peningkatan prestasi belajar pai melalui pembelajaran...
TRANSCRIPT
Peningkatan Prestasi Belajar PAI melalui Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa Kelas X SMAN 90 Jakarta
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh:
Dewi Puspasari
NIM: 1110011000146
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2015
ABSTRAK
“Peningkatan Prestasi Belajar PAI melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw Siswa Kelas X SMAN 90 Jakarta “
Kata kunci: Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, Prestasi Belajar PAI
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa
SMAN 90 Jakarta kelas X pada mata pelajaran pendidikan agama Islam dengan
menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Penelitian ini
dilaksanakan di SMAN 90 Jakarta. Dengan subyek penelitian siswa kelas X MIA-3
sebanyak 33 orang. Tujuan dari penelitian ini adalah: Untuk mengetahui peningkatan
prestasi belajar siswa SMAN 90 Jakarta kelas X pada mata pelajaran pendidikan
agama Islam dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas
(PTK). PTK ini dilaksanakan sebagai upaya mengatasi permasalahan yang muncul
dalam kelas yakni rendahnya prestasi belajar siswa, kurang aktifnya siswa, kurang
keterkaitan antara materi pelajaran dan khidupan sehari-hari. Penelitian dilaksanakan
dalam empat tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.
Keempat tahap tersebut merupakan siklus yang berlangsung secara berulang.
Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini sebanyak empat kali pertemuan yang
terbagi kedalam dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pembelajaran PAI dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, dengan nilai rata-rata pada siklus I = 77,58
dengan rata-rata ketuntasan mencapai 66,67% dan setelah post test siklus II nilai rata-
rata prestasi belajar PAI siswa mencapai 81,82 dengan 90, 91% siswa yang mencapai
KKM.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan inayah-Nya kepada Penulis, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan sebaik-baiknya.
Shalawat serta salam tak lupa penulis panjatkan kepada pemimpin umat kita Nabi
besar Muhammad SAW dan keluarganya, sahabat-sahabatnya serta para pengikutnya
sampai akhir zaman.tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang penulis alami dalam
menyusun skripsi ini, namun berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Dan karena itu pada kesempatan
ini penulis menyampaikan ucapan dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun skripsi ini, baik bantuan
moril ataupun materil. Semoga bantuan dan kebaikan yang telah diberikan
mendapatkan pahala dan keridhoan Allah SWT, khususnya kepada:
1. Prof. Dr. H. Ahmad Thib Raya, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag dan Marhamah Saleh, Lc. MA Ketua Jurusan
dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dra. Manerah pembimbing skripsi yang disela-sela kesibukannya bersedia
meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis.
4. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama
dibangku perkuliahan, semoga ilmu yang Bapak dan Ibu berikan mendapat
keberkahan dari Allah SWT.
5. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
iii
membantu penulis dalam menyediakan serta memberikan pinjaman literature
yang dibutuhkan.
6. Kepala SMAN 90 Jakarta H. Ahmad Safari, S.Pd., M.Si. dan Dra. Ipah
Nurlatifah guru pengajar PAI kelas X yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk melakukan penelitian.
7. Staf TU serta siswa-siswi kelas X MIA-3 SMAN 90 Jakarta yang telah
memberikan izin untuk melaksanakan penelitian.
8. Untuk Ayahanda dan Ibu tercinta: Bapak Patihin dan Ibu Aay yang telah
memberikan kasih sayang, nasehat, semangat dan do’a, dan terus mendukung
penulis dalam menyelesaikan skripsi.
9. Teristimewa untuk suami dan ananda tercinta: Ujang Fakih dan Muhammad
Azka al-Mu’taz yang selalu memberikan do’a, semangat dan kasih sayang
yang tiada henti. Semoga menjadi suami dan anak yang sholeh.
10. Saudariku Sri Mulyani yang selalu memberikan do’a, kasih sayang, motivasi
serta keceriaan yang melimpah kepada penulis.
11. Teman-teman PAI angkatan 2010 yang telah memberikan semangat dan
dukungan selama kuliah dalam penyusunan skripsi ini, terkhusus teman-
teman kelas D PAI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan
kenangan yang tiada pernah terhapus selama mengikuti perkuliahan.
Terima kasih kepada pihak yang memberikan semangat, do’a, bahan-bahan
pemikiran dan dukungan yang tidak dapat disebutkan satu per satu, penulis mohon
maaf. Dengan penuh kesadaran penulis akui skripsi ini banyak kekurangan, untuk itu
penulis harapkan adanya teguran dan kritikan dari semua pihak. Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat. Amin.
Jakarta, Maret 2015
Dewi Puspasari
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................. 4
C. Pembatasan Masalah ................................................................. 5
D. Perumusan Masalah Penelitian ................................................. 5
E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian ..................................... 6
BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL
INTERVENSI TINDAKAN
A. Kajian Teori dan Fokus yang diteliti ......................................... 7
1. Prestasi Belajar .................................................................... 7
2. Pendidikan Agama Islam di SMA ...................................... 11
3. Pembelajaran Kooperatife Tipe Jigsaw .............................. 21
B. Hasil Penelitian yang Relevan .................................................. 30
C. Kerangka Berfikir...................................................................... 32
D. Hipotesis Tindakan.................................................................... 33
BAB III METEDOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian…………. .................................. 34
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian ................ 34
C. Subjek Penelitian ....................................................................... 38
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian .............................. 38
E. Tahapan Intervensi Tindakan .................................................... 38
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ............................. 40
G. Data dan Sumber Data .............................................................. 40
H. Instrumen Pengumpulan Data ................................................... 41
I. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 44
J. Teknik Pemeriksaan Keterpecayaan ........................................ 44
K. Analisis Data dan Interpretasi Data........................................ 45
v
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ..................................... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ........................................................................... 46
1. Profil dan Sejarah Singkat SMAN 90 Jakarta ..................... 46
2. Visi, Misi dan Tujuan .......................................................... 46
3. Guru dan Tenaga Kependidikan.......................................... 47
4. Keadaan Siswa .................................................................... 47
5. Struktur Organisasi SMAN 90 Jakarta ................................ 48
6. Sarana dan Prasarana........................................................... 48
B. Hasil Penelitian ......................................................................... 49
1. Pra Siklus ............................................................................ 49
2. Hasil Penelitian Siklus I ...................................................... 52
3. Hasil Penelitian Siklus II ..................................................... 58
C. Analisis Data ............................................................................. 60
D. Pembahasan ............................................................................... 67
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 69
B. Saran .......................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran merupakan suatu proses yang komplek, karena dalam kegiatan
pembelajaran senantiasa menyatukan berbagai komponen pembelajaran secara
terintegrasi, seperti tujuan pembelajaran yang harus dicapai, metode, media dan
sumber pembelajaran, evaluasi, siswa, guru, dan lingkungan pembelajaran
lainnya. Setiap unsur pembelajaran tersebut antara satu komponen dengan
komponen lainnya saling terkait dan mempengaruhi dalam suatu preoses
pembelajaran secara terpadu untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Ketika seorang guru berdiri di depan kelas melaksanakan kegiatan
pembelajaran, ia tidak hanya cukup dengan telah menguasai materi pembelajaran
yang harus disampaikan kepada siswa. Lebih luas dari sekedar menguasai materi
pelajaran, setiap guru harus mampu mengelola seluruh unsur pembelajaran agar
dapat berinteraksi dengan siswa, sehingga memudahkan siswa mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan. Oleh karena itu disinilah letaknya pembelajaran
merupakan suatu proses yang komplek.1 Seperti dijelaskan dalam Q.S An-Nahl
ayat 125:
1Dadang Sukirman dan Mamad Kasmad, Pembelajaran Mikro, (Bandung: UPI PRESS, 2006),
Cet. I, h. 1.
2
“serulah (manusia) menuju kepada jalan Tuhan-Mu dengan hikmah dan
mau’idlah dan mujadalah dengan mereka secara baik. Sesungguhnya
Tuhannu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari
jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk.”
Ayat tersebut secara tersirat memberikan isyarat adanya proses kegiatan
pendidikan. Kata ud’u, yang berarti serulah atau ajaklah, merupakan sebuah kata
kunci definisi pendidikan, artinya di dalam kegiatan pendidikan pada hakikatnya
adalah berupaya mengajak, menyeru dan memerintah orang (peserta didik)
untuk melakukan sesuatu atau mempelajari sesuatu.2
Dalam proses pembelajaran, setiap guru mempunyai keinginan agar semua
siswanya dapat memperoleh prestasi belajar yang baik dan memuaskan. Harapan
tersebut sering kali kandas dan tidak bisa terwujud, sering mengalami berbagai
macam kesulitan dalam belajar.3 Masalah utama dalam pendidikan formal
(sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini
tampak dari rerata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat
memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran
yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta
didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu. Dalam arti yang lebih
substansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan
dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang
secara mandiri melalui penemuan dalam proses berpikirnya.4
Bedasarkan hasil observasi di SMAN 90 Jakarta masih ditemukan berbagai
masalah yang dihadapi dalam proses kegiatan belajar mengajar khususnya dalam
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) diantaranya adalah mengenai
kualitas guru dalam mengajar terutama dalam penggunaan metode. Metode yang
digunakan para guru umumnya masih bersifat konvensional. Pada pembelajaran
2 Fatah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: UIN Malang Press, 2008), C.1,
h.44. 3 Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2011), C. 4, h. 66.
4Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatife-Progresif, (Jakarta: Prenada Media Group,
2013), Cet. 6, h. 5.
3
konvensional suasana kelas cenderung teacher-centerd sehingga siswa menjadi
pasif. Siswa hanya mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru, itu sebabnya
peserta didik merasa bosan karena penyampaian materi yang bersifat monoton
sehingga siswa seringkali meminta izin untuk ke kamar mandi dan mengantuk di
kelas. Pembelajaran yang disampaikan hanya berkisar pada pengetahuan yang
ada di buku LKS. Ada kalanya guru hanya datang ke kelas selama 5 menit
kemudian menyuruh siswa untuk mengerjakan soal yang ada di LKS. Hal ini
berdampak pada rendahnya minat siswa pada mata pelajaran PAI dan menjadi
salah satu penyebab banyaknya nilai siswa yang masih di bawah nilai KKM.
Mengajar bukan semata persoalan menceritakan, belajar bukanlah
konsekuensi otomatis dari penuangan informasi ke dalam benak siswa. Belajar
memerlukan keterlibatan mental, yang memungkinkan siswa melakukan berbagai
aktifitas. Mereka harus menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan
masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari.5 Upaya belajar adalah segala
aktivitas siswa untuk meningkatkan kemampuannya yang telah dimiliki maupun
meningkatkan kemampuan baru, baik kemampuan dalam aspek pengetahuan,
sikap, maupun keterampilan. Aktivitas pemebelajaran tersebut dilakukan dalam
kegiatan kelompok, sehingga antar peserta dapat saling membelajarkan melalui
tukar pikiran, pengalaman, maupun gagasan-gagasan.
Dalam proses pembelajaran guru/dosen memiliki kewajiban untuk
mendesain pembelajaran sedemikian rupa sehingga target atau tujuan yang
hendak dicapai dalam suatu pembelajaran tersebut dapat terwujud. Dengan kata
lain bahwa guru/dosen memegang peran kunci (keynote) dalam berhasil tidaknya
suatu proses pembelajaran. Dalam konteks demikian guru/dosen haruslah
memiliki kompetensi dalam pembelajaran yaitu kompetensi pedagogik
(mendidik) dan kompetensi professional (mengajar) maupun kompetensi
5Melvin L. Silberman, Active Learning, (Jakarta: Nuansa, 2012), Cet. 7, h. 9.
4
personal yang merujuk pada loyalitas, integritas dan dedikasi dalam keseluruhan
proses pendidikan dan pengajaran6
Dalam hal ini penulis menerapkan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
dalam menyampaikan materi pelajaran agama Islam “Memahami kedudukan
Alquran, Hadits, dan Ijtihad sebagai sumber hukum Islam”, dengan menerapakan
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini diharapkan siswa memiliki pengalaman
baru dalam belajar, serta dapat mencapai tujuan yang diharapkan, karena tujuan
dari pembelajaran itu pada intinya adalah mencapai kompetensi yang telah
ditetapkan, oleh karena metode dan strategi perlu digunakan agar siswa tidak
merasa jenuh dengan pembelajaran tersebut. Dalam metode ini, siswa benar-
benar terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa tidak
memiliki kesempatan mengantuk bahkan tidur di dalam kelas.
Berdasarkan permasalahan di atas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tindakan kelas yang berkaitan dengan upaya peningkatan prestasi
belajar PAI melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Sehingga judul
penelitian tersebut adalah “Peningkatan Prestasi Belajar PAI melalui
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa Kelas X SMAN 90 Jakarta”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti mengidentifikasi
masalah sebagai berikut:
1. Kurangnya keinginan guru untuk membuat peserta didik aktif dan
menyenangkan dalam proses pembelajaran.
6 Trianto dan Titik Triwulan Tutik, Tinjauan Yuridis Hak serta Kewajiban Pendidik Menurut UU
Guru dan Dosen, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2006), Cet. 1, h. 84.
5
2. Pembelajaran masih menitikberatkan pada gaya teacher centred sehingga
menyebabkan prestasi belajar peserta didik belum mencapai KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimal).
3. Kegagalan dalam dunia pendidikan sering terjadi dikarenakan peserta didik
lebih banyak menggunakan indera pendengarannya dibandingkan visual,
sehingga apa yang terjadi di ruang kelas cenderung untuk dilupakan.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, maka
pembatasan hanya dibatasi pada:
1. Upaya peningkatan prestasi belajar pada mata pelajaran agama Islam pada
materi “Memahami kedudukan Alquran, Hadits, dan Ijtihad sebagai sumber
hukum Islam”, melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
2. Prestasi belajar khususnya pada ranah kognitif.
3. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw (menyusun potongan gambar) yang
dimaksud yaitu suatu teknik pembelajaran yang serupa dengan pertukaran
kelompok dengan kelompok, namun ada satu perbedaan penting yakni tiap
siswa mengajarkan sesuatu. Setiap siswa mempelajari sesuatu yang bila
digabungkan dengan materi yang dipelajari oleh siswa lain membentuk
kumpulan pengetahuan atau keterampilan yang padu.
D. Perumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan
fokus masalah yang di kemukakan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Apakah terdapat peningkatan prestasi belajar PAI pada siswa kelas X di
SMAN 90 Jakarta setelah diterapkan strategi pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw?
6
2. Bagaimana penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata
pelajaran agama Islam pada materi memahami kedudukan Alquran,
Hadits, dan Ijtihad sebagai sumber hukum Islam?
E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian
Berdasarkan dengan perumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka
tujuan dan kegunaan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa SMAN 90 Jakarta
kelas X pada mata pelajaran pendidikan agama Islam dengan menggunakan
strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
2. Kegunaan Hasil Penelitian
a. Bagi Siswa
Dengan diterapkan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
diharapkan terjalinnya hubungan baik antar siswa yang berasal dari
latar belakang yang berbeda, menggunakan kemampuan berfikir kritis
dan dapat bekerjasama dalam kelompok.
b. Bagi guru
Metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini menjadi alternatif bagi
guru dalam upaya meningkatkan prestasi belajar PAI siswa.
c. Bagi sekolah
Diharapkan dapat memberi sumbangan yang bermanfaat, terutama
dalam rangka perbaikan hasil belajar dengan menggunakan metode
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
7
BAB II
KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL
INTERVENSI TINDAKAN
A. Kajian Teori dan Fokus yang Diteliti
1. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan keterampilan
terhadap mata pelajaran yang dibuktikan melalui hasil tes.1
Prestasi adalah hasil pelajaran yang diperoleh dari kegiatan
persekolahan yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui
pengukuran dan penilaian. Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau
keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya
ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru2
Belajar adalah proses perubahan prilaku berkat pengalaman dan
pelatihan. Artinya tujuan kegiatan belajar ialah perubahan tingkah laku,
baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap, bahkan
meliputi segenap aspek pribadi. Kegiatan belajar mengajar seperti
mengorganisasi pengalaman belajar, menilai proses dan hasil belajar,
termasuk dalam cakupan tanggung jawab guru.3
Menurut pendapat Surya yang dikutip oleh Tohirin, bahwa “belajar
ialah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
1 Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta:
Modern English Press, 2002), h. 1190. 2 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1998), h. 700. 3 Abu Ahmadi dan Joko Tri Presetya, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia,
1997), Cet. 1, h. 17-18.
