pengukuran persepsi dan adopsi

33
PERSEPSI DAN ADOPSI TEKNOLOGI Teori dan Praktek Pengukuran RACHMAT HENDAYANA Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Jl. Tentara Pelajar No 10. Bogor, 16114 E-mail: [email protected] Disajikan Dalam Kegiatan: PENINGKATAN KAPASITAS SUMBERDAYA PENELITI SOSIAL EKONOMI DALAM ANALISIS SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN Bogor, 19 Oktober – 1 November 2014

Upload: iaardbogor-indonesia

Post on 07-Aug-2015

101 views

Category:

Education


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengukuran persepsi dan adopsi

PERSEPSI DAN ADOPSI TEKNOLOGI

Teori dan Praktek Pengukuran

RACHMAT HENDAYANA

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Jl. Tentara Pelajar No 10. Bogor, 16114

E-mail: [email protected]

Disajikan Dalam Kegiatan:

PENINGKATAN KAPASITAS SUMBERDAYA PENELITI SOSIAL EKONOMI DALAM ANALISIS SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN

Bogor, 19 Oktober – 1 November 2014

Page 2: Pengukuran persepsi dan adopsi

1

I. PENDAHULUAN

ersepsi dan adopsi merupakan salah satu fenomena psikologi sosial yang memiliki peran strategis dalam menentukan tingkat partisipasi individu

terhadap dinamika pembangunan. Dalam konteks usahatani, persepsi dan adopsi petani terhadap teknologi pertanian erat kaitannya dengan penyebarluasan dan penerapan teknologi yang pada akhirnya terkait dengan pencapaian produksi. Oleh karena itu memahami persepsi dan adopsi serta pengukurannya merupakan suatu keniscayaan, dan perlu mendapat porsi perhatian yang imbang dengan pembahasan fenomena teknologi lainnya.

Pemahaman tentang persepsi dan adopsi serta teknik pengukurannya akan bermanfaat memberikan gambaran riel tentang kadar perhatian petani terhadap inovasi teknologi pertanian. Informasi itu penting untuk dijadikan sebagai dasar pertimbangan pengambilan keputusan dalam pembinaan petani ke depan. Kita akan mengetahui dari mana pembinaan harus mulai, seberapa besar kedalaman materi yang bisa diberikan, dan bagaimanakah pendekatannya yang harus dilakukan agar tercapai tujuan yang efektif. Makna positif lainnya akan mendorong peningkatan partisipasi petani dalam mengadopsi teknologi. Petani akan merasakan bahwa materi yang dibawakan adalah solusi bagi persoalan yang mereka hadapi.

Obyek persepsi meliputi berbagai hal, mulai dari wujud fisik sampai wujudnya yang non fisik. Dalam makalah ini uraian dibatasi hanya pada persepsi di sektor pertanian yang di dalamnya melibatkan petani sebagai pelaku utama atau pelaku usaha. Dalam konteks petani ini obyek persepsinya yang utama adalah terkait dengan teknologi pertanian meliputi teknologi pendukung pengembangan produktivitas tanaman, produktivitas peternakan dan aspek lingkungan.

Pada tataran empiris, wujud persepsi petani terhadap teknologi tampak dari sikap dan atau kecenderungan tindakan petani dalam melakukan kegiatannya sehari-hari ketika menjalankan usahataninya. Persepsi petani juga akan tercermin dari adopsinya terhadap teknologi yang diperkenalkan kepadanya. Oleh karena itu membahas aspek persepsi, tidak dapat dilepaskan dari membahas adopsi (penerapan) teknologi.

Ketika petani menerima informasi teknologi baru dapat dipastikan ia tidak serta merta setuju, menerima apalagi langsung menerapkan teknologi itu. Ia akan memerlukan waktu untuk berfikir, merenung, dan menimbang-nimbang sebelum memutuskan untuk menerima atau mengadopsi anjuran teknologi itu.

P

Page 3: Pengukuran persepsi dan adopsi

2

Banyak faktor yang menjadi pertimbangan petani baik dari sisi teknis maupun non teknis sehingga akhirnya membangun persepsi. Persepsi petani terhadap informasi teknologi itu bisa positif, negatif, atau bahkan netral. Persepsi petani yang positif akan mendorong adopsi, sebaliknya jika yang terbentuk adalah persepsi negatif, maka petani akan menolak teknologi yang ditawarkan kepadanya. Dalam hal persepsi petani yang netral, bukan berarti petani tidak mengambil keputusan. Ia mengetahui bahwa teknologi itu kalau diterapkan akan menguntungkan, tetapi ia tidak memberikan reaksi untuk menerima atau menolak teknologi itu.

Mengingat problematika persepsi dan adopsi itu terkait dengan wujud tindakannya terhadap teknologi, dan penting sebagai ukuran tingkat partisipasi petani, maka persoalannya adalah: Bagaimanakah cara mengukur persepsi dan adopsi itu secara kuantitatif?

Sebelum melakukan pengukuran persepsi dan adopsi teknologi, pembahasan akan diawali terlebih dulu dengan mengemukakan pemahaman terhadap persepsi dan adopsi teknologi. Setelah memahami pengertiannya dengan benar, pembahasan beranjak pada persoalan determinasi atau faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan adopsi teknologi di tingkat petani. Barulah masuk bahasan intinya yakni teknik pengukuran persepsi dan adopsi teknologi. Pembahasan didasarkan pada berbagai pustaka, dilengkapi dengan pengalaman dari keterlibatan penulis melakukan studi persepsi dan adopsi inovasi pertanian.

Makalah ini bertujuan untuk mengelaborasi teknik pengukuran persepsi dan adopsi teknologi pertanian serta menguasai teknik analisis persepsi dan adopsi yang sederhana tetapi bermanfaat untuk mengambil keputusan. Dengan memahami teknik pengukuran dan cara menganalisis persepsi dan adopsi, diharapkan akan meningkatkan kemampuan peneliti sosial ekonomi mengembangkan daya analitiknya dalam penulisan laporan ataupun penyusunan naskah publikasi ilmiah.

Page 4: Pengukuran persepsi dan adopsi

3

II. KONSEP DASAR PERSEPSI

PENGERTIAN

Persepsi, asal kata dari bahasa Latin: perceptio, percipio adalah tindakan menyusun, mengenali, dan menafsirkan informasi sensoris guna memberikan gambaran dan pemahaman tentang lingkungan. Di dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, kata persepsi digolongkan sebagai kata benda yang diartikan sebagai tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu, serapan, atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya.

Dalam pengertian psikologi, persepsi adalah proses pencarian informasi untuk dipahami melalui pengindraan. Dalam hal ini pengindraan yang dimaksud adalah suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat penerimaan (indera) yang kemudian diteruskan oleh saraf otak ke pusat susunan saraf.

Persepsi dapat diartikan sebagai proses diterimanya rangsang (stimulus) melalui panca indra yang didahului oleh perhatian sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan, dan menghayati tentang hal yang diamati, baik yang ada di luar maupun di dalam diri individu (Kulsum dan Jauhar, 2014).

Persepsi timbul sebagai respon terhadap stimulus. Stimulus yang diterima seseorang masuk ke dalam otak, kemudian diartikan, ditafsirkan serta diberi makna melalui proses yang rumit baru kemudian dihasilkan persepsi. Proses terjadinya persepsi tergantung dari pengalaman masa lalu dan pendidikan yang diperoleh individu yang diawali adanya stimuli. Setelah mendapat stimuli, selanjutnya terjadi seleksi, sehingga bisa saja apa yang dipersepsikan seseorang berbeda dari kenyataan yang obyektif.

Sebagai unsur yang masuk dalam ranah pembahasan ilmu psikologi sosial, maka bahasan persepsi tidak lepas dari persoalan sikap dan perilaku manusia. Dalam hal ini sikap manusia diartikan sebagai suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Berkowitz (1972) dalam Azwar (2000) mengemukakan bahwa sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung atau memihak maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak pada obyek tersebut.

Pakar lain mengelompokkan sikap ini pada skema triadik yang memiliki pemikiran bahwa sikap merupakan konstelasi komponen-komponen: kognitif, afektif dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu obyek. Dalam konteks ini, sikap diartikan sebagai

Page 5: Pengukuran persepsi dan adopsi

4

keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya (Secord & Backman 1964 dalam Azwar, 2000). Komponen kognitif merupakan representasi dari apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional, dan komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki seseorang.

