penghimpunan dana di perbakan syariah

32
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam merupakan the comprehensive way of life bagi setiap muslim. Ajaran-ajarannya bersifat universal ditujukan kepada seluruh umat manusia untuk mencapai kemaslahatan hidup dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Tidak terkecuali dalam aspek ekonomi. Islam sangat menganjurkan umat untuk bertebaran di muka bumi dalam rangka mencari karunia Ilahi. 1 Umat Islam dalam kehidupan modern ini menghadapi tantangan yang cukup berat. Di satu sisi ia harus mampu mengikuti perkembangan global di bidang ekonomi dan teknologi, sementara itu di sisi lain ia juga harus berpegang teguh pada ketentuan yang ada dalam syariah. Dengan kata lain umat Islam harus mampu bertahan di era globalisasi dengan tetap berpedoman pada nilai-nilai syariah. Perkembangan global di bidang ekonomi terutama dengan munculnya bank syariah yang saat ini sudah mulai tumbuh dan berkembang, sangat membantu masyarakat khususnya orang-orang Islam yang tidak ingin melakukan kegiatan yang mengandung unsur ribawi seperti yang ada di perbankan konvensional. Islam yang dengan tegas melarang praktik riba, mau tidak mau maka orang-orang Islam harus mencari jalan lain untuk menghindarinya yaitu perbankan syariah. Perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan 1 Abdul Ghofur Anshori, 2007, Perbankan Syariah Di Indonesia, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, hal. 6-7

Upload: ihsan-baegz

Post on 17-Feb-2016

28 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Produk-produk perbankan syariah.

TRANSCRIPT

Page 1: Penghimpunan Dana di perbakan syariah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam merupakan the comprehensive way of life bagi setiap muslim. Ajaran-ajarannya bersifat universal ditujukan kepada seluruh umat manusia untuk mencapai kemaslahatan hidup dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Tidak terkecuali dalam aspek ekonomi. Islam sangat menganjurkan umat untuk bertebaran di muka bumi dalam rangka mencari karunia Ilahi.1

Umat Islam dalam kehidupan modern ini menghadapi tantangan yang cukup berat. Di satu sisi ia harus mampu mengikuti perkembangan global di bidang ekonomi dan teknologi, sementara itu di sisi lain ia juga harus berpegang teguh pada ketentuan yang ada dalam syariah. Dengan kata lain umat Islam harus mampu bertahan di era globalisasi dengan tetap berpedoman pada nilai-nilai syariah.

Perkembangan global di bidang ekonomi terutama dengan munculnya bank syariah yang saat ini sudah mulai tumbuh dan berkembang, sangat membantu masyarakat khususnya orang-orang Islam yang tidak ingin melakukan kegiatan yang mengandung unsur ribawi seperti yang ada di perbankan konvensional. Islam yang dengan tegas melarang praktik riba, mau tidak mau maka orang-orang Islam harus mencari jalan lain untuk menghindarinya yaitu perbankan syariah.

Perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.2

Bank adalah lembaga keuangan yang bersifat sebagai intermediasi keuangan. Dengan demikian, dalam sebuah bank terdapat minimal dua macam kegiatan, yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana untuk kemudian menyalurkannya kepada masyarakat yang membutuhkan dana.

Lalu bagaimana proses penghimpunan dana dari masyarakat yang dilakukan oleh perbankan syariah. Pada prinsipnya hampir sama dengan perbankan konvensional, artinya dalam sistem perbankan dikenal produk-produk berupa giro (demand deposit), tabungan (saving deposit), dan deposito (time deposit) sebagai sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat. Perbedaanya adalah bahwa dalam sistem perbankan syariah tidak dikenal adanya bunga sebagai kontraprestasi terhadap nasabah deposan, melainkan melalui mekanisme bagi hasil dan bonus yang bergantung pada jenis produk apa yang dipilih oleh nasabah.3

1Abdul Ghofur Anshori, 2007, Perbankan Syariah Di Indonesia, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, hal. 6-72Undang-Undang No.21 Tahun 20083Abdul Ghofur Anshori, 2007, Perbankan Syariah Di Indonesia, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, hal. 79

Page 2: Penghimpunan Dana di perbakan syariah

Dengan demikian, produk penghimpunan dana (funding) yang ada dalam sistem perbankan syariah terdiri dari Giro (Wadiah dan Mudharabah), Deposito (Mudharabah), dan Tabungan (Wadiah dan Mudharabah).

B. Rumusan Masalah1. Apakah pengertian produk penghimpunan dana di Bank Syariah?2. Apa saja prinsip-prinsip dari produk penghimpunan dana di Bank Syariah?3. Apa saja akad yang digunakan dalam prinsip-prinsip tersebut?4. Bagaimana mekanisme akad tersebut?5. Apa saja keuntungan yang bisa didapat dari masing-masing prinsip?

BAB II

PEMBAHASAN

Page 3: Penghimpunan Dana di perbakan syariah

A. Pengertian Produk Penghimpunan Dana

Penghimpunan dana adalah suatu kegiatan usaha yang dilakukan bank untuk mencari dana dari pihak debitur (deposan,giran dan penabung) yang nantinya akan disalurkan kepada pihak kreditur dalam rangka menjalankan fungsi bank sebagai intermediasi antara pihak debitur dengan pihak kreditur. Produk-produk bank syariah yang termasuk ke dalam penghimpunan dana (funding) yakni, Giro, Tabungan, dan Deposito. Berdasarkan fatwa No 01/DSN-MUI/VI/2000 prinsip penghimpunan dana yang digunakan dalam bank syariah ada dua yaitu prinsip Wadi’ah dan prinsip Mudharabah.

