pengelolaan pendistribusian dana zakat,infaq,...
TRANSCRIPT
PENGELOLAAN PENDISTRIBUSIAN DANA ZAKAT,INFAQ,
DAN SHADAQAH (ZIS) PADA MUSTAHIQ
( Studi Kasus Pos Kemanusiaan Peduli Umat Semarang )
SKRIPSI
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Manajemen Dakwah (MD)
M. RIDWAN
071311005
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri dan
di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar
kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, di lembaga pendidikan lainnya.
Pengetahuan yang peroleh dari hasil penerbitan maupun yang belum/ tidak
diterbitkan, sumbernya dijelaskan di dalam tulisan dan daftar pustaka.
Semarang, 27 Desember 2011
M. Ridwan
MOTTO
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka.
dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. At-
Taubah103)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan teruntuk:
1. Ayah dan Ibunda tercinta, yang selalu mencurahkan kasih sayang serta dengan setia
memberi semangat untuk keberhasilannya. Tanpa mereka diriku takkan ada artinya.
2. Kakak dan Adikku yang selalu mengisi hati ini dengan cinta dan kelucuan kalian.
Keikhlasan kalian mendampingi dalam susah maupun senang membangkitkan diriku
dari keterpurukan.
3. Sahabat-sahabatku Manajemen Dakwah (MD) angkatan 2007 yang telah
memberikan makna sebuah kebersamaan dan menorehkan sebuah kenangan indah
yang takkan terlupa.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
rahmat, hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Shalawat dan salam penulis persembahkan ke pangkuan Nabi Muhammad
SAW, Nabi sekaligus Rasul yang telah membimbing umatnya ke jalan yang benar
dan sekaligus menyempurnakan akhlak melalui petunjuk wahyu Ilahi Semoga
senantiasa Allah curahkan kepada keluarga, sahabat, tabi’in serta seluruh umatnya
hingga akhir zaman.
Berkat limpahan rahmat, taufiq-Nya serta usaha yang sungguh-sungguh,
akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: Pengelolaan
Pendistribusian dana Zakat, Infaq, dan Shadaqah Pada Mustahiq.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini mungkin belum memadai. Penulis
telah berusaha dengan segala daya dan kemampuan. Semoga di masa yang akan
datang penulis dapat lebih baik. Dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari
peran serta bantuan dari berbagai pihak, oleh karenanya pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Muhammad Sulton, M. Ag, selaku Dekan Fakultas Dakwah IAIN
Walisongo Semarang.
2. Bapak Dr. H. Awaluddin Pimay, Lc,M.Ag dan Bapak Saerozi, selaku
pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya
untuk membimbing dan mengarahkan penulis sejak awal penulisan hingga
menyelesaikan skripsi ini dengan penuh kesabaran.
3. Ibu Siti Prahatiningtiyas, selaku Wali Studi yang telah membimbing penulis
sejak awal sampai akhir masa studi.
4. Seluruh Dosen, karyawan serta staf di lingkungan Fakultas Dakwah IAIN
Walisongo Semarang.
5. Ayah dan Ibunda tercinta yang senantiasa memberikan semangat dan telah
mengorbankan segalanya demi suksesnya penulis dalam menuntut ilmu.
6. Kakak dan Adikku yang selalu membuat hidup penulis lebih indah dengan
tertawa dan candanya.
7. Sahabat-sahabatku keluarga besar Manajemen Dakwah (MD) 2007 dan
sahabat-sahabatku di Rumah Makan Sampurna yang telah banyak
memberikan motivasi dan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
8. Semua Pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini namun
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis tidak mampu membalas apa-apa, hanya kata terima kasih dan
memanjatkan do’a semoga apa yang mereka berikan kepada penulis akan
mendapatkan balasan dari Allah SWT dengan balasan yang lebih baik dan
diterima sebagai amal sholeh.
Meskipun dalam penulisan skripsi ini penulis berusaha semaksimal
mungkin, namun kekurangan dan kekhilafan sering terjadi pada manusia. Untuk
itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhirnya hanya kepada Allah penulis mohon pertolongan, semoga dengan
terwujudnya skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca
pada umumnya.
Semarang, 27 Desember 2011
Penulis,
M. Ridwan
ABSTRAK
M.Ridwan (71311005) penelitian ini berjudul, Pengelolaan dan Pendistribusian
dana Zakat,Infaq dan Shadaqah Pada PKPU Semarang (Studi kasus Pos
Kemanusian Peduli Umat). Skripsi. Semarang: Program Strata I Jurusan
Manajemen Dakwah IAIN Walisongo 2011.
Tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetauhi
bagaimana pengelolaan dana zakat, Infaq, dan Shadaqah di PKPU Semarang. 2)
Untuk mengetauhi bagaimana pendistribusian dana zakat kepada mustahiq oleh
PKPU Semarang.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yaitu suatu prosedur penelitian
yang menghasilkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan prilaku yang dapat diamati, pendekatan yang di pakai adalah
pendekatan manajemen yang merupakan bentuk pemahaman gejala aspek yang
subyektif dari prilaku orang, data diperoleh dari observasi dan wawancara untuk
memperoleh data tentang pengelolaan dan pendistribusian dana zakat,infaq dan
shadaqah, di PKPU Semarang, setelah data terkumpul lalu dianalisa dengan
menggunakan analisis diskriptif yang mengacu pada analisis data secara induktif.
Dari hasil analisis bahwa mekanisme penyaluran dana zakat pada PKPU
Semarang ditunjukan kearah produktif dan konsumtif, dengan cara yaitu
menentukan sasaran, menuangkan dalam program-program dan pengangaran ke
dalaam program-program. Sedangkan kendala-kendalanya yaitu keterbatasan
dana,terbatasnya amil, terbatasnya SDM, jarak dan waktu, dan komunikasi. Dan
solusi dalam menghadapi kendala tersebut yaitu kendala Terbatasnya Dana. Yaitu
berusaha memperbesar pendapatan dana zakat dengan cara sosialisasi kepada
masyarakat agar memiliki kesadaran dalam membayar kewajiban berzakat,
Dalam pendistribusian zakat PKPU Semarang adalah proses
pendistribusian yang baik dapat dipercaya oleh masyarakat dari sudut
administrasi, pengawasan yang baik dapat menghindarkan pengelolaan dan
pendistribusian dana yang masuk.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ............................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN....................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................. vii
ABSTRAK ................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................ ix
BAB I : PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................... 8
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................... 9
1.3.1. Tujuan Penelitian ................................................. 9
1.3.2. Manfaat Penelitian ............................................... 9
1.4. Kerangka Teoritik .......................................................... 10
1.5. Tinjauan Pustaka ............................................................ 17
1.6. Metode Penelitian ........................................................... 19
1.6.1. Jenis Penelitian ..................................................... 19
1.7. Sistematika Penulisan Skripsi ......................................... 26
BAB II : PENGELOLAAN DAN PENDISTRIBUSIAN ZAKAT, INFAQ
DAN SHADAQAH
2.1. Pengelolaan Zakat, Infaq Dan Shadaqah ......................... 28
2.1.1. Pengertian Infaq, dan Shadaqah ........................... 28
2.1.2. Dasar Hujum Zakat .............................................. 30
2.1.3. Macam-macam Zakat .......................................... 32
2.1.4. Syarat-syarat Wajib Zakat .................................... 37
2.1.5. Golongan Tidak Berhak Menerima Zakat ............ 47
2.1.6. Tujuan Zakat ....................................................... 50
2.1.7. Hikmah Zakat ...................................................... 51
2.2. Pengelolaan Zakat .......................................................... 34
2.2.1. Ruang Lingkup Pengelolaan Zakat....................... 55
2.3. Pendistribusian Zakat, Infaq dan Shadaqah ..................... 64
2.3.1. Mekanisme Distribusi Zakat ................................. 68
BAB III : GAMBARAN UMUM PKPU SEMARANG DAN
PENGELOLAAN PENDISTRIBUSIAN DANA ZAKAT INFAQ
DAN SHADAQAH (ZIS)
3.1. Gambaran Umum PKPU Semarang ................................ . 70
3.1.1. Sejarah PKPU Semarang ...................................... 70
3.1.2. Visi dan Misi PKPU Semarang ............................. 72
3.1.3. Struktur Organisasi PKPU Semarang .................... 75
3.1.4. Aktivitas dan Program Kerja PKPU Semarang ...... 76
3.2. Pengelolaan Zakat, Infaq dan Shadaqah di PKPU
Semarang ....................................................................... 80
3.2.1. Proses Penghimpunan Dana Zakat, Infaq dan
Shadaqah di PKP Semarang .................................. 80
3.3. Pendistribusian dana Zakat pada PKPU Semarang…… 85
BAB IV : ANALISIS PENGELOLAAN DAN PENDISTRIBUSIAN DANA
ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DI PKPU SEMARANG
4.1. Analisis Pengelolaan dana Zakat, Infaq dan Shadaqah
PKPU Semarang............................................................. 93
4.2. Analisis Pendistribusian dana Zakat, Infaq dan Shadaqah
PKPU Semarang............................................................. 97
4.3. Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat
Pengelolaan dana Zakat Infaq, dan Shadaqah pada
PKPU Semarang............................................................. 99
BAB V : PENUTUP
5.1. Kesimpulan ................................................................... 81
5.2. Saran-saran..................................................................... 82
5.3. Penutup .......................................................................... 83
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Zakat adalah salah satu rukun Islam yang wajib dipenuhi oleh
setiap muslim. Zakat memiliki hikmah yang dikatagorikan dalam dua
dimensi : dimensi vertikal dan dimensi horizontal (Asnaini, 2008 :1).
Dalam kerangaka ini, zakat menjadi perwujudan ibadah seseorang
kepada Allah sekaligus sebagai perwujudan dari rasa kepedulian sosial
(ibadah sosial). Bisa dikatakan, seseorang yang melaksanakan zakat
dapat mempererat hubungannya kepada Allah (hablun min Allah) dan
hubungan sesama manusia (hablun minannas). Dengan demikian
pengabdian sosial dan pengabdian kepada Allah SWT adalah inti dari
ibadah zakat.
Menunaikan zakat adalah urusan individu, sebagai pemenuhan
kewajiban seorang muslim. Penunaian kewajiban zakat adalah urusan
kepada Allah (vertikal). Apabila seorang mukmin telah melaksanakan
zakat, berarti ia telah beribadah dan melaksanakan kewajibannya disisi
Allah dan akan mendapat ganjaran sebagaimana yang Allah telah
janjikan. Namun dalam melaksanakan kewajiban tersebut, seseorang,
dalam hal ini muzakki tidak bisa terlepas dari urusan bersama
(horizontal), karena masalah zakat berhubungan dengan masalah harta
2
dan kepada siapa harta itu diberikan, jadi berkaitan dengan para
penerima zakat.
Allah telah menciptakan langit dan bumi beserta isinya untuk
manusia. Ia pulalah yang telah menundukan semua itu agar dapat
dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan ras manusia. Itulah
anugerah Allah untuk dinikmati dan dipergunakan sebagaimana
mestinya. Harta yang Allah berikan kepada manusia dapat
dipergunakan untuk kesejahteraan dirinya, keluarga, masyarakat
sekitar, Negara bahkan penduduk dunia. Sejahtera artinya hidup dengar
harta yang berkah. Salah satu ciri harta yang berkah adalah baik dan
halal cara mendapatkannya, baik dan halal memanfaatkannya, baik dan
halal menyalurkannya.
Harta yang didapat dengan baik dimanfaatkan disalurkan dengan
baik sesuai dengan tuntunan agama Islam merupakan harta yang berkah
itulah yang akan membawa kesejahteraan bagi pemiliknya. (Didin
Hafidhudin, 2007: 5). Zakat merupakan ajaran yang melandasi
bertumbuh kembangnya sebuah kekuatan sosial ekonomi umat Islam.
Seperti empat rukun Islam yang lain, ajaran zakat menyimpan beberapa
dimensi yang kompleks meliputi nilai privat publik, vertikal horizontal,
serta ukrhrawi duniawi. Nilai-nialai tersebut merupkan landasan
pengembangan kehidupan kemasyarakatan yang komprehensif bila
semua dimensi yang terkandung dalam ajaran zakat ini dapat
diaktualisasikan, maka zakat akan memberi sumber kekuatan yang
3
sangat besar bagi pembangunan umat menuju pembangkitan kembali
peradaban Islam (Sudirman, 2007 : 1).
Kewajban zakat tidak pernah menjadi bahan yang diperdebatan
oleh kalangan ulama karena dasar kewajiban dari ibadah ini sangat jelas
baik berdasarakan Al-qur’an maupun hadits nabi (Didin Hafidhudin,
2008: 3). Didalam Al-Qur’an Allah menjelaskan sebagai berikut :
خذ
Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah
untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi
Maha mengetahui.(QS, At-Taubah ayat 103).
Artinya, Katakanlah: "Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti
kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah
Tuhan yang Maha Esa, Maka tetaplah pada jalan yang Lurus
menuju kepadanya dan mohonlah ampun kepadanya. dan
kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-
Nya, (yaitu) orang-orang yang tidak menunaikan zakat dan
4
mereka kafir akan adanya (kehidupan) akhirat (QS, Al-Fushilat
6-7).
Zakat merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan umat
Islam, khususnya bagi orang-orang yang beriman maupun juga bagi
umat manusia secara keseluruhan (Didin Hafidhuddin, 2007 :75). dan
Zakat sesungguhnya adalah rukun Islam yang menekankan pada
kesalehan sosial. Artinya orang yang berzakat dengan baik, dengan
ikhlas, insya Allah dia akan menjadi orang yang secara pribadi adalah
orang yang shaleh, juga secara sosial dia adalah orang yang shaleh.
Mengingat zakat begitu penting dan merupakan satu kewajiban
bagi umat Islam maka untuk menyempurnakan ajaran zakat pemerintah
memberikan perhatian dan membentuk undang-undang nomor 38 tahun
1999 yang mana memuat aturan tentang pengelolaan yang terorganisir
dengan baik, transparan dan professional dilakukan oleh amil resmi
yang ditunjuk oleh pemerintah yaitu Badan Amil Zakat (BAZ) dan
lembaga Amil Zakat (LAZ) (Muhammad, 2002 :11). serta
Pengorganisasian memerlukan kerja sama dan partisipasi masyarakat,
didalamnya terkandung fungsi motivasi, pembinaan, pengumpulan,
perencanaan, pengawasan, dan pendistribusian, yang memerlukan
keikutsertaan semua tokoh baik dari ulama, perorangan maupun sesama
organisasi Islam. (Departemen Agama Direktorat Jendral Bimbingan
Masyarakat Islam dan Urusan Haji, Direktorat Urusan Agama Islam,
1997/1998 :6)
5
Keberadaan organisasi pengelola zakat di Indonesia diatur oleh
beberapa peraturan perundang-undangan, yaitu : UU No. 38 Tahun
1999, dan keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan
urusan Haji No. D/291 Tahun 2000 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan zakat (Gustian Djuanda, 2006 : 3). Adapun pendistribusian
zakat dalam Islam diperbolehkan secara mandiri. Menurut Mazhab
Hanbali bahwa, orang-orang dianjurkan untuk melakukan sendiri
pembagian zakat hartanya agar dia betul-betul yakin bahwa zakat
hartanya telah sampai kepada orang-orang yang berhak menerimnaya,
baik itu harta kekayaan yang kelihatan maupun harta yang tidak
kelihatan.
Dengan demikian dalam pendistribusian zakat boleh
dilakukan secara mandiri maupun melalui lembaga. Adapun
pengelolaan distribusi zakat yang diterapkan di Indonesia terdapat dua
macam katagori yaitu distribusi secara konsumtif dan produktif.
Masing-masing dari kebutuhan konsumtif dan produktif tersebut
kemudian dibagi dua yaitu konsumtif tradisional dan konsumtif kreatif,
sedangkan dalam bentuk produktif dibagi menjadi produktif
konvensional dan produktif kreatif. Konsumtif tradisional yaitu zakat
yang diberikan kepada mustahiq dengan secara langsung untuk
kebutuhan konsumsi sehari-hari, seperti pembagian zakat fitra berupa
beras dan uang kepada fakir miskin setiap idul fitri atau pembagian
zakat mal secara langsung oleh para muzakki kepada mustahiq yang
6
sangat membutuhkan karena ketiadaan pangan atau karena mengalami
musibah. Pola ini merupakan program jangka pendek dalam mengatasi
permasalahan umat. Konsumtif kreatif (Fakhruddin, 2008 :314).
Pendistrubusian zakat secara konsumtif kreatif adalah zakat yang
diwujudkan dalam bentuk barang konsumtif dan digunakan untuk
membantu orang miskin dalam mengatasi permaslahan sosial dan
ekonomi yang dihadapinya. Bantuan tersebut antara lain berupa alat-
alat sekolah dan beasiswa untuk pelajar dan lain sebagainya.
Untuk menentukan arah dan tujuan dalam pengelolaan zakat
agar langkahnya dapat lebih produktif dan mempunyai nilai yang lebih
dari saat sekarang, sehingga diperlukan metode-metode yang dapat
dipergunakan sebagai alat untuk membantu hal tersebut yang disebut
dengan perencanaan strategis agar dapat mengelola dana zakat dengan
baik. Perencanaan strategis merupakan sebuah alat manajemen, alat itu
hanya digunakan untuk satu maksud saja menolong organisasi
melakukan tugasnya dengan lebih baik (Michael Allison, 2005: 1).
Untuk memberikan layanan terhadap masyarakat muslim sampai
saat ini banyak lembaga dan yayasan yang mendirikan lembaga amil
zakat dengan lingkup lokal daerahnya masing-masing. Dalam
pendistribusian zakat muzakki menyalurkan zakatnya melalui lembaga
maupun secara mandiri. Seperti contoh Pos Kemanusian Peduli Umat
adalah sebuah lembaga struktural resmi yang bergerak dalam masalah-
masalah sosial kemanusian. Secara resmi PKPU lahir tanggal 10
7
Desember 1999 dan terdaftar dalam akte notaris sebagai yayasan.
Pendirian PKPU menjadi yayassan yang bergerak membantu
masyarakat paling tidak dilaterbelakangi tiga alasan. Pertama,
antusiasme masyarakat luas untuk memberikan dana dan sumbangan
seperti dibuktikan dalam dana kemanusian yang berhasil dikumpulkan
Departemen Kesehatan Sosial. Kedua, para pengurus Departemen
Kesehatan Sosial melihat bahwa bantuan yang diberikan pemerintah
dalam membantu mengatasi kesulitan yang dialami masyarkat yang
korban akibat konflik dan wilayah yang terkena bencana, tidak optimal.
Ketiga, Para pengurus Departemen Kesehatan Sosial juga merasa
bahwa banyak yayasan berbasis Islam lebih mengendepankan ucapan
dari pada aksi nyata untuk membantu sesamanya yang terkena musibah
bencana atau menjadi korban konflik sosial (Irfan Abubakar, 2005
:177).
Dalam mendistribusikan dana zakat, PKPU mengelompokan
delapan asnaf yang disebut dalam Al-qur’an menjdi dua kata gori.
Empat asnaf, pertama merupakan asnaf yang sifatnya darurat sehingga
lebih diperioritaskan dari empat asnaf berikutnya. Dari keempat asnaf
pertama, yang paling diperioritaskan adalah fakir miskin. Golongan
inilah yang dianggap paling membutuhkan. Selain itu kelompok fakir
miskin sering kali menjadi sasaran misi tertentu dari kalangan non-
muslim. Dari pendistribusian dana, ada empat payung program yang
meliputi empat bidang yaitu : kesehatan, pendidikan, ekonomi, dan
8
Dakwah. Dilihat dari sifatnya, program tersebut dapat dikatagorikan
menjadi tiga kelompok, yaitu: rescue (gawat darurat); rehabilitasi;
pembangunan komunitas. Selama ini PKPU mendistribusikan dana ZIS
yang berhasil digalang keempat bidang diatas (Irfan Abubakar, 2005
:185)
Berdasarkan beberapa hal mengenai LAZ PKPU Semarang
beserta program-program yang ada didalamnya serta berbagai
permasalahan mengenai zakat yang muncul baik permasalahan intern
maupun ekstern akan memberikan dampak tersendiri dalam hal
pennyaluran dana zakat yang optimal, maka peneliti kemudian tertarik
untuk melakukan penelitian tentang PENGELOLAAN
PENDISTRIBUSIAN DANA ZAKAT, INFAQ, DAN SHADAQAH
(ZIS) PADA MUSTAHIQ (Studi Kasus Pos Kemanusian Peduli Umat
PKPU Semarang).
