“pengendalian persediaan barang groceries dengan metode …

98
“PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) DI FOUR POINTS BY SHERATON BANDUNG” PROYEK AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh studi pada Program Diploma IV oleh: SABILA RASYAD Nomor Induk: 201520620 PROGRAM STUDI ADMINISTRASI HOTEL SEKOLAH TINGGI PARIWISATA BANDUNG 2019

Upload: others

Post on 03-Nov-2021

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

“PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN

METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) DI FOUR POINTS BY

SHERATON BANDUNG”

PROYEK AKHIR

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

dalam menempuh studi pada

Program Diploma IV

oleh:

SABILA RASYAD

Nomor Induk: 201520620

PROGRAM STUDI

ADMINISTRASI HOTEL

SEKOLAH TINGGI PARIWISATA

BANDUNG

2019

Page 2: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …
Page 3: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

MOTTO

“The starting point of all achievement is desire”

- Napoleon Hill

Page 4: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

LEMBAR PERSEMBAHAN

Kepada Allah SWT.,

keluarga,

dan semuanya.

Page 5: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …
Page 6: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti biaya pemesanan, biaya

penyimpanan, safety stock, lead time, dan reorder point pada 7 sampel barang

groceries yang ada di Four Points by Sheraton Bandung. Metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Data yang digunakan

yaitu data persediaan barang periode Agustus – Oktober 2018, dan data sekunder

meliputi biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Teknik anaisis yang

digunakan adalah metode EOQ. Metode Economic Order Quantity (EOQ) adalah

suatu metode dalam pembelian yang dapat digunakan untuk mengetahui berapa

jumlah pemesanan dan berapa kali pemesanan yang ekonomis dilihat dari segi

biaya pemesanan dan biaya penyimpanan agar tidak terjadi tingginya biaya

pemesanan dan juga biaya penyimpanan. Dari hasil perhitungan Metode

Economic Order Quantity, penulis mendapatkan hasil perhitungan pembelian

dengan EOQ untuk Rice Pandan Wangi adalah 1.936 kg dengan frekuensi

pembelian 22 kali. Hasil perhitungan EOQ tersebut dapat mempengaruhi tingkat

pemesanan kembali yang ideal dan menyesuaikan terhadap persediaan barang

groceries di gudang. Hal ini dilakukan agar adanya keseimbangan antara jumlah

pembelian dan pemakaian untuk menghindari penumpukan barang groceries di

gudang.

Kata kunci: pengendalian persediaan, Economic Order Quantity (EOQ), Four

Points by Sheraton Bandung

Page 7: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

vi

ABSTRACT

This research aims to examine the ordering cost, storage cost, safety stock,

lead time, and reorder point on 7 samples of groceries items at Four Points by

Sheraton Bandung. The methods used in this research are descriptive quantitative

method. The data used are the data of inventory items for the period August-

October 2018, and secondary data includes ordering cost and storage cost. The

analysis technique used is the EOQ method. Economic Order Quantity Method

(EOQ) is a method of purchasing that determines the numbers of orders and times

of economic order based on terms of ordering cost and carrying cost in order to

avoid the high ordering cost and carrying cost. From the calculation results of

Economic Order Quantity method, author has achieved the purchase number for

Rice Pandan Wangi should be in 1.936 kg with 22 times frequency of purchase.

The results of this EOQ calculation can affect the level of the ideal reorder point

and adjust to the inventory of groceries items in the store. This method is good to

reach balancy between the number of purchases and usage to avoid stacking of

groceries items in store.

Keywords: inventory control, Economic Order Quantity (EOQ), Four Points by

Sheraton Bandung

Page 8: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa karena atas

berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Proyek Akhir ini dengan

judul “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN

METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) DI FOUR POINTS BY

SHERATON BANDUNG.”

Adapun penyusunan Proyek Akhir ini adalah sebagai salah satu syarat

untuk menyelesaikan studi pada Program Diploma IV Jurusan Hospitaliti Program

Studi Administrasi Hotel.

Dalam menyelesaikan Proyek Akhir ini, penulis banyak mendapatkan

bantuan dan dorongan dari beberapa pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Faisal, MM.Par., CHE., Selaku Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata

Bandung.

2. Bapak Andar Danova L. Goeltom, S.Sos., M.Sc. selaku Kepala Bagian

Administrasi dan Kemahasiswaan Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung.

3. Bapak Edison, S. Sos., MM. selaku Ketua Jurusan Hospitaliti dan

Pembimbing I yang telah membimbing, meluangkan waktu, memberikan

semangat, ide, serta dorongan agar penulisan Proyek Akhir ini selesai tepat

pada waktunya.

4. Bapak Pudin Saepudin, SST.Par., MP.Par., selaku Ketua Program Studi

Administrasi Hotel Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung

Page 9: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

viii

5. Bapak Dr. Sutanto, Dipl, TESL, M.Ed. selaku Pembimbing II yang telah

banyak meluangkan waktu dan tenaga serta banyak memberikan masukan

dalam penulisan Proyek Akhir ini.

6. Seluruh dosen dan karyawan Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung yang

telah memberikan waktu dan dukungan kepada penulis dalam

penyelesaian Proyek Akhir ini.

7. Ibu Novi selaku Assistant Training Manager serta Ibu Ina, Bapak Rian dan

Bapak Erfin selaku karyawan Finance Department Four Points by

Sheraton Bandung yang telah memberikan izin juga memberikan data agar

Proyek Akhir ini dapat berjalan sebagai mana mestinya.

8. Mama dan keluarga penulis tercinta yang senantiasa selalu memberikan

do’a serta dukungan baik secara materiil maupun moril kepada penulis

agar dapat menyelesaikan Proyek Akhir ini tepat pada waktunya.

9. Rekan-rekan Badja 2015 atas kebersamaan selama 4 tahun yang selalu

membantu dan memberikan semangat untuk menyelasaikan Proyek Akhir

ini baik dalam suka maupun duka.

10. Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari Proyek Akhir ini tidak luput dari berbagai kekurangan.

Penulis memngharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan agar Proyek Akhir

ini dapat bermanfaat kedepannya, baik bagi penulis maupun pembaca.

Bandung, Juli 2019

Penulis

Page 10: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

ix

DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................. v

ABSTRACT .......................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6

D. Batasan Penelitian ..................................................................................... 6

E. Manfaat Penelitian .................................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 8

A. Manajemen Persediaan ............................................................................. 8

B. Kajian Pengendalian Persediaan ............................................................. 12

C. Kajian Economic Order Quantity (EOQ) ............................................... 13

1. Biaya Pemesanan (Ordering Cost) .................................................. 15

2. Biaya Penyimpanan (Carrying Cost) ............................................... 15

3. Total penggunaan tahunan (Total Annual Usage) ........................... 16

D. Kerangka Pemikiran................................................................................ 20

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 22

A. Pendekatan Penelitian ............................................................................. 22

B. Objek Penelitian ...................................................................................... 22

C. Populasi dan Sampling ............................................................................ 23

D. Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 23

E. Definisi Operasional Variabel ................................................................. 25

F. Analisis Data ........................................................................................... 25

G. Jadwal Penelitian .................................................................................... 30

Page 11: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

x

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 31

A. Hasil Penelitian ....................................................................................... 31

1. Hasil Penelitian Mengenai Perhitungan Biaya Pemesanan dan Biaya

Penyimpanan .................................................................................... 36

2. Hasil Penelitian Mengenai Perhitungan Safety Stock ...................... 48

3. Hasil Penelitian Mengenai Perhitungan Lead Time ......................... 50

4. Hasil Penelitian Mengenai Perhitungan Reorder Point ................... 52

B. Pembahasan............................................................................................. 53

1. Analisis Perhitungan Biaya Pemesanan dan Biaya Penyimpanan ... 54

2. Analisis Perhitungan Safety Stock .................................................... 59

3. Analisis Perhitungan Lead Time ...................................................... 59

4. Analisis Perhitungan Reorder Point ................................................ 60

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ................................................... 61

A. Simpulan ................................................................................................. 61

B. Rekomendasi ........................................................................................... 63

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 65

LAMPIRAN ......................................................................................................... 67

Page 12: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1 Pembelian Bahan Dasar Groceries Periode Bulan Agustus – Oktober

2018 ................................................................................................. . 4

Tabel 2 Matriks Operasional Variabel .......................................................... . 25

Tabel 3 Jadwal Penelitian ............................................................................. . 30

Tabel 4 Beginning Inventory, Total Purchase, Total Consume and Ending

Inventory Periode Agustus 2018...................................................... . 32

Tabel 5 Beginning Inventory, Total Purchase, Total Consume and Ending

Inventory Periode September 2018.................................................. . 33

Tabel 6 Beginning Inventory, Total Purchase, Total Consume and Ending

Inventory Periode Oktober 2018...................................................... . 34

Tabel 7 Beginning Inventory, Total Purchase, Total Consume and Ending

Inventory Periode Agustus - Oktober 2018 ..................................... . 35

Tabel 8 Ordering Cost Periode Agustus – Oktober 2018............................. . 37

Tabel 9 Inventory Value Periode Agustus – Oktober 2018 .......................... . 38

Tabel 10 Carrying Cost Periode Agustus – Oktober 2018 ............................. . 40

Tabel 11 Perhitungan EOQ Periode Agustus – Oktober 2018 ....................... . 41

Tabel 12 Frekuensi Pembelian EOQ dan Aktual Periode Agustus – Oktober

2018 ................................................................................................. . 42

Tabel 13 Hasil Perhitungan Biaya EOQ dan Aktual Sampel Barang Groceries

Periode Agustus – Oktober 2018 ..................................................... . 44

Tabel 14 Total Pembelian EOQ dan Aktual Periode Agustus – Oktober 2018.. 47

Page 13: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

xii

Tabel 15 Total Cost EOQ Periode Agustus – Oktober 2018 .......................... . 48

Tabel 16 Nilai Safety Stock Periode Agustus – Oktober 2018 ....................... . 50

Tabel 17 Nilai Anticipated Lead Time Demand Periode Agustus – Oktober

2018 ................................................................................................. . 51

Tabel 18 Nilai Reorder Point Periode Agustus – Oktober 2018 .................... . 53

Page 14: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 1 Kerangka Pemikiran ...................................................................... . 21

Page 15: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1 Data Inventory Groceries di Four Points by Sheraton Bandung. 68

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian ................................................................. 76

Lampiran 3 Surat Konfirmasi Izin Penelitian .............................................. . 77

Lampiran 4 Surat Keterangan Telah Selesai Melakukan Penelitian ............ 78

Lampiran 5 Formulir Bimbingan ................................................................. . 79

Lampiran 6 Turnitin ..................................................................................... . 82

Lampiran 7 Biodata Penulis ......................................................................... . 83

Page 16: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada saat ini pariwisata telah menjelma menjadi peluang bisnis yang besar.

Hal ini dikarenakan kegiatan pariwisata membutuhkan beberapa jenis penyediaan

jasa pelayanan, mulai dari akomodasi, pelayanan jasa transportasi, perjalanan

wisata, wahana rekreasi dan juga bisnis wisata lainnya yang terkait dengan

pemenuhan kebutuhan bagi wisatawan.

Salah satu hal yang memiliki kaitan penting dengan pariwisata adalah

hotel. Bardi (2003) menyatakan sebuah hotel biasanya menawarkan akomodasi

dan pelayanan yang lengkap kepada tamu, termasuk reservasi, fasilitas makan

untuk umum, banquet, lounge, area hiburan, layanan kamar, ruang rapat, laundry,

kolam renang, dan kegiatan rekreasi lainnya. Dapat disimpulkan jika hotel tidak

hanya menyediakan kamar, tetapi memiliki beberapa fasilitas lain seperti yang

telah disebutkan sebelumnya. Salah satu fasilitas hotel yang tidak dapat

terpisahkan adalah restoran.

Untuk memenuhi kebutuhan pelayanan makanan dan minuman di restoran

ini diperlukan adanya pengadaan barang. Menurut Weele (2010) pengadaan

merupakan kegiatan memperoleh barang serta jasa yang menguntungkan apabila

barang atau jasa yang dibeli sesuai serta dengan biaya paling baik dengan harapan

agar kebutuhan pelanggan terpenuhi. Oleh karena itu dalam proses produksi,

dibutuhkan seorang karyawan yang efisien juga efektif dalam melakukan

pengadaan barang.

Page 17: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

2

Pada sebuah hotel, Purchasing memiliki fungsi utama dalam pengadaan

barang, sehingga kunci dalam tersedianya persediaan barang, bahkan baik atau

tidaknya kualitas barang operasional yang disediakan di sebuah hotel menjadi

tanggung jawab Purchasing. Segala barang yang tersedia di hotel, baik itu barang

operasional maupun barang kebutuhan pribadi departemen pasti diadakan oleh

Purchasing.

Kelancaran proses produksi sebuah hotel dipengaruhi atau ditentukan oleh

jumlah persediaan, oleh sebab itu diperlukan adanya pengendalian dalam

persediaan barang. Pengendalian persediaan adalah sebuah aktivitas yang begitu

penting dalam suatu perusahaan karena berpengaruh terhadap biaya yang

dikeluarkan serta kelancaran produksi perusahaan. Witjaksono (2006)

mengungkapkan bahwa manajemen persediaan yang tepat adalah hal bernilai yang

harus diperhatikan, dan hal tersebut mengacu kepada suatu kebijaksanaan

mengenai persediaan.

