pengembangan media e-learning dengan schoology …digilib.unila.ac.id/60668/3/3. skripsi full teks...
TRANSCRIPT
PENGEMBANGAN MEDIA E-LEARNING DENGAN SCHOOLOGY
SEBAGAI SUPLEMEN PEMBELAJARAN FISIKA
PADA MATERI FLUIDA STATIS
(Skripsi)
Oleh
DEWI SUSILOWATI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRAK
PENGEMBANGAN MEDIA E-LEARNING DENGAN SCHOOLOGY
SEBAGAI SUPLEMEN PEMBELAJARAN FISIKA
PADA MATERI FLUIDA STATIS
Oleh
DEWI SUSILOWATI
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan produk berupa media e-learning
dengan schoology pada materi Fluida Statis dan mendeskripsikan kemenarikan,
kemudahan, kemanfaatan, serta keefektifan media e-learning dengan schoology
pada materi Fluida Statis. Pengembangan media e-learning dengan schoology
berdasarkan prosedur penelitian pengembangan menurut Suyanto dan Sartinem
yaitu analisis kebutuhan, identifikasi sumber daya, identifikasi spesifikasi produk,
pengembangan produk, uji internal, uji eksternal, dan produksi. Berdasarkan
penelitian ini telah dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2018/2019 di
SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung. Hasil dari uji eksternal menunjukkan
bahwa kualitas dari media e-learning dengan schoology menarik, mudah, sangat
bermanfaat dan efektif untuk digunakan sebagai suplemen pembelajaran karena
80 % siswa sudah mencapai KKM.
Kata kunci: fluida statis, media e-learning, pengembangan schoology.
PENGEMBANGAN MEDIA E-LEARNING DENGAN SCHOOLOGY
SEBAGAI SUPLEMEN PEMBELAJARAN FISIKA
PADA MATERI FLUIDA STATIS
Oleh
DEWI SUSILOWATI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Fisika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
r00 t g{if66t ?001tq61 dthi':S"Id 't,31,*isr3 'rg
ru YE{.IH llElrp{puer{ uEsnrnl' Brusx'7,
.ls.fil "pU.S couosleillA tFEtry.g
Surqiurqur*d rsiura;1' I
rilffi.tgANgIt
ilslrprpuld rlmli uep uen.rnffag :
{$ely uenqele8ued *rxll rr€p B-Xr}e{.{rs}e}I{ rr€{rplpuad :
1:.:
:.:. I i : " i
,
.:::: '.,,' .......r 'l '. .. r:,::.,p€*fOIISnS..]$-Q{[:
: ':,::,ll':l , .
_' ",,," ,',.' , ,:.,., :;, _' ,, , $IXv.tr,$yfiIftTfr
IUEI Yr{ vtwd'YXISIS t{y,Uyfv,Ttrfifit,g{,NHr{ffidfis ly_s,Yff* rso?oog3s,EysNrm,,.'. "' ' dlitillHtFml-f .W{tflI,{ ltIVSlIYgfiIfrSIr{fr{ :
f86i diNsEdB#[
setrln{tc
ussrunr
tPqg ure"r,5*.r4
E ldsr$uq€hl ]ioq0d J*rl]*F{
sAtSrSEtlEi^l BUI?N
tsdl${S Fpnt
IS0 I rI800e Ifr
I 1:i.i r"i
l:::::i
. ,,.-;i'i -j:
'!5.Ir[ u"pd's
.: '.:: :
&Yt
4
6I0U raquresaC *t :;srlplg uutln snlnT p83uul
I$0 r s06s6l
f,'ea'rt'ufrg u
urqlplpued ftrull rrep uun:n3*y
'ls'plt'pd'S (ouoe4ra141 ryB8uy 'g :silsleqes
'ls'h[ "pd'S (uuung uu,ter11 :
TS'I4I'nuruqsrrnpqv'r(I: 6ryq$4quedus{nfr,', fnFrca
,.. ,,,',,',noF: , ,
I r: u:::.:'t:. : .,,,r,:, ,
lpr$uo;q; r:1
N\rxHYSg5Ntr,il
,:.::
,!
ri il'' .: a.._: I j':il
l,i:,
ZTOZZOTIZI I^IdN
'uul€lufua61 3ue1
6 I 0Z racltuasag g['8unduu1-repueg
'e>1e1snd Jugup tuel€p tnqasrp uep rur qDISuu
iu€lep noerp srlnuo] €r€oes Euef rlunca>1 'urc1 Suuro qelo uel4qrolrp nele sllnllp
qeurad Euef iedepued nelu e.&e1 ledepral ryp1i e8nt u,(us uunqela8uad Euufuedes
uep 'r88url uerunBred nlens rp ueeuukese>1 tele8 qeloredrueru {n}un ueryfelp
qeuad 8ue,{ e,fue1 leduptal {epr} rul lsdrrls ruelep E.^Ar{eq ue>1e1e,(ueru rur ue8ua6
uelelss orlel^tr ueluluece)
'tpepo8reir,g uuriernloy' g 00 I IT0,tNUiiU'rpepo8rel4i
u{lslc uelrprpusd
tuelv uunqeleEued nurll uep €Irlprue]el4J ue{rplpued / dI)
{tjza}trT,t
r1€,r\olrsns rascJ
:qelupe rut r{er!\€q rp ue?ue1
NYYIYANXfid TYU|IS
leIIIeiY
rpnlg uu:8ot4
uesnrnr / selln{sc
I^idN
eur€N
epueuoq 8uu,( e,(eg
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Metro, Kecamatan Metro Selatan pada tanggal 18 Oktober
1994 dan diberi nama Dewi Susilowati, anak pertama dari dua bersaudara dari
pasangan Bapak Sumarno dan Ibu Dwi Purwati.
Penulis mengawali pendidikan formal di SD Negeri 1 Metro Pusat pada tahun
2000 dan diselesaikan pada tahun 2006, melanjutkan di SMP Muhammadiyah 1
Metro pada tahun 2007 yang diselesaikan pada tahun 2009 dan masuk SMA
Negeri 2 Metro yang diselesaikan pada tahun 2012. Selanjutnya penulis
melanjutkan studi ke Universitas Lampung melalui jalur Ujian Mandiri di
Program Studi Pendidikan Fisika.
Pada tahun 2014 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) berupa
kunjungan pendidikan ke Jawa Timur, Yogyakarta, dan Bandung. Pada
pertengahan tahun 2015 (Juli – September) penulis melaksanakan Program
Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 1 Lumbok Seminung sekaligus KKN
di Desa Lumbok Seminung Kabupaten Lampung Barat.
MOTTO
“Apapun yang Allah takdirkan untukmu, tidak akan pernah menjadi milik orang lain”
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan limpahan rahmat-Nya.
Dengan kerendahan hati, kupersembahkan lembaran-lembaran sederhana karya
kecilku ini kepada:
1. Ibunda Dwi Purwati tercinta yang senantiasa mendoakan kesuksesan anak-
anaknya.
2. Ayahanda Sumarno tercinta yang telah memberikan segala upaya demi
kelangsungan hidup anak-anaknya.
3. Adik perempuanku tercinta Dwi Sumarwati yang selalu mendukungku.
4. Keluarga besar Pendidikan Fisika 2012 atas dukungan dan semangatnya.
5. Keluarga besar di Metro atas motivasi dalam menyelesaikan studi ini.
6. Almamater tercinta.
ii
SANWACANA
Alhamdulillah segala puji hanya bagi Allah SWT, atas rahmat dan ridho-Nya
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Media
E-Learning dengan Schoology Sebagai Suplemen Pembelajaran Fisika SMA Pada
Materi Fluida Statis”. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Caswita, M. Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematikan dan
Ilmu Pengetahuan Alam.
3. Bapak Dr. I Wayan Distrik, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Fisika.
4. Bapak Drs. Eko Suyanto, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik.
5. Bapak Wayan Suana, S.Pd., M.Si., selaku Pembimbing I, atas kesabarannya
dalam memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi kepada penulis selama
menyelesaikan skripsi.
6. Bapak B. Anggit Wicaksono, S.Pd., M.Si., selaku Pembimbing II, atas
kesabarannya dalam memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi kepada
penulis selama menyelesaikan skripsi.
iii
7. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Pembahas, memberikan saran dan
kritik positif yang membangun selama penulisan skripsi.
8. Ibu Novinta Nurulsari, S.Pd., M.Pd., selaku evaluator uji ahli desain, terima
kasih atas waktu dan masukannya.
9. Bapak dan ibu dosen Pendidikan Fisika Universitas Lampung yang telah
membimbing penulis dalam pembelajaran di Universitas Lampung.
10. Bapak dan ibu dewan guru SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung beserta
staf tata usaha yang membantu penulis dalam melakukan penelitian.
11. Anak-anak siswa kelas XI IPA 2 SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung
atas bantuan dan kerjasamanya.
12. Almamaterku tercinta Universitas Lampung.
13. Sahabat tercinta Yani Suryani, Dian Ernida Pakpahan, Magdalena Richa P.I,
dan Dwi Retno Oktavia, atas kesediaanya menjadi tempat berkeluh kesah,
memberikan saran, semangat, motivasi, dan berbagi ilmu.
14. Teman satu kosan putri nabila, Nurul Mukti yang telah menjadi teman,
sahabat serta keluarga bagiku dirantau yang selalu sedia menjadi tempat
ternyaman bagiku untuk berkeluh kesah dan selalu mengingatkan dalam hal
kewajibanku sebagai mahasiswa.
15. Teman satu kamar Ita Reziana, yang telah banyak berbagi ilmu serta
pengalaman dalam banyak hal.
16. Teman-teman seperjuangan skripsi, Siska Ayu Agustin dan Marina Putri.
17. Teman-teman Pendidikan Fisika 2012 kelas A dan B.
18. Keluarga besar Metro yang selalu mendoakan dan mendukung untuk
menghadapi skripsi ini.
iv
19. Kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.
Penulis berdoa semoga semua amal dan bantuan yang telah diberikan mendapat
pahala dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat. Aamiin.
