pengaruh varietas dan sistem tanam legowo …repository.utu.ac.id/328/1/bab i_v.pdf · penurunan...
TRANSCRIPT
PENGARUH VARIETAS DAN SISTEM TANAM LEGOWOTERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
TANAMAN PADI(Oryza sativa L.)
SKRIPSI
OLEH
WAHYUDI07C10407169
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
2013
PENGARUH VARIETAS DAN SISTEM TANAM LEGOWOTERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
TANAMAN PADI(Oryza sativa L.)
SKRIPSI
OLEH
WAHYUDI07C10407169
Skripsisebagai Salah SatuSyaratuntukMemperolehGelarSarjanaPertanianpada
FakultasPertanianUniversitasTeuku Umar
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
2013
LEMBARAN PENGESAHAN
Judul : PengaruhVarietasdanSistemTanamLegowoterhadapPertumbuhandanProduksiTanamanPadi(Oryzasativa L.)
NamaMahasiswa : WahyudiN I M : 07C10407169Program Studi : Agroteknologi
Menyetujui :KomisiPembimbing
PembimbingUtama, PembimbingAnggota,
Ir. Said Mahjali, M.M.NIDN : 0110116502
Muhammad Jalil, S.P, M.PNIDN : 0115068302
Mengetahui,
DekanFakultasPertanian, Ketua Prodi Agroteknologi,
DiswandiNurba, S.TP, M.SiNIDN : 0128048202
Jasmi, S.P, M.ScNIDN : 0127088002
TanggalLulus :28 Maret 2013
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan bahan pangan pokok sebagian
besar masyarakat Indonesia. Dalam usaha mempertahankan kelangsungan
hidupnya, manusia berusaha memenuhi kebutuhan primer yaitu makan. Petani
kita telah menanam padi sejak nenek moyang dulu, konon mereka bercocok tanam
dengan pola tradisional dan alamiah. Padi belum tersentuh pada saat ini oleh
bahan kimia dan cukup aman di konsumsi. Beras organik sebenarnya bukan hal
baru bagi manusia. Nenek moyang kita membudidayakan padi tanpa bahan kimia
yang saat ini di istilahkan dengan pertanian organik (Andoko, 2008).
Seiring teknologi berkembang, cara bercocok tanam mulai berubah,
penggunaan mulai terabaikan, malah ditinggalkan para petani. Bila penggunaan
teknologi tidak tepat guna dengan mengaplikasikan petisida dan pupuk organik
secara berlebihan pada tanaman padi. Maka berasnya teridikasi mengandung
residu pestisida, padahal residu ini sangat berbahaya bagi kesehatan (Andoko,
2008).
Kebutuhan beras setiap tahun mulai bertambah, seiring dengan laju
pertumbuhan penduduk. Pada tahun 2002 penduduk Indonesia berjumlah 210 juta
jiwa dan produksi padi mencapai 51,4 juta ton gabah kering giling (BPS, 2003).
Dengan laju pertumbuhan penduduk rata-rata 1,7%pertahun dan kebutuhan per
kapita sebanyak 134 kg, maka pada tahun 2005 Indonesia harus mampu
menghasilkan padi sebanyak 78 juta ton untuk mencukupi kebutuhan beras
nasional (Abdullah, 2004).
2
Laju peningkatan produktifitas padi di Indonesia telah melandai (leveling
off) meskipun upaya kultur teknis telah dilakukan secara maksimal. Hal ini erat
kaitannya dengan varietas unggul, baik yang berpotensi tinggi dari varietas yang
selama ini ditanam petani.
Dalam upaya meningkatkan produksi padi dengan menggunakan varietas -
varietas unggul dan pemupukan yang berimbang. Penggunaan varietas – varietas
unggul akan meningkat hasil dibandingkan dengan varietas biasa, umumnya
varietas unggul berdaya hasil tinggi dan tahan terhadap hama penyakit. Dengan
tingginya kebutuhan makanan pokok berupa beras selama ini menyebabkan
banyak penelitian tentang varietas padi unggul, karena varietas padi unggul
mempunyai beberapa kelebihan diantaranya : berumur pendek dan produksi yang
tinggi.
Varietas unggul memiliki kualitas yang tinggi dalam meningkatkan
produktifitas. Keunggulan suatu varietas dibatasi oleh berbagai faktor, termasuk
penurunan ketahanannya terhadap hama dan penyakit tertentu (Bambang et al,
2004).
Sistem tanam legowo 2:1 atau 3:1 dan 4:1, tapi merupakan alternatif
komponen teknologi dalam padi sawah irigasi. Pemilihan komponen teknologi
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) didasarkan pada indentifikasi wilayah dan
permasalahan usaha tani padi yang diharapakan merupakan peluang mengatasi
masalah pelandaian produktifitas padi, (Basri. et. al. 2010).
Sistem tanam legowo adalah sistem tanam berselang seling antara dua atau
lebih baris tanaman padi dan satu baris kosong. Baris tanaman (dua atau lebih)dan
baris kosongnya (setengah lebar dikanan dan dikirinya)disebut suatu unit legowo
3
bila terdapat dua baris tanaman per unit legowo. Maka disebut legowo 2:1 kalau
tiga baris tanaman per unit legowo disebut3:1 dan seterusnya (Abdurrachman,
2004).
Dengan adanya varietas padi yang paling unggul dan paling disenangi oleh
masyarakat dan mampu bertahan lama di semua lokasi lahan irigasi. Maka perlu
dilakukan pengujian beberapa varietas unggul baru padi lain seperti ciherang dan
padi Inpari 13 lain yang tingkat hasilnya diharapkan melebihi varietas IR-64 yang
merupakan varietas unggul yang telah lama mendominasi lahan-lahan sawah di
Indonesia dengan menggunakan alternatif paket teknologi PTT.
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan diatas maka perlu
dilakukan penelitian untuk mengetahui varietas dan sistem tanam legowo yang
tepat agar diperoleh pertumbuhan dan hasil tanaman padi yang optimum.
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh varietas dan sistem
tanam legowo terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman padi, serta nyata
tidaknya interaksi kedua faktor tersebut.
