penyiapan sampel daun buni
TRANSCRIPT
LABORATORIUM FARMAKOGNOSI FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
LAPORAN
PENYIAPAN SAMPEL
Daun Buni (Antidesma bunius L.)
OLEH :
NAMA : A K M A L
NIM : N111 12 253
KELOMPOK : VI (ENAM)
GOLONGAN: KAMIS SIANG
ASISTEN : MUNAWARAH
MAKASSAR
2014
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Salah satu sumber yang diperlukan dalam pembangunan selain
sumber daya manusia adalah sumber daya alam. Sumber daya alam
Indonesia yang kaya akan beraneka ragam tumbuh–tumbuhan dan hewan
potensial untuk menjadi sumber bahan baku obat terutama obat
tradisional. Ini merupakan anugerah Allah SWT yang patut kita syukuri.
Bahan alam ini perlu terus kita kaji, teliti dan kembangkan supaya dapat
berguna bagi umat manusia.
Sumber bahan alam yang berkhasiat sebagai obat berasal dari
tumbuh– tumbuhan juga berasal dari biota laut. Biota laut yang potensial
untuk sumber bahan baku obat adalah yang berasal dari tumbuhan laut
dan hewan laut.
Penggunaan sumber daya alam baik yang berupa tumbuhan
maupun hewan telah digunakan sejak dahulu oleh nenek moyang kita
tanpa mereka ketahui apa isi yang terkandung dalam tanaman tersebut.
Untuk itu, melalui kemajuan pengetahuan yang kita miliki maka kita perlu
melakukan penelitian untuk mengetahui kandungan kimia dari tanaman
maupun hewan tersebut yang dapat menghasilkan efek klinik.
I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud Percobaan
Untuk mengetahui dan memahami cara penyiapan sampel daun
Buni (Antidesma bunius L).
I.2.2 Tujuan Percobaan
Mendapatkan hasil simplisia dari sampel daun Buni (Antidesma
bunius L.).
I.3 Prinsip Percobaan
1. Pengumpulan bahan baku
Dalam pengumpulan bahan baku, hal yang harus
diperhatikan: bagian tanaman yang akan digunakan, umur
tanaman, waktu panen dan lingkungan.
2. Sortasi basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran
atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia seperti tanah,
kerikil, rumput dan pengotor-pengotor lainnya.
3. Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan
pengotor lainnya yang melekat pada simplisia. Pencucian dilakukan
dengan menggunakan air bersih yang mengalir.
4. Perajangan
Perajangan dilakukan untuk mempermudah proses
pengeringan, pengepakan dan penggilingan.
5. Pengeringan
Pengeringan simplisia dilakukan untuk memdapatkan
simplisia yang tidak mudah rusak sehingga aman disimpan dalam
waktu yang lama.
6. Sortasi kering
Pemisahan benda-benda asing dari pengotor-pengotor yang
akan mencemari simplisia kering.
7. Penyimpanan
Penyimpanan simplisia untuk menjaga mutu simplisia,
terhindar dari cahaya, dehidrasi, kelembapan, dan pengotoran
serangga.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Simplisia merupakan bahan alam yang digunakan sebagai obat
yang belum mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain
berupa bahan yang telah dikeringkan. Proses pembuatan simplisia atau
penyiapan sampel memerlukan berbagai tahapan, yaitu : (1)
1. Pengumpulan bahan baku
Tahapan pengumpulan bahan baku sangat menentukan kualitas
bahan baku. Faktor yang paling berperan dalam tahapan ini adalah
masa panen. Berdasarkan garis besar pedoman panen,
pengambilan bahan baku tanaman dilakukan sebagai berikut :
a. Biji
Pengambilan biji dapat dilakukan pada saat mulai
mengeringnya buah atau sebelum semuanya pecah.
b. Buah
Pengambilan buah tergantung tujuan dan pemanfaatan
kandungan aktifnya. Panen buah bisa dilakukan saat menjelang
masak, setelah benar-benar masak, atau dengan cara melihat
perubahan warna atau bentuk buah yang bersangkutan.
c. Bunga
Pemanenan bunga tergantung dari tujuan pemanfaatan
kandungan aktifnya. Panen dapat dilakukan pada saat
penyerbukan, saat bunga masih kuncup, atau saat bunga sudah
mulai mekar.
d. Daun dan herba
Panen daun dan herba dilakukan pada saat proses fotosintesis
berlangsung maksimal, yaitu ditandai dengan saat tanaman
mulai berbunga atau buah mulai masak.
e. Kulit batang
Pemanenan kulit batang hanya dilakukan pada saat proses
sudah cukup umur. Saat panen yang paling baik adalah awal
musim kemarau.
f. Umbi lapis
Panen umbi dilakukan pada saat akhir pertumbuhan.
g. Rimpang
Panen rimpang dilakukan pada awal musim kemarau.
h. Akar
Panen akar dilakukan pada saat proses pertumbuhan berhenti,
atau tanaman sudah cukup umur.
2. Sortasi basah
Sortasi basah ialah pemilahan hasil panen ketika tanaman masih
segar dimaksudkan untuk membersihkan tanaman dari benda
asing dari luar (tanah, batu, dan sebagainya), serta memisahkan
bagian tanaman yang tidak diinginkan.