1. Prinsip Wadi’ah

Prinsip Wadi’ah dalam perbankan syariah dapat diterapkan pada kegiatan penghimpunan dana berupa giro dan tabungan. Di Indonesia, hampir semua bank syariah menerapkan prinsip wadi’ah pada giro dan tabungan. Pada dasarnya pengertian wadi’ah adalah akad penitipan barang atau uang antara pihak yang mempunyai barang atau uang dan pihak yang diberi kepercayaan dengan tujuan untuk menjaga keselamatan, keamanan serta keutuhan barang atau uang.4

Dalam Islam mengenai titipan atau Wadi’ah ini dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :5

a) Wadiah Yad Al-Amanah

Adalah titipan dimana barang yang dititipkan sama sekali tidak boleh digunakan oleh pihak yang menerima titipan. Sehingga dengan demikian pihak yang menerima titipan tidak bertanggung jawab terhadap risiko yang menimpa barang yang dititipkan. Penerima titipan hanya memiliki kewajiban mengembalikan barang yang dititipkan pada saat diminta oleh pihak yang menitipkan secara apa adanya.

b) Wadiah Yad Ad Dhamanah

Adalah titipan dimana barang yang dititipkan tersebut dapat digunakan atau dimanfaatkan oleh penerima titipan. Sehingga pihak penerima titipan bertanggung jawab terhadap risiko yang menimpa barang sebagai akibat dari penggunaan atas suatu barang, seperti risiko kerusakan, resiko kehilangan dan sebagainya. Tentu saja ia juga wajib mengembalikan barang yang dititipkan pada saat diminta oleh pihak yang menitipkan.

Jenis barang yang diwadiahkan

1. .Harta benda, yaitu biasanya harta yang bergerak, dalam bank konvensional tempat penyimpanannya dikenal dengan Safety box suatu tempat kotak dimana nasabah bisa menyimpan barang apa saja kedalam kotak tersebut.

2. Uang, jelas sebagaimana yang telah kita lakukan pada umumnya.3. Dokumen Saham, obligasi, bilyet giro, Surat perjanjian mudharabah dll.4. Barang berharga lainnya surat tanah, surat wasiat dll yang dianggap berharga

mempunyai nilai uang.

2. Prinsip Mudharabah

4Undang-Undang No.21 Tahun 20085Abdul Ghofur Anshori, 2007, Perbankan Syariah Di Indonesia, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, hal. 82-83

Page 4: Penghimpunan Dana di perbakan syariah

Dalam mengaplikasikan prinsip mudharabah, penyimpan atau deposan bertindak sebagai shahibul maal (pemilik modal) dan bank bertindak sebagai mudharib (pengelola).Hasil usaha ini akan dibagi hasilkan berdasarkan nisbah yang disepakati. Dalam hal ini bank menggunakan dana pihak ketiga untuk melakukan mudharabah kedua, pada mudharabah kedua ini, bank bertanggung jawab penuh atas kerugian yang terjadi.6

Rukun mudharabah terpenuhi sempurna jika terdiri dari pemilik dana, mudharib, ada usaha yang akan dibagihasilkan, nisbah dan ijab kabul. Prinsip mudharabah ini diterapkan pada produk giro, tabungan dan deposito.

Berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh pihak penyimpan dana, prinsip mudharabah terbagi dua yaitu:

a) Mudharabah mutlaqah atau URIA(Unrestricted Investment Account)b) Mudharabah muqayyadah atau RIA(Restricted Investment Account)

Mudharabah terdiri dari 2 jenis yaitu :

a) Mudharabah Muthlaqah (URIA)

Dalam mudharabah muthlaqah (URIA = Unrestricted Investment Account ), tidak ada pembatasan bagi bank dalam menggunakan dana yang dihimpun. Nasabah tidak memberikan persyaratan apapun kepada bank, kebisnis apa dana yang di simpannya itu hendak disalurkan, atau menetapkan penggunaan akad-akad tertentu, ataupun mensyaratkan dananya diperuntukan bagi nasabah tertentu. Jadi bank memiliki kebebasan penuh untuk menyalurkan dana URIA ini kebisnis manapun yang di perkirakan menguntungkan namun tetap harus sesuai dengan syariah.

Dari penerapan mudharabah muthlaqah ini dikembangkan produk giro, tabungan dan deposito, sehingga terdapat jenis penghimpunan dana, yaitu giro mudharabah, tabungan mudharabah dan deposito mudharabah.

Ketentuan umum dalam produk ini adalah :

Bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai nisbah dan tata cara pemberitahuan keuntungan dan atau pembagian keuntungan secara resiko yang dapat ditimbulkan dari penyimpanan dana. Apabila telah tercapai kesepakatan, maka hal tersebut harus dicantumkan dalam akad.

Untuk tabungan mudharabah, bank dapat memberikan buku tabungan sebagai bukti penyimpanan, serta kartu ATM dan atau alat penarikan lainnya kepada penabung. Untuk deposito mudharabah, bank wajib memberikan sertifikat atau tanda penyimpanan (bilyet) deposito kepada deposan.

Tabungan mudharabah dapat diambil setiap saat oleh penabung sesuai dengan perjanjian yang telah di sepakati, namun tidak diperkenankan mengalami saldo negatif.

Deposito mudharabah hanya dapat dicairkan sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati. Deposito diperpanjang, setelah jatuh tempo akan diperlakukan sama seperti deposito baru, tetapi bila pada akad sudah dicantumkan perpanjangan otomatis maka tidak perlu dibuat akad baru.

6Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, Bab Mudharabah

Page 5: Penghimpunan Dana di perbakan syariah

Ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengan tabungan dan deposito tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

b) Mudharabah Muqayyadah (RIA)

Mudhrabah RIA ini ada dua jenis yaitu:

Mudharabah muqayyadah on balance sheet. Mudharabah muqayyadah of balance sheet.

Mudharabah Muqayyadah on Balance Sheet

Jenis mudharabah ini merupakan simpanan khusus (Restricted Investment Account) dimana pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank. Misalnya disyaratkan digunakan untuk bisnis tertentu, atau di syaratkan digunakan dengan akad tertentu, atau disyaratkan digunakan untuk nasabah tertentu.

Karakteristik jenis simpanan inii adalah sebagai berikut :

Pemilik dana wajib menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus diikuti oleh bank dan wajib membuat akad yang mengatur persyaratan penyaluran dana simpanan khusus.

Bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai nisbah dan tatacara pemberitahuan keuntungan dan/atau pembagian keuntungan secara resiko yang dapat ditimbulkan dari penyimpanan dana. Apabila telah tercapai kesepakatan, maka hal tersebut harus dicantumkan dalam akad.

