pengaruh terapi mendengarkan murottal al...
TRANSCRIPT
PENGARUH TERAPI MENDENGARKAN MUROTTAL
AL-QUR’AN TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK
PRESIRKUMSISI DI RUMAH SUNATAN BINTARO
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh :
NADHIA ELSA SILVIANI
NIM: 1111104000020
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1436 H/2015M
iii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
SCHOOL OF NURSING
SYARIF HIDAYATULLAH ISLAMIC STATE UNIVERSITY
Ungraduate Thesis, July 2015
Nadhia Elsa Silviani, NIM : 1111104000020
Therapeutic Effect of Listening Murottal Al-Qur’an for PrecircumcissionChildren's Anxiety Levels
xvi + 52 pages + 4 tables + 5 attachments
ABSTRACT
Circumcision is one of the anxiety triggers for children, because circumcision is anew thing that may imply a threat for children. Anxiety can make childrenuncomfortable with the medical procedure to be performed, even children may notbe cooperative with circumcision to be performed. Precircumcision anxiety isworth noting that the child can be met sense of comfortable and be cooperative.Listening to Al-Qur’an recitation or murottal as a therapy is one of distractionand STOP coping strategy that can significantly reduce anxiety.The purpose of this study was to determined the therapeutic effect of listening toAl-Qur’anic murottal to anxiety level of precircumcision children. This researchuse preexperimental study design with The One Group Pretest and Postest and useaccidental sampling to collect data. This study was conducted on 15 children whogot circumcision in the Rumah Sunatan Bintaro. Evaluation of children’s anxietylevels before and after intervention using Three-and Five- Face Facial Scale.Statistical test results found that a decrease in level of cildren’s anxiety withp<0,05 (p=0,34). Beside that mean value before and after intervention (2.20 ±0.561 to 1.80 ± 0.414) that show differences between before and afterintervention. It can be conclude that listening Qur'anic murottal can reduceanxiety levels of precircumcision children.
Key Word : Circumcision, Children Anxiety, Qur’anic Murottal
Reference : 75 (years 2001-2015)
iv
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Juli 2015
Nadhia Elsa Silviani, NIM : 1111104000020
Pengaruh Terapi Mendengarkan Al-Qur’an terhadap Tingkat KecemasanAnak Presirkumsisi di Rumah Sunatan Bintaro
xxvi + 52 halaman + 4 tabel + 5 lampiran
ABSTRAK
Sirkumsisi merupakan salah satu pemicu cemas bagi anak, karena sirkumsisitermasuk hal baru yang dapat diartikan ancaman bagi anak. Kecemasan tersebutdapat membuat anak tidak nyaman dengan tindakan medis yang akan dilakukan,bahkan bisa saja tidak dapat kooperatif dengan sirkumsisi yang akan dilakukan.Kecemasan presirkumsisi ini perlu diperhatikan agar anak dapat terpenuhi rasanyamannya dan dapat kooperatif. Terapi mendengarkan murottal Al-Qur’anmerupakan salah satu distraksi dan strategi koping STOP yang dapat menurunkankecemasan secara signifikan.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi mendengarkanmurottal Al-Qur’an terhdap tingkat kecemasan anak presirkumsisi. Penelitianpreeksperimental ini menggunakan metode The one group pretest posttest designdengan teknik accidental sampling untuk mengumpulkan data. Penelitian inidilakukan pada 15 anak yang akan dilakukan sirkumsisi di Rumah SunatanBintaro. Evaluasi tingkat kecemasan anak sebelum dan sesudah intervensimenggunakan Three-and Five-Face Facial Scale.Hasil uji statistik ditemukan adanya penurunan tingkat kecemasan anak antarasebelum dan sesudah intervensi dengan nilai p<0,05 (p=0,034). Rata-rata tingkatkecemasan anak sebelum intervensi 2,20 ± 0,561 dan rata-rata sesudah intervensi1,80 ± 0,414. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terapi mendengarkan murottalAl-Qur’an dapat menurunkan tingkat kecemasan anak presirkumsisi.
Kata kunci : Kecemasan Anak, Sirkumsisi, Murottal Al-Qur’an,
Referensi : 75 (tahun 2001-2015)
v
vi
vii
viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Nadhia Elsa Silviani
Tempat, taggal lahir : Cilacap, 05 Juli 1993
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Dsn, Sukamulya, Ds. Bolang, Rt/Rw 01/05, KecamatanDayeuhluhur, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah
Hp : 081802908244
E-mail : [email protected]
Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Program Studi Ilmu Keperawatan
Pendidikan
1. TK Melati Asih 1997-19992. SD N Bolang 01 1999-20053. SMP N 2 Dayeuhluhur 2005-20084. SMA N 1 Majenang 2008-20115. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah 2011-sekarang
Organisasi1. Sekretaris I OSIS SMP N 2 Dayeuhluhur 20072. Koordinator Divisi Media Rohis SMA N I Majenang 20103. Ketua Karya Ilmiah Remaja SMA N I Majenang 20104. KomDa FKIK UIN Jakarta 20125. BEM IK
ix
Selasar Sebelum Senja
Sebelum senja
Ayah dan bunda memiliki asa
Untuk para lentera-lenteranya
Sebelum senja
Mentari menyapa para mujahid mujahidah yang haus ilmu
Sebelum senja
Pelataran yang luas itu menggambarkan ambisi dan cita mereka
Sebelum senja
Aku harus mengecap indahnya pelita seperti lentera-lentera itu
Karna jika tidak maka ingatlah
Kemalasan yang dipupuk sekarang
ini akan membuat senja tak lagi memiliki cerita
Sebelum senja sang guru Imam Syafi’i memberi nasihat pada muridnya
Tujuan dari ilmu adalah mengamalkannya
Ilmu yang hakiki adalah merefleksikannya dalam kehidupan
Bukan yang tertengger dikepala
Sebelum senja
aku harus mempunyai selasar
Setidaknya untuk melihat lentera-lentera kecil menyala karena indahnya ilmu
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat danhidayah-Nya penullis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PengaruhTerapi Mendengarkan Murottal Al-Qur’an Terhadap Tingkat KecemasanAnak Presirkumsisi Di Rumah Sunatan Bintaro”
Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar SarjanaKeperawatan (S.Kep) pada Program Studi Ilmu Keperawatan UIN SyarifHidayatullah Jakarta.
Selesainya skripsi ini tidak lepas dari bantuan, dukungan, dan arahan dariberbagai pihak. Rangkaian terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. Dr. Arif Sumantri, SKM., M.Kes, selaku dekan Fakultas Kedokterandan Ilmu Kesehatan UIN syarif Hidayatullah Jakarta
2. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., M.Sc., selaku Ketua Program Studidan Ibu Ernawati , S.Kp., M.Kep, Sp.KMB., selaku Sekretaris ProgramStudi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu KesehatanUIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Ibu Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc dan Ibu Ns.Gusrina KomaraPutri, S.Kep., MSN selkau pembimbing yang selalu memberikansemangat dan mengarahkan penulisan ini kearah yang lebih baik.
4. Bapak dan ibu dosen serta karyawan Program Studi IlmuKeperawatan Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakartayang mendukung dalam terselesaikannya skripsi ini.
5. Ketua Rt/Rw dan remaja masjid Perumahan Kejagung yang telahmengizinkan penulis melakuakan studi pendahuluan.
6. Kepala Humas Rumah Sunatan Bintaro yang telah mengizinkanpenulis untuk melakukan studi pendahuluan dan penelitian.
7. Teman-teman senasib dan sepenanggungan yang selalu setia dalammengikuti pendidikan di PSIK FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakartaserta memberikan dukungan moral yang dapat memotivasi penulisuntuk menyelesaikan skripsi ini.
8. Kedua orang tua, Bapak Rusdianto dan Ibu Yuyum Mulyaningsih yangselalu setia mendo’akan dan mendengarkan keluh kesah nanda dalamsetiap keadaan. Rasanya tidak ada yang dapat menggantikan jasa-jasaayah dan bunda. Cinta dan sayang kalian pada nanda tidak dapat nandaucapkan dengan kata-kata. Semoga Alloh tetap memberikan ketabahanserta keihklasan pada ayah dan bunda dalam mendidik nanda dan adik.
9. Adikku tercinta, Tafhan Naufal Satria Wibowo, terimakasih atassenyuman dan canda yang selalu disuguhkan disela-sela kesibukanbelajar. Gapailah cita-citamu dan bahagiankan kedua orang tua,menjaga akhlak dan agama, serta tetap semangat.
10. Kakek dan nenek tercinta Ibu Acah Kartisah dan Ibu Arsah, BapakOdong Sardam dan Bapak Tatang Ciptadi, serta kepada seluruhkeluarga yang senantiasa mencurahkan kasih dan sayangnya padapenulis.
xi
11. Musyrifah Rumah Qur’an UIN, Kak Ati dan Kak Dewi yangsenantiasa selalu memberi motivasi dan memberi saran demiterselesaikannya skripsi ini. Penulis berterimakasih atas didikan danbimbingan di RQ UIN.
12. Saudara dan saudari ku di KOMDA FKIK, CTQ MITOQONDRIA,FURKI, Rumah Qur’an UIN, LDK UIN Syahid, KAMMI MEDSOS,serta seluruh aktivis dakwah kampus yang namanya tidak dapatsibutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan spiritual dankerinduan akan berlomba-lomba dalam kebaikan, penulis sampaikan“ana uhibukum fillah”
Penulis sadar bahwa skripsi ini jauh dari sempurna baik dari segi penulisanmaupun metodologi yang dipakai, sehingga penulis menerima dengan terbukaakan masukan dan komentar yang membangun dan menjadikan skripsi ini jauhlebih baik dari sebelumnya.
Ciputat, Juli 2015
Nadhia Elsa Silviani
xii
DAFTAR ISI
Halaman Judul.......................................................................................................... i
Pernyataan Keaslian Karya ..................................................................................... ii
Abstract .................................................................................................................. iii
Abstrak ................................................................................................................... iv
Pernyataan Persetujuan ............................................................................................v
Lembar Pengesahan ............................................................................................... vi
Daftar Riwayat Hidup .......................................................................................... viii
Catatan Penulis –Selasar Sebelum Senja ............................................................... ix
Kata Pengantar .........................................................................................................x
Daftar Isi................................................................................................................ xii
Daftar Singkatan................................................................................................... xiv
Daftar Tabel dan Bagan .........................................................................................xv
Daftar Lampiran ................................................................................................... xvi
1. BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang ............................................................................................11.2 Rumusan Masalah .......................................................................................51.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................61.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................71.5 Ruang Lingkup Penelitian...........................................................................8
2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA2.1 Konsep Al-Qur’an.......................................................................................92.2 Konsep Cemas ..........................................................................................112.3 Pengaruh Murottal Al-Qur’an terhadap Kecemasan.................................192.4 Konsep Anak.............................................................................................222.5 Konsep Sirkumsisi ....................................................................................252.6 Kerangka Teori .........................................................................................26
3. BAB III KERANGKA KONSEP3.1 Kerangka Konsep......................................................................................273.2 Hipotesa ....................................................................................................283.3 Definisi Operasional .................................................................................29
4. BAB IV MEOTODOLOGI PENELITIAN4.1 Jenis Penelitian..........................................................................................314.2 Populasi dan Sampel .................................................................................324.3 Tempat dan Waktu ....................................................................................33
xiii
4.4 Alat Pengumpulan Data ............................................................................334.5 Metode Pengumpulan Data.......................................................................344.6 Prinsip Etis ................................................................................................364.7 Pengolahan Data .......................................................................................374.8 Analisa Data..............................................................................................38
5. BAB V HASIL PENELITIAN5.1 Karakteristik Responden ...........................................................................405.2 Analisa Univariat ......................................................................................415.3 Analisa Bivariat ........................................................................................42
6. BAB VI PEMBAHASAN6.1 Pembahasan Hasil Uji Penelitian ..............................................................446.2 Keterbatasan Penelitian.............................................................................50
7. BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN7.1 Kesimpulan ...............................................................................................517.2 Saran .........................................................................................................52
Daftar PustakaLampiran
xiv
DAFTAR SINGKATAN
HIV : Human Immunodeficiency Virus
UNAIDS : United Nation of Acut Imuno Deficiency Syndrom
WHO : World Health Organization
STOP : Source, Trial and error, Others, Pray and Patient
SC : Sectio Secaria
GABA : Gama aminobutirat
HT : Hydroxytyptamine
DSM :Diagnose and Statistic Manual of Mental Health
OCD : Obsessive Convlusive Disorder
PTSD : Post Traumatic Stress Disorder
RCADS : Revised Child Anxiety and Depression Scale
BAI : Beck Nxiety Scale
HADS-A : Hospital Anxiety and Depression Scale-Anxiety
CTAS : Child Test Anxiety Scale
FAS : Facial Analog Scale
PSIK : Program Studi Ilmu Keperawatan
UIN : Universitas Islam Negeri
FKIK : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
ISK : Infeksi Saluran Kemih
IMS : Infeksi Menular Seksual
xv
DAFTAR TABEL DAN BAGAN
Halaman
Skema 2.1 Rentang Respon Cemas.......................................................................16
Skema 2.2 Neurofisiologis Mendengarkan Murottal Al-Qur’an ..........................22
Skema 2.3 Kerangka Teori.....................................................................................26
Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ................................................................27
Tabel 3.3 Definisi Operasional ..............................................................................29
Gambar 4.1 Three-and Five-Face Facial Scale.....................................................34
Skema 4.2 Alur Penelitian......................................................................................35
Tabel 5.1 Sebaran Usia Anak Presirkumsisi ..........................................................40
Tabel 5.2 Sebaran Tingkat Cemas Anak Sebelum dan Sesudah Intervens............41
Tabel 5.3 Analisa Bivariat Tingkat Cemas Anak Presirkumsisi Preintervensi
dan Posintervensi ...................................................................................................43
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumen Perizinan
Lampiran 2. Penjelasan tentang Penelitian dan Persetuhjuan Responden
Lampiran 3. Hasil Uji Penelitian
Lampiran 4.Hasil Studi Pendahuluan
Lampiran 5. Instrumen Penelitian dan Perizinan Penggunaan Instrumen
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sirkumsisi adalah tindakan membuang kulit (foreskin) yang menutupi
ujung penis (Arifianto, 2012). Sirkumsisi sering dikenal dengan nama lain
khitan atau sunat. Secara historikal sirkumsisi merupakan salah satu interfensi
bedah tertua (Yavuz dkk, 2011). Sirkumsisi dalam agama menurut sebagian
ulama mewajibkannya atas laki-laki muslim sebelum usia baligh, ketika
kewajiban shalat mulai berlaku atas seseorang (Baharits, 2007). Manfaat
sirkumsisi antara lain mengurangi risiko terkena infeksi saluran kemih (ISK),
mengurani risiko terkena infeksi Human Imuno Deficiency Virus (HIV),
mengurangi risiko terkena infeksi menular seksual (IMS), mengurangi risiko
mengalami kanker penis dan mencegah infeksi dikulit foreskin, mengatasi
fimosis, dan memudahkan menjaga kebersihan kemaluan (Arifianto, 2012).