1.2. Rumusan Masalah
Adapun mengenani rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengelolaan dana zakat, infaq dan shadaqah yang
dilakukan PKPU Semarang pada mustahiq ?
2. Bagaimana pendistribusian dana zakat, infaq dan shadaqah yang
dilakukan PKPU Semarang ?
3. Bagaimana faktor pendukung dan penghambat pendistribusian dana
zakat pada PKPU Semarang ?
9
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.2. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, maka tujuan penulisan
skripsi ini adalah untuk :
a. Untuk mengetahui bagaimana pengelolaan dana zakat, infak dan
shadaqah yang dilakukan PKPU Semarang.
b. Untuk mengetahui pendistribusi dana zakat, infaq dan shadaqah
yang dilakukan PKPU Semarang.
c. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat
pendistribusian dana zakat pada PKPU Semarang.
1.3.3. Manfaat Penelitian
Secara umum, manfaat penelitian ini meliputi dua aspek, yaitu
secara teoritis dan secara praktis.
a. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan
bagi pengembangan ilmu bagi perguruan tinggi.
b. Manfaat Praktis
1. Bagi masyarakat, diharapkan hasil penelitian ini dapat
memberikan pemahaman tentang pengelolaan dana zakat.
2. Bagi akademisi, semoga hasil penelitian ini dapat membantu
dalam menambah wawasan dan referensi keilmuan mengenai
zakat.
10
3. Bagi pemerintah, semoga dengan hasil penelitian ini dapat
membantu memberikan informasi mengenai pengelolaan dana
zakat.
1.4. Kerangka Teori
1.4.2. Pengertian Zakat, Infaq dan Shodaqah
Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat merupakan kata dasar
(masdar) dari zaka yang berarti berkah, tumbuh, bersih, dan baik.
Sesuatu itu zaka, berarti tumbuh dan berkembang, dan seorang itu
zaka, berarti orang itu baik. (Yusuf Qardawi, 2010 :34)
Menurut terminilogi Syariat (istilah), zakat adalah suatu
bentuk ibadah kepada Allah Ta’ala dengan cara mengeluarkan
kadar harta tertentu yang wajib di keluarkan menurut syariat Islam
dan diberikan kepada golongan atau pihak tertentu. (Syaikh
Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, 2008 : 2)
Adapun kaitan antara makna zakat secara bahasa dan istilah
adalah; bahwa ketika harta yang sudah dikeluarkan zakatnya
menjadi suci, bersih, baik, berkah, tumbuh dan berkembang. Dalam
penggunaannya, selain untuk kekayaan, tumbuh dan suci disifatkan
untuk jiwa orang yang menunaikan zakat. Maksudnya, zakat itu
akan mensucikan orang yang mengeluarkanya dan menumbuhkan
pahalanya. Sedangkan dalam istilah ekonomi, zakat merupakan
tindakan pemindahan kekayaan dari golongan kaya kepada
golongan tidak punya.
11
Infaq berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan
sesuatu (harta) untuk kepentingan sesuatu, termasuk kedalam
pengertian ini, infaq yang di keluarkan orang-orang untuk
kepentingan agamanya. Sedangkan menurut terminology syariat,
infaq adalah mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan
(penghasilan) untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran
Islam. Jika zakat ada nisabnya,infaq tidak mengenal nisab. Jika
zakat harus diberikan pada mustahiq tertentu (8 asnaf), infaq boleh
diberikan kepada siapn pun juga, misalnya untuk kedua orang tua
atau anak yatim.
Shadaqah berasal dari kata shadaqah yang berarti ‘benar’.
Orang yang suka bershadaqah adalah orang yang benar pengakuan
imannya. Menurut terminology syariat, pengertian shadaqah sama
dengan pengertian infaq, termasuk juga hukum dan ketentuan-
ketentuannya. Hanya saja, jika infaq berkaitan dengan materi,
shadaqah memiliki arti lebih luas dari sekedar material, misalnya
senyum itu shadaqah. Dari hal ini yang perlu diperhatikan adalah
jika seseorang telah berzakat tetapi masih memiliki kelebihan harta,
sangat dianjurkan sekali untuk berinfaq atau bershadaqah. (Gustian
Juanda, et. al. 2006 : 11)
12
1.4.3. Pengertian Asas, dan Tujuan pengelolaan Zakat
Berdasarkan Undang-undang R.I No 38 Tahun 1999
Keputusan Menteri Agama R.I No 581 Tahun 1999. Pengertian,
asas, tujuan organisasi pengelolaan zakat, sebagai berikut :
a. Pengertian pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap
pengumpulan dan pendistrubusian, serta pendayagunaan
zakat (pasal 1 angka 1 undang-undang)
b. Pengelolaan zakat berasaskan iman dan takwa, keterbukaan,
dan kepastia hokum sesuai dengan Pancasila dan Undang-
undang dasar 1945.
c. Pengelolaan zakat bertujuan : (1) meningkatkan pelayanan
bagi masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai dengan
tuntunan agama; (2) meningkatkan fungsi dan peran pranata
keagamaan dalam upaya mewujudakan kesejahteraan
masyarakat dan keadilan social; (3) meningkatkan hasil
guna dan guna daya zakat.
1.4.4. Ruang Lingkup Pengelolaan Zakat Berbasis Manajemen
Istilah pengelolaan atau manajemen berdasarkan tujuan
untuk pertama kali diginakan Peter Duker pada tahun 1954 dan
sejak itu prinsip ini terkenal luas dan digunakan sebagai suatu
sistem manajemen dalam industri dan perdagangan. Menurut
Ducker manajemen adalah suatu ramalan bahwa dengan
13
mengunakannya seorang maneger pada waktu yang akan datang
akan dapat mempertanggungjawabkan baik hasil maupun kualitas
hubungan kemanusian yang berlaku di dalam organisasi (Devies,
1996: 328). Dalam manajemen proses-proses yang harus dilalui
adalah perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
pengarahan (actuating), dan pengontrolan (controlling). Sementara,
berkaitan dengan pengelolaan zakat yang perlu dilakukan adalah
sosialisasi, pengumpulan, pengunaan dan pengawasan.
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah menentukan dan merumuskan segala
apa yang dituntut oleh situasi dan kondisi pada badan usaha atau
unit organisasi yang kita pimpin. Perencanaan berkaitan dengan
upaya yang akan dilakukan untuk mengantisipasi kecenderungan
dimasa yang akan datang dan penentuan strategi yang tepat untuk
mewujudkan target dan tujuan organisasi. Di dalam perencanaan
pengelolaan zakat terkandung perumusan dan persoalan tentang
apa saja yang akan dikerjakan oleh amil zakat, bagaimana
pelaksanaan pengelolaan zakat, mengapa mesti diusahakan, kapan
dilaksanakan, dan oleh siapa kegiatan tersebut dilaksanakan,
dalam badan amil zakat perencanaan meliputi unsur-unsur
perencanaan sosialisasi perencanaan, pengumpulan zakat,
perencanaan penggunaan zakat, dan perencanaan pengawasan
14
zakat. Tindakan-tindakan ini diperlukan dalam pengelolaan zakat
guna mencapai tujuan pengeolaan zakat.
b. Pengorganisasian (organizing)
Pengorganisasian adalah pengelompokan dan pengaturan
sumber daya manusia untuk dapat digerakkan sebagai satu
kesatuan sesuai dengan rencana yang telah dirumuskan, menuju
tercapainya tujuan yang ditetapkan. Pengorganisasian
dimaksudkan untuk mengadakan hubungan yang tepat antara
seluruh tenaga kerja dengan maksud agar mereka bekerja secara
efisien dalam mencapai tujuan yang sudah ditentukan
sebelumnya. Dalam kaitannya dengan amil zakat
pengorganisasian meliputi pengorganisasian sosialisasi,
pengorganisasian pengumpulan, pengorganisasian dalam
penggunaan zakat, dan pengorganisasian dalam pengawasan amil
zakat. Dalam konteks ini pertama-tama yang harus diketauhi
adalah apa yang akan dikerjakan oleh masing-masing job tersebut,
kemudian baru dicarikan orang yang akan menyelengarakan
pekerjaan itu dengan segala persyaratannya. Pengorganisasian
terhadap semua aspek tersebut dimaksudkan agar sumber daya
manusia dan sumber daya materi yang ada pada suatu amil zakat
termanfaatkan secara efektif dan efesien serta tidak tumpang
tindih. Dengan demikian, lembaga zakat akan terhidar dari
sekedar tempat penampungan belaka, sehingga berakibat
15
pemborosan, karena orang-orang yang tidak tepat, dan tidak
terbiasa bekerja sesuai tujuan, tidak mengetauhi apa yang nanti
dikerjakan dan apa yang hendak dicapai.
c. Penggerakan (actuating)
Penggerak (actuating) adalah suatu fungsi pembimbingan
orang agar kelompok itu suka dan mau bekerja. Penekanan yang
terpenting dalam penggerakan adalah tindakan membimbing,
mengarahkan, menggerakan, agar bekerja dengan baik, tenang,
dan takut, sehingga difahami fungsi, dan diferensiasi tugas
masing-masing. Hal ini diperlukan, karena dalam suatu hubungan
kerja, diperlukan suatu kondisi yang normal, baik, dan
kekeluargaan (familiar). Untuk mewujudkan hal ini, tidak terlepas
dari peran piawai seorang pimpinan
Berkaitan dengan pengelolaan zakat, penggerakan
memiliki peran stategis dalam memberdayakan kemampuan
sumber daya amil zakat. Dalam konteks ini penggerakan
sekaligus memiliki fungsi sebagai motivasi sehingga sumber daya
amil zakat memiliki disiplin kerja tinggi. Untuk menggerakkan
dan memotivasi karyawan, pimpinan amil zakat harus mengetauhi
motif dan motivasi yang diinginkan oleh para pengurus amil
zakat.
16
d. Pengawasan (controlling)
Menurut Mahmud Hawari, penggawasan adalah
mengetahui kejadian-kejadian yang sebenarnya dengan ketentuan
dan ketetapan peraturan, serta menunjuk secara tepat terhadap
dasar-dasar yang telah ditetapkan dalam perencanaan semula.
Proses kontrol merupakan kewajiban yang terus menerus
harus dilakukan untuk pengecekan terhadap jalannya perencanaan
dalam organisasi, dan untuk memperkecil tingkat kesalahan kerja.
Kesalahan kerja dengan adanya pengontrolan dapat ditemukan
penyebabnya dan diluruskan (Hasan,Muhammad, 2011: 22-25)
1.5. Pengertian Distribusi
Distribusi artinya proses yang menunjukkan penyaluran barang dari
produsen sampai ke tangan masyarakat konsumen. Produsen artinya orang
yang melakukan kegiatan produksi. Konsumen artinya orang yang
menggunakan atau memakai barang/jasa dan orang yang melakukan
kegiatan distribusi disebut distributor.
Distribusi merupakan kegiatan ekonomi yang menjembatani
kegiatan produksi dan konsumsi. Berkat distribusi barang dan jasa dapat
sampai ke tangan konsumen. Dengan demikian kegunaan dari barang dan
jasa akan lebih meningkat setelah dapat dikonsumsi.
17
1.6. Tinjauan Pustaka
Sepengetauhan penulis pembahasan tentang pengelolaan dana zakat
terhadap pemberdayaan ekonomi umat telah banyak dibahas sebagai karya
ilmiah. Dan untuk mendukung persoalan yang lebih mendalam terhadap
masalah diatas, penyusun berusaha melakukan penelitian terhadap literature
yang relevanter terhadap masalah yang menjadi obyek penelitian.
Berdasarkan penelusuran data yang peneliti lakukan, peneliti melihat ada
beberapa skripsi yang membahas tentang pendistribusian zakat. Diantara
skripsi tersebut yaitu:
Sayidi (1101083) Fak. Dakwah Jurusan Manajemen Dakwah IAIN
Walisongo Semarang tahun 2007, dengan judul “ Pengelolaan Zakat Mal
dari Hasil Penangkapan Ikan pada Masyarakat Nelayan di Kec. Rowosari
Kab. Kendal”. Skripsi ini tentang pengelolaan zakat mal terutama dari segi
pengelolaannya dilihat dari pengumpulan dan pendistribusian zakat yaitu
dari hasil penangkapan ikan pada masyarakat nelayan di Kecamatan
Rowosari Kabupaten Kendal. Penelitian ini bersifat kualitatif yaitu
penelitian melihat dari sudut kualitas/mutu dari objek penelitian ini. Adapun
pendekatan dari penelitian ini adalah pendekatan manajemen.
Fiyah Mukafiyah (1101134) Fak. Dakwah IAIN Walisongo
Semarang tahun 2007, dengan judul “Pengorganisasian Zakat Untuk
Pengembangan Dakwah di Kelurahan Sumurboto Kec. Banyumanik
Semarang (Studi Kasus PKPU Jateng Periode 2004-2005)”. Dalam
penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang membahas tentang
18
organisasi zakat dalam pengembangan dakwah yang dilakukan oleh PKPU
Jateng. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskripsi. Penelitian ini berusaha mendeskripsikan pengorganisasian zakat
yang dilakukan PKPU Jateng untuk pengembangan dakwah di Kelurahan
Sumurboto Kec. Banyumanik Semarang.
Siti Rohmah, 2009, 05210077,”Prioritas Distribusi Zakat antara
Fisabilillah dan Fakir Miskin“. (Studi Sosiologis di Kelurahan Kowel,
Kecamatan Pamekasan, Kabupaten Pamekasan). Dalam skripsinya, Siti
Rahmah memfokuskan rumusan permasalahan pada dua hal, yaitu mengenai
bagaimana para muzaki di Desa Kowel, Kecamatan Pamekasan, Kabupaten
Pamekasan lebih memprioritaskan pendistribusian zakatnya kepada
fisabilillah dari pada fakir miskin dan bagaimana respon mustahiq di Desa
Kowel, Kecamatan Pamekasan, Kabupaten Pamekasan terhadap prioritas
muzaki dalam mendistibusikan zakatnya kepada fisabilillah dari pada fakir
miskin, jadi penelitian Siti Rohmah ini berbeda dengan penelitian yang saya
angkat kali ini, meski dalam satu naungan tema zakat, adapun hasil dari
penelitiannya karena faktor tradisi, karena guru ngaji atau kyai adalah orang
yang mengajari ngaji pertama kali, karena yang disalurkan kepada kyai
untuk pembangunan masjid dan madrasah karena guru ngaji tidak memiliki
penghasilan yang tetap dan mereka berhak menerima zakat, agar mendapat
barokah serta agar pahalanya tetap mengalir.
Raudhotul Jannah, 2007,(01210021)”Srategi Pengelolaan Zakat
Profesi” (Studi pada Yayasan Amal Social Ash-Shohwah, Kota Malang),
19
Raudhotul Jannah dalam rumusan masalahnya yaitu bagaimana strategi
pengumpulan zakat profesi di Yayasan Amal Sosial Ash-Shohwah (YASA)
Kota Malang, Jadi penelitian yang dilakukan oleh Raudhotul Jannah ini
berbeda dengan yang saya teliti adapun hasil dari penelitiannya pengelolaan
zakat di Ash-Shohwah di Kota Malang terdiri dari dua point yaitu
pengumpulan dan penyaluran, untuk pengumpulan zakat profesi dapat
melalui iklan berupa majalah bulanan Ash-Shohwahsatu hati sejuta peduli
meliputi diklat dan bimbingan dan penyaluranya melalui strategi seperti
bidang pendidikan meliputi beasiswa anak yang tidak mampu maupun
berprestasi, cinta guru kita dan taman kanak-kanak Islam.
Dari penelitian-penelitian di atas dapat dipahami bahwa penelitian
yang penulis lakukan ini, memiliki sudut pandang dan fokus yang berbeda.
Penulis menyimpulkan tiga permasalahan yaitu bagaimana pengelolaan
dana zakat, infaq dan shadaqah yang dilakukan PKPU Semarang dan
bagaimana pengelolaan pendistribusian dana zakat, infaq dan shadaqah pada
mustahiq, serta bagaimana faktor pendukung dan penghambat
pendistribusian dana zakat di PKPU Semarang.
1.7. Metode penelitian
1.7.1. Jenis Penelitian.
Penelitian adalah semua kegiatan pencarian, penyelidikan
dan percobaan secara alamiah dalam suatu bidang tertentu,
untuk mendapatkan fakta-fakta atau prinsip-prinsip baru yang
20
bertujuan untuk mendapatkan dan menaikkan tingkat ilmu serta
teknologi (Margono, 2004: 1).
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field
research) yang bertujuan untuk mempelajari secara intensif
tentang latar belakang keadaan sekarang dan interaksi
lingkungan suatu unit sosial, misalnya masyarakat ataupun suatu
lembaga (Sumadi, 2005: 80). Adapun obyek penelitian di sini
adalah Pos Kemanusiaan Peduli Umat PKPU Semarang.
Dalam pendekatan ini, peneliti memakai pendekatan
kualitatif. Penelitian kualitatif yaitu prosedur penelitian yang
menghasilkaan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati
(Moloeng,2002 : 3). Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui
”pengelolaan dana zakat, infaq dan shadaqah yang dilakukan
PKPU Semarang dan pengelolaan pendistribusian dana zakat,
infaq dan shadaqah pada mustahiq, serta faktor pendukung dan
penghambat pendistribusian dana zakat pada PKPU Semarang”,
dengan menggunakan data deskriptif baik berupa kata-kata
tertulis maupun lisan dari orang-orang yang akan diteliti seperti
pengurus PKPU Semarang (yaitu Direktur PKPU, Kabid.
Pendayagunaan, Kabid. Administrasi dan Keuangan), serta
karyawan yang ada pada PKPU Semarang.
21
1.7.2. Sumber data penelitian.
Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian
adalah subyek dari mana data-data tersebut dapat diperoleh
(Arikunto, 2002: 120). Sumber data penelitian di sini dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu sumber data primer dan sumber
data sekunder. Sumber data primer adalah bahan yang berupa
sumber utama dalam pengambilan data (Bambang Sugono,
2003: 114). Adapun sumber data primer dalam penelitian ini
adalah pengurus PKPU Semarang (yaitu Direktur PKPU, Kabid.
Pendayagunaan, Kabid. Administrasi dan Keuangan) serta
karyawan yang ada pada PKPU Semarang. Sumber sekunder
adalah bahan yang erat sekali hubungannya dengan bahan
primer (Amirudin, 2004: 45). Sumber sekunder dalam penelitian
ini berupa dokumen, buku-buku, foto-foto, catatan hasil
wawancara di lapangan dan sumber lain yang dapat digunakan
sebagai pelengkap data primer.
1.7.3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling
penting dalam penelitian. Tanpa mengetahui teknik
pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data
yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Teknik
pengumpulan data adalah suatu cara atau proses yang sistematis
dalam pengumpulan, pencatatan dan penyajian fakta untuk
22
tujuan tertentu. (Sugiyono, 2009:308). Adapun beberapa teknik
pengumpulan data yang penulis gunakan adalah:
a. Wawancara (Interview)
Metode wawancara (Interview) adalah sebuah dialog yang
dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh
informasi dari terwawancara (interviewee) (Suharsimi Arikunto,
2006: 155). Dengan Metode ini, peneliti akan mendapatkan
keterangan secara lisan dari responden, dengan berdialog
dengan face to face terhadap orang lain.
Kalau kita tinjau dari Jenisnya wawancara (Interview) ada
dua macam, yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tidak
terstruktur. wawancara tidak terstruktur yaitu pedoman
wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan
ditanyakan dan wawancara terstruktur, yaitu pedoman
wawancara yang disusun secara terperinci sehingga menyerupai
check list (Arikunto, 2006: 227).
