pengaruh religiusitas, pola asuh orang tua, dan...
TRANSCRIPT
PENGARUH RELIGIUSITAS, POLA ASUH ORANG TUA,
DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP KEPUASAN HIDUP
MAHASISWA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Disusun Oleh :
Karina Ayuni Masitha
11150700000033
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018/2019
v
MOTTO
“ANYONE CAN BE ANYTHING,
BELIEF IN YOURSELF”
PERSEMBAHAN :
Karya ini dipersembahkan untuk cinta pertama dalam hidupku: ayah, ibu,
dan keluarga.
vi
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi
B) September 2019
C) Karina Ayuni Masitha
D) Pengaruh Religiusitas, Pola Asuh Orang Tua, dan Dukungan Sosial terhadap
Kepuasan Hidup Mahasiswa
E) ix + 101 + Lampiran
F) Memiliki kepuasan hidup merupakan sesuatu yang sudah pasti diinginkan
oleh setiap individu. Keinginan ini sejalan dengan pemikiran teori psikologi
positif, dimana kepuasan hidup merupakan pusat dari psikologi positif itu
sendiri (Diener & Schwarz, Kahneman, 1999). Kurangnya kebahagiaan pada
mahasiswa dapat mengganggu ketercapaian tugas perkembangan, khususnya
pada aspek pribadi dan sosialnya. Furr (1998) menunjukkan bahwa individu
dengan kepuasan hidup yang rendah memiliki resiko lebih tinggi mengalami
masalah psikologis seperti depresi. Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin
melihat kepuasan hidup pada mahasiswa di Jabodetabek. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh religiusitas, pola asuh
orang tua, dan dukungan sosial terhadap kepuasan hidup pada mahasiswa.
Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa aktif yang berusia 18-22
tahun di Jabodetabek, sampel dalam penelitian ini berjumlah 201 orang.
Pengambilan sampel menggunakan metode non probability sampling. Alat
ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah model skala Likert. Uji
validitas alat ukur yang digunakan adalah teknik CFA (Confirmatory Factor
Analysis). Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan Multiple
Regression Analysis melalui SPSS 2.0
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
pada variabel religiusitas, pola asuh orang tua, dan dukungan sosial terhadap
kepuasan hidup sebesar 32,4 % sedangkan sisanya 67,6 % dipengaruhi oleh
variabel di luar penelitian ini. Berdasarkah hasil uji hipotesis masing-masing
variabel yang telah dilakukan, terdapat empat variabel yang berpengaruh
secara signifikan terhadap kepuasan hidup, yakni praktik privat, praktik
public, permissive, dan self-esteem support.
G) Bahan bacaan : 72 ; buku: 5 + jurnal: 65 + disertasi: 1 + 1 artikel
vii
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology
B) September 2019
C) Karina Ayuni Masitha
D) The Effect of Religiosity, Parenting Style, and Social Support on Student Life
Satisfaction
E) ix + 101 + appendix
F) Having satisfaction is something that must be owned by every individual.
This success comes from the theory of positive psychology, while life
satisfaction is the center of positive psychology itself (Diener & Schwarz,
Kahneman, 1999). Lack of happiness in students can accept the achievement
of development tasks, specifically in personal and social aspects. Furr (1998)
shows that individuals with low life satisfaction have greater problems such
as psychological problems such as depression. Based on this the researcher
wants to see the satisfaction in students in Jabodetabek. This study aims to
determine whether there is an influence of religiosity, parenting style, and
social support on student life satisfaction.
The population in this study were active students aged 18-22 years in
Jabodetabek, the sample in this study amounted to 201 people. Sampling used
a non-probability sampling method. The measuring instrument used in this
study was a Likert scale. Test the validity of measuring instruments used the
CFA (Confirmatory Factor Analysis) technique. Testing the hypothesis in this
study used Multiple Regression Analysis through SPSS 2.0.
The results of this study indicate that there is a significant influence on the
variables of religiosity, parenting parents, and social support for life
satisfaction by 32.4% while the remaining 67.6% is influenced by variables
outside this study. Based on the results of the hypothesis testing of each
variable that has been done, four variables have a significant effect on life
satisfaction, namely private practice, public practice, permissive, and self-
esteem support.
G) References : 72 ; books: 5 + journal: 65 + dissertation: 1 + 1 articles
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Pengaruh Religusitas, Pola Asuh Orang Tua, dan Dukungan Sosial terhadap
Kepuasan Hidup Mahasiswa”. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada
junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, yang membawa manusia dai alam
kegelapan menuju alam yang terang benderang. Dalam penulisan skripsi ini
penulis banyak mengalami hambatan, namun berkat doa, bimbingan, serta
dukungan dari berbagai pihak skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh
karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih
yang setulus-tulusnya kepada :
1. Ibu Dr. Zahrotun Nihayah, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta periode 2019-2024 , beserta jajarannya.
2. Bapak Bambang Suryadi, Ph.D selaku dosen pembimbing skripsi, terima
kasih atas waktu, tenaga, ilmu, nasihat, saran, serta bimbingan Bapak
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis
mendapatkan banyak masukan dan wawasan sehingga penulis selalu
termotivasi dalam menyelesaikan skripsi.
3. Bapak dan Ibu dosen pengajar Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta atas ilmu, bimbingan, arahan, dan motivasi selama kurang lebih
empat tahun perkuliahan.
4. Bapak Ikhwan Lutfi, M.Psi, selaku Dosen Penasihat Akademik (PA) penulis
selama menempuh perkuliahan.
5. Kedua orang tua tercinta atas doa yang telah tercurahkan dan segenap kasih
sayang yang tak terbatas, serta segala bentuk motivasi yang telah diberikan
kepada penulis selama menempuh pendidikan sampai tingkat perguruan
tinggi. Ucapan terima kasih yang juga penulis ucapkan kepada kakak dan
adikku tersayang. Terima kasih atas dukungan, doa, motivasi dan kesabaran
menghadapi penulis, serta untuk seluruh keluarga besarku yang selalu
ix
memberikan doa dan dukungan demi kelancaran penelitian ini. Kalian semua
adalah hal terindah dalam hidupku.
6. Seluruh mahasiswa yang telah menjadi responden dalam penelitian ini.
Semoga Allah membalas kebaikan kalian semua.
7. Sahabat-sahabatku tercinta (Vania, Farin, Khusnul, Lita, Tisal, dan Mita)
yang selalu bersama dalam suka dan duka selama proses perkuliahan dan
perskripsian. Terimakasih atas waktu, tenaga, bantuan, dan motivasi selama
ini. Empat tahun bersama kalian adalah kenangan yang tak akan terlupakan.
8. Sahabat-sahabat kecilku (Diana, Ratu, Farah, Sasa, Fitri, Ervina, dan Hanifah)
atas kebersamaannya selama 9 tahun. Terima kasih atas canda dan tawa yang
selalu kalian berikan pada setiap pertemuan yang membuat penulis merasa
bahagia memiliki kalian.
9. Sahabat-sahabatku di SMA (Difa, Nindia, Ucup, Rasyid) atas perhatian,
dukungan, doa, dan kenangan berharga yang tak akan terlupakan.
10. Erlando Fahmi Ananta atas kebaikan hati, kesabaran, perhatian, serta segala
dukungan yang tiada henti-hentinya diberikan kepada penulis selama ini.
Terima kasih telah menjadi lelaki yang terbaik dan selalu ada.
11. Teman-teman Fakultas Psikologi UIN angkatan 2015, terima kasih banyak
semuanya.
Terakhir, penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat untuk
banyak orang. Karya ini masih memiliki banyak kekurangan serta keterbatasan.
Penulis menerima kritik dan saran yang membangun agar karya ini semakin baik.
Jakarta, 4 Juli 2019
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. ii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iv
MOTTO .................................................................................................................. v
ABSTRAK ........................................................................................................... vi
ABSTRACT ........................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.2 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Batasan dan Rumusan Masalah ...................................................................... 8
1.2.1 Batasan masalah....................................................................................... 8
1.2.2 Rumusan masalah .................................................................................. 10
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................................... 12
1.3.1 Tujuan penelitian ................................................................................... 12
1.3.2 Manfaat penelitian ................................................................................. 13
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 14 2.1 Kepuasan Hidup ........................................................................................... 14
2.1.1 Definisi kepuasan hidup ........................................................................ 14
2.1.2 Faktor-faktor kepuasan hidup ................................................................ 15
2.1.3 Aspek yang mempengaruhi kepuasan hidup ......................................... 17
2.1.4 Pengukuran kepuasan hidup .................................................................. 18
2.2 Religiusitas ................................................................................................... 19
2.2.1 Definisi religiusitas ................................................................................ 19
2.2.2 Dimensi religiusitas ............................................................................... 20
2.2.3 Pengukuran religiusitas .......................................................................... 21
2.3 Pola Asuh Orang Tua ................................................................................... 22
2.3.1 Definisi pola asuh orang tua .................................................................. 22
2.3.2 Dimensi pola asuh orang tua.................................................................. 23
2.3.3 Pengukuran pola asuh orang tua ............................................................ 25
2.4 Dukungan Sosial ........................................................................................... 25
2.4.1 Definisi dukungan sosial ....................................................................... 25
2.4.2 Aspek dukungan sosial .......................................................................... 26
2.4.3 Pengukuran dukungan sosial ................................................................. 28
2.5 Kerangka Berpikir ........................................................................................ 28
2.6 Hipotesis Penelitian ...................................................................................... 36
BAB 3 METODE PENELITIAN ........................................................................ 37 3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ................................... 37
3.2 Variabel dan Definisi Operasional Penelitian .............................................. 37
3.3 Instrumen Pengumpulan Data ...................................................................... 42
3.3.1 Teknik pengumpulan data...................................................................... 42
xi
3.3.2 Alat ukur penelitian ............................................................................... 43
3.4 Uji Validitas Konstruk .................................................................................. 48
3.4.1 Uji validitas konstruk skala kepuasan hidup ......................................... 49
3.4.2 Uji validitas konstruk skala religiustas .................................................. 50
3.4.3 Uji validitas konstruk skala pola asuh orang tua ................................... 56
3.4.4 Uji validitas konstruk skala dukungan sosial ........................................ 60
3.5 Teknik Analisa Data ..................................................................................... 65
BAB 4 HASIL PENELITIAN ............................................................................. 69 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ............................................................ 69
4.2 Hasil Analisis Deskriptif .............................................................................. 70
4.3 Uji Hipotesis ................................................................................................. 72
4.3.1 Analisis regresi variabel penelitian ........................................................ 72
4.3.2 Pengujian proporsi varian masing-masing independen variabel ........... 79
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN ...................................................... 83 5.1 Kesimpulan ................................................................................................... 83
5.2 Diskusi .......................................................................................................... 83
5.3 Saran ............................................................................................................. 87
5.3.1 Saran teoritis .......................................................................................... 87
5.3.2 Saran praktis .......................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 90
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Scoring Pengukuran Skala ........................................................................ 47
Tabel 3.1 Blue Print Skala Kepuasan Hidup ............................................................ 48
Tabel 3.2 Blue Print Skala Religiusitas .................................................................... 49
Tabel 3.3 Blue Print Skala Pola Asuh Orang Tua .................................................... 50
Tabel 3.4 Blue Print Skala Dukungan Sosial ............................................................ 50
Tabel 3.5 Muatan Faktor Item Konstruk Kepuasan Hidup ....................................... 55
Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Konstruk Ideologi .................................................... 56
Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Konstruk Intelektual ................................................. 57
Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Konstruk Praktik Privat ............................................ 58
Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Konstruk Pengalaman Religius ................................ 59
Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Konstruk Praktik Publik ........................................... 61
Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Konstruk Authoritarian ............................................ 62
Tabel 3.12 Muatan Faktor Item Konstruk Authoritative ............................................. 63
Tabel 3.13 Muatan Faktor Item Konstruk Permissive ................................................ 65
Tabel 3.14 Muatan Faktor Item Konstruk Dukungan Nyata....................................... 66
Tabel 3.15 Muatan Faktor Item Konstruk Dukungan Informasi................................. 67
Tabel 3.16 Muatan Faktor Item Konstruk Dukungan Harga Diri ............................... 69
Tabel 3.17 Muatan Faktor Item Konstruk Dukungan Belonging ................................ 70
Tabel 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ......................................................... 74
Tabel 4.2 Deskriptif Statistik Variabel Penelitian..................................................... 75
Tabel 4.3 Norma Kategori Skor Variabel ................................................................. 76
Tabel 4.4 Kategori Skor Variabel Penelitian ............................................................ 76
Tabel 4.5 R Square .................................................................................................... 78
Tabel 4.6 Anova Signifikansi Pengaruh Seluruh IV Terhadap DV .......................... 79
Tabel 4.7 Koefisien Regresi ...................................................................................... 80
Tabel 4.8 Model Summary Proporsi Varians Independent Variable ........................ 85
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir ...................................................................... 36
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian .............................................................................. 96
Lampiran 2 Syntax dan Path Diagram.................................................................... 103
Lampiran 3 Output Analisis Regresi ....................................................................... 116
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Memiliki kepuasan hidup merupakan sesuatu yang sudah pasti diinginkan oleh
setiap individu. Keinginan ini sejalan dengan pemikiran teori psikologi positif,
dimana kepuasan hidup merupakan pusat dari psikologi positif itu sendiri
(Kahneman, Diener, & Schwarz, 1999). Kepuasan hidup (life satisfaction) adalah
keadaan emosi yang meliputi kepuasan individu dengan kehidupan saat ini dan
memberikan kontribusi penting bagi kesejahteraan subjektif (Seligman dan
Csikzentmihalyi, 2000). Agar seseorang benar-benar mencapai kepuasan hidup
(life satisfaction), maka ia memerlukan pemenuhan kebutuhan dalam hidupnya.
(Schimack, Radhakrishnan, Oishi, Dzokoto, & Ahadi, 2002).
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Diener (2006) menyebutkan
bahwa individu dengan tingkat kepuasan yang tinggi cenderung mempunyai rasa
percaya diri yang tinggi, optimis, mendapatkan penilaian positif dari orang lain,
cenderung disukai, memiliki daya tahan fisik yang baik, dapat mengatasi
tantangan dan stres dengan baik, serta memiliki perilaku yang terarah pada tujuan
tertentu. Berbeda dengan tingkat kepuasan hidup yang tinggi, individu yang
memiliki tingkat kepuasan hidup yang rendah mengalami banyak hambatan untuk
menunjukkan kemampuannya dalam melakukan sesuatu. Hal ini dapat berujung
pada rasa tidak puas pada diri sendiri dan rasa tidak bahagia, yang selanjutnya
dapat mengakibatkan masalah-masalah dalam penyesuaian diri dan sosial
2
(Hurlock, 1997). Oleh karena itu, diharapkan bahwa setiap individu memiliki
kepuasan hidup yang tinggi agar hidupnya menjadi lebih bahagia dan sejahtera.
Furr & Funder (1998) menunjukkan bahwa individu dengan kepuasan
hidup yang rendah memiliki resiko lebih tinggi mengalami masalah psikologis
seperti depresi. Depresi merupakan salah satu penyebab seseorang berkeinginan
untuk bunuh diri (Dewi, 2013). Menurut World Health Organization (WHO),
diperkirakan di seluruh dunia tiap 40 detik ada satu individu yang meninggal
karena bunuh diri terutama di kalangan anak muda pada usia 15-29 tahun. Di
Indonesia, kasus bunuh diri telah mencapai 9.105 pada tahun 2012 dengan
perhitungan sekitar 3,6 per 100.000 penduduk (WHO, 2014). Oleh karenanya,
untuk menurunkan resiko terjadinya masalah psikologis pada seseorang, kepuasan
hidup menjadi salah satu faktor penting yang perlu dikaji.
Sebagaimana pemaparan di atas bahwa setiap orang menginginkan
kebahagiaan dalam hidupnya termasuk mahasiswa. Fase mahasiswa ini
merupakan fase yang sangat sulit, karena seorang individu diharuskan untuk
memntukan sikap dan pilihan atas kehidupannya, dan juga dimana seorang
individu dituntut untuk memiliki kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungannya (Kartono, 2006). Ketika mahasiswa merasa kurang bahagia,
mahasiswa tidak bisa memenuhi tugas perkembangannya dengan baik, dimana hal
itu dapat memunculkan emosi negatif dan mengganggunya di kehidupan
selanjutnya.
3
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada remaja maupun
mahasiswa di beberapa negara barat menunjukkan bahwa tingkat kepuasan hidup
yang dirasakan oleh remaja dan mahasiswa masih tergolong cukup rendah (Rode,
2005; Cha, 2003). Hal yang serupa juga terjadi Indonesia. Beberapa penelitian
telah membuktikan bahwa tingkat kepuasan hidup mahasiswa di Indonesia juga
masih tergolong cukup rendah. Hasil penelitian di Indonesia yang dilakukan oleh
Here dan Priyanto (2014) menunjukkan bahwa mahasiswa yang menjadi subjek
pada penelitiannya memiliki kepuasan hidup yang tergolong rendah. Hal ini
menunjukkan bahwa permasalahan mengenai kepuasan hidup mahasiswa masih
belum sesuai harapan dan perlu menjadi perhatian.
Menninger (dalam Park, 2004) menyebutkan bahwa Individu yang sehat
mental dapat didefinisikan sebagai individu yang dapat menyesuaikan diri
terhadap dunia dan orang lain dengan kepuasan dan efektivitas maksimal. Birren
dan Sloane (1980) menambahkan bahwa ada empat komponen individu yang
sehat mental, yaitu tidak mengalami gangguan mental, tidak mengalami
keterbatasan atau defisit dalam tingkah laku, mengalami kepuasan dalam
hidupnya, dan keadaan dirinya saat ini mendekati sosok yang ideal yang
diharapkan. Dari kedua definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepuasan
hidup juga merupakan salah satu aspek yang menentukan kesehatan mental
individu. Kepuasan hidup memegang peranan penting dalam kehidupan yang
sehat mental karena dapat memotivasi individu untuk mengeksplorasi dan
membangun sumber daya sebagai usaha coping terhadap stressor dan peristiwa
tidak menyenangkan.
4
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kepuasan hidup baik yang
bersifat internal maupun eksternal. Faktor internal yang dapat mepengaruhi
kepuasan hidup yaitu seperti karakteristik individu dan faktor eksternalnya yaitu
lingkungan (Asih, Yuliadi, dan Karyanta, 2015). Berdasarkan penelitian yang
dilakukan West (2006) membuktikan bahwa kepuasan hidup dapat dilihat dari
karakter yang dimiliki oleh individu tersebut. Selain itu Chung (2008) juga
menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara karakter individu
dengan kepuasan hidup.
Selain karakteristik individu, faktor internal lainnya yang juga
mempengaruhi kepuasan hidup adalah religiusitas. Hasil studi empiris yang
dilakukan terhadap remaja dan mahasiswa, menunjukkan bahwa individu yang
lebih religius (misalnya, menghadiri layanan keagamaan, sering berdoa,
merasakan hubungan spiritual dengan dewa) merasa lebih bahagia dari pada
mereka yang kurang religius. Francis, Jones, dan Wilcox (2000) menunjukkan
bahwa religiusitas berkorelasi positif dengan kebahagiaan mahasiswa Kristen di
Inggris. Demikian pula, penelitian Abdel-Khalek (2007) menunjukkan bahwa
religiusitas yang lebih tinggi dikaitkan dengan kebahagiaan yang lebih besar bagi
Muslim Kuwait.
Penelitian terdahulu juga menunjukkan beberapa faktor eksternal yang
mempengaruhi kepuasan hidup, yakni keluarga. Schimmack, Radhakrishnan,
Oishi, Dzokoto, & Ahadi (2002) menyatakan bahwa keluarga terutama orangtua
memegang peranan penting untuk meningkatkan kepuasan hidup mahasiswa.
Sebab orangtua merupakan role model bagi seorang anak dalam keluarga (Dariyo,
5
2016). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Goetzmann, Scholz, Dux,
Roellin, Boehler, Muellhaupt, Noll, Wüthrich, and Klaghofer (2012)
menunjukkan bahwa kepuasan hidup seseorang dapat dipengaruhi oleh kualitas
hubungan antar individu satu dengan lainnya. Seligman (2002) dalam Wijayanti
dan Nurwiyan (2010) membuktikan bahwa keluarga dapat memengaruhi kepuasan
hidup seseorang.
Keluarga terutama orang tua, termasuk ke dalam lingkungan yang
memiliki pengaruh paling besar dalam pembentukan karakter anak melalui
pengasuhan. Dalam mengasuh anak, setiap orang tua pasti memiliki gaya
pengasuhan yang berbeda sesuai dengan budaya dan riwayat gaya pengasuhan
yang dialami orang tua tersebut (Amelia, 2013). Studi yang meneliti hubungan
antara gaya pengasuhan dan hasil anak biasanya didasarkan pada klasifikasi
Baumrind (1966) di mana gaya pengasuhan disusun dalam tiga kelas: pola asuh
otoritatif, otoriter dan permisif. Pola asuh yang diterapkan orang tua pada anak-
anak bisa berdampak besar pada kehidupannya. Seorang anak tidak akan tumbuh
bahagia dan menjadi mandiri jika ia selalu mendapatkan pola asuh otoriter atau
terlalu dikontrol oleh orang tuanya. Berdasarkan hasil studi yang dilakukan
terhadap ribuan orang di Inggris yang diikuti oleh remaja sampai dengan dewasa
usia 60-an menunjukkan bahwa anak yang sejak kecil selalu dikontrol ternyata
kehidupannya tidak bahagia dan bahkan memiliki kesehatan mental yang rendah.
Sedangkan mereka yang memiliki orang tua yang hangat dan responsive
merasakan kepuasan hidup yang lebih besar dan memiliki kesejahteraan mental
yang lebih baik.
6
Selain itu, faktor eksternal lain yang juga mempengaruhi kepuasan hidup
adalah dukungan sosial. Menurut Ryff (1989), memiliki hubungan positif dengan
orang lain merupakan salah satu penyebab tinggi rendahnya kepuasan hidup
seseorang. Seligman dan Csikszentmihalyi (2000) juga menyebutkan bahwa
interaksi yang positif dengan orang lain dapat menentukan tingkat kepuasan hidup
individu. Selain itu, penelitian lain juga menunjukkan bahwa tingkat kepuasan
hidup mahasiswa dapat dipengaruhi oleh adanya hubungan yang baik dengan
orang lain, seperti keluarga, maupun teman (Sam, 2000 & Chow, 2005).
