pengungkapan wajib dan pengungkapan...

17
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LUAS PENGUNGKAPAN SUKARELA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP ASIMETRI INFORMASI (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014) Oleh: Edi Saputra Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji [email protected] Abstract The aim of this research is to analyze the factors that influence disclousure extend and its implications to information asymetry. This study is divided into two stage. The first stage is a multiple linear regression to test the influence of the analyze the factors that affect toward extensive voluntary disclosure. The second stage of analysis is a simple linear regression analysis to test the influence of the extensive voluntary disclosure to asymmetry information. The population of this study was the financial reporting of manufacture company's listed on the Indonesia Stock Exchange in 2012-2014. The sampling technique is purposive sampling method which results for 38 samples in 2012-2014. The results of this study indicated that in the first regression model showed variable of proportion of independent board, leverage, profitability, scope of business and auditors size has affect toward extensive voluntary disclosure. Meanwhile, variable of age of firm, age listing of firm, liquidity, and free cash flow do not affect toward extensive voluntary disclosure. For the second stage of the research model, the extensive voluntary disclosure variable does not affect the asymmetry information. Keyword: Proportion of independent board, age of firm, age listing, liquidity, leverage, profitability, free cash flow, scope of business, auditors size, extensive voluntary disclosure, asymmetry informastion PENDAHULUAN Pasar modal telah menjadi sebuah alternatif investasi bagi investor dan pandangan bagi investor. Semua perusahaan meminta untuk bergabung dalam pasar modal ketika di buka dengan konsekuensi harus menyediakan semua informasi perusahaan bagi investor. Kunci dari sebuah keberhasilan pasar modal tergantung dari kualitas informasi yang ada dalam pasar modal tersebut (Purwanti & Kurniawan, 2013). Dalam kegiatan pencarian sumber dana tersebut manajer pasti memiliki pengetahuan yang sangat mendalam tentang perusahaan yang dijalankannya. Manajer mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan perusahaan mereka. Laporan keuangan yang disajikan oleh manajer merupakan salah satu bentuk informasi yang digunakan sebagai pertimbangan bagi investor untuk memberikan dana yang dimilikinya kepada perusahaan tersebut atau malah memberikannya ke perusahaan lain.

Upload: trinhhuong

Post on 29-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGUNGKAPAN WAJIB DAN PENGUNGKAPAN SUKARELAjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Jensen & Meckling (1976) mendefinisikan teori keagenan adalah

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LUAS PENGUNGKAPAN SUKARELA

DAN IMPLIKASINYA TERHADAP ASIMETRI INFORMASI

(Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode

2012-2014)

Oleh: Edi Saputra

Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji

[email protected]

Abstract

The aim of this research is to analyze the factors that influence disclousure

extend and its implications to information asymetry. This study is divided

into two stage. The first stage is a multiple linear regression to test the

influence of the analyze the factors that affect toward extensive voluntary

disclosure. The second stage of analysis is a simple linear regression

analysis to test the influence of the extensive voluntary disclosure to

asymmetry information. The population of this study was the financial

reporting of manufacture company's listed on the Indonesia Stock Exchange

in 2012-2014. The sampling technique is purposive sampling method which

results for 38 samples in 2012-2014.

The results of this study indicated that in the first regression model showed

variable of proportion of independent board, leverage, profitability, scope

of business and auditors size has affect toward extensive voluntary

disclosure. Meanwhile, variable of age of firm, age listing of firm, liquidity,

and free cash flow do not affect toward extensive voluntary disclosure. For

the second stage of the research model, the extensive voluntary disclosure

variable does not affect the asymmetry information.

Keyword: Proportion of independent board, age of firm, age listing,

liquidity, leverage, profitability, free cash flow, scope of

business, auditors size, extensive voluntary disclosure,

asymmetry informastion

PENDAHULUAN

Pasar modal telah menjadi sebuah

alternatif investasi bagi investor dan

pandangan bagi investor. Semua perusahaan

meminta untuk bergabung dalam pasar

modal ketika di buka dengan konsekuensi

harus menyediakan semua informasi

perusahaan bagi investor. Kunci dari sebuah

keberhasilan pasar modal tergantung dari

kualitas informasi yang ada dalam pasar

modal tersebut (Purwanti & Kurniawan,

2013).

Dalam kegiatan pencarian sumber dana

tersebut manajer pasti memiliki pengetahuan

yang sangat mendalam tentang perusahaan

yang dijalankannya. Manajer mengatur

segala sesuatu yang berkaitan dengan

perusahaan mereka. Laporan keuangan yang

disajikan oleh manajer merupakan salah satu

bentuk informasi yang digunakan sebagai

pertimbangan bagi investor untuk

memberikan dana yang dimilikinya kepada

perusahaan tersebut atau malah

memberikannya ke perusahaan lain.

Page 2: PENGUNGKAPAN WAJIB DAN PENGUNGKAPAN SUKARELAjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Jensen & Meckling (1976) mendefinisikan teori keagenan adalah

Menurut Tanor L. A. (2009) pihak manajer

sebagai pihak yang mempunyai informasi

terkait kondisi perusahaan, tidak

memberikan semua informasi yang

diketahuinya terkait perusahaan yang

bertujuan untuk menghindari resiko

terlihatnya kelemahan dari perusahaan.

Permasalahan ini seringkali memicu para

manajer untuk memperoleh keuntungan

lebih dari perbedaan informasi yang ada

antara manajer dan pengguna informasi

dalam hal ini adalah investor. Padahal disisi

lain prinsipan/investor memerlukan semua

informasi yang relevan tentang kondisi

menyeluruh perusahaan namun mereka tidak

memiliki akses internal perusahaan padahal

informasi tersebut sangat berguna dalam

mengambil keputusan ekonomis.

Permasalahan yang terjadi dalam

pembahasan diatas disebut asimetri

informasi. Asimetri informasi merupakan

suatu keadaan dimana manajer memiliki

akses informasi atas prospek perusahaan

yang tidak dimiliki oleh pihak luar

perusahaan (Rahmawati, Suparno, &

Qomairah, 2006).

Terkadang informasi yang diberikan tidak

bisa diterima karena tidak sesuai dengan

kondisi sebenarnya perusahaan. Kondisi ini

dikenal sebagai asimetri informasi atau

informasi asimetri, salah satu kondisi

dimana ada ketimpangan antara informasi

manajemen yang diakuisisi sebagai pusat

informasi kepada shareholders dan

stakeholders pada umumnya sebagai

pengguna informasi (user).

Teori agensi mengimplikasikan terjadinya

asimetri informasi antara manajer sebagai

agen dengan pemilik yang dalam hal ini

merupakan pemegang saham/investor,

dimana manajemen memiliki informasi

lebih banyak dan akurat daripada pemegang

saham akan cenderung ingin menyampaikan

kondisi perusahaan yang baik, walaupun

terkadang realitanya kurang mendukung.

Asimetri informasi sebenarnya memiliki

kaitan erat dengan pengungkapan laporan

keuangan. Pengungkapan laporan keuangan

perlu dilakukan karena hal ini merupakan

salah satu informasi yang didapatkan

investor dalam mengawasi investasi yang

telah dilakukannya. Manajemen dapat

meningkatkan nilai perusahaan melalui

pengungkapan informasi tambahan dalam

laporan keuangan namun peningkatan

pengungkapan laporan keuangan akan

mengurangi asimetri informasi sehingga

peluang manajemen untuk melakukan

manajemen laba semakin kecil (Halim,

Meiden, & Tobing, 2005). Laporan

keuangan adalah komunikasi yang

digunakan pimpinan manajemen ke

pengguna informasi di luar perusahaan.

Kualitas informasi yang dicapai tergantung

pada kualitas laporan keuangan (Purwanti &

Kurniawan, 2013).

