pengenalan jenis nematoda dan gejala kerusakan filecontoh nematoda yang hidup atau memiliki inang...
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
PENGENALAN JENIS NEMATODA DAN
GEJALA KERUSAKAN
Oleh :
Golongan E/ Kelompok 6a
1. Maghfirotus Sibyan (161510501221)
2. Feri Dwi Putra Suhartono (161510501251)
3. Noval Wahyu Widhiantoro (161510501237)
LABORATORIUM HAMA PENYAKIT TANAMAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Organisme pengganggu tanaman (OPT) merupakan salah satu kendala
dalam kegiatan budidaya tanaman. Kerusakan tanaman oleh organisme
pengganggu tanaman ada yang dapat dilihat secara kasat mata juga ada organisme
pengganggu tanaman yang perlu dilihat secara mikroskopis (organisme
pengganggu tanaman ini pada umumnya adalah nematoda). Nematoda adalah
organisme mikroskopis yang dapat hidup di tanah, air, jaringan tanaman, dan
jaringan hewan. Pada jaringan tanaman umumnya nematoda hidup dibagian akar
tanaman, gejala akibat nematoda ini disebut dengan puru akar. Selain hidup
didalam jaringan tanaman nematoda juga ada yang hidup diluar jaringan tanaman.
Akibat adanya nematoda pada jaringan tanaman khususnya di dalam akar
dapat membuat tanaman kekurangan nutrisi karena nutrisi yang didapat sebagian
dimakan oleh nematoda. Nematoda yang demikian disebut sebagai nematoda
parasit. Nematoda dapat menyerang di dalam tanah maupun di atas permukaan
tanah. Pada umumnya nematoda yang menyerang di dalam tanah hidup dan
berkembang biak pada bagian akar dan umbi tanaman. Serangan nematoda di atas
permukaan tanah pada umumnya menyerang bagian batang, daun dan biji
tanaman.
Serangan berbagai nematoda memiliki gejala kerusakan masing-masing
pada berbagai jenis tanaman yang diserang. Gejala kerusakan tersebut dapat
berupa busuk akar, puru akar, tanaman layu, tanaman kerdil, tanaman layu,
klorosis, akar pendek dan mengering, umbi busuk, daun tanaman melintir dan
kuning hingga tanaman mati. Dari hal tersebut, maka untuk mengetahui jenis
nematoda apa yang menyerang berbagai tanaman dapat dilakukan dengan isolasi
dan ekstraksi nematoda. Isolasi dan ekstraksi nematoda dapat dilakukan dengan 3
cara, yaitu metode baerman diperbaiki, metode baerman asli, dan metode
erlenmeyer seinhorst yang memiliki tujuan yang sama yaitu mendapatkan
nematoda untuk diidentifikasi jenisnya yang menyerang tanaman tertentu.
2
1.2 Tujuan
1. Mengenali gejala-gejala kerusakan tanaman yang diakibatkan oleh serangan
nematoda beserta jenis nematoda yang menyerang tanaman tersebut.
2. Memahami cara mendapatkan nematoda dengan beberapa teknik ekstraksi.
3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Penggolongan nematoda berdasarkan ordo dibagi menjadi 5 yaitu
Derylaimida, Mononchida, Rhabditida, Tilenchida, dan Enopisida. Dari berbagai
ordo tersebut nematoda memiliki sifat parasit, predator, dan saprofit. Berdasarkan
tempat hidup nematoda dibedakan menjadi 2 yaitu nematoda hidup didalam tanah
dan nematoda hidup didalam tanaman. Berdasarkan sifat nematoda yang
merugikan bagi budidaya tanaman adalah nematoda parasit karena nematoda
parasit akan menimbulkan berbagai gejala kerusakan pada tanaman inangnya
(Pracaya., 1991).
Nematoda parasit merupakan nematoda yang siklus hidupnya dalam
memperoleh energi bergantung terhadap tanaman inangnya. Pada umumnya
nematoda parasit dapat tumbuh pada tanaman budidaya (pangan, hortikultura, dan
perkebunan). Gejala kerusakan akibat adanya nematoda pada tanaman terjadi
pada akar yang kemudian akan mempengaruhi seluruh susunan tubuh tumbuhan,
karena akar menjadi sumber perolehan zat hara (Mudtika., 2015). Berbagai gejala
akibat serangan nematoda pada tanaman yatu terjadinya klorosis. Klorosis
merupakan rusaknya jaringan tumbuhan, khusunya pada daun tidak bisa berfungsi
dengan semestinya. Daun tanaman yang mengalami klorosis mengalami
kegagalan dalam pembentukan klorofil, sehingga daun berwarna kuning. Selain
terjadinya klorosi akibat serangan nematoda tanaman juga mengalami kekerdilan
akibat tanaman kekurangan sumber energi, dan tanaman menjadi cepat layu.