Terlalu banyak dalam menetapkan jumlah persediaan dapat

mengakibatkan pemborosan dalam biaya penyimpanan, namun jika terlalu sedikit

maka dapat berakibat terhadap hilangnya kesempatan dalam mendapatkan profit

bagi perusahaan apabila ternyata permintaan yang sebenarnya lebih besar

dibandingkan dengan permintaan yang diperkirakan. Sesuai dengan pernyataan

Johns and Harding (2001) dimana dalam melakukan persediaan diperlukan kehati-

hatian karena persediaan merupakan suatu keputusan pemodalan yang bernilai.

Pada persediaan terdapat modal kerja, dimana modal untuk memenuhi

persediaan tersebut bisa dimanfaatkan sebagai modal utnuk hal lainnya yang lebih

penting atau menguntungkan. Oleh sebab itu dalam melakukan persediaan bahan

Page 18: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

3

baku ini, hotel seharusnya dapat mengambil keputusan serta strategi yang tepat

sehingga investasi dalam pengadaan sesuai kebutuhan dan tidak berlebihan.

Dalam pembelian persediaan barang ini, pengambilan keputusan berguna untuk

meminimalkan biaya sehingga perputaran persediaan dapat berjalan secara

maksimal.

Persediaan terdiri mulai dari persediaan bahan dasar, bahan pelengkap,

sampai barang yang siap digunakan. Pada industri hotel, barang tersebut

berbentuk makanan atau minuman untuk dijual yang bertujuan untuk menambah

penghasilan bagi hotel tersebut. Terdapat dua jenis bahan baku makan yang dapat

dikelompokkan menjadi perishable food (bahan makanan yang mudah rusak) dan

non-perishable food (bahan makanan yang tidak mudah rusak). Widanaputra

(2009) menyampaikan jika besar atau kecilnya sebuah persediaan itu bergantung

pada fasilitas, total kamar, serta tingkat perputaran pada persediaan yang dimiliki.

Persediaan pada bahan makanan perlu dijaga kualitas dan kuantitasnya

agar tidak disimpan terlalu lama karena penyimpanan yang telalu lama dapat

menyebabkan kerusakan pada bahan tersebut. Perencanaan dengan perhitungan

yang tepat dapat menghindari terjadinya penumpukkan yang beresiko kerugian

atau pun kekurangan barang yang dapat mengganggu bahkan menghentikan

kegiatan proses produksi. Jika barang yang dibutuhkan sudah habis, biaya dalam

melakukan pengadaan barang yang bersifat darurat akan lebih mahal, maka

alangkah lebih baik apabila sebuah hotel melakukan perencanaan dengan tepat.

Persediaan yang kurang baik biasanya terjadi akibat adanya permasalahan

dalam menentukan kebijakan persediaan itu sendiri. Permasalahan dalam

kebijakan persediaan merupakan permasalahan pada sistem persediaan yang

Page 19: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

4

berhubungan dengan bagaimana cara sipaya semua pesanan dari pemakai dapat

terpenuhi dan terjamin dengan meminimalisir biaya yang perlu dikeluarkan. Jenis

permasalahan ini dapat dikuantifikasikan dengan jawaban yang berkaitan dengan

menggunakan jenis metode pengendalian persediaan terbaik (Bahagia, 2006).

Oleh karena itu, dibutuhkan adanya perhitungan yang benar dalam

pengendalian persediaan barang, salah satunya dengan menggunakan metode

Economic Order Quantity (EOQ). Spears & Gregoire (2003) menyebutkan jika

"Konsep Economic Order Quantity (EOQ) berasal dari keseimbangan yang masuk

akal antara safety stock, lead time, dan reorder point". Dimana dengan metode

EOQ ini diharapkan pembelian dapat menjadi lebih ekonomis.

Berikut data mengenai pembelian dan pemakaian barang groceries di Four

Points by Sheraton Bandung:

Tabel 1.1

Pembelian Barang Groceries

Periode Bulan Agustus – Oktober 2018

NO ITEM Unit Total Purchase

Agustus September Oktober Total

1 Egg Noodle Atom Bulan pcs 342 40 200 582

2 Bihun AAA pcs 100 40 80 220

3 Salt kg 60 18 47 125

4 Rice Pandan Wangi kg 750 750 500 2,000

5 Santan Kara ltr 100 24 48 172

6 Icing Sugar kg 93 48 61 202

7 Sagu Tani kg 45 22 62 129

TOTAL 1,490 942 998 3,430

Sumber: Data Cost Controller Four Points by Sheraton Bandung, 2019.

Dari data diatas, terlihat adanya pembelian barang groceries yang tidak

stabil. Sebagai contoh, pembelian Salt pada bulan Agustus adalah sebanyak 60 kg,

turun menjadi sebanyak 18 kg pada bulan September dan naik menjadi 47 kg pada

Page 20: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

5

bulan Oktober. Penulis menduga proses pengendalian persediaan barang yang ada

belum berjalan sebagaimana mestinya.

Hasil wawancara penulis dengan pihak Cost Controller di Four Points by

Sheraton Bandung, diketahui bahwa periode pengadaan barang groceries selama

ini dilakukan satu kali dalam sebulan dan tidak menetapkan metode apapun.

Namun apabila barang habis pada masa periode, maka pihak hotel akan

melakukan tambahan pengadaan barang pada saat itu, sehingga sering terjadi

pembelian yang tidak beraturan.

Berdasarkan kepada latar belakang masalah tersebut, penulis merasa

tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil proyek akhir ini yang

berjudul:

“PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN

METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) DI FOUR POINTS BY

SHERATON BANDUNG”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, terdapat masalah pengendalian persediaan

barang groceries yang belum optimal akibat perencanaan pembelian yang

dilakukan belum tepat. Penulis merumuskan masalah yang muncul di Four Points

by Sheraton Bandung ke dalam beberapa pertanyaan seperti berikut.

1. Bagaimana perhitungan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan pada

barang groceries yang ada di Four Points by Sheraton Bandung?

2. Bagaimana perhitungan safety stock pada barang groceries yang ada di

Four Points by Sheraton Bandung?

Page 21: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

6

3. Bagaimana perhitungan lead time pada barang groceries yang ada di

Four Points by Sheraton Bandung?

4. Bagaimana perhitungan reorder point pada barang groceries yang ada

di Four Points by Sheraton Bandung?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Formal

Tujuan formal dari penyusunan proyek akhir ini yaitu sebagai syarat

kelulusan yang harus dipenuhi selama menempuh pendidikan Diploma

IV Administrasi Hotel, Jurusan Hospitaliti, Sekolah Tinggi Pariwisata

NHI Bandung.

2. Tujuan Operasional

a. Untuk mengetahui nilai biaya pemesanan dan biaya penyimpanan

pada barang groceries yang ada di Four Points by Sheraton

Bandung.

b. Untuk mengetahui nilai safety stock pada barang groceries yang

ada di Four Points by Sheraton Bandung.

c. Untuk mengetahui nilai lead time pada barang groceries yang ada

di Four Points by Sheraton Bandung.

d. Untuk mengetahui nilai reorder point pada barang groceries yang

ada di Four Points by Sheraton Bandung.

D. Batasan Penelitian

Penulis membatasi masalah proyek akhir ini dalam satu variable, yaitu

metode Economic Order Quantity (EOQ) untuk menganalisis proses pengadaan

dan perhitungan persediaan barang. Adapun jenis barang yang diteliti akan

Page 22: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

7

dibatasi lagi, yaitu barang groceries yang pembeliannya tidak stabil pada setiap

bulan.

E. Manfaat Penelitian

1. Menerapkan teori mengenai Economic Order Quantity (EOQ) yang

penulis peroleh selama menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi

Pariwisata NHI Bandung terhadap masalah yang ada di lapangan

nyata.

2. Sebagai objek pertimbangan dan evaluasi bagi Four Points by Sheraton

Bandung dalam meningkatkan efektifitas pada persediaan barang

groceries.

Page 23: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

8

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Manajemen Persediaan

Manajemen persediaan adalah kemampuan sebuah industri dalam

mengontrol serta mengendalikan kebutuhan tiap barang, mulai dari barang yang

masih mentah, barang sudah setengah jadi, maupun barang yang sudah siap

digunakan yang bertujuan guna menjaga persediaan agar selalu ada baik dalam

kondisi pasar yang stabil ataupun berfluktuasi (Fahmi, 2014).

Tujuan dari manajemen persediaan yaitu meminimalisir pemodalan dalam

melakukan persediaan barang namun tetap menjaga kualitas pelayanan yang

dipesan dengan tingkat penyediaan yang konsisten. Sebagaimana diungkapkan

dimana jumlah persediaan yang tidak sesuai dapat menyebabkan kerugian yang

besar dikarenakan terdapat permintaan yang tidak dapat dipenuhi (Riyanto, 2008).

Margaretha (2004) menyebutkan terdapat beberapa kelebihan jika

memiliki persediaan yang memadai, yaitu:

a. memiliki kesempatan untuk menjual produk,

b. berpotensi untuk mendapat diskon,

c. meminimalisir biaya pemesanan, dan

d. lancarnya proses produksi dapat terjamin.

Menurut Atmaja (2001), manajemen persediaan dapat difokuskan pada 2

pertanyaan dasar sebagai berikut:

a. berapa besar unit barang yang harus dipesan pada satu waktu, dan

Page 24: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

9

b. kapan barang tersebut harus dipesan.

Persediaan adalah sebuah harta milik perusahaan yang mencakup barang-

barang yang memiliki tujuan untuk dijual pada suatu wakktu, atau persediaan

barang yang sedang dikerjakan atau diproduksi, maupun persediaan barang yang

masih menunggu waktu untuk digunakan (Rangkuti, 2004). Dari pernyataan

tersebut dapat disimpulkan jika persediaan memiliki dua karakterik penting,

yakni:

a. persediaan adalah barang milik perusahaan, dan

b. persediaan siap untuk dijual kepada konsumen.

Persediaan memiliki jenis, karakteristik, serta cara pengelolaan yang

berbeda-beda. Supaya fungsi persediaan dapat berjalan secara optimal

sebagaimana mestinya, persediaan tersbeut perlu diklompokkan.

Herjanto (2008) mengelompokkan persediaan menurut fungsinya kedalam

empat jenis:

1) Fluctuation Stock, adalah persediaan yang dilakukan dengan tujuan

untuk meghindari terjadinya fluktuasi atas permintaan yang tidak

terprediksi, juga menangani adanya penyimpangan dalam melakukan

perkiraan penjualan, waktu untuk produksi, atau saat pengiriman

barang.

2) Anticipation Stock, adalah persediaan dengan tujuan mengatasi

permintaan yang terprediksi, contohnya saat periode permintaan

sedang tinggi, namun kemampuan produksi pada masa itu tidak dapat

memenuhi. Persediaan ini juga ditujukan untuk mengamankan apabila

mungkin saja bisa terjadi sulitnya mendaatkan barang yang

Page 25: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

10

dibutuhkan, sehingga tidak berakibat pada berhentinya proses

produksi.

3) Lot-size Inventory, adalah persediaan yang jumlahnya disediakan lebih

banyak dibandingkan dengan jumlah yang dibutuhkan. Persediaan ini

dilakukan agar perusahaan untung karena adanya potongan harga

dikarenakan barang yang dibeli berjumlah besar, atau biaya angkut per

unit yang didapatkan menjadi lebih rendah sehingga perusahaan

menjadi lebih hemat.

4) Pipeline Inventory, adalah persediaan yang masih ada dalam kondisi

pengiriman dari tempat dimana barang tersebut berasal menuju ke

tempat barang tersebut akan digunakan. Contohnya barang yang

dikirim dari pemasok menuju tempat penjualan, dimana proses

pengiriman ini dapat memakan waktu beberapa hari atau minggu.

Heizer & Render (2011) membagi persediaan kepada beberapa jenis yang

terdiri dari:

1) Raw Material Inventory (persediaan bahan mentah).

Bahan yang sudah dibeli tetapi belum diproduksi.

2) Work-in-process / WIP Inventory (persediaan barang masih dalam

proses).

Barang yang dibeli adalah bahan mentah yang sudah melalui beberapa

proses namun masih belum selesai. WIP ada dikarekan dalam

membuat sebuah produk diperlukan waktu (disebut juga waktu

siklus). Sehingga dengan adanya WIP maka waktu yang dibutuhkan

unutuk proses produksi menjadi lebih sedikit.

Page 26: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

11

3) MRO (maintenance/repair/operating). Persediaan ini bertujuan agar

produktivitas mesin dan proses tetap terjaga. MRO ada dikarenakan

kebutuhan serta waktu untuk memelihara serta memperbaiki beberapa

peralatan tidak dapat diprediksi.

4) Finished-good Inventory (persediaan barang jadi).

Produk yang sudah selesai diproduksi dan siap dijual ke pelanggan.

Pada dasarnya pengelompokkan jenis-jenis persediaan memiliki maksud

yang sama untuk perusahaan. Di antara jenis persedian yang satu dngan yang lain

saling berkaitann untuk memenuhi kegiatan produksi pada perusahaan.

Terdapat beberapa fungsi atau tujuan dari persediaan. Herjanto (2008)

mengemukakan fungsi dari persediaan sebagai berikut:

a. Mengurangi risiko apabila pengiriman barang datangnya terlambat.

b. Mengurangi risiko apabila barng yang dipesan ternyata tidak sesuai

dengan standar sehingga perlu dikembalikan.

c. Mengurangi risiko apabila harga barang naik atau terjadi inflasi.

d. Menyimpan barang yang hanya bisa didapat secara musiman apabila

barang tersebut tidak tersedia di pasaran.

e. Mendapatkan diskon dari pembelian dengan kuantitas tertentu.

f. Memberikan pelayanan yang maksimal kepada pelanggan karena

brang yang diperlukan tersedia.

