pengembangan lembar kerja peserta didik …digilib.unila.ac.id/27195/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASISMODEL PEMBELAJARAN ExCluSiVE UNTUK MENUMBUHKAN
KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWAPADA MATERI OPTIK
(Skripsi)
Oleh
ANITA DAMAYANTI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
ii
ABSTRAK
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASISMODEL PEMBELAJARAN ExCluSiVE UNTUK MENUMBUHKAN
KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWAPADA MATERI OPTIK
Oleh
ANITA DAMAYANTI
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan LKPD berbasis model pembelajaran
ExCluSiVE yang valid, menarik, mudah, bermanfaat, dan mampu menumbuhkan
keterampilan berpikir kreatif. Penelitian ini berpedoman pada prosedur penelitian
dan pengembangan dari Sugiyono (2012) yang dimulai dari analisis potensi dan
masalah, pengumpulan informasi, desain produk, validasi produk, revisi produk,
uji coba produk, perbaikan produk akhir, dan uji coba pemakaian. Tahap analisis
potensi dan masalah serta pengumpulan informasi dilakukan untuk mencari
informasi agar penelitian memiliki tujuan yang jelas. Tahap desain produk
dilakukan pembuatan produk LKPD. Selanjutnya, uji validasi produk dilakukan
oleh ahli materi/isi dan ahli desain dan produk dinyatakan valid serta layak
digunakan. Kemudian dilakukan uji coba produk yaitu uji 1-1 dan didapatkan
hasil LKPD sangat menarik, sangat mudah digunakan dan sangat bermanfaat.
Setelah tidak ada perbaikan dalam uji coba produk kemudian dilakukan uji coba
pemakaian dengan hasil, produk yang dikembangkan efektif untuk menumbuhkan
keterampilan berpikir kreatif. LKPD juga valid dan layak digunakan dengan
kualitas menarik, sangat mempermudah, dan sangat bermanfaat.
Kata kunci: berpikir kreatif, ExCluSiVE, LKPD, optik, pengembangan
iii
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASISMODEL PEMBELAJARAN ExCluSiVE UNTUK MENUMBUHKAN
KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWAPADA MATERI OPTIK
Oleh
Anita Damayanti
SkripsiSebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan FisikaJurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG2017
iv
Judul Skripsi : PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIKBERBASIS MODEL PEMBELAJARAN ExCluSiVEUNTUK MENUMBUHKAN KETERAMPILAN BERPIKIRKREATIF SISWA PADA MATERI OPTIK
Nama Mahasiswa : Anita Damayanti
Nomor Pokok Mahasiswa : 1313022008
Program Studi : Pendidikan Fisika
Jurusan : Pendidikan MIPA
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing,
Dr.Abdurrahman, M.Si. Wayan Suana, S.Pd., M.Si.NIP 19681210 199303 1 002 NIP 19851231 200812 1 001
2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA,
Dr. Caswita, M.Si.NIP 19671004 199303 1 004
v
MENGESAHKAN
1. Komisi Penguji
Ketua : Dr. Abdurrahman, M.Si.
Sekretaris : Wayan Suana, S.Pd., M.Si.
PengujiBukan Pembimbing : Drs. Eko Suyanto, M.Pd.
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum.NIP 19590722 198603 1 003
Tanggal Lulus Ujian Skripsi: 16 Juni 2017
vi
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah:
Nama : Anita Damayanti
NPM : 1313022008
Fakultas / Jurusan : KIP / Pendidikan MIPA
Program Studi : Pendidikan Fisika
Alamat : Yosomulyo, 21C, Metro Pusat, Kota Metro, Lampung.
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Bandar Lampung, Juni 2017Yang Menyatakan,
Anita DamayantiNPM 1313022008
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Ibu Nanik Indayati dan Bapak
Toni Prihartono dilahirkan pada 6 Januari 1996 di Kota Metro, Lampung dan
diberi nama Anita Damayanti.
Penulis mengawali pendidikan formal di Sekolah Dasar Negeri 7 Metro Pusat dan
lulus pada tahun 2007, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri
2 Metro dan lulus pada tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis melanjutkan
pendidikan di SMA Negeri 1 Metro dan lulus pada tahun 2013. Di tahun yang
sama penulis diterima dan terdaftar sebagai mahasiswa di Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Lampung melalui
jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Pada tahun 2016 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Gaya
Baru 1 sekaligus melaksanakan PPL di SMP Muhammadiyah Seputih Surabaya,
Kabupaten Lampung tengah.
viii
Motto
“Tangga menuju langit adalah kepalamu, maka letakkan kakimudiatas kepalamu. Untuk mencapai Tuhan injak-injaklah pikiran dan
kesombongan rasionalmu”.(Sudjiwo Tejo)
“Lebih baik diasingkan dari pada menyerah pada kemunafikan”.(Soe Hok Gie)
“Let the flowers grow with their own reason”.(Anita Damayanti)
ix
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan limpahan rahmat-Nya
dan semoga shalawat selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad shalallahu
‘alaihi wassalam. Dengan kerendahan hati, penulis mempersembahkan karya
sederhana ini sebagai bakti kasih tulus kepada:
1. Kedua orang tuaku tercinta, Ibu Nanik Indayati dan Bapak Toni Prihartono
yang telah sepenuh hati membesarkan, mendidik, mendo’akan, serta
menemani setiap langkah perjuangan anak-anaknya. Semoga Allah
senantiasa memberikan kesehatan kepada mereka sehingga dapat menjadi
saksi kesuksesan anak-anaknya
2. Adik-adikku tersayang Luthfiana Aura Maharani, Rahil Sulthana Zulfa, dan
Fadhillah Khaira Lubna yang senantiasa memberikan do’a dan semangatnya
untuk keberhasilanku.
3. Semua sahabat-sahabatku yang begitu tulus mendampingi perjuanganku
hingga saat ini dengan segala kekurangan yang ku miliki, dari kalian aku
belajar ketulusan dan manisnya perjuangan.
4. Almamater tercinta Universitas Lampung.
x
SANWACANA
Alhamdulillah segala puji hanya bagi Allah SWT, atas rahmat dan ridho-Nya
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Lembar Kerja
Peserta Didik Berbasis Model Pembelajaran ExCluSiVE untuk Menumbuhkan
Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa pada Materi Optik”. Pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.
3. Bapak Drs. Eko Suyanto, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Fisika dan pembahas, atas waktu dan masukannya dalam menyelesaikan
skripsi.
4. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Pembimbing I sekaligus
Pembimbing Akademik, atas kesabaran dalam memberikan bimbingan,
arahan, dan motivasi kepada penulis selama menyelesaikan skripsi.
5. Bapak Wayan Suana, S.Pd., M.Si., selaku Pembimbing II. Atas kesabaran
dalam memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi kepada penulis selama
menyelesaikan skripsi.
6. Ibu Hervin Maulina, S.Pd., M.Si., dan Bapak B. Anggit Wicaksono, S.Pd.,
M.Si., selaku validator uji ahli isi/materi dan uji ahli desain, terimakasih atas
saran perbaikan yang diberikan.
xi
7. Bapak dan ibu dosen Pendidikan Fisika Universitas Lampung yang telah
membimbing penulis selama menuntut ilmu di Universitas Lampung.
8. Ibu Dina Octora Sastaviana, S.Pd., selaku guru mata pelajaran fisika di
SMA Negeri 1 Metro, terimakasih atas waktu, arahan, dan bimbingan
selama melakukan penelitian.
9. Peserta didik kelas XI IPA 1, XI IPA 2, dan XI IPA 4 SMA Negeri 1 Metro
atas bantuan dan kerjasamanya.
10. Keluargaku: Ibu, Ayah, Aura, Upa, dan Adil yang selalu memberikan
semangat, arahan, dan tempat pulang paling nyaman yang pernah ada.
11. Sahabat-sahabat terbaikku Nulur, Cubin, Ika, Fire, Nujul, dan kalian yang
tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih atas waktu, semangat,
motivasi, dan kebersamaanya selama ini.
12. Anggota akhwat sholeha (Ning, Yeni, Dian, Fire, Nulur, Cubin, Mbak
Timel, Mbak Safura, dan Nova).
13. Teman se-berpikir kreatif Clara, Isna, dan Abi.
14. Teman-teman CABE 2013 Abi, Adella, Isna, Clara, dan Citra.
15. Komti seumur hidup Dede Indra Komara.
16. Kelompok Microteaching yang di rahmati Allah (Mang Dede, Lulu, Mbak
Timel, Fire, Deni Mul, Sun, Ning, dan Arwi).
17. Teman-teman YAPU 2013 yang tidak dapat disebutkan satu persatu,
terimakasih atas kebersamaannya selama ini.
18. Sahabat Tabuls (Senior, Saroh dan Wati).
19. Teman-teman kosan bu Jun.
20. Keluarga KKN Gaya Baru I : Bu Iros, Aina, Andi Lalapo, Nia, dan Lia.
xii
21. Almamater tercinta Universitas Lampung.
22. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.
Penulis berdo’a semoga semua amal dan bantuan yang telah diberikan mendapat
pahala dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat. Aamiin.