Tumbuhan inang nematoda pada umumnya setiap jenis tanaman nematoda
yang hidup pada tanaman tersebut akan berbeda, karena pada dasarnya setiap
nematoda sudah menyesuaikan tempat hidupnya. Hal ini didasari oleh berbagai
bentuk nematoda yang menyesuaikan diri terhadap struktur jaringan tumbuhan.
Contoh nematoda yang hidup atau memiliki inang tanaman jeruk yaitu
Tylenchulus semipenetrans. Nematoda pada tanaman jeruk akan berbeda dengan
nematoda pada tanaman tomat. Contoh nematoda pada tanaman tomat yaitu
Globodera rostodiensis. Nematoda yang menyerang berbeda karena tanaman jeruk
dan tanaman tomat tidak sejenis. Globodera rostodiensis merupakan salah satu
4
nematoda yang paling merugikan pada tanaman tomat karena akibat serangan
Globodera rostodiensis tanaman tomat bisa mati (Rachmawati dkk., 2013). Pada
tanaman pisang juga memiliki nematoda yang berbeda. Nematoda yang
menyerang tanaman pisang yaitu nematoda Radhopolas simillis sebagai
nematoda utama pada pisang. Beberapa nematoda lain yang juga menyerang
tanaman pisang yaitu nematoda yang berasal spesies Pratylencus. Spesies
Pratylenchus merupakan nematoda parasit yang pada umumnya menyerang
tanaman tropis. Gejala akibat nematoda pada tanaman pisang dapat diketahui
dengan adanya gejala infeksi secara simultan (Indarti dkk., 2011).
Gejala pada tanaman yang terserang nematoda pada akar membuat
terjadinya pembesaran pada akar tanaman atau dapat disebut dengan puru akar.
Puru akar dapat kita temui pada tanaman jagung, kentang, dan lain sebagainya.
Terjadinya puru akar akibat adanya sel makanan yang terkumpul pada satu tempat
pada jaringan akar tanaman (Junior et all., 2017). Gejala umum pada tanaman
akibat nematoda yaitu terjadinya layu dan hilangnya pertumbuhan tanaman.
Walaupun tidak semua gejala nematoda meyebabkan kematian namun dengan
adanya nematoda parasit pada tanaman menjadikan kerusakan pada tanaman
sangat signifikan. Tanaman yang terserang nematoda walaupun tidak mati pada
umumnya tanaman tidak mampu melakukan pertumbuahan vegetatif dengan
sempurna, sehingga pada vase generatif tanaman tidak dapat menghasilkan bunga
(Thiyagarajan dan Kuppusamy., 2014).
Akibat dari adanya serangan nematoda proses budidaya tanaman menjadi
diambang batas kegagalan. Terdapat beberapa metode pada budidaya tanaman
yang bertujuan agar suatu tanaman terbebas atau terhindar dari serangan
nematoda. Salah satu cara yang dilakukan untuk meminimalisir serangan
nematoda yaitu dilakukannya pemuliaan suatu genotipe tanaman. Karena pada
dasarnya tanaman rentan terserang oleh nematoda apabila tanaman mengalami
penurunan genotipe. Dengan dilakukannya pemuliaan genotip tanaman akan
membuat tanaman akan lebih tahan terhadap serangan nematoda. Perlakuan ini
menunjukkan tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan
tanaman akibat nematoda (Puerari et all., 2015).
