penugasan refarat asbes

16
PENUGASAN REFARAT PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP KESEHATAN BLOK KMPL Disusun oleh : Nama : Maftuhatul Jannah El Ahmadi NIM : 10711093 Kelmp : 15 Tutor : dr. Previta Sari FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Upload: dienda-aleasha

Post on 26-Nov-2015

20 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

KMPL

TRANSCRIPT

PENUGASAN REFARAT

PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP KESEHATAN

BLOK KMPL

Disusun oleh :

Nama : Maftuhatul Jannah El AhmadiNIM

: 10711093 Kelmp : 15Tutor : dr. Previta SariFAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2013

BAB I

ASBES1.1 PENDAHULUAN

Asbes adalah mineral fibrosa yang secara cukup sering dipakai bukan hanya di negara berkembang melainkan juga di negara yang sudah maju seperti di Amerika. Di Amerika, asbes dipakai sebagai bahan penyekat.

Sejak tahun 1940 di Amerika ditemukan bahwa antara 8-11 juta orang terpejan asbes dalam pekerjaannya. Pekerjaan-pekerjaan yang menimbulkan risiko terpejan asbes tersebut antara lain: penyekat asbes, pekerja-pekerja asbes yang terlibat dalam pertambangan dan proses bahan mentah asbes, ahli mekanik automobil, pekerja perebusan, ahli elektronik, pekerja pabrik, ahli mekanik atau masinis, armada niaga, personil militer, pekerja kilang minyak, tukang cat, pembuat pipa, tukang ledeng/pipa, pekerja bangunan, pembuat jalan raya, pekerja atap rumah, pekerja lembaran metal, pekerja galangan kapal, tukang pipa uap, pekerja baja, pekerja di industri tekstil (Ronggli et al, 1994). Di Slovakia, pejanan lingkungan karena asbes secara praktis tidak terkontrol. Kontaminasi di dalam rumah / gedung berasal dari penyekat pipa, dinding tahan api, pintu, cat, beberapa bahan bangunan, bahan penyekat yang digunakan di bangunan kayu, pipa AC. Sedangkan kontaminasi luar rumah / gedung berasal dari permukaan dinding, sisa pembuatan aspal, dan transportasi yang memuat sisa asbes (Christiani et al, 1995).

Kongres Amerika Serikat menyatakan bahwa tidak ada batas minimum yang aman bagi individu untuk terpejan serat asbes (Anonim, 1995). Asbestosis adalah penyakit kronis yang bisa mengakibatkan kematian dalam bentuk mati lemas (Thamrin, 2004).1.2 KARAKTERISTIK DAN SIFAT ASBESAsbes (asbestos) merupakan mineral-mineral berbentuk serat halus yang terjadi secara alamiah disekitar kita (US Departement of health and Human services, 2001). Asbes adalah nama sekelompok mineral berserat dengan serat terpisah, panjang, dan tipis. Serat asbes mempunyai potensi kuat untuk dapat terlepas di udara. Serat asbes bersifat tahan panas, sehingga banyak digunakan untuk keperluan industri (Harijoko, 2008).

Dilihat dari sudut pandang ilmu kimia, asbes adalah suatu zat yang terdiri dari magnesium-calcium-silikat berserat dengan sifat fisiknya yang sangat kuat. Secara umum terdapat dua jenis asbes, amphibole dan chrysotille. Asbes dapat diperoleh dengan berbagai metode penambangan bawah tanah. Beberapa studi menunjukkan bahwa serat amphibole mempunyai kemampuan lebih lama tinggal diparu-paru daripada chrysotille. Asbes yang paling banyak digunakan dalam industri adalah chrysotille atau yang disebutkan asbes putih. Sedangkan asbes dari grup amfibole tidak banyak digunakan.

