pengembangan modul fisika berbasis scientific …

121
Disusun untuk Memen Prog PROGRAM FAKULTA U PENGEM SCIENT DI i TESIS nuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Deraja gram Studi Magister Pendidikan Sains Oleh Toriqul Abidin S831208085 M STUDI MAGISTER PENDIDIKAN SAINS AS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2014 MBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS TIFIC PADA MATERI ELASTISITAS I SMA NEGERI2 PURWOKERTO at Magister S perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

Upload: others

Post on 21-Nov-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

i

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Program Studi Magister Pendidikan Sains

Oleh

Toriqul Abidin

S831208085

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN SAINS

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2014

PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS

SCIENTIFIC PADA MATERI ELASTISITAS

DI SMA NEGERI2 PURWOKERTO

i

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Program Studi Magister Pendidikan Sains

Oleh

Toriqul Abidin

S831208085

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN SAINS

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2014

PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS

SCIENTIFIC PADA MATERI ELASTISITAS

DI SMA NEGERI2 PURWOKERTO

i

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Program Studi Magister Pendidikan Sains

Oleh

Toriqul Abidin

S831208085

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN SAINS

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2014

PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS

SCIENTIFIC PADA MATERI ELASTISITAS

DI SMA NEGERI2 PURWOKERTO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 2: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

iiiiii

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 3: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

iiiiiiiii

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 4: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

iv

PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa:

1. Tesis yang berjudul: “PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN

FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC PADA MATERI ELASTISITAS DISMA NEGERI 2 PURWOKERTO” ini adalah karya penelitian saya sendiri

dan bebas plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh

orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara

tertulis digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber

acuan serta daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat

dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai

ketentuan perundang-undangan(Permendiknas No. 17 tahun 2010).

2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain

harus seizin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan Program

Studi Magister Pendidikan Sains FKIP UNS sebagai institusinya. Apabila dalam

waktu sekurang-kurangnya satu semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis)

saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau seluruh isi Tesis ini, maka

Prodi Pendidikan Sains FKIP UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal

ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi Pendidikan Sains FKIP UNS. Apabila saya

melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia

mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.

Surakarta, 2014

Mahasiswa,

Toriqul Abidin

S 831208085

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 5: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

v

MOTTO

“....... Maha suci Engkau (Alloh),

Tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah ajarkan kepada kami.

Engkaulah yang maha mengetahui dan maha bijaksana.”

(QS. Al-Baqarah : 32)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 6: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

vi

PERSEMBAHAN

Buat anak-anakku yang sholeh dan sholehah....

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 7: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan

penyusunan usulan tesis ini dengan lancar dan baik. Penulis banyak mendapat

bantuan, bimbingan maupun masukan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku DekanFKIP UNS Surakarta

yang telah memberikan bantuan berupa sarana, fasilitas demi kelancaran dalam

menempuh pendidikan Program Pascasarjana.

2. Dr.M.Masykuri,M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sains

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang selalu memberi arahan

dan mendorong penulis untuk segera menyelesaikan pendidikan.

3. Prof.Dr.H.Widha Sunarno,M.Pd., selaku pembimbing pertama yang telah

memberikan bimbingan dan petunjuk dalam menyelesaikan tesis ini.

4. Dra. Suparmi,MA. Ph.D selaku pembimbing kedua yang telah memberikan

bimbingan dan petunjuk dalam menyelesaikan tesis ini.

5. Bapak/Ibu dosen Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta

yang telah memberikan pendalaman ilmu kepada penulis.

6. Drs. H. Tohar,M.Si., selaku Kepala SMA Negeri 2 Purwokerto yang telah

memberikan nasehat, dan kemudahan dalam menyelesaikan tesis ini.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 8: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

viii

7. Teman-teman mahasiswa Pascasarjana Program Pendidikan Sains yang selalu

memberi dukungan, masukan dan bantuan dalam menyelesaikan tesis ini

8. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tesis ini.

Penulis menyadari bahwa dalam tesis ini masih banyak kesalahan dan jauh

dari sempurna, oleh sebab itu penulis berharap kritik, saran dan masukan agar

menjadikan tesis ini lebih baik. Akhirnya penulis berdo’a dan berharap semoga

segala bentuk bantuan mereka, menjadi amal baik dan mendapat imbalan dari

Allah,SWT. Amin.

Penulis.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 9: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

ix

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL...…………………………………………..…..……

HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................

HALAMAN PENGESAHAN....………………………..………..……….

PERNYATAAN .........................................................................................

MOTTO ......................................................................................................

PERSEMBAHAN ......................................................................................

KATA PENGANTAR....………………………………..…………..…….

DAFTAR ISI......………………………………………………..…..…..…

DAFTAR TABEL .......................................................................................

DAFTAR GAMBAR........………………………..……..………………..

DAFTAR LAMPIRAN....………………………………………………...

ABSTRAK .................................................................................................

ABSTRACT..................................................................................................

i

ii

iii

iv

v

vi

vii

ix

xii

xiii

xiv

xv

xvi

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.………………..…….……………

B. Identifikasi Masalah..............................................................

C. Pembatasan Masalah ............................................................

D. Rumusan Masalah.…………………..……………...……...

E. Tujuan Pengembangan.………………………………… ..

F. Spesifikasi Produk.…………………….………………......

G. Manfaat Pengembangan.………………..………………….

H. Asumsi dan Keterbatasan.………………….………………

1

5

6

6

7

7

9

9

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 10: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

x

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori.……………………….………………………

1. Modul Pembelajaran ………………………………

2. Hakekat Fisika .....………………………….……...

3. Pendekatan Berbasis Scientific ………...…..…….

4. Materi Ajar.……….……..…………………………

5. Prestasi Belajar.………………………...…………..

B. Penelitian yang Relevan.………………..………...………..

C. Kerangka Berpikir.………………..……...………………...

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Metode Pengembangan.……….…………………………...

B. Prosedur Pengembangan.……..……………..…………….

C. Uji Coba Produk.……….………………………………….

D. Desain Penelitian.………..……..………………………….

E. Subyek Penilaian.…………….....………………………….

F. Jenis Data.……………….....………………………………

G. Instrumen Pengumpulan Data.………………….………….

H. Teknik Analisis Data.……………….……………………..

BAB IV. HASIL PENELITIAN PENGEMBANGAN DAN

PEMBAHASAN

A. Diskripsi Data Hasil Penelitian dan Pengembagnan

1. Tahap Pendefinisian (Define)...........................................

11

11

15

19

41

49

52

55

57

57

61

61

62

62

63

63

66

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 11: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

xi

2. Tahap Perancangan (Design) .............................................

3. Tahap Pengembangan (Develop) .....................................

4. Tahap Penyebaran (Disseminate) ....................................

B. Pembahasan

1. Pembahasan Tahap Pendefinisian (Define).........................

2. Pembahasan Tahap Perancangan (Design) .........................

3. Pembahasan Tahap Pengembangan (Develop) ..................

4. Pembahasan Tahap Penyebaran (Disseminate) ................

C. Temuan di Lapangan ....................................................................

D. Keterbatasan Penelitian .................................................................

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................

B. Saran ..........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.…………....……………………………………

LAMPIRAN ..........................................................................................

73

76

86

87

91

94

98

98

99

100

101

103

105

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 12: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

xii

DAFTAR TABEL

Hallan

Tabel 2.1 Daftar Tabel Pertanyaan .................................................... 31 107

Tabel 2.2 Modulus elastis Young berbagai zat.................................. 44 107Tabel 4.1 Peringkat Nilai Ujian Nasional Tingkat SMA

Jawa Tengah ..................................................................... 68

109

Tabel 4.2

Tabel 4.3

Tabel 4.4

Tabel 4.5

Table 4.6

Tabel 4.7

Tabel 4.8

Saran Temen Sejawat dan Revisi...................................... 76

Saran Validator Ahli dan Revisi....................................... 77

Komentar dan Perbaikan Berdasar Saran Uji Coba

Terbatas ........................................................................... 79

Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa Ranah

Kognitif Sebelum dan Sesudah Pembelajaran

Menggunakan Modul fisika berbasis scientific pada

materi elastisitas.............................................................. 82

Ringkasan Hasil Analisis Hasil Prestasi Belajar Siswa

Ranah Kognitif Sebelum dan Sesudah Menggunakan

Modul fisika BerbasisScientific...................................... 84

Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Ranah Afektif........... 84

Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Ranah

Psikomotorik.................................................................... 85

110

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 13: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

xiii

DAFTAR GAMBAR

HalGambar 2.1

Gambar 2.2

Gambar 2.3

Gambar 2.4

Gambar 2.5

Gambar 2.6

Gambar 2.7

Gambar 2.8

Gambar 2.9

Gambar 2.10.

Gambar 2.11

Gambar 4.1

Gambar 4.2

Gambar 4.3

Skema Hasil Belajar ..........…………………….…………

Proses Pendekatan Ilmiah.…………................…………..

Tegangan pada benda Elastis …………………………….

Tegangan Tarik ...…...………………………...…………

Tegangan Tekan ..........................................…………….

Regangan ......................……….………….…………….

Hukum Hooke .............................…………………..…..

Grafik hubungan antara Fdan L ....................................

Rangkaian Seri Pegas .......……………………………..

Rangkaian Paralel Pegas ....……………………………

Kerangka Berpikir...….………………………………...

Histogram Prestasi Belajar Siswa Sebelum dan

Sesudah Menggunakan Modul…….………………......

Histogram Nilai Sikap Siswa.....………………………

Histogram Nilai Ketrampilan.......…………….……….

21

21

42

42

42

43

45

46

48

49

56

83

85

86

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 14: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Angket Pengungkap Kebutuhan Guru.…………………………….

2. Angket Analisis Kebutuhan Guru.…………………………………

3. Hasil Angket Analisis Kebutuhan Guru.…….…………………....

4. Angket Pengungkap Kebutuhan Siswa.……..……………………

5. Angket Analisis Kebutuhan Siswa.………………………………

6. Hasil Angket Analisis Kebutuhan Siswa.………………………...

7. Silabus Mata Pelajaran Fisika ........................................................

8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran .........……………………….

9. Instrumen Penilaian Modul Oleh ahli Modul dan

Teman Sejawat ……........................................................................

10. Hasil Instrumen Penilaian Modul Oleh ahli Modul dan

Teman Sejawat................................................................................

11. Angket Lembar Respon Siswa.…………………….……….……

12. Angket Lembar Respon Guru.....…………………….…………..

13. Hasil Uji Statistik .......……………………………….………….

14. Foto-foto Penelitian.......................................................................

15. Surat Keterangan Penelitian .…………………………..………..

105

106

109

112

113

115

117

121

136

142

148

150

152

157

160

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 15: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

xv

Toriqul Abidin. S831208085. Pengembangan Model Pembelajaran Fisika BerbasisScientific Pada Materi Elastisitas di SMA Negeri 2 Purwokerto. Tesis. Pembimbing I:Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd., II: Dra. Suparmi, M.A.Ph.D. Program Studi MagisterPendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret.

ABSTRAK

Fisika merupakan bagian dari sains yang mempelajari tentang alam sekitar besertaisinya, peristiwa, dan gejala-gejala alam. Dalam Kurikulum 2013, pembelajaranmenggunakan pendekatan scientific yang juga dikenal dengan istilah 5M, yaitumengamati, menanya, mencoba, menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Pengembanganbahan ajar yang relevan berdasarkan pendekatan scientific diperlukan agar pembelajaranmenjadi lebih bermakna sehingga dapat memaksimalkan hasil belajar. Penelitian inibertujuan untuk : 1) mengetahui bagaimana prosedur pengembangan modul fisika berbasisscientific pada materi elastisitas, 2) mengetahui kelayakan modul fisika berbasis scientificpada materi elastisitas, 3) mengetahui efektifitas penggunaan modul fisika berbasisscientific pada materi elastisitas di SMA Negeri 2 Purwokerto.

Penelitian ini menggunakan metode Research And Development yang mengacu padamodel Four D dari Thiagarajan, dengan tahapan define (Pendefisian), design(Perancangan), develop (Pengembangan), dan desseminate (Penyebaran). Penelitiandiawali dengan analisis kebutuhan, kemudian perancangan pembuatan draf modul. Drafmodul divalidasi oleh ahli, guru, dan teman sejawat. Hasil revisi berupa draf modul Idiujicobakan secara terbatas pada 10 siswa kemudian direvisi menjadi draf modul II. Drafmodul II dilakukan uji coba lapangan pada 39 siswa dengan diberikan modul berbasisscientific, kemudian direvisi menjadi modul produk akhir. Modul kemudian disebarkan keguru fisika SMA melalui MGMP fisika kabupaten Banyumas. Uji coba lapanganmenggunakan one group pretest-posttes design. Data hasil belajar pengetahuan dihitungdengan gain ternormalisasi dan diuji dengan uji t dua sampel berpasangan, sedangkan hasilbelajar ketrampilan dan sikap dihitung persentase ketercapaiannya.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) pengembangan modulberbasis Scientific pada materi Elastisitas dilakukan menggunakan model 4D (four-Dmodel) yaitu pendefinisian (define), perancangan (design), pengembangan (develop) danpenyebaran (desseminate), (2) hasil pengembangan modul fisika berbasis Scientific padamateri elastisitas layak untuk mendukung pembelajaran pada materi tersebut. Kelayakanmodul fisika berbasis Scientific berdasarkan penilaian dari ahli, praktisi, dan respon siswayang secara keseluruhan memberikan kategori sangat baik (nilai > 3,51) pada produkpengembangan dan layak digunakan di SMA Negeri 2 Purwokerto, (3) hasil perhitunganN-gain ternormalisasi diperoleh rata-rata kenaikan hasil belajar dari 39 siswa adalah0,5924 dengan kategori “Baik“. Setelah diuji dengan paired sample t-test hasil belajarpengetahuan siswa sebelum dan setelah penerapan modul berbeda secara signifikandengan nilai rata-rata siswa mengalami kenaikan pada hasil pretes dan postes. Hal inimenunjukkan implementasi modul fisika berbasis scientific pada materi Elastisitas efektifdalam pembelajaran.

Kata kunci : Modul, Pembelajaran, Fisika, Scientific, Elastisitas.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 16: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

xvi

Toriqul Abidin. S831208085. 2014. The Development of Scientific-based PhysicsTeaching Learning Model on Elasticity Materials at SMA Negeri 2 Purwokerto.THESIS. Advisor I: Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd, Advisor II: Dra. Suparmi, M.A,Ph.D. Physics Education Department, Graduate School, Sebelas Maret University ofSurakarta.

ABSTRACT

Physics is a science which studies all about nature, the facts, and its phenomenons.In Indonesian Curricullum 2013, it is supposed to use scientific based teaching learningcontaining of 5Ms, they are Observing, Questioning, Experimenting, Associating, andCommunicating. The development of relevant materials using scientific approach isneeded to make the teaching learning more meaningful so that the students’ achievementwill be optimal. The aims of this research are: (1) to study the procedure of the scientific-based physics module development on Elasticity material, (2) to know how proper thescientific-based physics module on Elasticity material, and (3) to find the effectivity ofusing the scientific-based physics module on Elasticity material at SMA Negeri 2Purwokerto.

Research and Development method is used in this research refered to Four Ds byThiagarajan with the stages of defining, designing, developing, and disseminating. Theresearch was started by defining, then designing the module draft. It was started byanalizing the needs, then designing the draft of a module. This module draft was validizedby the expert, teacher, and the collague. The result was module draft I which was tried outlimitedly to 10 students, then it was revised to be module draft II. This module draft II wastried out again to 39 students given scientific-based module, and the result was revised tobe the last product of module. The module was distributed to the physics senior highschool teachers through Banyumas Physics teacher association. The try-out used one grouppretest-posttest design. The data of cognitive assessment was accounted by normalized N-gain, and tested by paired sample T-test, while as psychomotor and affective assessmentwas accounted through the achievement percentage.

From the analysis, the findings are: (1) the development of scientific-based moduleon Elasticity was done using Four Ds with the stages of defining, designing, developing,and desseminating; (2) the result of scientific based physics module was quite proper tosupport the material. It was according to the expert, practitioner, and the students’ responseentirely gave very good category to the product of the development, and proper to be usedat SMA Negeri 2 Purwokerto; and (3) from the normalized N-gain test, it could be seenthat the average of the achievement increase from 39 students are 0.5924 with “good”category. After tested by paired sample T-test, the students’ achievement before and afterapplying the scientific-based module on the Elasticity material was significantly different.The students’ achievement average got better from pre test to post test. It shows that theimplementation of scientific-based physics module was effective in the teaching learning.

Key word: Module,TeachingLearning, Physics, Scientific approach, Elasticity.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 17: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya pembangunan suatu bangsa selalu disertai pembangunan

bidang pendidikan. UU RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Pasal 4,

menyatakan bahwa guru sebagai tenaga professional berfungsi untuk meningkatkan

martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan

mutu pendidikan. UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 39 ayat 2,

Pendidik merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan

melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil belajar, melakukan

pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian

masyarakat, terutama bagi pendidik di perguruan tinggi.Tuntutan pendidikan yang

mengacu kepada 8 Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar pengelolaan,

standar biaya, standar sarana prasarana, standar pendidik dan tenaga kependidikan,

standar isi, standar proses, standar penilaian, dan standar kompetensi lulusan.

Kurikulum menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat

(19) adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan

pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan

pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.Pengembangan Kurikulum

2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi

yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi

sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 18: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

2

Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang pendidikan

dilaksanakan menggunakan pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran menyentuh

tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dalam proses pembelajaran

berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamit transformasi substansi atau

materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa.” Ranah keterampilan menggamit

transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”. Ranah

pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik

“tahu apa.”Hasil akhirnya adalahpeningkatan dan keseimbangan antara kemampuan

untuk menjadi manusia yang baik(soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan

dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang

meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam

pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah.Pendekatan ilmiah (scientific

approach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati,

menanya, mencoba, menyimpulkan, dan mengasosiasi untuk semua mata pelajaran.

Salah satu kompetensi yang perlu dimiliki seorang guru dalam

melaksanakan tugasnya adalah mengembangkan bahan ajar. Pengembangan bahan

ajar penting dilakukan guru agar pembelajaran lebih efektif, efisien, dan tidak

melenceng dari kompetensi yang ingin dicapainya.

Kompetensi mengembangkan bahan ajar idealnya telah dikuasai guru secara

baik, namun pada kenyataannya masih banyak guru yang belum menguasainya,

sehingga dalam melakukan proses pembelajaran masih banyak yang bersifat

konvensional. Dampak dari pembelajaran konvensional ini antara lain aktivitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 19: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

3

guru lebih dominan dan sebaliknya siswa kurang aktif karena lebih cenderung

menjadi pendengar. Disamping itu pembelajaran yang dilakukannya juga kurang

menarik karena pembelajaran kurang variatif.

Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar siswa dapat

belajar sendiri tanpa atau dengan bimbingan guru (Diknas, 2004). Sebagai salah

satu bahan ajar cetak, modul merupakan suatu paket belajar yang berkenaan dengan

satu unit bahan pelajaran. Dengan modul siswa dapat mencapai dan menyelesaikan

bahan belajarnya dengan belajar secara individual. Dengan modul siswa dapat

mengontrol kemampuan dan intensitas belajarnya. Modul dapat dipelajari di mana

saja. Lama penggunaan sebuah modul tidak tertentu, meskipun di dalam kemasan

modul juga disebutkan waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari materi tertentu.

Akan tetapi keleluasaan siswa mengelola waktu tersebut sangat fleksibel, dapat

beberapa menit dan dapat pula beberapa jam, dan dapat dilakukan secara tersendiri

atau diberi variasi dengan metode lain.

Modul sebagai salah satu media pembelajaran, maka didalamnya harus

mengacu pada pendekatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran yang cocok

untuk fisika adalah pendekatan ilmiah. Hal ini sesuai dengan kurikulum baru 2013

yang menggunakan pendekatan ilmiah dalam pembelajarannya. Oleh karena itu,

Modul dengan pendekatan ilmiah sangat penting untuk dikembangkan.