1.3 Hipotesis
1. Varietas berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman padi.
2. Jarak tanam berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman padi
3. Terdapat interaksi antara varietas dan sistem tanam legowo terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman padi.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Botani Tanaman Padi
a. Sistematika
Menurut Suparyono dan Agus (1993), tanaman padi merupakan tanaman
semusim yang berupa rumput-rumputan yang dapatdiklasifikasikan sebagai
berikut :
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Class : Monocotyledone
Ordo : Poales
Famili : Gramineae
Genus : Oryza
Spesies : Oryza sativa L.
b. Morfologi
Akar adalah bagian tanaman yang berfungsi menyerap air dan zat
makanan serta unsur hara dari dalam tanah.Pertumbuhan akar pada padi dimulai
dari proses perkecambahan benih. Akar yang pertama muncul yaitu akar tunggang
kemudian setelah 5-6 hari akan tumbuh akar serabut. Akar ini hanya dapat
menembus lapisan tanah bagian atas atau lapisan olah tanah yaitu berkisar antara
10-12 cm. pada umur 30 hari setelah tanam, akar akan dapat menembus hingga
kedalaman 18 cm dan pada umur 50 hari akar sudah mulai dapat menembus
lapisan tanah di bawahnya (sub soil) yaitu berkisar 25 cm (AAK, 1990).
5
Batang padi itu terdiri dari susunan beberapa ruas. Tiap-tiap dimulai dan
diakhiri dengan buku. Pada setiap buku nampaklah satu mata atau sukma. Letak
mata itu pada batang tanaman adalah silih berganti. Fungsi mata ini adalah
penting karena setiap mata yang tampak pada batang akan menghasilkan satu
anakan. Anakan muncul pada batang utama dalam urutan yang bergantian.
Anakan primer tumbuh dari buku terbawah dan muncul anakan sekunder. Anakan
ini pada gilirannya akan menghasilkan anakan tersier (Siregar, 1981).
Daun padi mula-mula muncul pada saat perkecambahan dan dinamakan
celeoptil. Coleptile keluar dari benih yang disebar dan akan memanjang terus
sampai ke permukaan air. Setelah celeoptil membuka, maka akan diikuti dengan
keluarnya daun pertama, daun kedua dan seterusnya hingga mencapai puncak
yang disebut daun bendera. Sedangkan daun terpanjang biasanya terdapat pada
daun ketiga. Daun bendera merupakan daun yang lebih pendek dari pada daun
yang dibawahnya, namun lebih lebar dari pada daun sebelumnya (Grist, 1960).
Bunga padi secara keseluruhan disebut malai. Malai terdiri dari 8-10 buku
yang menghasilkan cabang-cabang primer selanjutnya menghasilkan cabang-
cabang sekunder. Dari buku pangkal malai akan muncul hanya satu cabang
primer, tetapi dalam keadaan tertentu buku tersebut dapat menghasilkan 2-3
cabang primer. Jumlah cabang setiap malai berkisar antara 15-20 buah dan setiap
malai bias mencapai 100-120 bunga (Tobing et al., 1995).
6
Gabah atau buah padi adalah ovary yang telah masak, bersatu dengan
lemma dan palea. Buah ini merupakan hasil penyerbukan dan pembuahan yang
mempunyai embrio (lembaga), endosperm dan berkatul (AAK, 1990).
Biji ditempati oleh sebagian besar endosperm yang mengandung aleuro
yakni butir-butir yang mengandung protein terdapat pada vacuola. Endosperm
umumnya terdiri atas zat tepung yang terdiri dari selaput protein, gula, lemak, dan
lezat organik (Luh, 1991).
2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Padi
a. Iklim
Tanaman padi akan berproduksi dengan baik di daerah yang berhawa
panas dan banyak mengandung uap air. Tanaman padi membutuhkan curah hujan
berkisar 200 mm/bulan atau lebih, dengan distibusi selama 4 bulan. Sedangkan
curah hujan yang dikehendaki pertahun sekitar 1.500-2.000 mm. tanaman padi
dapat tumbuh pada dataran rendah sampai dataran tinggi. Di dataran rendah padi
dapat tumbuh pada ketinggian 0-650 m dpl dengan temperatur 22,5 0C – 26,5 0C
sedangkan si dataran tinggi padi dapat tumbuh baik pada ketinggian antara 650-
1.500 m dpl dan membutuhkan temperatur berkisar 18,7 0C – 22,5 0C ( AAK,
1990).
Temperatur sangat mempengaruhi pengisian biji padi. Temperatur yang
rendah dan kelembaban yang tinngi pada waktu pembuangan akan mengganggu
proses pembuahan yang mengakibatkan gabah menjadi hampa. Hal ini terjadi
akibat tidak membukanya bakal biji. Temperatur yang rendah waktu bunting juga
dapat menyebabkan rusaknya pollen dan menunda pembukaan tepung sari (Luh,
1991).
7
b. Tanah
Tidak semua jenis tanah cocok untuk dijadikan areal persawahan. Hal ini
dikarenakan tidak semua jenis tanah dapat dijadikan lahan tergenang air. Padahal
dalam sistem tanah sawah, lahan harus tetap tergenang air agar kebutuhan air
tanaman padi tercukupi sepanjang musim tanam . oleh karena itu, jenis tanah yang
sulit menahan air (tanah dengan kandungan air pasir tinggi) kurang cocok untuk
dijadikan lahan persawahan. Sebaliknya, tanah yang sulit dilewati air (tanah
dengan kandungan lempung tinggi) cocok untuk dibuat lahan persawahan
(Suparyono dan Setyono, 1997).
Tanah yang baik untuk areal persawahan ialah tanah yang mampu
memberikan kondisi yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi sangat
ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu posisi topografi yang berkaitan dengan
kondisi hidrologi, porositas tanah yang rendah dan tingkat keasaman tanah yang
netral, sumber air alam, serta modifikasi sistem alam oleh kegiatan manusia
(Suprayono dan Setyono, 1997).
Padi dapat tumbuh baik pada tanah yang ketebalan lapisannya atasnya
antara 18-22 cm dengan pH tanah berkisar antara 4-7. Pada lapisan tanah atas
untuk pertanian pada umumnya mempunyai ketebalan antara 10-30 cm dengan
warna tanah coklat sampai kehitam-hitaman, tanah tersebut gembur. Sedangkan
kandungan air dan udara di dalam pori-pori tanah masing-masing 25% (AAK,
1990).
2.3. Varietas
Varietas padi adalah sumber utama budidaya tanaman padi, untuk
mendapatkan hasil yang tinggi dan kualitas baik seperti menggunakan varietas
8
unggul baru (VUB) umumnya berdaya hasil tinggi, tahan terhadap hama dan
penyakit utama, atau toleran daerah lingkungan setempat dan dapat juga memiliki
sifat khusus tertentu, dapat meningkatkan produksi padi (Humaedah et al., 2010).
Varietas padi merupakan salah satu komponen paket teknologi budidaya
padi yang secara nyata dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani.