Serat chrysotille biasanya berwarna putih, menyerupai sutra, lentur dan cukup kuat. Serat-serat yang panjang cukup mudah dipintal untuk dijadikan benang-benang tekstil. Serat asbes biasanya bersifat tahan panas dapat mencapai 800 C. Karena sifat inilah maka asbes banyak dipakai di industri konstruksi dan pabrik (Davey, 2005). Selain itu asbes relatif sukar larut , daya regang tinggi dan tahan asam (Abraham, 1992). Sebenarnya asbes termasuk dalam kategori bahan yang sangat berbahaya, karena asbes terdiri dari serat serat yang berukuran sangat kecil, kira kira lebih tipis dari 1/700 rambut kita. Serat serat ini menguap diudara dan tidak larut dalam air, jika terhirup oleh paru paru akan menetap disana dan dapat menyebabkan berbagai penyakit, dan serat asbes ini tidak mampu dikeluarkan secara alami oleh tubuh.

Serat asbes hanya dapat dilihat dengan mikroskop, para ilmuan telah mengakui bahwa asbes merupakan ancaman kesehatan bagi manusia karena serat dapat terhirup dan masuk kedalam paru paru dan dapat menyebabkan kanker dan penyakit paru lainnya. Resiko ini terutama terutama menjadi meningkat ketika kita berada pada lingkungan terpapar debu asbes dalam jangka waktu lama. Diketahui masa inkubasi yaitu jeda waktu antara ketika kita menghirup sehingga menjadi manifestasi kesehatan dapat berlangsung sekitar 30 tahun atau lebih (harijoko,2008).1.3 SUMBER PENCEMARAN ASBESDi Indonesia, pemakaian asbes sebagai bahan bangunan (misal genteng) masih sering ditemukan. Ini berarti terdapat risiko terkena pajanan asbes bagi pekerja di industri yang memproduksi bahan bangunan yang mengandung asbes tersebut sehingga risiko untuk terkena gangguan fungsi paru dan kanker paru atau mesotelioma sangat tinggi.

Bahan abses mempunyai banyak peranan dan manfaat dalam kegiatan industri. Pemanfaatan serat asbes terutama dikaitkan dengan sifatnya yang khas, yaitu: sangat kuat, tahan terhadap bahan kimia serta kemampuannya bertahan pada temperatur tinggi. Secara umum, asbes merupakan jenis bahan yang cukup ringan, tahan api serta kedap air. Karena sifatnya yang tidak dapat dibakar dan tidak menghantarkan panas, asbes telah digunakan secara luas untuk pembuatan produk-produk tahan api seperti baju untuk petugas pemadam kebakaran. Dalam beberapa bidang, pemanfaatan bahan asbes untuk membuat barang-barang tertentu tidak dapat digantikan dengan bahan lainnya, seperti dalam pelapisan permukaan rem, permukaan plat kopling kendaraan bermotor dan produk yang mengandalkan gesekan lainnya.

Dalam bidang industri, asbes dalam bentuk lembaran (kertas asbes) dan benang asbes dipakai sebagai penyekat panas (bahan insulasi) untuk pembalutan pipa api, pipa uap, cerobong dan bahan bahan yang digunakan sebagai isolator panas. Penggunannya untuk insulasi panas pada alat alat listrik juga masih sangat dominan karena sifat dari bahan asbes yang tidak menghantarkan listrik. Dalam bidang kelistrikan ini ada plastik isolasi yang terbuat dari bahan asbes.

Dalam kehidupan sehari hari kita lebih sering menemukan asbes yang beredar dipasaran dalam bentuk bahan bangunan. Sebagai bahan bangunan, asbes tampil dalam bentuk papan asbes yang umumnya dipakai sebagai plafon atau langit langit rumah, dinding penyekat ruangan, dan pelapis dinding.

