pengujian sanitasi udara dan ruang
DESCRIPTION
Laporan Praktikum SanitasiTRANSCRIPT
Gita Asapuri240210110043
TIP-A
V. HASIL PENGAMATAN
Tabel 1. Hasil Pengamatan Jumlah Koloni dan Kepadatan Koloni pada
Sanitasi Udara
TempatMedium NA Medium PDA
Jumlah Koloni
Kepadatan(koloni/jam/cm2)
Jumlah Koloni
Kepadatan(koloni/jam/cm2)
Perpustakaan 7 khamir, 3 bakteri
392,5 3 kapang, 4 khamir, 1 bakteri
353,25
Kamar Mandi 125 bakteri
4906,25 7 kapang 42 khamir
1923,25
Lantai 1 65 bakteri 3 kapang 4 bakteri
3175,2 16 bakteri 2 kapang 4 khamir
970,2
Lab Pendidikan 2
28 bakteri 1234,8 23 khamir 1014,3
Mushola 91 bakteri 3571,75 52 khamir 8 kapang
2355
Lab Pendidikan 1
37 bakteri 1452,25 28 khamir 1099
Perhitungan Kepadatan Koloni pada Sanitasi Udara Kamar Mandi (Kel 7)
Medium NA = Jumlah Koloni x 60 } over {30 x Luas Cawan
= 125 x 2 x 19.625 cm2
= 4906,25 koloni/jam/cm2
Medium PDA = Jumlah Koloni x 60 } over {30 x Luas Cawan
= 49 x 2 x 19.625 cm2
= 1923,25 koloni/jam/cm2
Tabel 2. Jumlah Koloni pada Sanitasi Ruangan dengan Metode Bodac
Ruangan Jumlah Koloni Jumlah Koloni Setelah Rata” (unit koloni/100cm2)
Lantai Tidak Dibersihkan 1 khamir (kel 6) 203,82125 bakteri (kel 7)
91 bakteri 3 khamir (kel 8)
Meja Tidak Dibersihkan - 28,7942416 bakteri
Lantai Dibersihkan 0 khamir 0
Gita Asapuri240210110043
TIP-A
dengan AirLantai Dibersihkan dengan Pembersih Lantai
25 bakteri 127,38854
Lantai Dibersihkan dengan Desinfektan (Wipol)
30 bakteri, 4 khamir
154,195
Meja Dibersihkan dengan Air
3 bakteri 13,605442
Meja Dibersihkan dengan Alkohol 70%
4 bakteri, 1 khamir 25,478
Perhitungan Unit Koloni Sanitasi Ruangan pada Lantai Tidak Dibersihkan
dan Lantai Dibersihkan dengan Pembersih Lantai (Kelompok 7)
Lantai Tidak Dibersihkan = Jumlah Koloni/cawan x 100 cm2
LuasCawan
= 40 x 100 cm2
19,625
= 203,822 unit koloni/100 cm2
Lantai Dibersihkan dengan Pembersih Lantai
Unit Koloni/100 cm2 = Jumlah Koloni/cawan x 100 cm2
Luas Cawan
= 25 x 100 cm2
19,625
= 127,38854 unit koloni/100 cm2
Gita Asapuri240210110043
TIP-A
VI. PEMBAHASAN
Praktikum yang dilaksanakan kali ini adalah mengenai pengujian sanitasi
udara dan ruang. Udara dalam suatu ruangan dapat merupakan sumber
kontaminasi. Udara tidak mengandung mikroflora secara alami, akan tetapi
kontaminasi dari lingkungan sekitar yang mengakibatkan udara mengandung
berbagai mikroorganisme. Udara mengandung campuran gas-gas yang sebagian
besar terdiri dari Nitrogen (N2) 23%, Oksigen (O2) 21%, dan gas lainnya 1%.
Selain gas juga terdapat debu, kapang, bakteri, khamir, virus, dan lain-lain.
Walaupun udara bukan medium yang baik untuk mikroba tetpai mikroba selalu
terdapat di udara. Adanya mikroba disebabkan karena pengotoran udara oleh
manusia, hewan, dan zat-zat organik, dan debu.