Sebagai tanda bukti simpanan bank menerbitkan bukti simpanan khusus. Bank wajib memisahkan dana ini dari rekening lainnya.

Untuk deposito mudharabah,bank wajib memberikan sertifikat atau tanda penyimpanan (bilyet) deposito kepada deposan.

Mudharabah Muqayyadah of Balance Sheet

Jenis mudharabah ini merupakan penyaluran dana mudharabah langsung kepada pelaksana usahanya, dimana bank bertindak sebagai perantara (arranger) yang mempertemukan antara pemilik dana dengan pelaksana usaha. Pemilik dana menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank dalam mencari bisnis (pelaksana usaha).

Karakterisrik jenis simpanan adalah sebagai berikut:

Sebagai tanda bukti simpanan bank menerbitkan bukti simpanan khusus. Bank wajib memisahkan dana dari rekening lainnya. Simpana khusus dicatat pada pos

tersendiri dalam rekening administrative. Dana simpanan khusus harus disalurkan secara langsung kepada pihak yang

diamanatkan oleh pemilik dana. Bank menerima komisi atas jasa mempertemukan kedua pihak. Sedangkan antara

pemilik dana dan pelaksana usaha berlaku nisbah bagi hasil.

Skema Pembiayaan Mudharabah RIA of balance sheet.

Investor (Pemilik dana) Mitra Kerja (Pelaksana usaha)

Dana Mudharabah

Bagi Hasil Usaha

Page 6: Penghimpunan Dana di perbakan syariah

B. Prinsip-prinsip Penghimpunan Dana1. Giro

Produk pertama yang akan kita bahas adalah Giro. Secara umum yang dimaksud dengan giro adalah simpanan yang penarikannya dapat di lakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah bayar lainnya atau dengan pemindah bukuan.7adapun yang di maksud dengan giro syariah adalah giro yang dijalankan berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Dalam hal ini Dewan Syariah Nasional (DSN) telah mengeluarkan fatwa Nomor 01/DSN-MUI/VI/2000 yang menyatakan bahwa Giro yang dibenarkan secara syariah adalah Giro yang dijalankan berdasarkan prinsip wadiah dan mudharabah.8 Pada umumnya pemilik rekening giro adalah pengusaha atau pemilik kegiatan yang membutuhkan alat pembayaran berbentuk cek.

a) Giro Wadiah

Yang dimaksud giro wadiah adalah giro yang dijalankan berdasarkan akad wadiah, yakni titipan murni yang setiap saat dapat diambil jika pemiliknya menghendaki. Dalam konsep wadiah yad al-dhamanah, pihak yang menerima titipan boleh menggunakan atau memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan. Hal ini berarti bahwa wadiah yad dhamanah mempunyai implikasi hukum yang sama dengan qard, yakni nasabah bertindak sebagai pihak

7Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan atas undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan.8Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 01/DSN-MUI/IV/2000 tentang giro.

Investor (Pemilik dana) Mitra Kerja (Pelaksana usaha)

Dana Mudharabah

Bagi Hasil Usaha

Page 7: Penghimpunan Dana di perbakan syariah

yang meminjamkan uang dan bank bertindak sebagai pihak yang di pinjami.dengan demikian pemilik dana dan bank tidak boleh saling menjanjikan untuk memberikan imbalan atas penggunaan atau pemanfaatan dana atau barang titipan barang tersebut. Jadi ini mirip seperti yang dilakukan Zubair bin Awwam ketika menerima titipan uang di zaman Rasulullah Saw.

Dalam kaitannya dengan produk giro, bank syariah menerapkan prinsip wadiah yad dhamanah, yakni nasabah bertindak sebagai penitip yang memberikan hak kepada bank syariah untuk menggunakan atau memanfaatkan uang atau barang titipannya, sedangkan bank syariah bertindak sebagai pihak yang dititipi yang disertai hak untuk mengelola dana titipan dengan tanpa mempunyai kewajiban memberikan bagi hasil dari keuntungan pengelolaan dana tersebut. Namun demikian, bank syariah diperkenankan memberikan insentif berupa bonus dengan catatan tidak di syaratkan sebelumnya.

Dari pemaparan diatas, dapat dinyatakan beberapa ketentuan umum giro wadiah sebagai berikut:

Dana wadiah dapat digunakan oleh bank untuk kegiatan komersial dengan syarat bank harus menjamin pembayaran kembali nominal dana wadiah tersebut

Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana menjadi hak milik atau di tanggung bank, sedangkan pemilik dana tidak di janjikan imbalan dan tidak menanggung kerugian. Bank dimungkinkan memberikan bonus kepada pemilik dana sebagai suatu insentif untuk menarik dana masyarakat tapi tidak boleh di perjanjikan dimuka.

Pemilik dana wadiah dapat menarik lagi dananya sewaktu waktu (on call), baik sebagian ataupun seluruhnya.

Bank harus membuat akad pembukaan rekening yang isinya mencakup izin penyaluran dana yang disimpan dan persayaratan lainnya yang disepakati selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Khusus bagi pemilik rekening giro, bank dapat memberikan buku cek,bilyet giro, dan debit card.

Terhadap pembukuan rekening ini bank dapat mengenakan pengganti biaya administrasi untuk sekedar menutupi biaya yang benar-benar terjadi.

Seperti yang telah dikemukakan di atas, Bank dapat memberikan bonus atas penitipan dana wadiah. Pemberian bonus dimaksud merupakan kewenangan bank dan tidak boleh diperjanjikan dimuka.

Pada prinsipnya, teknik perhitungan bonus wadiah dihitung dari saldo terendah dalam satu bulan. Namun demikian, bonus wadiah dapat diberikan kepada giran sebagai berikut:

1. Saldo terendah dalam satu bulan takwim di atas Rp 1.000.000,- (Bagi rekening yang bonus wadiahnya dihitung dari saldo terendah)

2. Saldo rata-rata harian dalam satu bulan takwim di atas Rp 1.000.000,- (bagi rekening yang bonus gironya dari saldo rata-rata harian)

3. Saldo hariannya diatas Rp 1.000.000,- ( bagin rekening yang bonus wadiahnya dihitung dari saldo harian)

Besarnya saldo giro yang mendapatkan bonus wadiah dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok:

Page 8: Penghimpunan Dana di perbakan syariah

1. Rp 1 juta s.d. Rp 50 juta2. Di atas Rp 50 juta s.d. Rp 100 juta3. Diatas Rp 100 juta

Rumus yang digunakan dalam memperhitungkan bonus giro wadiah adalah sebagai berikut:

1. Bonus wadiah atas dasar saldo terendah , yakni tarif bonus wadiah dikalikan dengan saldo terendah bulan yang bersangkutan.

