pengertian ayat muhkan dan mutasyabih

12
Pengertian ayat Muhkan dan Mutasyabih secara khusus beserta contoh ayatnya - Di dalam Qur an terdapat ayat-ayat yang muhkam dan mutasyabih dalam arti khusus, sebagaimana disinyalir dalam firman Allah: ُ هْ نِ مَ هَ ابَ شَ ت اَ مَ ونُ عِ بَ تَ يَ فٌ غْ يَ زْ مِ هِ ب وُ لُ ق ي فَ ن يِ ذَ ال اَ مَ 2 اَ قٌ اتَ هِ ب اَ شَ تُ م7 ُ رَ خُ 2 اَ و7 ِ اتَ تِ كْ ل اُ مُ 2 اَ نُ ه7 ٌ اتَ مَ كْ حُ مٌ اتَ يF اُ هْ نِ م7 َ اتَ تِ كْ ل ا7 َ G كْ تَ لَ عَ لَ L ز نَ 2 اَ يِ ذَ الَ وُ هِ اتَ تْ ل2 الأْ واُ لْ وُ 2 اَ لأِ V اُ رَ كَ L ذَ ا يَ مَ ا وَ تِ بَ زِ ذ تِ عْ نِ مٌ لُ كِ هِ ا بَ تَ مF اَ ونُ ل وُ قَ يِ مْ لِ عْ ل ا يِ فَ ونُ خِ س اَ ر ل اَ وُ اَ لأِ V ا7 ُ هَ ل يِ وْ 2 اَ يُ مَ لْ عَ ي اَ مَ وِ هِ لh يِ وْ 2 اَ اء يَ عِ بْ k ب اَ وِ هَ نْ تِ L فْ لء ا اَ عِ بْ k با. Dia-lah yang menurunkan al-Kitab (al-Qur'an al-Kariem) kepada kamu. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi al-Qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mu-tasyaabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal , (Ali Imron [3]: 7). Mengenai pengertian muhkam dan mutasyabih terdapat banyak perbedaan pendapat. Perbedaan pendapat tentang pengertian muhkan dan mutasyabih yang terpenting menurut penulis di antaranya adalah sebagai berikut: Muhkam adalah ayat yang mudah diketahui maksudnya, sedang Mutasyabih hanyalah diketahui maksudnya oleh Allah sendiri. Muhkam adalah ayat yang hanya mengandung satu wajah, sedang Mutasyabih mengandung banyak wajah. Muhkam adalah ayat yang maksudnya dapat diketahui secara langsung, tanpa memerlukan keterangan lain, sedangMutasyabih tidak demikian; ia memerlukan penjelasan dengan menunjuk kepada ayat-ayat lain. Para ulama memberiikan contoh ayat-ayat Muhkam dalam al-Qur an dengan ayat-ayat nasikh , ayat-ayat tentang halal, haram, hudud (hukuman), kewajiban, janji dan ancaman. Sementara untuk ayat-ayat mutasyabih mereka mencontohkan dengan ayat-ayat mansukh dan ayat-ayat tentang Asma Allah dan sifat-sifat-Nya, antara ain: يَ وَ تْ س اِ شْ رَ عْ ل ي اَ لَ عُ نَ مْ حَ ر ل اAr-rahman bersemayam di atas Arsy. (Ta Ha [20]: 5) ُ هَ هْ جَ أ وَ لِ V اٌ G كِ الَ هٍ ءْ يَ شُ لُ كSegala sesuatu pasti binasa kecuali wajah-Nya. (al-Qasas [28]: 88) مِ ه بِ ذْ h يَ 2 اَ قْ وَ فِ َ اُ ذَ يTangan Allah di atas tangan mereka. (al-Fatah [48]: 10) هِ ادَ تِ عَ قْ وَ فُ رِ ه اَ فْ ل اَ وُ هَ و

Upload: arefiq931027

Post on 17-Jan-2016

27 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

menjelaskan pengertian ayat muhkam mutasyabihat

TRANSCRIPT

Page 1: Pengertian Ayat Muhkan Dan Mutasyabih

Pengertian ayat Muhkan dan Mutasyabih secara khusus beserta contoh ayatnya - Di dalam Qur’an terdapat ayat-ayat yang muhkam dan mutasyabih dalam arti khusus, sebagaimana disinyalir dalam firman Allah:

�غ� ي ز� �ه�م� �وب ق�ل في �ذ�ين� ال م�ا� ف�أ �ه�ات� اب �ش� م�ت �خ�ر� و�أ �اب� �ك�ت ال �م" أ ه�ن� �م�ات� م"ح�ك �ات� آي �ه� م�ن �اب� �ك�ت ال �ك� �ي ع�ل ل� �نز� أ �ذ�ي� ال ه�و�

�ون� �ق�ول ي � �م �ع�ل ال ف�ي اس�خ�ون� و�الر� 6ه� الل � �ال إ �ه� و�يل� �أ ت �م� �ع�ل ي و�م�ا �ه� و�يل

� �أ ت �غ�اء �ت و�اب �ة� �ن �ف�ت ال �غ�اء �ت اب �ه� م�ن �ه� اب �ش� ت م�ا �ع�ون� �ب �ت ف�ي

�اب� �ب األل � �وا و�ل� أ � �ال إ �ر� �ذ�ك ي و�م�ا �ا Aن ب ر� ع�ند� مAن� Dل� ك �ه� ب �ا .آم�ن

“Dia-lah yang menurunkan al-Kitab (al-Qur'an al-Kariem) kepada kamu. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi al-Qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mu-tasyaabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal”, (Ali Imron [3]: 7).