Bandarlampung, Desember 2019
Penulis,
Dewi Susilowati
DAFTAR ISI
Halaman
PERSEMBAHAN. .................................................................................. i
SANWACANA. ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................... v
DAFTAR TABEL .................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... ix
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 4
C. Tujuan Pengembangan ................................................................. 4
D. Manfaat Pengembangan ............................................................... 5
E. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................. 5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Pengembangan ............................................................ 7
B. E-Learning. ................................................................................... 8
C. Blended Learning. ......................................................................... 11
D. LMS (Learning Management System). ......................................... 17
E. Schoology. ..................................................................................... 19
III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian .......................................................................... 23
B. Prosedur Penelitian Pengembangan .............................................. 23
C. Desain Produk ............................................................................... 34
C. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 35
D. Teknik Analisis Data .................................................................... 36
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Pengembangan ................................................... 40
1. Analisis Kebutuhan ............................................................... 40
2. Identifikasi Sumber Daya ....................................................... 42
3. Identifikasi Spesifikasi Produk .............................................. 42
vi
4. Pengembangan Produk ........................................................... 46
5. Uji Internal ............................................................................. 47
6. Uji Eksternal........................................................................... 50
7. Produksi. ................................................................................ 52
B. Pembahasan ................................................................................... 52
1. Kesesuaian produk yang dihasilkan dengan tujuan
pengembangan........................................................................ 53
2. Kelebihan dan kekurangan produk hasil kegiatan
pengembangan ....................................................................... 59
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ...................................................................................... 61
B. Saran ............................................................................................ 61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Pendekatan Blended Learning .................................................... 14
2. Skor Penilaian terhadap Pilihan Jawaban ................................... 37
3. Konversi Skor Penilaian Menjadi Pernyataan Nilai Kualitas ..... 38
4. Hasil Uji Ahli Desain dan Uji Ahli Materi ................................. 48
5. Saran Perbaikan Uji Ahli Desain ................................................ 48
6. Saran Perbaikan Uji Ahli Materi ................................................. 49
7. Hasil Uji Satu Lawan Satu .......................................................... 50
8. Respon dan Penilaian Siswa terhadap Penggunaan Media
E-learning .................................................................................. 51
9. Hasil Analisis Uji Keefektifan .................................................... 52
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Model Pengembangan Media Instruksional Diadaptasi dari
Prosedur Pengembangan Produk dan Uji Produk menurut
Suyanto dan Sartinem (2009: 322). ............................................ 24
2. Desain pembelajaran blended learning ....................................... 34
3. One-Shot Case Study (Sugiyono, 2010:110). ................................. 36
4. Desain pembelajaran menggunakan media e-learning ............... 44
5. Kelas online pada schoology ....................................................... 44
6. Tampilan uji kompetensi ............................................................. 46
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Transkip Wawancara Guru Kelas XI SMA Muhammadiyah 2
Bandarlampung ........................................................................... 68
2. Angket Analisis Kebutuhan Guru ............................................... 71
3. Rekapitulasi Analisis Kebutuhan Guru ...................................... 74
4. Angket Analisis Kebutuhan Siswa .............................................. 77
5. Rekapitulasi Analisis Kebutuhan Siswa .................................... 78
6. Observasi Sarana dan Prasarana ................................................. 81
7. Kisi-kisi Instrumen Uji Ahli Desain ........................................... 82
8. Hasil Uji Ahli Desain Oleh Validator 1 ...................................... 86
9. Hasil Uji Ahli Desain Oleh Validator 2 ...................................... 89
10. Hasil Uji Ahli Desain Oleh Validator 3 ...................................... 92
11. Rekapitulasi Instrumen Uji Ahli Desain ..................................... 95
12. Kisi-kisi Instrumen Uji Ahli Materi ............................................ 96
13. Hasil Uji Ahli Materi Oleh Validator 1 ...................................... 99
14. Hasil Uji Ahli Materi Oleh Validator 2 ...................................... 102
15. Hasil Uji Ahli Materi Oleh Validator 3 ...................................... 105
16. Rekapitulasi Instrumen Uji Ahli Materi...................................... 108
17. Kisi-kisi Instrumen Uji 1-1 ......................................................... 109
18. Instrumen Uji 1-1 ....................................................................... 113
19. Rekapitulasi Instrumen Uji 1-1 ................................................... 117
20. Kisi-kisi Instrumen Uji Kemenarikan, Kemudahan dan
Kemanfaatan ............................................................................... 119
21. Instrumen Uji Kemenarikan, Kemudahan dan Kemanfaatan ..... 123
22. Rekapitulasi Instrumen Uji Kemenarikan, Kemudahan dan
Kemanfaatan ............................................................................... 127
23. Kisi-kisi Uji Efektivitas .............................................................. 131
24. Soal Uji Efektivitas ..................................................................... 144
25. Rekapitulasi Uji Efektivitas ........................................................ 151
26. Surat Balasan Penelitian ............................................................. 153
27. Silabus ......................................................................................... 154
28. RPP ............................................................................................. 161
29. Storyboard ................................................................................... 178
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pengertian fisika menurut Mayub (2005:11), adalah suatu ilmu yang empiris.
Hasil eksperimen juga digunakan untuk eksplorasi informasi-informasi yang
diperlukan untuk membentuk teori lebih lanjut. Teori dan eksperimen dalam
fisika merupakan lingkaran yang saling berkaitan. Kekhususan fisika jika
dibanding ilmu yang lain yaitu bersifat kuantitatif, yaitu dalam penggunaan
konsep-konsep serta hubungan antara konsep banyak menggunakan
perhitungan matematis. Sifat empiris dan matematis ini membuat komputer
banyak berperan dalam fisika untuk berbagai keperluan, sebab tidak semua
konsep fisika dapat dieksperimenkan di laboratorium.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) sekarang ini telah
memberikan banyak dampak positif dalam semua aspek kehidupan manusia
termasuk juga aspek pendidikan. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) dalam bidang pendidikan yaitu menggunakan teknologi
komputer. Kekuatan komputer segala perangkat analitis dan animasi fisika
adalah dimungkinkannya dibuat multimedia yang interaktif. Komputer bisa
membuat konsep-konsep yang bersifat abstrak menjadi lebih konkret dengan
visualisasi statis maupun dinamis. Selain dari itu, komputer dapat membuat
2
suatu konsep lebih menarik sehingga menambah motivasi siswa untuk
mempelajari serta memahaminya.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SMA Muhammadiyah 2
Bandar Lampung menunjukkan bahwa pemanfaatan dari Teknologi Informasi
dan Komunikasi (TIK) didalam pembelajaran fisika di kelas sudah digunakan
namun belum secara maksimal. Pembelajaran dalam kelas masih
menggunakan metode ceramah dan guru cenderung textbook oriented
sehingga kurang dalam memvisualisasikan fenomena fisika. Penjelasan dari
guru cenderung abstrak dan sulit dimengerti oleh siswa, padahal melalui
pemanfaatan dari Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) khususnya
menggunakan komputer guru dapat membuat animasi yang berhubungan
dengan fenomena fisika sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dari
fenomena fisika tersebut.
Pengertian e-learning menurut Henderson (2003: 01), adalah e-learning
sebagai pembelajaran dengan menggunakan teknologi komputer (biasanya
internet). E-learning memungkinkan siswa untuk belajar dari komputer
mereka tanpa harus datang ke kelas. E-learning dapat memiliki jadwal
seorang guru dan murid-murid lain atau bisa menjadi kelas yang diminta
oleh siswa sehingga dapat menjadi pembelajaran secara langsung dengan
seorang guru pada saat yang dibutuhkan. E-learning bisa menjadikan siswa
lebih tertarik dengan cara menjelaskan materi, mengajukan pertanyaan,
memberikan umpan balik dan memberikan penilaian terhadap jawaban siswa
sehingga memotivasi siswa. Salah satu aplikasi yang digunakan dalam
3
e-learning yaitu schoology. Pengertian schoology menurut Aminoto dan
Panthoni (2014), yaitu website yang memadukan e-learning dengan jejaring
sosial. Konsepnya sama seperti edmodo, hanyna saja dalam hal e-learning,
schoology memiliki banyak kelebihan. Schoology memiliki fitur yang
hampir sama dengan facebook. Membangun e-learning menggunakan
schoology juga memiliki keuntungan lebih jika dibandingkan aplikasi lain
karena schoology tidak memerlukan hosting atau penyewaan tempat untuk
menampung data-data yang diperlukan oleh schoology sehingga dapat
diakses lewat internet secara gratis serta pengelolaan schoology dibuat lebih
user friendly yaitu dalam pengoperasian schoology dibuat lebih mudah
karena tool dalam schoology dibuat untuk mempermudah pekerjaan kita.
Kemudian, fitur dalam schoology tidak selengkap aplikasi lain, tetapi untuk
pembelajaran secara online di sekolah telah sangat memadai.
Berdasarkan hasil analisis kebutuhan yang telah dilakukan di SMA
Muhammadiyah 2 Bandar Lampung, menunjukkan bahwa 75,43 % siswa
menyatakan masih mengalami kesulitan dalam belajar fisika terutama materi
Fluida Statis sebab sulit dipahami. Kemungkinan salah satu faktornya yaitu
kurang maksimalnya pemanfaatan dari fasilitas didalam pembelajaran yang
menunjang penyampaian materi Fluida Statis sehingga perlu dikembangkan
media e-learning sebagai suplemen dan latihan penguasaan konsep fisika
sebagai penunjang pembelajaran materi Fluida Statis. Dari hasil analisis angket
kebutuhan guru XI MIPA SMA Muhammadiyah 2 Bandarlampung juga
menunjukkan bahwa guru masih belum menggunakan media e-learning apapun
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Berdasarkan latar belakang
4
masalah tersebut maka penulis telah mengembangkan media e-learning dengan
schoology sebagai suplemen pada pembelajaran fisika pada materi Fluida
Statis.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam
penelitian pengembangan ini yaitu:
1. Bagaimana bentuk media e-learning dengan schoology sebagai suplemen
pembelajaran fisika pada materi Fluida Statis?
2. Bagaimana kemenarikan, manfaat, dan kemudahan media e-learning
dengan schoology sebagai suplemen pembelajaran fisika pada materi
Fluida Statis?
3. Bagaimana keefektifan media e-learning dengan schoology sebagai
suplemen pembelajaran fisika pada materi Fluida Statis?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian, maka tujuan dalam penelitian
pengembangan ini yaitu:
1. Menghasilkan produk berupa media e-learning dengan schoology sebagai
suplemen pada pembelajaran fisika materi Fluida Statis.
