peran komunikasi antarpribadi dalam pelayanan penjualan ...digilib.unila.ac.id/55462/3/skripsi tanpa...
TRANSCRIPT
PERAN KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DALAM PELAYANAN
PENJUALAN PROGRAM PEMBIAYAAN
(Analisis Deskriptif Pada Program Cicil Emas Bank Syariah Mandiri
Tahun 2018)
Skripsi
Oleh
Niki Kusumawardhani Hidayat
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
PERAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI DALAM PELAYANAN PENJUALAN PROGRAM PEMBIAYAAN.
(Analisis Deskriptif Pada Program Cicil Emas Bank Syariah Mandiri Tahun 2018)
Oleh
NIKI KUSUMAWARDHANI HIDAYAT
Komunikasi antarpribadi merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh marketing perbankan untuk mempengaruhi nasabah maupun calon nasabah. Dengan adanya komunikasi antarpribadi yang dibangun oleh marketing perbankan yang mana nantinya akan menghasilkan keputusan pembelian sebuah program bank, yaitu program cicil emas yang ada di Bank Syariah Mandiri. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan humanistik DeVito (1997) yaitu keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif, dan kesetaraan yang didukung oleh model AIDDA. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh marketing perbankan kepada nasabah maupun calon nasabah terbukti berperan dalam proses promosi. Aspek yang paling berperan adalah keterbukaan, dan sikap mendukung. Sedangkan aspek yang kurang berperan adalah kesetaraan. Nasabah maupun calon nasabah menerima informasi tentang program bank cicil emas yang telah dijelaskan oleh marketing, aspek yang paling berperan adalah attention, dan action. Sedangkan aspek yang kurang berperan adalah decision. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa setelah marketing perbankan mampu menggunakan komunikasi antarpribadi dalam pelayanan penjualan program pembiayaan cicil emas kepada nasabah dan calon nasabah, program cicil emas pun banyak diminati oleh nasabah.
Kata Kunci: Komunikasi antarpribadi, kualitas pelayanan, penjualan
program bank.
ABSTRACT
ROLE OF INTERPERSONAL COMMUNICATION IN FINANCING PROGRAM SALES SERVICE.
(Descriptive Analysis of the Bank Syariah Mandiri “Cicil Emas” Program in 2018)
By
NIKI KUSUMAWARDHANI HIDAYAT
Interpersonal communication is one of the abilities that marketing banking must have for financial purposes. With the existence of interpersonal communication built by banking marketing which is needed will result in a purchase decision of a bank program, namely the gold installment program in Bank Syariah Mandiri. This study used qualitative research methods. This study uses the humanistic approach of DeVito (1997), namely openness, empathy, supportive attitude, positive attitude, and equality supported by the AIDDA model. The results of this study indicate that interpersonal communication carried out by marketing banking to prospective buyers proved to be proven in the promotion process. The most supportive aspects are openness, and supportive attitude. While the aspect that lack contribution is equality. Customers and prospective recipients of information about the golden installment bank program that has been delivered by marketing, the most interesting aspects, and actions. While the less instrumental aspects are decisions. From this studied it can be concluded that after marketing banking is able to use interpersonal communication in the sales service of the gold installment financing program to customers and prospective customers, the gold installment program is also in demand by customers. Keywords: Interpersonal communication, service quality, bank programs sales.
PERAN KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DALAM PELAYANAN
PENJUALAN PROGRAM PEMBIAYAAN
(Analisis Deskriptif Pada Program Cicil Emas Bank Syariah Mandiri
Tahun 2018)
Oleh
Niki Kusumawardhani Hidayat
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA ILMU KOMUNIKASI
Pada
Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Lampung
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
yang diselesaikan pada Tahun 2002, SD Kartika II-25 Bandar Lampung yang
diselesaikan pada Tahun 2008, RSBI SMP Negeri 1 Bandar Lampung yang
diselesaikan pada Tahun 2011, SMA Negeri 9 Bandar Lampug yang diselesaikan
pada tahun 2014. Penulis terdaftar sebagai mahasiswi jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung pada tahun 2014
diterima di jalur SNMPTN. Semasa menjadi mahasiswa, penulis aktif sebagai
anggota HMJ Ilmu Komunikasi sebagai anggota bidang Advertising periode
kepengurusan 2014-2015 dan sekretaris bidang Advertising periode kepengurusan
2015-2016. Penulis menerapkan ilmu yang telah didapat selama di bangku
perkuliahan dalam Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Biro Humas dan Protokol
Provinsi Lampung sub bagian Dokumentasi dan Distribusi Informasi periode
Oktober-November 2017. Penulis mengabdikan ilmu dan keahlian yang dimiliki
kepada masyarakat dengan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa
Sungai Langka, Kabupaten Pesawaran pada periode Juli-Agustus 2017.
Penulis memiliki nama lengkap Niki Kusumawardhani
Hidayat. Lahir di Kota Bandar Lampung, 21 Oktober
1996. Penulis merupakan anak pertama dari dua
bersaudara, buah hati pasangan Rohimat Hidayat dan
Sumarni Rambat. Penulis menempuh pendidikan di
Taman Kanak-Kanak Kartika II-26 Bandar Lampung
MOTTO
“Do Good, and Good Will Come to You”
“Sebaik-baiknya saya lebih baik orang lain.
Seburuk-buruknya orang lain lebih buruk saya”
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik
bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu,
padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang
kamu tidak mengetahui”
(Al-Baqarah 216)
PERSEMBAHAN
Bismillahirahmanirrahim
Dengan menyebut nama Allah, yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kupersembahkan sebuah karya kecilku ini untuk kedua
orang tuaku tercinta yang tidak pernah lelah untuk membesarkanku
dengan penuh cinta dan kasih sayang, serta selalu memberi dukungan,
motivasi, pengorbanan, dan mencukupi semua kebutuhanku.
Terima kasih untuk;
Mamaku dan Papaku.
Untuk adikku tercinta, Muhammad Ansel Ryan Hidayat.
Serta keluarga besarku, dan seluruh keluarga besar Delapan Warna
Digital Printing.
Dan almamaterku tercinta, Universitas Lampung
SANWACANA
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur atas keridhoan Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat
dan hidayah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat
serta salam tidak lupa penulis sanjung agungkan kepada Nabi Muhammad
SAW sebagai suri tauladan yang baik dan pemimpin bagi kaumnya.
Skripsi yang berjudul “Peranan Komunikasi Antarpribadi Untuk
Meningkatkan Kualitas Pelayanan Dalam Penjualan Program Pembiayaan
(Analisis Deskriptif Pada Program Cicil Emas Bank Syariah Mandiri Tahun
2018) sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu
Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lampung.
Pada kesempatan ini, penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini
antara lain, yaitu:
1. Teruntuk kedua orang tuaku tercinta, Mama dan Papa. Terima kasih atas
segala pengorbanan baik moril dan materi yang telah diberikan selama Niki
hidup di dunia ini. Terima kasih atas doa yang tidak pernah putus selama
ini. Terima kasih telah mengajarkan untuk selalu berbuat baik dengan orang
lain, selalu bersyukur setiap saat dan selalu mengajarkan untuk tidak pernah
melihat keatas. Sehingga Niki selalu diberikan kemudahan, keberuntungan
serta kebahagiaan yang tiada henti setiap detiknya. Maaf Niki baru bisa
mewujudkan satu dari sekian impian Mama dan Papa. Tanpa doa Mama dan
Papa selama ini, Niki tidak bisa menjadi seperti sekarang.
2. Teruntuk adikku tersayang, Muhammad Ansel Ryan Hidayat. Terima kasih
kamu selalu mau menemaniku kemana-mana, semoga kamu bisa menjadi
kebanggaan keluarga yang kedua.
3. Bapak Dr. Syarief Makhya selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Lampung beserta seluruh staf dan jajarannya yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
4. Ibu Dhanik Sulistyarini, S.Sos, Mcomn&MediaSt., selaku Ketua Jurusan
Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Lampung, Terima kasih untuk segala keramahan, kesabaran serta
keikhlasannya mendidik dan membantu mahasiswa selama ini.
5. Ibu Wulan Suciska, S.I.Kom, M.Si., selaku Seketaris Jurusan Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung,
untuk segala kesabaran, keramahan serta membantu mahasiswa selama ini
6. Bapak Drs. Sarwoko, M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
meluangkan banyak waktu untuk penulis, memudahkan segala urusan
persoalan skripsi, semoga Allah membalas semua kebaikan bapak.
7. Ibu Hestin Oktiani, S.Sos, M.Si., selaku Dosen Pembahas sekaligus penguji.
Terima kasih atas kesediaan waktu yang telah Ibu luangkan untuk penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini, semoga Allah membalas semua kebaikan
ibu.
8. Bapak Rudy Fardiyan, S.Sos, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik.
Terima kasih atas kesediaan waktu yang telah bapak luangkan untuk penulis
selama menjadi pembimbing akademik.
9. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Lampung umumnya dan Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi khususnya,
terima kasih atas segala pengalaman hidup dan ilmu yang telah diberikan
kepada penulis selama duduk di bangku perkuliahan
10. Mas Daman dan Mas Hanafi selaku staf jurusan Ilmu Komunikasi, serta
mas Agus dan mas Hendro selaku karyawan gedung C Jurusan Ilmu
Komunikasi Universitas Lampung.
11. Teruntuk sahabatku yang luar biasa, Zafira Uswatun Hasanah, S.Ked,
Iranda Putri, S.I.P., Muhammad Fadhli, S.T, Diah Anggraini, S.K.M,
Rahmat Rizky Maulana, S.P, Kalian luar biasa, terima kasih selalu ada
disaat penulis dalam keadaan apapun, dan tidak pernah malu untuk
berteman dengan penulis sejak SMA. Semoga kelak kita akan menjadi
orang yang sukses dunia akhirat.
12. Teruntuk sahabatku yang selalu ada di dalam keadaan apapun, Muhammad
Yusuf. Terima kasih selalu mendengar keluh-kesah penulis selama
perjalanan kuliah hingga selesai sudah pengerjaan skripsi ini, terima kasih
selalu mau mendengarkan cerita-cerita yang kurang penting, serta selalu
menyemangati dalam keadaan apapun.
13. Teruntuk sahabatku, Presidium Setir 2014, Bayu, Metha, MJ, Memey, Gele,
Dennis, Audhy, Kak Gery, Ucup, Maskar, Jambul, Ebol, Phebie, Kojun.
Semangat skripsian ya kalian semua, jangan pada kendor, terima kasih buat
1 tahun kebersamaan presidium kita yang penuh warna dan panjang cerita.
Kalian semua luar biasa.
14. Teruntuk genk ayam kampusku, Nita, Nicho, Anyes, Hisa, Origo, Phebie,
Ebol, Intan, Nicho, Silvia, kak Nanda. Terima kasih sudah mau berteman
dari awal kuliah, udah bikin warna perkuliahan yang awalnya suram dan
tidak niat dan berakhir indah. Pada semangat skripsian ya kalian.
15. Teruntuk genk starbucks ku. Dennis, Ari, Ratih, Nita. Terima kasih kalian
semuanya, tanpa kalian Niki tidak berarti apa-apa dalam pengerjaan skripsi
ini sampai selesai. Aku sayang kalian, sukses selalu ya kita, amin.
16. Teruntuk grup KAP ku, Dennis, Ari, Mia, Beni, Nita, Koko, Kukuh, Khesy,
Hariska, terima kasih telah berbagi informasi seputar bimbingan dari awal
hingga terselesaikannya skripsi ini. Semoga kita sukses selalu ya, amin.
17. Teruntuk sahabatku dari SMA hingga awal masuk kuliah, Hisa Audrina,
dan Anyes Tiara. Terima kasih sudah mau berteman dengan penulis, kalian
berdua keren. Walaupun kita berbeda, tapi kalian sangat luar biasa.
Semangat ya!
18. Teruntuk sahabat dari SD ku, Thania, Uja, Salma. Terima kasih sudah mau
berteman dengan Niki dari rok merah sampai saat ini, semoga kita selalu
sukses ya, amin.
19. Teruntuk kakak seniorku, Kak Dendi. Terima kasih sudah memberikan
petuah-petuah selama pengerjaan skripsi ini, semoga kebaikan kak Dendi
selama ini dibalas oleh Allah SWT, amin.
20. Teruntuk sahabatku, Muhammad Fari Albaqi terima kasih telah
menyemangati serta mendengarkan keluh-kesah, dan memotivasi Niki
untuk selalu bersyukur dan tidak banyak mengeluh.
21. Teruntuk Anggota Advertising dan HMJ 2015-2016. Adik-adikku, Rizka,
Imam, Medi, Ayu, Julita, Naren, Andhika, Rendy, Audry, Hisa, Danu, Putri,
Doni, Bile, Ade, Ayesha, Dika, Tokek, Arin, Wahyu, Anggun. Semoga
kalian sukses selalu, amin.
22. Teman-teman KKN ku, Komala, Kak Mer, Cuan, Wira, Tungki, Viska,
Rifqi, Laili, Fira, Feri, Ismi. Terima kasih sudah mau berteman dengan
penulis selama 40 hari KKN, semoga kita sukses selalu ya, amin.
23. Teman-teman penghuni setia lorong gedung C, ruang tunggu, dan kantin,
serta Ilmu Komunikasi 2014. Ismadiah, Arin, Destri, Mba Vani, Ulfah, Oci,
Ica, Ratu, Kukuh, Khesy, Koko, Rendy, Mbol, Rahmad, Miki, Dila, Riska,
Kanjul, Hariska, Fransiska, Selda, Resti, Maul, Kumara, Mute, Aji, Astra,
Niko, Rani, Risty, Iqbal, Kumara. Kalian pelengkap ruang tunggu serta
lorong Gedung C. Semoga kita selalu sukses dunia akhirat ya! Amin.
24. Teruntuk Muhammad Renaldy, terima kasih telah menyemangati penulis
dari awal kuliah hingga selesainya skripsi ini.
25. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Bandar Lampung, 29 November 2018
Niki Kusumawardhani Hidayat.
i
DAFTAR ISI
JUDUL ..................................................................................................................... i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii DAFTAR TABEL ................................................................................................ iv
DAFTAR BAGAN ................................................................................................ vi DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 11.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 8 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 8 1.4 Manfaat Penelitian........................ .................................................................. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 9
2.1 Penelitian Terdahulu ....................................................................................... 9 2.2 Tinjauan Tentang Peranan ............................................................................ 11 2.3 Tinjauan Komunikasi Antar Pribadi ............................................................. 12
2.3.1 Pengertian Komunikasi Antarpribadi .............................................. 12 2.3.2 Tujuan Komunikasi Antarpribadi .................................................... 13 2.3.3 Proses Komunikasi Antarpribadi ..................................................... 16 2.3.4 Efektivitas Komunikasi Antarpribadi ............................................. 18 2.3.4.1 Pengertian Efektivitas ..................................................................... 18 2.3.4.2 Komunikasi Antarpribadi yang Efektif ........................................... 18
2.4 Tinjauan Tentang Bank Syariah dan Bank Konvensional ............................ 23 2.4.1 Pengertian Bank Syariah dan Bank Konvensional .......................... 23 2.4.2 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional .......................... 24
2.5 Personal Selling (Penjualan Tatap Muka) .................................................... 27
ii
2.6 Kualitas Pelayanan pada Bank Syariah Mandiri .......................................... 29 2.6.1 Keterkaitan Komunikasi Antarpribadi dan Kualitas Pelayanan ...... 32
2.7 Teori Pendukung Penelitian ......................................................................... 34 2.7.1 Teknik Efektivitas Komunikasi ....................................................... 34 2.7.2 Model AIDDA ................................................................................. 37
2.8 Kerangka Pikir .............................................................................................. 39
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 41
3.1 Tipe Penelitian .............................................................................................. 41 3.2 Metode Penelitian ......................................................................................... 42 3.3 Fokus Penelitian ........................................................................................... 42 3.4 Penentuan Informan ..................................................................................... 47 3.5 Lokasi Penelitian .......................................................................................... 49 3.6 Sumber Data ................................................................................................. 49 3.7 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 50 3.8 Teknik Analisis Data .................................................................................... 52 3.7 Teknik Keabsahan Data ................................................................................ 53
BAB IV GAMBARAN UMUM ........................................................................... 55
4.1 Sejarah Bank Syariah Mandiri ...................................................................... 55 4.2 Visi, Misi, Budaya Perusahaan, dan Tujuan Bank Syariah Mandiri ............ 57 4.3 Struktur Bank Syariah Mandiri KC Lampung .............................................. 59 4.4 Program Pembiayaan Bank Syariah Mandiri .............................................. 60 4.4.1 Program Bank Pembiayaan BSM Cicil Emas………………………….......60
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 62
5.1 Profil Informan ............................................................................................. 63 5.2 Hasil Wawancara Marketing Perbankan ...................................................... 66 5.2.1 Hasil Wawancara dan Observasi dari Aspek Kepercayaan .......................... 66 5.2.2 Hasil Wawancara dan Observasi dari Aspek Membangun Hubungan.........70 5.2.3 Hasil Wawancara dan Observasi dari Aspek Kepuasan ............................... 73 5.2.4 Hasil Wawancara dan Observasi dari Aspek Kejelasan ............................... 76 5.2.5 Hasil Wawancara dan Observasi dari Aspek Konsistensi ............................ 80
iii
5.2.6 Hasil Wawancara dan Observasi dari Aspek Persesuaian ............................ 83 5.2.7 Hasil Wawancara dan Observasi dari Aspek Saluran yang Tepat ............... 87 5.3 Hasil Wawancara Nasabah .......................................................................... 90 5.3.1 Hasil Wawancara dan Observasi dari Aspek Attention ................................ 90 5.3.2 Hasil Wawancara dan Observasi dari Aspek Interest .................................. 94 5.3.3 Hasil Wawancara dan Observasi dari Aspek Desire .................................... 97 5.3.4 Hasil Wawancara dan Observasi dari Aspek Decision .............................. 100 5.3.5 Hasil Wawancara dan Observasi dari Aspek Action .................................. 103 5.4 Pembahasan Hasil Pendekatan Humanistik ................................................ 107 5.4.1 Peranan Komunikasi Antarpribadi antara Marketing Perbankan dan Nasabah
dari Aspek Keterbukaan ............................................................................ 109 5.4.2 Peranan Komunikasi Antarpribadi antara Marketing Perbankan dan Nasabah
dari Aspek Empati ...................................................................................... 111 5.4.3 Peranan Komunikasi Antarpribadi antara Marketing Perbankan dan Nasabah
dari Aspek Mendukung ............................................................................. 112 5.4.4 Peranan Komunikasi Antarpribadi antara Marketing Perbankan dan Nasabah
dari Aspek Positif ...................................................................................... 114 5.4.5 Peranan Komunikasi Antarpribadi antara Marketing Perbankan dan Nasabah
dari Aspek Kesetaraan ............................................................................... 116 5.5 Pembahasan Standar Operasional Prosedur Bank Syariah Mandiri ........... 117 5.6 Pembahasan Hasil Model AIDDA ............................................................. 118 5.6.1 Peranan Komunikasi Antarpribadi antara Marketing Perbankan dan Nasabah
dari Aspek Attention ................................................................................... 120 5.6.2 Peranan Komunikasi Antarpribadi antara Marketing Perbankan dan Nasabah
dari Aspek Interest ..................................................................................... 121 5.6.3 Peranan Komunikasi Antarpribadi antara Marketing Perbankan dan Nasabah
dari Aspek Desire ...................................................................................... 122 5.6.4 Peranan Komunikasi Antarpribadi antara Marketing Perbankan dan Nasabah
dari Aspek Decision .................................................................................. 122 5.6.5 Peranan Komunikasi Antarpribadi antara Marketing Perbankan dan Nasabah
dari Aspek Action ...................................................................................... 123 5.7 Keberhasilan Komunikasi Antrapribadi antara marketing perbankan dengan
nasabah ............................................................................................................ ............................................................................................................... 124
5.8 Faktor Penghambat Komunikasi Antarpribadi antara marketing perbankan dengan nasabah ........................................................................................... 125
iv
BAB VI PENUTUP ............................................................................................ 126
6.1 Kesimpulan ................................................................................................. 126 6.2 Saran ........................................................................................................... 128 LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Perbandingan Pembiayaan Emas dan Tabungan Emas ................................... 5
2. Penelitian Terdahulu ......................................................................................... 9
3. Perbandingan Bank Syariah dengan Bank Konvensional ................................. 25
4. Data Informan ................................................................................................... 63
5. Hasil Wawancara dengan Informan ................................................................. 67
6. Hasil Wawancara dengan Informan ................................................................. 68
7. Hasil Wawancara dengan Informan ................................................................. 69
8. Hasil Wawancara dengan Informan ................................................................. 70
9. Hasil Wawancara dengan Informan ................................................................. 71
10. Hasil Wawancara dengan Informan ............................................................... 72
11. Hasil Wawancara dengan Informan ............................................................... 74
12. Hasil Wawancara dengan Informan ............................................................... 75
13. Hasil Wawancara dengan Informan ............................................................... 76
14. Hasil Wawancara dengan Informan ............................................................... 77
15. Hasil Wawancara dengan Informan ............................................................... 78
16. Hasil Wawancara dengan Informan ............................................................... 79
17. Hasil Wawancara dengan Informan ............................................................... 80
18. Hasil Wawancara dengan Informan ............................................................... 82
vi
19. Hasil Wawancara dengan Informan ............................................................... 83
20. Hasil Wawancara dengan Informan ............................................................... 84
21. Hasil Wawancara dengan Informan ............................................................... 85
22. Hasil Wawancara dengan Informan ............................................................... 86
23. Hasil Wawancara dengan Informan ............................................................... 87
24. Hasil Wawancara dengan Informan ............................................................... 88
25. Hasil Wawancara dengan Informan ............................................................... 89
26. Hasil Wawancara dengan Informan ............................................................... 90
27. Hasil Wawancara dengan Informan ............................................................... 92
28. Hasil Wawancara dengan Informan ............................................................... 93
29. Hasil Wawancara dengan Informan ............................................................... 94
30. Hasil Wawancara dengan Informan ............................................................... 95
31. Hasil Wawancara dengan Informan ............................................................... 96
32. Hasil Wawancara dengan Informan ............................................................... 97
33. Hasil Wawancara dengan Informan ............................................................... 98
34. Hasil Wawancara dengan Informan ................................................................99
35. Hasil Wawancara dengan Informan ............................................................. 100
36. Hasil Wawancara dengan Informan ............................................................. 101
37. Hasil Wawancara dengan Informan ............................................................. 102
38. Hasil Wawancara dengan Informan ............................................................. 104
39. Hasil Wawancara dengan Informan ..............................................................105
40. Hasil Wawancara dengan Informan ..............................................................106
41. Hasil Rekapan ...............................................................................................108
vii
42. Hasil Pendekatan Humanistik .......................................................................108
43. Standar Pelayanan Operasional BSM ...........................................................117
44. Hasil Rekapan............................................................................................... 119
45. Hasil Model AIDDA .................................................................................... 119
viii
DAFTAR BAGAN
Bagan Halaman
1. Kerangka Pikir ................................................................................................. 40
2. Struktur Organisasi BSM KC Lampung ...…...........………………………….59
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Informan Pertama. ............................................................................................. 63
2. Informan Kedua........................................…………………………………….64
3. Informan Ketiga. ............................................................................................... 64
4. Informan Keempat. ........................................................................................... 65
5. Informan Kelima. .............................................................................................. 65
6. Hasil Observasi dan Wawancara.......................................................................66
7. Hasil Observasi dan Wawancara......................................................................109
8. Hasil Observasi dan Wawancara......................................................................111
9. Hasil Observasi dan Wawancara......................................................................112
10. Hasil Observasi dan Wawancara....................................................................114
11. Hasil Observasi dan Wawancara....................................................................116
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bank yang dalam kamus “Bahasa Indonesia” berarti tempat menyimpan uang
dimana bank merupakan sebuah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat. Maka inti dari usaha dunia perbankan adalah masyarakat (nasabah).
Karena, sebuah bank bisa dikatakan kuat apabila memiliki kepercayaan dari
masyarakat. Namun sekuat apapun bank yang dimaksud, jika masyarakat
(nasabah) kehilangan kepercayaan, bank apapun namanya dan dimana pun
tempatnya di dunia serta siapapun pemiliknya tidak akan dapat bertahan lama.
Dalam hal ini bank juga harus menyadari apa yang menjadi tugas utamanya,
yaitu memenuhi kebutuhan nasabah-nasabahnya dan berusaha memberikan
pelayanan yang baik bagi nasabahnya. Selain itu juga, bank harus bisa membina
hubungan baik yang dinamis dan harmonis.
Selain bank-bank nasional maupun bank asing yang sedang marak pada saat ini
ada juga bank syariah, bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan
usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank
Umum Syariah (BUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Di
Indonesia diawali dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia tahun 1992,
yang dalam kurun waktu 7 tahun mampu memiliki lebih 45 outlet yang tersebar
2
di Jakarta, Bandung, Semarang, Makasar, Balikpapan. Dengan mengacu pada
hukum Islam serta pemahaman tentang keharaman riba menjadikan lembaga
keuangan syariah sebagai solusi dalam melakukan pengelolaan keuangan umat
(Muhammad, 2014:25).
Bank Syariah pada saat ini lebih banyak diminati masyarakat dibanding
lembaga-lembaga keuangan atau bank konvensional, karena dalam
operasionalnya lembaga syariah menggunakan akad yang syar’i pada semua
transaksinya. Akad yang dipakai dalam pembiayaan cicil emas adalah
murabahah. Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga
perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli
(Adiwarman, 2011:113). Karena dalam murabahah ditentukan berapa
keuntungan yang ingin diperoleh. Produk pembiayaan kepemilikan emas
merupakan produk yang sangat menarik untuk diteliti, salah satunya produk
pembiayaan emas di Bank Syariah Mandiri.
Emas merupakan salah satu jenis logam mulia yang banyak diminati oleh
masyarakat karena merupakan salah satu alternatif investasi jangka panjang. Hal
ini dikarenakan investasi emas tergolong sederhana dan minim resiko.
Masyarakat Indonesia juga tertarik untuk berinvestasi emas sejak Orde Baru
yang berupa perhiasan emas, koin emas, dan emas batangan disebabkan oleh
hasil yang lebih menguntungkan dibandingkan investasi valuta asing dan saham
(Thobarry, 2009). Menurut Dirk G. Baur dan Brian M. Lucey (2010), investasi
emas mempunyai keunggulan bila dibandingkan dengan investasi yang lain
yaitu memiliki nilai nyata sesuai benda fisiknya dan nilai yang melekat pada
3
benda itu. Peluang bisnis yang menguntungkan dalam investasi emas membuat
banyak perusahaan yang berlomba-lomba dalam meluncurkan produk emas,
diantaranya perbankan di Indonesia. Dalam hal ini perbankan di Indonesia
berlomba-lomba dalam mengeluarkan produk emas seperti gadai emas,
tabungan emas, maupun pembiayaan emas.
Persaingan dalam menarik nasabah dibidang perbankan pada saat ini semakin
marak ditandai dengan banyaknya bermunculan bank-bank, baik bank nasional
maupun bank asing yang berusaha memberikan pelayanan di bidang keuangan
dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, bila suatu bank ingin tetap bertahan di
era globalisasi ini, maka marketing perbankan harus mampu dalam menyusun
program komunikasi yang efektif. Aspek terpenting adalah memahami proses
terjadinya respon dari konsumen. Salah satu permasalahan komunikator
pemasaran adalah penentuan tanggapan dari konsumen, setelah menentukan
tanggapan dari konsumen, komunikator pemasaran mengembangkan pesan yang
efektif, idealnya pesan yang efektif tersebut harus menarik perhatian (attention),
mengembangkan ketertarikan (interest), membangkitkan keinginan (desire), dan
menggerakan tindakan (action). Sebuah produk dapat diterima oleh pasar
apabila kita sebagai komunikator menginformasikannya dengan cara yang tepat,
baik serta menarik. Hal ini yang membuat komunikasi pemasaran sangat
diperlukan untuk menarik perhatian konsumen, meyakinkan konsumen, serta
meningkatkan minat agar dapat segera mengambil keputusan dan mencari
informasi lebih tentang produk yang sedang ditawarkan.
4
Keterampilan berkomunikasi marketing perbankan sangat dibutuhkan agar calon
nasabah dapat tertarik terhadap produk yang ditawarkan. Disini, komunikasi
pemasaran mempunyai peranan yang sangat penting dalam memberikan
informasi bank terhadap calon nasabah. Pemasaran yang dilakukan oleh
marketing perbankan menggunakan saluran komunikasi antar pribadi baik
dengan cara berhadapan langsung maupun melalui media komunikasi seperti
telepon dan email.
Tugas dari marketing perbankan sendiri adalah mencari cara bagaimana cara
memasarkan suatu produk agar produk yang dimiliki oleh bank tersebut dapat
terjual dan menghasilkan keuntungan untuk perusahaan. Marketing bank terbagi
menjadi dua yaitu untuk kredit dan funding, untuk kredit bagaimana anda dapat
menawarkan kepada nasabah untuk mengambil fasilitas kredit di bank seperti,
kredit usaha untuk modal kerja, investasi dan kredit konsumsi untuk pemilikan
rumah, dan mobil, pembiayaan emas. Untuk funding, adalah penawaran kepada
nasabah untuk menyimpan dana di bank baik berupa deposito, giro, serta
tabungan.
Komunikasi antarpribadi antara marketing perbankan dengan calon nasabah
adalah salah satu cara yang paling efektif dalam memberikan informasi tentang
produk yang ada diperbankan. Melalui komunikasi antarpribadi seorang
marketing perbankan dapat memperkenalkan dan menjelaskan tentang produk
bank yang ada serta mengedukasi dan mengarahkan calon nasabah dalam
memilih produk bank yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan mereka,
Dengan komunikasi yang dilakukan secara langsung, marketing perbankan
5
dapat berkomunikasi lebih intim dengan calon nasabah dan hubungan
antarpribadi dapat terjalin lebih dekat.