Mengenai pengertian muhkam dan mutasyabih terdapat banyak perbedaan pendapat. Perbedaan pendapat tentang pengertian muhkan dan mutasyabih yang terpenting menurut penulis di antaranya adalah sebagai berikut:

Muhkam adalah ayat yang mudah diketahui maksudnya, sedang Mutasyabih hanyalah

diketahui maksudnya oleh Allah sendiri.

Muhkam adalah ayat yang hanya mengandung satu wajah,

sedang Mutasyabih mengandung banyak wajah.

Muhkam adalah ayat yang maksudnya dapat diketahui secara langsung, tanpa

memerlukan keterangan lain, sedangMutasyabih tidak demikian; ia memerlukan

penjelasan dengan menunjuk kepada ayat-ayat lain.

Para ulama memberiikan contoh ayat-ayat Muhkam dalam al-Qur’an dengan ayat-ayat nasikh, ayat-ayat tentang halal, haram, hudud (hukuman), kewajiban, janji dan ancaman. Sementara untuk ayat-ayat mutasyabih mereka mencontohkan dengan ayat-ayat mansukh dan ayat-ayat tentang Asma Allah dan sifat-sifat-Nya, antara ain: 

�و�ى ت اس� �ع�ر�ش� ال ع�ل�ى ح�م�ن� الر�“Ar-rahman bersemayam di atas ‘Arsy.” (Ta Ha [20]: 5) 

ه�ه� و�ج� �ال� إ �ك� ه�ال Kي�ء ش� �ل" ك“Segala sesuatu pasti binasa kecuali wajah-Nya.” (al-Qasas [28]: 88) 

�د�يه�م ي� أ ف�و�ق� �ه� الل �د� ي

“Tangan Allah di atas tangan mereka.” (al-Fatah [48]: 10) 

�اد�ه ب ع� ف�و�ق� �ق�اه�ر� ال و�ه�و�“Dan dialah yang berkuasa di atas hamba-hamba-Nya.” (al-An’am [6]: 18) 

Page 2: Pengertian Ayat Muhkan Dan Mutasyabih

ب"ك ر� و�ج�اء“Dan datanglah Tuhanmu.” (al-Fajr [89]: 22) 

�ه�م �ي ع�ل �ه� الل و�غ�ض�ب�“Dan Allah memarahi mereka.” (al-Fath [48]: 6)

�ه�م ع�ن �ه� الل ض�ي� ر�“Allah rida terhadap mereka.” (al-Bayyinah [98]: 8)

الل6ه �م� �ك �ب ب �ح� ي �ي �ع�ون �ب ف�ات“Maka ikutlah aku, niscaya Allah akan mencintaimu.” (Ali Imron [3]: (31). 

Dan masih banyak lagi ayat Muhkan dan Mutasyabih yang lainnya. Termasuk di dalamnya permulaan beberapa surah yang dimulai dengan huruf-huruf Hija’iyah dan hakikat hari kemudian serta ‘Ilmus-Sa’ah.

1. Makna Muhkam

Al-Qur’an (baca ; ayat-ayat suci Al-Qur'an) semuanya adalah muhkam. Ungkapan ini dimaksudkan bahwa kemuhkaman Al-Qur'an mencakup lafadh dan keindahan nadhamnya, (baca ; susunan dan rangkaian kata & kalimatnya) sunguh sangat sempurna¸tak ada sedikitpun terdapat kelemahan padanya, baik dalam segi lafadhnya, maupun dalam segi maknanya. Dan dengan pengertian seperti inilah Allah SWT menurunkan Al-Qur’an sebagaimana yang Allah tegaskan dalm firmannya :

ب�ير� خ� ك�يم� ح� ل�د ن� م�ن� ل�ت� ف ص� ث م� آي�ات ه ك�م�ت� ح� أ ك�ت�اب الر

Alif Laam Raa, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu.

(QS. 11 : 1)

2. Makna MutasyabihDan kita dapat juga mengatakan, bahwa seluruh Al-Qur’an (ayat-ayatnya) adalah mutasyabih, jika yang kita maksudkan dengan kemutasybihannya adalah kemutamatsilan (yaitu serupa atau sebanding) antara ayat-ayatnya, baik dalam bidang balaghoh maupun dalam bidang I’jaz dan kesulitan kita menampakkan kelebihan sebahagian sukunya atau yang lain. Dengan pengertian inilah Allah swt berfrman :

م� ب�ه ر� و�ن� ي�خ�ش� ال�ذ�ين� ل ود ج ن�ه م� ع�ر/ ش� ت�ق� ث�ان�ي� م� ا اب�ه5 ت�ش� م ك�ت�اب5ا د�يث� ال�ح� ن� س� أ�ح� ل� ن�ز� الل�هAllah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Qur'an yang serupa (mutu

ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, (QS. 39 : 23)

3. Beberapa pendapat ulamaMakna ihkam dan tasyabuh (baca; muhkam dan mutasyabi) dalam pengertian bahwa ayat-ayat Al-Qur'an seluruhnya muhkam atau mutasyabihat (sebagaimana yang dibahas di atas) bukanlah yang kita maksudkan dari muhkam dan mutasyabihat yang akan kita bahas. Namun yang perlu digaris bawahi pula adalah bahwa yang mennyebabkan kita mengatakan istilah muhkam dan mutasyabih, landasannya adalah firman Allah :

Page 3: Pengertian Ayat Muhkan Dan Mutasyabih

ال�ذ�ين� ا م�أ� ف� ات اب�ه� ت�ش� م ر خ�

أ و� ال�ك�ت�اب� م/ أ ه ن� ك�م�ات م ح� ء�اي�ات ن�ه م� ال�ك�ت�اب� ع�ل�ي�ك� ل� �ن�ز� أ ال�ذ�ي و� ه