Asbes dapat menjadi kering atau rapuh bila keberadaannya digangggu (misal: perbaikan penyekat pipa) atau oleh karena termakan usia. Akibatnya serat mikroskopis yang tidak terlihat oleh mata tersebut dapat terpecah dan melayang di udara. Sekali terdapat di udara, serat asbes akan menetap dalam jangka waktu yang panjang dan kemudian terhirup oleh manusia yang berada di lingkungan tersebut. Ukuran dan bentuknya yang kecil menyebabkan serat asbes ini terperangkap di dalam paru-paru.1.4 AKIBAT ASBES BAGI KESEHATAN MANUSIA

Berdasarkan kesimpulan hasil pengamatan penyakit pada kelompok pekerja dengan paparan kumulatif asbes 5 1.200 fiber-year/mL, didapatkan hasil eksposur signifikan untuk semua jenis asbes akan meningkatkan resiko berbagai penyakit seperti kanker paru, meshothelioma paru-paru, ganguan keganasan, Serta plak pleura, penebalan pleura, dan efusi pleura. Eksposur tersebut akan dihasilkan dari 40 tahun pajanan pada kosentrasi udara 125-30 serat/mL (anonim, 2013). Gangguan terhadap kesehatan yang disebabkan oleh serat asbes berjalan lambat tapi pasti. Gangguan itu tidak mudah dideteksi pada stadium dini. Tanda-tanda gangguan karena asbestosis jarang sekali muncul dalam waktu kurang dari 10 tahun setelah penyerapan serat asbes. Gangguan kesehatan karena inhalasi serat asbes mempunyai masa laten antara 20 sampai 30 tahun atau bahkan lebih lama lagi. Ini berarti bahwa gangguan kesehatan yang dialami penderita saat ini adalah akibat inhalasi serat asbes pada puluhan tahun sebelumnya (Thamrin, 2004). Serat asbes dapat terinhalasi masuk ke dalam parenkim paru dan bila tersimpan dan tertahan di situ, maka akan berkembang menjadi fibrosis interstisial dan alveolar yang difus. Di dalam jaringan paru serat asbes dapat dibungkus atau tidak dibungkus oleh kompleks besi-protein. Bila serat dibungkus oleh kompleks besi-protein, maka keadaannya kurang berbahaya. Jika tidak terdapat gambaran fibrosis di dalam paru, keberadaan serat di dalam jaringan paru hanya mengindikasikan adanya pejanan, bukan penyakit.

Bahan asbes ini berbahaya bagi kesehatan dan bersifat karsinogenik. Beberapa unsur asbes dapat terhirup ketika kita bernafas, masuk keparu-paru dan beresiko kanker. Serat asbes cenderung mudah patah, menjadi debu, tersebar diudara serta lengket pada pakaian maupun tubuh manusia. Debu asbes dapat menempel pada kulit dan menimbulkan gatal-gatal (iritasi). Ketika digaruk atau digosok, debu tadi dengan mudah masuk kedalam tubuh melalui lubang pori-pori untuk kemudian berkembang menjadi kanker kulit. Bahaya dari serat asbes berkaitan dengan sifat fisiknya yang kuat. 1.5 MEKANISME PERUBAHAN JARINGAN YANG TERJADI AKIBAT ASBESSerat asbes cenderung mudah patah, menjadi debu, tersebar di udara serta lengket pada pakaian maupun tubuh manusia. Debu asbes dapat menempel pada kulit dan menimbulkan gatal-gatal (iritasi). Ketika digaruk atau digosok, debu tadi dapat dengan mudah masuk ke dalam tubuh melalui lubang pori-pori untuk kemudian berkembang menjadi kanker kulit. Bahaya dari serat asbes berkaitan dengan sifat fisiknya yang kuat. Debu halus yang terdiri atas serat-serat mikroskopis asbes bisa bertahan lama mengapung di udara. Ketika dihirup oleh manusia, serat-serat yang sangat kuat itu akan masuk dengan mudah melalui saluran pernafasan (Thamrin, 2004).

Serat-serat asbestos dengan diameter kurang dari 3 milimikron yang terinhalasi akan menembus saluran napas dan tertahan dalam paru-paru. Sebagian besar serat yang masuk ke paru-paru dibersihkan dari saluran napas melalui ludah dan sputum. Sedangkan dari serat-serat yang tertahan dalam saluran napas bawah dan alveoli, sebagian serat pendek akan difagosit oleh makrofag dan dibawa ke kelenjar limfe, limpa, dan jaringan lain. Sebagian serat yang menetap pada saluran napas kecil dan alveoli (khususnya amfibol) akan dilapisi oleh kompleks besi-protein dan menjadi badan-badan asbes atau sebagian serat yang tertelan agaknya menembus dinding usus, tetapi migrasi selanjutnya dalam tubuh tidak diketahui. Sifatnya yang tahan lama itu pula yang menyebabkan serat-serat asbes akan tinggal di dalam tubuh manusia selama bertahun-tahun.

