pengembangan perangkat pembelajaran learning …pengembangan perangkat pembelajaran matematika...
TRANSCRIPT
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN METODE DISCOVERY LEARNING BERBASIS GRANDER DI SEKOLAH DASAR
THE DEVELOPMENT OF MATHEMATICS LEARNING TOOLS THROUGH DISCOVERY LEARNING METHOD BASED ON GRANDER AT THE PRIMARY SCHOOLS
TESIS
OLEH:
IRMAWATI M Nomor Induk Mahasiswa: 105.06.02.052.17
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN DASAR
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR
2019
i
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN METODE DISCOVERY LEARNING BERBASIS GRANDER DI SEKOLAH DASAR
TESIS
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Magister
Program Studi Magister Pendidikan Dasar
Disusun dan Diajukan oleh
IRMAWATI M Nomor Induk Mahasiswa: 105.06.02.052.17
Kepada
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN DASAR
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR
2019
ii
TESIS
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN METODE DISCOVERY LEARNING BERBASIS GRANDER DI SEKOLAH DASAR
Yang disusun dan diajukan oleh
IRMAWATI M NIM. 105.06.02.052.17
Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Tesis Pada tanggal 24 Desember 2019
Menyetujui Komisi Pembimbing
Pembimbing I,
Dr. Rukli, M.Pd., M.Cs.
Pembimbing II,
Dr. Baharullah, M.Pd.
Mengetahui:
Direktur Program Pascasarjana Unismuh Makassar
Dr. H. Darwis Muhdina, M.Ag. NBM. 483 523
Ketua Program Studi Magister Pendidikan Dasar Sulfasyah, S.Pd., M.A., Ph.D. NBM. 970 635
iii
HALAMAN PENERIMAAN PENGUJI
Judul Tesis : Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Matematika Menggunakan Metode Discovery
Learning Berbasis GRANDER di Sekolah Dasar
Nama Mahasiswa : Irmawati M
Nim : 105.06.02.052.17
Program Studi : Magister Pendidikan Dasar
Telah diuji dan dipertahankan di depan panitia penguji tesis pada tanggal
24 Desember 2019 dan dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Dasar (M.Pd.)
pada Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar.
Makassar, 30 Desember 2019
Tim Penguji
Dr. Rukli, M.Pd., M.Cs. (Ketua/Pembimbing/Penguji)
Dr. Baharullah, M.Pd. (Sekretaris/ Pembimbing/Penguji)
Dr. Agustan S, S.Pd., M.Pd. (Penguji)
Dr. Hj. Rosleny B, M.Si. (Penguji)
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Irmawati M
Nim :105.06.02.052.17
Program Studi : Magister Pendidikan Dasar
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini
benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan
pengambil alihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian
hari terbukti hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan tersebut.
Makassar, 30 Desember 2019
Irmawati M
v
ABSTRAK
Irmawati M, 2019. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Menggunakan Metode Discovery Learning Berbasis GRANDER di Sekolah Dasar. Dibimbing oleh Rukli dan Baharullah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui validitas, praktikalitas dan efektivitas perangkat pembelajaran matematika menggunakan metode discovery learning berbasis GRANDER pada peserta didik kelas VI SD.
Penelitian ini adalah penelitian pengembangan (research and development), rancangan pengembangannya menggunakan model 4-D. Subjek penelitian ini adalah adalah peserta didik kelas VI A SD Inpres Minasa Upa sebanyak 22 peserta didik sebagai sekolah simulasi, peserta didik kelas VI B SD Inpres Karunrung sebanyak 24 peserta didik dan peserta didik kelas VI A SD Inpres Minasa Upa I Kota Makassar sebagai sekolah uji coba perangkat. Pengumpulan data dilakukan melalui lembar validasi, angket respons guru, respons peserta didik, lembar observasi keterlaksanaan perangkat pembelajaran, instrumen penilaian hasil belajar, lembar observasi aktivitas peserta didik dan lembar observasi kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran, alat peraga GRANDER dan instrumen penelitian berupa silabus, Rencana Pelaksanaan Pembalajarn (RPP), buku siswa, Lembar Kegiatan Peserta didik (LKPD), instrumen penilaian hasil belajar, angket respons guru, angket respons peserta didik, lembar observasi keterlaksanaan perangkat pembelajaran dan lembar observasi kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dinyatakan valid dan reliabel. Perangkat pembelajaran berbasis GRANDER dinyatakan praktis karena tiga indikator tercapai yaitu respons guru berada dalam kategori sangat baik, respons peserta didik berada dalam kategori baik dan keterlaksanaan perangkat pembelajaran berada dalam kategori terlaksana seluruhnya. Perangkat pembelajaran berbasis GRANDER dinyatakan efektif karena tiga indikator tercapai hasil belajar peserta didik mencapai ketuntasan klasikal, 89% peserta didik aktif dan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran berada dalam kategori sangat tinggi. Kata Kunci: Perangkat Pembelajaran Matematika, Discovery Learning,
GRANDER
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu ‘Alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
Subhanahu Wa Ta’ala, yang telah memberi kekuatan dan kesehatan
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis ini. Salam dan
salawat semoga senantiasa tercurah atas junjungan Rasulullah
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagai uswatun hasanah yang
telah memberi cahaya kesucian dan kebenaran hakiki kepada seluruh
umatnya dan semoga keselamatan dilimpahkan kepada seluruh keluarga
dan sahabatnya serta para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.
Tidaklah mudah untuk dapat menyelesaikan tesis ini. Penulis
menyadari bahwa sejak penyusunan proposal sampai tesis ini rampung,
banyak hambatan, rintangan dan halangan, namun berkat bantuan,
motivasi dan doa dari berbagai pihak semua ini dapat teratasi dengan
baik. Penulis juga menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari
kesempurnaan sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif dari pembaca demi kesempurnaan tesis ini.
Penulis berharap dengan selesainya tesis ini, bukanlah akhir dari
sebuah karya, melainkan awal dari semuanya, awal dari sebuah
perjuangan hidup, dan awal dari sebuah doa yang selalu menyertainya.
Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis haturkan kepada
Ayahanda Drs. Malakang dan Ibunda Marwati, A.Ma.Pd.S.D serta
viii
saudaraku tercinta Irfan Yusuf, S.Pd., M.Pd. dan Sri Wahyu Widyaningsih,
S.Pd., M.Pd yang telah memberikan segala doa, cinta, perhatian, kasih
sayang, dorongan baik moril maupun materil, dengan penuh keikhlasan
serta doa restunya yang selalu mengiringi penulis dalam setiap langkah
selama menempuh pendidikan sehingga penulis dapat menyelesaikan
studi dengan baik. Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala senantiasa
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.
Penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih
kepada Dr. Rukli, M.Pd., M.Cs dan Dr. Baharullah, M.Pd selaku
pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan
bimbingan, arahan, motivasi dan sara-saran yang sangat berharga dalam
penyususan tesis ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada tim
penguji yaitu Dr. Agustan S, S.Pd., M.Pd dan Dr. Rosleny B, M.Si atas
masukan yang sangat berarti dalam penyusunan tesis ini. Ucapan terima
kasih juga disampaikan kepada Prof. Dr. H. Abd. Rahman Rahim, M.M
selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, terima kasih
disampaikan kepada Dr. H. Darwis Muhdina, M.Ag selaku Direktur
Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar, terima
kasih kepada Sulfasyah, S.Pd., M.A., Ph.D selaku Ketua Prodi Magister
Pendidikan Dasar dan seluruh staf Tata Usaha yang telah memberikan
kemudahan kepada penulis, baik pada saat mengikuti perkuliahan,
pelaksanaan penelitian, maupun penyusunan laporan.
ix
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada kepala SD
Inpres Minasa Upa Ratna, S.Pd., MM., kepala SD Inpres Karunrung Hj.
Yasseng, S.Pd., kepala SD Inpres Minasa Upa I Hj. Saniah, S.Pd.,
M.Adm.SDA yang telah memberi kesempatan dan fasilitas kepada penulis
dalam melakukan penelitian.
Begitu pula kepada teman mahasiswa Program Studi Pendidikan
Dasar. Buat murabbiyahku Ustadzah Nurjannah dan sahabat-sahabatku
dalam halaqah tarbiyah (Fatma, Aisyah, Eni, Jusma, Iffah serta teman
lainnya) yang selalu mendukung, menemani dan memberikan semangat.
Semoga kebersamaan kita selama ini dapat menjadi kisah indah yang
dapat terus dikenang.
Tesis ini tidak bebas dari berbagai kesalahan dan kekurangan.
Semua kesalahan dan kekurangan yang ada menjadi tanggung jawab
saya pribadi. Olehnya itu, dengan penuh rendah hati penulis akan
menerima saran dan kritikan untuk memperbaiki tesis ini. Akhirnya penulis
berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
terkait pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.
Wassalamu ’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Makassar, 30 Desember 2019
Penulis
Irmawati M
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................. ii
HALAMAN PENERIMAAN PENGUJI ................................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TESIS .................................. vi
ABSTRAK ........................................................................................... v
ABSTRACT ......................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ........................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 11
C. Tujuan Penelitian dan Pengembangan ..................................... 12
D. Spesifikasi Produk yang diharapkan ......................................... 12
E. Manfaat Penelitian dan Pengembangan ................................... 13
F. Asumsi dan Keterbatasan Penelitian dan Pengembangan ....... 14
G. Defenisi Operasional ................................................................. 15
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................. 18
A. Kajian Teori ............................................................................... 18
1. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika ........ 18
xi
2. Metode Discovery Learning ................................................. 37
3. Media Alat Peraga ............................................................... 43
4. Metode discovery learning berbasis GRANDER ................. 52
5. Validitas Perangkat Pembelajaran ....................................... 55
6. Praktikalitas Perangkat Pembelajaran ................................. 57
7. Efektivitas Perangkat Pembelajaran .................................... 58
8. Aktivitas Belajar ................................................................... 60
B. Penelitian yang Relevan............................................................ 64
C. Kerangka Pikir ........................................................................... 70
BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN .................. 72
A. Model Penelitian dan Pengembangan ...................................... 72
B. Prosedur Penelitian dan Pengembangan .................................. 72
C. Uji Coba Produk ........................................................................ 78
1. Desain Uji Coba ................................................................... 78
2. Subjek Coba ........................................................................ 78
3. Jenis Data ............................................................................ 78
4. Instrumen Pengumpulan Data ............................................. 80
5. Teknis Analisis Data ............................................................ 82
BAB IV HASIL PENELITIAN ............................................................... 93
A. Hasil Penelitian ......................................................................... 93
1. Penyajian Data Uji Coba ...................................................... 93
2. Analisis Data ........................................................................ 103
3. Revisi Produk ....................................................................... 123
xii
4. Kajian Produk Akhir ............................................................. 133
BAB V PENUTUP ................................................................................ 141
A. Kajian Produk yang Telah Direvisi ............................................ 141
B. Saran......................................................................................... 142
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 144
RIWAYAT HIDUP ................................................................................ 152
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. IZIN PENELITIAN
2. HASIL VALIDITAS PERANGKAT PEMBELAJARAN
3. HASIL PRAKTIKALITAS PERANGKAT PEMBELAJARAN
4. HASIL EFEKTIVITAS PERANGKAT PEMBELAJARAN
5. DOKUMENTASI KEGIATAN PENELITIAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Teks Halaman
2.1 Kelebihan Metode Discovery Learning ...................................... 41
2.2 Kekurangan metode discovery learning .................................... 42
2.3 Sintaks Metode Discovery Learning .......................................... 42
2.4 Kelebihan Tangram Matematika ................................................ 50
2.5 Kelebihan Geoboard ................................................................. 51
2.6 Kekurangan Geoboard .............................................................. 51
2.7 Sintaks Metode Discovery Learning Berbasis GRANDER ........ 54 3.1 Jenis Data Penelitian ................................................................. 79 3.2 Kriteria Kategori Validitas .......................................................... 83 3.3 Konversi data kualitatif kedata kuantitatif dengan skala lima ..... 84 3.4 Pedoman Pengubahan Data Kualitatif Menjadi Data Kualitatif Angket Respons Guru Dan Peserta didik .................................. 85 3.5 Kategori Keterlaksanaan Perangkat Pembelajaran ................... 87 3.6 Kriteria Ketuntasan Belajar Klasikal .......................................... 88 3.7 Rubrik Penilaian Aktivitas Belajar Peserta didik Selama
Pembelajaran ............................................................................ 89 3.8 Kriteria Interpretasi Skor ............................................................ 91 3.9 Kategori Kemampuan Guru dalam Pengelolaan Pembelajaran
Metode Discovery Learning Berbasis GRANDER ..................... 92 4.1 Spesifikasi Tujuan Pembelajaran .............................................. 96 4.2 Hasil Validasi Silabus ................................................................ 103 4.3 Hasil Validasi RPP .................................................................... 104
xiv
4.4 Hasil Validasi Buku siswa .......................................................... 105 4.5 Hasil Validasi LKPD .................................................................. 106 4.6 Hasil Validasi Instrumen Penilaian Hasil Belajar ....................... 107 4.7 Hasil Validasi Alat Peraga GRANDER ...................................... 108 4.8 Hasil Validasi Angket respons Guru .......................................... 109
4.9 Hasil Validasi Respons Peserta didik ........................................ 110 4.10 Hasil Validasi Lembar Observasi Keterlaksanaan Perangkat
Pembelajaran ............................................................................ 111 4.11 Hasil Validasi Lembar Observasi Aktivitas Peserta didik ........... 112 4.12 Hasil Validasi Lembar Observasi Kemampuan Guru dalam
Mengelola Pembelajaran ........................................................... 113 4.13 Tabel Hasil Respons Guru ........................................................ 115 4.14 Tabel Hasil Respons Peserta didik ........................................... 116 4.15 Hasil Observasi Keterlaksanaan Perangkat Pembelajaran ....... 117 4.16 Hasil Belajar Peserta Didik ........................................................ 119 4.17 Hasil Aktivitas Peserta Didik ...................................................... 120 4.18 Hasil Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran ......... 122
xv
DAFTAR GAMBAR
Tabel Teks Halaman
2.1 Kerangka Pikir Penelitian .......................................................... 71
3.1 Prosedur Pengembangan Perangkat Pembelajaran model 4D . 77
3.2 Desain Uji Coba Penelitian ....................................................... 78
4.1 Diagram Batang Nilai Validitas dan Reliabilitas Perangkat Pembelajaran dan Alat Peraga GRANDER ............................... 109
4.2 Diagram Batang Nilai Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ................................................................................... 114 4.3 Diagram Praktikalitas Perangkat Pembelajaran ........................ 118 4.4 Diagram Efektivitas Perangkat Pembelajaran ........................... 123 4.5 Silabus Sebelum Revisi ............................................................ 124 4.6 Silabus Sebelum Revisi ............................................................ 124 4.7 RPP Sebelum Revisi ................................................................. 125 4.8 RPP Setelah Revisi ................................................................... 126 4.9 Buku Siswa Sebelum Revisi ..................................................... 127 4.10 Buku Siswa Setelah Revisi ....................................................... 127 4.11 LKPD Sebelum Revisi ............................................................... 128 4.12 LKPD Setelah Revisi ................................................................. 129 4.13 Instrumen Penilaian Hasil Belajar Sebelum Revisi .................... 130 4.14 Instrumen Penilaian Hasil Belajar Setelah Revisi ...................... 131 4.15 Produk Simulasi dan Uji Coba Sebelum Revisi .......................... 132 4.15 Produk Simulasi dan Uji Coba Setelah Revisi ............................ 132
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan di sekolah merupakan salah satu penentu keberhasilan
peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan di sekolah harus
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya untuk memperoleh hasil maksimal.
Hasil pendidikan yang maksimal dicapai dengan terlaksananya pendidikan
yang tepat waktu dan tepat guna untuk mencapai tujuan pembelajaran
(Putrayasa, dkk, 2014). Usaha yang dilakukan dalam meningkatkan
sumber daya manusia dengan melalui pendidikan. Melalui pendidikan
suatu masyarakat atau bangsa akan memperoleh kemuliaan sesuai
dengan firman Allah dalam Q.S Al-Mujadilah: 11.
Artinya:
Wahai orang-orang beriman! Apabila dikatakan kepadamu: "Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.
1
2
Keutamaan orang berilmu dijelaskan pula dalam hadits Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu, ia
berkata: bahwa telah disebutkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam, dua orang; yang pertama, ‘abid (seorang ahli ibadah). Kedua, ‘alim
(seorang yang berilmu). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab: “Keutamaan seorang ‘alim daripada seorang ‘abid, bagaikan
keutamaan diriku jika dibandingkan dengan orang yang terendah di antara
kamu”. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya, semua penduduk langit dan
penduduk bumi, hingga semut yang berada di dalam lubangnya, juga ikan
paus di lautan, selalu bershalawat (mendo’akan) orang-orang yang
mengajarkan kebaikan kepada manusia.” (HR. At-Tirmidzi, hadits hasan
shahih)
Berdasarkan ayat dan hadits di atas menunjukkan bahwa menuntut
ilmu merupakan salah cara untuk mendapatkan kemuliaan disisi Allah baik
melalui lembaga pendidikan formal maupun lembaga pendidikan non
formal, kenyataan dewasa ini menujukkan bahwa pendidikan di sekolah
melalui kurikulum 2013 terutama Sekolah Dasar (SD) sangat dituntut
peserta didik aktif dalam pembelajaran, sehingga secara sadar peserta
didik memaksimalkan kreativitas dalam mengembangkan kompetensinya
melalui penemuan-penemuan. Matematika sebagai salah satu ilmu
pendidikan telah banyak berkembang dewasa ini. Matematika berfungsi
mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menemukan dan
3
menggunakan rumus matematika yang dapat menunjang pemahaman
konsep peserta didik kaitannya dalam kehidupan sehari-hari.
Belajar matematika tidak cukup mengenal konsep, namun dapat
mempergunakan konsep tersebut untuk menyelesaikan masalah, baik
masalah yang berhubungan dengan matematika ataupun masalah yang
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Matematika bagi sebagian besar
peserta didik dianggap sebagai pelajaran yang sulit untuk dipahami,
sebab matematika selalu dihubungkan dengan angka dan rumus.
Kemampuan matematika peserta didik Indonesia ditinjau dari
Programme for International Student Assessment (PISA) di bidang
matematika pada tahun 2003, peserta didik Indonesia berada pada
peringkat ke-39 dari 40 negara sampel, selanjutnya hasil PISA tahun 2006
Indonesia peringkat ke-38 dari 41 negara, hasil PISA tahun 2009 yaitu
peringkat ke-61 dari 65 negara, kemudian tahun 2015 Indonesia peringkat
62 dari 70 negara peserta dengan skor 403 dari rata-rata skor OECD 493.
Menandakan bahwa kemampuan matematika peserta didik Indonesia
masih tergolong rendah sehingga kurikulum sangat menentukan kualitas
pendidikan.
Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) masih
terdapat beberapa permasalahan, salah satunya adalah kurikulum ini tidak
mengakomodasi pergeseran paradigma pembelajaran abad 21.
Paradigma teaching telah bergeser menjadi paradigma learning (Hidayat,
2013). Paradigma belajar abad sebelumnya lebih ditekankan pada
4
paradigma teaching yaitu guru sebagai pusat belajar. Paradigma belajar
pada abad 21 adalah paradigma learning yaitu peserta didik yang menjadi
pusat dalam proses pembelajaran. Paradigma ini menekankan bahwa
guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber belajar, dan peranannya
telah bergeser sebagai fasilitator belajar. Sebagai fasilitator belajar, guru
dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam melaksanakan pembelajaran
(Abduh, 2015).
Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara dengan guru
disalah satu sekolah dasar yang ada di Minasa Upa Kota Makassar pada
tanggal 29 Oktober 2018 ditemukan beberapa kendala sebagai berikut.
Pertama, hasil belajar peserta didik belum mencapai ketuntasan klasikal.
Jumlah peserta didik 24 sebanyak 8 peserta didik tidak tuntas (33%) dan
16 peserta didik tuntas (67%) dengan KKM 70. Kedua, pada saat proses
pembelajaran guru tidak menggunakan alat peraga. Ketiga, pada saat
proses wawancara dengan guru kelas VI mengenai silabus dan rencana
pelaksaanaan pembelajaran (RPP) yang digunakan guru tersebut masih
berpedoman pada perangkat pembelajaran tematik sedangkan perangkat
pembelajaran khusus matematika di kelas tinggi saat ini sudah terpisah
dari mata pelajaran lainnya. Keempat, masih ada peserta didik yang tidak
mengetahui konsep dari materi yang diajarkan. Kelima, pada saat proses
pembelajaran guru lebih aktif dibandingan peserta didik.
Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental.
Dalam proses belajar kedua aktivitas itu harus saling berkaitan. Lebih
5
lanjut lagi Piaget menerangkan jika seorang anak berpikir tanpa berbuat
sesuatu, berarti anak itu tidak berpikir (Sardiman, 2011). Oleh karena itu
agar peserta didik aktif berpikir maka peserta didik harus diberi
kesempatan untuk mencari pengalaman sendiri serta dapat
mengembangkan seluruh aspek pribadinya. Peserta didik pun harus lebih
aktif dan mendominasi sehingga dapat mengembangkan potensi yang ada
dalam dirinya. Kendala tersebut hendaknya dapat diminimalisir dengan
adanya pengembangan perangkat pembelajaran menggunakan metode
maupun pendekatan pembelajaran yang melibatkan peserta didik aktif
berpikir.
Pengembangan perangkat pembelajaran adalah serangkaian
proses atau kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan suatu perangkat
pembelajaran berdasarkan teori pengembangan yang telah ada.
Tujuannya adalah sebagai pengembangan untuk mendapatkan prototipe
produk dan perumusan saran-saran metodologis untuk pendesainan dan
evaluasi prototipe tersebut (Ibrahim, 2003). Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2007) perangkat adalah alat atau perlengkapan, sedangkan
pembelajaran adalah proses atau cara menjadikan orang belajar. Menurut
Zuhdan, dkk (2011) perangkat pembelajaran adalah alat atau
perlengkapan untuk melaksanakan proses yang memungkinkan pendidik
dan peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran. Permendikbud No.
22 Tahun 2016 tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah
disebutkan bahwa penyusunan perangkat pembelajaran merupakan
6
bagian dari perencanaan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran
meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan
media dan sumber belajar, perangkat penilaian pembelajaran, dan
skenario pembelajaran. Penyusunan silabus dan RPP disesuaikan
metode atau pendekatan pembelajaran yang digunakan.
Metode pembelajaran adalah cara atau seni untuk menggunakan
semua sumber belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran
(Wena, 2011). Menurut Nasution (2017) bahwa metode ceramah dalam
pembelajaran dapat melatih peserta didik untuk menggunakan
pendengarannya dengan baik serta dapat menyimpulkan materi yang
didengar. Menurut Aqib (2014) metode diskusi merupakan interaksi antara
peserta didik dengan peserta didik atau peserta didik dengan guru untuk
menganalisis, memecahkan masalah, meggali, memperdebatkan topik
atau permasalahan tertentu, metode diskusi akan sangat cocok diterapkan
untuk memecahkan masalah khususnya soal yang berupa studi kasus.
Menurut Cahyo (2012) metode discovery learning adalah pembelajaran
yang dirancang sedikian rupa agar peserta didik dapat menemukan suatu
konsep dalam memecahkan suatu masalah sehingga mengarahkan
keaktifan peserta didik, mencari, mengolah dan meyelesaikan masalah.
Metode yang digunakan sebagai solusi dalam menyelesaikan
masalah tersebut menurut peneliti adalah metode discovery learning
berbasis alat peraga. Metode ini akan melibatkan secara maksimal
seluruh kemampuan peserta didik. Peserta didik dapat mencari dan
7
menemukan sesuatu cara sistematis, logis, analitis sehingga mereka
dapat merumuskan sendiri penemuannya melalui alat peraga yang
dikembangkan oleh guru.
Metode discovery learning menurut Sulistyowati, dkk (2012)
merupakan salah satu metode yang bertujuan melatih peserta didik untuk
menemukan konsep secara mandiri. Rohim, dkk (2012) mengemukakan
bahwa metode discovery learning merupakan suatu metode yang dapat
membantu peserta didik memperoleh dua kriteria penting dalam
pembelajaran aktif yaitu membangun pengetahuan untuk membuat
pengertian dari informasi baru dan mengintegrasikan informasi baru
sampai ditemukan pengetahuan yang tepat. Menurut Widhiyantoro, dkk
(2012), langkah-langkah operasional dalam mengaplikasikan metode
discovery learning di kelas yaitu: stimulation (pemberian rangsangan),
problem statement (pertanyaan/identifikasi masalah), data collection
(pengumpulan data), data processing (pengolahan data), verification
(pembuktian) dan generalization (menarik kesimpulan/generalisasi).
Memilih suatu metode pembelajaran tidaklah cukup dalam merancang
pembelajaran tetapi dibutuhkan juga media atau alat peraga agar
memudahkan peserta didik memahami materi yang diajarkan.
Sanjaya (2008) menyatakan bahwa media adalah alat untuk
memberi perangsang bagi peserta didik supaya terjadi proses belajar.
Menurut Sundayana (2013) bahwa media apabila dipahami secara garis
besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi
8
yang membuat peserta didik mampu memperoleh pengetahuan,
keterampilan, atau sikap dalam pengetahuan ini, guru, buku teks dan
lingkungan sekolah merupakan media. Menurut Sugiarto (2010)
pemanfaatan media/alat peraga yang dilakukan secara benar akan
memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk membangun sendiri
pengetahuan yang sedang dipelajarinya. Menurut Widyaningsih dan Yusuf
(2015) alat peraga sederhana dapat dibuat dengan memanfaatkan benda-
benda sederhana yang ada disekitar sekolah, bahkan barang-barang
bekas sekalipun sehingga dalam pembuatannya tidak membutuhkan
biaya serta waktu berlebih karena selain bahan-bahannya dapat dengan
mudah diperoleh kita juga dapat memanfaatkan barang-barang bekas tak
terpakai di sekitar rumah dan sekolah. Media atau alat peraga yang
dikembangkan dalam penelitian ini adalah tangram matematika dan
geoboard. Hasil pengembangan alat peraga tersebut diberi nama alat
peraga GRANDER.
GRANDER merupakan alat peraga gabungan dari tangram
matematika dan geoboard. Menurut Khorina (2016) tangram merupakan
permainan puzzle dari China, terdiri dari tujuh potong bangun datar (lima
segitiga dengan ukuran yang berbeda, satu persegi dan satu jajar
genjang) yang bisa disusun menjadi berbagai bentuk baru tanpa tumpang
tindih dengan macam-macam variasi yang mampu membantu memahami
konstruksi geometri berupa bangun datar. Kelebihan dari tangram
matematika adalah menumbuhkan minat belajar peserta didik karena
9
pelajaran menjadi lebih menarik, memperjelas makna bahan pelajaran
sehingga peserta didik lebih mudah memahaminya, metode mengajar
akan lebih bervariasi sehingga peserta didik tidak akan mudah bosan,
membuat peserta didik lebih aktif melakukan kegiatan belajar seperti:
mengamati, melakukan dan mendemonstrasikan (Khoirina, 2016).