8
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari
penglaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.4
Menurut pendapat Burton 1 yang dikutip Anisah Basleman dan
Syamsu Mappa, Learning is a change in the individual, due to
interaction of the individual and his environment, which fills a need
and makes him more capable of dealing adequately with his
environment, belajar adalah suatu perubahan dalam diri individu
sebagai hasil interaksinya dengan lingkungannya untuk memenuhi
kebutuhan dan menjadikannya lebih mampu melestarikan
lingkungannya secara memadai.5
Ringkasnya belajar adalah suatu kegiatan seseorang yang bisa
dilakukan secara sengaja atau secara acak. Belajar bisa melibatkan
pemerolehan informasi atau keterampilan, sikap baru, pengertian, atau
nilai. Belajar biasanya disertai perubahan tingkah laku dan berlangsung
sepanjang hayat.6
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
adalah hasil yang telah dicapai dari sesuatu yang telah dilakukan atau
dikerjakan oleh anak didik atau dapat digambarkan pada suatu tingkatan
keberhasilan yang dicapai oleh anak didik dalam pengauasaan ilmu
pengetahuan atau keterampilan yang dilandasi dengan perubahan
tingkah laku yang pada umumnya diketahui dari hasil belajar yaitu
raport.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat
dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
1) Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa
sendiri meliputi dua aspek, yakni: Pertama, aspek fisiologis (yang
bersifat jasmaniah), yaitu Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti
4 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005), h. 8.
5 Anisah Basleman dan Syamsu Mappa, Teori Belajar Orang Dewasa, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011), Cet. 1, h. 7. 6 Ibid., h. 15.
9
tingkat kesehatan indera pendengar dan indera penglihat, juga sangat
mempengaruhi kemempuan siswa dalam menyerap informasi dan
pengetahuan, khususnya yang disajikan di kelas. Kedua, aspek
psikologis (yang bersifat rohaniah), yaitu tingkat
kecerdasan/inteligensi siswa; sikap siswa; bakat siswa; minat siswa
dan motivasi siswa.7
2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yaitu kondisi lingkungan di
sekitar siswa. Faktor eksternal siswa juga terdiri atas dua macam,
yakni: faktor lingkungan sosial seperti para guru, para stap
administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi
semangat belajar seorang siswa. Selanjutnya, yang termasuk
lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga serta
teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa tersebut.
dan faktor lingkungan nonsosial seperti gedung sekolah dan
letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-
alat belajar keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa.
Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan
belajar siswa.
3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya
belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan
siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi
pelajaran. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah
oprasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan
masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu.8
Faktor-faktor di atas dalam banyak hal sering sekali berkaitan dan
mempengaruhi satu sama lain. Seorang siswa yang bersikap conserving
7 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), Cet. 2, h. 131-137.
8 Ibid., h. 138-140.
10
terhadap ilmu pengetahuan atau bermotif ekstrinsik (faktor eksternal)
umpamanya, biasanya cenderung mengambil pendekatan belajar yang
sederhana dan tidak mendalam. Sebaliknya, seorang siswa yang
berintelegensi tinggi (faktor internal) dan mendapat dorongan positif
dari orang tuanya (faktor eksternal), mungkin akan memilih pendekatan
belajar yang lebih mementingkan kualitas hasil pembelajaran. Jadi,
karena pengaruh faktor-faktor tersebut di ataslah, muncul siswa-siswi
yang high-achievers (berprestasi tinggi) dan under- achievers
(berprestasi rendah) atau gagal sama sekali.9
c. Indikator Prestasi Belajar
Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap
ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses
belajar siswa. Namun demikian, pengungkapan perubahan tingkah laku
seluruh ranah itu, khususnya ranah rasa murid, sangat sulit. Hal ini
disebabkan perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat intangible (tak
dapat diraba). Oleh karena itu, yang dapat dilakukan guru dalam hal ini
adalah hanya mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang
dianggap penting dan diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang
terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta dan rasa
maupun yang berdimensi karsa.
Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa
sebagaimana yang terurai di atas adalah mengetahui garis-garis besar
indikator (petunjuk adanya prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis
prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur.10
Indikator prestasi belajar ada tiga yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Jika dikaitkan dengan indikator prestasi belajar PAI
9 Ibid., h. 130.
10 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda karya, 1995), Cet. 2, h. 150.
11
maka: Pertama, ranah kognitif yaitu berkenaan dengan intelektual
(pengetahuan, pemahaman, ingatan, analisis, aplikasi sintesis dan
evaluasi) siswa terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam.
Kedua, ranah afektif yaitu berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima
aspek (penerimaan, jawaban, atau reaksi, penilaian, organisasi, dan
internalisasi) siswa terhadap pendidikan agama Islam. Ketiga, ranah
psikomororik, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak siswa terhadap pendidikan agama Islam.
2. Pendidikan Agama Islam di SMA
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam di SMA
Menurut pendapat Al-Ghazali yang dikutip oleh Abuddin Nata,
mengemukakan bahwa pendidikan Islam itu secara umum
mempunyai corak yang spesifik, yaitu adanya cap (stempel) agama
dan etika yang kelihatan nyata pada sasaran-sasaran dan sarananya,
dengan tidak mengabaikan masalah-masalah keduniaan.11
Di dalam kurikulum PAI di sekolah umum, dijelaskan bahwa
pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa
dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama
Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan dengan
memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam
hubungan kerukunan antarumat beragama dalam masyarakat untuk
mewujudkan persatuan nasional.12
Menurut pendapat Ahmad D. Marimba yang dikutip oleh Al-
Rasyidin dan Samsul Nizar, mengemukakan bahwa Pendidikan
Islam adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik
terhadap perkembangan jasmani peserta didik dan rohani peserta
11
Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Raja Gravindo
Persada, 2001), Cet. 1, h. 86. 12
Muhaimin, Pradigma Pendidikan Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. 3, h.
75.
12
didik menuju terbentuknya kepribadiannya yang utama (insan
kamil).13
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama
Islam adalah suatu sistem yang memungkinkan seseorang (peserta
didik) dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideologi Islam.14
b. Tugas dan Fungsi Pendidikan Agama Islam
Secara umum tugas pendidikan (agama) Islam adalah membimbing
dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dari
tahap ke tahap hidupnya sampai mencapai titik kemampuan optimal.
Sementara fungsinya adalah menyediakan fasilitas yang dapat
memungkinkan tugas pendidikan berjalan dengan lancar. Maka dapat
dipahami bahwa, tugas pendidikan (agama) Islam setidaknya dapat
dilihat dari tiga pendekatan. Ketiga pendekatan tersebut adalah;
pendidikan Islam sebagai pengembangan potensi, proses pewariasan
budaya, serta interaksi antara potensi dan budaya. Sebagai
pengembangan potensi, tugas pendidikan (agama) Islam adalah
menemukan dan mengembangkan kemampuan dasar yang dimiliki
peserta didik, sehingga dapat diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-
hari.
Sementara sebagai pewarisan budaya, tugas pendidikan (agama)
Islam adalah alat transmisi unsur-unsur pokok budaya dari satu generasi
ke generasi berikutnya, sehingga identitas umat tetap terpelihara dan
terjamin dalam tantangan zaman. Adapun sebagai interaksi antara
potensi dan budaya, tugas pendidikan (agama) Islam adalah sebagai
proses transaksi (memberi dan mengadopsi) antara manusia dan
lingkungannya.15
13
Al-Rasyidin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Ciputat Press, 2005),
Cet. 2, h. 32. 14
Ibid. 15
Muhaimin, op. cit., h. 78.
13
Pendidikan Agama Islam mempunyai fungsi sebagai media untuk
meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT, serta sebagai wahana
pengembangan sikap keagamaan dengan mengamalkan apa yang telah
didapat dari proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Zakiah Daradjat berpendapat dalam bukunya Metodik Khusus
Pengajaran Agama Islam bahwa : Sebagai sebuah bidang studi di
sekolah, pengajaran agama Islam mempunyai tiga fungsi, yaitu:
pertama, menumbuhkan rasa keimanan yang kuat, kedua,
mengembangkan kebiasaan (habit vorming) dalam melakukan amal
ibado0ah, amal saleh dan akhlak yang mulia, dan ketiga, menumbuh
kembangkan semangat untuk mengolah alam sekitar sebagai anugerah
Allah SWT kepada manusia.16
Dari pendapat diatas dapat diambil beberapa hal tentang tugas dan
fungsi dari Pendidikan Agama Islam yang dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1) Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
siswa kepada Allah SWT yang ditanamkan dalam lingkup
pendidikan keluarga.
2) Pengajaran, yaitu untuk menyampaikan pengetahuan
keagamaan yang fungsional.
3) Penyesuaian, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan,
baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat ber
sosialisasi dengan lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam.
4) Pembiasaan, yaitu melatih siswa untuk selalu mengamalkan
ajaran Islam, menjalankan ibadah dan berbuat baik.
16
http://mudztova.blogspot.com/2011/04/makalah-pengertian-dasar-fungsi-ruang.html
14
c. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Secara umum, pendidikan agama Islam bertujuan untuk
“meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan
peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim
yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt serta berakhlak mulia
dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara”.
Dari tujuan tersebut dapat ditarik beberapa dimensi yang hendak
ditingkatkan dan dituju oleh kegiatan pembelajaran pendidikan agama
Islam, yaitu: (1) dimensi keimanan peserta didik terhadap ajaran agama
Islam; (2) dimensi pemahaman atau penalaran (intelektual) serta
keilmuan peserta didik terhadap ajaran agama Islam; (3) dimensi
penghayatan atau pengalaman batin yang dirasakan peserta didik dalam
menjalankan ajaran Islam; dan (4) dimensi pengmalannya, dalam arti
bagaimana ajaran Islam yang telah diimani, dipahami dan dihayati atau
diinternalisasi oleh peserta didik itu mampu menumbuhkan motivasi
dalam dirinya untuk menggerakkan, mengamalkan, dan mentaati ajaran
agama dan nilai-nilainya dalam kehidupan pribadi, serta
mengaktualisasikan dan merealisasikannya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.17
Menurut pendapat Al-Qabisi yang dikutip oleh Abuddin Nata,
mengemukakan bahwa menghendaki agar pendidikan dan
pengajaran agama Islam dapat menumbuh-kembangkan pribadi
anak sesuai dengan nilai-nilai Islam yang benar.18
Tujuan pendidikan agama Islam di SMA adalah sebagai berikut:
1) Siswa diharapkan mampu membaca al-Qur‟an, menulis dan
memahami ayat al-Qur‟an serta mampu mengimplementasikannya
didalam kehidupan sehari-hari.
17
Ibid. 18
Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Raja Gravindo
Persada, 2001), Cet. 1, h. 27.
15
2) Beriman kepada Allah swt, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-
Nya, rasul-rasul-Nya, kepada hari kiamat dan qadha dan qadar-Nya.
Dengan mengetahui fungsi dan hikmahnya serta terefleksi dalam
sikap, prilaku dan akhlak peserta didik pada dimensi kehidupan
sehari-hari.
3) Siswa diharapkan terbiasa berperilaku dengan sifat terpuji dan
menghindari sifat-sifat tercela, dan bertata kerama dalam kehidupan
sehari-hari.
4) Siswa diharapkan mampu memahami sumber hukum dan ketentuan
hukum Islam tentang ibadah, muamalah, mawaris, munakahat,
jenazah dan mampu mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
5) Siswa diharapkan mampu memahami, mengambil manfaat dan
hikmah perkembangan Islam di Indonesia dan dunia serta mampu
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.19
Menurut pendapat Ibnu Sina yang dikutip oleh Abuddin Nata,
mengemukakan bahwa tujuan pendidikan Islam itu harus diarahkan
pada pengembangan seluruh potensi yang dimiliki seseorang ke
arah perkembangan yang sempurna, yaitu perkembangan, fisik,
intelektual, dan budi pekerti. Ibnu Sina juga ingin agar tujuan
pendidikan universal itu diarahkan kepada terbentuknya manusia
yang sempurna (insan kamil).
Di dalam Peraturan Menteri (PERMEN) Nomor 22 tahun 2006
tentang Standar Isi/Kompetensi Dasar di jelaskan bahwa Pendidikan
Agama Islam di SMA/MA bertujuan untuk: pertama,
menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan
pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan,
serta pengalaman peserta didik tentang Agama Islam sehingga menjadi
manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya
kepada Allah SWT; kedua, mewujudkan manuasia Indonesia yang taat
19 http://dumpuena.blogspot.com/2012/01/tujuan-pendidikan-agama-islam-di-sma.html
16
beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan,
rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin,
bertoleransi (tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal dan
sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah.20
Menurut pendapat Mohammad Athiyah al-Abrosyi yang dikutip
oleh Ahmad Syar‟i bahwa tujuan pendidikan Islam adalah:
membantu pembentukan akhlak yang mulia, mempersiapkan
kehidupan dunia dan akhirat, menumbuhkan ruh ilmiah (scientific
spirit) pada pelajaran dan memuaskan keinginan hati untuk
mengetahui (curiosity) dan memungkinkan ia mengkaji ilmu
sekadar sebagai ilmu, menyiapkan pelajaran agar dapat menguasai
profesi tertentu, teknis tertentu dan perusahaan tertentu agar dapat
mencari rezeki, hidup mulia dengan tetap memelihara kerohanian
dan keagamaan, serta mempersiapkan kemampuan mencari dan
mendayagunakan rezeki.21
Adapun tujuan pendidikan Islam yang sejalan dengan tujuan missi
Islam itu sendiri, yaitu mempertinggi nilai-nilai akhlak, hingga
mencapai akhlak al karimah. Dari tujuan tersebut sama dan sebangun
dengan target yang tergantung dalam tugas kenabian yang diemban oleh
Rasul Allah SAW. Yang terungkap dalam pernyataan beliau:
“Sesungguhnya aku diutus adalah untuk membimbing manusia
mencapai akhlak yang mulia”. Faktor kemuliaan akhlak dalam
pendidikan Islam dinilai sebagai faktor kunci dalam menentukan
keberhasilan pendidikan , yang menurut pandangan Islam berfungsi
menyiapkan manusia-manusia yang mampu menata kehidupan yang
sejahtera di dunia dan kehidupan akhirat.22
Firman Allah surat Al-
Baqarah ayat 247:
20
http://kuliahgratis.net/tujuan-pendidikan-agama-islam-pai/ 21
Ahmad Syar‟i, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2011), Cet. 2, h. 28. 22
Jalaluddin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
1996), Cet. 2, h. 38.
17
"Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya
ilmu yang Luas dan tubuh yang perkasa." Allah memberikan
pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah Maha
Luas pemberian-Nya lagi Maha mengetahui.”
Tujuan akhir pendidikan agama Islam itu dapat dipahami dalam
firman Allah swt Q.S Al-Imran ayat 102:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu
mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam.”
Mati dalam keadaan bersaerah diri kepada Allah sebagai muslim
yang merupakan ujung dari takwa sebagai akhir dari proses hidup jelas
berisikan kegiatan pendidikan.23
d. Ruang Lingkup PAI di SMA Kelas X Berdasarkan KI (Kompetensi
Inti) dan KD (Kompetensi Dasar)
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar
1. Menghayati dan
Mengamalkan ajaran
agama yang dianutnya
1.1 Menghayati nilai-nilai keimanan
kepada Malaikat-malaikat Allah
SWT
23
18
1.2 Berpegang teguh kepada Al-
Quran, Hadits dan Ijtihad sebagai
pedoman hidup
1.3 Meyakini kebenaran hukum Islam
1.4 Berpakaian sesuai dengan
ketentuan syariat Islam dalam
kehidupan sehari-hari
2. Menghayati dan
mengamalkan perilaku
jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli
(gotong royong,
kerjasama, toleran,
damai), santun,
responsifdan pro-aktif
dan menunjukkan sikap
sebagai bagian dari
solusi atas berbagai
permasalahan dalam
berinteraksi secara
efektif dengan
lingkungan sosial dan
alam serta dalam
menempatkan diri
sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia.
2.1 Menunjukkan perilaku jujur
dalam kehidupan sehari-hari
sebagai implementasi dari
pemahaman Q.S. Al-Maidah (5):
8, dan Q.S. At-Taubah (9): 119
dan hadits terkait
2.2 Menunjukkan perilaku hormat
dan patuh kepada orangtua dan
guru sebagai implementasi dari
pemahaman Q.S. Al-Isra (17): 23
dan hadits terkait
2.3 Menunjukkan perilaku kontrol
diri (mujahadah an-nafs),
prasangka baik (husnuzzhan), dan
persaudaraan (ukhuwah) sebagai
implementasi dari pemahaman
Q.S. Al-Anfal (8): 72; Q.S. Al-
Hujurat (49): 12 dan 10 serta
hadits yang terkait
2.4 Menunjukkan perilaku
menghindarkan diri dari
pergaulan bebas dan perbuatan
zina sebagai implementasi dari
pemahaman Q.S. Al-Isra‟ (17):
32, dan Q.S. An-Nur (24): 2, serta
hadits yang terkait
2.5 Menunjukkan sikap semangat
menuntut ilmu dan
menyampaikannya kepada
sesama sebagai implementasi dari
pemahaman Q.S. At-Taubah (9):
122 dan hadits terkait
2.6 Menunjukkan sikap keluhuran
budi, kokoh pendirian, pemberi
rasa aman, tawakkal dan perilaku
19
adil sebagai implementasi dari
pemahaman Asmaul Husna al-
Kariim, al-Mu‟min, al-Wakiil, al-
Matiin, al-Jaami‟, al-„Adl, dan al-
Akhiir
2.7 Menunjukkan sikap tangguh dan
semangat menegakkan kebenaran
sebagai implementasi dari
pemahaman strategi dakwah Nabi
di Mekah
2.8 Menunjukkan sikap semangat
ukhuwah sebagai implementasi
dari pemahaman strategi dakwah
Nabi di Madinah.