Serat asbes dapat mengakibatkan gangguan pneumokoniosis (dari bahasa Yunani, pneumon berarti paru-paru dan konis berarti debu) pada paru-paru yang lebih dikenal dengan sebutan asbestosis, yaitu gangguan pada paru-paru karena penyerapan jangka panjang serat asbes dan sudah cukup dikenal di kalangan praktisi kesehatan kerja maupun kesehatan lingkungan. Sifat dari serat asbes ini adalah dapat menyebabkan terjadinya goresan-goresan pada permukaan paru-paru. Gangguan ini ditandai dengan kerasnya permukaan paru-paru karena banyaknya serat atau goresan pada jaringan (Thamrin, 2004). Setelah suatu masa laten-jarang di bawah 20 tahun, dapat mencapai 40 tahun atau lebih setelah pemejanan pertama, dapat timbul mesotelioma maligna pleura dan peritoneum.

Partikel inorganik, yang terinhalasi, seperti asbes, silika dapat merusak paru-paru melalui pembentukan radikal bebas. Partikel silika dan asbes difagositosis oleh makrofag paru-paru. Sel ini kemudian pecah, melepaskan enzim proteolitik dan kemotaktik mediator yang menyebabkan infiltrasi sel-sel lain, seperti neutrofil. Maka dimulailah proses inflamasi. Serat asbes yang mengandung besi juga dapat menstimulasi pembentukan radikal hidroksil. Mekanisme terjadinya kanker akibat paparan zat belum diketahui secara tuntas. Para ahli sepakat paling kurang ada 2 stadium terjadinya kanker karena bahan karsinogen. Pertama, induksi DNA sel target oleh bahan karsinogen sehingga menimbulkan mutasi sel, kemudian terjadi peningkatan multiplikasi sel yang merupakan manifestasi penyakit (Seaton, 1984). Kadang-kadang serat yang lain, misal talk yang terbungkus oleh besi-berikatan dengan protein, dapat menimbulkan badan asbes.

Pada stadium awal mungkin tidak ada gejala meskipun foto toraks menunjukkan gambaran asbestosis atau penebalan pleura. Pengerasan pada permukaan paru-paru dapat mengakibatkan penurunan kapasitas paru-paru, sehingga diperlukan usaha yang lebih besar untuk mengembangkan paru-paru selama pernafasan. Karena itu, penderita asbestosis mengalami pernafasan pendek (cekak nafas) dan berkembang menjadi batuk kering. Gelaja utama adalah sesak napas yang pada awal-nya terjadi pada waktu aktivitas. Ujung-ujung jemarinya mengumpul dan tangan serta kakinya menjadi kebiru-biruan karena kekurangan oksigen dalam darah. Suara-suara tidak normal dari dalam dadanya mudah dikenali (Thamrin, 2004).

Pada stadium akhir gejala yang umum adalah sesak pada saat istirahat, batuk dan penurunan berat badan. Sesak napas terus memburuk meskipun penderita dijauhkan dari paparan asbes, 15 tahun sesudah awal penyakit biasanya terjadi kor pulmonal dan kematian. Penderita sering mengalami infeksi saluran napas, keganasan pada brunkus, gastrointestinal dan pleura sering menjadi penyebab kematian (Mason, 1985). Pada stadium awal pemeriksaan fisis tidak banyak me- nunjukkan kelainan, akibat fibrosis difus dapat terdengar ronki basah di lobus bawah bagian posterior. Bunyi ini makin jelas bila terjadi bronkiektasis akibat distorsi paw yang luas karena flbrosis. Jan tabuh ((clubbing) senng ditemukan pada asbestosis (Crompton, 1980).

