penilaian kualitas terjemahan (studi kasus terjemahan...

106
PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan Fiqh Al Islâm Wa Adilatuh Bab Salat Pasal 1 Karya Dr. Wahbah Al-Zuh ailî) Universitas Islam Negeri SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Oleh: Amir Hamzah 104024000829 JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 M/1431 H

Upload: volien

Post on 07-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN

(Studi Kasus Terjemahan Fiqh Al Islâm Wa Adilatuh Bab Salat Pasal 1

Karya Dr. Wahbah Al-Zuhailî)

Universitas Islam Negeri

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Oleh:

Amir Hamzah

104024000829

JURUSAN TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2011 M/1431 H

Page 2: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H
Page 3: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

LEMBAR PERNYATAAN

Bismillahirrahmanirrohim

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Amir Hamzah NIM : 104024000829 Jurusan : Tarjamah Fakultas : Adab dan Humaniora Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana Strata 1 (S1) di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, Maret 2011

Amir Hamzah

Page 4: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN

( Studi Kasus Terjemahan Fiqh Al Islâm Wa Adilatuh Bab Salat Pasal 1

Karya Dr. Wahbah Al -Zuhailî)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora Untuk Memenuhi

Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Sastra

Oleh

Amir Hamzah

NIM: 104024000829

Di bawah Bimbingan

Dr. Akhmad Saehudin M.Ag

NIP. 19700505 20003 1003

JURUSAN TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2011 M/1431 H

Page 5: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

PENGESAHAN PANITA UJIAN

Skripsi yang berjudul Penilaian Kualitas Terjemahan (Studi Kasus Terjemahan Fiqh al-Islâm Wa Adillatuh Bab Salat Pasal 1 karya Dr. Wahbah Al-Zuhaili), yang telah diujikan dalam Sidang Munaqosah Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada senin tanggal 14 Maret 2011, skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra Strata 1 (S1) pada jurusan Tarjamah.

Jakarta, Senin 14 Maret 2011

Panitia Ujian Munaqosah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan) Sekretaris Panitia (Sekretaris Jurusan) . DR. H. Akhmad Saehudin M.Ag Moch Syarif Hidayatullah M.Hum NIP. 19700505 20003 1 003 NIP. 19791229 200501 1 004

Anggota Penguji 1 Penguji 2 Dr. Abdullah M.A Moch Syarif Hidayatullah M.Hum NIP.19610825 199303 1 002 NIP. 19791229 200501 1 004

Mengetahui Dekan Fakultas Adab dan Humaniora

Dr. Abd. Wahid Hasyim, M.Ag. NIP. 19560817 198603 1 006

Page 6: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

v

PEDOMAN TRANSLITERASI

Padanan Aksara

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan ١ tidak dilambangkan b be ب t te ت ts te dan es ث j je ج h h dengan garis bawah ح kh ka dan ha خ d de د dz de dan zet ذ r er ر z zet ز s es س sy es dan ye ش s es dengan garis di bawah ص d de dengan garis di bawah ض t te dengan garis di bawah ط z zet dengan garis bawah ظ koma terbalik di atas hadap kanan ‘ ع gh ge dan ha غ f ef ف q ki ق k ka ك l el ل m em م n en ن w we و h ha ھ apostrof ’ ء y ye ي

Page 7: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

vi

Vokal

a. Vokal Tunggal

Tanda Vokal Arab tanda Vokal Latin Keterangan a Fathah

i kasrah

u dammah

b. Vokal Rangkap

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan ai a dan i ي au a dan u و

c. Vokal Panjang

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan â a dengan topi di atas ا î i dengan topi di atas ي û u dengan topi di atas و

d. Kata Sandang Kata sandang, yang dialihkan dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu, dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik dikuti huruf syamsiah maupun huruf qamariyyah. Contoh: al-rijal bukan ar-rijal.

e. Syaddah (Tasydid) Syaddah atau tasysid yang dalam system tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda ( ) dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu.

f. Ta Marbutah Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbutah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/. hal yang sama juka berlaku jika ta marbutah tersebut diikuti oleh kata sifat (na’t). namun, jika huruf ta marbutah tersebut diikuti kata benda (ism) maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadu huruf /t/.

Page 8: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

vii

ABSTRAK Amir Hamzah Penilaian Kualitas Terjemahan (Studi Kasus Terjemahan Kitab Fiqh Al-Islam Wa Adlatuh Karya Dr. Wahbah Al-Zuhaili)

Menilai terjemahan adalah kegiatan yang bertujuan melihat keakuratan,

mengukur kejelasan, serta menimbang kejelasan. Keakuratan berarti sejauh mana pesan dalam Tsu disampaikan dengan benar dalam Tsa. Kejelasan berarti sejauh mana pesan yang dikomunikasikan dalam Tsa dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca Tsa. Pesan yang ditangkap Tsu sama dengan pesan yang ditangkap oleh pembaca Tsa. Kewajaran berarti sejauh mana pesan dikomunikasikan dalam bentuk yang lazim, sehingga pembaca Tsa merasa bahwa teks yang dibacanya adalah teks asli yang ditulis dalam Bsa.

Dalam penilaian terjemahan sesuatu yang dinilai adalah produk bukan proses penerjemahan, hal ini berarti bahwa yang dinilai adalah hasil terjemahan. Sehingga penilaian di sini, bukan lagi menilai bagaimana hasil itu diproduksikan, pada tahap mana kesalahan terjadi.

Penelitian ini ingin mengetahui sejauh mana ketepatan, kejelasan dan kewajaran hasil terjemahan yang dilakukan oleh penerjemah pada setiap kata, frase, klausa dan kalimat yang terdapat pada buku Fiqh Al-Islâm Wa adilatuh. Evaluasi dan analisa yang dilakukan merujuk kepada beberapa aspek-aspek pokok penilaian. Aspek-aspek itu antara lain : penyampain pesan yang tepat dan lugas, penggunaan struktur kata yang sepadan dengan bahasa sasaran, pemilihan diksi yang berterima, keefektifan kalimat, serta penggunaan tanda baca dan ejaan yang sesuai hingga penggunaan gaya bahasa yang tepat. Hasil-hasil evaluasi tersebut akan dimasukan ke dalam tabel hitungan matematis yang akan dijumlahkan untuk mengetahui nilai dari terjemahan. Dari segi ketepatan hasil terjemahan buku ini, peneliti banyak mendapati ketidak tepatan dalam mengalihkan pesan sesuai dengan maksud dan tujuan penulis asli sehingga banyak pesan yang tidak tersampaikan secara benar. Hal ini akan berakibat pada pemahaman yang sulit bagi kalangan pembaca teks sasaran. Dari segi kejelasan peneiliti juga banyak menemukan pengalihan teks sumber yang jauh dari kelaziman pada bahasa sasaran. Hal itu terlihat dari penggunaan diksi yang banyak menggunakan kata-kata yang kurang tepat dan salah. Selanjutnya penggunaan kalimat yang tidak efektif serta penggunaan tanda baca yang tidak baku. Kesalahan-kesalahan ini mengakibatkan menurunnya kualitas dan nilai terjemahan buku ini.

Page 9: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahim

Saya bersyukur kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya saya

dapat merampungkan skripsi ini. Shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi besar

Muhammad SAW, yang telah membawa kita sebagai umatnya mampu dalam

mengenal, mencari, dan menegakkan syariat Islam. Saya menyadari, skripsi yang

saya tulis itu bukan merupakan suatu yang instant. Itu buah dari suatu proses yang

relatif panjang, menyita segenap tenaga dan fikiran. Penulisan skripsi itu saya

lakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana

Sastra di Jurusan Tarjamah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Yang pasti tanpa segenap motivasi, kesabaran, kerja keras, dan doa –

mustahil saya sanggup untuk menjalani tahap demi tahap dalam kehidupan akademik

saya di Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada

dasarnya dalam proses penulisan skripsi ini saya mengalami berbagai halangan dan

rintangan, akan tetapi dengan adanya bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak

akhirnya skripsi ini dapat saya selesaikan.

Pada Kesempatan ini Penulis menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya atas

segala dukungan, bantuan, dan bimbingan dari beberapa pihak selama proses studi

dan juga selama proses penyusunan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Dr. H. Abd Wahid Hasyim, M.Ag Dekan Fakultas Adab dan Humaniora.

2. Dr. Akhmad Saehudin M.A Ketua Jurusan Tarjamah beserta staff.

3. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Adab dan Humaniora yang telah banyak

membimbing dan menyampaikan Ilmu pengetahuannya kepada penulis,

mudah-mudahan bermanfaat bagi penulis di dunia dan akhirat.

4. Bapak Dr. Akhmad Saehudin M.Ag. selaku Dosen Pembimbing yang telah

berkenan membimbing saya dalam penulisan skripsi. Betapa arahan, petunjuk

Page 10: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

serta bimbingan beliau sangat membantu saya sehingga saya dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

5. Pimpinan dan staff administrasi Perpustakaan utama UIN, Perpustakaan

Fakultas Adab dan Humaniora, yang telah memberikan kesempatan kepada

saya untuk memanfaatkan dan memimjamkan buku-buku yang berhubungan

dengan skripsi.

6. Alm ayahanda H.M. Hamdani dan Ibunda Hj. Indah, orang tua saya, yang

telah membesarkan dan mendidik saya. Saya mutlak berterima kasih dan

sekaligus meminta maaf kepada beliau berdua karena hanya dengan dukungan

beliau berdualah saya dapat melanjutkan pendidikan saya hingga perguruan

tinggi. Saya menyadari, tanpa beliau berdua, mustahil saya bisa menjadi

sekarang. Begitu banyak pengorbanan yang beliau berikan kepada saya, dari

kecil hingga dewasa. Pengorbanan serta kasih sayang yang tak terhitung dan

tak terhingga banyaknya.

7. Kakak serta adikku tersayang terima kasih banyak karena telah memberikan

semangat, bantuan dan doanya, serta menjadi motivasi hidup saya untuk

selalu berkarya. Serta seseorang (Chairunnisa) yang telah banyak membantu

dan memberikan semangat kepada Penulis untuk senatiasa memberikan yang

terbaik.

8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H Syamsul Maarif

Hamzah (Gus Arif), K.H Sholihin Ilyas, Ustd Arif, serta Gus Lubi, doa serta

dukungan beliau sangat membantu Penulis untuk senantiasa berbuat yang

terbaik.

9. Teman-teman seperjuangan di Dzigho yang senantiasa mengiringi dan

menemani Penulis dalam doa.

10. Sahabat-sahabat seperjuangan ( Kojek, Heri, Hafidz, Tatam, Erwan, Omen

dan teman-teman tarjamah angkatan 04) atas dorongan dan kebersamaan

yang tidak terlupakan. Kehadiran kalian membuat warna dalam hidup ini,

semangat dan keceriaan yang pernah kita lewatkan tidak akan pernah

tegantikan.

Page 11: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

11. Semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini, yang tidak dapat

penulis sebutkan namanya satu persatu, terima kasih.

Semoga Allah Yang Maha Esa senantiasa memberikan Rahmat dan Karunia-

Nya kepada semua pihak yang telah memberikan segala bantuan tersebut di atas.

Skripsi ini tentu saja masih jauh dari sempurna, sehingga penulis dengan senang hati

menerima kritik demi perbaikan. Kepada peneliti lain mungkin masih bisa

mengembangkan hasil penelitian ini pada ruang lingkup yang lebih luas dan analisis

yang lebih tajam.

Semoga skripsi ini memiliki nilai manfaat dalam memasuki dunia pendidikan

di masa yang akan datang, khususnya bagi penulis dan pembaca umumnya. Amiin…

Jakarta, Maret 2011

Penulis

Page 12: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H
Page 13: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

DAFTAR ISI

lembar Judul ...................................................................................................... i

lembar Pernyataan ............................................................................................. ii

lembar Persetujuan Pembimbing ........................................................................ iii

Lembar Pengesahan ........................................................................................... iv

Lembar Pedoman Transliterasi ........................................................................... v

abstrak .............................................................................................................. vii

Kata Pengantar .................................................................................................. viii

Daftar Isi ........................................................................................................... xi

Daftar Tabel ...................................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

B. Pembatasan dan Perumusan masalah .................................... 7

C. Tujuan dan manfaat Penelitian .............................................. 7

D. Tinjauan pustaka ................................................................... 8

E. Metodologi penelitian ........................................................... 8

F. Sistematika penulisan ............................................................ 9

BAB II KAJIAN TEORI

A. Penilaian Terjemahan

1. Pokok-Pokok Penilaian ................................................... 11

a. Struktur (Gramatika) ................................................... 11

b. Pemakaian Ejaan......................................................... 12

c. Diksi ........................................................................... 12

d. Idiom .......................................................................... 13

e. Efektifitas Kalimat ...................................................... 14

f. Gaya Bahasa ............................................................... 15

Page 14: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

2. Teknik Penilaian Terjemahan ......................................... 16

a. Tes Perbandingan (Komparatif) .................................. 16

b. Tes Penerjemahan Ulang ............................................ 17

c. Tes Keterpahaman ...................................................... 17

d. Tes Kewajaran ............................................................ 18

e. Tes Kekonsistenan ...................................................... 18

3. Kualitas Terjemahan ...................................................... 19

a. Tepat ......................................................................... 19

b. Jelas ............................................................................ 20

c. Wajar ......................................................................... 20

4. Pedoman Penilaian Terjemahan ...................................... 21

a. Ismail Lubis ............................................................. 21

b. Rochayah Machali .................................................... 23

c. Syarif hidayatullah ................................................... 25

5. Nilai Terjemahan ........................................................... 26

a. Terjemahan Hampir Sempurna .................................. 27

b. Terjemahan Sangat Baik……………………………..27

c. Terjemahan Baik ……………………………….……27

d. Terjemahan Cukup …………….…………………….28

e. Terjemahan Buruk ………………..………….………28

BAB III Gambaran Umum

A Teks Sumber ......................................................................... 29

a. Kitab Terjemahan Fiqh Al-Islâm Wa Adilatuh …...…29

b. Riwayat Singkat Penerjemah

(Prof. K.H. Masdar Helmy)…………………………...30

B Teks Sasaran ........................................................................ 31

BAB IV ANALISIS

Page 15: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

1. Halaman Pertama ....................................................... 33

2. Halaman Kedua .......................................................... 48

3. Halaman ketiga ........................................................... 59

4. Halaman Keempat ...................................................... 65

5. Halaman Kelima ........................................................ 72

BAB V PENUTUP

A Kesimpulan .......................................................................... 80

B saran .................................................................................... 81

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 16: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H
Page 17: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penilaian terjemahan sangat penting disebabkan dua alasan: (1) untuk

menciptakan hubungan dialektik antara teori dan praktik penerjemahan; (2) untuk

kepentingan kriteria dan standar dalam menilai kompetensi penerjemah, terutama

apabila kita menemui beberapa versi teks bahasa sasaran (Bsa) dari teks bahasa

sumber (Bsu) yang sama.1

Menilai terjemahan juga menilai tingkat keterpahaman, yang berarti ada dan

tiadanya dua ungkapan: (a) ungkapan yang dapat menimbulkan salah paham dan (b)

ungkapan yang membuat pembaca sangat sulit memahami amanat yang

dikandungnya karena faktor kosa kata dan gramatika.2

Menilai terjemahan juga meliputi: (1) melihat keakuratan atau ketepatan ; (2)

mengukur kejelasan; (3) menimbang kewajaran. Keakuratan berarti sejauh mana

pesan dalam Tsu disampaikan dengan benar dalam Tsa. Kejelasan berarti sejauh

mana pesan yang dikomunikasikan dalam Tsa dapat dipahami dengan mudah oleh

pembaca Tsa. Pesan yang ditangkap Tsu sama dengan pesan yang ditangkap oleh

pembaca Tsa. Kewajaran berarti sejauh mana pesan dikomunikasikan dalam bentuk

yang lazim, sehingga pembaca Tsa merasa bahwa teks yang dibacanya adalah teks

asli yang ditulis dalam Bsa. Karenanya, aspek yang harus dinilai adalah: (1) pesan

terterjemahkan atau tidak; (2) kewajaran dan ketepatan pengalihan pesan; (3)

1 Rochayah Machali, Pedoman Bagi Penerjemah, (Jakarta: Grasindo,2000), h.108. 2 SyihAbûddin, Penerjemahan Arab Indonesia, (Bandung: Humaniora, 2005), h.195.

Page 18: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

2

kesesuaian hal-hal teknis dalam kerja penerjemahan dengan tata bahasa dan ejaan

yang berlaku.3

Dalam penilaian terjemahan sesuatu yang dinilai adalah produk bukan proses

penerjemahan, dalam arti bahwa yang dinilai adalah hasil terjemahan. Kita bukan

menilai, misalnya bagaimana hasil itu diproduksikan, pada tahap mana kesalahan

terjadi, sehingga penilaian terjemahan disini lebih banyak merupakan kepentingan

remedial-pedagogik, baik untuk memeriksa terjemahan sendiri maupun hasil

terjemahan orang lain, misalnya terjemahan dari para penerjemah buku-buku maupun

terjemahan para mahasiswa.

Memang, pada akhirnya penilaian terjemahan akan memungkinkan adanya

balikan bagi si penerjemah dan bagi teori penerjemahan itu sendiri, yakni adanya

hubungan dialektik antara teori dan praktik. Pada gilirannya, memang kegiatan

penilaian akan sampai juga pada kepentingan perbaikan mutu terjemahan.

Suatu penilaian terjemahan harus mengikuti prinsip validitas dan realibitas. Akan

tetapi, karena penilaian terjemahan adalah relatif (berdasar kriteria lebih kurang),

maka validitas penilaian dapat dipandang dari aspek conten validity dan face validity.

Alasannya adalah karena menilai terjemahan berarti melihat aspek isi (content) dan

sekaligus juga aspek-aspek yang menyangkut “keterbacaan” seperti ejaan (face),

sekalipun ejaan itu sendiri juga berkaitan dengan segi makna. Dengan mendasarkan

kepada dua jenis validitas ini, diharapakan aspek realibitas akan dapat dicapai melalui

Kriteria dan cara penilaian.4

3 Hidayatullah, Syarif, Moch. Tarjim Al-An, (Tangerang: Dikara, 2010), hal.71. 4 Rochayah Machali, Pedoman Bagi Penerjemah, (Jakarta; Grasindo,2000), h.115.

Page 19: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

3

Melalui metode penilaian terjemahan, maka akan dihasilkan terjemahan yang

baik dan berkualitas yaitu, terjemahan yang mudah dipahami oleh pembaca, yaitu

memiliki tingkat keterpahaman yang tinggi. Tingkat keterpahaman atau kualitas

terjemahan ini bersifat intristik. Kualitas intristik bertalian dengan ketepatan,

kejelasan, dan kewajaran nas. Ketepatan berkaitan dengan kesesuaian amanat

terjemahan dengan amanat nas sumber, kejelasan berkaitan dengan struktur bahasa,

pemakaian ejaan, diksi, dan panjang kalimat, dan kewajaran berkaitan dengan

kelancaran serta kealamiahan terjemahan. Kualitas intristik ini dapat diukur dengan

penerjemahan ulang, membandingkan terjemahan dengan nas sumber, tes

keterpahaman, tes rumpang, dan penilaian peninjau.5

Hasil terjemahan yang juga dapat dipandang baik apabila terjemahan itu benar-

benar mampu memotret target makna dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran.

Seluruh satuan makna di dalam teks sumber ‘seolah-olah’ teralihkan secara sempurna

ke dalam bahasa sasaran. Kriteria lainnya, bahwa hasil terjemahan itu proporsional

dan wajar, Dalam arti, rajutan kata-kata, kalimat serta style terjemahan benar-benar

nyaman dan mudah dipahami ketika dibaca atau didengar pembaca teks sasaran

senyaman apabila publik teks sumber membaca atau mendengar naskah aslinya.6

Pembahasan penilaian karya terjemahan tidaklah mudah, karena karya

terjemahan biasanya sangat bergantung pada latar belakang (para) penerjemahnya

serta untuk tujuan apa penerjemahan itu dilakukan. Ini terutama berlaku pada karya

sastra.

5 Syihabuddin, Penerjemahan Arab Indonesia, (Bandung: Humaniora, 2005), h.219. 6 Ibnu Burdah, Menjadi Penerjemah, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2004), h.49.

Page 20: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

4

Dalam teks berbahasa Arab yang pada umumnya penerjemahan di Indonesia

terfokus pada nas-nas keagamaan, mulai dari kitab suci Alquran, Hadis, tafsir hingga

buku-buku tentang dakwah, akhlak, dan buku yang menelaah pemikiran Islam.

Sebagai penerjemah akan dihadapkan dengan berbagai kesulitan yang berkaitan

dengan aspek kebahasaan, non kebahasaaan, dan kebudayaan.

Dalam teks bidang ilmu agama seperti karya besar Dr Wahbah Al-Zuhailî, Fiqh

Al-Islâm Wa adilatuh, yang memuat berbagai macam aliran pemikiran dan

kesimpulan hukum agama Islam menurut empat mazhab ahli sunah, ditambah dengan

pendapat sebagian ulama syiah, sebagai penerjemah biasanya akan disuguhkan

konsep-konsep pemikiran serta pendapat yang mau tidak mau harus dipahami dan

diterjemahkan secara tepat. Seorang penerjemah akan dihadapi dengan tanggung

jawab serta konsistensi dalam mengalihkan pesan dalam bahasa sumber (Bsu) yang

akan dialihkan kedalam bahasa sasaran (Bsa) secara tepat dan benar, sehingga tidak

terjadi distorsi makna yang menjadikan perbedaan aliran menjadi lebih runcing.

Belum lagi bila dikaji lebih jauh, ketika bahasa adalah sue generis. Maksudnya, ia

mempunyai sistem tersendiri. Maka, setiap bahasa mempunyai karakteristik tertentu

yang berbeda dengan bahasa lainnya, misalnya dalam pembentukan pola kata, pola

urutan frase dan lain sebagainya. Maka penerjemah akan lebih dibenturkan lagi

dengan kesulitan teknis yang mau tidak mau penerjemah harus bisa memecahkan dan

menguasai hal tersbut dengan baik. 7

Kenyataan umum yang ditemui adalah hasil terjemahan cenderung unggul di satu

sisi dan tidak demikian di sisi lain. Apabila ia cukup setia dengan teks sumber, maka 7 Saifullah Kamalie, Kiat-Kiat Penerjemahan Bahasa Arab, ( Jakarta. Kesaintblank. 2004), h.6.