Kekurangan dari tangram matematika adalah memerlukan ketelitian dan
kecermatan guru membuatnya dan media tangram hanya menyajikan
beberapa bentuk bangun datar (Apriliani, 2013). Menurut Husnaya (2018)
geoboard adalah suatu papan berpaku yang dapat digunakan untuk media
dalam materi geometri sehingga dalam mempelajari materi bangun datar,
media ini cocok digunakan sebagai penunjang dalam mengajar. Kelebihan
dari geoboard adalah sebagai alat bantu guru, pembuatan media mudah,
peserta didik mudah mengelompokkan bentuk bangun datar, peserta didik
lebih terampil, tahan lama dan bahannya mudah didapat (Nisa dan
Bustoniyah, 2015). Kekurangan dari geoboard adalah banyak menuntut
peran guru, media geoboard sangat berbahaya bagi anak karena terdapat
paku yang tajam, butuh banyak waktu dalam pembuatannya, perlu
kesediaan untuk berkorban secara materil (Lastrijanah, Prasetyo, dan
Mawardini, 2017).
Sejalan dengan penelitian Fusiari (2016) bahwa perangkat
pembelajaran model discovery learning pada materi pokok optik layak
digunakan, keterlaksanaan pembelajaran pada pembelajaran model
discovery learning telah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan proses
10
belajar mengajar yang telah direncanakan, menjadikan peserta didik aktif
dalam proses pembelajaran, hasil belajar peserta didik mencapai
ketuntasan klasikal. Selanjutnya menurut Supriyanto (2014) bahwa
penerapan discovery learning pada mata pelajaran matematika peserta
didik sekolah dasar dapat meningkatkan hasil belajar mereka karena
melalui penerapan discovery learning, peserta didik memiliki pengalaman
karena mereka melakukan sesuatu percobaan yang memungkinkan
mereka untuk menemukan konsep atau prinsip-prinsip matematika bagi
diri mereka sendiri. Menurut Rahman (2017) bahwa model pembelajaran
discovery learning dapat mendorong kemampuan berpikir kreatif peserta
didik. Hal ini sejalan pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Suliati,
dkk (2018) bahwa penggunaan alat peraga sederhana dalam
pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik karena
melalui alat peraga sederhana tersebut peserta didik dapar bereksplorasi
dan menemukan suatu konsep dengan cara melakukan sendiri proses
penemuan. Menurut Gintinga dan Surya (2017) bahwa penggunaan alat
peraga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Selanjutnya
menurut Rahmani dan Widyasari (2018) bahwa media tangram dapat
meningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika peserta didik.
Menurut Damiati dan Danu (2018) bahwa penggunaan media tangram
dihasilkan dalam pengembangan produk tepat dan baik digunakan oleh
peserta didik dalam kegiatan belajar. Selanjutnya menurut Husnaya
(2018) model pembelajaran think pair share berbantuan media geoboard
11
sangat efektif untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. Menurut
Salahudeen dan Saidu (2016) bahwa penggunaan geoboard menjadikan
pelajaran lebih bermakna.
Identifikasi masalah dalam peneltian adalah pertama, hasil belajar
peserta didik belum mencapai kentuntasan klasikal. Kedua, keaktifan
peserta didik dalam proses pembelajaran sangat kurang. Ketiga,
perangkat pembelajaran khusus mata pelajaran matematika yang
digunakan masih tematik. Keempat, guru tidak menggunakan alat peraga.
Kelima, peserta didik belum mengetahui kosep dari materi yang diajarkan.
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah pengembangan
perangkat pembelajaran berupa silabus, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) menggunakan metode discovery learning berbasis
GRANDER, buku siswa, Lembar Kegiatan Peserta didik (LKPD) dan
instrumen penilaian hasil belajar dengan materi ajar keliling dan luas
lingkaran.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah validitas perangkat pembelajaran matematika
menggunakan metode discovery learning berbasis GRANDER pada
peserta didik kelas VI SD?
12
2. Bagaimanakah praktikalitas perangkat pembelajaran matematika
menggunakan metode discovery learning berbasis GRANDER pada
peserta didik kelas VI SD?
3. Bagaimanakah efektivitas perangkat pembelajaran matematika
menggunakan metode discovery learning berbasis GRANDER pada
peserta didik kelas VI SD?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini
bertujuan sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui validitas perangkat pembelajaran matematika
menggunakan metode discovery learning berbasis GRANDER pada
peserta didik kelas VI SD.
2. Untuk mengetahui praktikalitas perangkat pembelajaran matematika
menggunakan metode discovery learning berbasis GRANDER pada
peserta didik kelas VI SD.
3. Untuk mengetahui efektivitas perangkat pembelajaran matematika
menggunakan metode discovery learning berbasis GRANDER pada
peserta didik kelas VI SD.
D. Spesifikasi Produk yang Diharapkan
Spesifikasi produk yang dikembangkan dalam penelitian ini yakni
perangkat pembelajaran matematika menggunakan metode discovery
13
learning berbasis GRANDER. Perangkat pembelajaran tersebut terdiri dari
silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), buku siswa, Lembar
Kegiatan Peserta didik (LKPD) dan instrumen penilaian hasil belajar.
Keempat komponen tersebut merupakan komponen-komponen yang
saling berkaitan dan diharapkan dapat menghasilkan produk yang valid,
praktis dan efektif pada pembelajaran matematika kelas VI A SD Inpres
Minasa Upa, kelas VI B SD Inpres Karunrung dan kelas VI A SD Inpres
Minasa Upa I Kota Makassar. Pembelajaran Matematika difokuskan pada
materi ajar keliling dan luas lingkaran.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut.
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari hasil penelitian yaitu dapat memberi wawasan
mengenai perangkat pembelajaran menggunakan metode discovery
learning berbasis GRANDER pada peserta didik kelas VI sekolah dasar.
2. Manfaat praktis
Manfaat praktis penelitian ini sasarannya terbagi sebagai berikut.
a. Peserta didik
Perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan, diharapakan
dapat membantu peserta didik dalam proses belajar sehingga peserta
didik dalam memahami masalah-masalah yang harus diselesaikan yang
sesuai dengan tuntutan suatu materi pembelajaran.
14
b. Guru
Perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan berupa silabus,
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menggunakan metode
discovery learning berbasis GRANDER, buku siswa, Lembar Kegiatan
Peserta didik (LKPD) dan instrumen penilaian hasil belajar, diharapkan
dapat membantu guru dalam proses belajar mengajar.
c. Sekolah
Hasil penelitian diharapkan dapat memperkaya perangkat
pembelajaran yang berbasis penemuan di sekolah.
d. Peneliti
Peneliti dapat menambah wawasan dan pengalaman mengenai
pengembangan perangkat pembelajaran, peneliti juga dapat
meningkatkan kreatifitas dalam membuat perangkat pembelajaran.
F. Asumsi dan Keterbatasan Penelitian dan Pengembangan
1. Asumsi Penelitian dan Pengembangan
Asumsi dalam penelitian dan pengembangan ini adalah sebagai
berikut.
a. Validator yang menilai perangkat pembelajaran sesuai dengan bidang
keahliannya.
b. Validator yang menilai alat peraga sesuai dengan bidang keahliannya.
c. Guru kelas memberikan informasi secara objektif dalam mengisi angket
respons guru terhadap perangkat pembelajaran berbasis GRANDER.
15
d. Guru (observer) memberikan informasi secara objektif dalam mengisi
lembar keterlaksanaan perangkat pembelajaran, lembar observasi
aktivitas peserta didik dan lembar observasi kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran.
e. Peserta didik memberikan informasi secara objektif dalam mengisi
angket respons peserta didik terhadap perangkat pembelajaran
berbasis GRANDER.
2. Keterbatasan Penelitian dan Pengembangan
Keterbatasan penelitian dan pengembangan adalah sebagai
berikut.
a. Guru yang memberikan respons terkait perangkat pembelajaran bukan
pengguna pada saat penelitian.
b. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan hanya fokus pada materi
keliling dan luas lingkaran yang terdapat dikompetensi dasar 3.5
tentang menjelaskan taksiran keliling dan luas lingkaran serta
dikompetensi 4.5 tentang menaksir keliling dan luas lingkaran serta
menggunakannya untuk menyelesaikan masalah.
G. Definisi operasional
Definisi operasional diperlukan untuk menghindari terjadinya
kekeliruan penafsiran pembaca terhadap variabel-variabel atau kata-kata
dan istilah-istilah teknis dan dikatakan sebagai berikut.
16
1. Pengembangan perangkat pembelajaran matematika adalah
serangkaian proses atau kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan
perangkat pembelajaran sesuai teori pengembangan yang sudah ada.
Perangkat pembelajaran yang dikembangkan sesuai kurikulum 2013
adalah sebagai berikut.
a. Silabus adalah acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk
setiap bahan kajian mata pelajaran dan merupakan dasar
pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana
kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau
lebih yang berisi tentang kegiatan atau aktivitas guru dan peserta
didik selama proses pembelajaran.
c. Buku siswa adalah bahan ajar yang digunakan oleh peserta didik
untuk memperoleh informasi agar tujuan pembelajaran bisa
tercapai.
d. Lembar Kegiatan Peserta didik (LKPD) adalah lembaran berupa
panduan belajar peserta didik berisi tugas-tugas yang harus
dikerjakan.
e. Instrumen penilaian hasil belajar adalah alat yang digunakan untuk
mengukur kemampuan baik pengetahuan, keterampilan maupun
sikap yang nyata secara langsung.
2. Metode discovery learning merupakan salah satu metode yang
dirancang untuk mengajarkan konsep-konsep dan hubungan antar
17
konsep yang bertujuan agar peserta didik mampu menemukan konsep
melalui petunjuk-petunjuk seperlunya dari guru.
3. GRANDER merupakan alat peraga singkatan dari Gabungan Tangram
Matematika dan Geoboard.
a. Tangram matematika adalah alat peraga edukatif yang terbuat dari
bahan-bahan sederhana berbentuk bangun datar sehinga peserta
didik mampu mengenal setiap bangun datar.
b. Geoboard adalah permainan edukatif yang terbuat dari papan
berpaku yang akan dibentuk dengan karet gelang.
18
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika
Pengembangan perangkat pembelajaran adalah serangkaian
proses atau kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan suatu perangkat
pembelajaran berdasarkan teori pengembangan yang telah ada.
Tujuannya adalah sebagai pengembangan untuk mendapatkan prototype
produk dan perumusan saran-saran metodologis untuk pendesainan dan
evaluasi prototype tersebut (Ibrahim, 2003). Perangkat pembelajaran akan
memengaruhi keberhasilan proses pembelajaran di kelas, karena
memberikan kemudahan dan dapat membantu guru dalam
mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Oleh
sebab itu, perangkat pembelajaran mutlak diperlukan oleh seorang guru
dalam mengelola pembelajaran.
Perangkat pembelajaran merupakan hal yang harus disiapkan oleh
guru sebelum melaksanakan pembelajaran. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2007) perangkat adalah alat atau perlengkapan,
sedangkan pembelajaran adalah proses atau cara menjadikan orang
belajar. Menurut Zuhdan, dkk (2011) perangkat pembelajaran adalah alat
atau perlengkapan untuk melaksanakan proses yang memungkinkan
pendidik dan peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran.
18
19
Perangkat pembelajaran menjadi pegangan bagi guru dalam
melaksanakan pembelajaran baik di kelas, laboratorium atau di luar kelas.
Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang standar proses pendidikan
dasar dan menengah disebutkan bahwa penyusunan perangkat
pembelajaran merupakan bagian dari perencanaan pembelajaran.
Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar, perangkat
penilaian pembelajaran, dan skenario pembelajaran. Penyusunan silabus
dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disesuaikan pendekatan
pembelajaran yang digunakan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pengembangan perangkat pembelajaran adalah serangkaian proses atau
kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran
sesuai teori yang sudah ada dengan tujuan menghasilkan perangkat
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.
a. Silabus
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007) silabus adalah
kerangka unsur kursus pendidikan, disajikan dalam ukuran yang logis atau
dalam tingkat kesulitan yang makin meningkat dan ikhtisar suatu
pelajaran. Menurut Yulaelawati (2004) silabus adalah seperangkat
rencana serta pengaturan pelaksanaan pembelajaran dan penilaian yang
disusun secara sistematis memuat komponen-komponen yang saling
berkaitan untuk mencapai kompetensi dasar. Menurut Kemendikbud
(2016) silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran
20
untuk setiap bahan kajian mata pelajaran. Sehingga dapat disimpulkan
silabus adalah penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap bahan
kajian mata pelajaran dan merupakan dasar pengembangan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Silabus berdasarkan kurikulum 2013 paling sedikit memuat
komponen sebagai berikut.
1) Identitas mata pelajaran (khusus SMP/MTs/SMPLB/Paket B dan
SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/Paket C/ Paket C Kejuruan)
2) Identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas
3) Kompetensi inti merupakan gambaran secara kategorial mengenai
kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang
harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan
mata pelajaran
4) Kompetensi dasar merupakan kemampuan spesifik yang mencakup
sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan atau mata
pelajaran
5) Tema (khusus SD/MI/SDLB/Paket A)
6) Materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang
relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan
indikator pencapaian kompetensi
7) Pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan
peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan
21
8) Penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi
untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik
9) Alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur
kurikulum untuk satu semester atau satu tahun
10) Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam
sekitar atau sumber belajar lain yang relevan (Kemendikbud, 2016).
Silabus dikembangkan dengan beberapa prinsip sebagai berikut.
1) Ilmiah artinya keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan
dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara
keilmuan.
2) Relevan artinya cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan
penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan
fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spritual peserta didik.
3) Sistematis artinya komponen-komponen silabus saling berhubungan
secara fungsional dalam mencapai kompetensi.
4) Konsisten artinya adanya hubungan yang konsisten) antara
kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar,
sumber belajar, dan sistem penilaian.
5) Memadai artinya cakupan indikator, materi pokok, pengalaman
belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang
pencapaian kompetensi dasar.
6) Aktual dan Kontekstual artinya cakupan indikator, materi pokok,
pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian
22
memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir
dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
7) Fleksibel artinya keseluruhan komponen silabus dapat
mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika
perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat.
8) Menyeluruh artinya komponen silabus mencakup keseluruhan ranah
kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor). (Al-Tabany, 2015).
Menurut Al-Tabany (2015) mekanisme pengembangan silabus
sendiri dilakukan dengan mangikuti alur dan langkah-langkah
pengembangan sebagai berikut.
1) Mengkaji kompetensi inti dan kompetensi dasar
2) Mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran
3) Mengembangkan kegiatan pembelajaran
4) Merumuskan indikator pencapaian kompetensi
5) Penentuan jenis penilaian
6) Menentukan alokasi waktu
7) Menentukan sumber belajar
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana
kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih
(Kemendikbud, 2016). Menurut Trianto (2010) RPP adalah panduan
kegiatan guru dalam kegiatan pembelajaran sekaligus uraian kegiatan
peserta didik yang berhubungan dengan kegiatan guru yang
23
dimaksudkan. Hal tersebut berarti segala bentuk aktivitas dan kegiatan
peserta didik bersama dengan guru selama proses pembelajaran
berlangsung termuat dalam dokumen rencana pelaksanaan pembelajaran.
Menurut Trianto (2010) RPP disusun sebagai panduan seluruh kegiatan
peserta didik bersama dengan guru selaam proses pembelajaran di kelas
untuk mencapai suatu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam
kompetensi isi yang dijabarkan dalam silabus. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa RPP adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap
muka untuk satu pertemuan atau lebih yang berisi tentang kegiatan atau
aktivitas guru dan peserta didik selama proses pembelajaran.
RPP kurikulum 2013 dikembangkan dari silabus untuk
mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya
mencapai Kompetensi Dasar (KD). Setiap pendidik pada satuan
pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis
agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, efisien, motivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreatvitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. RPP disusun
berdasarkan KD atau subtema yang dilaksanakan kali pertemuan atau
lebih. Komponen RPP kurikulum 2013 berdasarkan Permendikbud No. 22
tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah sebagai berikut.
1) Identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan
24
2) Identitas mata pelajaran atau tema/subtema
3) Kelas/semester
4) Materi pokok
5) Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian
KD dan beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam
pelajaran yang tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai
6) Tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan
menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur,
yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan
7) Kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi
8) Materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur
yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan
rumusan indikator ketercapaian kompetensi
9) Metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
mencapai KD yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan
KD yang akan dicapai
10) Media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk
menyampaikan materi pelajaran
11) Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam
sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan
12) Langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan
pendahuluan, inti, dan penutup
25
13) Penilaian hasil pembelajaran (Kemendikbud, 2016).
Dalam menyusun RPP hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip
sebagai berikut.
1) Perbedaan individual peserta didik antara lain kemampuan awal,
tingkat intelektual, bakat, potensi, minat, motivasi belajar, kemampuan
sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar,
latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta
didik.
2) Partisipasi aktif peserta didik.
3) Berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar,
motivasi, minat, kreatvitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dan kemandirian.
4) Pengembangan budaya membaca dan menulis yang dirancang untuk
mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam
bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.
5) Pemberian umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan
program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan
remedi.
6) Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian
kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan
pengalaman belajar.
26
7) Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas
mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya
(Kemendikbud, 2016).
Adapun langkah-langkah pengembangan RPP adalah mengkaji
silabus, mengidentifikasi materi pembelajaran, menentukan tujuan,
mengembangkan kegiatan pembelajaran, penjabaran jenis penilaian,
menentukan alokasi waktu dan menentukan sumber belajar (Al-Tabany,
2015).
c. Buku Siswa
Buku adalah bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan
buah pikiran dari pengarangnya. Oleh pengarangnya isi buku didapat dari
berbagai cara misalnya: hasil penelitian, hasil observasi, aktualisasi
pengalaman, otobiografi, atau hasil imajinasi seseorang yang disebut
sebagai fiksi. Menurut kamus oxford (2008) buku diartikan sebagai: Book
is number of sheet of paper, either printed or blank, fastened together in a
cover. Buku adalah sejumlah lembaran kertas baik cetakan maupun
kosong yang dijilid dan diberi sampul. Buku sebagai bahan ajar yang
berisi suatu ilmu pengetahuan hasil analisis terhadap kurikulum dalam
bentuk tertulis (Depdiknas, 2008).
Menurut Kurniawan (2013) buku siswa atau yang biasa disebut
buku teks merupakan salah satu bahan ajar yang berfungsi sebagai
sarana penunjang kegiatan pembelajaran. Buku teks dapat membantu
27
guru dalam menyampaikan materi pembelajaran, sehingga tujuan dapat
tercapai.
Menurut Asri (2017) menyatakan bahwa buku teks pelajaran adalah
buku yang dirancang, dipersiapkan, dan disusun oleh para pakar dalam
bidangnya serta dilengkapi dengan sarana pengajaran yang sesuai untuk
digunakan di dalam kelas. Sehingga dapat disimpukan bahwa buku siswa
adalah bahan ajar yang digunakan oleh peserta didik untuk memperoleh
informasi agar tujuan pembelajaran bisa tercapai.
Menurut Depdiknas (2008) langkah-langkah yang dapat dilakukan
oleh seorang guru dalam menulis buku adalah sebagai berikut:
1) Mempelajari kurikulum dengan cara menganalisisnya
2) Menentukan judul buku yang akan ditulis sesuai dengan SK yang akan
disediakan bukunya.
3) Merancang outline buku agar isi buku lengkap mencakup seluruh aspek
yang diperlukan untuk mencapai suatu kompetensi.
4) Mengumpulkan referensi sebagai bahan penulisan, upayakan untuk
menggunakan referensi terkini dan relevan dengan bahan kajiannya.
5) Menulis buku dilakukan dengan memperhatikan penyajian kalimat yang
disesuaikan dengan usia dan pengalaman pembacanya. Untuk siswa
SMA upayakan untuk membuat kalimat yang tidak terlalu panjang,
maksimal 25 kata per kalimat dan dalam satu paragraf 3 – 7 kalimat.
6) Mengevaluasi/mengedit hasil tulisan dengan cara membaca ulang.
Jika ada kekurangan segera dilakukan penambahan.
28
7) Memperbaiki tulisan
8) Gunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi
misalnya buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian.
Struktur buku menurut Depdiknas (2008) adalah judul,
kompetensi dasar/mata pelajaran, latihan dan penilaian. Dalam membuat
bahan ajar agar memperhatikan komponen-komponen berikut.
1) Komponen kebahasaan antara lain mencakup:
a) Keterbacaan
b) Kejelasan informasi
c) Kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar
d) Pemanfaatan bahasa secara efektif dan efisien (jelas dan singkat)
2) Komponen penyajian antara lain mencakup:
a) Kejelasan tujuan (indikator) yang ingin dicapai
b) Urutan sajian
c) Pemberian motivasi, daya tarik
d) Interaksi (pemberian stimulus dan Responsd)
e) Kelengkapan informasi
3) Komponen kegrafikan antara lain mencakup:
a) Penggunaan font; jenis dan ukuran
b) Lay out atau tata letak
c) Ilustrasi, gambar, foto
d) Desain tampilan
29
d. Lembar Kegiatan Peserta didik (LKPD)
Lembar kegiatan peserta didik adalah lembaran-lembaran berisi
tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan
biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu
tugas. Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas
KD yang akan dicapainya (Depdiknas, 2008). Menurut Majid (2011)
memaparkan bahwa LKPD adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang
harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan biasanya berupa
buku petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas.
Arsyad (2012) mengungkapkan bahwa LKPD merupakan sumber
belajar yang mempunyai banyak manfaat. Adapun kelebihannya antara
lain peserta didik dapat belajar dan berkembang, peserta didik dapat
mengikuti urutan pikir secara logis, adanya daya tarik, peserta didik akan
berpartisipasi aktif, dan materi dapat diperbanyak. Peserta didik dapat
belajar dan berkembang sesuai dengan kecepatan masing-masing
sehingga peserta didik diharapkan dapat menguasai materi pelajaran
yang dipelajari dalam LKPD. Selain LKPD dapat mengulangi materi dalam
media cetakan, peserta didik juga dapat mengikuti urutan pikir secara
logis, sehingga peserta didik dapat lebih mudah dalam memahami materi.
Adanya daya tarik karena perpaduan antara teks dan gambar serta dapat
memperlancar pemahaman informasi yang disajikan. Khusus pada teks
terprogram, peserta didik akan berpartisipasi dengan aktif karena harus
30
memberi Respons terhadap pertanyaan dan latihan. Materi dapat
diperbanyak dengan ekonomis dan didistribusikan dengan mudah.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa LKPD
adalah lembaran berupa panduan belajar peserta didik berisi tugas-tugas
yang harus dikerjakan. Prastowo (2011) menjelaskan bahwa tujuan dari
penyusunan LKPD antara lain menyajikan bahan ajar yang dapat
memudahkan peserta didik memahami materi pelajaran yang diberikan,
menyajikan tugas-tugas yang dapat meningkatkan penguasaan peserta
didik terhadap materi yang telah diberikan, melatih kemandirian belajar
peserta didik, dan memudahkan pendidik dalam memberikan tugas
kepada peserta didik.
Penyusunan LKPD berdasarkan Depdiknas panduan
pengembangan bahan ajar (2008) dapat dilakukan dengan langkah-
langkah yaitu analisis kurikulum, menyusun peta kebutuhan LKPD,
menentukan judul-judul LKPD dan penulisan LKPD dapat dilakukan
dengan langkah merumuskan KD yang harus dikuasai, menentukan alat
penilaian, menyusun materi, dan menentukan struktur LKPD. Struktur
LKPD secara umum adalah sebagai berikut: judul, petunjuk belajar
(petunjuk peserta didik), kompetensi yang akan dicapai, informasi
pendukung, tugas-tugas dan langkah-langkah kerja dan penilaian.
Menurut Adurrohim, Feronika dan Bahriah (2016) menjelaskan bahwa
menggunakan LKPD sebagai instrumen penilaian proses dapat membantu
guru dalam melakukan penilaian terhadap proses kerja dan hasil kerja
31
peserta didik, seperti hasil diskusi kelompok, kegiatan eksperimen,
evaluasi dan latihan mandiri. Dari hasil penilaian proses ini dapat
membuktikan bahwa peserta didik mampu memahami konsep dan
mengkonstruksikan pengetahuannya lebih mendalam.
Menurut Rusli (2014) persyaratan yang harus diperhatikan dalam
menyusun atau membuat LKPD adalah sebagai berikut.
1) Syarat-syarat didaktik
LKPD sebagai salah satu bentuk sarana berlangsungnya proses
pembelajaran harus mengikuti alur-alur pembelajaran yang efektif adalah
sebagai berikut.
a) Tekankan pada proses untuk menemukan konsep-konsep sehingga
LKPD di sisni berfungsi sebagai petunjuk jalan bagi peserta didik
untuk mencari tahu.
b) Tidak memperhatikan adanya perbedaan individual sehingga LKPD
yang baik itu adalah yang dapat digunakan oleh peserta didik yang
lambat, sedang, maupun yang pandai.
2) Syarat-syarat konstruksi
Persyaratan konstruksi yang harus dipenuhi dalam penyusuna
LKPD adalah syarat-syarat yang berkenaan dengan penggunaan bahasa,
susunan kalimat, keserhanaan penggunaan kata-kata dan kejelasan yang
pada hakekatnya haruslah tepat guna dalam arti dapat dimengerti oleh
peserta didik. Berkaitan dengan hal tersebut ada beberapa hal yang harus
32
diperhatikan dalam menyusun dan membuat LKPD adalah sebagai
berikut.
a) Menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan
(tingkat perkembangan kognitif) peserta didik.
b) Menggunakan struktur kalimat atau kata-kata yang jelas.
c) Memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat
kemampuan peserta didik, apabila konsep yang hendak dituju
meruapakn sesuatu yang kompleks, dapat dipecah menjadi bagian-
bagian yang lebih sederhana.
d) Menggunakan kalimat yang pendek dan sederhana.
e) Memiliki tujuan pembelajaran yang jelas serta manfaat dari pelajaran
itu sebagai sumber motivasi.
f) Mempunyai identitas untuk lebih memudahkan administrasi, misalnya
nama, kelas, mata pelajaran, tanggal, dan sebagainya.