Varietas yang ditanam oleh petani adalah varietas yang sesuai dengan kondisi
lingkungan setempat. Penggunaan varietas padi unggul berdaya hasil tinggi dan
bernilai ekonomi yang tinggi (Basri et al., 2010).
Varietas padi merupakan salah satu teknologi yang mampu meningkatkan
produktivitas padi dan pendapatan petani. Varietas padi unggul yang digunakan
pada penelitian ini adalah Ciherang, Impari dan IR64 dengan kelebihan sebagai
berikut :
Varietas Ciherang berumur pendek bentuk tanaman tegak dengan tinggi
107 cm, jumlah anakan produktif mencapai 17 anakan, dan tekstur nasi pulen.
Ketahanan terhadap wereng batang coklat (WBC) selain itu varietas Ciherang
mempunyai ketahanan terhadap penyakit bakteri hawar daun. Produksi rata-rata
varietas ciherang 6 ton/ha GKG dan mempunyai potensi produksi 8,5 ton/ha GKG
(AAK, 1990).
Varietas unggul Inpari-13 berasal dari hasil persilangan antara OM606
dengan IR 18348-36-3-3. Karakteristik varietas Inpari-13 adalah mempunyai
bentuk tanaman tegak, Tinggi tanaman 102 cm, anakan produktif mencapai 17
batang,
9
Varietas yang sangat genjah ini didukung juga dengan produktivitas
tanaman padi yang tinggi dengan rata – rata hasil panen sebesar 6,59 ton/ha atau
setara dengan potensi hasil 8,0 ton/ha (Anonymous, 2011).
Varietas IR64 merupakan varietas unggul yang dilepas pada tahun 1986
yang memiliki potensi hasil mancapai 6.0 t/ha dan juga umur tanaman genjah 110
- 120 hari dengan jumlah anakan produktif 20-35 batang, varietas ini tahan
terhadap hama wereng coklat biotipe 1 dan 2 ( Humaedah et al., 2010).
2.4. Sistem Tanaman Legowo
Sistem tanam jajar legowo merupakan salah satu sistem tanam yang
meningkatkan populasi tanaman dengan mengatur jarak tanam pertanaman akan
memiliki barisan tanaman yang diselingi barisan kosong dimana jarak tanaman
pada barisan pinggir setengah kali jarak tanam antar barisan. Sistem tanam jajar
legowo merupakan salah satu rekomendasi yang terdapat dalam paket anjuran
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT).Sistem tanam jajar legowo juga dapat
memberikan hasil produksi dan kualitas gabah yang lebih tinggi.
Diharapkan, dengan metoda atau pola tanam legowo ini tiap lobang hanya
ditanam satu batang benih dengan jarak tanam 10 cm dan memiliki jajarataujajar
legowo 40 cm bisa meningkatkan hasil panen.Baris tanaman (dua atau lebih) dan
baris kosongnya (setengah lebar dikanan dan dikirinya) disebut suatu unit legowo
bila terdapat dua baris tanaman per unit legowo. Maka disebut legowo 2:1 kalau
tiga baris tanaman per unit legowo disebut 3:1 dan 4 : 1 (Abdurrachman, 2004).
Pada prinsipnya sistem tanam jajar legowo adalah meningkatkan populasi
dengan cara mengatur jarak tanam. Selain itu sistem tanam legowo juga
lebih banyak tanaman pinggir. Seperti kita ketahui tanaman padi yang berada
10
dipinggir akan menghasilkan produksi lebih tinggi dan kualitas gabah
yang lebih baik hal ini disebabkan karena tanaman tepi akan mendapatkan sinar
matahari yang lebih banyak.
11
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan mulaitanggal 13Maret sampai dengan 18 Juni
2012. Di Gampong Alue Ie Mameh Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya.
3.2. Bahan dan Alat
3.2.1. Bahan
a. Benih
Benih yang digunakan adalah benih padi varietas Ciherang, Inpari 13 dan
IR-64 yang diproduksi oleh PT. Sang Hyang Sri (PERSERO) Deli Serdang
Sumatera Utara.
b. Pupuk
Pupuk kandang digunakan adalah kotoran sapi yang diambil dari
Gampong Alue Ie Mameh Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Rayasebanyak 200
kg, selain pupuk kandang juga digunakan pupuk buatan yaitu Urea, SP 36 dan
KCl.
c. Pestisida
Insektisida yang digunakan dalam penelitian ini adalah Thiodan 85EC dan
Matador fungisida yang digunakan Dithane M-45.
3.2.2. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, parang,
hand Traktor,hand spayer, tali ajir, sabit, garut, meteran, timbangan dan alat-alat
tulis.
12
3.3. Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial 3x 3 dengan 3 ulangan.Faktor
yang teliti meliputi varietas dan sistem tanam legowo
Faktor varietas (V) yang terdiri atas 3 faktor yaitu :
V1= Ciherang
V2=Inpari 13
V3= IR-64
Faktor sistem tanam yang terdiri atas 3 faktor yaitu :
S1=Sistem tanam Legowo 2 : 1
S2=Sistem tanam Legowo 3 : 1
S3=Sistem tanam Legowo 4 : 1
Dengan demikian terdapat 9 kombinasi perlakuan dengan 3 ulangan, maka
didapat 27 unit perlakuan susunan kombinasi perlakuan antara varietas dan sistem
tanam legowo dapat dilihat pada Tabel1.
Tabel 1.Kombinasi Perlakuan antara Varietas dan Sistem Tanam Legowo.
NoKombinasiPerlakuan
Varietas SistemTanam legowo
1 V1S1 Ciherang 2 : 1
2 V1S2 Ciherang 3 : 1
3 V1S3 Ciherang 4 : 1
4 V2S1 Inpari 13 2 : 1
5 V2S2 Inpari 13 3 : 1
6 V2S3 Inpari 13 4 : 1
7 V3 S1 IR-64 2 : 1
8 V3 S2 IR-64 3 : 1
9 V3 S3 IR-64 4 : 1
13
Model matematika yang digunakan adalah := + + + + ( ) +Dimana :
Yijk = Hasil pengamatan untuk jenis varietas (V) pada taraf ke-j dan sistem
tanam legowo (S) pada taraf ke-k pada ulangan ke-i.
= Rata-rata umum
i = Pengaruh kelompok ke-i (i =1, 2 dan 3)
Vj = Pengaruh faktor varietas (V) taraf ke-j (j=1,2 dan 3).
