pengembangan prototipe cergam pendidikan budi …repository.usd.ac.id/36965/2/141134091_full.pdf ·...

138
PENGEMBANGAN PROTOTIPE CERGAM PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM MEMAINKAN INSTRUMEN KENONG UNTUK SD SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Oleh : Dhenis Deagam Poerba NIM: 141134091 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2020 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 19-Oct-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PENGEMBANGAN PROTOTIPE CERGAM PENDIDIKAN BUDI

    PEKERTI DALAM MEMAINKAN INSTRUMEN KENONG UNTUK SD

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

    Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

    Oleh :

    Dhenis Deagam Poerba

    NIM: 141134091

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

    JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2020

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • i

    PENGEMBANGAN PROTOTIPE CERGAM PENDIDIKAN BUDI

    PEKERTI DALAM MEMAINKAN INSTRUMEN KENONG UNTUK SD

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

    Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

    Oleh :

    Dhenis Deagam Poerba

    NIM: 141134091

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

    JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2020

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iv

    PERSEMBAHAN

    Skripsi ini dipersembahkan peneliti kepada:

    1. Tuhan Allah Semesta Alam, sumber segala hal yang senantiasa memberikan

    berkat kehidupan.

    2. Kedua orang tua, yaitu Bapak Supriyanto dan Ibu Seseilia Sunarti yang

    senantiasa memberikan doa, kasih sayang dan dukungan kepada peneliti.

    3. Teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu per satu, terimakasih atas

    dukungan dan keceriaan yang senantiasa penulis dapatkan di setiap

    perjumpaannya.

    4. Teman-teman PGSD angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma.

    5. Diri saya sendiri yang telah mampu jatuh bangun melewati banyak cobaan

    untuk menyelesaikan skripsi ini.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • v

    MOTTO

    “Belajarlah dari kekeliruanmu di masa lalu, mencoba bersama cara yang beda, dan

    senantiasa berharap untuk sebuah kesuksesan di masa depan”

    Anonim

    “Not of all of us can do great things. But we can do small things with great love.”

    Mother Teresa

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • viii

    ABSTRAK

    PENGEMBANGAN PROTOTIPE CERGAM PENDIDIKAN BUDI PEKERTI

    DALAM MEMAINKAN INSTRUMEN KENONG UNTUK SD

    Dhenis Deagam Poerba

    Universitas Sanata Dharma

    2020

    Dari hasil angket yang dibagikan pada 20 siswa kelas VI SD yang mengikuti

    kegiatan ekstrakurikuler gamelan, peneliti mendapatkan data bahwa mereka

    belum pernah membaca cergam tentang gamelan yang memiliki nilai-nilai budi

    pekerti. Fokus penelitian ini membahas nilai-nilai budi pekerti dalam

    memainkan salah satu instrumen gamelan, yaitu kenong. Memainkan instrumen

    kenong melatih penabuhnya menjadi sabar. Penelitian ini mencoba

    mendeskripsikan langkah-langkah pengembangan “Prototipe Cergam

    Pendidikan Budi Pekerti Dalam Memainkan Instrumen kenong untuk SD” dan

    memaparkan kualitas prototipe tersebut.

    Jenis penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (R&D).

    Peneliti menggunakan 6 langkah penelitian dan pengembangan dari Sugiyono,

    yaitu 1) Gamelan merupakan salah satu alat musik tradisional di Indonesia yang

    mengajarkan nilai-nilai budi pekerti. 2) Dari hasil wawancara dua praktisi

    gamelan dan pembagian angket pada 20 siswa kelas VI, peneliti mendapatkan

    data bahwa mereka memerlukan cergam untuk mendapatkan informasi tentang

    gamelan khususnya instrumen kenong. 3) Menyusun cergam berdasarkan kisi-

    kisi yang telah disusun. 4) Cergam divalidasi oleh dua praktisi yaitu ahli gamelan

    dan ahli bahasa, mendapatkan skor 3,8 (rentang 1-4) “sangat baik”. 5) Merevisi

    desain dari saran dua validator, dan 6) Melakukan ujicoba kepada 10 siswa kelas

    IV dari SD N 1 Pedes.

    Uji coba produk dilakukan di kelas IV SD N 1 Pedes yang diikuti oleh 10

    siswa. Dan dari hasil refleksi siswa, peneliti mendapatkan skor 3,7 tentang

    pemahaman siswa bahwa instrumen kenong dapat melatih penabuhnya memiliki

    sikap sabar.

    Kata Kunci: prototipe cerita bergambar, gamelan, budi pekerti, instrumen

    kenong.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ix

    ABSTRACT

    THE DEVELOPMENT OF MORAL VALUED STORYBOARD BOOK

    PROTOTYPE BY UTILIZING KENONG AS THE INSTRUMENT FOR

    ELEMENTARY SCHOOL

    Dhenis Deagam Poerba

    Sanata Dharma University

    2020

    Based on the questionnaire that given to 20 students in elementary school

    grade sixth who involved in gamelan extracurricular, the researcher concludes

    that those students never read a storyboard book about gamelan which has

    moral values. This research focuses is on morality values in playing kenong, one

    of the instruments of gamelan. Playing kenong makes someone who play it

    become a patience person. This research tries to describe some steps to develop

    “Moral Valued Storyboard Book by Utilizing Kenong Instrument for Elementary

    School” and explain the prototype quality.

    The type of this research is R&D (Research and Development). The

    researcher uses six steps of research and development by Sugiyono, which are

    1) Gamelan is one of traditional music instrument from Indonesia that taught

    about moral values. 2) Based on the interview with two gamelan players and the

    questionnaire that given to 20 students from grade sixth, the data show that they

    need a storyboard book to get information about gamelan especially kenong

    instrument. 3) Arrange the storyboard book based on the grating that has been

    arranged before. 4) The storyboard book has been validated by two experts

    which are gamelan expert and linguist expert, they scored the book 3,8 in the

    scale of 1-4 which is “very good”. 5) Revised the design based on suggestion

    from those two experts, and 6) Doing a trial to 10 students grade fourth from SD

    N 1 Pedes.

    The trial of the product held at SD N 1 Pedes grade fourth followed by 10

    students. Based on the reflection of the students about understanding kenong

    instrument that train someone who play it become patiently scored 3,7.

    Keywords: storyboard book prototype, gamelan, moral value, kenong

    instrument.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • x

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan kasih dan

    karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi

    ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru

    Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata

    Dharma.

    Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini peneliti mendapat

    banyak bantuan, dukungan, dan doa dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan

    ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah

    membantu, diantaranya:

    1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

    Ilmu Pendidikan.

    2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan

    Guru Sekolah Dasar.

    3. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi

    Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

    4. Dra. Ignatia Esti Sumarah, M. Hum. selaku Dosen Pembimbing I yang telah

    meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing peneliti dengan

    penuh kesabaran selama penyusunan skripsi ini.

    5. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang

    telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing peneliti

    dengan penuh kesabaran selama penyusunan skripsi ini.

    6. Segenap dosen dan karyawan PGSD Universitas Sanata Dharma yang telah

    membimbing, membantu, serta memberikan ilmunya selama belajar di

    Universitas Sanata Dharma.

    7. Kepala sekolah, guru, dan siswa-siswi SDN 1 Pedes yang telah memberikan

    ijin dan membantu peneliti untuk melakukan penelitian di sekolah

    8. Bapak Supriyanto dan Ibu Sesilia Sunarti, yang senantiasa memberikan doa,

    dukungan, dan cinta kepada peneliti.

    9. Teman-teman, sahabat, keluarga: Agnes Rahayu Epifani, Atas Bening,

    Fransisca Trigiasmi, Safira Esta dan Lusiana Maya, terimakasih atas setiap

    keceriaan dan dukungan yang diberikan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN

    HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………….. ii

    HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii

    HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv

    HALAMAN MOTTO .................................................................................... v

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………………...……………… vi

    LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

    ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS …………………….... vii

    ABSTRAK ...................................................................................................... viii

    ABSTRACT .................................................................................................... ix

    KATA PENGANTAR .................................................................................... x

    DAFTAR ISI ................................................................................................... xii

    DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv

    DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii

    BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

    A. Latar Belakang ...................................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ................................................................................. 5

    C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 6

    D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 6

    E. Definisi Operasional.............................................................................. 6

    F. Spesifikasi Produk ................................................................................. 7

    BAB II KAJIAN PUSTAKA ......................................................................... 8

    A. Kajian Teori .......................................................................................... 8

    1. Budi Pekerti .......................................................................................... 8

    a. Pengertian Budi Pekerti ..................................................................... 8

    b. Pendidikan Budi Pekerti .................................................................... 10

    2. Gamelan ................................................................................................ 12

    a. Pengertian Gamelan .......................................................................... 12

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiii

    b. Instrumen Gamelan ........................................................................... 14

    c. Nilai-nilai Budi Pekerti dalam Instrumen Gamelan .......................... 16

    3. Nilai-nilai Budi Pekerti dalam Memainkan Gamelan .......................... 22

    4. Instrumen Gamelan: Kenong ................................................................ 25

    5. Cerita Bergambar .................................................................................. 27

    6. Gerakan Literasi Sekolah ...................................................................... 28

    B. Penelitian yang Relevan ........................................................................ 29

    C. Kerangka Berfikir.................................................................................. 31

    1. Pertanyaan Penelitian ............................................................................ 32

    BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 33

    A. Jenis Penelitian ...................................................................................... 33

    B. Setting Penelitian ................................................................................... 33

    1. Tempat penelitian ................................................................................. 33

    2. Subjek Penelitian .................................................................................. 33

    3. Objek Penelitian .................................................................................... 34

    4. Waktu Penelitian ................................................................................... 34

    C. Prosedur Pengembangan ....................................................................... 34

    1. Potensi dan Masalah ........................................................................... 37

    2. Pengumpulan Data .............................................................................. 37

    3. Desain Produk ..................................................................................... 37

    4. Validasi Desain ................................................................................... 38

    5. Revisi Desain ...................................................................................... 38

    6. Uji Coba Produk ................................................................................. 38

    D. Uji Coba Produk .................................................................................... 39

    E. Instrumen Penelitian.............................................................................. 39

    1. Pedoman Wawancara......................................................................... 39

    2. Angket................................................................................................. 40

    3. Kisi-Kisi Desain Produk ..................................................................... 42

    4. Validator Angket Pra Penelitian ......................................................... 45

    5. Angket Siswa Pra Penelitian ............................................................... 48

    F. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 49

    1. Wawancara ......................................................................................... 49

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiv

    2. Angket................................................................................................. 49

    G. Teknik Analisis Data ............................................................................. 50

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 52

    A. Hasil Penelitian ............................................................................................... 52

    1. Prosedur Pengembangan ............................................................................. 52

    a. Potensi dan Masalah ................................................................................. 52

    b. Pengumpulan Data.................................................................................... 53

    c. Desain Produk .......................................................................................... 55

    d. Validasi Desain ......................................................................................... 59

    e. Revisi Produk ........................................................................................... 61

    f. Uji Coba Produk ....................................................................................... 64