Tujuan diadakannya persediaan menurut Indrajit dan Djokopranoto (2011)

antara lain:

a. Untuk memenuhi kebutuhan saat kondisi normal.

b. Untuk memenuhi kebutuhan saat kondisi mendesak.

Page 27: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

12

c. Memungkinkan pembelian atas dasar jumlah ekonomis.

Dapat dikatakan jika perusahaan berjalan dengan memiliki persediaan.

Walaupun sebetulnya persediaan hanya suatu sumber dana yang menganggur

karena saat persediaan itu belum digunakan berarti dana yang berada di dalamnya

tidak dapat digunakan untuk kepentingan hal yang lain.

B. Kajian Pengendalian Persediaan

Pengendalian persediaan dapat diartikan sebagai rangkaian keputusan

dalam pengendalian yang memiliki maksud dalam memutuskan berapa nilai untuk

menjaga tingkat persediaan, kapan melakukan pesanan kembali agar persediaan

bertambah dan berapa besar pesanan harus diadakan (Herjanto, 2008). Penjelasan

lain menuturkan jika, pengendalian tingkat persediaan adalah suatu kegiatan yang

berkaitan yaitu dimulai dari proses perencanaan, pelaksanaan serta pengawasan

dalam menentukan kebutuhan barang sedemikian rupa sehingga pada satu sisi

kebutuhan untuk operasional dapat tercukupi pada waktunya dan pada sisi lain

investasi persediaan barang tersebut dapat ditekan secara optimal (Indrajit &

Djokopranoto, 2011).

Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan jika pengendalian

persediaan adalah proses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan dalam

memenuhi kebutuhan barang dengan memutuskan berapa nilai tingkat persediaan

yang harus dijaga, berdasarkan waktu dan jumlah pesanan yang tepat.

Pengendalian persediaan yang optimal bukan merupakan hal yang mudah.

Jika jumlah nilai persediaan terlalu banyak, akan mengakibatkan pada munculnya

dana besar yang mengendap (yang tertanam dalam persediaan), tingginya biaya

penyimpangan, serta kerusakan pada barang akan lebih besar resikonya. Tetapi,

Page 28: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

13

apabila persediaan barangnya terlalu sedikit, dapat berisiko terhadap kekurangan

pada persediaan sebab barang yang dibutuhkan tersebut tidak dapat disediakan

secara mendesak atau sebanyak yang dipesan, dimana hal tersebut dapat

mengakibatkan terhentinya proses produksi, tertundanya penjualan, bahkan

hilangnya pelanggan.

Menurut Spears & Gregoire (2003) terdapat 3 alat yang dapat digunakan

dalam pengendalian persediaan yang biasa digunakan dalam foodservice

operations, yaitu:

1) ABC Method,

2) Minimum-Maximum Method, dan

3) Economic Order Quantity (EOQ).

C. Kajian Economic Order Quantity (EOQ)

Dalam pengendalian persediaan, manajemen perusahaan harus melakukan

beberapa keputusan penting, yaitu seberapa besar jumlah barang yang harus

dipesan pada setiap kali pengadaan persediaan, dan kapan waktu yang tepat untuk

melakukan pemesanan barang. Setiap ketentuan yang diambil akan memiliki

dampak terhadap besarnya biaya persediaan. Maka dari itu agar keputusan dapat

diambil dengan lebih mudah, ada beberapa perkembangan model yang digunakan

dalam melakukan manajemen persediaan, salah satunya adalah dengan metode

persediaan kuantitas pesanan ekonomis / Economic Order Quantity (EOQ).

Pernyataan diatas sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Heizer &

Render (2011) bahwa EOQ merupakan salah satu teknik dalam pengendalian

persediaan yang paling tua dan terkenal secara luas, dimana jenis metode

Page 29: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

14

pengendalian persediaan ini akan menjawab dua pertanyaan penting yaitu

pemesanan harus dilakukan kapan dan pesanan tersebut harus berapa banyak.

Richard (2006) menyebutkan jika arti dari EOQ adalah sebuah metode

dalam memutuskan nilai persediaan optimal (ukuran lot ekonomi) yang

berdasarkan pada dimensi berikut ini : Reorder Point, Safety Stock serta Lead

Time. Hal ini dipertegas oleh teori dari Spears dan Gregoire (2003) yang

mengungkapkan bahwa “Konsep Economic Order Quantity (EOQ) berasal dari

keseimbangan yang masuk akal antara safety stock, lead time, dan reorder point.”

Sedangkan berdasarkan penjelasan dari Nafarin (2004), EOQ berarti

banyaknya jumlah barang yang didapatkan dengan biaya yang optimal. Fahmi

(2014) mengungkapkan bahwa ada tiga bentuk variable dalan EOQ yang terlihat

jelas, yaitu:

a. Total cost atau biaya total. Adalah total biaya yang dikeluarkan pada suatu

periode.

b. Ordering cost atau biaya pemesanan. Adalah biaya-biaya yang dikeluarkan

selama dalam proses pembelian.

c. Carrying cost atau biaya penyimpanan. Adalah keseluruhan biaya yang

dikeluarkan yang berkaitan dengan penyimpanan barang.

Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa EOQ

dipengaruhi oleh beberapa hal berikut:

1) Biaya pemesanan (Ordering Cost),

2) Biaya penyimpanan (Carrying Cost), dan

3) Total penggunaan tahunan (Annual Usage).

Page 30: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

15

1. Biaya Pemesanan (Ordering Cost)

Penjelasan biaya pemesanan menurut Herjanto (2008) adalah

munculnya biaya yang berkaitan dengan kegiatan pada saat melakukan

pemesanan barang, mulai dari melakukan pemesanan sampai barang tersedia

di gudang. Biaya pemesanan ini mencakup seluruh biaya yang dikeluarkan

dalam melakukan pengadaan pemesanan barang, yang dapat melingkupi

biaya administrasi dan penempatan order, biaya pemilihan vendor, biaya

pengangkutan dan bongkar muat, biaya penerimaan dan pemeriksaan barang.

Formula perhitungan ideal dalam menghitung ordering cost menurut Indrajit

dan Djokopranoto (2011) adalah sebagai berikut:

�������� �� = � � �

Keterangan:

n = Frekuensi optimal dalam periode

P = Biaya pemesanan per pesanan

2. Biaya Penyimpanan (Carrying Cost)

Wiyasha (2011) menjelaskan bahwa carrying cost adalah biaya yang

timbul akibat memiliki persediaan bahan makanan. Biaya yang termasuk

diantaranya yaitu biaya penyimpanan, biaya pemeliharaan tempat

penyimpanan barang, serta biaya kerusakan dan kehilangan barang. Biaya

penyimpanan ini menggunakan pendekatan sebesar 10 – 25% dari nilai

persediaan dalam satu periode, hal ini sesuai dengan pernyataan Feinstein and

Stefanelli (2008).

Page 31: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

16

Formula perhitungan yang ideal untuk menghitung biaya

penyimpanan adalah sebagai berikut:

������� �� = � �

Keterangan:

C = Biaya penyimpanan barang per periode

A = Biaya pesediaan barang per periode

3. Total penggunaan tahunan (Total Annual Usage)

Spears dan Gregoire (2003) menerangkan jika Total Annual Usage

adalah “The number of units to be used annually”. Dimana Total Annual

Usage adalah kuantitas dari suatu komponen atau bahan yang digunakan

dalam satu tahun.

Dari pengaruh-pengaruh tersebut, dapat ditentukan perhitungan EOQ dengan

formula sebagai berikut:

��� = �� � �������� ��� ���� ����� � ���� ������ ����������� ���

Sumber : Spears and Gregoire (2003:172)

Selain itu, terdapat rumus EOQ yang dijabarkan oleh Feinstein dan

Stefanelli (2008) yang disebut dengan Ways of calculating EOQ, yaitu seperti di

bawah ini:

Page 32: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

17

To calculate the EOQ, Dollar value:

���= �� � �������� ��� ��� ���������� ���� � ����� � ���� ���� �� �� ���� ��� ������� ����� ��� ��� ����, �� ����������� � �"����� ����� "���� � ��"�����

To calculate the EOQ, Number of units:

���= �� � �������� ��� ��� ���������� ���� � ����� � ���� ���� �� �� ���� ��� ������ ����� ��� ��� ����, �� �� ���� � ���� ���������� ��� �������

Menurut Herjanto (2008) dalam memesan sebuah barang hingga barang

tersebut datang dibutuhkan waktu yang berbeda-beda, bisa dalam hitungan jam

hingga hitungan bulan. Ada beberapa ketidakpastian yang dapat terjadi di dalam

pemesanan, seperti jangka waktu pemesanan yang berubah atau bertambahnya

permintaan.

Agar persediaan terkendali dengan baik selama masa pemesanan, setelah

menentukan EOQ perusahaan harus memperhatikan faktor-faktor berikut:

a) Nilai persediaan pengaman (Safety Stock)

Safety stock merupakan keahlian suatu perusahaan agar persediaan

barang selalu tercipta dalam keadaan yang aman atau penuh pengamanan

yang bertujuan agar kekurangan persediaan tidak akan pernah dialami oleh

perushaan (Fahmi, 2014). Selain itu, berdasarkan penjelasan Herjanto (2008)

safety stock merupakan persediaan yang menjadi cadangan untuk memenuhi

kebutuhan saat menunggu barang yang dipesan datang.

Page 33: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

18

Menurut Assauri (2008) terdapat 2 faktor penentu dalam menghitung

besarnya safety stock, antara lain:

Penggunaan bahan baku rata-rata, merupakan satu dari sekian dasar

yang digunakan dalam memprediksi penggunaan bahan baku pada

periode tertentu, khususnya pada saat periode pemesanan.

Faktor waktu, merupakan suatu perbedaan waktu antara saat

melakukan pesanan sampai barang tersebut diterima.

Formula menghitung safety stock yaitu:

����� ��# = $%% � '���� (��� � )��� *���

Sedangkan perhitungan yang digunakan untuk menentukan besarnya

nilai pemakaian rata-rata adalah sebagai berikut:

'���� (��� = '���� +���,��-�� � .��� � /��#�

Keterangan:

Usage Rate = Nilai pemakaian rata–rata

Usage Item = Nilai pemakaian keseluruhan

Number of Days or Weeks = Jumlah hari selama periode

Lead Time = Waktu tenggang

b) Waktu Tenggang (Lead Time)

Herjanto (2008) mengartikan lead time sebagai selisih antara waktu

pada saat memesan barang hingga waktu pada saat kedatangan barang. Lead

time ini sangat dipengaruhi oleh tersedia atau tidaknya barang tersebut, serta

Page 34: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

19

jarak antara lokasi pembeli dan lokasi pemasok berada.

Barang terkadang tidak datang sesuai dengan waktunya akibat adanya

masalah di pihak supplier, oleh karena itu dibutuhkan adanya antisipasi

kebutuhan persediaan barang atau dapat disebut dengan anticipated lead time

demand agar ketersediaan barang tetap terjaga selama waktu pemesanan.

Formula perhitungan anticipated lead time demand adalah sebagai

berikut:

����������� )��� *��� .����� = '���� (��� � )��� *���

Keterangan:

Usage Rate = Nilai pemakaian rata–rata

Lead Time = Waktu tenggang

c) Titik pemesanan kembali (Reorder Point)

Reorder point menurut Fahmi (2014) merupakan sebuah titik nilai

dimana pemesanan barang harus dilakukan kembali oleh perusahaan guna

menghasilkan keadaan persediaan barang yang terus terkendali.. Adapun

beberapa faktor untuk menentukan Reorder Point (ROP) diantaranya:

Menurut Keown et al. (2005) faktor-faktor penentu ROP adalah:

a. Pengadaan atau persediaan barang pada masa pengiriman

b. Nilai pengamanan yang diinginkan

Selain itu, berdasarkan penjelasan dari Riyanto (2008) faktor-

faktornya adalah:

a. Penggunaan barang saat tenggang waktu untuk mendapatkan barang.

b. Besarnya nilai safety stock.

Page 35: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

20

Dari kedua pendapat ahli di atas menyimpulkan beberapa faktor yang

mempengaruhi ROP adalah:

a. Lead Time (LT), merupakan waktu yang diperlukan antara saat barang

dipesan sampai barang tiba di perusahaan.

b. Nilai pemesanan barang pada rata-rata saat periode waktu tertentu.

c. Persediaan Pengaman (Safety Stock).

Formula untuk menghitung reorder point seperti yang disampaikan

oleh Indrajit dan Djokopranoto (2011) yaitu seperti di bawah ini:

(����� ���� = ����������� )��� *��� .����� + ����� ��#

Keterangan:

Anticipated Lead Time Demand = Antisipasi kebutuhan persediaan

Safety Stock = Persediaan pengaman

D. Kerangka Pemikiran

Kerangka berpikir merupakan contoh ideal mengenai bagaimana kaitan

anata teori dengan macam-macam faktor yang sebelumnya telah diidentifikasi

sebagai masalah yang penting, menurut Sugiyono (2014). Dari teori tersebut,

penulis mencoba merancang kerangka pemikiran yang berhubungan dengan

pengendalian persediaan barang di Four Points by Sheraton bandung sebagai

berikut:

Page 36: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

21

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

Pengendalian Persediaan

Metode EOQ

Ordering Cost Carrying Cost

Harga per unit

Frekuensi Pembelian

Jumlah Pemesanan

Biaya Penyimpanan

per unit

Rata-Rata Level

Inventory

Kuantitas dan

Frekuensi Pemesanan

yang Ekonomis

Page 37: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam menyusun proyek akhir ini

adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian dengan

menggunakan data kuantitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan suatu

masalah. Penjelasan metode deskriptif yaitu sebagai metode yang dilakukan

dengan melihat sekumpulan data yang telah didapatkan untuk kemudian dilakukan

analisis serta pembuatan kesimpulan secara umum. Metode ini berfungsi untuk

menggambarkan objek yang diteliti (Sugiyono, 2014).

