pengkajian tentang kemitraan usaha … · web viewpengalaman dalam aplikasi manajemen bisnis,...

52
KONSEP PENGUATAN KELEMBAGAAN KELOMPOK USAHA BERSAMA AGRIBISNIS MASYARAKAT SEKITAR HUTAN mustikalukmanarief I. LATAR BELAKANG Ketimpangan struktur penguasaan aset ekonomi produktif yang terjadi selama ini mengakibatkan terjadinya kesenjangan dalam berbagai aspek kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat, termasuk peran serta KUBA dalam perekonomian masyarakat sekitar hutan. Belajar dari keadaan tersebut, pemerintah telah memperioritaskan pembinaan terhadap koperasi dan usaha kecil sebagai pilar ekonomi nasional, membuka peluang bagi KUBA untuk meningkatkan akses permodalan, dan berbagai skeme kredit melalui perbankan dan sumber-sumber capital lainnya. Komitmen pemerintah dalam pemberdayaan pengusaha kecil dan koperasi sangat beralasan dan sudah sewajarnya mendapat perhatian lebih dari semua pihak. Hal ini dapat kita lihat, bahwa selama ini jumlah usaha kecil yang masih dapat bertahan sebanyak 40.137.800 unit dengan tenaga kerja sebanyak 65.246.300 orang. (Kantor Meneg Kop & UKM). Ini menunjukkan bahwa usaha kecil dan koperasi dapat dijadikan sebagai pilar ekonomi nasional. Pengembangan KUBA harus disejalankan dengan kebijakan pemerintah untuk menumbuhkan kembali kegiatan produksi yang berbasis ekonomi rakyat dan berorientasi ekspor. Oleh karena itu KUBA harus berupaya memperkuat dirinya. Salah satu cara yang dianggap cukup efektif adalah dengan memperkuat kelembagaan dan manajemen KUBA melalui pendekatan kelompok usaha. Kenyataan empirik menunjukkan bahhwa disamping masalah kualitas, kelemahan KUBA selama ini kurangnya akses terhadap informasi pasar, teknologi perbankan, dan permodalan, sehingga KUBA tidak mampu mengakses peluang-peluang dan fasilitas yang disediakan oleh sistem perbankan. Berkaitan dengan hal tersebut, untuk mengetahui lebih jauh bagaimana suatu pengkajian yang akan dapat menyajikan informasi secara rinci mengenai model- 1

Upload: vankhue

Post on 12-Mar-2019

235 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGKAJIAN TENTANG KEMITRAAN USAHA … · Web viewPengalaman dalam aplikasi Manajemen Bisnis, Kemitraan dalam usaha, dan kelembagaan, 2.4. Operasionalisasi sistem bisnis pedesaan

KONSEP PENGUATAN KELEMBAGAANKELOMPOK USAHA BERSAMA AGRIBISNIS

MASYARAKAT SEKITAR HUTAN

mustikalukmanarief

I. LATAR BELAKANG

Ketimpangan struktur penguasaan aset ekonomi produktif yang terjadi selama ini mengakibatkan terjadinya kesenjangan dalam berbagai aspek kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat, termasuk peran serta KUBA dalam perekonomian masyarakat sekitar hutan.

Belajar dari keadaan tersebut, pemerintah telah memperioritaskan pembinaan terhadap koperasi dan usaha kecil sebagai pilar ekonomi nasional, membuka peluang bagi KUBA untuk meningkatkan akses permodalan, dan berbagai skeme kredit melalui perbankan dan sumber-sumber capital lainnya.

Komitmen pemerintah dalam pemberdayaan pengusaha kecil dan koperasi sangat beralasan dan sudah sewajarnya mendapat perhatian lebih dari semua pihak. Hal ini dapat kita lihat, bahwa selama ini jumlah usaha kecil yang masih dapat bertahan sebanyak 40.137.800 unit dengan tenaga kerja sebanyak 65.246.300 orang. (Kantor Meneg Kop & UKM). Ini menunjukkan bahwa usaha kecil dan koperasi dapat dijadikan sebagai pilar ekonomi nasional.

Pengembangan KUBA harus disejalankan dengan kebijakan pemerintah untuk menumbuhkan kembali kegiatan produksi yang berbasis ekonomi rakyat dan berorientasi ekspor. Oleh karena itu KUBA harus berupaya memperkuat dirinya. Salah satu cara yang dianggap cukup efektif adalah dengan memperkuat kelembagaan dan manajemen KUBA melalui pendekatan kelompok usaha. Kenyataan empirik menunjukkan bahhwa disamping masalah kualitas, kelemahan KUBA selama ini kurangnya akses terhadap informasi pasar, teknologi perbankan, dan permodalan, sehingga KUBA tidak mampu mengakses peluang-peluang dan fasilitas yang disediakan oleh sistem perbankan.

Berkaitan dengan hal tersebut, untuk mengetahui lebih jauh bagaimana suatu pengkajian yang akan dapat menyajikan informasi secara rinci mengenai model-model pelaksanaan penguatan kelembagaan dan manajemen KUBA melalui pendekatan kelompok usaha.

Permasalahan umum yang dihadapi oleh Koperasi & Usaha Kecil diantaranya adalah terbatasnya kemampuan Koperasi & Usaha Kecil untuk mengakses fasilitas permodalan, teknologi perbankan dan informasi pasar, manajemen usaha dan pengorganisasian kelompok usaha, sehingga Koperasi & Usaha Kecil perlu melakukan penguatan sinergis kelembagaan dan menejemen usahanya.

1

Page 2: PENGKAJIAN TENTANG KEMITRAAN USAHA … · Web viewPengalaman dalam aplikasi Manajemen Bisnis, Kemitraan dalam usaha, dan kelembagaan, 2.4. Operasionalisasi sistem bisnis pedesaan

II. TUJUAN

1. Menyusun pola penguatan kelembagaan dan manajemen KUBA agar bank-able melalui pendekatan kelompok usaha

2. Menyusun training design bagi fasilitator / manajer kelompok3. Melaksanakan training partisipatif mengenai penguatan

kelembagaan dan manajemen KUBA agar bank-able4. Pilot project penempatan pendamping-fasilitator

III. OUTPUT

Ketua kelompok usaha yang berkompeten dalam memberdayakan kelompoknya sehingga mampu mengakses fasilitas skeme permodalan yang disediakan oleh sistem perbankan dan sumber-sumber lainnya.

IV. RUANG LINGKUP1. Rekruitmen Pemuda / kelompk masyarakat

skeitar hutanSyarat rekrutan, sistem insentif / Honor, Daerah Rekrutan

2. Survei Wilayah Penempatan / Pilot ProjectRuang lingkup wilayah: KabupatenJumlah Koperasi & Usaha Kecil

3. Pelatihan pendamping FasilitatorTempat penyelenggaraanJumlah pesertaSilabus dan kurikulum menyangkut aspek manajemen dan teori organisasiEvaluasi pendidikan sangat ketat karena menyangkut masa depan program

4. Penempatan fasilitator5. Monitoring dan evaluasi

Tolok ukur keberhasilan program adalah Kelompok Usaha tersebut Bank-able dibuktikan dengan penyerapan skema pendanaan usahadapat direalisasiUsaha-usaha yang bergabung dalam kelompok yang tertata manajerialnyaRencana kegiatan usaha masing-masing terukur dan realistis.

2

Page 3: PENGKAJIAN TENTANG KEMITRAAN USAHA … · Web viewPengalaman dalam aplikasi Manajemen Bisnis, Kemitraan dalam usaha, dan kelembagaan, 2.4. Operasionalisasi sistem bisnis pedesaan

V. KERANGKA KONSEP

5.1. Konsep PENYIAPAN KUBA AGAR BANK-ABLE

3

Identifikasi masalah penyaluran bantuan permodalan

Faktor Internal (KUBA)1. KUBA secara riil layak menerima

pinjaman modal , akan tetapi secara administratif tidak memenuhi syarat

2. Pengurus Koperasi berganti-ganti sehingga kesulitan dalam penetapan Penanggung-jawab tetap

3. Perencanaan Usaha dan Proyeksi bisnis yang lemah

Faktor Eksternal (Bank-BUMN)1. Ketersediaan skema pinjaman untuk usaha kecil melalui Bank dan BUMN akan tetapi tidak dapatdiserap optimal oleh UKM2. Political will pemerintah

KELOMPOK USAHA KUBA

FASILITATOR

KUBAKUBAKUBA

Usaha Kecil & Koperasi

Yang membutuhkan bantuan modal

Pemuda/ Wira koperasi yg dididik unt menjadi manajer

kelompok dan penanggung jawab

kegiatan usaha

RENCANA KEGIATAN

USAHA

Page 4: PENGKAJIAN TENTANG KEMITRAAN USAHA … · Web viewPengalaman dalam aplikasi Manajemen Bisnis, Kemitraan dalam usaha, dan kelembagaan, 2.4. Operasionalisasi sistem bisnis pedesaan

5.2. SKEMA DASAR PENYIAPAN KUBA AGAR BANK-ABLE

4

PEMERINTAH U.K.K.Bantuan Permodalan

PERBANKAN

LABA BUMN

Persyaratan Kredit

Manajemen

Guidance &

Technical Assistance

Kelompok KUBA

Page 5: PENGKAJIAN TENTANG KEMITRAAN USAHA … · Web viewPengalaman dalam aplikasi Manajemen Bisnis, Kemitraan dalam usaha, dan kelembagaan, 2.4. Operasionalisasi sistem bisnis pedesaan

5.3. Skema DasarPenyiapan KUBA agar Bank-able

5

Pemuda/Wira Koperasi

Rekruitmen

Training of Fasilitator

FasilitatorBisnis

Rencana Kegiatan

Usaha

Kelompok Usaha

Pemuda/Wira Koperasi

Pemuda/Wira Koperasi

Pemuda/Wira Koperasi

KANTOR PEMDA

Usaha Kecil & Koperasi

Usaha Kecil & Koperasi

Usaha Kecil & Koperasi

Usaha Kecil & Koperasi

Perbankan BUMN

Page 6: PENGKAJIAN TENTANG KEMITRAAN USAHA … · Web viewPengalaman dalam aplikasi Manajemen Bisnis, Kemitraan dalam usaha, dan kelembagaan, 2.4. Operasionalisasi sistem bisnis pedesaan

5.4. Training design: Penyiapan Ketua KUBA yang Bank-able

5.4.1. Latar BelakangPemerintah Indonesia semenjak berlakunya Otonomi Daerah telah

mencanangkan gerakan pemberdayaan masyarakat untuk pembangunan daerah, pengentasan penduduk miskin dari kemiskinannya, pengembangan sumberdaya manusia desa, serta peningkatan dan penguatan kelembagaan usaha kecil dan koperasi di seluruh tanah air. Salah satu program khusus untuk mensukseskan gerakan nasional itu dituangkan dalam Program-program Penguatan kelembagaan dan manajemen KUBA untuk memaksimumkan manfaat dari potensi daereah dan lokal. Program ini bukan merupakan program yang berdiri sendiri tanpa memerlukan dukungan program lain, namun justru melalui program inilah diharapkan dapat dipadukan berbagai program sektoral maupun regional yang diarahkan untuk pembangunan wilayah dan masyarakat desa. Dengan demikian dampak positif daripada program ini akan semakin besar dan pada akhirnya kemiskinan dan keterbelakangan secara berangsur-angsur dan pasti dapat ditanggulangi. Sebagai suatu program yang strategis dan koordinatif, dalam pelaksanaan program ini harus dipupuk dan dibina semangat kebersamaan yang tinggi di antara berbagai pihak yang terkait baik yang berkedudukan "membantu" maupun yang "dibantu" yaitu penduduk desa itu sendiri, termasuk generasi muda dan para Wira Koperasi.

Dengan memperhatikan kenyataan bahwa kelembagaan sosial di pedesaan dan kelompok-kelompok masyarakat yang ada belum memadai untuk mengembangkan usaha ekonomi desa, serta keterbatasan akses KUBA terhadap berbagai fasilitas permodalan yang disediakan pemerintah, maka diperlukan upaya khusus untuk penguatan kelembagaan dan manajemen KUBA melalui pendekatan kelompok agar lebih berdaya dalam mengakses fasilitas permodalan dari sumber-sumber per-bank-an.

5.4.2. TUJUANProgram training terpadu ini pada hakekatnya adalah menyiapkan

peserta menjadi “MANAJER” KUBA yang profesional dan mampu “menjalin hubungan bisnis” dengan sistem perbankan.

Secara lebih spesifik tujuan program ini adalah:1. Mendukung gerakan nasional pengembangan sumberdaya manusia dan

upaya mengatasi dampak krisis ekonomi yang berkepanjangan melalui mekanisme pemberdayaan usaha kecil dan koperasi.

2. Membantu penguatan kelembagaan dan manajemen usaha kecil dan koperasi dalam mengakses fasilitas permodalan dari sistem perbankan.

3. Memantapkan wawasan dan sikap-mental para pelaku usaha kecil dan koperasi sebagai kader pembangunan yang mandiri dan berjiwa wirausahawan.

4. Menumbuhkan dan membina sikap kedisiplinan, ketekunan, semangat profesionbalisme, dan jiwa kewira-usahaan bagi para kader wira koperasi.

