pengujian sanitasi udara dan ruang

22
Gita Asapuri 240210110043 TIP-A V. HASIL PENGAMATAN Tabel 1. Hasil Pengamatan Jumlah Koloni dan Kepadatan Koloni pada Sanitasi Udara Tempat Medium NA Medium PDA Jumlah Koloni Kepadatan (koloni/ jam/cm 2 ) Jumlah Koloni Kepadatan (koloni/ jam/cm 2 ) Perpustaka an 7 khamir, 3 bakteri 392,5 3 kapang, 4 khamir, 1 bakteri 353,25 Kamar Mandi 125 bakteri 4906,25 7 kapang 42 khamir 1923,25 Lantai 1 65 bakteri 3 kapang 4 bakteri 3175,2 16 bakteri 2 kapang 4 khamir 970,2 Lab Pendidikan 2 28 bakteri 1234,8 23 khamir 1014,3 Mushola 91 bakteri 3571,75 52 khamir 8 kapang 2355 Lab Pendidikan 1 37 bakteri 1452,25 28 khamir 1099

Upload: gita-asapuri

Post on 24-Oct-2015

831 views

Category:

Documents


45 download

DESCRIPTION

Laporan Praktikum Sanitasi

TRANSCRIPT

Page 1: Pengujian Sanitasi Udara Dan Ruang

Gita Asapuri240210110043

TIP-A

V. HASIL PENGAMATAN

Tabel 1. Hasil Pengamatan Jumlah Koloni dan Kepadatan Koloni pada

Sanitasi Udara

TempatMedium NA Medium PDA

Jumlah Koloni

Kepadatan(koloni/jam/cm2)

Jumlah Koloni

Kepadatan(koloni/jam/cm2)

Perpustakaan 7 khamir, 3 bakteri

392,5 3 kapang, 4 khamir, 1 bakteri

353,25

Kamar Mandi 125 bakteri

4906,25 7 kapang 42 khamir

1923,25

Lantai 1 65 bakteri 3 kapang 4 bakteri

3175,2 16 bakteri 2 kapang 4 khamir

970,2

Lab Pendidikan 2

28 bakteri 1234,8 23 khamir 1014,3

Mushola 91 bakteri 3571,75 52 khamir 8 kapang

2355

Lab Pendidikan 1

37 bakteri 1452,25 28 khamir 1099

Perhitungan Kepadatan Koloni pada Sanitasi Udara Kamar Mandi (Kel 7)

Medium NA = Jumlah Koloni x 60 } over {30 x Luas Cawan

= 125 x 2 x 19.625 cm2

= 4906,25 koloni/jam/cm2

Medium PDA = Jumlah Koloni x 60 } over {30 x Luas Cawan

= 49 x 2 x 19.625 cm2

= 1923,25 koloni/jam/cm2

Tabel 2. Jumlah Koloni pada Sanitasi Ruangan dengan Metode Bodac

Ruangan Jumlah Koloni Jumlah Koloni Setelah Rata” (unit koloni/100cm2)

Lantai Tidak Dibersihkan 1 khamir (kel 6) 203,82125 bakteri (kel 7)

91 bakteri 3 khamir (kel 8)

Meja Tidak Dibersihkan - 28,7942416 bakteri

Lantai Dibersihkan 0 khamir 0

Page 2: Pengujian Sanitasi Udara Dan Ruang

Gita Asapuri240210110043

TIP-A

dengan AirLantai Dibersihkan dengan Pembersih Lantai

25 bakteri 127,38854

Lantai Dibersihkan dengan Desinfektan (Wipol)

30 bakteri, 4 khamir

154,195

Meja Dibersihkan dengan Air

3 bakteri 13,605442

Meja Dibersihkan dengan Alkohol 70%

4 bakteri, 1 khamir 25,478

Perhitungan Unit Koloni Sanitasi Ruangan pada Lantai Tidak Dibersihkan

dan Lantai Dibersihkan dengan Pembersih Lantai (Kelompok 7)