Page 21: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

5

yang akan terjadi adalah bahasa yang dihasilkan terasa kaku untuk ukuran pembaca

Indonesia sebagai akibat ketidakmampuan penerjemah membebaskan terjemahannya

dari pengaruh bahasa Arab. Atau sebaliknya, hasil terjemahan cenderung berbahasa

nyaman dan enak dibaca publik Indonesia, namun pesan teks sumber tercecer bahkan

sampai tidak tersampaikan.

Pertanyaan yang kemudian muncul, “Apakah hasil terjemahan yang telah ada

sekarang ini, dapat dijadikan rujukan sebelum diadakan penelitian tentang kualitas

penilaian terjemahan yang dilakukan?” Memang pertanyaan ini lebih tepat bila

ditanyakan kepada mereka yang hendak mengeksplorasi kandungan hukum islam

secara dalam.

Namun betapapun keras kerja seorang penerjemah dalam mengalihkan bahasa

sumber (Bsu) ke dalam bahasa sasaran (Bsa), tetap saja ia memiliki titik-titik

kelemahan yang merupakan hasil distorsi dari dimensi-dimensi yang tidak mewakili

dalam bahasa penerjemah. Dan, ini akan berimbas sangat signifikan pada hasil

pemahamannya terhadap dasar-dasar utama dalam hukum Islam, terutama yang

mencakup permasalahan ibadah.

Kendala lainnya yang tidak sepele adalah bahwa mereka yang awam terhadap

penguasaan bahasa Arab, tidak akan mengerti apakah pemahaman yang diperoleh

oleh penerjemahnya itu sudah benar atau belum. Hal ini karena mereka tidak

mengetahui susunan bahasa terjemahan itu dalam teks bentuk aslinya, disamping hal-

hal yang menyangkut cakupan makna yang dimungkinkan muncul dari bentuk teks

asli yang berupa pendapat para ulama mazhab, kemudian menelan mentah-mentah

Page 22: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

6

apa yang dipahaminya dari terjemahan itu, padahal pemahaman itu belum tentu

benar.

Penerjemah buku karya Dr. wahbah Al-Zuhailî ini, dalam pengantarnya

mendaulat bahwa buku terjemahan yang penerjmah telah selesaikan dan terbit adalah

buku yang dapat memberikan kepuasan kepada para pembacanya yang menginginkan

memahami seluk beluk ibadah secara menyeluruh dan mendalam. Dari buku ini pula

penerjemah menulis bahwa buku ini sangat berguna bagi semua peminat hukum

Islam. Bahkan menganjurkan agar buku ini menjadi rujukan bagi para mahsiswa dan

kaum terpelajar. Dan, berharap agar buku ini dapat menjadi perbedaan yang ada

dikalangan umat Islam menjadi rahmat.

Dalam tulisan pengantar yang dibuat oleh penerjemah terlihat bahwa penerjemah

sangat yakin bahwa hasil terjemahannya dapat memberikan nilai lebih dan kontribusi

yang besar bagi keilmuan Islam khusunya ilmu fiqih. Namun, yang harus diingat

bahwa tidak ada hasil dari terjemahan yang sempurna. Hasil terjemahan yang hadir

harus bisa dan dapat menjadi jembatan penghubung dari penulis buku asli dengan

para pembaca. Sehingga tidak terjadi komunikasi yang terputus yang dapat

mengakibatkan kesalahan bagi para pembaca.

Baik-buruk, benar-salah suatu terjemahan tidak akan pernah diketahui tanpa

adanya penelitian yang menyeluruh mengenai penilaian sebuah produk terjemahan.

Jadi, tidaklah salah bila seorang penerjemah mendaulat hasil karya terjemahannya

adalah baik dan dapat diakses oleh siapa saja. Namun produk sebuah terjemahan

sebaiknya terlebih dahulu harus diperiksa, ditinjau, diselidiki dan diteliti lebih dalam,

dari satu tahap ke tahap lain sebelum sampai di tangan pembaca.

Page 23: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

7

Berdasarkan latar belakang itulah, Penulis tertarik menulis skripsi dengan judul :

“Penilaian Kualitas Terjemahan (Studi Kasus Kitab Fiqh Al-Islâm Wa Adillatuh

Karya Dr. Wahbah Al-Zuhailî).’’

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dikarenakan tebalnya halaman buku asli dan terjemahannya, Penulis membatasi

penelitian ini, hanya pada lima halaman muka Bab salat pasal 1, berupa teks Arab

beserta terjemahannya, dengan menganalisis tingkat ketepatan, kewajaran, dan

kejelasan hasil terjemahan tersebut kepada bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, Penulis dapat merumuskan masalah

sebagai berikut:

1. Apakah terjemahan kitab Fiqh Al-Islâm Wa Adillatuh telah tepat, jelas dan

wajar dalam mengalihkan teks-teks pada bahasa sumber?

2. Seberapa baikkah kualitas serta nilai terjemahan kitab Fiqh Al-Islâm Wa

Adilatuh?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini bertujuan:

1. Mengevaluasi dan menilai ketepatan, kejelasan dan kewajaran pengalihan

teks-teks pada bahasa sumber kepada bahasa sasaran.

2. Mengetahui kualitas dan nilai terjemahan.

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk menambah khasanah penelitian

penerjemahan yang telah ada dan menambah pengetahuan seputar penilaian karya

Page 24: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

8

terjemahan. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi inspirasi dan motivasi

bagi teman-teman mahasiswa terjemah untuk melakukan penelitian penilaian kualitas

terjemahan dengan objek yang lain.

D. Tinjauan Pustaka

Setelah Penulis menelaah dan meneliti karya-karya ilmiah baik dalam buku-buku

penerjemahan, internet, perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora maupun

perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sepengetahuan Penulis ada beberapa

kajian skripsi yang memiliki kesamaan subtansi dengan penelitian Penulis, Di

antaranya:

1. Tatam Wijaya yang menulis Tinjauan Keritik Terjemahan Shohih Bukhori

2. Yuyun yang menulis Tinjaun Kritk Terjemahan Kamus Gaul

Selain itu Penulis juga mendapatkan beberapa karya yang hampir sama

subtansinya dalam mengevaluasi hasil karya terjemahan yaitu antara lain:

1. Rochayah Machali yang meneliti kualitas terjemahan mahasiswa Universitas

Canbera Australia dalam teks gender

2. Syihabuddin yang meneliti kualitas terjemahan Surat Al-Imran terbitan

departemen agama

3. Benny H. Hoed yang meneliti kualitas penerjemahan The Origin Of Species

karya Charles Darwin ke dalam bahasa Indonesia .

E. Metodologi Penelitian

Metode yang Penulis gunakan dalam meneliti objek penelitian ini adalah metode

dekriptif analisis ekuivalensi (terfokus pada bahasa sasaran dalam menggunakan

Page 25: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

9

struktur bahasa Indonesia yang baik dan benar), yaitu menganalisis objek penelitian

pada teks-teks yang ada dalam kitab Fiqh al Islâm Wa Adilatuh dengan

mengeksplorasi ketepatan, kejelasan dan kewajaran terjemahan meliputi strukur

bahasa, pemakaian ejaan, pemilihan diksi, dan keefektifan kalimat yang digunakan.

Kemudian hasil penelitian akan dimasukan kedalam hitungan matematis, yaitu

menganalisis setiap halamannya dengan memperhatikan kategori-kategori pengalihan

Bsu kepada Bsa dengan tehnik ekuivalensi (pemadanan) dalam bahasa Indonesia

yang baik dan benar serta memberikan solusi terjemahan lain.

Data yang diambil oleh penulis adalah teks-teks bahasa Arab yang terdapat pada

kitab Fiqh al Islâm Wa Adilatuh pada bab salat pasal tentang hal-hal yang

membatalkan salat serta terjemahannya.

Instrument penelitian adalah teori-teori penilaian terjemahan dari beberapa pakar

penerjemahan. Sedangkan prosedur pengolahan data dilakukan melalui melihat teks-

teks bahasa Arab dan terjemahan serta membuat catatan-catatan penting sebagai

kebutuhan data.

Dalam penulisan ini, penulis juga merujuk pada sumber-sumber sekunder berupa

buku-buku tentang penerjemahan, kamus bahasa Arab dan Indonesia, internet dan

lain-lain.

Selain itu, Penulis menggunakan kajian Pustaka (library research). Secara teknis,

penulisan ini didasarkan pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (skripsi, tesis

dan disertasi) yang berlaku di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

diterbitkan oleh Center Of Quality Development and Assurance (CeQDA) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Page 26: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

10

F. Sistematika Penulisan

Guna mendapat pemahaman yang terarah dan komprehensif dalam pembahasan

masalah ini, Penulis perlu merumuskan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, mencakup: latar belakang permasalahan, pembatasan dan

perumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian serta

sistematika penulis

BAB II Kerangka Teori, Bab ini adalah kelanjutan dari bab selanjutnya, berisi

tentang teori-teori yang penulis gunakan dalam menganalisis permasalahan yang

Penulis angkat dalam skripsi ini, yaitu berupa teori-teori penilaian terjemahan

yang mencakup : penerjemahan dan tahap penerjemah, dan penilaian Terjemahan.

BAB III Gambaran Umum meliputi gambaran teks sumber dan gambaran teks

sasaran.

BAB IV Analisis penilaian terjemahan kitab Fiqh al-Islâm Wa Adilatuh

BAB V Penutup, bab ini terdiri dari kesimpulan disertai saran-saran serta

rekomendasi bermanfaat yang Penulis berikan untuk masukan bagi penerjemah dan

penerbit untuk edisi selanjutnya.

Page 27: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

11

Page 28: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

11

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Penilaian Terjemahan

Hal yang perlu diingat dalam penilaian terjemahan bukanlah sekadar dari segi

benar-salah, bagus-buruk, harfiah-bebas. Namun ada beberapa segi dalam

penerjemahan yang harus dipertimbangkan dalam penilaiannya. Sebelum menentukan

kriteria penilaian, terlebih dahulu harus diingat kriteria dasar yang menjadi pembatas

antara terjemahan yang salah (tidak berterima) dan terjemahan yang berterima. Maka

kriteri pertama adalah: tidak boleh ada penyimpangan makna refrensial yang

menyangkut maksud penulis asli. Sesudah melewati saringan pertama ini, barulah

kriteria lain dapat dipertimbangkan atau diberlakukan. Kriteria penilaian lain akan di

jabarkan di bawah ini.

1. Pokok-Pokok Penilaian

a. Struktur (gramatika)

Struktur (gramatika) adalah pembahasan tentang morfologi dan sintaksis. Dua hal

tersebut merupakan pilar terpenting dalam tata bahasa. Sintaksis berbicara tentang

jalinan atau relasi satu kata dengan kata lain yang membentuk frase, klausa atau

kalimat, sedangkan morfologi membahas aspek internal kata. Sintaksis adalah ruh

yang membangun kalimat, maka morfologi adalah ruh dari sebuah kata.18

18 Ibnu Burdah, Menjadi Penerjemah, (Jakarta: Tiara Wacana;2004), h.75.

Page 29: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

12

Sintaksis mempunyai perananan penting dalam sebuah penerjemahan. Kesalahan

dalam pengalihan struktur akan berimplikasi kepada makna yang dihasilkan. Ketika

bahasa memiliki sifat sue generis yaitu memiliki peraturan masing-masing. Seorang

penerjemah harus dapat mengalihkan segala apa yang ada pada Tsu sesuai dengan

maksud pengarang dengan tidak lupa mengikuti aturan dari Tsa. Penerjemah harus

dapat keluar dari keterikatan kepada struktur Tsa yang akan berimbas kepada hasil

terjemahan yang kaku.

Begitu pula dari segi morfologis, seorang penerjemah harus dapat mencari

padanan terdekat kata-kata dari Tsu yang ada kepada Tsa, sehingga penikmat

terjemahan dapat mudah memahami hasil terjemahan dengan baik karena sesuai

dengan kata-kata yang dikenal oleh sidang pembaca terjemahan. Pemilihan padanan

atau diksi ini akan dibahas di sub bab diksi.

Penilaian struktur ini mendapat posisi paling penting dalam setiap teori penilaian.

Karena sintaksis dan morfologi adalah penyusun inti dari setiap lembar teks bahasa.

b. Pemakaian Ejaan

Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan

bagaiman hubungan antar lambang-lambang itu (pemisahan dan penggAbûngannya

dalam suatu bahasa).2 Secara teknis, yang dimaksud dengan ejaan adalah penulisan

huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca.

c. Diksi

2 Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia (jakarta : Akapres, 2004), h. 30

Page 30: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

13

Diksi ialah pilihan kata. Maksudnya, pilihan kata yang tepat untuk menyatakan

sesuatu. Kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat apa

yang ingin disampaikannya, baik lisan maupun tulisan. Di samping itu, pemilihan

kata itu harus pula sesuai dengan situasi dan tempat penggunaan kata-kata itu.

Ada lima tingkat dalam memilih diksi.3 Berikut lima tingkat tersebut:

a.1 Literal (harfiah)

pemilihan kata yang tidak didasarkan semata-mata pada makna kata tersebut

di kamus.

a.2. Sintatikal (Tata bahasa)

pemilihan makna kata yang tidak didasarkan semata-mata pada susunan tata

bahasa dalam bahasa sumber.

a.3. Idiomatikal (pribahasa)

pemilihan kata yang didasarkan pada kesepadanan idiom pada bahasa sasaran.

a.4. Astetikal (kesusastraan)

pilihan kata yang sudah harus benar-benar mempertimbangkan mutu

kesastraan, seperti konotasi dan irama, tentu saja sebisa mungkin setia dengan

mutu kesusastraan naskah asli.

a.5. Etikal (Kesusilaan)

Pilihan kata yang didasarkan pada prinsip kepatuhan yang berlaku pada penutur

bahasa sasaran.

3 Moch. Syarif Hidayatullah, Tarjim Al-An (Pamulang: Dikara, 2010), h. 39-40

Page 31: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

14

d. Idiom

Merujuk kepada pendapat para pakar bahasa dan terjemahan, maka penulis dapati

beberapa definisi idiom yaitu antara lain idiom adalah adalah konstruksi yang khas

pada suatu bahasa yang salah satu unsurnya tidak dapat dihilangkan atau diganti.

Ungkapan idiomatik adalah kata-kata yang mempunyai sifat idiom yang tidak terkena

kaidah ekonomi bahasa.4

Menurut Collins English Dictionary idiom adalah “ a group of words whose

meaning cannot be predicate from the meanings of the constituent words” ( idiom

adalah sekelompok kata yang maknanya tidak dapat dicari dari makna kata-kata

unsurnya). Sedangkan menurut definisi lain dikatakan: “idiom is a linguistic usage

that is grammatical and natural to native speakers of language”,5 (idiom adalah

ungkapan kebahasaan yang bersifat gramatikal dan alami bagi penutur asli suatu

bahasa).

Seorang penerjemah harus memahami terlebih dahulu definisi dari idiom ini, agar

tidak terjadi kesalahan dalam mengalihkan ungkapan ini dari Bsu ke dalam Bsa

secara tepat. Kesulitan yang dihadapi seorang penerjemah dalam memahami konteks

idiom ini, menjadikan idiom salah satu unsur penting yang harus diuji dan dinilai,

apakah ungkapan ini tepat ataukah malah menyimpang dari maksud yang

disampaikan seorang pengarang.

4 Ibnu Burdah, Menjadi Penerjemah, (Jakarta, Tiara Wacana ;2004), h. 76 5 Moh. Mansyur dan Kustiawan, Pedoman Bagi Penerjemah. (Jakarta, Moyo Segoro Agung.2002), h. 56

Page 32: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

15

e. Efektifitas kalimat

Di antara cirri terjemahan yang baik adalah terjemahan yang mempergunakan

kalimat efektif. Oleh karena itu, penggunaan kalimat efektif dalam terjemahan

menjadi salah satu unsur intristik yang harus dinilai.

Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan

kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada

dalam pikiran pembicara atau penulis. Kalimat sangat mengutamakan informasi itu

sehingga kalimat dapat terjamin.6

Widyamartaya dalam bukunya seni menerjemahkan menyebutkan ciri-ciri kalimat

efektif sebagai berikut:7

1. Mengandung kesatuan gagasan

Sebuah kalimat dianggap memilki kesatuan gagasan apabila (1) memiliki

subjek atau predikat yang jelas ; (2) tidak rancu, mengandung pleonasme atau

tautologi, dan membenarkan apa yang sudah benar ; (3) ditandai dengan

penggunaan tanda yang tepat dan sesuai kaidah yang telah disepakati.

2. Mampu mewujudkan koherensi yang baik dan kompak

Kalimat yang mampu mewujudkan koherensi yang baik biasanya ditandai

dengan (1) penggunaan kata ganti (pronomina) yang tepat : (2) penggunaan

kata depan (preposisi) yang benar.

3. Memperhatikan asas kehematan

6 Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia (Jakarta : Akapres, 2004), h. 89. 7 Ismail Lubis, falsifikasi Terjemahan Al-Quran (Yogyakarta : Tiara Wacana, 2001), h. 34.

Page 33: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

16

Menurut Widyamartaya, penerjemah harus memperhatikan efisiensi kata.

Sebab, dalam penerjemahan tidak setiap kata harus diterjemahkan apabila

memilki maksud dan tujuan yang sama.

f. Gaya Bahasa

Pakar teori linguistik terjemahan dari perancis G. Mounin ketika menyinggung

masalah gaya bahasa dalam terjemahan mengatakan, “bahwa adanya kata-kata yang

mengandung kesamaan makna yang inheren dalam terjemahan tidak boleh

bertentangan dengan norma-norma gaya bahasa dalam bahasa sasaran”.8 Setiap

bahasa mempunyai sistem fungsional terkait dengan gaya bahasa/stilistika (stylistics).

Tetapi, kumpulan tanda-tanda pembeda yang bercirikan sistem fungsional yang satu,

maupun yang lain dalam berbagai bahasa sering tidak sesuai.

Berkenaan dengan gaya bahasa ini Soepomo meningatkan akan adanya gaya atau

ragam bahasa seperti: (1) Ragam santai, (2) Ragam resmi, (3) Ragam indah, (4)

Ragam ringkas, (5) Ragam lengkap, (6) Ragam syair.9 Sehingga mumungkinkan

dalam suatu naskah Bsu tidak hanya terdapat satu jenis ragam atau gaya bahasa saja,

maka seorang penerjemah juga harus mengenalinya dan menggunakan gaya-gaya

bahasa yang digunakan oleh penulis aslinya.

2. Tehnik Penilaian Terjemahan

a. Tes perbandingan (komparatif)

Pada prinsipnya tes perbandingan bertujuan memeriksa kesepadanan isi informasi

antara terjemahan dan nas sumber. Pemeriksaan dilakukan untuk meyakini bahwa

8 Salihen Moentaha, Bahasa dan Terjemahan (Jakarta : Kesaint Blanc, 2006), h. 22. 9 Syihabuddin, Penerjemahan Arab Indonesia (Bandung: Humaniora, 2005), h. 60.

Page 34: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

17

informasi yang ada dalam nas sumber telah terungkap di dalam terjemahan dengan

tepat. Tidak ada penambahan; tidak ada pengurangan; dan tidak ada perbedaan.10

Penilaian ini dapat dilakukan oleh penerjemah sendiri atau orang lain yang ahli. Jika

dilakukan oleh penerjemah, tes perbandingan merupakan kegiatan revisi nas

terjemahan.

Secara teknis, perbandingan sebaiknya dilakukan pada naskah terjemahan yang

diketik dua spasi sehingga pemeriksa dapat menuliskan informasi tambahan, catatan,

saran, dan kritik secara langsung pada naskah.

b. Tes penerjemahan ulang

Tes penerjemahan ulang dimaksudkan untuk mengetahui ketepatan makna antara

nas terjemahan dan nas sumber, bukan untuk mengetahui kejelasan dan kewajaran

terjemahan. Secara operasional, tehnik ini dilakukan dengan menerjemahkan kembali

terjemahan ke bahasa sumbernya. Kemudian hasil terjemahan ini dibandingkan

dengan nas yang asli. Jika makna nas sumber sesuai dengan makna terjemahan-balik,

berarti terjemahan dalam bahasa penerima itu sudah tepat.

Kelemahan tes ini ialah terlampau mahal biayanya dan memerlukan orang yang

benar-benar ahli. Jika dikerjakan oleh orang yang tidak teliti dan kurang ahli, hasil

terjemahan-baliknya kurang memuaskan.

10 Ismail Lubis, falsifikasi Terjemahan Al-Quran (Yogyakarta : Tiara Wacana, 2001), h. 57.

Page 35: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

18

c. Tes Keterpahaman

Tes keterpahaman bertujuan mengetahui kualitas terjemahan. Melalui tes ini

dapat diketahui apakah terjemahan itu dipahami dengan tepat oleh penutur bahasa

penerima yang sebelumnya tidak pernah melihat terjemahan itu. Tes ini dirancang

untuk mengetahui apakah terjemahan itu komunikatif dengan khalayak penerima

sebagai sasaran terjemahan.

Tes pemahaman dapat dilakukan dengan meminta pembaca terjemahan agar

menceritakan kembali isi nas dan menjawab pertanyaan nas itu. Hasil ini dapat

membantu penerjemahan dalam meningkatkan kualitas karyanya.