Adapun metode penelitian kuantitatif merupakan penelitian populasi atau

sampel tertentu, dimana sampel tersebut diambil secara random, serta ada

penggunaan instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian,

dimana kemudian analisis data yang dilakukan bersifat kuantitatif agar hipotesis

yang sudah diputuskan sebelumnya dapat diuji (Sugiyono, 2014).

B. Objek Penelitian

Objek penelitian menggambarkan mengenai apa, siapa, kapan dan dimana

dilakukannya penelitian tersebut, termasuk hal-hal lainnya yang perlu penulis

tambahkan (Umar, 2005). Penulis menjadikan biaya pemesanan, biaya

penyimpanan, safety stock, lead time, dan reorder point pada barang groceries di

Four Points by Sheraton Bandung sebagai objek penelitian.

Page 38: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

23

C. Populasi dan Sampling

Populasi adalah generalisasi suatu obyek atau subyek yang memiliki

kualitas dan karakteristik tertentu sesuai dengan kebutuhan peneliti untuk

selanjutnya dapat ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2014). Pada penelitian ini,

penulis mengambil populasi yaitu barang groceries di dry store Four Points by

Sheraton Bandung.

Sedangkan sampel merupakan jumlah serta karakteristik yang diambil

beberapa bagian dari populasi tersebut (Sugiyono, 2014). Sampel yang penulis

ambil dalam penelitian ini adalah barang groceries yang pembelian dan

pemakaiannya tinggi yang ada di dry store Four Points by Sheraton Bandung.

D. Metode Pengumpulan Data

Dalam metode pengumpulan data penelitian ini, penulis menggunakan

beberapa sumber data, yaitu:

a) Observasi

Pengertian observasi adalah sebuah cara dalam mengamati suatu

kegiatan yang sedang berlangsung utnuk kemudian diambil datanya

(Sukmadinata, 2011). Penulis mengobservasi lokasi penelitian dengan

mengamati dan meninjau langsung mengenai beberapa hal yang

berkaitan dengan persediaan barang groceries yang bertujuan untuk

mendapatkan gambaran nyata mengenai hal yang diteliti.

b) Wawancara

Wawancara berfungsi sebagai teknik dalam mengumpulkan data

agar permasalahan yang diteliti dapat ditemukan, serta untuk

mengetahui informasi-informasi yang lebih mendalam. Hal ini

Page 39: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

24

dilakuakn pada saat peneliti akan melaksanakan studi pendahuluan

(Sugiyono, 2014).

Untuk mendapatkan informasi-informasi yang lebih mendetail,

penulis melaksanakan wawancara dengan pihak Purchasing dan Cost

Controller sebagai riset awal kelapangan agar permasalahan yang

diteliti dapat ditemukan. Penulis memilih narasumber tersebut karena

bagian tersebut bertanggung jawab langsung terhadap persediaan

barang. Pada saat wawancara penulis menjadikan pedoman wawancara

sebagai alat untuk mengetahui beberapa informasi menyangkut hal-hal

yang tentang persediaan barang groceries.

c) Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi adalah sebuah kegiatan penelitian dengan cara

melakukan pengumpulan data berupa data serta laporan yang berkaitan

dengan masalah dalam penelitian. Hamidi (2004) menyampaikan

bahwa metode dokumentasi adalah informasi catatan penting dari

sebuah lembaga atau organisasi maupun dariperorangan. Dokumentasi

penelitian ini merupakan pengambilann gambar oleh peneliti yang

bertujuan untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih kuat. Penulis

mengumpulkan data aktual berbentuk dokumen dari purchasing dan

cost controller yang menunjukkan total pembelian serta pemakaian

barang groceries. Dokumen ini didapatkan setelah penulis melakukan

observasi dan wawancara langsung dengan pihak terkait.

Page 40: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

25

E. Definisi Operasional Variabel

Menurut Agus dan Ratih (2011) operasionalilasi adalah variabel-variabel

dalam penelitian yang memampukan peneliti untuk mengkategorikan

penelitiannya kedalam suatu kategori dimana variable tersebut didapat dari

turunan teori dan konsep yang digunakan dalam kegiatan penelitian. Sedangkan

pengertian variabel menurut Sugiyono (2014) merupakan suatu objek yang

menjadi ukuran pada suatu penelitian agar peneliti memperoleh informasi dalam

penelitian tersebut. Operasionalisasi variable dibuthkan untuk menentukan jenis

dan indicator dari variable-variable yang bersangkutan dalam penelitian.

Penjelasan mengenai operasionalisasi variabel pada penelitian ini dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1

Matriks Operasional Variabel

Sumber: Spears & Gregoire (2003)

F. Analisis Data

Setelah mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dalam peneiltian,

prosedur yang harus dilakukan kemudian adalah proses analisis data. Dalam

Page 41: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

26

membantu proses analisis data ini dibutuhkan sebuah alat atau instumen. Alat atau

instrumen pengolahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah :

1) Analisis menggunakan Metode Economic Order Quantity (EOQ)

Metode EOQ memperhitungkan permintaan secara pasti yaitu

dengan pemesanan yang dibuat secara konstan dan juga tidak adanya

kekurangan dalam persediaan barang. Herjanto (2008) mengemukakan

adanya asumsi yang perlu diingat dalam penggunaan EOQ, yaitu:

a. Barang yang disimpan dan dipesan hanya sejenis

b. Kebutuhan atau permintaan barang diketahui dan konstan

c. Biaya pemesanan dan biaya penyimpanan diketahui dan konstan

d. Barang yang dipesan diterima dalam satu kelompok

e. Harga barang tetap dan tidak tergantung pada jumlah yang dibeli

f. Waktu tenggang diketahui dan konstan.

Variabel yang dibutuhkan dalam penerapan metode EOQ adalah

sebagai berikut:

��� = ���.� 1

Keterangan :

EOQ = Kuantitas pesanan ekonomis per pesanan

D = Jumlah kebutuhan barang per tahun

S = Biaya pemesanan untuk satu kali pesanan

H = Biaya penyimpanan per unit/tahun

Page 42: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

27

Untuk menentukan biaya pemesanan pada setiap kali pesanan,

biaya penyimpanan dan kuantitas barang yang ekonomis pada setiap

pesanan (EOQ), makan dibutuhkan variabel sebagai berikut:

Q (quantity) = Jumlah barang untuk setiap pesanan

Q* = Jumlah barang yang optimal pada setiap pesanan (EOQ)

D (demand) = Permintaan tahunan dalam unit untuk barang persediaan

S (set up) = Biaya setup atau biaya pemesanan untuk setiap pesanan

H (holding) = Biaya penyimpanan atau penggudangan per unit per tahun

Setelah nilai-nilai dari variabel di atas telah diketahui, metode EOQ

untuk mendapatkan nilai persediaan yang efektif bagi suatu barang dapat

diterapkan dengan menggunakan rumus berikut:

a) Biaya pemesanan dalam setahun

= 2 3456789::8 9:;<8:8=<6>:; <879 ?:>:6 @497:A A4@:8:8B C DEFGF HIJKL FJFK MEFGFLINIHFOFO LIP LIHFOFOQ

= 2RSB �T�

= RS T

b) Biaya penyimpanan setahun

= 2U<:8979:@ A4@:8:8V B �MEFGF LIOGENLFOFO LIP KOEJ LIP JFℎKO�

= 2SVB �X�

= SV X

c) Kuantitas pesanan optimal

YZ T = Z2 X

Page 43: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

28

d) Jumlah barang yang optimum dalam setiap pesanan

2 YT = Z2X e) Jumlah frekuensi pesanan dalam setahun

N = 2 A456789::8U<:8979:@ A4@:8:8B atau RS∗

f) Waktu antar-pemesanan yang diperkirakan

T = 2]<6>:; ;:57 U45]: A459:;<8^ B

2) Analisis Frekuensi Pembelian

Analisis frekuensi pembelian dilakukan untuk mengetahui jumlah

pemesanan yang dilakukan pada setiap tahun itu terdiri dari berapa kali.

Dibawah ini merupakan rumus yang digunakan dalam melakukan

perhitungan berapa jumlah frekuensi pemesanan dengan meggunakan

acuan dari hasil perhitungan dengan metode EOQ.

+ = .���

Keterangan :

I = Frekuensi pembelian

D = Jumlah kebutuhan atau pemakaian barang

EOQ = Jumlah pembelian optimal yang ekonomis

3) Analisis Total Biaya Persediaan Bahan Baku

Total biaya persediaan (total cost) merupakan hasil biaya dari

penjmlahan biaya pemesanan dan biaya penyimpangan.

*��� ��� = -���� ��������� � � + -���� ������������1�

Page 44: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

29

4) Analisis Reorder Point

Reorder Point dapat ditemukan dengan menerapkan penggunaan

saat masa lead time dan ditambah dengan penggunaan selama periode

tertentu sebagai safety stock, dengan menggunakan rumus berikut:

a) ROP dengan tingkat pemakaian barang tetap

Pada contoh ini, tidak terdapat adanya penambahan pada

persediaan karena besarnya pemakaian tetap.

Rumusnya adalah :

(�� = � � )*

Keterangan :

ROP = titik pemesanan kembali (unit)

d = pemakaian bahan baku tahunan/jumlah hari kerja tahun

LT = tenggang waktu untuk pemesanan baru (hari)

b) ROP dengan tingkat pemakaian bahan baku tidak tetap

Pada contoh ini, jumlah pemakaian besarannya tidak tetap, maka

rumusnya menjadi :

(�� = �� � )*� +

Keterangan :

ROP = titik pemesanan kembali (unit)

d = pemakaian bahan baku tahunan/jumlah hari kerja tahun

LT = tenggang waktu untuk pemesanan baru (hari)

SS = nilai persediaan pengaman (unit)

Page 45: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

30

G. Jadwal Penelitian

Tabel 3.2

Jadwal Penelitian

Page 46: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

31

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan menjabarkan hasil penelitian disertai dengan

pembahasannya bedasarkan rumusan masalah yang penulis angkat dalam

penelitian ini. Rumusan masalah tersebut antara lain bagaimana perhitungan biaya

pemesanan dan biaya penyimpanan di Four Points by Sheraton Bandung,

bagaimana perhitungan safety stock di Four Points by Sheraton Bandung,

bagaimana perhitungan lead time di Four Points by Sheraton Bandung, serta

bagaimana perhitungan reorder point di Four Points by Sheraton Bandung.

A. Hasil Penelitian

Pengendalian persediaan barang akan mampu berjalan dengan baik apabila

memperhatikan faktor-faktor seperti safety stock, lead time dan re-order point.

Nilai dari faktor-faktor ini dapat menjadi lebih ekonomis jika pembelian barang

ditentukan dengan menggunakan metode EOQ. Untuk metode EOQ kedalam

sistem pembelian, serta menentukan nilai dari faktor-faktor yang telah disebutkan

sebelumnya, terdapat beberapa hal yang harus dilihat terlebih dahulu, yaitu nilai

beginning inventory, total purchase, total consume, dan ending inventory dari

persediaan barang tersebut.

Berikut adalah tabel beginning inventory, total purchase, total consume,

dan ending inventory di dry store Four Points by Sheraton Bandung.

Page 47: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

32

Tabel 4.1

Beginning Inventory, Total Purchase,

Total Consume and Ending Inventory

Periode Agustus 2018

NO ITEM Unit

Beginning

Inventory

Total

Purchase

Total

Consume

Ending

Inventory

Qty Qty Qty Qty

1 Egg Noodle Atom

Bulan pcs 20 342 139 223

2 Bihun AAA pcs 67 100 78 89

3 Salt kg 40 60 40 60

4 Rice Pandan Wangi kg 50 750 625 175

5 Santan Kara ltr 12 100 55 57

6 Icing Sugar kg 41 93 71 63

7 Sagu Tani kg 25 45 40 30

TOTAL 255 1,490 1,048 697

Sumber: Data hasil olahan penulis, 2019.

Tabel 4.1 menunjukkan jumlah beginning inventory, total purchase, total

consume, dan ending inventory pada bulan Agustus 2018. Data tersebut

merupakan pedoman yang selanjutnya akan diolah untuk mendapatkan nilai dari

penerapan Economic Order Quantity. Dapat dilihat total beginning inventory yaitu

sebesar 255 unit. Sedangkan untuk ending inventory pada bulan ini ialah sebesar

697 unit. Angka tersebut didapat dari hasil perhitungan beginning inventory

ditambah dengan total purchase yang dikurangi dengan total consume. Jumlah

total purchase pada bulan ini adalah 1.490 unit dengan total consume 1.048 unit.

Pada bulan ini, dapat dilihat jika total pembelian barang lebih besar

daripada total pemakaiannya. Hal tersebut menyebabkan total ending inventory

menjadi lebih banyak dibandingkan total beginning inventory.