Wawancara yang digunakan peneliti adalah wawancara
tidak terstruktur yaitu wawancara yang hanya memuat garis
besar yang akan ditanyakan. Disini pertanyaan tidak tersusun
secara ketat, sehingga memudahkan peneliti untuk
mengembangkan pertanyaan-pertanyaan guna mendapatkan
informasi yang lebih dalam tentang responden. Dengan begitu,
diharapkan nantinya mampu menghasilkan data-data yang lebih
23
mendalam terkait tema penelitian yang telah ditentukan. Pada
prosesnya untuk mencapai keakuratan, peneliti menggunakan
alat bantu berupa tape recorder, kemudian mentransfernya
dalam transkrip tertulis. Dalam hal ini penulis akan
mewawancarai pengurus Pos Kemanusiaan Peduli Umat PKPU
Semarang yaitu Direktur PKPU, Kabid. Pendayagunaan, Kabid.
Administrasi dan Keuangan serta karyawan yang ada pada
lembaga tersebut. Metode ini dipergunakan untuk mendapatkan
data dan menggali data tentang sesuatu yang berkaitan dengan
pengelolaan pendistribusian dana zakat, infaq dan shadaqah
pada mustahq pada PKPU Semarang.
b. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya
(Arikunto, 2006: 231). Dengan metode ini peneliti
memanfaatkan dokumen yang ada di PKPU Semarang seperti
program kerja dan dokumen lain yang ada relevansinya dengan
permasalahan peneliti.
c. Observasi
Dalam pengertian psikologik, observasi disebut pula
dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian
terhadap sesuatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indra.
24
Metode ini dalaksanakan secara langsung. Dalam artian
penelitian observasi dapat dilakukan denga tes, kuesioner,
rekaman gambar, rekaman suara (Suharsimi Arikunto 2006 :
156-157).
Margono (2007:158), menyatakan bahwa metode
observasi adalah sebagai metode yang dilakukan sebagai
pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala
yang tampak pada obyek penelitian. Pengamatan dan pencatatan
yang dilakukan terhadap obyek ditempat terjadi atau
berlangsungnya peristiwa, sehingga observasi berada bersama
obyek yang diselidiki.
Metode ini peneliti gunakan untuk memperoleh data
tentang pelaksanaan serta keadaan secara langsung obyek yang
akan diteliti yaitu mengenai pengelolaan dana zakat, infaq dan
shadaqah yang dilakukan PKPU Semarang dan pengelolaan
pendistribusian dana zakat, infaq dan shadaqah pada mustahiq,
serta faktor pendukung dan penghambat pendistribusian dana
zakat di PKPU Semarang.
1.8. Metode Analisis data
Teknik Analisis data adalah prose mencari dan menyusun
secara sistematis data yuang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan
25
temuannnya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data
dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya kedalam
unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana
yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang
dapat diceritakan kepada orang lain (Sugiyono, 2009:334).
Dalam menganalisa data penulis menggunakan teknik analisis
data kualitatif dengan menggunakan pola pikir induktif yaitu berangkat
dari fakta-fakta atau peristiwa-peristiwa yang bersifat empiris kemudian
data tersebut dipelajari dan dianalisis sehingga bisa dibuat suatu
kesimpulan dan generaslisasi yang bersifat umum (Cholid Narbuko,
2007: 70 ).
Analisis data dalam penelitian ini tidak diwujudkan dalam
bentuk angka melainkan berupa laporan dan uraian deskriptif mengenai
pengelolaan dana zakat, infaq dan shadaqah yang dilakukan PKPU
Semarang dan pengelolaan pendistribusian dana zakat, infaq dan
shadaqah pada mustahiq, serta mengunakan analisis SWOT untuk
menjawab faktor pendukung dan penghambat pendistribusian dana
zakat di PKPU Semarang.
1.9. Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh pembahasan yang sistematis, maka penulis
perlu menyusun sistematika sedemikian rupa sehingga dapat
26
menunjukan hasil penelitian yang baik dan mudah dipahami. Adapun
sistematika tersebut adalah sebagai berikut :
Bab I, pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah,
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka,
metode penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II bab ini terdiri dari landasan teori skripsi, yaitu
pengertian pengelolaan pendistribusian dana zakat, pengertian zakat,
dasar hukum zakat, tujuan zakat, manfaat zakat, serta penerapanya
kepada mustahiq.
Bab III, memuat paparan mengenai objek penelitian tempat di
mana obyek penelitian berada. Dalam bab ini berisi tentang gambaran
umum lembaga PKPU Semarang, meliputi: sejarah berdirinya PKPU,
Visi dan misi, struktur organisasi, program kerja PKPU Semarang, dan
menguraikan tentang pengelolaan dana zakat, infaq dan shadaqah pada
PKPU Semarang, serta pengelolaan pendistribusian dana zakat, infaq
dan shadaqah pada mustahiq.
Bab IV, bab ini adalah analisa dengan cara mengkomparasikan
antara landasan teori dan hasil penelitian (data). Yaitu analisa mengenai
pengelolaan dana zakat, infaq dan shadaqah pada PKPU Semarang,
serta analisis pengelolaan pendistribusian dana zakat, infaq dan
shadaqah pada mustahiq. Kemudian yang terakhir analisis faktor
pendukung dan penghambat pendistribusian dana zakat pada PKPU
Semarang.
27
Bab V, penutup dalam penulisan skripsi ini terdiri dari
kesimpulan hasil penulisan skripsi, saran-saran dan penutup.
28
BAB II
PENGELOLAAN DAN PENDISTRIBUSIAN ZAKAT, INFAQ DAN
SHADAQAH
2.1. PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH (ZIS)
2.1.1. Pengertian Zakat, Infaq dan Shodaqoh
Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat merupakan kata dasar
(masdar) dari zaka yang berarti berkah, tumbuh, bersih, dan baik.
Sesuatu itu zaka, berarti tumbuh dan berkembang, dan seorang itu
zaka, berarti orang itu baik. (Yusuf Qardawi, 2010 :34)
Menurut terminilogi (istilah), zakat adalah suatu bentuk
ibadah kepada Allah Ta‟ala dengan cara mengeluarkan kadar harta
tertentu yang wajib dikeluarkan menurut syariat Islam dan diberikan
kepada golongan atau pihak tertentu. (Syaikh Muhammad bin Shalih
Al-Utsaimin, 2008 : 2)
Adapun kaitan antara makna zakat secara bahasa dan istilah
adalah; bahwa ketika harta yang sudah dikeluarkan zakatnya menjadi
suci, bersih, baik, berkah, tumbuh dan berkembang. Dalam
penggunaannya, selain untuk kekayaan, tumbuh dan suci disifatkan
untuk jiwa orang yang menunaikan zakat. Maksudnya, zakat itu akan
mensucikan orang yang mengeluarkannya dan menumbuhkan
pahalanya. Sedangkan dalam istilah ekonomi, zakat merupakan
28
29
tindakan pemindahan kekayaan dari golongan kaya kepada golongan
tidak punya.
Infaq berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan
sesuatu (harta) untuk kepentingan sesuatu, termasuk kedalam
pengertian ini, infaq yang dikeluarkan orang-orang untuk
kepentingan agamanya. Sedangkan menurut terminology, infaq
adalah mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan
(penghasilan) untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran
Islam. Jika zakat ada nisabnya, infaq tidak mengenal nisab. Jika zakat
harus diberikan pada mustahiq tertentu (8 asnaf), infaq boleh
diberikan kepada siapapun juga, misalnya untuk kedua orang tua atau
anak yatim.
Shadaqah berasal dari kata shadaqah yang berarti „benar‟.
Orang yang suka bershadaqah adalah orang yang benar pengakuan
imannya. Menurut syariat, pengertian shadaqah sama dengan
pengertian infaq, termasuk juga hukum dan ketentuan-ketentuannya.
Hanya saja, jika infaq berkaitan dengan materi, shadaqah memiliki
arti lebih luas dari sekedar material, misal senyum itu shadaqah. Dari
hal ini yang perlu diperhatikan adalah jika seseorang telah berzakat
tetapi masih memiliki kelebihan harta, sangat dianjurkan sekali untuk
berinfaq atau bershadaqah. (Gustian Juanda, et. al. 2006 : 11).
30
2.1.2. Dasar Hukum Zakat
Zakat adalah rukun ketiga dari rukun Islam yang lima, yang
merupakan pilar agama yang tidak dapat berdiri tanpa pilar ini.
Zakat, hukumnya wajib „ain (fardhu „ain) bagi setiap muslim apa bila
telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan oleh syariat.
Dan, merupakan kewajiban yang disepakti oleh umat Islam dengan
berdasarkan dalil Al-Qur‟an dan hadits.
Adapun dasar hukum kewajiban zakat diantaranya adalah:
a. Al-Qur‟an
1) Surat Al-Baqarah ayat 43 :
Artinya : “Dan Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku‟lah beserta
orang-orang yang ruku.” (Dept. Agama, 1978: 16)
2) Surat At-Taubah ayat 103 :
Artinya : “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah
untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar
lagi Maha Mengetahui.” (Dept. Agama, 1978: 297-298)
31
3) Hadits
Adapun dalil-dalil sunnah ialah sebagai berikut :
بني الاسلام : ابي عوز رض اهلل عنهوا اى رسىل اهلل صل اهلل عليو وسلن قالعن
, إتاء الزكاة, وإقام الصلاة, شهادة أى لا إلو إلااهلل وأى هحوذا رسىل اهلل, عل خوس
( هتفق عليو). وصىم رهضاى, وحج البيت
Artinya : “Dari Ibnu Umar ra. Bahwasanya Rasulullah saw. bersabda:
“Islam itu didirikan atas lima sendi, yaitu persaksian bahwa
tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah,
mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji dan puasa di bulan
Ramadhan.”(HR. Mutafaq Alaih) (Al-Imam Abu Zakaria
Yahya bin Syaraf An-Nawawi, 1999: 220).
Dalam hadits lain diriwayatkan dari Ibnu Umar, bahwasanya
Rasulullah SAW. bersabda:
“Aku diperintahkan untuk memerangi orang-orang, sehingga mereka
mau bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad
utusan Allah, mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Apabila
mereka telah mengerjakan hal itu, maka terjagalah harta dan darah
mereka kecuali dengan hak Islam, sedang perhitungan (hisab) mereka
terserah Allah.” ( HR. Mutafaq Alaih) (Al-Imam Abu Zakaria Yahya
bin Syaraf An-Nawawi, 1999: 220).
32
2.1.3. Macam-macam zakat
Secara umum zakat terbagi menjadi dua macam, yaitu zakat
jiwa (nafs) zakat fitra dan zakat harta/zakat maal.
a. Zakat nafs (jiwa)/zakat fitrah
Pengertian fitrah ialah ciptaan, sifat asal, bakat, perasaan
keagamaan, dan perangai, sedangkan zakat fitrah adalah zakat
yang berfungsi mengembalikan manusia muslim kepada
fitrahnya, dengan menyucikan jiwa mereka dari kotoran-kotoran
(dosa-dosa) yang disebabkan oleh pengaruh pergaulan dan
sebagainya sehingga manusia itu menyimpang dari fitrahnya.
Yang dijadikan zakat fitrah adalah bahan makanan pokok bagi
orang yang mengeluarkan zakat fitrah atau makanan pokok di
daerah tempat berzakat fitrah seperti beras, jagung, tepung sagu,
tepung gaplek, dan sebagainya
Zakat ini wajib dikeluarkan seusai bulan ramadhan
sebelum sholat Idul fitri, sedangkan orang bagi oarang yang
mengeluarkan zakat fitrah setelah dilaksakan sholat Idul fitri
maka apa yang ia berikan bukanlah termasuk zakat fitrah tetapi
merupakan shadaqah, hal ini sesuai dengan hadits Nabi saw dari
Ibnu Abbas, ia berkata, “Rasulullah saw mewajibkan zakat fitrah
itu sebagai pembersih bagi oarang yang berpuasa dari
perbuatan sia-sia dan perkataan yang kotor dan sebagai
33
makanan bagi orang miskin. Karena itu, barangsiapa yang
mengeluarkanya sesudah soalat maka dia itu adalah salah satu
shadaqah biasa (Hadist Abu Daud dan Ibnu Majah).
Melewatkan pembayaran zakat fitrah sampai selesai
sembahyang hari raya hukumnya makhruh karena tujuannya
utamanya membahgiakan orang-orang miskin pada hari raya,
dengan demikian apabila dilewatkan pembayaranya hilanglah
separuh kebahagianya pada hari itu.
Banyaknya zakat fitrah untuk perorangan satu sha‟ (2,5
kg/3,5 liter) dari bahan makanan untuk membersihkan puasa dan
mencukupi kebutuhan orang-orang miskin dihari raya Idul Fitri,
sesuai dengan hadist Nabi saw, “Dari Ibnu Umar ra; Rasulullah
saw telah mewajibkan zakat fitri 1 (sha‟) dari kurma atau
gandum atau budak, orang merdeka laki-laki dan perempuan,
anak kecil dan orang tua dari seluruh kaum muslim. Dan beliau
perintahkan supaya dikeluarkan sebelum manusia keluar untuk
sholat Idul Fitri.” (HR. Bukhari).
Jika maslahat orang-orang fakir mengharuskan
dikeluarkan zakat untuk mereka dalam bentuk uang maka tidak
ada dosa didalamnya sesuai dengan Mazhab Hanafi dan Mazhab
Syafi‟i.
34
Menurut Yusuf Qardhawi ada dua hikmah zakat fitrah,
ialah sebagai berikut.
a. Membersihkan kotoran selama menjalankan puasa, karena
selama menjalankan puasa sering kali orang terjerumus pada
perkataan dan perbuatan yang tidak ada manfaatnya serta
melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah.
b. Menumbuhkan rasa kecintaan kepada orang-orang miskin dan
orang-orang yang membutuhkan akan membawa mereka
kepada kebutuhan dan kegembiraan bersuka cita pada hari
raya.
Ada pun niat mengeluarkan zakat fitra bagi diri sendiri, “sengaja saya
mengeluarkan zakat fitra pada saya sendiri, fardhu karena Allah ta‟alla”.
Sengaja saya mengeluarkan zakat fitra pada diri saya dan pada sekalian yang
saya dilazimkan (diwajibkan) memberi nafkah pada mereka, fardhlu karena
Allah ta‟alla”.
Cara penyerahan zakat fitra dapat ditempuh dua cara adalah sebagai
berikut.
a. Zakat fitra diserahkan langsung oleh yang bersangkutan kepada fakir
miskin. Apabila hal ini dilakukan maka sebaiknya pada malam hari raya
dan lebih baik lagi jika mereka diberikan pada pagi hari sebelum shalat
Idul Fitri dimulai agar dengan adanya zakat fitra itu melapangkan
35
kehidupan mereka, pada hari raya, sehingga mereka tidak perlu lagi
berkeliling menadahkan tangan kepada orang lain.
b. Zakat fitrah diserahkan kepada amil (panita) zakat. Apa bila hal itu
dilakukan maka sebaiknya diserahkan satu hari atau dua hari atau pun
beberapa hari sebelum hari raya Idul Fitri agar panitia dapat mengatur
distribusinya dengan baik dan tertib kepada mereka yang berhak
menerimnya pada malam hari raya atau atau pada pagi harinya.
Ibnu Abas meriwayatkan, “Rasulullah SAW telah memfardhukan
zakat fitrah untuk menyucikan orang-orang yang berpuasa dari kelalaiannya.
Sesungguhnya ia salah satu shadaqah, karena itu barang siapa yang
melewatkan pembayaran sampai terlaksananya shalat hari raya hukumnya
makruh (tidak berdosa), tetapi jika dilewatkan sampai terbenamnya matahari,
hukumnya berdosa dan dianggap sebagai hutang kepada Allah SWT yang
perlu segera dilakukan pembayaran (qadha)”. Adapun tempat mengeluarkan
zakat fitrah yang lebih diutamakan zakat fitrah dikeluarkan di tempat muzakki
tinggal dan berpuasa, sedangkan jika dia berpuasa Ramadhan di luar Negeri
karena perjalan atau lainnya maka dia mengeluarkan zakat fitrah di negeri
tempat dia berpuasa.
Pembayaran zakat fitrah dapat dipindahkan ketempat atau daerah lain
jika penduduk di tempat atau daerah tersebut amat memerlukannya
dibandingkan dengan penduduk di tempat atau daerah pemberi zakat.
Kemaslahatan perpindahan tersebut lebih memberi keuntungan dibandingkan
36
jika diberikan kepada penduduk di tempat atau daerah pemberi zakat atau
keperluan di tempat atau daerah tersebut telah melebihi.
b. Zakat harta/ zakat maal
Zakat harta/ zakat maal ialah zakat yang dikenakan atas
harta (maal) yang dimiliki oleh seorang atau lembaga dengan
syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.
Maal (harta) menerut bahasa ialah segala sesuatu yang
diinginkan sekali oleh manusia untuk menyimpan dan
memilikinya, sedangkan maal (harta) menurut hukum Islam
adalah segala yang dapat dipunyai (dikuasai) dan dapat
digunakan (dimanfaatkan) menurut kebiasaanya.
Sesuatu dapat disebut dengan maal (harta/ kekayaan)
apabila memenuhi dua syarat adalah:
a. Dapat dimiliki/disimpan/dihimpun/dikuasai,
b. Dapat diambil manfaatnya sesuai dengan ghalibnya,
misalnya rumah, mobil, ternak, hasil pertanian, uang,
emas, perak, dan lain-lain, sedangkan sesuatu yang
tidak dapat dimiliki tetap dapat diambil manfaaatnya
seperti udara, cahaya, sinar matahari, dan lain-lain tidak
termasuk kekayaan. (Sari Kartika Elsi, 2006: 21-24).
37
2.1.4. Syarat-syarat Wajib Zakat
Zakat merupakan kewajiban bagi setiap muslim, baik laki-laki
maupun perempuan. Zakat diwajibkan atas beberapa jenis harta
dengan berbagai syarat yang harus dipenuhi. Syarat ini dibuat untuk
membantu pembayar zakat agar dapat membayar zakat hartanya
dengan rela hati sehinnga target suci disyariatkan zaka tdapat
tercapai. Para ulama fikih telah menetapkan beberapa syarat yang
harus terpenuhi dalam harta, sehingga harta tersebut tunduk kepada
zakat atau wajib zakat. Syarat-syarat tersebut adalah:
a. Milik sempurna
Yang dimaksud milik sempurna adalah kemampuan pemilik harta
mentransaksikan barang miliknya tanpa campur tangan orang lain
pada waktu datangnya kewajiban membayar zakat. Hal ini sesuai
dengan hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok sahabat :
“Tidak ada zakat pada harta yang berada di luar kekuasaan
pemiliknya (dhimar), tidak ada zakat pada cicilan mas kawin yang
tertunda, karena wanita tidak mengunakannya. Dan tidak ada
zakat pada piutang atas orang yang kesulitan. Apabila sudah
berada di tangan, baru wajib dizakati untuk satu tahun berjalan
saja, meskipun piutang itu, atau mas kawin tersebut telah berada
di tangan orang lain/suaminya selama bertahun-tahun. Demikian
juga piutang atas orang yang susah sejak beberapa tahun.”
38
b. Berkembang secara riil atau estimasi.
Bahwa harta tersebut harus dapat berkembang secara riil atau
secara estimasi. Yang dimaksud dengan pertumbuhan riil adalah
pertambahan akibat perkembangbiakan atau perdagangan.
Sedangkan yang dimaksud dengan pertumbuhan estimasi
adalah harta yang nilainya mempunyai kemungkinan bertambah,
seperti emas, perak, dan mata uang yang semuanya mempunyai
kemungkinan pertambahan nilai dengan memperjualbelikannya.
c. Sampai nisab
Nisab adalah sejumlah harta yang mencapai jumlah tertentu yang
ditentukan secara hukum, yang mana harta tidak wajib dizakati
jika kurang dari ukuran tersebut. Syariat ini berlaku, seperti pada
uang, emas, barang dagangan, hasil pertanian, dan hewan ternak.
d. Melebihi kebutuhan pokok
Harta tersebut merupakan kelebihan dari nafkah dari kebutuhan
asasi bagi kehidupan muzakki dan orang yang berada dibawah
tanggungan, maka biaya, seperti istri, anak, pembantu, dan
asuhannya. Artinya bahwa muzakki harus mencapai batas
kecukupan hidup (had al-kifaya), maka bagi orang yang berada di
bawah batas tersebut tidak ada kewajiban zakat bagi mereka.