Mann dalam Azwar (2000) menjelaskan bahwa komponen kognitif berisi persepsi, kepercayaan dan stereotif yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Seringkali komponen kognitif ini disamakan dengan pandangan (opini), komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap obyek sikap dan menyangkut masalah emosi. Komponen perilaku (konatif) berisi kecenderungan untuk bertindak atau untuk bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu.

Dari uraian di atas, dipahami bahwa persepsi itu merupakan inti dari komponen kognitif yang berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi obyek sikap. Sekali kepercayaan itu telah terbentuk maka ia akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari obyek tertentu.

Di dalam persepsi terkadang muncul bias, berupa hallo effect dan negative hallo. Hallo effect, merupakan kecenderungan untuk memersepsi orang secara konsisten. Bias ini biasanya terjadi manakala individu mendasarkan persepsinya hanya berdasarkan pada kesan fisik atau karakteristik lain yang diamati saja. Sedangkan bias negative hallo dapat dikatakan lawan dari hallo effect, yakni melebih-lebihkan keburukan seseorang atau suatu obyek tertentu berdasarkan hanya pada satu keadaan yang dinilai buruk saja.

DETERMINASI PERSEPSI

Dari uraian sebelumnya diketahui bahwa persepsi seseorang terhadap suatu obyek dipengaruhi banyak faktor. Secara global faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi tersebut dibedakan ke dalam faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal yang mempengaruhi persepsi adalah faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu yang mencakup antara lain : fisiologis, perhatian, minat, kebutuhan, pengalaman, suasana hati, stimulus dan faktor situasi.

Fisiologis Aspek fisologis mempengaruhi persepsi seseorang karena kapasitas indera untuk mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda.

Page 6: Pengukuran persepsi dan adopsi

5

Perhatian Perhatian seseorang terhadap obyek tidak sama, dan hal ini akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek.

Minat Minat setiap orang terhadap suatu obyek bervariaisi tergantung pada penilaian orang tersebut terhadapp obyek yang dihadapinya. Karena itu persepsi yang diberikan seseorang juga akan berbeda.

Kebutuhan Faktor kebutuhan dapat dilihat dari kuatnya seseorang individu mencari obyek-obyek atau pesan yang dapat memberikan jawaban terhadap persoalan sesuai dengan dirinya.

Pengalaman

Pengalaman tergantung pada ingatan. Sejauh mana seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu rangsang akan mendorong perbedaan persepsi.

Suasana hati Persepsi seseorang terhadap sesuatu obyek juga tergantung pada keadaan emosinya yang mempengaruhinya. Suasana hati ini menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada suatu waktu yang dapat mempengaruhi seseorang dalam menerima dan bereaksi.

Stimulus Berupa obyek maupun peristiwa tertentu. Stimulus yang dimaksud mungkin berupa orang, benda atau peristiwa. Sifat-sifat sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap persepsi orang yang melihatnya.

Faktor situasi Pembentukan persepsi itu terjadi ssesuai situasi tempat, waktu, suasana dan lain-lain.

Di antara unsur-unsur tersebut, yang paling berpengaruh terhadap persepsi adalah perhatian. Perhatian adalah proses mental ketika stimulus atau rangkaian stimulus menjadi menonjol dalam kesadaran, pada saat stimulus lainya melemah. Stimulus mempunyai sifat-sifat yang menonjol, antara lain intensitas dan pengulangan dalam diri orang yang membentuk persepsi itu sendiri.

Faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi adalah karakteristik dari lingkungan dan obyek-obyek yang terlibat di dalamnya. Karakteristik tersebut dapat mengubah sudut pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya dan mempengaruhi bagaimana seseorang merasakan atau menerimanya.

Page 7: Pengukuran persepsi dan adopsi

6

Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi adalah :

Ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus Ukuran obyek atau stimulus merefleksikan bentuk dari suatu obyek. Bentuk ini akan mempengaruhi persepsi individu. Dengan melihat bentuk ukuran suatu obyek individu akan mudah memberikan perhatian, yang pada gilirannya akan membentuk persepsi.

Warna obyek Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih banyak, akan lebih mudah dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan yang cahayanya sedikit.

Keunikan dan kekontrasan stimulus Stimulus luar yang penampilannya unik dan di luar sangkaan individu akan banyak menarik perhatian.

Intensitas dan kekuatan stimulus Stimulus dari luar akan memberi makna lebih besar bila stimulus itu lebih sering diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan stimulus merupakan daya dari suatu obyek yang bisa mempengaruhi persepsi.

Motion atau gerakan Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap obyek yang memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan obyek yang diam.

WUJUD/DIMENSI PERSEPSI

Dimensi persepsi yang dimaksud menggambarkan karakteristik yang dimiliki persepsi. Pemahaman dimensi persepsi ini penting dan akan bermanfaat sebagai landasan dalam melakukan pengukuran persepsi.

Mengingat persepsi erat kaitan dengan sikap seseorang, maka karakteristik sikap adalah juga mewarnai karakteristik persepsi. Azwar (2000) mengutip Sax (1980) mengemukakan beberapa karakteristik sikap tersebut meliputi: arah, intensitas, keluasan, konsistensi, dan spontanitas.

Arah

Dalam konteks arah, persepsi seseorang akan terpilah pada dua kubu ekstrim. Pertama persepsi yang mengarah aspek positif dan kedua persepsi yang cenderung menolak atau negatip. Wujud dari arah persepsi yang positip

Page 8: Pengukuran persepsi dan adopsi

7

ditunjukkan oleh pernyataan persetujuan dan persepsi negatif ditunjukkan oleh pernyataan tidak setuju.

Intensitas

Terkait dengan intensitas, ditunjukkan oleh kedalaman atau kekuatan persepsi yang ditunjukkan seseorang. Disadari kalaupun ada dua orang yang sama menyatakan persetujuan atau ketidak setujuan, belum tentu memiliki intensitas persetujuan atau ketidak setujuan yang sama. Bisa saja orang pertama misalnya sangat setuju sekali tetapi orang kedua hanya sekedar setuju saja. Demikian halnya dalam konteks yang tidak setuju, yang satu menyatakan tidak setuju lainnya bisa sangat tidak setuju. Itulah yang dikategorikan intensitas atau kedalaman persepsi.

Keluasan

Persepsi juga memiliki dimensi keluasan. Maksudnya pernyataan setuju atau sangat setuju terhadap suatu kegiatan atau obyek dapat mengenai komponen atau aspek yang sedikit dan sangat spesifik. Tetapi dapat juga pernyatan setuju itu pada keseluruhan aspek. Dalam contoh konkritnya, ketika petani diperkenalkan dengan pendekatan pengeloaan tanaman terpadu atau yang dikenal PTT dengan kandungan 12 komponen teknologi, petani dapat setuju hanya pada penggunaan varietas unggul baru (VUB) saja, bisa setuju terhadap VUB dengan pengaturan jajar legowo atau bisa juga menyatakan setuju terhadap seluruh komponen teknologi yang dikemas dalam PTT. Jadi dalam hal ini aspek keluasan persepsi ditunjukkan oleh seberapa banyak komponen atau aspek yang dipersepsikan baik dan atau dipersepsikan tidak baik.

Konsistensi

Mengenai dimensi konsistensi yang menjadi karakteristik persepsi maksudnya dihubungkan dengan kesesuaian antara pernyataan sikap dengan responnya terhadap obyek sikap. Konsistensi persepsi diperlihatkan oleh kesesuaian persepsi antar waktu. Untuk dikategorikan konsisten, maka persepsi harus bertahan dalam diri individu untuk waktu yang relatif panjang. Ia tidak terpengaruh oleh dinamika lingkungan yang berubah.

Konsistensi juga ditunjukkan oleh tidak adanya kebimbangan dalam menyatakan pandangannya terhadap suatu obyek atau keadaan tertentu. Disamping itu karakteristik inkonsistensi juga diperlihatkan oleh tidak padunya antara penyataan dengan perilaku. Contohnya, petani tidak setuju dengan teknologi jajar legowo pada usahatani padi, tetapi ia mau menerima bantuan benih untuk ditanam jajar legowo.

Page 9: Pengukuran persepsi dan adopsi

8

Spontanitas

Karakteristik persepsi yang menunjukkan spontanitas menunjukkan sejauh mana kesiapan individu untuk menyatakan sikapnya secara spontan terhadap obyek sikap.