Page 48: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

33

Tabel 4.2

Beginning Inventory, Total Purchase,

Total Consume and Ending Inventory

Periode September 2018

NO ITEM Unit

Beginning

Inventory

Total

Purchase

Total

Consume

Ending

Inventory

Qty Qty Qty Qty

1 Egg Noodle Atom

Bulan pcs 223 40 145 118

2 Bihun AAA pcs 89 40 58 71

3 Salt kg 60 18 38 40

4 Rice Pandan Wangi kg 175 750 625 300

5 Santan Kara ltr 57 24 50 31

6 Icing Sugar kg 63 48 56 55

7 Sagu Tani kg 30 22 45 7

TOTAL 697 942 1,017 622

Sumber: Data hasil olahan penulis, 2019.

Tabel 4.2 menunjukkan total beginning inventory, total purchase, total

consume, dan ending inventory pada bulan September 2018. Dapat dilihat total

beginning inventory pada bulan ini yaitu sebesar 697 unit, beginning inventory

pada bulan ini didapat dari total ending inventory bulan sebelumnya. Untuk total

ending inventory pada bulan ini ialah sebesar 622 unit, yang didapat dari hasil

penhitungan beginning inventory ditambah dengan total purchase yang dikurangi

dengan total consume. Jumlah total purchase pada bulan ini adalah 942 unit

dengan total consume 1.017 unit.

Pada bulan ini, dapat dilihat jika total pembelian barang lebih sedikit

daripada total pemakaian. Hal tersebut menyebabkan total ending inventory

menjadi sedikit lebih kecil dibandingkan total beginning inventory.

Page 49: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

34

Tabel 4.3

Beginning Inventory, Total Purchase,

Total Consume and Ending Inventory

Periode Oktober 2018

NO ITEM Unit

Beginning

Inventory

Total

Purchase

Total

Consume

Ending

Inventory

Qty Qty Qty Qty

1 Egg Noodle Atom

Bulan pcs 118 200 243 75

2 Bihun AAA pcs 71 80 93 58

3 Salt kg 40 47 61 26

4 Rice Pandan Wangi kg 300 500 650 150

5 Santan Kara ltr 31 48 56 23

6 Icing Sugar kg 55 61 68 48

7 Sagu Tani kg 7 62 42 27

TOTAL 622 998 1,213 407

Sumber: Data hasil olahan penulis, 2019.

Tabel 4.3 di atas menunjukkan total beginning inventory, total purchase,

total consume, dan ending inventory pada bulan Oktober 2018. Dapat dilihat total

beginning inventory pada bulan ini yaitu sebesar 622 unit, beginning inventory

pada bulan ini didapat dari total ending inventory bulan sebelumnya. Untuk total

ending inventory pada bulan ini ialah sebesar 414 unit, yang didapat dari hasil

perhitungan beginning inventory ditambah dengan total purchase yang dikurangi

dengan total consume. Jumlah total purchase pada bulan ini adalah 977 unit

dengan total consume 1.185 unit.

Pada bulan ini, dapat dilihat jika total pembelian barang lebih sedikit

daripada total pemakaian. Hal tersebut menyebabkan total ending inventory

menjadi lebih sedikit dibandingkan total beginning inventory.

Page 50: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

35

Tabel 4.4

Beginning Inventory, Total Purchase,

Total Consume and Ending Inventory

Periode Agustus - Oktober 2018

NO ITEM Unit

Beginning

Inventory

Total

Purchase

Total

Consume

Ending

Inventory

Qty Qty Qty Qty

1 Egg Noodle Atom

Bulan pcs 361 582 527 416

2 Bihun AAA pcs 227 220 229 218

3 Salt kg 140 125 139 126

4 Rice Pandan Wangi kg 525 2,000 1,900 625

5 Santan Kara ltr 100 172 161 111

6 Icing Sugar kg 159 202 195 166

7 Sagu Tani kg 62 129 127 64

TOTAL 1,574 3,430 3,278 1,726

Sumber: Data hasil olahan penulis, 2019.

Tabel 4.4 di atas menunjukkan total beginning inventory, total purchase,

total consume, dan ending inventory pada periode bulan Agustus - Oktober 2018.

Dapat dilihat total beginning inventory pada periode bulan ini yaitu sebesar 1.574

unit, beginning inventory pada periode bulan ini didapat dari total ending

inventory bulan sebelumnya. Untuk total ending inventory pada periode bulan ini

ialah sebesar 1.726 unit, yang didapat dari hasil perhitungan beginning inventory

ditambah dengan total purchase yang dikurangi dengan total consume. Jumlah

total purchase pada periode bulan ini adalah 3.430 unit dengan total consume

3.278 unit.

Pada periode ini, dapat dilihat jika total pembelian barang lebih banyak

daripada total pemakaian. Hal tersebut menyebabkan total ending inventory

menjadi lebih besar dibandingkan dengan total beginning inventory.

Page 51: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

36

1. Hasil Penelitian Mengenai Perhitungan Biaya Pemesanan dan Biaya

Penyimpanan

Untuk menghitung estimasi total pemesanan barang yang akan

digunakan dalam operasional dengan menerapkan metode EOQ, terdapat 2

biaya yang diperlukan untuk menjadi pedoman sebelum menentukan nilai

ekonomis sebuah pesanan, yang bertujuan, yaitu biaya pemesanan dan biaya

penyimpanan.

a. Biaya Pemesanan

Dalam melakukan pemesanan barang kepada supplier diperlukan

biaya yang harus dikeluarkan, contohnya yaitu biaya saat membuat

Purchase Order (PO) serta biaya operating expense yang meliputi biaya

komunikasi, alat tulis dan sebagainya. Untuk pembuatan PO pihak Four

Points by Sheraton Bandung metapkan biaya sebesar Rp. 500,- sedangkan

untuk biaya operating expense yaitu sebesar Rp. 2.000,-, sehingga total

biaya pemesanan pada tiap barang yaitu sebesar Rp 2.500,- untuk setiap kali

pemesanan. Berikut ini merupakan biaya pemesanan yang telah penulis

dapatkan:

Page 52: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

37

Tabel 4.5

Biaya Pemesanan

Periode Agustus - Oktober 2018

No Item Unit

Ordering

Cost per

order

Frekuensi Ordering Cost

Aktual

1 Egg Noodle Atom Bulan pcs Rp 2,500 17 Rp 42,500

2 Bihun AAA pcs Rp 2,500 10 Rp 25,000

3 Salt kg Rp 2,500 8 Rp 20,000

4 Rice Pandan Wangi kg Rp 2,500 26 Rp 65,000

5 Santan Kara ltr Rp 2,500 24 Rp 60,000

6 Icing Sugar kg Rp 2,500 20 Rp 50,000

7 Sagu Tani kg Rp 2,500 11 Rp 27,500

Sumber: Data hasil olahan penulis, 2019.

Tabel 4.5 menunjukkan nilai biaya pemesanan pada satu kali

pemesanan, frekuensi pembelian aktual, serta total biaya pemesanan aktual.

Biaya pemesanan aktual didapatkan dari hasil perhitungan biaya pemesanan

pada setiap kali pemesanan yaitu Rp 2.500,- dikali dengan frekuensi

pembelian. Contoh perhitungan untuk Bihun AAA yaitu sebagai berikut:

Ordering Cost Aktual = Ordering Cost (unit) x Frekuensi Aktual

= Rp. 2.500,- x 10

= Rp. 25.000,-

Total biaya pemesanan setiap barang pada satu periode akan

berbeda-beda karena frekuensi pembeliannya juga berbeda-beda. Terlihat

biiaya pemesanan paling tinggi ada pada Rice Pandan Wangi yaitu sebesar

Rp 65.000,- dengan frekuensi 26 kali. Sednagkan yang paling rendah adlah

biaya pemesanan Salt sebesar Rp 20.000,- dengan frekuensi pembelian 8

kali.

Page 53: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

38

b. Biaya Penyimpanan

Biaya penyimpanan adalah biaya yang harus dikeluarkan dalam

sebuah investasi persediaan dimana persediaan barang yang disimpan di

gudang harus tetap terpelihara. Sebelum menghitung biaya penyimpanan,

perlu dilakukan perhitungan mengenai nilai persediaan atau inventory value

untuk menunjukkan seberapa besar investasi yang ada di gudang. Berikut

adalah tabel nilai persediaan yang dibutuhkan:

Tabel 4.6

Nilai persediaan

Periode Agustus - Oktober 2018

No Item Unit Price Item

Amount

Inventory

Value

1 Egg Noodle Atom Bulan pcs Rp 4,800 416 Rp 1,996,800

2 Bihun AAA pcs Rp 8,700 218 Rp 1,896,600

3 Salt kg Rp 10,300 126 Rp 1,297,800

4 Rice Pandan Wangi kg Rp 12,300 625 Rp 7,687,500

5 Santan Kara ltr Rp 30,500 111 Rp 3,385,500

6 Icing Sugar kg Rp 17,200 166 Rp 2,855,200

7 Sagu Tani kg Rp 18,800 64 Rp 1,203,200

TOTAL 1,726 Rp 20,322,600

Sumber: Data hasil olahan penulis, 2019.

Tabel 4.6 meunjukkan nilai persediaan barang groceries pada satu

periode. Nilai persediaan tersebut didapatkan dari hasil perhitungan antara

total persediaan barang yang terdapat di gudang dikalikan dengan harga

masing-masing barang. Contohnya yaitu Egg Noodle Atom Bulan dengan

total persediaan di gudang sebanyak 416 unit dan harga per pcs sebesar Rp.

4.800,- maka perhitungan nilai persediaannya sebagai berikut:

Page 54: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

39

Inventory Value Egg Noodle = 416 unit x Rp. 4.800,-

= Rp. 1.996.800,-

Berdasarkan data tabel di atas dapat dilihat jika biaya nilai

persediaan paling tingginadalah Rice Pandan Wangi yaitu sebesar Rp

7,687,500,- dengan jumlah persediaan 625 kg. Sedangkan yang paling

rendah ada pada Sagu Tani dengan biaya nilai persediaan sebesar Rp

1.203.200,- dengan jumlah perseiaan 64 kg. Hasil dari perhitungan di atas

kemudian akan dilakukan ke seluruh sampel, dimana hasil dari perhitungan

tersebut akan digunakan untuk menghitung biaya penyimpanan yang ada

pada tabel 4.7.

Setelah hasil perhitungan nilai persediaan ditemukan, maka hal yang

harus dilakukan selanjutnya yaitu mencari nila biaya penyimpanan. Pihak

Four Points by Sheraton Bandung menetapkan besarnya biaya penyimpanan

yaitu 10% dari nilai persediaan barang di gudang. Hasil perhitungan biaya

penyimpanan dan biaya penyimpanan per unit dapat dilihat pada tabel

berikut:

Page 55: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

40

Tabel 4.7

Biaya Penyimpanan

Periode Agustus - Oktober 2018

No Item Inventory

Value

Carrying Cost

10% Carrying

Cost (unit)

1 Egg Noodle Atom Bulan Rp 1,996,800 Rp 199,680 Rp 480

2 Bihun AAA Rp 1,896,600 Rp 189,660 Rp 870

3 Salt Rp 1,297,800 Rp 129,780 Rp 1,030

4 Rice Pandan Wangi Rp 7,687,500 Rp 768,750 Rp 1,230

5 Santan Kara Rp 3,385,500 Rp 338,550 Rp 3,050

6 Icing Sugar Rp 2,855,200 Rp 285,520 Rp 1,720

7 Sagu Tani Rp 1,203,200 Rp 120,320 Rp 1,880

TOTAL Rp 20,322,600 Rp 2,032,260 Rp 10,260

Sumber: Data hasil olahan penulis, 2019.

Berdasarkan tabel 4.7 di atas dapat dilihat nilai persediaan selama

periode 3 bulan didapat dari tabel 4.6 yang kemudian dikaliikan dengan

10% sehingga menghasilkan biaya penyimpanan (10%). Sedangkan utnuk

biaya penyimpanan (unit) didapat dari hasil perhitungan biaya penyimpanan

(10%) dibagi dengan jumlah persediaan barang. Contoh perhitungannya

adalah sebagai berikut:

Carrying Cost Salt = Inventory Value x 10%

= Rp. 1.297.800,- x 10%

= Rp. 129.780,-

Carrying Cost / Unit = Carrying Cost

Item Amount

= Rp. 129.780,-

126 unit

= Rp. 1.030,-

Page 56: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

41

Berdasarkan dari beberapa data yang sudah didapatkan sebelumnya,

selanjutnya yang perlu dilakukan yaitu penghitungan metode EOQ. Berikut

ini merupakan contoh perhitungan EOQ dalam unit untuk sampel Bihun

AAA:

_`Z = �2 a `PbIPEOc deHJ �LIP ePbIP� a FNeKOJ ef EJIN KHIbTJePFcI deHJ

= �2 a gL. 2.500, − a 229gL. 870, −

= 36,28 unit atau dibulatkan menjadi 36 unit

Hasil keseluruhan perhitungan sampel yang telah dijabarkan seperti

diatas kemudian di masukkan ke dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.8

Perhitungan EOQ

Periode Agustus - Oktober 2018

No Item Issued

Item

Ordering

Cost

(Unit)

Carrying

Cost

(Unit)

EOQ

(Unit)

1 Egg Noodle Atom

Bulan 527 Rp 2,500 Rp 480 74

2 Bihun AAA 229 Rp 2,500 Rp 870 36

3 Salt 139 Rp 2,500 Rp 1,030 26

4 Rice Pandan Wangi 1,900 Rp 2,500 Rp 1,230 88

5 Santan Kara 161 Rp 2,500 Rp 3,050 16

6 Icing Sugar 195 Rp 2,500 Rp 1,720 24

7 Sagu Tani 127 Rp 2,500 Rp 1,880 18

Sumber: Data hasil olahan penulis, 2019.

