pengeringan zat padat
DESCRIPTION
Pengeringan Zat PadatTRANSCRIPT
TUGAS
PRAKTIKUM SATUAN OPERASI 2PENGERINGAN ZAT PADAT
DISUSUN OLEH :
Kelompok 3 (4 KC)
- GUHARTINI (061430401224)
- LIZA NOVRIANI (061430401227)
- RALLI ARTINDAH (061430401233)
- RIA AFRIANY (061430401234)
- SANDI SATRIA WIBISENO (061430401237)
- FIKYH HARYANSYAH (061430401990)
INSTRUKTUR : IBNU HAJAR, S.T., S.T.
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
TAHUN AJARAN 2016
PENGERINGAN ZAT PADAT
1. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengeringkan bahan padat dan mengalirkan udara panas
dan menentukan laju alir pengeringan
2. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN
a. Alat yang digunakan
Termometer
Termometer bola basah
Plate dryer
Water batch
Neraca analitik
b. Bahan yang digunakan
Kemplang
3. DASAR TEORI
Pengeringan zat padat adalah pemisahan sejumlah kecil air atau zat
cair dari bahan padat. Pengeringan biasanya merupakan langkah akhir dari
sederetan operasi. Hasil pengeringan lalusiap dikemas. Zat padat yang
akan dikeringkan mungkin berbentuk biji, serbuk, kristal,
lempengan/lembaran.
a. Klasifikasi Pengeringan
Klasifikasi pengeringan meliputi pengeringan adiabatik, non adiabatik,
atau gabungan keduanya. Pengeringan adiabatik dimana zat padat
bersentuhan langsung dengan gas panas sebagai media pengeringa.
Pengering non adiabatik dimana perpindahan kalor langsung dari
medium luar atau pengering tak langsung.
b. Kebasahan Kesetimbangan dan Kebasahan Bebas ( Equilibrium
Moisture dan Free Moisture )
Udara memasuki ruang pengering jarang sekali berada dengan keadaan
benar kering, tetapi selalu mengandung air dan kelembaban relative
( relative humidity ). Untuk udara yang mempunyai kelembaban
tertentu, kandungan kebasahan zat padat yang keluar dari ruang
pengering tidak kurang dari kandungan kebasahan keseimbangan yang
berkaitan dengan kelembaban udara masuk. Bagian air yang terdapat
didalam zat padat yang basah tidak dapat dikeluarkan dengan udara
masuk, karena udara masuk ini mengandung kelembaban pula, yang
disebut kelembaban keseimbangan ( equilibrium moisture ). Air bebas
(free moisture) adalah selisih antara kandungan air total didalam zat
padat dan kandungan air dalam keseimbangan . jadi jika Xt adalah
kandungan kebasahan total (total moisuture) dan X* adalah kandungan
kebasahan keseimbangan, maka kebasahan bebas X adalah :
X=Xt-X*
Dalam perhitungan kg menjadi pekdian adalah X, bukan Xt pada basis
kering.
X=kg H2O/kg zat padat kering tulang
c. Laju Pengeringan
Dengan berjalannya waktu, kandungan kebasahan akan berkurang
seperti contoh yang ditunjukan pada gambar A. Selanjutnya saat umpan
dipanaskan sampai suhu penguapan dan sesudah itu grafik menjadi
linier, untuk kemudian melengkung lagi kearah horizontal dan akhirnya
mendatar. Lalu pengeringan ditunjukkan oleh grafik B, grafik ini
horizontal pada sebagian besar panjangnya menunjukkan bahwa laju
pengeringan konstan, kemudian melengkung kebawah.
c.1 Laju pengeringan periode konstan
Sesudah periode penyesuaian masing-masing kurva mempunyai
segmentasi horizontal AB kg, dinamakan laju pengeringan periode
konstan. Periode ini diartikan oleh laju pengeringan yang tidak
bergantung pada kandungan kebasahan.