Mikroorganisme yang terdapat dalam udara biasanya melekat pada bahan
padat, seperti debu atau terdapat dalam droplet air (Volk dan Whleer, 1984). Jika
di dalam suatu ruangan banyak terdapat debu dan cairan, maka mikroba yang
ditemukan didalamnya juga bermacam-macam, termasuk bakteri, kapang, ataupun
khamir. Jenis-jenis mikroba yang terdapat di udara terutama jenis Bacillus subtilis
dapat membetuk spora yang tahan dalam keadaan kering (Pelczar, 1988).
Mikroorganisme asal udara dapat terbawa partikel debu dan dalam tetes-tetes
cairan berukuran besar yang tersuspensikan atau dalam titik cairan yang menguap.
Mikroorganisme tersebut terdapat di udara dalam bentuk vegetatif atau dalam
bentuk generatif. Mikroorganisme yang berada di atmosfer merupakan spesies
yang ada dari sumber mikroorganisme sebelumnya. Sebagai contoh,
mikroorganisme yang berasal dari tanah terbawa debu angin, demikian pula
dengan mikroorganisme yang berasal dari perairan, mikroba tersebut terbawa
tetesan air atau angin ke udara. Organisme yang memasuki udara dapat terangkut
sejauh beberapa meter atau beberapa kilometer. Sebagian segera mati dalam
beberapa detik, sedangkan yang lain dapat bertahan hidup selama berminggu-
minggu, berbulan-bulan, atau lebih lama lagi. Bakteri yang mampu hidup di
lingkungan udara umumnya bakteri gram positif berbentuk batang berspora dan
kokus, sedangkan bakteri dari lingkungan laut yang mampu berada di udara
adalah bakteri gram negatif berbentuk batang, sebagian pembentuk spora. Daya
tahan mikroorganisme asal udara bergantung pada keadaan atmosfer, kelembapan,
Gita Asapuri240210110043
TIP-A
cahaya matahai, dan suhu, serta ukuran partikel yang membawa mikroorganisme
(Pelczar, 1988).
Proses sanitasi terhadap mikroorganisme perlu diperhatikan karena banyak
mikroorganisme penyebab penyakit yang bisa menginfeksi manusia melalui
udara, alat, ataupun dari tangan. Pada praktikum kali ini akan dibahas dua buah
uji sanitasi, yaitu uji sanitasi udara dengan metode cawan terbuka dan uji sanitasi
ruang dengan metode kontak atau rodac.
6.1. Uji Sanitasi Udara
Banyak penyakit yang disebabkan oleh bakteri pathogen yang ditularkan
melalui udara, misalnya bakteri penyebab tubercolosis (TBC) dan virus flu yang
dapat ditularkan melalui udara pernapasan. Jumlah mikroba yang terdapat di udara
tergantung oada aktivitas lingkungan, misalnya udara diatas padang pasir atau
gunung kering dimana aktivitas kehidupan relatif sedikit maka jumlah mikroba
juga sedikit. Contoh lain, udara di sekitar rumah pemotongan hewan, kandang
hewan ternak, tempat pembuangan sampah maka jumlah mikroba relatif banyak
(Pelczar, 1988).
Mikroorganisme udara di dalam ruang pengolahan dapat diuji secara
kuantitatif menggunakan agar cawan yang dibiarkan selama beberapa waktu
tertentu di dalam suatu ruangan atau dikenal dengan Metoda Cawan Terbuka.
Jenis mikroorganisme yang sering terdapat di udara pada umumnya bakteri batang
pembentuk spora baik yang bersifat aerobik maupun anaerobik, bakteri koki,
bakteri gram negatif, kapang, dan khamir.