3. Memahami,menerapkan,
menganalisis
pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural
berdasarkan rasa
ingintahunya tentang
ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya,
dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan
kejadian, serta
menerapkan
pengetahuan prosedural
pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya
untuk memecahkan
masalah.
3.1 Menganalisis Q.S. Al-Anfal (8) :
72); Q.S. Al-Hujurat (49) : 12;
dan QS Al-Hujurat (49) : 10; serta
hadits tentang kontrol diri
(mujahadah an-nafs), prasangka
baik (husnuzzhan), dan
persaudaraan (ukhuwah)
3.2 Memahami manfaat dan hikmah
kontrol diri (mujahadah an-nafs),
prasangka baik (husnuzzhan) dan
persaudaraan (ukhuwah), dan
menerapkannya dalam kehidupan
3.3 Menganalisis Q.S. Al-Isra‟ (17) :
32, dan Q.S. An-Nur (24) : 2,
serta hadits tentang larangan
pergaulan bebas dan perbuatan
zina
3.4 Memahami manfaat dan hikmah
larangan pergaulan bebas dan
perbuatan zina.
3.5 Memahami makna Asmaul
Husna: al-Kariim, al-Mu‟min, al-
Wakiil, al-Matiin, al-Jaami‟, al-
„Adl, dan al-Akhiir;
3.6 Memahami makna beriman
kepada malaikat-malaikat Allah
SWT
3.7 Memahami Q.S. At-Taubah (9):
20
122 dan hadits terkait tentang
semangat menuntut ilmu,
menerapkan dan
menyampaikannya kepada
sesama;
3.8 Memahami kedudukan Alquran,
Hadits, dan Ijtihad sebagai
sumber hukum Islam
3.9 Memahami pengelolaan wakaf
3.10.1 Memahami substansi dan
strategi dakwah Rasullullah
saw. di Mekah
3.10.2 Memahami substansi dan
strategi dakwah Rasulullah
saw. di Madinah
4. Mengolah, menalar, dan
menyaji dalam ranah
konkret dan ranah
abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah
secara mandiri, dan
mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah
keilmuan.
4.1.1 Membaca Q.S. Al-Anfal (8):
72); Q.S. Al-Hujurat (49): 12;
dan Q.S. Al-Hujurat (49) : 10,
sesuai dengan kaidah tajwid
dan makhrajul huruf.
4.1.2 Mendemonstrasikan hafalan
Q.S. Al-Anfal (8) : 72); Q.S.
Al-Hujurat (49) : 12; QS Al-
Hujurat (49) : 10 dengan
lancar.
4.2.1 Membaca Q.S. Al-Isra‟ (17):
32, dan Q.S. An-Nur (24): 2
sesuai dengan kaidah tajwid
dan makhrajul huruf
4.2.2 Mendemonstrasikan hafalan
Q.S. Al-Isra‟ (17) : 32, dan
Q.S. An-Nur (24): 2 dengan
lancar.
4.3 Berperilaku yang
mencontohkan keluhuran budi,
kokoh pendirian, pemberi rasa
aman, tawakal dan perilaku
adil sebagai implementasi dari
pemahaman makna Asmaul
Husna al-Kariim, al-Mu‟min,
al-Wakiil, al-Matiin, al-
Jaami‟, al-„Adl, dan al-Akhiir
21
4.4 Berperilaku yang
mencerminkan kesadaran
beriman kepada malaikat-
malaikat Allah SWT
4.5 4.5 Menceritakan tokoh-tokoh
teladan dalam semangat
mencari ilmu
4.6 Menyajikan macam-macam
sumber hukum Islam
4.7.1 Menyajikan dalil tentang
ketentuan wakaf
4.7.2 Menyajikan pengelolaan wakaf
4.8.1 Mendeskripsikan substansi dan
strategi dakwah Rasullullah
SAW di Mekah
4.8.2 Mendeskripsikan substansi dan
strategi dakwah Rasulullah
SAW di Madinah
3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah proses belajar mengajar yang
melibatkan penggunaan kelompok-kelompok kecil yang memungkinkan
siswa untuk bekerja secara bersama-sama di dalamnya guna
memaksimalkan pembelajaran mereka sendiri dan pembelajaran satu
sama lain.24
Model pembelajaran cooperative learning merupakan salah satu
model pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual.25
pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai sistem kerja atau
belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini
adalah lima unsur pokok, yaitu saling ketergantungan positif, tanggung
jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses
24
David W. Johnson, dkk. Colaborative Learning, (Bandung: Nusamedia, 2010), Cet. 1, h. 4. 25
Sofan Amri dan Lif Khoiru Ahmadi, Kontruksi Pengembangan Pembelajaran, (Jakarta:
Prestasi Pustaka, 2010), Cet. 1, h. 90.
22
kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa diarahkan untuk bisa
juga bekerja, mengembangkan diri, dan bertanggung jawab secara
individu.
Strategi pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang
di dalamnya mengkondisikan para siswa untuk bekerja bersama-sama di
dalam kelompok-kelompok kecil untuk membantu satu sama lain dalam
belajar.26
Menurut pendapat Kagan yang dikutip oleh Masitoh dan Laksmi
Dewi mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai suatu strategi
intruksional yang melibatkan interaksi siswa secara kooperatif dalam
mempelajari suatu topik sebagai bagian integral dari proses
pembelajaran.27
Menurut pendapat Jacob yang dikutip oleh Masitoh dan Laksmi
Dewi menyatakan bahwa “Pembelajaran kooperatif adalah suatu metode
intruksional dimana siswa dalam kelompok kecil bekerja sama dan
saling membantu dalam menyelesaikan tugas akademik”.28
Menurut pendapat Artzt & Newman yang dikutip oleh Trianto
menyatakan bahwa dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama
sebagai suatu tim dalam menyelasaikan tugas-tugas kelompok untuk
mencapai tujuan bersama. Jadi setiap anggota kelompok memiliki
tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan kelompoknya.29
Pembelajaran kooperatif ini muncul dari konsep bahwa siswa akan
lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka
saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam
26
Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan
Islam Depag RI, 2009), Cet. 1, h. 232. 27
Ibid. 28
Ibid. 29
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Prenada Media Group,
2009), Cet. 1, h. 56.
23
kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang
kompleks. Jadi hakikat sosial dan pengguanaan kelompok sejawat
menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif.30
Slavin mengemukakan dua alasan, pertama, beberapa hasil
penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan
kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima
kekurangan diri dan orang lai, serta dapat meningkatkan harga diri.
Kedua, pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa
dalam belajar berfikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan
pengetahuan dan keterampilan.31
Slavin, Abrani, dan Chambers berpendapat bahwa belajar melalui
kooperatif dapat dijelaskan dari beberapa persepektif, yaitu persepektif
motivasi, persepektif sosial, persepektif perkembangan kognitif dan
persepektif elaborasi kognitif. Persepektif motivasi artinya bahwa
penghargaan yang diberikan kepada kelompok memungkinkan setiap
anggota kelompok akan saling membantu. Dengan demikian,
keberhasilan setiap individu pada dasarnya adalah keberhasilan
kelompok. Hal semacam ini akan mendorong setiap anggota kelompok
untuk memperjuangkan keberhasilan kelompoknya.
Persepektif sosial artinya bahwa melalui kooperatif setiap siswa
akan saling membantu dalan belajar karena mereka menginginkan
semua anggota kelompok memperoleh keberhasilan. Persepektif
perkembangan kognitif artinya bahwa dengan adanya interaksi antara
anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berfikir
mengolah berbagai informasi. Persepektif elaborasi kognitif artinya
30
Ibid. 31
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Prenada Media Group, 2006), Cet. 7, h. 242.
24
bahwa setiap siswa akan berusaha untuk memahami dan menimba
informasi untuk menambah pengetahuan kognitifnya.32
b. Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif
1) Student Teams Achievement Division (STAD)
Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu
tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan mengguanakan
kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-
5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian
tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis,
dan penghargaan kelompok.
Slavin menyatakan bahwa STAD siswa ditempatkan dalam tim
belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran
menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan
pelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam tim, mereka
memastikan bahwa seluruh anggota tim telah mengusai pelajaran
tersebut. Kemudian, seluruh siswa diberikan tes tentang materi
tersebut, pada saat tes ini mereka tidak diperbolehkan saling
membantu.33
2) Investigasi Kelompok (Group Investigation)
Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran
kooperatif yang paling kompleks dan paling sulit untuk diterapkan.
Model ini dikembangkan pertama kali oleh Thelan. Dalam
perkembangannya model ini diperluas dan dipertajam oleh Sharan
dari Universitas Tel Aviv. Berbeda dengan STAD dan Jigsaw,
siswa terlibat dalam perencanaan baik topik yang dipelajari dan
bagaimana jalannya penyelidikan mereka. Pendekatan ini
memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit daripada
32
Ibid., h. 244. 33
Trianto, op. cit., h. 69.
25
pendekatan yang lebih berpusat pada guru. Pendekatan ini juga
memerlukan mengajar siswa keterampilan komunikasi dan proses
kelompok yang baik.
Dalam implementasi tipe investigasi kelompok, guru membagi
kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5-6 siswa yang
heterogen. Kelompok di sini dapat dibentuk dengan
mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama
dalam topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk
diselidiki, dan melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik
yang dipilih. Selanjutnya ia menyiapkan dan mempresentasikan
laporannya kepada seluruh kelas.34
3) Think Pair Share (TPS)
Strategi Think Pair Share (TPS) atau berfikir berpasangan
berbagi adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang
dirancang untuk memengaruhi pola interaksi pola. Strategi Think
Pair Share (TPS) ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif
dan waktu tunggu. Pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman
dan koleganya di Universitas Maryland.
Menurut Arends yang dikutip oleh Trianto, menyatakan bahwa
Think Pair Share merupakan suatu cara yang efektif untuk
membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi
bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan
untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur
yang digunakan dalam Think Pair Share dapat memberi siswa
lebih banyak waktu berfikir, untuk merespons dan saling
membantu. Guru memperkirakan hanya melengkapi penyajian
singkat atau siswa membaca tugas, atau situasi yang menjadi
tanda Tanya. Sekarang guru menginginkan siswa
mempertimbangkan lebih banyak apa yang telah dijelaskan dan
dialami. Guru lebih memilih menggunakan Think Pair Share
untuk membandingkan Tanya jawab kelompok keseluruhan.35
34
Ibid., h. 78. 35
Ibid., h. 81.
26
4) Numbered Head Together (NHT)
Numbered Head Together (NHT) atau penomoran berfikir
bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang
dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai
alternative terhadap struktur kelas tradisional. Numbered Head
Together (NHT) pertama kali dikembangkan oleh Spenser Kagen
untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang
tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka
terhadap isi pelajaran tersebut.
5) Teams Games Tournament (TGT)
Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament
(TGT), atau pertandingan permainan tim dikembangkan secara asli
oleh David De Vries dan Keath Edward (1995). Pada model ini
siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain
untuk memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka.
TGT dapat digunakan dalam berbagai macam pelajaran, dari
ilmu-ilmu eksak, ilmu-ilmu sosial maupun bahasa dari jenjang
pendidika dasar (SD, SMP) hingga perguruan tinggi. TGT sangat
cocok untuk mengajar tujuan pembelajaran yang dirumuskan
dengan tujuan satu jawaban benar. Meski demikian, TGT juga dapat
diadaptasi untuk digunakan dengan tujuan yang dirumuskan dengan
kurang tajam dengan menggunakan penilaian yang bersifat terbuka,
misalnya esai atau kinerja.36
c. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
1) Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Model pembelajaran cooperative learning teknik jigsaw ini
pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson
36
Ibid., h. 83.
27
dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi
oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins. Teknik
ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis,
mendengarkan ataupun berbicara.
Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar
belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan
skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain
itu, siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana gotong
royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah
informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.37
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab
siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran
orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan,
tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi
tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian,
siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja
sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan.
Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang
sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama
lain tentang topik pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka.
Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim/ kelompok asal untuk
menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang
telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat
kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok
induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal,
dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal
37
Sofan Amri dan Lif Khoiru Ahmadi, op. cit., h. 94.
28
merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu
kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang
berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik
tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan
topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok
asal.38
2) Kelebihan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
a) Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah
ada kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada
rekan-rekanya.
b) Siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi
dapat menambah kepercayaan kemampauan berfikir sendiri,
menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari
siswa yang lain
c) Dapat membantu anak untuk respek kepada orang lain dan
menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala
perbedaan.
d) Dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih
bertanggung jawab dalam belajar.
e) Merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk
meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial,
termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan
interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan
keterampilan me-manage waktu, dan sikap positif terhadap
sekolah.
38
Ibid. h. 95.
29
f) Interaksi selama pembelajaran berlangsung dapat
meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk
berfikir.39
3) Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
a) Untuk siswa yang dianggap memiliki kelebihan, mereka akan
merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki
kemampuan. Akibatnya, keadaan semacam ini dapat
mengganggu iklim kerja sama dalam kelompok.
b) Siswa yang memiliki kemampuan mebaca dan berfikir rendah
akan mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila
ditunjuk sebagai tenaga ahli.
c) Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk
mengikuti proses pembelajaran.
d) Keberhasilan dalam upaya mengembangkan kesadaran
berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup
panjang, dan hal ini tidak mungkin tercapai hanya dengan satu
kali atau sekali-sekali penerapan strategi ini.40
4) Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
a) Pilihlah materi belajar yang bisa dipecah menjadi beberapa
bagian. Sebuah bagian bisa sependek kalimat atau sepanjang
beberapa paragraf. (jika materinya panjang, perintahkan siswa
untuk membaca tugas mereka sebelum pelajaran).
b) Hitunglah jumlah bagian yang hendak dipelajari dan jumlah
siswa. Bagikan secara adil berbagai tugas kepada berbagai
kelompok siswa. Sebagai contoh, bayangkan sebuah kelas
yang terdiri dari 12 siswa. Dimisalkan bahwa anda bisa
membagi materi pelajaran menjadi tiga segmen atau bagian.
39
Sanjaya, op. cit., h. 250. 40
Ibid., h. 251.
30
Anda mungkin selanjutnya dapat membentuk kuartet
(kelompok empat anggota), dengan memberikan segmen 1, 2,
atau 3 kepada tiga kelompok. Kemudian, perintahkan tiap
kuartet atau “kelompok belajar” untuk membaca,
mendiskusikan, dan mempelajari materi yang mereka terima.
(jika anda menghendaki, anda dapat membentuk dua pasang
“rekan belajar” terlebih dahulu kemudian menggabungkan
pasangan-pasangan itu menjadi kuartet untuk berkonsultasi
dan saling berbagi pendapat).
c) Setelah waktu belajar selesai, bentuklah kelompok-kelompok
“belajar ala jigsaw,” kelompok tersebut terdiri dari perwakilan
tiap “kelompok belajar” di kelas. Dalam contoh yang baru
saja diberikan, anggota dari tiap kuartet dapat berhitung mulai
dari 1, 2, 3, dan 4. Kemudian bentuklah kelompok belajar
jigsaw dengan jumlah yang sama. Hasilnya adalah empat
kelompok trio. Dalam masing-masing trio akan ada satu siswa
yang telah mempelajari segmen 1, segmen 2, dan segmen 3.
d) Perhatikan anggota kelompok “jigsaw” untuk mengajarkan
satu sama lain apa yang telah mereka pelajari.
e) Perintahkan siswa untuk kembali ke posisi semula dalam
rangka membahas pertanyaan yang masih tersisa guna
memastiakan pemahaman yang akurat.41
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian penerapan metode
pembelajaran aktif (active learning) tipe jigsaw.
41
Melvin L. Silberman, Active Learning, (Jakarta: Nuansa, 2012), Cet. 7, h. 180-182.
31
1. Penelitian yang dilakukan oleh Jamaluddin (2013) dengan menerapkan
metode pembelajaran kooperatif learning tipe jigsaw di MI Negri 1
Kamal Jakarta Barat pada pembelajaran PKN pada materi
“Pemerintahan Tingkat Pusat” mengalami peningkatan.
2. Penelitian yang dilakukan Yana Herdiana (2009) dengan menerapkan
menerapkan metode pembelajaran aktif tipe jigsaw dalam mata
pelajaran matematika mendapatkan nilai rata-rata kelas pada siklus I
baru mencapai 5, 80 (di bawah KKM), pada siklus II meningkat menjadi
7.08 atau meningkat sebesar 1,6, dan pada siklus III meningkat menjadi
7,83 atau naik sebesar 0,75 dari siklus II. Maka dapat dikatakan
pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran aktif tipe
jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Persamaan dari penelitian pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini adalah:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Jamaluddin (2013), Yana Herdiana
(2009), penelitian yang dilakukan Penulis (2014) sama-sama
menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
2. Hasil penelitian menggunakan penghitngan siklus II dikurangi siklus
II, dengan menggunakan metode penelitian tidankan kelas,
Perbedaan dari penelitian pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini adalah:
1. Penelitian pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang dilakukan oleh
Jamaluddin (2013) dilakukan di kelas IV MI Negeri 1 Kamal Jakarta
Barat. penelitian yang dilakukan Yana Herdiana (2009) dilakukan di
kelas VII MTs. Al-Fajar Jakarta Selatan. Sedangkan penelitian yang
dilakukan Penulis dilakukan di kelas X SMAN 90 Jakarta, Jakarta
selatan.
