peningkatan penalaran siswa pada konsep tekanan …
TRANSCRIPT
PENINGKATAN PENALARAN SISWA PADA KONSEP TEKANAN
MELALUI PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING DI SMP
PANGUDI LUHUR MOYUDAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperolah Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Disusun oleh:
Tri Handono
NIM : 021424004
PROGRAM STUDI PENDIDKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
i
PENINGKATAN PENALARAN SISWA PADA KONSEP TEKANAN
MELALUI PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING DI SMP
PANGUDI LUHUR MOYUDAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperolah Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Disusun oleh:
Tri Handono
NIM : 021424004
PROGRAM STUDI PENDIDKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Puji Syukur Kepada TUHAN YANG MAHA ESA, karena
berkat rahmat-NYA dan kasih Krunia-NYA, membuat saya
bisa terus berjuang untuk menyelesaikan,skripsi ini dengan
baik.
Karya ini kupersembahkan kepada:
Bapak Agus Sutiya, Ibu Seselia, Pak Sumadi, Ibu Mur, Ibu
Kris Dan segenap keluarga yang ada dijogja, yang telah
memberikan dukungan doa dan materi yang telah diberikan
untuk kelancaran skripsi ini, Serta para pembaca sekalian.
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta 21 Juni 2010
Penulis
Tri Handono
vi
ABSTRAK
Tri Handono . “Peningkatan Penalaran Siswa Pada Konsep Tekanan
Melalui Penerapan Metode Problem Solving Di SMP Pangudi Luhur
Moyudan.
Program Studi Pendidkan Fisika Jurusan Pendidikan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan penalaran
siswa, prestasi siswa, dan sikap siswa pada penerapan metode problem solving,
pada pokok bahasan tekanan.
Subyek penelitian yaitu siswa kelas VIII SMP Panggudi Luhur Moyudan
yang berjumlah 75 siswa. Data diperoleh melalui beberapa tahap yaitu pretes,
pembelajaran, postes, tes prestasi dan kuiesoner sikap. Soal pretes dan postes
berupa tes pilihan ganda, yang tujuannya untuk mengetahui kemampuan
penalaran siswa, pada konsep tekanan. Soal tes prestasi berupa tes esay, yang
tujuannya untuk mengungkap pemahaman siswa pada konsep tekanan. Sedangkan
kuesioner sikap tujuannya untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran.
Proses pembelajaran yang dilakukan menggunakan metode problem solving.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penalaran siswa meningkat, dengan
t = -3.830. Ada korelasi antara penalaran siswa dengan prestasi siswa dengan
indeks korelasi sebesar 0, 386. Dengan menerapkan metode problem solving, pada
pokok bahasan Tekanan, diperoleh sebanyak 59% siswa bersikap netral dan 41%
siswa bersikap positif.
vii
ABSTRACT
Tri Handono. “Student Reasoning Improvement on Pressure Concept
through Implementation of Problem Solving Methods in Pangudi Luhur
Junior High School Moyudan.”
Program of Study of Physics Education, Majors of Education of
Mathematics and Natural Sciences, University Sanata Dharma Yogyakarta.
The purpose of this research is to determine students’ reasoning
improvement, student achievement and student attitude on implementation of
problem solving method on the subject of pressure.
Research subjects were 75 students of class VII Pangudi Luhur Moyudan.
The data were obtained through several stages, pretest, learning, posttest,
achievement test, and questionnaire of attitude. Pretest and posttest were in form
of multiple-choice test, which is aimed to identify students’ reasoning ability on
pressure concept. Achievement test was in form of essay test, which is aimed to
uncover students’ understanding on pressure concept. While the objective of
questionnaire of attitude to identify students’ attitude towards learning.
The result showed that students’ reasoning improved by t = -3.830. There
is a correlation equal to 0.386 between students’ reasoning and students’
achievement. By applying the problem solving method on the subject of pressure,
the result showed that 59% students were being neutral and 41% students being
positive.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas rahmat dan karunia TUHAN YANG MAHA ESA, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan Penalaran siswa
pada konsep Tekanan Melalui Penerapan Metode Problem Solving Di SMP
Pangudi Luhur Moyudan, ” sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana
pendidikan pada jenjang pendidikan starata satu.
Penulis menyadari dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, tidak terlepas
dari bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Paulus Suparno, SJ, Selaku dosen pembimbing yang penuh kesabaran
dan perhatian membimbing sejak awal penyusunan hingga akhir
penulisan skripsi ini
2. Bapak Drs. Domi Severinus, M.Si, selaku kaprodi pendidikan Fisika,
yang memberikan dukungan untuk melanjutkan penyelesain skripsi ini
3. Bapak Drs. Tarsius Sarkim, M.Ed, Ph.D, selaku Dekan FKIP Sanata
Dharma, yang memberikan dukungan untuk melanjutkan penyelesain
skripsi ini
4. Seluruh Dosen dan KaryawanUniversitas Sanata Dharma, khususnya
Bapak Aloysius Sugeng yang telah mengabdikan diri untuk memberikan
pelayanan terbaik bagi mahasiswa JPMIPA.
5. Bapak Fx. Budiono,S.Pd selaku kepala sekolah SMP pangudi Luhur
Moyudan, atas ijin yang diberikan kepada penulis untuk melaksanakan
penelitian di sekolah tersebut.
ix
6. Ibu Maryanti, S.Pd. selaku guru Fisika kelas VIII atas kesempatan yang
diberikan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian terhadap siswa-
siswi yang diasuhnya.
7. Kedua orang tuaku tercinta dan dan keluarga mbah Pawiro utomo, yang
telah memberikan motivasi, semangat bagi penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
8. Terima kasih untuk teman-teman bint@ngnet, Mas Iwan, Kotrek, Sideh,
dan mas peyek, yang selalu memberikan semangat.
9. Terima kasih untuk,Teman-teman kost Bul-bul, atas semua bantuan dan
dukungan yang di berikan.
10. Teman-teman P Fis 02 terima kasih atas kebersamaan kita kuliah di
selama di Sanata Dharma.
11. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang dengan
caranya tersendiri telah membantu penuls dalam menyelesaikan tugas
akhir ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh
karena itu penulis terbuka untuk menerima kritik dan saran yang membangun guna
mengembangkan tugas akhir penulis, sehingga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi
pembaca sekalian.
Yogyakarta 21 Juni 2010
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman Judul ………………………………………………… i
Halaman Persetujuan Pembimbing ......……………………….. ii
Halaman Pengesahan …………………………………………. iii
Halaman Persembahan …………………………………………. iv
Hal Pernyataan Keaslian Karya ………………………………… v
Abstrak ………………………………………………………….. vi
Abstract ………………………………………………………….. vii
Kata Pengantar …………………………………………………… viii
Daftar Isi …………………………………………………………. x
Daftar Tabel ………………………………………………………. xi
Daftar gambar……………………………………………………... xii
Daftar Lampiran ………………………………...………………… xiii
BAB I PENDAHULUAN................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian..................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian................................................................... 7
E. Hipotesis................................................................................... 8
BAB II DASAR TEORI .................................................................. 9
A. Hakikat Penalaran ................................................................... 9
B. Tahap Operasi Formal.............................................................. 11
1. Pemikiran Deduktif Hipotesis............................................ 11
2. Pemikiran Induktif Saintifik.............................................. 14
3. Pemikiran Abstraksi Reflektif........................................... 15
C. Pembelajaran Fisika.................................................................. 16
D. Problem Solving..................................................................... 18
xi
E. Hakekat Kemampuan Pemecahan Masalah.......................... 20
F. Prestasi Belajar..................................................................... 22
G. Pengukuran Ranah Afektif................................................... 23
H. Uraian Tekanan Pada Zat Padat Dan Zat Cair..................... 25
1. Tekanan Pada Zat padat.................................................. 25
2. Tekanan Dalam Zat Cair.................................................. 26
I. KAITAN TEORI DAN PENELITIAN................................. 30
1. Pengaruh Penalaran Siswa Terhadap Keamampuan
Pemahaman siswa ........................................................ 30
2. Pengaruh Metode Problem Solving Terhadap
Kemampuan Memecahkan Masalah Fisika
Dan Kemampuan Penalaran Siswa................................. 31
3. Pengaruh Teori Dalam Penelitian.................................... 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .…………….................. 33
A. Rancangan Penelitian ................................................................ 34
B. Populasi dan Sampel Penelitian................................................. 34
C. Waktu dan Tempat Penelitian.................................................... 35
D. Treatment .................................................................................. 35
E. Instrumen Penelitian................................................................... 36
1. LKS .................................................................................... 36
2. Pre Tes Dan Post Tes...................................................... 37
3. Tes Prestasi........................................................................ 40
F. Validitas..................................................................................... 42
G. Metode Analisis Data................................................................. 43
BAB IV DATA DAN ANALISIS DATA ...................................…... 51
A. Data ............................................................................................ 51
B. Analisis Data............................................................................... 56
C. Pembahasan................................................................................. 60
xii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................ 66
A. Kesimpulan ............................................................................... 66
B. Saran .......................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 69
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................. 71
DAFTAR TABEL
Tabel 1 . Kisi-kisi tes penalaran formal .............................................................
Tabel 2. Kisi-kisi tes prestasi..............................................................................
Tabel 3. Kisi-kisi soal kuisoner..................................................................
Tabel 4. Data skor hasil tes penalaran......................................................... 46
Tabel 5. Deskripsi data pretes dan postes.................................................... 46
Tabel 6. Skor tiap item soal dan skor maksimum tes prestasi.................... 48
Tabel 7. Data skor tes prestasi.................................................................... 48
Tabel 8 Deskripsi data hasil tes prestasi...................................................... 49
Tabel 9. Data skor hasil post-tes dan tes prestasi........................................ 49
Tabel 10. Skor item pernyataan kuisioner................................................... 50
Tabel 11. skor rata-rata yang diperoleh tiap siswa...................................... 51
Tabel 12. Kriteria sikap beradasrkan acuan skor rata-rata.......................... 51
Tabel 13. Persentase sikap siswa ............................................................... 52
Tabel 14. Data pretes penalaran.................................................................. 53
Tabel 15. Data postes Penalaran................................................................. 54
Tabel 16. Data tes prestasi ......................................................................... 56
xiii
Tabel 17. Data sikap siswa......................................................................... 57
Tabel 18 . Paired Samples Statistics........................................................... 58
Tabel 19. Paired Samples Correlations...................................................... 59
Tabel 20. Ringkasan hasil analisis uji–T,
skor postes terhadap skor tes prestasi.......................................... 59
Tabel 21. Hasil analisis korelasi skor postes
terhadap skor tes prestasi............................................................. 60
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Pendulum/bandul............................................................................... 15
Gambar 2. Pompa hidrolik........................................................................................ 27
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Satuan pelajaran........................................................................... 73
Lampiran 2. LKS ............................................................................................. 77
Lampiran 3. Soal tes Penalaran ....................................................................... 90
Lampiran 4. Lembar jawaban dan kunci jawaban tes penalaran..................... 104
Lampiran 5. Soal Tes prestasi dan jawaban tes prestasi .................................. 106
Lampiran 6. Kuiesoner sikap..................................................................................... 110
Lampiran 7. Data hasil pretes dan postes penalaran.......................................... 114
Lampiran 8. Hasil uji-T.................................................................................... 117
Lampiran 9. Data hasil tes prestasi................................................................... 118
Lampiran 10. Uji korelasi postes penalaran dan prestasi................................. 121
Lampiran 11. Data kuesioner sikap siswa........................................................ 122
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pelajaran fisika masih dianggap pelajaran yang sulit dan menakutkan,
karena kebanyakan siswa berpendapat bahwa fisika itu hanya rumus-rumus atau
persamaan matematis saja, sehingga fisika identik dengan angka dan rumus.
Akibatnya bagi siswa konsep, prinsip, dan hukum dalam fisika menjadi sulit
dipahami.
Mata pelajaran fisika hendaknya tidak diarahkan semata-mata menyiapkan
anak didik untuk melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi, namun
yang lebih penting adalah menyiapkan anak didik untuk (1) mampu memecahkan
masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan konsep
sains yang telah mereka pelajari, (2) mampu mengambil keputusan yang tepat
dengan menggunakan komsep-konsep ilmiah, (3) mempunyai sikap ilmiah dalam
memecahkan masalh yang dihadapi sehingga memungkinkan mereka untuk
berpikir dan bertindak secara ilmiah (Ndraka, 1985:16)
Untuk mewujudkan pembelajaran yang konstruktivis, maka pembelajaran
bukanlah suatu kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke murid,
melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa untuk membangun sendiri
pengetahuannya. Menurut Court ( Suparno, 1997:65) mengajar berarti partisipasi
dengan pebelajar dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari
kejelasan, bersikap kritis, dan mengadakan justifikasi. Di lain pihak pembelajaran
2
fisika yang hanya menekankan pada aspek produk seperti menghapal konsep-
konsep, prinsip-prinsip fisika atau rumus, tidak memberikan kesempatan kepada
siswa untuk terlibat aktif dalam proses-proses fisika serta tidak menumbuhkan
sikap ilmiah siswa.
Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan tersebut meliputi pengetahuan
fisika, pengetahuan logika-matematika dan pengetahuan sosial. Tidak semua
pengetahuan dapat diterima dengan mudah oleh siswa. Hal ini dapat diketahui dari
contoh yang dikemukakan oleh Piaget yaitu pengetahuan sosial seperti nama hari,
tanda atom dan lambang matematika dapat dipelajari secara langsung. Tetapi
pengetahuan fisik dan logika matematika tidak dapat ditransfer secara utuh dari
pikiran guru ke pikiran siswa tetapi harus dibangun di dalam pikiran siswa sendiri
sebagai usaha keras siswa untuk mengorganisasi pengalaman-pengalamannya
dalam hubungannya dengan skema atau struktur mental yang telah ada
sebelumnya (Dahar, 1988 : 192 ).
Pada proses membangun konsep fisika dalam pembelajaran yang
konstrutivis, diperlukan kreativitas berpikir siswa agar pengetahuan yang di
peroleh bukan sekedar hapalan, tetapi lebih mengarah ke pemahaman yang
lengkap terhadap konsep itu. Supriadi (2001) memaparkan bahwa kreativitas
merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik
berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang telah
ada sebelumnya. Sementara itu, Munandar (1999) mengemukakan bahwa
kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data,
informasi, atau unsur-unsur yang sudah ada atau sudah dikenal sebelumnya, yaitu
3
semua pengalaman dan pengetahuan yang telah diperoleh seseorang selama
hidupnya baik itu di lingkungan sekolah, keluarga, maupun dari lingkungan
masyarakat.
Selain itu menurut Sumarno (Trihadiyanti, 2009) dikatakan bahwa
kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menemukan cara-cara baru bagi
pemecahan problema-problema, baik yang berkenaan dengan ilmu pengetahuan,
seni sastra atau seni lainnya, yang mengandung suatu hasil atau pendekatan yang
sama sekali baru bagi yang bersangkutan, meskipun bagi orang lain merupakan
suatu hal yang tidak asing lagi.
Mengingat pentingnya kreativitas siswa tersebut, maka di sekolah perlu
disusun suatu strategi pembelajaran yang dapat mengembangkan kreativitas.
Strategi tersebut diantaranya meliputi pemilihan pendekatan, metode atau model
pembelajaran. Menurut Ratnaningsih salah satu pembelajaran yang saat ini sedang
berkembang ialah pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran berbasis masalah
merupakan suatu pembelajaran yang menuntut aktivitas mental siswa untuk
memahami suatu konsep pembelajaran melalui situasi dan masalah yang disajikan
pada awal pembelajaran. Masalah yang disajikan pada siswa merupakan masalah
kehidupan sehari-hari (kontekstual). Pembelajaran berbasis masalah ini dirancang
dengan tujuan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir dan
mengembangkan kemampuan dalam memecahkan masalah, belajar berbagai
peran orang dewasa melalui keterlibatan mereka dalam pengalaman-pengalaman
nyata (Trihadiyanti, 2009).
4
Pada pembelajaran berbasis masalah siswa dituntut untuk melakukan
pemecahan masalah-masalah yang disajikan dengan cara menggali informasi
sebanyak-banyaknya, kemudian dianalisis dan dicari solusi dari permasalahan
yang ada. Solusi dari permasalahan tersebut tidak mutlak mempunyai satu
jawaban yang benar, artinya siswa dituntut pula untuk belajar secara kreatif. Siswa
diharapkan menjadi individu yang berwawasan luas serta mampu melihat
hubungan pembelajaran dengan aspek-aspek yang ada dilingkungannya.
Pembelajaran berbasis masalah membuat siswa menjadi pembelajar yang
mandiri, artinya ketika siswa belajar, siswa dapat memilih strategi belajar yang
sesuai, terampil menggunakan strategi tersebut untuk belajar dan mampu
mengontrol proses belajarnya, serta termotivasi untuk menyelesaikan belajarnya
itu (Depdiknas, 2003). Oleh sebab itu Pembelajaran berbasis masalah yang
digunakan dalam penelitian ini. Siswa diajak untuk belajar dan bekerja
(individu / kelompok) pada situasi masalah, untuk menyelesaikan masalah yang
disajikan pada awal pembelajaran, sehingga siswa diberi kebebasan berpikir
dalam mencari solusi dari situasi masalah yang disajikan.
Kemampuan memecahkan masalah pada siswa dapat dikaitkan dengan
prestasi belajarnya, karena pada dasarnya pelajaran fisika yang diajarkan banyak
menekankan pada pemecahan masalah. Dengan demikian dapat diuraikan bahwa,
prestasi belajar fisika dapat dikembangkan dan ditingkatkan dengan baik bila,
kemampuan memahami gejala-gejala fisika bagi siswa maupun kemampuan
memecahkan masalah dalam fisika dapat berkembang dengan menerapkan
pembelajaran berbasis masalah (problem solving).
5
Terkait dengan bagaimana siswa melakukan pemecahan masalah fisika,
tidak lepas dari kemampuan berpikir yang dimiliki siswa. Menurut penelitian Ali,
Jika diperhatikan dengan seksama konsep-konsep yang ada dalam materi fisika di
SLTP sebagiannya akan ditemukan konsep-konsep yang sifatnya abstrak. Agar
siswa dapat memahami materi tersebut dengan lebih bermakna maka diharapkan
siswa sudah memiliki penalaran formal. Sebab jika tidak, subyek didik akan
mengalami pseudo learning yaitu belajar yang tidak fungsional. Siswa yang tidak
berada pada tahap konkret operasional bila mencoba mempelajari materi yang
memerlukan proporsional dan probabilitas mungkin akan berhasil dengan
menghafal materi tetapi tidak akan mampu melakukan penalaran. Tentu hal ini
sangatlah merugikan siswa (Wilantara, 2003 : 5).