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL LUAR ........................................................................................... i
ABSTRAK ................................................................................................. ii
JUDUL DALAM ....................................................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... v
SURAT PERNYATAAN .......................................................................... vi
RIWAYAT HIDUP ................................................................................... vii
MOTTO ..................................................................................................... viii
PERSEMBAHAN...................................................................................... ix
SANWACANA .......................................................................................... x
DAFTAR ISI.............................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xvii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1B. Rumusan Masalah .......................................................................... 6C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 7D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 7E. Ruang Lingkup Penelitian.............................................................. 7
xiv
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran ExCluSiVE ................................................. 9B. Keterampilan Berpikir Kreatif ..................................................... 14C. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) ........................................... 23D. Materi Optik.................................................................................. 32
III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian .......................................................................... 41B. Prosedur Pengembangan............................................................... 41C. Teknik Pengumpulan Data............................................................ 46D. Teknik Analisis Data..................................................................... 47
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengembangan1. Hasil Potensi dan Masalah ....................................................... 512. Pengumpulan Data ................................................................... 523. Desain Produk .......................................................................... 554. Validasi dan Revisi Produk...................................................... 555. Uji Coba Produk ...................................................................... 576. Revisi Produk........................................................................... 587. Uji Coba Pemakaian ................................................................ 598. Revisi Produk Akhir ................................................................ 619. Produksi ................................................................................... 61
B. Pembahasan1. Kesesuaian Produk Pengembangan ......................................... 612. Tingkat Kemenarikan, Kemudahan, dan Kemanfaatan
LKPD ....................................................................................... 623. Tingkat Keefektifan LKPD...................................................... 654. Kesesuaian Produk dengan Tujuan Pengembangan ................ 685. Kelebihan dan Kekurangan Produk Pengembangan................ 71
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ....................................................................................... 72B. Saran ............................................................................................. 72
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Tabel 1 Desain Pretest-Postest Kelompok Kontrol Tanpa Acak... 47
2. Tabel 2 Skor Penilaian terhadap Pilihan Jawaban ......................... 49
3. Tabel 3 Konversi Skor Penilaian menjadi Pernyataan
Nilai Khusus................................................................................... 49
4. Tabel4 Kriteria Efektifitas Penerapan Produk ............................... 50
5. Tabel 5 Rekapitulasi Hasil Wawancara ......................................... 53
6. Tabel 6 Rekapitulasi Hasil Angket Siswa...................................... 54
7. Tabel 7 Rangkuman Hasil Uji Ahli Desain.................................... 55
8. Tabel 8 Rangkuman Hasil Uji Ahli Isi/Materi ............................... 56
9. Tabel 9 Rangkuman Hasil Respon Penilaian Siswa dalam Uji
Pemakaian ...................................................................................... 59
10. Tabel 10 Nilai N-Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ....... 61
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Gambar 1 Siklus model pembelajaran ExCluSiVE ............................ 13
2. Gambar 2 Prinsip interaksi model pembelajaran ExCluSiVE ............ 14
3. Gambar 3 Struktur LKPD .................................................................. 29
4. Gambar 4 Struktur materi fisika optik ................................................ 33
5. Gambar 5 Pembentukan bayangan hasil penggunaan lup
pada mata berakomodasi ..................................................................... 34
6. Gambar 6 Pembentukan bayangan hasil penggunaan
lup pada mata tak berakomodasi ......................................................... 35
7. Gambar 7 Pembentukan bayangan pada penggunaan
mikroskop mata berakomodasi ........................................................... 37
8. Gambar 8 Pembentukan bayangan pada penggunaan
mikroskop mata tak berakomodasi...................................................... 37
9. Gambar 9 Pembentukan bayangan hasil penggunaan teropong
bintang................................................................................................. 38
10. Gambar 10 Langkah-Langkah Memproduksi Produk
Pengembangan .................................................................................... 42
11. Gambar 11 Representasi Isi LKPD Tahap Exploring ......................... 64
12. Gambar 12 Representasi Isi LKPD Tahap Clustering ........................ 65
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Kisi-Kisi Analisis Kebutuhan Guru................................................. 77
2. Instrumen Analisis Kebutuhan Guru ............................................... 79
3. Rekapitulasi Hasil Wawancara Guru............................................... 84
4. Kisi-Kisi Angket Kebutuhan Siswa................................................. 88
5. Instrumen Angket Kebutuhan Siswa ............................................... 89
6. Rekapitulasi Angket Kebutuhan Siswa ........................................... 93
7. Kisi-Kisi Uji Ahli Desain ................................................................ 104
8. Instrumen Uji Ahli Desain............................................................... 105
9. Hasil Uji Ahli Desain....................................................................... 107
10. Kisi-Kisi Uji Ahli Materi................................................................. 109
11. Instrmen Uji Ahli Materi ................................................................. 112
12. Hasil Uji Ahli Materi ....................................................................... 119
13. Kisi-Kisi Uji 1-1 .............................................................................. 125
14. Instrumen Uji 1-1............................................................................. 127
15. Hasil Uji 1-1 .................................................................................... 131
16. Rekapitulasi Hasil Uji 1-1 ............................................................... 140
17. Kisi-Kisi Soal Berpikir Kreatif ........................................................ 141
18. Soal Berpikir Kreatif........................................................................ 147
xviii
Lampiran Halaman
19. Rubrik Penskoran Soal Berpikir Kreatif.......................................... 149
20. Data N-Gain Kelas Eksperimen ...................................................... 151
21. Data N-Gain Kelas Kontrol ............................................................. 153
22. Kisi-Kisi Uji Kemenarikan, Kemudahan, dan Kemanfaatan........... 154
23. Instrumen Uji Kemenarikan, Kemudahan, dan Kemanfaatan ......... 156
24. Rekapitulasi Hasil Uji Kemenarikan, Kemudahan,
dan Kemanfaatan ............................................................................. 160
25. Silabus ............................................................................................. 163
26. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ................................................ 167
27. Produk LKPD .................................................................................. 174
28. Lembar Jawaban LKPD................................................................... 203
29. Rubrik Penilaian LKPD................................................................... 213
30. Surat Balasan Penelitian .................................................................. 221
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan pokok dari keseluruhan proses
pendidikan di sekolah. Berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan
pembelajaran secara langsung dipengaruhi oleh proses pembelajaran yang
dialami peserta didik. Guru dituntut dapat menguasai berbagai strategi
ataupun model pembelajaran. Tujuannya agar guru mampu mengatasi
kejenuhan yang dialami peserta didik selama proses pembelajaran, sehingga
peserta didik mampu menemukan suasana menyenangkan dan menggali
kreativitas peserta didik peserta didik dalam belajar. Oleh karena itu, guru
dituntut untuk menggunakan strategi ataupun model yang dapat
meningkatkan kreativitas belajar peserta didik.
Kreativitas yang dimiliki oleh peserta didik berkaitan erat dengan
keterampilan berpikir kreatif yang mereka miliki. Dewasa ini, dalam setiap
eksistensi kehidupan, baik berupa pekerjaan maupun profesi lainnya
membutuhkan sumber daya yang memiliki keterampilan tingkat tinggi yang
mempersyaratkan individu dan masyarakat agar memiliki habit untuk
senantiasa belajar, bernalar, berpikir kreatif, membuat keputusan, dan
memecahkan masalah (Pusfarini dkk., 2016). Bertolak dari pemaparan
2
tersebut, dapat dikatakan siswa yang memiliki keterampilan berpikir kreatif
mampu membuat kesimpulan yang terpercaya, memiliki wawasan yang luas,
membuat keputusan yang bijak, menghasilkan produk yang baik, dan
penemuan yang kreatif. Sehingga, berpikir kreatif dianggap penting untuk
mendukung siswa dalam upaya menggali pemahaman suatu konsep.
Hakikat belajar ilmu sains khususnya fisika tidak cukup sekedar mengingat
dan memahami konsep yang ditemukan ilmuwan. Akan tetapi, sangat penting
bagi peserta didik untuk pembiasaan perilaku ilmuwan dalam menemukan
konsep yang dilakukan melalui percobaan atau praktikum dan penelitian
ilmiah. Subagyo dan Marwoto (2008) menyatakan bahwa proses penemuan
konsep yang melibatkan keterampilan-keterampilan yang mendasar melalui
percobaan ilmiah dapat dilaksanakan dan ditingkatkan melalui kegiatan
praktikum di laboratorium. Tujuan utama pratikum adalah untuk melatih
peserta didik bekerja sesuai prosedur ilmiah guna memperoleh keterampilan,
pengetahuan, serta nilai ilmiah (Depdiknas, 2004).
Berdasarkan hasil penelitian, pembelajaran fisika kelas XI di SMA Negeri 1
Metro secara umum menurut peserta serta didik kurang menarik disebabkan
pembelajaran di dalam kelas bersifat monoton. Demikian pula model yang
diterapkan guru di dalam kelas tidak bervariatif membuat peserta didik
kurang antusias dalam melaksanakan pembelajaran, hal tersebut akan
berpengaruh pada tingkat pemahaman siswa. Sebagian besar siswa juga
masih memiliki keterampilan berpikir kreatif yang rendah, tidak lebih dari
45% siswa dari keseluruhan jumlah siswa yang memenuhi kriteria
3
keterampilan berpikir kreatif. Oleh karena itu, perlu dilakukan perbaikan
dalam proses pembelajaran di dalam kelas untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran fisika di dalam kelas bertujuan
untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan berkomunikasi
sebagai aspek penting kecakapan hidup. Untuk mencapai hal tersebut
diperlukan model pembelajaran yang tepat.
Salah satu model pembelajaran yang menitik beratkan pada kemampuan
berpikir dan mengidentifikasi permasalahan yaitu model pembelajaran
ExCluSiVE. Model pembelajaran ExCluSiVE merupakan akronim dari
exploring, clustering, simulating, valuing, and evaluating. Model
pembelajaran ExCluSiVE ini dapat dikembangkan untuk memacu siswa
berperan aktif dalam setiap fase pembelajarannya (Abdurrahman dkk., 2012).
Model pembelajaran tersebut menuntut siswa untuk saling bertukar pikiran,
berkolaborasi, berkomunikasi, serta bersimulasi di depan kelas guna
mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan sehingga siswa diharapkan
mampu mengembangkan kemampuannya, tak terkecuali keterampilan
berpikir kreatif.
Selain penggunaan model pembelajaran yang tepat, pemakaian bahan ajar
yang sesuai juga dapat menunjang ketercapaian tujuan pembelajaran. Bahan
ajar adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisikan materi
pembelajaran, metode, batasan-batasan dan cara mengevaluasi yang didesain
secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang
diharapkan, yaitu mencapai kompetensi atau subkompetensi dengan segala
4
kompleksitasnya (Lestari, 2013). Berdasarkan pemaparan tersebut jelas
bahwa penggunaan bahan ajar mempengaruhi keberhasilan proses
pembelajaran.
Berdasarkan informasi yang diperoleh sebagian besar siswa kelas XI
mengungkapkan kesulitan belajar fisika khususnya dalam mempelajari materi
Optik, salah satu alasannya karena keterbatasan bahan ajar. Menurut
pemaparan salah satu guru fisika di SMA Negeri 1 Metro, bahan ajar yang
digunakan selama pembelajaran hanya buku paket. Sehingga diperlukan
bahan ajar lain yang perlu dikembangakan sesuai dengan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai.
Terdapat berbagai jenis bahan ajar, salah satunya yaitu Lembar Kerja Peserta
Didik (LKPD) atau dahulu lebih dikenal dengan sebutan Lembar Kerja Siswa
(LKS). LKPD merupakan salah satu bahan ajar yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran. LKPD yang dimaksud adalah LKPD
jenis penuntun praktikum yang ditujukan untuk membantu dan menuntun
peserta didik agar dapat bekerja secara kontinu dan terarah. Penuntun
praktikum digunakan sebagai panduan tahapan-tahapan kerja pratikum bagi
peserta didik maupun guru.
Berdasarkan hasil telaah, penuntun praktikum atau LKPD yang biasa
digunakan terdapat beberapa permasalahan. Pertama, LKPD yang tersedia
belum sesuai dengan kurikulum, dimana pada dasarnya kegiatan praktikum
harus mampu mengembangkan kemampuan belajar ilmiah siswa, sementara
LKPD yang ada masih menuntun siswa untuk melakukan praktikum dengan
5
cara hanya mengikuti prosedur yang ada saja. Kedua, pendekatan praktikum
yang digunakan sekolah saat ini adalah pendekatan konvensional, yakni guru
memberikan masalah, alat, bahan serta langkah kerja pada peserta didik.
Ketiga, LKS atau LKPD yang beredar di pasaran yaitu berupa gabungan dari
lembaran kerja untuk materi ajar dan kegiatan praktikum. Menurut Lasmana
(2011) terdapat ketidaksesuaian antara LKS dan buku paket yang biasanya
digunakan dalam kegiatan pembelajaran sekaligus kegiatan praktikum dengan
indikator pembelajaran.
Bertolak dari LKPD yang bersifat konvensional, saat ini LKPD dapat
dikembangkan dengan model pembelajaran tentu sesuai dengan kebutuhan
pembelajaran di dalam kelas. Lestari (2013) menjelaskan bahwa bahan ajar
akan lahir dari sebuah rencana pembelajaran yang dibuat oleh guru.
Berdasarkan pemaparan tersebut diartikan bahwa kita dapat mengembangkan
sebuah bahan ajar khususnya LKPD dengan terlebih dahulu menganalisis
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, kemudian menyusun rencana
pembelajaran dengan memilih suatu model pembelajaran yang tepat dan
menuangkan sintaks model pembelajaran tersebut ke dalam LKPD yang akan
dikembangkan.
