peran mahasiswa dalam menciptakan kampus bebas narkoba
TRANSCRIPT
� Kondisi Indonesia dalam peredaran narkotika
sudah pada tingkat yang mengkhawatirkan.
Hasil survey Badan Narkotika Nasional (BNN)
bekerjasama dengan Universitas Indonesia
terhadap pelajar dan mahasiswa, diperoleh terhadap pelajar dan mahasiswa, diperoleh
data bahwa anak usia tujuh tahun sudah
mulai mengkonsumsi narkoba jenis inhalan,
pada usia delapan tahun menggunakan ganja
dan pada usia 10 tahun sudah menggunakan
narkoba jenis yang bervariasi, yaitu pil
penenang, ganja, dan morfin.
�Dari tingkat pendidikan, kelompok yang paling
banyak mengkonsumsi narkoba adalah kalangan
mahasiswa (9,9%), SLTA (4,8%), dan SLTP (1,4%).
Sampai saai ini ada 10 ibukota propinsi yang
dikategorikan memprihatinkan karena banyak
terjadi penyalahgunaan narkoba dan melebihi
rata – rata nasional (3,9%). Kesepuluh kota itu rata – rata nasional (3,9%). Kesepuluh kota itu
adalah
�Medan (6,4%), Surabaya (6,3%), Ternate (5,9%),
Padang (5,5%), Bandung (5,1%), Banjarmasin
(4,3%), Palu (8,4%), Yogyakarta (4,1%), dan
Pontianak (4,1%)
� Selanjutnya, hasil penelitian atau kajian dapat dipublikasikan melalui berbagai media yang ada di kampus maupun di luar kampus. Misalnya dipublikasikan melalui jurnal ilmiah, majalah populer, seminar, blog, talkshow, lokakarya, dan lain – lain. Publikasi hasil penelitian maupun kajian ini pun dapat menjadi bahan pengayaan materi perkuliahan yang akan memunculkan pertanyaan – pertanyaan baru lagi akan memunculkan pertanyaan – pertanyaan baru lagi untuk ditindaklanjuti penelitian atau kajian – kajian lainnya.
� Disamping itu, hasil penelitian yang memungkinkan untuk diterapkan, dapat ditindaklanjuti dengan kegiatan pengabdian kepada masyarakat, dalam bentuk sosialisasi, pelatihan, pengembangan, konsultasi, publikasi, dan lain – lain.
� Kegiatan perguruan tinggi dalam pencegahan penyalahgunaan
narkoba bukanlah kegiatan mengada – ada, melainkan kegiatan yang
terkait erat dengan kewajiban perguruan tinggi itu sendiri selaku
penyelenggara pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat. Dalam menjalankan kewajibannya itu, perguruan tinggi
tidak bisa melepaskan diri dari berbagai aspek yang berkembang atau
menjadi masalah sosial dilingkungan masyarakatnya.
� Peran perguruan tinggi sebagai sumber ilmu pengetahuan,
kontributor, dan implementator dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat lebih dipertegas lagi dengan perannya selaku agen
perubahan, yaitu sebagai konseptor, inovator, evaluator, fasilitator,
dan advokat. Melalui peran – peran inilah berbagai bentuk
pencegahan penyalahgunaan narkoba diwujudkan oleh dosen,
mahasiswa, maupun kelompok – kelompok masyarakat dampingan
perguruan tinggi. Melalui peran ini juga perguruan tinggi dapat
menunjukkan bahwa keberadaannya bukanlah “menara gading” yang
tidak terjangkau masyarakat, namun sebagai agen perubahan (agent
of change) yang dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.