Tabel 4.8 menunjukkan total pemakaian barang, biaya pemesanan

per unit, biaya penyimpanan per unit, dan hasil perhitungan nilai EOQ per

unit. Setelah perhitungan tersebut didapatkan, terlihat hasil dari perhitungan

EOQ untuk sampel Bihun AAA dalam unit yaitu sejumlah 36 pcs.

Page 57: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

42

Kemudian, perhitungan yang dibutuhkan selanjutnya yaitu perhitungan

frekuensi pemesanan yang berasal dari total nilai pemakaian pada setiap

barang dibagi dengan jumlah EOQ unit untuk masing-masing barang. Di

bawah ini merupakan contoh perhitungan frekuensi EOQ untuk Bihun

AAA:

Frekuensi = Total nilai pemakaian

EOQ (unit)

= 229

36

= 6,31 atau dibulatkan menjadi 6.

Berdasarkan perhitungan di atas, dapat dilihat jika frekuensi

pembelian untuk sampel Bihun AAA adalah sebanyak 6,31 kali atau

dibulatkan menjadi 6 kali pemesanan dalam periode 3 bulan. Berikut ini

merupakan hasil perhitungan frekuensi untuk seluruh sampel:

Tabel 4.9

Frekuensi Pembelian EOQ dan Aktual

Periode Agustus - Oktober 2018

No Item Frekuensi

EOQ

Frekuensi

Aktual

1 Egg Noodle Atom

Bulan 7 17

2 Bihun AAA 6 10

3 Salt 5 8

4 Rice Pandan Wangi 22 26

5 Santan Kara 10 24

6 Icing Sugar 8 20

7 Sagu Tani 7 11

Sumber: Data hasil olahan penulis, 2019.

Tabel 4.9 tersebut menunjukkan perbedaan frekuensi pembelian

EOQ dan aktual, dimana frekuensi pembelian EOQ didapatkan dari hasil

Page 58: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

43

perhitungan sebelumnya, sedangkan frekuensi pembelian aktual didapatkan

dari data Four Points by Sheraton Bandung. Frekuensi terbanyak ada pada

Rice Pandan Wangi yaitu dengan frekuensi aktual 26 kali dan frekuensi

EOQ 22 kali, sedangkan yang paling sedikit ada pada Salt dengan frekuensi

aktual 8 kali dan frekuensi EOQ 5 kali.

Perhitungan yang sudah ditemukan tersebut selanjutnya akan

digunakan pada setiap sampel dengan hasil perhitungan seperti berikut:

Page 59: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

44

Tabel 4.10

Hasil Perhitungan Biaya EOQ dan Aktual Sampel Barang Groceries

Periode Agustus - Oktober 2018

No Item Ordering Cost

(EOQ)

Ordering Cost

(Aktual) Variance

Carrying Cost

EOQ

Carrying Cost

Aktual Variance

1 Egg Noodle Atom Bulan Rp 17,500 Rp 42,500 Rp 25,000 Rp 248,640 Rp 279,360 Rp 30,720

2 Bihun AAA Rp 15,000 Rp 25,000 Rp 10,000 Rp 187,920 Rp 191,400 Rp 3,480

3 Salt Rp 12,500 Rp 20,000 Rp 7,500 Rp 133,900 Rp 128,750 -Rp 5,150

4 Rice Pandan Wangi Rp 55,000 Rp 65,000 Rp 10,000 Rp 2,381,280 Rp 2,460,000 Rp 78,720

5 Santan Kara Rp 25,000 Rp 60,000 Rp 35,000 Rp 488,000 Rp 524,600 Rp 36,600

6 Icing Sugar Rp 20,000 Rp 50,000 Rp 30,000 Rp 330,240 Rp 347,440 Rp 17,200

7 Sagu Tani Rp 17,500 Rp 27,500 Rp 10,000 Rp 236,880 Rp 242,520 Rp 5,640

Total Rp 162,500 Rp 290,000 Rp 127,500 Rp 4,006,860 Rp 4,174,070 Rp 167,210

Sumber: Data hasil olahan penulis, 2019.

Page 60: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

45

Dari Tabel 4.10 terlihat hasil dari perhitungan untuk biaya pemesanan

EOQ dan aktual, biaya penyimpanan EOQ dan aktual, dan juga selisih dari

keduanya. Biaya pemesanan EOQ didapatkan dari hasil perhitungan antara

biaya pemesanan setiap kali pemesanan, yaitu Rp. 2.500,- dikali dengan

frekuensi pembelian EOQ masing-masing item. Untuk biaya pemesanan

aktual didapat dari biaya pemesanan setiap kali pemesanan, yaitu Rp. 2.500,-

dikali frekuensi pembelian aktual yang berasal dari data Four Points by

Sheraton Bandung. Sedangkan untuk variance biaya pemesanan didapat dari

selisih biaya pemesanan aktual dikurangi biaya pemesanan EOQ. Di bawah

ini merupakan contoh perhitungan biaya pemesanan EOQ untuk Santan Kara:

Ordering Cost EOQ = Ordering Cost (unit) x Frekuensi

= Rp. 2.500,- x 10

= Rp. 25.000,-

Untuk nilai biaya pemesanan tertinggi ada pada sampel Rice Pandan

Wangi dengan nilai aktual yaitu dengan besaran Rp 65.000,- dan nilai EOQ

sebesar Rp 55.000,- dengan variance Rp 10.000,-. Sedangkan untuk nilai

biaya pemesanan paling rendah ada pada sampel Salt dengan nilai aktual

dengan besaran Rp 20.000,- dan niali EOQ sebesar Rp 12.500,- dengan

variance 7.500,-. Hasil perhitungan membuktikan penggunaan metode EOQ

menimbulkan nilai biaya pemesanan yang jauh lebih ekonomis jika

dibandingkan dengan biaya pemesanan aktual.

Adapun untuk perhitungan biaya penyimpanan EOQ didapatkan dari

hasil biaya penyimpanan sebesar 10% dikali nilai pemesanan ekonomis dikali

frekuensi EOQ. Sedangkan biaya penyimpanan aktual didapatkan dari data

Page 61: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

46

Four Points by Sheraton Bandung. Untuk variance biaya penyimpanan

merupkan selisih antara biaya penyimpanan aktual dikurangi biaya

penyimpanan EOQ. Contoh perhitungan biaya penyimpanan EOQ untuk

Santan Kara adalah berikut ini:

Carrying Cost = Carrying Cost Unit (10%) x EOQ (unit) x Frekuensi

= Rp. 3.050,- x 16 x 10

= Rp. 488.000,-

Selanjutnya adalah perhitungan total pembelian dengan

menggunakan metode EOQ. Sebagai contoh yaitu seperti perhitungan Rice

Pandan Wangi berikut ini:

Pembelian EOQ dalam unit = EOQ (unit) x Frekuensi EOQ

= 88 x 22

= 1.936 kg

Dari perhitungan diatas dapat diketahui total pembelian dengan

menggunakan metode EOQ untuk Rice Pandan Wangi adalah sebnayak

1.936 kg. di bawah ini merupakan hasil perhitungan untuk seluruh sampel:

Page 62: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

47

Tabel 4.11

Total Pembelian EOQ dan Aktual

Periode Agustus - Oktober 2018

No Item Unit Pembelian

EOQ

Pembelian

Aktual Variance

1 Egg Noodle Atom Bulan pcs 518 582 64

2 Bihun AAA pcs 216 220 4

3 Salt kg 130 125 (5)

4 Rice Pandan Wangi kg 1,936 2,000 64

5 Santan Kara ltr 160 172 12

6 Icing Sugar kg 192 202 10

7 Sagu Tani kg 126 129 3

Sumber: Data hasil olahan penulis, 2019.

. Setelah itu adalah perhitungan total cost dengan menggunakan

metode EOQ. Sebagai contoh yaitu seperti perhitungan Rice Pandan Wangi

berikut ini:

Total Cost EOQ = Ordering Cost + Carrying Cost

= Rp. 55.000,- + Rp. 2.381.280,-

= Rp. 2.436.280,-

Dari hasil perhitungan di atas diketahui total cost sebesar untuk Rice

Pandan Wangi sebesar Rp. 2.436.280,- dalam periode 3 bulan. Berikut

merupakan hasil perhitungan untuk seluruh sampel:

Page 63: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

48

Tabel 4.12

Total Cost EOQ

Periode Agustus - Oktober 2018

No Item Ordering Cost

(EOQ)

Carrying Cost

(EOQ) Total Cost

1 Egg Noodle Atom Bulan Rp 17,500 Rp 248,640 Rp 266,140

2 Bihun AAA Rp 15,000 Rp 187,920 Rp 202,920

3 Salt Rp 12,500 Rp 133,900 Rp 146,400

4 Rice Pandan Wangi Rp 55,000 Rp 2,381,280 Rp 2,436,280

5 Santan Kara Rp 25,000 Rp 488,000 Rp 513,000

6 Icing Sugar Rp 20,000 Rp 330,240 Rp 350,240

7 Sagu Tani Rp 17,500 Rp 236,880 Rp 254,380

Total Rp 162,500 Rp 4,006,860 Rp 4,169,360

Sumber: Data hasil olahan penulis, 2019.

Tabel 4.12 di atas memperlihatkan biaya pemesanan dan biaya

penyimpanan EOQ yang diperlukan oleh perusahaan, yang mana biaya

tersebut merupakan biaya persediaan selama satu periode atau 3 bulan.

2. Hasil Penelitian Mengenai Perhitungan Safety Stock

Safety stock atau persediaan pengaman bermanfaat dalam memenuhi

kebutuhan persediaan barang saat menunggu barang yang dipesan datang

dengan tujuan supaya hotel tidak mengalami kekurngan barang. Untuk

menghitung safety stock, dibutuhkan data awal yaitu usage rate dan lead

time.

a) Usage Rate

Usage rate atau nilai pemakaian rata-rata adalah nilai rata-rata

dari pemakaian barang dalam satu periode, dimana pada penelitian

ini berarti nilai pemakaian rata-rata dari 7 sampel selama 3 bulan.

Page 64: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

49

Berikut merupakan contoh perhitungan usage rate untuk Salt:

oHFcI gFJI = oHFcI pJINqKNMIP ef YFGH eP rIIsH

= 139

92

= 1,51 kg

Hasil perhitungan diatas menunjukkan pemakaian rata-rata Salt

adlaah 1,51 kg atau dibulatkan menjadi 2 kg.

b) Lead Time

Waktu untuk proses selama pemesanan dilaukukan sampai

barang tersebut datang memilki jeda selama 1 hari. Sebagai contoh

yaitu apabila pemesanan dilakukan pada hari Rabu maka barang

tersebut akan datang pada hari Kamis, maka dari itu jeda waktu

sampai barang datang adalah 1 hari.

Dari data-data diatas, kemudian dapat dilakukan perhitungan nilai

persediaan pengaman atau safety stock. Sebagai contoh, perhitungan safety

stock untuk Salt adalah sebagai berikut:

Safety Stock = 50% x Usage Rate x Lead Time

= 50% x 2 x 1

= 1

Nilai safety stock yang dianjurkan untuk item Salt adalah sebanyak 1

kg. Kemudian penerapan perhitungan tersebut akan dilakukan pada semua

sampel, yang hasilnya ada pada tabel berikut:

Page 65: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

50

Tabel 4.13

Nilai Safety Stock

Periode Agustus - Oktober 2018

NO Item Unit Usage

Rate

Lead

Time Safety

Stock 1

1 Egg Noodle Atom Bulan pcs 6 1 3

2 Bihun AAA pcs 2 1 1

3 Salt kg 2 1 1

4 Rice Pandan Wangi kg 21 1 10

5 Santan Kara ltr 2 1 1

6 Icing Sugar kg 2 1 1

7 Sagu Tani kg 1 1 1

Sumber: Data hasil olahan penulis, 2019.

Tabel 4.13 menunjukkan bahwa usage rate memiliki nilai yang

berbeda-beda pada tiap barang. Kemudian pada kolom lead time diketahui

waktu tenggang dalam pemesanan barang yaitu 1 hari, dimana waktu

tersebut dibutuhkan mulai dari proses pemesanan sampai barang diterima.

Dapat dilihat dari hasil perhitungan di atas menunjukkan nilai safety stock

dalam satu periode yaitu 3 bulan atau selama 92 hari dengan jumlah

terntinggi yaitu Rice Pandan Wangi sebanyak 10 kg.

3. Hasil Penelitian Mengenai Perhitungan Lead Time

Selama proses pemesanan sampai barang yang dipesan tersebut

datang terdapatt adanya waktu tenggang atau disebut juga dengan lead time.

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, di Four Points by Sheraton

Bandung jangka waktu kedatangan barang yaitu 1 hari, maka lead time = 1.

Pada saat tenggang waktu berjalan diperlukan antisipasi kebutuhan

persediaan barang atau disebut dengan anticipated lead time demand. Untuk

Page 66: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

51

menghitung anticipated lead time demand dibutuhkan data usage rate dan

lead time yang bisa dilihat dari perhitungan sebelumnya. Berikut adalah

contoh perhitungan anticipated lead time demand untuk Rice Pandan

Wangi:

Anticipated Lead Time Demand = Usage Rate x Lead Time

= 21 x 1

= 21

Nilai antisipasi kebutuhan persediaan barang yang dianjurkan untuk

Rice Pandan Wangi adlah sebanyak 21 kg. Perhitungan diatas kemudian

diterapkan pada semua sampel groceries, yang hasilnya ada pada tabel

berikut:

Tabel 4.14

Nilai Anticipated Lead Time Demand

Periode Agustus - Oktober 2018

NO Item Unit Usage

Rate

Lead

Time Anticipated

Lead Time

Demand 1

1 Egg Noodle Atom Bulan pcs 6 1 6

2 Bihun AAA pcs 2 1 2

3 Salt kg 2 1 2

4 Rice Pandan Wangi kg 21 1 21

5 Santan Kara ltr 2 1 2

6 Icing Sugar kg 2 1 2

7 Sagu Tani kg 1 1 1

Sumber: Data hasil olahan penulis, 2019.