Lantai Tidak Dibersihkan = Jumlah Koloni/cawan x 100 cm2

LuasCawan

= 40 x 100 cm2

19,625

= 203,822 unit koloni/100 cm2

Lantai Dibersihkan dengan Pembersih Lantai

Unit Koloni/100 cm2 = Jumlah Koloni/cawan x 100 cm2

Luas Cawan

= 25 x 100 cm2

19,625

= 127,38854 unit koloni/100 cm2

Page 3: Pengujian Sanitasi Udara Dan Ruang

Gita Asapuri240210110043

TIP-A

VI. PEMBAHASAN

Praktikum yang dilaksanakan kali ini adalah mengenai pengujian sanitasi

udara dan ruang. Udara dalam suatu ruangan dapat merupakan sumber

kontaminasi. Udara tidak mengandung mikroflora secara alami, akan tetapi

kontaminasi dari lingkungan sekitar yang mengakibatkan udara mengandung

berbagai mikroorganisme. Udara mengandung campuran gas-gas yang sebagian

besar terdiri dari Nitrogen (N2) 23%, Oksigen (O2) 21%, dan gas lainnya 1%.

Selain gas juga terdapat debu, kapang, bakteri, khamir, virus, dan lain-lain.

Walaupun udara bukan medium yang baik untuk mikroba tetpai mikroba selalu

terdapat di udara. Adanya mikroba disebabkan karena pengotoran udara oleh

manusia, hewan, dan zat-zat organik, dan debu.

Mikroorganisme yang terdapat dalam udara biasanya melekat pada bahan

padat, seperti debu atau terdapat dalam droplet air (Volk dan Whleer, 1984). Jika

di dalam suatu ruangan banyak terdapat debu dan cairan, maka mikroba yang

ditemukan didalamnya juga bermacam-macam, termasuk bakteri, kapang, ataupun

khamir. Jenis-jenis mikroba yang terdapat di udara terutama jenis Bacillus subtilis

dapat membetuk spora yang tahan dalam keadaan kering (Pelczar, 1988).

Mikroorganisme asal udara dapat terbawa partikel debu dan dalam tetes-tetes

cairan berukuran besar yang tersuspensikan atau dalam titik cairan yang menguap.

Mikroorganisme tersebut terdapat di udara dalam bentuk vegetatif atau dalam

bentuk generatif. Mikroorganisme yang berada di atmosfer merupakan spesies

yang ada dari sumber mikroorganisme sebelumnya. Sebagai contoh,

mikroorganisme yang berasal dari tanah terbawa debu angin, demikian pula

dengan mikroorganisme yang berasal dari perairan, mikroba tersebut terbawa

tetesan air atau angin ke udara. Organisme yang memasuki udara dapat terangkut

sejauh beberapa meter atau beberapa kilometer. Sebagian segera mati dalam

beberapa detik, sedangkan yang lain dapat bertahan hidup selama berminggu-

minggu, berbulan-bulan, atau lebih lama lagi. Bakteri yang mampu hidup di

lingkungan udara umumnya bakteri gram positif berbentuk batang berspora dan

kokus, sedangkan bakteri dari lingkungan laut yang mampu berada di udara

adalah bakteri gram negatif berbentuk batang, sebagian pembentuk spora. Daya

tahan mikroorganisme asal udara bergantung pada keadaan atmosfer, kelembapan,

Page 4: Pengujian Sanitasi Udara Dan Ruang

Gita Asapuri240210110043

TIP-A

cahaya matahai, dan suhu, serta ukuran partikel yang membawa mikroorganisme

(Pelczar, 1988).

Proses sanitasi terhadap mikroorganisme perlu diperhatikan karena banyak

mikroorganisme penyebab penyakit yang bisa menginfeksi manusia melalui

udara, alat, ataupun dari tangan. Pada praktikum kali ini akan dibahas dua buah

uji sanitasi, yaitu uji sanitasi udara dengan metode cawan terbuka dan uji sanitasi

ruang dengan metode kontak atau rodac.