Sk = Pengaruh faktor sistem tanam legowo (S) taraf ke-k (k=1, 2 dan 3)
(VS)jk = Pengaruh interaksi faktor varietas taraf ke-j dan faktor sistem tanam
legowo taraf ke-k.
ijk = Galat percobaan
Bila hasil uji F menunjukkan pengaruh yang nyata maka akan dilanjutkan
dengan uji lanjut BNJ pada level 5% (BNJ 0.05)
BNJ0,05 = q0.05(p;dbg)
Keterangan :
BNJ0,05 = Beda Nyata Jujur pada level 5 %
q0.05 (p;dbg) = Nilai baku q pada level 5 %; (jumlah perlakuan p dan derajat
bebas galat )
KT g = Kuadrat Tengah Galat
r = Jumlah Ulangan
14
3.4. Pelaksanaan Penelitian
3.4.1. Persiapan Lahan
Pengolahan lahan dilakukan secara sempurna dengan menggunakan traktor
sebanyak dua kali. Setelah pengolahan tahap pertama, tanah digenangi air,
pengolahan tahap kedua dilakukan satu minggu setelah pengolahan pertama. Dan
setelah pengolahan tahap kedua kemudian dilakukan pelumpuran dan perataan
tanah secara manual, dan tanah akan membusuk dan cair dan lahan akan
digenangi air terus sampai umur bibit siap ditanam ke lahan yang telah di
persiapkan.
3.4.2. Penyemaian Benih
Persemaian benih dilaksanakan dilahan sawah dengan membuat plot untuk
masing-masing varietas yaitu seluas 1m x 2 m. dengan luas drainase 15 cmx 25
cm dilakukan dengan cara menaburkan benih yang sudah diredam atau sudah
berkecambah dan langsung ditaburkan kedalam plot atau bedengan yang telah
dipersiapkan.
3.4.3. Penanaman
Sebelum penanaman terlebih dahulu dilakukan pembuatan bedengan
dengan menggunakan cangkul.Bedengan adalah 4 m x 4 m. Penanaman dilakukan
setelah bibit berumur 12 hari setelah semai atau sudah mempunyai 3-4 helai daun.
Bibit dicabut dengan sangat hati-hati agar tidak patah dan tidak merusak
perakaran, penanaman dilakukan dengan sistem tanam sesuai perlakuan
percobaan. Dan setiap lubang ditanami 2 bibit, apabila ada bibit yang rusak atau
mati maka akan dilakukan penyulaman dengan bibit baru dari varietas yang sama.
3.4.4. Pemupukan
15
Pupuk organik digunakan sebagai pupuk dasar berupa pupuk kandang
yang akan diberikan pada saat pengolahan tanah kedua atau dua minggu setelah
tanah diolah. Dengan cara ditaburkan keseluruh permukaan tanah dengan dosis 10
ton/hektar (16 kg/plot). Pupuk buatan, pupuk urea diberikan dua tahap, sebelum
tanam dan 4 minggu setelah tanam, sedangkan SP. 36 dan KCl diberikan
sekaligus sebelum tanam dengan dosis Urea 300 kg/hektar (0,48 kg/plot), SP.36
200 kg/hektar (0,32 kg/plot)dan KCl 150 kg/hektar (0,24 kg/plot).
3.4.5. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman padi meliputi penggenangan air, pengendalian
hama dan penyakit serta penyiangan gulma dan pemberian air dilakukan sesuai
dengan keadaan cuaca sampai tanaman berumur 45 HST, penyulaman dilakukan
pada 2 minggu setelah tanam (MST) dengan bibit yang sama, apabila ada tanaman
yang mati. Penyiangan gulma dilakukan terhadap rumput – rumput yang tumbuh
disekitar tanaman padi dan disamping – samping bedengannya. Penyiangan
rumput- rumput liardengan cara mencabut menggunakan tangan pengendalian
hama dan penyakit pada tanaman padi dilakukan bila terdapat gejala serangan dan
disesuaikan dengan kebutuhan tanaman. Pengendalian hama dan penyakit
digunakan insektisida sevin 85-SP, dengan konsentrasi 2 ml/liter air. Peyiangan
gulma dilakukan dengan cara manual ( hand weeding)diseluruh plot percobaan.
3.4.6. Panen
Panen dilakukan ketika biji padi telah menunjukkan masak fisiologis atau
90-95% maka padi telah menguning. Pemanenan dilakukan secara manual dan
hasil panen masing - masing plot atau bedengan percobaan dipisahkan agar tidak
bercampur, tanaman sampel dipanen terlebih dahulu sebelum seluruhnya dipanen.
16
3.5. Pengamatan
Adapun peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tanaman diamati pada umur 15, 30 dan 45 HST serta saat panen.
Pengukuran dilakukan mulai dari pangkal batang sampai ujung daun tertinggi
dengan menggunakan meteran dalam satuan cm.
2. Jumlah Anakan Per Rumpun (anakan)
Pengamatan jumlah anakkan dilakukan pada umur 15, 30 dan 45 HST
dengan menghitung jumlah anakan per rumpun.
3. Jumlah Anakan Produktif Per Rumpun (anakan)
Pengamatan jumlah anakkan produktif perumpun dilakukan pada saat
panen dengan menghitung anakan yang mempunyai malai dari setiap rumpun.
4. Panjang Malai (cm)
Panjang malai diukur terhadap 10malai,Panjang malaidiukur dari pangkal
malai sampai ujung malai yang terpanjang dari 10 rumpun tanaman sampel
dinyatakan dalam satuan cm.
5. Bobot Gabah Berisi Per Plot (kg)
Pengamatan bobot gabah berisi per plot dilakukan dengan cara menimbang
seluruh total gabah berisi per plot.
6. Bobot 1000 Butir Gabah (gr)
Bobot 1000 butir gabah ditimbang dengan menggunakan timbangan
analitik dalam satuan gram.
7. Persentase Gabah Berisi (%)
17
Persentase gabah berisi dihitung dari total seluruh gabah berisi permalai
tanaman sampel.
8. Persentase Gabah Hampa (%)
Persentase gabah hampa dilakukan dengan cara menghitung seluruh gabah
hampa tanaman sampel.
9. Produksi perhektar (ton)
Pengamatan produksiperhektar dilakukan dengan cara mengkonversi
bobot gabah berisi perplot dalam satuan ton.
18
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Pengaruh Varietas
Hasil Uji F pada analisis ragam (Lampiran bernomor genap 2 sampai 26)
menunjukkan bahwa varietas berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman
padi umur 15, 30 dan 45 HST, jumlah anakan produktif per rumpun, panjang
malai, bobot gabah berisi per plot, bobot 1000 butir gabah, potensi hasil per
hektar. Berpengaruh nyata terhadap persentase gabah berisi dan persentase gabah
hampa namun berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah anakan umur 15, 30 dan
45 HST.
1. Tinggi Tanaman (cm)
Rata-rata tinggi tanaman padi pada berbagai varietasumur 15, 30 dan 45
HST setelah diuji dengan BNJ 0,05 disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Rata-rata Tinggi Tanaman Padipada Berbagai Varietas Umur 15, 30 dan45 HST.