Dukungan sosial adalah prediktor adaptasi yang sangat kuat pada
mahasiswa (Malecki & Demaray 2006). Dukungan sosial dilaporkan menjadi
faktor penting yang mengurangi kesepian pada remaja, mahasiswa, orang dewasa
dan orang tua (Yarcheski, Scoloveno, Mahon, 1994). Dukungan sosial membawa
perspektif positif terhadap kehidupan individu. Sebagai contoh, Edwards dan
Lopez (2006) mengidentifikasi korelasi positif yang kuat antara dukungan sosial
yang diterima mahasiswa dan kepuasan hidup mereka.
Meskipun sudah banyak penelitian terdahulu yang meneliti tentang
kepuasan hidup, namun sebagian besar penelitian tersebut dilakukan di luar
negeri. Sedangkan untuk di Indonesia sendiri, penelitian yang meneliti tentang
kepuasan hidup mahasiswa masih terbatas. Penelitian mengenai kepuasan hidup di
Indonesia lebih banyak yang berfokus pada kepuasan hidup para pekerja
(Pratama, Prasamtiwi, & Sartika, 2015), penderita penyakit tertentu (Pratiwi,
2012; Harlianty & Ediati, 2016), maupun lansia (Ramdani, 2015; Fitriyadewi &
Suarya, 2016). Padahal jika dikaitkan dengan kesehatan mental, ternyata kepuasan
7
hidup adalah salah satu faktor yang memiliki peran penting terhadap kesehatan
mental, terutama bagi remaja dan mahasiswa. Menurut Park (2004) kepuasan
hidup memiliki banyak peran positif bagi perkembangan remaja. Mahasiswa
dengan kepuasan hidup tinggi tidak akan memunculkan tingkah laku yang
bermasalah ketika ia dalam keadaan tertekan dibandingkan dengan mahasiswa
yang memiliki kepuasan hidup yang rendah (Suldo dan Huebner, 2004). Melihat
bagaimana pentingnya peran kepuasan hidup bagi mahasiswa, membuat peneliti
tertarik untuk meneliti kembali mengenai kepuasan hidup mahasiswa tepatnya di
Indonesia.
Berdasarkan fenomena dan beberapa penelitian terdahulu yang telah
diuraikan, menunjukkan bahwa perlu adanya penelitian kepuasan hidup karena
kepuasan dalam hidup merupakan salah satu hal yang memiliki peran penting bagi
kehidupan yang sehat mental dan dapat mempengaruhi kehidupan selanjutnya
agar lebih bahagia dan sejahtera. Penelitian ini penting dilakukan untuk
mengetahui apakah subjek yang akan diteliti memiliki kepuasan hidup yang
tinggi. Dengan demikian, penulis melakukan sebuah penelitian dengan judul
Pengaruh Religiusitas, Pola Asuh Orang Tua, dan Dukungan Sosial terhadap
Kepuasan Hidup Pada Mahasiswa.
1.2 Batasan dan Rumusan Masalah
1.2.1 Batasan masalah
Mengingat sangat luasnya variabel yang diteliti terkait dengan variabel
kepuasan hidup, agar penelitian lebih terarah maka peneliti memberikan beberapa
pembatasan. Pembatasan dilakukan terkait dengan faktor, teori, dan responden.
8
Kepuasan hidup dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal yang mempengaruhi kepuasan hidup yaitu variabel kepribadian
(resiliensi, empati, locus of control), karakteristik individu, dan religiusitas. Dalam
penelitian ini peneliti hanya membatasi pada variabel religiusitas. Sedangkan
faktor eksternal yang mempengaruhi kepuasan hidup yaitu faktor lingkungan,
maupun faktor demografi (budaya, gender, usia, hubungan sosial, pekerjaan, dan
pendidikan). Dalam penelitian ini peneliti hanya membatasi pada faktor
lingkungan (pola asuh orang tua) dan faktor demografi (dukungan sosial).
Adapun konsep masing-masing variabel dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Definisi kepuasan hidup telah banyak dikemukakan oleh para tokoh, seperti
Diener (1984), Sumner (1966), Veenhoven (1993), Synder (2002), Seligman
(2000), dan lain-lain. Namun, dalam penelitian ini peneliti membatasi definisi
kepuasan hidup yang mengacu pada tokoh Diener (1984) yang
mendefinisikan kepuasan hidup sebagai penilaian keseluruhan perasaan dan
sikap tentang kehidupan seseorang pada titik waktu tertentu mulai dari negatif
hingga positif.
2. Selain itu telah banyak juga tokoh yang membahas mengenai definisi
religiusitas, seperti Glock & Stark (1996), Fetzer (1999), Saroglou (2014),
Huber (2012), dan lain-lain. Namun, dalam penelitian ini peneliti membatasi
definisi religiusitas yang mengacu pada tokoh Huber & Huber (2012) yang
mendefinisikan religiusitas sebagai wujud keyakinan atau keberagamaan
individu yang meliputi pengetahuan individu tentang agama yang dianut
9
(intelectual). keyakinan mengenai ajaran yang dianut (ideology), praktik
keagamaan yang bersifat komunal (public practice), praktik keagamaan yang
bersifat pribadi (private practice), dan pengalaman kontak komunikasi dengan
Tuhan (religious experience).
3. Pola asuh orang tua juga telah banyak dikemukakan oleh para tokoh, seperti
Baumrind (1966), Livingstone & Bober (2004), Darling (1999), dan lain-lain.
Namun, dalam penelitian ini peneliti membatasi definisi pola asuh yang
mengacu pada tokoh Baumrind (1966) yang mendefinisikan pola asuh sebagai
cara orang tua membesarkan anak dengan memenuhi kebutuhan anak,
memberi perlindungan, mendidik anak, serta mempengaruhi tingkah laku anak
dalam kehidupan sehari-hari.
4. Tokoh-tokoh seperti Cohen (1985), Johnson dan Jhonson (1991), Taylor
(1995), Sarafino (2011), dan lain-lain telah membahas mengenai definisi
dukungan sosial. Namun, dalam penelitian ini peneliti membatasi definisi
dukungan sosial yang mengacu pada tokoh Cohen (1985) yang
mendefinisikan dukungan sosial sebagai dukungan yang diterima individu dari
orang-orang tertentu yang berada dalam kehidupannya dan berada dalam
lingkungan sosial tertentu sehingga individu tersebut merasa diperhatikan,
dihargai, dan dicintai.
5. Responden dalam penelitian ini dibatasi pada mahasiswa/I aktif yang berada
pada rentang usia 18-22 tahun di Jabodetabek.
10
1.2.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, penulis
mengajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh dari religiusitas (ideologi, intelektual, praktik privat,
pengalaman spiritual, dan praktik publik), pola asuh orang tua (authoritarian,
otoritatif, permisssive), dan dukungan sosial (dukungan nyata, dukungan
penilaian, dukungan harga diri, dan dukungan belonging) terhadap kepuasan
hidup mahasiswa?
2. Apakah ada pengaruh dari dimensi ideologi terhadap kepuasan hidup
mahasiswa?
3. Apakah ada pengaruh dari dimensi intelektual terhadap kepuasan hidup
mahasiswa?
4. Apakah ada pengaruh dari dimensi praktik privat terhadap kepuasan hidup
mahasiswa?
5. Apakah ada pengaruh dari dimensi pengalaman religius terhadap kepuasan
hidup mahasiswa?
6. Apakah ada pengaruh dari dimensi praktik publik terhadap kepuasan hidup
mahasiswa?
7. Apakah ada pengaruh dari dimensi pola asuh authoritarian terhadap kepuasan
hidup mahasiswa?
8. Apakah ada pengaruh dari dimensi pola asuh otoritatif terhadap kepuasan
hidup mahasiswa?
11
9. Apakah ada pengaruh dari dimensi pola asuh permissive terhadap kepuasan
hidup mahasiswa?
10. Apakah ada pengaruh dari dimensi dukungan nyata terhadap kepuasan hidup
mahasiswa?
11. Apakah ada pengaruh dari dimensi dukungan penilaian terhadap kepuasan
hidup mahasiswa?
12. Apakah ada pengaruh dari dimensi dukungan harga diri terhadap kepuasan
hidup mahasiswa?
13. Apakah ada pengaruh dari dimensi dukungan belonging terhadap kepuasan
hidup mahasiswa?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh independent variable
terhadap dependent variable.
1. Mengetahui pengaruh dari religiusitas (ideology, intelektual, praktik privat,
pengalaman spiritual, dan praktik publik), pola asuh orang tua (authoritarian,
otoritatif, dan permissive), dan dukungan sosial (dukungan nyata, sukungan
penilaian, dukungan harga diri, dan dukungan belonging) terhadap kepuasan
hidup mahasiswa.
2. Mengetahui pengaruh dari dimensi ideology terhadap kepuasan hidup
mahasiswa.
3. Mengetahui pengaruh dari dimensi intelektual terhadap kepuasan hidup
mahasiswa.
12
4. Mengetahui pengaruh dari dimensi praktik privat terhadap kepuasan hidup
mahasiswa.
5. Mengetahui pengaruh dari dimensi pengalaman spiritual terhadap kepuasan
hidup mahasiswa.
6. Mengetahui pengaruh dari dimensi praktik publik terhadap kepuasan hidup
mahasiswa.
7. Mengetahui pengaruh dari dimensi pola asuh authoritarian terhadap
kepuasan hidup mahasiswa.
8. Mengetahui pengaruh dari dimensi pola asuh otoritatif terhadap kepuasan
hidup mahasiswa.
9. Mengetahui pengaruh dari dimensi pola asuh permissive terhadap kepuasan
hidup mahasiswa.
10. Mengetahui pengaruh dari dimensi dukungan nyata terhadap kepuasan hidup
mahasiswa.
11. Mengetahui pengaruh dari dimensi dukungan penilaian terhadap kepuasan
hidup mahasiswa.
12. Mengetahui pengaruh dari dimensi dukungan harga diri terhadap kepuasan
hidup mahasiswa.
13. Mengetahui pengaruh dari dimensi dukungan belonging terhadap kepuasan
hidup mahasiswa.
1.3.2 Manfaat penelitian
Adapun manfaat penelitian yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
13
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan literatur yang
bermanfaat pada dunia psikologi untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang
berkaitan dengan kepuasan hidup khususnya pada mahasiswa.
2. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu mendorong minat mahasiswa yang
berkecimpung di bidang psikologi khususnya perkembangan anak dan remaja
untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan kepuasan hidup mahasiswa.
Kemudian hasil penelitian ini juga dapat dijadikan bahan acuan oleh orang tua
untuk dapat meningkatkan kepuasan hidup mahasiswa dengan memberikan pola
asuh yang tepat untuk anak-anaknya dan juga memperhatikan aspek-aspek lainnya
seperti religiusitas dan juga dukungan sosial.
14
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kepuasan Hidup
2.1.1 Definisi kepuasan hidup
Kepuasan hidup merupakan pada proses penilaian kognitif. Menurut Diener
(1984) kepuasan hidup merupakan evaluasi kognitif yang dinilai secara global
dalam kehidupan seseorang. Kepuasan hidup mungkin mencerminkan
pengalaman batin yang menyenangkan dalam memotivasi orang untuk mencapai
tujuan. Pendapat lain juga dikemukakan oleh Pavot dan Diener (dalam Yalcin,
2011) yang menyatakan bahwa penilaian kepuasan hidup yaitu didasarkan pada
kriteria tertentu yang dirasakan oleh seseorang. Sejalan dengan pemikiran
tersebut, kepuasan hidup juga didefinisikan oleh Shin dan Johnson (1978) yaitu
sebagai penilaian kualitas hidup seseorang yang dinilai secara menyeluruh
berdasarkan kriteria yang dipilihnya.
Selain itu, Sumner (1966) juga mengemukakan bahwa kepuasan hidup
merupakan evaluasi atau penilaian terhadap kondisi hidup seseorang, penilaian
yang mengukur standar atau harapan seseorang secara positif. Kepuasan hidup
adalah penilaian menyeluruh dari perasaan dan sikap tentang kehidupan seseorang
pada titik waktu tertentu mulai dari negatif hingga positif. Ini adalah salah satu
dari tiga indikator utama kesejahteraan: kepuasan hidup, efek positif, dan efek
negatif (Diener, 1984). Kepuasan hidup dicirikan, sesuai dengan teori kognitif,
sebagai penilaian kognitif individu tentang perbandingan berdasarkan
15
kompatibilitas kondisi kehidupan mereka sendiri dengan standar (Diener,
Emmons, Larsen, & Griffen, 1985).
Ruut Veenhoven (1993) menyebutkan bahwa kepuasan hidup adalah
sejauh mana seseorang secara positif mengevaluasi kualitas hidupnya secara
menyeluruh. Diener, Suh, Lucas, & Smith (1999) membagi kepuasan hidup
menjadi 3 bagian, diantaranya yaitu kepuasan di masa lalu, kepuasan di masa
depan, dan bagaimana orang lain memandan kehidupan seseorang secara
signifikan. Kepuasan hidup adalah salah satu petunjuk yang jelas dari kualitas
hidup dengan indikator lain kesehatan mental dan fisik.
Dengan demikian, peneliti dapat menyimpulkan bahwa kepuasan hidup
merupakan penilaian atau evaluasi kognitif dimana individu mengevaluasi
kualitas hidup mereka berdasarkan kriteria tertentu dan dinilai secara global
dengan menikmati pencapaian-pencapaian yang telah didapat atau diraih.
2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan hidup
Banyak penelitian yang menyebutkan tentang faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap kepuasan hidup seseorang. Onyishi, dkk dalam salah satu penelitiannya
sangat mendukung bahwa dalam hidup ini kepuasan hiduplah yang dicari melalui
seluruh aspek yang terjadi dalam hidup. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
kepuasan hidup berasal dari banyak domain kehidupan seperti pekerjaan,
kesehatan, pernikahan, pendidikan, keluarga, pendapatan, dan lain-lain. Rata-rata
kepuasan hidup berasal dari gabungan domain-domain tersebut. Ini dapat
16
diartikan bahwa semua faktor dalam hidup ini mempengaruhi kepuasan hidup
(Onyishi, Okongwu, dan Ugwu, 2013).
Lingkungan keluarga adalah faktor yang paling penting dalam membentuk
perilaku seseorang di masa depan. Nickerson dan Nagle (2004) menyatakan
bahwa kelekatan dengan orang tua menghasilkan kepuasan hidup yang lebih besar
sebagai dampak yang signifikan terhadap mahasiswa. Ryan, Stiller, dan Lynch
(1994) juga menemukan bahwa ketika seseorang merasakan hubungan yang baik
dengan orang tua mereka, mereka akan memiliki tingkat kepuasan hidup yang
lebih tinggi daripada mereka yang tidak memiliki hubungan yang baik dengan
orang tua.
Kepuasan hidup sangat terkait dengan kejadian-kejadian penting dalam
hidup, seperti pindah ke lingkungan yang baru. Apabila seseorang dapat
menyesuaikan diri dengan baik dengan lingkungan yang baru, maka hal ini akan
menimbulkan rasa puas. Menurut Ryff (1989), hubungan positif dengan orang lain
merupakan salah satu hal penyebab tinggi rendahnya kepuasan hidup seseorang.
Seligman (2000) juga menyebutkan bahwa interaksi yang positif dengan orang
lain dapat menentukan tingkat kebahagiaan dan kesejahteraan individu. Penelitian
lain juga menunjukkan bahwa tingkat kepuasan hidup seseorang dapat
dipengaruhi oleh adanya hubungan yang baik dengan orang lain, seperti keluarga,
maupun teman (Sam, 2000 & Chow, 2005).
Dukungan sosial dihipotesiskan secara tidak langsung dapat membantu
mengatasi stress di waktu-waktu sulit, dan secara langsung menyediakan bantuan
17
untuk seseorang sebagai bentuk dukungan emosional dan rasa memiliki yang
dapat meringankan stress dan menambah kepuasan hidup (Laudet, Morgen, &
White 2006).
Studi tentang religiusitas dan keagamaan umumnya menunjukkan adanya
korelasi positif terhadap kepuasan hidup. Seseorang yang secara aktif terlibat
dalam kegiatan keagamaan akan merasa lebih bahagia daripada yang tidak aktif.
Spiritualitas dan religiusitas ditemukan juga berguna untuk meningkatkan kualitas
hidup seseorang dan berkontribusi positif pada besarnya kepuasan hidup (Young,
2012).
Kepuasan hidup juga dipengaruhi oleh status ekonomi sosial (pendidikan,
pendapatan, status pekerjaan, kekayaan) dan kesehatan (Barger, Donoho &
Wayment, 2009). Selanjutnya penelitian mengenai kepuasan hidup juga dilakukan
di negara Kroasia oleh Perovic (2010) yang menunjukkan bahwa kepuasan hidup
yang lebih tinggi dirasakan oleh orang-orang yang menikah, bekerja, dan
memiliki penghasilan yang tinggi. Selain itu terdapat pula sedikit korelasi antara
kepuasan hidup dan tingkat pendidikan.
Dari beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan hidup yang telah
dipaparkan sebelumnya, maka pada penelitian kali ini peneliti akan menggunakan
tiga variabel, yaitu religiusitas, pola asuh orang tua, dan dukungan sosial.
2.1.3 Aspek kepuasan hidup
Aspek kepuasan hidup dalam teori ini dijelaskan oleh Diener (2008) yang terdiri
dari lima aspek, yaitu:
18
1. Merasa senang dengan aktivitas yang dilakukan, yaitu memiliki penguasaan
dan mampu mengatur lingkungan, mengontrol dan menyusun kegiatan
eksternal, membuat efektif pada setiap kesempatan yang ada, mampu memilih
dan mengubah kondisi agar sesuai dengan kebutuhan.
2. Menganggap hidupnya penuh arti, yaitu memiliki kehangatan, ketenangan,
kepercayaan pada orang lain, memperhatikan kesejahteraan orang lain, dan
mampu melakukan empati.
3. Merasa telah berhasil mencapai cita-cita, yaitu memiliki tujuan dalam hidup
dan semangat untuk mencapainya, memiliki perasaan bahwa masa sekarang
dan masa lalu memiliki arti, memiliki keyakinan yang memberi tujuan hidup
serta sasaran untuk hidup.
4. Berpegang teguh pada gambaran diri yang positif, yaitu sikap yang positif
terhadap diri, mengakui dan menerima semua aspek dari dirinya termasuk
sifat baik maupun buruk dan memiliki pandangan yang positif terhadap masa
lalunya, serta mempunyai kemauan untuk selalu berkembang.
5. Memiliki sikap hidup yang optimis, yaitu memiliki semangat, terbuka dan
pengalaman baru, memiliki keinginan untuk merealisasikan potensi,
senantiasa melihat perubahan dalam dirinya dan tingkah lakunya.
2.1.4 Pengukuran kepuasan hidup
Salah satu skala yang memiliki nilai reliabilitas yang tinggi dan paling sering
digunakan adalah Satisfaction With Life Scale (Pavot & Diener, 2009). Dalam
skala ini terdapat 5 item dan menggunakan model skala likert dimana terdapat 7
alternative jawaban untuk setiap item, yaitu mulai dari sangat setuju sampai
19
dengan sangat tidak setuju, skor total didapatkan dengan menjumlah skor per
item. Skala ini bertujuan untuk mengukur secara global kepuasan hidup pada
individu.
Selain itu, alat ukur lainnya yang juga mengukur kepuasan hidup, yaitu
SLSS (Student’s Life Satisfaction Scale), Huebner (1991). SLSS adalah ukuran
unidimensi kepuasan menyeluruh secara umum dengan kehidupan seseorang. Alat
ukur ini terdiri dari tujuh item yang direspon peserta dengan menggunakan format
tanggapan enam poin (1 = sangat tidak setuju; 6 = sangat setuju).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Satisfaction With Life Scale
dari Diener et.al (2009) karena alat ukur ini dinilai memiliki nilai reliabilitas yang
paling tinggi dan paling sering digunakan.
2.2 Religiusitas
2.2.1 Definisi Religiusitas
Huber & Huber (2012) mendefinisikan religiusitas sebagai wujud keyakinan atau
keberagamaan individu yang meliputi pengetahuan individu tentang agama yang
dianut (intelectual). keyakinan mengenai ajaran yang dianut (ideology), praktik
keagamaan yang bersifat komunal (public practice), praktik keagamaan yang
bersifat pribadi (private practice), dan pengalaman kontak komunikasi dengan
Tuhan (religious experience). Selain itu, Saroglou (2011) juga mendefinisikan
religiusitas sebagai ketertarikan individu dan keterlibatannya pada suatu agama.
Menurut Fetzer (1999) religiusitas merupakan sebuah doktrin yang
diberikan oleh setiap agama atau golongan, dimana doktrin ini wajib dimiliki oleh
20
setiap penganutnya. Definisi lain juga dikemukakan oleh Glock & Stark (1968)
sebagai ahli psikologi agama yang mendefinisikan agama sebagai suatu nilai,
keyakinan, maupun perilaku berpusat pada persoalan-persoalan yang dianggap
paling maknawi (ultimate meaning). Agama bertujuan untuk membimbing dan
memelihara kehidupan spiritual manusia. Agama juga terlibat dalam
meningkatkan kesejahteraan subjektif seseorang karena organisasi keagamaan
dapat memberikan peluang kepada orang yang terlibat di dalamnya untuk
berinteraksi sosial antara orang-orang yang memiliki pemikiran yang sama,
membina hubungan pertemanan dan ikatan sosial (Lim & Putnam, 2010).
Berdasarkan penjabaran diatas, maka peneliti menarik kesimpulan bahwa
religiusitas adalah sebuah proses pembelajaran dimana individu dapat memahami
dan menghayati agama yang ia yakini kedalam kehidupannya.
2.4.2 Dimensi Religiusitas
Huber (2012) yang mengkombinasikan religiusitas Glock dan Stark dengan
Allport dan Ross mengklasifikasikan religiusitas menjadi lima dimensi, yaitu :
a. Dimensi ideologi
Dimensi ini merujuk pada keyakinan tentang eksistensi dan esensi dari Tuhan
serta hubungan antara Tuhan dengan manusia. Dimensi ideology
merepresentasikan keyakinan yang tidak perlu dipertanyakan. Keyakinan
merupakan aspek mendasar dari setiap agama yang mengandung dogma
tentang esensi kehidupan.
b. Dimensi Intelektual
21
Dimensi ini merujuk pada pengetahuan dan kemampuannya dalam
menjelaskan pandangannya tentang transendensi, agama, dan religiusitas.