Menurut United Nation of Acute Immuno Deviciency Syndrom
(UNAIDS) (2010) hampir 30% laki-laki disirkumsisi, dan dua dari tiga orang
laki-laki adalah muslim. Praktik sirkumsisi secara umum telah dikenal di
negara muslim wilayah Asia, salah satunya Indonesia (Hull, 2001 dalam
World Health Organisation, 2007). Pelaksanaan sirkumsisi dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain kesehatan, agama, seksualitas, dan untuk
menerapkan norma-norma sosial serta waktu pelaksanaan sirkumsisi pada
setiap negara dan wilayah berbeda, tergantung negara dan etnik (UNAIDS,
2
2010). Usia anak yang disirkumsisi di Indonesia antara usia satu hingga
sebelas tahun sebanyak >80%, di Ghana , Israel, Kuwait, Oman, Qatar dan
Saudi Arabia usia anak disirkumsisi paling banyak pada usia kurang dari satu
tahun atau pada masa neonatal. Sedangkan di wilayah Kenya dan Vanuatu,
sirkumsisi dilakukan mayoritas laki-laki usia 12-20 tahun (UNAIDS, 2010).
Menurut data di atas, maka dapat dikatakan bahwa usia anak yang
disirkumsisi di Indonesia ada dalam kategori usia sekolah, sedangkan
mayoritas anak laki-laki di Afrika Timur dan Afrika Selatan sirkumsisi
dilakukan pada usia 12-22 tahun, namun biasanya dilakukan lebih awal di
daerah Afrika Timur (WHO, 2009). Data tersebut ditunjang dengan studi
pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada bulan Desember di Rumah
Sunatan Bintaro menunjukkan bahwa 70% anak yang akan menjalani
sirkumsisi adalah anak usia sekolah dengan rata-rata usia 8-11 tahun.
Sirkumsisi merupakan hal baru yang akan dihadapi oleh seorang anak
laki-laki. Hal yang baru dapat dipresepsikan sebagai ancaman pada diri yang
menyebabkan cemas. Ancaman tersebut dapat berupa ancaman terhadap
integritas diri dan sistem diri (Asmadi, 2008), sehingga sirkumsisi dapat
menyebabkan kecemasan pada anak. Menurut Utari (2007) anak yang akan
disirkumsisi mengalami kecemasan dengan rentang 11-18. Penelitian lain
menyebutkan bahwa 57% dari 26 anak yang akan disirkumsisi mengalami
kecemasan sedang (Rinduwati dan Yulipurwanti 2006). Rentang kecemasan
ini berbeda pada setiap anak. Rentang respon cemas dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain usia, temperamen, pengobatan sebelumnya, serta
hubungan anak dengan orang tua (Ahmed, 2011).
3
Cemas menyebabkan respon kognitif, psikomotor, dan fisiologis yang
tidak nyaman, misalnya kesulitan berpikir logis, peningkatan aktifitas
motorik, agitasi, dan peningkatan tanda-tanda vital (Videbeck, 2008). Hal-hal
tersebut dapat menyebabkan ketidaknyamanan pada seseorang. Individu
biasanya berupaya untuk mengurangi respon atau bentuk ketidaknyaman
dengan melakukan koping. Koping yang dilakukan individu secara umum
dibagi menjadi dua, yaitu strategi pemecahan masalah yang dikenal dengan
istilah STOP ( Source, Trial and Error, Others, serta Pray and patient) dan
mekanisme pertahanan diri yang biasanya bersifat sementara, diluar
kesadaran, dan seringkali tidak berorientasi pada kenyataan (Asmadi, 2008).
Koping individu yang mengalami cemas dapat berbeda-beda. Menurut
penelitian Rinduwati dan Yulipurwanti (2006) anak yang akan disirkumsisi
rata-rata melakukan koping dengan cara mengobrol dengan teman sebaya,
bertanya kepada orang tua keadaan setelah disunat, dan tidak kabur dari ruang
sunat. Selain dengan strategi koping, beberapa terapi dapat bermanfaat
menurunkan cemas. Menurut hasil penelitian Utari (2007) menyatakan bahwa
terapi menggambar dapat menurunkan cemas anak. Selain terapi
menggambar, terapi yang dipakai untuk menurunkan cemas pada anak yaitu
terapi suara menggunakan musik.
Terapi musik dapat meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikis.
Longhi dan Pickett (2008), Chiu dan Kumar (2003) dalam Darliana (2008)
dikutip oleh Hariati (2010) menyatakan bahwa ketika musik diaktifkan maka
semua area yang berhubungan dengan sistem limbik akan terstimulasi
sehingga menghasilkan perasaan dan ekspresi. Selain terapi musik, terapi
4
suara yang lain yang terbukti dapat menurunkan cemas adalah terapi
mendengarkan bacaan Al-Qur’an. Ma’mun (2012) dan Hawari (1996) dalam
Sodikin (2012) menyatakan bahwa Al-Qur’an dapat menyembuhkan berbagai
macam penyakit jasmani maupun rohani seperti kegelisahan, kecemasan, dan
kejiwaan.
Murottal Al-Qur’an terbukti efektif untuk menurunkan cemas pada ibu
yang akan melalui operasi Sectio Cesaria (SC) ( Mirbagher dkk, 2010 dalam
Haj, 2011). El Syakir (2014) menyebutkan bahwa Al Qadhi melakukan
penelitian yang berhasil membuktikan hanya dengan mendengarkan bacaan
ayat-ayat Al-Qur’an, bagi yang berbahasa Arab maupun bukan, dapat
merasakan perubahan fisiologis yang sangat besar. Terdapat hasil bahwa
adanya penurunan depresi dan kesedihan, ketenangan jiwa, dan menangkal
berbagai penyakit. Hasil penelitiannya dapat disimpulkan bahwa bacaan Al-
Qur’an berpengaruh sebesar hingga 97% dapat melahirkan ketenangan jiwa
dan penyembuhan penyakit.
Menurut hasil studi pendahuluan di Sunatan Masal Perum Kejagung,
Ciputat, 28 Desember 2014 pada pengukuran tingkat kecemasan anak
presirkumsisi menggunkan Three-and Five- Face Facial Scale pada 24 anak
usia sekolah didapatkan 3 anak (12,5%) dengan tingkat kecemasan
kecemasan skala 2 (cukup cemas), 17 anak (70,83%) dengan tingkat
kecemasan skala 3 (sangat cemas), dan 4 anak (16,67 %) dengan tingkat
kecemasan skala 4 (amat sangat cemas). Setelah dilakukan pengkajian tingkat
cemas terhadap 12 anak yang dipilih untuk menjadi responden, didapatkan
rata-rata tingkat kecemasan preintervensi murottal Al-Qur’an dengan skala 3
5
(sangat cemas) dan rata-rata tingkat kecemasan posintervensi murottal Al-
Qur’an dengan skala 2 (cukup cemas).
Selain melakukan studi pendahuluan dengan intervensi murottal Al-
Qur’an, peneliti juga melakukan studi pendahuluan dengan mewawancarai 3
anak yang akan menjalani sirkumsisi. Peneliti melakukan wawancara terkait
munculnya kecemasan, didapatkan bahwa 3 anak tersebut merasa cemas
sehari sebelum sirkumsisi dan meningkat ketika tiba di tempat sirkumsisi.
Perawat merupakan pemberi asuhan yang holistik menyangkut
biopsikososio dan spiritual pasien. Selain itu perawat juga harus memberikan
kenyamanan pada pasien. Salah satu pemberian kenyamanan adalah
mereduksi cemas, terutama pada pasien anak yang akan mengahadapi
sirkumsisi. Seperti yang sudah dikemukakan oleh penelitian di atas bahwa
anak yang akan disirkumsisi mengalami kecemasan, maka peneliti tertarik
untuk meneliti pengaruh mendengarkan Al-Qur’an terhadap penurunan
kecemasan anak presirkumsisi.
1.2 Rumusan Masalah
Sirkumsisi dapat menjadi salah satu pemicu cemas pada anak.
Beberapa terapi komplementer seperti menggambar (Utari, 2007) dan
melakukan terapi musik secara aktif dan pasif (Chen dkk, 2014) dapat
menurunkan cemas pada anak presirkumsisi. Dua metode tersebut merupakan
terapi komplementer yang dapat dilakukan untuk menurunkan kecemasan
pada anak. Selain dua metode tersebut salah satu terapi komplementer adalah
dengan cara mendengarkan murottal Al-Qur’an. Penelitian yang dilakukan
6
Mirbagher dkk (2010) dalam Haj (2011) bahwa Al-Qur’an terbukti efektif
untuk menurunkan cemas pada ibu yang akan melalui operasi Sectio Cesaria
(SC).
Murottal Al-Qur’an juga efektif menurunkan kecemasan pada pasien
preoperasi fraktur ekstrimitas (Faradisi, 2011). Peneliti telah melakukan
literature rivew pada beberapa penelitan terkait penurunan tingkat cemas
menggunakan terapi Al-Qur’an, namun penelitian mengenai pengaruh bacaan
Al-Qur’an terhadap tingkat cemas anak presirkumsisi belum pernah
dilakukan di Indonesia. Berdasarkan uraian tersebut maka rumusan masalah
pada penelitian ini adalah “Adakah pengaruh mendengarkan murottal Al-
Qur’an terhadap tingkat kecemasan anak presirkumsisi?”
1.3. Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh mendengarkan murottal al-qur’an terhadap
tingkat cemas pada anak presirkumsisi sebelum dan sesudah intervensi.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui demografi usia anak presirkumsisi
2. Mengetahui tingkat cemas pada anak presirkumsisi sebelum
intervensi.
3. Mengetahui tingkat cemas pada anak presirkumsisi setelah
intervensi.
7
4. Mengetahui pengaruh mendengarkan murottal Al-Qur’an terhadap
tingkat cemas pada anak presirkumsisi sebelum dan sesudah
intervensi.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Pelayanan Kesehatan
Penelitian mengenai penurunan cemas menggunakan bacaan Al-
Qur’an telah banyak dibuktikan. Sedangkan penelitian pengaruh
mendengarkan bacaan Al-Qur’an terhadap penurunan kecemasan pada anak
presirkumsisi peneliti belum menemukan penelitian terkait, maka penelitian
ini diharapkan memberikan rekomendasi pilihan terapi disamping terapi lain
yang telah dipakai oleh institusi dengan untuk meningkatkan pemberian
pelayanan, mengaplikasikan atraumatic care pada anak, dan
mengintegrasikan keislaman, yaitu intervensi terapi mendengarkan murottal
Al-Qur’an dengan intervensi sirkumsisi yang dilakukan.
1.4.2 Bagi Keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat membantu pasien memberikan
kenyamanan secara psikologis dan memperkenalkan terapi religious sebagai
terapi komplementer untuk menurunkan cemas pada anak yang akan
menjalani sirkumsisi.
8
1.4.3 Bagi Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi penguat penelitian lain dalam
pemenuhan kebutuhan rasa nyaman dan spiritual anak sebelum menjalani
tindakan medis.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan terapi
mendengarkan murottal Al-Qur’an pada tingkat cemas anak presirkumsisi di
Rumah Sunatan Bintaro. Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Program
Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Variabel yang akan dikaji dan sampel yang digunakan pada penelitian
ini termasuk dalam ruang lingkup keperawatan anak dengan memperhatikan
aspek jiwa anak dalam menghadapi tindakan medis, yaitu kecemasan sebelum
menjalani sirkumsisi.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Al-Qur’an
2.1.1. Definisi Al-Qur’an dan Murottal Al-Qur’an
2.1.1.a Definisi Al-Qur’an
Arti kata Al-Qur’an menurut bahasa berarti bacaan, sedangkan
definisi lain Al-Qur’an adalah sebuah kalam ilahi (Kurniawan, 2008).