6

Page 7: PENGKAJIAN TENTANG KEMITRAAN USAHA … · Web viewPengalaman dalam aplikasi Manajemen Bisnis, Kemitraan dalam usaha, dan kelembagaan, 2.4. Operasionalisasi sistem bisnis pedesaan

5. Memberikan bekal tambahan mengenai pengetahuan umum tentang sistem perbankan, skeme permodalan, permasalahan pengembangan usaha bisnis sekala kecil, dan pengetahuan lain yang terkait dengan Usaha kecil dan koperasi.

5.4.3. Lingkup Training Ruang lingkup kegiatan pendidikan dan pelatihan ini meliputi:

1. Recruitment dan seleksi awal bagi calon mahasiswa.2. Seleksi calon peserta pendidikan 3. Pelaksanaan program training terpadu.4. Pendadaran alumni untuk melakukan kegiatan magang lapangan sekaligus

praktek kerja perbankan .5. Pembinaan dan pemantauan prestasi kerja lapangan, sesuai dengan program

pendidikannya masing-masing, mencakup kegiatan:a. Pengembangan Usaha kecil dan Koperasi dengan stakeholder

permodalan b. Pelaporan, Supervisi dan konsultasi regulerc. Membina hubungan kemitraan antara lembaga masyarakat, kelompok

usaha, dengan sistem perbankan d. Temu karya KUBA.

5.4.4. Hasil yang diharapkan Setelah training selesai diharapkan para peserta dapat menguasai

kompetensi sebagai Kader KUBA yang mandiri dan mempunyai kualifikasi khusus, yaitu:1. Sikap mental dan wawasan yang dapat diandalkan untuk mendukung

kiprahnya dalam manajemen KUBA, serta mempunyai kemampuan untuk beradaptasi dan berintegrasi dengan lingkungan masyarakat desa sekitarnya .

2. Menguasai dasar-dasar pengetahuan dan ketrampilan teknis tentang:2.1. Pengembangan permodalan KUBA dengan networking perbankan2.2. Wawasan dan konsepsi dasar kewira-usahaan dan kepeloporan2.3. Pengalaman dalam aplikasi Manajemen Bisnis, Kemitraan dalam

usaha, dan kelembagaan, 2.4. Operasionalisasi sistem bisnis pedesaan : perencanaan, pelaksa naan

dan tindak lanjut pengendalian usaha.2.5. Kemampuan sebagai fasilitator, komunikator dan dinamisator bagi

kelompok usaha.

5.4.5. Peserta Program Peserta pelatihan adalah aparat dan tokoh pemuda dari daerah-daerah,

yang bersedia menjadi Kader Pelopor Pengembangan KUBA yang mandiri dan berbudaya Wirausaha. Mereka ini dipersiapkan menjadi kader dalam mengembangkan usaha bisnis KUBA, dan sekaligus sebagai mitra kerja masyarakat yang menyatukan diri dalam kelompok usaha bersama (KUBA).

7

Page 8: PENGKAJIAN TENTANG KEMITRAAN USAHA … · Web viewPengalaman dalam aplikasi Manajemen Bisnis, Kemitraan dalam usaha, dan kelembagaan, 2.4. Operasionalisasi sistem bisnis pedesaan

5.5. METODE

5.5.1. Pendekatan 1. Para peserta disiapkan secara khusus dengan pembekalan teknis dan non-

teknis mengenai sistem dan mekanisme pengembangan unit usaha bisnis, strategi pengembangan usaha bisnis, serta kewira-usahaan.

2. Para peserta nantinya akan dapat berfungsi sebagai pioneer yang membantu KUBA dalam rangka mengidentifikasi potensi usaha-usaha bisnisnya dan sekaligus mengembangkannya.

3. Para peserta juga diharapkan mampu membina kelompok-kelompok, terutama dalam upaya mengembangkan usaha-usaha produktifnya dengan dukungan permodalan dari sumber-sumber perbankan.

5.5.2. Metode Pelaksanaan

A. Pendidikan Metode pendidikan ini pada hakekatnya merupakan proses belajar

yang partisipatif dengan menggunakan metode belajar: Ceramah; Curah pendapat (diskusi); Tanya jawab; Diskusi kelas dan kelompok; Diskusi pleno; Penugasan perorangan; Penugasan kelompok; Bermain peran (Simulasi); Demonstrasi atau peragaan; Studi kasus.

Penggunaan metode-metode di atas sifatnya luwes, disesuaikan dengan dinamika proses belajar yang terjadi di dalam kelas dan kelompok.

5.5.3. Program Pemagangan Program ini dimaksudkan untuk memberikan pengalaman praktis

langsung di sentra bisnis KUBA. Setiap peserta program ini diwajibkan menyusun Rencana kegiatan yang terkait dengan program pendidikannya dalam lingkup bisnis KUBA.

Program bisnis ini dilaksanakan dengan Pola Kemitraan KUBA setempat dengan sistem perbankan. Usaha bisnis ini dapat berupa kegiatan dalam lingkup:1. Penerapan teknologi budidaya bidang agrokompleks 2. Evaluasi kesesuaian sumberdaya wilayah untuk pembangunan.3. Usahatani komoditi unggulan di sentra produksi4. Analisis peluang pasar bagi komoditi KUBA 5. Analisis sosio-teknologi dan kendala yang dihadapi KUBA.

5.6. MATERI dan PROSES

A. Materi Materi pembelajaran dikelompokkan menjadi empat program sesuai

dengna kurikulum yang disusun:

8

Page 9: PENGKAJIAN TENTANG KEMITRAAN USAHA … · Web viewPengalaman dalam aplikasi Manajemen Bisnis, Kemitraan dalam usaha, dan kelembagaan, 2.4. Operasionalisasi sistem bisnis pedesaan

(1). Program 1. Program Pembekalan mengenai kebijakan dan paradigma pemberdayaan KUBA

(2). Program 2. Program Pembekalan Pengetahuan dan Ketrampilan Teknis di bidang perencanaan & manajemen permodalan KUBA

(3). Program 3. Program Pembekalan mengenai akses permodalan & sistem perbankan

(4). Program 4. Program pemantapan mengenai metode perencanaan dan kelayakan bisnis.

(5). Program networking KUBA dengan perbankan.

B. Proses PembelajaranMengingat mahasiswa adalah orang-orang yang telah dewasa maka

proses dan pendekatan yang tepat adalah menggunakan azas yang partisipatif. Kegiatan belajar yang berdasarkan pendekatan ini menempatkan peserta yang telah memiliki bekal pengetahuan, pengalaman, ketrampilan sebagai subyek, serta cenderung berorientasi pada kebutuhan-kebutuhan teknis dan non-teknis. Pengetahuan, pengalaman, dan ketrampilan yang telah dimiliki peserta merupakan potensi yang harus digali dan dikembangkan untuk dapat saling tukar pengalaman dan pengkayaan satu dengan yang lain.

Prinsip-prinsip dalam proses PBM ini adalah :1. Memperhatikan dan menghargai pengalaman dan pengetahuan yang telah

dimiliki oleh peserta.2. Memusatkan perhatian pada penemuan dan pemecahan permasalahan secara

bersama.3. Mengutamakan keikutsertaan peserta secara aktif dan merata.4. Pelatih bertindak sebagai fasilitator yang turut melibatkan diri di dalam

proses belajar.5. Mengutamakan kegiatan peningkatan penghayatan dan pengalaman dari

para peserta pelatihan.6. Dalam hal-hal tertentu peserta dapat dijadikan narasumber bagi pemecahan

masalah.

C. Media BelajarAlat bantu belajar dan sarana yang dapat digunakan antara lain adalah:

1. Media belajar: Makalah, Transparan, Lembar bacaan, lembar tugas, Lembar kasus, Daftar isian, dan Poster

2. Sarana Belajar: Pengeras suara; OHP, slide projector, Papan tulis, Spidol, Kertas dinding, dan lain-lain

5.7. Pengorganisasian

A. PenyelenggaraPenyelenggara program adalah Unibraw bekerjasama dengan Kantor

Menteri Negara Koperasi & PKM.

9

Page 10: PENGKAJIAN TENTANG KEMITRAAN USAHA … · Web viewPengalaman dalam aplikasi Manajemen Bisnis, Kemitraan dalam usaha, dan kelembagaan, 2.4. Operasionalisasi sistem bisnis pedesaan

B. Tim FasilitatorTim fasilitator terdiri dari para pakar yang dipilih sesuai dengan

bidang ilmu yang diperlukan.

5.8. Waktu dan Tempat

A. Tahap Pendidikan Klasikal

A.1. Waktu Pelatihan ini dilaksanakan sesuai jadwal waktu yang telah ditentukan,

secara keseluruhan memerlukan waktu setara dengan Program D1. Jadwal harian disusun sedemikian rupa dalam rangka untuk mengembangkan sikap kedisiplinan, ketekunan, ketelitian, dan semangat entrepreneurship.

A.2. Tempat Pelatihan diselenggarakan di kampus dan di beberapa lokasi sentra

produksi KUBA. Pelaksanaan Program-1 Program-2, Program 3 dan Program-4 berlokasi di Kampus. Sedangkan Program-5 (praktek pemagangan) dilakukan di beberapa wilayah. Pada setiap lokasi praktek akan ditempatkan satu kelompok (2-3 orang) peserta pelatihan.

5.5. PENGUATAN KELOMPOK USAHA

5.5.1. PendahuluanAspirasi masyarakat yang berkembang saat ini mengisyaratkan perlunya

mempercepat upaya pemberdayaan masyarakat, melalui penguatan kelembagaan KUBA, penguasaan informasi teknologi, dan pemanfaatan keunggulan sumberdaya wilayah. Khusus dalam upaya pemberdayaan KUBA, sangat diperlukan penciptaan kondisi yang dapat mendorong kemampuan KUBA untuk memperoleh dan memanfaatkan peluang-peluang bisnis yang disediakan oleh sistem perbankan.

Permasalahan pemberdayaan KUBA ditinjau dari aspek ekonomi adalah:

(1) kurang berkembangnya sistem kelembagaan kelompok usaha dalam mengembangkan kegiatan usaha yang kompetitif.

(2) lemahnya kemampuan KUBA untuk mengakses skeme permodalan yang melekat pada sistem perbankan, dan

(3) lemahnya kemampuan KUBA untuk mengembangkan kelompok usaha produktif yang dapat meningkatkan posisi tawar dan daya saingnya.

Ditinjau dari aspek sosial-kelembagaan, permasalahan pemberdayaan KUBA adalah:

(1) kurangnya upaya yang dapat mengurangi pengaruh lingkungan sosial-budaya yang mengungkung KUBA dalam kondisi tradisional,

10

Page 11: PENGKAJIAN TENTANG KEMITRAAN USAHA … · Web viewPengalaman dalam aplikasi Manajemen Bisnis, Kemitraan dalam usaha, dan kelembagaan, 2.4. Operasionalisasi sistem bisnis pedesaan

(2) kurangnya akses KUBA untuk memperoleh peningkatan pengetahuan dan ketrampilan termasuk informasi sistem perbankan.

(3) kurang berkembangnya kelembagaan kelompok usaha yang dapat menjadi sarana interaksi sosial,

(4) belum berkembangnya kelembagaan yang mampu mempromosikan asas keadilan, dan perlindungan bagi KUBA yang rentan, dll-nya.

Dengan melihat permasalahan yang ada dalam rangka pemberdayaan KUBA, strategi yang perlu diambil adalah:

1. Mengembangkan kelembagaan KUBA yang dapat memfasilitasi kelompok-kelompok usaha untuk memperoleh dan memanfaatkan peluang bisnis yang berasal dari pemerintah dan institusi bisnis lain, untuk meningkatkan kinerja bisnisnya.

2. Mengembangkan kapasitas KUBA untuk dapat mengelola kegiatan usaha ekonomi secara kompetitif dan menguntungkan yang dapat memberikan lapangan kerja dan pendapatan yang layak.

3. Mengembangkan kelompok usaha produktif untuk membangun solidaritas dan ketahanan KUBA.

Penguatan kelembagaan dan manajemen KUBA dilakukan untuk meningkatkan kemampuan kelembagaan yang dibentuk oleh masyarakat setempat agar mampu menjadi wahana bagi masyarakat dalam mengembangkan kehidupan ekonomi. Sasaran yang ingin dicapai adalah berkembangnya kelembagaan KUBA setempat yang dapat memberikan sarana bagi masyarakat dalam mengembangkan kesejahteraan sosial.

Kegiatan prioritas dalam pengembangan kapasitas KUBA adalah: (1) penghapusan peraturan yang menghambat berkembangnya

kelembagaan KUBA dan KUBA yang dibentuk oleh masyarakat, (2) penyediaan bantuan pendampingan dalam pengembangan KUBA, (3) pengembangan forum komunikasi dan konsultasi antara pemerintah

dan KUBA maupun antar lembaga KUBA.