Berdasarkan beberapa ulasan di atas, peneliti telah mengembangkan alternatif
bahan ajar yang dapat diterapkan oleh guru dengan mengembangkan bahan
ajar LKPD berbasis model pembelajaran ExCluSiVE untuk menumbuhkan
keterampilan berpikir kreatif siswa pada materi Optik. LKPD yang
dikembangkan menggunakan basis model pembelajaran ExCluSiVE
6
dikarenakan mampu memperbaiki kelemahan LKPD konvensional. Model
pembelajaran ExCluSiVE dikembangkan berdasarkan kemampuan
metakognisi, sehingga siswa mampu mengkontruksi pengetahuan,
mengaplikasikan konsep-konsep, dan memperdalam konsep-konsep sehingga
melahirkan jawaban dan argumentasi ilmiah yang merepresentasikan
pemahaman (Abdurrahman dkk., 2012). Berdasarkan ulasan tersebut, LKPD
yang berbasis model pembelajaran ExCluSiVE tentunya mampu membantu
mengembangkan belajar ilmiah siswa tanpa pendekatan konvensional yang
hanya memberikan masalah, alat, bahan, serta langkah kerja pada siswa, dan
LKPD yang dikembangkan bukan lagi berisi gabungan materi melainkan
lembar kerja siswa selama melakukan kegiatan praktikum. LKPD yang
dikembangkan diharapkan dapat diterapkan dalam proses pembelajaran dan
membantu menumbuhkan keterampilan berpikir kreatif siswa.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian pengembangan ini adalah:
1. Bagaimanakah validitas bahan ajar LKPD berbasis model pembelajaran
ExCluSiVE pada materi Optik?
2. Bagaimanakah kemenarikan, kemanfaatan, dan kemudahan LKPD
berbasis model pembelajaran ExCluSiVE untuk menumbuhkan
keterampilan berpikir kreatif siswa pada materi Optik?
3. Bagaimanakah keefektifan LKPD berbasis model pembelajaran
ExCluSiVE untuk menumbuhkan keterampilan berpikir kreatif siswa
pada materi Optik?
7
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian pengembangan ini adalah:
1. Mengetahui validitas produk LKPD fisika berbasis model pembelajaran
ExCluSiVE untuk menumbuhkan keterampilan berpikir kreatif siswa
pada materi Optik.
2. Menghasilkan produk berupa bahan ajar LKPD berbasis model
pembelajaran ExCluSiVE pada materi Optik untuk SMA yang
dikembangkan secara menarik, mudah, dan bermanfaat.
3. Menghasilkan produk berupa bahan ajar LKPD berbasis model
pembelajaran ExCluSiVE pada materi Optik untuk SMA yang efektif
untuk menumbuhkan keterampilan berpikir kreatif siswa.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian pengembangan ini, antara lain:
1. Menyediakan bahan ajar berupa LKPD berbasis model pembelajaran
ExCluSiVE yang dapat membantu siswa dalam menumbukan
keterampilan berpikir kreatif.
2. Membantu guru menghasilkan bahan ajar berupa LKPD yang dapat
dimanfaatkan oleh siswa untuk pembelajaran materi Optik.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian pengembangan ini adalah:
8
1. Pengembangan merupakan proses menerjemahkan spesifikasi desain ke
dalam suatu wujud fisik tertentu.Wujud fisik dari hasil penelitian
pengembangan ini adalah bahan ajar LKPD berbasis model pembelajaran
ExCluSiVE.
2. Model pembelajaran ExCluSiVE merupakan model pembelajaran yang
menuntut siswa berperan aktif dalam setiap fase pembelajarannya.
ExCluSiVE merupakan akronim dari sintaks model pembelajaran tersebut
yaitu; exploring, clustering, simulating, valuing, dan evaluating.
3. Produk LKPD yang dikembangkan bertujuan untuk membantu
menumbuhkan keterampilan berpikir kreatif siswa.
4. Prosedur pengembangan pada penelitian ini berpedoman pada desain
penelitian oleh Sugiyono.
5. Materi yang disajikan dalam LKPD ini adalah materi fisika SMA/MA
kelas XI semester genap yaitu pokok bahasan Optik sesuai yang
tercantum dalam silabus kurikulum 2013 khususnya materi alat-alat Optik
6. Alat-alat Optik yang disajikan dalam LKPD adalah lup, mikroskop, dan
teropong bintang.
7. Uji coba produk penelitian pengembangan ini dilakukan pada satu kelas
sampel siswa kelas XI SMA Negeri 1 Metro kota Metro tahun ajaran
2016/2017.
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran ExCluSiVE
Penerapan model pembelajaran mampu memudahkan guru merancang
pembelajaran karena dalam model pembelajaran terdapat langkah-langkah
kegiatan yang sistematis sehingga kegiatan pembelajaran terorganisir untuk
mencapai tujuan pembelajaran, pendapat ini didukung oleh Sagala (2005)
yang mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual
yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan tertentu dan
berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan guru dalam
merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
Model pembelajaran merupakan acuan dalam merancang kegiatan
pembelajaran guna menciptakan kegiatan pembelajaran yang kondusif agar
tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai.
Telah banyak dikembangkan model pembelajaran guna membantu guru
dalam menyajikan pembelajaran salah satunya yaitu model pembelajaran
ExCluSiVE (Exploring, Clustering, Simulating, Valuing, and Evaluating).
10
Abdurrahman dkk., (2012) memaparkan bahwa model pembelajaran
ExCluSiVE dikembangkan berdasarkan kerangka model Sudiarta (Sudiarta,
2005) yaitu model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang
menggambarkan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar peserta didik meliputi:
1. Rasional teoritik; landasan berpikir bagaimana hakekat peserta didik
dapat belajar dengan baik,
2. sintaks; bagaimana pola urutan perilaku siswa-guru,
3. prinsip interaksi; bagaimana guru memposisikan diri terhadap siswa,
maupun sumber-sumber belajar,
4. sistem sosial; bagaimana cara pandang antar komponen dalam komunitas
belajar,
5. sistem pendukung; bagaimana lingkungan belajar yang mendukung,
6. dampak pembelajaran; bagaimana hasil dan dampak pembelajaran yang
diharapkan baik dampak instruksional (instructional effect) maupun
dampak pengiring (nurturant effect), diharapkan menjadi salah satu
solusi bagi peningkatan pemahaman sains anak-anak Indonesia.
Model pembelajaran ExCluSiVE dapat dikembangkan untuk memacu siswa
berperan aktif dalam setiap fase pembelajarannya. Siswa diharapkan mampu
dan mengajukan pendapatnya (Abdurrahman dkk., 2012). Model
pembelajaran ini menuntut siswa berperan aktif dan terlibat saling tukar
pikiran, berkolaborasi, berkomunikasi, dan bersimulasi di depan kelas untuk
11
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan sehingga diharapkan siswa
mampu untuk mengembangkan kemampuannya.
Aburrahman dkk., (2012) memaparkan bahwa model pembelajaran
ExCluSiVE berguna dalam mengkaji fakta atau fenomena yang ada di
lingkungan sekitar dan terkait dengan pengalaman nyata siswa sehari-hari.
Model ini dikembangkan berdasarkan teori konstruktivisme, yaitu salah satu
filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah
bentukan (konstruksi) kita sendiri. Model pembelajaran ExCluSiVE juga
dikembangkan berdasarkan teori metakognisi yang menitik beratkan pada
pada pengetahuan kesadaran dan proses atau kendali. Model pembelajaran
ExCluSiVE memiliki sintaks utama yaitu Exploring, Clustering, Simulating,
Valuing, dan Evaluating, sintaks ini dapat diurutkan sebagai berikut:
Fase 1: Exploring
Setelah apersepsi dan motivasi singkat mengenai materi yang akan dipelajari,
siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dimana masing-masing kelompok
memiliki tugas untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya terkait dengan
informasi rinci mengenai materi yang akan dipelajari. Setiap kelompok
bekerja sama untuk memastikan bahwa setiap anggota kelompoknya telah
menguasai informasi (Abdurrahman dkk., 2012). Terkhusus pada
pembelajaran materi Optik, di tahapan ini guru membimbing setiap kelompok
untuk dapat bekerja sama menuliskan bagian alat-alat optik, fungsi kerja, dan
karakteristik masing-masing alat optik. Kemudian, setiap perwakilan
12
kelompok melaporkan hasil diskusi, setelah itu guru dapat menampilkan
video pembelajaran mengenai alat optik.
Fase 2: Clustering
Setelah masing-masing kelompok mendapatkan informasi memadai dalam
waktu yang telah ditentukan, guru bersama siswa mencari kesamaan-
kesamaan informasi yang didapat pada langkah pertama untuk dibuat cluster-
cluster informasi. Setelah cluster informasi terbentuk, guru dan siswa
berdiskusi untuk mengkonfirmasi clustered data sebelum dilakukan simulasi
(Abdurrahman dkk., 2012). Misal, clustered data atau informasi tersebut
dirumuskan menjadi langkah-langkah nyata yang disimulasikan. Dalam tahap
ini dapat diawali dengan siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terkait
dengan peralatan optik sesuai dengan golongan lensa yang digunakan dan
kegunaan setiap alat optik di kehidupan sehari-hari. Setelah informasi dan
data didapatkan, maka dibentuk kembali kelompok baru berdasarkan
kespesifikan data dan informasi yang diperoleh, kemudian setiap kelompok
diminta untuk memprediksi alat optik yang tepat digunakan.
Fase 3: Simulating
Pada fase ini siswa diajak bersimulasi agar mampu memahami konsep dengan
pengalaman secara langsung. Siswa diberi permasalahan untuk
mensimulasikan dan memecahkan masalah (contoh: menemukan bayangan
pada benda berukuran kecil) menggunakan jenis alat optik yang sesuai.
Kemudian, guru meminta salah satu anggota kelompok untuk menjelaskan
hasil diskusi kelompoknya di depan kelas.
13
Fase 4: Valuing
Pada tahap ini siswa diajak memahami manfaat atau aplikasi konsep yang
dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari. Setelah melakukan simulasi, siswa
diajak memaknai konsep yang didapat, sekaligus dihubungkan dengan
aplikasinya pada kehidupan sehari-hari. Seperti penggunaan lup, karena
bayangan yang terbentuk diperbesar maka dapat dijadikan sebagai alat bantu
melihat benda ataupun tulisan yang berukuran kecil.
Fase 5: Evaluating
Tahap yang terakhir adalah mengevaluasi jalannya keseluruhan proses
pembelajaran. Dalam fase ini, jika dari hasil evaluasi masih ada hal-hal yang
perlu dikaji lebih dalam, tahap exploring dapat dilakukan kembali dan begitu
seterusnya seperti sebuah siklus. Tahap evaluasi ini dapat dilakukan dengan
bertanya mengenai pendapat siswa tentang jalannya proses pembelajaran saat
itu dan meminta saran dan perbaikan untuk kegiatan pembelajaran
selanjutnya.
Gambar 1. Siklus model pembelajaran ExCluSiVE(Sumber: Abdurrahman dkk., 2012)
Exploring
Clustering
SimulatingValuing
Evaluating
14
Dalam model pembelajaran ExCluSiVE, guru memposisikan diri sebagai
fasilitator yang menyediakan sumber-sumber belajar, kemudian
mendorong siswa untuk belajar menyelesaikan masalah, memberi
motivasi, reward dan juga memberikan bantuan agar siswa mampu belajar
dan mengkonstruksi pengetahuan secara optimal. Di dalam pembelajaran,
interaksi yang terjadi adalah timbal balik antara guru, siswa, dan bahan
ajar (sumber belajar).