2. Mengetahui kemenarikan, manfaat, dan kemudahan media e-learning
dengan schoology pada pembelajaran fisika materi Fluida Statis.
3. Mengetahui keefektifan dari media e-learning dengan schoology sebagai
suplemen pembelajaran fisika pada materi Fluida Statis.
5
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini memberikan manfaat bagi bidang pendidikan, peneliti,
guru serta siswa sebagai berikut:
1. Penelitian ini memberikan siswa kemudahan dan kebermanfaatan untuk
belajar mandiri disetiap waktu dikarenakan dapat dioperasikan
menggunakan laptop atau PC dengan akses internet.
2. Penelitian ini menyediakan media pembelajaran alternatif bagi siswa
maupun guru untuk mengembangkan pengetahuan dan pengalaman
pembelajaran fisika materi Fluida Statis.
3. Penelitian ini dapat menjadi inovasi dalam kegiatan belajar dan
pembelajaran fisika SMA.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Agar penelitian ini mencapai tujuan sebagaimana yang telah dirumuskan,
sehingga ruang lingkup dalam penelitian ini dibatasi pada:
1. Pengembangan dalam penelitian ini untuk mengembangkan media
e-learning dengan schoology sebagai suplemen pada pembelajaran fisika
materi Fluida Statis.
2. Tipe blended learning yang digunakan ialah online- tatap muka.
3. Media e-learning yang dikembangkan didalam penelitian adalah LKPD,
handout, dan uji kompetensi.
4. Materi yang disajikan pada penelitian pengembangan ini yaitu Fluida
Statis SMA/MA yang disesuaikan dengan isi KI-KD Kurikulum 2013.
6
5. Uji internal produk pada penelitian pengembangan dilakukan oleh ahli
materi dan ahli desain.
6. Uji eksternal produk pengembangan dilakukan pada siswa kelas XI
MIPA SMA Muhammadiyah 2 Bandarlampung.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian dan Pengembangan
Penelitian dan pengembangan adalah penelitian dengan berorientasi pada
pengembangan produk. Adapun penelitian dan pengembangan menurut
pendapat dari Sukmadinata dalam Potter (2010: 1), yaitu suatu proses atau
langkah-langkah, untuk mengembangkan suatu produk baru atau
menyempurnakan sebuah produk yang telah ada yang dapat
dipertanggungjawabkan dan pendapat lain menurut Gall dkk. (2002: 569),
mengemukakan bahwa:
Educational research and development (R & D) is an industry-based
development model in which the findings of research are used to design
new products and procedures, which then are systematically field-tested,
evaluated, and refined until they meet specified criteria of effectiveness,
quality, or similar standards.
Pengertian penelitian pengembangan menurut ahli diatas dapat dikatakan
penelitian pengembangan merupakan serangkaian proses berdasarkan teori
yang telah ada untuk menghasilkan atau memperbaiki sebuah produk
pembelajaran yang diuji secara sistematis sehingga dihasilkan produk yang
efektif dan berkualitas.
Di dalam penelitian pengembangan terdapat prosedur yang harus ditempuh.
Menurut Suyanto dan Sartinem (2009: 16), terdapat tujuh prosedur penelitian
8
pengembangan yaitu: 1) Analisis kebutuhan, 2) Identifikasi sumber daya
untuk memenuhi kebutuhan, 3) Identifikasi spesifikasi produk yang
diinginkan pengguna, 4) Pengembangan produk, 5) Uji internal: Uji
spesifikasi dan Uji operasionalisasi produk, 6) Uji eksternal: Uji kemanfaatan
produk oleh pengguna, 7) Produksi. Selain itu pendapat lain menurut Gall
dkk. (2002: 571), prosedur penelitian pengembangan berupa:
Assess needs to identify goal(s), Conduct instructional analysis, Analyze
learners and contexts, Write performance objectives, Develop assessment
instruments, Develop instructional strategy, Develop and select
instructional materials, Design and conduct formative evaluation of
instruction, Revise instruction, Design and conduct formative summative
evaluation.
Kedua contoh diatas tentang prosedur penelitian pengembangan terlihat
bahwasanya serangkaian langkah penelitian serta pengembangan yang
dilakukan secara sistematis serta terurut didalam menganalisis kebutuhan dan
sumber daya yang ada, pengguna, materi, spesifikasi produk yang diinginkan,
pengembangan produk, uji coba atau validasi produk serta revisi hingga
akhirnya pengembangan didapatkan sebuah produk pendidikan yang baru
yang siap digunakan serta disebarluaskan.
B. E-Learning
E-learning merupakan sebuah salah satu bentuk dari aplikasi Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK). E-learning menurut Comerchero (2006)
adalah sarana pendidikan yang mencakup motivasi diri sendiri, komunikasi,
efisiensi, dan teknologi. Sebab ada keterbatasan dalam interaksi sosial, siswa
harus menjaga diri mereka tetap termotivasi. E-learning efisien sebab
mengeliminasi jarak serta arus pulang-pergi. Jarak dieliminasi sebab isi dalam
9
e-learning didesain sehingga media yang dapat diakses dari terminal
komputer yang memiliki peralatan yang sesuai serta sarana teknologi lainnya
yang dapat mengakses jaringan ataupun internet.
Kemudian menurut Stockley dalam Prawiladilaga dkk. (2013: 33),
menyatakan bahwa:
E-Learning sebagai penyampaian dari program pembelajaran, pelatihan,
ataupun pendidikan yang menggunakan sarana elektronik seperti
komputer ataupun alat elektronik lain seperti telepon genggam dengan
berbagai cara untuk memberikan pelatihan, pendidikan, atau bahan ajar.
Selain itu, pendapat lain mengenai e-learning menurut Naidu dalam
Prawiladilaga dkk. (2013: 37), mengemukakan bahwa:
E-learning umumnya mengacu pada penggunaan secara sengaja
teknologi informasi dan komunikasi berjaringan didalam proses
pembelajaran. Sejumlah istilah yang mengacu pada konsep yang sama.
Yaitu online learning, virtual learning, distributed learning, serta web-
based learning. Secara fundamental, e-learning merupakan proses
pendidikan dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
untuk memediasi aktivitas pembelajaran baik secara sinkronous maupun
asinkronous.
Beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli diatas, dapat dikatakan
bahwa e-learning merupakan aplikasi internet yang menghubungkan pendidik
dengan peserta didik didalam sebuah ruang belajar online yang akan
memberikan akses luas kepada peserta didik terhadap ilmu pengetahuan agar
mereka bisa memperoleh keterampilan baru. Melalui e-learning pendidik
dengan peserta didik tidak diharuskan didalam satu dimensi ruang serta
waktu. Sebuah proses pendidikan tetap dapat berjalan kapan saja dan dapat
mengabaikan kedua hal tersebut.
10
Menurut Jorgensen (2014: 4), mengemukakan bahwa:
E-Learning is a vibrant, dynamic, and exciting way to learn new skills
and concepts. E-Learning is interactive, holding learners’ attention by
involving them in the learning process every step of the way. E-Learning
allows learners to learn by doing, by being involved, by receiving
immediate feedback, and by allowing them to monitor their progress
with quizzes, tests, and handson activities. E-Learning uses learners’
senses – appealing to their auditory, visual, and tactile senses.
Definisi diatas mengenai e-learning dapat disimpulkan bahwa e-learning
merupakan pembelajaran dengan cara yang dinamis dan menyenangkan
dengan konsep dan kemampuan yang baru. E-learning adalah pembelajaran
yang interaktif, yang membantu siswa untuk memperhatikan dengan
melibatkan mereka dalam setiap langkah proses pembelajaran. E-learning
menyediakan siswa untuk belajar, terlibat, menerima umpan balik dan
memantau kemajuan siswa dengan kuis, tes dan aktifitas pembelajaran secara
langsung. E-learning membuat siswa untuk mengerti berdasarkan dengan
gaya belajar siswa baik audio maupun visual.
Kemudian menurut Mayer (2011: 19), mengemukakan bahwa:
E-learning provides some examples of activities in e-learning intended
to prime psychological engagement include self-explaining a complex
visual, summarizing a portion of a lesson, generating an outline or
drawing based on the lesson, or taking a practice test. It’s tempting to
use an eye-catching mix of animations, sounds, audio, and text to convey
the content.
Disimpulkan dari pengertian e-learning diatas yaitu e-learning memberikan
beberapa contoh aktivitas didalam e-learning dimaksudkan untuk keterlibatan
psikologis utama termasuk menjelaskan visual diri yang kompleks, meringkas
sebagian dari pelajaran, menghasilkan garis besar atau menggambar
berdasarkan pelajaran, atau mengambil tes praktek. E-learning mencoba
11
untuk menggunakan penglihatan mata campuran animasi, suara, audio, dan
teks untuk menyampaikan konten.
Beberapa ahli mengklasifikasikan model e-learning kedalam berbagai
kategori dilihat dari berbagai sisi. Dalam tulisan ini, dibahas klasifikasi model
e-learning dilihat dari sisi sistem penyampaiannya. Menurut Rashty (1999:
36), model pembelajaran elektronik dapat diklasifikasikan dalam tiga bentuk,
yaitu:
1. Model Adjunct;
Model ini dapat dikatakan sebagai proses dari pembelajaran
tradisional plus. Maksudnya adalah pembelajaran tradisional dengan
ditunjang dari sistem penyampaiannya secara online.
2. Model Mixed/Blended;
Model Blended menempatkan sistem penyampaian secara online
sebagai bagian dari proses pembelajaran secara keseluruhan yang
tidak terpisahkan.
3. Model Online Penuh (Fully Online);
Dalam model ini semua interaksi antara pembelajaran dan
penyampaian dalam bahan belajar terjadi secara online.
Penjelasan dari Rashty (1999: 36) mengenai model e-learning, dapat
dikatakan bahwa model blended learning merupakan bentuk e-learning yang
cocok digunakan sebagai suplemen dalam pembelajaran karena model ini
mencampurkan antara proses tatap muka dengan pembelajaran secara online.
Model blended learning mengoptimalkan proses serta layanan pembelajaran
yang baik pembelajaran online, tradisional, bermedia bahkan berbasis
komputer menjadi satu kesatuan utuh.
