pertanian, belum

sepenuhnya sejalan dengan UU 16/2006. Hal ini diperkirakan menjadi penyebab

utama mengapa kinerja penyelenggaraan sistem penyuluhan pertanian belum

berjalan optimal. Faktor yang menjadi penyebab signifikan kegiatan penyuluhan

pertanian belum sesuai dengan yang diharapkan antara lain yang berkaitan

dengan ketenagaan penyuluh (jumlah dan kualifikasi SDM penyuluh),

kelembagaan penyuluhan, dukungan fasilitas, maupun dukungan kebijakan.

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dibangun dengan mengadaptasi Model

Logic (Taylor dan Powell, 2007) dengan input sistem penyuluhan sebagaimana

tercantum dalam UU NO. 16/2006 (Gambar 1).

Page 23: PERAN PENYULUH SWADAYA DAL AM IMPLEMENTASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_08.pdf · menangani penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program, serta pelaksanaan

21  

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Berdasarkan Model Logic (Diadaptasi dari Taylor dan Powell, 2007)

INPUTS  PROSES  OUTPUT 

1.   Ketenagaan Penyuluh      (Penyuluh PNS, Penyuluh  

Swadaya dan Penyuluh Swasta) 

‐ Kompetensi ‐ Motivasi Kerja ‐ Fasilitas Kerja ‐ Kuantitas/Beban Kerja  

2.   Kelembagaan Penyuluh ‐ Manajemen ‐ Sumberdaya Manusia ‐ Sumber dana  

3.   Dukungan Fasilitas ‐ Sarana/Prasarana ‐ Insentif  

4.   Dukungan Kebijakan ‐ Pemerintah Pusat ‐ Pemerintah Daerah  ASUMSI  FAKTOR EKSTERNAL 

PERAN PENYULUH SWADAYA  PARTISIPAN  KINERJA PENYULUH 

SWADAYA LANGSUNG  TIDAK 

LANGSUNG 

1. Pengidenti‐ fikasi masalah  dan kebutuhan 

2. Fasilitator 3. Pentransfer teknologi dan informasi 

 

1. Petani 2. Kelompok Tani 

3. Pelaku Usaha  Agribisnis 

 

1. Perilaku 

Petani 

‐ Pengetahuan 

‐ Keterampilan 

‐ Sikap 

2. Solusi 

Masalah 

‐ Teknis 

‐ Sosial 

‐ Ekonomi 

Peningkatan Produktivitas Usahatani 

Peningkatan Pendapatan Petani 

Kemandirian Petani 

KesejahteraanPetani 

OUTCOME 

Page 24: PERAN PENYULUH SWADAYA DAL AM IMPLEMENTASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_08.pdf · menangani penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program, serta pelaksanaan

22  

3.2. Ruang Lingkup Kegiatan

Penelitian ini fokus pada upaya untuk mengangkat fakta tentang

penyelenggaraan penyuluhan pertanian yang dilakukan Penyuluh Swadaya, tanpa

mengabaikan jenis penyuluh yang lain sejauh hal itu memiliki keterkaitan dengan

penyelenggaraan penyuluhan oleh Penyuluh Swadaya. Selain itu juga digali tentang

persepsi pihak terkait, khususnya Penyuluh PNS dan petani yang menjadi mitra

Penyuluh Swadaya.

Ada pun aspek yang menjadi fokus dalam penelitian adalah fungsi dan peran

penyuluh pertanian swadaya dalam penyelenggaraan penyuluhan, motivasi penyuluh

pertanian swadaya dalam memfasilitasi petani dan organisasi petani, mekanisme kerja

kemitraan antar penyuluh, kinerja dan profesionalisme penyuluh pertanian swadaya,

kendala dan permasalahan yang muncul dalam penyelenggaraan kegiatan penyuluhan oleh

penyuluh swadaya. Aspek-aspek tersebut sebagaimana tercantum pada UU no.16/2006

dan Peraturan Menteri Pertanian No. 61/Permentan/OT.140/11/2008 tentang

Pedoman Pembinaan Penyuluh Pertanian Swadaya dan Penyuluh Pertanian Swasta.

Selain itu, juga akan diungkap permasalahan dalam penyelenggaraan penyuluhan

pertanian yang dilakukan oleh Penyuluh Swadaya.