الل�ه إ�ال� يل�ه و�ت�أ� ي�ع�ل�م ا م� و� يل�ه� و�

ت�أ� اب�ت�غ�اء� و� ت�ن�ة� ال�ف� اب�ت�غ�اء� ن�ه م� اب�ه� ت�ش� ا م� ي�ت�ب�ع ون� ف� ي�غ ز� م� ل وب�ه� ق ف�يل�ب�اب�

� األ� أ ول و إ�ال� ي�ذ�ك�ر ا م� و� ب�ن�ا ر� ن�د� ع� م�ن� Mل ك ب�ه� ن�ا ء�ام� ول ون� ي�ق ال�ع�ل�م� ف�ي ون� خ اس� الر� و�Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Qur'an) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-

ayat yang muhkamaat itulah pokok-pokok isi Al Qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan,

maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat

yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal. (QS. 3 : 7)

Didalam ayat itu telah dinyatakan, bahwasanya muhkam ialah imbangan (baca; lawan) dari mutasyabih. Dalam artian bahwa sebagai orang yang rasikh (mendalam) ilmunya adalah imbangan (baca; lawan) dari orang-orang yang ada kesesatan dalam jiwanya. Para Ulama telah mnjadikan imbangan-imbangan ini sebagai dasar untuk mendefinisikan muhkam dan mutasyabih. Maka banyaklah pendapat-pendapat mereka dalam maudhu/ tema ini yang bermacam pula .

Namun demikiann pada akhirnya mereka menetapkan, bahwasanya yang dikatakan muhkam adalah “yang menunjukkan kepada maknanya dengan jelas”, sedikitpun tak ada yang tersembunyi padanya. Sedang mutasyabih ialah : yang kosong dari petunjuk yang kuat, yang menunjuk pada maknanya. Maka masuklah ke dalam muhkam : nash dan dzahir (jelas). Dan ke dalam mutasyabih : mujmal, muawwal dan musykil . Karena lafadh mujmal memerlukan penjelasan. Lafadh muawwal, tidak menunjukkan kepada suatu makna, terkecuali sesudah ditakwil, sedang musykil, tersembunyi petunjuknya. Pada pokoknya ada kesamaran dan kemubhaman.

Jelasnya, adalah pada ayat-ayat yang muhkam, menyebabkan kita tidak perlu membahasnya, karena dengan kita membacanya, kita telah mengetahui apa maksudnya. Tapi tersembunyinya maksud dari ayat-ayat mutasyabih, itulah yang menyebabkan kita membahasnya, supaya kita mengetahui kemudian menjauhi dari golongan orang-orang yang didalam jiwanya ada kesesatan.

Kebanyakan ulama berpendapat bahwa yang mutasyabih tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah SWT sendiri dan mereka mengharuskan kita berwaqaf (baca; berhenti) dalam membaca Surat Ali Imran ayat 7 pada lafadh jalalah :

الل�ه إ�ال� يل�ه و�ت�أ� ي�ع�ل�م ا ي�ذ�ك�ر  و�م� ا و�م� ب�ن�ا ر� ن�د� ع� م�ن� Mل ك ب�ه� ن�ا آم� ول ون� ي�ق ال�ع�ل�م� ف�ي ون� خ اس� الر� و�

لب�اب� ا�أل� أ ول و إ�ال�

Dan tidak ada yang mengetahui maknanya melainkan Allah. Adapun orang-orang yang rasikh ilmuny , maka mereka hanya mengatakan : “aamannaa bihii kullun min indi rabbina”

( Kami beriman kepadanya semuanya itu dari pada Tuhan kami)”.

Sedangkan Abu Hasan al Asy’ari berpendapat bahwa waqof (berhenti membaca) dilakukan pada: “warrasikhuuna fil ilmi “, dengan makna bahwa; mereka yang rasikh itu mengetahui takwil mutasyabih. Pendapat ini dijelaskan oleh Abu Ishak Asy Syirozi (wafat pada th 476 H) dan mendapatkan pembelaan dari beliau. Asy Syirazi berkata: tak ada satupun dari ayat-ayat Al-Qur’an yang Allah sendiri mengetahui maknanya “Para Ulama mengetahui maksudnya, karena sesungguhnya Allah menyebut

Page 4: Pengertian Ayat Muhkan Dan Mutasyabih

firmannya ini dalam rangka menguji para ulama. Andaikata mereka tidak mngetahui makna mutasyabih, bersekutulah mereka dengan orang-orang awam.

Ar-Raghib al-Ashfahani mengambil jalan tengah dalam menghadapi masalah ini. Beliau membagi mutasyabih dari segi kemungkinan mengetahui maknanya kepada tiga bahagian :

1. Bahagian yang tak ada jalan mengetahuinya, seperti waktu terjadi , keluar binatang dari bumi dan yang sepertinya.

2. Bahagian manusia menemukan sebab-sebab mengetahuinya, seperti lafadh-lafadh yang ganjil dari hukum-hukum yang sulit/rumit.

3. Bahagian yang terletak antara dua urusan itu yang hanya diketahui oleh sebahagian ulama yang rasikh ilmunya, tidak diketahuinya oleh sebahagian yang lain.