Dimensi intelektual merepresentasikan ketertarikan, kemampuan penafsiran,
dan cara berfikir sebagai bagian dari pengetahuannya tentang agama.
c. Dimensi Praktik Privat
Dimensi ini merujuk pada keterlibatan seseorang secara pribadi dengan
Tuhannya. Dimensi praktik privat merepresentasikan pola dan cara personal
mengekspresikan hubungannya dengan Tuhan secara pribadi, seperti
meditasi, dzikir, dan solat malam.
d. Dimensi Pengalaman Religius
Dimensi ini merujuk pada pengalaman religius seperti keterhubungan
seseorang dengan realitas yang lebih besar atau Tuhan. Dimensi pengalaman
religius merepresentasikan pola persepsi religious sebagai bagian dari
perasaan dan pengalaman religius.
e. Dimensi Praktik Publik
Dimensi ini merujuk pada sejauh mana seseorang terlibat dalam komunitas
keagamaan dan berpartisipasi dalam aktivitas keagamaan. Dimensi praktik
public merepresentasikan keterlibatan dan rasa kepemilikan terhadap agama,
komunitas, aktivitas sosial, serta ibadah berjamaahnya.
2.4.3 Pengukuran Religiusitas
Berdasarkan kajian literature yang peneliti lakukan, terdapat beberapa instrument
yang mengukur religiusitas, yaitu:
22
1. Alat ukur yang dikembangkan Abu Raiya, Pargament, Mahoney & Stein
(2008) dinamakan Psychological Measure of Islamic Religiousness (PMIR).
PMIR terdiri dari 7 faktor yaitu: Islamic belief, Islamic ethical principles &
universality, Islamic ethical religious struggle, Islamic religious duty,
obligation & exclusivism, idlamic positive religious coping & identification
and punishing Allah reappraisal. Jumlah item dari PMIR adalah 70 item.
2. The Centrality of Religiousness Scale, dikembangkan oleh Huber (2012)
setelah mengkombinasikan dimensi religusitas Glock and Stark dengan
Allport dan Ross, Huber menyatakan bahwa dimensi religiusitas ada lima,
yaitu dimensi intelektual, ideology, praktik, public, praktik privasi, dan
pengalaman religious.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat ukur yang dikembangkan
oleh Huber (2012), yaitu The Centrality of Religiousity Scale (CRS). Skala ini
memiliki tiga item untuk mengukur masing-masing dimensinya. Adapun dimensi
yang diukur melalui skala ini adalah intelektual, ideology, praktik privat,
pengalaman religius, dan praktik publik.
2.3 Pola Asuh Orang Tua
2.3.1 Definisi Pola Asuh
Dalam mengasuh dan mendidik anak, setiap orang tua pasti memiliki variasi pola
pengasuhan yang berbeda dengan lainnya. Pola asuh orang tua menurut Baumrind
(1966) merupakan cara orang tua membesarkan anak dengan memenuhi
kebutuhan anak, memberi perlindungan, mendidik anak, serta mempengaruhi
tingkah laku anak dalam kehidupan sehari-hari. Pola asuh orang tua ini digunakan
23
oleh orang tua sebagai cara mengontrol kehidupan anak mereka baik individu
maupun sosial (Baumrind, 1966).
Livingstone & Bober (2004) juga menyebutkan bahwa pola asuh merupakan
materi dan simbol pertanggung jawaban orang tua untuk mempercepat
perkembangan anak yang belum dewasa. Selain itu, Darling (1999) menjelaskan
bahwa gaya pengasuhan merupakan suatu aktivitas atau perilaku yang dilakukan
orang tua y yang bertujuan untuk mempengaruhi tingkah laku anak.
Dari beberapa definisi tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa pola asuh
orang tua adalah suatu proses interaksi antara orang tua dan anak, yang meliputi
kegiatan seperti memelihara, mendidik, membimbing serta mendisplinkan dalam
mencapai proses kedewasaan baik secara langsung maupun tidak langsung.
2.3.2 Dimensi Pola Asuh
Baumrind (1966) mengklasifikasikan tipe pola asuh menjadi 3 bagian, yaitu:
a. Authoritarian
Orang tua yang otoriter berupaya membentuk, mengendalikan, dan
mengevaluasi perilaku dan sikap anak sesuai dengan standar perilaku yang
ditetapkan. Orang tua dengan pola asuh otoriter ini juga meberikan hukuman
dan melakukan tindakan tegas jika aturan yang telah ia tetapkan tidak
dipatuhi oleh anak mereka. Selain itu orang tua ini juga tidak mau menerima
pendapat dan saran sang anak, melainkan ia selalu menganggap bahwa hanya
kata-katanya lah yang paling benar.
24
b. Authoritative
Orang tua otoritatif ini cenderung mengarahkan kegiatan anak dengan cara
yang rasional dan berorientasi pada masalah. Orang tua mau menerima
pendapat anak, dan ia juga memberika alasan yang jelas terhadap aturang
yang ia tetapkan kepada anak. Selain itu orang tua juga akan memberikan
alasan jika ia tidak setuju dan keberatan atas apa yang diperbuat oleh anak.
Oleh karena itu, ia melakukan kontrol tegas pwaktu-waktu tertentu, tetapi
tidak membatasi anak dengan pembatasan. Orang tua yang otoritatif meu
menerima keinginan anak saat ini, tetapi juga menetapkan standar untuk
perilakunya di masa depan. Dia menggunakan akal, kekuasaan, dan
penguatan untuk mencapai tujuannya dan tidak mendasarkan keputusannya
pada keinginan individu anak.
c. Permissive
Orang tua yang permisif berusaha untuk berperilaku dengan cara yang tidak
berprasangka, menerima, dan afirmatif terhadap dorongan, keinginan, dan
tindakan anak. Orang tua mendiskusikan dahulu sebelum membuat keputusan
dan kebijakan untuk aturan keluarga dan lalu memberikan penjelasannya.
Orang tua juga tidak banyak membuat tuntutan dan tata tertib. Selain itu
orang tua juga berusaha menampilkan dirinya kepada anak sebagai orang
yang selalu menuruti keinginan anak. Ia juga mengizinkan anak mengatur
kegiatannya sendiri sebanyak mungkin, menghindari pelaksanaan kontrol,
dan tidak mendorongnya untuk mematuhi standar yang ditetapkan secara
25
eksternal. Dia berusaha menggunakan akal dan manipulasi, tetapi bukan
kekuatan terbuka, untuk mencapai tujuannya.
2.3.3 Pengukuran Pola Asuh Orang Tua
Beberapa alat ukur telah dikembangkan untuk mengukur parenting style, salah
satunya yaitu alat ukur yang dikembangkan oleh Buri (1991) berdasarkan teori
tiga faktor parenting style Baumrind (1966), yaitu Parental Authority
Questionnaire (PAQ) yang terdiri dari Authoritarian, Authoritative, dan
Permissive. PAQ ini berisi 30 pertanyaan yang digunakan untuk mengukur pola
asuh kedua orang tua dalam hal otoritas dan penerapan disiplin yang dilakukan
orang tua berdasarkan sudut pandang anak.
Kemudian, skala parenting style lainnya adalah Schaefer Parenting Style
(dalam Moazedian, 2014). Skala ini terdiri dari 77 item dengan menggunakan
model skala Likert, dimana skala ini mengukur dua komponen yaitu control dan
kindness.
Dari dua alat ukur yang dipaparkan diatas, maka peneliti menggunakan
Parental Athority Questionnaire (PAQ) dikarenakan alat ukur ini menggunakan
grand theory Baumrind (1966) dimana paling sesuai untuk melihat jenis pola asuh
anak di dalam keluarga.
2.4 Dukungan Sosial
2.4.1 Definisi Dukungan Sosial
Dukungan sosial menurut Cohen (1985) merupakan dukungan yang diterima
individu dari orang-orang tertentu yang berada dalam kehidupannya dan berada
26
dalam lingkungan sosial tertentu sehingga individu tersebut merasa diperhatikan,
dihargai, dan dicintai. Dukungan sosial dapat dilakukan melalui komunikasi,
menjalankan norma yang sesuai, mendapatkan penghargaan dan juga hukuman,
serta mendapatkan saran dalam menghadapi suatu masalah
Selain itu, menurut Johnson dan Jhonson (1991) dukungan sosial
didefinisikan sebagai adanya dukungan, bantuan, perhatian, serta semangat dari
orang lain yang dapat meningkatkan kesejahteraan hidup bagi seseorang. Menurut
Taylor (1995) dukungan yang diberikan oleh orang-orang terdekat seperti
pasangan, orang tua, anak, maupun kerabat dekat lainnya akan dirasakan lebih
signifikan.
Pendapat lain juga dikemukakan oleh Sarafino dan Smith (2011) yang
menyatakan bahwa dukungan sosial merupakan bantuan yang diperoleh individu
dari orang lain berupa rasa nyaman, perhatian, dan penghargaan. Dimana orang
lain disini dapat diartikan sebagai individu atau kelompok.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa dukungan
sosial merupakan bantuan atau dukungan yang diterima oleh individu dari orang-
orang tertentu dalam kehidupannya dan berada dalam lingkungan sosial tersebut
yang membuat penerima merasa diperhatikan, dihargai, dan dicintai.
2.4.2 Dimensi Dukungan Sosial
Cohen (1984) menyimpulkan terdapat empat bentuk dukungan sosial, yaitu:
1) Dukungan nyata (tangible support), atau bantuan-bantuan yang bersifat
pelayanan seperti membantu dalam melakukan kegiatan sehari-hari maupun
27
bantuan secara finansial (uang, barang, dan jasa). Menurut Cohen dan McKay
(1984), tangible support atau dukungan nyata paling efektif bila pemberian
bantuan dipandang oleh penerima sesuai dengan yang dibutuhkan.
2) Dukungan penilaian atau informasi (appraisal support), atau merupakan
suatu bentuk bantuan yang membentu individu dalam memahami kejadian
yang menekan dengan lebih baik serta memberikan pilihan stategi coping
yang harus dilakukan guna menghadapi kejadian tersebut seperti saran dan
masukan dari berbagai masalah pribadi.
3) Dukungan harga diri (self-esteem support), atau suatu bentuk bantuan dimana
individu merasakan adanya perasaan positif akan dirinya dan evaluasi
mengenai pencapaian pada individu tersebut. Cobb (dalam Cohen & McKay,
1984), berpendapat bahwa dukungan self-esteem dapat mendorong seseorang
untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi.
4) Dukungan belonging (belonging support), atau suatu bentuk dukungan
dimana individu tahu bahwa ada orang lain yang dapat diandalkan ketika ia
ingin melakukan suatu kegiatan bersama, seperti berbagi pada kegiatan waktu
luang dan memiliki seseorang untuk menghabiskan waktu bersama.
2.4.3 Pengukuran Dukungan Sosial
Beberapa instrument yang mengukur dukungan sosial menurut beberapa tokoh,
yaitu :
1. Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) yang
dikembangkan oleh Zimet, et., al (1988). Item yang secara langsung
menangani dukungan sosial cenderung terbagi menjadi beberapa subskala
28
faktor yang berkaitan dengan sumber dukungan yaitu, keluarga, teman, atau
rang Lain yang istimewa. MSPSS terdiri dari 12 item yang masing-masing
subskala ini terdiri dari 4 item.
2. Interpersonal Support Evaluation List (ISEL). Skala ini dikembangkan oleh
Cohen, Mermelstein, Kamark, dan Hoberman (1985). Skala ini dibuat untuk
mengukur penilaian seseorang akan tersedianya empat dukungan dari
dukungan sosial, yaitu tangible support, appraisal support, self-esteem
support, dan belonging support.
Dalam penelitian ini, peneliti memnggunakan alat ukur Interpersonal
Support Evaluation List (ISEL) yang dikembangkan oleh Cohen, Mermelstein,
Kamark, dan Hoberman (1985). Skala ini terdiri dari 40 item yang terdiri dari
empat aspek, dimana masing-masing aspek terdiri dari 10 item. Alat ukur ini
dikembangkan dalam bentuk skala ikert berskala 4, dengan menjumlahkan
distribusia respon sangat tidak setuju sampai sangat setuju. Namun, untuk
kepentingan penelitian ini, peneliti menggunakan empat kategori (alternative)
jawaban mulai dari sangat tidak sesuai sampai dengan sangat sesuai.
2.5 Kerangka Berpikir
Kepuasan hidup menurut Diener merupakan evaluasi kognitif yang dinilai secara
global dalam kehidupan seorang individu. Memiliki kepuasan dalam hidup
merupakan tujuan penting yang ingin dicapai oleh setiap individu. Setiap individu
pasti berupaya keras untuk melakukan hal-hal yang penting dan dianggap perlu
demi mencapai kepuasan hidupnya. Kepuasan hidup bersifat subjektif artinya
29
masing-masing individu memiliki penghayatan dan penilaian yang berbeda-beda
terhadap kepuasan dalam hidupnya.
Adapun kepuasan hidup dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor
internal maupun faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi kepuasan
hidup diantaranya yaitu variabel kepribadian (resiliensi, empati, locus of control),
karakteristik individu, dan religiusitas. Sedangkan faktor eksternal yang
mempengaruhi kepuasan hidup yaitu faktor lingkungan, maupun faktor demografi
(budaya, gender, usia, hubungan sosial, pekerjaan, dan pendidikan). Dalam
penelitian ini, faktor internal yang akan diteliti yaitu religiusitas. Sedangkan faktor
eketernal yang ingin diteliti yaitu pola asuh orang tua dan dukungan sosial.
Independen variabel pertama yaitu religiusitas. Menurut Huber (2012)
religiusitas merupakan wujud keyakinan atau keberagamaan individu yang
meliputi pengetahuan individu tentang agama yang dianut (intelectual). keyakinan
mengenai ajaran yang dianut (ideology), praktik keagamaan yang bersifat
komunal (public practice), praktik keagamaan yang bersifat pribadi (private
practice), dan pengalaman kontak komunikasi dengan Tuhan (religious
experience). Penelitian terdahulu telah membuktikan bahwa religiusitas
berkorelasi secara positif terhadap kebahagiaan dan kepuasan hidup (Abdel-
Khalek, 2007). Seseorang yang taat beribadah, sering megikuti kegiatan
keagamaan, dan merasa dekat dengan Tuhannya, akan memiliki perasaan yang
lebih bahagia dalam menjalani hidupnya. Begitupun sebaliknya, seseorang yang
jarang mengikuti kegiatan keagamaan dan tidak dekat dengan Tuhannya, akan
selalu merasa tidak puas atas apa yang telah ia dapat selama hidupnya.
30
Dimensi ideologi merujuk pada keyakinan tentang eksistensi dan esensi
dari Tuhan serta hubungan antara Tuhan dengan manusia. Dimensi ideologi
merepresentasikan keyakinan yang tidak perlu dipertanyakan. Keyakinan
merupakan aspek mendasar dari setiap agama yang mengandung dogma tentang
esensi kehidupan. Ketika seseorang yakin kepada Tuhannya dan seseorang
tersebut memiliki hubungan yang baik dengan tuhannya, itu akan membuat
seseorang merasa lebih bahagia dan puas dalam menjalani kehidupan.
Selanjutnya intelektual merujuk pada pengetahuan dan kemampuannya
dalam menjelaskan pandangannya tentang transendensi, agama, dan religiusitas.
Dimensi intelektual merepresentasikan ketertarikan, kemampuan penafsiran, dan
cara berfikir sebagai bagian dari pengetahuannya tentang agama. Memiliki
pengetahuan dan pemikiran yang baik terhadap agama dan Tuhannya dapat
membantu seseorang untuk merasa lebih puas atas apa yang telah ia dapatkan
dalam kehidupannya.
Dimensi praktik privat merujuk pada keterlibatan seseorang secara pribadi
dengan Tuhannya. Dimensi praktik privat merepresentasikan pola dan cara
personal mengekspresikan hubungannya dengan Tuhan secara pribadi, seperti
meditasi, dzikir, dan solat malam. Dalam kaitannya dengan kepuasan hidup,
melakukan hubungan personal dengan Tuhan dapat membuat perasaan seseorang
menjadi lebih tenang sehingga ia akan merasa lebih bahagia dan puas terhadap
kehidupannya
31
Dimensi pengalaman religius merujuk pada pengalaman religius yang
dirasakan seseorang seperti keterhubungan seseorang dengan realitas yang lebih
besar (Tuhan). Dimensi pengalaman religius merepresentasikan pola persepsi
religius sebagai bagian dari perasaan dan pengalaman religius. Seseorang yang
merasa selalu tehubung dengan Tuhannya akan merasa lebih tenang dalam
menjalani kehidupannya, dimana hal tersebut dapat membantu seseorang untuk
meningkatkan kebahagiaan dan kepuasan hidupnya.
Selanjutnya praktik publik merujuk pada sejauh mana seseorang terlibat
dalam komunitas keagamaan dan berpartisipasi dalam aktivitas keagamaan.
Dimensi praktik publik merepresentasikan keterlibatan dan rasa kepemilikan
terhadap agama, komunitas, aktivitas sosial, serta ibadah berjamaahnya.
Independen variabel yang kedua yaitu pola asuh orang tua. Baumrind
(1966) mendefinisikan pola asuh sebagai cara orang tua membesarkan anak
dengan memenuhi kebutuhan anak, memberi perlindungan, mendidik anak, serta
mempengaruhi tingkah laku anak dalam kehidupan sehari-hari. Setiap orang tua
pasti memiliki gaya pengasuhan yang berbeda-beda kepada anaknya. Pada pola
pengasuhan ini, gaya pola asuh orang tua dibagi menjadi tiga jenis, yaitu
authoritarian, authoritative, dan permissive.
Orang tua yang menggunakan pola asuh authoritarian sangat menekankan
konformitas dan ketaatan mutlak. Orang tua juga sering menggunakan hukuman
sebagai cara membentuk kepatuhan anak. Anak yang dibesarkan dari pola
pengasuhan seperti ini biasanya memiliki kecenderungan emosi tidak stabil
32
(moody), murung, takut, sedih, dan tidak spontan. Anak laki-laki yang orang
tuanya berpola asuh authoritarian, akan menjadi anak mudah marah dan bersikap
menentang, sedangkan pada anak perempuan akan menjadi sangat tergantung dan
kurang dalam bereksplorasi, serta menghindari tugas-tugas menantang (Bee &
Boyd, 2004). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa anak yang mendapatkan
pola asuh authoritarian dari orang tuanya akan memiliki kepuasan hidup yang
rendah.
Sedangkan pola pengasuhan authoritative orang tua memiliki batasan dan
harapan yang jelas terhadap tingkah laku anak, mereka berusaha untuk
menyediakan panduan dengan menggunakan alasan dan aturan dengan reward
dan punishment yang berhubungan dengan tingkah laku anak secara jelas tetapi
juga menjalankan kedisiplinan yang tinggi dengan cara yang hangat, masuk akal,
fleksibel, dan terbuka. Seorang anak yang mendapatkan pola asuh authoritative
akan menjadi lebih bershabat, dapat mengontrol dirinya dengan baik, memiliki
harga diri yang tinggi, dan diharapkan memiliki kepuasan hidup yang tinggi pula.
Pada pola pengasuhan permisif orang tua hanya membuat sedikit perintah
dan jarang menggunakan kekerasan dan kuasa untuk mencapai tujuan pengasuhan
anak (Bee & Boyd, 2004). Orang tua berusaha berperilaku tidak menghukum,
menerima dan afirmatif terhadap impuls, keinginan dan tindakan anak. Anak
dengan pola pengasuhan ini sangat tidak dewasa. Ia mempunyai kesulitan dalam
mengontrol dorongan hati, tidak patuh jika diminta melakukan sesuatu yang
bertentangan dengan keinginan mereka. Dari pemaparan di atas menunjukkan
bahwa pola asuh orang tua mempengaruhi kepuasan hidup seseorang.
33
Independen variabel yang ketiga yaitu dukungan sosial. Dukungan dari
oranag disekitar kita dapat berpengaruh besar terhadap kepuasan hidup seseorang.
Individu yang mendapatkan dukungan dari lingkungan sekitarnya akan merasakan
kebahagiaan dan kepuasan yang lebih dibandingkan dengan individu yang tidak
mendapatkan dukungan dari lingkungan sekitarnya.
Dimensi dukungan nyata (tangible support) merupakan bantuan-bantuan
yang bersifat pelayanan seperti membantu dalam melakukan kegiatan sehari-hari
maupun bantuan secara finansial (uang, barang, dan jasa). Ketika seseorang
mendapatkan bantuan dari orang lain terhadap apa yang sedang ia butuhkan saat
itu, maka seseorang tersebut akan merasa dipedulikan oleh orang lain dan hal
tersebut dapat membantu meningkatkan kepuasan hidupnya.
Dukungan penilaian atau informasi (appraisal support) merupakan suatu
bentuk bantuan yang membentu individu dalam memahami kejadian yang
menekan dengan lebih baik serta memberikan pilihan stategi coping yang harus
dilakukan guna menghadapi kejadian tersebut seperti saran dan masukan dari
berbagai masalah pribadi. Memberikan dukungan dalam bentuk saran dan masuka
kepada orang yang membutuhkan dapat meningkatkan rasa kepercayaan diri
seseorang dan mampu meningkatkan kepuasan hidup orang tersebut.
Dimensi dukungan harga diri (self-esteem support) merupakan bentuk
bantuan dimana individu merasakan adanya perasaan positif akan dirinya dan
evaluasi mengenai pencapaian pada individu tersebut. Cobb (dalam Cohen &
McKay, 1984), berpendapat bahwa dukungan self-esteem dapat mendorong
seseorang untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi. Ketika seseorang bisa
34
mengatasi masalah yang sedang dihadapi dengan baik, maka ia akan merasa lebih
puas dalam hidupnya.
Dan yang terakhir dukungan belonging merupakan suatu bentuk dukungan
dimana individu tahu bahwa ada orang lain yang dapat diandalkan ketika ia ingin
melakukan suatu kegiatan bersama, seperti berbagi pada kegiatan waktu luang dan
memiliki seseorang untuk menghabiskan waktu bersama. Menghabiskan waktu
dengan bersenang-senang bersama orang terdekat mampu meningkatkan rasa puas
dalam hidup seseorang. Dari pemaparan diatas menunjukkan bahwa dukungan
sosial mempengaruhi kepuasan hidup seseorang.
