pengawasan komisi kejaksaan terhadap kinerja jaksa...

87
Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa Pengadilan Tinggi Jakarta Tahun 2013-2014 Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh: Galuh Hayu Nastiti 1110048000055 KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 M / 1436H

Upload: dangthuan

Post on 13-Feb-2018

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa

Pengadilan Tinggi Jakarta Tahun 2013-2014

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

Galuh Hayu Nastiti

1110048000055

KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015 M / 1436H

Page 2: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam
Page 3: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam
Page 4: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam
Page 5: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

ABSTRAK

Nama : Galuh Hayu Nastiti

NIM : 1110048000055

Prodi/Konsentrasi : Ilmu Hukum/Hukum Kelembagaan Negara

Judul Skripsi : Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa PengadilanTinggi Jakarta Tahun 2013-2014

Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam melaksanakan tugas danwewenang secara mandiri, bebas dari pengaruh kekuasaan manapun, seperti yang terdapat dalamPeraturan Presiden No. 18 Tahun 2011. Dalam penelitian ini, penulis bermaksud untukmemaparkan pengawasan Komisi Kejaksaan terhadap kinerja jaksa, eksistensi lembaga KomisiKejaksaan dalam menjaga kinerja jaksa di pengadilan Tinggi Jakarta, serta faktor apa saja yangmenghambat pengawasan Komisi Kejaksaan terhadap Jaksa di pengadilan Tinggi Jakarta.Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode sosio legal. Metode sosio-legaladalah suatu pendekatan alternatif yang menguji studi dontrinal terhadap hukum, sementara darisifatnya maka dari penelitan ini termasuk kedalam jenis penelitian deskriptif yang berbentukdiagnostik dan evaluatif dengan menggunakan pemaparan secara kualitatif. Hasil dari penelitianyang diperoleh adalah bahwa pengawasan Komisi Kejaksaan sebagai lembaga yang memilikiperan dan tugas dalam mengawasi kinerja kejaksaan khususnya para jaksa atau pegawaikejaksaan. Adapun eksistensi Komisi Kejaksaan dalam mengawasi kinerja jaksa pada periode2013-2014 cukup terlihat penurunan terhadap laporan pengaduan yang masuk di KomisiKejaksaan namun belum menunjukkan kinerja yang optimal. Hambatan Komisi Kejaksaandalam mengawasi kinerja jaksa di Pengadilan Tinggi Jakarta belum terbentuk kelompok kerjasesuai PerPres No. 18 tahun 2011 sebagai tenaga ahli yang diharapkan membantu kelancarandalam melaksanakan, belum maksimalnya dukungan adminstratif khususnya terbatasnya jumlahSDM.

Kata kunci: Pengawasan, Komisi Kejaksaan, Kinerja Jaksa, Pengadilan Tinggi Jakarta

Dosen Pembimbing : Dr. H. Djawahir Hejazziey, SH, MA.

Daftar Pustaka : Tahun 1986 s.d Tahun 2011

Page 6: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

v

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan masa kuliah di

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta. Shalawat serta salam semoga selalu dicurahkan kepada Baginda

Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat, para tabi’in serta

kaum muslimin yang tetap berpegang teguh kepada risalahnya hingga akhir

zaman dan membawa manusia keluar dari kubangan lumpur Jahiliyah menuju

jalan yang diridhoi oleh Allah SWT.

Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu persyaratan

untuk menadapatkan gelar S1 Sarjana Hukum (S.H). Penulis berharap semoga

skripsi ini sangat berguna dan bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis betul-betul menyadari adanya

rintangan dan ujian, namun pada akhirnya selalu ada jalan kemudahan, tentunya

tidak terlepas dari berbagai pihak yang sepanjang penulisan skripsi ini banyak

membantu dalam memberikan bimbingan dan masukan yang berharga kepada

penulis guna menyempurnakan skripsi ini.

Oleh karena itu, dari lubuk hati yang paling dalam penulis mengucapkan

banyak terimakasih kepada:

1. Dr. Asep Saefuddin Jahar MA, Ph.D. Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 7: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

vi

2. Dr. H. Djawahir Hejazziey, SH, MA. Sebagai ketua program studi

Ilmu Hukum dan Dosen Pembimbing, serta Arip Purkon, SH.I, MA.

Selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum Konsentrasi Hukum

Kelembagaan Negara.

3. Seluruh dosen Konsentrasi Hukum Kelembagaan Negara, Fakultas

Syariah dan Hukum, serta karyawan-karyawan dan staf perpustakaan

utama dan perpustakaan fakultas yang telah memfasilitasi penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Orang tua tercinta, Ayahanda Djoko Erwanto dan Ibunda Rosmiati

yang telah mencurahkan kasih sayangnya kepada penulis, tak henti-

hentinya memberikan nasehat, dukungan baik moril dan materiil yang

tak terhingga, motivasi serta doa yang tak pernah lelah dipanjatkan

untuk penulis, memberikan semangat kepada penulis sehingga bisa

menyelesaikan studi S1 ini.

5. Adik-adik tersayang, Aghni Wicaksono, Syarah Hayu Pertiwi, Ranti

Hayu Indraswari, dan Aisyah Hayu Wandari yang selalu mendukung

dan mendoakan penulis dalam menimba ilmu untuk menyelesaikan

studi S1 ini. Dan seluruh keluarga besar Alm. Djumari yang selalu

memberikan motivasi bagi penulis.

6. Teman-teman yang tak pernah terlupakan yang juga memberikan

dukungan tanpa henti kepada penulis, Movitri Rosmela, Ilham

Herdinata, Faizal, Mona Hasinah, Risyda Azizah, Siti Annisa

Mahfuzhoh, Shapat, Aulia Dhaifullah, Keluarga besar LF UINJKT,

Page 8: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

vii

teman-teman di “untung-untungan”, serta teman-teman seperjuangan

di Jurusan Ilmu Hukum khususnya angkatan 2010.

7. Semua pihak yang telah memberikan kontribusi terhadap penyelesaian

skripsi ini yang tidak dapat disebut satu persatu.

Akhirnya, kepada Allah SWT jualah penulis serahkan segalanya dan

semoga amal kebajikan mereka semua diterima disisi-Nya dan diberikan pahala

yang berlipat ganda sesuai dengan amal perbuatannya.Penulis berharap semoga

skripsi ini bermanfaat bagi pembaca, dan masyarakat umumnya.

Jakarta, 9 Maret 2015

Penulis

Page 9: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ............................................................ ii

LEMBAR PERNYATAAN............................................................................. iii

ABSTRAK ....................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ..................................................................................... v

DAFTAR ISI.................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ........................ 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 7

D. Kajian Studi Terdahulu ............................................................. 8

E. Metode Penelitian ..................................................................... 10

F. Sistematika Penulisan ............................................................... 12

BAB II KERANGKA TEORITIS

A. Pengertian Pengawasan .............................................................. 14

1. Internal ................................................................................. 19

2. Eksternal............................................................................... 20

B. Kinerja Jaksa ............................................................................. 21

1. Teori Kinerja ........................................................................ 21

2. Jaksa ..................................................................................... 21

Page 10: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

ix

3. Kedudukan Jaksa ................................................................. 24

4. Wewenang Jaksa .................................................................. 24

BAB III PROFIL KOMISI KEJAKSAAN DAN PENGADILAN

TINGGI JAKARTA

A. Komisi Kejaksaan...................................................................... 27

1. Kedudukan Komisi Kejaksaan Dalam Sistem

Ketatanegaraan Indonesia ................................................... 27

2. Visi, Misi Strategis serta kode etik komisi kejaksaan

Republik Indonesia ............................................................. 31

3. Tugas dan wewenang .......................................................... 33

4. Keanggotaan Komisi Kejaksaan Republik Indonesia ......... 34

5. Landasan Hukum Komisi Kejaksaan ................................. 35

B. Pengadilan Tinggi Jakarta

1. Kedudukan Pengadilan Tinggi Jakarta ............................... 35

2. Visi Misi Tujuan dan sasaran strategis ............................... 39

3. Fungsi tugas dan yurisdiksi ................................................ 41

BAB IV PENGAWASAN TERHADAP KINERJA JAKSA OLEH

KOMISI KEJAKSAAN

A. Mekanisme dan prosedur pengawasan pegawai komisi

kejaksaan oleh komisi kejaksaan .............................................. 43

B. Pelaksaan tugas pengawasan, pemantauan, penilaian atas

kinerja dan/ atau prilaku jaksa/pegawai kejaksaan oleh komisi

Page 11: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

x

kejaksaan RI di pengadilan tinggi negeri DKI Jakarta ............. 48

C. Hambatan komisi kejaksaan RI dalam pelaksaan tugas ........... 52

D. Analisis penulis ......................................................................... 54

BABV PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................... 57

B. Saran .......................................................................................... 58

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 12: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara hukum yang

berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, maka penegakan

hukum dan keadilan merupakan salah satu syarat mutlak dalam mencapai

tujuan nasional, yaitu mewujudkan tata kehidupan berbangsa, bernegara, dan

bermasyarakat yang adil dan makmur sesuai dengan nilai-nilai yang

terkandung dalam Pancasila yang menjadi filosofi tujuan hidup masyarakat

Indonesia sejak dahulu sampai saat ini, menurut Undang-undang nomor 16

Tahun 2004 Pasal 1 Ayat 1, tentang Kejaksaan RI.

Setelah hampir empat tahun, implementasi dari perubahan UUD 1945

masih belum menemukan bentuknya yang ideal. Sistem ketatanegaraan

Indonesia masih saja gamang dan mencari bentuk. Salah satu bentuk wajah

ketatanegaraan Indonesia transisi, serta setelah perubahan UUD 1945 adalah

lahirnya “komisi negara independen” (independent regulatory agencies)

maupun lembaga non struktural lainnya, seperti komisi eksekutif (executive

branch agencies)1.

Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

melaksanakan tugas dan wewenang secara mandiri, bebas, dari pengaruh

kekuasaan manapun, seperti yang terdapat dalam Peraturan Presiden nomor 18

1Denny Indrayana, Negara Antara Ada Dan Tiada (Reformasi HukumKetatanegaraan),(Jakarta:Kompas:2008), h.265.

Page 13: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

2

tahun 2011 Komisi Kejaksaan memiliki wewenang yaitu melakukan

pengawasan, pemantauan dan penilaian terhadap kinerja jaksa dan pegawai

kejaksaan dalam melaksanakan tugas kedinasannya serta sikap dan perilaku

mereka baik di dalam maupun di luar tugas kedinasannya juga kondisi

organisasi kelengkapan sarana dan prasarana serta sumberdaya manusia di

lingkungan kejaksaan.

Pengawasan merupakan salah satu cara untuk mewujudkan check’s and

balance’s dalam kehidupan bernegara, agar pelaksanaan kekuasaan negara

tetap terkontrol sehingga tidak merugikan masyarakat sebagai unsur penting

dalam negara. Pengawasan diperlukan untuk memperbaiki manajemen

pemerintahan melalui penataan kelembagaan pemerintah secara sistematis dan

komprehensif, meliputi struktur, kultur, dan aparaturnya. Penataan

kelembagaan tersebut merupakan esensi dari pelaksanaan good governance2 di

lingkungan pemerintahan yang berlaku untuk pemerintah pusat dan pemerintah

daerah.

Hasil pengawasan ini harus dapat menunjukkan sampai di mana terdapat

kecocokkan dan ketidakcocokkan dan menemukan penyebab ketidakcocokkan

yang muncul. Dalam konteks membangun manajemen pemerintahan publik

yang bercirikan good governance (tata kelola pemerintahan yang baik),

pengawasan merupakan aspek penting untuk menjaga fungsi pemerintahan

berjalan sebagaimana mestinya.

2 Encep Syarief Nurdin, “Pembangunan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik (GoodGovernance) dan Pemberantasan Korupsi”, Negarawan, No.18 (November ,2010), h. 109

Page 14: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

3

Dalam kaitannya dengan akuntabilitas publik, pengawasan merupakan

salah satu cara untuk membangun dan menjaga legitimasi warga masyarakat

terhadap kinerja pemerintahan dengan menciptakan suatu sistem pengawasan

yang efektif, baik pengawasan internal (internal control) maupun pengawasan

eksternal (external control). Di samping mendorong adanya pengawasan

masyarakat (social control).3

Yang mana keberadaan komisi kejaksaan berperan mengawasi untuk

menghindari penyalahgunaan wewenang. Komisi ini bertugas membantu

presiden untuk memberdayakan kejaksaan RI dan memberikan pertimbangan

kepada presiden dalam hal pengangkatan dan pemberhentian Jaksa Agung dan

jajaran eselon satu dibawahnya. Untuk menjamin independensi Komisi ini,

para anggotanya hendak berasal dari unsur pemerintah (eksekutif), akademisi,

pakar dari kejaksaan, dan tokoh-tokoh masyarakat. Mengingat kewenangan,

sebaiknya masa jabatan komisi dimaksud di batasi.4

Sedangkan lembaga kejaksaan republik Indonesia adalah salah satu

badan yang berfungsi melakukan proses penegakkan hukum sebagai penuntut

umum. Dalam undanng-undang nomor 16 tahun 2004 pasal 1 ayat 1, tentang

Kejaksaan RI menjelaskan bahwa Jaksa adalah pejabat fungsional yang diberi

wewenang oleh undang-undang untuk bertindak sebagai penuntut umum dan

pelaksana putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum yang tetap serta

wewenang lain berdasarkan undang-undang. Adapun tugas dan wewenang

3 https://malikazisahmad.wordpress.com/2012/01/13/pengertian-pengawasan/ diaksespada tanggal 05 april 2015.

4Marwan Effendy, Kejaksaan RI: Posisi dan Fungsinya dari Perspektif Hukum,(Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama, 2005), h.141.

Page 15: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

4

yang jaksa miliki antara lain:

1. Pidana, yaitu:

a. Melakukan penuntutan;

b. Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap;

c. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana

bersyarat, putusan pidana pengawasan, dan keputusan lepas bersyarat;

d. Melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan

undang-undang;

e. Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan

pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang

dalam pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik;

2. Perdata dan tata usaha negara, yaitu: dengan kuasa khusus dapat bertindak

baik di dalam maupun di luar pengadilan untuk dan atas nama negara atau

pemerintah.

3. Di bidang ketertiban dan ketentraman umum, kejaksaan turut

menyelenggarakan kegiatan:

a. Peningkatan kesadaran hukum masyarakat;

b. Pengamanan kebijakan penegakan hukum;

c. Pengawasan peredaran barang cetakan;

d. Pengawasan aliran kepercayaan yang dapat membahayakan

masyarakat dan negara;

e. Pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan agama;

Page 16: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

5

f. Penelitian dan pengembangan hukum serta statistik kriminal;

Melihat tugas dan wewenang jaksa yang terdapat dalam undang-undang

tersebut, maka penegakan hukum di indonesia akan berjalan dengan baik dan

keadilan pun akan tercipta.

Pada kenyataannya dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya

penuntut umum sering kali melakukan penyimpangan-penyimpangan dan

memikirkan kepentingan pribadi yang berupa financial sehingga keadilan

tidak terwujud.

Belakangan ini banyak peristiwa yang tidak memuaskan berkaitan

dengan kinerja jaksa datang menghampiri seperti sering kali terjadi

penyimpangan-penyimpangan dan memikirkan kepentingan pribadi yang

berupa financial sehingga keadilan tidak terwujud, sebagai contoh beberapa

oknum jaksa menerima suap dan terjadi tindak pidana korupsi. Dimana tugas

dan wewenang jaksa sangat penting dalam membentuk hukum, menciptakan

keadilan serta menentukan siapa yang dituntut dalam proses peradilan.

Upayapun dilakukan untuk mengatasinya yaitu dengan membentuk

pengawasan eksternal Kejaksaan5 salah satunya Komisi Kejaksaan. Jaksa6

sebagai objek pengawasan merupakan salah satu dari penegak hukum di

Indonesia, untuk itu perlu adanya pembinaan organisasi untuk ditingkatkannya

pengawasan.