Gambar 2. Prinsip interaksi model pembelajan ExCluSiVE(Sumber: Abdurrahman dkk., 2012)
B. Keterampilan Berpikir Kreatif
Di era globalisasi saat ini anak-anak dan siswa sekolah telah disuguhi dengan
segala hal yang serba instan, hal tersebut secara tidak langsung
mempengaruhi pola pikir mereka. Hal-hal yang bersifat instan lambat laun
mempengaruhi siswa untuk berpikir praktis dan cenderung cepat menarik
kesimpulan atas berbagai macam permasalahan. Padahal, berpikir dengan
baik dapat menunjukkan seseorang membuat kesimpulan yang terpercaya,
Guru
SiswaBahan Ajar
15
memiliki wawasan yang luas, membuat keputusan yang bijak, menghasilkan
produk yang baik dan penemuan yang kreatif.
Berpikir kreatif adalah penggunaan dasar konsep berpikir untuk
mengembangkan ataupun menemukan ide dan informasi yang berhubungan
dengan konsep, dan pandangan yang penekannya ada pada aspek berpikir
untuk menjelaskan gagasan dengan perspektif asli pemikir. Menurut Amer
(2005) berpikir kreatif merupakan suatu proses menciptakan suatu hal
ataupun ide-ide yang sebelumnya tidak saling berhubungan.
Berdasarkan pemaparan yang dikemukakan Amer, dapat disimpulkan bahwa
manusia yang berpikir kreatif tergolong cerdas dan berbakat khusus karena
mampu mengemukakan hal-hal baru. Proses berpikir kreatif membutuhkan
imajinasi untuk menemukan atau menciptakan ide-ide yang tidak saling
berhubungan menjadi kesatuan yang baru. Berpikir kreatif bersifat divergen,
dimulai dengan mendeskripsikan suatu permasalahan hingga memberikan
berbagai ide dan kemungkinan jawaban yang bervariasi sebagai solusi
penyelesaian masalah.
Supardi (2011) memaparkan bahwa berpikir kreatif adalah kemampuan siswa
dalam memahami masalah dan menemukan penyelesaian dengan strategi atau
metode yang logis dan bervariasi (divergen). Berdasarkan pemaparan
tersebut, berpikir kreatif membutuhkan imajinasi yang membangun banyak
kemungkinan jawaban maupun ide-ide. Berpikir kreatif mudah diwujudkan
dalam lingkungan belajar yang memberikan peluang pada siswa untuk
berpikir terbuka serta fleksibel sehingga mampu menghasilkan bermacam-
16
macam solusi dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Dapat disimpulkan
bahwa berpikir kreatif sebagai suatu kombinasi dari berpikir logis dan
berpikir divergen yang didasarkan pada intuisi dalam menemukan
penyelesaian suatu masalah. Saat seseorang menerapkan keterampilan
berpikir kreatif dalam suatu praktik pemecahan masalah, maka pemikiran
divergen yang intuitif menghasikan banyak ide. Berpikir kreatif dipandang
sabagai satu kesatuan atau kombinasi dari berpikir logis dan berpikir divergen
untuk menghasilkan sesuatu yang baru. Sesuatu yang baru tersebut
merupakan salah satu indikasi dari berpikir kreatif. Indikasi yang lain
dikaitkan dengan kemampuan berpikir logis dan berpikir divergen. Berpikir
divergen, dipengaruhi oleh memori, informasi dan pengalaman (Ranco,
2006).
Baer (1993) mengemukakan bahwa berpikir kreatif adalah sinonim dari
berpikir divergen. Terdapat 4 indikator berpikir divergen yaitu, (1) fluence,
adalah kemampuan menghasilkan banyak ide, (2) flexibility, adalah
kemampuan menghasilkan ide-ide yang bervariasi, (3) originality, adalah
kemampuan menghasilkan ide baru atau ide yang sebelumnya tidak ada, dan
(4) elaboration, adalah kemampuan mengembangkan atau menambahkan ide-
ide sehingga dihasilkan ide yang rinci atau detail. Lebih lanjut Baer (1993)
mengemukakan kreativitas seseorang ditunjukkan dalam berbagai hal, seperti
kebiasaan berpikir, sikap, pembawaan atau kepribadian, atau kecakapan
dalam memecahkan masalah.
17
Gregor (2007), mengemukakan bahwa keterampilan berpikir kreatif
berhubungan dengan “imagination, independence, experimentation, holism,
expression, self-trancendence, surprise, generativity, meleuticity, and
inventiveness provide descriptor of valuable characteristic of creative
thinking”. Berdasarkan uraian tersebut terlihat bahwa karakteristik berpikir
kreatif diantaranya adalah imajinasi, eksperimentasi, holisme, ekspresi,
transendensi diri, kejutan, pembangkitan dan daya temu.
Northcott (2007) menjelaskan bahwa Berpikir kreatif dalam lingkungan
belajar yang meliputi analisis kritis pemecahan masalah, pengembangan ide-
ide baru, dan hasil akhir dari proses ini berbentuk produk yang dapat
digunakan. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa
lingkungan belajar yang meliputi analisis pemecahan masalah dapat
mengembangkan ide-ide yang mampu meningkatkan keterampilan berpikir
kreatif siswa. Kreativitas di dalam proses pembelajaran dapat dicapai dengan
menciptakan lingkungan yang kreatif, menghubungkan pengalaman untuk
ide-ide baru, memberikan cara-cara baru dalam memandang sekitarnya dunia,
kritis menganalisis sudah ada pengetahuan, merancang beberpa jalur untuk
satu tujuan dan memfasilitasi pemahaman yang lebih mendalam.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dipaparkan di atas, dapat
disimpulkan bahwa berpikir kreatif merupakan kemampuan untuk menjawab
permasalahan berdasarkan data atau informasi yang ada dengan berbagai
macam alternatif jawaban. Kemampuan berpikir kreatif siswa dalam
menyelesaikan persoalan dapat dinilai dengan beberapa kriteria. Empat
18
kriteria keterampilan berpikir kreatif siswa menurut Havarneanu (2012),
yaitu:
1. Kefasihan (fluency)2. Kelenturan (flexibility)3. Keaslian (originality)4. Keterincian (elaboration)
Berdasarkan uraian Havarneanu di atas, dapat disimpulkan bahwa
keterampilan berpikir kreatif memiliki 4 kriteria diantaranya, kefasihan
(fluency) yang mengacu pada kemampuan siswa dalam memberikan lebih
dari satu jawaban untuk suatu permasalahan, kelenturan (flexibility) mengacu
pada kemampuan siswa dalam memecahkan soal dengan berbagai cara atau
metode yang berbeda, keaslian (originality) mengacu pada kemampuan siswa
dalam menjawab soal dengan cara yang tidak biasa digunakan oleh siswa lain
atau dengan kata lain siswa dapat menjawab dengan cara yang tidak
digunakan kebanyakan siswa dan merupkan hasil pemikiran sendiri,
keterincian (elaboration) mengacu pada kemampuan siswa memperkaya
gagasan dengan menggabungkan prinsip, unsur-unsur, dan konsep yang ada
sehingga menjadi satu kesatuan yang terpadu.
Penilaian kemampuan berpikir kreatif siswa menurut Yulianti dkk., (2011),
meliputi:
1. Berpikir lancar2. Berpikir luwes3. Berpikir orisinal4. Kemampuan mengelaborasi5. Kemampuan mengevaluasi
19
Kelima karakteristik tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Keterampilan berpikir lancar (fluency)
Ciri-ciri keterampilan berpikir lancar atau fluency yaitu siswa mampu
mencetuskan banyak gagasan, jawaban, atau penyelesaian masalah ketika
dihadapkan dalam suatu permasalahan. Siswa yang mempunyai
keterampilan berpikir lancar mampu memberikan banyak cara atau
saran untuk melakukan berbagai hal, tidak terpaku pada satu cara atau
selalu memiliki lebih dari satu jawaban atau penyelesaian. Indikator dari
ciri-ciri keterampilan berpikir lancar dapat terlihat pada perilaku siswa
yang mengajukan banyak pertanyaan dan jika ada pertanyaan siswa
mampu menjawab dengan lebih dari satu jawaban. Siswa mempunyai
banyak gagasan mengenai suatu masalah dan lancar dalam
mengungkapkan gagasannya. Siswa yang mempunyai keterampilan
berpikir lancar dapat bekerja lebih cepat dan melakukan lebih banyak
dari orang lain serta mampu dengan cepat melihat kesalahan atau
kelemahan suatu objek atau situasi (Yulianti dkk., 2011).
2. Keterampilan berpikir luwes (flexibility)
Yulianti dkk. (2011) menyatakan bahwa, keterampilan berpikir luwes
memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) siswa mampu menghasilkan
gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi; (2) siswa dapat
melihat masalah dari sudut pandang berbeda sehingga mampu mencari
banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda dan (3) siswa mampu
mengubah cara pendekatan atau pemikiran. Indikator dari ciri-ciri
20
keterampilan berpikir luwes dapat terlihat pada perilaku siswa yang
memberikan aneka ragam penggunaan dan penafsiran tidak lazim
terhadap suatu situasi dengan cara yang berbeda dari orang lain. Berpikir
luwes juga ditunjukkan siswa dalam mendiskusikan atau membahas suatu
situasi: siswa selalu mempunyai posisi yag bertentangan dengan
mayoritas kelompok. Jika siswa diberikan suatu permasalahan, ia
memikirkan bermacam cara untuk menyelesaikannya serta mampu
megubah arah berpikir secara spontan. Siswa lebih suka menggolongkan
hal-hal menurut pembagian atau kategori yang berbeda-beda.
3. Keterampilan berpikir orisinal (originality)
Menurut Yulianti dkk. (2011), kemampuan berpikir orisinal memiliki ciri-
ciri sebagai berikut; (1) siswa mampu menggagas ungkapan yang baru
dan unik; (2) siswa lebih suka melakukan cara-cara yang tak lazim untuk
mengungkapkan diri dan (3) siswa mampu membuat kombinasi-
kombinasi yang tak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur. Indikator
dari ciri-ciri kemampuan berpikir orisinal dapat terlihat pada perilaku
siswa lebih memilih cara berpikir lain daripada yang lain sehingga
mampu memikirkan masalah-masalah unik atau berbeda dari biasanya.
Setelah mendengar gagasan-gagasan lama, siswa berusaha memikirkan
cara-cara baru dan bekerja untuk menyelesaikannya. Siswa yang
mempunyai kemampuan berpikir orisinal lebih senang mensintesis dari
pada menganalisis sesuatu dan mencari pendekatan baru dari yang
stereotype.
21
4. Keterampilan memperinci (elaboration)
Keterampilan siswa dalam memperinci memiliki ciri-ciri sebagai berikut;
(1) siswa dapat memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau
produk dan (2) siswa mampu menambah atau merinci detail-detail dari
suatu objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.
Indikator dari ciri-ciri keterampilan memperinci dapat terlihat pada
perilaku siswa, yang mencari arti lebih dalam terhadap jawaban atau
pemecahan masalah dengan melakukan langkah-langkah terperinci. Siswa
lebih senang mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain
dengan mencoba ataupun menguji detail-detail untuk melihat arah yang
akan ditempuh. Kemampuan mengelaborasi ditunjukkan dari perilaku
siswa yang memiliki rasa kuat terhadap keindahan, sehingga tidak merasa
puas dengan penampilan yang kosong atau sederhana dan menambah
garis-garis warna-warna, detail-detail (bagian-bagian) terhadap
gambarnya sendiri atau gambar orang lain (Yulianti dkk., 2011).