Keberagaman luasnya pengungkapan dapat

dipengaruhi oleh beberapa hal berkaitan

dengan karakteristik perusahaan yang

diklasifikasikan menjadi 3 kategori, yaitu

berkaitan dengan aspek struktur perusahaan,

aspek kinerja perusahaan, dan aspek pasar

perusahaan (Benardi, Sutrisno, & Assih,

2009). Hal yang berkaitan dengan

karakteristik tersebut dapat dikategorikan

sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi

pengungkapan sukarela dapat berupa

proporsi dewan komisaris independen, umur

perusahaan, umur listing, likuiditas,

leverage, profitabilitas, arus kas bebas,

skope bisnis dan ukuran kantor akuntan

publik. Faktor-faktor tersebut dapat

diklasifikasikan dalam aspek struktur

perusahaan yang diwakili oleh proporsi

dewan komisaris independen, umur

perusahaan dan umur listing perusahaan,

aspek kinerja perusahaan yang diwakili oleh

pengukuran likuiditas, leverage,

profitabilitas, dan arus kas bebas serta aspek

pasar perusahaan yang diwakili oleh skope

bisnis dan ukuran kantor akuntan publlik

yang mengaudit perusahaan.

Page 3: PENGUNGKAPAN WAJIB DAN PENGUNGKAPAN SUKARELAjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Jensen & Meckling (1976) mendefinisikan teori keagenan adalah

https://www.youtube.com/watch?v=vNlQ6FQiuOY

Telah banyak penelitian yang dilakukan

mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

luas pengungkapan sukarela (disclosure)

terhadap asimetri informasi. Beberapa

diantaranya seperti Prayogi (2003), Brown

& Hillegeist (2007), Sudarmadji & Sularto

(2007), Bernadi K, Sutrisno, & Assih

(2009), Suta & Laksito (2012), Indriati

(2013), dan Fitriana & Prastiwi (2014).

Namun, hasil penelitian tersebut masih

beragam.

Dengan adanya hasil penelitian yang

bertentangan maka menunjukan adanya

research gap didalam penelitian sejenis.

Research gap adalah kesenjangan penelitian

yang perlu diteliti dan menjadi alasan bagi

peneliti untuk meneliti. Oleh karena itu,

peneliti ingin menguji kembali faktor-faktor

yang mempengaruhi luas pengungkapan

yang dapat terbagi kedalam 3 karakteristik

terhadap luas pengungkapan laporan

keuangan perusahaan dan implikasinya

terhadap asimetri informasi dengan

menjadikan perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai

objek penelitian skripsi ini dengan judul

“Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Luas Pengungkapan Sukarela dan

Implikasinya Terhadap Asimetri

Informasi (Studi pada Perusahaan

Manufaktur yang Terdaftar di Bursa

Efek Indonesia Periode 2012-2014)”.

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA

PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

Teori Agensi

Jensen & Meckling (1976)

mendefinisikan teori keagenan adalah “a

contract under which one or more persons

(the principal(s)) engage another person

(the agent) to perform some service on their

behalf which involves delegating some

decision making authority to the agent.

Adanya hubungan keagenan ini

mengindikasikan bahwa adanya kesenjangan

kepemilikan informasi agen terhadap

prinsipal. Kesenjangan informasi

mendorong manajer untuk berprilaku

oportunitis dalam mengungkapkan informasi

mengenai perusahaan. Manajer hanya akan

mengungkapkan suatu informasi tertentu

jika ada manfaat yang diperolehnya.

Upaya mempermainkan informasi ini tidak

selalu dilakukan manajer untuk membuat

informasi menjadi lebih bagus dibandingkan

dengan informasi sesungguhnya. Ada

kalanya informasi justru diubah menjadi

lebih buruk dibandingkan informasi

sesungguhnya. Hal ini tergantung dengan

motivasi yang mendasari manajemen

tersebut (Aryani, 2011).

Asimetri Informasi

Asimetri informasi merupakan suatu

keadaan dimana manajer memiliki akses

informasi atas prospek perusahaan yang

tidak dimiliki oleh pihak luar perusahaan

(Rahmawati, Suparno, & Qomairah, 2006).

Terjadinya asimetri informasi karena tidak

samanya perolehan informasi tentang

perusahaan yang diterima pihak pengguna

informasi yang dalam hal ini investor

dibandingkan pihak manajemen perusahaan

yang setiap saatnya mengoperasikan usaha

dan berada di perusahaan (Indriani, 2013).

Teori keagenan (agency teory) menjelaskan

adanya konflik kepentingan antara pengguna

informasi dengan manajemen perusahaan

mengakibatkan adanya ketimpangan

informasi. Penyampaian laporan keuangan

kepada stakeholder nantinya dapat

meminimalkan asimetri informasi yang

terjadi antara pihak manajer dan stakeholder

karena laporan keuangan merupakan sarana

pengkomunikasian informasi keuangan

kepada pihak-pihak di luar perusahaan

(Rahmawati, Suparno, & Qomairah, 2006).

Adanya pemberian informasi yang

berkualitas maka investor akan memiliki

akses informasi atas prospek perusahaan

yang dimiliki oleh manajer (Apriliani,

2012). Penyampaian informasi akuntansi

yang berkualitas telah melingkupi

penyampaian informasi melalui

Page 4: PENGUNGKAPAN WAJIB DAN PENGUNGKAPAN SUKARELAjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Jensen & Meckling (1976) mendefinisikan teori keagenan adalah

pengungkapan laporan keuangan yakni

pengungkapan informasi dari perusahaan

terhadap pengguna laporan keuangan

sebagai dasar pertimbangan dalam

pengambilan keputusan baik pengungkapan

yang bersifat wajib maupun sukarela.

Pengungkapan Laporan Kuangan

Secara sederhana pengungkapan

dapat diartikan sebagai pengeluaran

informasi yang disajikan dalam laporan

keuangan. Agar laporan keuangan dapat

memberi manfaat yang seluas-luasnya maka

laporan keuangan harus mengungkapkan

informasi secara memadai (Prayogi, 2003).

Hal ini sejalan dengan standar pelaporan

ketiga yang berbunyi “Pengungkapan

informatif dalam laporan keuangan harus

dipandang memadai, kecuali dinyatakan

lain dalam laporan auditor”.

Menurut Dahlan (2003) terdapat dua jenis

pengungkapan yaitu pengungkapan wajib

(mandatory disclosure) dan pengungkapan

sukarela (voluntary disclosure).

Pengungkapan wajib (mandatory disclosure)

adalah pengungkapan yang wajib dilakukan

oleh perusahaan sesuai dengan peraturan

pasar modal yang berlaku. Di Indonesia

pengungkapan wajib telah diatur dalam

Ketua Bapepam Nomor: KEP-431/BL/2012

tentang penyampaian laporan tahunan

emiten atau perusahaan publik. Sedangkan

pengungkapan sukarela (voluntary

disclosure) adalah pengungkapan informasi

yang tidak diwajibkan oleh badan regulator

pasar modal (BAPEPAM). Voluntary

disclosure ini ditentukan sesuai dengan

kebijakan perusahaan guna memberikan

informasi yang lebih relevan serta

meningkatkan kinerja perusahaan di bursa

saham.

Pengungkapan sukarela dalam PSAK No.1

paragraf 12 (IAI, 2009) dijelaskan sebagai

berikut entitas dapat pula menyajikan,

terpisah dari laporan keuangan, laporan

mengenai lingkungan hidup dan laporan

nilai tambah (value added statement),

khususnya bagi industri dimana faktor

lingkungan hidup memegang peranan

penting dan bagi industri yang menganggap

karyawan sebagai kelompok pengguna

laporan yang memegang peranan penting.

Laporan tambahan tersebut di luar ruang

lingkup Standar Akuntansi Keuangan.

Bagi investor sebagai pihak utama pengguna

informasi, laporan keuangan merupakan

media analisis dalam melakukan keputusan

investasi karena investasi merupakan

kegiatan yang sangat berisiko dan penuh

ketidakpastian, maka pengungkapan

sukarela laporan keuangan perusahaan

diharapkan mampu mengurangi keraguan

dan ketakutan para investor dalam

melakukan kegiatan investasi.

Pengembangan Hipotesis

H1 : Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris

Independen Terhadap Luas

Pengungkapan Sukarela

Komisaris independen merupakan posisi

terbaik untuk melaksanakan fungsi

monitoring agar tercipta perusahaan yang

good corporate governance. Keberadaan

komisaris independen dimaksudkan agar

mekanisme pengawasan dapat berjalan

secara efektif dan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan (Nugrahani &

Nugroho, 2010). Menurut Fitriana &

Prastiwi (2014) semakin besar jumlah

dewan komisaris independen terhadap total

anggota komisaris yang ada di perusahaan,

maka aktivitas pengawasan pelaksanaan

prinsip tata kelola perusahaan yang berupa

transparansi informasi akan berjalan lebih

efektif sehingga manajemen akan terdorong

untuk meningkatkan luas pengungkapan

informasi keuangan perusahaan.