Varietas Tinggi Tanaman (cm)Simbol Varietas 15 HST 30 HST 45 HST
V1 Ciherang 36.42 a 55.93 a 62.20 aV2 Inpari 13 43.73 b 63.92 b 69.79 bV3 IR-64 38.44 a 57.30 a 66.14 a
BNJ 0,05 5.31 5.41 5.51Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda
tidak nyata pada taraf peluang 5 % (Uji BNJ).
Tabel 2 menunjukkan bahwa tanaman padi tertinggi umur 15, 30 dan 45
HST dijumpai pada varietas Inpari 13 (V2) yang berbeda nyata dengan varietas
Ciherang (V1) dan varietas IR-64 (V3). Hubungan antara tinggi tanaman padi pada
berbagai varietas umur 15, 30 dan 45 HST dapat dilihat pada Gambar 1.
19
Gambar 1. Tinggi Tanaman Padi pada Berbagai Varietas Umur 15, 30 dan 45HST.
2. Jumlah Anakan Per Rumpun (anakan)
Rata-rata jumlah anakan tanaman padi pada berbagai varietas umur 15, 30
dan 45 HST disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Rata-rata Jumlah Anakan Tanaman Padi pada Berbagai VarietasUmur15, 30 dan 45 HST.
Varietas Jumlah Anakan Per Rumpun (anakan)
Simbol Varietas 15 HST 30 HST 45 HST
V1 Ciherang 7.52 24.90 27.30
V2 Inpari 13 8.78 23.98 27.62
V3 IR-64 7.98 25.30 28.60
Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah anakan per rumpun terbanyak umur
15 HST dijumpai pada varietas Inpari 13 (V2) meskipun secara statistik
menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya. Sedangkan
pada umur 30 dan 45 HST dijumpai pada varietas IR-64 (V3) meskipun secara
statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
36.4243.73
38.44
55.9363.92
57.362.2
69.7966.14
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Ciherang Inpari 13 IR-64
Tin
ggi T
anam
an P
adi (
cm)
Varietas
15 HST
30 HST
45 HST
20
3. Jumlah Anakan Produktif (anakan)
Rata-rata jumlah anakan produktif tanaman padi pada berbagai varietas
setelah diuji dengan BNJ 0,05 disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Rata-rata Jumlah Anakan Produktif Tanaman Padi pada BerbagaiVarietas.
Varietas Jumlah Anakan Produktif(anakan)Simbol Varietas
V1 Ciherang 16.80 aV2 Inpari 13 18.43 bV3 IR-64 17.20 a
BNJ 0,05 0.59Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda
tidak nyata pada taraf peluang 5 % (Uji BNJ).
Tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah anakan produktif per rumpun
terbanyak dijumpai pada varietas Inpari 13 (V2) yang berbeda nyata dengan
varietas Ciherang (V1) dan varietas IR-64 (V3). Hubungan antara jumlah anakan
produktif padaberbagai varietas dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Jumlah Anakan Produktif Padi pada Berbagai Varietas.
16.80
18.43
17.20
15.50
16.00
16.50
17.00
17.50
18.00
18.50
19.00
Ciherang Inpari 13 IR-64
Jum
lah
Ana
kan
Pro
dukt
if
Varietas
21
4. Panjang Malai (cm)
Rata-rata panjang malai padi pada berbagai varietas setelah diuji dengan
BNJ 0,05 disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Rata-rata Panjang Malai Padi pada Berbagai Varietas.
VarietasPanjang Malai (cm)
Simbol VarietasV1 Ciherang 24.60 aV2 Inpari 13 25.49 bV3 IR-64 24.90 a
BNJ 0,05 0.56Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda
tidak nyata pada taraf peluang 5 % (Uji BNJ).
Tabel 5 menunjukkan bahwa panjang malai padi terpanjang dijumpai pada
varietas Inpari 13 (V2) yang berbeda nyata dengan varietas Ciherang (V1) dan
varietas IR-64 (V3). Hubungan antara panjang malai pada berbagai varietas dapat
dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Panjang Malai Padi pada Berbagai Varietas.
5. Bobot Gabah Berisi Per Plot (kg)
Rata-rata bobot gabah berisi per plot tanaman padi pada berbagai varietas
setelah diuji dengan BNJ 0,05 disajikan pada Tabel 6.
24.60
25.49
24.90
24.00
24.20
24.40
24.60
24.80
25.00
25.20
25.40
25.60
Ciherang Inpari 13 IR-64
Pan
jang
Mal
ai (
cm)
Varietas
22
Tabel 6. Rata-rata Bobot Gabah Berisi Per Plot Tanaman Padi pada BerbagaiVarietas.
VarietasBobot Gabah Berisi Per Plot (kg)
Simbol VarietasV1 Ciherang 7.04 aV2 Inpari 13 9.02 bV3 IR-64 7.23 a
BNJ 0,05 0.60Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda
tidak nyata pada taraf peluang 5 % (Uji BNJ).
Tabel 6 menunjukkan bahwa bobot gabah berisi per plot tanaman padi
dijumpai pada varietas Inpari 13 (V2) yang berbeda nyata dengan varietas
Ciherang (V1) dan varietas IR-64 (V3). Hubungan antara bobot gabah berisi per
plot pada berbagai varietas dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Bobot Gabah Berisi Per Plot Tanaman Padi pada Berbagai Varietas.
6. Bobot 1000 Butir Gabah (gr)
Rata-rata bobot 1000 butir gabah padi pada berbagai varietas setelah diuji
dengan BNJ 0,05 disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Rata-rata Bobot 1000 Butir Gabah Padi pada Berbagai Varietas.
7.04
9.02
7.23
0123456789
10
Ciherang Inpari 13 IR-64Bob
ot G
abah
Ber
isi P
er P
lot
(kg)
Varietas
23
VarietasBobot 1000 Butir Gabah (gr)
Simbol VarietasV1 Ciherang 25.24 a
V2 Inpari 13 28.18 bV3 IR-64 25.58 a
BNJ 0,05 2.02Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda
tidak nyata pada taraf peluang 5 % (Uji BNJ).