Inilah yang diisyaratkan oleh Nabi dengan sabdanya kepada Ibnu Abbas ra, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hambal :

ن�ك�ب�ي م� ع�ل�ى و�أ� ي ك�ت�ف� ع�ل�ى ي�د�ه ع� و�ض� ل�م� و�س� ع�ل�ي�ه� الل�ه ل�ى ص� الل�ه� ول� س ر� ن�

أ� ع�ب�اس� اب�ن� ع�ن�أحمد - رواه و�يل�

الت�أ� ه و�ع�ل�م� الد�ين� ف�ي ه ه� ق� ف� م� الل�ه ال� ق� ث م� ع�يد س� ك� ش�

Dari Ibnu Abbas ra, bahwa Rasulullah SAW meletakkan tangannya di atas bahuku, kemudian berkata, Ya Allah jadikanlah dia seorang yang fakih dalam agama dan ajarkanlah

takwil kepadanya” (HR. Ahmad)

Pendapat ar-Raghib inilah yang imbang, tidak ifrath dan tidak tafrith. Dzat Allah dan hakikat-hakikat sifat-Nya tak ada yang mengetahuinya selain dari Allah sendiri. Dalam pengertian inilah mengatakan dalam doanya :

عليك ثناء أحصى ال نـفسك غلى أثنيت كما أنت“Sebagaimana engkau telah menyanjung diri engkau . Aku tak dapat menghinggakan puji

dan sanjung atas diri engkau”

Dalam membahas fawatihus Suwar, kita akan ketemukan berbagai takwil yang diberikan para ulama. Semua pendapat para ulama berkisar pada permasalahan hikmah wujudnya (fawatihu Suwar), bukan sekitar hakikat-hakikatnya. Maka di dalam ketidak mampuannya manusia menemukan hakikat-hakikat itu. terasalah oleh manusia kelemahannya. Dan diapun mengucapkan :

ك�يم ال�ح� ال�ع�ل�يم ن�ت�� أ �ن�ك� إ ت�ن�ا ع�ل�م� ا م� إ�ال� ل�ن�ا ل�م� ع� ال�� ان�ك� ب�ح� س ال وا ق�

“Kami mengakui kesucian Engkau, tak ada ilmu bagu kami terkecuali apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya. Engkau adalah Tuhan yang senantiasa mengetahui

lagi senantiasa menyelesaikan sesuatu dengan hikmah.” (QS. 2: 32)

Ayat-ayat yang musykil mengenai sifat-sifat Allah, diantaranya adalah seperti firman Allah SWT berikut :

ت�و�ى اس� ش� ال�ع�ر� ع�ل�ى م�ن ح� الر�(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas `Arsy. (QS.20 : 5)

Ar-Razi dalam tafsirnya menerangkan hikmah yang diterangkan sifat-sifat yang mutasyabih, belaiu berkata: “Sesungguhnya Al-Qur’an melengkapi dakwah kepada orang-orang khusus dan dakwah kepada orang-orang umum.” Para ulama dalam menanggapi sifat-sifat mutasyabihah, mempunyi dua madzhab :

Page 5: Pengertian Ayat Muhkan Dan Mutasyabih

1. Madzhab Salaf, yaitu : mengimani sifat-sifat yang mutasyabihat itu dan menyerahkan hakikat kepada Allah sendiri.

2.Madzhab Khalaf, yaitu : mempertanggung jawabkan(mentakwilkan) lafadz yang mustahil dhahirnya kepada makna yang layak dengan dzat Allah

3.

Ulama salaf mensucikan Allah dari kenyataan –kenyatan yang mustahil dan mengimani apa yang diterangkan Al-Qur’an serta menyerahklan urusan hakikat nya kepada Allah SWT. Sedangkan Ulama khalaf memaknakan istiwa’ dengan ketinggian yang berupa maknawi yaitu mengendalikan alam ini tanpa merasa payah, memaknakan kedatangan Allah dengan kedatangan perintah-Nya, memaknakan Allah berada diatas hamba-Nya dengan Allah Maha Tinggi, bukan berada di suatu tempat, memaknakan “janbillah” dengan hak Allah, memaknakan wajah dengan Dzat,memaknakan “ain dengan “inayat”, memaknakan yad dengan qudrat dan memaknakan nafs dengan siksa.

Sementara para khalaf mentakwilkan sifat-sifat mutasyabihah dengan jalan mempertanggung jawabkannya kepada majaz yang terdekat, sehingga makna dari ayat-ayat mutasyabihat tersebut dapat lebih difahami.

Namun sebagai hamba Allah SWT, hendaknya kita memiliki kehati-hatian dalam memahami ayat-ayat Al-Qur'an tersebut. Jangan sampai kita "terjebak" dalam penta'wilan yang tidak ada nash dan dasarnya, yang justru akan menjerumuskan pada pemahaman yang keliru. Namun hendaknya juga jangan "enggan" untuk memahami ayat-ayat Al-Qur'an, karena kita masih dapat merujuk ke kitab-kitab tafsir (bil ma'tsur) untuk dapat memahami maksud dan makna yang terkandung di dalamnya

Term muhkamat dan mutasyabihat telah menjadi pembicaraan sejak masa klasik, dan masih menarik untuk dibicarakan pada saat ini. Umumnya ulama tafsir dan mutakallimun punya pendapat yang sama tentang muhkamat namun berbeda tentang  term yang kedua, baik tentang arti mutasyabihat sendiri maupun tentang apakah ayat-ayat mutasyabihat bisa dipahami manusia atau tidak karena kesamaran maknanya.  Sama kita ketahui bahwa Alquran menyebutkan kata muhkamat dan mutasyabihat dalam beberapa ayatnya, antara satu dan lain ayat sekilas nampak bertentangan menyangkut kedua term tersebut.