Di bawah ini akan ditampilkan bagan kerangka berpikir yang akan
menjelaskan tentang variabel independen (ideology, intelektual, praktik privat,
pengalaman religious, praktik publik, authoritarian, authoritative, permissive,
dukungan nyata, dukungan informasi, dukungan harga diri, dan dukungan
belonging) yang akan mempengaruhi dependent variabel (kepuasan hidup).
35
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir
36
2.6 Hipotesis Penelitian
H1 : Ada pengaruh yang signifikan dari religiusitas (ideology, intelektual,
praktik privat, pengalaman spiritual, dan praktik public), pola asuh orang tua
(authoritarian, otoritatif, permisssive), dan dukungan sosial (dukungan nyata,
dukungan penilaian, dukungan harga diri, dan dukungan belonging) terhadap
kepuasan hidup mahasiswa.
H2 : Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi ideology terhadap kepuasan
hidup mahasiswa.
H3 : Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi intelektual terhadap kepuasan
hidup mahasiswa.
H4 : Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi praktik privat terhadap
kepuasan hidup mahasiswa.
H5 : Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi pengalaman religious terhadap
kepuasan hidup mahasiswa.
H6 : Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi praktik publik terhadap
kepuasan hidup mahasiswa.
H7 : Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi pola asuh authoritarian
terhadap kepuasan hidup mahasiswa.
H8 : Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi pola asuh otoritatif terhadap
kepuasan hidup mahasiswa.
37
H9 : Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi pola asuh permissive terhadap
kepuasan hidup mahasiswa.
H10 : Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi dukungan nyata terhadap
kepuasan hidup mahasiswa.
H11 : Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi dukungan penilaian terhadap
kepuasan hidup mahasiswa.
H12 : Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi dukungan harga diri terhadap
kepuasan hidup mahasiswa.
H13 : Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi dukungan belonging terhadap
kepuasan hidup mahasiswa.
38
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa/i aktif semester 1-8 yang berusia
18-22 tahun di Jabodetabek. Penelitian ini menggunakan teknik non-probability
sampling dimana peluang terpilihnya anggota populasi untuk menjadii sampel
tidak diketahui. Metode yang digunakan adalah metode purposive sampling
dimana instrumen atau kuesioner yang disebarkan, sesuai dengan karakteristik
yang ditetapkan oleh peneliti. Adapun karakteristik subjek penelitian ini adalah :
a. Subjek mahasiswa aktif semester 1-8 yang berusia 18-22 tahun
b. Berdomisili di Jabodetabek
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini sebagian berupa kuesioner
yang disebarkan secara langsung kepada responden dan sebagian melalui
kuesioner online. Jumlah yang didapatkan dari kuesioner langsung yaitu 59
sampel dan jumlah yang didapatkan dari kuesioner online yaitu 142 sampel. Total
keseluruhan sampel adalah 201 sampel.
3.2 Variabel dan Definisi Operasional Penelitian
Variabel dependen dari penelitian ini adalah kepuasan hidup, sedangkan aspek-
aspek Religiusitas (ideologi, intelektual, praktik privat, pengalaman religiusitas,
dan praktik publik), pola asuh (authoritarian, authoritative, dan permissive) dan
aspek-aspek dukungan sosial (dukungan nyata, dukungan penilaian, dukungan
39
harga diri, dan dukungan belonging) merupakan variabel independen. Berikut
adalah penjelasan dan definisi operasional mengenai masing-masing variabel :
1. Kepuasan Hidup
Kepuasan hidup adalah penilaian keseluruhan perasaan dan sikap tentang
kehidupan seseorang pada titik waktu tertentu mulai dari negatif hingga positif.
Ini adalah salah satu dari tiga indikator utama kesejahteraan: kepuasan hidup, efek
positif, dan efek negatif Diener (1984). Variabel ini diukur dengan menggunakan
skala Job Satisfaction Survey (JSS).
2. Religiusitas
Religiusitas merupakan wujud keyakinan atau keberagamaan individu yang
meliputi pengetahuan individu tentang agama yang dianut (intelectual). keyakinan
mengenai ajaran yang dianut (ideology), praktik keagamaan yang bersifat
komunal (public practice), praktik keagamaan yang bersifat pribadi (private
practice), dan pengalaman kontak komunikasi dengan Tuhan (religious
experience) (Huber, 2012). Variabel ini diukur dengan menggunakan skala The
Centrality Of Religiousity Scale (CRS) yang terdiri dari lima dimensi, diantaranya
adalah:
Ideologi, merujuk pada keyakinan tentang eksistensi dan esensi dari
Tuhan serta hubungan antara Tuhan dengan manusia. Keyakinan
merupakan aspek mendasar dari setiap agama yang mengandung dogma
tentang esensi kehidupan.
Intelektual, merujuk pada pengetahuan dan kemampuannya dalam
menjelaskan pandangannya tentang transendensi, agama, dan religiusitas.
40
Dimensi intelektual merepresentasikan ketertarikan, kemampuan
penafsiran, dan cara berfikir sebagai bagian dari pengetahuannya tentang
agama.
Praktik privat, merujuk pada keterlibatan seseorang secara pribadi dengan
Tuhannya. Dimensi praktik privat merepresentasikan pola dan cara
personal mengekspresikan hubungannya dengan Tuhan secara pribadi,
seperti meditasi, dzikir, dan solat malam.
Pengalaman religius, merujuk pada pengalaman religious seperti
keterhubungan seseorang dengan realitas yang lebih besar atau Tuhan.
Dimensi pengalaman religious merepresentasikan pola persepsi religious
sebagai bagian dari perasaan dan pengalam religious.
Praktik publik, merujuk pada sejauh mana seseorang terlibat dalam
komunitas keagamaan dan berpartisipasi dalam aktivitas keagamaan.
Dimensi praktik public merepresentasikan keterlibatan dan rasa
kepemilikan terhadap agama, komunitas, aktivitas sosial, serta ibadah
berjamaahnya.
3. Pola Asuh
Pola asuh adalah cara orang tua membesarkan anak dengan memenuhi
kebutuhan anak, memberi perlindungan, mendidik anak, serta mempengaruhi
tingkah laku anak dalam kehidupan sehari-hari (Baumrind, 1966). Variabel
ini diukur dengan menggunakan skala Parental Authority Questionnaire
(PAQ) yang terdiri dari tiga dimensi, yaitu:
41
Authoritarian merupakan pola asuh orang tua yang cenderung untuk
membentuk, mengontrol, dan mengevaluasi perilaku dan tingkah laku
anak sesuai dengan standar yang berlaku. Disamping itu pula, orang tua
dengan pola asuh authoritarian tidak mampu menghargai timbal balik
antara orang tua dengan anak dan menyukai hukuman untuk mengontrol
perilaku mereka.
Authoritative merupakan pola asuh orang tua yang memiliki batasan dan
harapan yang jelas terhadap tingkah laku anak, mereka berusaha untuk
menyediakan panduan dengan menggunakan alasan dan aturan dengan
reward dan punishment yang berhubungan dengan tingkah laku anak
secara jelas tetapi juga menjalankan kedisiplinan yang tinggi dengan cara
yang hangat, masuk akal, fleksibel, dan terbuka.
Permissive merupakan pola asuh orang tua yang berperilaku tidak
menghukum, menerima dan afirmatif terhadap impuls, keinginan dan
tindakan anak. Orang tua membolehkan anak untuk mengatur sendiri
aktivitas yang diinginkan anak, menghindari kontrol dan tidak
mendorong anak untuk mengikuti standar atau aturan.
4. Dukungan Sosial
Dukungan sosial merupakan dukungan yang diterima individu dari orang-
orang tertentu yang berada dalam kehidupannya dan berada dalam lingkungan
sosial tertentu sehingga individu tersebut merasa diperhatikan, dihargai, dan
dicintai (Cohen, 1985). Variabel ini diukur dengan menggunakan skala
42
Interpersonal Support Evaluation List (ISEL) yang terdiri dari empat
dimensi, antara lain:
Dukungan nyata (tangible support), atau bantuan-bantuan yang bersifat
pelayanan seperti membantu dalam melakukan kegiatan sehari-hari
maupun bantuan secara finansial (uang, barang, dan jasa).
Dukungan penilaian atau informasi (appraisal support), atau merupakan
suatu bentuk bantuan yang membentu individu dalam memahami
kejadian yang menekan dengan lebih baik serta memberikan pilihan
stategi coping yang harus dilakukan guna menghadapi kejadian tersebut
seperti saran dan masukan dari berbagai masalah pribadi.
Dukungan harga diri (self-esteem support), atau suatu bentuk bantuan
dimana individu merasakan adanya perasaan positif akan dirinya dan
evaluasi mengenai pencapaian pada individu tersebut.
Dukungan belonging (belonging support), atau suatu bentuk dukungan
dimana individu tahu bahwa ada orang lain yang dapat diandalkan ketika
ia ingin melakukan suatu kegiatan bersama, seperti berbagi pada kegiatan
waktu luang dan memiliki seseorang untuk menghabiskan waktu
bersama.
3.3 Intrumen Pengumpulan Data
3.3.1 Instrumen pengumpulan data
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini berupa kuesioner langsung dan
kuesioner online. Kuesioner yang digunakan berbentuk model skala Likert, yang
terdiri dari empat skala, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS),
43
sangat tidak setuju (STS). Subjek diminta untuk memilih salah satu dari pilihan
jawaban yang tertera pada kuesioner dengan masing-masing jawaban
menunjukkan kesesuaian pernyataan yang diberikan sesuai dengan keadaan yang
sedang dirasakan oleh subjek. Model skala Likert ini terdiri dari pernyataan positif
(favorable) dan pernyataan negatif (unfavorable). Perhitungan skor dari setiap
pilihan jawaban yang dipilih adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1
Skoring pengukuran skala
Pilihan Jawaban Skor
Favorable Unfavorable
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4 Tidak Setuju (TS) 2 3
Setuju (S) 3 2
Sangat Setuju (SS) 4 1
3.3.2 Alat ukur penelitian
3.3.2.1 Skala kepuasan hidup
Skala kepuasan hidup yang digunakan secara umum adalah Satisfaction With Life
Scale (Diener, 2009). Skala ini terdapat 5 item dan menggunakan skala likert
dimana terdapat tujuh alternative jawaban untuk setiap item, yaitu mulai dari
sangat setuju sampai dengan sangat tidak setuju. Skorr total didapatkan dengan
menjumlahkan skor per item. Skor total dipandang sebagai tingkat kepuasan
hidup.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Satisfaction With Life Scale.
peneliti memodifikasi skala tersebut dengan menerjemahkan dan menyesuaikan
item agar mudah dipahami oleh responden dalam penelitian dan hanya
menggunakan empat ketegori (alternative) jawaban. Peneliti menggunakan empat
44
kategori (alternative) jawaban agar analisis dapat dilakukan dengan baik.
Sehingga hal tersebut dilakukan untuk menghindari responden yang memilih
jawaban “aman” dan secara netral, dan supaya responden memilih kecenderungan
ke salah satu jawaban bukan ditengah-tengah (kalau menggunakan lima atau tujuh
kategori).
Tabel 3.2
Blue Print Skala Kepuasan Hidup No. Komponen / Indikator Item Total
Aspek Fav Unfav
1. Kognitif a. Merasa puas dengan
kehidupan
b. Menilai kondisi hidup
individu menyenangkan
1, 3
2, 4
5 3
2
Jumlah 4 1 5
3.3.2.2 Skala Religiusitas
Skala religiusitas yang disusun oleh peneliti menggunakan pengukuran religiusitas
dari Huber (2012), yaitu The Centrality of Religiousity Scale (CRS). Skala ini
memiliki tiga item untuk mengukur masing-masing dimensinya. Adapun dimensi
yang diukur yaitu ideologi, intelektual, praktik privat, pengalaman religius, dan
praktik publik.
45
Tabel 3.2
Blue Print Skala Religiusitas
3.3.2.3 Skala Pola Asuh Orang Tua
Skala Pola Asuh Orang Tua yang digunakan dalam penelitian ini merupakan skala
yang berasal dari teori tiga faktor dari Baumrind (1996) yang dikembangkan oleh
Buri (1991). Skala ini terdiri dari 30 item dan dalam penelitian ini peneliti
membuat pengukuran dengan empat pilihan jawaban yaitu Sangan Setuju (SS),
Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Adapun blue print
skala pola asuh orang tua adalah sebagai berikut:
No. Komponen / Indikator Item Total
Aspek Fav Unfav
1. Ideologi a. Menerima adanya kekuatan
yang lebih besar (Tuhan)
b. Menerima adanya kehidupan
setelah kematian c. Keyakinan terhadap ajaran
agama yang dianut
2,13
7
10
4
2. Intelektual a. Intensitas berfikir tentang
masalah keagamaan
b. Ketertarikan untuk
memperdalam ilmu agama
1,12
6
14
4
3. Praktik
Privat
a. Intensitas melakukan
hubungan personal dengan
Tuhan
b. Menganggap melakukan
hubungan personal dengan Tuhan adalah hal yang
penting
4,16
9
3
4. Pengalaman
Religius
a. Intensitas mengalami
pengalaman spiritual
5,11,17 3
5. Praktik
Publik
a. Intensitas ikut serta dalam
kegiatan keagamaan
b. Menganggap ikut serta dalam
kegiatan keagamaan adalah
hal yang penting
3
8,15
18
4
Jumlah 15 3 18
46
Tabel 3.3
Blue Print Skala Pola Asuh Orang Tua No. Tipe Indikator Item Total
Fav Unfav
1. Authoritarian a. Memaksa mengikuti pendapat
orang tua
b. Memiliki keinginan agar anak
mematuhi aturannya tanpa
syarat
c. Tidak mengizinkan anak untuk
berbicara atau mengutarakan
perasaannya
d. Memberikan tekanan agar anak
berperilaku sebagaimana
mestinya
e. Menuntut agar anak menghargai penuh posisi dan
kekuasaannya sebagai orang
tua
f. Menghukum jika anak
melanggar aturan
2
3,26
7
9,25
12,29
16,18
1
2
1
2
2
2
2. Authoritative a. Memberikan arahan dengan
memberikan penjelasan secara
logis dan disiplin
b. Menetapkan harapan yang
besar pada anak
c. Menghargai pendapat dari sudut pandang anak saat
membuat suatu keputusan
d. Menerapkan aturan yang tegas
dan disertai penjelasan namun
tidak membatasi anak
4,5,8
20,23
30
15,27
11
22
5
1
2
2
3. Permissive a. Peran anak dan orang tua sama,
tidak dibatasi
b. Tidak memiliki aturan yang
tegas, jelas, dan konsisten
c. Memberikan kesempatan
kepada anak untuk membuat
aturan sendiri d. Lebih banyak mendengarkan
keinginan anak
e. Tidak merasa bertanggung
jawab dalam memberikan
arahan
1
10,17
6,19,28
14
13,21
24
1
2
4
1
2
Jumlah 24 6 30
3.3.2.4 Skala Dukungan Sosial
Dukungan sosial dapat diungkap dengan skala Interpersonal Support Evaluation
List (ISEL). Skala ini dikembangkan oleh Cohen, Mermelstein, Kamark, dan
47
Hoberman (1985). Skala ini dibuat untuk mengukur penilaian seseorang akan
tersedianya empat dukungan dari dukungan sosial, yaitu tangible support,
appraisal support, self-esteem support, dan belonging support.
Tabel 3.4
Blue Print Skala Dukungan Sosial No. Komponen / Indikator Item Total
Aspek Fav Unfav
1. Tangible Support Dukungan yang diterima dalam
tindakan (jasa)
2,16,
18,33,
9,14,
29, 39
10
Dukungan yang diterima dalam
bentuk materi (barang dan uang)
23
35
2. Appraisal
Support Dukungan yang diterima dalam
memecahkan masalah/solusi
dari berbagai masalah pribadi
1,11,
26
6,17 10
Dukungan yang diterima
dengan memberikan saran dan
masukan dari berbagai masalah
pribadi
19,22,
38
30,36
3. Self-Esteem
Support Dukungan yang diterima
dimana individu merasakan
adanya perasaan positif akan dirinya
4,8,
20
24,20 10
Dukungan yang diterima
berupa evaluasi mengenai
pencapaian pada individu
tersebut
32,37 3,13,
28
4. Belonging
Support Dukungan yang diterima dalam
berbagi pada waktu luang
5,7,
31
10,25 10
Dukungan yang diterima dalam
melakukan suatu kegiatan
untuk menghabiskan waktu
bersama (hiburan/ rekreasi)
12,21
15,27,
34
Jumlah 21 19 40
Skala ini terdiri dari 40 item yang terdiri dari empat aspek, dimana
masing-masing aspek terdiri dari 10 item. Alat ukur ini dikembangkan dalam
bentuk model skala Likert berskala 4, dengan menjumlahkan distribusi respon
sangat tidak sesuai sampai sangan sesuai.
Namun, untuk kepentingan penelitian ini, peneliti menggunakan item-item
yang diadaptasi dari skala Interpersonal Support Evaluation List (ISEL) yang
48
terdiri dari empat aspek, dimana masing-masing aspek terdiri dari 10 item dengan
menggunakan empat kategori (alternative) jawaban.
3.4 Uji Validitas Konstruk
Sebelum melakukan analisis data, peneliti melakukan pengujian terhadap validitas
konstruk ketiga instrument yang dipakai, yaitu 1) Kepuasan Hidup; 2)
Religiusitas; 3) Pola Asuh Orang Tua; 4) Dukungan Sosial. Untuk menguji
validitas konstruk alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan Confimatory Factor Analysis (CFA) dengan bantuan software
Lisrel 8.70. Adapun logika dari CFA (Umar, 2015):
1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait berupa kemampuan yang didefinisikam
secara operasional sehingga dapat disusun pertanyaan atau pernyataan untuk
mengukurnya. Kemampuan ini disebut faktor, sedangkan pengukuran
terhadap faktor ini dilakukan melalui analisis terhadap respon atas item-
itemnya.
2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitupun juga tiap
subtes hanya mengukur satu faktor juga. Artinya baik item maupun subtes
bersifat unidimensional.
3. Dengan data yang tersedia dapat digunakan untuk mengestimasi matriks
korelasi antar item yang seharusnya diperoleh jika memang unidimensional.
Matriks korelasi ini disebut sigma (Σ), kemudian dibandingkan dengan
matriks dari data empiris, yang disebut matriks S. jika teori tersebut benar
(unidimensional) maka tentunya tidak ada perbedaan antara matriks Σ –
matriks S atau bisa juga dinyatakan dengan Σ – S = 0.
49
4. Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis nihil yang kemudian diuji dengan chi
square. Jika hasil chi square tidak signifikan p>0.05, maka hipotesis nihil
tersebut “tidak ditolak”. Artinya teori unidimensionalitas tersebut dapat
diterima bahwa item ataupun sub tes instrument hanya mengukur satu faktor
saja.
5. Jika model fit, maka langkah selanjutnya menguji apakah item signifikan atau
tidak mengukur apa yang hendak diukur, dengan menggunakan t-value. Jika
hasil t-value tidak signifikan maka item tersebut tidak signifikan dalam
mengukur apa yang hendak diukur, bila perlu item yang demikian di drop
atau sebaliknya.
6. Terakhir, apabila hasil dari CFA terdapat item koefisien muatan faktornya
negative, maka item tersebut harus di drop. Sebab hal ini tidak sesuai dengan
sifat item, yang bersifat positif (favorable).
3.4.1 Uji Validitas Konstruk Skala Kepuasan Hidup
Peneliti ingin menguji apakah 5 item yang digunakan untuk mengukur variabel
kepuasan hidup bersifat unidimensional, artinya item-item tersebut benar-benar
hanya menguji kepuasan hidup. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan
model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan chi-square = 21,92, df = 5, P-value =
0,00054, RMSEA = 0.130. Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi
terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan satu sama
lain. Setelah dilakukan modifikasi sebanyak 1 kali, maka diperoleh model fit
dengan chi-square = 5,08, df = 4, P-value = 0.27920, RMSEA = 0.037. Artinya
50
model satu faktor (unidimensional) dapat diterima bahwa seluruh item hanya
mengukur satu faktor saja yaitu kepuasan hidup.
Tahapan selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di-drop atau tidak, maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1,96, maka item tersebut
signifikan dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 3.5
Muatan faktor item variabel kepuasan hidup No. item Faktor Loading Standar Eror T-Value Ket.
1 0.05 0.08 6.68 √
2 0.68 0.07 9.57 √
3 0.85 0.07 12.11 √
4 0.56 0.07 7.65 √ 5 0.55 0.07 7.62 √
Keterangan : tanda =Signifikan (t>1.96); X = Tidak Signifikan
Berdasarkan tabel 3.5 diketahui bahwa semua item signifikan (t>1.96) dan
semua koefisien sudah bermuatan positif. Artinya semua koefisien muatan faktor
dari item sesuai dengan sifat item yang semuanya bersifat favorabel. Dengan
demikian item-item tersebut tidak ada yang di-drop.
3.4.2 Uji Validitas Konstruk Skala Religiusitas
Pada uji skala religiusitas ini, pertama diteorikan bahwa ada 5 aspek yang terdapat
pada religiusitas yang masing-masing diukur oleh item yang telah ditetapkan.
Lima aspek tersebut adalah ideologi, intelektual, praktik privat, pengalaman
51
religius, dan praktik publik. Adapun hasil dari uji validitas konstruk pada setiap
aspek dari religiusitas dijelaskan pada setiap subbab berikut :
3.4.2.1 Ideologi
Dalam subbab ini peneliti menguji apakah item yang ada bersifat unidimensional,
artinya item-tem tersebut benar-benar hanya mengukur ideologi. Dari hasil
analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit dengan
Chi-Square=11.86, df=2, P-Value=0.00266, RMSEA=0.157. Oleh karena itu,
penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran
sebanyak 1 kali, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square=0.01, df=1, P-
Value=0.90257, RMSEA=0.000. Artinya model satu faktor (unidimensional)
dapat diterima, bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu
Ideologi.