Fisika merupakan suatu ilmu pengetahuan yang berpengaruh cukup besar

dalam menunjang pembangunan dan kemajuan teknologi. Ilmu pengetahuan dan

teknologi yang melibatkan fisika antara lain: alat-alat kedokteran, telekomunikasi,

pelayaran, penerbangan, hiburan, alat-alat kebutuhan rumah tangga yang dihasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 20: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

4

dari penerapan teori-teori fisika. Betapa pentingnya peranan fisika, maka tugas

guru-guru fisika untuk mengembangkan pengetahuan tentang fisika dan

penerapannya.

Pembelajaransaintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-

langkah saintis dalam membangun pengetahuanmelalui metode ilmiah.Model

pembelajaran yang diperlukan adalah yang memungkinkanterbudayakannya

kecakapan berpikir sains, terkembangkannya “sense of inquiry” dan kemampuan

berpikir kreatif siswa (Alfred De Vito: 1989). Model pembelajaran yang dibutuhkan

adalah yang mampu menghasilkan kemampuan untuk belajar (Joice & Weil: 1996),

bukan saja diperolehnya sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap, tetapi

yang lebih penting adalah cara pengetahuan, keterampilan, dan sikap itu diperoleh

siswa (Zamroni: 2000; Semiawan: 1998).

Pembelajaran saintifik tidak hanya memandang hasil belajar sebagai muara

akhir, namum proses pembelajaran dipandang sangat penting. Sehingga

pembelajaran saintifik menekankan pada keterampilan proses. Model pembelajaran

berbasis peningkatan keterampilan proses sains adalah model pembelajaran yang

mengintegrasikan keterampilan proses sains ke dalam sistem penyajian materi

secara terpadu (Beyer: 1991). Model ini menekankan pada proses pencarian

pengetahuan dari pada transfer pengetahuan, siswa dipandang sebagai subjek

belajar yang perlu dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, guru hanyalah

seorang fasilitator yang membimbing dan mengkoordinasikan kegiatan belajar

siswa.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 21: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

5

Materi elastisitas yang diajarkan pada siswa kelas X MIA semester dua

merupakan materi aktual, yang banyak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Sehingga materi ini sangat penting untuk diajarkan secara optimal, agar dapat

menghasilkan konsep yang benar. Akan tetapi masih banyak guru yang

menyampaikan materi elastisitas hanya secara teoritas sehingga hasilnya kurang

optimal. Bahan ajar yang ada disekolah masih belum mengacu pada kurikulum

2013 yang berbasis pendekatan ilmiah (Scientific Approach). Pada proses

pembelajaran berbasis scientificmeliputi menggali informasi melaluimengamati,

menanya, mencoba, menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Modul materi

elastisitas yang berbasis scientifc belum digunakan disekolah-sekolah.

Dari uraian diatas maka perlu dikembangkan modul pembelajaran fisika

yang berbasis scientificdengan materi elastisitas yang sesuai dengan kurukulum

2013, yaitu dengan berbasis pendekatan ilmiah (Scientific Approach).

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan

masalah sebagai berikut :

1. Pembelajaran dengan kurikulum baru 2013 yang berbasis pendekatan

ilmiah/saintifik, masih kurang diterapkan.

2. Pembelajaran berbasis scientifik yang meliputi : mengamati, menanya,

mencoba, menyimpulkan dan mengkomunikasikan masih jarang digunakan.

3. Modul pembelajaran fisika yang berbasis scientific masih jarang digunakan

dalam proses pembelajaran.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 22: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

6

4. Materi Elastisitas dalam pembelajaran masih kurang diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari.

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian lebih terarah, maka perlu dibatasi masalah pada :

1. Pendekatan scientific pada modul pembelajaran fisika yang dikembangkan

adalah adanya lima langkah pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum

2013 yang meliputi : mengamati, menanya, mencoba, menyimpulkan dan

mengkomunikasikan.

2. Kelayakan modul pembelajaran berbasis scientific dikembangkan ditinjau

dari hasil validisi yang dilakukan oleh 2 ahli, 2 guru fisika SMA, 2 teman

sejawat dan respon siswa dari uji coba terbatas.

3. Efektifitas modul pembelajaran berbasis scientific dikembangkan ditinjau

dari Ngain prestasi belajar siswa, sebelum dan sesudah menggunakan modul

pembelajaran berbasis scientific.

4. Modul pembelajaran berbasis scientific pada pokok bahasan elastisitas yang

dikembangkan akan diimplementasikan di SMA Negeri 2 Purwokerto kelas

X MIA.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Bagaimana prosedur pengembangan modul fisika berbasis scientificyang terdiri

dari mengamati, menanya, mencoba, menyimpulkan dan mengkomunikasikan

pada materi elastisitas ?

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 23: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

7

2. Bagaimana kelayakan modul fisika berbasis scientificyang terdiri dari

mengamati, menanya, mencoba, menyimpulkan dan mengkomunikasikanpada

materi elastisitas ?

3. Bagaimana efektifitas penggunaan modul fisika berbasis scientificyang terdiri

dari mengamati, menanya, mencoba, menyimpulkan dan

mengkomunikasikanpada materi elastisitas ?

E. Tujuan Pengembangan

Tujuan penelitian pengembangan ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana prosedur pengembangan modul fisika berbasis

scientificyang terdiri dari mengamati, menanya, mencoba, menyimpulkan dan

mengkomunikasikan pada materi elastisitas.

2. Untuk mengetahui kelayakan modul fisika berbasis scientificyang terdiri dari

mengamati, menanya, mencoba, menyimpulkan dan mengkomunikasikanpada

materi elastisitas.

3. Untuk mengetahui efektifitas penggunaan modul fisika berbasis scientificyang

terdiri dari mengamati, menanya, mencoba, menyimpulkan dan

mengkomunikasikanpada materi elastisitas

F. Spesifikasi Produk

Produk yangakan dihasilkan berupa modul fisika yang berbasis scientific,

disusun secara sistematik, mengacu pada kurikulum 2013. Untuk guru dilengkapai

suplemen modul yang berupa RPP, LKS dan penilaian berbasis scientific dalam

bentuk cetakan.Bagi peserta didik modul tersebut dapat digunakan sebagai bahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 24: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

8

belajar mandiri yang dapat menyiapkan peserta didik untuk mengembangkan

kemampuan mengamati, menanya, mencoba, menyimpulkan dan mengkomunikasi.

Proses pembelajaran disebut scientific jika memenuhi kriteria seperti berikut

ini.

1. Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang

dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira,

khayalan, legenda, atau dongeng semata.

2. Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik

terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran

yang menyimpang dari alur berpikir logis.

3. Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analistis, dan

tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan

mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran.

4. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam

melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari substansi atau

materi pembelajaran.

5. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan,

dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon

substansi atau materi pembelajaran.

6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung-

jawabkan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 25: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

9

7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik

sistem penyajiannya.

G. Manfaat Pengembangan

Manfaat penelitian pengembangan modul fisika berbasis scientificini adalah

:

1. Guru:

Dapat menggunakan modul fisika berbasis scientificdalam pembelajaran materi

elastisitas.

2. Siswa:

Dapat belajar mandiri dan melatih kemampuan berfikir ilmiah dengan

menggunakan modul Fisika berbasis scientificmateri elastisitas.

3. Sekolah:

Dapat menggunakan materi modul sebagai bahan pembelajaran yang sesuai

kurikulum 2013.

H. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan

Asumsidan keterbatasan penelitian pengembangan modul fisika berbasis

scientific padamaterielastisitas adalah:

1. Asumsi anggapan dasar yang tidak perlu diuji.

a. Siswa dengan kesadaran tinggi sudah mampu belajar mandiri.

b. Siswa sudah memiliki kemampuan awal tentang materi elastisitas.

c. Modul fisika berbasis scientific padamateri elastisitasbelum banyak

dikembangkan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 26: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

10

d. Sekolah tempat uji coba belum menggunakan modulfisika berbasis

scientific padamateri elastisitas.

e. Pengembangan modulfisika berbasis scientificpada materi elastisitas

diharapkan dapat digunakan di Purwokerto dan sebagai acuan untuk

mengembangkan bahan ajar fisika untuk topik atau materi yang lain.

2. Keterbatasan pengembangan modul fisika berbasis scientific pada materi

elastisitas adalah:

a. Pengembangan modulfisika berbasis scientific pada materi elastisitassesuai

dengan materi kelas X MIA semester 2 pada kurikulum 2013 yaitu

KompetensiDasar :3.6 Menganalisis sifat elastisitas bahan dalam kehidupan

sehari hari, 4.1 Menyajikan hasil pengukuran besaran fisis dengan

menggunakan peralatan dan teknik yang tepat untuk penyelidikan ilmiah

dan 4.6 Mengolah dan menganalisis hasil percobaan tentang sifat elastisitas

suatu bahan.

b. Pengembangan modul fisika berbasis sceintificini dibuat hanya terbatas pada

materi/materi elastisitas.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 27: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Modul Pembelajaran

Pengertian modul menurut www.artikata.com, modul adalahkegiatan

program belajar-mengajar yang dapat dipelajari oleh murid dengan bantuan yang

minimal dari guru pembimbing, meliputi perencanaan tujuan yang akan dicapai

secara jelas, penyediaan materi pelajaran, alat yang dibutuhkan, serta alat untuk

penilai, mengukur keberhasilan murid dalam penyelesaian pelajaran.

Sebagai salah satu bahan ajar cetak, modul merupakan suatu paket belajar

yang berkenaan dengan satu unit bahan pelajaran. Dengan modul siswa dapat

mencapai dan menyelesaikan bahan belajarnya dengan belajar secara individual.

Peserta belajar tidak dapat melanjutkan ke suatu unit pelajaran berikutnya sebelum

menyelesaikan secara tuntas materi belajarnya. Dengan modul siswa dapat

mengontrol kemampuan dan intensitas belajarnya. Modul dapat dipelajari di mana

saja. Lama penggunaan sebuah modul tidak tertentu, meskipun di dalam kemasan

modul juga disebutkan waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari materi tertentu.

Akan tetapi keleluasaan siswa mengelola waktu tersebut sangat fleksibel, dapat

beberapa menit dan dapat pula beberapa jam, dan dapat dilakukan secara tersendiri

atau diberi variasi dengan metode lain.

Modul merupakan paket belajar mandiri yang meliputiserangkaian

pengalaman belajar yang direncanakan dan dirancang secara sistematis untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 28: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

12

membantu peserta didik mencapai tujuan belajar. Menurut Nasution (2000:205)

bahwa:

"Pembelajaran modul termasuk salah satu sistem individual yangmenghubungkan keuntungan dari berbagai pembelajaran individuatlainnya seperti; tujuan spesifik dalam bentuk kelakuan yang dapat diamatidan diukur, belajar menurut kecepatan masing-masing, feedback yangbanyak. Dalam pcmbelajaran modul siswa diberi kesempatan untuk belajarmenurut cara masing-masing menggunakan teknik yang berbeda-bedauntuk memecahkan masalah-masalah tertentu, berdasarkan latar belakangpengetahuan dan kebiasaan masing-masing".

Pembelajaran dengan modul memiliki ciri-ciri (Vembriarto, 1985: 27)

sebagai berikut:

a. Bersifat self-instructional.

Pengajaran modul menggunakan paket pelajaran yang memuat satu konsep atau

unit dari bahan pelajaran.Sementara, pendekatan yang digunakan dalam

pengajaran modul menggunakan pengalaman belajar siswa melalui berbagai

macam penginderaan, melalui pengalaman mana siswa terlibat secara aktif

belajar.

b. Pengakuan atas perbedaan-perbedaan individual

Pembelajaran melalui modul sangat sesuai untuk menanggapi perbedaan

individual siswa, karena modul pada dasarnya disusun untuk diselesaikan oleh

siswa secara perorangan.Oleh karena itu pembelajaran melalui modul, siswa

diberi kesempatan belajar sesuai irama dan kecepatan masing-masing.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 29: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

13

c. Memuat rumusan tujuan pembelajaran/kompetensi dasar secara eksplisit.

Tiap-tiap modul memuat rumusan tujuan pengajaran/kompetensi dasar secara

spesifik dan eksplisit. Hal ini sangat berguna bagi berbagai pihak seperti bagi

penyusun modul, guru, dan bagi siswa. Bagi penyusun modul, tujuan yang

spesifik berguna untuk menentukan media dan kegiatan belajar yang harus

direncanakan untuk mencapai tujuan tersebut. Bagi guru tujuan itu berguna

untuk memahami isi pelajaran. Bagi siswa berguna untuk menyadarkan mereka

tentang apa yang diharapkan.

d. Adanya asosiasi, struktur, dan urutan pengetahuan

Proses asosiasi terjadi karena dengan modul siswa dapat membaca teks dan

melihat diagram-diagram darn buku modulnya. Sedangkan struktur dan urutan

maksudnya materi pada buku modul itu dapat disusun mengikuti struktur

pengetahuan secara hirarkis. Dengan demikian siswa dapat mengikuti urutan

kegiatan belajar secara teratur.

e. Penggunaan berbagai macam media (multi media)

Pembelajaran dengan modul memungkinkan digunakannya berbagai macam

media pembelajaran. Hal ini dikarenakan karakteristik siswa berbeda-beda

terhadap kepekaannya terhadap media. Oleh karena itu dalam belajar

menggunakan modul bisa saja divariasikan dengan media lain seperti radio atau

televisi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 30: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

14

f. Partisipasi aktif dari siswa

Modul disusun sedemikian rupa sehingga bahan-bahan pembelajaran yang ada

dalam modul tersebut bersifat self instructional, sehingga akan terjadi keaktifan

belajar yang tinggi.

g. Adanya reinforcement langsung terhadap respon siswa

Respon yang diberikan siswa mendapat konfirmasi atas jawaban yang benar,

dan mendapat koreksi langsung atas kesalahan jawaban yang dilakukan. Hal ini

dilakukan dengan cara mencocokkan hasil pekerjaannya dengan kunci jawaban

yang telah disediakan.

h. Adanya evaluasi terhadap penguasaan siswa atas hasil belajarnya

Dalam pembelajaran modul dilengkapi pula dengan adanya kegiatan evaluasi,

sehingga darn hasil evaluasi ini dapat diketahui tingkat penguasaan siswa

terhadap materi yang telah dipelajarinya. Untuk mengetahui siswa berada pada

tingkat penguasaan yang mana, dalam suatu modul juga dilengkapi tentang cara

perhitungannya dan patokannya.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan

yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan

pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan

kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses

untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 31: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

15

Di sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan

pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam

konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan

menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek

kognitif), juga dapat memengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta

keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik, namun proses

pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu

pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi

antara pengajar dengan peserta didik.

Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar

dan kreatifitas pengajar. Pembelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang

dengan pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa

pada keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur melalui

perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain

pembelajaran yang baik, ditunjang fasilitas yang memandai, ditambah dengan

kreatifitas guru akan membuat peserta didik lebih mudah mencapai target

belajar.

2. Hakikat Fisika

Arti fisika menurut situs wikipedia

http://id.wikipedia.org/wiki/Fisika,adalahFisika (bahasa

Yunani: φυσικός (fysikós), "alamiah", dan φύσις (fýsis), "alam") adalah sains

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 32: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

16

atau ilmu tentang alalm dalam makna yang terluas. Fisika mempelajari gejala alam

yang tidak hidup atau materi dalam lingkup ruang dan waktu.

Beberapa sifat yang dipelajari dalam fisika merupakan sifat yang ada dalam

semua sistem materi yang ada, seperti hukum kekekalan energi. Sifat semacam ini

sering disebut sebagai hukum fisika. Fisika sering disebut sebagai "ilmu paling

mendasar", karena setiap ilmu alam lainnya (biologi, kimia, geologi, dan lain-lain)

mempelajari jenis sistem materi tertentu yang mematuhi hukum fisika. Misalnya,

kimia adalah ilmu tentangmolekul dan zat kimia yang dibentuknya. Sifat suatu zat

kimia ditentukan oleh sifat molekul yang membentuknya, yang dapat dijelaskan

oleh ilmu fisika seperti mekanika kuantum, termodinamika, dan elektromagnetika.

Fisika juga berkaitan erat dengan matematika. Teori fisika banyak

dinyatakan dalam notasi matematis, dan matematika yang digunakan biasanya lebih

rumit daripada matematika yang digunakan dalam bidang sains lainnya. Perbedaan

antara fisika dan matematika adalah: fisika berkaitan dengan pemerian dunia

material, sedangkan matematika berkaitan dengan pola-pola abstrak yang tak selalu

berhubungan dengan dunia material. Namun, perbedaan ini tidak selalu tampak

jelas. Ada wilayah luas penelitan yang beririsan antara fisika dan matematika, yakni

fisika matematis, yang mengembangkan struktur matematis bagi teori-teori fisika.

Fisika adalah salah satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), sehingga

hakkekat Fisika sama dengan IPA. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) bukan hanya

kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep atau prinsip-prinsip saja

tetapi juga merupakan proses penemuan dari berbagai fenomena alam yang terjadi.

Trianto (2012:136) mengatakan bahwa:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 33: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

17

“IPA adalah suatu kumpulan teori yang sispokok bahasan tis, penerapannya

secara umum, terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang

melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut

sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya”.

Dengan demikian Fisika menekankan pada pemberian pengalaman langsung kepada

siswa untuk mengembangkan potensi dan kompetensi yang dimilikinya.Hal ini

dimaksudkan agar siswa mampu menjelajahi dan memahami fenomena alam sekitar

secara ilmiah.

IPA memiliki dimensi sikap ilmiah (scientific attitude), proses ilmiah

(scientific process), dan produk ilmiah (scientificproduct), berupa pengetahuan.

Karena itu, tujuan pembelajaran IPA tidak sekedar mengumpulkan pengetahuan,

tetapi harus melatihkan berbagai keterampilan proses dan menumbuhkan sikap

ilmiah. Pembelajaran IPA juga harus mampu menumbuhkan kreativitas (creativity)

dan memberikan perhatian pada terapan IPA dalam kehidupan sehari-hari

(application) (Carin, 1997; Yager, 1996).

a. Fisikasebagai Sikap Ilmiah

Adalah sikap-sikap yang melandasi proses fisika yang meliputi sikap ingin

tahu, jujur, obyektif, kritis terbuka, disiplin, teliti yang saat ini dikenal dengan nilai-

nilai karakter fisika. Berkaitan dengan rasa ingin tahu tentang benda, fenomena

alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru

yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar.Membangkitkan rasa ingin tahu

siswa menjadi sangat penting, karena sesungguhnya proses penyelidikan, penelitian

dan pengembangan di semua bidang adalah didorong rasa ingin tahu yang besar,

bertanya-tanya dan melakukan pengamatan untuk memecahkan masalah.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 34: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

18

b. Fisikasebagai Proses Ilmiah

Kemampuan inkuiri dan ketrampilan proses fisika adalah merupakan

hakekat fisika yang harus dipahami guru-guru fisika.Hal ini terkait dengan cakupan

fisika sebagai proses dan bukti bahwa fisika tidak hanya merupakan kumpulan

fakta, konsep, hukum dan teori saja tetapi merupakan menggunakan kemampuan

dasar untuk memprediksi atau menjelaskan berbagai fenomena alam. Keterampilan

proses yang harus dilatihkan melalui pembelajaran fisika, antara lain:

mengidentifikasi masalah, melakukan pengamatan (observasi), menyusun hipotesis,

merancang dan melakukan penyelidikan, dan merumuskan simpulan. Latihan

keterampilan proses dapat mengembangkan sikap dan nilai, antara lain: rasa ingin

tahu, jujur, sabar, terbuka, skeptis, kritis, tekun, ulet, cermat, disiplin, peduli

terhadap lingkungan, memperhatikan keselamatan kerja, dan bekerja sama dengan

orang lain. Proses-proses tersebut merupakan proses ilmiah yang dalam fisika

disebut ketrampilan proses fisika.

c. Fisikasebagai Produk Ilmiah

Kumpulan informasi, atau fakta tentang gejala-gejala alam yang dihasilkan

dari proses ilmiah dengan dilandasi sikap-sikap ilmiah adalah hakekat IPA sebagai

produk. Produk pengetahuan baik pengetahuan faktual, prosedural, maupun

konseptual meliputi prinsip, hukum, dan teori.