Penalaran merupakan faktor internal yang dimiliki siswa, hali ini perlu
dikembangkan agar siswa dapat memecahkan persoalan fisika secara ilmiah dan
sistematis, berdasarkan pengalaman mereka terhadap gejala-gejala fisika yang
pernah dialami atau dilihat. Dalam artikelnya Irawati menegaskan bahwa materi
fisika yang memerlukan analisa pemahaman dan penalaran, akan menumbuhkan
motivasi belajar yang relatif kuat dan stabil. Faktor-faktor penyebab rendahnya
motivasi dan berbagai cara yang dapat diterapkan didalam kelas dalam upaya
meningkatkan motovasi belajar siswa perlu selalu dikaji dan dianalisa (Irawati,
2008); Sehingga hasil belajar siswa tidak sebatas hafalan, tetapi perioritasnya
lebih ditekankan pada pemahaman, yang dibangun oleh siswa itu sendiri.
Problem solving merupakan salah satu model pembelajaran yang melatih
siswa untuk berpikir sesuai dengan penalaran yang mereka miliki, untuk
6
memecahkan persoalan fisika. Model pembelajaran yang digunakan dalam
penelitian ini mengajak siswa untuk terlibat secara aktif dalam mengidentifikasi
masalah, mengumpulkan data, menganlisa data, dan menarik sebuah kesimpulan,
yang digunakan untuk pemecahan masalah.
Upaya yang dilakukan dalam membuat rencana pembelajaran pada
penelitian ini, tidak lepas dari keinginan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran baik dari proses maupun hasil. Pembelajaran yang dimaksud juga
mengacu pada pandangan konstruktivisme yaitu bahwa belajar merupakan proses
pengaturan sendiri yang dilakukan oleh seseorang dalam mengatasi konflik
kognitif. Yang di utamakan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana kemampuan siswa dalam memecahkan persoalan fisika dengan
penalaran yang sudah dimilikinya.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar latar belakang di atas muncul beberapa masalah yang akan
diteliti, yaitu:
1. Apakah penerapan model problem solving dapat meningkatkan
penalaran siswa pada konsep tekanan, di SMP Pengudi Luhur Moyudan?
2. Apakah ada korelasi antara kemampuan penalaran siswa dengan prestasi
siswa pada konsep Tekanan di SMP Pengudi Luhur Moyudan?
3. Bagaimana sikap siswa terhadap penerapan model problem solving pada
konsep tekanan di SMP Pengudi Luhur Moyudan?
7
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui:
1. peningkatan penalaran siswa pada konsep Tekanan;
2. hubungan antara kemampuan penalaran siswa dengan prestasi belajar
siswa;
3. sikap siswa terhadap model problem solving.
D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
praktisi pendidikan dan peserta didik, yaitu:
1. Model pembelajaran problem solving yang dikembangkan dan
dicobakan ini, diharapkan dapat menambah wawasan para guru IPA
tentang model-model pembelajaran fisika yang menyenangkan.
2. Memberi pengalaman baru bagi siswa tentang cara belajar dengan
model problem solving.
3. Menambah wawasan dan memberi masukan untuk penelitian lanjutan
dalam ruang lingkup yang lebih luas dan pembahasan yang lebih
mendalam, untuk meningkatkan mutu pendidikan.
8
E. HIPOTESIS
Berdasarkan latar belakang dan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian
ini, maka hipotesis dapat diajukan sebagai berikut:
1. Ada peningkatan penalaran siswa yang signifikan pada pada
konsep tekanan melalui pembelajaran problem solving
2. Ada korelasi positif yang signifikan antara penalaran siswa dan
prestasi siswa.
9
BAB II
DASAR TEORI
A. HAKEKAT PENALARAN
Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik kesimpulan yang
berupa pengetahuan. Manusia pada hakikatnya merupakan mahluk yang berpikir,
merasa dan bersikap. Sikap dan tindakannya yang bersumber pada pengetahuan
yang didapatkan lewat kegiatan merasa dan berpikir. Penalaran dikaitkan dengan
kegiatan berpikir dan bukan dengan perasaan. Sebagai suatu kegiatan berpikir
maka penalaran mempunyai ciri tertentu. Ciri yang pertama ialah adanya suatu
pola berpikir yang secara luas dapat disebut logika. Dalam hal ini penalaran
mempunyai logikanya tersendiri. Ciri yang kedua penalaran adalah sifat analitik
dari proses berpikirnya. Penalaran merupakan suatu kegiatan berpikir yang
menyandarkan diri kepada suatu analisis dan kerangka berpikir yang digunakan
untuk analisis tersebut adalah logika penalaran yang bersangkutan
(Suriasumantri, 2003: 42-43).
Menurut Poespoprodjo dan Gilarso (1985:4) logika adalah ilmu kecakapan
berpenalaran, berpikir dengan tepat untuk mengolah pengetahuan yang kita terima
melalui panca indra dan ditujukan untuk mencapai suatu kebenaran. Proses
berpikir itu meliputi : mempertimbangkan, merenungkan, membuktikan sesuatu,
menunjukan alasan-alasan, menarik kesimpulan, meneliti suatu jalan pikiran,
mencari bagaimana berbagai hal berhubungan satu sama lain, mengapa atau untuk
apa sesuatu itu terjadi.
10
Semua penalaran selalu bertolak dari sesuatu yang sudah ada atau sudah kita
ketahui. Kita tidak mungkin menalar bertolak dari ketidak tahuan. Selalu ada
sesuatu yang tersedia yang kita pergunakan sebagai titik tolak untuk menalar.
Titik tolak itu kita namakan “yang diketahui” yaitu sesuatu yang dapat dijadikan
sebagi premis, evidensi, bukti, dasar bahkan alasan-alasan darimana hal “yang
belum diketahui” dapat disimpulkan (Sumaryo, 1999:76)
Amien (Wilantara, 2003: 39) menyatakan bahwa sesuai dengan teori
perkembangan, anak-anak semakin matang dan berpengalaman setiap harinya,
maka secara perlahan-lahan mereka akan mengembangkan pola berpikir yang
lebih berpengalaman antara usia 12-15 tahun, yaitu anak-anak mulai berpikir
seperti orang dewasa. Mereka mulai menyampaikan pola berpikirnya melalui
simbol, pertimbangan ide-ide yang berlawanan ke realitas, menyusun teori
abstrak, merefleksikannya sesuai dengan proses berpikir dan cara berpikir mereka.
Para siswa mulai menggunakan konsep yang berbeda secara bersama-sama,
seperti halnya waktu dan jarak untuk menyusun konsep baru, misalnya kecepatan
(jarak / waktu). Selama proses belajar, terjadi trial and error sehingga terjadi
proses penyesuaian diri, misalnya ada sekelompok keterampilan yang bila
dikuasai akan mendekatkan siswa ke pola berpikir formal.
Menurut Santyasa (2007) Reasoning merupakan bagian berpikir yang
berada di atas level memanggil (retensi), yang meliputi: basic thinking, critical
thinking, dan creative thinking. Termasuk basic thinking adalah kemampuan
memahami konsep. Kemampuan-kemampuan critical thinking adalah menguji,
menghubungkan, dan mengevaluasi aspek-aspek yang fokus pada masalah,
11
mengumpulkan dan mengorganisasi informasi, memvalidasi dan menganalisis
informasi, mengingat dan mengasosiasikan informasi yang dipelajari sebelumnya,
menentukan jawaban yang rasional, melukiskan kesimpulan yang valid, dan
melakukan analisis dan refleksi. Kemampuan-kemampuan creative thinking
adalah menghasilkan produk orisinil, efektif, dan kompleks, inventif, pensintesis,
pembangkit, dan penerap ide.
B. TAHAP OPERASI FORMAL
Tahap operasi formal merupakan tahap terakhir dalam perkembangan
kognitif menurut Piaget. Ini terjadi pada umur 11 atau 12 tahun keatas, pada tahap
ini remaja sudah dapat berpikir logis, berdasarkan proposisi dan hipotesis, dan
dapat menarik kesimpulan lepas dari apa yang diamati. Perkembangan pemikiran
pada tahap ini sudah sama dengan pemikiran orang dewasa secara kualitatif.
Perbedaan dengan pemikiran orang dewasa hanya teletak pada kuantitas, yaitu
banyaknya skema pada orang dewasa. Sifat pokok pada tahap operasi formal
adalah pemikiran deduktif hipotesis, induktif saintifik, abstrak reflektif, serta
beberapa ciri lain (Piaget dkk, dalam Suparno, 2001:88-99).
1. Pemikiran Deduktif Hipotesis
Menurut Wadsworth dan Brainerd (Suparno, 2001: 89) pemikiran deduktif
adalah pemikiran yang menarik kesimpulan yang spesifik dari suatu yang umum.
Kesimpulan benar hanya bila premis-premis yang dipakai dalam pengambilan
keputusan benar. Alasan deduktif hipotesis adalah alasan/argumentasi yang
12
berkaitan dengan kesimpulan yang ditarik dari premis-premis yang masih
hipotesis. Jadi, seseorang dapat mengambil kesimpulan dari proporsi yang
diasumsikan, tidak perlu berdasarkan kenyataan yang real. Yang menarik dari
pemikiran deduktif ini adalah bahwa remaja sudah dapat mengambil kesimpulan
yang benar dari suatu hipotesis yang dipercaya tidak benar. Wadsworth
memberikan contoh:
Jika semua batu bara berwarna putih
Dan batu granit itu berwarna hitam,
Maka batu granit itu bukan batu bara.
Premis di atas “semua batu bara itu berwarna putih”, salah, karena batu bara tidak
berwarna putih, tetapi seluruh argumentasi di atas benar. Remaja dapat berpikir
seperti itu, yaitu argumentasi benar, meskipun isinya tidak benar. Baginya, karena
batu bara itu kenyataannya tidak putih, maka dapat dibuat argumentasi secara
benar lagi.
Model logika itu lebih untuk menguraikan struktur pemikiran yang
menggaris bawahi aktifitas remaja. Pemikiran logis itu lebih menjelaskan
kompetensi para remaja, bukan kenyataan remaja yang sesungguhnya. Dengan
kata lain, dalam pemikiran remaja, piaget dapat mendeteksi adanya pemikiran
logis itu, meskipun remaja sendiri pada kenyataannya tidak tahu atau belum
menyadari bahwa cara mereka berpikir itu logis. Model logis itu lebih merupakan
hasil kesimpulan piaget dalam menafsirkan ungkapan remaja, terlepas dari apakah
para remaja sendiri tahu atau tidak. Pemikiran deduktif hipotesis ini meliputi:
13
a. Sistem kombinasi
Kombinasi ini penting dalam perluasan dan pemajuan pemikiran
remaja. Remaja yang dapat berpikir kombinatoris, akan dapat
mengkombinasikan objek dengan objek, faktor dengan faktor, ide dengan
ide, dan teori dengan teori. Di sini realitas tidak dibatasi oleh segi konkret,
tetapi dalam pengertian kombinasi yang mungkin. Kemampuan ini
menguatkan seorang untuk berpikir deduktif. Contoh yang jelas adalah
kemampuan ramaja untuk membuat kombinasi dan permutasi dalam
mengurutkan beberapa benda yang ada. Misalnya seorang remaja
diberikan 3 kelereng yang berlainan warna. Ada berapa kemungkinan
ketiga kelereng itu disusun? Remaja sudah mulai dapat memikirkan
jawabannya dengan meninjau segala kemungkinan. Kombinasi ini sangat
penting dalam perluasan dan pemajuan pemikiran remaja.
b. Kombinasi objek-objek dan proposisi
Sesudah umur 12 tahun, seseorang sudah dapat mengkombinasikan
objek berdasarkan prinsip kombinasi tanpa dibatasi dengan objek itu. Ia
juga dapat membuat permutasi dengan memperhatikan semua
kemungkinan yang dapat terjadi. Meskipun remaja pada umur 12-15 tahun
belum dapat menentukan hukum-hukum logika yang relevan maupun
menuliskan rumus semua kombinasi gagasan proposisi, ia sudah dapat
mengkombinasikan beberapa gagasan dan hipotesis dalam pernyataan
afirmatif atau negatif yang sederhana. Misalnya, ia dapat mengerti dengan
14
baik bentuk-bentuk logika: jika…maka, baik ini…maupun itu, tidak
ini…dan tidak itu…dan lain-lain.
2. Pemikiran Induktif Saintifik
Pemikiran induktif adalah pengambilan kesimpulan yang lebih umum
berdasarkan kejadian-kejadian yang khusus. Pemikiran ini banyak digunakan para
ilmuan dan sering disebut metode ilmiah. Pada tahap ini, anak sudah dapat
membuat hipotesis, menentukan eksperimen, menentukan variabel kontrol,
mencatat hasil dan menarik kesimpulan. Pada tahap pemikiran ini, seorang remaja
sudah dapat memikirkan sejumlah variabel berbeda pada waktu yang sama,
termasuk dalam pemikiran ini adalah kombinasi. Contoh (1) dalam percobaan
elastisitas, seorang diberi lempeng logam yang berbeda penampang , panjang, dan
bahan. Selanjutnya ia disuruh mencari pengaruh panjang tersebut terhadap
elastisitas logam tersebut. Remaja yang berumur 11 atau 12 tahun sudah dapat
membuat hipotesis sebelumnya dan melihat satu demi satu unsur yang
berpengaruh. Remaja yang berumur 14 tahun sudah dapat merencanakan bahwa
semua unsur lain dibuat sama, hanya panjang yang berbeda. Remaja sudah dapat
merencanakan suatu eksperimen, dan menyimpulkan suatu eksperimen dengan
cukup baik. (2) dalam percobaan pendulum, yang terdiri dari bermacam-macam
beban (b), yang berbeda massanya dan juga tali (p) yang panjangnya diubah-ubah.
Selanjutnya beban ditarik sejauh (t) dan dilepaskan sehingga terjadi ayunan
bandul kekiri dan kekanan, Seperti pada gambar (1) dibawah ini:
15
p
t
b
Gambar 1. Pendulum/bandul, p=tali, b=beban, dan t=kedudukan saat melepaskan
bebeban sehingga terjadi ayunan.
Pertanyaan yang diajukan adalah apa yang mempengaruhi frekuensi
ayunan (jumlah ayunan per detik). Dalam percobaan, ditemukan bahwa anak yang
masih pada tahap operasi konkret cukup sulit untuk menentukan faktor mana yang
mempengaruhi frekuensi ayunan, kebanyakan anak menyatakan bahwa panjang
tali (p), berat beban (b) dan kedudukan beban. Pada tahap operasi formal, remaja
dapat menemukan bahwa yang berpengaruh hanyalah panjang tali (p), sedangkan
yang lain tidak mempunyai pengaruh. Ia sudah dapat membuat desain percobaan,
meneliti dengan lebih cermat dan dapat mengambil kesimpulan yang logis dari
data yang ada (Suparno, 2001: 92-94).
3. Pemikiran Abstraksi Reflektif
Menurut pendapat Wadsworth (Suparno, 2001:95), abstraksi ini adalah
abstraksi yang diperlukan untuk memperoleh pengetahuan matamatis- logis, yaitu
suatu abstraksi tidak langsung terhadap objek itu sendiri. Terjadi suatu abstraksi
karena seseorang melakukan tindakan terhadap objek itu. Misalnya, remaja
menyusun 5 keping uang. Susunan keping itu ditumpuk atau dimasukan dalam
16
kotak, jumlahnya tetap 5. Pengertian “5” ini adalah abstraksi dari aksi remaja
terhadap keping uang tersebut. “5” itu adalah pengetahuan matematis remaja
tentang bilangan “5”. “5” ini adalah bukan sifat uang. Menurut Piaget dkk (dalam
Suparno, 2001: 120-121) pengetahuan matematis logis adalah pengetahuan yang
dibentuk dengan berpikir tentang pengalaman akan suatu objek atau kejadian
tertentu. Pengetahuan ini didapatkan dari abstraksi berdasarkan koordinasi, relasi
atau penggunaan objek. Pengetahuan ini dapat berkembang hanya bila anak
bertindak terhadap objek itu. Dalam taraf tertentu, abstraksi pengalaman
matematis tersebut dapat disimbolkan menjadi suatu logika dan matematika
murni. Dari sini, dapat dimengerti bahwa logika dan matematika murni dapat
mengatasi pengalaman karena tidak terbatas pada sifat-sifat fisis objek itu.
Remaja pada usia 11 tahun keatas sudah dapat berpikir logis, berdasarkan
teori perkembangan kognitif menurut piaget, pemikiran remaja sudah berkembang
ketingkat yang lebih tinggi. Penalaran mempunyai peranan penting dalam
pembelajaran fisika, antara lain kemampuan remaja untuk memahami konsep
fisika dan membantu siswa untuk membangun konsep fisika yang akan atau yang
sudah dipelajarinya.
C. PEMBELAJARAN FISIKA
Sesuai dengan hakekatnya, tujuan pembelajaran fisika meliputi tiga (3)
aspek yakni: pertama, pengetahuan yang meliputi pemahaman konsep, teori,
hukum dan penerapannya; kedua, kemampuan melakukan proses meliputi
pengukuran, melakukan percobaan, bernalar melalui diskusi; ketiga, sikap
17
keilmuan meliputi berpikir kritis dan analitis, perhatian pada masalah sains dan
penghargaan pada hal-hal yang bersikap sains (Kartika Budi, 1998: 166).
Dari aspek pengetahuan, tujuan pembelajaran fisika adalah agar siswa
dapat memahami dan menerapkan ilmunya sesuai dengan tingkat perkembangan
dan tingkat pendidikannya, dari aspek kemampuan melakukan proses, tujuan
pembelajaran fisika adalah agar siswa terampil dan menguasai proses sains,
sedangkan dari aspek sikap tujuan pembelajaran fisika adalah agar siswa
mempunyai sikap keilmuan. Dalam pikiran kebanyakan praktisi pendidikan
makna dan hakekat belajar seringkali hanya diartikan sebagai penerimaan
informasi dari sumber informasi (guru dan buku pelajaran). Akibatnya guru masih
memaknai mengajar sebagai kegiatan transfer informasi dari guru ke siswa.