Tahapan selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di-drop atau tidak, maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1,96, maka item tersebut
signifikan dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor dapat dilihat pada
tabel 3.6 :
Tabel 3.6
Muatan faktor item skala ideologi No. item Faktor Loading Standar Eror T-Value Ket.
1 0.34 0.08 4.26 √
2 0.67 0.07 9.28 √
3 0.78 0.07 10.07 √
4 0.78 0.07 10.64 √
52
Keterangan : tanda =Signifikan (t>1.96); X = Tidak Signifikan
Berdasarkan tabel 3.6 diketahui bahwa semua item signifikan (t>1.96) dan
semua koefisien sudah bermuatan positif. Artinya semua koefisien muatan faktor
dari item sesuai dengan sifat item yang semuanya bersifat favorable. Dengan
demikian item-item tersebut tidak ada yang di-drop.
3.4.2.2 Intelektual
Dalam subbab ini peneliti menguji apakah item yang ada bersifat unidimensional,
artinya item-tem tersebut benar-benar hanya mengukur intelektual. Dari hasil
analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata fit dengan Chi-
Square=2.66, df=2, P-Value=0.26455 RMSEA=0.041. Artinya model satu faktor
(unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor
saja yaitu Intelektual.
Tahapan selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di-drop atau tidak, maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1,96, maka item tersebut
signifikan dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor dapat dilihat pada
tabel 3.7 :
Tabel 3.7
Muatan faktor item skala intelektual No. item Faktor Loading Standar Eror T-Value Ket.
1 0.54 0.11 4.89 √
2 0.42 0.10 4.15 √
3 0.44 0.10 4.25 √
4 0.41 0.10 4.06 √
53
Keterangan : tanda =Signifikan (t>1.96); X = Tidak Signifikan
Berdasarkan tabel 3.7 diketahui bahwa semua item signifikan (t>1.96) dan
semua koefisien sudah bermuatan positif. Artinya semua koefisien muatan faktor
dari item sesuai dengan sifat item yang semuanya bersifat favorable. Dengan
demikian item-item tersebut tidak ada yang di-drop.
3.4.2.3 Praktik Privat
Dalam subbab ini peneliti menguji apakah item yang ada bersifat unidimensional,
artinya item-tem tersebut benar-benar hanya mengukur praktik privat. Dari hasil
analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata fit dengan Chi-
Square=0.00, df=0, P-Value=1.0000, RMSEA=0.000. Artinya model satu faktor
(unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor
saja yaitu Praktik Privat.
Tahapan selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di-drop atau tidak, maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1,96, maka item tersebut
signifikan dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor dapat dilihat pada
tabel 3.8 :
Tabel 3.8
Muatan faktor item skala praktik privat No. item Faktor Loading Standar Eror T-Value Ket.
1 0.86 0.06 13.66 √
2 0.80 0.06 12.59 √
3 0.76 0.06 11.70 √
Keterangan : tanda =Signifikan (t>1.96); X = Tidak Signifikan
54
Berdasarkan tabel 3.8 diketahui bahwa semua item signifikan (t>1.96) dan
semua koefisien sudah bermuatan positif. Artinya semua koefisien muatan faktor
dari item sesuai dengan sifat item yang semuanya bersifat favorable. Dengan
demikian item-item tersebut tidak ada yang di-drop.
3.4.2.4 Pengalaman Religius
Dalam subbab ini peneliti menguji apakah item yang ada bersifat unidimensional,
artinya item-tem tersebut benar-benar hanya mengukur pengalaman religius. Dari
hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata fit dengan
Chi-Square=0.00, df=0, P-Value=1.0000, RMSEA=0.000. Artinya model satu
faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh item hanya mengukur satu
faktor saja yaitu Pengalaman Religius.
Tahapan selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di-drop atau tidak, maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1,96, maka item tersebut
signifikan dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor dapat dilihat pada
tabel 3.9 :
Tabel 3.9
Muatan faktor item skala pengalaman religius No. item Faktor Loading Standar Eror T-Value Ket.
1 0.64 0.08 8.35 √
2 0.57 0.08 7.49 √
3 0.89 0.08 10.80 √
Keterangan : tanda =Signifikan (t>1.96); X = Tidak Signifikan
55
Berdasarkan tabel 3.9 diketahui bahwa semua item signifikan (t>1.96) dan
semua koefisien sudah bermuatan positif. Artinya semua koefisien muatan faktor
dari item sesuai dengan sifat item yang semuanya bersifat favorable. Dengan
demikian item-item tersebut tidak ada yang di-drop.
3.4.2.5 Praktik Publik
Dalam subbab ini peneliti menguji apakah item yang ada bersifat unidimensional,
artinya item-tem tersebut benar-benar hanya mengukur praktik publik. Dari hasil
analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit dengan
Chi-Square=6.69, df=2, P-Value=0.3518, RMSEA=0.108. Oleh karena itu,
penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran
sebanyak 1 kali, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square=0.34, df=1, P-
Value=0.55949, RMSEA=0.000. Artinya model satu faktor (unidimensional)
dapat diterima, bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu Praktik
Publik.
Tahapan selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di-drop atau tidak, maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1,96, maka item tersebut
signifika n dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor dapat dilihat pada
tabel 3.10 :
56
Tabel 3.10
Muatan faktor item skala praktik publik No. item Faktor Loading Standar Eror T-Value Ket.
1 0.79 0.09 9.32 √ 2 0.92 0.08 11.20 √
3 0.67 0.07 8.98 √
4 0.54 0.07 7.34 √
Keterangan : tanda =Signifikan (t>1.96); X = Tidak Signifikan
Berdasarkan tabel 3.10 diketahui bahwa semua item signifikan (t>1.96) dan
semua koefisien sudah bermuatan positif. Artinya semua koefisien muatan faktor
dari item sesuai dengan sifat item yang semuanya bersifat favorable. Dengan
demikian item-item tersebut tidak ada yang di-drop.
3.4.3 Uji Validitas Konstruk Skala Pola Asuh Orang Tua
Pada uji skala pola asuh orang tua ini, pertama diteorikan bahwa ada 3 aspek
yang terdapat pada pola asuh yang masing-masing diukur oleh item yang telah
ditetapkan. Tiga aspek tersebut adalah authoritarian, authoritative, dan
permissive. Adapun hasil dari uji validitas konstruk pada setiap aspek dari pola
asuh orang tua dijelaskan pada setiap subbab berikut :
3.4.3.1 Authoritarian
Dalam subbab ini peneliti menguji apakah item yang ada bersifat unidimensional,
artinya item-tem tersebut benar-benar hanya mengukur authoritarian. Dari hasil
analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit dengan
Chi-Square=143.02, df=35, P-Value=0.0000, RMSEA=0.124. Oleh karena itu,
penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran
sebanyak 8 kali, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square=34.65, df=27, P-
Value=0.14787, RMSEA=0.038. Artinya model satu faktor (unidimensional)
57
dapat diterima, bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu
Authoritarian.
Tahapan selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di-drop atau tidak, maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1,96, maka item tersebut
signifikan dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor dapat dilihat pada
tabel 3.11 :
Tabel 3.11
Muatan faktor item skala authoritarian No. item Faktor Loading Standar Eror T-Value Ket.
1 0.76 0.06 11.94 √
2 -0.10 0.08 -1.26 X
3 0.69 0.07 10.50 √
4 0.76 0.06 12.04 √ 5 0.59 0.07 8.70 √
6 0.56 0.07 8.10 √
7 0.53 0.07 7.63 √
8 0.62 0.07 9.33 √
9 -0.06 0.07 -0.85 X
10 0.76 0.06 12.14 √
Keterangan : tanda =Signifikan (t>1.96); X = Tidak Signifikan
Berdasarkan tabel 3.11 diketahui bahwa terdapat 8 item signifikan (t>1.96)
dan 2 item tidak signifikan (t<1.96), yaitu item nomor 2 dan 9. Dengan demikian
kedua item tersebut harus di-drop yang artinya tidak diikut sertakan dalam
pengolahan selanjutnya.
3.4.3.2 Authoritative
Dalam subbab ini peneliti menguji apakah item yang ada bersifat unidimensional,
artinya item-tem tersebut benar-benar hanya mengukur authoritative. Dari hasil
58
analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit dengan
Chi-Square=172.67, df=35, P-Value=0.0000, RMSEA=0.140. Oleh karena itu,
penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran
sebanyak 9 kali, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square=36.03, df=26, P-
Value=0.09116, RMSEA=0.044. Artinya model satu faktor (unidimensional)
dapat diterima, bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu
Authoritative.
Tahapan selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di-drop atau tidak, maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1,96, maka item tersebut
signifikan dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor dapat dilihat pada
tabel 3.12 :
Tabel 3.12
Muatan faktor item skala authoritative No. item Faktor Loading Standar Eror T-Value Ket.
1 0.92 0.06 16.42 √
2 0.82 0.06 13.84 √
3 0.52 0.07 7.73 √
4 0.24 0.07 3.31 √ 5 -0.79 0.06 -13.15 X
6 0.55 0.07 8.37 √
7 0.26 0.08 3.33 √
8 0.76 0.06 12.08 √
9 -0.20 0.07 -2.80 X
10 0.53 0.07 8.01 √
Keterangan : tanda =Signifikan (t>1.96); X = Tidak Signifikan
Berdasarkan tabel 3.12 diketahui bahwa terdapat 8 item signifikan (t>1.96)
dan 2 item tidak signifikan (t<1.96), yaitu item nomor 5 dan 9. Dengan demikian
59
kedua item tersebut harus di-drop yang artinya tidak diikut sertakan dalam
pengolahan selanjutnya.
3.5.3.3 Permissive
Dalam subbab ini peneliti menguji apakah item yang ada bersifat unidimensional,
artinya item-tem tersebut benar-benar hanya mengukur permissive. Dari hasil
analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit dengan
Chi-Square=267.54, df=35, P-Value=0.0000, RMSEA=0.182. Oleh karena itu,
penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran
sebanyak 18 kali, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square=22.91, df=17, P-
Value=0.15215, RMSEA=0.042. Artinya model satu faktor (unidimensional)
dapat diterima, bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu
Permissive.
Tahapan selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di-drop atau tidak, maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1,96, maka item tersebut
signifikan dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor dapat dilihat pada
tabel 3.13 :
60
Tabel 3.13
Muatan faktor item skala permissive No. item Faktor Loading Standar Eror T-Value Ket.
1 0.33 0.07 4.65 √ 2 0.80 0.06 13.08 √
3 -0.48 0.07 -6.49 X
4 0.15 0.07 2.07 √
5 0.69 0.06 10.68 √
6 0.44 0.07 6.36 √
7 0.91 0.06 15.48 √
8 0.03 0.08 0.44 X
9 0.49 0.07 7.23 √
10 0.62 0.07 9.34 √
Keterangan : tanda =Signifikan (t>1.96); X = Tidak Signifikan
Berdasarkan tabel 3.13 diketahui bahwa terdapat 8 item signifikan (t>1.96)
dan 2 item tidak signifikan (t<1.96), yaitu item nomor 3 dan 8. Dengan demikian
kedua item tersebut harus di-drop yang artinya tidak diikut sertakan dalam
pengolahan selanjutnya.
3.4.4 Uji Validitas Konstruk Skala Dukungan Sosial
Pada uji skala dukungan sosial ini, pertama diteorikan bahwa ada 4 aspek yang
terdapat pada dukungan sosial yang masing-masing diukur oleh item yang telah
ditetapkan. Empat aspek tersebut adalah tangible support, appraisal support, self-
esteem support, dan belonging support. Adapun hasil dari uji validitas konstruk
pada setiap aspek dari dukungan sosial dijelaskan pada setiap subbab berikut :
3.4.4.1 Tangible Support
Dalam subbab ini peneliti menguji apakah item yang ada bersifat unidimensional,
artinya item-tem tersebut benar-benar hanya mengukur tangible support. Dari
hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit
dengan Chi-Square=216.05, df=35, P-Value=0.0000, RMSEA=0.161. Oleh
karena itu, penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan
61
pengukuran sebanyak 12 kali, maka diperoleh model fit dengan Chi-
Square=33.64, df=23, P-Value=0.07054, RMSEA=0.048. Artinya model satu
faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh item hanya mengukur satu
faktor saja yaitu Tangible support.
Tahapan selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di-drop atau tidak, maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1,96, maka item tersebut
signifikan dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor dapat dilihat pada
tabel 3.14 :
Tabel 3.14
Muatan faktor item skala tangible support No. item Faktor Loading Standar Eror T-Value Ket.
1 0.25 0.08 3.13 √
2 0.46 0.07 6.57 √
3 0.67 0.07 9.44 √
4 0.46 0.07 6.52 √ 5 0.30 0.08 3.68 √
6 0.42 0.07 5.99 √
7 0.58 0.08 7.73 √
8 0.50 0.09 5.62 √
9 0.44 0.07 6.14 √
10 0.67 0.07 9.35 √
Keterangan : tanda =Signifikan (t>1.96); X = Tidak Signifikan
Berdasarkan tabel 3.14 diketahui bahwa semua item signifikan (t>1.96) dan
semua koefisien sudah bermuatan positif. Artinya semua koefisien muatan faktor
dari item sesuai dengan sifat item yang semuanya bersifat favorable. Dengan
demikian item-item tersebut tidak ada yang di-drop.
62
3.4.4.2 Appraisal Support
Dalam subbab ini peneliti menguji apakah item yang ada bersifat unidimensional,
artinya item-tem tersebut benar-benar hanya mengukur appraisal support. Dari
hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit
dengan Chi-Square=138.65, df=35, P-Value=0.0000, RMSEA=0.122. Oleh
karena itu, penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran sebanyak 8 kali, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square=35.05,
df=27, P-Value=0.13769, RMSEA=0.039. Artinya model satu faktor
(unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor
saja yaitu Appraisal support.
Tahapan selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di-drop atau tidak, maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1,96, maka item tersebut
signifikan dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor dapat dilihat pada
tabel 3.15 :
Tabel 3.15
Muatan faktor item skala appraisal support No. item Faktor Loading Standar Eror T-Value Ket.
1 0.70 0.07 10.71 √
2 0.40 0.07 5.88 √
3 0.72 0.06 11.07 √
4 0.44 0.07 6.55 √
5 0.71 0.06 11.39 √
6 0.89 0.06 15.11 √
7 0.67 0.06 10.69 √ 8 0.47 0.07 6.38 √
9 0.66 0.06 10.45 √
10 0.67 0.06 10.57 √
63
Keterangan : tanda =Signifikan (t>1.96); X = Tidak Signifikan
Berdasarkan tabel 3.15 diketahui bahwa semua item signifikan (t>1.96) dan
semua koefisien sudah bermuatan positif. Artinya semua koefisien muatan faktor
dari item sesuai dengan sifat item yang semuanya bersifat favorable. Dengan
demikian item-item tersebut tidak ada yang di-drop.
3.4.4.3 Self-Esteem Support
Dalam subbab ini peneliti menguji apakah item yang ada bersifat unidimensional,
artinya item-tem tersebut benar-benar hanya mengukur self-esteem support. Dari
hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit
dengan Chi-Square=126.59, df=35, P-Value=0.0000, RMSEA=0.114. Oleh
karena itu, penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran sebanyak 6 kali, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square=43.67,
df=30, P-Value=0.05104, RMSEA=0.048. Artinya model satu faktor
(unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor
saja yaitu Self-esteem support.
Tahapan selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di-drop atau tidak, maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1,96, maka item tersebut
signifikan dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor dapat dilihat pada
tabel 3.16 :
64
Tabel 3.16
Muatan faktor item skala self esteem support No. item Faktor Loading Standar Eror T-Value Ket.
1 0.35 0.08 4.34 √ 2 0.49 0.08 6.48 √
3 0.42 0.08 5.51 √
4 0.36 0.09 4.10 √
5 0.55 0.09 7.43 √
6 0.51 0.08 6.25 √
7 0.59 0.07 8.05 √
8 0.59 0.08 7.62 √
9 0.38 0.08 4.99 √
10 0.38 0.08 4.90 √
Keterangan : tanda =Signifikan (t>1.96); X = Tidak Signifikan
Berdasarkan tabel 3.16 diketahui bahwa semua item signifikan (t>1.96) dan
semua koefisien sudah bermuatan positif. Artinya semua koefisien muatan faktor
dari item sesuai dengan sifat item yang semuanya bersifat favorable. Dengan
demikian item-item tersebut tidak ada yang di-drop.
3.4.4.4 Belonging Support
Dalam subbab ini peneliti menguji apakah item yang ada bersifat unidimensional,
artinya item-tem tersebut benar-benar hanya mengukur belonging support. Dari
hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit
dengan Chi-Square=241.59, df=35, P-Value=0.0000, RMSEA=0.172. Oleh
karena itu, penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran sebanyak 17 kali, maka diperoleh model fit dengan Chi-
Square=23.94, df=18, P-Value=0.15716, RMSEA=0.041. Artinya model satu
faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh item hanya mengukur satu
faktor saja yaitu Belonging support.
Tahapan selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut
65
perlu di-drop atau tidak, maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1,96, maka item tersebut
signifikan dan begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor dapat dilihat pada
tabel 3.17 :
Tabel 3.17
Muatan faktor item skala belonging support No. item Faktor Loading Standar Eror T-Value Ket.
1 0.16 0.08 1.92 X
2 0.26 0.08 3.36 √
3 0.65 0.07 8.98 √
4 0.25 0.09 2.83 √
5 0.53 0.08 6.97 √ 6 0.13 0.08 1.57 X
7 0.70 0.07 9.92 √
8 0.50 0.08 6.54 √
9 0.36 0.08 4.40 √
10 0.55 0.08 7.31 √
Keterangan : tanda =Signifikan (t>1.96); X = Tidak Signifikan
Berdasarkan tabel 3.17 diketahui bahwa terdapat 8 item signifikan (t>1.96)
dan 2 item tidak signifikan (t<1.96), yaitu item nomor 1 dan 6. Dengan demikian
kedua item tersebut harus di-drop yang artinya tidak diikut sertakan dalam
pengolahan selanjutnya.
3.5 Teknik Analisis Data
Analisis data digunakan untuk menguji hipotesis penelitian mengenai pengaruh
religiusitas, pola asuh orang tua, dan dukungan sosial terhadap kepuasan hidup
pada mahasiswa. Teknik analisis data yang digunakan peneliti dalam mengolah
data adalah Multiple Regression Analysis atau analisis regresi berganda. Analisis
regresi berganda merupakan analisis regresi dengan satu variabel dependen dan
lebih dari satu variabel independen.
66
Rumus regresi berganda pada penelitian ini adalah:
Y = a + + + + + + + + +
+ + + + e
Keterangan :
Y = Nilai prediksi Y (Kepuasan Hidup)
a = Intercept (konstan)
b = Koefisien regresi
= ideologi dari religiusitas
= intelektual dari religiusitas
= praktik privat dari religiusitas
= pengalaman religius dari religiusitas
= praktik publik dari religiusitas
= authoritarian dari pola asuh orang tua
= authoritative dari pola asuh orang tua
= permissive dari pola asuh orang tua
= tangible support dari dukungan sosial
= appraisal support dari dukungan sosial
= self-esteem support dari dukungan sosial
= belonging support dari dukungan sosial
e = Residu
Penilaian terhadap model regresi yang dihasilkan ditinjau pada beberapa
pengujian berikut:
1. (Koefisien Determinasi)
Nilai menunjukkan besarnya proporsi pengaruh independent variable
terhadap dependent variable. Dalam melihat proporsi, dikalikan dengan 100%
67
sehingga didapatkan nilai proporsi pengaruh dalam bentuk persen. Sisa dari
persentasi merupakan faktor lain yang mempengaruhi dependent variable yang
tidak diuji dalam penelitian ini. Tabel modal summary dalam SPSS juga
menunjukkan nilai Standart Error of Estimate dimana semakin kecil nilai SEE,
maka model regresi semakin tepat dalam memprediksi dependent variable. Nilai
diperoleh dari rumus berikut:
=
2. Uji F
Pada tabel ANOVA akan diperoleh nilai F dan nilai signifikasi (sig.). Nilai
Sig < 0.05 menunjukkan bahwa keseluruhan independent variable secara simultan
memiliki pengaruh terhadap dependent variable. Nilai Sig < 0.05 juga
menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi ( signifikan. Rumus dalam
perhitungan nilai F sebagai berikut:
F =
K merupakan jumlah IV dan N merupakan jumlah sampel.
3. Uji t
Interpretasi koefisen parameter independent variable dapat dilakukan
dengan menggunakan unstandardized coefficients maupun standardized
coeffiecients. Nilai koefisien yang didapatkan dari masing-masing dimensi pada
variabel menunjukka arah hubungan serta besaran koefisien masing-masing
dimensi pada model regresi. Adapun terdapat nilai signifikansi untuk mengetahui
68
apakah masing-masing dimensi berpengaruh secara signifikan terhadap dependent
variable. Uji t dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
t =
Nilai b pada rumus tersebut adalah koefisien regresi dan Sb adalah standard error
dari b.
69
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian
Subjek yang digunakan adalah mahasiswa sebanyak 201 orang yang berada pada
rentang usia 18-22 tahun di Jabodetabek. Gambaran subjek dapat dilihat pada
tabel 4.1.
Tabel 4.1
Jumlah dan presentase subjek penelitian
Sampel Penelitian F %
Perguruan Tinggi
Negeri Swasta
Usia
18-20
21-22
Jenis Kelamin
Laki-laki
139 62
42
159
52
69.2% 30.8%
20.9%
79.1%
25.8%
Perempuan 149 74.2%
Total 201 100%
Berdasarkan uraian tabel 4.1, maka dapat dilihat bahwa responden
mahasiswa yang berasal dari perguruan tinggi negeri lebih banyak dari responden
yang berasal dari perguruan tinggi swasta yaitu berjumlah 139 orang atau 69.2%,
sedangkan responden perguruan tinggi swasta berjumlah 62 orang atau 30.8%.
Lalu, responden dengan rentang usia 18-20 tahun berjumlah 42 orang atau 20.9%,
sedangkan responden dengan rentang usia 21-22 tahun berjumlah 159 atau 79.1%.
Kemudian, responden perempuan juga lebih banyak daripada responden laki-laki.
Dengan jumlah responden perempuan berjumlah 149 orang atau 74.2% sedangkan
responden laki-laki berjumlah 52 orang atau 25.8%.