5Pengawasan eksternal Kejaksaan lainnya yaitu Komisi Etik PERJASA (Persatuan JaksaRI), BPK, DPR dan Presiden. Lihat Maissy Sabardiah, “Pembaharuan Pengawasan di KejaksaanSuatu Tinjauan”, Teropong, vol.IV, no. 2, (April 2005),h.49.

6Jaksa berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu “Superintendant” berarti pengawas ataupengontrol soal-soal kemasyarakatan. Lihat Ilham Gunawan, Penegak Hukum dan PenegakanHukum,cet.ke-10,(Bandung:Angkasa,1993), h.10.

Page 17: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

6

Maka disinilah akuntabilitas Komisi Kejaksaan dipertaruhkan untuk

mengantisipasi penyalahgunaan kewenangan yang dilakukan. Penyimpangan

terjadi biasanya mengenai pemberian pelayanan kepada masyarakat, serta

berkaitan dengan proses rekruitmen.

Cukup banyak peristiwa pelanggaan hukum maupun kode etik profesi

oleh jaksa maupun pegawai tata usaha kejaksaan. Dalam tahun 2 tahun

terakhir 2013-2014 komisi kejaksaan mencatat bahwa di Kejaksaan DKI

Jakarta menduduki peringkat ke dua setelah Aceh. Contoh kecil seperti baru-

baru ini kejadian di sebuah kejaksaan negeri jakarta selatan yang pernah

menangani perkara kasus bioremediasi yang jaksa melakukan pemerasan

yakni Burdju Ronni Allan Felix dan Cecep Sunarto yang di berhentikan secara

tidak hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Melihat kasus yang terjadi

seperti ini manakala sebuah kejaksaan Negeri belum benar-benar bersih dari

KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme).

Dengan adanya peran Komisi Kejaksaan seharusnya tercipta kejaksaan

negeri yang bersih dari penyimpang-penyimpangan karena sebuah

pelanggaran yang dilakukan oleh jaksa baik kinerja ataupun mengenai kode

etik jaksa menjadi acuan sebuah kejaksaan yang bersih terbebas dari

peyimpangan tersebut.

Dimana Kejaksaan Tinggi Negeri DKI Jakarta saat ini yang menjadi

bahan penelitian karena terdapat hampir melebihi banyak kasus penyimpangan

mengenai kinerja jaksa.

Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengajukan suatu judul yaitu

Page 18: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

7

“Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa Pengadilan

Tinggi Jakarta Tahun 2013-2014 ”.

B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

Adapun yang menjadi fokus dari penelitian ini adalah:

1. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan dalam penelitian ini tidak terlalu meluas, maka

penelitian ini hanya dibatasi pada pengawasan terhadap kinerja jaksa oleh

Komisi Kejaksaan dengan studi di Pengadilan Tinggi Jakarta yang

berdasarkan kode etik jaksa diatur dalam PERJA nomor: PER-

067/A/JA/07/2007 dan mengacu pada PerPres No. 18 tahun 20011 tentang

Komisi Kejaksaan RI.

2. Perumusan Masalah

Untuk memperjelas masalah dalam pembahasan ini, maka

dirumuskan masalah-masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana pengawasan Komisi Kejaksaan terhadap kinerja jaksa?

b. Bagaimana eksistensi lembaga Komisi Kejaksaan dalam menjaga kinerja

Jaksa di Pengadilan Tinggi Jakarta?

c. Faktor-faktor yang menghambat pengawasan Komisi Kejaksaan terhadap

jaksa di Pengadilan Tinggi Jakarta?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin penulis capai melalui penelitian ini adalah

Page 19: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

8

sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui pengawasan yang dilakukan Komisi Kejaksaan

terhadap kinerja jaksa.

b. Untuk mengetahui eksistensi lembaga komisi kejaksaan dalam menjaga

kinerja jaksa di pengadilan tinggi jakarta.

c. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat pengawasan komisi

kejaksaan.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian yang penulis lakukan adalah :

a. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini memberi pengetahuan terhadap

masyarakat mengenai kewenangan Komisi Kejaksaan dalam menangani

jaksa yang melakukan pelanggaran kode etik kejaksaan dan diharapkan

memberikan kontribusi dalam peningkatan pengawasaan kinerja jaksa

yang sesuai dalam Undang-undang kejaksaan.

b. Manfaat Praktis

Secara praktis manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat

digunakan dan dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi Komisi

Kejaksaan untuk meningkatkan kinerjanya dalam mengawasi jaksa.

D. Kajian Studi Terdahulu

Kajian terkait dengan Komisi Kejaksaan pasca reformasi khususnya,

tengah menjadi bahan diskusi hangat dan mengalami perkembangan yang

cukup signifikan. Berbagai karya ilmiah dan tulisan baik berupa jurnal, buku,

Page 20: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

9

maupun tulisan-tulisan lainnya banyak yang telah membahas hal ini.

Namun,terkait dengan pembahasan tentang “Pengawasan Komisi Kejaksaan

Terhadap Kinerja Jaksa Pengadilan Tinggi Jakarta Tahun 2013-2014”, sejauh

penelusuran penulis belum ada yang pernah melakukannya. Maka untuk

memposisikan skripsi ini kiranya perlu memaparkan penelitian-penelitian

sebelumnya agar kemungkinan terjadinya pengulangan penelitian dapat

dihindari.

Tesis tentang “peran komisi kejaksaan sebagai perwujudan partisipasi

publik dalam rangka pengawasan lembaga kejaksaan”, ditulis oleh Aditya

Rakatama dari program Pasca Sarjana Magister Ilmu Hukum Universitas

Diponegoro Semarang pada tahun 2008. Tesis ini menjelaskan tentang

pengawasan internal di lembaga kejaksaan dan pengawasan dari komisi

kejaksaan..Sedangkan penelitian penulis fokus terhadap eksistensi Komisi

Kejaksaan dalam pengawasan kinerja Jaksa di Pengadilan Tinggi Jakarta.

Skripsi yang berjudul “Peran Komisi Kejaksaan dalam Pengawasan

Kinerja Kejaksaan ”, ditulis oleh Karlos Kriantadipa dari Fakultas Hukum

Reguler Mandiri Universitas Andalas Padang pada tahun 2011. Skripsi ini

membahas tentang bagaimana peran komisi kejaksaan dalam mengawasi

kinerja di kejaksaan sedangkan penulis membahas bagaimana pengawasan

yang dilakukan komisi kejaksaan dalam mengawasi kinerja jaksa di pengadilan

tinggi jakarta.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa skripsi yang penulis

ajukan tidak sama dengan ketiga skripsi diatas.

Page 21: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

10

E. Metode Penelitian

Untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan dalam

penelitian ini, digunakan suatu metode penelitian dengan pemaparan sebagai

berikut :

1. Jenis Penelitian

Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada

metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk

mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara

menganalisanya, untuk kemudian mengusahakan pemecahan atas

permasalahan-permasalahan yang timbul dalam gejala yang bersangkutan7.

Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalahnya, tipe penelitian

yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sosio-legal research,

penelitian hukum empiris sosiologis8.

2. Pendekatan Masalah

Sehubung dengan tipe masalah yang digunakan empiris sosiologis, maka

pendekatan yang digunakan adalah pendekatan perundang-undangan

(statute approach) dan pendekatan konsep (conceptual approach).

Pendekatan perundang-undangan (statute approach) digunakan untuk

meneliti aturan-aturan yang penormaannya justru kondusif untuk

mengetahui lebih dalam mengenai kewenangan Komisi Kejaksaan dan

7 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, cet. III,(Jakarta: UniversitasIndonesia Press,1986),h.43.

8Penelitian hukum empiris sosiologis yaitu untuk melihat bagaimana hukum dipraktikkan,bukan hanya dipandang sebagai kaidah perilaku saja, melainkan sebuah proses sosial atau lembagasosial. Dalam buku Fahmi Muhammad dan Jaenal Aripin, Metode Penelitian Hukum,cet.I(Ciputat:Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,2010), h.47.

Page 22: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

11

Pengawasaan kinerja Jaksa.

Sedangkan pendekatan konseptual digunakan untuk memahami konsep

tentang kewenangan Komisi Kejaksaan dan Pengawasan Kinerja Jaksa

sehingga diketahui dampak yang ditimbulkan dari kewenangan tersebut.

3. Sumber Data

Sumber data yang diperoleh dalam penulisan skripsi ini, yaitu:

a. Data Primer

Bahan hukum primer yaitu bahan yang berisi ketentuan hukum mengikat

dan tertulis. Seperti halnya peraturan perundang-undangan maupun

peraturan pemerintah yang terkait. Selain itu juga data secara langsung

yang oleh penulis dianggap perlu dan terkait dengan penelitian ini, yaitu

dengan wawancara. Wawancara adalah proses tanya jawab dalam

penelitian yang berlangsung secara lisan dimana dua orang atau lebih

bertatap muka dan mendengarkan secara langsung informasi-informasi

atau keterangan-keterangan.

b. Data Sekunder

Data Sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian dalam bentuk

laporan, skripsi, tesis, disertasi dan peraturan perundang-undangan,

maupun kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum, dan komentar-

komentar atau putusan hakim.9

4. Pengumpulan dan Teknik Analisis Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis, karena

9Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, h.106.

Page 23: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

12

tujuan dari penelitian mendapatkan data. Bila dilihat dari sumber hukum,

maka pengumpulan data yang dilakukan yaitu:

a. Studi pustaka

Dimana penulis melakukan studi terhadap bahan atau literatur kepustakaan

seperti halnya terhadap peraturan yang terkait. Data yang diperoleh melalui

data-data yang telah diteliti dan dikumpulkan oleh pihak lain yang berkaitan

dengan permasalahan penelitian ini baik berupa buku, koran, jurnal hukum,

majalah maupun melalui media internet

b. Observasi

Mengenai hal yang terkait dengan penelitian ini dengan melakukan

wawancara dan pemantauan terhadap objek penelitian ini yaitu Pengadilan

Tinggi Jakarta.

5. Teknik Penulisan

Teknik penulisan skripsi ini berdasarkan pada buku “Pedoman Penulisan

Skripsi” yang dikeluarkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012.

F. Sistematika Penulisan

Untuk dapat menuangkan hasil penelitian kedalam bentuk penulisan yang

teratur dan sistematis, maka skripsi ini disusun dengan sistematika penulisan

yang terdiri dari lima bab.

BAB I : PENDAHULUAN

Bab satu membahas tentang latar belakang, pembatasan dan perumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian (review) studi terdahulu,

Page 24: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

13

metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : KERANGKA TEORI

Bab dua membahas tentang teori pengawasan secara internal maupun

eksternal dan membahas mengenai pengertian kinerja dan jaksa.

BAB III : PROFIL KOMISI KEJAKSAAN DAN PENGADILAN TINGGI

JAKARTA

Bab tiga membahas tentang kedudukan komisi kejaksaan dalam sistem

ketatanegaraan indonesia, visi, misi, strategis serta kode etik Komisi

Kejaksaan Republik Indoensia, tugas dan wewenang, keanggotaan,

landasan hukum komisi kejaksaan, kedudukan pengadilan tinggi jakarta,

visi, misi, tujuan dan sasaran strategis, fungsi tugas dan yuridis.

BAB IV : PENGAWASAN TEHADAP KINERJA JAKSA OLEH KOMISI

KEJAKSAAN

Dalam bab ini dipaparkan tentang mekanisme dan prosedur pengawasan

pegawai kejaksaan oleh Komisi Kejaksaan, pelaksanaan tugas

pengawasan, pemantauan, penilaian atas kinerja dan/ atau perilaku Jaksa/

pegawai Kejaksaan oleh Komisi Kejaksaan RI di pengadilan tinggi

Jakarta, hambatan Komisi Kejaksaan RI dalam pelaksanaan tugas, analisis

penulis.

BAB V : PENUTUP

Berisi kesimpulan dan saran penulis yang didapatkan berdasarkan

pemaparan pada bab-bab sebelumnya.

Page 25: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

14

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Pengertian Pengawasan

Salah satu prinsip negara modern sebagaimana dikemukakan oleh Jimly

Assiddiqe yakni transparansi dan kontrol sosial. Salah satu keterpurukan

hukum yang terjadi pasca reformasi pada 1998 adalah tidak terdapatnya

keterbukaan dan kontrol sosial dalam pengambilan keputusan-keputusan yang

menyangkut hajat hidup orang banyak. Lord Acton telah mengarai bahwa

kekuasaan itu memiliki kecenderungan untuk disalah gunakan (corrupt).

Penyalahgunaan itu yang harus dibatasi, oleh karena itu aspek pengawasan

menjadi titik sorotan yang penting saat ini.

Menurut Sunaryati Hartono, perkembangan Negara Hukum pada abad

ke 21 ini telah mengarah kepada konsep Negara Hukum yang bertanggung

jawab (Verantwoordings Rechtsstaat). Akibat pergeseran itu, pilar kekuasaan

negara sebagaimana dirintis oleh Montesqiueu yang terdiri atas Eksekutif,

Legislatif dan Yudikatif telah bertambah dengan pilar ke empat yakni lembaga

(lembaga) pengawasan seperti Ombudsman maupun Badan Pengawas

Keuangan1.

Sebagai bahan perbandingan diambil beberapa pendapat para sarjana

di bawah ini antara lain:

Menurut Prayudi: “Pengawasan adalah proses kegiatan-kegiatan yang

1 Sunaryati Hartono, “Peran State Auxiliary bodies dalam Rangka Konsolidasi KonstitusiMenuju Grand Design Sistem dan Politik Hukum Nasional”, Makalah disampaikan dalamKonvensi hukum Nasional tentang Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945sebagai Landasan Konstitusional Grand Design Sistem dan Politik Hukum Nasional.Diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional, di Hotel Borobudur, Jakarta, 15-16April 2008, hal.3

Page 26: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

15

membandingkan apa yang dijalankan, dilaksanakan, atau diselenggarakan itu

dengan apa yang dikehendaki, direncanakan, atau diperintahkan”.2

Menurut Saiful Anwar: “Pengawasan atau kontrol terhadap tindakan

aparatur pemerintah diperlukan agar pelaksanaan tugas yang telah ditetapkan

dapat mencapai tujuan dan terhindar dari penyimpangan-penyimpangan.3

Menurut M. Manullang mengatakan bahwa: “Pengawasan adalah suatu

proses untuk menetapkan suatu pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan,

menilainya, dan mengoreksi bila perlu dengan maksud supaya pelaksana

pekerjaan sesuai dengan rencana semula”.4

Sedangkan pengawasan (controlling) menurut pengertian komisi

kejaksaan ialah salah satu piranti kekuatan manajemen/organisasi disamping

fakta SDM, Financial, sebagai tugas Pengawasan menjadi kekuatan sebagai

alat kontrol atas gerak langkah organisasi beserta seluruh isinya, tentang

apakah organisasi tersebut berjalan sesuai dengan kaidah-kaidah yang telah

ditetapkan. Apakah tupoksinya berjalan sesuai aturan-aturan dan apakah

KINERJA nya sudah dalam ukuran “berhasil”.

Dari beberapa definisi yang dikemukakan di atas dapat di tarik

kesimpulan bahwa:

a. Pengawasan adalah merupakan proses kegiatan yang terus-menerus di

laksanakan untuk mengetahui pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan,

kemudian di adakan penilaian serta mengoreksi apakah pelaksanaannya

2 Slamet Prajudi, Hukum Administrasi Negara, (Jakarta: Ghalia Indonesia,1994), h. 84.3 Saiful Anwar, Sendi-Sendi Hukum Administrasi Negara, (Glora Madani Press:2004),

h.127.4 M. Manullang, Dasar-dasar Manajemen, (Jakarta:Ghalia Indonesia,1996), h.18.

Page 27: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

16

sesuai dengan semestinya atau tidak.

b. Selain itu pengawasan adalah suatu penilaian yang merupakan suatu

proses pengukuran dan pembandingan dari hasil-hasil pekerjaan yang

nyata telah di capai dengan hasil-hasil yang seharusnya di capai. Dengan

kata lain, hasil pengawasan harus dapat menunjukkan sampai di mana

terdapat kecocokkan atau ketidakcocokkan serta mengevaluasi sebab-

sebabnya.