Makna dan hakikat belajar diartikan sebagai proses membangun makna
atau pemahaman terhadap informasi dan pengalaman. Proses membangun makna
tersebut dapat dilakukan sendiri oleh siswa atau bersama orang lain. Proses itu
disaring dengan persepsi , pikiran (pengetahuan awal) dan perasaan siswa.
Belajar bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan
guru. Belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang fundamental
dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan (Muhibbin Syah,
1995: 8). Menurut Winkel, (1987:36) belajar adalah suatu aktivitas mental atau
psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang
menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai
18
sikap. Tetapi perlu diketahui dan diingat bahwa tidak semua perubahan yang
terjadi merupakan hasil proses belajar.
D. PROBLEM SOLVING
Problem solving adalah model pembelajaran dengan pemecahan persoalan.
Biasanya guru memberikan persoalan yang sesuai dengan topik yang akan
diajarkan dan siswa diminta untuk memecahkan persoalan itu. Ini dapat dilakukan
baik kelompok ataupun pribadi. Dengan melihat bagaimana cara siswa
memecahkan persoalan dapat dengan mudah dilihat siswa mempunyai salah
pegertian dalam langkah pengerjaanya (Suparno 2007)
Pemecahan masalah dibangun oleh konsep-konsep pemecahan dan
pemecahan masalah. Masalah (problem) adalah suatu situasi yang tak jelas jalan
pemecahannya yang mengkonfrontasikan individu atau kelompok untuk
menemukan jawaban. Pemecahan masalah (problem solving) adalah upaya
individu atau kelompok untuk menemukan jawaban berdasarkan pemahaman
yang telah dimiliki sebelumnya dalam rangka memenuhi tuntutan situasi yang tak
lumrah (Krulik & Rudnick, dalam Santyasa,2009). Jadi aktivitas pemecahan
masalah diawali dengan konfrontasi dan berakhir apabila sebuah jawaban telah
diperoleh sesuai dengan kondisi masalah. Pembelajaran berbasis pemecahan
masalah menjadi sangat penting, karena dalam belajar, peserta didik cepat lupa
jika hanya dijelaskan secara lisan, mereka ingat jika diberikan contoh, dan
memahami jika diberikan kesempatan mencoba memecahkan masalah (Steinbach,
dalam Santyasa, 2009). Gagasan pembelajaran untuk pemahaman dan pemecahan
19
masalah tersebut sangat ditentukan oleh lingkungan belajar tempat para siswa
untuk melakukan interaksi akademik dalam membangun pengetahuan.
Problem adalah suatu situasi yang tak jelas jalan pemecahannya yang
mengkonfrontasikan individu atau kelompok untuk menemukan jawaban dan
problem solving adalah upaya individu atau kelompok untuk menemukan jawaban
berdasarkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan yang telah dimiliki
sebelumnya dalam rangka memenuhi tuntutan situasi yang tak lumrah tersebut
(Krulik & Rudnick, dalam santyasa, 2007). Jadi kegiatan problem solving diawali
permasalahan yang dihadapi dan berakhir apabila sebuah jawaban telah diperoleh
sesuai dengan kondisi masalah. Kemampuan pemecahan masalah dapat
diwujudkan melalui kemampuan penalaran.
Pada intinya pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pembelajaran
yang menggunakan masalah dunia nyata disajikan di awal pembelajaran.
Kemudian masalah tersebut diselidiki untuk diketahui solusi dari pemecahan
masalah tersebut. Menurut Torrance (Trihadiyanti, 2009) model pembelajaran
yang berorientasi pada pemecahan masalah seperti pada pembelajaran berbasis
masalah merupakan suatu pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan potensi
yang dimiliki oleh siswa, salah satunya adalah kreativitas siswa. Situasi masalah
yang disajikan dalam pembelajaran tersebut merupakan suatu stimulus yang dapat
mendorong potensi kreativitas dari siswa terutama dalam hal pemecahan masalah
yang dimunculkan. Kreativitas yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran
berbasis masalah ini bukan hanya aspek kognitifnya saja (kemampuan berfikir
kreatif) tetapi juga diharapkan melalui pembelajaran berbasis masalah tersebut
20
dapat mengembangkan aspek non-kognitif dari kreatifitas yakni kepribadian
kreatif dan sikap kreatif. siswa.
Setiap model yang digunakan dalam pembelajaran fisika mempunyai
kelebihan dan kelemahan, bila diterapkan dalam proses pembelajaran.
- Kelebihan pembelajaran problem solving antara lain sebagai berikut.
(1) Mendidik siswa untuk berpikir secara sistematis.
(2) Mampu mencari berbagai jalan keluar dari suatu kesulitan yang
dihadapi.
(3) Belajar menganalisis suatu masalah dari berbagai aspek.
(4) Mendidik siswa percaya diri sendiri.
-Kelemahan pembelajaran problem solving antara lain sebagai berikut.
(1) Memerlukan waktu yang cukup banyak.
(2) Kalau di dalam kelompok itu kemampuan anggotanya heterogen,
maka siswa yang pandai akan mendominasi dalam diskusi sedang
siswa yang kurang pandai menjadi pasif sebagai pendengar saja.
E. HAKEKAT KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
Masalah akan muncul bila terdapat perbedaan antara situasi yang
diharapkan dengan situasi yang ada, dengan kata lain ada konflik kognitif yang
dialaminya. Suatu permasalahan umumnya selalu menantang orang untuk mencari
solusi, agar tidak lagi terjadi konflik dalam pikirannya. Dalam keadaan ini solusi
yang akan di cari, membutuhkan pemikiran dalam menentukan langkah-langkah
yang harus dilakukan untuk mencapai suatu pemecahan yang sesuai.
21
Pemecahan masalah merupakan suatu pencapain taraf kognitif yang paling
tinggi yang berarti bahwa suatu tingkat pengembangan daya pikir yang
memerlukan intelektual tinggi dalam memadukan pemahaman konsep-konsep
yang bersesuain dengan masalah yang akan dipecahkan. Salah satu kriteria
pemecahan masalah adalah bahwa peserta didik belum pernah menyelesaikan
jenis persoalan yang dihadapinya, walaupun hal tersebut telah banyak orang yang
menyelesaikannya.
Memecahkan masalah adalah metode yang mengharuskan siswa untuk
menentukan jawaban tanpa bantuan khusus (Nasution, 1984: 173). Pemecahaan
masalah merupakan pengalaman pribadi bagi siswa untuk memenuhi kebutuhan
mereka, agar tidak terjadi konflik dalam pemikirannya. Dari pengalaman yang
sudah mereka alami banyak kejadian alam yang menimbulkan permasalahan/
pertanyaan bagi siswa, “mengapa” bisa begini, terjadi seperti ini, dan seterusnya.
Praktek pemecahan masalah ini akan dapat membantu siswa dalam hal mengitkan
antar bagian pengalaman, aktifitas merumuskan masalah, mengumpulkan fakta,
mencari ide yang sesuai, serta merumuskan kesimpulan, sehingga pengetahuan
dan kemampunnya dapat berkembang secara bertahap.
Dalam proses pemecahan masalah kunci utama terletak pada siswa, guru
hanya sebagai fasilitator yang membantu dan membimbing siswa untuk
memecahkan masalah yang dihadapi. Proses pemecahan masalah dimulai dengan
adanya motivasi yang kuat untuk mencari solusinya. Keinginan ini akan timbul
kepuasan dan kebanggaan tersendiri, bagi siswa.
22
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa metode problem solving
merupakan suatu proses untuk menyelesaikan masalah yang ada. Untuk
penyelesaian masalah ini dilakukan melalui kegiatan demonstrasi dan eksperimen,
hal ini dilakukan agar gejala-gejala fisika yang menjadi permasalahan (problem)
yang secara langsung dapat di amati dan dialami siswa, sehingga mereka merasa
tertantang untuk mencari pemecahan masalah yang di sajikan, oleh sebab itu
eksperimen dan demonstrasi yang dilakukan, dirancang sebaik-baiknya, agar
dapat menimbulkan konflik kognitif dalam diri siswa.
F. PRESTASI BELAJAR
Prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan yang dicapai seseorang setelah
mengikuti proses pembelajaran. Prestasi belajar tersebut dapat diukur melalui
pencapaian hasil indikator-indikator yang telah dirumuskan sebelumnya baik
secara kuantitatif maupun kualitatif. Menurut Nawawi (1981), prestasi belajar
merupakan keberhasilan siswa dalam mempelajari mata pelajaran di sekolah yang
dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah
mata pelajaran tertentu. Prestasi belajar menurut Sunaryo (1983), adalah hasil
perubahan kemampuan yang meliputi kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotorik. Suratinah (1984) mengartikan prestasi belajar sebagai suatu
penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol
angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai
oleh setiap anak dalam periode tertentu Berdasarkan pengertian tersebut, siswa
dikatakan mempunyai prestasi tinggi bila banyak tujuan yang dicapai. Indikator
23
yang menunjukkan bahwa siswa mempunyai prestasi belajar tinggi dapat
diketahui dari aspek ingatan, aspek penerapan, dan aspek analisis sintesis.
Prestasi yang dicapai dapat diukur dengan tes prestasi dan hasilnya
diwujudkan dengan nilai. Menurut Winkel (1989: 315) pengukuran merupakan
suatu deskripsi kuantitatif tentang keadaan sesuatu hal sebagaimana adanya atau
tentang perilaku yang tampak pada seseorang. Nilai adalah simbol yang
digunakan untuk menyatakan peringkat keberhasilan siswa baik dalam bentuk
angka maupun huruf. Agar nilai sungguh-sungguh menunjukkan pemahaman atau
penguasaan materi yang telah dipelajari maka kualitas alat ukur atau alat evaluasi
berupa soal harus mewakili seluruh materi yang telah diajarkan. Menurut Saifudin
(1987: 12) terdapat anggapan yang kuat pada siswa bahwa suatu nilai tes yang
baik merupakan tanda prestasi yang tinggi, sedangkan nilai tes yang rendah
merupakan kegagalan dalam belajar.
G. PENGUKURAN RANAH AFEKTIF
Pengukuran ranah afektif digunakan untuk mengetahui bagaimana sikap
siswa terhadap proses pembelajaran yang sudah dilakukan, yang biasanya disebut
dengan kuisioner. Menurut Cronbach pertanyaan afektif tidak memuat jawaban
benar atau salah, tetapi jawaban khusus tentang dirinya mengenai minat, sikap dan
internalisasi nilai (Arikunto, 2001:178).
24
Menurut Arikunto (2001:178-180) pengukuran ranah afektif bertujuan
untuk:
1. Untuk mendapatkan umpan balik (feedback) baik bagi guru maupun
siswa sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar-mengajar dan
mengadakan program perbaikan (remedial program) bagi anak
didiknya.
2. Untuk mengetahui perubahan tingkah laku anak didik yang dicapai
antara lain diperlukan sebagai bahan bagi: perbaikan tingkah laku
anak didik, pemberian laporan kepada orang tua dan penentuan lulus
tidaknya anak didik.
3. Untuk menempatkan anak didik dalam situasi belajar-mengajar yang
tepat, sesuai dengan tingkat pencapain dan kemampuan serta
karakteristik anak didik.
Ada beberapa bentuk skala yang digunakan untuk mengukur sikap, antara lain:
a. Skala Likert
Skala ini disusun dalam bentuk suatu pernyataan dan diikuti oleh
respons yang menunjukan tingkatan. Misalnya: sangat setuju,
setuju, tidak berpendapat, tidak setuju, sangat tidak setuju.
b. Skala pilihan ganda
Skala ini bentuknya seperti pilihan ganda yaitu suatu pernyataan
yang diikuti oleh sejumlah alternatif pendapat.
25
c. Skala Thrustone
Skala ini merupakan skala mirip dengan skala Likert, karena
merupakan suatu instrument yang jawabanya menunjukan
tingkatan. Pernyataan yang diajukan kepada responden kira-kira
10 butir , tetapi tidak kurang dari 5 butir.
H. URAIAN MATERI TEKANAN
1. Tekanan Pada Zat padat
Tekanan adalah besarnya gaya yang bekerja pada satu satuan luas. Jika gaya F
bekerja pada permukaan seluas A. Maka tekanan P yang ditimbulkan oleh
gaya itu dapat dinyatakan:
P = F/A .............................................................................................. (1)
Dengan :
P = tekanan (N/m2)
F = gaya (N)
A = luas permukaan bidang tekan (m2)
26
2. Tekanan dalam zat cair
a. Tekanan Hidrostatis
Tekanan hidrostatis adalah tekanan dalam zat cair yang disebabkan oleh
berat zat cair itu sendiri. Sifat-sifat tekanan hidrostatis:
- Makin kedalam dari suatu permukaan zat cair, tekanan zat cair
makin besar
- Titik-titik di dalam suatu zat cair yang kedalamannya sama
mempunyai tekanan yang sama
Tekanan hidrostatis dirumuskan sebagai berikut:
P = ρ g h....................................................(2)
Dengan: P = tekanan hidrostatis (N/m2
atau Pa)
ρ = massa jenis zat cair (kg/m3)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
h = kedalaman (m)
b Hukum Pascal
Sebuah palstik yang sudah dilubangi kecil-kecil yang di isi air, kemudian
di tekan dengan kepalan tangan, air tersebut akan memancar kesetiap lubang
pada plastik. Pada percobaan sederhana ini air yang memancar di setiap
lubang pada plastik, besarnya sama kuat. Gejala ini di temukan pertama kali
oleh Ilmuwan Perancis, Blaise Pascal (1623-1662) menemukan bahwa:
27
“tekanan di dalam fluida dipindahkan ke segala arah dengan besar yang
sama”.
Pemindahan tekanan ke segala arah sama besar dalam suatu cairan
merupakan prinsip yang mendasari alat-alat hidrolik. Jadi, mesin hidrolik yang
dapat mengangkat benda-benda berat tersebut bekerja dengan memanfaatkan
prinsip Pascal. Rem dan dongkrak mobil adalah contoh mesin hidrolik. Mesin
hidrolik menghasilkan gaya yang besar dengan hanya memberikan gaya yang
sangat kecil. Dengan kata lain, mesin hidolik melipat-gandakan gaya. Untuk
lebih memahami hukum pascal perhatikan bejana berhubungan berikut :
Bejana diatas mempunyai luas penampang masing-masing A1 dan A2, berisi zat
cair dan ditutup oleh penghisap. Jika kita memberikan gay F1 pada penghisap A1,
maka akan menghasilkan tekanan. Tekanan yang dihasilkan akan diteruskan
kesegala arah oleh zat cair yang pada bejana tertutup tersebut. Bila tekanan
Gambar 2. Pompa hidrolik
A2 A1
F1 F2
28
diteruskan (dikerjakan) pada penghisap A2, maka akan menghasilkan gaya
sebesar F2. Berdasarkan hukum pascal, maka tekanan pada penghisap 1 sama
dengan tekanan pada penghisap 2, sehingga diperoleh hubungan:
P1 = P2 ......................................................................(3)
2
2
1
1
A
F
A
F ....................................................................(4)
Dengan: F1 = gaya pada penampang A1 (N)
F2 = gaya pada penampang A2 (N)
A2 = luas penampang penghisap 1 (m2)
A2 = luas penampang penghisap 1 (m2)
c. Hukum Arhcimedes
Bila kita menyelam dalam air, kemudian mengangkat batu, maka batu
tersebut akan terasa lebih ringan dibandingkan, bila mengangkat batu tersebut
kita angkat di darat. Hal ini disebabkan oleh gaya keatas yang dialami oleh
batu didalam air.
1) Gaya keatas
Orang yang pertama kali menyelidiki besar gaya keatas dalam zat cair
adalah Archimedes, sehingga dikenal dengan prinsip Archimedes, yaitu:
“Benda yang diceupkan sebagian atau seluruhnya kedalam zat cair akan
mendapat gaya keatas seberat zat cair yang didesak”.
29
Untuk mengetahui gaya keatas yang diakibatkan oleh suatu benda
yang tercelup didalam zat cair, maka dirumuskan:
Fa = Vb ρ g ...........................................................(5)
Dengan: Fa = gaya keatas
Vb = volume benda (m3)
ρ = massa jenis zat cair (kg/m3)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
2) Terapung, melayang dan tenggelam
Karena ada gaya keatas yang dialami benda sewaktu tercelup didalam zat
cair, maka bila suatu benda dimasukan kedalam zat cair, benda tersebut
dapat terapung, melayang atau tenggelam.
1) Syarat Benda yang terapung, adalah bila:
a) gaya keatas = berat benda atau Fa = Wb,
b) massa jenis benda < massa jenis zat cair atau ρb < ρc
2) Syarat Benda yang melayang, adalah bila:
a) gaya keatas = berat benda atau Fa = Wb
b) massa jenis benda = massa jenis zat cair atau ρb = ρc
3) Syarat Benda yang tenggelam, adalah bila:
a) gaya keatas < berat benda atau Fa < Wb
b) massa jenis benda > massa jenis zat cair, atau ρb > ρc
30
I. KAITAN TEORI DAN PENELITIAN
1. Pengaruh Penalaran Siswa Terhadap Keamampuan Pemahaman siswa
Kemampuan penalaran siswa mempunyai pangaruh terhadap
pemahaman siswa terhadap konsep fisika yang akan dipelajarinya. Secara
umum siswa yang intelegensi matematis-logisnya rendah akan mengalami
kesulitan dalam menangkap konsep fisika, terlebih yang sifatnya abstrak
(Suparno, 2005). Karena dalam mengkonstruksi pengetahuan fisika, siswa
kurang mampu mengkonstruksi pengetahuannya secara lengkap.
Hal ini tidak dapat dihindari, karena pada dasarnya setiap siswa
memiliki kemampuan penalaran yang berbeda-beda. Untuk membantu siswa
dalam mengembangkan kemampuan penalarannya, dibuat suatu model
pembelajaran yang dapat mengajak siswa mangalami konflik kognitif, yang
dalam prosesnya siswa di latih untuk menggunakan kemampuan kognitif dan
psikomotoriknya, untuk mengamati, memperoleh data, dan menganalisa
fenomena/gejala fisika, dan akhirnya menarik suatu kesimpulan.