39
e. Tidak terjadi zakat ganda
Apabila suatu hari telah dibayar zakatnya, kemudian harta tersebut
berubah bentuk, seperti hasil pertanian yang telah di zakati
kemudian hasil panen tersebut dijual dengan harga tertentu, atau
kekayaan ternak yang telah dizakati kemudian dijual dengan harga
tertentu. Dalam hal ini, harga penjualan barang yang telah dizakati
maka diakhir haul tidak wajib dizakati lagi agar tidak terjadi zakat
ganda pada satu jenis harta.
f. Cukup haul (genap satu tahun).
Haul adalah perputaran harta suatu nisab dalam 12 bulan
Qomariyah (Hijriyah). Harta yang tunduk kepada zakat tersebut
telah dimiliki selama satu haul secara sempurna. Sesuai dengan
firman Allah SWT : “...Dan tunaikanlah haknya di hari memetik
hasilnya (dengan dikeluarkanya zakatnya)...” (QS Al-An‟aam :
141) (Kurnia, Hikmat: 2008: 11-17).
g. Golongan yang Berhak Menerima Zakat
Sulaiman Rasyid (1994: 210) mengatakan dalam Fiqh Islam
bahwa orang-orang yang berhak menerima zakat hanya mereka
yang telah ditentukan Allah SWT, dalam Al-Qur‟an surat At-
Taubah ayat 60.
40
Firman Allah SWT.:
Artinya : “ Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang
fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para
mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak,
orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk
mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu
ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha
mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (Dept. Agama, 1978: 288)
Dari ayat di atas, Sabahaddin Zaim (1985: 12)
mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan masing-masing
ashnaf yang delapan itu, sebagaimana penjelasan berikut ini:
1. Fakir-Miskin
Dalam kenyataanya dimasyarakat fakir miskin
sulit dibedakan dan dipisahkan. Golongan ini disebut
sebagai golongan pertama dan kedua yang berhak menerima
zakat. Ada tiga kategori masyarakat fakir miskin, yaitu:
1) Mereka yang pendapatannya tidak mencukupi
kebutuhan pokoknya, mereka bisa mengambil jatah
zakat.
41
2) Mereka yang dapat mencukupi kebutahan pokoknya,
tapi sisa pendapatanya dibawah nisab, mereka tidak
berkewajiban membayar zakat, tetapi tidak berhak
mengambil zakat.
3) Mereka yang pendapatannya mencukupi kebutuhan
pokoknya dan sisanya mencukupi satu nisab, mereka
wajib membayar zakat.
Berdasarkan pendapat ini yang berhak menerima zakat
adalah masyarakat dalam katagori pertama, yaitu mereka yang
tidak mencukupi kebutuhan pokoknya. Dan inilah yang
dinamakan fakir.
Dapat dikatakan bahwa apabila sesorang memiliki
setengah dari makanan untuk sehari-semalam, maka ia
tergolong fakir. Dan apabila ia memiliki sehelai gamis (baju
panjang) tetapi tidak memiliki penutup kepala, sepatu dan
celana, sedang nilai gamisnya itu tidak mencakup harga semua
itu, sekedar yang layak bagi kau fakir sesamanya, maka ia
disebut fakir. Sebab dalam keadaan seperti itu, ia tidak cukup
memiliki apa yang patut baginya dan tidak memiliki
kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokoknya.
42
Seseorang untuk dapat dianggap sebgai fakir tidak mesti
ia tidak memiliki apa-apa selain penutup auratnya saja. Sebab,
persyaratan ini adalah ekstrim.
Sedangkan miskin adalah apabila penghasilanya tidak
mencukupi kebutuhannya. Adakalanya ia memiliki seribu
dirham sedangkan ia tergolong miskin, tetapi ada kalanya ia
hanya memiliki sebuah kapak dan tali sedangkan ia tergolong
berkecukupan. Gubuk yang dimiliki, pakaian yang dikenakan,
perabot yang dimiliki termasuk kitab-kitab yang dipunyai. Hal
ini karena semata benda benar-benar diperlukan dan sekedar
yang layak baginya. Juga kitab-kitab fiqih yang dimilikinya.
Semua itu tidak meniadakan sifat dirinya sebagai seorang
miskin (yang berhak memperoleh bagian dari zakat).
Diantara dalil yang mengantarkan kapada pengertian
fakir miskin firman Allah:
Artinya: “Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang
meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian” (QS.
Adz-Dzaariyah: 19)
Hadits Rasulullah juga mengatakan:
“Bukanlah bernama miskin orang yang berkeliling meminta-
minta kepada orang lain, yang ditolak dengan sesuap makanan
atau sebiji dua biji kurma. Akan tetapi orang miskin ialah
orang yang (berjuang hidup) tidak memperoleh kehidupanya,
43
tetapi tidak menceritakan nasibnya supaya diberi shadaqah,
dan tidak pula mau meminta-minta mengharap kasihan
orang.” (HR. Bhukari).
Dalil-dalil di atas memberi pengertian bahwa miskin
adalah al-mahrum, yaitu orang yang tidak mampu akan tetapi
menjaga kehormatan diri, tidak mau meminta-minta.
Sedangkan orang yang meminta-minta tetap disebut fakir. Di
Indonessia pengertian ini dekat dengan gelandangan dan atau
pengemis.
Antara fakir dan miskin ada yang mengatakan bahwa
“fakir lebih jelek keadaannyadari pada miskin. Karena ada dua
kemungkinan mengapa orang miskin tidak meminta-minta.
Pertama mungkin karena untuk menjaga kehormatan dirinya
dan mempunyai harga diri yang kuat. Kedua, kemungkinan
kekafirannya tidak separah orang fakir. Atas dasar kedua inilah
dia berpendapat demikian. Pendapat lain mengatakan bahwa
miskin lebih jelek keadaanya dari pada fakir.
2. Amilin
“Amilin („Amilun), kata jama‟ dari mufrad „Amilun.
Menurut Imam Syafi‟i „amilun adalah “orang-orang yang
diangkat untuk memungut zakat dari pemilik-pemiliknya, yaitu
para sa‟i dan penunjuk-penunjuk jalan yang menolong mereka,
44
karena mereka tidak bisa memungut zakat tanpa pertolongan
penunjuk jalan itu.
Dapat dikatakan, bahwa „Amil ialah orang-orang yang
bertugas mengumpulkan zakat termasuk, ketua, penulis,
bendahara dan petugas lainya.
Menurut Yusuf Qardhawi, amilun adalah “semua orang
yang berkerja dalam mengurus perlengkapan administrasi
urusan zakat, baik urusan pengumpulan, pemeliharaan,
ketatausahaan, perhitungan, pendayagunaan (Qardhawi, Yusuf:
1991: 579).
3. Mu’allaf
Menurut Abu Ya‟la, muallaf terdiri dari dua golongan:
“orang Islam dan orang musyrik. Mereka ada empat katagori:
(1) Mereka yang dijinakkan hatinya agar cenderung menolong
kaum muslimin. (2) Mereka yang dijinakan hatinya agar
cenderung untuk membela umat Islam. (3) Mereka yang
dijinakan agar ingin masuk Islam. (4) Mereka yang dijinakan
dengan diberi zakat agar kaum dan sukunya tertarik masuk
Islam.
Pengelompokan ini sama dengan yang diutarakn oleh
Sayyid Sabiq dan al-Qardhawi adalah:
45
Untuk golongan muslim terdiri atas. 1) Toko dan
pimpinan orang Islam. 2) Pimpinan orang-orang Islam yang
lemah imannya, dipatuhi masyrakat. 3) Orang-orang Islam
yang berada digaris perbatasan musuh, agar dapat
mempertahankan orang-orang Islam yang di belakang dari
serangan musuh. 4) Golongan orang Islam yang diperlakukan
untuk memungut zakat dari orang-orang yang akan
mengeluarkan zakat tanpa pengaruh mereka. Sedangkan
mu‟allaf non muslim terdiri dari dua: 1) Orang-orang yang
diharapkan beriman dengan dijinakan hatinya. 2) Orang-orang
yang akan dikhawatirkan kejahatannya.
Menurut penulis , penetapan katagori siapa mu‟allaf yang
dapat diberi zakat ini, sebaiknya tidak terlalu luas dan tidak
pula terlalu sempit. Pada masa Umar ra golongan ini tidak
diberi bagian zakat. Karena Islam ketika itu sudah kuat. Oleh
karena itu, memperhatikan suatu „illat dalam menetapkan
hukum menjadi sesuatu yang sangat penting.
4. al-Riqab
Imam Malik, Ahmad dan Ishaq, menyatakan riqab adalah
budak biasa yang dengan jatah zakat mereka dapat
dimerdekakan. Menurut golongan asy-Syafi‟iyyah dan al-
Hanafiyyah, riqab adalah budak mukatab, yakni budak yang
46
diberi kesempatan oleh tuannya untuk berusaha membebaskan
dirinya, dengan membayar ganti rugi secara angsuran.
5. al-Gharimin
Al-Gharimin adalah “kata jama‟ dari kata mufrod al-
gharimu, artinya orang yang berhutang dan tidak bisa
melunasinya. Qardhawi menyebutkan bahwa:
Dilihat dari segi subjek hukumnya al-gharimin itu ada
dua: perorangan dan badan hukum. Dilihat dari segi
motivasinya, al-gharim ada dua juga: berhutang untuk
kepentingan pribadi di luar maksiat, dan berhutang untuk
kepentingan masyarakat (maslahat umum).
6. Sabili Allah
Menurut bahasa sabil berarti jalan. Sabil-Allah berarti
jalan Allah. Jalan yang menuju kepada kerelaan Allah. Untuk
jalan unilah Allah mengutus para Nabi, yaitu untuk memberi
petunjuk kepada manusia, untuk berdakwa.
Ibnu “Abidin mengatakan bahwa “tiap-tiap orang yang
berusaha dalam bidang ketaatan kepada Allah dan jalan-jalan
kebajikan, termasuk kedalam sabilillah. Rasyid Ridha
mengatakn bahwa “sabilillah itu mencakup urusan agama dan
negara. Sedangkan, Sayyid sabiq, mendefinisikan sabilillah
47
adalah“ jalan yang menuju kepada kerelaan Allah, baik tentang
ilmu maupun amal perbuatan.
7. Ibnu as-Sabil
Menurut golongan asy-Syafi‟iyyah, “ibnu as-Sabil ada
dua macam: (1) orang yang mau berpergian, (2) orang di
tengan perjalanan. Keduanya berhak menerima zakat,
meskipun ada yang mau menghutanginya atau ia mempunyai
harta di negerinya (Sulaiman Rasyid 1994: 110)
2.1.5. Golongan Tidak Berhak Menarima Zakat
Sebagaimana telah dijelaskan, orang-orang yang berhak
menerima zakat ada delapan golongan. Sedangkan orang-orang yang
tidak berhak menerima zakat menurut Sulaiman Rasyid (1994: 215-
217) dalam Fiqh Islam ada lima golongan, sebagaimana penjelasan
berikut ini.
a. Orang kaya dengan harta atau kaya dengan usaha dan
penghasilan. Sabda Rasulullah SAW.:
ولالذي هزة سىي رواه الخوست االالنسائ وابي هاجو . لاتحل الصذقت لغن
Artinya: “Tidak halal bagi orang kaya yang mempunyai
kekuatan tenaga mengambil sedekah (zakat).” (Riwayat lima
orang ahli hadis, selain Nasai dan Ibnu Majah)
Sebagian ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan
gani (kaya) itu ialah orang yang mempunyai harta (usaha) mencukupi
48
untuk penghidupannya sendiri serta orang yang dalam
tanggungannya sehari-hari, baik ia mempunyai satu nisab, kurang
ataupun lebih. Mereka beralasan dengan hadis berikut, Sabda
Rasulullah SAW.:
Artinya: “Barang siapa meminta-minta, sedangkan ia mempunyai
kekayaan, maka seolah-olah ia memperbesar siksaan neraka
(atas dirinya).” Yang mendengar bertanya, “Apakah yang
diartikan kaya itu, ya Rasulullah?” Jawab beliau, “Orang
kaya ialah orang yang cukup untuk makan tengah hari dan
untuk makan malam.” (Riwayat Abu Dawud dan Ibnu Hibban)
Sekarang kita tinjau arti “kaya”. Kaya menurut bahasa artinya
cukup. Cukup tidak dapat dibatasi dengan kadar sedikit atau
banyaknya harta. Si A umpamanya mempunyai harta satu nisab,
tetapi harta satu nisab itu tidak mencukupi baginya karena
tanggungannya banyak. Sebaliknya si B mempunyai harta kurang
dari satu nisab, harta yang sedikit itu mencukupi baginya karena
keperluan atau tanggungannya sedikit.
b. Hamba sahaya, karena mereka mendapat nafkah dari tuan
mereka.
c. Keturunan Rasulullah SAW.
Sabda Rasulullah SAW.:
Artinya: “Dari Abu Hurairah. Ia berkata, ”Pada suatu hari
Hasan bin Ali (cucu Rasulullah SAW.) telah mengambil sebuah
49
kurma dari kurma zakat, lantas dimasukkan ke mulutnya.
Rasulullah SAW. bersabda (kepada cucu beliau), Jijik-jijik,
buanglah kurma itu! Tidak tahukah kamu bahwa kita
(keturunan Nabi Muhammad) tidak boleh mengambil sedekah
(zakat)‟?” (Riwayat Muslim)
d. Orang dalam tanggungan yang berzakat, artinya orang yang
berzakat tidak boleh memberikan zakatnya kepada orang yang
dalam tanggungannya dengan nama fakir atau miskin,
sedangkan mereka mendapatkan nafkah yang mencukupi.
Tetapi dengan nama lain, seperti nama pengurus zakat atau
berutang, tidak ada halangan. Begitu juga kalau mereka tidak
mencukupi dari nafkah yang wajib.
e. Orang yang tidak beragama Islam, karena pesan Rasulullah
SAW, kepada Mu‟az sewaktu dia diutus ke negeri Yaman.
Beliau berkata kepada Mu‟az, “Beritahukanlah kepada mereka
(umat Islam), diwajibkan atas mereka zakat. Zakat itu diambil
dari orang kaya, dan diberikan kepada orang fakir diantara
mereka (umat Islam)”.
2.1.6. Tujuan zakat
Zakat sebagai salah satu perangkat sosio-ekonomi Islam yang
tidak saja bernilai saja bernilai ibadah juga bersifat sosial,
sebagaimana syari‟at Islam yang lainnya, zakat juga memiliki
beberapa tujuan mulia antara lain:
50
a. Mewujudkan keadailan dan pemerataan ekonomi
Zakat merupakan jaminan sosial abadi bagi para fakir miskin dan
golongan penerima zakat lainnya. Zakat bertujuan untuk
mengurangi jurang perbedaan dan kesenjangan antara yang kaya
dan miskin sehingga tercipta pemerataan ekonomi dan keadilan.
Sebagian harta dari orang-orang kaya diambil untuk diberikan dan
dimanfaatkan oleh orang-orang miskin dan diharapkan zakat ksn
mampu menciptakan keadilan dan pemerataan ekonomi dengan
berkurangnya jumlah mustahiq (Qardhawi, 1995: 886).
b. Mengikis Kemiskinan dan Kecemburuan sosial
Konsep zakat jelas terlihat mengandung sebuah makna penting
yaitu pengentasan kemiskinan karena zakat adalah pajak wajib
kalangan muslim yang kaya dan bertujuan untuk menghilangkan
perbedaan dan meningkatkan daya beli masyarakat. Zakat juga
bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat miskin
menjadi lebih baik (Qardhawi, 1995: 174). Jika zakat secara
konsisten dapat direalisasikan maka akan tercipata masyarakat
yang jauh dari sifat-sifat kecemburuan sosial yang muncul
manakala kemiskinan menghimpit seseoarang sedangkan di
sekelilingnya orang hidup serba kecukupan tetapi sama sekali tidak
peduli. Dalam kondisi seperti inilah diharapkan zakat menjadi
jembatan diantara keduanya untuk saling tolong menolong.
51
Tujuan zakat yang mulia tidak terbatas dua hal di atas, masih
banyak tujuan yang lain dan tidak dapat disampaikan secara rinci
antara lain mengembangkan harta, zakat melatih sikap dermawan dan
tanggung jawab sosial. Mensucikan harta dan lain sebagainya.
2.1.7. Hikmat Zakat
Kesenjangan penghasilan rezeki dan mata pencaharian
dikalangan manusia merupakan kenyataan yang tidak bisa dipungkiri.
Al-Qur‟an sendiri telah menerangkan hal tersebut sebagaimana
firman Allah SWT
…….
“Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebagian yang lain dalam
hal rezki” (QS. An-Nahl : 71) (Depag RI, 1992: 412).
Kewajiban atau kefarduan zakat merupakan jalan yang paling
utama untuk menyelesaikan kesenjangan sosial. Di samping itu, zakat
merupakan formula yang paling kuat untuk merealisasikan sifat
gotong-royong dan tanggung jawab sosial dikalangan umat Islam.
Tujuan tersebut mempunyai hikmah yang utama yaitu agar
manusia lebih tingi nilainya daripada harta, sehingga ia menjadi
tuannya harta bukan menjadi budaknya harta. Karena,tujuan zakat
terhadap si pemberi sama dengan kepentingan tujuan terhadap si
penerima ( Qardhawi, 1995: 848).
52
Hikmah zakat ada 2 (dua ) macam yaitu hikmah bagi si
pemberi dan hikmah bagi si penerima.
1. Adapun hikmah zakat bagi si pemberi antara lain :
a. Mensucikan jiwa dari sifat kikir
Sifat kikir merupakan tabiat manusi yang tercela, sifat ini
timbul karena rasa keinginan untuk memiliki suatu
keinginan untuk tetap memiliki suatu benda tersebut
selama-lamanya, sehingga manusia cenderung
mementingkan diri sendiri terhadap hal-hal yang baik dan
bermanfaat dari pada orang lain.(Qardhawi, 1995: 850).
b. Merupakan manifestasi syukur atas nikmat Allah
Sebagaimna dimaklumi, diakui oleh fitra manusia bahwa
pengakuan akan keindahan dan syukur terhadap nikmat
merupakan suatu keharusan. Zakat akan membangkitkan
bagi orang yang mengeluarkanya. Makna syukur kepada
Allah, pengakuan akan keutamaan dan kebaikan, karena
sesungguhnya Allah SWT senantiasa memberikan nikmat
kepada hambanya baik yang berhubungan dengan diri
maupun hartanya.
Ibadah badaniyah merupakan pembuktian rasa syukur terhadap
segala nikmat badan, sedang ibadah harta merupakan pembuktian rasa
syukur terhaap nikmat harta (Qardhwai 1995: 857).
53
c. Mengembangkan kekayaan batin
Diantara tujuan pensucian jiwa yang dibuktikan oleh
zakat ialah berkembangnya kekayaan batin dan perasaan
optimis. Dengan mengeluarkan zakat berarti telah
berusaha menghilangkan kelemahan jiwanya,
egoismenya serta menghilangkan bujukan syetan dan
hawa nafsunya (Qardhawi, 1995: 860).
2. Hikmah zakat bagi si penerima adalah sebagai berikit :
a. Membebaskan si penerima dari kebutuhan
Dalam hal ini Allah SWT telah mewajibkan zakat dan
menjdikannya tiang agama Isalm, dimana zakat diambil dari
orang-orang kaya dan diberikan kepada orang-orang fakir
dengan adanya zakat tersebut mereka dapat memenuhi
kebutuhan materinya.
b. Menghilangkan sifat dengki dan benci
Zakat bagi si penerima akan membersihkan sifat dengki dan
benci. Manusia jika kekafiran dan kekurangan kebutuhan
hidup menimpanya terus menerus, padahal disekelilingnya
ia melihat orang-orang hidup dalam keleluasaan, tetapi
mereka tidak memberikan pertolongan kepadanya, bahkan
mereka memberikannya dalam kefakiran. Sudah pasti orang
54
ini hanya akan benci dan murka pada masyarakat yang
membiarkannya dan tidak peduli dengan urusannya.