Sasaran yang ingin dicapai adalah terwujudnya sistem kelembagaan KUBA di masyarakat dan keaktifan kelompok masyarakat, kelompok asosiasi, organisasi yayasan, lembaga swadaya masyarakat dalam membantu pemecahan masalah pengelolaan sumberdaya. Kegiatan prioritas dalam pengembangan kelembagan keswadayaan masyarakat adalah :

(1) pengembangan skema jaringan kerja kegiatan keswadayaan KUBA, (2) pengembangan kapasitas lembaga-lembaga KUBA, (3) pengembangan forum komunikasi antar tokoh penggerak dan

lembaga-lembaga yang bergerak dalam kegiatan KUBA, (4) pengembangan kemitraan antar KUBA, orcanisasi masyarakat

setempat, dan pemerintah, (5) pengurangan hambatan regulasi dan iklim yang menyangkut

keberadaan peran KUBA.

11

Page 12: PENGKAJIAN TENTANG KEMITRAAN USAHA … · Web viewPengalaman dalam aplikasi Manajemen Bisnis, Kemitraan dalam usaha, dan kelembagaan, 2.4. Operasionalisasi sistem bisnis pedesaan

5.5.2. Kelembagaan Dalam PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Kelembagaan (= institusi) seringkali dianggap sebagai kendala serius dalam menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi, terutama yang melibatkan masyarakat. Menurut Hathaway (1977) , keberhasilan program pembangunan dalam perbaikan penyediaan pangan di negara-negara berkembang ditentukan oleh kemampuan “kelembagaan” untuk mengembangkan dan meningkatkan laju adopsi teknologi oleh para petani kecil di pedesaan. Dalam kaitan ini “key institutions” nya adalah berkaitan dengan “applied research, manpower development dan agricultural education”.

Sementara itu hasil kajian ADB (1978) menyimpulkan bahwa laju perkembangan sektor agrokompleks di pedesaan tidak dibatasi oleh sikap dan perilaku petani, melainkan ditentukan oleh ketersediaan teknologi tepat guna dan lingkungan kelembagaan yang sesuai dan kondusif bagi petani.

Berdasarkan hasil kajian di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor utama yang membatasi pembangunan pertanian dan kesejahteraan masyarakat di wilayah pedesaan adalah kelemahan kelembagaan yang berfungsi melayani masyarakat.

Commons (1959) mendefinisikan “kelembagaan” sebagai “collective action in restraint, liberation, and expansion of individual action”. Definisi ini mengandung makna bahwa eksistensi kelembagaan dilandasi oleh adanya perbedaan antara perspektif bersama (kelompok) dengan perspektif individu (personal). Makna kelembagaan ini sangat penting dalam kaitannya dengan “pengembangan / perubahan kelembagaan untuk mencapai redistribusi kesejahteraan yang lenih baik”.

Ruttan (1978) mendefinisikan “kelembagaan” sebagai “the set of behavioural rules that govern a particular pattern of action and relationship”; sedangkan “organisasi” didefinisikan sebagai “ a decision-making unit …… that exercises control over resources”.

Wengert (1972) membedakan makna “kelembagaan” dan “organisasi” seperti berikut. “Organisasi” merupakan struktur yang mampu mengubah, mengadopsikan, atau meniadakan perilaku individu/kelompok melalui legislasi; sedangkan “kelembagaan” menyangkut tata-nilai, kepercayaan, dan sosio-psiko-politik yang mempengaruhi perilaku individu/kelompok.

(1). Institutional ChangeBerbagai literatur tentang pembangunan wilayah dan pemberdayaan

masyarakat menggariskan pentingnya “pengembangan / perubahan sistem kelembagaan” yang ada. Paling tidak ada tiga macam pola , yaitu:

(1). Transformasi kelembagaan tradisionalSalah satu alasan perlunya mentransformasi kelembagaan tradisional yang ada adalah agar mereka mampu menjadi lebih supportif terhadap proses pembangunan dan pengelolaan sumberdaya alam. Dalam kaitan ini

12

Page 13: PENGKAJIAN TENTANG KEMITRAAN USAHA … · Web viewPengalaman dalam aplikasi Manajemen Bisnis, Kemitraan dalam usaha, dan kelembagaan, 2.4. Operasionalisasi sistem bisnis pedesaan

biasanya fungsi kelembagaan tradisional adalah melestarikan law & order, mendorong survival dan akomodasi lingkungan, serta meningkatkan revenue-pajak (Dorner, 1974). Dalam banyak kasus, kelembagaan tradisional seperti keluarga dan kerabatnya, faksi-faksi desa, dan tokoh masyarakat sangat mempengaruhi inovasi seperti partisipasi masyarakat secara luas, voluntary leadership, dan inisiatif (Owens dan Shaw, 1972).Untuk mencapai keberhasilan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat, kelembagaan tradisional seperti di atas “harus dapat dikembangkan” menjadi kelembagaan yang mampu men-support proses perubahan , yaitu kelembagaan yang dinamis dan mampu menyediakan insentif bagi perubahan yang diperlukan, seperti pengelolaan sumberdaya DAS yang lestari.

(2). Perubahan kelembagaan untuk me-redistribusi pendapatan dan kesejahteraanDorner (1974) mengemukakan suatu model reformasi kelembagaan, yang melibatkan perubahan PROPERTY RIGHTS, penguasaan sumberdaya, dan kekuatan ekonomi & politik, untuk mengoreksi kesenjangan yang ada. Sementara itu, menurut Dantwala (1973), perubahan kelembagaan tanpa didahului oleh perubahan teknologi , tidak akan menghasilkan dampak apa-apa. Taylor dan Parker (1977) memperbaiki distribusi air yang tidak merata dalam suatu sistem irigasi dengan jalan menata struktur kelembagaannya yang mampu mengalokasikan sumberdaya air yang “langka”.

(3). Dinamika perubahan kelembagaanPerubahan kelembagaan hanya akan terjadi kalau ada tekanan-tekanan terhadapnya. Beberapa “tekanan” seperti ini adalah introduksi teknologi dan peningkatan populasi penduduk (Dorner, 1974). Menurut Schultz (1968), dinamika pembangunan akan mendorong petani dan masyarakat pedesaan untuk semakin membutuhkan adanya penyesuaian kelembagaan. Misalnya, mereka akan membutuhkan fasilitas kredit yang lebih banyak dan lebih tepat waktu, kontrak tenancy yang lebih fleksibel, dan akses yang lebih baik terhadap fasilitas irigasi, serta inovasi teknologi. Hayami dan Ruttan (1971) mengemukakan model pengembangan kelembagaan yang disebut INDUCED DEVELOPMENT MODEL. Menurut model ini, introduksi teknologi akan mendorong masyarakat melakukan perubahan-perubahan sistem kelembagaan yang ada menjadi kelembagaan yang lebih relevan. Namun demikian, menurut Powell (1971), intervensi eksternal diperlukan untuk mempercepat terjadinya perubahan kelembagan tersebut.

13

Page 14: PENGKAJIAN TENTANG KEMITRAAN USAHA … · Web viewPengalaman dalam aplikasi Manajemen Bisnis, Kemitraan dalam usaha, dan kelembagaan, 2.4. Operasionalisasi sistem bisnis pedesaan

(2). Peranan Kajian-kajian Pengelolaan SumberdayaBanyak penelitian membuktikan bahwa peranan kelembagaan sangat

penting dalam proses pengembangan wilayah dan pemberdayaan masyarakat. Banyak kajian-kajian dilakukan untuk menelaah proses terjadinya perubahan kelembagaan di pedesaan dan strategi yang paling efektif untuk memacu perubahan kelembagaan tersebut. Beberapa hal penting dalam kaitan ini adalah:

(1). Pemahaman pada tingkat lapangan mengenai kendala-kendala pembangunan.

(2). Tata-nilai dan kepercayaan lokal(3). Dampak nikro dan makro dari program pembangunan, seperti: (a)

dampak kebijakan harga pangan terhadap petani kecil, (b) dampak kebijakan subsidi atas input pertanian, (c) hubungan antara migrasi tenagakerja pedesaan dengan produksi pangan.

(4). Analisis terhadap key-rural institutions.

(3). Group –Action dalam Pengelolaan UsahaSecara teori, kegiatan pengelolaan sumberdaya secara kelompok berarti

peningkatan sekala usaha. Oleh karena itu efisiensi usaha kelompok ini dapat dikaji dalam konteks sekala ekonomi.

Usaha kelompok seringkali ditujukan untuk menyediakan peluang bagi petani untuk mengurangi kebutuhan tenaga kerja untuk melakukan usaha dengan jalan kerja-bersama, dan untuk mendapatkan lebih banyak off-farm income. Dalam kondisi tidak ada peluang kerja off-farm maka usaha/kerja bersama menjadi kurang bermakna.

Beberapa faktor yang mempengaruhi kegiatan berkelompok adalah:(1). Indivisibilitas faktor produksi(2). Tipe / jenis usahatani(3). Tenaga kerja dan ketrampilan khusus(4). Identitas pemlikan sumberdaya(5). Heterogenitas sumberdaya dan mis-alokasinya(6). External economies.

Bentuk-bentuk kelompok tradisional dalam pengelolaan sumberdaya alam di pedesaan adalah (1) KEMITRAAN (partnership) dan (2) KOPERATIF. Kemitraan antar anggota masyarakat tidak memerlukan aturan legal mengenati struktur dan organisasi yang ketat, namun disyaratkan adanya saling kepercayaan yang kuat di antara para mitra.

5.5.3. Kreativitas dan Motivasi

1. CARA BERPIKIRSecara filosofis , cara berfikir seseorang akan menentukan pada

golongan mana dia termasuk. Menurut cara berfikirnya, seseorang dapat digolongkan menjadi:

14

Page 15: PENGKAJIAN TENTANG KEMITRAAN USAHA … · Web viewPengalaman dalam aplikasi Manajemen Bisnis, Kemitraan dalam usaha, dan kelembagaan, 2.4. Operasionalisasi sistem bisnis pedesaan

(1) manusia yang tahu ditahunya, (2) manusia yang tahu di tidak-tahunya, (3) manusia yang tidak tahu di tahunya, dan (4) manusia yang tidak tahu di tidak-tahunya.

Manusia yang bijaksana adalah manusia yang tergolong dalam kelompok (1) dan (2) karena dia dapat mengetahui apa yang dia ketahui dan sekaligus apa yang tidak diketahuinya. Dengan Kata lain, dia mengetahui potensi diri yang dimilikinya. Sebaliknya manusia pada golongan (3) dan (4) adalah manusia yang tidak dapat mengidentifikasi potensi dirinya dan sebaliknya merasa tahu untuk hal yang tidak diketahuinya.

Kekeliruan dalam mengidentifikasi kemampun merupakan suatu hal yang umum terjadi dan dialami oleh hampir semua orang. Namun ada orang yang cepat menyadarinya tetapi sebaliknya ada juga orang yang tidak pernah mau menyadarinya. Proses penyadaran ini dapat terjadi melalui proses belajar atau dalam komunikasi disebut kemauan menerima dan memberi reaksi ulang terhadap saran dan komentar yang di dengar.

Orang yang percaya penuh pada pemikirannya adalah pemikir yang efektif. Di sini tidak dipersoalkan kebenaran atau ketidak-benaran pemikirannya tetapi keyakinan dalam melanjutkan pemikirannya menurut kehendaknya dan sengaja melanjutkan pemikirannya pada tujuan yang diingini.

Proses berpikir bagaikan kegiatan berjalan dan bernapas yang terjadi secara otomatis; atau seperti keterampilan melakukan sesuatu misalnya mengendarai mobil, memasak, menjahit, dll. Di antara satu orang dengan orang lainnya tidak sama tarafnya, hal ini disebabkan oleh pengaruh perbedaan intelijensia, pengalaman dan latihan. Dalam hal ini “belajar bagaimana belajar” yaitu mempelajari bagaimana membuat suatu perubahan yang dihasratkan merupakan solusinya.

Proses belajar inilah yang akan membuat pemikiran seseorang tentang sesuatu akan tetap seperti pertama kali diketahui atau berubah karena tuntutan jaman dan tambahan informasi baru. Perubahan ini mencakup perubahan cara menilai; cara bersikap, dan cara melakukan sesuatu menurut informasi yang diperoleh. Sesuatu yang telah diketahui diaplikasikan dalam cara-cara baru dan kreatif.

Untuk membantu seseorang mencapai tujuan baru dengan pola berpikir yang juga baru, berarti kita membantunya untuk belajar. Dengan kata lain, berarti menjadi guru / pendampingnya.

15

Page 16: PENGKAJIAN TENTANG KEMITRAAN USAHA … · Web viewPengalaman dalam aplikasi Manajemen Bisnis, Kemitraan dalam usaha, dan kelembagaan, 2.4. Operasionalisasi sistem bisnis pedesaan

Dalam kasus pembinaan kelembagaan atau kelompok masyarakat maka membantunya untuk menjadi Kelembagaan/kelompok yang mampu mengelola sumberdaya , berarti tenaga pendamping lah yang akan menjadi gurunya (sebagai penyuluh dan petugas lapangan).

Tetapi adanya proses ini tidak selalu berjalan mulus, karena adanya individu (orang-orang) yang masih merasa tabu terhadap inovasi perubahan dan lebih senang mempertahankan pemikirannya seperti pertama kali dipikirkannya karena keengganan melakukan perubahan.