Tes ini dilakukan oleh penerjemah sendiri atau oleh orang lain yang terlatih untuk

melakukan tes ini. Jika penerjemah sendiri yang melakukan tes, dia mesti teliti dan

hati-hati jangan sampai terlampau mempertahankan karyanya, tetapi dia harus jujur

dan benar-benar ingin mengetahui hasil tes. Disamping itu, penerjemah akan sulit

untuk bersikap objektif terhadap karyanya. Idealnya, tes ini dilakukan oleh orang lain,

karena dia memiliki pandangan yang baru terhadap nas itu.

d. Tes kewajaran

Tes kewajaran terjemahan bertujuan melihat apakah bentuk dan gaya bahasa

terjemahan itu wajar dan alamiah. Tes ini dilakukan oleh penilai ahli. Tugas penilai

ialah memeriksa kejelasan terjemahan, kelancaran bahasa yang digunakan, dan

pengaruh emotif nas terhadap pembaca. Selanjutnya penilai membuat catatan tentang

ketepatan, pengurangan makna yang berlebihan, penambahan makna yang kurang,

dan hal-hal lain yang berkaitan dengan perubahan makna. Di samping itu, peninjau

Page 36: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

19

pun memberikan kritik, saran, dan perbaikan kepada penerjemah sehingga diharapkan

dia dapat meningkatkan kualitas terjemahannya di kemudian hari.

e. Tes Kekonsitenan

Tes kekonsistenan sangat diperlukan dalam hal-hal yang bersifat teknis. Doff

menegaskan bahwa tidak ada aturan baku mengenai bagaimana cara yang terbaik

menyatakan ungkapan Bsu.11 Namun, dapat dicatat bahwa ada beberapa kelemahan

yang harus dihindari. Salah satu kelemahan itu adalah kekonsistenan.

Tsu biasanya memiliki istilah kunci yang digunakan secara berulang-ulang. Jika

Tsu panjang atau proses penyelesaian terjemahan memakan waktu lama, maka ada

kemungkinan terjadinya ketidakkonsistenan penggunaan padanan kata untuk istilah

kunci.

3. Kualitas Terjemahan

Terjemahan yang berkualitas adalah terjemahan yang memiliki tiga ciri, yaitu

tepat, jelas, dan wajar. Untuk memahami ketiga karakter ini, berikut ini akan

dideskripsikan satu persatu ciri-ciri tersebut:

a. Tepat

Ketepatan di sini bermakna bahwa terjemahan yang berkualitas adalah terjemahan

yang menyampaikan informasi atau pesan dari Tsu secara benar, tepat, dan jujur

sesuai dengan maksud dari pengarang Tsu. Informasi yang disampaikan tidak ada

yang tertinggal, tidak ada yang bertambah, dan tidak ada yang berbeda. Sehingga

pembaca dapat , memahami hasil karya terjemahan itu dengan mudah serta sesuai

dengan pesan yang terkandung di dalamya. 11 Salihen Moentaha, Bahasa dan Terjemahan (Jakarta : Kesaint Blanc, 2006), h.40.

Page 37: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

20

Sesuai dengan tujuan penerjemahan adalah mengkomunikasikan makna secara

akurat. Seorang penerjemah bila ingin mendapatkan kualitas terjemahan yang baik

dan berkualitas tidak boleh mengabaikan, menambah, atau mengurangi makna yang

terkandung dalam Tsu, hanya karena terpengaruh oleh bentuk formal Bsa. Nida dan

Taber mengaskan “…makna harus diutamakan karena isi pesanlah yang

terpenting”.12

Penerjemahan bukan bertujuan menciptakan karya baru atau tulisan baru, tetapi

penerjemahan bertujuan menjadi jembatan penghubung antara penulis Bsu dengan

pembaca Bsa. Dengan kata lain, seorang penerjemah bukan meringkas sebuah teks

menjadi sebuah tulisan baru tetapi penerjemah harus mampu menjadi fasilitator

komunikasi penyampai pesan yang terkandung pada Bsu ke dalam Bsa dengan tepat.

b. Jelas

Indikator kejelasan suatu terjemahan sangat dipengaruhi oleh ketidaktepatan

dalam menyusun kalimat (struktur), pemakaian ejaan, pemilihan kata (diksi), dan

menggunakan kalimat efektif. Seorang penerjemah yang baik harus bisa

menyampaikan ide atau pesan pada Tsu secara jelas dan lengkap. Jelas susunan

kalimatnya, jelas pemakaian ejaan, jelas pemilihan katanya, dan jelas kalimatnya

(efektifitas kalimat) menurut tata bahasa yang baku dan berlaku pada Bsa.

c. Wajar

Indikator ketiga ini dari beberapa indikator terjemahan yang berkualitas

merupakan yang paling sulit dipenuhi karena terkait dengan unsur subjektifitas. Bagi

12 Syihabuddin, Penerjemahan Arab Indonesia (Bandung: Humaniora, 2005), h. 78.

Page 38: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

21

sesorang, suatu terjemahan mungkin sudah wajar, tetapi bagi yang lain mungkin

tidak. Namun, hal itu bukan berarti terjemahan yang wajar itu sulit diraih.

Ada beberapa langkah yang harus dilakukan seorang penerjemah apabila ingin

mendapatkan kewajaran dalam terjemahan,13 antara lain dengan cara:

1. Penerjemah harus memahami hakikat penerjemahan. Penerjemahan bukanlah

mengubah kata dan struktur bahasa asing menjadi bahasa penerima, tetapi

memahami makna pesan bahasa itu, lalu mengungkapkannya dalam struktur

bahasa penerima. Pembaca akan merasa janggal jika terjemahan itu tampil

dalam bentuk yang berbeda dari bahasa yang dikuasainya. Adanya perbedaan

atau penyimpangan inilah yang menimbulkan ketidakwajaran.

2. Penerjemah dituntut untuk senantiasa mendiskusikan hasil pekerjaannya

dengan para ahli di bidang penerjemahan dan dengan para pembaca dari

berbagai kalangan. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh masukan tentang

berbagai kekurangan pada karyanya, sehingga dia memiliki bahan dan

masukan yang sangat berharga untuk memperbaiki dan merevisi pekerjaanya.

3. Penerjemah senantiasa belajar. Setiap nas baru harus dihadapinya menurut

perlakuan, pengetahuan, dan tehnik penerjemahan yang relatif baru pula.

Dari penjelasan di atas diketahui bahwa terjemahan yang wajar adalah terjemahan

yang menggunakan bahasa selaras dan sesuai dengan kaidah yang berlaku.

Terjemahan yang ditulis dalam bahasa Indonesia dikatakan wajar jika selaras dengan

kaidah yang berlaku dan disepakati oleh penutur bahasa Indonesia. Sebaliknya,

ketidawajaran itu muncul jika bahasa yang digunakan menyimpang dari kaidah. 13 Syihabuddin, Penerjemahan Arab Indonesia (Bandung: Humaniora, 2005), h. 215.

Page 39: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

22

4. Pedoman Penilaian Terjemahan

Mengingat cukup banyaknya tokoh yang mengemukakan cara-cara penilaian

terjemahan, pembahasan ini Penulis batasi pada tokoh-tokoh tertentu saja, di

antaranya Ismail Lubis, Rochayah Machali dan Moch. Syarif Hidayatullah.

a. Ismail Lubis

Lubis menegaskan bahwa penerjemah hendaknya dapat menyampaikan pesan-

pesan yang terdapat dalam bahasa sumber secara efektif. Oleh karena itu, penerjemah

harus mampu menyusun kalimat yang efektif dalam bahasa penerima.14

Pendapat ini diperkuatnya dengan menilai terjemahan Alquran versi Departeman

Agama terbitan 1990. Lubis mengatakan bahwa terjemahan itu terdapat banyak

kesalahan nmenurut tata bahasa Indonesia. Hal ini terjadi karena cara menerjemahkan

adakalanya sebatas mendatangkan sinonim dan makna leksikal. Tidak dengan

memakai kalimat efektif atau ungkapan yang lazim dan baku dalam bahasa penerima.

Tehnik yang dilakukan lubis dalam penilaian yaitu dengan metode linguistik yang

mengangkat tataran sintaksis dan kalimat efektif sebagai ‘pisau’ analisisnya.

Lubis menyebutkan sejumlah kesalahan yang terdapat dalam terjemahan Alquran

tersebut di antaranya:

1. Penggunaan kata yang berlebihan;

2. Penggunaan frasa yang tidak lazim dalam bahasa Indonesia;

3. Penggunaan bentuk superlative yang berlebihan dalam kalimat terjemahan;

4. Ketidaktepatan penggunaan preposisi, seperti preposisi daripada;

5. Banyak kalimat yang taksa dan ambigu ; 14 Ismail Lubis, falsifikasi Terjemahan Al-Quran (Yogyakarta : Tiara Wacana, 2001), h.24.

Page 40: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

23

Kesalahan-kesalahan di atas dikelompokan dengan cara menjaringnya menjadi

beberapa jaringan: (1) jaringan pleonasme; (2) jaringan gramatika; (3) jaringan diksi ;

(4) jaringan idiom. Kemudian keempat jaringan itu dianalisis dengan cara di bawah

ini :

1. Jaringan pleonasme (pemakaian kata-kata yang berlebihan dalam

terjemahan.

2. Jaringan gramatik (pemakaian kata yang tidak sesuai dengan gramatika

bahasa Indonesia).

3. Jaringan diksi (pilihan kata yang tepat dalam terjemahan).

4. Jaringan idiom atau ungkapan idiomatik (bentuk bahasa berupa gAbûngan

kata yang maknanya tidak dijabarkan dari unsur pembentuknya).

Namun, dalam menilai dan mengkritik hasil terjemahan, lubis tidak memberikan

penilaian secara matematis atau persentase. Artinya lubis hanya menunjukan

kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam terjemahan sekaligus memberikan alternatif

pembenarannya yang didasarkan pada kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.

b. Rochayah Machali

Menurut Rohayah Machali penilaian dapat dilakukan melalui tiga tahap : 15

Tahap pertama : Penilaian fungsional, yakni kesan umum untuk melihat apakah

tujuan umum penulisan menyimpang. Bila tidak, penilaian dapat berlanjut ke tahap

ke dua.

15 Rochayah Machali, pedoman bagi penerjemah (Jakarta: Grasindo, 2000), h.118 .

Page 41: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

24

Tahap kedua : penilaian terinci berdasarkan segi-segi dan kriteria pada tabel

berikut.

Segi dan Aspek Kriteria

A. Ketepatan reproduksi makna 1. Aspek Linguistis

a. Transposisi b. Modulasi c. Leksikon (kosakata) d. Idiom

2. Aspek semantik a. Makna refrensial b. Makna interpersonal

(i) Gaya bahasa (ii) Aspek interpersonal- lain,

misalnya, konotatif-denotatif 3. Aspek pragmatis

a. Pemadanan jenis teks (termasuk maksud/tujuan Penulis)

b. Keruntutan makna pada tataran kalimat dengan tataran teks

}benar, jelas, wajar Menyimpang ?(lokal/total) Berubah ?(lokal/total) Menyimpang ?(lokal/total) Tidak runtut ?(lokal/total)

B. Kewajaran ungkapan (dalam artri baku) Wajar dan/atau harfiah?

C. Peristilahan Benar, baku, jelas

D. Ejaan Benar, baku Benar, baku

Tahap ketiga: penilaian terinci pada tahap kedua tersebut digolong-golongkan

dalam suatu skala/kontinum dan dapat diubah kedalam nilai.

Page 42: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

25

Untuk memudahkan penempatan golongan atau kategori, kriteria rinci pada tahap

ke dua diwujudkan dalam indikator umum dalam tabel berikut.16

Kategori Nilai Indikator

Terjemahan hampir sempurna

86-90

(A)

Penyampaian wajar; hampir tidak terasa seperti terjemahan; tidak ada kesalahan ejaan; tidak ada kesalahan/ penyimpangan tata bahasa; tidak ada kekeliruan penggunaan istilah.

Terjemahan sangat bagus

76-85

(B)

Tidak ada distorsi makna; tidak ada terjemahan harfiah yang kaku; tidak ada kekeliruan penggunaan istilah; ada satu-dua kesalahan tata bahasa/ejaan (untuk bahasa Arab tidak boleh ada kesalahan ejaan)

Terjemahan baik 61-75

( C )

Tidak ada distorsi makna; ada terjemahan harfiah yang kaku, tetapi relative tidak lebih dari 15 % dari keseluruhan teks, sehingga terlalu terasa sebagai terjemahan; kesalahan tata bahasa dan idiom relative tidak lebih dari 15 % dari keseluruhan teks. Ada satu dua-dua kesalahan tata ejaan (untuk Bahasa Arab tidak boleh ada kesalahan ejaan).

Terjemahan

cukup

46-60

(D)

Terasa sebagai terjemahan; ada beberapa terjemahan harfiah yang kaku, tetapi relative tidak lebih dari 25 % ada beberapa kesalahan idiom dan/ tata bahasa, tetapi relative tidak lebih dari 25 % keseluruhan teks. Ada satu-dua penggunaan istilah yang tidak baku/ tidak umum dan/ atau kurang jelas.

Terjemahan

buruk

20-45

(E)

Sangat terasa sebagai terjemahan; terlalu banyak terjemahan harfiah yang kaku (relative lebih dari 25 % dari keseluruhan teks). Distorsi makna dan kekeliruan penggunaan istilah lebih dari 25 % keseluruhan teks.

16 Rochayah Machali, pedoman bagi penerjemah (Jakarta: Grasindo, 2000), h. 119-120.

Page 43: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

26

c. Moch. Syarif Hidayatullah

Pedoman penilaian yang ditawarkan oleh syarif hidayatullah adalah sebagai

berikut :17

1. Klausa atau kalimat yang tidak diterjemahkan, berakibat pada pengurangan

skor sebanyak 10 poin.

2. Terjemahan yang salah pesan, berakibat pada pengurangan skor sebanyak 5

poin.

3. Frasa, diksi, kolokasi, kontruksi atau komposisi, dan tata bahasa yang tidak

dialihkan secara tepat sesuai kaidah dalam Bsa, berakibat pada pengurangan

skor sebanyak 2 poin.

4. Kesalahan ejaan dan tanda baca, berakibat pada pengurangan skor sebanyak 1

poin.

Untuk menggunakan model penilaian tersebut, penilai harus memperhatikan

beberapa hal di bawah ini:

a. Penilaian pada hasil terjemahan yang berbentuk buku dapat dilakukan dengan

cara mengambil beberapa halaman.

b. Setiap lembar halaman terjemahan diberi skor awal 100 poin.

c. Setelah itu, hitunglah skor kesalahan sesuai dengan pedoman di atas.

d. Lalu jumlahkan semua skor kesalahan dalam setiap halaman yang dinilai.

e. Skor awal setiap halaman kemudian dikurangi skor kesalahan.

f. Skor setiap halaman dijumlahkan, lalu dibagi dengan jumlah halaman.

g. Hasil skor rata-rata menjadinilai akhir dari terjemahan yang dinilai. 17 Syarif Hidayatullah, Tarjim Al-An (Pamulang: Dikara,2010), h. 71-72

Page 44: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

27

h. Setelah itu, nilai akhir itu dipergunakan untuk menilai apakah nilai terjemahan

tersebut termasuk terjemahan istimewa (90-100); sangat baik (80-89); baik

(70-79); sedang (60-69); kurang (50-59); buruk (0-49).

Dari beberapa tehnik yang dikemukakan para tokoh, Penulis menggunakan tehnik

yang dikemukakan oleh Rochayah Machali sebagai pijakan dalam menganalisis nilai

dan kualitas terjemahan pada objek yang Penulis angkat sebagai objek skripsi

Penulis.

5. Nilai Terjemahan

Penialaian terjemahan disamping dapat dilakukan secara langsung mengamati dan

membacanya secara cermat, juga dapat dilakukan dengan cara memberi penilaian

secara matematis. Meski hasil terjemahan itu bersifat relatif, tetapi penilaian secara

matematis perlu dilakukan untuk member penilaian kepada hasil terjemahan.

Di bawah ini beberapa kategori penilaian matematis dari sebuah terjemahan:

a. Terjemahan Hampir Sempurna

Penyampaian wajar, hampir tidak terasa seperti tejemahan, tidak ada kesalahan

ejaan, tidak ada kesalahan atau penyimpangan tata bahasa, tidak ada kekeliruan

penggunaan istilah. Nilai yang dimiliki terjemahan ini berkisar antara 90-100.

b. Terjemahan Sangat Bagus

Tidak ada distorsi makna, tidak ada terjemahan harfiah yang kaku, tidak ada

kekeliruan penggunaan istilah, ada satu-dua kesalahan tata bahasa atau ejaan (untuk

bahasa Arab tidak boleh ada kesalahan ejaan). Nilai yang dimiliki terjemahan ini

berkisar antara 80-89.

Page 45: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

28

c. Terjemahan Baik

Tidak ada distorsi makna, ada terjemahan harfiah yang kaku, tetapi relatif tidak

lebih dari 15 % dari keseluruhan teks, ada satu dua penggunaan istilah yang tidak

baku atau umum. Ada satu dua kesalahan tata ejaan (untuk bahasa Arab tidak boleh

ada kesalahan ejaan). Nilai yang dimiliki terjemahan ini berkisar antara 70-79.

d. Terjemahan Cukup

Terasa sebagai terjemahan, ada beberapa terjemahan harfiah yang kaku, tetapi

relatif tidak lebih dari 25 % dari keseluruhan teks. Ada satu dua penggunaan istilah

yang tidak baku atau tidak umum dan kurang jelas. Nilai yang dimiliki terjemahan ini

berkisar antara 60-69.

e. Terjemahan Kurang

Sangat terasa sebagai terjemahan, terlalu banyak terjemahan harfiah yang kaku

(relatif lebih dari 25 % dari keseluruhan teks) distorsi makna dan kekeliruan

penggunaan istilah lebih dari 25 % dari keseluruhan teks. Nilai yang dimiliki

terjemahan ini berkisar antara 50-59.

f. Terjemahan Buruk

Sangat terasa sebagai terjemahan, terlalu banyak terjemahan harfiah yang kaku

(relatif lebih dari 40 % dari keseluruhan teks) distorsi makna dan kekeliruan

penggunaan istilah dan ejaan lebih dari 40 % dari keseluruhan teks. Nilai yang

dimiliki terjemahan ini berkisar antara 0-49.

Page 46: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

29

Page 47: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

28

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Teks Sumber

1. Kitab Terjemahan Fiqh Al Islâm Wa Adilatuh

Teks sasaran (selanjutnya disingkat TSa) berapa buku tertulis dalam bahasa

Indonesia dalam versi terjemahan. Buku ini diterbitkan oleh penerbit Pustaka Media

Utama di Bandung pada April tahun 2004 dan menjadi cetakan pertama. Sebagai

bentuk terjemahan buku Fiqh Al-Islâm Wa Adilatuh dengan alih bahasa (penerjemah)

Prof. Drs. KH. Masdar Helmy diberi judul Fikih Shalat kajian berbagai mazhab

dengan ISBN No. 979-98017-1-2.

Buku yang memiliki halaman sebanyak Sembilan ratus tujul puluh delapan

ini, di dalamnya terdapat kata pengantar penerbit, kata pengantar penerjemah, daftar

isi, catatan-catatan serta riwayat singkat dari penerjemah. Namun Penulis tidak

mendapati terjemahan kata pengantar baik dari penerbit maupun penulis aslinya, serta

juga tidak mendapati riwayat singkat penulis buku aslinya.

Buku terjemahan yang digadang-gadang akan memberikan kepuasan pada

para pembaca yang menginginkan memahami permasalahan salat oleh penerbitnya

ini, memiliki sepuluh bab yang masing-masing bab diterjemahkan sesuai dengan

urutan pada buku aslinya. Namun sebelum memasuki pembahasan pada bab-babnya

penerjemah memberikan diawal muka halaman buku ini berupa terjemahan dari

daftar isi pada bab dua buku aslinya dan pengantar berupa terjemahan mengenai salat

Rasulullah Saw. Selanjutnya penerjemah menerjemahkan bab per bab sesuai dengan

urutan aslinya yaitu berupa pengertian salat, waktu-waktu salat, adzan dan iqomah,

Page 48: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

29

rukun-rukun salat, sunah-sunah salat, hal-hal yang membatalkan salat, salat-salat

sunah, jenis-jenis sujud, serta ditutup dengan pembahasan mengenai macam-macam

salat. Sebagai catatan buku ini memiliki menggunakan endnote dalam catatan kaki

yang dipakainya.

2. Riwayat Singkat Penerjemah

Nama lengkapnya adalah Masdar Helmy. Beliau lahir di sebuah desa yang

bernama Kandangan, yang terletak di salah satu pelosok Samarinda Kalimantan

Selatan pada tiga Juli tahun 1929. Masdar Helmy memulai jenjang pendidikan

Ibtida'iyah di kampungnya, Tsanawiyah di Kalimantan, dan melanjutkan ke

perguruan tinggi di IAIN Sunan Kalijaga Jogjakarta.

Setelah menyelesaikan kuliah, beliau bekerja sebagai pegawai di jajaran

Departemen Agama sebagai Panitera Kepala Pengadilan Agama Bandung pada 1953-

1957 dan pada tahun 1963 beliau dipindahkan tugas ke Jakarta untuk menjabat

sebagai Kepala Bagian Penyuluhan Direktorat Pena Depag Jakarta. Pada tahun 1965

Masdar Helmy diberi kepecayaan untuk menjabat sebagai kepala Kantor Penerangan

Agama Propinsi Jawa Tengah, ketika pindah ke Jawa Tengah inilah beliau mulai

berkecimpung di dunia pendidikan kampus di mulai pada tahun 1963 sebagi dosen

luar biasa tafsir pada IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 1966 sebagai dosen

luar biasa agama Islam pada IKIP Negeri Jakarta. Pada tahu 1970 beliau dipercaya

untuk menjabat sebagai ketua 1 Panitia berdirinya IAIN Walisongo Semarang dan

dosen serta diangkat menjadi dekan Fakultas Dakwah IAIN Walisongo pada tahun

1974.

Page 49: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

30

Pada tahun 1989 Masdar Helmy pindah ke Bandung dan mengabdikan dirinya

menjadi dosen pada IAIN Sunan Gunung Jati serta diangkat menjadi Guru Besar di

sana pada tahun 1991. Pada tahun 2001 beliau pun diangkat menjadi Guru Besar

Emiritus IAIN Sunan Gunung Jati dan masih tetap mengabdi pada IAIN Sunan

Gunung Jati hingga seakarang.