6.1. Uji Sanitasi Udara

Banyak penyakit yang disebabkan oleh bakteri pathogen yang ditularkan

melalui udara, misalnya bakteri penyebab tubercolosis (TBC) dan virus flu yang

dapat ditularkan melalui udara pernapasan. Jumlah mikroba yang terdapat di udara

tergantung oada aktivitas lingkungan, misalnya udara diatas padang pasir atau

gunung kering dimana aktivitas kehidupan relatif sedikit maka jumlah mikroba

juga sedikit. Contoh lain, udara di sekitar rumah pemotongan hewan, kandang

hewan ternak, tempat pembuangan sampah maka jumlah mikroba relatif banyak

(Pelczar, 1988).

Mikroorganisme udara di dalam ruang pengolahan dapat diuji secara

kuantitatif menggunakan agar cawan yang dibiarkan selama beberapa waktu

tertentu di dalam suatu ruangan atau dikenal dengan Metoda Cawan Terbuka.

Jenis mikroorganisme yang sering terdapat di udara pada umumnya bakteri batang

pembentuk spora baik yang bersifat aerobik maupun anaerobik, bakteri koki,

bakteri gram negatif, kapang, dan khamir.

Pada praktikum ini dilakukan uji sanitasi udara menggunakan metode cawan

terbuka dimana digunakan dua media yang berbeda, yaitu media NA untuk

menguji kontaminasi bakteri yang terdapat pada udara dan media PDA untuk

menguji kontaminasi kapang dan khamir yang terdapat pada udara di ruangan

tersebut. Kedua cawan petri yang telah berisi kedua media tersebut yang telah

beku dibuka tutupnya dan dibiarkan dalam ruangan yang sudah ditentukan selama

30 menit. Tujuannya adalah agar mikroorganisme di udara dapat menempel dan

menjadikan media agar tersebut sebagai tempat tumbuhnya sehingga jumlah

mikroorganisme baik bakteri, kapang, maupun khamir dapat diketahui. Setelah

Page 5: Pengujian Sanitasi Udara Dan Ruang

Gita Asapuri240210110043

TIP-A

dibiarkan selama 30 menit, cawan petri ditutup kembali dan diinkubasi pada suhu

30oC selama 2 hari, hal ini dikarenakan pada suhu tersebut mikroorganisme dapat

tumbuh optimal dan waktu inkubasi selama 2 hari dikarenakan pada waktu

tersebut nutrisi pada media masih ada sehingga bakteri belum ada yang kehabisan

nutrisi dan mengalami fase kematian sehingga yang benar-benar terhitung adalah

bakteri yang memang tumbuh pada media tersebut. Pada saat inkubasi, posisi

cawan petri diusahakan dalam posisi terbalik agar air yang mengembun di dalam

tutup cawan saat diinkubasi tidak menetes ke dalam media karena akan

menghasilkan suatu masa pertumbuhan yang menganak sungai dan

menghancurkan pembentukan koloni secara individu. Kemudian setelah inkubasi

hitung jumlah koloni yang tumbuh dan hitung densitasnya. Densitas adalah

jumlah mikroba yang jatuh pada permukaan agar per cm2 selama satu jam.

Densitas tersebut dapat dihitung menggunakan rumus:

Jumlah Koloni x 60 } over {30 x Luas Cawan

Hasil pengamatan uji sanitasi udara dapat dilihat pada tabel 1 pada bab hasil

pengamatan. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, terlihat bahwa pada media

NA yang mengindikasikan jumlah bakteri memiliki urutan dari yang terbesar

bakteri menuju yang terkecil jumlah bakterinya, yaitu kamar mandi, mushola,

lantai 1 gedung 4 faperta, lab pendidikan 1, lab pendidikan 2, dan perpustakaan.

Sedangkan pada media PDA yang mengindikasikan jumlah khamir dan kapang

memiliki urutan dari yang terbesar menuju yang terkecil jumlah kapang atau

khamirnya, yaitu mushola, kamar mandi, lab pendidikan 1, lab pendidikan 2,

lantai 1, dan perpustakaan.