Pengawasan dalam pandangan islam dilakukan untuk meluruskan yang

tidak lurus, mengoreksi yang salah dan membenarkan yang hak.

Pengawasan (control) dalam ajaran islam (hukum syari’ah). Yaitu: kontrol

yang berasal dari diri sendiri yang bersumber dari tauhid dan keimanan

kepada Allah Swt. Seseorang yang yakin bahwa Allah pasti mengawasi

hambanya, maka ia akan bertindak hati-hati. Ketika sendiri, ia yakin

bahwa Allah adalah yang kedua dan ketika berdua ia yakin bahwa Allah

yang ketiga. Seperti yang diungkap dalam Al-Quran Surat Al-Mujadalah

ayat 7 :

)٧: المجادلة(

Page 28: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

17

Artinya: tidakkah kamu perhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah

mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi? tiada pembicaraan rahasia

antara tiga orang, melainkan Dia-lah keempatnya. dan tiada (pembicaraan

antara) lima orang, melainkan Dia-lah keenamnya. dan tiada (pula)

pembicaraan antara jumlah yang kurang dari itu atau lebih banyak,

melainkan Dia berada bersama mereka di manapun mereka berada.

kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka pada hari kiamat apa

yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala

sesuatu. (QS. Al Mujadallah : 7)

Ini adalah kontrol yang paling efektif yang berasal dari dalam diri sendiri.

Akan tetapi kalau diterjemahkan begitu saja istilah controlling dari bahasa

Inggris, maka pengertiannya lebih luas dari pengawasan yaitu dapat diartikan

sebagai pengendalian, padahal kedua istilah ini berbeda karena dalam

pengendalian terdapat unsur korektif.

Tujuan utama dari pengawasan itu sendiri adalah mengusahakan agar apa

yang direncanakan menjadi kenyataan. Agar suatu sistem pengawasan dapat

dengan efektif merealisasikan tujuannya, maka suatu sistem pengawasan

setidak-tidaknya harus dengan segera melaporkan adanya penyimpangan-

penyimpangan dari rencana. Apa yang telah terjadi dapat disetir ketujuan

tertentu, dan dapat diambil tindakan untuk pelaksanaan selanjutnya agar

pelaksanaan keseluruhan benar-benar dapat sesuai atau mendekati apa yang

direncanakan sebelumnya5. Titik berat pengawasan sesungguhnya berkisar

5 M. Manullang, Dasar-dasar Manajemen, (Jakarta:Ghalia Indonesia,1996), h.129.

Page 29: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

18

pada manusia, sebab manusia itulah yang melakukan kegiatan-kegiatan badan

usaha atau organisasi bersangkutan. Hakikat pengawsan mencegah sedini

mungkin terjadinya peyimpangan, pemborosan, penyelewengan, hambatan,

kesalahan dan kegagalan dalam mencapai tujuan dan pelaksanaan tugas-tugas

organisasi.

Jaksa Aagung Basrief Arief dalam seminar yang diselenggarakan oleh

Komisi Kejaksaan dengan tema “Peran Komisi Kejaksaan Republik Indonesia

dalam meningkatkan kinerja Jaksa” yang diadakan pada tanggal 23 November

2011 bertempat di hotel Le Meredien, menyampaikan Kejaksaan sebagai

sebuah organisasi memiliki visi dan misi. Adapun visi Kejaksaan adalah

Kejaksaan sebagai lembaga penegak hukum yang bersih, efektif, efisien,

transparan, akuntabel, untuk dapat memberikan pelayanan prima dalam

mewujudkan supremasi hukum secara profesional, proposional dan

bermartabat yang berlandaskan keadilan, kebenaran, serta nilai-nilai

kepatutan6 sedangkan misi Kejaksaan diantaranya adalah mengoptimalkan

pelaksanaan fungsi Kejaksaan dalam pelaksanaan tugas dan wewenang, baik

dalam segi kualitas maupun kuantitas penanganan seluruh tindak pidana,

penanganan perkara perdata dan Tata Usaha Negara, serta mengoptimalkan

kegiatan intelijen Kejaksaan, secara profesional, proposional dan bermartabat

melalui penerapan Standard Operating Procedure (SOP) yang tepat, cermat,

terarah, efektif dan efisien.7

6 Kejaksaan Agung RI, Rencana Strategis (Renstra) Kejaksaan Republik Indonesia tahun2010-2014, Jakarta, 2010, H.25.

7Kejaksaan Agung RI, Rencana Strategis (Renstra) Kejaksaan Republik Indonesia tahun2010-2014, Jakarta, 2010, h.25

Page 30: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

19

Untuk mencapai visi dan misi tersebut, maka kejaksaan sebagai organisasi

harus melaksanakan tugas dan wewenangnya dengan berpegang pada fungsi

manajemen yakni perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),

pelaksanaan (actuating) dan pengawasan (controlling). Dengan demikian

keharusan melaksanakan manajemen yang berdaya guna khususnya dalam

proses pengawasan merupakan landasan fungsional yang dilaksanakan setiap

pejabat Kejaksaan yang menempati posisi manajemen dari tingkat tertinggi

sampai tingkat rendah. Pengawasan adalah salah satu fungsi manajemen yang

sangat diperlukan dan mutlak dibutuhkan di dalam suatu organisasi

pemerintah atau negara. Dalam pelaksanaannya pengawasan salah satu pilar

dalam manajemen yang baik, lemahnya pengawasan akan membawa dampak

yang negatif pada seluruh produktifitas lembaga manapun.8

Pengawasan ini terbagi menjadi dua yaitu pengawasan internal dan

pengawasan eksternal. Pengertian masing-masing pengawasan berikut ini:

1. Internal

Pengawasan Internal sering mengalami kendala berupa resistensi dari

masyarakat. Karena hasil-hasil pemeriksaan yang dilakukan terhadap jaksa

maupun pegawai kejaksaan, publik terkadang kurang mempercayainya.

Masyarakat menilai bahwa pengawasan internal dalam melakukan

pengusutan terhadap mereka yang diduga melakukan penyimpangan,

kepada publik, umumnya mereka meragukan kesungguhannya.

8Harkrisnowo, Harkristuti, Membangun Strategi Kinerja Kejaksaan Bagi PeningkatanProduktifitas, Profesionalisme, dan akuntabilitas Publik: suatu usulan pemikiran, makalahdisampaikan dalam rangka seminar mewujudkan supremasi hukum, Puslitbang Kejagung, Jakarta,22 Agustus 2011

Page 31: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

20

Pengertian Pengawasan Internal ini sendiri ialah pengawasan yang

dilakukan oleh badan atau orang yang ada di lingkungan unit organisasi

yang diperiksa. Hubungan antar aparat pengawasan dengan pihak yang

diawasi adalah keduanya berada dalam satu unit organisasi yang sama.9

Pihak internal adalah pihak didalam komisi kejaksaan yang mengajukan

usulan kerjasama,baik yang bersifat Rencana Kerja Tahunan maupun

karena pertimbangan-pertimbangan tertentu setelah melalui Rapat Pleno.

2. Eksternal

Suatu pengawasan disebut pengawasan ekstern, bilamana orang-orang

yang melakukan pengawasan itu adalah orang-orang luar organisasi

bersangkutan. Pengawasan jenis terakhir ini lain pula disebut pengawasan

sosial (social control) atau pengawasan informal. Pengertian dari

Pengawasaan eksternal adalah pengawasan yang dilakukan oleh badan

atau orang yang berasal dari unit organisasi lain selain unit organisasi yang

diperiksa. Hubungan antara aparat pengawasan dengan pihak yang diawasi

adalah ketuanya tidak berbeda dalam satu unit organisasi yang sama.10

Pihak Eksternal adalah pihak diluar komisi kejaksaan (instansi pemerintah,

lembaga swasta, dan lembaga masyarakat) yang mengajukan usulan

kerjasama.

9http://perpusunpas.wordpress.com/2009/05/07/pengawasaan/ Pengawasan |UPTperpustakaan Universitas Pasundan, diakses pada 28 Desember 2014

10http://perpusunpas.wordpress.com/2009/05/07/pengawasaan/ Pengawasan |UPTperpustakaan Universitas Pasundan, diakses pada 28 Desember 2014

Page 32: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

21

B. Kinerja Jaksa

1. Teori Kinerja

Kinerja adalah penampilan hasil karya personel baik kuantitas

maupun kualitas dalam suatu organisasi, kinerja dapat merupakan

penampilan individu maupun kelompok kerja personel. Penampilan hasil

karya tidak terbatas kepada personel yang memangku jabatan fungsional

maupun struktural, tetapi juga kepada keseluruhan jajaran personel di

dalam organisasi.

Deskripsi dari kinerja menyangkut komponen penting yaitu: tujuan,

ukuran, dan penilaian. Penentuan tujuan dari setiap unit organisasi

merupakan strategi untuk meningkatkan kinerja. Tujuan ini akan

memberikan arah dan mempengaruhi bagaimana seharusnya perilaku kerja

yang diharapkan organisasi terhadap setiap personel. Walaupun demikian,

penentuan tujuan saja tidaklah cukup, sebab itu dibutuhkan ukuran apakah

seorang personel telah mencapai kinerja yang diharapkan. Untuk itu

ukuran kuantitatif dan kualitatif standar kinerja untuk setiap tugas dan

jabatan personel memegang peranan penting.11

2. Jaksa

Pengertian Jaksa Ditinjau dari Sudut Etimologi Bahasa. Menurut konsep

pemikiran dari R. Tresna antara lain menyatakan:

“Bahwa nama Jaksa atau Yaksa berasal dari India dengan gelar itu

di Indonesia diberikan kepada pejabat yang sebelum pengaruh hukum

11 Yaslis ilyas, KINERJA Teori, Penilaian, dan Penelitian, Cet.III (Depok:FKMUI:2002),h.65

Page 33: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

22

hindu masuk di Indonesia, sudah bisa melakukan pekerjaan yang sama”.

DR. Saherodji, menjelaskan bahawa:

“Kata Jaksa berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti Pengawas

(Superintedant) atau pengontrol yaitu pengawasan soal-soal

kemasyarakatan”. Kemudian sesuai dengan lampiran surat Keputusan

Jaksa Agung RI tahun 1978, menyatakan bahwa pengertian Jaksa ialah:

“Jaksa asal dari kata Seloka Satya Adhy Wicaksana yang merupakan

Trapsila Adyaksa dan mempunyai arti serta makna sebagai berikut:

Satya : Kesetiaan yang bersumber pada rasa jujur, baik terhadap

Tuhan Yang Maha Esa, terhadap diri pribadi dan keluarga

maupun sesama manusia.

Adhi : Kesempurnaan dalam bertugas dan yang berunsur utama

pemikiran rasa tanggung jawab baik terhadap Tuhan Yang

Maha Esa, terhadap keluarga dan terhadap sesama manusia.

Wicaksana : Bijaksana dalam tutur kata dan tingkah laku khususnya dalam

penerapan kekuasaan dan wewenangnya”.

Dalam Bahasa Inggris, pengertian Jaksa adalah Public Prosecutor

(Jaksa Umum atau Jaksa Biasa), Jaksa Agung (Attorney General), Kantor

Kejaksaan (Office of A Public Prosecutor, Office of Council of the

Presecutor, Police Prosecutor dan Prosecutor by Private Citizen dan

Bondies). Kemudian di Amerika Serikat, istilah Jaksa adalah District

Attorney, sebab seorang Jaksa di pilih oleh masyarakat di dalam suatu

Page 34: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

23

distrik atau daerah. Jadi status tersebut diartikan sebagai Jaksa daerah.12

Pengertian Jaksa Ditinjau dari Segi Yuridis

Menurut Pasal 1 Undang-Undang Kejaksaan Nomor 5 Tahun 1991:

a. Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk

bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan

yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

b. Penuntun Umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh undang-undang

ini untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim.

c. Penuntutan adalah tindakan umum untuk melimpahkan perkara ke

pengadilan negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang

diatur dalam Hukum Acara Pidana dengan permintaan supaya diperiksa

dan diputus oleh hakim di sidang pengadilan.

d. Jabatan fungsional adalah jabatan yang bersifat keahlian teknis dalam

organisasi kejaksaan yang karena fungsinya memungkinkan kelancaran

pelaksanaan tugas kejaksaan (Pasal 1). Kejaksaan adalah satu-satunya

lembaga pemerintah pelaksana kekuasaan negara yang mempunyai tugas

dan wewenang di bidang penuntutan dalam penegakan hukum dan

keadilan di lingkungan peradilan umum. Yang dimaksud dengan

Kejaksaan adalah satu dan tidak terpisahkan merupakan satu landasan

dalam pelaksanaan tugas dan wewenang di bidang penuntutan sehingga

dapat menampilkan ciri khas yang menyatu dalam tata pikir, tata laku, dan

12Media Informasi dan Hukum, 22 Juli 2003, Cakrawala Edisi Khusus UlangTahunKejaksaan, Media Hukum Vol 2 No. 1 Jakarta: Kejaksaan Republik Indonesia, 56-57.

Page 35: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

24

tata kerja kejaksaan. Oleh karena itu kegiatan penuntutan di pengadilan

oleh kejaksaan tidak akan berhenti hanya karena jaksa yang semula

bertugas berhalangan. Tugas penuntutan oleh kejaksaan akan tetap

berlangsung sekalipun dilakukan oleh jaksa lainnya sebagai pengganti.

1. Kedudukan Jaksa

a. Kejaksaan Republik Indonesia, selanjutnya dalam undang-undang ini

disebut kejaksaan, adalah lembaga pemerintahan yang melaksanakan

kekuasaan negera di bidang penuntutan.

b. Kejaksaan adalah satu dan tidak terpisah-pisahkan dalam melakukan

penuntutan (Pasal 2).

2. Wewenang Jaksa

a. Jaksa adalah Pejabat Fungsional yang diangkat dan diberhentikan oleh

Jaksa Agung.

b. Dalam melakukan penuntutan jaksa bertindak untuk dan atas nama

negara serta bertanggung jawab menurut saluran hierarki.

c. Demi keadilan dan kebenaran berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa,

jaksa melakukan penuntutan dengan keyakinan berdasarkan alat bukti

yang sah.

d. Dalam melaksanakan tugas dan wewenang, jaksa senantiasa bertindak

berdasarkan hukum dan mengindahkan norma-norma keagamaan,

kesopanan, dan kesusilaan serta wajib menggali nilai-nilai

kemanusiaan, hukum, dan keadilan yang hidup dalam masyarakat

(Pasal 8). Jabatan jaksa sebagai fungsional, terkait dengan fungsi yang

Page 36: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

25

secara khusus dijalankan oleh jaksa dalam bidang penuntutan sehingga

memungkinkan organisasi kejaksaan menjalankan tugas pokoknya.

Sebagaimana badan negara yang menjalankan fungsi

penegakan hukum, Kejaksaan dalam melaksanakan fungsinya tersebut

membutuhkan, kemandirian dan independensi bersifat tidak memihak,

tanpa membeda-bedakan asal-usul, kewarganegaraan, agama atau

etnik, dan mempunyai posisi sentral dalam penegakan hukum, karena

pertama sebagai penyandang azas dominus litis institusi yang dapat

menyatakan seseorang menjadi terdakwa, kedua sebagai executive

abmtenaar pelaksana keputusan Pengadilan yang telah mempunyai

kekuatan hukum tetap, ketiga hanya Jaksa Agung yang dapat

mengesampingkan perkara demi kepentingan umum berdasarkan azas

oportunitis dan keempat sebagai pengacara negara kesatuannya itu

sulit terwujud jika secara struktural Kejaksaan Republik Indonesia

masih berada di bawah presiden masuk lingkup eksekutif.13 Dari sudut

ketatanegaraan Jaksa Agung merupakan tangan kanan dari

pemerintahan pusat dan perdana menteri, dan bertanggung jawab

kepada mereka dan parlemen. Di bawah Undang-Undang No. 15

Tahun 1961, kedudukan kejaksaan ditegaskan kembali dan menjadi

departemen tersendiri yang setingkat dengan menteri. Dari uraian di

atas jaksa dalam ketatanegaraan disebut sebagai Pengacara negara.