Susilowati (2009) menjabarkan beberapa indikator IPA sebagai produk

dalam pembelajaran yaitu: (1) adanya kegiatan menginformasikan atau

menunjukkan IPA sebagai produk merupakan hasil kerja dari ilmuwan, (2) adanya

kegiatan yang mengajak siswa mempelajari cara berpikir dan bekerja ilmuwan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 35: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

19

sampai menghasilkan produk IPA, (3) adanya kegiatan penggunaan data untuk

menjelaskan fenomena dan (4) adanya kegiatan yang menginformasikan bahwa IPA

telah berdampak pada teknologi.

3. Pendekatan Berbasis Saintifik (Sceintific Approach)

a. Esensi Pendekatan Ilmiah

Pembelajaran merupakan proses ilmiah. Karena itu Kurikulum 2013

mengamanatkan esensi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran.Pendekatan ilmiah

diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan,

dan pengetahuan peserta didik. Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi

kriteria ilmiah, para ilmuwan lebih mengedepankan pelararan induktif (inductive

reasoning) ketimbang penalaran deduktif (deductive reasoning). Penalaran deduktif

melihat fenomena umum untuk kemudian menarik simpulan yang

spesifik.Sebaliknya, penalaran induktif memandang fenomena atau situasi spesifik

untuk kemudian menarik simpulan secara keseluruhan.Sejatinya, penalaran induktif

menempatkan bukti-bukti spesifik ke dalam relasi idea yang lebih luas. Metode

ilmiah umumnya menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail

untuk kemudian merumuskan simpulan umum.

Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atas fenomena atau

gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan

pengetahuan sebelumnya.Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method of

inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris,

dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik.Karena itu, metode

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 36: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

20

ilmiah umumnya memuat serial aktivitas pengoleksian data melalui observasi dan

ekperimen, kemjdian memformulasi dan menguji hipotesis.

b. Pendekatan Ilmiah dan Nonilmiah dalam Pembelajaran

Pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah (Saintifik) itu lebih efektif

hasilnya dibandingkan dengan pembelajaran tradisional. Hasil penelitian

membuktikan bahwa pada pembelajaran tradisional, retensi informasi dari guru

sebesar 10 persensetelah lima belas menit dan perolehan pemahaman kontekstual

sebesar 25 persen. Pada pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah (saintifik), retensi

informasi dari guru sebesar lebih dari 90 persen setelah dua hari dan perolehan

pemahaman kontekstual sebesar 50-70 persen.

Proses pembelajaran harus dipandu dengan kaida-kaidah pendekatan ilmiah.

Pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan,

pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Dengan demikian, proses

pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau

kriteria ilmiah. Proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria seperti

berikut ini.

1) Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang

dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-

kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.

2) Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta

didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau

penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 37: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

21

3) Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analistis,

dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan

mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran.

4) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam

melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari substansi atau

materi pembelajaran.

5) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan,

dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon

substansi atau materi pembelajaran.

6) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung-

jawabkan.

7) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik

sistem penyajiannya.

c. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah

Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk jenjang SMP dan SMA

atau yang sederajat dilaksanakan menggunakan pendekatan ilmiah. Proses

pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamit

transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa.” Ranah

keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik

“tahu bagaimana”. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau

materi ajar agar peserta didik “tahu apa.” Hasil akhirnya adalahpeningkatan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 38: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

22

keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik(soft skills) dan

manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard

skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan

pengetahuan.

Gambar 2.1. Hasil Belajar

Gambar 2.2. Proses Pendekatan Ilmiah

Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam

pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah.Pendekatan ilmiah

22

keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik(soft skills) dan

manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard

skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan

pengetahuan.

Gambar 2.1. Hasil Belajar

Gambar 2.2. Proses Pendekatan Ilmiah

Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam

pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah.Pendekatan ilmiah

22

keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik(soft skills) dan

manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard

skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan

pengetahuan.

Gambar 2.1. Hasil Belajar

Gambar 2.2. Proses Pendekatan Ilmiah

Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam

pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah.Pendekatan ilmiah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 39: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

23

(scientificappoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi

mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan

mencipta untuk semua mata pelajaran. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi

tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan

secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus

tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau

sifat-sifat nonilmiah. Pendekatan ilmiah pembelajaran disajikan berikut ini.

1) Mengamati

Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran

(meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti

menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan

mudah pelaksanaannya. Tentu saja kegiatan mengamati dalam rangka pembelajaran

ini biasanya memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang, biaya dan tenaga

relatif banyak, dan jika tidak terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan

pembelajaran.

Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu

peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi.

Dengan metode observasi peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan

antara obyek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh

guru.

Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh

langkah-langkah seperti berikut ini.

a) Menentukan objek apa yang akan diobservasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 40: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

24

b) Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan

diobservasi

c) Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik

primer maupun sekunder

d) Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi

e) Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk

mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar

f) Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi, seperti

menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan

alat-alat tulis lainnya.

Kegiatan observasidalam proses pembelajaran meniscayakan keterlibatan

peserta didik secara langsung. Dalam kaitan ini, guru harus memahami bentuk

keterlibatan pesertadidik dalam observasi tersebut.

a) Observasi biasa (common observation). Pada observasi biasa untuk

kepentingan pembelajaran, peserta didik merupakan subjek yang

sepenuhnya melakukan observasi (complete observer). Di sini peserta

didik sama sekali tidak melibatkan diri dengan pelaku, objek, atau situasi

yang diamati.

b) Observasi terkendali (controlled observation). Seperti halnya observasi

biasa, padaobservasi terkendali untuk kepentingan pembelajaran, peserta

didiksama sekali tidak melibatkan diri dengan pelaku, objek, atau situasi

yang diamati.Merepa juga tidak memiliki hubungan apa pun dengan

pelaku, objek, atau situasi yang diamati. Namun demikian, berbeda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 41: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

25

dengan observasi biasa, pada observasi terkendalipelaku atau objek yang

diamati ditempatkan pada ruang atau situasi yang dikhususkan. Karena

itu, pada pembelajaran dengan observasi terkendali termuat nilai-nilai

percobaan atau eksperimen atas diri pelaku atau objek yang diobservasi.

c) Observasi partisipatif (participant observation). Pada observasi

partisipatif, peserta didik melibatkan diri secara langsung dengan pelaku

atau objek yang diamati. Sejatinya, observasi semacam ini paling lazim

dilakukan dalam penelitian antropologi khususnya etnografi. Observasi

semacam ini mengharuskan peserta didik melibatkan diri pada pelaku,

komunitas, atau objek yang diamati. Di bidang pengajaran bahasa,

misalnya, dengan menggunakan pendekatan ini berarti peserta didik hadir

dan “bermukim” langsung di tempat subjek atau komunitas tertentu dan

pada waktu tertentu pula untuk mempelajari bahasa atau dialek setempat,

termasuk melibakan diri secara langsung dalam situasi kehidupan

mereka.

Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh guru dan peserta didik selama

observasi pembelajaran disajikan berikut ini.

a) Cermat, objektif, dan jujur serta terfokus pada objek yang diobservasi

untuk kepentingan pembelajaran.

b) Banyak atau sedikit serta homogenitas atau hiterogenitas subjek, objek,

atau situasi yang diobservasi. Makin banyak dan hiterogensubjek, objek,

atau situasi yang diobservasi, makin sulit kegiatan obervasi itu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 42: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

26

dilakukan. Sebelum obsevasi dilaksanakan, guru dan peserta didik

sebaiknya menentukan dan menyepakati cara dan prosedur pengamatan.

c) Guru dan peserta didik perlu memahami apa yang hendak dicatat,

direkam, dan sejenisnya, serta bagaimana membuat catatan atas

perolehan observasi.

2) Menanya

Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan

dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya.Pada saat

guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya

belajar dengan baik.Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu

pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang

baik.

Berbeda dengan penugasan yang menginginkan tindakan nyata, pertanyaan

dimaksudkan untuk memperoleh tanggapan verbal. Istilah “pertanyaan” tidak selalu

dalam bentuk “kalimat tanya”, melainkan juga dapat dalam bentuk pernyataan,

asalkan keduanya menginginkan tanggapan verbal. Bentuk pertanyaan, misalnya:

Apakah ciri-ciri kalimat yang efektif? Bentuk pernyataan, misalnya: Sebutkan ciri-

ciri kalimat efektif!

a) Fungsi bertanya

1. Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang

suatu tema atau topik pembelajaran.

2. Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta

mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 43: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

27

3. Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan

ancangan untuk mencari solusinya.

4. Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta

didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas

substansi pembelajaran yang diberikan.

5. Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan

pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan

menggunakan bahasa yang baik dan benar.

6. Mendorong partisipasipeserta didik dalam berdiskusi, berargumen,

mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan.

7. Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima

pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan

toleransi sosial dalam hidup berkelompok.

8. Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam

merespon persoalan yang tiba-tiba muncul.

9. Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan

berempati satu sama lain.

b) Kriteria pertanyaan yang baik

1. Singkat dan jelas.Contoh: “(1) Seberapa jauh pemahaman Anda mengenai

faktor-faktor yang menyebabkan generasi muda terjerat kasus narkotika

dan obat-obatan terlarang? (2) Faktor-faktor apakah yang menyebabkan

generasi muda terjerat kasus narkotika dan obat-obatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 44: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

28

terlarang?”Pertanyaan kedua lebih singkat dan lebih jelas dibandingkan

dengan pertanyaan pertama.

2. Menginspirasi jawaban.Contoh: “Membangun semangat kerukunan umat

beragama itu sangat penting pada bangsa yang multiagama. Jika suatu

bangsa gagal membangun semangat kerukukan beragama, akan muncul

aneka persoalan sosial kemasyarakatan. Coba jelaskan dampak sosial apa

saja yang muncul, jika suatu bangsa gagal membangun kerukunan umat

beragama?”Dua kalimat yang mengawali pertanyaan di muka merupakan

contoh yang diberikan guru untuk menginspirasi jawaban peserta

menjawab pertanyaan.

3. Memiliki fokus.Contoh: “Faktor-faktor apakah yang menyebabkan

terjadinya kemiskinan?”Untuk pertanyaan seperti ini sebaiknya masing-

masing peserta didik diminta memunculkan satu jawaban. Peserta didik

pertama hingga kelima misalnya menjawab: kebodohan, kemalasan, tidak

memiliki modal usaha, kelangkaan sumber daya alam, dan keterisolasian

geografis. Jika masih tersedia alternatif jawaban lain, peserta didik yang

keenam dan seterusnya, bisa dimintai jawaban. Pertanyaan yang luas

seperti di atas dapat dipersempit, misalnya: “Mengapa kemalasan menjadi

penyebab kemiskinan?”.Pertanyaan seperti ini dimintakan jawabannya

kepada peserta didik secara perorangan.

4. Bersifat probing atau divergen.Contoh: “(1) Untuk meningkatkan kualitas

hasil belajar, apakah peserta didik harus rajin belajar?(2) Mengapa peserta

didik yang sangat malas belajar cenderung menjadi putus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 45: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

29

sekolah?”Pertanyaan pertama cukup dijawab oleh peserta didik denganYa

atau Tidak. Sebaliknya, pertanyaan kedua menuntut jawaban yang

bervariasi urutan jawaban dan penjelasannya, yang kemungkinan memiliki

bobot kebenaran yang sama.

5. Bersifat validatif atau penguatan. Pertanyaan dapat diajukan dengan cara

meminta kepada peserta didik yang berbeda untuk menjawab pertanyaan

yang sama. Jawaban atas pertanyaan itu dimaksudkan untuk memvalidsi

atau melakukan penguatan atas jawaban peserta didik sebelumnya. Ketika

beberapa orang peserta didik telah memberikan jawaban yang sama,

sebaiknya guru menghentikan pertanyaan itu atau meminta mereka

memunculkan jawaban yang lain yang berbeda, namun sifatnya

menguatkan.

6. Memberi kesempatan peserta didik untuk berpikir ulang.Untuk menjawab

pertanyaan dari guru, peserta didik memerlukan waktu yang cukup untuk

memikirkan jawabannya dan memverbalkannya dengan kata-kata. Karena

itu, setelah mengajukan pertanyaan, guru hendaknya menunggu beberapa

saat sebelum meminta atau menunjuk peserta didik untuk menjawab

pertanyaan itu.

7. Merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif. Pertanyaan guru

yang baik membuka peluang peserta didik untuk mengembangkan

kemampuan berpikir yang makin meningkat, sesuai dengan tuntunan

tingkat kognitifnya. Guru mengemas atau mengubah pertanyaan yang

menuntut jawaban dengan tingkat kognitif rendah ke makin tinggi, seperti

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 46: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

30

dari sekadar mengingat fakta ke pertanyaan yang menggugah kemampuan

kognitif yang lebih tinggi, seperti pemahaman, penerapan, analisis,

sintesis, dan evaluasi. Kata-kata kunci pertanyaan ini, seperti: apa,

mengapa, bagaimana, dan seterusnya.

8. Merangsang proses interaksi. Pertanyaan guru yang baik mendorong

munculnya interaksi dan suasana menyenangkan pada diri peserta

didik.Dalam kaitan ini, setelah menyampaikan pertanyaan, guru

memberikan kesempatan kepada peserta didik mendiskusikan jawabannya.

Setelah itu, guru memberi kesempatan kepada seorang atau beberapa orang

peserta didik diminta menyampaikan jawaban atas pertanyaan tersebut.

Pola bertanya seperti ini memposisikan guru sebagai wahana pemantul.

c) Tingkatan Pertanyaan

Pertanyaan guru yang baik dan benar menginspirasi peserta didik untuk

memberikan jawaban yang baik dan benar pula. Guru harus memahami kualitas

pertanyaan, sehingga menggambarkan tingkatan kognitif seperti apa yang akan

disentuh, mulai dari yang lebih rendah hingga yang lebih tinggi. Bobot pertanyaan

yang menggambarkan tingkatan kognitif yang lebih rendah hingga yang lebih tinggi

disajikan berikut ini.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 47: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

31

Tabel 2.1. Daftar Tingkat Pertanyaan

Tingkatan Subtingkatan Kata-kata kunci pertanyaanKognitif yang lebihrendah

Pengetahuan(knowledge)

Apa... Siapa... Kapan... Di mana... Sebutkan... Jodohkan atau pasangkan... Persamaan kata... Golongkan... Berilah nama... Dll.

Pemahaman(comprehension)

Terangkahlah... Bedakanlah... Terjemahkanlah... Simpulkan... Bandingkan... Ubahlah... Berikanlah interpretasi...

Penerapan(application

Gunakanlah... Tunjukkanlah... Buatlah... Demonstrasikanlah... Carilah hubungan... Tulislah contoh... Siapkanlah... Klasifikasikanlah...

Kognitif yang lebihtinggi

Analisis (analysis) Analisislah... Kemukakan bukti-bukti… Mengapa… Identifikasikan…

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 48: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

32

Tingkatan Subtingkatan Kata-kata kunci pertanyaan Tunjukkanlah sebabnya… Berilah alasan-alasan…

Sintesis (synthesis) Ramalkanlah… Bentuk… Ciptakanlah… Susunlah… Rancanglah... Tulislah… Bagaimanakita dapat

memecahkan… Apa yang terjadi

seaindainya… Bagaimana kita dapat

memperbaiki… Kembangkan…

Evaluasi (evaluation) Berilah pendapat… Alternatif mana yang lebih

baik… Setujukah anda… Kritiklah… Berilah alasan… Nilailah… Bandingkan… Bedakanlah…

3) Menalara) Esensi Menalar

Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan

pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 49: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

33

menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif.

Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih

aktif daripada guru.Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan

sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk

memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Penalaran dimaksud

merupakan penalaran ilmiah, meski penakaran nonilmiah tidak selalu tidak

bermanfaat.

Istilah menalar di sini merupakan padanan dari associating; bukan

merupakan terjemanan dari reasonsing, meski istilah ini juga bermakna

menalar atau penalaran.Karena itu, istilah aktivitas menalar dalam konteks

pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak

merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif.Istilah

asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan mengelompokkan

beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian

memasukannya menjadi penggalan memori. Selama mentransfer peristiwa-

peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan

peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori

otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah

tersedia. Proses itu dikenal sebagai asosiasi atau menalar. Dari persepektif

psikologi, asosiasi merujuk pada koneksi antara entitas konseptual atau

mental sebagai hasil dari kesamaan antara pikiran atau kedekatan dalam

ruang dan waktu.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 50: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

34

Aplikasi pengembangan aktivitas pembelajaran untuk meningkatkan

daya menalar peserta didik dapat dilakukan dengan cara berikut ini.

1. Guru menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap

sesuai dengan tuntutan kurikulum.

2. Guru tidak banyak menerapkan metode ceramah atau metode

kuliah. Tugas utama guru adalah memberi instruksi singkat tapi

jelas dengan disertai contoh-contoh, baik dilakukan sendiri maupun

dengan cara simulasi.

3. Bahan pembelajaran disusun secara berjenjang atau hierarkis,

dimulai dari yang sederhana (persyaratan rendah) sampai pada yang

kompleks (persyaratan tinggi).

4. Kegiatan pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur

dan diamati

5. Seriap kesalahan harus segera dikoreksi atau diperbaiki

6. Perlu dilakukan pengulangan dan latihan agar perilaku yang

diinginkan dapat menjadi kebiasaan atau pelaziman.

7. Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang nyata atau

otentik.

8. Guru mencatat semua kemajuan peserta didik untuk kemungkinan

memberikan tindakan pembelajaran perbaikan.

d) Cara menalar

Terdapat dua cara menalar, yaitu penalaran induktif dan penalaran

deduktif. Penalaran induktif merupakan cara menalardengan menarik

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 51: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

35

simpulan dari fenomena atau atribut-atribut khusus untuk hal-hal yang bersifat

umum. Jadi, menalar secara induktif adalah proses penarikan simpulan dari

kasus-kasus yang bersifat nyata secara individual atau spesifik menjadi

simpulan yang bersifat umum.Kegiatan menalar secara induktif lebih banyak

berpijak pada observasi inderawi atau pengalaman empirik.

e) Analogi dalam Pembelajaran

Selama proses pembelajaran, guru dan peserta didik sering kali

menemukan fenomena yang bersifat analog atau memiliki persamaan. Dengan

demikian, guru dan peserta didik menalar secara analogis. Analogi adalah

suatu proses penalaran dalam pembelajaran dengan cara membandingkan sifat

esensial yang mempunyai kesamaan atau persamaan.

Berpikir analogis sangat penting dalam pembelajaran, karena hal itu

akan mempertajam daya nalar peserta didik. Seperti halnya penalaran, analogi

terdiri dari dua jenis, yaitu analogi induktif dan analogi deduktif.

f) Hubungan Antarfenomena

Seperti halnya penalaran dan analogi, kemampuan menghubungkan

antarfenomena atau gejala sangat penting dalam proses pembelajaran, karena

hal itu akan mempertajam daya nalar peserta didik. Di sinilah esensi bahwa

guru dan peserta didik dituntut mampu memaknai hubungan antarfenonena

atau gejala, khususnya hubungan sebab-akibat.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 52: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

36

Hubungan sebab-akibat diambil dengan menghubungkan satu atau

beberapa fakta yang satu dengan datu atau beberapa fakta yang lain.Suatu

simpulan yang menjadi sebab dari satu atau beberapa fakta itu atau dapat juga

menjadi akibat dari satuatau beberapa fakta tersebut.

4) Mencoba

Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus

mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang

sesuai. Pada mata pelajaran IPA, misalnya,peserta didik harus memahami konsep-

konsep IPA dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Peserta didik pun harus

memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam

sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk

memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari.

Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan

berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas

pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: (1) menentukan tema atau topik sesuai

dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum; (2) mempelajari cara-cara

penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan; (3)mempelajari

dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya; (4) melakukan

dan mengamati percobaan; (5) mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan

menyajikan data;(6) menarik simpulan atas hasil percobaan; dan (7)membuat

laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan.

Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar maka: (1) Guru hendaknya

merumuskan tujuan eksperimen yanga akan dilaksanakan murid (2) Guru bersama

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 53: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

37

murid mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan (3) Perlu

memperhitungkan tempat dan waktu (4) Guru menyediakan kertas kerja untuk

pengarahan kegiatan murid (5) Guru membicarakan masalah yanga akan yang akan

dijadikan eksperimen (6) Membagi kertas kerja kepada murid (7) Murid

melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru, dan (8) Guru mengumpulkan

hasil kerja murid dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu didiskusikan secara

klasikal.

Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan eksperimen atau mencoba

dilakukan melalui tiga tahap, yaitu, persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut.Ketiga

tahapan eksperimen atau mencoba dimaksud dijelaskan berikut ini.

a) Persiapan

1. Menentapkan tujuan eksperimen

2. Mempersiapkan alat atau bahan

3. Mempersiapkan tempat eksperimen sesuai dengan jumlah peserta

didikserta alat atau bahan yang tersedia. Di sini guru perlu

menimbang apakah peserta didik akan melaksanakan eksperimen

atau mencoba secara serentak atau dibagi menjadi beberapa

kelompok secara paralel atau bergiliran

4. Memertimbangkanmasalah keamanan dan kesehatan agar dapat

memperkecil atau menghindari risiko yang mungkin timbul

5. Memberikan penjelasan mengenai apa yang harus diperhatikan dan

tahapa-tahapan yang harus dilakukan peserta didik, termasuk hal-hal

yang dilarang atau membahayakan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 54: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

38

b) Pelaksanaan

1. Selama proses eksperimen atau mencoba, guru ikut membimbing dan

mengamati proses percobaan. Di sini guru harus memberikan

dorongan dan bantuan terhadap kesulitan-kesulitan yang dihadapi

oleh peserta didik agar kegiatan itu berhasil dengan baik.

2. Selama proses eksperimen atau mencoba, guru hendaknya

memperhatikan situasi secara keseluruhan, termasuk membantu

mengatasi dan memecahkan masalah-masalah yang akan

menghambat kegiatan pembelajaran.

c) Tindak lanjut

1. Peserta didik mengumpulkan laporan hasil eksperimen kepada guru

2. Guru memeriksa hasil eksperimen peserta didik

3. Guru memberikan umpan balik kepada peserta didik atas hasil

eksperimen.

4. Guru dan peserta didik mendiskusikan masalah-masalah yang

ditemukan selama eksperimen.

5. Guru dan peserta didik memeriksa dan menyimpan kembali segala

bahan dan alat yang digunakan

5) Pembelajaran Kolaboratif atau Mengkomunikasikan

Pembelajaran kolaboratif merupakan suatu filsafat personal, lebih dari

sekadar sekadar teknik pembelajaran di kelas-kelas sekolah. Kolaborasi

esensinya merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang

menempatkan dan memaknaikerjasama sebagai struktur interaksi yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 55: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

39

dirancang secara baik dan disengaja rupa untuk memudahkan usaha kolektif

dalam rangka mencapai tujuan bersama.

Pada pembelajaran kolaboratif kewenangan guru fungsi guru lebih

bersifat direktif atau manajer belajar, sebaliknya, peserta didiklah yang harus

lebih aktif.Jika pembelajaran kolaboratif diposisikan sebagai satu falsafah

peribadi, maka ia menyentuh tentang identitas peserta didik terutama jika

mereka berhubungan atau berinteraksi dengan yang lain atau guru. Dalam

situasi kolaboratif itu, peserta didik berinteraksi dengan empati, saling

menghormati, dan menerima kekurangan atau kelebihan masing-masing.

Dengan cara semacam ini akan tumbuh rasa aman, sehingga memungkin peserta

didik menghadapi aneka perubahan dan tntutan belajar secara bersama-sama.

Ada empat sifat kelas atau pembelajaran kolaboratif.Dua sifat

berkenaan dengan perubahan hubungan antara guru dan peserta didik. Sifat

ketiga berkaitan dengan pendekatan baru dari penyampaian guru selama proses

pembelajaran. Sifat keempat menyatakan isi kelas atau pembelajaran

kolaboratif.

a) Guru dan peserta didik saling berbagi informasi. Dengan pembelajaran

kolaboratif, peserta didik memiliki ruang gerak untuk menilai dan

membina ilmu pengetahuan, pengalaman personal, bahasa komunikasi,

strategi dan konsep pembelajaran sesuai dengan teori, serta menautkan

kondisi sosiobudaya dengan situasi pembelajaran. Di sini, peran guru lebih

banyak sebagai pembimbing dan manajer belajar ketimbang memberi

instruksi dan mengawasi secara rijid.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 56: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

40

b) Berbagi tugas dan kewenangan. Pada pembelajaran atau kelas kolaboratif,

guru berbagi tugas dan kewenangan dengan peserta didik, khususnya untuk

hal-hal tertentu. Cara ini memungkinan peserta didik menimba pengalaman

mereka sendiri, berbagi strategi dan informasi, menghormati antarsesa,

mendoorong tumbuhnya ide-ide cerdas, terlibat dalam pemikiran kreatif dan

kritis serta memupuk dan menggalakkan mereka mengambil peran secara

terbuka dan bermakna.

c) Gurusebagaimediator.Pada pembelajaran atau kelas kolaboratif, guru

berperan sebagai mediator atau perantara.Guru berperan membantu

menghubungkan informasi baru dengan pengalaman yang ada serta

membantu peserta didik jika mereka mengalami kebutuan dan bersedia

menunjukkan cara bagaimana mereka memiliki kesungguhan untuk belajar.

d) Kelompok peserta didik yang heterogen. Sikap, keterampilan, dan

pengetahuan peserta didk yang tumbuh dan berkembang sangatpenting

untuk memperkaya pembelajaran di kelas. Pada kelas kolaboratif peserta

didikdapat menunjukkan kemampuan dan keterampilan mereka, berbagi

informasi,serta mendengar atau membahas sumbangan informasi dari

peserta didik lainnya. Dengan cara seperti ini akan muncul “keseragaman”

di dalam heterogenitas peserta didik.

Menurut permen no 81A lampiran IV tahun 2013 tentang Pedoman

Umum Pembelajaran, langkah mengkomunikasikan merupakan kegiatan

menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan analisis secara lisan,

tertulis, atau media lainnya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 57: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

41

6. Materi Ajar

ELASTISITAS

a. Pengertian Elastisitas

Kelentingan atau elastisitas merupakan sifat benda pada umumnya, sehingga

benda itu akan mengalami suatu perubahan bentuk apabila padanya bekerja gaya.

Kelentingan dibedakan :

1) Lenting sempurna / elastis

Suatu benda dikatakan elastis, jika benda tersebut kembali pada bentuknya

semula apabila gaya yang bekerja pada benda itu dihentikan. Contoh: pegas baja,

karet, lidi, kayu, beberapa logam untuk strains kecil, dan lain-lain.

2) Lenting sebagian / Plastis

Suatu benda dikatakan plastis, apabila bentuk benda berubah dari bentuk semula

tetapi tidak sempurna, hanya sebagian saja. Contoh : nylon, plastisin, kayu, dan

lain-lain.

Untuk pengujian sifat-sifat bahan, dalam bidang teknik dikenal adanya istilah

tegangan/tensil (stress) dan regangan/geliat (Strain)

b. Teganan/Stress

Sebuah benda elastis dengan luas penampang A ditarik atau ditekan dengan

gaya F, maka benda mengalami tegangan (stress), yang didefinisikan sebagai hasil

bagi antara gaya (F) yang bekerja pada benda dengan luas penampangnya (A).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 58: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

42

LL

AF

A

Gambar 2.3. Tegangan pada benda elastis

AF

luasgaya

Apabila gaya normal (Fn) pada permukaan bidang berupa gaya tarik maka

tegangannya disebut tegangan tarik atau tensile stress.

Apabila gaya normal (Fn) merupakan gaya tekan, maka tegangan normal disebut

tegangan tekan atau compressive stress.

c. Regangan / Strain

Benda-benda yang dalam keadaan tegangan tarik maupun yang sedang

mengalami tegangan tekan akan mengalami pula perubahan bentuk dan dimensi.

Benda elastis/kenyal (= pegas) yang mula-mula panjangnya L0 ditarik

sehingga bertambah panjang sebesarL, pegas mengalami regangan (e = regangan

jenis) yang didefinisikan sebagai perbandingan antara pertambahan panjang benda

FF

Gambar2.4. Tegangan tarik padabenda elastis

Gambar 2.5 Tegangan tekan pada benda elastis

FF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 59: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

43

(L) terhadap panjangnya mula-mula (Lo). Besarnya regangan (e) secara matematis

dapat dinyatakan:

Gambar 2.6. Regangan

e =0

0

LL

awalpanjangpanjangperubahan

d. Modulus Elastisitas/Young

Modulus kelentingan adalah perbandingan antara tegangan (stress) dengan

regangan yang bersangkutan (strain).

Sifat-sifatnya :

1) Konstan, selama tidak melewati batas kelentingan atau limit elastik dari benda.

2) Karakteristik untuk setiap benda, sesuai hukum Hooke yang mengatakan bahwa

regangan adalah fungsi linier dari regangan jenisnya.

Modulus kelentingan linier atau modulus Young (= E)

Didefinisikan sebagai:E = estrainstress

regangantegangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 60: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

44

dengan : =AF dan e =

LL

maka E dapat diubah :

E = estrainstress

regangantegangan

=AL

LF

LL

AF

.

Satuan E : gaya per satuan luas

22

mNmN

= pascal = Pa

Tabel 2.2 Modulus elastis Young berbagai zat

ZatModulus elastis Young

E (N/m2)

BesiBajaPerungguAluminiumBetonBatu baraMarmerGranitKayu (Pinus)NilonTulang muda

100 x 109

200 x 109

100 x 109

70 x 109

20 x 109

14 x 109

50 x 109

45 x 109

10 x 109

5 x 109

15 x 109

Sumber : College Physics, Serway R.A, Faughn J.S

e. Hukum Hooke

Sebuah pegas ditarik dengan gaya F, maka pegas akan bertambah panjang.

Bila gaya tarik tidak melewati batas e elastisitasnya pegas, maka gaya tarik yang

diberikan sebanding dengan perubahan panjang pegas.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 61: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

45

F

L

Hubungan antara F-L

FLt

L0

Lt F(gaya tarik)

lLt

F(gaya tekan)

l

Gambar 2.7. Hukum Hooke

Gaya tarik atau gaya tekan pegas (F) adalah :

- sebanding dengan tetapan pegas (k)

- sebanding dengan perubahan panjang (L)

Dari grafik di atas, maka Hooke menyatakan hubungan antara besar gaya (F)

dengan pertambahan panjang benda (L) adalah:

F = -k. L

Tanda minus (-) menyatakan arah gaya pegas F berlawanan arah dengan arah

simpangan.

3.1.7

Tekanan, geliat hidrolik, dan modulus bongkahan (pengayaan)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 62: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

46

f. Energi Potensial Pegas ( Ep)

Untuk menarik pegas sehingga bertambah panjang l, diperlukan usaha (W).

Usaha ini disimpan oleh pegas dalam bentuk energi potensial pegas (Ep).

Besarnya energi potensial pegas oleh sebuah gaya F sehingga bertambah

panjang l, dapat dihitung dari grafik F-l

Usaha : W = Ep = luasan yang bentuk pada grafik F-L

W = ½ F.L

W = ½ k L2 = ½ k L22 - ½ k L12

W = Ep2 – Ep1

Ep = ½ k L2keterangan :

Ep = energi potensial elastik (joule)

k = konstanta pegas (Nm-1)

L = pertambahan (perubahan) panjang (m)

Energi potensial elastik dapat dijumpai pada pegas, ketapel, busur panah, dll.

Ketapel jika diregangkan (tidak melampaui batas elastisitasnya) dapat

melempar batu. Dengan kata lain, energi potensial elastik diubah menjadi energi

kinetik batu.

Ep elastik = Ek batu

Gambar 2.8. Grafik hubungan antara Fdan L

simpangan

F

O ΔL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 63: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

47

22 vmkx21

21

k.x2 = m.v2

v2 =mxk 2

v =mxk 2

dari persamaan di atas, nilai k adalah konstanta gaya ketapel (N.m-1), x adalah

pertambahan panjang (m), m adalah massa benda yang dilemparkan (kg), dan v

adalah kecepatan lepas batu dari ketapel (m.s-1).

g. Susunan Pegas

1) Susunan Seri

Dua buah pegas dengan konstanta k1 dan k2 disusun secara seri, maka akan

diperoleh konstanta pegas gabungan (ks) dapat diperoleh sebagai berikut :

Gaya F1 menarik pegas 1 dan gaya F2 yang menarik pegas 2 yang terletak pada satu

garis kerja maka besarnya akan sama, sehingga dapat dinyatakan :

F1 = F2 = F dan l1 +l2 = l

sehingga,

s21 kF

kF

kF

s21 kkk111

maka konstanta pengganti dari pegas disusun seri yang terdiri darin pegas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 64: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

48

n21s kkkk1....111

atau ks =

Gambar 2.9. Rangkaian Seri Pegas

2) Susunan Paralel/Berjajar

Dua buah pegas dengan konstanta k1 dan k2 disusun secara parallel, maka

akan didapatkan konstanta pegas gabungan kp.Pegas disusun parallel ditarik dengan

sebuah gaya F sehingga terjadi pertambahan panjang l, yang besar pertambahan

panjang masing-masing pegas sama besar.

l1 =l2 = lp

Sedangkan besar gaya pada masing-masing pegas adalah jumlah total dari besar

gaya masing-masing pegas, dapat dinyatakan dengan :

F = F1 + F2dan F = k.l

kp.lp = k1.l1 + k2.l2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 65: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

49

kp = k1 + k2

Jadi pegas terdiri n disusun parallel, mempunyai konstanta gabungan :

kp = k1 + k2 + . . . . + knatau

kp = n k

7. Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan yang dicapai dari suatu

kegiatan atau usaha yang dapat memberikan kepuasan emosional dan dapat diukur

dengan alat atau tes tertentu. Menurut Zaenal Arifin (1990:2) prestasi berasal dari

bahasa Belanda yaitu Prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi

“prestasi” yang berarti “hasil usaha”. Prestasi banyak digunakan dalam berbagai

bidang. Dalam berbagai bidang itu prestasi diartikan dengan kemampuan,

keterampilan dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal.

Menurut Bloom dalam Suharsimi Arikunto (1998:112) bahwa hasil balajar

dibedakan menjadi tiga aspek, yaitu; kognitif, afektif, dan psikomotorik.Prestasi

belajar atau hasil belajar haruslah mencerminkan tiga aspek atau tujuan belajar

itu.Selain itu Saefuddin Azwar (2002: 9) secara implisit menyebutkan bahwa

k1

k2

F

Gambar 2.10.Rangkaian Parallel Pegas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 66: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

50

prestasi belajar adalah performal maksimal seseorang dalam menguasai bahan-

bahan atau materi yang telah diajarkan.

Menurut Winkel W (1996:102) bahwa prestasi belajar adalah setiap

kegiatan belajar yang menghasilkan suatu perubahan yaitu hasil belajar.Dari aspek

kognitif, hasil belajar nampak dalam suatu prestasi yang dicapai siswa dalam bentuk

angka-angka sebagai bentuk perwujudan dari hasil belajar. Sedangkan menurut

Dimyati dan Mudjiono (1999: 176) bahwa secara umum kegiatan belajar meliputi

fase-fase sebagai berikut : (1) Motivasi, yang berarti siswa sadar mencapai tujuan

dan bertindak mencapai tujuan belajar, (2) Kosentrasi, yang berarti siswa

memusatkan perhatian pada bahan ajar, (3) Mengolah pesan, yang berarti siswa

mengolah informasi mengambil makna tentang apa yang dipelajari. (4)

Menyimpan, yang berarti siswa menyimpan informasi dalam ingatan, perasaan dan

kemampuan motorik, (5) Menggali, menggunakan hal yang dipelajari yang akan

dipergunakan untuk memecahkan masalah. (6) Prestasi, bahan ajar untuk kerja, (7)

Umpan balik, pembenaran hasil belajar.

Selanjutnya Dimyati dan Mudjiono (1999 : 238) menyatakan prestasi

belajar dipengaruhi oleh faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern yang

dialami dan dihayati siswa yang berpengaruh terhadap proses belajar adalah: (1)

sikap siswa terhadap belajar, (2) motivasi belajar, (3) konsentrasi belajar, (4)

kemampuan mengolah bahan belajar, (5) kemampuan menyimpan perolehan hasil

belajar, (6) kemampuan menggali hasil belajar yang telah tersimpan, (7)

kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar, (8) rasa percaya diri siswa,

intelegensi, keberhasilan dan kebiasaan belajar. Sedangkan faktor-faktor ekstern

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 67: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

51

yang mempengaruhi hasil belajar antara lain: (1) guru sebagai pembimbing belajar

siswa, (2) sarana dan prasarana belajar, (3) kondisi pembelajaran, (4) kebijakan

penilaian, (5) kurikulum yang diterapkan dan lingkungan sosial siswa.

Menurut Nana Sudjana (1996: 6) ada dua faktor utama yang

mempengaruhi prestasi belajar, yaitu faktor dari dalam diri siswa(internal) dan

faktor dari luar diri siswa (eksternal).Faktor dari dalam diri siswa terutama

kemampuan yang dimiliki siswa, motivasi, minat, kreativitas, perhatian, dan

kebebasan belajar. Faktor yang berasal dari luar individu adalah faktor lingkungan

belajar terutama kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran merupakan tinggi

rendah atau efektif tidaknya proses pembelajaran dalam mencapai tujuan

pembelajaran.

Berdasarkan uraian-uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi

belajar adalah tingkat keberhasilan yang dicapai dari suatu kegiatan atau usaha yang

dapat memberikan kepuasan emosional dan dapat diukur dengan alat atau tes

tertentu. Adapun dalam penelitian ini yang dimaksud prestasi belajar adalah tingkat

keberhasilan peserta didik setelah menempuh proses pembelajaran tentang materi

tertentu, yakni tingkat penguasaan, perubahan emosional atau perubahan tingkah

laku yang dapat diukur dengan tes tertentu dan diwujudkan dalam bentuk nilai atau

skor. Dan dari pendapat diatas juga dapat disimpulkan bahwa faktor intern dan

ekstern dalam pembelajaran sangat mempengaruhi kualitas pembelajaran dalam

membantu siswa mencapai prestasi belajar yang optimal. Prestasi merupakan

kecakapan atau hasil kongkrit yang dapat dicapai pada saat atau periode

tertentu.Berdasarkan pendapat tersebut, prestasi dalam penelitian ini adalah hasil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 68: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

52

yang telah dicapai siswa dalam pembelajaran Fisika menggunakan modul fisika

berbasis sceintifik pada materi elstisitas.

B. Penelitian yang relevan.

1. Dwi Fista Setyo Putri (2013) menyimpulkan modul interaktif berbasis inkuiri

terbimbing pada pokok bahasan fluida efektif digunakan untuk meningkatkan

prestasi belajar siswa.

2. Nuryani Y. Rustaman (2011) menyimpulkan bahwa studi tentang

pembangunan karakter dapat ditinjau dari berbagai aspek, di antaranya melalui

pembelajaran bidang studi tertentu, melalui pengembangan kemampuan

berpikir; mengintegrasikan domain kognitif, afektif dan psikomotor;

memfokuskan pada ipteks dan imtaq, dan pengembangkan sikap ilmiah.

Pembangunan karakter melalui pengembangan keterampilan berpikir tingkat

tinggi merupakan salah satu alternatif dalam pendidikan IPA. Oleh sebab itu

penulis akan mengembangkan modul fisika berbasis scientifik.

3. Sungkono(2009) menyimpulkan bahwakompetensi mengembangkan bahan ajar

khususnya modul perlu dimiliki guru, mengingat dengan bahan ajar akan lebih

mengefektifkan dan mengefiensiensikan proses pembelajaran. Sejalan dengan

ini penulis akan mengembangkan modul IPA terpadu berbasis HOTS pada

pokok bahasan energi.