Page 10: Pengukuran persepsi dan adopsi

9

III. MEMAHAMI ADOPSI TEKNOLOGI

PENGERTIAN

Secara teoritis, adopsi teknologi merupakan suatu proses mental atau perubahan perilaku baik yang berupa pengetahuan (cognitive), sikap (affective), maupun keterampilan (psychomotor) pada diri seseorang sejak ia mengenal inovasi sampai memutuskan untuk mengadopsinya setelah menerima inovasi (Rogers and Shoemaker, 1971; Soekartawi, 1990).

Adopsi terhadap inovasi oleh adopter akan terjadi setelah melalui proses mental. Proses dimulai dari perhatian (attention), kemudian akan tumbuh minat (interest), muncul hasrat (desire) untuk mencoba inovasi. Proses itu mendorong adopter untuk mengambil keputusan (decision) dan pada akhirnya sampai pada upaya untuk mendorong tindakan penerapan teknologi sebagai action yang disebut adopsi (Gambar 1).

Pada prakteknya adopsi tidak selalu mulai dari tahap awal, akan tetapi tergantung dari kondisi adopter ketika menerima inovasi. Adopter bisa saja mulai dari tengah yaitu tahap “desire” karena sebelumnya mungkin sudah tahu dan sudah tertarik. Karena itulah maka adopsi suatu inovasi teknologi tidak serta merta berlangsung secara bertahap, seperti yang digambarkan. Gambaran tahapan itu,

Action

Membangkitkan perhatian

Membangkitkan minat

Membangkitkan hasrat

Mendorong proses pengambilan keputusan

Mendorong tindakan penerapan teknologi

Attention

Interest

Desire

Decision

Waktu

Gambar 1. Prinsip AIDDA dalam Penyebaran Inovasi Pertanian

Page 11: Pengukuran persepsi dan adopsi

10

hanya menggambarkan alur pikir seseorang ketika berhadapan dengan inovasi sehingga bisa membangun model.

Keputusan inovasi adalah proses mental sejak seseorang mengetahui adanya inovasi sampai mengambil keputusan untuk menerima atau menolaknya dan kemudian mengukuhkannya. Proses yang terjadi dalam pengambilan keputusan itu digambarkan dalam diagram seperti disajikan dalam Gambar 2 (Hanafi, 1981).

Gambar 2. Paradigma Proses Keputusan Inovasi (Sumber: Diakomodasi dari Hanafi, 1981)

Dalam tataran praktis, adopsi diartikan sebagai penerimaan atau penggunaan suatu ide, alat-alat atau teknologi baru oleh komunikan yang disampaikan oleh komunikator. Sehingga adopsi dapat berarti sebagai suatu bentuk keputusan yang diambil oleh komunikan untuk menerima atau menolak inovasi yang diperolehnya dari komunikator maupun media masa.

DETERMINASI ADOPSI

Ketika masyarakat tani dihadapkan pada pilihan teknologi biasanya respon mereka beragam, tergantung dari faktor-faktor yang dipertimbangkannya. Bahkan ada indikasi sebagian petani yang semula melaksanakan paket teknologi kembali lagi pada teknologi usahatani lama.

Secara normatif, teknologi harus dirasakan sebagai kebutuhan, memberikan keuntungan, mempunyai keselarasan dengan teknologi yang lama (inkulturasi), dapat mengatasi faktor-faktor pembatas, menggunakan sumberdaya eksisting, terjangkau kemampuan petani, tidak rumit dan mudah diamati. Disamping itu

PENGENALAN PERSUASI KEPUTUSAN KONFIRMASI

Variabel Penerima: • Sifat-sifat pribadi • Sifat-sifat Sosial • Kebutuhan nyata

terhadap inovasi • Dsb.

Variabel Sosial: • Norma-norma sistem • Toleransi • Dsb.

Ciri-ciri inovasi: • Keuntungan relatif • Komptabilitas • Kompleksitas • Triabilitas • Observabilitas

MENOLAK

Pengadopsian terlambat

Tetap menolak

ADOPSI Terus mengadopsi

Diskontinuitas Sumber Komunikasi

(PROSES)

PERJALANAN WAKTU

(KONSEKUENSI) (ANTECEDEN

Page 12: Pengukuran persepsi dan adopsi

11

Penelitian

Pengeta- huan

Alsintan Prototipe Testing dan

evaluasi Produksi

lokal

Benih / varietas

Uji coba di lapangan

Multiplikasi & penyebaran

Sintesis &

distiling

Penyederhanaan

Evaluasi secara partisipatif oleh petani

Adopsi oleh Petani

adopsi juga ada hubungannya dengan orientasi usaha, pasar dan ketersediaan prasarana dan sarana pendukung (Sukartawi, 1990).

Fliegel, et al (1971) mengungkapkan ada lima faktor yang mempengaruhi sikap petani dalam mengadopsi perubahan teknologi, yakni: (1) keuntungan nilai tambah relatif bila teknologi itu diadopsi, (2) kecocokan teknologi dengan sosial budaya setempat, (3) hasil pengamatan petani terhadap petani lain yang sedang atau telah mencoba teknologi itu sebagai dasar peletakan kepercayaan, (4) kemampuan mencoba sendiri akan keberhasilan teknologi baru, dan (5) kondisi ekonomi yang ada seperti ketersediaan modal.

Adopsi, disamping dipengaruhi faktor-faktor seperti disebutkan di atas, juga dipengaruhi oleh kemasan inovasinya. Apakah berbentuk alat (fisik) seperti alsintan, berbentuk pengetahuan atau berbentuk komoditas (benih/varietas). Untuk kemasan teknologi kemasan alsintan sebelum masuk tahapan adopsi, perlu dibuat dulu prototipenya (tiruan model dalam bentuk miniatur) kemudian masuk proses pengujian (testing) baru di produksi setempat.

Untuk teknologi perbenihan, prosesnya dilakukan melalui uji coba di lapangan kemudian diperluas dalam bentuk demonstrasi (multilokasi) dan penyebaran. Sementara itu jika bentuknya berupa ilmu pengetahuan, yang perlu dilakukan adalah pemilahan atau sintesis kemudian disederhanakan baru dievaluasi secara partisipatif sebelum akhirnya di adopsi petani (Gambar 2).

Adopsi teknologi oleh seseorang memerlukan waktu. Proses adopsi sejak adanya kesadaran tentang sesuatu sampai dengan adopsi terjadi dalam waktu yang beragam, ada yang singkat tetapi ada juga yang lambat. Kondisi itu tergantung pada berbagai faktor baik internal maupun eksternal dari diri adopter. Keputusan petani untuk menerima atau menolak teknologi baru bukan tindakan sekali jadi, melainkan

Gambar 3. Alur Adopsi Menurut Kemasan Inovasi

Page 13: Pengukuran persepsi dan adopsi

12

berulang (iteratif) merupakan proses yang terdiri dari serangkaian tindakan dalam jangka waktu tertentu (Rogers dan Shoemaker dalam Hanafi, 1981).

Keputusan petani untuk menerima atau menolak teknologi merupakan proses yang berjalan secara gradual dan bertahap, sehingga terjadi adoption lag atau sederhananya senjang adopsi yaitu gap antara kesadaran adanya teknologi hingga adopter menerapkannya secara aktual (Rogers dan Shoemaker dalam Hanafi, 1981; Kenneth, 2009).

Hendayana (2006) mengidentifikasi faktor kesenjangan antara teknologi yang diintroduksikan dengan teknologi yang dibutuhkan petani dan tidak efektipnya cara penyebaran informasi teknologi (infotek), serta kurangnya pelibatan penyuluh di lapangan merupakan beberapa aspek yang memberikan andil terhadap akselerasi adopsi. Faktor lainnya dikemukakan Linder, (1982); Sukartawi, (1990); dan Subagiyo, (2005) adalah aspek jarak tempat tinggal petani dari sumber informasi, tingkat pendidikan/pengetahuan petani, motivasi, keterlibatan dalam organisasi, komunikasi interpersonal, tingkat kosmopolitan dan terpaan media masa, kebijakan pemerintah, peran tokoh informal dan tokoh agama, dan sistem sosial dan nilai-nilai/norma juga berpengaruh. Rogers (1983) mengemukakan kecepatan adopsi dan difusi inovasi teknologi terkait dengan persepsi petani terhadap sifat- sifat inovasi inovasi itu sendiri. Faktor yang tak kalah pentingnya adalah faktor lingkungan strategis (Fagi, 2008).