C. Blended Learning
Salah satu model e-learning menurut Siemens (2004: 30), yaitu blended
learning, yang menyediakan peluang terbaik dalam transisi pembelajaran dari
12
kelas menuju e-learning. Blended learning dengan melibatkan kelas (atau
face-to-face) serta pembelajaran secara online sebagai proses
pembelajarannya. Blended learning menurut Hunaiyyan dkk. (2008: 2):
It merges aspects of e-learning such as: web-based instruction,
streaming video, audio, synchronous and asynchronous communication,
etc; with traditional “face-to-face” learning.
Sedangkan pengertian dari blended learning menurut Roval dan Jordan
(2004: 3) yaitu:
Model blended learning yang pada dasarnya adalah gabungan dari
keunggulan pembelajaran yang dilakukan secara tatap muka (face to face
learning) dan secara virtual (e-learning).
Kemudian menurut Oliver dan Trigwell (2005):
The blended learning combining or mixing web-based technology to
accomplish an educational goal, combining pedagogical approaches
(‘e.g.constructivism, behaviorism, cognitivism’) to produce an optimal
learning outcome with or without instructional technology, combining
any form of instructional technology with face-to-face instructor-led
training, and combining instructional technology with actual job tasks.
Sedangkan blended learning menurut Whitelock dan Jelfs (2003):
The integrated combination of traditional learning with web-based online
approaches, the combination of media and tools employed in an e-
learning environment, the combination of a number of pedagogic
approaches, irrespective of learning technology use.
Blended learning menurut pendapat para ahli dapat diambil kesimpulan
bahwa blended learning adalah gabungan keunggulan pembelajaran secara
tatap muka (face to face) dan secara virtual (e-learning), dimana blended
learning menggabungkan bentuk teknologi instruksional dengan tatap muka
yang dipimpin oleh instruktur, menggabungkan pendekatan pedagogis
(misalnya konstruktivisme, behaviorisme, kognitivisme), dan menggabungkan
teknologi dengan berbasis web untuk mencapai tujuan pendidikan.
13
Kemudian pendapat dari Natasha (2009: 20), mengenai metode behavior
yaitu:
The behaviorist school observes how learning is affected by the behavior
of the instructor and by other external factors. Students require approval
and support, which should be provided as soon as possible, and learning
is an incremental rather than a single-step process, and is strengthened
by repeated success.
Pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa suatu proses pembelajaran sangat
dipengaruhi oleh perilaku guru serta faktor eksternal lainnya. Dimana siswa
memerlukan persetujuan serta dukungan yang diberikan guru sesegera
mungkin dan belajar adalah tambahan daripada suatu proses tunggal yang
diperkuat oleh faktor pengulangan. Kemudian dalam metode behavior, siswa
dibiasakan belajar mandiri sehingga siswa akan menjadi lebih kreatif serta
mandiri dengan lingkungan belajar internal atau eksternal. Sehingga metode
behavior ini cocok digunakan untuk memperoleh kemampuan yang memerlu-
kan praktek serta pembiasaan yang terkandung unsur seperti kecepatan,
spontanitas, dan refleksi. Kemudian menurut Rifai dan Catharina (2009: 128):
Pengkajian teori belajar kognitif memandang belajar sebagai sebuah
proses pemfungsian unsur-unsur kognisi, terutama unsur pikiran, untuk
dapat mengenal serta memahami stimulus yang datang dari luar. Dengan
kata lain, aktivitas belajar pada diri manusia ditekankan pada proses
internal dalam berpikir, yakni proses pengolahan informasi.
Penjelasan dari Rifai dan Catharina (2009: 128) mengenai teori belajar
kognitif dapat disimpulkan bahwa teori belajar kognitif menekankan bahwa
cara seseorang belajar adalah sebuah proses interaksi yang mencangkup
ingatan, pengelolaan informasi, emosi, serta aspek kejiwaan lainnya. Dimana
belajar adalah aktivitas dengan melibatkan proses berfikir yang sangat
kompleks. Proses belajar terjadi antara lain mencangkup pengaturan stimulus
14
yang diterima serta menyesuaikannya dengan struktur kognitif yang telah
dimiliki dan terbentuk di dalam pikiran seseorang berdasarkan pemahaman
dan pengalaman-pengalaman sebelumnya. Menurut Natasha (2009: 20):
The constructivist school recognizes the learning as an active process of
constructing meaning. Students do not memorize what was said by the
instructor. Instead, they construct they own versions of the learning
matter. Students should be helped to construct their own meaning of
knowledge, enabling them to reflect upon, discuss and exchange ideas
with their colleagues and instructors.
Disimpulkan dari pendapat diatas bahwa unsur kontruktivisme mengenalkan
tentang belajar adalah sebuah proses aktif dari membangun makna. Siswa
tidak hanya menghafal dari apa yang telah di ajarkan oleh guru. Sebaliknya,
siswa membangun gagasan mereka sendiri tentang materi pembelajaran.
Namun masih dibantu oleh guru untuk membangun gagasan mereka sendiri
dan memungkinkan siswa untuk merenungkan, berdiskusi serta bertukar
pikiran dengan rekan-rekannya serta guru mereka. Penggunaan blended
learning dengan kombinasi ketiga unsur tersebut dapat mendorong siswa
untuk lebih aktif, kreatif, dan mandiri dalam mencari informasi yang
dibutuhkan sehingga membantu siswa dapat belajar lebih mandiri serta
memahami konsep dengan baik. Dalam penerapannya blended learning
menggabungkan beberapa sumber secara fisik serta maya (virtual) dengan
pendekatan seperti yang dikemukakan oleh Alisson dkk. dalam Yendri
(2013:3) pada Tabel 1 berikut:
Tabel 1. Pendekatan Blended Learning
Live face-to-face (formal) Live face-to-face (informal)
• Instructor-led classroom
• Workshops
• Coaching/monitoring
• Collegial connections
• Work teams
• Role modeling
15
• On-the-job
Virtual Collaboration /
synchronous
Virtual collaboration /
asynchronous
• Live e-Learning classes
• E-mentoring
• Online bulletin boards
• Listservs
• Online communities
Self-paced learning Performance support
• Web learning modules
• Online resource links
• Simulations
• Scenarios
• Video and audio CD/DVDs
• Online self- assessments
• Workbooks
• Help systems
• Print job aids
• Knowledge databases
• Documentation
• Performance/decision support
Tools
Menurut pendekatan diatas dapat dilihat bahwa blended learning memadukan
berbagai metode pengajaran dengan memanfaatkan teknologi dan
menyesuaikan kondisi yang disepakati semua pihak. Sedangkan teknologi
virtual yang ada dapat dimanfaatkan untuk proses blended learning.
Berdasarkan tabel di atas dijelaskan juga beberapa pendekatan dalam blended
learning yang dapat digunakan sebagai acuan desain produk yang
dikembangkan. Acuan desain produk yang dikembangkan mengacu pada
pendekatan self-paced learning.
Pengertian self-paced learning menurut Rakesh (2013: 6) yaitu
Self-paced E-Learning: is good for simulations, online case studies,
interactive learning modules, e-mail, bulletin boards interactions, online
assessments, and other forms of CBT (computer based training).
Berdasarkan pendapat Rakesh (2013: 6), mengenai pengertian self-paced
learning dapat disimpulkan bahwa pendekatan self-paced learning baik
digunakan untuk simulasi, studi kasus online, modul pembelajaran interaktif,
e-mail, bulletin board interaksi, penilaian online, dan bentuk lain dari CBT
16
(computer based training). Adapun pendekatan self-paced learning yang
digunakan yaitu online resources links. Sebab pendekatan tersebut sesuai
dengan menu courses dalam schoology yang dikembangkan. Kemudian
online resources links merupakan link yang dapat digunakan untuk
mengakses sumber belajar secara online seperti handout, LKPD, serta link
yang berkaitan dengan materi pembelajaran.
Menurut Uzun dan Senturk (2010: 202), mengemukakan bahwa
The results indicate that the blended learning had a positive effect on
students’ attitudes towards computers. Before the instruction, there was
no statistically significant difference in CAS mean scores between the
experimental group (blended group) and the control group (FTF group).
After 14 weeks of instruction, the experimental group received higher
scores than the control group on the same CAS. The difference in mean
scores of both groups was statistically significant.
Kemudian menurut Kazu dan Demirkol (2014: 85):
A significant difference has been found between the final test
achievement grades of the two student groups having studied according
to two learning approaches which demonstrate the academic
achievement averages acquired at the end of the study. The academic
achievement average of the students who have studied in blended leaning
environment has been found higher than the academic achievement
average of the students who have studied in traditional learning
environment.
Menurut beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa antara
kelas yang menggunakan metode blended learning memiliki skor prestasi
yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang menggunakan metode
konvensional, karena dengan menggunakan metode blended learning dalam
penyampaian pembelajaran dapat dilaksanakan kapan saja dan dimana saja
dengan memanfaatkan sistem jaringan internet. Kemudian, peserta didik
17
menjadi lebih mandiri serta leluasa dalam mempelajari materi dengan
memanfaatkan materi yang tersimpan secara online.
D. LMS (Learning Management System)
LMS (Learning Management System) atau dikenal sebagai CMS (Course
Management System) dibutuhkan didalam proses penyelenggaraan
e-learning, yang fungsinya mengatur tata laksana penyelenggaraan
pembelajaran di dalam model e-learning. CMS umumnya di bangun berbasis
web, yang akan berjalan pada sebuah web server dan dapat diakses oleh
pesertanya melalui web browser. Server biasanya di tempatkan di universitas
atau lembaga lainnya, yang dapat diakses dari mana pun oleh pesertanya,
dengan memanfaatkan koneksi internet.
Pada umumnya CMS memberikan sebuah tool bagi instruktur, educator atau
pendidik untuk membuat website pendidikan dan mengatur akses control,
sehingga hanya peserta yang terdaftar yang dapat mengakses dan melihatnya.
Selain menyediakan pengontrolan, CMS juga menyediakan berbagai tools
yang menjadikan pembelajaran lebih efektif dan efisien, seperti menyediakan
layanan untuk mempermudah upload dan share material pengajaran, diskusi
online, chatting, penyelenggaraan kuis, survey, laporan, dan sebagainya.