70
4.2 Hasil Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif pada penelitian ini menggunakan t-score. Data mentah
penelitian yang didapatkan atau raw score diubah menjadi t-score bertujuan untuk
menghindari estimasi bias dari kesalahan pengukuran. Pada z-score masih
terdapat bilangan yang bermuatan negatif, untuk menghilangkan bilangan negatif,
maka z-score diubah menjadi t-score yang semuanya menjadi bilangan positif,
menggunakan rumus :
T = 50 + (10 * z)
Data yang sudah dirubah menjadi t-score berada pada satuan yang sama dengan
mean = 50, sehingga dapat digunakan untuk menjelaskan hasil deskriptif variabel
pada penelitian ini. Perhitungan analisis deskriptif akan dilakukan menggunakan
software SPSS 22.0, dengan hasil deskriptif penelitian pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Deskriptif statistik variabel penelitian
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
kepuasanhidup 201 27.33 76.80 50.0000 8.59593
ideologi 201 15.78 60.89 50.0000 8.36148
intelektual 201 31.10 62.18 50.0000 6.49737
praktikprivat 201 27.83 63.15 50.0000 8.99615
pengalaman 201 18.80 66.97 50.0000 8.56170
praktikpublik 201 18.80 66.97 50.0000 8.56170
authoritarian 201 31.38 72.03 50.0000 9.23434
authoritative 201 27.03 70.21 50.0000 9.26338
permissive 201 30.13 69.72 50.0000 9.26920
tangible 201 23.24 74.66 50.0000 8.40654 appraisal 201 15.61 71.15 50.0000 9.16511
selfesteem 201 28.54 71.25 50.0000 8.33453
belonging 201 27.32 71.08 50.0000 8.33524
Valid N (listwise) 201
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa subjek dengan skor kepuasan
hidup terendah 27.33 dan tertinggi 76.80. Ideologi dengan skor terendah 15.78
dan tertinggi 60.89. Intelektual dengan skor terendah 31.10 dan tertinggi 62.18.
71
Praktik privat dengan skor terendah 27.83 dan tertinggi 63.15. Pengalaman
religius dengan skor terendah 18.80 dan tertinggi 66.97. Praktik publik dengan
skor terendah 18.80 dan tertinggi 66.97. Authoritarian dengan skor terendah 31.38
dan tertinggi 72.03. Authoritative dengan skor terendah 27.03 dan tertinggi 70.21.
Permissive dengan skor terendah 30.13 dan tertinggi 69.72. Tangible support
dengan skor terendah 23.24 dan tertinggi 74.66. Appraisal support dengan skor
terendah 15.61 dan tertinggi 71.15. Self-esteem support dengan skor terendah
28.54 dan tertinggi 71.25. Belonging support dengan skor terendah 27.32 dan
tertinggi 71.08.
Setelah diketahui deskripsi statistik variabel penelitian, maka dapat
dilakukan ketegorisasi skor variabel penelitian untuk seberapa banyak responden
yang terdapat pada kategori skor rendah, sedang, dan tinggi untuk setiap
variabelnya. Untuk kategorisasi ditetapkan sesuai norma yang terdapat pada tabel
4.3.
Table 4.3
Norma skor variabel
Kategori Rumus
Rendah X < (M – 1SD)
Sedang (M – 1SD) ≤ X ≤ (M + 1SD)
Tinggi X > (M + 1SD)
Berdasarkan norma kategorisasi skor yang telah ditentukan, maka dapat
dilakukan kategorisasi skor variabel penelitian. Kategorisasi skor variabel
penelitian terdapat pada tabel 4.4
72
Tabel 4.4
Kategori skor variabel penelitian
Variabel Frekuensi
Rendah Sedang Tinggi
Kepuasan Hidup 23 (11.4%) 158 (78.6%) 20 (10%)
Ideologi 22 (10.9%) 150 (74.6%) 29 (14.4%)
Intelektual 11 (5.5%) 180 (89.6%) 10 (5%)
Praktik Privat 41 (20.4%) 124 (61.7%) 36 (17.9%)
Pengalaman Religius 20 (10%) 152 (75.6%) 29 (14.4%) Praktik Publik 20 (10%) 152 (75.6%) 29 (14.4%)
Authoritarian 27 (13.4%) 138 (68.7%) 36 (17.9%)
Authoritative 36 (17.9%) 137 (68.2%) 28 (13.9%)
Permissive 37 (18.4%) 140 (69.7%) 24 (11.9%)
Tangible 17 (8.5%) 161 (80.1%) 23 (11.4%)
Appraisal 21 (10.4%) 148 (73.6%) 32 (15.9%)
Self-esteem 20 (10%) 155 (77.1%) 26 (12.9%)
Belonging 28 (13.9%) 148 (73.6%) 25 (12.4%)
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa, responden pada penelitian
ini cenderung berada dalam kategori sedang pada setiap variabelnya yaitu dengan
jumlah kepuasan hidup 158 orang atau 78.6%, ideologi berjumlah 150 orang atau
74.6%, intelektual 180 orang atau 89.6%, praktik privat berjumlah 124 orang atau
61.7%, pengalaman religius berjumlah 152 orang atau 75.6%, praktik publik
berjumlah 152 orang atau 75.6%, authoritarian berjumlah 138 orang atau 68.7%,
authoritative berjumlah 137 orang atau 68.2%, permissive berjumlah 140 orang atau
68.7%, tangible berjumlah 161 orang atau 80.1%, appraisal berjumlah 148 orang atau
73.6%, self-esteem berjumlah 155 orang atau 77.1%, dan belonging berjumlah 148
orang atau 73.6%.
4.3 Uji Hipotesis
4.3.1 Analisis regresi variabel penelitian
Pada tahapan uji hipotesis penelitian, penulis menggunakan teknik analisis regresi
dengan software SPSS 2.0 seperti yang sudah dijelaskan pada bab 3. Dalam
regresi ada tiga hal yang dilihat, pertama melihat R-Square untuk mengetahui
73
presentase (%) varians dependent variable yang dijelaskan oleh independent
variable, kedua apakah keseluruhan independent variable berpengaruh secara
signifikan terhadap dependent variable, kemudian terakhir melihat signifikan atau
tidaknya koefisien regresi dari masing-masing independent variable. Langkah
pertama peneliti melihat besaran R-Square untuk mengetahui presentase (%)
varians dependent variable yang dijelaskan oleh independent variable.
Selanjutnya untuk tabel R-Square, dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut:
Tabel 4.5
R-Square
Model Summary
Model R R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change
df1 df2 Sig. F
Change
1 .569a .324 .280 8.48234 .324 7.498 12 188 .000
a. Predictors: (Constant), ideology, intelektual, praktik privat, pengalaman religious, praktik
public, authoritarian, authoritative, permissive, tangible support, appraisal support, self-esteem
support, belonging support
Pada table 4.5 dapat dilihat bahwa R-Square sebesar 0,324 atau 32,4%.
Artinya, proporsi varian terhadap variabel kepuasan hidup yang dijelaskan oleh
variabel religiusitas (ideologi, intelektual, praktik privat, pengalaman religious,
dan praktik publik), variabel pola asuh orang tua (authoritarian, authoritative, dan
permissive), dan variabel dukungan sosial (tangible support, appraisal support,
self-esteem support, dan belonging support) sebagai independent variable dalam
penelitian ini sebesar 32,4% sedangkan 67,6% sisanya dipengaruhi oleh variabel
lain di luar penelitian ini. Langkah kedua peneliti menguji apakah seluruh
independen variabel religiusitas, pola asuh orang tua, dan dukungan sosial
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap dependen variabel yaitu kepuasan
hidup. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel 4.6
74
Tabel 4.6
Anova Signifikansi Pengaruh Seluruh Independent Variable Terhadap
Dependent Variable
ANOVA
a
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 6473.389 12 539.449 7.498 .000b
Residual 13526.611 188 71.950
Total 20000.000 200
a. Dependent Variable: kepuasan hidup
b. Predictors: (Constant), ideology, intelektual, praktik privat, pengalaman religious, praktik
public, authoritarian, authoritative, permissive, tangible support, appraisal support, self-esteem
support, belonging support
Berdasarkan uji F pada table 4.6, dapat dilihat bahwa p (Sig.) pada kolom
paling kanan adalah p= 0.000 dengan nilai p<0.05. Dengan demikian hipotesis
nihil yang berbunyi “tidak ada pengaruh religiusitas, pola asuh orang tua, dan
dukungan sosial terhadap kepuasan hidup” ditolak. Artinya, ada pengaruh yang
signifikan dari independen variabel yaitu religiusitas, pola asuh orang tua, dan
dukungan sosial terhadap dependen variabel yaitu kepuasan hidup.
Langkah selanjutnya, peneliti melihat koefisien regresi dari masing-
masing independen variabel. Jika Sig. <0,05 maka koefisien regresi tersebut
signifikan yang berarti variabel religiusitas (ideologi, intelektual, praktik privat,
pengalamana religious, dan praktik publik), variabel pola asuh orang tua
(authoritarian, authoritative, dan permissive), dan variabel dukungan sosial
(tangible support, appraisal support, self-esteem support, dan belonging support)
tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap dependen variabel yaitu
kepuasan hidup. Adapun besarnya koefisien regresi dari masing-masing
independen varibel terhadap kepuasan hidup dapat dilihat pada tabel 4.7
75
Tabel 4.7
Koefisien Regresi
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 18.424 10.243 1.799 .074
Ideology -.046 .062 -.046 -.747 .456
Intelektual -.043 .062 -.043 -.690 .491
Praktikprivat -.163 .062 -.163 -2.627 .009*
Pengalaman -.032 .067 -.032 -.482 .630
Praktikpublik .279 .067 .279 4.146 .000*
Authoritarian -.011 .084 -.011 -.129 .898 Authoritative .065 .089 .065 .725 .470
Permissive .274 .082 .274 3.323 .001*
Tangible -.086 .081 -.086 -1.058 .291
Appraisal .139 .078 .139 1.781 .077
Self-esteem .189 .088 .189 2.140 .034*
Belonging .068 .092 .068 .737 .462
a. Dependent Variable: kepuasan hidup
Berdasarkan koefisien regresi pada tabel 4.7 dapat disimpulkan persamaan
regresi sebagai berikut: (*signifikan)
Kepuasan Hidup = 18.424 - 0.046 (ideologi) - 0.043 (intelektual) - 0.163
(praktik privat)* - 0.032 (pengalaman religious) + 0.279 (praktik publik)* -
0.011 (authoritarian) + 0.065 (authoritative) + 0.274 (permissive)* - 0.086
(tangible) + 0.139 (appraisal) + 0.189 (self-esteem)* + 0.068 (belonging) + e.
Dari persamaan regresi tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat empat
variabel dalam penelitian ini yang memiliki nilai koefisien regresi yang signifikan,
yaitu : (1) praktik privat; (2) praktik publik; (3) permissive; dan (4) self-esteem.
Penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh masing-masing independen
variabel adalah sebagai berikut:
1. Variabel religiusitas dimensi ideologi memiliki nilai koefisien regresi sebesar -
0.046 dan nilai P sebesar 0.456 (p>0.05). Hal ini mengandung arti bahwa
76
ideologi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan hidup. Dengan
arah positif yang artinya semakin tinggi ideology yang dimiliki mahasiswa
maka semakin tinggi kepuasan hidupnya.
2. Variabel religiusitas dimensi intelektual memiliki nilai koefisien regresi
sebesar -0.043 dan nilai P sebesar 0.491 (p>0.05). Hal ini mengandung arti
bahwa intelektual memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap kepuasan
hidup. Dengan arah negatif yang artinya semakin tinggi intelektual yang
dimiliki mahasiswa maka semakin rendah kepuasan hidupnya.
3. Variabel religiusitas dimensi praktik privat memiliki nilai koefisien regresi
sebesar -0.163 dan nilai P sebesar 0.009 (p<0.05). Hal ini mengandung arti
bahwa praktik privat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan
hidup. Dengan arah negatif yang artinya semakin tinggi praktik privat yang
dimiliki mahasiswa maka semakin rendah kepuasan hidupnya.
4. Variabel religiusitas dimensi pengalaman religius memiliki nilai koefisien
regresi sebesar -0.032 dan nilai P sebesar 0.630 (p>0.05). Hal ini
mengandung arti bahwa pengalaman religius memiliki pengaruh yang tidak
signifikan terhadap kepuasan hidup. Dengan arah negatif yang artinya
semakin tinggi pengalaman religius yang dimiliki mahasiswa maka semakin
rendah kepuasan hidupnya.
5. Variabel religiusitas dimensi praktik publik memiliki nilai koefisien regresi
sebesar 0.279 dan nilai P sebesar 0.000 (p<0.05). Hal ini mengandung arti
77
bahwa praktik publik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan
hidup. Dengan arah positif yang artinya semakin tinggi praktik publik yang
dimiliki mahasiswa maka semakin tinggi kepuasan hidupnya.
6. Variabel pola asuh orang tua dimensi authoritarian memiliki nilai koefisien
regresi sebesar -0.011 dan nilai P sebesar 0.898 (p>0.05). Hal ini
mengandung arti bahwa authrotitarian memiliki pengaruh yang tidak
signifikan terhadap kepuasan hidup. Dengan arah negatif yang artinya
semakin tinggi pola asuh authoritarian yang dirasakan mahasiswa maka
semakin rendah kepuasan hidupnya.
7. Variabel pola asuh orang tua dimensi authoritative memiliki nilai koefisien
regresi sebesar 0.065 dan nilai P sebesar 0.470 (p>0.05). Hal ini mengandung
arti bahwa authoritative memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap
kepuasan hidup. Dengan arah positif yang artinya semakin tinggi pola asuh
authoritative yang dirasakan mahasiswa maka semakin tinggi kepuasan
hidupnya.
8. Variabel pola asuh orang tua dimensi permissive memiliki nilai koefisien
regresi sebesar 0.274 dan nilai P sebesar 0.001 (p<0.05). Hal ini mengandung
arti bahwa permissive memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan
hidup. Dengan arah positif yang artinya semakin tinggi pola asuh permissive
yang dirasakan mahasiswa maka semakin tinggi kepuasan hidupnya.
78
9. Variabel dukungan sosial dimensi tangible support memiliki nilai koefisien
regresi sebesar -0.086 dan nilai P sebesar 0.291 (p>0.05). Hal ini
mengandung arti bahwa tangible support memiliki pengaruh yang tidak
signifikan terhadap kepuasan hidup. Dengan arah negatif yang artinya
semakin tinggi tangible support yang dirasakan mahasiswa maka semakin
rendah kepuasan hidupnya.
10. Variabel dukungan sosial dimensi appraisal support memiliki nilai koefisien
regresi sebesar 0.139 dan nilai P sebesar 0.077 (p>0.05). Hal ini mengandung
arti bahwa appraisal support memiliki pengaruh yang tidak signifikan
terhadap kepuasan hidup. Dengan arah positif yang artinya semakin tinggi
appraisal support yang dirasakan mahasiswa maka semakin tinggi kepuasan
hidupnya.
11. Variabel dukungan sosial dimensi self-esteem support memiliki nilai
koefisien regresi sebesar 0.189 dan nilai P sebesar 0.034 (p<0.05). Hal ini
mengandung arti bahwa self-esteem support memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kepuasan hidup. Dengan arah positif yang artinya
semakin tinggi self-esteem yang dirasakan mahasiswa maka semakin tinggi
kepuasan hidupnya.
12. Variabel dukungan sosial dimensi belonging support memiliki nilai koefisien
regresi sebesar 0.068 dan nilai P sebesar 0.462 (p>0.05). Hal ini mengandung
arti bahwa belonging support memiliki pengaruh yang tidak signifikan
terhadap kepuasan hidup. Dengan arah positif yang artinya semakin tinggi
79
belonging support yang dirasakan mahasiswa maka semakin tinggi kepuasan
hidupnya.
Berdasarkan tabel 4.7, dapat diketahui koefisien regresi mana yang lebih kuat.
Dalam penelitian ini, variabel praktik publik memiliki pengaruh yang paling kuat
terhadap kepuasan hidup dengan nilai p=0.000.
4.3.2 Pengujian Proporsi Varian masing-masing Independen Variabel
Selanjutnya penulis ingin mengetahui sumbangan proporsi varians dari masing-
masing independen variabel (ideology, intelektual, praktik privat, pengalaman
religious, praktik public, authoritarian, authoritative, permissive, tangible
support, appraisal support, self-esteem support, dan belonging support) terhadap
dependen variabel yaitu kepuasan hidup. Maka dari itu, penulis melakukan
analisis regresi berganda dengan cara menambahkan satu independen variabel
setiap melakukan regresi. Kemudian, penulis dapat melihat penambahan R2 (R
Square Change) setiap melakukan analisis regresi dan dapat melihat signifikansi
dari penambahan R2 tersebut. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.8
80
Tabel 4.8
Tabel Proporsi Varians
Model Summary
Model R R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change
df1 df2 Sig. F
Change
1 .004a .000 -.005 10.02500 .000 .004 1 199 .951
2 .005b .000 -.010 10.05026 .000 .001 1 198 .976
3 .164c .027 .012 9.93882 .027 5.465 1 197 .020
4 .228d .052 .033 9.83535 .025 5.167 1 196 .024
5 .360e .130 .108 9.44700 .078 17.446 1 195 .000
6 .434f .189 .163 9.14620 .059 14.037 1 194 .000
7 .474g .225 .197 8.96097 .037 9.103 1 193 .003
8 .501h .251 .220 8.83053 .026 6.744 1 192 .010 9
10
11
12
.512i
.541j
.567k
.569l
.262
.292
.322
.324
.228
.255
.282
.280
8.78868
8.63060
8.47208
8.48234
.011
.030
.029
.002
2.833
8.061
8.177
.543
1
1
1
1
191
190
189
188
.094
.005
.005
.462
a. Predictors: (Constant), ideology, intelektual, praktik privat, pengalaman religious, praktik
public, authoritarian, authoritative, permissive, tangible support, appraisal support, self-esteem
support, belonging support
Berdasarkan data yang terdapat dalam tabel 4.8, dapat diketahui bahwa:
1. Variabel ideologi memberikan sumbangan sebesar 0.0% dalam varian
kepuasan hidup. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan
F=0.004, df1=1, df2=199, dan sif F change=0.951
2. Variabel intelektual memberikan sumbangan sebesar 0.0% dalam varian
kepuasan hidup. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan
F=0.001, df1=1, df2=198, dan sig F change=0.976
3. Variabel praktik privat memberikan sumbangan sebesar 2.7% dalam varian
kepuasan hidup. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan
F=5.465, df1=1, df2=197, dan sig F change=0.020
4. Variabel pengalaman religius memberikan sumbangan sebesar 2.5% dalam
varian kepuasan hidup. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan
F=5.167, df1=1, df2=196, dan sig F change=0.024
81
5. Variabel praktik publik memberikan sumbangan sebesar 7.8% dalam varian
kepuasan hidup. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan
F=17.446, df1=1, df2=195, dan sig F change=0.000
6. Variabel authoritarian memberikan sumbangan sebesar 5.9% dalam varian
kepuasan hidup. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan
F=14.037, df1=1, df2=194, dan sig F change=0.000
7. Variabel authoritative memberikan sumbangan sebesar 3.7% dalam varian
kepuasan hidup. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan
F=9.103, df1=1, df2=193, dan sig F change=0.003
8. Variabel permissive memberikan sumbangan sebesar 2.6% dalam varian
kepuasan hidup. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan
F=6.744, df1=1, df2=192, dan sig F change=0.010
9. Variabel tangible support memberikan sumbangan sebesar 1.1% dalam varian
kepuasan hidup. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan
F=2.833, df1=1, df2=191, dan sig F change=0.094
10. Variabel appraisal support memberikan sumbangan sebesar 3.0% dalam
varian kepuasan hidup. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan
F=8.061, df1=1, df2=190, dan sig F change=0.005
11. Variabel self-esteem support memberikan sumbangan sebesar 2.9% dalam
varian kepuasan hidup. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan
F=8.177, df1=1, df2=189, dan sig F change=0.005
82
12. Variabel belonging support memberikan sumbangan sebesar 0.2% dalam
varian kepuasan hidup. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan
F=0.543, df1=1, df2=188, dan sig F change=0.462
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa urutan independent variable
yang signifikan memberikan sumbangan dari yang terbesar hingga yang terkecil
adalah variabel praktik publik dengan R2 change sebesar 7.8%, variabel self-
esteem dengan R2 change sebesar 7.2%, variabel appraisal support dengan R
2
change sebesar 6.4%, variabel authoritarian dengan R2 change sebesar 5.9%,
variabel authoritative dengan R2 change sebesar 3.7%, variabel praktik privat
dengan R2 change sebesar 2.7%, variabel permissive dengan R
2 change 2.6%, dan
variabel pengalaman religus dengan R2 change sebesar 2.5%.
83
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji hipotesis mayor, kesimpulan pertama yang penulis dapatkan
dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang signifikan dari religiusitas, pola
asuh orang tua, dan dukungan sosial terhadap kepuasan hidup mahasiswa.
Kemudian berdasarkan hasil uji hipotesis minor dari signifikansi masing-
masing koefisien regresi independent variable terhadap dependent variable, terdapat
empat aspek yang signifikan, yaitu praktik privat dan praktik publik yang merupakan
dimensi dari religiusitas, permissive yang merupakan dimensi dari pola asuh orang
tua, dan self-esteem support yang merupakan dimensi dari dukungan sosial.
Sementara terdapat delapan aspek yang tidak signifikan, yaitu ideologi,
intelektual, dan pengalaman religius yang merupakan dimensi dari religiusitas,
authoritarian dan authoritative yang merupakan dimensi dari pola asuh orang tua,
dan tangible support, appraisal support, dan belonging support yang merupakan
dimensi dari dukungan sosial.