4. R.Rosnawati (2009) menyimpulkan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi

siswa bukan merupakan hasil langsung dari pengajaran mapokok bahasan tika,

tetapi keterampilan yang harus dilatihkan guru pada siswa, siswa tidak otomatis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 69: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

53

memiliki keterampilan ini. Seperti halnya keterampilan yang lain, siswa perlu

mengulang keterampilan berpikir melalui latihan yang intensif .Dengan tahapan

pembelajaran yang sesuai dengan pemikiran siswa akan memudahkan guru

untuk mendorong siswa berpikir tingkat tinggi. Enam tahapan aktivitas yang

harus dilalui siswa agar dapat mengembangkan berpikir tingkat tinggi siswa

adalah : 1) menggali informasi yang dibutuhkan; 2) mengajukan dugaan; 3)

melakukan inkuiri; 4) membuat konjektur; 5) mencari alternatif;6) menarik

kesimpulan. Kelemahannya ini belum dituangkan dalam bentuk bahan ajar

modul. Maka dalam hal ini penulis akan mengembangkan modul yang mampu

melatihkan pada peserta didik untuk berpikir tingkat tinggi.

5. E.Rachel Patricia B.Ramiez (2007)menyimpulkan dalam penelitiannya tentang

efekdari aktivitaskreatif terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa

SMA.Ternyata tidak ada perbedaan signifikan antara kelas yang yang diberi

kegiatan kreatif (ICA) dan kelas tanpa kegiatan kreatif ( INCA). Selain itu, nilai

rata-rata gain score yang diperoleh juga memiliki perbedaan yang tidak berarti

dari kedua kelompok. Kelemahannya kegiatan kreatif belum dituangkan pada

bahan ajar modul, maka penulis akan mengembangkan modul yang mampu

melatihkan pada peserta didik untuk berpikir tingkat tinggi.

6. Eka Sastrawati, Muhammad Rusdi, Syamsurizal (2011) menyimpulkan bahwa

penerapan penggunaan model PBL memberi pengaruh terhadap keterampilan

berpikir tingkat tinggi siswa. Dalam hal ini ditunjukkan bahwa keterampilan

berpikir tingkat tinggi siswa yang diajar dengan model PBL lebih tinggi dari

pada siswa yang diajar dengan pendekatan konvensional. Kelemahannya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 70: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

54

kegiatan pembelajaran model PBL belum dituangkan pada bahan ajar modul,

maka penulis akan mengembangkan modul yang mampu melatihkan pada

peserta didik untuk berpikir tingkat tinggi.

7. Lewy,Zulkardi, dan Nyimas Aisyah(2009)menyimpulkan bahwa prototype

perangkat soal yang dikembangkan telah memiliki potensial efek ini terlihat

dari hasil tes kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa 35,59 katagori baik.

Selanjutnya penulis akan mengembangkan bahan ajar modul fisika yang

mampu melatihkan pada peserta didik untuk terampil berpikir tingkat tinggi.

8. Poppy Kamalia Devi (2011) menyimpulkan bahwauntuk melaksanakan

penilaian, guru memerlukan instrumen penilaian dalam bentuk soal-soal yang

mengembangkan HOTS. Kelemahannya tidak dikembangkan bahan ajar yang

mampu melatih peserta maka penulis akan mengembangkan modulfisika yang

mampu melatihkan pada peserta didik untuk terampil berpikir tingkat tinggi.

9. Izaak H. Wenno (2010) dalam pengembangan model modul ipa berbasis

problem solving method berdasarkan karakteristik siswa dalam pembelajaran

di SMP/MTs menyimpulkan bahwa The research subjects comprised

students, teachers, and principals. The data were collected through

observations and interviews and analyzed using the descriptive technique. The

results show that the module models, namely experiment and non-experiment

student work sheets based on the problem solving method, and the evaluation

sistem in science learning can be used as an alternative.

10. Harto Nuroso dan Joko Siswanto (2010) dengan judul model pengembangan

modul ipa terpadu berdasarkan perkembangan kognitif siswa menyimpulkan:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 71: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

55

(1) perkembangan kognitif (kemampuan berpikir abstrak) siswa-siswi SMP di

Kota Semarang rata-rata masih rendah, (2) kemampuan berpikir abstrak rendah

menyebabkan siswa mengalami kesulitan belajar IPA, (3) telah berhasil

didesain model pengembangan modul IPA terpadu berdasarkan perkembangan

kognitif siswa yang langkah-langkahnya terdiri dari penentuan mata pelajaran

yang menjadi objek pengembangan, analisis kebutuhan modul, penyusunan dan

pengembangan draft modul IPA terpadu, tinjauan ahli dan uji coba. Maka

penulis akan mengembangkan modul yang mampu melatihkan pada peserta

didik untuk berpikir tingkat tinggi.

C. Kerangka Berpikir

Pengembangan modul pembelajaran fisika berbasis pendekatan scientific

(Sceintific Approach) penting dilakukan, karena dengan adanya modul ini maka

akan diketahui teknik pembelajaran fisika yang sesuai dengan kurikulum 2013.

Pembelajaran yang mengacu pada siswa sebagai subyek bukan sebagai obyek.

Modul pembelajaran fisika berbasis scientificpada pokok bahasan elastisitas

di SMA N 2 Purwokerto, yang dikembangkan juga dapat digunakan oleh guru-guru

fisika sebagai pegangan dalam menyampaikan materi elastisitas.

Setelah dianalisis kelayakan dan efektifitasnya maka produk modul fisika

berbasis scientific disebarkan kepada pokok bahasan n guru Fisika MGMP untuk

digunakan dalam pembelajaran fisika dikelasnya.Bagan kerangka berpikir dalam

penelitian pengembangan ini seperti terlihat pada gambar:

1. Pembelajaran fisika di SMAbelum dilaksanakan secara scientific sesuai tuntutankurikulum.

2. Kurangnya bahan ajar fisika yang berbasis sceintific.3. Ketrampilan menyelesaikan masalah, siswa SMA masih rendah.4. Proses pembelajaran yang mengembangkan kemampuan peserta didik untuk

mengamati, menanya, menalar, mencoba, danmengkomunikasikan masih kurang.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 72: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

56

Gambar 2.11. Kerangka Berpikir

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 73: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

57

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode PengembanganPenelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (research and

development / R&D). Pendekatan penelitian dan pengembangan merupakan

penelitian yang berorientasi untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-

produk yang digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini bertujuan untuk

mengembangkan modul fisika berbasis scceintificdengan materi elastisitas. Model

yang digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan modul fisika ini adalah

merupakan adaptasi model 4-D (four-D model) yang dikemukakan oleh Thiagarajan

(1974: 5).

B. Prosedur Pengembangan

Langkah-langkah pengembangan modul fisika ini menggunakan model 4-

D. Model 4-D meliputi define, design, develop, and dessiminate atau juga sering

dikenal dengan model 4-P yaitu pendifinisian, perancangan, pengembangan dan

penyebaran. Pemilihan model 4-D untuk mengembangkan modul fisika dengan

alasan sebagai berikut :

1. Model pengembangan runtut dan sederhana sehingga praktis untuk

dilaksanakan.

2. Adanya tahap validasi dan uji coba perangkat mejadikan produk yang

dihasilkan lebih baik.

3. Langkah – langkah pengembangan logis.

Langkah – langkah pengembangan model 4-D dapat dilihat pada gambar 3.1.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 74: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

58

Gambar 3.1 : Langkah-langkah pengembangan modulfisika

Pendefinisian

Pra Penelitian

Analisis siswa,kurikulum danmateri

Tujuan Pembelajaran

Pemilihan Model Keterpaduan yangsesuai materi

Desain awal modul fisikaberbasis sceintifik

Draft I

Perencanaan

Validasi Ahli(Dosen Pembimbing,AhliKurikulum,Peer review)

Analisis Hasil

Revisi III

Uji Coba di kelas

Penyebaran

Revisi I

Draft II

Draft III

Uji Coba kecil

Revisi II

Pengembangan

Analisis implementasi Modul dibeberapa sekolah anggota MGMP

Modul Fisika Berbasis Sceintific

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 75: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

59

1. Define ( Pendefinisian )

Kegiatan pada tahap ini dilakukan untuk menetapkan dan mendefinisikan

syarat-syarat pengembangan. Dalam kontek pengembangan modul fisika tahap

pendifinisian dilakukan dengan cara :

a. Analisis kurikulum.

Pada tahap awal peneliti mengkaji kurikulum yang berlaku pada saat ini,

menganalisis kompetensi apa yang dituntut kurikulum untuk diselesaikan. Analisis

kurikulum berguna untuk menetapkan pada kompetensi yang mana bahan ajar

tersebut akan dikembangkan. Hal ini dilakukan karena tidak semua kompetensi

yang ada dalam kurikulum dapat dikembangkan bahan ajarnya.

b. Analisis karakteristik peserta didik.

Dalam mengembangkan bahan ajar, karakteristik peserta didik perlu

diketahui untuk menyusun bahan ajar yang sesuai dengan kemampuan peserta didik

yang akan menggunakan bahan ajar.

c. Analisis materi

Analisis materi dilakukan dengan cara mengidentifikasi materi utama yang

perlu diajarkan, mengumpulkan dan memilih materi yang relevan dan menyusunnya

kembali secara sispokok bahasan tis.

d. Merumuskan tujuan

Sebelum menulis bahan ajar, tujuan pembelajaran dan kompetensi yang

hendak diajarkan perlu dirumuskan terlebih dahulu.Hal ini berguna untuk

membatasi agar tidak menyimpang dari tujuan semula pada saat menulis bahan ajar.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 76: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

60

2. Design ( Perancangan )

Tahap perancangan dalam penyusunan modul fisika ini meliputi kegiatan

menganalisis standar isi dari masing-masing bidang kajian fisika, menentukan

pokok bahasan , menyusun matrik hubungan KI, KD dan Indikator dari bidang

kajian fisika, membuat jaringan topic atau indicator , menentukan alur indicator dari

keseluruhan indicator bidang kajian yang akan dipadukan. Dalam tahap

perancangan ini akan menghasilkan produk awal (prototype) modul fisika. Sebelum

rancangan modul dilanjutkan ke tahap berikutnya maka rancangan modul tersebut

perlu divalidasi.Validasi produk modul dilakukan oleh 2 dosen ahli, 2 guru fisika

SMA dan teman sejawat.Berdasarkan masukan dan saran dari validator tersebut

rancangan modul diperbaiki sesuai dengan harapan.

3. Develop ( Pengembangan )

Tahap pengembanganini merupakan tahap yang bertujuan untuk

menghasilkan modul fisika berbasis sceintific. Tahap pengembangan dilakukan

dengan cara menguji isi dan keterbacaan modul kepada pakar yang terlibat pada

saat validasi rancangan dan peserta didik yang akan menggunakan modul. Kegiatan

pengembangan dlakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Validasi model atau draft oleh ahli/pakar.

Hal-hal yang divalidasi meliputi panduan penggunaan modul dan perangkat

pembelajarannya.

b. Revisi model atau draft berdasar masukan para pakar saat validasi.

c. Uji coba terbatas kepada guru-guru fisika danpeserta didik sebagai pengguna

produk untuk mendapat masukan dan sarannya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 77: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

61

d. Revisi model berdasar hasil uji coba.

e. Implementasi modul pada wilayah yang lebih luas, untuk di uji efektivitas

modul yang dikembangkan. Apabila hasil belajarpostes yang menggunakan

modul lebih bagus daripretesmaka dapat dikatakan modul itu efektif

digunakan.

4. Disseminate ( Penyebarluasan )

Tahap penyebarluasan pengembangan modul fisika dilakukan dengan cara

sosialisasi bahan ajar modul sisika melalui pendistribusian dalam jumlah terbatas

kepada guru MGMP dan peserta didik.

C. Uji Coba Produk

Desain uji coba produk bertujuan untuk mendapatkan umpan balik secara

langsung dari pengguna tentang kualitas modul fisika yang dikembangkan.Uji coba

produk berupa modul fisika ini telah divalidasi oleh ahli modul, dosen pembimbing,

guru fisika dan peserta didik.Uji coba ini dilakukan untuk mendapatkan masukan,

saran, perbaikan yang membangun dalam merevisi modul fisika yang

dikembangkan, sehingga modul dapat dinilai kelayakannya.

D. Desain Penelitian

Desain penelitian sangat diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan

penelitian. Desain penelitian yang digunakan dalam pengembangan modul fisika

ini adalah Randomized Control-Group Pretest-Postest. Desain Randomized

Control-Group Pretest-Postest secara bagan dapat dilihat pada table dibawah ini :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 78: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

62

Desain Penelitian Pre-test Treatment Post-test

Kelas Treatment ( KT ) T1 X T2

Keterangan :

X = Pembelajaran fisika menggunakan modul fisika hasil pengembangan

T1 = Tes kemampuan awal

T2 = Tes hasil belajar fisika

Kelas treatment adalah kelas yang pembelajaran diberi perlakuan dengan

menggunakan modul fisika berbasis sceintifik.

E. Subjek Penelitian

Subjek penelitian pada penelitian pengembangan ini adalah :

1. Untuk menguji kelayakan modul fisika dilakukan uji coba terbatas pada 10 siswa

kelas X MIA SMAN 2 Purwokerto

2. Untuk mengetahui keefektifan modul fisika,diujicobakan pada kelompok

eksperimen dan dibandingkan nilai N-gain dari pretes dan postes pada kelas X

MIA 7 SMAN 2 Purwokerto.

F. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian pengembangan ini adalah data primer dan data

sekunder.Jenis data primer dalam penelitian ini adalah validasi modul fisika dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 79: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

63

ahli, guru fisika dan teman sejawat.Data tersebut berupa instrumen penilaian

silabus, RPP, materi modul, soal tes.Jenis data sekunder dalam penelitian ini adalah

hasil belajar siswa dari kelompok eksperimen.

G. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu (1) lembar validasi

modul, (2) angket respon siswa terhadap modul, dan (3) tes hasil belajar. Adapun

rincian instrument penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam uji

coba sebagai berikut:

1. Lembar validasi modul

Instrumen ini digunakan untuk memperoleh data tentang penilaian dari para

ahliterhadap modul. Hasil penilaian ini dijadikan dasar untuk perbaikan modul

sebelum diujicobakan.

2. Angket respon siswa

Angket digunakan untuk mengetahui tanggapan peserta didik terhadap

kegiatan pembelajaran fisika dengan modul fisika. Pengisian angket ini dilakukan

setelah berakhirnya seluruh proses pembelajaran

3. Tes

Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes awal dan tes akhir .Tes

ini digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa sebelum dan setelah

menggunakan modul fisika.Data ini digunakan untuk mengetahui efektifitas modul

fisikayang digunakan.

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 80: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

64

1. Analisis Angket

Dari analisis angket dapat diketahui respon dari guru fisika atau siswa yang

menggunakan modul fisika. Analisis data tersebut dilakukan secara diskriftif

dengan menentukan presentase sub variable menurut persamaan berikut :

Ps = x 100 %

Keterangan :

Ps = Persentase sub variable

S = jumlah nilai tiap sub variable

N = jumlah skor maksimum

Katagori :

No Rentang skor Katagori kualitas

1

2

3

4

0 % ≤ Ps ≤ 25 %

26 % ≤ Ps ≤ 50 %

51 % ≤ Ps ≤ 75 %

76 % ≤ Ps ≤ 100 %

Tidak baik

Kurang baik

Cukup baik

Baik

( Sutardi, 2008: 55 )

2. Analisis Data Tes

Analisis data hasil tes yang digunakan adalah penguasaan konsep fisika

yang diukur dengan pretest dan postest untuk memperoleh skor N-Gain dengan

persamaan gain ternormalisasi Hake sebagai berikut :

G =

Keterangan :

G = gain ternormalisasi

S.pretest = nilai pretest

S.postest = nilai posttest

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 81: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

65

S.mak = nilai maksimum

Setelah ini kemudian hasilnya dianalisis dengan uji normalitas dan

homoginitas.Uji perbedaan dua rerata menggunakan uji t-test untuk menguji

keefektifan penguasaan konsep siswa melalui modul fisika berbasis sceintifik antar

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Uji t-test tersebut adalah :

t = ( ) ( ) ( )Keterangan :

t = nilai t hitung

X1 = nilai rata-rata kelompok 1

X2 = nilai rata-rata kelompok 2

S1 = varian kelompok 1

S2 = varian kelompok 2

n1 = banyaknya sampel kelompok 1

n2 = banyaknya sampel kelompok 2

Dengan taraf signifikasi 5 %, dengan hipotesis sebagai berikut :

Ho = efektivitas penguasaan konsep siswa pada pembelajaran fisikasama / seefektif

dengan penguasaan konsep siswa pada pembelajaran fisika

konvensional/terpisah.

Ha = efektivitas penguasaan konsep siswa pada pembelajaran fisikasama / berbeda

dengan penguasaan konsep siswa pada pembelajaran fisika

konvensional/terpisah.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 82: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

66

BAB IV

HASIL PENELITIAN PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Hasil Penelitian dan Pengembangan

Deskripsi data disajikan untuk menjelaskan penelitian dan pengembangan yang

menghasilkan produk modul pembelajaran fisika yang berbasis scientific pada

materi elastisitas.Penyusunan modul pembelajaran fisika berbasis scientific

mengacu pada silabus, RPP, dan kisi-kisi soal yang sesuai dengan kurikulum

2013.Data efektivitas modul hasil pengembangan dalam pembelajaran, berupa hasil

belajar kognitif.

Pengembangan modul pembelajaran fisika yang berbasis scientific pada materi

elastisitasmenggunakan model desain pengembangan Thiagarajan yang telah

diadopsi oleh Endang Mulyatiningsih (2012:195) yaitu model 4D yakni Define,

Design, Develop, dan Disseminate. Data hasil proses pengembangan modulfisika

yang berbasis scientific pada materi elastisitas sesuai tahapan 4D adalah sebagai

berikut:

A. Tahap Pendefinisian (Define)

Analisis Pra Penelitian

Analisis pra penelitian dapat dilakukan melalui studi kepustakaan dan

observasi lapangan.Studi kepustakaan dilakukan melalui kajian kurikulum yang

berlaku.Kurikulum 2013 yang baru diterapkan, menuntut agar pembelajaran

dilakukan melalui pendekatan berbasis scientific, yaitu suatu pendekatan pembela-

jaran fisika yang menggunakan sintak-sintak/tahapan-tahapan mengamati, menanya,

mencoba, menalar, menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Kajian kurikulum

berguna untuk menetapkan jenis modul yang akan dikembangkan. Selain itu studi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 83: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

67

kepustakaan dilakukan untuk mempelajari konsep-konsep yang berkaitan dengan

scientific aproach agar prestasi belajar siswa meningkat.

Hasil observasi lapangan di SMA N 2Purwokerto adalah sebagai berikut: 1)

laboratorium fisika sudah ada dan didukung dengan peralatan yang memadai, 2)

perpustakaan sekolah nyaman, mendukung proses pembelajaran dan dilengkapi

buku-buku untuk semua mata pelajaran, 3) buku di perpustakaan sekolah berupa

buku dari penerbit bukan hasil pengembangan guru, 4) sebagian siswa memiliki

buku dari penerbit, tetapi belum sesuai dengan kurikulum 2013. 5) modul fisika

belum ada di perpustakaan, 6) buku-buku yang tersedia di perpustakaan belum ada

yang berbasis scientific, 7) buku-buku yang tersedia di perpustakaan belum ada

yangmenggunakan kurikulum baru 2013.

Analisis Peserta didik

Kondisi siswa SMA N 2Purwokerto secara umum adalah anak-anak pilihan,

hal ini disebabkan SMA N 2 Purwokerto merupakan sekolah favorit di kabupaten

Banyumas.Siswa di SMA N 2Purwokerto mempunyai prestasi belajar yang cukup

bagus untuk semua mata pelajaran pada Ujian Nasional.Untuk nilai Ujian Nasional

mata pelajaran fisika, beberapa tahun belakang sering menduduki peringkat 1

kabupaten, akan tetapi untuk tingkat provinsi masih tertinggal dari SMA diluar

kabupaten Banyumas. Hasil analisis peserta didik lainnya adalah sebagai berikut:

1. Keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar masih rendah, karena

pembelajaran menggunakan metode konvensional yang berpusat pada guru

atau teacher center.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 84: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

68

2. Sebagian besar siswa berasal dari luar kota Purwokerto, sehingga jauh dari

pengawasan orang tua.