Secara umum seseorang yang terpejani oleh asbestos akan mengalami gejala sebagai berikut :- napas pendek dan berdesah

- batuk terus-menerus yang meburuk dengan bertambahnya waktu

- batuk berdarah

- nyeri atau sesak di dada

- susah menelan

- wajah dan leher menjadi bengkak

- kehilangan nafsu makan

- berat badan menurun

- kecapekan / anemia

1.6 PENCEGAHAN UNTUK MEMINIMALISIR AKIBAT PENCEMARAN ASBESMelihat bahaya yang ditimbulkan oleh asbes, maka penting untuk dilakukan penganggulangan atau pengendalian bahaya seperti yang disarankan oleh WHO atau yang sudah dilakukan oleh negara negara maju, menurut Samara (2002) antara lain:1. Perlu ditetapkan batas pajanan asbes di Indonesia sebagai batas maksimum kadar ratarata setiap saat yang diperbolehkan. Banyak negara industri telah menetapkan batas pajanan serat/ml udara.

2. Substitusi/dilakukan penggantian bahan yang bukan asbes

3. Penting untuk dilakukan pengendalian debu bila bahan asbes tidak dapat dihindarkan untuk digunakan.

4. Kesadaran para pekerja untuk melindungi dirinya dari terpajan asbes sangatlah penting

dengan memamaki alat pelindung diri, antara lain masker dan baju kerja. Di samping itu higiene harus selalu diperhatikan.

5. Pemeriksaan berkala sangatlah penting dikerjakan untuk memantau kesehatan para pekerja.

BAB II

KESIMPULAN DAN SARAN

2.1 KESIMPULAN

1. Asbes merupakan serat halus yang dapat merusak paru-paru melalui pembentukan fibrosis. 2. asbes merupakan penyebab risiko tinggi untuk terkena gangguan fungsi paru dan kanker paru atau mesotelioma sangat tinggi.3. Asbestosis muncul karena pemejanan yang lama dengan serat asbes..4. Asbes bersifat toksik dalam bentuk induknya, memiliki mekanisme intra seluler yang mana langsung berikatan dengan sel sasaran baik di kulit maupun di paru-paru.5. Sifat toksis asbes adalah ireversibel, di tandai dengan kerusakan yang menetap dan penumpukan efek toksik.2.2 SARAN

Berdasarkan hasil referat yang telah saya buat ini saya menyarankan agar :

1. Harus ada standarisasi minimal penggunaan asbes untuk bahan bahan bangunan dan bahan bahan yang digunakan dalam kehidupan sehari hari.

2. Adanya penelitian untuk melihat insidensi kejadian asbestosis dan semua kejadian penyebab terpaparnya asbes ini karena kita tahu jumlah insidensi diindonesia masih belum terdaftar dengan baik. DAFTAR PUSTAKA

Abraham JL. Asbestos inhalation, not asbestosis, causes lung cancer. Am J Industrial Med 1994; 26:839-42.Anonim, 1995, Pneumokoniosis akibat debu mineral sklerogen. In: Deteksi dini penyakit akibat kerja, World Health Organization 2 ed. Jakarta: EGC;. p.19-26.

Davey Patrick. At a Glance Medicine. Jakarta : Erlangga, 2005.

Harijoko. Asbes dan Pengaruhnya Terhadap Lingkungan. Tekhnik Geologi UGM : 2008

Jeyaratnam, David KOH. Buku Ajar Praktik Kedokteran Kerja (TEXTBOOK OF OCCUPATIONAL MEDICINE PRACTICE. Jakarta : EGC 2009

J Nagoya, mechanisms of asbestos-induced carcinogenesis, Department of Pathology and Biological Responses, Nagoya University Graduate School of Medicine, Nagoya 466-8550, Japan, 2009.Lee HJ, dkk. Awareness of Asbestos and Action Plans for Its Exposure can Help Lives Exposed to Asbestos, Safety and Health at Work 4 (2013) 84-86 Thamrin, Thoyib M., Akhadi, Mukhlis, 2004, Dampak Radiologis Pelepasan Serat Asbes, Buletin Alara 6(2): 67-76.