Pada praktikum ini dilakukan uji sanitasi udara menggunakan metode cawan
terbuka dimana digunakan dua media yang berbeda, yaitu media NA untuk
menguji kontaminasi bakteri yang terdapat pada udara dan media PDA untuk
menguji kontaminasi kapang dan khamir yang terdapat pada udara di ruangan
tersebut. Kedua cawan petri yang telah berisi kedua media tersebut yang telah
beku dibuka tutupnya dan dibiarkan dalam ruangan yang sudah ditentukan selama
30 menit. Tujuannya adalah agar mikroorganisme di udara dapat menempel dan
menjadikan media agar tersebut sebagai tempat tumbuhnya sehingga jumlah
mikroorganisme baik bakteri, kapang, maupun khamir dapat diketahui. Setelah
Gita Asapuri240210110043
TIP-A
dibiarkan selama 30 menit, cawan petri ditutup kembali dan diinkubasi pada suhu
30oC selama 2 hari, hal ini dikarenakan pada suhu tersebut mikroorganisme dapat
tumbuh optimal dan waktu inkubasi selama 2 hari dikarenakan pada waktu
tersebut nutrisi pada media masih ada sehingga bakteri belum ada yang kehabisan
nutrisi dan mengalami fase kematian sehingga yang benar-benar terhitung adalah
bakteri yang memang tumbuh pada media tersebut. Pada saat inkubasi, posisi
cawan petri diusahakan dalam posisi terbalik agar air yang mengembun di dalam
tutup cawan saat diinkubasi tidak menetes ke dalam media karena akan
menghasilkan suatu masa pertumbuhan yang menganak sungai dan
menghancurkan pembentukan koloni secara individu. Kemudian setelah inkubasi
hitung jumlah koloni yang tumbuh dan hitung densitasnya. Densitas adalah
jumlah mikroba yang jatuh pada permukaan agar per cm2 selama satu jam.
Densitas tersebut dapat dihitung menggunakan rumus:
Jumlah Koloni x 60 } over {30 x Luas Cawan
Hasil pengamatan uji sanitasi udara dapat dilihat pada tabel 1 pada bab hasil
pengamatan. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, terlihat bahwa pada media
NA yang mengindikasikan jumlah bakteri memiliki urutan dari yang terbesar
bakteri menuju yang terkecil jumlah bakterinya, yaitu kamar mandi, mushola,
lantai 1 gedung 4 faperta, lab pendidikan 1, lab pendidikan 2, dan perpustakaan.
Sedangkan pada media PDA yang mengindikasikan jumlah khamir dan kapang
memiliki urutan dari yang terbesar menuju yang terkecil jumlah kapang atau
khamirnya, yaitu mushola, kamar mandi, lab pendidikan 1, lab pendidikan 2,
lantai 1, dan perpustakaan.
Pada media NA yang mengindikasikan jumlah bakteri terlihat bahwa yang
terdapat bakteri yang tumbuh terbanyak yaitu kamar mandi dan yang terkecil
adalah perpustakaan. Hal ini dikarenakan kamar mandi merupakan tempat yang
kotor, semua orang lalu lalang kedalam kamar mandi untuk buang air, baik besar
maupun kecil. Telah kita ketahui bahwa kotoran manusia dan urine mengandung
bakteri. Tiap gram kotoran manusia sedikitnya mengandung salmonella, vibrio
kolera, virus poliomeylitis, amoeba, dan Escherichia coli. Sedangkan pada urine
biasanya terdapat kelompok anteriobacteriaceae, Pseudomonas aeruginosa,
Gita Asapuri240210110043
TIP-A
Acinetobacter, Enterokokus faecalis, dan Stafilokokus sarophyticus. Dimana
beberapa bakteri-bakteri tersebut mampu menghasilkan spora, dimana spora
bakteri tersebut dapat terbawa oleh udara dan jika spora tersebut tumbuh pada
media yang sesuai (NA) dapat tumbuh menjadi bakteri baru. Sedangkan jumlah
bakteri yang terkecil yaitu perpustakan, hal ini dikarenakan perpustakaan jarang
dikunjungi oleh mahasiswa dan juga jika banyak mahasiswa datang ke
perpustakaan, mereka biasanya dilarang berbicara dan ribut di dalam perpustakaan
sehingga bakteri dari mulut pengunjung perpustakaan sedikit yang keluar dan
mengkontaminasi udara.
Namun ada hal yang tidak wajar terdapat pada hasil pengamatan pada
perpustakaan dan lantai 1, pada kedua tempat tersebut terdapat khamir dan
kapang, hal ini tidak sesuai dengan teori dimana NA merupakan media tempat
tumbuhnya bakteri, hal ini mungkin dikarenakan bentuk khamir dan bakteri mirip
dan sulit untuk dibedakan sehingga bakteri yang tumbuh pada media dianggap
sebagai khamir. Selain itu, flora mikroba di lingkungan mana saja umumnya
terdapat dalam populasi campuran sehingga jika ingin mencirikan dan
mengidentifikasi spesies mikroorganisme tersebut lebih jelas maka spesies
tersebut harus dapat dipisahkan dari organisme lain yang umum dijumpai dalam
habitatnya, lalu ditumbuhkan dalam biakan murni (Bonang, 1982).