Pada surat Hud ayat 1 dikatakan bahwa Alquran keseluruhannya adalah muhkamat.  Kير� ب خ� K ح�ك�يم �د�ن� ل م�ن� ف�صAل�ت� �م� ث �ه� �ات �ي آ �ح�ك�م�ت� أ �اب� �ت ك الرAlif, Laam, Raa'. Al-Quran sebuah Kitab yang tersusun ayat-ayatnya dengan tetap teguh, kemudian dijelaskan pula kandungannya satu persatu. (Susunan dan penjelasan itu) adalah dari sisi Allah Yang Maha Bijaksana, lagi Maha Mendalam pengetahuanNya. Sementara pada tempat yang lain, surat Al-Zumar ayat 23 mengatakan bahwa Alquran seluruhnya adalah mutasyabihat.�ود�ه�م� ل ج� �ين� �ل ت �م� ث �ه�م� ب ر� و�ن� �خ�ش� ي �ذ�ين� ال �ود� ل ج� �ه� م�ن ع�ر" �ق�ش� ت �ي� �ان م�ث �هYا اب �ش� م�ت Yا �اب �ت ك �ح�د�يث� ال �ح�س�ن� أ ل� �ز� ن �ه� الل

Kه�اد م�ن� �ه� ل ف�م�ا �ه� الل �ض�ل�ل� ي و�م�ن� اء� �ش� ي م�ن� �ه� ب �ه�د�ي ي �ه� الل ه�د�ى ذ�ل�ك� �ه� الل �ر� ذ�ك �ل�ى إ �ه�م� �وب و�ق�لAllah telah menurunkan sebaik-baik perkataan iaitu Kitab Suci Al-Quran yang bersamaan isi kandungannya antara satu dengan yang lain (tentang benarnya dan indahnya), yang berulang-ulang (keterangannya, dengan berbagai cara); yang (oleh kerana mendengarnya

Page 6: Pengertian Ayat Muhkan Dan Mutasyabih

atau membacanya) kulit badan orang-orang yang takut kepada Tuhan mereka menjadi seram; kemudian kulit badan mereka menjadi lembut serta tenang tenteram hati mereka menerima ajaran dan rahmat Allah. Kitab Suci itulah hidayah petunjuk Allah; Allah memberi hidayah petunjuk dengan Al-Quran itu kepada sesiapa yang dikehendakiNya (menurut undang-undang peraturanNya); dan (ingatlah) sesiapa yang disesatkan Allah (disebabkan pilihannya yang salah), maka tidak ada sesiapa pun yang dapat memberi hidayah petunjuk kepadanya.

Tidak seperti kedua ayat di atas, ayat berikut ini (ali Imran: 7) justru mengatakan bahwa sebagian dari Alquran adalah muhkamat dan sebagiannya lagi adalah mutasyabihat.�غ� ي ز� �ه�م� �وب ق�ل ف�ي �ذ�ين� ال م�ا

� ف�أ �ه�ات� اب �ش� م�ت �خ�ر� و�أ �اب� �ك�ت ال �م" أ ه�ن� �م�ات� م�ح�ك �ات� �ي آ �ه� م�ن �اب� �ك�ت ال �ك� �ي ع�ل ل� �ز� �ن أ �ذ�ي ال ه�و��ون� �ق�ول ي � �م �ع�ل ال ف�ي اس�خ�ون� و�الر� �ه� الل �ال� إ �ه� و�يل

� �أ ت �م� �ع�ل ي و�م�ا �ه� و�يل� �أ ت �غ�اء� �ت و�اب �ة� �ن �ف�ت ال �غ�اء� �ت اب �ه� م�ن �ه� اب �ش� ت م�ا �ع�ون� �ب �ت ف�ي

�اب� �ب �ل األ� �و �ول أ �ال� إ �ر� �ذ�ك ي و�م�ا �ا Aن ب ر� �د� ن ع� م�ن� Dل� ك �ه� ب �ا �م�ن آDia lah yang menurunkan kepadamu (wahai Muhammad) Kitab Suci Al-Quran. Sebahagian besar dari Al-Quran itu ialah ayat-ayat "Muhkamaat" (yang tetap, tegas dan nyata maknanya serta jelas maksudnya); ayat-ayat Muhkamaat itu ialah ibu (atau pokok) isi Al-Quran. Dan yang lain lagi ialah ayat-ayat "Mutasyaabihaat" (yang samar-samar, tidak terang maksudnya). Oleh sebab itu (timbulah faham yang berlainan menurut kandungan hati masing-masing) - adapun orang-orang yang ada dalam hatinya kecenderungan ke arah kesesatan, maka mereka selalu menurut apa yang samar-samar dari Al-Quran untuk mencari fitnah dan mencari-cari Takwilnya (memutarkan maksudnya menurut yang disukainya). Padahal tidak ada yang mengetahui Takwilnya (tafsir maksudnya yang sebenar) melainkan Allah. Dan orang-orang yang tetap teguh serta mendalam pengetahuannya dalam ilmu-ilmu agama, berkata:" Kami beriman kepadanya, semuanya itu datangnya dari sisi Tuhan kami" Dan tiadalah yang mengambil pelajaran dan peringatan melainkan orang-orang yang berfikiran.

Ketiga ayat di atas menjadi dasar pembahasan tentang term muhkamat dan mutasyabihat. Berangkat dari sini para ulama kemudian memberi makna terhadap muhkamat dan mutasyabihat, tentunya makna yang bisa mengakomodir ketiga ayat di atas, dalam arti makna yang sesuai dengan ketiganya sekaligus, karena kita tentunya meyakini bahwa ketiga ayat di atas benar adanya dan tidak mungkin mengandung kesalahan, justru pemahaman terhadap ketiga ayat tersebutlah yang mempunyai potensi benar dan salah.

