pengaruh rasio keuangan early warning system (ews
TRANSCRIPT
i
PENGARUH RASIO KEUANGAN EARLY WARNING
SYSTEM (EWS) TERHADAP RETURN SAHAM
(STUDI PADA PERUSAHAAN ASURANSI KERUGIAN YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2008-2013)
Oleh :
Mega Sekar Larasati
NIM : 232011257
KERTAS KERJA
Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Guna Memenuhi Sebagian dari
Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
ii
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA Jalan Diponegoro 52-60
(0298)321212, 311881
Telex 322364 ukswsa ia
Salatiga 50711 – Indonesia Fax. (0298) 321433
PERYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Mega Sekar Larasati
Nim : 232011257
Program Studi : AKUNTANSI
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi,
Judul : Pengaruh Rasio Keuangan Early Warning System
(EWS) Terhadap Return Saham
Pembimbing : Linda Ariany Mahastanti, SE., M.Sc.
Tanggal diuji : 23 Januari 2015
adalah benar-benar hasil karya saya.
Di dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang
saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang
saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis
aslinya.
Apabila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan
orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, saya bersedia menerima sanksi sesuai
peraturan yang berlaku di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga, termasuk pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh.
Salatiga, Januari 2015
Yang memberi pernyataan,
MEGA SEKAR LARASATI
iii
PENGARUH RASIO KEUANGAN EARLY WARNING
SYSTEM (EWS) TERHADAP RETURN SAHAM (STUDI PADA PERUSAHAAN ASURANSI KERUGIAN YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2008-2013)
Oleh :
MEGA SEKAR LARASATI
NIM : 232011257
KERTAS KERJA
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Guna Memenuhi Sebagian dari
Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS
PROGDI : AKUNTANSI
Disetujui oleh:
Linda Ariany Mahastanti, SE., M.Sc
Pembimbing
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
iv
UCAPAN TERIMA KASIH
Merupakan suatu kasih karunia yang sangat besar apabila suatu tugas dapat
dikerjakan dan terselesaikan. Puji syukur kepada Allah SWT, yang senantiasa
mencukupkan kebutuhanku selama kuliah. Terima kasih yang sebesar-besarnya atas
segala bantuan, nasehat, bimbingan dan dukungan penulis ucapkan kepada:
1. Papaku Yosep Heri Utomo, Mamaku Rahayu Agustina, Kakakku Galih Hera
Anggana dan Adikku Bintang Timur Provostian yang selalu mendoakan,
mendukung, memotivasi, dan memberi kasih sayang yang tak terhinggga
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Linda Ariany Mahastanti, SE, M.Sc selaku pembimbing yang telah
meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan kesabaran untuk memberikan masukan,
bimbingan dan saran-saran maupun kritik yang bermanfaat bagi penulis sehingga
penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
3. Bapak Hari Sunarto, SE., MBA. PhD selaku Dekan Fakultas Ekonomika dan
Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.
4. Bapak Usil Sis Sucahyo, , SE. MBA selaku Ketua Program Studi Akuntansi dan
wali studi yang selalu bersedia memberikan pengetahuan dan membimbing
penulis selama masa studi di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen
Satya Wacana.
5. Seluruh keluarga besarku yang selalu mendukung dan memberi restu.
6. Muhamad Tedy Hinawan yang dengan setia menemani, memberikan masukan
dalam pembuatan skripsi dan memberiku semangat.
7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis UKSW membekali ilmu yang
bermanfaat selama penulis menempuh pendidikan di Universitas Kristen
Satya Wacana. Staf dan Tata Usaha Fakultas Ekonomika dan Bisnis UKSW
yang telah membantu penulis dalam pengurusan persyaratan administrasi
skripsi.
v
8. Arin Puspitaningrum, Anisa Dewi Arismaya, Hervina Isnayulia
Kharismawati, Jati Maryani, Fajar Fauziah, Anis Yulianti, Mochamad
Syarifudin dan Aditya Dwiki Nugraha yang telah memberi doa, semangat,
dukungan, kejutan dan setia menjadi teman baik selama masa perkuliahan.
9. Anggita Rizky Amalia, Geri Novia Meilano, Ninin Karyani, Kumala Nindya
Pramono dan Cana Paranita, teman sejak SMP dan SMA. Terima kasih untuk
motivasi dan dukungannya selama ini.
10. Semua teman-teman anak bimbingan Ibu Linda Ariany Mahastanti, SE, M.Sc
yang telah berbagi waku dan ilmu dalam mengerjakan skripsi.
Semua teman-temanku dan yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu
tetap semangat dan terima kasih atas bantuannya selama kuliah.
Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, terima kasih
telah memberikan dukungan bagi penulis dalam penulisan skripsi ini.
Semoga Allah SWT senantiasa selalu melimpahkan karunia serta rahmatNya
kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan
skripsi ini.
Salatiga, Januari 2015
Penulis
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“ Allah meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang yang diberi
ilmu beberapa derajat “
( Q.S Al-Mujadallah : 11 )
“ Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah
selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang
lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap “
( Q.S Alam Nasyrah : 6 – 8 )
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis dedikasikan untuk :
1. Orang tua
2. Kakak adik
3. Seluruh keluarga besar
4. Kekasih
5. Sahabat dan teman seperjuangan
6. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga
vii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................................................................ i
Keaslian Karya Tulis ...................................................................................................... ii
Halaman Persetujuan ...................................................................................................... iii
Ucapan Terima Kasih ..................................................................................................... iv
Motto dan Persembahan ................................................................................................. vi
Daftar Isi......................................................................................................................... vii
Daftar Tabel ................................................................................................................... x
Daftar Grafik .................................................................................................................. xi
Daftar Lampiran ............................................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
Pendahuluan ....................................................................................................... 1
Masalah dan Persoalan Penelitian ..................................................................... 6
Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................................... 6
BAB II KERANGKA TEORITIS .................................................................................. 7
Early Warning System (EWS) ............................................................................ 7
Rasio Beban Klaim ............................................................................... 9
Rasio Likuiditas ..................................................................................... 9
Rasio Agent’s Balance to Surplus .......................................................... 9
Rasio Pertumbuhan Premi ...................................................................... 9
Return Saham ..................................................................................................... 10
Analisis Kinerja Perusahaan Asuransi Kerugian ............................................... 12
Pengembangan Hipotesis ................................................................................... 13
BAB III METODE PENELITIAN................................................................................. 16
Objek Penelitian, Satuan Analisis dan Satuan Pengamatan ............................... 16
Populasi dan Sampel .......................................................................................... 16
Sumber Data Penelitian ...................................................................................... 17
Pengukuran Variabel .......................................................................................... 18
viii
Teknik Analisis Data .......................................................................................... 18
Analisis Cross Section dan Time Series ................................................. 18
Regresi Data Panel ................................................................................. 19
Uji Statistik F ............................................................................. 22
Uji Hausman............................................................................... 23
Uji Langrange Multiplier (LM) .................................................. 23
Pengujian Asumsi Klasik ................................................................................... 24
Uji Normalitas (Normality Test) ............................................................ 24
Uji Heteroskedastisitas (Heteroskedasticity Test) .................................. 25
Uji Multikolinearitas (Multicolinearity Test) ......................................... 25
Uji Autokorelasi (Autocorelation Test) .................................................. 25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 26
Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................................... 26
Analisis Deskriptif ............................................................................................. 26
Analisis Time Series ........................................................................................... 28
Analisis Time Series pada Rasio Beban Klaim (RBK) .......................... 29
Analisis Time Series pada Rasio Likuiditas (RL) .................................. 32
Analisis Time Series pada Rasio Agent’s Balance to Surplus (RABS) . 34
Analisis Time Series pada Rasio Pertumbuhan Premi (RPP) ................ 36
Data Rasio EWS pada Perusahaan Asuransi Kerugian yang terdaftar di BEI ... 38
Rasio Beban Klaim (RBK) pada Perusahaan Asuransi Kerugian yang
terdaftar di BEI ....................................................................................... 38
Rasio Likuiditas pada Perusahaan Asuransi Kerugian yang terdaftar di
BEI ......................................................................................................... 41
Rasio Agent’s Balance to Surplus (RABS) pada Perusahaan Asuransi
Kerugian yang terdaftar di BEI .............................................................. 44
Rasio Pertumbuhan Premi (RPP) pada Perusahaan Asuransi Kerugian
yang terdaftar di BEI .............................................................................. 47
Return Saham ..................................................................................................... 50
ix
Pengujian Asumsi Klasik ................................................................................... 52
Uji Normalitas (Normality Test) ............................................................ 52
Uji Heteroskedastisitas (Heteroskedasticity Test) .................................. 53
Uji Multikolinearitas (Multicolinearity Test) ......................................... 53
Uji Autokorelasi (Autocorelation Test) .................................................. 53
Teknik Estimasi Regresi Data Panel .................................................................. 54
Uji Statistik F ......................................................................................... 54
Uji Hausman........................................................................................... 55
Uji Langrange Multiplier (LM) .............................................................. 56
Pengujian Statistik .............................................................................................. 56
Uji Koefisien Determinasi (R2) .............................................................. 56
Uji F-Statistik ......................................................................................... 57
Ikhtisar Pemilihan Model Akhir......................................................................... 57
Pengujian Hipotesis pada Masing-Masing Variabel Bebas .............................. 59
Pengaruh Rasio Beban Klaim Terhadap Return Saham .................................... 59
Pengaruh Rasio Likuiditas Terhadap Return Saham ......................................... 60
Pengaruh Rasio Agent’s Balance to Surplus Terhadap Return Saham .............. 61
Pengaruh Rasio Pertumbuhan Premi Terhadap Return Saham .......................... 62
BAB V PENUTUP ......................................................................................................... 64
Kesimpulan ...................................................................................................... 64
Keterbatasan Penelitian dan Saran ..................................................................... 65
Daftar Pustaka ..................................................................................................... 67
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................................. 69
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Pengukuran Variabel ..................................................................................... 18
Tabel 2 Analisis Statistik Deskriptif .......................................................................... 27
Tabel 3 Rasio Beban Klaim (RBK) pada Perusahaan Asuransi Kerugian yang
Terdaftar di BEI ............................................................................................. 38
Tabel 4 Rasio Likuiditas (RL) pada Perusahaan Asuransi Kerugian yang Terdaftar
di BEI ............................................................................................................ 41
Tabel 5 Rasio Agent’s Balance to Surplus (RABS) pada Perusahaan Asuransi
Kerugian yang Terdaftar di BEI .................................................................... 44
Tabel 6 Rasio Pertumbuhan Premi (RPP) pada Perusahaan Asuransi Kerugian yang
Terdaftar di BEI ............................................................................................. 47
Tabel 7 Return Saham ................................................................................................ 50
Tabel 8 Perbandingan Koefisien Determinasi Random Effect Model dengan Fixed
Effect Model ................................................................................................... 58
Tabel 9 Hasil Regresi Panel dengan Fixed Effect Model ........................................... 59
xi
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1 Analisis Time Series pada Rasio Beban Klaim (RBK) ................................ 29
Grafik 2 Analisis Time Series pada Rasio Likuiditas (RL) ........................................ 32
Grafik 3 Analisis Time Series pada Rasio Agent’s Balance to Surplus (RABS) ....... 34
Grafik 4 Analisis Time Series pada Rasio Pertumbuhan Premi (RPP) ...................... 36
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Uji Normalitas Data (Normality Test)
Lampiran 2 Uji Heteroskedastisitas (Heteroskedasticity Test)
Lampiran 3 Uji Multikolinearitas (Multicolinearity Test)
Lampiran 4 Uji Autokorelasi (Autocorelation Test)
Lampiran 5 Hasil Regresi Panel dengan Common Effect Model
Lampiran 6 Hasil Regresi Panel dengan Fixed Effect Model
Lampiran 7 Uji Hausman
Lampiran 8 Hasil Regresi Panel dengan Random Effect Model
ABSTRACT
This study aims to explain the influence of “Incured Loss Ratio”, “Liabilities
to Liquid Asset Ratio”, “Agent’s Balance to Surplus Ratio” and “Premi Growth
Ratio” on Stock Return. This study uses the insurance companies listed in Indonesia
Stock Exchange 2008-2013. The amount of the final sample in this study is the ten
companies. In this study the method of analysis used is panel data regression. These
results indicated that the "Incured Loss Ratio", “Liabilities to Liquid Asset Ratio”,
and “Agent’s Balance to Surplus Ratio” to have significant negative impact on Stock
Return, while “Premi Growth Ratio” has a significant positive impact on Stock
Return. Adjusted R square value of 0,975830 can be ilustrated that dependend
variable can be explained by the independent variable variables by 98 % and the
remaining 2% are explained by other variables.
Keywords: Incured Loss Ratio, Liabilities to Liquid Asset Ratio, Agent’s Balance to
Surplus Ratio, Premi Growth Ratio, Stock Return.
SARIPATI
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh dari Rasio Beban Klaim,
Rasio Likuiditas, Rasio Agent’s Balance to Surplus dan Rasio Pertumbuhan Premi
terhadap Return Saham. Penelitian ini menggunakan perusahaan asuransi kerugian
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2013. Jumlah sampel akhir dalam
penelitian ini adalah sepuluh perusahaan. Dalam penelitian ini metode analisis yang
digunakan adalah regresi data panel. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Rasio
Beban Klaim, Rasio Likuiditas dan Rasio Agent’s Balance to Surplus memiliki
dampak negatif yang signifikan terhadap Return Saham, sedangkan Rasio
Pertumbuhan Premi memiliki dampak positif yang signifikan terhadap Return Saham.
Nilai dari Adjusted R square sebesar 0,975830 yang dapat diilustrasikan bahwa
variabel terikat dapat dijelaskan oleh variabel bebas sebesar 98% dan sisanya 2%
dijelaskan oleh variabel lain.
Kata kunci: Rasio Beban Klaim, Rasio Agent’s Balance to Surplus dan Rasio
Pertumbuhan Premi, Return Saham.
1
Pendahuluan
Asuransi diibaratkan seperti payung yang bisa melindungi dari risiko yang
muncul sehingga asuransi dapat dikatakan sebagai pengelola risiko yang terjadi.
Asuransi merupakan sebuah produk keuangan yang memiliki fungsi untuk
memberikan perlindungan keuangan atas risiko atau musibah yang mungkin terjadi.
Dalam menjalankan usahanya, perusahaan asuransi harus mengestimasi risiko yang
paling mendekati kenyataan untuk menetapkan premi bagi client atau nasabah agar
bisa menutupi klaim di masa depan dan memperoleh keuntungan yang lebih besar.
Menurut UU No. 2 tahun 1992 Asuransi kerugian yaitu usaha yang memberikan
jasa-jasa dalam penanggulangan risiko atas kerugian, kehilangan manfaat dan
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang timbul dari peristiwa yang tidak
pasti. Usaha asuransi kerugian ini dapat dipilah sebagai berikut:
a) Asuransi kebakaran adalah asuransi yang menutup risiko kebakaran.
b) Asuransi pengangkutan adalah asuransi pengangkutan penanggung atau
perusahaan asuransi akan menjamin kerugian yang dialami tertanggung
akibat terjadinya kehilangan atau kerusakan saat pelayaran.
c) Asuransi aneka adalah jenis asuransi kerugian yang tidak dapat digolongkan
kedalam kedua asuransi diatas, misal : asuransi kendaraan bermotor, asuransi
kecelakaan diri, dan lain sebagainya.
Perusahaan asuransi di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini berkembang
pesat. Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang semakin baik, kinerja
industri ini juga semakin baik. Dalam lima tahun terakhir industri asuransi tumbuh
rata-rata di angka 20%. Sejak tahun 2008, kinerja keuangan industri asuransi
nasional memberikan trend positif dengan pertumbuhan yang cukup tinggi. Setiap
tahun pertumbuhan rata-rata premi bruto asuransi sebesar 23%. Begitu pula
pertumbuhan aset sekitar 25% setiap tahun. (http://the-
marketers.com/archives/industri diakses tanggal 4 Juni 2014).
Menurut data Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, aset
industri asuransi pada semester pertama 2010 mengalami peningkatan 18,5% pada
2
asuransi kerugian dan peningkatan 23,37% pada asuransi jiwa, dibandingkan dengan
periode yang sama tahun 2009. Ada sejumlah faktor yang membuat industri ini
tumbuh pada 2010. Selain kondisi makro ekonomi yang semakin membaik,
tingginya pertumbuhan pada asuransi jiwa didukung oleh produk unit link.
Masyarakat semakin sadar, asuransi tidak hanya melindungi mereka dari risiko
kecelakaan maupun penyakit, tetapi bisa menjadi sarana investasi. Sementara
banyaknya bencana yang terjadi di tanah air bisa diambil sisi positifnya. Tidak bisa
dipungkiri, jika tingginya kejadian bencana alam membuat peluang asuransi yang
berkaitan dengan bencana alam semakin dikenal masyarakat. Masyarakat yang
sudah melek asuransi akan melindungi harta mereka dari bencana alam melalui
asuransi. (http://www.marketers.com/archives/industri diakses tanggal 4 Juni 2014).
Pertumbuhan pendapatan premi asuransi pada tahun 2011 tidak diikuti oleh
beberapa perusahaan asuransi kerugian, diantara adalah Lippo General Insurance,
Asuransi Ramayana, Asuransi Dayin Mitra, Asuransi Bintang dan Asuransi Jasa
Tania. Beberapa perusahaan asuransi tersebut mengalami kemunduran dalam
pendapatan premi penutupan langsung hingga 20%. Penurunan pendapatan premi
tersebut dikarenakan terjadinya penurunan pendapatan premi kendaraan bermotor
dan premi asuransi kesehatan serta yang mengakibatkan terjadinya penurunan
pendapatan premi, selain itu penurunan pendapatan premi penutupan langsung pada
lima perusahaan tersebut dikarenakan terjadinya pembengkakan biaya-biaya
operasional perusahaan yang mengalami peningkatan yang cukup signifikan hingga
mencapai 35%. (http://keuangan.kontan.co.id diakses tanggal 2 Juni 2014).
Menurut Purba (2006), perusahaan asuransi kerugian menghimpun dana yang
cukup besar dimana dana tersebut merupakan pengelolaan keuangan yang mendasar
dalam sebuah perusahaan. Hal ini dikarenakan dari dana inilah digunakan untuk
seluruh kegiatan operasional perusahaan asuransi seperti pendapatan premi, beban
klaim maupun penawaran surat berharga perusahaan yang dilakukan di pasar modal.