B. Teks Sumber

Teks sumber (selanjutnya disingkat Tsu) berupa buku tertulis dalam bahasa Arab

yakni yang berjudul Fiqh Al-Islâm Wa Adillatuh karya Dr. Wahbah Al-Zuhailî. Kitab

ini adalah kitab yang berisi pemikiran dan pendapat para imam ulama mazhab fiqih

yang masyhur diantaranya Maliki, Hambali, Hanafi dan Syafei. Wahbah al-Zuhaili

dalam buku ini membahas secara jelas aturan-aturan Sariah Islam yang disandarkan

kepada kami dalil-dalil yang shahih baik dari Alquran, Sunah, maupun akal. Oleh

sebab itu, kitab ini tidak hanya membahas fiqih yang sunnah saja atau membahas

fiqih berasaskan logika semata. Selain itu, karya ini juga mempunyai keistimewaan

dalam hal mencakup materi-materi dalam fiqih dari semua madzhab, dengan disertai

proses penyimpulan hukum (istinbât al-ahkâm) dari sumber-sumber hukum Islam

baik yang naqli maupun aqli (Alquran, Sunah, dan juga ijtihad akal yang didasarkan

kepada prinsip umum dan semangat tasyri‘ yang otentik).

Pada setiap halaman kitab ini, disajikan pembahasan mengenai seluk-beluk fiqih

antara lain arti fiqih dan keistimewaannya, sejarah ringkas tokoh-tokoh madzhab

fiqih, peringkat-peringkat tokoh ahli fiqih, seluk-beluk tentang niat belum dari sudut

pandang fiqih, juga pembahasan utama mengenai toharah dan salat.

Page 50: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

31

Page 51: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

31

BAB IV

ANALISIS PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN

KITAB FIQH AL ISLÂM WA ADILLATUH

Pada bab ini peneliti akan memberikan evaluasi serta nilai dari hasil terjemahan

halaman per halaman. Analisa dan penilaian akan peneliti lakukan dengan mengamati

hasil terjemahan kitab Fiqh Al-Islâm Wa Adillatuh baik dari segi ketepatan ( yaitu

dengan melihat sejauh mana pesan itu tersampaikan), segi kejelasan ( yaitu melihat

struktur kalimat, pemilihan diksi, pemakaian ejaan serta efektifitas kalimat yang

sesuai dengan padanan pada bahasa sasaran), serta segi kewajaran dengan

memberikan solusi terjemahan yang tepat menurut peneliti. Berikut ini analisa

peneliti mengenai hasil terjemahan kitab Fiqh Al-Islam Wa Adillatuh:

1.

:صفة صالة النبي صلى اهللا علیھ وسلم

SIFAT SHALAT NABI MUHAMMAD SAW.

Pada terjemahan di atas, peneliti mendapati adanya kekurang tepatan dalam

pemilihan diksi kata صفة yang diterjemahkan seperti bahasa aslinya yaitu sifat.

Peneliti melihat konteks pada Tsu adalah membicarakan tata cara salat nabi, bukan

menggambarkan sifatnya. Hal ini dapat tersirat dari hadis yang dikutip pada Tsu yang

menjelaskan gerakan salat nabi. Seharusnya kata sifat dalam klausa ini akan lebih

tepat diterjemahkan menjadi tata cara. Seandainya kata tersebut tetap dialihkan

menjadi kata sifat maka akan terjadi ketidak paralelan antara judul subbab dengan isi,

sehingga akan berakibat pada pemahaman yang sulit bagi pembacanya.

Page 52: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

32

Uraian peneliti di atas didasarkan tinjauan dari pengertian kata sifat menurut

kamus besar bahasa Indonesia yang memiliki arti rupa dan keadaan yang tampak

pada suatu benda.1 Maka akan lebih tepat bila kata ini dialihkan menjadi tata cara

salat Nabi Muhammad Saw. Namun dikarenakan klausa ini adalah berkedudukan

sebagai judul, akan lebih baik apabila klausa ini diberikan padanan yang lebih tepat.

Posisi judul dalam setiap karya ilmiah menjadi poin penting yang harus diperhatikan,

dengan judul yang menarik akan menimbulkan keinginan yang tinggi pada diri

pembaca untuk mengambil keputusan membaca sebuah buku.

2.

رواھا ھذه صفة واضحة لصالة النبي صلى اهللا علیھ وسلم ،أثبتھا ھنا قبل تفصیل الكالم عن الصالة، كما المحدثون الثقات،

Sebelum diuraikan lebih lanjut secara rinci pembahasan tentang berbagai hal yang berkenaan dengan shalat, perlu dikemukakan di sini tata cara shalat Rasulullah saw. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh para muhadditsin, supaya dapat kita jadikan satu-satunya sebagai peringatan dan teladan yang baik untuk selamanya.

Penilaian yang dapat peneliti berikan untuk terjemahan di atas, peneliti

menemukan adanya kesalahan yaitu penerjemah melakukan penafsiran bukan

melakukan penerjemahan. Hal ini terlihat dimana penerjemah menggunakan kata

perlu dikemukan. Sedangkan dalam teks aslinya tidak mencerminkan keinginan

penulis buku asli untuk merasa perlu mengemukan hal tersebut. Tetapi yang

diinginkan penulis adalah penukilan hadis tersebut adalah sebagai pendukung untuk

memasuki pemahaman pembaca tentang isi buku yang ditulisnya. Sebaiknya

terjemahan ini dialihkan menjadi, “ sebelum memasuki pembahasan tentang salat, di

1 Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam jaringan, di akses pada 2 januari 2011 dari http.www.pusatbahasa.depdiknas.go.id

Page 53: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

33

bawah ini akan dikemukan secara jelas tata cara salat sebagaimana yang

disampaikan oleh para ahli hadis”.

Kesalahan yang lain yaitu pengalihan kata muhadistsin menjadi para

muhaditsin. Kata muhaditisin adalah bentuk jamak dari muhadis. Bila kata ini ingin

dialihkan sesuai dengan padanan jamak yang lazim digunakan dalam bahasa

Indonesia, seharusnya kata ini hanya ditambahkan kata para yang diletakan di depan

arti bentuk tunggalnya menjadi para ahli hadis atau para muhadis.2

Pada terjemahan di atas juga terdapat klausa tambahan yaitu, ‘supaya dapat

kita jadikan satu-satunya sebagai peringatan dan teladan yang baik untuk selama-

lamanya’. Disini peneliti menemukan adanya penambahan kalimat yang tidak perlu.

Untuk menjaga teks sumber tersampaikan dan terjaga pesan dari penulis aslinya,

seyogyanya penerjemah tidak melakukan penambahan ini. sehingga karya yang ada

tetap menjadi karya asli penulis dan bukan menjadi hasil tulisan baru atau tafsiran

dari penerjemah.

3.

سمعت أبا حمید الساعدي في عشرة : أخرج البخاري وأبو داود والترمذي عن محمد بن عمرو بن عطاء قال

صلى اهللا علیھ وسلم ـ منھم أبو قتادة ـمن أصحاب رسول اهللا

Al-Bukhori, Abû Dawud, dan Al-Turmudzi meriwayatkan dari Muhammad bin Amr bin Atha’, ia berkata: Saya mendengar Abû Hamid Al-Sa’idi berkata tentang sepuluh orang sahabat Rasulullah saw., di antaranya Qotadah:

Penilaian terjemahan di atas yang dapat peneliti kemukakan di sini yaitu

peneliti menemukan adanya kesalahan dalam menuliskan kompilator sebagai

2 Syarif hidayatullah, Tarjim Al-An Cara Mudah Menerjemahkan Arab-Indonesia (Pamulang: Dikara,2010), h.90

Page 54: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

34

periwayat hadis. Seharusnya penulisan nama kompilator dituliskan pada akhir matan.

Penerjemahan nama kompilator seharusnya dituliskan sesuai dengan kelaziman yang

dipakai pada bahasa sasaran. Bila diperhatikan dalam susunan hadis di atas bahwa

periwayat hadis yang dicantumkan hanyalah salah satu periwayat hadis ini yaitu

Muhammad bin ‘Amr bin Ata, sehingga pengalihan penerjemahan di atas sebaiknya

dapat dialihkan menjadi ‘Muhammad bin ‘Amr bin Ata meriwayatkan dari Abû

Humayd al-Sâ ‘idî’ saja, sedangkan nama-nama kompilator yaitu Al-Bukhori, Abû

Dawud, dan Al-Tirmudzi dituliskan pada akhir matan. Kesalahan fatal yang peneliti

dapat temukan adalah ketika penerjemah menuliskan kesalahan nama periwayat hadis

yang seharusnya dituliskan Abû Humayd al-Sâ‘idî’ namun penerjemah

menuliskannya menjadi Abû Hamid al-Saidi3.

Dari hasil pengalihan ini juga, peneliti melihat adanya kesalahan pesan yang

dilakukan dalam mengalihkan klausa tersebut. Konteks yang ada dalam klausa

tersebut adalah Muhammad bin ‘Amr bin ‘Atâ -sebagai periwayat hadis-

menjelaskan bahwasanya dirinya mendengar seseorang yang sedang berbicara di

sekumpulan sahabat Rasulullah yaitu Abû Humayd dan bukan bermaksud

membicarakan tentang sepuluh orang sahabat Rasulullah hal ini dapat terlihat adanya

partikel في, sehingga klausa ini seharusnya dialihkan menjadi Muhammad bin ‘Amr

bin Ata meriwayatkan hadis dari Abû Humayd al-Sâ‘idî’. Sebagai catatan Abû

3 Abû Dawud Sulaiman bin al-Asyas al-sajastani, Sunan Abû Dawud (Beirut: Dar al-Fikr, 2003), h. 276

Page 55: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

35

Humayd al-Sâ‘idî’ adalah salah seorang sahabat Nabi yang banyak meriwayatkan

hadis-hadis salat.4

Untuk hal lainnya sebaiknya penulisan nama orang yang berasal dari bahasa

sumber dituilskan keseluruhannya. Hal ini dikarenakan nama pada bangsa Arab

sangat penting dikarenakan banyak memiliki kemiripan. Oleh karena itu kata Abû

yang merangkai kata Qotadah agar tidak dilesapkan, namun dituliskan lengkap sesuai

yang tertulis pada tek sumber.

Kekurangan lainnya yang dapat peneliti temukan adalah tidak

dicantumkannya penulisan r.a ( radiyallâh ‘anh ) dibelakang nama sahabat atau

periwayat hadis. Penulisan r.a pada setiap nama belakang para sahabat menjadi tehnik

umum dalam menerjemahkan teks hadis, meskipun pada teks sumber tidak

ditemukan.5

4.

أنا أعلمكم بصالة رسول اهللا صلى اهللا علیھ وسلم ، :قال أبو حمید

Saya adalah orang yang paling tahu di antara kamu sekalian tentang shalat Rasulullah saw.

Berdasarkan uraian di atas maka kata قال dalam hadis tersebut akan lebih

tepat dialihkan menjadi berujar daripada berkata, hal ini merujuk kepada konteks

yang ada. Dengan mengalihkan kata ini menjadi berujar maka bahasa dan suasana

yang ditimbulkan akan mengalir dan pembaca akan merasa berada dalam suasana

yang sama dalam teks tersebut. Suasana yang terjadi pada konteks di hadis di atas

4 Abû Dawud Sulaiman bin al-Asyas al-sajastani, Sunan Abû Dawud (Beirut: Dar al-Fikr, 2003), h. 500 5 Syarif hidayatullah, Tarjim Al-An cara mudah Menerjemahkan Arab-Indonesia (Pamulang: Dikara,2019), h. 40

Page 56: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

36

adalah ketika Abû Humayd berada dalam perkumpulan sahabat Nabi, Abû Humayd

mengeluarkan kata-kata yang membuat sahabat bertanya-tanya mengapa bisa dirinya

mengucapkan kata tersebut. Dengan demikian maka akan tepat bila kata berujar ini

digunakan untuk menjadi padanan pengalihan kata قال.

Sedangkan pengalihan klausa بصالة رسول اهللا صلى اهللا علیھ وسلم أنا أعلمكم menjadi

‘saya adalah orang yang paling tahu di antara kamu sekalian tentang shalat Rasulullah

saw. Dalam terjemahan di atas peneliti berpendapat memiliki kekurang tepatan dalam

mengalihkan ism tafdil. Pengalihan ism tafdil yang memiliki kontruksi berupa ism

tafdhil + min + majrur biasanya akan dialihkan menggunakan kata lebih + daripada

dan bukan menggunakan paling. Penggunaan paling dapat dilakukan apabila

kontruksi kalimat itu berbentuk ism tafdhil + mudhof ilaih. tepat penggunaan kata

adalah orang Peneliti mendapati adanya pemborosan dalam menggunakan kata.

Pemborosan itu terdapat pada frase paling tahu di antara kamu sekalian. Penggunaan

kata kamu sekalian sebaiknya di persingkat menjadi kalian saja, dengan membuang

kata kamu dan imbuhan se yang terdapat pada frase tersebut. Dengan demikian maka

akan lebih tepat bila frase ini dialihkan menjadi di antara kalian.

5.

فلم؟ فواهللا ما كنت بأكثرنا لھ تبعا، وال أقدمنا لھ صحبة،: قالوا

: “Mengapa begitu? Padahal kamu bukanlah orang yang paling banyak mengikuti Rasulullah saw. dan bukan orang yang paling dahulu menjadi shahabat diantara kami”,

kata فلم؟ sebagai bentuk frase pertanyaan, akan lebih tepat bila dialihkan

menjadi mengapa demikian?, pilihan diksi ini peneliti ambil dikarenakan peneliti

melihat dari konteks yang ada. Kata ini hadir dikarenakan kebingungan sahabat nabi

Page 57: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

37

atas ucapan Abû Humaidi yang menyatakan dirinya sebagi orang yang paling tahu

mengenai tata cara salat Rasul. Diksi yang peneliti ambil diperkuat dengan klausa

yang hadir setelahnya yaitu فواهللا ما كنت بأكثرنا لھ تبعا، وال أقدمنا لھ صحبة . pada terjemahan

kalimat ini juga terjadi kekurang tepatan dalam pemilihan diksi. Hal ini terlihat pada

pemilihan diksi untuk frase رنا لھ تبعابأكث yang dialihkan menjadi banyak mengikuti

Rasulullah Saw. Kata banyak mengikuti akan lebih dipahami apabila dialihkan

menjadi seringkali mengikuti.

Hal lainnya juga peneliti temukan kekurang tepatan dalam pemilihan diksi

frase صحبةوال أقدمنا لھ yang dialihkan menjadi orang yang paling dahulu menjadi

sahabat. Peneliti melihat diksi yang dipilih oleh penerjemah kurang tepat. Kata ini

akan lebih tepat dan akan lebih mudah dipahami apabila dialihkan menjadi orang

yang pertama-tama masuk Islam. Karena frase “lebih dahulu menjadi sahabat”,

sebelum Islam hadir Rasulullah pun banyak memiliki sahabat yang juga belum tentu

memeluk Islam sebagai agamanya, namun yang dimaksudkan oleh kalimat ini adalah

orang-orang yang membantu dan mendukung Rasulullah di awal kemunculan Islam.

6. بلى،: قال

ia menjawab: Benar.

Selanjutnya peneliti juga menemukan kekurang tepatan dalam pemilihan diksi

kata قال yang dialihkan menjadi berkata. Bila diperhatikan kata ini muncul dalam

kerangka komunikasi. Seharusnya kata ini lebih tepat apabila dialihkan menjadi

‘menjawab’ sebagai bentuk balasan dalam kontruksi konteks percakapan.

Berdasarkan hal itu maka pengalihan yang tepat dalam menerjemahkan frase ini

Page 58: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

38

adalah ‘Abû Humayd pun menjawab: benar, aku bukanlah orang yang seperti kalian

katakan’.

7. فاعرض،: قالوا

Mereka berkata: kemukakanlah!

Dari hasil terjemahan di atas peneiliti berpendapat sebaiknya klausa mereka

berkata lebih dicarikan diksi yang mendekati kepada struktur komunikasi. Walaupun

penerjemah telah dapat menerjemahkan pesan yang dikandung secara tepat, namun

peneliti merasa penggunaan kata ‘berkata’ kurang tepat. Kata قالوا sebagai bentuk

jawaban dari apa yang diucapkan Abû Humayd tidak tepat apabila dialihkan menjadi

‘berkata’ akan lebih tepat apa bila kata ini dimodifikasi dan diberikan padanan yang

sesuai dengan telinga pembaca sasaran, sehingga konteks serta konstruksi percakapan

yang ada tetap dipertahankan. Bila melihat konteks di atas, maka peneliti lebih

condong agar kata ini dialihkan menjadi ‘ para sahabat meminta Abû Humayd

menjelaskan perkataannya, dengan berkata “jelaskanlah alasan ucapanmu!”.

8. یحاذي بھما منكبیھ، كان رسول اهللا صلى اهللا علیھ وسلم إذا قام إلى الصالة، یرفع یدیھ حتى: قال

Ia berkata: Apabila Rasulullah saw. berdiri untuk melaksanakan salat, maka beliau mengangkat kedua tangannya sampai sejajar dengan kedua bahunya,

Pada pengalaihan di atas peneliti melihat adanya ketidak tepatan pada

pemilihan diksi kata ‘berkata’, seharusnya pengalihan ini dialihkan dengan

menyesuaikan konteks dan komposisi komunikasi yang tepat mengikuti alur

percakapan di awal kalimat penyusun hadis ini. Dengan begitu maka tidak semua

kata قال akan di alihkan menjadi berkata, namun akan dialihkan mengikuti konteks

Page 59: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

39

yang dibangun pada situasi komuniksai terjadi. Untuk itu penggunaan kata ‘berkata’

terasa kurang tepat bila dipadankan untuk mengalihkan frase قال. Peneliti berpendapat

agar klausa ini diubah total, namun tetap menyesuaikan dengan padanan pada bahasa

sasaran serta pesan yang tetap tersampaikan. Peneliti menyarankan apabila klausa ini

dialihkan menjadi ‘mendengar permintaan para sahabat Abû Humaydi pun

menjelaskan:’.

Analisa penilaian lainnya yang dapat peneliti kemukakan yaitu kurang

tepatnya penggunaan kalimat ‘apabila Rasulullah Saw. berdiri untuk melaksanakan

shalat’. Bila melihat struktur kalimat ‘berdiri untuk melaksanakan shalat’ bermakna

salat itu baru akan dilakukan Rasulullah, namun konteks pembicaraan pada kalimat

itu adalah salat itu sedang dilaksanakan Rasulullah. Untuk itu pengalihan yang tepat

menurut peneliti adalah apabila Rasullullah salat.

9. ثم یكبر حتى یقر كل عظم في موضعھ معتدال،

lalu membaca takbir sehingga seluruh tulang beliau berposisi sempurna pada tempatnya masing-masing,

Penggunaan frase ‘membaca takbir’ pada pengalihan di atas megindikasikan

frase ini kurang tepat dalam pemilihan diksi. Sebaiknya kata ini dialihkan menjadi

bertakbir saja. Diksi yang kurang tepat juga peneliti dapati pada klausa sehingga

tulang-tulang beliau berposisi sempurna. Penggunaan klausa tulang-tulang berposisi

sempurna tidaklah lazim digunakan (arkais) pada bahasa sasaran dan akan sulit

dipahami bagi kalangan pembaca sasaran. Sebaiknya klausa ini dipadankan dengan

kata berdiri tegak. Ketidak tepatan dalam pemilihan diksi ini berakibat kepada

penggunaan bahasa yang kaku dikarenakan pengalihan TSu yang harfiah.

Page 60: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

40

10.

ثم یقرأ،

kemudian membaca (Al-Fatihah),

Analisa lainnya yang dapat peneliti kemukakan adalah ketidak tepatan dalam

mengalihkan pesan. Hal itu terdapat pada frase kemudian beliau membaca (Al-

Fatihah). Kesalahan itu terdapat pada penulisan kata Al-fatihah yang diberikan tanda

kurung yang berfungsi sebagai keterangan atau menjelaskan kata membaca. Namun

dalam posisi salat seperti ini, bukan hanya surat Al-Fatihah saja yang Rasulullah baca

namun surat lain yang beliau kehendaki pun dibacanya sebagai bentuk sunah dalam

salat. Pendapat ini peneliti ambil dari hadis lain yang diriwayatkan oleh rifa’ah bin

Rafi’.6 Untuk menghindari kesalahpahaman bagi pembaca teks sasaran sebaiknya

keterangan ini ditambahkan menjadi ( surat Al-Fatihah dan ayat lain dari Alquran

yang beliau kehendaki).

Menurut pendapat peneliti klausa pada sisi ini sebaiknya dapat dibentuk

menjadi kalimat baru. Dengan membentuk klausa ini menjadi kalimat baru maka

efektifitas kalimat dapat terjaga dan pesan akan lebih mudah dipahami oleh para

pembaca.

11.

ثم یكبر ویرفع یدیھ حتى یحاذي بھما منكبیھ معتدال،

kemudian membaca takbir dan mengangkat kedua tangannya hingga sejajar dengan kedua bahunya,

6 Abû Dawud Sulaiman bin al-Asyas al-Sajastani, Sunan Abû Dawud (Beirut: Dâr al-Fikr, 2003), h.256.

Page 61: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

41

Hal lainnya yang dapat peneliti kemukakan adalah pemilihan diksi kata

hubung yang kurang tepat yaitu dengan menggunakan kata hubung kemudian yang

terlalu sering digunakan dalam menghubungkan setiap klausa pada terjemahan di

atas. Sebaiknya kata-kata hubung di dalam terjemahan ini diberikan varian yang lain.

Penggunaan frase membaca takbir megindikasikan frase ini kurang tepat

dalam pemilihan diksi. Sebaiknya kata ini dialihkan menjadi bertakbir saja. Diksi

yang kurang tepat juga peneliti dapati pada klausa sehingga tulang-tulang beliau

berposisi sempurna. Penggunaan klausa tulang-tulang berposisi sempurna tidaklah

lazim digunakan (arkais) pada bahasa sasaran dan akan sulit dipahami bagi kalangan

pembaca sasaran. Sebaiknya klausa ini dipadankan dengan kata berdiri tegak. Ketidak

tepatan dalam pemilihan diksi ini berakibat kepada penggunaan bahasa yang kaku

dikarenakan pengalihan TSu yang harfiah.

12.