Pengertian Muhkamat dan Mutasyabihat Secara etimologis muhkamat berasal dari ahkama, akar katanya adalah hakama yang memiliki arti menghalangi, menahan, memilih yang terbaik dari dua hal. Hakamtu daabbah artinya saya menahan binatang itu. Hukm berarti memutuskan antara dua hal. Hakim berarti orang yang menahan atau mencegah kezaliman, yang memisahkan antara dua pihak yang bersengketa, dan memilah yang haq dan yang batil. Sementara Ahkama memiliki arti ketelitian, keakuratan, ketelitian, kekukuhan, pencegahan dan keseksamaan. Ihkam al-kalam berarti mengokohkan perkataan dengan memisahkan berita yang benar dari yang salah, dan urusan yang lurus dari yang sesat. Muhkam artinya suatu ungkapan yang maksud dan makna lahirnya tidak mungkin diganti atau diubah (ma ahkam al-murad bih ‘an al-tabdil wa al-taghyir) Jadi, yang dimaksud kalam muhkam adalah perkataan yang kokoh, benar, jelas dan tegas. Mutasyabihat berasal dari kata tasyabaha, akar katanya adalah syabaha, memiliki arti mirip, serupa. Setelah diberi tambahan ta (tasyabaha) maka dia mengandung arti kemiripan atau keserupaan antara dua hal, yaitu apabila satu hal serupa dengan yang

Page 7: Pengertian Ayat Muhkan Dan Mutasyabih

lainnya sehingga menjadi samar seperti termaktub dalam ayat 70 surat al-Baqarah.�د�ون� �م�ه�ت ل �ه� الل اء� ش� �ن� إ �ا �ن و�إ �ا �ن �ي ع�ل �ه� اب �ش� ت �ق�ر� �ب ال �ن� إ ه�ي� م�ا �ا �ن ل Aن� �ي �ب ي �ك� ب ر� �ا �ن ل اد�ع� �وا ق�ال

Mereka berkata lagi: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, supaya diterangkanNya kepada kami lembu betina yang mana itu? Kerana sesungguhnya lembu yang dikehendaki itu samar bagi kami (susah kami memilihnya), dan kami insya Allah akan mendapat petunjuk (untuk mencari dan menyembelih lembu itu)".

 Jadi, mutasyabih adalah ungkapan yang maksud dan maknanya samar (ma khafiya bi nafs al-lafzh). Tasyabuh juga bisa berarti serupa atau mirip saja tanpa bermaksud /mengandung arti samar. Tasyabuh al-kalam adalah kesamaan serta kesesuaian perkataan, karena sebagiannya membenarkan sebagian yang lain serta sesuai pula maknanya.

Secara terminologi muhkamat dan mutasyabihat berarti:1.    Muhkam adalah sesuatu yang telah jelas maknanya. Sedangkan mutasyabihat tidak jelas maknanya2.    Muhkam adalah ayat yang maksudnya dapat diketahui secara lansung tanpa membutuhkan keterangan lain. Sedangkan mutasyabih butuh penjelasan3.    Muhkam adalah ayat yang dalalhnya kuat baik maksud maupun lafaznya. Sedangkan mutasyabih adalah ayat yang lemah dalalahnya, bersifat mujmal, sehingga memerlukan ta’wil4.    Muhkam adalah ayat yang seksama susunan dan urutannya yang membawa kepada kebangkitan makna yang tepat tanpa pertentangan. Sedangkan mutasyabih adalah ayat yang makna seharusnya tidak terjangkau dari segi bahasa kecuali bila ada bersamanya indikasi atau konteksnya5.    Muhkam adalah ayat yang maknanya rasional, artinya dengan akal manusia saja pengertian ayat itu dapat ditangkap. Tetapi ayat-ayat mutasyabih mengandung pengertian yang tidak dapat dirasionalkan. Misalnya bilangan rakaat di dalam sholat lima waktu.6.    Muhkam adalah ayat yang nasikh dan padanya mengandung pesan pernyataan halal, haram, hudud, faraidh dan semua yang wajib di amalkan. Adapun mutasyabih yaitu ayat yang padanya terdapat mansukh, dan qasam serta yang wajib di imani tetapi tidak wajib diamalkan lantaran tidak tertangkapnya makna yang dimaksud.7.    Muhkam ialah ayat yang jelas maksudnya lagi nyata yang tidak mengandung kemungkinan nasakh. Mutasyabih ialah ayat yang tersembunyi  (maknanya), tidak diketahui maknanya baik secara aqli maupun naqli, dan inilah ayat-ayat yang hanya Allah SWT mengetahuinya, seperti datangnya hari kiamat, huruf-huruf yang terputus-putus di awal-awal surat. Pendapat ini di bangsakan Al-Alusi kepada pemimpin-pemimpin mazhab Hanafi.8.    Muhkamat adalah ayat-ayat hukum Tuhan yang berkaitan langsung dengan manusia seperti hudud, akhlaq, faraid, halal dan haram. Sedangkan mutasyabihat adalah ayat-ayat hukum Tuhan yang berkaitan dengan alam dan Tuhan sendiri seperti ilmu tentang ketuhanan dan hukum alam. 

Surat Hud ayat 1 yang menyatakan bahwa Alquran seluruhnya adalah muhkamat bisa dipahami bahwa seluruh ayat Alquran adalah kokoh, tidak mungkin diganti atau dirubah, akurat dalam arti ayat-ayat tersebut tidak meleset tujuannya, kekokohan ayat-ayat Alquran terlihat dari  kekokohan perkataannya yang memisahkan yang benar dan yang salah. Susunan lafal Alquran dan keindahan Nazmnya sangat sempurna tidak ada sedikitpun terdapat kelemahan padanya, baik dalam segi lafalnya, maupun dalam segi maknanya. Sementara surat al-Zumar ayat 23 yang menyatakan bahwa Alquran seluruhnya adalah

Page 8: Pengertian Ayat Muhkan Dan Mutasyabih

mutasyabihat dapat dipahami bahwa seluruh ayat Alquran sebagai kalam Tuhan mempunyai kemiripan dan kesamaan sehingga ketika dibacakan orang akan tau bahwa itu adalah kata-kata Tuhan. Ayat-ayat itu juga menyerupai satu sama lain dan tidak saling bertentangan, sebagiannya menyerupai sebagian yang lain dalam kebenarannya dan hikmat. Dengan begitu kata muhkamat dan mutasyabihat pada kedua ayat tersebut berbeda konteksnya dengan Ali Imran:7 sehingga makna yang dibawanya pun tentu akhirnya berbeda.