Selain kegiatan operasional, pengelolaan keuangan juga merupakan salah satu faktor
3
utama dalam penilaian performa perusahaan. Baik atau tidaknya pengelolaan
keuangan perusahaan menjadi indikasi penilaian terhadap perusahaan tersebut.
Namun, kenyataannya beban klaim yang harus dipenuhi oleh perusahaan asuransi
semakin meningkat sedangkan masih ada premi yang belum tertagih. Hal ini yang
memotivasi peneliti bahwa kinerja perusahaan asuransi kerugian perlu diukur untuk
mengetahui kondisi keuangan dalam perusahaan tersebut di masa yang akan datang.
Dalam penelitian ini memilih sektor asuransi kerugian karena sektor asuransi
kerugian adalah salah satu sektor usaha yang memiliki karakteristik tersendiri.
Menurut Satria (1994) perbedaan mendasar antara perusahaan asuransi kerugian
dengan perusahaan yang lainnya terletak pada adanya underwriting (pengelolaan
risiko) dan fungsi penanganan klaim, perusahaan lain biasanya dapat menghitung
biaya secara tepat sebelum menentukan harga produknya, maka tidak demikian
halnya dengan perusahaan asuransi.
Pada saat menetapkan tingkat premi (yang berlaku sebagai harga pokok
penjualan) untuk suatu penutupan pertanggungan, perusahaan asuransi belum dapat
mengetahui secara pasti berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk penutupan
tersebut. Oleh karena itu, perusahaan asuransi harus mendasarkan penetapan premi
pada perkiraan biaya yang berbeda inilah yang menyebabkan perusahaan asuransi
harus mengukur kemungkinan terjadinya risiko (risk profile) dan memproyeksikan
hasil investasi. Investasi ini dananya terutama bersumber dari cadangan premi yang
sebetulnya merupakan piutang dari tertanggung dan cadangan klaim yang sebetulnya
merupakan hutang atas klaim yang diperkirakan akan terjadi.
Faktor fundamental dalam perusahaan asuransi kerugian tercermin dalam rasio
keuangan. Rasio keuangan sendiri dapat dilihat dari kinerja perusahaan yang
merupakan faktor internal dalam sebuah perusahaan. Dalam penelitian ini informasi
yang akan diberikan adalah informasi rasio keuangan Early Warning System (EWS)
perusahaan asuransi kerugian. Rasio EWS tepat digunakan untuk mengetahui kinerja
perusahaan asuransi kerugian karena terdiri dari Rasio Beban Klaim, Rasio
Likuiditas, Rasio Agent’s Balance to Surplus dan Rasio Pertumbuhan Premi
4
(Sulastria, 1994). Peneliti hendak menganalisa apakah rasio keuangan Early
Warning System (EWS) pada perusahaan asuransi kerugian yang akan
mempengaruhi return saham perusahaan tersebut. Rasio ini merupakan faktor
fundamental dalam perusahaan asuransi kerugian yang khusus dipakai dalam
menganalisis rasio keuangan.
Menurut Sulastria (2004: 5), Early Warning System (EWS) dibuat oleh The
National Association Of Insurances Commissioners (NAIC) atau lembaga pengawas
badan usaha Amerika Serikat dalam mengukur kinerja keuangan dan menilai tingkat
kesehatan perusahaan asuransi. Perhitungan EWS digunakan oleh banyak negara
karena hasil analisis sistem ini memberikan peringatan dini (early warning) terhadap
kemungkinan kesulitan keuangan dan operasi perusahaan asuransi di masa yang
akan datang. Berdasarkan pengalaman NAIC sebagai pelopor penerapan EWS telah
merasakan manfaat penggunaan sistem ini. Pemakai sistem EWS terbukti efektif
dalam mengidentifikasikan kondisi perusahaan asuransi yang sehat dan tidak sehat.
Sistem ini menghasilkan rasio-rasio dari perusahaan asuransi yang dibuat
berdasarkan informasi dari laporan keuangan perusahaan yang dikirimkan kepada
dewan pengawas industri asuransi.
Oleh karena itu, peneliti perlu menggunakan rasio keuangan Early Warning
System (EWS). untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan asuransi. Analisis
rasio keuangan Early Warning System (EWS) akan diterapkan untuk mengetahui
return saham melalui laporan keuangan pada perusahaan asuransi kerugian di
Indonesia.
Penelitian ini masih sangat kontrakdiktif karena terdapat penelitian yang
menjelaskan bahwa rasio keuangan Early Warning System (EWS) mempengaruhi
return saham. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Fauzan (2012) menjelaskan
bahwa Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kinerja Keuangan Early
Warning System dengan Rasio Beban Klaim, Rasio Likuiditas, Rasio Agent’s
Balance to Surplus dan Rasio Pertumbuhan Premi baik secara bersama-sama
maupun parsial berpengaruh terhadap nilai perusahaan (perubahan harga saham).
5
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan (2006) menjelaskan
bahwa Rasio Beban Klaim, Rasio Likuiditas, Rasio Agent’s Balance to Surplus dan
Rasio Pertumbuhan Premi secara bersama-sama berpengaruh terhadap harga saham.
Namun, terdapat juga hasil penelitian yang menunjukkan bahwa rasio keuangan
Early Warning System (EWS) tidak mempengaruhi return saham. Penelitian yang
dilakukan oleh Detiana (2012), diketahui bahwa Rasio Beban Klaim, Rasio
Likuiditas dan Rasio Pertumbuhan Premi tidak berpengaruh terhadap perubahan
harga saham, sedangkan Rasio Agent’s Balance to Surplus berpengaruh terhadap
perubahan harga saham.
Oleh karena itu, perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah
ingin membuktikan ada atau tidaknya pengaruh rasio keuangan Early Warning
System (EWS) terhadap variabel dependen yang berbeda dari penelitian terdahulu
yaitu return saham pada perusahaan asuransi kerugian yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) dengan periode terbaru yaitu tahun 2008 sampai 2013 dan
menggunakan analisis regresi data panel karena menggabungkan data cross section
dan data time series.
6
Masalah dan Persoalan Penelitian
Persoalan dalam penelitian ini adalah
1. Bagaimana analisis kinerja perusahaan asuransi kerugian yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2013 menggunakan rasio
keuangan Early Warning System (EWS)?
2. Apakah terdapat pengaruh rasio keuangan Early Warning System (EWS)
terhadap return saham pada perusahaan asuransi kerugian yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2013?
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh rasio keuangan
Early Warning System (EWS) terhadap return saham pada perusahaan asuransi
kerugian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2013.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi perusahaan, dapat memberikan peringatan dini terhadap keadaan
keuangan dan usaha perusahaan serta dapat mengetahui kondisi rasio kinerja
keuangannya dan juga mengetahui seberapa besar pengaruh faktor
fundamental (kinerja keuangan) terhadap return saham perusahaannya
sehingga bisa diambil langkah-langkah dalam menyusun kebijakan
selanjutnya.
2. Bagi Investor, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran
kinerja perusahaan asuransi selama ini kepada para investor sebagai bahan
pertimbangan dalam penanaman modal di perusahaan asuransi kerugian
yang terdaftar di BEI.
3. Bagi penelitian lebih lanjut, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
sebagai bahan referensi dan masukan untuk pengembangan penelitian
mendalam dan lebih lanjut tentang pengaruh rasio keuangan Early Warning
System (EWS) terhadap return saham pada perusahaan asuransi kerugian
untuk periode yang berbeda.
7
Kerangka Teoritis
Early Warning System (EWS)
Rasio keuangan Early Warning System (EWS) yang terdiri dari Rasio Beban
Klaim, Rasio Likuiditas, Rasio Agent’s Balance to Surplus dan Rasio Pertumbuhan
Premi sebagai variabel independen (bebas). EWS merupakan salah satu alat yang
dapat digunakan untuk menganalisis laporan keuangan perusahaan asuransi dan
mengolahnya menjadi informasi berguna, EWS yang digunakan adalah modifikasi
dari EWS yang dibuat oleh National Association of Insurance Commissioners
(NAIC).
Menurut Fuertes (2006), Early Warning System (EWS) adalah salah satu alat
yang digunakan untuk menganalisis laporan keuangan dan mengolahnya menjadi
suatu informasi yang berguna untuk dijadikan suatu sistem pengawasan bagi kinerja
keuangan perusahaan asuransi. Hsiao (2009) menambahkan bahwa penilaian
perusahaan asuransi dengan menggunakan beberapa rasio EWS untuk mendeteksi
secara dini kondisi dan kinerja keuangan perusahaan asuransi sehingga pihak
manajemen dapat segera melakukan perbaikan. Umumnya faktor-faktor fundamental
yang diukur adalah rasio beban klaim, rasio likuiditas, rasio cadangan teknis, rasio
pertumbuhan premi dan rasio solvabilitas (Simpson & Damoah, 2009).
EWS menjadi tolak ukur dalam mengukur kinerja keuangan dan menilai tingkat
kesehatan perusahaan asuransi (Orros & ZSmith, 2012). EWS ini dibuat pada awal
dekade 1970-an dan mulai digunakan menganalisis laporan keuangan untuk periode
yang berakhir pada tanggal 31 Desember 1977. Berdasarkan analisis yang dihasilkan,
disempurnakan terus pada setiap tahunnya. Berdasarkan pengalaman NAIC sebagai
pelopor penerapan EWS telah merasakan manfaat penggunaan sistem ini. Pemakai
sistem EWS terbukti efektif dalam mengidentifikasikan kondisi perusahaan asuransi
yang sehat dan tidak sehat. Sistem ini menghasilkan rasio-rasio dari perusahaan
asuransi yang dibuat berdasarkan informasi dari laporan keuangan perusahaan yang
dikirimkan kepada dewan pengawas industri asuransi.
8
Rasio Early Warning System (EWS) merupakan salah satu ukuran yang dipakai
regulator untuk mendeteksi dini kondisi perusahaan. Meskipun sudah diterapkan,
namun belum ada angka absolute yang dipakai sebagai patokan. Menurut Kepala Biro
Perasuransian Isa Rachmawarta (2011), sampai saat ini regulator belum secara tegas
mentepkan batasan mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap berbahaya.
Alasannya, regulator tidak ingin terburu-buru dan gegabah sehingga justru membuat
industri menjadi tidak baik. Masih perlu banyak pertimbangan dan kajian untuk suatu
benchmark yang lebih absolute ukurannya. Selain belum menetapkan angka absolute,
EWS bersifat dinamis artinya ketika industri tengah dihadapkan pada suatu keadaan
atau persoalan maka ada rasio-rasio yang penekannya lebih.
Tujuan dari pembuatan rasio-rasio ini adalah untuk memudahkan lembaga
pengawas asuransi melakukan identifikasi terhadap hal-hal penting yang berkaitan
dengan pembinaan dan pengawasan industri asuransi kerugian. Fuertes & Kalotychou
(2004) et al. (2006) menyatakan bahwa kegunaan Early Warning System (EWS)
sebagai pengawas kinerja keuangan adalah membantu mengidentifikasi masalah
dalam perusahaan asuransi kerugian secara dini sehingga tindakan perbaikan dapat
segera dilakukan, sebagai dasar untuk memberi tingkatan (grading) pada perusahaan
asuransi kerugian dan sebagai alat penentu prioritas dalam pemilihan perusahaan
asuransi kerugian yang akan diperiksa secara langsung serta membantu
mengidentifikasi perusahaan yang memerlukan pemantauan lebih jauh di masa yang
akan datang. Rasio-rasio tersebut dijadikan suatu sistem pengawasan yang dinamakan
Early Warning System (EWS).
Menurut Munawir (2007: 82), Early Warning System merupakan suatu sistem
yang menghasilkan rasio-rasio keuangan dari perusahaan asuransi kerugian yang
dibuat berdasarkan informasi dari laporan keuangan perusahaan dan bertujuan untuk
memudahkan melakukan identifikasi terhadap hal-hal penting yang berkaitan dengan
kinerja keuangan perusahaan. Menurut Sulastria (2006: 12), Early Warning System
adalah salah satu alat yang dapat digunakan untuk menganalisis laporan keuangan
dan mengolahnya menjadi suatu informasi yang berguna untuk dijadikan suatu sistem
9
pengawasan bagi kinerja perusahaan asuransi kerugian yang bersangkutan. Rasio
keuangan Early Warning System terdiri dari Rasio Beban Klaim, Rasio Likuiditas,
Rasio Agent’s Balance to Surplus dan Rasio Pertumbuhan Premi (Sulastria, 1994).
Adapun rasio-rasio keuangan yang dipergunakan dari EWS menurut Sulastria (1994)
sebagai berikut :
Rasio Beban Klaim (Incurred Loss Ratio)
Rasio ini mencerminkan klaim (loss ratio) yang terjadi serta kualitas usaha
penutupannya. Tingginya rasio ini memberikan informasi tentang buruknya proses
underwriting dan penerimaan penutupan risiko. Dalam rasio ini masih perlu
dilakukannya analisis terhadap klaim untuk setiap jenis asuransinya.
Rasio Likuiditas (Liabilities to Liquid Assets Ratio)
Rasio Likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajibannya dan secara kasar memberikan gambaran kondisi keuangan
perusahaan apakah kondisi keuangannya solven atau tidak. Tingginya rasio ini
menunjukkan adanya masalah likuiditas dan perusahaan kemungkinan besar berada
dalam kondisi yang tidak solven, sehingga perlu dilakukan analisis terhadap tingkat
kecukupan cadangan (reserve adequancy) serta kestabilan dan likuiditas kekayaan
yang diperkenankan (admitted assets).
Rasio Agent’s Balance to Surplus
Rasio ini mengukur tingkat solvabilitas perusahaan berdasarkan asset yang
seringkali tidak bisa diwujudkan (dicairkan) pada saat likuidasi, yaitu tagihan premi
langsung. Jika angka rasio ini terlalu tinggi, maka perlu diselidiki umur dari tagihan
dan analisis penyebab dari belum tertagihnya premi langsung tersebut. Dalam
perhitungan kekayaan yang diperkenankan (admitted assets), tagihan premi langsung
yang berumur diatas 90 hari tidak dihitung.
Rasio Pertumbuhan Premi
Kenaikan/ penurunan yang tajam pada volume premi netto memberikan indikasi
kurangnya tingkat kestabilan kegiatan usaha pada perusahaan. Hasil rasio ini
sebaiknya diinterpretasikan bersama dengan sejarah dan operasi perusahaan. Dalam
10
menganalisis rasio ini harus diperhatikan pula alasan-alasan yang dikemukakan
perusahaan yang menyebabkan angka rasio ini berbeda atau berfluktuasi. Disamping
itu perlu dipertimbangkan pula perubahan yang terjadi dalam industri asuransi dan
perekonomian.
Return Saham
Return saham merupakan pendapatan per lembar saham yang dinikmati oleh
investor atas suatu investasi yang dilakukan. Return merupakan salah satu aspek
tepenting dalam analisis investasi. Ketika investor menanamkan modalnya, mereka
mengharapkan suatu tingkat keuntungan yang optimal. Return merupakan salah satu
faktor yang memotivasi investor berinteraksi dan juga merupakan imbalan atas
keberanian investor untuk menanggung risiko atas investasi yang dilakukan. Jadi,
semua investasi mempunyai tujuan utama yaitu mendapatkan return. Menurut
Jogiyanto (2009: 199), return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Menurut
Samsul (2006: 291), return adalah pendapatan yang dinyatakan dalam presentase dari
modal awal investasi. Pendapatan investasi dalam saham ini merupakan keuntungan
yang diperoleh dari jual beli saham, dimana jika untung disebut capital gain dan jika
rugi disebut capital loss. Menurut Brigham dan Houston (2006: 215), return atau
tingkat pengembalian adalah selisih antara jumlah yang diterima dan jumlah yang
diinvestasikan, dibagi dengan jumlah yang diinvestasikan. Berdasakan beberapa
pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa return saham merupakan tingkat
pengembalian berupa imbalan yang diperoleh dari hasil jual beli saham yang terdiri
dari dividen dan capital gain/loss.
Menurut Jogiyanto (2009: 199), jenis return saham dapat dibagi menjadi dua
yaitu return realisasian dan return ekspektasian. Return realisasian merupakan return
yang telah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis, sedangkan return
ekspektasian adalah return yang diharapkan akan diperoleh investor dimasa
mendatang. Dalam penelitian ini hanya akan menggunakan return realisasian karena
membandingkan data historis return saham periode 2008 sampai dengan 2013.
11
Secara sistemastis, perhitungan rumus return saham adalah sebagai berikut :
(Jogiyanto,
2009: 201)
2
(Brigham dan
Housto
Keterangan :
Pt atau P1 : Price, yaitu harga waktu t
Pt-1 atau P0 : Price, yaitu harga untuk waktu sebelumnya
Dt : Dividen periodik
Dalam penelitian ini menggunakan rumus return saham yang diambil dari
Brigham dan Houston (2006: 410) untuk memudahkan dalam menghitung return
saham tersebut, karena pada laporan keuangan telah diketahui harga penutupan pada
setiap perusahaan setiap tahunnya dan karena tidak semua perusahaan membagikan
dividen secara periodik.
Keberhasilan dalam menghasilkan keuntungan akan memberikan kepuasan bagi
investor yang rasional. Return saham yang cukup tinggi akan memberikan
keuntungan, yaitu berupa capital gain dan citra yang lebih baik bagi perusahaan
sehingga memudahkan bagi manajemen untuk mendapatkan dana dari luar
perusahaan. Ketika seorang investor memutuskan untuk membeli atau menjual suatu
saham, investor harus melakukan analisis terhadap informasi keuangan pada
perusahaan tersebut. Kadang-kadang keputusan membeli atau menjual dilakukan
karena adanya rumor atau mengikuti kekuatan pasar. Analisis investor terhadap
informasi keuangan lebih difokuskan pada penilaian kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan dan mempertahankan laba dimasa mendatang. Informasi keuangan
dimasa lalu yang menentukan jumlah return bagi para investor bisa dipakai untuk
menilai kemampuan perusahaan sekaligus memproyeksikan kemampuan perusahaan
12
pada masa-masa mendatang, sehingga return juga dapat digunakan sebagai alat
pengukuran untuk menilai pertumbuhan atau kinerja suatu perusahaan.