ھ،ثم یركع ویضع راحتیھ على ركبتی

kemudian ruku’ dan meletakan kedua telapak tangannya di lututnya,

pada pengalihan di atas peneliti hanya menemukan ketidak tepatan penggunaan

kata hubung. Sebaiknya kata hubung yang digunakan diberikian varian lain sehingga

pembaca tidak bosan ketika membaca karna selalu menamuka kata kemudian.

13. ،) 1(ثم یعتدل وال ینصب رأسھ وال یقنع

kemudian ber-i’tidal dengan tidak menegakan dan mengangkat kepalanya, Pada pengalihan di atas peneliti menemukan kembali penggunaan kata

hubung yang kurang tepat. Peneliti berpendapat sebaiknya kata hubung ini diberikan

Page 62: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

42

varian yang lain agar hasil terjemahan tidak kaku karna penggunan kata hubung

kemudian yang terus menerus muncul. Di sisi lain peneliti juga melihat penggunaan

frase tidak meneggakan dan mengangkat kepala berindikasi kepada kepada ketidak

tepatan pemilihan diksi.

14. سمع اهللا لمن حمده، : ثم یرفع رأسھ فیقول

kemudian mengangkat kepalanya seraya membaca “sami’a Allahu liman hamidah”,

Bila ditinjau Kata iktidal yang bermakna berdiri di waktu salat setelah

melakukan rukuk,7 maka pengalihan di atas memiliki ketidak tepatan dalam

mengalihkan pesan. Bila dirujuk susunan kalimat pada hasil pengalihan di atas kata

iktidal dan rukuk adalah dua kegiatan yang terpisah, namun dalam praktek salat

pekerjaan ini adalah satu bangunan, dengan demikian kalimat ini ingin menerangkan

bahwa setelah melakukan rukuk Nabi selanjutnya akan melakukan iktidal yang tata

caranya dijelaskan oleh klausa selanjutnya yaitu ثم یرفع رأسھ ) 1(وال ینصب رأسھ وال یقنع ،

سمع اهللا لمن حمده، ثم یرفع یدیھ حتى یحاذي بھما منكبیھ معتدال: قولفی . Peneliti melihat penerjemah

terlalu kaku dalam menerjemahkan klausa-klausa ini sehingga pesan pun menjadi

tercecer dan tidak tersampaikan dengan baik.

15.

بیھ معتدال،ثم یرفع یدیھ حتى یحاذي بھما منك

kemudian mengangkat kedua tangannya hingga sejajar dengan kedua bahunya, pada pengalihan di atas peneliti hanya melihat ketidak tepatan dalam

penggunaan kata hubung. Sebaiknya kata hubung pada klausa ini dapat diberikan

7 M. Abdul Mujib, dkk., Kamus Istilah Fiqih (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994), h. 131.

Page 63: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

43

varian sehingga pembaca tidak jemu ketika membaca tulisan ini, dikarenakan

munculnya kata hubung yang hampir seluruhnya menggunakan kata kemudian.

16. إلى األرض، فیجافي یدیھ عن جنبیھ،) 2(اهللا أكبر، ثم یھوي : ثم یقول

lalu membaca “Allahu akbar”, kemudian turun ke tanah, lalu merenggangkan kedua tangannya dari kedua lambungnya, pada pengalihan di atas peneliti melihat penerjemah berkali-kali

menggunakan Klausa membaca takbir. Peneliti berpendapat bahwa klausa ini kurang

lazim digunakan pada kalangan bahasa sasaran. Sebaiknya klausa ini di alihkan

menjadi bertakibir saja. Selanjutnya kekurang tepatan juga terdapat pada penggunaan

klausa turun ke tanah. Penggunaan klausa ini kurang lazim sebaiknya klausa ini

dialihkan menjadi bersujud.

17. اهللا أكبر،: ویسجد، ثم یقول

sujud, lalu membaca “Allahu akbar”,

pada pengalihan di atas peneliti melihat ketidak tepatan dimana

penerjemahkan mengalihkan frase kata kerja یسجد menjadi nomina. Ktidaktepatan ini

terjadi dikarenakan penerjemah melesapkan kata hubung و yang merangkai frase ini.

Sebaiknya pengalihan pada sisi ini dilakukan dengan tetap memunculkan kata hubung

. Peneliti memberikan solusi pengalihan ‘selanjutnya beliau pun sujud seraya

bertakbir’.

18. ، ویرفع، ویثني رجلھ الیسرى فیقعد علیھا، حتى یرجع كل عظم إلى موضعھ

mengangkat kepala, dan mendatarkan kaki kirinya lalu didudukinya, sehingga setiap tulang kembali ke posisi semula,

Page 64: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

44

19.

.8ثم یصنع في اآلخر مثل ذلك

kemudian dalam raka’at beliau melakukan hal yang sama.9

Bila dilihat dari struktur bahasa yang menyusun paragraf di atas, kalimat ini

adalah bentuk kalimat baru. Dikarenakan klausa ini adalah kalimat baru maka

penulisannya pun sebaiknya mengikuti kelaziman pada bahasa sasaran dengan

menggunakan huruf kapital pada huruf yang mengawali klausa ini. Pada klausa ini

peneliti pun menemukan adanya pesan yang tidak tersampaikan. Terputusnya pesan

itu terjadi karena penerjemah hanya mengalihkan kata فی اآلخر menjadi ‘kemudian

dalam rakaat beliau melakukan hal yang sama’. Sedangkan maksud kata اآلخر dari

pesan yang tedapat pada klausa itu adalah rakaat lainnya selain rakaat yang menjadi

pokok pembicaraan, namun penerjemah hanya menuliskan rakaat saja.

Untuk penerjemahan isi hadis yang diriwayatkan oleh Muhammad bin ‘Amr

bin ‘Atâ, peneliti banyak menemui kesalahan-kesalahan terjemahan dalam

mengalihkan teks sumber ke teks sasaran. Diantaranya dari segi efektivitas kalimat,

pemilihan diksi kata yang kurang tepat, pemakaian tanda baca yang tidak sesuai

dengan kelaziman pada bahasa sasaran serta terjemahan yang kaku. Untuk

keefektifan kalimat peneliti menemukan pada hasil terjemahan isi hadis di atas sangat

panjang dan menjemukan untuk dibaca, sehingga akan menimbulkan pemahaman

yang sulit bagi pembaca dalam memahami maksud dan pesan yang terkandung.

8 Dr. Wahbah Al-Zuhaili, Fiqh Al-Islam Wa Adilatuh, (Beirut: Dâr al-Fikr, 2004) h. 571. 9 Dr. Wahbah Al-Zuhaili, Fiqih Shalat Kajian Berbagai Mazhab, penerjemah K.H. Masdar Helmy, (Bandung:2004), h. 3

Page 65: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

45

Sebaiknya struktur kalimat pada hadis ini dibentuk menjadi beberapa kalimat, namun

tetap mengutamakan tersampaikannya pesan yang ada.

Menurut Sakri kalimat terpanjang untuk buku ajar perguruan tinggi maksimal

30 kata.10 Kiranya jumlah kata terjemahan yang akan dibaca oleh masyarakat umum

pun tidak lebih banyak dari itu. Karena itu kalimat pada terjemahan di atas

seyogyanya dapat dijadikan menjadi beberapa kalimat, agar dapat mudah dipahami.

Seyogyanya penerjemah dapat memodifikasi kalimatnya menjadi beberapa kalimat,

tanpa mengurangi pesan yang menjadi pesan Tsu.

Selanjutnya analisa kesalahan dan penilaian yang dapat peneliti berikan pada

halaman ini, yaitu peneliti menemukan ketidak tepatan dalam mengalihkan struktur

yang tepat pada pengalihan struktur kalimat percakapan. Konteks dalam hadis di atas

adalah situasi percakapan antara dua orang atau lebih. Sebagai konteks percakapan

yang memiliki definisi sebagai satu kegiatan atau peristiwa berbahasa lisan antara dua

orang atau lebih yang saling memberikan informasi dan mempertahankan hubungan

yang baik,11 maka diperlukan komponen-komponen yang tepat untuk menghasilkan

tujuan bahasa yang baik. Dengan melihat definisi percakapan di atas akan lebih baik

apabila konteks percakapan yang terdapat pada hadis di atas dapat juga dipertahankan

baik dari segi kalimat, klausa, frase, kata dan tanda baca mengikuti kelaziman yang

biasa digunakan dalam bahasa sasaran.

Untuk penerjemahannya selanjutnya yaitu penerjemahan isi hadis yang

diriwayatkan oleh Muhammad bin Amr bin Atha, peneliti banyak menemui

10 Sakri A., Bangun Kalimat dan Pembentukan Kata, (Jakarta: ITB, 1995), h.138. 11 J.D. Parera, Teori Semantik, (Jakarta: Erlangga, 2004), h.235.

Page 66: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

46

kesalahan-kesalahan terjemahan dalam mengalihkan teks sumber ke teks sasaran.

Diantaranya dari segi efektivitas kalimat, pemilihan diksi kata yang kurang tepat,

pemakaian tanda baca yang tidak sesuai dengan kelaziman pada bahasa sasaran serta

terjemahan yang kaku. Untuk keefektifan kalimat peneliti menemukan pada hasil

terjemahan isi hadis di atas sangat panjang dan menjemukan untuk dibaca, sehingga

akan menimbulkan pemahaman yang sulit bagi pembaca dalam memahami maksud

dan pesan yang terkandung. Sebaiknya struktur kalimat pada hadis ini dibentuk

menjadi beberapa kalimat, namun tetap mengutamakan tersampaikannya pesan yang

ada.

Menurut Sakri kalimat terpanjang untuk buku ajar perguruan tinggi maksimal

30 kata.12 Kiranya jumlah kata terjemahan yang akan dibaca oleh masyarakat umum

pun tidak lebih banyak dari itu. Karena itu kalimat pada terjemahan di atas

seyogyanya dapat dijadikan menjadi beberapa kalimat, agar dapat mudah dipahami.

Seyogyanya penerjemah dapat memodifikasi kalimatnya menjadi beberapa kalimat,

tanpa mengurangi pesan yang menjadi pesan Tsu.

Analisa lainnya yang dapat peneliti kemukakan yaitu pemilihan diksi yang

kurang tepat dalam pengalihan frase menjadi كل عظم في موضعھ معتدال ثم یكبر حتى یقر

menjadi lalu membaca takbir sehingga seluruh tulang beliau berposisi sempurna pada

tempatnya masing-masing’. Frase membaca takbir megindikasikan frase ini kurang

tepat pada diksi yang dipilihkan. Sebaiknya kata ini dialihkan menjadi bertakbir saja.

Diksi yang kurang tepat juga peneliti dapati pada klausa sehingga tulang-tulang

beliau berposisi sempurna. Penggunaan klausa tulang-tulang berposisi sempurna 12 Sakri A., Bangun Kalimat dan Pembentukan Kata, (Jakarta: ITB, 1995), h.138.

Page 67: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

47

tidaklah lazim digunakan (arkais) pada bahasa sasaran dan akan sulit dipahami bagi

kalangan pembaca sasaran. Sebaiknya klausa ini dipadankan dengan kata berdiri

tegak.

Hal lain yang dapat peneliti kemukakan adalah berkaitan dengan

permasalahan terjemahan isi hadis di atas. Peneliti menememuka hasil terjemahan

yang harfiah yang akhirnya menyebabkan hasil terjemahan yang kaku. Kekakuan

terjemahan akan berakibat pada pemahaman yang sulit bagi pembaca untuk

memahamipesan yang ingin disampaikan. Sedangkan dalam metode penerjemahan,

hasil terjemahan harfiah ini disajikan hanya sebatas coret-coretan hanya untuk

diberikan modifikasi lain sehingga terjemahan menjadi baku sebagai hasil

terjemahan.

20.

اح د افتت ر عن ا كب ھ، كم ا منكبی اذي بھم ى یح ھ حت ع یدی ر ورف ركعتین، كب ن ال ام م م إذا ق ث

الصالة،

Kemudian ketika beliau bangun dari ruku’ membaca takbir dan mengangkat kedua tangannya hingga sejajar dengan kedua bahunya, sebagaimana takbir yang beliau baca ketika memulai shalat, kemudian dalam raka’at lainnya beliau melakukan hal yang sama.

Pada penerjemahan di atas peneliti melihat adanya kekurang tepatan dalam

pemilihan diksi kata hubung. Penggunaan kata hubung kemudian untuk mengawali

kalimat ini kurang tepat, akan lebih tepat apabila digunakan kata selanjutnya. Hal ini

dikarenakan kata ini berfungsi untuk mengawali paragraf dan berfungsi pula menjadi

penyambung pikiran pokok pada paragraf sebelumnya. Namun bila ditinjau dari

panjangnnya isi hadis di atas, peneliti berpendapat agar kalimat ini masuk kepada

Page 68: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

48

paragraf sebelumnya dengan membagi hadis ini kepada beberapa kalimat saja dengan

tidak menghilangkan pesan yang terkandung di dalamnya.

Tinjaun penilaian selanjutnya yang peneliti dapat kemukakan yaitu peneliti

menemukan kesalahan dalam mengalihkan pesan. Frase ،إذا قام من الركعتین

diterjemahkan menjadi “ ketika beliau bangun dari ruku’”. Sedangkan pesan yang

terkandung dalam frase ini adalah berdiri setelah melakukan rakaat yang kedua bukan

berdiri setelah rukuk.

Analisa lainnya yang dapat peneliti kemukakan adalah kesalahan pengalihan

dalam mengalihkan kalimat syarat. Hal ini terlihat dalam penerjemahan kalimat

‘Kemudian ketika beliau bangun dari ruku’ membaca takbir dan mengangkat kedua

tangannya hingga sejajar dengan kedua bahunya’. Dalam struktur bahasa sumber

terdapat kata syarat إذا. Apabila salah satu kalimat didahului kata syarat, maka dalam

menerjemahkannya perlu ditambahkan kata ‘maka’ atau ‘niscaya’ pada kalimat

lainnya.13 Dari terjemahan di atas peneliti tidak melihat penerjemah memunculkan

kata maka untuk mengawali kalimat selanjutnya sebagai kalimat jawab dari kalimat

syarat ini. seharusnya pengalihan yang tepat untuk terjemahan di atas adalah apabila

Rasulullah Saw. Bangun dari rakaat kedua, maka beliau bertakbir.

Hal lain yang peneliti lihat sebagai kekurang tepatan yaitu pemilihan diksi

dimana kata yang diterjemahkan menjadi ketika yang seharusnya akan lebih tepat

dialihkan menjadei apabila. Terjemahan di atas juga terdapat pemborosan dalam

penggunaan kata, kata menjadi ‘membaca takbir’. Peneliti melihat kata akan cukup

13 Syarif Hidayatullah, Tarjim al-An Cara Mudah Menerjemahkan Arab Indonesia, (Pamulang: Dikara,2010), h.139.

Page 69: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

49

dipahami apabila hanya dialihkan menjadi bertakbir saja, dengan analogi kata takbir

yang dimulai dengan preposisi ber adalah kata kerja yang pekerjaannya dilakukakan

dengan mengucapkan kata takbir.14

Hal lainnya peneliti juga menemukan kekeliruan dalam penggunaan kata

hubung. Kata ‘dan’ sebagai kata hubung memiliki fungsi sebagai penghubung dua

buah klausa dalam sebuah kalimat majemuk,15 maka kata ini tidaklah tepat bila

digunakan untuk menyusun kalimat ini. Menurut pandangan peneliti kata yang tepat

adalah digunakan kata ‘dengan’ yang memiliki fungsi menyatakan cara atau sifat

perbuatan.16

21.

.ثم یصنع ذلك في بقیة صالتھ

kemudian dalam raka’at lainnya beliau melakukan hal yang sama. Pada pengalihan di atas peneliti melihat pengalihan yang baik, namun ada

sekit kekurangan saja yaitu dalam pengalihan kata hubung yang tetap menggunakan

kata kemudin. Sebaiknya kata hubung ini digunakan kata selanjutnya untuk

menghindari penggunaan kata kemudia yang selalu berkali-kali digunakan.

22.

األیسر، على شقھ) 4(حتى إذا كانت السجدة التي فیھا التسلیم أخر رجلھ، وقعد متوركا

Sehingga pada sujud yang diiringi dengan salam beliau mengakhirkan kedua telapak kakinya dan beliau duduk tawarruk (dengan menyentuhkan pantatnya ke tempat duduk) pada pantat sebelah kiri. 14 15 16

Page 70: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

50

Selanjutnya penilaian yang peneliti dapat berikan yaitu peneliti menemukan

adanya ketidak tepatan dalam pemilihan diksi terjemahan. Kekurang tepatan ini

terdapat pada pengalihan klausa حتى إذا كانت السجدة التي فیھا التسلیم yang dialihkan

menjadi “Sehingga pada sujud yang diiringi dengan salam”. Klausa ini diterjemahkan

secara harfiah sehingga terasa sekali kekakuan dalam struktur penyusunnya. Akan

lebih tepat bila klausa ini dialihkan dengan padanan yang lebih tepat dan lebih

dipahami bagi pembaca bahasa sasaran. frase sujud yang diiringi dengan salam akan

membuat pembaca berpikir keras dan terbelenggu dengan kata-kata yang sulit

dipahami. Terlebih lagi tidak mustahil apabila pengalihan frase ini akan membuat

pemahaman yang salah pada diri pembacanya. Peneliti memandang akan lebih tepat

apabila frase ini dialihkan menjadi ‘tahiyat akhir’

23.

.صدقت، ھكذا كان یصلي صلى اهللا علیھ وسلم : قالوا

Mereka berkata: Kamu benar. Begitulah Rasulullah saw. Shalat. Pada pengalihan di atas peneliti melihat penerjemah dapat memberiak

pengalaihhan yang tepat. Sehingga bahasa yang digunakan tidak lagi kaku serta

dapat menyampaikan pesan yang terkandung.

24.

كنت في مجلس من أصحاب رسول اهللا صلى اهللا علیھ وسلم ،«: وفي روایة قال Dalam satu riwayat Abû Hamid berkata: saya pernah berada dalam majlis bersama para sahabat Rasulullah saw. la berkata: terangkanlah Shalat Rasulullah saw.

Pengalihan kurang tepat yang peneliti temukan pada pengaliihan frase dalam

satu riwayat. Kata روایة yang terdapat pada teks sumber adalah kata yang masuk

Page 71: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

51

kedalam golongan kata tak takrif. Dalam bahasa sasaran kata ini biasanya akan

dialihkan menjadi seseorang, sebuah atau suatu di depan makna dasarnya mengikuti

konteks yang ada, atau dengan tidak menambahkan dengan kata apapun.17 Namun

dalam pengalihan kata ini dijadikan kata yang berjenis takrif yaitu ‘satu riwayat’,

untuk itu peneliti berpendapat sebaiknya kata ini dialihkan menjadi ‘dalam sebuah

riwayat’ saja.

Penilaian selanjutnya yang dapat peneliti kemukakan adalah penilaian

berkenaan dengan pengalihan صلى اهللا علیھ وسلم ، كنت في مجلس من أصحاب رسول اهللا

menjadi ‘Abû Hamid berkata: Saya pernah berada dalam majlis bersama para sahabat

Rasulullah saw.’. Pengalihan tersebut peneliti pandang terindikasi adanya kekeliruan

dalam mengalihkan pembicara yang meriwayatkan hadis di atas. Pengalihan Abû

Humayd berkata mengesankan bahwa Abû Humayd lah yang menceritakan bahwa

dirinya yang berada dalam majlis. Namun, apabila melihat konteks dan teks asli hadis

ini pada kitab Sunan Abû Dawud sangat jelas bahwa menyampaikan hal itu bukanlah

Abû Humayd tetapi Muhammad bin ‘Amr bin Ata.18 Dengan landasan ini maka

penerjemahan Abû Humayd berkata’ memiliki ketidak tepatan dalam menyampaikan

pesan yang ada. Bila meninjau keutuhan teks, peneliti melihat penulis mengawali

kalimat ini dengan struktur kata tak takrif bertujuan untuk memunculkan hadis yang

sebangun isinya tanpa mencantumkan periwayat hadis. hal ini dimaksudkan agar

pembaca memahami bahwa hadis ini adalah hadis lain yang bukan lagi diriwayatkan

17 18 Abû Dâwud Sulaiman bin al-Asyas as-Sajastani, Abû Dawud. Sunan Abû Dâwud, (Beirut: Dâr al-Fikr.2003).h. 279

Page 72: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

52

oleh Abû Humayd. Untuk itu pengalihan yang tepat menurut peneliti adalah ‘dalam

suatu riwayat dijelaskan : aku pernah berada di dalam sebuah majlis sahabat Rasul’.

Berkenaan dengan permasalahan di atas, disebabkan dalam teks asli tidak

dicantumkannya periwat hadis, maka sebaiknya pengalihan frase ini dicarikan

padanan yang tepat tanpa mencantumkan periwayat hadis untuk menghindari

kesalahan dalam penyampaian pesan.

Hal lainnya yang peneliti dapat kemukakan yaitu ketidak tepatan dalam

menyampaikan pesan. Kesalahan penyampain pesan itu terdapat ketika penerjemah

memasukan kata bersama dalam menyusun kalimat aku pernah berada dalam majlis

bersama para sahabat Rasulullah Saw. Namun pesan yang terdapat pada kalimat itu

adalah pembicara ingin menyampaikan bahwa dirinya berada di sebuah perkumpulan

yang di dalamnya terdapat para sahabat Rasulullah Saw. Namun tidak di munculkan

secara jelas apakah benar dirinya berada bersama ataukah dirinya hanya mendengar.

25.

اذكروا صالتھ،: قال

la berkata: terangkanlah Shalat Rasulullah saw.

Pada pengalihan di atas peneliti melihat adanya ketidak jelasan penggunaan

kata ganti orang ketiga tunggal ‘ia’ yang disandarkan kepada subjek yang tidak jelas.

Ketidak jelasan penggunaan kata ganti ini mengakibatkan kesulitan bagi pembaca

untuk memahaminya. Peneliti berpendapat sebaiknya kata ini dialihkan menggunakan

kalimat tak langsung yang dilesapkan subjeknya serta merubah total struktur yang

Page 73: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

53

ada. Untuk itu peneliti merasa akan lebih baik apabila klausa ini dialihkan menjadi

‘maka mereka pun diminta untuk menjelaskan salat Rasulullah Saw.

