pengertian estetika dan ruang lingkup kajiannya
TRANSCRIPT
PENGERTIAN ESTETIKA DAN RUANG LINGKUP KAJIANNYA
1. Pengertian Estetika
Estetika merupakan gabungan dari ilmu pengetahuan dan filsafat. Kata estetika dikutip dari
bahasa Yunani aisthetikos atauaishtanomai yang berarti mengamati dengan indera (Lexion Webster
Dic: 1977:18). Pengertian tersebut juga berkaitan dengan istilah Yunani aestheis yang berarti
pengamatan.
Dalam hal ini, Feldman melihat estetika sebagai ilmu pengetahuan pengamatan atau ilmu
pengetahuan inderawi, mengacu pada kesan-kesan inderawi. Demikian juga dengan J. Addison,
memadankan estetika dengan teori cita rasa.
Estetika sebagai ilmu pengetahuan berdasarkan pada kegiatan dari pengamatan
yang dilakukan dengan menggunakan panca indera, yaitu (1) mata sebagai indera penglihatan, (2)
hidung sebagai indera penciuman, (3) telinga sebagai indera pendengaran, (4) lidah sebagai indera
pengecap, dan (5) kulit sebagai indera peraba. Sebagai contoh, dalam mengamati suatu karya seni,
kita menggunakan kelima indera tersebut untuk mendapatkan kesan yang ditimbulkan dari karya
seni yang diamati, baik itu kesan warna, ruang, tekstur, dan sebagainya. Setelah kita mendapatkan
kesan dari karya seni yang kita amati, maka kita dapat merasakan unsur keindahan yang terdapat
pada karya seni tersebut. Keindahan bersifat relatif bergantung pada selera atau cita rasa masing-
masing individu. Selera atau cita rasa (Inggris: taste) yang dimaksud adalah kecenderungan
menyukai sesuatu atau hal-hal yang pernah dialami.
2. Lingkup Kajian Estetika
a . Hubungan antara keindahan dan kebudayaan
Mengacu dari pendapat Hope M. Smith (1968) bahwa “In essence, aesthetics is philosophy of
the beautiful, the science of beauty and taste”, keindahan tidak terlepas dari kebudayaan, karena
kebudayaan merupakn penentu corak, typical, gaya hidup suatu kelompok masyarakat sebagai
pendukung kebudayaan tersebut. Di sisi lain manusia sebagai makhluk multidimensi mempunyai
peran untuk mencipta dan mengamati suatu karya seni sesuai dengan cita rasanya. Kebudayaan
secara hakiki mempunyai pengertian sebagai keseluruhan pengetahuan, kepercayaan, dan nilai-
nilai yang isinya berupa sistem-sistem makna atau sistem-sistem simbol. Di dalam suatu
kebudayaan mengandung unsur-unsur seperti ilmu pengetahuan, kepercayaan (termasuk agama)
dan nilai-nilai (etika dan estetika). Keberadaan kebudayan itu telah di dukung oleh manusia, maka
dengan sendirinya manusia tidak dapat terlepas dari kebudayaan tersebut, karena budaya
merupakan wujud/ ekspresi dari eksistensi manusia.
b. Hubungan antara seni, estetika, dan filsafat seni
Seni sebagai kegiatan budi pikiran seniman, secara mahir diciptakan sebagai suatu karya yang
mengekspresikan perasaan seniman. Hasil ciptaan itu merupakan suatu kesatuan organis yang
setiap bagian atau unsurnya tidak dapat berdiri sendiriEstetika memuat bahasan ilmiah yang
berkaitan dengan karya seni, pengalaman seni, aliran seni, dan perkembangan seni. Pada intinya
persoalan pokok estetika meliputi empat hal, yakni (1) nilai estetika (esthetic value), (2) pengalaman
estetis (esthetic experience), (3) perilaku pencipta/ seniman, dan (4) seni/ karya seni.
Filsafat seni merupakan bidang pengetahuan yang senantiasa mempermasalahkan seni atau
keindahan dalam karya seni. Filsafat seniberhubungan dengan teori penciptaan seni, pengalaman
seni dan kritik seni (Lucius Gravin).
c. Hubungan antara tiga aspek dalam seni: karya seni, seniman, dan publik seni
Karya seni, seniman, dan publik seni adalah tiga hal yang tidak dapat dipisahkan. Karya seni
terdiri dari bentuk dan isi (kesatuan organis) yang memiliki nilai ekspresi. Karya seni bisa diterima
oleh penikmat atau publik seni jika nilai yang terdapat pada karya seni tersebut dapat diterima
dengan baik oleh penikmat seni. Dalam hal ini, karya seni disebut sebagai media komunikasi antara
seniman/ pencipta seni dengan penikmat/ publik seni. Karya seni yang baik seharusnya dapat
menyampaikan pesan yang ingin diutarakan oleh seniman sebagai pemilik ide. Namun, seorang
filusuf seni, Benedetto Croce mengatakan bahwa seni pada karya seni tidak pernah ada, sebab seni
itu ada dalam jiwa pengamatnya. Dalam proses berinteraksi/ berkomunikasi diperlukan juga
pengalaman yang melibatkan kegiatan inderawi.
3. Dimensi Manusia
Manusia memiliki empat dimensi untuk menjadi manusia yang manusiawi, yaitu:
1. Dimensi Agama (keyakinan), bersifat transendental, bertujuan untuk meraih kedamaian,
keselamatan, harmoni, dan apa seharusnya(das sollen).
2. Dimensi Pengalaman (Ilmu), bersifat nalar, logis, menggunakan metode spekuliatif,
bersumber pada fakta, dan apa adanya (das sein).
3. Dimensi Pikir (filsafat), bersifat nalar, logis, tidak ada metode spekulatif, bertujuan untuk
mencapai kebenaran yang menyeluruh.
4. Dimensi Rasa (seni), bersifat ekspresif berdasarkan apresiasi dari pengalaman
manusia (das sein dan das sollen).