Pentingnya melatih siswa untuk mengembangkan kemampuan
penalaranya, agar siswa mencari arti sendiri dari apa yang mereka pelajari.
Ini merupakan proses menyesuaikan konsep dan ide-de baru dengan
kerangka berpikir yang telah ada dalam pikiran mereka. Menurut
konstruktivisme siswa bertanggung-jawab atas hasil belajarnya, sehingga
mereka membawa pengertian yang lama dalam situasi belajar yang baru.
31
2. Pengaruh Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan
Memecahkan Masalah Fisika Dan Kemampuan Penalaran Siswa
Problem solving menuntut siswa secara individual atau kelompok
untuk mencari jawaban dari serangkaian pertanyaan berdasarkan informasi yang
diberikan. Salah satu model pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran
problem solving, yaitu pembelajaran yang didesain guru dalam rangka memberi
tantangan kepada siswa melalui penugasan (pertanyaan) konsep fisika. Guru
sebagai motivator siswa agar mau menerima tantangan dan membimbing siswa
dalam proses memecahkannya. Model problem solving dapat mendidik siswa
berpikir secara sistematis, mampu mencari berbagai jalan keluar dari berbagai
aspek dan dapat mendidik siswa untuk lebih percaya diri dalam belajar.
Selama proses pemecahan masalah siswa di ajak untuk berpikir sesuai
dengan kemampuan penalaran yang dimilikinya. Hasil proses belajar dapat
diamati, maka perubahan keterampilan siswa selama melaksanakan proses
pembelajaran juga dapat diamati dan dinilai tingkat perkembangnnya dalam suatu
indikator dan taraf keterampilan berpikir/penalaran. Keterampilan berproses siswa
dapat dilihat dengan mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan atau
menanggapi, menyampaikan ide atau pendapat, mendengarkan secara aktif,
berada dalam tugas, dan sebagainya. Selanjutnya setelah proses pembelajaran
berakhir maka akan dapat diukur hasil belajar dengan suatu indikator kemampuan
kognitif
Untuk membantu siswa dalam proses penalarannya, digunakan LKS,
yang isinya beberapa permasalahan fisika pada konsep tekanan pada zat cair.
32
Pembelajaran diawali dengan memberikan permasalahan, yang disajikan sifatnya
dapat menimbulkan konflik kognitif dalam diri siswa. Misalnya: Mengapa kapal
laut yang beratnya ribuan ton dapat terapung, tetapi batu yang kecil tenggelam
dalam air? Untuk kasus ini siswa dituntut untuk mencari pemecahan masalah
tersebut, agar lebih efektif maka siswa diajak untuk melakukan eksperimen
sederhana, agar siswa memperoleh data-data, menganalisia dan menarik suatu
kesimpulan, yang merupakan pemecahan dari permasalahan.
3. Pengaruh Teori Dalam Penelitian
Teori yang diungkapkan sebelumnya merupakan acuan dasar dan
mempunyai pengaruh terhadap pembuatan instrument penelitian. Dalam
penelitian ini secara khusus mengangkat permasalahan, bagaimana pengaruh
metode problem solving yang akan diterapkan dengan bantuan LKS, terhadap
kemampuan penalaran, prestasi dan sikap siswa. Oleh sebab itu instrument
yang digunakan dalam penelitian ini meliputi LKS, tes penalaran, tes prestasi,
dan kuesioner sikap siswa
LKS disusun berdasarkan teori problem solving, hakekat penalaran, dan
berdasarkan materi tekanan zat cair. kegiatan pembelajaran menggunakan
LKS, dibantu dengan demonstrasi dan kegiatan eksperimen sederhana, yang
isinya merupakan pertanyaan-pertanyaan yang membantu siswa untuk
membangun konsepnya.
Tes penalaran dibuat berdasarkan teori hakekat penalaran, tahap
operasional formal dan konsep tekanan pada zat cair. Menurut teori ada
33
berbagai macam penalaran yang dimiliki siswa, tetapi dalam tes ini ini hanya
menggunakan dua penalaran umum yang sering digunakan siswa dalam
proses berpikirnya, yaitu penalaran deduktif dan induktif. Tes prestasi dibuat
berdasarkan teori prestasi belajar, dan materi tekanan zat cair, sedangkan
kuesioner sikap disusun berdasarkan teori pengukuran ranah afektif,
menggunakan skala likert, yang tujuannya untuk mengetahui sikap siswa
terhadap pembelajaran problem solving yang diterapkan pada penelitian.
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. RANCANGAN PENELITIAN
Rancangan eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Design One Group Pretest-Postest. Dalam rancangan ini, pengambilan subyek
tidak dilakukan secara rambang. Rancangan ini dipilih karena selama eksperimen
tidak memungkinkan untuk mengubah kelas yang telah ada.
Rancangan eksperimennya disajikan dalam tabel berikut:
O X O
Pretest Treatment Postest
Jenis Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif. Karena dalam
menganalisis data kesimpulan yang diambil berdasarkan data dengan perhitungan
secara statistik yaitu: korelasi dan uji-T, dan menghitung persentase dari sikap
siswa terhadap pembelajaran problem solving yang diterapkan.
B. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Pangudi
Luhur Moyudan. Sampel penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII SMP yang
berjumlah 75 orang.
35
C. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Pangudi Luhur Moyudan. Waktu
penelitian pada 28 januari 2010 sampai pada 17 Februari 2010.
D. TREATMEN
Dalam proses penelitian ini digunakan metode pembelajaran problem
solving, siswa secara berkelompok dan individu, melakukan kegiatan
pembelajaran memecahkan persoalan fisika pada materi pokok Tekanan pada
benda padat dan tekanan dalam zat cair.
Proses pembelajarannya adalah sebagai berikut:
1. Pada awal pembelajaran siswa diberi ilustrasi permasalahan fisika sehari-
hari yang terkait dengan materi pembelajaran yang akan disampaikan,
tujuannya untuk menimbulkan rasa ingin tahu siswa dan memberikan
gambaran kepada siswa mengenai permasalahan yang akan dicari
solusinya. Peneliti membagi kelas menjadi beberapa kelompok, yang
masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 siswa
2. Siswa mengamati demonstrasi yang disajikan dalam pembelajaran. Agar
proses pembelajaran dapat berjalan sesuai tujuan yang ingin dicapai, maka
peneliti mamberikan LKS, yang isinya merupakan pertanyaan yang harus
dijawab siswa. Beberapa kelompok ditunjuk mempresentasikan hasil kerja
kelompok di depan kelas dan ditanggapi oleh siswa lainnya.
36
3. Proses pembelajaran selanjutnya, peneliti memberikan tanggapan dan
kesimpulan dari kegiatan yang telah dikerjakan siswa, yaitu
menghubungkan pemecahan permasalahan yang telah dilakukan siswa
dengan konsep tekanan yang akan disampaikan.
4. Pada akhir proses pembelajaran peneliti memberikan latihan soal dan
pemberian tugas secara individu, yang berkaitan dengan masalah fisika
yang berkaitan dengan tekanan dalam kehidupan sehari-hari.
E. INSTRUMEN PENELITIAN
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, digunakan
tes tertulis meliputi: tes penalaran, tes prestasi dan pengisian kuesioner. Tes
penalaran dan tes prestasi dilakukan untuk memperoleh data kuantitatif mengenai
kemampuan penalaran siswa dan pemahaman siswa mengenai konsep tekanan
pada benda padat dan tekanan dalam zat cair. Sedangkan pengisian kuesioner
dilakukan untuk memperoleh data kuantitatif mengenai sikap siswa terhadap
metode problem solving. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi:
1. LKS (Lembar Kerja Siswa)
LKS merupakan panduan bagi siswa dalam melakukan proses pembelajaran,
dengan metode problem solving, yang isinya berupa persoalan fisika pada konsep
Tekanan pada benda padat dan tekanan dalam zat cair, yang harus dijawab siswa
37
secara kelompok. Jawaban siswa ini dijadikan sebagai acuan untuk mengetahui
sejauh mana kemampuan siswa dalam menyelesaikan persoalan dengan
menggunakan penalaran yang sudah mereka dimiliki.
Gambaran LKS yang digunakan, pada penerapan metode problem solving:
LKS 1
Pokok bahasan: TEKANAN PADA ZAT PADAT
Pertanyaan:
1. Perhatikan gambar berikut
Ketiga logam A, B, dan C terbuat dari bahan yang sama, bila dipukul
dengan gaya yang sama, menurutmu logam mana yang akan menancap
paling mudah pada kayu? Mengapa?
LKS yang digunakan, secara lengkap dapat di lihat pada lampiran 2, pada
halaman 67 s/d halaman 79.
2. Pre Tes Dan Post Tes
Pre Test dilakukan sebelum proses pembelajaran, dengan bentuk soal
pilihan ganda. Pre-test dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan
penalaran siswa pada konsep Tekanan pada benda padat dan tekanan dalam zat
A B C
kayu
1000N 1000N 1000N
38
cair, sebelum pembelajaran problem solving. Sedangkan post-tes tujuannya untuk
mengetahui sejauh mana kemampuan penalaran siswa setelah pembelajaran
problem solving. Soal-soal pretes dan postes, disusun berdasarkan indikator
penalaran yang mengungkapkan kemampuan siswa dalam melakukan penalaran.
a. Kisi-Kisi Soal Penalaran
Pokok Bahasan : Tekanan pada benda padat dan Tekanan dalam zat cair
Jumlah Soal : 20 butir
Bentuk Soal : Pilihan ganda
Waktu : 60 menit
Tabel 1. Kisi-kisi tes penalaran
b. Soal Pretes Dan Postes Yang Digunakan
1) Penalaran Deduktif
Soal no 1
Penalaran Kemampuan yang diukur No soal Jml
Tekanan
Deduktif
hipotesis
Pemikiran yang menarik kesimpulan dari
suatu yang umum ke suatu yang lebih
khusus.
1,2,3,4,5,6,7,8,9,
10 10
Induktif
saintifik
Pemikiran yang menarik kesimpulan
berdasarkan kejadian yang khusus ke
suatu yang lebih umum
11,12,13,14,15,1
6,17, 18,19,20 10
Jumlah 20
39
Ketiga buah logam (A, B, dan C) yang terbuat dari bahan yang sama di pukul
dengan kekuatan (gaya) yang sama. Manakah yang akan menancap paling dalam
pada alas meja dibawahnya ?
a. A, karena semakin luas penampang yang bersentuhan dengan meja maka tekanan
yang diteruskan juga semakin besar, tekanan berbanding lurus dengan luas
penampang.
b. B, karena semakin kecil luas penampang maka tekanannya semakin besar.
Seluruh gaya akan terkonsentrasi pada luas penampang yang kecil sehingga
tekanannya menjadi besar.
c. C, bentuk geometris dari benda sangatlah mempengaruhi tekanan suatu benda.
Benda C memiliki luas penampang yang sama pada bagian atas dan bawahnya
sehingga menjadi lebih stabil. Kestabilan ini sangatlah mempengaruhi besarnya
tekanan pada alas meja.
d. Semuanya menancap dengan tekanan yang sama karena gaya yang diberikan
padanya besarnya sama. Logam tersebut hanyalah berfungsi meneruskan tekanan
martil kepada meja.
2) Penalaran Induktif:
soal no 13.
Dua buah balok P dan Q terbuat dari bahan yang sama, bila balok Q yang
massanya 4 kg akan terapung, di masukan kedalam air, apakah kayu P yang
memiliki massa 100 kg juga terapung? Jelaskan?
a. B, akan tenggelam karena kubus yang berat pasti akan tenggelam dalam air.
b. B, akan tenggelam karena benda yang bentuknya besar akan tenggelam
dalam air.
40
c. B, akan tetap terapung karena memiliki massa jenis yang sama dengan A,
bila A terapung maka B juga pasti terapung.
d. Tidak bisa ditentukan, tergantung pada batas minimum air untuk menopang
benda B, bila massa B terlalu besar dan air tidak mampu menopangnya maka
balok B akan tenggelam meskipun A yang terbuat dari bahan sama terapung
dalam air.
selengkapnya, soal tes penalaran dapat dilihat pada lampiran 3, pada halaman 80
s/d halaman 93.
3. Tes Prestasi
Tes prestasi digunakan untuk melihat hasil belajar siswa, setelah
melakukan kegiatan problem solving. Agar dapat diketahui sejauh mana
pemahaman siswa terhadap penerapan konsep Tekanan pada benda padat dan
tekanan dalam zat cair yang telah dipelajari.
a. Kisi-kisi tes prestasi
Pokok bahasan : Tekanan pada benda padat dan tekanan dalam zat cair
Kompetensi dasar : Menyelidiki tekanan pada benda padat, cair, dan gas serta
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Indikator : Mendeskripsikan hukum Pascal dan hukum Archimedes
melalui percobaan sederhana serta penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari
Kelas : VIII
Alokasi waktu : 2 JP
41
Tabel 2. Kisi-kisi tes prestasi
Kemampuan yang diukur No Soal Skor
Pengetahuan 1,4 5
Pemahaman
2,8 5
10 10
Penerapan
3 10
6,7,9 15
b. Contoh soal tes prestasi yang digunakan
1) Pengetahuan
Soal no 1:
Apakah yang dimaksud dengan tekanan?
2) Pemahaman
Soal no 8
Bagaimana hubungan antara gaya keatas dan gaya berat pada saat benda
tenggelam, melayang dan terapung, didalam air?
3) Penerapan
Soal no 9
Sebuah balok dengan massa jenis 800 kg/m3, digantung didalam air, hanya ¾
bagian volumenya berada dibawah permukaan air (ρ = 1000kg/m3), bila balok
berukuran 1 m3. Tentukan:
a. Besar Gaya apung yang dialami balok
b. Berat balok didalam air
Secara lengkap soal tes prestasi dapat dilihat pada lampiran 5, pada halaman 98
s/d halaman 99
42
4. Kuisioner Sikap
Instrument ini merupakan refleksi dan evaluasi terhadap metode problem
solving yang digunakan dalam pembelajaran, yang bertujuan untuk mengetahui
bagaimana sikap siwa terhadap metode pembelajaran yang telah diterapkan pada
penelitian ini
a. Kisi-kisi kuisioner
Penggolongan pernyataan dalam kuisioner sikap berdasarkan
_able_er dan kondisi: perhatian, kepuasan dan percaya diri.
Tabel 3. Kisi-kisi soal kuisoner
kondisi
Minat Motivasi
Nomor
pernyataan positif
Nomor
pernyataan
negatif
Nomor
pernyataan
positif
Nomor
pernyataan
negatif
perhatian 1, 15, 21,24, 29 4,10,26 2, 8, 9, 11,17,
20, 23,24, 28 12, 15, 22,29
percaya
diri 3, 6, 11, 27, 30 9, 17 1, 13, 25,35 3, 7, 19
kepuasan 7, 12, 14,16, 18,
19,32, 33, 34 31
5, 10, 14,21, 27,
32,36 34
b. Contoh soal kuisioner yang digunakan
Secara lengkap kuisioner dapat dilihat pada lampiran 6, pada halaman 100 s/d
halaman 103.
Pernyataan Pilihan jawaban
1. Pertama kali saya melihat pembelajaran ini,saya
percaya bahwa pembelajaran ini mudah bagi
saya.
2. Pada awal pembelajaran, ada sesuatu yang menarik
bagi saya.
36 …
STS TS R S SS
STS TS R S SS
STS TS R S SS
43
F. VALIDITAS
Untuk mengetahui validitas Instrumen digunakan validitas isi (content
validity). Menurut Masidjo (1995), yang dimaksud dengan validitas isi adalah
suatu validitas yang menunjukan sampai dimana isi suatu tes mencerminkan hal-
hal yang akan diukur. Untuk itu diperlukan pemeriksaan kembali terhadap hal-hal
atau bahan yang diteskan atau yang telah diajarkan. Oleh sebab itu sebelum
digunakan dalam penelitian, instrument penelitian tersebut didiskusikan terlebih
dahulu dengan Dosen pembimbing dan Guru, untuk mengetahui kegunaan dan
kelayakannya dalam penelitian.
G. METODE ANALISIS DATA
Proses meneliti data dimulai dengan menelaah seluruh data yang telah
dikumpulkan baik dari lembar observasi keterlibatan siswa, kuisioner sikap siswa
terhadap penggunaan metode problem solving, tes prestasi, maupun kemampuan
penalaran siswa berupa hasil Pre-Test maupun Post-Test. Hasil dari Pre-Test
dibandingkan dengan hasil Post-test, untuk melihat peningkatan kemampuan
penalaran siswa mengenai konsep Tekanan zat cair setelah pembelajaran problem
solving.
Hasil tes prestasi digunakan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman
siswa mengenai konsep yang telah disampaikan dengan metode problem solving.
Tes prestasi ini kemudian di korelasikan dengan hasil Post-Tes, untuk mengetahui
bagaimana hubungan antara kedua _able_er ini, setelah proses pembelajaran
44
problem solving. Sedangkan kuisioner sikap, merupakan instrument yang
digunakan untuk mengetahui bagaimana sikap siswa setelah pembelajaran
problem solving dilaksanakan.
1. Peningkatan Penalaran siswa
Soal penalaran berbentuk pilihan ganda dengan jumlah option 4
buah. Bobot yang soal yang dijawab benar = 1 dan yang dijawab salah = 0,
dengan alokasi waktu selama 60 menit dengan jumlah soal sebanyak
20 buah, dengan skor maksimal 100. Skor yang diperoleh dihitung dengan
persamaan:
Skor Tes penalaran = ( jumlah jawaban benar/20) x 100................(6)
Kemudian skor dibuat dalam tabel, seperti tabel 4 berikut:
Tabel 4. Data skor hasil tes penalaran
No Skor Pretes (X) Skor Postes (Y)
1
2
n Jumlah skor ∑X ∑Y
Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan penalaran siswa,
berdasarkan skor pre-tes dan pos-tes dialakukan uji _able_er_,
menggunakan uji-T dua kelompok dependent, dengan bantuan _able_er
dalam proses perhitungannya menggunakan program SPSS.