Tabel 7 menunjukkan bahwa bobot 1000 butir gabah padi tertinggi
dijumpai pada varietas Inpari 13 (V2) yang berbeda nyata dengan varietas
Ciherang (V1) dan varietas IR-64 (V3). Hubungan antara bobot 1000 butir gabah
pada berbagai varietas dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Bobot 1000 Butir Gabah Padi padaBerbagai Varietas.
7. Persentase Gabah Berisi dan Hampa (%)
Rata-rata persentase gabah berisi dan hampa padi pada berbagai varietas
setelah diuji dengan BNJ 0,05 disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Rata-rata Persentase Gabah Berisi dan Hampa Padi pada Berbagai
25.24
28.18
25.58
23.5024.0024.5025.0025.5026.0026.5027.0027.5028.0028.50
Ciherang Inpari 13 IR-64Bob
ot 1
000
But
ir G
abah
(gr
)
Varietas
24
Varietas.Varietas Persentase Gabah (%)
Simbol Varietas Berisi Hampa
V1 Ciherang(64.47)81.01 a
(25.53)18.99 a
V2 Inpari 13(67.60)85.29 b
(22.40)14.71 a
V3 IR-64(63.07)79.15 a
(26.93)20.85 b
BNJ 0,05 5.19 5.19Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda
tidak nyata pada taraf peluang 5 % (Uji BNJ).( ) : Rata - rata transformasi arsin √
Tabel 8 menunjukkan bahwa persentase gabah berisi dijumpai pada
varietas Inpari 13 (V2) yang berbeda nyata dengan varietas Ciherang (V1) dan
varietas IR-64 (V3). Persentase gabah hampa dijumpai pada varietas IR-64 (V3)
yang berbeda nyata dengan varietas Ciherang (V1) dan varietas Inpari 13 (V2).
Hubungan antara persentase gabah berisi padaberbagai varietas dapat dilihat pada
Gambar 6.
Gambar 6. Persentase Gabah Berisi dan Hampa Padipada Berbagai Varietas.
81.0185.29
79.15
18.9914.71
20.85
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Ciherang Inpari 13 IR-64
Per
sent
ase
Gab
ah (
gr)
Varietas
Berisi
Hampa
25
8. Produksi Per Hektar (ton)
Rata-rata potensi hasil per hektar pada berbagai varietas setelah diuji
dengan BNJ 0,05 disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Rata-rata Produksi Per Hektar pada Berbagai Varietas.
VarietasProduksi Per Hektar (ton)
Simbol VarietasV1 Ciherang 4.53 aV2 Inpari 13 5.78 bV3 IR-64 4.64 a
BNJ 0,05 0.37Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda
tidak nyata pada taraf peluang 5 % (Uji BNJ).
Tabel 9 menunjukkan bahwaProduksi per hektar dijumpai pada varietas
Inpari 13 (V2) yang berbeda nyata dengan varietas Ciherang (V1) dan varietas IR-
64 (V3). Hubungan antara persentase gabah hampa pada berbagai varietas dapat
dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Produksi Per Hektar pada Berbagai Varietas.
4.1.2. Pengaruh Sistem Tanam Legowo
Hasil Uji F pada analisis ragam (Lampiran bernomor genap 2 sampai 26)
menunjukkan bahwa sistem tanam legowo berpengaruh nyata terhadap jumlah
4.53
5.78
4.64
0
1
2
3
4
5
6
7
Ciherang Inpari 13 IR-64
Pot
ensi
Has
il P
er H
ekta
r(t
on)
Varietas
26
anakan produktif per rumpun. Berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman
padi pada umur 15, 30 dan 45 HST, jumlah anakan umur 15, 30 dan 45 HST
panjang malai, bobot gabah berisi per plot, bobot 1000 butir gabah, persentase
gabah berisi, persentase gabah hampa dan potensi hasil per hektar.
1. Tinggi Tanaman (cm)
Rata-rata tinggi tanaman padi pada berbagai sistem tanam legowo umur
15, 30 dan 45 HST disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Rata-rata Tinggi Tanaman Padi pada Berbagai Sistem Tanam LegowoUmur 15, 30 dan 45 HST.
Sistem Tanam Legowo Tinggi Tanaman (cm)Simbol Sistem Tanam 15 HST 30 HST 45 HST
S1 2 : 1 40.21 58.77 66.63
S2 3 : 1 38.20 59.19 66.08S3 4 : 1 40.19 59.20 65.42
Tabel 10 menunjukkan bahwa tinggi tanaman padi tertinggi pada umur 15
dan 45 HST dijumpai pada sistem tanam legowo 2 : 1 (S1) meskipun secara
statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
Sedangkan pada umur 30 HST dijumpai pada sistem tanam legowo 4 : 1 (S3)
meskipun secara statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan
perlakuan lainnya.
2. Jumlah Anakan Per Rumpun Tanaman Padi (anakan)
Rata-rata jumlah anakan tanaman padi pada berbagai sitem tanam legowo
umur 15, 30 dan 45 HST disajikan pada Tabel 11.
27
Tabel 11. Rata-rata Jumlah Anakan Tanaman Padi pada Berbagai Sistem TanamLegowo Umur 15, 30 dan 45 HST.
Sistem Tanam Legowo Jumlah Anakan Per RumpunSimbol Sistem Tanam 15 HST 30 HST 45 HST
S1 2 : 1 8.24 23.66 26.53
S2 3 : 1 7.97 24.04 27.86S3 4 : 1 8.07 26.48 29.13
Tabel 11 menunjukkan bahwa jumlah anakan per rumpun terbanyak umur
15 HST dijumpai pada sistem tanam legowo 2 : 1 (S1) meskipun secara statistik
menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya. Sedangkan
pada umur 30 dan 45 HST dijumpai pada sistem tanam legowo 4 : 1 (S3)
meskipun secarastatistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan
perlakuan lainnya.
3. Jumlah Anakan Produktif (anakan)
Rata-rata jumlah anakan produktif tanaman padi pada berbagai sistem
tanam legowo setelah diuji dengan BNJ 0,05 disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12. Rata-rata Jumlah Anakan Produktif Tanaman Padi pada BerbagaiSitemTanam Legowo.
Sistem Tanam Legowo Jumlah Anakan Produktif(anakan)Simbol Sitem Tanam
S1 2 : 1 17.49 ab
S2 3 : 1 17.16 aS3 4 : 1 17.79 b
BNJ 0,05 0.59Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
berbeda tidak nyata pada taraf peluang 5 % (Uji BNJ).