Sedangkan LMS menurut Amiroh (2012: 1), menyatakan bahwa:
Learning Management System (LMS) atau Course Management
System (CMS), juga dikenal sebagai Virtual Learning Environment
(VLE) merupakan aplikasi perangkat lunak yang digunakan oleh
kalangan pendidik, baik universitas/perguruan tinggi dan sekolah sebagai
media pembelajaran online berbasis internet (e-learning).
18
Kemudian dari pendapat tersebut maka dapat di simpulkan bahwa LMS
adalah sebuah software atau perangkat lunak yang memanfaatkan koneksi
internet, yang di dalamnya berisi fitur atau sebuah layanan instruksi untuk
mempermudah pembuatan pembelajaran.
Adapun karakteristik LMS menurut Henderson (2003: 182), yaitu:
1. An LMS helps you manage complexity.
2. An LMS handles the administrative tasks for e-learning; things like
tracking students, enrolling student, ect
3. That administrative end can become very complex if you have
hundreds of courses and hundreds of stusents to manage.
4. An LMS will automate the handling of course catalog, course
delivery, students enrollment and tracking, assessments an quizzes.
Jadi dari uraian diatas maka dapat ketahui tentang karakteristik LMS
diantaranya:
1. LMS membantu kita mengelola kompleksitas.
LMS akan mengelola pembelajaran secara kompleks. LMS
menggunakan teknologi berbasis web yang membantu dalam hal
perencanaan, pengorganisasian, implementasi, dan mengendalikan semua
aspek proses pembelajaran.
2. LMS menangani tugas administrasi untuk pembelajaran elektronik
(e-learning).
3. LMS menangani tugas administrasi seperti registrasi siswa, pelacakan
siswa, dan pendaftaran kelas siswa baru.
4. LMS menangani administrasi yang sangat kompleks.
LMS menangani administrasi pembelajaran yang sangat kompleks
dengan pengaturan seratus kelas pembelajaran dan seratus murid.
19
5. LMS akan otomatis menangani hal seperti: katalog pembelajaran, layanan
pembelajaran, pendaftaran siswa dan pelacakan, penilaian dan kuis.
Kemudian fungsi LMS menurut Henderson (2003: 183), adalah:
1. Delivering the learning courses
2. Showing the catalogs of courses
3. Tracking user and providing reports of who did what
4. Assessing users (quizzes, pretets, posttests)
Jadi dari beberapa tersebut, dapat disimpulkan bahwa fungsi LMS, antara
lain; (1) Uploading dan sharing material; (2) Forum dan chats; (3) Quizzes
dan survey; (4) Ghatering dan reviewing assignmens; dan (5) Recording
grades.
E. Schoology
Schoology adalah situs yang menggabungkan antara jejaring sosial dan LMS.
Schoology memiliki fitur yang nyaris sama dengan facebook. Adapun fitur-
fitur yang dimiliki schoology adalah sebagai berikut: (1) Courses (Kursus),
yaitu fasilitas untuk membuat kelas mata pelajaran. (2) Groups (Kelompok),
yaitu fasilitas untuk membuat kelompok. (3) Resources (Sumber Belajar), di
dalam fitur resource dapat menambahkan materi yaitu berupa : assignment,
test/quiz, file/link, discussion, page dan media album.
Aminoto dan Pathoni (2014) mengemukakan bahwa schoology adalah
website yang memadu e-learning dan jejaring sosial. Konsepnya sama seperti
edmodo, namun dalam hal e-learning, schoology mempunyai banyak
kelebihan. Membangun e-learning dengan schoology juga lebih
menguntungkan bila dibanding menggunakan moodle yaitu karena tidak
20
memerlukan hosting dan pengelolaan schoology (lebih user friendly). Tentu
fiturnya tidak selengkap moodle, namun untuk pembelajaran online di
sekolah sudah sangat memadai.
Pada schoology kita dapat melakukan pengaturan/moderasi terhadap user
yang ingin gabung pada group/kelas kita, pada status access group sebagai
invite only, allow requests ataupun open. Kita juga dapat memfilter posting-
posting peserta didik pada sebuah course sebelum postingan di publish.
Sehingga peserta didik tidak dapat seenaknya update status pada coursenya.
Selain dari update status, schoology juga menyediakan fasilitas blog yang
digunakan untuk memfasilitasi user yang ingin melakukan posting blog pada
account schoologynya. Schoology juga memiliki fasilitas yang digunakan
untuk berkirim suratnya melalui direct post. Serta schoology juga bisa
mengintegrasikan (sharing) postingan anda ke account facebook atau twitter
anda. Kemudian, schoology juga menyediakan fasilitas untuk mengelola nilai
(grade) hasil quiz atau aktivitas lain, via gradebook dan schoology juga dapat
diakses melalui mobile device dengan cara menginstall schoology apps yang
dapat anda download serta gunakan secara gratis.
Schoology juga menyediakan fasitilitas blog untuk memfasilitasi user yang
ingin melakukan posting blog pada akun schoology. Secara khusus schoology
juga memiliki fasilitas untuk berkirim surat/message dan hanya melalui direct
post, sehingga bisa berkirim surat kemanapun melalui fasilitas messages yang
tersedia, berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa di dalam
schoology ini sangatlah lengkap dengan berbagai alat pembelajaran, sama
21
seperti di kelas dalam dunia nyata, mulai dari absensi, test dan kuis, hingga
kotak untuk mengumpulkan pekerjaan rumah. Schoology juga menawarkan
jejaring lintas sekolah, yang memungkinkan sekolah berkolaborasi dengan
berbagi data, kelompok dan juga diskusi kelas. Schoology sangat cocok
sebagai media suplemen pembelajaran dengan fitur courses yang terdiri dari
assigment, test/quiz, files/links, dan discussion sebagai pendukung melalui
e-learning.
Adapun kelebihan yang dimiliki schoology menurut Amiroh (2012), bahwa
pada schoology tersedia fasilitas attandance/absensi, yang digunakan untuk
mengecek kehadiran siswa, dan juga fasilitas analityc untuk melihat semua
aktivitas siswa pada setiap course, assignment, discussion dan aktivitas lain
yang kita siapkan untuk siswa.
Kesimpulan dari pendapat diatas adalah kelebihan lain dari schoology yaitu
tersedianya fasilitas attandance/absensi yang digunakan untuk mengecek
kehadiran siswa serta fasilitas analityc yang digunakan untuk melihat semua
aktivitas siswa pada setiap course, assignment, discussion serta aktivitas lain
yang kita siapkan untuk siswa. Melalui fitur analytic ini, kita juga dapat
melihat di mana saja atau pada aktivitas apa saja seorang peserta didik biasa
menghabiskan waktu mereka ketika sedang login.
Menurut Schuetz dalam Juniarti (2014: 9) menyebutkan lima alasan mengapa
menggunakan schoology, antara lain: (1) LMS schoology menawarkan sarana
yang digunakan oleh guru untuk mendukung kegiatan pembelajaran online,
(2) Schoology menyediakan “resources” kurikuler dan kelompok kolaboratif
22
bagi siswa dan guru untuk membangun dan terlibat dalam jaringan
pembelajaran pribadi mereka, (3) Schoology dapat dijalankan pada web
browser apa saja, termasuk pada aplikasi mobile seperti android dan Ios, (4)
Schoology merupakan Application Programming Interfac (API) yang berarti
bahwa aplikasi lain dapat terhubung dan berinteraksi dengan program
schoology, misalnya google drive, twitter dan facebook, (5) Merupakan
komponen instruksional yang gratis untuk guru dan siswa.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa di dalam schoology
ini sangatlah lengkap dengan berbagai alat pembelajaran, sama seperti di
kelas dalam dunia nyata, mulai dari absensi, test dan kuis, hingga kotak untuk
mengumpulkan pekerjaan rumah. Schoology juga menawarkan jejaring lintas
sekolah, yang memungkinkan sekolah berkolaborasi dengan berbagi data,
kelompok dan juga diskusi kelas. Schoology sangat cocok sebagai media
pembelajaran pendukung melalui e-learning.
III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Research and
Development (penelitian dan pengembangan), sebagaimana yang dikemukakan
oleh Sugiyono (2012:407) bahwa metode penelitian dan pengembangan
adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk
tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Produk yang akan
dikembangkan berupa media e-learning dengan schoology sebagai suplemen
untuk pembelajaran fisika SMA pada materi Fluida Statis. Pada proses
pengembangan produk ini, terdapat uji ahli dan uji coba produk. Dimana uji
ahli dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan produk yang dihasilkan
berdasarkan kesesuaian produk dilihat dari pendekatan yang digunakan,
sedangkan uji coba produk dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai
bagaimana kemudahan, kemenarikan, manfaatan dan keefektifan media
e-learning.
B. Prosedur Penelitian Pengembangan
Model penelitian pengembangan yang digunakan dalam pengembangan
media e-learning berbasis schoology adalah model Suyanto dan Sartinem
24
(2009: 322). Adapun langkah-langkah penelitian pengembangan yang
bertujuan untuk menghasilkan produk seperti pada gambar 1 dibawah ini:
Gambar 1. Model Pengembangan Media Instruksional Diadaptasi dari
Prosedur Pengembangan Produk dan Uji Produk menurut Suyanto dan
Sartinem (2009: 322).
Pemilihan model ini didasari atas pertimbangan bahwa model ini
dikembangkan secara sistematis sehingga mudah untuk dipahami serta
berpijak pada landasan teoritis desain pembelajaran yang dikembangkan.
Model ini disusun secara terprogram dengan kegiatan yang sistematis dalam
upaya pemecahan masalah belajar yang berkaitan dengan media belajar yang
sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa. Pengembangan yang
dilakukan yaitu berupa pembuatan media e-learning dengan schoology
sebagai suplemen pembelajaran fisika pada materi Fluida Statis. Subjek uji
coba ini adalah siswa kelas XI. Uji coba produk penelitian pengembangan ini
terdiri atas ahli desain, ahli isi/materi pembelajaran, uji satu lawan satu
(one for one) dan uji lapangan sebagai berikut:
1. Uji ahli desain yaitu seorang yang ahli dalam bidang teknologi pendidikan
dalam mengevaluasi desain media e-learning dengan schoology.