2. Bonus wadiah atas dasar saldo rata-rata harian, yakni tarif bonus wadiah dikalikan dengan saldo rata-rata harian bulan yang bersangkutan.

3. Bonus wadiah atas dasar saldo harian, yakni tarif bonus wadiah dikalikan dengan saldo harian yang bersangkutan dikali hari efektif.

Dalam memperhitungkan pemberian bonus wadiah tersebut, hal-hal yang harus diperhatikan adalah:

1. Tarif bonus wadiah merupakan besarnya tarif yang diberikan bank sesuai ketentuan.

2. Saldo terendah adalah saldo terendah dalam satu bulan.3. Saldo rata-rata harian adalah total saldo dalam satu bulan dibagi hari bagi hasil

sebenarnya menurut kalende. Misalnya , bulan januari 31 hari, bulan februari 28/29 hari, dengan catatan satu tahun 365 hari.

4. Saldo harian adalah saldo akhir hari.5. Hari efektif adalah hari kalender tidak termasuk hari tanggal pembukaan atau

tanggal penutupan, tapi termasuk hari tanggal tutup buku.6. Dana giro yang mengendap kurang dari satu bulan karena rekening baru dibuka

awal bulan atau ditutup tidak pada akhir bulan tidak mendapatkan bonus wadiah, kecuali apabila perhitungan bonus wadiahnya atas dasar saldo harian.

b) Giro Mudharabah

Penghimpunan dana dengan prinsip Mudharabah adalah perjanjian kerjasama dimana pihak pertama (shahib al mal) menyediakan dana dan pihak kedua (mudharib) bertanggung jawab atas pengelolaan usaha. Hasil usaha dibagikan sesuai dengan nisbah yang disepakati.

Dalam hal ini, bank syariah bertindak sebagai mudharib (pengelola dana), sedangkan nasabah bertindak sebagai shahibul mal (pemilik dana). Sebagai mudharib, bank syariah dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah serta mengembangkannya, termasuk melakukan akad mudharabah dengan pihak lain.

Tarif bonus wadiah × saldo terendah bulan yang bersangkutan

Tarif bonus wadiah × saldo rata-rata harian bulan yang bersangkutan

Tarif bonus wadiah × saldo hari yang bersangkutan × hari efektif

Page 9: Penghimpunan Dana di perbakan syariah

Dari hasil pengelolaan dana mudharabah, bank syariah akan membagi hasilkan kepada pemilik dana sesuai dengan nisbah yang telah disepakati dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening. Dalam mengelola dana tersebut, bank tidak bertanggung jawab terhadap kerugian yang bukan disebabkan oleh kelalaiannya. Namun, apabila yang terjadi adalah mismanagement (salah urus), bank bertanggung jawab penuh terhadap kerugian tersebut.

Dalam mengelola harta mudharabah, bank menuntup biaya operasional giro dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya. Di samping itu, bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah giran tanpa persetujuan yang bersangkutan. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, PPH bagi hasil giro mudharabah dibebankan langsung ke rekening giro mudharabah pada saat perhitungan bagi hasil.

Perhitungan bagi hasil giro mudharabah dilakukan berdasarkan saldo rata-rata harian yang dihitung ditiap akhir bulan dan di buku awal bulan berikutnya. Rumus perhitungan bagi hasil giro mudharabah adalah sebagai berikut:

Dalam memperhitungkan bagi hasil giro mudharabah tersebut,hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:

Hasil perhitungan bagi hasil dalam angka satuan bulat tanpa mengurangi hak nasabah.- Pembulatan ke atas untuk nasabah- Pembulatan ke bawah untuk bank.

Hasil perhitungan pajak dibulatkan keatas sampai puluhan terdekat.

Dalam hal pembayaran bagi hasil, bank syariah menggunakan metode end of month, yaitu:

Pembayaran bagi hasil giro mudharabah dilakukan secar bulanan, yaitu pada tanggal tutup buku setiap bulan.

Bagi hasil bulan pertama dihitung secara proporsional hari efektif,termasuk tanggal tutup buku, tapi tidak termasuk tanggal pembukaan giro.

Bagi hasil bulan terakhir dihitung secara proporsional hari efektif. Tingkat bagi hasil yang dibayarkan adalah tingkat bagi hasil tutup buku bulan terakhir.

Jumlah hari sebulan adalah jumlah kalendar bulan yang bersangkutan ( 28 hari,29 hari, 30 hari, 31 hari).

Bagi hasil bulanan yang diterima nasabah di afiliasikan ke rekening lainnya sesuai permintaan nasabah.

Dari pembahasan diatas dapat disarikan beberapa ketentuan umum giro berdasarkan mudharabah sebagai berikut:

Dalam transaksi ini, nasabah betindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola.

hari bagihasil× saldo rata−rata harian× tingkat bagihasilharikalender yangbersangkutan

Page 10: Penghimpunan Dana di perbakan syariah

Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentang dengan prinsip dan mengembangkannya , termasuk didalamnya mudharabah dengan pihak lain.

Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya , dalam bentuk tunai dan bukan piutang.

Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam bentuk akad pembukaan rekening.

Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional giro dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.

Bank tidak diperkenankan untuk mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan.