3. Siswa belum melakukan kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar

dan mengkomunikasikan, yang sesuai dengan kurikulum 2013.

4. Siswa kesulitan memecahkan masalah-masalah yang rumit yang

berhubungan dengan aplikasi atau penerapan dalam kehidupan sehari-hari.

5. Siswa membutuhkan bahan ajar alterntif yang dapat digunakan untuk

mempelajari konsep elastisitas secara lebih mudah dan menarik.

Hasil angket analisis kebutuhan siswa,memberikan petunjuk bahwa:

1) Sebagian siswamemiliki buku teks atau buku pegangan lain untuk belajar materi

elastisitas

2) Siswa tidak mencari bahan lain selain buku dari sekolah untuk membantu

anda dalam memahami elastisitas.

3) Siswa mengalami kesulitan mempelajari materi dalam buku yang

dimilikinya.

4) Siswa belum memiliki modul fisika berbasis sciientific.

5) Kelemahan buku pegangan siswa materinya belum scientific, dan tidak

menarik, sehingga membosankan.

6) Siswa membutuhkan modul fisika yang penyajiannya secara scientific.

7) Siswa membutuhkan modul fisika yang sesuai dengan kurikulum 2013.

8) Siswa membutuhkan modul fisika berbasis scientificyang meliputi

mengamati, menaanya, mencoba, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.

9) Siswa setuju bila dikembangkan modul fisika berbasis scientific.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 85: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

69

Tabel 4.1. Tabel Peringkat Nilai Ujian Nasional SMAJawa Tengah

DAFTAR NILAI RATA-RATA PER SEKOLAHHASIL UJIAN NASIONAL 2011-2012

JENJANG SMA NEGERIPROPINSI : JAWA TENGAH PROGRAM STUDI : IPA

KABUPATEN/KOTA : SEMUA KAB./KOTA Jenis Nilai : NILAI AKHIR

RK NAMA SEKOLAHJNSSEK

STSSEK

Jumlah Mata Ujian

PES JMLLS % BIN BIN

G MTK FSK KMA BIO Total

Rata Rata

1 SMA NEGERI 1 PATI SMA N 276 276 100 8,72 8,79 9,41 8,79 9,33 9,14 54,18 9,03

2 SMA NEGERI 1 KUDUS SMA N 215 215 100 8,96 8,73 9,33 8,53 9,31 9,22 54,08 9,01

3 SMA NEGERI 3 PEKALONGAN SMA N 108 108 100 8,62 8,56 9,16 8,56 9,13 8,97 53 8,83

4 SMA NEGERI 1 CAWAS SMA N 229 229 100 8,62 8,3 9,13 8,55 9,21 9,11 52,92 8,82

5 SMA NEGERI 1 TAYU SMA N 145 145 100 8,71 8,4 9,2 8,32 9,23 8,96 52,82 8,8

6 SMA NEGERI 1 KENDAL SMA N 228 228 100 8,64 8,57 9,07 8,57 8,99 8,98 52,82 8,8

7 SMA NEGERI 1 PEMALANG SMA N 186 186 100 8,66 8,35 9,03 8,53 9,24 8,95 52,76 8,79

8 SMA NEGERI 1 PEKALONGAN SMA N 204 204 100 8,55 8,61 8,67 8,63 9,13 8,96 52,55 8,76

9 SMA NEGERI 1 PURWODADI SMA N 199 199 100 8,52 8,34 9 8,61 9,1 8,95 52,52 8,75

10 SMA NEGERI 1 JUWANA SMA N 146 146 100 8,66 8,1 9,27 8,36 9,18 8,9 52,47 8,75

65 SMA NEGERI 1 TAHUNAN SMA N 125 125 100 8,03 8,17 8,94 8,05 8,75 8,57 50,51 8,42

66 SMA NEGERI 2 KLATEN SMA N 167 167 100 8,41 7,71 8,69 8,01 8,89 8,77 50,48 8,41

67 SMA NEGERI 1 TEGAL SMA N 181 181 100 8,45 8,4 8,38 8,23 8,6 8,41 50,47 8,41

68 SMA NEGERI 1 SUBAH SMA N 132 132 100 8,39 8,03 8,68 7,96 8,78 8,63 50,47 8,41

69 SMA NEGERI 1 GODONG SMA N 252 252 100 7,88 8,15 8,87 8,1 8,74 8,73 50,47 8,41

70 SMA NEGERI 2 KUDUS SMA N 185 185 100 8,47 7,83 8,89 7,93 8,86 8,45 50,43 8,41

71 SMA NEGERI 3 TEGAL SMA N 134 134 100 8,43 8 8,66 8,17 8,71 8,46 50,43 8,41

72 SMA NEGERI 1 SIMO SMA N 107 107 100 8,51 7,83 8,59 7,97 8,8 8,72 50,42 8,4

73SMA NEGERI 1KETANGGUNGAN SMA N 36 36 100 8,2 8,34 8,66 7,93 8,67 8,6 50,4 8,4

74 SMA NEGERI 1 BAWANG SMA N 76 76 100 8,24 7,85 8,61 8,15 9,01 8,53 50,39 8,4

75 SMA NEGERI 9 SEMARANG SMA N 168 168 100 8,37 8,16 8,6 7,98 8,79 8,49 50,39 8,4

76 SMA NEGERI 1 WELAHAN SMA N 116 116 100 8,32 7,98 8,68 7,98 8,81 8,59 50,36 8,39

77SMA NEGERI 1SUMBERLAWANG SMA N 116 116 100 8,24 8,14 8,67 7,88 8,79 8,63 50,35 8,39

78SMA NEGERI 2PURWOKERTO SMA N 270 270 100 8,57 7,84 8,69 8,07 8,79 8,39 50,35 8,39

79 SMA NEGERI 1 JOGONALAN SMA N 119 119 100 8,45 8 8,69 7,97 8,71 8,52 50,34 8,39

80 SMA NEGERI 3 SUKOHARJO SMA N 138 138 100 8,31 8,13 8,65 7,73 8,87 8,64 50,33 8,39

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 86: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

70

Berdasarkan hasil angket kebutuhan guru, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Guru menggunakan bahan ajar lain selain buku pegangan Bapak/Ibu

tersebut untuk menjelaskan materi elastisitas

2) Guru tidakmemiliki buku teks atau buku pegangan lain yang berupa modul

fisikaberbasis Scientific.

3) Guru merasakan terdapat keterbatasan dari buku pegangan yang dimilikinya.

4) Guru merasakan keterbatasan buku pegangan terutama dalam penerapan

kurikulum baru 2013.

5) Guru menggunakan bahan ajar lain seperti video untuk menjelaskan materi

elastisitas.

6) Guru menggunakanbuku buatan pabrik/buatan orang lain yang

kekurangannya tidak sesuai kurikulum 2013.

7) Ketersediaan laboratorium dan alat praktikum membantu guru

membelajarkan materi elastisitas.

8) Perpustakaan sekolah menyediakan buku-buku materi tentang elastisitas

yang memadahi, tetapi belum berbasis scientific.

9) Guru tidakkesulitan membelajarkan materi elastisitas.

10) Kemampuan siswa dan motivasinya mempengaruhi keberhasilan guru

membelajarkan materi elastisitas.

11) Guru membutuhkan bahan ajar yang sesuai dengan kurikulum 2013 yang

berbasis scientific untuk membelajarkan materi elastisitas.

12) Guru setuju bila dikembangkan modul fisika yang berbasis scientific pada

materi elastisitas.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 87: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

71

Analisis materi

Analisis materi dilakukan dengancaramengidentifikasi materi utama yang

akan diajarkan, mengumpulkan dan memilih materi yang relevan dengan kurikulum

2013. Dalam kurikulum 2013 pembelajaran harus berbasis scientific sehingga

materi yang disampaikan ke siswa harus sesuai dengan sintak-sintak scientific yaitu

mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Materi

juga harus sesuai dengan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD).

Kompetensi Inti :

KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

KI 2 : Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun,

ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan

pro-aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai

permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan

sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa

dalam pergaulan dunia.

KI 3: Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural

dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan

wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait

fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada

bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk

memecahkan masalah.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 88: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

72

KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak

terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara

mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

Kompetensi Dasar :

1.1 Bertambah keimanannya dengan menyadari hubungan keteraturan dan

kompleksitas alam dan jagad raya terhadap kebesaran Tuhan yang

menciptakannya

1.2 Menyadari kebesaran Tuhan yang mengatur karakteristik fenomena gerak,

fluida, kalor dan optik

2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti;

cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif

dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud

implementasi sikap dalam melakukan percobaan dan berdiskusi

2.2 Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari-hari sebagai

wujud implementasi melaksanakan percobaan dan melaporkan hasil

percobaan

3.6 Menganalisis sifat elastisitas bahan dalam kehidupan sehari hari

4.6 Mengolah dan menganalisis hasil percobaan tentang sifat elastisitas suatu

bahan

Perumusan Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran dan kompetensi yang hendak diajarkan perlu

dirumuskan terlebih dahulu, sebelum menulis bahan ajar/modul.Hal ini berguna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 89: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

73

untuk membatasi peneliti supaya tidak menyimpang dari tujuan semula pada saat

sedang menulis bahan ajar/modul.

Perumusan tujuan pembelajaran digunakan untuk merumuskan tujuan yang

terdapat pada kurikulum dan indikator yang relevan dengan KI-KD yang digunakan

sebagai acuan dalam pengembangan modul.Indikator dirumuskan dengan kata kerja

operasional yang dapat diukur dan dibuat instrumen penilaiannya.

Perumusan indikator mempertimbangkan berbagai macam aspek

kemampuan mengamati, menanya, mencoba, menyimpulkan dan

mengkomunikasikan.Indikator yang telah dirumuskan dikembangkan menjadi

tujuan pembelajaran. Adapun indikator dan tujuan pembelajaran tertuang pada

silabus dan RPP yang disajikan pada Lampiran.

B. Tahap Perancangan (Design)

Tahap perancangan ini menyusun draft awal modul fisika yang berbasis

scientific pada materi elastisitas. Draft awal modul terdiri dari:

a. Tahap Desain

Tahap desain disusun berdasarkan analisis kebutuhan, kurikulum, materi dan

tujuan penyusunan modul. Kemudian dituangkan dalam pembuatan silabus, RPP,

dan kisi-kisi soal yang akan digunakan acuan dalam pembuatan draft awal modul

fisika yang berbasis scientific pada materi elastisitas. Silabus, RPP, dan kisi-kisi

soal disusun sesuai dengan kurikulum 2013.

b. Tahap Pembuatan Draft Modul

Tahap ini membuat draft awal modul fisika yang berbasis scientific pada

materi elastisitas, yang terdiri dari:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 90: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

74

1) Halaman sampul

Halaman sampul berisi jenis modul, judul modul, penulis, pengguna

modul, dan kurikulum yang digunakan. Jenis modul fisika yang

menggambarkan bidang studi adalah fisika.Judul modul adalah

“ELASTISITAS”, ditulis dengan huruf besar agar lebih terlihat. Di bawah judul

terdapat tulisan Toriqul Abidin, merupakan pengarang modul ini. Tulisan

berikutnya adalah “ Untuk Kelas X SMA/MA” merupakan pengguna dari

modul ini. Dan yang terakhir adalah tulisan “Sesuai Kurikulum 2013” yang

menunjukkan kurikulum yang digunakan pada modul ini.

Di halaman sampul juga diberi gambar roda dan shockbreaker sebuah

mobil dan gambar ketapel Anggry Bird, yang menunjukkan pemanfaatan

elastisitas dalam kehidupan sehari-hari.

2) Halaman Judul, berisi judul modul dan tempat pendidikan penulis, yaitu

program studi pendidikan sains Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Univversitas Sebelas Maret Surakarta, serta tahun pembuatan 2014.

3) Kata Pengantar, berisi tentang pengantar penulis yang berkaitan dengan pesan

moral dan garis besar isi modul.

4) Karakteristik Modul, berisi hal-hal penting yang terdapat didalam modul.

5) Daftar Isi, berisi tentang isi modul beserta halamannya.

6) Daftar Gambar, berisi daftar gambar yang ada dimodul besrta halamannya.

7) Daftar Tabel, berisi tabel-tabel yang ada dalam modul beserta halamannya.

8) Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar, berisi Ki dan KD yang digunakan

dalam modul.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 91: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

75

9) Pendahuluan berisi deskripsi pembelajaran, petunjuk penggunaan modul untuk

siswa dan guru

10) Tujuan Akhir, berisi tentang tujuan yang diharapkan tercapai setelah

mempelajari modul. Tujuan ini meliputi kriteria keberhasilan, kinerja yang

dicapai dan kondisi keberhasilan.

11) Uraian materi modul fisika yang berbasis scientific pada materi elastisitas.

12) Rangkuman, yang berisi tentang ringkasan materi.

13) Uji kompetensi, berisi tentang soal pilihan ganda yang berkaitan dengan materi

yang dipelajari.

14) Penilaian diri, berisi pedoman penilaian untuk mengetahui ketercapaian

penguasaan materi pada kegiatan belajar.

15) Daftar Pustaka, berisi tentang daftar buku, jurnal dan website yang digunakan

di dalam modul.

16) Kunci Jawaban, berisi jawaban soal pilihan ganda untuk mengoreksi pekerjaan

siswa dan pedoman penskoran.

Modul dicetak dengan menggunakan standar kertas yang ditetapkan oleh

ISO (International Organization for Standardization). Menurut Sitepu (2012: 131),

ukuran buku dan bentuk buku teks untuk sekolah SMA/MA salah satunya adalah

A4 yang berukuran 210 mm x 297 mm dengan bentuk vertikal atau portrait.

Selanjutnya hasil penyusunan modul tahap ini sebagai draft-1 modul fisika yang

berbasis scientific pada materi elastisitas.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 92: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

76

C. Tahap Pengembangan (Develop)

Tahap develop merupakan tahap pengembangan dari draft-II modul fisika

yang berbasis scientific pada materi elastisitas. Tahap pengembangan dilakukan

untuk mengetahui tingkat keterbacaan modul pada proses pembelajaran di kelas.

Proses pengembangan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

a. Validasi Desain

Proses validasi menggunakan instrumen lembar validasi modul yang

mengacu dari Instrumen Penilaian Buku Teks Fisika SMA/MA oleh BSNP 2008.

Validasi dilakukan oleh dua pakar dari Universitas Sebelas Maret dengan

kualifikasi pendidikan doktor (S3 dosen pasca UNS),dua guru SMA dengan

kualifikasi pendidikan Master Pendidikan (S2 Pendidikan Sains) dan dua temen

sejawat. Validator dari dosen-1 (V1) dan validator dari dosen-2 (V2). Validator

dari guru SMA-1 (G1) dan validator dari guru SMA-2 (G2). Validator teman

sejawat-1 (S1), dan validator teman sejawat-2 (S2).

Hasil perbaikan modul berdasarkan saran teman sejawat disajikan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Saran Teman Sejawat dan Revisi

No Saran Perbaikan

1 Daftar Gambar terdapat kata yangsalah sokbeker.

Sudah dilakukan perbaikan denganmengganti shockbreaker.

2

3

Pada halaman 10 terdapat kesalahancetak pajang, yang benar panjang.Pada halaman 12 terdapat kata stress,seharusnya huruf italic.

Sudah diperbaiki menjadi panjang

Sudah diperbaiki menjadi Stress.

3 Pada halaman 14, gambar belum adaketerangan gambarnya.

Sudah diberi keterangan gambar,“percobaan hukum Hooke.

4 Daftar Pustaka, judul dicetak miring Sudah dibuat cetak miring pada juduldaftar pustaka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 93: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

77

Hasil perbaikan modul berdasarkan saran validator ahli disajikan pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Saran Validator Ahli dan Revisi

No Saran Perbaikan

1 Gambar dilengkapi dengan datasumber.

Sudah dilakukan.

2 Tabel 1 Daftar pertanyaan, dibuat yangumum, tidak diarahkan (khusus).

Tabel 1 daftar pertanyaan, diperbaikidengan menghilangkan hal-hal yangkhusus.

3 Tabel 2 Data Hasil Pengamatan, jenisgaya dihilangkan dan pilihan keadaandihilangkan.

Tabel 2, sudah diperbaiki denganmenambah diberi gaya dan ketikagaya dihilangkan.

4 Tabel 3 Data Hasil Pengamatan,pertambahan panjang (ΔL) dihilangkandan ditambah perbandingan F : A.

Pertambahan panjang (ΔL) sudahdihilangkan, dan perbandingan F : A,sudah ditambahkan.

5 Pada halaman 8 kata mengasosiasikandiganti kata mengkomunikasikan.

Sudah dilakukan

6 Tulisan rumus dan gambar diperkecil. Sudah diperkecil.7 Warna latar belakang diganti yang

kontras dengan hurufnya.Sudah dirubah warna latarbelakangnya.

8 Pada sintak mengamati ditambahgambar yang aktual.

Sudah dilakukan penambahangambar berupa pemanfaatan pegasdalam kehidupan.

9 Pada petunjuk penggunaan moduldiberi halaman

Sudah diberi halaman

10 Pada rangkuman diberi latar belakangwarna yang kontras.

Sudah diberi latar belakang denganwarna yang kontras dengantulisannya.

11 Masih ada SK-KD, pada kurikulum2013 yang ada KI-KD.

Sudah diganti SK-KD menjadi KI-KD.

13 Semua istilah asing harus dicetakmiring.

Sudah dilakukan

14 Penulisan awalan di pada kata dibawahdan diatas, harus dipisah.

Sudah dilakukan pemisahan padaawalan di.

Kualitas modul fisika berbasis scientific pada materi elastisitas, dilihat dari

kelayaan isi, penyajian, bahasa, kegrafikan, dan aspek scientific.Rangkuman hasil

validasi ahli, guru fisika SMA dan teman sejawat disajikan pada Lampiran.

Dari aspek kelayakan isi, penyajian, bahasa, kegrafikan dan aspek scientific

terdapat 75 penilaian, yang masing-masing penilaian memiliki pilihan bobot 1, 2, 3,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 94: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

78

dan 4. Sehingga jumlah maksimum skor penilaian adalah 75 x 4 = 300, dan jumlah

minimum skor penilaian adalah 75x1 = 75.

Validator 1 dan validator 2 yang merupakan validator ahli memberikan nilai

dengan jumlah 296 dan 295, sehingga nilai rata-ratanya 3,96 dan 3,95 dengan

kriteria sangat baik. Validator 3 dan validator 4 yang merupakan guru SMA dengan

kualifikasi S2 memberikan nilai dengan jumlah skor 292 dan 293, sehingga nilai

rata-ratanya 3,89 dan 3,91 dengan kriteria sangat baik. Validator 5 dan validator 6

merupakan teman sejawat, memberikan nilai dengan jumlah skor 294 dan 295,

sehingga nilai rata-ratanya 3,92 dan 3,93 dengan kriteria kelayakan sangat baik.

Dari hasil penilaian validator maka modul dapat dikatakan layak digunakan.

Kesimpulan dari keenam validator, dalam penilaian modul komponen isi,

penyajian, bahasa, kegrafikan,dan pendekatanscientificdengan katagori sangat baik.

Rekomendasi tentang kelayakan modul adalah layak digunakan dengan perbaikan.

Berbagai data dan masukan yang diperoleh dari validator ini dijadikan sebagai

bahan revisi I. Setelah diadakan proses revisi maka hasil dari validasi ini

menghasilkan draft-2. Draft-2 adalah modul pembelajaran yang siap untuk

dilanjutkan pada tahapan berikutnya yaitu uji coba terbatas.

Validasi juga dilakukan pada soal tryout hasil belajar yang akan digunakan

untuk penelitian. Setelah soal tryout hasil belajar divalidasi, kemudian dilaksanakan

tryout soal di SMA Negeri 2 Purwokerto, untuk mengetahui validitas, reliabilitas,

daya beda, dan tingkat kesukaran.

b. Uji coba kelompok kecil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 95: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

79

Uji coba terbatas ini bertujuan untuk mengetahui keterbacaan modul fisika

yang berbasis scientific pada materi elastisitas. Sampel untuk keterbacaan modul

adalah 10 anak kelas X MIA 7, yang dipilih secara acak. Tingkat keterbacaan

modul diketahui melalui angket respon siswa terhadap modul yang telah diberikan.