Penerimaan Ulama terhadap Mutasyabihat.Meskipun Alquran menegaskan bahwa didalamnya termuat ayat-ayat muhkamat dan mutasyabihat, namun tak ada kepastian ayat-ayat mana saja yang termasuk kategori muhkamat dan mana pula yang mutasyabihat sehingga tidak diketahui pula dengan pasti berapa jumlah ayat yang muhkamat dan berapa yang mutasyabihat. Sebuah ayat bisa saja dianggap muhkamat bagi sebagian kelompok dan mutasyabihat bagi kelompok lain, meski beberapa ayat juga bisa saja disepakati sebagai mutasyabihat.

Ulama juga berbeda pendapat tentang kemampuan manusia untuk memahami ayat-ayat mutasyabihat. Sebagian mengatakan bahwa hanya Tuhan saja yang mengerti tentang makna ayat-ayat itu, manusia hanya mengimaninya saja. Sikap ini dianut oleh mazhab salaf. Kata-kata dalam ayat mutasyabihat dikembalikan maknanya pada makna yang pernah disebutkan oleh ayat-ayat muhkamat. Misalnya kata ‘tangan’ dan ‘wajah’ pada yad Allah fawqo aidihim dan kullu syaiin halikun illa wajhah diyakini sebagai tangan dan wajah namun dalam arti yang dimaksud oleh ayat muhkamat laysa kamistlihi syai’un. Sehingga, meskipun Allah mengatakan ‘tangan’ dan ‘wajah’ tapi harus dipahami bahwa Allah tidak menyerupai apa pun sehingga ‘tangan’ dan ‘wajah’ yang bagaimanapun yang pernah terpikir oleh manusia pasti bukanlah bentuk ‘tangan’ atau ‘wajah’ Allah. Oleh karena kaum salaf tidak berani memberikan makna terhadap kata-kata yang mengandung tajsim, maka mereka membiarkan saja ayat itu tidak dapat dimengerti, khawatir akan menjadi syirik karena memberikan wujud/bentuk pada Tuhan.

Sebagian ulama menolak untuk membiarkan ayat Alquran tidak bisa dipahami karena Alquran dibuat dengan bahasa Arab yang jelas (QS. Al-Syu’ara’: 195), mustahil orang Arab tidak bisa memahaminya. Aneh rasanya bila Tuhan kemudian memberikan Alquran kepada manusia sebagai petunjuk namun ada ayat-ayatnya yang tidak bisa dipahami. Sikap ini dianut oleh ulama mazhab khalafi. Mereka mencoba memahami ayat-ayat mutasyabihat dengan memberikan takwil terhadap ayat tersebut. Takwil adalah usaha memahami makna Alquran yang tersembunyi dengan menggunakan kemampuan bahasa dan ijtihad.

Perbedaan mazhab salaf dan khalaf berawal dari pemahaman tentang surat Ali Imran ayat 7. Mazhab salaf meyakini bahwa huruf waw sebelum kata al-rasikhun adalah waw isti’naf sehingga kalimat “wa al-rasikhun fi al-ilmi….” Adalah kalimat baru yang tidak terkait dengan kalimat sebelumnya. Dengan begitu, maknanya menjadi sebagaimana arti ayat Ali Imran:7 yang tertulis di awal malakah ….. Padahal tidak ada yang mengetahui Takwilnya (tafsir maksudnya yang sebenar) melainkan Allah. Dan orang-orang yang tetap teguh serta mendalam pengetahuannya dalam ilmu-ilmu agama, berkata:" Kami beriman kepadanya, semuanya itu datangnya dari sisi Tuhan kami"…… . Ini menunjukkan bahwa yang tau takwil ayat mutasyabihat cuma Allah, sedangkan orang-orang yang rasikh dalam ilmu dan pengetahuan hanya mengimaninya saja. 

Page 9: Pengertian Ayat Muhkan Dan Mutasyabih

Sementara itu mazhab khalaf mengklaim bahwa waw di situ adalah waw athaf. Dengan begitu makna ayat tersebut menjadi Padahal tidak ada yang mengetahui Takwilnya (tafsir maksudnya yang sebenar) melainkan Allah dan orang-orang yang tetap teguh serta mendalam pengetahuannya dalam ilmu-ilmu agama, berkata:" Kami beriman kepadanya, semuanya itu datangnya dari sisi Tuhan kami"… Ini menunjukkan bahwa takwil ayat-ayat mutasyabihat hanya diketahui oleh Allah dan orang-orang yang rasikh dalam ilmu dan pengetahuan. Ayat ini kemudian menjadi dasar penolakan ulama salaf terhadap takwil Alquran, karena takwil hanya dilakukan oleh orang-orang yang hatinya cenderung pada kesesatan dan menginginkan tersebarnya fitnah. 

Setelah membaca makna term muhkamat dan mutasyabihat di atas serta penerimaan ulama terhadap ayat-ayat itu, ada penjelasan baru tentang kedua term tersebut oleh Muhammad Shahrur, yang layak untuk kita baca dan renungkan. Entah mengapa, penjelasan Shahrur menurut saya sensible, terlepas dari pro dan kontra terhadap tafsir hermeneutiknya. Penjelasan Sharur tentang Muhkamat dan Mutasyabihat telas saya postingkan sebelumnya dalam “Hermeneutika Muhammad Shahrur” .