DIMENSI ADOPSI

Seperti halnya dalam persepsi, di dalam adopsi ini juga ada beberapa karaktersitik atau dimensi adopsi untuk dijadikan landasan pengukuran adopsi. Dimensi adopsi yang perlu diketahui adalah: sebaran adopsi, intensitas adopsi, tingkat adopsi, biaya adopsi, percepatan adopsi, alur adopsi dan peluang adopsi.

Sebaran adopsi Sebaran adopsi, menggambarkan proporsi jumlah petani yang mengadopsi teknologi atau rasio jumlah petani yang menerapkan teknologi terhadap total petani di wilayah itu. Sebaran adopsi bisa juga ditunjukkan oleh areal pertanaman yakni proporsi areal pertanaman yang menerapkan tekonologi anjuran atau rasio luas sawah yang menerapkan teknologi terhadap total luas sawah di suatu wilayah.

Page 14: Pengukuran persepsi dan adopsi

13

Intensitas adopsi

Intensitas adopsi, sama dengan kadar adopsi atau disebut juga kedalaman/ keluasan adopsi menunjukkan besaran adopsi yang dihitung dari rasio tingkat adopsi terhadap bobot komponen teknologi.

Tingkat adopsi

Tingkat adopsi teknologi dapat dipakai sebagai ukuran sampai sejauh mana teknologi yang diintroduksikan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi petani setempat. Tingkat adopsi juga mengindikasikan komponen teknologi yang harus diperbaiki jika teknologi tersebut akan dikembangkan dalam skala yang lebih luas, sesuai dengan kebutuhan petani pengadopsi.

Tingkat adopsi (TA) ditentukan oleh sebaran adopsi (SA) dan intensitas adopsi (IA). Secara matematis dapat dituliskan : TA = SA x IA

Biaya Adopsi

Biaya adopsi, adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani sebagai konsekwensi logis dari keputusannya mengadopsi teknologi baru. Biaya adopsi dapat didefinisikan sebagai peningkatan biaya per unit yang diperlukan untuk peningkatan produksi.

Percepatan Adopsi

Adopsi inovasi teknologi merupakan suatu proses yang memerlukan waktu. Keputusan petani untuk menerima atau menolak teknologi baru bukan tindakan sekali jadi, melainkan merupakan proses yang terdiri dari serangkaian tindakan dalam jangka waktu tertentu (Rogers dan Shoemaker dalam Hanafi, 1981).

Dengan dasar konsep itu, model percepatan adopsi terbangun oleh peubah-peubah endogen yang berhubungan dengan proses menarik perhatian, menumbuhkan minat, membangkitkan hasrat sehingga akhirnya memutuskan untuk menerapkan inovasi.

Beda waktu antara mulai mendengar informasi hingga menerapkan teknologi disebut juga senjang adopsi. Senjang waktu yang terbentuk karena proses berjalannya waktu adopsi menjadi penting jika dihubungkan dengan konsep percepatan adopsi. Senjang waktu adopsi ini setiap adopter bervariasi, tergantung pada banyak faktor. Akumulasi dari kondisi keragaman senjang waktu adopsi itu jika digambarkan secara grafis akan menunjukkan sigmoid (Baldwin dan Rafiquzzaman, 1998; dan Stanley Wood, Liangzhi You dan Wilfred Baitx, 2001).

Page 15: Pengukuran persepsi dan adopsi

14

Dalam konteks adopsi inovasi, percepatan adopsi berhubungan dengan waktu berjalannya proses adopsi yang diukur dari mulai mendengar adanya inovasi hingga menerapkan inovasi itu. Dengan kata lain percepatan adopsi ditunjukkan oleh adoption lag (Baldwin dan Rafiquzzaman, 1998). Stanley Wood, Liangzhi You dan Wilfred Baitx (2001) menggambarkan adoption lag tersebut berbentuk sigmoid seperti dalam Gambar 3.

Dalam Gambar 3, percepatan adopsi ditunjukkan oleh slope garis level adopsi. Percepatan diarahkan untuk mendorong slope yang landai menjadi slope adopsi yang curam. Dari pemahaman terhadap senjang waktu adopsi ini, maka proses adopsi dikatakan cepat manakala memenuhi dua kondisi, yaitu :

(1) Terjadinya adopsi oleh adopter dalam kurun waktu yang lebih cepat dari kondisi umum.

(2) Adopter mengadopsi teknologi yang lebih banyak dari adopter lainnya dalam kurun waktu yang sama.

Alur adopsi Alur Adopsi (Adoption Path Ways), dalam bahasan ini lebih pada proses atau jalan yang dilalui dalam distribusi informasi teknologi yang digambarkan melalui simpul-simpul komunikasi mulai dari sumber inovasi sampai ke petani. Dengan demikian alur adopsi tidak beda dengan alur komunikasi. Alur komunikasi ini berlangsung melalui berbagai pola, yang eksistensinya dipengaruhi oleh struktur organisasi pemerintahan setempat. Sebagai contoh alur adopsi disajikan dalam Gambar 5.

Gambar 4. Proses Berjalannya Adopsi (Adoption lag)

Page 16: Pengukuran persepsi dan adopsi

15

Peluang adopsi

Peluang adopsi yang dimaksud mencerminkan suatu keadaan yang menggambarkan adanya kesempatan bagi individu untuk menerapkan atau tidak menerapkan teknologi. Peluang tersebut akan efektif terlaksana manakala didukung faktor-faktor lingkungan internal maupun eksternal.

Faktor-faktor internal yang diduga mempengaruhi peluang adopsi individu petani menerapkan teknologi antara lain dipengaruhi faktor umur, basis pendidikan formal, pengalaman berusahatani, tanggungan keluarga, skala penguasaan lahan, status penguasaan lahan, dan lain sebagainya.

Adapun faktor eksternal yang diprediksi mempengaruhi peluang adopsi antara lain kebijakan harga input, harga output, aksesibilitas sumber teknologi, aksesibilitas lokasi usahatani ke jalan raya, aksesibilibitas ke pasar input/pasar output, lembaga keuangan/permodalan, dan lain sebagainya.

Gambar 5. Alur Informasi Teknologi dari Sumbernya sampai ke Petani

Page 17: Pengukuran persepsi dan adopsi

16

IV. TEKNIK PENGUKURAN

engukuran, merupakan langkah pencatatan data dan informasi untuk dianalisis lebih lanjut. Oleh karena itu untuk mengetahui apa yang diukur dan bagaimana

teknik pengukurannya pada uraian berikut disajikan terlebih dulu segala sesuatu mengenai data yang ada kaitan dengan persepsi dan adopsi teknologi. Jenis data apa yang dikumpulkan, instrumen apa yang digunakan dan bagaimana cara mengumpulkannya menjadi perhatian utama sebelum sampai bahasan teknik pengukurannya.

JENIS DATA

Data persepsi dan adopsi teknologi yang dikumpulkan bersumber dari petani pelaku usahatani, yang dikumpulkan melalui survei atau wawancara langsung menggunakan instrumen daftar pertanyaan (kuesioner) tipe tertutup. Untuk memperkaya bahasan biasanya disamping wawancara dilakukan juga diskusi kelompok terfokus atau dikenal Focus Group Discussion (FGD).

Untuk mengumpulkan data persepsi, disusun daftar pernyataan untuk disampaikan kepada petani yang disusun dalam format tabel. Agar memudahkan dalam memahami persoalan ini, berikut disajikan contoh instrumen untuk mengungkap persepsi petani terhadap teknologi dalam pendekatan Pengelolaan Taaman Terpadu (PTT) Padi sawah, sebagai berikut (Tabel 1).

Tabel 1. Persepsi Petani terhadap Teknologi dalam Pendekatan PTT Padi Sawah, di Wilayah Pengkajian, 2014.