26.

ذكر دیث ـ فت ذا الح ض ھ ذكر بع د ـ ف و حمی ال أب رج : فق ھ، وف ن ركبتی ھ م ن كفی ع أمك إذا رك ف ، ) 6(وال صافح بخده ظھره، غیر مقنع رأسھ، ) 5(بین أصابعھ، وھصر

Lalu Abû Hamid berkata: (lalu ia menyebutkan sebagian hadits ini). riwayat tersebut menyebutkan: ketika Rasulullah saw. ruku’, maka beliau merengangkan kedua telapak tangannya pada kedua lututnya, merenggangkan jari-jarinnya, mencondongkan punggungnya dengan tidak menundukan kepalanya dan tidak menampakan permukaan pipinya.

Penialaian lainnya yang peneliti dapat kemukakan adalah ketidak akuratan

dalam mengalihkan kalimat ‘lalu Abû Humyd berkata : (lalu ia menyebutkan

sebagian hadis ini). Riwayat itu menyebutkan’. Ketidak akuratan itu antara lain

ketidak tepatan diksi pada pengalihan lalu Abû Hamid berkata:. Peneliti memandang

klausa ini muncul sebagai bentuk klausa jawaban atas permintaan seseorang yang

meminta agar di jelaskan tentang salat Rasulullah yang ditujukan kepada para sahabat

Rasul. Sebagai bentuk jawaban dari sebuah permintaan, maka klausa yang di

munculkan seharusnya dapat mengakomodir suasana konteks yang ada dengan

menggunakan bahasa yang mengalir sehingga mudah dipahami. Dari konteks ini

terlihat Abû Humayd menjadi perwakilan dari para sahabat Rasulullah untuk

menerangkan salat Rasul. Peneliti berpendapat sebaiknya klausa ini dialihkan

menggunakan tehnik jiyadah yaitu menambahkan kata yang tidak ada dalam klausa

pada teks sumber agar pesan yang ada dapat tersampaikan dengan baik. Peneliti

memnerikan opsi agar klausa ini dialihkan menjadi ‘mendengar permintaan itu Abû

Humayd pun menjelaskan’.

Page 74: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

54

Hal lainnya yang peneliti juga rasa sebagai suatu hal yang kurang tepat yaitu

pada pengalihan jumlah mutaridhoh ( kalimat sampiran atau jeda) yaitu ‘lalu ia

menyebutkan sebagian hadis ini’. Didasarkan bahwa teks sumber adalah teks modern

maka kalimat jeda ini tidaklah sulit untuk ditentukan. Menurut kelaziman yang ada

pada bahasa sasaran kalimat ini dialihkan dengan menggunakan tanda pisah. Namun

penerjemah menggunakan tanda kurung untuk mengalihkannya, Sehingga klausa ini

berfungsi sebagai klausa penjelas. Hal ini berakibat pada pemahaman yang salah di

kalangan pembaca teks sasaran. Ketidak tepan juga terdapat pemilihan diksi kalimat

sampiran ini. Penggunaan kata lalu ia menyebutkan sebagian hadis ini, peneliti lihat

27.

رى ة أخ ي روای ال: وف رش إذ«: ق ر مفت ھ غی ع یدی جد وض تقبل ) 1(ا س ھما، واس وال قابض .» بأطراف أصابعھ القبلة

Dalam riwayat yang lain lagi Abû Humaidi menyatakan: ketika beliau sujud, maka beliau meletakan kedua tangannya, tidak meletakan kedua hastanya, tidak menggegamkannya, dan menghadapkan ujung-ujung jarinya kearah kiblat.

Pengalihan yang kurang tepat juga penliti temukan pada pengalihan frase وفي

adalah kata tak takrif yang dalam bahasa روایة menjadi dalam satu riwayat. Kata روایة

Indonesia biasanya akan dialihkan menjadi seseorang, sebuah atau suatu di depan

makna dasarnya, atau tanpa penambahan apapun19. Bila kata tak takrif ini dialihkan

menjadi satu, maka kata ini adalah masuk kedalam kategori takrif. Sehingga peneliti

melihat sebaiknya kata ini akan lebih tepat bila dialihkan menjadi dalam sebuah

riwayat.

19 Syarif Hidayatullah, Tarjim al-An Cara Mudah Menerjemahkan Arab-Indonesia, (Pamulang: Dikara, 2010), h. 111.

Page 75: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

55

Selanjutnya peneliti juga menemukan pengalihan yang salah pesan dalam

mengalihkan frase قال: وفي روایة أخرى menjadi dalam riwayat yang lain Abû Humaidi

menyatakan:. Pengalihan Abû Hamid menyatakan mengesankan bahwa hadis ini

diriwayatkan oleh Abû Hamid. Namun peneliti menganalisa bahwa periwayat hadis

yang menyampaikan hadis ini bukanlah Abû Hamid tetapi Muhammad bin Amr bin

Ata20 dan tidak ada nama Abû Hamid tercantum dalam periwayatan hadis tersebut.

Dengan mengalihkan seperti ini menjadikan pengalihan hadis ini menjadi salah pesan

dan berpengaruh kepada pemahaman yang salah bagi kalangan pembaca.

Dikarenakan pada teks asli kitab Fiqh al-Islâm wa Adilatuh juga tidak dicantumkan

periwayat hadis secara utuh dan hanya mengutip matannya saja, maka pengalihan

yang harus dilakukan penerjemah sebaiknya tanpa mencantumkan apapun serta hanya

menerjemahkan matan hadisnya saja. Untuk itu pengalihan yang tepat untuk

mengalihkan kalimat pembuka sebelum menerjemahkan matan hadis di atas

sebaiknya menggunakan pola kata tak takrif seperti teks aslinya. Peneliti menganggap

pengalihan yang tepat adalah ‘dalam sebuah riwayat lain dijelaskan’.

28.

ال ة ق ي روای ال «: وف وع ـ فق ن الرك ي م ھ ـ یعن ع رأس م رف ا : ث م ربن ده، اللھ ن حم مع اهللا لم س

21.» لك الحمد، ورفع یدیھ

Dalam riwayat yang lain lagi ia berkata: kemudian beliau mengangkat kepalanya, yakni dari ruku’, maka beliau membaca: sami’a Allahu liman hamidah, Allahumma Rabbana laka al-hamdu dan mengangkat kedua tanganya.22

20 Sulaiman bin al-Asyas as-Sajastani, Abû Dawud. Sunan Abû Dawud, (Beirut: Dar al-Fikr.2003). h. 280 21 Dr. Wahbah Al-Zuahaili, Fiqh Al-Islâm Wa Adilatuh (Beirut: Dâr Al-Fikr, 2004).h.572

Page 76: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

56

Pengalihan yang kurang tepat juga penliti temukan pada pengalihan frase وفي

adalah kata tak takrif yang dalam bahasa روایة menjadi dalam satu riwayat. Kata روایة

Indonesia biasanya akan dialihkan menjadi seseorang, sebuah atau suatu di depan

makna dasarnya, atau tanpa penambahan apapun23. Bila kata tak takrif ini dialihkan

menjadi satu, maka kata ini adalah masuk kedalam kategori takrif. Sehingga peneliti

melihat sebaiknya kata ini akan lebih tepat bila dialihkan menjadi dalam suatu

riwayat. Hal lain yang peneliti dapat kemukakan adalah kesalahan pesan ketika

mengalihkan frase menjadi dalam riwayat yang lain ia berkata:. Kesalahan juga

berkenaan dengan kesalahan menuliskan periwayat hadis. kesalahan itu terdapat pada

frase ia berkata, berindikasi bahwa hadis ini diriwayatkan juga oleh Abû Hamid.

Namun bila diteliti pada kitab Sunan Abû Dawud, hadis ini bukanlah diriwayatkan

oleh Abû Huamidi namun oleh Abas bin Ayas bin Sahl. Oleh karena itu, untuk

menghindari kesalahan dalam menuliskan periwayat hadis ini sebaiknya farse ini

dialihkan tanpa menggunakan atau mencantumkan kata ganti orang ketiga tunggal.

Peneliti berpendapat akan lebih tepat apabila frase ini dialihkan menjadi dalam

sebuah hadis dijelaskan.

Kekurang tepatan yang lain yang peneliti dapati yaitu dalam mengalihkan

kalimat jeda atau sampiran. Bila berpegang pada teori penulisan kalimat ini pada

bahasa sasaran, seharusnya kalimat ini tetap seperti apa adanya saja tanpa

menggunakan tanda koma. Bila menggunakan tanda koma mengindikasikan bahwa

22 Dr. Wahbah Al-Zuhaili, Fiqih Shalat Kajian Berbagai Mazhab, penerjemah Prof. K.H. Masdar Helmy, (Bandung:2004), h. 4 23 Syarif Hidayatullah, Tarjim al-An Cara Mudah Menerjemahkan Arab-Indonesia, (Pamulang: Dikara, 2010), h. 111.

Page 77: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

57

kalimat sampiran ini menjadi satu kesatuan dengan kalimat sebelumnya. Sedangkan

kalimat sampiran ini tidak memiliki tugas selain hanya menjadi bantuan penjelas saja.

Untuk itu, maka peneliti berpendapat kalimat ini di alihkan menjadi ‘-dari ruku-‘ saja.

Hal lain yang peneliti lihat sebagai kekurang tepatan yaitu pemilihan diksi

dimana kata إذا yang diterjemahkan menjadi ketika yang seharusnya akan lebih tepat

dialihkan menjadi apabila. Terjemahan di atas juga terdapat pemborosan dalam

penggunaan kata, kata كبر menjadi ‘membaca takbir’. Peneliti melihat kata كبر akan

cukup dipahami apabila hanya di alihkan menjadi bertakbir saja, dengan analogi kata

takbir yang dimulai dengan preposisi ber adalah kata kerja yang pekerjaannya

dilakukan dengan cara mengucapkan kata takbir.24

Selanjutnya peneliti juga menemukakan kekeliruan dalam penggunaan kata

hubung. Kata ‘dan’ sebagai kata hubung memiliki fungsi sebagai penghubung dua

buah klausa dalam sebuah kalimat majemuk25, maka kata ini tidaklah tepat bila

digunakan untuk menyusun kalimat ini. kata yang tepat menurut peneliti adalah kata

‘dengan’ yang memiliki fungsi menyatakan cara atau sifat perbuatan.26 Hal ini

diindikasikan bahwa tata cara bertakbir dalam salat adalah dengan mengucapkan

kalimat takbir yang diikuti mengangkat kedua belah tangan.

Hal lainnya yang peneliti anggap sebagai sebuah ketidak tepatan yaitu

pengalihan frase maka beliau membaca. Kata membaca memiliki pengertian yaitu

kata kerja yang dilakukan dengan menggunakan alat bantu tulisan seperti membaca

buku, membaca Koran atau lainnya. Dengan alasan itu maka kata membaca di sini

24 Redaksi TrasnMedia, Panduan EYD dan Tata Bahasa Indonesia, (Jakarta: TransMedia, 2010), h 45. 25 Ibid, h.71. 26 Redaksi TrasnMedia, Panduan EYD dan Tata Bahasa Indonesia, (Jakarta: TransMedia, 2010), h.72.

Page 78: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

58

kurang tepat untuk dijadikan diksi pengalihan. Peneliti memandang akan lebih tepat

apabila digunakan kata ‘mengucap’ sebagai pilihan diksi. Kemudian ketidak tepatan

yang lainnya adanya kata hubung yang tidak diterjemahkan sehingga akan berakibat

kepada pemahaman yang salah. Peneliti melihat kata hubung yang mengapit frase

sami’a Allahu liman hamidah dan Allahumma Rabbana laka al-hamdu, seharusnya

tetap dipertahankan atau setidak-tidaknya dicarikan kata yang sepadan. Hal ini untuk

dapat membedakan antara ucapan iktidal dan doanya. Peneliti berpendapat sebaiknya

frase ini dialihkan menjadi sami’a Allahu liman hamidah seraya berdoa Allahumma

Rabbana laka al-hamdu.

Berhubungan dengan paragraf ini peneliti berpendapat paragraf pertama dan

kedua pada halaman ini akan lebih tepat bila dijadikan satu dengan membentuknya

menjadi beberapa kalimat saja. Hal ini dikarenakan peneliti memandang antara

paragraf pertama dan kedua pada halaman ini memiliki korelasi. Seandainya

dipaksakan untuk dipisahkan, maka yang akan terjadi adalah sulitnya membuat

hubungan yang baik antar paragraf dan akan menimbulkan pesan yang sulit dipahami

oleh pembaca. Pendapat ini peneliti ambil mengingat buku ini adalah sebuah karya

tulis. Sebagai bentuk karya tulis, maka persyaratan keparalelan antar paragraf harus

diposisikan sebagai syarat mutlak.

Selanjutnya kesalahan yang dapat peneliti kemukakan yaitu pada pengalihan

menjadi ketika pada rakaat keempat, maka beliau meneruskan pantatnya yang kiri ke

tanah dan mengeluarkan telapak kaki kirinya dari satu arah. Kesalahan itu terdapat

pada pengalihan ketika pada rakaat ke empat yang peneliti anggap kurang tepat dalam

Page 79: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

59

menggunakan varian kata hubung. Bila dicermati penggunaan kata ‘ketika’ terlalu

sering digunakan penerjemah dalam menyusun konstruksi kalimat terjemahanya.

Selanjutnya peneliti juga menemukan kekurang tepatan dalam menggunakan

kata hubung pada frase ‘dan mengangkat kedua tanganya’. Penggunaan kata dan

disini tidaklah tepat dikarenakan kata hubung dan, maka sebaiknya kata ini akan lebih

tepat apabila digunakan kata serta.

Kesalahan yang lainnnya peneliti menemukan adanya beberapa kesalahan

dalam penulisan ejaan yang tepat. Kesalahan-kesalahan itu antara lain peneliti

temukan penulisan kata rukuk27 dituliskan ruku’, penulisan kata salat28 dituliskan

shalat. Kesalahan yang lain yaitu pada penulisan kata rakaat29 dituliskan raka’at,

penulisan kata hadis30 dituliskan hadist. Kesalahan yang lain juga terdapat pada

penulisan kata tawaruk31 yang dituliskan miring dan menggunakan double w

menjadi tawwaruk. terakhir kesalahan ejaan ini penulisan Saw.32 Sebagai singkatan

yang dituliskan menggunakan huruf kecil sluruhnya menjadi saw, samia 33sami’a

Allahu liman hamidah, Allahumma Rabbana laka al-hamdu

29.

وأخرج أبو داود والترمذي والنسائي عن رفاعة بن رافع رضي اهللا عنھ حدیثا علم فیھ النبي صلى اهللا علیھ وسلم رجال بدویا كیفیة الصالة،

27 Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam jaringan, di akses pada 2 januari 2011 dari http.www.pusatbahasa.depdiknas.go.id 28 Ibid 29 ibid 30 ibid 31 ibid 32 Redaksi TransMedia, Panduan EYD dan Tata Bahasa Indonesia, (Jakarta: Transmedia, 2010), h.11. 33 Hamid Nasuhi, dkk., Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (Jakarta: Ceqda, 2006), h.50.

Page 80: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

60

Abû Dawud, Al-Turmudzi, dan Al-Nasa’i meriwayatkan dari Rifa’ah bin Rafi’ r.a. bahwa Rasulullah saw. mengajari tata cara shalat kepada seorang badui,

Dari hasil pengalihan teks terjemahan di atas, peneliti menemukan adanya

kekurang tepatan dalam menuliskan kompilator yaitu Abû Dawud, al-Tirmidzi, dan

al-Nasa’i sebagai periwayat hadis. Seharusnya penulisan nama kompilator dituliskan

pada akhir matan34. Bila diperhatikan dalam susunan hadis di atas bahwa periwayat

hadis tersebut hanya memiliki satu periwayat hadis saja yaitu Rifa’ah bin Rafi’,

sehingga pengalihan penerjemahan di atas dapat dialihkan menjadi Rifa’ah bin Rafi’

r.a meriwayatkan. sedangkan penerjemahan nama kompilator dituliskan sesuai

dengan kelaziman yang dipakai pada bahasa sasaran yaitu HR Abû Dawud, al-

Tirmidzi, dan al-Nasai.35

Selanjutnya peneliti juga menemukan adanya kekurang akuratan dalam

mengalihkan klausa عن رفاعة بن رافع رضي اهللا عنھ حدیثا علم فیھ النبي صلى اهللا علیھ وسلم رجال

.yang dialihkan menjadi dari Rifa’ah bin Rafi’ bahwa Rasulullah saw بدویا كیفیة الصالة

mengajari tata cara shalat kepada seorang badui. Penerjemahan ini memiliki ketidak

tepatan dalam mengalihkan pesan yang ada dalam bahasa sumber kepada bahasa

sasaran. Kalimat di atas adalah kalimat pengantar yang dihadirkan sebelum

memasuki pembahasan mengenai matan hadis. kesalahan yang terjadi ketika

penerjemah tidak menerjemahkan kata yang menjadi pokok pembicaraan dalam

kalimat tersebut. Dengan tidak menerjemahkan kata ini maka ada ada pesan yang tak

tersampaikan. Bila melihat struktur kalimat yang ada bahwa pesan yang ingin

34 Syarif Hidayatullah, Tajim al-An Cara Mudah Menerjemahkan Arab-Indonesia (Pamulang: Dikara, 2010), h.53. 35Syarif Hidayatullah, Tajim al-An Cara Mudah Menerjemahkan Arab-Indonesia (Pamulang: Dikara, 2010), h.54.

Page 81: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

61

disampaikan penulis buku asli dengan mengutip sebuah hadis yang diriwayatkan

oleh Rifa’ah bin Rafi’ bukan tentang tata pengajaran Rasul walaupun isi hadis

membicarakan hal tersebut.

30.

إنھ ال تتم صالة أحد من الناس حتى یتوضأ، فیضع الوضوء ـ یعني مواضعھ «: صلى اهللا علیھ وسلم فقال النبي ـ

Lalu Rasulullah saw. Bersabda: “sesungguhnya tidak sempurna shalat seseorang hingga ia berwudhu”.

Penilaian selanjutnya yang dapat peneliti kemukakan adalah pengalihan

kalimat ‘sesungguhnya tidak sempurna salat seseorang hingga ia berwudhu’. Peneliti

menemukan adanya kekurang akuratan dalam memilih diksi sehingga terjemahan

yang ada terasa kaku karna dihasilkan dari terjemahan yang sangat harfiah.

Penggunaan kata tidak sempurna sebagai pengalihan seharusnya dapat dicarikan

padanan yang lebih tepat dan lebih dapat dipahami. Sebaiknya kata ini diganti dengan

kata sah saja.

31.

ثم یكبر، ویحمد اهللا عز وجل، ویثني علیھ، ثم یقرأ بما شاء من القرآن،

kemudian membaca takbir dan memuja kepada Allah, lalu mebaca Al-Quran yang beliau kehendaki,

Kesalahan lainnya yang peneliti dapat kemukakan yaitu pengalihan frase

menjadi kemudian membaca takbir dan memuja Allah, lalu membaca Al-Quran yang

beliau kehendaki. Hasil penerjemahan di atas terasa sekali sebagai hasil terjemahan.

Page 82: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

62

Hal itu terlihat pada pemilihan diksi dan kolokasi kata yang kurang tepat. Dari segi

ketidak tepatan kolokasi kata peneliti mendapati penggunaan kata hubung yang

kurang tepat. Kata hubung kemudian yang berfungsi sebagai kata hubung yang

menyatakan waktu36 tidak lah tepat apabila digunakan untuk mengalihkan frase

kemudian beliau bertakbir. Sebaiknya kata hubung yang digunakan pada frase ini

adalah kata selanjutnya yang berfungsi menunjukan adanya sebuah aktifitas baru.

Sedangkan dari segi diksi ketidak tepatan terlihat dimana penerjemah

menerjemahkan kata یكبر menjadi membaca takbir. Kesalahan penggunaan diksi ini

terdapat pada lima kali pengalihan kata یكبر menjadi membaca takbir. Peneliti

berpendapat sebaiknya penerjemah agar dapat lebih memilih diksi yang cukup

dipahami oleh para pembaca sasaran. Penggunaan kata yang kurang lazim akan

menyulitkan pembaca untuk memamahi pesan dari sebuah tulisan. Untuk itu frase

membaca takbir akan lebih tepat bila dipadankan dengan kata bertakbir saja.

Disamping menggunakan diksi yang lebih tepat dan juga lebih efektif dalam

membentuk kalimat yang akan lebih mudah dipahami oleh kalangan pembaca bahasa

sasaran.

Ketidak tepatan lainnya adanya kesalahan pesan pada hasil terjemahan yang

lagi-lagi terjadi akibat penerjemahan yang dilakukan secara harfiah. Kesalahan itu

terdapat pada frase memuja kepada Allah, sedangkan maksud dari teks asli adalah

membaca surat al-Fatihah. Pendapat peneliti ini berdasarkan kebiasaan yang ada

dalam bahasa sasaran bahwa memuja Allah lebih cenderung menggunakan kata

36 Redaksi TransMedia, Panduan EYD dan Tata Bahasa Indonesia. (Jakarta: TransMedia: 2010). h.71

Page 83: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

63

tahmid yaitu hamdalah. Namun di dalam praktek salat yang diucapkan bukan hanya

terbatas pada kalimat tahmid saja, namun keseluruhan ayat dalam surat al-fatihah

harus dibaca karena menjadi rukun syarat sah salat

32.

اهللا أكبر، ثم یركع حتى تطمئن مفاصلھ،: ثم یقول

lalu membaca takbir, lalu ruku’ hingga seluruh ruas tulangnya tenang.

Penilaian pada pengalihan di atas penelit menemukan adanya ketidak tepatan

dalam penggunaan kata hubung yang hampir berkali-kali digunakan kata lalu.