3.3. Lokasi Penelitian dan Responden

3.3.1. Dasar Pertimbangan

Pemilihan lokasi penelitian mempertimbangkan beberapa hal, yaitu:

1. Provinsi/kabupaten terpilih merepresentasikan kelembagaan penyuluh-an telah

dibentuk sesuai UU No. 16/2006.

2. Terdapat program-program yang mendukung terlaksananya penyelenggaraan

kegiatan penyuluhan pertanian sebagaimana diamanatkan UU No. 16/2006,

diantaranya program Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya  (P4S)

dan Farmer Empowerment through Agricultural Technology and Information

(FEATI) atau Program Pemberdayaan Petani melalui Teknologi dan Informasi

Pertanian (P3TIP).

3. Keberadaan dan kinerja Penyuluh Swadaya yang melakukan kegiatan

penyuluhan.

Page 25: PERAN PENYULUH SWADAYA DAL AM IMPLEMENTASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_08.pdf · menangani penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program, serta pelaksanaan

23  

3.3.2. Lokasi dan Responden

Lokasi penelitian mencakup wilayah Jawa (Provinsi Jawa Barat dan Provinsi

Jawa Tengah) dan Luar Jawa (Provinsi Kalimantan Selatan). Beberapa Provinsi

dipilih secara purposif yang dinilai representatif untuk dilakukan kajian tentang peran

penyuluh swadaya sebagai pendamping penyuluh pemerintah (PNS).

Jenis kuesioner untuk kajian ini terdiri atas:

1. Panduan pertanyaan kualitatif dengan format pertanyaan terbuka untuk para

nara sumber yang berasal dari instansi pertanian dan penyuluhan di pusat dan

daerah.

2. Panduan pertanyaan untuk kegiatan diskusi kelompok (Group Discussion) di

tingkat Pusat.

3. Kuesioner semi terstruktur (pertanyaan kualitatif dan kuantitatif) untuk

responden Penyuluh Swadaya berisi karakteristik dan kinerja responden.

4. Kuesioner semi terstruktur (pertanyaan kualitatif dan kuantitatif) untuk petani

dimana eksis para Penyuluh Swadaya berisi persepsi petani terhadap peran

Penyuluh Swadaya.

5. Kuesioner semi terstruktur (pertanyaan kualitatif dan kuantitatif) untuk Penyuluh

PNS dimana eksis para Penyuluh Swadaya berisi persepsi petani terhadap peran

Penyuluh Swadaya

Responden dalam kegiatan penelitian ini adalah: (1) Instansi yang terkait

dengan bidang kajian dari pusat sampai daerah (Pusat, Provinsi, dan Kabupaten);

(2) Informan kunci (kontak tani, aparat pemerintah, penyuluh swasta, dan lain-lain);

(3) Kelompok tani; (4) Petani; (5) Penyuluh PNS; serta (6) Penyuluh Swadaya.

Sebaran jumlah responden menurut kategori responden di lokasi penelitian dapat

dilihat pada Tabel 1.

Page 26: PERAN PENYULUH SWADAYA DAL AM IMPLEMENTASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_08.pdf · menangani penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program, serta pelaksanaan

24  

Tabel 1. Cakupan dan Jumlah Responden Penelitian

Uraian Provinsi Total Tingkat/Jenis Responden DKI

Jakarta Jateng Jabar Kalsel

Tingkat Pusat Instansi (aparat/informan)

- Pusat Penyuluhan Pert. - Pusat Diklat Penyuluhan

44

- -

- -

- -

44

Tingkat Provinsi/Kabupaten Instansi (aparat/informan) - Pemda Prov/Bakorluh - BP4K/Lembaga Penyuluhan - Dinas Pertanian - Badan Ketahanan Pangan - BP3K/BPP - Penyuluh PNS - Penyuluh Swadaya - Petani

--

-----

23

22255

60

23

22255

60

2 3

2 2 2 5 5

60

69

666

1515

180

Jumlah 8 81 81 81 251

3.4. Data dan Metode Analisis

3.4.1. Jenis dan Sumber Data

Data dikumpulkan berdasarkan karakteristik data, yakni data primer dan data

sekunder. Data primer merupakan data utama yang digunakan untuk menjawab

tujuan kajian, sedangkan data sekunder merupakan data pelengkap. Data primer

dikumpulkan langsung dari responden, yakni seluruh pemangku kepentingan yang

terkait dengan Penyuluh Swadaya.

