pengobatan depresi.docx
DESCRIPTION
Ilmu Penyakit JiwaTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Gangguan depresi adalah salah satu jenis gangguan jiwa yang sering terjadi. Prevalensi
gangguan depresi di dunia 3-8% dengan 50% kasus terjadi pada usia produktif yaitu 20-50 tahun.
WHO menyatakan bahwa depresi berada di urutan ke empat penyakit di dunia. Gangguan depresif
mengenai sekitar 20% wanita dan 12% laki-laki. Paling sering terjadi pada orang yang tidak
mempunyai hubungan interpersonal yang erat, atau mereka yang bercerai. Wanita yang tidak
menikah memiliki kecenderungan lebih rendah untuk menderita depresi daripada yang menikah. Hal
ini berbanding terbslik untuk laki-laki.
Gangguan depresi, dalam buku Synopsis of Psychiatri dibawah naungan gangguan mood.
Sebelum membahas lebih lanjut tentang gangguan depresi, kita pahami dulu pengertian emosi dan
mood. Emosi merupsksn kompleksitas perasaan yang meliputi psikis, somatik dan perilaku yang
berhubungan dengan afek dan mood. Mood merupakan subjektivitas peresapan emosi yang dialami
dan dapat diutarakan oleh pasien dan terpantau oleh orang lain. Contohnya adalah deptresi dan
marah.
Gangguan depresif ditandai dengan kehilangan energi dan minat, sulit berkonsentrasi,
susah tidur, perasaan sedih, murung, nafsu makan terganggu dapat berkurang atau berlebih,
kehilangan berat badan dan berpikir mati atau bunuh diri. Penderita mengalami distorsi kognitif
seperti mengkritik diri sendiri, merasa bersalah, perasaan tidak berharga dan putus asa.
Gangguan depresif merupakan gangguan yang dapat menganggu kehidupan dan dapat
diderita tanpa memandang usia, status sosial, latar belakang maupun jenis kelamin. Gangguan
depresif dapat terjadi tanpa disadari sehingga penderita terkadang terlambat ditangani sehingga
dapat menimbulkan penderitaan yang berat seperti bunuh diri.
Orang yang lebih rentan mengalami depresi biasanya mempunyai corak kepribadian
depresif, ciri-cirinya:
Pemurung, sukar untuk bisa senang dan sukar merasa bahagia
Pesimis menghadapi masa depan
Memandang diri rendah
Mudah merasa bersalah dan berdosa
Mudah mengalah
Enggan berbicara
Mudah merasa haru dan menangis
Gerakan lamban, lemah,lesu, kurang energik
Mudah tegang dan gelisah
Mudah tersinggung
Merasa tidak mampu dan tidak berguna
Suka menarik diri, pemalu dan pendiam
Tidak suka bergaul dan pergaulan sosial amat terbatas
Seseorang dikatakan mengalami gangguan depresi jika mengalami gangguan fisik
(somatik) maupun psikis sehingga mengganggu fungsi dalam kehidupannya sehari-hari
baik di rumah, sekolah, tempat kerja dan pergaulan sosial lingkungannya.
Gangguan depresif dapat diobati dan dipulihkan melalui konseling/psikoterapi dan beberapa
diantaranya memerlukan tambahan terapi fisik maupun kombinasi keduanya. Karena ada beberapa
faktor yang saling berinteraksi untuk timbulnya gangguan depresif, penatalaksanaan yang
komprehensif sangat diperlukan. Jenis terapi bergantung dari diagnosis, berat penyakit, umur
penderita dan respon terhadap terapi sebelumnya.
Berbagai macam psikoterapi yang diberikan untuk pasien dengan gangguan depresi. Sejak
40 tahun yang lalu diberikan obat trisiklik untuk gangguan depresi berat. Penggunaan secara
spesifik kemungkinan sembuh dua kali lipat. Namun masih ada permasalahan dalam penanganan
gangguan depresi berat. Beberapa pasien tidak berespon terhadap terapi pertama. Antidepresan
membutuhkan waktu 3-4 minggu untuk memberikan efek terapi yang signifikan, meskipun ada yang
menunjukkan efek terapi lebih awal, dan secara relatif, semua antidepresan yang tersedia menjadi
toksik pada dosis yang kelebihan dan menunjukkan efek samping.