5
BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Bioekologi OPT dengan judul “Pengenalan Jenis Nematoda dan
Segala Jenis Kerusakan” dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 26 Oktober 2017
pukul 06.30-selesai WIB di Laborarotium Ilmu Hama dan penyakit Tumbuhan,
Fakultas Pertanian, Universitas Jember.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Sekop
2. Saringan
3. Kain
4. Baskom
5. Corong
6. Botol
7. Corong
8. Gelas arloji
9. Cawan petri
10. Mikroskop binokuler
3.2.2 Bahan
1. Tanah dan akar tanaman tomat
2. Tanah dan akar tanaman terong
3. Tanah dan akar tanaman pisang
4. Tanah dan akar tanaman tebu
5. Tanah dan akar tanaman pacar air
6. Tanah dan akar tanaman tembakau
7. Tanah dan akar tanaman padi
6
3.3 Pelaksanaan Praktikum
3.3.1 Gejala Kerusakan Tanaman Akibat Serangan Nematoda Parasit
1. Mengamati sampel akar yang telah disediakan
2. Menggambar atau memfoto sampel akar yang telah disediakan
3. Memberi keterangan jenis nematoda yang menyerang sampel tanaman
3.3.2 Isolasi dan Ekstrasi Nematoda
3.3.2.1 Cara Kerja Baerman Asli
1. Mengambil peralatan ekstrasi lengkap dengan corong, klem, dan statifnya
2. Mengklem pipa plastic agar tidak bocor
3. Mengisi corong dengan air sampai batas atas leher
4. Mengambil kain saring 50 x 50 cm dan menuangkan tanah yang telah diambil
di atas kain
5. Membungkus dan mengikat kain tersebut
6. Menempatkan tanah dalam kain tersebut di atas corong yang ada airnya (no.
3)
7. Menambahkan air sampai tanah terendam separuhnya
8. Mendiamkan 24 jam, selanjutnya mengamati dengan mikroskop adanya
nematoda
9. Menghitung populasi
3.3.2.2 Cara Kerja Baerman Diperbaiki
1. Mengambil peralatan ekstrasi lengkap dengan corong, klem, dan statifnya
2. Mengklem pipa plastik agar tidak bocor
3. Mengisi corong dengan air sampai atas leher
4. Mengambil saringan 1 mm dan kain saring 20 x 20 cm. Menempatkan kain di
atas saringan, menjepit, dan menempatkan di atasnya sebuah gelas arloji
5. Mengambil tanah 100 gr, menempatkan di atas saringan dan memberi air
sambil meremas-remas
6. Menuangkan no. 5 di atas no. 4 secara pelan-pelan sampai habis.
Menambahkan air sampai tanah terendam separuhnya
7. Mendiamkan 24 jam, selanjutnya mengamati dengan mikroskop adanya
nematoda
7
8. Menghitung populasinya
3.3.2.3 Cara kerja Erlen Meyer Seinhorst
1. Mengambil peralatan ekstraksi lengkap dengan botol dan statifnya
2. Mengambil saringan 1 mm
3. Mengambil tanah 100 gr, menempatkan di atas saringan dan memberi air
sambil meremas-remas
4. Menuangkan no. 3 ke dalam botol (A). Selanjutnya menempatkan di atas
botol (wadah) B yang telah diisi air. Mendiamkan selama 10 menit.
5. Memindahkan botol A di atas botol atau wadah C, mendiamkan selama 10
menit, menempatkan botol B di atas botol atau wadah D selama 10 menit
6. Memindahkan botol B di atas wadah C, mendiamkan selama 10 menit
7. Menyaring botol A, B, dan C dengan saringan 76 dan 18 μm
8. Menghitung populasi
3.4 Variabel Pengamatan
1. Jenis nematoda
Pengamatan dilakukan dengan menggunakan metode Baerman asli, Baerman
diperbaiki, dan Erlen Meyer Seinhorst untuk mendapatkan ekstraksi nematoda
2. Gejala kerusakan
Pengamatan dilakukan dengan cara melihat gejala-gejala kerusakan fisiologis
pada tanaman yang terserang nematoda
3.5 Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan selanjutnya akan dianalisis dengan
menggunakan analisis deskriptif.
8
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
1. Pengenalan Gejala Kerusakan Tanaman Akibat Serangan Nematoda
Parasit
No. Gambar Keterangan
1. Tomat
Nematoda : Meloidogyne spp
Gejala : terdapat bintil pada akar,
tanaman kurus/ tidak sehat, tanaman
berwarna kekuningan.
Mekanisme serangan: Nematoda
menyerang akar dengan membuat
luka pada akar sehingga ujung akar
tidak dapat tumbuh dengan
maksimal.