3) Syarat-syarat teknis
Penyusunan dan pembuatan LKPD juga harus memenuhi syarat-
syarat teknis sebagai berikut.
a) Tulisan
Tulisan atau huruf yang harus digunakan adalah menggunakan
huruf cetak dan tidak menggunakan huruf romawi/latin disesuaikan
dengan tingkat kognitif peserta didik, menggunakan huruf tebal yang agak
besar untuk topik bukan garis bawah, banyak kata dalam satu baris tidak
lebih dari 10 kata.
33
b) Gambar
Gambar harus dapat menyampaikan pesan atau isi dari gambar
tersebut secara efektif terhadap pengguna LKPD. Gambar atau ilustrasi
sesuai dengan keadaan setempat dan penggunaan orang.
c) Penampilan
Penampilan harus memiliki kombinasi antara gambar dan tulisan di
samping itu harus memerhatikan pada format dan syarat-syarat penulisan
yang sesuai dengan kurikulum. Dalam menyusun LKPD hendaknya
memenuhi beberapa komponen yaitu topik yang dibahas, waktu yang
tersedia untuk melakukan kegiatan, tujuan pembelajaran, kompetensi
dasar, rangkuman materi, alat pelajaran yang digunakan dan prosedur
kegiatan.
e. Instrumen Penilaian Hasil Belajar
Belajar adalah perubahan tingkah laku yang bersifat permanen
sebagai hasil dari pengalaman atau interaksi, perubahan tingkah laku
sesudah belajar disebut sebagai hasil belajar. Hasil belajar atau prestasi
adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan
oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka
nilai yang diberikan oleh guru. Hasil belajar pada dasarnya adalah
sesuatu kemampuan yang berupa keterampilan dan perilaku baru sebagai
akibat latihan atau pengalaman.
Hasil belajar menurut Suherman (2012) adalah penguasaan
kecakapan yang diusahakan secara sengaja dalam satuan waktu dan
34
satuan bahan tertentu serta perbedaan pada awal belajar dengan akhir
poses belajar. Hasil belajar menurut Sudjana (2009) adalah kemampuan
yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Bloom mengklasifikasi hasil belajar menjadi menjadi tiga domain atau
ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Ranah kognitif
menaruh perhatian pada perkembangan kabalitas dan keterampilan
intelektual, ranah psikomotor berkaitan dengan kegiatan-kegiatan
manipulatif dan keterampilan motorik dan ranah afektif berkaitan dengan
perkembangan perasaan, sikap, nilai, dan emosi yang dipelajari (Arikunto,
2006).
Dalam persiapan strategi proses belajar mengajar perlu disusun
instrumen penilaian dalam standar penguasaan. Penyusunan instrumen
penilaian ini dimaksudkan untuk mengatahui kemampuan penguasaan
peserta didik terhadap suatu materi atau pokok bahasan. Seperti yang
tercantum dalam buku pelaksanaan penilaian (Sundayana, 2013).
Menurut Wahidmurni, Mustikawan, dan Ridho (dalam, Hamid 2016) fungsi
penting bagi pendidik dalam mengevaluasi belajar peserta didik adalah
memberikan umpan balik kepada peserta didik dalam mempertimbangkan
efektvitas dan efisiensi dari proses pembelajaran yang dilakukan.
Menurut Hamid (2016) mendefinisikan penilaian belajar peserta
didik sebagai berbagai prosedur untuk memperoleh informasi belajar
peserta didik dan menentukan keputusan berkaitan dengan kinerja atau
hasil belajar peserta didik. Penilaian hasil belajar peserta didik merupakan
35
kegiatan guru yang berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang
pencapaian kompetensi atau hasil belajar peserta didik selama mengikuti
proses pembelajaran. Penilaian adalah proses pengumpulan dan
pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta
didik (Kemendikbud, 2016). Penilaian hasil belajar peserta didik pada
pendidikan dasar dan pendidikan menengah meliputi aspek:
1) Sikap
2) Pengetahuan
3) Keterampilan (kemendikbud, 2016).
Penilaian sikap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk memperoleh
informasi deskriptif mengenai perilaku peserta didik (Kemendikbud, 2016).
Penilaian sikap dilakukan guna mengetahui kecenderungan perilaku
peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, baik di dalam dan di luar kelas,
sebagai salah satu pencapaian dalam proses pendidikan. Penilaian sikap
juga ditujukan untuk mengetahui capaian/perkembangan sikap peserta
didik dan memfasilitasi perkembangan perilaku nereka sesuai dengan
butir-butir nilai sikap dari kompetensi dasar yang tercantum dalam
Kompetensi Inti satu (KI-1) dan Kompetensi Inti dua (KI-2) (Gantini dan
Suhendar, 2017). Penilaian aspek sikap dilakukan melalui tahapan
mengamati perilaku peserta didik selama pembelajaran, mencatat perilaku
peserta didik dengan menggunakan lembar pengamatan/observasi,
36
menindaklanjuti hasil observasi dan mendeskripsikan perilaku peserta
didik (Kemendikbud, 2016).
Penilaian pengetahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengukur penguasaan
pengetahuan peserta didik (Kemendikbud, 2016). Penilaiaan pengetahuan
dilakukan untuk mengetahui tahap penguasaan pengetahuan faktual,
konsep, sserta prosedural yang dimiliki peserta didik. Selain itu, penilaian
pengetahuan juga dapat mencari tahu sejauh mana tingkat kecakapan
beprikir yang mampu dilakukan peserta didik, yang berada di rentang
rendah hingga tinggi (Gantini dan Suhendar, 2017). Penilaian aspek
pengetahuan dilakukan melalui tahapan menyusun perencanaan
penilaian, mengembangkan instrumen penilaian, melaksanakan penilaian,
memanfaatkan hasil penilaian dan melaporkan hasil penilaian dalam
bentuk angka dengan skala 0-100 dan deskripsi (Kemendikbud, 2016).
Penilaian keterampilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
c merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengukur kemampuan
peserta didik menerapkan pengetahuan dalam melakukan tugas tertentu
(Kemendikbud, 2016). Penilaian keterampilan dapat dilakukan melalui
berbagai teknik, antara lain penilaian kinerja, penilaian priyek, dan
penilaian portofolio. Teknik penilaian keterampilan yang digunakan dapat
dipilih sesuai dengan karakteristik kompetensi dasar yang tercantum pada
Kompetensi Inti empat (KI-4) (Gantini dan Suhendar, 2017). Penilaian
aspek keterampilan dilakukan melalui tahapan menyusun perencanaan
37
penilaian, mengembangkan instrumen penilaian, melaksanakan penilaian,
memanfaatkan hasil penilaian dan melaporkan hasil penilaian dalam
bentuk angka dengan skala 0-100 dan deskripsi (Kemendikbud, 2016).
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
instrumen penilaian hasil belajar merupakan alat yang digunakan untuk
mengukur kemampuan baik pengetahuan, keterampilan maupun sikap.
Hasil belajar peserta didik yang diperoleh biasanya dikatakan dalam
bentuk angka-angka yang diukur melalui tes atau penilaian hasil belajar
terhadap berbagai pengetahuan, keterampilan, dan sikap selama
mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
Adapun prosedur penilaian proses belajar dan hasil belajar oleh
pendidik dilakukan dengan urutan menetapkan tujuan penilaian dengan
mengacu pada RPP yang telah disusun, menyusun kisi-kisi penilaian,
membuat instrumen penilaian berikut pedoman penilaian, melakukan
analisis kualitas instrumen, melakukan penilaian, mengolah, menganalisis,
dan menginterpretasikan hasil penilaian, melaporkan hasil penilaian dan
memanfaatkan laporan hasil penilaian (Kemendikbud, 2016).
2. Metode Discovery Learning
Discovery learning merupakan teori belajar penemuan yang
dicetuskan oleh Jerome Bruner. Bruner menganggap bahwa belajar
penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh
manusia, dan dengan pencarian pengetahuan tersebut dengan sendirinya
memberi hasil yang paling baik karena pengetahuan yang diperolah
38
benar-benar bermakna (Trianto, 2007). Hasil belajar dan keaktifan peserta
didik sangat menentukan metode pembelajaran yang digunakan.
Metode discovery learning adalah metode yang mengatur
pengajaran sedemikian rupa sehingga peserta didik memperoleh
pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya dengan tidak melalui
pemberitahuan langsung, namun sebagian atau seluruhnya ditemukan
sendiri. Dalam pembelajaran discovery (penemuan) kegiatan atau
pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga peserta didik
dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses
mentalnya sendiri. Dalam menemukan konsep, peserta didik melakukan
observasi, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, menarik
kesimpulan dan sebagainya untuk menemukan beberapa konsep atau
prinsip.
Metode discovery learning menurut Sulistyowati, dkk (2012)
merupakan salah satu metode yang bertujuan melatih peserta didik untuk
menemukan konsep mandiri. Rohim, dkk (2012) mengemukakan bahwa
metode discovery learning merupakan suatu metode yang dapat
membantu peserta didik memperoleh dua kriteria penting dalam
pembelajaran aktif yaitu membangun pengetahuan untuk membuat
pengertian dari informasi baru dan mengintegrasikan informasi baru
sampai ditemukan pengetahuan yang tepat.
Menurut Wulandari (2010) discovery learning adalah pembelajaran
yang bilamana materi pembelajaran tidak disajikan dalam bentuk finalnya,
39
tetapi peserta didik dihadapakan pada suatu permasalahan yang
direkayasa oleh guru. Peserta didik diminta untuk mengerahkan segala
kemampuannya agar permasalahan tersebut dapat terpecahkan melalui
kegiatan observasi, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan,
menarik kesimpulan. Kegiatan tersebut dapat membimbing siswa untuk
menemukan konsep dan prinsip-prinsip melalui proses penemuan sendiri.
Menurut Widhiyantoro, dkk (2012), langkah-langkah operasional
dalam mengaplikasikan metode discovery learning di kelas sebagai
berikut.
a. Stimulation (pemberian rangsangan)
Tahap ini peserta didik dihadapkan pada sesuatu yang
menimbulkan tanda tanya, kemudian melanjutkan untuk tidak memberikan
generalisasi agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Guru dapat
memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran
membaca buku dan aktifitas belajar lainnya yang mengarah pada
persiapan pemecahan masalah.
b. Problem Statement (pertanyaan/identifikasi masalah)
Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik
mengindentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang
relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satu dipilih dan
dirumuskan dalam bentuk hipotesis.
40
c. Data Collection (pengumpulan data)
Ketika eksplorasi berlangsung, guru dapat memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang
relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Tahap ini
berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya
hipotesis. Konsekuensi dari tahap ini adalah peserta didik belajar aktif
untuk menemukan sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan
yang dihadapi, yang secara tidak sengaja menghubungkan masalah
dengan pengetahuan yang telah dimiliki.
d. Data Processing (pengolahan data)
Semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi, dan
sebagainya diolah dan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta
ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu. Data tersebut berfungsi
sebagai pembentukan konsep dan generalisasi.
e. Verification (pembuktian)
Peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk
membuktikan benar tidaknya hipotesis yang ditetapkan di awal.
f. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
Tahap ini merupakan proses menarik kesimpulan yang telah
dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah
yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi.
Carin (1993) memberikan saran agar kegiatan yang akan dilakukan
dapat berjalan dengan baik sebagai berikut:
41
a. Membantu peserta didik dalam memahami tujuan dan kegiatan yang
harus dilakukan.
b. Memeriksa seluruh peserta didik untuk memahami prosedur kerja.
c. Menjelaskan kepada peserta didik tentang cara bekerja yang aman
sebelum memulai kegiatan.
d. Mengamati seluruh peserta didik pada saat melakukan kegiatan,
membantu kegiatan, menjawab pertanyaan, mencegah masalah
disiplin yang mungkin timbul, membimbing serta mendemonstrasikan
yang diperlukan.
e. Memberikan waktu yang cukup agar peserta didik dapat menerapikan
dan mengembalikan peralatan yang digunakan.
f. Melakukan diskusi tentang kesimpulan dari semua kegiatan yang
dilakukan. Pembelajaran melalui diskusi kelompok dapat
meningkatkan aktivitas peserta didik dalam belajar (Walker et al.,
2018).
Adapun kelebihan metode discovery learning menurut Markaban
(2008) dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.
Tabel 2.1 Kelebihan Metode Discovery Learning
No. Kelebihan
1. Peserta didik dapat berpartisipasi dalam pembelajaran yang
disajikan
2. Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inquiry (mencari-
mencari)
3. Mendukung kemampuan problem solving
4. Memberikan wahana interaktif antara peserta didik dengan guru,
42
serta antara peserta didik dengan peserta didik lainnya sehingga
kerjasama dapat terbangun serta kemampuan komunikasi mereka
terlatih
5. Materi yang dipelajari dapat mencapai tingkat kemampuan yang
tinggi dan lebih lama membekas karena peserta didik dilibatkan
dalam proses menemukannya
Adapun kekurangan metode discovery learning menurut Markaban
(2008) dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.
Tabel 2.2 Kekurangan Metode Discovery Learning
No. Kekurangan
1. Untuk materi tertentu, waktu dapat tersita lebih lama
2. Tidak semua peserta didik dapat mengikuti pelajaran dengan cara
ini. Di lapangan, peserta didik masih terbiasa dan mudah mengerti
dengan metode ceramah
3. Tidak semua topik cocok disampaikan dengan metode ini.
Umumnya topik-topik yang berhubungan dengan prinsip dapat
dikembangkan dengan metode discovery learning
4. Kurang efektif untuk kelas yang terlalu besar
Berdasarkan berbagai pendapat tentang metode discovery learning
maka dapat dirincikan tahapan pembelajaran pada tabel sebagai berikut.
Tabel 2.3 Sintaks Metode Discovery learning
No. Fase-Fase Kegitan Pendidik Kegiatan Peserta
didik
1. Stimulation Memberikan pertanyaan
kepada peserta didik
Merespons
pertanyaan dari guru
2. Problem
Statement
Mengarahkan peserta
didik merumuskan
Merumuskan
hipotesis awal
43
hipotesis awal bersama kelompok
3. Data
Collection
Membimbing peserta
didik melakukan
percobaan
Melakukan percobaan
bersama kelompok
4. Data
Processing
Mengarahkan peserta
didik berdiskusi
mengenai percobaan
Berdiskusi dengan
kelompoknya
mengenai percobaan
yang dilakukan
5. Verification Membimbing peserta
didik memeriksa secara
cermat mengenai
pembuktian hipotesis
Memeriksa secara
cermat untuk
membuktikan
hipotesis awal
6. Generalization Membuat kesimpulan
mengenai materi yang
telah disampaikan
Membuat kesimpulan
mengenai materi yang
disampaikan guru
3. Media/Alat Peraga GRANDER
Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak
dari kata medium yang secara harfiah dapat diartikan sebagai perantara
atau pengantar. Musfiqon (2012: 27) “a medium (plural media) is a
channel of communication, example include film, television, diagram,
printed material, computers, and instructor”. Lebih lanjut Sanjaya (2008)
menyatakan bahwa media adalah alat untuk memberi perangsang bagi
peserta didik supaya terjadi proses belajar. Menurut Sundayana (2013)
bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi
atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat peserta didik
mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam
44
pengetahuan ini, guru, buku teks dan lingkungan sekolah merupakan
media.
Media pembelajaran telah menjadi bagian integral dalam
pembelajaran. Bahkan keberadaannya tidak bisa dipisahkan dalam proses
pembelajaran di sekolah. Hal ini telah dikaji dan diteliti bahwa
pembelajaran yang menggunakan media hasilnya lebih optimal. Musfiqon
(2012) menyatakan media memiliki peran penting dalam pembelajaran di
kelas, yang mempengaruhi kualitas dan keberhasilan pembelajaran.
Pemakaian media dalam pembelajaran akan dapat membangkitkan
keinginan dan minat baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan
kegiatan belajar, serta membawa pengaruh psikologis terhadap peserta
didik. Media juga dapat berguna untuk membangkitkan gairah belajar,
memungkinkan peserta didik untuk belajar mandiri sesuai dengan minat
dan kemampuannya. Secara umum, media pembelajaran dimaksudkan
untuk mentransfer pengetahuan baik konseptual maupun prosedural.
Karena pengetahuan ini mengacu pada persiapan, kinerja, dan evaluasi
percobaan laboratorium, perlu diberikan pengetahuan awal tentang
bagaimana percobaan seharusnya dilakukan. “...media harus diperhatikan
kesesuaian tujuan, berdasarkan konsep yang jelas, disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik dan kemampuan guru, serta kondisi lingkungan
yang mendukung pembelajaran” (Sanjaya, 2009: 226).
Memilih media yang tepat untuk digunakan dalam pembelajaran
tidaklah mudah. Selain memerlukan analisis mendalam dengan
45
mempertimbangkan berbagai aspek juga dibutuhkan prinsip-prinsip
tertentu agar pemilihan media bisa lebih tepat. Hakikat dari pemilihan
media adalah dengan mempertimbangkan optimalisasi pencapaian tujuan
pembelajaran. Tidak ada ketentuan baku dalam memilih media. Tidak ada
media paling bagus dan paling jelek. Media yang bagus adalah media
yang dapat mendukung ketercapaian tujuan pembelajaran. Media yang
berbasis teknologi canggih tidak mesti efektif dan efisien dalam
merealisasikan tujuan pembelajaran. Begitu juga media yang tradisional
belum tentu selalu jelek dan tidak bisa mendukung pencapaian tujuan
pembelajaran. Artinya media yang bagus adalah media yang dapat
mendukung pencapaian tujuan pembelajaran. Sehingga rujukan dan
kriteria utama dalam memilih media adalah konstribusi media dalam
meningkatkan keberhasilan pembelajaran.
Salah satu media pembelajaran yang dapat dikembangkan oleh
guru dengan memanfaatkan barang-barang lokal yaitu media alat peraga
sederhana. Menurut Syajaah (2018) dalam menggunakan alat peraga
hendaknya guru memperhatikan sejumlah prinsip tertentu agar
penggunaan alat peraga tersebut dapat mencapai hasil yang baik.
Menurut Pujiati (2004) fungsi utama alat peraga adalah menurunkan
keabstrakan konsep agar peserta didik mampu menangkap arti konsep
tersebut. Sebagai contoh benda-benda konkret di sekitar peserta didik
seperti buah-buahan, pensil, buku, dan sebagainya. Dengan benda-benda
tersebut peserta didik dapat membilang banyaknya anggota dari
46
kumpulan suatu benda sampai menemukan bilangan yang sesuai pada
akhir membilang. Contoh lainnya, model-model bangun datar, model-
model bangun ruang, dan sebagainya.
Lebih lanjut menurut Pujiati (2004) menjelaskan fungsi alat peraga
secara umum, yaitu sebagai berikut.
a. Alat peraga sebagai media dalam menanamkan konsep-konsep
matematika.
b. Alat peraga sebagai media dalam memantapkan pemahaman konsep.
c. Alat peraga sebagai media untuk menunjukkan hubungan antara
konsep matematika dengan dunia di sekitar kita serta aplikasi konsep
dalam kehidupan nyata.
Menurut Sugiarto (2010) pemanfaatan media/alat peraga yang
dilakukan secara benar akan memberikan kemudahan bagi peserta didik
untuk membangun sendiri pengetahaun yang sedang dipelajarinya.
Apabila peserta dapat memahami secara tuntas materi pokok tertentu,
maka kemampuan tersebut merupakan modal dasar untuk mempelajai
materi pokok lain yang berhubungan dengan materi pokok tersebut. Hal ini
akan memberikan semangat baru, motivasi baru dan rasa senang bagi
peserta didik mempelajari matematika. Oleh karena semangat dan
motivasi yang tumbuh dari diri peserta didik sendiri diharapkan dapat
meningkatkan prestasi belajar peserta didik.
Menurut Suharjana (2008) ada beberapa tujuan penggunaan alat
peraga, yaitu sebagai berikut.
47
a. Alat peraga memberikan kemampuan berpikir matematika secara
kreatif. Bagi sebagian anak, matematika tampak seperti suatu sistem
yang kaku, yang hanya berisi simbol-simbol dan sekumpulan dalil-dalil
untuk dipecahkan. Padahal sesungguhnya matematika memiliki
banyak hubungan untuk mengembangkan kreatifitas.
b. Alat peraga mengembangkan sikap yang menguntungkan ke arah
berpikir matematika. Suasana pembelajaran matematika di kelas
haruslah sedemikian rupa, sehingga para peserta didik dapat
menyukai pelajaran tersebut. Suasana semacam ini merupakan salah
satu hal yang dapat membuat para peserta didik memperoleh
kepercayaan diri akan kemampuannya dalam belajar matematika
melalui pengalaman-pengalaman yang akrab dengan kehidupannya.
c. Alat peraga menunjang matematika di luar kelas, yang menunjukkan
penerapan matematika dalam keadaan sebenarnya. Peserta didik
dapat menghubungkan pengalaman belajarnya dengan pengalaman-
pengalaman dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menggunakan
keterampilan masing-masing mereka dapat menyelidiki atau
mengamati benda-benda di sekitarnya, kemudian mengorganisirnya
untuk memecahkan suatu masalah.
d. Alat peraga memberikan motivasi dan memudahkan abstraksi.
Dengan alat peraga diharapkan peserta didik lebih memperoleh
pengalaman-pengalaman yang baru dan menyenangkan, sehingga
48
mereka dapat menghubungkannya dengan matematika yang bersifat
abstrak.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media
bukan hanya alat perantara seperti TV, radio, slide, bahan cetakan, akan
tetapi meliputi manusia sebagai sumber belajar atau juga berupa kegiatan
seperti diskusi, seminar, karyawisata, simulasi, dan sebagainya yang
dikondisikan untuk menambah pengetahun dan wawasan, mengubah
sikap peserta didik atau untuk menambah keterampilan. Secara lebih utuh
media pembelajaran dapat didefinisikan sebagai alat bantu berupa fisik
maupun nonfisik yang sengaja digunakan sebagai perantara antara guru
dan peserta didik dalam memahami materi pembelajaran agar lebih efektif
dan efisien. Sehingga materi pelajaran dapat lebih cepat diterima peserta
didik dengan utuh serta menarik minat peserta didik untuk belajar lebih
lanjut.
Adapun alat peraga yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah
tangram matematika dan geoboard. Hasil pengembangan alat peraga
tersebut diberi nama alat peraga GRANDER. Alat peraga GRANDER
merupakan singkatan dari Gabungan Tangram matematika dan
Geoboard. Tangram berasal dari bahasa Mandarin: qï qiăo băn, secara
harfiah berarti tujuh papan keterampilan. Tangram adalah suatu puzzle
yang terdiri dari permainan orang Cina kuno yang dikenal dalam
matematika (Samudra, 2014). Menurut Khorina (2016) Tangram
merupakan puzzle dari China, terdiri dari tujuh potong bangun datar (lima
49
segitiga dengan ukuran yang berbeda, satu persegi dan satu jajar
genjang) yang bisa disusun menjadi berbagai bentuk baru tanpa tumpang
tindih dengan macam-macam variasi yang mampu membantu memahami
konstruksi geometri berupa bangun datar. Menurut Anjarsari (2013)
tangram merupakan salah satu permainan edukatif yang bisa dibuat dari
bahan-bahan yang sederhana. Permainan ini yaitu suatu permainan
puzzle persegi yang dipotong menjadi tujuh bagian (dua berbentuk
segitiga besar, satu berbentuk persegi, satu berbentuk jajarangenjang,
satu berbentuk segitiga sedang, dan dua berbentuk segitiga kecil).
Media tangram bermanfaat sebagai alat peraga guna membentuk
pengertian akan ide-ide geometri dan mengembangkan kemampuan
spasial. Peserta didik dapat menggerakkan kepingan-kepingan tangram
untuk mengetahui relasi bentuk geometri tiap keping, dan juga mempelajari
mengenai pembalikan, pemindahan dan perputaran (refleksi, rotasi dan
pemindahan posisi). Hal ini memberikan gambaran nyata bagi mereka
yang orientasi belajarnya adalah melalui penglihatan (visual). Dengan
memindahkan-mindahkan ketujuh kepingan yang ada, siswa dapat
menciptakan berbagai bentuk yang beragam (Khoirina, 2016). Sehingga
dapat disimpulkan bahwa tangram matematika adalah alat peraga edukatif
yang terbuat dari bahan-bahan sederhana berbentuk bangun datar sehinga
peserta didik bisa mengenal setiap bangun datar.
Adapun kelebihan tangram matematika menurut Khoirina (2016)
dalam dilihat pada tabel sebagai berikut.
50
Tabel 2.4 Kelebihan Tangram Matematika
No. Kelebihan Tangram Matematika
1. Menumbuhkan minat belajar peserta didik karena pelajaran
menjadi lebih menarik
2. Memperjelas makna bahan pelajaran sehingga peserta didik lebih
mudah memahaminya
3. Metode mengajar akan lebih bervariasi sehingga peserta didik tidak
akan mudah bosan
4. Membuat lebih aktif melakukan kegiatan belajar seperti:
mengamati, melakukan dan mendemonstrasikan
Adapun kekurangan dari tangram matematika adalah memerlukan
ketelitian dan kecermatan guru membuatnya dan media tangram hanya
menyajikan beberapa bentuk bangun datar (Apriliani, 2013). Sedangkan
geoboard adalah alat bantu dalam mengajarkan konsep geometri, seperti
konsep bangun datar, konsep keliling bangun datar, dan menghitung serta
menentukan luas sebuah bangun datar (Sundayana 2016). Menurut
Husnaya (2018) geoboard adalah suatu papan berpaku yang dapat
digunakan untuk media dalam materi geometri sehingga dalam
mempelajari materi bangun datar, media ini cocok digunakan sebagai
penunjang dalam mengajar. Menurut Nisa dan Bustoniyah (2015)
geoboard bangun datar merupakan alat untuk menyalurkan materi yang
akan diajarkan untuk merangsang kreativitas peserta didik agar lebih
mudah dipahami. Penggunaan geoboard bangun datar terbuat dari papan
berpaku yang akan dibentuk dengan karet gelang.
51
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa geoboard
adalah permainan edukatif yang terbuat dari papan berpaku yang akan
dibentuk dengan karet gelang. Penggunaan geoboard sangat membantu
guru dalam proses pembelajaran karena alat peraga ini bisa
menumbuhkan aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran.
Adapun kelebihan dari geoboard menurut Nisa dan Bustoniyah
(2015) dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.
Tabel 2.5 Kelebihan Geoboard
No Kelebihan Geoboard
1. Sebagai alat bantu guru
2. Pembuatan media mudah
3. Peserta didik mudah mengelompokkan bentuk bangun datar
4. Peserta didik lebih terampil
5. Tahan lama
6. Bahannya mudah didapat
Kekurangan dari geoboard menurut Lastrijanah, Prasetyo, dan
Mawardini (2017) dapat dilihat pada tabel adalah sebagai berikut.