Penerapan skim mudharabah jarang dipakai untuk produk giro, namun bank dimungkinkan menyediakan produk giro mudharabah.9

2. Tabungana) Tabungan Wadiah

Tabungan wadiah merupakan tabungan yang dijalankan berdasarkan akad wadiah, yakni titipan murni yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat sesuai dengan kehendak pemiliknya. Berkaitan denga produk tabungan wadiah, bank syariah menggunakan akad wadiah yad dhamanah. Dalam hal ini nasabah bertindak sebagai penitip yang memberikan hak kepada bank syariah untuk menggunakan atau memanfaatkan uang atau barang titipannya, sedangkan bank syariah bertindak sebagai pihak yang dititipi dana atau barang yang disertai hak untuk menggunakan atau memanfaatkan dana atau barang tersebut. Sebagai konsekuensinya, bank bertanggung jawab terhadap keutuhan harta titipan tersebut. Di sisi lain, bank juga berhak sepenuhnya atas keuntungan dari hasil penggunaan atau pemanfaatan dana atau barang tersebut.

Mengingat wadiah yad dhamanah ini mempunyai implikasi hukum yang sama dengan qardh, maka nasabah penitip dan bank tidak boleh saling menjanjikan untuk membagihasilkan keuntungan harta tersebut. Namun demikian, bank diperkenankan memberikan bonus kepada pemilik harta titipan selama tidak disyaratkan dimuka. Denga kata lain, pemberian bonus merupakan kebijakan bank syariah semata besifat sukarela.

Dari pembahasan di atas, dapat dinyatakan beberapa ketentuan umum tabungan wadiah sebagai berikut:

Tabungan wadiah merupakan tabungan yang bersifat titipan murni yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat (on call) sesuai dengan kehendak pemilik harta.

Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana atau pemanfaatan barang menjadi milik atau tanggungan bank, sedangkan nasabah penitip tidak dijanjikan imbalan dan tidak menanggung kerugian.

Bank dimungkinkan memberikan bonus kepada pemilik harta sebagai sebuah insentif selama tidak diperjanjikan dalam akad pembukaan rekening.

9Abdul Ghofur Anshori, 2007, Perbankan Syariah Di Indonesia, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, hal. 85

Page 11: Penghimpunan Dana di perbakan syariah

Dalam hal bank berkeinginan untuk memberikan bonus wadiah, beberapa metode yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Bonus wadiah atas dasar saldo terendah2. Bonus wadiah atas dasar saldo rata-rata harian3. Bonus wadiah atas dasar saldo harian

Rumus yang digunakan dalam memperhitungkan bonus tabungan wadiah adalah sebagai berikut:

1. Bonus wadiah atas dasar saldo terendah , yakni tarif bonus wadiah dikalikan dengan saldo terendah bulan yang bersangkutan.

2. Bonus wadiah atas dasar saldo rata-rata harian, yakni tarif bonus wadiah dikalikan dengan saldo rata-rata harian bulan yang bersangkutan.

3. Bonus wadiah atas dasar saldo harian, yakni tarif bonus wadiah dikalikan dengan saldo harian yang bersangkutan dikali hari efektif.

Dalam memperhitungkan pemberian bonus wadiah tersebut, hal-hal yang harus diperhatikan adalah:

1. Tarif bonus wadiah merupakan besarnya tarif yang diberikan bank sesuai ketentuan.

2. Saldo terendah adalah saldo terendah dalam satu bulan.3. Saldo rata-rata harian adalah total saldo dalam satu bulan dibagi hari bagi hasil

sebenarnya menurut kalende. Misalnya , bulan januari 31 hari, bulan februari 28/29 hari, dengan catatan satu tahun 365 hari.

4. Saldo harian adalah saldo akhir hari.5. Hari efektif adalah hari kalender tidak termasuk hari tanggal pembukaan atau

tanggal penutupan, tapi termasuk hari tanggal tutup buku.6. Dana tabungan yang mengendap kurang dari satu bulan karena rekening baru

dibuka awal bulan atau ditutup tidak pada akhir bulan tidak mendapatkan bonus wadiah, kecuali apabila perhitungan bonus wadiahnya atas dasar saldo harian.

b) Tabungan Mudharabah

Yang dimaksud dengan tabungan mudharabah adalah tabungan yang dijalankan berdasarkan akad mudhrabah. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, mudharabah mempunyai dua bentuk, yakni mudharabah mutlaqah dan mudharabah muqayyadah, yang perbedaan utama di antara keduanya terletak pada ada atau tidaknya persyaratan yang diberikan pemilik dana kepada bank dalam mengelola hartanya, baik dari sisi tempat, waktu, maupun objek investasinya.

Dalam hal ini, bank syariah bertindak sebagai mudharib (pengelola dana), sedangkan nasabah bertindak sebagai shahibul mal (pemilik dana). Sebagai mudharib, bank syariah

Tarif bonus wadiah × saldo terendah bulan yang bersangkutan

Tarif bonus wadiah × saldo rata-rata harian bulan

Tarif bonus wadiah × saldo hari yang bersangkutan × hari efektif

Page 12: Penghimpunan Dana di perbakan syariah

dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah serta mengembangkannya, termasuk melakukan akad mudharabah dengan pihak lain.

Namun disisi lain, bank syariah juga memiliki sifat sebagai seorang wali amanah (trustee), yakni bank harus berhati-hati atau bijaksana serta beritikad baik dan bertanggung jawab atas segala sesuatu yang timbul akibat kesalahan atau kelalaiannya.

Dari hasil pengelolaan dana mudharabah, bank syariah akan membagi hasilkan kepada pemilik dana sesuai dengan nisbah yang telah disepakati dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening. Dalam mengelola dana tersebut, bank tidak bertanggung jawab terhadap kerugian yang bukan disebabkan oleh kelalaiannya. Namun, apabila yang terjadi adalah mismanagement (salah urus), bank bertanggung jawab penuh terhadap kerugian tersebut.

Dalam mengelola harta mudharabah, bank menuntup biaya operasional tabungan dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya. Di samping itu, bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah penabung tanpa persetujuan yang bersangkutan. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, PPH bagi hasil tabungan mudharabah dibebankan langsung ke rekening tabungan mudharabah pada saat perhitungan bagi hasil.

Perhitungan bagi hasil tabungan mudharabah dilakukan berdasarkan saldo rata-rata harian yang dihitung ditiap akhir bulan dan di buku awal bulan berikutnya. Rumus perhitungan bagi hasil giro mudharabah adalah sebagai berikut:

Dalam memperhitungkan bagi hasil giro mudharabah tersebut,hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:

Hasil perhitungan bagi hasil dalam angka satuan bulat tanpa mengurangi hak nasabah.- Pembulatan ke atas untuk nasabah- Pembulatan ke bawah untuk bank.