2. Tebu
Nematoda : Pratylenchus spp
Gejala : nekrosis yang luas, terjadi
luka berwarna merah padajaringan
korteks tanaman tebu, berkurangnya
anakan dan daun menguning.
Mekanisme serangan : bergerak
berpindah-pindah dari satu jaringan
tanaman ke jaringan tanaman lainnya
dan mengeluarkan enzim gluxoside
ketika menyerang akar.
9
3. Terong
Nematoda : Meloidogyne spp
Gejala : terdapat puru, luka pada
akar, ujung akar luka
Mekanisme serangan : menusuk
dinding sel akar, bergerak secara
menerus dan menggigit serta
mnyuntikkan air ludah pada akar.
4. Pacar air
Nematoda : Meloidogyne spp
Gejala : daun layu, kering, batang
lunak, akar bintil-bintil.
Mekanisme serangan : nematoda
kebanyakan hidup di tanah yang
mempunyai banyak pori dan
didalam pori terdapat cukup tipe
tanah dan pH berpengaruh
terhadap distribusi nematoda.
5. Pisang
Nematoda : Rodopholus similis
Gejala : batang rebah atau mudah
dicabut, berkurangnya berat
tandan, timbul luka warna merah
pada korteks, dan pangkal akar
rusak.
Meknisme serangan : masuk
dalam akar dan menempati
interseluler pada parenkim dan
korteks, memakan sitoplasma dan
sellainnya sehingga menimbulkan
10
rongga pada akar.
6. Tomat
Nematoda : Meloidogyne spp
Gejala: terdapat puru akar, bisul
bulat memanjang, luka pada akar ,
nekrosis pada permukaan akar,
ujung akar tidak tumbuh namun
percabangan akar berlebih.
Mekanisme serangan : nematoda
masuk kedalam akar bagian dekat
tudung akar mengigit dan
mengeluarkan enzim yang
merusak dinding sel sehingga
terjadi luka akar dan tudung akar
tidak tumbuh.
11
2. Tahapan Isolasi Dan Ekstraksi Nematoda
(Baerman diperbaiki)
No. Gambar Keterangan
1. Mengambil peralatan ekstraksi
lengkap dengan corong dan klem
nya. Klem pipa plastiknya agar
tidak bocor.
2. Mengisi corong dengan air
sampai atas leher.
3. Mengambil saringan 1mm dan
saringan 20x20 cm dan
menempatkan di atas corong.
12
4.
Mengambil tanah 100gram dan
beri air setengah dari wadah
tersebut.
5.
Menuangkan tanah tersebut ke
dalam corong sambil diremas-
remas.
6.
Hasil sarinagan dari corong.
13
7.
Memasukkan hasil dari perasan
tanah ke dalam suatu alat.
8.
Hasil ekstraksi yang diperoleh
dari tanah tersebut kemudian
didiamkan selama 24 jam.
9.
Mengamati melalui mikroskop
dan memfoto hasilnya.
14
Tahapan Isolasi Dan Ekstraksi Nematoda (Baermann Asli)
No. Gambar Keterangan
1.
Menyiapkan tanah dan akar
tanaman tebu sebanyak 100 gram.
2.
Menyiapkan kain saring 50 x 50
cm, saringan dan wadah
(mangkok).
3.
Menempatkan tanah dan akar
tanaman tebu di atas kain
saringan kemudian mengikatnya.
15
4.
Mengisi air sampai tanah
terendam separuhnya.
5.
Menata saringan ke dalam
mangkok yang telah berisi air dan
meletakkan tanah yang dibungkus
kain saring di atasnya.
6.
Mendiamkan selama 24 jam
16
7.
Menuangkan air dan endapan dari
mangkok ke cawan petri.
8.
Mengamati dengan mikroskop
ada tidaknya nematoda.
Tahapan Isolasi San Ekstraksi Nematoda (Erlenmeyer Seinhorst)
No. Gambar Keterangan
1.
Memotong akar yang akan
diamati dan mangayak tanah
tersebut sampai halus.
17
2.
Memasukkan tanah pada beaker
glass kemudian menambahkan
pada botol.
3.
Mengisi air sampai batas leher
botol.
4.
Menyiapkan wadah (B) yang
telah diisi air.
18
5.
Menuangkan botol (A) pada
wadah (B) kemudian
mendiamkan selama 10 menit.
6.