Pada media NA yang mengindikasikan jumlah bakteri terlihat bahwa yang

terdapat bakteri yang tumbuh terbanyak yaitu kamar mandi dan yang terkecil

adalah perpustakaan. Hal ini dikarenakan kamar mandi merupakan tempat yang

kotor, semua orang lalu lalang kedalam kamar mandi untuk buang air, baik besar

maupun kecil. Telah kita ketahui bahwa kotoran manusia dan urine mengandung

bakteri. Tiap gram kotoran manusia sedikitnya mengandung salmonella, vibrio

kolera, virus poliomeylitis, amoeba, dan Escherichia coli. Sedangkan pada urine

biasanya terdapat kelompok anteriobacteriaceae, Pseudomonas aeruginosa,

Page 6: Pengujian Sanitasi Udara Dan Ruang

Gita Asapuri240210110043

TIP-A

Acinetobacter, Enterokokus faecalis, dan Stafilokokus sarophyticus. Dimana

beberapa bakteri-bakteri tersebut mampu menghasilkan spora, dimana spora

bakteri tersebut dapat terbawa oleh udara dan jika spora tersebut tumbuh pada

media yang sesuai (NA) dapat tumbuh menjadi bakteri baru. Sedangkan jumlah

bakteri yang terkecil yaitu perpustakan, hal ini dikarenakan perpustakaan jarang

dikunjungi oleh mahasiswa dan juga jika banyak mahasiswa datang ke

perpustakaan, mereka biasanya dilarang berbicara dan ribut di dalam perpustakaan

sehingga bakteri dari mulut pengunjung perpustakaan sedikit yang keluar dan

mengkontaminasi udara.

Namun ada hal yang tidak wajar terdapat pada hasil pengamatan pada

perpustakaan dan lantai 1, pada kedua tempat tersebut terdapat khamir dan

kapang, hal ini tidak sesuai dengan teori dimana NA merupakan media tempat

tumbuhnya bakteri, hal ini mungkin dikarenakan bentuk khamir dan bakteri mirip

dan sulit untuk dibedakan sehingga bakteri yang tumbuh pada media dianggap

sebagai khamir. Selain itu, flora mikroba di lingkungan mana saja umumnya

terdapat dalam populasi campuran sehingga jika ingin mencirikan dan

mengidentifikasi spesies mikroorganisme tersebut lebih jelas maka spesies

tersebut harus dapat dipisahkan dari organisme lain yang umum dijumpai dalam

habitatnya, lalu ditumbuhkan dalam biakan murni (Bonang, 1982).

Sedangkan pada media PDA yang mengindikasikan mengindikasikan jumlah

dan kapang dan khamir bakteri terlihat bahwa yang terdapat bakteri yang tumbuh

terbanyak yaitu pada mushola dan yang terkecil adalah perpustakaan. Pada

mushola terbesar jumlah kapang dan khamirnya dikarenakan mushola merupakan

tempat yang lembab, pengunjung mushola yang hendak shalat pasti wudhu

terlebih dahulu dan masuk ke dalam ruangan mushola dalam keadaan basah

sehabis wudhu, ini salah satu yang menyebabkan ruangan mushola merupakan

tempat yang lembab, selain itu pengunjung mushola biasa menggunakan mukena

dalam keadaan basah, hal ini menyebabkan pada bagian kepala mukena banyak

jamur yang tumbuh, spora dari jamur tersebut akan menyebar dan jika tumbuh

pada media yang sesuai (PDA) akan tumbuh kapang dan khamir yang baru.

Sedangkan mengapa pada kamar mandi jumlah kapang dan khamirnya lebih

sedikit dibandingkan mushola, hal ini dikarenakan kamar mandi sering

Page 7: Pengujian Sanitasi Udara Dan Ruang

Gita Asapuri240210110043

TIP-A

dibersihkan menngunakan wipol atau pembersih lantai karena jamur pada kamar

mandi akan lebih mudah terlihat sehingga akan mudah dibersihkan, sedangkan

pada mushola jamur yang ada tidak terlihat karena berada pada bagian kepala

mushola dan pada karpet alas shalat. Sedangkan jumlah kapang dan khamir yang

terkecil yaitu perpustakan, hal ini dikarenakan perpustakaan bukan tempat yang

lembab dan tidak terlalu sering dikunjungi oleh pengunjung.