5. Keterampilan mengevaluasi
Menurut Yulianti dkk. (2011), ciri-ciri keterampilan mengevaluasi atau
menilai yaitu siswa mampu menentukan patokan penilaian sendiri dan
menentukan apakah suatu pernyataan benar, suatu rencana sehat atau suatu
tindakan bijaksana sehingga mampu mengambil keputusan terhadap situasi
yang terbuka. Pada keterampilan mengevaluasi siswa tidak hanya
mencetuskan gagasan tapi juga melaksanakannya. Indikator dari ciri-ciri
keterampilan mengevaluasi dapat terlihat pada perilaku siswa yang
memberikan pertimbangan dan pendapat atas dasar sudut pandang sendiri
22
mengenai suatu hal, menganalisis masalah atau penyelesaian secara kritis
dengan selalu menanyakan “mengapa” dan mempunyai alasan yang
rasional yang dapat dipertanggungjawabkan untuk mencapai suatu
keputusan. Siswa merancang suatu rencana kerja dari gagasan-gagasan
yang tercetus sehingga mampu menjadi peneliti atau penilai kritis. Siswa
yang memiliki keterampilan mengevaluasi mampu menentukan dan
mempertahankan pendapatnya.
Pada penelitian pengembangan ini keterampilan berpikir kreatif siswa
dianalisis dengan meliputi lima indikator perilaku kreatif seperti pendapat
Yulianti dkk. (2011), yaitu sebagai berikut:
1) Keterampilan berpikir lancar (fluency)
Perilaku siswa yang digunakan sebagai indikator keterampilan
berpikir lancar yaitu lancar mengungkapkan gagasan-gagasannya.
2) Keterampilan berpikir luwes (flexibility)
Perilaku siswa yang dikembangkan dan digunakan sebagai indikator
keterampilan berpikir luwes adalah kemampuan siswa memberikan
beragam penafsiran terhadap suatu gambar, cerita, maupun masalah.
3) Keterampilan berpikir orisinal (originality)
Perilaku siswa yang akan dikembangkan dan digunakan sebagai
indikator keterampilan berpikir orisinal adalah ketertarikan dan
kemampuan siswa dalam menganalisis sesuatu.
4) Kemampuan memperinci (elaboration)
23
Perilaku siswa yang akan dikembangkan dan digunakan sebagai
indikator keterampilan memperinci adalah kemampuan siswa untuk
mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan
masalah dengan melakukan langkah-langkah terperinci.
5) Keterampilan mengevaluasi
Perilaku siswa yang dikembangkan dan digunakan sebagai indikator
keterampilan mengevaluasi yaitu kemampuan siswa mengutarakan
pendapatnya sendiri.
C. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) merupakan salah satu bahan ajar yang
sering digunakan dalam pembelajaran di dalam kelas. Bahan ajar adalah
seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisikan materi
pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang didesain
secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang
diharapkan, yaitu mencapai kompetensi dan subkompetensi dengan segala
kompleksitasnya (Lestari, 2013). Pengertian tersebut menggambarkan bahwa
bahan ajar harus disusun berdasarkan perencanaan yang dirancang sesuai
dengan tujuan pembelajaran guna menunjang proses pembelajaran.
Bahan ajar dapat membantu guru dalam pembelajaran di dalam kelas, guru
dapat menghemat waktu dalam menyampaikan materi pembelajaran dan
dapat lebih fokus untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada siswa.
Hal tersebut didukung oleh pendapat Widodo dan Jasmadi (2008), dampak
24
positif dari bahan ajar adalah guru akan memiliki lebih banyak waktu untuk
membimbing siswa dalam proses pembelajaran, membantu siswa untuk
memperoleh pengetahuan baru dari segala sumber atau refrensi yang
digunakan dalam bahan ajar, dan peranan guru sebagai satu-satunya sumber
pengetahuan menjadi berkurang. Guru berperan penting sebagai fasilitator
dalam membantu siswa memperoleh informasi sebanyak-banyaknya sehingga
pengetahuan tidak hanya bersumber dari guru namun juga dari berbagai
sumber.
Kemudahan yang disuguhkan dari penggunaan bahan ajar tidak serta merta
begitu saja didapatkan. Guru harus pandai dalam merancang bahan ajar dan
disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Bahan ajar yang
dikembangkan harus disusun secara runtut atau sistematis sehingga
memudahkan pengaplikasiannya di dalam proses pembelajaran. Terlepas dari
keruntutan isi, bahan ajar tetap harus mengacu pada kurikulum yang
diterapkan di sekolah. Bahan ajar berisi materi pengetahuan dan juga berisi
tentang keterampilan dan sikap yang diperlukan siswa untuk mencapai
kompetensi yang telah ditentukan Pemerintah. Ketiga ranah kompetensi harus
tertuang dalam sebuah bahan ajar (Lestari, 2013).
Berdasarkan beberapa pemaparan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
bahan ajar merupakan seperangkat alat pembelajaran yang berisi materi
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dipelajari oleh siswa yang disusun
secara sistematis guna mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.
25
Penyusunan yang dilakukan membutuhkan banyak sumber seperti buku, surat
kabar, majalah, ataupun hasil penelitian yang telah dilakukan ahli.
LKPD merupakan salah satu bahan ajar, tepatnya bahan ajar cetak. LKPD
lebih dahulu dikenal dengan Lembar Kerja Siswa (LKS). LKPD merupakan
salah satu bahan ajar yang dapat membantu siswa dalam menguasai
pemahaman konsep, keterampilan psikomotor, maupun mengembangkan
sikap-sikap positif.
Depdiknas (2004) mendefinisikan LKPD sebagai lembaran yang berisi tugas
yang harus dikerjakan oleh peserta didik, tugas yang diperintahkan harus jelas
kompetensi yang akan dicapainya. Uraian tersebut menjelaskan bahwa LKPD
dapat digunakan sebagai alat bantu siswa dalam pembelajaran guna mencapai
tujuan pembelajaran.
Lestari (2013) menyatakan bahwa LKS adalah materi ajar yang sudah
dikemas sedemikian rupa, sehingga siswa diharapkan dapat materi ajar
tersebut secara mandiri. Dalam LKS, siswa akan mendapatkan materi,
ringkasan dan tugas yang berkaitan dengan materi. Selain itu, siswa juga
dapat menemukan arahan yang terstruktur untuk memahami materi yang
diberikan dan pada saat yang bersamaan siswa diberikan materi serta tugas
tugas yang berkaitan dengan materi tersebut.
Menurut Trianto (2011):
LKS merupakan panduan yang digunakan untuk melakukan penyelidikanataupun mengembangkan kemampuan baik dari aspek kognitif atau yanglainnya. LKS memuat sekumpulan kegiatan yang harus dilakukan oleh
26
siswa untuk memaksimalkan kemampuannya sesuai indikator yang sudahditetapkan.
Uraian di atas menjelaskan bahwa LKS atau LKPD dapat digunakan sebagai
alat untuk menyelidiki dan juga mengembangkan kemampuan kognitif,
psikomotor, maupun afektif yang dimiliki oleh siswa. Di dalam LKPD
memuat panduan maupun sekumpulan kegiatan yang dapat dilakukan siswa
dalam pembelajaran dimana sekumpulan kegiatan yang tercantum di dalam
LKPD mampu memaksimalkan kemampuan siswa sesuai dengan indikator
pembelajaran yang sudah ditetapkan.
Menurut Arsyad (2004) lembar kerja peserta didik merupakan media cetak
hasil pengembangan teknologi cetak yang berupa buku dan berisi materi
visual. Dari uraian-uraian tersebut dapat dikatakan bahwa lembar kerja
peserta didik merupakan media cetak hasil pengembangan teknologi yang
dapat digunakan oleh siswa agar belajar secara terarah.
Beladina dkk.,(2013) memaparkan LKPD atau LKS adalah suatu media
pembelajaran yang mampu digunakan digunakan untuk menunjang proses
belajar. Siswa baik secara individual maupun berkelompok dapat membangun
pengetahuan mereka sendiri dengan berbagai sumber belajar. Guru hanya
berperan aktif sebagai fasilitator, dan salah satu tugas guru adalah
menyiapkan perangkat pembelajaran (termasuk LKPD) sesuai dengan
kebutuhan peserta didik. Berdasarkan pemaparan di atas, terlihat bahwa
LKPD dapat digunakan sebagai alat bantu untuk membangun pengetahuan
peserta didik, dimana LKPD akan disiapkan oleh guru.
27
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, dapat dikatakan bahwa LKPD
adalah suatu bahan ajar yang digunakan sebagai alat bantu dalam
pembelajaran yang berisi materi pengetahuan, keterampilan, dan juga sikap
yang harus dipelajari oleh siswa guna mencapai tujuan pembelajaran dan
mewujudkan pembelajaran yang menarik juga bermakna. LKPD dapat pula
digunakan oleh guru untuk melakukan variasi di dalam pembelajaran dan
menarik minat belajar siswa.
Diniaty & Atun (2015) menyatakan bahwa terdapat dua bentuk LKPD, yaitu
LKPD untuk eksperimen dan LKPD noneksperimen atau sekedar lembar
diskusi. LKPD eksperimen berisi lembar kerja petunjuk praktikum.
Sistematika LKPD secara umum terdiri dari (1) judul; (2) pengantar; uraian
singkat yang mengetengahkan bahan pelajaran (berupa konsep) yang dicakup
dalam kegiatan praktek; (3) tujuan, memuat tujuan yang berkaitan dengan
permasalahan yang diungkapkan di pengantar; (4) alat dan bahan yang
diperlukan; (5) langkah kerja, merupakan instruksi untuk melakukan
kegiatan. Langkah-langkah tersebut disusun secara sistematis agar
mempermudah peserta didik dalam melakukan kegiatan praktik; (7)
pertanyaan berupa pertanyaan yang jawabannya dapat membantu peserta
didik mendapatkan konsep yang dikembangkan atau mendapatkan
kesimpulan. LKPD yang bersifat noneksperimen berisi lembar kegiatan yang
memuat teks penuntun peserta didik melakukan kegiatan diskusi mengenai
materi pembelajaran.
28
LKPD berperan penting dalam kegiatan pembelajaran, selain dapat
meningkatkan aktivitas siswa juga dapat digunakan untuk membantu guru
mengarahkan siswa dalam menentukan konsep-konsep melalui aktivitasnya.
Menurut Febrizha (2015), LKPD mempunyai fungsi antara lain:
a. Untuk tujuan latihanSiswa diberikan serangkaian tugas/aktivitas latihan. LKPD semacam inisering digunakan untuk memotivasi siswa ketika sedang melakukan tugaslatihan.
b. Untuk menerangkan penerapanSiswa dibimbing untuk menuju suatu metode penyelesaian soal dengankerangka penyelesaian dari serangkaian soal-soal tertentu. LKPDsemacam ini dapat digunakan sebagai pilihan lain dari metode tanyajawab, dimana siswa mampu memeriksa sendiri jawaban pertanyaantersebut.
c. Untuk kegiatan penelitianSiswa ditugaskan untuk mengumpulkan data tertentu, kemudianmenganalisis data tersebut.
d. Untuk penemuanPada LKPD semacam ini siswa dibimbing untuk menyelidiki suatukeadaan tertentu agar menemukan pola dari situasi itu dan kemudianmenggunakan bentuk umum untuk membuat suatu perkiraan. Hasilyadapat diperiksa dengan observasi dari contoh yang sederhana.
e. Untuk penelitian yang bersifat terbukaPenggunaan LKPD ini mengikutsertakan sejumlah siswa dalam penelitiansuatu bidang tertentu.