Antidepresan terbagi menjadi beberapa golongan, yaitu triciklic antidepressants (TCA),
selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI), serotonin/norepinephrine reuptake inhibitors (SNRI),
atypical antidepressants, dan monoamine oksidase inhibitors (MAOI). Perbedaan jenis antidepresan
membedakan efektivitas, keamanan dan efek samping oleh karena itu pemilihan antidepresan
berdasarkan beberapa kriteria, antara lain, tolerabilitas, reaksi obat sebelumnya, kondisi medis yang
menyertai, interaksi obat dan faktor harga yang sesuai dengan kemampuan pasien.
BAB II
ISI
Prinsip indikasi untuk anti depresi adalah episode depresi berat. Gejala pertama yang
harus diperhatikan adalah sulit tidur dan gangguan pola makan. Edukasi pasien yang adekuat tentang
kegunaan antidepresan merupakan hal penting untuk kesuksesan terapi termasuk pemilihan obat dan dosis
yang paling sesuai.
Ketika mengenalkan penggunaan obat kepada pasien, dokter perlu menekankan gangguan
depresi berat adalah kombinasi dari faktor biologi dan psikologi. Kedua-duanya mendapatkan manfaat
dari terapi pengobatan. Harus ditekankan kepada pasien bahwa tidak akan menjadi ketergantungan dengan
obat antidepresan, karena obat tidak akan memberi kepuasan segera dan dosis obat akan diturunkan secara
perlahan sesuai evaluasi dari gejala.
Alternatif pengobatan dapat digunakan ECT (electroconvulsive) biasanya digunakan jika
pasien tidak berespon terhadap farmakoterapi.
1. Pengertian Anti Depresan
Anti depresan adalah kelompok obat obat yang heterogen dengan efek utama dan terpenting
adalah untuk mengendalikan gejala depresi. Pengobatan untuk depresi dibagi menjadi tiga fase :
a. Yang pertama, "fase akut," termasuk 3 bulan pengobatan awal. Selama fase ini, dilakukan
pemantauan yang ketat terhadap keparahan penyakit pasien termasuk bunuh diri, kepatuhan
pengobatan, efek samping, dan keselamatan.
b. Fase kedua, atau "fase lanjutan," adalah 16 sampai 20 minggu setelah remisi. Pasien harus
tetap pada pengobatan pada dosis yang sama selama fase untuk mencegah kembalinya episode
depresi.
c. Tahap ketiga adalah "fase pemeliharaan." Selama periode ini, pasien dirawat untuk mencegah
terulangnya gangguan. Tanpa terapi antidepresan jangka panjang, ulangan dan frekurensi
terjadi pada 50% sampai 80% pada pasien. Resiko kekambuhan pasien dapat dievaluasi
dengan memeriksa jumlah episode sebelumnya, adanya kondisi komorbiditas, dan gejala
yang hadir diantara episodes. ini harus ditimbang bersama-sama untuk menentukan apakah
pasien harus menerima pemeliharaan. Pasien dengan episode pertama depresi harus diobati
selama 6 sampai 12 bulan; pasien dengan episode kedua harus dirawat selama 3 tahun,
sedangkan pasien episode kedua yang disertai faktor komplikasi (dysthymia, kekambuhan
yang timbul dengan menurunkan dosis atau penghentian) harus diobati seumur hidup.
2. Pembagian Obat Anti Depresan
a. MAO Inhibitor
b. Antidepresi Trisiklik
c. SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitors)
d. Atypical Depressant
\
Indikasi tersering adalah depresi mayor. Selain itu juga digunakan untuk episode depresif
gangguan bipolar yang biasanya diobati dengan litium. Indikasi lainnya adalah gangguan panik, gangguan
obsesif kompulsif dan nyeri kronik.
a. MAO INHIBITOR
Digunakan sebagai antidepresi sejak 15 tahun yang lalu. MAO dalam tubuh
berfungsi dalam proses deaminasi oksidatif katekolamin di mitokondria. Proses ini dihambat oleh MAO
inhibitor. karena terbentuk suatu kompleks antara penghambat MAO dan MAO. Akibatnya kadar
epinefrin dan norepinefrin dalam otak naik.