Menurut Al Ghazali (1983) dalam A’la (2006) wahyu ilahi merupakan
kalam al nafs yang qadim dan intrinsik dengan dzat-Nya, serta bebas dari
huruf dan bunyi. Dengan demikian Al-Qur’an hadir mempresentasikan
wahyu untuk membimbing manusia menuju kehidupan yang bebas dari
muatan pragmatis, sempit, dan sesat (A’la, 2006).
2.1.1.b Definisi Murottal Al-Qur’an
Membaca Al-Qur’an adalah suatu kewajiban bagi umat muslim.
Seperti yang telah disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-Muzammil ayat
empat yang berarti
“Bacalah Al-Qur’an dengan tartil”
Kata tartil diatas mengandung makna membaca Al-Qur’an dengan
memperhatikan panjang pendeknya dan tajwidnya, bukan dengan
menyanyikan dan melagu-lagukannya, tidak berlebih-lebihan, dan bukan
berasyik-asyik dalam menyanyikan dan melagukannya (Quthb, 2001).
10
Berbeda dengan metode Qiro’ah yang mengedepankan cara membaca
terlebih dahulu daripada pengenalan huruf (Mulyono, 2011).
2.1.2 Manfaat Al-Qur’an Bagi Kesehatan
Al-Qur’an memiliki fungsi sebagai penyembuh atau obat.
Sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al Isra ayat 82 yang
berarti
“Dan Kami turunkan Al-Qur’an (sesuatu) yang menjadi penawar dan
rahmat bagi orang yang beriman…”.
Beberapa penelitian mengenai pengaruh Al-Qur’an terhadap
kesehatan dapat berpengaruh terhadap kesehatan jiwa dan fisik. Al-Qur’an
berpengaruh meningkatkan kesehatan jiwa pada lansia (Sooki dkk, 2010)
dan mahasiswa keperawatan di Universitas Rafsanjan (Kazemi, dkk 2004).
Dimensi kesehatan fisik memang terlihat tidak berpengaruh secara
langsung, namun secara jelas diperintahkan oleh Allah dalam Al-Qur’an
beberapa perintah untuk menguatkan fisik, antara lain shalat dan puasa.
Assegaf (2009) dalam bukunya menuliskan manfaat shalat dan puasa
bagi kesehatan fisik. Manfaat shalat yang khusuk, ikhlas, dan merasakan
hati sedang berkomunikasi dengan Allah dapat mencegah bahkan
menyembuhkan rematik dan spondiloartrosis (radang tulang belakang),
mencegah stroke, pikun dini, serta meningkatkan kreatifitas dan
menentramkan hati. Manfaat puasa yang paling jelas terlihat menurutnya
adalah detoksifikasi serta revitalisasi organ-organ utama yaitu hati, kelenjar
pencernaan, dan ginjal.
11
Penelitian ini lebih berfokus pada pengaruh mendengarkan murottal
Al-Qur’an terhadap kecemasan anak presirkumsisi, sehingga pengaruh Al-
Qur’an terhadap kesehatan fisik atau kesehatan jiwa yang lain tidak akan
dibahas.
2.2. Konsep Cemas
2.2.1 Definisi Cemas
Cemas atau dalam istilah kesehatan sering dikenal dengan ansietas
dapat terjadi pada setiap individu. Corey (2005) dalam Asmadi (2008)
menyatakan bahwa cemas dapat menjadi suatu kekuatan motivasi untuk
pertumbuhan dan perkembangan pada individu yang bersangkutan. Definisi
cemas menurut May (1967) dalam Semium (2006) adalah kekhawatiran
yang disebabkan oleh suatu ancaman terhadap nilai yang dianggap individu
sangat penting bagi eksistensinya. Ketika merasa cemas, individu merasa
tidak nyaman atau takut atau mungkin memiliki firasat akan ditimpa
masalah petaka padahal ia tidak mengerti mengapa emosi yang mengancam
tersebut terjadi, sehingga cemas merupakan peringatan internal yang
memberikan tanda bahaya kepada individu (Videbeck, 2008).
Menurut Videbeck (2008) dalam bukunya menyatakan bahwa cemas
dan takut tidak dapat dibedakan, karena respon prilaku, fisiologis, dan
emosional mengalami respon prilaku yang sama. Menurutnya perbedaan
antara cemas dan takut hanya terdapat satu perbedaan saja, yaitu bahwa rasa
takut timbul sebgaia respon terhadap objek mengancam yang dapat
12
didefinisikan dan spesifik, sedangkan ansietas atau cemas adalah emosi
yang ditimbulkan oleh rasa takut.
2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan
Menurut Asmadi (2008) faktor-faktor yang dapat menjadi pencetus
seseorang merasa cemas dapat berasal dari diri sendiri (faktor internal) dan
faktor dari luar dirinya (eksternal). Faktor internal yaitu faktor usia,
temperamen,tindakan medis sebelumnya, kedekatan dan kualitas hubungan
anak dengan orang tua (Ahmed, 2011). Sedangkan dari luar dirinya (faktor
eksternal) yaitu ancaman terhadap integritas fisik dan ancaman terhadap
self-esteem (Stuart dan Sudden, 1998 dalam Iriana, 2014). Asmadi (2008)
mengelompokkan pencetus cemas menjadi dua kategori, yaitu :
1. Ancaman terhadap integritas diri, meliputi ketidakmampuan fisiologis
atau gangguan dalam melakukan aktifitas sehari-hari guna pemenuhan
terhadap kebutuhan dasarnya.
2. Ancaman terhadap sistem diri yaitu adanya sesuatu yang dapat
mengancam terhadap identitas diri, harga diri, kehilangan status atau
perasaan diri, dan hubungan interpersonal.
Banyak teori yang membahas mengenai kecemasan, penyebabnya,
dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Teori tersebut antara lain :
a. Teori Interpersonal
Menurut teori interpersonal Sullivan (1952) dalam Videbeck
(2008) ansietas timbul dari masalah-masalah dalam hubungan
interpersonal. Cemas yang ditunjukkan oleh bayi atau anak
13
mengakibatkan disfungsi, misalnya kegagalan untuk mencapai tugas
perkembangan yang sesuai dengan usia.
b. Teori Biologi
Teori ini membahas mengenai penyebab cemas yang berbeda
dengan penyebab psikologis. Menurut teori biologis individu yang
mengalami sikap bermusuhan, iritabilitas, prilaku sosial, dan perasaan
mendadak bahwa sesuatu tidak nyata dapat menunjukkan gangguan
panik.
c. Teori Genetik
Teori ini menyatakan bahwa cemas memiliki komponen yang
dapat diwariskan. Horwath dan Weissman (2000) dalam Viedebeck
(2008) menjelaskan suatu kemungkinan “sindrom kromosom 13”
yang dimungkinkan terlibat dalam hubungan genetik pada gangguan
panik, sakit kepala hebat, masalah ginjal, kandung kemih, hipertiroid,
atau prolaps katup mitral.
d.Teori Prilaku
Ahli teori ini memandang cemas sebagai suatu yang dipelajari
melalui pengalaman individu.
2.2.3 Cemas pada Anak Presirkumsisi
Usia anak sekolah sudah mulai mengikuti kegiatan di luar rumah.
Umumnya anak usia sekolah mempunyai hubungan yang cukup baik dengan
petugas perawatan kesehatan yang mereka andalkan dari pengalaman masa
lalu untuk menuntun mereka. Seringkali mereka mungkin merasa takut
terluka atau merasa malu (Wong, 2008). Penentraman hati dan pembicaraan
14
orang ketiga sangat membantu dalam menghilangkan rasa takut dan
kecemasan serta memungkinkan anak mengungkapkan rasa sakit (Joyce,
2008).
Yavuz (2011) mengatakan bahwa secara historikal sirkumsisi
merupakan interfensi bedah tertua. Proses pembedahan akan menimbulkan
perasaan yang mengganggu dan tidak nyaman pada anak atau keluarga
(Ghabeli dkk, 2014). Ahmed (2011) membagi faktor yang mempengaruhi
cemas pada anak preoperatif menjadi tiga, yaitu faktor anak, orang tua dan
lingkungan. Faktor anak meliputi usia, anak yang usianya semakin besar
akan mudah untuk mengungkapkan cemas, temperamen, medikasi
sebelumnya, dan hubungan anak dengan orang tua. Faktor orang tua
meliputi pengaruh kecemasan anak, gender orang tua yang menemani (Kain
dkk, 2009). Sedangkan aspek lingkungan meliputi induksi anestesi, ingatan
yang negatif mengenai rumah sakit, dan orang tua yang tidak mempraktikan
aspek keagamaan (Wollin, 2003 dalam Ahmed, 2011).
2.2.4 Mekanisme Cemas
Cemas atau ansietas diperantarai oleh suatu sistem kompleks yang
melibatkan (sedikitnya) sistem limbik (amigdala, hipokampus), talamus,
korteks frontal secara otomatis dan norepinefrin (lokus seruleus), serotonin
(nukleus rafe dorsal) dan GABA reseptor GABAA berpasangan dengan
reseptor benzodiazepine) pada sistem neurokimia (Tomb, 2003).
Teori mekanisme cemas seperti di atas merupakan teori neurokimia.
Menurut Videbeck (2008) asam gama-aminobutirat (GABA) merupakan
neurotransmiter asam amino yang diyakini tidak berfungsi pada gangguan
15
ansietas. GABA merupakan suatu neurotrasnmiter inhibitor, berfungsi
sebagai agen anti ansietas alami tubuh dengan mengurangi eksitabilitas sel.
Sehingga mengurangi frekuensi bangkitan neuron, sedangkan yang
membangkitkan ansietas adalah norepinefrin. Selain serotonin terdapat
neurotransmiter yang berperan dalam mekanisme camas, yaitu serotonin (5-
HT) subtype 5-HTa.
Setelah sinyal cemas diterima oleh individu, maka hal yang muncul
berikutnya adalah respon cemas. Respon cemas dapat terlihat pada respon
fisiologis, psikologis, dan kognitif (Viedebeck, 2008).
2.2.5 Rentang Respon Cemas dan Strategi Mengontrol Cemas
2.2.5.a. Rentang Respon Cemas
Kemampuan individu untuk merespon terhadap sesuatu ancaman
berbeda satu sama lain (Asmadi, 2008). Stuart dan Sudden (1998) dalam
Asmadi (2008) menunjukkan respon cemas yang digambarkan dalam satu
garis lurus dengan pembagian rentang respon.
Skema 2.1. Rentang Respon Cemas
Menurut Peplau (1952) dalam Viedebeck (2008) tingkat cemas
dibagi menjadi empat yaitu cemas ringan, cemas sedang, cemas berat, dan
16
panik. Individu dengan cemas ringan dan sedang dapat memproses
informasi, belajar, dan menyelesaikan masalah. Sedangkan pada individu
yang mengakami cemas berat dan panik memiliki keterampilan bertahan
yang lebih sederhana, respon defensive, dan keterampilan kognitif
menurun. Respon cemas dapat diukur menggunakan instrumen pengkajian
cemas untuk menentukan skala cemas.
Beberapa instrumen cemas dapat digunakan untuk mengkaji
tingkat kecemasan individu. Instrument tersebut antara lain:
a. Self Report
Diagnose and Statistic Manual of mental health (DSM-IV),
memberikan gambaran tentang masalah cemas, yang di dalamnya
sudah mencakup agrofobia, fobia sosial, fobia sederhana,
obsessive compulsive disorder (OCD), post traumatic stres
disorder (PTSD), dan cemas secara umum. Self report berfungsi
untuk mengkaji cemas secara umum (Han, 2009)
b. Revised Child Anxiety and Depression Scale (RCADS)
Kuisioner ini terdiri dari 47 item pertanyaan, yang
mencakup fobia social, gangguan cemas umum, gangguan panik,
OCD, dan gangguan depresi mayor (Chorpita, 2011).
c. Severity Measure for Social Anniety Disorder (fobia sosial)
Kuisioner ini digunakan untuk mengukur tingkat fobia sosial
pada individu dengan rentang usia 18 tahun ke atas (Craske dkk,
2013).
17
d. Beck Anxiety Disorder (BAI)
Pengkajian untuk mengukur gejala cemas somatik, yang
membedakan antara cemas dengan depresi (Beck dkk, 1988
dalam Julian, 2011). Pengkajian ini terdiri dari 21 poin yang
mengkaji tingkat gugup, kesulitan untuk tenang, dan lain-lain
(Julian, 2011).
e. Hospital Anxiety and Depression Scale-Anxiety (HADS-A)
HADS-A digunakan untuk mengkaji gejala umum pada
cemas dan takut. Tujuan pembentukan instrumen ini adalah untuk
melihat gejala cemas dan depresi pada pasien yang di rumah sakit.
HADS memiliki 7 poin pengkajian yang mengkaji ketegangan,
kekhawatiran, takut, panik, kesulitan untuk tenang, dan kesulitan
beristirahat (Julian, 2011).
f. Child Tests Anxiety Scale (CTAS)
Pengkajian ini dikembangkan oleh Saron dkk (1960) dalam
(Waren dkk, 2004) dengan 30 poin pengkajian yang mengkaji
tingkat cemas anak dengan menggunakan jawaban ya atau tidak.
Pengkajian ini cocok untuk anak usia sekolah.
g. Face Anxiety Scale (FAS)
Instrumen ini dikembangkan oleh McKinley (2004) untuk
mengkaji tingkat cemas pasien di ruang ICU. Instrumen ini
dikembangkan dalam bentuk kartu dengan ukuran 11x42 cm (4,3
x 16,5 in). Pasien diinstruksikan menunjuk salah satu dari lima
bentuk wajah dengan tingkat cemas tertentu dari masing-masing
18
wajah. Rentang cemas mulai dari tidak cemas hingga amat sangat
cemas.
h. Three- and Five- Face Facial Scale
Instrumen ini dikembangkan oleh Quiles dkk (2013).