Peneliti memandang agar kata hubung ini agar diberikan varian yang tepat agar setiap

frase yang dibentuk menjadi mengalir seperti tulisan sehingga enak dibaca dan

pembaca pun tidak jenuh karena penggunaan bahasa yang terlalu kaku. Kesalahan

lainnya yaitu adanya kesalahan pesan dalam mengalihkan frase menjadi lalu ruku’

hingga seluruh tulangnya tenang. Sedangkan maksud dari kata disini adalah

bermakna tuma’ninah yang dalam kamus istilah fiqh adalah berhenti sebentar dengan

tenang37. Namun dalam terjemahan di alihkan menjadi ruas tulang yang tenang.

Dalam praktek salat bukan hanya sebatas tulang saja yang harus tenang, namun sisi

rohani maupun jasmani pun dianjurkan agar tetap tenang. Dalam fiqih berhenti

sebentar (tuma’ninah) ini dijadikan rukun syarat sahnya salat.

33.

سمع اهللا لمن حمده، حتى یستوي قائما، : ثم یرفع، ثم یقول

Lalu mengangkat kepalanya, lalu membaca sami’a Allahu liman hamidah, hingga berdiri tegak 37M. Abdul Mujib, Kamus Istilah Fiqih, (Jakarta: Pustaka Firdaus,1994), h. 389

Page 84: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

64

Selanjutnya ketidak tepatan terjemahan juga peneliti temukan pada

penggunaan varian kata hubung. Penerjemah acap kali menggunakan kata lalu untuk

menghubungkan antar klausa pada hadis di atas. Terlihat sebanyak tujuh kali

penggunaan kata ini untuk pengalihan setiap kata hubung yang ditemui. Seharusnya

penerjemah dapat menggunakan varian yang berbeda ketika menggunakan kata

hubung.

34.

اهللا أكبر، ویرفع رأسھ حتى یستوي قاعدا،: اهللا أكبر، ثم یسجد، حتى تطمئن مفاصلھ، ثم یقول: ویقول

lalu membaca takbir dan mengangkat kepalanya hingga duduk tegak,

pada pengalihan di atas peneliti ingin memberikan koreksi terhadap ketidak

tepatan penggunaan diksi kata. Klausa membaca takbir peneliti anggap sebagai

klausa yang kurang lazim apabila digunakan untuk kalangan pembaca bahasa sasaran

hal ini dikarenakan hasil terjemahan harfiah sehingga terlihat sekali kekakuannya,

sebaiknya klausa ini dialihkan menjadi bertakbir saja.

Kesalahan lainnya yaitu adanya kesalahan pesan dalam mengalihkan frase

menjadi lalu sujud hingga seluruh tulangnya tenang. Sedangkan maksud dari kata

disini adalah bermakna tuma’ninah yang dalam kamus istilah fiqh adalah berhenti

sebentar dengan tenang.38 Namun dalam terjemahan di alihkan menjadi ruas tulang

yang tenang. Dalam praktek salat bukan hanya sebatas tulang saja yang harus tenang,

namun sisi rohani maupun jasmani pun dianjurkan agar tetap tenang. Dalam fiqih

berhenti sebentar (tuma’ninah) ini dijadikan rukun syarat sahnya salat.

38M. Abdul Mujib, Kamus Istilah Fiqih, (Jakarta: Pustaka Firdaus,1994), h. 389

Page 85: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

65

35.

اهللا أكبر، ثم یسجد حتى تطمئن مفاصلھ، : ثم یقول

lalu membaca takbir, lalu sujud hingga ruas–ruas tulangnya tenang

pada pengalihan di atas peneliti menemukan kembali ketidak tepatan

penggunaan diksi kata. Hal itu terlihat ketika penerjemah selalu mengalihkan Klausa

membaca takbir. Dalam hal ini peneliti menganggap klausa yang kurang lazim ini

digunakan dikarenakanb penerjemah masih tidak dapat keluar dari struktur bahasa

sumber. Sebaiknya untuk kalangan pembaca bahasa sasaran ini dialihkan menjadi

bertakbir saja menghindari penggunaan bahasa yang kaku.

36.

ویرفع ثانیة لیكبر،

dan mengangkat kepala untuk kedua kalinya untuk membaca takbir.

pada pengalihan di atas peneliti hanya ingin memberikan koreksi terhadap

ketidak tepatan penggunaan diksi kata. Klausa membaca takbir peneliti anggap

sebagai klausa yang kurang lazim apabila digunakan untuk kalangan pembaca bahasa

sasaran sebaiknya klausa ini dialihkan menjadi bertakbir saja.

37.

:الفصل األول

PASAL 1

Penerjemahan kata الفصل األول yang dialihkan menjadi pasal 1, peneliti melihat

pengalihan frase ini kurang tepat. Kelaziman yang ada dalam bahasa Indonesia tidak

Page 86: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

66

mengenal kata pasal dalam komposisi penulisan bagian-bagian buku. Peneliti

berpendapat bahwa terjemahan ini terjadi karena penerjemahan melakukan

terjemahan yang harfiah yang tidak dapat keluar dari struktur bahasa sumber.

Seharusnya akan lebih tepat frase ini dapat dialihkan menjadi bab I saja.

38.

تعریف الصالة، ومشروعیتھا وحكمة تشریعھا فرضیتھا وفرائضھا، حكم تارك الصالة

PENGERTIAN SHALAT, DISYARI’ATKAN DAN HIKMAHNYA, KEFARDHUAN DAN FARDHU-FARDHUNYA, SERTA HUKUM ORANG YANG MENINGGALKAN SHALAT

Penilaian lainnya yang dapat peneliti berikan adalah penerjemahan judul pada

bab ini seharusnya dapat diberi judul yang lugas, sehingga mudah dipahami.

Penerjemahan judul bab di atas sangat panjang sehingga tidak efektif dalam struktur

kalimatnya dan kurang menarik. Penerjemah dalam hal ini memiliki kekuasaan penuh

untuk membuat terobosan penting dalam rangka menghasilkan keterpahaman bacaan

bagi pembacanya. Terlebih lagi judul memaikan peran yang sangat penting bagi

pemahaman awal atas uraian selanjutnya.39 Untuk itu penerjemah harus memiliki

kreatifitas dalam memodifikasi judul yang menarik dalam setiap judul bab yang

ingin diterjemahkan.

39.

:حقیقة الصالة

39 Benny H. Hoed, “Tinjauan Atas Penerjemahan The Origin Of Species Karya Charles Darwin Ke Dalam Bahasa Indonesia,” Diktat Teori Dan permasalah Penerjemahan, 2007.

Page 87: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

67

1.1 HAKEKAT SHALAT

Pengalihan judul subbab hakikat salat hasil dari terjemahan frase الةالص حقیقة ,

dalam pandangan peneliti kurang tepat. Dalam hal ini seharusnya padanan yang

diambil untuk mengalihkan frase tersebut seyogyanya dapat mewakili seluruh pesan

yang ingin disampaikan sehingga memudahkan pembaca untuk mencapai

pemahaman awal bagi urai selanjutnya. Bila merujuk kepada makna hakikat yang

berarti intisari, dasar, dan kenyataan yang sebenarnya.40 Maka penggunaan kata ini

tidak dapat mewakili isi pesan yang ingin disampaikan dalam paragrafh

penyusunnnya. Dengan dasar itu maka pemilihan kata yang tepat untuk pengalihan

frase ini harus lugas dan berkaitan dengan isi pesan pada paragrapnya. Peneliti

berpendapat akan lebih tepat bila frase ini dialihkan menjadi pengertian salat.

40.

الدعاء أو الدعاء بخیر،: الصالة لغة

Shalat menurut bahasa adalah do’a atau berdo’a untuk kebaikan,

Penerjemahan di atas penulis melihat adanya gejala tautologi dalam berbahasa

yaitu,. Penggunaan kata “doa” dan atau “berdoa untuk kebaikan”, tautologi

merupakan satu perumusan kembali kata atau konsep dengan pengulangan makna

yang sudah dikandung oleh kata yang hendak di uraikan atau dijelaskan.41

Seyogyanya kata dan klausa ini diterjemahkan salah satunya saja dan melesapkan

yang lainnya, dikarenakan kata ini memiliki makna yang sama. Penggunaan

40 Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam jaringan, di akses pada 2 januari 2011 dari http.www.pusatbahasa.depdiknas.go.id 41 J.D. Parera, Teori Semantik, (Jakarta: Erlangga, 2004), h.196.

Page 88: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

68

konjungsi ‘atau’ yang memisahkan “doa” dan “doa untuk kebaikan, juga dapat

berakibat pada pemilihan pada salah satunya. Sedangkan maksud dari kata doa dan

doa kebaikan adalah sama. Seharusnya kalimat ini diterjemahkan menjadi “Salat

menurut bahasa adalah doa untuk kebaikan.”

41.

.أي ادعو لھم] 9/301:التوبة[} وصل علیھم إن صالتك سكن لھم{: قال تعالى

.:….dan mendoalah untuk mereka, sesungguhnya do’a kamu itu menjadi ketenteraman jiwa bagi mereka. (QS.9:103)

Penerjemahan yang kurang tepat juga peneliti temukan pada pengalihan frase

yang dialihkan menjadi seperti dalam firman Allah swt. Peneliti memandang قال تعالى

ketidak tepatan terjadi ketika penerjemah menggunakan kata ‘seperti’ untuk menjadi

padanan frase ini. Sedangkan kemunculan frase ini adalah ingin memunculkan ayat

sebagai dasar hukum pengambilan makna salat secara bahasa. Sehingga pengalihan

yang tepat untuk menerjemahkan kata ini adalah berdasarkan firman Allah Swt.

Ayat وصل علیھم إن صالتك سكن لھم adalah penggalan ayat 103 dari surat al-

Taubah dari yang dikutip oleh penulis sebagai penjelas pengertian kata salat yang

bermakna doa. Namun dalan kontruksi ayat keseluruhan frase ini berkedudukan

sebagai bentuk perintah Allah untuk Rasulullah setelah perintah pertama yaitu

mengambil sedekah dari harta orang mukmin untuk membersihkan dan menyucikan

dosa mereka.42 Peneliti berpendapat penerjemahan ayat ini sebaiknya huruf و yang

42 Muhammad Nasib Ar-Rifa’i. Taisiru al-Aliyul Qadir li Ikhtisari Tafsir Ibnu Katsir (Riyadh: Maktabah Ma’arif, 1989)

Page 89: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

69

mengawali frase ini agar tetap diterjemahkan agar tidak terjadi pesan yang terputus.

Walaupun ayat ini hanya menjadi rujukan dalil pengertian salat sebagai doa.

Selanjutnya peneliti juga mendapati pemilihan diksi yang kurang tepat terjadi

pada kata صل yang dialihkan menjadi mendoalah. Kata صل adalah فعل االمر yang

memiliki fungsi sebagai pembentuk kalimat perintah, sehingga kata ini seharusnya

dapat dialihkan sesuai dengan fungsinya. Meskipun penerjemah telah penggunakan

partikel lah yang berfungsi sebagai pembentuk kalimat perintah yang digunakan di

belakang kata kerja43 mendoa, namun hal ini belum dapat memunculkan fungsi yang

seharusnya. Hal ini dikarenakan kata kerja yang digunakan menggunakan sufiks me.

Pengalihan akan tepat bila partikel ini digAbûngkan dengan kata kerja yang

berimbuhan ber, sehingga lebih tepat apabila kalimat ini dialihkan menjadi berdoalah.

Di sisi lain pengalihan di atas juga terdapat kekurang tepatan dalam

penggunaan tanda baca. Penggunaan tanda koma untuk memisahkan frase

‘mendoalah untuk mereka’ dengan ‘sesungguhnya doa kamu’ berakibat pada

ketidakjelasan struktural. Klausa ‘sesungguhnya doa kamu’ merupakan kalimat baru

yang muncul sebagai jawaban tujuan Allah memerintakan Rasulullah berdoa untuk

orang-rang yang mengeluarkan sedekah.44 Berlandaskan hal itu, sebaiknya klausa ini

dipisahkan dengan menggunakan tanda titik.

Analisa lainnya peneliti melihat pemilihan diksi kata سكن yang dialihkan

menjadi ketentraman menurut peneliti diksi yang dipilihkan kurang tepat, sebaiknya

43 Redaksi TransMedia, Panduan EYD dan Tata Bahasa Indonesia, (Jakarta: Transmedia,2010), h.50. 44 Ar-Rifai’I, Muhammad Nasib. Taisiru al-Aliyul Qadir li Ikhtisari Tafsir Ibnu Katsir (Riyadh: Maktabah Ma’arif, 1989)

Page 90: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

70

kata سكن akan lebih tepat diterjemahkan menjadi penyejuk sehingga klausa ini

seharusnya dapat dialihkan menjadi penyejuk hati bagi mereka. Sedangkan frase doa

kamu seharusnya dapat dituliskan hanya menjadi doamu saja agar keefektifan dalam

pemakain kata dapat terjaga.

42.

.ھي أقوال وأفعال مخصوصة، مفتتحة بالتكبیر، مختتمة بالتسلیم: وشرعا

menurut pengertian syara’ adalah ucapan-ucapan dan tindakan-tindakan tertentu yang diawali dengan takbir dan ditutup dengan salam

Ketidak tepatan terjemahan juga terdapat pada pengalihan kata شرعا yang

dialihkan menjadi syara’. Peneliti melihat penerjemah kurang tepat menggunakan

kata syara sebagai bentuk pengalihan untuk kata شرعا , walaupun kata ini dikenal bagi

orang yang mendalami ilmu agama terutama ilmu fiqih. Namun kata ini akan asing

bila dihadapkan kepada pembaca awam. Untuk lebih tepatnya kata ini seharusnya

dapat dialihkan mengikuti kelaziman yang ada dalam bahasa Indonesia. Kelaziman

yang ada pada bahasa sasaran apabila ada pengertian secara bahasa maka akan diikuti

pula pengertian secara istilahnya. Maka akan lebih tepat kata ini dapat dialihkan

menjadi sedangkan menurut istilah salat adalah.

Kesalahan yang lain yang peneliti temukan juga masih berkaitan dengan diksi

yang tidak lazim. Kesalahan itu terjadi pada pengalihan klausa ھي أقوال وأفعال

yang dialihkan menjadi ucapan-ucapan dan مخصوصة، مفتتحة بالتكبیر، مختتمة بالتسلي

tindakan-tindakan tertentu yang diawali dengan takbir dan ditutup dengan salam.

Pemilihan diksi yang kurang tepat terdapat pada kata أفعال menjadi tindakan-tindakan,

peneliti melihat pemilihan diksi ini tidak tepat untuk mengalihkan kata أفعال . Akan

Page 91: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

71

lebih tepat apabila kata ini dialihkan menjadi perbuatan saja tanpa menjamakkan.

Begitu pula pengalihan kata ucapan juga dialihkan tanpa menjamakan. Selanjutnya

ketidak tepatan pengalihan terjadi pada pengalihan klausa مفتتحة بالتكبیر، مختتمة بالتسل

ketidak tepatan terjadi ketika penerjemah mengalihkan kata diawali dan ditutup.

Peneliti melihat seharusnya ada kombinasi yang sesuai dalam menggAbûngkan dua

kata yang berlawanan. Seandainya penerjemah memilih kata ‘awal’ maka kata

tersebut berpasangan dengan kata ‘akhir’, bila yang dipilih kata buka maka akan

berpasangan dengan kata tutup. Namun dalam kasus ini peneliti lebih condong

penggunaan kata diawali serta diakhiri yang lebih tepat dalam menyusun klausa ini.

43.

:مشروعیتھا 1.2 DISYARI’ATKANNYA SHALAT

Peneliti menemukan adanya kekurang tepatan dalam pemilihan diksi pada

pengalihan sub judul 1.2, pengalihan klausa ƓnjƙǒƵǍƧƬdž menjadi disyariatkannya salat

kurang tepat. Hal ini dikarenakan penggunaan kata syariat yang berkategorini nomina

dan bermakna hukum agama yang menetapkan peraturan hidup manusia, hubungan

manusia dengan manusia dan alam sekitar berdasarkan alquran dan hadis,45 maka

akan lebih tepat bila klausa ini dialihkan menjadi ‘dasar kewajiban salat’. Pemilihan

frase ini peneliti ambil karena disyariatkan merupakan kata yang kurang lazim

digunakan dalam tutur bahasa sasaran.

45 Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam jaringan, di akses pada 2 januari 2011 dari http.www.pusatbahasa.depdiknas.go.id

Page 92: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

72

44.

:الصالة واجبة بالكتاب والسنة واإلجماع

Shalat adalah wajib berdasarkan Al-Quran, Sunnah, dan ijma’: Pada pengalihan di atas peneliti mendapati pengalihan yang cukup nyaman

dan baik dalam penggunaan diksi dan struktur kalimat. Oleh karena itu tidak ada

analisa yang peneliti berikan pada terjemahana ini.

45.

وما أمروا إال لیعبدوا اهللا مخلصین لھ الدین حنفاء،ویقیموا الصالة ویؤتوا الزكاة، {: فقولھ تعالى: أما الكتاب 46]5/89:البینة[} وذلك دین القیمة

Landasaan dalam Al-Quran adalah firman Allah: “Padahal mereka tidak diperintahkan kecuali supaya menyembah Allah

dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (QS. 98:5).47 46.

NJLjƓơƕƪ NJǃǍƿǍ :}Ǎ ÜƖƓǂƨǃƒ ƒǍƙƈǍ ƖǚƮǃƒ ƒǍdžǒƿƋƼƧǒƮLjǃƒ DžƶLjǍ ǏǃǍdžǃƒ DžƶLjƼ ÜDžǂǙǍdž ǍNj ŸƓƕ ƒǍdžƮƙƵƒ {

]Ɲơǃƒ:22/87[Ü “….maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan berpeganglah kamu

kepada tali Allah. Dia adalah pelindungmu, maka Dialah sebaik-baiknya Pelindung dan sebaik-baiknya Penolong.” (QS. 22:78)

Penerjemahan ayat 78 surat al-Hajj yang terdapat pada halaman ini, peneliti

menemukan hasil terjemahan yang harfiah sehingga tidak dapat keluar dari struktur

teks bahasa sumber dan terasa kaku, sehingga berakibat pada tingkat keterpahaman

bacaan. Ayat ini merupakan penggalan ayat 78 surat al-Hajj, namun penggalan ayat

46 Dr. Wahbah Al-Zuahaili, Fiqh Al-Islâm Wa Adilatuh (Beirut: Dâr Al-Fikr, 2004). h. 574 47 Dr. Wahbah Al-Zuhaili, Fiqih Shalat Kajian Berbagai Mazhab, penerjemah Prof. K.H. Masdar Helmy, (Bandung:2004), h. 6

Page 93: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

73

adalah sebuah kalimat baru yang muncul sebagai فأقیموا الصالة وآتوا الزكاة، واعتصموا باهللا

jawaban atas gambaran nikmat-nikmat yang Allah berikaan pada kalimat

sebelumnya. Dengan gambaran nikmat tersebut Allah memerintahkan manusia

beberapa kewajiban berupa salat, zakat, dan berpegang kepada tali Allah.

Berdasarkan bahwa kalimat ini adalah kalimat baru, maka menurut kelaziman yang

ada dalam bahasa Indonesia permulaan dalam sebuah kalimat harus menggunakan

huruf kapital pada awal huruf yang mengawalinya.

Kesalahan yang lain adalah penggunaan kata yang berlebihan dalam

mengalihkan kalimat فنعم المولى ونعم النصیر menjadi ‘Dialah sebaik-baiknya Pelindung

dan sebaik-baiknya Penolong’. Penggunaan kata hubung ‘dan’ dalam klausa ini

berfungsi sebagai kata hubung yang menggabungkan dua sifat yang tidak

bertentangan. Dengan dasar itu maka penggunaan frase sebaik-baiknya pada kata

Pelindung dan Penolong akan lebih tepat dituliskan hanya pada awal saja dan

melesapkan yang lainnya.

47.

ýƛdž ƖƧǒƛǂ ǐƈ ƴdž :}ŹƓƙǍƿǍdž ŹƓƕƓƙǂ LJǒLjdžƌdžǃƒ ǏDŽƵ ƘLjƓǂ ƖǚƮǃƒ LJƍ {]ƇƓƪLjǃƒ:4/301.[ `“Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas

orang-orang yang beriman.” (QS. 4:103)

Pada pengalihan cdi atas peneliti menemukan adanya klausa yang tidak

diterjemahkan. Peneliti berpendapat sebaiknya klausa ýƛdž ƖƧǒƛǂ ǐƈ ƴdž ini tetap

diterjemahkan mengingat klausa ini adalah klausa pembuka yang ditujukan untuk

menyambung pikiran pokok kalimat sebelumnya.

Page 94: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

74

48.

بني اإلسالم على «: حدیث ابن عمر عن النبي صلى اهللا علیھ وسلم أنھ قال: فأحادیث متعددة، منھا: وأما السنةخمس، شھادة أن ال إلھ إال اهللا، وأن محمدا رسول اهللا، وإقام الصالة، وإیتاء الزكاة، وصوم رمضان، وحج البیت

)1(» ھ سبیالمن استطاع إلی

Landasan dalam sunnah sangat banyak, di antaranya hadits Ibnu Umar dari Rasulullah saw. Beliau bersabda:

“Islam dibangun atas lima landasan, yaitu bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah , mendirikan shalat, membayar zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan menunaikan haji ke baitullah bagi orang yang mampu menempuh jalannya.”

Dalam penerjemahan hadis kedua yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar peneliti

melihat hasil terjemahan memiliki kekurang tepatan dalam menggunakan tanda baca.

Seharusnya pada terjemahan hadis ini menggunakan tanda baca titik dua ( : ) yang

berfungsi untuk menjelaskan sebuah pernyataan.48 Sehingga pengalihan yang tepat

pada terjemahan ini adalah ‘Islam dibangun atas lima landasan, yaitu:’.