    2. Kualitas Produk ........................................................................................... 66

    B. Pembahasan ..................................................................................................... 67

    C. Kelebihan dan Kekurangan Prototipe ............................................................. 69

    1. Kelebihan Prototipe .................................................................................... 69

    2. Kelemahan Prototipe ................................................................................... 70

    BAB V PENUTUP .......................................................................................... 71

    A. Kesimpulan ..................................................................................................... 71

    B. Keterbatasan Penelitian ................................................................................... 71

    C. Saran ............................................................................................................... 71

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 73

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... 119

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Nilai-nilai Budi Pekerti dalam Instrumen Gamelan ......................... 29

    Tabel 2.2 Kompetensi Dasar ............................................................................ 29

    Tabel 3.1 Kisi-kisi PedomanWawancara ......................................................... 40

    Tabel 3.2 Kisi-Kisi Angket Pra Penelitian untuk Siswa .................................. 40

    Tabel 3.3 Kisi-kisi Desain Produk .................................................................... 42

    Tabel 3.4 Tabel Angket Pra Penelitian oleh Ahli .............................................. 46

    Tabel 3.5 Angket Siswa Pra Penelitian ............................................................. 48

    Tabel 3.6 Hasil Interval Skala 1-4 .................................................................... 51

    Tabel 4.1 Rekap Angket dari Siswa SD Kanisius Klepu .................................. 54

    Tabel 4.2 Rekap Validasi Uji Coba Produk Buku ........................................... 58

    Tabel 4.3 Pedoman Penggolongan Kualitas .................................................... 60

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Bagan Penelitian yang Relevan .................................................... 31

    Gambar 3.1 Langkah-Langkah Penelitian .......................................................... 36

    Gambar 3.2 Prosedur Penelitian Pengembangan yang Digunakan oleh Peneliti 36

    Gambar 4.1 Sketsa Awal ................................................................................... 57

    Gambar 4.2 Desain Setelah Diperbaiki Ilustator ............................................... 58

    Gambar 4.3 Revisi Isi Gambar Cergam ............................................................ 62

    Gambar 4.4 Peneliti memulai Menjelaskan Kegiatan ..................................... 65

    Gambar 4.5 Peneliti Membagikan Prototipe .................................................... 65

    Gambar 4.6 Siswa Membaca Buku .................................................................. 66

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian .................................................................. 75

    Lampiran 2 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian dari SD ..... 76

    Lampiran 3 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Uji Coba Produk ........ 77

    Lampiran 4a Pedoman Wawancara ................................................................ 78

    Lampiran 4b Hasil Wawancara ...................................................................... 79

    Lampiran 5 Kisi-Kisi Pedoman Angket ........................................................ 80

    Lampiran 6a Lembar Penelitian Angket untuk Validator .............................. 82

    Lampiran 6b Hasil Validasi Angket Siswa ................................................... 84

    Lampiran 6c Rekap Hasil Validasi Angket ................................................... 88

    Lampiran 7a Angket Analisis Kebutuhan ..................................................... 90

    Lampiran 7b Hasil Angket Analisis Kebutuhan ............................................ 91

    Lampiran 7c Hasil Rekap Analisis Kebutuhan Siswa ................................... 96

    Lampiran 8 Kisi-kisi Pembuatan Cergam ................................................... 97

    Lampiran 9a Instrumen Validasi Produk ...................................................... 101

    Lampiran 9b Validasi Uji Coba Produk ........................................................ 104

    Lampiran 9c Rekap Validasi Uji Coba Produk ............................................. 108

    Lampiran 10a Lembar Refleksi Uji Coba Produk .......................................... 110

    Lampiran 10b Hasil Uji Coba Produk ............................................................ 111

    Lampiran 10c Pedoman Penilaian Refleksi ................................................... 116

    Lampiran 10d Rekap Jawaban Refleksi ......................................................... 117

    Lampiran 11 Dokumentasi Uji Coba Produk ................................................ 118

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Dalam Bab I, peneliti akan menjelaskan mengenai latar belakang masalah,

    rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional,

    dan spesifikasi produk.

    A. Latar Belakang

    Gamelan merupakan salah satu budaya Indonesia di bidang kesenian. Istilah

    gamelan telah lama dikenal di Indonesia, sudah disebut pada beberapa kakawin

    Jawa Kuno. Gamelan yang lengkap mempunyai 75 instrumen, namun biasanya

    yang dimainkan hanya 12 instrumen saja. Kata gamelan terjadi mungkin juga

    dari pergeseran atau perkembangan dari kata gembel. Gembel adalah alat untuk

    memukul. Cara membunyikan instrumen gamelan adalah dengan dipukul-

    pukul. Alat yang sering digunakan untuk memukul namanya pukulan, alat yang

    sering digunakan untuk mengetok namanya ketokan atau kentongan, alat yang

    sering digembal namanya gembelan. Kata gembelan ini bergeser atau

    berkembang menjadi gamelan. Gamelan berasal dari kata “gamel” dengan alat

    musik perkusi yakni alat musik yang dipukul (Zoetmulder dalam Ferdiansyah,

    2010: 26). Semua instrumen gamelan dibunyikan secara bersama-sama atau

    sebagian saja dengan cara yang sesuai, sehingga merupakan konsert atau

    kumpulan suara yang teratur menurut tempo dan irama tertentu. Dengan kata

    lain masing-masing alat mempunyai nama dan fungsinya sendiri-sendiri (secara

    teratur) disebut gendhing (Yudhoyono, 1984: 15).

    Instrumen gamelan yang dimainkan secara bersama-sama disebut dengan

    karawitan. Endraswara (2008: 23-24) mengatakan bahwa karawitan berasal dari

    kata rawit, yang mendapat awalan ka- dan akhiran -an. Rawit berarti halus,

    lembut, lungit. Kata rawit merupakan kata sifat yang mempunyai arti bagian

    kecil, potongan kecil, renik, rinci, halus atau indah. Instrumen pokok terdiri dari

    saron barung, saron demung, saron slenthem, dan bonang penembung.

    Instrumen penghias terdiri dari saron penerus atau peking penerus, bonang

    penerus, gambang, dan siter atau celempung. Terakhir adalah

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 2

    alat-alat sebagi penghias irama yaitu kendang besar, ketipung, ceng-ceng, dan

    rebab. Dalam instrumen gamelan juga terdiri nilai-nilai budi pekerti yang

    terkandung di dalamnya. Saat ini karawitan menjadi salah satu kegiatan

    ekstrakurikuler di beberapa SD di Yogyakarta, karena dalam kesenian gamelan/

    karawitan banyak mengandung nilai-nilai budi pekerti yang baik untuk

    dikembangkan kepada siswa.

    Budi pekerti sering diartikan sebagai moralitas yang mengandung

    pengertian antara lain adat istiadat, sopan santun, dan perilaku. Sebagai

    perilaku, budi pekerti meliputi pula sikap yang dicerminkan oleh perilaku itu.

    Nilai budi pekerti yang terkandung di dalam gamelan, contohnya: kedisiplinan,

    sikap tanggung jawab, dan kesopanan (Sedyawati, dkk, 1999: 5). Kedisiplinan

    dalam memainkan gamelan yaitu bermain secara serius dan mengikuti irama

    yang telah ditentukan. Sikap tanggung jawab yang dimaksud yaitu saat selesai

    memainkan alat musik gamelan penabuh harus mengembalikan alat pemukul

    ke tempat semula dan kesopanan kepada alat musik gamelan yaitu menghormati

    gamelan dengan tidak membunyikan alat musik gamelan secara asal dan tidak

    melangkahi gamelan. Pembuatan instrumen gamelan membutuhkan waktu yang

    lama terutama untuk ninting (mengukur tinggi rendahnya nada) dan harus

    melalui upacara keagamaan/ religi (Yudhoyono, 1984: 34) agar pembuat

    intrumen gamelan bisa membuat dengan kualitas yang baik. Oleh karena itu,

    penabuh harus mengembangkan nilai budi pekerti yaitu kesopanan dalam

    menabuh dan tidak melangkahi gamelan sebagai bentuk penghormatan dan

    menghargai pembuatan instrumen gamelan. Nilai-nilai budi pekerti tersebut

    bertujuan supaya para penabuh gamelan memiliki kebiasaan untuk berperilaku

    santun, berkonsentrasi, mau mendengarkan dan saling menghargai

    (Endraswara, 2008: 20).

    Pada setiap instrumen gamelan juga memiliki nilai budi pekerti yang harus

    dikembangkan oleh penabuhnya. Contohnya dalam instrumen kenong, penabuh

    harus mengembangkan sikap kesabaran karena kenong dipukul pada akhir

    sebuah bait gendhing. Instrumen rebab melatih penabuhnya untuk

    mengembangkan sikap menyembah kepada Tuhan (berdoa), instrumen

    kendang, penabuh harus mengembangkan sikap kepemimpinan karena kendang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 3

    sebagai pemimpin cepat dan lambat tempo sebuah gendhing. Selain itu, peneliti

    juga melakukan wawancara terhadap 2 praktisi gamelan dan mendapatkan

    banyak informasi mengenai gamelan.

    Untuk mendapatkan data bahwa menabuh gamelan membantu siswa

    memiliki budi pekerti, maka pada tanggal 15 Juni 2017 peneliti membagikan

    angket kepada 20 siswa kelas IV di SD Kanisius Klepu karena SD tersebut

    sudah sering mengikuti Parade Gamelan Anak yang diselenggarakan oleh

    Universitas Sanata Dharma. Berdasarkan hasil angket yang dibagikan kepada

    siswa, peneliti mendapatkan informasi dari jawaban siswa bahwa memainkan

    gamelan membantu mereka: memiliki kebiasaan berdoa sebelum dan sesudah

    memainkan gamelan (40%), fokus/berkonsentrasi (80%), rapi (50%),

    berperasaan senang (60%), serta 60% siswa pernah membaca buku Pepak

    Bahasa Jawa namun buku tersebut bukan buku yang berisi mengenai nilai-nilai

    budi pekerti yang terkandung pada gamelan. Oleh karena itu peneliti terdorong

    untuk mengembangkan “Prototipe Nilai-nilai Budi Pekerti dalam Memainkan

    Instrumen Gamelan Kenong (untuk SD)”. Peneliti memilih cergam sebagai

    produk penelitian karena diharapkan siswa dapat lebih tertarik pada buku cerita

    bergambar untuk mengetahui macam-macam nilai budi pekerti dalam gamelan.