Kejaksaan merupakan bagian dari kekuasaan eksekutif di bawah

13Media Informasi dan Hukum, 22 Juli 2004, Edisi Khusus Ulang Tahun Kejaksaan.MediaHukum Vol. 2 No. 10. Jakarta: Kejaksaan Republik Indonesia, hal 58-59

Page 37: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

26

presiden sehingga struktur lembaga kejaksaan itu sendiri sebagaimana

layaknya sebuah organisasi harus memiliki pengawas baik itu internal

maupun eksternal. Aparatur pengawasan membutuhkan instrumen di

dalam melaksanakan fungsi pengawasan. Aparatur kejaksaan seperti yang

disebutkan pada Pasal 9 ayat (1) huruf “h” (untuk jaksa) dan Pasal 29 ayat

(1), ayat (2) UU No. 16 tahun 2004 tentang kejaksaan RI, bahwa aparatur

kejaksaan yang terdiri dari jaksa dan Tata Usaha adalah Pegawai Negeri

Sipil (PNS) sehingga terikat oleh peraturan pemerintah No. 53 tahun 2010

tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Secara umum PP No. 53 tahun

2010 tentang digunakan sebagai instrumen untuk melakukan pengawasan

PNS di lingkungan Kejaksaan. Adapun secara khusus terkait dengan

jabatan fungsional Jaksa ada Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 2008

tentang Tata Cara Pemberhentian dengan Hormat, pemberhentian tidak

dengan Hormat, dan Pemberhentian Sementara, Serta Hak Jabatan

Fungsional Jaksa Yang Terkena Pemberhentian. Di dalam lingkungan

internal kejaksaan ada pula instrumen yang dibuat untuk melakukan

pengawasan aparatur kejaksaan, yang terbaru yaitu Peraturan Jaksa Agung

Nomor : PER-022/A/JA/03/2011 tentang Penyelenggaraan Pengawasan

Kejaksaan RI.

Page 38: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

27

BAB III

PROFIL KOMISI KEJAKSAAN DAN PENGADILAN TINGGI JAKARTA

A. Komisi Kejaksaan

1. Kedudukan komisi kejaksaan dalam sistem ketatanegaraan Indonesia

Untuk lebih memantapkan kedudukan dan peranan kejaksaan RI

sebagai “badan negara” yang terpisah dari lembaga eksekutif, ditunjuk

seorang Jaksa Agung yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden

berdasarkan persetujuan DPR. Kejaksaan RI bertanggung jawab kepada

publik secara transparan, dan konsekuensinya lembaga ini harus

melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan secara bebas dan

lepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah (eksekutif) dan kekuasaan

lainnya, walau perlu juga dibentuk Komisi Kejaksaan yang mengawasi

untuk menghindari penyalahgunaan kewenangan. Komisi ini bertugas

membantu Presiden untuk memberdayakan Kejaksaan RI dan memberikan

pertimbangan kepada Presiden dalam hal pengangkatan dan

pemberhentian Jaksa Agung dan Jajaran eselon satu di bawahnya.1

Sejak tanggal 22 juli 1960 yaitu ketika Presiden Sukarno

mengeluarkan Keputusan Presiden No. 204 Tahun 1960 yang secara tegas

memisahkan Kejaksaan dari Kementerian Kehakiman dan Mahkamah

Agung, dan menjadikannya sebagai suatu institusi yang berdiri sendiri dan

merupakan bagian langsung dari kabinet. Inilah landasan hukum pertama

1 Marwan Effendy,Kejaksaan RI: Posisi dan Fungsinya Dari Perspektif Hukum,(Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama,Anggota IKAPI,2005), h.142.

Page 39: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

28

yang menempatkan Kejaksaan sepenuhnya sebagai bagian dari ranah

kekuasaan Eksekutif.2 Namun beberapa pendapat sarjana hukum bahwa

kejaksaan di bawah kabinet pemerintah menyebabkan independensi

lembaga Kejaksaan dipertanyakan. Salah satunya adalah Prof. Dr. Jur.

Andi Hamzah, SH.

Dari tahun 1945-1959, memang disebut Jaksa Agung pada

Mahkamah Agung. Sayang dalam amandemen UUD, kurang diperhatikan

faktor sejarah ini, sehingga Jaksa Agung menjadi “pembantu” presiden.

Undang-undang tentang kejaksaan No. 5 tahun 1991 menyebutkan bahwa

kejaksaan (Jaksa Agung) adalah alat Pemerintah (yang kemudian

diperkuat di dalam Undang-undang No.16 tahun 2004 tentang Kejaksaan

di dalam Konsideran dan pada Pasal 2 ayat (1) menyatakan Kejaksaan

Republik Indonesia yang selanjutnya dalam Undang-undang ini disebut

kejaksaan adalah lembaga pemerintah yang melaksanakan kekuasaan

negara di bidang penuntutan serta kewenangan lain berdasarkan undang-

undang). Jadi, mundur dari semula “Kejaksaan adalah alat negara penegak

hukum”. Dengan demikian Jaksa Agung menjadi tidak independen,

sehingga sulit diharapkan penegakan hukum yang independen terbatas dari

pengaruh politik.

Pendapat lain mengenai independensi kejaksaan disampaikan oleh

Mappi (masyarakat pemantauan peradilan indonesia) dalam sebuah

publikasi opini bahwa Kejaksaan saat ini masih berada di bawah bayang-

2 Yusril Ihza Mahendra “Kedudukan Kejaksaan Dan Posisi Jaksa Agung Dalam SistemPresidensial Di Bawah UUD 1945” (makalah di http://yusril.Ihzamahendra.com/ diakses padatanggal 3 november 2014

Page 40: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

29

bayang kekuasaan eksekutif, sehingga nampak sulit bagi Jaksa, khususnya

Jaksa Agung untuk mandiri. Kenyataan tersebut tidak dapat dipungkiri,

karena Pasal 2 ayat 1 Undang-undang No.16 Tahun 2004 tentang

Kejaksaan Republik Indonesia menyatakan bahwa Kejaksaan adalah

lembaga pemerintah yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang

penuntutan. Beberapa kejadian telah membuktikan bahwa dengan

Kejaksaan tidak mandiri sangatlah berpengaruh kepada proses penegakan

hukum itu sendiri dan akhirnya betul-betul tergantung pada itikad politik

pemerintah, dalam hal ini Presiden.3 Khusus untuk lembaga Kejaksaan di

dalam Undang-undang No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan bahwa

dimungkinkan adanya lembaga pengawas eksternal berdasarkan Pasal 38

disebutkan bahwa untuk meningkatkan kualitas kinerja Kejaksaan maka

Presiden dapat membentuk sebuah komisi yang susunan dan

kewenangannya diatur oleh Presiden. Keberadaan komisi ini merupakan

tuntutan publik untuk mendorong penegakan hukum oleh Kejaksaan lebih

efektif, pemerintah dan DPR sepakat membahas mengenai pembentukan

sebuah komisi.

Amanah Perpres No. 18 tahun 2010 tentang Komisi Kejaksaan

Republik Indonesia mengisyaratkan dibentuknya Komisi Kejaksaan

Republik Indonesia adalah dalam rangka upaya meningkatkan kinerja

Kejaksaan, amanah tersebut dijabarkan oleh Komisi Kejaksaan Republik

Indonesia dalam misinya yang berbunyi: Mewujudkan Kejaksaan yang

3Asep Rahmat Fajar, S.H. Wajah Lembaga Peradilan Inonesia: Kenyataan Dan Harapan.H.5.

Page 41: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

30

Lebih Baik.

Lahirnya Perpres No. 28 Tahun 2010 sebagai implementasi UU

No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia tentu tidak

muncul begitu saja, tetapi didasari oleh kondisi yang nyata terutama

kinerja Kejaksaan yang dipandang (Publik/Masyarakat) belum lagi

memadai terutama dalam pemberantasan korupsi di Indonesia. Masalah

perilaku para Jaksa dan Pegawai Tata Usaha yang terjaring melakukan

perbuatan tercela masalah profesionalisasi para Jaksa dalam melaksanakan

tugas penegakan hukum, juga menjadi dasar penilaian publik/masyarakat

terhadap Kejaksaan.

Komisi Kejaksaan Republik Indonesia dengan peran utama sebagai

lembaga yang bertugas mengawasi perilaku maupun “kinerja” para Jaksa

dan Pegawai Tata Usaha sekaligus juga berperan mencermati proses

penegakan “disiplin” para Jaksa dan Pegawai Tata Usaha, disamping

Kewenangan memberikan reward kepada para Jaksa dan Pegawai Tata

Usaha yang berprestasi. Peran lain yang cukup penting dari Komisi

Kejaksaan Republik Indonesia adalah memberikan penilaian terhadap

Organisasi dan Tata Laksana, Saran dan Prasarana, Sumber Daya Manusia

dan Keuangan.

Dari Uraian diatas tergambar sebuah ruang lingkup tugas yang luas,

strategis dengan tujuan terwujudnya Kejaksaan yang lebih baik di masa

datang.

Pilar penyanggah sebuah organisasi (seperti Kejaksaan) antara lain

Page 42: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

31

adalah : Sumber Daya Manusia (personail) yang dalam hal ini adalah para

Jaksa dan Pegawai Tata Usaha, yang secara fungsional berarti semua

pegawai Kejaksaan yang berstatus Jaksa/Jaksa Penuntut Umum; secara

struktural adalah semua pemangku jabatan mulai dari esselon IV sampai

dengan esselon I.

Pilar kedua adalah Tata Laksana Organisasi, aturan-aturan baik

tentang kepegawaian, keuangan, maupun aturan-aturan yang mengatur

tentang masalah teknis operasional, sedangkan pilar ketiga adalah sarana

prasarana dan keuangan.

Komisi Kejaksaan Republik Indonesia pada rapat Kerja (Rakornas)

tahun 2011 ini dalam posisi sebagai mitra dari pengawasan internal

menyampaikan tulisan ini sebagai bagian tanggung jawab Komisi

Kejaksaan Republik Indonesia terhadap amanah Undang-undang yang

menjadi dasar keberadaan Komisi Kejaksaan Republik Indonesia.

2. Visi, Misi Strategis serta Kode Etik Komisi Kejaksaan Republik

Indonesia

Komisi Kejaksaan Republik Indonesia sebagai sebuah lembaga

independen memandang amat perlu membuat Visi, Misi, Strategis serta

Kode Etik sebagai kompas yang akan menentukan arah serta kebijakan

Komisi Kejaksaan Republik Indonesia dalam bekerja, dari membaca serta

menerjemahkan visi, misi, strategis serta kode etik Komisi Kejaksaan

Republik Indonesia tersebut para Jaksa dan Pegawai Tata Usaha

Kejaksaan akan dapat memahami gerak langkah Komisi Kejaksaan

Page 43: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

32

Republik Indonesia yang di semangati dengan motto Komisi Kejaksaan

Republik Indonesia adalah mitra strategis dari Kejaksaan yang secara

eskplisit dapat dibaca mitra strategis dan pengawasan internal Kejaksaan

yang dalam hal ini adalah Jaksa Agung Muda Pengawasaan.

Visi : Komisi Kejaksaan yang mandiri dan terpercaya

Misi : Mewujudkan Kejaksaan yang lebih baik

Strategi : Menggerakkan partisipasi masyarakat dan komponen lain,

membangun kemitraan strategis berlandaskan kemandirian

untuk mewujudkan Kejaksaan yang lebih baik

Kode Etik : Santun, Profesional, Efektifitas, dan Kebersamaan

Visi Komisi Kejaksaan yang mandiri dan terpercaya.

Mandiri artinya terbebas dari pengaruh manapun.

Terpercaya artinya semua gerak langkah tugasnya yang konsisten dan

konsekuen untuk semua pihak.

Misi mewujudkan Kejaksaan yang lebih baik merupakan sebuah misi yang

tulus dari Komisi Kejaksaan Republik Indonesia dalam upaya bersama-

sama dengan seluruh insan Adyaksa Kejaksaan untuk memacu

“perubahan” kedepan sehingga dalam kurun waktu yang pasti Kejaksaan

yang kita cita-citakan, yang diharapkan oleh publik/masyarakat dapat

terwujud.

Strategis, Komisi Kejaksaan Republik Indonesia menyadari bahwa tugas

yang diemban sangat berat dan luas dalam wilayah dari hampir 600 Satker

Kejaksaan Republik Indonesia (Kejati, Kejari, Cabjari) yang tersebar di

Page 44: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

33

seluruh nusantara, dengan 9 orang Komisioner mustahil tugas tersebut

dapat dilaksanakan oleh karena itu, strategi Komisi Kejaksaan Republik

Indonesia adalah memberdayakan partisipasi/keikutsertaan masyarakat

untuk berperan sebagai mata dan telinga Komisi Kejaksaan Republik

Indonesia sebagai Konsultan/Ahli dan lain sebagainya.

Kode Etik, secara internal para Komisioner dalam bekerja juga memiliki

acuan yang jelas, tegas dan gamblang yang di dalamnya tersirat makna

bahwa Komisi Kejaksaan Republik Indonesia juga memahami arti

Independensi Profesionalisme dan etika yang harus dijaga dalam

pelaksanaan tugas.

3. Tugas dan Wewenang

a. Tugas Komisi Kejaksaan4

1) Melakukan pengawasan, pemantauan, dan penilaian terhadap

kinerja jaksa dan pegawai Kejaksaan dalam melaksanakan tugas

kedinasannya;

2) Melakukan pengawasan, pemantauan, dan penilaian terhadap sikap

dan perilaku Jaksa dan pegawai Kejaksaan baik di dalam maupun

di luar tugas kedinasan;

3) Melakukan pemantauan dan penilaian atas kondisi organisasi,

kelengkapan sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia di

lingkungan Kejaksaan;

4) Menyampaikan masukan kepada Jaksa Agung atas hasil

4http://www.komisi-kejaksaan.go.id/tugas-dan-wewenang# di akses hari minggu 8desember 2014.

Page 45: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

34

pengawasan, pemantauan, dan penilaian sebagaimana tersebut

huruf a, huruf b, dan huruf c utnuk ditindaklanjuti.

b. Wewenang Komisi Kejaksaan

1) Menerima laporan masyarakat tentang perilaku Jaksa dan pegawai

Kejaksaan dalam melaksanakan tugas baik di dalam maupun di

luar kedinasan

2) Meminta informasi dari badan pemerintah, organisasi, atau anggota

masyarakat berkaitan dengan kondisi dan kinerja di lingkungan

Kejaksaan atas dugaan pelanggaran peraturan kedinasan Kejaksaan

maupun berkaitan dengan perilaku Jaksa dan pegawai Kejaksaan di

dalam atau di luar kedinasan

3) Memanggil dan meminta keterangan kepada Jaksa dan pegawai

Kejaksaan sehubungan dengan perilaku dan/atau dugaan

pelanggaran peraturan kedinasan Kejaksaan

4. Keanggotaan Komisi Kejaksaan RI

Dalam Pasal 15 Perpres No. 18 Tahun 2011 Keanggotaan Komisi

Kejaksaan terdiri dari:

a. Unsur masyarakat sebanyak 6 (enam) orang, terdiri dari

praktisi/akademisi hukum, tokoh masyarakat, dan/atau pakar tentang

Kejaksaan.

b. Yang mewakili pemerintah sebanyak 3 (tiga) orang, yaitu 2

keanggotaan dari unsur pemerintah sebagaimana di maksud pada ayat

1 huruf b dapat berasal dari kalangan dalam maupun luar aparatur

Page 46: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

35

pemerintah.

5. Landasan Hukum Komisi Kejaksaan

a. Pasal 38 Undang-undang No.16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan R.I.

b. Peraturan Presiden No. 18 Tahun 2011 tentang Komisi Kejaksaan.

c. Peratuan Jaksa Agung No. PER-071/A/JR/08/2006 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Sekretariat.

d. Nota Kesepahaman antara Jaksa Agung dengan Ketua Komisi

Kejaksaan No. KEP-099/A/JA/05/2011 tentang Mekanisme Kerja

Antara Kejaksaan dengan Komisi Kejaksaan dalam Pelaksanaan.