Data dari informan kunci seperti pejabat/pimpinan institusi, ketua kelompok

tani dan pamong desa atau tokoh masyarakat lain diperoleh melalui wawancara

mendalam, yang bersifat sebagai data pendukung atau untuk verifikasi. Wawancara

mendalam (indepth interview) merupakan wawancara yang dilakukan secara intensif

kepada informan, sehingga terelaborasi beberapa elemen dalam jawaban informan,

yakni opini, nilai-nilai (values), motivasi, pengalaman-pengalaman maupun perasaan

informan. Dalam wawancara mendalam, peneliti memperhatikan jawaban verbal

maupun respon-respon non verbal dari informan. Untuk mendapatkan informasi

Page 27: PERAN PENYULUH SWADAYA DAL AM IMPLEMENTASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_08.pdf · menangani penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program, serta pelaksanaan

25  

yang holistik (dengan cara menghimpun pendapat, persepsi, kepercayaan, dan sikap

responden terhadap sesuatu yang dijadikan topik diskusi) terkait dengan tujuan

penelitian dilakukan diskusi kelompok dengan pendekatan ethnomethodology, yakni

penelitian terhadap perilaku sosial rutin sehari-hari.

Cakupan data primer terdiri atas data kuantitatif (jawaban pertanyaan

terstruktur dalam kuisioner) dan data kualitatif (data penjelas dari fenomena yang

diamati, baik yang diperoleh dari pemangku kepentingan di dinas lingkup pertanian

provinsi, kabupaten, kecamatan (penyuluh), maupun desa (kelompok tani dan

individu petani sebagai penerima manfaat). Data dan informasi kualitatif dikumpulkan

dengan pendekatan multi-metode (traingulasi) berupa wawancara, pengamatan langsung,

dan studi dokumen (Creswell, 1994; Yin, 1997). Data sekunder diperoleh dari instansi,

seperti: Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Pusat Penyuluhan

Pertanian dan instansi lain yang terkait. Disamping itu data sekunder juga dapat

diperoleh dari media, baik cetak maupun elektronik.

Ragam data dan informasi yang dikumpulkan terdiri atas empat pokok

permasalahan sesuai dengan Permentan No. 61 tahun 2008, yaitu:

1. Fungsi dan peran Penyuluh Pertanian Swadaya dalam penyelenggaraan

penyuluhan;

2. Motivasi Penyuluh Pertanian Swadaya dalam memfasilitasi petani dan organisasi

petani;

3. Mekanisme kerja kemitraan antar penyuluh;

4. Kinerja dan profesionalisme Penyuluh Pertanian Swadaya.

Untuk keempat obyek ini, dikumpulkan informasi dalam dua bentuk utama yaitu

kinerja dan permasalahannya secara faktual serta persepsi responden terhadap hal

tersebut.

2.3.2. Metode Analisis

Penganalisaan terhadap data dilakukan mengikuti format tujuan penelitian.

Analisis data dalam penelitian ini mencakup: (1) analisis statistik deskriptif, dan (2)

analisis statistik inferensia. Analisis data deskriptif dilakukan melalui statistik

deskriptif, yakni statistik yang berfungsi mendeskripsikan atau memberi gambaran

terhadap obyek yang diteliti tanpa membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.

Page 28: PERAN PENYULUH SWADAYA DAL AM IMPLEMENTASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_08.pdf · menangani penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program, serta pelaksanaan

26  

Analisis data inferensia dilakukan dengan statistik inferensia, yakni statistik yang

berfungsi mengeneralisasikan hasil penelitian sampel bagi populasi (Sugiyono,

2009).

Tujuan 1 s/d 4

Untuk menjawab tujuan 1 s/d 4 dalam penelitian ini digunakan analisis

statistik deskriptif. Data dan informasi kualitatif dilakukan analisa data kualitatif

mulai dari pengelompokkan data, melakukan pengkodean dan pengkategorian data,

menganalisis data, serta menemukan pola dan kesalinghubungan antar data.