H2 : Pengaruh Umur Perusahaan

Terhadap Luas Pengungkapan Sukarela

Menurut Sutomo (2004) umur perusahaan

menunjukan perusahaan mampu eksis

(survive), mampu bersaing dan

memanfaatkan peluang bisnis dalam suatu

perekonomian. Semakin panjang (besar)

Page 5: PENGUNGKAPAN WAJIB DAN PENGUNGKAPAN SUKARELAjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Jensen & Meckling (1976) mendefinisikan teori keagenan adalah

Kerangka Berfikir

umur perusahaan akan memberikan

pengungkapan yang lebih luas dibandingkan

dengan perusahaan yang memiliki umur

yang lebih pendek. Hal ini berdasar pada

perusahaan yang lebih senior atau tua

memiliki pengalaman lebih banyak dan telah

meningkatkan praktek-praktek pelaporan

keuangan mereka dari waktu ke waktu,

sehingga informasi yang diungkapkan akan

lebih luas (Suta & Laksito, 2012).

H3 : Pengaruh Umur Listing Terhadap

Luas pengungkapan sukarela

Umur listing perusahaan merupakan

seberapa lama perusahaan tersebut terdaftar

di Bursa Efek Indonesia sebagai perusahaan

go public. Perusahaan yang selayaknya telah

terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan

kurun waktu yang lebih lama, seharusnya

mengungkapkan informasi keuangan

perusahaan lebih luas dibandingkan dengan

perusahaan yang baru terdaftar di Bursa

Efek Indonesia. Hal ini dikarenakan

perusahaan lebih berpengalaman dalam

memenuhi kebutuhan informasi dari pihak

eksternal

perusahaan.

H4 : Pengaruh Likuiditas Terhadap Luas

pengungkapan sukarela

Tingkat likuiditas mengacu pada

kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajiban jangka pendeknya yang

menggambarkan tingkat kesehatan dari

suatu perusahaan (Suta & Laksito, 2012).

Kekuatan perusahaan yang ditunjukkan

dengan rasio likuiditas yang tinggi

berhubungan dengan tingkat luas

pengungkapan sukarela yang tinggi/lebih

komprehensif. Kuatnya kondisi keuangan

suatu perusahaan cenderung melakukan

keleluasan pengungkapan laporan keuangan

yang lebih komprehensif dibandingkan pada

Page 6: PENGUNGKAPAN WAJIB DAN PENGUNGKAPAN SUKARELAjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Jensen & Meckling (1976) mendefinisikan teori keagenan adalah

perusahaan yang memiliki kondisi keuangan

yang lemah (Daniel, 2013)

H5 : Pengaruh Leverage Terhadap Luas

pengungkapan sukarela

Tingkat leverage sendiri menggambarkan

tingkat kemampuan bertahan hidup

perusahaan dilihat dari sisi jangka panjang.

Didalam penelitian yang dilakukan oleh

Daniel (2013), luas pengungkapan juga

dapat dipengaruhi oleh tingkat leverage dari

sebuah perusahaan. Semakin besar tingkat

leverage maka perusahaan akan semakin

komprehensif dalam mengungkapkan

laporan keuangannya, itu dikarenakan

timbul biaya pengawasan yang lebih tinggi

pula

H6 : Pengaruh Profitabilitas Terhadap

Luas pengungkapan sukarela

Perusahaan dalam kondisi good news dapat

ditandai dengan perolehan profitabilitas

tinggi. Namun jika profitabilitas

dipertimbangkan dari kualitas investasi,

maka perusahaan dengan profit lebih rendah

juga terpacu untuk mengungkapkan

informasi secara lebih luas untuk

mengurangi risiko pandangan negatif pasar

terhadap kualitas investasi (Fitriana &

Prastiwi, 2014). Hal ini dikarenakan para

investor kebanyakan lebih menyukai

perusahaan dengan profitabilitas yang

tinggi, dengan harapan perusahaan mampu

memberikan pengembalian investasi yang

tinggi pula (Benardi, Sutrisno, & Assih,

2009).

H7 : Pengaruh Arus Kas Bebas Terhadap

Luas pengungkapan sukarela

Arus kas bebas dapat menimbulkan

perbedaan kepentingan antara prinsipal dan

manajer. Prinsipal menginginkan sisa dana

tersebut (arus kas bebas) dibagikan untuk

meningkatkan kesejahteraannya, sedangkan

manajer berkeinginan arus kas bebas

digunakan untuk memperbesar perusahaan

melebihi ukuran optimal (Kono & Yuyetta,

2013). Manajemen yang memiliki informasi

yang lebih lengkap dibandingkan dengan

prinsipal dapat menyalahgunakan arus kas

bebas demi kepentingan pribadi.

H8 : Pengaruh Skope Bisnis Terhadap

Luas pengungkapan sukarela

Benardi, Sutrisno, & Assih (2009)

mengatakan bahwa perusahaan yang

memiliki lingkup bisnis yang luas akan

cenderung mengungkapkan informasi lebih

banyak dibanding dengan perusahaan

dengan lingkup bisnis yang kecil. Hal ini

didasarkan bahwa perusahaan konglomerat

akan memiliki tuntutan regulasi yang lebih

banyak untuk menyampaikan informasi

kepada publik yang akan menyebabkan

perusahaan konglomerat melakukan

pengungkapan sukarela yang lebih luas

dibandingkan dengan perusahaan non

konglomerat

H9 : Pengaruh Ukuran KAP Terhadap

Luas pengungkapan sukarela

Auditor memainkan peran yang

penting dalam meningkatkan strategi

pelaporan perusahaan secara keseluruhan

(Benardi, Sutrisno, & Assih, 2009). Menurut

Fitriana & Prastiwi (2014) auditing dapat

mengurangi asimetri informasi dan

meningkatkan kredibilitas voluntary

information disclosure yang dikeluarkan

oleh perusahaan. Perusahaan audit meminta

pengungkapan yang memadai kepada

manajemen untuk menyoroti kegiatan

tersembunyi manajer.

H10 : Pengaruh Luas Pengungkapan

Sukarela Terhadap Asimetri Informasi

Benardi, Sutrisno, & Assih (2009)

menemukan bahwa laporan keuangan

dan/atau laporan tahunan perusahaan erat

kaitannya dengan hubungan keagenan antara

prinsipal (pemegang saham dan kreditur)

dengan manajemen (agen) perusahaan.

Hubungan keagenan yang muncul akibat

dari konflik kepentingan dari pemilik dan

manajer dapat menimbulkan asimetri

informasi antara prinsipal dengan manajer di

Page 7: PENGUNGKAPAN WAJIB DAN PENGUNGKAPAN SUKARELAjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Jensen & Meckling (1976) mendefinisikan teori keagenan adalah

https://www.youtube.com/watch?v=vNlQ6FQiuOY

dalam perusahaan. Didalam penelitiannya

juga menyimpulkan bahwa pelaporan

keuangan yang komperhensif, transparan,

dan lengkap akan mengurangi adanya

asimetri informasi.

METODELOGI PENELITIAN

Operasional Variabel Dependen

1. Luas Pengungkapan Sukarela

Luas pengungkapan yang maskudkan dalam

penelitian ini adalah pengungkapan sukarela

yang dilakukan oleh perusahaan melalui

laporan keuangan perusahaan yang

dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia.

Untuk dapat mengukur luas pengungkapan

sukarela digunakan indeks pengungkapan

sukarela. Daftar item pengungkapan

sukarela didasarkan pada daftar

pengungkapan sukarela pada penelitian yang

dilakukan oleh Irawan (2006) yang

diperoleh atau bersumber dari penelitian

yang dilakukan oleh Subyantoro (2006) dan

Suripto (1998) dengan jumlah item

sebanyak 96 indikator.