Islam telah menegakkan hubungan antara sesama manusia atas
dasar persaudaraan diantara mereka. Persaudaraan ini tidak akan tegak
manakalah salah satunya kenyang dan yang lainnya lapar. Hal ini akan
menyalakan api kebencian dan hasud dalam dada orang fakir. Atas
dasar itulah Islam mewajibkan zakat, Sehingga orang akan merasa
bahwa sebagian manusia adalah bersaudara bagi sebagian yang lain,
sehingga tidak ada rasa dendam, dengki, dan benci (Qardhawi, 1995:
873-875).
2.2. Pengelolaan Zakat
Berdasarkan Undang-undang R.I No 38 Tahun 1999 Keputusan
Mentri Agama R.I No 581 Tahun 1999. Pengertian, asas, tujuan organisasi
pengelolaan zakat, sebagai berikut :
a. Pengertian pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengumpulan
dan pendistrubusian, serta pendayagunaan zakat (pasal 1 angka 1
undang-undang)
b. Pengelolaan zakat berasaskan iman dan takwa, keterbukaan, dan
kepastian hukum sesuai dengan Pancasila dan Undang-undang dasar
1945.
55
c. Pengelolaan zakat bertujuan : (1) meningkatkan pelayanan bagi
masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai dengan tuntunan agama; (2)
meningkatkan fungsi dan peran pranata keagamaan dalam upaya
mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial; (3)
meningkatkan hasil guna dan guna daya zakat.
2.2.1. Ruang Lingkup Pengelolaan Zakat
Istilah pengelolaan atau manajemen berdasarkan tujuan untuk
pertama kali digunakan Peter Duker pada tahun 1954 dan sejak itu
prinsip ini terkenal luas dan digunkan sebagai suatu system
manajemen dalam industri dan perdagangan. Menurut Ducker
manajemen adalah suatu ramalan bahwa dengan mengunakannya
seorang maneger pada waktu yang akan datang akan dapat
mempertanggungjawabkan baik hasil maupun kualitas hubungan
kemanusian yang berlaku di dalam organisasi (Devies, 1996: 328).
Dalam manajemen proses-proses yang harus dilalui adalah
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan
(actuating), dan pengontrolan (controlling). Sementara, berkaitan
dengan pengelolaan zakat yang perlu dilakukan adalah sosialisasi,
pengumpulan, pengunaan dan pengawasan.
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah menentukan dan merumuskan segala
apa yang dituntut oleh situasi dan kondisi pada badan usaha atau
56
unit organisasi yang kita pimpin. Perencanaan berkaitan dengan
upaya yang akan dilakukan untuk mengantisipasi kecenderungan
dimasa yang akan datang dan penentuan strategi yang tepat untuk
mewujudkan target dan tujuan organisasi. Di dalam perencanaan
pengelolaan zakat terkandung perumusan dan persoalan tentang
apa saja yang akan dikerjakan oleh amil zakat, bagaimana
pelaksanaan pengelolaan zakat, mengapa mesti diusahakan, kapan
dilaksanakan, dan oleh siapa kegiatan tersebut dilaksanakan,
dalam badan amil zakat perencanaan meliputi unsur-unsur
perencanaan sosialisasi perencanaan, pengumpulan zakat,
perencanaan penggunaan zakat, dan perencanaan pengawasan
zakat. Tindakan-tindakan ini diperlukan dalam pengelolaan zakat
guna mencapai tujuan pengeolaan zakat
b. Pengorganisasian (organizing)
Pengorganisasian adalah pengelompokan dan pengaturan
sumber daya manusia untuk dapat digerakkan sebagai satu
kesatuan sesuai dengan rencana yang telah dirumuskan, menuju
tercapainya tujuan yang ditetapkan. Pengorganisasian
dimaksudkan untuk mengadakan hubungan yang tepat antara
seluruh tenaga kerja dengan maksud agar mereka bekerja secara
efisien dalam mencapai tujuan yang sudah ditentukan sebelumnya.
Dalam kaitannya dengan amil zakat pengorganisasian meliputi
57
pengorganisasian sosialisasi, pengorganisasian pengumpulan,
pengorganisasian dalam penggunaan zakat, dan pengorganisasian
dalam pengawasan amil zakat. Dalam konteks ini pertama-tama
yang harus diketauhi adalah apa yang akan dikerjakan oleh
masing-masing job tersebut, kemudian baru dicarikan orang yang
akan menyelengarakan pekerjaan itu dengan segala
persyaratannya. Pengorganisasian terhadap semua aspek tersebut
dimaksudkan agar sumber daya manusia dan sumber daya materi
yang ada pada suatu amil zakat termanfaatkan secara efektif dan
efesien serta tidak tumpang tindih. Dengan demikian, lembaga
zakat akan terhindar dari sekedar tempat penampungan belaka,
sehingga berakibat pemborosan, karena orang-orang yang tidak
tepat, dan tidak terbiasa bekerja sesuai tujuan, tidak mengetauhi
apa yang nanti dikerjakan dan apa yang hendak dicapai.
c. Penggerakan (actuating)
Penggerak (actuating) adalah suatu fungsi pembimbingan
orang agar kelompok itu suka dan mau bekerja. Penekanan yang
terpenting dalam penggerakan adalah tindakan membimbing,
mengarahkan, menggerakan, agar bekerja dengan baik, tenang,
dan takut, sehingga difahami fungsi, dan diferensiasi tugas
masing-masing. Hal ini diperlukan, karena dalam suatu hubungan
kerja, diperlukan suatu kondisi yang normal, baik, dan
58
kekeluargaan (familiar). Untuk mewujudkan hal ini, tidak terlepas
dari peran piawai seorang pimpinan
Berkaitan dengan pengelolaan zakat, penggerakan
memiliki peran strategis dalam memberdayakan kemampuan
sumber daya amil zakat. Dalam konteks ini penggerakan sekaligus
memiliki fungsi sebagai motivasi sehingga sumber daya amil
zakat memiliki disiplin kerja tinggi. Untuk menggerakkan dan
memotivasi karyawan, pimpinan amil zakat harus mengetauhi
motif dan motivasi yang diinginkan oleh para pengurus amil zakat.
d. Pengawasan (controlling)
Menurut Mahmud Hawari, penggawasan adalah
mengetahui kejadian-kejadian yang sebenarnya dengan ketentuan
dan ketetapan peraturan, serta menunjuk secara tepat terhadap
dasar-dasar yang telah ditetapkan dalam perencanaan semula.
Proses kontrol merupakan kewajiban yang terus menerus harus
dilakukan untuk pengecekan terhadap jalannya perencanaan dalam
organisasi, dan untuk memperkecil tingkat kesalahan kerja.
Kesalahan kerja dengan adanya pengontrolan dapat ditemukan
penyebabnya dan diluruskan (Hasan,Muhammad, 2011: 22-25)
59
e. Tujuan Pengawasan
Pengawasan manajemen menurut Robert J. Mokcler adalah
suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan
dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem informasi
umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang
telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur
penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi
yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumberdaya
dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam
mencapai tujuan. Dari definisi ini bisa dipahami bahwa terdapat
keterkaitan antara pegawai dengan perencanaan, karena itu perlu
adanya perencanaan yang matang sebelum ada pengawasan.
Menetapkan standarisasi terhadap hasil yang ingin diperoleh atau
data-data objek yang akan diawasi. Namun, bukan berarti
pengawasan sama dengan pengontrolan, dan evaluasi. Pengawasan
memerlukan badan tersendiri dalam sebuah struktur organisasi
jika diperlukan, namun, bukan berarti pengawasan lepas dari
struktur organisasi tersebut dan berdiri sendiri dalam satu struktur,
sehingga tidak ada keterkaitan antara yang satu dengan yang
lainnya.
60
Pengawasan, sesungguhnya bisa berangkat dari dalam diri
sendiri sebagai pengawasan melekat. Dalam al-Qur‟an Allah
menyatakan:
Artinya: Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi (QS al-
Fajr/89:14)
Pengawasan juga bisa terjadi dari luar ke dalam, yang
biasanya dikenal dengan pengawasan eksternal.
Pengawasan dalam arti sempit menurut Hasan,Muhammad
“Internal check” yaitu suatu sitem dan prosedur yang secara
otomatis dapat saling memeriksa, dalam arti bahwa data akuntansi
yang dihasilkan oleh suatu bagian atau fungsi secara otomatis
dapat diperiksa oleh bagian atau fungsi lain dalam suatu lembaga
organisasi.”
Sedangkan dalam arti luas berarti:
Pengawasan yang meliputi rencana organisasi serta semua
cara dan ketentuan-ketentuan yang dikordinasikan, yang
digunakan dalam organisasi untuk melindungi harta Dengan
memeriksa ketelitian dan kebenaran data dalam rangka efisiensi
operasi organisasidan mendorong dipatuhinya kebijaksanaan
organisasi yang telah ditetapkan. Hal ini berarti dalam
pengawasan hanya berkaitan dengan akuntansi perusahaan saja.
Pengawasan dalam lembaga amil zakat mestinya bukan
hanya diarahkan pada pemeriksaan kebenaran data lembaga amil
61
zakat/akuntansi amil saja. Namun, kebenaran data amil
zakat/akuntansi amil zakat hanya salah satu bagian saja.
Pengawasan dalam lembaga amil zakat disamping pemeriksaan
ketelitian dan kevalidan data perusahaan mestinya juga diarahkan
pada ketelitian dan kebenaran distribusi zakat, pemeriksaan
kebenaran pendayagunaan zakat oleh para mustahik produktif,
sehingga tujuan pengelolaan zakat tercapai. Jika pengawasan
lembaga amil zakat hanya diarahkan pada validitas data/akuntansi
lembaga pengelola maka sangat kecil kemungkinan tercapainya
tujuan zakat
Pengelolaan zakat berbasis manajemen berarti mengelolah
lembaga amil zakat semi manajemen perusahaan. Oleh karena itu,
pengawasan dalam pengelolaan zakat mempunyai tujuan
sebagaimana layaknya suatu usaha. Bambang Hariadi
mengemukakan antara lain:
a) Mengamankan harta kekayaan perusahaan dan catatan
organisasi.
b) Kekayaan fisik suatu perusahaan dapat dicuri, disalah gunakan
atau hancur karena kecelakaan, kecuali jika kekayaan tersebut
dilindungi dengan pengawasan yang baik dan keandalan data
akuntansi
c) Mengecek kecermatan dan keandalan data akuntansi
62
d) Manajemen memerlukan informasi keuangan yang teliti dan
handal untuk menjalankan kegiatan usahanya. Pengawasan
internal yang dirancang untuk memberikan jaminan proses
pengelolaan data akuntansi akan menghasilkan informasi yang
diteliti dan handal.
e) Meningkatkan efisiensi pengawasan internal ditujukan untuk
mencegah duplikasi usaha yang tidak perlu atau usaha
pemborosan dala segala kegiatan bisnis perusahaan dan untuk
mencegah penggunaan sumber daya perusahaan yang tidak
efisien
f) Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen yang telah
ditetapkan
Berkaitan dengan pengawasan dalam pengelolaan zakat, tujuan
pengawasan yang dikemukakan oleh Bambang Hariadi relevan dengan tujuan
pengawasan dalam pengelolaan zakat. Dalam lembaga amil zakat pengawasan
bertujuan antara lain:;
a) Menjaga harta zakat dan dokumen-dokumen lembaga amil zakat
b) Mengamankan kekayaan fisik lembaga amil zakat dari kemusnahan
dengan validitas data yang akurat
c) Meningkatkan efisiensi dan efektifitas sosialisasi zakat, pengumpulan
zakat dan distribusi pendayagunaan zakat
d) Meningkatkan validitas data mustahik
63
e) Memotivasi pelaksanaan kebijakan manajemen
Berdasarkan pendapat ini berarti pengawasan dalam pengelolaan zakat
memiliki tujuan yang sangat berarti dalam usaha untuk menjaga kedinamisan dan
perkembangan lembaga amil zakat. Dikatakan demikian karena dengan adanya
pengawasan kelemahan lembaga amil zakat dapat dikontrol dan diamankan.
Demikian juga, distribusi dan pendayagunaaan zakat terhadap para mustahiq
produktif diharapkan akan semakin terjamin sesuai dengan harapan
Pengawasan lembaga amil zakat sesungguhnya terkait erat dengan program
yang direncanakan .karena itu hakekatnya dari tujuan lembaga amil zakat dengan
cara mengembalikan atau meluruskan berbagai penyimpangan yang tak sesuai
dengan yang diprogramkan. Tujuan dari pengawasan juga bisa berarti untuk
memberikan masukan secara integral, mengapa perjalanan sebuah organisasi
tersendat-sendat, apakah karena target tujuan yang ingin dicapai terlalu tinggi
atau karena amilnya tidak kompeten sehingga tidak mampu melaksanakan. milik
lembaga/organisasi, memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi,
meningkatkan efisiensi di dalam operasi dan mendorong dipatuhinya
kebijaksanaan organisasi yang telah ditetapkan.
Beberapa definisi di atas mendeskripsikan bahwa dalam pengawasan
terkandung suatu usaha dari organisasi untuk melindungi harta miliknya.
(Hasan,Muhammad, 2011: 22-25)
64
2.3. Pendistribusian zakat, Infaq dan shadaqah (ZIS)
Penulis menggunakan pembedaan istilah pendistribusian dan
pendayagunaan zakat. Istilah pendistribusian, berasal dari kata distribusi
yag berarti penyaluran atau pembagian kepada beberapa orang atau
beberapa tempat. Oleh karena itu, kata ini mengandung makna pemberian
harta zakat kepada para mustahiq zakat secara konsumtif. Sedangkan,
istilah pendayagunaan berasal dari kata daya-guna yang berarti kemampuan
mendatangkan hasil atau manfaat. Istilah pendayagunaan dalam konteks ini
mengandung makna pemberi zakat kepada mustahiq secara produktif
dengan tujuan agar zakat mendatangkan hasil dan manfaat bagi yang
memperoduktifkan. Pembagian zakat secara produktif didasarkan pada
hadis yang menyatakan:
Dari Ubaydillah bin Adi bin al-khiyar r.a. Bawa ada dua orang
sahabat mengabarkan kepadanya bahwa mereka berdua menemui Nabi
saw. Meminta zakat kepadanya, maka rasulullah memperhartiakn mereka
berdua dengan seksama dan rasu;u;;ah mendapatkan mereka sebagai
orang-orang yang gagah. Kemudian Rasulullah bersabda,” jika berdua
mau, akan saya beri, tetapi (sesungguhnya) orang yang kaya dan orang
yang kuat berusaha, tidak mempunyai bagian untuk menerima zakat,”
Pemberian zakat pada mustahiq, secara konsumtif dan produktif
perlu dilakukan sesuai kondisi mustahiq. Untuk mengentauhi kondisi
mustahiq, amil zakat perlu memastikan kelayakan para mustahiq, apakah
mereka dapat dikatagorikan mustahiq produktif atau mustihik konsumtif.
Ini memerlukan analisis tersendiri oleh para amil zakat, sehingga zakat
65
benar-benar sampai kepada orang-oarng yang berhak menerimanya secara
objektif.
Penyaluran akat dilihat dari bentuknya dapat dilakukan dalam dua
hal yakni bentuk sesaat dan bentuk pemberdayaan. Penyaluran bentuk
sesaat adalah: penyaluran zakat hanya diberiakan kepada seseorang
sesekali atau sesaat saja. Dalam hal ini, juga berarti bahwa penyaluran
kepada mustahiq tidak disertai target terjadinya kemandirian ekonomi
dalam diri mustahiq. Hal ini dikarenakan mustahiq yang bersangkutan
tidak mungkin lagi mandiri, seperti pada diri orang tua yang sudah jompo,
dan orang cacat.
Penyaluran bentuk pemberdayaan merupkan penyaluran zakat yang
disertai target merubah kondisi mustahiq menjadi kata gori muzzaki. Target
ini adalah target besar yang tidak dapat dengan mudah atau dalam waktu
yang singkat, dapat terlealisasi. Karena itu, penyaluran zakat harus disertai
dengan pemahaman yang utuh terhdap permasalahan yang ada pada
penerima. Apabila permasalahannya adalah pemersalahan kemiskinan,
harus diketauhi penyebab kemiskinan tersebut, sehingga dapat mencari
solusi yang tepat demi tercapainnya target yang telah direncanakan
(Hasan,Muhammad, 2011: 71-73)
Pendistribusian zakat adalah inti dari seluruh kegiatan pengumpulan
dana zakat. Di dalam mengoptimalkan fungsi zakat sebagai amal ibadah
sosial mengharuskan pendistribusian zakat diarahkan pada model produktif
66
dari pada model komsumtif seperti ketentuan yang tercantum dalam UU
No. 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat. Dalam pelaksanaannya,
model pendayagunaan zakat pada penyaluran dana diarahkan pada sektor-
sektor pengembangan ekonomi dengan harapan hasilnya dapat mengangkat
taraf kesejahteraan mustahiq. Secara garis besar model pendistribusian
zakat digolongkan ada empat yaitu:
1). Model distribusi bersifat konsumtif tradisioal
Model distribusi bersifat konsumtif tradisioal yaitu, zakat dibagikan
pada mustahiq untuk dimanfaatkan secara langsung sepeti zakat fitrah
yang dibagikan pada fakir miskin untuk memenuhi kebutuahan hidup
sehari-hari atau zakat mal yang diberikan pada kurban bencana alam.
2). Model distribusi bersifat konsumtif kreatif.
Zakat diwujudkan dalam bentuk lain dari barangnya semula, seperti
dalam bentuk alat-alat sekolah, atau beasiswa.
3). Model distriusi zakat bersifat prodokif tradisional
Zakat yang diberikan dalam bentuk barang-barang yang prodoktif
seperti kambing, sapi, alat cukur, dan lain-lain sebagainya. Pemberian
dalam bentuk ini akan menciptakan suatu usaha yang membuka
lapangan kerja fakir miskin.
4). Model distribusi dalam bentuk prodoktif kriatif
Zakat diwujudkan dalam bentuk permodalan baik untuk pembangunan
proyek sosial atau menambah modal usaha pengusaha kecil. 70 UU No
67
38 Tahun 1999 Tentang Pengelolahan Zakat, Bab V ( Pendayagunaan
Zakat) Pasal 16. Dalam kaitan memaksimalkan fungsi zakat, maka pola
pemberian zakat tidak terbatas pada yang bersifat konsumtif. Tetapai
harus lebih yang bersifat prodoktif.
Dalam hal ini Nabi Muhammad SAW telah mencontohkan
dengan keteladanan yang beliau lakukan ketika memberikan kepada
seorang fakir sebanyak dua dirham sambil memberikan anjuran agar
mempergunakan uang tersebut, satu dirham untuk dimakan dan satu
dirham lagi supaya dibelikan kapak sebagai alat kerja. Untuk penganti
pemerintah saat ini dapat diperankan oleh badan amil zakat atau
lembaga amil zakat yang kuat, amanah, dan profesional. BAZ atau LAZ
bila memberikan zakat yang bersifat produktif harus pula melakukan
pembinaan atau pendampingan kepada mustahiq zakat agar kegiatan
usahanya dapat berjalan dengan baik, dan agar para mustahik semakin
meningkat kualitas keimanan dan keIslamnnya. Dengan model yang
prodoktif, tepat sasaran serta berkelanjutan, zakat diharapkan dapat
meningkatkan kesejahteran dan membebaskan diri dari belenggu
kesengsaraan ekonomi, serta mengangkat derajat setatus kaum dhuafa
(mustahiq) menjadi muzaki dikemudian hari.
2.3.1. Mekanisme Distribusi zakat
Zakat yang dihimpun oleh lembaga amil zakat harus segera
disalurkan kepada para mustahiq sesuai dengan skala prioritas yang
68
telah disusun dalam program kerja. Mekanisme dalam distribusi zakat
kepada mustahiq bersifat konsumtif dan juga produktif.