B. Pengadilan Tinggi Jakarta

1. Kedudukan Pengadilan Tinggi Jakarta

Pengadilan Tinggi (biasa disingkat: PT) merupakan sebuah

lembaga peradilan di lingkungan Peradilan Umum yang berkedudukan di

ibu kota Provinsi sebagai Pengadilan Tingkat Banding terhadap perkara-

perkara yang diputus oleh Pengadilan Negeri. Pengadilan Tinggi juga

merupakan Pengadilan tingkat pertama dan terakhir mengenai sengketa

kewenangan mengadili antar Pengadilan Negeri di daerah hukumnya.

Susunan Pengadilan Tinggi dibentuk berdasarkan Undang-Undang

dengan daerah hukum meliputi wilayah Provinsi. Pengadilan Tinggi

terdiri atas Pimpinan (seorang Ketua PT dan seorang Wakil Ketua PT),

Hakim Anggota, Panitera, dan Sekretaris.5

Kantor Pengadilan Tinggi Jakarta yang terletak di Jalan Letjen.

5http://id.wikipedia.org/wiki/Pengadilan_Tinggi diakses pada tanggal 2 Maret 2015

Page 47: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

36

Suprapto Cempaka Putih Jakarta Pusat diresmikan pada tanggal 26

Pebruari 1983 oleh Menteri Kehakiman RI. Kantor Pengadilan Tinggi

Jakarta terdiri dari 2 unit gedung yaitu gedung depan 2 lantai dan gedung

belakang 6 lantai, seluas 4.679,5 m2 yang berdiri di atas tanah seluas

3.845 m2 dengan status Hak Pakai atas nama Direktorat Jenderal Badan

Peradilan Umum berdasarkan Keputusan Gubernur DKI Jakarta tanggal

28 April 1980 Nomor 227/27/I/HP/P/1980.6

Pada tahun 2012, jumlah pegawai berdasarkan jabatan dan

golongan di Pengadilan Tinggi Jakarta sebanyak 111 (seratus sebelas)

orang dengan rincian sebagai berikut :

Ketua/Wakil Ketua : 2 orang

Hakim Tinggi : 22 orang

Hakim Ad Hoc : 4 orang

Pansek/Wapan/Wasek : 3 orang

Panmud/Kasub : 7 orang

Panitera Pengganti : 38 orang

Staf : 35 orang

Wilayah hukum Pengadilan Tinggi Jakarta pada awal

terbentuknya hanya membawahi 3 (tiga) Pengadilan Tingkat pertama

yaitu:

a. Pengadilan Negeri Jakarta Pusat

b. Pengadilan Negeri Jakarta Timur dan Utara

6http://www.pt-jakarta.go.id/situs2/diakses pada tanggal 2 Maret 2015

Page 48: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

37

c. Pengadilan Negeri Jakarta Barat dan Selatan

Dengan adanya pemekaran wilayah dan meningkatnya volume

perkara, maka dengan Keputusan Menteri Kehakiman Nomor: JB.1/1/3

tanggal 23 Maret 1978, 3 (tiga) Pengadilan Negeri tersebut dipecah

menjadi 5 (lima) Pengadilan Tingkat Pertama yaitu:

a. Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

b. Pengadilan Negeri Jakarta Timur.

c. Pengadilan Negeri Jakarta Utara.

d. Pengadilan Negeri Jakarta Barat.

e. Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

2 Tugas pokok Pengadilan Tinggi sebagaimana yang telah

diamanatkan dalam Pasal 51 dan Pasal 52 Undang-Undang No. 2 tahun

1986 Jo. Undang-Undang No. 8 Tahun 2004 Jo. Undang-Undang No. 48

Tahun 2009, antara lain :

a. Pengadilan Tinggi bertugas dan berwenang mengadili perkara pidana

dan perkara perdata di tingkat banding;

b. Pengadilan Tinggi bertugas dan berwenang mengadili di tingkat

pertama dan terakhir mengenai sengketa kewenangan mengadili antar

Pengadilan Negeri didaerah hukumnya;

c. Pengadilan Tinggi dapat memberikan keterangan, pertimbangan dan

nasihat tentang hukum kepada instansi Pemerintah didaerahnya,

apabila diminta;

d. Selain tugas dan kewenangan tersebut, Pengadilan Tinggi dapat

Page 49: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

38

diserahi tugas dan kewenangan lain oleh atau berdasarkan undang-

undang;

e. Melakukan pengawasan terhadap jalannya peradilan tingkat pertama.

Pengadilan Tinggi Jakarta dalam menjalankan tugas dan

fungsinya dituangkan dalam dokumen Rencana Strategis (Renstra)

Pengadilan Tinggi Jakarta, dalam hal ini Renstra tahun 2010-2014.

a. Renstra Pengadilan Tinggi Jakarta merupakan pelaksanaan misi dalam

mewujudkan visinya secara bertahap. Rencana yang sedang

dilaksanakan Pengadilan Tinggi Jakarta pada saat ini adalah

menyesuaikan dengan Rencana Mahkamah Agung tahun 2010-2014.

b. Renstra sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan Pengadilan Tinggi

Jakarta lima tahun ke depan, rencana strategis ini dijabarkan ke dalam

program-program yang kemudian diuraikan ke dalam rencana

tindakan (action plan). Rencana strategis ini diharapkan didukung oleh

anggaran yang memadai, dilaksanakan oleh sumber daya manusia

yang kompeten, ditunjang oleh sarana dan prasarana serta

memperhitungkan perkembangan lingkungan Pengadilan Tinggi

Jakarta,baik lingkungan internal maupun eksternal.

c. Pengadilan Tinggi Jakarta sebagai bagian dari unit organisasi

Mahkamah Agung dalam menjalankan tugas dan fungsi atau

kegiatannya tersebut adalah untuk mendukung tercapainya visi dan

misi Mahkamah Agung yaitu terwujudnya Badan Peradilan Indonesia

yang agung.

Page 50: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

39

2. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis

a. Visi

Visi merupakan gambaran yang menantang tentang keadaan

masa depan yang diinginkan untuk mewujudkan tercapainya Tugas

Pokok dan Fungsi Pengadilan Tinggi Jakarta. Visi Pengadilan Tinggi

Jakarta mengacu pada Visi Mahkamah Agung RI, yaitu

:“MEWUJUDKAN PENGADILAN TINGGI JAKARTA YANG

AGUNG”

b. Misi

Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan

sesuai visi yang telah ditetapkan agar tujuan organisasi dapat

terlaksana dan terwujud dengan baik.

Misi Pengadilan Tinggi Jakarta adalah sebagai berikut :

1) Mewujudkan peradilan yang sederhana, cepat, biaya ringan dan

transparan.

2) Meningkatkan kualitas Sumber Daya Aparatur Peradilan dalam

rangka peningkatan pelayanan pada masyarakat.

3) Melaksanakan pengawasan dan pembinaan yang efektif dan

efisien.

4) Melaksanakan tertib administrasi dan manajemen peradilan secara

efektif dan efisien.

5) Mengupayakan tersedianya sarana dan prasarana peradilan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku.

Page 51: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

40

6) Peningkatan kualitas sumber daya manusia.

7) Peningkatan penyediaan sarana dan prasarana.

c. Tujuan

Tujuan adalah sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan

dalam jangka waktu satu sampai dengan lima tahun. Penetapan tujuan

disesuaikan dengan pernyataan visi dan misi Pengadilan Tinggi

Jakarta.

Tujuan yang hendak dicapai oleh Pengadilan Tinggi Jakarta

adalah sebagai berikut :

1) Peningkatan penyelesaian pekara;

2) Terpenuhinya kebutuhan dan kepuasan pencari keadilan;

3) Peningkatan pengelolaan penyelesaian perkara;

4) Peningkatan aksesibiltas masyarakat terhadap peradilan (acces to

justice);

5) Peningkatan kualitas pengawasan;

6) Peningkatan kualitas sumber daya manusia;

7) Peningkatan penyediaan sarana dan prasarana;

d. Sasaran Strategis

Sasaran adalah penjabaran dari tujuan secara terukur, yaitu

sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu lima

tahun kedepan dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014.

Sasaran strategis yang hendak dicapai Pengadilan Tinggi

Jakarta adalah sebagaiberikut :

Page 52: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

41

1) Penyelesaian perkara.

2) Aksesibilitas putusan hakim.

3) Efektifitas pengelolaan penyelesaian perkara.

4) Aksesibilitas masyarakat terhadap peradilan (acces to justice).

5) Kepatuhan terhadap putusan pengadilan.

6) Pengawasan yang berkualitas.

7) Sumber Daya Manusia yang berkualitas

8) Penyediaan sarana dan prasana

3. Fungsi Tugas Dan Yurisdisi

Pengadilan Tinggi sebagai salah satu pelaksana kekuasaan

kehakiman di lingkungan peradilan umum mempunyai tugas dan

kewenangan sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang RI Nomor 2

Tahun 1986 tentang Peradilan Umum, yang telah diubah dengan Undang-

undang RI Nomor 8 Tahun 2004, dan yang kedua dengan Undang-undang

RI Nomor 49 Tahun 2009, di mana dalam pasal 51 dinyatakan bahwa :

a. Pengadilan Tinggi bertugas dan berwenang mengadili perkara pidana

dan perkara perdata di Tingkat Banding.

b. Pengadilan Tinggi juga bertugas dan berwenang mengadili di Tingkat

Pertama dan terakhir sengketa kewenangan mengadili antar Pengadilan

Negeri di daerah hukumnya.

Disamping tugas dan kewenangan sebagaimana tersebut di atas,

Pengadilan Tinggi juga dapat memberikan keterangan, pertimbangan, dan

nasehat tentang hukum kepada instansi pemerintah di daerahnya apabila

Page 53: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

42

diminta (pasal 52 ayat 1 UU RI No. 2 Tahun 1986). Selain tugas dan

kewenangan di atas, Pengadilan Tinggi juga diserahi tugas dan

kewenangan lain oleh atau berdasarkan undang-undang (Pasal 52 ayat 2

UU RI No. 2 Tahun 1986).7

7http://www.pt-jakarta.go.id/situs2/index.php?option=com_content&view=article&id=244&Itemid=285 diakses padatanggal 2 Maret 2015

Page 54: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

43

BAB IV

PENGAWASAN TERHADAP KINERJA JAKSA

OLEH KOMISI KEJAKSAAN

A. Mekanisme dan Prosedur Pengawasan Pegawai Kejaksaan Oleh Komisi

Kejaksaan

Dalam isi Perpres 18 Tahun 2011 tentang Komisi Kejaksaan sebagian

besar kewenangan Komisi Kejaksaan ialah menerima laporan pengaduan dari

masyarakat. Penerimaan laporan pengaduan masyarakat merupakan salah satu

kewenangan Komisi Kejaksaan yang paling populer di tengah masyarakat.1

Sehingga hal tersebut yang menjadi fokus dari komisi kejaksaan yakni

menitikberatkan pemrosesan laporan pengaduan yang diterima dari

masyarakat. Untuk itu bagaimana memproses laporan pengaduan yang

diterima sehingga dapat terpantau proses kelanjutan dari pengaduan apakah

ditindak lanjuti oleh pihak pengawasan internal dari pengadilan tinggi jakarta

itu sendiri dan menjadi tantangan untuk Komisi Kejaksaan menyusun suatu

peraturan di dalam internal Komisi Kejaksaan baagaimana tata cara

penanganan laporan pengaduan oleh masyarakat yang efektif, efisien dan

mendetail dengan dukungan teknologi informasi.

Bagaimana Komisi Kejaksaan mengatur mekanisme dan prosedur

pengawasan pegawai kejaksaan oleh Komisi Kejaksaan di pengadilan tinggi

jakarta. Mekanisme pengawasan tertuang dalam peraturan internal yang dibuat

Komisi Kejaksaan sebagai acuan dan panduan bagi Komisioner dan sekretariat

1 Laporan Akhir Tahun 2011 Komisi Kejaksaan, h.2.

Page 55: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

44

dalam melaksanakan tugas Komisi Kejaksaan dengan membuat beberapa

peraturan di dalam internal Komisi Kejaksaan diantaranya:

1. Peraturan Komisi Kejaksaan Republik Indonesia Nomor: PER-

01/KK/04/2012 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Komisi Kejaksaan.

2. Peraturan Komisi Kejaksaan Republik Indonesia Nomor: PER-

02/KK/04/2012 Tentang Kelompok Kerja Komisi Kejaksaan.

3. Peraturan Komisi Kejaksaan Republik Indonesia Nomor: PER-

03/KK/04/2012 Tentang Penyelenggaraan Rapat Dan Pengambilan

Keputusan.

4. Peraturan Komisi Kejaksaan Republik Indonesia Nomor: PER-

04/KK/04/2012 Tentang Hubungan Kelembagaan Dan Masyarakat.

5. Peraturan Komisi Kejaksaan Republik Indonesia Nomor: PER-

05/KK/04/2012 Tentang Tata Cara Penanganan Laporan Pengaduan

Masyarakat.

Laporan pengaduan yang diterima Komisi Kejaksaan berasal dari

berbagai pihak baik itu masyarakat yang terlibat secara langsung maupun tidak

langsung dengan Jaksa/ Pegawai Kejaksaan ketika sedang melaksanakan tugas

kedinasan maupun diluar tugas kedinasan bahkan menerima laporan

pengaduan dari pihak internal dalam hal ini laporan dari Jaksa/Pegawai

Kejaksaan yang melaporkan rekan sesama Jaksa/Pegawai Kejaksaan.

Komisi Kejaksaan menerima laporan pengaduan melalui beberapa

sumber. Baik itu pelapor membawa secara langsung ke kantor Komisi

Kejaksaan atau mengirimkan berkas laporan pengaduan baik itu melalui jasa

Page 56: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

45

Pos atau PO Box atau pengaduan melalui surat elektronik (email) di alamat

[email protected].

Laporan pengaduan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia

oleh pelapor atau kuasanya dengan memuat:

1. Identitas pelapor yang lengkap; Nama, Alamat, Pekerjaan, No. Telp

disertai dengan Fotokopi KTP pelapor. Jika pelapor bertindak selaku

kuasa, disertai dengan surat kuasa;

2. Identitas terlapor (Jaksa/Pegawai Kejaksaan) secara jelas; Nama, Jabatan,

NIP, Alamat lengkap Unit Kerja Terlapor;

3. Uraian mengenai hal yang menjadi dasar laporan pengaduan. Alasan

pengaduan diuraikan secara jelas dan rinci disertai alat bukti yang

diperlukan berupa surat-surat bukti, saksi dan lain-lain;

4. Laporan pengaduan ditandatangani oleh pelapor/kuasanya;

5. Dan dikirmkan ke alamat Komisi Kejaksaan RI.

Untuk pengaduan melalui email maka dilengkapi dengan

KTP/Indentitas diri Pelapor/ kuasanya dan surat kuasa (jika pelapor bertindak

selaku kuasa) yang telah discan dalam bentuk soft copy (file).

Setelah berkas laporan pengaduan diterima berkas akan di regristrasi

pada bagian sekretariat Komisi Kejaksaan yang kemudian akan di serahkan ke

Komisioner untuk di telaah terlebih dahulu sebelum di bawa ke dalam rapat

pleno. Komisioner masaing-masing melakukan telaah administratif dan

substansif atas Laporan Pengaduan dengan dukungan Kelompok Kerja paling

lambat 5(lima) hari sejak diterima dari sekretaris berdasarkan disposisi Ketua,

Page 57: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

46

dalam hal ini tidak memenuhi syarat administrasi, Pelapor atau Kuasa Pelapor

diminta untuk melengkapi dan menyampaikan kepada Komisi Kejaksaan,

maka Laporan Pengaduan diregister sebagai kategori Informasi.

Hasil telaah yang sudah lengkap kemudian disampaikan dalam rapat

pleno, di dalam rapat pleno kemudian akan dibahas oleh seluruh komisioner.