2. Asimetri Informasi

Pengukuran asimetri informasi dilakukan

dengan menggunakan metode relative bid-

ask spread. Dalam menghitung besarnya

bid-ask spread (sebagai proksi asimetri

informasi) dalam penelitian ini

menggunakan model yang dipakai Veronica

& Bachtiar (2004) yaitu:

SPREADi,t = (aski,t-bidi,t) / {(aski,t + bidi,t) / 2} x 100

Keterangan :

SPREADi,t = Relative bid-ask spread perusahaan i

pada periode t

Aski,t = Rata-rata harga ask saham perusahaan i

yang terjadi pada periode t

Bidi,t = Rata-rata harga bid saham perusahaan i

yang terjadi pada periode t

Operasional Variabel Independen

Variabel proporsi dewan komisaris

independen diukur dengan menghitung

pembagian antara jumlah anggota komisaris

independen dan total seluruh dewan

komisaris yang dimiliki perusahaan (Suta &

Laksito, 2012). Variabel umur perusahaan

diukur dengan menghitung selisih antara

tahun sampel dengan tahun berdirinya

perusahaan dalam satuan tahun. Variabel

umur listing perusahaan diukur dengan

menghitung selisih antara tahun sampel

dengan tahun first issue di BEI dalam satuan

tahun (Suta & Laksito, 2012). Variabel

likuditas diproksikan dengan current ratio.

Variabel rasio leverage diproksikan dengan

debt to equity ratio. Variabel profitabilitas

diproksikan dengan return on asset.

Variabel Arus kas bebas diukur dengan

menggunakan arus kas operasi dikurangi

perubahaan modal kerja dikurangi

perubahaan aktiva tetap (Kono & Yuyetta,

2013). Dalam penelitian ini, skope bisnis

merupakan variabel dikotomi yakni

perusahaan yang termasuk dalam golongan

perusahaan konglomerat yang memiliki

lebih dari satu jenis usaha akan diberi kode

satu (1), sedangkan perusahaan yang tidak

termasuk dalam golongan perusahaan

konglomerat yang hanya memiliki satu jenis

usaha akan diberi kode nol (0). Didalam

peneltian ini, ukuran KAP menggunakan

variabel dummy, nilai 1 jika perusahaan

diaudit oleh KAP big four dan 0 untuk KAP

non big four.

Penentuan Sample

Populasi dalam penelitian ini adalah laporan

keuangan perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

2012-2014. Teknik pengambilan sampel

dengan metode purposive sampling yang

mengahasilkan 38 perusahaan dengan

periode pengamatan tahun 2012-2014.

Adapun kriterianya sebagai berikut:

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014.

2. Perusahaan manufaktur yang

mempublikasikan laporan keuangan

berturut-turut sejak tahun 2012 sampai

2014 di situs resmi Bursa Efek Indonesia

(BEI).

Page 8: PENGUNGKAPAN WAJIB DAN PENGUNGKAPAN SUKARELAjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Jensen & Meckling (1976) mendefinisikan teori keagenan adalah

3. Perusahaan yang mempublikasikan

laporan keuangan perusahaan dalam mata

uang rupiah pada tahun 2012 hingga

2014.

4. Perusahaan yang mempublikasikan

laporan keuangan perusahaan per 31

Desember pada tahun 2012 hingga 2014.

5. Perusahaan tidak mengalami kerugian

dalam periode penelitian.

6. Perusahaan manufaktur yang memiliki

data transaksi harian lengkap seperti

harga bid dan harga ask saham yang

tersedia di Bursa Efek Indonesia selama

12 bulan berakhir pada 31 Desember.

7. Perusahaan manufaktur yang memiliki

data lengkap yang dibutukan oleh peneliti

Metode Analisis

Pengolahan data pada penelitian ini akan

menggunakan dua tahap dan akan

menggunakan dua model regresi:

1. Tahap pertama menggunakan analisis

regresi berganda untuk menguji faktor-

faktor yang mempengaruhi luas

pengungkapan terhadap luas

pengungkapan sukarela.

Indeks

Pengungkapan i,t =

β0 + β1 K-INDPi,t + β2 AGEi,t + β3

ULi,t + β4 CRi,t + β5 DERi,t + β6

ROAi,t + β7 FCFi,t + β8 SBi,t + β9

KAPi,t + ɛi,t

2. Tahap kedua, penelitian ini akan

menggunakan regresi sederhana untuk

menguji pengaruh luas pengungkapan

sukarela terhadap asimetri informasi.

Spreadi,t = β0 + β1 Indeks Pengungungkapan

sukarela

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Uji Asumsi Klasik

Uji Normalitas

Uji normalitas residual pada penelitian ini

menggunakan uji statistik non-parametrik

Kolmogrof-Smirnov (K-S). Untuk model

penelitian pertama menunjukkan besarnya

nilai Kolmogrof-Smirnov adalah 0,067 dan

signifikan pada 0,200. Hal ini berarti H0

gagal ditolak yang berarti residual

terdistribusi secara normal. Untuk model

penelitian kedua, menunjukkan besarnya

nilai Kolmogrof-Smirnov adalah 0,208 dan

signifikan pada 0,000. Hal ini berarti H0

ditolak yang berarti residual tidak

terdistribusi secara normal. Untuk

mengobati terhadap pelanggaran asumsi

klasik ini, maka model regresi kita

tranformasi kedalam bentuk semi-log yaitu

sebelah kanan persamaan yaitu variabel

dependen kita transformasi menjadi bentuk

logaritma natural (Ln) dan sebelah kiri

persamaan tetap. Hasilnya menunjukkan

besarnya nilai Kolmogrof-Smirnov adalah

0,070 dan Asymp Sig (2 tailed) sebesar

0,200. Nilai tersebut menunjukkan bahwa

masalah residual telah teratasi.

Uji Multikolonieritas

Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 K-INDP ,766 1,306

AGE ,606 1,651

LISTING ,648 1,543

CR ,617 1,621

DER ,559 1,789

ROA ,643 1,555

FCF ,858 1,165

SB ,878 1,139

KAP ,871 1,148

a. Dependent Variable: ILP

Dari uji tersebut diketahui bahwa untuk

model penelitian tahap pertama memiliki

nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10,

maka dapat diartikan bahwa model

penelitian tahap pertama terbebas dari

masalah multikolinearitas.

Uji Heterokedastisitas

Model penelitian tahap pertama yang

digunakan terbebas dari masalah

heteroskedastisitas, dimana dapat dilihat dari

nilai signifikansi untuk semua variabel

dependen (proporsi dewan komisaris

independen, umur perusahaan, umur listing

Page 9: PENGUNGKAPAN WAJIB DAN PENGUNGKAPAN SUKARELAjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Jensen & Meckling (1976) mendefinisikan teori keagenan adalah

https://www.youtube.com/watch?v=vNlQ6FQiuOY

perusahaan, likuiditas, tingkat leverage,

profitabilitas, arus kas bebas, skope bisnis

dan ukuran KAP) lebih tinggi dari nilai

α=0,05. Sedangkan untuk hasil pengujian

heteroskedastisitas model penelitian tahap

kedua menunjukan bahwa model penelitian

tahap kedua yang digunakan terbebas dari

masalah heteroskedastisitas dengan nilai

signifikan lebih tinggi dari nilai α=0,05.

Uji Autokorelasi

Hasil uji autokorelasi model penelitian tahap

pertama menggunakan uji Run test

menghasilkan nilai test adalah 0,00214

dengan nilai asymp. sig. (2-tailed) sebesar

0,452 lebih tinggi dari nilai α=0,05

Runs Test

Unstandardized Residual

Test Valuea ,00214 Cases < Test Value 57 Cases >= Test Value 57 Total Cases 114 Number of Runs 54 Z -,753 Asymp. Sig. (2-tailed) ,452

a. Median

Hasil uji autokorelasi model penelitian tahap

kedua menggunakan uji Run test

menghasilkan nilai test adalah -0,03031

dengan nilai asymp. sig. (2-tailed) sebesar

0,452 lebih tinggi dari nilai α=0,05,

sehingga dapat disimpulkan bahwa model

penelitian pertama dan kedua bersifat

random (acak) atau tidak terjadi autokorelasi

antar nilai residual pada model penelitian

tahap kedua ini Runs Test

Unstandardized Residual

Test Valuea -,03031 Cases < Test Value 57 Cases >= Test Value 57 Total Cases 114 Number of Runs 54 Z -,753 Asymp. Sig. (2-tailed) ,452

a. Median

Analisis Model Regresi dan Koefisien

Determinasi

Hasil statistik f pada model penelitian tahap

pertama pada Tabel 4.16. menyajikan bahwa

nilai f hitung sebesar 4,326 dengan

probabilitas 0,000 pada tingkat signifikansi

yang digunakan peneliti 0,05 (5%). Karena

nilai probabilitas lebih kecil daripada 0,05

mengindikasikan bahwa model penelitian

tahap pertama dengan variabel independen

secara bersama-sama mempengaruhi luas

pengungkapan sukarela. Dengan nilai

adjusted R2 dari variabel independen

terhadap variabel dependen pada Tabel

diperoleh sebesar 0,209. Hal ini bermakna

hanya 20,9% variabel independen mampu

menjelaskan variabel dependennya yaitu

luas pengungkapan laporan sukarela

ANOVAa

Model F Sig.