Dari beberapa uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa LKPD berfungsi
dalam mempermudah pemahaman terhadap suatu materi pelajaran yang
didapat, sehingga siswa merasa tertarik untuk melakukan proses pembelajaran
dengan bantuan bahan ajar yang mudah dimengerti dan mudah dipahami oleh
siswa.
Dalam mengembangkan atau membuat LKPD yang baik ada beberapa
petunjuk atau format yang perlu diperhatikan. Abdurrahman (2015)
29
memaparkan format atau struktur bahan ajar LKPD dapat dikembangan
sebagai berikut:
Gambar 3. Struktur LKPD ExCluSiVE(Sumber: Abdurrahman, 2015)
Sementara itu, Abdurrahman (2015) menyatakan untuk menyusun LKPD,
dapat dimulai dengan melakukan kajian kurikulum, yakni dengan:
1. mengkaji KI, KD, indikator, dan materi yang akan diajarkan. Berdasarkanhasil kajian tersebut,
2. guru melakukan pemetaan bagian mana saja yang membutuhkan LKPD didalam pembelajarannya. Guru harus jeli dalam mengkaji materi apa sajayang membutuhkan dan memang sesuai dengan penggunaan LKPD.Jangan sampai LKPD yang dibuat dalam rangka memudahkan siswamencapai tujuan pembelajaran, malah sebaliknya.
3. menentukan judul LKPD yang akan dibuat, yang dilanjutkan dengan,4. menulis LKPD.5. Menentukan alat penilaian LKPD tersebut, yang secara umum menilai
pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa,; produk yang dihasilkan;batasan waktu yang telah disepakati; jawaban siswa atas pertanyaan-pertanyaan.
Struktur LKPD
Judul kegiatan, Tema, Subtema, Kelas, dan Semester
Tujuan pembelajaran sesuai dengan KD
Alat dan Bahan (jika kegiatan memerlukan alat dan bahan)
Langkah Kerja
Tabel data (untuk kegiatan yang tidak memerlukan pencatatan data,tabel bisa diganti dengan kotak kosong yang digunakan untuk menulis,menggambar atau berhitung.
Pertanyaan-pertanyaan diskusi yang membantu siswa mengkaji datadan menanamkan konsep.
30
Pada tahapan pengembangan LKPD ini dilakukan berbagai uji, seperti uji
validasi ahli desain dan ahli materi, uji 1-1, dan uji keefektifan LKPD. Uji
yang dilakukan menggunakan instrumen yang disesuaikan dengan aspek yang
akan di ukur. Instrumen adalah alat pada waktu dilakukan penelitian
menggunakan suatu metode (Arikunto, 2006). Dalam penelitian
pengembangan ini instrumen yang digunakan untuk studi lapangan terdapat
beberapa macam; instrumen untuk validasi para ahli, instrumen uji 1-1 dan
kemenarikan, kemudahan, kemanfaatan, serta instrumen uji efektivitas
LKPD.
1. Instrumen Rancangan Validasi Ahli
Instrumen validasi ahli merupakan instrumen yang digunakan pada
tahapan validasi oleh para ahli terhadap produk bahan ajar yang
dikembangkan (Arikunto, 2006). Ahli yang terlibat dalam pengembangan
multimedia ini diantaranya adalah ahli desain dan ahli materi. Instrumen
ini berbentuk angket penilaian yang dibagikan ke masing-masing penguji
atau ahli.
Dalam mengukur kualitas konten yang dimuat oleh bahan ajar ini,
terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan. Sesuai dengan bentuk
penilaian proyek pada dokumen teknis kurikulum 2013 adalah sebagai
berikut:
a. Tahap Persiapan
1. Mengidentifikasi apa yang diketahui.
2. Menentukan masalah.
31
b. Tahap Pelaksanaan
1. Strategi yang digunakan
2. Bagaimana penerapannya
c. Tahap Akhir
a) Keselarasan tujuan pembelajaran, diantaranya keselarasan antara
tujuan pembelajaran, kegiatan, kegiatan penilaian, dan karakteristik
peserta didik, semua komponen tersebut termasuk ke dalam aspek
pembelajaran (Wahono, 2006).
b) Usabilitas terdiri dari kemampuan untuk digunakan dalam konteks
belajar juga dengan pelajar dari latar belakang yang berbeda.
2. Instrumen Uji 1-1 dan Uji Kemenarikan, Kemudahan, serta
Kemanfaatan.
Uji 1-1 dan uji kemenarikan, kemudahan, serta kemanfaatan pada
penelitian ini memiliki aspek-aspek pengukuran yang sama, hanya objek
penelitiannya yang berbeda. Uji 1-1 ditujukan pada 3 orang siswa yang
telah mendapatkan materi Optik sebelumnya, sedangkan uji
kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan ditujukan kepada 1 kelas
siswa yang telah melaksanakan pembelajaran menggunakan LKPD
berbasis model pembelajaran ExCluSiVE.
Menurut Mulyanta dan Leong (2009), bahan ajar yang baik idealnya
memenuhi 4 kriteria, yaitu kesesuaian (relevansi), kemenarikan,
kemudahan, dan kemanfaatan.
32
a. Kesesuaian atau relevansi, artinya bahan ajar harus sesuai dengan
kebutuhan belajar, rencana kegiatan belajar, program kegiatan
belajar, tujuan belajar, dan karakeristik siswa.
b. Kemudahan, artinya semua isi pembelajaran melalui bahan ajar harus
mudah dimengerti, dipelajari atau dipahami oleh siswa, dan sangat
operasional dalam penggunaannya.
c. Kemenarikan, artinya bahan ajar harus mampu menarik maupun
merangsang perhatian siswa, baik tampilan, pilihan warna, maupun
isinya. Uraian isi tidah membingungkan serta dapat menggugah
minat siswa untuk menggunakan bahan ajar tersebut.
d. Kemanfaatan, artinya isi dari bahan ajar harus bernilai atau berguna,
mengandung manfaat bagi pemahaman matri pembelajaran serta
tidak mubazir atau sia-sia apalagi merusak siswa.
D. Materi Optik
Dalam silabus mata pelajaran fisika SMA kurikulum 2013 yang telah direvisi
materi Optik disampaikan di kelas XI semester genap. Pokok bahasan Optik
tidak lagi meliputi Optik geometris, melainkan membahas secara langsung
penerapannya pada peralatan optik. Berikut ini adalah garis besar materi
peralatan optik berdasarkan buku sekolah Fisika kelas X kurikulum 2013
(sebelum revisi) yang sajiannya mengacu pada model pembelajaran
ExCluSiVE:
1. Exploring
33
Pada tahap ini siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dimana masing-
masing kelompok mencari informasi sebanyak-banyaknya terkait
informasi rinci materi yang akan dipelajari (Abdurrahman dkk., 2012).
Materi Optik mencakup peralatan optik seperti lup, mikroskop, dan
teropong bintang.
Berikut ini merupakan garis besar pokok bahasan materi Optik:
Gambar 4. Struktur materi fisika Optik
2. Clustering
Setelah seluruh informasi penting terkumpul, guru bersama siswa mencari
kesamaan-kesamaan informasi yang didapat pada tahap exploring untuk
dibuat cluster-cluster informasi. Dari cluster informasi tersebut dibentuk
lagi kelompok yang akan membahas secara spesifik informasi yang
bersangkutan (Abdurrahman dkk., 2012). Berikut sajian cluster informasi
pokok bahasan alat Optik berdasarkan sifat benda yang diamati:
Panjang Perbesaran
= ′ + = ×
Mikroskop
ALATOPTIK
Lup TeropongBintang
Perbesaran Panjang
= ⃒ ⃒ = +
TakAkomodasi
AkomodasiMaksimum
= = + 1
34
a. Lup
Lup adalah alat optik yang paling sederhana terdiri atas sebuah lensa
cembung. Alat ini digunakan untuk mengamati benda-benda yang
sangat kecil sehingga tampak lebih besar. Alat ini biasa digunakan
oleh tukang reparasi arloji.
Dalam lup dikenal ada dua perbesaran yaitu perbesaran linier (m) dan
perbesaran sudut atau anguler ( )γ. Perbesaran sudut atau anguler
adalah perbandingan antara sudut lihat dengan alat (β) dengan sudut
lihat tanpa alat (α).
Dirumuskan : =Dua jenis pengamatan menggunakan lup, yaitu:
1. Pengamatan mata berakomodasi
Untuk pengamatan ini benda diletakkan di antara pusat lensa dan
titik fokus lensa (ruang I lensa).
Gambar 5. Pengamatan lup mata berakomodasi
βA’
B’B
hFS
α
B
A
h
Sn
S’ = Sn
35
Agar bayangan benda tetap berada pada jarak baca atau titik dekat
mata (Sn = 25 cm) maya dan diperbesar, maka benda AB harus
diletakkan pada ruang I lensa (antara F dan O).
Perbesaran sudutnya:
= ≈= ℎℎ = ………………… . 1)
Pada lup berlaku: + = → = −1 + 1− = 11 = 1 + 1 ………………………… .2)
Persamaan 2) disubtitusikan ke persamaan 1):= += + 1 →
2. Pengamatan mata tak berakomodasi
Untuk pengamatan mata tak berakomodasi, benda diletakkan pada
titik fokus lensa (lup).
α
B
A
h
36
Gambar 6. Pengamatan lup mata tak berakomodasi
= ≈= ℎℎ= →
b. Mikroskop
Mikroskop adalah alat optik yang khusus digunakan untuk mengamati
benda-benda yang sangat kecil. Mikroskop ini terdiri atas dua lensa,
masing-masing disebut:
1. Lensa objektif, terletak dekat dengan benda yang diamati.
2. Lensa okuler, terletak dekat dengan mata (pengamat).
Benda yang akan diamati diletakkan dalam ruang II lensa objektif,
sehingga terjadi bayangan nyata dalam ruang III. Bayangan ini dilihat
melalui okuler seperti lup. Dalam mikroskop berlaku: fob<fok dan fob +
fok < d.
1. Pengamatan mata berakomodasi
Untuk pengamatan mata berakomodasi, bayangan yang dibentuk
oleh lensa okuler harus berada jarak baca (titik dekat) mata.
ok
B
S = fβh
FS
37
Gambar 7. Penggunaan mikroskop mata berakomodasi
Pada masing-masing lensa berlaku:
Lensa objektif: + =Lensa okuler : + = → Dalam hal ini ′ = −Perbesaran mikroskop: m = ×
m = ×2. Pengamatan mata tak berakomodasi
Untuk pengamatan ini bayangan benda yang dibentuk oleh lensa
objektif harus berada pada titik fokus lensa okuler, agar bayangan
yang dibentuk lensa okuler berada di jauh tak terhingga.
Gambar 8. Pengamatan mikroskop mata tak berakomodasi
ok
Fok
FokFob
ob
Fob
FokFokFob
Fob
Sob
obS’ok
S’ob
Sok
Sob S’ob
S’ok= ~
Sok= fok
38
Pada masing-masing lensa berlaku:
1. Lensa objektif : + =2. Lensa okuler : + =
Dalam hal ini berlaku: =′ = − = ~Perbesaran mikroskop:
m = × = ×Panjang mikroskop: = ′ +
c. Teropong bintang (Teleskop)
Teropong adalah alat optik untuk melihat benda jauh (seperti bintang
dan bulan) agar tampak dekat dan jelas. Pada dasarnya teropong
terdiri atas sebuah lensa objektif dan sebuah lensa okuler.
Gambar 9. Pengamatan menggunakan teropong bintang
Keterangan:
1. Benda di jauh tak berhingga ( = ~) bayangan yang dibentuk
lensa objektif berada di titik fokus lensa objektif.