Tingkat pencemaran udara di dalam ruangan oleh mikroba dipengaruhi oleh

faktor-faktor seperti laju ventilasi, padat orang dan sifat serta saraf kegiatan

orang-orang yang menempati ruangan tersebut. Mikroorganisme terhembuskan

dalam bentuk percikan dari hidung dan mulut selama bersin, batuk dan bahkan

bercakap-cakap titik-titik air terhembuskan dari saluran pernapasan mempunyai

ukuran yang beragam dari mikrometer sampai milimeter. Titik-titik air yang

ukurannya jatuh dalam kisaran mikrometer yang rendah akan tinggal dalam udara

sampai beberapa lama, tetapi yang berukuran besar segera jatuh ke lantai atau

permukaan benda lain. Debu dari permukaan ini sebentar-sebentar akan berada

dalam udara selama berlangsungnya kegiatan dalam ruangan tersebut (Pelczar,

1994).

Adanya mikroorganisme yang tumbuh di masing-masing cawan menandakan

bahwa udara di tempat tersebut tidak selamanya bebas dari kontaminasi

mikrooganisme dan dengan adanya pengujian ini membuktikan bahwa adanya

aktifitas di setiap tempat menunjukan adanya mikrooganisme yang ada di tempat

tersebut.

Densitas mikroorganisme udara menyatakan jumlah mikroba yang jatuh pada

permukaan agar per cm2 selama satu jam. Satuan densitas dinyatakan dalam

g/cm2. Perhitungan densitas sangat dipengaruhi oleh luas cawan dan lamanya

kontak cawan dengan udara tempat uji dilakukan. Luas cawan petri yang

berbentuk lingkaran dapat dihitung dengan mengukur diameter tiap cawan yang

digunakan. Hasil perhitungan densitas dari tiap medium, menghasilkan data

bahwa urutan densitas (g/cm2) bakteri terbesar hingga terkecil adalah dari NA

yang disimpan di kamar mandi, mushola, lantai 1 gedung 4 faperta, lab

pendidikan 1, lab pendidikan 2, dan perpustakaan. Sedangkan pada media PDA

yang mengindikasikan jumlah khamir dan kapang memiliki urutan dari yang

Page 8: Pengujian Sanitasi Udara Dan Ruang

Gita Asapuri240210110043

TIP-A

terbesar menuju yang terkecil jumlah kapang atau khamirnya, yaitu mushola,

kamar mandi, lab pendidikan 1, lab pendidikan 2, lantai 1, dan perpustakaan.

Menurut Volk dan Wheeler (1984) terdapat beberapa cara yang dapat

dugunakan untuk membersihkan udara, yaitu:

1. Menyiram tanah dengan air sehingga mengurangi debu yang berterbangan.

2. Menyemprot udara dengan desinfektan sehingga udara berkurang mikrobanya

3. Dengan menggunakan radiasi sinar ultraviolet.’

6.2. Uji Sanitasi Ruang

Pada ruangan, hal yang penting untuk diperhatikan adalah lantai, dinding, dan

langit-langit. Lantai yang licin dan dikonstruksi dengan tepat, mudah dibersihkan.