Sedangkan pendistribusi zakat tidak hanya dengan dua cara,
akan tetapi ada tiga yaitu distribusi konsumtif, distribusi produktif dan
investasi. Dalam pendistribusian zakat kepada mustahiq ada beberapa
ketentuan.
a. Mengutamakan distribusi domistik dengan melakukan distribusi
lokal atau lebih mengutamakan penerima zakat yang berada dalam
lingkungan terdekat dengan lembaga zakat dibandingkan dengan
pendistribusiannya untuk wilayah lain.
b. Pendistibusian yang merata dengan kaidah-kaidah sebagai beikut:
1) Bila zakat yang dihasilkan banyak, seyogyanya setiap golongan
mendapat bagiannya sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
2) Pendistribusian haruslah menyeluruh pada delapan golongan
yang telah ditentukan.
3) Di perbolehkan memberikan semua bagian zakat kepada
beberapa golongan penerima zakat saja apabila didapati bahwa
kebutuhan yang ada pada golongan tersebut memerlukan
penanganan secara khusus.
4) Menjadikan golongan fakir miskin sebagai golongan yang
pertama menerima zakat, karena memenuhi kebutuhan mereka
69
dan membuatnya tidak tergantung kepada golongan orang lain
adalah maksud tujuan dari diwajibkan zakat.
c. Membangun kepercayaan antara pemberi dan penerima zakat.
Zakat baru bisa diberikan setelah ada keyakinan bahwa si
penerima adalah orang yang berhak dengan cara mengetahui atau
menanyakan hal tersebut kepada orang-orang yang ada
dilingkungannya, ataupun mengetahui yang sebenarnya.
70
BAB III
GAMBARAN UMUM PKPU SEMARANG DAN PENGELOLAAN
PENDISTRIBUSIAN DANA ZAKAT, INFAAQ DAN SHADAQAH
3.1. Gambaran Umum PKPU Semarang
3.1.1. Sejarah PKPU
Krisis yang terjadi pada 1997 mempengaruhi kondisi
perekonomian bangsa dan rakyat Indonesia. Menyikapi krisis
yang berkembang, 17 September 1998 sejumlah anak-anak muda
yang enerjik melakukan aksi sosial disebagian besar wilayah
Indonesia. Menindak lanjuti aksinya, mereka kemudian
menggagas entitas kepedulian publik yang bisa bergerak secara
sistematis. Maka pada 10 Desember 1999 lahirlah lembaga sosial
yang bernama Pos Kemanusian Peduli Ummat. Dalam
perkembangannya, PKPU menyadari bahwa potensi dana ummat
yang berasal dari Zakat, Infaq dan Shadaqah sangat besar.
Sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia
bisa mengoptimalkan dana ZIS-nya untuk memberdayakan
masyarakat miskin. Dalam rangka memfasilitasi antara dermawan
(aghniya) disatu pihak dengan fakir miskin (dhuafa) dilain pihak,
kerja yang Amanah dan Profesional merupakan keharusan bahkan
tuntutan yang kami wujudkan dalam kultur dan etos kerja
lembaga.
70
71
Menunaikan dan menyampaikan kewajiban serta hak
sesuai dengan amanah secara profesional, adil dan transparan
hingga kepercayaan donatur dan bantuan yang diberikan pada
dhuafa meningkat menjadi harapan kami. PKPU adalah Lembaga
Kemanusiaan Nasional yang secara konsisten kepada masyarakat
yang mengalami kesulitan, seperti bencana alam, kelaparan,
korban perang, penyakit berkepanjangan, dan lainnya. Awal
kiprah PKPU di dunia kemanusiaan dimulai sejak 10 Desember
1999 dengan membantu korban kerusuhan Ambon. Kemudian
memperoleh otoritas sebagai lembaga pengelola dana lokal
(Zakat–Infaq– Shodaqoh–Wakaf) secara NASIONAL pada tahun
2001 dari Pemerintah Republik Indonesia melalui SK MENAG
RI No.44 tahun 2001, yang didalamnya peleporan keuangan
dilakukan audit oleh akuntan publik.. Selama 6 tahun secara
intensif menangani problematika kemanusiaan, berupa aksi gawat
darurat bencana, rehabilitas fisik dan mental, pemberdayaan
ekonomi, pendidikan, dan kesehatan dari ACEH hingga tanah
PAPUA, khususnya wilayah kota/kabupaten di Semarang.
Terpercaya dengan berbagai pihak dalam dan luar negeri :
Corporate LSM dll serta menjadi mitra UNICEF PBB dalam
Kampanye Pencegahan Flu Burung di Indonesia. Dalam
mewujudkan profesionalisme PKPU membutuhkan karyawan full
timer yang cakap, dari level pimpinan hingga staf pelaksana.
72
Implementasi dan perbaikan sistem manajemen secara
berkesinambungan (continous improvement), dalam rangka
mewujudkan Good Corporate Governance dan Good Corporate
Cotizenship, termasuk audit keuangan berkala oleh kantor
akuntan publik. Dalam melaksanakan seluruh program-program
yang diamanahkan oleh donatur, PKPU memiliki budaya kerja
yang dijadikan pedoman oleh keluarga besar PKPU, yaitu
IKHLAS, ADIL, TAWAZUN, TANGGUNG JAWAB, JUJUR,
UKHUWAH, KREATIF & INOVATIF, PROAKTIF, CEPAT
dan INKLUSIF.
3.1.2. Visi dan Misi PKPU
Visi :
MENJADI LEMBAGA TERPERCAYA DALAM MEMBANGUN
KEMANDIRIAN
Misi :
Misi Kemanusiaan yang kami lakukan meliputi kegiatan :
a. Mendayagunakan program rescue, rehabilitasi dan
pemberdayaan untuk mengembangkan kemandirian.
b. Mengembangkan kemitraan dengan masyarakat, perusahaan,
pemerintah, dan lembaga swadaya masyarakat dalam dan luar
negeri.
c. Memberikan pelayanan informasi, edukasi dan advokasi
kepada masyarakat penerima manfaat (beneficiaries).
73
Dengan visi di atas, PKPU bertekat untuk menjadi
lembaga filantropi Islam terdepan dalam membela kepentingan
umat dengan mengedepankan pengelolaan yang amanah dan
professional. Amanah dalam visi tersebut berarti PKPU dapat
diandaslkan menjadi lembaga penyalur dana masyarakat
berdasarkan amanat diinginkan donatur. Jika donatur ingin
menyumbangkan dananya ke masyarakat maka PKPU akan
menyampaikan dana tersebut ke lokasi yang dikehendaki
penyumbang. Karena itu, dalam laporan keuangan yang telah
diaudit oleh akuntan publik disebutkan adanya klasifikasi dana
terikat untuk keperluan tertentu seperti dana bencana
kemanusian, untuk yatim dan janda, untuk zakat, wakaf dan
sebagainya. Juga ada dana yang tidak terikat peruntukanya
sehingga bisa digunakan secara fleksibel oleh pengurus PKPU.
Visi pengelolaan yang professional, adalah adanya
transparansi dalam seluruh aktifitas kelembagaan di PKPU.
Aspek profesionlisme yang ingin dibangun oleh lembaga
PKPU mencakup transparansi dalam keuangan, program kerja,
dan realisasi program tersebut. Sebagai upaya membangun
kinerja yang professional, PKPU telah mengadopsi system
menajemen mutu ISO 9001/2000 sehingga ada standar yang
baku dalam pengelolaan kelembagaan. Dalam rangka
mendukung profesionalisme tersebut PKPU meluncurkan
74
website yang selalu diperbaharui (up dated) sehingga
masyarakat bisa memantau dan mengawasi secara langsung
kegiatan penghimpunan dan pendayagunaan dana ZIS di
PKPU Semarang.
Dalam profil yang disebarluaskan, misi yang dibangun
PKPU Semarang adalah misi kemanusian meliputi tiga
kegiatan. Pertama, membantu meringankan penderitaan
masyarakat dengan memberikan pelayanan, informasi,
komunikasi, edukasi dan pemberdayaan. Kedua menjadi
mediator dan fasilitator antara dermawan (aghniya) dan fakir
miskin (dhuafa), melalui zakat, infaq dan shadaqah, dan dana
kemanusian lainya. Ketiga, menjalin kemitraan dengan
pemerintah, swasta, lembaga swadaya masyarakat dan lembaga
sosial lainnya, baik dalam maupun luar negeri.
Untuk menjalankan misinya, PKPU Semarang
mewujudkan dalam kultur dan etos kerja lembaga. Karena itu,
menurut para pengurus PKPU Semarang, menunaikan dan
menyampaikan kewajiban serta hak sesui dengan amanah,
professional, adil dan transparan diharapkan dapat
meningkatkan kepercayaan donatur sehingga bantuan yang
diberikan pada duafa pun turut meningkat (Wawancara dengan
Miftahul surur di Semarang pada 29, November, 2011)
75
Selain visi dan misi di atas, komitmen yang dijunjung
tinggi oleh para pengurus PKPU Semarang adalah
mendedikasikan seluruh aktivitas PKPU Semarang untuk
menggugah nurani masyarakat dan bangsa Indonesia serta
menebar kepedulian kepada sesama yang membutuhkan.
Karena itu, slogan yang disebarkan oleh PKPU Semarang
adalah “Menggugah Nurani Menebar Peduli”. PKPU
Semarang bermaksud mengugah nurani siapa saja, dimana saja
dan kapan saja untuk peduli pada nasib sesama, karena hal ini
merupakan bagian dari amal ibadah yang nyata dan yang
terbaik. Slogan ini dimaksudkan untuk menggugah masyarakat
agar membantu berdasarkan nurani. Apalagi saat ini banyak
orang memandang bangsa Indonesia seperti kehilangan nurani
yang tercermin dari kurang pedulinya masyarakat terhadap
kesulitan orang lain. (Aktivitas Lembaga PKPU dalam
http://www.pkpu.or.id)
3.1.3. Struktur Organisasi PKPU
Direktur : HARYONO, SE
Bidang Administrasi dan Keuangan
Kabid : Azizah Rini S
Administrasi : Priyono
Akuntansi : Rizki Diah
Kasir : Nur Ratna Dewi
76
Bidang Penghimpunan
Kabid : Fatieh Abdul Azies
Marketing Support : Bagus Pandu Wicaksana
Zakat Promotion : Ujianti
CSR : Rizki Muliani
Retail
Zakat center : Tri Murdati
Customor Relation : Tri Murdati. Nurudin
Tabung Peduli : Retno Widowati
Zakat Advisor : Bety Yanitasari,
Bidang Pendayagunaan
Kabid : M. Miftahul Surur
Kesehatan : Rina Hariani, Novita K Sari
Pendidikan : M. Subhanuddin Nashrullah
Support dan Layanan Mustahik : Musyafa’
Ekonomi : (Wanted)
3.1.4. Aktivitas dan Program Kerja PKPU
Berdasarkan misi yang diusung, PKPU Semarang telah
membuat beberapa aktivitas meliputi pengumpulan dana dan
bantuan masyarakat, misi penyelamatan kemanusiaan, rehabilitasi
kemanusiaan, pembangunan masyarakat. Keempat aktivitas
tersebut meliputi aspek-aspek berikut ini:
1) Pengumpulan Dana dan Bantuan Masyarakat
a. Zakat, infaq, shodaqoh (ZIS) dan wakaf serta dana CSR
Perusahaan
b. Dana khusus bencana kemanusiaan
c. Pakaian, bahan makanan (sembako) dan obat-obatan.
77
d. Dana hewan kurban
2) Misi Penyelamatan Kemanusiaan
a. Daerah-daerah bencana alam dan kemanusiaan
b. Daerah kritis dan minus
3) Rehabilitasi Kemanusiaan
a. Rehabilitasi fasilitas kesehatan dan air bersih
b. Rehabilitasi fasilitas pendidikan
c. Rehabilitasi fasilitas ibadah
d. Rehabilitasi fasilitas ekonomi
e. Pembangunan Masyarakat
f. Pemberdayaan ekonomi umat
g. Pendidikan alternatif
h. Pembangunan pelayanan kesehatan mandiri
i. Distribusi hewan kurban.
PKPU Semarang selama ini telah memberi nama program terutama
untuk bidang yang menjadi program unggulan. Bidang-bidang yang masuk
dalam program unggulan meliputi pendidikan, kesehatan, ekonomi dan
rescue (gawat darurat). Adapun program unggulan PKPU Semarang ada 7
program, yaitu:
1) Program CBDRM (Community Based Disaster Risk Management)
Penanggulangan risiko bencana oleh komunitas merupakan upaya
pemandirian masyarakat dalam menghadapi risiko bencana yang kerap
78
dihadapi. Komunitas terlibat dan bertanggung jawab terhadap program
sejak perencanaan hingga pelaksanaan.
Partisipasi aktif masyarakat diharapkan akan mengurangi
kerentanan dan memperkuat kapasitas komunitas dalam
penanggulangan bencana secara swadaya. Dengan demikian
menghindari ketergantungan komunitas pada pihak eksternal.
PKPU Semarang menghadirkan program ini dalam rangka
mengalihkan kesigapan penanganan bencana dari para pegiat tanggap
darurat bencana kepada masyarakat potensi korban bencana. Dengan
demikian tindakan penanganan bencana akan lebih cepat dilakukan dan
meminimalisir resiko dari potensi bencana yang terjadi.
2) Ibu Sadar Gizi (BUDARZI)
Program Pondok Gizi Budarzi (PG Budarzi) merupakan program gizi
masyarakat yang berorientasi pada pemeliharaan kesehatan dan gizi
balita, pembangunan kesadaran masyarakat khususnya ibu untuk
menerapkan kaidah gizi dan kesehatan dalam menyusun menu keluarga
khususnya balita, mendampingi dan melayani serta memanfaatkan
potensi lokal dalam upaya meningkatkan dan memperbaiki status gizi
masyarakat.
3) Prosmiling
Program Kesehatan Masyarakat Keliling Terpadu (Prosmiling Terpadu)
yaitu program layanan kesehatan keliling yang dilaksanakan secara
terpadu (berbagai program kesehatan di satukan dalam paket bersama)
79
dan dikemas secara populis, yang dilaksanakan secara cuma-cuma bagi
masyarakat fakir miskin yang tempat tinggalnya jauh dari akses
pelayanan kesehatan. Selain PROSMILING, PKPU Semarang memiliki
program Klinik Peduli yang didirikan di daerah-daerah minus dan
bencana.
4) Program Komunitas Hijau
Komunitas hijau atau green community adalah program pemberdayaan
masyarakat (community development) yang berorientasi pada perubahan
perilaku masyarakat dalam hidup bersih dan sehat serta perbaikan
kondisi lingkungan tempat tinggal. Program ini dilakukan di daerah
miskin dan membutuhkan perhatian berupa pendampingan kesehatan
lingkungan.
5) Prospek
Program Sinergi Pemberdayaan Komunitas (PROSPEK) merupakan
program pemberdayaan ekonomi usaha kecil melalui kelompok.
masyarakat yang menjadi sasaran dalam program ini adalah kelompok
petani gurem, peternak, pengrajin, pedagang kecil, tukang ojek dan
nelayan. Masyarakat dihimpun dalam Kelompok Swadaya Masyarakat
(KSM) untuk mendapatkan pelatihan dan pendampingan rutin. KSM,
kemudian dihimpun dalam koperasi yang dikelola oleh, dari dan untuk
anggota.
6) Program Sekolah Berbasis Komunitas (SBK)
80
Sekolah berbasis komunitas dan kearifan lokal. Dilaksanakan untuk
melengkapi pendidikan formal yang ada sehingga peserta didik
diharapkan memiliki motivasi, pengetahuan dan keterampilan untuk
mengembangkan daerahnya.
7) Voucher Yatim
Voucher Yatim Merupakan program filantropi dalam bentuk voucher
belanja untuk anak-anak yatim sehingga mereka dapat memilih barang
yang sesuai dengan kebutuhan sekaligus keinginan mereka
(Dokumentasi PKPU Semarang).
3.2.Pengelolaan ZIS PKPU Semarang
3.2.1. Proses Penghimpunan dana ZIS pada PKPU Semarang
Menyadari urgensi aspek penggalangan dana, PKPU
Semarang memperaktikkan penggalangan dengan cara
“menjemput bola”.(Wawancara dengan Fatieh Abdul Azies,
bidang penghimpunan, 2, November 2011). Dalam
perkembangannya PKPU Semarang tidak saja menerapkan
strategi tersebut. Lebih dari itu lembaga ini menerapkan konsep
dan teori markting dalam hal penggalangan dana. Menurut Fatieh
Abdul Azies, penggalangan pada dasarnya adalah sama dengan
menjual produk. PKPU Semarang dalam hal ini menjual program
dan produk syariah. Produk yang dijual dalam bentuk program
seperti program peduli pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.
81
Untuk menarik perhatian program-program PKPU Semarang
diberi nama yang cukup baik, seperti yang telah disebutkan,
SWADAYA (Beasiswa Dhuafa dan yatim); Prosmiling (Program
Kesehatan Masyarakat Keliling), Prospek (Program Sinergi
Pemberdayaan Ekonomi), dan sebagainya. Sedangkan produk
syariah yang dijual oleh PKPU Semarang berbentuk bagaimana
seorang muslim mau membayar ZIS dan menyerahkan wakafnya.
Produk syariah tersebut dikemas misalnya dengan nama “Infak
Dunia Islam untuk Yatim”, Dana Sosial perusahaan (corporate
Social Responsibility)”, dan sebagainya.
Secara umum system penggalangan dana yang dipakai adalah
pertama, direct selling, conunseling, dan yang sedang dikembangkan e-
selling dan e-banking, pemasaran dilakukan melalui fasilitas internet.
Kedua, melalui surat menyurat biasa yang dibagikan anggota, simpatisan
dan masyarakat luas. Ketiga, melalui promosi dan presentasi yang dilakukan
beberapa perusahaan dan lembaga/badan usaha swasta dan pemerintah.
(Wawancara dengan Miftahul surur di Semarang pada 29, November, 2011).
Kelompok sasaran yang dibidik PKPU Semarang untuk menjadi target
muzakki saat ini adalah perusahaan-perusahaan pemerintah seperti BUMN,
dan perusahaan swasta. Target ini dibidik oleh PKPU karena secara resmi
BUMN memiliki kewajiaban untuk menyumbangkan dana bagi
kesejahteraan sosial. Sedangkan bagi perusahaan swasta, lebih sebagai
kewajiban moral. Cara-cara yang ditempuh oleh PKPU Semarang untuk
82
memasarkan produk syariahnya keperusahaan langsung mendatangi
manajemen perusahaan, melalui badan dakwah Islam perusahaan, majelis
taklim perusahaan, atau individu-individi kunci diperusahaan-perusahaan
tertentu. (Wawancara dengan Miftahul surur di Semarang pada 29,
November, 2011). Dalam rangka mempromosikan dan mensosialisasikan
program PKPU lembaga ini melakukan beberapa metode. Pertama,
mendirika pengajian bulanan diperusahaan-perusahaan. Pengajian ini
bertujuan untuk membentuk sebuah komunitas masyarakat muslim yang
peduli pada kemanusian diperusahaan yang menjadi mitra PKPU
Semarang. Kedua, PKPU Semarang
. mendatangi setiap kantor dan perusahaan secara door to door untuk
mempromosikan program dan menggalang dana ZIS dan wakaf. Ketiga,
membnetuk program khusus untuk penggalangan dana kemanusian jika
terjadi kasus dan bencana seperti program peduli bencana nasional, dan
sebagainya. Keempat, Dalam rangka menjaga keberlangsungan
penghimpunan dana yang telah terkumpul, PKPU Semarang terus
menjalin hubungan baik dengan donatur. Kelima, Dalam rangka
melebarkan jaringan penggalangan dana, PKPU Semarang juga secara
rutin mensosialisasikan berbagai program dan produknya kepada
masyarakat luas baik melalui website, media cetak/eloktronik, sepanduk,
pamphlet.
Dalam upaya penggalangan dana tersebut, PKPU juga tidak terbatas
pada penggalangan dana ditingkat lokal dan nasional tapi sudah
83
membuktikan diri mampu menggalang dana dan bantuan dari luar negeri
untuk masyarakat Indonesia. PKPU Semarang perna menerima bantuan
daging dari Australia, bantuan alat-alat kesehatan dari Malaysia.