45
2. KORELASI ANTARA POSTES PENALARAN DAN TES PRESTASI
a. Tes Prestasi
Untuk memperoleh data hasil tes prestasi, diawali dengan membuat
skor untuk masing-masing item soal dan menentukan skor maksimumnya,
seperti yang ditampilkan pada _able 5 berikut:
Tabel 5. Skor tiap item soal dan skor maksimum tes prestasi
No soal Skor tiap item
k1 5
2 5
3 10
4 5
5 5
6 15
7 15
8 5
9 15
Skor maksimal 80
Kemudian, Skor tes prestasi yang diperoleh siswa, dihitung dengan
persamaan:
Skor tes prestasi = (Skor yang diperoleh/80) x 100...................(10)
Hasil perhitungan ini merupakan data skor prestasi setiap siswa yang
ditampilkan dalami tabel 6 berikut:
46
Tabel 6. Data skor tes prestasi
b. Korelasi Antara Post-Tes Dengan Hasil Tes Prestasi
Untuk mengetahui hubungan antara hasil postes dan tes prestasi,
dilakukan uji korelasi dengan menggunakan korelasi Pearson product
moment, dengan bantuan program SPSS. Data yang akan dikorelasikan,
adalah skor pretes penalaran dan skor tes prestasi, yang disajikan dalam
tabel 7 berikut:
Tabel 7. korelasi skor post-tes dan skor tes prestasi
No Skor post-tes (X) Skor tes prestasi (Y)
1
2
3
n
3. Sikap siswa terhadap Pembelajaran problem solving
a. Skor Untuk tiap pernyataan dalam kuisioner
Skor yang diberikan siswa terhadap pernyataan-pernyataan dalam
kuisoner Minat Siswa dan kuisioner Motivasi Siswa dibuat dengan
ketentuan, seperti dalam tabel 8 berikut:
No Skor tes prestasi
1
2
n
47
Tabel 8 . Skor item pernyataan kuisioner
Item pernyataan Skor
Sangat tidak setuju 1
Tidak setuju 2
Ragu-ragu 3
Setuju 4
Sangat Setuju 5
b. Penentuan skor kuisioner dan kriteria sikap
Skor kuisioner diperoleh dengan menjumlahan skor pernyataan,
berdasarkan jawaban siswa, dan menentukan skor rata-rata (mean) yang
diperoleh. Dalam proses perhitungan jumlah skor dan skor rata-ratanya,
digunakan program komputer, menggunakan Microsoft excel.
Tabel 9. Skor Rata-Rata Yang Diperoleh Tiap Siswa
No
absen
Skor pernyataan siswa tiap soal
2
1
1
1
Jlh Rata- rata
1 2 3 .. 36
1
2
3
...
…
Dalam menentukan kriteria sikap siswa terhadap metode
pembelajaran Problem solving, dikelompokan berdasarkan acuan nilai
rata-rata hasil tes kuisoner, seperti pada tabel 10 berikut:
48
Tabel 10. Kriteria sikap beradasarkan acuan skor rata-rata
Untuk mengetahui secara umum sikap siswa terhadap metode problem
solving yang di digunakan dalam penelitian, analisis data dilakukan dengan
cara membuat pengelompokan berdasarkan jumlah siswa yang memperoleh
nilai rata-rata dari kriteria sikap siswa, kemudian dibuat dalam bentuk
persentase. Pengelompokanya disajikan seperti pada tabel 11 berikut:
Tabel 11. Persentase sikap siswa
Skor rata-rata Kriteria sikap
1,00 -1,49 Sangat negatif
1,50-2,49 Negatif
2,50-3,49 Netral
3,50-4,49 Positif
4,50-5,00 Sangat positif
Kriteria Sikap Jumlah siswa Persentase
[jlh siswa/jlh seluruh siswa) x 100%]
Sangat negatif
Negatif
Netral
Positif
Sangat positif
49
BAB IV
DATA DAN ANALISIS DATA
A. DATA
Dari hasil penelitian diperoleh data mengenai hasil pretes, postes, tes
prestasi, dan sikap siswa. Deskripsi data dirangkum dalam tabel berikut:
1. Data Pretes Dan Postes Penalaran
Tabel 12 berikut merupakan rangkuman data hasil pretes dan
postes penalaran siswa:
Tabel 12. Data hasil pretes dan postes penalaran
No
Skor
Pretes
(X)
Skor
Postes
(Y)
1 40 40
2 50 55
3 50 55
4 55 60
5 60 75
6 45 60
7 55 55
8 55 50
9 40 50
10 55 80
11 45 40
12 45 50
13 50 55
14 35 35
15 40 40
16 20 30
50
17 45 35
18 50 40
19 35 60
20 45 55
21 35 35
22 60 80
23 40 30
24 50 50
25 40 50
26 60 65
27 30 55
28 55 40
29 50 80
30 40 45
31 25 50
32 40 35
33 50 40
34 50 75
35 60 55
36 45 65
37 60 40
38 55 65
39 35 35
40 30 40
41 40 70
42 30 20
43 40 55
44 45 50
45 35 40
46 40 45
47 50 45
48 50 35
49 40 65
50 30 55
51 55 50
52 60 55
53 30 40
54 60 60
55 35 40
51
56 30 45
57 55 55
58 35 40
59 55 45
60 30 35
61 55 40
62 50 50
63 40 30
64 45 45
65 30 60
66 30 35
67 50 50
68 40 45
69 40 50
70 25 45
71 40 30
72 20 45
73 45 65
74 40 50
75 35 30
Jumlah 3255 3665
Rata-rata 43.40 48.87
Standar
deviasi 10.37 12.93
Secara lengkap hasil pretes dan postes penalaran dapat dilihat pada
lampiran 7 pada halaman 104 s/d halaman 107.
52
2. Data Hasil Tes Prestasi
Pada tabel 13 berikut ditampilkan rangkuman data hasil tes prestasi
siswa:
Tabel 13. Data Hasil Tes Prestasi
NO Skor tes prestasi
1 72,5
2 22,5
3 57,5
4 90
5 80
6 78,8
7 51,3
8 98,8
9 30
10 88,8
11 51,3
12 52,3
13 65
14 53,8
15 65
16 17,5
17 56,3
18 32,5
19 72,5
20 77,5
21 83,8
22 96,3
23 38,8
24 75
25 67,5
26 65
27 76,3
28 86,3
53
29 53,8
30 66,3
31 56,3
32 46,3
33 83,8
34 66,3
35 52,5
36 83,8
37 92,5
38 78,8
39 28,3
40 613
41 51,3
42 58,8
43 83,8
44 57,5
45 40
46 31,3
47 65
48 65
49 83,8
50 77,5
51 81,3
52 65
53 46,3
54 43,8
55 33,8
56 47,5
57 65
58 71,3
59 66,3
60 52,5
61 65
62 68,8
63 65
64 55
54
65 81,3
66 62,5
67 67,5
68 62,5
69 67,5
70 27,5
71 41,3
72 26,3
73 60
74 46,3
75 43,8
Jumlah 4600
Rata-rata 61,33
Standar
deviasi 18,64
Secara lengkap hasil tes prestasi dapat dilihat pada lampiran 108 s/d
halaman 110.
3. Sikap Siswa
Tabel 14 berikut merupakan rangkuman mengenai sikap siswa
terhadap pembelajaran problem solving, yang disajikan sebagai
berikut:
Tabel 14. Data sikap siswa
Kriteria Sikap Jumlah siswa Persentase
Sangat negatif 0 0%
Negatif 0 0%
Netral 44 59%
Positif 31 41%
Sangat positif 0 0%
55
Dari data sikap siswa yang disajikan dalam tabel 14, sikap siswa
terhadap pembelajaran problem solving adalah sebagai berikut:
a. Sebanyak 44 siswa atau 59 % dari jumlah siswa, bersikap netral
terhadap pembelajaran problem solving yang diterapkan.
b. Sebanyak 31 siswa atau 41 % dari jumlah siswa, bersikap
positif terhadap pembelajaran probelem solving yang telah
diterapkan.
Selengkapnya data sikap siswa, terhadap pembelajaran problem
solving dapat dilihat pada lampiran, pada halaman 112 s/d halaman 114.
B. ANALISIS DATA
1. Peningkatan penalaran siswa
Pada tabel 15 merupakan rangkuman hasil uji-T, antara peretes dan
postes penalaran, menggunakan program SPSS.
Tabel 15. Ringkasan uji–T, antara skor pretes terhadap skor
postes penalaran
Paired Samples Statistics
Mean N
Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
Pair 1 pretest 43.4000 75 10.37018 1.19744 postest 48.8667 75 12.93365 1.49345
56
Paired Differences
t
df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 pretest -
postest -5.46667 12.36203 1.42744 -8.31091 -2.62242 -3.830 74 .000
Tabel 15 menunjukkan ringkasan dari rata-rata dan standard
devisiasi dari perbandingan pretes dan postes penalaran. Untuk pretes
sebelum pembelajaran problem solving skor rata-rata yang dipeoleh
siswa sebesar 44,4. Sedangkan sesudah pembelajaran problem solving ,
rata-rata skor yang diperoleh sebesar 48,7.
Dari hasil analisis pada tabel 15, diperoleh : t = -3.830, dan p =
0.000 < α =0.05. Hal ini berarti bahwa probabilitas kurang dari 0.05,
artinya ada peningkatan penalaran siswa yang signifikan pada konsep
tekanan melalui pembelajaran problem solving.
2. Korelasi antara postes penalaran dan hasil tes prestasi
Tabel 16. Korelasi antara post tes dengan tes prestasi
postes prestasi
postes Pearson
Correlation 1 ,386(**)
Sig. (2-tailed) . ,001
N 75 75
prestasi Pearson
Correlation ,386(**) 1
Sig. (2-tailed) ,001 .
N 75 75
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
57
Pada tabel 16 hasil korelasi diperoleh nilai r = 0,386, dengan nilai
p = 0,001 < α = 0,05, maka signifikan. Jadi ada korelasi antara hasil
postes penalaran dengan hasil tes prestasi.
3. Sikap siswa terhadap pembelajaran problem solving
Dari tabel 14 diperoleh sebesar 59% siswa bersikap netral dan
sisanya 41 % siswa bersikap positif terhadap pembelajaran problem
solving. Ini berarti sikap siswa terhadap metode problem solving yang
diterapkan, siswa cendrung bersikap netral. Variabel sikap mempunyai
pengaruh yang besar terhadap hasil belajar siswa, sehingga bila dilihat
dari hasil tes penalaran dan prestasi siswa, skor rata-rata yang dicapai
untuk kedua tes yang dilakukan, tergolong rendah. Secara umum sikap
siswa terhadap metode problem solving, mempengaruhi prestasi dan
kemampuan penalaran siswa dalam pembelajaran fisika
Ada beberapa kemungkinan yang mempengaruhi sikap siswa
terhadap pembelajaran ini, antara lain:
a. Minat siswa terhadap fisika, masih rendah sehingga pada penerapan
metode problem solving, siswa belum bisa mengikuti pembelajaran
secara maksimal.
b. Siswa belum terbiasa dengan metode pembelajaran problem
solving, siswa mengalami kesulitan dalam memecahkan
permasalahan, karena ada konsep fisika yang belum dipahami.
Misalnya pada konsep massa jenis dan gaya berat. Pada konsep
58
massa jenis, pemahaman siswa pada konsep ini masih belum
lengkap, siswa belum memahami makna massa jenis secara fisis dan
matematis. Hal ini teramati pada saat melakukan percobaan hukum
Archimedes, sebagian besar siswa, mengangap bahwa setiap benda
padat pasti akan tenggelam bila dicelupkan didalam zat cair.
4. Keterbatasan penelitian
Pada penelitian ini masalah utama yang dikaji adalah mengenai
peningkatan penalaran siswa, di SMP Pangudi Luhur Moyudan, Yang
masih mempunyai keterbatasan yang mempengaruhi hasil penelitian
ini. Khususnya pada pemilihan sampel yaitu kelas yang dijadikan
sampel dalam penelitian terlalu besar, sehingga tidak semua siswa ikut
terlibat dengan sungguh-sungguh, dalam mengikuti pembelajaran
problem solving yang diterapkan. Dalam mempersiapkan pembelajaran
problem solving, peneliti masih mengalami kesulitan dalam memilih
dan menentukan permasalahan yang sifatnya dapat, menimbulkan
konflik kognitif dalam diri siswa untuk menyelesaikan masalah pada
konsep tekanan.
59
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analis data, maka dapat ditarik suatu kesimpulan
sebagai berikut:
1. Dengan menerapkan metode problem solving, pada pokok bahasan
tekanan, penalaran siswa mengalami peningkatan yang signifikan,
dengan t = -3.830, p = 0,00 dan α = 0,05.
2. Ada korelasi positif yang signifikan antara kemampuan penalaran siswa
dengan prestasi belajar yang dicapai siswa dengan angka korelasi
sebesar 0, 386, p = 0,001 dan α = 0,05
3. Sebanyak 59% siswa bersikap netral dan 41% siswa bersikap positif
terhadap metode problem solving yang diterapkan. Artinya sebagian
besar siswa cendrung bersikap netral terhadap metode problem solving
yang diterapkan.
60
B. SARAN-SARAN
1. Dalam pemilihan kelas yang akan di jadikan sampel penelitian untuk
penerapan metode problem solving, sebaiknya dipilih kelas berkapasitas
kecil (20-30 siswa), agar kelas dapat dikontrol dengan baik.
2. Dalam menentukan permasalahan pada metode problem solving,
sebaiknya dipilih permasalahan fisika yang sifatnya dapat menimbulkan
konflik kognitif dalam diri siswa, agar siswa lebih termotivasi dan
terlibat dalam mengikuti pembelajaran.
3. Untuk mengetahui secara lebih detail dan mendalam, mengenai
kemampuan penalaran siswa sebaiknya dialakukan wawancara lanjutan,
agar dapat mengungkapkan kemampuan penalaran siswa secara
kualitatif.
61
DAFTAR PUSTAKA
1. Dahar, R.W. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga
2. Depdiknas. 2003. Pengajaran Berdasarkan Masalah. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
3. Irawati, I. 2008. Meningkatkan Motivasi Belajar Fisika. Dalam
http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=B&jd=meningkatkan+motivasi
+belajar+fisika&dn=20080630140704. diunduh (7 mei 2009).
4. Kartika Budi, Fr. Y. 1998. Pendidikan Sains yang Humanistis (Kumpulan
Karangan). Yogyakarta: Kanisius.
5. Munandar, S.C.U. 1999. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah.
Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
6. Ndraka, T. 1985. Teori Metodologi Administrasi. Jakarta : Erlangga.
7. Santyas, I .W. Pengembangan pemahaman konsep dan kemampuan Pemecahan
masalah fisika bagi siswa SMA dengan Pemberdayaan model perubahan
konseptual Berseting investigasi kelompok. Dalam http://www.Freeweb.com/
santyasa/pdf2/pengembangan_pemahaman_konsep.pdf. Diunduh (7 Mei 2009).
8. Santyas, I. W. 2007. Santyas, I .W. 2007. model-model pembelajaran inovatif.
Http://www.freewebs.com/santyasa/pdf2/model_model_pembelajaran.pdf. Diunuduh
(10 Mei 2009).
9. Sunaryo. 1983. Evaluasi Hasil Belajar. Jakarta : Depdikbud.
10. Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta :
Kanisius
62
11. Suparno, P. 2005. Miskonsepsi Dan Perubahan Konsep Pendidikan Fisika.
Yogyakarta: Kanisius.
12. Suparno, Paul. 2001. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta:
Kanisius
13. Supriadi, D. (2001). Kreativitas, Kebudayaan, dan Perkembangan Iptek.
Bandung: ALFABETA
14. Trihadiyanti. (2009). Mengembangkan Kreativitas Anak Melalui Pembelajaran
Berbasis Masalah. Dalam http://www.sd-inatalenta.com/images/artikel_tri.pdf.
diunduh (7 mei 2009).
15. Wilantara, I Putu Eka. 2003. Implementasi Model Belajar Konstruktivis Dalam
Pembelajaran Fisika Untuk Mengubah Miskonsepsi Siswa Ditinjau Dari
Penalaran Formal Siswa. Dalam http://www.Damandiri.or.id/detail.php?
id=254 . diunduh (10 Agustus 2009).
16. Winkel, W. S 1987. Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Gramedia.
64
Lampiran 3. Satuan pelajaran
Satuan Pelajaran
Mata Pelajaran : IPA
Pokok Bahasan : Tekanan
Sub Pokok Bahasan : 1. Tekanan Pada Zat Padat
2. Tekanan dalam Zat Cair
Kelas / Semester : VIII / 2
Waktu : JP
I. Kompetensi Dasar :Siswa mampu menerapkan konsep gaya dan tekanan
untuk menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
II. Indikator Pencapaian Hasil Belajar:
Siswa dapat:
1. TEKANAN ZAT PADAT :
a. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya tekanan pada zat
padat.
b. Menggunakan persamaan tekanan pada zat padat untuk menyelesaikan
soal.
2. TEKANAN HIDOSTATIS:
a. Menyebutkan sifat tekanan hidrostatis dan faktor yang mempengaruhinya.
b. Menggunakan persamaan hidrostatis dan hukum Pascal dalam soal-soal
hitungan
3. HUKUM PASCAL:
a. Menjelaskan terjadinya gejala-gejala berkaitan dengan hukum Pascal
b. Menjelaskan penggunaan hukum pascal pada pompa hidrolik
c. Menggunakan persamaan hukum pascal dalam soal hitungan
65
d. HUKUM ARCHIMEDES:
a. Menjelaskan terjadinya pengurangan berat bila suatu benda dicelupkan ke
dalam zat cair (gaya keatas).
b. Menjelaskan faktor-faktor yang peristiwa dan mempengaruhinya.terapung,
melayang dan tenggelam
c. Memecahkan soal yang berkaitan dengan hukum archimedes
Tabel Rancangan penelitian
No Kegiatan Tanggal Kegiatan
Kelas VIII A jam Kelas VIII B Jam
1 Pre tes penalaran 28 jan 2010 1-2 28 jan 2010 3-4
2 Tekanan zat padat 2 feb 2010 5-6 2 feb 2010 3- 4
3 Tekanan hidrostatis 3 feb 2010 5-6 3 feb 2010 1-2
4 Hukum pascal 4 feb 2010 1-2 4 feb 2010 3-4
5 Hukum Archimedes (pemberian tugas) 9 feb 2010 5-6 9 feb 2010 1-2
6 Latihan soal (pemberian tugas) 10 feb 2010 5-6 10 feb 2010 1-2
7 Tes prestasi (ulangan harian) 16 feb 2010 5-6 16 feb 2010 3- 4
8 Pos tes penalaran 17 feb 2010 5-6 17 feb 2010 1-2
66
PROSES PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING
Pertemuan 1:
Peneliti memberikan pretes penalaran, untuk memperoleh data tentang kemampuan
awal penalaran siswa. Dan menjelaskan deskripsi pembelajaran yang akan dilakukan
dan melakukan pembagian kelompok.