Analisis Kinerja Perusahaan Asuransi Kerugian Menggunakan Rasio Keuangan
Early Warning System (EWS)
Analisis kinerja perusahaan dapat dilakukakan dengan analisis keuangan, terdapat
dua metode untuk melakukan analisis keuangan (Riyanto, 2001) :
1. Cross Section
Analisis cross section adalah perbandingan data keuangan suatu perusahaan
atau industri yang sejenis, dengan cara membandingkan rasio-rasio dari suatu
perusahaan (company ratio) dengan rasio-rasio semacam dari perusahaan lain
yang sejenis atau menggunakan standar industri untuk waktu yang sama.
2. Time Series
Analisis time series adalah analisis terhadap data historis untuk melihat tren
yang mungkin timbul, dengan cara membandingkan rasio sekarang (present
ratio) dengan rasio-rasio dari waktu yang lalu (rasio historis).
Early Warning System (EWS) terdiri dari Rasio Beban Klaim, Rasio
Likuiditas, Rasio Agent’s Balance to Surplus dan Rasio Pertumbuhan Premi. Rasio
Beban Klaim adalah rasio yang diketahui dengan cara membandingkan antara beban
klaim dengan pendapatan premi. Tingginya rasio ini memberikan informasi tentang
buruknya proses underwriting dan penerimaan penutupan risiko pada perusahaan
asuransi, sehingga perusahaan asuransi dikatakan dalam kondisi buruk. Rasio
Likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajibannya dan secara kasar memberikan gambaran kondisi keuangan perusahaan
apakah kondisi keuangannya solven atau tidak. Tingginya rasio ini menunjukkan
adanya masalah likuiditas dan perusahaan kemungkinan besar berada dalam kondisi
yang tidak solven atau buruk, sehingga perlu dilakukan analisis terhadap tingkat
kecukupan cadangan (reserve adequancy), serta kestabilan dan likuditas kekayaan
yang diperkenankan (admitted assets).
13
Rasio Agent’s Balance to Surplus, rasio ini mengukur tingkat solvabilitas
perusahaan berdasarkan assets yang seringkali tidak bisa diwujudkan (dicairkan) pada
saat likuidasi, yaitu tagihan premi langsung. Jika angka rasio ini terlalu tinggi, maka
perlu diselidiki umur dari tagihan dan analisis penyebab dari belum tertagihnya premi
langsung tersebut. Dalam perhitungan kekayaan yang diperkenankan (admitted
assets), tagihan premi langsung yang berumur di atas 90 hari tidak dihitung.
Tingginya rasio ini menunjukkan kondisi perusahaan dalam keadaan buruk. Rasio
Pertumbuhan Premi (Premium Growth Ratio) adalah rasio yang membandingkan
antara kenaikan atau penurunan premi netto dengan premi netto tahun sebelumnya.
Kenaikan atau penurunan yang tajam pada volume premi netto memberikan indikasi
kurangnya tingkat kestabilan kegiatan usaha perusahaan asuransi. Dapat dikatakan
tingginya rasio pertumbuhan premi akan menunjukkan kondisi perusahaan dalam
keadaan baik dan sebaliknya.
Pengaruh Rasio Keuangan Early Warning System (EWS) terhadap Return
Saham dan Pengembangan Hipotesis
Rasio Beban Klaim berpengaruh negatif terhadap return saham, artinya semakin
tinggi rasio beban klaim akan semakin menurunkan harga saham perusahaan dan
berdampak pada return saham. Rasio Beban Klaim merupakan pengalaman dalam
menutup risiko yang telah terjadi serta kualitas usaha penutupan klaim tersebut
(Kurniawan, 2006). Tingkat beban klaim yang tinggi akan mengancam kondisi
keuangan perusahaan sehingga meningkatkan risiko bagi perusahaan. Proses
underwriting yang buruk akan meningkatkan kemungkinan adanya rasio beban klaim
yang besar dan dapat mengancam kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan. Kondisi seperti inilah yang sangat dihindari oleh investor dan adanya
kemungkinan pemegang saham melepaskan saham yang mereka miliki sehingga pada
akhirnya terjadi penurunan return saham. Penelitian yang dilakukan oleh Meirianie
(2013) juga menjelaskan bahwa Rasio Beban Klaim berpengaruh negatif secara
bersama-sama terhadap return saham.
14
H1 : Rasio Beban Klaim berpengaruh negatif terhadap return saham
Rasio likuiditas untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajibannya, yaitu kemampuan dalam menghadapi terjadinya klaim asuransi dan
secara kasar memberikan gambaran kondisi keuangan perusahaan apakah dalam
kondisi solven atau tidak. Rasio yang tinggi menunjukkan adanya masalah likuiditas
dan perusahaan kemungkinan besar berada dalam kondisi yang tidak solven, sehingga
akan menurunkan return saham. Perusahaan yang likuid akan terhindar dari risiko
gagal bayar (default), sehingga risiko yang ditanggung investor makin kecil.
Peningkatan jumlah kewajiban perusahaan akan mendorong naiknya Rasio
Likuiditas, artinya besarnya kewajiban yang ditanggung oleh perusahaan akan ikut
mempengaruhi persepsi investor yang secara langsung akan berimbas terhadap return
saham perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Fauzan (2012) didapatkan hasil
bahwa secara parsial rasio keuangan Early Warning System dengan Rasio Likuiditas
berpengaruh negatif terhadap perubahan harga saham. Penelitian Fauzan (2012)
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nadirsyah (2012) dan Meirianie
(2013) bahwa Rasio Likuiditas mempunyai pengaruh negatif secara bersama-sama
terhadap perubahan harga saham.
H2 : Rasio Likuiditas berpengaruh negatif terhadap return saham
Rasio ini mengukur tingkat solvabilitas perusahaan berdasarkan asset yang
seringkali tidak bisa diwujudkan (dicairkan) pada saat likuidasi, yaitu tagihan premi
langsung. Jika angka rasio ini terlalu tinggi maka akan menurunkan return saham
perusahaan. Artinya, premi merupakan suatu asset dalam perusahan asuransi,
semakin tinggi tagihan premi maka asset perusahaan semakin berkurang sehingga
seringkali asset perusahaan tidak bisa dicairkan. Hal ini akan menurunkan return
saham dan mempengaruhi investor untuk tidak membeli saham perusahaan tersebut.
Jika rasio ini terlalu tinggi, maka perlu diselidiki umur dari tagihan dan analisis
penyebab dari belum tertagihnya premi tersebut. Hasil penelitian Fauzan (2012)
untuk variabel rasio keuangan Early Warning System dengan rasio keuangan Agent’s
Balance to Surplus secara parsial berpengaruh negatif terhadap perubahan harga
15
saham. Sejalan dengan penelitian Kurniawan (2006) dan Meirianie (2013) yang
menemukan bahwa rasio Agent’s Balance to Surplus berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap harga saham.
H3 : Rasio Agent’s Balance to Surplus berpengaruh negatif terhadap return saham
Kenaikan/ penurunan yang tajam pada volume premi netto memberikan indikasi
kurangnya tingkat kestabilan kegiatan usaha perusahaan. Pertumbuhan premi
mencerminkan kekayaan perusahaan asuransi, hal ini akan mempengaruhi return
saham yang menjadi incaran para investor karena kinerja perusahaan tersebut dalam
kondisi yang baik. Hasil penelitian Fauzan (2012) untuk variabel rasio keuangan
Pertumbuhan Premi berpengaruh positif terhadap return saham, artinya
meningkatnya Rasio Pertumbuhan Premi juga dapat meningkatkan return saham.
Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Nadirsyah (2012) dan Detiana
(2012) yang menemukan hubungan pengaruh positif Rasio Pertumbuhan Premi
terhadap perubahan harga saham.
H4 : Rasio Pertumbuhan Premi berpengaruh positif terhadap return saham
16
METODE PENELITIAN
Objek Penelitian, Satuan Analisis dan Satuan Pengamatan
Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan asuransi kerugian yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2013.
Dalam penelitian ini, satuan analisis yang digunakan adalah kelompok
perusahaan asuransi yaitu industri pada perusahaan asuransi kerugian yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI), sedang yang menjadi satuan pengamatan adalah
organisasi yaitu perusahaan asuransi kerugian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI).
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan industri perusahaan
asuransi kerugian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2013.
Dari seluruh populasi yang ada, akan diambil beberapa perusahaan yang akan
dijadikan sampel. Pengambilan sampel berdasarkan metode purposive sampling
dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representative sesuai dengan kriteria
sampel, yaitu :
1. Data return saham akhir tahun perusahaan asuransi kerugian yang listing di
BEI secara berturut-turut selama periode penelitian (tahun 2008-2013).
2. Perusahaan asuransi kerugian yang menerbitkan laporan keuangan tahunan
pada periode penelitian (31 Desember 2008 sampai 31 Desember 2013).
Berdasarkan kriteria diatas maka dalam penelitian ini diambil 10 perusahaan
asuransi kerugian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Adapun 10
perusahaan asuransi kerugian tersebut adalah sebagai berikut :
1. PT Asuransi Bina Dana Artha Tbk.
2. PT Asuransi Harta Aman Pratama Tbk.
3. PT Asuransi Multi Artha Guna Tbk.
4. PT Asuransi Bintang Tbk.
5. PT Asuransi Dayin Mitra Tbk.
6. PT Asuransi Jasa Tania Tbk.
17
7. PT Asuransi Ramayan Tbk.
8. PT Lippo General Insurance Tbk.
9. PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk
10. PT Panin Insurance Tbk.
Sumber Data Penelitian
Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian
kepustakaan. Penelitian kepustakaan ini dilakukan untuk mendapatkan data sekunder
yaitu informasi dari para ahli maupun penulis yang kompeten dalam membahas
masalah yang diteliti.Teknik ini dilakukan dengan cara membaca dan memahami
literatur, jurnal, buku-buku yang sesuai dengan topik yang dibahas.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Indonesian
Capital Market Directory (ICMD), JSX Statistic, literatur, jurnal, majalah, koran dan
sebagianya. Adapun lokasi penelitian yang dilakukan adalah di perusahaan-
perusahaan asuransi kerugian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), sedang
periode (waktu) penelitian yang dilakukan adalah sejak tahun 2008 sampai dengan
tahun 2013. Data yang digunakan meliputi :
1. Data return saham akhir tahun sesuai periode laporan keuangan, selama
periode penelitian (2008–2013).
2. Laporan Keuangan tahunan, tahun 2008 sampai tahun 2013 pada perusahaan
asuransi kerugian yang terdaftar di BEI.
18
Tabel 1
Pengukuran Variabel
Konsep Definisi Dimensi Indikator Empiris
1. Rasio
Keuangan
Early
Warning
System
(EWS)
Sulastria
(2006: 12)
2. Return
Saham
Brigham
dan
Houston
(2006:
215)
Salah satu alat yang
dapat digunakan untuk
menganalisis laporan
keuangan dan
mengolahnya menjadi
suatu informasi yang
berguna untuk dijadikan
suatu sistem
pengawasan bagi kinerja
perusahaan asuransi
yang bersangkutan.
Selisih antara jumlah
yang diterima dan
jumlah yang
diinvestasikan, dibagi
dengan jumlah yang
diinvestasikan.
Suatu sistem
pengawasan bag
kinerja perusahaan
asuransi :
- Rasio Beban Klaim
- Rasio Likuiditas - Rasio Agent’s
Balance to
Surplus
- Rasio
Pertumbuhan
Premi
Investasi dari hasil
jual beli saham
yang terdiri dari
dividen dan capital
gain/loss.
Sumber : Data olahan 2014
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Analisis Cross Section dan Time Series
Analisis cross section adalah perbandingan data keuangan suatu perusahaan
dengan perusahaan atau industri yang sejenis. Perhitungan dengan analisis cross
section dapat dilakukan dengan perhitungan rata-rata industri, ada beberapa
alternative yang dapat dilakukan, yaitu menghitung nilai tunggal sebagai
19
pembanding, menghitung nilai tunggal dengan dispersinya (standar deviasi) dan
menghitung nilai untuk percentile tertentu (misal 25% paling kecil).
Analisis time series adalah analisis terhadap data historis untuk melihat tren
yang mungkin timbul, tren yang digunakan adalah tren angka yang selanjutnya
dianalisis guna mengetahui apa yang terjadi. Tren perusahaan sebaiknya
dibandingkan dengan tren industri apakah sudah bergerak lebih baik dari tren
industri.
2. Regresi Data Panel
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi data panel. Regresi data panel merupakan teknik regresi yang
menggabungkan data time series dengan cross section. Menurut Agus Widarjono
(2007) metode regresi data panel mempunyai beberapa keuntungan jika
dibandingkan dengan data time series atau cross section, yaitu data panel yang
merupakan gabungan dua data time series dan cross section mampu menyediakan
data yang lebih banyak sehingga akan menghasilkan degree of freedom yang lebih
besar. Selain itu, data panel yang menggabungkan informasi dari data time series
dan cross section dapat mengatasi masalah yang timbul ketika ada masalah
penghilangan variabel (ommited-variabel).
Dalam analisis regresi data panel terdapat beberapa keunggulan menurut
Wibisono (2005), antara lain :
a. Data panel mampu memperhitungkan heterogenitas individu secara
eksplisit dengan mengizinkan variabel spesifik individu.
b. Kemampuan mengontrol heterogenitas ini selanjutnya menjadikan data
panel dapat digunakan untuk menguji dan membangun perilaku lebih
kompleks.
c. Data panel mendasarkan diri pada observasi cross section yang berulang-
ulang (time series), sehingga metode data panel cocok digunakan sebagai
study of dynamic adjustment.
20
d. Tingginya jumlah observasi memliki implikasi pada data yang lebih
informative, lebih variatif dan kolinearitas antara data semakin berkurang
dan derajat kebebasan (degree of freedom/df) lebih tinggi sehingga dapat
diperoleh hasil estimasi lebih efisien.
e. Data panel dapat digunakan untuk mempelajari model-model perilaku
yang kompleks.
f. Data panel dapat digunakan untuk meminimalkan bias yang mungkin
ditimbulkan oleh agresi data individu.
Regresi data panel dapat dimodelkan sebagai berikut :
+ ,.….,N; t =
1,2,……,T
Di mana :
N = Banyaknya observarsi
T = Banyaknya waktu
N x T = Banyaknya data panel
Y = Variabel dependen (Return Saham)
X1 = Variabel independen 1 (RBK)
X2 = Variabel independen 2 (RL)
X3 = Variabel independen 3 (RABS)
X4 = Variabel independen 4 (RPP)
b(1…2) = Koefisien regresi masing-masing variabel independen
e = Error term
t = Waktu
i = Perusahaan
21
Metode Regresi Data Panel terdiri dari :
1. Koefisien Tetap Antar Waktu dan Individu (Common Effect): Ordinary
Least Square
Teknik yang digunakan dalam metode Common Effect hanya dengan
mengkombinasikan data time series dan cross section. Dengan hanya
menggabungkan kedua jenis data tersebut maka dapat digunakan metode
OLS untuk mengestimasi model data panel. Dalam pendekatan ini tidak
memperhatikan dimensi individu maupun waktu dan dapat diasumsikan
bahwa perilaku data antar perusahaan sama dalam berbagai rentang waktu.
Asumsi ini jelas sangat jauh dari realita sebenarnya, karena karakteristik
antar perusahaan baik dari segi kewilayahan jelas sangat berbeda.
2. Model Efek Tetap (Fixed Effect)
Metode Fixed Effect adalah metode dengan menggunakan variabel dummy
untuk menangkap adanya perbedaan intersep. Metode ini mengasumsikan
bahwa koefisien regresi (slope) tetap antar perusahaan dan antar waktu,
namun intersepnya berbeda antar perusahaan namun sama antar waktu (time
invariant). Namun metode ini membawa kelemahan yaitu berkurangnya
derajat kebebasan (degree of freedom) yang pada akhirnya mengurangi
efisiensi parameter.
3. Model Efek Random (Random Effect)
Teknik yang digunakan dalam Metode Random Effect adalah dengan
menambahkan variabel gangguan (error terms) yang mungkin saja akan
muncul pada hubungan antar waktu dan antar kabupaten/ kota. Teknik
metode OLS tidak dapat digunakan untuk mendapatkan estimator yang
efisien, sehingga lebih tepat untuk menggunakan Metode Generalized Least
Square (GLS).
Langkah analisis yang hendak dilakukan peneliti adalah analisis regresi data
panel, karena menggabungkan data time series dan data cross section yang meliputi
Rasio Beban Klaim, Rasio Likuiditas, Rasio Agent’s Balance to Surplus dan Rasio
22
Pertumbuhan Premi. Masing-masing rasio akan diuji pengaruhnya terhadap variabel
terikat yaitu return saham. Sebelum melakukan analisis regresi data panel, maka
perlu dilakukan pemilihan teknik estimasi regresi data panel yang dapat dilakukan
sebagai berikut :
- Uji Statistik F atau Uji Chow
Uji Statistik F digunakan untuk memilih antara metode OLS tanpa variabel
dummy atau Fixed Effect. Setelah kita melakukan regresi dua model yaitu model
dengan asumsi bahwa slope dan intersep sama dan model dengan asumsi bahwa
slope sama tetapi beda intersep. Model mana yang lebih baik, apakah
penambahan dummy menyebabkan residual sum of squares menjadi menurun
atau tidak. Keputusan apakah kita sebaiknya menambah variabel dummy untuk
mengetahui bahwa intersep berbeda antar perusahaan dengan metode Fixed
Effect dapat diuji dengan uji Statistik F. Uji statistik F merupakan uji perbedaan
dua regresi sebagaimana uji Chow. Uji F digunakan untuk mengetahui apakah
teknik regresi data panel dengan Fixed Effect lebih baik dari model regresi data
panel tanpa variabel dummy dengan melihat residual of squares (RSS). Adapun
uji F statistiknya adalah sebagai berikut :
Dimana :
SSE1 : Sum Square Error dari model Common Effect
SSE2 : Sum Square Error dari model Fixed Effect
n : jumlah perusahaan (cross section)
nt : jumlah cross section x jumlah time series
k : jumlah variabel independen
23
Sedangkan F tabel didapat dari :
{ }
Dimana :
α : Tingkat signifikansi yang dipakai (alfa)
n : Jumlah perusahaan (cross section)
nt : Jumlah cross section x jumlah time series
k : Jumlah variabel independen
Menurut Widarjono (2009), apabila F hitung > F tabel maka H0 ditolak yang
berarti model yang paling tepat digunakan adalah Fixed Effect Model. Sedangkan
apabila F hitung < F tabel maka H0 diterima dan model yang digunakan adalah
Common Effect.