Tahap I
Analisis
Kebutuhan
Tahap II
Identifikasi
Sumber
Daya
Tahap III
Identifikasi
Spesifikasi
Produk
Tahap IV
Pengembangan
Produk
(Prototipe I)
Tahap V
Uji Internal/
Kelayakan Produk
(Prototipe II)
Tahap VI
Uji Eksternal/
Kemanfaatan Produk
(Prototipe III)
Tahap VII
Produksi
25
2. Uji ahli bidang isi/materi dilakukan oleh ahli bidang isi/materi yaitu
seorang yang berlatar belakang ilmu fisika.
3. Uji satu lawan satu yaitu diambil sampel penelitian 3 orang siswa yang
dapat mewakili populasi target.
4. Uji lapangan yaitu diambil sampel penelitian satu kelas siswa SMA kelas
XI MIPA, uji kelompok terdiri dari satu kelas sampel yang dipilih secara
acak.
Di dalam menguji produk yang telah dibuat ada beberapa prosedur yang harus
dilakukan. Sesuai prosedur penelitian dan pengembangan menurut Suyanto
dan Sartinem (2009:322) tahapan penelitian pengembangan yang harus
dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Analisis kebutuhan.
2. Identifikasi sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan.
3. Identifikasi spesifikasi produk yang diinginkan pengguna.
4. Pengembangan produk.
5. Uji internal: uji kelayakan produk.
6. Uji eksternal: uji kemanfaatan produk oleh pengguna.
7. Produksi.
Tahapan yang dilakukan pada prosedur pengembangan lebih jelasnya yaitu
sebagai berikut:
1. Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan dilakukan untuk mengumpulkan informasi bahwa
diperlukan adanya kebermanfaatan dengan dikembangkannya media
26
e-learning di dalam pembelajaran. Analisis kebutuhan ini dilakukan
dengan teknik analisis kebutuhan angket dan observasi langsung. Analisis
kebutuhan angket ditujukan terhadap guru mata pelajaran fisika dan siswa
kelas XI MIPA di SMA Muhammadiyah 2 Bandarlampung. Analisis
kebutuhan angket dilakukan untuk mengetahui metode yang diterapkan
dalam pembelajaran, sumber belajar yang digunakan, mengetahui
hambatan- hambatan dalam penggunaan perangkat pembelajaran, serta
untuk mengetahui pemanfaatan koneksi internet di dalam pembelajaran.
Hasil analisis kebutuhan berupa angket ternyata di SMA Muhammadiyah
2 Bandarlampung, kegiatan pembelajaran sudah menggunakan media
pembelajaran secara variatif, karakteristik siswa di SMA Muhammadiyah
2 Bandarlampung merupakan siswa yang sudah tidak asing lagi dengan
perkembangan teknologi, terlihat dari keseharian siswa yang telah
membawa laptop atau notebook. Kemudian, untuk hasil analisis lingkungan
di SMA Muhammadiyah 2 Bandarlampung menunjukkan bahwa dalam
mengembangkan media pembelajaran khususnya media e-learning sangat cocok,
hal ini terlihat dari berbagai fasilitas yang dimiliki oleh sekolah.
Hasil observasi menunjukkan bahwa sekolah memiliki fasilitas diantaranya yaitu
memiliki laboratorium komputer yang terkoneksi ke jaringan internet serta
memiliki fasilitas wifi yang digunakan untuk mendukung pencarian informasi
dengan menggunakan notebook atau laptop, serta guru yang telah memiliki
kemampuan penggunaan komputer. Metode yang diterapkan masih
didominasi oleh metode ceramah, menghafal, dan latihan soal-soal.
27
Kemudian fasilitas internet di sekolah digunakan untuk browsing materi
pembelajaran dan juga dimanfaatkan untuk ujian yang dilakukan secara
online, namun pemanfaatannya belum secara maksimal baru pada tahap
percobaan pemanfaatan internet kepada siswa untuk ujian secara online
belum kepada penerapannya.
Oleh sebab itu peneliti akan mengembangkan media e-learning dengan
menggunakan schoology sebagai suplemen pembelajaran fisika pada
materi Fluida Statis. Observasi langsung dilakukan untuk mengetahui
kelengkapan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah sebagai
sumber belajar bagi guru maupun siswa yang mendukung kegiatan
pembelajaran. Observasi seperti ketersediaan buku fisika di perpustakaan,
ketersediaan alat-alat praktikum di laboratorium fisika dan pemanfaatan
sumber belajar. Berdasarkan hasil observasi langsung di SMA
Muhammadiyah 2 Bandarlampung diketahui bahwa sarana dan prasarana
penunjang kegiatan pembelajaran seperti perpustakaan, laboratorium, dan
media pembelajaran sudah cukup lengkap serta sudah terdapatnya fasilitas
koneksi internet berupa wifi. Hasil analisis kebutuhan dan observasi inilah
yang menjadi acuan penulisan latar belakang masalah penelitian
pengembangan ini.
2. Identifikasi Sumber Daya
Identifikasi sumber daya dilakukan dengan cara observasi ke SMA
Muhammadiyah 2 Bandarlampung untuk mengetahui kesesuaian produk
yang akan dikembangkan apabila diterapkan di sekolah tersebut. Sumber
28
daya sekolah yang diidentifikasi meliputi ketersediaan fasilitas wifi dan
komputer. Observasi dilakukan dengan membagikan angket kepada siswa
dan guru mata pelajaran fisika. Hasil observasi ini akan dijadikan dasar
untuk menentukan spesifikasi produk yang bisa dikembangkan.
3. Identifikasi Spesifikasi Produk
Identifikasi spesifikasi produk dilakukan untuk mengetahui spesifikasi
produk yang akan dikembangkan. Untuk mengidentifikasi spesifikasi
produk dilakukan dengan memperhatikan hasil analisis kebutuhan dan
identifikasi sumber daya yang ada di sekolah. Pada tahap ini dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menentukan topik atau materi pokok pengembangan media
e-learning yang dikembangkan. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan
dan identifikasi sumber daya disimpulkan bahwa perlu dikembangkan
media e-learning pada materi Fluida Statis. Hal ini disebabkan materi
Fluida Statis masih disampaikan dengan cara tradisional dan belum
memanfaatkan fasilitan internet serta komputer. Sehingga dalam
penyampain materi masih belum maksimal.
b. Mengidentifikasi kurikulum untuk mendapatkan identifikasi materi
pembelajaran dan indikator ketercapaian dalam pembelajaran.
Pengembangan ini dilakukan berdasarkan kurikulum 2013 yang
mendukung pembelajaran berbasis TIK.
c. Menentukan fasilitas atau fitur schoology yang akan digunakan.
Fitur yang akan digunakan yaitu add file/link (handout dan LKPD), add
assignment (pertemuan 1-4), dan add test/quiz (uji kompetensi).
29
d. Menentukan isi atau materi pada media e-learning dalam schoology
yang akan dikembangkan. Materi yang akan dikembangkan yaitu Fluida
Statis, yang terdiri dari beberapa sub materi yaitu Tekanan Hidrostatis,
Hukum Pascal, Hukum Archimedes, dan Gejala Meniskus.
4. Pengembangan Produk
Langkah selanjutnya adalah mengembangkan produk yang berupa media
e-learning dengan schoology sebagai suplemen pembelajaran fisika pada
materi Fluida Statis. Media e-learning yang dikembangkan dalam
penelitian ini menggunakan suatu LMS yaitu schoology.
Pengembangan media e-learning dengan schoology ini nantinya dapat
digunakan sebagai inovasi pembelajaran guru dan juga sebagai salah satu
sumber belajar bagi siswa dalam mempelajari Fluida Statis. Hasil
pengembangan pada langkah ini berupa prototipe 1. Langkah yang harus
dilakukan untuk mengembangkan media e-learning dengan schoology
sebagai suplemen pembelajaran fisika pada materi Fluida Statis yaitu
sebagai berikut:
a. Menganalisis KI, KD kurikulum 2013 Fisika untuk kelas XI SMA.
b. Membuat silabus atau garis besar isi media e-learning dengan schoology.
c. Membuka aplikasi schoology dengan cara mengakses www.schoology.com
d. Sign Up sebagai guru. Langkah ini dilakukan bila belum memiliki akun
schoology. Setelah register sebagai guru selesai kita akan mendapatkan
kode akses guru sehingga siswa dapat bergabung pada kelas yang telah
kita buat.
30
e. Selanjutnya yaitu membuat grup. Pada langkah ini siswa yang telah
memiliki akun schoology dapat bergabung dalam grup dengan cara
memasukkan kode akses yang telah kita berikan sebelumnya.
f. Lalu mengupload modul ajar yang disesuaikan dengan materi yang kita
ajarkan. Modul ajar dapat berbentuk format pdf, dan word.
g. Setelah itu mengimport bahan ajar berupa tugas, kuis atau link tugas
diskusi, foto ataupun halaman yang dapat berbentuk file. Setelah kita
selesai mengimport, kemudian klik create.
h. Selanjutnya publish tugas, kms, file atau links tugas diskusi, foto
ataupun halaman yang dapat berbentuk file. Untuk publish kuis tidak
dapat secara otomatis terpublish ke anggota grup yang lain, namun kita
harus memiliki pengaturan tersendiri untuk mempublish test atau quiz
tersebut.
5. Uji Internal
Media e-learning dengan schoology yang selesai dibuat kemudian
dilakukan uji internal. Uji internal ini terdiri dari uji ahli desain dan uji ahli
materi. Uji ahli dilakukan dengan menggunakan angket yang berisi
pertanyaan tentang desain dan isi atau materi media e-learning yang
dikembangkan. Uji ahli dilakukan dengan beberapa ahli yang berkompeten
di bidangnya. Dalam instrumen penilaian uji ahli juga diberikan ruang
untuk memberikan saran masukan perbaikan produk yang dikembangkan.
Prosedur uji ahli desain dan ahli materi meliputi langkah-langkah sebagai
berikut:
31
a. Menentukan indikator penilaian yang digunakan untuk menilai
prototipe I yang telah dibuat.
b. Menyusun instrumen uji kelayakan produk berdasarkan indikator
penilaian yang telah ditentukan.
c. Melaksanakan uji ahli desain dan materi yang dilakukan oleh ahli
desain dan ahli isi atau materi pembelajaran.
d. Melakukan analisis terhadap hasil uji ahli desain dan ahli materi yang
akan digunakan untuk perbaikan produk.
e. Mengkonsultasikan hasil yang telah diperbaiki kepada ahli desain dan
ahli isi atau materi pembelajaran.