Tabel 2.6 Kekurangan Geoboard
No Kekurangan Geoboard
1. Banyak menuntut peran guru
2. Media geoboard sangat berbahaya bagi anak karena terdapat
paku yang tajam
3. Butuh banyak waktu dalam pembuatannya
4. Perlu kesediaan untuk berkorban secara materiil
52
4. Metode Discovery Learning Berbasis GRANDER
Metode discovery learning adalah metode yang mengatur
pengajaran sedemikian rupa sehingga peserta didik memperoleh
pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya dengan tidak melalui
pemberitahuan langsung, namun sebagian atau seluruhnya ditemukan
sendiri. Dalam pembelajaran discovery (penemuan) kegiatan atau
pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga peserta didik
dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses
mentalnya sendiri. Dalam menemukan konsep, peserta didik melakukan
observasi, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, menarik
kesimpulan dan sebagainya untuk menemukan beberapa konsep atau
prinsip. Dalam menggunakan metode pembelajaran sangat dibutuhkan
pula penggunaan media atau alat peraga.
Menurut Sundayana (2013) mengatakan bahwa media apabila
dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang
membangun kondisi yang membuat peserta didik mampu memperoleh
pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengetahuan ini, guru,
buku teks dan lingkungan sekolah merupakan media. Media bukan hanya
alat perantara seperti TV, radio, slide, bahan cetakan, akan tetapi meliputi
manusia sebagai sumber belajar atau juga berupa kegiatan seperti
diskusi, seminar, karyawisata, simulasi, dan sebagainya yang dikondisikan
untuk menambah pengetahun dan wawasan, mengubah sikap peserta
didik atau untuk menambah keterampilan. Secara lebih utuh media
53
pembelajaran dapat didefinisikan sebagai alat bantu berupa fisik maupun
nonfisik yang sengaja digunakan sebagai perantara antara guru dan
peserta didik dalam memahami materi pembelajaran agar lebih efektif dan
efisien. Sehingga materi pelajaran dapat lebih cepat diterima peserta didik
dengan utuh serta menarik minat peserta didik untuk belajar lebih lanjut.
Adapun alat peraga yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat
peraga tangram matematika dan geoboard. Alat peraga tersebut diberi
nama GRANDER.
GRANDER adalah singkatan dari gabungan tangram matematika
dan geoboard. Alat peraga GRANDER didalamnya akan terdapat alat
peraga tangram matematika dan geoboard namun ada yang berbeda dari
alat peraga GRANDER dibandingan dengan alat peraga tangram dan
geoboard. Alat peraga GRANDER yang membedakan dengan tangram
matematika adalah bangun datar dalam alat peraga tersebut. Tangram
matematika di dalamnya tidak terdapat bangun datar lingkaran dan
layang-layang sedangkan alat peraga GRANDER semua bangun datar
termuat dalam alat peraga tersebut sehingga semua bangun datar bisa
ditemukan rumusnya dengan menggunakan alat peraga GRANDER.
Tangram matematika adalah alat peraga edukatif yang terbuat dari bahan-
bahan sederhana berbentuk bangun datar sehinga peserta didik bisa
mengenai setiap bangun datar. Media tangram bermanfaat sebagai alat
peraga guna membentuk pengertian akan ide-ide geometri dan
mengembangkan kemampuan spasial. Peserta didik dapat menggerakkan
54
kepingan-kepingan tangram untuk mengetahui relasi bentuk geometri tiap
keping, dan juga mempelajari mengenai pembalikan, pemindahan dan
perputaran (refleksi, rotasi dan pemindahan posisi). Hal ini memberikan
gambaran nyata bagi mereka yang orientasi belajarnya adalah melalui
penglihatan (visual). Geoboard adalah permainan edukatif yang terbuat
dari papan berpaku yang akan dibentuk dengan karet gelang.
Penggunaan geoboard sangat membantu guru dalam proses
pembelajaran karena alat peraga ini bisa menumbuhkan aktivitas peserta
didik dalam proses pembelajaran.
Adapun sintak metode discovery learning berbasis GRANDER
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.
Tabel 2.7 Sintaks Metode Discovery Learning Berbasis GRANDER
No. Fase-Fase Kegitan Pendidik Kegiatan Peserta
didik
1. Stimulation Memberikan pertanyaan
kepada peserta didik
Merespons
pertanyaan dari guru
2. Problem
Statement
Mengarahkan peserta
didik merumuskan
hipotesis awal
Merumuskan
hipotesis awal
bersama kelompok
3. Data
Collection
Membimbing peserta
didik melakukan
percobaan dengan
menggunakan alat
peraga GRANDER
Melakukan percobaan
dengan
menggunakan alat
peraga alat peraga
GRANDER
4. Data
Processing
Mengarahkan peserta
didik berdiskusi
Berdiskusi dengan
kelompoknya
55
mengenai percobaan
dengan menggunakan
alat peraga GRANDER
mengenai percobaan
dengan
menggunakan media
alat peraga
GRANDER
5. Verification Membimbing peserta
didik memeriksa secara
cermat mengenai
pembuktian hipotesis
Memeriksa secara
cermat untuk
membuktikan
hipotesis awal
6. Generalization Membuat kesimpulan
mengenai materi yang
telah disampaikan
Membuat kesimpulan
mengenai materi yang
disampaikan guru
Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode discovery learning
berbasis GRANDER adalah metode yang mengatur pembelajaran
sedemikian rupa sehingga peserta didik memperoleh pengetahuan yang
sebelumnya belum diketahuinya dengan tidak melalui pemberitahuan
langsung, namun sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri dengan
bantuan alat peraga GRANDER (Gabungan Tangram Matematika dan
Geoboard).
5. Validitas Perangkat Pembelajaran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007) validitas diartikan
sebagai sifat benar, menurut bukti yang ada, logika berpikir atau kekuatan
hukum. Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh
mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melaksanakan
56
fungsi ukurnya Azwar (dalam Rusli, 2014). Menurut Sani, dkk (2018)
validitas adalah terkait hasil pengukuran atau observasi.
Validitas atau tingkat ketepatan instrumen adalah tingkat
kemampuan instrumen untuk mengukur apa yang hendak diukur secara
tepat dan benar. Alat ukur yang valid dapat digunakan untuk mengukur
objek yang seharusnya diukur dan sesuai dengan kriteria tertentu. Artinya
ada kesesuaian antara alat ukur dengan fungsi pengukuran dan sasaran
pengukuran. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat ketepatan dan
keshahihan suatu instrumen. Menurut Akker (1999) kualitas model
pembelajaran yang dikembangkan dapat disimpulkan bahwa perangkat
pembelajaran dikatakan valid jika perangkat pembelajaran berdasarkan
teori yang memadai (validasi isi) dan semua komponen perangkat
pembelajaran satu sama lain berhubungan secara konsisten.
Menurut Sani (2018) validasi isi sebuah instrumen adalah
ketepatan instrumen ditinjau dari isi alat ukur. Suatu instrumen tes
dikatakan memiliki validitas isi jika butir instrumen tersebut mewakili bahan
pembelajaran yang diberikan. Jadi, sebuah instrumen tes harus
disesuaikan dengan kurikulum yang digunakan. Jika butir instrumen
dikatakan sesuai dengan materi penyusunan alat ukur, maka alat ukur
tersebut memiliki validitas isi. Adapun validitas konstruk menurut Sani
(2018) adalah berkaitan dengan kesesuaian konsep bidang ilmu dengan
alat ukur yang digunakan. Suatu instrumen dikatakan memiliki validitas
57
konstruk yang tinggi apabila hasil alat ukur sesuai dengan ciri-ciri tingkah
laku yang diukur. Jadi validitas konstruk harus ditinjau dari kesesuaian
defenisi konseptual tentang variabel dan dimensi variabel dengan butir-
butir instrumen yang digunakan.
6. Praktikalitas Perangkat Pembelajaran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007) kepraktisan
diartikan sebagai suatu yang bersifat praktis atau efisien. Menurut
Arikunto (2010) mengartikan kepraktisan dalam evaluasi pendidikan
merupakan kemudahan yang ada pada instrument evaluasi baik dalam
mempersiapkan, menggunakan, menginterpretasi/ memperoleh hasil,
maupun kemudahan dalam menyimpanya. Berkaitan kepraktisan dalam
penelitian pengembangan Akker (1999) menyatakan: “Practically refers to
the extent that user (or other expert) consider the intervention as
appealing and usable in normal conditions”. Artinya, kepraktisan mengacu
pada tingkat bahwa pengguna mempertimbangkan intervensi dapat
digunakan dan disukai dalam kondisi normal. Menurut Mudjijo (1995)
kepraktisan adalah jika salah satu instumen tersebut dapat dan mudah
dilaksanakan serta ditafsirkan hasilnya. Selanjutnya Mudjijo juga
berpendapat bahwa kepraktisan menunjukan pada tingkat kemudahan
penggunaan dan pelaksanaannya yang meliputi biaya dan waktu dalam
pelaksanaan serta pengelolaan dan penafsiran hasilnya.
Untuk mengukur tingkat kepraktisan yang berkaitan dengan
pengembangan instrumen berupa materi pembelajaran, Nieveen (1999)
58
berpendapat bahwa untuk mengukur kepraktisannya dengan melihat
apakah guru dan pengguna lainnya mempertimbangkan bahwa materi
mudah dan dapat digunakan oleh guru dan peserta didik. Khusus untuk
pengembangan model yang dikembangkan dalam penelitian
pengembangan, model tersebut dikatakan praktis jika para ahli dan
praktisi menyatakan bahwa secara teoritis bahwa model dapat diterapkan
di lapangan dan tingkat keterlaksanaannya model tersebut termasuk
kategori “baik”.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
kepraktisan adalah instumen yang dapat dan mudah dilaksanakan serta
ditafsirkan hasilnya. Indikator kepraktisan dalam penelitian ini adalah
respons guru, respons peserta didik mengenai perangkat pembelajaran
yang digunakan berbasis alat peraga GRANDER dan keterlaksanaan
perangkat pembelajaran.
7. Efektivitas Perangkat Pembelajaran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007) efektivitas adalah
berasal dari kata efektif berarti ada efeknya, manjur, mujarab dan mapan.
Menurut Budiani (2009) efektivitas adalah kesesuaian antara output
dengan tujuan yang ditetapkan. Efektivitas adalah suatu keadaan yang
terjadi karena dikehendaki. Miarso (2004) mengatakan bahwa efektivitas
pembelajaran merupakan salah satu standar mutu pendidikan dan sering
kali diukur dengan tercapainya tujuan, atau dapat juga diartikan sebagai
ketepatan dalam mengelola suatu situasi, ”doing the right things”. Menurut
59
Haryoko (2009) efetivitas pembelajaran dapat diartikan sebagai perlakuan
dalam proses pembelajaran yang memiliki ciri-ciri suasana yang dapat
berpengaruh, atau hal yang berkesan terhadap penampilan, dan
keberhasilan usaha atau tindakan yang berpengaruh terhadap hasil
belajar peserta didik.
Menurut Supardi (2013) pembelajaran efektif adalah kombinasi
yang tersusun meliputi manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan
prosedur diarahkan untuk mengubah perilaku peserta didik ke arah yang
positif dan lebih baik sesuai dengan potensi dan perbedaan yang dimiliki
peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Hamalik (2001) menyatakan bahwa pembelajaran yang efektif adalah
pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau
melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada peserta didik untuk belajar.
Penyediaan kesempatan belajar sendiri dan beraktivitas seluas-luasnya
diharapkan dapat membantu peserta didik dalam memahami konsep yang
sedang di pelajari (Rohmawati, 2015).
Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran keberhasilan
dari proses interaksi dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Dilihat dari aktivitas selama pembelajaran, Respons dan
penguasaan konsep (Rohmawati, 2015). Menurut Sinambela (2006:78),
pembelajaran dikatakan efektif apabila mencapai sasaran yang diinginkan,
baik dari segi tujuan pembelajaran maupun prestasi peserta didik yang
maksimal. Beberapa indikator keefektifan pembelajaran yaitu ketercapaian
60
ketuntasan belajar, ketercapaian keefektifan aktivitas peserta didik (yaitu
pencapaian waktu ideal yang digunakan peserta didik untuk melakukan
setiap kegiatan yang termuat dalam rencana pembelajaran), kemampuan
guru mengelola pembelajaran, dan Respons peserta didik terhadap
pembelajaran yang positif.
Menurut Miarso (2004) indikator yang dapat digunakan untuk
menentukan efektivitas dalam proses pembelajaran adalah
pengorganisasian materi yang baik, komunikasi yang efektif, penguasaan
dan antusiasme terhadap materi pelajaran, sikap positif terhadap peserta
didik, pemberian nilai yang adil, keluwesan dalam pendekatan
pembelajaran, dan hasil belajar peserta didik yang baik. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran adalah tingkat keberhasilan
yang dapat dicapai dari suatu metode pembelajaran tertentu sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Tingkat
keberhasilan yang digunakan pada penelitian ini adalah indikator
ketuntasan hasil belajar peserta didik, aktivitas peserta didik dan
kemampuan guru mengelola pembelajaran.
8. Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental.
Dalam proses belajar kedua aktivitas itu harus saling berkaitan. Lebih
lanjut lagi Piaget menerangkan bahwa jika seorang anak berpikir tanpa
berbuat sesuatu, berarti anak itu tidak berpikir (Sardiman, 2011).
61
Aktivitas belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk
menghasilkan perubahan pengetahuan-pengetahuan, nilai-nilai sikap, dan
keterampilan pada peserta didik sebagai latihan yang dilaksanakan secara
sengaja. Sedangkan Defri, mendefinisikan aktivitas belajar sebagai segala
kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan peserta didik)
dalam rangka mencapai tujuan belajar. Keaktifan peserta didik selama
proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan
atau motivasi peserta didik untuk belajar (Ahmad, 2008).
Menurut Sardiman (2011) bahwa anak-anak memiliki tenaga-
tenaga untuk berkembang sendiri, membentuk sendiri. Pendidik hanya
berperan sebagai pembimbing dan mengamati bagaimana perkembangan
anak didiknya. Pernyataan Mentossari ini memberikan petunjuk bahwa
yang lebih banyak melakukan aktivitas di dalam diri adalah anak itu
sendiri, sedang pendidik memberikan bimbingan dan merencanakan
segala kegiatan yang akan dilakukan oleh anak didik.
Seseorang tidak akan dapat menghindarkan diri dari suatu situasi
dalam proses belajar. Situasi akan menentukan aktivitas apa yang akan
dilakukan dalam rangka belajar (Djamarah, 2008). Aktivitas belajar dibagi
menjadi delapan kelompok, sebagai berikut:
a. Kegiatan-kegiatan visual (visual activities) misalnya membaca, melihat
gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran,
mengamati orang lain bekerja, atau bermain.
62
b. Kegiatan-kegiatan lisan (oral activities) misalnya mengemukakan
suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan
pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat,
berwawancara, diskusi bertanya, memberi sesuatu, mengeluarkan
pendapat, mengadakan wawancara, diskusi.
c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan (listening activities) misalnya
mendengarkan penyajian, bahan, mendengarkan percakapan, atau
diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan instrumen musik,
mendengarkan siaran radio.
d. Kegiatan-kegiatan menulis (writing activities) misalnya: menulis cerita,
karangan, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi,
membuat sketsa, atau rangkuman, mngerjakan tes, mengisi angket.
e. Kegiatan-kegiatan menggambar (drawing activities) yang termasuk
didalamnya antara lain: menggambar, membuat grafik, diagram, peta,
pola.
f. Kegiatan-kegiatan metrik (motor activities): melakukan percobaan,
memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model,
menyelenggarakan permainan (simulasi), menari, berkebun.
g. Kegiatan-kegiatan mental (mental activities) misalnya merenungkan,
mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor,
menemukan hubungan-hubungan, membuat keputusan.
h. Kegiatan-kegiatan emosional (emotional activities) misalnya minat,
membedakan, berani, tenang, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan
63
dalam kelompok ini terdapat pada semua kegiatan tersebut di atas,
dan bersifat tumpang tindih (Sardiman, 2011).
Belajar perlu ada aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar itu adalah
berbuat, “learning by doing”. Kegiatan yang selalu memperhatikan
pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang diwujudkan
dalam beberapa aktivitas belajar. Jadi dapat disimpulkan bahwa aktivitas
belajar merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran (fisik maupun
mental) yang dilakukan peserta didik selama proses pembelajaran.
Dengan melakukan berbagai aktivitas dalam kegiatan pembelajaran
diharapkan peserta didik dapat membangun pengetahuannya sendiri
dengan bantuan guru. Aktivitas belajar peserta didik disekolah cukup
kompleks dan bervariasi. Jika berbagai macam kegiatan tersebut dapat
diciptakan di sekolah, maka sekolah akan benar-benar menjadi pusat
aktivitas belajar yang maksimal.
Menurut Yamin (2007) rangkaian kegiatan pembelajaran untuk
menumbuhkan aktivitas siswa dalam kelas meliputi sembilan aspek,
diantaranya adalah: (1) memberikan motivasi, (2) menjelaskan tujuan
instruksional, (3) mengingatkan kompetensi prasyarat, (4) memberikan
stimulus, (5) memberikan petunjuk kepada peserta didik cara
mempelajarinya, (6) memunculkan aktivitas peserta didik dalam kegiatan
pembelajran, (7) memberikan umpak bali (feel back), (8) melakukan
tagihan-tagihan pada siswa berupa tes, (9) menyimpulkan setiap materi
yang disampaiakn diakhir pembelajaran.
64
Berdasarkan kajian di atas, maka yang dimaksud dengan aktivitas
belajar peserta didik dalam penelitian ini adalah kegiatan atau perilaku
peserta didik selama proses pembelajaran. Kegiatan-kegiatan yang
dimaksud adalah memperhatikan demonstrasi, melakukan percobaan,
mengajukan pertanyaan kepada guru atau peserta didik, diskusi
kelompok, mendengarkan penyajian/percakapan, mengerjakan soal-soal
dan menyimpulkan pembelajaran.
B. Penelitian yang Relevan
Berikut ini akan dikemukakan penelitian yang relevan dan sesuai
dengan penelitian ini adalah sebagai berikut.
Penelitian yang dilakukan oleh Fusiari (2016) dengan judul
penelitian pengembangan perangkat pembelajaran model discovery
learning pada materi pokok optik di SMP. Tujuan penelitian ini adalah
memperoleh deskripsi tentang kelayakan perangkat pembelajaran,
keterlaksanaan pembelajaran, aktivitas siswa, hasil belajar peserta didik
dan Respons peserta didik terhadap PBM menggunakan perangkat
pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning pada
materi pokok optik. Pengembangan perangkat pembelajaran dalam
penelitian ini menggunakan model desain ASSURE yang dikemukakan
oleh Sharon. Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik validasi,
observasi dan tes. Teknik validasi digunakan untuk memperoleh data
kualitatif tentang perangkat pembelajaran, teknik observasi digunakan
65
untuk memperoleh data kualitatif tentang keterlaksanaan pembelajaran,
aktivitas peserta didik, sedangkan teknik tes digunakan untuk memperoleh
data kuantitatif tentang ketuntasan belajar peserta didik menggunakan
perangkat yang dikembangkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perangkat pembelajaran model discovery learning pada materi pokok optik
layak digunakan dalam proses belajar mengajar, keterlaksanaan
pembelajaran pada pembelajaran model discovery learning pada materi
pokok optik telah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan proses belajar
mengajar yang telah direncanakan, sebanyak 81% peserta didik aktif
dalam pembelajaran model discovery learning pada materi pokok optik,
hasil belajar peserta didik setelah menggunakan perangkat pembelajaran
model discovery learning pada materi pokok optik telah mencapai
ketuntasan klasikal sebesar 90%, respons positif peserta didik terhadap
proses belajar mengajar dengan menggunakan perangkat pembelajaran
model discovery learning pada materi pokok optik sebesar 95%. Dengan
demikian peserta didik merasa dapat mengembangkan kompetensinya.
Hal ini sejalan pula dengan penelitian Putri, Juliani dan Lestari
(2017) dengan judul penelitian pengaruh model pembelajaran discovery
learning terhadap hasil belajar peserta didik dan aktivitas peserta didik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik
menggunakan model pembelajaran discovery learning serta mengetahui
aktivitas belajar peserta didik pada materi suhu dan kalor. Jenis penelitian
yang digunakan yaitu quasi eksperimen. Hasil analisis data diperoleh
66
bahwa ada perbedaan akibat pengaruh model pembelajaran discovery
learning terhadap hasil belajar peserta didik pada materi pokok suhu dan
kalor. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan adanya penelitian ini
terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik setelah adanya penerapan
model pembelajaran discovery learning dan dapat dijadikan sebagai
rujukan untuk memilih model pembelajaran.
Selanjunya menurut Ramadhani (2017) dengan judul penelitian
discovery learning with scientific approach on geometry. Geometri sebagai
salah satu cabang matematika memiliki peran penting dalam studi
matematika. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
pembelajaran penemuan (DL) terhadap prestasi belajar geometri.
Penelitian ini dilakukan di SMP di Kabupaten Karanganyar. Data
penelitian diperoleh melalui tes dan kuesioner. Selanjutnya, data dianalisis
dengan menggunakan dua arah Anava. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa menunjukkan bahwa DL dengan pendekatan ilmiah adalah efek
positif terhadap matematika prestasi belajar. DL dengan pendekatan
ilmiah memberikan matematika yang lebih baik prestasi daripada belajar
langsung belajar. Peserta didik dengan kategori self-efficacy tinggi
memiliki matematika yang lebih baik prestasi belajar daripada mereka
yang berkategori self-efficacy sedang dan rendah, peserta didik dengan
moderat self-efficacy mengalami matematika yang sama prestasi dengan
mereka yang memiliki kategori self-efficacy rendah belajar. Ada interaksi
antara model pembelajaran penemuan dengan pendekatan ilmiah dan
67
self-eficacy terhadap matematika peserta didik prestasi belajar.
Pengantar. Oleh karena itu, DL dengan pendekatan ilmiah dapat
meningkatkan prestasi belajar peserta didik.
Menurut Suliati, dkk (2017) dengan judul penelitian penerapan
model problem based learning menggunakan alat peraga sederhana
terhadap hasil belajar peserta didik. Penelitian tersebut bertujuan untuk
mengukur perbedaan yang signifikan antara hasil belajar sebelum dan
setelah diterapkan model PBL menggunakan alat peraga sederhana.
Penelitian kuasi eksperimen ini menggunakan Time Series Design. Teknik
pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling dengan
melibatkan kelas X TKJ B. Pada penelitian ini peneliti membandingkan
hasil belajar pretest dan postest. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
rata-rata pretest sebesar 23,72 ± SD 22,11 kategori sangat kurang
sedangkan posttest sebesar 43,91 ± SD 24,14 kategori cukup, hal ini
menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran PBL menggunakan
alat peraga sederhana lebih meningkatkan hasil belajar peserta didik SMK
Negeri 2 Manokwari. Sejalan dengan hasil pengolahan data
menggunakan Paired sample t-test, dengan taraf signifikan α = 5%
diperoleh thitung = 4,778. Nilai ttabel diketahui 1,697 sehingga thitung >
ttabel yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar
peserta didik antara sesudah dan sebelum diterapkan model PBL
menggunakan alat peraga sederhana. Demikian pula berdasarkan uji gain
diperoleh peningkatan perbedaan meskipun masih berada dalam taraf
68
rendah g < 0,3 sehingga pembelajaran fisika dengan model PBL
menggunakan alat peraga sederhana dapat membantu peserta didik
dalam proses pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar peserta
didik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan adanya penerapan
model PBL berbasis alat peraga dapat meningkatkan hasil belajar peserta
didik dilihat dari sebelum dan stelah penerapan.
Menurut Rahmani dan Widyasari (2018). Judul penelitian
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa melalui
media tangram. Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya
kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik, sehingga
penulis melakukan penelitian dengan menggunakan media tangram dalam
proses pembelajaran. Adapun tujuan penelitian ini adalah mengkaji
peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik di
kelas yang mendapat pembelajaran dengan penggunaan media tangram
lebih baik daripada peserta didik di kelas yang mendapatkan
pembelajaran biasa. Metode penelitian yang digunakan adalah Quasi
Experimental dengan bentuk desain Nonequivalent Control Group Design,
dimana subyek penelitian tidak dikelompokkan secara acak. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan yang
signifikan penggunaan media tangram terhadap kemampuan pemecahan
masalah matematis peserta didik di kelas V SDN Pamulang 01 Tangerang
Selatan. Hal ini terbukti dari perhitungan menunjukkan hasil uji Anova dua
jalur nilai signifikansi sebesar 0,000 kurang dari taraf signifikansi 0,05.
69
Menurut Husnaya (2018). Judul penelitian Keefektifan model
pembelajaran kooperatif tipe think pair share pada materi bangun datar
berbantu media geoboard terhadap pemahaman konsep dan motivasi
belajar peserta didik kelas IV SDN Troso 06 Pecangaan Jepar. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran think pair
share pada materi bangun datar untuk meningkatkan pemahaman konsep
dan motivasi belajar peserta didik Kelas IV SDN Troso 06 Pecangaan
Jepara pada tahun 2017/2018. Jenis penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif dengan desain penelitian pra-eksperimental. Bentuk desain Pra-
eksperimental yang digunakan dalam penelitian ini adalah one group
pretest-posttest design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
peserta didik kelas IV SDN Troso 06 Pecangaan Jepara pada tahun
akademik 2017/2018. Sampel yang diambil adalah 20 peserta didik kelas
IV dengan menggunakan teknik sampling jenuh. Hasil nilai rata-rata
pretest dan posttest mengalami peningkatan. Pada nilai pretest yang telah
dilaksanakan diperoleh nilai rata-rata 61.5% dan nilai posttest sebesar
81,75%. Dengan demikian ada peningkata hasil belajar peserta didik
dalam menggunakan model think pair share pada materi bangun datar di
Kelas IV. Hasil pengujian hipotesis terhadap hasil belajar peserta didik
aspek kognitif menunjukkan bahwa t hitung = 8,587 dan t tabel = 2,093
dengan taraf signifikan 5% maka t hitung = 8,587 > ttable = 2,093. Jadi
berdasarkan hasil yang didapat dikatakan bahwa H0 ditolak dan Ha
diterima berarti model pembelajaran think pair share pada materi bangun
70
datar sangat efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN
Troso 06 Pecangaan Jepara.
Menurut Sibiya dan Mudaly (2018) dengan judul penelitian the
effects of the geoboard on learner understanding of geometry theorems.