Menuangkan botol (A) pada
wadah yang lain (C) dan
mendiamkan selama 5-10 menit
7.
Hasil air tanah pada wadah (B)
dituangkan pada botol baru (B)
dan menuangkannya ke wadah
baru lagi (C) selama 5-10 menit.
19
8.
Menuangkan botol (B) pada
wadah baru (D) selama 10 menit.
Hasil pada wadah (D) dibuang.
9.
Memasukkan air tanah ekstraksi
pada botol untuk pengamatan
selanjutnya.
10
Melakukan penyaringan pada air
ekstraksi dengan penyaringan 76
dan 18µm.
20
11
Meletakkan endapan pada
petridish untuk diamati dengan
mikroskop sehingga tampak ada /
tidaknya nematoda.
3. Hasil Pengamatan Nematoda
No. Kelompok Gambar Keterangan
1. 1
Tanaman
Akar Tomat
Nematoda :
Pratylenchus sp
Populasi : > 7
Metode : Baermann
asli
2. 2
Tanaman Akar
Tebu
Tidak ditemukan
nematoda
Metode : baerman
asli
21
3. 3
Tanaman
terong
Nematoda :
Maeloidogne sp
Populasi : 1
Metode : Baerman
asli
4. 4
Tanaman
pacar air
Tidak ditemukan
nematoda
Menggunakan
baerman diperbaiki
5. 5
Tanaman
pisang
Nematoda :
Radopholus similis
Populasi : 1
Metode : baerman
diperbaiki
22
6. 6
Tanaman
tomat
Tidak ditemukan
nematoda.
Menggunakan
metode erlenmeyer
seinhorst
4.1.1 Gejala serangan nematoda
Gejala serangan pada kelompok 1 yaitu nematoda yang menyerang akar
tomat adalah terdapat bintil pada akar, tanaman kurus/ tidak sehat, tanaman
berwarna kekuningan. Mekanisme serangan: Nematoda menyerang akar dengan
membuat luka pada akar sehingga ujung akar tidak dapat tumbuh dengan
maksimal. Hal tersebut disebabkan oleh nematoda meloidogyne sp.
Pada kelompok 2 yaitu tanaman tebu yang tidak terdapat nematoda. Namun
pada umumnya apabila terserang nematoda, memiliki gejala serangan nekrotis di
bagian luar akar, terjadinya luka berwarna merah di dalam jaringan korteks akar,
berkurangnya anakan dan masa akar serta panjang batang dan menguningnya
daun. Hal tersebut disebabkan oleh nematoda pratylenvhus sp.
Pada kelompok 3 yaitu tanaman terong yang memiliki gejala serangan
terdapat puru, luka pada akar, ujung akar luka. Mekanisme serangan : menusuk
dinding sel akar, bergerak secara menerus dan menggigit serta mnyuntikkan air
ludah pada akar. Hal tersebut disebabkan oleh nematoda meloidogyne sp.
Pada kelompok 4 yaitu tanaman pacar air yang tidak terdapat nematoda,
namun pada umumnya diserang oleh nematoda melodogyne sp. Nematoda
tersebut menyerang mekanisme serangan : nematoda kebanyakan hidup di tanah
yang mempunyai banyak pori dan didalam pori terdapat cukup tipe tanah dan pH
berpengaruh terhadap distribusi nematoda. Hal tersebut menimbulkan gejala :
daun layu, kering, batang lunak, akar bintil-bintil.
23
Pada kelompok 5 yaitu taaman pisang diserang oleh nematoda Rodopholus
similis. Hal tersebut menibulkan gejala batang rebah atau mudah dicabut,
berkurangnya berat tandan, timbul luka warna merah pada korteks, dan pangkal
akar rusak. Mekanisme serangan : masuk dalam akar dan menempati interseluler
pada parenkim dan korteks, memakan sitoplasma dan sellainnya sehingga
menimbulkan rongga pada akar.
Pada kelompok 6 yaitu tanaman tomat yang tidak terdapat nematoda, namun
pada umumnya diserang oleh nematoda meloidogyne sp. Hal tersebut
menimbulkan gejala: terdapat puru akar, bisul bulat memanjang, luka pada akar ,
nekrosis pada permukaan akar, ujung akar tidak tumbuh namun percabangan akar
berlebih. Mekanisme serangan : nematoda masuk kedalam akar bagian dekat
tudung akar mengigit dan mengeluarkan enzim yang merusak dinding sel
sehingga terjadi luka akar dan tudung akar tidak tumbuh.