Sedangkan lantai yang kasar dan dapat menyerap, sulit untuk dibersihkan. Lantai

yang terkena limbah cairan misalnya dari alat pemasakan dan tidak ditiriskan

dengan baik dapat menjadi tempat penyediaan makanan bagi bakteri dan

serangga. Dinding dan langit-lngit yang kasar dapat membawa bakteri

seperti Staphylococcus aureus. Lantai, dinding, dan langit-langit yang

konsturksinya buruk, jauh lebih sulit untik dijaga sanitasinya. Akan tetapi,

struktur yang licin pun dapat menjadi sumber kontaminan yang tidak diinginkan

bila tidak dibersihkan dan dipelihara secara teratur dan efektif. Kontaminasi oleh

mikroorganisme dapat terjadi setiap saat dan menyentuh permukaan setiap tangan

atau alat. Dengan demikian sanitasi lingkungan sangat perlu diperhatikan terutama

yang bekerja dalam bidang mikrobiologi atau pengolahan produk makanan atau

industri (Volk dan Wheeler, 1984).

Sanitasi merupakan persyaratan yang mutlak bagi industri pangan sebab

sanitasi berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap mutu pangan dan daya

awet produk serta nama baik atau citra perusahaan (Betty dan Een, 2011).

Pada pengujian sanitasi ruang, dua buah cawan petri yang sudah steril dengan

diisi dengan media PCA hingga penuh yang kemudian dibekukan. Media PCA

digunakan untuk menumbuhkan semua jenis mikroorganisme baik itu bakteri,

kapang atau khamir. Kemudian disiapkan dua buah cawan petri besar yang

diletakkan di bawah cawan petri kecil yang digunakan agar saat media dituangkan

ke dalam cawan petri kecil, media agar tidak tumpah dan menyebabkan kesterilan

Page 9: Pengujian Sanitasi Udara Dan Ruang

Gita Asapuri240210110043

TIP-A

cawan petri berkurang. Setelah dituangkan media PCA tersebut kemudian

dibiarkan hingga beku. Media PCA yang telah membeku, kemudian tutup cawan

petri tersebut dibuka dan dengan posisi terbalik ditekan permukaan agarnya pada

tempat yang telah ditentukan, yaitu lantai tanpa dibersihkan, lantai dibersihkan

dengan air, lantai dibersihkan dengan pembersih lantai, lantai dibersihkan dengan

wipol, meja dibersihkan dengan air, dan meja dibersihkan dengan alkohol 70%.

Biarkan media kontak dengan tempat-tempat yang telah ditentukan tersebut

selama 4 detik, hal ini bertujuan agar mikroorganisme di tempat yang dikontakan

dapat menempel dan menjadikan media agar tersebut sebagai tempat tumbuhnya

sehingga jumlah mikroorganisme baik bakteri, kapang, maupun khamir dapat

diketahui. Kemudian cawan petri ditutup kembali dan diinkubasi pada suhu 30oC

selama 2 hari, hal ini dikarenakan pada suhu tersebut mikroorganisme dapat

tumbuh optimal dan waktu inkubasi selama 2 hari dikarenakan pada waktu

tersebut nutrisi pada media masih ada sehingga bakteri belum ada yang kehabisan

nutrisi dan mengalami fase kematian sehingga yang benar-benar terhitung adalah

bakteri yang memang tumbuh pada media tersebut. Pada saat inkubasi, posisi

cawan petri diusahakan dalam posisi terbalik agar air yang mengembun di dalam

tutup cawan saat diinkubasi tidak menetes ke dalam media karena akan

menghasilkan suatu masa pertumbuhan yang menganak sungai dan

menghancurkan pembentukan koloni secara individu. Kemudian setelah inkubasi

hitung jumlah koloni yang tumbuh dan hitung unit koloninya dengan rumus:

Jumlah Koloni/cawan x 100 cm2

LuasCawan 

            Hasil pengamatan uji sanitasi ruang dapat dilihat pada tabel 2 pada bab

hasil pengamatan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa urutan unit koloni dari

terbesar hingga terkecil adalah lantai tidak dibersihkan, lantai dibersihkan dengan

desinfektan, lantai dibersihkan dengan pembersih lantai, meja dibersihkan dengan

alkohol 70%, meja dibersihkan dengan air, dan lantai dibersihkan dengan air.