Pernyataan SS S R KS TS Total 1. Produktivitas VUB Padi Impari 13 di desa

ini relatif lebih tinggi

2. Harga Benih bermutu relatif mahal

3. Penggunaan BO meningkatkan produktivitas padi

4. Jumlah populasi tanaman pada tandur jajar legowo relatif tinggi

5. ……….dan seterusnya

Keterangan: SS = Sangat Setuju; S = Setuju; R = Ragu-ragu; KS = Kurang Setuju dan TS = Tidak Setuju

P

Page 18: Pengukuran persepsi dan adopsi

17

Untuk mengumpulkan data sebaran adopsi, dengan mengambil contoh pada kasus yang sama yaitu dalam konteks penerapan teknologi pada pendekatan PTT Padi sawah, pertanyaannya dapat disusun sebagai berikut.

Tabel 2. Jenis Teknologi apa saja yang Bp ketahui dan diterapkan dalam PTT PADI?

No Komponen teknologi Diketahui *) Diterapkan*)

1 Penggunaan VUB 2 Bibit bermutu dan sehat 3 Pengaturan cara tanam jajar Legowo 4 Pemupukan Berimbang 5 …….dan seterusnya

Catatan: *) Tuliskan 1 = ya, dan 0 = tidak

Jika ingin menganalisis percepatan adopsi, bentuk pertanyaannya dapat dilakukan sebagai berikut.

Tabel 3. Kapan waktu pertama kali Bapak nendengar informasi teknologi dan kapan mulai menerapkannya

No Komponen teknologi Mendengar? Menerapkan?

1 Penggunaan VUB 2 Bibit bermutu dan sehat 3 Pengaturan cara tanam jajar Legowo 4 Pemupukan Berimbang 5 PHT sesuai OPT 6 ……..dan seterusnya

Catatan: Jawaban yang diisikan dalam kolom mendengar dan menerapkan itu bisa diisi nama bulan, atau musim tanam. Yang penting konsisten.

Apabila Anda tertarik melakukan analisis peluang adopsi atau mau menganalisis asosiasi adopsi dengan faktor-faktor yang diprediksi berasosiasi, maka pengumpulan datanya dapat disusun sebagai berikut (Tabel 3).

Tabel 4. Asosiasi Persepsi atau Adopsi dengan Faktor Internal/eksternal

No Skor

Persepsi/ Adopsi

Umur (th)

Pendidikan (th)

Tanggungan

Klg (jw)

Pengalaman (th)

Luas sawah (ha)

Jarak Usahatani ke:

Pasar (km)

BPP (km)

Modal (km)

Jalan (km)

1 2 3 4

dst

Page 19: Pengukuran persepsi dan adopsi

18

PENGUKURAN PERSEPSI

Pendekatan Tertimbang

Pendekatan tertimbang atau disebut juga pendekatan proporsi pada analisis persepsi dilakukan dengan cara menghitung rasio atau perbandingan antara jumlah individu yang memberikan pernyataan tertentu terhadap jumlah keseluruhan responden. Pernyataan tertentu itu, menunjukkan persepsi individu terhadap suatu obyek atau fenomena yang dapat dibedakan ke dalam beberapa klasifikasi pernyataan.

Klasifikasi yang digunakan tergantung pada tujuan, apakah tujuannya akan membahas fenomena secara detail atau hanya sekedar ingin mengungkap indikasi-indikasi saja. Untuk tujuan pembahasan yang detail, rank penggunaan skala bisa lebih lebar misalnya rank 1 – 10. Namun jika hanya untuk mengungkap indikasi –indikasi saja, digunakan skala dalam rank 1 – 5. Dalam bahasan berikut, kita akan gunakan lima kelas pernyataan, sebagai berikut: sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu (R), kurang setuju (KS), dan tidak setuju (TS).

Setelah menetapkan skala, langkah berikutnya adalah:

Melakukan identifikasi jawaban responden terhadap setiap pernyataan yang diajukan. Catat, ada berapa orang responden yang menyatakan sangat setuju, setuju atau tidak setuju terhadap setiap pernyataan yang diajukan.

Lakukan identifikasi itu terhadap seluruh aspek atu komponen teknologi, sehingga seluruh responden mengisi seluruh pernyataan yang diajukan

Hitunglah dengan cara membagi jumlah responden yang menyatakan terhadap seluruh jumlah responden. Dengan demikian akan diperoleh gambaran proporsi responden yang menyatakan (mempersepsikan) pendapatnya dalam satuan persentase.

Lakukan interpretasi berdasarkan persentase hasil perhitungan tersebut.

Contoh: Lihat Tabel 5 (data hipotesis)

Tabel 5. Persepsi Petani terhadap Pendekatan PTT Padi Sawah (Persentase)

Pernyataan SS S R KS TS Total

1. Produktivitas VUB Padi Impari 13 di desa ini relatif lebih tinggi 20,0 56,7 3,3 16,7 3,3 100

2. Harga Benih bermutu relatif mahal 36,7 30,0 6,7 16,7 10,0 100 3. Penggunaan BO meningkatkan

produktivitas padi 26,7 33,3 10,0 26,7 3,3 100

4. … dan seterusnya n n n n n m

Page 20: Pengukuran persepsi dan adopsi

19

Catatan:

Nilai angka dalam setiap kotak dalam Tabel 5, menunjukkan hasil perhitungan tertimbang atau proporsi jumlah responden (n) yang menyatakan persepsi tertentu terhadap jumlah seluruh responden (N) dikali 100 %. Formula yang digunakan:

퐾 = 푛푁

푥 100 %

K = Nilai konstanta; n = jumlah responden yang menyatakan (org) ; N = jumlah responden (org)

Pendekatan Skor

Cara penggunaan skor dalam analisis persepsi ini prosedurnya sama dengan teknik tertimbang yakni menggunakan skala. Basis penentuan skala yang umum digunakan adalah menggunakan pendekatan Likert, Skala Thrustone, Bogardus dan Guttman (Vredenbregt, 1987). Pada pembahasan berikut dibatasi hanya pada Likert.

Ciri dari Likert dalam mengkonstruksikan suatu skala dilakukan sebagai berikut:

Mengumpulkan sejumlah besar aitem/pernyataan/statement yang berhubungan dengan persoalan yang diteliti. Pernyataan yang diajukan dibuat dengan arah yang positif.

Menilai aitem-aitem tersebut dengan menetapkan pilihan pada salah satu dari sejumlah kategori yang berjalan dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju.

Memberikan nilai skor yang disusun sejalan dengan gradasi persetujuan, mulai dari sangat tidak setuju mengarah ke sangat setuju dengan nilai dari angka 1 sampai 5.

Urutannya digambarkan sebagai berikut:

Sangat setuju (SS) Setuju (S)

Tidak punya pendapat

(TP)

Tidak setuju (TS)

Sangat tidak setuju (STS)

Skor 5 Skor 4 Skor 3 Skor 2 Skor 1

Jika suatu item dinyatakan secara negatif dengan sangat setuju menunjukkan suatu sikap sangat anti, maka skor berjalan sebaliknya, yaitu sangat setuju = 1 sampai sangat tidak setuju = 5.

Page 21: Pengukuran persepsi dan adopsi

20

Tabel 6. Persepsi Petani terhadap Pendekatan PTT Padi Sawah (Skor) Pernyataan SS S R KS TS Total

1. Produktivitas VUB Padi Impari 13 di desa ini relatif lebih tinggi

1,000 2,267 0,100 0,333 0,033 3,733

2. Harga Benih bermutu relatif mahal 1,833 1,200 0,200 0,333 0,100 3,667

3. Penggunaan BO meningkatkan produktivitas padi

1,333 1,333 0,300 0,533 0,033 3,533

4. Jumlah populasi tanaman pada tandur jajar legowo relatif tinggi

0,333 2,133 0,200 0,400 0,133 3,200

5. ……. Dan seterusnya 0,167 1,867 0,400 0,667 0,033 3,133

Catatan:

Nilai angka dalam setiap kotak dalam Tabel , menunjukkan hasil perhitungan skor yang dihitung dengan mengalikan jumlah responden (n) menyatakan persepsi tertentu terhadap nilai skor pernyataan lalu dibagi jumlah seluruh responden (N). Formula yang digunakan:

푁푖푙푎푖 푆푘표푟 = 푛 . 푠푁

ni = jumlah responden yang menyataan (org) pada kolom i (i = 1,2,3,..5) si = skor pernyataan ke i (i = 1,2,3,…5) Ni = jumlah responden (org) pada baris ke i (i = 1,2,3,..5)

MENGUKUR TINGKAT ADOPSI

Tingkat adopsi menggambarkan keadaan dimana seseorang individu atau anggota suatu kelompok menerapkan teknologi baru atau teknologi yang dianjurkan. Ukuran tingkat adopsi ini menggunakan nilai tertimbang dinyatakan dalam persentase. Pendekatan perhitungannya dibedakan menurut sasaran, yakni individu dan kelompok.