.

7. Dia lah Yang menurunkan kepadamu (Wahai Muhammad) Kitab suci Al-Quran. sebahagian besar dari Al-Quran itu ialah ayat-ayat "Muhkamaat" (yang tetap, tegas dan nyata maknanya serta jelas maksudnya); ayat-ayat Muhkamaat itu ialah ibu (atau pokok) isi Al-Quran. dan Yang lain lagi ialah ayat-ayat "Mutasyaabihaat" (yang samar-samar, tidak terang maksudnya). oleh sebab itu (timbulah faham Yang berlainan menurut kandungan hati masing-masing) - adapun orang-orang Yang ada Dalam hatinya kecenderungan ke arah kesesatan, maka mereka selalu menurut apa Yang samar-samar dari Al-Quran untuk mencari fitnah dan mencari-cari Takwilnya (memutarkan maksudnya menurut Yang disukainya). padahal tidak ada Yang mengetahui Takwilnya (tafsir maksudnya Yang sebenar) melainkan Allah. dan orang-orang Yang tetap teguh serta mendalam pengetahuannya Dalam ilmu-ilmu ugama, berkata:" Kami beriman kepadaNya, semuanya itu datangnya dari sisi Tuhan kami" dan tiadalah Yang mengambil pelajaran dan peringatan melainkan orang-orang Yang berfikiran.

28. "Supaya mereka faham perkataanku;

Page 10: Pengertian Ayat Muhkan Dan Mutasyabih

1. Alif, Laam, Raa'. Al-Quran sebuah Kitab Yang tersusun ayat-ayatNya Dengan tetap teguh, kemudian dijelaskan pula kandungannya satu persatu. (Susunan dan penjelasan itu) adalah dari sisi Allah Yang Maha Bijaksana, lagi Maha mendalam pengetahuanNya.

MANAKALA DALAM SEBAHAGIAN AYAT TERTENTU, TERKANDUNGNYA SEBAHAGIAN MUHKAM DAN SEBAHAGIAN MUTASYABIH SEBAGAI CONTOH :

3. Dan jika kamu takut tidak berlaku adil terhadap perempuan-perempuan yatim (apabila kamu berkahwin Dengan mereka), maka berkahwinlah Dengan sesiapa Yang kamu berkenan dari perempuan-perempuan (lain): dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu bimbang tidak akan berlaku adil (di antara isteri-isteri kamu) maka (berkahwinlah dengan) seorang sahaja, atau (pakailah) hamba-hamba perempuan Yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat (untuk mencegah) supaya kamu tidak melakukan kezaliman.

59. Dan pada sisi Allah jualah anak kunci perbendaharaan Segala Yang ghaib, tiada sesiapa Yang mengetahuiNya melainkan Dia lah sahaja; dan ia mengetahui apa Yang ada di darat dan di laut; dan tidak gugur sehelai daun pun melainkan ia mengetahuinya, dan tidak gugur sebutir bijipun Dalam kegelapan bumi dan tidak gugur Yang basah dan Yang kering, melainkan (Semuanya) ada tertulis di Dalam Kitab (Lauh Mahfuz) Yang terang nyata.

Hikmah mutasyabih

1. rahmat allah terhadap manusia yang daif,lemah serta tidak mampu mengetahui semua perkara

2. menjadi dalil dan bukti bahawa manusia adalah lemah dan jahil walaupun mempunyai ilmu

3.ujian kepada manusia supaya beriman kepada perkara ghaib

4. manusia mampu menjalankan kajian dan pembelajaran untuk mencapai mutashabih tersebut

5. mutasyabih hanya diketahui dikalangan ulama

Page 11: Pengertian Ayat Muhkan Dan Mutasyabih

6. sebagai ujian dan dugaan terhadap kekuatan keimanan umat islam.

7. membuktikan kepada manusia akan kekuasaan dan kebesaran allah melalui ilmu-ilmunya.

Ulama salaf

Mengimani mutasyabih dan meletakkan sepenuhnya kepada allah

Ulama khalafi

Menggunakan pendekatan takwil iaitu memberikan makna tertentu kepada ayat mutasyabih bagi menyucikan allah daripada sifat yang menyerupai makhluk

Faktor pekembangan dan penyebaran islam

Bimbang dengan kesesatan atau condong hati di kalangan umat islam

Hikmah muhkam

Memudahkan untuk memahami maksud dan pegertian kepada golongan yang tidak mempunyai kemampuan bahasa arab yang tinggi

Memudahkan umat islam melaksanakan perintah allah

Dapat menghayati perintah alquran dan terus menamalkan kandungannya

Memudahkan penafsiran

Membantu para daie dan pendakwah

13. Wahai umat manusia! Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari lelaki dan perempuan, dan Kami telah menjadikan kamu berbagai bangsa dan bersuku puak, supaya kamu berkenal-kenalan (dan beramah mesra antara satu Dengan Yang lain). Sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisi Allah ialah orang Yang lebih taqwanya di antara kamu, (bukan Yang lebih keturunan atau bangsanya).

Page 12: Pengertian Ayat Muhkan Dan Mutasyabih

Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, lagi Maha mendalam pengetahuannya (akan keadaan dan amalan kamu).

21. Wahai sekalian manusia! Beribadatlah kepada Tuhan kamu Yang telah menciptakan kamu dan orang-orang Yang terdahulu daripada kamu, supaya kamu (menjadi orang-orang yang) bertaqwa.

3. Diharamkan kepada kamu (memakan) bangkai (binatang Yang tidak disembelih), dan darah (yang keluar mengalir), dan daging babi (termasuk semuanya), dan binatang-binatang Yang disembelih kerana Yang lain dari Allah