Hasil dari rapat pleno berupa:

1. Rekomendasi Tindak Lanjut (untuk dilakukan inspeksi kasus atau

pemeriksaan);

2. Rekomendasi Klarifikasi;

3. Diteruskan pada instansi data kepada Pelapor;

4. Dimintakan kelengkapan data kepada Pelapor;

5. Diinformasikan kepada Pelapor;

6. Diarsipkan.

Kemudian rekomendasi akan diserahkan kepada pihak pengawas

internal, kemudian secara periodik akan dipantau oleh Komisi Kejaksaan

untuk mengetahui proses penanganan dan pemeriksaan, serta bagaimana

tindak lanjut pengaduan dan rekomendasi yang diberikan.

Keseluruhan hasil pemantauan akan disusun dalam berkas laporan

pemantauan. Laporan tersebut akan kembali ditelaah oleh Komisioner guna

mengetahui apakah ada bukti atau informasi baru yang belum dan perlu

diklarifikasi lebih lanjut. Hasil atas telaah pemantauan digunakan untuk

mengetahui apakah ada pemeriksaan yang tidak dikoordinasikan dengan

Komisi Kejaksaan, dan atau untuk mengetahui apakah pihak pengawasan

Page 58: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

47

internal bersungguh-sungguh melakukan pemeriksaan. Serta untuk

mengetahui apakah rekomendasi dilaksanakan pengawas internal.

Dalam hal pemeriksaan ulang atau pemeriksaan tambahan dan

pengambilalihan pemeriksaan hal tersebut dapat dilakukan apabila ada bukti

atau informasi baru yang dalam pemeriksaan sebelumnya belum diklarifikasi

dan/atau memerlukan klarifikasi lebih lanjut dan apabila pemeriksaan oleh

aparat pengawas internal Kejaksaan tidak dikoordinasikan sebelumnya dengan

Komisi Kejaksaan. Pengambilalihan pemeriksaan sebagaimana dimaksud

dalam pasal 4 huruf e Perpres 18 Tahun 2011 tentang Komisi Kejaksaan dapat

dilakukan apabila pemeriksaan oleh aparat pengawas internal Kejaksaan tidak

menunjukkan kesungguhan atau belum menunjukkan hasil nyata dalam waktu

3 (tiga) bulan sejak laporan masyarakat atau laporan Komisi Kejaksaan

diserahkan ke aparat pengawas internal Kejaksaan; diduga terjadi kolusi dalam

pemeriksaan oleh aparat pengawas internal Kejaksaan. Dalam melakukan

pemeriksaan ulang atau pemeriksaan tambahan dan pengambilanalihan

pemeriksaan Komisi Kejaksaan memberitahukan kepada Jaksa Agung.

Tidak terlibat perubahan secara mendasar mengenai Tugas Komisi

Kejaksaan antara Perpres No.18 tahun 2005 tentang Komisi Kejaksaan dengan

Perpres 18 Tahun 2011 tentang Komisi Kejaksaan, pada Perpres No.18 tahun

2011 dibedakan antara pengawasan terhadap kinerja, sikap, dan perliaku di

dalam melaksanakan tugas dan kewenangnya dengan perilaku di luar tugas

kedinasannya dengan tambahan selain mendasarkan pengawasan, pemantauan

pada peraturan perundang-undangan yang berlaku juga berdasarkan kode etik

yang ada.

Page 59: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

48

Sedangkan tugas menyampaikan masukan kepada Jaksa Agung atas

hasil pengawasan, pemantauan, dan penilaian disebutkan pada pasal yang

terpisah. Jadi, terkesan memberikan masukan kepda Jaksa Agung bukan

menjadi tugas atau kewajiban Komisi Kejaksaan hanya dalam kondisi tertentu

saja Komisi Kejaksaan dapat memberikan masukan kepada Jaksa Agung,

sehingga Komisi Kejasaan tidak lagi leluasa memberikan masukan kepada

Jaksa Agung perihal temuan yang didapat oleh Komisi Kejaksaan.

B. Eksistensi lembaga Komisi Kejaksaan RI dalam menjaga kinerja jaksa di

Pengadilan Tinggi Jakarta

Sebagai langkah awal mendukung pelaksanaan tugas, Komisi

Kejaksaan telah membuat peraturan Internal dan prosedur standar penanganan

laporan pengaduan masyarakat yang berbentuk Peraturan Komisi Kejaksaan

Republik Indonesia Nomor: PER-05/KK/04/2012 Tentang Tata Cara

Penanganan Laporan Pengaduan Masyarakat sebagaimana telah di jelaskan

pada bab sebelumnya.

Komisi Kejaksaan di dalam melaksanakan fungsi pengawasan

menitikberatkan memproses laporan pengaduan dari masyarakat. Sebagaimana

telah di jelaskan pada bab sebelumnya mengenai mekanisme dan prosedur

pengawas, Komisi Kejaksaan telah membuat peraturan internal mengenai hal

tersebut. Laporan pengaduan yang masuk terlebih dahulu baru akan diPleno.

Setelah di pleno, sesuai keputusan pleno rekomendasi diberikan kepada Jaksa

Agung agar aparat pengawas internal menindak lanjuti.

Mengenai rapat pleno yang membahas laporan pengaduan masyarakat,

Page 60: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

49

telah dijadwalkan dalam peraturan internal Peraturan Komisi Kejaksaan

Republik Indonesia Nomor: PER-0/KK/04/2012 Tentang Penyelenggaraan

Rakyat Dan Pengambilan Keputusan dilakukan sekurang-kurangnya satu kali

dalam seminggu.2 Bila melihat tata cara penyelenggaraan dan pengambilan

keputusan dalam peraturan tersebut pada pasal 8 yang berisi:

1. Rapat Pleno diselenggarakan oleh Ketua yang didahului dengan adanya

undangan dari Ketua kepada Anggota Komisioner. Dalam hal Ketua

berhalangan, undangan rapat dapat dilakukan oleh Wakil Ketua atau

Sekretaris Komisi.

2. Rapat Pleno dapat diusulkan oleh Anggota Komisi. Usulan Rapat Pleno

dapat disampaikan baik secara tertulis ataupun lisan di dalam pleno.

3. Rapat Pleno dihadiri oleh diseluruh Anggota Komisi atau sekurang-

kurangnya oleh 5 (lima) Anggota Komisi.

4. Hak suara dalam pengambilan keputusan dalam rapat pleno dimiliki oleh

setiap anggota Komisi yang hadir dalam pleno.

5. Apabila ada anggota Komisi yang tidak dapat hadir dikarenakan satu dan

lain hal dengan alasan yang sah, maka anggota Komisi bersangkutan dapat

menyampaikan pendapatnya secara tertulis untuk dibahas di dalam Rapat

Pleno.

6. Rapat pleno di pimpin oleh Ketua Komisi dalam hal Ketua berhalangan,

rapat dipimpin oleh Wakil Ketua, dan dalam hal Wakil Ketua

berhalanganrapat dipimpin oleh Sekretaris Komisi, dan dalam hal

2 Indonesia Peraturan Komisi Kejaksaan Nomor : PER-03/KK/04/2012 TentangPenyelenggaraan Rapat Dan Pengambilan Keputusan, Pasal 8 Nomor 15.

Page 61: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

50

Sekretaris berhalangan maka rapat dipimpin oleh salah satu Anggota

Komisi yang hadir dalam rapat.

7. Pegambilan keputusan dalam Rapat Pleno dilakukan secara musyawarah

untuk mencapai mufakat.

8. Apabila pengambilan keputusan secara musyawarah untuk mufakat tidak

tercapai, pengambilan keputusan dilakukan dengan suara terbanyak.

9. Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dan ayat (8) adalah sah

apabila rapat dihadiri oleh sekurang-kurangnya 5(lima) orang Anggota

Komisi Kejaksaan.

10. Keputusan Pleno adalah merupakan keputusan lembaga yang bersifat

mengikat anggota Komisi Kejaksaan.

11. Hasil Rapat Pleno disusun dalam bentuk notulen Rapat Pleno.

12. Notulen Rapat Pleno dibuat dan ditandatangani oleh notulis serta diketahui

oleh pimpinan rapat, yang selanjutnya disampaikan kepada sekretaris

Komisi.

13. Notulen Rapat Pleno diberikan kepada Anggota Komisi, baik yang hadir

maupun yang tidak hadir.

14. Keputusan Rapat Pleno mengikat Anggota Komisi, baik yang hadir

maupun yang tidak hadir.

15. Khusus rapat pleno tentang pembahasan lapdu dilaksanakan sekurang-

kurangnya 1 (satu) kali dalam satu minggu.

Page 62: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

51

Berikut kinerja Komisi Kejaksaan berdasarkan 2 tahun belakangan ini

2013-2014 mengenai laporan rekapitulasi data Lapdu/Lapmas wilayah hukum

DKI Jakarta.3

No. WilayahJumlah

Lapdu/Lapmas2013

JumlahLapdu/Lapmas

20141 Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta 30 25

2 Kejaksaan Negeri Pusat 38 31

3 Kejaksaan Negeri Selatan 23 16

4 Kejaksaan Negeri Timur 12 8

5 Kejaksaan Negeri Utara 19 12

6 Kejaksaan Negeri Barat 14 9

Jumlah 136 94

Melihat laporan diatas terjadi penurunan laporan aduan yang terjadi

dalam 2 tahun terakhir. Meskipun penurunan di Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta

tersebut belum signifikan Komisi Kejaksaan tetap menelusuri laporan yang

masuk dengan di bantu lembaga yang sudah bekerja sama dalam melakukan

penilaian terhadap Jaksa. Keikutsertaan masyarakat sangat membantu dalam

pemrosesan pengawasan terhadap kinerja Jaksa dalam persidangan maupun di

luar persidangan yang dilakukan Komisi Kejaksaan.

Eksistensi Komisi Kejaksaan belum secara maksimal dan tidak efektif

jika hanya mempunyai 9 komisioner dengan menangani Kejaksaan yang ada

di Indonesia secara Nasional.

Adapun unsur atau poin dalam menjadi penilaian perilaku Jaksa adalah

33 Hasil wawancara dengan salah seorang kepala Sekretariat Komisi Kejaksaan RI padatanggal 16 Januari di kantor Komisi Kejaksaan

Page 63: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

52

ucapan,sopan santun, etika bersikap, perbuatan dari seorang Jaksa dalam

menjalankan tugas kedinasannya di Pengadilan.

C. Hambatan Komisi Kejaksaan RI dalam pelaksanaan Tugas

Komisi Kejaksaan RI telah merencanakan untuk merencanakan untuk

melakukan pengambilalihan pemeriksaan namun masih terkendala persoalan

teknis pelaksanaan di lapangan sehingga Komisi Kejaksaan belum dapat

menentukan untuk memulai kegiatan mengambil langkah konkrit tersebut.

Ada beberapa masalah yang menyebabkan kinerja Komisi Kejaksaan

belum berjalan secara maksimal, diantaranya adalah:

1. Belum terbentuknya kelompok kerja sesuai Perpres No. 18 tahun 2011

sebagai tenaga ahli yang diharapkan akan membantu kelancaran

pelaksanaan tugas anggota Komisi Kejaksaan serta dapat membuat lebih

tajam dan akuratnya penelaahan terhadap laporan masyarakat yang

diterima Komisi Kejaksaan.

2. Terjadinya masa kekosongan anggota Komisi Kejaksaan RI periode I ke

periode II selama 1 (satu) tahun, sehingga semua kegiatan diambil alih

oleh sekretaris Komisi Kejaksaan RI dan Rencana Anggaran dibuat oleh

sekretariat Komisi berdasarkan kebutuhan normal saja, tanpa melalui

konsultasi anggota Komisi Kejaksaan periode II yang terbentuk

belakangan setelah Rencana Anggaran diserahkan ke Bappenas.

3. Belum maksimalnya dukungan administratif, khususnya dari sumber daya

manusia dengan jumlah yang terbatas, yaitu dari PNS Kejaksaan Agung

yang diperbantukan kepada Komisi Kejaksaan. Pada saat ini sudah terjadi

Page 64: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

53

integrasi dari PNS Kejaksaan Agung ke PNS Menkopolhukam sesuai

amanat dari Perpres No. 18 tahun 2011, namun sumber daya manusia yang

dibutuhkan tetap belum terpenuhi secara lengkap, baik jumlah maupun

kompetensinya.

4. Sangat tingginya ekspektasi atau harapan masyarakat terhadap penegak

hukum untuk membuat bentuk keadilan pada masyarakat belum terwujud

sampai saat ini.

5. Belum digunakannya teknologi informasi secara penuh dalam

menjalankan kegiatan penghimpunan dan penelaahan tugas laporan

masyarakat, sehingga belum terjadi efisiensi kerja dan tenaga.

6. Belum selesainya perangkat Peraturan internal di Komisi Kejaksaan

sebagai pendukung kinerja anggota Komisi.

Untuk mengatasi masalah yang ada Komisi Kejaksaan sudah

melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk mengatasi masalah

tersebut seperti telah selesainya pembuatan peraturan internal guna

mendukung kegiatan kerja komisi kejaksaan.

Pendukung Komisi Kejaksaan seperti sarana, prasarana dan staf

pendukung juga menambah permasalahan yang dihadapi Komisi Kejaksaan.

Masalah jumlah pegawai yang belum memenuhi kondisi ideal dan masalah

kompetensi pegawai sekretariat terutama di bidang pelayanan teknik yang

menangani laporan pengaduan masyarakat seharusnya memikili latar belakang

pendidikan hukum guna menunjang pekerjaan di bidang teknis.

Page 65: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

54

D. Analisis Penulis

Pada dasarnya, kedudukan Komisi Kejaksaan dalam ketatanegaraan

Indonesia sebagai lembaga eksternal dalam pengawasan kinerja Jaksa ini

cukup membantu JamWas selaku pengawasan internal dari Kejaksaan Agung

itu sendiri.

Dalam hal pengawasan yang dilakukan oleh Komisi Kejaksaan dalam

mengawasi Kinerja Jaksa terlihat eksistensinya di Pengadilan tinggi Jakarta.

Namun terlihat dalam 2 tahun terakhir sebagai contoh Laporan aduan dari

masyarakat masih terlihat sedikit penurunan dengan komisioner yang ada di

Komisi Kejaksaan yang hanya berjumlah 9 orang dan dalam pengambilalihan

tindaklanjut dari laporan yang didapat komisi kejaksaan seharusnya bisa di

selesaikan secara langsung oleh Komisi Kejaksaan bukan hanya sekedar

bersifat rekomendasi.

Jika kewenangan Komisi Kejaksaan dalam pengawasan kinerja Jaksa

tidak hanya bersifat rekomendasi atau saran berdasarkan dalam Undang-

Undang Perpres no 18 tahun 2011 dan perkuat lagi maka kinerja Komisi

Kejaksaan semakin terlihat dalam menangani pengawasan kinerja Jaksa sesuai

dengan Standard Operating Procedure (SOP).

Penulis melihat kinerja komisi kejaksaan di pengadilan tinggi jakarta

dalam pengawasan diberlakukan atas pelaksanaannya cenderung kepada

pengawasan internal yang dilakukan oleh aparat pengawas internal. Peran

komisi kejaksaan hanya sampai pada menindaklanjuti laporan serta

memberikan rekomendasi kepada aparat pengawas internal untuk diberikan

Page 66: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

55

jawaban apakah hasil pengawasan, pemantauan, penilaian tersebut ada bukti

atau informasi baru yang belum dan perlu diklarifikasi lebih lanjut. Hasil atas

telaah pemantauan digunakan untuk mengetahui apakah ada pemeriksaan yang

tidak dikoordinasikan dengan Komisi Kejaksaan, dan atau untuk mengetahui

apakah pihak pengawasan internal bersungguh-sungguh melakukan

pemeriksaan. Serta untuk mengetahui apakah rekomendasi dilaksanakan

pengawas internal.