Investasi emas yang ditawarkan oleh bank pada dasarnya seperti produk
investasi emas di perusahaan lainnya, baik pada bank syariah maupun bank
konvensional, yaitu berbentuk 2 produk berupa pembiayaan emas dan tabungan
emas, yang masing-masing dari keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan.
Namun, pada saat ini secara umum pembiayaan emas lebih banyak diminati oleh
masyarakat dibandingkan dengan tabungan emas. Disamping itu, produk
pembiayaan cicil emas telah diatur ketentuannya oleh Fatwa Dewan Syariah
Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI) No.77 perihal Jual Beli Emas
Secara Tidak Tunai yang hukumnya boleh (mubah, ja’iz) selama emas tidak
menjadi alat tukar resmi. Adapun kelebihan serta kekurangan pembiayaan dan
tabungan emas adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Perbandingan Pembiayaan Emas dan Tabungan Emas Produk Keunggulan Kelemahan
Pembiayaan Emas
1. Bisa membeli emas tanpa adanya kurs
2. Jumlah emas yang bisa diambil sesuai permintaan
1. Nasabah wajib membayar 20% uang muka
2. Rata-rata Bank menetapkan cicilan yang wajib dibayar tiap bulan
3. Resiko bayar gagal emas dan penalti
Tabungan Emas
1. Tidak ada uang muka 2. Pembayaran fleksibel dan
tidak harus setiap bulan 3. Tidak ada resiko penalti
jika belum membayar
1. Adanya selisih antara kurs jual dan beli
2. Emas bisa diambil minimal 5 gram
3. Adanya biaya cetak untuk memiliki emas
Sumber: Data yang dioleh peneliti
Berdasarkan tabel 1 diatas dan hasil observasi pada saat pra riset menunjukkan
bahwa pembiayaan (cicil) emas lebih banyak diminati nasabah, dikarenakan
penetapan cicilan bulanan dan resiko pinalti yang menjadi beban nasabah justru
6
menjadi pemicu semangat bagi nasabah. Disisi lain pembayaran yang lebih
fleksibel menurunkan semangat nasabah dalam investasi emas, mengingat
angsuran tabungannya sesuai kondisi keuangan nasabah. Oleh karena itu peneliti
memfokuskan pada produk pembiayaan emas.
PT Bank Syariah Mandiri (BSM) tercatat menyalurkan pembiayaan produk
gadai emas dan cicil emas sebesar Rp 2,1 triliun di sepanjang tahun 2016.
Realisasi ini melesat 24 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya,
yakni Rp1,69 triliun. Produk gadai dan cicil emas mendongkrak bisnis retail
banking perseroan dan telah menyumbang pendapatan berbasis komisi (fee
based income) hingga Rp 226 miliar atau meningkat 15 persen dibandingkan
tahun sebelumnya, yakni Rp195 miliar. Hingga kini, faktor utama pertumbuhan
pembiayaan gadai dan cicil emas, yakni meningkatnya segmen affluent atau
nasabah dengan pembiayaan antara Rp 50 juta hingga Rp 100 juta.
Segmen ini mengambil porsi pembiayaan gadai emas sekitar 34 persen. BSM
merinci, jumlah nasabah gadai dan cicil emas mencapai 130 ribu orang.
Kebanyakan nasabah gadai emas berasal dari kelompok ibu-ibu, sedangkan
nasabah pembiayaan atau cicil emas datang dari kalangan profesional muda yang
berorientasi kepada investasi.
Produk Cicil Emas adalah salah satu produk yang dikeluarkan oleh Bank Syariah
Mandiri sejak 25 Maret 2013 yang merupakan produk kepemilikan emas kepada
masyarakat. Produk Cicil Emas memberikan kesempatan masyarakat untuk
memiliki emas batangan dengan cara mencicil dengan menggunakan akad
murabahah dengan jaminan diikat dengan rahn (gadai) dengan berat minimal 10
7
gram hingga 1kg. Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-
MUI) telah mengeluarkan fatwa terkait tentang Cicil Emas no 77/DSN-
MUI/V/2010 tentang Jual Beli Emas secara tidak tunai.
Hal ini kemudian dimanfaatkan oleh BSM demi menjawab kebutuhan
masyarakat akan produk investasi. Emas merupakan barang dengan demand
yang tinggi baik untuk proteksi aset, kepentingan berjaga, kebutuhan tabungan
haji, maupun investasi. Harga emas di dunia dalam jangka panjang cenderung
naik, hampir setiap lima tahun harga emas naik minimal 100 persen. Dari
berbagai macam produk yang ditawarkan BSM, produk BSM Cicil Emas
merupakan produk yang cukup diminati oleh masyarakat, selain syarat dan
prosesnya yang mudah juga adanya jaminan keamanan
(https://www.syariahmandiri.co.id/consumer-banking/emas/bsm-cicil-emas).
Dari uraian diatas, penulis merasa pentingnya dilakukan penelitian terkait
marketing perbankan dalam mendapatkan nasabah di Bank Syariah Mandiri
KCU Lampung. Dalam penelitian ini, penulis akan meneliti tentang peranan
komunikasi antarpribadi dalam pemasaran produk bank “BSM Cicil Emas”
karena penulis merasa peminat dari produk bank BSM Cicil Emas sangat tinggi.
Oleh karena itu, penulis memandang perlu diadakan penelitian yang berkaitan
tentang komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh marketing perbankan di
Bank Syariah Mandiri KCU Lampung.
8
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang diatas, maka
rumusan masalah pada penelitian ini yaitu, bagaimana peranan komunikasi
antarpribadi yang dilakukan oleh marketing perbankan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan dalam penjualan program bank BSM Cicil Emas terhadap
nasabah?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini yaitu untuk
mengetahui peranan komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh marketing
perbankan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dalam penjualan produk
bank “BSM Cicil Emas”.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini, yaitu:
1. Secara Akademis
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam memperkaya
kajian komunikasi antarpribadi dan kualitas pelayanan, khususnya yang
berkaitan dengan penjualan produk bank terhadap nasabah.
2. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi khalayak luas, menambah
pengetahuan, gambaran dan informasi akan komunikasi antarpribadi dalam
penjualan produk bank, serta dapat menjadi masukan-masukan pada pihak-
pihak yang berkepentingan.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi yang berlangsung dalam situasi
tatap muka antara dua orang atau lebih, baik secara terorganisasi maupun pada
kerumunan orang (Wiryanto, 2004). Dalam aktivitasnya, komunikasi antarpribadi
mempunyai cara tersendiri untuk menarik nasabah dalam menjual sebuah produk
bank. Kualitas pelayanan yang ada di bank juga sangat mendukung dalam sebuah
keberhasilan marketing perbankan dalam penjualan produk bank.
Dalam penelitian, penulis harus belajar dari peneliti lain untuk menghindari
sebuah plagiarism dan pengulangan penelitian serta kesalahan yang sama seperti
yang dibuat oleh peneliti sebelumnya. Beberapa peneliti terdahulu ternyata
tertarik untuk membahas suatu keberhasilan dalam penjualan produk terhadap
nasabah yang berwujud pada sebuah analisis skripsi. Berikut adalah beberapa
penelitian terdahulu tentang komunikasi antar pribadi dalam penjualan suatu
produk terhadap nasabah.
Tabel 2. Penelitian Terdahulu. 1. Penulis Vivi Cyntia; Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu
Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Lampung. Lampung, 2015
10
Judul Penelitian
Strategi Promosi Jasa PT. Artha Prima Finance Dalam Menarik Minat Nasabah (Studi Pada PT. Artha Prima Finance, Jl. Pangeran Antasari Ruko Villa Citra RC 11 Bandar Lampung
Metode dan Tipe Penelitian
Deskriptif Kualitatif
Hasil Penelitian Penelitian ini membahas bahwa penggunaan strategi promosi melalui personal selling dan jaringan komunikasi untuk menarik minat nasabah dengan menggunakan teori AIDDA di PT. Artha Prima Finance Bandar Lampung.
Perbandingan Penelitian
Pada penelitian ini penulis hanya membahas tentang gambaran strategi promosi jasa yang dilakukan oleh surveyor untuk menarik minat nasabah melalui personal selling dan jaringan komunikasi. Berbeda dengan penelitian yang saya lakukan dengan cara menggambarkan minat nasabah dalam penjualan produk bank yang dilakukan oleh marketing perbankan menggunakan komunikasi antar pribadi
Kontribusi Pada penelitian sebelumnya, dapat menjadi sebuah referensi bagaimana strategi dalam penjualan sebuah produk dapat dijual terhadap nasabah dan dapat membantu peneliti selanjutnya dalam penelitian ini.
2. Penulis Dhina Rissa; Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara, Medan 2011.
Judul Penelitian
Komunikasi Antar Pribadi Dalam Pemasaran Produk Jasa Asuransi (Studi Deskriptif pada Agen Asuransi PT. Axa Financial Indonesia Cabang Medan)
Metode dan Tipe Penelitian
Deskriptif Kuantitatif
Hasil Penelitian Penelitian ini membahas bahwa komunikasi antar pribadi yang dilakukan oleh agen terhadap calon nasabah dilakukan secara terbuka, pemasaran jasa yang paling efektif dalam pemasaran produk jasa asuransi adalah penjualan tatap muka (personal selling) karena tujuan dari pemasaran produk jasa asuransi adalah menginformasikan dan mengajak.
Perbandingan Penelitian
Pada penelitian ini penulis hanya menjelaskan dan memaparkan komunikasi antar pribadi dalam pemasaran produk jasa asuransi PT. Axa Financial Indonesia cabang Medan. Berbeda dengan penelitian yang saya lakukan dengan cara menjelaskan komunikasi antar pribadi yang dilakukan marketing perbankan dalam memasarkan produknya serta menjelaskan kualitas pelayanan yang dilakukan oleh marketing perbankan tersebut.
11
Kontribusi Pada penelitian sebelumnya, dapat menjadi sebuah referensi bagaimana komunikasi antarpribadi dalam penjualan sebuah produk dapat dijual terhadap nasabah dan dapat membantu peneliti selanjutnya dalam penelitian ini.
(Sumber: Diolah oleh peneliti dari berbagai sumber)
2.2 Tinjauan Tentang Peranan
Secara umum peranan adalah perilaku yang dilakukan oleh seseorang terkait
kedudukannya dalam struktur sosial di masyarakat, Artinya, setiap orang memiliki
peranan masing-masing sesuai dengan kedudukan yang ia miliki. Soejono
Soekanto (2012:212) menjelaskan pengertian peranan merupakan aspek dinamis
kedudukan (status). Apabila seseorang melakukan hak dan kewajibannya sesuai
dengan kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan. Perbedaan antara
kedudukan dan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya
tak dapat dipisah-pisahkan karena yang satu tergantung pada yang lain dan
sebaliknya. Tak ada peranan tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa peranan.
Setiap orang memiliki macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola
pergaulan hidupnya. Hal ini sekaligus berarti peranan menentukan apa yang
diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan
oleh masyarakat kepadanya. Levinson dalam Soekanto (2009:213) mengatakan
peranan mencakup tiga hal, antara lain:
1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat
seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian
peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan
bermasyarakat.
12
2. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh
individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi
struktur sosial masyarakat.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian
peranan adalah tindakan atau tingkah laku yang diharapkan dari orang atau suatu
objek tertentu.
2.3 Tinjauan Tentang Komunikasi Antarpribadi
2.3.1 Pengertian Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi Antarpribadi sebenarnya merupakan proses sosial dimana orang-
orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Dalam Devito
(1997:231). Di sini membahas tiga ancangan utama, yakni:
a. Definisi Berdasarkan Komponen (Componential)
Definisi berdasarkan komponen menjelaskan komunikasi antarpribadi
mengamati komponen-komponen utamanya. Dalam hal ini, penyampaian
pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok
kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk
memberikan umpan balik segera.
b. Definisi Berdasarkan Hubungan Diadik (Relational Dyadic)
Dalam definisi berdasarkan hubungan, kita mendefinisikan komunikasi
antarpribadi sebagai komunikasi yang berlangsung di antara dua orang yang
mempunyai hubungan yang mantap dan jelas. Jadi, misalnya komunikasi
antarpribadi meliputi komunikasi yang terjadi antara pramuniaga dengan
pelanggan, anak dengan ayah, dua orang dalam suatu wawancara dan
13
sebagainya. Dengan definisi ini hampir tidak mungkin ada komunikasi diadik
(dua orang) yang bukan komunikasi antarpribadi.
c. Definisi Berdasarkan Pengembangan (Developmental)
Dalam rancangan pengembangan (developmental), komunikasi antarpribadi
dilihat sebagai akhir dari perkembangan dari komunikasi yang bersifat tak
pribadi (impersonal) pada satu ekstrim menjadi komunikasi pribadi atau intim
pada ekstrim yang lain. Perkembangan ini mengisyaratkan atau
mendefinisikan pengembangan komunikasi antarpribadi.
2.3.2 Tujuan Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi antarpribadi merupakan suatu action oriented, ialah suatu tindakan
yang berorientasi pada tujuan tertentu (Suranto AW (2011:19-22)). Tujuan
komunikasi antarpribadi itu bermacam-macam, beberapa di antaranya adalah:
a. Mengungkapkan perhatian kepada orang lain
Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah mengungkapkan
perhatian kepada orang lain. Dalam hal ini seseorang berkomunikasi dengan
cara menyapa, tersenyum, melambaikan tangan, membungkukkan badan,
menanyakan kabar kesehatan partner komunikasinya dan sebagainya.
b. Menemukan diri sendiri
Artinya, seseorang melakukan komunikasi interpersonal karena ingin
mengetahui dan mengenali karakteristik diri pribadi berdasarkan informasi
orang lain. Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada
kedua belah pihak untuk berbicara tentang apa yang disukai dan apa yang
dibenci. Dengan saling membicarakan keadaan diri, minat dan harapan
14
maka seseorang memperoleh informasi berharga untuk mengenali jati diri,
atau dengan kata lain menemukan diri sendiri.
c. Menemukan dunia luar
Dengan komunikasi interpersonal diperoleh kesempatan untuk mendapatkan
berbagai informasi dari orang lain, termasuk informasi penting dan aktual.
Dengan komunikasi interpersonal diperoleh informasi dan dengan informasi
itu dapat dikenali dan ditemukan keadaan dunia luar yang sebelumnya tidak
diketahui. Jadi komunikasi merupakan “jendela dunia”, karena dengan
berkomunikasi dapat mengetahui berbagai kejadian di dunia luar.
d. Membangun dan memelihara hubungan yang harmonis
Sebagai makhluk sosial, salah satu kebutuhan setiap orang yang paling
besar adalah membentuk dan memelihara hubungan baik dengan orang lain.