    Peneliti juga melakukan wawancara kepada praktisi gamelan yaitu Bapak

    Sancoko untuk mendapatkan informasi bahwa gamelan mencerminkan sikap

    kekompakan dan kegotong-royongan. Gamelan terbuat dari berbagai macam

    bahan, yaitu ada yang terbuat dari perunggu, bambu, kayu, kuningan, besi

    logam, kulit, dan lain-lain. Dari berbagai macam bahan untuk membuat

    gamelan tersebut beliau mengumpamakan seperti Indonesia yang bermacam-

    macam tetapi menjadi satu yaitu NKRI. Dengan memainkan gamelan juga

    melatih penabuhnya untuk bersikap sopan dengan cara duduk sesuai posisi yang

    sudah dianjurkan yaitu untuk laki-laki duduk bersila dan untuk perempuan

    duduk timpuh. Memainkan gamelan juga melatih untuk mempunyai sikap sabar

    sehingga penabuh tidak bermain dengan asal dan bersedia menghargai pemain

    lain. Dari memainkan gamelan itu beliau bisa menyatukan beberapa anak, maka

    beliau sangat senang karena bisa mengajarkan kesenian tersebut kepada anak-

    anak dengan menjadi pelatih ekstrakurikuler karawitan di beberapa SD.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 4

    Dari hasil angket dan wawancara tersebut peneliti terdorong untuk

    mengembangkan prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan

    gamelan kenong (untuk SD). Penelitian ini berfokus pada instrumen kenong

    karena instrumen tersebut menjadi tanda akhirnya dari sebuah bait gendhing

    dan dapat menanamkan sikap kesabaran bagi penabuhnya.

    Peneliti mendapatkan inspirasi dari penelitian yang dilakukan oleh Jarot

    Sugiarto (2012) dengan judul “Efektivitas Pembelajaran Gamelan Terhadap

    Kemampuan Musikalitas Siswa SD Kanisius Sengkan Kentungan Sleman Yogyakarta”.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efektivitas pembelajaran

    gamelan terhadap kemampuan musikalitas siswa SD Kanisius Sengkan

    Kentungan Yogyakarta. Penelitian tersebut mendorong peneliti untuk

    melakukan penelitian yang berkaitan dengan gamelan. Dengan adanya gamelan

    siswa dapat mengetahui nilai-nilai budi pekerti yang terkandung di dalamnya

    dengan sebuah buku cerita bergambar.

    Berdasarkan data di atas peneliti terdorong untuk menyusun sebuah

    prototipe buku cerita bergambar tentang nilai-nilai budi pekerti dalam

    memainkan gamelan. Cergam adalah buku cerita anak yang terdapat gambar

    dengan cerita sederhana di dalamnya. Jenis penelitian ini merupakan Research

    and Development (R&D) dengan judul: “Nilai-nilai Budi Pekerti dalam

    Memainkan Instrumen Gamelan Kenong untuk SD”. Prototipe buku tersebut

    terdiri dari dua bagian, bagian pertama memuat artikel yang berjudul “Nilai-nilai

    Budi Pekerti dalam Memainkan Instrumen Gamelan Kenong”. Isi dari bagian

    pertama yaitu tentang pengertian gamelan, karakteristik beberapa instrumen

    gamelan, nilai-nilai dalam beberapa instrumen gamelan, dan nilai-nilai budi

    pekerti dalam memainkan gamelan. Bagian kedua memuat cerita bergambar

    dengan judul “Instrumen Kenong, Melatih Kesabaran”. Isi dari cerita bergambar

    tersebut tentang seorang siswi yang bernama Winda yang menyukai musik

    gamelan karena Kakeknya, sehingga ia mengikuti kegiatan ekstrakurikuler

    karawitan di sekolahnya dan ia bertugas untuk memainkan instrumen Kenong

    sehingga ia bisa belajar tentang sikap kesabaran. Selain itu pembuatan prototipe

    cergam ini juga untuk membantu sarana kegiatan literasi untuk siswa SD.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 5

    Dalam meningkatkan minat baca pada anak, pemerintah melakukan upaya

    untuk melakukan Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Kegiatan tersebut dilakukan

    15 menit sebelum pembelajaran dimulai. Gerakan literasi sekolah ini bertujuan

    untuk menumbuhkan rasa cinta anak untuk membaca dan memiliki pengalaman

    belajar yang menyenangkan yang dapat merangsang imajinasi. Selain

    melakukan upaya gerakan literasi sekolah, adanya buku bacaan menarik

    diharapkan dapat meningkatkan minat baca siswa. Selain meningkatkan minat

    baca, buku bacaan yang menarik diharapkan untuk lebih dapat membantu siswa

    dalam memahami isi dari bacaan tersebut.

    Buku bacaan yang menarik untuk anak ada bermacam bentuknya, salah

    satunya adalah buku cerita bergambar. Buku cerita bergambar merupakan salah

    satu jenis dari buku cerita yang sering dibaca oleh anak. Buku cerita bergambar

    menurut Nurgiyantoro (2005:152) adalah buku bacaan cerita anak yang di

    dalamnya terdapat gambar-gambar. Gambar-gambar dalam buku cerita

    bergambar tersebut berfungsi untuk merangsang imajinasi anak. Sesuai dengan

    tahap perkembangan dari Piaget, anak dengan usia 7-12 tahun sedang memasuki

    tahap opersional konkret. Pada tahap tersebut anak mulai dapat memahami

    logika secara stabil (Nurgiyantoro, 2005: 52).

    Berdasarkan uraian di atas, peneliti merancang sebuah penelitian dalam

    rangka memberi solusi permasalahan nilai budi pekerti yang terkandung dalam

    perangkat gamelan dengan menggunakan penelitian Research and Development

    maka penulis tergerak untuk melakukan penelitian yang berjudul “PROTOTIPE

    CERGAM PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM MEMAINKAN

    GAMELAN KENONG (UNTUK SD)”

    B. Rumusan Masalah

    Dari uraian latar belakang masalah tersebut, peneliti fokus terhadap

    rumusan masalah sebagai berikut.

    1. Bagaimana langkah-langkah pengembangan prototipe buku cerita anak

    tentang “Prototipe Cergam Pendidikan Budi Pekerti dalam Memainkan

    Instrumen Gamelan Kenong (untuk SD)”?

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 6

    2. Bagaimana kualitas “Prototipe Cergam Pendidikan Budi Pekerti dalam

    Memainkan Instrumen Gamelan Kenong (untuk SD)”?

    C. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah:

    1. Mendeskripsikan pengembangan “Prototipe Cergam Pendidikan Budi

    Pekerti dalam Memainkan Instrumen Gamelan Kenong (untuk SD)”.

    2. Mendeskripsikan kualitas “Prototipe Cergam Pendidikan Budi Pekerti

    dalam Memainkan Instrumen Gamelan Kenong (untuk SD)”.

    D. Manfaat Penelitian

    Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

    1. Bagi anak

    Anak dapat memahami makna budi pekerti dalam memainkan gamelan.

    2. Bagi Guru

    Guru dapat membangun karakter siswa dan mengajarkan nilai budi pekerti

    yang terkandung dalam alat musik gamelan melalui prototipe cergam budi

    pekerti dalam memainkan gamelan.

    3. Bagi peneliti

    Membantu pemahaman peneliti untuk melakukan penelitian

    pengembangan dan membuat produk dalam upaya menanamkan nilai budi

    pekerti sejak usia dini.

    E. Definisi Operasional

    Beberapa definisi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

    berikut:

    1. Prototipe adalah produk sederhana berupa cergam yang belum dicetak

    dan dipublikasikan secara luas atau belum resmi memiliki hak cipta atas

    produk tersebut.

    2. Cergam adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual kedalam

    bentuk dua dimensi sebagai hasil perasaan dan pikiran.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 7

    3. Gamelan adalah seperangkat alat musik yang berasal dari Jawa yang

    cara memainkannya dengan cara dipukul, ditabuh, dipetik, dan digesek

    yang akan menghasilkan lagu yang selaras jika dimainkan bersama-

    sama.

    4. Kenong adalah alat gamelan Jawa yang terbuat dari perunggu,

    dimainkan dengan cara ditabuh dengan 2 alat penabuh, dan bentuk

    maupun cara meletakkan serta membunyikannya sama dengan ketuk.

    5. Pendidikan Budi Pekerti merupakan moralitas yang mengandung

    pengertian antara lain adat istiadat, sopan santun, dan perilaku.

    F. Spesifikasi Produk

    1. Prototipe terdiri dari dua bagian: Bagian I memuat artikel berjudul

    “Nilai-nilai Budi Pekerti dalam Memainkan Gamelan”, bagian II

    memuat cergam berjudul “Memainkan Instrumen Kenong, Melatih

    Kesabaran”. Selain itu terdapat juga Kata Pengantar, Daftar Isi,

    Refleksi, Daftar Pustaka, dan Biografi Penulis.

    2. Prototipe cergam memuat 8 gambar: gambar 1 (cover); gambar 2

    (Winda bermain gamelan dengan teman-temannya); gambar 3

    (Instrumen Kenong); gambar 4 (Winda berjalan jongkok); gambar 5

    (Winda pentas karawitan bersama teman-temannya); gambar 6 (Winda

    mulai memainkan instrumen Kenong); gambar 7 (Winda bersyukur);

    gambar 8 (Winda membungkukkan badan sebagai wujud hormat

    kepada para tamu undangan dan penonton).

    3. Refleksi di akhir cerita bergambar bertujuan untuk mengetahui dan

    membantu siswa untuk menuliskan apa saja yang sudah dipahami

    tentang memainkan gamelan.

    4. Cergam dibuat dengan kertas Buffalo (kertas tebal sebagai cover) dan

    paperbook (kertas halus sebagai isi buku).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 8

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    Pada bagian ini peneliti akan membahas mengenai kajian pustaka,

    penelitian yang relevan, dan kerangka berpikir. Hal tersebut akan diuraikan

    sebagai berikut.

    A. Kajian Teori

    Landasan teori yang digunakan peneliti meliputi Gamelan, dan budi

    pekerti.

    Kebudayaan Jawa telah tua umurnya, sepanjang orang Jawa ada. Sejak itu pula

    orang Jawa dengan gigih mengekspresikan karyanya lewat budaya. Budaya Jawa

    adalah pancaran atau pengejawentahan budi manusia Jawa yang mencakup

    kemauan, cita-cita, ide keselamatan dan kebahagiaan hidup lahir batin

    (Endraswara. 2005:1). Kebudayaan juga erat kaitannya dengan pendidikan.

    Pendidikan dan pengajaran yang kulturil (kultural), wajiblah kita tidak

    melupakan, bahwa kultur atau budaya itu berarti buah budinya manusia. Jadi

    maksud yang pertama dari pendidikan kulturil (kultural) yaitu mengusahakan

    bertumbuhnya budi yang sebaik-baiknya. Pikiran, perasaan dan kemauan,

    haruslah ketiga-tiganya dicerdaskan (Hadjar. 319:2013).