2. Penelitian pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang dilakukan oleh
Jamaluddin (2013) diterapkan pada mata pelajaran PKN, penelitian
yang dilakukan Yana Herdiana (2009) diterapkan pada mata
32
pelajaran Matematika. Sedangkan penelitian yang dilakukan Penulis
diterapkan pada mata pelajaran PAI.
3. Penelitian pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang dilakukan oleh
Jamaluddin (2013) subyeknya berjumlah 35 orang siswa, penelitian
yang dilakukan Yana Herdiana (2009) subyeknya berjumlah 30 orang
siswa. Sedangkan penelitian yang dilakukan Penulis subyeknya
berjumlah 33 orang siswa.
4. Penelitian yang dilakukan Jamaluddin (2013) pada proses
pembelajaran diadakan pretest terlebih dahulu, penelitian yang
diadakan Yana Herdiana (2009) tidak dilakukan pretest terlebih
dahulu. Penelitian yang dilakukan Penulis diadakan pretest terlebih
dahulu.
5. Penelitian Jamaluddin dilakukan dalam 2 siklus (dari siklus I- siklus
II meningkat sebesar 64,8%), Penelitian Yana Herdiana dilakukan
dalam 3 siklus (dari siklus I- siklus II meningkat sebesar 1,6% dan
meningkat 0,75 ke siklus III). Penulis melakukan penelitian dalam 2
siklus (dari siklus I- siklus II meningkat sebesar 24,24%)
C. Kerangka Berfikir
Proses belajar mengajar merupakan sebuah proses interaksi yang
menghimpun sejumlah nilai yang merupakan substansi sebagai medium antara
guru dan siswa dalam rangka mencapai tujuan. Dalam proses edukatif guru harus
harus berusaha agar siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran.
Betapa pentingnya mengetahui prestasi belajar peserta didik, baik secara
perorangan maupun secara kelompok. Sebab prestasi belajar tidak hanya sebagai
indikator keberhasilan dalam bidang studi tertentu, tetapi juga sebagai indikator
kualitas institusi penididikan. Disamping itu, prestasi belajar juga bermanfaat
sebagai umpan balik bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran,
33
sehingga dapat menentukan apakah perlu melakukan diagnosis penempatan atau
bimbingan terhadap peserta didik.
Keaktifan siswa di kelas merupakan salah satu tujuan yang diharapkan oleh
guru kepada siswanya. Aktifnya siswa ketika proses belajar mengajar
membuktikan bahwa mereka memahami materi yang dipelajari. Dalam hal ini,
guru berusaha semaksimal mungkin untuk mengemas materi sedemikian rupa
sehingga siswanya dapat memahami materi yang akan disampaikan secara
mendalam.
Di kelas, kebanyakan guru dalam mengajar pelajaran pendidikan agama
Islam (PAI) tidak memperhatikan kemampuan berfikir siswa, metode yang
digunakan kurang bervariasi, dan akibatnya prestasi belajar siswa menjadi
rendah. Karena itu untuk meningkatkan prestasi belajar siswa di kelas itu,
dibutuhkan metode belajar yang aktif, kreatif, dan inovatif. Salah satu metode
yang akan digunakan penulis adalah metode jigsaw. Dengan metode jigsaw
semua siswa diperankan sebagai orang ahli dalam membahas materi pelajara.
Dengan metode ini, siswa dapat mengkomunikasikan kesulitan diantara mereka,
menemukan solusi bersama, meningkatkan semangat belajar, dan menjalin
persaingan yang sehat diantara mereka. Dengan diterapkan pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw ini diharapakan prestasi belajar PAI siswa kelas X SMAN
90 Jakarta akan meningkat.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan penejelasan-penejelasan di atas maka dapat ditarik hipotesis
tindakan bahwa dengan diterapkannya metode pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar PAI Siswa kelas X SMAN 90
Jakarta.
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas X SMAN 90 Jakarta yang terletak di Jl.
Sabar Petukangan Selatan Pasanggrahan Jakarta Selatan. Waktu penelitian di
laksanakan pada bulan November-Desember 2014.
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) disebut dengan classroom action research. Penelitian
tindakan kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya
sendiri dengan cara (1) merencanakan, (2) melaksanakan, dan (3)
merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan
memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat
meningkat.1
Dari namanya sudah menunjukkan isi yang terkandung di dalamnya,
yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas. Dikarenakan ada
tiga kata yang membentuk pengertian tersebut, maka ada tiga pengertian
yang dapat diterangkan.
a) Penelitian: menunjukkan pada suatu kegiatan mencermati suatu
objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu
untuk memperoleh data dan informasi yang bermanfaat dalam
meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi
peneliti.
1 Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT
Indeks, 2012), Cet. 5, h. 9.
35
b) Tindakan: menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja
dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk
rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.
c) Kelas: dalam hal ini tidak terkait pada pengertian ruang kelas, tetapi
dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama
dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud
dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu
yang sama, menerima pelajaran yang sana dari guru yang sama
pula.2
2. Rancangan Siklus Penelitian
Empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus, yaitu (a)
perencanaan, (b) tindakan, (c) pengamatan, dan (d) refleksi.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Perencanaan (Planning)
Tahapan perencanaan merupakan tahapan awal yang berupa
kegiatan untuk menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan
oleh peneliti untuk memecahkan masalah yang akan dihadapi.
Dalam penelitian ini yang dikategorikan sebagai tahapan
perencanaan sebagai berikut:
a) Menelaah materi pembelajaran dan menelaah indikator bersama
tim kolaborator (guru kelas).
b) Menyusun RPP sesuai indikator dengan menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
c) Menyiapkan sumber dan media yang dibutuhkan dalam
pembelajaran.
d) Menyiapkan instrumen, tes soal akhir siklus.
2 Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), Cet. 9, h.
2-3.
36
e) Menyiapkan lembar observasi untuk kinerja guru dan aktivitas
siswa dalam pembelajaran.
2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Tahapan pelaksanaan ini adalah pelaksanaan yang merupakan
implementasi atau penerapan isi rancangan yang di buat, yaitu
melaksanakan tindakan kelas. Peneliti berlaku sebagai pelaku
tindakan sedangkan guru sebagai pengamat (observer).
3. Pengamatan (Observing)
Dalam tahapan ini peneliti melakukan pengamatan bersamaan
dengan pelaksanaan tindakan untuk memperoleh data yang akurat
untuk perbaikan pada siklus berikutnya. Observasi dimaksud
sebagai kegiatan mengamati, menggali, dan mendokumentasi
semua gejala indikator yang terjadi selama proses penelitian.
Peneliti melakukan pengamatan dengan dibantu oleh guru kelas
yang bertugas sebagai observer dan kolaborator.
4. Refleksi (Reflecting)
Tahap ini merupakan kegiatan mengemukakan kembali apa
yang sudah dilakukan. Hasil yang diperoleh dari pengamatan
dikumpulkan dan dianalisis peneliti dan observer, sehingga dapat
diketahui apakah kegiatan yang telah dilaksanakan mencapai tujuan
yang diharapkan atau masih perlu ada perbaikan. Tahapan ini
dilaksanakan dengan maksud perbaikan kegiatan sebelumnya yang
akan diterapkan pada penelitian berikutnya.3
Adapun siklusnya dapat digambarkan dengan gambar sebagai berikut:
3 Ibid., h. 19.
37
Siklus I
Siklus II
Gambar 6.5 Contoh PTK dengan dua siklus4
4 Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, op. cit., h. 44.
Perencanaan
(Planning)
Tindakan
(Acting)
Pengamatan
(Observing)
Refleksi
(Reflecting)
Perencanaan
(Planning)
Tindakan
(Acting)
Pengamatan
(Observing)
Refleksi
(Reflecting)
PERUBAHAN
38
C. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas X
MIA-3 SMAN 90 Jakarta dengan jumlah siswa 33 orang, terdiri dari 13 orang
siswa laki-laki dan 20 orang siswa perempuan pada tahun pelajaran 2014/1015.
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian
Peran dan posisi peneliti dalam penelitian ini adalah bertindak sebagai
pelaku penelitian. Peneliti bekerjasama dengan guru agama Islam kelas X
sebagai kolaborator dan observer. Sebagai kolaborator yaitu bekerjasama dengan
peneliti dalam hal membuat rancangan pembelajaran, melakukan refleksi dan
menentukan tindakan-tindakan pada siklus selanjutnya. Sebagai observer
berperan mengamati proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru tentang
materi memahami kedudukan Al-Qur’an, Hadis, dan Ijtihad sebagai sumber
hukum Islam.
E. Tahapan Intervensi Tindakan
Perencanaan tindakan ini diawali dengan identifikasi persoalan di kelas dan
direncanakan alternatif penyelesaiannya. Alternatif penyelesaian dilaksanakan
dalam siklus penelitian yang terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan
tindakan, pengamatan/observasi, evaluasi serta analisis dan refleksi. Setelah
dilakukan evaluasi dan refleksi pada siklus I maka peneliti akan melanjutkan
pada perencanaan dan tindakan siklus II jika data yang diperoleh pada siklus I
memerlukan penyempurnaan dan begitu selanjutnya, sampai hasil analisis diakhir
tindakan menunjukkan bahwa kriteria target atau tujuan penelitian yang telah
ditetapkan tercapai. Pada setiap siklus dilakukan beberapa tindakan, yang
digambarkan sebagai berikut:
1. Pra tindakan
39
Peneliti melakukan pengamatan kegiatan belajar mengajar terlebiih
dahulu terhadap kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
kelas X MIA-3 SMAN 90 Jakarta.
2. Tindakan rill di Kelas
a) Tahap perencanaan
Peneliti membuat acuan program pembelajaran berupa Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menerapkan pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw, membuat instrumen berupa test, pembagian
kelompok, menyiapkan sumber belajar, menyiapkan alat peraga.
b) Tahap pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan dalam penelitian ini yaitu menerapkan
tindakan yang mengacu pada skenario pembelajaran atau
pelaksanaan pembelajaran. Tindakan pertama yaitu pembukaan yang
dilanjutkan dengan kegiatan inti yaitu pembagian kelompok,
membagikan materi atau tugas, membentuk kelompok ahli,
mendiskusikan materi/tugas pada kelompok ahli, menjelaskan
materi/tugas pada kelompok asal, mempersentasikan hasil kelompok,
memberikan pertanyaan atau tanggapan dan evaluasi lalu dikegiatan
penutup menyimpulkan pelajaran dan diakhir siklus diadakan berupa
posttest dan refleksi. Pada saat bersamaan kegiatan ini juga disertai
dengan kegiatan observasi.
c) Tahap Pengamatan
Pada tahap ini melakukan pengamatan terhadap pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw. Pengamatan menggunakan wawancara,
lembar observasi siswa, lembar observasi guru, untuk mengamati
tindakan selama proses belajar mengajar dengan pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw. Lembar observasi digunakan untuk
mengamati semua yang terjadi ketika pembelajaran berlangsung.
Pengamatan dapat dilakukan foto sebagai bukti otentik.
40
d) Tahap Refleksi
Refleksi pada proses pembelajaran dilakukan apabila hasil yang
didapat kurang maksimal. Tahap refleksi pada penelitian ini meliputi:
1) Melakukan analisis data mengenai proses, masalah dan
hambatan yang terjadi ketika pembelajaran berlangsung.
2) Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil analisis atau
evaluasi untuk diguanakan pada siklus berikutnya.
F. Hasil Intervensi Tindakan yang diharapkan
Hasil penelitian yang diharapkan dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu
dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw diharapkan
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam siswa kelas X SMAN 90 Jakarta mencapai nilai diatas KKM 70
sebanyak 85% siswa.
G. Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu: data kualitatif dan data
kuantitatif.
1. Data kualitatif
Data kualitatif adalah data yang berupa kalimat atau pernyataan atau
bukan berupa angka. Dalam penelitian ini data kulaitatif yang digunakan
berupa hasil observasi guru dam aktivitas belajar PAI melalui
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, hasil wawancara dengan guru dan
siswa, dan hasil dokumentasi selama proses pembelajaran.
2. Data kuantitatif
Data kuantitaif adalah data yang berupa angka-angka. Dalam
penelitian ini data kuantitatif berupa hasil belajar siswa dalam
pembelajaran PAI dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw.
41
Sumber data: sumber data dalam penelitian ini adalah siswa dan guru
sebagai kolaborator.
H. Instrumen Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa instrumen
antara lain:
1. Instrumen Test
Tes adalah cara yang dapat dipergunakan atau prosedur yang perlu
ditempuh dalam rangka pengukuran dan penilaian dibidang pendidikan,
untuk mengukur kemampuan kognitif siswa. Jenis tes yang digunakan
dalam penelitian ini yang berbentuk tes objektif bentuk pilihan ganda
(Multiple-Choice), dengan kisi-kisi sebagai berikut:
KISI-KISI SOAL Pilihan Ganda (PG)
Nama Sekolah : SMAN 90 Jakarta
Mata Pelajaran : PAI (Pendidikan Agama Islam)
Kelas : X (Sepuluh)
Tahun Ajaran : 2014/2015
Kurikulum Acuan : Kurikulum 2013
Alokasi Waktu : 30 menit
Jumlah Soal : 30 butir
Kompetensi Inti : KI-3 Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual,
konseptual,prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan
42
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya
untuk memecahkan masalah.
Kompetensi Dasar : KD-3.8 Memahami kedudukan Alquran, Hadits, dan Ijtihad
sebagai sumber hukum Islam.
No. Kompetensi Dasar Materi Indikator Bentuk
Soal
No.
Soal
1. 3.8 Memahami
Kedudukan Alquran,
Hadits, dan Ijtihad
sebagai sumber
hukum Islam
Sumber
Hukum
Islam: Al-
Qur’an,
Hadis dan
Ijtihad
1. Menyebutkan
pengertian
Al-Qur’an,
hadis dan
ijtihad
PG 1, 2,
3, 4,
5, 6,
7, 8,
9, 10
2. Menjelaskan
fungsi Al-
Qur’an,
Hadis dan
Ijtihad
sebagai
sumber
hukum Islam
PG 11,
12,
13,
14,
15,
16,
17,
18,
19, 20
43
3. Menjelaskan
kedudukan
Al-Qur’an,
HAdis dan
Ijtihad
sebagai
sumber
hukum Islam
PG 21,
22,
23,
24,
25,
26,
27,
28,
29, 30
2. Instrumen non Tes
Dalam instrumen non tes yang digunakan adalah sebagai berikut:
a) Lembar Observasi
Lembar observasi ini terdiri dari dua yaitu lembar observasi
guru dalam belajar mengajar dan lembar observasi aktivitas siswa
dalam pembelajaran. Lembar observasi guru dalam belajar
mengajar digunakan untuk mengetahui proses pembelajaran PAI
dengan menggunakan pembelajaran koopertaif tipe jigsaw, apakah
terlaksana dengan baik atau tidak. Lembar observasi aktifitas siswa
dalam kegiatan pembelajaran digunakan untuk mengatasi
pembelajaran di kelas. (Terlampir)
b) Pedoman Wawancara
Peneliti mewawancarai guru dan siswa. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui secara langsung kondisi siswa serta untuk mengetahui
gambaran umum mengenai pelaksanaan pembelajaran dan masalah-
masalah yang dihadapi di kelas. (Terlampir)
44
I. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi guru dan aktivitas siswa terhadap mata pelajaran PAI dengan
mengguanakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw data diperoleh dari
lembar observasi yang diisi oleh observer dalam setiap pertemuan.
2. Tes: tes hasil belajar siswa dalam pembelajaran PAI data yang diperoleh dari
tes pada mata pelajaran PAI yang dilakukan pada setiap akhir siklus.
3. Wawancara: peneliti melakukan wawancara terhadap guru kelas dan siswa
pada pada tahap akhir siklus.
4. Dokumentasi: dokumentasi yang dimaksud adalah berupa foto-foto yang
diambil pada saat proses pembelajaran berlangsung yang diperoleh dari
setiap siklus.
Setelah data terkumpul, peneliti bekerja sama dengan guru kelas melakukan
analisis dan evaluasi data untuk mengambil suatu kesimpulan tentang
pemahaman pembelajaran tentang kekurangan dan kelebihan penelitian
tindakan kelas yang telah dilaksanakan.
J. Teknik Pemeriksaan Keterpecayaan
Sebelum instrumen-instrumen tersebut digunakan untuk mengumpulkan
data, instrumen atau alat untuk mengevaluasi harus valid agar hasil yang
diperoleh dari kegiatan evaluasi valid. Instrumen berupa pedoman observasi,
lembar observasi guru dan siswa, hasil wawancara, dan lembar catatan
langsung. Untuk memperoleh data yang objektif, sahih dan handal dalam
penelitian ini digunakan teknik triangulasi.