5.2 Diskusi
Berdasarkan kesimpulan di atas dan hasil pengujian hipotesis yang telah dibahas
pada bab 4, diperoleh hasil yaitu terdapat pengaruh yang signifikan antara
religiusitas (ideologi, intelektual, praktik privat, pengalaman religious, dan praktik
publik), pola asuh orang tua (authoritarian, authirtative, dan permissive), dan
dukungan sosial (tangible support, appraisal support, self-esteem support, dan
belonging support) terhadap kepuasan hidup dengan signifikansi sebesar 0.0000
84
dan nilai kontribusi independent variable (IV) terhadap dependent variable (DV)
sebesar 0.324 atau 32.4%. Hasil yang telah didapatkan menunjukkan bahwa
proporsi varians dari kepuasan hidup yang dijelaskan oleh semua independent
variable dalam penelitian ini (ideologi, intelektual, praktik privat, pengalaman
religious, praktik publik, authoritarian, authirtative, dan permissive, tangible
support, appraisal support, self-esteem support, dan belonging support) adalah
sebesar 32.4% sedangkan 67.6% lainnya dipengaruhi oleh variable lain diluar
penelitian ini.
Hasil penelitian berdasarkan koefisien regresi pada masing-masing
independent variable (IV) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
antara praktik privat, praktik publik, permissive, dan self-esteem support terhadap
kepuasan hidup. Sedangkan variabel ideologi, intelektual, pengalaman religious,
authoritarian, authoritative, tangible support, appraisal support, dan belonging
support tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan hidup.
Dalam penelitian ini, variabel religiusitas memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kepuasan hidup. Hal ini sesuai dengan penelitian Lim dan
Putnam (2010) yang menyatakan bahwa aspek religiusitas yang meningkatkan
modal sosial dan memperkuat ikatan sosial telah terbukti berkorelasi positif
dengan kepuasan hidup. Hasil ini juga sejalan dengan penelitian Wolf, et al (2014)
yang menyatakan bahwa orang yang beragama memiliki kesehatan mental yang
superior, kehidupan yang lebih bahagia dan memuaskan.
Temuan dalam penelitian ini pada variabel religiusitas yang signifikan
yaitu hanya dimensi praktik privat dengan signifikansi sebesar 0.009 dengan arah
85
pengaruh negatif dan praktik publik dengan signifikansi sebesar 0.000 dengan
arah pengaruh positif. Hal ini menunjukkan bahwa seseorang yang sering
melakukan hubungan personal dengan Tuhannya (dzikir, sholat malam, dll) dan
sering berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan (menghadiri tausiyah agama,
pengajian, dll) akan merasa lebih bahagia dan puas dalam hidupnya.
Sedangkan dimensi ideologi, intelektual, dan pengalaman religius
memiliki pengaruh yang tidak signifikan dengan kepuasan hidup. Peneliti
berasumsi jika hal ini dapat terjadi dikarenakan beberapa dari responden tidak
memiliki keyakinan yang besar terhadap Tuhannya, tidak memiliki pengetahuan
yang baik terhadap agamanya serta tidak memiliki rasa keterhubungan yang baik
dengan Tuhannya.
Variabel selanjutnya yang diteliti dalam penelitian ini yaitu variabel pola
asuh orang tua. Dalam penelitian ini variabel pola asuh orang tua memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan hidup. Hasil dalam penelitian ini
didapati hanya satu dimensi yang berpengaruh signifikan terhadap kepuasan
hidup, yaitu dimensi permissive dengan nilai signifikansi sebesar 0.001 dengan
arah pengaruh positif. Hal ini menunjukkan bahwa seseorang yang tidak terlalu
dikekang dan diatur oleh orang tuanya akan merasa lebih dapat menjalani
hidupnya dengan baik sehingga ia akan merasa puas dalam kehidupannya.
Sedangkan dua dimensi lainnya, yaitu authoritarian dan authoritative
memiliki P value >0.05 yang artinya tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kepuasan hidup. Peneliti berasumsi bahwa ini dikarenakan jika seseorang
tidak memiliki kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya, hidupnya selalu
86
dikekang oleh aturan dan selalu dihukum jika tidak mematuhi aturan tersebut,
maka seseorang tersebut akan merasa terhambat dalam menjalani kehidupannya
dan dapat berdampak pada ketidak puasan dalam hidup. Hal ini juga sesuai
dengan penelitian yang dilakukan di Inggris yang menunjukkan bahwa anak yang
sejak kecil selalu dikontrol kehidupannya ternyata tidak bahagia, tidak memiliki
kepuasan dalam hidup serta memiliki kesehatan mental yang rendah.
Variabel terakhir yang diteliti dalam penelitian ini yaitu variabel dukungan
sosial. Dalam penelitian ini variabel dukungan sosial memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kepuasan hidup. Namun, hasil dalam penelitian ini didapati
hanya satu dimensi yang berpengaruh signifikan terhadap kepuasan hidup, yaitu
dukungan harga diri (self-esteem support) dengan nilai signifikansi sebesar 0.034
dengan arah pengaruh yang positif. Hal ini menunjukkan bahwa seseorang yang
mendapatkan dukungan dari orang lain dan merasa bahwa ia mendapatkan
penilaian yang positif dari orang lain akan merasa dirinya lebih berharga dimata
orang lain dan hal tersebut mampu meningkatkan rasa kepercayaan diri dan
kepuasan hidupnya akan meningkat.
Sedangakn tiga dimensi lainnya yaitu dukungan nyata (tangible support),
dukungan penilaian atau informasi (appraisal support), dan dukungan belonging
(belonging support) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan
hidup. Artinya mendapatkan bantuan secara langsung, bantuan saran, maupun
memiliki orang yang selalu bersedia untuk mengabiskan waktu bersama bisa
menjadikan kepuasan hidup seseorang menjadi tinggi atau rendah. Hal ini
dikarenakan tidak semua orang menginginkan bantuan baik secara langsung,
87
bantuan berupa saran dan masukan, serta memiliki orang lain yang selalu
memiliki waktu luang dihabiskan bersama. Tetapi terkadang seseorang hanya
membutuhkan penilaian yang baik dari orang lain terhadap dirinya, sehingga ia
merasa memiliki harga diri yang baik dan ia akan merasa puas.
Dari hasil diskusi yang telah penulis jelaskan, penulis menemukan adanya
perbedaan hasil penelitian dengan penelitian terdahulu. Hal ini dapat terjadi
dikarenakan adanya beberapa keterbatasan dalam penelitian, antara lain perbedaan
jumlah responden yang cukup signifikan antara responden laki-laki dengan
perempuan, dan juga responden yang kurang teliti saat mengisi kuesioner atau
situasi dan kondisi yang kurang memadai saat responden mengisi kuesioner.
Selain itu juga karena sebagian menggunakan kuesioner online sehingga mungkin
reponden kurang serius dalam proses pengisian item yang tersedia. Adanya
keterbatasan penelitian ini diharapkan dapat menjadikan penelitian selanjutnya
lebih baik.
5.3 Saran
5.3.1 Saran teoritis
1. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin menggunakan tema yang sama, penulis
menyarankan agar meneliti serta menganalisis pengaruh dari variabel lain
yang juga mempengaruhi kepuasan hidup, seperti karakteristik atau
kepribadian individu.
2. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pengukuran kepuasan hidup
Satisfaction With Life Scale (SWLS), (Diener, 2009) yang terdiri dari 5 item.
Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan dapat menggunakan pengukuran
88
selain tokoh Diener seperti Huebner (1991) agar mendapatkan hasil yang
lebih bervariasi.
3. Pada penelitian ini ditemukan empat variabel yang memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kepuasan hidup, yaitu praktik privat, praktik publik,
permissive, dan self-esteem support, sehingga penulis menyarankan agar
variabel tersebut dapat dijadikan referensi dalam penelitian selanjutnya.
4. Berdasarkan penelitian ini terdapat beberapa item yang memiliki kalimat
ambigu dikarenakan dari skala baku berbahasa inggris. Untuk penelitian
selanjutnya, diharapkan untuk memerhatikan tiap-tiap item yang akan
digunakan dalam penelitian. Hal ini penting karena dapat memudahkan
responden dalam memahami isi pernyataan sehingga responden dapat lebih
efektif dalam melakukan pengisian.
5.3.2 Saran praktis
Berdasarkan hasil penelitian terdapat empat variabel yang memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap kepuasan hidup pada mahasiswa, yaitu praktik privat,
praktik publik, pola asuh permissive, dan appraisal support.
1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel religiusitas dimensi praktik
privat dan praktik publik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kepuasan hidup mahasiswa. Artinya, mahasiswa sudah memiliki tingkat
religiusitas yang tinggi. Peneliti menyarankan mahasiswa masih perlu
meningkatkan intensitas hubungan dengan Tuhan dan lebih memperbanyak
intensitas mengikuti kegiatan kegamaan agar keimanan dalam diri mahasiswa
tetap terjaga tidak mudah pudar.
89
2. Pada penelitian ini variabel pola asuh orang tua dimensi permissive memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan hidup mahasiswa. Disarankan
agar mahasiswa bisa memahami bahwa apapun pola asuh yang diterapkan
oleh orang tua kita adalah yang terbaik bagi kita. Mahasiswa harus bisa
memahami bahwa tidak ada orang tua yang ingin membuat anaknya tidak
bahagia. Selain itu peneliti juga menyarankan kepada orang tua agar lebih
mengenali watak dan karakter anak, sehingga dapat menerapkan tipe pola
asuh yang terbaik untuk sang anak.
3. Dalam penelitian ini, diketahui bahwa variabel dukungan sosial dimensi self-
esteem support memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan hidup
mahasiswa. Artinya, bagi mahasiswa dukungan harga dri dari orang-orang
sekitar sangat membantu dalam memiliki kepuasan dalam hidup. Peneliti
menyarankan kepada mahasiswa agar adanya penilaian diri yang baik dari
orang lain tersebut dapat diterima dan dijaga dengan sebaik mungkin agar
tetap memiliki kebahagiaan dan kepuasan dalam hidup sehingga tetap dapat
menjalani hidup dengan baik. Selain itu untuk orang tua dan para pengajar
juga diharapkan agar dapat memberikan penilaian positif kepada mahasiswa
secara objektif dan bukan secara subjektif karena hal tersebut dapat
meningkatkan kepuasan hidupnya.
90
DAFTAR PUSTAKA
Abdel-Khalek, A. M. (2007). Religiosity, happiness, health, and psychopathology
in a probability sample of Muslim adolescents. Mental Health, Religion &
Culture, 10, 571–583.
Abu Raiya, H., Pargament, K. I., Mahoney, A., & Stein, C. (2008). A
psychological measure of Islamic religiousness: Development and
evidence for reliability and validity. The International Journal for the
Psychology of Religion, 18(4), 291-315.
Ading, C. E., Seok, C. B., Hashmi, S. I., & Maakip, I. (2012). Religion and gender
differences in stress, happiness and life satisfaction. Southeast Asia
Psychology Journal, 1.
Amelia, J. (2013). Asosiasi antara gaya pengasuhan dan status identitas diri
remaja etnis jawa. Calyptra, 2(1), 2-14
Asih, N. S., Yuliadi, I. & Karyanta, N. A. (2015). Hubungan antara konsep diri
dan religiusitas dengan kepuasan hidup pada lansia di Desa Rendeng,
Kabupaten Kudus. Jurnal Ilmiah Psikologi Candrajiwa. 4(1), 28-39.
Barger, S. D., Donoho, C. J., & Wayment, H. A. (2009). The relative
contributions of race/ethnicity, socioeconomic status, health, and social
relationships to life satisfaction in the United States. Quality of Life
Research, 18(2), 179-189.
Baumrind, D. (1966). Effects of authoritative parental control on child behavior.
Child Development, 37(4), 887–907.
Birren, J. E., Sloane, R., Cohen, G. D., Hooyman, N. R., Lebowitz, B. D., Wykle,
M. H., & Deutchman, D. E. (1992). Handbook of mental health and aging.
Buri, J. R. (1991). Parental Authority Questionnaire. Journal of Personality
Assessment, 57, 110–119.
Bonelli, R. M., & Koenig, H. G. (2013). Mental disorders, religion and spirituality
1990 to 2010: a systematic evidence-based review. Journal of religion and
health, 52(2), 657-673.
Cha, K. H. (2003). Subjective well-being among college students. Social
Indicators Research, 62(1-3), 455-477.
Chung, H. (2008). Resiliency and character strengths among college students.
The University of Arizona, Tucson, Amerika Serikat. (Dissertation).
91
Chow, H. P. H. (2005). Life satisfaction among university students in a Canadian
Prairie City: A multivariate analysis. Social Indicators Research, 70, 139-
150.
Cohen, S., & Mc Kay, G. (1984). Social support, stress and the buffering
hypothesis: a theoretical analysis. Handbook of Psychology and Health.
Hillsdale: NJ.
Cohen, S., Mermelstein, R., Kamarck, T., & Hoberman, H. M. (1985). Measuring
the functional components of social support. In Social support: Theory,
research and applications (pp. 73-94). Springer, Dordrecht.
Dariyo, Agus. (2016). Peran Self-awareness dan Ego Support Terhadap Kepuasan
Hidup Remaja Tionghoa. Jurnal Psikodimensia, 15(2).
Darling, N. (1999). Parenting Style and Its Correlates. ERIC Digest.
Dewi, L. A. K. (2013). Hubungan antara Kesepian dengan Ide Bunuh Diri pada
Remaja dengan Orangtua yang Bercerai. Jurnal Psikologi Klinis dan
Kesehatan Mental, 2(03), 25.
Diener, E. (1984). Subjective well-being. Psychological bulletin, 95(3), 542.
Diener, E., Emmons, R. A., Larsen, R. J., & Griffin, S. (1985). The Satisfaction
with Life Scale. Journal of Personality Assessment, 49, 71–75.
Diener, Ed., Eunkook, M.S., Richard E.L., & Heidi L.S. (1999). Subjective well
being: Three decades of progress. Psychological Bulletin, 125 (2), 276-
302.
Diener. (2006). Guidelines for national indicators of subjective well-being and ill-
being. Journal of happiness studies, 7:397–404.
Edwards, L. M., & Lopez, S. J. (2006). Perceived Family Support, Acculturation,
and Life Satisfaction in Mexican American Youth: A Mixed-Methods
Exploration. Journal of Counseling Psychology, 53(3), 279-287.
Fetzer Institute/National Institute on Aging Working Group.
(1999). Multidimensional measurement of religiousness/spirituality for use
in health research. John E. Fetzer Institute.
Fitriyadewi, L. P. W., & Suarya, L. M. K. S. (2016). Peran Interaksi Sosial
Terhadap Kepuasan Hidup Lanjut Usia. Jurnal Psikologi Udayana, 3(2).
Francis, L. J., Jones, S. H., & Wilcox, C. (2000). Religiosity and happiness:
During adolescence, young adulthood, and later life. Journal of
Psychology and Christianity, 19, 245–257.
92
Furr, R. M., & Funder, D. C. (1998). A multimodal analysis of personal
negativity. Journal of personality and social psychology, 74(6), 1580.
Glock, C. Y. & Stark, R. (1968). American piety: The nature of religious
commitment (Vol. 1). Univ of California Press.
Goetzmann, L., Scholz, U., Dux, R., Roellin, M., Boehler, A., Muellhaupt, B., ...
& Klaghofer, R. (2012). Life satisfaction and burnout among heart, lung,
liver, and kidney transplant patients and their spouses. Swiss Journal of
Psychology.
Gogolinski, T. (2012). Effects of differences in parenting styles on couple distress
and children's perceptions of family support. The University of Maryland.
(Doctoral dissertation).
Harlianty, R. A., & Ediati, A. (2017). Hubungan Antara Kesejahteraan Spiritual
Dengan Kepuasan Hidup Pada Pasien Kanker Payudara Di RSUD Dr. H.
Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Empati, 5(2), 261-266.
Here, S. V., Priyanto, P. H. (2014). Subjective well-being pada remaja ditinjau
dari kesadaran lingkungan. Jurnal Psikodimensia, 13(1).
Huber, S., & Huber, O. W. (2012). The centrality of religiosity scale
(CRS). Religions, 3(3), 710-724.
Huebner, E. S. (1991). Initial development of the student's life satisfaction
scale. School Psychology International, 12(3), 231-240.
Hurlock, E. (1997). Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang
rentang kehidupan. Alih bahasa: Istiwidayanti & Soejarwo. Jakarta:
Erlangga.
Johnson, D. W., & Johnson, F. P. (1991). Joining together: Group theory and
group skills.
Kahneman, D., Diener, E., & Schwarz, N. (Eds.). (1999). Well-being:
Foundations of hedonic psychology. Russell Sage Foundation.
Kartono, Kartini. (1997) Patologi Sosial jilid 5. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Laudet, A. B., Morgen, K., & White, W. L. (2006). The role of social supports,
spirituality, religiousness, life meaning and affiliation with 12-step
fellowships in quality of life satisfaction among individuals in recovery
from alcohol and drug problems. Alcoholism treatment quarterly, 24(1-2),
33-73.
93
Lim, Chaeyoon & Putnam, Robert D. (2010). Religion Social Network, and Life
Satisfaction. American Sociological Review, 75 (6), 914-933.
Livingstone, S., & Bober, M. (2004). UK children go online: Surveying the
experiences of young people and their parents.
Malecki, C. K., & Demaray, M. K. (2006). Social Support as a Buffer in the
Relationship between Socioeconomic Status and Academic
Performance. School Psychology Quarterly, 21(4), 375-395.
Malešević Perović, L. (2010). Life satisfaction in Croatia. Croatian Economic
Survey, (12), 45-81.
Moazedian, A., Taqavi, S. A., HosseiniAlmadani, S. A., Mohammadyfar, M. A.,
& Sabetimani, M. (2014). Parenting style and Internet addiction. Journal
of Life Science and Biomedicine, 4 (1), 9-14.
Nickerson, A. B., & Nagle, R. J. (2004). The influence of parent and peer
attachments on life satisfaction in middle childhood and early adolescence.
In Quality-of-life research on children and adolescents (pp. 35-60).
Springer, Dordrecht.
Onyishi, I E., Okongwu, O E., and Ugwu, F O. (2013). Personality and social
support as predictors of life satisfaction of Nigerian prisons officers.
European Scientific Journal, 8 (20), 110-125.
Park, Nansook. (2004). The Role of Subjective Well-Being in Positive Youth
Development. The Annals of The American Academy. 591, 25-39.
Pavot, W., & Diener, E. (2009). Review of the satisfaction with life scale.
In Assessing well-being (pp. 101-117). Springer, Dordrecht.
Pratama, A., Prasamtiwi, N. G., & Sartika, S. (2015). Kebersyukuran dan
Kepuasan Hidup pada Tukang Ojek. Jurnal Ilmiah Psikologi, 8(1).
Pratiwi, T. F. (2012). Kualitas hidup penderita kanker. Developmental and
Clinical Psychology, 1(1).
Pola Asuh Otoriter Sebabkan Anak Tak Bahagia. (2015).
https://lifestyle.kompas.com/read/2015/09/05/110900823/Pola.Asuh.Otorit
er.Sebabkan.Anak.Tak.Bahagia. Diakses pada tanggal 3 Januari 2019
Raboteg-Saric, Z., & Sakic, M. (2014). Relations of parenting styles and
friendship quality to self-esteem, life satisfaction and happiness in
adolescents. Applied Research in Quality of Life, 9(3), 749-765.
Rakhmat, J. (2013). Psikologi agama: sebuah pengantar. Mizan Pustaka.
94
Ramdani, R. (2016). Kontribusi Kecerdasan Spiritual dan Dukungan Keluarga
Terhadap Kepuasan Hidup Lansia Serta Implikasinya Dalam Pelayanan
Bimbingan dan Konseling. KOPASTA: Jurnal Program Studi Bimbingan
Konseling, 2(2).
Rode, J. C., Arthaud-Day, M. L., Mooney, C. H., Near, J. P., Baldwin, T. T.,
Bommer, W. H., & Rubin, R. S. (2005). Life satisfaction and student
performance. Academy of Management Learning & Education, 4(4), 421-
433.
Ryan, R. M., Stiller, J. D., & Lynch, J. H. (1994). Representations of
relationships to teachers, parents, and friends as predictors of academic
motivation and self-esteem. The Journal of Early Adolescence, 14(2), 226-
249.
Ryff, C. D. (1989). Happiness is everything, or is it? Explorations on the meaning of
psychological well-being. Journal of Personality & Social Psychology, 57,
1069-1081.
Sam, D.L. (2000). Satisfaction with life among international students: An
exploratory study. Social Indicator Research, 53, 315-337.
Sarafino, E P & Smith, Timothy W. (2011). Health Psychology Biopsychosocial
Interactions. Amerika : United States of America.
Saroglou, V. (2011). Believing, bonding, behaving, and belonging: The big four
religious dimensions and cultural variation. Journal of Cross-Cultural
Psychology, 42(8), 1320-1340.
Schimack, U., Radhakrishnan, P., Oishi, S., Dzokoto, V & Ahadi, S. (2002).
Culture, personality, and subjective well-being: Integrating process models
of life satisfaction. Journal of Personality and Social Psychology, 82 (4),
582–593.
Seligman, M. E. P., & Csikszentmihalyi, M. (2000). Positive psychology: An
introduction. American Psychologist, 55, 5–14.
Shin, D. C., & Johnson, D. M. (1978). Avowed happiness as an overall
assessment of the quality of life. Social indicators research, 5(1-4), 475-
492.
Suldo, S. M., & Huebner, E. S. (2004). Does life satisfaction moderate the effects
of stressful life events on psychopathological behavior during
adolescence?. School Psychology Quarterly, 19(2), 93.
Synder, C. R. & Lopez, S. J. (2002). Handbook of positive psychology. New
York: Oxford University Press.
95
Taylor, S. E. (1995). Adolesence. San Francisco: Mc Graw-Hill Inc.
Umar, J. (2015). Peran Pengukuran dan Analisis Statistika dalam Penelitian
Psikologi. Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, IV(1),
4-5.
Veenhoven, R. (1993). Happiness in nations. Subjective appreciation of life in, 56,
1946-1992.
Wijayanti, H., & Nurwian, F. (2010). Karakter dan kebahagiaan pada suku jawa.
Jurnal Psikologi, 3(2), 114-122.
William Pavot & Ed Diener (2008) The Satisfaction With Life Scale and the
emerging construct of life satisfaction, The Journal of Positive
Psychology: Dedicated to furthering research and promoting good
practice, 3:2, 137-152
West, N. M. (2006). The relationship among personality traits, character
strengths, and life satisfaction in college students. (Disertasi). The
University of Tennesse, Knoxville, Amerika Serikat.
Wolf, K. M., Zoucha, R., Mcfarland, M., Salman, K., Dagne, A., & Hashi, N.