4.1.2 Isolasi dan ekstraksi nematoda
Berdasarkan jalannya praktikum, isolasi dan ekstraksi nematoda terdapat 3
macam yang dilakukan yaitu metode baerman asli, baerman diperbaiki, dan
erlenmeyer seinhorst. Pada kelompok 1,2,3 melakukan metode baerman asli,
kelompok 4 dan 5 melakukan metode baerman diperbaiki, dan kelompok 6
melakukan metode erlenmeyer seinhorst.
Pada kelompok 1,2,3 pertama yang dilakukan adalah menyiapkan tanah dan
akar tanaman sebanyak 100 gram. Menyiapkan kain saring 50 x 50 cm, saringan
dan juga mangkok. Menempatkan tanah dan akar tanamn di atas kain saringan
kemudian mengikatnya. Mengisi air sampai tanah terendam separuhnya. Menata
saringan ke dalam mangkok yang telah berisi air dan meletakkan tanah yang
dibungkus kain saring di atasnya. Mendiamkannya selama 24 jam kemudian
mengamati tanah tersebut.
Pada kelompok 4 dan 6 melakukan ekstraksi metode baerman diperbaiki.
Hal pertama yang dilakukan adalah mengambil peralatan ekstraksi lengkap
dengan corong dan klem. Pipa plastik diklem agar tidak bocor. Mengisi corog
dengan air sampai atas leher. Mengambil saringan 1 mm dan saringan 20 x 20 cm
menempatkannya di atas corong. Mengambil tanah 100 gram, memberi air
24
setengah dari wadah tersebut. Menuangkan tanah tersebut ke dalam corong sambil
diremas-remas. Memasukkan hasil dari corong ke tempat pengayakan. Hasil
ekstraksi yang diperoleh didiamkan selama 24 jam dan diamati dengan
mikroskop.
Pada kelompok 6 melakukan ekstraksi dengan metode erlenmeyer seinhorst.
Pertama yang dilakukan adalah memotong akar yang akan diamati dan mengayak
akar tersebut sampai halus. Memasukkan tanah pada beaker glass kemudian
menambahkan pada botol. Mengisi air sampai pada batas leher botol. Meniapkan
wadah (B) yang telah berisi air. Menuangkan botol (A) pada wadah (B) kemudian
mendiamkan selama 10 menit. Menuangkan botol (A) pada wadah yang lain (C)
dan mendiamkan selama 5-10 menit. Hasil air tanah pada wadah (B) dituangkan
pada botol baru (B) dan menuangkannya ke wadah baru lagi (C) selama 5-10
menit. Menuangkan botol (B) pada wadah baru (D) selama 10 menit. Hasil pada
wadah (D) dibuang. Memasukkan air tanah ekstraksi pada botol untuk
pengamatan selanjutnya. Melakukan penyaringan pada air ekstraksi dengan
penyaringan 76 dan 18 µm. Meletakkan endapan pada petridish untuk diamati
dengan mikroskop sehingga tampak ada/ tidaknya nematoda.
4.2 Pembahasan
Nematoda parasit tanaman adalah salah satu faktor yang mempengaruhi
proses budidaya tanaman (Harni, 2016). Nematoda parasit dapat menimbulkan
berbagai gejala pada tanaman yang diserang. Berdasarkan pengamatan, nematoda
parasit yang menyerang tanaman tomat, dan apacar air adalah Meloidogyne sp.
Nematoda tersebut memiliki panjang tubuh 300-700 μm. Gejala serangan yang
disebabakan oleh nematoda tersebut adalah bengkak pada akar (puru) (Mirsam
dkk., 2015).
Pada tanaman tebu yang dibawa oleh kelompok 2, ditemukan nematoda
Pratylenchus pada akarnya. Nematoda tersebut memilikii ketahanan hidup dari
nematoda parasit lain adalah 17-20oC dengan ketinggian 2420 mm. Sementara itu,
curah hujan yang optimum adalah 1500-3000 mm/tahun (Mirsam dkk., 2015).