    1. Budi Pekerti

    a. Pengertian Budi Pekerti

    Pendidikan adalah kumpulan teori, yang karenanya ia dekat dengan ilmu.

    Akan tetapi teori ilmiah hanya mempunyai satu tujuan, yakni pengungkapan

    realitas; sedangkan teori pendidikan mempunyai tujuan yang jelas yakni,

    menuntun perilaku (Durkheim, 1990:2). Untuk menuntun perilaku seseorang,

    maka diperlukan pendidikan budi pekerti yang harus dipahami oleh mereka.

    Istilah Budi Pekerti yang pada dasarnya tidak berbeda dengan akhlak adalah kata

    yang berasal dari bahasa Sansekerta memiliki kedekatan dengan istilah “Tata

    Krama”. Inti ajaran tata krama ini sama dengan inti ajaran budi pekerti. Menurut

    Kamus Umum Bahasa Indonesia, budi pekerti adalah tingkah laku, perangai,

    akhlak, ataupun watak. Sikap dan tingkah laku sesorang tercermin dalam

    kegiatan hidup kesehariannya seperti tampak dalam hubungan dengan Tuhan,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 9

    hubungan dengan diri sendiri, hubungan dengan keluarga, hubungan dengan

    masyarakat dan hubungan dengan alam sekitar. Pendapat yang dikemukakan

    oleh Sjarkawi (2006: 34) bahwa pendidikan budi pekerti adalah proses

    pendidikan yang ditujukan untuk mengembangkan nilai, sikap, dan perilaku

    yang memancarkan akhlak mulia atau budi pekerti luhur, sehingga pendidikan

    budi pekerti sangatlah penting dalam proses tumbuh kembang anak agar menjadi

    pribadi yang baik.

    Budi pekerti merupakan nilai-nilai hidup manusia yang sungguh-sungguh

    dilaksanakan bukan karena sekedar kebiasaan, tetapi berdasarkan pemahaman

    dan kesadaran diri untuk menjadi lebih baik (Zuriah, 2011: 38). Pendidikan budi

    pekerti merupakan program pengajaran di sekolah yang bertujuan

    mengembangkan watak atau tabiat siswa dengan cara menghayati nilai-nilai dan

    keyakinan masyarakat sebagai kekuatan moral dalam hidupnya melalui

    kejujuran, dapat dipercaya, disiplin, dan kerjasama yang menekankan ranah

    afektif (perasaan dan sikap) tanpa meninggalkan ranah kognitif (berpikir

    rasional) dan ranah skill psikomotorik. Pendapat lain dikemukan oleh (Zubaedi,

    2005: 4) bahwa pendidikan budi pekerti merupakan pendidikan nilai-nilai luhur

    yang berakar dari agama, adat-istiadat dan budaya bangsa Indonesia dalam

    rangka mengembangkan kepribadian peserta didik supaya menjadi manusia

    yang baik. Secara umum, ruang lingkup pendidikan budi pekerti adalah

    penanaman dan pengembangan nilai, sikap dan perilaku peserta didik sesuai

    nilai-nilai budi pekerti luhur.

    Selain itu, pengertian lain tentang budi pekerti yaitu watak atau tabiat

    khusus seseorang untuk berbuat sopan dan menghargai pihak lain yang tercermin

    dalam perilaku dan kehidupannya. Sementara watak merupakan keseluruhan

    dorongan, sikap, keputusan, kebiasaan, dan nilai moral seseorang yang baik

    (Kurniawan, 2016: 31) Budi pekerti juga mengandung watak moral yang baku

    dan melibatkan keputusan berdasarkan nilai-nilai hidup. Watak seseorang dapat

    dilihat pada perilakunya yang diatur oleh usaha dan kehendak berdasarkan hati

    nurani sebagai pengendali bagi penyesuaian diri dalam hidup bermasyarakat.

    Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa budi pekerti

    merupakan nilai-nilai hidup manusia yang sungguh-sungguh dilaksanakan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 10

    bukan karena sekedar kebiasaan, tetapi berdasarkan pemahaman dan kesadaran

    diri untuk menjadi lebih baik. Sedangkan pendidikan budi pekerti adalah

    pendidikan nilai-nilai luhur yang ditujukan untuk menanamkan dan

    mengembangkan nilai, sikap, dan perilaku peserta didik yang memancarkan

    akhlak mulia atau budi pekerti luhur. Nilai-nilai budi pekerti tersebut juga

    terdapat pada prototipe buku yang akan peneliti kembangkan.

    b. Pendidikan Budi Pekerti

    Pendidikan budi pekerti merupakan program pengajaran di sekolah yang

    bertujuan mengembangkan watak atau tabiat siswa dengan cara menghayati

    nilai-nilai dan keyakinan masyarakat sebagai kekuatan moral dalam hidupnya

    melalui kejujuran, dapat dipercaya, disiplin, dan kerja sama yang menekankan

    ranah afektif (perasaan dan sikap) tanpa meninggalkan ranah kognitif (berpikir

    rasional) dan ranah skill/ psikomotorik yaitu keterampilan, terampil mengolah

    data, mengemukakan pendapat, dan kerjasama (Zuriah, 2007:20). Budi pekerti

    berisi suatu pandangan dari dalam diri manusia, sedangkan sebagai perilaku,

    budi pekerti harus berwujud tindakan yang mencerminkan sikap dasar orang itu.

    dengan demikian maka ada dua unsur, yaitu pemahaman atau pengertian dan

    tindakan atau perbuatan. Sikap menjadi dasar bertindak, dan tindakan menjadi

    ungkapan sikap itu, misalnya sikap hormat kepada orang lain. Secara pengertian

    kita tahu mengapa kita sebagai manusia harus hormat kepada orang lain. Oleh

    karena setiap orang adalah pribadi yang bernilai dalam dirinya, kita harus

    menghormati setiap orang. Namun sikap itu harus diwujudkan dalam tindakan

    nyata bagaimana kita sungguh menghormati pribadi lain.

    Samami (2011: 49) mengatakan bahwa pendidikan karakter terdiri atas

    tiga nilai operatif, yang terdiri atas pengetahuan tentang moral (moral knowing,

    aspek kognitif), perasaan berlandaskan moral (moral feeling, aspek afektif), dan

    perilaku berdasarkan moral (moral behavior, aspek psikomotor). Pendapat lain

    dikemukakan oleh Lickona (dalam Kesuma, 2011: 71) bahwa pengetahuan

    moral terbentuk dari enam kualitas pikiran, yaitu 1) kesadaran moral, merupakan

    kemampuan menangkap isu moral yang sering implisit dari suatu objek atau

    peristiwa, 2) pengetahuan terhadap nilai-nilai moral (literasi etis) adalah

    kemampuan menerjemahkan nilai-nilai abstrak menjadi perilaku konkret, 3)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 11

    pengambilan prespektif adalah kemampuan menerima sudut pandang lain,

    memahami situasi sebagaimana orang lain memahaminya, mengimajinasikan

    pemikiran orang lain, mereaksi, dan berperasaan, 4) penalaran moral adalah

    memahami makna sebagai orang yang bermoral, 5) pembuatan keputusan adalah

    proses seseorang menjadi memiliki keputusan, 6) memahami diri sendiri

    merupakan kemampuan melihat kembali perilaku sendiri dan mengevaluasinya.

    Lickona (dalam Kesuma, 2011:78), tindakan moral merupakan produk

    pikiran dan perasaan moral. Tindakan moral terdiri dari tiga aspek, yaitu: 1)

    kompetensi adalah kemampuan mengubah putusan dan perasaan moral menjadi

    tindakan moral yang efektif, 2) keinginan moral merupakan inti dari keberanian

    moral; menjadi baik seiring mempersyaratkan sebuah tindakan nyata dari

    kemauan, 3) kebiasaan adalah melakukan hal baik oleh kekuatan kebiasaan. Dari

    aspek tersebut dibedakan menjadi tiga nilai budi pekerti dan nilai karakter yaitu

    sikap (afektif), pikiran (kognitif), dan perilaku (psikomotor). Pendapat

    dikemukakan oleh (Zuriah, 2007: 67) bahwa pendidikan karakter atau

    pendidikan budi pekerti memiliki beberapa tujuan, yaitu: 1) siswa memahami

    nilai-nilai budi pekerti di lingkungan keluarga, lokal, nasional, dan internasional

    melalui adat istiadat, hukum, undang-undang, dan tatanan antar bangsa. 2) siswa

    mampu mengembangkan watak atau tabiatnya secara konsisten dalam

    mengambil keputusan budi pekerti di tengah-tengah rumitnya kehidupan

    bermasyarakat. 3) siswa mampu menghadapi masalah nyata dalam masyarakat

    secara rasional bagi pengambilan keputusan yang terbaik setelah melakukan

    pertimbangan sesuai dengan norma budi pekerti. 4) siswa mampu menggunakan

    pengalaman budi pekerti yang baik bagi pembentukan kesadaran dan pola

    perilaku yang berguna dan bertanggung jawab atas tindakannya.

    Mengingat budi pekerti merupakan etika praktis atau terapan yang

    bersumber kepada masyarakat (kesusilaan atau moralitas, agama, hukum, dan

    adat istiadat setempat), maka Zuriah (2011:68) mengemukakan nilai-nilai budi

    pekerti di bawah ini merupakan uraian berbagai perilaku dasar dan sikap yang

    diharapkan dimiliki peserta didik sebagai dasar pembentukan pribadinya.

    1. Menaati ajaran agama (religius)

    2. Memiliki dan mengembangkan sikap toleransi (toleransi)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 12

    3. Tumbuhnya disiplin diri (disiplin)

    4. Memiliki rasa tanggung jawab (tanggung jawab)

    5. Memiliki kesabaran (kesabaran)

    6. Memiliki tata krama dan sopan santun (kesopanan)

    Pendidikan budi pekerti atau karakter ini dapat bersumber dari sastra, seni,

    dan budaya (Ratna, 2014: 195). Seseorang dapat dikatakan berkarakter atau

    berwatak jika telah berhasil menyerap nilai dan keyakinan yang dikehendaki

    masyarakat serta digunakan sebagai kekuatan moral di dalamnya (Zuriah, 2007:

    19). Pendapat lain dikemukakan oleh Lickona (2014:72) bahwa karakter

    terbentuk dari tiga macam bagian yang saling berkaitan, yaitu pengetahuan

    moral (kogitif), perasaan moral (afektif), dan perilaku moral (psikomotor).

    Pendidikan sebagai upaya untuk memajukan budi pekerti baik itu kekuatan batin

    dan karakter agar anak didik dapat menemukan kesempurnaan hidup. Ki Hajar

    Dewantara memandang pentingnya pendidikan karakter sebagai bekal untuk

    meraih cita-cita, karena karakter manusia menjadi modal utama dalam menjalani

    kehidupan (Dewantara, 1967:15). Pendidikan karakter merupakan kulminasi

    dari kebiasaan yang dihasilkan dari pihak etik, perilaku, dan sikap yang dimiliki

    individu yang merupakan moral yang prima walaupun ketika tidak seorang pun

    yang melihatnya.