1. Menggali data dari sumber yang sama dengan menggunakan cara yang
berbeda. Dalam penelitian ini, untuk memperoleh informasi tentang
aktifitas siswa dilakukan dengan mengobservasi siswa, dan memeriksa
catatan siswa, wawancara serta memeriksa hasil kerja siswa dalam
mengerjakan soal.
45
2. Menggali data dan sumber data yang berbeda untuk memperoleh
informasi tentang hal yang sama. Untuk memperoleh informasi
tentang pemahaman siswa dilakukan dengan memeriksa hasil tes siswa
dan mengadakan wawancara dengan guru.
3. Menganalisis kembali data-data yang telah terkumpul, baik tentang
kejanggalan-kejanggalan, keaslian maupun kelengkapannya.
4. Mengulang pengolahan dan analisis data yang terkumpul.
K. Analisis Data dan Interpretasi Data
Setelah data terkumpul maka dilakukan teknik analisis data, yaitu memberi
uraian mengenai hasil penelitian, menganalisis data merupakan suatu cara yang
digunakan peneliti untuk menguraikan data yang diperoleh agar dapat dipahami
bukan hanya oleh peneliti tapi juga orang lain yang ingin mengetahui hasil
penelitian. Data yang didapat berupa prestasi belajar siswa pada ranah kognitif,
lembar observasi kegiatan siswa pada proses pembelajaran, dan lembar
wawancara.
Dalam menganalisis data hasil belajar pada aspek kognitif atau penguasaan
konsep menggunakan analisis deskriptif dari setiap siklus dengan menggunakan
nilai posttest dibandingkan dengan nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) dan
selisih nilai pertemuan pertama dan pertemuan kedua untuk melihat peningkatan
prestasi belajar yang memperhitungkan ketuntasan.
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan
Setelah penelitian ini berakhir peneliti menyadari bahwa penelitian ini telah
berhasil menguji adanya peningkatan prestasi belajar siswa tentang materi
pembelajaran Pendidkan Agama Islam yaitu memahami kedudukan Al-Qur’an,
Hadits, dan Ijtihad sebagai sumber hukum Islam yang diajarkan oleh guru.
Banyak faktor lain yang ikut mempengaruhi prestasi belajar siswa serta faktor
lain yang belum diketahui. Untuk itu perlu diadakan penelitian lebih lanjut.
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Profil dan Sejarah Singkat SMAN 90 Jakarta
SMAN Jakarta terletak di Jl. Sabar Petukangan Selatan Pesanggrahan
Jakarta Selatan 12270, Telp. (021) 7341866 Fax. (021) 7341889, Website :
http://www.sman90-jkt.sch.id, Email : [email protected]
SMAN 90 Jakarta berdiri sejak tahun 1986, pada tahun 2002 menjadi
SMA PLUS PENDAMPING KODYA, selanjutnya pada tahun 2004
berdasarkan Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi
Prop DKI Jakarta no: 206a/2004 SMA N 90 Jakarta ditetapkan sebagai SMA
PLUS Tingkat PROVINSI. Pada tahun 2006 berdasarkan Keputusan Kepala
Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi Prop DKI Jakarta Nomor :
460/2006 SMAN 90 Jakarta ditetapkan sebagai SMA PLUS Standar
Nasional dan tahun 2009 mendapat nilai akreditasi A.
2. Visi, Misi dan Tujuan
a. Visi
Terciptanya Peserta Didik SMAN 90 Jakarta yang berakhlaq mulia,
peduli terhadap lingkungan dan mampu berkompetisi dalam perubahan
global.
b. Misi
Adapun misi dari SMAN 90 Jakarta adalah:
1) Meningkatkan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual
2) Menyelenggarakan program studi dan kegiatan yang menunjang
pengembangan dan penerapan iptek yang berahlak mulia.
3) Menyediakan sarana dan menciptakan lingkungan belajar yang
bersih, rapi, sehat, sehat dan indah serta kondusif.
47
4) Melakukan kerja sama dengan berbagai pihak, baik tingkat nasional
maupun internasional yang menjunjung tinggi nilai-nilai, budaya,
dan etos kerja
c. Tujuan
1) Menciptakan lembaga pendidikan yang unggul dalam prestasi dan
berbasis akhlaq mulia.
2) Meningkatkan kecerdasan peserta didik melalui kualitas
pendidikan, pembelajaran dan studi banding
3) Memberikan pelayanan prima kepada stakeholder.
4) Meningkatkan keprofesionalan guru dan karyawan
3. Guru dan Tenaga Kependidikan
Jumlah Guru : 67 orang. Dengan rincian sbb :
a. PNS : 56 orang
b. Honorer : 11 orang
Tingkat Pendidikan Guru/pengajar, sbb :
a. S-1 : 45 orang
b. S-2 : 20 orang
c. dalam masa pendidikan pasca-sarjana sebanyak : 2 orang
Jumlah Karyawan Tata Usaha : 26 orang. Dengan rincian , sbb :
a. PNS : 11 orang
b. Honorer : 15 orang
4. Keadaan Siswa
Jumlah Peserta Didik, sampai dengan september 2014, sbb :
a. Kls X : 323 Orang (tersebar dalam 9 ruang/kelas)
b. Kls XI : 322 Orang (tersebar dalam 9 ruang/kelas)
c. Kls XII : 360Orang (tersebar dalam 9 ruang/kelas)
Jumlah Total : 1005 Orang
48
5. Struktur Organisasi SMAN 90 Jakarta
Tabel 4.1
Data Struktur Organisasi SMAN 90 Jakarta
No. Nama Jabatan
1. H Ahmad Safari, S.Pd., M.si Kepala Sekolah
2. Bittatar Rajagukguk,S.Sos Kepala Tata Usaha
3. Dra Hj Nur Ismi Ketua Komite
4. Drs H Iwan Supriyadi Ketua Tim Pengembang
5. Drs H.Marjuki Miad, MPd. Anggota Tim Pengembang
6. Drs Taufik Anggota Tim Pengembang
7. Endang Rudiana, SPd Wakil Kurikulum
8. Hj Maria Ulfah, S.Pd., MM. Wakil Kesiswaan
9. Siti Mardiyah, S.Pd.Fis Wakil Sarana Prasarana
10. Drs. Sasmitho Wakil Humas
11. Dra. Hj. Nunung Nuryanah Staf Wakil Kurikulum
12. Mawardi Asmarajani, S.Pd Staf Wakil Kurikulum
13. Suprapto, S.S Staf Wakil Kurikulum
14. Iwan Purwana, S.Pd Staf Wakil Kurikulum
15 Dra. Suminten Staf Wakil Kurikulum
16. Suryono, S Kom Staf Wakil Kurikulum
17. Sarino, S.Kom Staf Wakil Sarana Prasarana
18. Drs. Robert Lumban Gaol, Msi Staf Wakil Humas
6. Sarana dan Prasarana
a. Terdiri dari 27 Ruang/kelas yang dilengkapi LCD.
49
b. 3 laboratorium IPA (fisika, biologi dan kimia, ), 1 laboratorium Bahasa,
2 laboratorium Komputer, 1 laboratorium IPS dan 1 laboratorium
Agama
c. 1 perpustakaan dilengkapi AC dan Komputer, mesjid (Kerohanian
Islam) yang dapat menampung + 600 orang.
d. Ruang kerohanian Kristen dan Katholik.
e. 1 ruang UKS
f. Kantin Sekolah, 1 koperasi
g. Ruang Studio Musik
h. 1 Mobil Sekolah
i. 1 Ruang OSIS
j. Ruang Bimbingan Konseling
k. Ruang Rapat
l. 8 Toilet Putra 8 Toilet Putri
m. 1 ruang Tata Usaha dilengkapi Pendingin udara (AC)
n. lapangan olah raga (futsal, basket, volley ball) dan area parkir.
o. Guru pengajar dilengkapi lap top dalam melakukan PBM (proses
Belajar Mengajar).
B. Hasil Penelitian
1. Pra Siklus
Peneliti melakukan pengamatan kegiatan pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di kelas X MIA-3 SMAN 90 Jakarta. Pengamatan
dilaksanakan pada hari senin dan selasa, tanggal 3 dan 4 November 2014
pukul 06.45 s/d 09.45. hasil pengamatan tersebut dapat dideskripsikan
sebagai berikut:
a. Guru berada di kelas ketika semua siswa sudah berada di kelas. Pada
saat pelajaran dimulai masih banyak siswa yang belum siap untuk
belajar, masih banyak siswa yang mengobrol dan belum siap
50
mendengarkan guru, tetapi ada juga sebagian siswa yang sudah siap
belajar.
b. Metode pembelajaran yang digunakan guru adalah ceramah. Guru
menjelaskan materi pelajaran dan siswa mendengarkan.
c. Waktu pembelajaran lebih banyak dipergunakan untuk mengerjakan
soal-soal latihan di LKS. Siswa diminta mengerjakan soal di LKS
sementara guru hanya duduk santai atau keluar meninggalkan kelas.
d. Masih banyak siswa yang belum mengerti tentang materi tersebut
karena siswa malu dan tidak percaya diri yang mengakibatkan siswa
tidak semangat untuk belajar.
e. Prestasi belajar yang masih rendah. Hal ini terlihat dari nilai ulangan
siswa yang belum mencapai KKM 70 kurang dari 85% dari seluruh
siswa.
Tabel 4.2
Nilai Ulangan Harian Siswa kelas X MIA-3
No. Nama Siswa Nilai
Ulangan
Harian
1. Adindya Giovanni Firdhausya 70
2. Aenaya Delavera 60
3. Almadiva Raissa Putri Permana 70
4. Anggita Pinkan Anjani 80
5. Anissa Wahyu Syafitrie 80
6. Ariq Rifqi Zaini 60
7. Audree Amalia Lestari 60
8. Aura Karenina Zamri 60
9. Calista Nabila Putri Wibowo 80
51
10. Chariunisabillah 80
11. Devi Aliefiyardi Aulia Widowati 80
12. Dian Maharani Putri 90
13. El Awwalun Nisa 60
14. Fani Putri Oktavia 40
15. Frandame Yudistira Arifin 60
16. Haydee Layle Safira 60
17. Ilham Ghazali Munandar 80
18. Kevin Luvian Herdianto 80
19. Kinanthi Andini 90
20. Muhammad Afif Bima Satria 80
21. Muhammad Bergy 70
22. Muhammad Diaz Aushil Prasetya 60
23. Muhammad Rayhan Adyatma 80
24. Nadhifa Ayunda 60
25. Nadhira Salsabila 40
26. Nava Revi Permana 80
27. Nur Aini 60
28. Prayoga Dwi Saputro 60
29. Sabda Yulisio Pratama 70
30. Sthevani Dhita Sudrazat 70
31. Thomas Adi Saputra 60
32. Tanisya Nabila Muthiarifa 80
33. Yunar Amanullah Fahlurrahman 60
Nilai rata-rata 2270 : 33 =
68, 79
% Pencapaian KKM 18 : 33 x 100
= 54, 55%
52
Dari hasil pengamatan diatas, didapat bahwa prestasi belajar PAI siswa
masih rendah dengan rata-rata nilai 68,79 (54, 55% dari seluruh siswa)
belum mencapai KKM sekolah. Rendahnya prestasi belajar siswa ini
disebabkan karena malu bertanya, kurangnya metode mengajar yang
digunakan guru dalam pembelajaran PAI.
2. Hasil Penelitian Siklus I
a. Perencanaan (Planning)
Tahap perencanaan pada siklus ini dimulai dengan menelaah materi
pembelajaran dan menelaah indikator bersama tim kolaborator (guru
kelas). Kemudian menyusun RPP sesuai indikator dengan menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, sedangkan KD yang diajarkan pada
siklus ini adalah KD 3.8 memahami kedudukan Alquran, Hadits, dan
Ijtihad sebagai sumber hukum Islam. Selanjutnya RPP yang yang telah
dibuat didiskusikan dengan guru kolaborator serta sehubungan dengan
pembelajaran yang akan dilaksanakan. Kegiatan selanjutnya adalah
menyiapkan sumber dan media yang dibutuhkan dalam pembelajaran,
menyiapkan instrumen, tes soal akhir siklus, dan menyiapkan lembar
observasi untuk kinerja guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran.
Pada tahap ini, peneliti ingin mengetahui peningkatan prestasi
belajar melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw siswa kelas X
SMAN 90 Jakarta.
b. Pelaksanaan (Acting)
Siklus pertama ini dilaksanakan sesuai dengan rencana, yaitu dua
kali pertemuan. Pertemuan pertama sesuai dengan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran diikuti dengan 33 orang siswa.
1) Pertemuan pertama (Selasa, 11 November 2014)
Pertemuan pertama belrlangsung selama 3x45 menit (3 jam
pelajaran), sesuai sesuai pada KD 3.8 materi yang dibahas adalah
memahami kedudukan Alquran, Hadits, dan Ijtihad sebagai sumber
53
hukum Islam. Peneliti bertindak sebagai guru sedangkan wali kelas
bertindak sebagai kolaborator yang mengamati aktivitas siswa dan
kegiatan guru selama proses pembelajaran berlangsung.
Kegiatan selanjutnya yaitu melaksanakan skenario
pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw sesuai RPP.
Guru membagi siswa menjadi 3 kelompok besar yang setiap
kelompok terdiri dari 11 orang. Setiap kelompok membahas satu
sub materi, yaitu:
Kelompok 1: tentang Al-Qur,an
Kelompok 2: tentang Hadis
Kelompok 3: tentang Ijtihad
Setelah guru membagi kelompok dan membagi materi kepada
setiap kelompok, maka guru menginstruksikan kepada setiap
kelompok untuk membaca sub materi tersebut yang terdapat dalam
buku paket dan LKS. Setelah semuanya siswa membaca sub materi
sesuai kelompoknya maka guru menginstruksikan siswa untuk
mendiskusikan poin-poin penting yang terdapat dari sub materi
berdasarkan kelompoknya masing-masing. Setelah mendapatkan
poin-poin penting dari sub materi yang mereka yang telah mereka
diskusikan maka mereka mencoba untuk memahami poin-poin
tersebut sesuai dengan pemahaman individu. Setelah ke tiga
kelompok mengerti dengan sub materi berdasarkan kelompoknya
masing-masing maka guru membagi 3 kelompok besar tersebut
menjadi kelompok baru dengan berhitung 1, 2, dan 3 sehingga nanti
akan terbentuk 11 kelompok yang beranggotakan tiga orang. Setiap
anggota kelompok trio mengajarkan satu sama lain tentang apa
yang mereka telah pelajari di kelompok asal.
54
Guru menginstruksikan kepada seluruh kelompok trio untuk
kembali ke kelompok asal. Kemudian setiap kelompok
menyelaraskan pemahaman mereka yang di hasilkan dari kelompok
trio tadi, dan menayakan apabila ada materi yang belum dipahami
baik kepada guru atau teman kelompoknya.
Guru memberikan penjelasan dan kesimpulan berupa umpan
balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.
Pada pertemuan pertama ini masih banyak siswa yang belum
mengerti alur kegiatan pembelajaran dengan mengguanakan
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, dan masih banyak siswa yang
mengobrol di kelas.
2) Pertemuan kedua (Selasa, 18 November)
Pertemuan ini sama dengan pertemuan sebelumnya, yaitu
melaksanakan pembelajaran dengan metode jigsaw. Pada
pertemuan ke dua ini, siswa terlihat bersemangat dalam mengikuti
pembelajaran. Siswa sudah sedikit memahami dengan alur kegiatan
pembelajaran.
Di akhir pertemuan peneliti memberikan soal latihan siklus
pertama kepada seluruh siswa dalam bentuk pilihan ganda sebanyak
5 (lima) soal. Test ini dikerjakan secara individu tidak ada yang
mencontek. Guru bertugas untuk berkeliling mengawasi murid. Test
ini dimaksudkan untuk mengetahui prestasi belajar siswa setelah
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Berdasarkan analisis terhadap hasil pekerjaan siswa (hasil test
akhir siklus I), ditemukan rendahnya kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal. Rendahnya kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya:
55
1. Siswa masih belum mengerti dengan alur pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw.
2. Waktu yang mengerjakan soal terlalu sedikit.
3. Masih ada beberapa siswa yang mengobrol ketika
pembelajaran berlangsung, sehingga mengganggu siswa
yang lain.
c. Pengamatan (Observing)
Pada tahap ini dilakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan
dengan menggunakan lembar observasi. Observasi yang dilakukan
peneliti pada siklus ini berupa hasil kegiatan yang telah dilakukan.
Adapun data yang diperoleh adalah sebagai berikut:
1) Lembar Observasi Guru
Dari hasil skor pada lembar observasi guru menunjukkan
bahwa jumlah rata-rata kegiatan guru pada siklus I berada pada
kategori baik dengan nilai rata-rata 71%. (terlampir)
2) Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Dari hasil skor pada lembar observasi siswa menunjukkan
bahwa jumlah rata-rata aktivitas siswa pada siklus I berada pada
kategori cukup baik dengan nilai rata-rata 67,60%.