Dengan ditandainya pertumbuhan mikroorganisme pada setiap ruangan

yang dilakukan pengujian, menandakan bahwa tidak semua ruangan yang ada

kebersihannya terjamin. Lantai yang dibersihkan dengan desinfektan misalnya,

Page 10: Pengujian Sanitasi Udara Dan Ruang

Gita Asapuri240210110043

TIP-A

masih terdapat koloni bakteri yang tumbuh, padahal desinfektan dapat mereduksi

jumlah mikroorganisme, berbanding terbalik dengan lantai yang dibersihkan

dengan air justru tidak ditemukan sama sekali unit koloni bakteri.

Secara keseluruhan perlakuan, lantai yang tidak dibersihkan memiliki

jumlah mikroorganisme yang paling banyak. Hal ini disebabkan karena lantai

menjadi tempat lalu lalang orang banyak. Sehingga mikroorganisme menempel

pada lantai. Apabila lantai tidak dibersihkan maka jumlah mikroorganisme

tersebut semakin banyak. Oleh sebab itu pada ruang pengolahan pangan

kebersihan ruangan perlu diperhatikan agar tidak menkontaminasi produk

makanan yang akan dibuat.

Sedangkan, lantai yang dibersihkan dengan air menunjukkan hasil 0, lantai

yang dibersihkan dengan pembersih lantai menunjukkan 25 bakteri dan lantai

yang dibersihkan dengan desinfektan menunjukkan 30 bakteri dan 4 khamir. Hal

ini tidak sesuai dengan literature, lantai yang dibersihkan dengan desinfektan

seharusnya menunjukkan jumlah mikroorganisme terkecil. Hal ini disebabkan

karena desinfektan memiliki kandungan alkohol yang dapat membunuh

mikroorganisme pathogen. Desinfektan adalah suatu bahan kimia yang dipakai

untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme melalui suatu mekanisme kerja

tertentu. Desinfektan ditujukan untuk mikroorganisme yang terdapat pada benda-

benda mati seperti: gedung, kandang, feses, dan peralatan. Mekanisme

penghancuran mikroorganisme oleh desinfektan dilakukan dengan jalan merusak

struktur dinding sel, mengubah permeabilitas membran sel (Joklik et al., 1984;

Chatim dan Suhato, 1994), mengadakan perubahan molekul-molekul protein dan

asam nukleat, menghambat kerja enzim atau dapat pula dengan cara menghambat

sintesa asam nukleat dan protein. Beberapa faktor yang mempengaruhi kerja

desinfektan antara lain konsentrasi dan jenis bahan (Pelczar dan Chan, 1986).

Hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan literatur disebabkan oleh lantai

yang digunakan tiap kelompok berbeda, sehingga tingkat kebersihan lantai

tersebut berbeda-beda.

Kemudian, berdasarkan hasil pengamatan meja yang dibersihkan dengan air

dan alkohol 70% menunjukkan bahwa meja yang dibersihkan dengan alkohol

70% meenunjukkan jumlah mikroorganisme lebih banyak dibandingkan meja

Page 11: Pengujian Sanitasi Udara Dan Ruang

Gita Asapuri240210110043

TIP-A

yang dibersihkan dengan air. Hal ini tentunya tidak sesuai teori, meja yang

dibersihkan dengan air seharusnya menujukkan jumlah mikroorganisme yang

lebih sedikit. Hal ini dikarenakan alkohol mempunyai aktifitas sebagai bakterisid

yang membunuh bakteri dalam bentuk vegetatifnya. Selain itu alkohol juga

menunjukkan aktifitas sebagai antifungi dan antivirus. Golongan alkohol yang

serig digunakan sebagai antiseptik adalah ethyl alcohol dan isopropanol. Kedua

alkohol ini mempunyai efektifitas yang relatif sama. Jika hanya disebut alkohol

maka yang dimaksud adalah ethyl alcohol (ethanol). Sedangkan jika meja

dibersihkan dengan air, kemungkinan mikroorganisme yang ada tidak akan hilang

justru akan bertambah dikarenakan di dalam air pun juga terkandung bakteri.

Hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan literatur disebabkan oleh meja yang

digunakan tiap kelompok berbeda, sehingga tingkat kebersihan meja tersebut

berbeda-beda.