Penelitian ini meneliti efek dari geoboard terhadap pemahaman geometris
teorema peserta didik. Penelitian ini menggunakan desain penelitian
kualitatif. Penelitian dilakukan dalam dua sekolah menengah. Semua 50
peserta diajarkan teorema geometris menggunakan geoboard untuk dua
minggu. Data dianalisis dengan menggunakan analisis tematik. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa geoboard dapat meningkatkan
pemahaman geometris teorema peserta didik.
C. Kerangka Pikir
Proses belajar mengajar merupakan suatu bentuk interaksi antara
beberapa komponen yaitu pengajar, peserta didik, lingkungan belajar, dan
media belajar, kemudian melalui kegiatan tersebut terjadi pengalihan
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai kepada peserta didik yang
berdasar pada pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Permasalahan yang muncul karena penggunaan perangkat pembelajaran
yang tidak berpusat kepada peserta didik agar proses pembelajaran dapat
berlangsung dengan baik maka diperlukan perangkat pembelajaran yang
valid, praktis dan efektif. Adapun kerangka pikir dalam penelitian ini dapat
dilihat pada gambar berikut.
71
Masalah Pengembangan perangkat
pembelajaran matematika menggunakan metode discovery learning berbasis GRANDER 1. Silabus 2. Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) 3. Buku Siswa 4. Lembar Kegiatan Peserta
didik (LKPD) 5. Instrumen penilaian hasil
belajar
Model Pengembangan
4-D
Uji Coba Terbatas
Efektivitas Indikator efektif adalah 1. Hasil belajar peserta didik 2. Aktivitas peserta didik 3. Kemampuan guru
mengelola pembelajaran
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian
Praktikalitas Indikator Praktis adalah 1. Respons guru 2. Respons peserta didik 3. Keterlaksanaan
perangkat pembelajaran
Validasi Perangkat Pembelajaaran
Simulasi
72
BAB III
METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
A. Model Penelitian dan Pengembangan
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dengan model
pengembangan 4-D. Model ini dikembangkan oleh Thiagarajan. Model
pengembangan 4-D terdiri atas 4 tahap utama yaitu: define
(pendefinisian), design (perencanaan), develop (pengembangan) dan
disseminate (penyebaran), atau diadaptasi model 4-P, yaitu pendefinisian,
perancangan, pengembangan dan penyebaran (Thiagarajan, 1974).
B. Prosedur Penelitian dan Pengembangan
Prosedur penelitian dan pengembangan meliputi tahap
pendefinisian (define), perencanaaan (design), pengembangan (develop),
dan penyebaran (disseminate). Adapun tahap-tahap pengembangan
model 4-D adalah sebagai berikut.
1. Tahap Pendefinisian
Tujuan tahap ini adalah menetapkan dan mendefinisikan syarat-
syarat pembelajaran. Dalam menentukan dan menetapkan syarat-syarat
pembelajaran diawali dengan analisis tujuan. Tahap ini meliputi langkah-
langkah sebagai berikut.
72
73
a. Analisis awal
Analisis awal ini dilakukan dengan menganalisis masalah-masalah
mendasar yang dihadapi dan perlu dijadikan sebagai bahan pertimbangan
dalam pengembangan perangkat pembelajaran matematika
menggunakan metode discovery learning berbasis GRANDER di SD.
Informasi pada tahap ini diperoleh melalui observasi di kelas VI A SD
Inpres Minasa Upa I Kota Makassar tentang perangkat pembelajaran yang
digunakan.
b. Analisis Peserta didik
Analisis peserta didik dilakukan untuk mengetahui karakteristik
peserta didik yang sesuai dengan rancangan dan pengembangan
perangkat pembelajaran. Karakteristik peserta didik meliputi latar
belakang pengetahuan, pengalaman-pengalaman sebelumnya, dan sikap
terhadap materi sebelumnya. Hasil telaah ini digunakan sebagai bahan
pertimbangan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran
matematika.
c. Analisis Konsep
Analisis konsep meliputi analisis materi yang akan diajarkan yaitu
keliling dan luas bangun datar.
d. Analisis Tugas
Analisis tugas bertujuan untuk mengidentifikasi tugas-tugas yang
akan dikerjakan oleh peserta didik.
74
e. Spesifikasi Tujuan
Spesifikasi tujuan pembelajaran bertujuan untuk merumuskan
tujuan-tujuan pembelajaran khusus (indikator-indikator pencapaian hasil
belajar), berdasarkan analisis tugas dan analisis konsep. Tujuan ini
selanjutnya menjadi dasar untuk penyusunan tes dan merancang
perangkat pembelajaran.
2. Tahap Perancangan
Tujuan tahap ini adalah untuk menyiapkan prototipe perangkat
pembelajaran matematika menggunakan metode discovery learning
berbasis GRANDER. Tahap ini meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
a. Penyusunan tes
Penyusunan tes merupakan langkah awal yang menjembatangi
tahap pendefinisian dan tahap perancangan. Tes yang disusun
berdasarkan spesifikasi tujuan pembelajaran.
b. Pemilihan alat peraga
Pemilihan alat peraga dilakukan untuk mengidentifikasi alat peraga
yang relevan dengan karakteristik materi.
c. Pemilihan Format
Di dalam pemilihan format ini dilakukan dengan mengkaji format-
format perangkat pembelajaran meliputi silabus, RPP, buku siswa, LKPD
dan instrumen penilain hasil belajar.
75
d. Rancangan Awal
Pada tahap ini, dilakukan perancangan perangkat pembelajaran
matematika menggunakan metode discovery learning berbasis alat
peraga GRANDER meliputi: silabus, RPP, buku siswa, LKPD dan
instrumen penilaian hasil belajar.
3. Tahap Pengembangan
Tujuan tahap ini untuk menghasilkan perangkat pembelajaran yang
sudah direvisi berdasarkan masukan dari para pakar maupun setelah
dilakukan uji coba. Adapun langkah-langkah dalam tahap pengembangan
sebagai berikut.
a. Validasi
Validasi oleh ahli materi dan ahli media. Validasi dilakukan untuk
mengetahui kevalidan perangkat pembelajaran dari segi materi,
kebahasaan, penyajian dan instrumen penelitian. Kemudian dilakukan
pula validasi oleh ahli media untuk mengetahui validitas media alat
peraga.
b.Tahap Uji Coba Terbatas
Sebelum dilakukan uji coba di kelas sesungguhnya, terlebih dahulu
dilakukan simulasi pembelajaran di Kelas VI A SD Inpres Minasa Upa
Kota Makassar dengan menerapkan perangkat pembelajaran matematika
metode discovery learning berbasis GRANDER. Simulasi dimaksudkan
untuk menghindari bias data amatan yang diperoleh dari tiga pengamat
yaitu guru PNS bersertifikat, guru PNS, guru honorer. Pertimbangan
76
pemilihan kriteria pengamat atau observer adalah pertama, guru tersebut
bagian dari guru yang diamati dalam kegiatan pembelajaran di kelas
sehingga lebih optimal dan lengkap dalam memberikan justifikasi.
Pertimbangan kedua, konteks kelas dan urid guru tersebut lebih paham
sehingga lebih utuh ditinjau juga dari level gurunya. Pada tahap uji coba
terbatas melibatkan peserta didik kelas VI B SD Inpres Karunrung dan
peserta didik kelas VI A SD Inpres Minasa Upa I Makassar untuk
mengevaluasi perangkat pembelajaran matematika menggunakan metode
discovery learning berbasis GRANDER. Pada saat uji coba terbatas
melibatkan tiga pengamat (guru) dengan kriteria yang sama pada saat
simulasi perangkat pembelajaran. Observasi dilakukan untuk mengamati
keterlaksanaan perangkat pembelajaran, aktivitas peserta didik dan
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.
4. Tahap Penyebaran
Proses penyebaran merupakan suatu tahap akhir dalam model
pengembangan 4-D. Penyebaran dilakukan untuk mempromosikan produk
yang dihasilkan. Menurut Thiagarajan (1974) beberapa media yang dapat
digunakan dalam menyebarkan produk seperti jurnal pendidikan, makalah
pendidikan, konferensi, pertemuan, dan perjanjian dalam berbagai jenis
serta melalui pengiriman lewat e-mail.
Adapun prosedur penelitian pengembangan menggunakan model
4-D dapat dilihat pada gambar berikut.
77
Gambar 3.1 Prosedur Pengembangan Perangkat Pembelajaran model 4D
Produk
Analisis Peserta didik
Produk
Produk
Prototipe
Uji coba terbatas
Praktis, efektif
Pemilihan Media
Penyusunan Tes
Penyebaran Penyebaran
78
C. Uji Coba Produk
1. Desain Uji Coba
Desain uji coba dalam penelitian ini adalah tahap awal dilakukan
simulasi perangkat pembelajaran di kelas VI A SD Inpres Minasa Upa
Kota Makassar. Kemudian dilakukan uji coba terbatas di kelas VI B SD
Inpres Karunrung dan di kelas VI A SD Inpres Minasa Upa I Kota
Makassar. Desain uji coba penelitian dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 3.2 Desain uji coba perangkat pembelajaran
2. Subjek Coba dan Lokasi Penelitian
Subjek uji coba produk hasil pengembangan adalah peserta didik
kelas VI A SD Inpres Minasa Upa yang terdiri dari 22 peserta didik
sebagai sekolah simulasi, peserta didik kelas VI B SD Inpres Karunrung
yang terdiri dari 24 peserta didik dan peserta didik kelas VI A SD Negeri
Minasa Upa I terdiri dari 24 peserta didik sebagai sekolah uji coba
perangkat. Lokasi penelitian adalah SD Inpres Minasa Upa, SD Inpres
Karunrung dan SD Inpres Minasa Upa I Kota Makassar.
3. Jenis Data
Penelitian pengembangan ini menghasilkan data kuantitatif.
Adapun jenis data yang diperoleh disajikan dalam tabel data berikut
Simulasi
Uji coba terbatas
79
Tabel 3.1 Jenis Data Penelitian No. Data Hasil Data Kuantitatif
1. Data tingkat kelayakan perangkat
pembelajaran hasil pengembangan
berdasarkan saran dan kritik dari ahli.
√
2 Data respons guru terhadap perangkat
pembelajaran menggunakan metode
discovery learning berbasis GRANDER
(silabus, RPP, buku siswa, LKPD, instrumen
penilaian hasil belajar dan alat peraga
GRANDER)
√
3 Data respons peserta didik terhadap
perangkat pembelajaran menggunakan
metode discovery learning berbasis
GRANDER (buku siswa, LKPD, instrumen
penilaian hasil belajar dan alat peraga
GRANDER)
√
4 Data keterlaksanaan perangkat
pembelajaran menggunakan metode
discovery learning berbasis GRANDER
√
5 Data hasil belajar peserta didik √
6 Data aktivitas belajar peserta didik √
7 Data kemampuan guru mengelola
pembelajaran.
√
80
4. Instrumen Pengumpulan Data
Adapun instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah
sebagai berikut.
a. Angket Respons Guru dan Peserta Didik
Angket respons guru dan peserta didik merupakan instrumen yang
berfungsi untuk mengetahui pendapat guru dan peserta didik terkait
dengan pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran yang telah
dikembangkan. Instrumen penilaian menggunakan skala Likert dengan
menggunakan 4 alternatif jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S),
Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Skala tersebut
kemudian dikonversi menjadi rating-scale. Alternatif jawaban SS=4, S=3,
TS=2, dan STS=1. Angket respons ini menggunakan bentuk pernyataan.
Respons yang diberikan guru dan peserta didik akan menentukan
kelayakan pembelajaran yang dilakukan berdasarkan perangkat
pembelajaran yang dikembangkan.
b. Lembar Keterlaksanaan Perangkat Pembelajaran
Kepraktisan perangkat pembelajaran ditentukan berdasarkan
aspek-aspek yang diamati yaitu sintaks, interaksi sosial, prinsip reaksi,
perangkat pembelajaran, dan alat bantu pembelajaran. Observasi
dilakukan dengan cara memberi tanda ceklis (√) pada kolom tersedia.
Kriteria penilaian keterlaksanaan perangkat pembelajaran terdiri dari 3
kriteria yaitu ada (nilai = 2), sebagian (nilai = 1) dan tidak ada (nilai = 0).
81
c. Instrumen Penilaian Hasil Belajar
Instrumen penilaian hasil belajar dibuat yang digunakan untuk
mengetahui keefektifan pembelajaran dengan menggunakan produk yang
dikembangkan. Instrumen penilaian hasil belajar yang disusun terdiri 5
soal essai.
d. Lembar Aktivitas Peserta Didik
Lembar aktivitas peserta didik digunakan untuk melihat aktivitas
peserta didik selama proses pembelajaran. Adapun aktivitas yang diamati
diadaptasi dari Yusuf (2011) adalah memperhatikan demonstrasi,
melakukan percobaan, mengajukan pertanyaan kepada guru atau peserta
didik, diskusi kelompok, mendengarkan penyajian/percakapan,
mengerjakan soal-soal dan menyimpulkan pembelajaran. Observasi
dilakukan dengan cara memberi tanda ceklis (√) pada kolom tersedia
dengan nilai 1 sampai 4.
e. Lembar Observasi Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran
Lembar observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas guru
selama pembelajaran berlangsung. Khususnya aktivitas guru dalam
melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode discovery
learning berbasis GRANDER yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti,
kegiatan akhir dan observasi suasana kelas.
Dalam pengambilan data pada saat simulasi dan uji coba
melibatkan tiga pengamat. Observasi dilakukan oleh tiga orang pengamat
yaitu guru PNS yang bersertifikat, guru PNS dan guru honorer.
82
Pertimbangan pemilihan kriteria pengamat atau observer adalah pertama,
guru tersebut bagian dari guru yang diamati dalam kegiatan pembelajaran
di kelas sehingga lebih optimal dan lengkap dalam memberikan justifikasi.
Pertimbangan kedua, konteks kelas dan peserta didik, guru tersebut lebih
paham sehingga lebih utuh ditinjau juga dari level gurunya. Observasi
dilakukan dengan menuliskan kategori-kategori skor yang muncul dengan
menggunakan tanda ceklis (√) pada lembar observasi pengelolaan
pembelajaran. Simulasi dilakukan sebelum uji coba agar tidak terjadi bias
dalam penelitian.
5. Teknis Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Analisis Validitas
Untuk mengetahui validitas perangkat pembelajaran dan instrumen
penelitian dilakukan uji validasi sesuai dengan penilaian para ahli.
Kegiatan yang dilakukan untuk analisis validasi menurut Hobri (2010)
adalah sebagai berikut.
1) Melakukan rekapitulasi hasil penilaian ahli ke dalam tabel yang meliputi:
aspek (𝐴𝑖), kriterian (𝐾𝑖), hasil penialain validator (𝑣𝑗𝑖)
2) Mencari rerata hasil penilaian ahli untuk setiap kriteri dengan rumus
𝐾𝑖= ∑ 𝑉𝑖𝑗
𝑛𝐽=1
𝑛
Keterangan:
𝐾𝑖= rerata kriteria ke-i
𝑉𝑖𝑗= skor hasil penilaian terhadap kriteria ke-i oleh penilai ke-j
83
n= banyaknya penilai
3) Mencari rerata tiap aspek dengan rumus
𝐴𝑖= ∑ 𝐾𝑖𝑗
𝑛𝐽=1
𝑛
Keterangan:
𝐴𝑖= rerata aspek ke-i
𝐾𝑖𝑗= rerata untuk aspek ke-i kriteria ke-j
n= banyaknya kriteria dalam aspek ke-i
4) Mencari rerata total (𝑋) dengan rumus
𝑋= ∑ 𝐴𝑖
𝑛𝐽=1
𝑛
Keterangan:
𝑋= rerata total
𝐴𝑖= rerata aspek ke-1
n= banyaknya aspek
5) Kriteria kategori validitas
Tabel 3.2 Kriteria Kategori Validitas
Interval Skor Kategori Validitas
3,5 ≤ 𝑋 ≤ 4 Sangat Valid
2,5 ≤ 𝑋 < 3,5 Valid
1,5 ≤ 𝑋 < 2,5 Cukup Valid
𝑋 < 1,5 Tidak Valid
Sumber: Nurdin (2007)
84
Selanjutnya, pernyataan yang dikatakan valid dilakukan analisis
reliabilitas. Pengujian reliabilitas tersebut menggunakan rumus Alpha
sebagai berikut:
r11 : Reliabilitas instrumen
k : Banyaknya butir pernyataan
∑σb2 : Jumlah variansi butir
∑σt2 : Variansi total
Nilai reliabilitas yang diperoleh selanjutnya dikonsultasikan dengan
nilai reliabilitas tabel. Instrumen dikatagorikan reliabel jika diperoleh nilai
reliabilitas hitung lebih besar daripada reliabilitas tabel.
b. Analisis Praktikalitas
1) Respons Guru dan Peserta Didik
Analisis angket respons guru dan peserta didik dilakukan dengan
menentukan skor rata-rata dari data pengisian angket respons guru dan
peserta didik. Kemudian mengkonversikan skor yang telah diperoleh
menjadi nilai kualitatif skala lima sesuai kriteria penilaian dalam tabel
berikut.
Tabel 3.3 Konversi Data Kuanitatif ke Data Kualitatif dengan Skala Lima
Interval Kriteria
𝑋 > 𝑋𝑖 + 1,8𝑠𝑏𝑖 Sangat baik
𝑋𝑖 + 0,6𝑠𝑏𝑖 < 𝑋 ≤ 𝑋𝑖 + 1,8𝑠𝑏𝑖 Baik
196) :2006 (Arikunto,11 2
2
11
t
b
k
kr
85
𝑋𝑖 − 0,6𝑠𝑏𝑖 < 𝑋 ≤ 𝑋𝑖 + 0,6𝑠b𝑖 Cukup
𝑋𝑖 − 1,8𝑠𝑏𝑖 < 𝑋 ≤ 𝑋𝑖 − 0,6𝑠𝑏𝑖 Kurang
𝑋 ≤ 𝑋𝑖 − 1,8𝑠𝑏𝑖 Sangat Kurang
Sumber: Widoyoko (2011)
Keterangan:
𝑋 = skor rata-rata pengisian angket respons peserta didik
𝑋𝑖= skor ideal = 1
2 (skor maksimal ideal + skor minimal ideal)
𝑠𝑏𝑖= simpangan baku ideal = 1
6 (skor maksimal ideal - skor minimal ideal)
Skor maksimal ideal = 4
Skor minimal ideal = 1
Kemudian, diperoleh gambaran yang jelas dalam menyatakan data
kuantitatif menjadi data kualitatif. Pedoman pengubahan data kuantitatif
menjadi data kualitatif dipaparkan dalam tabel berikut.
Tabel 3.4 Pedoman Pengubahan Data Kuantitatif Menjadi Data Kualitatif Angket Respons Guru dan Peserta Didik
Interval Kriteria
𝑋 > 3,4 Sangat baik
2,8 < 𝑋 ≤ 3,4 Baik
2,2 < 𝑋 ≤ 2,8 Cukup
1,6 < 𝑋 ≤ 2,2 Kurang
𝑋 ≤ 1,6 Sangat Kurang
Sumber: Yamsari (2010)
Produk yang dikembangkan dikatakan layak berdasarkan aspek
kepraktisan, jika kriteria yang dicapai minimal adalah tingkat baik.
86
2) Keterlaksanaan Perangkat Pembelajaran
Untuk menentukan kepraktisan perangkat pembelajaran dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a) Mencari rata-rata untuk setiap aspek observasi setiap pertemuan
n
K
A
n
jij
mi
1
Keterangan:
Ami = rata-rata aspek ke – i
Kij = rata-rata aspek ke - i kriteri ke – j
N = banyaknya kriteria dalam aspek ke - i
b) Mencari rata-rata tiap aspek observasi untuk setiap kali pertemuan
dengan rumus:
t
A
A
t
mmi
i
1
Keterangan:
Ai = Rata-rata nilai aspek ke - i
Ami = Rata-rata aspek ke - i kriteria ke - j
t = Banyaknya pertemuan
c) Menentukan kategori keterlaksanaan setiap aspek atau keseluruhan
aspek dengan mencocokkan rata-rata setiap aspek ( Ai) atau rata-rata
total (x) dengan kategori yang telah ditetapkan.
Nurdin (2007)
87
d) Kategori keterlaksanaan setiap aspek atau keseluruhan aspek
keterlaksanaan perangkat dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.5 Kategori Keterlaksanaan Perangkat Pembelajaran
Interval Nilai Kategori keterlaksanaan
1,5 ≤ M < 2,0 Terlaksana Seluruhnya
0,5 ≤ M< 1,5 Terlaksana Sebagian
0,0 ≤ M < 0,5 Tidak Terlaksana
Sumber: Nurdin (2007)
Keterangan:
M = At, Untuk mencari keterlaksanaan setiap perangkat
M = x, Untuk mencari keterlaksaan keseluruhan aspek
Kriteria yang digunakan untuk memutuskan bahwa perangkat
pembelajaran memiliki derajat keterlaksanaan yang memadai adalah x
dan At minimal berada pada kategori terlaksana sebagian.
c. Analisis Efektivitas
1) Hasil Belajar
Perangkat pembelajaran dikatakan efektif jika 85% peserta didik
mampu melampaui Kriteria Ketuntasan Mininal (KKM). Dalam hal ini KKM
yang ditentukan dari tempat penelitian. Analisis keefektifan dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a) Menghitung skor peserta didik dari tes hasil belajar, kemudian
b) menghitung banyaknya peserta didik yang tuntas atau mendapatkan
skor minimal sesuai KKM.
88
c) Menghitung persentase ketuntasan belajar (p) sebagai berikut.
p=𝑛𝑡
𝑛 x 100%
Keterangan:
p = persentase ketuntasan belajar
nt = banyaknya peserta didik yang tuntas
n = banyaknya peserta didik yang mengikuti tes.
Kemudian, kriteria kentuntasan mengacu pada tabel berikut.
Tabel 3.6 Kriteria Ketuntasan Belajar Klasikal
Persentase skor (%) Kriteria
𝑝 > 80 Sangat baik
60 < 𝑝 ≤ 80 Baik
40 < 𝑝 ≤ 60 Cukup
20 < 𝑝 ≤ 40 Kurang
𝑝 ≤ 20 Sangat Kurang
Sumber: Widoyoko (2011)
Keterangan:
𝑝 = persentase ketuntasan belajar
Produk yang dikembangkan dikatakan layak berdasarkan aspek
keefektifan, jika kriteria yang dicapai minimal adalah tingkat sangat baik.
2) Analisis Data Aktivitas Peserta didik
Skor diperoleh berdasarkan rata-rata skor semua peserta didik.
Pedoman penskoran aktivitas peserta didik sebagai berikut.
89
Tabel 3.7 Rubrik Penilaian Aktivitas Belajar Peserta Didik Selama Pembelajaran
N
o
Bentuk
Aktivitas
Pedoman Penskoran
Kriteria Skor
1 Memperhatikan
demonstrasi
a. Menyimak dan mencatat penjelasan guru 4
b. Mencatat namun tidak menyimak penjelasan
guru
3
c. Memperhatikan namun tidak mencatat
penjelasan guru
2
d. Tidak memperhatikan penjelasan guru dan
tidak mencatat penjelasan guru
1
2
Melakukan
percobaan
a. Mengikuti prosedur percobaan menggunakan
alat peraga GRANDER dengan benar
4
b. Mengikuti prosedur percobaan menggunakan
alat peraga GRANDER akan tetapi terdapat
kesalahan prosedur percobaan yang dilakukan
3
c. Mengikuti prosedur percobaan menggunakan
alat peraga GRANDER dengan banyak
kesalahan prosedur percobaan yang dilakukan
2
d. Tidak mengikuti prosedur dalam menggunakan
alat peraga GRANDER
1
3 Mengajukan
pertanyaan
kepada guru
atau peserta
didik
a. Mampu menyampaikan pertanyaan dengan
benar dan jelas
4
b. Mampu menyampaikan pertanyaan dengan
benar tetapi kurang jelas
3
c. Mampu menyampaikan pertanyaan akan
tetapi kurang tepat dan kurang jelas
2
d. Tidak mampu menyampaikan pertanyaan
dengan benar dan jelas
1
4 Diskusi a. Mampu bekerjasama dengan semua anggota 4
90
N
o
Bentuk
Aktivitas
Pedoman Penskoran
Kriteria Skor
kelompok kelompok dalam menggunakan alat peraga
GRANDER
b. Mampu bekerjasama dengan beberapa
anggota kelompok dalam menggunakan alat
peraga GRANDER
3
c. Hanya mampu bekerjasama dengan salah satu
anggota kelompok dalam menggunakan alat
peraga GRANDER
2
d. Bekerja secara individu dan menganggu
anggota kelompok lain dalam menggunakan
alat peraga GRANDER
1
5
Mendengarkan
penyajian/perca
kapan
a. Mampu menghargai dan mendengarkan
pendapat orang lain.
4
b. Mampu menerima masukan orang lain tetapi
kurang mampu menunjukkan sikap menghargai
saat peserta didik lain menyampaikan
pendapat
3
c. Kurang mampu menghargai dan
mendengarkan pendapat orang lain.
2
d. Tidak Mampu menghargai dan mendengarkan
pendapat orang lain.
1
6 Mengerjakan
soal-soal
a. Mengerjakan soal-soal dengan benar semua 4
b. Mengerjakan soal-soal dengan beberapa
kesalahan
3
c. Mengerjakan soal-soal dengan banyak
kesalahan
2
d. Tidak mengerjakan soal-soal 1
7 Menyimpulkan a. Mampu menyimpulkan pembelajaran dengan 4
91
N
o
Bentuk
Aktivitas
Pedoman Penskoran
Kriteria Skor
pembelajaran benar dan jelas
b. Mampu menyimpulkan pembelajaran dengan
benar tetapi kurang jelas
3
c. Mampu menyimpulkan pembelajaran akan
tetapi kurang tepat dan kurang jelas
2
d. Tidak mampu menyimpulkan pembelajaran
dengan benar dan jelas
1
Sumber: Diadaptasi dari Yusuf (2011)
Berdasarkan rubrik penilaian aktivitas peserta didik pada tabel 3.5,
skor maksimal yang dapat diperoleh setiap peserta didik yaitu 28 poin
(7 𝑥 4 poin). Dari skor yang diperoleh oleh setiap peserta didik tersebut,
selanjutnya dirata-ratakan untuk memperoleh skor keseluruhan.
Pembelajaran dikatakan efektif jika 85% peserta didik aktif dalam proses
pembelajaran.
Tabel 3.8 Kriteria Interpretasi Skor
Persentase (%) Kriteria
86-100 Sangat Tinggi
76-85 Tinggi
60-75 Sedang
0-59 Rendah
Sumber: Purwanto (2012)
3) Analisis Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran
Penilaian yang dilakukan untuk mengeatahui kemapuan guru dalam
mengelola kegiatan pembelajaran menggunakan metode discovery
learning berbasis GRANDER berdasarkan hasil observasi kegiatan guru.