3.3. Pendistribusian dana ZIS pada PKPU Semarang
Dalam mendistribusikan dana zakat, PKPU Semarang
mengelompokan delapan asnaf yang disebut dalam al-Quran menjadi dua
katagori. Empat asnaf pertama merupakan asnafnya yang sifatnya darurat
sehingga lebih diperioritaskan dari empat asnaf berikutnya. Dari keempat
asnaf pertama, yang paling diperioritaskan adalah pakir miskin.
Golongan inilah yang dianggap paling membutuhkan. Selain itu
kelompok pakir miskin sering kali menjadi sasaran misi tertentu dari
kalangan non muslim. Dalam pendistribusian dana zakat, ada empat
payung program yang meliputi empat bidang yaitu: kesehatan,
pendidikan, ekonomi dan rescue. Dilihat dari sifatnya, program tesebut
dapat dikatagorikan menjadi tiga kelompok, yaitu: rescue (gawat
darurat); rehabilitas; pembanguanan komonitas. Selama ini PKPU
Semarang mendistribusikan dana ZIS yang berhasil digalang keempat
bidang di atas. Dari pengalaman PKPU Semarang memiliki keunggulan
untuk mendistribusikan dana zakat dalam program yang sifatnya perlu
penanganan yang cepat, seperti peristiwa gempa, banjir dan sebagainya.
Selain itu, dalam penanganan bencana alam PKPU Semarang
84
melaksanakan program lebih lanjut dalam bentuk rehabilitasi dan
pembangunan komunitas.
Dalam penyaluran dana zakat PKPU Semarang memiliki beberapa
program. Program terebut secara garis besar terdiri dari empat bidang
yaitu:
1. Program Pendidikan
Dalam bidang pendidikan terdapat empat program unggulan.
Pertama, Sekolah Berbasis Komunitas (SBK) dan kearifan lokal.
Dilaksanakan untuk melengkapi pendidikan formal yang ada sehingga
peserta didik diharapkan memiliki motivasi, pengetahuan dan
keterampilan untuk mengembangkan daerahnya.
Kedua, Beasiswa Peduli Generasi, yaitu Pemberian bantua
sekolah dari kalangan masyarakat tidak mampu, guna meringankan
biaya sekolah mereka, tanpa mengikat apa pun. Semua siswa sekolah
yang berhak dan layak menerima beasiswa (setelah melalui proses
seleksi internal PKPU Semarang), akan memperoleh beasiswa ini.
Tujuan program ini adalah untuk membangun dan meningkatkan
pemahaman konsep dan keterampilan praktis dalam merancang,
melaksanakan, dan mengevaluasi proses pembelajaran, melalui konsep
education for all bagi anak-anak yang kurang mampu, Membantu
pemerintah dalam usaha wajib belajar 9 tahun, Memberikan pembinaan
yang maksimal kepada penerima beasiswa. Dengan diberikannya
beasiswa maka akan meningkatkan motivasi belajar anak. Sasaran dari
85
beasiswa peduli generasi ini adalah siswa SD, SMP, dan SMA yang
bersekolah di negeri maupun swasta.
Ketiga, Perpustakaan keliling merupakan sebuah program yang
bertujuan meningkatkan minat baca kepada anak-anak, khususnya bagi
anak-anak korban bencana. Karena melalui membacalah anak-anak
akan dengan mudah menghilangkan trauma yang dialami ketika
bencana. Dalam perpustakaan keliling terdapat, berbagai macam buku
bacaan menarik, selain itu para relawannya diberikan kemampuan
seorang pustakawan, mulai dari katalogisasi buku, pengolaan sirkulasi
buku, perawatan buku, hingga manajemen perpustakaan. Sarana
perpustakaan keliling ini bisa menggunakan motor atau mobil.
Keempat, Bedah Sekolah merupakan sebuah program
pendidikan untuk membantu sekolah-sekolah yang sudah tidak layak
pakai, yaitu dengan membantu memperbaiki bagian-bagian yang
dianggap rusak parah. Dalam program ini, masyarakat juga diajak untuk
aktif berpartisipasi memperbaiki sekolah yang dibedah.
2. Program Ekonomi
Program pemberdayaan dana zakat bagi kaum dhu’afa dalam
bentuk pemberian modal, pelatihan dan pendampingan usaha, melalui
beberapa program:
a. Bina Ternak Qurban (Binter-Qu)
b. Kelompok Swadaya Mustahiq (KSM)
c. Koperasi Bina Usaha Sejahtera (Busra)
86
3. Program Kesehatan
a) Ibu Sadar Gizi (BUDARZI)
Program Pondok Gizi Budarzi (PG Budarzi) merupakan program
gizi masyarakat yang berorientasi pada pemeliharaan kesehatan dan
gizi balita, pembangunan kesadaran masyarakat khususnya ibu
untuk menerapkan kaidah gizi dan kesehatan dalam menyusun
menu keluarga khususnya balita, mendampingi dan melayani serta
memanfaatkan potensi lokal dalam upaya meningkatkan dan
memperbaiki status gizi masyarakat.
b) Program Komunitas Sehat
Terdiri dari Program Kesehatan Masyarakat Keliling Terpadu
(Prosmiling Terpadu) yaitu program layanan kesehatan keliling
yang dilaksanakan secara terpadu (berbagai program kesehatan di
satukan dalam paket bersama) dan dikemas secara populis, yang
dilaksanakan secara cuma-cuma bagi masyarakat fakir miskin yang
tempat tinggalnya jauh dari akses pelayanan kesehatan. Selain
Prosmiling, PKPU Semarang memiliki program Klinik Peduli yang
didirikan di daerah-daerah minus dan bencana.
c) Program Komunitas Hijau
Komunitas hijau atau green community adalah program
pemberdayaan masyarakat (community development) yang
berorientasi pada perubahan perilaku masyarakat dalam hidup
bersih dan sehat serta perbaikan kondisi lingkungan tempat tinggal.
87
Program ini dilakukan didaerah miskin dan membutuhkan
perhatian berupa pendampingan kesehatan lingkungan.
d) Program Pendidikan
Program pemberdayaan dana zakat dan infaq guna
membantu meringankan biaya pendidikan dan pembekalan
keterampilan bagi anak yatim dan dhu’afa serta pengangguran
melalui beberapa program:
a. Beasiswa Terpadu SD-SMA
b. Beasiswa Pruduktif Mahasiswa
c. Sekolah TK Islam Terpadu Gratis
d. BLK Menjahit
e. BLK Tekhnisi HP
f. BLK Design Grafis
e) Rescue dan Recovery
Program penanggulangan bencana ini merupakan upaya untuk
menolong korban bencana alam dan konflik kemanusian, yang
terbagi menjadi :
1. Rescue
Program ini dibuat untuk tanggap darurat saat terjadi
bencana alam dalam bentuk evakuasi korban, penanganan
pengungsi, pendirian posko kesehatan, rumah darurat, sekolah
darurat, dan pendampingan pasca bencana.
88
2. Recovery
Dalam memberikan bantuan, PKPU Semarang tidak hanya
memberikan bantuan pada saat terjadi saja, tapi juga membantu
untuk memulihkan kembalai kerusakan-kerusakan yang terjadi,
seperti :
a. Membantu mendirikan kembali sarana dan prasarana yang
rusak (dari mulai jalan sampai sekolah).
b. Membantu memulihkan korban paska bencana (memberiaka
perawatan kesehatan lanjut dan pemeriksaan kesehatan secara
berkala, mendirikan saat pendidikan darurat memberikan
pendalaman rohani kepada korban bencana.
c. Pemberian modal usaha bagi korban bencana.
(Dokumen PKPU Semarang yang dikutip pada tanggal 30
November 2011)
Dalam mengalokasikan anggaran, PKPU Semarang mempunyai
kebijakan umum untuk program pendayagunaan. Target PKPU Cabang
Jawa Tengah tahun 2011 Rp 4,5 milyar, dan alokasi pendayagunaan (70%)
Rp 3,150 milyar. Adapun alokasi anggaran program pendayagunaan
sebagai berikut:
89
Tabel 2
Alokasi anggaran program PKPU Jawa Tengah tahun 2011
Alokasi persentase Besaran Alokasi (Rp)
Pemberdayaan 80% 2.520.000.000
Charity 20% 630.000.000
Pemberdayaan, prioritas alokasi penganggaran
Alokasi persentase Besaran Alokasi (Rp)
Prospek 15% 378.000.000
BUDARZI 15% 378.000.000
SBK 15% 378.000.000
Komunitas Hijau 15% 378.000.000
CBDRM 5% 126.000.000
Qurban 35% 882.000.000
Charity, prioritas penganggaran
Alokasi persentase Besaran Alokasi (Rp)
Penanggulangan Bencana 45% 283.500.000
Prosmilling 10% 63.000.000
Voucher Yatim 15% 94.000.000
Ramadhan 30% 189.000.000
Sumber: dokumen PKPU
Dalam menyalurkan dana, lembaga ini taat kepada peruntukan yang
diniatkan oleh mereka yang memberi. Dana semacam ini diistilahkan
sebagai dana terikat. Jika pemberi (muzakki) menyatakan bahwa dana yang
ia berikan untuk disertahkan kepada korban konflik sosial di Ambon
misalnya, PKPU Semarang akan menyampaikan sesuai dengan yang
90
diamanatkan. Demikian halnya dengan harta wakaf. Apabila wakif
menyerahkan harta wakaf untuk keperluan mobil ambulans, PKPU akan
menyalurkan sesuai dengan permintaan. Seandainya muzakki atau wakif
menyerahkan ZIS atau harta wakafnya kepada PKPU tanpa tujuan tertentu
lembaga ini pada umumnya mendistribusikannya untuk pemberdayaan
masyarakat terutama pemberdayaan ekonomi.
91
BAB IV
ANALISIS PENGELOLAAN DAN PENDISTRIBUSIAN DANA ZAKAT,
INFAQ DAN SHADAQAH DI PKPU SEMARANG
4.1. Analisis Pengelolaan dana zakat, Infaq dan Shadaqah di PKPU
Semarang.
PKPU Semarang merupakan lembaga nirlaba milik masyarakat
yang bergerak dibidang penghimpunan (fundraising) dan
pendayagunaan dana ZISWA (zakat, infaq, shadaqah, dan wakaf serta
dana lainnya yang halal dan legal dari perorangan, kelompok,
perusahaan/lembaga). Didirikan 10 Desember 1999 lahirlah lembaga
sosial yang bernama Pos Kemanusian Peduli Ummat, denga tekad
menjadi LAZ yang amanah, professional dan akuntabel.
Latar belakang berdirinya PKPU Semarang adalah melihat
Indonesia mengalami krisis yang berkepanjangan, dan melihat
Indonesia merupakan penduduk muslim terbesar di dunia memiliki
professional zakat yang amat besar. Hanya saja, presentase
masyarakat yang memiliki kesadaran menunaikan kewajiban zakat
sesuai dengan ketentuan masih relatif kecil dibandingkan dengan
potensi zakat di Indonesia per tahun yang mencapai 19 triliyun rupiah.
Hal ini yang menjadi perhatian adalah belum optimalnya
penggunaan dana zakat. Kadang, penyaluran dana zakat hanya sebatas
pada pemberian bantuan saja tanpa memikirkan kelanjutan dari
91
92
kehidupan si penerima dana. PKPU Semarang berusaha untuk
mengatasi hal-hal tersebut. Selain berusaha membangkitkan kesadaran
masyarakat terhadap zakat, PKPU Semarang juga berusaha
menyalurkan dana yang sudah diterima kepada mereka yang benar-
benar berhak, dan berusaha mengubah nasib kaum mustahik menjadi
muzaki atau mereka yang sebelumnya menerima zakat menjadi
pemeberi zakat.
PKPU Semarang secara efektif menjalankan aktivitasnya
dengan basis database, dimana setiap donatur mempunyai nomor dan
kartu anggota sehinnga kepedulian dan komitmen donatur dapat
terukur
Menyadari urgensi aspek penggalangan dana, PKPU Semarang
memperaktikkan penggalangan dengan cara “menjemput bola. Dalam
perkembangannya PKPU Semarang tidak saja menerapkan strategi
tersebut. Lebih dari itu lembaga ini menerapkan konsep dan teori
markting dalam hal penggalangan dana. Menurut Fatieh Abdul Azies,
penggalangan pada dasarnya adalah samadengan menjual produk.
PKPU Semarang dalam hal ini menjual program dan produk syariah.
Produk yang dijual dalam bentuk program seperti program peduli
pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Untuk menarik perhatian
program-program PKPU Semarang diberi nama yang cukup baik,
seperti yang telah disebutkan, SWADAYA (Beasiswa Dhuafa dan
yatim); Prosmiling (Program Kesehatan Masyarakat Keliling),
93
Prospek (Program Sinergi Pemberdayaan Ekonomi), dan sebagainya.
Sedangkan produk syariah yang dijual oleh PKPU Semarang
berbentuk bagaimana seorang muslim mau membayar ZIS dan
menyerahkan wakafnya. Produk syariah tersebut dikemas misalnya
dengan nama “Infak Dunia Islam untuk Yatim”, Dana Sosial
perusahaan (corporate Social Responsibility)”, dan seagainya.
Secara umum system penggalangan dana yang dipakai adalah
pertama, direct selling, conunseling, dan yang sedang dikembangkan
e-selling dan e-banking, pemasaran dilakukan melalui fasilitas
internet. Kedua, melalui surat menyurat biasa yang dibagikan anggota,
simpatisan dan masyarakat luas. Ketiga, melalui promosi dan
presentasi yang dilakukan beberapa perusahaan dan lembaga/badan
usaha swasta dan pemerintah. Kelompok sasaran yang dibidik PKPU
Semarang untuk menjadi target muzakki saat ini adalah perusahaan-
perusahaan pemerintah seperti BUMN, dan perusahaan swasta. Target
ini dibidik oleh PKPU karena secara resmi BUMN memiliki
kewajiaban untuk menyumbangkan dana bagi kesejahteraan sosial.
Sedangkan bagi perusahaan swasta, lebih sebagai kewajiban moral.
Cara-cara yang ditemuh oloeh PKPU Semarang untuk memasarkan
produk syariahnya keperusahaan-perusahhan langsung mendatangi
manajemen perusahaan, melalui badan dakwah Islam perusahaan,
majlis taklim perusahaan, atau individu-individi kunci diperusahaan-
perusahaan tertentu. Dalam rangka mempromosikan dan
94
mensosialisasikan program PKPU lembaga ini melakukan beberapa
metode. Pertama, mendirika pengajian bulanan diperusahaan-
perusahaan. Pengajian ini bertujuan untuk membentuk sebuah
komunitas masyrakat muslim yang peduli pada kemanusian
diperusahaan yang menjadi mitra PKPU Semarang. Kedua, PKPU
Semarang
mendatangi setiap kantor dan perusahaan secara door to door
untuk mempromosikan program dan menggalang dana ZIS dan wakaf.
Ketiga, membnetuk program khusus untuk penggalangan dana
kemanusian jika terjadi kasus dan bencana seperti program peduli
bencana nasional, dan sebagainya. Keempat, Dalam rangka menjaga
keberlangsungan penghimpunan dana yang telah terkumpul, PKPU
Semarang terus menjalin hubungan baik dengan donatur. Kelima,
Dalam rangka melebarkan jaringan penggalangan dana, PKPU
Semarang juga secara rutin mensosialisasikan berbagai program dan
produknya kepada masyarakat luas baik melalui website, media
cetak/eloktronik, sepanduk, pamphlet.
Dalam upaya pengglangan dana tersebut, PKPU juga tidak
terbatas pada penggalangan dana ditingkat lokal dan nasional tapi
sudah membuktikan diri mampu menggalang dana dan bantuan dari
luar negeri untuk masyarakat Indonesia. PKPU Semarang perna
menerima bantuan daging dari Australia, bantuan alat-alat kesehatan
dari Malaysia.
95
Badan pengumpul zakat seharusnya terdiri dari orang-orang
yang terampil, menguasai masalah-masalah yang berhubungan dengan
zakat, penuh dedikasi, jujur dan amanah. Jika pengelola zakat tidak
jujur dan amanah, bisa saja ZIS tidak akan terampil sampai kepada
mustahiq.
Dengan melihat adanya perubahan system pengumpulan ZIS
di PKPU Semarang, yakni dari door to door, melalui media dan
pengajuan proposal menunjukan bahwa para amil telah memenuhi
beberpa kriteria di atas, yakni terampil, menguasai masalah-masalah
yang berhubungan dengan zakat, dan penuh dedikasi. Karena
penggunaan sistyem yang terencana berhasil mendapatkan perhatian
yang sangat serius sehingga mampu mencari solusi yang tepat yaitu
dengan menggunakan system estafet, dan hasilnya pun bisa dikatakan
lebih baik dari system sebelumnya.
4.2. Analisis pendistribusian dana Zakat, Infaq dan Shadaqah di
PKPU Semarang
Dalam mendistribusikan dana zakat, PKPU Semarang
mengelompokan delapan asnaf yang disebut dalam al-quran menjadi
dua katagori. Empat asnaf pertama merupakan asnaf yang sifatnya
darurat sehingga lebih diperioritaskan dari empat asnaf berikutnya.
Dari keempat asnaf pertama, yang paling diperioritaskan adalah pakir
miskin. Golongan inilah yang dianggap paling membutuhkan. Selain
96
itu kelompok pakir miskin sering kali menjadi sasaran misi tertentu
dari kalangan non muslim. Dalam pendistribusian dana zakat, ada
empat payung program yang meliputi empat bidang yaitu: kesehatan,
pendidikan, ekonomi dan rescue. Dilihat dari sifatnya, program
tesebut dapat dikatagorikan menjadi tiga kelompok, yaitu: rescue
(gawat darurat); rehabilitas; pembanguanan komonitas. Selama ini
PKPU Semarang mendistribusikan dana ZIS yang berhasil digalang
keempat bidang di atas. Dari pengalaman PKPU Semarang memiliki
keunggulan untuk mendistribusikan dana zakat dalam program yang
sifatnya perlu penanganan yang cepat, seperti peristiwa gempa, banjir
dan sebagainya. Selain itu, dalam penanganan bencana alam PKPU
Semarang melaksanakan program lebih lanjut dalam bentuk
rehabilitasi dan pembangunan komunitas.
Hingga sekarang ini pengelolaan zakat di Semarang dapat
dikatakan belum tarlaksana dengan baik. Walaupun pencanangan
zakat sebagai modal umat Islam untuk pembangunan dan memerangi
kemelaratan dengan cara yang lebih prinsipil sudah dicanangkan oleh
Presiden Republik Indonesia, Bapak Suharto, melalui pidato
sambutanya pada peringatan Isro‟ Mi‟raj Nabi Muhammad SAW. Di
istana Negara pada tanggal 26 Oktober 1968 (Departemen agama RI
dalam buku Pedoman Zakat, 1999 : 403-409), namun sampai hari
zakat dengan segala kemampuannya belum berhasil menepis
kemelaratan yang menindih kehidupan sebagian wilayah Semarang.
97
Harta yang berhasil dihimpun sebelum dibagikan hanya disimpan,
tidak di kelola apalagi di kembangkan. Berapa jumlah yang terkumpul
begitu pula yang didistribusikan. Pada halnya idealnya jumlah yang
didistribusikan kepada mustahik harus lebih banyak atau besar
dibanding yang dikumpulkan karena berkembang melalui
pengelolaan.
Dengan demikian dapat dikatan kegiatan pengelola zakat
(badan amilzakat) sampai sekarang ini baru mampu menyentu sisi
pengumpulan dan pendistribusian, itupun pada umumnya langsung
didistribusikan oleh PKPU kepada mustahiq, akibat dari minimnya
upaya dan kegiatan pengelolaan harta zakat seperti diuraikan di atas,
maka mudah dipahami jika kinerja zakat sampai hari belum mencapai
tujuan sebagaimana yang diharapkan. Zakat belum mampu
menyantuni para fakir miskin secara berkesinambungan. Zakat belum
mampu memberdayakan kaum fakir dan miskin selama ini
termarjinalkan. Besaran dana zakat yang terhimpun belum seimbang
dengan hasil dan manfaat yang didapat
Untuk meningkatkan kinerja zakat dimasa yang akan datang
diperlukan pemikiran kreatif dan tindakan nyata dari semua pihak,
terutama Badan Amil Zakat yang telah ditunjuk dan diangkat oleh
pemerintah.