Instrumen ini terdiri dari delapan skala wajah yang di adaptasi
dari Facial Affective Scale (FAS) McGrath dkk (1996). Three-
and five- Face Facial Scale dibagi menjadi dua bagian, yaitu lima
bagian skala wajah, dan tiga bagian skala wajah. Skala yang
digunakan pada lima skala wajah adalah tidak cemas, agak cemas,
cukup cemas, sangat cemas, amat sangat cemas. Sedangkan pada
tiga skala wajah adalah tidak cemas, cukup cemas, dan amat
sangat cemas.
2.2.5.b. Strategi Mengontrol Cemas
Pengontrolan cemas diperlukan untuk mengontrol cemas dapat
dilakukan dengan terapi dan koping. Menurut Asmadi (2008) strategi
koping dibagai menjadi dua, yaitu STOP ( Source, Trial and Error,
Others, serta Pray and patient).
Source berarti mencari dan mengidentifikasi apa yang menjadi
sumber masalah, trial and error berarti mencoba berbagai rencana
pemecahan masalah yang telah disusun, others berarti meminta bantuan
pada orang lain bila diri sendiri tidak mampu, pray and patient berarti
berdo’a kepada Tuhan (Asmadi, 2008). Strategi koping yang lain, adalah
mekanisme pertahanan yang merupakan distorsi kognitif yang digunakan
19
seseorang untuk mempertahankan rasa terkendali terhadap situasi, rasa
tidak nyaman, dan menghadapi situasi penyebab stres.
Selain koping, strategi mengontrol cemas dapat dilakukan dengan
mengalihkan perhatian anak dari hal yang membuat cemas yaitu teknik
distraksi (Koller dan Goldman, 2011) beberapa terapi dapat dipakai
sebagai teknik distraksi, antara lain terapi menggambar (Utari, 2007),
terapi suara (Tumiran dkk, 2013) dan terapi bermain ( Sembiring, 2015).
2.3. Pengaruh Murottal Al-Qur’an terhadap Kecemasan
Menurut lireratur riview yang peneliti lakukan, terdapat banyak
manfaat bacaan murottal Al-Qur’an sebagi terapi kesehatan, terutama sebagai
terapi pada jiwa. Salah satu metode yang dapat meningkatkan kesehatan jiwa
adalah dengan mendengarkan bacaan Al-Qur’an. Mendengarkan bacaan Al-
Qur’an selama lima belas menit dapat meningkatkan kesehatan jiwa
mahasiswa keperawatan, Universitas Rafsanjan (Kazemi dkk, 2004).
Allah sendiri menegaskan pengaruh Al-Qur’an, baik membaca maupun
mendengarkannya dalam Al-Qur’an surat Ar-Ra’d ayat 28 yang artinya,
“ (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram
dengan mengingat Allah. Ingatlah Allah, hanya dengan mengingat Allah hati
menjadi tentram” .
Mengingat Allah, yang sering dikenal dengan berdzikir adalah selalu
mengingat dan menyebut nama Allah. Berdzikir atau mengingat Allah maka
hatipun akan selalu penuh dengan keimanan yang mampu menghilangkan
beragam keresahan dan ketakutan (Jazuli, 2006). Menurut penjelasan diatas
20
salah satu dzikir yang dianjurkan adalah dengan membaca atau
mendengarkan bacaan Al-Qur’an.
Al-Qur’an adalah obat istimewa bagi kegundahan hati, kesedihan,
keputusasaan, dan kecemasan (Pedak, 2009). Pendapat tersebut dikuatkan
dengan beberapa penelitian terkait terapi mendengarkan Al-Qur’an terhadap
kecemasan. Mendengarkan Al-Qur’an dapat menurunkan kecemasan terhadap
ibu yang akan menjalani operasi SC (Mirbagher dkk, 2010 dalam Haj, 2011)
dan pada kecemasan ibu saat kala I aktif (Handayani dkk, 2014). Al-Qur’an
mempunyai efek terhadap tingkat depresi, cemas, dan stres pada individu
yang mendengarkan bacaan Al-Qur’an. Tingkat depresi, cemas, dan stres
mahasiswa yang mendengarkan Al-Qur’an lebih rendah dibandingkan tingkat
stres mahasiswa yang tidak mendengarkan Al-Qur’an (Pouralkhas dkk,
2012).
Fungsi pendengaran manusia yang merupakan penerimaan rangsang
auditori atau suara diterangkan oleh Pedak (2009) bahwa rangsangan auditori
yang berupa suara diterima oleh telinga sehingga membuatnya bergetar.
Getaran ini akan diteruskan ke tulang-tulang pendengaran yang bertautan
antara satu dengan yang lain.
Rangsang fisik tadi diubah oleh adanya perbedaan ion kalium dan ion
natrum menjadi aliran listrik yang melalui saraf Nervus VII (vestibule
cokhlearis) menuju ke otak, tepatnya di area pendengaran. Setelah
mengalami perubahan potensial aksi yang dihasilkan oleh saraf auditorius,
perambatan potensial aksi ke korteks auditorius (yang bertanggung jawab
untuk menganalisa suara yang kompleks, ingatan jangka pendek,
21
perbandingan nada, menghambat respon motorik yang tidak diinginkan,
pendengaran yang serius, dan sebagainya) diterima oleh lobus temporal otak
untuk mempresepsikan suara (Sherwood, 2011). Talamus sebagai pemancar
impuls akan meneruskan rangsang ke amigdala (tempat penyimpanan memori
emosi) yang merupakan bagian penting dari sistem limbik (yang
mempengaruhi emosi dan perilaku).
Penjelasan tersebut sejalan dengan konsep dan respon cemas yang
melibatkan emosi dan perilaku individu yang sedang merasakan cemas dan
mekanisme terapi musik dalam menciptakan perasaan dan ekspresi. Selain
penjelasan diatas, dalam bukunya Pedak (2009) menuturkan alur
neurofisiologis mendengarkan Al-Qur’an.
Skema 2 .2. Neurofisiologis Mendengarkan Murottal.
Sumber : Mukjizat Terapi Al-Qur’an untuk Kesuksesan Hidup
(Pedak, 2009)
2.4. Konsep Anak
2.4.1. Tumbuh Kembang Anak Usia Sekolah
Usia sekolah merupakan masa pengembangan kekuatan internal dan
tingkat kematangan yang memungkinkan anak bergaul diluar rumah (Joyce,
2008). Pengasuh, baik kedua orang tua, keluarga, dan perawat hendaknya
Daun telinga kokhleaTelinga tengah
hipotalamus Amigdala talamus
hipokampus
22
mengetahui tumbuh kembang dan tugas perkembangannya. Rentang anak
usia sekolah yaitu 6-12 tahun (Wong, 2008).
Beberapa karakteristik anak usia sekolah yang dijelaskan oleh Wong
(2008) adalah sebagai berikut:
a. Kemandirian anak
Pada anak usia pertengahan (usia sekolah) memperoleh kepuasan
sangat besar dari perilaku mandiri dalam menggali dan memanipulasi
lingkungannya dan dari interaksi dengan teman sebyanya. Seringkali
aktifitas ini merupakan pencapain dalam aktifitas sosial. Pencapaian
tersebut juga melibatkan untuk bekerjasama, bersaing dengan orang
lain, dan untuk melakukan koping secara efektif dengan masyarakat.
Bahaya yang terdapat dalam periode ini adalah terjadinya keadaan
yang dapat mengakibatkan inferioritas. Perasaan inferioritas atau tidak
berharga yaitu dapat timbul dari lingkungan maupun dirinya sendiri.
Biasanya hal ini terjadi pada anak dengan keterbatasan fisik atau
keterbatasan mental yang mungkin dapat menyebabkan mereka
kesulitan dalam menerima atau melakuakan keterampilan tertentu.
b. Perkembangan Spiritual
Anak-anak pada usia ini berpikir dalam batasan yang sangat
konkret tetapi merupakan pelajar yang sangant baik dan memiliki
kemauan besar untuk mempelajari Tuhan. Mereka menggambarkan
Tuhan memiliki kasih sayang. Konsep agaman harus dijelaskan
dengan benar dan konkret. Mereka juga mulai merasa nyaman dengan
berdo’a dan melakukan ritual agama lainnya, dan jika aktifitas ini
23
merupakan bagian dari kegiatan sehari-harinya, hal ini dapat
membantu anak melakukan koping dalam menghadapi situasi yang
mengancam. Salah satu kegiatan dan ibadah umat muslim adalah
membaca atau mendengarkan Al-Qur’an. Al-Qur’an merupakan
sebuah dzikir yang berfungsi untuk mengingat Allah.
2.4.2. Al-Qur’an dan Perkembangan Anak
Al-Qur’an merupakan kitab bagi seluruh umat manusia di bumi. Al-
Qur’an diturunkan dalam bahasa yang mudah di pahami, yaitu berbahasa arab
agar Rasulullah mudah untuk memahami dan menyampaikan risalahnya pada
umat manusia. Hal ini telah disebutkan dalam Al-Qur’an.
”Dan kalau Al Quran itu kami turunkan kepada salah seorang dari
golongan bukan Arab, Lalu ia (Rasul) membacakannya kepada mereka
(orang-orang kafir); niscaya mereka tidak akan beriman kepadanya.”
(Syu’ara’, 198-199).
Ayat diatas didukung dengan ayat lain dalam Al-Qur’an
”Kami tidak mengutus seorang Rasulpun, melainkan dengan bahasa
kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada
mereka.”(Ibrahim: 4)
Menurut dua ayat di atas, sangat jelas bahwa bahasa Al-Qur’an
diturunkan dalam bahasa arab untuk mempermudah penyampaian pesan yang
terkandung di dalamnya. Al-Qur’an pun mudah dipelajari oleh segala usia.
Hal ini dibuktikan dengan banyaknya hafidz dari beragam usia.
24
Usia sekolah anak sudah bisa dikenalkan pada konsep ketuhanan. Anak
memposisikan Tuhan sebagai penolong yang memiliki kasih sayang. Anak
juga lebih tertarik pada konsep surga dan neraka. Pembelajaran keagamaan
dan ritual yang diterapkan sehari-hari dapat menolong anak untuk menjadikan
koping anak terhadap rasa yang mengancamnya (Wong,2008).
Memperkenalkan Al-Qur’an pada anak merupakan hal penting, karena
Al-Qur’an dapat dibaca baik oleh anak-anak, muda atau tua, cerdas atau
tidak, Al-Qur’an dapat menjadi penawar hati dan pikiran mereka. Beberapa
metode telah dikembangkan dalam mempelajari Al-Qur’an, namun pada
penelitian ini tidak akan membahas tentang hal tersebut. Mencelupkan anak-
anak kita sejak dini dalam Al-Qur’an, mengenalkan pada pilihan yang sesuai
dengan anak akan memberikan harapan bagi masa depan (Suharsono, 2004).
Maka pada penelitian ini terapi murottal yang akan diberikan pada anak yaitu
terapi murottal Al-Qur’an juz 30. Anak akan memilih sendiri surat yang
sering diperdengarkan atau tidak asing bagi anak agar anak dapat mengikuti
murottal yang dibacakan sehingga terjadi pengalihan perhatian, mengurangi
ketakutan, dan merilekskan anak (Chen dkk, 2014).
2.5. Konsep Sirkumsisi
2.5.1 Definisi Sirkumsisi
Sirkumsisi atau dalam bahasa sehari-hari lebih dikenal dengan sunatan
atau khitan merupakan hal yang tidak aneh di Indonesia.
25
Sirkumsisi adalah tindakan membuang kulit (foreskin) yang menutupi ujung
penis (Arifianto, 2012). Cara membuang kulit yang menutupi ujung penis
tersebut dilakukan dengan cara bedah, hal ini biasanya dilakukan oleh dokter
atau tenaga medis terlatih, seperti perawat. Beberapa macam teknik
sirkumsisi sekarang mulai berkembang, misalnya teknik couterisasi yaitu
pemotongnya bisa berupa gunting, kauter (listrik) (Harsono dkk, 2011),
smart clamp (Karadag, 2015)
2.5.2 Manfaat Sirkumsisi
Manfaat sirkumsisi anatara lain mengurangi risiko terkena infeksi
saluran kemih (ISK), mengurani risiko terkena infeksi Human Imuno
Deficiency Virus (HIV), mengurangi risiko terkena infeksi menular seksual
(IMS), mengurangi risiko mengalami kanker penis dan mencegah infeksi
dikulit foreskin, mengatasi fimosis, dan memudahkan menjaga kebersihan
kemaluan (Arifianto, 2012; Chen dkk, 2014)
26
2.6 Kerangka Teori
Skema 2.3. Kerangka Teori
Modifikasi dari : Asmadi (2008), Pedak (2009), Wong (2008), Viedebeck (2008),dan Ahmed (2011)
Cemas Presirkumsisi
Sumber Cemas :
Ancaman terhadap integritas diri : tindakan medis Ancaman terhadap sistim diri
Distraksi(terapi)
Fisik Kognisi Psikologis
Cemas
Tanda dan gejala cemas
Strategi menurunkankecemasan
Prayer (berdo’adan dzikir)
Terapi MendengarkanMurottal Al-Qur’an
Respon cemas
Faktor yangmempengaruhi
Faktor anak Faktor orang tua Faktor lingkungan
: tindakan medis(induksi anestesi)
Strategi Koping
STOP Mekanisme
PertahananDiri
27
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESA, DAN DEFINISI
OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep
Kerangka konsep (conceptual framework) adalah model pendahuluan dari
sebuah masalah penelitian, dan merupakan refleksi dari hubungan variabel-
variabel yang diteliti (Swardjana,2012). Variabel pada penelitian ini terdiri dari
dua variabel, yaitu variabel independen yaitu mendengarkan murottal Al-Qur’an,
variabel dependen yaitu kecemasan anak presirkumsisi.