Tabel 4.14 menunjukkan nilai pemakaian rata-rata pada tiap barang

itu berbeda-beda, lalu lead time yaitu 1 hari, dan hasil perhitungan

anticipated lead time demand. Nilai anticipated lead time demand tersebut

Page 67: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

52

didapatkan dari hasil perkalian usage rate dengan lead time. Dari Tabel 4.14

dapat dilihat nilai lead time yang ditetapkan yaitu 1 hari dengan nilai

anticipated lead time demand paling tinggi yaitu Rice Pandan Wangi

sebanyak 21 kg dan yang paling srendah yaitu Sagu Tani sebanyak 1 kg.

4. Hasil Penelitian Mengenai Perhitungan Reorder Point

Pada bagian ini adlah perhitungan untuk menentukan titik dimana

harus melakukan pemesanan kembali atau disebut dengan reorder point.

Reorder point ini berguna sebagai acuan dalam menetapkan kapan waktu

yang tepat bagi perusahaan unruk melakukan pemesanan kembali.

Contohnya adalah perhitungan reorder point untuk Rice Pandan Wangi

seperti berikut:

Reorder Point = Anticipated Lead Time + Safety Stock

= 21 + 10

= 31

Nilai reorder point untuk barang Rice Pandan Wangi yang

disarankan adalah sebesar 31 kg.Untuk hasil keseluruhan perhitungan reoder

point semua sampel dapat dilihat di bawah ini:

Page 68: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

53

Tabel 4.15

Nilai Reorder Point

Periode Agustus - Oktober 2018

NO Item Unit Safety

Stock

Anticipated

Lead Time

Demand

Reorder

Point

1 Egg Noodle Atom Bulan pcs 3 6 9

2 Bihun AAA pcs 1 2 4

3 Salt kg 1 2 2

4 Rice Pandan Wangi kg 10 21 31

5 Santan Kara ltr 1 2 3

6 Icing Sugar kg 1 2 3

7 Sagu Tani kg 1 1 2

Sumber: Data hasil olahan penulis, 2019.

Tabel 4.15 memperlihatkan nilai safety stock, anticipated lead time

demand dan reorder point untuk setiap sampel barangUntuk nilai reorder

point paling banyak yaitu Rice Pandan Wangi sebanyak 31 kg, sedangkan

yang paling sedikit yaitu Sagu Tani sebanyak 2 kg. Nilai reorder point ini

menunjukkan titik nilai persediaan barang dimana agar terhindar dari

kekurangan persediaan barang maka perusahaan harus melakukan

pemesanan kembali.

B. Pembahasan

Setelah melakukan perhitungan–perhitungan untuk menerapkan metode

EOQ serta menentukan nilai safety stock, lead time, dan reorder point, selanjutnya

penulis akan melakukan analisis permasalahan berdasarkan rumusan masalah

dalam penelitian. Rumusan masalah yang diangkat yaitu bagaimana perhitungan

biaya pemesanan dan biaya penyimpanan di Four Points by Sheraton Bandung,

bagaimana perhitungan safety stock di Four Points by Sheraton Bandung,

Page 69: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

54

bagaimana perhitungan lead time di Four Points by Sheraton Bandung, dan

bagaimana perhitungan reorder point di Four Points by Sheraton Bandung.

1. Analisis Perhitungan Biaya Pemesanan dan Biaya Penyimpanan

Dapat dilihat pada analisa mengenai hal–hal yang mempengaruhi

tentang penerapan Economic Order Quantity, yaitu biaya pemesanan

(ordering cost), dan biaya penyimpanan (holding cost). Pada bagian ini

penulis akan menjabarkan mengenai analisis hasil perhitungan biaya

pemesanan dan biaya penyimpanan yang dimana hasilnya juga akan

menunjukkan nilai kuantitas pemesanan ekonomis.

a. Analisis Biaya Pemesanan (Ordering Cost)

Pada tabel 4.10 dapat dilihat data nilai pada biaya pemesanann

dengan menggunakan metode EOQ dan aktual serta selisihnya secara

berurutan untuk 7 sampel barang groceries, yaitu Egg Noodle Atom Bulan

setelah EOQ adalah sebesar Rp 17.500,- dengan frekuensi pemesanan 7 kali,

sedangkan aktual Rp 42.500,- dengan frekuensi pembelian 17 kali, dengan

selisih Rp 25.000,-. Bihun AAA setelah EOQ adalah sebesar Rp 15.000,-

dengan frekuensi pemesanan 6 kali, sedangkan aktual Rp 25.000,- dengan

frekuensi pembelian 10 kali, dengan selisih Rp 10.000,-. Salt setelah EOQ

adalah sebesar Rp 12.500,- dengan frekuensi pemesanan 5 kali, sedangkan

aktual Rp 20.000,- dengan frekuensi pembelian 8 kali, dengan selisih Rp

7.500,-. Rice Pandan Wangi setelah EOQ adalah sebesar Rp 55.000,-

dengan frekuensi pemesanan 22 kali, sedangkan aktual Rp 65.000,- dengan

frekuensi pembelian 26 kali, dengan selisih Rp 10.000,-. Santan Kara

setelah EOQ adalah sebesar Rp 25.000,- dengan frekuensi pemesanan 10

Page 70: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

55

kali, sedangkan aktual Rp 60.000,- dengan frekuensi pembelian 24 kali,

dengan selisih Rp 35.000,-. Icing Sugar setelah EOQ adalah sebesar Rp

20.000,- dengan frekuensi pemesanan 8 kali, sedangkan aktual Rp 50.000,-

dengan frekuensi pembelian 20 kali, dengan selisih Rp 30.000,-. Sagu Tani

setelah EOQ adalah sebesar Rp 17.500,- dengan frekuensi pemesanan 7 kali,

sedangkan aktual Rp 27.500,- dengan frekuensi pembelian 11 kali, dengan

selisih Rp 10.000,-. Total biaya pemesanan setelah EOQ adalah Rp

162.500,- sedangkan total aktual adalah Rp 290.000,- sehingga selisihnya

yaitu sebesar Rp 127.500,-. Dari hasil perhitungan tersebut dapat dilihat jika

frekuensi pembelian secara aktual melebihi batas EOQ, sehingga

menyebabkann biaya pemesanan aktual lebih besar dibandingkan dengan

menggunakan EOQ.

Setelah dilakukan analisis terhadap biaya pemesanan oleh penulis,

tabel 4.10 memperlihatkan hasil jika dengan menggunakan metode EOQ

maka biaya pemesanan juga frekuensi pembelian yang diperlukan memiliki

nilai di bawah biaya pemesanan dan frekuensi aktual. Keadaan ini

menunjukkan jika penggunaan metode EOQ berdampak pada nilai biaya

pemesanan yang lebih ekonomis apabila dibandingkan dengan keadaan

aktual.

b. Analisis Biaya Penyimpanan (Carrying Cost)

Nilai biaya penyimpanan bisa didapatkan dngan menghitung nilai

persediaan, dimana nilai persediaan tersebut dapat dilihat pada tabel 4.6,

sedangkan perhitungan untuk nilai biaya penyimpanan sendiri ada di

halaman 40 dan hasil perhitungan keseluruhan sampel ada pada tabel 4.7.

Page 71: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

56

Selanjutnya dapat mulai menghitung total biaya penyimpanan dimana

hasilnya ada pada tabel 4.10.

Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui nilai biaya penyimpanan per

unit untuk 7 sampel barang groceries. Besarnya nominal secara berurutan

yaitu Egg Noodle Atom Bulan Rp 480,-, Bihun AAA Rp 870,-, Salt Rp

1.030,-, Rice Pandan Wangi Rp 1.230,-, Santan Kara Rp 3.050,-, Icing

Sugar Rp 1.720,-, dan Sagu Tani Rp 1.880,-. Dilihat dari data tersebut dapat

dianalisis adanya nilai biaya penyimpanan yang berbeda pada setiap

barangnya, bergantung pada harga barang tersebut. Biaya tersebut adalah

biaya pemeliharaan dalam persediaan yang harus dikeluarkan oleh

perusahaann. Maka dari itu, apabila terjadi kelebihan dalam melakukan

pembelian maka akan menghasilkan penumpukan persediaan di gudang dan

biaya penyimpanan yang diperlukan pun akan semakin besar. Oleh sebab itu

perencanaan dalam pembelian perlu diadakan, dimana salah satunya adalah

dengan menggunakan metode EOQ.

Jika melihat hasil perhitungan biaya penyimpanan EOQ dengan

biaya penyimpanan aktual, maka akan terlihat adanya selisih atau disebut

dengan variance biaya penyimpanan yang dapat dilihat pada tabel 4.10.

Untuk kategori Egg Noodle Atom Bulan setelah dihitung dengan EOQ

adalah sebesar Rp 248.640,- sedangkan aktual adalah Rp 279.360,- dengan

selisih Rp 30.720,-. Bihun AAA setelah dihitung dengan EOQ adalah

sebesar Rp 187.920,- sedangkan aktual adalah Rp 191.400,- dengan selisih

Rp 3.480,-. Salt setelah dihitung dengan EOQ adalah sebesar Rp 133.900,-

sedangkan aktual adalah Rp 128.750,- dengan selisih -Rp 5.150,-. Rice

Page 72: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

57

Pandan Wangi setelah dihitung dengan EOQ adalah sebesar Rp 2.381.280,-

sedangkan aktual adalah Rp 2.460.000,- dengan selisih Rp 78.720,-. Santan

Kara setelah dihitung dengan EOQ adalah sebesar Rp 448.000,- sedangkan

aktual adalah Rp 524.600,- dengan selisih Rp 36.600,-. Icing Sugar setelah

dihitung dengan EOQ adalah sebesar Rp 330.240,- sedangkan aktual adalah

Rp 347.440,- dengan selisih Rp 17.200,-. Sagu Tani setelah dihitung dengan

EOQ adalah sebesar Rp 236.880,- sedangkan aktual adalah Rp 242.520,-

dengan selisih Rp 5.640,-. Data di atas menunjukkan jika penggunaan

metode EOQ berdampak pada nilai biaya penyimpanan yang lebih

ekonomis apabila dibandingkan dengan keadaan aktual.

Selanjutnya perhitungan total pembelian dapat dilihat di halaman 46

dan hasilnya ada pada tabel 4.11. Dari tabel tersebut terlihat adanya

perbedaan di dalam menentukan jumlah pembelian ideal barang groceries

dalam periode 3 bulan, dimana untuk sampel Egg Noodle Atom Bulan

pembelian dengan menggunakan EOQ sebesar 518 pcs tetapi pembelian

dalam aktual yaitu sebesar 582 pcs sehingga terjadi kelebihan pemesanan

sebanyak 64 pcs. Bihun AAA pembelian dengan menggunakan EOQ

sebesar 216 pcs tetapi pembelian dalam aktual sebesar 220 pcs sehingga

terjadi kelebihan pemesanan sebanyak 4 pcs. Salt pembelian dengan

menggunakan EOQ sebesar 130 kg tetapi pembelian dalam aktual sebesar

125 kg sehingga terjadi kekurangan pemesanan sebanyak 5 kg. Rice Pandan

Wangi pembelian dengan menggunakan EOQ sebesar 1.936 kg tetapi

pembelian dalam aktual sebesar 2.000 kg sehingga terjadi kelebihan

pemesanan sebanyak 64 kg. Santan Kara pembelian dengan menggunakan

Page 73: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

58

EOQ sebesar 160 liter tetapi pembelian dalam aktual sebesar 172 liter

sehingga terjadi kelebihan pemesanan sebanyak 12 liter. Icing Sugar

pembelian dengan menggunakan EOQ sebesar 192 kg tetapi pembelian

dalam aktual sebesar 202 kg sehingga terjadi kelebihan pemesanan

sebanyak 10 kg. Sagu Tani pembelian dengan menggunakan EOQ sebesar

126 kg tetapi pembelian dalam aktual sebesar 129 kg sehingga terjadi

kelebihan pemesanan sebanyak 3 kg.

Dapat dilihat jika frekuensi pembelian EOQ lebih sedikit

dibandingkan frekuensi pembelian aktual. Hal ini disebabkan karena

seringnya melakukan pemesanan barang secara tidak terstruktur. Dengan

melakukan pembelian berdasarkan frekuensi EOQ maka biaya pemesanan

yang harus dikeluarkan oleh pihak hotel akan menjadi lebih rendah.

Hasil perhitungan total cost EOQ untuk 7 sampel barang groceries

secraa berurutan adlah Egg Noodle Atom Bulan Rp 266.140,-, Bihun AAA

Rp 202.920,-, Salt Rp 146.400,-, Rice Pandan Wangi Rp 2.436.280,-,

Santan Kara Rp 513.000,-, Icing Sugar Rp 350.240,-, dan Sagu Tani Rp

254.380,-, dengan total keseluruhan yaitu Rp 4.169.360,-.