3. Pencucian
Pencucian simplisia dilakukan untuk membersihkan kotoran yang
melekat, terutama mengurangi cemaran pestisida.
4. Perajangan (perubahan bentuk)
Pada dasarnya dilakukan untuk memperluas permukaan bahan
baku. Semakin luas permukaan, maka proses pengeringan bahan
baku akan semakin cepat.
5. Pengeringan
Tujuan utama proses pengeringan simplisia ialah :
a. Menurunkan kadar air sehingga bahan tersebut tidak mudah
ditumbuhi kapang dan bakteri.
b. Menghilangkan aktifitas enzim yang bisa menguraikan lebih
lanjut kandungan zat aktif.
c. Memudahkan dalam hal pengelolaan proses selanjutnya
(ringkas, mudah disimpan, dan tahan lama).
6. Sortasi kering
Sortasi kering adalah pemilihan bahan setelah mengalami proses
pengeringan. Pemilihan dilakukan terhadap bahan-bahan yang
terlalu gosong, bahan yang rusak, atau dibersihkan dari kotoran
hewan.
7. Pengepakan dan Penyimpanan
Setelah tahap pengeringan dan sortasi kering selesai, maka simplisia
pada suatu wadah tersendiri agar tidak saling bercampur antara simplisia
satu dan yang lainnya (4).
II.2 Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Antidesma
Spesies : Antidesma bunius L. (2)
II. 3 Deskripsi Tanaman
Sinonim Buni adalah Antidesma crassifolium (Elmer) Merr;
Antidesma dallachyanum Baillon; Antidesma rumphii Tulasne; Stilago
bunius L. Nama Umum/Dagang yang dipakai adalah buni. Sedangkan
nama daerah yang digunakan adalah Buni, wuni (Banyuwangi);
Barune, gedeh, wera, boni, huni (Sunda); Burneh (Madura); Buni,
katakuti, kutikata (Maluku); Bune tedong (Makasar). Nama Asing buni
adalah Bignay, Chinese laurel, Salamander tree (Inggris); Antidesme
(Francis) (4).
Susunan daun buni adalah daun tunggal berseling, berbentuk
lanset memanjang/lonjong, panjang 19-25 cm dan lebar 4-10 cm.
Dasar daun tumpul atau membulat, ujung daun runcing atau
tumpuldengan tepi daun rata, pangkal runcing, permukaan daun
mengkilap, pertulangan menyirip,tulang daun utama jelas tampak di
permukaan bawah daun, panjang tangkai daun mencapai 1cm dan
berwarna hijau (4).
Bunga buni terbagi dua yaitu bunga jantan bertangkai pendek,
kelopak bentuk cawan, sedangkan bunga betina bertangkai serta
benang sari kuning kemerahan. Perbungaan terminal atau aksiler,
berbentuk bulir, memiliki banyak bunga, panjangnya 6-20 cm, bunga
jantan duduk, kelopak bunga berbentuk mangkuk yang terdiri dari 3-4
kelopak pendek, tiap kelopak berbentuk bulat, benang sari 3-4,
berwarna kemerahan, bunga betina bertangkai, kelopak bunga
berbentuk mangkuk-lonceng (4).
Buah buni berbentuk bulat telur atau bulat berkendaga dan beruang
tiga, bergaris tengah 8-10 mm, masih muda berwarna hijau setelah tua
berwarna merah kekuningan hingga violet kebiruan, berair. Bentuk
bulat atau bulat telur, ukurannya kecil berdiameter 8-10 mm, dan
tersusun dalam satu tangkai panjang. Buah buni mentah berwarna
merah berasa asam dan setelah matang berwarna ungu kehitamanan
berasa manis asam. Buah buni matang biasanya dimakan dalam keadaan
segar. Biji, berbentuk bulat telur memanjang/lonjong, berukuran panjang
6-8 mm dan lebar 4,5–5,5 mm, putih kotor (4).
II. 4 Kandungan Kimia
Daun, kulit batang, dan akar Antidesma bunius L. mengandung
saponin dan tanin, disamping itu kulit batangnya juga mengandung
flavonoida.
II.5 Kegunaan
Buni memiliki berbagai macam manfaat. Buah buni yang
matang dapat dimakan segar. Cairan buahnya meninggalkan bekas
warna di jari dan mulut. Buah ini juga berpotensi dijadikan minuman
yang segar. Daun mudanya juga dapat dimakan dengan nasi, baik
mentah atau dimasak terlebih dahulu. Kulit batang dan daun
mengandung alkaloid yang berkhasiat obat, walaupun menurut
beberapa laporan juga dapat beracun. Di Filipina, tumbuhan ini biasa
ditanam di tempat-tempat terbuka atau di hutan-hutan sekunder.
Seperti A. Ghaesembilla Gaertner yang dapat menekan invasi lalang
dan penting dalam mencegah kebakaran rumput setiap tahunnya.