Skema 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Variabel Independen Variabel Dependen
3.2 Hipotesa
Hipotesa adalah hasil yang diharapkan atau hasil yang diantisipasi dari
sebuah penelitian (Swadjana, 2012). Terdapat dua macam hipotesa pada
penelitian, yaitu hipotesa nol (Ho), dan hipotesa alternative (Ha/H1). Hipotesa
nol adalah hipotesa yang digunakan untuk pengukuran statistik dan interpretasi
Anak yang akandianestesi sebelumsirkumsisi
MendengarkanMurottal Al Qur’an
Tingkatkecemasan anakpresirkumsisi
28
hasil statistik, sedangkan hipotesa alternative adalah hipotesisi penelitian yang
menyatakan adanya hubungan, pengaruh, dan perbedaan antara dua atau lebih
variable (Nursalam,2008). Hipotesa pada penelitian ini melibatkan dua hipotesa,
antara lain :
a. Hipotesa nol yaitu tidak ada pengaruh terapi mendengarkan murottal
Al-Qur’an terhadap tingkat cemas anak presirkumsisi
b. Hipotesa alternatif yaitu ada pengaruh terapi mendengarkan murottal
Al-Qur’an terhadap tingkat cemas anak presirkumsis.
29
3.3 Definisi OperasionalTabel 3.2 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
1. Terapi
mendengar
kan
murottal
Al Qur’an
Memperdengarkan
bacaan Al Qur’an
secara tartil yang
dibacakan pada
anak pre sirkumsisi
selama 10 menit
sebelum anestesi
dan dilakukan
selama proses
sirkumsisi dengan
menggunakan MP3
dan earphone
Observasi Meminta anak untuk
mendengarkan dan
mengikuti murottal
melalui earphone selama
10 menit sebelum
anestesi lalu mengukur
kecemasan anak setelah
intervensi
Responden mengikuti
bacaan murottal Al
Qur’an yang diputar
melalui ear phone
selama 10 menit
-
30
2. Cemas emosi yang muncul
pada sesorang
ketika merasa
dirinya terancam
Three- and
Five-face
facial
scales
pada
kriteria 5
wajah
Meminta anak
menunjuk salah satu
wajah untuk
menggambarkan tingkat
kecemasannya sebelum
dan sesudah intervensi
0 : tidak cemas
1: agak cemas
2: cukup cemas
3: sangat cemas
4: amat sangat cemas
Skala peningkatan
cemas ditunjukkan
dari 0-4
Ordinal
Interval
31
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian pre-eksperimentsl
design. Rancangan ini merupakan suatu bentuk penelitian experiment yang
memanipulasi variabel independen, pemilihan subjek penelitian dilakukan
non random, dan tidak memiliki control group atau comparison group
(Carmen G, Loiselle et al, 2010 dalam Swardjana, 2012). Jenis rancangan
penelitian pre-eksperimental design yang akan digunakan pada penelitian ini
adalah The one group pretest posttest design, sehingga pada penelitian ini
akan menggunakan satu sampel yang dilakukan pretest, kemudian dilakukan
intervensi mendengarkan murottal Al-Qur’an, lalu dilakukan pengkajian
posttest setelah intervensi, kemudian dilakukan perbandingan hasil
pengkajian pretest dan posttest.
O1 X O2
Keterangan :
O1 : pretes
X : Perlakuan (intervensi)
O2 : Posttest
32
4.2. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek yang akan diteliti (Wasis, 2006).
Populasi pada penelitian ini adalah anak yang akan di sirkumsisi dalam waktu
satu bulan selama penelitian di Rumah Sunatan Binataro. Setelah menentukan
populasi, peneliti akan mengerucutkan menjadi sampel. Menurut Wasis
(2006) sampel adalah bagian dari populasi yang diambil dengan cara-cara
tertentu.
Teknik pengambilan samel menggunakan teknik non probability
sampling atau non random. Jenis yang akan digunakan adalah accidental
sampling, sehingga pasien yang datang ke tempat penelitian dan memenuhi
kriteria penelitian selama kurun waktu tertentu sehingga jumlah sampel
terpenuhi akan dipilih sebagai sampel penelitian (Sugiyono, 2001 dalam
Hidayat, 2014). Jumlah minimal sampel pada penelitian eksperimen menurut
Gay dalam Umar (2011) adalah 15 orang pada setiap kelompok, dikarenakan
pada penelitian ini hanya menggunakan satu kelompok, maka sampel jumlah
sampel yang akan diberikan intervensi murottal Al-Qur’an hanya 15 orang.
Teknik pengambilan sampel yang akan diambil akan memperhatikan
dua kriteria, yaitu kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.
a. Kriteria Inklusi
Anak usia sekolah
Anak mengenal bacaan Al-Qur’an juz 30
Anak dan orang tua bersedia menjadi responden
33
b. Kriteria Eksklusi
Anak tidak dapat kooperatif
Anak beragama non muslim
4.3. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di lokasi Rumah Sunatan Bintaro yang terletak
di Jalan Puter Blok EC II/45 Bintaro Sektor 5. Pengambilan data pada bulan
pertengahan bulan Mei sampai Juni. Pemilihan tempat penelitian di Rumah
Sunatan Bintaro adalah mempertimbangkan jumlah sampel yang akan
diambil. Jumlah sampel berdasarkan data tahun 2014 pada bulan Mei terdapat
38 pasien dalam satu bulan. Jumlah tersebut dapat memenuhi jumlah sampel
minimal.
4.4. Alat Pengukuran Data
Instrumen penelitian ini menggunakan Three-and Five- Face Facial
Scale dengan menggunakan skala grafirk (graphic rating scale) dimana
responden diminta untuk menunjuk salah satu titik dari suat kontinium
padasuatu garis tertentu. Instrumen ini akan diberikan skala 0-4 untuk
menunjukkan skala, dan akan diberikan rentang cemas pada setiap angka
untuk menentukan tingkat cemas anak.
0 untuk tidak ada cemas
1 untuk agak cemas
2 untuk cukup cemas
3 untuk sangat cemas
4 untuk amat sangat cemas.
34
Gambar 4.1 Three-and Five-face facial scale
4.5 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan setelah peneliti melakukan seminar
proposal yaitu setelah proposal penelitian disetujui oleh pembimbing dan
penguji. Peneliti melakukan prosedur persiapan administrasi dan prosedur
teknik dilapangan saat penelitan.
4.5.1 Prosedur Persiapan Administratif
a. Peneliti menyiapkan sutar izin yang dapat dari bidang akademik
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta untuk melakukan penelitian.
b. Peneliti mendapatkan izin penelitian dari Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
c. Peneliti mendapatkan izin penelitian dari komisi etik Fakultas
Kedokteran dan Ilmu kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
d. Peneliti mengajukan izin penelitian pada pengelola Rumah Sunatan
Bintaro untuk mendapatkan izin penelitian.
4.5.2 Prosedur Teknis Penelitian
a. Peneliti melakukan pendataan calon responden bekerja sama dengan
pengelola Rumah Sunatan Bintaro. Pendataan responden dilakukan
saat responden mendaftar di Rumah Suantan BIntaro.
35
b. Melakukan pemilihan responden berdasarkan kriteria inklusi yang
telah ditetapkan oleh peneliti. Pemilihan responden dilakukan dengan
wawancara.
c. Menjelaskan secara rinci tujuan, manfaat, dan tahap penelitian sesuai
etika penelitian dan memberikan lembar persetujuan.
d. Mengukur tingkat cemas anak (pretest) sebelum intervensi.
e. Melakukan intervensi (mendengarkan murottal Al-Qur’an).
f. Mengukur tingkat cemas anak (posttest) setelah intervensi, sebelum
responden disirkumsisi.
g. Mengumpulkan data untuk diolah dan dianalisa.
Skema 4.2. Alur Penelitian
pretest
Posttest
Sumber : Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data (Hidayat, 2014)
4.6. Prinsip Etis
Secara umum prinsip etik dalam penelitian/pengumpulan data adalah
dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu prinsip manfaat, prinsip menghargai hak
Menentukan subjek penelitian
Hasil pengukurandibandingkansebelum dansedudahintervensi
Melakukanpengukuran/pengkajiansebelum perlakuan
Memberikan Perlakuan(terapi mendengarkanmurottal Al-Qur’an)
Melakukanpengukuran/pengkajiansetelah perlakuan
36
-hak subjek, dan prinsip keadilan. Berikut prinsip etis pada penelitian ini
adalah:
4.6.1. Prinsip manfaat
Penelitian ini tidak mengakibatkan penderitaan kepada subjek
penelitian, karena tidak ada tindakan khusus pada tubuh responden.
Penelitian ini hanya melibatkan stimulus dan respon responden pada
terapi mendengarkan murottal Al-Qur’an terhadap tingkat kecemsan
presirkumsisi. Sebelum melakukan terapi peneliti memberikan penjelasan
terkait manfaat terapi mendengarkan murottal Al- Qur’an bagi responden.
4.6.2. Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity)
Responden dan keluarga akan mendapatkan penjelasan terkait
intervensi yang akan dilakukan, tujuan penelitian, dan manfaat intervensi
oleh peneliti. Setelah diberikan penjelasan, maka peneliti memberikan
lampiran kesediaan untuk menjadi responden dalam penelitian. Pasien dan
keluarga memiliki hak untuk menolak atau menerima menjadi responden
penelitian.
4.6.3. Prinsip Kerahasiaan (right to justice)
Responden yang terlibat dalam penelitian akan dilakukan intervensi
yang sama, yaitu mendengarkan murottal Al-Qur’an selama sepuluh menit
sebelum dilakukan anestesi, hingga anestesi selesai dan boleg dilanjutkan
hingga sirkumsisi selesai. Kerahasiaan data yang telah diberikan dan hasil
yang berkaitan dengan responden akan dijaga kerahasiaannya.
37
4. 7 Prosedur Pengolahan Data
Proes pengumpulan data yang haru dilakukan adalah :
4.7.1 Editing
Proses ini dilakukan untuk memeriksa kesesuaian dan kebenaran
data yang dikumpulkan. Editing dilakukan pada asaat pengumpulan data.
Responden mengembalikan kembali formulir yang telah diberikan untuk
dilakukan coding.
4.7.2 Coding
Coding merupakan kegiatan memberikan kode numerik (angka)
terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini
sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer.
4. 7.3 Sorting
Sorting adalah proses memilih atau mengelompokkan data menurut
jenis yang dikehendaki (klasifikasi data).
4.7.4 Entri Data
Jawaban-jawaban yang sudah diberi kode kategori kemudian
dimasukkan dalam tebel dengan cara menghitung frekuensi data.
Memasukkan data boleh dengan cara manual atau melalui pengolahan
komputer.
4.7.5. Cleaning
Melakukan pembersihan data, melihat variabel apakah data sudah
benar atau belum.
38
4.7.6 Melakukan teknik analisis
Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian akan
menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang
akan dianalisis.
4.8 Analisa Data
4.8.1 Analisa Univariat
Tujuan analisa ini adalah untuk mendeskripsikan karakteristik
masaing-masing variable yang diteliti. Hasil univariat terdiri dari distribusi
frekuensi dan presentase data demografi usia anak, dan tingkat kecemasan
anak sebelum dan sesudah intervensi pada kesua kelompok.
4.8.2 Uji Normalitas Data
Peneliti akan melakukan uji normalitas data yang bertujuan untuk
mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati
distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng (bell
shaped) (Santoso, 2010), selain itu normalitas data dapat dilihat dengan
nilai alpha . Nilai alpha lebih dari 0,05 maka data tidak terdistribusi
normal, sedangkan nilai alpha kurang dari 0,05 data terdistribusi normal
(Dahlan, 2012). Uji normalitas data dapat menggunakan berbagai cara,
yaitu uji kertas peluang, uji Liliefors, dan uji chi square dan uji
Kolmogorov-Smirnov (Hidayat, 2014) dan Shaphiro-Wilk jika data kurang
dari 50 (Dahlan, 2012).
39
4.8.3 Analisa Bivariat
Analisa bivariat peneitian ini menggunakan uji non parametric
untuk dua data kategorik berpasangan, yaitu uji Wilcoxon. Prinsip uji ini
adalah menguji dua data berpasangan yakni membandingkan data
pengamatan yang berasal dari satu sampel (Hidayat, 2014). Data yang
akan dibandingkan pada penelitian ini adalah nilai kecemasan anak
presirkumsisi preintervensi dan posintervensi.
Analisa bivariat diperlukan untuk menjelaskan hubungan dua
variabel yaitu antara variable bebas dan variable terikat (Budiharto,2006).
Interpretasi hasil analisa bivariat ini menggunakan hasil uji hipotesa
dengan nilai p < 0,05 yang berarti jika angka signifikan < 0,05 maka
hipotesa nol ditolak, dan hipotesa alternatif diterima (Santoso, 2010;
Dahlan, 2012).