Hasil perhitungan pajak dibulatkan keatas sampai puluhan terdekat.

Dalam hal pembayaran bagi hasil, bank syariah menggunakan metode end of month, yaitu:

Pembayaran bagi hasil tabungan mudharabah dilakukan secar bulanan, yaitu pada tanggal tutup buku setiap bulan.

Bagi hasil bulan pertama dihitung secara proporsional hari efektif,termasuk tanggal tutup buku, tapi tidak termasuk tanggal pembukaan tabungan.

Bagi hasil bulan terakhir dihitung secara proporsional hari efektif. Tingkat bagi hasil yang dibayarkan adalah tingkat bagi hasil tutup buku bulan terakhir.

Jumlah hari sebulan adalah jumlah kalendar bulan yang bersangkutan ( 28 hari,29 hari, 30 hari, 31 hari).

Bagi hasil bulanan yang diterima nasabah di afiliasikan ke rekening lainnya sesuai permintaan nasabah.

hari bagihasil× saldo rata−rata harian× tingkat bagihasilharikalender yangbersangkutan

Page 13: Penghimpunan Dana di perbakan syariah

Dari pembahasan diatas dapat disarikan beberapa ketentuan umum tabungan berdasarkan mudharabah sebagai berikut:

Dalam transaksi ini, nasabah betindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola.

Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentang dengan prinsip dan mengembangkannya , termasuk didalamnya mudharabah dengan pihak lain.

Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya , dalam bentuk tunai dan bukan piutang.

Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam bentuk akad pembukaan rekening.

Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional giro dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.

Bank tidak diperkenankan untuk mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan.

3. Deposito

Selain giro dan tabungan, produk perbankan syariah yang lainnya yang termasuk produk penghimpunan dana (funding) adalah deposito. Berdasarkan undang-undang tentang perbankan yang dimaksud deposito berjangka adalah simpanan yang penarikannnya hanya dapat dilakukan pada waktu-waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan bank yang bersangkutan.

Adapun yang dimaksud dengan deposito syariah adalah deposito yang dijalankan berdasarkan prinsip syariah. Dalam hal ini, Dewan Syariah Nasional MUI telah mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa deposito yang dibenarkan adalah deposito yang yang berasarkan prinsip mudharabah.

Deposito sebagai salah satu produk perbankan dalam perbankan syariah menggunakan skema mudharabah. Hal ini sejalan dengan tujuan dari nasabah menggunakan intrumen deposito yakni sebagai sarana investasi dalam upaya memperoleh keuntungan.10

Berdasarkan pada fatwa DSN-MUI ini deposito yang dibenarkan secara syariah adalah yang berdasarkan prinsip mudharabah dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :11

a) Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemiliki dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana.

b) Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan mengembangkannya, termasuk di dalamnya mudharabah dengan pihak lain.

10Abdul Ghofur Anshori, 2007, Perbankan Syariah Di Indonesia, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, hal. 9511Ibid

Page 14: Penghimpunan Dana di perbakan syariah

c) Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan bukan piutang.d) Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam

akad pembukaan rekening.e) Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional deposito dengan menggunakan nisbah

keuntungan yang menjadi haknya.f) Bank tidak diperkenankan untuk mengurangi nisbah keuntungan.

Dalam hal ini, bank syariah bertindak sebagai mudharib (pengelola dana), sedangkan nasabah bertindak sebagai shahibul maal (pemilik dana). Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank syariah dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentang dengan prinsip serta mengembangkannya, termasuk melakukan akad mudharabah dengan pihak ketiga.

Dengan demikian bank syariah dalam kapasitasnya sebagai mudharib memiliki sifat seorang wali amanah (trustee), yakni harus berhati-hati atau bijaksana serta beriktikad bak dan bertanggung jawab atas segala sesuatu yang timbul akibat kesalahan atau kelalaiannnya. Disamping itu, bank syariah juga bertinddak sebagai kuasa dari usaha bisnis pemilik dana yang diharapkan dapat memperoleh keuntungan seoptimal mungkin tanpa melanggar berbagai macam aturan syariah.

Dari hasil pengelolaan dana mudharabah, bank syariah akan membagihasilkan dengan pemilik dana sesuai dengan nisbah yang telah disepakati dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening. Dlam mengelola dana tersebut, bank tidak bertanggung jawab terhadap kerugian yang bukan disebabkan oleh kelalaiannya. Namun apabila yang terjadi adalah mismanagement (salah urus), bank bertanggung jawab penuh terhadap kerugian tersebut.

Berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh pihak pemilik dana,terdapat dua bentuk mudahrabah, yakni:

1. Mudharabah mutlaqah atau URIA(Unrestricted Investment Account)2. Mudharabah muqayyadah atau RIA(Restricted Investment Account)

A. MUDHARABAH MUTLAQAH (Unrestricted Investment Account, URIA)

Dalam deposito mudhrabah mutlaqah (URIA), pemilik dana tidak memberikan batasan atau persyaratan tertentu kepada bank syariah dalam mengelola investasinya, baik yang berkaitan dengan tempat, cara maupun objek investasinya. Dengan kata lain bank syariah mempunyai hak dan kebebasan sepenuhnya dalam menginvestasikan dana URIA ini ke berbagai sector bisnis yang diperkirakan akan memperoleh keuntungan.

Dalam menghitung bagi hasil deposito mudharabah mutlaqah (URIA), basis perhitungan adalah bagi hasil sebenarnya, termasuk tanggal tutup buku, namun tidak termasuk tanggal pembukaan deposito mudharabah mutlaqah (URIA) dan tanggal jatuh tempo. Sedangkan jumlah hari dalam sebulan yang menjadi angka penyebut/angka pembagi adalah hari kalender bulan yang bersangkutan (28 hari,29 hari,30 hari, 31 hari).