Pendekatan Individu

Analisis tingkat adopsi untuk individu dapat dilakukan langsung dengan mengidentifikasi aspek teknologi yang diterapkannya. Formula yang digunakan adalah:

푇퐴 = 푁퐹푇 푥 100 %

Page 22: Pengukuran persepsi dan adopsi

21

Dalam hal ini:

TA = tingkat adopsi (persentase) NF = nilai faktor hasil pengamatan adopsi di lapangan (unit adopsi) T = total komponen/aspek teknologi yang dianjurkan (unit)

Contoh kasus:

Sudah dimana posisi Bapak X dalam mengadopsi komponen teknologi pada pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi?

Jawab:

Jika dari hasil pengamatan terhadap Bapak A, ia menerapkan 3 komponen teknologi pada pendekatan PTT, maka tingkat adopsi Bapak A adalah 3/12 x 100 % = 25 %. (Asumsi pendekatan PTT berisi 12 komponen teknologi).

Untuk mendapat kategori adopsi apakah berada pada posisi adopsi rendah, sedang atau tinggi, tinggal menggunakan klasifikasi seperti berikut

Klasifikasi tingkat adopsi, 3 kelas (ditetapkan berdasarkan expert judgment)

0 – 44,99 % : klasifikasi adopsi rendah 45 – 64,99 : klasifikasi adopsi sedang 65 – 100 : klasifikasi adopsi tinggi Klasifikasi tingkat adopsi (5 kelas)

0 – 20,00 % : klasifikasi adopsi sangat rendah 20,01 – 40,00 % : klasifikasi adopsi rendah 40,01 – 60,00 % : klasifikasi adopsi sedang 60,01 – 80,00 % : klasifikasi adopsi tinggi 80,01 – 100 % : klasifikasi adopsi sangat tinggi

Pendekatan Kelompok

Untuk mengungkap tingkat adopsi pada pendekatan kelompok, cara perhitungannya harus mempertimbangkan sebaran adopsi (SA) dan intensitas adopsi (IA). Formula yang digunakan adalah:

푇퐴 = 푆퐴 푥 퐼퐴

Page 23: Pengukuran persepsi dan adopsi

22

Dalam hal ini :

TA = tingkat adopsi (%) SA = sebaran adopsi (%) IA = intensitas adopsi (%) Sebaran adopsi, yaitu rasio jumlah adopter (petani yang menerapkan

teknologi) terhadap total anggota kelompok. Formula yang digunakan adalah:

푆퐴 = 푛푁

푥 100 %

Dalam hal ini :

SA = Sebaran adopsi (%) n = Jumlah adopter (orang) N = Jumlah anggota kelompok (org)

Contoh: Jika adopter ada 10 orang dan jumlah anggota kelompok 20 orang petani, maka sebaran adopsinya adalah 10/20 x 100 % = 50 %.

Intensitas adopsi, adalah rasio nilai faktor hasil pengamatan adopsi di lapangan (unit adopsi) dengan total komponen/aspek teknologi yang dianjurkan (unit). Intensitas adopsi dalam pendekatan kelompok identik dengan tingkat adopsi pada pendekatan individu. Formulanya adalah:

퐼퐴 = 푛 푥 푁퐵푇

Dalam hal ini:

IA = intensitas adopsi (persentase) NB = nilai bobot hasil pengamatan adopsi di lapangan (unit adopsi) T = total komponen/aspek teknologi yang dianjurkan (unit) n = jumlah adopter (orang)

Contoh kasus:

Jumlah sampel responden 30 orang Hasil identifikasi terungkap bahwa jumlah adopter (n) masing-masing komponen teknologi PTT padi sawah datanya ditunjukkan dalam kolom 3 pada Tabel 7.

Page 24: Pengukuran persepsi dan adopsi

23

Tabel 7. Tingkat Adopsi Petani Terhadap Komponen Teknologi Dalam Pendekatan PTT Padi Sawah

No

Komponen Teknologi

N (org)

SA (%) Rank

Bobot

Nilai bobot IA (%)

TA(%)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 VUB 29 96.67 1 10 13.70 33.11 32.00 2 Benih bermutu, label 15 50.00 1 10 13.70 17.12 8.56 3 Bahan organik 10 33.33 2 9 12.33 10.27 3.42 4 Populasi 12 40.00 3 8 10.96 10.96 4.38 5 Pemupukan 16 53.33 3 8 10.96 14.61 7.79 6 Pengendalian opt 15 50.00 4 7 9.59 11.99 5.99 7 Pengolahan tanah 14 46.67 5 6 8.22 9.59 4.47 8 Bibit muda 20 66.67 6 5 6.85 11.42 7.61 9 Jml.batang/rumpun 15 50.00 7 4 5.48 6.85 3.42 10 Pengairan 14 46.67 8 3 4.11 4.79 2.24 11 Penyiangan 18 60.00 9 2 2.74 4.11 2.47 12 Panen 28 93.33 10 1 1.37 3.20 2.98 Rataan/Total 57.22 73 100 85.35

Keterangan:

SA (kolom 4) diperoleh dari n (kolom 3) dibagi total n (30) di kali 100 % Rank (kolom 5) disusun berdasarkan expert judgment Bobot (kolom 6) ditetapkan berbalikan dengan rank. (Rank 1 di bobot 10, rank 10 di

bobot 1) Nilai Bobot (kolom 7) dihitung dengan membagi kolom 6 dengan total kolom 6 di kali

100. IA (%) pada kolom 8 dihitung dengan mengalikan n (kolom 3) x niai bobot (kolom 7)

dibagi jumlah komponen teknologi yang dianjurkan. Pada kasus PTT padi ada 12 teknologi

TA (%) pada kolom 9, merupakan perkalian SA (kolom 4) x IA (kolom 8) dibagi konstanta (100).

ANALISIS KORELASI ADOPSI

Untuk mengungkap kemungkinan ada tidaknya hubungan (korelasi) antara adopsi dengan faktor-faktor fasilitasi adopsi dapat menggunakan korelasi Pearson. Analisis dapat dilakukan dengan menggunakan alat analisis data korelasi. Data yang diinput ke dalam model korelasi disesuaikan dengan karakteristik peubah.

Contoh berikut adalah menganalisis hubungan antara senjang adopsi dengan jarak lokasi usahatani ke pasar input, jarak lokasi usahatani ke pasar output, dan jarak lokasi usahatani ke sumber modal. Jumlah responden = 135 orang.

Page 25: Pengukuran persepsi dan adopsi

24

Dalam hal ini :

Senjang adopsi, dinyatakan dalam bulan jarak lokasi usahatani ke pasar input, dinyatakan dalam satuan km jarak lokasi usahatani ke pasar output, dinyatakan dalam satuan km jarak lokasi usahatani ke sumber modal, dinyatakan dalam satuan km

Dengan menggunakan korelasi Pearson, yang diselesaikan menggunakan SPSS versi 21 hasilnya ditampilkan dalam Tabel 8.

Tabel 8. Output Analisis Korelasi Correlations

Senjang Adopsi

Pasar input

Pasar output

Sumber Modal

Senjang Adopsi

Pearson Correlation 1 .083 .089 .058 Sig. (2-tailed) .338 .305 .504 Sum of Squares and Cross-products 31.481 20.230 64.809 39.344 Covariance .235 .151 .487 .294 N 135 135 134 135

Pasar input

Pearson Correlation .083 1 .433** .128 Sig. (2-tailed) .338 .000 .139 Sum of Squares and Cross-products 20.230 1883.418 2431.303 671.390 Covariance .151 14.055 18.280 5.010 N 135 135 134 135

Pasar output

Pearson Correlation .089 .433** 1 .881** Sig. (2-tailed) .305 .000 .000 Sum of Squares and Cross-products 64.809 2431.303 16848.980 13820.557 Covariance .487 18.280 126.684 103.914 N 134 134 134 134

Sumber Modal

Pearson Correlation .058 .128 .881** 1 Sig. (2-tailed) .504 .139 .000 Sum of Squares and Cross-products 39.344 671.390 13820.557 14626.421 Covariance .294 5.010 103.914 109.152 N 135 135 134 135

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Keterangan:

Interpretasi dari hasil analisis korelasi Pearson dapat didasarkan pada koefisien korelasi yang dihasilkan. Nilai koefisien korelasi yang mendekati angka 1 menunjukkan terdapat korelasi yang kuat antar dua aspek.