Pertemuan 2: Tekanan Zat Padat
Siswa diberi ilustrasi gambar seorang yang beratraksi tidur diatas papan yang
berpaku, dan seorang anak yang menekan salah satu paku. Siswa diminta untuk
mendiskusikan dalam kelompok (4-5), situasi yang terjadi seperti yang diasajikan
gambar, mengapa orang yang tidur diatas papan paku tidak terasa kesakitan,
sedangkan anak kecil yang menekan satu paku, mersa kesakitan, yang disajikan
dalam LKS. Kemudian siswa diminta untuk menjelaskan hasil diskusi kelompok di
kelas dan di tanggapi oleh siswa lainnya. Peneliti menjelaskan dan menanggapi hasil
diskusi kelompok siswa. Kemudian menjelaskan dan menghubungkan konsep yang
berkaitan dengan permasalahan yang disajikan pada awal pembelajaran dan memberi
latihan soal.
Pertemuan 3: Tekanan Hidrostatis
Pada awal pembelajaran siswa diberi demonstrasi botol yang di lubangi, pada
kedalaman yang berbeda. Siwa diminta untuk mengisi LKS dan mendiskusikannya
secara kelompok. Dan menjelaskan hasil kerja kelompok, untuk di persentasikan
dikelas, dan ditanggapi siswa lain. Memberi pemecahan permasalahan dengan
memberi penjelasan konsep dan Memberi contoh soal.
Pertemuan 4: Hukum pascal
Memberikan demonstrasi didepan kelas dengan menggunakan plastik yang di isi air,
kemudian di lubangi dengan jarum, siswa diberi pertanyaan, mengapa air dapat
keluar dari lubang, dan alat suntik yang diisi air. Siswa berdiskusi dalam kelompok
untuk mencari pemecahan masalah yng diberikan pada LKS, dan siswa diminta
untuk menanggapi hasil kerja kelompok lain. Dari demonstrasi dan tanggapan siswa,
67
di hubungkan dengan konsep untuk menjelaskan hukum pascal dan alat-alat yang
digunakan berdasarkan hukum pascal dan Memberikan latihan soal.
Pertemuan 5: Hukum Archimedes
Pada awal pembelajaran siswa diberi pertanyaan, mengapa bila kita mengangkat batu
didalam air akan terasa ringan, kemudian melakukan demonstrasi untuk
membuktikan jawaban siswa, dengan menggunakan percobaan, dan siswa diminta
untuk mencatat hasil percobaan yang disajikan dalam LKS, siswa mendiskusikan
hasilnya dalam kelompok dan mempresentasikannya dikelas, yang ditanggapi oleh
siswa lain. Dari hasil diskusi dan tanggapan siswa dihubungkan dengan konsep gaya
apung dan menjelaskan konsep terapung, melayang dan tenggelam serta alat-alat
yang menggunakan hukum archimedes, pada akhir pembelajaran diberikan latihan
soal dan pemberaian tugas.
Pertemuan 6:
Peneliti memberikan soal latihan sebagai pendalaman materi dan dibahas bersama
siswa, didalam kelas dan pemberian tugas.
Pertemuan 7
Peneliti memberikan tes prestasi (ulangan harian), untuk memperoleh data hasil
belajar siswa selama mengikuti proses pembelajaran problem solving.
Pertemuan 8:
Peneliti memberikan postes penalaran, untuk memperoleh data, mengenai penalaran
siswa setelah mengikuti pembelajaran problem solving.
68
Lampiran 4. LKS
LKS 1
Pokok bahasan:TEKANAN PADA ZAT PADAT
Pertanyaan:
1. Perhatikan gambar berikut
Ketiga logam A, B, dan C terbuat dari bahan yang sama, bila dipukul dengan
gaya yang sama, menurutmu logam mana yang akan menancap paling
mudah pada kayu? Mengapa?
A B C
kayu
1000N 1000N 1000N
Kelompok: kelas:
69
2. Perhatikan gambar di bawah ini
Paku A, B dan C yang terbuat dari logam yang sama ,bila masing-masing paku
dipukul dengan gaya yang berbeda, seperti yang terlihat pada gambar,
menurutmu paku mana yang menancap paling mudah? Mengapa?
kayu
A B C
1000 N 2000 N 3000 N
70
3. Perhatikan kejadian beikut:
Seorang tidur diatas papan paku dan yang lain menekan satu paku,
menurutmu apakah tekanannya sama, mengapa?
4. Dari kegiatan diatas, menurutmu apa yang dimaksud dengan tekanan, dan
faktor apa yang mempengaruhinya?
71
LKS 2
Pokok bahasan: TEKANAN HIDROSTATIS
Peristiwa:
botol yang dilubangi pada ketinggian yang berbeda, dan di isi dengan air
Pertanyaan:
1.
Jika botol di isi dengan air, menurutmu lubang mana yang pancaran airnya
paling jauh? Mengapa?
A
B
Kelompok: kelas:
72
2. Botol A di isi dengan air dan botol B di isi dengan minyak tanah
pada ketinggian yang sama, menurutmu apakah kedua botol
kosong secara bersamaan?dan jika berbeda, botol mana yang
kosong terlebih dahulu, mengapa?
3. Menurutmu, faktor apa saja yang mempengaruhi besarnya tekanan
hidrostatis?
A B
73
LKS 3
Pokok bahasan: HUKUM PASCAL
Peristiwa: Sebuah tabung yang mempunyai lubang-lubang dibagian ujung yang
berbentuk bola, bila tabung di isi dengan air, kemudian piston ditekan.
Pertanyaan:
1. Kemanakah arah pancaran airnya?
2. Bagaimana tekanan yang dialami oleh air pada setiap lubang, sama atau
berbeda, mengapa?
P
Kelompok:
74
3. Apa kesimpulanmu?
75
LKS 4
Pokok bahasan: HUKUM ARCHIMEDES
Demonstrasi: benda ditimbang di udara dengan neraca pegas, kemudian di celupkan
didalam air.
Alat dan bahan
batu ,kayu,neraca pegas, gelas ukur, botol mineral, Air,
Gambar kegiatan
Kelompok:
76
Tabel pengamatan
Pertanyaan
1. Mengapa, kayu dan batu lebih ringan bila ditimbang didalam air,
dibandingkan diudara?
2. Kemana hilangnya berat benda tersebut?
Jenis benda Berat
benda (N)
Berat didalam
air (N)
Berat air yang
tumpah (N)
Batu
Kayu
77
3. Benda mana yang menyebabkan air paling banyak tumpah? Mengapa?
4. Apa kesimpulanmu?
78
Tugas individu
1. Menurutmu mana yang paling besar tekanannya, saat anda berdiri diatas
lantai, menggunakan satu kaki atau dengan kedu kaki?
2. Peristiwa: macam-macam benda padat: Telur, batu, kayu, gabus, botol
plastik kosong besi, batu apung, masing-masing dimasukan (dicelupkan)
kedalam zat cair yang sama, menurutmu apakah setiap benda padat pasti akan
tenggelam bila dimasukan kedalam zat cair? Mengapa?
3. Perstiwa: sebutir telur dimasukan kedalam air telur akan tenggelam, bila
ditambahkan garam, telur akan melayang di dalam air, dan bila ditambahkan
lagi garam yang pekat maka telur akan terapung, mengapa telur dapat
mangalami peristiwa tenggelam, melayang dan terapung didalam zat cair?
4. Dua buah botol yang volumenya berbeda yang satu besar dan yang lain kecil,
agar ketinggian air tetap sama kedua sisi botol disambung sebuah selang.
Kedua botol di lubangi pada ketinggian yang sama, bila kedua botol di isi
dengan air dengan ketinggian yang sama, apakah jarak pancar airnya sama
atau berbeda? Jelaskan?
Gambar percobaan:
79
LATIHAN SOAL
1. Sebuah perahu memliliki layar yang mengembang seluas 10 m2. Tentukan
gaya yang bekerja pada layar bila tekanan anginya , 13,6 N/m2?
2. Berapa besar tekanan hidrostatis pada titik A dan B, yang berada dalam
air seperti pada gambar dibawah ini (ρ air = 1000 kg/m3), tekanan pada
titik mana yang paling besar?
3. Sebuah alat pengangkat mobil dipakai untuk mengangkat mobil yang
massanya 4 ton (g = 10 m/s2). Bila perbandingan luas penampang besar
dan penampang kecil adalah 100:1, hitung berapa gaya yang diperlukan
untuk mengangkat mobil tersebut?
4. Sebuah balok dengan massa jenis 800 kg/m3, mengapung didalam air ½
bagian volumenya berada dibawah permukaan air (ρ = 1000kg/m3), bila
balok berukuran 1 m3. tentukan:
a. Besar Gaya apung yang dialami balok
b. Berat balok didalam air
B
A
2 m
1,5 m
80
PR
1. Tino mempunyai berat 450 N berjalan di lantai, memakai sepatu yang
mempunyai luas penampang 0,3 m, berapa tekanan yang yang diberikan
sepatunya terhadap lantai
2. Tentukan massa jenis sutu zat cair, Didalam wadah yang yang
mempunyai tinggi 2 m. Kemudian di celupkan sepotong besi kecil yang
tenggelam didasarnya dan mengalami tekanan 16000 N/m2?
3. Luas penampang bagian alat pengangkat mobil adalah 8 m2, sedangkan
luas penampang bagian penekan adalah 0,008 m2, apabila berat mobil
yang akan diangkat adalah 3 ton, berapakah besar gaya yang harus
diberikan pada pompa penekan agar mobil dapat terangkat?
4. Massa sebuah kapal barang 100 ton. Kapal tersebut bermuatan penuh
sehingga ¼ bagian kapal berada dibawah permukaan air laut (ρ = 1009
kg/m3). Bila volume kapal 400 m
3, berapakah berat muatan yang dapat
diangkat kapal?
81
LAMPIRAN 5. Soal tes penalaran
Soal tes penalaran
1.
Ketiga buah logam (A, B, dan C) yang terbuat dari bahan yang sama di pukul
dengan kekuatan (gaya) yang sama. Manakah yang akan menancap paling dalam
pada alas meja dibawahnya ?
a. A, karena semakin luas penampang yang bersentuhan dengan meja maka tekanan
yang diteruskan juga semakin besar, tekanan berbanding lurus dengan luas
penampang.
b. B, karena semakin kecil luas penampang maka tekanannya semakin besar. Seluruh
gaya akan terkonsentrasi pada luas penampang yang kecil sehingga tekanannya
menjadi besar.
c. C, bentuk geometris dari benda sangatlah mempengaruhi tekanan suatu benda.
Benda C memiliki luas penampang yang sama pada bagian atas dan bawahnya
sehingga menjadi lebih stabil. Kestabilan ini sangatlah mempengaruhi besarnya
tekanan pada alas meja.
82
d. Semuanya menancap dengan tekanan yang sama karena gaya yang diberikan
padanya besarnya sama. Logam tersebut hanyalah berfungsi meneruskan tekanan
martil kepada meja.
2.
Titik P, Q, R, S dan T berada dalam zat cair pada dua tabung yang disusun seperti
pada gambar. Titik yang tekanannya terbesar adalah ............. Mengapa ?
a. T karena semakin dalam benda dalam zat cair, tekanan yang dialaminyaakan
semakin besar, karena komposisi air pada bagian bawah lebih rapat daripada di
permukaan.
b. Semua sama, karena menurut hukum Pascal semua benda yang berada dalam zat
cair mengalami tekanan yang sama baik bila berada pada dasar (tenggelam),
tengah (melayang), maupun atas (terapung).
c. P, semakin dekat dengan permukaan zat cair maka benda akan mengalami
tekanan semakin besar, karena makin tinggi suatu tempat energy potensialnya
semakin besar.
83
d. S, karena benda yang berada tepat ditengah-tengah akan mendapat total tekanan
maksimum. Tekanan tersebut berasal dari segala arah, baik dari atas, bawah
maupun samping.
3. bejana di bawah ini di isi dengan air yang volumenya berbeda, bejana manakah yang
akan memberikan tekanan terbesar pada sisi bawahnya !
A B C
a. Semua bejana memberikan tekanan yang sama besar. Karena massa jenis yang
sama dalam bejana sama maka tekanan yang diberikan pada sisi bawahnya juga
akan sama.
b. Semua bejana memberikan tekanan yang sama besar. Karena kedua zat cair
memiliki ketingian yang sama.
c. Tekanan pada dasar bejana C lebih besar dari yang lain karena memiliki luas
penampang yang lebih kecil.
d. Tekanan pada dasar bejana B lebih besar dari yang lain karena dengan luas
penampang yang besar menyebabkan tekanan yang besar juga.
4. Menurut dugaanmu, sebuah perahu akan lebih mudah mengapung di permukaan air
danau yang dalam atau danau yang dangkal ?
a. Danau yang dalam, karena air yang banyak pada bagian bawah perahu akan
menopang perahu untuk terapung.
b. Danau yang dangkal, karena saat mengapung di permukaan danau yang dalam
akan menyebabkan perahu tertarik ke bawah.
84
c. Danau yang dalam, karena tiupan angin, danau yang dangkal akan memiliki arus
air yang mengalir kencang sehingga perahu menjadi sulit terapung.
d. Sama saja, saat mengapung perahu mengalami tekanan yang sama oleh air baik
berada pada danau yang dalam atau danau yang dangkal.
5. Sebutir telor yang dimasukkan ke dalam air tawar akan tenggelam, tetapi bila ke
dalamnya dimasukkan garam, maka telor tersebut pelan-pelan akan terapung di
dalam air. Bila telor yang terapung di dalam air garam tersebut kembali dituangkan
air ke dalamnya maka telor tersebut pelan-pelan akan turun sampai pada akhirnya
akan tenggelan seperti semula. Jelaskan secara singkat mengapa hal ini bisa terjadi !
a. Naik turunnya telor karena terjadi perbedaan massa jenis cairan. Bila massa jenis
cairan lebih kecil dari telor,maka telor akan tenggelam.Begitu sebaliknya.
b. Naik turunnya telor ini karena adanya perbedaan zat kimia yang dikandung zat
cair. Reaksi zat kimia itulah yang menyebabkan telor menjadi naik turun.
c. Naik turunnya telor karena terjadi perbedaan massa jenis cairan. Bila massa jenis
cairan lebih kecil dari telor, maka telor akan terapung. Begitu sebaliknya.
d. Garam mengandung gas yang menyebabkan telor menjadi terangkat naik. Bila
gasnya habis, maka telor akan turun.
6. Budi membandingkan berat batu yang diangkatnya bila ia berada di daratan dan di
dalam air. Di tempat manakah Budi lebih mudah mengangkat batu tersebut ?
a. Di dalam air tersebut batu akan terasa lebih berat karena dipengaruhi oleh
molekul-molekul zat cair yang menempel pada benda.
b. Di dalam air tersebut batu akan terasa lebih ringan karena kita dibantu oleh gaya
angkat (gaya archimedes) dari bawah.
c. Sama saja, karena berat benda bersifat kekal.
d. Sama saja, selama massa benda dan percepatan gravitasi di tempat tersebut sama
maka berat benda akan tetap sama.
85
7.
Sebuah balok alumunium yang tidak berongga digantungkan pada kait neraca
pegas. Apakah neraca pegas menunjukkan angka yang sama bila kedua benda
digantungkan di udara, setengahnya tercelup dalam air dan tenggelam?.
a. Sama karena berat benda tidak akan berubah dimana pun berada, baik dalam zat
cair maupun di udara.
b. Berbeda, semakin banyak bagian benda yang tercelup, maka semakin berat
benda tersebut karena tekanan dari bawah semakin kecil.
c. Berbeda, semakin banyak bagian benda yang tercelup, maka semakin berat
benda tersebut karena semakin banyak zat cair yang akan menempel pada benda.
d. Berbeda, benda yang berada di udara lebih berat, karena tidak ada gaya
penopang (gaya apung)
8. Mengapa perahu yang massanya ribuan ton dapat terapung di laut, sedangkan balok
besi tenggelam bila dimasukan didalam air?
a. Karena balok besi tidak mempunyai ruangan
b. Karena berat jenis balok besi lebih besar dari berat jenis zat cair
c. Karena berat air yang didesak oleh lebih kecil dari balok besi
d. Karena balok besi bentuknya tidak melangkung
86
9. Tempat manakah yang lebih baik digunakan untuk belajar berenang agar badan kita
lebih mudah terapung, di pantai atau di sungai ?
a. Sama saja, karena kemampuan kita untuk terapung tidak tergantung dari tempat
dan jenis cairan dimana kita belajar berenang.
b. Sungai, karena di sungai tidak ada arus air yang kencang sedangkan laut
memiliki arus yang kencang dan kita akan mudah terseret arus.
c. Pantai, karena massa jenis airnya lebih besar,. kita akan lebih mudah terapung
dan baik digunakan untuk belajar berenang.
d. Pantai, arus pantai akan membantu kita untuk mendapatkan tenaga tambahan
yang membantu kita tetap dalam keadaan terapung.
10. Pembuatan tanggul yang benar adalah ....
a. A, karena tekanan air akan diberikan merata pada sisi tanggul sehingga
pembuatan tanggul haruslah sama besar baik pada sisi bawah maupun
atasnya.
b. B, tanggul harus dibuat secara efisien. Karena pada bagian dasar kerapatan
air lebih besar, maka tekanannya akan besar juga. Untuk menanggulanginya
maka semakin ke bawah tanggul itu harus dibuat semakin tebal.
c. C, karena tekanan air terbesar berada pada bagian permukaan. Tekanan ini
disebabkan oleh derasnya aliran air pada permukaan atas tanggul.
87
d. C, karena sesuai dengan sifat air bahwa semakin ke atas tekanannya akan
semakin besar. Tekanan yang besar pada permukaan ini disebabkan oleh
kerapatannya yang besar.