Setelah melaksanakan perhitungan sebgai uji coba untuk

menerapkan metode EOQ terhadap 7 sampel, penulis melihat dengan hasil

selisih tersebut artinya dngan menerapkan metode EOQ maka perusahaan

bisa mendapatkan jumlah pembelian yang ekonomis sehingga biaya beban

yang timbul menjadi lebih rendah dibandingkaan data aktual sebelumnya.

Analisis ini berguna supaya perencanaan pembelian yang dilakukan oleh

Page 74: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

59

pihak hotel menjadi lebih terstruktur, memenuhi kuantitas yang dibutuhkan

namun tidak berlebih dan teteap sesuai dengan fungsinya.

2. Analisis Perhitungan Safety Stock

Kebutuhan untuk operasional perlu dijaga persediannya supaya tetap

aman dengan menentukan nilai safety stock. Nilai safety stock didapatkan

dari perkalian antara nilai usage rate dan lead time. Cara perhitungannya

dapat dilihat pada halaman 49, dimana kemudian cara perhitungan tersebut

diterapkan pada 7 sampel, sehingga didapatkan hasil seperti pada Tabel

4.13. Hasil perhitungan menunjukkan nilai safety stock untuk 7 sampel

secara berurutan adalah Egg Noodle Atom Bulan sebanyak 3 pcs, Bihun

AAA sebanyak 1 pcs, Salt sebanyak 1 kg, Rice Pandan Wangi sebanyak 10

kg, Santan Kara sebanyak 1 liter, Icing Sugar sebanyak 1 kg, dan Sagu Tani

sebanyak 1 kg. Angka tersebut adalah jumlah ideal untuk persediaan

pengaman yang diperlukan untuk mengantisipasi kebutuhan disaat

pemesanan sedang dilakukan, sehingga tidak terjadi kekosongan di gudang.

3. Analisis Perhitungan Lead Time

Lead time adalah jeda waktu yang muncul saat antara waktu

pemesanan barang sampai datangnya barang tersebut. Lead time ini muncul

disebabkan karena tidak semua pesanan dapat dipenuhi pada saat itu juga

sehingga membutuhkan waktu atau selalu ada jeda. Pada saat tenggang

waktu berjalan diperlukan anticipated lead time demand untuk menjaga

ketersediaan barang selama waktu pemesanan. Nilai anticipated lead time

demand didapatkan dari hasil perkalian usage rate dengan lead time. Dari

Tabel 4.14 dapat dilihat nilai lead time yang ditetapkan yaitu 1 hari dengan

Page 75: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

60

nilai anticipated lead time demand masig-masing barang, yaitu Egg Noodle

Atom Bulan sebanyak 6 pcs, Bihun AAA sebanyak 2 pcs, Salt sebanyak 2

kg, Rice Pandan Wangi sebanyak 21 kg, Santan Kara sebanyak 2 liter, Icing

Sugar sebnyak 2 kg, dan Sagu Tani Sebanyak 1 kg. Nilai anticipated lead

time demand akan berbeda-beda pada setiap barang karena tergantung dari

pemakaian rata-rata barang itu sendiri.

4. Analisis Perhitungan Reorder Point

Rumus untuk menentukan nilai reorder point terdapat pada halaman

52, dimana nilai tersebut didapat dari hasil perhitungan dari nilai anticipated

lead time demand ditambah nilai safety stock. Tabel 4.15 memperlihatkan

nilai safety stock, anticipated lead time demand dan reorder point untuk

setiap sampel barang.

Nilai reorder point ini berarti titik dimana pihak hotel harus

melakukan pemesanan kembali dengan tujuan agar persediaan barang selalu

terjaga dan tidak mengalami kekurangan. Untuk nilai reorder point pada

Egg Noodle Atom Bulan sebanyak 9 pcs, Bihun AAA sebanyak 4 pcs, Salt

sebanyak 4 kg, Rice Pandan Wangi sebanyak 31 kg, Santan Kara sebanyak

3 liter, Icing Sugar sebnyak 3 kg, dan Sagu Tani sebanyak 2 kg.

Page 76: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

61

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pada bab ini penulis akan mencantumkan simpulan dari hasil penelitian

yang telah dilakukan, serta memberikan rekomendasi kepada pihak Four Points by

Sheraton Bandung sebagai bahan pertimbangan dan evaluasi dalam melakukan

pengendalian persediaan barang groceries untuk kedepannya.

A. Simpulan

Setelah melakukan penelitian dan menganalisis data yang

didapatkan dari Four Points by Sheraton Bandung, terdapat beberapa

simpulan yang dapat ditarik, antara lain:

1. Economic Order Quantity (EOQ) merupakan sebuah metode

pengendalian persediaan barang yang mengatur nilai jumlah ekonomis

pemesanan saat melakukan pembelian barang dilihat dari biaya

pemesanan dan biaya penyimpanan, serta untuk mengetahui berapa

kali pemesanan ekonomis yang harus dilakukan. Dengan penerapan

EOQ jumlah barang yang ada di gudang aka tekontrol dengan baik

sehingga menghindari adanya penumpukan attau kekurangan bahan

dasar makanan. Berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan biaya

pemesanan dengan metode EOQ memiliki nilai yang lebih rendah

dibandingkan dengan aktual. Dari hasil tersebut bisaa disimpulkan

jika pemesanan yang dilakukan oleh pihak hotel belum optimal jika

dibandingkan dengan pemesanan setelah EOQ. Oleh karena itu,

penetapan nilai pembelian barang dengan EOQ akan menghasilkan

61

Page 77: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

62

jumlah yang lebih ekonomis dan biaya yang harus dikeluarkan oleh

pihak hotel relatif lebih rendah daripada biaya aktual sebelumnya

2. Safety stock atau nilai persediaan pengaman akan berpengaruh

terhadap waktu pemesanan, namun pihak hotel belum mengadakan

penetapan nilai tersebut. Dengan perhitungan ini, hotel dapat

merencanakan pembelian dengan lebih mudah. Hasil perhitungan

menunjukkan nilai safety stock dapat dilihat pada tabel 4.13. Nilai

tersebut dapat dikatakan aman untuk memenuhi kebutuhan persediaan

braang pada saat barang groceries sedang dalam proses pemesanan.

3. Lead time atau waktu tenggang, dibutuhkkan antara waktu saat

pemesanan barang sampai datangnya barang itu sendiri. Pada waktu

tersebut berjalan diperlukan anticipated lead time demand untuk

menjaga ketersediaan barang selama waktu pemesanan. Nilai lead

time yang ditetapkan yaitu 1 hari dengan hasil perhitungan nilai

anticipated lead time demand masig-masing barang, dimana hasil

perhitungannya dapat dilihat pada tabel 4.14.

4. Reorder point atau titik pemesanan kembaliakan menjadi acuan dalam

memutuskan kpaan waktu yang tepat untuk melakukan pemesanan

kembali. Nilai reorder point pada sampel yang telah dihitung dapat

dilihat pada tabel 4.15. Perhitungan tersebut perlu dilaksanakan guna

terhindar dari kondisi kekurangan ataupun kelebihan persediaan

barang di gudang. Sebab jika terjadi kekurangan persediaan maka

proses berjalannya operasional akan terhambat, selain itu jika

Page 78: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

63

persediaan yang ada terlalu berlebihan maka akan menyebabkann

hotel perlu mengeluarkan biaya yang lebih besar.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil analisis yang telah penulis lakukan, serta setelah

ditarik kesimpulan sebagaimana telah dijabarkan sebelumnya, penulis

mencoba untuk memberikan beberapa rekomendasi untuk pihat Four Poins

by Sheraton Bandung berkaitan dengan pengendalian persediaan barang

groceries. Berikut adalah beberapa rekomendasi penulis:

1. Pihak Four Points by Sheraton Bandung dapat menerapkan metode

EOQ dalam menentukan jumlah pemesanan dan frekuensinya. Karena

persediaan barang termasuk pada salah satu pengeluaran hotel yang

besar, maka agar pengendalian persediaan dapat berjalan dengan

optimal, melakukan perencanaan pembelian dengan memperhatikan

jumlah pemesanan ekonomis merupakah hal yang penting. Oleh sebab

itu, jumlah pemesanan ekonomis ini dpat menekan biaya-biaya untuk

persediaan yang perlu dikeluarkan oleh hotel menjadi lebih rendah,

seperti biaya pemesanan dan penyimpanan. Jumlah pemesanan yang

ekonomis tersebut didapatkan dari perhitungan setelah menggunakan

metode EOQ.

2. Pihak Four Points by Sheraton Bandung dapat menetapkan nilai safety

stock dalam melakukan oengendaliaan persediaan supaya terhindar

dari kekosongan barang pada akhir periode dan juga menjaga

persediaan supaya ada dalam keadaan aman sewaktu masa pemesanan

sedang berjalan.

Page 79: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

64

3. Pihak Four Points by Sheraton Bandung dapat menjaga ketersediaan

barang apabila terdapat hambatan pada kedatangan barang saat masa

lead time, yaitu dengan menetapkan nilai anticipated lead time

demand.

4. Pihak Four Points by Sheraton Bandung dapat menetapkan nilai

reorder point yang tepat dan ideal sesuai dengan kebutuhan

operasional sehingga menguntungkan perusahaan karena terhindar

dari kebutuhan operasional yang mendadak, kurangnya persediaan

barang maupun jumlah pemesanan berlebihan yang akan berakibat

pada menumpuknya modal perusahaan.

Page 80: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

65

DAFTAR PUSTAKA

Agus, E. & Ratih, D. (2011) Metode Penelitian Kuantitatif Untuk Administrasi

Publik dan Masalah-Masalah Sosial. Yogyakarta: Gaya Media.

Assauri, S. (2008). Manajemen Operasi Dan Produksi. Jakarta: Lembaga penerbit

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Atmaja, L.S. (2001) Manajemen Keuangan: Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi.

Bahagia, S. N. (2006). Sistem Inventori. Bandung: Penerbit ITB.

Bardi, J.A. (2003). Hotel Front Office Management. Kanada: John Wiley and

Sons, Inc.

Feinstein, A.H. & Stefanelli, J.M. (2008). Purchasing selection and Procurement

for The Hospitality Industry 7th

edition. New Jersey: John Wiley and Sons,

Inc.

Hamidi. 2004. Metode Penelitian Kuantitatif: Aplikasi Praktis Pembuatan

Proposal dan Laporan Penelitian. Malang: UMM Press.

Heizer, J. & Render, B., 2011, Operations Management 10th

edition, New Jersey:

Prentice Hall-Inc.

Herjanto, E., 2008, Manajemen Operasi, Jakarta: Grasindo.

Indrajit, R.E. & Djokopranoto, R., 2011, Strategi Manajemen Pembelian dan

Supply Chain, Jakarta: Grasindo.

Irham F., 2014, Manajemen Produksi dan Operasi, Bandung: Alfabeta.

Keown, A. J., Martin, J. D., Petty, J. W., dan Scott, D. F. (2005). Financial

Management: International Edition. New Jersey: Prentice Hall.

Margaretha F., 2004, Teori dan Aplikasi, Manajemen Keuangan, Investasi dan

Sumber Dana Jangka Pendek, Jakarta: Grasindo.

Nafarin, M., 2004, Penganggaran Perusahaan, Jakarta: Salemba Empat.

Rangkuti, F., 2004, Manajemen Persediaan Aplikasi di Bidang Bisnis, Jakarta:

Erlangga.

Riyanto, B. (2008). Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: Penerbit

GPFE.

Spears, M.C., & Gregoire, M. B. (2003). Foodservice Organizations. New Jersey:

Prentice-Hall Inc.

Page 81: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

66

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja

Rosadakarya.

Umar, H. (2005). Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada.

Weele, A. J. V. (2010). Purchasing and Supply Chain Management, 5th

edition.

Cengege Learning: London.

Widanaputra. (2009). Akuntansi Perhotelan Pendekatan SIA. Yogyakarta: Graha

Ilmu.

Witjaksono, A. (2006). Akuntansi Biaya. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Wiyasha, I. (2011). F&B Cost Control: Untuk Hotel dan Restoran. Yogyakarta:

Andi.

Page 82: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

67

LAMPIRAN

Page 83: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …
Page 84: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …
Page 85: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …
Page 86: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …
Page 87: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …
Page 88: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …
Page 89: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …
Page 90: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …
Page 91: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …
Page 92: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …
Page 93: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …
Page 94: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …
Page 95: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …
Page 96: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …
Page 97: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …
Page 98: “PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG GROCERIES DENGAN METODE …

BIODATA PENULIS

A. DATA PRIBADI

1. Nama : Sabila Rasyad

2. Tempat Lahir : Bandung

3. Tanggal Lahir : 24 April 1997

4. Agama : Islam

5. Alamat : Jl. Binong Tengah No. 7 RT 005/002 Bandung

B. DATA ORANG TUA

1. Nama Ibu : Masyrikiah

2. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

3. Alamat : Jl. Binong Tengah No. 7 RT 005/002 Bandung

C. PENDIDIKAN FORMAL

1. Sekolah Tingi Pariwisata Bandung 2015 – 2019

2. SMKN 9 Bandung 2012 – 2015

3. SMPN 13 Bandung 2009 – 2012

4. SD Kartika X-1 Bandung 2003 – 2009

D. PENGALAMAN KERJA

1. Job training di Padma Hotel Bandung Departemen F&B Product

Periode Februari – Agustus 2014.

2. Job training di Four Points by Sheraton Bandung Departemen Front

Office Periode Januari - Juli 2017.

3. Job training di Grand Mercure Bandung Setiabudi Departemen

Finance & Accounting Periode Juli 2018 – Januari 2019.