    Berdasarkan gagasan di atas, maka peneliti terdorong untuk menelaah nilai-

    nilai budi pekerti yang terdapat dalam gamelan. Di bawah ini akan dijelaskan

    lebih detail bahwa gamelan memiliki nilai-nilai budi pekerti.

    2. Gamelan

    a. Pengertian Gamelan

    Gamelan adalah sebuah pernyataan musikal berupa kumpulan alat-alat

    musik (bunyi-bunyian) tradisional dalam jumlah besar yang terdapat (terutama)

    di Pulau Jawa. Semua alat dibunyikan secara bersama-sama atau sebagian saja

    dengan cara yang sesuai, sehingga merupakan konsert atau kumpulan suara yang

    teratur menurut tempo dan irama tertentu. Dengan kata lain masing-masing alat

    mempunyai nama dan fungsinya sendiri-sendiri (secara teratur) disebut

    gendhing (Yudhoyono, 1984:15).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 13

    Gamelan Jawa menurut Farabi Ferdiansyah (2010: 23) berasal dari kata

    nggamel (dalam bahasa jawa) nggamel yang berarti memukul atau menabuh,

    diikuti akhiran “an” yang menjadikannya sebagai kata benda. Sedangkan istilah

    gamelan mempunyai arti sebagai satu kesatuan alat musik yang dimainkan

    bersama. Istilah gamelan merujuk pada instrumennya atau alatnya, yang mana

    merupakan satu kesatuan utuh yang diwujudkan dan dibunyikan bersama. Cara

    memainkannya pun ada bermacam-macam, namun kebanyakan di antaranya

    dipukul atau ditabuh. Perangkat dari gamelan Jawa antara lain gong, kempul,

    kenong, kethuk-kempyang, celempung, suling, kemanak, kendhang, rebab,

    saron, dan slenthem.

    Istilah gamelan telah lama dikenal di Indonesia, sudah disebut pada

    beberapa kakawin Jawa Kuno. Mungkin juga kata gamelan terjadi dari

    pergeseran atau perkembangan dari kata gembel. Gembel adalah alat untuk

    memukul. Karena cara membunyikan instrumen itu dengan dipukul-pukul.

    Barang yang sering dipukul namanya pukulan, barang yang sering diketok

    namanya ketokan atau kentongan, barang yang sering digembal namanya

    gembelan. Kata gembelan ini bergeser atau berkembang menjadi gamelan.

    Gamelan berasal dari kata “gamel” dengan alat musik perkusi yakni alat musik

    yang dipukul (Zoetmulder dalam Ferdiansyah, 2010:26) . Terdapat pendapat lain

    mengenai kata gamelan yaitu gangsa. Kata gangsa konon berasal dari rumus

    kimia ini yaitu dari suku kata terakhir ‘tiga’ dan ‘sedasa’ (sepuluh) ialah ga-sa

    yang akhirnya menjadi gangsa. Namun mungkin juga dari bahan pokok untuk

    membuat perunggu yaitu tembaga dan rejasa (timah). Diambil suku-kata

    terakhirnya pula memberikan kata ga-sa atau gangsa. Selain itu, gangsa yang

    merupakan kata lain dari gamelan juga mampunyai arti tersendiri yang

    menunjukkan latar belakang filsafat diciptakannya alat tetabuhan ini. Bahwa

    menurut masyarakat Jawa, gangsa mengandung arti: gang= gegandulaning urip

    (pegangan hidup) dan sa= rasa. Jadi gangsa ialah pegangan utama hidup yaitu

    rasa (Yudhoyono, 1984: 31).

    Seni karawitan gamelan dapat memfasilitasi peserta didik mengasah

    kepekaan pendengarannya untuk menghasilkan suara gending. Suara gending

    ada dua macam, yang dapat diwujudkan dengan suara manusia yang disebut

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 14

    dengan sekar (tembang, lagu), dapat juga disuarakan dengan alat yang

    dinamakan gangsa (gamelan) yang biasanya dinamakan gending. Keduanya

    tetap dinamakan lagu. Kepekaan pendengaran mengarahkan mereka memiliki

    kehalusan rasa dan budi (Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, 2013: 303).

    Menurut Ki Hajar Dewantara (Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa,

    2013: 173). Pengajaran gamelan yang menghasilkan suara gending dapat

    membantu peserta didik memperoleh pengetahuan tentang gending sekaligus

    menumbuhkan rasa kebatinan. Maksudnya, menuntun peserta didik ke arah rasa

    kewiramaan (perasaan, ritmis), menghidupkan rasa keindahan (perasaan estetis),

    serta memurnikan rasa kesusilaan (perasaan etis).

    b. Instrumen Gamelan

    Gamelan yang lengkap mempunyai kira-kira 75 alat dan dapat dimainkan

    oleh 30 niyaga (penabuh) dengan disertai 10 sampai 15 pesinden dan atau

    gerong. Susunannya terutama terdiri dari alat-alat pukul atau tetabuhan yang

    terbuat dari logam. Sedangkan bentuknya berupa bilah-bilah ataupun canang-

    canang dalam berbagai ukuran dengan atau tanpa dilengkapi sebuah wadah

    gema. Alat-alat lainnya terdapat kendang, sebuah alat gesek yang disebut rebab,

    kemudian gambang yaitu sejenis xylophon dengan bilah-bilahnya dari kayu, dan

    alat berdawai kawat yang dipetik bersama siter atau celempung. Semua alat

    tersebut dibunyikan secara bersama-sama atau sebagian saja dengan cara yang

    sesuai, sehingga merupakan konser atau kumpulan suara yang teratur menurut

    tempo dan irama tertentu. Dengan kata lain masing-masing alat mempunyai

    nama dan fungsinya sendiri-sendiri dan dibunyikan menurut kebutuhannya.

    Hasil pembunyian tersebut (secara teratur) disebut gending (Yudhoyono,

    1984:15).

    Alat-alat musik Jawa yang disebut gamelan, pada dasarnya dapat

    dikelompokkan menjadi dua bagian menurut bahan pembuatannya. Yaitu

    kelompok alat-alat yang terbuat dari logam, dan kelompok alat-alat yang terbuat

    bukan dari logam. Yang termasuk dalam kelompok pertama terdiri atas alat-alat

    seperti gong, bonang, saron, slentem, ketuk, kenong, kempyang serta gender.

    Sedangkan kelompok kedua antara lain terdiri atas alat-alat yang terbuat dari

    kayu dan kulit serta bahan lain di luar logam. Di dalamnya yaitu kendang,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 15

    seruling, rebab, gambang, siter, serta ketipung. Semua yang termasuk dalam

    kelompok kedua ini dibunyikan untuk tetabuhan yang halus( Yudhoyono,

    1984:18).

    Menurut Endraswara (2008: 44), gamelan dapat digunakan untuk mendidik

    rasa keindahan seseorang. Orang yang biasa berkecimpung dalam dunia

    karawitan, rasa kesetiakawanan akan tumbuh, tegur sapa halus, dan bertingkah

    laku sopan. Semua itu karena jiwa seseorang menjadi sehalus gending-gending.

    Meskipun gendhing berlagu keras, nada cepat, kehalusan rasa tetap ada. Belajar

    karawitan berarti belajar hidup bersama, belajar menjadi manusia utuh.

    Gendhing yang paling sederhana pun tetap memuat daya estetika tinggi. Seni

    memainkan instrumen gamelan biasanya juga disebut dengan karawitan.

    Karawitan berasal dari kata rawit, yang mendapat awalan ka dan akhir an. Rawit

    berarti halus, lembut, lungit. Secara etimologis, istilah “karawitan” juga ada

    yang berpendapat berasal dari kata rawita yang mendapat awalan, ka dan akhir

    an. Rawita adalah sesuatu yang mengandung rawit berarti halus, remit. Kata

    rawit merupakan kata sifat yang mempunyai arti bagian kecil, potongan kecil,

    renik, rinci, halus, atau indah. Jadi dapat disimpulkan karawitan merupakan seni

    musik dari perpaduan seperangkat instrumen gamelan yang rumit tetapi indah

    untuk didengarkan (Endraswara, 2008: 23). Jadi karawitan akan memperhalus

    estetika dan sekaligus etika. Aspek-aspek kemanusiaan akan muncul dalam

    karawitan. Satu penabuh dengan yang lain, tidak mungkin berdiri sendiri,

    melainkan secara ritmis saling mewujudkan kepaduan yang mapan (Endraswara,

    2008:6).

    Pembuatan gamelan Jawa tidak hanya tergantung pada kualitas bahan yang

    digunakan, melainkan juga pada kemampuan teknis yang mengerjakannya.

    Empu-empu kita yang mampu menciptakan gamelan (pusaka) yang baik,

    mendapat warisan kepandaian turun-temurun dan memerlukan pengalaman

    bertahun-tahun juga. Pembuatan gamelan memakan waktu bertahun-tahun

    bahkan bisa jadi puluhan tahun lamanya. Waktu yang lama terutama digunakan

    untuk ninting (mengukur tinggi rendahnya nada). Kehebatan kualitas suatu

    gamelan di samping ditentukan oleh perbandingan ukuran dari bahan

    pembuatannya, juga lebih banyak ditentukan dari hasil berdoa empu yang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 16

    membuatnya, sehingga pantas gamelan jika disebut pusaka kerajaan

    (Yudhoyono, 1984: 31-32).

    Bagi masyarakat Jawa gamelan mempunyai fungsi estetika yang berkaitan

    dengan nilai-nilai sosial, moral, dan spiritual. Kita harus bangga memiliki alat

    kesenian tradisional gamelan. Keagungan gamelan sudah jelas ada. Duniapun

    mengakui bahwa gamelan adalah musik tradisional timur yang dapat

    mengimbangi alat musik barat yang serba besar. Di dalam suasana

    bagaimanapun suara gamelan mendapat tempat di hati masyarakat. Gamelan

    dapat digunakan untuk mendidik rasa keindahan seseorang. Orang yang biasa

    berkecimpung dalam dunia karawitan, rasa kesetiakawanan tumbuh, tegur sapa

    halus dan tingkah laku sopan. Semua itu karena jiwa seseorang menjadi sehalus

    gending-gending(Endraswara, 2008:44).