Oleh karena itulah setiap orang telah menggunakan banyak waktu untuk
komunikasi interpersonal yang diabadikan untuk membangun dan
memelihara hubungan sosial dengan orang lain.
e. Mempengaruhi sikap dan tingkah laku
Komunikasi interpersonal ialah proses penyampaian suatu pesan oleh
seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau mengubah sikap,
pendapat, atau perilaku baik secara langsung maupun tidak langsung
(dengan menggunakan media). Dalam prinsip komunikasi, ketika pihak
komunikan menerima pesan atau informasi, berarti komunikan telah
mendapat pengaruh dari proses komunikasi. Sebab pada dasarnya,
komunikasi adalah sebuah fenomena, sebuah pengalaman. Setiap
pengalaman akan memberi makna pada situasi kehidupan manusia,
15
termasuk memberi makna tertentu terhadap kemunginan terjadinya
perubahan sikap.
f. Mencari kesenangan atau sekedar menghabiskan waktu
Komunikasi interpersonal ada kalanya digunakan hanya sekedar mencari
kesenangan atau hiburan, karena komunikasi interpersonal dapat
memberikan keseimbangan yang penting dalam pikiran yang memerlukan
suasana rileks, ringan dan menghibur dari semua keseriusan berbagai
kegiatan sehari-hari.
g. Menghilangkan kerugian akibat salah komunikasi
Komunikasi interpersonal dapat menghilangkan kerugian akibat salah
komunikasi (miss communication) dan salah interpretasi (miss
interpretation) yang terjadi antara sumber dan penerima pesan. Karena
dengan komunikasi interpersonal dapat dilakukan pendekatan secara
langsung, menjelaskan berbagai pesan yang rawan menimbulkan kesalahan
interpretasi.
h. Memberikan bantuan (konseling)
Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakan
komunikasi interpersonal dalam kegiatan professional mereka untuk
mengarahkan kliennya. Dalam kehidupan sehari-hari, dikalangan
masyarakat pun juga dapat dengan mudah diperoleh contoh yang
menunjukkan fakta bahwa komunikasi interpersonal dapat dipakai sebagai
pemberian bantuan (konseling) bagi orang lain yang memerlukan.
16
2.3.3 Proses Komunikasi Antar Pribadi
Proses komunikasi antarpribadi dapat dikatakan efektif jika komunikator dan
komunikan memiliki kesamaan pemikiran tentang suatu pesan. Komunikasi
antarpribadi bisa dikatakan efektif juga apabila sebuah pertemuan komunikasi
tersebut bisa menyenangkan bagi kedua belah pihak, yang dalam proses ini
tumbuhnya sebuah rasa senang, kepercayaan, dan kebersamaan serta
menghasilkan sebuah kesamaan makna bagi komunikator dan komunikan,
yang hasil dari komunikasi antarpribadi itu secara langsung dapat diperoleh.
Komunikasi antarpribadi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu, melalui media
dan secara tatap muka. Namun demikian, yang dianggap paling sukses dalam
mengantarkan maksud dari komunikasi antarpribadi tersebut adalah secara
tatap muka karena, dalam komunikasi antarpribadi proses yang dilakukan
melalui tatap muka secara langsung dalam menyampaikan sebuah pesan dan
umpan baliknya pun dapat diamati secara langsung yaitu dengan cara
mendengar, melihat, mencium, meraba dan merasa. Proses komunikasi dapat
digambarkan sebagai proses yang dapat menghubungkan pengirim dengan
penerima pesan, hal tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Keinginan Berkomunikasi
Seorang komunikator mempunyai keinginan untuk berbagi gagasan
dengan orang lain.
2. Encoding oleh komunikator
Encoding merupakan tindakan memformulasikan isi pikiran atau gagasan
ke dalam simbol-simbol, kata-kata, dan sebagainya sehingga komunikator
merasa yakin dengan pesan yang disusun dan cara penyampaiannya.
17
3. Pengiriman pesan.
Untuk mengirim pesan kepada orang yang dikehendaki, komunikator
memilih saluran komunikasi seperti telepon, handphone, SMS, sosial
media, e-mail, surat, ataupun secara tatap muka. Pilihan atas saluran yang
akan digunakan tersebut bergantung pada karakteristik pesan, lokasi
penerima, media yang tersedia, kebutuhan tentang kecepatan penyampaian
pesan, karakteristik komunikan.
4. Penerimaan pesan
Pesan yang dkirim oleh komunikator telah diterima dengan komunikan.
5. Decoding oleh komunikan
Decoding merupakan kegiatan internal dala diri penerima. Melalui indera,
penerima mendapatkan macam-macam data dalam bentuk “mentah”,
berupa kata-kata dan simbol-simbol yang harus diubah ke dalam
pengalaman-pengalaman yang mengandung makna. Dengan demikian,
decoding adalah sebuah proses memahami isi pesan.
6. Umpan balik.
Setelah menerima pesan dan memahaminya, komunikan memberikan
respon atau umpan balik. Dengan umpan balik ini, seseorang komunikator
dapat mengevaluasi efektivitas komunikasi. Umpan balik ini biasanya juga
merupakan awal dimulainya suatu siklus proses komunikasi baru,
sehingga proses komunikasi berlangsung secara berkelanjutan.
18
2.3.4 Efektivitas Komunikasi Antarpribadi
2.3.4.1 Pengertian Efektivitas
Kata efektivitas merupakan sebuah kata yang sering digunakan untuk
mengukur keberhasilan suatu kegiatan dalam manajemen. Dalam memaknai
efektivitas setiap orang memberi arti berbeda, sesuai dengan sudut pandang
dan kepentingan masing-masing. Hal tersebut diakui oleh Chung dan
Maginson (1981), “effectiveness means different to different people”.
Efektivitas berasal dari kata efektif yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
memiliki arti:”1. Ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya); 2. Manjur
atau mujarab (tt obat); 3. Dapat membawa hasil, berhasil guna (tt usaha,
tindakan); 4. Mulai berlaku (tt undang-undang, peraturan)
T. Hani Handoko berpendapat bahwa efektivitas merupakan kemampuan untuk
memilih tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut Uhar Suharsaputra
efektivitas adalah ukuran yang menyatakan sejauh mana sasaran/tujuan telah
dicapai. Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
efektivitas merupakan sebuah alat ukur untuk menunjukkan sejauh mana
keberhasilan dari suatu kegiatan yang telah dilaksanakan dengan
membandingkannya pada ketentuan yang diharapkan atau suatu tujuan yang
ditetapkan.
2.3.4.2 Komunikasi Antarpribadi yang Efektif
Komunikasi merupakan kegiatan yang sangat penting dalam berorganisasi,
sehingga komunikasi antarpribadi merupakan salah satu bentuk komunikasi
yang dapat meningkatkan hubungan insani diantara anggota organisasi.
19
membangun komunikasi interpersonal yang efektif akan membantu
mengantarkan kepada tercapainya tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam
suatu lembaga perusahaan dalam hal ini adalah bank, karena semakin baik
komunikasi yang ditumbuhkan diantara seluruh karyawan dan nasabah, makin
baik pula kerjasama antara mereka.
Banyak para ahli yang menjelaskan efektivitas komunikasi antarpribadi,
diantaranya yaitu Suranto Aw yang berpendapat bahwa keefektifan komunikasi
antarpribadi dapat dibangun melalui lima hukum komunikasi efektif (The 5
Inevitable Laws of Effective Communication). Lima hukum tersebut meliputi:
Respect, Empathy, Audible, Clarity, dan Humble. Kelima hukum komunikasi
efektif ini biasa disingkat menjadi sebuah kata yaitu “REACH”. Wildan
Zulkarnain menjelaskan lima hukum komunikasi tersebut dikembangkan
menjadi sebuah kata REACH mencerminkan esensi dari komunikasi itu sendiri.
Secara harfiah berarti menjangkau, mencapai, merengkuh, atau meraih. Sebab
prinsip komunikasi adalah upaya meraih perhatian, minat, kepedulian,
tanggapan, dan respon positif dari orang lain.
Adapun penjelasan dari kelima hukum komunikasi efektif diatas adalah
sebagai berikut:
1. Respect (hormat)
Manusia pada dasarnya ingin dihargai dan dianggap penting
keberadaannya, oleh karena itu hukum pertama dalam mengembangkan
komunikasi antarpribadi yang efektif adalah respect yaitu sikap
menghormati dan menghargai setiap individu yang menjadi partner dalam
20
berkomunikasi. Jika kita membangun komunikasi dengan saling
menghargai dan menghormati, maka kita dapat membangun kerjasama
yang dapat meningkatkan kualitas hubungan antarmanusia.
2. Empathy (empati)
Empati adalah kemampuan seseorang untuk menempatkan dirinya pada
situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat
utama dalam memiliki sikap empati adalah kemampuan kita untuk
mendengarkan atau mengerti terlebih dahulu sebelum didengarkan atau
dimengerti oleh orang lain.
Namun, pada umumnya dalam mengembangkan komunikasi yang efektif
sebaiknya tidak hanya sekedar mendengarkan sebatas isi, tetapi berusaha
untuk mendengarkan secara empatik dan aktif agar tujuan yang diharapkan
dalam melakukan komunikasi tersebut dapat tercapai.
Menurut Agus M. Hardjana dalam bukunya Komunikasi Intrapersonal
terdapat beberapa hal yang sebaiknya dilakukan agar kita bisa
mendengarkan secara efektif, yaitu:
a) Bermotivasi (being motivated) yang berarti mempunyai dorongan
dalam diri untuk mau mendengarkan dan berusaha mendengarkan
dengan baik.
b) Mengadakan kontak mata (making eye contact), dengan memfokuskan
pandangan terhadap orang yang menjadi lawan bicara kita maka akan
membantu untuk memusatkan perhatian, mengurangi kemungkinan
terganggu oleh hal-hal di sekitar kita dan mendorong pembicara tetap
berminat untuk berbicara.
21
c) Menunjukkan minat (showing interest) yaitu kita harus menunjukkan
ketertarikan kita terhadap perkataan yang disampaikan orang lawan
dalam berkomunikasi, perasaan-perasaan yang menyertai dan
kebutuhan-kebutuhan yang terkandung dalam pembicaraan yang
mungkin diungkapkan melalui bahasa nonverbal seperti raut wajah,
gerak mata, dan jarak duduk.
d) Menghindari tindakan tindakan yang mengganggu (distracting action)
seperti berkali-kali melihat jam, memainkan benda-benda disekitar kita
yang dapat membuat pembicara merasa kita tidak tertarik pada isi
pembicaraan serta kurang menaruh perhatian pada apa yang
disampaikan.
e) Tidak memotong pembicaraan (interrupting)
f) Bersikap wajar (being natural) yaitu sikap yang tidak berlebihan dalam
upaya menunjukkan kemauan dan minat kita ketika mendengarkan
pembicaraan. Dalam berkomunikasi, rasa empati akan membantu
seseorang komunikator untuk dapat menyampaikan pesan dengan cara
dan sikap yang memudahkan komunikan dalam penerimaan pesan.
3. Audible (dapat didengar atau dipahami)
Makna dari audible antara lain dapat didengar atau dimengerti dengan
baik. Ini menunjukkan bahwa audible merupakan kemampuan
komunikator dalam menyampaikan pesan dengan menggunakan berbagai
cara baik secara langsung maupun melalui media serta sikap komunikator
dapat diterima oleh komunikan.
22
4. Clarity (kejelasan)
Untuk menciptakan komunikasi antarpribadi yang efektif tentu dibutuhkan
kejelasan pesan yang akan diberikan kepada orang lain. Kejelasan pesan
sangat penting agar tidak terjadi salah tafsir. Clarity dapat pula berarti
keterbukaan dan transparansi. Mengembangkan sikap keterbukaan dalam
penyampaian pesan dapat menimbulkan rasa percaya dari penerima pesan.
5. Humble (rendah hati)
Sikap humble atau rendah hati merupakan unsur yang sangat terkait
dengan hukum pertama. Menghargai dan menghormati orang lain biasanya
didasari oleh sikap rendah hari yang dimiliki manusia.
Sedangkan menurut Miftah Thona yang mengutip pendapat Joseph A.
Devito dalam bukunya The Interpersonal Communication Book (Devito,
1989:4), suatu komunikasi antarpribadi bisa efektif dapat dikenal dengan
lima hal berikut ini, yaitu:
a) Keterbukaan (Openess)
Komunikator dan komunikan saling mengungkapkan segala ide atau
gagasan bahwa permasalahan secara bebas (tidak ditutupi) dan terbuka
tanpa rasa takut atau malu. Kedua-duanya saling mengerti dan
memahami pribadi masing-masing.
b) Empati (Empathy)
Kemampuan seseorang memproyeksikan dirinya orang lain di dalam
lingkungannya.
23
c) Dukungan (Supportiveness)
Setiap pendapat, ide atau gagasan yang disampaikan mendapat
dukungan dari pihak-pihak yang berkomunikasi. Dengan demikian
keinginan atau hasrat yang ada dimotivasi untuk mencapainya.
Dukungan membantu seseorang untuk lebih bersemangat dalam
melaksanakan aktivitas serta meraih tujuan yang didambakan.
d) Kepositifan (Positiveness)
Setiap pembicaraan yang disampaikan dapat gagasan pertama yang
positif, rasa positif menghindarkan pihak-pihak yang berkomunikasi
untuk tidak curiga atau prasangka yang mengganggu jalannya interaksi
keduanya.
e) Kesamaan (Equality)
Suatu komunikasi lebih akrab dalam jalinan pribadi yang lebih kuat,
apabila memiliki kesamaan tertentu seperti kesamaan pandangan, sikap,
usia, ideologi dan sebaliknya (Liliweri, 2010: 13).
2.4 Tinjauan Tentang Bank Syariah dan Bank Konvensional
2.4.1 Pengertian Bank Syariah dan Bank Konvensional
Lembaga keuangan bank sangat penting peranannya dalam pembangunan
ekonomi suatu negara. Hal ini disebabkan karena lembaga keuangan bank
mempunyai fungsi yang sangat mendukung terhadap pembangunan ekonomi
suatu negara (Muhammad 2014: 30). Bank Islam atau selanjutnya disebut
dengan Bank Syariah, adalah bank yang beroperasi dengan tidak
mengandalkan pada bunga. Bank Islam atau yang biasa disebut dengan Bank
24
Tanpa Bunga, adalah lembaga keuangan/perbankan yang operasional dan
produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadis Nabi Saw.
Bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan
pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran
uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam.
Sedangkan, bank konvensional dapat didefinisikan seperti pada pengertian
bank umum pada pasal 1 ayat 3 Undang-Undang No. 10 tahun 1998 dengan
menghilangkan kalimat “dan atau berdasarkan prinsip syariah”, yaitu bank
yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran
2.4.2 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional
Bank konvensional dan bank syariah dalam beberapa hal memiliki persamaan,
terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer, teknologi
komputer yang digunakan, persyaratan umum pembiayaan, dan lain
sebagainya. Perbedaan antara bank konvensional dan bank syariah menyangkut
aspek legal, struktur organisasi, usaha yang dibiayai, dan lingkungan kerja.