1 Regression 4,326 ,000b

Residual Total

a. Dependent Variable: ILP b. Predictors: (Constant), KAP, SB, CR, FCF, LISTING, K-INDP, ROA, AGE, DER

Sedaangkan Hasil statistik f pada model

penelitian tahap kedua pada Tabel 4.17.

menyajikan bahwa nilai f hitung sebesar

0,938 dengan probabilitas 0,335 pada

tingkat signifikansi yang digunakan peneliti

0,05 (5%). Karena probabilitas lebih besar

daripada 0,05 mengindikasikan bahwa

model penelitian tahap kedua dengan

variabel independen luas pengungkapan

sukarela tidak memberikan pengaruh

terhadap variabel dependen yakni asimetri

informasi. ANOVAa

Model F Sig.

1 Regression ,938 ,335b

Residual Total

a. Dependent Variable: Ln_Spread b. Predictors: (Constant), ILP

.

Uji Hipotesis Penelitian

Uji regresi linear berganda pada tahap

pertama akan menguji pengaruh variabel

independen proporsi dewan komisaris

independen, umur perusahaan, umur listing

perusahaan, likuiditas, tingkat leverage,

Page 10: PENGUNGKAPAN WAJIB DAN PENGUNGKAPAN SUKARELAjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Jensen & Meckling (1976) mendefinisikan teori keagenan adalah

profitabilitas, arus kas bebas, skope bisnis

dan ukuran KAP dan luas pengungkapan

sukarela sebagai variabel dependen. Berikut

ini adalah hasil dari pengujian hipotesis

model regresi linear berganda pada tahap

pertama: Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

t Sig. B Std. Error

1 (Constant) ,571 ,037 15,386 ,000

K-INDP -,100 ,048 -2,088 ,039

AGE -,001 ,001 -1,030 ,305

LISTING ,000 ,001 -,458 ,648

CR ,012 ,006 1,917 ,058

DER ,039 ,015 2,537 ,013

ROA ,186 ,087 2,146 ,034

FCF -2,680E-6 ,000 -1,036 ,303

SB ,055 ,013 4,168 ,000

KAP ,035 ,012 2,873 ,005

a. Dependent Variable: ILP

1. Hipotesis pertama

adalah proporsi dewan komisaris

independen berpengaruh terhadap luas

pengungkapan sukarela pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di BEI periode

2012-2014. Hasil pengujian tampak pada

Tabel 4.20. menunjukkan bahwa hipotesis

pertama dapat diterima. Keputusan ini

didasarkan pada hasil t hitung sebesar -2,088

lebih besar dari t tabel yaitu 1.98304 dan

nilai signifikansi 0,039 lebih kecil dibanding

tingkat signifikansi yang digunakan peneliti

α=0,05. Hal ini membuktikan hasil

penelitian peneliti bahwa proporsi dewan

komisaris independen berpengaruh terhadap

luas pengungkapan sukarela perusahaan.

Dengan demikian, hipotesis pertama

diterima.

Hal ini dapat maknai bahwa semakin besar

jumlah dewan komisaris independen

terhadap total anggota komisaris yang ada di

perusahaan, maka aktivitas pengawasan

pelaksanaan prinsip tata kelola perusahaan

yang berupa transparansi informasi akan

berjalan lebih efektif sehingga manajemen

akan terdorong untuk meningkatkan luas

pengungkapan sukarela. Hasil penelitian ini

mendukung penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Fitriana & Prastiwi (2014)

yang memperoleh hasil bahwa proporsi

dewan komisaris independen berpengaruh

terhadap luas pengungkapan informasi

keuangan perusahaan.

2. Hipotesis kedua

adalah umur perusahaan berpengaruh

terhadap luas pengungkapan sukarela pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di

BEI periode 2012-2014. Hasil pengujian

tampak pada Tabel 4.20. menunjukkan

bahwa hipotesis kedua tidak dapat diterima.

Keputusan ini didasarkan pada hasil t hitung

sebesar -1,030 lebih kecil dari t tabel yaitu

1.98304 dan nilai signifikansi 0,305 lebih

besar dibanding tingkat signifikansi yang

digunakan peneliti α=0,05. Hal ini

membuktikan hasil penelitian peneliti bahwa

umur perusahaan tidak berpengaruh

terhadap luas pengungkapan laporan

keuangan perusahaan. Dengan demikian,

hipotesis kedua ditolak.

Adapun alasan yang mendasari ditolaknya

hipotosis ini adalah baik perusahaan yang

sudah lama beroperasi maupun perusahaan

yang baru beroperasi (belia) telah

memanfaatkan perkembangan teknologi

dalam penyusunan laporan keuangan

sehingga perusahaan pengungkapan

informasi keuangan melalui laporan

keuangan perusahaan telah mengalami

perkembangan. Hasil peneltian ini

mendukung penelitian yang dilakukan oleh

Suta & Laksito (2012), Fitriana & Prastiwi

(2014) dan Ratri & Mariani (2015)

3. Hipotesis ketiga

adalah umur listing perusahaan berpengaruh

terhadap luas pengungkapan sukarela pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di

BEI periode 2012-2014. Hasil pengujian

tampak pada Tabel 4.20. menunjukkan

bahwa hipotesis ketiga tidak dapat diterima.

Keputusan ini didasarkan pada hasil t hitung

sebesar -0,458 lebih kecil dari t tabel yaitu

1.98304 dan nilai signifikansi 0,648 lebih

besar dibanding tingkat signifikansi yang

Page 11: PENGUNGKAPAN WAJIB DAN PENGUNGKAPAN SUKARELAjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Jensen & Meckling (1976) mendefinisikan teori keagenan adalah

https://www.youtube.com/watch?v=vNlQ6FQiuOY

digunakan peneliti α=0,05. Hal ini

membuktikan hasil penelitian peneliti bahwa

umur listing perusahaan tidak berpengaruh

terhadap luas pengungkapan sukarela.

Dengan demikian, hipotesis ketiga ditolak.

Alasan yang mampu mendasari hasil

penelitian ini adalah semua perusahaan

manufaktur baik sudah lama ataupun

tergolong baru terdaftar di Bursa Efek

Indonesia memiliki motivasi yang sama

untuk menarik perhatian investor (publik)

dengan mengungkapkan informasi sukarela.

Alasan lain yang juga dimungkinkan karena

perkembangan teknologi dan informasi yang

tidak menutup kemungkinan bahwa

kemajuan tersebut mempengaruhi sistem

informasi yang digunakan oleh perusahaan

baik yang sudah lama maupun yang

tergolong baru terdaftar di Bursa Efek

Indonesia guna mempermudah dalam

menggolongkan kinerja dalam pengolahan

informasi-informasi terkait perusahaan

tersebut. Hasil dari pengujian ini

mendukung penelitian yang dilakukan oleh

Sutomo (2004), Indriani (2013) dan Pratama

(2015)

4. Hipotesis keempat

adalah likuiditas berpengaruh terhadap luas

pengungkapan sukarela pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di BEI periode

2012-2014. Hasil pengujian tampak pada

Tabel 4.20. menunjukkan bahwa hipotesis

keempat tidak dapat diterima. Keputusan ini

didasarkan pada hasil t hitung sebesar 1,917

lebih kecil dari t tabel yaitu 1.98304 dan

nilai signifikansi 0,058 lebih besar

dibanding tingkat signifikansi yang

digunakan peneliti α=0,05. Hal ini

membuktikan hasil penelitian peneliti bahwa

likuiditas tidak berpengaruh terhadap luas

pengungkapan sukarela. Dengan demikian,

hipotesis keempat ditolak.