Pengolahan data telah dilakukan semenjak di lapangan, bahkan semanjak informasi

pertama diperoleh. Penggalian data lapang dilakukan secara dinamis, yang

didiskusikan dari waktu ke waktu dengan Tim Peneliti, mencakup jenis informasi

yang akan digali, pemfokusan, serta penetapan nara sumber. Data kualitiatif

disampaikan secara deskriptif, dengan menganalisis dan mengidentifikasi kaitan

sebab akibat dari gejala yang diamati serta mengambil kesimpulan yang menjadi

dasar deduktif dan prediktif untuk meramal peristiwa-peristiwa di masa mendatang

(Kartono, 1986). Data diperoleh dengan pendekatan intersubjektivitas melalui

hubungan partisipatif. Narasi kualitatif dilakukan secara prosesual dengan saling

menghubungkan antara konsep dan teori dengan temuan lapangan.

Tujuan 5

Untuk menjawab tujuan 5 dalam penelitian ini digunakan analisis statistik

inferensia, yakni Persamaan Model Struktural atau Structural Equation Modelling

(SEM), untuk mendapatkan model empiris hubungan kausalitas antara peubah

eksogen dengan peubah endogen. Peubah eksogen meliputi kompetensi Penyuluh

Swadaya, motivasi kerja, fasilitas kerja, dan kuantitas/beban kerja dilihat dari

persepsi petani terhadap peran Penyuluh Swadaya, sedangkan peran dan kinerja

Penyuluh Swadaya merupakan peubah endogen. Pengukuran persepsi

menggunakan skala Likert: 1 (rendah), 2 (sedang), 3 (tinggi), dan 4 (sangat tinggi).

Analisis SEM digunakan untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen, serta

menentukan faktor-faktor yang berpengaruh dominan atau jalur yang berpengaruh

lebih kuat. Program yang digunakan adalah program aplikasi statistik Lisrel.

Kerangka hipotetik peubah penelitian dicantumkan pada Gambar 2.

Page 29: PERAN PENYULUH SWADAYA DAL AM IMPLEMENTASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_08.pdf · menangani penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program, serta pelaksanaan

27  

Persamaan model struktural:

1. Model peran Penyuluh Swadaya

Y1 = ɣ0+ ɣ1X1 + ɣ2X2 + ɣ3X3 + ɣ3X3 + ɣ4X4 + ζ1

2. Model kinerja Penyuluh Swadaya

Y2 = β0+β1Y1 + ζ2

keterangan:

Y1 = Peran Penyuluh Swadaya Y2 = Kinerja Penyuluh Swadaya X1 = Kompetensi penyuluh swadaya

X2 = Motivasi kerja

X3 = Fasilitas kerja

X4 = Kuantitas/Beban Kerja ɣ0 = Konstanta pada Model 1 ɣ1-4 = Koefisien pengaruh peubah eksogen terhadap peubah endogen ζ = Galat model β0 = Konstanta pada Model 2 β1-4 = Koefisien pengaruh peubah endogen terhadap peubah eksogen

Page 30: PERAN PENYULUH SWADAYA DAL AM IMPLEMENTASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_08.pdf · menangani penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program, serta pelaksanaan

28  

PERSEPSI PETANI TERHADAP PERAN

PENYULUH SWADAYA

Gambar 2. Kerangka Hipotetik Peubah Penelitian

MANAJERIAL

PENGALAMAN BERTANI

PENDIDIKAN

SOLIDARITAS SOSIAL

MENDAPATKAN PENGHARGAAN

KEINGINAN BERPRESTASI

MENDAPATKAN PENGARUH

POSISI TAWAR

SARANA TRANSPORTASI

SARANA KOMUNIKASI

BIAYA OPERASIONAL

KEBIJAKAN OPERASIONAL

FUNGSIONAL

MOTIVASI KERJA (X2)

FASILITAS KERJA (X3)

PENTRANFER TEKNOLOGI DAN

INFORMASI

PERUBAHAN PERILAKU PETANI

TEKNIS

ADMINISTRATIF

PERANPENYULUH SWADAYA

(Y1)

KINERJA PENYULUH

SWADAYA (Y2)

KUANTITAS/ BEBAN

KERJA (X4)

KOMPETENSI (X1)