- Uji Hausman
Uji ini untuk memilih antara Fixed Effect atau Random Effect. Statistik uji
Hausman mengikuti distribusi statistik chi-square dengan derajat bebas sebanyak
jumlah variabel independen (p).
H0 : model mengikuti Random Effect
H1 : model mengikuti Fixed Effect
H0 diterima jika nilai statistik Hausman (p-value) lebih besar daripada alfa (α).
Hal ini berarti bahwa model yang tepat untuk regresi data panel adalah model
Random Effect daripada model Fixed Effect.
- Uji Langrange Multiplier (LM) dipakai manakala pada uji Chow menunjukkan
model yang dipakai adalah Common Effect Model, sedangkan pada uji Hausman
menunjukkan model yang paling tepat adalah Random Effect Model. Maka
diperlukan uji LM sebagai tahap akhir untuk menentukan model Random Effect
atau model Common Effect (OLS) yang paling tepat digunakan. Uji signifikansi
Random Effect ini dikembangkan oleh Breusch Pagan. Metode Breusch Pagan
untuk uji signifikansi Random Effect didasarkan pada nilai residual dari metode
OLS. Adapun nilai statistik LM dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut :
24
LM =
- 1 ]2
Dimana :
n = Jumlah individu
T = Jumlah periode waktu
e = Residual metode Common Effect (OLS)
Hipotesis yang digunakan adalah
H0 : Common Effect Model
H1 : Random Effect Model
Uji LM ini didasarkan pada distribusi chi-squares dengan degree of freedom
sebesar jumlah variabel independen. Jika nilai LM statisik lebih besar dari nilai
kritis statistik chi-squares maka H0 ditolak, artinya estimasi yang tepat untuk
model regresi data panel adalah metode Random Effect daripada metode Common
Effect. Sebaliknya jika nilai LM statistik lebih kecil dari nilai statistik Chi squares
sebagai nilai kritis, maka H0 diterima, artinya estimasi yang digunakan dalam
regresi data panel adalah metode Common Effect (Widarjono, 2009).
Pengujian Asumsi Klasik
Sebagai upaya menghasilkan model yang efisien, fisibel dan konsisten maka
perlu pendeteksian terhadap pelanggaran asumsi model yaitu gangguan antara
waktu (time-realated disturbance), gangguan antar individu (cross sectional
disturbance) dan gangguan akibat keduanya.
1. Uji Normalitas Data (Normality Test)
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi
panel seluruh variabel yang digunakan dalam penelitian baik variabel
dependen maupun variabel independen, mempunyai ditribusi yang normal
atau tidak normal. Model regresi yang baik dan dapat dipergunakan adalah
model regresi yang mempunyai distribusi normal atau mendekati normal.
25
H0 : data berdistribusi normal
H1 : data tidak berdistribusi normal
Jika p value > α, maka H0 diterima.
2. Uji Heteroskedatisitas (Heteroskedasticity Test)
Heteroskedatisitas merupakan keadaan dimana varians dari setiap gangguan
tidak konstan. Uji heteroskedasitas dapat dilakukan dengan menggunakan
White Heteroskedasticity yang tersedia dalam program Eviews. Hasil yang
perlu diperhatikan dari uji ini adalah nilai F dan Obs* R-squared. Jika nilai
Obs* R-squared lebih besar dari α.
3. Uji Multikolinearitas (Multicolinearity Test)
Multikolinearitas adalah adanya hubungan linier yang signifikan antara
beberapa atau semua variabel independen dalam model regresi data panel.
Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas dapat dilihat dari korelasi
masing-masing variabel bebas. Jika koefisien korelasi antara masing-masing
variabel bebas lebih besar dari 0,8 berarti terjadi multikolinearitas.
4. Uji Autokorelasi (Autocorelation Test)
Autokorelasi menunjukkan adanya hubungan antar gangguan. Metode yang
digunakan dalam mendeteksi ada tidaknya masalah autokorelasi adalah
Metode Bruech-Godfrey yang lebih dikenal dengan LM-Test. Metode ini
didasarkan pada nilai F dan Obs* R-Squared. Dimana jika nilai probabilitas
dari Obs* R-Squared melebihi tingkat kepercayaan maka H0 diterima, berarti
tidak ada masalah autokorelasi.
26
Hasil dan Pembahasan
Gambaran Umum Objek Penelitian
Dalam penelitian ini yang dijadikan obyek penelitian adalah Perusahaan
Asuransi Kerugian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan periode
pengamatan tahun 2008-2013. Alasan memilih sektor asuransi karena sektor asuransi
adalah salah satu sektor usaha yang memiliki karakteristik tersendiri. Menurut Satria
(1994) perbedaan mendasar antara perusahaan asuransi dengan perusahaan yang
lainnya terletak pada adanya underwriting (pengelolaan risiko) dan fungsi
penanganan klaim, perusahaan lain biasanya dapat menghitung biaya secara tepat
sebelum menentukan harga produknya, maka tidak demikian halnya dengan
perusahaan asuransi.
Pada saat menetapkan tingkat premi (yang berlaku sebagai harga pokok
penjualan) untuk suatu penutupan pertanggungan, perusahaan asuransi belum dapat
mengetahui secara pasti berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk penututpan
tersebut. Oleh karena itu, perusahaan asuransi harus mendasarkan penetapan premi
pada perkiraan biaya yang berbeda inilah yang menyebabkan perusahaan asuransi
harus mengukur kemungkinan terjadinya risiko (risk profile) dan memproyeksikan
hasil investasi. Investasi ini dananya terutama bersumber dari cadangan premi yang
sebetulnya merupakan piutang dari tertanggung dan cadangan klaim yang sebetulnya
merupakan hutang atas klaim yang diperkirakan akan terjadi.
Analisis Deskriptif
Sesuai dengan permasalahan dan perumusan model yang telah dikemukakan,
serta kepentingan pengujian hipotesis, maka teknik analisis yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi analisis deskriptif dan analisis statistik. Dimana analisis
deskriptif merupakan analisis yang menjelaskan gejala-gejala yang terjadi pada
variabel-variabel penelitian untuk mendukung hasil analisis statistik, sedangkan
analisis statistik merupakan analisis yang mengacu pada perhitungan data penelitian
27
yang merupakan angka-angka yang dianalisis dengan bantuan komputer
menggunakan program Eviews versi7.
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui gambaran dari variabel-variabel yang
diteliti. Statistik deskriptif variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini
disajikan pada tabel berikut :
Tabel 2
Analisis Statistik Deskriptif
RETURN_SAHAM RBK RL RABS RPP
Mean 0.37% 0.56% 0.82% 0.32% 0.53%
Median 0.29% 0.52% 0.65% 0.27% 0.32%
Maximum 3.32% 1.86% 2.88% 3.39% 2.03%
Minimum -0.62% 0.19% 0.12% 0 -0.07%
Std. Dev. 0.61% 0.26% 0.56% 0.48% 0.49%
Sumber : Data olahan Eviews7 (2014)
Keterangan :
RBK = Rasio Beban Klaim
RL = Rasio Likuiditas
RABS = Rasio Agent’s Balance to Surplus
RPP = Rasio Pertumbuhan Premi
Tabel 2 menunjukkan bahwa return saham yang dimiliki dari rata-rata 10
perusahaan asuransi kerugian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama
periode penelitian diperoleh sebesar 0,37 dengan standar deviasi sebesar 0,61%. Hal
ini menunjukkan tingkat pengembalian (return) oleh perusahaan kepada setiap
pemegang saham rata-rata sebesar 0,37%.
Nilai Rasio Beban Klaim diperoleh sebesar 0,56 dengan standar deviasi sebesar
0,26. Hal ini menujukkan kemampuan perusahaan dalam menutup proses
28
underwriting melalui pendapatan premi sebesar 0,56% dengan satandar deviasi
sebesar 0,26%.
Rasio Likuiditas diperoleh sebesar 0,82 dengan standar deviasi sebesar 0,56.
Hal ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya dan
secara kasar memberikan gambaran kondisi keuangan perusahaan apakah dalam
kondisi solven atau tidak sebesar 0,82% dengan nilai standar deviasi 0,56%.
Rasio Agent’s Balance to Surplus diperoleh sebesar 0,32 dengan standar deviasi
sebesar 0,48. Besarnya nilai RABS mengukur tingkat solvabilitas perusahaan
berdasarkan asset yang seringkali tidak bisa dicairkan pada saat likudiasi yaitu
tagihan premi langsung sebesar 0,32% dengan standar deviasi 0,48%. Jika angka
rasio ini terlalu tinggi maka akan menurunkan return saham perusahaan. Artinya,
premi merupakan suatu asset dalam perusahaan asuransi, semakin tinggi tagihan
premi maka aset perusahaan semakin berkurang sehingga seringkali aset perusahaan
tidak bisa dicairkan.
Rasio Pertumbuhan Premi diperoleh sebesar 0,53 dengan standar deviasi
sebesar 0,49. Hal ini menunjukkan kekayaan dalam perusahaan asuransi kerugian
sebesar 0,53% dengan standar deviasi sebesar 0,49%. Semakin tinggi kekayaan yang
dimiliki perusahaan asuransi kerugian maka menunjukkan kondisi perusahaan dalam
keadaan baik.
Dibawah ini merupakan grafik analisis time series yang menjelaskan keempat
Rasio Early Warning System yaitu Rasio Beban Klaim (RBK), Rasio Likuiditas (RL),
Rasio Agent’s Balance to Surplus (RABS) dan Rasio Pertumbuhan Premi (RPP) pada
10 perusahaan asuransi kerugian yang terdaftar di BEI.
29
Grafik 1
Analisis Time Series pada Rasio Beban Klaim (RBK)
Sumber : Data olahan 2014
Keterangan :
ABDA = PT Asuransi Bina Dana Artha Tbk.
AHAP = PT Asuransi Harta Aman Pratama Tbk.
AMAG = PT Asuransi Multi Artha Guna Tbk.
ASBI = PT Asuransi Bintang Tbk.
ASDM = PT Asuransi Dayin Mitra Tbk.
ASJT = PT Asuransi Jasa Tania Tbk.
ASRM = PT Asuransi Ramayana Tbk.
LPGI = PT Lippo General Insurance Tbk.
MREI = PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk
PNIN = PT Panin Insurance Tbk.
-
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
1.40
1.60
1.80
2.00
2008 2009 2010 2011 2012 2013
Tahun
ABDA
AHAP
AMAG
ASBI
ASDM
ASJT
ASRM
LPGI
MREI
PNIN
30
Grafik 1 menunjukkan analisis time series Rasio Beban Klaim pada masing-
masing perusahaan asuransi kerugian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama
periode penelitian tahun 2008-2013 yang terdiri dari 6 tahun. Di dalam dunia bisnis
asuransi, efisiensi alokasi perusahaan asuransi kerugian dapat diukur salah satunya
melalui tingkat Rasio Beban Klaim dan waktu penyelesaian klaim dari masing-
masing perusahaan asuransi tersebut. Selama ini rasio beban klaim asuransi kerugian
relatif terkendali. Rasio Beban Klaim akan terganggu jika terjadi risiko-risiko
bencana alam, seperti gempa bumi dan banjir. Ketika terjadi gempa di Yogyakarta
dan banjir di Jakarta, rasio klaim industri asuransi kerugian meningkat. Namun,
ketika tidak terjadi risiko semacam itu, perusahaan asuransi masih mampu menjaga
tingkat rasio klaimnya. (http://samsungtugu.com diakses 28 Desember 2014). Tingkat
Beban Klaim yang tinggi akibat adanya klaim tertentu yang relatif besar akan
mengancam kondisi keuangan perusahaan sehingga meningkatkan risiko bagi
perusahaan. Berkurangnya kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
akan mengurangi minat investor dalam membeli saham asuransi karena return saham
turun. Sedangkan rendahnya Rasio Beban Klaim menunjukkan kualitas underwriting
yang bagus atau karena perusahaan menerapkan tarif premi yang tinggi. Meski
kondisi 2008 terjadi krisis namun tidak banyak klaim besar yang terjadi, karena
banyak perusahaan yang melakukan proses underwriting yang baik.
(http://masdhar.wordpress.com diakses 28 Desember 2014).
PT Panin Insurance Tbk memiliki angka RBK yang tinggi dari tahun ke tahun
dibanding perusahaan lainnya. Pada tahun 2010 angka RBK meningkat drastis, hal ini
disebabkan adanya beban klaim yang tinggi pada tahun tersebut meliputi, klaim nilai
tunai sebesar 1.130.879, klaim meninggal sebesar 25.354, klaim habis kontrak
sebesar 33.841, klaim tahapan sebesar 27.334, klaim rawat inap sebesar 8,789 dan
lain-lain sebesar 599. Jadi semua total beban klaim tahun 20120 adalah 1.226.796
yang merupakan angka teringgi dibanding tahun-tahun yang lain. Angka beban klaim
nilai tunai merupakan angka tertinggi dibanding jenis klaim yang lain. Klaim nilai
tunai adalah klaim timbul ketika polis telah menghasilkan saldo tunai, sementara
31
pemegang polis mengakhiri perjanjian asuransi. Hal ini disebabkan karena nasabah
merasa kecewa dan tidak puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh perusahaan
sehingga mereka memilih untuk menutup polis.
PT Asuransi Ramayana Tbk memiliki angka RBK cenderung rendah dari tahun
ke tahun. Rendahnya rasio ini menunjukkan kualitas underwriting yang bagus. Hal
ini menunjukkan bahwa perusahaan dapat dengan baik menjamin pemegang polis
untuk memperoleh klaim sesuai dengan apa yang diperjanjikan. Permintaan beban
klaim yang diajukan oleh nasabah juga tidak mengalami peningkatan atau penurunan
yang drastis dari tahun ke tahun. selain itu, membaiknya hasil underwriting salah
satunya karena adanya faktor PMK 74/2007. PMK (Peraturan Menteri Keuangan) ini
mengatur batasan minimal tarif dan komisi yang diberikan pada produk asuransi
kendaraan bermotor. Aturan ini untuk mengatasi perang tarif pada asuransi kendaraan
bermotor yang mengkhawatirkan pada industri asuransi kerugian. PMK yang
dimaksud tersebut adalah PMK No 74 Tahun 2007 Tentang “Penyelenggaraan
Pertanggungan Asuransi Pada Lini Usaha Asuransi Kendaraan Bermotor” yang
dikeluarkan pemerintah untuk menata pasar asuransi kendaraan bermotor.
32
Grafik 2
Analisis Time Series pada Rasio Likuiditas (RL)
Sumber : Data olahan 2014
Grafik 2 menunjukkan analisis time series Rasio Likuiditas pada masing-masing
perusahaan asuransi kerugian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode
penelitian tahun 2008-2013 yang terdiri dari 6 tahun. Secara umum likuiditas
berhubungan erat dengan kemampuan industri asuransi kerugian untuk memenuhi
kewajiban finansial yang segera harus dipenuhi. Sedangkan kekuatan membayar
industri asuransi kerugian pada saat tertentu terlihat pada jumlah dari alat-alat
pembayaran (alat-alat likuid) seperti kekayaan yang diperkenankan yang dimiliki oleh
industri asuransi kerugian pada saat tersebut. Perusahaan yang likuid akan terhindar
dari risiko gagal bayar (default), sehingga risiko yang ditanggung investor makin
kecil. Peningkatan jumlah kewajiban perusahaan akan mendorong naiknya Rasio
Likuiditas, artinya besarnya kewajiban yang ditanggung oleh perusahaan akan ikut
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
2008 2009 2010 2011 2012 2013
Tahun
ABDA
AHAP
AMAG
ASBI
ASDM
ASJT
ASRM
LPGI
MREI
PNIN
33
mempengaruhi presepsi investor yang secara langsung akan berimbas terhadap return
saham. (http://riaembo.blogspot.com diakses 28 Desember 2014)
PT Asuransi Jasa Tania Tbk memiliki angka RL yang cukup tinggi selama
tahun 2008-2012 dan mengalami penurunan pada tahun 2013. Tingginya angka ini
menunjukkan adanya masalah likuiditas dan perusahaan kemungkinan besar berada
dalam kondisi tidak solven. Hal ini terjadi karena perusahaan tidak mempunyai
jumlah aset atau kekayaan yang diperkenankan (alat-alat likuid) yang cukup untuk
memenuhi segala kewajiban finansialnya yang segera terpenuhi.
Sedangkan PT Panin Insurance Tbk memiliki angka RL terendah dibanding
perusahaan lain pada tahun 2010. Rendahnya rasio ini menunjukkan bahwa
perusahaan mampu untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya yang segera harus
dipenuhi. Hal ini disebabkan karena peningkatan penjualan premi sehingga
pendapatan perusahaan pada tahun 2010 meningkat. Pendapatan premi tunggal
sebesar 1.019.703, pendapatan premi baru-reguler sebesar 111.225 dan pendapatan
premi lanjutan sebesar 249.251. jadi total pendapatn premi tahun 2010 adalah
1.380.179. Angka pendapatan premi tunggal merupakan angka tertinggi dibanding
jenis klaim yang lain. Premi tunggal adalah asuransi dengan masa pembayaran premi
satu kali di awal merupakan salah satu alternative pemnayaran premi bagi calon
nasabah yang biasanya memiliki kecenderungan seperti mempunyai dana lebih yang
tidak produktif, tidak ngin direpotkan dengan tagihan premi dan menyiapkan dana
untuk warisan. Dapat dilihat pada Grafik 1, meskipun Rasio Beban Klaim perusahaan
ini sangat tinggi pada tahun 2010, akan tetapi jumlah perolehan pendapatan premi
lebih tinggi daripada beban klaim yang diajukan oleh nasabah.