92
Tingkat kemampuan guru tiap pertemuan dihitung dengan cara
menjumlah nilai tiap aspek kemudian membaginya dengan banyak aspek
yang dinilai. Aspek yang dimaksud meliputi kegiatan awal, kegiatan inti,
kegiatan akhir dan observasi suasana kelas yang diukur dengan
instrumen lembar observasi kemapuan guru mengelola pembelajaran.
Untuk pengategorian kemampuan guru tersebut digunakan kategori
pada tabel berikut.
Tabel 3.9 Kategori Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran Menggunakan Metode Discovery Learning Berbasis GRANDER
Kemampuan Guru (KG) Kriteria
3,5 ≤ KG ≤ 4,0 Sangat Tinggi
2,5 ≤ KG < 3,5 Tinggi
1,5 ≤ KG < 2,5 Sedang
KG < 1,5 Rendah
Sumber: Nurdin (2007)
Kriteria yang digunakan untuk menetapkan bahwa kemampuan
guru mengelola pembelajaran menggunakan metode discovery learning
berbasis GRANDER memadai adalah KG minimal berada dalam kategori
“tinggi” berarti penampilan guru dapat dipertahankan.
93
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Penyajian Data Uji Coba
Penyajian data uji coba berikut ini berupa deskripsi hasil penelitian
pengembangan perangkat pembelajaran menggunakan metode discovery
learning berbasis GRANDER di sekolah dasar. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui validitas, praktikalitas dan efektifitas perangkat
pembelajaran yang dikembangkan. Untuk mencapai tujuan tersebut,
terlebih dahulu dilakukan penelitian pengembangan dengan
menggunakan model pengembangan Thiagarajan yang dikenal dengan
model 4-D. Hasil pengembangan perangkat pembelajaran menggunakan
metode discovery learning berbasis GRANDER berupa silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), buku siswa, Lembar Kegiatan Peserta
didik (LKPD) dan instrumen penilaian hasil belajar.
1. Tahap Pendefinisian
Tujuan tahap ini adalah menetapkan dan mendefinisikan syarat-
syarat pembelajaran. Penentuan dan penetapan syarat-syarat
pembelajaran diawali dengan analisis tujuan. Hasil setiap kegiatan pada
tahap pendefinisian diuraikan sebagai berikut
a. Analisis awal akhir
Berdasarkan temuan peneliti di kelas VI A SD Inpres Minasa Upa,
kelas VI B SD Inpres Karunrung dan di kelas VI A SD Inpres Minasa Upa I
93
94
bahwa peserta didik kesulitan dalam memahami konsep pembelajaran
disebabkan kurangnya pemberian konsep berupa penggunaan media atau
alat peraga. Aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran sangat
kurang karena metode yang digunakan guru masih menggunakan metode
atau model pembelajaran langsung. Melalui alat peraga GRANDER dan
penggunaan metode discovery learning, peserta didik dapat menemukan
konsep keliling dan luas lingkaran, sehingga peserta didik lebih aktif dan
mudah memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru.
b. Analisis Peserta didik
Peserta didik yang menjadi subjek penelitian adalah peserta didik di
kelas VI A SD Inpres Minasa Upa sebagai sekolah simulasi, peserta didik
kelas VI B SD Inpres Karunrung dan peserta didik kelas VI A SD Inpres
Minasa Upa I sebagai sekolah uji coba. Pada analisis peserta didik,
peneliti menelaah tentang latar belakang pengetahuan, bahasa yang
digunakan dan tingkat perkembangan kognitif peserta didik. Hasil telaah
menunjukkan bahwa peserta didik telah mempelajari materi prasyarat
seperti unsur-unsur lingkaran.
Bahasa yang digunakan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari
adalah bahasa Indonesia, bahasa bugis dan bahasa Makassar. Tetapi
dalam proses pembelajaran bahasa yang digunakan peserta didik adalah
bahasa Indonesia. Ditinjau dari tingkat perkembangan kognitif menurut
Piaget, peserta didik telah berada pada tahap operasi formal (11 tahun ke
atas). Pada tahap ini, anak sudah mampu berpikir secara logis tanpa
95
kehadiran benda-benda konkrit. Dengan kata lain, mereka sudah mampu
melakukan abstraksi (mampu berpikir tentang hal-hal yang abstrak).
Namun, pada usia tersebut sebagian besar peserta didik masih
memerlukan benda-benda kongkrit dalam pembelajaran. Oleh karena itu,
sangat tepat jika pembelajaran menggunakan metode discovery learning
dengan bantuan media atau alat peraga GRANDER yang bisa
memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang konsep materi
yang diajarkan.
c. Analisis Tugas
Analisis tugas diorientasikan untuk mencapai tujuan pembelajaran,
baik yang harus diselesaikan peserta didik selama proses pembelajaran,
maupun tugas yang harus diselesaikan di luar kelas (setelah
pembelajaran berlangsung). Tugas yang dirancang tersebut dituangkan
dalam lembar kegiatan peserta didik yang diselesaikan selama proses
pembelajaran menggunakan alat peraga GRANDER, dan tugas dalam
buku bacaan peserta didik yaitu soal-soal latihan yang diselesaikan dalam
proses pembelajaran maupun di luar jam pelajaran. Pada saat
pengerjakan tugas, peserta didik dapat menemukan rumus keliling dan
luas lingkaran dan peserta didik aktif pada saat proses pembelajaran.
Sehingga penggunaan metode discovery learning dan alat peraga
GRANDER menjadikan pembelajaran menyenangkan dan peserta didik
sangat antusias dalam proses pembelajaran.
96
d. Analisis Konsep
Analisis konsep meliputi analisis materi yang akan diajarkan.
Keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan sangat tergantung pada
keberhasilan pengajar merancang materi pembelajaran. Materi
pembelajaran pada hakikatnya merupakan bagian tak terpisahkan dari
kompetensi inti dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Materi
pelajaran harus dipersiapkan agar pelaksanaan pembelajaran dapat
mencapai sasaran. Sasaran tersebut harus sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai oleh peserta didik. Adapun materi yang
diambil dalam penelitian ini adalah keliling dan luas lingkaran. Cara yang
digunakan peneliti untuk memberikan pemahaman konsep kepada
peserta didik adalah pembelajaran menggunakan metode discovery
learning dengan bantuan alat peraga GRANDER sehingga peserta didik
dapat menentukan rumus keliling dan luas lingkaran.
e. Spesifikasi Tujuan
Perumusan tujuan pembelajaran disesuian kompetesi dasar dan
indikator yang akan dicapai. Rumusan tujuan pembelajaran disajikan pada
tabel berikut.
Tabel 4.1 Spesifikasi Tujuan Pembelajaran
Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian
Kompetensi Tujuan Pembelajaran
3.5 Menjelaskan
taksiran keliling dan
luas lingkaran
3.5.1 Menentukan keliling
lingkaran
3.5.2 Menentukan luas
1. Setelah peserta didik
mendengarkan
penjelasan guru
97
lingkaran peserta didik dapat
menentukan keliling
lingkaran dengan
benar
2. Setelah peserta didik
mendengarkan
penjelasan guru
peserta didik dapat
menentukan luas
lingkaran dengan
benar
4.5 Menaksir keliling
dan luas lingkaran
serta
menggunakannya
untuk
menyelesaikan
masalah
4.5.1 Menentukan
taksiran nilai phi
4.5.2 Menentukan rumus
keliling lingkaran
4.5.3 Menentukan rumus
luas lingkaran
1. Setelah peserta didik
mengerjakan LKPD
menggunakan alat
peraga GRANDER
peserta didik dapat
menentukan taksiran
nilai phi dengan benar
2. Setelah peserta didik
mengerjakan LKPD
menggunakan alat
peraga GRANDER
peserta didik dapat
menentukan rumus
keliling lingkaran
dengan benar
3. Setelah peserta didik
mengerjakan LKPD
menggunakan alat
peraga GRANDER
peserta didik dapat
98
menentukan rumus
luas lingkaran dengan
benar
2. Tahap Perancangan
Berdasarkan analisis temuan pada studi pendahuluan, selanjutnya
dibuat rancangan perangkat pembelajaran menggunakan metode
dscovery learning berbasis alat peraga GRANDER. Tujuan tahap ini
adalah untuk menyiapkan prototipe perangkat pembelajaran dan alat
peraga GRANDER. Tahap ini meliputi langkah-langkah sebagai berikut.
a. Penyusunan Tes
Penyususan tes didasarkan pada analisis materi dan analisis tugas
yang dijabarkan dalam indikator pencapaian kompetensi. Tes yang
dimaksud adalah instrumen hasil belajar pada materi keliling dan luas
lingkaran. Untuk merancang tes tersebut terlebih dahulu dibuat kisi-kisi
instrumen hasil belajar yang disusun berdasarkan analisis spesifikasi
tujuan pembalajaran. Adapun tes dalam penelitian ini adalah tes
kemampuan kognitif sedangkan kemampuan psikomotorik menggunakan
LKPD untuk mengukur keterampilan peserta didik dalam menentukan
rumus keliling dan luas lingkaran.
b. Pemilihan Media
Pemilihan media dilakukan untuk menentukan media atau alat
peraga yang tepat dalam penyajian materi pembelajaran. Adapun media
atau alat peraga yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat peraga
99
GRANDER. Alat peraga GRANDER dapat digunakan untuk menentukan
semua rumus bangun datar. Pada saat proses pembelajaran peserta didik
tertarik dengan alat peraga GRANDER dan menjadikan peserta didik
dapat memahami konsep dari materi yang diajarkan.
c. Pemilihan Format
Pemilihan format dilakukan dengan mengkaji format-format
perangkat pembelajaran meliputi silabus, RPP, buku siswa, LKPD dan
instrumen penilaian hasil belajar.
d. Rancangan Awal
Perangkat pembelajaran yang dirancang disesuaiakan dengan
permendikbud nomor 22 tahun 2016 tentang standar proses pendidikan
dasar dan menengah. Adapun untuk buku siswa dan LKPD disusun
berdasarkan panduan pengembangan bahan ajar. Sedangkan instrumen
penilaian hasil belajar disusun berdasarkan permendikbud nomor 23
tahun 2016 tentang standar penilaian.
1) Silabus
Silabus yang disusun dibatasi untuk dua kali pertemuan. Dalam
satu kali pertemuan 3 𝑥 35 menit. Hal ini dilakukan karena terbatasnya
waktu yang tersedia untuk melaksanakan penelitian sehingga tidak
dilakukan pengembangan untuk seluruh materi pelajaran matematika
semester satu. Adapun komponen silabus yang ditambahkan dalam
perangkat ini adalah komponen indikator pencapaian kompetensi, tujuan
pembelajaran dan PPK (Pembentukan Pendidikan Karakter). Sedangkan
100
penggunaan alat peraga GRANDER tampak pada kegiatan pembelajaran
yang berbasis penemuan.
2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RPP disusun berdasarkan silabus untuk dua kali pertemuan. RPP
ini hanya fokus pada KD 3.5 dan KD 4.5 dengan materi pelajaran keliling
dan luas lingkaran. Adapun komponen RPP yang ditambahkan dari
perangkat ini adalah kompetensi inti. Sedangkan penggunaan metode
discovery learning berbasis GRANDER tampak pada langkah-langkah
pembelajaran yang terdapat di dalam RPP.
3) Buku Siswa
Buku siswa terdiri atas kata pengantar, daftar isi, kompetensi dasar,
indikator, materi pelajaran, soal-soal latihan dan daftar pustaka. Buku
siswa dapat dijadikan sebagai latihan untuk peserta didik agar dapat
mandiri dalam mengerjakan soal-soal.
4) Lembar Kegiatan Peserta didik (LKPD)
LKPD yang disusun berdasarkan KD 4.5. LKPD ini terdiri dari
kompetensi dasar, indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran,
petunjuk kerja dan kegiatan peserta didik. LKPD menggunakan metode
discovery learning berbasis alat peraga GRANDER disusun agar peserta
didik dapat menentukan rumus keliling dan luas lingkaran, dan dapat
melibatkan peserta didik aktif dalam proses pembelajaran.
101
5) Instrumen Penilaian Hasil Belajar
Instrumen penilaian hasil belajar disusun berdasarkan indikator
yang akan dicapai. Sebelum instrumen penilaian hasil belajar disusun
terlebih dahulu dibuatkan kisi-kisi soal. Adapun instrumen penilaian hasil
belajar dalam penelitian ini adalah instrumen penilaian kognitif yang
berupa soal essai yang terdiri dari lima nomor sedangkan instrumen
penilaian psikomotorik menggunakan LKPD untuk dua kali pertemuan.
Adapun instrumen penilaian sikap dalam penelitian ini tidak dianalisis
namun tetap dilampirkan dalam tesis ini karena kurikulum 2013 tidak bisa
dipisahkan dari ketiga instrumen tersebut.
3. Tahap Pengembangan
Tahap pengembangan bertujuan untuk menghasilkan perangkat
pembelajaran berdasarkan masukan dari materi dan media. Adapun
jumlah pakar atau validator adalah tiga orang yang terdiri dari satu dosen
evaluasi, dosen matematika dan satu guru. Adapun langkah-langkah
dalam tahap pengembangan sebagai berikut.
a. Validasi
Validasi dilakukan untuk mengatahui kelayakan suatu instrumen
penelitian adapun instrumen penelitian yang divalidasi adalah silabus,
RPP, buku siswa, LKPD, instrumen penilaian hasil belajar, lembar
keterlaksanaan perangkat pembelajaran, angket respons guru, angket
respons peserta didik, lembar aktivitas peserta didik dan lembar
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.
102
b. Uji Coba
Sebelum dilakukan uji coba perangkat pembelajaran terlebih
dahulu dilakukan simulasi di kelas VI A SD Inpres Minasa Upa dan setelah
dilakukan simulasi dan indikator praktikalitas dan efektivitas tercapai maka
dilakukan uji coba di kelas VI B SD Inpres Karunrung dan di kelas VI A SD
Inpres Minasa Upa I. Pengamat terdiri atas tiga pengamat masing-masing
guru tempat penelitian. Observasi dilakukan untuk mengamati
keterlaksanaan perangkat pembelajaran, mengamati aktivitas murid dan
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.
4. Tahap Penyebaran
Media penyebaran yang digunakan dalam mempromosikan produk
yang dihasilkan adalah seminar nasional pendidikan dan publikasi jurnal.
a. Perangkat pembelajaran matematika menggunakan metode discovery
learning berbasis GRANDER dipromosikan pada seminar Nasional
Pendidikan yang diselenggarakan oleh FKIP Universitas Muslim Maros
pada tanggal 26 Oktober 2019. Peserta pemakalah seminar pendidikan
dihadiri oleh dosen, guru dan mahasiswa. Adapun saran-saran
diberikan oleh peserta seminar pada saat promosi produk yaitu
penggunaan kata murid dalam LKM sebaiknya diganti menjadi peserta
didik sesuai dengan penamaan di kurikulum 2013 sehingga LKM
diubah menjadi LKPD (Lembar Kegiatan Peserta Didik). Adapun saran
lainnya yaitu buku murid diganti menjadi buku siswa.
103
b. Perangkat pembelajaran matematika menggunakan metode discovery
learning berbasis GRANDER dipublikasi pada jurnal pendidikan
Edumaspul, volume 3 Nomor 2 tahun 2019, p-ISSN 2548-8201 e-ISSN
2580-0469.
B. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan untuk menjawab
rumusan masalah terkait validitas perangkat pembelajaran, praktikalitas
perangkat pembelajaran dan efektivitas perangkat pembelajaran.
1. Validitas Perangkat Pembelajaran Matematika
a. Validitas Silabus
Untuk mengetahui validitas silabus dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.2 Hasil Validasi Silabus
No Aspek 𝑽𝟏 𝑽𝟐 𝑽𝟑 Rata-Rata Keterangan
1 Isi yang
disajikan
3 3,6 4 3,5 Sangat valid
2 Bahasa 3 3,3 4 3,4 Valid
3 Waktu 3 4 4 3,7 Sangat valid
Rata-rata keseluruhan 3,5 Sangat valid
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata
keseluruhan aspek silabus berada dalam kategori sangat valid dengan
perolehan 3,5. Untuk setiap aspek diantaranya aspek isi yang disajikan
diperoleh rata-rata 3,5 dengan kategori sangat valid, aspek bahasa
diperoleh rata-rata 3,4 dengan kategori valid, sedangkan aspek waktu
104
diperoleh rata-rata 3,7 dengan kategori sangat valid. Berdasarkan
pernyataan dari setiap aspek maka diperoleh r11 yaitu 0,9998, jika
dikonsultasikan dengan r tabel dengan n=70 dan taraf kesalahan 5%
diperoleh 0,2352 dan taraf kesalahan 1% = 0,3060. Karena r hitung lebih
besar dari r tabel untuk taraf kesalahan 1% dan 5%
(0,9998>0,3060>0,2352), maka silabus dapat dikatakan reliabel.
b. Validitas Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Untuk mengetahui validitas RPP dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.3 Hasil Validasi RPP
No Aspek 𝑽𝟏 𝑽𝟐 𝑽𝟑 Rata-Rata Keterangan
1 Format RPP 3,3 3,9 4 3,7 Sangat valid
2 Isi 3 4 4 3,7 Sangat valid
3 Bahasa 3 3,5 4 3,5 Sangat valid
4 Waktu 3 4 4 3,7 Sangat valid
5 Metode sajian 3 3,6 4 3,5 Sangat valid
Rata-rata keseluruhan 3,6 Sangat valid
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata
keseluruhan aspek RPP berada dalam kategori sangat valid dengan
perolehan 3,6. Untuk setiap aspek diantaranya aspek format RPP
diperoleh rata-rata 3,7 dengan kategori sangat valid, aspek isi diperoleh
rata-rata 3,7 dengan kategori sangat valid, aspek bahasa diperoleh rata-
rata 3,5 dengan kategori sangat valid, aspek waktu diperoleh rata-rata 3,7
dengan kategori sangat valid dan aspek metode sajian diperoleh rata-rata
3,5 sangat valid. Berdasarkan pernyataan dari setiap aspek maka
105
diperoleh r11=0,9998, jika dikonsultasikan dengan r tabel dengan n=70
dan taraf kesalahan 5% diperoleh 0,2352 dan taraf kesalahan 1%=0,3060.
Karena r hitung lebih besar dari r tabel untuk taraf kesalahan 1% dan 5%
(0,9998>0,3060>0,2352), maka RPP dapat dikatakan reliabel.
c. Validitas Buku Siswa
Untuk mengetahui validitas buku siswa dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 4.4 Hasil Validasi Buku Siswa
No Aspek 𝑽𝟏 𝑽𝟐 𝑽𝟑 Rata-Rata Keterangan
1 Format buku
siswa
3,3 3,3 4 3,6 Sangat valid
2 Isi buku siswa 3 3,7 4 3,6 Sangat valid
3 Bahasa 3 3,5 4 3,5 Sangat valid
4 Manfaat/kegunaan
buku siswa
3 3 4 3,3 Valid
Rata-rata keseluruhan 3,5 Sangat valid
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata
keseluruhan aspek buku siswa berada dalam kategori sangat valid
dengan perolehan 3,5. Untuk setiap aspek diantaranya aspek format buku
siswa diperoleh rata-rata 3,6 dengan kategori sangat valid, aspek isi buku
siswa diperoleh rata-rata 3,6 dengan kategori sangat valid, aspek bahasa
diperoleh rata-rata 3,5 dengan kategori sangat valid, dan aspek
manfaat/kegunaan buku siswa diperoleh rata-rata 3,3 dengan kategori
valid. Berdasarkan pernyataan dari setiap aspek maka diperoleh r11 =
106
0,9998, jika dikonsultasikan dengan r tabel dengan n = 70 dan taraf
kesalahan 5% diperoleh 0,2352 dan taraf kesalahan 1% = 0,3060. Karena
r hitung lebih besar dari r tabel untuk taraf kesalahan 1% dan 5%
(0,9998>0,3060>0,2352), maka buku siswa dapat dikatakan reliabel.
d. Validitas Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD)
Untuk mengetahui validitas LKPD dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.5 Hasil Validasi LKPD
No Aspek 𝑽𝟏 𝑽𝟐 𝑽𝟑 Rata-Rata Keterangan
1 Format LKPD 3 3,2 4 3,4 Valid
2 Isi LKPD 3,3 3,7 4 3,7 Sangat valid
3 Bahasa 3 3,5 4 3,5 Sangat valid
4 Waktu 3 3 4 3,3 Valid
5 Manfaat/kegunaan
LKPD
3 3 4 3,3 Valid
Rata-rata keseluruhan 3,4 Valid
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata
keseluruhan aspek LKPD berada dalam kategori valid dengan perolehan
3,4. Untuk setiap aspek diantaranya aspek format LKPD diperoleh rata-
rata 3,4 dengan kategori valid, aspek isi LKPD diperoleh rata-rata 3,7
dengan kategori sangat valid, aspek bahasa diperoleh rata-rata 3,5
dengan kategori sangat valid, aspek waktu diperoleh rata-rata 3,3 dengan
kategori valid dan aspek manfaat/kegunaan LKPD diperoleh rata-rata 3,3
dengan kategori valid. Berdasarkan pernyataan dari setiap aspek maka
diperoleh r11 = 0,9960, jika dikonsultasikan dengan r tabel dengan n = 70
107
dan taraf kesalahan 5% diperoleh 0,2352 dan taraf kesalahan 1% =
0,3060. Karena r hitung lebih besar dari r tabel untuk taraf kesalahan 1%
dan 5% (0,9960>0,3060>0,2352), maka LKPD dapat dikatakan reliabel.
e. Validitas Instrumen Penilaian Hasil Belajar
Untuk mengetahui validitas instrumen penialiaan hasil belajar dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.6 Hasil Validasi Instrumen Penilaian Hasil Belajar
No Aspek 𝑽𝟏 𝑽𝟐 𝑽𝟑 Rata-Rata Keterangan
1 Materi 3 3 4 3,3 Valid
2 Konstruksi 3 3,7 4 3,6 Sangat valid
3 Bahasa 3 3,5 4 3,5 Sangat valid
4 Waktu 3 4 4 3,7 Sangat valid
Rata-rata keseluruhan 3,5 Sangat valid
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata
keseluruhan aspek instrumen penilaian hasil belajar berada dalam
kategori sangat valid dengan perolehan 3,5. Untuk setiap aspek
diantaranya aspek materi diperoleh rata-rata 3,3 dengan kategori valid,
aspek konstruksi diperoleh rata-rata 3,6 dengan kategori sangat valid,
aspek bahasa diperoleh rata-rata 3,5 dengan kategori sangat valid, dan
aspek waktu diperoleh rata-rata 3,7 dengan kategori sangat valid.
Berdasarkan pernyataan dari setiap aspek maka diperoleh r11 = 0,9998
jika dikonsultasikan dengan r tabel dengan n = 70 dan taraf kesalahan 5%
diperoleh 0,2352 dan taraf kesalahan 1% = 0,3060. Karena r hitung lebih
besar dari r tabel untuk taraf kesalahan 1% dan 5%
108
(0,9998>0,3060>0,2352), maka instrumen penilaian hasil belajar dapat
dikatakan reliabel.
f. Validitas Alat Peraga GRANDER
Untuk mengetahui validitas alat peraga GRANDER dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 4.7 Hasil Validasi Alat Peraga GRANDER
No Aspek 𝑽𝟏 𝑽𝟐 𝑽𝟑 Rata-Rata Keterangan
1 Kualitas tampilan 3 3,3 4 3,4 Valid
2 Daya tarik 3 3,6 4 3,5 Sangat valid
Rata-rata keseluruhan 3,5 Sangat valid
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata
keseluruhan aspek alat peraga GRANDER berada dalam kategori sangat
valid dengan perolehan 3,5. Untuk setiap aspek diantaranya aspek
kualitas tampilan diperoleh rata-rata 3,4 dengan kategori valid, dan aspek
daya tarik diperoleh rata-rata 3,5 dengan kategori sangat valid.
Berdasarkan pernyataan dari setiap aspek maka diperoleh r11 = 0,9998,
jika dikonsultasikan dengan r tabel dengan n = 70 dan taraf kesalahan 5%
diperoleh 0,2352 dan taraf kesalahan 1% = 0,3060. Karena r hitung lebih
besar dari r tabel untuk taraf kesalahan 1% dan 5%
(0,9998>0,3060>0,2352), maka alat peraga GRANDER dapat dikatakan
reliabel.
Hasil validasi perangkat pembelajaran dan alat peraga GRANDER
yang dikembangkan dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran
109
dan alat peraga valid dan memiliki reliabiltas yang tinggi. Hasil validitas
dan reliabiltas dapat digambarkan pada diagram sebagai berikut.
Gambar 4.1 Diagram Batang Nilai Validitas dan Reliabilitas Perangkat
Pembelajaran dan Alat Peraga GRANDER
Adapun hasil validitas instrumen penelitian dapat dilihat sebagai
berikut.
a. Angket Respons Guru
Untuk mengetahui validitas angket respons guru dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 4.8 Hasil Validasi Angket Respons Guru
No Aspek 𝑽𝟏 𝑽𝟐 𝑽𝟑 Rata-Rata Keterangan
1 Petunjuk 2,5 4 4 3,5 Sangat valid
2 Isi 3 3,8 4 3,6 Sangat valid
3 Bahasa 2,3 3,8 4 3,4 Valid
Rata-rata keseluruhan 3,5 Sangat valid
3,5 3,6 3,5 3,4 3,5 3,5
0,9998 0,9998 0,9998 0,9960 0,9998 0,9998
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
Silabus RPP Buku Siswa LKPD InstrumenPenilaian
Hasil Belajar
Alat PeragaGRANDER
Validitas
Reliabilitas
110
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata
keseluruhan aspek angket respons guru berada dalam kategori sangat
valid dengan perolehan 3,5 Untuk setiap aspek diantaranya aspek
petunjuk diperoleh rata-rata 3,5 dengan kategori sangat valid, aspek isi
diperoleh rata-rata 3,6 dengan kategori sangat valid dan aspek bahasa
diperoleh rata-rata 3,4 dengan kategori valid. Berdasarkan pernyataan
dari setiap aspek maka diperoleh diperoleh r11 = 0,9996, jika
dikonsultasikan dengan r tabel dengan n = 70 dan taraf kesalahan 5%
diperoleh 0,2352 dan taraf kesalahan 1% = 0,3060. Karena r hitung lebih
besar dari r tabel untuk taraf kesalahan 1% dan 5%
(0,9996>0,3060>0,2352), maka angket respons guru dapat dikatakan
reliabel.
b. Angket Respons Peserta didik
Untuk mengetahui validitas angket respons peserta didik dapat
dilihat pada tabel sebagai berikut.