ANALISIS PELUANG ADOPSI

Fungsi logit merupakan salah satu alat analisis yang sering digunakan untuk mengungkap faktor-faktor yang mempengaruhi peluang petani menerapkan suatu

Page 26: Pengukuran persepsi dan adopsi

25

inovasi. Perancangan model didasarkan fakta empiris dari sumber pengguna teknologi baik petani sebagai pelaku utama maupun petani sebagai pengusaha.

Variabel yang digunakan meliputi skala usaha, tingkat pendidikan formal, jarak ke sumber informasi teknologi asal, jarak ke sumber informasi teknologi terdekat, sikap petani terhadap risiko, produksi pertanian, umur responden, pengalaman bertani dan besarnya hutang/pinjaman modal usahatani permusim.

Berdasarkan pemanfaatan data dan informasi yang ada diperoleh gambaran bahwa penggunaan fungsi logit dalam perspektif adopsi padi VUB, menunjukkan hasil yang relatif baik sehingga penggunaannya dapat diperluas pada berbagai kasus adopsi inovasi teknologi.

Alat analisis yang dapat digunakan untuk memodelkan hubungan antara variable bebas (Xi) sebagai predictor dengan variable terikat Y digunakan model regresi logistik. Model ini merupakan model dasar bagi analisis data berskala biner. Model regresi biner menetapkan adalah peluang adopsi, sedangkan prediktornya terdiri dari faktor sosial ekonomi. Metode paling sederhana untuk mengetahui hubungan kedua variabel tersebut adalah menggunakan alat analisis regresi liner, baik tunggal maupun berganda.

Dalam pendekatan diagramatik, model percepatan digambarkan berupa bagan alir yang menghubungkan simpul-simpul komunikasi infotek, sedangkan secara ekonometrik model percepatan diformulasikan dalam persamaan fungsi logit. Formula model fungsi logit tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut (Pyndick dan Rubinfield, 1981; Gujarati, 1988):

푃 = 1

1 + 퐸푥푝[−(훼 + ∑ 훽 푋 + ∑ 퐷 )] + 푒

Dalam hal ini:

Pi = Peluang petani mengadopsi padi VUB (Pi = 1, jika petani

mengadopsi padi VUB; Pi = 0 jika petani tidak mengadopsi padi VUB

1 - Pi = Peluang petani mengadopsi padi VUB

Xji = vektor peubah bebas (j = 1, 2, ... , n)

Dk = vektor peubah dummy (k = 1, 2, ... , m)

α, βj,dan ei = parameter-parameter dugaan fungsi logistik galat acak

Penyelesaian dari model logit tersebut dapat dilakukan seperti mekanisme yang terjadi dalam menyelesaikan regresi biasa, dan dapat dikerjakan dengan menggunakan SPSS atau Minitab.

Page 27: Pengukuran persepsi dan adopsi

26

ANALISIS BIAYA ADOPSI

Upaya menganalisis biaya adopsi penting dilakukan untuk mengetahui apakah inovasi teknologi yang diintroduksikan dan kemudian diterapkan oleh petani itu efisien atau tidak. Kaidah yang diinginkan adalah biaya adopsi harus lebih kecil atau lebih rendah dari nilai outputnya.

Penghitungan biaya adopsi dapat dilakukan dengan menggunakan formula :

퐼 = ∆퐶 푥 (푡푌)

Dimana :

I = biaya tambahan per unit hasil yang diperlukan untuk mendapatkan peningkatan produksi sebanyak J (Rp/kg)

C = biaya mengadopsi per unit area karena petani beralih ke teknologi baru (Rp/ha).

t = tingkat adopsi teknologi baru dalam hektar atau jumlah petani. Y = rata-rata hasil (kg/ha)

Untuk lebih memudahkan analisis, perhitungan biaya adopsi dalam proporsi atau rasio, dimana peningkatan biaya produksi (I) sebagai pangsa dari harga yang berlaku setempat. Parameter dalam bentuk rasio (c) dapat dihitung sebagai berikut.

푐 = 퐼푃 = (

∆퐶푡 )/(푌 푥 푃)

Dimana:

c = parameter rasio biaya-harga I = biaya tambahan per unit hasil yang diperlukan untuk mendapatkan

peningkatan produksi sebanyak J (Rp/kg). P = harga di tingkat petani (Rp/kg) Y = rata-rata hasil (kg/ha) C = biaya adopsi (Rp/ha).

ANALISIS PERCEPATAN ADOPSI

Data percepatan adopsi dapat diidentifikasi melalui wawancara menggunakan kuesioner yang dipersiapkan terlebih dulu. Indikator percepatan adopsi ditunjukkan oleh senjang waktu adopsi yang dihitung sejak petani menerima atau sadar adanya

Page 28: Pengukuran persepsi dan adopsi

27

inovasi baru sampai ia menerapkannya di lapangan. Hitungannya bisa bulan, musim atau bahkan tahun, tergantung konteks waktu yang dijadikan landasan perhitungan.

Senjang adopsi yang dimaksud adalah waktu antara atau periode waktu yang dialami petani yang dihitung sejak ia menerima informasi sampai menerapkan informasi teknologi itu. Senjang waktu yang terjadi pada setiap unsur teknologi tergantung tidak hanya pada penyampai informasi akan tetapi juga erat kaitannya dengan pengetahuan dan pengalaman petani terhadap masing-masing jenis atau komponen teknologi yang diitroduksikan. Tabel 9 berikut merupakan contoh hasil pengukuran senjang waktu adopsi.

Tabel 9. Propori (%) senjang waktu adopsi menurut teknologi yang diadopsi

dalam PTT padi sawah No. Teknologi <2 th 2 – 4 th >4 th

1 Vub 29,17 22,50 48,33 2 Benih bermutu, label 24,17 29,17 46,67 3 Bahan organik 35,83 40,00 24,17 4 Populasi 37,50 32,50 30,00 5 Pemupukan 35,00 37,50 27,50 6 Pengendalian opt 34,17 38,33 27,50 7 Pengolahan tanah 35,83 24,17 40,00 8 Bibit muda 51,67 28,33 20,00 9 Jml.batang/rumpun 45,83 23,33 30,83 10 Pengairan 39,17 34,17 26,67 11 Penyiangan 51,67 24,17 24,17 12 Panen 30,00 20,00 50,00

Kreasi yang dapat dilakukan untuk menganalisis senjang waktu adopsi adalah mengungkap faktor-faktor yang mempengaruhi senjang adopsi. Pendekatan yang dilakukan untuk menganalisis dugaan faktor-faktor yang mempengaruhi senjang adopsi tersebut adalah dengan model regresi berganda.

Formula yang digunakan adalah :

푌 = 푎 + 푏 푋 + 푐 퐷 + 휇

Dalam hal ini:

Y = senjang waktu adopsi (tahun)

Xi = faktor internal/eksternal yang diprediksi mempengaruhi senjang adopsi, misalnya:

X1 = umur (tahun) X2 = pendidikan (tahun)

Page 29: Pengukuran persepsi dan adopsi

28

X3 = tanggungan keluarga (jiwa) X4 = luas garapan (hektar) X5 = Jarak lokasi usahatani ke pasar (km) Xn = dan seterusnya.

Dj = faktor dummy (misalnya: musim tanam, agroekosistem) D musim (1 = musim hujan; 0 = lainnya) D agroekosistem (1 = lahan sawah beririgasi, 0 = lainnya)

휇 = disturbunce term b, c = koefisien regresi a = konstanta

Penyelesaian analisis ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan SPSS, Minitab atau Sstat, dll. Interpretasi hasil regresi, dilakukan seperti hanya terhadap hasil analisis regresi pada fenomena lain.

ANALISIS EFEKTIVITAS ALUR ADOPSI

Alur adopsi menggambarkan mekanisme laju infrmasi teknologi mulai dari sumber teknologi sampai ke pengguna di lapangan. Persoalannya: dari banyak alur informasi teknologi itu manakah alur inovasi teknologi yang paling efisien? Pengetahuan efisiensi alur inovasi ini penting untuk mengambil langkah kebijakan diseminasi inovasi teknologi ke depan.