    Dari semua data tersebut peneliti mengetahui bahwa setiap instrumen

    gamelan memiliki karakteristik dan nilai-nilai budi pekerti. Nilai-nilai budi

    pekerti tersebut baik jika diketahui dan dikembangkan oleh siswa usia SD. Pada

    penelitian ini peneliti akan menuliskan nilai-nilai budi pekerti dalam instrumen

    gamelan untuk siswa SD.

    c. Nilai-nilai Budi Pekerti dalam Instrumen Gamelan

    Gamelan memiliki karakteristik dan nilai nilai budi pekerti di dalamnya. Hal

    ini harus diketahui dan dikembangkan oleh setiap penabuhnya. Gamelan terdiri

    dari 75 instrumen dan dimainkan oleh 30 penabuh. Akan tetapi, yang biasanya

    dimainkan kurang lebih hanya 12 instrumen. Cara memainkan instrumen tidak

    bisa sendiri, karena harus menjadi satu kesatuan sehingga nantinya akan

    membentuk suatu irama atau lagu yang khas (Yudhoyono, 1984: 15). Di bawah

    ini akan dijelaskan 7 contoh instumen gamelan beserta karateristiknya menurut

    Yudhoyono(1984), antara lain:

    1. Rebab

    Rebab merupakan sebuah kata yang terdiri atas dua suku kata dari bahasa

    Jawa. Yaitu Re (jw) dan bab (jw). Re artinya kembali/mengulang/pergantian.

    Sedangkan bab artinya masalah/problema/ bagian ataupun keadaan. Jadi rebab

    diartikan sebagai pergantian masalah, pergantian bagian, atau pergantian

    keadaan. Rebab adalah suatu alat musik gamelan yang berdawai dan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 17

    membunyikannya dengan cara digesek seperti biola. Rebab dibunyikan saat

    pergantian gending atau irama juga pengulangan yang biasanya ditandai dengan

    berhentinya alat-alat lain dalam waktu sesaat saja. Alat ini dalam gamelan Jawa

    termasuk dalam tetabuhan halus dan khusus baik nada maupun penggunaannya.

    Para ahli pada zaman Majapahit menyatakan bahwa rebab merupakan bentuk

    baru biola yang asalnya dari barat. Bentuk dari alat musik tersebut

    dikembangkan seperti tubuh manusia yang sedang duduk bersila menurut

    konsepsi orang Jawa. Sesuai dengan konsep tersebut, maka cara membunyikan

    rebab harus dengan posisi duduk bersila.

    Cara membunyikan rebab selain dengan duduk bersila yaitu dipegang

    dengan posisi tegak, dan penggeseknya digerakkan ke arah kiri dan kanan secara

    horizontal. Ini mempunyai arti harus adanya keseimbangan antara hubungan

    vertikal dan horizontal pada setiap diri manusia. Ujung rebab bagian atas (tegak)

    menunjuk ke arah manusia menembah pada Tuhannya. Sedangkan cara

    menggeseknya menunjuk arah bagaimana seseorang itu bersikap dan bertindak

    atas sesamanya dalam kehidupan sehari-hari (Yudoyono,1984:87-90). Dari

    karakterisitik instrumen rebab, maka nilai yang terkandung saat memainkan

    instrumen rebab yaitu selalu menyembah kepada Tuhan, sehingga ketika

    memainkan instrumen rebab penabuh mengembangkan nilai religiusitas yang

    berarti berdoa kepada Tuhan.

    2. Kenong

    Kenong merupakan alat gamelan Jawa yang terbuat dari perunggu,

    pemukulnya dari kayu yang diberi lapisan karet tebal. Bentuk instrumen kenong

    mirip dengan ketuk, hanya ukuran dan jumlah pencunya yang berbeda. Kenong

    dan ketuk adalah pasangan yang tidak dapat dipisahkan. Cara memainkan

    instumen kenong adalah menggunakan 2 alat penabuh dan pembunyiannya

    hanya di akhir bait. Masing-masing logam pencu dapat menghasilkan suara yang

    berbeda. Setiap penabuh supaya dapat memainkan kenong perlu memiliki

    kesabaran. Kesabaran yang dapat terlihat ketika penabuh mampu menunggu dan

    bersabar untuk mendapatkan kesempatan membunyikan kenong di akhir suatu

    bait lagu.

    3. Siter

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 18

    Siter atau yang sering disebut ’celempung’ merupakan satu-satunya alat

    musik petik dalam komposisi gamelan Jawa. Mempunyai bentuk empat persegi

    panjang (tepatnya trapesium) dengan bentangan-bentangan kawat (dawai) atau

    bulu ekor kuda diatas kotak kayu dengan diberi lubang suara. Kaitan antara

    bentuk beserta kelengkapan siter dengan struktur manusia menurut konsepsi

    orang Jawa adalah sebagai berikut.

    a. Dawai dengan tinggi rendahnya nada menggambarkan suara hati nurani

    manusia.

    b. Paku penyetel dawai menggambarkan alat pengukur atau kontrol yang

    dimiliki oleh setiap manusia, yang mengendalikan sikap dan tingkah

    lakunya.

    c. Bantalan/ganjal menggambarkan katalisator.

    d. Wadah gema serta lubang suara menggambarkan tubuh manusia lengkap

    dengan indera yang dimilikinya. Seperti mulut, telinga, mata, dan

    sebagainya.

    e. Kaki siter atau penyangga menggambarkan permasalahan yang selalu

    mengiringi kehidupan manusia. Sedangkan duduk bersila menggambarkan

    sopan santun agar bunyi yang dihasilkan enak walau betapa berat

    permasalahannya.

    Siter bagi masyarakat Jawa lebih populer dengan nama’celempung’.

    Artinya cepet+lempeng+rampung. Atau cepat+lurus dan jujur+selesai. Bahwa

    apabila suatu usaha itu dilaksanakan dengan cepat, lurus dan jujur, maka akan

    cepat selesai. Maksudnya tercapai tujuannya. Cepat dalam langkah, lurus dan

    jujur dalam artian juga tidak memanipulir suara hati nurani rakyat, dan selesai

    berarti dapat dipertanggungjawabkan keseluruhannya (Yudoyono,1984:115-

    119). Dari karakterisitik instrumen siter, maka nilai yang terkandung saat

    memainkan instrumen siter yaitu nilai konsentrasi dalam bermain siter dan nilai

    kesopanan saat duduk.

    4. Saron

    Saron merupakan salah satu macam alat gamelan Jawa untuk tetabuhan

    keras berupa wilahan-wilahan dari perunggu yang disusun berderet diatas kotak

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 19

    kayu sebagai wadah gema. Bentuk wilahannya seperti wilahan gender, hanya

    saja ukuran tebal serta beratnya yang berbeda. Juga bentuknya kadangkala

    berbeda. Jika wilahan gender agak cekung, sedangkan wilahan saron agak

    cembung. Besar masing-masing wilahan pada saron tidak sama, melainkan

    berurutan dari yang paling kecil sampai yang paling besar. Semakin kecil

    wilahannya, semakin tinggi suaranya. Juga semakin besar wilahannya, semakin

    rendah juga suaranya. Jumlah saron untuk seperangkat gamelan ada 8 buah,

    terdiri dari saron demung dan saron barung. Cara membunyikannya

    menggunakan sebuah alat pemukul yang terbuat dari kayu atau tanduk

    kerbau.Sementara tangan kanan memainkan alat pemukulnya, tangan kiri metet

    (menghentikan gema) wilahan yang baru saja ditabuhnya. Hal ini dapatlah

    dimengerti, betapa keras suara yang ditimbulkan oleh beradunya dua benda

    keras. Oleh karenanya agar gemanya tidak mengganggu bunyi gendhing secara

    keseluruhan, maka perlu dipetet. Sehingga yang ada hanyalah bunyi nyaring dan

    utuh dari wilahan-wilahan saron sesuai dengan notasi gendhing.

    Saron berasal dari kata ‘seron’ yang berarti sero atau keras. Hal ini

    sekaligus menunjukkan cara memukulnya serta suara yang dihasilkan. Sebagai

    alat yang mempunyai fungsi pembawa lagu pokok, saron harus ditabuh atau

    dipukul kuat-kuat untuk menghasilkan bunyi yang keras agar tidak tenggelam

    oleh bunyi alat-alat lainnya. Walaupun demikian, tidak setiap gendhing harus

    diiringi dengan bunyi saron yang keras. Adakalanya alat ini dibunyikan pelan,

    atau bahkan tidak dibunyikan sama sekali (Yudoyono,1984:111-115). Dari

    karakterisitik instrumen saron, maka nilai yang terkandung saat memainkan

    instrumen saron yaitu fokus dalam memukul irama keras atau lembut dan

    kerjasama dengan instrumen lainnya.

    5. Gong

    Yang dinamakan’Gong’ ialah alat musik pukul pada gamelan Jawa yang

    terbuat dari perunggu dan mempunyai ukuran terbesar di antara alat-alat lainnya.

    Dalam komposisi gamelan sebenarnya terdapat beberapa buah dengan ukuran

    serta nada yang berbeda. Ukuran yang terbesar sekitar satu meter atau lebih garis

    tengahnya. Berbeda dengan alat-alat musik gamelan lainnya, gong diletakkan

    menggantung pada sebuah gawangan dari kayu berukir indah. Posisinya miring

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 20

    dengan seutas tali besar sebagai penggantungnya. Dengan demikian memukul

    atau membunyikannya tidak dengan ayunan tangan ke arah bawah, melainkan

    ke samping. Alat pemukulnya bertangkai kayu dan dibagian ujungnya yang

    dipukulkan berbentuk bulat seperti bola berisi sabut kelapa atau lilitan tali tebal

    berlapiskan lembaran kain sehingga menjadi empuk. Tidak jarang pula bulatan

    tersebut setelah dilapisi kain kemudian masih dianyam dengan beberapa tali

    kecil agar lebih kuat dan tidak mudah lepas.

    Fungsi utama gong dalam komposisi gamelan Jawa termasuk dalam

    kelompok pertama, yaitu sebagai pemain irama. Maksudnya ialah sebagai

    penentu batas-batas antara guru lagu yang satu dengan yang lainnya di dalam

    suatu gendhing atau lagu (Yudoyono,1984:107-108). Dari karakterisitik

    instrumen gong, maka nilai yang terkandung saat memainkan instrumen gong

    yaitu fokus dan sabar karena gong tidak dimainkan setiap saat.

    6. Gambang

    Kata gambang berasal dari dua suku kata yaitu gam + bang = gambling +

    timbang = jelas + seimbang dan dipertimbangkan. Arti seluruhnya adalah

    dengan dipertimbangkan masak-masak sehingga menjadi imbang. Bahwa apa

    yang ada di hadapan penabuh sebenarnya sudah jelas atau gamblang. Tetapi

    kalau hal itu dibiarkan maka hasilnya tentu akan jauh dari yang dikehendaki.