Fok
obok
Fob=Fok
39
2. Untuk mata tak berakomodasi, bayangan yang dibentuk lensa
objektif harus berada di titik fokus lensa okuler sehingga Fob
berimpit dengan F.
Karena pengamatan benda-benda di angkasa dilakukan selama
berjam-jam, maka biasanya dilakukan dengan mata tak berakomodasi.
Perbesaran teropong untuk mata tak berakomodasi:
m = ×m = ~ × ~m =
Panjang teropong:
d = +Setelah clustered informasi terbentuk, guru bersama siswa melakukan
berdiskusi untuk mengkonfiramasi clustered data sebelum
dilakukannya simulasi. Misal, informasi-informasi tersebut
dirumuskan menjadi langkah-langkah nyata yang akan disimulasikan.
3. Simulating
Pada tahap ini siswa melakukan simulasi paham, simulasi yang dilakukan
berupa praktikum yang membantu pemahaman konsep siswa melalui
percobaan ilmiah (Abdurrahman dkk., 2012). Simulasi yang dilakukan
memanfaatkan KIT optik yang meliputi percobaan mengenai alat optik
mata, lup, teropong bintang, dan mikroskop.
40
4. Valuing
Setelah melakukan percobaan siswa diajak menginternalisasi nilai-nilai
yang diperoleh melalui diskusi, sehingga siswa mencapai pemahaman
konsep berdasarkan pengalaman ilmiah yang mereka lakukan secara
langsung (Abdurrahman dkk., 2012). Tahap ini sangat penting sangat
penting dikarenakan siswa harus mampu berpikir kreatif guna mengambil
nilai atau makna berdasarkan percobaan yang telah dilakukan. Tahap ini
dapat dijalankan setelah siswa mendapatkan data dari hasil percobaan alat
optik dan mengerjakan beberapa soal evaluasi.
5. Evaluating
Tahap terakhir ini dilakukan untuk mengevaluasi keseluruhan jalannya
kegiatan pembelajaran, sehingga diperoleh rumusan rekomendasi
perbaikan untuk kegiatan pembelajaran yang selanjutnya. Apabila dalam
tahap evaluasi ini menghasilkan sesuatu informasi yang perlu digali lagi,
maka tahap exploring dapat dilakukan kembali dan begitu seterusnya
hingga membentuk suatu siklus (Abdurrahman dkk., 2012).
41
III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Metode penelitian ini adalah research and developmentatau penelitian dan
pengembangan. Metode penelitian dan pengembangan adalah metode
penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji
keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2012). Sederhananya, metode
penelitian pengembangan dapat didefinisikan sebagai metode penelitian yang
secara sengaja, sistematis, bertujuan untuk memperbaiki, mengembangkan,
atau menguji keefektifan produk.
Penelitian pengembangan yang dilakukan adalah pembuatan LKPD berbasis
model pembelajaran ExCluSiVEsebagai bahan ajar untuk siswa SMA kelas
XI semester genap pada materi Optik. Bahan ajar yang dikembangkan dapat
digunakan untuk menumbuhkan keterampilan berpikir kreatif pada siswa.
B. Prosedur Pengembangan
Desain penelitian yang di gunakan mengacu pada pendapat Sugiyono (2012)
bahwa dalam penelitian pengembangan, tahapannya merupakan suatu siklus
yang meliputi kajian terhadap berbagai hasil temuan di lapangan yang
berhubungan dengan produk yang akan dihasilkan namun dibatasi
42
hanyasampai pada tahap uji coba produk karena disesuaikan dengan
kebutuhan. Prosedur pengembangan produk ditampilkan pada Gambar 10.
Gambar 10. Langkah-Langkah Memproduksi Produk Pengembangan(Sumber: Sugiyono, 2012)
1. Potensi dan Masalah
Penelitian digunakan atas dasar adanya potensi dan masalah. Potensi
adalah segala sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki suatu nilai
tambah pada produk yang diteliti. Sementara masalah akan terjadi bila
terdapat penyimpangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi.
Terdeteksinya masalah di lakukan dengan melakukan analisis kebutuhan
yang merupakan langkah awal yang harus dilakukan dalam kegiatan
penelitian di bidang pengembangan. Analisis kebutuhan dalam penelitian
ini dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang permasalahan
mengenai keadaan yanga ada pada suatu sekolah yang meliputi
Potensi danMasalah
PengumpulanData
ValidasiDesain
Uji CobaProduk
DesainProduk
RevisiDesain
RevisiProduk
Uji CobaPemakaian
RevisiProduk
ProduksiMasal
43
keberdayaan guru dalam menggunakan bahan ajar pada pembelajaran
Fisika khusus pada materi Optik dengan menggunakan LKPD. Analisis
kebutuhan dilakukan untuk mengetahui, apakah pengembangan produk
LKPD berbasis model pembelajaran ExCluSiVE untuk menumbuhkan
keterampilan berpikir kreatif siswa pada materi Optik di SMA Negeri 1
Metro perlu dikembangkan. Analisis kebutuhan ini dilakukan dengan
teknik angket, wawancara, dan observasi secara langsung. Angket
kebutuhan diberikan kepada siswa SMA Negeri 1 Metro dan wawancara
dilakukan kepada guru Fisika. Hasil analisis angket, wawancara, dan
observasi dijadikan landasan penyusunan latar belakang masalah.
2. Pengumpulan Informasi
Setelah mengetahui potensi dan masalah dalam penelitian pengembangan
ini, langkah berikutnya yaitu pengumpulkan berbagai informasi yang
dapat digunakan mengatasi masalah. Informasi diperoleh dengan cara
studi pustaka dengan cara membaca langsung dari LKPD, jurnal, artikel,
yang diakses melalui internet. Informasi yang dikumpulkan berupa
materi yang diperlukan dalam pengembangan produk.
3. Desain Produk
Setelah tahap mengumpulkan informasi, langkah selanjutnya adalah
membuat desain produk awal berupa LKPD berbasis model pembelajaran
ExCluSiVE untuk menumbuhkan keterampilan berpikir kreatif siswa
pada materi Optik, sehingga produk yang dihasilkan dapat membeantu
44
guru dan peserta didik dalam mengoptimalkan kegiatan pembelajaran
dengan mengadakan inovasi pembelajaran.
4. Validasi Produk
Setelah produk awal selesai dibuat, maka langkah selanjutnya adalah uji
validasi kepada tim ahli yang terdiri dari ahli materi dan ahli desain. Ahli
materi menguji apakah komponen isi LKPD sesuai dengan nilai mutu
yang telah ditetapkan oleh Pusat Kurikulum dan PerLembar Kerja
Peserta Didikan (Puskurbuk), yaitu kelayakan isi, kelayakan komponen
kebahasaan, dan kelayakan kualitas penyajian. Ahli materi yang dipilih
adalah seorang guru mata pelajaran Fisika yang berkompten dalam
bidang terkait dengan produk pengembangan.
Sementara ahli desain menguji indikator desain berupa kesesuaian
komponen pada sampul, kesesuaian komponen desain isi LKPD, dan
keseluruhan pengemasan desain LKPD. Uji ini dilakukan oleh ahli desain
media pembelajaran yang merupakan seorang dosen Pendidikan Fisika
Unila yang berkompeten dalam Ilmu Pendidikan dan Teknologi.
5. Revisi Desain
Hasil pengujian dari tim ahli baik materi maupun desain berupa kajian
terhadap kelayakan isi atau materi, kelayakan penggunaan bahasa, dan
kelayakan kualitas penyajian produk dijadikan bahan perbaikan dan
penyempurnaan produk yang dibuat. Pada tahap ini dilakukan
pencentakan produk setelah dilakukan perbaikan dari hasil uji validasi
berdasarkan pada saran perbaikan yang diberikan oleh tim penguji.
45
Produk pada penelitian pengembangan ini tidak diproduksi secara masal,
tetapi hanya dibuat satu buah sebagai hasil pengembangan.
6. Uji Coba Produk
Setelah produk diperbaiki, maka selanjutnya produk berupa LKPD yang
dikembangkan dengan berasis model pembelajaran ExCluSiVE untuk
menumbuhkan keterampilan berpikir kreatif siswa pada materi
Optikdilakukan uji 1-1. Uji 1-1 dilakukan untuk mengetahui kemenarikan
, kemudahan, dan kemanfaatan produk melibatkan tiga peserta didik.
7. Revisi Produk
Hasil pengujian kemenarikan, kemudahan, kemanfataan dan keefektifan
produk kepada guru dan beberapa siswa dijadikan bahan perbaikan dan
penyempurnaan produk yang dibuat. Pada tahapan ini, dilakukan
pencetakan produk setelah dilakukan perbaikan dari uji coba produk.
Produk pada penelitian ini tidak diproduksi secara masal, tetapi hanya
dibuat satu buah sebagai hasil pengembangan.
8. Uji Coba Pemakaian
Setelah produk direvisi, selanjutnya produk berupa bahan ajar LKPD
diuji ke kelompok kecil untuk mengetahui tingkat kelayakan isi, bahasa,
dan penyajian dari produk serta efektivitas produk dalam meningkatkan
keterampilan berpikir kreatif siswa pada materi Optik.
46
9. Revisi Produk
Revisi produk dilakukan apabila dalam pemakaian terdapat kekurangan
dan kelemahan. Pada tahap ini peneliti merevisi kembali produk yang
diuji cobakan untuk pemakaian sebelum produk tersebut diproduksi.
Tujuannya untuk menyempurnakan produk yang dikembangkan dan
menyesuaikan produk dengan kebutuhan lapangan.
10. Produksi
Pembuatan produk dilakukan apabila produk yang telah diujicobakan
dinyatakan efektif dan layak untuk diproduksi. Pada tahap ini peneliti
memproduksi LKPD pembelajaran fisika yang disusun mengikuti sintak
model pembelajaran ExCluSiVE.
C. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian pengembangan ini diperoleh melalui instrumen angket
dan tes. Instrumen angket uji ahli digunakan untuk uji validasi (uji ahli materi
dan uji ahli desain). Selain itu, angket respons siswa digunakan untuk uji
kemenarikan, kemudahan dan kemanfaatan produk bahan ajar yang
dikembangkan. Angket respons siswa ditujukan langsung kepada peserta
didik berdasarkan pendapat mereka setelah mengikuti proses pembelajaran
menggunakan bahan ajar LKPD berbasis model pembelajaran ExCluSiVE.
Instrumen tes khusus digunakan untuk mengetahui tingkat keefektifan suatu
produk sebagai bahan pembelajaran. Pelaksanaan tahap ujilapangan
dilakukan penelitian eksperimen semu (quasiexperimental) denganrancangan
47
pretest-postest with nonequivalentcontrol group design. Kelompok kelas
eksperimenadalah siswa (subjek penelitian) yang menerapkan atau
menggunakan LKPD berbasis model pembelajaran ExCluSiVE hasil
pengembangan. Sedangkan, kelompok kelas kontrol adalah kelompok siswa
yang menerapkan pembelajaran secara konvensional dengan menggunakan
modul atau buku paket yang selama ini digunakan siswa. Rancangan
penelitian eksperimen semu (quasi experiment) dengan rancangan pretest-
postest with non-equivalent control group design pada langkah ini
digambarkan dalam tabel 1.