Menurut Daniel (2013) tingkat likuiditas

yang tinggi menunjukkan kuatnya kondisi

keuangan perusahaan sehingga cendrung

untuk melakukan pengungkapan informasi

yang lebih luas kepada pihak luar karena

ingin menunjukkan bahwa perusahaan

tersebut kredibel. Namun perusahaan

dengan likuiditas rendah akan melakukan

pengungkapan yang lebih luas sebagai

upaya untuk menjelaskan lemahnya kinerja

manajemen. Apabila kelemahan kinerja

manajemen perusahaan dapat terdeteksi

maka manajemen perusahaan dapat

membuat keputusan untuk melakukan

perbaikan agar kinerja manajemen dapat

ditingkatkan sehingga likuiditas dapat naik

dan perusahaan terlihat lebih likuid.

Penelitian ini mendukung penelitian yang

dilakukan Sutomo (2004), Benardi, Sutrisno,

& Assih (2009) serta penelitian Wardani

(2012).

5. Hipotesis kelima

adalah tingkat leverage perusahaan

berpengaruh terhadap luas pengungkapan

sukarela pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar di BEI periode 2012-2014. Hasil

pengujian tampak pada Tabel 4.20.

menunjukkan bahwa hipotesis kelima dapat

diterima. Keputusan ini didasarkan pada

hasil t hitung sebesar 2,537 lebih besar dari t

tabel yaitu 1.98304 dan nilai signifikansi

0,013 lebih kecil dibanding tingkat

signifikansi yang digunakan peneliti α=0,05.

Hal ini membuktikan hasil penelitian

peneliti bahwa tingkat leverage perusahaan

berpengaruh terhadap luas pengungkapan

sukarela. Dengan demikian, hipotesis

kelima diterima.

Alasan yang mendasari diterimanya

hipotesis ini adalah terkait dengan teori

agensi yakni biaya yang ditimbulkan karena

adanya hubungan keagenan salah satunya

biaya penyebaran informasi. Perusahaan

dengan tingkat leverage yang tinggi akan

mengeluarkan tambahan biaya untuk

mengungkapkan informasi tersebut sehingga

perusahaan lebih cenderung untuk

melakukan pengungkapan sukarela untuk

menekan biaya-biaya yang dikeluarkan

untuk mengungkapkan informasi tersebut

6. Hipotesis keenam

Page 12: PENGUNGKAPAN WAJIB DAN PENGUNGKAPAN SUKARELAjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Jensen & Meckling (1976) mendefinisikan teori keagenan adalah

adalah profitabilitas berpengaruh terhadap

luas pengungkapan sukarela pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di

BEI periode 2012-2014. Hasil pengujian

tampak pada Tabel 4.20. menunjukkan

bahwa hipotesis keenam dapat diterima.

Keputusan ini didasarkan pada hasil t hitung

sebesar 2,146 lebih besar dari t tabel yaitu

1.98304 dan nilai signifikansi 0,034 lebih

besar dibanding tingkat signifikansi yang

digunakan peneliti α=0,05. Hal ini

membuktikan hasil penelitian peneliti bahwa

profitabilitas berpengaruh terhadap luas

pengungkapan sukarela. Dengan demikian,

hipotesis keenam diterima.

Perusahaan dalam kondisi good news dapat

ditandai dengan perolehan profitabilitas

tinggi. Hal ini dikarenakan para investor

kebanyakan lebih menyukai perusahaan

dengan profitabilitas yang tinggi, dengan

harapan perusahaan mampu memberikan

pengembalian investasi yang tinggi pula

(Benardi, Sutrisno, & Assih, 2009).

Penelitian ini konsisten dengan penelitian

yang dilakukan oleh Wardani (2012),

Fitriana & Prastiwi (2014) dan Pratama

(2015).

7. Hipotesis ketujuh

adalah arus kas bebas berpengaruh terhadap

luas pengungkapan sukarela pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di

BEI periode 2012-2014. Hasil pengujian

tampak pada Tabel 4.20. menunjukkan

bahwa hipotesis ketujuh tidak dapat

diterima. Keputusan ini didasarkan pada

hasil t hitung sebesar -1,036 lebih kecil dari

t tabel yaitu 1.98304 dan nilai signifikansi

0,303 lebih besar dibanding tingkat

signifikansi yang digunakan peneliti α=0,05.

Hal ini membuktikan hasil penelitian

peneliti bahwa arus kas bebas tidak

berpengaruh terhadap luas pengungkapan

sukarela. Dengan demikian, hipotesis

ketujuh ditolak.

Hal ini berarti bahwa perusahaan dengan

aliran kas bebas tinggi menunjukkan

memiliki kinerja yang lebih baik

dibandingkan perusahaan lainnya karena

perusahaan tersebut dapat memperoleh

keuntungan atas berbagai kesempatan yang

mungkin tidak dapat diperoleh perusahaan

lain. Maka dari itu, perusahaan yang

memiliki arus kas bebas akan

mengungkapkan informasi keuangan secara

lebih luas kepada pihak luar karena ingin

menunjukan bahwa perusahaan tersebut

memiliki cukup kas untuk pertumbuhan,

pembayaran hutang dan deviden. Hal ini

juga dapat diartikan bahwa semakin kecil

nilai arus kas bebas yang dimiliki

perusahaan, maka perusahaan tersebut bisa

dikategorikan semakin tidak sehat.

Manajemen perusahaan memiliki motivasi

untuk menghindari pelanggaran kontrak

terhadap investor serta kreditor. Sehingga

untuk menghindari pelanggaran kontrak dan

menjaga hubungan kepercayaan yang

diberikan pihak prinsipal, pihak manajemen

akan memberikan pengungkapan secara luas

untuk menjelaskan terkait kelemahan kinerja

perusahaan guna meminimalisir pandangan

negatif dari prinsipal.

8. Hipotesis kedelapan

adalah skope bisnis berpengaruh terhadap

luas pengungkapan sukarela pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di

BEI periode 2012-2014. Hasil pengujian

tampak pada Tabel 4.20. menunjukkan

bahwa hipotesis kedelapan dapat diterima.

Keputusan ini didasarkan pada hasil t hitung

sebesar 4,168 lebih besar dari t tabel yaitu

1.98304 dan nilai signifikansi 0,000 lebih

kecil dibanding tingkat signifikansi yang

digunakan peneliti α=0,05. Hal ini

membuktikan hasil penelitian peneliti bahwa

skope bisnis berpengaruh terhadap luas

pengungkapan laporan sukarela. Dengan

demikian, hipotesis kedelapan diterima.

Hal ini konsisten terhadap penelitan

Benardi, Sutrisno, & Assih (2009) dan Adhi

(2012).

Skope bisnis menunjukan aspek luasnya

pasar perusahaan dalam kegiatan bisnisnya

di Indoensia. Sehingga perusahaan dengan

Page 13: PENGUNGKAPAN WAJIB DAN PENGUNGKAPAN SUKARELAjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Jensen & Meckling (1976) mendefinisikan teori keagenan adalah

https://www.youtube.com/watch?v=vNlQ6FQiuOY

skope bisnis yang luas atau dalam hal ini

perusahaan konglomerat dituntut untuk

melakukan pengungkapan yang lebih luas

dibandingkan dengan perusahaan non

konglomerat. Selain dari tuntutan terhadap

pengungkapan informasi keuangan,

perusahaan konglomerat yang memiliki

lebih dari satu jenis usaha tentunya memiliki

lingkup bisnis yang luas yang menyebabkan

tanggungjawab perusahaan yang harus

mengungkapkan informasi lebih rinci

dibandingkan dengan perusahaan non

konglomerat

9. Hipotesis kesembilan

adalah tingkat ukuran KAP berpengaruh

terhadap luas pengungkapan sukarela pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di

BEI periode 2012-2014. Hasil pengujian

tampak pada Tabel 4.20. menunjukkan

bahwa hipotesis kesembilan dapat diterima.

Keputusan ini didasarkan pada hasil t hitung

sebesar 2,873 lebih besar dari t tabel yaitu

1.98304 dan nilai signifikansi 0,005 lebih

kecil dibanding tingkat signifikansi yang

digunakan peneliti α=0,05. Hal ini

membuktikan hasil penelitian peneliti bahwa

ukuran KAP berpengaruh terhadap luas

pengungkapan sukarela. Dengan demikian,

hipotesis kesembilan diterima.