40
BAB V
HASIL PENELITIAN
Penjelasan berikut ini memaparkan hasil penelitian pengaruh
mendengarkan murottal Al-Qur’an terhadap tingkat kecemasan anak
presirkumsisi. Penelitian ini dilakukan pada 15 orang anak yang akan menjalani
sirkumsisi di Rumah Sunatan Bintaro dan dilakukan dalam satu kali pertemuan
dengan satu responden. Pengumpulan data dibagi menjadi dua gelombang, yaitu
pada tanggal 11-23 Mei dan 5-10 Juni 2015. Kelompok reponden diberikan
intervensi mendengarkan murottal Al-Qur’an selama 10 menit. Dilakukan
evaluasi tingkat kecemasan sebelum dan sesudah intervensi menggunakan Three-
and five- face facial scale.
5.1 Karakteristik Responden
Responden pada penelitian ini berjumlah 15 orang anak yang beragama
Islam dan telah mengenal bacaan Al-Qur’an Juz 30 dengan rentang usia 6-12
tahun. rentang usia tersebut termasuk rentang usia sekolah. Data usia disajikan
dalam bentuk tabel sebagai berikut.
Tabel 5.1 Sebaran usia anak presirkumsisi
(n=15)
Usia Frekuensi Persentase8 2 13,3%9 4 26,7%10 2 13,3%11 4 26,7%12 3 20,0%
41
Tabel diatas menunjukkan bahwa presentase teringgi usia anak yang
akan menjalani sirkumsisi adalah 26,7 % (n=4) pada rentang usia 9 tahun dan
11 tahun.
5.2 Analisa Univariat
Analisa univariat menjelaskan tingkat kecemasan preintervensi dan
posintervensi dalam bentuk presentase.
Tabel 5.2 Sebaran tingkat cemas anak preintervensi dan posintervensi
(n=15)
KelompokResponden
Tingkat KecemasanTidakcemas
Agak cemas Cukupcemas
Sangatcemas
Amatsangatcemas
n f n F n f n F n fPreintervensi 1 6,7% 10 66,7 % 4 26,7% 0 0% 0 0%Posintervensi 3 20,0% 12 80,0% 0 0% 0 0% 0 0%
Presentase tingkat kecemasan anak presirkumsisi sebelum intervensi yaitu
tidak cemas 6,7% (n=10), agak cemas 66,7%, dan 26,7% (n=4), pada tingkat
sangat cemas dan amat sangat cemas 0% (n=0). Presentase tertinggi tingkat
kecemasan sebelum intervensi yaitu agak cemas 66,7% (n=10), sedangkan
presentase terendah yaitu sangat cemas dan amat sangat cemas yaitu 0% (n=0).
Presentase tingkat kecemasan anak presirkumsisi setelah intervensi yaitu
tidak cemas 20% (n=12), agak cemas 80% (n=12), pada tingkat cukup cemas,
sangat cemas, dan amat sangat cemas menunjukkan presentase dan jumlah yang
sama yaitu 0% (n=0). Presentase tingkat kecemasan setelah intervensi tertinggi
yaitu agak cemas 80,0% (n=12) dan terendah yaitu cukup cemas, sangat cemas,
dan amat sangat cemas 0% (n=0). Tingkat kecemasan sangat cemas dan amat
42
sangat cemas menunjukkan presentase yang sama pada responden sebelum
dilakukan intervensi dan setelah dilakukan intervensi, yaitu 0% (n=0). Terdapat
perbedaan tingkat kecemasan preintervensi dan posintervensi pada tingkat
kecemasan cukup cemas.
5.3 Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk menguji hipotesa penelitian, yaitu untuk
menentukan ada atau tidaknya pengaruh mendengarkan murottal Al-Qur’an
terhadap tingkat kecemasan anak presirkumsisi sebelum menganalisa
menggunakan analisa bivariat, data ini diuji normalitasnya. Uji normalitas data ini
menggunakan uji Shapiro-Wilk karena data kurang dari 50 (n=15) (Dahlan,
2012). Data normal nilai p > 0,05, sedangkan pada data ini nilai p < 0,05 maka
distribusi data dikatakan tidak normal. Uji bivariat yang digunakan yaitu
menggunakan uji Wilcoxon dengan tingkat kepercayaan 95 % atau (nilai alpha =
0,05).
Penggunaan uji Wilcoxon dipakai dengan syarat data berpasangan yang
berarti peneliti mengumpulkan data dari responden yang sama dan dilakukan
pengukuran sbelum dan sesudah melakukan perlakuan (Dahlan, 2012). Salah satu
syarat lain data yang akan diuji adalah data ordinal (Santoso, 2010). Jenis data
pada penelitian ini berpasangan yaitu data hasil preintervensi dan posintervensi
pada masing-masing responden yang menunjukkan tingkat kecemasan anak
sebelum intervensi dan sesudah intervensi. Selain itu data pada penelitian ini
merupakan data kategorik (ordinal), maka kedua syarat uji Wilcoxon terpenuhi.
43
Tabel 5.3 Analisa bivariat tingkat cemas anak presirkumsisi
preintervensi dan posintervensi
(n=15)
TingkatKecemasan
n Median(minimum-maksimum)
Mean ± s.d P
Preintervensi 15 2,00(1-3)
2,20 ± 0,561 0,034
Preintervensi 15 2,00(1-2)
1,80 ± 0,414
Uji Wilcoxon menunjukkan bahwa terdapat perbedaaan rata-rata tingkat
kecemasan preintervensi dan posintevensi. Rata-rata tingkat kecemasan
preintervensi 2,20 ± 0,561 dan rata-rata posintervensi 1,80 ± 0,414, sehingga
terdapat penurunan rata-rata kecemasan sebelum intervensi dan setelah intervensi
sebesar 0,4%. Analisa statistik pada uji bivariat menunjukan nilai p = 0,034 yang
berarti nilai p < 0,05, maka hipotesa nul tidak diterima, yaitu ada pengaruh
mendengarkan murottal Al-Qur’an terhadap tingkat cemas anak presirkumsisi.
44
BAB VI
PEMBAHASAN
Sirkumsisi merupakan tindakan bedah minor dengan membuang atau
memotong sebagian atau keseluruhan kulit yang menutupi glands penis atau
foreskin. Bagi anak laki-laki sirkumsisi merupakan hal baru yang dapat
menyebabkan kecemasan. Penurunan kecemasan pada anak peresirkumsisi dapat
dilakukan dengan beberapa macam teknik, salah satunya adalah dengan terapi
mendengarkan murottal Al-Qur’an. Didalam bab ini peneliti akan menguraikan
mengenai pembahasan hasil penelitian dengan kajian teori dan hasil penelitian
sebelumnya serta memaparkan kekurangan penelitian.
6.1 Pembahasan Hasil Uji Penelitan
6.1.1 Gambaran Responden Penelitian
Responden pada penelitian ini adalah anak usia sekolah dengan
rentang 6-12 tahun. Didapatkan data usia anak yang akan menjalani
sirkumsisi pada penelitian ini paling banyak di usia 9 dan 11 tahun
sebanyak 4 orang pada masing-masing usia. Penelitian ini selaras dengan
penelitian Seno (2012) yang menyatakan bahwa median usia anak saat
menjalani sirkumsisi adalah 9 pada rentang usia 1-15 tahun dan 11 tahun
pada rentang usia 7-17 tahun. Data lain didukung oleh UNAIDS (2010)
bahwa usia anak yang disirkumsisi di Indonesia antara usia satu hingga 11
tahun sebanyak >80%.
45
Karakteristik anak usia sekolah dapat dilihat dari beberapa segi,
atara lain dari segi kemandirian dan perkembangan spiritual. Anak usia
sekolah mampu melakukan koping secara efektif dan mampu bekerja
sama dengan petugas kesehatan, sedangkan dari segi spiritual anak usia
sekolah sudah mulai nyaman dengan ritual keagamaan, misalnya berdo’a
(Wong, 2008). Walaupun anak usia sekolah memiliki sifat kemandirian
yang mampu bekerja sama dengan petugas kesehatan, namun ada beberapa
faktor yang dapat membuatnya cemas, salah satunya adalah prosedur
medikasi yang akan dilakukan (Nursalam, Susilaningrum, dan Utami,
2005 dalam Purwandari 2009). Contoh prosedur medikasi yang akan
dilakukan adalah prosedur bedah, salah satunya sirkumsisi (Yafuz dkk,
2011) dan perawatan gigi (Jindal, 2007 dalam Rafdi, 2014).
6.1.2 Tingkat Cemas Anak Sebelum dan Sesudah Intervensi
Anak usia sekolah sudah mampu mengungkapkan rasa cemasnya
baik secara verbal maupun non verbal (Utari, 2007). Salah satu cara non
verbal mengevaluasi kecemasan anak adalah dengan instrumen wajah,
salah satunya adalah Facial Affective Scale (FAS) dirancang oleh McGrath
untuk mengevaluasi tidak hanya intensitas nyeri, tetapi juga
ketidaknyamanan terkait dengan rasa sakit pada anak-anak (McGrath dkk,
1996) yang kemudian diadaptasi oleh Quiles dkk (2013) menjadi Three-
and Five-face facial scales yang digunakan pada penelitian ini.
Telah disebutkan pada pembahasan sebelumnya bahwa tindakan
medis dapat menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kecemasan
46
anak. Secara umum faktor cemas pada anak yang akan menjalani tindakan
medis dapat dibagi menjadi tiga, yaitu faktor anak, orang tua, dan
lingkungan (Ahmed, 2011). Faktor anak dipengaruhi oleh usia,
temperamen, dan presepsi anak terhadap suatu tindakan pengobatan
tertentu (Ahmed, 2011). Kehadiran orang tua atau keluarga dapat
berpengaruh terhadap kecemasan anak (Kain, 2006; Forter, 2011).
Penelitian tersebut mendukung penelitian ini, bahwa ditemukan 6 dari 15
anak meminta ditemani ibu, dan 9 lainnya meminta ditemani oleh ayah
atau keluarga laki-laki lainnya (paman, kakek, atau kakak) sebelum
tindakan dimulai.
Faktor lain yaitu faktor lingkungan, salah satunya adalah induksi
anestesi (Wollin, 2003 dalam Ahmded 2011). Hasil penelitian tersebut
selaras dengan penelitian ini bahwa ditemukan tingkat kecemasan anak
presirkumsisi pada penelitian ini bervariatif. Tingkat kecemasan anak
sebelum intervensi antara lain tidak cemas 6,7 % (n= 1), agak cemas
66,7% (n=10), dan cukup cemas 4% (n= 26,7) dengan rata-rata 2,20 ±
0,561, sedangkan kecemasan anak setelah intervensi berada di tingkat
tidak cemas 20,0% (n=3) dan agak cemas 80% (n=80,0%) dengan rata-rata
1,80 ± 0,414. Hal ini menunjukan bahwa anak yang akan menjalani
sirkumsisi mengalami kecemasan bervariatif. Data tersebut menunjukkan
bahwa anak mengalami kecemasan ringan hingga sedang.
Tingkat kecemasan ringan dapat kooperatif terhadap intervensi luar
sedangkan pada kecemasan sedang individu memerlukan koping yang
positif agar individu dapat mentoleransi cemas (Asmadi, 2014).
47
Pernyataan tersebut mendukung kriteria inklusi pada penelitian ini bahwa
anak yang akan diberikan intervensi dapat kooperatif dengan peneliti.
Hasil diatas sejalan dengan penelitian Rinduwati dan Yulipurwanti
(2006) bahwa kecemasan anak yang akan menjalani sirkumsisi berada
dalam rentang kecemasan ringan sampai sedang. Penelitian ini tidak
sepenuhnya sejalan dengan penelitian Arifin (2014) bahwa kecemasan
anak yang akan menjalani sirkumsisi berada pada rentang kecemasan
ringan sampai panik dengan mayoritas anak mengalami kecemasan berat.
Kecemasan anak akibat tindakan bedah atau tindakan medis tertenu
dapat menjadikannya trauma atau memunculkan kecemasan berikutnya,
sehingga menunjukkan bahwa perlu adanya terapi baik farmakologi
maupun non farmakologi. Terapi farmakologi biasanya memakai obat-obat
sedatif, sedangkan terapi non farmakologi antara lain kehadiran atau
dukungan orang tua (Parjanto, 2009), terapi suara antara lain terapi musik
(Wright dkk 2007) dan terapi mendengarkan Al-Qur’an (Zahrofi, 2013),
terapi menggambar (Utari, 2007), dan terapi bermain dengan story telling
(Edisaputra dkk, 2012).
6.1.3 Pengaruh Terapi Mendengarkan Murottal Al-Qur’an Kecemasan
Presirkumsisi
Penelitian ini menggunakan bacaan murottal Al-Quran yang
diperdengarkan pada anak 10 menit sebelum dilakukan sirkumsisi. Terapi
mendengarkan murottal Al-Qur’an merupakan terapi suara yang dapat
menimbulkan efek terapi dan relaksasi pada individu baik yang mengerti
48
bahasa Al-Qur’an atau tidak Al-Qur’an karena Al-Qur’an memiliki suara
yang indah bila didengarkan, pendengarnya akan merasakan hipnosis
emosional dan efek yang baik bagi individu (Nakhavali dkk, 2013).