Pada saat manusia mendengar pernyataan (informasi) yang bermakna tidak selalu dan otomatis dia menyediakan waktu untuk menghayatinya secara mendalam. Sebagai contoh, marilah kita renungkan beberapa ungkapan berikut ini dengan mempertanyakan maknanya kepada diri kita masing-masing.

1. Jangan pernah mempercayai ketidak-percayaan2. Kerjakan atau tinggalkan.3. Kesuksesan tidak pernah langgeng, begitu juga ketidaksuksesan. 4. Hidup ini indah tapi singkat5. Tidak semua orang jadi orang hebat. Tapi tergantung pada garis tangan

(suratan nasib)6. Sudah nasibku menjadi orang miskin7. Kekayaan jangan dicari, semakin dicari semakin luput.

2. BELAJAR untuk BELAJARSeorang manusia, sepanjang hayatnya selalu belajar, belajar dan belajar.

Belajar adalah proses memperoleh pengetahuan, keahlian dan/atau perilaku yang baru; oleh karena itu “keahlian belajar” sangat penting. Mengapa? Jawabnya, karena setiap ada perubahan kita harus mempelajarinya untuk memperoleh pengetahuan, cara bersikap, dan/atau keterampilan baru yang sesuai dengan tuntutan perubahan itu sehingga mampu memanfaatkannya untuk hidup lebih baik.

Untuk menjadi manusia ( Pendamping ) yang kreatif, maka ia harus mampu belajar sepanjang hayat dan sekaligus mampu membantu proses belajar orang lain (kelembagaan dan /atau kelompok masyarakat).

Dalam proses belajar-mengajar (suluh-menyuluh; konsultasi-konsultan) , ada bermacam-macam teknik yang dapat dipilih secara tepat untuk situasi yang tepat pula. Menurut pengalaman empiris, situasi belajar (menyuluh dan mendampingi), tenaga pendamping harus memahami kemampuan orang yang didampingi agar dapat menentukan teknik pendampingan yang tepat.

Piramida berikut ini menunjukkan kegiatan yang dapat dikategorikan dalam kelompok kegiatan berbuat (melakukan sesuatu), melihat, dan mendengar. Semua ini memiliki keunggulan dan kelemahannya masing-masing untuk digunakan dalam kegiatan pendampingan dan pemberdayaan.

16

Page 17: PENGKAJIAN TENTANG KEMITRAAN USAHA … · Web viewPengalaman dalam aplikasi Manajemen Bisnis, Kemitraan dalam usaha, dan kelembagaan, 2.4. Operasionalisasi sistem bisnis pedesaan

3. Penghambat Semangat BERPIKIR Ada kalanya seseorang memiliki karakter tidak mau berpikir dan

mempelajari hal-hal yang baru. Bahayanya, kadang-kadang karakter buruk itu tidak hanya dilakukannya sendiri tetapi dikatakannya kepada orang lain (dalamkelompoknya atau kelembagaannya) sebingga ada orang lain yang terpengaruh. Dengan demikian semakin banyaknya orang yang berhenti berfikir dan belajar.

Ungkapan berikut ini dapat dijadikan suatu illustrasi kebekuan berfikir dan belajar:

"Orang belajar karena tidak tahu. Tetapi semakin belajar, semakin banyak yang tidak diketahui. Oleh karena itu, lebih baik tidak belajar. Hasilnya akan sama, yaitu tetap ada yang tidak diketahui”.

Ungkapan berikut ini juga dapat dijadikan illustrasi penyebab kebekuan dalam kreatifitas berfikir dan belajar.

1. Ya, itu jawaban yang benar sekali!2. Jangan macam-macam deh. Sederhana sajalah!3. Jangan malu-malu kucing dong! 4. Jangan bengong. Itu hanya membuang-buang wantu saja.5. Bagaimana mungkin? Itu sungguh tidak masuk akal "6. Jangan membantah. Anda harus turut peraturan."7. Jangan sampai berbuat salah."8. Yang penting, sudah berusaha. Hasilnya sih, bagaimana nanti

saja."

5.5.4. MAKNA BERPIKIR KREATIF Dalam kehidupan kita yang singkat dan padat ini, acapkali kita tidak lagi

sempat berfikir tentang segala sesuatu yang ada di sekeliling kita. Asumsinya semua sudah begitu akrab dan kita tahu seluk beluknya. Tetapi pernahkah kita membayangkan untuk memikir ulang barang sejenak tentang benda-benda yang ada di sekitar kehidupan Anda?

Secara alami, memang ada kalanya kita membandingkan suatu benda yang biasa dilihat sehari-hari dengan pemikiran yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Sekarang lihatlah keadaan sekeliling kita dan perlihatkanlah benda rumahtangga yang terlihat sehari-hari, misalnya jendela, pintu, tombol pintu, lampu dan lainnya.

Agar dapat berfikir kreatif, cobalah mencari makna baru dari berbagai benda itu melalui perbandingan dengan kehidupan manusia”. Sebagai contoh,

“Hidup itu bagaikan sebuah roda mobil, karena ada kalanya memutar ke atas dan ada kalanya memutar ke bawah.

17

Page 18: PENGKAJIAN TENTANG KEMITRAAN USAHA … · Web viewPengalaman dalam aplikasi Manajemen Bisnis, Kemitraan dalam usaha, dan kelembagaan, 2.4. Operasionalisasi sistem bisnis pedesaan

“Hidup itu bagaikan roda mobil karena membuat seseorang dapat memasuki kehidupan gemerlapan dan juga tidak gemerlap (sebagai cermin ke atas dan ke bawah).

“Hidup itu bagaikan roda mobil karena setiap pengendara akan berusaha mengendalikannya agar stabil. Bukankah untuk dapat bertahan hidup kita harus dapat mengendalikan kehidupan itu ?”.

5.5.5. MENSOLUSI MASALAH

Marilah kita renungkan tentang apa yang anda dan teman anda diskusikan mengenai tujuan dan pencapaian tujuan , misalnya:

“Kemana kita akan pergi makan hari ini?” “Saya tidak perduli, yang penting kita makan ““Bagaimana jika kita pergi makan di Warung Pecel?”“ah bosen dong, kesitu-lagi”“Bagaimana kalau kita pergi ke Warung Rawon?" “Saya pikir, itu lebih baik" “Kalau begitu, mari kita pergi!” (di sini, masalah pertama sudah

diselesaikan).

Tetapi siapa yang harus “membayar” kali ini?” (ini, masuk masalah ke dua ........ dst nya)

Pemecahan masalah adalah suatu proses untuk menentukan cara terbaik mengatasi persoalan untuk mencapai suatu tujuan. Suatu permasalahan, umumnya terdiri dari tiga elemen pokok, yaitu:

Tujuan, Kendala untuk mencapai tujuan, dan Bagaimana cara mengatasi kendala itu ?.

1. TUJUAN. Tujuan adalah pernyataan suatu keinginan (WANT) yang diharapkan tercapai dan setiap orang bersedia melakukan sesuatu untuk mencapainya.

2. KENDALA. Kendala menentukan apa yang kita ingini juga suatu “masalah” , karena tidak semua orang tahu dengna persis apa yang ia kehendaki dalam hidupnya. Tetapi, begitu Anda mempunyai tujuan di dalam kepala, maka anda sudah siap untuk memperhatikan kendala yang membatasi pencapaian

18

Page 19: PENGKAJIAN TENTANG KEMITRAAN USAHA … · Web viewPengalaman dalam aplikasi Manajemen Bisnis, Kemitraan dalam usaha, dan kelembagaan, 2.4. Operasionalisasi sistem bisnis pedesaan

tujuan itu. Suatu kendala tidak selalu mudah diidentifikasi, karena dia berwujud dalam berbagai bentuk. Suatu kendala dapat berwujud seseorang, suatu obyek, suatu kejadian, atau suatu lingkungan. Sebagian dapat ditentukan dengan ketelitian tinggi, sebagian lagi tidak.

Contoh: tidak memiliki mesin ketik untuk menyelesaikan tugas membuat laporan kegiatan tugas adalah suatu contoh kendala yang lebih nyata, daripada Anda “lemah semangat” untuk membuat laporan itu .

3. Bagaimana mengatasi kendala?Adanya kesenjangan antara tujuan dan pencapaian tujuan karena faktor

kendala merupakan stimulasi menuju pemecahan masalah. Karena itu, mensolusi suatu persoalan akan berkaitan dengan kendala dan tujuan. Hubungan ini tidak sederhana karena tidak selalu dapat langsung memecahkan suatu masalah. Lalu apa kemungkinan lainnya? Kemungkinannya adalah sebagai berikut:

1. Suatu kendala yang tidak dapat diselesikan secara langsung dapat ditelusuri penyebabnya.

2. Solusi spesifik untuk kendala tertentu. Contoh, penentuan variabel untuk penilaian efektifitas kegiatan TP sudah lebih sempit tetapi belum spesifik, karena perbaikan cara penilaian itu akan menyangkut banyak unsur (fasilitas, sarana dan prasarana, keragaman rnasyarakat di berbagai propinsi, dsb). Tetapi pertanyaan, seperti “Bagaimana kita memperbaiki cara penilaian kegiatan TP dalam meIakukan penyuluhan atau pelayanan konsultasi sudah lebih spesifik Iagi”.

3. Jangan menyusun pertanyaan yang dapat dengan mudah dijawab “ya” atau “tidak”. Contoh: pertanyaan seperti “apakah ada permasalahan penilaian yang dialami TP?” merupakam bentuk pertanyaan yamg sangat membatasi diskusi.

4. Pertanyaan harus bersifat tidak memihak. Suatu pernyataan, seperti “karena setiap orang sepakat bahwa cara-cara penilaian harus diubah, bagaimana kita dapat memastikan bahwa akan lebih banyak Tenaga Pendamping akan mendapatkan nilai baik?". Cara ini akan mengakibatkan terjadinya dua bias pemikiran: (1) mementingkan suatu hal (cara penilaian harus diubah) daripada hal lainnya; dan (2) keputusan tidak jarang diputuskan sebelum diskusi dimulai.

5. Pertanyaan harus sinergi dalam mempertautkan masalah ataupun solusinya. “Apa yang keliru dalam sistem penilaian TP misalnya?" (hasilnya, adalah daftar jumlah kekeliruan). “Bagaimana kita dapat memperbaiki kebijakan sistem penilaian saat itu?” (hasilnya, analisa permasalahan menyeluruh dan suatu solusinya).

Kegiatan mensolusi suatu masalah, memerlukan suatu kreatifitas berfikir yang dapat dilakukan secara individu atau berkelompok.

19

Page 20: PENGKAJIAN TENTANG KEMITRAAN USAHA … · Web viewPengalaman dalam aplikasi Manajemen Bisnis, Kemitraan dalam usaha, dan kelembagaan, 2.4. Operasionalisasi sistem bisnis pedesaan

Hasil kegiatan setiap kelompok diinterpretasikan untuk mengetahui (1) metode solusi yang digunakan, (2) cara kelompok membuat keputusan, (3) cara anggota kelompok berkomunikasi.

5.5.6. MOTIVASI

Motivasi dalam diri seseorang petugas terkait dengan upayanya untuk mensukseskan pembangunan dan memberdayakan masyarakat sesuai dengan tugasnya. Motivasi ini timbul sebagai akibat interaksi dengan masyarakat (kelompok tani) dan harapan yang ingin diperolehnya dari hasil interaksi tersebut yang menghasilkan motif untuk bertindak. Motif inilah yang akan mewarnai motivasi orang dalam bertindak.

Contoh: Seorang pendamping yang menjadi pendamping dengan tujuan akan mengabdikan dirinya untuk pemberdayaan masyarakat akan berbeda kinerjanya dengan tenaga pendamping yang menjadi pendamping karena mengejar status sosial (agar ada pekerjaan dan tidak menganggur ).

Dalam melaksanakan tugas sebagai pendamping yang akan memberdayakan masyarakat , perlu mengetahui tingkah laku manusia dalam mengelola usahataninya untuk memenuhi kebutuban hidupnya. Menurut teori klasik Maslow , setiap manusia memiliki lima kebutuban dasar, yang dipenuhi secara berjenjang. Dengan kata lain, jika kebutuhan dasar jenjang pertama belum terpenuhi maka orang yang bersangkutan akan sulit menempatkan dirinya pada posisi menuju jenjang kebutuhan berikutnya.

Jenjang kebutuhan dasar tersebut adalah: 1. Pemenuhan kebutuhan fisiologis 2. Pemenuhan kebutuhan rasa aman 3. Pemenuhan kebutuhan sosial 4. Pemenuhan kebutuhan harga diri5. Pemenuhan kebutuhan aktualisasi

Jenjang kebutuhan rendah dan tinggi dalam diri seseorang, petani misalnya, akan menentukan motivasinya untuk mengadopsi cara-cara bertani yang lebih baik, dan/atau berbisnis lebih baik melalui wadah koperasi.

Seorang Petani gurem akan mengorientasikan kegiatannya dalam memenuhi kebutuhan keluarganya untuk cukup makan. Pertanyaan yang selalu diajukan pada dirinya adalah apakah panen-ku akan dapat memberi cukup makan untuk anak istriku. Jika dirasa sudah cukup barulah memikirkan apakah dia akan ikut berkelompok dan bahkan sampai berkoperasi.