34
Grafik 3
Analisis Time Series pada Rasio Agent’s Balance to Surplus (RABS)
Sumber : Data olahan 2014
Grafik 3 menunjukkan analisis time series Rasio Agent’s Balance to Surplus
pada masing-masing perusahaan asuransi kerugian yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama periode penelitian tahun 2008- 2013 yang terdiri dari 6 tahun. Pada
tahun 2011 angka RABS meningkat tajam. Hal ini dikarenakan hasil penelaah
manajemen yang menetapkan piutang reasuransi dapat tertagih seluruhnya. Selain itu,
analisa kolektibilitas manajemen terhadap masing-masing saldo piutang pada akhir
tahun, meyakinkan pendapat manajemen mengenai jumlah penyisihan piutang ragu-
ragu yang mungkin dibentuk cukup untuk menutup kerugian yang mungkin timbul
atas tidak tertagihnya piutang premi dan adanya perjanjian dengan beberapa
pelanggan dimana pelanggan-pelanggan tersebut akan menyelesaikan hutang mereka
dengan batas waktu ditentukan. Akan tetapi tidak seluruh piutang tertagih, sehingga
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
2008 2009 2010 2011 2012 2013
Tahun
ABDA
AHAP
AMAG
ASBI
ASDM
ASJT
ASRM
LPGI
MREI
PNIN
35
tidak sesuai dengan hasil penealaah manajemen seperti yang dijelaskan diatas.
Semakin tinggi tagihan premi langsung maka aset perusahaan semakin berkurang
sehingga seringkali aset perusahaan tidak bisa dicairkan saat diperlukan. Jika rasio ini
terlalu tinggi, maka perlu diselidiki umur dari tagihan dan analisis penyebab dari
belum tertagihnya premi tersebut.
Pada tahun 2008, 2009, 2010, 2012 dan 2013, PT Panin Insurance Tbk memiliki
angka RABS terendah dibanding dengan perusahaan lainnya. Rendahnya rasio ini
menunjukkan bahwa perusahaan dalam keadaan baik. Hal ini terjadi karena
perusahaan mengalami penurunan dalam tagihan premi langsung. Artinya premi
sebagai aset perusahaan dapat dapat dicairkan saat diperlukan. Sedangkan pada tahun
2011 PT Panin Insurance Tbk memiliki angka RABS tertinggi dibanding dengan
perusahaan lainnya. Total piutang premi pada tahun 2011 sebesar 46.443 yang terdiri
dari piutang premi - pihak ketiga dan piutang premi – pihak berelasi. Hal ini
disebabkan karena pada tahun tersebut tagihan premi langsung perusahaan sangat
tinggi maka aset perusahaan semakin berkurang sehingga seringkali aset perusahaan
tidak bisa dicairkan saat diperlukan.
36
Grafik 4
Analisis Time Series pada Rasio Pertumbuhan Premi (RPP)
Sumber : Data olahan 2014
Grafik 4 menunjukkan analisis time series Rasio Pertumbuhan Premi pada
masing-masing perusahaan asuransi kerugian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
selama periode penelitian tahun 2008-2013 yang terdiri dari 6 tahun. Perusahaan
asuransi kerugian merupakan lembaga keuangan yang menghimpun dana berupa
premi dari masyarakat. Sebagian besar dana tersebut diinvestasikan ke instrumen-
instrumen pasar modal, seperti saham dan obligasi, selain itu juga ditempatkan dalam
bentuk deposito. Maka ketika pasar modal terpukul oleh guncangan ekonomi, secara
langsung hal itu akan membawa dampak buruk bagi perusahaan asuransi kerugian.
Akan tetapi, perusahaan asuransi kerugian masih tertolong dengan langkah BI
menaikkan suku bunga karena akan mendongkrak suku bunga deposito dan
mempertahankan pendapatan investasinya di perbankan. (http://stabilitas.co.id
diakses tanggal 28 Desember 2014). Dengan mengacu penjelasan tersebut maka tak
-0.5
0
0.5
1
1.5
2
2.5
2008 2009 2010 2011 2012 2013
Tahun
ABDA
AHAP
AMAG
ASBI
ASDM
ASJT
ASRM
LPGI
MREI
PNIN
37
pelak asuransi kerugian tengah menghadapi risiko turunnya rasio pertumbuhan premi
pada tahun 2009-2011. Oleh sebab itu, pendapatan premi pada perusahaan harus
didayagunakan ke dalam jenis-jenis investasi yang aman, likuid dan menguntungkan.
Pendapatan premi yang dialokasikan dengan benar akan mempengaruhi pertumbuhan
premi netto itu sendiri. Kenaikan atau penurunan yang tajam pada volume premi netto
memberikan indikasi kurangnya tingkat kestabilan usaha perusahaan. Pertumbuhan
premi mencerminkan kekayaan perusahaan asuransi, tingginya rasio ini menunjukkan
bahwa kinerja perusahaaan tersebut dalam keadaan baik dan sebaliknya.
RPP pada PT Asuransi Bina Dana Artha Tbk tahun 2008 memiliki angka
tertinggi dibanding perusahaan lainnya. Pada tahun 2008 pertumbuhan premi
meningkat akan tetapi tahun 2009-2010 mengalami penurunan pertumbuhan premi
yang sangat drastis. Pertumbuhan nilai premi perusahaan ini melambat diduga terkait
juga dengan perang tarif. Selain itu juga disebabkan oleh penurunan pertumbuhan
nasabah pada tahun 2009-2010 yang dipicu karena kemampuan investasi yang masih
rendah, terkait dengan kemampuan memobilisasi premi dari masyarakat yang
menggunakan jasa asuransi kerugian. Angka yang kecil dapat diartikan juga bahwa
kesadaran “berasuransi” di kalangan masyarakat Indonesia masih rendah.
PT Asuransi Jasa Tania Tbk pada tahun 2008 memiliki angka RPP terendah
dibanding perusahaan lainnya, penyebabnya hampir sama dengan yg dialami oleh PT
Asuransi Bina Dana Artha Tbk yaitu penurunan pertumbuhan nasabah karena tingkat
kesadaran masyarakat rendah, disamping itu masih tingginya premi asuransi
dibandingkan dengan pendapatan masyarakat. Namun selama tahun 2009-2010 PT
Asuransi Jasa Tania Tbk mengalami peningkatan perlahan sampai dengan tahun 2011
menurun lagi. Hal ini disebabkan karena tingkat kesadaran masyarakat akan
pentingnya asuransi telah ada sehingga pertumbuhan nasabah naik. Pada tahun 2011
mengalami penurunan sedangkan tahun 2012 dan 2013 mengalami peningkatan. Hal
ini menunjukkan bahwa perusahaan dalam keadaan baik, karena tiap tahun
mengalami kenaikan pertumbuhan premi netto meskipun pada tahun 2011 turun
38
drastis akan tetapi perusahaan tetap dapat meningkatkan pertumbuhan premi netto
pada tahun selanjutnya.
Pada tahun 2011 PT Panin Insurance Tbk memiliki angka RPP tertinggi
dibanding perusahaan lainnya. Hal ini disebabkan oleh tumbuhnya kepercayaan
masyarakat terhadap investasi yang ada di dalam perusahaan asuransi kerugian,
sehingga meningkatkan pertumbuhan nasabah yang memicu kenaikan pertumbuhan
premi netto. Seperti penjualan kendaraan bermotor meningkat dibandingkan tahun
sebelumnya. Industri tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda yang melemah
meskipun adanya peraturan untuk meningkatkan uang muka minimum 30% untuk
pembelian kendaraan dengan kredit di pertengahan Juni 2011.
Selanjutnya, tabel dibawah ini menjelaskan tentang data pada Rasio Beban
Klaim (RBK), Rasio Likuiditas (RL), Rasio Agent’s Balance to Surplus (RABS) dan
Rasio Pertumbuhan Premi (RPP) pada 10 perusahaan asuransi kerugian yang terdaftar
di BEI.
Tabel 3
Rasio beban Klaim (RBK) pada Perusahaan Asuransi Kerugian yang Terdaftar
di BEI
No. Nama Perusahaan Rasio Beban Klaim
2008 2009 2010 2011 2012 2013
1. PT Asuransi Bina Dana Artha Tbk 0,58 0,63 0,71 0,73 0,71 0,47
2. PT Asuransi Harta Aman Pratama Tbk 0,37 0,41 0,41 0,31 0,30 0,29
3. PT Asuransi Multi Artha Guna Tbk 0,53 0,48 0,43 0,55 0,50 0,43
4. PT Asuransi Bintang Tbk 0,44 0,41 0,37 0,44 0,31 0,36
5. PT Asuransi Dayin Mitra Tbk 0,53 0,81 0,46 0,26 0,34 0,19
6. PT Asuransi Jasa Tania Tbk 0,62 0,53 0,48 0,48 0,65 0,44
7. PT Asuransi Ramayana Tbk 0,41 0,33 0,35 0,44 0,31 0,41
8. PT Lippo General Insurance Tbk 0,72 0,68 0,78 0,64 0,63 0,67
9. PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk 0,55 0,61 0,59 0,64 0,63 0,53
10. PT Panin Insurance Tbk 0,59 1,32 1,86 0,80 0,91 0,94
Rata-rata Industri 0,53 0,62 0,64 0,53 0,53 0,47
Sumber : Data olahan 2014
39
Tabel 3 menunjukkan nilai variabel Rasio Beban Klaim pada masing-masing
perusahaan asuransi kerugian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode
penelitian yaitu dari tahun 2008-2013 yang terdiri dari 6 tahun. Tabel Rasio Beban
Klaim yang mengalami kenaikan/penurunan setiap tahun dapat dilihat dari nilai rata-
rata industri.
Berdasarkan tabel diatas, nilai rata-rata industri pada tahun 2008 sebesar 0,53.
Pada tahun tersebut terdapat beberapa perusahaan yang berada diatas atau dibawah
nilai rata-rata industri. Perusahaan yang berada diatas nilai rata-rata industri tertinggi
adalah PT Lippo General Insurance Tbk yaitu sebesar 0,72. Tingginya rasio ini
mencerminkan proses underwriting dan kualitas penerimaan penutupan premi yang
buruk, sehingga perusahaan dalam keadaan buruk. Hal ini terjadi karena perusahaan
mengalami peningkatan beban klaim yang diajukan oleh nasabahnya. Sedangkan
pada PT Asuransi Harta Aman Pratama Tbk memiliki angka RBK terendah atau
dibawah nilai rata-rata industri yaitu sebesar 0,37. Rendahnya rasio ini mencerminkan
proses underwriting dan kualitas penerimaan penutupan premi yang baik, sehingga
perusahaan dalam keadaan baik. Hal ini terjadi karena perusahaan mengalami
penurunan beban klaim yang diajukan oleh nasabahnya.
PT Panin Insurance Tbk memiliki angka RBK diatas nilai rata-rata industri
selama tahun 2009-2013. Tingginya rasio ini mencerminkan proses underwriting dan
kualitas penerimaan penutupan premi yang buruk, sehingga perusahaan dalam
keadaan buruk. Hal ini terjadi karena perusahaan mengalami peningkatan beban
klaim yang diajukan oleh nasabahnya. Disebabkan adanya extraordinary event seperti
bencana yang terjadi pada tahun tersebut memberikan dampak bagi kinerja industri
asuransi kerugian yang tercermin dari Rasio Beban Klaim yang mengalami
peningkatan selama tahun tersebut. Kenaikan ini disebabkan meningkatnya
pembayaran klaim yang harus ditanggung perusahaan dalam menanggung risiko
kerugian finansial pasca bencana yang mungkin menimpa nasabah. Tingginya rasio
ini mencerminkan proses underwriting dan kualitas penerimaan penutupan premi
yang buruk, sehingga perusahaan dalam keadaan buruk.
40
Sedangkan PT Asuransi Ramayana Tbk memiliki angka RBK terendah atau
dibawah nilai rata-rata industri pada tahun 2009 dan 2010. Hal ini terjadi karena
perusahaan mengalami penurunan beban klaim yang diajukan oleh nasabahnya.
Seperti yang telah dijelaskan pada analisis time series Rasio Beban Klaim.
Rendahnya rasio ini menunjukkan kualitas underwriting yang bagus. Hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan dapat dengan baik menjamin pemegang polis untuk
memperoleh klaim sesuai dengan apa yang diperjanjikan. Permintaan beban klaim
yang diajukan oleh nasabah juga tidak mengalami peningkatan atau penurunan yang
drastis dari tahun ke tahun. Selain itu, membaiknya hasil underwriting salah satunya
karena adanya faktor PMK 74/2007. PMK (Peraturan Menteri Keuangan) ini
mengatur batasan minimal tarif dan komisi yang diberikan pada produk asuransi
kendaraan bermotor. Aturan ini untuk mengatasi perang tarif pada asuransi kendaraan
bermotor yang mengkhawatirkan pada industri asuransi kerugian. PMK yang
dimaksud tersebut adalah PMK No 74 Tahun 2007 Tentang “Penyelenggaraan
Pertanggungan Asuransi Pada Lini Usaha Asuransi Kendaraan Bermotor” yang
dikeluarkan pemerintah untuk menata pasar asuransi kendaraan bermotor.
Nilai rata-rata industri pada tahun 2011 sebesar 0,53 dan 2013 sebesar 0,47.
Pada tahun tersebut terdapat beberapa perusahaan yang berada diatas atau dibawah
nilai rata-rata industri. Perusahaan yang berada diatas nilai rata-rata industri tertinggi
adalah PT Panin Insurance Tbk yang telah dijelaskan diatas. Sedangkan pada PT
Asuransi Dayin Mitra Tbk memiliki angka RBK terendah atau dibawah nilai rata-rata
industri yaitu sebesar 0,26 dan 0,19 berturut-turut. Hal ini terjadi karena perusahaan
mengalami penurunan beban klaim yang diajukan oleh nasabahnya. Rendahnya rasio
ini mencerminkan proses underwriting dan kualitas penerimaan penutupan premi
yang baik.
Nilai rata-rata industri pada tahun 2012 sebesar 0,53. Pada tahun tersebut
terdapat beberapa perusahaan yang berada diatas atau dibawah nilai rata-rata industri.
Perusahaan yang berada dibawah nilai rata-rata industri terendah adalah PT Asuransi
Harta Aman Pratama Tbk yaitu sebesar 0,30. Hal ini terjadi karena perusahaan
41
mengalami penurunan beban klaim yang diajukan oleh nasabahnya. Rendahnya rasio
ini mencerminkan proses underwriting dan kualitas penerimaan penutupan premi
yang baik.
Nilai rata-rata industri pada tahun 2013 sebesar 0,47. Pada tahun tersebut
terdapat beberapa perusahaan yang berada diatas atau dibawah nilai rata-rata industri.
Perusahaan yang berada dibawah nilai rata-rata industri terendah adalah PT Asuransi
Dayin Mitra Tbk yaitu sebesar 0,19. Hal ini terjadi karena perusahaan mengalami
penurunan beban klaim yang diajukan oleh nasabahnya. Rendahnya rasio ini
mencerminkan proses underwriting dan kualitas penerimaan penutupan premi yang
baik.
Tabel 4
Rasio Likuiditas (RL) pada Perusahaan Asuransi Kerugian yang Terdaftar di
BEI
No. Nama Perusahaan Rasio Likuiditas
2008 2009 2010 2011 2012 2013
1. PT Asuransi Bina Dana Artha Tbk 0,79 0,81 1,24 0,64 0,59 0,62
2. PT Asuransi Harta Aman Pratama Tbk 0,52 0,54 0,63 0,67 0,66 0,66
3. PT Asuransi Multi Artha Guna Tbk 0,78 0,52 0,65 0,62 0,57 0,42
4. PT Asuransi Bintang Tbk 0,74 0,64 0,70 0,70 0,68 0,67
5. PT Asuransi Dayin Mitra Tbk 0,60 0,63 0,65 0,57 0,70 0,82
6. PT Asuransi Jasa Tania Tbk 2,3 2,28 2,37 1,97 1,85 0,57
7. PT Asuransi Ramayana Tbk 0,73 0,73 0,73 0,28 0,84 0,84
8. PT Lippo General Insurance Tbk 0,41 0,47 0,48 0,55 0,54 0,36
9. PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk 0,59 0,61 0,62 0,64 0,62 0,59
10. PT Panin Insurance Tbk 2,88 2,03 0,12 1,21 0,66 0,22
Rata-rata Industri 1,03 0,93 0,82 0,79 0,77 0,58
Sumber : Data olahan 2014
Tabel 4 menunjukkan nilai variabel Rasio Likuiditas pada masing-masing
perusahaan asuransi kerugian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode
penelitian yaitu dari tahun 2008-2013 yang terdiri dari 6 tahun. Tabel Rasio
Likuiditas yang mengalami kenaikan/penurunan setiap tahun dapat dilihat dari nilai
rata-rata industri.
42
Berdasarkan tabel diatas, nilai rata-rata industri pada tahun 2008 sebesar 1,03.
Pada tahun tersebut terdapat beberapa perusahaan yang berada diatas atau dibawah
nilai rata-rata industri. Perusahaan yang berada diatas nilai rata-rata industri tertinggi
adalah PT Panin Insurance Tbk yaitu sebesar 2,88. Hal ini disebabkan oleh rendahnya
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya dan tingginya rasio ini
secara kasar memberikan gambaran kondisi keuangan perusahaan dalam keadaan
tidak solven atau buruk. Sedangkan pada PT Lippo General Insurance Tbk memiliki
angka RL terendah atau dibawah nilai rata-rata industri yaitu sebesar 0,41.
Rendahnya rasio ini memberikan gambaran kondisi keuangan perusahaan dalam
keadaan solven atau baik karena kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajibannya dengan cara membandingkan antara jumlah kewajiban dengan jumlah
kekayaan yang diperkenankan.
PT Asuransi Jasa Tania Tbk memiliki angka RL diatas nilai rata-rata industri
selama tahun 2009-2012. Tingginya rasio ini menunjukkan adanya masalah likuiditas
dan perusahaan kemungkinan besar berada dalam kondisi yang tidak solven. Hal ini
terjadi karena perusahaan tidak mempunyai jumlah aset atau kekayaan yang
diperkenankan (alat-alat likuid) yang cukup untuk memenuhi segala kewajiban
finansialnya yang segera terpenuhi.
Nilai rata-rata industri pada tahun 2009 sebesar 0,93. Pada tahun tersebut
terdapat beberapa perusahaan yang berada diatas atau dibawah nilai rata-rata industri.