Ghafar dan Ningsih (2008) menyebutkan bahwa terapi bermain
lebih efektif menurunkan cemas anak dibandingkan dengan terapi
mendengarkan murottal Al-Qur’an. Penelitian diatas tidak sepenuhnya
dapat diselaraskan dengan penelitian ini, dikarenakan rentang usia anak
dan perbandingan terapi yang dipakai. Rentang usia anak yang dijadikan
responden pada penelitian tersebut berada pada rentang usia toddler dan
memiliki perbandingan terapi. Namun pada penelitian ini tidak ada
pembanding atau subjek terapi lain. Pilihan surat yang dipakai sebagai
terapi bervariatif antara lain surat Ar-Rahmah (Aziz dkk, 2015; Safitri,
2013), dan surat-surat di Juz 30 (Zahrofi, 2013; Maryani, 2013). Hal
yang sama dari penelitian diatas dengan penelitian ini adalah
menggunakan juz 30 dengan alasan lebih familiar dan mengandung surat-
surat pendek (Handayani dkk, 2014; Sodikin, 2012; Zahrofi dkk, 2013).
Terapi mendengarkan murottal Al-Qur’an yang dilakukan pada
penelitian ini dilakukan selama 10 menit dengan memperhatikan waktu
menjalankan sirkumsisi yaitu sekitar 10-20 menit dan kondisi di Rumah
Sunatan dimana pergantian satu pasien ke pasien berikutnya cepat. Setelah
dilakukan intervensi, evaluasi kecemasan anak dilakukan sebelum dan
sesudah dilakukan intervensi mendengarkan murottal Al-Qur’an. Durasi
dan pemilihan surat pada penelitian menggunakan terapi suara, yaitu
49
terapi musik dan murottal Al-Qur’an bervariatf. Durasi yang dipakai
berkisar 5-30 menit (Aziz, Purwati, 2010; Chen, 2013).
Mendengarkan Al-Qur’an terbukti meningkatkan gelombang alpha
yang merupakan gelombang yang berhubungan dengan kedamaian atau
ketenangan internal individu, misalnya saat meditasi (Zulkurnaini dkk,
2012). Selain itu Al-Qur’an menjadi kebutuhan bagi umat muslim
(Tumiran dkk, 2013) tidak hanya untuk terapi saja namun sebagi dzikir.
Allah berfirman dalam salah satu ayat-Nya.
“ (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi
tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah Allah, hanya dengan
mengingat Allah hati menjadi tentram” . (Ar-Ra’d : 28)
Al-Qur’an yang diperdengarkan dalam bentuk suara masuk
menjadi rangsang auditori yang diterima oleh telinga yang akan
mengakibatkan getaran yang akan diteruskan ke tulang-tulang
pendengaran kemudian dipancarkan ke saraf melalui Nervus VII (vestibule
choclearis) ke otak kemudian dilanjutkan ke lobus temporal untuk
diteruskan ke amigdala sebagai pusat emosi yang berperan penting dari
salah satu sistem limbik (Pedak, 2009 dan Sherwood, 2011). Setelah
masuk ke pusat limbik maka otak mereorganisasi interpretasi bunyi ke
dalam ritme internal pendengaran kemudian mempengaruhi metabolisme
tubuh manusia sehingga prosesnya berlangsung dengan lebih baik
(Satiadarma dan Zahra, 2004 dalam Zahrofi, 2013).
50
Penelitian ini memberikan hasil nilai p = 0,034 yaitu p < 0,05 yang
berarti mendengarkan murottal Al-Qur’an memberikan pengaruh terhadap
tingkat kecemasan anak presirkumsisi. Selain itu penurunan kecemasan
terlihat pada uji bivariat dengan beda rata-rata sebelum intervensi 2,20 ±
0,561 dan rata-rata sesudah intervensi 1,80 ± 0,414.
6.2 Keterbatasan Penelitian
Karya tulis ilmiah ini masih memiliki keterbatasan baik dari segi
metodologi, penulisan, amupun analisa. Kelemahan penelitian ini yaitu tidak
terkajinya efek terapi mendengarkan murottal Al-Qur’an terhadap respon
kecemasan, misalnya tanda-tanda vital, respon kognitif, fisik, dan psikologis.
Sehingga pada penelitian ini tidak terdapat data objektif yang dapat
diperbandingkan dengan data yang di dapatkan.
51
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Berdasarkan uraian pada pemabahasan penelitian, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Gambaran usia anak yang akan menjalani sirkumsisi bervariatif, mulai
rentang 8-12 tahun dengan usia terbanyak pada rentang usia 9 tahun
dan 11 tahun dalah 26,7 % (n=4).
2. Presentase tingkat kecemasan anak presirkumsisi sebelum intervensi
yaitu tidak cemas 6,7% (n=10), agak cemas 66,7%, dan 26,7% (n=4)
dengan rata-rata 2,20 ± 0,561. Sedangkan presentase tingkat
kecemasan anak tidak cemas 20% (n=12), agak cemas 80% (n=12)
dengan rata-rata 1,80 ± 0,414.
3. Hasil uji bivariat dapat disimpulkan bahwa murottal Al-Qur’an
berpengaruh terhadap tingkat kecemasan anak presirkumsisi.
Penelitian ini memberikan hasil nilai p = 0,034 yaitu p < 0,05 dengan
beda rata rata sebelum intervensi 2,20 ± 0,561dan sesudah intervensi
1,80 ± 0,414 sehingga terdapat perbedaan sebesar 0,4 %.
7.2 Saran
7.2.1 Bagi Balai Sunatan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebelum dilakuakan
intervensi mendengarkan murottal Al-Qur’an tingkat kecemasan anak
berada di rentang tidak cemas sampai cukup cemas. sedangkan setelah
intervensi tingkat kecemasan anak berada pada rentang tidak cemas
sampai agak cemas. Diharapkan dengan hasil tersebut institusi dapat
52
menggunakan terapi ini sebagai salah satu pilihan untuk menurunkan
kecemsasan anak presirkumsisi.
7.2.2 Bagi Penelitian Berikutnya
Penelitian berikutnya diharapkan dapat mengkaji pengaruh terapi
murottal Al-Qur’an terhadap kecemasan anak presirkumsisi dengan
memperhatikan tanda-tanda vital yang dapat dipakai sebagai data
objektif pengaruh mendengarkan murottal terhadap tingkat
kecemasan. Selain itu disarankan pula penelitian denga terapi
mendengarkan murottal Al-Qur’an dilakukan pada karakteristik
responden yang bervariatif dan tindakan medis yang lain.
7.2.3 Bagi Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi salah satu pilihan
terapi komplementer dalam pemenuhan rasa nyaman pasien dengan
mengkolaborasikan nilai-nilai sprititual dan religius.
7.2.4 Bagi Institusi Keperawatan
Institusi keperawatan diharapkan dapat mengintegrasikan nilai-
nilai spiritual dan religi pada kajian keilmuan atau penelitian agar
terdapat integrasi antara nilai-nilai keagamaan dengan pendidikan,
terutama pada institusi keperawatan dengan latar belakang keislaman.
DAFTAR PUSTAKA
A’la, Abd. (2006). Pembaruan Pesantren. Yogyakarta: PT. LKis Pelangi Aksara
Ahmed, Mohammad I., Maureen A. Farrell, Katie Parrish, dan AmanKarla.(2011).Preoperative
Anxiety in Children Risk Factor and Non-Pharmacological Management. (Diakses dari
meja.aub.edu.lbpada 18 November 2014 jam 08.00)
Arifrianto. (2012). Orang Tua Cermat, Anak Sehat. Jakarta: Gagas Media
Arifin, Miftahul. (2014). Hubungan Presepsi Tentang Sirkumsisi dengan Tingkat
Kecemasan pada Anak Usia Sekolah (6-12 Tahun) yang akan Dilakukan
Sirkumsisi di Desa Gambangan Kecamatan Maesan Kabupaten
Bondowoso. Skripsi. Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Jember. Jember : Universitas Muhammadiyah Jember
Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi
Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika
Assegaf, Muhammad Ali toha. (2009). 365 Tipe Sehat Ala Rasulullah. Jakarta:
Hikmah
Aziz, Wahida, M. Nooryanto, dan Sri Andarini. (2015). Terapi Murottal Al
Qur’an Surat Ar-Rahman Meningkatkan Kadar B-Endorphin dan
Menurunkan Intensitas Nyeri pada IBu Bersalin Kala I Fase Aktif. (Diakses
dari http://jkb.ub.ac.id/index.php/jkb/article/view/672, pada 29 Juni 2015,
jam 23.00)
Baharits, Adnan Basar. (2007). Mendidik Anak Laki-Laki. Jakarta: Gema Insani
Press
Budiharto. (2006). Metodologi Penelitian Kesehatan Dengan Contoh Bidang Ilmu
Kesehatan Gigi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokeran EGC.
Chen, Xiaohong, Kun Chen, Xianzhu Li, Bo Cheng. (2014). Effect Of Active and
Passive Music Theraphy on the Psycology and Complience of Children with
Prepuce Cerclage. (Diakses dari www.inter-isu.com, pada 25 Desember
2014 jam 10.15)
Chorpita, Bruce F. dan Dara C. Weiss. (2011). Revised Children’s Anxiety and Depression Scale.
(Diakses dari http://www.childfirst.ucla.edu/RCADSGuide20110202.pdf, pada 22 Desember
2014, jam 20.09)
Cottrell, Randy, James F. McKenzie. (2010). Health Promotioan and ducation
Research Methods : Using the Five Chapter Thesis-Dissertation Models.
Calivorni : Jones & Bartlett Learning, LCC
Craske, M dkk. (2013). Severity Measure for Social Anniety Disorder. (Diakses
dari www.psychiatry.org, pada 09 Desember 2014)
Dahlan, Sopiyudin M. (2012). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan :
Deskriptif, Bivariat, dan Multivariat Dilengkapi Aplikasi dengan
Menggunakan SPSS. Jakarta: Salemba Medika
Edisaputra, Ngakan Putu Siwi, Listyana N. R., Nanik Budiman. (2012). Efektifitas
Terapi Story Telling Terhadap Kecemasan Anak Akibat Hospitalisasi pada
Anak Usia Presekolah di Bangsal DR. Soeradji Tritonegoro RS Klaten.
(Diakses dari http://journal.respati.ac.id, pada 23 Juni 2015 jam 23.15)
El Syakir, Septian. (2014). Islamic Hypnoparenting : Mendidik Anak Masa Kini
Ala Rasulullah. Jakarta: Kawan Pustaka
Fortier, M.A., R.L. Blount., S.M. Wang, L.C. Mayes dan Z.N. Kain. (2011).
Analysing a Family centered Preoperative Intervention Program : A
Dismantling Approach. (Diakses dari http://bja.oxfordjournals.org, pada 23
Juni 2015 jam 23.15)
Ghabeli, Fatemeh, Naeime Moheb, dan Sayed Davoud H.N. (2014). Effect of Toys
and Preoperative Visit on Reducing Children's Anxiety and their Parents
before Surgery and Satisfaction with the Treatment Process. (Diakses dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4134164/, pada 12 Juni
2015 jam 14.00)
Ghoffar, Abdul dan Luthfiyah Ningsih. (2012). The Influence of Playing
Theraphy and Music Theraphy (Listening Qur’an : Juz Amma) to Anxiety
Respond at Toddler. (Diakses dari www.journal.unipdu.ac.id , pada 23 Juni
2015 jam 22.00)
Haj, Sadeghi. (2011). Voice of Quran and health: A review of performed studies
in Iran. (Diakses dari http://quranmed.com/4359.fulltext, pada 05 Desember
2015, jam 08.30)
Hamid, Achir Yani S. (2008). Bunga Rampai Asuhan Keperawatan Kesehatan
Jiwa. Jakarta : EGC
Handayani, Rahmi, Dyah F., Dwi Retno T. A., Dewi Naeni R. (2014). Pengaruh
Terapi Murottal Al-Qur’an untuk Penurunan Nyeri Persalinan dan
Kecemasan pada Ibu Bersalin Kala I Fase Aktif. (Diakses dari
http://www.download.portalgaruda.org, pada 01 Juli 2015 jam 06.30)
Harsono, Anik Suwarni, Lilis Murtutik. (2011). Perbedaan Penyembuhan Luka
Post Sirkumsisi dengan Metode Electro Couter dan Metode Konvensional
pada Pasien Sirkumsisi Poliklinik Mordodadi Boyolali. (Diakses dari
http://jurnal.usahidsolo.ac.id, Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. 1, pada 25
Juni 2015, jam 23.15)
Hidayat, Aziz Alimul. (2014). Metode Penelitan Kebidanan dan Analisa Data.
Jakarta: Salemba Medika
Iriana, D.K. (2014). Hubungan Kecemasan dan Gangguan Kenyamanan Fisik
dengan Kualitas Tidur Ibu Hamil di Puskesmas Helvetia Medan 2013.
Skripsi. Program Studi Ilmu keperawtaan Universitas Sumatra Utara.