MAO inhibitor juga menghambat enzim-enzim lain, karena itu, obat ini
mengganggu metaboplisme banyak obat di hati. Penghambatan enzim sifatnya irreversible. Efek
antidepresinya baru terlihat 2-3 minggu.
MAO inhibitor digunakan untuk mengatasi depresi, tetapi penggunaannya terbatas karena
toksik. Kadang-kadang dapat dicapai efek yang baik, pasien menjadi aktif dan mau bicara.
MAO Inhibitor digunakan untuk pasien depresi yang tidak responsif atau alergi dengan
antidepresan trisiklik atau yang menderita ansietas hebat. Pasien dengan aktivitas psikomotor
lemah dapat memperoleh keuntungan dari sifat stimulasi MAOI ini. Obat ini juga digunakan
dalam pengobatan fobia.
Penggunaan MAO Inhibitor dapat terjadi hipotensi dan hipertensi. Hipertensi dapat
disebabkan oleh tertimbunnya katekolamin dekat reseptor. Hipotensi terjadi karena penghambat
MAO mencegah penglepasan norepinephrin dari ujung saraf.
Efek samping penghambat MAO merangsang SSP berupa gejala tremor, insomnia dan
konvulsi. MAO inhibitor dapat merusak sel hati. Jangan diberikan bersama makanan yang
mengandung tiramin, fenilpropanolamin, amfetamin, norephrinefrin, dopamin, obat antihipertensi.
Tiramin, terdapat dalam makanan tertentu, seperti keju tua, hati ayam, bir dan anggur merah
biasanya diinaktifkan oleh MAO dalam usus dan hati. Orang-orang yang menerima MAOI tidak
dapat menguraikan tiramin yang diperoleh dalam makanan ini. Tiramin menyebabkan lepasnya
katekolamin dalam jumlah besar, yang tersimpan di ujung terminal syaraf, sehingga terjadi sakit
kepala, takikardia, mual, hipertensi, aritmia jantung dan stroke. Karena itu, pasien harus di beritahu
menghindarkan makanan yang mengandung tiramin. Efek samping lain dalam pengobatan MAOI
termasuk mengantuk, hipotensi ortostatik, penglihatan kabur, mulut kering, disuria dan konatipasi.
MAOI dan SSRI jangan diberikan bersamaan karena bahaya “sindrom serotinin” yang dapat
mematikan. Kedua obat memerlukan periode pencucian 6 minggu sebelum memberikan obat lain.
Contoh sediaan MAO inhibitor adalah Moklobemid. Moklobemid menghambat deaminasi
katekolamin. Moklobemid juga kurang menyebabkan fenomena tiramin. Moklobemid dosis umum
yang digunakan 150 mg per oral 2-3x sehari.
b. ANTIDEPRESI TRISIKLIK
Golongan obat ini bekerja dengan menghambat ambilan kembali neurotransmitter
di otak. Dari beberapa jenis antidepresi trisiklik, terdapat perbedaan potensi dan selektivitas
hamabatan ambilan kembali berbagai neurotransmitter. Ada yang sangat sensitive terhadap
norepinephrin, ada yang sensitif terhadap serotonin dan ada yang sensitif terhadap dopamin.
Antidepresi Trisiklik menimbulkan rasa lelah, obat tidak meningkatkan alam
perasaan (elevation of mood), dan meningkatnya rasa cemas. Pemberian berulang beberapa hari
akan memperberat gejala ini dan menimbulkan sulit konsentrasi dan berpikir. Sebaliknya, bila obat
diberikan jangka lama pada pasien depresi, terjadi peningkatan mood. Obat ini berefek stimulasi.
Imipramin menyebabkan efek muskarinik, sehingga terjadi penglihatan kabur,
mulut kering, obstipasi dan retensi urin. Pemberian dalam dosis terapi menimbulkan efek
ortostatik. Dalam dosis toksik, imipramin dapat menimbulkan efek aritmia dan takikardia.