Untuk menganalisis efektivitas saluran (channel) inovasi pertanian tersebut salah satu alternatifnya dilakukan dengan menggunakan pendekatan analisis jalur atau path analysis dengan model teoritis yang digambarkan sebagai berikut:

Pada model itu, X1 dan X2 sebagai variabel eksogen (variabel bebas) saling berkorelasi dan memiliki dampak langsung dan tidak langsung (melalui X3) pada Y. Dalam hal ini variabel X3 dan Y adalah variabel endogen atau variabel tergantung). Dari model itu perumusan masalahnya adalah berapa besar pengaruh X1 dan X2

e e

Gambar 6. Pola hubungan antar simpul-simpul inovasi

Page 30: Pengukuran persepsi dan adopsi

29

terhadap X3 dan berapa besar pengaruh langsung dan tidak langsung X1 dan X2 terhadap Y. Pernyataan itu diformulasikan dalam persamaan berikut:

X3 = X3X1 + ρ X3X2 + Є1 …………………Substruktural 1

Y = ρ YX1 + ρ YX2 + ρ YX3 + Є2 …………..Substruktural 2

Berdasarkan landasan model teoritis tersebut, disusun model empiris dengan memasukkan unsur-unsur kelembagaan yang menjadi saluran inovasi sebagai variabel eksogen. Dalam hal ini variabel percepatan adopsi menjadi variabel endogen, yang dipengaruhi secara langsung dan tidak langsung oleh variabel-variabel channel sebagai variabel eksogen. Formulasi model empiris dibangun sebagai berikut:

Y = f ( X1, X2, X3, X4, ..., X9)

Dalam hal ini:

Y = Percepatan adopsi X1 = Jalur BPTP langsung ke petani (dalam skor) X2 = Jalur BPTP ke petani melalui Bakorluh (dalam skor) X3 = Jalur BPTP ke petani melalui jalur Bakorluh - SKPD (dalam skor) X4 = Jalur BPTP ke petani melalui jalur Bakorluh – SKPD - BPP (dalam skor) X5 = Jalur BPTP ke petani melalui jalur SKPD - BPP (dalam skor) X6 = Jalur BPTP ke petani melalui BPP (dalam skor) Xn = dan seterusnya (dalam skor)

Variabel percepatan adopsi sebagai variabel endogen diukur dari selisih atau gap waktu antara mulai menerima informasi sampai menerapkan informasi teknologi itu di lapangan. Nilai satuannya minimal musim tanam. Contoh: jika ia menerima informasi teknologi pada awal tahun 2011 (di MH I), dan kemudian ia menerapkan teknologi itu pada MH II, maka dikatakan lag adopsinya satu musim tanam (MT), demikian seterusnya.

Terhadap apresiasi dan persepsi dari setiap unsur (institusi) yang menjadi saluran dalam penyebaran informasi teknologi, diungkap melalui wawancara menggunakan kuesioner yang di persiapkan sebelumnya. Aspek yang ditanyakan adalah apresiasi dan persepsi para pejabat tersebut terhadap:

Jenis informasi teknologi yang diterima Cara penyampaian informasi Kemasan informasi

Page 31: Pengukuran persepsi dan adopsi

30

Volume atau jumlah informasi Dst

Untuk menyelesaikan analisis efektivitas saluran adopsi dapat memanfaatkan pendekatan AMOS (Analysis of Moment Structure). Program ini terdapat include dalam SPSS versi 21. Hasilnya tergambar seperti dalam uraian berikut.

Analisis jalur dengan AMOS

Covariances: (Group number 1 - Default model)

Estimate S.E. C.R. P Label BPTP <--> BAKORLUH .124 .023 5.309 ***

BPTP <--> SKPD .118 .025 4.665 *** BPTP <--> BPP .070 .020 3.588 *** BPTP <--> SEMAPETANI .049 .021 2.350 .019 BAKORLUH <--> SKPD .122 .023 5.246 ***

BAKORLUH <--> BPP .057 .017 3.286 .001 BAKORLUH <--> SEMAPETANI .047 .019 2.551 .011 SKPD <--> BPP .093 .020 4.535 *** SKPD <--> SEMAPETANI .106 .022 4.715 ***

BPP <--> SEMAPETANI .110 .019 5.687 ***

Gambar 7. Analisis Alur Adopsi

Page 32: Pengukuran persepsi dan adopsi

31

Correlations: (Group number 1 - Default model)

Estimate BPTP <--> BAKORLUH .557 BPTP <--> SKPD .473 BPTP <--> BPP .348 BPTP <--> SEMAPETANI .221 BAKORLUH <--> SKPD .548 BAKORLUH <--> BPP .316 BAKORLUH <--> SEMAPETANI .241 SKPD <--> BPP .457 SKPD <--> SEMAPETANI .479 BPP <--> SEMAPETANI .611

Output dari Program AMOS seperti dikemukakan di atas, menjadi landasan untuk mengungkapkan interpretasi. Keputusan interpretasi tersebut disesuaikan dengan tujuan kegiatan. Artinya, meskipun output yang dihasilkan relatif banyak tidak perlu dibahas secara keseluruhan. Pembahasan difokuskan pada aspek-aspek yang ada hubungannya dengan tujuan kegiatan.

Sebagai indikator yang digunakan untuk menilai efektif tidaknya alur adopsi itu dilihat dari koefisien korelasi, yang berada dalam range 0 – 1. Kaidah keputusannya adalah alur adopsi dikatakan semakin efektip jika nilai koefisien korelasinya semakin dekat ke angka 1. Pada kasus ini alur adopsi yang paling efektif terjadi pada alur dari BPP ke petani dengan koefisien 0,611, diikuti alur BPTP – Bakorluh (0,557), dan alur Bakorluh – SKPD (0,548).

Page 33: Pengukuran persepsi dan adopsi

32

V. DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. 2000. Sikap Manusia. Teori dan Pengukurannya. Edisi ke 2. Pustaka Pelajar. Yogyakarta

Baldwin, John R and Mohammed Rafiquzzaman. 1998. The Determinant of The Adoption Lag for Advanced Manufacturing Technologies. Management of Technology, Sustainable Development and Eco-Efficiency. Elsevier Science Ltd, UK

Fagi, A.M., 2008. Alternatif Teknologi Peningkatan Produksi Beras Nasional. Iptek Tanaman Pangan Vol.3 No.1

Fliegel, E.C, J.E. Kivlin and G.S. Sekhon. 1971. Message Distortion and The Diffusion of Innovations in Nothern India. Sociologica Ruralis.

Hanafi, A., 1981. Memasyarakatkan Ide-Ide Baru. Surabaya Press.

Hendayana, R., 2006. Lintasan dan Peta Jalan (Road Map) Diseminasi Teknologi Pertanian Menuju Masyarakat Tani Progresif. Prosiding Lokakarya Nasional Akselerasi Diseminasi Inovasi Pertanian Mendukung Pembangunan Berawal dari Desa. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian.

Kulsum, U., dan Mohammad Jauhar. 2014. Pengantar Psikologi Sosial. Prestasi Pustaka Publisher.

Kenneth F.G Masuki, 2009. Determinants of Farm-level Adoption of Water Systems Innovations in Dryland Areas: The Case of Makanya Watershed in Pangani River Basin, Tanzania

Linder, Pardey, dan Jarrett, 1982. Distance To Information Source And The Time Lag Early Adoption Of Trace Element Fertilizer. Working Paper 82-2. Departement Of Economics University Of Adelaide

Roger, E.M. and F.F. Shoemaker. 1971. Communication of Innovation: A Cross Cultural Approach. The Free Press. New York

Rogers,E. M., 1983. Diffusion of Innovations. Third Edition, The Free Press, New York.

Stanley Wood, Liangzhi You dan Wilfred Baitx, 2001.International Food Policy Research Institute, Washington, D.C.

Subagiyo, 2005. Kajian Faktor-faktor Sosial yang berpengaruh terhadap Adopsi Inovasi Usaha Perikanan Laut di Desa Pantai Selatan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Vol 8 No 2. Pusat Penelitian dan Penembangan Sosial Ekonomi Pertanian.

Sukartawi. 1990. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. UIP Pres

Vredenbregt, 1987. Teknik-teknik Pengukuran Masyarakat.