Dari contoh ini, seorang pendamping dalam memotivasi seorang petani untuk berkelompok atau yang sudah berkelompok menjadi lebih mantap dan baik (untuk memenuhi kriteria klas kelompok tani (pemula / madya/ lanjut /utama) dapat memperkirakan strategi pengkemasan informasi yang akan dan dapat dilakukan.

20

Page 21: PENGKAJIAN TENTANG KEMITRAAN USAHA … · Web viewPengalaman dalam aplikasi Manajemen Bisnis, Kemitraan dalam usaha, dan kelembagaan, 2.4. Operasionalisasi sistem bisnis pedesaan

Misalnya: Pak, jika menggunakan saprodi dengan pola 6-tepat maka produksi yang diperoleh akan meningkat. Berarti penghasilan Bapak juga akan meningkat.

Selain itu, pendamping juga dapat mengkemas informasi lanjutannya untuk memotivasi petani bertindak lebih lanjut dengan memberikan insentif sosial (pujian):

(1) Memberikan suatu pujian pada petani/kelompok-tani yang berprestasi (2). Membantu mereka untuk diakui menjadi klas kelompok tani yang

Iebih lanjut dari sebelumnya. (3). Melakukan kunjungan lapangan dan menanyakan hal-hal yang

berkaitan dengan penerapan saprotan, pemanfaatan KUT (3 Sukses KUT).

5.5.7. LANGKAH-LANGKAH MEMOTIVASI

Pada saat memotivasi petani/ kelompoktani hal-hal yang harus diperhatikan adalah:

1. Kebutuhan yang tidak terpenuhi dapat menimbulkan ketegangan/stress dan sebaliknya kebutuhan yang dapat terpenuhi akan menimbulkan kenyamanan.

2. Kebutuhan yang dapat terpenuhi mendorong timbulnya kebutuhan baru atau peningkatan kualitas kebutuhan yang telah tercapai.

Hal-hal yang perlu diketahui oleh pendamping dalam memotivasi masyarakat tani untuk berkelompok, berusaha tani lebih baik, berbisnis lebih baik dan berkoperasi sebagai wadah menuju ekonomi rakyat yang profesional adalah sbb:

1. Mengetahui dengan persis dan tepat petani / kelompok tani dan koperasi yang dijadikan khalayak sasaran pendampingan

2. Mengetahui ciri-ciri spesifik dari khalayak sasaran yang diperkirakan dapat menghambat atau mendorong keberhasilan kegiatan pendampingan.

3. Mengetahui kondisi geografis khalayak sasaran, apakah itu daerah pedesaan, kota, daerah terpencil, daerah pertanian lama, daerah peluasan areal tanam, dsb. Pendanaan mengenai hal tersebut dapat dikaitkan dengan kebijakan pemerintah yang sedang berlangsung.

4. Mengidentifikasi individu-individu dan atau tokoh strategis yang dapat dijadikan landasan awal pendekatan motivasi.

Langkah-langkah yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan memotivasi petani/ kelompok-tani adalah:

21

Page 22: PENGKAJIAN TENTANG KEMITRAAN USAHA … · Web viewPengalaman dalam aplikasi Manajemen Bisnis, Kemitraan dalam usaha, dan kelembagaan, 2.4. Operasionalisasi sistem bisnis pedesaan

1. Mempersiapkan diri untuk beradabtasi dengan masyarakat atau membaurkan diri dengan masyarakat luas

2. Aktif terlibat dalam kegiatan sosial di masyarakat untuk mempercepat proses pembaruan

3. Menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti/ dipahami oleh khalayak sasaran. Jika memungkikan , gunakan bahasa daerah setempat.

6. KELOMPOK USAHA BERSAMA

6.1. Landasan Pembentukan KELOMPOK

6.1.1. Dasar FilosofisManusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, namun

cenderung untuk berkelompok sesuai dengan kepentingan bersama. Sejak lahir manusia membutuhkan kasih sayang, persaudaraan dan kerjasama dengan orang lain untuk dapat berkembang dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia mengejar kepuasan dan kemakmuran bagi diri sendiri. Naluri untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya juga menjadi fitrah manusia yang normal.

Secara utuh manusia memang harus diterima dalam fitrahnya sebagai insan sosial yang haus kasih sayang dan kebersamaan, sekaligus juga makhluk ekonomi yang mengejar keuntungan bagi dirinya sendiri.

Selain itu, usaha pengelolaan sumberdaya dalam suatu Kelompok Usaha akan lebih berhasil kalau didukung oleh sinergi yang optimal di antara sejumlah individu anggotanya.

6.1.2. Mengapa Kelompok diperlukan?Secara sendiri-sendiri tidak terlalu mudah bagi penduduk untuk

mengembangkan usaha pengelolaan sumberdaya guna memenuhi kehidupan sosial-ekonomi keluarganya. Keterbatasan pengetahuan, kelangkaan sumberdaya dan sempitnya peluang, membelenggu mereka secara individual. Kerjasama, saling membantu di antara sekelompok individu, terbukti dapat memperkuat posisinya, meningkatkan kepercayaan diri dan kepercayaan orang lain. Saling menolong dan bekerjasama memperkuat penumpukan sumberdaya ekonomi dan memperluas kesempatan untuk mencapai tujuan. Oleh karenanya pendekatan kelompok diperlukan agar:

22

Page 23: PENGKAJIAN TENTANG KEMITRAAN USAHA … · Web viewPengalaman dalam aplikasi Manajemen Bisnis, Kemitraan dalam usaha, dan kelembagaan, 2.4. Operasionalisasi sistem bisnis pedesaan

a. memperoleh kerjasama sinergis mutualistikb. mewujudkan semangat saling membantuc. melatih diri berfikir bersama dan bermusyawarahd. mengembangkan sikap dan motivasi untuk majue. belajar memimpin dan bertanggung-jawabf. belajar memutuskan tujuan dan rencana hidup yang jelasg. mengembangkan sikap dan kebiasaan menabungh. mengembangkan usaha produktifi. memperoleh pelayanan pinjaman untuk modal usahaj. meningkatkan pelayanan pihak lain (misalnya Bank)k. memperluas hubungan pergaulan dan kesempatan-kesempatanl. memperoleh bimbingan dan pembinaan.

6.2. Kelompok Sasaran Kegiatan POKSAR kegiatan pengelolaan usaha adalah penduduk yang bermukim

di suatu wilayah, mereka merupakan kelompok masyarakat agraris yang umumnya berpenghasilan rata-rata rendah dan terbatas kemampuan serta aksesnya dalam mendapatkan pelayanan, prasarana, dan permodalan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya atau menghadapi masalah khusus dan mendesak yang segera memerlukan penanganan dan bantuan.

6.2.1. Pengertian kelompokKelompok merupakan kumpulan penduduk setempat (RTP= rumah

tangga penduduk) yang menyatukan diri dalam usahatani pengelolaan sumberdaya alam untuk meningkatkan kesejahteraan, keswadayaan, dan kegotong-royongan mereka. Kelompok merupakan milik anggota, untuk mengatasi masalah bersama serta mengembangkan usaha bersama anggota. Kelompok dapat beranggotakan sekitar 20 – 25 RTP dan berada di satu desa / kelurahan, atau di bawah tingkat desa/ kelurahan yaitu dusun, lingkungan, RW, atau RT. Dalam satu desa/kelurahan dapat tumbuh beberapa kelompok seusai dengan kebutuhan. Kelompok dapat tumbuh dari kelompok tradisional yang telah ada, seperti kelompok tani, kelompok arisan, aseptor KB, kelompok sinoman, kelompok paketan, dan kalau belum ada segera ditumbuhkan dan dibina secara khusus.

Kelompok dapat dipandang sebagai wadah kebersamaan dalam mengelola kegiatan pengelolaan sumberdaya DAS. Dalam melaksanakan prinsip kebersamaan setiap anggota ikut bertanggung-jawab, saling mempercayai dan saling melayani. Dalam kebersamaan terbuka peluang untuk menghimpun dana dari anggota, mengelola dana secara bersama oleh anggota, dan memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan seluruh anggota. Kebersamaan ini menunjukkan semangat dan kegiatan kooperatif yang menjadi dasar bagi gerakan koperasi yang mandiri dan handal.

23

Page 24: PENGKAJIAN TENTANG KEMITRAAN USAHA … · Web viewPengalaman dalam aplikasi Manajemen Bisnis, Kemitraan dalam usaha, dan kelembagaan, 2.4. Operasionalisasi sistem bisnis pedesaan

6.2.2. Pembentukan kelompokUntuk memperlancar dan mengefektifkan upaya mempercepat

pemberdayaan ekonomi masyarakat, diharapkan anggota amasyaraakat dapat membentuk kelompok. Pembentukan kelompok sebagai wadah kegiatan usaha produktif dimaksudkan agar penanganan usaha dapat terarah, interaksi di antara anggota dapat ditingkatkan dan kesetia-kawanan serta kegotong-royongan dapat dibangun dan dikembangkan. Kesatuan dan persatuan di dalam kelom-pok bermanfaat untuk mengenali permasalahan bersama serta merumuskan langkah penanganan masalah di antara anggota. Kehadiran kelompok memungkinkan terjadinya pengawasan manajemen produksi oleh masyarakat sendiri.

Ketepatan dalam penentuan kelompok sasaran program akan sangat menentukan keberhasilan program tsb. Oleh karena itu, pembentukan kelompok sebagai salah satu bentuk KUBA (Kelembagaan Pengelolaan DAS) harus melibatkan pihak yang paling mengetahui mengenai profil penduduk di lingkungan setempat. Pembentukan kelompok yang menjadi sasaran program pertama-tama diprakarsai oleh para pemuka masyarakat setempat.

Dalam rangka pembentukan kelompok, perlu dilakukan pendataan penduduk dengan memakai kriteria yang disepakati penduduk setempat dan dibahas dalam musyawarah / rembug kelompok. Pendataan dapat dilaksanakan oleh INSTANSI BERWENANG dan perangkatnya dan dilakukan sedini mungkin sehingga pada saat program dimulai, telah terbentuk kelompok. Pendataan keluarga sejahtera oleh BKKBN, jika telah dilakukan di desa yang bersangkutan dapat digunakan sebagai salah satu bahan acuan, sesuai dengan kondisi setempat.

Pembentukan kelompok sebaiknya dilakukan pula melalui musyawarah desa/dusun/lingkungan/RW/RT dan disarankan pada daftar penduduk yang telah dibuat dan disepakati bersama.

Dalam pembentukan kelompok, rujukan berikut ini dapat digunakan:

a. Pembentukan kelompok didasarkan pada kebutuhan untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya

b. Harus dihindari pembentukan kelompok yang dipaksakanc. Dalam wadah kelompok diselenggarakan kegiatan sosial

ekonomi, yaitu usaha pengelolaan sumberdaya DAS, pemupukan modal dan tabungan, sehingga bermanfaat bagi semua anggota secara berkelanjutan

d. Kelompok dapat merupakan kelompok yang sudah ada, atau dapat pula disiapkan, ditumbuhkan dan dibina secara khusus oleh aparat desa/kelurahan dan masyarakat setempat.

Dalam pembentukan kelompok, rumahtangga dapat digolongkan menjadi penduduk yang sudah mempunyai usaha produktif meskipun kecil- kecilan dan penduduk yang benar-benar tidak mempunyai pekerjaan tetap dan

24

Page 25: PENGKAJIAN TENTANG KEMITRAAN USAHA … · Web viewPengalaman dalam aplikasi Manajemen Bisnis, Kemitraan dalam usaha, dan kelembagaan, 2.4. Operasionalisasi sistem bisnis pedesaan

dengan demikian juga tidak mempunyai penghasilan tetap. Bagi mereka yang mempunyai usaha produktif, kelompok dibentuk dengan memilih pengurus yang kemudian bersama anggota merencanakan kegiatan simpan-pinjam dengan modal kerja dari berbagai sumber. Bagi penduduk lainnya diupayakan untuk menciptakan lapangan usaha dan lapangan kerja, dengan bantuan pendamping, baik yang ditugaskan oleh camat, dari aparat desa dan kalangan petugas lapangan berbagai instansi yang ada di desa, maupun dari kalangan masyarakat desa yang telah lebih sejahtera dan berhasil dalam kehidupan ekonominya. Untuk ini perlu ditemukenali kegiatan stimulan yang dapat membuka lapangan usaha dan lapangan kerja bagi warga pedesaan.

6.2.3. Pemberdayaan kelompokUntuk mencapai tingkat kemajuan yang lebih tinggi, dalam kelompok

perlu diupayakan peningkatan pendapatan, peningkatan keterbukaan wawasan dan sikap bekerjasama, dan peningkatan sifat demokratis- partisipatif dalam penyelenggaraan kelompok. Adanya upaya peningkatan pendapatan ditandai dengan dilenggarakannya pemupukan modal, tabungan, serta usaha produktif anggota. Adanya keterbukaan ditandai dengan kesediaan anggota kelompok untuk menerima gagasan dan kelembagaan baru. Adanya kegotong-royongan ditandai dengan upaya pemberian bantuan dari keluarga yang sudah sejahtera kepada keluarga yang belum sejahtera. Adanya demokrasi ditandai dengan kepemimpinan kelompok yang dipilih dari dan oleh anggota, dan pengambilan keputusan yang dilakukan secara musyawarah.