11. Bejana di bawah ini di isi dengan air yang volumenya berbeda, bejana manakah yang
akan memberikan tekanan terbesar pada sisi bawahnya !
a. Semua bejana memberikan tekanan yang sama besar. Karena volume air dalam
bejana sama maka tekanan yang diberikan pada sisi bawahnya juga akan sama.
b. Tekanan pada dasar bejana A lebih besar dari yang lain karena memiliki luas
penampang yang lebih kecil.
c. Tekanan pada dasar bejana B lebih besar dari yang lain karena dengan luas
penampang yang besar menyebabkan tekanan yang besar juga.
d. Semua bejana memberikan tekanan yang sama besar. Karena kedua zat cair
memiliki massa jenis yang dan ketinggian yang sama
88
12.
A dan B memiliki massa yang sama besar hanya saja A berbentuk bola pejal
sedangkan B berbentuk bola pejal berongga. A dan B terbuat dari logam yang
sejenis. Mengapa bila dimasukkan ke dalam air A akan tenggelam sedangkan B akan
terapung ?
a. Sebuah benda yang berisi celah udara di dalamnya pasti akan terapung. Udara
yang ada di dalamnya itulah yang menyebabkan benda mendapat gaya dorong
sehingga menjadi terangkat ke atas dalam zat cair. Karena massa jenis udara lebih
kecil dari zat cair.
b. A menjadi tenggelam karena massa jenis A secara keseluruhan lebih kecil dari zat
cair.
c. B menjadi terapung karena massa jenis B secara keseluruhan lebih kecil dari zat
cair.
d. Meskipun kedua benda memiliki massa sama tetapi beratnya akan
berbeda.Perbedaan inilah yang menyebabkan A tenggelam dan B tetap terapung.
13. Dua buah balok P dan Q terbuat dari bahan yang sama, bila balok Q yang massanya
4 kg akan terapung, bila di masukan kedalam air. Apakah kayu P yang memiliki
massa 100 kg juga terapung? Jelaskan?
a. B akan tenggelam karena kubus yang berat pasti akan tenggelam dalam air.
b. B akan tenggelam karena benda yang bentuknya besar akan tenggelam dalam
air.
89
c. B akan tetap terapung karena memiliki massa jenis yang sama dengan A, bila A
terapung maka B juga pasti terapung.
d. Tidak bisa ditentukan, tergantung pada batas minimum air untuk menopang
benda B, bila massa B terlalu besar dan air tidak mampu menopangnya maka
balok B akan tenggelam meskipun A yang terbuat dari bahan sama terapung
dalam air.
14. Dua buah bejana silendris yang satunya diisi air dan yang lain minyak tanah.
Bejana tersebut mampu menampung 10 gelas zat cair yang diisi penuh. Bila kran
pada dasar dibuka bejana manakah yang kosong terlebih dahulu (lihat gambar).
a. Bejana yang berisi minyak tanah. Air memiliki massa jenis yang lebih besar dari
minyak tanah, sehingga air akan lebih lengket dibandingkan minyak tanah.
Molekul-molekul air akan lebih lebih lambat mengalir, sehingga bejana yang
berisi minyak tanah akan kosong terlebih dahulu.
b. Bejana akan kosong secara bersama-sama, karena semua jenis zat cair akan
memiliki sifat sama.
c. Bejana akan kosong secara bersama-sama, karena volume zat cair pada kedua
bejana sama banyaknya.
d. Bejana yang berisi air, air memiliki massa jenis yang lebih besar sehingga
tekanan pada dasar bejana akan lebih besar yang mengakibatkan bejana tersebut
kosong terlebih dahulu
90
15.
Sebuah benda ditimbang beratnya pada zat cair yang massa jenisnya berbeda dengan
menggunakan neraca pegas. Bila massa jenis cairan pada bejana A lebih besar dari
bejana B, apakah kedua neraca pegas menunjukkan hasil yang sama ? Mengapa !
a. A akan lebih berat dari B, karena massa jenis cairan A lebih besar (lebih kental)
sehingga lebih banyak partikel-partikel yang menempel pada benda A sehingga
A akan menjadi berat.
b. B akan lebih berat dari A, karena cairan B memliki massa jenis (kerapatan zat
cair yang lebih kecil), sehingga gaya angkatnya menjadi kecil. Gaya angkat
yang kecil ini menyebabkan benda B menjadi lebih berat dibandingkan A.
c. A akan lebih berat dari B, karena cairan B memiliki massa jenis (kerapatan zat
cair yang lebih kecil), sehingga gaya angkatnya menjadi kecil. Gaya angkat
yang kecil ini menyebabkan benda B menjadi lebih ringan dibandingkan A.
d. Bagaimanapun keadaan suatu benda, berat benda mutlak tergantung dari
besarnya massa dan percepatan gravitasi dimana benda tersebut berada, karena
berat benda bersifat kekal.
91
16.
Benda yang sama dicelupkan pada cairan yang memiliki massa jenis berbeda.
Massa jenis cairan A lebih besar dari massa jenis cairan B. Benda diikat dengan tali
yang dikaitkan pada dasar bejana. Bila massa jenis benda lebih kecil dari zat cair,
sehingga benda tersebut akan berusaha untuk terapung, tali manakah yang akan
memiliki tegangan lebih besar ?
a. Tali A, karena masa jenis cairan yang besar menyebabkan gaya angkat yang
besar juga sehingga tali memiliki tegangan yang besar.
b. Tali B, karena massa jenis B lebih kecil dari A menyebabkan benda B lebih
mudah terapung, tentunya tegangan lainya akan menjadi lebih besar dai A.
c. Sama saja, karena kedua benda memiliki volume yang sama.
d. Sama saja, karena kedua jenis zat cair massa jenisnya lebih besar dari massa
jenis benda. Kedua benda akan mengapung dan menarik tali dengan tegangan
yang sama.
17.
92
Bila A dan B adalah benda yang jenisnya sama, tetapi memiliki volume berbeda,
massa jenis kedua benda lebih kecil dari zat cair sehingga benda tersebut akan
berusaha untuk terapung. Kedua benda diikat dengan tali yang kemudian dikaitkan
pada dasar bejana. Dari kedua gambar tersebut tali manakah yang akan memiliki
tegangan lebih besar ?
a. Tali A tegangannya akan lebih besar karena benda A memiliki volume yang
besar sehingga gaya angkat yang diberikan oleh zat cair menjadi besar sehingga
tegangan talinya besar.
b. Tali B karena benda B memiliki volume yang kecil sehingga lebih mudah
terapung dan akan menarik tali tersebut ke atas dengan gaya yang lebih besar
dari benda A.
c. Sama saja, karena massa jenis A dan B sama maka tali akan tertarik ke atas
dengan gaya yang sama sehingga tegangnnya sama juga.
d. Sama saja, karena volume suatu benda tidak berpengaruh terhadap gaya
angkatnya.
18.
A1 dan A2 adalah piston yang dapat naik turun dan memiliki perbandingan luas
berbeda. Massa mobil Q jauh lebih besar dari massa bola P dan sistem dalam
keadaan setimbang. Bila benda P dan Q ditukar tempatnya apakah sistem tetap
dalam keadaan setimbang ? Mengapa ?
93
a. Tetap seimbang, karena sesuai dengan bunyi hukum Pascal bahwa tekanan zat
cair akan diteruskan ke segala arah dengan sama besar.
b. Mobil akan turun, pada penampang yang lebih sempit gaya total yang diberikan
oleh zat cair menjadi lebih kecil. Begitu pula sebaliknya pada penampang yang
lebih besar.
c. Mobil akan terangkat naik, karena penampang yang kecil akan memberikan
gaya angkat dan kecepatan yang besar, seperti semprotan air yang dijepit akan
menjangkau jarak pancaran air yang lebih panjangdaripada tidak dijepit.
d. Mobil akan turun karena massa jenis mobil lebih besar dari massa jenis zat cair.
19. Beban yang masanya 1 kg digantungkan dengan tali pada salah satu lengan neraca,
sehingga permukaan atasnya tepat di bawah permukaan air dalam sebuah bejana.
Neraca itu dibuat seimbang dengan menaruh sejumlah butir gotri dalam cawan yang
tergantung di lengan lain neraca itu. (lihat gambar)
Kalau beban itu dibiarkan masuk lebih dalam lagi ke dalam air dengan
memperpanjang tali penggantung kedua lengannya, apakah yang harus dilakukan
agar neraca tetap seimbang.
a. menambah gotri, karena tekanan zat cair di dasar lebih besar dari permukaan.
b. mengurangi gotri, karena tekanan zat cair di dasar lebih besar dari dipermukaan
c. tidak mengubah jumlah gotri, karena tekanan zat cair di dasar dan permukaan
adalah sama.
d. tidak bisa dipastikan, tergantung dari jenis zat cairnya karena setiap zat cair akan
memiliki perbedaan antara tekanan di permukaan dengan di dasar.
94
20. Suatu benda diukur volume, massa dan beratnya di bumi dan di bulan dimana
kedua tempat tersebut memiliki perbedaan percepatan gravitasi. Apakah masing-
masing pengukuran akan selalu menunjukkan hasil yang tetap sama ?
a. Volume, massa dan berat benda tetap, karena selama benda tersebut tidak
menerima / melepaskan kalor maka volume, berat dan massa akan selalu tetap
dimanapun benda tersebut berada.
b. Volume, massa dan berat benda berubah, karena hasil pengukuran volume,
massa dan berat benda bergantung pada tempat dimana benda tersebut diukur.
c. Volume, massa dan berat benda tetap, karena semua besaran-besaran tersebut
bersifat kekal.
d. Yang berubah hanyalah beratnya saja, sedangkan massa dan volumenya tetap.
Berat dipengaruhi oleh percepatan gravitasi di mana benda tersebut berada.
Massa bulan lebih kecil dari massa bumi sehingga besar percepatan gravitasinya
berbeda dan hasil pengukuran berat pun akanberbeda.
95
LAMPIRAN 6. Lembar jawaban dan kunci jawaban tes penalaran
LEMBAR JAWABAN TES PENALARAN
1 A B C D
2 A B C D
3 A B C D
4 A B C D
5 A B C D
6 A B C D
7 A B C D
8 A B C D
9 A B C D
10 A B C D
11 A B C D
12 A B C D
13 A B C D
14 A B C D
15 A B C D
16 A B C D
17 A B C D
18 A B C D
19 A B C D
20 A B C D
96
KUNCI JAWABAN TES PENALARAN
1. B
2. A
3. D
4. D
5. A
6. B
7. D
8. B
9. C
10. B
11. D
12. C
13. C
14. D
15. B
16. A
17. A
18. B
19. B
20. D
97
Lampiran 7. Soal Tes prestasi dan jawaban tes prestasi
TES PRESTASI
1. Apakah yang dimaksud dengan tekanan? (5)
2. Mengapa paku yang runcing lebih mudah ditancapkan daripada paku yang
tumpul? (5)
3. Tino mempunyai berat 450 N berjalan di lantai, memakai sepatu yang
mempunyai luas penampang 0,3 m2, berapa tekanan yang yang diberikan
sepatunya terhadap lantai? (10)
4. Faktor apa saja yang mempengaruhi besaranya tekanan hidrostatis? (5)
5. Mengapa semakin dalam kita menyelam didalam laut, telinga kita akan terasa
sakit? (5)
6. Berapa besar tekanan hidrostatis pada titik A dan B, yang berada dalam air
seperti pada gambar dibawah ini (ρ air = 1000 kg/m3), tekanan pada titik mana
yang paling besar? (15)
7. Luas penampang bagian alat pengangkat mobil adalah 8 m2, sedangkan luas
penampang bagian penekan adalah 0,008 m2, apabila berat mobil yang akan
diangkat adalah 30000N, berapakah besar gaya yang harus diberikan pada
pompa penekan agar mobil dapat terangkat? (15)
8. Bagaimana hubungan antara gaya keatas dengan berat benda dan masaa jenis
benda dan massa jenis zat cair, saat benda tenggelam, melayang dan
terapung, didalam air? (5)
B
1 m 0,6 m
A
98
9. Sebuah balok dengan massa jenis 800 kg/m3, digantung didalam air, hanya ¾
bagian volumenya berada dibawah permukaan air (ρ = 1000kg/m3), bila balok
berukuran 2 m3. tentukan: (15)
c. Besar Gaya apung yang dialami balok
d. Berat balok didalam air
Jawaban tes prestasi
1. Tekanan adalah besarnya gaya yang diberikan pada satu satuan luas
2. Karena paku yang runcing mempunyai luas penampang yang lebih kecil
dibandingkan paku yang tumpul, sehingga tekanannya lebih besar
dibandingkan dengan paku yang tumpul.
3. Diketahui:
F = 450 N
A = 0,3m2
Ditanyakan: P?
Penyelesaian:
P= F/A
P = 450N /0,3m2
P =1500 N/m2
4. Faktor yuang mempengaruhi tekanan hidrostatis adalah:
a. Kedalaman zat cair
b. Massa jenis zat cair
c. Percepatan gravitasi
5. Karena semakin dalam kita menyelam tekanan hidrostatis yang dialami
semakin besar, hal ini paling dirasakan oleh gendang telinga kita yang tipis.
6. Diketahui:
hA = 1m – 0,6m = 0,4 m
99
hB = 1m
ρair = 1000kg/m3
ditanyakan: PA dan PB
penyelesaian:
PA = ρair g hA
PA = 1000 kg/m3 10 m/s
2 0,4 m
PA = 4000 N/m2
PB = ρair g hB
PB = 1000 kg/m3 10 m/s
2 1 m
PB = 10.000 N/m2
Maka tekanan hidrostatis yang paling besar adalah pada titik B
7.
P1 = P2
F1/A1 = F2/A2
F1 / 0,008m2
= 30000N/8m2
F1 = (30000N / 8m2). 0,008m
2
F1 = 30 N
P1 P2
A2= 8 m2
A1 = 0, 008 m2
F1 ? F2 = 30.000N
100
8.