Alasan yang mendasar diterimanya hipotesis

ini adalah respon dari pihak pengguna

informasi keuangan yang lebih percaya

bahwa perusahaan yang diaudit oleh KAP

Big Four akan mengungkapkan informasi

keuangan secara lebih komperhensif

dibandingkan dengan perusahaan yang tidak

diaudit oleh KAP Big Four. Penelitian ini

konsisten terhadap penelitian Benardi,

Sutrisno, & Assih (2009) dan Adhi (2012).

10. Hipotesis Kesepuluh Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

t Sig. B Std. Error

(Constant) ,888 ,604 1,471 ,144

ILP -,917 ,947 -,968 ,335

a. Dependent Variable: Ln_Spread

Hasil pengujian hipotesis kesepuluh

diperoleh dari pengujian terpisah, yaitu

regresi sederhana yang menganalisis

pengaruh luas pengungkapan laporan

keuangan terhadap asimetri informasi.

Hipotesis kesepuluh yang diajukan adalah

luas pengungkapan sukarela berpengaruh

terhadap asimetri informasi pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di BEI periode

2012-2014. Hasil pengujian tampak pada

Tabel 4.21. menunjukkan bahwa hipotesis

kesepuluh tidak dapat diterima. Keputusan

ini didasarkan pada hasil t hitung sebesar -

0,068 lebih kecil dari t tabel yaitu 1.98137

dan nilai signifikansi 0,335 lebih besar

dibanding tingkat signifikansi satu arah yang

digunakan peneliti α=0,05. Hal ini

membuktikan bahwa luas pengungkapan

sukarela tidak berpengaruh terhadap

asimetri informasi. Dengan demikian,

hipotesis kesepuluh ditolak.

Asimetri informasi dan konflik kepentingan

yang terjadi antara prinsipal dan agen

mendorong agen untuk menyajikan

informasi yang tidak sebenarnya kepada

prinsipal, terutama jika informasi tersebut

berkaitan dengan pengukuran kinerja agen.

Hal ini memacu agen untuk memikirkan

bagaimana angka akuntansi tersebut dapat

digunakan sebagai sarana untuk

memaksimalkan kepentingannya. Salah satu

bentuk tindakan agen tersebut adalah yang

disebut sebagai earnings management

(Richardson, 1998). Hal ini sejalan dengan

penelitian Putri (2011) yang menyatakan

bahwa luas pengungkapan sukarela tidak

mempunyai pengaruh terhadap praktik

manajemen laba yang dilakukan oleh

perusahaan. Manajemen laba terjadi pada

saat manajer menggunakan pertimbangan

(judgment) dalam pelaporan keuangan dan

penyusunan transaksi untuk merubah

laporan keuangan dengan tujuan untuk

memanipulasi laba kepada stakeholder

tentang kinerja ekonomi perusahaan. Maka

dari itu informasi yang diungkapkan oleh

perusahaan tidak sepenuhnya

menggambarkan keadaan sesungguhnya

Page 14: PENGUNGKAPAN WAJIB DAN PENGUNGKAPAN SUKARELAjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Jensen & Meckling (1976) mendefinisikan teori keagenan adalah

perusahaan sehingga meskipun perusahaan

telah menggungkapkan informasi

perusahaan secara luas namun tidak dapat

mempengaruhi tingkat ketimpangan

informasi (asimetri informasi) antara

investor dan juga manajemen perusahaan.

Hasil dari penelitian ini mendukung

penelitian yang dilakukan oleh Nuryanto,

Nazir & Rahmayanti (2007) yang

menunjukan bahwa luas pengungkapan

sukarela tidak ada pengaruh terhadap

asimetri informasi.

SIMPULAN

Hasil penelitian mengindikasikan bahwa

untuk tahap pertama variabel proporsi

dewan komisaris independen, tingkat

leverage, profitabilitas, skope bisnis dan

ukuran KAP berpengaruh terhadap luas

pengungkapan sukarela. Sedangkan untuk

variabel umur perusahaan, umur listing

perusahaan, likuiditas dan arus kas bebas

tidak memberikan pengaruh terhadap luas

pengungkapan sukarela yang dilakukan oleh

perusahaan. Untuk penelitian tahap kedua,

luas pengungkapan sukarela yang dilakukan

oleh perusahaan tidak memberikan pengaruh

terhadap asimetri informasi pada perusahaan

REFERENSI

Adhi, N. (2012). Pengaruh Karakteristik

Perusahaan Terhadap Luas

Pengungkapan Sukarela dan

Implikasinya Terhadap Asimetri

Informasi (Studi pada Perusahaan

Manufaktur yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia Tahun 2009).

Semarang: Universitas Diponegoro.

Apriliani, A. N. (2012). Kajian Kualitas

Pelaporan Second Order Terhadap

Asimetri Informasi. Accounting

Analysis Journal, Vol. 1 No.1, Hal:

20-26.

Aryani, D. S. (2011). Manajemen Laba

Pada Perusahaan Manufaktur di

Bursa Efek Indonesia. Jurnal

Ekonomi dan Informasi Akuntansi

(JENIUS), Vol. 1, No. 2 Mei 2011,

Hal: 200-220.

Benardi, M., Sutrisno, & Assih, P. (2009).

Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Luas Pengungkapan dan

Implikasinya Terhadap Asimetri

Informasi (Studi Pada Perusahaan-

Perusahaan Sektor Manufaktur

Yang Go Public Di Bursa Efek

Indonesia). Jurnal Simposium

Nasional Akuntansi (SNA) XII

Tahun 2009. Palembang.

Brown, S., & Hillegeist, S. A. (2007). How

disclosure quality affects the level

of information asymmetry. Rev Acc

Stud , 12(DOI 10.1007/s11142-

007-9032-5), Hal: 443–477 .

Bukit, R. B., & Nasution, F. N. (2015).

Employee Diff, Free Cash Flow,

Corporate Governance and

Earnings Management. 2nd Global

Conference on Business and Social

Science-2015, GCBSS-2015,

September 17-18.

Dahlan, A. (2003). Disclosure dan

Corporate Governance: Suatu

Tunjauan Teoritis. TEMA. Volume

IV. Nomor 1, Maret 2003, Hal: 48-

62.

Daniel, N. U. (2013). Pengaruh Ukuran

Perusahaan, Leverage, dan

Likuiditas Terhadap Luas

Pengungkapan Laporan Keuangan.

Artikel Penelitian: Universitas

Negeri Padang

Eisenhardt, K. M. (1989). Agency Theory:

An Assessment and Review. The

Academy of Management Review,

Vol. 14, No.1 (Jan., 1989), pp. 57-

74.

Fitriana, N. L., & Prastiwi, A. (2014).

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi

Luas Pengungkapan Sukarela

Dalam Annual Report. Diponegoro

Journal Of Accounting Volume 3

Nomor 3, Tahun 2014, ISSN

(Online): 2337-3806.

Page 15: PENGUNGKAPAN WAJIB DAN PENGUNGKAPAN SUKARELAjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Jensen & Meckling (1976) mendefinisikan teori keagenan adalah

https://www.youtube.com/watch?v=vNlQ6FQiuOY

Gernon, H., & Meek, G. K. (2007).

Akuntansi: Prespektif

Internasional. Yogyakarta: ANDI.

Halim, J., Meiden, C., & Tobing, R. L.

(2005). Pengaruh Manajemen Laba

Pada Tingkat Pengungkapan

Laporan Keuangan Perusahaan

Manufaktur. pp. 117-135.

Harahap, S. S. (2012). Teori Akuntansi Edisi

Revisi 2011. Jakarta: Rajawali Pers.

Hery. (2015). Analisis Laporan Keuangan.

Yogyakarta: Center For Academic

Publishing Service (CAPS).

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). (2009).

Pernyataan Standar Akuntansi

Indonesia. Tahunan.

Indriani, E. W. (2013). Faktor-faktor Yang

Memperngaruhi Luas

Pengungkaoan Sukarela dan

Implikasinya Terhadap Asimetri

Informasi. Universitas Negeri

Semarang Accounting Analysis

Journal 2 (2) ISSN 2252-6765, Hal

208-2017.

Irawan, B. (2006). Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Kelengkapan

Pengungkapan Laporan Keuangan

Pada Perusahaan Manufaktur

Yang Terdaftar di Bursa Efek

Jakarta. Yogyakarta: Universitas

Islam Indonesia.

Jensen, M. C. (1986). Agency Costs of Free

Cash Flow, Corporate Finance,

and Takeovers. American

Economic Review, Vol. 76 (No. 2)

May 1986, pp. 323-329.