Obat tetrasiklik adalah bervariasi dalam hal efek farmakodinamiknya amoxapine
dan maprotiline memiliki aktivitas antikolinergik yang paling kecil. Pemberian jangka
panjang obat tetrasiklik menyebabkan penurunan jumlah reseptor adrenergik-β dan,
kemungkinan, penurunan yang serupaa dalam jumlah reseptor serotonin tipe 2. Efek
samping obat ini adalah rasa mengantuk, efek aditif dengan sedatif lain, Penglihatan kabur,
konstipasi, susah buang air kecil, kebingungan, Hipotensi ortostatik, defek konduksi,
aritmia, gemertar, insomnia. Kontra indikasi obat ini adalah epilepsi, intoksikasi alkohol,
gangguan hantaran jantung, hepatitis berat, gangguan ginjal, dan retensi urin. Obat ini
digunakan untuk mengobati depresi endogen (depresi yang berasal dari dalam diri sendiri).
c. SSRI (Serotonine Selective Reuptake Inhibitors
SSRI merupakan obat antidepresan paling efektif, mudah digunakan, efek
sampingnya relatif lebih sedikit bahkan pada dosis tinggi. Contoh obatnya citalopram (Celexa),
esticalopram (Lexapro), venlafaksin (Effexor), fluovoxamin (Luvox). Golongan ini kurang
memperlihatkan pengaruh terhadap sistem kolinergik, adrenergik atau histaminergik sehingga efek
sampingnya lebih ringan. Masa kerjanya panjang antara 15-24 jam. Fluoxetin paling panjang sekitar 24-
96 jam. Interaksi farmakodinamik yang berbahaya akan terjadi bila SSRI dikombinasikan dengan MAO
inhibitor yaitu akan terjadi peningkatan serotonin secara berlebihan yang disebut sindrom serotonin
dengan gejala hipertemia, kekakuan otot, kejang, kolaps kardiovaskular.
SSRI menghambat reuptake serotonin pada membrane prasinaptik. Dengan
demikian, SSRI meningkatkan neurotransmisi serotonin dalam otak. Salah satu antidepresan terbaru,
venlafaksin, meningkatkan kadar serotonin dan norefineprin. Jadi venlafaksin mempunyai spectrum
aktivitas yang luas dan disebut inhibitor reuptake nonselektif.
SSRI sangat efektif digunakan untuk mengobati depresi dan beberapa jenis
gangguan cemas (misalnya gangguan obsesif kompulsif, gangguan panik dan sosial fobia). SSRI juga
efektif diguakan pada komorbiditas depresi dengan gangguan fisik, misalnya penyakit jantung. Kejang
dan trauma kepala, stroke, demensia, penyakit parkinson, asma, glaukoma dan kanker.
SSRI diserap baik dengan pemberian oral, level puncak dalam darah setelah 6 jam.
Penyerap di usus tidak di pengaruhi oleh makanan. SSRI secara selektif menghambat ambilan kembali
serotonin dan dapat menyebabkan efek samping saluran cerna dan penundaan orgasme; obat ini relatif
aman pada overdosis. Golongan antidepresan antagonis 5-HT2 (nefazodone), SNRI (venlafaxine), NARI
(reboxetine) dan NaSSA (mirtazapine) juga menyebabkan efek samping yang lebih sedikit dibandingkan
antidepresan trisiklik, dan juga relatif aman pada overdosis.
SSRI kadang-kadang juga memyebabkan efeksamping cemas dan insomnia (fluoxetin),
somnolen atau mengantuk berat (paroxetin), diare (sertralin). Pada minggu pertama terapi dengan SSRI,
sering menimbulkan gejala cemas, gelisah, insomnis, dan gangguan pada pencernaan. Apabila tidak
dijelaskan kepada pasien bahwa gejala tersebut akan menghilang dengan berlalunya waktu, pasien sering
kali menghentikan obat. Pemberian benzodiazepin sementara (misalnya alprazolam) dapat mengurangi
lama dan beratnya gejala. SSRI lebih aman dibandingkan dengan antidepresan TCA bila terjadi overdosis.