a. Tenggelam :
bila, berat benda lebih besar daripada gaya keatas( W > FA)
Massa jenis benda lebih besar dari massa jenis zat cair (ρbenda > ρzat cair )
b. Melayang:
bila, berat benda sama dengan gaya keatas ( W= FA)
Massa jenis benda sama dengan massa jenis zat cair (ρbenda = ρzat cair )
c. Terapung : bila, berat benda sama dengan gaya keatas ( W= FA)
Massa jenis benda lebih kecil dari massa jenis zat cair (ρbenda = ρzat cair )
9. Diketahui :
ρb = 800 kg/m3
ρair = 1000kg/m3
g =10 m/s2
V = 2m3
Vb = ¾ V
Vb = ¾ 2m3
= 1,5 m3
Ditanyakan:
FA dan W’
a. FA = ρair . g Vb
FA = 1000kg/m3
10m/s2 1,5 m
3
FA = 1500 N
b. m = ρb. V
m = (800 kg/m3
) (2m3)
m = 1600 kg
w = m.g
w = 1600 kg .10 m/s2
w = 1600 N
w’ = w –FA
w’ = 1600 N - 1500 N
w’ = 1000 N
Lampiran 14: Data kuesioner sikap siswa terhadap pembelajaran problem solving
No Skor pernyataan siswa tiap soal
Jlh Rata-
rata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
1 1 2 3 3 3 4 3 2 5 5 3 4 2 3 3 2 4 2 4 4 3 5 3 2 3 2 4 4 4 2 2 3 4 2 3 5 113 3,14
2 4 3 4 3 2 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 5 2 5 5 120 3,33
3 3 4 2 5 5 4 3 5 5 5 3 2 5 4 1 4 3 4 2 3 5 2 4 3 4 2 3 4 1 4 3 4 5 2 4 5 127 3,53
4 3 2 1 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 4 2 3 4 113 3,14
5 4 5 2 4 3 4 3 5 4 5 4 4 4 4 2 3 4 5 3 3 5 4 3 4 4 3 3 4 4 2 3 5 5 1 4 5 134 3,72
6 3 4 3 4 2 4 3 4 4 5 4 3 4 4 3 4 4 4 3 5 4 3 4 4 2 3 4 4 3 3 3 5 5 1 4 4 130 3,61
7 2 3 2 4 3 3 4 3 2 4 3 2 5 4 2 4 3 3 4 5 4 2 4 4 4 3 4 4 2 4 2 5 4 3 3 4 121 3,36
8 3 4 4 3 4 2 4 4 3 4 2 4 3 4 3 2 2 3 4 4 3 4 2 3 4 4 2 4 4 4 4 5 4 2 4 5 124 3,44
9 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 3 2 3 3 4 2 4 3 3 3 3 2 4 4 3 4 3 2 4 5 2 4 4 118 3,28
10 3 2 4 2 3 2 5 2 3 1 2 1 2 2 5 2 2 4 1 3 2 4 2 1 2 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 99 2,75
11 3 3 4 2 4 2 4 3 4 4 2 3 3 4 4 2 3 3 5 4 3 4 4 2 3 4 2 4 4 3 4 4 4 3 3 4 121 3,36
12 4 3 2 4 4 2 4 3 3 4 5 3 2 5 4 3 3 3 2 4 3 4 4 3 4 2 3 3 3 4 3 4 4 1 4 4 120 3,33
13 4 3 2 3 3 2 1 3 4 4 4 2 3 5 1 3 2 5 3 4 3 3 5 3 3 4 5 4 3 2 2 5 5 1 3 4 116 3,22
14 3 4 4 4 3 5 4 3 4 5 3 5 4 3 3 3 4 5 5 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 5 5 5 3 4 5 141 3,92
15 3 4 3 4 4 5 4 5 5 5 4 4 4 5 1 4 3 5 3 4 4 2 5 4 3 1 3 5 2 5 3 4 5 3 4 5 137 3,81
16 4 5 4 5 5 3 4 4 3 4 2 4 5 2 1 3 4 4 4 3 1 3 2 5 5 4 4 4 5 5 5 4 4 4 3 2 133 3,69
113
17 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 2 4 4 3 4 4 5 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 5 4 3 4 135 3,75
18 2 3 2 4 3 3 4 3 2 4 3 2 5 4 2 4 3 3 4 5 4 2 4 4 4 3 4 4 2 4 2 5 4 3 3 4 121 3,36
19 1 2 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 112 3,11
20 4 5 4 3 4 4 4 4 3 4 5 2 4 3 4 2 3 4 2 5 3 4 5 4 2 3 2 3 4 2 3 4 2 4 3 3 124 3,44
21 3 4 2 3 3 3 3 4 4 4 2 0 3 4 2 3 3 4 3 4 3 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 119 3,31
22 1 5 2 4 5 3 2 5 5 5 4 1 4 4 1 4 4 5 1 5 4 2 4 4 5 1 4 5 2 4 4 5 5 1 5 5 130 3,61
23 3 2 4 3 1 4 3 2 4 5 3 2 4 3 3 2 2 3 3 4 3 2 3 3 3 3 4 4 3 5 3 2 5 3 3 5 114 3,17
24 5 4 2 4 4 4 2 4 4 5 4 3 4 4 1 4 4 5 1 4 4 2 4 4 4 2 4 4 2 4 3 4 4 2 5 4 128 3,56
25 3 3 3 3 5 3 5 3 3 4 3 0 2 5 4 4 4 3 5 3 4 3 3 4 4 3 3 5 3 5 5 4 5 3 5 3 130 3,61
26 3 4 3 3 2 3 4 3 3 5 5 3 4 4 3 4 3 4 3 5 4 3 4 4 3 2 3 4 2 4 4 5 5 1 1 5 125 3,47
27 3 4 3 2 2 2 4 3 4 4 2 3 3 4 2 3 3 4 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 2 3 2 4 5 3 4 4 117 3,25
28 2 4 4 3 2 4 4 3 4 5 2 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 2 4 4 3 2 4 4 3 4 3 4 4 2 4 4 125 3,47
29 2 2 5 3 1 2 4 2 3 5 2 5 3 4 2 3 2 4 5 4 2 4 4 2 3 4 4 3 4 4 2 5 5 3 5 5 122 3,39
30 2 2 5 4 2 2 4 2 4 4 4 2 3 2 1 2 2 4 5 2 3 5 4 4 5 4 3 4 3 2 3 4 3 4 5 3 117 3,25
31 2 3 4 4 4 3 3 2 4 4 2 3 2 4 2 2 3 3 3 3 2 4 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 4 2 2 3 108 3,00
32 2 3 4 4 4 4 2 3 4 4 3 3 3 3 2 3 3 4 2 4 3 3 3 4 4 3 4 4 2 4 3 3 4 3 3 4 118 3,28
33 2 5 2 3 4 2 2 5 4 4 3 2 3 3 2 4 4 4 2 4 5 4 4 4 3 3 3 5 3 4 3 5 4 2 3 5 124 3,44
34 2 5 2 4 4 3 4 5 2 4 3 3 5 4 2 4 3 3 4 5 4 2 4 4 2 4 4 3 4 4 4 4 5 3 4 5 131 3,64
35 3 4 3 4 4 4 4 4 4 5 3 1 4 4 1 4 4 2 4 4 3 3 4 4 2 4 4 3 4 5 1 5 4 2 4 4 126 3,50
36 5 4 2 4 4 4 2 4 4 5 4 3 4 4 1 4 4 5 1 4 4 2 4 4 4 2 4 4 2 4 3 4 4 2 5 4 128 3,56
37 3 2 4 4 4 3 4 4 4 5 3 3 2 2 2 3 3 4 4 4 3 5 4 3 4 4 4 4 2 3 3 4 4 2 4 3 123 3,42
38 4 3 4 4 4 4 3 5 4 5 4 4 5 5 2 4 4 5 2 5 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 2 4 4 2 4 4 137 3,81
114
39 2 3 4 3 3 2 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 3 5 4 126 3,50
40 2 4 4 3 4 3 5 2 4 4 2 5 3 2 4 2 3 4 4 4 2 4 4 4 3 4 4 2 4 4 4 4 4 2 3 4 124 3,44
41 2 3 5 3 2 2 5 1 3 2 1 4 4 2 4 1 2 1 5 2 1 5 2 2 4 4 2 2 3 2 4 3 2 3 4 5 102 2,83
42 4 2 2 4 2 4 4 5 2 5 1 4 5 4 2 4 4 5 4 4 5 4 5 2 2 5 3 2 2 4 2 5 4 2 4 4 126 3,50
43 4 4 2 4 3 3 4 3 5 5 2 3 5 3 3 5 4 5 1 4 3 3 5 4 3 1 2 4 3 4 3 4 5 1 3 5 125 3,47
44 3 4 3 4 4 3 4 4 4 2 3 3 2 3 1 3 4 5 3 4 3 4 4 2 3 4 3 4 4 4 4 3 3 2 4 4 121 3,36
45 3 4 2 4 2 2 4 2 4 2 2 4 4 4 3 3 4 4 3 5 4 4 4 5 5 4 3 2 2 4 5 5 5 4 5 5 131 3,64
46 3 4 4 3 3 2 4 3 4 4 2 5 3 2 4 2 2 4 5 4 2 4 3 4 3 4 3 2 5 3 4 4 4 3 4 1 120 3,33
47 2 3 4 3 3 2 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 3 5 4 126 3,50
48 4 4 2 4 3 4 3 4 5 5 3 2 4 4 3 3 4 5 3 4 4 3 4 4 3 1 3 4 4 5 4 3 4 4 4 4 131 3,64
49 2 3 4 3 3 2 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 3 5 4 126 3,50
50 2 3 4 3 3 2 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 3 5 4 126 3,50
51 3 2 4 2 4 2 5 2 3 5 2 5 2 3 4 2 2 4 4 3 3 4 2 2 3 4 3 2 4 4 4 4 3 2 3 4 114 3,17
52 2 2 3 3 2 2 4 3 5 5 2 3 5 4 3 4 4 3 3 5 4 4 5 5 4 4 5 2 2 4 1 4 5 2 5 4 127 3,53
53 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 4 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 4 5 3 3 123 3,42
54 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 4 4 3 5 4 4 4 5 4 3 2 2 4 5 5 5 5 4 5 5 127 3,53
55 3 4 4 5 4 4 4 2 1 5 4 2 4 5 1 5 4 3 4 5 3 4 2 3 5 2 4 5 1 4 1 5 5 1 5 5 128 3,56
56 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 5 5 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 138 3,83
57 3 4 3 4 2 4 4 5 5 5 3 4 5 4 2 3 4 3 3 5 4 4 4 5 2 2 3 4 4 4 4 5 5 1 4 5 135 3,75
58 5 3 1 4 4 3 3 3 5 5 1 5 5 4 1 3 3 5 2 3 3 5 1 5 5 1 2 2 4 4 4 3 5 1 4 3 120 3,33
59 5 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 2 3 4 4 5 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 5 4 5 4 136 3,78
60 3 3 4 2 4 2 4 2 4 5 1 5 3 2 4 1 2 4 4 3 2 4 2 3 4 5 4 3 4 3 3 3 4 2 3 2 113 3,14
115
61 5 5 1` 3 5 3 3 5 5 5 1 1 3 5 5 5 3 5 2 5 5 1 5 5 3 1 5 3 1 5 5 3 5 1 3 5 130 3,61
62 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 2 3 4 4 5 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 5 4 5 4 134 3,72
63 3 4 4 4 3 3 4 5 2 4 2 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 1 3 3 3 119 3,31
64 2 3 4 3 3 2 2 3 4 4 2 5 2 3 3 3 2 3 3 4 2 5 3 2 3 3 3 3 2 4 3 3 4 2 3 5 110 3,06
65 3 4 2 3 4 3 2 4 4 4 4 2 4 4 2 3 4 3 2 4 3 4 4 4 3 2 4 4 2 3 4 4 4 2 4 4 120 3,33
66 3 4 3 4 3 3 4 4 2 4 2 3 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 1 3 3 118 3,28
67 2 4 5 2 2 2 4 2 4 5 3 4 3 4 4 2 2 4 5 3 2 4 4 2 3 4 3 2 5 4 4 3 4 3 3 2 118 3,28
68 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 2 3 4 4 5 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 5 4 5 4 134 3,72
69 2 4 2 4 5 3 2 4 4 5 2 2 4 4 1 4 3 4 3 5 4 2 4 4 2 1 4 4 2 4 4 4 5 1 5 5 122 3,39
70 2 4 5 4 4 3 4 4 4 4 4 2 4 5 1 3 3 3 5 4 3 3 5 5 5 1 3 4 2 2 5 4 5 2 5 4 130 3,61
71 3 4 4 4 4 3 4 5 4 4 4 5 5 4 2 5 4 5 3 5 4 4 5 5 3 2 4 4 2 3 2 4 5 3 4 5 140 3,89
72 4 5 2 4 4 3 3 4 4 5 4 3 4 5 2 5 4 4 2 4 4 3 4 4 4 3 5 4 2 4 3 5 4 2 4 4 134 3,72
73 3 4 2 4 4 3 3 4 4 5 2 2 3 5 2 3 4 4 3 4 4 1 4 4 4 3 2 4 2 3 2 4 5 2 4 4 120 3,33
74 3 3 2 4 3 3 2 4 5 5 3 3 4 3 3 3 3 5 2 5 4 3 4 4 4 3 4 4 2 4 4 5 5 3 4 4 129 3,58
75 2 4 5 4 4 4 3 4 3 4 2 1 3 2 1 2 2 3 2 2 4 1 2 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 114 3,17
jumlah 221 265 239 260 253 231 262 259 277 315 219 227 270 275 195 243 243 288 239 298 254 254 278 265 257 226 256 267 228 273 252 303 321 190 290 305 9298 258,28
116
109
Lampiran 13. Kuiesoner sikap
KUESIONER SIKAP SISWA
TERHADAP PEMBELAJARAN
Nama :
No absent :
Mata Pelajaran : IPA Kelas VIII
Hari/tanggal : ………………
Petunjuk
1. Pada kuesioner ini terdapat 36 pernyataan. Pertimbangkan baik-baik setiap
pernyataan dalam kaitannya dengan materi pembelajaran yang baru selesai kamu
pelajari, dantentukan kebenaranya. lingkarilah jawaban yang benar-benar cocok
dengan pilihanmu..
2. Pertimbangkan setiap pernyataan secara terpisah dan tentukan kebenarannya.
Jawabanmu jangan dipengaruhi oleh jawaban terhadap pernyataan lain.
Keterangan Pilihan jawaban:
STS = sangat tidak setuju
TS = tidak setuju
R = ragu-ragu
S = setuju
SS = sangat setuju
110
PERNYATAAN Pilihan Jawaban
1. Pertama kali saya melihat pembelajaran ini,saya percaya
bahwa pembelajaran ini mudah bagi saya.
2. Pada awal pembelajaran, ada sesuatu yang menarik bagi
saya.
3. Materi pembelajaran ini lebih sulit dipahami daripada
yang saya harapkan.
4. Setelah membaca informasi pendahuluan dalam, saya
yakin bahwa saya mengetahui apa yang harus saya
pelajari dari pembelajaran ini.
5. Menyelesaikan tugas-tugas dalam pembelajaran ini
membuat saya merasa puas terhadap hasil yang telah
saya capai.
6. Jelas bagi saya bagaimana hubungan materi
pembelajaran ini dengan apa yang telah saya ketahui.
7. Banyak halaman-halaman yang mengandung amat
banyak informasi sehingga sukar bagi saya untuk
mengambil ide-ide penting dan mengingatnya.
8. Materi pembelajaran ini sangat menarik perhatian.
9. Terdapat contoh yang menunjukkan kepada saya
bagaimana manfaat materi pembelajaran ini bagi
beberapa orang.
10. Menyelesaikan pembelajaran dengan berhasil sangat
penting bagi saya.
11. Kualitas tulisannya membuat saya sangat menarik.
12. Pembelajaran ini sangat abstrak sehingga sulit bagi saya
untuk tetap mempertahankan perhatian saya.
13. Selagi saya bekerja pada pembelajaran ini, saya percaya
bahwa saya dapat mempelajari isinya.
14. Saya sangat senang pada pembelajaran ini sehingga saya
ingin mengetahui lebih lanjut pokok bahasan ini.
15. Halaman-halaman pembelajaran ini kering dan tidak
menarik.
STS TS R S SS
STS TS R S SS
STS TS R S SS
STS TS R S SS
STS TS R S SS
STS TS R S SS
STS TS R S SS
STS TS R S SS
STS TS R S SS
STS TS R S SS
STS TS R S SS
STS TS R S SS
STS TS R S SS
STS TS R S SS
STS TS R S SS
111
16. Isi pembelajaran ini sesuai dengan minat saya.
17. Cara penyusunan informasi pada halaman-halaman
membuat saya tetap mempertahankannya.
18. Terdapat penjelasan dan contoh-contoh bagaimana
manusia menggunakan pengetahuan dalam
pembelajaran ini.
19. Tugas-tugas latihan pada pembelajaran ini terlalu sulit.
20. Pada pembelajaran ini ada hal-hal yang merangsang rasa
ingin tahu saya.
21. Saya benar-benar senang mempelajari pembelajaran ini.
22. Jumlah pengulangan pada pembelajaran ini kadang-
kadang membosankan saya.
23. Isi dan gaya tulis pada pembelajaran ini memberi kesan
bahwa isinya bermanfaat untuk diketahui.
24. Saya telah mempelajari sesuatu yang sangat menarik dan
tak terduga sebelumnya.
25. Setelah mempelajari pembelajaran ini beberapa saat,
saya percaya bahwa saya akan berhasil dalam tes.
26. Pembelajaran ini tidak relevan dengan kebutuhan saya
sebab sebagian besar isinya tidak saya ketahui.
27. Kalimat umpan balik setelah latihan, atau komentar-
komentar lain pada pembelajaran ini, membuat saya
merasa mendapat penghargaan bagi upaya saya.
28. Keanekaragaman pada demonstrasi dan eksperimen
yang dilakukan, tugas, dan ilustrasinya menarik
perhatian saya pada pembelajaran ini.
29. Gaya tulisan LKS yang digunakan membosankan.
30. Saya dapat menghubungkan isi pembelajaran ini dengan
hal-hal yang telah saya lihat, saya lakukan, atau saya
pikirkan di dalam kehidupan sehari-hari.
31. Pada setiap pertanyaan dalam LKS terdapat banyak kata
yang tidak dimengerti.
STS TS R S SS
STS TS R S SS
STS TS R S SS
STS TS R S SS
STS TS R S SS
STS TS R S SS
STS TS R S SS
STS TS R S SS
STS TS R S SS
STS TS R S SS
STS TS R S SS
STS TS R S SS
STS TS R S SS
STS TS R S SS
STS TS R S SS
STS TS R S SS
112
`
32. Saya merasa bahagia menyelesaikan dengan berhasil
pembelajaran ini.
33. Isi pembelajaran ini akan bermanfaat bagi saya.
34. Sedikitpun saya tidak memahami materi pembelajaran
ini.
35. Organisasi yang baik isi materi pembelajaran ini
membuat saya percaya diri bahwa saya akan dapat
mempelajarinya.
36. Suatu hal yang sangat menyenangkan mempelajari
pembelajaran yang dirancang dengan baik.
STS TS R S SS
STS TS R S SS
STS TS R S SS
STS TS R S SS
STS TS R S SS
101
Lampiran 9. Data hasil pretes dan postes penalaran
Data hasil analisis pretes dan postes penalaran, menggunakan
microsof excel
No
Skor
Pretes
(X)
Skor
Postes
(Y)
1 40 40
2 50 55
3 50 55
4 55 60
5 60 75
6 45 60
7 55 55
8 55 50
9 40 50
10 55 80
11 45 40
12 45 50
13 50 55
14 35 35
15 40 40
16 20 30
17 45 35
18 50 40
19 35 60
20 45 55
21 35 35
22 60 80
23 40 30
24 50 50
25 40 50
26 60 65
27 30 55
28 55 40
29 50 80
30 40 45
102
31 25 50
32 40 35
33 50 40
34 50 75
35 60 55
36 45 65
37 60 40
38 55 65
39 35 35
40 30 40
41 40 70
42 30 20
43 40 55
44 45 50
45 35 40
46 40 45
47 50 45
48 50 35
49 40 65
50 30 55
51 55 50
52 60 55
53 30 40
54 60 60
55 35 40
56 30 45
57 55 55
58 35 40
59 55 45
60 30 35
61 55 40
62 50 50
63 40 30
64 45 45
65 30 60
66 30 35
67 50 50
68 40 45
69 40 50
103
70 25 45
71 40 30
72 20 45
73 45 65
74 40 50
75 35 30
Jumlah 3255 3665
Rata-rata 43.40 48.87
Standar
deviasi 10.37 12.93
104
Lampiran 10. Hasil uji-t
Hasil uji-T pretes dan postes, menggunakan SPSS
T-Test Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error
Mean
Pair 1 pretest 43.4000 75 10.37018 1.19744
postest 48.8667 75 12.93365 1.49345
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 pretest & postest
75 .455 .000
Paired Samples Test
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error
Mean
95% Confidence Interval of the Difference
Lower Upper
Pair 1 pretest - postest
-5.46667 12.36203 1.42744 -8.31091 -2.62242 -3.830 74 .000
104
105
Lampiran 11. Data hasil tes prestasi
NO Skor tes prestasi
1 72,5
2 22,5
3 57,5
4 90
5 80
6 78,8
7 51,3
8 98,8
9 30
10 88,8
11 51,3
12 52,3
13 65
14 53,8
15 65
16 17,5
17 56,3
18 32,5
19 72,5
20 77,5
21 83,8
22 96,3
23 38,8
24 75
25 67,5
26 65
27 76,3
28 86,3
29 53,8
30 66,3
31 56,3
32 46,3
33 83,8
34 66,3
106
35 52,5
36 83,8
37 92,5
38 78,8
39 28,3
40 613
41 51,3
42 58,8
43 83,8
44 57,5
45 40
46 31,3
47 65
48 65
49 83,8
50 77,5
51 81,3
52 65
53 46,3
54 43,8
55 33,8
56 47,5
57 65
58 71,3
59 66,3
60 52,5
61 65
62 68,8
63 65
64 55
65 81,3
66 62,5
67 67,5
68 62,5
69 67,5
70 27,5
71 41,3
72 26,3
73 60
107
74 46,3
75 43,8
Jumlah 4600
Rata-rata 61,33
Standar
deviasi 18,64
108
Lampiran 12. Uji korelasi postes penalaran dan prestasi
Correlations
Correlations
postes prestasi
postes Pearson Correlation
1 ,386(**)
Sig. (2-tailed) . ,001
N 75 75
prestasi Pearson Correlation
,386(**) 1
Sig. (2-tailed) ,001 .
N 75 75
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).