Rumus perhitungan bagi hasil deposito mudharabah mutlaqah (URIA) adalah sebagai berikut:

hari bagihasil× nominaldeposito mudharabah×tingkat bagihasilharikalender yang bersangkutan

Page 15: Penghimpunan Dana di perbakan syariah

Dalam memperhitungkan bagi hasil deposito mudharabah mutlaqah (URIA) tersebut,hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:

Hasil perhitungan bagi hasil dalam angka satuan bulat tanpa mengurangi hak nasabah.- Pembulatan ke atas untuk nasabah- Pembulatan ke bawah untuk bank.

Hasil perhitungan pajak dibulatkan keatas sampai puluhan terdekat.

Pembayaran bagi hasil deposito mudharabah mutlaqah (URIA) dapat dilakukan dengan 2 metode, yaitu:

1. Anniversary Date- Pembayaran bagi hasil deposito dilakukan secara bulanan, yaitu pada

tanggal yang dengan pembukaan deposito.- Tingkat bagi hasil yang dibayarkan adalah tingkat bagi hasil tutup buku

bulan terakhir.- Bagi hasil bulanan yang diterima nasabah dapat diafiliasikan ke rekening

lainnya sesuai dengan permintaan deposan.2. End of Month

- Pembayaran bagi hasil deposito dilakukan secara bulanan, yaitu pada tanggal tutup buku setiap bulan.

- Bagi hasil bulan pertama dihitung secara proporsional hari efektif termasuk tanggal tutup buku, tapi tidak termasuk tanggal pembukaan deposito.

- Bagi hasil bulan terakhir dihitung secara proporsional harin efektif tidak termasuk tanggal jatuh tempo deposito. Tingkat bagi hasil yang dibayarkan adalah tingkat bagi hasil tutup buku bulan terakhir.

- Jumlah hari sebulan adalah jumlah kalender bulan yang bersangkutan (28 hari,29 hari,30 hari,31 hari).

- Bagi hasil bulanan yang diterima nasabah dapat diafiliasikan ke rekening lainnya sesuai dengan permintaan deposan.

Dalam hal pencairan deposito mudhrabah mutlaqah (URIA) dengan pembayaran bagi hasil bulanan yang dilakukan sebelum tanggal jatuh tempo, bank syariah dapat mengenaklan denda (penalty) kepada nasabah yang bersangkutan sebesar 3% dari nominal bilyet deposito mudharabah mutlaqah (URIA). Klausul denda harus ditulis dalam akad dan dijelaskan kepada nasabah pada saat pembukaan deposito mudharabah mutlaqah (URIA) semua jangka waktu (1,3,6, dan 12 bulan) untuk disepakati bersama oleh nasabah dan bank. Dalam hal ini, bagi hasil yang menjadi hal nasabah dan belum dibayarkan, harus dibayarkan.

Contoh perhitungan bagi hasil deposito mudharabah mutlaqah URIA yang dicairkan sebelum tanggal jatuh tempo dengan sistem bulanan adalah sebagai berikut:

Jangka waktu : 3 bulan (02-01-2004 s.d. 02- 04-2004)

Nominal deposito mudharabah mutlaqah : Rp 100.000.000,- Deposito mudharabah mutlaqah dicairkan tanggal : 10-03-2004 Tingkat bagi hasil tutup buku terakhir pada bilyet

Depostio mudharabah mutlaqah (februari 2004) : 1% (bila disetahunkan 12%) Deposito mudharabah mutlaqah dicairkan tanggal : 10-03-2004

Page 16: Penghimpunan Dana di perbakan syariah

Perhitungan bagi hasil, denda (penalty) dan jumlah nominal yang dibayarkan kepada deposan adalah sebagai berikut:

Hari bagi hasil

Perhitungan Keterangan

Bagi hasil bulan maret

Bagi hasil tanggal

01/03/2004 s.d.

10/03/2004

Bagi hasil:Rp 100.000.000,-×1%×9/31= Rp 290.323,-

Pajak:20%×Rp 290.323,- = Rp 58.065,-

Bagi hasil yang dibayarkan kepada deposan:Rp 290.323,- - Rp 58.065,- = Rp 232.258,-

Dibayarkan

Penalty 3% dari

nominal bilyet

3% × Rp100.000.000,- =Rp 3.000.000,- Dibebankan kepada nasabah

Yang diterima nasabah pada saat pencairan tanggal

10/03/2004

Rp100.000.000,- - Rp3.000.000,- =Rp 97.000.000,-

Dibayarkan sejumlah bilyet setelah dikurangi penalti

Dalam memperhitungkan bagi hasil deposito tersebut,hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:

Hasil perhitungan bagi hasil dalam angka satuan bulat tanpa mengurangi hak nasabah.- Pembulatan ke atas untuk nasabah- Pembulatan ke bawah untuk bank.

Hasil perhitungan pajak dibulatkan keatas sampai puluhan terdekat.

B. MUDHARABAH MUQAYYADAH atau RIA(Restricted Investment Account)

Page 17: Penghimpunan Dana di perbakan syariah

Berbeda halnya dengan deposito mudharabah mutlaqah URIA, dalam depostio mudharabah muqayyadah (RIA), pemilik dana memberikan batasan atau peryaratan tertentu kepada bank syariah dalam mengelola investasinya baik yang berkaitan dengn tempat,cara maupun objek investasinya. Dengan kata lain bank syariah tidak mempunyai hak dan kebebasan sepenuhnya dalam menginvestasikan dana RIA ini ke sector bisnis yang diperkirakan akan memperoleh keuntungan.

Dalam menggunakan dana deposito mudharabah muqayyadah (RIA) ini, terdapat dua metode, yakni:

1. Cluster pool of fundYaitu penggunaan dana untuk beberapa proyek dalam suatu jenis industry bisnis.

2. Specific productYaitu penggunaan dana untuk suatu proyekn tertentu.

Dalam hal ini, bank syariah melakukan pembayaran bagi hasil sesuai metode penggunaan dana RIA,yakni:

1) Cluster pool of fundPembayaran bagi haisl deposito mudharabah muqayyadah RIA dilakukan secara bulanan,triwulanan,semesteran atau periodisasi lain yang disepakati.

2) Specific projectPembayaran bagi haisl disesuaikan dengan arus kas proyek yang dibiayai.