Perusahaan yang berada dibawah nilai rata-rata industri terendah adalah PT Lippo
General Insurance Tbk yaitu sebesar 0,47. Rendahnya rasio ini memberikan
gambaran kondisi keuangan perusahaan dalam keadaan solven atau baik karena
perusahaan mampu untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya yang segera harus
dipenuhi.
Nilai rata-rata industri pada tahun 2010 sebesar 0,82. Pada tahun tersebut
terdapat beberapa perusahaan yang berada diatas atau dibawah nilai rata-rata industri.
PT Panin Insurance Tbk memiliki angka RL terendah atau dibawah nilai rata-rata
industri yaitu sebesar 0,12. Rendahnya rasio ini memberikan gambaran kondisi
43
keuangan perusahaan dalam keadaan solven atau baik karena kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajibannya dengan cara membandingkan antara jumlah
kewajiban dengan jumlah kekayaan yang diperkenankan.
Nilai rata-rata industri pada tahun 2011 sebesar 0,79. Pada tahun tersebut
terdapat beberapa perusahaan yang berada diatas atau dibawah nilai rata-rata industri.
PT Asuransi Ramayana Tbk memiliki angka RL terendah atau dibawah nilai rata-rata
industri yaitu sebesar 0,28. Rendahnya rasio ini memberikan gambaran kondisi
keuangan perusahaan dalam keadaan solven atau baik karena kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajibannya, yaitu kemampuan dalam menghadapi terjadinya
klaim asuransi.
Nilai rata-rata industri pada tahun 2013 sebesar 0,58. Pada tahun tersebut
terdapat beberapa perusahaan yang berada diatas atau dibawah nilai rata-rata industri.
Perusahaan yang berada diatas nilai rata-rata industri tertinggi adalah PT Asuransi
Ramayana Tbk yaitu sebesar 0,84. Tingginya rasio ini menunjukkan adanya masalah
likuiditas dan perusahaan kemungkinan besar berada dalam kondisi yang tidak
solven. Hal ini disebabkan pada tahun tersebut jumlah kekayaan yang diperkenankan
tidak cukup untuk membayar kewajiban dengan baik. Sedangkan pada PT Panin
Insurance Tbk memiliki angka RL terendah atau dibawah nilai rata-rata industri yaitu
sebesar 0,22. Rendahnya rasio ini memberikan gambaran kondisi keuangan
perusahaan dalam keadaan solven atau baik karena kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajibannya dengan cara membandingkan antara jumlah kewajiban
dengan jumlah kekayaan yang diperkenankan yang dimiliki oleh perusahaan.
44
Tabel 5
Rasio Agent’s Balance to Surplus (RABS) pada Perusahaan Asuransi Kerugian
yang Terdaftar di BEI
No. Nama Perusahaan Rasio Agent’s Balance to Surplus
2008 2009 2010 2011 2012 2013
1. PT Asuransi Bina Dana Artha Tbk 0,03 0,45 0,25 0,10 0,10 0,18
2. PT Asuransi Harta Aman Pratama Tbk 0,20 0,29 0,45 0,38 0,63 0,82
3. PT Asuransi Multi Artha Guna Tbk 0,03 0,03 0,02 0,01 0,02 0,02
4. PT Asuransi Bintang Tbk 0,39 0,42 0,77 0,65 0,50 0,68
5. PT Asuransi Dayin Mitra Tbk 0,06 0,06 0,58 0,37 0,53 0,98
6. PT Asuransi Jasa Tania Tbk 0,47 0,44 0,39 0,36 0,34 0,46
7. PT Asuransi Ramayana Tbk 0,35 0,57 0,33 0,60 0,43 0,51
8. PT Lippo General Insurance Tbk 0,02 0,03 0,04 0,06 0,09 0,14
9. PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk 0,02 0,01 0,00 0,00 0,00 0,33
10. PT Panin Insurance Tbk 0,002 0,0022 0,0057 3,388 0,0035 0,005
Rata-rata Industri 0,16 0,23 0,28 0,61 0,26 0,41
Sumber : Data olahan 2014
Tabel 5 menunjukkan nilai variabel Rasio Agent’s Balance to Surplus pada
masing-masing perusahaan asuransi kerugian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
selama periode penelitian yaitu dari tahun 2008-2013 yang terdiri dari 6 tahun. Tabel
Rasio Agent’s Balance to Surplus yang mengalami kenaikan/penurunan setiap tahun
dapat dilihat dari nilai rata-rata industri.
Berdasarkan tabel diatas, nilai rata-rata industri pada tahun 2008 sebesar 0,16.
Pada tahun tersebut terdapat beberapa perusahaan yang berada diatas atau dibawah
nilai rata-rata industri. Perusahaan yang berada diatas nilai rata-rata industri tertinggi
adalah PT Asuransi Jasa Tania Tbk yaitu sebesar 0,47. Tingginya rasio ini akan
mempengaruhi investor untuk tidak membeli saham perusahaan tersebut, karena
perusahaan dalam keadaan buruk. Hal ini terjadi karena semakin tinggi tagihan premi
langsung maka aset perusahaan semakin berkurang sehingga seringkali aset
perusahaan tidak bisa dicairkan saat likuidasi. Sedangkan pada PT Panin Insurance
Tbk memiliki angka RABS terendah atau dibawah nilai rata-rata industri yaitu
sebesar 0,002. Rendahnya rasio ini menunjukkan bahwa perusahaan dalam keadaan
45
baik. Hal ini terjadi karena perusahaan mengalami penurunan dalam tagihan premi
langsung sehingga aset perusahaan dapat dicairkan saat dibutuhkan.
Nilai rata-rata industri pada tahun 2009 sebesar 0,23. Pada tahun tersebut
terdapat beberapa perusahaan yang berada diatas atau dibawah nilai rata-rata industri.
Perusahaan yang berada diatas nilai rata-rata industri tertinggi adalah PT Asuransi
Ramayana Tbk yaitu sebesar 0,57. Tingginya rasio ini akan mempengaruhi investor
untuk tidak membeli saham perusahaan tersebut, karena perusahaan dalam keadaan
buruk. Hal ini terjadi karena semakin tinggi tagihan premi langsung maka aset
perusahaan semakin berkurang sehingga seringkali aset perusahaan tidak bisa
dicairkan saat likuidasi. Sedangkan pada PT Panin Insurance Tbk memiliki angka
RABS terendah atau dibawah nilai rata-rata industri yaitu sebesar 0,0022.
Penyebabnya sama seperti yang dijelaskan pada tahun 2008.
Nilai rata-rata industri pada tahun 2010 sebesar 0,28. Pada tahun tersebut
terdapat beberapa perusahaan yang berada diatas atau dibawah nilai rata-rata industri.
Perusahaan yang berada diatas nilai rata-rata industri tertinggi adalah PT Asuransi
Bintang Tbk yaitu sebesar 0,77. Tingginya rasio ini akan mempengaruhi investor
untuk tidak membeli saham perusahaan tersebut, karena perusahaan dalam keadaan
buruk. Hal ini terjadi karena semakin tinggi tagihan premi langsung maka aset
perusahaan semakin berkurang sehingga seringkali aset perusahaan tidak bisa
dicairkan saat likuidasi. Sedangkan pada PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk
memiliki angka RABS terendah atau dibawah nilai rata-rata industri yaitu sebesar
0,00 selama tahun 2010-2012. Rendahnya rasio ini menunjukkan bahwa perusahaan
dalam keadaan baik. Hal ini terjadi karena perusahaan mengalami penurunan dalam
tagihan premi langsung. Artinya premi sebagai aset perusahaan dapat dapat dicairkan
saat diperlukan.
Nilai rata-rata industri pada tahun 2011 sebesar 0,61. Pada tahun tersebut
terdapat beberapa perusahaan yang berada diatas atau dibawah nilai rata-rata industri.
Perusahaan yang berada diatas nilai rata-rata industri tertinggi adalah PT Panin
Insurance Tbk yaitu sebesar 3,388. Tingginya rasio ini akan mempengaruhi investor
46
untuk tidak membeli saham perusahaan tersebut, karena perusahaan dalam keadaan
buruk. Hal ini terjadi karena semakin tinggi tagihan premi langsung maka aset
perusahaan semakin berkurang sehingga seringkali aset perusahaan tidak bisa
dicairkan saat likuidasi.
Nilai rata-rata industri pada tahun 2012 sebesar 0,26. Pada tahun tersebut
terdapat beberapa perusahaan yang berada diatas atau dibawah nilai rata-rata industri.
Perusahaan yang berada diatas nilai rata-rata industri tertinggi adalah PT Asuransi
Harta Aman Pratama Tbk yaitu sebesar 0,63. Tingginya rasio ini akan mempengaruhi
investor untuk tidak membeli saham perusahaan tersebut, karena perusahaan dalam
keadaan buruk. Hal ini terjadi karena semakin tinggi tagihan premi langsung maka
aset perusahaan semakin berkurang sehingga seringkali aset perusahaan tidak bisa
dicairkan saat likuidasi.
Nilai rata-rata industri pada tahun 2013 sebesar 0,41. Pada tahun tersebut
terdapat beberapa perusahaan yang berada diatas atau dibawah nilai rata-rata industri.
Perusahaan yang berada diatas nilai rata-rata industri tertinggi adalah PT Asuransi
Dayin Mitra Tbk yaitu sebesar 0,98. Tingginya rasio ini akan mempengaruhi investor
untuk tidak membeli saham perusahaan tersebut, karena perusahaan dalam keadaan
buruk. Hal ini terjadi karena semakin tinggi tagihan premi langsung maka aset
perusahaan semakin berkurang sehingga seringkali aset perusahaan tidak bisa
dicairkan saat likuidasi. Sedangkan pada PT Panin Insurance Tbk memiliki angka
RABS terendah atau dibawah nilai rata-rata industri yaitu sebesar 0,005. Rendahnya
rasio ini menunjukkan bahwa perusahaan dalam keadaan baik. Hal ini terjadi karena
perusahaan mengalami penurunan dalam tagihan premi langsung, sehingga aset
perusahaan dapat dicairkan saat dibutuhkan.
47
Tabel 6
Rasio Pertumbuhan Premi (RPP) pada Perusahaan Asuransi Kerugian
yang Terdaftar di BEI
No. Nama Perusahaan Rasio Pertumbuhan Premi
2008 2009 2010 2011 2012 2013
1. PT Asuransi Bina Dana Artha Tbk 2,03 1,12 0,27 0,26 0,21 0,25
2. PT Asuransi Harta Aman Pratama Tbk 1,23 1,52 0,47 0,26 0,24 1,17
3. PT Asuransi Multi Artha Guna Tbk 1,10 1,03 0,13 0,26 0,31 0,12
4. PT Asuransi Bintang Tbk 0,66 0,85 0,21 0,19 0,58 0,10
5. PT Asuransi Dayin Mitra Tbk 1,17 1,20 -0,03 0,13 0,01 0,22
6. PT Asuransi Jasa Tania Tbk 0,03 0,11 0,22 0,04 0,53 0,33
7. PT Asuransi Ramayana Tbk 1,06 1,06 0,01 0,14 0,32 0,07
8. PT Lippo General Insurance Tbk 1,12 1,15 0,31 0,35 0,37 0,48
9. PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk 1,51 1,46 0,20 0,10 0,11 0,13
10. PT Panin Insurance Tbk 0,88 0,94 0,34 0,72 -0,07 0,40
Rata-rata Industri 1,08 1,04 0,21 0,25 0,26 0,33
Sumber : Data olahan 2014
Tabel 6 menunjukkan nilai variabel Rasio Pertumbuhan Premi pada masing-
masing perusahaan asuransi kerugian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama
periode penelitian yaitu dari tahun 2008-2013 yang terdiri dari 6 tahun. Tabel Rasio
Pertumbuhan Premi yang mengalami kenaikan/penurunan setiap tahun dapat dilihat
dari nilai rata-rata industri.
Berdasarkan tabel diatas, nilai rata-rata industri pada tahun 2008 sebesar 1,08.
Pada tahun tersebut terdapat beberapa perusahaan yang berada diatas atau dibawah
nilai rata-rata industri. Perusahaan yang berada diatas nilai rata-rata industri tertinggi
adalah PT Asuransi Bina Dana Artha Tbk yaitu sebesar 2,03. Tingginya rasio ini
menunjukkan bahwa perusahaan dalam keadaan baik, karena pertumbuhan premi
mencerminkan kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Sedangkan pada PT
Asuransi Jasa Tania Tbk memiliki angka RPP terendah atau dibawah nilai rata-rata
industri yaitu sebesar 0,03. Rendahnya rasio menunjukkan bahwa perusahaan dalam
kondisi buruk. Hal ini terjadi karena penurunan pertumbuhan nasabah yang
disebabkan oleh tingkat kesadaran masyarakat rendah, disamping itu masih tingginya
premi asuransi dibandingkan dengan pendapatan masyarakat.
48
Nilai rata-rata industri pada tahun 2009 sebesar 1,04. Pada tahun tersebut
terdapat beberapa perusahaan yang berada diatas atau dibawah nilai rata-rata industri.
Perusahaan yang berada diatas nilai rata-rata industri tertinggi adalah PT Asuransi
Harta Aman Pratama Tbk yaitu sebesar 1,52. Tingginya rasio ini menunjukkan bahwa
perusahaan dalam keadaan baik, karena pertumbuhan premi mencerminkan kekayaan
yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Sedangkan pada PT Asuransi Jasa Tania Tbk
memiliki angka RPP terendah atau dibawah nilai rata-rata industri yaitu sebesar 0,11.
Penyebabnya sama seperti yang dijelaskan pada tahun 2008.
Nilai rata-rata industri pada tahun 2010 sebesar 0,21. Pada tahun tersebut
terdapat beberapa perusahaan yang berada diatas atau dibawah nilai rata-rata industri.
Perusahaan yang berada diatas nilai rata-rata industri tertinggi adalah PT Asuransi
Harta Aman Pratama Tbk yaitu sebesar 0,47. Tingginya rasio ini menunjukkan bahwa
perusahaan dalam keadaan baik, karena pertumbuhan premi mencerminkan kekayaan
yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Sedangkan pada PT Asuransi Dayin Mitra
Tbk memiliki angka RPP terendah atau dibawah nilai rata-rata industri yaitu sebesar -
0,03. Rendahnya rasio ini menunjukkan bahwa perusahaan dalam kondisi buruk. Hal
ini terjadi karena rendahnya kepercayaan dari masyarakat terhadap perusahaan
terutama dalam pembayaran klaim asuransi.
Nilai rata-rata industri pada tahun 2011 sebesar 0,25. Pada tahun tersebut
terdapat beberapa perusahaan yang berada diatas atau dibawah nilai rata-rata industri.
Perusahaan yang berada diatas nilai rata-rata industri tertinggi adalah PT Panin
Insurance Tbk yaitu sebesar 0,72. Tingginya rasio ini menunjukkan bahwa
perusahaan dalam keadaan baik, karena pertumbuhan premi mencerminkan kekayaan
yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Sedangkan pada PT Asuransi Jasa Tania Tbk
memiliki angka RPP terendah atau dibawah nilai rata-rata industri yaitu sebesar 0,04.
Rendahnya rasio ini menunjukkan bahwa pertumbuhan premi netto perusahaan dalam
kondisi buruk. Hal ini disebabkan oleh penurunan pertumbuhan nasabah.
Nilai rata-rata industri pada tahun 2012 sebesar 0,26. Pada tahun tersebut
terdapat beberapa perusahaan yang berada diatas atau dibawah nilai rata-rata industri.
49
Perusahaan yang berada diatas nilai rata-rata industri tertinggi adalah PT Asuransi
Bintang Tbk yaitu sebesar 0,58. Tingginya rasio ini menunjukkan bahwa perusahaan
dalam keadaan baik, karena pertumbuhan premi mencerminkan kekayaan yang
dimiliki oleh perusahaan tersebut. Sedangkan pada PT Panin Insurance Tbk memiliki
angka RPP terendah atau dibawah nilai rata-rata industri yaitu sebesar -0,07.
Rendahnya rasio menunjukkan bahwa perusahaan dalam kondisi buruk. Hal ini
disebabkan oleh penurunan petumbuhan nasabah. Banyak masyarakat yang lebih
memilih menginvestasikan uangnya di lembaga keuangan lain, karena masih adanya
ketidakpastian jika berinvestasi pada perusahaan asuransi kerugian.
Nilai rata-rata industri pada tahun 2013 sebesar 0,33. Pada tahun tersebut
terdapat beberapa perusahaan yang berada diatas atau dibawah nilai rata-rata industri.
Perusahaan yang berada diatas nilai rata-rata industri tertinggi adalah PT Lippo
General Insurance Tbk yaitu sebesar 0,48. Tingginya rasio ini menunjukkan bahwa
perusahaan dalam keadaan baik, karena pertumbuhan premi mencerminkan kekayaan
yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Sedangkan pada PT Asuransi Ramayana Tbk
memiliki angka RPP terendah atau dibawah nilai rata-rata industri yaitu sebesar 0,07.
Rendahnya rasio ini menunjukkan perusahaan dalam kondisi buruk, sehingga
mengurangi kepercayaan investor yang akan membeli saham pada perusahaan
tersebut.
50
Tabel 7
Return Saham
No. Nama Perusahaan Return Saham per 31 Desember
2008 2009 2010 2011 2012 2013
1. PT Asuransi Bina Dana Artha Tbk 0,29 0,5 0,97 0,48 1,38 1,32
2. PT Asuransi Harta Aman Pratama Tbk -0,62 0,32 0,26 0,6 -0,05 -0,12
3. PT Asuransi Multi Artha Guna Tbk 0,39 0,88 0,78 0,02 0,56 -0,14
4. PT Asuransi Bintang Tbk 0,16 -0,27 0,06 0,08 0,78 -0,01
5. PT Asuransi Dayin Mitra Tbk -0,39 0,58 3,32 -0,17 0,48 -0,11
6. PT Asuransi Jasa Tania Tbk 0 -0,11 0,03 0,09 0,1 -0,13
7. PT Asuransi Ramayana Tbk -0,19 0,47 0,68 0,24 0,54 -0,02
8. PT Lippo General Insurance Tbk 0,33 0,54 1,04 0,46 0,18 0,02
9. PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk -0,23 0,93 1,16 0,38 1,25 0,52
10. PT Panin Insurance Tbk. -0,55 0,71 1,28 -0,27 0,25 0,29
Sumber : Data olahan 2014
Tabel 7 menunjukkan nilai return saham pada masing-masing perusahaan
asuransi kerugian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian
yaitu pada tahun 2008-2013 yang terdiri dari 6 tahun. Tabel diatas menunjukkan nilai
return saham yang mengalami kenaikan dan penurunan setiap tahun.