Produk yang telah dibuat diberi nama prototipe I, kemudian dilakukan uji
kelayakan produk dengan berpedoman pada instrumen uji yang telah
dibuat. Dalam melaksanakan uji kelayakan peneliti melibatkan dua orang
ahli, dimana untuk uji ahli desain yang merupakan seorang master dalam
bidang teknologi pendidikan dalam mengevaluasi desain media
pembelajaran yaitu salah seorang dosen PMIPA Universitas Lampung,
sedangkan ahli bidang isi atau materi dilakukan oleh ahli bidang isi atau
materi untuk mengevaluasi isi atau materi Fluida Statis untuk SMA/MA
yaitu seorang dosen PMIPA Universitas Lampung yang berlatar belakang
Pendidikan Fisika. Hasil uji coba produk untuk mengetahui kekurangan
dan kelebihan dari produk tersebut, kemudian akan dijadikan bahan
perbaikan dan penyempurnaan dari produk itu. Setelah dilakukan uji
internal produk, maka prototipe I akan mendapat saran-saran perbaikan
32
dari ahli desain dan ahli isi atau materi. Selanjutnya produk hasil perbaikan
dan konsultasi kemudian disebut prototipe II.
6. Uji Eksternal
Setelah dilakukan uji internal atau uji kelayakan produk dan diperoleh
hasil berupa prototipe II, langkah selanjutnya dilakukan uji eksternal yang
diberikan kepada siswa untuk digunakan sebagai media dan sumber
pembelajaran. Uji eksternal merupakan uji coba kemanfaatan produk oleh
pengguna. Hal-hal yang diujikan yaitu: kemenarikan, kemudahan
menggunakan produk oleh pengguna, dan keefektifan dalam mencapai
tujuan pembelajaran yang sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) yang harus terpenuhi.
Uji ini dilakukan melalui dua tahap, yaitu: uji satu lawan satu, dan uji
kelompok kecil. Tahap uji satu lawan satu ini bertujuan untuk melihat
kesesuaian media e-learning dalam pembelajaran sebelum tahap uji
eksternal pada kelompok kecil. Uji satu lawan satu dilakukan dengan cara
dipilih tiga orang siswa secara acak. Pada tahap ini, siswa menggunakan
media e-learning secara individu atau mandiri kemudian diberikan angket
untuk menyatakan apakah media e-learning sudah menarik, mudah
digunakan dan membantu siswa dalam pembelajaran.
Uji kelompok kecil dilakukan pada sampel penelitian satu kelas siswa
SMA XI MIPA untuk mengetahui kemenarikan, kemudahan serta manfaat
dalam menggunakan media e-learning dan keefektifan media e-learning
sebagai suplemen pembelajaran. Uji ini dilakukan dengan menggunakan
33
desain penelitian one-shot case study untuk mengetahui keefektifan dari
media e-learning yang dihasilkan. Desain ini digunakan untuk meneliti
satu kelompok dengan satu kali perlakuan. Kemudian diketahui efektifitas
dari media e-learning dengan schoology setelah digunakan dalam proses
pembelajaran fisika dengan membandingkan hasil dari belajar mereka
terhadap nilai KKM. Adapun prosedur pelaksanaannya yaitu sebagai
berikut:
a. Menjelaskan bahwa media e-learning ini berada dalam tahap uji
eksternal dan memerlukan umpan balik untuk menyempurnakannya.
b. Menyampaikan orientasi, motivasi, indikator serta tujuan pembelajaran.
c. Menggunakan media e-learning dalam kegiatan pembelajaran (blended
learning).
d. Memberikan tes untuk mengetahui tingkat tujuan yang dapat tercapai
secara online dengan schoology.
e. Menganalisis hasil uji eksternal untuk mengetahui keefektifan media
e-learning pada pembelajaran fisika.
f. Menentukan data hasil uji coba.
Setelah dilakukan uji eksternal maka akan diperoleh saran perbaikan yang
digunakan untuk penyempurnaan sehingga diperoleh prototipe III yang
merupakan produk akhir dari pengembangan.
7. Produksi
Setelah dilakukan perbaikan dari uji eksternal maka dihasilkan prototipe
III kemudian dilakukan tahap selanjutnya yaitu produksi. Tahap ini
34
merupakan tahap akhir dari penelitian pengembangan, dimana dihasilkan
media e-learning dengan schoology pada materi Fluida Statis yang telah
tervalidasi dan siap digunakan.
C. Desain Produk
Media e-learning pada penelitian ini akan dikembangkan dengan salah satu
LMS yaitu schoology. Media e-learning yang dikembangkan mengacu pada
kurikulum 2013 dan hasil analisis penelitian pendahuluan yang telah
dilakukan. Adapun media e-learning yanng dikembangkan meliputi handout,
LKPD, uji kompetensi berbasis LMS pada materi Fluida Statis serta kelas
online dengan schoology. Desain media e-learning meliputi pula pembagian
jadwal serta tampilan kegiatan online dan kegiatan tatap muka. Desain
pembelajaran dalam menggunakan media e-learning yaitu online-tatap muka
(blended learning) yang dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Desain Pembelajaran blended learning
Topik 1
Online Learning Tatap Muka Pertemuan 1
Topik 2
Online Learning Tatap Muka Pertemuan 2
Topik 3
Online Learning Tatap Muka Pertemuan 3
Topik 4
Online Learning Tatap Muka Pertemuan 4
35
Dalam kelas online terdapat beberapa kegiatan yaitu mulai dari orientasi,
merumuskan masalah, merumuskan hipotesis hingga merancang percobaan,
forum diskusi serta evaluasi terhadap siswa baik berupa tugas maupun ujian.
D. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian pengembangan ini menggunakan tiga macam metode pengumpulan
data. Ketiga metode tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Metode Observasi
Metode observasi dilakukan untuk kegiatan analisis kebutuhan pada
penelitian pendahuluan. Metode ini digunakan untuk mengetahui
kelengkapan sarana dan prasarana yang menunjang proses pembelajaran di
sekolah sesuai dengan produk yang dikembangkan, seperti ketersediaan
sumber belajar, laboratorium komputer dan wifi.
2. Metode Angket
Metode angket merupakan sebuah metode pengumpulan data dengan cara
memberikan instrumen pertanyaan kepada siswa maupun guru.
Digunakannya instrumen angket ini untuk mengetahui kebutuhan guru dan
siswa akan produk yang akan dikembangkan. Selain digunakan untuk
menganalisis kebutuhan, angket juga digunakan untuk uji internal.
Instrumen angket uji ahli ini digunakan untuk mengetahui kelayakan
produk berdasarkan desain serta materi. Pada uji eksternal angket juga
digunakan untuk uji kemenarikan, kemudahan dan manfaat produk.
Angket digunakan dalam membuat rekomendasi perbaikan produk untuk
kesempurnaan produk yang dikembangkan.
36
3. Metode Tes
Metode tes digunakan untuk mengetahui tingkat efektifitas perangkat yang
dikembangkan. Metode ini dilakukan dengan menerapkan media
e-learning yang dihasilkan sebagai suplemen pembelajaran fisika SMA.
Metode tes ini menggunakan desain penelitian One-Shot Case Study.
Desain penelitian yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. One-Shot Case Study (Sugiyono, 2010:110).
Keterangan:
X = Treatment, penggunaan media e-learning
0 = Hasil belajar siswa
Metode tes ini dilakukan oleh satu kelas sampel siswa kelas XI SMA
Muhammadiyah 2 Bandarlampung. Produk yang dikembangkan akan
digunakan sebagai suplemen pembelajaran fisika. Kemudian siswa akan
diberikan soal ujian. Hasil ujian tersebut dianalisis ketercapaian tujuan
pembelajaran sesuai dengan nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM)
yang harus terpenuhi.
E. Teknik Analisis Data
Setelah diperoleh data, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data
tersebut. Data hasil penelitian pendahuluan dengan instrumen angket
dianalisis untuk mengetahui perlu atau tidak dikembangkannya media
e-learning dengan schoology sebagai suplemen pembelajaran fisika SMA.
X O
37
Digunakannya skala likert pada instrumen angket penelitian uji ahli desain
serta uji ahli materi yang memiliki 4 pilihan jawaban sesuan dengan konten
pertanyaan. Dari hasil penilaian tersebut selanjutnya dilihat skor rata-ratanya
yang kemudian diinterprestasikan kelayakan produk dari segi desain dan
materi.
Digunakannya uji eksternal untuk mengetahui respon dari siswa terhadap
media e-learning yang telah dibuat serta menilai kemenarikan, kemudahan
dan manfaat dari media e-learning yang dihasilkan. Terdapat 4 skala
penilaian dalam instrumen penilaian uji eksternal. Angket respon terhadap
pengguna produk memiliki 4 pilihan jawaban yang sesuai dengan konten
pertanyaan yaitu: “sangat menarik”, “menarik”, “kurang menarik” serta
“tidak menarik” atau “sangat baik”, “baik”, “kurang baik”, serta “tidak baik”.
Tiap pilihan jawaban memiliki skor berbeda yang mengartikan tingkat
kesesuaian produk bagi pengguna. Penilaian instrumen total dilakukan dari
jumlah skor yang diperoleh kemudian dibagi dengan jumlah total skor,
setelah itu hasilnya dikalikan dengan banyaknya pilihan jawaban. Skor
penilaian tiap pilihan jawaban ini dapat dilihat dalam Tabel 2.
Tabel 2. Skor Penilaian terhadap Pilihan Jawaban (Suyanto (2009:20)
Pilihan Jawaban Skor
Uji Kemenarikan Uji Kemudahan Uji Kemanfaatan
Sangat Menarik Sangat Mudah Sangat Bermanfaat 4
Menarik Mudah Bermanfaat 3
Cukup Menarik Cukup Mudah Cukup Bermanfaat 2
Tidak Menarik Tidak Mudah Tidak Bermanfaat 1
38
Instrumen yang digunakan memiliki 4 pilihan jawaban, sehingga skor
penilaian total dapat dicari dengan menggunakan formulasi:
Skor Penilaian = Jumlah skor pada instrumen
Jumlah skor tertinggi X 4
Hasil dari skor penilaian tersebut selanjutnya dicari rata-ratanya dari sejumlah
sampel uji coba kemudian dikonversikan ke pernyataan penilaian untuk
menentukan kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan produk yang
dihasilkan. Pengkonversian skor menjadi pernyataan penilaian ini dapat
dilihat dalam Tabel 3.