Tabel 12 menunjukkan bahwa jumlah anakan produktif per rumpun
terbanyak dijumpai pada sistem tanam legowo 4 : 1 (S3) yang berbeda nyata
dengan sistem tanam legowo 3 : 1 (S2) namun tidak berbeda nyata dengan sistem
28
tanam legowo 2 : 1 (S1). Adapun hubungan antara jumlah anakan produktif pada
berbagai sistem tanam legowo dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Jumlah Anakan Produktif pada Beberapa sistem tanam legowo.
4. Panjang Malai (cm)
Rata-rata panjang malai padi pada berbagai sistem tanam legowo disajikan
pada Tabel 13.
Tabel 13. Rata-rata Panjang Malai Padi pada Berbagai Sistem Tanam Legowo.
Sistem Tanam LegowoPanjang Malai (cm)
Simbol Sitem TanamS1 2 : 1 24.96
S2 3 : 1 24.94S3 4 : 1 25.09
Tabel 13 menunjukkan bahwa malai padi terpanjang dijumpai pada sistem
tanam legowo 4 : 1 (S3) meskipun secara statistik menunjukkan perbedaan yang
tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
5. Bobot Gabah Berisi Per Plot (kg)
Rata-rata bobot gabah berisi per plot tanaman padi pada berbagai sistem
tanam legowodisajikan pada Tabel 14.
17.49
17.16
17.79
16.8016.9017.0017.1017.2017.3017.4017.5017.6017.7017.8017.90
2 : 1 3 : 1 4 : 1Jum
lah
Ana
kan
Pro
dukt
if(a
naka
n)
Sistem Tanam Legowo
29
Tabel 14. Rata-rata Bobot Gabah Berisi Per Plot Tanaman Padi pada BerbagaiSistem Tanam Legowo.
Sistem Tanam LegowoBobot Gabah Berisi Per Plot (kg)
Simbol Sitem TanamS1 2 : 1 7.44
S2 3 : 1 7.91S3 4 : 1 7.94
Tabel 14 menunjukkan bahwa bobot gabah berisi per plot tanaman padi
dijumpai pada sistem tanam legowo 4 : 1 (S3) meskipun secara statistik
menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
6. Bobot 1000 Butir Gabah (gr)
Rata-rata bobot 1000 butir gabah padi pada berbagai sistem tanam legowo
disajikan pada Tabel 15.
Tabel 15. Rata-rata Bobot 1000 Butir Gabah Padi pada Berbagai Sistem TanamLegowo.
Sistem Tanam LegowoBobot 1000 Butir Gabah (gr)
Simbol Sitem TanamS1 2 : 1 26.16
S2 3 : 1 26.23S3 4 : 1 26.61
Tabel 15 menunjukkan bahwa bobot 1000 butir gabah padi terbanyak
dijumpai pada sistem tanam legowo 4 : 1 (S3) meskipun secara statistik
menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
7. Persentase Gabah Berisi dan Hampa (%)
Rata-rata persentase gabah berisi dan hampa padi pada berbagai sistem
tanam legowodisajikan pada Tabel 16.
30
Tabel 16. Rata-rata Persentase Gabah Berisi dan Hampa Padi pada BerbagaiSistem Tanam Legowo.
Sistem Tanam Legowo Persentase Gabah Berisi (%)Simbol Sistem Tanam Berisi Hampa
S1 2 : 1(63.83)80.06
(26.17)19.94
S2 3 : 1(65.08)81.89
(24.92)18.11
S3 4 : 1(66.24)83.50
(23.77)16.50
Keterangan : ( ) Rata - rata transformasi arsin √Tabel 16 menunjukkan bahwa persentase gabah berisi dijumpai pada
sistem tanam legowo 4 : 1 (S3) meskipun secara statistik menunjukkan perbedaan
yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya. Persentase gabah hampa dijumpai
pada sistem tanam legowo 2 : 1 (S1) meskipun secara statistik menunjukkan
perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
8. Produksi Per Hektar (ton)
Rata-rata potensi hasil per hektar pada berbagai sistem tanam legowo
disajikan pada Tabel 17.
Tabel 17. Rata-rata Potensi Hasil Per Hektar pada Berbagai Sistem TanamLegowo.
Sistem Tanam LegowoProduksi Per Hektar (ton)
Simbol Sistem TanamS1 2 : 1 4.77
S2 3 : 1 5.08S3 4 : 1 5.10
Tabel 17 menunjukkan bahwa Produksi per hektar dijumpai pada sistem
tanam legowo 4 : 1 (S3) meskipun secara statistik menunjukkan perbedaan yang
tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
31
4.1.3. Pembahasan
1. Pengaruh Varietas
Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas berpengaruh sangat nyata
terhadap tinggi tanaman padi pada umur 15, 30 dan 45 HST, jumlah anakan
produktif per rumpun, panjang malai, bobot gabah berisi per plot, bobot 1000
butir gabah, potensi hasil per hektar. Berpengaruh nyata terhadap persentase
gabah berisi dan persentase gabah hampa. Berpengaruh tidak nyata terhadap
jumlah anakan umur 15, 30 dan 45 HST.
Dari berbagai varietas yang dicobakan, meningkatnya pertumbuhan dan
produksi tanaman padi terbaik dijumpai pada varietas Inpari 13 (V2). Hal ini
diduga karena varietas Inpari 13 mempunyai daya adaptasi yang lebih cepat dan
lebih baik terhadap kondisi lingkungan yang berbeda serta perbedaan sifat genetik
dari varietas yang digunakan dibandingkan dengan varietas-varietas lainnya. Hal
ini sesuai dengan pendapat Simatupang (1997), yang menyatakan bahwa
perbedaan pertumbuhan dan produksi suatu varietas dipengaruhi oleh kemampuan
suatu varietas beradaptasi terhadap lingkungan tempat tumbuhnya. Meskipun
secara genetis ada varietas yang memiliki potensi produksi yang lebih baik, tetapi
karena dipengaruhi oleh faktor lingkungan tempat tumbuhnya sangat dapat
menurunkan produksi. Harjadi (1996) menambahkan bahwa setiap varietas selalu
terdapat perbedaan respon pada kondisi lingkungan tempat tumbuhnya.
Varietas Inpari 13 mempunyai tingkat daya adaptasi lingkungan yang
lebih tinggi dan masa vegetatif yang lebih cepat dibandingkan dengan varietas
lainnya. Hal ini memberikan pengaruh pada penampilan fenotipe dari setiap
varietas terhadap lingkungan tumbuhnya.
32
Selain itu tinggi rendahnya pertumbuhan serta hasil tanaman dipengaruhi
oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
merupakan faktor yang dipengaruhi oleh sifat genetik atau sifat turunan seperti
umur tanaman, morfologi tanaman, daya hasil, kapasitas menyimpan cadangan
makanan, ketahanan terhadap penyakit dan lain-lain. Faktor eksternal merupakan
faktor lingkungan, seperti iklim, tanah dan faktor biotik (Gardner et al., 1991).