Return saham pada tahun 2008 dan 2013 cenderung memiliki nilai negatif, hal
ini disebabkan kinerja perusahaan secara keseluruhan pada tahun tersebut masih
buruk. Nilai yang dihasilkan dari masing-masing rasio yaitu RBK, RL, RABS masih
cenderung tinggi dan RPP yang rendah. Seperti pada PT Asuransi Harta Aman
Pratama Tbk, PT Asuransi Dayin Mitra Tbk, PT Asuransi Ramayana Tbk, PT
Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk dan PT Panin Insurance Tbk yang memiliki
angka return saham negatif selama tahun 2008. Tingginya RBK akan menurunkan
return saham karena pengalaman perusahaan dalam menutup proses underwriting dan
kualitas usaha penutupan klaim tersebut masih sangat buruk pada beberapa
perusahaan sehingga return saham yang diperoleh negatif. Rasio Likuiditas yang
tinggi menunjukkan adanya masalah likuiditas dan perusahaan kemungkinan besar
berada dalam kondisi yang tidak solven. Tingginya RABS akan mengurangi tagihan
premi langsung sebagai aset perusahaan sehingga seringkali aset perusahaan tidak
51
bisa dicairkan dan akan menurunkan return saham. Semakin rendah RPP maka
semakin rendah return saham karena pertumbuhan premi netto perusahaan dalam
kondisi buruk, artinya penurunan pertumbuhan nasabah maka akan menurunkan
pertumbuhan premi netto dalam perusahaan tersebut.
Pada tahun 2009 nilai return saham yang diperoleh cenderung positif, karena
nilai RBK, RL, RABS yang dilihat dari analisis cross section memiliki nilai rendah
yang menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dalam keadaan baik dan RPP memiliki
nilai tinggi yang berarti bahwa perusahaan dalam keadaan baik. Namun, terdapat dua
angka return saham yang negatif pada tahun 2009 yaitu pada PT Asuransi Bintang
Tbk dan PT Asuransi Jasa Tania Tbk, hal ini disebabkan karena nilai RL pada tahun
tersebut memiliki angka tinggi dan nilai RPP pada PT Asuransi Jasa Tania Tbk
memiliki nilai yang rendah. Pada tahun 2010, semua nilai return saham positif.
Artinya semua rasio menghasilkan angka dimana kinerja perusahaan dalam keadaan
baik sehingga return saham ikut naik. Saham masing-masing perusahaan diminati
oleh investor karena return yang ditawarkan tinggi.
Pada tahun 2011 nilai return saham sama seperti pada tahun 2009, yaitu nilai
yang dipeoleh cenderung positif. Namun, terdapat dua angka return saham yang
negatif pada tahun 2011 yaitu pada PT Asuransi Dayin Mitra Tbk dan PT Panin
Insurance Tbk, hal ini disebabkan karena nilai RBK, RL dan RABS pada PT Panin
Insurance Tbk pada tahun tersebut memiliki angka tinggi dan nilai RPP pada PT
Asuransi Dayin Mitra Tbk memiliki nilai yang rendah. Pada tahun 2012, nilai return
saham menunjukkan angka yang hampir semua positif, hanya ada satu nilai return
saham yang negatif yaitu pada perusahaan Asuransi Harta Aman Pratama sebesar -
0,05. Hal ini terjadi karena kinerja perusahaan dalam keadaan buruk, yaitu nilai
RABS memiliki angka yang tinggi dan nilai RPP memiliki angka yang rendah.
Terakhir pada tahun 2013 nilai return saham cenderung negatif yaitu pada PT
Asuransi Harta Aman Pratama Tbk, PT Asuransi Multi Artha Guna Tbk, PT Asuransi
Bintang Tbk. PT Asuransi Dayin Mitra Tbk, PT Asuransi Jasa Tania Tbk dan PT
Asuransi Ramayana Tbk. Hal ini terjadi karena nilai RL dan RABS pada tahun
52
tersebut memiliki angka yang tinggi dan nilai RPP memiliki angka yang rendah,
sehingga akan menurunkan return saham.
Pengujian Asumsi Klasik
Suatu model dapat dikatakan baik dan layak digunakan untuk memprediksi atau
membuat keputusan dalam penelitian ini adalah apabila model yang akan digunakan
dalam penelitian sudah lolos dari serangkaian uji asumsi klasik yang melandasinya.
Penelitian ini menggunakan uji asumsi klasik untuk mengetahui kondisi data
penelitian yang akan digunakan agar dapat ditentukan apakah model penelitian sudah
layak untuk dipergunakan. Ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi, pada
prinsipnya model regresi linier yang dibangun sebaiknya tidak boleh menyimpang
dari asumsi BLUE (Best, Linier, Unbiased dan Estimator), dalam pengertian lain
model yang dibuat harus lolos dari penyimpangan asumsi uji normalitas, uji
heteroskedastisitas, uji multikolinearitas serta uji autokorelasi.
Uji Normalitas Data (Normality Test)
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi
panel seluruh variabel yang digunakan dalam penelitian baik variabel dependen
maupun variabel independen, mempunyai distribusi yang normal atau tidak normal.
Model regresi yang baik dan dapat dipergunakan adalah model regresi yang
mempunyai distribusi normal atau mendekati normal.
H0 : data berdistribusi normal
H1 : data tidak berdistribusi normal
Jika p value < α, maka H0 ditolak. Berdasarkan hasil uji normalitas data yang telah
ditransformasi dalam bentuk log, besarnya p value = 0,324507 > 0,05, maka H0
diterima. Kesimpulannya adalah dengan tingkat keyakinan 95% dapat dikatakan
bahwa data berdistribusi normal.
53
Uji Heteroskedastisitas (Heteroskedasticity Test)
Uji Heteroskedasitas merupakan keadaan dimana varians dari setiap gangguan
tidak konstan. Uji heteroskedasitas dapat dilakukan dengan menggunakan White
Heteroskedasticity yang tersedia dalam program Eviews7. Hasil yang perlu
diperhatikan dari uji ini adalah nilai F dan Obs* R-squared. Jika nilai Obs* R-squared
lebih besar dari α maka tidak terdapat heteroskedastisitas dalam metode regresi.
H0: tidak ada heteroskedastisitas
H1: ada heteroskedastisitas
Jika p-value obs*-square < α, maka H0 ditolak, karena p-value obs*-square = 0.2105
> 0.05, maka H0 diterima. Kesimpulan dengan tingkat keyakinan 95%, dapat
dikatakan bahwa tidak terdapat heteroskedastisitas dalam metode regresi.
Uji Multikolinearitas (Multicolinearity Test)
Uji Multikolienaritas bertujuan untuk menguji adanya korelasi antar variabel
independen dalam model regresi (Kristiantari, 2012: 69). Model penelitian yang baik
seharusnya terbebas dari adanya gangguan korelasi diantara variabel independen yang
digunakan dalam penelitian. Multikolinearitas adalah adanya hubungan linier yang
signifikan antara beberapa atau semua variabel independen dalam model regresi data
panel. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas dapat dilihat dari korelasi
masing-masing variabel bebas. Korelasi masing-masing variabel dapat dilihat dari R-
squared, jika R-squared lebih kecil dari 0,8 berarti tidak terjadi multikolinearitas.
Berdasarkan hasil pengujian multikolinearitas menggunakan eviews7, besarnya R-
squared 0,381232 < 0,8 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
multikolinearitas.
Uji Autokorelasi (Autocorelation Test)
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah adanya hubungan antar
gangguan. Metode yang digunakan dalam mendeteksi ada tidaknya masalah
autokorelasi adalah Metode Bruech-Godfrey yang lebih dikenal dengan LM-Test.
Metode ini didasarkan pada nilai F dan Obs* R-Squared. Dimana jika nilai
54
probabilitas dari Obs* R-Squared melebihi tingkat kepercayaan ( α ) maka H0
diterima, berarti tidak ada masalah autokorelasi.
H0 : tidak ada korelasi serial
H1 : ada korelasi serial
Jika p-value obs* -square > α maka Ho diterima, karena 0,2026 > 0,05, maka dengan
tingkat keyakinan 95% dapat dikatakan bahwa tidak terdapat autokorelasi dalam
model regresi.
Teknik estimasi regresi data panel dapat dilakukan sebagai berikut :
- Uji Statistik F atau Uji Chow
Chow test adalah pengujian untuk menentukan model Fixed Effect atau Random
Effect yang paling tepat digunakan dalam mengestimasi data panel.
H0 : Common Effect Model atau pooled OLS
H1 : Fixed Effect Model
Menurut Widarjono (2009), apabila F hitung > F tabel maka H0 ditolak yang
berarti model yang paling tepat digunakan adalah Fixed Effect Model. Sedangkan
apabila F hitung < F tabel maka H0 diterima dan model yang digunakan adalah
Common Effect.
Perhitungan F statistik atau F hitung didapat dari Uji Chow dengan rumus
(Batalgi, 2005) :
Dimana :
SSE1 : Sum Square Error dari model Common Effect
SSE2 : Sum Square Error dari model Fixed Effect
n : jumlah perusahaan (cross section)
nt : jumlah cross section x jumlah time series
k : jumlah variabel independen
55
Sedangkan F tabel didapat dari :
{ }
Dimana :
α : Tingkat signifikansi yang dipakai (alfa)
n : Jumlah perusahaan (cross section)
nt : Jumlah cross section x jumlah time series
k : Jumlah variabel independen
F-hitung =
( – )
–
=
= 42.812.262
F- tabel = { }
= 5% ; (10 – 1, 10.6 – 10 – 4)
= 5% ; (9, 60 – 10 - 4)
= 5% ; (9, 46) = 2,09
Hasil dari perhitungan F-hitung didapat sebesar 42.812.262 sedangkan F-tabel dari
numerator 9 dan denumenator 46 pada α 5% adalah 2,09. Dari hipotesis diatas dapat
disimpulkan bahwa H1 diterima karena F-hitung lebih besar dari F-tabel (42.812.262
> 2,09), sehingga model yang dipakai dalam penelitian ini adalah Fixed Effect Model.
- Uji Hausman
Uji ini untuk memilih antara Fixed Effect Model atau Random Effect Model.
Statistik uji Hausman mengikuti distribusi statistik chi-square dengan derajat
bebas sebanyak jumlah variabel independen (p).
H0 : model mengikuti Random Effect Model
H1 : model mengikuti Fixed Effect Model
H0 diterima jika nilai statistik Hausman (p-value) lebih besar daripada alfa (α).
Hal ini berarti bahwa model yang tepat untuk regresi data panel adalah Random
56
Effect Model. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, diketahui hasil
pengujian tersebut signifikansi (p-value 1,000 lebih besar dari alfa 0,05)
sehingga H0 diterima yang artinya model mengikuti Random Effect Model.
- Uji Langrange Multiplier (LM) dipakai manakala pada uji Chow menunjukkan
model yang dipakai adalah Common Effect Model, sedangkan pada uji Hausman
menunjukkan model yang paling tepat adalah Random Effect Model. Maka uji
LM tidak diperlukan karena hasil pada uji Chow menunjukkan model yang
dipakai adalah Fixed Effect Model.
Pengujian Statistik
a) Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien deterimnasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa besar variabel-
variabel bebas dapat mejelaskan variabel terikat. Koefisien ini menunjukkan seberapa
besar variasi total pada variabel terikat yang dapat dijelaskan oleh variabel bebasnya
dalam model regresi tersebut. Nilai dari koefisien determinasi antara 0 hingga 1. Nilai
R2 yang mendekati 1 menunjukkan bahwa variabel dalam model tersebut dapat
mewakili permasalahan yang diteliti, karena dapat menjelaskan variasi yang terjadi
pada variabel dependennya. Nilai R2 sama dengan atau mendekati 0 (nol)
menunjukkan variabel dalam model yang dibentuk tidak dapat menjelaskan variasi
dalam variabel terikat.
Analisis pada penelitian ini menggunakan Fixed Effect Model melalui program
Eviews versi7 dapat diestimasi nilai Adjusted R2 = 0,975830 menandakan bahwa
variasi dari Return Saham (Y) mampu dijelaskan oleh variabel-variabel Rasio Beban
Klaim, Rasio Likuiditas, Rasio Agent’s Balance to Surplus dan Rasio Pertumbuhan
Premi sebesar 98%.
57
b) Uji F-Statistik
Uji F-statistik digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas terhadap
variabel tak bebas secara simultan atau keseluruhan. Uji F-statistik biasanya berupa :
H0 : Variabel bebas tidak mempengarui variabel tak bebas
H1 : Variabel bebas mempengaruhi variabel tak bebas
Jika F-statistik kurang dari F-tabel maka H0 diterima, sedangkan jika F-statistik lebih
besar dari F-tabel (α) maka H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel
bebas mempengaruhi variabel tak bebas.
Dari hasil uji F-statistik dengan Fixed Effect Model didapat bahwa nilai F-
statistik signifikan pada 133,34 lebih besar dari F-tabel (α) 0,05 maka H0 ditolak
sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel bebas yaitu, Rasio Beban Klaim, Rasio
Likuiditas, Rasio Agent’s Balance to Surplus dan Rasio Pertumbuhan Premi
mempengaruhi variabel tak bebas yaitu Return Saham.
Ikhtisar Pemilihan Model Akhir
Pada pemilihan model akhir yang digunakan Fixed Effect Model. Seperti yang
telah dikatakan Gujarati pada bukunya menyarankan apabila jumlah data cross
section (N) lebih besar dari jumlah data time series (T) maka digunakan Random
Effect Model dalam pengolahannya, namun disebutkan pula oleh Nachrowi (2006)
dalam bukunya saran dalam pemilihan Fixed Effect Model ataupun Random Effect
Model secara teoritis dan berdasarkan sampel data bukanlah sesuatu yang mutlak.
Oleh karena itu, akan dilakukan perbandingan antara nilai statistik pada masing-
masing metode. Berikut ini merupakan perbandingan antara kedua output :
58
Tabel 8
Perbandingan Koefisien Determinasi Random Effect Model dengan Fixed
Effect Model
Model Random Effect Fixed Effect
R-squared 0,055639 0,983204
Ajusted R-squared -0,028304 0,97583
Prob(F-statistic) 0,621087 133,3354
Sumber : Hasil Output Eviews 7 dan olahan Excel
Dalam pengujian yang dilakukan sebelumnya, estimasi parameter dalam data
panel menurut Uji Hausman akan lebih tepat jika menggunakan efek random, namun
karena tidak memberikan intepretasi yang lebih baik dibanding dengan output efek
tetap, maka digunakan Fixed Effect Model. Menurut Buddelmeyer, Oguzoglu dan
Webster (2008) dalam jurnalnya yang berjudul “Fixed Effect Bias in Panel Data
Estimator” (May, 2008) menyatakan bahwa efek tetap akan menjadi hal yang penting
dalam implikasi kebijakan.
Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah Fixed Effect Model. Seperti
yang telah diketahui adlam Fixed Effect Model atau Model Efek Tetap, perbedaan
karakteristik individu dan waktu diakomodasikan pada intercept sehingga intercept
dari setiap perusahaan berbeda-beda begitu juga dengan konstanta yang dimiliki
berbeda-beda. Sehingga persamaan model secara individu berbeda. Namun secara
umum persamaan pertama dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
RBKX1it - 0,08424 RLX2it -0,01487 RABSX3it + 0,022217 RPPX4it
59
Pengujian Hipotesis pada Masing-Masing Variabel Bebas terhadap Return
Saham
Pengujian ini akan dilakukan dengan dua tahap uji bagi masing-masing variabel
bebas pada model penelitian ini, yaitu uji signifikansi dengan probability atas p-value
dan uji arah atas nilai koefisiennya. Dapat dilihat pada tabel hasil regresi data panel
dengan Fixed Effect Model dibawah ini :
Tabel 9
Hasil Regresi Panel dengan Fixed Effect Model
Dependent Variable: RETURN_SAHAM
Method: Pooled Least Squares
Date: 12/01/14 Time: 10:34
Sample: 2008 2013
Included observations: 6
Cross-sections included: 10
Total pool (balanced) observations: 60
Variable Coefficient Prob.
C 2010.821 0
RBK -0.4664 0.0048 *
RL -0.0842 0.0264 *
RABS -0.0149 0.0086 *
RPP 0.0222 0.0085 *
Sumber : Data Olahan Eviews7 (2014)
Keterangan*) : Signifikansi level 5%
Pengaruh Rasio Beban Klaim Terhadap Return Saham
Berdasarkan tabel 9, uji signifikansi dapat dilihat pada probability yang
dihasilkan oleh Rasio Beban Klaim sebesar 0,0048 < 0,05 maka H1 diterima. Artinya
variabel Rasio Beban Klaim mempengaruhi return saham pada perusahaan-
perusahaan asuransi kerugian yang terdaftar di BEI.
Kemudian perlakuan atas uji arah untuk menentukan apakah hubungan antara
kedua variabel merupakan hubungan yang negatif atau positif dengan melihat
koefisiennya, dari output regresi Fixed Effect Model diketahui bahwa koefisien Rasio
60
Beban Klaim bernilai -0,4664. Dari angka tersebut dapat diinterpretasikan bahwa
hubungan yang terjadi antara Rasio Beban Klaim dengan return saham adalah
hubungan yang negatif, karena apabila Rasio Beban Klaim perusahaan meningkat
sebesar 1% maka nilai return saham perusahaan akan turun senilai 46,64%.
Rasio Beban Klaim merupakan pengalaman dalam menutup risiko yang telah
terjadi serta kualitas usaha penutupan klaim tersebut. Tingkat beban klaim yang
tinggi akibat adanya klaim tertentu yang relatif besar akan mengancam kondisi
keuangan perusahaan sehingga meningkatkan risiko bagi perusahaan. Proses
underwriting yang buruk akan meningkatkan kemungkinan adanya Rasio Beban
Klaim yang besar dapat mengancam kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan. Berkurangnya kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
akan mengurangi minat investor dalam membeli saham asuransi dan juga akan
meningkatkan potensi kebangkrutan perusahaan. Hasil penelitian sesuai dengan teori
yang menunjukkn bahwa Rasio Beban Klaim yang tinggi akan menyebabkan return
saham turun. Kondisi tersebut menunjukan bahwa tingginya Rasio Beban Klaim
memberikan informasi tetang buruknya underwriting dan penerimaan penutupan
risiko (Satria, 1994) sehingga dapat berakibat menurunkan return saham perusahaan
asuransi kerugian.