3) Test siklus I
Tabel 4.3
Nilai Postest Siklus I
No. Nama Siswa Nilai Postest
Siklus I
1. Adindya Giovanni Firdhausya 80
2. Aenaya Delavera 80
3. Almadiva Raissa Putri Permana 80
4. Anggita Pinkan Anjani 60
56
5. Anissa Wahyu Syafitrie 100
6. Ariq Rifqi Zaini 60
7. Audree Amalia Lestari 60
8. Aura Karenina Zamri 60
9. Calista Nabila Putri Wibowo 80
10. Chariunisabillah 80
11. Devi Aliefiyardi Aulia Widowati 80
12. Dian Maharani Putri 100
13. El Awwalun Nisa 100
14. Fani Putri Oktavia 40
15. Frandame Yudistira Arifin 60
16. Haydee Layle Safira 60
17. Ilham Ghazali Munandar 80
18. Kevin Luvian Herdianto 80
19. Kinanthi Andini 100
20. Muhammad Afif Bima Satria 100
21. Muhammad Bergy 100
22. Muhammad Diaz Aushil Prasetya 80
23. Muhammad Rayhan Adyatma 80
24. Nadhifa Ayunda 60
25. Nadhira Salsabila 40
26. Nava Revi Permana 80
27. Nur Aini 100
28. Prayoga Dwi Saputro 100
29. Sabda Yulisio Pratama 100
30. Sthevani Dhita Sudrazat 80
31. Thomas Adi Saputra 60
57
32. Tanisya Nabila Muthiarifa 80
33. Yunar Amanullah Fahlurrahman 60
Nilai rata-rata 2560 : 33 =
77,58
% Pencapaian KKM 22 : 33 x 100
= 66,67%
4) Wawancara Guru
Hasil wawancara guru pada siklus I, guru setuju dengan
diterapkan metode kooperatif tipe jigsaw. karena dapat
menumbuhkan kerjasama antar siswa dan lebih cepat dalam
memahami materi pelajaran. (terlampir)
5) Wawancara Siswa
Hasil wawancara pada siklus I, kebanyakan siswa merasa
senang dengan diterapkan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
karena sebelumnya keseringan siswa belajar dengan metode
ceramah. Namun, pada siklus I ini sebagian siswa belum begitu
mengerti dengan langkah-langkah metode jigsaw, sehingga
berdampak pada pemahaman mereka terhadap materi pelajaran.
(terlampir)
d. Refleksi (Reflecting)
Pada pelaksanaan siklus I pembelajaran PAI pada materi
memahami kedudukan Alquran, Hadits, dan Ijtihad sebagai sumber
hukum Islam dengan menggunakan pembelajaran koopertatif tipe jigsaw
diperoleh prestasi belajar siswa yang masih kurang. Masih ada beberapa
siswa yang belum mencapai nilai KKM, dengan nilai KKM yang
ditetapkan di sekolah, yaitu 70. Hal ini menunjukkan belum tercapainya
ketuntasan belajar sebesar 85%. Oleh karena itu, hasil belajar harus
58
ditingkatkan lagi melalui perbaikan tindakan yang telah dilaksanakan
untuk diterapkan pada siklus II.
2. Hasil Penelitian Siklus II
Pada siklus I masih banyak terdapat kekurangan, maka untuk
memperbaikinya maka dilaksanakan penelitian ke siklus II. Siklus
dilaksanakan sama seperti siklus I yaitu dua kali pertemuan dan dihadiri 33
orang siswa kelas X MIA-3, penelitian pada siklus ini tetap menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Adapun langkah-langkah yang
dilaksanakan adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan (Planning)
Tahap perencanaan pada siklus II ini dimulai dengan menelaah
materi pembelajaran dan menelaah indikator bersama tim kolaborator
(guru kelas). Kemudian menyusun RPP sesuai indikator dengan
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, sedangkan KD yang
diajarkan pada siklus ini adalah KD 3.8 memahami kedudukan Alquran,
Hadits, dan Ijtihad sebagai sumber hukum Islam. Selanjutnya RPP yang
yang telah dibuat didiskusikan dengan guru kolaborator serta
sehubungan dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Kegiatan
selanjutnya adalah menyiapkan sumber dan media yang dibutuhkan
dalam pembelajaran, menyiapkan instrumen, tes soal akhir siklus, dan
menyiapkan lembar observasi untuk kinerja guru dan aktivitas siswa
dalam pembelajaran.
b. Pelaksanaan (Acting)
Siklus II dilaksanakan sesuai dengan rencana yaitu dua kali
pertemuan. Tindakan yang dilakukan pada siklus kedua ini ditetapkan
berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama, menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan tetap dilaksanakan dengan
fokus siswa yang belum mencapai KKM.
1) Pertemuan pertama (Selasa, 2 Desember 2014)
59
Pertemuan pertama berlangsung selama 3x45 menit (3 jam
pelajaran), sesuai sesuai pada KD 3.8 materi yang dibahas adalah
memahami kedudukan Alquran, Hadits, dan Ijtihad sebagai sumber
hukum Islam. Peneliti bertindak sebagai guru sedangkan wali kelas
bertindak sebagai kolaborator yang mengamati aktivitas siswa dan
kegiatan guru selama proses pembelajaran berlangsung.
Kegiatan selanjutnya yaitu melaksanakan skenario
pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw sesuai dengan RPP.
Guru membagi siswa menjadi 3 kelompok besar yang setiap
kelompok terdiri dari 11 orang. Setiap kelompok membahas satu
sub materi, yaitu:
Kelompok 1: tentang Al-Qur,an
Kelompok 2: tentang Hadis
Kelompok 3: tentang Ijtihad
Setelah guru membagi kelompok dan membagi materi kepada
setiap kelompok, maka guru menginstruksikan kepada setiap
kelompok untuk membaca sub materi tersebut yang terdapat dalam
buku paket dan LKS. Setelah semuanya siswa membaca sub materi
sesuai kelompoknya maka guru menginstruksikan siswa untuk
mendiskusikan poin-poin penting yang terdapat dari sub materi
berdasarkan kelompoknya masing-masing. Setelah mendapatkan
poin-poin penting dari sub materi yang mereka yang telah mereka
diskusikan maka mereka mencoba untuk memahami poin-poin
tersebut sesuai dengan pemahaman individu. Dan diujicobakan di
kelompok masing-masing. Setelah ke tiga kelompok mengerti
dengan sub materi berdasarkan kelompoknya masing-masing maka
guru membagi 3 kelompok besar tersebut menjadi kelompok baru
dengan berhitung 1, 2, dan 3 sehingga nanti akan terbentuk 11
60
kelompok yang beranggotakan tiga orang. Setiap anggota kelompok
trio mengajarkan satu sama lain tentang apa yang mereka telah
pelajari di kelompok asal.
Guru menginstruksikan kepada seluruh kelompok trio untuk
kembali ke kelompok asal. Kemudian setiap kelompok
menyelaraskan pemahaman mereka yang di hasilkan dari kelompok
trio tadi, dan menayakan apabila ada materi yang belum dipahami
baik kepada guru atau teman kelompoknya. Kemudian guru
memberikan penjelasan dan umpan balik terhadap proses
pembelajaran,
2) Pertemuan kedua (Selasa, 9 Desember 2014)
Pertemuan ini sama dengan pertemuan sebelumnya. Pada situsi
ini siswa sudah cukup rapih dan terlihat antusias dalam mengikuti
pembelajaran. Karena seluruh siswa sudah terlatih dengan
pembelajaran pada pertemuan sebelumnya, mereka terlihat begitu
memahamai dengan materi yang diajarkan yaitu memahami
kedudukan Alquran, Hadits, dan Ijtihad sebagai sumber hukum
Islam. Seperti biasa pada akhir siklus guru memberikan tes soal
latihan berupa pilihan ganda sebanyak 10 soal yang dikerjakan oleh
setiap siswa.
c. Pengamatan (Observing)
Pada tahap ini dilakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan
dengan menggunakan lembar observasi. Observasi yang dilakukan
peneliti pada siklus ini berupa hasil kegiatan yang telah dilakukan.
Adapun data yang diperoleh adalah sebagai berikut:
1) Lembar Observasi Guru
Dari hasil skor pada lembar observasi guru menunjukkan
bahwa jumlah rata-rata aktivitas guru pada siklus II berada pada
kategori sangat baik dengan nilai rata-rata 87,20%. (terlampir)
61
2) Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Dari hasil skor pada lembar observasi siswa menunjukkan
bahwa jumlah rata-rata aktivitas siswa pada siklus II berada pada
kategori sangat baik dengan nilai rata-rata 82,60%. (terlampir)
3) Test siklus II
Tabel 4.4
Nilai Posttest Siklus II
No. Nama Siswa Nilai Postest
Siklus I
1. Adindya Giovanni Firdhausya 100
2. Aenaya Delavera 100
3. Almadiva Raissa Putri Permana 70
4. Anggita Pinkan Anjani 80
5. Anissa Wahyu Syafitrie 70
6. Ariq Rifqi Zaini 80
7. Audree Amalia Lestari 80
8. Aura Karenina Zamri 90
9. Calista Nabila Putri Wibowo 90
10. Chariunisabillah 100
11. Devi Aliefiyardi Aulia Widowati 80
12. Dian Maharani Putri 100
13. El Awwalun Nisa 90
14. Fani Putri Oktavia 60
15. Frandame Yudistira Arifin 80
16. Haydee Layle Safira 80
17. Ilham Ghazali Munandar 70
18. Kevin Luvian Herdianto 90
19. Kinanthi Andini 80
62
20. Muhammad Afif Bima Satria 80
21. Muhammad Bergy 90
22. Muhammad Diaz Aushil Prasetya 100
23. Muhammad Rayhan Adyatma 70
24. Nadhifa Ayunda 70
25. Nadhira Salsabila 80
26. Nava Revi Permana 80
27. Nur Aini 60
28. Prayoga Dwi Saputro 60
29. Sabda Yulisio Pratama 90
30. Sthevani Dhita Sudrazat 100
31. Thomas Adi Saputra 80
32. Tanisya Nabila Muthiarifa 80
33. Yunar Amanullah Fahlurrahman 80
Nilai rata-rata 2700 : 33 =
81, 82
% Pencapaian KKM 30 : 33 x 100
= 90, 91%
4) Wawancara Guru
Hasil wawancara guru pada siklus II sama seperti siklus I,
bahwa metode jigsaw cocok diterapkan dalam palajaran PAI.
(terlampir)
5) Wawancara Siswa
Hasil wawancara siswa pada siklus II mengenai penerapan
metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw mendapatkan respon
yang sangat baik. Selain siswa senang dengan metodenya, siswa
juga memahami materi pelajaran yang mereka pelajari karena
63
siswa sudah memahami langkah-langkah dari metode
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
d. Refleksi (Reflecting)
Data di atas menunjukkan bahwa tingkat prestasi belajar siswa
dalam proses pembelajaran siklus I dengan nilai postest kurang
memenuhi KKM yaitu 66,67% dan pada siklus II ini secara keseluruhan
mangalami peningkatan prestasi belajar hingga 90,91%.
Berdasarkan hasil refleksi dari kegiatan siklus II ini, prestasi yang
dicapai sudah baik yang ditandai dengan adanya peningkatan pada nilai
postest siswa yang melebihi KKM yang sudah ditetapkan oleh sekolah
70 dengan ketuntasan nilai rata-rata 90,91%. Oleh karena itu, penelitian,
dianggap cukup sampai siklus II.
C. Analisi Data
Data penelitian sebagaimana telah diuraikan di atas merupakan hasil dari
analisis data yang telah dilakukan, diantaranya sebagai berikut:
1. Lembar Observasi
a. Lembar Observasi Guru
64
Gambar 4.1 Diagram Perbandingan nilai hasil Observasi Guru
siklus I dan siklus II
Berdasarkan hasil skor pada lembar observasi guru yang
terlihat pada diagram 4.1 menunjukkan bahwa jumlah rata-rata aktivitas
siswa pada siklus I berada pada kategori baik dengan nilai rata-rata 71%
dengan kategori baik, sedangkan hasil presentase kegiatan guru yang
diperoleh pada siklus II sebesar 87,2% dengan kategori sangat baik. Hal
ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan kegiatan guru pada siklus I
dan siklus II, setelah diterapkan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
b. Lembar Observasi Siswa
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
siklus I siklus II
87,2%
presentase
65
Gambar 4.2 Diagram Perbandingan nilai rata-rata hasil Observasi
aktivitas Siswa siklus I dan siklus II
Berdasarkan hasil skor pada lembar observasi siswa yang terlihat
pada diagram 4.2 menunjukkan bahwa jumlah rata-rata aktivitas siswa
pada siklus I berada pada kategori cukup baik dengan nilai rata-rata
67,60%. Dari hasil observasi tersebut aktivitas siswa terlihat belum
terbiasa dengan pembelajaran menggunakan metode jigsaw, mereka
harus masih menyesuaikan dengan keadaan dan kondisi kelas yang yang
telah di berikan guru. Dan pada aktivitas siklus II, siswa terlihat
semakin meningkat menjadi 82,60% dengan kategori sangat baik. Hal
ini disebabkan karena siswa telah terbiasa dengan penggunaan
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan mereka semakin antusias dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran PAI. Hal ini membuktikan bahwa
pembelajaran menggunakan metode jigsaw dapat diterima di kelas oleh
siswa.
c. Hasil Tes Siswa
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
Siklus I Siklus II
82,60%
Presentase
66
Gambar 4.3 Diagram perbandingan Presentase Prestasi Belajar Siswa
pada Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan diagram 4.3 memperlihatkan bahwa prestasi belajar
pada siklus I jumlah yang mendapatkan nilai posttest yaitu 66,67%.
Masih belum mencapai intervensi tindakan yang diharapkan. Namun
setelah dilakukan siklus II jumlah yang mendapatkan nilai posttest
dengan KKM meningkat sebanyak 90,91%. Hal ini menunjukkan bahwa
intervensi tindakan yang diharapkan telah tercapai.
d. Wawancara guru
Dari hasil wawancara guru baik siklus I maupun siklus II terlihat
bahwa pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sangat cocok diterapkan
dalam mata pelajaran PAI, karena belajar dengan metode jigsaw siswa
menjadi ikut terlibat dalam pembelajaran bahkan menjadi pusatnya atau
student centred. Sehingga siswa akan lebih memahami materi pelajaran
yang mereka pelajari, yang akhirnya akan berdampak baik pada prestasi
belajar siswa .
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Siklus I Siklus II
Pre
sen
tase
%
66,67%
67
e. Wawancara siswa
Wawancara siswa dilakukan pada setiap siklus yaitu siklus I dan
siklus II. Pada siklus I, siswa merasa senang dengan diterapkan
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw karena sebelumnya keseringan
siswa belajar dengan metode ceramah. Namun, pada siklus I ini
sebagian siswa belum begitu mengerti dengan langkah-langkah metode
jigsaw, sehingga berdampak pada pemahaman mereka terhadap materi
pelajaran. Selanjutnya, pada siklus II respon siswa sangat baik terhadap
penerapan metode jigsaw. Menurut hasil wawancara, siswa senang
dengan pembelajaran menggunakan metode jigsaw, selain senang siswa
juga memahami dengan materi pelajaran yang mereka pelajari yaitu
tentang sumber-sumber hukum Islam Al-Qur’an, Hadis, dan Ijtihad.
D. Pembahasan
Pada pelaksanaannya penelitian ini dilakukan dalam dua siklus mulai dari
Selasa, 11 November - Selasa, 9 Desember 2014. Dari kedua siklus yang telah
dilaksanakan terlihat adanya peningkatan prestasi belajar siswa dengan
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, hal tersebut diperkuat
dengan peningkatan aktivitas siswa dari seklus ke siklus. Tes diberikan kepada
siswa sebanyak dua kali yaitu postest pada siklus pertama dan postest pada
siklus kedua, test terdiri dari 10 soal pada siklus I dan 5 soal pada siklus II
dalam bentuk pilihan ganda yang masing-masing diberikan pada masing-
masing siswa setiap akhir siklus.
Pada awal siklus I belum ada peningkatan prestasi belajar karena beberapa
faktor. Diantaranya adalah siswa belum terbiasa dengan mengguanakan
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, suasana masih belum begitu bisa tekendali
di saat siswa akan memulai pembelajaran dengan metode jigsaw. Siswa belum
begitu mengerti dengan alur pembelajaran dengan menggunakan metode
jigsaw.
68
Dengan adanya evaluasi pada siklus I kemudian diperbaiki pada siklus II
ternyata ada peningkatan prestasi belajar siswa yang nilai rata-ratanya
meningkat yaitu dari 66,67% menjadi 90,91% ini berarti kebanyakan siswa
telah mencapai hasil intervensi tindakan yang diharapkan, maka penelitian
dianggap berhasil.
Hasil penelitian penulis sejalan dengan hasil penelitian yang sudah
dikemukakan oleh beberapa peneliti yang memiliki keterkaiatan dengan
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Serta menunjukkan bahwa pembelajaran
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X SMAN 90 Jakarta.
Hasil Intervensi Tindakan yang diharapkan adalah apabila prestasi belajar
siswa mencapai 70 Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebanyak 85% siswa.
Pada penelitian ini prestasi belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw, baik pada siklus I maupun siklus II mengalami
peningkatan. Namun pada siklus I KKM belum mencapai 85% dari seluruh
siswa. Pada siklus I nilai rata-rata postest yaitu 77,58 (66,67% dari jumlah
seluruh siswa), sedangkan pada siklus II meningkat dengan nilai rata-rata 81,82
(90,91% dari jumlah seluruh siswa).