PENGIDENTIFIKASI MASALAH DAN KEBUTUHAN

FASILITATOR

SOLUSI MASALAH

Page 31: PERAN PENYULUH SWADAYA DAL AM IMPLEMENTASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_08.pdf · menangani penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program, serta pelaksanaan

29  

III. ANALISIS RISIKO PENELITIAN

Kegiatan pelaksanaan penelitian ini diperkirakan akan mengalami hambatan

yang menjadi risiko. Pada Tabel 2 ditampilkan beberapa risiko yang diduga dihadapi

dalam penelitian ini dan beberapa cara penanganan risikonya. Upaya penanganan

terhadap risiko ini diharapkan masih dapat ditingkatkan dengan melakukan

komunikasi yang intensif dengan pihak-pihak terkait.

Tabel 2. Daftar Risiko yang mungkin Dihadapi untuk Mencapai Tujuan

No. Jenis Risiko Penyebab Dampak Penanganan 1. Kegiatan

penelitian tidak optimal

- Anggaran belum tersedia pada waktu direncanakan ke lapangan

- Peneliti yang merangkap di beberapa kegiatan penelitian

- Kelebihan beban kerja di bagian entry data dan pengolahan data

- Jadwal survai lapang menjadi mundur

- Peneliti terbagi waktu dan konsentrasinyasehingga kurang fokus dengan kegiatan penelitian ini

- Target pengolahan data tidak sesuai jadual sehingga mempengaruhi penyelesaian laporan penelitian

- Ketersediaan anggaran pada waktu merencanakan ke lapangan

- Pendistribusian tenaga peneliti dengan baik, sehingga tidak terjadi kelebihan beban pada beberapa peneliti saja.

- Merekrut tenaga pengolah data

Page 32: PERAN PENYULUH SWADAYA DAL AM IMPLEMENTASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_08.pdf · menangani penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program, serta pelaksanaan

30  

V. TENAGA DAN ORGANISASI PELAKSANAAN

5.1. Susunan Tim Pelaksana

Susunan tim penelitian menurut golongan dan kepangkatan, jabatan

fungsional dan bidang keahlian adalah sebagai berikut :

Tabel 3. Susunan Tim Penelitian

No N a m a Golongan/ Pangkat

Jabatan Fungsional

Bidang Keahlian

Kedudukan dalam tim

1. Dr. Kurnia Suci Indraningsih IV/a Peneliti Muda

Komunikasi/ Penyuluhan

Pembangunan Ketua Tim

2. Dr. Syahyuti IV/a Peneliti Madya Sosiologi Anggota

3. Ir. Sugiarto, MP. IV/b Peneliti Madya

Ekonomi Pertanian Anggota

4. Ir. Sunarsih, MSi III/d Peneliti Muda Sosiologi Anggota

5. Ahmad Makky Ar-Rozi,S.Sos III/a Calon

Peneliti Sosiologi Anggota

6. Sri Suharyono, S.Sos III/a Calon Peneliti Sosiologi Anggota

5.2. Jadual Pelaksanaan

Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan berdasarkan tahun kalender dari

Januari sampai dengan Desember tahun 2013 dengan rincian jadwal sebagai

berikut:

Tabel 4. Jadual Pelaksanaan Kegiatan

Jenis Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12Penyusunan Proposal Operasional Seminar dan Perbaikan Proposal Studi Literatur Penyusunan Kuesioner Survai Utama Pengolahan dan Analisis Data Penulisan Laporan Seminar Hasil Penelitian Perbaikan Laporan Hasil Penelitian

Penggandaan

Page 33: PERAN PENYULUH SWADAYA DAL AM IMPLEMENTASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_08.pdf · menangani penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program, serta pelaksanaan

31  

DAFTAR PUSTAKA

Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian. 2013. Data Penyuluh Pertanian Swadaya sampai dengan Juli 2011. http://cybex.deptan.go.id/page/penyuluh-swadaya [diunduh 27 Februari 2013].

Creswell, John W. 1994. Research Design: Qualitative and Quantitative Research Approach. Sage Publication. California.

Indraningsih KS, Sugihen BG, Tjitropranoto P, Asngari PS, Wijayanto H. 2010. Kinerja Penyuluh dari Perspektif Petani dan Eksistensi Penyuluh Swadaya sebagai Pendamping Penyuluh Pertanian PNS. Analisis Kebijakan Pertanian (AKP), 8 (4):303-321. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor.