    Gambang ialah salah satu alat pukul pada gamelan Jawa dengan wilahan-

    wilahan dari kayu atau bambu yang disusun berderet di atas sebuah bak kayu

    sebagai wadah gemanya. Cara memainkannya dilakukan dengan dua alat

    pemukul yang ujungnya bundar dan pipih sebesar tutup gelas, secara amat cepat

    berturut-turut dalam jarak satu oktaf. Sisi luar dari kedua alat pemukul yang

    berbentuk bundar dan pipih itu dilapis dengan karet atau kain yang agak tebal,

    sehingga menimbulkan bunyi yang empuk dan halus. Bentuk wilahan-wilahan

    pada gambang adalah sama, tapi tebal maupun panjangnya yang berbeda. Hal

    ini dimaksudkan agar suara yang dihasilkan tidak sama dan sesuai dengan urutan

    tinggi rendahnya nada. Urutan besarnya wilahan ialah dari yang paling kecil

    berada di ujung sebelah kanan sampai yang paling besar di ujung sebelah kiri.

    Makin kecil wilahan makin tinggi nada yang dihasilkan. Dan makin besar

    wilahan, makin rendah nadanya.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 21

    Fungsi utama dari gambang dalam komposisi gamelan Jawa adalah

    sebagai penghias lagu pokok dalam berbagai variasi. Tapi alat ini juga dapat

    berdiri sendiri untuk melagukan sebuah gendhing. Juga berfungsi pula

    mengiringi adegan dengan suluk dalang apabila digunakan untuk mengiringi

    pagelaran wayang kulit semalam suntuk (Yudoyono.1984:100-103). Dari

    karakterisitik instrumen gambang, maka nilai yang terkandung saat memainkan

    instrumen gambang yaitu konsentrasi karena insturmen gambang harus bisa

    mengikuti irama instrumen lainnya.

    7. Kendang

    Istilah kendang bermula dari dua suku kata yaitu ‘ken’ dan ‘dang. Ken

    merupakan kependekan dari kata kendali, dan dang kependekan dari kata padang

    (jw)= terang. Maksudnya adalah dikendalikan dengan pikiran dan hati yang

    jernih. Sesuai dengan arti katanya, fungsi utama dari kendang adalah sebagai

    pengendali. Yaitu pengendali setiap permainan gamelan dalam berbagai

    gendhing. Kendanglah yang seringkali membuka gendhing. Dalam kedudukan

    seperti ini cepat lambatnya hentakan tangan pengendang sangat dipengaruhi pula

    irama gendhing-gendhingnya. Salah membuka, bisa jadi salah pula gendhingnya

    (Yudoyono.1984:94-98). Satu stel kendang pada komposisi Gamelan Jawa

    terdiri atas beberapa buah. Paling tidak ada tiga jumlahnya. Yaitu dari yang

    paling kecil (kendang ketipung), sedang (batangan), sampai yang paling besar.

    Jumlah pemainnya hanya seorang. Membunyikannya tanpa alat pemukul,

    melainkan dengan jari dan telapak tangan baik kanan maupun kiri. Sesuai

    dengan artinya, fungsi utama dari kendang adalah sebagai pengendali setiap

    permainan gamelan dalam berbagai gending. Cepat lambatnya hentakan tangan

    pengendang sangat dipengaruhi pula irama gending-gendingnya. Dari

    karakterisitik instrumen kendang, maka nilai yang terkandung saat memainkan

    instrumen kendang yaitu kepemimpinan dan rendah hati, karena kendang

    sebagai pemimpin tempo sebuah lagu namun penabuh harus tetap mempunyai

    sikap rendah hati dengan instrumen atau penabuh lainnya.

    Dari 7 instrumen gamelan di atas sudah disebutkan bahwa setiap

    instrumen memiliki karakteristik dan nilai-nilai budi pekerti yang terkandung di

    dalamnya. Semua instrumen tersebut harus dimainkan secara bersama-sama.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 22

    Supaya bisa menghasilkan alunan musik yang indah maka diperlukan kerjasama

    antara penabuh satu dengan yang lainnya. Selain kerjasama, sebagai penabuh

    kita harus mempunyai sikap sopan santun, disiplin, rendah hati, konsentrasi,

    religiusitas (doa), dan kesabaran. Semua sikap tersebut akan dijelaskan di bagian

    berikut.

    Tabel 2.1 nilai-nilai budi pekerti dalam instrumen gamelan

    Instrumen Nilai-nilai budi pekerti

    Rebab Menyembah kepada Tuhan (berdoa/religiusitas)

    Kenong Kesabaran

    Siter Konsentrasi

    Saron Kerjasama

    Gong Sabar

    Gambang Konsentrasi

    Kendang Rendah hati

    Dari tabel di atas peneliti melihat bahwa setiap instrumen gamelan

    mengandung nilai-nilai budi pekerti. Setiap instrumen gamelan, memiliki nilai-

    nilai yang berbeda menurut cara memainkannya sehingga semua instrumen

    harus dimainkan secara bersama-sama agar menghasilkan gendhing yang indah.

    Untuk menghasilkan suatu iringan yang indah para penabuh harus

    mengembangkan nilai atau sikap antara lain kerja sama, disiplin, konsentrasi,

    kesabaran, tekun, dan rendah hati sehingga semua menjadi satu kesatuan dan

    memperoleh hasil yang baik. Sikap-sikap tersebut dijelaskan pada prototipe

    buku dan peneliti bahas pada bagian berikut ini.

    3. Nilai-nilai Budi Pekerti dalam Memainkan Gamelan

    Menurut hasil wawancara dari Bapak Sancoko (praktisi gamelan),

    instrumen gamelan memiliki banyak nilai-nilai budi pekerti karena gamelan

    merupakan budaya Jawa yang adhiluhung. Nilai-nilai budi pekerti tersebut

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 23

    terdapat saat sebelum penabuh memainkan gamelan, saat memaikan gamelan,

    dan sesudah memainkan gamelan.

    Sebelum memainkan gamelan, penabuh dilatih untuk mengembangkan

    sikap sopan dalam memasuki tempat gamelan dengan berjalan jongkok sehingga

    tidak melangkahi instrumen gamelan. Hal itu menunjukkan sikap kesopanan

    kepada gamelan sebagai salah satu budaya peninggalan dari nenek moyang.

    Selain itu, sebelum memainkan gamelan penabuh harus berdoa dahulu sebagai

    wujud penghormatan kepada gamelan dan sebagai permohonan supaya lancar

    dalam memainkan gamelan sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

    Saat memainkan gamelan, penabuh dilatih untuk konsentrasi, disiplin,

    serta rendah hati. Saat memainkan instrumen gamelan, para penabuh harus

    berkonsentrasi dengan instrumen yang dimainkan agar tidak terjadi kesalahan

    saat memainkannya. Para penabuh juga harus disiplin dalam memainkan

    instrumen gamelan, jika lagu yang dimainkan bertempo lembut maka penabuh

    juga harus menabuh dengan lembut, juga jika lagu yang dimainkan bertempo

    cepat dan keras, maka penabuh harus memainkannya dengan cepat dan keras.

    Hal tersebut termasuk disiplin saat memainkan instrumen gamelan. Selain itu

    saat menabuh instrumen, para penabuh tidak boleh seenaknya sendiri, harus

    mempunyai sikap rendah hati sehingga semuanya bekerja sama dalam

    memainkan instrumen.

    Setelah memainkan gamelan, para penabuh harus berdoa kepada Tuhan

    sebagai wujud ucapan terimakasih. Juga penabuh diminta untuk disiplin

    mengembalikan alat pemukul seperti semula. Saat keluar dari tempat gamelan,

    para penabuh harus berjalan jongkok seperti saat memasuki tempat gamelan. Hal

    itu ditujukan agar menghormati gamelan sebagai peninggalan budaya dari nenek

    moyang.

    Nilai-nilai budi pekerti tadi harus dikembangkan oleh setiap penabuh.

    Berikut penjabaran nilai-nilai budi pekerti saat memainkan gamelan.

    1 Religius

    Religius adalah sikap atau perilaku patuh terhadap agama atau

    kepercayaannya (T. Ramli. 2003). Sebagai penabuh instrumen gamelan kita

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 24

    harus mengembangkan sikap religius. Contohnya yaitu berdoa sebelum dan

    sesudah memainkan insrumen gamelan agar diberi kelancaran.

    2 Sabar

    Sabar adalah suatu sikap menahan emosi dan keinginan, serta bertahan

    dalam situasi sulit dengan tidak mengeluh. Sabar merupakan kemampuan

    mengendalikan diri yang juga dipandang sebagai sikap yang mempunyai

    nilai tinggi dan mencerminkan kekokohan jiwa orang yang memilikinya.

    Saat memainkan instrumen gamelan, penabuh harus memiliki kesabaran

    dalam memainkan instrumen tersebut, agar permainan gamelan dapat

    bersatu padu menjadi sebuah gending yang indah.

    3 Konsentrasi

    Konsentrasi adalah pemusatan perhatian atau pikiran kepada sesuatu.

    Konsentrasi dibutuhkan para penabuh saat memainkan instrumen gamelan.

    Sehingga para penabuh bisa memainkan instrumen dengan keras atau

    lembut menurut tempo dari lagu yang dimainkan.

    4 Kerjasama

    Kerjasama adalah sikap dan perilaku individu untuk saling membantu antar

    individu satu dan individu lainnya (Mangunhardjana, 2016: 93). Gamelan

    adalah instrumen yang menjadi satu kesatuan. Semua instrumen tersebut

    dibunyikan secara bersama-sama atau sebagian saja dengan cara yang

    sesuai, sehingga merupakan konser atau kumpulan suara yang teratur

    menurut tempo dan irama tertentu (Yudhoyono, 1984: 15). Sehingga nilai

    kerjasama dapat dikembangkan para penabuh saat memainkan instrumen

    gamelan.

    5 Kepemimpinan

    Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mengajak orang lain

    agar dapat mencapai tujuan tertentu (Hendyat, 1984). Kepemimpian dalam

    memainkan instrumen gamelan contohnya ditunjukkan oleh intrumen

    kendang. Tabuhan instrumen kendang harus bisa mengajak instrumen

    lainnya untuk memainkan lagu dengan tempo cepat dan tempo lambat.

    6 Disiplin

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 25

    Disiplin merupakan sikap menghormati, menghargai, dan taat pada

    peraturan yang berlaku (Hasibuan, 2002). Sikap disiplin yang

    dikembangkan oleh para penabuh gamelan yaitu disiplin dalam menabuh

    sesuai yang diajarkan oleh pelatih seperti yang dikatakan oleh Schafer

    (1986: 9) disiplin berarti menguasai tingkah laku diri sendiri dengan

    berpedoman norma-norma yang jelas, dan aturan-aturan.

    7 Rendah Hati

    Rendah hati adalah suatu sikap di mana seseorang memiliki kelebihan bakat

    atau kemampuannya namun tidak menonjolkannya di hadapan orang lain.

    Dalam memainkan instrumen gamelan pasti ada yang menjadi pemimpin

    mulainya sebuah gending contohnya kendang. Sebagai pemimpin, penabuh

    kendang harus bersikap rendah hati dalam menabuh, agar bisa

    mendengarkan instrumen lainnya yang berbunyi.