Sedangkan pada media PDA yang mengindikasikan mengindikasikan jumlah
dan kapang dan khamir bakteri terlihat bahwa yang terdapat bakteri yang tumbuh
terbanyak yaitu pada mushola dan yang terkecil adalah perpustakaan. Pada
mushola terbesar jumlah kapang dan khamirnya dikarenakan mushola merupakan
tempat yang lembab, pengunjung mushola yang hendak shalat pasti wudhu
terlebih dahulu dan masuk ke dalam ruangan mushola dalam keadaan basah
sehabis wudhu, ini salah satu yang menyebabkan ruangan mushola merupakan
tempat yang lembab, selain itu pengunjung mushola biasa menggunakan mukena
dalam keadaan basah, hal ini menyebabkan pada bagian kepala mukena banyak
jamur yang tumbuh, spora dari jamur tersebut akan menyebar dan jika tumbuh
pada media yang sesuai (PDA) akan tumbuh kapang dan khamir yang baru.
Sedangkan mengapa pada kamar mandi jumlah kapang dan khamirnya lebih
sedikit dibandingkan mushola, hal ini dikarenakan kamar mandi sering
Gita Asapuri240210110043
TIP-A
dibersihkan menngunakan wipol atau pembersih lantai karena jamur pada kamar
mandi akan lebih mudah terlihat sehingga akan mudah dibersihkan, sedangkan
pada mushola jamur yang ada tidak terlihat karena berada pada bagian kepala
mushola dan pada karpet alas shalat. Sedangkan jumlah kapang dan khamir yang
terkecil yaitu perpustakan, hal ini dikarenakan perpustakaan bukan tempat yang
lembab dan tidak terlalu sering dikunjungi oleh pengunjung.
Tingkat pencemaran udara di dalam ruangan oleh mikroba dipengaruhi oleh
faktor-faktor seperti laju ventilasi, padat orang dan sifat serta saraf kegiatan
orang-orang yang menempati ruangan tersebut. Mikroorganisme terhembuskan
dalam bentuk percikan dari hidung dan mulut selama bersin, batuk dan bahkan
bercakap-cakap titik-titik air terhembuskan dari saluran pernapasan mempunyai
ukuran yang beragam dari mikrometer sampai milimeter. Titik-titik air yang
ukurannya jatuh dalam kisaran mikrometer yang rendah akan tinggal dalam udara
sampai beberapa lama, tetapi yang berukuran besar segera jatuh ke lantai atau
permukaan benda lain. Debu dari permukaan ini sebentar-sebentar akan berada
dalam udara selama berlangsungnya kegiatan dalam ruangan tersebut (Pelczar,
1994).
Adanya mikroorganisme yang tumbuh di masing-masing cawan menandakan
bahwa udara di tempat tersebut tidak selamanya bebas dari kontaminasi
mikrooganisme dan dengan adanya pengujian ini membuktikan bahwa adanya
aktifitas di setiap tempat menunjukan adanya mikrooganisme yang ada di tempat
tersebut.
Densitas mikroorganisme udara menyatakan jumlah mikroba yang jatuh pada
permukaan agar per cm2 selama satu jam. Satuan densitas dinyatakan dalam
g/cm2. Perhitungan densitas sangat dipengaruhi oleh luas cawan dan lamanya
kontak cawan dengan udara tempat uji dilakukan. Luas cawan petri yang
berbentuk lingkaran dapat dihitung dengan mengukur diameter tiap cawan yang
digunakan. Hasil perhitungan densitas dari tiap medium, menghasilkan data
bahwa urutan densitas (g/cm2) bakteri terbesar hingga terkecil adalah dari NA
yang disimpan di kamar mandi, mushola, lantai 1 gedung 4 faperta, lab
pendidikan 1, lab pendidikan 2, dan perpustakaan. Sedangkan pada media PDA
yang mengindikasikan jumlah khamir dan kapang memiliki urutan dari yang
Gita Asapuri240210110043
TIP-A
terbesar menuju yang terkecil jumlah kapang atau khamirnya, yaitu mushola,
kamar mandi, lab pendidikan 1, lab pendidikan 2, lantai 1, dan perpustakaan.