Tanggungjawab untuk melakukan koordinasi yang baik diantara para

pihak terkait tersebut merupakan bagian dari pelaksanaan amanat yang diberikan

oleh rakyat. Sebagai daerah yang mayoritas penduduknya muslim, pelaksanaan

amanat merupakan kewajiban dan perintah agama, sebagaimana termaktub dalam

Al-Quran surat An-nisa ayat 58:

)الّنساء

:٥٨(Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepadayang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukumdi antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allahmemberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allahadalah Maha mendengar lagi Maha melihat. (QS. An-Nisa : 58)

Kesadaran atas tanggung jawab besar Komisi Kejaksaan,aparat

pengawas internal, pengadilan tinggi negeri jakarta selaku pemegang amanat

rakyat daerah DKI Jakarta wajib diperlukan. Maka jika terjadi penyelewengan

maka pihak-pihak tersebut tidak hanya harus bertanggung jawab terhadap

rakyat, tetapi juga terhadap Allah SWT. Dengan demikian, maka diharapkan

Page 67: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

56

keluhan masyarakat terhadap penyimpangan dan penyelewengan yang

dilakukan oleh Jaksa atau pegawai tata usaha yang dianggap masih banyak

terjadi dapat teratasi dan semakin berkurang karena selain mereka taat

terhadap hukum yang berlaku tapi juga takut akan adanya hukum islam bagi

pemeluk agama islam. Sehingga seorang jaksa sedang melaksanakan tugas

dalam pengadilan dan memberikan tuntutan atau menjalankan tugas tersebut

dengan berhati-hati karena menjalankan tugasnya adalah tanggung jawabnya.

Page 68: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

57

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari perumusan masalah yang penulis kemukakan serta

pembahasannya baik yang berdasarkan teori maupun data-data yang penulis

dapatkan selama mengadakan penelitian, maka penulis mengambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Pengawasan Komisi Kejaksaan terhadap kinerja jaksa adalahSebagai

lembaga yang memiliki peran dan tugas dalam mengawasi

kinerjakejaksaan khususnya para jaksa atau pegawai kejaksaan, komisi

kejaksaan memiliki berbagai kendala-kendala seperti halnya komisi

kejaksaan hanya memiliki satu sekretariat yang berkedudukan di ibukota

negara, kemudian keterbatasan anggota yang hanya berjumlah 9

(sembilan) orang. Hal ini akan sangat mempengaruhi kinerja maupun

peran yang dijalankan komisi kejaksaan sebagai lembaga pengawasan,

karena lembaga atau institusi yang diawasi berada di seluruh provinsi di

Indonesia.kurang maksimal dengan adanya anggota komisioner yang

hanya 9 orang dalam peranannya melakukan pengawasan, penilaian, serta

pemantauan di seluruh Kejaksaan secara Nasional se-Indonesia.

2. Adapun eksistensi Komisi Kejaksaan dalam menjaga kinerja jaksa di

pengadilan tinggi Jakarta cukup menunjukkan kinerjanya bahwa terlihat

ada penurunan yang laporan dalam periode 2013-2014 tersebut sebagai

Page 69: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

58

lembaga pengawas eksternal meskipun penurunan ini tidak sesuai dengan

harapan.

3. Ada beberapa pengaruh pengawasan yang dilakukan Komisi Kejaksaan

yaitu: (1) belum terbentuknya kelompok kerja sesuai dengan Perpres No.

18 tahun 2011 sebagai tenaga ahli yang diharapkan akan membantu

kelancaran pelaksanaan tugas komisi kejaksaan serta dapat membuat lebih

tajam dan akuratnya penelaahan terhadap laporan masyarakat yang

diterima komisi kejaksaan. (2) belum maksimalnya dukungan

administratif, khususnya sumber daya manusia dengan jumlah terbatas. (3)

belum selesai perangkat peraturan internal di Komisi Kejaksaan sebagai

pendukung kinerja anggota Komisi.

B. Saran

Berdasarkan simpulan tersebut maka penulis menyarankan kepada

Komisi Kejaksaan untuk: (1) Dalam hal peranan komisi kejaksaan sebagai

lembaga pengawasan kinerjakejaksaan yang mana memiliki fungsi dan peran

yang sama dengan pengawas internal kejaksaan, maka prinsip koordinasi

hendaknya dilaksanakan dengan baik antara kedua lembaga tersebut, sehingga

tumpang tindih akan peranan, tugas dan wewenang akan dapat di atasi dengan

baik pula. (2) Pengawasan yang dilakukan komisi kejaksaan agar diperkuat

dengan penambahan anggota komisioner sehingga dapat berjalan efektif. (3)

mekanisme hasil dari proses pengawasan, pemantauan, penilaian terhadap

jaksa yang dilakukan oleh komisi kejaksaan seharusnya tidak berbelit, yang

Page 70: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

59

membuat kinerja komisi kejaksaan menjadi panjang. (4) Seharusnya dalam hal

pengambilalihan pemeriksaan yang dilakukan Komisi Kejaksaan tidak usah

diberitahukan kepada Jaksa Agung terlebih dahulu namun langsung diberikan

hasil dari pemeriksaan tersebut.

Page 71: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

DAFTAR PUSTAKA

Ali,Zainuddin, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2011.

Anwar,Saiful, Sendi-Sendi Hukum Administrasi Negara, (Glora MadaniPress:2004).

Effendy Marwan, Kejaksaan RI: Posisi dan Fungsinya dari Perspektif Hukum,Jakarta:PT. Gramedia pustaka utama, 2005.

Harkrisnowo, Harkristuti, Membangun Strategi Kinerja Kejaksaan BagiPeningkatan Produktifitas, Profesionalisme, dan akuntabilitas Publik:suatu usulan pemikiran, makalah disampaikan dalam rangka seminarmewujudkan supremasi hukum, Puslitbang Kejagung, Jakarta, 22Agustus 2011.

Ilham Gunawan, Penegak Hukum dan Penegakan Hukum,cet.ke-10,Bandung:Angkasa,1999.

Indrayana,Denny, Negara Antara Ada Dan Tiada (Reformasi HukumKetatanegaraan),Jakarta:kompas:2008.

Kejaksaan Agung RI, Rencana Strategis (Renstra) Kejaksaan Republik Indonesiatahun 2010-2014, Jakarta, 2010.

M. Manullang, Dasar-dasar Manajemen, Jakarta:Ghalia Indonesia,1996.

Media Informasi dan Hukum, 22 Juli 2003, Cakrawala Edisi Khusus UlangTahun Kejaksaan, Media Hukum Vol 2 No. 1 Jakarta: KejaksaanRepublik Indonesia.

Muhammad, Fahmi dan Jaenal Aripin, Metode Penelitian Hukum,cet.ICiputat:Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,2010.

Prajudi,Slamet,Hukum Administrasi Negara, Jakarta: Ghalia Indonesia,1994.

Syarief Nurdin, Encep “Pembangunan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik (GoodGovernance) dan Pemberantasan Korupsi”, Negarawan, No.18 (November,2010)

Sabardiah Maissy, “Pembaharuan Pengawasan di Kejaksaan Suatu Tinjauan”,Teropong, vol.IV, no. 2, (April 2005),h.49.

Page 72: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

SoekantoSoerjono, Pengantar Penelitian Hukum, cet. III,Jakarta: UniversitasIndonesia Press,1986.

Sunaryati Hartono, “Peran State Auxiliary bodies dalam Rangka KonsolidasiKonstitusi Menuju Grand Design Sistem dan Politik Hukum Nasional”,Makalah disampaikan dalam Konvensi hukum Nasional tentang Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 sebagai LandasanKonstitusional Grand Design Sistem dan Politik Hukum Nasional.Diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional, di HotelBorobudur, Jakarta, 15-16 April 2008.

Yaslis Ilyas, KINERJA Teori, Penilaian, dan Penelitian, Cet.IIIDepok:FKMUI:2002.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-undang nomor 16 Tahun 2004 Tentang Kejaksaan RI

PerPres No. 18 Tahun 2011 Tentang Komisi Kejaksaan

PP No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil

PP No. 20 Tahun 2008 Tentang Tata Cara Pemberhentian Dengan Hormat,Pemberhentian Tidak Hormat dan Pemberhentian Sementara, Serta StafJabatan Fungsional Jaksa yang Terkena Pemberhentian.

WEBSITE

http://www.komisi-kejaksaan.go.id/tugas-dan-wewenang#http://id.wikipedia.org/wiki/Pengadilan_Tinggi

http://www.pt-jakarta.go.id/situs2/

http://www.pt-jakarta.go.id/situs2/index.php?option=com_content&view=article&id=244&Itemid=285

http://perpusunpas.wordpress.com/2009/05/07/pengawasaan/

Page 73: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam
Page 74: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 18 TAHUN 2011

TENTANG

KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan peran Komisi Kejaksaan

Republik Indonesia, perlu dilakukan pengaturan kembali mengenai

tugas, wewenang, dan kelembagaan Komisi Kejaksaan Republik

Indonesia:

b. bahwa Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2005 tentang Komisi

Kejaksaan Republik Indonesia dipandang sudak tidak sesuai lagi

dengan kebutuhan sehingga perlu disempurnakan;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pda

huruf a dan huruf b serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 38

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan

Republik Indonesia perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang

Komisi Kejaksaan Republik Indonesia;

Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang

Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2004 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4401);

MEMUTUSKAN;

Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG KOMISI KEJAKSAAN

REPUBLIK INDONESIA

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Presiden Ini yang dimaksud dengan:

1. Komisi Kejaksaan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut

Komisi Kejaksaan adalah Komisi sebagaimana dimaksud dalam

pasal 38 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang

Kejaksaan Republik Indonesia

2. Kejaksaan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Kejaksaan

adalah lembaga pemerintahan sebaimana dimaksud dalam Pasal 2

ayat (1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 Tentang

Kejaksaan Republik Indonesia

Page 75: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

3. Jaksa Agung adalah pimpinan Kejaksaan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Nomor 16 Tentang

Kejaksaan Republik Indonesia.

4. Jaksa adalah pejabat sebaimana dimaksud dalam Paal 1 angka 1

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 Tentang Kejaksaan

Republik Indonesia

BAB II

KEDUDUKAN, TUGAS, DAN WEWENANG

Bagian Pertama

Kedudukan

Pasal 2

(1) Komisi Kejaksaan merupakan lembaga non structural yang dalam

melaksanakan tugas dan wewenagnya bersifat mandiri.

(2) Komisi Kejaksaan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada

Presiden.

Bagian Kedua

Tugas

Pasal 3

Komisi Kejaksaan mempunyai tugas :

a. Melakukan pengawasan, pemantauan dan penilaian terhadap

kinerja dan perilaku Jaksa dan/atau pegawai Kejaksaan dalam

melaksanakan tugas dan wewenangnya yang diatur dalam

peraturan perundang-undangan dan kode etik;

b. Melakukan pengawasan, pemantauan dan penilaian terhadap

perilaku jaksa dan/atau pegawai Kejaksaan baik di dalam maupun

di luar tugas kedinasan; dan

c. Melakukan pemantauan dan penilaian atas kondisi organisasi, tata

kerja, kelengkapan sarana dan prasarana, serta sumber daya

manusia di lingkungan Kejaksaan

Bagian Ketiga

Wewenang

Pasal 4

Dalam melaksanakan tugas sebaimana dimaksud dalam Pasal 3, Komisi

Kejaksaan berwenang:

Page 76: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

a. menerima dan menindaklanjuti laporan atau pengaduan

masyarakat tentang kinerja dan perilaku Jaksa dan/atau pegawai

Kejaksaan dalam menjalankan tugas dan wewenangnya;

b. meneruskan laporan atau pengaduan masyarakat kepada Jaksa

Agung untuk ditindaklanjuti oleh aparat pengawas internal

Kejaksaan;

c. meminta tindak lanjut pemeriksaan dari Jaksa Agung terkait

laporan masyarakat tentang kinerja dan perilaku Jaksa dan/atau

pegawai Kejaksaan;

d. melakukan pemeriksaan ulang atau pemeriksaan tambahan atas

pemeriksaan yang telah dilakukan oleh aparat pengawas internal

Kejaksaan;

e. mengambil alih pemeriksaan yang telah dilakukan oleh aparat

pengawas internal Kejaksaan; dan

f. mengusulkan pembentukan Majelis Kode Perilaku Jaksa.

Pasal 5

(1) Pemeriksaan ulang atau pemeriksaan tambahan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 4 huruf d dapat dilakukan apabila:

a. Ada bukti atau informasi baru yang dalam pemeriksaan

sebelumnya belum diklarifikasi dan/atau memerlukan

klarifikasi lebih lanjut;

b. Pemeriksaan oleh aparat pengawas internal Kejaksaan tidak

dikoordinasikan sebelumnya dengan Komisi Kejaksaan

sebagaimana dimaksud dalam peraturan ini.

(2) Pengambilan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4

huruf e dapat dilakukan apabila:

a. Pemeriksaan oleh aparat pengawas internal Kejaksaan tidak

menunjukan kesungguhan atau belum menunjukan hasil

nyata dalam waktu 3 (tiga) bulan sejak laporan masyarakat

atau laporan Komisi Kejaksaan diserahkan ke aparat

pengawas internal kejaksaan;

b. Diduga terjadi kolusi dalam pemeriksaan oleh aparat

internal Kejaksaan.

c. Dalam melakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dan ayat (2), Komisi Kejaksaan

memberitahukan kepada Jaksa Agung.

Pasal 6

(1) Seluruh Jaksa dan pegawai Kejaksaan wajib memberikan

keterangan dan/atau data yang diminta Komisi Kejaksaan dalam

rangka melakukan pemeriksaan ulan atau pemeriksaan tambahan

atau mengambil alih pemeriksaan.

Page 77: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

(2) dalam hal Jaksa dan/atau pegawai Kejaksaan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) tidak memberikan keterangan dan/atau

data yang diminta, Komisi Kejaksaan mengajukan usul kepada

atasan yang bersangkutan agar menjatuhkan sanksi sesuai

peraturan perundang-undangan.

Pasal 8

Dalam melaksanakan tugas sebaimana dimaksud dalam Pasal 3, Komisi

Kejaksaan berwenang meminta informasi dari badan pemerintah, organisasi

atau anggota masyarakat berkaitan dengan kinerja dan perilakuk Jaksa

dan/atau pegawai Kejaksaan.

Pasal 9

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal

4, Komisi Kejaksaan dapat menyampaikan rekomendasi berupa :

a. penyempurnaan organisasi dan tata kerja serta peningkatan kinerja

Kejaksaan;

b. pemberian penghargaan kepada Jaksa dan/atau pegawai Kejaksaan

yang berprestasi dalam melaksanakan tugas kedinasaannya;

dan/atau

c. pemberian sanksi terhadap Jaksa dan/atau pegawai Kejaksaan

sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan sebagaimana dimaksud

dalam Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang

disiplin Pegawai Negeri Sipil, Kode etik, dan/atau peraturan

perundang-undangan.

Pasal 10

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal

4, Komisi Kejaksaan

a. berhak mengikuti gelar perkara terhadap kasusu-kasus yang

menarik perhatian public yang dipimpin oleh Jaksa Agung;

b. berhak mengikuti gelar perkara terhadap kasus-kasus dan/atau

perkara yang dilaporkan masyarakat kepada Komisi Kejaksaan;

c. dapat diangkat menjadi anggota dalam Majelis Kode Perilaku

Jaksa

Pasal 11

Komisi Kejaksaan wajib memberitahukan secara tertulis rencana

pengambilalihan pemeriksaan dan/atau pemeriksaan ulang dan atau

pemeriksaan tambahan dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh Jaksa

dan/atau pegawai Kejaksaan kepada aparat pengawasan internal Kejaksaan.

Page 78: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

Pasal 12

(1) Komisi Kejaksaan wajib melaporkan hasil pemeriksaannya

kepada:

a. Kepolisian dalam hal terdapat dugaan tindak pidana umum

yang dilakukan oleh Jaksa dan/atau pegawai Kejaksaan;

b. Jaksa Agung, Kepolisian dan/atau Komisi Pemberantasan

Korupsi dalam hal terdapat dugaan tindak pidana korupsi

yang dilakukan oleh Jaksa dan/atau pegawai Kejaksaan.