25
Pada tanaman pisang, nematoda yang menyerang tanaman tersebut adalah
Radophillus similis. R. Similis melengkapi siklus hidupnya di dalam jaringan
korteks akar dan pada jaringan intraseluler dan mendapatkan makanan pada sel
tersebut. (Sitepu dkk., 2014). Gejala serangan pada tanaman tebu adalah nekrotis
yang luar pada akar, berkurangnya anakan daun, dan daun menguning
Berbagai jenis nematoda menyerang tanaman dengan tinggal dan menyerap
nutrisi tanaman sehingga mengalami masing-masing gejala kerusakan yang khas
seperti busuk akar, busuk umbi, daun melintir dan kering, serta ciri khas lainnya.
Dari hal tersebut untuk mengetahui benar ada atau tidaknya bahwa tanaman yang
mengalami gejala tersebut disebabkan oleh serangan nematoda adalah dengan
menggunakan metode ekstraksi. Metode ekstraksi yang digunakan selama
pengamatan adalah metode baerman diperbaiki, metode baerman asli, dan
mertode erlenmeyer seinhorst.
Pada metode baerman diperbaiki, asli dan erlenmeyer seinhorst memiliki
tujuan yang sama yaitu mendapatkan adanya nematoda. Pada baerman asli tanah
yang berada di sekitar akar dengan berat 100 gram yang akan diletakkan pada
kertas saring 50 x 50 cm . Tanah dimasukkan dalam saringan tersebut kemudian
diisi dengan air dan membungkusnya. Setelah itu mendiamkan tanah tersebut
selama 24 jam. Tujuan dari mendiamkan tanah tersebut agar nematoda tesebut
terjebak dan berdiam di larutan tanah tersebut.
Pada baerman yang diperbaiki memiliki tahapan yang sama dengan baerman
asli, namun hanya saja yang membedakan terletak pada penyaringan tanah yang
digunakan menggunakan alat pengayak. Kemudian tanah tersebut dimasukkan ke
dalam kain saring dengan meremasnya. Setelah itu didiamkan selama 24 jam.
Metode yang lain adalah metode erlenmeyer seinhorst yang menggunakan botol A
dan B serta mangkok C dan D. Tanah sebelum dimasukkan dalam botol diayak
terlebih dahulu. Kemudian tanah tersebut dimasukkan dalam botol A dan diisi
penuh oleh air. Botol tersebut kemudian dibalik pada mangkok yang terisi penuh
dengan air. Hal tersebut juga dilakukan pada botol B. Hasil saringan yang diamati
adalah botol A, mangkok B, dan C.
26
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Pengambilan nematode bisa menggunakan beberapa metode yaitu,
Baerman Asli, Baerman dieprbaiki, dan Erlen Meyer Seinhorst.
2. Proses tahapan ekstraksi sangatlah berpengaruh terhadap hasil atau
ekstraksi nematode, jadi diperlukan ketelitian pada saat melaksanakan
tahapan ekstraksi tersebut.
3. Metoda baerman asli dan diperbaiki ada proses lanjutan di hari berikutnya,
sedangkan proses erlen meyer seinhorst langsung sekali pelaksanaan.
5.2 Saran
Pada saat praktikum, sebaiknya yang memberikan arahan dari asisten
laboratorium sama yaitu satu asisten saja. Hal ini membuat kelompok kami
kebingungan karena beberapa asisten memiliki pendapat yang berbeda, jadi
kemungkinan hasil yang kami lakukan tidak maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Indarti, S., B, Rahayu. TP., S, Subandiyah, dan L. Indarti. 2011. Prevalensi
Nematoda Parasit pada Pertanaman Pisang di Daerah Istimewa
Yogyakarta. Perlindungan Tanaman Indonesia, 17(1): 36-40
Junior, J. D. A. S., O. Pierre, R. R. Coelho, M. F. Grossi-de-sa, G. Engler, and J.
D. A. Engler. 2017. Application of Nuclear Volume Measurements to
Comprehend the Cell Cycle In Root-Knot Nematode-Induced Giant Cells.
Giant Cell Nuclear Volume Measurement, 8(1): 1-12.
Mirsam, H., Supramana., G. Suastika. 2015. Identifikasi Nematoda Parasit pada
Tanaman Wortel di Dataran Tinggi Malino, Sulawesi Selatan Berdasarkan
pada Cri Morfologi dan Morfometrik. Fitopatologi Indonesia, 11 (3):
0215-7950.