Kelompok yang disiapkan dan dibina secara baik akan berfungsi sebagai wahana proses belajar-mengajar anggotanya, wahana untuk menajamkan masalah bersama yang dihadapi, wahana pengambilan keputusan untuk menentukan strategi menghadapi masalah bersama, dan wahana mobilisasi sumberdaya para anggota. Kelompok sebagaimana dimaksud belkum tentu telah ada di semua desa/kelurahan. Oleh karena itu, dalam rangka pelaksanaan program Pengelolaan DAS di lokasi yang bersangkutan, perlu ditumbuh-kembangkan kelompok masyarakat dengan memanfaatkan kelompok nyang sudah ada seperti kelompok akseptor KB, kelompok tani , kelompok pendengar-pembaca-pemirsa (kelompencapir) sebagai wahana kebersamaan.

6.2.4. Manfaat KUBA

a. Meningkatkan kesejahteraan para anggotab. Mengembangkan sikap hidup hemat, ekonomis dan

berpandangan ke depanc. Memberikan pelayanan modal /informasi kepada

anggotad. Mengembangkan usaha produktif anggota e. Melatih diri berfikir dan bermusyawarah

25

Page 26: PENGKAJIAN TENTANG KEMITRAAN USAHA … · Web viewPengalaman dalam aplikasi Manajemen Bisnis, Kemitraan dalam usaha, dan kelembagaan, 2.4. Operasionalisasi sistem bisnis pedesaan

f. Belajar memimpin dan mengembangkan tanggung-jawab

g. Mengembangkan sikap dan kebiasaan menabungh. Meningkatkan kepercayaan pihak lain (seperti Bank).

6.3. PERSYARATAN PEMBENTUKAN KUBA

Kelompok yang dicirikan oleh adanya sekelompok orang yang saling mengenal dan bersepakat untuk saling membantu satu sama lain akan lahir kalau syarat berikut ini terpenuhi:a. Adanya ikatan pemersatu yang jelas, yaitu salah satu atau beberapa unsur

berikut ini:- Kesamaan tempat tinggal- Kesamaan tempat usaha- Kesamaan jenis pekerjaan atau profesi, misalnya Usahatani - Kesamaan hobi atau kesenangan- Kesamaan organisasi- Kesamaan tempat asal (paguyuban)- Kesamaan status (pemuda, wanita, dll)

b. Ada kesamaan kebutuhan ekonomi tertentu, seperti:- Kebutuhan modal usaha- Kebutuhan bahan baku atau barang dagangan tertentu- Kebutuhan sarana tempat usaha - Kebutuhan kelancaran penjualan hasil produksi.

c. Adanya pemrakarsa atau sekelompok kecil orang inti yang memiliki peranan paling berpengaruh dan dipercaya orang lain di sekelilingnya

d. Ada orang yang dengan sukarela bersedia mengelola dan melakukan kegiatan pelayanan kepada para anggota

e. Ada lembaga atau perorangan yang memberikan bimbingan dalam pengembangan program kegiatan kepada kelompok

f. Ada tujuan bersma yang disepakati dan memberikan manfaat nyata kepada anggotanya.

6.4. PRINSIP DASAR: KUBA

a. KUBA bekerja atas dasar dari, oleh dan untuk anggotab. Keanggotaan KUBA berdasarkan kesadaran, dan terbuka

untuk umumc. KUBA bergerak dalam bidang sosial-ekonomi, khususnya

pelayanan tabungan dan kredit bagi para anggotad. Menyelenggarakan pertemuan secara terature. Menyelenggarakan pendidikan serta pengembangan

pengetahuan anggota secara terus menerus

26

Page 27: PENGKAJIAN TENTANG KEMITRAAN USAHA … · Web viewPengalaman dalam aplikasi Manajemen Bisnis, Kemitraan dalam usaha, dan kelembagaan, 2.4. Operasionalisasi sistem bisnis pedesaan

f. Manajemen KUBA Bersifat terbuka

6.5. KESEPAKATAN dalam PENGELOLAAN usaha

Dalam rangka meningkatkan usaha produktif dalam KUBA, perlu diambil suatu kesepakatan bersama yang dapat dipakai sebagai ketentuan/ aturan yang harus dipatuhi oleh semua anggota kelompok.

Kesepakatan ini harus dibuat untuk menjaga dan menghindari hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari. Kesepakatan tersebut diambil atau diputuskan dalam rapat anggota, a.l.- Kesepakatan tentang besarnya pinjaman, simpanan, angsuran dll- Kesepakatan tentang jadwal pertemuan anggota- Kesepakatan tentang musyawarah kelompok untuk pengambilan keputusan- Kesepakatan tentang pemanfaatan bantuan teknik.

6.6. PRINSIP DASAR ORGANISASI KUBA

a. Kekuasaan tertinggi dalam Kelompok berada pada rapat anggota (RA)b. Pengurus dan badan pemeriksa dipilih dari , oleh dan di dalam rapat

anggotac. Pengurus dan badan pemeriksa hanya dapat diberhentikan melalui rapat

anggotad. Pengurus dan badan pemeriksa bertanggung-jawab kepada rapata anggotae. Organisasi hanya dapat dibubarkan oleh rapat anggota f. Tugas dan wewenang pengurus diatur dalam anggaran dasar dan anggaran

rumah tanggag. Tugas tanggungjawab pengurus: mengelola organisasi usaha kelompok,

melakukan segala perbuatan hukum untuk dan atas nama, dan mewakili Kelompok di luar dan dihadapan pengadilan.

h. Masa jabatan pengurus hendaknya diatur secara jelas, misalnya dua atau tiga tahun.

i. Pengurus minimal eterdiri atas tiga orang, di antaranya sekretaris dan bendahara.

j. Jika dipandang perlu pengurus dengan persetujuan RA dapat mengangkat seksi-seksi, seperti seksi kredit, seksi usaha, dll.

k. Kewajiban anggota: menghadiri pertemuan anggota, menabung secara teratur, membayar kembali pinjaman sesuai dengan ketentuan, mengha-diri/melibatkan diri dalam kegiatan Kelompok.

7. PENDAMPINGAN

27

Page 28: PENGKAJIAN TENTANG KEMITRAAN USAHA … · Web viewPengalaman dalam aplikasi Manajemen Bisnis, Kemitraan dalam usaha, dan kelembagaan, 2.4. Operasionalisasi sistem bisnis pedesaan

Usaha meningkatkan kesejahteraan rakyat secara lestari, usaha pengelolaan agribisnis secara utuh dalam konteks pembangunan masyarakat yang bertumpu pada peran-serta aktif masyarakat dan peningkatan produktivitas rakyat (people empowerment). Agar supaya usaha ini menjadi lebih efektif, maka diperlukan dukungan dari berbagai pihak dan sektor secara terpadu dan terfokus sesuai dengan potensi dan kondisi wilayah, terutama potensi pengembangan agrokompleks, mulai dari sektor industri primer, sekunder dan tersier.

Program agribisnis ini dimaksudkan untuk menumbuhkan dan memperkuat kemampuan kelompok masyarakat pedesaan untuk meningkatkan taraf hidupnya dengan membuka keterisolasian dan kesempatan berusaha dengan melibatkan komoditas unggulan desa. Program ini diarahkan pada pengembangan kegiatan sosial ekonomi untuk mewujudkan kemandirian masyarakat perdesaan, dengan menerapkan prinsip-prinsip sekala ekonomi, usaha kelompok, keswadayaan dan partisipasi, serta menerapkan semangat dan kegiatan kooperatif dalam bentuk KUBA dengan dukungan masyarakat.

Untuk mencapai sasaran tersebut di atas, masyarakat perlu dibina dan didampingi untuk mampu mengembangkan kelompok usaha bersama. Oleh karena itu masyarakat diberikan wewenang penuh untuk menjalankan usaha produktifnya. Dengan demikian sasaran pendampingan adalah meningkatnya kemampuan masyarakat untuk berusaha secara produktif dan ekonomis.

Pendampingan masyarakat melalui KUBA memerlukan tenaga pendamping yang handal. Untuk dapat melaksanakan tugasnya secara efektif, tenaga pendamping ini harus siap bekerja secara purna waktu.

7.1. Tenaga Pendamping

7.1.1. PengertianPendamping adalah tenaga lapangan pada tingkat desa yang berasal dari

berbagai instansi pemerintah atau dari masyarakat, yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan kebutuhan untuk mengembangkan usaha ekonomi masyarakat.

7.1.2. Tugas PendampinganPendamping bertugas antara lain (1) mengarahkan penduduk yang

bergabung dalam KUBA sehingga menjadi suatu kebersamaan yang berorientasi pada upaya perbaikan kehidupan, (2) sebagai pemandu (fasilitator), penghubung (komunikator), dan penggerak (dinamisator) dalam pembentukan KUBA dan pendamping pengelolaan kegiatan usaha agroindustri.

Dalam melaksanakan tugas-tugasnya tersebut, pendamping dikoordinasikan oleh instansi pemerintah. Ruang lingkup tugas pendamping adalah sbb:a. Melalui prakarsanya, pendamping memandu pengembangan KUBA

melalui musyawarah RT/RW/Lingkungan/Dusun/Desa.

28

Page 29: PENGKAJIAN TENTANG KEMITRAAN USAHA … · Web viewPengalaman dalam aplikasi Manajemen Bisnis, Kemitraan dalam usaha, dan kelembagaan, 2.4. Operasionalisasi sistem bisnis pedesaan

b. Mendampingi KUBA agar berfungsi sebagai wahana proses belajar mengajar proses alih teknologi, pengambilan keputusan, mobilisasi sumberdaya para anggota dan komunikasi antara anggota dengan para pendamping.

c. Bersama aparat terkait menyusun rencana peningkatan kualitas sumberdaya manusia dari para anggota dan pengurus KUBA.

d. Mengembangkan sistem informasi pasar hasil produksi dan sarana produksi, serta ketersediaan teknologi tepat guna.

e. Meningkatkan kerjasama dengan para tokoh masyarakat, lembaga- lembaga penelitian serta lembaga-lembaga suasta.

f. Memantau permasalahan dan hambatan dalam pengembangan usaha para anggota KUBA

g. Mengidentifikasi kebutuhan teknologi dan menginformasikannya ke lembaga-lembaga inovasi teknologi.

7.1.3. Kegiatan Utama Pendamping

a. Pemahamana. Memahami berbagai Juknis dan Juklak dan berbagai pengarahan aparat

terkaitb. Memahami berbagai prosedur perkreditan formal melalui Koperasi/Bankc. Memahami aspirasi dan usaha KUBA yang akan didampingid. Mengidentifikasi jenis sumberdaya yang ada pada masyarakat dan peluang-

peluang berusahae. Merumuskan kebutuhan KUBA, terutama untuk pengembangan usahanya.

b. Menyusun Jadwal KerjaDalam melaksanakan tugas-tugasnya, pendamping perlu menyusun

jadwal kerja. Caranya adalah sbb:a. Membaca serta memahami dahulu langkah-langkah kegiatan pendampinganb. Membahas dan menyusun rencana jadwal kerja dengan sesama pendampingc. Pendamping membicarakan serta menyepakati rencana jadwal kerja dengan

IPAS.

c. Membantu Pendataan RTPDalam rangka mengembangkan KUBA dan menggerakkan usaha

kelompok, data tentang penduduk, keadaan sosial ekonomi masyarakat, jenis-jenis sumberdaya yang dimiliki perlu dikumpulkan melalui pengembangan sistem pendataan yang efisien. Sasaranannya adalah terciptanya bank data tentang masyarakat Desa, yang dapat dipergunakan untuk membuat perencanaan sesuai dengan keinginan kelompok dan evaluasi kemajuan KUBA.

Dalam rangka pelaksanaan program KIPMAS-SUSU, maka penduduk desa baik pria maupun wanita perlu ditata dan disiapkan secara seksama. Pendataan didasarkan atas kriteria setempat yang telah disepakati bersama oleh

29

Page 30: PENGKAJIAN TENTANG KEMITRAAN USAHA … · Web viewPengalaman dalam aplikasi Manajemen Bisnis, Kemitraan dalam usaha, dan kelembagaan, 2.4. Operasionalisasi sistem bisnis pedesaan

Pemerintah Desa/Kelurahan dan Tokoh/Pemuka Masyarakat serta BPD. Pendataan mereka meliputi aspek-aspek: (a) sumber-sumber pendapatan keluarga, (b) pemenuhan kebutuhan hidup minimal seperti perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan.Hasil pendataan RTP ini merupakan bahan yang akan dibahas dan

dimusyawarahkan. Untuk itu pendamping harus melakukan hal-hal sbb: (a) menghimpun data penduduk desa yang ada di desa/dusun; (b) mengelompokkan data penduduk dalam kelompok penduduk berdasarkan jenis-jenis usaha yang telah ada dan kelompok penduduk yang belum mempunyai jenis usaha serta berdasarkan lokasi tempat tinggalnya.

d. Membantu Pembentukan KUBAKelompok adalah kumpulan RTP setempat yang menyatukan diri dalam

usaha pengelolaan sumberdaya DAS untuk meningkatkan kesejahteraan, keswadayaan dan kegotong-royongan. Untuk memperlancar dan mengefektifkan upaya mempercepat penanggulanan kemiskinan, penduduk desa harus didorong membentuk kelompok usaha bersama. Pembentukan KUBA ini dapat diprakarsai oleh pendamping bersama-sama dengan tokoh masyarakat.