(Antonio 2001: 34). Secara garis besar perbandingan bank syariah dengan bank
konvensional dapat dilihat pada tabel berikut:
25
Tabel 3. Perbandingan Bank Syariah dengan Bank Konvensional Bank Syariah Bank Konvensional
a. Melakukan investasi-investasi yang halal saja
b. Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual beli, atau sewa
c. Berorientasi pada keuntungan (profit oriented) dan kemakmuran dan kebahagiaan dunia akhirat
d. Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan kemitraan
e. Penghimpunan dan penyaluran dana harus sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah
a. Investasi yang halal dan haram b. Memakai perangkat bunga c. Profit oriented d. Hubungan dengan nasabah
dalam bentuk hubungan kreditur-debitur
e. Tidak terdapat dewan sejenis
(Sumber: Antonio 2001: 34)
1. Akad dan Aspek Legalitas
Akad yang dilakukan dalam bank syariah memiliki konsekuensi duniawi
dan ukhrawi karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum Islam.
Nasabah seringkali berani melanggar kesepakatan/perjanjian yang telah
dilakukan bila hukum itu hanya berdasarkan hukum positif belaka, tapi
tidak demikian bila perjanjian tersebut memiliki pertanggungjawaban
hingga yaumil qiyamah nanti. Setiap akad dalam perbankan syariah, baik
dalam hal barang, pelaku transaksi, maupun ketentuan lainnya harus
memenuhi ketentuan akad.
2. Lembaga Penyelesaian Sengketa
Penyelesaian perbedaan atau perselisihan antara bank dan nasabah pada
perbankan syariah berbeda dengan perbankan konvensional. Kedua belah
pihak pada perbankan syariah tidak menyelesaikannya di peradilan negeri,
tetapi menyelesaikannya sesuai tata cara dan hukum materi syariah.
Lembaga yang mengatur hukum materi dan atau berdasarkan prinsip
26
syariah di Indonesia dikenal dengan nama Badan Arbitrase Muamalah
Indonesia atau BAMUI yang didirikan secara bersama oleh Kejaksaan
Agung Republik Indonesia dan Majelis Ulama Indonesia.
3. Struktur Organisasi
Bank syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bank
konvensional, misalnya dalam hal komisaris dan direksi, tetapi unsur yang
amat membedakan antara bank syariah dan bank konvensional adalah
keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah yang berfungsi mengawasi
operasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan garis-garis
syariah. Dewan Pengawas Syariah biasanya diletakkan pada posisi
setingkat Dewan Komisaris pada setiap bank, hal ini untuk menjamin
efektivitas dari setiap opini yang diberikan oleh Dewan Pengawas Syariah.
Karena itu biasanya penetapan anggota Dewan Pengawas Syariah
dilakukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham, setelah para anggota
Dewan Pengawas Syariah itu mendapat rekomendasi dari Dewan Syariah
Nasional.
4. Bisnis dan Usaha yang Dibiayai
Bisnis dan usaha yang dilaksanakan bank syariah, tidak terlepas dari
kriteria syariah. Hal tersebut menyebabkan bank syariah tidak akan
mungkin membiayai usaha yang mengandung unsur-unsur yang
diharamkan. Terdapat sejumlah batasan dalam hal pembiayaan dan tidak
semua proyek atau objek pembiayaan dapat didanai melalui dana bank
syariah, namun harus sesuai dengan kaidah-kaidah syariah.
27
5. Lingkungan dan Budaya Kerja
Sebuah bank syariah selayaknya memiliki lingkungan kerja yang sesuai
dengan syariah. Dalam hal etika, misalnya sifat amanah dan shiddiq, harus
melandasi setiap karyawan sehingga tercermin integritas eksekutif muslim
yang baik, selain itu karyawan bank syariah harus profesional (fathanah),
dan mampu melakukan tugas secara team-work dimana informasi merata
diseluruh fungsional organisasi (tabligh). Dalam hal reward dan
punishment, diperlukan prinsip keadilan yang sesuai dengan syariah.
(Antonio 2001: 36)
2.5 Personal Selling (Penjualan Tatap Muka)
Kegiatan personal selling merupakan bagian dari kegiatan promosi yaitu cara
untuk memperkenalkan dan menarik minat konsumen terhadap produk yang di
tawarkan secara tatap muka. Promosi ini merupakan salah satu variable di
dalam marketing mix yang sangat penting untuk dilaksanakan oleh perusahaan
dalam menawarkan produknya. Personal selling merupakan alat promosi yang
sifatnya secara lisan, baik kepada seseorang maupun lebih calon pembeli
dengan maksud untuk menciptakan terjadinya transaksi pembelian yang saling
menguntungkan bagi kedua belah pihak, dengan menggunakan manusia
sebagai alat promosinya.
Komunikasi yang dilakukan kedua belah pihak bersifat interaktif atau
komunikasi dua arah sehingga penjual dapat langsung memperoleh tanggapan
sebagai umpan balik tentang keinginan dan pendapat komsumen. Penyampaian
berita atau proses komunikasi dapat dilakukan dengan sangat fleksibel karena
dapat disesuaikan dengan situasi yang ada.
28
Personal selling adalah salah satu sarana komunikasi yang membawa pesan
sesuai dengan kebutuhan dan keyakinan spesifik dari setiap konsumen adalah
penjualan personal/personal selling (Spiro dan Weitz, 1990). Kita dapat
menggambarkan personal selling sebagai dyadic communication yang
melibatkan 2 orang atau lebih dimana penjual menyajikan informasi-informasi
tentang suatu produk secara lansung kepada konsumen (face-to-face) sehingga
kita akan mendapatkan efek dan feedback yang secara cepat dapat kita tindak
lanjuti.
Personal selling terjadi manakala seorang individu menjual produk melayani
atau memberikan solusi “langsung” kepada klien. Kebanyakan perusahaan
menyediakan biaya untuk mengangkat tenaga penjual yang disesuaikan dengan
manfaat atau berdasarkan kebutuhan spesifik dari klien terhadap produk yang
ditawarkan itu, saat ini personal selling turut berperan mengembangkan dan
mempertahankan hubungan personal dengan klien agar hubungan ini dapat
bertahan lama dibandingkan dengan alat konmunikasi permasaran yang lain.
(Liliweri 2010: 518).
Menurut Philip Kotler yang dikutip oleh Djaslim Saladin (2006: 172)
penjualan tatap muka (personal selling) dapat didefinisikan sebagai berikut:
“Penjualan tatap muka adalah penyajian lisan dalam suatu pembicaraan dengan
satu atau beberapa pembeli potensial dengan tujuan untuk melakukan
penjualan” Marketing perbankan yang efektif lebih dari sekedar memiliki
naluri dalam penjualan, namun mereka dapat dilatih sehingga memiliki
kemampuan dalam metode-metode analisis dan manajemen pelanggan.
29
Marketing perbankan fokus pada komunikasi interpersonal, memahami
kebutuhan dan karakteristik nasabah, membentuk dan menjaga hubungan
dengan nasabah, dan unit analisisnya ada pada tim penjualan.
2.6 Kualitas Pelayanan pada Bank Syariah Mandiri
Nasution (2004: 47) menyatakan, kualitas pelayanan adalah upaya pemenuhan
kebutuhan dan keinginan pelanggan, serta ketetapan penyampaiannya untuk
mengimbangi harapan pelanggan. Menurut Wyckof (dalam loveloc, 1998)
yang dikutip oleh Nasution (2004: 47) kualitas jasa adalah tingkat keunggulan
yang diharapkan oleh pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk
memenuhi keinginan pelanggan. Kualitas pelayanan bukanlah dilihat dari sudut
pandang pihak penyelenggara atau penyedia layanan, melainkan berdasarkan
persepsi pelanggan, karena pelangganlah yang mengkonsumsi dan merasakan
pelayanan yang diberikan sehingga merekalah yang seharusnya menilai dan
menentukan kualitas pelayanan.
Pada Bank Syariah Mandiri menggunakan slogan visi yaitu, “Bank Syariah
Terdepan dan Modern”. Dalam hal ini Bank Syariah Mandiri mengedepankan
kualitas nya untuk memenuhi keinginan nasabah maupun calon nasabah.
Kualitas pelayanan yang ada di Bank Syariah Mandiri salah satunya yaitu
adanya ruangan khusus untuk “BSM Cicil Emas” sehingga nasabah dan calon
nasabah akan terasa lebih privasi ketika transaksi sedang berlangsung. Fasilitas
lain yang ada di Bank Syariah Mandiri yaitu, adanya “Mandiri Syariah
Prioritas” yaitu salah satu layanan serta fasilitas ekslusif yang ada di Bank
Syariah Mandiri khusus bagi nasabah istimewa.
30
Selain menerima pelayanan secara ekslusif dan fasilitas terbaik, nasabah juga
akan mendapatkan perhatisn khusus terhadap pertumbuhan finansial. Fasilitas
lainnya untuk bagian “BSM Cicil Emas” yaitu terdapat dummy logam mulia
yang ada di ruangan khusus “BSM Cicil Emas”.
Yamit (2010: 22) menyatakan ada beberapa pengertian yang terkait dengan
definisi kualitas jasa pelayanan yaitu:
a. Excelllent adalah standar kinerja pelayanan yang diperoleh.
b. Customer adalah perorangan, kelompok, departemen atau perusahaan yang
menerima, membayar output pelayanan (jasa dan sistem).
c. Service adalah kegiatan utama atau pelengkap yang tidak secara langsung
terlibat dalam proses pembuatan produk, tetapi lebih menekankan pada
pelayanan transaksi antara pembeli dan penjual.
d. Quality adalah sesuatu yang secara khusus dapat diraba atau tidak dapat
diraba dari sifat yang dimiliki produk atau jasa.
e. Levels adalah suatu pernyataan atas sistem yang digunakan untuk memonitor
dan mengevaluasi.
f. Consistent adalah tidak memiliki variasi dan semua pelayanan berjalan
sesuai standar yang telah ditetapkan.
g. Delivery adalah memberikan pelayanan yang benar dengan cara yang benar
dan dalam waktu yang tepat.
Aspek yang sangat penting dalam menentukan kualitas yang berhubungan
dengan pelayanan member adalah kualitas pelayanan. Menurut Nasution
(2004: 49). “Pelayanan yang unggul diartikan sebagai suatu sikap atau cara
31
karyawan dalam melayani pelanggan secara memuaskan”. Secara garis besar
menyatakan ada 4 unsur pokok dalam konsep kualitas, yaitu kecepatan,
ketepatan, keramahan dan kenyamanan. Pelayanan dikatakan baik, menurut
Nasution (2004: 49) menyatakan;
Apabila setiap karyawannya harus memiliki keterampilan tertentu, diantaranya
berpenampilan yang baik dan rapi, bersikap ramah, memperlihatkan semangat
kerja dan sikap selalu siap untuk melayani pelanggan, mampu berkomunikasi
dengan baik, secara memiliki kemampuan menangani keluhan pelanggan.
Parasuraman dalam Nasution (2004: 60) menjelaskan ada dua faktor yang
mempengaruhi kualitas pelayanan yaitu:
a) Perceived Service
Perceived service terjadi apabila jasa yang diterima atau dirasakan
pelanggan sesuai dengan harapan, maka kualitas jasa dipersepsikan baik
dan memuaskan.
b) Expected service
Expected Service terjadi jika jasa yang diterima melampaui harapan
pelanggan, maka kualitas jasa dipersepsikan sebagai kualitas ideal.
Tjiptono (2001: 61) menyimpulkan bahwa citra kualitas layanan yang baik
bukanlah berdasarkan sudut pandang atau persepsi penyedia jasa, melainkan
berdasarkan sudut pandang atau persepsi konsumen persepsi konsumen
terhadap kualitas jasa merupakan penilaian yang menyeluruh terhadap
keunggulan suatu jasa layanan. Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat
disimpulkan bahwa kualitas jasa pelayanan merupakan kondisi dari kinerja
32
yang dimiliki oleh suatu perusahaan dalam memberikan pelayanan kepada
pelanggan dengan tujuan untuk memberikan kepuasan kepada
pelanggan/konsumen.
2.6.1 Keterkaitan Komunikasi Antar Pribadi dan Kualitas Pelayanan
Dunia bisnis baik jasa maupun perbankan di Indonesia tak henti-hentinya
berkompetisi untuk membuat konsumennya (nasabahnya) tetap setiap pada
produknya dan tidak berpaling ke produk lain. Salah satu kiat yang diyakini
oleh pemasar untuk meraih hal itu tak lain dengan menciptakan sistem
pelayanan konsumen yang selalu mengarah kepada customer satisfaction
(kepuasan konsumen), bahwa kepuasan konsumen merupakan tingkat perasaan
setelah membandingkan pelayanan yang dirasakan (perceived performance)
dengan harapan (expectation) (Kotler 2001: 46).
Menurutnya konsumen bisa mengalami salah satu dari tiga tingkat kepuasan
yang umum, yaitu jika pelayanan dibawah harapan maka konsumen akan
merasa tidak puas namun bila pelayanan sama dengan harapan, konsumen akan
merasa puas dan apabila pelayanan melampaui harapan yang diinginkan maka
konsumen akan merasa sangat puas, senang bahkan bahagia.
Dimana harapan konsumen dibentuk oleh pengalaman pembelian terdahulu,
komentar teman serta info pemasar atau pesaingnya. Kepuasan konsumen
merupakan dasar yang sangat menentukan dalam proses pembelian
selanjutnya. Dalam hal ini Gasperz (1997) mengatakan bahwa 95% konsumen
yang tidak puas terhadap pelayanan diri suatu produk atau jasa tidak akan
pernah menyampaikan keluhannya kepada produsen dan 90% dari konsumen
33
yang tidak puas tersebut tidak akan lagi menggunakan produk atau jasa
tersebut. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan konsumen yaitu
komunikasi intepersonal.
Hal ini seperti dikemukakan oleh Kotler (1999) bahwa konsumen akan lebih
merasakan kepuasan dengan karyawan yang memiliki kemampuan dalam
teknik berinteraksi dengan orang lain dan mempunyai kemampuan dalam
persepsi sosial agar mampu membaca perasaan, sikap dan keyakinan
konsumen. Mendukung pendapat Kotler di atas yang menyatakan bahwa
konsumen akan lebih merasakan kepuasan dengan karyawan yang memiliki
kemampuan dalam teknik berinteraksi. Berkaitan dengan hal tersebut Panuju
(2001) menambahkan bahwa proses komunikasi yang tepat akan memperlancar
interaksi sebab informasi yang disampaikan seseorang dapat diterima dengan
mudah oleh penerima informasi.
Komunikasi berlangsung dalam kontak tatap muka, dimana pesan-pesan
mengalir melalui saluran-saluran yang bersifat antar personal, seperti dalam
percakapan antar orang per orang yang dikenal sebagai komunikasi
interpersonal. Ditambahkan oleh Schein (Stewart, 2005) komunikasi
interpersonal sangat potensial untuk mempengaruhi dan membujuk orang lain,
karena individu dapat menggunakan kelima alat indera untuk mempertinggi
daya bujuk pesan yang dikomunikasikan kepada konsumen. Kenyataannya
memang komunikasi tatap muka membuat manusia lebih akrab dengan
sesamanya, tidak hanya bagi pengembangan pribadi dan keluarga, namun juga
bagi peningkatan dalam penjualan produk.