Pada uji coba kelompok kecil siswa diberi angket respon terhadap modul

fisika yang berbasis scientific pada materi elastisitas.Rangkuman hasil respon

terhadap modul fisika yang berbasis scientific pada materi elastisitas disajikan pada

Lampiran.

Jumlah aspek penilaian adalah 10, dengan jumlah skor minimal 10 dan skor

maksimal 40, rata-rata tertinggi 4. Dari sepuluh siswa yang diberi angket, semua

siswa dalam menilai modul fisika berbasis scientific masuk kategori sangat baik,

nilai rata-rata total sebesar 3,82.

Hasil komentar dan perbaikan modul pembelajaran fisika dari uji coba

kelompok kecil ditunjukkan pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Komentar dan Perbaikkan Berdasar Saran Pada Uji Coba Terbatas

No Saran Perbaikan

1 Ada beberapa tulisan yang salahketik yakni halaman 2, tertulis“pegad”.

Sudah dibetulkan tulisaan pegaddibetulkan pegas.

2 Penulisan rumus-rumus lebihdiperjelas.

Rumus diperjelas dengan memberikotak dan warna.

3 Gambar cover modul kurang jelas. Cover modul sudah diperjelasgambarnya.

4 Pada kegiatan mengamati gambar,ditambah jumlah gambarnya.

Jumlah gambar sudah ditambah.

5 Pada uji kompetensisoal nomor 9pilihan jawaban kurang e.

Soal nomor 9 sudah dibetulkan.

6 Gambar halaman 23 keterangannyagambarnya belum ada..

Keterangan gambar halaman 23 sudahditambahkan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 96: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

80

Berdasarkan komentar dan saran dari siswa, diadakan perbaikan.Berbagai

data dan masukan yang diperoleh dari angket dalam uji coba ini dijadikan sebagai

bahan revisi II. Setelah diadakan proses revisi maka hasil dari uji coba terbatas ini

menghasilkan draft-3. Draft-3 adalah modul pembelajaran yang siap untuk

digunakan pada tahapan berikutnya yaitu uji coba kelompok besar di kelas.

c. Uji coba kelompok besar di kelas.

Uji coba pemakaian lebih luas atau kelompok besar dilakukan di kelas

sampel X MIA 7 SMA Negeri 2Purwokerto, Kabupaten Banyumas, dengan

menggunakan draft-3 modul fisika.Uji coba dikelas dilakukan dengan terlebih

dahulu diberikan pretest untuk mengetahui gambaran kemampuan awal siswa

dalam materi elastisitas, sebelum dilakukan pembelajaran menggunakan modul

fisika hasil pengembangan.

Proses uji coba kelompok besar merupakan proses pembelajaran di dalam

kelas dengan menggunakan modul fisika pada materi elastisitas. Guru sebagai

fasilitator dalam pembelajaran di kelas. Aktifitasyang muncul adalah siswa aktif

melakukan kegiatan berbasisscientific.Pendekatan berbasis scientific merupakan

sintak-sintak atau tahapan yang harus dilakukan secara berurutan. Proses belajar

dimulai dari mengamati, menanya, mencoba, menalar/menyimpulkan dan diakhiri

mengkomunikasikan.

Sintak/tahapan yang pertama dari modul berbasis scientific adalah

mengamati. Pada modul ini, siswa diajak mengamati gambar-gambar yang

berhubungan dengan materi elastisitas. Sintak/tahapan berikutnya adalah menanya.

Siswa melakukan kegiatan membuat pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 97: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

81

dengan gambar yang disajikan. Pertanyaan tidak dibatasi pada materi, sehingga

masih bebas. Langkah berikutnya siswa mencoba. Kegiatan mencoba disini tidak

harus dilakukan di laboratorium, bisa dilakukan di dalam kelas. Sintak/langkah

selanjutnya adalah menalar/menyimpulkan. Dari kegiatan mencoba dan menalar,

siswa diharapkan dapat menyimpulkan dari materi yang sedang dipelajari.

Sintak/langkah terakhir adalah mengkomunikasikan. Siswa yang mewakili

kelompok menyampaikan hasil kegiatannya didepan kelas, untuk mendapat

tanggapan dari kelompok lain.

Setelah melakukan sintak-sintak di atas, siswa mempelajari materi elastisitas

pada modul dan memberi tanda pada informasi yang dianggap penting. Siswa

dilatih memecahkan masalah dengan diberikan contoh soal yang relevan dan

faktual. Sehingga siswa diharapkan lebih memahami materi elastisitas.Pada modul

juga diberi rangkuman agar siswa lebih memahami hal-hal yang penting dalam

materi elastisitas. Kemudian siswa menjawab soal-soal uji kompetensi pilihan

ganda. Modul dilengkapi dengan penilaian diri, sehingga siswa dapat menilai

dirinya sendiri apakah sudah kompeten atau belum.

Rangkuman hasil respon terhadap modul fisika berbasis scientific pada

materi elastisitas dalam uji coba kelompok besar disajikan pada

Lampiran.Berdasarkan komentar dan saran dari siswa,dijadikan sebagai bahan

revisi III. Skor rata-rata dari respon siswa pada uji coba besar terhadap modul fisika

berbasis scientific pada materi elastisitas adalah 3,94. Pada uji coba kelompok besar

tidak ada masukan dan saran, hasil komentar menyatakan modul sudah bagus maka

tidak diadakan revisi. Setelah kegiatan uji coba kelompok besar ini menghasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 98: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

82

modul fisika berbasis scientific pada materi elastisitas. Produk modul fisika dari

hasil pengembangan kemudian disebarkan kepada guru-guru MGMP fisika

kabupaten Banyumas. Foto-foto kegiatan pembelajaran siswa ditunjukkan pada

Lampiran.

d. Data Hasil Belajar

Hasil prestasi siswa sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan

modulfisika berbasis scientific pada materi elastisitas ranah pengetahuan disajikan

pada Lampiran.Distribusi frekuensi prestasi siswa sebelum dan sesudah

pembelajaran menggunakan modul fisika berbasis scientific pada materi

elastisitasditunjukkan pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5.Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa Ranah Pengetahuan Sebelum dan SesudahPembelajaran Menggunakan Modulfisika berbasis scientific pada materi elastisitas.

IntervalNilai

Frekuensi (%)Sebelum

menggunakan modulRelatif sebelummenggunakan

modul

Sesudahmenggunakan

modul

Relatif sesudahmenggunakan

modul45 – 51 2 5,1 0 0,052 – 58 10 25,6 0 0,059 – 65 9 23,1 0 0,066 – 72 15 38,5 0 0,073 – 79 0 0,0 5 12,880 – 86 0 0,0 14 35,987 – 93 0 0,0 20 51,3

Seperti yang terlihat pada tabel 4.5.dengan KKM yang ditetapkan 80,0 prestasi

siswa sebelum menggunakan modul masih sangat rendah. Sedangkan setelah siswa

menggunakan modul yang belum tuntas sebesar 12,8% dan siswa yang sudah tuntas

sebesar 87,2%. Histogram prestasi belajar siswa sebelum dan sesudah

menggunakan modul ditunjukkan pada Gambar 4.1.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 99: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

83

Gambar 4.1. Histogram Prestasi Belajar Siswa Ranah PengetahuanSebelum danSesudah Menggunakan Modul

Ringkasan hasil analisis hasil prestasi belajar siswa ranah pengetahuan sebelum dan

sesudah menggunakan modul fisika berbasisscientificpada materi elastisitas

disajikan pada Tabel 4.6.Prestasi belajar siswa sebelum dan sesudah menggunakan

modul fisika pada materi elastisitas terdistribusi normal dan homogen.Uji dua

sampel berhubungan diperoleh nilai t hitung – 40,738.Nilai t tabel adalah -1,685. Oleh

karena - t hitung < - t tabel maka Ho ditolak, maka keputusan uji adalah antara

postest dengan pretest mempunyai perbedaan efektivitas yang signifikan. Rerata

prestasi belajar siswa sebelum menggunakan modul adalah 63,1 dan sesudah

menggunakan modul adalah 84,7.Hasil perhitungan N-gain ternormalisasi diperoleh

rata-rata kenaikan hasil belajar dari 39 siswa adalah 0,5924 dengan kategori “Baik“.

Uji normalitas, homogenitas dan uji dua sampel berpasangan prestasi belajar siswa

sebelum dan sesudah menggunakan modul disajikan pada Lampiran.

0

5

10

15

20

25

Pretes Postes

Frek

uens

i

Histogram Prestasi Belajar Siswa

45 - 51

52 - 58

59 - 65

66 - 72

73 - 79

80 - 86

87 - 93

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 100: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

84

Tabel 4.6. Ringkasan Hasil Analisis Hasil Prestasi Belajar Siswa Ranah PengetahuanSebelum dan Sesudah Menggunakan Modul fisika BerbasisScientific

No Uji Hasil Keputusan Kesimpulan1 Normalitas

(Kolmogorv-Smirnof)

Sebelum menggunakan modulsignifikansi 1,222> 0,05Sesudah menggunakan modulsignifikansi 1,228> 0,05

Ho diterima

Ho diterima

Normal

Normal

2 Homogenitas(Levene Statistic)

Signifikansi 0,677 > 0,05 Ho diterima Homogen

3 Uji-t(IndependentSamples Test)

t hitung – 40.378 dannilai t tabel – 1,685- t hitung < - t tabel

Ho ditolak Ada perbedaanefektivitasyangsignifikan.

4 Rata-rata Sebelum menggunakan modul =63,1Sesudah menggunakan modul =84.7

-

-

-

-

Prestasi belajar siswa ranah Sikap dalam pembelajaran menggunakan modul

fisika berbasi scientific materi elastisitas disajikan pada Lampiran.Distribusi nilai

Sikap pembelajaran menggunakan modul fisika berbasi scientific materi elastisitas

pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Ranah Sikap

IntervalPertemuan ke-2 Pertemuan ke-3 Pertemuan ke-4

Frekuensi Frek.Relatif(%)

Frekuensi Frek.Relatif(%)

Frekuensi Frek.Relatif(%)

67 – 73 5 12,8 0 0 0 0

74 – 80 10 25,7 7 17,9 6 15,4

81 – 87 13 33,3 15 38,5 13 33,3

88 – 94 11 28,2 17 43,6 20 51,3

Tabel 4.7 menunjukkan, bahwa dari pertemuan ke-2, pertemuan ke-3, dan

pertemuan ke-4 nilai Sikap siswa yang berada pada interval terbawah yaitu 67 – 73

frekuensinya mengalami penurunan.Sementara nilai Sikap siswa yang berada pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 101: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

85

interval tertinggi yaitu 88 – 94 frekuensinya mengalami peningkatan.Histogram

nilai Sikap siswa ditunjukkan pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2. Histogram Nilai Sikap Siswa

Prestasi belajar siswa ranah ketrampilan dalam pembelajaran menggunakan modul

fisika berbasi scientific materi elastisitas disajikan pada Lampiran.Distribusi nilai

ketrampilan pembelajaran menggunakan modul fisika berbasi scientific materi

elastisitasditunjukkan pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Ranah Psikomotorik.

IntervalPertemuan ke-2 Pertemuan ke-3 Pertemuan ke-4

Frekuensi Frek.Relatif(%)

Frekuensi Frek.Relatif(%)

Frekuensi Frek.Relatif(%)

67 – 73 8 20,5 5 12,8 4 10,2

74 – 80 11 28,2 11 28,2 12 30,8

81 – 87 9 23,1 12 30,8 11 28,2

88 – 94 11 28,2 11 28,2 12 30,8

0

5

10

15

20

25

Pertemuan 2 Pertemuan 3 Pertemuan 4

67 - 73

74 - 80

81 - 87

88 - 94

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 102: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

86

Tabel 4.8 menunjukkan, bahwa dari pertemuan ke-2, pertemuan ke-3, dan

pertemuan ke-4 nilai ketrampilan siswa yang berada pada interval terbawah yaitu 67

– 73 frekuensinya mengalami penurunan artinya jumlah siswa yang tidak terampil

semakin berkurang.Sementara nilai ketrampilan siswa yang berada pada interval

tertinggi yaitu 88 – 94 frekuensinya mengalami peningkatan, artinya jumlah siswa

yang terampil semakin banyak.Histogram nilai ranah ketrampilan siswa ditunjukkan

pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3. Histogram Nilai Ketrampilan

D. Tahap Disseminate (Penyebaran)

Tahap penyebaran dilaksanakan 5 guru anggota MGMP Fisika Kabupaten

Banyumas.Tujuan dari tahap ini adalah untuk mendapatkan respon terhadap modul

fisika berbasisscientific pada materi elastisitas yang telah dikembangkan.Hasil

respon pada tahap ini disajikan pada Lampiran.

0

2

4

6

8

10

12

14

Pertemuan 2 Pertemuan 3 Pertemuan 4

67 - 73

74 - 80

81 - 87

88 - 94

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 103: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

87

Komentar dari para guru pada tahap Disseminate adalah sebagai berikut: 1)

Pemberlajaran yang berbasis scientific yang mengandung mengamati, menanya,

mencoba, menyimpulkan dan mengkomunikasikan telah diungkap pada modul ini,

2) Pengungkapan sangat menarik ditunjukkan dengan gambar-gambar dan langkah-

langkah pembelajaran, 3) Modul dapat merangsang siswa memecahkan masalah

dalam pembelajaran fisika materi elastisitas, 4) Mempermudah dalam mempelajari

fisika, 5) Gambar dan Kegiatan siswa menarik, 6) Modul sangat menarik dan

membangkitkan gairah belajar peserta didik, 7) Langkah-langkah sesuai dengan

pembelajaran scientific, 8) Ilustrasi gambar sangat membantu dalam pemahaman

materi, 9) Soal-soalnya sudah mengarah variatif, 10) Format dan cara menyajikan

materi pada modul menumbuhkan kreatifitas siswa.

B. Pembahasan

Pengembangan modul pembelajaran fisika berbasis scientific pada materi

elastisitas menggunakan model desain pengembangan Thiagarajan yang telah

diadopsi oleh Endang Mulyatiningsih (2012:195) yaitu model 4D yakni.Define,

Design, Develop, dan Disseminate

1. Pembahasan tahap Pendefinisian (Define)

Langkah awal pengembangan modul pembelajaran fisika berbasis scientific

pada materi elastisitas adalah studi pendahuluan.Kegiatan ini dilakukan untuk

menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pengembangan.Tahap ini juga sering

dinamakan analisis kebutuhan. Dalam konteks pengembangan modul pembelajaran

fisika berbasis scientific pada materi elastisitastahap pendefinisian dilakukan

dengan cara:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 104: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

88

a. Analisis Pra Penelitian

Analisis pra penelitian dapat dilakukan melalui studi kepustakaan dan

observasi lapangan.Studi kepustakaan dilakukan melalui kajian kurikulum yang

berlaku.Kurikulum pendidikan tahun 2013 mengungkapkan bahwa, pembelajarn

harus menggunaka pendekatan ilmiah (Scientific Aproach) yang meliputi

sintak/langkah mengamati, menanya, mencoba menalar/menyimpulkan dan

mengkomunikasikan. Analisis kurikulum berguna untuk menetapkan pada

kompetensi yang mana modul akan dikembangkan.

Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-

langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah.Model

pembelajaran yang diperlukan adalah yang memungkinkan terbudayakannya

kecakapan berpikir sains, terkembangkannya “sense of inquiry” dan kemampuan

berpikir kreatif siswa (Alfred De Vito: 1989).Model pembelajaran yang dibutuhkan

adalah yang mampu menghasilkan kemampuan untuk belajar (Joice & Weil: 1996),

bukan saja diperolehnya sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap, tetapi

yang lebih penting adalah bagaimana pengetahuan, keterampilan, dan sikap itu

diperoleh siswa (Zamroni: 2000; Semiawan: 1998).

Pembelajaran saintifik tidak hanya memandang hasil belajar sebagai muara

akhir, namum proses pembelajaran dipandang sangat penting. Oleh karena itu

pembelajaran saintifik menekankan pada keterampilan proses. Model pembelajaran

berbasis peningkatan keterampilan proses sains adalah model pembelajaran yang

mengintegrasikan keterampilan proses sains ke dalam sistem penyajian materi

secara terpadu (Beyer: 1991). Model ini menekankan pada proses pencarian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 105: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

89

pengetahuan dari pada transfer pengetahuan, siswa dipandang sebagai subjek

belajar yang perlu dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, guru hanyalah

seorang fasilitator yang membimbing dan mengkoordinasikan kegiatan belajar

siswa.

b. Analisis karakteristik peserta didik.

Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) dalam kedudukannya sebagai

pesertadipandang oleh sebagian ahli psikologi sebagai individu yang berada

padatahap periode transisi dari periodeanak-anak menuju ke periodeorang dewasa.

Siswa melalui masayang disebut masa remaja atau masa pubertas. Umumnya

mereka sudah tidakmau dikatakan sebagai anak-anak, namun jika disebut orang

dewasa, merekasecara nyata belum siap menyandang predikat sebagai orang dewasa

tersebut.

Menurut Hurlock (1982) ada perubahan-perubahan yang sama yang hampir

bersifat menyeluruh pada masa remaja, yaitu:

1) Meningginya emosi, yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan

fisik dan psikologis.

2) Perubahan tubuh minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok

sosial untuk dimainkan menimbulkan masalah baru.

3) Berubahnya minat dan pola prilaku, nilai-nilai juga berubah.

4) Sebagian remaja bersikap mendua (ambivalen) terhadap setiap

perubahan.

Keseluruhan ini, pada akhirnya berdampak pada perkembangan aspek

kognitif, afektif, maupun psikomotor.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 106: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

90

Endang Mulyatiningsih (2012: 196) “Seorang guru yang akan mengajar

harus mengenali karakteristik peserta didik yang akan menggunakan bahan ajar.”

Hal ini penting karena proses pembelajaran harus disesuaikan dengan karakteristik

peserta didik. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan untuk mengetahui peserta didik

antara lain: kemampuan akademik individu, karakteristik fisik, kemampuan kerja

kelompok, motivasi belajar, pengalaman belajar sebelumnya. Dalam kaitannya

pengembangan modul karakteristik peserta didik yang perlu diketahui adalah

kemampuan akademiknya.

Kondisi siswa di SMA Negeri 2Purwokerto di kabupaten Banyumas

mempunyai kemampuan akademis yang bagus. Hal ini dapat ditinjau dari hasil rata-

rata nilai Ujian Nasional dari tahun 2009/2010 sampai 2011/2012. Tetapi untuk

level propinsi, prestasi siswa-siswa SMA Negeri 2 Purwokerto masih kurang bagus.

Kondisi siswa ditinjau dari asal daerah, siswa-siswa SMA Negeri 2 Purwikerto

sebagian besar dari luar kota Purwokerto. Sehingga sebagian besar siswa-siswa

menempati rumah-rumah kos. Kondisi semacam ini menyebabkan teknik

pembelajaran yang berbeda jika dibandingkan dengan pembelajaran pada siswa-

siswa yang berasal dari daerah sendiri.

Ditinjua dari sisi sekolah, SMA Negeri 2 dulunya merupakan sekolah

Rintisan Sekolah Berbasis Internasional (RSBI). Dengan diberlakukan kurikulum

baru 2013, pemerintah mewajibkan sekolah-sekolah eks RSBI menggunakan

kurikulum 2013 sebagai pionernya. Dengan diberlakukannya kurikulum 2013, maka

setiap guru dituntut untuk mempersiapkan pembelajaran yang sesuai dengan

kurikulum 2013. Dalam kurikulum 2013 terdapat Kompetensi Inti (KI), Kompetensi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 107: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

91

Dasar (KD), dan silabus sudah ditentukan. Sedangkan untuk buku materi fisika,

pemerintah belum bisa menyediakan. Sehingga perlu dikembangkan modul

pembelajaran fisika yang berbasis scientific yang sesuai denggan kurikulum 2013.

c. Analisis Materi

Dalam kurikulum 2013 pembelajaran yang digunakan adalah menggunakan

pendekatan ilmiah (Scientific). Pembelajaran dikatakan ilmiah jika substansi atau

materi pembelajaran benar-benar berdasarkan fakta atau fenomena yang dapat

dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu, bukan sebatas kira-

kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.

d. Merumuskan Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran dan kompetensi yang hendak diajarkan perlu

dirumuskan terlebih dahulu.Tujuan pembelajaran dirumuskan berdasarkan indikator

yang telah ditetapkan. Hal ini berguna untuk membatasi supaya pengembangan

modul tidak menyimpang dari tujuan semula pada saat akan menulis bahan ajar.