2. Pengaruh Sistem Tanam Legowo
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem tanam legowo berpengaruh
nyata terhadap jumlah anakan produktif per rumpun. Berpengaruh tidak nyata
terhadap tinggi tanaman padi pada umur 15, 30 dan 45 HST, jumlah anakan
umur 15, 30 dan 45 HST panjang malai, bobot gabah berisi per plot, bobot 1000
butir gabah, persentase gabah berisi, persentase gabah hampa potensi hasil per
hektar.
Dari beberapa sistem tanam yang dicobakan, jumlah anakan produktif
terbanyak dijumpai pada sistem tanam legowo 4 : 1 (S3), diduga karena sistem
tanam legowo 4 : 1 memberikan kesempatan yang sama pada setiap tanaman padi
untuk mendapat ruang dan sinar matahari secara optimum, sehingga jumlah
anakan produktif lebih meningkat dan produksinya lebih maksimal. Hal ini
sejalan dengan pendapat Syam (1992) bahwa kompetisi cahaya terjadi apabila
suatu daun memberi naungan pada daun lain, tanaman yang saling menaungi akan
berpengaruh pada proses fotosintesis, sehingga tanaman yang berada dipinggir
akan memperoleh intensitas sinar matahari yang lebih banyak (efek tanaman
pinggir). Secara prinsip sistem legowo memberikan pengaruh tanaman pinggir
(border effect), yaitu semakin luasnya jelajah perakaran tanaman sehingga
33
memungkinkan tanaman menjadi lebih sehat dan bernas yang pada akhirnya
memberikan hasil lebih tinggi.
Suriapermana et al (1990) menambahkan bahwa pada padi yang ditanam
secara beraturan dalam bentuk tegel hasil tanaman bagian luar lebih tinggi 1.5-2
kali dibandingkan hasil tanaman yang berada di bagian dalam. Karena sistem
tanam legowo ini memberikan kondisi yang sama pada setiap tanaman padi untuk
mendapat ruang dan sinar matahari secara optimum, sehingga jumlah anakan dan
hasil produksi mencapai pada tingkat maksimal.
3. Interaksi
Hasil penelitian menunjukkan terdapat interaksi yang tidak nyata antara
varietas dengan sistem tanam legowo terhadap semua peubah pertumbuhan dan
hasil tanaman padi yang diamati, hal ini bermakna perbedaan respon
pertumbuhan dan hasil beberapa varietas padi tidak tergantung pada sistem tanam
legowo maupun sebaliknya.
34
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Varietas berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman padi pada umur
15, 30 dan 45 HST, jumlah anakan produktif per rumpun, panjang malai, bobot
gabah berisi per plot, bobot 1000 butir gabah, potensi hasil per hektar.
Berpengaruh nyata terhadap persentase gabah berisi dan persentase gabah
hampa. Berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah anakan umur 15, 30 dan 45
HST.Pertumbuhan dan hasil tanaman padi terbaik dijumpai pada varietas Inpari
13.
2. Sistem tanam legowo berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan produktif per
rumpun, namun berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman padi pada
umur 15, 30 dan 45 HST, jumlah anakan umur 15, 30 dan 45 HST panjang
malai, bobot gabah berisi perplot, bobot 1000 butir gabah, persentase gabah
berisi, persentase gabah hampa potensi hasil per hektar.Pertumbuhan danhasil
tanaman padi terbaik dijumpai pada sistem tanam legowo 4 : 1.
3. Terdapat interaksi yang tidak nyata antara varietas dengan sistem tanam legowo
terhadap semua peubah pertumbuhan dan hasil tanaman padi yang diamati.
5.2. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang penggunaan varietas dan
sistem tanam legowolainnya, untuk dapat meningkatkan petumbuhan tanaman
padi terutama pada lahan persawahan.
35
DAFTAR PUSTAKA
AAK, 1990. Budidaya Tanaman Padi. Kanisius, Jakarta.
Abdurrachman, S 2004, Teknologi Budidaya Padi Tipe Baru. Makalahdisampaikan pada pelatihan pengembangan varietas unggul tipebaru (VUTB) fatmawati dan VUB lainnya 31 Maret - 3 April 2004, dibalipa sukamandi.
Andoko A. 2008. budidaya padi secara organik.Penebar Swadaya, Jakarta92 hlm.
Bambang, S. Z, Zulkifli,W, Diah. 2004. Kebijakan perbesaran dan inovasiteknologi padi. Puslitbang Tanaman Pangan, Bogor. 899 hlm.
Basri A.Iskandar T. Khalid J. Nasir A. M. 2010. Petunjuk PraktisPengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah. Balai pengkajianTeknologi Pertanian (BPTP), Aceh.
Gardner, F. P., R. B. Pearce, and R. L. Mitchell, 1991. Fisiologi TanamanBudidaya. Terjemahan oleh: Herawati Susilo. University of IndonesiaPress. Jakarta. 428h.
Harjadi. S.S. 1998. Pengantar Agronomi. PT. Gramedia, Jakarta. 197 hlm.
Humaedah U, Sundari, S, Astuti , Y Trisedyowati . 2010. Usaha Tanidengan Pendekatan PTT. Pusat pengembangan penyuluhan pertanian,Jakarta.
Luh, B.S., 1991. Rice Production, Volume I. Published by Van NostrandReinhold, New York.
Simatupang, S. 1997. Sifat dan ciri-ciri tanah. Institut Pertanian Bogor.Bogor. 86 hlm.
Sir Grist, D.H., 1960. Rice Formerly Agricultural Economist, ColonialAgricultural Service, Malaya. Longmans Green and Co Ltd : London.
Siregar. 1981. Budidaya Tanaman Padi di Idonesia. Suatra Hudaya, Jakarta.
Sugeng. 2001. Bercocok tanam padi.Aneka Ilmu Semarang 61 hlm.
36
Suparyono dan A. Setyono. 1993. Padi. Penebar Swadaya, Jakarta.
, 1997. Mengatasi Permasalahan Budidaya Padi.Cetakan I. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sutanto R 2002 pertanian organic menuju pertanian alternative danberkelanjutan. Kanius Yogyakarta.
Tobing, M. P. L., G, Opor, G, Sabar., K, Damanik. R., 1995. AgronomiTanaman Makanan – I, FP USU-Press, Medan.
Yulianti, N. 2009, 1001 cara menghasilkan pupuk organik, ed. Yogyakarta78 hlm.