Tabel 3. Konversi Skor Penilaian Menjadi Pernyataan Nilai Kualitas (Suyanto
(2009: 20)
Skor Penilaian Rerata Skor Klasifikasi
4 3,26-4,00 Sangat Baik
3 2,51-3,25 Baik
2 1,76-2,50 Kurang Baik
1 1,01-1,75 Tidak Baik
Setelah dilakukannya pembelajaran fisika yang menggunakan media
e-learning dengan schoology sebagai suplemen pembelajaran dengan metode
one shot case study diperoleh hasil uji eksternal berupa hasil belajar siswa.
Data hasil dari uji eksternal digunakan untuk mengukur tingkat efektivitas
media e-learning, digunakannya nilai KKM mata pelajaran fisika di sekolah
untuk perbandingan setelah menggunakan suplemen pembelajaran berupa
media e-learning dengan schoology untuk meningkatkan pemahaman konsep
Fluida Statis. Menurut Arikunto (2010), apabila 70% dari siswa yang belajar
menggunakan media e-learning telah tuntas KKM, maka suplemen
39
pembelajaran menggunakan media e-learning dengan schoology dalam
pembelajaran fisika ini dapat dikatakan efektif dan layak digunakan. Skor
penilaian total diformulasikan sebagai berikut:
����� =�����ℎ !"# $�%& '�()#"�)ℎ � *�
�����ℎ +!"# ,�! ����× 100
61
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Setelah melakukan penelitian pengembangan ini, maka diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
1. Dihasilkan media e-learning dengan schoology sebagai suplemen
pembelajaran pada materi Fluida Statis dengan prosedur pengembangan
Suyanto (2009) yang telah divalidasi oleh ahli materi dan ahli desain.
2. Media e-learning dengan schoology sebagai suplemen pembelajaran fisika
pada materi Fluida Statis memiliki skor kemenarikan 3,02 (menarik),
kemudahan 2,95 (mudah), dan kemanfaatan 2,98 (bermanfaat).
3. Media e-learning dengan menggunakan schoology pada materi Fluida
Statis yang dikembangkan efektif digunakan sebagai suplemen
pembelajaran dilihat dari hasil uji efektivitas yaitu sebanyak 80% siswa
telah mencapai KKM.
B. Saran
Saran penelitian pengembangan ini adalah:
1. Penggunaan media e-learning ini sebaiknya diterapkan pada sekolah atau
daerah yang memiliki konektivitas internet stabil dan memadai.
62
2. Penggunaan media e-learning ini hendaknya dilakukan oleh guru yang
sudah memiliki pemahaman yang baik tentang media e-learning.
3. Bagi guru sebaiknya memanfaatkan media e-learning sebagai suplemen
pembelajaran untuk mengatasi permasalahan keterbatasan waktu
pembelajaran.
4. Bagi siswa hendaknya menggunakan media e-learning secara individu
agar dapat lebih mandiri dalam belajar di luar jam pelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Hunaiyyan, Ahmed, Nabeel Al-Huwail & Salah Al-Sharhan. 2008. Blended E-
Learning Design: Discussion of Cultural Issues. International Journal of
Cyber Society and Education. Vol. 1(1). 17-32.
Aminoto, Tugiyo & Pathoni, Hairul. 2014. Penerapan Media E-Learning Berbasis
Schoology untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Materi
Usaha dan Energi di Kelas XI SMA N 10 Kota Jambi. Jurnal
Sainmatika. Vol 8(1). 13-29.
Amiroh. 2012. Kupas Tuntas Membangun E-Learning dengan Learning
Management System Moodle. Sidoarjo: Genta Group.
Anonim. 2014. Mengapa silet bisa teraung dipermukaan air?. Dikutip dari
http://sudutipa.blogspot.com/2014/12/mengapa-silet-bisa-terapung-
di.html.
Anonim. 2016. Dampak Penyelam Terhadap Terumbu Karang. Dikutip dari
http://reefcheck.or.id/2016/06/20/dampak-penyelam-terhadap-terumbu-
karang/.
Anjrah. 2009. Paket cuci mobil. Dikutip dari http://www.usahabengkelsparepart
motor.com/peluang-usaha/alat-cuci-mobil-salju-hidrolik/.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Yogyakarta : Rineka Crata.
Artiyono, Sabar. 2015. 7 Hal yang bakal bikin kamu pikir-pikir kalau mau rajin
berenang. Dikutip dari https://www.brilio.net/life/7-hal-yang-bakal-
bikin-kamu-pikir-pikir-kalau-mau-rajin-berenang-1508314.html.
Azab, Rakesh. 2013. Blended Learning: A Way For Excellence In Teacher
Education In E-World. Proceeding of the Global Summit on Education
2013. Kuala Lumpur: Organized by World Conferences.net.
64
Bozic, Natasha Hoic. 2009. A Blended Learning Approach to Course Design and
Implementation. Ieee Transactions On Education. Vol, 52(1). 20-21.
Gall, M.D., Gall, J.P., & Borg, W.R. 2002. Educational research. San Fransisco:
Library of Congress Cataloging in Publication Data.
Helmanda, Rilfi., Elniti, Sri., & Armalita, Nonong. 2012. Pengembangan Handout
Matematika Berbasis Pendekatan Realistik Untuk Siswa Smp Kelas VII
Semester 2. 1 (1): (75-79).
Henderson, Allan J. 2003. The E-Learning Question and Answer Book. New
York: American Management Association.
Hidayat, Ali. 2013. Pengaruh Penggunaan E-Learning terhadap Motivasi dan
Efektivitas Pem-belajaran Fisika Bagi Siswa SMA. Jurnal Manajemen
Sistem Informasi. Dikutip dari http://papers. gunadarma.ac.id/files/
journals/7/ articles/14879/public/14879-41778-1-PB.pdf.
Juniarti, Rani Dwi. 2014. Pengembangan media mobile learning dengan aplikasi
Schoology pada pembelajaran geografi materi hidrosfer kelas X SMA
Negeri 1 Karanganyar. Skripsi. Solo: Universitas Sebelas Maret.
Kanginan, Marthen. 2007. Fisika Untuk SMA Kelas XI. Cimahi: Erlangga.
Kazu, Demirkol. 2014. Effect of blended learning environment model on high
school students’ academic achievement. The Turkish Online Journal of
Educational Technology. Vol. 13(1). 78-87.
Lasmi, Ni Ketut. 2013. Fisika Jilid 1 Untuk SMA/MA Kelas X. Cimahi: Erlangga
Maharta, Nengah. 1997. Belajar Fisika Sistematis 1. Bandung: Conceps Science
Bandung.
Mathew, Comerchero. 2006. E-Learning Concept and Techniqye. USA: Institute
fot Interactive Technologies, Bloomsburg Univercity of Pennsylvania.
Mayub. 2005. E-Learning Fisika Berbasis Macromedia Flash MX. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Naim, Asih. 2013. Terapung, Tenggelam, Melayang. Dikutip dari http://asihnaim.
blogspot.com/2013/03/terapung-tenggelam-melayang.html.
65
Oliver, M. & Trigwell, K. 2005. Can "Blended Learning" Be Redeemed?.
E-Learning. 2(1), 17-26.
Pertiwi, Istri Cintya, Sukadi & I Nyoman Pursika. 2013. Penerapan Strategi
Pembelajaran E-Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
dalam Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada Siswa Kelas X
Tataniaga B di SMA Negeri 1 Singaraja. Edutech Universitas
Pendidikan Ganesha.
Potter, Arfiy. 2010. Skripsi Pengembangan Multimedia. Dikutip dari
http://sekripsiku.blogspot.com/2010/02/bab-iii.html.
Pratama, Oktaviani. 2014. Kohesi dan adhesi. Dikutip dari https://oktaviani
pratama.wordpress.com/science/physics/kohesi-dan-adhesi/.
Prawiradilaga, Dewi Salma & Eveline Siregar. 2013. Mozaik Teknologi
Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Rashty, David. 1999. E-Learning Process Models. Dikutip dari http://www.
addwise.com /articles/e-learning_Process_Models.pdf.
Rifai, Achmad & Catharina Tri Anni. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang:
Unnes Press.
Roval, A.P. & Jordan, H.M. 2004. Blended Learning and Sense of Community:
A Comparative Analysis with Traditional and Fully Online Graduate
Courses. Internatonal Review of Research in Open and Distance
Learning. Vol. 5(2), 1-13.
Ruth C. Clark, Richard E. Mayer. 2011. E-Learning dan the science of
instruction: Proven Guidlines for Consumers dan Designers of
Multimedia Learning. 3rd edition.
Sari, E., Syamsurizal, & Asrial. 2016. Pengembangan Lembar Kegiatan Peserta
Didik (LKPD) Berbasis Karakter Pada Mata Pelajaran Kimia SMA. Edu
Sains. 7 (1), 41-48.
Siemens, George. 2004. A Learning Theory for the digital Age. Dikutip dari
http:www.elearnspace.org/Articles/connectivism.html.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
66
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suyanto, Eko & Sartinem. 2009. Pengembangan Contoh Lembar Kerja Fisika
Siswa dengan Latar Penuntasan Bekal Awal Ajar Tugas Studi Pustaka
dan Ketrampilan Proses untuk SMA Negeri 3 Bandar Lampung.
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2009. Bandar Lampung: Unila.
Uzun Adem, Senturk Aysan. 2010. Blending Makes the Difference: Comparison of
Blended and Traditional Instruction on Students’ Performance and
Attitudes in Computer Literacy. Contemporary Educational Technology.
Vol. 1(3). 196-207.
Whitelock, D. & Jelfs, A. 2003. Editorial: Journal of Educational Media Special
Issue on Blended Learning. Journal of Educational Media. 28(2), 99-100.
Widodo, Tri. 2009. Buku Sekolah Elektronik Untuk SMA dan MA Kelas XI.
Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Yendri, Dodon. 2013. Blended Learning : Model Pembelajaran Kombinasi
E-Learning dalam Pendidikan Jarak Jauh. Jurnal Pendidikan Vokasi.
Vol. 3(5). 1-6.