Medan: Univeritas Sumatra Utara
Julian, L.J. (2011). Measure of Anxiety. (Diakses dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/art icles/PMC3879951/ , pada
09 Desember 2014, jam 09.15)
Jazuli, Ahzami Samiun. (2006). Al Hayatu fil-Qur’an Al-Karim, terjemahan oleh
Sari Nurlita, Miftahul Jannah dkk., Jakarta : Gema Insani
Joyce, Engel. (2008). Seri Pedoman Praktis Pengkajian Pediatrik. Jakarta : EGC
Karadag dkk, (2015) Smart Clamp Circumcision Versus Conventional Dissection
Technique in Terms of Parental Anxiety and Outcomes: A prospective
Clinical Study. (Diskes dari www.ncbi.nlm.nih.gov, pada 01 Juli 2015 jam
13.40)
Kain, Z.N dkk. (2009). Perioperative Behavior Stress in Children. In: Cote CJ,
Lerman J, and ID Todres,Eds. A Practice of Anesthesia for Infants and
Children.Vol.27. Philadelphia, PA: Saunders Elsevier
Kain, Z.N dkk. (2006). Preoperative Anxiety, Postoperative Pain, and Behavioral
Recovery in Young Children Undergoing Surgery. (Diakses dari
www.pediatricts.org/cgi/doi/10.1542/ped.2005-2920 pada 05
Desember 2014 jam 10.15)
Kazemi, M. A. Ansari, M. Allah Tavakoli, S. Karimi. (2004). The Effect of the
Recitation of Holy Quran on Mental Health in Nursing Students of
Rafsanjan University of Medical Sciences. (Diakses dari
http://journal.rums.ac.ir/ , pada 05 Desember 2014, jam 09.05)
Koller, Donna dan Ran. D.Goldman. (2012). Distraction Technique for Children
Undergoing Procedure : A Critical Review of Pediatrict Research. (Diakses
dari http://dx.doi.org/10.1016/j.pedn.2011.08.001 , Jurnal Of Pediatrict
Nursing, Vol.27, Hal 652-681, pada 25 Juni 2015 jam 20.30)
Kurniawan, Beni. (2008). Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi.
Jakarta : PT Grasindo
McKinley, S., dkk. (2004). Assesment of Anxiety in Intensive Care Patients by
Using The Face Anxiety Scale. (Diakses dari
www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15043242, pada 09 Desember 2014 jam
13.15)
Maryani, Eva Dwi, dan Elis Hartati. (2013). Intervensi Terapi Audio dengan
Murttal Surah Ar-Rahman Terhadap Perilaku Anak Autis. (Diakses dari
http://keperawatan.unsoed.ac.id , pada 27 Juni 2015, jam 20.45)
Mulyono. (2011). Peningkatan Kemampuan Membaca Al-Qur’an dengan Metode
Qiro’ati bagi Siswa Kelas 7 MTs Al-Khoiriyyah Semarang Semester Genap
Tahun 2010-2011. Skripsi. Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri
Walisongo Semarang. Semarang: Institut Agama Islam Negeri Walisongo
Semarang
Nakhavali, Fakhteh, dkk. (2013). A Research on “Rhythm & Music” in the
Qur’an.(http://www.macrothink.org/journal/index.php/ijl/article/view/38
98 , Diakses pada 1 Juni 2015, jam 11.43)
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Karya Ilmiah. Jakarta : Salemba
Medika
Parjanto. (2009). Hubunngan Antara Support Sistem Keluarga dengan Tingkat
Kecemasan Anak Sebelum Tindakan Presirkumsisi di Balai Pengobatan
Adhia Tunggur Slogohimo Wonogiri. Skripsi. Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Purwati, Nyimas Hani, Yeni Rustina, dan Luknis Sabri.(2010) Penurunan Tingkat
Nyeri Anak Prasekolah yang Menjalani Penusukan Intravena Untuk
Pemasangan Intravena Melalui Terapi Musik. (Diakses dari
http://jki.ui.ac.id/, pada 15 Juni 2015 jam 23.30)
Purwandari, Haryatiningsih. (2009). Pengaruh Terapi Seni dalam Menurunkan
Tingkat Kecemasan Anak Usia Sekolah yang Menjalani Hospitalisasi di
Wilayah Kabupaten Banyumas. Tesis. Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia. Depok: Universitas Indonesia
Pouralkhas, Shokrollah, Soran Rajabi, dan Ahad Pishgar. (2012). Investigating the
Rate of Qur’an Reciting by Persian Language and literature Students in
Comparison with Students of Other Fields and Its Effect on Depression,
Anxiety, and Stress. Journal of Language Teaching and Research.Vol 3
(5).(Diakses dari doi:10.4304/jltr.3.5.1004-1008, pada 02 Januari 2015 jam
14.30)
Quiles, J.M.A., dkk. (2013). Identifi cation of Degrees of Anxiety in Children
with Three- and Fi ve-Face FacialScales. (Diakses dari
doi:10.7334/psicothema2012.287, pada 10 September 2014, jam 19.00)
Quthb, Sayyid. (2001). Tafsir fi Zhilalil Qur’an di Bawah Naungan Al-Qur’an.
Jakarta : Gema Insani Press.
Rafdi, Abi. (2014). Gambaran Kecemasan anak Usia 7-14 Thun Terhadap
Perawatan Gigi di SD Inpres Tamalanrea II Kota Makassar dan SDN 6
Mentirotiku Kabupaten Toraja Utara. Skripsi. Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Hasanuddin. Makassar: Universitas Hasanuddin
Rashid, Khulqi. (2007). Al-Qur’an Bukan Da Vinvi’s Code : Membuka Nalar
Memperkokoh Iman. Jakarta: Hikmah
Rinduwati, Fitri dan Retno Yulipurwanti. (2006). Tingkat Kecemasan Anak dalam
Menghadapai Sirkumsisi di Kelurahan Mekar Sari Depok. Skripsi. Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Depok: Universitas Indonesia
Santoso, Singgih. (2010). Statistik Nonparametrik: Konsep dan Aplikasi dengan
SPSS. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo
Safitri, Alin Apriana. (2013). Pengaruh Terapi Relaksasi Nafas Dalam Kombinasi
Murotal Mendengarkan Ayat Al-Qur’an (Ar-Rahman) Terhadap Tingkat
Nyeri pada Pasien Post Caesar di RS.Nurhidayah Imogiri Kabupaten
Bantuk Yogyakarta. Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta. Yogyakarta : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Sembiring, Novika H. Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Kecemasan Akibat
Hospitalisasi pada Anak Usia sekolah yang Dirawat di RSUD dr. Pirngadi
Medan. Skripsi. Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara. Medan:
Sumatra Utara
Semium, Yustinus. (2006), Kesehtaan Mental 1. Yogyakarta: Kanisius
_______________ . (2006). Teori Kepribadi dan Terapi Psikoanalitik Freud.
Yogyakarta: Kanisius
Seno, Doddy Hami, dkk. (2012). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
keluaran dan Komplikasi Sirkumsisi. (Diakses dari
http://indonesia.digitaljournals.org/, pada 15 Juni 2015 jam 03.00)
Sherwood, Lauralee. (2012). Fisiologi manusia: Dari Sel ke Sistem, Ed. 6.
Jakarta: EGC
Shihab, Quraish. (2007). Membumikan Al-Qr’an : Fungsi dan Peran Wahyu
dalam Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan
Sodikin. (2012). Pengaruh Terapi Bacaan Al-Qur’an Melalui Media Audio
Terhadap Respon Nyeri Pasien Post Operasi Hernia di RS Cilacap. Tesis
Magister Keperawatan Universitas Indonesia. Depok: Universitas Indonesia
Sooki, Sharifi Kh, Tagharobi. (2011). Role of Qur’an Recitation in Mental Helth
of Elderly. Iran. (Diakses dari http://quranmed.com, pada 19 Januari 2015
jam 10.15)
Suharsono. (2004). Mencerdaskan Anak. Depok : Inisiasi Press
Swarjana, I Ketut. (2012). Metode Penelitian Kesehatan Tujuan Praktis
Pembuatan Proposal Penelitian. Yogyakarta: ANDI
Tumiran, Mohd Amzari, dkk. (2013). Addressing Sleep Disorder of Autistic
Children With Qur’anic Sound Theraphy.(Diakses dari
http://dx.doi.org/10.4236/health.2013.58A2011, pada 12 Januari 2015 jam
20.30)
Tomb, David A. (2003). Buku Saku Psikiatri. Jakarta: EGC
Umar, Husein. (2011). Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta:
PT.Rajagrafindo Persada
UNAIDS. (2010). Neonatal and child male circumcision: a global review.
(Diakses dari http://www.who.int, pada 20 Desember 2014 jam 20.05)
Utari, D. (2007). Pengaruh Menggambar Sebagai Terapi Bermain Terhadap
Penurunan Tingkat Kecemasan Anak Yang Akan Menjalani Prosedur
Khitan. Skripsi S-1 Keperawatan Universitas Sumatera Utara. (Diakses dari
repository.usu.ac.id, pada 02 Januari 2015 jam 21.00)
Videbeck, Sheila L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Wasis. (2006). Pedoman Riset Praktis Untuk Profesi Perawat. Jakarta : EGC
WHO. (2009). (Diakses dari www.who.int/hiv/pub/malecircumcision. 2014 pada
26 November 2014)
____ .(2007).(Diakses dari http://whqlibdoc.who.int/publication/2007/9789241596169_eng.pdf, pada
08 November jam 21.00)
Wright, Kristi D, dkk. (2007). Prevention and Inrevention Strategies to Alleviate
Preoperative Anxiety in Children : A Critical Review. (Diakses dari
http://bmo.sagepub.com, pada 13 Juni 2015, jam 17.30)
Wong, Donna L. et al. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC
Wren, Douglas G dan Benson Jeri. (2004). Measuring Test Anxiety In Children
Scale Development and Internal Contruct Validitation. (Diakses dari
http://www.andrews.edu, pada 09 Desember 2014 pukul 09.20)
Yavuz, Mesut T. D. (2011). The Effect of Circumcision on the Mental Helath of
Children : A Review. (Diakses dari http://www.turkpsikiyatri.com, pada 20
Desember 2014, jam 15.00)
Zahrofi, Dian Nashif. (2013). Pengaruh Pemberian Terapi Murottal Al-Qur’an
Terhadap Tingkat kecemasan Pasien Hemodialisa di RS PKU
Muhammadiyah Surakarta. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah. Surakarta: Universitas Muhammmadiyah Surakarta
Zulkurnaini, dkk. (2012). The Comparison Between Listening to Al-Qur’an and
Listening to Classical Music on The Brainwave Signal for Alpha Band.
(Diakses dari http://ieeexplore.ieee.org/, pada 10 Juni 2015, jam 16.30)
Lampiran 1
Lampiran 2
Penjelasan Penelitian dan Persetujuan Responden
Penelitian terkait terapi mendengarkan Al-Qur’an terhadap kecemasan telah banyakdilakukan. Mendengarkan Al-Qur’an dapat menurunkan kecemasan terhadap ibu yang akanmenjalani operasi Sectio Cessaria (Mirbagher, 2010). Al-Qur”an mempunyai efek terhadaptingkat depresi, cemas, dan stres pada individu yang mendengarkan bacaa Al-Qur’an.
Pada kesempatan ini peneliti akan mengadakan penelitian mengenai “PengaruhMendengarkan Murottal Al-Qur’an Terahadap Tingkat Kecemasan AnakPresirkumsisi”.
Penelitian ini tidak akan menimbulkan dampak negatif atau kerugian pada responden.Kerahasiaan informasi yang diberikan akan dijaga dan dipakai hanya untuk keperluanpenelitian saja.
Data ini bersifat rahasia
Nama Orang Tua :
Nama Anak :
Usia :
Alamat dan kontak reponden :
Tingkkat Cemas : Preintervensi : Posintervensi:
Responden/Wali Peneliti
( ) (Nadhia Elsa S.)
NIP: 1111104000020
Lampiran 3
Hasil Uji SPSS
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Usia 15 8 12 10.13 1.407
Pre 15 0 2 1.20 .561
Post 15 0 1 .80 .414
Valid N (listwise) 15
Wilcoxon Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
post - pre Negative Ranks 7a 4.50 31.50
Positive Ranks 1b 4.50 4.50
Ties 7c
Total 15
a. post < pre
b. post > pre
c. post = pre
Test Statisticsb
post - pre
Z -2.121a
Asymp. Sig. (2-tailed) .034
a. Based on positive ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pre 15 100.0% 0 .0% 15 100.0%
post 15 100.0% 0 .0% 15 100.0%
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
pre .373 15 .000 .734 15 .001
post .485 15 .000 .499 15 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Statistics
usia pre post
N Valid 15 15 15
Missing 0 0 0
Mean 10.13 1.20 .80
Median 10.00 1.00 1.00
Std. Deviation 1.407 .561 .414
Minimum 8 0 0
Maximum 12 2 1
Pre
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percen
t
Valid tidak cemas 1 6.7 6.7 6.7
agak cemas 10 66.7 66.7 73.3
cukup cemas 4 26.7 26.7 100.0
Total 15 100.0 100.0
Post
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percen
t
Valid tidak cemas 3 20.0 20.0 20.0
agak cemas 12 80.0 80.0 100.0
Total 15 100.0 100.0
Diagram Tingkat Kecemasan Preintervensi
Diagram Tingkat Kecemasan Posintervensi
100% (n=3)Merasakancemas padasaat sampai
ditempatsunatan
Lampiran 4
Wawancara anak presirkumsisi pada studi pendahuluan
1. Siapa nama adik?2. Berapa tahun sekarang?3. Apa yang adik rasakan sekarang?4. Apa yang adik ketahui tentang sirkumsisi/sunatan?5. Apakah adik merasa takut/cemas?6. Sejak kapan adik merasa cemas?
Lampiran 5
Three – and Five- Face Facial Scale diadaptasi dari McGrath's 9-faces-scale (1996)
Original McGrath's 9-faces-scale (1996)
Lampiran 5
Three – and Five- Face Facial Scale diadaptasi dari McGrath's 9-faces-scale (1996)
Original McGrath's 9-faces-scale (1996)
Lampiran 5
Three – and Five- Face Facial Scale diadaptasi dari McGrath's 9-faces-scale (1996)
Original McGrath's 9-faces-scale (1996)