Mustika, I. 2015. Konsepsi dan Strategi Pengendalian Nematoda Parasit Tanaman
Perkebunan di Indonesia. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Indonesian Spices and Medicinal Crops Research Institute, 4 (1): 20-32
Pracaya. 1991. Hama Penyakit Tanaman. Jakarta: Penebar Swadaya
.
Puerari, H. H., C. R. D. Arieira, M. R. Cardoso, I. Hernandes, and O. D. C. Brito.
2015. Resistance inducers in the control of root lesion nematodes in
resistant and susceptible cultivars of maize. Phytoparasitica, 9(1): 1-7.
Rachmawati, N., T. Haryono, dan U. Faizah. 2013. Efektivitas Dosis Serbuk Daun
Kenikir Terhadap Pengendalian Nematoda Sista Kuning pada Tanaman
Tomat. Lentera Bio, 2 (1): 13-17.
Sitepu, F. E., Lisnawati., dan M. I. Pinem. 2014. Penyakit Layu Fusarium
(Fusarium oxyporum f.sp. cubense (E.F.Smith) Synd. & Hans) pada
Tanaman Pisang (Musa spp.) dan Hubungannya dengan Keberadaan
Nematoda Radophalus similis di Lapangan. Agroteknologi, 2 (3): 1204-
1211.
Thiyagarajan, S. S. and Kuppusamy H. 2014. Biological Control Of Root Knot
Nematodes In Chilies Through Pseudomonas Fluorescens’s Antagonistic
Mechanism. Plant Sains, 2 (5): 152-158.
LAMPIRAN DATA
Gambar 1.1 Tabel Pengamatan Jenis Nematoda dan Gejala Kerusakan
Gambar 1.2 Flowchart
LAMPIRAN LITERATUR
Pracaya. 1991. Hama Penyakit Tanaman. Jakarta: Penebar Swadaya.
Mustika, I. 2015. Konsepsi dan Strategi Pengendalian Nematoda Parasit Tanaman
Perkebunan di Indonesia. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Indonesian Spices and Medicinal Crops Research Institute, 4 (1) : 20-32.
Rachmawati, N., T. Haryono, dan U. Faizah. 2013. Efektivitas Dosis Serbuk Daun
Kenikir Terhadap Pengendalian Nematoda Sista Kuning pada Tanaman
Tomat. Lentera Bio, 2(1): 13-17.
Indarti, S., B, Rahayu. TP., S, Subandiyah, dan L. Indarti. 2011. Prevalensi
Nematoda Parasit pada Pertanaman Pisang di Daerah Istimewa
Yogyakarta. Perlindungan Tanaman Indonesia, 17 (1): 36-40.
Thiyagarajan, S. S. and Kuppusamy H. 2014. Biological Control Of Root Knot
Nematodes In Chilies Through Pseudomonas Fluorescens’s Antagonistic
Mechanism. Plant Sains, 2 (5): 152-158.
Puerari, H. H., C. R. D. Arieira, M. R. Cardoso, I. Hernandes, and O. D. C. Brito.
2015. Resistance inducers in the control of root lesion nematodes in
resistant and susceptible cultivars of maize. Phytoparasitica, 9(1): 1-7.
Junior, J. D. A. S., O. Pierre, R. R. Coelho, M. F. Grossi-de-sa, G. Engler, and J.
D. A. Engler. 2017. Application of Nuclear Volume Measurements to
Comprehend the Cell Cycle In Root-Knot Nematode-Induced Giant Cells.
Giant Cell Nuclear Volume Measurement, 8 (1): 1-12.
Sitepu, F.E., Lisnawati., dan M. I. Pinem. 2014. Penyakit Layu Fusarium
(Fusarium oxyporum f.sp. cubense (E.F.Smith) Synd. & Hans) pada
Tanaman Pisang (Musa spp.) dan Hubungannya dengan Keberadaan
Nematoda Radophalus similis di Lapangan. Agroteknologi, 2 (3) : 1204-
1211
Mirsam, H., Supramana., G. Suastika. 2015. Identifikasi Nematoda Parasit pada
Tanaman Wortel di Dataran Tinggi Malino, Sulawesi Selatan Berdasarkan
pada Cri Morfologi dan Morfometrik. Fitopatologi Indonesia, 11 (3) : 0215-
7950