Selanjutnya penilaian lain yang dapat peneliti berikan untuk terjemahan di

atas adalah adanya kekurang tepatan dalam mengalihkan klausa حدیث ابن عمر عن النبي

menjadi ‘hadis Ibnu Umar dari Rasulullah saw.’. pengalihan klausa صلى اهللا علیھ وسلم

tersebut akan berakibat kepada kesalahan dalam memahami kata hadis, sehingga akan

menjadikan makna yang dipahami hadis yang dimaksud di sini adalah hadis milik

Ibnu Umar. Sedangkan yang ingin disampaikan pada klausa tersebut adalah hadis

yang diriwayatkan oleh ibnu Umar dari Rasulullah Saw. Dengan demikian, maka

pengalihan yang tepat adalah dengan menambahkan kata diriwayatkan dan

Rasulullah Saw., sehingga pengalihan yang tepat adalah hadis yang diriwayatkan

48 Redaksi TransMedia, Panduan EYD dan Tata Bahasa Indonesia, (Jakarta: Transmedia,2010), h.28.

Page 95: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

75

Ibnu Umar dari Rasulullah Saw. Kekurangan yang lain dalam terjemahan ini yaitu

tidak dituliskannya frase radiyallahu anhu atau disingkat r.a, yang menjadi kelaziman

dalam menuliskan periwayat hadis pada bahasa sasaran.

Kesalahan yang lain yang peneliti temukan adalah penggunaan kalimat yang

kurang efektif dalam mengalihkan klausa و حج البیت من استطاع إلیھ سبیال menjadi dan

menunaikan haji ke baitullah bagi orang yang mampu menempuh jalannya.

Penerjemahan kalimat ini seyogyanya dapat lebih diefektifkan dengan syarat pesan

yang ingin disampaikan dapat tersampaikan dan tidak menyalahi kaidah tata bahasa

yang ada pada bahasa sasaran. Dengan hanya mengalihkan klausa ini menjadi ‘dan

berhaji bagi yang mampu’, peneliti rasa lebih tepat dan telah mengakomodir pesan

yang ingin disampaikan oleh teks sumber.

49. أن تشھد أن ال إلھ إال اهللا، وأن محمدا رسول : اإلسالم«: ، وفي معناه حدیث عمر بن الخطاب رضي اهللا عنھ

) .2(» اهللا، وتقیم الصالة، وتؤتي الزكاة، وتصوم رمضان، وتحج البیت إن استطعت إلیھ سبیالHadits lain yang semakna diriwayatkan juga dari Umar bin al-Khaththab r.a. bahwa Rasulullah saw. Bersabda:

“ Islam adalah kamu bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, membayar zakat, berpuasa di bulan ramadhan, dan menunaikan haji ke baitullah apabila kamu mampu menempuh jalannya.”

Selanjutnya kekurang tepatan juga peneliti temukan pada pengalihan klausa و

menjadi ‘Hadits lain yang semakna ,في معناه حدیث عمر بن الخطاب رضي اهللا عنھ

diriwayatkan juga dari Umar bin al-Khaththab r.a. bahwa Rasulullah saw. Bersabda:’

. Penggunaan frase ‘hadis lain yang semakna’ untuk pengalihan frase وفي معناه

kurang tepat, frase ini ingin menggambarkan bahwa poin atau topik yang ingin

disampaikan dalam hadis ini sama dengan hadis sebelumya. Dengan kata lain hadis

Page 96: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

76

ini bermaksud menjadi pendukung hadis sebelumnya yang menyatakan salat adalah

sebuah ibadah yang wajib, dan bukan ingin menggambarkan makna dari hadis

tersebut. Sebaiknya frase ini dapat dialihkan dengan mencari padanan yang lebih

mudah dipahami oleh pembaca.

Ketidak efektifan kalimat juga peneliti temukan dalam pengalihan klausa

yang dialihkan menjadi ‘dan menunaikan haji ke baitullah وتحج البیت إن استطعت إلیھ سبیال

apabila kamu mampu menempuh jalannya’. Peneliti melihat kalimat ini kurang

efektif dan terlalu panjang. Kalimat ini seharusnya dapat diperpendek dengan tetap

mempertahankan pesan yang tersampaikan dan struktur kalimat yang baik dan sesuai

dengan bahasa sasaran. Peneliti memandang apabila kalimat ini di alihkan menjadi

‘dan berhaji jika mampu’, akan lebih tepat dan lebih efektif dalam penggunaan kata

dan kalimatnya.

Penerjemahan yang dilakukan penerjemah di atas juga memiliki pemborosan

dalam penggunaan kata. Hal ini terlihat ketika penerjemah menggunakan kembali

kata kamu dalam mengalihkan klausa terakhir. Sedangkan kata kamu telah terdapat

dalam klausa pertama yang telah mewakili keseluruhan klausa yang menyusun

kalimat ini, terlebih lagi pengunaan kata ‘dan’ sebagai kata hubung di klausa

terakhirnya.

Kesalahan yang lain yang peneliti temukan adalah minimnya penggunaan

kata ganti sebagai varian pembentukan kalimat dan pemborosan dalam penggunaan

kata. Hal ini terlihat dalam pengalihan klausa أن تشھد أن ال إلھ إال اهللا، وأن محمدا رسول اهللا

yang dialihkan menjadi kamu bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan

Muhammad adalah utusan Allah. Pada terjemahan ini terlihat adanya pengulangan

Page 97: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

77

kata ‘bahwa’ dan belum maksimalnya penggunaan kata ganti. Penerjemah seharusnya

dapat lebih efektif menggunakan kata dalam membentuk kalimat serta lebih bisa

memberikan varian kata ganti dalam terjemahannya. penggunaan kata yang

berlebihan akan membuat kalimat menjadi panjang dan sulit dipahami. Seharusnya

klausa tersebut dapat dialihkan menjadi kamu bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain

Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya. Sedangkan penulisan matan sebaiknya

tidak dituliskan miring dan penulisan nama kompilator juga sebaiknya dituliskan

mengikuti kelaziman yang ada dalam bahasa Indonesia.

50.

49.فقد أجمعت األمة على وجوب خمس صلوات في الیوم واللیلة: جماعوأما اإل Adapun landasan dalam ijma’ adalah seluruh umat Islam telah sepakat atas wajibnya shalat lima kali dalam sehari semalam.50

Kesalahan yang lain yang peneliti temukan adalah kesalahan pesan dalam

mengalihkan frase فقد أجمعت األمة yang dialihkan menjadi seluruh umat Islam telah

sepakat. Penggunaan kata umat islam ini mengesankan seolah-olah ijma ini dapat

dilakukan oleh seluruh orang islam tanpa ada batas. Sedangkan maksud yang

diinginkan dalam kata األمة di sini adalah para sahabat, mujtahid dan ulama. Pendapat

peneliti didasarkan pengertian ijma yang memiliki definisi kesepakatan bulat yang

dilakukan oleh ulama mujtahidin dalam suatu perkara berkenaan dengan hukum

Islam dan berlaku sepanjang masa.51 Bila kata ini dialihkan menjadi seluruh umat

Islam, maka hal ini akan bertentangan terhadap pendapat ulama. Bila hal ini dibaca

49 Dr. Wahbah Al-Zuhaili, Fiqh Al-Islâm Wa Adilatuh (Beirut: Dar al-Fikr, 2004). h. 574 50 Dr. Wahbah Al-Zuhaili, Fiqih Shalat Berbagai Kajian Mazhab. Penerjemah K.H Masdar Helmy (Bandung: 2004), h. 7 51 M. Abdul Mujib dan dkk, Kamus Istilah Fiqih, (Jakarta: Pustaka Firdaus,1994), h.115.

Page 98: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

78

oleh orang awam maka akan terjadi distorsi makna yang akan berakibat kesalah

pahaman.

Penerjemahan lain yang dapat peneliti kemukakan yaitu peneliti melihat diksi

yang digunakan dalam mengalihkan frase خمس صلوات yang dialihkan menjadi ‘salat

lima kali’ kurang tepat karena menggunakan ketidaklaziman kata yang dipilih

(arkais). Peneliti berpendapat sebaiknya menggunakan kata yang lazim pada bahasa

sasaran, sehingga teks atau kata tidak terasa asing di kalangan pembacanya. Oleh

karena itu, sebaiknya frase dialihkan menjadi salat lima waktu.

Mengenai kesalahan ejaan, di bawah ini adalah beberapa terjemahan yang

memperlihatkan gejala-gejala kekeliruan yang berkenaan dengan pemakain ejaan.

Kesalahan penulisan kata yaitu Abû Humaidi al-Sâ’idi 52 dituliskan Abû Hamid Al-

Saidi, al-Bukhori dituliskan Al-Bukhôri, al-Tirmidzi dituliskan Al-Turmudzi, Abû

Dâwud dituliskan Abû Dawud, Muhammad53 bin ‘Amr bin ‘Ata seharusnya

dituliskan mengikuti pedoman trasliterasi sehingga tidak terjadi kesalahan dalam

membaca, “sami’a54 Allahu liman hamidah”, salat55 yang terdapat pada lima tempat

dituliskan shalat dan kata Saw56 dituliskan tanpa menggunakan huruf kapital

mengawali singkatan. Di samping itu kata rukuk57 dituliskan ruku’, beriktidal58

dituliskan beri’tidal, serta takbir yang dituliskan miring (italic) seharusnya

52 Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam jaringan, di akses pada 2 januari 2011 dari http.www.pusatbahasa.depdiknas.go.id 53 ibid 54 Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam jaringan, di akses pada 2 januari 2011 dari http.www.pusatbahasa.depdiknas.go.id 55 ibid 56 ibid 57 ibid 58 ibid

Page 99: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

79

dituliskan tetap saja, karena kata ini sudah masuk kedalam pembendaharaan kata

Indonesia dan bukan lagi menjadi kata asing.59 Kata yang lain juga memiliki

kesalahan dalam penulisan ejaan yaitu sahabat yang dituliskan menjadi shahabat.

penulisan samiallahu liman hamidah, kata al-Tirmidzi60 dituliskan Al-Turmudzi, al-

Nasai61 dituliskan dan Al-Nasai, Rifa’ah bin Rafi’, alquran62 dituliskan Al-Quran.

penulisan kata hakikat63 yang dituliskan hakekat , salat64 yang dituliskan shalat,

fardu65 yang dituliskan fardhu, syariat66 yang dituliskan syaria’t, doa67 yang

dituliskan do’a, syara’68 yang dituliskan syara’ mengingat kata ini adalah kata asing

yang seharusnya dituliskan miring (italic), alquran69 dituliskan Al-Quran, sunah

dituliskan sunnah70, serta ijma71 dituliskan ijma’ (kata ini merupakan kata asing yang

juga belum terdapat pada pembendaharaan kata Indonesia). Kesalahan penulisan

lainnya adalah penulisan kutipan langsung dari arti ayat. Seharusnya penulisan

.:….dan mendoalah untuk mereka, sesungguhnya do’a kamu itu menjadi

ketenteraman jiwa bagi mereka. (QS.9:103) dituliskan dengan tanda kutip ganda (“)

59 Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam jaringan, di akses pada 2 januari 2011 dari http.www.pusatbahasa.depdiknas.go.id 60 Hamid Nasuhi, dkk., Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (Jakarta: Ceqda,2006), h.50. 61 Ibid, h.. 62 Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam jaringan, di akses pada 2 januari 2011 dari http.www.pusatbahasa.depdiknas.go.id 63 ibid 64 ibid 65 ibid 66 ibid 67 ibid 68 Redaksi TransMedia, Panduan EYD dan Tata Bahasa Indonesia, (Jakarta: Transmedia,2010), h.10. 69 Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam jaringan, di akses pada 2 januari 2011 dari http.www.pusatbahasa.depdiknas.go.id 70 ibid 71 Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam jaringan, di akses pada 2 januari 2011 dari http.www.pusatbahasa.depdiknas.go.id

Page 100: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

80

pada awal dan akhir kutipan serta ditulis menjorok (tabbing) dalam satu spasi72. Bila

memungkinkan akan lebih baik apabila kutipan itu ditulis terlebih dahulu dalam

bahasa aslinya. Penulisan fardu73 yang dituliskan fardhu, , sunah74 yang dituliskan

sunnah, hadis75 yang dituliskan hadist, Saw.76, yang dituliskan saw., Ramadan77 yang

dituliskan ramadhan, serta ijma78 yang dituliskan ijma’.

Dari hasil analisa lima halaman buku terjemahan Fiqh Al-Islâm Wa Adilatuh

bab salat pada pasal 1 yang penulis jadikan objek penilaian yaitu beruapa 50 korpus

data, maka peneliti dapat memberikan penilaian baik dari segi kualitas maupun nilai

yang sekaligus menjawab perumusan pembatasan masalah yang peneliti ajukan. Dari

segi kualitas di dapati dari hasil evaluasi yang peneliti lakukan adalah sebagai

berikut:

Dari segi ketepatan hasil terjemahan buku ini, peneliti mendapati beberapa

terjemahan yang tidak tepat dalam mengalihkan pesan sesuai dengan maksud dan

tujuan penulis asli yaitu sebanyak 10 data atau 20 %. Sedangkan 40 data lainnya atau

80 % data peneliti mendapati penerjemah telah menyampaikan pesan sesuai dengan

pesan penulis. sehingga banyak pesan yang tidak tersampaikan secara benar. Namun

Hal ini akan berakibat pada pemahaman yang sulit dan salah bagi kalangan pembaca

teks sasaran dan juga akan menurunkan kualitas dan nilai terjemahan terjemahan

yang ada. 72 Redaksi TransMedia, Panduan EYD dan Tata Bahasa Indonesia, (Jakarta: Transmedia,2010), h.33. 73 ibid 74 Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam jaringan, di akses pada 2 januari 2011 dari http.www.pusatbahasa.depdiknas.go.id 75 ibid 76 ibid 77 ibid 78 ibid

Page 101: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

81

Sedangkan dari sisi segi kejelasan peneiliti juga banyak menemukan

pengalihan teks sumber yang jauh dari kelaziman pada bahasa sasaran. Hal itu terlihat

dari penggunaan diksi yang banyak menggunakan kata-kata yang kurang tepat dan

salah. Selanjutnya penggunaan kalimat yang tidak efektif serta penggunaan tanda

baca yang tidak baku. Kesalahan-kesalahan ini, juga akan berakibat kepada

menurunnya kualitas dan nilai dari terjemahan.

Dari segi kewajaran peneliti menemukan bahwa terjemahan buku ini tidak

dapat memenuhi tingkat kewajaran dalam kualitas terejmahan. Hal ini dikarenakan

fase-fase kualitas sebelumnya tidak dapat dilewati sehingga peneliti dapat

menentukan bahwa terjemahan ini adalah tejemahan buruk.

Setelah kualitas terjemahan dapat peneliti berikan, maka di bawah ini peneliti

akan memberikan penilaian matematis berupa persentase kesalahan dari keseluruhan

untuk terjemahan kitab Fiqh Al-Islam Wa Adillatuh pada bab salat pasal 1 yaitu

sebagai berikut:

Dari 50 korpus data yang peneliti ambil peneliti mendapatkan 32 data atau 64

% data menggunakan kalimat yang kaku serta tidak sesuai dengan kelaziman

penggunaan bahasa sasaran. Dari hasil tersebut maka peneliti dapat menentukan

Terjemahan kitab Fiqh Al-Islam Wa Adillatuh pada bab salat pasal 1 berkategori

buruk dan sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan yang lebih dalam. Namun disisi

lain 36 persen terjemahan buku ini sudah baik dan telah menggunakan bahasa yang

mengalir.

Page 102: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

82

Page 103: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

82

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil analisa lima halaman buku terjemahan Fiqh Al-Islâm Wa Adilatuh

bab salat pada pasal 1 yang penulis jadikan objek penilaian yaitu beruapa 50 korpus

data, maka peneliti dapat memberikan baik dari segi kualitas maupun nilai yang

sekaligus menjawab perumusan pembatasan masalah yang peneliti ajukan. Dari segi

kualitas di dapati dari hasil evaluasi yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut:

Dari segi ketepatan hasil terjemahan buku ini, peneliti mendapati beberapa

terjemahan yang tidak tepat dalam mengalihkan pesan sesuai dengan maksud dan

tujuan penulis asli yaitu sebanyak 10 data atau 20 %. Sedangkan 40 data lainnya atau

80 % data peneliti mendapati penerjemah telah menyampaikan pesan sesuai dengan

pesan penulis. sehingga banyak pesan yang tidak tersampaikan secara benar. Namun

Hal ini akan berakibat pada pemahaman yang sulit dan salah bagi kalangan pembaca

teks sasaran dan juga akan menurunkan kualitas dan nilai terjemahan terjemahan

yang ada.

Sedangkan dari sisi segi kejelasan peneiliti juga banyak menemukan

pengalihan teks sumber yang jauh dari kelaziman pada bahasa sasaran. Hal itu terlihat

dari penggunaan diksi yang banyak menggunakan kata-kata yang kurang tepat dan

salah. Selanjutnya penggunaan kalimat yang tidak efektif serta penggunaan tanda

baca yang tidak baku. Kesalahan-kesalahan ini, juga akan berakibat kepada

menurunnya kualitas dan nilai dari terjemahan.

Page 104: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

83

Dari segi kewajaran peneliti menemukan bahwa terjemahan buku ini tidak

dapat memenuhi tingkat kewajaran dalam kualitas terejmahan. Hal ini dikarenakan

fase-fase kualitas sebelumnya tidak dapat dilewati sehingga peneliti dapat

menentukan bahwa terjemahan ini adalah tejemahan buruk.

Setelah kualitas terjemahan dapat peneliti berikan, maka di bawah ini peneliti

akan memberikan penilaian matematis berupa persentase kesalahan dari keseluruhan

untuk terjemahan kitab Fiqh Al-Islam Wa Adillatuh pada bab salat pasal 1 adalah

dari 50 korpus data yang peneliti ambil peneliti mendapatkan 32 data atau 64 %

data menggunakan kalimat yang kaku serta tidak sesuai dengan kelaziman

penggunaan bahasa sasaran. Dari hasil tersebut maka peneliti dapat menentukan

Terjemahan kitab Fiqh Al-Islam Wa Adillatuh pada bab salat pasal 1 berkategori

buruk dan sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan yang lebih dalam. Namun disisi

lain 36 persen terjemahan buku ini sudah baik dan telah menggunakan bahasa yang

baku dan lazim pada bahasa sasaran.

Setelah meganalisa terjemahan yang terdapat pada buku terjemahan Fiqh al-

Islam wa Adillatuh, maka peneliti dapat menyimpulkan hasil terjemahan buku

tersebut memiliki beberapa kekurangan dan dibutuhkan tinjauan-tinjaun lanjutan

untuk memperbaiki dan menutupi sisi-sisi terjemahan yang kurang itu, guna

menghasilkan terjemahan yang baik namun tidak keseluruhan terjemahnbuku ini

buruk ada juga hasil terjemahan yang sudah baik dan dapat menyampaikan pesan

secara tepat. Hal itu terlihat tidak ada satu pun dari hasil terjemahan pada buku itu

yang memiliki kesalahan yang fatal dalam pengalihan struktur gramatikal maupun

morfologi dari bahasa sumber (Arab) kepada bahasa sasaran (Indonesia),dengan kata

Page 105: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

84

lain penerjemah sangat memahami seluk beluk bahasa sumber namun kurang

memahami seluk beluk bahasa sasaran.

B. Saran

Ada beberapa saran yang dapat peneliti berikan di sini, antara lain yaitu:

1. seandainya nanti buku ini diterbitkan untuk kedua kalinya, disarankan untuk

meneliti kembali terjemahan di dalamnya agar memenuhi syarat keterbacaan dan

sifat komunikatif yang baik.

2. Disarankan agar diadakannya tim penyunting yang dapat mengurangi kesalahan-

kesalahan demi tercapainya sisi keterbacaan yang baik pada hasil terjemahan.

3. Agar setiap para penerjemah untuk dapat lebih menguasai bahasa sasaran yang

baik sehingga pemadanan teks yang sesuai bagi kalangan pembaca teks sasaran

dapat tercapai.

Page 106: PENILAIAN KUALITAS TERJEMAHAN (Studi Kasus Terjemahan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21472/1/AMIR... · 8. Para guru-guruku K.H Chomim Dzazuli (Gus Miek), K.H

DAFTAR PUSTAKA

Al-Rifai’i, Muhammad Nasib. Taisiru al-Aliyul Qadir li Ikhtisari Tafsir Ibnu Katsir.

Riyadh: Maktabah Ma’arif, 1989.

Al-Zuhaili, Wahbah Fiqih Salat Kajian Berbagai Mazhab penerjemah, Masdar

Helmy. (Bandung: Pustaka Media Utama, 2004

Al-Zuhaili, Wahbah. Fiqh Al-Islâm Wa Adilatuh Beirut: Dar al-Fikr,2004

Arifin, Zaenal, dkk. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akademika Pressindo,

2004.

Burdah, Ibnu. Menjadi Penerjemah. Yogyakarta: Tiara Wacana.2004.

Chaer, Abdul. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 2004.

Fahrurozi, Drs. Teknik Praktis Terjemah. Yogyakarta: Teknomedia.2003.

Hidayatullah, Moch Syarif. Cara Mudah Menerjemahkan Arab-Indonesia. Pamulang:

Dikara, 2010.

Kamalie, Saefullah, Kiat-Kiat Penerjemahan Bahasa Arab, Jakarta:

Kesaintblank,2004.

Lubis, Ismail. falsifikasi Terjemahan Al-Quran. Yogyakarta : Tiara Wacana. 2001.

Machali, Rochaya. Pedoman Bagi Penerjemah. Jakarta: Grasindo. 2000.

Mansyur, Moh dan Kustiawan. Pedoman Bagi Penerjemah Arab-Indonesia Indonesia

Arab. Jakarta: Moyo Segoro Agung, 2002.

Moentaha, Salihen. Bahasa dan Terjemahan. Jakarta: Kesaint Blanc. 2006.

Sulaiman bin al-Asyas as-Sajastani, Abu Dawud. Sunan Abu Dawud, Beirut: Dâr

al-Fikr.2003.

Syihabuddin,. Penerjemahan Arab Indonesia. Bandung: Humaniora.2005.

Mujib, M. Abdul, dkk. Kamus istilah Fiqh, Jakarta: Pustaka Firdaus.1994.

Parera, J.D. Teori Semantik. Jakarta: Erlangga. 2004.

Redaksi Transmedia, Panduan EYD dan Tata Bahasa Indonesia, Jakarta:

Transmedia, 2010.

Nasuhi, Hamid. dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Ciputat: Ceqda, 2006.

Sakri A., Bangun Kalimat dan Pembentukan Kata, (Jakarta: ITB, 1995)