Dalam hal pendistribusian zakat kepada penerima zakat PKPU
Semarang membaginya 12% untuk amil dalam hal ini pihak PKPU
98
Semarang dan sisanya pada tujuh asnaf yang lain dengan beberapa
program yang terencana bagi kemeslahatan umat.
Untuk pemberian uang zakat bagi pemberdayaan ekonomi
masyarakat PKPU Semarang mengeluarkannya dengan beberapa
pertimbangan yang matang dengan melakukan surve mulai dari
penghasilan, rumah, dan bentuk usahanya, ini dilakukan agar uang
dari hasil zakat itu tepat guna dan dapat berputar untuk membantu
yang lainnya. Karena tujuan utama dan esensi dari zakat adalah untuk
melatih kemandirian bagi penerima dana zakat menjadikan PKPU
Semarang yang tetap eksis dan melakukan pengelolaan zakat untuk
usaha produktif dan diharapkan setelah mereka mandiri, bisa
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan dalam jangka panjang
mereka tidak menggantungkan hidup dari uluran tangan orang lain.
Pada dasarnya zakat harus diterima langsung oleh mustahiq.
Namun demikian, memang diperlukan suatu kebijakan dan
kecermatan dalam mempertimbangkan kebutuhan nyata dari mereka
termasuk kemampuan mereka dalam menggunakan dana zakat yang
mengarah pada peningkatan kesejahteraan hidupnya, sehingga pada
gilirannya yang bersangkutan tidak lagi menjadi mustahiq zakat tapi
mungkin juga pemberi zakat.
Jadi zakat diarahkan bukan semata-mata untuk keperluan
sesaat yang sifatnya konsumtif. Seyogyanya mustahiq tidak diberi
zakat lantas dibiarkan tanpa ada pembinaan yang mengarah pada
99
peningkatan. Para ulama Imam Syafi‟i, Imam Nawawi menyatakan
bahwa jika mustahiq zakat yang mempunyai keterampilan atau
keahlian tertentu, misal perdagangan diberikan modal berdagang,
yang punya keterampilan menjahit, potong rambut, berkebun, petani
dan sebagainya diberi, modal alat-alat yang sesuai dengan
keahliannya. Jumlah modal kerjanya tentu disesuaikan jenis
perkerjaan dan kondisi orang tersebut, sehingga dengan modal usaha
yang diberikan memungkin kan mereka memperoleh keuntungan yang
dapat memenuhi kebutuhan pokok.
Selama ini zakat selalu digunakan secara konsumtif, padahala
masalah penggunaannya telah diseminarkan beberapa tahun yang (
Desember 1986) yang dihadiri oleh pakar Islam, tetapi realisasi
rekomendasinya belum begitu nampak dimasyarakat. Zakat
seharusnya diinfestasikan dan dijadikan modal kerja untuk
membentuk badan usaha yang produktif, sehingga dapat menyerap
tenaga kerja dan meningkatkan tarap hidup masyarakt miskin.
Selama ini pendistribusian zakat masih menggunakan pola
konsumtif. Ini tidak sejalan dengan misi dan tujuan zakat. harus ada
pembaruan pengelolaan zakat, jadi jangan beri mereka ikan, tetapi
berikan mereka kail,
Meski dalam sekala kecil, karya nyata yang ditunjukan oleh
PKPU Semarang sangat membantu perkembangan usaha pedagang
pedagang kecil. Dana zakat yang masuk ke PKPU Semarang
100
disalurkan dalam bentuk pembiayaan dan untuk mengembalikan
pinjaman dipeminjaman dapat mengangsur tiap hari, tidak dikenakan
bunga, tetapi peminjam bebas untuk memberikan kelebihan pinjaman
yang berasal dari keuntungan.
Langkah yang dilkukan oleh PKPU Semarang patut dicontoh
oleh lembaga lain, baik lembaga pemerintah atau lembaga
perekonomian umat lainnya. Disaat badai krisis belum berlalu usaha
kecil menengah yang secara nyata dapat bertahan belum mendapatkan
perhatian dari pemerintah padahal, keberadaan usaha kecil menengah
memberikan kontribusi yang cukup besar yaitu sekitar 40% terhadap
PDB Nasional. PKPU Semarang memang mengendepankan pelayanan
yang prima bagi para muzakkinya. PKPU memberikan kemudahan
bagi para donatur yang ingin memberikan dana zakatnya, bisa melalui
bank, sms, antar jemput zakat, semangat PKPU memang harus kita
apresiasikan. Kita lihat semangat PKPU dalam mensosialisasikan
zakat.
a. Semangat Menyadarkan Umat (Spirit of Consciousness)
Semangat para amil mau tidak mau harus menjadi motor dalam
penyadaran umat atas penting dan perlunya berzakat. Hal ini
tidaklah berlebihan, karena sebenarnya idealnya penyadaran umat
ini menjadi tugas Negara melalui ketetapan hukum negara (jika
system pemerintahannya mengadopsi system pemerintahan Islam
yang mewajibkan bagi masyarakatnya untuk berzakat), namun hal
101
itu tidak dilakukan di Indonesia karena Indonesia bukanlah negara
Islam yang bisa memaksa bahkan memerangi bagi mereka yang
membangkang karena tidak mau membayar zakat. Oleh karena itu
jika otoritas negara tidak dalam posisi untuk melakukannya, maka
para amil dan da‟i yang memahami pentingnya berzakat bagi
pemberdayaan umat, harus menjadi motor penggerak dalam
penyadaran ini. Hal inilah yang dilkukan oleh PKPU dalam
mempromosikan zakat, infak dan sedekah. Fenomena „unik‟ inilah
yang terjadi dalam pengembangan zakat di negeri kita. Meskipun
pengembangannya terkadang harus bottom-up, namun dengan
keikhlasan dan semangat menyadarkan umat, membuat PKPU
Semarang seakan pantang menyerah demi hadirnya civil society di
negeri ini.
b. Semangat Melayani Secara Profesional (Spirit of Professional
Services)
Bayangkan bila seorang amil dapat bekerja secara sangat
profesional. Yang akan muncul setelah itu adalah timbulnya
kepercayaan terhadap PKPU. Kepercayaan yang tinggi terhadap
lembaga yang dikelola secara profesional pada gilirannya akan
membuat gairah tersendiri dalam menyalurkan zakat bagi para
muzakki. Efek jangka panjangnya adalah kemampuan menghimpun
potensi zakat umat Islam yang luar biasa besar itu. Selanjutnya, bila
zakat berhasil dikumpulkan dengan baik, dan berhasil dikelola
102
dengan penuh amanah, maka persoalan klasik umat yang selama ini
tak kunjung selesai, yakni hubungan harmonis si kaya dan si
miskin akan dapat dijawab dengan baik.
c. Semangat Berinovasi Membantu Mustahik (Spirit of Inovation)
Kemajuan sebuah lembaga akan bergantung pada inovasi. Ini juga
berlaku pada PKPU Semarang tanpa inovasi, lembaga ini hanya
akan berkutat pada pekerjaan yang sama dari waktu ke waktu. Oleh
karena itu, PKPU memiliki orang-orang yang inovatif dalam
menemukan peluang sekecil apapun dalam memberdayakan
masyarakat yang membutuhkan. Setiap LAZ-LAZ besar, saat ini
banyak memiliki program-program unik dalam memikat hati
muzakki. Program unik inilah yang membuat muzakki luluh
hatinya menyerahkan dananya kepada PKPU Semarang.
4.3. Analisis faktor pendukung dan penghambat pendistribusian dana
zakat pada PKPU Semarang.
Dalam perjalanannya PKPU Semarang dalam pengelolaan dan
pendistribusian zakat, infaq dan shadaqah membutuhkan peran serta
masyarakat luas dalam rangka mengevaluasi demi tercapainya tujuan.
Oleh karena itu penulis mencoba menganalisis faktor-faktor yang
menjadi pendukung dan penghambat pengelolaan zakat, dengan
menggunakan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity,
Treathment)
103
Strength ( kekuatan)
1. PKPU Semarang sudah mempunyai konsep panduan yang jelas
tentang pelaksanaan pengelolaan, dan pendistribusian zakat
berupa; tentang tata tertib pengelolaan dan pendistribusian
zakat, mekanisme dan pola pendampingan dan lain-lain secara
lengkap.
2. Loyalitas karyawan yang tinggi terhadap Islam dan lembaga
Amil Zakat PKPU Semarang.
3. Lyalitas pendamping program yang tinggi terhadap Islam dan
lembaga Amil Zakat PKPU Semarang.
4. Sudah memiliki muzaki tetap.
Weakness (kelemahan)
1. Keterbatasan alokasi dana untuk setiap program
2. Keterbatasan jumlah SDM pada kepengurusan PKPU
Semarang.
3. Terbatasnya sarana transportasi untuk operasional
pendampingan.
4. Terbatasnya kapasitas kemampuan pendamping.
Opportunity (peluang)
1. Adanya stakeholder (muzakki, lembaga-lembaga social,
lembaga pemerintah, lembaga swasta, dan lainnya) yang peduli
dengan masalah kemiskinan.
104
2. Undang-undang RI Nomor 38 tahun 1999 tentang pengelolaan
zakat.
3. Keputusan Menteri Agama RI nomor: 373 tahun 2003 tentang
pelaksanaan undang-undang nomor: 38 tahun 1999.
4. Keputusan direktur jendral bimbingan masyarakat Islam dan
urusan haji nomor D/291 tahun 2000 tentang pedoman teknis
pengelolaan zakat.
5. Banyaknya lembaga yang mempunyai program pemberdayaan
yang serupa.
Treathment (tantangan atau ancaman)
1. Tuntutan kebutuhan hidup yang semakin berat.
2. Banyaknya lembaga konfensional yang menawarkan pijaman
usaha dengan pengembalian secara kridit berbunga.
3. Banyaknya keluarga yang hidup dibawah garis kemiskinan.
Langkah-langkah yang dilakukan oleh PKPU Semarang dalam
kaitannya dengan kendala-kendala dalam pelaksanaan pengelolaan
zakat agar lebih baik ke depannya adalah:
a. Mengadakan penyuluhan tentang pengelolaan zakat, khususnya
mengenai apa yang menjadi tugas dan tanggung jawab
pengelolaan zakat.
b. PKPU akan berusaha meningkatkan pendapatan dana zakat.
c. PKPU akan mengadakan pelatihan pengelolaan zakat.
105
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sesudah menguraikan hal-hal yang berkenaan dengan zakat dan
pengelolaan zakat dan infaq atau shadaqah di Kabupaten Semarang maka
dapat dikemukakan beberapa kesimpulan:
1. Pengelolaan dana zakat dan infaq atau shadaqah pada PKPU Semarang
dilakukan sesuai ketentuan syariat Islam dan peraturan perundangan
yang berlaku.
2. Dengan dikeluarkannya UU No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan
Zakat maka penunaian kewajiban zakat lebih terorganisir dan sesuai
dengan tujuan diwajibkannya zakat sehingga lebih berhasil guna dan
berdaya guna. Sebagai pendukung utama kegiatan PKPU Semarang
adalah adanya respons positif dari Pemerintah dan DPRD Kabupaten
Semarang melalui Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2004.
3. Campur tangan pemerintah diperlukan dalam pengelolaan zakat karena
pengelolaan zakat adalah perbuatan hukum publik yang merupakan
wewenang dan tanggung jawab pemerintah atau lembaga yang disahkan
oleh pemerintah.
4. Mendistribusikan dana zakat kepada para mustahiq dengan cara
produktif. Zakat diberikan sebagai modal usaha, yang akan
mengembangkan usahanya itu agar dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya sepanjang hayat.
105
106
5. Pendistribusian zakat boleh dilakukan dengqan dua cara: konsumtif
dan produktif. Bagi yang memiliki badan yang kuat zakat diberi
dengan produktif. Bagi yang tidak memiliki badan yang kuat boleh
diberi secara konsumtif dan lebih baik produktif, tetapi di bawah
pengawasan. Zakat produktif tidak bertentangan dengan prisip-prinsip
syari’at Islam, bahkan sesuai dengan prinsip disyari’atkanya zakat dan
sesuai dengan tujuan dan prinsip-prinsip ekonomi Islam serta nilai-
nilai sosial. Zakat produktif boleh berupa pemberian dan pinjaman,
sesuai dengan keadaan dan persedian dana zakat.
6. Pendistribusian zakat produktif dilaksnakan dengan metode
pendekatan structural atau pendekatan kebutuhan dasar. Pendekatan ini
lebih mengutamakan pertolongan secara kontinu dan langsung
mengatasi serta memecahkan sebab-sebab kemiskinan dan kelemahan
seorang mustahiq.
7. Kendala yang dihadapi PKPU Semarang dalam pengelolaan dan
pendistribusian zakat adalah: kurangnya tenaga tenaga PKPU dalam
melaksanakan pengawasan, terbatasnya waktu dalam melaksanakan
pengawasan, keterlambatan dari pengelolaan zakat dalam membuat
laporan keungan, anggaran dari pengelolaan zakat.
B. Saran-saran
1. Hendaknya pengelolaan zakat secara produktif dikembangkan dan
dibudayakan di Indonesia. Karena Indonesia memiliki banyak sumber
107
zakat dan cukup potensial. Apalagi dilihat dari segi jumlah, umat Islam
yang menjadi wajib zakat dan jenis harta yang dikenai wajib zakat, di
Indonesia masih yang terbanyak.
2. Hendaknya umat Islam, khususnya para mustahq dan lebih khusus lagi
fakir miskin menyadari, bahwa zakat dapat membantu mereka keluar
dari masalah kesulitan ekonomi, sosial dan pendidikan.
3. Pengelolaan zakat (pemerintah/lembaga zakat), hendaknya selalau
memikirkan dan merencanakan pengembangan zakat, khususnya di
bidang pendayagunaan, pendistribusian zakat, karena esensi dan tujuan
zakat akan dapat terlihat, bila pendistribusiannya dilakukan dengan
baik dan tepat. Zakat dapat berguana dan berhasil guna bagi
masyarakat, khususnya bagi para mustahiq, apabila mengunakan cara
pemberian yang tepat.
4. Hendaknya pengelolaan zakat diiringi dengan:
a. Pengelolaan lembaga zakat dengan managemen modern dan
profosional.
b. Adanya amil yang jujur, adil dan bertanggung jawab.
c. Pengumpulan zakat secara maksimal.
d. Kebijakan pemerintah (UU) yang mengatur tentang pengelolaan
zakat secara jelas, adil dan bijakasana.
e. Hendaknya para mustahiq, muzakki dan amil, menjadkan zakat
sebagai daya dorong pertumbuhan ekonomi rakyat
108
C. penutup
Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah, penulis dapat
menyelesaikan naskah skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penulisan
skripsi ini masih banyak kekurangannya karena keterbatasan penulis.
Untuk itu penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritik yang
membangun. Akhir kata, semoga karya ini dapat membawa manfaat bagi
semua pihak. Amin Ya Robbal Alamin.
DAFTAR PUSTAKA
Asnaini, 2008, Zakat Produktif Dalam Prespektif Hukum Islm, Yogyakarta,
Pustaka Pelajar.
Sudirman, 2007, “zakat dalam pusaran arus modernitas “, malang, UIN malang.
Hafidhuddin, Didin dkk, 2008,”The Power of Zakat”, Malang, UIN-Malang Press.
Hafidhuddin, Didin, 2007, “Harta Berkah dan Bertambah”Jakarta:Gema Insani.
Muhammad, 2002, “Zakat Profesi Wacana Pemikiran Zakat Dalam Fiqih
Kontemporer”, Jakarta: Salemba Diniyah.
Departemen Agama Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan
Haji, Direktorat Urusan Agama Islam, 1997/1998.
Djuanda, Gustian DKK, 2006, “Zakat Pengurang Pajak Penghasilan”, PT Raja
Grafindo persada
Fakhruddin,2008, ”Fiqh Dan Manajemen Zakat”, UIN Malang, Press:Malang
Ash-Shidieqy, Hasbi, 2009, Pedoman Zakat, Semarang, Pustaka Rizki Putra..
Koentjaraningrat, 1994, Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: PT.Gramedia
Pustaka Utama.
Arikunto, Suharsimi, 1998, Prosedur Penelitian,Jakarta, PT. Asdi Mahasatya.
________________. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Cet.
Ke-XIII. Jakarta: Rineka Cipta.
Moleong, J Lexy. 2002. Metode penelitian kualitatif, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Qardawi, Yusuf, 2005, Spektrum Zakat (Dalam Membangun Ekonomi
Kerakyatan), Jakarta.
Zikrul Hakim. Qardawi, Yusuf, 2010, Hukum zakat, Jakarta. Litera Antar
Nusa.Al-utsaimin,
Syaikh Muhammad bin Salih, 2008, Fatwa-fatwa Zakat, Jakarta. Darus Sunnah
Press.
Sugono, Bambang 2003. Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT. Grafindo
Persada.
Amirudin dan Zainal Asikin, 2004. Pengantar Metode Penelitian Hukum.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
S. Margono. 2004 Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.
Suryabrata, Sumadi. 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Narbuko, Chalid dan Abu Ahmad. 2007. Metode Penelitian Jakarta: Bumi Aksara.
Suryabrata, Sumadi. 2005. Metode Penelitian, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Hasan, Muhammad. 2011. Manajemen zakat ( Model Pengelolaan Yang
Efektif),Yogyakarta, Idea Press
Kartika Sari Elsi, 2006. Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, Jakarta, PT
Grasindo.
DAFTAR WAWANCARA DI PKPU SEMARANG
1. Bagaimanakah sejarah berdirinya PKPU Semarang?
2. Apa visi dan misi didirikannya PKPU Semarang?
3. Bagaimanakah struktur organisasi PKPU Semarang dalam menjalankan
fungsinya ?
4. Apakah PKPU pernah memberikan sosialisasi tentang pengelolaan zakat,?
5. Apa yang melatar belakangi adanya pengelolaan dana ZIS di PKPU
Semarang?
6. Langkah kongkrit apa yang dilakukan agar pengeloaan zakat berjalan menjadi
lebih baik ?
7. Siapakah yang menjalankan pengelolaan zakat dalam tubuh PKPU
Semarang?
8. Bagaimanakah kedudukan dan wewenang dalam struktur organisasi PKPU
Semarang?
9. Bagaimana tahapan pengelolaan tersebut?
10. Apa fungsi pengelolaan zakat yang dilakukan PKPU Semarang?
11. Apa saja obyek zakat yang diberlakukan terdapat di PKPU Semarang?
12. Bagaimana sistem evaluasi pengelolaan terhadap dana ZIS?
13. Apa yang dilakukan komisi pengelolaan ketika terjadi penyimpangan terhadap
pelaksanaan pengelolaan dana ZIS?
14. Darimana sajakah usulan mustahiq, menerima dana Zakat?
15. Menurut Anda, apakah pengelolaan ZIS sudah maksimal dan efektif?
16. Seperti apa pendistribusian zakat yang dilakukan PKPU dalam menyalurkan
zakatnya?
17. Dalam mendistribusikan zakat apakah PKPU memberikan zakatnya itu ke 8
asnaf?
18. Kreteria apa yang berhak menjadi muzakki yang dilakukan PKPU Semarang?
19. Setelah zakat tersalurkan langkah apa lagi yang diambil PKPU?
20. Apakah ada pendampingan setelah zakat diberikan kepada muzakki?
DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN PENULIS
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : M.Ridwan
Tempat/Tanggal Lahir : Pontianak,5 Januari 1986
Alamat : Wonosari Rt 005 Rw 008 Des/ Kel. Wonosari Kec.
Ngaliyan
Riwayat Pendidikan : SDN Sungai Deras 07 Lulus Tahun 1999
MTS Hidayatul Muslimin Lulus Tahun 2002
MA Sunan Katong Lulus Tahun 2007
Mahasiswa Fakultas Dakwah IAIN Walisongo
Semarang
Demikian biodata saya buat dengan sebenarnya untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.
Semarang, 27 Desember 2011
Penulis
M. Ridwan