Selama periode konstan, laju pengeringan persatuan luas adalah
RC=h (T−Tw ) (3600 )
ζwkg
jamm2
Bila udara panas mengalir sejajar permukaan zat padat, maka
koefisien perpindahan panas (h):
H= 0,002040,8
Dimana : h= W/m C
G= kg/jam m2
Humiditi volume udara panas dapat ditaksir dengan persamaan:
Vh=(2,83 X10-3 + 4,56 X10-3 H)T
Density udara (ρG)
ρG=1+ HV H
kg/m3
Kecepatan massa
G= V ρG kg/jam m2
Waktu pengeringan selama periode konstan
Tc=m s ( X1−X2 )
A RC
c.2 Laju pengeringan periode menurun
Bila difusi zat cair terkendali oleh laju pengeringan pada periode
menurun, maka saat laj pengeringan berkurang berlaku hukum Ficks
II tentang difusi
V x
V t=DLV 2 x
V Z2
Bila diasumsi kandungan kebasahan terdistribusi merata pada saat
t=0, maka menghasilkan integral persamaan :
Xt−X ¿
X t1−X1= X
X 1= 8
π2 ⌊e−Dt . t ¿¿
Oleh karena pengeringan cukup lama yakni kira-kira Dlt / Z2> 0,1,
maka harga suku pertama dari deret persamaan diatas yang
bermakna, sedang suku lainnya dapat diabaikan, sehingga persamaan
diatas dapat ditulis :
Xt−X ¿
X t1−X1= X
X 1= 8
π2 eDlt . π2
4 Z2
Bila difusi dimulai dari X1=X2 maka persamaan menjadi :
XcX =π 2
8e
πDLt4 Z2
Sehingga waktu pengeringan adalah
T= 4 z2
π 2 DLln
8 X C
π2 X
Klasifikasi alat pengeringan dibagi menjadi 3, yaitu :
1. Berdasarkan proses
Proses batch yaitu material dimasukkan ke dalam pengeringan
dan dikeringkan sampai waktu tertentu yang diinginkan.
Proses continue yaitu material dimasukkan ke dalam
pengeringan dan bahan kering diambil secara sinambung.
2. Berdasarkan sistem kontak
Pengeringan adiabatik yaitu bahan bersentuhan dengan media
pengering uap air yang terbentuk dipindahkan oleh udara.
Pengeringan non adiabatik yaitu perpindahan kalor
berlangsung dari suatu medium aliran penyaring.
3. Berdasarkan keadaan fisik yang yang dikeringkan
Pengeringan hampa yaitu pengeringan pada tekanan rendah
dari proses penguapan berlangsung cepat.
Pengeringan beku (freezing drying) yaitu air disublimasikan
dari bahan yang dibekukan sebagai contohnya N2 cair dan
seperti silika gel tetapi menjaga bahan tetap beku agar bahan
tidak rusak seperti protein yang rentan terhadap suhu.
Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap laju pengeringan,
diantaranya adalah :
Sifat fisik dari bahan yang dikeringkan.
Pengaruh geometris bahan pada permukaan alat atau media
perantara perpindahan panas.
Sifat fisik lingkungan pengering.
Prinsip – prinsip yang digunakan dalam pengeringan :
Pola suhu di dalam pengering.
Perpindahan kalor didalam pengering.
Koefisien perpindahan kalor.
Satuan perpindahan kalor.
Perpindahan massa di dalam pengering.
Kriteria panas yang diperlukan untuk pengeringan terutama terdiri atas :
Panas untuk pemanasan bahan yang dikeringkan hingga mencapai
suhu pengeringan.
Panas penguapan untuk mengubah cairan ke fase uap.
Panas yang hilang ke sekeliling.
4. LANGKAH KERJA
a. Mengeringan zat padat dengan ukuran tebal tertentu dalam oven
selama 2jamhingga tidak mengandung air lagi, mendinginkannya
lalu timbang beratnya, ini adalah zat padat kering tulang.
b. Merebus zat padat dalam air mendidih selama 15 menitdan
mendinginkan hingga suhu ruang, lalu menimbang beratnya.
c. Selisih berat zat padat basah kering tulang dengan zat padat kering
adalah kadar air awal zat padat yang akan dikeringkan.
d. Menyiapkan alat pengering, menghidupkan blower dan elemen
pemanas hingga suhu konstan 600C.
e. Mencatat volume humidity suhu bola basah udara masuk ruang
panggang menentukan dew point udara dengan menggunakan
humidity chart.
f. Membaca tekanan uap air dari tabel tekanan uap dengan temperatur
dew point udara.
g. Tekanan uap air pada kondisi ini = (tekanan parsial uap air) –
(udara mula-mula)
h. Mancatat laju alir udara
i. Menetukan laju alir udara kering masuk ruang pengering dengan
persamaan :
N H 2 O
N t−N H 2 O =
pH2 O
P t−PH 2 O
j. N t−N H2 Ox BM adalah massa udara kering masuk ruang panggang
k. Mencatat relative humidity setiap 15menit, temperatur udara keluar
ruang pengering
l. Mengulangi percobaan diatas untuk tebal material yang berbeda.
m. Laju alir udara dan suhu pengering selama percobaan dijaga
konstan
Catatan :
Humidity ditentukan dari humidity chart yakni hubungan
terhadap bola kering dan bola basah atau terhadap bola kering
dengan relative humidity.
Perubahan berat ditentukan dari perubahan humidity udara
( H2O menguap = (H1 – H2) x massa udara kering )
Total moisture (Xt) =
massa zat padat basah−massa zat padat kering tulangmassa zat padat kering tulang
Free moisture (X)
X = XT – X*
5. DATA PENGAMATAN
Waktu
(menit)
Temperatur Bola basah
(0C)
Temperatur Bola
Kering
(0C)
Humidity