34
Berdasarkan teori-teori di atas kualitas pelayanan yang baik mutlak diberikan
oleh semua usaha jasa, dengan munculnya perusahaan pesaing yang baru akan
mengakibatkan persaingan yang ketat dalam memperoleh konsumen maupun
mempertahankan konsumen. Kualitas pelayanan merupakan pengalaman dan
kualitas interaksi atau hubungan antara produsen dengan konsumen atau
pelanggannya. Hasil kajian yang dilakukan oleh Whireley (Murdono, 2003)
menunjukkan bahwa sebagian besar (hampir 70%) pelanggan meninggalkan
perusahaan tertentu karena keluhan terhadap kualitas pelayanan, bukan karena
kualitas produknya.
2.7 Teori Pendukung Penelitian
2.7.1 Teknik Efektivitas Komunikasi
Teori yang paling tepat digunakan dalam penelitian ini yaitu Teori De Vito.
Menurut De Vito, komunikasi antarpribadi dapat sangat efektif dan dapat pula
sangat tidak efektif. Karakteristik efektivitas ini dilihat dari tiga sudut pandang
yaitu pendekatan humanistik, pendekatan pragmatis, dan pendekatan sosial.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan humanistik.
Hal ini dikarenakan pendekatan ini yang paling cocok dibandingkan
pendekatan lain. Pendekatan humanistik menekankan pada keterbukaan,
empati, sikap mendukung, sikap positif, dan kesetaraan. Pendekatan
humanistik yang dilakukan oleh marketing perbankan Bank Syariah Mandiri
terhadap nasabah maupun calon nasabah akan membuat hubungan diantara
kedua belah pihak semakin terjalin dengan baik, sehingga pesan yang hendak
disampaikan menjadi efektif.
35
1. Keterbukaan (openness)
Keterbukaan ialah sikap dapat menerima masukan dari orang lain, serta
berkenan menyampaikan informasi penting kepada orang lain. Dengan kata
lain, keterbukaan ialah kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan
informasi yang biasanya disembunyikan. Dalam proses komunikasi
antarpribadi, keterbukaan menjadi salah satu sikap yang positif. Hal ini
disebabkan, dengan keterbukaan, maka komunikasi interpersonal akan
berlangsung secara adil, transparan, dua arah, dan dapat diterima oleh semua
pihak yang berkomunikasi.
2. Empati (emphaty)
Empati ialah kemampuan seseorang untuk merasakan kalau seandainya
menjadi orang lain, dapat memahami sesuatu yang sedang dialami orang
lain, dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain, dan dapat memahami
sesuatu persoalan dari sudut pandang orang lain, melalui kacamata orang
lain. Orang yang berempati mampu memahami motivasi dan pengalaman
orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka.
Hakikat empati adalah: a) Usaha masing-masing pihak untuk merasakan apa
yang dirasakan orang lain; b) Dapat memahami pendapat dan perilaku orang
lain.
3. Sikap mendukung (supportiveness)
Hubungan antarpribadi yang efektif adalah hubungan di mana terdapat sikap
mendukung. Artinya masing-masing pihak yang berkomunikasi memiliki
komitmen untuk mendukung terselenggaranya interaksi secara terbuka.
36
Oleh karena itu respon yang relevan adalah respon yang bersifat spontan
dan lugas, bukan respon bertahan dan berkelit. Pemaparan gagasan bersifat
deskriptif, naratif, bukan bersifat evaluatif.
4. Sikap positif (positiveness)
Sikap positif ditunjukkan dalam bentuk sikap dan perilaku. Dalam bentuk
sikap, maksudnya adalah bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam
komunikasi antarpribadi harus memiliki perasaan dan pikiran positif, bukan
prasangka dan curiga. Dalam bentuk perilaku, artinya bahwa tindakan yang
dipilih adalah yang relevan dengan tujuan komunikasi antarpribadi, yaitu
secara nyata melakukan aktivitas untuk terjalinnya kerjasama. Misalnya
secara nyata membantu partner komunikasi untuk memahami pesan
komunikasi, yaitu kita memberikan penjelasan yang memadai sesuai dengan
karakteristik mereka.
Sikap positif dapat ditunjukkan dengan berbagai macam perilaku dan sikap,
antara lain: a) Menghargai orang lain; b) Berpikiran positif terhadap orang
lain; c) Tidak menaruh curiga secara berlebihan; d) Meyakini pentingnya
orang lain; e) Memberikan pujian dan penghargaan; f) Komitmen menjalin
kerjasama.
5. Kesetaraan (equality)
Kesetaraan ialah pengakuan bahwa kedua belah pihak memiliki
kepentingan, kedua belah pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan saling
memerlukan. Kesetaraan yang dimaksud di sini adalah berupa pengakuan
atau kesadaran, serta kerelaan untuk menempatkan diri setara (tidak ada
37
yang superior atau inferior) dengan partner komunikasi. Adapun indikator
kesetaraan tersebut, meliputi: a) Menempatkan diri setara dengan orang lain;
b) Menyadari akan adanya kepentingan yang berbeda; c) Mengakui
pentingnya kehadiran orang lain; d) Tidak memaksakan kehendak; e)
Komunikasi dua arah; f) Saling memerlukan; g) Suasana komunikasi yang
akrab dan nyaman.
2.7.2 Model AIDDA
Konsep komunkasi yang dinamakan AIDDA, singkatan dari attention
(perhatian), interest (minat), desire (hasrat), decision (keputusan) dan action
(kegiatan). AIDDA itu sering juga disebut A-A Procedure, yang maksudnya
agar terjadi action pada komunikan, terlebih dahulu harus dibangkitkan
atention. (Effendi, 2009: 51) Lebih lengkap model ini dapat dijabarkan sebagai
berikut:
a. Atention (Perhatian)
Perhatian yaitu suatu hal yang dapat menimbulkan keingintahuan, mencari
tahu tentang sesuatu yang dilihatnya.
b. Interest (Minat)
Minat atau interest, yaitu perasaan ingin mengetahui lebih dalam tentang
suatu hal yang menimbulkan daya tarik bagi konsumen.
b. Desire (Hasrat)
Hasrat atau desire adalah fase dimana keinginan dan minat sudah timbul
maka akan ada kemungkinan yang timbul dari calon pembeli untuk
bertanya atau mencari tahu tentang produk/jasa yang ditawarkan.
38
d. Decision (Keputusan)
Keputusan atau decision adalah fase dimana calon pembeli sudah merasa
yakin akan keputusannya, apakah ia akhirnya akan bertindak menolak atau
menerima produk yang telah ditawarkan.
e. Action (Tindakan)
Tindakan atau action adalah fase dimana calon pembeli secara nyata
menerima dalam artian jadi memesan jasa yang ditawarkan atau menolak
dalam artian tidak jadi membeli produk yang ditawarkan.
Berdasarkan konsep AIDDA agar khalayak melakukan action, maka pertama-
tama marketing perbankan Bank Syariah Mandiri harus mampu
membangkitkan perhatian (attention) nasabahnya sebagai awal suksesnya
komunikasi. Apabila perhatian komunikasi telah terbangkitkan maka disusul
dengan upaya menumbuhkan minat (interest) nasabahnya, yang merupakan
derajat yang lebih tinggi dari perhatian. Minat adalah kelanjutan dari perhatian
yang merupakan titik tolak bagi timbulnya hasrat (desire) nasabah untuk
melakukan suatu kegiatan yang diharapkan marketing. Hanya ada hasrat saja
pada diri komunikan, bagi komunikator belum berarti apa-apa, sebab harus
dilanjutkan dengan datangnya keputusan (decision), yakni keputusan untuk
melakukan tindakan (action) sebagaimana diharapkan komunikator, yaitu
keputusan untuk membeli produk yang marketing perbankan tawarkan kepada
nasabah.
39
2.8 Kerangka Pikir
Bank Syariah Mandiri telah mengeluarkan produk cicil emas sebagai salah satu
produk utamanya sejak tanggal 25 Maret 2013. Untuk memasarkan produk
BSM Cicil Emas dibutuhkan peranan marketing perbankan dalam memasarkan
produk bank. Marketing perbankan harus mampu dalam menyusun program
komunikasi yang efektif. Aspek terpenting adalah memahami proses terjadinya
respon dari konsumen. Salah satu permasalahan marketing perbankan disini
adalah penentuan tanggapan dari calon nasabah. Marketing perbankan
menggunakan teknik efektivitas komunikasi. Dengan adanya teknik efektivitas
komunikasi, komunikasi antarpribadi yang digunakan oleh marketing
perbankan untuk memberikan informasi tentang produk bank yang dijualnya
akan berjalan dengan lancar.
Dari teknik efektivitas komunikasi inilah nasabah akan tertarik dan disinilah
model AIDDA akan berperan yaitu attention, interest, desire, decision, dan
action. Sebagaimana dengan hasil yang diharapkan oleh peneliti bahwa
komunikasi antar pribadi yang telah terjalin antara nasabah dan marketing
perbankan inilah yang akan menimbulkan sebuah keputusan untuk membeli
sebuah produk tersebut, timbulnya sebuah tindakan nasabah untuk membeli
produk tersebut lebih dari satu kali serta, timbulnya sebuah tindakan nasabah
untuk merekomendasikan produk ini kepada orang lain.
40
Kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut:
Bagan 1. Kerangka Pikir
Sumber: Peneliti 2018.
Komunikasi Antar Pribadi MODEL AIDDA
1. Attention (perhatian) 2. Interest (minat) 3. Desire (hasrat) 4. Decision (keputusan) 5. Action (tindakan)
EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI
1. Openness (keterbukaan) 2. Empathy (empati) 3. Positiveness (sikap positif) 4. Supportiveness (sikap
mendukung) 5. Equality (kesetaraan)
Marketing Perbankan
Nasabah
• Timbulnya sebuah tindakan nasabah untuk membeli program tersebut
• Timbulnya sebuah tindakan nasabah untuk membeli program tersebut lebih dari satu kali
• Timbulnya sebuah tindakan nasabah untuk memberikan referensi kepada orang lain
41
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian
Tipe penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah
penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang di alami
oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-
lain. Secara holistik dan dengan scara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan
bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan
berbagai metode alamiah (Moleong, 2011: 5) Penelitian deskriptif merupakan
suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu
kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun peristiwa pada masa sekarang. Tujuannya
adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual
dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang
diselidiki (Nazir 2003: 44).
Peneliti menggunakan pendekatan deskriptif dalam penelitian kualitatif ini, karena
dalam konteks ini peneliti berusaha mendeskripsikan bagaimana peranan
komunikasi antar pribadi yang dilakukan oleh seorang marketing perbankan
dalam memasarkan sebuah produk bank “BSM Cicil Emas”. Untuk
mendeskripsikan penelitian ini nantinya peneliti akan mencari data sebanyak
42
3.2 Metode Penelitian
Metode dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian
kualitatif adalah suatu pendekatan yang juga disebut pendekatan investigasi
karena biasanya peneliti mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung
dan berinteraksi dengan orang-orang di tempat penelitian (Rakhmat, 2007: 23).
Sedangkan menurut Sugiyono, metode penelitian kualitatif adalah metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk
meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya eksperimen)
dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci pengambilan sampel sumber data
dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan
trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil
penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
3.3 Fokus Penelitian
Masalah dalam penelitian kualitatif bertumpu pada fokus penelitian. Fokus
penelitian dapat dijadikan pedoman dalam penelitian, sehingga tujuan dan arahnya
dapat diperjelas. Fokus penelitian dalam penelitian kualitatif adalah fokus kajian
penelitian atau pokok soal yang hendak diteliti, mengandung penjelasan mengenai
dimensi-dimensi apa yang menjadi pusat perhatian dan hal yang kelak dibahas
secara mendalam dan tuntas (Moleong (2011: 93).
Setelah memperhatikan uraian di atas serta berdasarkan rumusan masalah yang
ada, maka fokus penelitian ini terdiri dari teknik efektivitas komunikasi yang
didukung oleh model AIDDA yaitu, attention (perhatian), interest (minat), desire
(hasrat), decision (keputusan), action (tindakan) dengan tujuan untuk mengetahui
43
bagaimanakah kaitan lima aspek diatas terhadap peranan komunikasi antarpribadi
marketing perbankan dalam memasarkan produk bank “BSM Cicil Emas” dengan
cara mencicil. Adapun fokus penelitian dalam penelitian ini adalah bagaimana
peranan komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh seorang marketing
perbankan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dalam penjualan produk bank
“BSM Cicil Emas” terhadap nasabah.
Tolok ukur komunikasi antarpribadi yang digunakan melalui teori teknik
efektivitas komunikasi dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Keterbukaan
Pada aspek keterbukaan peneliti meninjau pada sikap marketing perbankan
dalam membuka pintu komunikasi terhadap nasabah maupun calon nasabah.
b. Empati
Pada aspek empati peneliti meninjau pada bagaimana sikap marketing
perbankan merasakan apa yang dirasakan nasabah maupun calon nasabah.
c. Mendukung
Pada aspek mendukung peneliti meninjau sikap marketing perbankan dalam
mendukung terjalinnya komunikasi terhadap nasabah maupun calon nasabah.
d. Positif
Pada aspek positif peneliti meninjau marketing perbankan dalam menunjukan
sikap positif terhadap nasabah maupun calon nasabah.
e. Kesetaraan
Pada aspek kesetaraan peneliti meninjau sikap marketing perbankan dalam
menciptakan hubungan yang dekat tanpa ada jarak kepada nasabah maupun
calon nasabah.
44
Tolok ukur komunikasi antarpribadi yang didukung oleh model AIDDA dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Attention (perhatian)
Pada tahap ini, khalayak diterpa oleh pesan-pesan komunikasi tentang
produk BSM Cicil Emas ini melalui media yang spanduk atau brosur
maupun demo serta melalui komunikasi dari mulut ke mulut (pribadi),
kemudian khalayak melihat dan memperhatikan pesan tersebut. Perhatian
ini muncul karena pesan dalam komunikasi pemasaran tersebut dikemas
sedemikian rupa hingga kelihatan menarik terhadap calon nasabah.
2. Interest (minat)
Setelah perhatian khalayak terfokus kepada informasi yang telah mereka
terima tentang produk, maka perhatian tersebut dapat berubah menjadi
minat karena diiringii dengan sebuah ketertarikan. Jika menggunakan kata-
kata/kalimat yang menarik maka menimbulkan rasa ingin tahu lebih banyak
mengenai produk BSM Cicil Emas yang telah mereka baca/dengar atau
dengan kata lain khalayak atau calon nasabah disini menjadi penasaran dan
mulai mencari tahu informasi sehubungan dengan produk yang dipasarkan.
3. Desire (hasrat)
Tahap berikutnya yakni timbulnya keinginan seseorang/khalayak (calon
nasabah) untuk mencoba melakukan atau memilih sesuatu yang diawali dari
proses ada rasa kepentingan atau ketertarikan serta kebutuhan terhadap
pesan komunikasi pemasaran lalu timbul keinginan-keinginan untuk
mencoba melakukan ataupun memilih sesuatu yang mereka dengar.