Antidesma bunius (L.) Sprengel berperan penting dalam proses
reklamasi lahan-lahan terdegradasi. Daun, kulit batang, dan akar
Antidesma bunius L. mengandung saponin dan tanin. disamping itu
kulit batangnya juga mengandung flavonoida. Dapat digunakan untuk
tekanan darah tinggi, daun muda bisa dimakan untuk lalapan. Daun dan
buah dapat digunakan sebagai obat kurang darah, darah kotor, raja
singa, dan kencing nanah. Daunnya berkhasiat sebagai obat penutup
luka dan buahnya yang telah matang berkhasiat untuk manambah air
susu ibu (1).
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
Alat-alat yang digunakan adalah oven simplisia, timbangan analitik,
gunting, cutter dan wadah simplisia.
III.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah air, kertas koran dan sampel
daun Buni (Antidesma bunius L.).
III.2 Cara Kerja
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Daun buni dipilih yang segar dan berkualitas baik.
3. Daun buni dicuci dengan air suling yang mengalir hingga bersih.
4. Daun Buni diangin-anginkan kemudian dikeringkan di bawah panas
matahari langsung atau dapat pula dilakukan dengan
menggunakan oven pada suhu 45-50°.
5. Setelah kering, dilakukan sortasi kering.
6. Daun buni kemudian dirajang dengan cara meremas- remas
7. Ditimbang bobot kering.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.1 Organoleptis Simplisia
Warna : Hijau Tua
Bau : Khas
Rasa : Sepat
Bentuk : Serbuk Kasar
IV.2 Tabel Pengamatan
Nama Sampel Bobot Basah Bobot Kering % Rendamen
Bandotan 760 gram 310 gram 40,79 %
IV. 3 Perhitungan
= 310 g/760 X 100 %
= 40,79 %
IV. 4. Gambar
BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum ini,
dilakukan proses penyiapan dan
pengolahan sampel dari daun buni
(Antidesma bunius L). Pada proses
ini, dilakukan beberapa tahapan meliputi pengambilan sampel dan
pengolahan sampel hingga menjadi simplisia.
Pada proses pengambilan sampel, hal yang perlu diperhatikan
adalah waktu pengambilan. Proses selanjutnya yaitu pengolahan sampel
yang meliputi sortasi basah, pencucian, pengeringan, sortasi kering,
perajangan dan pengepakan. Sampel yang digunakan adalah daun Buni
(Antidesma bunius L.) yang berwarna hiaju tua dan segar, diambil dari
Universitas Hasanuddin, Makassar.
LABORATORIUM FITOKIMIAFAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Gambar 2. Bagian tanaman yg diambil (daun)
LABORATORIUM FITOKIMIAFAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Gambar 4. Serbuk
Sampel yang telah diambil dari pohonnya dipilih lagi yang masih
layak digunakan. Hal ini ditandai dengan mengambil daun kelima dari
pucuk yang tidak terlalu tua dan muda, berwarna hijau tua.
Selanjutnya daun akan dicuci dengan air suling yang mengalir. Air
suling dibiarkan mengalir agar semua kotoran-kotoran langsung terbawa.
Pencucian dilakukan hingga dapat diperkirakan tidak ada lagi kotoran
yang menempel. Selanjutnya daun dikeringkan dengan pemanasan
menggunakan oven dengan suhu 45° - 50°C atau langsung dijemur di
bawah sinar matahari hingga kering dan mudah dihancurkan hanya
dengan remasan ringan atau dilakukan perajangan.
Kadar air simplisia pada daun yang ideal adalah sebesar 5%.
Setelah kering daun dipilah lagi yang mana yang masih dapat
digunakan dalam proses ekstraksi nantinya. Proses ini disebut sortasi
kering. daun kemudian dapat dirajang lagi hingga menjadi bagian yang
lebih kecil. Setelah itu ditimbang dan dilakukan pengepakan.
BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa penyiapan
sampel daun Buni (Antidesma bunius L.) melalui beberapa tahap, yaitu:
sortasi basah, pencucian, pengeringan, sortasi kering, perajangan serta
pengepakan. Dari 760 gram bobot basah diperoleh bobot kering sebanyak
310 gram dengan % rendamen sebesar 40,79 %.
VI.2 Saran
1. Interaksi antara asisten dan praktikan sebaiknya lebih ditingkatkan.
2. Alat – alat laboratorium ditambah, misalnya oven simplisia agar
lebih memudahkan dalam proses pengeringan.
DAFTAR PUSTAKA
1. www.biojana.com/tag/khasiat-daun-buni/
2. www.iptek.net.id/ind/pd-tanamanobat/view.php?id=70
3. Anonim. 2009. Taksonomi dan Morfologi Pohon Buni.pdf.
Universitas Sumatra Utara.
4. Orwa et al., 2009. World Agroforestry Centre. Kenya
5. www.iptek.net.id/ind/pd-tanamanobat/view.php?id=70
6. Taebe, Burhanuddin. 2012. Materi Kuliah Obat Tradisional.
Makassar: Fakultas Farmasi Unhas.
7. Dalimartha, S. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 2.
Trubus Agriwidya, Anggota IKAPI. PT.Pustaka Pembangunan
Swadaya Nusantara. Jakarta