Tabel 4.9 Hasil Validasi Angket Respons Peserta didik
No Aspek 𝑽𝟏 𝑽𝟐 𝑽𝟑 Rata-Rata Keterangan
1 Petunjuk 2,5 4 4 3,5 Sangat valid
2 Isi 3 3,8 4 3,6 Sangat valid
3 Bahasa 2,3 3,8 4 3,4 Valid
Rata-rata keseluruhan 3,5 Sangat valid
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata
keseluruhan aspek angket respons peserta didik berada dalam kategori
111
sangat valid dengan perolehan 3,5 Untuk setiap aspek diantaranya aspek
petunjuk diperoleh rata-rata 3,5 dengan kategori sangat valid, aspek isi
diperoleh rata-rata 3,6 dengan kategori sangat valid dan aspek bahasa
diperoleh rata-rata 3,4 dengan kategori valid. Berdasarkan pernyataan
dari setiap aspek maka diperoleh diperoleh r11 = 0,9996, jika
dikonsultasikan dengan r tabel dengan n = 70 dan taraf kesalahan 5%
diperoleh 0,2352 dan taraf kesalahan 1% = 0,3060. Karena r hitung lebih
besar dari r tabel untuk taraf kesalahan 1% dan 5%
(0,9996>0,3060>0,2352), maka angket respons peserta didik dapat
dikatakan reliabel.
c. Lembar Observasi Keterlaksanaan Perangkat Pembelajaran
Untuk mengetahui validitas lembar observasi keterlaksanaan
perangkat pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.10 Hasil Validasi Lembar Observasi Keterlaksanaan Perangkat Pembelajaran
No Aspek 𝑽𝟏 𝑽𝟐 𝑽𝟑 Rata-Rata Keterangan
1 Petunjuk 3 3 4 3,3 Valid
2 Isi 3 3,3 4 3,4 Valid
3 Bahasa 3 3,8 4 3,6 Sangat valid
Rata-rata keseluruhan 3,4 Valid
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata
keseluruhan aspek lembar observasi keterlaksanaan perangkat
pembelajaran berada dalam kategori valid dengan perolehan 3,4. Untuk
setiap aspek diantaranya aspek petunjuk diperoleh rata-rata 3,3 dengan
112
kategori valid, aspek isi diperoleh rata-rata 3,4 dengan kategori valid dan
aspek bahasa diperoleh rata-rata 3,6 dengan kategori sangat valid.
Berdasarkan pernyataan dari setiap aspek maka diperoleh r11 = 0,9997
jika dikonsultasikan dengan r tabel dengan n = 70 dan taraf kesalahan 5%
diperoleh 0,2352 dan taraf kesalahan 1% = 0,3060. Karena r hitung lebih
besar dari r tabel untuk taraf kesalahan 1% dan 5%
(0,9997>0,3060>0,2352), maka lembar observasi keterlaksanaan
perangkat pembelajaran dapat dikatakan reliabel.
d. Lembar Observasi Aktivitas Peserta didik
Untuk mengetahui validitas lembar observasi aktivitas peserta didik
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.11 Hasil Validasi Lembar Observasi Aktivitas Peserta didik No Aspek 𝑽𝟏 𝑽𝟐 𝑽𝟑 Rata-Rata Keterangan
1 Petunjuk 3 3 4 3,3 Valid
2 Bahasa 3 3,8 4 3,6 Sangat Valid
Rata-rata keseluruhan 3,5 Sangat valid
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata
keseluruhan aspek lembar observasi aktivitas peserta didik berada dalam
kategori sangat valid dengan perolehan 3,5. Untuk setiap aspek
diantaranya aspek petunjuk memperoleh rata-rata 3,3 dengan kategori
valid dan aspek bahasa memperoleh rata-rata 3,6 dengan kategori sangat
valid. Berdasarkan pernyataan dari setiap aspek maka diperoleh
Berdasarkan perhitungan diperoleh r11 = 0,9995, jika dikonsultasikan
113
dengan r tabel dengan n = 70 dan taraf kesalahan 5% diperoleh 0,2352
dan taraf kesalahan 1% = 0,3060. Karena r hitung lebih besar dari r tabel
untuk taraf kesalahan 1% dan 5% (0,9995>0,3060>0,2352), maka lembar
observasi aktivitas peserta didik dapat dikatakan reliabel.
e. Lembar Observasi Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Untuk mengetahui validitas lembar observasi kemampuan guru
dalam mengelola pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.12 Hasil Validasi Lembar Observasi Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran
No Aspek 𝑽𝟏 𝑽𝟐 𝑽𝟑 Rata-Rata Keterangan
1 Petunjuk 3 3,5 4 3,5 Sangat valid
2 Kegiatan dan
suasana
pembelajaran
3 3,8 4 3,6 Sangat valid
3 Bahasa 3 3,5 4 3,5 Sangat valid
Rata-rata keseluruhan 3,5 Sangat valid
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata
keseluruhan aspek lembar observasi kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran berada dalam kategori sangat valid dengan perolehan 3,5.
Untuk setiap aspek diantaranya aspek petunjuk diperoleh rata-rata 3,5
dengan kategori sangat valid, aspek kegiatan dan suasana pembelajaran
diperoleh rata-rata 3,6 dengan kategori sangat valid dan aspek bahasa
diperoleh rata-rata 3,5 dengan kategori sangat valid. Berdasarkan
pernyataan dari setiap aspek maka diperoleh Berdasarkan perhitungan
114
diperoleh r11 = 0,9998, jika dikonsultasikan dengan r tabel dengan n = 70
dan taraf kesalahan 5% diperoleh 0,2352 dan taraf kesalahan 1% =
0,3060. Karena r hitung lebih besar dari r tabel untuk taraf kesalahan 1%
dan 5% (0,9998>0,3060>0,2352), maka lembar observasi kemampuan
guru dalam mengelola pembelajaran dapat dikatakan reliabel.
Hasil validasi instrumen penelitian dapat disimpulkan bahwa
instrumen penelitian valid dan memiliki reliabiltas yang tinggi. Hasil
validitas dan reliabiltas dapat digambarkan pada diagram sebagai berikut.
Gambar 4.2 Diagram Batang Nilai Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Penelitian b. Praktikalitas Perangkat Pembelajaran Matematika
Indikator praktikalitas perangkat pembelajaran adalah respons
guru, respons peserta didik dan keterlaksanaan perangkat pembelajaran.
Adapun hasil indikator tersebut dapat dilihat sebagai berikut.
3,5 3,5 3,4 3,5 3,5
0,9996 0,9996 0,9997 0,9995 0,9998
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
Rerata Validitas
Rerata Reliabilitas
115
1) Hasil Respons Guru
Tujuan utama analisis data respons guru adalah untuk mengetahui
respons guru terkait perangkat pembelajaran dan alat peraga GRANDER
yang dikembangkan. Respons guru dianalisis dari tiga sekolah yaitu SD
Inpres Minasa Upa, SD Inpres Karunrung, SD Inpres Minasa Upa I.
Adapun hasilnya dapat dilihat pada analisis sebagai berikut.
Tabel 4.13 Tabel Hasil Respons Guru
No. Sekolah Rata-rata Respons
Guru Keterangan
1 Guru kelas VI A SD Inpres Minasa Upa 3,6 Sangat baik
2 Guru kelas VI B SD Inpres Karunrung 4 Sangat baik
3 Guru kelas VI A SD Inpres Minasa Upa I 3,9 Sangat baik
Rata-rata keseluruhan 3,8 Sangat baik
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata
keseluruhan respons guru adalah 3,8 dengan kategori sangat baik.
respons guru kelas VI A SD Inpres Minasa Upa dengan rata-rata 3,6
dapat dikategorikan baik, respons guru kelas VI B SD Inpres Karunrung
dengan rata-rata adalah 4 dapat dikategorikan sangat baik dan respons
guru kelas VI A SD Inpres Minasa Upa I dengan rata-rata adalah 3,9
dapat dikategorikan sangat baik.
2) Hasil Respons Peserta didik
Tujuan utama analisis data respons peserta didik adalah untuk
mengetahui respons peserta didik terkait perangkat pembelajaran dan alat
peraga GRANDER yang dikembangkan. Respons peserta didik dianalisis
116
dari tiga sekolah yaitu SD Inpres Minasa Upa, SD Inpres Karunrung, SD
Inpres Minasa Upa I. Adapun hasilnya dapat dilihat pada analisis sebagai
berikut.
Tabel 4.14 Tabel Hasil Respons Peserta didik
No. Sekolah Rata-rata Respons
Peserta didik Keterangan
1 Kelas VI A SD Inpres Minasa Upa 3,3 Baik
2 Kelas VI B SD Inpres Karunrung 3,7 Sangat baik
3 Kelas VI A SD Inpres Minasa Upa I 3,2 Baik
Rata-rata keseluruhan 3,4 Baik
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata
keseluruhan respons peserta didik adalah 3,4 dengan kategori baik.
respons peserta didik di kelas VI A SD Inpres Minasa Upa dengan rata-
rata 3,3 dapat dikategorikan baik, kelas VI B SD Inpres Karunrung rata-
rata respons peserta didik adalah 3,7 dapat dikategorikan sangat baik dan
kelas VI A SD Inpres Minasa Upa I rata-rata respons peserta didik adalah
3,2 dapat dikategorikan baik.
3) Hasil Keterlaksanaan Perangkat Pembelajaran
Tujuan analisis data keterlaksanaan perangkat pembelajaran
adalah untuk melihat seberapa besar keterlaksanaan perangkat dalam
proses pembelajaran. Keterlaksanaan perangkat pembelajaran dapat
dilihat pada tabel berikut.
117
Tabel 4.15 Hasil Observasi Keterlaksanaan Perangkat Pembelajaran
No. Aspek
Kelas VI A SD Inpres Minasa
Upa
Kelas VI B SD Inpres
Karunr-ung
Kelas VI A SD
Inpres Minasa Upa I
Rata-rata Keterangan
1 Sintaks 1,9 2 1,9 1,9 Terlaksana seluruhnya
2 Interaksi sosial
2 2 1,7 1,9 Terlaksana seluruhnya
3 Prinsip reaksi 1,9 1,8 1,8 1,8 Terlaksana seluruhnya
4 Perangkat pembelajaran
1,9 2 2 1,9 Terlaksana seluruhnya
5 Alat bantu pembelajaran
2 2 2 2 Terlaksana seluruhnya
Rata-rata keseluruhan 1,9 Terlaksana seluruhnya
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa keterlaksanaan
perangkat pembelajaran memperoleh rata-rata keseluruhan 1,9 dengan
kategori terlaksana seluruhnya. Untuk setiap aspek diantaranya aspek
sintaks memperoleh rata-rata 1,9 dengan kategori terlaksana seluruhnya,
aspek interaksi sosial memperoleh rata-rata 1,9 dengan kategori
terlaksana seluruhnya, aspek prinsip reaksi memperoleh rata-rata 1,8
dengan kategori terlaksana seluruhnya, aspek perangkat pembelajaran
memperoleh rata-rata 1,9 dengan kategori terlaksana seluruhnya dan
aspek alat bantu pembelajaran memperoleh rata-rata 2 dengan kategori
terlaksana seluruhnya.
Hasil respons peserta didik dan keterlaksanaan perangkat
pembelajaran menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran berbasis
118
GRANDER praktis digunakan. Hasil respons guru, respons peserta didik
dan keterlaksanaan perangkat pembelajaran dapat dilihat pada diagram
sebagai berikut.
Gambar 4.3 Diagram Praktikalitas Perangkat Pembelajaran
c. Efektivitas Perangkat Pembelajaran Matematika
Indikator efektivitas perangkat pembelajaran adalah hasil belajar,
aktivitas peserta didik dan kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran. Adapun hasil indikator tersebut dapat dilihat pada analisis
sebagai berikut.
1) Hasil Belajar
Tujuan analisis hasil belajar adalah untuk mengetahui kemampuan
dan keterampilan peserta didik dalam proses pembelajaran. Adapun hasil
belajar yang dianalisis adalah hasil belajar kognitif dan psikomotorik
sesuai kompetensi dasar (KD) yang dicapai yaitu KD 3.5 dan KD 4.5.
3,8 3,4
1,9
00,5
11,5
22,5
33,5
4
Respons Guru Respons Peserta Didik KeterlaksanaanPerangkat
Pembelajaran
Praktikalitas Perangkat Pembelajaran
119
Perangkat pembelajaran dikatakan efektif jika 85% peserta didik tuntas.
Ketuntasan belajar disesuaiakan dengan Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) setiap sekolah yang diteliti. KKM nilai matematika untuk KD 3.5 dan
KD 4.5 di kelas VI A SD Inpres Minasa Upa adalah 70. KKM nilai
matematika untuk KD 3.5 dan KD 4.5 di kelas VI B SD Inpres Karunrung
adalah 75 sedangkan KKM nilai matematika untuk KD 3.5 dan KD 4.5 di
kelas VI A SD Inpres Minasa Upa I adalah 70.
Hasil belajar peserta didik dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.
Tabel 4.16 Hasil Belajar Peserta Didik
Berdasarkan tabel di atas bahwa 93% peserta didik tuntas di KD
3.5. Skor tertinggi peserta didik 97, skor terendah peserta didik 42, rata-
No. Hasil Tes
KD 3.5 KD 4.5
Kelas VI A SD
Inpres Minasa
Upa
Kelas VI BSD Inpres
Karunr-ung
Kelas VI A SD
Inpres Minasa Upa I
Rata-rata
Kelas VI A SD
Inpres Minasa
Upa
Kelas VI BSD Inpres
Karunr-ung
Kelas VI A SD
Inpres Minasa Upa I
Rata-rata
1 Skor
tertinggi 100 100 90 97 94 94 94 94
2 Skor
terendah 35 40 50 42 78 78 78 78
3 Rata-rata 89 83 74 82 86 85 88 86
4 Tuntas 21 22 22 65 22 24 24 70
5 Tindak
Tuntas 1 2 2 5 - - - -
6 Ketuntasan
Klasikal 95% 92% 92% 93% 100% 100% 100% 100%
120
rata nilai peserta didik 82, jumlah peserta didik yang tuntas 65 peserta
didik dari 70 peserta didik dan 5 peserta didik tidak tuntas. Sedangkan di
KD 4.5 100% peserta didik tuntas. Skor tertinggi peserta didik 94, skor
terendah peserta didik 78, rata-rata nilai peserta didik 86, jumlah peserta
didik yang tuntas 70 peserta didik dari 70 peserta didik dan tidak ada
peserta didik yang tidak tuntas.
2) Aktivitas Peserta didik
Tujuan analisis aktivitas peserta didik adalah untuk mengetahui
keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran. Perangkat
pembelajaran dikatakan efektif jika 85% peserta didik aktif dalam proses
pembelajaran. Adapun hasil aktivitas peserta didik adalah sebagai berikut.
Aktivitas peserta didik dapat dilihat pada tabel di bawah ini sebagai
berikut.
Tabel 4.17 Hasil Aktivitas Peserta Didik
No Aktivitas Kelas VI A SD
Inpres Minasa Upa
Kelas VI A SD Inpres
Karunrung
Kelas VI A SD Inpres
Minasa Upa I
Rata-rata Keterangan
1 Memperhatikan
demonstrasi
100 100 100 100 Sangat
tinggi
2 Melakukan
percobaan
100 100 92 97 Sangat
tinggi
3 Mengajukan
pertanyaan
kepada guru
atau peserta
didik
81 76 75 77 Tinggi
121
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata
keseluruhan aktivitas peserta didik adalah 89% dengan kategori sangat
tinggi Untuk setiap aktivitas diantaranya memperhatikan demonstrasi
memperoleh rata-rata 100% dengan kategori sangat tinggi, melakukan
percobaan memperoleh rata-rata 97% dengan kategori sangat tinggi,
mengajukan pertanyaan kepada guru atau peserta didik memperoleh rata-
rata 77% dengan kategori tinggi, diskusi kelompok memperoleh rata-rata
97% dengan kategori sangat tinggi, mendengarkan penyajian/percakapan
memperoleh rata-rata 94% dengan kategori sangat tinggi, mengerjakan
soal-soal memperoleh rata-rata 79% dengan kategori tinggi dan
menyimpulkan pembelajaran memperoleh rata-rata 77% dengan kategori
tinggi.
4 Diskusi
kelompok
93 97 100 97 Sangat
tinggi
5 Mendengarkan
penyajian/perca
-kapan
84 99 100 94 Sangat
tinggi
6 Mengerjakan
soal-soal
80 78 78 79 Tinggi
7 Menyimpulkan
pembelajaran
79 75 76 77 Tinggi
Rata-rata
keseluruhan
88 89 89 89 Sangat
tinggi
122
3) Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Tujuan analisis kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran
adalah untuk melihat kemampuan guru dalam mengelola proses
pembelajaran. Data pengelolaan pembelajaran diperoleh melalui
observasi yang dilakukan oleh tiga pengamat dari masing-masing sekolah
yang ditempati meneliti selama dua kali pertemuan. Adapun hasil
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dapat dilihat sebagai
berikut.
Hasil kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dapat
dilihat pada tabel sebagai berikut.
Tabel 4.18 Hasil Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran
No. Aspek
Kelas VI A SD Inpres
Minasa Upa
Kelas VI B SD Inpres Karunrung
Kelas VI A SD Inpres
Minasa Upa I
Rata-rata Keterangan
1 Kegiatan
awal
3,7 3,9 3,6 3,7 Sangat
tinggi
2 Kegiatan inti 3,7 4 3,9 3,9 Sangat
tinggi
3 Kegiatan
penutup
3,8 4 3,8 3,9 Sangat
tinggi
4 Suasana
kelas
3,4 3,9 3,8 3,7 Sangat
tinggi
Rata-rata
keseluruhan
3,7 3,9 3,8 3,8 Sangat
tinggi
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata
keseluruhan kemampuan guru dalam mengelola pembelajarah adalah 3,8
123
dengan kategori sangat tinggi. Untuk setiap aspek diantaranya kegiatan
awal memperoleh rata-rata 3,7 dengan kategori sangat tinggi, kegiatan inti
memperoleh rata-rata 3,9 dengan kategori sangat tinggi, kegiatan penutup
memperoleh rata-rata 3,9 dengan kategori sangat tinggi dan suasana
kelas memperoleh rata-rata 3,7 dengan kategori sangat tinggi.
Hasil analisis hasil belajar peserta didik, aktivitas peserta didik dan
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran menunjukkan bahwa
perangkat pembelajaran berbasis GRANDER efektif. Adapun hasilnya
dapat dilihat pada diagram sebagai berikut.
Gambar 4.4 Diagram Efektivitas Perangkat Pembelajaran
C. Revisi Produk
Produk direvisi berdasarkan masukan dari para validator, simulasi
dan uji coba produk. Adapun hasil revisi adalah sebagai berikut.
93%
100%
89%
3,8
0
20
40
60
80
100
120
Hasil Belajar KD 3.5
Hasil Belajar KD 4.5
Aktivitas Peserta Didik
Kemampuan Guru dalamMengelola Pembelajaran
124
1. Masukan Validator
Adapun produk yang direvisi sesuai dengan masukan dari validator
adalah silabus, RPP, buku siswa, LKPD dan instrumen penilaian hasil
belajar.
a. Silabus
Gambar 4.5 Silabus Sebelum Revisi
Gambar 4.6 Silabus Setelah Revisi
125
Berdasarkan Gambar 4.5 silabus sebelum revisi alokasi waktu
setiap pertemuan tidak dirinci, komponen tujuan pembelajaran tidak
ditampilkan, sumber belajar pada buku guru tidak tampak judul buku dan
penulisnya, dan komponen PPK tidak ditampilkan. Berdasarkan Gambar
4.6 silabus setelah revisi alokasi waktu setiap pertemuan dirinci, tujuan
pembelajaran sudah ditampilkan, sumber belajar pada buku guru jelas
judul buku dan penulisnya serta komponen PPK ditampilkan.
b. RPP
Gambar 4.7 RPP Sebelum Revisi
126
Gambar 4.8 RPP Setelah Revisi
Berdasarkan Gambar 4.7 RPP sebelum direvisi tujuan
pembelajaran tidak menampilkan unsur audience, bahavior, condition,
degree, media pembelajaran tidak ditampilkan gambarnya dan buku guru
127
tidak jelas judul buku dan penulisnya. Sedangkan berdasarkan Gambar
4.8 RPP setelah direvisi tujuan pembelajaran menampilkan unsur
audience, bahavior, condition, degree, media pembelajaran sudah
ditampilkan gambarnya dan buku guru jelas judul buku dan penulisnya.
c. Buku siswa
Gambar 4.9 Buku Siswa Sebelum Revisi
Gambar 4.10 Buku Siswa Setelah Revisi
128
Berdasarkan Gambar 4.9 bahwa buku siswa sebelum revisi karena
beberapa simbol atau rumus kurang tepat penulisannya misalnya K untuk
keliling seharus ditulis k. Buku siswa sebelumnya diberi nama buku murid
namun buku murid diubah menjadi buku siswa sesuai dengan penamaan
di kurikulum 2013. Berdasarkan Gambar 4.10 bahwa buku siswa setelah
direvisi sebelumnya penulisan K untuk keliling sudah berubah menjadi k.
d. Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD)
Gambar 4.11 LKPD Sebelum Revisi
129
Gambar 4.12 LKPD Setelah Revisi
Berdasarkan Gambar 4.11 LKPD sebelum direvisi adalah LKPD
sebelumnya diberi nama LKM sehingga butuh untuk direvisi menjadi
LKPD sesuai dengan penamaan di kurikulum 2013. Adapun revisi lainnya
adalah tujuan pembelajaran tidak dicantumkan, penulisan simbol atau
rumus kurang tepat, serta cover LKPD tidak ada. Berdasarkan Gambar
4.12 LKPD setelah direvisi penamaan LKM sebelum revisi sudah berubah
130
menjadi LKPD, tujuan pembelajaran sudah dicantumkan, cover sudah
ada dan penulisan simbol atau rumus sudah diperbaiki (bisa dilihat pada
lampiran).
e. Instrumen Penilaian Hasil Belajar
Gambar 4.13 Instrumen Penilaian Sebelum Revisi
131
Gambar 4.14 Instrumen Penilaian Setelah Revisi
Berdasarkan Gambar 4.13 Instrumen penilaian hasil belajar
sebelum revisi yaitu struktur kalimat masih perlu diperbaiki sedangkan kisi-
kisi instrumen penilaian belum ditampilkan tujuan pembelajaran, jenjang
kognitif tidak dijelaskan, dan kunci jawaban masih ada simbol yang perlu
diperbaiki. Sedangkan berdasarkan Gambar 4.14 struktur kalimat pada
soal sudah diperbaiki, kisi-kisi soal sudah ditampilkan tujuan pembelajaran
dan penjelasan jenjang kognitif, dan penulisan simbol pada kunci jawaban
sudah diperbaiki (bisa dilihat pada lampiran).
132
2. Simulasi dan Uji Coba Produk
Pada saat simulasi dan uji coba, produk yang perlu direvisi adalah
buku siswa karena ada beberapa soal yang susah dipahami oleh peserta
didik.
Gambar 4.15 Produk Simulasi dan Uji Coba Sebelum Revisi
Gambar 4.16 Produk Simulasi dan Uji Coba Setelah Revisi
133
Berdasarkan Gambar 4.15 produk direvisi karena ada beberapa
soal yang susah dipahami oleh peserta didik dan ada simbol yang kurang
tepat penulisannya. Sedangkan berdasarkan Gambar 4.16 produk telah
direvisi dengan memperbaiki soal-soal dan memperbaiki penulisan simbol.
D. Kajian Produk Akhir
Produk pengembangan perangkat pembelajaran berbasis
GRANDER pada materi keliling dan luas lingkaran sesuai dengan revisi
produk, simulasi pada peserta didik kelas VI A SD Inpres Minasa Upa dan
uji coba produk pada peserta didik kelas VI B SD Inpres Karunrung dan
peserta didik kelas VI A SD Inpres Minasa Upa I. Berikut ini ada beberapa
aspek menunjukkan kualitas perangkat pembelajaran berbasis GRANDER
yang dikembangkan adalah sebagai berikut.
1. Validitas Perangkat Pembelajaran Matematika
Hasil penilaian dari tiga validator menunjukkan bahwa kesulurahan
perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian dikatakan valid. Hasil
analisis untuk perangkat pembelajaran meliputi silabus diperoleh rata-rata
3,5 dengan kategori sangat valid, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) diperoleh rata-rata 3,6 dengan kategori sangat valid, buku siswa
diperoleh rata-rata 3,5 dengan kategori sangat valid, Lembar Kegiatan
Peserta didik (LKPD) diperoleh rata-rata 3,4 dengan kategori valid,
Instrumen penilaian hasil belajar diperoleh rata-rata 3,5 dengan kategori
sangat valid, alat peraga GRANDER diperoleh rata-rata 3,5 dengan
134
kategori sangat valid, angket respons guru diperoleh rata-rata 3,5 dengan
kategori valid, angket respons peserta didik diperoleh rata-rata 3,5 dengan
kategori sangat valid, lembar observasi keterlaksanaan perangkat
pembelajaran diperoleh rata-rata 3,4 dengan kategori valid, lembar
observasi aktivitas peserta didik diperoleh rata-rata 3,5 dengan kategori
sangat valid dan lembar observasi kemampuan guru dalam pembelajaran
diperoleh rata-rata 3,5 dengan kategori sangat valid.
Sejalan dengan penelitian Arifin (2017) instrumen memiliki peranan
yang sangat penting karena dengan adanya instrumen mutu suatu
penelitian dapat diketehui. Jika instrumen yang dibuat memiliki kriteria
yang baik maka mutu penelitian juga baik begitupun sebaliknya. Menurut
Khaeruddin (2015) salah satu cara untuk memperbaiki proses
pembelajaran yang paling efektif ialah dengan jalan mengevaluasi tes
hasil belajar yang di peroleh dari proses pembelajaran itu sendiri. Dengan
kata lain, hasil tes itu diolah sedemikian rupa sehingga dari hasil
pengolahan itu dapat di ketahui komponen-komponen manakah dari
proses pembelajaran itu yang masih lemah. Menurut Fitri (2017) semakin
tinggi nilai validitas maka semakin jitu data yang diperoleh. Sehingga
kualitas instrumen penelitian sangat menentukan hasil penelitian yang
akan dicapai.