Berkaitan dengan produk BSM Cicil Emas, pada tahap ini khalayak (calon
45
nasabah) sudah mempunyai minat untuk membeli produk tersebut seperti
yang mereka baca/lihat/dengar dari media massa ataupun dari pembicaraan
dengan sesamanya. Minat merupakan suatu situasi seseorang sebelum
melakukan suatu tindakan tertentu, yang dapat dijadikan dasar untuk
memprediksi sikap, perilaku ataupun tindakan. Minat juga sering dianggap
sebagai perangkap atau perantara antara faktor-faktor motivasional yang
mempengaruhi sikap dan perilaku. Keberadaan minat pada seseorang juga
bisa mengindikasikan seberapa jauh dirinya mempunyai kemampuan untuk
mencoba.
4. Decision (keputusan)
Dilihat dari proses pengambilan keputusan, proses keputusan pembelian
sangat bervariasi. Ada yang sederhana dan ada pula yang kompleks.
Pengambilan keputusan sebagai proses penting yang mempengaruhi
keputusan pembelian sangat penting untuk dipahami oleh pemasar. Dalam
proses pengambilan keputusan ada tahapan proses yang dilakukan yakni
tahap pengakuan adanya kebutuhan (konsumen merasakan adanya
kebutuhan) tentang pentingnya investasi emas pada zaman sekarang, lalu
usaha pencarian informasi sebelum membeli dan penilaian terhadap
alternatif. Dimana proses tersebut dipengaruhi oleh usaha-usaha dari
pemasaran para marketing perbankan dan lingkungan sosiokultural serta
kondisi psikologis konsumen.
5. Action (tindakan)
Tahap ini merupakan wujud dari keseluruhan tahapan teori yang
menghasilkan suatu aksi atau tindakan nyata dan konkret yakni melakukan
46
transaksi dengan penjual guna memenuhi kebutuhannya. Berkaitan dengan
produk BSM Cicil Emas, pada tahap ini nasabah atau calon nasabah sudah
mempunyai tindakan nyata, yakni memutuskan untuk datang ke tempat
penjualan pada hal ini merupakan Bank Syariah Mandiri dan mencoba
memutuskan untuk membeli atau ikut dengan produk yang dipasarkan
(BSM Cicil Emas) guna memenuhi kebutuhannya atau sebaliknya.
Dengan adanya peranan komunikasi antarpribadi yang telah dilakukan
marketing perbankan dalam memasarkan produk bank nya yaitu, BSM Cicil
Emas dan menerapkan komunikasi antarpribadi berdasarkan teori teknik
efektivitas komunikasi yang didukung oleh model AIDDA. Komunikasi
antarpribadi dari marketing perbankan dapat dikatakan berhasil apabila telah
mencapai beberapa hal berikut:
1. Timbulnya sebuah tindakan nasabah untuk membeli produk tersebut
(BSM Cicil Emas)
Dalam hal ini calon nasabah memutuskan untuk membeli sebuah produk
bank dikarenakan marketing perbankan menyampaikan penjelasan tentang
produk tersebut dengan cara yang bagus, mudah dimengerti, serta menarik
perhatian calon nasabah untuk mengambil tindakan akan membeli produk
BSM Cicil Emas tersebut. Lalu, calon nasabah juga sadar akan kebutuhan
investasi pada zaman sekarang sehingga, calon nasabah akan memutuskan
membeli produk tersebut. Sehingga, komunikasi antarpribadi yang terjalin
antara marketing perbankan dan calon nasabah berhasil, karena berhasil
menarik perhatian calon nasabah untuk membeli produk BSM Cicil Emas.
47
2. Timbulnya sebuah tindakan nasabah untuk membeli produk tersebut lebih
dari satu kali.
Dalam hal ini, nasabah yang sudah membeli produk tersebut kemudian
sadar akan kebutuhan investasi di kehidupannya. Hal lain yang mendasari
ini juga karena, nasabah merasa percaya dan merasa nyaman
berkomunikasi dengan marketing perbankan sehingga nasabah akan
membeli produk BSM Cicil Emas lebih dari satu kali.
3. Timbulnya sebuah tindakan nasabah untuk memberikan referensi kepada
orang lain.
Dalam hal ini, nasabah yang sudah membeli produk BSM Cicil Emas
sekali maupun lebih dari satu kali, akan merekomendasikan produk ini
kepada orang lain (teman, keluarga) karena nasabah telah merasa nyaman
berkomunikasi dengan marketing perbankan dan nasabah pun akan
merekomendasikan produk ini yang telah didasari oleh komunikasi
antarpribadi yang berlangsung dengan marketing perbankan berjalan
dengan baik.
3.4 Penentuan Informan
Informan adalah orang-orang yang ada pada latar penelitian yang dimanfaatkan
untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.
Informan dimanfaatkan untuk berbicara, bertukar pikiran, atau membandingkan
suatu kejadian yang ditemukan dari subjek lainnya (Moleong, 2011:248). Dalam
penelitian ini teknik pemilihan informan yang dilakukan adalah teknik purposive
(disengaja). Teknik purposive merupakan teknik penarikan sampel yang
48
dilakukan secara sengaja serta memiliki narasumber atau informan yang sudah
terdeteksi sebelumnya. Teknik ini sangat cocok untuk penelitian yang bersifat
kualitatif atau penelitian yang tidak melakukan generalisasi. Beberapa kriteria
umum untuk menentukan informan menurut Spradley (dalam Moleong,
2011:165) adalah sebagai berikut:
1. Informan yang telah lama dan intensif menyatu dengan suatu kegiatan atau
aktivitas yang menjadi sasaran atau perhatian penelitian dan ini biasanya
ditandai dengan suatu kemampuan memberikan informasi di luar kepala
tentang suatu yang akan ditanyakan.
2. Informan masih terikat secara penuh aktif pada lingkungan dan kegiatan yang
menjadi sasaran penelitian.
3. Informan mempunyai cukup banyak waktu dan kesempatan untuk dimintai
informasi.
4. Informan dalam memberikan informasi tidak cenderung diolah atau dikemas
terlebih dahulu melainkan relatif spontan dalam memberikan informasi.
Adapun pertimbangan yang digunakan dalam penentuan informan penelitian ini
adalah:
a. Informan utama dalam penelitian ini adalah Kepala Pemasaran BSM Cicil
Emas Bank Syariah Mandiri serta pegawai pemasaran bagian BSM Cicil
Emas sejumlah 2 orang.
b. Informan pendukung dalam penelitian ini adalah nasabah yang telah ikut
bergabung dalam BSM Cicil Emas di Bank Syariah Mandiri.
49
3.5 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian berada pada Bank Syariah Mandiri Area Lampung yang
bertempat di Jl. P. Diponegoro No. 189, Gotong Royong, Teluk Betung Utara,
Kota Bandar Lampung, Lampung 35225.
3.6 Sumber Data
Menurut Moleong (2011: 38), sumber data utama dari penelitian kualitatif adalah
kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan
lain-lain. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan secara langsung oleh peneliti untuk
menjawab masalah atau tujuan penelitian yang dilakukan dalam penelitian
eksploratif, deskriptif maupun kausal. Sumber data merupakan hal yang sangat
penting untuk mendapatkan hasil penelitian. Data primer adalah data yang baru
diperoleh melalui wawancara dengan penentuan informan berdasarkan teknik
purposive sampling dimana penentuan informan berdasarkan pertimbangan
tertentu. Teknik penentuan informan dilakukan secara purposive sampling.
Berkaitan dengan teknik purposive sampling teknik pengambilan sampel
purposive adalah sampel ditetapkan secara sengaja oleh peneliti, dalam
hubungan ini lazimnya dinyatakan atas kriteria-kriteria atau pertimbangan-
pertimbangan tertentu, jadi tidak melalui proses pemilihan sebagaimana yang
dilakukan dalam teknik random.
50
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan struktur data historis mengenai variabel lain yang
telah dikumpulkan dan dihimpun sebelumnya oleh pihak lain. Adapun yang
menjadi data sekunder dalam penelitian ini adalah data tambahan yang
diperoleh peneliti dari berbagai sumber, seperti buku, artikel-artikel di internet,
e-book, dan dokumentasi.
3.7 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan oleh peneliti untuk
mengumpulkan dan mendapatkan data dalam penelitian. Penelitian ini merupakan
penelitian yang berjenis kualitatif maka data yag diperoleh haruslah mendalam,
jelas dan spesifik. Pengumpulan data dapat diperoleh dari hasil observasi,
wawancara, dokumentasi, dan gabungan/triangulasi. Pada penelitian ini peneliti
menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara wawancara mendalam,
observasi, dokumentasi, dan studi kepustakaan (Sugiyono, 2009: 225).
1. Wawancara Mendalam (in-depth Interview)
Penelitian ini menggunakan teknik wawancara mendalam (in depth interview).
Wawancara ini sudah termasuk dalam kategori wawancara semiterstruktur
(semistructure interview). Dengan wawancara ini peneliti akan menemukan
permasalahan secara lebih terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara
dimintai pendapat, dan ide-idenya. Peneliti akan mendengarkan wawancara
secara teliti, mencatat apa yang dikemukakan oleh informan, serta merekam
suara atau video sesuai dengan pedoman wawancara yang telah disiapkan
sebelumnya.
51
Teknik wawancara yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan melakukan
tanya jawab langsung kepada informan yaitu dua orang marketing perbankan
dan dua orang nasabah lama, serta dua orang nasabah baru Bank Syariah
Mandiri.
2. Observasi (Observation)
Observasi adalah metode menganalis dan mengadakan pencatatan secara
sistematis tingkah laku dengan melihat dan mengamati individu atau
kelompok secara langsung. Metode ini digunakan untuk melihat dan
mengamati langsung keadaan di lapangan agar peneliti memperoleh gambaran
yang lebih luas tentang permasalahan yang diteliti. Sanafiah Faisal (dalam
Sugiyono, 2008:64) mengklasifikasikan observasi menjadi observasi
berpartisipasi (participant observation), observasi yang secara terang-terangan
dan tersamar (overt observation and covert observation), dan observasi yang
tak berstruktur (unstructured observation). Pada penelitian ini peneliti
memilih observasi partisipan. Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan
kegiatan orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data
penelitian. Melalui observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan
lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap
perilaku yang nampak. Pada tahap ini peneliti mengamati secara langsung cara
marketing perbankan menjelaskan program bank cicil emas di Bank Syariah
Mandiri KC. Lampung.
52
3. Dokumentasi (Documentation)
Dokumentasi merupakan penggunaan bahan dokumenter yang diperoleh dari
tempat penelitian berupa data yang relevan dengan penelitian dan
pengumpulan data dari berbagai literatur pendukung. Dokumentasi yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah berupa hasil rekaman suara dan foto
serta beberapa data tentang Bank Syariah Mandiri, saat penulis melakukan
wawancara dan observasi langsung di lokasi penelitian.
3.8 Teknik Analisis Data
Analisa data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikan ke dalam
suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Sedangkan metode kualitatif
merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
(Moleong, 2011: 103) dan Nasution (2003: 82-84) menyatakan bahwa aktivitas
dalam analisis data pada penelitian kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.
Aktivitas analisis data sebagaimana yang diungkapkan tersebut meliputi beberapa
unsur, yaitu:
a) Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data merupakan langkah awal dalam menganalisa data dalam
penelitian ini. Kegiatan reduksi data bertujuan untuk mempermudah penulis
dalam memahami data yang telah dikumpulkan. Data yang telah dikumpulkan
dari lapangan melalui observasi, wawancara direduksi dengan cara
53
merangkum, memilih hal-hal yang pokok dan penting, mengklasifikasikan
sesuai fokus yang ada pada masalah dalam penelitian
b) Penyajian Data (Data Display)
Dalam proses Display (penyajian data) peneliti menyajikan data secara jelas
dan singkat untuk memudahkan dalam memahami masalah- masalah yang
diteliti, baik secara keseluruhan maupun bagian demi bagian. Menurut
Nasution (2003: 129) bahwa data yang bertumpuk dan laporan yang tebal akan
sulit dipahami, karena itu agar dapat melihat gambaran atau bagian-bagian
tertentu dalam penelitian harus diusahakan membuat berbagai macam matriks
matriks, grafik, jaringan dan bagan atau bisa dalam bentuk naratif.
c) Menarik Kesimpulan (Conclusion Drawing) / Verifikasi (Verification)
Dari penyajian data diatas, peneliti berusaha untuk mencari arti benda- benda,
mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi- konfigurasi dan alur
sebab akibat serta proposisi, kesimpulan diverifikasi selama penelitian
berlangsung, makna-makna yang muncul dari data harus diuji kebenarannya,
kekokohannya dan kecocokannya yang merupakan validitasnya dan akan
diperoleh kesimpulan yang jelas kebenarannya dan kegunaannya. Sehingga
dapat dilihat apakah hasil penelitian ini dapat memenuhi tujuan penelitian.
3.9 Teknik Keabsahan Data
Guna mengabsahkan data yang telah digali, diteliti, dan dikumpulkan dalam
kegiatan penelitian maka perlu dilakukan triangulasi. Triangulasi dalam pengujian
kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan
berbagai cara, dan berbagai waktu (Wiliam Wiersma dalam Sugiyono, 2008:125).
54
Teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi data.
Triangulasi data merupakan teknik pemeriksaan data yang menggunakan berbagai
sumber data seperti dokumen, arsip, hasil wawancara, hasil observasi, atau juga
dengan mewawancarai lebih dari satu objek yang dianggap memiliki sudut
pandang yang berbeda. Pada penelitian ini penulis menggunakan triangulasi
dengan penggunaan sumber.
1. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Pengecekan
keabsahan data dengan sumber menurut Moleong (2011:330) dapat diketahui
dengan cara:
a) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara
b) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa
yang dikatakan secara pribadi
c) Membandingkan dengan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu
d) Membandingkan dengan keadaan dengan perspektif seseorang dengan
berbagai pendapat dan pandangan orang
e) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.
55
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Sejarah Bank Syariah Mandiri
Krisis multi-dimensi yang melanda Indonesia pada tahun 1997–1998 membawa
hikmah tersendiri bagi tonggak sejarah Sistem Perbankan Syariah di Indonesia. Di
saat Bank-Bank konvensional terkena imbas dari krisis ekonomi, saat itulah
berkembang pemikiran mengenai suatu konsep yang dapat menyelamatkan
perekonomian dari ancaman krisis yang berkepanjangan. Disisi lainnya untuk
menyelamatkan perekonomian secara global, pemerintah mengambil inisiatif
untuk melakukan penggabungan (merger) 4 (empat) Bank milik pemerintah, yaitu
Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim dan Bapindo, menjadi satu,
satu Bank yang kokoh dengan nama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. pada
tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga menetapkan PT
Bank Mandiri (Persero) Tbk sebagai pemilik mayoritas PT Bank Susila Bakti
(BSB). PT BSB merupakan salah satu Bank konvensional yang dimiliki oleh
Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT
Mahkota Prestasi. Untuk keluar dari krisis ekonomi, PT BSB juga melakukan
upaya merger dengan beberapa Bank lain serta mengundang investor asing.