Menurut Volk dan Wheeler (1984) terdapat beberapa cara yang dapat
dugunakan untuk membersihkan udara, yaitu:
1. Menyiram tanah dengan air sehingga mengurangi debu yang berterbangan.
2. Menyemprot udara dengan desinfektan sehingga udara berkurang mikrobanya
3. Dengan menggunakan radiasi sinar ultraviolet.’
6.2. Uji Sanitasi Ruang
Pada ruangan, hal yang penting untuk diperhatikan adalah lantai, dinding, dan
langit-langit. Lantai yang licin dan dikonstruksi dengan tepat, mudah dibersihkan.
Sedangkan lantai yang kasar dan dapat menyerap, sulit untuk dibersihkan. Lantai
yang terkena limbah cairan misalnya dari alat pemasakan dan tidak ditiriskan
dengan baik dapat menjadi tempat penyediaan makanan bagi bakteri dan
serangga. Dinding dan langit-lngit yang kasar dapat membawa bakteri
seperti Staphylococcus aureus. Lantai, dinding, dan langit-langit yang
konsturksinya buruk, jauh lebih sulit untik dijaga sanitasinya. Akan tetapi,
struktur yang licin pun dapat menjadi sumber kontaminan yang tidak diinginkan
bila tidak dibersihkan dan dipelihara secara teratur dan efektif. Kontaminasi oleh
mikroorganisme dapat terjadi setiap saat dan menyentuh permukaan setiap tangan
atau alat. Dengan demikian sanitasi lingkungan sangat perlu diperhatikan terutama
yang bekerja dalam bidang mikrobiologi atau pengolahan produk makanan atau
industri (Volk dan Wheeler, 1984).
Sanitasi merupakan persyaratan yang mutlak bagi industri pangan sebab
sanitasi berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap mutu pangan dan daya
awet produk serta nama baik atau citra perusahaan (Betty dan Een, 2011).
Pada pengujian sanitasi ruang, dua buah cawan petri yang sudah steril dengan
diisi dengan media PCA hingga penuh yang kemudian dibekukan. Media PCA
digunakan untuk menumbuhkan semua jenis mikroorganisme baik itu bakteri,
kapang atau khamir. Kemudian disiapkan dua buah cawan petri besar yang
diletakkan di bawah cawan petri kecil yang digunakan agar saat media dituangkan
ke dalam cawan petri kecil, media agar tidak tumpah dan menyebabkan kesterilan
Gita Asapuri240210110043
TIP-A
cawan petri berkurang. Setelah dituangkan media PCA tersebut kemudian
dibiarkan hingga beku. Media PCA yang telah membeku, kemudian tutup cawan
petri tersebut dibuka dan dengan posisi terbalik ditekan permukaan agarnya pada
tempat yang telah ditentukan, yaitu lantai tanpa dibersihkan, lantai dibersihkan
dengan air, lantai dibersihkan dengan pembersih lantai, lantai dibersihkan dengan
wipol, meja dibersihkan dengan air, dan meja dibersihkan dengan alkohol 70%.
Biarkan media kontak dengan tempat-tempat yang telah ditentukan tersebut
selama 4 detik, hal ini bertujuan agar mikroorganisme di tempat yang dikontakan
dapat menempel dan menjadikan media agar tersebut sebagai tempat tumbuhnya
sehingga jumlah mikroorganisme baik bakteri, kapang, maupun khamir dapat
diketahui. Kemudian cawan petri ditutup kembali dan diinkubasi pada suhu 30oC
selama 2 hari, hal ini dikarenakan pada suhu tersebut mikroorganisme dapat
tumbuh optimal dan waktu inkubasi selama 2 hari dikarenakan pada waktu
tersebut nutrisi pada media masih ada sehingga bakteri belum ada yang kehabisan
nutrisi dan mengalami fase kematian sehingga yang benar-benar terhitung adalah
bakteri yang memang tumbuh pada media tersebut. Pada saat inkubasi, posisi
cawan petri diusahakan dalam posisi terbalik agar air yang mengembun di dalam
tutup cawan saat diinkubasi tidak menetes ke dalam media karena akan
menghasilkan suatu masa pertumbuhan yang menganak sungai dan
menghancurkan pembentukan koloni secara individu. Kemudian setelah inkubasi
hitung jumlah koloni yang tumbuh dan hitung unit koloninya dengan rumus:
Jumlah Koloni/cawan x 100 cm2
LuasCawan
Hasil pengamatan uji sanitasi ruang dapat dilihat pada tabel 2 pada bab
hasil pengamatan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa urutan unit koloni dari
terbesar hingga terkecil adalah lantai tidak dibersihkan, lantai dibersihkan dengan
desinfektan, lantai dibersihkan dengan pembersih lantai, meja dibersihkan dengan
alkohol 70%, meja dibersihkan dengan air, dan lantai dibersihkan dengan air.