Tabel 1. DesainPretest-PostestKelompokKontrolTanpaAcak
Sugiyono (2012)
Tes khusus ini dilakukan oleh guru dengan siswa (kelompok besar) kelas XI
SMA Negeri 1 Metro Pada tahap ini guru menggunakan Lembar Kerja
Peserta Didik (LKPD) yang dikembangkan dengan berbasis model
pembelajaran ExCluSiVEuntuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif
siswa pada materi Optik, siswa diberikan soal pre-testdanpost-test terkait
dengan materi yang barudipraktikumkan. Analisis hasil pre-testdanpost-test
digunakan untuk mengetahui peningkatan nilai N-Gain.
D. Teknik Analisis Data
Data hasiluji validasi(uji ahli materi dan uji ahli desain) digunakan untuk
mengetahui tingkat kelayakan produk yang akan dihasilkan.Data yang
KelompokPretesPerlakuanPostes
EksperimenO1XO2
KontrolO3-O4
48
diperoleh melalui uji validasi digunakan untuk mengetahui kelayakan produk
LKPD sebagai bahan ajar.
Instrumen angket penilaian uji ahli desain dengan empat pilihan jawaban
sesuai konten pertanyaan, yaitu: “Sangat Menarik”,”Menarik”,”Kurang
Menarik”dan”Tidak Menarik”, uji ahli isi atau materi pembelajaran dengan
menggunakan dua pilihan jawaban “Ya” atau “Tidak”. Setiap pilihan jawaban
menafsirkan tentang kelayakan produk bahan ajar menurut ahli. Revisi
dilakukan pada konten pertanyaan yang diberi pilihan jawaban “Kurang
Menarik” dan “Tidak Menarik”, atau “Kurang Tepat” dan “Tidak Tepat”,
atau para ahli memberikan masukan secara khusus terhadap produk.
Data kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan LKPD sebagai bahan ajar
diperoleh dari uji kelompok kecil kepada siswa sebagai pengguna. Angket
respons terhadap pengguna produk memiliki empat pilihan jawaban sesuai
konten pertanyaan, yaitu “Sangat Menarik”, “Menarik”, “Kurang Menarik”
dan “Tidak Menarik” atau “Sangat Baik”, “Baik”, “Kurang Baik” dan “Tidak
Baik”. Masing-masing pilihan jawaban memiliki skor berbeda yang
mengartikan tingkat kesesuaian produk bagi pengguna. Penilaian instrumen
total dilakukan dari jumlah skor yang diperoleh kemudian dibagi dengan
jumlah total skor, selanjutnya hasilnya dikalikan dengan banyaknya pilihan
jawaban. Skor penilaian dari tiap pilihan jawaban ini dapat dilihat dalam
Tabel 2.
49
Tabel 2. Skor Penilaian terhadap Pilihan JawabanPilihan Jawaban Skor
UjiKemenarikan
UjiKemudahan
UjiKemanfaatan
Sangat menarik SangatMempermudah
Sangat Bermanfaat 4
Menarik Mempermudah Bermanfaat 3Kurang menarik Kurang
mempermudahKurangBermanfaat
2
Tidak menarik Tidak mempermudah Tidak Bermanfaat 1Suyanto dan Sartinem (2009)
Instrumen yang digunakan memiliki empat pilihan jawaban, sehingga skor
penilaian total dapat dicari dengan menggunakan rumus:
Skor penilaian = Jumlah skor yang diperolehjumlah nilai total skor tertinggi X 4Hasil dari skor penilaian tersebut kemudian dicari rata-ratanya dari sejumlah
sampel uji coba, lalu dikonversikan ke pernyataan penilaian untuk
menentukan kemenarikan, kemanfatan, dan kemudahan produk yang
dihasilkan berdasarkan pendapat pengguna bahan ajar.
Tabel 3. Konversi Skor Penilaian menjadi Pernyataan Nilai Kualitas.Skor
PenilaianRerata
SkorKlasifikasi
Kemenarikan Kemudahan Kemanfaatan4 3,26 - 4,00 Sangat
MenarikSangat Mudah Sangat
Bermanfaat3 2,51 – 3,25 Menarik Mudah Bermanfaat2 1,76 – 2,50 Kurang
MenarikKurang Mudah Kurang
Bermanfaat1 1,01 – 1,75 Tidak
MenarikTidak Mudah Tidak
BermanfaatSuyanto dan Sartinem (2009)
Guna menguji keefektifan produk yang dikembangkan dilakukan dengan
memberikan pretest dan postest kepada siswa saat uji lapangan.
50
Produk yang dikembangkan dapat dikatakan efektif jika terdapat perbedaan
antara nilai postest dan pretest yang signifikan. Adapun cara menentukan
nilai akhir setelah menggunakan produk dihitung menggunakan rumus
sebagai berikut:
Nilai posttest dirumuskan sebagai berikut:
Nilai =jumlah skor yang diperoleh siswa
jumlah skor maksimalx 100%
Skor ditentukan dengan menggunakan rubrik penilaian keterampilan berpikir
kreatif, yaitu meliputi indikator kefasihan (fluency), fleksibilitas (flexibility)
dan kebaruan (novelty) (Silver, 1997). Untuk mengetahui bahwa bahan ajar
LKPD yang dikembangkan efektif untuk meningkatkan hasil belajar dalam
bentuk indikator keterampilan berpikir kreatif maka digunakan nilai N-gain
dengan persamaan (Hake, 1999):
Ngain =
Data kriteria efektifitas penerapan produk disajikan sebagai berikut
(Listyawati, 2012):
Tabel 4. Kriteria Efektivitas Penerapan Produk
Nilai Ngain KategoriKriteria Treatment
(Perlakuan) menggunakanLKPD
Ngain<0,3 Rendah Kurang Efektif0,7 > Ngain 0,3 Sedang Cukup Efektif
Ngain > 0,7 Tinggi Efektif
69
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Simpulan dari penelitian pengembangan ini sebagai berikut:
1. LKPD berbasis model pembelajaran ExCluSiVE pada materi optik valid
dan layak digunakan sebagai bahan ajar.
2. LKPD yang dikembangkan terkualifikasi menarik, sangat mudah, dan
sangat bermanfaat dengan skor rata-rata uji kemenarikan, kemudahan, dan
kemanfaatan masing-masing sebesar 3,16, 3,41, dan 3,44.
3. LKPD yang dikembangkan teruji efektif untuk menumbuhkan
keterampilan berpikir kreatif siswa khususnya pada materi optik dengan
nilai N-gain sebesar 0,74 dan terkualifikasi tinggi.
B. Saran
Saran dari penelitian pengembangan ini adalah:
1. Produk pengembangan hanya teruji pada kelas terbatas, sehingga perlu
diteliti lebih lanjut dalam kelas besar untuk melihat pengaruh produk.
2. Produk pengembangan hanya berfokus ada materi optik, sehingga
perlu pengembangan lebih lanjut mengenai LKPD berbasis model
pembelajaran ExCluSiVE dengan pokok bahasan fisika selain optik.
73
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, W. T, dan Kadaryanto, B. 2012. Pengembangan ModelPembelajaran Tematik Berorientasi Kemampuan Metakognitif untukMembentuk Karakter Literate dan Awareness bagi Siswa Sekolah Dasar diWilayah Rawan Bencana. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains.UNS, Solo.
Abdurrahman. 2015. Guru Sains Sebagai Inovator; Merancang PembelajaranSains Inovatif Berbasis Riset. Yogyakarta: Media Akademi.
Amer, Ayman. 2005. Analytical Thinking. Mesir: CAPSCU. [online].(http://www.pathways.cu.edu.eg), diakses pada tanggal 25 November2016).
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta: Rineka Cipta.
Arnyana, I.B. Putu. 2006. Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Inovatifpada Pelajaran Biologi Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif SiswaSMA. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Vol. 3(1), 496-515.
Arsyad, Azhar. 2004. Jenis-Jenis Bahan Ajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Baer, J. 1993. Creativity and Divergent Thinking: A Task Specific Approach.London: Lawrence Erlbaum Associates Publisher.
Beladina, Suyitno, dan Kusni. 2013. Keefektifan Model Pembelajaran CoreBerbantuan LKPD terhadap Kreativitas Matematis Siswa. Unnes Journalof Mathematics Education (UJME), Vol. 2 (3), 36-39.
Depdiknas. 2004. Pengertian Lembar Kerja Siswa. [online]. Tersedia:http://lenterakecil.com. Diakses 25 Oktober 2016.
Dewi, F. M. C., dan Abdurrahman. 2013. Perbandingan Perilaku BerkarakterSiswa Antara Model Pembelajaran ExCluSiVE berbasis Inkuiri denganVerifikasi. Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol. 1(7), 129-141.
74
Diniaty, Artna & Sri Atun. 2015. Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik(LKPD) Industri Kecil Kimia Berorientasi Kewirausahaan untuk SMK.Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, Vol. 1 (1), 46-56.
Febrizha, Sofya. 2015. Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)Berbasis Inkuiri Terbimbing pada Materi Fluida Statis. Skripsi.Bandarlampung: FKIP Fisika Universitas Lampung.
Gregor, D. 2007. Developing Thinking; Developing Learning. New York: OpenUniversity Pers.
Havarneanu, G. 2012. Standardized Educational Test for Diagnose theDevelopment Level of Creative Mathematical Thinking Qualities.International Research Journal Social Sciences, Vol. 1 (2), 25-33.
Kanginan, Marthen. 2013. Fisika 1 untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
Lestari, Ika. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi. Padang:Akademia.
Listyawati, M. 2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu diSMP. Journal of Innovative Science Education, Vol. 1 (1), 602-608.
Maharta, Nengah. 1996. Belajar Fisika Sistematis 2. Bandung: Conceps ScienceBandung.
Mulyanta dan Leong, Marlon. 2009. Tutorial Membangun Multimedia InteraktifMedia Pembelajaran. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya.
Northcott, et. al. 2007. ICT for Inspiring Creative Thinking, Proceeding AsciliteSingapore.
Pusfarini. 2016. Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik Model PembelajaranBerbasis Masalah yang Mengamodasi Gender untuk MeningkatkanKeterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMP pada Materi Sains. Tesis.Bandarlampung: FKIP Magister Keguruan IPA.
Rahayu, E., Susanto, dan Yulianti, D. 2011. Pembelajaran Sains denganPendekatan Keterampilan Proses untuk Meningkatkan Hasil Belajar danKemampuan Berpikir Kreatif Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia,Vol. 7 (1), 106-110.
Runco, Mark A. 2006. Introduction to the Special Issue: Divergent Thinking.Creativity Research Journal, Vol. 18 (3), 249-250.
Sagala, Syaiful. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
75
Silver. 1997. Fostering Creativity through Instruction Rich in MathematicalProblem Solving and Thinking in Problem Posing. International Reviewon Mathematical Education, Vol. 29 (3), 75-80.
Subagyo, Y. Wiyanto dan Marwoto. 2008. Pembelajaran dengan PendekatanKeterampilan Proses Sains untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep danSuhu dan Pemuaian. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. Vol.. 5(1).
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Suyanto, Eko dan Sartinem. 2009. Pengembangan Contoh Lembar Kerja Fisikadengan Latar Penuntasan Bekal Awal Ajar Tugas Studi Pustaka danKeterampilan Proses untuk SMA Negeri 3 Bandarlampung. ProsidingSeminar Nasional Pendidikan 2009. Bandarlampung: UniversitasLampung.
Trianto. 2011. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.
Wahono, R. 2006. Aspek dan Kriteria Penilaian Media Pembelajaran. [online].Tersedia: http://romisatriawahono.net/. Diakses pada 18 Juni 2017.
Widodo, Chomsin S. & Jasmadi. 2008. Panduan Menyusun Bahan Ajar BerbasisKompetensi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.