Indraningsih, KS. 2010. Penyuluhan pada Petani Lahan Marjinal: Kasus Adopsi Inovasi Usahatani Terpadu Lahan Kering di Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Garut. Provinsi Jawa Barat. Disertasi. Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor.

Indraningsih KS, T Pranadji, GS Budhi, Sunarsih, EL Hastuti, K Suradisastra, RN Suhaeti. 2011. Revitalisasi Sistem Penyuluhan untuk Mendukung Daya Saing Industri Pertanian Pedesaan. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

Indraningsih KS, Y Supriyatna, W Nahraeni, K Suradisastra. 2012. Kajian Legislasi Penyuluhan Pertanian Mendukung Swasembada Pangan (Buku I). Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

Irawan B. 2006. Fenomena Anomali Iklim El Nino dan La Nina: Kecenderungan Jangka Panjang dan Pengaruhnya terhadap Produksi Pangan. Forum Penelitian Agro Ekonomi (FAE), 24 (1): 28-45. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor.

Kartasapoetra, A.G., 1994. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta

Kartono, Kartini. 1986. Pengantar Metodologi Riset Sosial. Penerbit Alumni, Bandung.

Kementerian Pertanian. 2010. Rencana Strategis Kementerian Pertanian 2010-2014. Kementerian Pertanian. Jakarta.

Lippitt R, Watson J, Westley B. 1958. Planned Change: A Comparative Study of Principles and Techniques. Harcourt, Brace & World, Inc. New York.

Mardikanto T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret University Pr. Surakarta.

Mosher, A.T., 1997. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Yasa Guna. Jakarta

Rogers EM, Shoemaker FF. 1971. Communication of Innovations: A Cross Cultural Approach. The Free Press. New York.

Rogers EM. 2003. Diffusion of Innovations. Fifth Edition. The Free Pr. New York.

Page 34: PERAN PENYULUH SWADAYA DAL AM IMPLEMENTASI …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/RPTP_2013_08.pdf · menangani penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program, serta pelaksanaan

32  

Prawiranegara D, Suryani A. 2011. Spektrum Diseminasi Multi-Channel. Buletin Diseminasi (7): 14-19. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat. Lembang.

Sadono D. 2008. Pemberdayaan Petani: Paradigma Baru Penyuluhan Pertanian di Indonesia. Jurnal Penyuluhan 4 (1): 66-74. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sastraatmadja E. 1993. Penyuluhan Pertanian. Universitas Terbuka. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Slamet M. 2003. Paradigma Baru Penyuluhan Pertanian di Era Otonomi Daerah. Di dalam: Yustina I, Sudradjat A, penyunting. Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. IPB Pr. Bogor.

Subejo. 2009. Revolusi Hijau dan Penyuluhan Pertanian. Tokyo: Indonesian Agricultural Sciences Association. http://www.iasa-pusat.org/artikel/revolusi-hijau-dan-penyuluhan-pertanian.html [diunduh 10 Februari 2010]

Sugiyono. 2009. Statistika untuk Penelitian. CV Alfabeta. Bandung.

Susti SY, Munandar S, Sugeng S. 2012. Hubungan antara Karakteristik Penyuluh Swadaya dengan Motivasi Peternak Sapi Perah. http:// jurnal.unpad.ac.id/ejournal/article/view/1961 [diunduh 5 Februari 2013].

Taylor E, Powell. 2007. Model Logic to Enhance Program Performance. University of Wisconsin-Extension. Madison.

Tjitropranoto P. 2003. Penyuluh Pertanian: Masa Kini dan Masa Depan. Di dalam: Yustina I, Sudradjat A, penyunting. Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. IPB Press. Bogor.

Wikipedia. 2012. Pembagian administratif Indonesia: Statistik Wilayah per Desember 2012. http://id.wikipedia.org/wiki/Pembagian_administra tif_ Indonesia [ diunduh 26 Februari 2013].

Wiriatmadja S. 1983. Penyuluh Pertanian. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Yin, Robert K. 1997. Studi Kasus: Desain dan Metode. PT Raja Grafindo Persada, Edisi 1. Cetakan ke-2. Jakarta.