Dalam membantu pembentukan KUBA tersebut maka perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu: (a). Pembentukan KUBA didasarkan pada kebutuhan RTP, yaitu untuk

meningkatkan kesejahteraan anggota(b). Harus dihindari pembentukan KUBA yang dipaksakan oleh aparat

pemerintah, termasuk aparat desa atau KOPERASI(c). Dalam wadah KUBA ini diselenggarakan usaha produktif agribisnis sapi

perah, pemupukan modal dan penghimpunan tabungan sehingga memberikan manfaat secara ekonomis bagi semua anggota KUBA secara lestari dan berkelanjutan

(d). KUBA dapat merupakan kelompok yang sudah ada, atau dapat pula disiapkan, ditumbuhkan, dan dibina secara khusus oleh aparat desa, organisasi kemasyarakatan, perguruan tinggi, dan lembaga swadaya masyarakat sesuai dengan ketentuan yang ada, yaitu anggotanya adalah RTP

(e). Pada satu desa/kelurahan dapat dibentuk beberapa kelompok seusai dengan kebutuhan atau dengan mengembangkan kelompok yang ada. KUBA beranggotakan sekitar 25-30 RTP yang tinggal dalam satu hamparan.

(f). Pendampingan terhadap KUBA disesuaikan dengan kondisi dan situasi setempat. Jumlah KUBA yang dibina dibatasi sebanyak-banyaknya 5 KUBA.

e. Membimbing Pengelolaan Usaha

30

Page 31: PENGKAJIAN TENTANG KEMITRAAN USAHA … · Web viewPengalaman dalam aplikasi Manajemen Bisnis, Kemitraan dalam usaha, dan kelembagaan, 2.4. Operasionalisasi sistem bisnis pedesaan

Anggota KUBA yang belum mempunyai usaha intensif memerlukan bimbingan dalam manajemen kegiatan. Manajemen usaha yang dipilih hendaknya berdasarkan; (a). Kesepakatan anggota KUBA; (b) berorientasi pada peningkatan pendapatan, (c) kemampuan anggota, (d) potensi sumberdaya alam yang mendukung, (e) usaha dapat beragam dalam konteks agrokompleks.

Bagi anggota KUBA yang sudah mempunyai kegiatan produktif tetap maka pendamping membimbing guna meningkatkan mutu usaha dan penambahan modal.

f. Membimbing Perencanaan Kegiatan Usaha KUBA(a). Membantu KUBA dalam membahas pengelolaan sumberdaya alam dan

manusia sesuai dengan pilihan terbaik berdasarkan kemampaun yang ada(b). Membantu menetapkan jenis kegiatan yang sesuai dengan prioritas

kebutuhan dan kemampuan sumberdaya yang tersedia. Dengan memperhatikan aspek alat, bahan, cara dan tempat.

(c). Membantu KUBA membahas dan menyusun jadwal kegiatannya.(d). Membantu Ketua KUBA untuk menyusun usulan kegiatan kelompok

dengan mengisi formulir sebagai bahan diskusi.

g. Mengusahakan Bantuan Teknik

Bantuan teknis dapat berupa :a. Bidang pengorganisasian permodalan, pengembangan usaha, pengembangan

sumberdaya manusia, jaringan kerja;b. Bidang teknis sektor produksi pengelolaan sumberdaya DAS.

Dalam hal ini pendamping dapat melaksanakan langkah sebagaiberikut:a. Pendamping membuat daftar kebutuhan bantuan teknis dari hasil diskusi

KUBA.b. Pendamping membuat daftar sumberdaya teknis yang ada di desa atau

sekitarnya.c. Pendamping mengusahakan bantuan teknis dari instansi terkait.

g. Membina Kegiatan Usaha Dalam mengarahkan pelaksanaan kegiatan usaha harus diingat:

a. Rencana kegiatan yang telah disusun atau disepakati sebelumnya.b. Situasi dan kondisi yang paling tepat c. Bersifat memotivasi atau mengajak, bukan menginstruksikand. Tingkat perkembangan yang dicapai.

Ada beberapa cara yang dapat dipilih mana yang sesuai dengan keper-luan:a. Pengarahan langsung pada waktu usaha dilaksanakan b. Melalui pertemuan-pertemuan dengan KUBAc. Melalui pertemuan umum seperti: musyawarah RT/RW, Sholat Jum'at,

upacara perayaan dan semacamnya

31

Page 32: PENGKAJIAN TENTANG KEMITRAAN USAHA … · Web viewPengalaman dalam aplikasi Manajemen Bisnis, Kemitraan dalam usaha, dan kelembagaan, 2.4. Operasionalisasi sistem bisnis pedesaan

d. Menjembatani anggota dan KUBA yang memerlukan bantuan teknis yang dibutuhkan

e. Pembinaan dapat juga berupa pemberian penghargaan bagi yang berhasil, memberi motivasi, melakkukan pembetulan jika ada kekeliruan dan sebagainya.

Jika terjadi masalah atau kemacetan usaha maka dibahas bersama cara pemecahan masalahnya.

h. Membina Mekanisme Perguliran (kalau ada)a. Pada prinsipnya KUBA dapat menghimpun dan mengelola serta

menggulirkoan dana kelompok sendiri secara berkelanjutan. Pertambahan kapital KUBA sangat bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan usaha kelompok sehingga pengguliran antar anggota kelompok sesuai kebutuhannya dan kesepakatan KUBA. Usaha pengguliran dalam KUBA harus didasarkan pada keterbukaan dan kesepakatan yang dipegang teguh oleh para anggotanya.

b. Pembinaan pengguliran dana dapat dilakukan melalui cara a.l.: menabung, pemupukan modal. simpan pinjam, koperasi, dll.

c. Pendamping perlu memahami kesepakatan dan mekanisme pengguliran dana, dalam hal ini membantu bagaimana caranya: peminjaman dana, penetapan besarnya bunga dan cara pembayaran, jangka waktu angsuran, jadwal angsuran, penetapan besarnya tabungan, dsb.

i. Membimbing Penyusunan Catatan KUBA dan Pelaporan.Membantu penyusunan catatan pelaksanaan usaha dan kegiatan anggota/

KUBA . Selanjutnya diserahkan kepada Koordinator untuk selanjutnya dikirim kepada instansi yang relevan.

8. MANAJEMEN KONFLIK

8.1. PendahuluanDi antara berbagai gejala yang timbul dalam kehidupan kelembagaan /

organisasi adalah konflik, suatu gejala yang merupakan “suratan tangan” dalam garis kehidupan kelembagaan / organisasi. Ditinjau sisi dinamika kelembagaan, konflik merupakan suatu kekuatan besar yang dapat mengembangkan organisasi, namun juga dapat memecah belah bahkan menghancurkan sama sekali. Tidak berbeda dengan sumber kekuatan lain yang dimiliki organisasi, dalam konflik tersimpan suatu “asset” besar yang mungkin untuk dimanfaatkan demi pertumbuhan dan perkembangan organisasi.

Sebagai suatu fakta, keberadaan konflik tidak perlu dipandang sebagai suatu masalah tetapi akan lebih bermanfaat apabila dipandang sebagai suatu tantangan untuk dijawab secara tepat. Berkeluh kesah terhadap sesuatu yang keberadaannya tidak bisa dihindari adalah perbuatan yang merusak diri sendiri. Mempelajari secara seksama serta menanggapinya secara positif tentunya

32

Page 33: PENGKAJIAN TENTANG KEMITRAAN USAHA … · Web viewPengalaman dalam aplikasi Manajemen Bisnis, Kemitraan dalam usaha, dan kelembagaan, 2.4. Operasionalisasi sistem bisnis pedesaan

merupakan perbuatan yang lebih bijaksana. Dengan perkataan lain, tantangan yang dihadapi dalam kehidupan organisasi bukan bagaimana menghilangkan atau menghindari timbulnya konflik, tetapi bagaimana menanganinya secara baik.

Dalam rangka mewujudkan maksud tersebut, pengetahuan tentang pengertian konflik, fungsi serta dinamika konflik perlu dipahami untuk memungkinkannya mengembangkan cara-cara menanganinnya. Meningkatkan manajemen konflik betul-betul menuntut upaya sadar yang taat asas, karena hal tersebut mengandung proses perubahan baik persepsi, pengetahuan, sikap bahkan perilaku yang berkepentingan.

8.2. PENGERTIAN MAKNA KONFLIK

Konflik pada hakekatnya merupakan setiap ketegangan (tension) yang dialami seseorang apabila ia berpandangan bahwa kebutuhan atau keinginannya dihambat atau dikecewakan pemenuhannya. Ketegangan tersebut dapat timbul karena orang tersebut mengalami / menginginkan dua hal yang tidak “klop” satu sama lain. Hal seperti ini, kalau terjadi dalam diri orang yang bersangkutan sendiri , disebut konflik intrapersonal. Namun konflik juga dapat timbul akibat terjadinya ketidak-sesuaian kepentingan antara dua pihak atau lebih : inilah yang dikenal sebagai konflik interpersonal.

Konflik dapat juga dimaknakan sebagai perjuangan antar kebutuhan, keinginan, gagasan, kepentingan ataupun orang-orang yang saling bertentangan. Dengan kata lain konflik timbul karena ketidaksesuaian (incongruency) dalam :

1. Sasaran (goals)2. Nilai (Values)3. Pikiran (cognition)4. Perasaan (affect)5. Perilaku (behavior)

Untuk dapat lebih memahami serta memanfaatkan keberadaan konflik dalam suatu kelembagaan / organisasi diperlukan suatu cara pandang yang tepat. Pengalaman nyata dalam kehidupan organisasi, tidak jarang menunjukkan adanya kesalahan persepsi terhadap konflik terutama justru di kalangan pimpinan organisasi. Untuk memperoleh pandangan/persepsi yang tepat memang dituntut kedewasaan terutama dalam hal pengendalian diri.

Pandangan tradisional mengungkapkan konflik sebagai sesuatu yang jelek dan harus dihindari dengan cara apapun. Akibatnya adalah timbul kecenderungan untuk menekan konflik tersebut dan menyembunyikan dari permukaan. Dengan perbuatan demikian, diharapkan konflik tersebut akan lenyap dengan sendirinya. Lain halnya dengan pandangan perilaku, tentunya merupakan pandangan yang lebih baru, yang memandang konflik sebagai suatu fenonema yang timbul secara alamiah dan tidak dapat dihindari, ia bahkan inherent dalam setiap sistem serta tidak terlalu jelek. Konflik dapat bersifat

33

Page 34: PENGKAJIAN TENTANG KEMITRAAN USAHA … · Web viewPengalaman dalam aplikasi Manajemen Bisnis, Kemitraan dalam usaha, dan kelembagaan, 2.4. Operasionalisasi sistem bisnis pedesaan

fungsional bagi individu, kelompok maupun organisasi. Fungsionalisasi konflik dapat dipelajari dari beberapa aspek sebagai berikut :

1. Konflik “menjernihkan udara atau melapangkan dada” , karena melalui konflik orang mengeluarkan segala uneg-uneg yang selama ini mengganjal di dalam hati.

2. Apabila dalam suatu sistem tidak terjadi ketegangan (konflik) sama sekali, maka sistem tersebut akan statis dan orang akan cepat bosan akibat status quo tersebut. Jadi sebenarnya konflik pada tingkat yang optimal menjadi esensial bagi inovasi karena dapat mendorong dan memelihara interaksi antar pribadi serta tempat kerja dalam suasana yang sehat dan kreatif.

3. Konflik antar kelompok, konflik antar dua kelompok atau lebih mendorong kohesi intra kelompok apabila suatu “musuh” bersama yang harus dihadapi bersama-sama oleh anggota kelompok.

4. Banyak peraturan, tata tertib, prosedur dan perubahan-perubahan dari dimensi lain baik struktural maupun proses dibuat sebagai akibat timbulnya situasi konflik.

5. Konflik dapat juga berlaku sebagai alat keseimbangan kekuasaan (power equalizer). Hal ini juga tampak jelas dalam negosiasi antara manajenem dengan serikat pekerja.

Dalam batas-batas tertentu, konflik dapat menimbulkan hal-hal yang bermanfaat dan bersifat fungsional bagi individu, kelompok maupun organisasi. Tetapi konflik yang berkembang secara berlebihan dan tidak terkendali cenderung akan berakibat destruktif dalam berbagai macam perwujudannya. Dengan demikian tampaknya ada suatu tingkat yang optimum dimana konflik menjadi suatu gejala yang berguna dalam rangka menciptakan suasana yang sehat, kreatif dan produktif. Untuk mencapai maksud tersebut maka konflik harus dikelola.