2. Pembahasan Tahap Perancangan (Design)

Draft awal modul disusun berdasarkan analisis kebutuhan, kurikulum,

analisis materi, observasi, dan tujuan penyusunan modul. Analisa kebutuhan

digunakan sebagai rujukan untuk pemilihan media dan pendekatan yang dibutuhkan

guru dan siswa.Analisa kurikulum meliputi penentuan Standar Kompetensi dan

Kompetensi Dasar yang digunakan untuk menentukan indikator dan merumuskan

tujuan.Merumuskan tujuan berguna untuk membatasi peneliti agar tidak

menyimpang dari tujuan semula pada saat dilakukan pengembangan bahan ajar

modul.Ini selaras dengan Endang Mulyatiningsih, (2012: 197).Yang mengatakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 108: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

92

bahwa “modul disusun berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dan dirumuskan

terlebih dahulu.”

Bahan ajar atau modul dapat diartikan bahan-bahan atau materi pelajaran

yang disusun secara lengkap dan sistematis berdasarkan prinsip-prinsip

pembelajaran yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Untuk

mengembangkan modul diperlukan prosedur tertentu yang sesuai dengan sasaran

yang ingin dicapai, struktur isi pembelajaran yang jelas dan memenuhi kriteria yang

berlaku bagi pengembangan pembelajaran. Dalam hal ini guru harus dapat

mengembangkan bahan ajar untuk mengefektifkan proses pembelajaran. Hal ini

sesuai dengan Sungkono (2009) menyimpulkan bahwa kompetensi

mengembangkan bahan ajar khususnya modul perlu dimiliki guru, mengingat

dengan bahan ajar akan lebih mengefektifkan dan mengefiensiensikan proses

pembelajaran.

Modul disusun dengankegiatan pembelajaran yang dilakukan melalui proses

mengamati, menanya, mencoba/mengumpulkan data, mengasosiasi/menalar, dan

mengkomunikasikan.

(1) Kegiatan mengamati bertujuan agar pembelajaran berkaitan erat dengan

konteks situasi nyata yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Proses

mengamati fakta atau fenomena mencakup mencari informasi, melihat,

mendengar, membaca, dan atau menyimak.

(2) Kegiatan menanya dilakukan sebagai salah satu proses membangun

pengetahuan siswa dalam bentuk konsep, prisnsip, prosedur, hukum dan

teori, hingga berpikir metakognitif. Tujuannnya agar siswa memiliki

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 109: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

93

kemapuan berpikir tingkat tinggi (critical thingking skill) secara kritis, logis,

dan sistematis. Proses menanya dilakukan melalui kegiatan diskusi dan kerja

kelompok serta diskusi kelas. Praktik diskusi kelompok memberi ruang

kebebasan mengemukakan ide/gagasan dengan bahasa sendiri, termasuk

dengan menggunakan bahasa daerah.

(3) Kegiatan mencoba/mengumpulkan data bermanfaat untuk meningkatkan

keingintahuan siswa untuk memperkuat pemahaman konsep dan

prinsip/prosedur dengan mengumpulkan data, mengembangkan kreatifitas,

dan keterampilan kerja ilmiah. Kegiatan ini mencakup merencanakan,

merancang, dan melaksanakan eksperimen, serta memperoleh, menyajikan,

dan mengolah data. Pemanfaatan sumber belajar termasuk mesin komputasi

dan otomasi sangat disarankan dalam kegiatan ini.

(4) Kegiatan mengasosiasi/menalar bertujuan untuk membangun kemampuan

berpikir dan bersikap ilmiah. Data yang diperoleh dibuat klasifikasi, diolah,

dan ditemukan hubungan-hubungan yang spesifik. Kegiatan dapat dirancang

oleh guru melalui situasi yang direkayasa dalam kegiatan tertentu sehingga

siswa melakukan aktifitas antara lain menganalisis data, mengelompokan,

membuat kategori, menyimpulkan, dan memprediksi/mengestimasi dengan

memanfaatkan lembar kerja diskusi atau praktik. Hasil kegiatan mencoba

dan mengasosiasi memungkinkan siswa berpikir kritis tingkat tinggi (higher

order thinking skills) hingga berpikir metakognitif.

(5) Kegiatan mengomunikasikan adalah sarana untuk menyampaikan hasil

konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, gambar/sketsa, diagram, atau

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 110: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

94

grafik. Kegiatan ini dilakukan agar siswa mampu mengomunikasikan

pengetahuan, keterampilan, dan penerapannya, serta kreasi siswa melalui

presentasi, membuat laporan, dan/ atau unjuk karya.

Modul juga dilengkapi dengan gambar-gambar menarik dan faktual dengan

materi. Gambar mempunyai banyak kelebihan, diantaranya untuk meningkatkan

minat baca peserta didik, seperti yang dinyatakan Endang Mulyatiningsih (2012:

197), bahan ajar perlu ditambah dengan ilustrasi gambar yang menarik supaya

peserta didik termotivasi untuk membacanya. Hal ini dibuktikan respon siswa

terhadap modul pada saat uji coba kelompok kecil atau uji coba kelompok besar.

3. Pembahasan Tahap Pengembangan (Develop)

Tahap develop merupakan tahap pengembangan dari draft-1 modul

pembelajaran fisika. Tahap pengembangan dilakukan untuk mengetahui tingkat

keterbacaan modul pada proses pembelajaran di kelas. Proses pengembangan

dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

a. Validasi Desain

Validasi dilakukan oleh validator,untuk mengetahui kualitas modul.Kualitas

modul didasarkan pada kelayakan isi, penyajian, bahasa, kegrafikan, dan aspek

scientific.Validator memberikan saran yang bertujuan untuk perbaikkan modul

selanjutnya.

Perbaikan modul berdasarkan saran validator ahli adalah berkaitan dengan

tata letak sampul depan dan warna tulisan kurang kontras, perlu ditambah

pengembangan diri, daftar pustaka ditambah, gambar dilengkapi dengan data

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 111: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

95

sumber, dan pembetulan tata tulis.Saran-saran tersebut setelah dikaji dan melalui

bimbingan dosen pakar dirubah sesuai dengan aturan yang benar.

Berpedoman dengan aturan dalam Instrumen Penilaian Buku Teks

SMA/MA oleh BSNP 2008, maka sampul hendaknya: 1) penampilan unsur tata

letak pada kulit muka, belakang, dan punggung memiliki kesatuan (unity), 2)

tampilan tata letak unsur pada muka, punggung dan belakang sesuai/harmonis dan

memberikan kesan irama yang baik, 3) komposisi unsur tata letak (judul,

pengarang, ilustrasi, logo, dll)seimbang dan seirama dengan tata letak isi, 4) warna

unsur tata letak harmonis dan memperjelas fungsi.

b. Uji coba kelompok kecil

Uji coba terbatas diberikan kepada 10 siswa kelas X MIA 7 SMA N

2Purwokerto, untuk mengetahui keterbacaan modul fisika yang

dikembangkan.Selanjutnya diminta untuk memberi respon dengan mengisi angket,

terhadap modul tersebut.

Angket terdiri dari 13 pertanyaan dan komentar atau saran untuk perbaikan

modul. Saran atau komentar siswa dari kelompok kecil antara lain salah ketik,

kurang jelas gambar dan penambahan gambar.

Perbaikan modul dilakukan berdasarkan saran yang diberikan siswa.Perlu

ditambah gambar, menurut Endang Mulyatiningsih (2012: 197) ilustrasi gambar

dapat menarik siswa termotivasi untuk membaca.Selain itu gambar mempunyai

banyak kelebihan, menurut Nana Sudjana (1997) dalam Sukiman (2012: 87),

gambar bisa menyampaikan banyak pesan, bersifat konkrit dan dapat membatasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 112: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

96

ruang dan waktu.Perbaikan dilakukan dengan menambahkan gambar agar dapat

membantu siswa dalam melakukan langkah mengamati.

c. Uji coba kelompok besar

Pembelajaran pada tahap ini adalah pembelajaran yang menggunakan modul

fisika berbasis scientific.Proses uji coba kelompok besar merupakan proses

pembelajaran di dalam kelas dengan menggunakan modulfisika berbasis scientific

padamateri elastisitas. Guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran di kelas.

Aktivitas yang muncul adalah siswa aktif melakukan kegiatan komponen

scientific.Komponen scientific merupakan sintak-sintak atau tahapan yang

dilakukan secara berurutan. Proses belajar mengamati, menanya, mencoba,

mennyimpulkan dan mengkomunikasikan yang merupakan komponen scientific

dilaksanakan secara urut dalam proses pembelajaran.

Permasalahan yang disajikan dalam modul, dijawab oleh siswa dengan

mempelajari, menganalisis isi modul atau lewat percobaan. Dalam mempelajari

modul siswa telah dapat membedakan informasi yang relevan dan tidak relevan atau

yang penting dan tidak penting dengan cara menggaris bawah atau memberi tanda

khusus pada informasi yang dianggap relevan dan penting tersebut. Dalam

melakukan percobaan kejadian yang dilihat, dialami dalam percobaan dicatat dalam

tabel hasil pengamatan. Proses memilih dan menganalisis merupakan sebagian ciri

berpikir tingkat tinggi. Setelah melakukan kegiatan mencoba, perwakilan siswa

untuk menyampaikan hasilnya dengan cara presentasi, kegiatan ini sering disebut

mengkomunikasikan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 113: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

97

Setelah mempelajari modul dan memberi tanda pada informasi yang

dianggap penting atau relevan siswa menjawab soal-soal tes formatif pilihan ganda.

Dengan memberikan alasan dalam memilih jawaban tersebut, berarti siswa telah

melakukan proses menguji, memeriksa, selanjutnya membuat keputusan

berdasarkan ciri-ciri yang yang telah dipelajari sebelumnya.Foto-foto kegiatan

siswa pada uji coba ditunjukkan pada Lampiran.

Berdasarkan komentar dan saran dari siswa, diadakan perbaikan.Berbagai

data dan masukan yang diperoleh dari angket dalam uji coba kelompok besar ini

dijadikan sebagai bahan revisi III.Pada uji coba kelompok besar tidak ada masukan

dan saran, hasil komentar menyatakan modul sudah bagus maka tidak diadakan

revisi.Setelah kegiatan uji coba kelompok besar ini menghasilkan modulfisika

berbasis scientific materi elastisitas.Produk modul fisika dari hasil pengembangan

kemudian disebarkan kepada guru-guru MGMP Fisika SMA/MA kabupaten

Banyumas untuk mendapatkan respon.

4. Pembahasan Tahap Penyebaran (Disseminate)

Tahap penyebaran adalah tahap saat modul pembelajaran fisika berbasis

scientificmateri elastisitas yang dikembangkan, diberikan atau disebarluaskan

kepada guru-guru MGMP fisika SMA/MA kabupaten Banyumas.

Secara umum guru-guru fisika anggota MGMP SMA/MA di kabupaten

Banyumas memberikan respon positif terhadap modul fisika berbasis scientific yang

dikembangkan. Sebagai langkah awal dengan diberlakukannya kurikulum baru

2013. Dari keterangan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa modul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 114: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

98

fisikaberbasis scientific pada materi elastisitas layak digunakan untuk pembelajaran

fisika di SMA pada materi elastisitas.

5. Temuan Lapangan

Penggunaan produk berupa modul fisika berbasis scientificpada materi

elastisitas, menghasilkan temuan-temuan sebagai berikut:

1. Modul fisika berbasis scientific disusun berdasarkan analisis angket

kebutuhan siswa dan guru serta observasi lapangan.

2. Modul fisika berbasis scientificmampu membuat siswa lebih aktif terlibat

langsung dalam proses pembelajaran.

3. Modul fisika berbasis scientific melatih siswa menemukan inti/konsep materi

yang dipelajari, yang sesuai dengan kurikulum 2013.

4. Dalam kurikulum 2013 penilaian bersifat autentik, yang menuntut guru untuk

melakukan tiga kegiatan sekaligus yaitu mengajar, belajar, dan menilai. Hal

ini masih agak susah dilakukan.

6. Keterbatasan Penelitian

Modul fisika berbasis scientific pada materi elastisitas hasil pengembangan

secara umum direspon positif dengan bukti nilai kualitas modul sangat baik.

Keterbatasan yang terdapat pada penelitian pengembangan modul fisika ini adalah:

1. Proses melatih siswa untuk terampil mengamati, menanya, mencoba,

mengasosiasikan/menyimpulkan dan mengkomunikasikan yang terdapat dalam

modul masih kurang.

2. Waktu terbatas sehingga uji coba instrumen hanya dapat dilakukan satu kali.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 115: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

99

3. Respon siswa terhadap modul fisika berbasis scientific pada materi elastisitas

yang dikembangkan hanya dari hasil angket.

4. Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini belum biasa

digunakan sehingga siswa memerlukan waktu untuk beradaptasi dengan

metode pembelajaran yang digunakan.

5. Pada tahap penyebaran hanya dapat dilakukan pada 5 (lima) guru anggota

MGMP SMA/MA di kabupaten Banyumas.

6. Penelitian ini hanya mengukur peningkatan hasil belajar setelah menggunakan

modul fisika berbasis scientific pada materi elastisitas yang dikembangkan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 116: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

100

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan kajian teori, hasil analisa data, dan pembahasan yang telah

dilakukan dapat disimpulkan:

1. Pengembangan modul fisikaberbasisscientific pada materi elastisitas dilakukan

dengan menggunakan pendekatan penelitian dan pengembangan atau dikenal

dengan Research and Development (R&D) menggunakan model 4-D (four-D-

model) yaitu pendefinisian (define), perancangan (design), pengembangan

(develop) dan penyebaran (disseminate).

2. Hasil pengembangan modul fisika berbasis Scientific pada materi elastisitas

layak untuk mendukung pembelajaran pada materi tersebut. Kelayakan modul

fisika berbasis Scientific berdasarkan penilaian dari ahli, praktisi, dan respon

siswa yang secara keseluruhan memberikan kategori sangat baik pada produk

pengembangan dan layak digunakan di SMA Negeri 2 Purwokerto.

3. Hasil perhitungan N-gain ternormalisasi diperoleh rata-rata kenaikan hasil

belajar dari 39siswa adalah 0,5924 dengan kategori “Baik“.Setelah diuji dengan

paired sample t-test hasil belajar pengetahuan siswa sebelum dan setelah

penerapan modul berbeda secara signifikan dengan nilai rata-rata siswa

mengalami kenaikan pada hasil pretes dan postes. Hal ini menunjukkan

implementasi modul fisika berbasis scientific pada materi Elastisitasefektif

dalam pembelajaran.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 117: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

101

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian pengembanganmodul pembelajaran fisika

berbasis scientific pada materi elastisitas, maka diajukan beberapa saran sebagai

berikut:

1. Saran untuk siswa

a. Siswa hendaknya melakukan seluruh kegiatan yang tertera dalam modul dan

mengikuti prosedur yang ditetapkan, agar dapat menguasai materi dengan

baik.

b. Siswa bertanya apabila mengalami kesulitan dalam memahami isi modul.

c. Siswa harus mempelajari secara seksama baik diluar kelas atau didalam

kelas, baik secara mandiriatau dibimbing guru, karena memang itulah salah

satu tujuan dikembangkan modul fisika.

d. Kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan

adalah keterampilan yang dapat dilatih, sehingga siswa diharapkan tekun

berlatih.

2. Saran untuk guru

a. Sebelum menggunakan modul fisika berbasis scientificpada materi

elastisitas, guru menjelaskan cara belajar menggunakan modul.

b. Pembelajaran menggunakan modul guru hanya sebagai fasilitator,

dimanasiswa belajar secara aktif bagaimana berlatih mengamati, menanya,

mencoba, menalar dan mengkomunikasikan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 118: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

102

c. Untuk melatihkan keterampilan mengamati, menanya, mencoba, menalar

dan mengkomunikasikan pada siswa seharusnya dilakukan terus menerus

dan berkesinambungan pada setiap pembelajaran.

d. Guru harus mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang bagaimana

penerapan kurikulum 2013 dalam proses pembelajaran atau membuat alat

penilaian.

3. Saran untuk Peneliti

1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian

berikutnya yang sejenis dengan materi yang berbeda.

2. Hendaknya sebelum penelitian pengembangan modul, siswa yang dijadikan

sampel diberikan wawasan tentang pembelajaran berbasis scientific.

3. Bagi yang mengembangkan modul, pendekatan ilmiah harus muncul pada

saat siswa beraktivitas mandiri, bukan karena diberi pertanyaan atau

permasalahan.

4. Untuk penelitian lanjutan sebaiknya dilakukan analisis peningkatan

pembelajaran dengan pendekatan ilmiah.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 119: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

103

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: BumiAksara.

Bruce Joyce, Marsha Weil. 1996. Models of Teaching. Publisher : New Jersey :Prentice-Hall

BSNP.2006. Pengembangan Penilaian. Jakarta . Depdiknas

_________.2013. Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013, KementerianPendidikan dan Kebudayaan.

Costa , A.L. & Kallick, B. 2000. Describing 16 Habits of Mind: Habits of Mind.ADevelopmental Series. Alexandria, VA. (Online). Tersedia: http://.http:/www.ccsnh.edu/documents/CCSNH MLC

De Vito, Joseph Alfred. 1989. Human Communication: The Basic Course. Pearson.

Denny Setiawan,et al. 2009. Pengembangan Bahan Ajar, Jakarta, UniversitasTerbuka.

Dwi Fista Setya Putri. 2013. Pengembangan Modul Interaktif Berbasis InkuiriTerbimbing Pada Pokok Bahasan Fluida Di SMK 6 Surakarta.Surakarta, Uneversitas Sebelas Maret.

Eka Sastrawati, et al. 2011.Problem-BasedLearning, Strategi Metakognesi, danKetrampilan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa. Tekno- Pedagogi Vol.1 No:2 September 2011

Endang Mulyatiningsih. 2012. Metode Penelitian Terapan BidangPendidikan.Bandung. Alfabeta.

Fogarty,1991. How to IntegrateThe Curricula. Illinois: IRI/Sky Publishing Inc.

Iwan Sugiarto. 2004. Mengoptimalkan Daya Kerja Otak dengan Berpikir Holistik &Kreatif,Jakarta, Gramedia Utama.

Krathwoohl, W.Anderson. 2010. Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen. PustakaPelajar. Yogyakarta.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 120: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

104

Nusa Putra. 2012. Researct Development.Cetakan ke-2.Jakarta.Rajawali Pres.

Oemar Hamalik. 2010. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung. RemajaRosda Karya

Permendiknas.2006. Permendiknas No.22, No.23 dan No.24, Binatama Raya,

Jakarta.

Poppy Kamalia Devi, Erly Tjahja Widjajanto T. 2011. Instrumen PHB IPA HighOrder Thinking.Bandung , PPPPTKIPA. Untuk programBERMUTU

Punaji Setyoari.2010. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan.Cetakanke-2.Jakarta.Kencana Prenada Media Group.

Purwanto, A.Rahardi, Suharto Lasmono. 2007. Pengembangan Modul, Depdiknas,Jakarta.

Susan M.Brookhart.2010. Assess Higher-Order Thinking Skill.Alexandria .USA.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif,R&D). Bandung: Alfabeta

Sugiyono, 2009.Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Sungkono, 2009.Pengembangan dan Pemanfaatan Bahan Ajar Modul dalamProses Pembelajaran, Majalah Ilmiah Pembelajaran, Nomor 1, Vol: 5Mei 2009

Thiagarajan, Doroty, dan Melvyn. 1974. Instructional Development for TrainingTeachers of Exeptional Children. Bloornington: Indiana University.

Trianto, 2012, Model Pembelajaran Terpadu, Jakarta, Bumi Aksara

Wardani. 2012.Teknik Menulis Karya Ilmiah, Jakarta, Universitas Terbuka.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 121: PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC …

105perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user