Meningkatnya prestasi belajar siswa tersebut tidak terlepas dari
keterampilan guru dalam menerapkan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Hal
ini terlihat dari hasil observasi guru pada siklus I dan II. Pada siklus I dengan
nilai rata-rata 71% sedangkan pada siklus II 87, 20%.
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran berdampak pada peningkatan
mutu, proses dan prestasi belajar siswa. Tingkat keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran pada siklus I dengan nilai rata-rata 67,60% dengan kategori
cukup baik. Sedangkan tingkat keaktifan siswa pada siklus II dengan rata-rata
nilai 82,60% dengan kategori sangat baik.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang dilakukan, maka
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
69
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada pembelajaran PAI
secara berkelanjutan yang dilaksanakan dalam dua siklus terbukti dapat
meningkatkan prestasi belajar PAI siswa. Hal ini terbukti dari rata-rata
pencapaian prestasi belajar PAI siswa pada materi sumber-sumber hukum Islam:
Al-Qur’an, Hadis dan Ijtihad. Pada siklus I pencapaian nilai rata-rata prestasi
belajar siswa yaitu 77,58 dan siklus II meningkat menjadi 81,82 dengan
persentase nilai KKM pada siklus I yaitu 66,67% dan pada siklus II meningkat
menjadi 90,91%. Peningkatan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran PAI
dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah sebesar
24,24%. Jadi, pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan prestasi
belajar PAI siswa kelas X SMAN 90 Jakarta.
B. Saran
Setelah melakukan penelitian ini, peneliti dapat memberikan saran sebagai
berikut:
1. Bagi Guru
Bagi para guru bidang studi PAI khusunya, dan guru-guru bidang
studi lain pada umumnya dapat menjadi bahan acuan di dalam proses
pembelajaran serta dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa
melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
2. Bagi Sekolah
70
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
masukan dalam upaya pembinaan dan pengembangan guru secara
efektif, sehingga mendukung pencapaian tujuan program pendidikan.
3. Bagi siswa
Dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, siswa
diharapkan dapat lebih termotivasi dalam memahami materi pelajaran.
4. Bagi peneliti
Jika banyak kesalahan dalam penelitian ini, bagi peneliti
selanjutnya yang ingin mengembangkan lebih lanjut strategi
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw agar bisa lebih memperbaikinya dari
penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi dan Joko Tri Presetya, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka
Setia, 1997.
Ahmad Syar’i, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2011.
Al-Rasyidin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Ciputat Press,
2005.
Anisah Basleman dan Syamsu Mappa, Teori Belajar Orang Dewasa, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2011.
Dadang Sukirman dan Mamad Kasmad, Pembelajaran Mikro, Bandung: UPI PRESS,
2006.
David W. Johnson, dkk. Colaborative Learning, Bandung: Nusamedia, 2010.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka, 1998.
http://dumpuena.blogspot.com/2012/01/tujuan-pendidikan-agama-islam-di-sma.html
http://kuliahgratis.net/tujuan-pendidikan-agama-islam-pai/
http://mudztova.blogspot.com/2011/04/makalah-pengertian-dasar-fungsi-ruang.html
Jalaluddin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 1996.
Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, Jakarta: Direktorat Jendral
Pendidikan Islam Depag RI, 2009.
Melvin L. Silberman, Active Learning, Jakarta: Nuansa, 2012.
Muhaimin, Pradigma Pendidikan Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004.
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosda karya, 1995.
Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta:
Modern English Press, 2002.
Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2011.
Sofan Amri dan Lif Khoiru Ahmadi, Kontruksi Pengembangan Pembelajaran,
Jakarta: Prestasi Pustaka, 2010.
Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009.
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005.
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatife-Progresif, Jakarta: Prenada Media
Group, 2013.
Trianto dan Titik Triwulan Tutik, Tinjauan Yuridis Hak serta Kewajiban Pendidik
Menurut UU Guru dan Dosen, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2006.
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta: Prenada Media
Group, 2009.
Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas,
Jakarta: PT Indeks, 2012.
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, Jakarta: Prenada Media Group, 2006.
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama Sekolah : SMAN 90 Jakarta
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Kelas/Semester : X MIA/1
A. Materi Pokok
Sumber Hukum Islam: Al-Qur’an, Hadis, dan Ijtihad
B. Alokasi Waktu
6x45 Menit (2x pertemuan)
C. Tujuan Pembelajaran
Melalui metode jigsaw diharapkan siswa mampu:
1. Menjelaskan pengertian Al-Qur’an, Hadis, dan Ijtihad.
2. Menjelaskan kedudukan Al-Qur’an, Hadis, dan Ijtihad sebagai sumber
hukum Islam.
3. Menjelaskan fungsi Al-Qur’an, Hadis, dan Ijtihad sebagai sumber hukum
Islam.
D. Kompetensi Inti
KI-3 : Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual,prosedural
dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
E. Kompetensi Dasar
3.8 Memahami kedudukan Alquran, Hadits, dan Ijtihad sebagai sumber hukum
Islam.
F. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Menyebutkan pengertian Al-Qur’an, Hadis, dan Ijtihad.
2. Menjelaskan fungsi Al-Qur’an, Hadis, dan Ijtihad.
3. Menjelaskan kedudukan Al-Qur’an, Hadis, dan Ijtihad sebagai sumber
hukum Islam.
G. Materi Pembelajaran
Terlampir
H. Metode Pembelajaran
Jigsaw
I. Media Pembelajaran
Alat tulis, Buku Paket dan LKS
J. Sumber Belajar
Buku paket dan LKS (Lembar Kerja Siawa) siswa kelas X SMA/MA
K. Langkah-langkah Pembelajaran
No. Kegiatan Waktu
1. Pendahuluan
a. Guru mengucapkan salam kepada siswa kemudian siswa
menjawab salam tersebut.
b. Guru memimpin do’a sebelum belajar.
c. Guru memeriksa kehadiran, kerapian berpakaian, dan
posisi tempat duduk.
d. Guru membangkitkan semangat siswa untuk belajar
dengan memberikan cerita motivasi atau dengan
memberikan ice breaking.
e. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, cakupan
materi dan uraian kegiatan yang akan dilakukan.
2x20
menit
2. Kegiatan Inti
a. Mengamati
Guru membagi siswa menjadi 3 kelompok besar yang
setiap kelompok terdiri dari 11 orang. Setiap kelompok
2x95
menit
No. Kegiatan Waktu
membahas satu sub materi, yaitu:
Kelompok 1: tentang Al-Qur,an
Kelompok 2: tentang Hadis
Kelompok 3: tentang Ijtihad
Setelah guru membagi kelompok dan membagi materi
kepada setiap kelompok, maka guru menginstruksikan
kepada setiap kelompok untuk membaca sub materi
tersebut yang terdapat dalam buku paket dan LKS.
b. Menanya
Setelah semuanya siswa membaca sub materi sesuai
kelompoknya maka guru menginstruksikan siswa untuk
mendiskusikan poin-poin penting yang terdapat dari sub
materi berdasarkan kelompoknya masing-masing.
c. Mencoba
Setelah mendapatkan poin-poin penting dari sub materi
yang mereka yang telah mereka diskusikan maka mereka
mencoba untuk memahami poin-poin tersebut sesuai
dengan pemahaman individu.
d. Menalar
Setelah ke tiga kelompok mengerti dengan sub materi
berdasarkan kelompoknya masing-masing maka guru
membagi 3 kelompok besar tersebut menjadi kelompok
baru dengan berhitung 1, 2, dan 3 sehingga nanti akan
terbentuk 11 kelompok yang beranggotakan tiga orang.
Setiap anggota kelompok trio mengajarkan satu sama lain
tentang apa yang mereka telah pelajari di kelompok asal.
e. Menyajikan
Guru menginstruksikan kepada seluruh kelompok trio
untuk kembali ke kelompok asal. Kemudian setiap
kelompok menyelaraskan pemahaman mereka yang di
hasilkan dari kelompok trio tadi, dan menayakan apabila
ada materi yang belum dipahami baik kepada guru atau
teman kelompoknya.
3. Penutup
a. Guru memberikan kesimpulan berupa umpan balik
terhadap proses dan hasil pembelajaran.
2x20
menit
No. Kegiatan Waktu
b. Guru memberikan soal latihan kepada siswa untuk
melihat sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi
pelajaran.
c. Guru menutup pembelajaran dengan membaca do’a
bersama siswa.
d. Guru mengucapkan salam dan siswa menjawab salam
tersebut.
L. Pengamatan Proses Belajar PAI Siswa
No. Aspek yang Diamati Skor
1 2 3 4 5
1. Tempat duduk masing-masing
Siswa
2. Kesiapan menerima Pembelajaran
3. Mendengarkan penjelasan tentang
kompetensi yang hendak dicapai
4. Mengikuti proses pembelajaran
5. Keterlibatan dalam kegiatan belajar
6. Interaksi antar guru, siswa dan
materi pelajaran
7. Mengemukakan pendapat ketika
diberikan kesempatan
8. Kerja sama tim
Skor rata-rata (%)
(Jumlah nilai keseluruhan : 8) x 20
Keterangan: Skor:
A = Sangat Baik A = 80-90
B = Baik B = 70-80
C = Cukup Baik C = 60-70
D = Buruk D = 50-60
M. Soal latihan PG (Pilihan Ganda)
Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, d atau e pada jawaban yang paling
benar!
1. Pengertian al-Qur’an menurut bahasa قرأ yang bermakna…
a. Baca d. Tulisan
b. Tulis e. Membaca
c. Bacalah
2. Al-Qur’an merupakan pembeda antara yang benar dan yang salah, yang baik
dan yang buruk. Sehubungan dengan itu Al-Quran dinamkan...
a. Al-Furqan d. Asy-Syifa
b. Az-Zikru e. An-Nur
c. At-Tanzil
3. Yang menempati posisi pertama dan utama sebagai sumber hukum Islam
adalah…
a. Hadis d. Ijma
b. Ijtihad e. Qiyas
c. Al-Qur’an
4. Salah satu Fungsi Hadits terhadap Al-Qur’an adalah sebagai bayan at-tasyri
yang artinya...
a. Menghapus suatu hukum yang telah diciptakan Al-Qur’an
b. Mempertegas hukum-hukum yang disebut Al-Quran
c. Menjelaskan ayat-ayat AlQur’an yang masih umum
d. Mewujudkan suatu hukum atau ajaran yang tidak tercantum dalam Al-
Qur’an
e. Memberikan koreksi terhadap ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan
hukum
5. Yang termasuk fungsi Ijtihad, adalah…
a. Menetapkan hukum sesuatu,yang tidak ditemukan dalil hukumnya secara
pasti di dalam Al-Qur’an dan Ijtihad
b. Menjelaskan ayat-ayat AlQur’an yang masih umum
c. Menetapkan hukum sesuatu,yang tidak ditemukan dalil hukumnya secara
pasti di dalam Ijtihad dan Hadis
d. Menetapkan hukum sesuatu,yang tidak ditemukan dalil hukumnya secara
pasti di dalam Al-Qur’an dan Hadis
e. Menjelaskan ayat-ayat AlQur’an yang masih umum
N. Kunci Jawaban
1. E
2. A
3. C
4. C
5. D
Jakarta, 9 November 2014
Mengetahui, Guru Mata Pelajaran
Kepala Sekolah Pendidkan Agama Islam
H. Ahmad Safari, S.Pd., M.Si.
NIP: 196406131988111002
Dewi Puspasari
Lampiran 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama Sekolah : SMAN 90 Jakarta
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Kelas/Semester : X MIA/1
A. Materi Pokok
Sumber Hukum Islam: Al-Qur’an, Hadis, dan Ijtihad
B. Alokasi Waktu
6x45 Menit (2x pertemuan)
C. Tujuan Pembelajaran
Melalui metode jigsaw diharapkan siswa mampu:
1. Menjelaskan pengertian Al-Qur’an, Hadis, dan Ijtihad.
2. Menjelaskan kedudukan Al-Qur’an, Hadis, dan Ijtihad sebagai sumber
hukum Islam.
3. Menjelaskan fungsi Al-Qur’an, Hadis, dan Ijtihad sebagai sumber hukum
Islam.
D. Kompetensi Inti
KI-3 : Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual,prosedural
dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
E. Kompetensi Dasar
3.8 Memahami kedudukan Alquran, Hadits, dan Ijtihad sebagai sumber hukum
Islam.
F. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Menyebutkan pengertian Al-Qur’an, Hadis, dan Ijtihad.
2. Menjelaskan fungsi Al-Qur’an, Hadis, dan Ijtihad.
3. Menjelaskan kedudukan Al-Qur’an, Hadis, dan Ijtihad sebagai sumber
hukum Islam.
G. Materi Pembelajaran
Terlampir
H. Metode Pembelajaran
Jigsaw
I. Media Pembelajaran
Alat tulis, Buku Paket dan LKS
J. Sumber Belajar
Buku paket dan LKS (Lembar Kerja Siawa) siswa kelas X SMA/MA
K. Langkah-langkah Pembelajaran
No. Kegiatan Waktu
1. Pendahuluan
a. Guru mengucapkan salam kepada siswa kemudian siswa
menjawab salam tersebut.
b. Guru memimpin do’a sebelum belajar.
c. Guru memeriksa kehadiran, kerapian berpakaian, dan
posisi tempat duduk.
d. Guru membangkitkan semangat siswa untuk belajar
dengan memberikan cerita motivasi atau dengan
memberikan ice breaking.
e. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, cakupan
materi dan uraian kegiatan yang akan dilakukan.
2x20
menit
2. Kegiatan Inti
a. Mengamati
Guru membagi siswa menjadi 3 kelompok besar yang
setiap kelompok terdiri dari 11 orang. Setiap kelompok
membahas satu sub materi, yaitu:
Kelompok 1: tentang Al-Qur,an
2x90
menit
No. Kegiatan Waktu
Kelompok 2: tentang Hadis
Kelompok 3: tentang Ijtihad
Setelah guru membagi kelompok dan membagi materi
kepada setiap kelompok, maka guru menginstruksikan
kepada setiap kelompok untuk membaca sub materi
tersebut yang terdapat dalam buku paket dan LKS.
b. Menanya
Setelah semuanya siswa membaca sub materi sesuai
kelompoknya maka guru menginstruksikan siswa untuk
mendiskusikan poin-poin penting yang terdapat dari sub
materi berdasarkan kelompoknya masing-masing.
c. Mencoba
Setelah mendapatkan poin-poin penting dari sub materi
yang mereka yang telah mereka diskusikan maka mereka
mencoba untuk memahami poin-poin tersebut sesuai
dengan pemahaman individu. Dan diujicobakan di
kelompok masing-masing.
d. Menalar
Setelah ke tiga kelompok mengerti dengan sub materi
berdasarkan kelompoknya masing-masing maka guru
membagi 3 kelompok besar tersebut menjadi kelompok
baru dengan berhitung 1, 2, dan 3 sehingga nanti akan
terbentuk 11 kelompok yang beranggotakan tiga orang.
Setiap anggota kelompok trio mengajarkan satu sama lain
tentang apa yang mereka telah pelajari di kelompok asal.
e. Menyajikan
Guru menginstruksikan kepada seluruh kelompok trio
untuk kembali ke kelompok asal. Kemudian setiap
kelompok menyelaraskan pemahaman mereka yang di
hasilkan dari kelompok trio tadi, dan menayakan apabila
ada materi yang belum dipahami baik kepada guru atau
teman kelompoknya.
3. Penutup
a. Guru memberikan kesimpulan berupa umpan balik
terhadap proses dan hasil pembelajaran.
b. Guru memberikan soal latihan kepada siswa untuk
2x25
menit
No. Kegiatan Waktu
melihat sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi
pelajaran.
c. Guru menutup pembelajaran dengan membaca do’a
bersama siswa.
d. Guru mengucapkan salam dan siswa menjawab salam
tersebut.
L. Pengamatan Proses Belajar PAI Siswa
No. Aspek yang Diamati Skor
1 2 3 4 5
1. Tempat duduk masing-masing
Siswa
2. Kesiapan menerima Pembelajaran
3. Mendengarkan penjelasan tentang
kompetensi yang hendak dicapai
4. Mengikuti proses pembelajaran
5. Keterlibatan dalam kegiatan belajar
6. Interaksi antar guru, siswa dan
materi pelajaran
7. Mengemukakan pendapat ketika
diberikan kesempatan
8. Kerja sama tim
Skor rata-rata (%)
(Jumlah nilai keseluruhan : 8) x 20
Keterangan: Skor:
A = Sangat Baik A = 80-90
B = Baik B = 70-80
C = Cukup Baik C = 60-70
D = Buruk D = 50-60
M. Soal latihan PG (Pilihan Ganda)
Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, d atau e pada jawaban yang paling
benar!