8.3. DINAMIKA KONFLIKPemahaman atas dinamika konflik sangat bermanfaat bagi anggota

organisasi dan organisasi itu sendiri. Dari konflik akan muncul serangkaian perilaku dan tanggapan di antara pihak-pihak yang bersangkutan. Sebagai contoh, apabila ada seorang pimpinan (P) yang melihat seorang karyawan (K) sedang berbincang-bincang dengan karyawan lain padahal waktu itu K diharapkan mengerjakan sesuatu tugas mendesak baginya. P mengalami ketegangan karena apa yang diharapkan (yaitu K mengerjakan tugas yang mendesak) berbeda jauh dengan apa yang ia lihat atau sebenarnya terjadi (yaitu K berbincang-bincang dengan temannya). Dengan nada tinggi P menegur K mengapa ia tidak melakukan tugas tetapi mengobrol dengan temannya. K merasa tersinggung dengan memberikan dalih bahwa ia tidak bisa menolak apabila ada orang yang datang kepadanya untuk urusan dinas. P merasa bahwa

34

Page 35: PENGKAJIAN TENTANG KEMITRAAN USAHA … · Web viewPengalaman dalam aplikasi Manajemen Bisnis, Kemitraan dalam usaha, dan kelembagaan, 2.4. Operasionalisasi sistem bisnis pedesaan

K mencari-cari alasan dan P menjadi kian marah. Dengan demikian terbentuklah suatu rangkaian atau rantai reaksi atas perilaku dan tanggapan yang timbul.

Salah satu model konflik yang dikenal adalah “Conflict Episode”. Ada lima tahapan sejak suatu konflik itu berawal yang dilaluinya sebagai suatu proses yaitu :

1. Latent Conflict : Tahap dimana muncul faktor-faktor dalam situasi yang dapat menjadi kekuatan potensial guna mendorong konflik.

2. Percieved Conflict : Tahap dimana satu pihak memandang pihak lain seperti akan menghambat atau mengancam sasarannya.

3. Felt Conflict : Tahap dimana konflik tidak hanya dipandang atau dianggap ada, namun benar-benar dirasakan dan dikenali keberadaannya.

4. Manifest Conflict : Tahap dimana kedua belah pihak berperilaku yang mengundang tanggapan dari pihak lain.

5. Conflict Aftermath : Tahap sesudah konflik diatasi, tetapi masih terdapat sisa-sisa ketegangan yang tertinggal pada pihak-pihak yang bersangkutan yang nantinya disamping hal-hal lain dapat menjadi dasar bagi “Latent Conflict” pada episode berikutnya.

Conflict Episode sebagai suatu proses yang terdiri atas tahap-tahapan beruntun dapat diperjelas dengan menyajikannya dalam bentuk sebagai berikut :

PROSES DARI CONFLICT EPISODE

8.4. PEMECAHAN KONFLIK

Pemecahan konflik dapat beralngsung dalam berbagai bentuk, dapat dilakukan dengan berbagai macam cara. Setidak-tidaknya ada lima macam bentuk/cara dalam pemecahan konflik, yaitu :

35

1

1 1 1 1

1

Conflict Resolution

Page 36: PENGKAJIAN TENTANG KEMITRAAN USAHA … · Web viewPengalaman dalam aplikasi Manajemen Bisnis, Kemitraan dalam usaha, dan kelembagaan, 2.4. Operasionalisasi sistem bisnis pedesaan

1. KolaborasiKolaborasi dilakukan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam konflik secara bersama-sama mencari pemecahan masalah dengan pendekatan menang-menang (win-win approach)

2. KompetisiDi sini pendekatan menang-kalah (win-lose approach) yang dipakai sehingga pihak yang lebih kuat yang akan menang, seperti misalnya dalam memperjuangkan sumber-sumber yang terbatas.

3. AkomodasiSeorang atau pihak tertentu dapat menampung kebutuhan pihak lain dengan cara menyerahkan atau mengorbankan keinginannya sendiri.

4. KompromiKompromi merupakan kemauan untuk berbagi sumber-sumber yang terbatas / tersedia di antara pihak-pihak yang terlibat.

5. Hindari Hal ini dapat dilakukan oleh salah satu pihak atau keduanya.

Perlu dipahami bahwa dampak dari konflik akan tergantung pada cara yang dipakai dalam pemecahan konflik tersebut. Apabila dengan cara pemecahan tertentu, kedua belah pihak merasa puas maka tidak ada masalah. Tetapi apabila salah satu pihak atau kedua belah pihak merasa dikecewakan, maka keadaan ini akan berbuntut lain. Pihak atau pihak-pihak yang dikecewakan akan menyimpan ketegangan tertentu dalam dirinya dan hal ini dapat menjadi kekuatan tersembunyi untuk munculnya latent conflict yang mudah sekali tersulut akibat insiden tertentu.

Konflik perlu di”managed” dengan tepat. Konflik harus dipecahkan pada saat atau segera setelah ia berada pada tingkat optimum dan sebelum akibat-akibat yang disfungsional mulai muncul.

Bagaimana untuk mengetahui cara pemecahan apa yang harus dipakai serta dalam situasi bagaimana pemakaian tersebut, disarankan digunakan pendekatan kontijensi dalam pemecahan konflik.

36

Page 37: PENGKAJIAN TENTANG KEMITRAAN USAHA … · Web viewPengalaman dalam aplikasi Manajemen Bisnis, Kemitraan dalam usaha, dan kelembagaan, 2.4. Operasionalisasi sistem bisnis pedesaan

8.5. MODEL PEMECAHAN KONFLIK

Secara ringkas, cara-cara tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

1. KompetisiKompetisi merupakan pemecahan yang berorientasi pada kekuasaan dan cara ini dipergunakan dengan memanfaatkan kekuasaan apapun yang dimiliki atau ada ditangannya seperti misalnya: Pengetahuan, Ketrampilan, Rank, Hubungan Intim, dan sebagainya yang memungkinkannya untuk menang. Cara ini sangat berguna terutama dalam situasi keterbatasan sumber yang tersedia. Demikian juga akan masa kritis dimana keputusan harus dibuat secara tepat.

2. KolaborasiKolaborasi mencakup upaya untuk bekerja sama dengan pihak lain dalam rangka mencari pemecahan yang memuaskan kedua belah pihak. Kepentingan kedua belah pihak memperoleh perhatian besar serta ketidak sesuaian dibahas secara rinci dan berusaha sungguh-sungguh untuk memetik kemanfaatan dari situasi tanpa menyakiti pihak lain.Cara ini menjadi sangat berguna terutama apabila kepentingan kedua belah pihak sama-sama pentingnya sehingga sulit dikompromikan.

3. KompromiKompromi ini dilakukan dengan mengambil posisi tengah antara dimensi yang bersifat menyerang dan kerja sama. Pihak-pihak yang terlibat dalam

37

Tinggi(Perilaku Kooperatif)

Rendah(Perilaku tidak

koordinatif)

Perhatian kepada orang lain

akomodasi

kompromi

kolaborasi

kompetisihindari

rendah tinggiPerhatian kepada diri

sendiri

Page 38: PENGKAJIAN TENTANG KEMITRAAN USAHA … · Web viewPengalaman dalam aplikasi Manajemen Bisnis, Kemitraan dalam usaha, dan kelembagaan, 2.4. Operasionalisasi sistem bisnis pedesaan

konflik sama-sama mengusahakan pemecahan yang cukup memuaskan, walaupun memang tidak memuaskan sepenuhnya.Cara ini dilakukan misalnya dengan mengabaikan perbedaan-perbedaan yang ada sambil memberikan atau saling bertukar konsesi.Kompromi merupakan cara yang sangat berguna terutama apabila sasaran yang ingin dicapai cukup penting namun tidak sedemikian penting sehingga menuntut cara yang lebih “keras”. Cara ini juga baik untuk konflik dimana kedua belah pihak memiliki kekuasaan yang relatif seimbang, atau juga dalam situasi yang menuntut keputusan secara cepat.

4. Hindari Hindari sebagai cara menghadapi konflik dilakukan apabila seorang individu bersikap tidak bermusuhan dan tidak juga kooperatif dalam arti bahwa yang bersangkutan menaruh perhatian yang sangat rendah baik atas kepentingannya sendiri maupun kepentingan lawan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengesampingkan secara diplomatis isu yang menimbulkan konflik, menunda pembahasan atau menarik diri baik secara fisik maupun psikologis dari situasi yang dirasakan mengancam tersebut.Cara ini sangat fungsional terutama bila isu yang terlibat bersifat sederhana atau kecil. Disamping itu, cara ini merupakan alternatif terbaik jika yang bersangkutan memiliki kekuasaan yang sangat rendah sehingga sangat kecil kemungkinan pemuasannya, atau tidak memadai antara pengorbanan yang akan diderita akibat konfrontasi dengan kemanfaatan yang dapat dipetik.

5. Akomodasi Akomodasi terwujud dalam bentuk kemurahan hati, mengikuti / mengakomodasi kehendak pihak lain atau menerima pandangan pihak lain tersebut. Jadi pada hakekatnya si individu mengabaikan kepentingan sendiri demi memuaskan pihak lain ; ada pengorbanan diri dalam akomodasi ini.Cara ini tepat dilakukan dalam situasi dimana si individu menyadari bahwa ia bersalah, atau kepentingan pihak lain jauh lebih menonjol daripada kepentingan sendiri. Akhirnya cara ini juga tepat untuk menghindarkan diri dari akibat yang lebih parah.

Teknik untuk memecahkan konflik dapat diringkas sebagai berikut :

1. Kendalikan emosi1.1. Anggap sederajat1.2. Dengarkan dengan baik1.3. Kemukakan pendapat1.4. Ungkapkan perasaan

2. Pemecahan kolaboratif.2.1. Definisikan masalah

38

Page 39: PENGKAJIAN TENTANG KEMITRAAN USAHA … · Web viewPengalaman dalam aplikasi Manajemen Bisnis, Kemitraan dalam usaha, dan kelembagaan, 2.4. Operasionalisasi sistem bisnis pedesaan

2.2. Curah pendapat2.3. Pemilihan alternatif terbaik bagi kedua pihak2.4. Rencanakan tindakan2.5. Evaluasi.

Adakalanya proses pemecahan konflik membutuhkan “campur tangan” pihak ke tiga. Keterlibatan pihak ke tiga ini dapat dimanfaatkan dalam beberapa bentuk atau versi, yaitu :

1. ArbitrasiSesuai dengan namanya, keterlibatan pihak ketiga dalam proses pemecahan konflik yang terjadi adalah untuk bertindak sebagai “wasit” atau “hakim” yang akan memutuskan. Keputusan tersebut dibuat setelah pihak ketiga mendengarkan dengan baik pendapat kedua belah pihak.

2. MediasiTidak jarang terjadi bahwa dalam perkembangan terjadinya konflik, komunikasi justru terputus. Keadaan semacam ini jelas lebih mempersulit pemecahannya. Untuk membangun kembali komunikasi yang putus tersebut, jasa pihak ketiga dapat dimanfaatkan yaitu bertindak sebagai perantara. Dengan demikian pihak ketiga berwenang langsung dalam pemecahannya sendiri. Ia semata-mata berfungsi sebagai mediator.

3. Konsultasi antar pihakPihak ketiga dalam kapasitasnya sebagai konsultan dan pengarah membantu pihak-pihak yang sedang konflik dengan cara mengembangkan hubungan dan kemampuan mereka dalam memecahkan konflik yang terjadi.

Langkah-langkah taktis berikut ini, dapat dimanfaatkan untuk menyelesaikan konflik di dalam dan/atau antar kelembagaan:

Langkah pertama : Tentukan pihak ke tiga yang disetujui bersama untuk menjadi konsultan mediasi.

Langkah ke dua :Jelaskan dengan gamblang, tujuan dari usaha penengahan mediasi / solusi masalah tersebut.

Langkah ke tiga :Pihak ke tiga menemui pihak yang konflik secara terpisah guna mengetahui bagaimana masing-masing pihak mempersepsi diri sendiri dan pihak lain. Disyaratkan untuk melakukannya secara lisan dan tertulis.

Langkah ke empat :

39

Page 40: PENGKAJIAN TENTANG KEMITRAAN USAHA … · Web viewPengalaman dalam aplikasi Manajemen Bisnis, Kemitraan dalam usaha, dan kelembagaan, 2.4. Operasionalisasi sistem bisnis pedesaan

Bahan tertulis (informasi lisan) tersebut dipertukarkan, sehingga masing-masing pihak dapat mempelajari secara seksama.

Langkah ke lima :Masing-masing pihak diterima oleh pihak ke tiga secara terpisah dan diminta untuk menyampaikan kesan-kesannya atas apa yang dipelajari dari bahan tertulis tersebut.

Langkah ke enam :Pihak ke tiga (mediator) mempertemukan kedua belah pihak / kelompok dan mengatur pertemuan sehingga masing-masing pihak berkesempatan untuk mendengarkan penjelasan pihak lain, kemudian berusaha mencari penyelesaian bersama.

40