Perhitungan bagi hasil dana RIA dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

I. Perhitungan bagi hasil cluster pool of fundDalam memperhitungkan bagi hasil cluster pool of fund, bank syariah dapat menggunakan rumus:

Dalam hal ini,pembayaran bagi hasil deposito mudharabah muqayyadah RIA dapat dilakukan melalui metode sebagai berikut:

Anniversary Date- Pembayaran bagi hasil deposito dilakukan secara bulanan, yaitu pada

tanggal yang dengan pembukaan deposito.- Tingkat bagi hasil yang dibayarkan adalah tingkat bagi hasil tutup buku

bulan terakhir.- Bagi hasil bulanan yang diterima nasabah dapat diafiliasikan ke rekening

lainnya sesuai dengan permintaan deposan. End of Month

- Pembayaran bagi hasil deposito dilakukan secara bulanan, yaitu pada tanggal tutup buku setiap bulan.

- Bagi hasil bulan pertama dihitung secara proporsional hari efektif termasuk tanggal tutup buku, tapi tidak termasuk tanggal pembukaan deposito.

hari bagihasil× nominaldeposito muqayyadah RIA × tingkat bagihasilharikalender yangbersangkutan

Page 18: Penghimpunan Dana di perbakan syariah

- Bagi hasil bulan terakhir dihitung secara proporsional harin efektif tidak termasuk tanggal jatuh tempo deposito. Tingkat bagi hasil yang dibayarkan adalah tingkat bagi hasil tutup buku bulan terakhir.

- Jumlah hari sebulan adalah jumlah kalender bulan yang bersangkutan (28 hari,29 hari,30 hari,31 hari).

- Bagi hasil bulanan yang diterima nasabah dapat diafiliasikan ke rekening lainnya sesuai dengan permintaan deposan.

II. Perhitungan bagi hasil specific projectDalam menghitung bagi hasil deposito, basis perhitungan hari bagi hasil deposito adalah hari tanggal pembukaan deposito sampai dengan tanggal pembayaran bagi hasil terdekat, dan menjadi angka pembilang atau number of days. Sedangkan jumlah hari tanggal pembayaran bagi hasil terakhir sampai tanggal pembayaran bagi hasil berikutnya menjadi angka penyebut/angka pembagi.

Dalam hal nominal proyek yang dibayai oleh lebih dari satu nasabah atau oleh bank dan nasabah, maka bagi hasiln dihitung secara proporsional.

Rumus perhitungan bagi hasil yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:

Dalam hal pencairan deposito mudharabah muqayyadah RIA,terdapat ketentuan sebagai berikut:

1. Khusus untuk cluster, apabila dikehendaki oleh deposan,deposito mudharabah muayyadah (RIA) dapat dicairkan atau ditarik kembali sebelum jatuh tempo yang disepakati dalam akad. Akibat tidak terpenuhinya jangka waktu akad, bank mengenakan denda (penalty) sesuai klausula denda yang disepakati dalam akad.

2. Khusus untuk specific project, deposito tidak dapat di cairkan atau ditarik kembali sebelum jatuh temponya tanpa konfirmasi dan persetujuan tertulis dari bank. Bank dapat menolak permohonan pencairan sebelum jatuh tempo bila memberatkan bank. Balam hal bank menyetujui pencairan sebelum jatuh tempo, bank dapat mnegenakan denda (penalty) sesuai kesepakatan.

Deposito mudharabah muqayyadah RIA dengan pembayaran bagi hasil secara bulanan dapat dicairkan sebelum tanggal jatuh tempo dengan dikenakan denda (penalty) sebesar 3% dari nominal bilyet deposito mudharabah muayyadah RIA. Klausula denda harus ditulis dalam akad dan dijelaskan kepada nasabah pada saat pembukaan deposito mudharabah muayyadah RIA semua jangka waktu (1,3,6, dan 12 bulan) untuk disepakati bersama oleh

hari bagihasilhari bagihasil terakhir

sampaibagihasilber ikutnya

+ nominal depositonominal proyek yang dibiayai

×return proyek

Page 19: Penghimpunan Dana di perbakan syariah

nasabah dan bank. Dalam hal ini, bagi hasil yang menjadi hak nasabah dan belum dibayarkan, harus dibayarkan.

Contoh perhitungan bagi hasil deposito mudharabah muqayyadah RIA yang dicairkan sebelum jatuh tempo dengan sistem bulanan adalah sebagai berikut:

Skema penghimpunan dan penyaluran dana.

Bilyet Giro kosong:

Bilyet giro terisi:

Jangka waktu : 3 bulan (02-01-2004 s.d.02- 04-2004)

Nominal deposito mudharabah muqayyadah : Rp 100.000.000,- Deposito mudharabah muqayyadah dicairkan tanggal : 10-03-2004 Tingkat bagi hasil tutup buku terakhir pada bilyet

Depostio mudharabah muqayyadah(februari 2004) : 1% (bila disetahunkan 12%) Deposito mudharabah muqayyadah dicairkan tanggal : 10-03-2004

Page 20: Penghimpunan Dana di perbakan syariah

Cek :

Surat deposito berjangka:

Page 21: Penghimpunan Dana di perbakan syariah

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan pada penjelasan di atas, maka dapat kita ketahui bahwa dalam perbankan syariah mengenai instrumen penghimpunan dana dari masyarakat secara langsung ini menggunakan tiga instrumen simpanan, yaitu Giro (demand deposit), Tabungan (saving deposit), dan Deposito (Time deposit).

Berbeda dengan bank konvensional yang menggunakan bunga sebagai kontraperstasi bagi nasabah, maka dalam perbankan syariah menggunakan dua prinsip perjanjian dalam islam yang di

Page 22: Penghimpunan Dana di perbakan syariah

dalamnya diyakini tidak mengandung unsur riba, maisyir, gharar, yaitu prinsip titipan (wadiah) dan prinsip bagi hasil (mudharabah).

Daftar Pustaka

I. Anshori, Abdul Ghofur. 2007, Perbankan Syariah Di Indonesia, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

II. Undang-Undang No.21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah.III. Rusyd, Ibnu. Bidayatul Mujtahid, Bab Mudharabah.IV. Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 01/DSN-MUI/IV/2000 tentang giro.V. Karim,Adiwarman.2004, Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta: Raja Grafindo

Persada.