Sebagai tindak lanjut dari pemikiran Pengembangan Sistem Ekonomi Syariah,
pemerintah memberlakukan UU No.10 tahun 1998 yang memberi peluang bagi
56
Bank Umum untuk melayani transaksi syariah (dual banking system). Sebagai
respon, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk melakukan konsolidasi serta membentuk
Tim Pengembangan Perbankan Syariah, yang bertujuan untuk mengembangkan
Layanan Perbankan Syariah di kelompok perusahaan PT Bank Mandiri (Persero)
Tbk. Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa pemberlakuan
UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT
Bank Susila Bakti dari Bank Konvensional menjadi Bank Syariah. Oleh
karenanya, Tim Pengembangan Perbankan Syariah segera mempersiapkan sistem
dan infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB bertransformasi dari Bank
Konvensional menjadi Bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan
nama PT Bank Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris:
Sutjipto, SH, No. 23 tanggal 8 September 1999. Perubahan kegiatan usaha BSB
menjadi bank umum syariah dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui
SK Gubernur BI No. 1/24/ KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui
Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/
1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri (BSM).
Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT Bank Syariah Mandiri
secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1
November 1999. PT Bank Syariah Mandiri hadir dan tampil dengan harmonisasi
idealisme usaha dengan nilai-nilai spiritual. Bank Syariah Mandiri tumbuh
sebagai bank yang mampu memadukan keduanya, yang melandasi kegiatan
operasionalnya. Harmonisasi idealisme usaha dan nilai-nilai spiritual inilah yang
menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri dalam kiprahnya di
perbankan Indonesia.
57
4.2 Visi, Misi, Budaya Perusahaan, dan Tujuan Bank Syariah Mandiri
1. Visi, Misi, dan Budaya Perusahaan
a. Visi
Bank Syariah Terdepan dan Modern.
b. Misi
- Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan di atas rata-rata industri
yang berkesinambungan.
- Meningkatkan kualitas produk dan layanan berbasis teknologi yang
melampaui harapan nasabah.
- Mengutamakan penghimpunan dana murah dan penyaluran pembiayaan
pada segmen ritel.
- Mengembangkan bisnis atas dasar nilai-nilai syariah universal.
- Mengembangkan manajemen talenta dan lingkungan kerja yang sehat.
- Meningkatkan kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan.
c. Budaya Perusahaan
Dalam rangka mewujudkan Visi dan Misi BSM, insan-insan BSM perlu
menerapkan nilai-nilai yang relatif seragam. Insan-insan BSM telah
menggali dan menyepakati nilai-nilai dimaksud, yang kemudian disebut
BSM Shared Values. BSM Shared Values tersebut adalah ETHIC
(Excellence, Teamwork, Humanity, Integrity, dan Customer Focus)
a. Excellence
Bekerja keras, cerdas, tuntas dengan sepenuh hati untuk memberikan
hasil terbaik. Dengan berperilaku antusias, visioner, perbaikan terus-
menerus, bermental juara, disiplin, fokus, dan berorientasi pada hasil.
58
b. Teamwork
Aktif, bersinergi untuk sukses bersama. Dengan berperilaku berperan
aktif, dan saling mendukung untuk kontribusi positif, membangun
komunikasi dan koordinasi yang efektif.
c. Humanity
Peduli, ikhlas, memberi maslahat dan mengalirkan berkah bagi negeri.
Dengan berperlaku menjadikan kerja sebagai ibadah, memberikan
manfaat kepada Bank Syariah Mandiri.
d. Integrity
Jujur, taat, amanah dan bertanggung jawab. Dengan berperilaku
berpikir, berkata, bertindak dengan benar dan terpuji. Bersungguh-
sungguh melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai ketentuan
dan kepatutan.
e. Customer Focus
Berorientasi kepada kepuasan pelanggan yang berkesinambungan dan
saling menguntungkan. Dengan berperilaku proaktif untuk memenuhi
kebutuhan dan kepuasan pelanggan, inovasi berkelanjutan untuk
memberikan solusi melebihi harapan pelanggan.
59
4.3 Struktur Bank Syariah Mandiri KC Lampung.
Bagan 2. Struktur Organisasi Bank Syariah Mandiri KC Lampung.
Sumber: Hasil Observasi di Bank Syariah Mandiri KC. Teluk Betung
Lampung Bulan Agustus 2018.
60
4.4 Program Pembiayaan Bank Syariah Mandiri
a. BSM Griya.
Fasilitas yang disediakan oleh BSM untuk pembiayaan pemilikan rumah
tinggal.
b. BSM Oto
Pembiayaan BSM Oto merupakan pembiayaan untuk pembelian kendaraan
bermotor baik baru maupun bekas dengan sistem murabahah.
c. BSM Pembiayaan Pensiun
Fasilitas pembiayaan yang diberikan BSM kepada para pensiun
PNS/TNI/Polri atau pensiun yang menerima manfaat pensiun bulanan.
d. BSM Gadai Emas IB
Memanfaatkan emas untuk mendapatkan dana dalam mengatasi keutuhan
biaya pendidikan, modal usaha, biaya pengobatan, penyelenggaraan hajatan
dan kebutuhan lainnya.
e. BSM Cicil Emas
Fasilitas yang diberikan BSM untuk para nasabah dapat memiliki emas.
4.4.1 Program Bank Pembiayaan BSM Cicil Emas
BSM Cicil Emas merupakan fasilitas yang disediakan oleh BSM untuk
membantu nasabah untuk membiayai pembelian/kepemelikan emas berupa
lantakan (batangaan) dengan emas lantakan dengan minimal jumlah gram
adalah 10 gram. Jaminan berupa barang yang menjadi objek pembiayaan
berupa emas. Pengikatan jaminan dilakukan selama masa pembiayaan serta
fisik jaminan disimpan di Bank. Pembiayaan menggunakan akad Murabahah,
61
dan pengikatan agunan menggunakan akad rahn (gadai). Dari ketiga produk
tersebut, cicil emas menjadi alternatif investasi pada BSM, Hal itu dirasakan
pada saat manfaat yang terjadi pada saat jatuh tempo dari ketiga produk
tersebut dalam jangka waktu yang telah ditentukan Dilihat dari nilai harga
jual emas yang semakin tinggi hal itu memungkinkan nilai tersebut tidak akan
tergerus inflasi. Dalam reksadana dan sukuk ritel setelah mendapatkan
keuntungan bagi hasil, keuntungan itu akan dipotong pajak PPn otomatis
nasabah akan mengalami kekurangan nilai pajak dari pemotongan pajak
tersebut. Sedangkan pada Cicil Emas tidak akan terkena pemotongan pajak
PPn.
126
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan tentang BSM Cicil Emas, peran komunikasi
antarpribadi dalam pelayanan penjualan program pembiayaan cicil emas
yang telah dilakukan oleh marketing perbankan dengan nasabah maupun
calon nasabah di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Lampung dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Komunikasi antarpribadi yang telah diterapkan oleh marketing
perbankan Bank Syariah Mandiri perlu dijadikan referensi dalam dunia
pelayanan. Dalam komunikasi antarpribadi pendekatan humanistik
terdapat 3 aspek yang dikatakan sudah berjalan baik, yaitu sikap
keterbukaan, empati, dan sikap mendukung. Seorang marketing
perbankan terbukti mampu menciptakan kepuasan pada nasabah
melalui komunikasi antarpribadi. Setelah marketing mampu
membangun komunikasi antarpribadi dengan nasabah dan calon
nasabah, nasabah menjadi tahu apa itu program cicil emas. Nasabah
juga memutuskan untuk ikut program cicil emas lebih dari satu kali,
sama halnya dengan nasabah baru yang memutuskan untuk ikut juga.
127
Peran komunikasi antarpribadi ini juga mampu membuat marketing dan
nasabah berhubungan baik ketika didalam maupun diluar kantor.
2. Komunikasi antarpribadi melalui pendekatan humanistil yang telah
diterapkan oleh marketing perbankan kepada nasabah maupun calon
nasabah juga direspon baik oleh nasabah. Dengan adanya model
AIDDA yaitu attention, interest, desire, decision, dan action nasabah
memberikan umpan balik dengan cara memunculkan rasa perhatian,
ketertarikan, rasa ingin memiliki, memberikan keputusan, serta
timbulnya tindakan untuk mengikuti program cicil emas tersebut,
maupun memberikan rekomendasi kepada orang lain.
3. Faktor penghambat antara marketing perbankan dalam penjualan
program bank cicil emas ini yaitu, karena nasabah maupun calon
nasabah yang terkadang sulit untuk menghitung soal pembayaran
perbulan. Sehingga, marketing harus sedikit menunggu lebih lama soal
keputusan pembayarannya. Selain itu hambatan juga datang dari jumlah
anggota marketing perbankan bagian cicil emas yang hanya berjumlah
dua orang, namun hambatan ini tidak menjadi hambatan yang berat.
4. Dari kelima aspek humanistik yang diterapkan oleh marketing
perbankan kepada nasabah maupun calon nasabah semuanya mampu
dilakukan dnegan baik. Utamanya pada aspek keterbukaan, empati, dan
sikap mendukung. Marketing sangat peka terhadap nasabah yang
mengalami kesulitan atau kebingungan. Dari kelima aspek model
AIDDA yang direspon baik oleh nasabah maupun calon nasabah
semuanya merespon dengan baik. Utamanya pada aspek attention,
128
interest, desire, dan action. Nasabah mampu memperhatikan apa yang
telah dijelaskan oleh marketing
6.2 Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti mengenai kualitas
pelayanan yang diberikan oleh marketing perbankan dalam penjualan
program bank BSM Cicill Emas, ada beberapa hal yang harus diperhatikan
sebagai saran, yaitu:
1. Untuk marketing perbankan diharapkan untuk tetap mempertahankan
dan membangun hubungan komunikasi antarpribadi dengan nasabah
maupun calon nasabah Bank Syariah Mandiri.
2. Untuk nasabah tetap maupun nasabah baru, diharapkan tetap menjalin
komunikasi antarpribadi dengan marketing perbankan Bank Syariah
Mandiri KC Lampung, sehingga komunikasi yang terjalin tidak
sebatas penjualan program saja.
3. Bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian yang sama atau sejenis,
diharapkan untuk dapat lebih memperluas lagi pembahasan-
pembahasan tentang teknik efektivitas komunikasi dan model AIDDA.
4. Dalam penelitian yang dilakukan peneliti ini tidak luput dari kesalahan
dan kekurangan, sehingga penulis berharap agar penelitian ini dapat
dikembangkan lagi dengan penelitian yang lebih baik dan
mengembangkan teori lain yang berhubungan dengan komunikasi
antarpribadi.
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Adiwarman Karim. 2011. Bank Islam: Analisa Fiqih dan Keuangan. Jakarta:
PT. Rajagrafindo Persada
Agus M. Hardjana. 2003. Komunikasi intrapersonal & Komunikasi Interpersonal.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Angipora, Marius P. 1999. Dasar-Dasar Pemasaran. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001. Bank Syariah Dari Teori ke Praktik. Gema
Insani Press. Jakarta.
Baur, Dirk G., and Brian M. Lucey. 2009. Flights and Contagion-An Empirical
Analysis of Stock-Bond Correlations. Journal of Financial Stability.
Bilson, Simamora. 2002. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Cangara, Hafied. 2012. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Chung, C. Leon and Megginson. 1981. Organizational Behaviour: Developping
Managerial Skills. New York: Harper and Row.
Cravens, David W. Pemasaran Strategis (Jilid 1 Edisi ke-4). Jakarta: Erlangga.
De Vito, Joseph, A, The Interpersonal Communication Book, Professional Book,
Jakarta, 1989.
De Vito, Joseph A. 1997. Komunikasi Antar Manusia. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Djasmin, Saladin. 2004. Manajemen Pemasaran Edisi ke-3. Bandung: Linda
Karya.
Effendy, Onong Uchjana. 2009. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Ilham, Prisgunanto. 2006. Komunikasi Pemasaran, Strategi, dan Taktik. Jakarta:
Ghalia Indonesia.
Jefkins, Frank. 1995. Periklanan, Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.
Kasali, Rhenald. 2003. Manajemen Public Relations, Konsep dan Aplikasinya di
Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
Kotler, Philip. 2001. Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan,
Implementasi dan Kontrol. Jakarta: PT. Prehallindo.
Kotler, Philip. 2004. Prinsip-prinsip Pemasaran. Edisi Ke 12 Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
Liliweri, Alo. 2010. Komunikasi Antarpribadi. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Lovelock. (2007). Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Machfoedz, Mahmud. 2010. Komunikasi Pemasaran Modern. Yogyakarta:
Grafindo.
Moloeng, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:
PT. Remaja Rosda Karya.
Muhammad. 2014. Manajemen Dana Bank Syariah. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Murdono, D.J. 2003. Kualitas Pelayanan. www.sinarharapan.com.
Nasution. 2004. Metode Research. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Nazir, Moch. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Salemba Empat.
Rakhmat, Jalaluddin. 2007. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Rambat, Lupiyoadi, dan A. Hamdani. 2006. Manajemen Pemasaran Jasa. Edisi
Kedua. Jakarta: Salemba Empat.
Rangkuti, Freddy. 2009. Strategi Promosi Kreatif & Analisis Kasus Intergrated
Marketing Communication. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Spradley dan Faisal. 1990. Format-format Penelitian Sosial. Jakarta: PT Rajawali
Press.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Soekanto, Soejono. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
2012 Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Spiro, R.L. and B.A. Weitz. (1990). "Adaptive Selling: Conceptualization,
Measurement, and Nomological Validity," Journal of Marketing
Research.
Suranto AW. 2011. Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu.
T. Handoko, 2001. Manajemen Personalia Manajemen Sumber Daya Manusia.
BPSE.Yogyakarta.
Tjiptono, Fandy 2008. Strategi Pemasaran. Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Wiryanto, 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Grasindo.
Yamit, Zulian. 2010. Manajemen Kualitas Produk & Jasa. Yogyakarta. Ekonesia.
Jurnal:
https://media.neliti.com/media/publications/86248-ID-pengaruh-aidda-attention-
interest-desire.pdf (diakses pada tanggal 7 Februari jam 12.00 WIB)
Skripsi:
Cyntia, Vivi. 2015. Strategi Promosi Jasa PT. Artha Prima Finance Dalam
Menarik Minat Nasabah (Studi pada PT. Artha Prima Finance, Jl.
Pangeran Antasari Ruko Villa Citra RC 11 Bandar Lampung) Lampung.
Universitas Lampung.
Rissa, Dhina. 2011. Komunikasi Antar Pribadi Dalam Pemasaran Produk Jasa
Asuransi (Studi Deskriptif pada Agen Asuransi PT. Axa Financial Indonesia
Cabang Medan) Medan. Universitas Sumatera Utara.
Internet:
https://www.syariahmandiri.co.id/assets/pdf/sustainability-
report/SR_BSM_2016.pdf (diakses pada tanggal 20 Februari 2018 jam
12.30 WIB)