Pengaruh Rasio Likuiditas Terhadap Return Saham
Berdasarkan tabel 9, uji signifikansi dapat dilihat pada probability yang
dihasilkan oleh Rasio Likuiditas sebesar 0,0264 < 0,05 maka H2 diterima. Artinya
variabel Rasio Likuiditas mempengaruhi return saham pada perusahaan-perusahaan
asuransi kerugian yang terdaftar di BEI.
Kemudian perlakuan atas uji arah untuk menentukan apakah hubungan antara
kedua variabel merupakan hubungan yang negatif atau positif dengan melihat
koefisiennya, dari output regresi Fixed Effect Model diketahui bahwa koefisien Rasio
Likuiditas bernilai -0,0842. Dari angka tersebut dapat diinterpretasikan bahwa
hubungan yang terjadi antara Rasio Likuiditas dengan return saham adalah hubungan
61
yang negatif, karena apabila Rasio Likuiditas perusahaan meningkat sebesar 1%
maka nilai return saham perusahaan akan turun senilai 8,42%.
Rasio likuiditas atau liquidity to liquid assets ratio berfungsi untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam jangka pendek untuk memenuhi kewajiban yang jatuh
tempo (Ang, 1997). Perusahaan yang likuid akan terhindar dari risiko gagal bayar
(default), sehingga risiko yang ditanggung investor semakin kecil. Peningkatan
jumlah kewajiban perusahaan akan mendorong naiknya Rasio Likuiditas, yang berarti
besarnya kewajiban yang ditanggung oleh perusahaan akan ikut mempengaruhi
persepsi investor yang secara langsung akan berimbas terhadap return saham
perusahaan asuransi kerugian.
Pengaruh Rasio Agent’s Balance to Surplus Terhadap Return Saham
Berdasarkan tabel 9, uji signifikansi dapat dilihat pada probability yang
dihasilkan oleh Rasio Agent’s Balance to Surplus sebesar 0,0086 < 0,05 maka H3
diterima. Artinya variabel Rasio Agent’s Balance to Surplus mempengaruhi return
saham pada perusahaan-perusahaan asuransi kerugian yang terdaftar di BEI.
Kemudian perlakuan atas uji arah untuk menentukan apakah hubungan antara
kedua variabel merupakan hubungan yang negatif atau positif dengan melihat
koefisiennya, dari output regresi Fixed Effect Model diketahui bahwa koefisien Rasio
Agent’s Balance to Surplus bernilai -0,0149. Dari angka tersebut dapat
diinterpretasikan bahwa hubungan yang terjadi antara Rasio Agent’s Balance to
Surplus dengan return saham adalah hubungan yang negatif, karena apabila Rasio
Agent’s Balance to Surplus perusahaan meningkat sebesar 1% maka nilai return
saham perusahaan akan turun senilai 1,49%.
Rasio Agent’s Balance to Surplus digunakan untuk menghitung kekayaan
perusahaan yang berbentuk tagihan premi yang belum dibayar oleh nasabah, yaitu
dengan cara membandingkan antara tagihan premi langsung dengan modal sendiri.
Rasio ini dianggap penting karena menentukan tinkat solvabilitas perusahaan.
Tagihan premi langsung yang seringkali sulit dikumpulkan akan mempengaruhi
kinerja perusahaan apabila terjadi kondisi yang memerlukan pembayaran kewajiban
62
secara langsung. Hasil penelitian menunjukan bahwa Rasio Agent’s Balance to
Surplus berpengaruh negatif terhadap return saham perusahaan asuransi kerugian
sehingga peningkatan rasio ini akan menyebabkan penurunan return saham asuransi
kerugian. Hasil ini sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Satria (1994) bahwa
tingginya angka Rasio Agent’s Balance to Surplus akan mengancam likuiditas
keuangan perusahaan asuransi kerugian.
Pengaruh Rasio Pertumbuhan Premi Terhadap Return Saham
Berdasarkan tabel diatas, uji signifikansi dapat dilihat pada probability yang
dihasilkan oleh Rasio Pertumbuhan Premi sebesar 0,0085 < 0,05 maka H4 diterima.
Artinya variabel Rasio Pertumbuhan Premi mempengaruhi return saham pada
perusahaan-perusahaan asuransi kerugian yang terdaftar di BEI.
Kemudian perlakuan atas uji arah untuk menentukan apakah hubungan antara
kedua variabel merupakan hubungan yang negatif atau positif dengan melihat
koefisiennya, dari output regresi Fixed Effect Model diketahui bahwa koefisien Rasio
Pertumbuhan Premi bernilai 0,022. Dari angka tersebut dapat diinterpretasikan bahwa
hubungan yang terjadi antara Rasio Pertumbuhan Premi dengan return saham adalah
hubungan yang positif, karena apabila Rasio Likuiditas perusahaan meningkat
sebesar 1% maka nilai return saham perusahaan akan naik senilai 2,22%.
Rasio Pertumbuhan Premi yang semakin meningkat akan menguntungkan
karena menambah pendapatan bagi perusahaan sehingga pada gilirannya akan
menarik investor, rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk mempertahankan
posisi ekonomisnya dalam pertumbuhan prekonomian dan dalam industri atau pasar
produk tempatnya beroperasi (Weston dan Copelans, 1995). Rasio Pertumbuhan
Premi diharapkan tidak terlalu rendah karena dapat dianggap mencerminkan stagnasi
dari perusahaan sehingga dapat dianggap tidak berkembang. Akan tetapi,
pertumbuhan jumlah premi yang terjadi secara tajam perlu mendapat perhatian
khusus karena akan meningkatkan risiko bagi perusahaan akibat kemungkinan
pembayaran klaim yang besar dan mendadak. Tingginya rasio beban tanggungan
perusahaan dalam membayar klaim asuransi akan mengakibatkian investor khawatir
63
terhadap kemampuan keuangan perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perubahan jumlah premi berpengaruh positif terhadap return saham, artinya
meningkatnya Rasio Pertumbuhan Premi juga dapat meningkatkan return saham.
64
Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa
variabel independen dalam penelitian ini adalah Rasio Keuangan Early Warning
System (EWS) secara bersama-sama (simultan) berpengaruh secara sigifikan terhadap
variabel dependen (return saham), yang berarti sesuai dengan hipotesis awal yang
diajukan. Analisis kinerja perusahaan asuransi kerugian menggunakan Rasio
Keuangan Early Warning System (EWS) dilakukan dengan dua teknik yaitu analisis
Cross Section dan Time Series. Hasil dari analisis Cross Section dan Time Series
menunjukkan bahwa secara keseluruhan perusahaan asuransi kerugian dalam keadaan
baik karena tidak mengalami kenaikan atau penurunan yang tajam pada angka
masing-masing rasio. Namun terdapat satu perusahaan yang memiliki angka ekstrem
pada masing-masing rasio dibandingkan dengan perusahaan lainnya, yaitu Panin
Insurance Tbk.
Rasio Keuangan Early Warning System (EWS) meliputi Rasio Beban Klaim,
Rasio Likuiditas dan Rasio Agent’s Balance to Surplus berpengaruh negatif terhadap
Return Saham serta Rasio Pertumbuhan Premi yang berpengaruh positif terhadap
Return Saham. Rasio Keuangan Early Warning System (EWS) berpengaruh
signifikan terhadap Return Saham perusahaan asuransi kerugian. Oleh karena itu,
sistem peringatan dini dapat dijadikan sebagai salah satu alat pendukung dalam
penilaian kinerja perusahaan. Dalam hal ini dengan mengukur sejauh mana
kemampuan perusahaan asuransi kerugian dalam memberikan antisipasi bagi pihak
manajemen dengan cara mendeteksi potensi atau kemungkinan dan ancaman yang
mungkin terjadi sebelum mempengaruhi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan
asuransi kerugian tersebut sehingga dapat dilakukan perbaikan sedini mungkin. Hasil
penelitian ini menguatkan hasil dari penelitian-penelitian yang pernah dilakukan
sebelumnya, variabel fundamental (rasio-rasio kinerja keuangan) berpengaruh secara
signifikan terhadap return saham.
65
Keterbatasan penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan antara lain :
1. Premi yang digunakan dalam penelitian ini mencakup semua premi dalam
asuransi kerugian tanpa dipilah menurut masing-masing jenis asuransi, seperti
asuransi kebakaran, asuransi pengangkutan dan asuransi aneka.
2. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi Return Saham, tetapi
pada penelitian ini hanya menggunakan Rasio Early Warning System yang
terdiri dari Rasio Beban Klaim, Rasio Likuiditas, Rasio Agent’s Balance to
Surplus dan Rasio Pertumbuhan Premi sebagai variabel independen untuk
mengukur pengaruh terhadap Return Saham.
3. Dalam penelitian ini tidak menggunakan lag data (selisih waktu) untuk
masing-masing rasio keuangan.
Saran
Berdasarkan analisis yang telah diuraikan diatas, ada beberapa saran yang dapat
penulis sampaikan, yaitu :
Bagi pihak yang terkait :
1. Kondisi internal perusahaan perlu diperhatikan sebagai tolok ukur prospek usaha
perusahaan dengan tetap memperhatikan kondisi makro ekonomi agar investasi
yang dilakukan dapat lebih menguntungkan karena terbukti faktor internal dan
eksternal secara simultan berpengaruh terhadap return saham secara signifikan.
2. Pemegang kebijakan, sebagai faktor eksternal diharapkan dapat membuat aturan
atau kebijakan yang tepat agar dapat mengembangkan usaha asuransi dalam
kondisi yang kondusif karena potensi yang dimiliki masih besar dan akan terus
berkembang.
66
Bagi penelitian selanjutnya :
1. Perlu dipertimbangkan adanya pembagian yang jelas mengenai premi pada setiap
jenis asuransi kerugian seperti asuransi kebakaran, asuransi pengangkutan dan
asuransi aneka yang digunakan untuk menghitung Rasio Early Warning System
(EWS).
2. Sebaiknya menambahkan variabel independen untuk mengukur pengaruh
terhadap Return Saham, seperti Price Earning Ratio (PER), Rasio Cadangan
Teknis dan Rasio Solvabilitas sebagai analisis fundamental dan Tingkat Suku
Bunga Indonesia sebagai faktor eksternal.
3. Sebaiknya menggunakan lag data (selisih waktu) dalam masing-masing rasio
untuk mengukur pengaruh rasio keuangan terhadap return saham untuk hasil yang
lebih siginifikan.
67
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Maria Indah. 2010. Analisis Kinerja Keuangan Berdasarkan Early
Warning System pada PT. Asuransi Centra Asia Cabang Palembang. Jurnal
Akuntansi.
Detiana, Tita. 2012. Pengaruh Financial Early Warning Signal Terhadap Perubahan
Harga Saham pada Perusahaan Asuransi yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14 No. 3, 239-245.
Fauzan, Faisal et al., 2012. Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Kinerja Keuangan
Early Warning System Terhadap Nilai Perusahaan (Studi pada Perusahaan
Asuransi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Akuntansi, Vol. 2
No. 1, 64-75.
Fitriani, Anggi et al., 2009. Tinjauan Empiris Terhadap Kinerja Industri Asuransi
yang Go Public di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2008. Jurnal Ekonomi
dan Bisnis, Vol. XV No. 2 September 2009, 103-119.
Hasbi, Hariandy dan Bethani Suryawardani. 2013. Sistem Peringatan Dini Sebagai
Pendukung Kinerja Perusahaan Asuransi Syariah. Jurnal Keuangan dan
Perbankan, Vol. 17, No. 2, 243-252.
Hidiq, Nieke Arwiyanti. 2010. Pengaruh EVA, Rasio Profitabilitas dan EPS
Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Asuransi yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2006-2010.
Kurniawan, Siswandaru. 2006. Analisis Pengaruh Rasio-rasio Early Warning System dan
Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap Harga Saham (Studi empiris pada
Perusahaan Asuransi di BEJ Tahun 1999-2003). Tesis Program S2 Magister
Sains Akuntansi, Universitas Pascasarjana Universitas Diponegoro: Semarang.
Meirianie. 2013. Pengaruh Early Warning System (EWS) dan Risk Based Capital
(RBC) Terhadap Laba Perusahaan pada PT. Asuransi Bintang, Tbk Jakarta.
Jurnal Akuntansi, 21209224.
68
Munawir. 2007. Analisa Laporan Keuangan Perusahaan Asuransi. Cetakan Kedua,
Liberty. Yogyakarta.
Nadirsyah. 2012. Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Kinerja Keuangan Early
Warning System Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi, Vol. 2, No. 1,
November.
Prasetyo, L. 2005. Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Early Warning System
Terhadap Tingkat Solvabilitas Perusahaan Asuransi Kerugian di Bursa Efek
Jakarta. Tesis Program S2 Magister Manajemen, Universitas Diponegoro:
Semarang.
Saragih, Merry Herlina. 2002. Analisis Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan Terhadap
Harga Saham. Skripsi Program S1, Fakultas Ekonomi Unika Soegijapranata:
Semarang.
Satria, Sulastria. 1994. Pengukuran Kinerja Keuangan Perusahaan Asuransi
Kerugian di Indonesai dengan Analisis Rasio Keuangan “Early Warning
System”. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Sukirni, Dwi. 2012. Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan
Deviden dan Kebijakan Hutang Analisis terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal
Akuntansi, Vol. 14 No. 3, 239-245.
Yuliana. 2008. Kinerja Keuangan PT Panin Insurance Tbk. Dengan Metode MDA.
Jurnal Ilmiah Manajemen Bisnis, Vol. 0, No. 1, 75–88.
www.idx.co.id, Daftar Nama Perusahaan, diakses oleh Mega S.L tanggal 19 Oktober
2014 jam 08.14 WIB.
www.finance.yahoo.com, Data Harga Saham, diakses oleh Mega S.L tanggal 23
Oktober 2014 jam 10.36 WIB.
69
LAMPIRAN
Lampiran 1
Uji Normalitas Data (Normality Test)
Sumber : Data Olahan Eviews7 (2014)
Lampiran 2
Uji Heteroskedastisitas (Heteroskedasticity Test: White)
F-statistic 9.864624 Prob. F(4,1) 0.2339
Obs*R-squared 5.8517 Prob. Chi-Square(4) 0.2105
Scaled explained SS 0.107504 Prob. Chi-Square(4) 0.9986
Sumber : Data Olahan Eviews7 (2014)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
-2.0 -1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5
Series: Standardized ResidualsSample 2008 2013Observations 38
Mean 1.17e-17Median 0.001496Maximum 1.384701Minimum -1.913569Std. Dev. 0.759628Skewness -0.588343Kurtosis 3.192428
Jarque-Bera 2.250895Probability 0.324507
70
Lampiran 3
Uji Multikolinearitas (Multicolinearity Test)
Dependent Variable: RETURN_SAHAM
Method: Least Squares
Date: 11/27/14 Time: 11:28
Sample: 2008 2013
Included observations: 6
Variable Coefficient Prob.
C -2.349506 0.6283
RBK 5.032035 0.6397
RL -0.561345 0.7753
RABS 1.266414 0.8094
RPP 0.032287 0.9788
R-squared 0.381232
Sumber : Data Olahan Eviews7 (2014)
Lampiran 4
Uji Autokorelasi (Autocorelation Test)
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 1.466477 Prob. F(2,43) 0.242
Obs*R-squared 3.192647 Prob. Chi-Square(2) 0.2026
Sumber : Data Olahan Eviews7 (2014)
71
Lampiran 5
Hasil Regresi Panel dengan Common Effect Model
Dependent Variable: RETURN_SAHAM
Method: Pooled Least Squares
Date: 12/01/14 Time: 10:38
Sample: 2008 2013
Included observations: 6
Cross-sections included: 10
Total pool (balanced) observations: 60
Variable Coefficient Prob.
RBK 1802.842 0
RL 498.9296 0.0008
RABS 453.4379 0.0131
RPP 474.7399 0.0057
R-squared -140688.7027
Adjusted R-squared -148225.6511
S.E. of regression 663.0651
Sum squared resid 24620698
Log likelihood -472.8789
Durbin-Watson stat 1.68229
Sumber : Data Olahan Eviews7 (2014)
72
Lampiran 6
Hasil Regresi Panel dengan Fixed Effect Model
Dependent Variable: RETURN_SAHAM
Method: Pooled Least Squares
Date: 12/01/14 Time: 10:34
Sample: 2008 2013
Included observations: 6
Cross-sections included: 10
Total pool (balanced) observations: 60
Variable Coefficient Prob.
C 2010.821 0
RBK -0.46644 0.0048
RL -0.08424 0.0264
RABS -0.01487 0.0086
RPP 0.022217 0.0085
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
Period fixed (dummy variables)
R-squared 0.983204
Adjusted R-squared 0.97583
S.E. of regression 0.267751
Sum squared resid 2.939324
Log likelihood 5.348636
F-statistic 133.3354
Prob(F-statistic) 0
Sumber : Data Olahan Eviews7 (2014)
73
Lampiran 7
Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Pool: EWS
Test cross-section and period random effects
Test Summary
Chi-Sq.
Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 0 4 1
Period random 0 4 1
Cross-section and period
random 0 4 1
Sumber : Data Olahan Eviews7 (2014)
74
Lampiran 8
Hasil Regresi Panel dengan Random Effect Model
Dependent Variable: RETURN_SAHAM
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 11/08/14 Time: 07:27
Sample: 2008 2012
Periods included: 5
Cross-sections included: 10
Total panel (balanced) observations: 50
Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -0.173331 0.508639 -0.340773 0.7349
RBK 0.004024 0.004200 0.958033 0.3432
RL 0.009662 0.007607 1.270109 0.2106
RABS -0.001504 0.004212 -0.357135 0.7227
RPP -0.005483 0.005845 -0.938065 0.3532
Effects Specification
S.D. Rho
Cross-section random 0.000000 0.0000
Idiosyncratic random 0.646639 1.0000
Weighted Statistics
R-squared 0.055639 Mean dependent var 0.414000
Adjusted R-squared -0.028304 S.D. dependent var 0.630345