1. Al-Qur’an diawali dengan surah al-fatihah dan diakhiri dengan surah…
a. Al-Baqarah d. Al-A’laq
b. An-Nas e. Al-Falaq
c. Al-Maidah
2. Al-Qur’an berfungsi sebagai Hudan yang artinya…
a. Hisan d. Penyempurna
b. Petunjuk e. Ketetapan
c. Penerang
3. Yang termasuk fungsi ijtihad adalah adalah…
a. Menetapkan hukum sesuatu, yang tidak ditemukan dalil hukumnya secara
pasti di dalam al-Qur’an dan ijtihad
b. Menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an yang masih umum
c. Menetapkan hukum sesuatu yang tidak ditemukan dalil hukumnya secara
pasti di dalam ijtihad dan hadis
d. Menetapkan hukum sesuatu yang tidak ditemukan dalil hukumnya secara
pasti di dalam al-Qur’an dan hadis
e. Menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an yang masih umum
4. Menetapkan hukum yang tidak terdapat dalam al-Qur’an adalah pengertian
dari…
a. Bayan Tasyri’ d. Bayan Takbir
b. Bayan Tafsir e. Bayan Takhir
c. Bayan Taqrir
5. Menetapkan hokum sesuatu kejadian atau peristiwa yang tidak ada dasar
nashnya dengan cara membandingkan dengan suatu kejadian yang telah
ditetapkan hukumnya berdasarkan nash karena ada persamaan illat/sifat
diantara kejadian atau peristiwa itu, merupakan pengertian dari..
a. Ijma’
b. Urf
c. Qiyas
d. Maslahah Mursalah
e. Takamul
6. Berikut ini adalah bentuk-bentuk ijtihad, kecuali…
a. Ijma’ d. Qiyas
b. Urf e. Takamul
c. Maslahah Mursalah
7. Kesepakatan mujtahid tentang hokum syara’dari suatu peristiwa setelah Rasul
wafat, adalah pengertian dari…
a. Ijma’ d. Qiyas
b. Urf e. Takamul
c. Maslahah Mursalah
8. Mu’jizat Nabi Muhammad SAW yang terbesar adalah…
a. Isra’ Mi’raj d. Keluar air dari celah-celah jari Nabi
b. Fathu Makkah e. Membelah bulan
c. Al-Qur’an
9. Hadis yang benar, sehat, tidak cacat, selamat dari aib adalah…
a. Sahih d. Mu’allaf
b. Hasan e. Mu’allaq
c. Daif
10. Hadis yang berdasarkan persetujuan Rasulullah adalah…
a. Taqririyah d. Karomah
b. Fi’liyah e. Naqli
c. Qauliayah
N. Kunci Jawaban
1. D
2. B
3. D
4. C
5. C
6. E
7. A
8. A
9. A
10. A
Jakarta, 23 November 2014
Mengetahui, Guru Mata Pelajaran
Kepala Sekolah Pendidkan Agama Islam
H. Ahmad Safari, S.Pd., M.Si.
NIP: 196406131988111002
Dewi Puspasari
Lampiran 3
Pedoman Wawancara Guru
Pewawancara :
Responden :
Hari/Tanggal :
Waktu :
1. Apakah setiap pembelajaran PAI siswa selalu memperhatikan penjelasan
Ibu?
Jawab:
2. Apakah siswa aktif bertanya terhadap materi pelajaran yang disampaikan
Ibu?
Jawab:
3. Metode pembalajaran apa yang sering guru PAI gunakan di kelas?
Jawab:
4. Apa saja hambatan-hambatan yang Ibu temui dalam mengajar pelajaran PAI?
Jawab:
5. Bagaimana pendapat Ibu dengan pembelajaran dengan menggunakan metode
jigsaw pada siklus I ini?
Jawab:
6. Menurut pendapat Ibu apakah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw cocok
digunakan pada mata pelajaran PAI?
Jawab:
Lampiran 4
PedomanWawancara Siswa
Pewawancara :
Responden :
Hari/Tanggal :
Waktu :
1. Bagaimana pendapatmu menegenai pembelajaran yang baru kamu ikuti?
Jawab:
2. Apakah cara belajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw cocok untuk pelajaran PAI?
Jawab:
3. Apakah kamu menemui kesulitan selama proses pembelajaran berlangsung?
Jawab:
4. Apakah kamu dapat memahami materi pelajaran yang baru kamu ikuti?
Jawab:
5. Apakah gurumu sering menggunakan pembelajaran yang dapat meningkatkan
keaktifan dan kerjasama seperti ini?
Jawab:
Lampiran 5
Hasil Wawancara Guru Siklus I
Pewawancara : Dewi Puspasari
Responden : Dra. Ipah Nurlatifah
Hari/Tanggal : Selasa, 18 November 2014
Waktu : 12.30
1. Apakah setiap pembelajaran PAI siswa selalu memperhatikan penjelasan
Ibu?
Jawab: ya, sebagian ada yang focus memperhatikan dan sebagian lagi
ngobrol
2. Apakah siswa aktif bertanya terhadap materi pelajaran yang disampaikan
Ibu?
Jawab: yang berani mereka bertanya, tapi hanya satu dua orang saja.
3. Metode pembalajaran apa yang sering guru PAI gunakan di kelas?
Jawab: ceramah, diskusi kelompok
4. Apa saja hambatan-hambatan yang Ibu temui dalam mengajar pelajaran PAI?
Jawab: banyak siswa yang tidak memperhatikan, yang membuat gaduh
dikelas. Sehingga berdampak pada pemahaman materi yang telah
disampaikan.
5. Bagaimana pendapat Ibu dengan pembelajaran dengan menggunakan metode
jigsaw pada siklus I ini?
Jawab: cukup baik, tapi kelihatannya siswa masih bingung dengan langkah-
langkah metode jigsawnya.
6. Menurut pendapat Ibu apakah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw cocok
digunakan pada mata pelajaran PAI?
Jawab: cocok, karena bisa membangkitkan semangat siswa dalam belajar.
Lampiran 6
Hasil Wawancara Guru Siklus II
Pewawancara : Dewi Puspasari
Responden : Dra. Ipah Nurlatifah
Hari/Tanggal : Selasa, 9 Desember 2014
Waktu : 12.30
1. Apakah setiap pembelajaran PAI siswa selalu memperhatikan penjelasan Ibu
Jawab: ya, sebagian ada yang fokus memperhatikan dan sebagian lagi
ngobrol
2. Apakah siswa aktif bertanya terhadap materi pelajaran yang disampaikan
Ibu? Yang berani mereka bertanya, tapi hanya satu dua orang saja
Jawab: kurang
3. Metode pembalajaran apa yang sering guru PAI gunakan di kelas?
Jawab: ceramah, diskusi kelompok
4. Apa saja hambatan-hambatan yang Ibu temui dalam mengajar pelajaran PAI?
Jawab: banyak siswa yang tidak memperhatikan, yang membuat gaduh
dikelas. Sehingga berdampak pada pemahaman materi yang telah
disampaikan.
5. Bagaimana pendapat Ibu dengan pembelajaran dengan menggunakan metode
jigsaw pada siklus I ini?
Jawab: lebih baik dibandingkan dengan proses belajar mengajar pada siklus I.
6. Menurut pendapat Ibu apakah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw cocok
digunakan pada mata pelajaran PAI?
Jawab: cocok, karena bisa membangkitkan semangat siswa dalam belajar.
Lampiran 6
Hasil Wawancara Guru Siklus II
Pewawancara : Dewi Puspasari
Responden : Dra. Ipah Nurlatifah
Hari/Tanggal : Selasa, 9 Desember 2014
Waktu : 12.30
1. Apakah setiap pembelajaran PAI siswa selalu memperhatikan penjelasan Ibu
Jawab: ya, sebagian ada yang fokus memperhatikan dan sebagian lagi
ngobrol
2. Apakah siswa aktif bertanya terhadap materi pelajaran yang disampaikan
Ibu? Yang berani mereka bertanya, tapi hanya satu dua orang saja
Jawab: kurang
3. Metode pembalajaran apa yang sering guru PAI gunakan di kelas?
Jawab: ceramah, diskusi kelompok
4. Apa saja hambatan-hambatan yang Ibu temui dalam mengajar pelajaran PAI?
Jawab: banyak siswa yang tidak memperhatikan, yang membuat gaduh
dikelas. Sehingga berdampak pada pemahaman materi yang telah
disampaikan.
5. Bagaimana pendapat Ibu dengan pembelajaran dengan menggunakan metode
jigsaw pada siklus I ini?
Jawab: lebih baik dibandingkan dengan proses belajar mengajar pada siklus I.
6. Menurut pendapat Ibu apakah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw cocok
digunakan pada mata pelajaran PAI?
Jawab: cocok, karena bisa membangkitkan semangat siswa dalam belajar.
Lampiran 7
Hasil Wawancara Siswa Siklus I
Pewawancara : Dewi Puspasari
Responden : 1
Hari/Tanggal : Selasa, 18 November 2014
Waktu : 09.45
1. Bagaimana pendapatmu menegenai pembelajaran yang baru kamu ikuti?
Jawab: cukup senang
2. Apakah cara belajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw cocok untuk pelajaran PAI?
Jawab: kurang
3. Apakah kamu menemui kesulitan selama proses pembelajaran berlangsung?
Jawab: langkah metode jigsawnya agak ribet, jadi pusing, tapi secara
keseluruhan mengerti
4. Apakah kamu dapat memahami materi pelajaran yang baru kamu ikuti?
Jawab: ya sedikit
5. Apakah gurumu sering menggunakan pembelajaran yang dapat meningkatkan
keaktifan dan kerjasama seperti ini?
Jawab: jarang, paling ceramah
Hasil Wawancara Siswa Siklus I
Pewawancara : Dewi Puspasari
Responden : 2
Hari/Tanggal : Selasa, 18 November 2014
Waktu : 09. 50
1. Bagaimana pendapatmu menegenai pembelajaran yang baru kamu ikuti?
Jawab: cukup senang
2. Apakah cara belajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw cocok untuk pelajaran PAI?
Jawab: cocok
3. Apakah kamu menemui kesulitan selama proses pembelajaran berlangsung?
Jawab: tidak, tapi tahapan-tahapan pembelajarannya kurang begitu faham
4. Apakah kamu dapat memahami materi pelajaran yang baru kamu ikuti?
Jawab: iya,
5. Apakah gurumu sering menggunakan pembelajaran yang dapat meningkatkan
keaktifan dan kerjasama seperti ini?
Jawab: jarang, paling ceramah, ngisi LKS
Lampiran 8
Hasil Wawancara Siswa Siklus II
Pewawancara : Dewi Puspasari
Responden : 1
Hari/Tanggal : Selasa, 9 Desember 2014
Waktu : 09.45
1. Bagaimana pendapatmu menegenai pembelajaran yang baru kamu ikuti?
Jawab: senang
2. Apakah cara belajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw cocok untuk pelajaran PAI?
Jawab: sangat cocok
3. Apakah kamu menemui kesulitan selama proses pembelajaran berlangsung?
Jawab: tidak
4. Apakah kamu dapat memahami materi pelajaran yang baru kamu ikuti?
Jawab: 90% faham
5. Apakah gurumu sering menggunakan pembelajaran yang dapat meningkatkan
keaktifan dan kerjasama seperti ini?
Jawab: paling ceramah, diskusi biasa, ngisi LKS
Hasil Wawancara Siswa Siklus II
Pewawancara : Dewi Puspasari
Responden : 2
Hari/Tanggal : Selasa, 9 Desember 2014
Waktu : 09.45
1. Bagaimana pendapatmu menegenai pembelajaran yang baru kamu ikuti?
Jawab: senang
2. Apakah cara belajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw cocok untuk pelajaran PAI?
Jawab: cocok
3. Apakah kamu menemui kesulitan selama proses pembelajaran berlangsung?
Jawab: di siklus I iya, tapi sekarang langkah-langkahnya mengerti jadi gak
kaget lagi, sudah terbiasa.
4. Apakah kamu dapat memahami materi pelajaran yang baru kamu ikuti?
Jawab: iya
5. Apakah gurumu sering menggunakan pembelajaran yang dapat meningkatkan
keaktifan dan kerjasama seperti ini?
Jawab: jarang sekali
Lampiran 8
Hasil Wawancara Siswa Siklus II
Pewawancara : Dewi Puspasari
Responden : 1
Hari/Tanggal : Selasa, 9 Desember 2014
Waktu : 09.45
1. Bagaimana pendapatmu menegenai pembelajaran yang baru kamu ikuti?
Jawab: senang
2. Apakah cara belajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw cocok untuk pelajaran PAI?
Jawab: sangat cocok
3. Apakah kamu menemui kesulitan selama proses pembelajaran berlangsung?
Jawab: tidak
4. Apakah kamu dapat memahami materi pelajaran yang baru kamu ikuti?
Jawab: 90% faham
5. Apakah gurumu sering menggunakan pembelajaran yang dapat meningkatkan
keaktifan dan kerjasama seperti ini?
Jawab: paling ceramah, diskusi biasa, ngisi LKS
Hasil Wawancara Siswa Siklus II
Pewawancara : Dewi Puspasari
Responden : 2
Hari/Tanggal : Selasa, 9 Desember 2014
Waktu : 09.45
1. Bagaimana pendapatmu menegenai pembelajaran yang baru kamu ikuti?
Jawab: senang
2. Apakah cara belajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw cocok untuk pelajaran PAI?
Jawab: cocok
3. Apakah kamu menemui kesulitan selama proses pembelajaran berlangsung?
Jawab: di siklus I iya, tapi sekarang langkah-langkahnya mengerti jadi gak
kaget lagi, sudah terbiasa.
4. Apakah kamu dapat memahami materi pelajaran yang baru kamu ikuti?
Jawab: iya
5. Apakah gurumu sering menggunakan pembelajaran yang dapat meningkatkan
keaktifan dan kerjasama seperti ini?
Jawab: jarang sekali
Lampiran 9
Hasil Observasi Guru Siklus I
No. Aspek yang Dinilai Skor
1 2 3 4 5
1. Menyiapkan ruang, alat dan media
2. Memeriksa kesiapan siswa
3. Melakukukan kegiatan apersepsi
4. Menyampaikan indikator pencapaian
kompetensi
5. Melaksanakan pembelajaran secara runtut
6. Menguasai kelas
7. Merespon positif partisipasi aktif siswa
8. Membantu siswa dalam membentuk sikap
cermat dan kritis
9. Melakaukan penilaian akhir sesuai dengan
kompetensi
10. Mengguankan bahasa lisan yang sesuai dan
benar
11. Melakukan refleksi atau membuat rangkuman
dengan melibatkan siswa
Skor rata-rata (%)
(Jumlah nilai keseluruhan : 11) x 20
Keterangan:
5 = Sangat baik
4 = Baik
3 = Cukup
2 = Kurang
1 = Sangat Kurang
Observer
Dra. Ipah Nurlatifah
NIP: 195812021983032004
Lampiran 10
Hasil Observasi Guru Siklus II
No. Aspek yang Dinilai Skor
1 2 3 4 5
1. Menyiapkan ruang, alat dan media
2. Memeriksa kesiapan siswa
3. Melakukukan kegiatan apersepsi
4. Menyampaikan indikator pencapaian
kompetensi
5. Melaksanakan pembelajaran secara runtut
6. Menguasai kelas
7. Merespon positif partisipasi aktif siswa
8. Membantu siswa dalam membentuk sikap
cermat dan kritis
9. Melakaukan penilaian akhir sesuai dengan
kompetensi
10. Mengguankan bahasa lisan yang sesuai dan
benar
11. Melakukan refleksi atau membuat rangkuman
dengan melibatkan siswa
Skor rata-rata (%)
(Jumlah nilai keseluruhan : 11) x 20
Keterangan:
5 = Sangat baik
4 = Baik
3 = Cukup
2 = Kurang
1 = Sangat Kurang
Observer
Dra. Ipah Nurlatifah
NIP: 195812021983032004
Lampiran 11
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I
No. Aspek yang Diamati Skor
1 2 3 4 5
1. Tempat duduk masing-masing Siswa
2. Kesiapan menerima Pembelajaran
3. Mendengarkan penjelasan tentang kompetensi
yang hendak dicapai
4. Mengikuti proses pembelajaran
5. Keterlibatan dalam kegiatan belajar
6. Interaksi antar guru, siswa dan materi pelajaran
7. Mengemukakan pendapat ketika diberikan
kesempatan
8. Kerja sama tim
Skor rata-rata (%)
(Jumlah nilai keseluruhan : 8) x 20
Keterangan:
5 = Sangat baik 2 = Kurang
4 = Baik 1 = Sangat Kurang
3 = Cukup
Observer
Dra. Ipah Nurlatifah
Lampiran 12
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II
No. Aspek yang Diamati Skor
1 2 3 4 5
1. Tempat duduk masing-masing Siswa
2. Kesiapan menerima Pembelajaran
3. Mendengarkan penjelasan tentang kompetensi
yang hendak dicapai
4. Mengikuti proses pembelajaran
5. Keterlibatan dalam kegiatan belajar
6. Interaksi antar guru, siswa dan materi pelajaran
7. Mengemukakan pendapat ketika diberikan
kesempatan
8. Kerja sama tim
Skor rata-rata (%)
(Jumlah nilai keseluruhan : 8) x 20
Keterangan:
5 = Sangat baik 2 = Kurang
4 = Baik 1 = Sangat Kurang
3 = Cukup
Observer
Dra. Ipah Nurlatifah
Lampiran 13
Lampiran Dokumentasi Selama Penelitian