(2015). Somali Immigrant Perceptions of Mental Health and Illness : An
Ethnonursing Study.
World Health Organization. (2014). Preventing suicide, a global imperative.
Geneve, Switzerland: WHO Press.
Yalcin, Ilhan. (2011). Social Support and Optimism as Predictors of Life
Satisfaction of College Students. International journal adversity
counseling. 33:79-87.
Young. (2012). Positive effects of spirituality on quality of life for people with
severe mental illness. The International Journal of Psychosocial
Rehabilitation, 16 (2), 62-77.
Yarcheski, A., Scoloveno, M. A., & Mahon, N. E. (1994). Social support and
well-being in adolescents: the mediating role of hopefulness. Nursing
research.
Zimet, G. D., Dahlem, N. W., Zimet, S. G., & Farley, G. K. (1988). The
multidimensional scale of perceived social support. Journal of personality
assessment, 52(1), 30-41
1
LAMPIRAN
Lampiran 1
Kuesioner Penelitian
Kuesioner Penelitian
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Salam sejahtera saya ucapkan semoga Anda selalu mendapatkan berkah serta
perlindungan dari Allah SWT sehingga dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari.
Perkenalkan saya Karina Ayuni Masitha mahasiswi Psikologi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang saat ini melakukan penelitian dalam
rangka menyelesaikan skripsi. Untuk itu, saya mengharapkan kesediaan Anda
untuk dapat berpartisipasi dalam penelitian ini dengan mengisi kuesioner
sebagaimana terlampir.
Jawaban yang Anda berikan tidak ada yang salah, tidak berpengaruh terhadap
prestasi akademik dan hasilnya akan digunakan untuk kepentingan penelitian serta
dijaga kerahasiaannya. Oleh karena itu, Anda diminta untuk memberikan respon
atau jawaban secaara objektif. Atas kesediaan dan partisipasi Anda, peneliti
mengucapkan banya terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Hormat Saya,
Karina Ayuni Masitha
I. Identitas Responden
Nama / Initial :
Jenis Kelamin : P / L
Usia :
Univ / Fak :
Bersedia mengisi kuesioner ini tanpa adanya paksaan
TTD
( )
II. Petunjuk Pengisian Kuesioner
1. Bacalah sejumlah pernyataan di bawah ini dengan teliti
2. Anda dimohon untuk memberikan respon terhadap pernyataan di bawah ini
3. Anda dimohon untuk memberikan jawaban sesuai dengan keadaan Anda
secara objektif dengan memberikan tanda ceklis (√) pada salah satu kriteria
untuk setiap pernyataan yang menurut anda paling tepat
4. Skor yang diberikan tidak mengandung nilai jawaban benar atau salah
melainkan menunjukkan kesesuaian penilaian anda terhadap isi setiap
pernyataan
5. Pilihan jawaban yang tersedia :
SANGAT TIDAK SETUJU (STS)
TIDAK SETUJU (TS)
SETUJU (S)
SANGAT SETUJU (SS)
Skala 1
No. Pertanyaan SS S TS STS
1. Dalam banyak hal, hidup saya mendekati ideal.
2. Kondisi hidup saya sangat bagus.
3. Saya puas dengan hidup saya.
4. Sejauh ini saya sudah mendapatkan hal-hal
penting yang saya mau dalam hidup.
5. Jika saya bisa mengubah hidup saya, saya
hampir tidak mau mengubah sedikit pun.
Skala 2
No Pernyataan SS S TS STS
1. Saya sering memikirkan isu tentang agama yang
terjadi di sekitar saya
2. Saya sering mempercayai adanya keberadaan
Tuhan
3. Ketika ada kegiatan dalam komunitas keagamaan,
saya sering berpartisipasi di dalamnya
4. Saya sering beribadah / berdoa
5. Saya sering mengalami situasi, di mana saya
merasa bahwa Tuhan memiliki peran dalam hidup
saya
6. Saya tertarik untuk mempelajari topik agama
secara lebih mendalam
7. Saya percaya adanya kehidupan setelah kematian
(keabadian jiwa, kebangkitan orang meninggal
atau reinkarnasi)
8. Menurut saya, berpartisipasi dalam pelayanan
(kegiatan) keagamaan merupakan hal yang penting
9. Berdoa merupakan hal yang penting bagi saya
10. Saya ragu bahwa ajaran agama saya adalah benar
11. Saya sering mengalami situasi, di mana saya
merasa bahwa Tuhan ingin berkomunikasi atau
mengungkapkan sesuatu kepada saya
12. Saya sering mendapat informasi (jawaban) tentang
pertanyaan agama melalui radio, televisi, internet,
koran, atau buku
13. Menurut saya, besar kemungkinan bahwa adanya
kekuatan yang lebih tinggi
14. Saya kurang tertarik membicarakan masalah
agama
15. Menurut saya, memiliki koneksi (terhubung)
dengan komunitas agama merupakan hal yang
penting
16. Saya sering berdoa secara spontan ketika
terinspirasi oleh situasi sehari-hari
17. Saya sering mengalami situasi di mana saya
merasa adanya kehadiran Tuhan
18. Saya merasa sia-sia untuk mengikuti acara
keagamaan di tempat ibadah seperti masjid, gereja,
pura, wihara
Skala 3
No. Pernyataan SS S TS STS
1. Di dalam keluarga, orang tua saya merasa bahwa
anak mempunyai peran yang sama seperti orang
tua
2. Jika saya tidak setuju dengan pendapat orang tua,
mereka memaksa untuk mengikuti pendapat
mereka
3. Ketika orang tua menyuruh saya melakukan
sesuatu, mereka mengharapkan saya untuk
langsung mengerjakannya tanpa bertanya terlebih
dahulu
4. Ketika aturan keluarga telah ditentukan, orang tua
saya mendiskusikan alasan dibalik aturan tersebut
5. Orang tua saya selalu mengajak berdiskusi ketika
saya merasa bahwa larangan dan aturan keluarga
tidak masuk akal
6. Orang tua saya merasa bahwa saya bebas
membuat keputusan sendiri bahkan jika hal
tersebut tidak sejalan dengan apa yang orang tua
inginkan
7. Orang tua saya tidak memperbolehkan saya untuk
menanyakan keputusan yang telah mereka buat
8. Orang tua saya mengarahkan aktivitas mauppun
pengambilan keputusan dengan memberikan
alasan serta peraturannya
9. Orang tua saya beranggapan bahwa dengan
memberikan lebih banyak paksaan, saya akan
berperilaku sebagaimana mestinya
10. Orang tua merasa bahwa saya perlu mematuhi
aturan yang berlaku
11. Ketika harapan saya tidak sama dengan harapan
orang tua, saya tidak punya pilihan kecuali untuk
menaatinya
12. Orang tua saya merasa bahwa orang tua yang bijak
seharusnya mengajari anak mereka dengan
memberitahu siapa pemimpin di dalam keluarga
13. Orang tua saya jarang memberi saya ekspektasi
ataupun pengarahan mengenai perilaku saya
14. Orang tua saya memenuhi apa yang saya inginkan
ketika membuat keputusan dalam keluarga
15. Orang tua saya secara konsisten memberikan
arahan dan bimbingan dengan cara yang rasional
dan objektif
16. Orang tua saya akan sangat marah jika saya tidak
setuju dengan pendapat mereka
17. Orang tua saya merasa masalah dalam masyarakat
akan terpecahkan jika orang tua tidak membatasi
aktivitaas, keputusan, dan keinginan anak mereka
18. Orang tua saya memberi tahu apa yang mereka
harapkan dari saya dan jika saya tidak memenuhi
harapan tersebut maka saya akan dihukum
19. Orang tua saya memperbolehkan saya untuk
memutuskan banyak hal untuk diri saya tanpa
banyak arahan dari mereka
20. Orang tua saya menjadikan pendapat saya sebagai
bahan pertimbangan tetapi mereka tidak akan
memutuskan sesuatu hanya karena saya
menginginkannya
21. Orang tua saya tidak menganggap diri mereka
bertanggung jawab dalam mengatur dan
mengarahkan perilaku saya
22. Aturan yang dibuat orang tua saya jelas, namun
tidak sesuai dengan kebutuhan saya
23. Orang tua saya memberikan arahan mengenai
perilaku dan aktivitas saya, mereka mengharapkan
saya mengikuti arahan tersebut namun mereka
setuju untuk mendengarkan keluhan dan
mendiskusikan hal tersebut pada saya
24. Orang tua saya tidak memperbolehkan saya
memiliki sudut pandang sendiri dan menentukan
apa yang akan saya lakukan
25. Orang tua saya merasa masalah dalam masyarakat
akan terpecahkan jika orang tua lebih ketat dan
memaksa anak untuk tidak melakukan apa yang
seharusnya mereka lakukan
26. Orang tua saya sering memberi tahu dengan jelas
apa yang harus saya lakukan dan bagaimana saya
melakukan hal tersebut
27. Orang tua saya tidak memberi arahan yang jelas
untuk perilaku dan aktivitas saya, tetapi mereka
juga mengerti ketika saya tidak setuju dengan
mereka
28. Orang tua saya tidak mengatur perilaku, aktivitas,
dan keinginan saya
29. Orang tua saya memaksa agar saya mematuhi
perintah mereka untuk menghargai kekuasaan
mereka
30. Ketika orang tua saya membuat keputusan yang
merugikan bagi saya, mereka bersedia untuk
mendiskusikannya kembali dan mengakui bahwa
mereka salah
Skala 4
No. Pertanyaan SS S TS STS
1. Saya mempercayai beberapa orang untuk
membantu dalam memecahkan masalah
2. Saya mudah menemukan orang untuk membantu
dalam memperbaiki alat atau memperbaiki
kendaraan
3. Sebagian besar teman-teman lebih menarik dari
saya
4. Ada seseorang yang bangga atas prestasi saya
5. Ketika merasa kesepian, ada beberapa orang yang
dapat saya ajak berbicara
6. Saya jarang menemukan orang yang nyaman
untuk memecahkan masalah pribadi
7. Saya memiliki banyak waktu untuk bertemu untuk
berbicara dengan keluarga atau teman
8. Saya memiliki teman yang peduli dengan saya
9. Saya akan sulit menemukan orang yang akan
memberikan tumpangan ke kampus
10. Saya merasa diabaikan oleh teman-teman
11. Saya memiliki teman yang bisa memberikan
pandangan objektif terhadap permasalahan saya
12. Saya bisa menghabiskan waktu dengan orang-
orang yang berbeda
13. Teman-teman menganggap saya sulit untuk
memecahkan masalah mereka
14. Saya sulit menemukan seseorang untuk mengantar
ke dokter jika sakit
15. Saya sulit untuk menemukan orang untuk pergi
berlibur dengan saya
16. Ketika dalam keadaan darurat, saya bisa
menemukan orang yang akan menawarkan untuk
tinggal dirumahnya
17. Saya jarang menemukan orang yang dapat berbagi
dalam memecahkan masalah ketika saya khawatir
dan takut
18. Ada seseorang yang membantu dalam
mengerjakan tugas kuliah jika saya sakit
19. Ada seseorang yang dapat memberikan saran
mengenai masalah keluarga saya
20. Saya mampu melakukan hal-hal seperti
kebanyakan orang lain lakukan
21. Saya bisa menemukan orang yang bisa diajak
untuk menonton ke bioskop di malam hari
22. Ada seseorang yang dapat memberikan saran
mengenai masalah pribadi saya
23. Jika saya perlu pinjaman sebesar Rp 500.000, ada
seseorang yang bisa meminjamkannya kepada
saya
24. Kebanyakan orang meragukan kemampuan diri
saya
25. Orang yang saya kenal kurang menikmati hal yang
saya lakukan
26. Ada seseorang yang bisa memberikan nasihat
dalam membuat rencana karir saya
27. Saya jarang mendapatkan undangan untuk
menghadiri sebuah acara
28. Kebanyakan teman-teman lain berhasil membuat
perubahan dalam hidupnya dibandingkan dengan
saya
29. Saya sulit menemukan seseorang untuk menjaga
rumah ketika saya pergi ke luar kota
30. Saya jarang menemukan seseorang yang bisa
memberikan nasihat keuangan dengan baik
31. Saya bisa dengan mudah menemukan seseorang
untuk makan siang bersama
32. Saya lebih puas dengan hidup saya dibandingkan
dengan kehidupan orang lain.
33. Saya mudah menemukan orang untuk membantu
ketika terjebak kemacetan
34. Saya jarang mendapatkan kejutan pesta ulang
tahun
35. Saya akan ssulit menemukan orang yang akan
meminjamkan kendaraan (motor atau mobil)
dalam waktu yang lama
36. Saya sulit menemukan seseorang untuk
memberikan nasihat tentang masalah keluarga
37. Saya lebih dekat dengan sahabat saya dari pada
orang lain
38. Setidaknya ada orang yang saya percaya dalam
memberikan saran
39. Saya akan sulit menemukan seseorang untuk
membantu ketika pindah rumah
40. Saya jarang menghabiskan waktu dengan teman-
teman saya
Lampiran 2
Syntax dan Path Diagram
UJI VALIDITAS KONSTRUK KEPUASAN HIDUP
DA NI=5 NO=201 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5
PM SY FI=KEPUASAN.COR
MO NX=5 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
KEPUASAN
FR TD 2 1
PD
OU SS TV MI
UJI VALIDITAS KONSTRUK IDEOLOGI
DA NI=4 NO=201 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4
PM SY FI=IDEOLOGI.COR
MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
IDEOLOGI
PD
OU SS TV MI
UJI VALIDITAS KONSTRUK INTELEKTUAL
DA NI=4 NO=201 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4
PM SY FI=INTELEKTUAL.COR
MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
INTELEKTUAL
PD
OU SS TV MI
UJI VALIDITAS KONSTRUK PRAKTIK PRIVAT
DA NI=3 NO=201 MA=PM
LA
X1 X2 X3
PM SY FI=PRIVAT.COR
MO NX=3 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
PRAKTIK PRIVAT
PD
OU SS TV MI
UJI VALIDITAS KONSTRUK PENGALAMAN RELIGIUS
DA NI=3 NO=201 MA=PM
LA
X1 X2 X3
PM SY FI=PENGALAMANRELIGIUS.COR
MO NX=3 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
PENGALAMAN RELIGIUS
FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1
PD
OU SS TV MI
UJI VALIDITAS KONSTRUK PRAKTIK PUBLIK
DA NI=4 NO=201 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4
PM SY FI=PUBLIK.COR
MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
PRAKTIK PUBLIK
FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1
PD
OU SS TV MI
UJI VALIDITAS KONSTRUK AUTHORITARIAN
DA NI=10 NO=201 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10
PM SY FI=AUTHORITARIAN.COR
MO NX=10 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
AUTHORITARIAN
FR TD 10 3 TD 2 1 TD 7 2 TD 9 7 TD 7 6 TD 6 2 TD 5 3 TD
4 2
PD
OU SS TV MI
UJI VALIDITAS KONSTRUK AUTHORITATIVE
DA NI=10 NO=201 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10
PM SY FI=AUTHORITATIVE.COR
MO NX=10 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
AUTHORITATIVE
FR TD 7 4 TD 9 6 TD 9 5 TD 8 4 TD 7 5 TD 8 1 TD 4 3 TD
7 1 TD 7 2
PD
OU SS TV MI
UJI VALIDITAS KONSTRUK PERMISSIVE
DA NI=10 NO=201 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10
PM SY FI=PERMISIVE.COR
MO NX=10 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
PERMISIVE
FR TD 8 4 TD 9 6 TD 8 5 TD 9 1 TD 10 3 TD 8 7 TD 9 8 TD
10 4 TD 9 5 TD 6 1 TD 6 4 TD 7 3 TD 6 5 TD 10 6 TD 9 4
TD 4 1 TD 3 1 TD 10 2
PD
OU SS TV MI
UJI VALIDITAS KONSTRUK TANGIBLE
DA NI=10 NO=201 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10
PM SY FI=TANGIBLE.COR
MO NX=10 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
TANGIBLE
FR TD 8 3 TD 8 1 TD 9 7 TD 5 4 TD 8 5 TD 6 2 TD 6 5 TD
10 8 TD 10 5 TD 4 1 TD 8 7 TD 6 4
PD
OU SS TV MI
UJI VALIDITAS KONSTRUK APPRAISAL
DA NI=10 NO=201 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10
PM SY FI=APPRAISAL.COR
MO NX=10 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
APPRAISAL
FR TD 7 2 TD 6 3 TD 4 2 TD 9 8 TD 6 1 TD 9 4 TD 8 6 TD
8 7
PD
OU SS TV MI
UJI VALIDITAS KONSTRUK SELF ESTEEM
DA NI=10 NO=201 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10
PM SY FI=SELFESTEEM.COR
MO NX=10 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
SELF ESTEEM
FR TD 6 4 TD 7 4 TD 8 6 TD 8 4 TD 6 1
PD
OU SS TV MI
UJI VALIDITAS KONSTRUK BELONGING
DA NI=10 NO=201 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10
PM SY FI=BELONGING.COR
MO NX=10 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
BELONGING
FR TD 9 4 TD 6 1 TD 2 1 TD 6 5 TD 6 4 TD 9 2 TD 10 9 TD
10 4 TD 4 1 TD 9 1 TD 9 6 TD 8 5 TD 8 2 TD 9 8 TD 8 1
TD 5 4 TD 4 3
PD
OU SS TV MI
Lampiran 3
Output Regresi
Model Summary
Model R R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change
df1 df2 Sig. F
Change
1 .569a .324 .280 8.48234 .324 7.498 12 188 .000
a. Predictors: (Constant), ideology, intelektual, praktik privat, pengalaman religus, praktik public,
authoritarian, authoritative, permissive, tangible support, appraisal support, self-esteem support,
belonging support
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 6473.389 12 539.449 7.498 .000b
Residual 13526.611 188 71.950
Total 20000.000 200
a. Dependent Variable: kepuasan hidup
b. Predictors: (Constant), ideology, intelektual, praktik privat, pengalaman religus, praktik public,
authoritarian, authoritative, permissive, tangible support, appraisal support, self-esteem support,
belonging support
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 18.424 10.243 1.799 .074
TSID -.046 .062 -.046 -.747 .456
TSINT -.043 .062 -.043 -.690 .491
TSPP -.163 .062 -.163 -2.627 .009
TSPR -.032 .067 -.032 -.482 .630
TSPB .279 .067 .279 4.146 .000
TSRIAN -.011 .084 -.011 -.129 .898
TSTATIVE .065 .089 .065 .725 .470
TSSIVE .274 .082 .274 3.323 .001
TSBLE -.086 .081 -.086 -1.058 .291
TSSAL .139 .078 .139 1.781 .077
TSSELF .189 .088 .189 2.140 .034
TSBEL .068 .092 .068 .737 .462
a. Dependent Variable: kepuasan hidup
Model Summary
Model R R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change
df1 df2 Sig. F
Change
1 .004a .000 -.005 10.02500 .000 .004 1 199 .951
2 .005b .000 -.010 10.05026 .000 .001 1 198 .976
3 .164c .027 .012 9.93882 .027 5.465 1 197 .020
4 .228d .052 .033 9.83535 .025 5.167 1 196 .024
5 .360e .130 .108 9.44700 .078 17.446 1 195 .000
6 .434f .189 .163 9.14620 .059 14.037 1 194 .000
7 .474g .225 .197 8.96097 .037 9.103 1 193 .003
8 .501h .251 .220 8.83053 .026 6.744 1 192 .010
9
10
11
12
.512i
.252j
.368k
.371l
.262
.064
.136
.137
.228
.059
.127
.124
8.78868
9.70143
9.34412
9.35825
.011
.064
.072
.002
2.833
13.500
16.510
.403
1
1
1
1
191
199
198
197
.094
.000
.000
.526
a. Predictors: (Constant), ideology, intelektual, praktik privat, pengalaman religious, praktik public,
authoritarian, authoritative, permissive, tangible support, appraisal support, self-esteem support,
belonging support
kepuasanhidup_
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
1.00 23 11.4 11.4 11.4
2.00 158 78.6 78.6 90.0
3.00 20 10.0 10.0 100.0
Total 201 100.0 100.0
ideologi_
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
1.00 22 10.9 10.9 10.9
2.00 150 74.6 74.6 85.6
3.00 29 14.4 14.4 100.0
Total 201 100.0 100.0
intelektual_
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
1.00 11 5.5 5.5 5.5
2.00 180 89.6 89.6 95.0
3.00 10 5.0 5.0 100.0
Total 201 100.0 100.0
praktikprivat_
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
1.00 41 20.4 20.4 20.4
2.00 124 61.7 61.7 82.1
3.00 36 17.9 17.9 100.0
Total 201 100.0 100.0
pengalaman_
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
1.00 20 10.0 10.0 10.0
2.00 152 75.6 75.6 85.6
3.00 29 14.4 14.4 100.0
Total 201 100.0 100.0
praktikpublik_
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
1.00 20 10.0 10.0 10.0
2.00 152 75.6 75.6 85.6
3.00 29 14.4 14.4 100.0
Total 201 100.0 100.0
authoritarian_
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
1.00 27 13.4 13.4 13.4
2.00 138 68.7 68.7 82.1
3.00 36 17.9 17.9 100.0
Total 201 100.0 100.0
authoritative_
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
1.00 36 17.9 17.9 17.9
2.00 137 68.2 68.2 86.1
3.00 28 13.9 13.9 100.0
Total 201 100.0 100.0
permissive_
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
1.00 37 18.4 18.4 18.4
2.00 140 69.7 69.7 88.1
3.00 24 11.9 11.9 100.0
Total 201 100.0 100.0
tangible_
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
1.00 17 8.5 8.5 8.5
2.00 161 80.1 80.1 88.6
3.00 23 11.4 11.4 100.0
Total 201 100.0 100.0
appraisal_
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
1.00 21 10.4 10.4 10.4
2.00 148 73.6 73.6 84.1
3.00 32 15.9 15.9 100.0
Total 201 100.0 100.0
selfesteem_
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
1.00 20 10.0 10.0 10.0
2.00 155 77.1 77.1 87.1
3.00 26 12.9 12.9 100.0
Total 201 100.0 100.0
belonging_
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
1.00 28 13.9 13.9 13.9
2.00 148 73.6 73.6 87.6
3.00 25 12.4 12.4 100.0
Total 201 100.0 100.0