    Dari nilai-nilai budi pekerti yang sudah dibahas, peneliti mengambil satu

    nilai budi pekerti yang akan peneliti kembangkan dari instrumen Kenong yaitu

    kepemimpinan. Selain memiliki nilai budi pekerti, Kenong juga menjadi daya

    tarik orang yang ingin melihat pagelaran musik gamelan atau wayang.

    4. Instrumen Gamelan: Kenong

    Menurut Yudoyono (1984: 122-123) kenong merupakan alat gamelan Jawa

    yang bentuk maupun cara meletakkan serta membunyikannya sama dengan

    ketuk. Ukuran besarnya kenong lebih tinggi dan lebih besar daripada ketuk.

    Sedangkan jumlahnya mengikuti jumlah nada yang ada dalam laras gamelan.

    Seluruhnya ada 12 buah pencu, yang terdiri atas 5 buah untuk laras slendro dan

    7 buah untuk pelog. Dalam komposisi gamelan, ketuk dan kenong merupakan

    pasangan yang tidak dapat dipisahkan. Tata letaknya menjadi satu dengan ketuk

    dan ditabuh oleh satu orang. Tangan kiri penabuh memegang alat pemukul

    ketuk, dan tangan tangan kanan memegang alat pemukul kenong. Menabuhnya

    secara urut bergantian menurut ketentuan yang ada. Sebagai contoh misalnya

    saja pada gending jenis ladrang, patokan untuk setiap bait atau baris lagu adalah

    2 T I K, maksudnya adalah dua pukulan ketuk dan satu pukulan kenong. Kenong

    berfungsi memainkan irama dasar dengan bunyi yang sangat jarang, lebih jarang

    daripada ketuk tetapi lebih sering daripada gong. Menabuhnya hanya di setiap

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 26

    akhir suatu bait, kecuali pada jenis-jenis gengding Gangsaran, Sampak,

    Srepegan, Ayak-ayak. Kata kenong merupakan singkatan dari ‘Kepareng Hyang

    Winong’ = diijinkan/diridoi oleh Yang Maha Kuasa. Oleh karenanya

    membunyikannya selalu terakhir setelah alat-alat lainnya berbunyi. Jika semua

    alat memukul/menabuhnya dengan benar, barulah kenong memberi tambahan

    dengan bunyi bening dan nyaring yang sangat menyenangkan. Bahwa Yang

    Maha Kuasa senantiasa akan selalu meridoi setiap usaha manusia sepanjang

    berpijak pada jalan yang benar. Dan senantiasa pula memberikan petunjuk-

    petunjuk untuk langkah-langkah usaha selanjutnya.

    Peneliti mengaitkan nilai-nilai budi pekerti dengan nilai-nilai saat

    memainkan instrumen kenong yaitu kesabaran dan rendah hati. Sehingga sebagai

    penabuh instrumen kenong, sikap yang harus dikembangkan yang pertama

    adalah kesabaran. Hal ini dikarenakan semua instrumen mempunyai kedudukan

    yang sama.

    Setiap lagu yang dimainkan pasti mempunyai tempo yang berbeda-beda,

    misalnya lagu Suwe Ora Jamu dan Lir-ilir. Suwe Ora Jamu memiliki tempo yang

    cepat sehingga penabuh kenong harus bisa memimpin instrumen lainnya dengan

    tempo yang cepat. Sedangkan lagu Lir-ilir mempunyai tempo lambat,

    bagaimanapun juga penabuh kenong harus bisa memimpin instrumen lainnya

    untuk bermain lambat. Karena kenong sebagai pengakhir bait gendhing

    mengikuti cepat lambat tempo dari instrumen gamelan, maka penabuh harus

    tetap memiliki sikap kesabaran antara seperangkat instrumen gamelan. Semua

    instrumen mempunyai kedudukan sama. Nilai-nilai budi pekerti yang

    terkandung saat memainkan instrumen kenong sangatlah baik untuk

    dikembangkan kepada anak sejak dini. Namun, masih belum banyak yang

    mengetahui hal tersebut. Maka dari itu peneliti terdorong untuk mengembangkan

    prototipe cergam pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan (kenong)

    untuk SD. Peneliti memilih media sumber bacaan cerita bergambar (cergam)

    karena siswa usia SD lebih menyukai cerita dengan dukungan gambar sehingga

    membuat mereka tertarik untuk membaca. Nilai-nilai budi pekerti yang

    terkandung saat memainkan instrumen kenong sangatlah baik untuk

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 27

    dikembangkan kepada anak sejak dini. Namun, masih belum banyak yang

    mengetahui hal tersebut.

    Oleh karena itu peneliti terdorong untuk mengembangkan cergam

    berjudul “Instrumen Kenong, Melatih Kesabaran”. Cergam tersebut peneliti

    cantumkan dalam bagian kedua prototipe cergam.

    5. Cerita Bergambar

    Gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual ke dalam

    bentuk dua dimensi sebagai hasil perasaan dan pikiran. Gambar dapat

    dipergunakan sebagai media dalam penyelenggaraan proses pendidikan

    sehingga memungkinkan terjadinya proses belajar-mengajar. Tarigan

    (1995:209) mengemukakan bahwa pemilihan gambar haruslah tepat, menarik

    dan dapat merangsang siswa untuk belajar. Media gambar yang menarik, akan

    menarik perhatian siswa dan menjadikan siswa memberikan respon awal

    terhadap proses pembelajaran. Media gambar yang digunakan dalam

    pembelajaran akan diingat lebih lama oleh siswa karena bentuknya yang konkrit

    dan tidak bersifat abstrak. Gambar adalah suatu bentuk ekspresi komunikasi

    universal yang dikenal secara luas.

    Cerita bergambar adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-

    gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa untuk memperjelas sebuah

    teks cerita. Biasanya cergam dicetak diatas kertas dan teks adalah bagian utama

    di dalamnya. Cergam merupakan media yang unik, menggabungkan teks dan

    gambar dalam bentuk yang kreatif, media yang sanggup menarik perhatian

    semua orang dari segala usia, karena memiliki kelebihan, yaitu mudah dipahami

    (Putra, 2008:10). Buku cerita bergambar merupakan sesuatu yang tidak asing

    dalam kehidupan anak-anak. Di samping itu, buku adalah sebuah media yang

    baik bagi anak-anak untuk belajar membaca. Buku cerita bergambar merupakan

    kesatuan cerita disertai dengan gambar-gambar yang berfungsi sebagai penghias

    dan pendukung cerita yang dapat membantu proses pemahaman terhadap isi

    buku tersebut. Melalui buku cerita bergambar, diharapkan pembaca dapat

    dengan mudah menerima informasi dan deskripsi cerita yang hendak

    disampaikan serta dapat membantu mengembangkan kemampuan motorik halus

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 28

    pada anak. Kemampuan motorik halus anak adalah kemampuan seorang anak

    melakukan kegiatan yang berkaitan dengan pengendalian gerak dan kemampuan

    memusatkan perhatian. Kegiatan motorik halus merupakan komponen yang

    mendukung pengembangan kognitif, sosial, dan emosi anak. Hal ini bertujuan

    agar siswa dapat mewarnai gambar tersebut sendiri sehingga menstimulasi

    imajinasi serta dapat melatih kreatifitas anak dalam berkarya. Prototipe buku

    pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan juga dapat menjadi bacaan

    siswa usia SD di sekolah dalam kegiatan GLS yang dilakukan selama 15 menit

    sebelum kegiatan belajar mengajar berlangsung.

    6. Gerakan Literasi Sekolah

    Menurut Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Kemeterian

    Pendidikan dan Kebudayaan (2016: 2), literasi tidak terpisahkan dari dunia

    pendidikan dan menjadi sarana peserta didik dalam mengenal, memahami, dan

    menerapkan ilmu yang didapatkannya di bangku sekolah. Gerakan Literasi

    Sekolah (GLS) merupakan kemampuan mengakses, memahami, dan

    menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain:

    membaca, melihat, menyimak, menulis, dan atau berbicara (Direktorat Jendral

    Pendidikan Dasar dan Menengah Kemeterian Pendidikan dan Kebudayaan,

    2016: 2). Istilah literasi (literacy) menurut Barton (dalam Nurgiyantoro, 2005:

    120) merupakan kemampuan untuk membaca dan menulis. Pegenalan literasi

    terhadap anak dapat dikatakan sebagai mengenalkan anak pada huruf-huruf

    tulisan dengan tujuan akhir agar anak menjadi melek huruf, dapat membaca

    tulisan, dan menulis (Nurgiyantoro, 2005: 120)

    Stewig (dalam Nurgiyantoro, 2005:120) membedakan literasi dalam dua

    kategori, yaitu literasi visual yang berwujud gambar-gambar dan literasi verbal

    yang berwujud huruf-huruf tulisan. Kemampuan literasi tidak akan dicapai tanpa

    adanya usaha sadar dan terencana (Nurgiyantoro, 2005: 120). Pemerintah

    melakukan Gerakan Literasi sekolah untuk membiasakan anak agar mau

    membaca. Gerakan Lietrasi Sekolah (GLS) merupakan suatu usaha atau kegiatan

    yang bersifat partisipatif dengan melibatkan warga sekolah, akademisi, penerbit,

    media massa, masyarakat, dan pemangku kepentingan di bawah koordinasi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 29

    Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Kementrian Pendidikan dan

    Kebudayaan (Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Kementrian

    Pendidikan dan Kebudayaan, 2016: 7).

    Gerakan literasi sekolah merupakan upaya yang dilakukan pemerintah dan

    sekolah untuk menanamkan kebiasaan mebaca sebagai kegiatan yang

    menyenangkan dan ramah pada anak. Gerakan Literasi sekolah ini dilakukan

    dengan selama kurang lebih 15 menit sebelum pembelajaran dimulai dan

    sesudah pembelajaran selesai.

    Cergam yang hendak peneliti bahas juga dapat dijadikan sarana literasi bagi

    siswa SD kelas 4 khususnya dalam pembelajaran, karena dalam Tema 1, subtema

    3, pembelajaran ke 3 dan 4 mencakup Kompetensi Dasar yang mendukung

    prototipe cergam pendidikan budi pekerti dalam memainkan instrumen

    gamelan. Berikut adalah tabel kompetensi dasar kelas 4, Tema 1, Subtema 3,

    Pembelajaran 3 dan 4:

    Tabel 2.2 Kompetensi Dasar

    Bahasa Indonesia IPA PJOK

    3.2 Mencermati

    keterhubungan

    antargagasan yang

    didapat dari teks

    lisan, tulis, atau

    visual.

    3.6 Menerapkan sifat-

    sifat bunyi dan

    keterkaitannya

    dengan indera

    pendengaran.

    3.1 Memahami variasi gerak dasar

    lokomotor, nonl