--------- & Meckling, W. H. (1976). Theory

of the Firm: Managerial Behavior,

Agency Costs and Ownership

Structure. Journal of Financial

Economics, October, 1976, V. 3,

No. 4, , pp. 305-360.

Kartika, A. (2009). Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Kelengkapan

Pengungkapan Laporan Keuangan

pada Perusahaan Manufaktur yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Kajian Akuntansi, Vol. 1 No.1

Februari 2009, Hal: 29 - 47

Keputusan Ketua Bapepam Nomor: KEP-

431/BL/2012 Tentang

Penyampaian Laporan Tahunan

Emiten Atau Perusahaan Publik.

Kementerian Keuangan Republik

Indonesia Badan Pengawas Pasar

Modal Dan Lembaga Keuangan

Kono, F. D., & Yuyetta, E. N. (2013).

Pengaruh Arus Kas Bebas, Ukuran

KAP, Spesialisasi Industri KAP,

Audit Tenur dan Independensi

Auditor terhadap Manajemen

Laba. Diponegoro Journal Of

Accounting, Volume 2 Nomor 3,

Hal: 1-9

Nugrahani, T. S., & Nugroho, F. A. (2010).

Pengaruh Komisaris Independen

dan Pengungkapan Sukarela

terhadap Kinerja Perusahaan.

Karisma, Vol. 04(No. 02), Hal:

132-141

Nuryanto, M. Nazir, N & Rahmayanti, M.

(2007). Hubungan Antara

Pengungkapan, Informasi Asimetri

Dan Biaya Modal. Jurnal

Informasi, Perpajaka, Akuntansi

dan Keuangan Publik. Vol.2 No.1,

Januari 2007 Hal: 09-26

Peraturan Bank Indonesia No.8/4/PBI/2006

Tentang Pelaksanaan Good

Corporate Governance Bagi Bank

Umum

Pratama, A. (2015). Analisis Faktor-faktor

yang Mempengaruhi Luas

Pengungkapan Sukarela dalam

Pelaporan Tahunan Perusahaan

Manufaktur di Bursa Efek

Indonesia. Jom Fekon, Vol. 2 No.1

Februari 2015

Prayogi. (2003). Pengaruh Karakteristik

Perusahaan Terhadap Luas

Pengungkapan Sukarela Laporan

Keuangan Tahunan Perusahaan

Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia. Malang: Program Studi

Page 16: PENGUNGKAPAN WAJIB DAN PENGUNGKAPAN SUKARELAjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Jensen & Meckling (1976) mendefinisikan teori keagenan adalah

Magister Akuntansi Universitas

Diponegoro

Priyatno, D. (2010). Paham Analisis

Statistik Data Dengan SPSS.

Yogyakarta: MediaKom

Purwanti, M., & Kurniawan, A. (2013). The

Effect Of Earnings Management

And Disclosure On Information

Asymetry. Internatinal Journal Of

Scientific And Technology

Research, Volume 2 Issue 8, pp.

98-107.

Putri, Wulandari Utami. Pengaruh

Karakteristik Perusahaan Dan

Pengungkapan Sukarela Terhadap

Manajemen Laba Pada

Perusahaan Real Estate Dan

Property Di Indonesia. Skripsi.

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi

Perbanas Surabata

Rahmawati, Suparno, Y., & Qomairah, N.

(2006). Pengaruh Asimetri

Informasi Terhadap Praktik

Manajemen Laba Pada

Perusahaan Perbankan Publik.

Simposium Nasional Akuntansi 9

Ratri, R. A., & Mariani, S. (2015). Faktor-

faktor yang Mempengaruhi

Pengungkapan Laporan Keuangan

dan Implikasinyab Terhadap

Asimetri Informasi. Prosiding

PESAT (Psikologi, Ekonomi,

Sastra, Arsitektur &Teknik Sipil)

Universitas Gunadarma, Vol. 6,

Oktober 2015, E538-E545.

Richardson, Vernon J. (1998). Information

Asymmetry And Earnings

Management: Some Evidence.

Working Paper, University of

Kansas. http://papers.ssrn.com

Sari, Neti Luvita., Darmanto dan MG. Wi

Endang. (2014). Manajemen Modal

Kerja Untuk Meningkatkan

Likuiditas dan Profitabilitas

Perusahaan (Studi Pada PTPN

(Persero) Pabrik Gula Lestari

Nganjuk). Jurnal Administrasi

Bisnis (JAB). Vol. 11 No. 1 Juni.

Setyaningrum, D. P., & Zulaikha. (2013).

Pengaruh Karakteristik

Perusahaan Terhadap Luas

Pengungkapan Sukarela dan

Implikasinya Terhadap Biaya

Modal Ekuitas. Diponegoro Journal

of Accounting, Volume 2 Nomor 2,

Hal: 1-14.

Siregar, S. (2013). Statisti Parametrik Untuk

Penelitian Kuantitatif. (F. Hutari,

Penyunt.) Jakarta: PT Bumi

Aksara.

Subramanyam, K., & Wild, J. J. (2009).

Financial Statement Analysis Tenth

Edition. New York , Amerika:

McGraw-Hill/Irwin, a business unit

of The McGraw-Hill Companies,

Inc.

Sudarmadji, A. M., & Sularto, L. (2007).

Pengaruh Ukuran Perusahaan,

Profitabillitas, Leverage dan Tipe

Kepemilikan Perusahaan Terhadap

Luas Voluntary Disclosure

Laporan Keuangan Tahunan.

Proceeding PESAT (Psikologi,

Ekonomi, Sastra, Arsitek dan Sipil)

Vol. 2.

Suta, A. Y., & Laksito, H. (2012). Analisis

Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Luas

Pengungkapan Informasi Sukarela

Laporan Tahunan. Diponegoro

Journal Of Accounting, Vol. 1 No.

1, Hal: 1-15.

Sutedja. (2004). Pengungkapan (Disclosure)

Laporan Keuangan Sebagai Upaya

Mengatasi Asimetri Informasi.

TEMA, Volume 5 Nomor 1 Maret

2004.

Sutomo, I. (2004). Pengaruh Rasio

Likuiditas, Solvabilitas,

Karakteristik Perusahaan

Terhadap Luas Pengungkapan

Sukarela pada Laporan Tahunan

Perusahaan (Studi Empiris pada

Perusahaan Go Publik di BEJ).

Malang: Program Studi Magister

Akuntansi Universitas Diponegoro.

Page 17: PENGUNGKAPAN WAJIB DAN PENGUNGKAPAN SUKARELAjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Jensen & Meckling (1976) mendefinisikan teori keagenan adalah

https://www.youtube.com/watch?v=vNlQ6FQiuOY

Suwito, E. (2005). Analisis Pengaruh

Karakteristik Perusahaan

Terhadap Tindakan Perataan Laba

Yanga Dilakukan Oleh Perusahaan

Yang Terdaftar di Bursa Efek

Jakarta. SNA VIII Solo, 15 – 16

September 2005, Hal: 136-146.

Tanor, L. A. (2009). Pentingnya

Pengungkapan (Disclosure)

Laporan Keuangan Dalam

Meminimalisasi Asimetri Informasi.

Jurnal FORMAS Vo. 2, No. 4 Juni

2009, ISSN: 1978-8452, Hal: 287-

294.

Uyar, A., Kilic, M., & Bayyurt, N. (2013).

Association between firm

characteristics and corporate

voluntary disclosure: Evidence

from Turkish listed companies.

Intangible capital, IC, 2013 – 9(4):

1080-1112 – Online ISSN: 1697-

9818 – Print ISSN: 2014-3214 , pp.

1080-1112.

Veronica, Sylvia & Bachtiar, Yanivi S.

(2004). Good Corporate

Governance, Information

Asymmetry, and Earnings

Managemen. SNA VII Denpasar –

Bali, 2-3 Desember 2004

Wardani, R. P. (2012). Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Luas

Pengungkapan Sukarela. Jurnal

Akuntansi dan Keuangan, Vol.14

No. 1, pp 1-15.

Wibisono, H. (2004). Pengaruh Manajemen

Laba Terhadap Kinerja Perusahaan

Di Seputar Seaasoned Equity (Studi

Empiris di Bursa Efek Jakarta).

Malang: Program Studi Magister Sains

Akuntansi Universitas Diponegoro.