(2) Komisi Kejaksaan memberitahukan hasil pemeriksaannya kepada

Pelapor/Pengadu dalam hal dugaan pelanggaran Jaksa dan/atau

pegawai Kejaksaan berasal dari pengaduan masyarakat.

Pasal 13

Pelaksanaan tugas dan kewenangan Komisi Kejaksaan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 4, tidak boleh mengganggu kelancaran

tugas kedinasan Jaksa dan/atau pegawai Kejaksaan atau mempengaruhi

kemandirian Jaksa dalam melakukan penuntutan.

Pasal 14

Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 3 dan Pasal 4, Komisi Kejaksaan wajib:

a. menaati norma hukum dan ketentuan peraturan perundang-

undangan; dan

b. menjaga kerahasiaan keterangan yang karena sifatnya merupakan

rahasia yang diperoleh berdasarkan kedudukannya sebagai anggota

Komisi Kejaksaan.

BAB III

SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA

Bagian Kesatu

Susunan Keanggotaan

Pasal 15

(1) Keanggotaan Komisi Kejaksaan terdiri atas :

a. Unsur masyarakat sebanyak 6 (enam) orang, terdiri dari

praktisi/akademisi hukum, tokoh masyarakat, dan/atau

pakar tentang Kejaksaan

b. Yang mewakili Pemerintah sebanyak 3 (tiga) orang.

c. Keanggotaan dari unsur Pemerintah sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf b dapat berasal dari kalangan dalam

maupun luar aparatur pemerintah.

Page 79: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

Pasal 16

Susunan keanggotaan Komisi Kejaksan terdiri atas :

a. Ketua merangkap anggota;

b. Wakil Ketua merangkap anggota;

c. Sekretaris merangkap anggota;

d. 6 (enam) orang Anggota.

Pasal 17

(1) Ketua dan Wakil Ketua Komisi Kejaksaan dipilih dan ditetapkan

oleh Presiden.

(2) Jabatan Sekretaris dalam susunan keanggotaan Komisi Kejaksaan

dipilih dari dan oleh anggota melalui tata cara yang diatur oleh

Komisi Kejaksaan.

Bagian Kedua

Sekretariat Komisi Kejaksaan

Pasal 18

(1) Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, Komisi Kejaksaan

dibantu Sekretariat Komisi Kejaksaan.

(2) Sekretariat Komisi Kejaksaan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1), berada di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik,

Hukum, dan Keamanan.

(3) Sekretariat Komisi Kejaksaan mempunyai tugas memberikan

dukungan teknis dan administratif kepada Komisi Kejaksaan.

(4) Sekretariat Komisi Kejaksaan secara fungsional berada dibawah

dan bertanggung jawab kepada Komisi Kejaksaan dan secara

administratif bertanggung jawab kepada Menteri Koordinator

Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan

Pasal 19

(1) Sekretariat Komisi Kejaksaan dipimpin oleh Kepala

Sekretariat Komisi Kejaksaan.

(2) Kepala Sekretariat Komisi Kejaksaan adalah jabatan

struktural Eselon IIa yang diangkat dan diberhentikan oleh

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan

atas usul Komisi Kejaksaan.

Pasal 20

Page 80: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

(1) Sekretariat Komisi Kejaksaan terdiri dari beberapa

Bagian dan masing-masing Bagian terdiri dari beberapa Sub

Bagian.

(2) Kepala Bagian adalah jabatan struktural Eselon IIIa.

(3) Kepala Sub Bagian adalah jabatan struktural Eselon IVa.

(4) Ketentuan mengenai organisasi dan tata kerja Sekretariat

Komisi Kejaksaan diatur lebih lanjut oleh Menteri

Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan

berdasarkan usulan Komisi Kejaksaan setelah mendapat

persetujuan dari menteri yang bertanggung jawab di bidang

pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi.

Bagian Ketiga

Kelompok Kerja

Pasal 21

(1) Untuk kelancaran pelaksanaan tugas dan wewenang Komisi

Kejaksaan, Ketua Komisi Kejaksaan membentuk Kelompok

Kerja sesuai dengan kebutuhan.

(2) Kelompok Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

merupakan tenaga ahli yang berasal dari instansi pemerintah,

akademisi, dan masyarakat.

(3) Dalam melaksanakan tugasnya, Kelompok Kerja

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak dapat

mengatasnamakan dan/atau mewakili Komisi Kejaksaan.

(4) Dalam melaksanakan tugasnya, Kelompok Kerja

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3),

dikoordinasikan oleh Sekretaris Komisi Kejaksaan.

(5) Dalam melaksanakan tugasnya, Kelompok Kerja

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan

ayat (4) difasilitasi oleh Sekretaris Komisi Kejaksaan.

(6) Ketentuan mengenai susunan keanggotaan, rincian tugas, dan

tata kerja Kelompok Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat

(1), ayat(2), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) diatur lebih lanjut

oleh Komisi Kejaksaan.

Bagian Keempat

Tata Kerja

Pasal 22

Page 81: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

(1) Pengambilan keputusan Komisi Kejaksaan dilakukan secara

musyawarah untuk mencapai mufakat.

(2) Apabila pengambilan keputusan secara musyawarah tidak

tercapai, pengambilan keputusan dilakukan dengan suara

terbanyak.

(3) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)

adalah sah apabila rapat dihadiri oleh sekurang-kurangnya 5

(lima) orang Anggota Komisi Kejaksaan.

Pasal 23

(1) Komisi Kejaksaan melakukan rapat sekurang-kurangnya 1

(satu) kali dalam 1 (satu) bulan atau sewaktu-waktu jika

diperlukan

(2) Dalam rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Komisi

Kejaksaan dapat mengundang pimpinan instansi dan/atau

pihak terkait.

Pasal 24

Komisi Kejaksaan menyampaikan laporan triwulan, laporan tahunan,

dan laporan akhir tugas kepada Presiden mengenai:

a. pelaksanaan tugas; dan

b. pertimbangan dan rekomendasi.

c. Selain laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Komisi

Kejaksaan dapat menyampaikan laporan sewaktu-waktu

kepada Presiden.

d. Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)

disampaikan pula kepada Jaksa Agung

Pasal 25

Ketentuan mengenai tata kerja Komisi Kejaksaan diatur lebih lanjut

oleh Komisi Kejaksaan.

BAB IV

PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN

Bagian Kesatu Pengangkatan

Pasal 26

Anggota Komisi Kejaksaan diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.

Page 82: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

Pasal 27

Untuk dapat diangkat sebagai anggota Komisi Kejaksaan harus

memenuhi syarat;

a. Warga Negara Indonesia;

b. Bertaqwa kepada Tuhan Yang M aha Esa;

c. Berusia paling rendah 40 (empat puluh) tahun dan paling

tinggi 65 (enam puluh lima) tahun pada saat proses pemilihan;

d. Diutamakan mempunyai pengalaman di bidang hukum paling

singkat 15 (lima belas) tahun;

e. Memiliki integritas dan kepribadian tidak tercela;

f. Sehat jasmani dan rohani;

g. Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak

kejahatan; dan

h. Melaporkan harta kekayaan.

Pasal 28

(1) Calon anggota Komisi Kejaksaan yang mewakili Pemerintah

diajukan oleh Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum,

dan Keamanan kepada Presiden.

(2) Calon anggota Komisi Kejaksaan dari unsur masyarakat

dipilih melalui proses seleksi oleh Panitia Seleksi Calon

Anggota Komisi Kejaksaan.

(3) Panitia Seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditetapkan oleh Presiden atas usul Menteri Koordinator

Bidang Politik, Hukum dan Keamanan paling lambat 6

(enam) bulan sebelum masa jabatan anggota Komisi

Kejaksaan berakhir.

(4) Anggota Panitia Seleksi terdiri dari wakil pemerintah,

pemerhati

hukum dan tokoh masyarakat.

Pasal 29

(1) Seleksi Calon Anggota Komisi Kejaksaan dilaksanakan

secara transparan dan akuntabel.

(2) Ketentuan mengenai tata cara seleksi Calon Anggota Komisi

Page 83: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

Kejaksaan diatur lebih lanjut oleh Ketua Panitia Seleksi

Calon Anggota Komisi Kejaksaan.

Pasal 30

(1) Panitia Seleksi Calon Anggota Komisi Kejaksaan

menyampaikan kepada Presiden nama-nama calon Anggota

Komisi Kejaksaan sebanyak 2 (dua) kali jumlah Anggota Komisi

Kejaksaan yang dibutuhkan untuk dipilih Presiden.

(2) Nama-nama calon Anggota Komisi Kejaksaan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) disampaikan paling lambat 3 (tiga)

bulan sebelum berakhirnya masa jabatan Anggota Komisi

Kejaksaan.

Pasal 31

(1) Anggota Komisi Kejaksaan diangkat untuk masa jabatan 4

(empat) tahun.

(2) Anggota Komisi Kejaksaan dapat dipilih kembali untuk 1

(satu) kali masa jabatan berikutnya.

(3) Masa jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terhitung

sejak tanggal ditetapkannya Keputusan Presiden mengenai

pengangkatan Anggota Komisi Kejaksaan.

(4) Anggota Komisi Kejaksaan yang telah berakhir masa

jabatannya secara otomatis tetap menjabat sebelum

ditetapkannya anggota Komisi Kejaksaan yang baru.

Pasal 32

Pegawai Negeri yang diangkat sebagai anggota Komisi Kejaksaan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 selama menjabat sebagai

anggota Komisi Kejaksaan tidak kehilangan statusnya sebagai Pegawai

Negeri.

Pasal 33

(1) Pegawai Negeri yang berhenti atau telah berakhir masa

jabatannya sebagai anggota Komisi Kejaksaan, kembali ke

instansi induknya apabila belum mencapai batas usia pensiun.

(2) Pegawai Negeri yang diangkat menjadi anggota Komisi

Kejaksaan diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai

Negeri apabila telah mencapai batas usia pensiun dan

diberikan hak-hak kepegawaiannya sesuai dengan ketentuan

peraturan yang berlaku.

Pasal 34

Page 84: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

(1) Sebelum memangku jabatannya, Anggota Komisi Kejaksaan

wajib diambil sumpah atau janji secara bersama-sama

menurut agamanya oleh Presiden.

(2) Anggota Komisi Kejaksaan yang berhalangan diambil

sumpah atau janji secara bersama-sama sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diambil sumpah atau janji oleh Ketua

Komisi Kejaksaan

Pasal 35

Anggota Komisi Kejaksaan yang berasal dari unsur masyarakat

dilarang merangkap menjadi:

a. Pejabat negara menurut peraturan perundang-undangan;

b. Hakim atau Jaksa;

c. Advokat;

d. Notaris dan/atau Pejabat Pembuat Akta Tanah;

e. Pengusaha, pengurus, atau karyawan badan usaha milik

negara atau badan usaha swasta; atau

f. Pengurus partai politik.

Bagian Kedua

Pemberhentian

Pasal 36

Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Komisi Kejaksaan diberhentikan

dengan hormat dari jabatannya oleh Presiden apabila:

a. Meninggal dunia;

b. Permintaan sendiri;

c. Sakit jasmani atau rohani terus menerus; atau

d. Berakhir masa jabatannya.

Pasal 37

(1) Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Komisi Kejaksaan

diberhentikan tidak dengan hormat dari jabatannya oleh

Presiden apabila:

a. Melanggar sumpah jabatan;

b. Dijatuhi pidana karena bersalah melakukan tindak

pidana kejahatan berdasarkan putusan pengadilan yang

telah memperoleh kekuatan hukum tetap;

c. Melakukan perbuatan tercela;

d. Terus menerus melalaikan kewajiban dalam menjalankan

tugas pekerjaannya; atau

e. Melanggar larangan rangkap jabatan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 35.

Page 85: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

f. Pengusulan pemberhentian tidak dengan hormat dengan

alasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dan

huruf d dilakukan setelah yang bersangkutan diberi

kesempatan secukupnya untuk membela diri di

hadapan Komisi Kejaksaan

Pasal 38

Anggota Komisi Kejaksaan dapat diberhentikan sementara dari

jabatannya oleh Presiden, apabila:

a. Terdapat perintah penangkapan yang diikuti penahanan;

b. Dituntut di muka pengadilan dalam perkara pidana.

Pasal 39

(1) Dalam hal terjadi kekosongan keanggotaan Komisi

Kejaksaan, Presiden dapat memilih dan mengangkat Anggota

Komisi Kejaksaan Pengganti berdasarkan usulan Menteri

Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan.

(2) Anggota Komisi Kejaksaan Pengganti sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dapat berasal dari calon hasil Panitia Seleksi

yang pernah diajukan kepada Presiden dengan

memperhatikan unsur keterwakilan Anggota Komisi

Kejaksaan.

(3) Masa jabatan Anggota Komisi Kejaksaan Pengganti

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berakhir bersamaan

dengan masa jabatan anggota yang digantikannya.

(4) Anggota Komisi Kejaksaan Pengganti diambil sumpah atau

janji oleh Ketua Komisi Kejaksaan.

BAB V

PEMBIAYAAN DAN HAK KEUANGAN

Pasal 40

Segala biaya yang diperlukan bagi pelaksanaan tugas dan wewenang

Komisi Kejaksaan dibebankan kepada anggaran pendapatan dan

belanja negara cq. Anggaran Kementerian Koordinator Bidang Politik,

Hukum dan Keamanan.

Pasal 41

(1) Kepada anggota Komisi Kejaksaan diberikan hak keuangan dan

fasilitas lainnya yang diatur dengan Peraturan Presiden.

(2) Anggota Komisi Kejaksaan apabila berhenti atau telah berakhir

masa jabatannya, tidak diberikan pensiun dan/atau pesangon.

Page 86: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

BAB VI

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 42

Hasil seleksi Calon Anggota Komisi Kejaksaan yang dilakukan oleh

Panitia Seleksi yang dibentuk oleh Jaksa Agung sebelum

ditetapkannya Peraturan Presiden ini dipertimbangkan sebagai calon

anggota Komisi Kejaksaan dengan memperhatikan komposisi

keanggotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15.

Pasal 43

Sekretariat Komisi Kejaksaan sebagaimana diatur dalam peraturan ini

sudah harus terbentuk selambat-lambatnya 1 (satu) tahun sejak

Peraturan Presiden ini ditetapkan.

Pasal 44

Pada saat Peraturan Presiden ini mulai berlaku, maka :

a. Sekretariat Komisi Kejaksaan sebagaimana dimaksud dalam

Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2005 tentang Komisi

Kejaksaan Republik Indonesia tetap melaksanakan tugasnya

sampai dikeluarkannya ketentuan yang baru berdasarkan Peraturan

Presiden ini;

b. Sekretariat Komisi Kejaksaan sebagaimana dimaksud dalam

Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2005 tentang Komisi

Kejaksaan Republik Indonesia dalam jangka waktu paling lama 1

(satu) tahun terhitung sejak ditetapkannya Peraturan Presiden ini

menyerahkan seluruh arsip, dokumen, barang inventaris dan

peralatan kantor lainnya yang berkaitan dengan tugasnya kepada

Sekretariat Komisi Kejaksaan;

c. Biaya pelaksanaan tugas dan wewenang Komisi Kejaksaan

dibebankan kepada anggaran belanja Kejaksaan Republik

Indonesia sampai dengan Komisi Kejaksaan dan Sekretariat

Komisi Kejaksaan memiliki anggaran sendiri yang merupakan

bagian anggaran Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan

Keamanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Pasal 45

Peraturan pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2005

tentang Komisi Kejaksaan Republik Indonesia masih tetap berlaku

sepanjang belum diubah dan/atau diganti dengan peraturan yang baru

berdasarkan Peraturan Presiden ini.

Page 87: Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30558/1/GALUH... · Komisi Kejaksaan adalah lembaga non struktural yang dalam

BAB VII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 46

Dengan berlakunya Peraturan Presiden ini, maka Peraturan Presiden

Nomor 18 Tahun 2005 tentang Komisi Kejaksaan Republik Indonesia,

dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 47

Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 4 Maret 2011

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

Dr.H.SUSILO BAMBANG YUDHOYONO