VII. KESIMPULAN

Page 12: Pengujian Sanitasi Udara Dan Ruang

Gita Asapuri240210110043

TIP-A

1. Sanitasi merupakan persyaratan yang mutlak bagi industri pangan sebab

sanitasi berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap mutu pangan

dan daya awet produk serta nama baik atau citra perusahaan

2. Berdasarkan hasil pengamatan uji sanitasi udara, terlihat bahwa pada

media NA urutan dari yang terbesar menuju yang terkecil jumlah

bakterinya, yaitu kamar mandi, mushola, lantai 1 gedung 4 faperta, lab

pendidikan 1, lab pendidikan 2, dan perpustakaan.

3. Sedangkan pada media PDA yang memiliki urutan dari yang terbesar

menuju yang terkecil jumlah kapang atau khamirnya, yaitu mushola,

kamar mandi, lab pendidikan 1, lab pendidikan 2, lantai 1, dan

perpustakaan.

4. Jumlah bakteri terbanyak yaitu kamar mandi dikarenakan kamar mandi

merupakan tempat yang kotor, semua orang lalu lalang kedalam kamar

mandi untuk buang air, baik besar maupun kecil. Telah kita ketahui

bahwa kotoran manusia dan urine mengandung bakteri.

5. Bakteri yang terdapat pada kotoran manusia sedikitnya mengandung

salmonella, vibrio kolera, virus poliomeylitis, amoeba, dan Escherichia

coli. Sedangkan pada urine biasanya terdapat kelompok

anteriobacteriaceae, Pseudomonas aeruginosa, Acinetobacter,

Enterokokus faecalis, dan Stafilokokus sarophyticus.

6. Sedangkan jumlah bakteri yang terkecil yaitu perpustakan, hal ini

dikarenakan perpustakaan jarang dikunjungi oleh mahasiswa dan juga

jika banyak mahasiswa datang ke perpustakaan, mereka biasanya dilarang

berbicara dan ribut di dalam perpustakaan sehingga bakteri dari mulut

pengunjung perpustakaan sedikit yang keluar dan mengkontaminasi

udara.

7. Pada uji sanitasi ruang, jumlah mikroorganisme terbanyak yaitu pada

lantai yang tidak dibersihkan, hal ini dikarenakan lantai menjadi tempat

lalu lalang orang banyak. Sehingga mikroorganisme menempel pada

lantai. Apabila lantai tidak dibersihkan maka jumlah mikroorganisme

tersebut semakin banyak.

Page 13: Pengujian Sanitasi Udara Dan Ruang

Gita Asapuri240210110043

TIP-A

8. Pada uji sanitasi ruang, jumlah mikroorganisme terkecil yaitu pada lantai

yang dibersihkan dengan air, hal ini tidak sesuai dengan literature dimana

seharusnya lantai atau meja yang dibersihkan dengan desinfektan lah

yang seharusnya menunjukkan jumlah mikroorganisme terkecil karena

mengandung alkohol yang bersifat bakterisid.

9. Hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan literatur disebabkan oleh meja

atau lantai yang digunakan tiap kelompok berbeda, sehingga tingkat

kebersihan meja atau lantai tersebut berbeda-beda.

Page 14: Pengujian Sanitasi Udara Dan Ruang

Gita Asapuri240210110043

TIP-A

DAFTAR PUSTAKA

Betty dan Een. 2011. Sanitasi Dan Keamanan Pangan. Jurusan Teknologi Industri Pangan, Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Universitas Padjadjaran. Jatinangor

Bonang. 1982. Biologi Dasar. Erlangga. Jakarta

Joklik, W. K., H. P. Willent, and D.B. Amos. 1984. Zinsser Microbiology. 18th Ed. Appeleton Century Crafts. New York. 233-243.

Pelzcar, dan Chan. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta.

Volk, Wesley, A., Margaret F. Whleer, 1998, Mikrobiologi Dasar, Erlangga, Jakarta.