Penghentian obat secara mendadak dapat menimbulkan gejala yang bersifat sementara, misalnya lemas,
anggota gerak kesemutan, dizziness dan lain-lain. Fluoxetin dapat menyebabkan hipoglikemia oleh karen
itu pada pasien yang yang mendapat terapi insulin harus ada penyesuaian dosis.
Contoh obat SSRI:
1. Fluoksetin
Obat ini merupakaqn golongan SSRI yang paling sering digunakan karena kurang menyebabkan
antikolinergik, hampir tidak menimbulkan sedasi dan peningkatan berat badan. Diberikan 1x sehari. Dosis
awal dewasa 20mg/hari setiap pagi. Fluoksetin sama manfaatnya dengan antidepresan trisiklik dalam
pengobatan depresi major. Indikasi fluoksetin untuk mengobati depresi, bulimia, dan gangguan panik.
Efek samping Fluoksetin antara lain kehilangan libido dalam hubungan sexual.
2. Obat SSRI lain
Anti depresan lain yang termasuk golongan SSRI adalah Sentralin, Flufoksamin, Paroksetin.
Sentralin
Meupakan suatu SSRI yang bersifat lebih selektif tehadap transporter serotomim dan kurang
selektif terhadap dopamin. Dapat meningkatkan kadar benzodiazepin, klozapin dan warfarin.
Dosis awal 50mg/hari diberikan sebagai dosis tunggal di pagi atau sore hari. Bila reaksi belum
efektif setelah pemberian 1 minggu atau lebih, dosis dapat dinaikkan secara bertahap sampai dosis
maksimal 200mgdosis awal 50mg/hari diberikan sebagai dosis tunggal di pagi atau sore hari. Bila
reaksi belum efektif setelah pemberian 1 minggu atau lebih, dosis dapat dinaikkan secara bertahap
sampai dosis maksimal 200mg.
Flufoksamin
Obat ini cenderung meningkatkan metabolit oksidatif benzodiazepin, klozapin, teofilin dan
warfarin.
Proxetin: dosis awal untuk depresi adalah 20 mg dosis tunggal di pagi hari. Bila reaksi kurang
memadai setelah pemberiann 2-3 minggu dosis daat dinaikkan 10mg/hari sampai dosis maksimum
50mg/hari. Dosis awal untuk gangguan panik 10mg/hari, dosis tunggal di pagi hari d tingkatkan
10mg/hari setiap minggu, dosis maksimal 40mg/hari. Dosis awal untuk gangguan obsesif
kompulsif, dosis tunggal 20mg di pagi hari, ditingkatkan setiap minggu 10mg/hari sampai dosis
maksimal 60 mg/hari. Dosis awal untuk gangguan fobia sosial 20mg/hari, dosis tunggal di pagi
hari, di tingkatkan 10mg/hari minggu sampai dosis maksimal 60mg/hari.
d. Atypical Depressant
Obat-obat ini merupakan anti depresi yang relatif baru. Efek sampingnya lebih ringan dari
anti depresan terdahulu.
Amoksapin
Metabolit antipsikosis loksapin dan memiliki efek antipsikosis. Gabungan efek antidepresi dan
antipsikosis cocok untuk pasien psikosis dengan depresi. Obat ini dapat menimbulkan gejala
akatisia, parkinsonisme, amenore-galaktore dan diskinesia. Obat ini juga menunjukkan efek sedasi
dan antimuskarinik seperti antidepresi trisiklik. Hati-hati pemberian terhadap pasien dengan
kelainan jantung dan tidak dianjurkan pada pasien infark jantung.
Amoksapin diabsorbsi secara cepat dan baik setelah pemberian oral. Dosis dewasa 75mg dapat
dinaikkan hingga 200mg per hari dberikan bertahap. Untuk pemeliharaan, dianjurkan dosis
terendah yang dapat ,epertahankan efek terapi. Pada pasien lanjut usia dan anak-anak, dosis awal
25-50 nmg/hari, ditingkatkan hingga 100 mg per hari dlam dosis terbagi.
Maprotilin
Efek samoingnya adalah ngantuk dan efek antikolinergik. Hati-hati jangan diberikan pada pasien
infark jantung. Maprotilin diabsorbsi sempurna secara oral. Waktu paruh obat asal berkisar 43-51
jam.