2. Praktikalitas Perangkat Pembelajaran Matematika
Perangkat pembelajaran dikatakan praktis jika tiga indikator
tercapai yaitu respons guru, respons peserta didik berada dalam kategori
135
minimal baik dan keterlaksanaan perangkat pembelajaran berada dalam
kategori terlaksana sebagian.
a. Respons Guru
Hasil analisis respons guru menunjukkan bahwa rata-rata
keseluruhan respons guru adalah 3,8 dengan kategori sangat baik.
respons guru kelas VI A SD Inpres Minasa Upa dengan rata-rata 3,6
dapat dikategorikan sangat baik, respons guru kelas VI B SD Inpres
Karunrung rata-rata dengan dalah 4 dapat dikategorikan sangat baik dan
respons guru kelas VI A SD Inpres Minasa Upa I dengan rata-rata adalah
3,9 dapat dikategorikan sangat baik.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramadhani (2016)
bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan praktis karena
semua indikator tecapai yaitu keterlaksanaan perangkat pembelajaran,
tanggapan peserta didik dan tanggapan guru.
b. Respons Peserta didik
Berdasarkan hasil analisis data rata-rata keseluruhan respons
peserta didik adalah 3,4 dengan kategori baik. Respons peserta didik di
kelas VI A SD Inpres Minasa Upa dengan rata-rata 3,3 dapat
dikategorikan baik, kelas VI B SD Inpres Karunrung rata-rata respons
peserta didik adalah 3,7 dapat dikategorikan sangat baik dan kelas VI A
SD Inpres Minasa Upa I rata-rata respons peserta didik adalah 3,2 dapat
dikategorikan baik.
136
Sejalan dengan penelitian Ramadhani (2016) bahwa perangkat
pembelajaran dikatakan praktis jika peserta didik memberikan Respons
berada dalam kategori baik dan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
respons peserta didik berada dalam ketegori baik. Selanjutnya penelitian
Rasyid (2016) bahwa media pembelajaran dikatakan praktis karena
peserta didik memberikan respons positif. Sehingga respons peserta didik
sangat menentukan kepraktisan perangkat pembelajaran berbasis
GRANDER yang dikembangkan karena peserta didik sebagai pengguna
dari produk tersebut. Menurut Damiati dan Danu (2018) bahwa
penggunaan media tangram dihasilkan dalam pengembangan produk
tepat dan baik digunakan oleh peserta didik dalam kegiatan belajar.
c. Keterlaksanaan Perangkat Pembelajaran
Keterlaksanaan perangkat pembelajaran memperoleh rata-rata
keseluruhan 1,9 dengan kategori terlaksana seluruhnya. Untuk setiap
aspek diantaranya aspek sintaks memperoleh rata-rata 1,9 dengan
kategori terlaksana seluruhnya, aspek interaksi sosial memperoleh rata-
rata 1,9 dengan kategori terlaksana seluruhnya, aspek prinsip reaksi
memperoleh rata-rata 1,8 dengan kategori terlaksana seluruhnya, aspek
perangkat pembelajaran memperoleh rata-rata 1,9 dengan kategori
terlaksana seluruhnya dan aspek alat bantu pembelajaran memperoleh
rata-rata 2 dengan kategori terlaksana seluruhnya.
Sejalan dengan penelitian Fusiari (2016) bahwa perangkat
pembelajaran model discovery learning pada materi pokok optik layak
137
digunakan, keterlaksanaan pembelajaran pada pembelajaran model
discovery learning telah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan proses
belajar mengajar yang telah direncanakan, menjadikan peserta didik aktif
dalam proses pembelajaran, hasil belajar peserta didik mencapai
ketuntasan klasikal.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramadhani (2016)
bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan praktis karena
semua indikator tecapai yaitu keterlaksanaan perangkat pembelajaran,
tanggapan peserta didik dan tanggapan guru, sehingga dapat disimpulkan
bahwa perangkat pembalajaran praktis karena tiga indikator tercapai yaitu
respons guru, respons peserta didik dan keterlaksanaan perangkat
pembelajaran.
3. Efektivitas Perangkat Pembelajaran Matematika
Perangkat pembelajaran dikatakan efektif jika tiga indikator tecapai
yaitu hasil belajar peserta didik 85% peserta didik tuntas, 85% peserta
didik aktif dalam proses pembelajaran dan kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran minimal berada dalam kategori tinggi.
a. Hasil belajar Peserta didik
Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa hasil belajar
peserta didik di KD 3.5 adalah ketuntasan klasikal peserta didik 93%. Skor
tertinggi peserta didik 97, skor terendah peserta didik 42, rata-rata nilai
peserta didik 82, jumlah peserta didik yang tuntas 65 dari 70 peserta didik
dan 5 peserta didik tidak tuntas. Sedangkan di KD 4.5 100% peserta didik
138
tuntas. Skor tertinggi peserta didik 94, skor terendah peserta didik 78,
rata-rata nilai peserta didik 86, jumlah peserta didik yang tuntas 70 dari 70
peserta didik dan tidak ada peserta didik yang tidak tuntas.
Sejalan dengan penelitian Supriyanto (2014) bahwa penerapan
discovery learning pada mata pelajaran matematika peserta didik sekolah
dasar dapat meningkatkan hasil belajar mereka karena melalui penerapan
discovery learning, peserta didik memiliki pengalaman karena mereka
melakukan sesuatu percobaan yang memungkinkan mereka untuk
menemukan konsep atau prinsip-prinsip matematika bagi diri mereka
sendiri. Menurut Sahara dkk (2017) bahwa model pembelajaran discovery
learning dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik dibandingkan
dengan model pembelajaran langsung.
Selanjutnya menurut Rahman (2017) bahwa model pembelajaran
discovery learning dapat mendorong kemampuan berpikir kreatif peserta
didik. Hal ini sejalan pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Suliati,
dkk (2018) bahwa penggunaan alat peraga sederhana dalam
pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik karena
melalui alat peraga sederhana tersebut peserta didik dapar bereksplorasi
dan menemukan suatu konsep dengan cara melakukan sendiri proses
penemuan. Menurut Gintinga dan Surya (2017) bahwa penggunaan alat
peraga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Menurur
Ramdhani (2017) discovery learning dengan pendekatan ilmiah dapat
meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Menurut Sibiya dan Mudaly
139
(2018) bahwa geoboard dapat meningkatkan pemahaman geometris
teorema peserta didik.
b. Aktivitas Peserta didik
Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa rata-rata
keseluruhan aktivitas peserta didik adalah 89% dengan kategori sangat
tinggi Untuk setiap aktivitas diantaranya memperhatikan demonstrasi
memperoleh rata-rata 100% dengan kategori sangat tinggi, melakukan
percobaan memperoleh rata-rata 97% dengan kategori sangat tinggi,
mengajukan pertanyaan kepada guru atau peserta didik memperoleh rata-
rata 77% dengan kategori tinggi, diskusi kelompok memperoleh rata-rata
97% dengan kategori sangat tinggi, mendengarkan penyajian/percakapan
memperoleh rata-rata 94% dengan kategori sangat tinggi, mengerjakan
soal-soal memperoleh rata-rata 79% dengan kategori tinggi dan
menyimpulkan pembelajaran memperoleh rata-rata 77% dengan kategori
tinggi.
Sejalan dengan penelitian Wahyudi (2015) bahwa pembelajaran
discovery learning meningkatkan aktivitas peserta didik dalam
pembelajaran, membuat peserta didik semakin bersemangat dalam
belajar, dan meningkatkan hasil belajar peserta didik. Selanjutnya menurut
Walker (2018) pembelajaran melalui diskusi kelompok dapat
meningkatkan aktivitas peserta didik dalam belajar, sehingga sangat
penting dalam pemilihan metode pembelajaran yang digunakan dalam
proses pembelajaran karena sangat menentukan ketercapaian aktivitas
140
peserta didik dalam proses pembelajaran. Menurut Salahudeen dan Saidu
(2016) bahwa penggunaan geoboard menjadikan pelajaran lebih
bermakna.
c. Kemampuan Guru Dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa rata-rata
keseluruhan kemampuan guru dalam mengelola pembelajarah adalah 3,8
dengan kategori sangat tinggi. Untuk setiap aspek diantaranya kegiatan
awal memperoleh rata-rata 3,7 dengan kategori sangat tinggi, kegiatan inti
memperoleh rata-rata 3,9 dengan kategori sangat tinggi, kegiatan penutup
memperoleh rata-rata 3,9 dengan kategori sangat tinggi dan suasana
kelas memperoleh rata-rata 3,7 dengan kategori sangat tinggi.
Sejalan dengan penelitian Ramadhani (2016) bahwa perangkat
pembelajaran dinyatakan efektif jika kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran berada dalam kategori baik dan hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran
berada dalam kategori baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa perangkat
pembelajaran efektif karena indikator hasil belajar, aktivitas peserta didik
dan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran tercapai.
141
BAB V
PENUTUP
A. Kajian Produk Yang Telah Direvisi
Berdasarkan hasil pengembangan dan uji coba produk terkait
perangkat pembelajaran matematika menggunakan metode discovery
learning berbasis GRANDER, maka beberapa hal yang dapat dikaji
adalah sebagai berikut.
1. Perangkat pembelajaran matematika menggunakan metode discovery
learning berbasis GRANDER berupa silabus, RPP, buku siswa, LKPD,
instrumen penilaian hasil belajar dikatakan valid dan reliabel. Adapun
instrumen penelitian berupa angket respons guru, angket respons
peserta didik, lembar observasi keterlaksanaan perangkat
pembelajaran dan lembar observasi kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran dikatakan valid dan reliabel.
2. Perangkat pembelajaran matematika dinyatakan praktis karena tiga
indikator tercapai yaitu respons guru berada dalam kategori sangat
baik, respons peserta didik berada dalam kategori baik dan
keterlaksanaan perangkat pembelajaran berada dalam kategori
terlaksana seluruhnya.
3. Perangkat pembelajaran matematika dinyatakan efektif karena tiga
indikator tercapai yaitu hasil belajar peserta didik mencapai ketuntasan
klasikal, 89% peserta didik aktif dalam proses pembelajaran dan
141
142
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran berada dalam
kategori sangat tinggi.
B. Saran
1. Saran Pemanfaatan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka beberapa hal yang
disarankan sebagai berikut.
a. Perangkat pembelajaran matematika menggunakan metode discovery
learning berbasis GRANDER dapat digunakan sebagai alternatif dalam
menerapkan pembelajaran berbasis penemuan karena peserta didik
dapat menemukan sendiri rumus dari rumus bangun datar dengan
bantuan alat peraga GRANDER.
b. Peserta didik membaca petujuk penggunaan alat peraga GRANDER
yang terdapat pada LKPD sebelum digunakan.
c. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan dalam mengembangkan
perangkat pembelajaran dan alat peraga.
2. Saran Diseminasi dan Pengembangan Produk Lebih Lanjut
a. Pengembangan perangkat pembelajaran matematika dapat
dikembangkan untuk semua materi bangun datar dengan bantuan alat
peraga GRANDER karena alat peraga GRANDER dapat digunakan
untuk menemukan semua rumus bangun datar.
143
b. Menggiatkan pengujian perangkat pembelajaran matematika berbasis
GRANDER dalam skala yang lebih besar untuk mengetahui kelebihan
dan kekurangan produk.
c. Menggiatkan penelitian pengembangan perangkat pembelajaran
menggunakan metode penemuan.
144
DAFTAR PUSTAKA
-----. (2008). Oxford Learner's Pocket Dictionary. New York: Oxford
University Press. Abduh, M. (2015). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Tematik
Integratif Berbasis Sosiokultural di Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, 8(1).
Adurrohim., Feronika, T., dan Bahriah, E. S. (2016). Pengembangan
Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Berbasis Inkuiri Terbimbing Pada Materi Hidrolisis Garam. Jurnal Penelitian dan Pembelajaran IPA, 2(2).
Akker, J.V. (1999). Design Approaches and Tools in Education and
Training. Dodrecht: Kluwer Academic Publisher. Al-Qur’anulkarim. (2016). Bandung: Cordoba. Al-Tabany, T. I. B. (2015). Mendesaian Model Pembelajaran Inovatif,
Progresif dan Kontekstual: Konsep, Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum 2013 (Kurikulum Tematik Integratif/TKI). Jakarta: Kencana.
Anjarsari, M. D. (2013). Meningkatkan Hasil Belajar Materi
Mengidentifikasi Sifat-sifat Bangun Datar Menggunakan Media Tangram di Sekolah Dasar. Jurnal PGSD, 1(2).
Aqib, Z. (2014). Model-model, Media dan Strategi Pembelajaran
Kontekstual (Inovatif). Bandung: Yrama Widya. Arifin, Z. (2017). Kriteria Instrumen dalam Suatu Penelitian. Jurnal
THEOREMS, 2(1). Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2010) Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara : Yogyakarta.
Arsyad, A. (2012). Media pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
144
145
Asri, A. S. (2017). Telaah Buku Teks Pegangan Guru Dan Siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VII Berbasis Kurikulum 2013. Jurnal Ilmu Bahasa, 3(1).
Budiani, N. W. (2009). Efektifitas Program Penanggulangan
Pengangguran Karang Taruna “Eka Taruna Bhakti” Desa Sumerta Kelod Kecamatan Denpasar Timur Kota Denpasar. Jurnal Ekonomi dan Sosial, 2 (1), 49-57.
Cahyo, A. N. (2012). Teori-teori Belajar Mengajar. Jogjakarta: Diva Press. Carin, A.A. (1993). Teaching Science Through Discovery Seventh Edition.
New York: Macmillan Publishing Company. Damiati, M., & Danu, R. (2018). The Elaboration of Tangram Media with a
Scientific Approach to Social Studies Learning in Elementary. International Journal for Innovation Education and Research, 6(12). https://doi.org/https://doi.org/10.31686/ijier.Vol6.Iss12.1276
Depdiknas. (2008). Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas.
Djumriah. (2011). Pengembangan Perangkat Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Fisika pada Siswa Kelas IX A SMPN 5 Anggeraja Kabupaten Enrekang. Tesis. Makassar: Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar.
Fitri. (2017). Analisis Validitas dan Reliabilitas Instrumen Kerja Akuntan
Menggunakan Pendekatan Rach Model. Jurnal Ilmiah Akuntansi Peradaban, 3(1).
Fusiari, A. I. (2016). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model
Discovery Learning pada Materi Pokok Optik di SMP. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika, 5(1).
Gantini, P., Suhendra, D. (2017). Penilaian Hasil Belajar. Jakarta:
Erlangga. Gintinga, I. N. B., Surya, E. Use of Figure Tools to Increase Mathematics
Result Learning Student Class V Prymary School 101796 Patumbak. International Journal of Sciences: Basic and Applied Research, 34(1).
146
Hamalik, O. (2001). Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo. Haryoko, S. (2009). Efektivitas Pemanfaatan Media Audio-Visual Sebagai
Alternatif Optimalisasi Model Pembelajaran. Jurnal Edukasi, 5(1). Hidayat, S. (2013). Pengembangan Kurikulum Baru. Bandung: Remaja
Rosdakarya Offset. Hobri. (2010). Metodologi Penelitian Pengembangan (Aplikasi pada
Penelitian Pendidikan Matematika). Jember: Pena Salsabila. Husnaya, A. I. (2018). Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Think Pair Share pada Materi Bangun Datar Berbantu Media Geoboard terhadap Pemahaman Konsep dan Motivasi Belajar Peserta didik Kelas IV SDN Troso 06 Pecangaan Jepara. Jurnal Lensa Pendas, 3(2).
Ibrahim, (2003). Pengembangan Perangkat Pembelajaran. Jakarta: Dirjen
Dikdasmen. KBBI. (2007). Jakarta: Kemendikbud. Kemendikbud. (2016). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Kemendikbud.
Kemendikbud. (2016). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian. Jakarta: Kemendikbud.
Khaerudiin. (2017). Kualitas Instrumen Tes Hasil Belajar. Jurnal
Madaniyah, 2(9). Khoirina, Z. (2016). Pengaruh Media Tangram Terhadap Hasil Belajar
Tema Lingkungan Siswa Kelas II Madrasah Ibtidaiyah Da’watul Khoir Nganjuk. Jurnal PGSD, 4(2).
Kurniawan, A. D. (2013). Pengembangan Buku Siswa Untuk
Meningkatkan Proses Dan Hasil Belajar Kompetensi Dasar Cornflake Cookies Pada Siswa Tunagrahita SMA-LB Negeri Gedangan, Sidoarjo. E-journal boga, 2(1).
147
Lastrijanah, Prasetyo, T., & Mawardini, A. (2017). Pengaruh Media Pembelajaran Geoboard terhadap Hasil Belajar Siswa. Jurnal Didaktika Tauhidi, 4(2).
Majid, A. (2011). Perencanaan pembelajaran mengembangkan standar
kompetensi guru. Bandung:Remaja Rosdakarya. Markaban. (2008). Model Penemuan Terbimbing pada Pembelajaran
Matematika SMK. Yogyakarta: Depdiknas. Miarso, Y. (2004). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta:
Prenada Media.
Mudjijo. (1995). Tes Hasil Belajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Musfiqon. (2012). Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Nasution, M. K. (2017). Penggunaan Metode Pembelajaran Dalam
Peningkatan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Ilmiah Bidang Penddidikan, 11(1).
Nieveen, N. (1999). Design Approaches and Tools in Education and
Training. Dodrecht: Kluwer Academic Publisher. Ningtyas, R., Yunianta, T.N.H. (2014). Pengembangan Handout
Pembelajaran Tematik Untuk Siswa Sekolah Dasar Kelas III. Scholaria, 4(3).
Nisa, T. F., Bustoniyah, U. (2015). Efektivitas Penggunaan Geoboard
Bangun Datar Dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal Apotema, 1(2).
Novitaningrum, M., Parmin., & Pamelasari, S. D. (2014). Pengembangan
Handout Ipa Terpadu Berbasis Inkuiri pada Tema Mata Untuk Kelas IX Siswa MTS Al-Islam Sumurejo. Unnes Science Education Journal, 3(2).
Nurdin. (2007). Model Pembelajaran Pembelajaran Matematika Yang Menumbuhkan Kemampuan Metakognitif Untuk Menguasi Bahan Ajar. Disertasi. Surabaya: PPs UNESA.
Prastowo, A. (2011). Panduan kreatif membuat bahan ajar inovatif:
menciptakan metode pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Yogyakarta: Diva Press.
148
Pujiati. (2004). Penggunaan Alat Peraga dalam Pembelajaran Matematika SMP. Yogyakarta: PPPG Matematika.
Purwanto. (2012). Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan
Pendidikan. Yogyakarta: Pusaka Pelajar Offset. Putrayasa, I. M., Syahruddin, H., & Margunayasa, I. G. (2014). Pengaruh
Model Pembelajaran Discovery Learning dan Minat Belajar terhadap Hasil Belajar IPA Peserta didik. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha, 2(1).
Rahman, M. H. (2017). Using Discovery Learning to Encourage Creative
Thinking. International Journal of Social Sciences dan Educational Studies, 4(2). https://doi.org/10.23918/ijsses.v4i2sip98
Rahmani, W., Widyasari, N. (2018). Meningkatkan Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis Siswa Melalui Media Tangram. Jurnal Pendidikan Matematika, 4(1).
Ramadhani, R. (2016). Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Matematika yang Berorientasi Pada Model Problem Based Learning. Jurnal Matematika Kreatif Inovatif, 7(2).
Ramadhani, M. R., Usodo, B., & Subanti, S. (2017). Discovery Learning
with Scientific Approach on Geometry. International Conference on Mathematics and Science Education (ICMScE). doi:10.1088/1742-6596/895/1/012033.
Rasyid, M., Aziz, A. A., & Saleh, A. R. (2016). Pengembangan Media
Pembelajaran Berbasis Multimedia Dalam Konsep Sistem Indera pada Siswa Kelas XI SMA. Jurnal Pendidikan Biologi, 7(2).
Riduwan. (2011). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian.
Bandung: Alfabeta. Rohim, F., Susanto, H., & Ellianawati. (2012). Penerapan Model Discovery
Terbimbing pada Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif. Unnes Physic Education Journal, 1(1), 1-5.
Rohmawati, A. (2015). Efektivitas Pembelajaran. Jurnal Pendidikan Usia
Dini, 9(1). Rusli. (2014). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika
berbasis Kemampuan Otak Pada Materi Geometri di SMA Pesantren Tarbiyah Takalar. Tesis. Makassar: Program Pascasarjana
149
Universitas Negeri Makassar. Sahara, R., Saputro, D. R. S., Sari, P. P., Slamet, I., Khasanah, V. N.,
Usodo, B., & Subanti, S. (2017). Discovery Learning with Scientific Approach on Geometry Discovery Learning with Scientific Approach on Geometry. International Conference on Mathematics and Science Education (ICMScE). https://doi.org/10.1088/1742-6586/895/1/012033
Salahudeen, A. B., & Saidu, S. (2016). Effects Of Geoboard And
Geographical Globe On Senior Secondary School Students €Tm Performance In Mathematics In Kaduna State. Journal of Science, Technology dan Education (JOSTE), 4(1).
Samudra, K. A. N. (2014). Meningkatkan Hasil Belajar Dengan
Menggunakan Media Bangun Datar Beraturan Mengidentifikasi Sifat-Sifat Bangun Datar Siswa Kelas V Sdn Cerme Lor Gresik. Jurnal PGSD, 2(2).
Sani, R. A., dkk. (2018). Penelitian Pendidikan. Tangerang: Tira Smart. Sanjaya, W. (2008). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran.
Jakarta: Kencana. Sardiman. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rajawali Pers. Sibiya, M. R., Mudaly, V. (2018). The Effects Of The Geoboard On
Learner Understanding Of Geometry Theorems. International Journal of Sciences and Research, 74(11). DOI: 10.21506/j.ponte.2018.11.8.
Sinambela, N.J.M.P. (2006). Keefektifan Model Pembelajaran
Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction) dalam Pembelajaran Matematika untuk Pokok Bahasan Sistem Linear dan Kuadrat di Kelas X SMA Negeri 2 Rantau Selatan Sumatera Utara. Tesis. Surabaya: Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya.
Sugiarto. (2010). Workshop Pendidikan Matematika 1. Jurusan
Matematika FMIPA. Semarang: UNNES Suharjana, A. (2008). Pengenalan Bangun Ruang dan Sifat-sifatnya di
SD. Yogyakarta: PPPPTK Matematika. Suliati, dkk. (2018). Penerapan Model PBL Menggunakan Alat Peraga
Sederhana Terhadap Hasil Belajar Peserta didik. Jurnal curricula, 3(1).
150
Sulistyowati, N., Widodo, A.T., & Sumarni, W. (2012). Efektivitas Model Pembelajaran Guided Discovery Learning terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Kimia. Chemistry in Education, 2(1), 49-55.
Sundayana R. (2016). Media dan alat peraga dalam pembelajaran
matematika. Bandung: Alfabeta. Supardi. 2013. Sekolah Efektif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Supriyanto, B. (2014). Penerapan Discovery Learning untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Peserta didik Kelas IV B Mata Pelajaran MatematikaPokok Bahasan Keliling dan Luas Lingkaran di SDN Tanggul Wetan 02 Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember. Jurnal Pancaran, 3(2),165-174.
Syajaah, J. (2018). Penggunaan Alat Peraga Sederhana Untuk
Meningkatkan Pemahaman Peserta didik tentang Konsep Energi Panas Pada Pembelajaran IPA di Kelas IV SDN Sindangpala. Jurnal Elementaris Edukasia, 1(1).
Thiagarajan, Sivasailam, dkk. (1974). Instructional Development for
Training Teacher of Exceptional Children. Washinton DC: National Center for Improvement Educational System.
Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi
Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka. Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi dan
Implementasinya dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara.
Wahjudi, E. (2015). Penerapan DiscoveryLearning dalam Pembelajaran
IPASebagai Upaya untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IX-I di SMP Negeri 1 Kalianget.LENSA (Lentera Sains): Jurnal Pendidikan IPA, 5(1).
Walker, R. J, dkk. (2018). Comparing active learning techniques: The
effect of clickers and discussion groups on student perceptions and performance. Australasian Journal of Educational Technology, 34(3), s. 74–87. doi:10.14742/ajet.3337.
Wena, M. (2011). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu
Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.
151
Widhiyantoro, T., Indrowati, M., & Probosari, R. M. (2012). The Effectiveness of Gided Discovery Method Application Toward Creative Thinking Skill at The Tenth Grade Students of SMA N 1 Teras Boyolali in The Academic Year 2011/2012. Jurnal Pendidikan Biologi, 4(3), 89-99.
Widoyoko, E. P. (2009). Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan
Praktis bagi Pendidik dan Calon Pendidik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Widyaningsih, S. W., Yusuf, I. (2015). Penerapan Quantum Learning
Berbasis Alat Peraga Sederhana untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik. Jurnal Ilmiah, 10(3).
Wulandari, H. (2010). Pembelajaran Tari Anak-Anak dengan
Menggunakan Model Discovery Learning Untuk Meningkatkan Kompetensi Sosial Dan Kompetensi Kepribadian Mahasiswa PGPAUD Kampus Upi di Purwakarta. Jurnal Pendidikan Ke-SD-an, 11(1).
Yamsari, Y. (2010). Pengembangan Media Pembelajaran Matematika
Berbasis ICT yang Berkualitas. Seminar Nasional Pasca Sarjana X ITS. Institut Teknologi Sebelas Maret.
Yulaelawati, E. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran: Filosofi, Teori dan
Aplikasi. Bandung: Pakar Raya. Yusuf, I. (2013). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Berbasis
Media Laboratorium Virtual Pada Materi Dualisme Gelombang Partikel di SMA Tut Wuri Handayani Makassar. Tesis. Makassar: Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar.
Zuhdan, K. P., dkk. (2011). Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Sains Terpadu Untuk Meningkatkan Kognitif, Keterampilan Proses, Kreativitas serta Menerapkan Konsep Ilmiah Peserta Didik SMP. Tesis. Yogyakarta: Program Pascasarjana UNY.
152
RIWAYAT HIDUP
Irmawati M lahir di Solie Kecamatan Donri-Donri
Kabupaten Soppeng Provinsi Sulawesi Selatan pada
tanggal 16 Januari 1994, anak kedua dari dua
bersaudara ini merupakan buah cinta dari pasangan Drs.
Malakang dan Marwati, A.Ma.Pd.S.D. Penulis pertama kali menempuh
pendidikan di SD Negeri 158 Watallipu pada tahun 2000 dan tamat pada
tahun 2006. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikannya di
SMP Negeri 1 Donri-Donri dan menyelesaikan pendidikannya pada tahun
2009. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMA
Negeri 1 Dare Ajue dan tamat pada tahun 2012. Pada tahun yang sama
penulis hijrah ke Makassar untuk melanjutkan pendidikan dan terdaftar
sebagai mahasiswa jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar
dan selesai tahun 2016. Pada tahun 2017 penulis terdaftar sebagai
mahasiswa Program Pascasarjana Magister Pendidikan Dasar Universitas
Muhammadiyah Makassar. Penulis merasa sangat bangga dapat
merasakan pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar.
152