Dengan ditandainya pertumbuhan mikroorganisme pada setiap ruangan
yang dilakukan pengujian, menandakan bahwa tidak semua ruangan yang ada
kebersihannya terjamin. Lantai yang dibersihkan dengan desinfektan misalnya,
Gita Asapuri240210110043
TIP-A
masih terdapat koloni bakteri yang tumbuh, padahal desinfektan dapat mereduksi
jumlah mikroorganisme, berbanding terbalik dengan lantai yang dibersihkan
dengan air justru tidak ditemukan sama sekali unit koloni bakteri.
Secara keseluruhan perlakuan, lantai yang tidak dibersihkan memiliki
jumlah mikroorganisme yang paling banyak. Hal ini disebabkan karena lantai
menjadi tempat lalu lalang orang banyak. Sehingga mikroorganisme menempel
pada lantai. Apabila lantai tidak dibersihkan maka jumlah mikroorganisme
tersebut semakin banyak. Oleh sebab itu pada ruang pengolahan pangan
kebersihan ruangan perlu diperhatikan agar tidak menkontaminasi produk
makanan yang akan dibuat.
Sedangkan, lantai yang dibersihkan dengan air menunjukkan hasil 0, lantai
yang dibersihkan dengan pembersih lantai menunjukkan 25 bakteri dan lantai
yang dibersihkan dengan desinfektan menunjukkan 30 bakteri dan 4 khamir. Hal
ini tidak sesuai dengan literature, lantai yang dibersihkan dengan desinfektan
seharusnya menunjukkan jumlah mikroorganisme terkecil. Hal ini disebabkan
karena desinfektan memiliki kandungan alkohol yang dapat membunuh
mikroorganisme pathogen. Desinfektan adalah suatu bahan kimia yang dipakai
untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme melalui suatu mekanisme kerja
tertentu. Desinfektan ditujukan untuk mikroorganisme yang terdapat pada benda-
benda mati seperti: gedung, kandang, feses, dan peralatan. Mekanisme
penghancuran mikroorganisme oleh desinfektan dilakukan dengan jalan merusak
struktur dinding sel, mengubah permeabilitas membran sel (Joklik et al., 1984;
Chatim dan Suhato, 1994), mengadakan perubahan molekul-molekul protein dan
asam nukleat, menghambat kerja enzim atau dapat pula dengan cara menghambat
sintesa asam nukleat dan protein. Beberapa faktor yang mempengaruhi kerja
desinfektan antara lain konsentrasi dan jenis bahan (Pelczar dan Chan, 1986).
Hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan literatur disebabkan oleh lantai
yang digunakan tiap kelompok berbeda, sehingga tingkat kebersihan lantai
tersebut berbeda-beda.
Kemudian, berdasarkan hasil pengamatan meja yang dibersihkan dengan air
dan alkohol 70% menunjukkan bahwa meja yang dibersihkan dengan alkohol
70% meenunjukkan jumlah mikroorganisme lebih banyak dibandingkan meja
Gita Asapuri240210110043
TIP-A
yang dibersihkan dengan air. Hal ini tentunya tidak sesuai teori, meja yang
dibersihkan dengan air seharusnya menujukkan jumlah mikroorganisme yang
lebih sedikit. Hal ini dikarenakan alkohol mempunyai aktifitas sebagai bakterisid
yang membunuh bakteri dalam bentuk vegetatifnya. Selain itu alkohol juga
menunjukkan aktifitas sebagai antifungi dan antivirus. Golongan alkohol yang
serig digunakan sebagai antiseptik adalah ethyl alcohol dan isopropanol. Kedua
alkohol ini mempunyai efektifitas yang relatif sama. Jika hanya disebut alkohol
maka yang dimaksud adalah ethyl alcohol (ethanol). Sedangkan jika meja
dibersihkan dengan air, kemungkinan mikroorganisme yang ada tidak akan hilang
justru akan bertambah dikarenakan di dalam air pun juga terkandung bakteri.
Hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan literatur disebabkan oleh meja yang
digunakan tiap kelompok berbeda, sehingga tingkat kebersihan meja tersebut
berbeda-beda.
VII. KESIMPULAN
Gita Asapuri240210110043
TIP-A
1. Sanitasi merupakan persyaratan yang mutlak bagi industri pangan sebab
sanitasi berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap mutu pangan
dan daya awet produk serta nama baik atau citra perusahaan
2. Berdasarkan hasil pengamatan uji sanitasi udara, terlihat bahwa pada
media NA urutan dari yang terbesar menuju yang terkecil jumlah
bakterinya, yaitu kamar mandi, mushola, lantai 1 gedung 4 faperta, lab
pendidikan 1, lab pendidikan 2, dan perpustakaan.
3. Sedangkan pada media PDA yang memiliki urutan dari yang terbesar
menuju yang terkecil jumlah kapang atau khamirnya, yaitu mushola,
kamar mandi, lab pendidikan 1, lab pendidikan 2, lantai 1, dan
perpustakaan.
4. Jumlah bakteri terbanyak yaitu kamar mandi dikarenakan kamar mandi
merupakan tempat yang kotor, semua orang lalu lalang kedalam kamar
mandi untuk buang air, baik besar maupun kecil. Telah kita ketahui
bahwa kotoran manusia dan urine mengandung bakteri.
5. Bakteri yang terdapat pada kotoran manusia sedikitnya mengandung
salmonella, vibrio kolera, virus poliomeylitis, amoeba, dan Escherichia
coli. Sedangkan pada urine biasanya terdapat kelompok
anteriobacteriaceae, Pseudomonas aeruginosa, Acinetobacter,
Enterokokus faecalis, dan Stafilokokus sarophyticus.
6. Sedangkan jumlah bakteri yang terkecil yaitu perpustakan, hal ini
dikarenakan perpustakaan jarang dikunjungi oleh mahasiswa dan juga
jika banyak mahasiswa datang ke perpustakaan, mereka biasanya dilarang
berbicara dan ribut di dalam perpustakaan sehingga bakteri dari mulut
pengunjung perpustakaan sedikit yang keluar dan mengkontaminasi
udara.
7. Pada uji sanitasi ruang, jumlah mikroorganisme terbanyak yaitu pada
lantai yang tidak dibersihkan, hal ini dikarenakan lantai menjadi tempat
lalu lalang orang banyak. Sehingga mikroorganisme menempel pada
lantai. Apabila lantai tidak dibersihkan maka jumlah mikroorganisme
tersebut semakin banyak.
Gita Asapuri240210110043
TIP-A
8. Pada uji sanitasi ruang, jumlah mikroorganisme terkecil yaitu pada lantai
yang dibersihkan dengan air, hal ini tidak sesuai dengan literature dimana
seharusnya lantai atau meja yang dibersihkan dengan desinfektan lah
yang seharusnya menunjukkan jumlah mikroorganisme terkecil karena
mengandung alkohol yang bersifat bakterisid.
9. Hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan literatur disebabkan oleh meja
atau lantai yang digunakan tiap kelompok berbeda, sehingga tingkat
kebersihan meja atau lantai tersebut berbeda-beda.
Gita Asapuri240210110043
TIP-A
DAFTAR PUSTAKA
Betty dan Een. 2011. Sanitasi Dan Keamanan Pangan. Jurusan Teknologi Industri Pangan, Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Universitas Padjadjaran. Jatinangor
Bonang. 1982. Biologi Dasar. Erlangga. Jakarta
Joklik, W. K., H. P. Willent, and D.B. Amos. 1984. Zinsser Microbiology. 18th Ed. Appeleton Century Crafts. New York. 233-243.
Pelzcar, dan Chan. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta.
Volk, Wesley, A., Margaret F. Whleer, 1998, Mikrobiologi Dasar, Erlangga, Jakarta.